VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM
7.1. Dampak Kenaikan Pendapatan Dampak kenaikan pendapatan dapat dilihat dengan melakukan simulasi jika terjadi peningkatan pendapatan di negara importir Amerika Serikat dan Jepang masing-masing sebesar 5 persen. Penentuan besaran kenaikan tersebut didasarkan pada rata-rata pertumbuhan pendapatan domestik bruto negara-negara importir per periode data. Perubahan yang terjadi pada arus perdagangan karet alam karena terjadinya peningkatan pendapatan diperlihatkan oleh Tabel 23. Tabel 23. Dampak Kenaikan Pendapatan 5 % di Negara Importir Negara
Perubahan (Ton) (%)
Pertumbuhan per Periode (%)
Pangsa Pasar (%)
Permintaan Impor - Amerika Serikat - Jepang
16 029.8 6 345.3
5.73 3.31
0.05 0.04
-
Permintaan Ekspor AS - Indonesia - Thailand
13 139.6 6 988.8
8.69 10.71
0.07 0.10
57.72 26.31
Permintaan Ekspor Jepang - Indonesia - Thailand
1 163.5 14 777.4
10.26 12.76
0.11 0.09
19.85 75.95
Permintaan impor karet alam Amerika Serikat setelah terjadi kenaikan lima persen pada pendapatan domestik brutonya mengalami peningkatan sebesar 16 029 ton atau mencapai 5.73 persen. Kenaikan permintaan impor dengan persentase yang lebih besar dari pada kenaikan pendapatan mencerminkan tingkat respon permintaan impor yang elastis terhadap perubahan pendapatan.
121
Peningkatan impor rata-rata karet alam Amerika Serikat per periode adalah sebesar 0.05 persen. Peningkatan yang terjadi pada pendapatan Amerika Serikat kemudian ditransmisikan pada permintaan ekspor karet alam ke masing-masing negara pengekspor melalui peningkatan permintaan impor karet alamnya. Permintaan ekspor karet alam Amerika Serikat ke Indonesia mengalami peningkatan sebesar 8.69 persen jika pendapatan Amerika Serikat meningkat sebesar 5 persen dengan pertumbuhan ekspornya sebesar 0.07 persen per periode. Permintaan ekspor karet alam Amerika Serikat ke Indonesia lebih responsif pada jangka panjang dari pada jangka pendek. Permintaan ekspor karet alam Amerika Serikat ke Thailand juga mengalami peningkatan sebesar 10.71 persen. Peningkatan permintan ekspor karet alam yang terjadi untuk negara Thailand yang cukup besar dibandingkan Indonesia disebabkan oleh respon permintaan ekspor karet alam Amerika Serikat ke Thailand terhadap perubahan pada permintaan impor Amerika Serikat yang lebih besar dari pada Indonesia baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Hal ini menunjukkan bahwa Thailand mempunyai potensi untuk meningkatkan pangsa pasar ekspor karet alamnya di pasar Amerika Serikat. Peningkatan pada permintaan impor karet alam Jepang akibat peningkatan pendapatan domestik brutonya sebesar 5 persen tidak begitu besar hanya 3.31 persen. Rendahnya peningkatan tersebut karena elatisitas pendapatan Jepang yang nilainya kurang dari satu baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang sehingga besarnya respon permintaan impor lebih kecil dari pada besarnya peningkatan pendapatan. Peningkatan yang terjadi pada pendapatan
122
Jepang kemudian ditransmisikan pada permintaan ekspor karet alam Jepang ke masing-masing negara pengekspor yaitu Indonesia dan Thailand melalui perubahan permintaan impor karet alam Jepang. Peningkatan permintaan ekspor karet alam Jepang dari Indonesia dan Thailand sebagai respon terhadap perubahan pendapatan Jepang masing-masing sebesar 10.26 persen dan 12.76 persen dengan pertumbuhan ekspor per periodenya sebesar 0.11 persen dan 0.09 persen. Fenomena ini menunjukkan bahwa permintaan ekspor karet alam responsif terhadap perubahan pendapatan domestik bruto. Respon permintaan ekspor karet alam Indonesia yang cukup besar menunjukan adanya potensi bagi Indonesia untuk meningkatkan pangsa pasarnya di Jepang. Pangsa pasar untuk masing-masing negara pengekspor karet alam ke Amerika Serikat setelah terjadi peningkatan pendapatan masih didominasi oleh ekspor karet alam Indonesia dengan besar pangsa pasar 57.72 persen untuk Indonesia dan 26.31 persen untuk Thailand. Sedangkan jika terjadi peningkatan pendapatan di Jepang maka pangsa ekspor Indonesia menjadi 19.85 persen dan Thailand sebesar 75.95 persen dimana pasar Jepang didominasi oleh ekspor karet alam asal Thailand. Jadi berdasarkan hasil simulasi dapat disimpulkan bahwa peningkatan pendapatan yang terjadi di negara-negara importir efektif untuk meningkatkan permintaan ekspor karet alam ke masing-masing negara eksportir.
7.2. Dampak Kenaikan Harga Karet Alam Dunia Dampak kenaikan harga karet alam dunia diketahui melalui simulasi peningkatan harga karet alam dunia sebesar 50 persen. Simulasi harga dan besaran
123
peningkatan tersebut didasarkan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sinuraya (2000) dan Anwar (2005) serta situasi perkembangan harga rataan karet alam dunia. Perubahan arus perdagangan yang terjadi akibat peningkatan harga karet alam dunia diperlihatkan pada Tabel 24. Tabel 24. Dampak Kenaikan Harga Karet Alam Dunia Sebesar 50 % Negara Permintaan Impor - Amerika Serikat - Jepang
Perubahan (Ton) (%)
Pertumbuhan per Pangsa Periode (%) Pasar (%)
-13 060.3 -1 745.8
-4.74 -0.91
-0.050 -0.003
-
Permintaan Ekspor AS - Indonesia - Thailand
-7 972.1 -4 194.9
-4.87 -5.35
-0.064 -0.055
56.23 25.17
Permintaan Ekspor Jepang - Indonesia - Thailand
-1 200.6 -577.5
-2.50 -0.67
-0.024 -0.008
19.34 70.97
Simulasi diawali dengan pengaruh perubahan harga karet alam dunia terhadap harga impor karet alam Amerika Serikat dan Jepang melalui persamaan penawaran impor karet alam kedua negara tersebut. Kemudian perubahan harga impor akan mempengaruhi permintaan impor karet alam Amerika Serikat dan Jepang yang selanjutnya ditransmisikan pada permintaan ekspor Amerika Serikat dan Jepang ke Indonesia dan Thailand melalui perubahan harga ekspor relatif karet alam di masing-masing pasar. Harga impor karet alam Amerika Serikat dan Jepang responsif terhadap peningkatan harga karet alam dunia karena nilai elastisitas harga dunia yang cukup besar. Namun pengaruh peningkatan harga impor karet alam terhadap permintaan impor Amerika Serikat dan Jepang tidak responsif karena elastisitas harga riilnya yang kurang dari satu. Tidak responsifnya permintaan impor
124
terhadap perubahan harga berakibat pada rendahnya perubahan permintaan ekspor karet alam Amerika Serikat dan Jepang ke Indonesia dan Thailand. Peningkatan harga karet alam dunia menyebabkan terjadinya penurunan pada permintaan impor. Amerika Serikat mengalami penurunan permintaan impor karet alam sebesar 4.87 persen sedangkan permintaan impor karet alam Jepang penurunannya lebih kecil yaitu hanya 0.91 persen. Perbedaan tersebut disebabkan karena elastisitas harga impor karet alam Amerika Serikat yang lebih besar dari pada Jepang karena pasar karet alam Amerika Serikat yang sudah mulai jenuh. Konsisten dengan penurunan yang terjadi pada permintaan impor, permintaan ekspor karet alam ke negara-negara eksportir juga mengalami penurunan akibat meningkatnya harga dunia. Permintaan ekspor karet alam Amerika Serikat ke Indonesia turun sebesar 4.87 persen sedangkan ke Jepang juga turun dengan besar 5.35 persen. Besarnya penurunan tersebut menunjukkan bahwa permintaan ekspor karet alam Amerika Serikat ke Indonesia lebih kaku dari pada permintaan ekspor karet alam Amerika Serikat ke Thailand. Respon permintaan ekspor karet alam Jepang ke Thailand lebih kaku dari pada permintaan ekspor karet alam Jepang ke Indonesia terhadap perubahan harga karet alam dunia yang menunjukkan dominasi karet alam Thailand di pasar Jepang. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya penurunan permintaan ekspor karet alam Indonesia dari Jepang yang lebih besar dari pada Thailand. Penurunan permintaan ekspor karet alam Indonesia ke Jepang adalah sebesar 2.5 persen sedangkan Thailand hanya sebesar 0.67 persen. Pasar karet alam Amerika Serikat masih didominasi oleh karet alam Indonesia dengan menguasai 56.23 persen pangsa pasar, sedangkan Thailand
125
hanya 25.17 persen. Thailand masih mendominasi pasar karet alam Jepang dengan menguasai 70.97 persen pangsa pasar sedangkan pangsa pasar ekspor karet alam Indonesia ke Jepang hanya sebesar 19.34 persen saja. Pangsa pasar ekspor karet alam dari Thailand dan Indonesia di pasar Jepang mengalami penurunan sebagai akibat dari penurunan harga karet alam dunia.
7.3. Dampak Kenaikan Pendapatan dan Harga Karet Alam Dunia Kombinasi kenaikan pendapatan domestik bruto sebesar 5 persen yang terjadi pada negara-negara importir yaitu Amerika Serikat dan Jepang serta terjadinya kenaikan harga karet alam dunia sebesar 50 persen, dilakukan untuk melihat dampaknya terhadap permintaan impor dan permintaan ekspor karet alam Amerika Serikat dan Jepang ke Indonesia dan Thailand terhadap shock yang terjadi secara bersamaan. Hasil simulasi terhadap permintaan impor dan permintaan ekspor ke masing-masing negara dapat diperlihatkan oleh Tabel 25. Tabel 25. Dampak Kenaikan Pendapatan 5 % dan Harga Karet Alam Dunia 50% Negara
Perubahan (Ton) (%)
Pertumbuhan per Pangsa Periode (%) Pasar (%)
Permintaan Impor - Amerika Serikat - Jepang
2 293.3 4 463 .3
0.72 2.36
0.01 0.03
-
Permintaan Ekspor AS - Indonesia - Thailand
3 007.9 1 651.3
2.19 3.01
0.01 0.03
57.13 25.91
Permintaan Ekspor Jepang - Indonesia - Thailand
256.5 8 583.4
6.61 7.81
0.06 0.06
19.48 73.57
Amerika Serikat mengalami peningkatan permintaan impor karet alam sebesar 2 293.3 ton atau 0.72 persen. Permintaan impor karet alam Jepang juga
126
mengalami peningkatan sebesar 2.36 persen. pertumbuhan permintaan impor per periode dari kedua negara tersebut konsisten dengan permintaan impornya yang juga meningkat dengan besaran 0.01 persen untuk pasar Amerika Serikat dan 0.03 persen untuk pasar Jepang. Permintaan ekspor karet alam dari Amerika Serikat ke Indonesia meningkat sebesar 2.19 persen dengan pertumbuhan per periode sebesar 0.01 persen. Peningkatan tersebut lebih rendah dari pada naiknya permintaan ekspor kareta alam Amerika Serikat ke Thailand. Peningkatan yang terjadi pada pendapatan dan harga karet alam dunia menyebabkan permintaan ekspor karet alam Amerika Serikat ke Thailand naik 3.01 persen dengan pertumbuhan sebesar 0.03 per periode. Indonesia mengalami peningkatan permintaan ekspor karet alam dari Jepang, begitu pula yang terjadi dengan permintaan ekspor karet alam Thailand. Besarnya kenaikan permintaan ekspor karet alam Jepang untuk Indonesia adalah sebesar 6.61 persen sedangkan Thailand naik 7.81 persen. kenaikan tersebut lebih besar dari pada kenaikan yang terjadi pada permintaan ekspor karet alam dari Amerika Serikat karena kenaikan permintaan impor karet alam Jepang yang lebih besar dari pada Amerika Serikat yang disebabkan oleh nilai elastisitas harga impor riil karet alam Jepang yang lebih besar. Pangsa pasar ekspor karet alam secara umum mengalami peningkatan baik di pasar Amerika Serikat maupun Jepang namun peningkatan tersebut lebih rendah dari pada hasil simulasi pertama. Pasar karet alam Amerika Serikat masih didominasi Indonesia dengan pangsa sebesar 57.13 persen sedangkan Thailand pangsanya sebesar 25.91 persen. Sebaliknya pada pasar Jepang dominasi ekspor
127
di pegang Thailand dengan besar pangsa pasarnya adalah 73.57 persen dan Indonesia hanya 19.47 persen. Dampak kenaikan pendapatan dan harga karet alam dunia menunjukkan arah yang saling berlawanan. Hasil akhir simulasi tersebut menunjukkan peningkatan yang terjadi tidak hanya pada permintaan impor karet alam Amerika Serikat dan Jepang tetapi juga terjadi peningkatan pada permintaan ekspor karet alam Amerika Serikat dan Jepang ke Indonesia dan Thailand yang menunjukkan bahwa dampak kenaikan pendapatan domestik bruto di negara-negara importir lebih besar dari pada dampak kenaikan harga karet alam dunia terhadap permintaan impor dan permintaan ekspor karet alam Amerika Serikat dan Jepang ke Indonesia dan Thailand. Jadi dapat disimpulkan bahwa peningkatan pendapatan lebih efektif dari pada peningkatan harga karet alam dunia untuk mempengaruhi permintaan impor dan permintaan ekspor karet alam.
7.4. Dampak Depresiasi Nilai Tukar Mata Uang Skenario simulasi yang diterapkan pada persamaan penawaran ekspor total karet alam Indonesia dan penawaran ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat dan Jepang adalah jika terjadi depresiasi nilai tukar mata uang Rupiah terhadap US dollar sebesar 20 persen. Besaran tersebut didasarkan pada perkembangan kondisi perekonomian di Indonesia dan penelitian–penelitian sebelumnya. Hasil simulasi diperlihatkan oleh Tabel 26. Tabel 26. Dampak Depresiasi Rupiah 20 % terhadap US Dollar Negara Penawaran Ekspor Indonesia - Amerika Serikat - Jepang
Perubahan Pertumbuhan per (Ton) (%) Periode (%) 159 420.1 5.87 3.19 7 628.6 4.89 0.05 -3 631.1 -9.84 -0.41
128
Pangsa Ekspor (%) 44.56 9.94
Depresiasi mata uang Rupiah terhadap US Dollar menyebabkan komoditas ekspor asal Indonesia relatif lebih murah dari pada produk negara lain yang tidak mengalami depresiasi terutama untuk produk dengan kandungan lokal yang tinggi. Jenis karet alam yang diekspor merupakan komoditas yang memiliki kandungan lokal yang sangat besar, sehingga depresiasi mata uang yang terjadi tidak mempengaruhi biaya produksinya malahan akan meningkatkan daya saing ekspor produk tersebut melalui penawaran harga yang lebih bersaing. Penawaran ekspor karet alam Indonesia secara keseluruhan maupun spesifik pada pasar karet alam Amerika Serikat responsif terhadap depresiasi nilai tukar mata uang Rupiah terhadap US dollar karena harga ekspor karet alam yang elastis pada jangka panjang. Penawaran ekspor karet alam Indonesia mengalami peningkatan sebesar 5.87 persen dengan pertumbuhan ekspor per periode 3.19 persen. Sedangkan penawaran ekspor karet alam Indonesia ke pasar Amerika Serikat juga naik sebesar 4.89 persen. Berbeda untuk penawaran ekspor karet alam Indonesia ke Jepang, depresiasi menyebabkan penurunan volume ekspor karet alam Indonesia karena elastisitas harganya yang negatif. Penurunan tersebut mengindikasikan adanya pergeseran jenis karet alam yang di ekspor oleh Indonesia ke Jepang. Jenis karet alam spesifikasi teknis (TSR) saat ini lebih diminati oleh pasar Jepang karena harganya yang lebih murah dan lebih siap pakai dari pada jenis sit asap (RSS). Pergesaran jenis karet alam yang diekspor ke Jepang menyebabkan seolah-oleh peningkatan harga berakibat pada turunnya volume ekspor karena peningkatan kuantitas ekspor diiringi oleh turunya nilai ekspor.
129
Pangsa ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat dan Jepang terhadap total ekspor karet alam Indonesia akibat depresiasi nilai mata uang Rupiah menunjukkan peningkatan. Ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat mencapai 44.56 persen dari total ekspor karet alam Indonesia sedangkan ke Jepang hanya 9.94 persen saja. Hal ini menunjukkan bahwa Amerika Serikat merupakan tujuan ekspor karet alam Indonesia yang utama. Jadi dapat disimpulkan bahwa depresiasi Rupiah secara umum memberikan dampak positif terhadap penawaran ekspor karet alam Indonesia.
7.5. Dampak Inflasi Simulasi dilakukan berupa pengenaan inflasi sebesar sepuluh persen pada perekonomian Indonesia. Nilai inflasi yang digunakan untuk simulasi besarnya didasarkan pada kondisi perekonomian Indonesia beberapa tahun terakhir. Dampak inflasi terhadap total penawaran ekspor karet alam Indonesia dan penawaran ekspor karet alam Indonesia ke pasar Amerika Serikat dan Jepang dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27. Dampak Inflasi Sebesar 10% Negara Penawaran Ekspor Indonesia - Amerika Serikat - Jepang
Perubahan Pertumbuhan per (Ton) (%) Periode (%) -64 612.2 -3.63 -3.09 -5 131.5 -3.22 -0.03 1 608.7 5.02 0.1
Pangsa Ekspor (%) 37.26 9.34
Berdasarkan teori, inflasi akan berdampak negatif terhadap penawaran ekspor karena harga domestik yang membaik. Hasil simulasi inflasi terhadap penawaran ekspor karet alam Indonesia menunjukan pengaruh yang sesuai dengan hipotesa dimana penawaran ekspor karet alam Indonesia turun sebesar 3.63 persen. Hasil yang konsisten juga terjadi pada penawaran ekspor karet alam
130
Indonesia untuk pasar Amerika Serikat dengan penurunan ekspor karet alam ke pasar tersebut sebesar 3.22 persen dengan pertumbuhan ekspor per periode yang negatif. Terjadi pertumbuhan total ekspor karet alam Indonesia per periode yang juga negatif. Sedangkan untuk pasar Jepang, kuantitas ekspor karet alam Indonesia mengalami peningkatan. Perubahan penawaran ekspor karet alam Indonesia yang tidak begitu besar dan pertumbuhan ekspor yang tetap positif terjadi karena rendahnya konsumsi karet alam dalam negeri dimana industri yang menghasilkan barang jadi karet belum berkembang sehingga peningkatan penawaran dalam negeri karena peningkatan harga dalam negeri karena inflasi tidak dapat terserap pasar domestik dengan baik. Pada pasar karet alam di negara-negara importir terjadi penurunan pangsa ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat dan Jepang terhadap total ekspor karet alam Indonesia. Pangsa ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat turun sebesar 6.18 persen menjadi 37.26 persen dari total ekspor karet alam Indonesia. Sedangkan ekspor karet alam Indonesia ke Jepang sebesar 9.34 persen dari total ekspor, naik sebesar 1.79 persen. Berdasarkan hasil simulasi dapat disimpulkan bahwa penawaran ekspor karet alam Indonesia secara umum memberikan respon yang negatif terhadap kenaikan inflasi yang terjadi dalam perekonomian.
7.6. Dampak Pengenaan Pajak Ekspor Simulasi dengan pengenaan pajak ekspor sebesar 5 persen didasarkan pada asumsi bahwa perlu dilakukan pergeseran dan reorientasi strategi perdagangan
131
karet alam Indonesia dari bahan mentah menjadi produk olahan agar dapat memberikan nilai tambah yang lebih besar bagi devisa negara. Upaya tersebut perlu didukung oleh ketersediaan pasokan karet alam untuk industri domestik sehingga kemungkinan terjadi peningkatan terhadap konsumsi karet alam dalam negeri dapat diantisipasi dengan baik. Pajak ekspor merupakan salah satu kebijakan yang dapat dilakukan untuk menjamin ketersediaan karet alam bagi pasar domestik. Hasil simulasi ini diperlihatkan oleh Tabel 28. Tabel 28. Dampak Pajak Ekspor 5 % Negara Penawaran Ekspor Indonesia - Amerika Serikat - Jepang
Perubahan Pertumbuhan per (Ton) (%) Periode (%) -43 236.8 -1.59 -3.12 -2 081.3 -1.33 819.4 2.22
-0.01 0.08
Pangsa Ekspor (%) 37.23 8.6
Penerapan pajak ekspor menyebabkan menurunnya penawaran ekspor karet alam Indonesia sebesar 1.59 persen. Akan tetapi terjadi peningkatan penawaran ekspor karet alam Indonesia untuk pasar Jepang sebesar 2.22 persen dengan pertumbuhan ekspor 0.08 persen per periode terkait dengan nilai elastisitas harga riil ekspor karet alam Indonesia ke Jepang yang negatif. Sedangkan untuk ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat mempunyai dampak yang konsisten dengan penawaran total ekspor karet alam Indonesia. Pajak ekspor menyebabkan penurunan ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat dengan besaran 1.33 persen dan pertumbuhan ekspor karet alam yang negatif dengan besaran 0.01 persen. Pangsa ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat adalah sebesar 37.23 persen. Dimana penerapan pajak ekspor sebesar 5 persen menyebabkan turunnya pangsa ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat. Sedangkan pangsa ekspor karet alam Indonesia ke Jepang terhadap total ekspor karet alam
132
Indonesia menjadi 8.60 persen yang terkait dengan nilai elastisitas harga riil ekspor karet alam Indonesia ke Jepang yang bertanda negatif. Berdasarkan hasil simulasi dapat disimpulkan bahwa pajak ekspor kurang efektif untuk menahan ekspor karet alam Indonesia. Hal ini disebabkan adanya aturan pengenaan pajak terhadap konsumen karet alam dalam negeri berupa PPN sebesar 10 persen sehingga harga karet alam domestik yang dihadapi oleh produsen karet alam menjadi kurang menarik. Sedangkan impor karet alam dari beberapa negara ke Indonesia hanya dikenai pajak impor sebesar 5 persen yang menyebabkan konsumen karet alam domestik lebih memilih karet alam impor karena harga yang ditawarkan akan lebih murah dari pada harga karet alam domestik.
7.7. Kombinasi Depresiasi Rupiah terhadap US Dollar dan Inflasi Depresiasi nilai tukar yang terjadi pada suatu negara biasanya akan diikuti oleh inflasi di negara tersebut. Keduanya menurut hipotesa memberikan dampak yang bertolak belakang terhadap ekspor komoditas pertanian. Hasil simulasi kombinasi depresiasi nilai mata uang Rupiah dan inflasi terhadap total penawaran ekspor karet alam Indonesia dan penawaran ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat dan Jepang ditunjukkan oleh Tabel 29. Tabel 29. Dampak Depresiasi Rupiah 20% terhadap US Dollar dan Inflasi 10% Negara Penawaran Ekspor Indonesia - Amerika Serikat - Jepang
Pangsa Perubahan Pertumbuhan per (Ton) (%) Periode (%) Ekspor (%) 91 018.3 2.02 3.16 2 246.1 1.51 0.02 44.3 -3 628.6 -9.83 -0.4 9.81
Dampak simulasi tersebut tersebut menunjukkan bahwa penawaran ekspor karet alam Indonesia mengalami peningkatan sebesar 2.02 persen dengan
133
pertumbuhan ekspor karet alam rata-rata per periode sebesar 3.16 persen. Penawaran ekspor karet alam Indonesia ke pasar Amerika Serikat juga mengalami peningkatan sebesar 2 246.1 ton atau 1.51 persen. Sebaliknya terjadi penurunan penawaran ekspor karet alam Indonesia untuk pasar Jepang sebesar 3 628.6 ton dengan pertumbuhan ekspor yang negatif. Pangsa pasar ekspor karet alam Indonesia ke pasar Amerika Serikat dan Jepang terhadap total ekspor karet alam Indonesia mengalami peningkatan. Pangsa ekspor ke Amerika Serikat sebesar 44.30 persen. sedangkan pangsa ekspor karet alam Indonesia ke Jepang sebesar 9.81 persen. Peningkatan ekspor karet alam yang terjadi karena kombinasi kebijakan ini lebih kecil dari dampak tunggal pada peningkatan yang terjadi karena depresiasi Rupiah terhadap US Dollar. Hasil simulasi kombinasi depresiasi Rupiah dan inflasi menunjukkan dampak positif terhadap total penawaran ekspor karet alam Indonesia dan penawaran ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat. Sedangkan dampak negatif terjadi pada penawaran ekspor karet alam Indonesia ke Jepang karena nilai elastisitas harganya yang negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa respon penawaran ekspor karet alam Indonesia terhadap depresiasi Rupiah lebih besar dari pada responnya terhadap inflasi dalam perekonomian Indonesia.
7.8. Kombinasi Pajak Eskpor dan Inflasi Kombinasi simulasi kebijakan dilakukan untuk melihat dampak dua shock yang terjadi bersamaan terhadap total penawaran ekspor karet alam Indonesia, penawaran ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat dan Jepang. Simulasi yang dilakukan adalah dengan skenario jika dilakukan penerapan kebijakan pajak
134
ekspor sebesar 5 persen dimana terjadi inflasi dalam perekonomian sebesar 10 persen. Hasil simulasi ini diperlihatkan oleh Tabel 30. Tabel 30. Dampak Pajak Ekspor 5 % dan Inflasi 10 % Negara Penawaran Ekspor Indonesia - Amerika Serikat - Jepang
Perubahan Pertumbuhan per Pangsa (Ton) (%) Periode (%) Ekspor (%) -106 821.2 -5.16 -3.08 -7 144.3 -4.52 -0.05 37.36 2 463.9 7.35 0.13 9.69
Pada kombinasi simulasi ini berdasarkan hipotesa, penerapan pajak ekspor dan inflasi memiliki dampak yang searah. Terlihat bahwa dampak simulasi yang dilakukan menyebabkan penurunan penawaran ekspor karet alam Indonesia sebesar 5.16 persen dengan pertumbuhan ekspor per periodenya sebesar 3.08 persen. Dampak dengan arah yang sama terjadi untuk penawaran ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat yang juga turun dengan jumlah 7 144.3 ton atau 4.52 persen. Sedangkan penawaran ekspor karet alam Indonesia ke Jepang berubah sebesar 2 463.9 ton. Pangsa ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat terhadap total ekspor karet alam Indonesia konsisten dengan dampak simulasi ini terhadap penawaran ekspor total karet alam Indonesia yaitu 37.36 persen. Sedangkan pangsa ekspor karet alam ke Jepang menjadi 9.69 persen dari total ekspor karet alam Indonesia. Penurunan tersebut menunjukkan dampak yang berlipat dari pajak ekspor dan inflasi sehingga penurunan tersebut lebih besar dari pada dampak tunggal dari simulasi pajak ekspor atau inflasi.
135