VIEWED FROM CREDIT RISK CREDIT AND TYPE OF INTEREST RATE GUARANTEES Case Study-BKK On PD.BPR Karangreja Purbalingga
Afandi Setyo Nugroho, Drs. Irfan Nursasmita, Msi, Akt
ABSTRACT
This study aims to determine whether there is any difference in the bank's credit risk BPR-BKK Karangreja PurbalinggaDitinjau of interest rate differentials credit and credit guarantees. Data collection techniques used were interviews and documentation. Data analysis techniques used to answer the first problem is to analyze the differences between the two average, which is to analyze whether there are differences in credit risk viewed from different interest rates. While the data analysis techniques used to answer the second problem is by using analysis of variance, which tested whether there are differences in credit risk viewed from a different warranty. Based on the results of data analysis can be concluded that there are differences in credit risk viewed from different interest rates. Meanwhile, to guarantee there is no difference seen the credit risk of loan collateral types PD.BPR Karangreja Purbalingga-BKK. From data analysis it can be seen there is no difference between the credit risk of loans with collateral BPKB, land certificates, and SK. PNS. Key words: credit risk, interest rate, credit guarantees.
RISIKO KREDIT DITINJAU DARI SUKU BUNGA KREDIT DAN JENIS JAMINAN Studi Kasus Pada PD.BPR-BKK Karangreja Purbalingga Afandi Setyo Nugroho, Drs. Irfan Nursasmita,Msi,Akt
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan resiko kredit di bank BPR-BKK Karangreja PurbalinggaDitinjau dari perbedaan tingkat suku bunga kredit dan jaminan kredit. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan untuk menjawab permasalahan pertama adalah dengan analisis perbedaan antara dua rata-rata, yaitu untuk menganalisis apakah ada perbedaan resiko kredit dilihat dari tingkat suku bunga yang berbeda. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan untuk menjawab permasalahan yang kedua adalah dengan mengunakan analisis varian, yaitu menguji apakah ada perbedaan resiko kredit dilihat dari jaminan yang berbeda. Berdasarkan hasil analisis data dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan resiko kredit dilihat dari suku bunga yang berbeda. Sedangkan untuk jaminan tidak terdapat perbedaan risiko kredit dilihat dari jenis jaminan kredit pada PD.BPR-BKK Karangreja Purbalingga. Dari analisis data dapat diketahui tidak terdapat perbedaan risiko kredit antara kredit dengan jaminan BPKB, Sertifikat tanah, dan SK. PNS. Kata kunci
: Resiko kredit, tingkat suku bunga, jaminan kredit.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya kegiatan ekonomi dan kegiatan usaha, maka diperlukan sumber – sumber dana untuk membiayai kegiatan perekonomian tersebut. Hal ini diperlukan untuk tujuan perluasan usaha atau membuka usaha baru, sumber-sumber dana tersebut salah satunya bisa diperoleh melalui jasa perbankan. Salah satu kegiatan pokok perbankan yaitu menerima atau mengumpulkan dana dari masyarakat dalam berbagai bentuk, yang nantinya akan disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Bank dapat dibedakan menjadi dua yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Bank Umum merupakan merupakan bank yang memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, sedangkan Bank Perkreditan Rakyat merupakan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan bentuk simpanan lainya yang disamakan dengan itu1. Perbedaan Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat adalah jenis simpanan masyarakat dimana Bank Perkreditan Rakyat tidak melakukan simpanan dalam bentuk giro dan tidak melakukan kegiatan usaha dalam bentuk valuta asing Bank Perkreditan Rakyat merupakan lembaga keuangan mikro berbentuk bank yang dewasa ini berkembang dengan pesat. Hal tersebut tidak terlepas dari kondisi ekonomi dimana masyarakat kesulitan mencari lapangan pekerjaan, hal tersebut mendorong inisiatif untuk membuka usaha baik usaha kecil atau menengah. Dengan keadaan seperi ini keberadaan bank perkreditan rakyat merupakan salah satu solusi dalam mengatasi keterbatasan modal masyarakat, hal tersebut juga didukung dengan kunci sukses bank perkreditan rakyat dalam memberikan pelayanan kepada usaha kecil seperti lokasi yang berdekatan dengan masyarakat, prosedur pelayanan kepada nasabah yang lebih sederhana, serta lebih menggunakan pendekatan personal serta fleksibilitas pola dan model pinjaman. Selain mendapatkan keuntungan dari memberikan kredit, disisi lain bank perkreditan rakyat juga akan menaggung risiko yang besar dari pemberian kredit. Hal tersebut dapat terjadi apabila kredit yang diberikan digunakan untuk usaha-usaha yang sifatnya spekulatif, tidak terencana dan tidak dikelola dengan baik atau digunakan untuk keperluan yang bersifat konsumtif. Kredit yang diberikan bank kepada debitur sering mempunyai risiko yang tinggi, karena setiap debitur yang mengajukan kredit ke bank menghendaki agar kredit yang diajukan dapat diterima dengan syarat yang seringan-ringanya. Dalam kenyataanya belum tentu setiap
debitur yang meminjam kepada bank mempunyai kemampuan untuk mengembalikan pinjaman kredit tersebut, sehingga pada akhirnya bank sendiri yang harus menanggung risiko. Risiko kredit berarti tidak terbayarnya kembali kredit yang berakibat kerugian pada bank. Risiko kredit dapat dilihat dari perbedaan suku bunga dan perbedaan jenis jaminan. Risiko yang tinggi menyebabkan bunga yang dibebankan kepada debitur juga tinggi, pembebanan suku bunga juga dilihat dari barang jaminan yang dijaminkan oleh debitur. Semakin tinggi kualitas barang yang akan dijaminkan maka semakin rendah bunga yang akan dibebankan, demikian juga sebaliknya semakin rendah kualitas barang maka bunga yang dibebakan akan semakin tinggi. Oleh sebab itu sebelum memutuskan untuk menyetujui permintaan atau penambahan kredit, pihak bank harus mengadakan evaluasi dari calon debitur. Untuk evaluasi terhadap calon debitur biasanya pihak bank menggunakan prinsip 5C yaitu character, capacity, capital, collateral, dan condition of economy.2 Selain menggunakan prinsip 5C untuk menanggulangi kerugian kredit yang besar, pihak bank perlu menetapkan suatu rangkaian peraturan pemberian kredit baik tertulis maupun tidak tertulis sebelum pelaksanaan kredit tersebut berlangsung. Rangkaian peraturan pemberian kredit tersebut disebut kebijakan kredit. Jadi kebijakan kredit yang dibuat oleh suatu bank diharapkan dapat bermanfaat secara optimal sehingga kredit dapat memberikan penghasilan yang nantinya dapat digunakan untuk mengembangkan dirinya maupun untuk mengembalikan simpanan dan membayar bunga kepada nasabah yang telah menyimpan uangnya di bank tersebut, tetapi meskipun pihak bank telah melakukan seleksi terhadap calon debitur dan telah menerapkan kebijakan kredit yang telah dibuat, ternyata masih ada debitur yang telat membayar angsuran bahkan ada pula yang tidak mengangsur lagi.
B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka dapat dirumuskan masalah yang akan dijadikan dasar dilakukan penelitian sebagai berikut : 1. Apakah ada perbedaan risiko kredit antar suku bunga yang diberlakukan pada bank yang akan menjadi obyek penelitian. 2. Apakah ada perbedaan risiko kredit antar jaminan yang akan dijadikan agunan pada bank yang akan menjadi obyek penelitian.
C. BATASAN MASALAH Dalam pembahasan tentang risiko kredit dengan tingkat suku bunga dan risiko kredit dengan jaminan maka, penulis secara lebih spesifik membatasi masalah pada hal-hal berikut : 1. Tingkat suku bunga kredit yang berlaku pada bank yang akan menjadi obyek penelitian. 2. Jenis jaminan kredit yaitu jaminan kredit yang ditentukan oleh bank yang akan menjadi obyek penelitian. 3. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data nasabah pada tahun 2008
D. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan : H. Untuk memgetahui apakah ada perbedaan risiko kredit dilihat dari tingkat suku bunga yang berbeda. I. Untuk mengetahui perbedaan apakah ada risiko kredit dilihat dari jenis jaminan yang berbeda.
E. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan mempunyai beberapa manfaat antara lain : 1. Bagi bank tempat dilakukanya penelitian Sebagai bahan pertimbangan dalam memutuskan pemberian kredit yang dilakukan oleh bank. 2. Bagi penulis Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam menerapkan teori-teori yang telah diperoleh dalam keadaan yang sebenarnya. 3. Bagi STIENUS Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah masukan pengetahuan bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan dapat menjadi referensi kepustakaan STIENUS.
H. METODOLOGI PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu melakukan penelitian terhadap obyek tertentu yang populasinya terbatas sehingga hasil kesimpulanya yang diambil dari penelitian hanya berlaku bagi obyek yang diteliti.
2. Subyek dan Obyek Penelitian a. Subyek penelitian adalah pihak-pihak yang bertindak sebagai pemberi informasi yang berhubungan dengan penelitian. b. Obyek penelitian adalah kebijakan kredit mengenai suku bunga dan jaminan yang dilakukan oleh bank 3. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara Teknik ini dilakukan dengan cara melakukan tanya jawab kepada pihak yang berwenang untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan kebijakan kredit yang dijalankan khususnya tentang suku bunga kredit dan jenis jaminan. b. Dokumentasi Teknik ini dilakukan dengan mengumpulkan berkas, catatan, dan dokumen lain yang terdapat dalam perusahaan yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. 4. Data Yang Diperlukan a. Sejarah dan gambaran umum perusahaan. b. Catatan mengenai debitur yang terlambat dalam mengangsur kreditnya. c. Data mengenai besarnya suku bunga, besarnya kredit, dan besarnya angsuran. d. Data mengenai jenis jaminan yang diberikan. 5. Populasi dan Sampel Populasi adalah kumpulan dari semua kemungkinan orang-orang, benda-benda, dan ukuran lain yang menjadi obyek perhatian atau kumpulan seluruh obyek yang menjadi perhatian. Sample adalah suatu bagian dari populasi tertentu yang menjadi perhatian. Populasi pada penelitian ini adalah semua debitur yang menerima kredit, karena semua populasi tersebut tidak diteliti semua maka diambil sampel yaitu debitur yang terlambat membayar angsuran kreditnya. 6. Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan metode purposive sampling, yaitu penarikan sampel dengan menggunakan pertimbangan-pertimbangan dengan memasukan unsure-unsur tertentu yang dianggap bahwa dengan cara demikian dapat memperoleh informasi yang benar.3 Yang dianggap dan menjadi pertimbangan adalah nasabah yang terlambat dalam membayar angsuran kreditnya.
I. SISTEMATIKA PENULISAN BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II LANADASAN TEORI 3 Sigit, Soehardi. (1999). Pengantar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Sarjana Wiyata Tamansiswa, Hlm 68 Dalam bab ini akan diuraikan mengenai teori-teori yang mendasari masalah yang ada yaitu bank, kredit, suku bunga, jaminan kredit, dan rumusan hipotesis. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai jenis peneltian, lokasi dan waktu penelitian, subyek dan obyek penelitian, data yang diperlukan, teknik pengumpulan data, populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel, perumusan variable dan teknik analisis data. BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai sejarah berdirinya perusahaan yang akan menjadi obyek penelitian, tugas pokok dan fungsi, lokasi, struktur organisasi, jenis produk yang ditawarkan dan prosedur pemberian kredit. BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai deskripsi data, analisis data dan pembahasan. BAB VI PENUTUP Dalam bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan, keterbatasan penelitian dan saran-saran.
BAB II LANDASAN TEORI A. Bank 1. Pengertian Bank Bank sebagai salah satu lembaga keuangan yang paling penting peranannya dalam masyarakat merupakan lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasajasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Menurut Undang-undang nomor 10 Tahun 1998, pasal 1 tentang perbankan , bank di definisikan sebagai “suatu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat”.4 2. Penggolongan Bank a. Menurut jenis dan usahanya(UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan): 1). Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvesional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatanya memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran. 2). Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvesional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatanya tidak memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran. b. Menurut Pemilikya Menurut pemiliknya bank dapat dibedakan menjadi : 1). Bank pemerintah adalah bank yang seluruh modalnya berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan dan pendirianya dibawah Undang-undang tersendiri. 2.) Bank Pembangunan Daerah adalah bank yang pendirianya berdasarkan peraturan Daerah 4 Dendawijaya,Lukman.(2001). Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia, Hlm. 17 tingkat I dan sebagian besar sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah tingkat II di wilayah bersangkutan dan modalnya merupakan harta kekayaan milik daerah yang dipisahkan. 3). Bank Swasta Nasional adalah bank milik swasta yang didirikan dalam bentuk hukum perseroan terbatas dimana seluruh sahamya dimiliki oleh WNI dan atau badan hukum di Indonesia, serta pengelolaan menejemenya dilakukan oleh WNI itu sendiri.
4). Bank Swasta Asing adalah bank yang didirikan dalam bentuk cabang bank yang sudah ada di luar negeri atau dalam bentuk campuran antara bank asing dengan bank nasional di Indonesia. 5). Bank Koperasi adalah bank yang pengoperasianya berlandaskan hukum kopersi dan anggotanya terdiri dari badan hukum koperasi.
B. Kredit 1. Pengertian Kredit Kredit merupakan usaha bank yang utama, karena kredit dapat meningkatkan pendapatan bank dengan cara memberikan beban bunga pada nasabah yang mengambil kredit pada bank tersebut. Menurut Undang-undang nomor 10 tahun 1998, pasal 1 tentang perbankan, kredit adalah “penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan-kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”. 2. Tujuan kredit Tujuan kredit yang diberikan oleh suatu bank, khususnya bank pemerintah yang akan mengemban tugas sebagai agent of development adalah untuk5 : a. Turut menyukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan b. Meningkatkan aktifitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat 5 Suyatno,Thomas. (2003). Dasar-dasar Perkreditan. Jakarta: PT Gramedia, Hlm 15 c. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin, dan dapat memperluas usahanya
3. Unsur-unsur Kredit Unsur-unsur yang terdapat dalam kredit adalah 6 : a. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikanya baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa akan benar-benar diterimya kembali dalam jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang. b. Waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang
c. Degree of risk, yaitu suatu tingkat risiko kredit yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterima di kemudian hari. d. Prestasi atau obyek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang tetapi dapat berupa barang atau jasa.
4. Fungsi Kredit Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan antara lain adalah7 : a. Kredit pada hakikatnya dapat meningkatkan daya guna uang Para pemilik uang/modal dapat secara langsung meminjamkan uangnya kepada para pengusaha yang memerlukan, untuk meningkatkan produksi atau meningkatkan usahanya. b. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu-lintas uang. Kredit yang disalurkan melalui rekening giro dapat menciptakan pembayaran baru seperti cek, giro bilyet, dan wesel, sehingga akan meningkatkan peredaran uang giral. c. Kredit dapat meningkatkan daya guna dan peredaran barang. Dengan mendapat kredit, para pengusaha dapat memproses bahan baku menjadi barang 6 Suyatno,Thomas. (2003). Dasardasar Perkreditan. Jakarta: PT. Gramedia, Hlm 14 7 Suyatno,Thomas. (2003). Dasar-dasar Perkreditan. Jakarta: PT. Gramedia, Hlm 16 jadi, sehingga daya guna barang tersebut menjadi meningkat. Disamping itu, kredit dapat pula meningkatkan peredaran barang, baik melalui penjualan secara kredit maupun dengan membeli barang-barang dari suatu tempat dan menjualnya ke tempat lain. Pembelian tersebut uangnya berasal dari kredit. Hal ini juga berarti bahwa kredit tersebut dapat pula meningkatkan manfaat suatu barang. d. Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi. Dalam keadaan ekonomi yang kurang sehat, pemberian kredit lebih diarahkan pada usaha-usaha yang bersifat non-spekulatif. Arus kredit diarahkan pada sektor-sektor produktif dengan tujuan untuk meningkatkan produksi dan memenuhi kebutuhan dalam negeri dan bisa diekspor. e. Kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha. Setiap orang ingin meningkatkan usahanya, namun ada kalanya dibatasi oleh kemampuan di bidang permodalan. Bantuan kredit yang diberikan oleh bank akan dapat mengatasi keterbatasan pengusaha di bidang permodalan tersebut.
f. Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan Dengan bantuan kredit dari bank para pengusaha akan dapat memperluas usahanya dan mendirikan proyek-proyek atau usaha-usaha baru. Peningkatan usaha dan pendirian proyek baru akan membutuhkan tenaga kerja untuk pelaksanaan proyek-proyek tersebut. Dengan demikian mereka akan memperoleh penghasilan. Dengan tertampungya tenagatenaga kerja tersebut, maka pemerataan pendapatan akan meningkat pula. g. Kredit sebagai alat untuk meningkatkan hubungan internasional. Bank-bank besar di luar negeri yang mempunyai jaringan usaha, dapat memberikan bantuan dalam bentuk kredit, baik secara langsung maupun tidak langsung kepada perusahaanperusahaan di dalam negeri. Bantuan dalam bentuk kredit ini tidak saja mempererat hubungan ekonomi antara Negara bersangkutan tapi juga dapat mempererat hubungan internasional.
5. Jenis-jenis Kredit Jenis-jenis kredit yang diberikan perbankan kepada masyarakat dapat dilihat dari berbagai sudut, yaitu8 : a. Kredit dilihat dari sudut tujuanya. 1). Kredit Konsumtif, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk memperoleh/membeli barang-barang dan kebutuhan-kebutuhan lainya yang bersifat konsumtif. 2). Kredit Produktif, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk memperlancar jalanya proses produksi. 3). Kredit Perdagangan, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk membeli barang-barang untuk dijual kembali. b. Kredit dilihat dari sudut jangka waktunya 1). Kredit Jangka Pendek (short term loan) yaitu kredit yang berjangka waktu maksimum satu tahun 2). Kredit Jangka Menengah (Medium Term Loan), yaitu kredit yang berjangka waktu antara satu sampai tiga tahun. 3). Kredit Jangka Panjang (Long Term Loan), yaitu kredit yang berjangka waktu lebih dari tiga tahun c. Kredit dilihat dari sudut penggunaannya. Penggolongan kredit menurut penggunaannya dapat dibagi sebagai berikut :
1). Kredit Eksploitasi, yaitu kredit yang berjangka waktu pendek yang diberikan oleh suatu bank kepada perusahaan untuk membiayai kebutuhan modal kerja suatu perusahaan sehingga dapat berjalan dengan lancer 2). Kredit Investasi, yaitu kredit jangka menenggah atau jangka panjang yang diberikan oleh suatu bank kepada perusahaan untuk melakukan investasi jangka panjang.
C. Risiko Kredit 8 Suyatno,Thomas. (2003). Dasar-dasar Perkreditan. Jakarta: PT. Gramedia, Hlm 25 Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan atau ketidak mampuan debitur mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima dari bank beserta bunganya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan atau dijadwalkan. Apabila risiko bertambah tinggi maka bertambah tinggi pula tingkat suku bunga yang dikenakan, demikian pula sebaliknya bertambah rendah risiko kredit akan bertambah rendah pula suku bunga yang dikenakan. Sebelum memutuskan untuk menyetujui suatu permohonan kredit, pihak bank perlu mengevaluasi risiko kredit dari para calon debitur.Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengevaluasi adalah menggunakan prinsip 5C atau 6C yang dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Character, digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat kejujuran dan integritas serta tekad baik untuk memenuhi kewajiban dari para debiturnya. 2. Capital, adalah jumlah modal/dana sendiri yang dimiliki oleh calon debitur yang tidak harus berupa uang tunai, dapat berbentuk barang modal seperti tanah, bangunan, mesin 3. Capacity, digunakan untuk menilai kemampuan calon debitur dalam melunasi kewajiban dari kegiatan usaha yang akan dilakukan. 4. Condition of economy, adalah situasi dan kondisi politik, ekonomi, budaya yang dapat mempengaruhi keadaan ekonomi. 5. Collateral, adalah barang-barang jaminan yang diserahkan oleh peminjam sebagai jaminan atas kredit yang diterimanya. 6. Constraint, adalah batasan-batasan atau hambatan yang tidak memungkinkan seseorang melakukan usaha di suatu tempat.
D. Suku Bunga 1. Pengertian Suku Bunga Kredit Suku bunga kredit adalah presentase imbalan yang akan diterima bank karena telah meminjamkan uang kepada debitur. Penentuan suku bunga kredit untuk setiap jenis bank berbeda-beda. Perbedaan ini diakibatkan oleh berbagai faktor, secara umum penentuan suku bunga kredit yang membedakan antara yang satu dengan yang lain adalah9: 1). Jangka Waktu Kredit Jangka waktu merupakan cermin risiko kredit yang mungkin muncul. Makin panjang jangka waktu kredit, makin tinggi risiko yang mungkin muncul, maka bank akan membebankan bunga yang lebih tinggi dibandingkan dengan kredit jangka pendek. 2). Kualitas Jaminan Kredit Jaminan kredit merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam memberikan pertimbangan mengenai besarnya bunga yang akan dibebankan kepada calon debitur. Jika debitur memberikan suatu jaminan kredit yang mempunyai kualitas yang bagus yaitu mudah dicairkan, nilainya tidak mengalami penurunan, dan sangat mudah diperjualbelikan berarti risiko atas kredit yang diberikan oleh bank rendah. Dengan demikian bank juga akan memberikan suku bunga kredit yang lebih rendah. 3). Reputasi Perusahaan Pada umumnya perusahaan penerima kredit dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok yaitu: Perusahaan besar Perusahaan milik negara Perusahaan menengah Perusahaan kecil
Kualitas dan reputasi dari keempat perusahaan tersebut berbeda, yang tercermin dari creditrating perusahaan-perusahaan tersebut. Perusahaan dengan credit-rating yang sangat baik dinilai bank mempunyai risiko yang lebih rendah. Sedangkan perusahaan yang mempunyai credit-rating kurang baik mempunyai risiko yang tinggi. Oleh karena itu bank akan memberikan bunga yang rendah pada perusahaan yang mempunyai reputasi credit-rating 9 Suyatno,Thomas. (2003). Dasar-dasar Perkreditan. Jakarta: PT. Gramedia, Hlm 101 yang sangat baik. Sebalikya pada
perusahaan yang mempunyai credit-rating kurang baik, bank akan membebankan suku bunga kredit yang lebih tinggi. 4). Produk yang Kompetitif Perusahaan yang mempunyai produk yang mudah diproduksi oleh perusahaan lain menunjukan bahwa perusahaan tersebut berada dalam industri yang sangat kompetitif. Kompetisi yang sangat tinggi membawa risiko yang lebih tinggi pula bagi perusahaan, yang pada akhirnya akan mempengaruhi risiko kredit yang diberikan oleh bank pada perusahaan tersebut. Bank akan menetapkan suku bunga yang lebih tinggi kepada perusahaan yang berada di sektor industri yang kompetitif dibanding dengan perusahaan yang memproduksi produk-produk exclusive. 5). Hubungan Baik Yang dimaksud hubungan baik disini ialah seberapa jauh perusahaan telah mengadakan hubugan (transaksi) dengan bank, bagaimana catatan dari hubungan tersebut. Bila suatu perusahaan telah menjalin hubungan yang lama dengan bank dengan keuntungan yang memuaskan bagi bank, maka bank akan menentukan suku bunga lebih rendah daripada perusahaan yang baru berhubungan dengan bank. 6). Jaminan Pihak Ketiga Adanya jaminan pihak ketiga yang cukup bonafide dari segi penilaian bank akan mempengaruhi penentuan suku bunga kredit yang akan dibebankan oleh bank. Jaminan pihak ketiga yang diberikan oleh bank lain atau perusahaan yang berbentuk akseptasi dapat mengurangi risiko kredit. Oleh sebab itu, jika suatu perusahaan meminta kredit kepada bank dan dalam surat promes atau dalam akad kredit (perjanjian kredit) disebutkan adanya jaminan tambahan berupa akseptasi dari bank lain, bank akan menentukan suku bunga lebih rendah. Dari berbagai faktor yang telah disebutkan diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa penentuan suku bunga kredit suatu bank sangat berkaitan dengan risiko yang mungkin muncul setelah pemberian kredit dilaksanakan. Bila risiko tinggi maka tingkat suku bunga yang akan dibebankan lebih tinggi, sebalikya jika risiko rendah maka tingkat suku bunga juga akan lebih rendah.
2. Jenis-jenis perhitungan bunga Kredit Terdapat 3 jenis perhitungan tingkat suku bunga kredit yang dibebankan oleh bank kepada nasabah, cara perhitungan bunga kredit dapat dibedakan atas cara perhitungan sebagai berikut10 : G. Flate Rate, yang dimaksud dengan cara perhitungan bunga dengan rumus flat rate adalah pembebanan bunga terhadap nilai pokok pinjaman akan tetap dari satu period ke periode yang lain walaupun pokok pinjaman menurun sebagai akibat dari adanya pembayaran cicilan pokok pinjaman. H. Sliding Rate, yang dimaksud dengan cara perhitungan bunga dengan rumus sliding rate bahwa pembebanan bunga terhadap nilai pokok pinjaman akan semakin menurun dari suatu periode ke periode berikutnya sesuai dengan menurunya pokok pinjaman sebagai akibat adanya pembayaran cicilan terhadap pokok pinjaman. I. Floating Rate, yang dimaksud dengan cara perhitungan bunga dengan rumus floating rate (bunga mengambang) adalah cara penentuan bunga yang besarnya tidak ditetapkan untuk suatu jangka waktu, tetapi ditetapkan sesuai dengan perkembangan tingkat bunga yang ada di pasar uang (money market rate).
E. Jaminan Kredit 1. Pengertian Agunan/Jaminan Kredit Menurut Undang-undang nomor 10 tahun 1998, pasal 1 tentang perbankan, agunan adalah “jaminan tambahan yang diserahkan nasabah/debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah” 10 Suyatno,Thomas. (2003). Dasar-dasar Perkreditan. Jakarta: PT. Gramedia, Hal 106 2. Kegunaan dari Jaminan Kegunaan jaminan antara lain adalah untuk11 : 1). Memberikan hak dan kekuasaan kepada bankuntuk mendapat pelunasan dengan barang – barang jaminan tersebut bila debitur tidak mampu memenuhi kewajibanya, yaitu tidak membayar kembali hutangnya yang telah ditetapkan dalam perjanjian. 2). Menjamin agar debitur berperan serta dalam transaksi untuk membiayai usahanya, sehingga
kemungkinan untuk meninggalkan usahanya atau proyeknya dengan merugikan diri sendiri atau perusahaannya dapat dicegah, atau sekurang-kurangnya kemungkinan untuk dapat berbuat demikian dapat diperkecil terjadinya. 3). Memberi dorongan kepada debitur untuk memenuhi perjanjian kredit, khususnya mengenai pembayaran kembali sesuai dengan syarat-syaratyang telah disetujui agar ia tidak kehilangan kekayaan yang telah dijaminkan kepada bank.
3. Jenis-jenis Jaminan Bank Jaminan dapat dibedakan menjadi12 : 1). Jaminan berupa benda (jaminan kebendaan) Pemberian jaminan berupa benda berarti mengkhususkan suatu bagian dari kekayaan seseorang dan menyediakan guna pemenuhan atau pembayaran kewajiban seorang debitur. Kekayaan tadi dapat kepunyaan debitur sendiri, dapat pula kekayaan orang lain. Kekayaan dapat beraneka ragam bentuk, baik berupa benda bergerak, benda bergerak, serta benda tak berujud (seperti piutang). 2). Jaminan perorangan Jaminan perorangan adalah suatu perjanjian dengan pihak ketiga yang menyanggupi pihak berpiutang (kreditur) bahwa ia menanggung pembayaran suatu utang bila pihak yang berhutang tidak menepati kewajibanya.
F. Rumusan Hipotesis Terdapat tiga variabel yang saling berhubungan yaitu risiko kredit, tingkat suku bunga kredit, dan jaminan kredit 1). Hubungan antara risiko kredit dengan tingkat suku bunga kredit Risiko
kredit
merupakan
kegagalan
atau
ketidak
mampuan
nasabah
dalam
mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima dari bank beserta bunganya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan atau dijadwalakan. Jika risiko kredit seorang nasabah itu tinggi, maka bank akan membebankan bunga yang tinggi. Demikian pula sebaliknya bila risiko kredit dari seorang nasabah rendah maka bank akan memberikan bunga yang rendah. 2). Hubungan antara risiko kredit dengan jaminan kredit
Seperti yang telah dijelaskan bahwa risiko kredit merupakan kegagalan nasabah dalam mengembalikan pinjaman dengan jangka waktu yang telah ditentukan. Bila seorang nasabah memberikan suatu jaminan kredit yang mempunyai kualitas yang tinggi yaitu mudah dicairkan, nilainya tidak mengalami penurunan, sangat mudah diperjualbelikan berarti risiko kreditnya rendah begitu pula sebaliknya jika seorang nasabah memberikan suatu jaminan kredit yang rendah kualitasnya berarti risiko kreditnya tinggi.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu melakukan penelitian terhadap objek tertentu yang populasinya terbatas sehingga hasil kesimpulan yang diambil dari penelitian hanya berlaku pada objek yang diteliti.
B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di PD.BPR-BKK Karangreja Jl. Raya Karangreja komplek Kecamatan Karangreja Purbalingga Jawa Tenggah. Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2009.
C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek penelitian adalah pihak-pihak yang bertindak sebagai pemberi informasi yang berhubungan dengan penelitian, terutama bagian kredit. 2. Objek penelitian adalah kebijakan kredit mengenai suku bunga dan jaminan yang dilakukan oleh bank
D. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara Teknik ini dilakukan dengan cara melakukan tanya jawab dengan pihak berwenag untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan kebijaksanaan kredit yang dijalankan khususnya yang berhubungan dengan suku bunga kredit dan jenis jaminan
2. Dokumentasi Teknik ini dilakukan dengan cara mengumpulkan berkas, catatan, dan dokumen lain yang terdapat dalam perusahaan yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.
E. Data yang Diperlukan 1. Sejarah dan gambaran umum perusahaan. 2. Catatan mengenai debitur yang terlambat dalam mengangsur kreditnya. 3. Data mengenai suku bunga, besarnya kredit, dan besarnya angsuran 4. Data mengenai jenis jaminan yang diberikan
F. Populasi dan Sampel Populasi adalah kumpulan dari semua kemungkinan orang-orang, benda-benda, dan ukuran lain yang menjadi objek perhatian atau kumpulan seluruh objek yang menjadi perhatian. Populasi pada penelitian ini adalah semua debitur yang menerima kredit, karena populasi tersebut tidak diteliti semua maka diambil sampel yaitu debitur yang terlambat dalam membayar kreditnya.
G. Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel yang digunakan adalah pengambilan sampel purposive (purposive sampling) yaitu penarikan sampel dengan pertimbangan tertentu. Yang menjadi pertimbangan adalah nasabah yang terlambat dalam membayar angsuran kreditnya.
H. Perumusan Variabel 1. Perumusan Variabel Variabel-variabel yang diperiksa dalam penelitian ini adalah : a. Kebijakan kredit yang dijalankan oleh PD. BPR-BKK cabang Karangreja dalam hal ini mengenai : 1). Suku bunga kredit, adalah persentase imbalan yang akan diterima bank karena telah meminjamkan sejumlah uang kepada nasabah. Tingkat suku bunga ini yang menentukan adalah pihak bank dan setiap nasabah yang akan meminjam uang di bank tersebut telah menyetujui besarnya bunga yang akan mereka bayar nanti.
2). Jaminan kredit, adalah benda yang dijadikan tanggungan apabila debitur ingkar janji/melakukan wanprestasi atau tidak melunasi hutangnya kepada bank. Apabila debitur ingkar janji maka benda yang menjadi jaminan akan menjadi milik pihak bank. 3). Risiko Kredit, adalah risiko yang akan ditanggung oleh bank karena debitur tidak menepati perjanjian yang telah dibuat oleh bank dan debitur. Hal ini akan dapat menimbulkan kerugian pada pihak bank yang bersangkutan.
2. Pengukuran Variabel Untuk mengukur risiko kredit, dihitung dari debitur yang diambil sebagai sampel yang mengalami keterlambatan dalam menggangsur, diukur dalam satuan rupiah dengan rumus sebagai berikut
I. Teknik Analisis Data 1. Untuk menjawab permasalahan pertama digunakan analisis uji beda rata-rata yaitu untuk melihat ada tidaknya perbedaan risiko kredit jika ada perbedaan tingkat suku bunga kredit. langkah-langkah pengujian untuk menjawab permasalahan yang pertama adalah sebagai berikut a. Membuat tabel risiko kredit untuk tiap variable yang diteliti
(Rp) Jangka Waktu (bulan) Rata-rata hari keterlambatan (hari)
2. Untuk menjawab permasalahan kedua digunakan analisis FRatio yaitu untuk melihat ada tidaknya perbedaa risiko kredit jika ada perbedaan jenis jaminan. Langkah-langkah pengujian untuk menjawab permasalahan yang kedua adalah sebagai berikut13 :
a. Membuat tabel risiko kredit untuk tiap variabel yang akan diteliti.
BAB IV TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Singkat dan Perkembangan Badan Kredit Kecamatan (BKK) didirikan mulai tahun 1970 pendirian tersebut bertujuan untuk membantu masyarakat miskin pedesaan yang pada waktu itu mengalami kondisi perekonomian yang memprihatinkan. Menyadari kondisi tersebut maka Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Tengah tergugah untuk untuk mendekatkan permodalan pada masyarakat desa dengan mendirikan BKK berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala daerah Tingkat I Jawa tengah tanggal 4 September 1969, Nomor : Dsa G. 226/1969, tanggal 19 nopember 1970 Nomor : Dsa G. 323/1970 dengan status BKK sebagai proyek. Dalam hal status BKK sebagai proyek yang berarti bahwa sifat proyek suatu saat harus berakhir, dimana masyarakat pedesaan sangat membutuhkan bantuan permodalan guna peningkatan usaha maka status BKK diubah menjadi Badan Usaha Milik Daerah propinsi Daerah tingkat I Jawa Tengah berdasarkan peraturan Daerah Nomor 11 tahun 1981. peraturan daerah tersebut menetapkan didirikanya BKK yang berkantor induk di ibu kota kecamatan dan BPR-bkk Karangreja menempati kantor disebelah Kecamatan Karangreja, Purbalingga Berdasarkan Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan dan Peraturan Daerah Nomor 70 tahun 1992 tentang Bank Umum serta Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 1992 tentang BPR sekaligus ditindaklanjuti dengan surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia NO. 386/KMB/1991 BKK Karangreja telah memperoleh pengukuhan ijin usaha sebagai BPR. Untuk mengatasi dualisme status yaitu BKK dan BPR-BKK maka telah disetujui Peraturan Daerah yang baru Nomor 4 tahun 1995 oleh Menteri dalam Negeri dengan menetapkan status BPRBKK Karangreja sebagai Perusahaan Daerah. Dengan keberadaan BPR-BKK Karangreja sebagai lembaga kredit pedesaan diharapkan mampu menjangkau masyarakat miskin di pedesaan dalam penyaluran kredit sesuai dengan motto 3 (M), yaitu Mudah, Murah dan mengarah sehingga masyarakat pedesaaan yang pendapatanya amat rendah dan tidak cukup hidup layak mampu mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga pendapatanya semakin meningkat
B. Tugas Pokok dan Fungsi PD. BPR.BKK Karangreja mempunyai tugas mengembangkan perekonomian dan enggerakan pembangunan daerah melalui kegiatanya sebagai bank perkreditan rakyat. Untuk melaksanakan tugasnya PD. BPR BKK Karangreja mempunyai fungsi: 1. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan dan deposito berjangka 2. memberikan kredit dan melakukan pembinaan khususnya terhadap pengusaha kecil 3. melakukan kerjasama dengan lembanga perbankan atau keuangan lainya 4. menjalankan usaha perbankan lainya sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
C. Sturktur Organisasi Organisasi berdasarkan pengertian umum yaitu suatu sistem kerjasama antara dua orang atau sekelompok orang dalam usaha bersama untuk mencapai usaha tertentu. Struktur organisasi yaitu gambaran secara sitematis mengenai hubungan kerjasama dari beberapa bagian dalam organisasi atau sturuktur formal dimana masing-masing bagian menunjukan kerjasama diantara bagian satu dengan bagian lainya berdasarkan fungsi, tugas, wewenang dan tanggung jawabnya. Penyusunan struktur organisasi BPR-BKK Karangreja memberi penjelasan tentang pembagian kerja masing-masing bagian berdasarkan tanggung jawab terhadap kegiatan dan jenis kegiatan yang dilakukan tercantum dalam skema sebagai berikut :
Manajemen dalam suatu organisasi atau badan usaha sangat dibutuhkan karena untuk mendukung tercapainya tujuan organisasi. Orang yang melaksanakan kegiatan manajemen disebut manajer. Salah satu fungsi pokok seorang manajer yaitu fungsi penyusunan personalia. Kegiatan penyusunan personalia berkenaan dengan pengadaan , penempatan, pelatihan, pengembangan, penilaian dan penghargaan terhadap personalia perusahaan. Berdasarkan wewenang dan tanggung jawab masing-masing bagian, tugas dan fungsi personalia BPR-BKK cabang Karangreja sebagai berikut : D. Pimpinan cabang Pimpinan cabang mempunyai tugas menyusun perencanaan, melaksanakan koordinasi dalam pelaksanaan tugas serta pengendalian terhadap bagian/ sub bagian/ cabang / unit pelayanan berdasarkan azas keseimbangan dan keserasian. Untuk melaksanakan tugasnya pimpinan cabang mempunyai fungsi sebagai berikut : a. Memimpin PD. BPR berdasarkan kebijakan umum yang telah ditetapkan. b. Menetapkan kebijakan untuk melaksanakan pengurusan dan pengelolaan PD. BPR berdasarkan kebijakan umum yang telah ditetapkan. c. Menyusun dan menyeimbangkan rencana kerja tahunan dan anggaran PD. BPR kepada kepala daerah yang meliputi kebijaksanaan dibidang organisasi, perencanaan, perkreditan, keuangan, kepegawaian, umum dan pengawasan untuk mendapat pengesahan. d. Menyusun dan menyampaikan laporan tahunan yang terdiri atas neraca dan laporan Laba/ Rugi PD. BPR untuk mendapat pengesahan. E. Bagian Pemasaran Bagian pemasaran ini mempunyai tugas dan fungsi antara lain : 1. Membantu pimpinan dalam kegiatan dana / kredit. 2. Monitoring atas kepercayaan nasabah. 3. Menyusun rencana kerja dan anggaran . 4. Menyampaikan saran atas kegiatan kredit beserta jasa bank. F. Bagian Dana Bagian dana mempunyai tugas dan fungsi antara lain : 1. Menyusun laporan berkala . 2. Merumuskan kebijaksanaan penghimpunan dana BPR-BKK. 3. Mengelola keuangan PEMDA atas kerjasama dengan BPD Jawa Tengah.
4. Monitoring terhadap likuiditas perusahaan. G. Bagian Kredit Bagian kredit mempunyai tugas dan fungsi antara lain : 1. Meninjau unit usaha debitur sebelum pemberian kredit. 2. Merealisasi kredit pada nasabah dengan persetujuan pimpinan. 3. Monitoring terhadap penggunaan dana agar tidak menggangu likuiditas perusahaan. 4. Menyelengarakan administrasi perkreditan. 5. Merumuskan kebijakan pimpinan dalam bidang perkreditan. H. Bagian Kas Bagian kas mempunyai tugas dan fungsi antara lain : 1. Mengelola kas terhadap transaksi pengeluaran yang telah memenuhi syarat formil maupun materiil dan transaksi penerimaan kas atau setoran dari nasabah. 2. Menyusun anggaran kas dan menyusun laporan yang berkenaan dengan pengelolaan kas. I. Bagian Pelayanan Bagian pelayanan mempunyai tugas dan fungsi antara lain : 1. Melayani nasabah baru dalam penggunaan jasa bank yang ada secara jelas. 2. Monitoring terhadap tata usaha dokumen kepemilikan kekayaan maupun dokumen lain untuk kepentingan intern maupun kepentingan dengan pihak ke-3 (tiga). 3. Melaksanakan kegiatan pelayanan meliputi pembukuan dan administrasi umum. J. Bagian Pembukuan Bagian pembukuan mempunyai tugas dan fungsi antara lain : 1. Merumuskan system dan prosedur akuntansi perusahaan. 2. Mengelola data transaksi keuangan. 3. Membuat laporan keuangan meliputi neraca dan laporan laba rugi untuk kepentingan intern maupun ekstern. 4. Menyelesaikan perhitungan pajak penghasilan perusahaan. K. Bagian Administrasi Bagian administrasi mempunyai tugas dan fungsi antara lain : 1. Kerjasama dengan unit kerja lain maupun instansi ekstern. 2. Pengadaan inventaris dan perlengkapan kantor sesuai prosedur. 3. Menyiapkan rapat pimpinan yang diadakan direksi.
4. Hubungan kemasyarakatan dengan unit kerja. 5. Menyusun administrasi karyawan meliputi cuti, usulan kepangkatan, penghargaan, dan lain-lain.
D. Permodalan Sebagaimana telah diketahui bahwa salah satu laporan keuangan perusahaan adalah neraca. Neraca menunjukan keadaan keuangan berupa jumlah harta yang dimiliki perusahaan meliputi aktiva dan passiva. Kelompok passiva terdiri dari 2 (dua) golongan kewajiban yaitu kewajiban kepada pihak luar yang disebut utang, dan kewajiban pemilik perusahaanyang disebut modal Sumber dana atau modal yang dimiliki oleh BPR-BKK Karangreja, terdiri dari : J. Modal sendiri Merupakan modal yang berasal dari pemegang saham BPR-BKK Karangreja sebagai pihak pemilik bank. Adapun elemen modal dalam neraca BPR-BKK Karangreja meliputi; 1. Modal yang disetor Merupakan jumlah uang yang disetor oleh pemegang saham pada saat bank berdiri. 2. Cadangan-cadangan Merupakan bagian laba dari BPR-BKK Karangreja yang disisihkan dalam bentuk cadangan modal dan cadangan lainya yang digunakan untuk menutupi timbulnya risiko dikemudian hari 3. Laba yang ditahan Merupakan laba yang dimiliki pemegang saham tetapi tidak dibagikan dan dimasukan kembali dalam modal kerja sebagai sarana pengembangan kegiatan operasional BPR-BKK Karangreja. K. Dana pinjaman dari pihak luar Merupakan dana yang dipinjamkan oleh PBD Jawa tenggah kepada BPR-BKK Karangreja sebesar Rp. 12.000.000,00 ( dua belas juta rupiah) L. Dana dari masyarakat Merupakan dana yang diperoleh BPR-BKK Karangreja dari masyarakat melalui tabungan, deposito, dan bunga atas pinjaman nasabah kepada bank
E. Produk BPR-BKK Badan kredit kecamatan (BKK) yang merupakan lambaga perbankan dan wadah perantara keuangan di tingkat kecamatan memberikan pelayanan kepada masyarakat pedesaan melalui produk-produk berupa : 1. Tabungan Merupakan simpanan pihak ke-3 (tiga) dalam hal ini yaitu masyarakat kepada bank yang penarikanya bisa dilakukan sewaktu-waktu. Jenis tabungan yang ditawarkan oleh BPR-BKK Karangreja ada 2 (dua) : a. Tabungan Wajib Merupakan tabungan wajib terhadap debitur BPR-BKK Karangreja yang mengajukan kredit kepada bank dan apabila telah terealisasi maka debitur diwajibkan menabung sebesar 10 % dari jumlah pinjaman sedangkan bunga yang diberikan kepada debitur atas tabungan sebesar 1 % per bulan. Pengambilan tabungan wajib tersebut hanya biSA dilakukan debitur apabila pinjaman telah dilunasi oleh debitur. b. Tabungan Sukarela / Tamades Merupakan tabungan yang diperuntukan bagi penabung perorangan, badan hokum, maupun yayasan. Pengambilan tabungan ini bisa dilakukan sewaktu-waktu dengan saldo minimal sebesar Rp 1000,00 (Seribu Rupiah). 2. Deposito Berjangka Merupakan simpanan pihak ke-3 (tiga) pada bank yang penarikanya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara pihak nasabah dengan bank yang bersangkutan. Deposito terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu: a. Deposito Jangka Pendek Merupakan deposito yang mempunyai jangka waktu kurang dari satu tahun. b. Deposito Jangka Panjang Merupakan deposito yang mempunyai jangka waktu lebih dari satu tahun. Deposito yang terdapat pada BPR-BKK Karangreja merupakan jenis deposito jangka pendek. Jangka waktu deposito tersebut adalah : a. 1 Bulan 15 % / tahun b. 3 Bulan 16 % / tahun c. 6 Bulan 17 % / tahun
d. 12 Bulan 18 % / tahun 3. Kredit Pinjaman Kredit yang ditawarkan BPR-BKK Karangreja berdasarkan kegiatan usaha masyarakat di lingkungan sekitar BPR-BKK meliputi : a. Kredit Pasaran Jenis kredit ini diberikan oleh BPR-BKK Karangreja kepada masyaraktat desa yang pembayaran angsurannya berdasarkan tradisi pasaran di sekitar lingkungan usaha BPR-BKK. Pada umumnya nasabah kredit ini adalah pedangang kecil pasar, sehingga pada saat hari pasaran para nasabah yang mempunyai pinjaman melakukan setoran baik ke kantor induk BPR-BKK atau petugas yang mendatangi lokasi usaha nasabah. b. Kredit Mingguan Jenis kredit ini padad umumnya diperuntukan untuk nasabah yang mempunyai penghasilan tetap tiap minggu tetapi juga tidak menutup kemungkinan diperuntukan untuk para pedagang kecil. c. Kredit Bulanan Jenis kredit ini sudah banyak diberikan oleh bank pada umumnya, sasaran kredit ini adalah para pegawai tetap yang berpenghasilan tiap bulan dimana setoran pinjamanya dilakukan melalui pemotongan gaji.
F. Syarat-syarat Kredit : a. Bila jaminan berupa BPKB 1. Foto copy BPKB 2. Foto copy KTP suami istri 2 lembar bagi yang sudah menikah 3. Foto copy STNK 4. Menyerahkan gesekan nomor mesin dan rangka kendaraan 5. Pengisian formulir pengajuan kredit yang diketahui oleh kepala desa/ kelurahan pemohon b. Bila jaminan berupa sertifikat tanah 1. Foto copy sertifikat tanah 2. Pelunasan PBB tahun terakhir 3. Foto copy KTP suami istri 2 lembar bagi yang sudah menikah 4. Pengisian formulir pengajuan kredit yang diketahui oleh kepala desa/ kelurahan pemohon. c. Untuk pegawai
1. Mengisi formulir untuk pengajuan kredit pegawai 2. Memberikan jaminan berupa gaji 3. Foto copy KTP 2 lembar 4. Menyerahkan surat persetujuan kepala dinas pemohon
G. Prosedur Kredit BPR-BKK Karangreja 1. Prosedur permohonan kredit Calon debitur mengajukan permohonan kredit ke bagian administrasi. Calon debitur mengisi formulir yang telah disediakan pihak bank. 2. Prosedur penilaian dan analisis kredit Berkas permohonan kredit tersebut diserahkan kebagian kredit untuk diperiksa dan dianalisa kelengkapan berkas. Kemudian dilakukan survey atau peninjauan mengenai domisili pemohon, jaminanya, jenis usahanya untuk mendapatkan informasi secara menyeluruh. Informasi yang diperoleh kemudiian dianalisis, lalu diajukan ke direksi. 3. Pencairan kredit Apabila memenuhi persyaratan kelayakan kredit dan permohonan disetujui, maka kredit dapat dicairkan oleh bagian administrasi.
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Risiko kredit merupakan masalah dalam dunia perbankan yang terjadi karena adanya kredit macet yang ada pada perbankan. Dalam upaya untuk menghindari adanya risiko yang mungkin akan terjadi PD. BPR. BKK Karangreja menerapkan prinsip kehati-hatian untuk setiap proses permohonan pemberian kredit. Prinsip ini tercermin dalam tata cara penilaian jaminan yang diberikan, penggunaan dari kredit tersebut, dan pencarian informasi tentang calon debitur tersebut. Tingkat suku bunga pinjaman yang ditetapkan oleh PD. PBR. BKK Karangreja adalah 12% per tahun dan 24% per tahun. Tingkat suku bunga 12% dan 24% adalah tingkat suku bunga terendah dan tertinggi yang pernah diberikan oleh PD.BPR-BKK Karangreja kepada debiturnya.
Sampel yang diambil oleh penulis adalah nasabah yang memperoleh kredit dengan tingkat suku Bunga 12% dan 24% merupakan nasabah yang terlambat dalam pembayaran angsuran kreditnya. Jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 63 debitur yang terlambat dalam mengangsur kreditnya. Sampel pada tingkat suku bunga 12% berjumlah 32 debitur dan pada tingkat suku bunga 24% berjumlah 31 debitur. Selain mengelompokan jumlah debitur pada tingkat suku bunga, penulis juga mengelompokan debitur berdasarkan jenis jaminan yang diberikan debitur kepada bank dalam 3 jenis jaminan yaitu jaminan berupa BPKB, sertifikat tanah dan SK PNS yang masing- masing diambil sampel sebanyak 21 debitur.
B. Analisis Data dan Pembahasan 1. Risiko Kredit Dalam analisis data dan pembahasan ini akan terlebih dahulu dijelaskan tentang perhitungan risiko kredit. Dalam menghitung risiko kredit ini perlu diketahui besarnya angsuran dari tiap nasabah dengan tingkat suku bunga yang telah disetujui oleh pihak bank dan pihak debitur itu sendiri. Selain itu perlu diketahui hari keterlambatan yang dilakukan oleh debitur. 2. Risiko kredit diitinjau dari perbedaan suku bunga kredit Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan risiko kredit berdasarkan tingkat suku bunga kredit, perlu dibuat tabel perhitungan risiko kredit yang termuat dalam lampiran 1 untuk tingkat suku bunga kredit 24% dan lampiran 2 untuk tingkat suku bunga kredit sebesar 12%. Kemudian melakukan uji hipotesis sebagai berikut :
Sebelum menghitung nilai Z terlebih dahulu menghitung nilai varian masing-masing kelompok sampel.
Berdasarkan perhitungan tersebut maka diperoleh Zhitung sebesar 5,54 sehingga dinyatakan bahwa nilai Zhitung berada didaeah penolakan H 0 yang berarti menerima H A dan
menolakH 0 . Ini berarti terdapat perbedaan risiko kredit antara kredit dengan suku bunga kredit sebesar 12 % dan kredi dengan tingkat suku bunga kredit sebesar 24 %. Pada perhitungan diatas ternyata risiko kredit yang ditanggung oleh kreditur adalah sebesar Rp 1,130,21 pada tingkat suku bunga kredit 24 % Rata-rata risiko tersebut lebih besar dibandingkan dengan tingkat suku bunga kredit sebesar 12 % yang memiliki rata-rata risiko kredit sebesar Rp 78,48. Jika risiko kredit tinggi maka akan memungkinkan terjadinya kredit macet, dan jika risiko kredit rendah akan memungkinkan terjadinya kredit macet dengan nilai yang rendah.
3. Risiko kredit ditinjau dari perbedaan jenis jaminan Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan risiko kredit berdasarkan tingkat suku bunga terlebih dahulu menghitung rata-rata risiko kredit dari setiap jenis jaminan. Kemudian menguji hipotesis sebagai berikut :
Nilai F merupakan ratio dari kedua penduga parameter (varian, populasi). Atau dapat diperoleh dari pembagian antara varian antar sampel dengan varian dalam sampel. Berdasarkan perhitungan diatas maka diperoleh F hitung sebesar 0,839 dan Ftabel 3,15
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data pada PD.BPR-BKK Karangreja Purbalingga maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil perhitungan analisis perbedaan dua rata-rata (mean) diperoleh Z hitung = 5,54 , sedangkan dengan taraf nyata 5% diperoleh Ztabel = +/- 1,96. Hasil perhitungan tersebut menyebabkan ditolaknya hipotesis nol dan diterimanya hipotesis alternatif yang berarti terdapat perbedaan risiko kredit apabila terdapat perbedaan suku bunga kredit, dalam hal ini adalah tingkat suku bunga 12% dan tingkat suku bunga 24%. 2. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh F hitung = 0,839 sedangkan F tabel = 3,15. nilai F hitung berada di dalam daerah penerimaan hipotesis nol sehingga hipotesis alternatif ditolak yang berarti tidak terdapat risiko kredit antar jenis jaminan kredit, baik kredit dengan jenis jaminan berupa BPKB, sertifikat tanah, maupun SK PNS.
B. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini adalah : C. Adanya keterbatasan waktu dan kesempatan yang dimiliki oleh penulis dikarenakan pelaksanaan penelitian yang letaknya jauh dari tempat tinggal penulis sehingga sedikit banyak dapat mempengaruhi hasil data dan informasi yang diperoleh. D. Keterbatasan dalam pengambilan sampel juga mempengaruhi perolehan data, karena sampel diambilkan oleh pihak bank dikarenakan adanya aturan dan ketentuan dari pihak bank yang harus ditaati.
C. Saran 1. Untuk memperkecil risiko kredit sebaiknya pihak bank melakukan seleksi yang lebih ketat kepada calon debitur terutama dalam pemberian suku bunga, misalnya dengan melihat jangka waktu pinjaman. Apabila jangka waktu pinjaman panjang maka sebaiknya bunga yang dibebankan lebih tinggi karena akan mengandung risiko yang lebih tinggi pula. 2. Pihak bank perlu melakukan pembinaan yang berkelanjutan kepada nasabah yang dianggap memiliki risiko kredit yang tinggi, yang tidak hanya sebatas melihat perkembangan usaha tetapi juga melakukan pengawasan aktif dalam penggunaan kredit. 3. Seharusnya pihak bank tidak memberikan kredit tanpa jaminan kepada siapapun juga.