VI. VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA MINERAL
6.1
Valuasi Kelayakan Finansial Valuasi ekonomi mineral dilakukan untuk mengetahui prospek mineral
yang ada di wilayah studi. Tabel 44 mendeskripsikan wilayah-wilayah yang memilki potensi cadangan dan mineralisasi yaitu porphiry Cu-Au, epitermal AUAG-Cu dan epitermal Au-Ag yang telah didetilkan penelitian eksplorasinya yaitu daerah Sungai Mak dan Cabang Kiri. Potensi di wilayah lain sedang dalam perencanaan penelitian eksplorasi dan meskipun kegiatan eksplorasi ini tidak jauh dari kegiatan pertambangan tanpa izin (PETI) di wilayah Motomboto dan Desa Bangio, namun belum pernah ada konflik yang terjadi. Tabel 44 Prospek Mineralisasi Kecamatan Tombulilato LOKASI
POTENSI
Porphyry Cu – Au Wilayah Konsesi Kontrak Karya PT Gorontalo Minerals Epithermal Au – Ag – Cu
Wilayah konsesi
Ephitermal Au – Ag
MINERALISASI Cabang Kiri East Sungai Mak Kayubulan Cabang Kanan Gunung Lintah Tulabolo Main Motomboto East Motomboto West Motomboto Mohutango Kaindundu Mamungaa Mootayu
Sumber: Olahan Data PT Gorontalo Minerals
Pada umumnya setiap valuasi ekonomi untuk suatu sektor usaha dilakukan tidak lepas dari aspek perspektif manajemen. Asumsi apa yang akan terjadi bila usaha ini diputuskan untuk dikerjakan dan bagaimana kita meresponnya adalah dua pertanyaan yang selalu muncul untuk dijawab baik secara konsepsi maupun dari aspek terapan dan umpan baliknya terhadap suatu usaha. Oleh karena itu metode valuasi ekonomi harus mempertimbangkan apa yang mungkin terjadi di masa yang akan datang dan strategi apa yang harus disiapkan untuk
132
menghadapinya serta tujuan dari memilih alternatif untuk memaksimalkan value. Terdapat beberapa tantangan yang dihadapi dalam melakukan perhitungan asset pertambangan diantaranya: Manajemen
selalu
diperhadapkan
oleh
suatu
pengelolaan
usaha
pertambangan dengan dihantui oleh ketidakpastian. Bila demikian pendekatan apa yang seharusnya dilakukan untuk menilai suatu proyek pertambangan? Adakah infomasi pasar dari lembaga resmi yang menjadi pedoman manajemen untuk menjual produk berbasis pertambangan? Persoalan ini relatif dialami oleh manajemen PT Gorontalo Minerals untuk melakukan perhitungan dan penilaian cadangan tambang baik dari aspek teknis seperti hasil penelitian eksplorasi dan aspek non-teknis terkait. Hal tersebut terkait dengan kondisi lingkungan eksternal perusahaan yang belum tentu dapat digeneralisir dengan aspek teknis dan non-teknis yang berlaku di perusahaan pertambangan yang lain. Akibatnya ada perbedan dalam pendekatan keputusan manajemen. Nilai waktu (time value) yang digunakan di awal penelitian sampai masuk pada perhitungan cadangan sangat tergantung pada data yang diperoleh di lokasi sangat krusial karena terkait dengan nilai waktu itu sendiri yang semakin hari semakin naik nilainya. Data yang sangat dibutuhkan dalam studi ekonomi yaitu adanya hasil kajian prospek cadangan tembaga, emas dan perak di wilayah konsesi PT Gorontalo Minerals (PT.GM). Selain dilakukan studi berdasarkan aspek-aspek teknis juga dilakukan studi berdasarkan aspek finansial dan keekonomian. Analisis keekonomian dilakukan berdasarkan skenario rencana penambangan dan produksi tahunan seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya pada bab perencanaan tambang. Adapun hasil kajian teknis yang wajib disusun oleh perusahaan dalam rangka mendukung operasi tambang meliputi aspek konstruksi maupun aspek produksi yang meliputi, aspek geologi, penambangan, pengolahan tembaga-emas serta kajian mengenai transportasi (baik konsentrat maupun tailing). Aspek-aspek lain yang berkaitan dengan analisis keekonomian seperti discount rate, eskalasi
133
harga dan biaya dan nilai tukar valas. Oleh karena itu besarnya nilai investasi serta biaya operasi yang diperlukan maka analisis ini digunakan indikator-indikator umum yang diperoleh dari operasi penambangan lainnya yang sejenis. Aliran kas prospek cadangan tembaga-emas PT.GM disimulasi berdasarkan rencana penambangan tembaga-emas dengan metode tambang bawah tanah yang direncanakan akan berjalan selama 30 tahun. Kemudian dilanjutkan dengan simulasi tambang terbuka selama 22 tahun yang dimulai setelah tambang bawah tanah beroperasi sampai tahun ke 9, dengan umur tambang secara keseluruhan adalah 30 tahun. Asumsi operasi penambangan yang akan digunakan adalah metode tambang bawah tanah dan tambang terbuka dengan rencana produksi masingmasing 15.000 tpd untuk tambang bawah tanah dan 15.000 tpd untuk tambang terbuka dengan 365 hari kerja selama satu tahun. Kegiatan penambangan dimulai dengan operasi tambang terbuka. Pada tambang terbuka, di tahun-tahun awal tingkat produksi tembaga-emas PT.GM diasumsikan terus ditingkatkan hingga mencapai target produksi maksimum sebesar 15.000 pada tahun ke-3 dan konstan sampai tahun ke-30. Produksi pada tahun ke-1 adalah 25 persen dari 15.000 tpd atau sama dengan 3.750 tpd. Sedangkan produksi tahun ke-2 adalah 75 persen dari rencana produksi maksimum atau sebesar 11.250 tpd. Sementara itu, tambang bawah tanah mulai dikembangkan setelah tambang terbuka mencapai produksi maksimum yaitu tahun ke-4. Dengan masa pengembangan selama 3 tahun, tambang bawah tanah mulai dioperasikan pada tahun ke-7 dengan produksi awal sebesar 33 persen dari 15.000 tpd atau sama dengan 5.000 tpd. Produksi pada tahun ke-8 adalah 66 persen dari rencana produksi maksimum atau sebesar 10.000 tpd dan produksi maksimum dicapai pada tahun ke-9 sampai dengan tambang berakhir di tahun 30 sebesar 15.000 tpd. Analisis ekonomi dilakukan dengan menggunakan konsep aliran kas diskonto. Beberapa komponen dasar yang digunakan untuk analisis keekonomian antara lain biaya kapital, biaya produksi dan jumlah produksi tembaga-emas. Indikator utama yang digunakan untuk menentukan kelayakan rencana produksi tembaga-emas adalah Net Present Value (NPV). NPV yang bernilai positif menunjukkan bahwa rencana penambangan tembaga-emas PT.GM layak secara
134
ekonomi. Indikator lain yang juga dapat digunakan untuk menentukan kelayakan adalah Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period (PBP). Mengingat terjadinya fluktuasi berbagai faktor yang akan mempengaruhi kelayakan ekonomi, pengambilan keputusan perlu didukung oleh analisis sensitivitas atas indikator-indikator tersebut. Dengan analisis sensitivitas dapat diketahui pengaruh faktor-faktor seperti harga dan biaya operasi terhadap nilai NPVserta parameter mana yang paling sensitif terhadap perubahan. Dengan adanya kegiatan produksi tembaga-emas oleh PT.GM, secara tidak langsung Pemerintah Pusat maupun Pemda setempat akan mendapatkan keuntungan melalui royalty dan pajak yang dibayarkan oleh perusahaan. Nominal royalty dan pajak yang akan diterima oleh pemerintah ditunjukkan secara kuantitatif pada proyeksi aliran kas.
6.1.1
Biaya Kapital Faktor ketersediaan modal yang diperlukan untuk membiayai investasi-
investasi berkenaan dengan rencana produksi tembaga dan emas oleh perusahaan. Dimana sampai saat ini perusahaan masih berada pada tahap penelitian dalam rangka memperoleh data yang lebih akurat dan sesuai dengan rencana kerja. Perusahaan akan mulai masuk pada tahap Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) setelah itu akan dilanjutkan ke tahap konstruksi infrastruktur dan bangunan tambang. Nantinya akan sampai pada tahap kegiatan operasional atau kegiatan produksi pada wilayah Kuasa Pertambangan yang mereka miliki akan berjalan sesuai dengan aturan dan mekanisme perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu sebelum memulai kegiatan produksi, PT.GM harus menyiapkan infrastruktur dan sarana prasarana penunjang seperti misalnya akses jalan, kantor, asrama (mess), fasilitas pengolahan, dsb. Biaya kapital yang diperlukan untuk penambangan pada wilayah konsesi PT.GM mencakup biaya perijinan, kompensasi untuk struktur dan bangunan yang digunakan, Processing plant, Biaya konstruksi jalan, biaya tailing pond, konstruksi jetty, explorasi dan biaya lainnya. Biaya kapital yang diperlukan oleh perusahaan untuk memulai produksi tembaga-emas dan perak diperkirakan dengan melakukan pendekatan unit cost
135
method. Pada metode tersebut, biaya kapital untuk kegiatan penambangan diperbandingkan atau asumsi umum yang dilakukan terhadap beberapa proyek penambangan sejenis (sesuai dengan metode penambangan yang diterapkan). Selain itu juga mempertimbangkan metode tersebut dengan memperhatikan faktor-faktor non teknis dilapangan seperti faktor geopolitik di wilayah sekitar dan faktor isu lingkungan yang selalu diidentikan dengan kegiatan pertambangan. Dari pengumpulan dan evaluasi data pada beberapa tambang tembagaemas yang telah beroperasi, dapat diketahui bahwa unit biaya kapital untuk penambangan tembaga-emas dengan metode tambang terbuka sebesar USD 12,500 tpd. Sedangkan unit biaya kapital untuk penambangan tembaga-emas dengan metode tambang bawah tanah sebesar USD 17,500 tpd. Dengan kedua unit biaya kapital tersebut, diturunkan perkiraan biaya yang dibutuhkan oleh PT.Gorontalo Minerals untuk mencapai tingkat produksi maksimum sebesar 15.000 tpd seperti ditunjukkan pada Tabel 45. Perhitungan yang membutuhkan dukungan data akurat yaitu di saat fase konstruksi akan dimulai. Hal ini penting karena data mengenai karakter atau sifat cadangan yang akan diproduksi diasumsikan telah melalui pengujian tahap sebelumnya yaitu tahap penelitian eksplorasi. Adapun biaya capital tersebut dikeluarkan berdasarkan lamanya waktu pembangunan (developmenent) tambang bawah tanah (grounded mining) dan tambang terbuka (open pit). Pada tambang bawah tanah rencana pembangunan dilakukan selama enam tahun, sementara tambang terbuka development dilakukan selama tiga tahun. Jadwal Investasi tambang bawah tanah dibagi kedalam enam tahap, yaitu pada tahun ke -5 sebesar 50 persen dari total biaya kapital dan sebesar 50 persen dibagi merata selama tahun ke -4 – 0. Sementara untuk investasi tambang terbuka juga akan dilakukan dalam tiga tahap, sebesar 33 persen dari total biaya modal tambang terbuka pada tahun ke 6 dan sisanya pada tahun ke 7 dan 8. Rencana pembiayaan ini sesuai dengan tahapan-tahapan yang telah terprogram dalam jadwal kegiatan perusahaan.
136
Tabel 45. Perkiraan Biaya Kapital PT. Gorontalo Minerals CAPEX Underground Daily Ore Production
15,000 Ton
Average CAPEX
17500 USD/tpd
Estimated CAPEX
262,500,000 USD
Open Pit Yearly Ore Production
15,000 Ton
Average CAPEX
12500 USD/tpd
Estimated CAPEX
187,500,000 USD
Total Estimated
450,000,000 USD
Sumber: Olahan Data PT Gorontalo Minerals
Biaya modal yang akan digunakan pada fase konstruksi (development) terbagi menjadi dua jenis, dengan menggunakan data karakter mineral logam yang akan diproduksi yaitu : Pertambangan tertutup (under ground mining) Pertambangan terbuka (open pit mining) Kedua jenis tambang ini telah dianalisis asumsi pembiayaaan masingmasing dimana bila dibandingkan maka pembiayaan yang paling banyak yaitu pada model penambangan tertutup. Meskipun biaya tersebut diasumsikan akan digunakan pada tahun ke 4 yaitu $ 52,500,000 atau 20 persen dari total biaya kapital, namun pada tahun kelima biaya kapital yang harus dikeluarkan oleh perusahaan yaitu $ 105,000,000, atau 40 persen demikian pula pada tahun ke 6 proyek pembangunan berjalan yaitu $ 105,000,000 atau 40 persen. Meskipun model penambangan terbuka biaya yang dibutuhkan tidak sebesar biaya kapital pada penambangan tertutup namun pada tahun pertama biaya yang dibutuhkab yaitu $ 61,875,000 atau 33 persen dari total pembiayaan, dan pada tahun kedua dengan nilai yang sama yaitu $ 61,875,000 atau 33 persen, selanjutnya pada tahun ke 3 biaya yang diperlukan yaitu $ 63,750,000. Sehingga waktu pembiayaan yaitu selama 6 tahun.
137
Tabel 46. Prosentase Biaya Kapital Digunakan Pada Fase Konstruksi
CAPEX Distribution
Proporsi Capex
Develop. Year 1 (U/G) Develop. Year 2 (U/G) Develop. Year 3 (U/G) Develop. Year 1 (Open Pit) Develop. Year 2 (Open Pit) Develop. Year 3 (Open Pit) Capital Cost
6.1.2
-2 (USD 000)
-1 (USD 000)
0 (USD 000)
20%
4 (USD 000)
5 (USD 000)
52,500
40%
105,000
40%
33%
105,000
61,875
33%
61,875
34% USD
6 (USD 000)
63,750 61,875
61,875
63,750
52,500
105,000
105,000
Modal Kerja Modal kerja adalah modal yang digunakan oleh perusahaan untuk
melakukan kegiatan operasional dan membayar kewajiban jangka pendek sebelum perusahaan memperoleh pendapatan dari penjualan melalui pembiayaan sendiri atau melakukan pinjaman. Namun berdasarkan definisi tersebut modal kerja yang diperlukan oleh PT.Gorobntalo Minerals meliputi biaya operasional dan pembayaran kewajiban jangka pendek selama 3 bulan pada tahun pertama produksi.
Hal
tersebut
perlu
dipertimbangkan
karena
adanya
asumsi
ketidakpastian iklim usaha saat ini. Karena aliran kas dihitung dalam basis tahunan, maka dapat diasumsikan bahwa PT Gorontalo Minerals tidak memerlukan modal kerja untuk memulai usahanya. Bila asumsi pembiayaan ini akan digunakan bukan berarti bahwa manajemen perusahaan tidak memiliki resiko pembiayaan. Keputusan manajemen untuk memilih membiayai sendiri merupakan keputusan strategis yang telah
138
disepakati di tingkat Dewan Komisaris (shareholder) karena perusahaan ini adalah perusahaan Perseroan Terbuka (Go Public) yang memiliki tanggung terhadapa para pemegang saham.
6.2
Model Pembiayaan dan Pendapatan Secara umum, terdapat beberapa model pembiayaan yang diputuskan oleh
manajemen perusahaan. Diantaranya yaitu keputusan membiayai sendiri atau keputusan melakukan pinjaman terhadap pihak Bank (Kreditur). Keputusan pembiayaan sangat dipengaruhi oleh asset yang dimiliki oleh perusahaan karena motif dari pembiayaan yaitu untuk mengoptimumkan asset yang dimiliki untuk emningkatkan nilai perusahaan yang akan amsuk adalam arus kas. Hasil informasi yang diperoleh dari manajemen perusahaan bahwa secara umum sumber pembiayaan dapat diperoleh dari dua sumber. Pertama yaitu dari dana perusahaan sendiri atau dari pinjaman, namun dalam perencanaan yang ada bahwa seluruh pembiayaan untuk investasi diasumsikan diperoleh dari PT.Gorontalo Minerals sendiri (100 persen equity). Kemampuan perusahaan dapat meningkatkan kepercayaan diri manajemen yang dapat diharapkan berpengaruh kepada kinerja perusahaan. Hasil pengamatan bahwa perusahaan ini merupakan (Holding Company) PT Bumi Resources Minerals yang memiliki empat Perusahaan Tambang Minerals dan logam yaitu PT. Dairi Minerals, PT Citra Palu Minerals, PT Gorontalo Minerals dan PT Mauritania Minerals.
6.2.1 Biaya Produksi Meskipun asumsi yang digunakan dalam biaya produksi adalah murni diperoleh dari internal perusahaan, tidak berarti semua pembiayaan itu akan menjadi lebih mudah pelaksanaanya. Hal ini karena keputusan manajemen perusahaan untuk item ini merupakan hal yang normatif dan strategis. Sehubungan dengan biaya produksi, dalam analisis investasi pada kegiatan perusahaan ini menggunakan analisis atau estimasi biaya produksi meliputi biaya penambangan, biaya pengolahan (mill), biaya G&A dan biaya lain-lain. Dimana biaya produksi yang diperlukan oleh perusahaan ketika berada pada tahap operasi produksi tembaga-emas dan perak diperkirakan dengan melakukan perbandingan
139
biaya produksi terhadap beberapa operasi penambangan sejenis. Perincian biaya operasi yang akan digunakan oleh PT.Gorontalo Minerals dalam aliran kas adalah sebagai berikut: -
Tambang bawah tanah: o
Biaya penambangan
: 1.50 USD/ton ore
o
Biaya Pengolahan
: 5.20 USD/ton ore
o
G&A
: 2.00 USD/ton ore
o
Biaya lain-lain
: 0.34 USD/ton ore (5 persen dari total biaya
penambangan dan pengolahan) -
Tambang terbuka: o
Biaya penambangan
: 2.30 USD/ton ore
o
Biaya Pengolahan
: 5.20 USD/ton ore
o
G&A
: 2.00 USD/ton ore
o
Biaya lain-lain
: 0.38 USD/ton ore (5persen dari total biaya
penambangan dan pengolahan) Nilai mata uang yang digunakan dalam melakukan analisis aliran kas relatif dipengaruhi oleh negara mana yang dominan menjadi tempat transaksi tembaga-emas dunia. Adapun analis aliran kas untuk evaluasi rencana produksi tembaga-emas dan perak pada perusahaan akan dilakukan dengan metode analisis dollar tereskalasi dimana faktor eskalasi biaya yang digunakan adalah 2 persen per tahun. Perkiraan biaya dalam jangka panjang ditunjukkan pada (Tabel 41).
Tabel 47. Perkiraan Biaya Operasi Komponen Biaya Operasi Underground Open Pit Unit Mine
1.50
2.30 USD/t
Mill
5.20
5.20 USD/t
G&A
2.00
2.00 USD/t
Other
0.34
0.38 USD/t
140
6.2.2 Pendapatan Analisis aliran kas dalam analisis investasi rencana produksi tembagaemas dan perak sangat dipengaruhi oleh perkiraan harga jual produk yang dihasilkan. Semakin akurat proyeksi dan perkiraan harga jual komoditi dimasa yang akan datang akan semakin meningkatkan ketepatan perhitungan keuntungan proyek. Karena hal ini akan sangat mempengaruhi perhitungan analisis investasi serta penentuan kelayakan proyek. Pengolahan bijih akan menghasilkan tiga produk yaitu tembaga, emas dan perak. Untuk memperkirakan jumlah pendapatan yang akan diperoleh dari penjualan ketiga produk tersebut maka digunakan estimasi harga jual jangka panjang yaitu : Tembaga : 3.0 USD/lb, Emas : 1100 USD/oz, Perak : 14.00 USD/oz. Faktor eskalasi: 1 persen pertahun Aspek penting dalam perkiraan pendapatan (revenue) yaitu asumsi dasar yang digunakan untuk menghitung biaya produksi. Maksudnya adalah bila cadangan telah terjual maka jumlah cadangan bijih yang menghasilkan logam dalam jumlah yang cukup untuk menutupi biaya produksi diasumsikan bahwa produk logam atau biji tersebut dijual dengan harga pasar yang berlaku. Prosentase bijih yang terjual untuk tembaga, emas dan perak adalah sebagai berikut: Tembaga : 96.5 persen, Emas : 97 persen, Perak : 90 persen.
6.3.
Analisis Kelayakan Pada analisis ekonomi dan investasi rencana produksi tembaga-emas
PT.Gorontalo Minerals akan dilakukan dengan menggunakan analisis aliran kas diskonto. Beberapa asumsi yang digunakan dalam analisis antara lain: Discount rate sebesar 10 persen pertahun berdasarkan perhitungan WACC.
141
Pajak sebesar 30 persen, sumber pembiayaan diasumsikan 100 persen equity. Royalty untuk setiap produk yaitu tembaga 4.00 persen, emas 3.75 persen, perak 3.25 persen, Perhitungan depresiasi dan amortisasi menggunakan metode linear dengan jangka waktu depresiasi selama 20 tahun. Asumsi-asumsi lain yang juga digunakan sebagai faktor pengurang dalam perhitungan pendapatan bersih ditunjukkan dalam Tabel 48. Adapun informasi tambahan (additional information) terkait dengan asumsi-asumsi yang berpedoman pada mekanisme pertambangan yang berlaku saat ini terutama bagaimana menghitung asumsi pendapatan bersih setelah dikurangi pajak dan royalty serta perhitungan depresiasi dan amortisasi yang mengasumsikan umur ekonomis dan umur teknis seluruh peralatan mesin yang dimiliki yaitu 20 tahun. Hal yang menarik pada analisi ekonomi tambang tidak memasukan faktor bunga bank dalam perhitungan pendapatan bersih karena pembiayan produksi ini tidak menggunakan biaya atau anggaran pinjaman. Asumsi untuk perhitungan pendapatan bersih dapat dilihat pada (Tabel 48). Tabel 48. Asumsi untuk Perhitungan Pendapatan Bersih Additional Information
Value
Unit
0.005
USD/lb
Gold Sales fee
1.20
USD/oz
Silver Sales fee
1.20
USD/oz
Copper Refining Charges
0.08
USD/lb
Gold Refining Charges
4.00
USD/oz
Silver Refining Charges
0.30
USD/oz
VAT
10% Percent
Copper Sales fee
Dari data biaya kapital, biaya produksi dan perkiraan pendapatan, dihasilkan proyeksi aliran kas pertahun. Dimana proyeksi aliran kas dihasilkan kriteria-kriteria untuk penilaian investasi antara lain IRR (Internal Rate of Return)
142
21.39 persen, NPV (Net Present Value) USD 462.42 juta, PBP (Payback Period) selama 7.84 tahun. Berdasarkan kriteria-kriteria investasi yang dievaluasi berdasarkan analisis konstan dollar, dapat disimpulkan bahwa rencana produksi tembaga-emas PT.GM layak secara ekonomi karena nilai NPV dan IRR menunjukkan nilai positif. Lebih jelasnya perhitungan ini dapat ditunjukkan pada Lampiran 3. Namun demikian nilai keekonomian Proyek ini masih perlu untuk dipertegas lagi, mengingat masih terdapat ketidakpastian terhadap besarnya cadangan tertambang, kadar bijih dan faktor operasi lain, akibat kegiatan eksplorasi yang belum selesai. Nilai keekonomian diperkirakan akan berubah membaik sejalan dengan perubahan ketidakpastian terhadap besarnya cadangan tertambang, kadar bijih, dan faktor operasi lain dengan dilakukannya kegiatan eksplorasi dan kajian lebih detail. Oleh karena itu faktor kehati-hatian dalam analisis kelayakan suatu proyek pertambangan sangat dibutuhkan, aspek ini sangat menentukan berhasil atau gagalnya suatu proyek pertambangan dimana cadangan yang menjadi indikator perhitungan berada didalam tanah dengan kedalaman yang sulit diperkirakan serta karakter cadangan yang berbeda di setiap wilayah prospek. Untuk meminimalisir kondisi ini, perlu adanya model analisis yang dapat digunankan. Bila menyimak proyek pertambangan wilayah lain seperti PT Aneka Tambang, analisis yang digunakan yaitu analisis sensitivitas, lebih jelas dibahas pada bagian berikut ini.
6.4.
Analisis Sensitivitas Pada perhitungan analisis investasi dan penentuan kelayakan, faktor
ketidakpastian (uncertainty) menjadi masalah yang penting dan berhubungan dengan tingkat kepercayaan hasil perhitungan yang diperoleh. Oleh karena itu harus dilakukan klasifikasi dan analisis pengaruh faktor-faktor ketidakpastian tersebut terhadap analisis investasi dan penentuan kelayakan. Analisis ketidakpastian dalam investasi dapat dilakukan dengan menganalisis parameterparameter yang berpengaruh terhadap suatu kriteria investasi. Dalam hal ini nilai NPV setiap parameter akan dibandingkan untuk mengetahui pengaruh parameter tersebut terhadap tingkat keuntungan yang akan diperoleh. Penentuan parameter
143
yang paling berpengaruh terhadap perubahan tingkat keuntungan proyek dapat dilakukan dengan menganalisis grafik sensitivitas, ditunjukkan dari parameter yang memiliki kemiringan garis paling tegak. Terkait dengan rencana produksi tembaga-emas dan perak oleh perusahaan, dibutuhkan analisis sensitivitas, dimana hal ini hanya dilakukan terhadap parameter: -
Discount rate
-
Harga tembaga,emas, dan perak
-
Biaya produksi
-
Biaya modal Analisis untuk mengukur dapat ketidakpastian parameter aliran kas akan
dilakukan dengan dua metode yaitu metode deterministik dan probabilistik. Berikut ini adalah analisis yang dilakukan dengan 2 metode tersebut: 6.4.1
Metode Deterministik Analisis sensitivitas dengan metode deterministik dilakukan dengan
perubahan parameter harga, biaya produksi dan biaya modal serta discount rate sebesar ± 5 persen, ± 10 persen, ± 15 persen, ± 20 persen, dan ± 25 persen untuk perhitungan net present value (NPV). Adapun hasil pengujian sensitivitas dengan metode deterministik memberikan hasil seperti pada Gambar 32. Garis warna biru yaitu harga tembaga, garis warna jingga yaitu harga emas dan garis warna kuning yaitu biaya operasi, sedangka garis warna biru langit yaitu nilai biji tembaga. Transaksi yang digunakan yaitu dalam bentuk dollar Amerika ($) karena hampir seluruh transaksi logam mulia di pasar internasional menggunakan alat tukar ini.
Gambar 32. Grafik Sensitivitas
144
Dari analisis sensitivitas dapat diketahui bahwa pada sampai dengan kenaikan 10 persen biaya operasi dari base case dan 10 persen penurunan harga komoditas emas dan tembaga serta 10 persen penurunan kadar emas dan tembaga, proyek masih layak untuk masuk ke dalam tahap selanjutnya. Artinya meskipun asumsi discout rate berada jauh dari base rate yang digunakan dalam analisis optimisme kelayakan masih dapat dipetahankan dengan asumsi bahwa faktor nonteknis seperti isu lingkungan dan geopolitik di wilayah sekitar prospek terkendali dengan baik.
6.4.2 Metode Probabilistik Analisis sensitivitas dengan metode probabilistik dilakukan dengan input berupa harga jual produk, biaya produksi, dan biaya modal. Untuk distribusi harga komoditas adalah diasumsikan 20 persen dari nilai rata-rata harga yang ada. Jenis distribusi yang digunakan untuk harga adalah distribusi log normal. Sama halnya dengan harga, untuk biaya produksi dan biaya modal menggunakan standar deviasi sebesar 20 persen dan menggunakan jenis distribusi log normal. Penggunaan jenis distribusi lognormal untuk harga karena dari data historikal harga komoditas yang ada menunjukkan harga yang tinggi frekuensinya kecil dibandingkan harga yang rendah. Sehingga jika ditunjukkan dalam bentuk distribusi berbentuk distribusi lognormal. Untuk biaya produksi dan biaya modal juga menggunakan distribusi lognormal. Hal ini berdasarkan nilai biaya produksi dan biaya kapital diasumsikan dapat mengalami peningkatan meskipun frekuensinya kecil. Metode probabilistik ini menggunakan simulasi perhitungan Monte Carlo dengan software Crystal Ball. Selanjutnya setelah penentuan jenis distribusi, kemudian dimasukkan inputan nilai standar deviasi pada parameter harga, biaya produksi, dan biaya modal. Setelah itu ditentukan forecast yaitu (net prent value) (NPV) dari PT. Gorontaslo Minerals. Kemudian dilakukan iterasi sebanyak 2000 trial untuk diperoleh hasil dari grafik distribusi NPV. Dari simulasi Monte Carlo diperoleh hasil sebagaimana tertera pada (Gambar 33).
145
Tabel 49. Probabilitas NPV Tembaga, Emas dan Perak
Forecast Probabilities NPV Values (USD M) Percentiles
Tembaga
emas
perak
0%
0.73
62.01
94.11
10%
120.59
148.06
152.09
20%
140.64
160.95
165.41
30%
156.99
173.59
175.56
40%
171.51
182.50
182.45
50%
184.32
189.61
190.06
60%
197.87
197.54
196.85
70%
211.17
206.12
203.88
80%
227.85
215.23
212.30
90%
249.58
226.67
222.94
100%
428.50
285.50
270.67
Gambar 33. Grafik Frekuensi Probabilitas NPV Tembaga
146
Dengan parameter harga tembaga, biaya produksi dan biaya modal maka hasil simulasi Monte Carlo diperoleh rata-rata nilai NPV adalah sebesar USD M 184.5. Hasil tabulasi dari probabilitas NPV ditunjukkan pada (Tabel 49) :
Gambar 34. Grafik Frekuensi Probabilitas NPV Emas
Dengan parameter harga emas, biaya produksi dan biaya modal maka hasil simulasi Monte Carlo diperoleh rata-rata nilai NPV adalah sebesar USD M 188.55. Hasil tabulasi dari probabilitas NPV ditunjukkan pada (Tabel 49):
Gambar 35. Grafik Frekuensi Probabilitas NPV Perak
147
Dengan parameter harga silver, biaya produksi dan biaya modal maka dari hasil simulasi Monte Carlo diperoleh rata-rata nilai NPV adalah sebesar USD M 188.78. Hasil tabulasi dari probabilitas NPV ditunjukkan pada (Tabel 49):
6.5.
Kontribusi Ekonomi PT.Gorontalo Minerals Kepada Pemerintah Bila menelaah Undang-Undang RI No 33 tahun 2004 tentang perimbangan
keuangan antara Pemerintah pusat dan Pemerintahan daerah pada pasal 14 tentang penerimaan Negara yang berasal dari sumberdaya alam sebagaiman dimaksud dalam pasal 11 ayat (3) antara lain ditetapka pada huruf a yaitu penerimaan kehutanan yang berasal dari penerimaan Iuran Hak Penguasaan Hutan (IHPH) dan Provisi Sumberdaya Hutan (PSDH) yang dihasilkan dari wilayah Indonesia dibagi 20% (duapuluh persen) untuk pemerintah dan 80% (delapan puluh persen) untuk daerah. Selanjutnya pada Pasal 15 ayat (2) dana bagi hasil dari penerimaan PSDH yang menjadi bagian Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a, dibagi denganrincian 16% (enam belas persen) untuk provinsi yang bersangkutan; 32% (tiga puluh dua persen) untuk kabupaten / kota penghasil; dan 32% (tiga puluh dua persen) dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk kabupaten / kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan. Kontribusi ekonomi baik berupa royalty maupun pajak dengan menggunakan asumsi masa produksi awal dimulai tahun 2016 sampai 2045 dapat dilihat pada (Tabel 50).
148
Tabel 50. Kontribusi Ekonomi PT. Gorontalo Minerals Th
Royalty ($ m)
Pajak ( $m)
Total ( $m)
Tahun
Royalty ( $m)
Pajak ( $m)
Total ( $m)
2016
1.71
3.14
4.85
2031
8.98
25.68
34.66
2017
3.29
9.74
13.03
2032
8.98
25.93
34.90
2018
5.01
17.32
22.34
2033
8.87
25.19
34.06
2019
4.90
16.55
21.45
2034
8.87
25.40
34.27
2020
4.90
16.59
21.49
2035
8.76
24.62
33.38
2021
5.23
19.17
24.40
2036
8.76
24.79
33.55
2022
5.23
18.30
23.53
2037
8.76
24.56
33.32
2023
5.34
18.29
23.63
2038
8.76
24.31
33.07
2024
6.12
17.79
23.92
2039
8.76
24.05
32.82
2025
7.80
19.26
27.06
2040
8.76
23.78
32.54
2026
8.58
22.23
30.81
2041
8.76
23.49
32.25
2027
8.79
23.85
32.64
2042
8.76
24.12
32.88
2028
8.82
23.87
32.69
2043
8.76
24.73
33.49
2029
8.98
23.98
32.96
2044
8.76
25.35
34.11
2030
8.98
23.85
32.83
2045
8.76
25.00
33.76
Secara tidak langsung rencana produksi tembaga-emas PT.GM akan memberikan kontribusi kepada Pemerintah Pusat maupun Pemda setempat. Bentuk kontribusi tersebut antara lain berupa royalty dan pajak. Tabel 52. menunjukkan perincian kontribusi PT.GM per tahun. Total kontribusi PTGM dalam bentuk royalty selama umur tambang adalah USD 334.99 miliyar dan pajak selama umur tambang adalah USD 1499.90 juta, sehingga total kontribusi PTGM selama umur tambang adalah USD 1834.88 juta. Adapun skema bagi hasil berdasarkan Pasal 15 ayat (2) untuk sektor pertambangan emas, tembaga dan perak yang di hitung dalam skema bagi hasil yaitu komponen royalty, sedangkan komponen pajak dihitung
dan di
distribusikan ke daerah melalui Dana Alokasi Umum (DAU) yang memiliki ketentuan tersendiri dalam pengaturannya, antara lain luas wilyah dan jumlah penduduk di daerah tersebut. Selanjutnya skema bagi hasil ke daerah pdapat dilihat pada (Tabel 51).
149
Tabel 51. Skema Bagi Hasil Ke Daerah Tahun 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037 2038 2039 2040 2041 2042 2043 2044 2045 Total
Royalty ($ m) 1.369 4.101 5.459 5.446 5.497 5.772 8.325 10.692 13.106 13.106 13.106 13.106 13.106 13.106 13.106 13.106 13.106 13.106 13.106 13.106 13.106 13.106 13.106 13.106 13.106 13.106 13.106 13.106 13.106 13.106 334.99
Pajak ( $m) 1.2664803 9.1551585 18.739017 18.60082 18.235878 17.910639 30.112775 43.04898 56.387904 56.661081 56.92854 57.190055 57.445394 57.694319 57.936587 58.171948 58.400146 58.620921 59.762128 60.895367 62.048482 62.236809 62.416303 62.586661 63.535074 65.261223 66.977283 67.107922 67.227799 67.336565 1499.90
Total ( $m) 2.64 13.26 24.20 24.05 23.73 23.68 38.44 53.74 69.49 69.77 70.03 70.30 70.55 70.80 71.04 71.28 71.51 71.73 72.87 74.00 75.15 75.34 75.52 75.69 76.64 78.37 80.08 80.21 80.33 80.44 1834.88
Proyeksi yang dapat dilihat pada Tabel 51 yaitu asumsi nilai royalty, land rent dan pajak yang akan diserahkan ke Pemerintah Pusat. Sesuai dengan aturan berlaku maka sebagian bagi hasil ini akan diserahkan ke daerah penghasil, daerah kabupaten dan kota disekitar daerah penghasil dan Provinsi wakil pemerintah pusat di daerah tersebut. Bila melihat jumlah atau nilai dari pembagian ini nampak
150
nilai royalty yang diserahkan ke pemerintah akan mengalami kenaikan sampai tahun 10 masa produksi berjalan, selanjutnya pada tahun 11 sampai tahun 30 tidak naik lagi. Hal yang menarik nilai yang akan diserahkan ke pemerintah pada land rent, nampak dari tahun 1 produksi sampai tahun 30 produksi tidak pernah mengalami kenaikan. Asumsi pajak yang akan diterima oleh pemerintah nampak berbeda dengan nilai royalty dan land rent, karena pajak dari tahun 1 produksi sampai tahun 30 produksi akan terus mengalami kenaikan. Artinya pendapatan pemerintah pada sektor ini akan lebih banyak diperoleh dari sektor pajak. Tabel 52. Skema Bagi Hasil Sesuai Peruntukan Tahun Royalty ( $m) 2016 1.37 2017 4.10 2018 5.46 2019 5.45 2020 5.50 2021 5.77 2022 8.33 2023 10.69 2024 13.11 2025 13.11 2026 13.11 2027 13.11 2028 13.11 2029 13.11 2030 13.11
LandRent 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11
Pajak ($ m) 1.27 9.16 18.74 18.60 18.24 17.91 30.11 43.05 56.39 56.66 56.93 57.19 57.45 57.69 57.94
Total ( $m) 2.74 13.36 24.31 24.16 23.84 23.79 38.55 53.85 69.60 69.87 70.14 70.40 70.66 70.91 71.15
Tahun Royalty ( $m) 2031 13.11 2032 13.11 2033 13.11 2034 13.11 2035 13.11 2036 13.11 2037 13.11 2038 13.11 2039 13.11 2040 13.11 2041 13.11 2042 13.11 2043 13.11 2044 13.11 2045 13.11
LandRent 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11
Pajak ( $m) 58.17 58.40 58.62 59.76 60.90 62.05 62.24 62.42 62.59 63.54 65.26 66.98 67.11 67.23 67.34
Total ( $m) 71.39 71.61 71.83 72.98 74.11 75.26 75.45 75.63 75.80 76.75 78.47 80.19 80.32 80.44 80.55
Implikasi dari skema bagi hasil berdasarkan undang RI Nomor 33 tahun 2004 belum mampu memecahkan masalah ketimpangan wilayah antara daerah penghasil dan daerah sekitarnya karena komponen royalty yang dibagi langsung ke daerah cukup kecil nilainya bila dibandingkan dengan komponen pajak yang di alokasikan pada dana alokasi umum (DAU) dimana kriteria alokasi yang digunakan oleh pemerintah seperti luas wilayah dan jumlah penduduk tidak memiliki hubungan langsung dengan komponen pajak yang dihasilkan di suatu daerah. Selain itu komponen royalty memiliki tantangan (obstacle) tersendiri dalam menghitung proyeksi penerimaan, karena komponen ini dipengaruhi oleh
151
variable harga komoditi emas, tembaga dan perak di pasar internasional yaitu Landon Metal exchange (LME). Aspek lain yang turut mempengaruhi yaitu variable produksi, artinya perusahaan pertambangan akan terus meningkatkan produksi apabila permintaan produknya cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat pada (Tabel 53).
Tabel 53. Dana Bagi Hasil Atas Pengenaan Royalty ke Kabupaten Bone Bolango, Kab/kota Sekitar serta Provinsi Gorontalo
tahun 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037 2038 2039 2040 2041 2042 2043 2044 2045
Royalty ( $m) 1.37 4.1 5.46 5.45 5.5 5.77 8.33 10.69 13.11 13.11 13.11 13.11 13.11 13.11 13.11 13.11 13.11 13.11 13.11 13.11 13.11 13.11 13.11 13.11 13.11 13.11 13.11 13.11 13.11 13.11
daerah asal ($ m) 0.4384 1.312 1.7472 1.744 1.76 1.8464 2.6656 3.4208 4.1952 4.1952 4.1952 4.1952 4.1952 4.1952 4.1952 4.1952 4.1952 4.1952 4.1952 4.1952 4.1952 4.1952 4.1952 4.1952 4.1952 4.1952 4.1952 4.1952 4.1952 4.1952
daerah sekitar ($ m) 0.4384 1.312 1.7472 1.744 1.76 1.8464 2.6656 3.4208 4.1952 4.1952 4.1952 4.1952 4.1952 4.1952 4.1952 4.1952 4.1952 4.1952 4.1952 4.1952 4.1952 4.1952 4.1952 4.1952 4.1952 4.1952 4.1952 4.1952 4.1952 4.1952
Provinsi ($ m) 0.2192 0.656 0.8736 0.872 0.88 0.9232 1.3328 1.7104 2.0976 2.0976 2.0976 2.0976 2.0976 2.0976 2.0976 2.0976 2.0976 2.0976 2.0976 2.0976 2.0976 2.0976 2.0976 2.0976 2.0976 2.0976 2.0976 2.0976 2.0976 2.0976
152
Adapun hasil proyeksi pembagian pada Tabel 55 diatas mennjukan bahwa jumlah yang diterima oleh daerah penghasil dan Kabupaten/Kota disekitarnya sama, sedangkan yang diterima oleh provinsi lebih kecil. Akan tetapi dibandingkan dengan nilai resiko yang diterima oleh daerah penghasil dengan beban pembiayaan akibat pembukaan bentang alam yang akan berdampak terhadap lingkungan tidak seimbang.
6.6
Model Analisis Hotelling Ciri utama dari sumberdaya alam yang tidak terbarukan seperti tembaga,
emas dan perak adalah cadangannya bersifat tetap (unremovable stock). Oleh karena itu salah satu faktor yang sulit ditentukan yaitu faktor waktu yang pembentukannya memerlukan ribuan bahkan jutaan tahun sehingga penting untuk menentukan produksi yang optimal. Meskipun dalam model ekonomi kompetitif bahwa maksimisasi keuntungan ditentukan pada saat penerimaan marginal (p) sama dengan biaya marginal (BM) atau p=B. Apabila sebagian stok atau cadangan tidak terekstraksi hal ini dapat tercerminkan pada biaya oportunitasya, sehingga biaya marginal harus memperhatikan biaya oportunitas. Adapun tujuannya dilakukannya analisis Hotelling sebagai berikut: 1.
Menjadi pendapat kedua (second opinion) dari model yang digunakan pada valuasi
ekonomi
dimana
manfaat
bagi
pembangunan
wilayah
menggunanakan mekanisme rent transfer berupa pajak usaha pertambangan yang pada dasarnya model itu hanya dapat mempengaruhi present value dari sumberdaya yang diekstraksi namun tidak akan mempengaruhi laju ekstraksi.
Selanjuutnya
kualitas
informasi
melalui
analisis
isu-isu
lingkungan eksternal perusahaan untuk mendukung kegiatan operasi usaha sehingga resiko yang ditimbulkan atas kondisi lingkungan eksternal perusahaan dapat dihitung dan dianalisis aspek-aspek lingkungan tersebut dengan model penyederhanaan ekonometrika agar prinsip keberlanjutan menjadi bagian dari dokumen keputusan manajemen perusahaan. 2.
Memperkecil resiko kegagalan manajemen perusahaan yang diakibatkan oleh isu-isu lingkungan yang dapat meningkat menjadi isu politik praktis sehingga pemerintah sebagai regulator akan mengevaluasi izin kegiatan
153
operasional perusahaan. Adapun model pendekatan ini telah banyak di terapkan oleh perusahaan-perusahaan pertambangan berskala besar, seperti PT INCO, PT Aneka Tambang dan PT Kaltim Prima Coal. Untuk melihat bagaimana ekstraksi yang optimal dengan skenario perubahan discount rate dan harga serta biaya lingkungan yang harus dikeluarkan akibat usaha penambangan, model Hoteling (Fauzi A, 2010) digunakan sebagai instrumen
analisis.
Analisis
model
Hotelling
dilakukan
dengan
memperhatikan tiga aspek utama yakni pengaruh (discount rate) atau (disconto), pengaruh perubahan harga mineral, dan biaya lingkungan yang timbul akibat penambangan.
6.6.1
Pengaruh Diskonto Pada Ekstraksi Tabel 55 menunjukkan bahwa pada 10 tahun pertama, faktor perubahan
diskonto sebesar 5 persen, 8 persen, 10 persen dan 15 persen. Hal ini cukup memiliki pengaruh terhadap nilai cadangan karena pada T1 kecenderungan untuk mengoptimalkan nilai ekstraksi semakin tinggi. Pada periode 10 tahun kedua cenderung mengalami penurunan namun tidak seperti pada periode 10 tahun pertama. Hal ini dipengaruhi karena pada periode ini perusahaan sudah memperoleh keuntungan (profit), tetapi pada 10 tahun ketiga cadangan tertambang terus mengalami penurunan. Hal ini dapat terjadi bila tidak penemuan cadangan baru dan harga tidak mengalami kenaikan.
Tabel 54. Pengaruh Diskonto Terhadap Ekstraksi t 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
y10 y8 y5 y15 162.34 144.00 123.43 222.56 147.67 128.40 109.16 193.66 134.34 118.96 103.03 168.53 122.21 110.21 97.24 146.68 111.19 102.12 91.78 127.68 101.18 94.62 86.63 111.16 92.07 87.67 81.76 96.79 83.79 81.24 77.17 84.29 76.26 75.28 72.84 73.43 69.42 69.77 68.76 63.98 63.20 64.66 64.90 55.77 Dilanjutkan pada halaman berikutnya
154
Lanjutan tabel 54 t 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 rata-rata
y10 57.55 52.41 47.73 43.49 39.62 36.11 32.92 30.02 27.38 24.98 22.80 20.82 19.02 17.38 15.89 14.54 13.31 12.19 11.17 56.77
y8 59.93 55.54 51.48 47.72 44.23 41.00 38.01 35.24 32.67 30.28 28.07 26.02 24.12 22.35 20.72 19.19 17.78 16.46 15.24 56.77
y5 61.26 57.82 54.58 51.51 48.62 45.89 43.31 40.88 38.58 36.40 34.35 32.41 30.57 28.84 27.20 25.65 24.18 22.79 21.47 56.77
y15 48.62 42.41 37.01 32.31 28.23 24.68 21.59 18.90 16.57 14.54 12.77 11.24 9.90 8.74 7.73 6.85 6.09 5.43 4.85 56.77
Sebagaimana terlihat pada Tabel 54, hasil analisis menunjukkan bahwa diskonto cukup berpengaruh pada periode awal dimana diskonto yang besar cenderung meningkat ekstraksi pada periode awal. Ekstraksi akan menurun karena berkurangnya cadangan. Proyeksi cadangan tambang pada Tabel 55 berdasarkan lama waktu kontrak karya tahap satu selama 30 tahun dan diproyeksi berdasarkan informasi harga komoditi logam mulia di pasar internasional.
Tabel 55. Nilai Diskonto Terhadap Ekstraksi
T1 T2 T3
y5 y8 y10 y15 88.79 97.90 105.79 122.23 47.88 43.61 39.22 28.49 27.49 21.11 16.35 8.18
Hasil uji simulasi nampak pada Gambar 36 garis kurva yang menunjukkan bahwa bila jumlah cadangan mineral logam 88.79
juta ton dengan asumsi
discount rate 8,7 persen. Maka pada periode tahun ketiga cadangan tertambang
155
sisa 8,18 juta ton. Gambar 36 memperjelas ketersediaan cadangan tertambang dimana pada 10 tahun pertama kecenderungan peningkatan produksi tambang cukup tinggi sehingga cadangan tertambang saat itu banyak yang dihasilkan untuk menutupi biaya investasi yang telah dikeluarkan. Hal ini berakibat pada 10 tahun kedua dan 10 tahun ketiga cadangan tertambang semakin mengalami penurunan (deminishing).
Kondisi
tersebut
tidak
mempengaruhi
kegiatan
usaha
pertambangan karena harga logam mulia cenderung meningkat saat ini.
Gambar 36. Grafik Pengaruh Diskonto Pada Ekstraksi Cadangan
6.6.2. Pengaruh Perubahan Harga Pada Ekstraksi Untuk melihat seberapa basar pengaruh perubahan harga pada jalur ekstraksi yang optimal dalam model Hotteling, maka dilakukan analisis perubahan harga pada asumsi $ 900, $ 1200, $ 1600 dan $ 2000. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 57 dimana pengaruh harga terhadap ekstraksi pada awal periode yang cenderung mengalami peningkatan ekstraksi. Hal ini sering dilakukan perusahaan untuk memenuhi permintaan pasar karena komoditi ini diperdagangkan dengan sistem pasar terbuka (market mechanism) dan juga untuk menutupi biaya produksi pada awal kegiatan perusahaan. Meskipun antara harga $ 900 dan harga $ 1200 sampai harga $ 2000 /troy/once posisi nilai ekstraksi tidak begitu mengalami penurunan. Artinya, meskipun harga telah mencapai $ 2000 /troy/once namun hal ini tidak akan menunda pengekstraksian cadangan oleh perusahaan.
156
Bila disimak pada periode kedua, maka cadangan terus mengalami penurunan dan mengikuti asumsi harga yang digunakan yang cukup mempengaruhi cadangan itu. Dimana pada tahun ke dua puluh sisa cadangan yaitu 36,47 juta ton dengan asumsi harga $ 900 kemudian pada asumsi harga $ 1200 cadangan yaitu 36,16 juta ton, selanjutnya asumsi harga $ 1600 maka cadangan tertambang saat itu 36,40 juta ton, sedangkan asumsi harga $ 2000 cadangan tertambang 35, 92 juta ton.
Tabel 56. Pengaruh Perubahan Harga Pada Ekstraksi T 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 Rata-rata
p900 P1200 P1600 P2000 121.91 128.15 123.43 134.12 109.17 109.16 109.16 109.14 103.03 103.02 103.03 102.99 97.25 97.22 97.24 97.19 91.79 91.76 91.78 91.71 86.64 86.59 86.63 86.54 81.78 81.72 81.76 81.66 77.19 77.13 77.17 77.06 72.86 72.79 72.84 72.71 68.78 68.69 68.76 68.60 64.92 64.82 64.90 64.72 61.29 61.17 61.26 61.06 57.85 57.72 57.82 57.60 54.61 54.47 54.58 54.33 51.55 51.39 51.51 51.24 48.66 48.49 48.62 48.31 45.94 45.74 45.89 45.55 43.36 43.15 43.31 42.94 40.93 40.70 40.88 40.47 38.64 38.38 38.58 38.14 36.47 36.19 36.40 35.92 34.42 34.12 34.35 33.83 32.49 32.16 32.41 31.85 30.66 30.30 30.57 29.97 28.93 28.55 28.84 28.18 27.30 26.88 27.20 26.49 25.75 25.31 25.65 24.89 24.29 23.81 24.18 23.36 22.91 22.40 22.79 21.91 21.61 21.05 21.47 20.53 56.77 56.77 56.77 56.77
157
Pada Tabel 56 menyajikan nilai periode masing-masing 10 tahun pengaruh harga terhadap ekstraksi. Nampak bahwa pada harga $ 1600 /Troy/Once berada pada harga yang cukup baik karena tingkat penurunan nilai ekstraksi berbeda dengan harga-harga yang lain meskipun bila dilihat dari aspek periode masing tetap mengalami penurunan juga.
Tabel 57. Pola Ekstraksi Pada Tingkat Harga yang Berbeda p900 P1200 P1600 P2000 T1 88.67 89.19 88.79 89.68 T2 47.93 47.74 47.88 47.56 T3 27.60 27.17 27.49 26.78
Demikian juga bila dilihat pada penggambaran Grafik 37, hampir tidak ada perbedaan antara harga yang satu dan lainnya, akan tetapi karena nilai ekstraksi dalam jumlah yang besar (jutaan ton) maka hal itu memiliki yang besar juga terhadap setiap perubahan harga pada cadangan tertambang dalam (juta ton).
Gambar 37. Grafik Ekstraksi Pada Tingkat Harga Berbeda
6.6.3
Pengaruh Biaya Lingkungan terhadap Ekstraksi Salah satu aspek penting dalam ekstraksi mineral adalah adanya dampak
lingkungan. Dalam hal ini harus dihitung oleh pihak perusahaan dalam bentuk biaya lingkungan baik untuk pengembangan program tanggung jawab perusahaan (CSR) dan program pengembangan komunitas (community development) serta pemulihan pascatambang yang secara konsisten dan konsekuen dilakukan oleh
158
perusahaan agar tidak menimbulkan dampak sosial maupun dampak lingkungan. Hal ini sangat terkait juga dengan aspek kredibilitas perusahaan yang berkecimpung dalam dunia pertambangan sehingga nanti masyarakat sebagai penerima manfaat sekaligus sebagai korban akan memiliki nilai empati dan simpati kepada perusahaan itu. Pada model Hotelling biaya lingkungan ini diasumsikan antara 1 persen, 1,5 persen dan 5 persen dari total biaya ekstraksi. Adapun hasil analisis model ini dapat dilihat pada Tabel 58 berikut. Tabel 58. Pengaruh Ekstraksi Pada Biaya Lingkungan Berbeda t 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Yling5% Yling1.5% Yling1% 115.66 151.75 115.66 109.17 109.07 109.17 103.05 102.90 103.05 97.27 97.08 97.27 91.82 91.58 91.82 86.68 86.39 86.68 81.83 81.48 81.83 77.26 76.85 77.26 72.94 72.47 72.94 68.87 68.33 68.87 65.03 64.42 65.03 61.40 60.72 61.40 57.98 57.22 57.98 54.76 53.91 54.76 51.72 50.78 51.72 48.84 47.81 48.84 46.14 45.01 46.14 43.58 42.35 43.58 41.17 39.82 41.17 38.90 37.43 38.90 36.75 35.16 36.75 34.73 33.00 34.73 32.82 30.94 32.82 31.02 28.99 31.02 29.32 27.13 29.32 27.72 25.35 27.72 26.20 23.65 26.20 24.78 22.02 24.78 23.43 20.46 23.43 22.16 18.96 22.16
159
Hasil simulasi model Hotelling, ditemukan bahwa perubahan biaya lingkungan antara 1 persen, 1,5 persen dan 5 persen tidak memiliki perubahan (sama). Maka hal ini memungkinkan manajemen perusahaan untuk meningkatkan biaya lingkungan sehingga pada akhir masa produsi perusahaan tidak akan banyak mengeluarkan biaya lagi kecuali untuk reklamasi dan revegetasi. Jika biaya lingkungan berbeda antara 1,5 persen dan 5 persen yaitu perbedaan yang signifikan terjadi pada periode 10 tahun pertama. Namun pada periode kedua perbedaanya cenderung tidak signifikan lagi yaitu biaya lingkungan 1,5 persen (47,02 juta ton) sedangkan biaya lingkungan 5 persen yaitu (48.12 juta ton). Pada periode terakhir perbedaan ini nampak lagi, hal ini dipengaruhi oleh cadangan tertambang yang semakin menurun. Rekapitulasi perubahan biaya lingkungan dapat dilihat pada (Tabel 59). Tabel 59. Pola Ekstraksi pada Biaya Lingkungan berbeda
T1 T2 T3
Yling5% Yling1.5% 88.14 91.12 48.12 47.02 28.02 25.61 Gambar 38 menunjukan pola ekstraksi terhadap biaya lingkungan, dimana
pengaruh antara pola pembiayaan lingkungan yang berbeda tidak cenderung memiliki perbedaan pengaruh terhadap nilai ekstraksi dimasing-masing pola pembiayaan. Oleh karena itu penting bagi perusahaan untuk memasukkan biaya lingkungan dalam perhitungan valuasi ekonomi mineral.
Gambar 38. Grafik Pengaruh Ekstraksi Pada Biaya Lingkungan Berbeda
160
Pendekatan ini hampir tidak dapat ditemui di setiap kegiatan perusahaan baik perusahaan di bidang produksi maupun jasa. Isu yang sangat sensitif pada kegiatan usaha pertambangan adalah isu lingkungan dimana kegiatan usaha pertambangan selalu diidentikan dengan isu perubahan bentang alam dan hasil limbahnya dapat menurunkan kualitas sumberdaya air yang sangat dibutuhkan oleh semua mahluk di dunia ini. Pada bagian ini kemungkinan untuk menerapkan telah dianalisis dengan menggunakan model matematika yang sama dengan asumsi mengelurkan biaya ekstraksi 8 persen. Adapun hasil uji tersebut dapat dilihat pada grafik dimana meskipun nilai cadangan mineral logam ini tidak banyak mengalami penurunan sampai umur usaha pertambangan 30 tahun namun penurunan nilai cadangan ini hampir memiliki tren yang sama dengan grafik sebelumnya. Dari hasil di atas terlihat bahwa perubahan harga cukup sensitif pada periode awal ekstraksi selanjutnya tidak banyak mengalami perubahan karena menurunnya cadangan. Sementara besaran biaya lingkungan cukup berpengaruh terhadap besar ekstraksi pada periode awal dimana biaya lingkungan yang rendah akan meningkatkan ekstraksi pada periode awal dan ketika biaya tersebut meningkat ekstraksi juga menurun karena pengaruh biaya yang harus dikeluarkan menyebabkan ekstraksi tidak optimal jika harus dalam jumlah besar.