VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM KEBUN RAYA CIBODAS
Oleh: VIDYA MAHESI A14304033
PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN VIDYA MAHESI. A14304033. Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam Kebun Raya Cibodas. Dibawah bimbingan SUTARA HENDRAKUSUMAATMAJA dan TUTUT SUNARMINTO.
Indonesia sebagai salah satu negara ekuator, kepulauan, dan hutan tropis basah terbesar ketiga di dunia, dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang terbesar di dunia, dan digolongkan sebagai salah satu megabiodiversity country. Meski luas daratannya hanya 1,32 persen luas bumi, Indonesia memiliki 17 persen spesies dunia dari mulai tumbuhan bunga, serangga, ikan, ampibia, reptilia, burung hingga binatang menyusui. Keanekaragaman ini memerlukan upaya untuk melestarikannya. Salah satu bentuk upaya untuk melestarikan sumberdaya alam tersebut adalah dengan melakukan upaya konservasi. Kebun Raya Cibodas (KRC) adalah salah satu bentuk kawasan konservasi ex-situ. Adanya kawasan konservasi, baik berupa ex situ dan in situ telah memberikan banyak manfaat. Manfaat tersebut dapat yang berupa tangible, yang dapat diukur dan dapat juga berupa manfaat yang intangible, yaitu manfaat yang sulit diukur. Manfaat tangible dapat berupa manfaat yang berbentuk material yang dapat diraba, seperti kayu, rotan, getah dan lain-lain yang dapat bersifat ekonomis. Manfaat intangible berupa manfaat yang berbentuk immaterial atau tidak dapat diraba berupa rekreasi, pendidikan, fungsi hidrologis, fungsi ekologis dan lain-lain. KRC sebagai kawasan mempunyai fungsi terhadap lingkungan, yaitu sebagai penyedia jasa lingkungan, penyedia sumberdaya hayati (dalam hal ini flora) dan fungsinya sebagai tempat rekreasi. Masih rendahnya pemahaman masyarakat terhadap manfaat sumberdaya alam dan belum banyaknya penilaian ekonomi secara kuantitatif dari manfaat tersebut, menyebabkan masyarakat belum melihat manfaat secara nyata dari adanya manfaat suatu kawasan konservasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menilai manfaat dari lingkungan yang bersifat tangible dan intangible agar masyarakat menyadari pentingnya lingkungan dan nantinya dapat berpartisipasi dalam pemeliharaan dan keberlanjutan lingkungan. Nilai jasa lingkungan lebih besar dari nilai jual pohon atau tanaman (dalam tahun). Yang menjadi permasalahan adalah nilai jasa lingkungan tidak langsung dirasakan secara ekonomi. Nilai sumberdaya hayati dapat dikelompokkan berdasarkan nilai ekologi, nilai komersial dan nilai rekreasi. Nilai ekonomi wisata dari sisi permintaan wisata yang didekati dari biaya perjalanan adalah sebesar Rp. 109.326.386.400/tahun per tahun. Nilai ini masih rendah. Surplus konsumen wisata dengan metode biaya perjalanan sebesar Rp.22.727 per individu, sedangkan berdasarkan kesediaan membayar sebesar Rp.12.218 per individu. Adanya surplus konsumen, baik surplus wisata maupun diluar wisata dapat dijadikan acuan dalam pengembangan dan pengelolaan kawasan konservasi. Kawasan konservasi meliputi fungsi, jasa dan produk komponen keanekaragaman hayati yang dimiliki KRC, serta besarnya nilai ekonomi yang dihasilkan tidak akan dapat diperoleh secara lestari jika sumberdayanya yang bersangkutan tidak dikelola secara lestari. Dari gambaran di atas, dapat di ketahui bahwa keanekaragaman hayati berperan sangat penting dan vital untuk menjamin kehidupan dan kesejahteraan umat manusia. Mulai dari mutu udara,
mutu air, mutu tanah dan mutu lingkungan secara keseluruhan, hingga untuk pemenuhan kebutuhan dasar manusia, semuanya tergantung secara langsung maupun tak langsung pada sumberdaya hayati. Perlu adanya sosialisasi kepada masayarakat tentang pentingnya nilai jasa lingkungan. Kerja sama dan pembinaan industri kecil terutama yang memproduksi souvenir dan penjualan tanaman hias sebagai salah satu usaha pengembangan masyarakat khususnya peningkatan pendapatan dan usaha sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan direct use value. Setiap pohon di taman botani atau kebun raya berhak mempunyai nomor induk, label tanaman dan catatan kehidupannya. Contohnya KR Singapura memasang chip pada pohon-pohon dan tanaman yang penting. Malaysia memasang penangkal petir di setiap pohon yang diperhitungkan dan harus dilindungi. Pohon-pohon itu dipetakan, diasuransikan, dipromosikan dan benar-benar dipelihara karena begitu besar dan banyaknya jasa lingkungan yang dihasilkan oleh pohon. Adanya metode penghitungan keanekaragaman hayati perlu diketahui oleh masyarakat, agar masyarakat dapat menentukan sikap apakah angkaangka yang dikemukakan dalam pernyataan mengenai kekayaan hayati itu benar dan berdasar. Sikap ini penting artinya dalam pengelolaan keanekaragaman hayati yang bersangkutan, sehingga dalam pengelolaan ini dapat dicapai hasil yang efektif. Nilai keberadaan suatu kawasan tidak hanya terletak pada nilai ekonomis semata, justru dari kelestarian kawasan itu dan pemanfaatannya sebagai objek wisata, pendidikan dan sebagai penopang kelangsungan kehidupan
Kata Kunci: Kebun Raya, Valuasi Ekonomi, Jasa Lingkungan, Keanekaragaman Hayati, Wisata
SUMMARY VIDYA MAHESI. A14304033. Economic Valuation of Cibodas Botanical Garden Based on Environmental Services, Value of Resources Genetic and Demand for Ecotourism. Under Supervision of SUTARA HENDRAKUSUMAATMAJA and TUTUT SUNARMINTO.
Indonesia is an equator country, archipelago country and the third tropical forest in the world, known as country that has the biggest diversity of resources genetic in the world and as one of megabiodiversity country. Though it broadly only 1,32 percentage of wide world’s, Indonesia has 17 percentage of world’s species from flora, insects, fishes, amphibies, reptiles, birds to mammals. The diversity needs effort to make it sustain. One of the effort is by conservation. Cibodas Botanical Garden is one of ex-situ conservation. By conservation, ex situ or in-situ have given many advantages. The advantages can be tangible, which is can be measured or intangible, which is unmeasured. The tangible advantages is the material one, such as woods, rattan, sap, etc. and has economics value. The intangible advantages is the immaterial, such as recreation, education, hydrology benefit, ecology, etc. Cibodas Botanical Garden, as a place of conservation has ecology functions, such as environmental services, resources genetic (flora), and as a recreation place. Our society still have low understanding about the benefits of resources genetic and haven’t many research about it, so they didn’t feel the benefits. The objectives of this research were to valuate the environment which is tangible and intangible in order to the society realized how important and for the sustainability and keep our environment for the future. Value of environment services was bigger than tangible benefit (in year). The problem is value of environmental services is invisible and can’t feel directly. The resources genetic can be classified based on value of ecology, value of commercial and value of recreation. The economic of recreation based on demand side was Rp. 109.326.386.400/year. This value is too low. Consumers surplus from tourism by travel cost approach was Rp.22.727/person, in the other hand, based on willingness to pay was Rp.12.218/person. This consumers surplus (in or out from tourism) could be as reference for developing and managing the place of conservation. The place of conservation include function, services and component of diversity of resources genetic wasn’t lasting get if it doesn’t sustainable manage. From the research, we can conclude that diversity of resources genetic was very important and vital for assure of live and welfare of human. From the quality of air, soil and environment as a whole until for basic needs for human were depend directly or indirectly based on resources genetic. Socialiszation for society is a must in order our society know how important the environmental services. The cooperation and management development of small industry especially which is production souvenir and sales the flora as one effort of developing society to increase the direct use value. Every tree in botanical garden is have deserved registration number, label of plant and their history of live. For instance, at Singapore botanical garden is set the chip at every three and important plants. Malaysia were set arrestor in every tree that assurance. The trees were mapped, promoted and well safely in order to the trees have much value of environment services provided by threes.
The valuation of resources genetic is must known by our society in order to they know how important the resources genetic is and it’s really real. This attitude is important for managing the diversity of resources genetic, so that for management can be reach effective results. The existence value of conservation isn’t only based on value of economic, but also from the sustainability of that place and it’s utilization as edu-tourism, research and development and for supporting the life. Key Words: Botanical Garden, Economic Valuation, Environmental Services, Resources Genetic, Tourism
VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM KEBUN RAYA CIBODAS
VIDYA MAHESI Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Judul Skripsi
: Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam Kebun Raya Cibodas
Nama
: Vidya Mahesi
NRP
: A14304033
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dosen Pembimbing 1,
Dosen Pembimbing 2,
Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, M.Sc.
Ir. Tutut Sunarminto, M.Si.
NIP. 130 367 086
NIP. 131 878 494
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr. NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus:
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam Kebun Raya Cibodas adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini,
Bogor, Juni 2008
Vidya Mahesi NRP A14304033
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta, 26 Juli 1986 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Amri Ludji dan Hasneti Karmela. Penulis menyelesaikan sekolah menegah atas pada SMU N 3 Jambi tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Insitut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama
menuntut
ilmu
di
IPB
penulis
aktif
dalam
kegiatan
kemahasiswaan seperti Organisasi Mahasiswa Daerah Jambi Periode 20042008, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertaninan (BEM Faperta) sebagai Bendahara Periode 2006/2007, anggota UKM International Association for Agricultural Student and Related Science (IAAS) Periode 2005/2006, anggota Institut Pertanian Bogor Crisis Center (ICC) periode 2005/2006 serta aktif dalam beberapa kegiatan kepanitiaan. Penulis juga menjadi asisten dosen dalam mata kuliah Ekonomi Umum selama empat semester dari tahun 2006 sampai 2008. Selain itu, penulis juga berkesempatan memperoleh beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akademik). Untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam Kebun Raya Cibodas’ dibawah bimbingan Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja M.Sc, dan Ir. Tutut Sunarminto M.Si. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, dimulai dari bulan Maret sampai dengan Juni 2008. Pengambilan dan pengolahan data dilaksanakan selama dua bulan, dimulai dari bulan April sampai dengan Juni 2008.
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dan junjungan besar Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Insitut Pertanian Bogor. Skripsi dengan judul “Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam Kebun Raya Cibodas” dibimbing oleh Bapak Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, M.Sc dan Bapak Ir. Tutut Sunarminto M.Si. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memvaluasi nilai ekonomi suatu kawasan konservasi, dalam hal ini kawasan konservasi ex-situ. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi para pengelola kawasan konservasi, khususnya kawasan konservasi ex-situ dalam mengelola dan mengapresiasi nilai sumberdaya yang mereka kelola. Selain itu, bagi masyarakat agar mereka mengetahui manfaat tangible dan intangible suatu kawasan. Penulis berharap semoga dengan penelitian ini dapat berguna bagi mahasiswa, masyarakat, pengelola kawasan konservasi, pemerhati lingkungan maupun bagi aparat pemerintah pusat dan daerah. Sebagai sebuah tulisan ilmiah, studi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
terhadap
khasanah
ilmu
pengetahuan,
khususnya
yang
berhubungan dengan ekonomi lingkungan. Penulisan ini tidak luput dari kesalahan sehingga saran serta kritik bagi penyempurnaan sangat diharapkan. Akhir kata, penulis berharap semoga penulisan kajian ini berguna dan dapat diambil manfaatnya oleh yang memerlukan, Amin.
Bogor, Juni 2008
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Allhamdulillahirobilalamin… Penulisan ini tidak akan terwujud tanpa bimbingan, bantuan, dukungan arahan dan doa yang diberikan oleh semua pihak sehingga tulisan ini dapat diselesaikan. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Keluargaku tersayang, Ayah dan Ibu… They’re always there for me when I cry, seen each tears drop from each eye, always there for talk, comforts me, given me everything… They’re the greatest person I’ve ever known… My sisters, kakakku Ayu…thanks for advices and motivation… adekku Manda…thanks for affection and attention.. Luv u all. 2. Bapak Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, M.Sc dan Bapak Ir. Tutut Sunarminto, M.Si sebagai dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan, arahan, motivasi dan waktu yang sangat berharga kepada penulis. 3. Bapak Dr. Ir. Aceng Hidayat, sebagai dosen penguji utama dan Bapak Adi Hadianto, SP sebagai dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan saran dan masukan yang bermanfaat dalam penyempurnaan skripsi ini. 4. Prof. Mangara Tambunan selaku dosen pembimbing akademik penulis selama masa perkuliahan. 5. Kepala Kebun Raya Cibodas (KRC) atas izin yang diberikan untuk melakukan penelitian di KRC. 6. Bapak Agus, Bapak Didi, Bapak Tatang, Ibu Win, Mba Dwi, Mba Tutut Teh Puji dan pihak-pihak KRC yang telah banyak membantu selama penelitian. Terimakasih atas diskusi, data-data dan pengetahuan yang diberikan kepada penulis. 7. Seluruh dosen, staf pengajar dan staf penunjang EPS. 8. Mba Ine, Makasih atas saran, ide dan diskusinya dan thanks so much sist.. May Allah makes everything good in your life… 9. My best friends, Santi, Mute, Ci’an, Nia, Erna, Retno, Teh Fitri… Thanks for being my great friends…You make my world more colorful and brighter….
10. Keluarga di Maharani….It’s feels like home…Thanks for all the joy we’ve made together… 11. Ardiyansyah Putra, Thanks for everything… 12. Ernest Adelia Putri…For me it’s hard to tell even in a word how deep our friendship...Thanks for being my great friend… 13. Farida, teman satu bimbingan, It’s so nice having friend like you…Thanks for the spirit and helping… 14. Teman- teman EPS 41…Hope our friendship will be forever… Keep in touch yeah friends… 15. Teman-teman asrama: Mona, Lina, Renna, Wahyu, Eneng, Winda, Kiki, Sarah, Tita, Asri, Alfa….Thanks for being my great roommate… 16. Rekan-rekan satu KKP: Hening, Dinna, Sinta, Sondang, Coki, Indra… I could learnt a lot from them… Thanks for all the happiness, cooperation and nice memories… Semua pihak yang telah membantu, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah telah diberikan, Amin.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ........................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... iv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... v I.
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah ...................................................................... 3 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 8
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nilai Total Ekonomi ....................................................................... 10 2.2. Jasa Lingkungan ........................................................................... 11 2.3. Dampak Pencemaran Udara ......................................................... 12 2.4. Sumberdaya dan Keanekaragaman Hayati ................................... 13 2.5. Konservasi .................................................................................... 15 2.5.1. Konservasi In Situ ............................................................... 15 2.5.2. Konservasi Ex Situ .............................................................. 15 2.6. Pariwisata ..................................................................................... 16 2.7. Permintaan Rekreasi ..................................................................... 17 2.8. Penawaran Rekreasi ..................................................................... 19 2.9. Obyek Wisata sebagai Barang Publik ........................................... 19 2.10. Surplus Konsumen ....................................................................... 20 2.11. Penilaian Manfaat Obyek Wisata ................................................. 21 2.11.1. Metode Kontingensi (Contigent Valuation Method) ........... 22 2.11.2. Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method) ............... 24 2.11.3. Metode Harga Hedonik (The Hedonic Pricing Method) .... 26 2.12. Regresi Poisson ........................................................................... 27 2.13. Tinjauan Studi Terdahulu ............................................................. 28 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 . Nilai Total Ekonomi ...................................................................... 31 3.2. Obyek Wisata Sebagai Barang Publik ........................................ 31 3.3. Pemintaan Rekreasi ..................................................................... 32 3.4. Penawaran Rekreasi .................................................................... 32 3.5. Surplus Konsumen dan Kesediaan Membayar .............................. 33 3.6. Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method) ............................ 34 3.7. Regresi Poisson ............................................................................ 36 3.8. Kerangka Berpikir.......................................................................... 37 3.9. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 40 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 41 4.2. Penentuan Responden................................................................. 41 4.3. Pengambilan Data........................................................................ 42 4.4. Pengolahan Data ......................................................................... 43 4.4.1. Permintaan Rekreasi ......................................................... 43 4.4.2. Penawaran Rekreasi ......................................................... 44 4.5. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian ........................................ 49 4.6. Asumsi Penelitian ......................................................................... 50
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Sejarah ......................................................................................... 51 5.2. Letak dan Luas ............................................................................. 52 5.3 Tugas dan Fungsi Kebun Raya ..................................................... 53 5.3.1. Tugas Pokok Kebun Raya ................................................... 53 5.3.2. Fungsi Kebun Raya ............................................................ 53 5.4. Vandalisme ................................................................................... 54 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Valuasi Kebun Raya Cibodas Berdasarkan Jasa Lingkungan ...... 55 6.1.1. Penghasil Gas Oksigen ...................................................... 55 6.1.2. Penyerap dan Penjerap Gas-Gas Pencemar Udara ............ 59 6.1.3.Carbon Offset ....................................................................... 60 6.1.4. Eco-tourism ......................................................................... 62 6.2. Valuasi Kebun Raya Cibodas Berdasarkan Nilai Sumberdaya Hayati ....................................................................... 62 6.2.1. Sumberdaya Hayati Kebun Raya Cibodas (Flora) ............... 62 6.2.2. Manfaat dan Nilai Keanekaragaman Hayati......................... 67 6.3. Permintaan Wisata Kebun Raya Cibodas ...................................... 69 6.3.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Demografi ... 69 6.3.2. Hal-hal yang Berkaitan dengan Permintaan Wisata ............ 71 6.3.3. Penilaian Pengunjung Terhadap Pelayanan Kebun Raya Cibodas ........................................................... 78 6.3.4. Penilaian Pengunjung Terhadap Kualitas Lingkungan ......... 80 6.3.5. Fungsi Permintaan Rekreasi Kebun Raya Cibodas dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Rekreasi ..... 82 6.3.6. Pendugaan Surplus Konsumen Wisata................................ 85 6.4. Analisis Pengelolaan Kawasan dan Rekomendasi Kebijakan ........ 87 6.4.1. Nilai Ekonomi Supply Kebun Raya Cibodas ........................ 87 6.4.2. Analisis Pengelolaan Kawasan............................................ 87 VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan ................................................................................... 89 7.2. Saran ............................................................................................ 90 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Kekayaan Spesies Tanaman dan Hewan di Indonesia ............................ 1 2. Pengaruh Pencemaran Udara Terhadap Kesehatan................................ 13 3. Kemampuan Serapan Gas-Gas Pencemar Udara oleh Tajuk Pohon........60 4. Kekayaan UPT BKT Kebun Raya Cibodas .............................................. 63 5. Karakteristik Responden Pengunjung Berdasarkan Faktor Demografi .... 70 6. Biaya Pengelolaan KRC Tahun 2007....................................................... 88
DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Diagram Teknik Valuasi Ekonomi Berdasrkan Pengelompokan Nilainya .................................................................................................... 10 2.a. Kawasan Konservasi Ex-Situ ................................................................. 16 2.b. Kawasan Konservsi In-Situ .................................................................. 16 3. Kurva Permintaan .................................................................................... 20 4. Berbagai Pendekatan Nilai dalam Mengukur Barang Publik .................... 21 5. Diagram Teknik Valuasi Ekonomi Berdasrkan Pengelompokan Nilainya di Kebun Raya Cibodas .............................................................. 31 6. Kurva Permintaan Rekreasi dan Surplus Konsumen................................ 32 7. Bagan Alir Kerangka Pemikiran .............................................................. 39 8.a) Lokasi Penelitian, Pintu Gerbang b) Taman di KRC.............................. 41 9. Tanaman Aggrek. a). Cymbidium roseum, b) Dendrobium lawessi c). Vanda tricolor..................................................................................... 64 10. Tanaman Lumut Kebun Raya Cibodas a). Calymperaceae b). Hypnaceae, c). Thuidiaceae ............................................................. 65 11. Taman Lumut Kebun Raya Cibodas ....................................................... 65 12. Tanaman Koleksi a). Bunga Bangkai , b). Viola Odorata, c). Acacia farnesia .................................................................................. 66 13. Tanaman Obat a). Artemisia vulgaris b). Ficus deltoidea jack, c) Urena lobata. ................................................ 67 14. Sebaran Pengunjung Berdasarkan Motivasi Kunjungan ........................ 72 15.a.Sebaran Pengunjung Berdasarkan Cara Kedatangan........................... 73 15.b.Sebaran Pengunjung Berdasarkan Jumlah Rombongan ....................... 73 16. Sebaran Pengunjung Berdasarkan Jenis Kendaraan .............................. 73 17. Sebaran Pengunjung Berdasarkan Sumber Informasi ............................ 74 18.a.Frekuensi Kunjungan dalam Satu Tahun Terakhir ................................ 73 18.b.Frekuensi Kunjungan dalam Lima Tahun Terakhir ................................ 76 19. Sebaran Pengunjung Berdasarkan Biaya Perjalanan.............................. 76 20. Sebaran Pengunjung Berdasarkan Lama Kunjungan.............................. 76 21. Sebaran Pengunjung Berdasarkan Potensi Lokasi ................................. 77 22. Sebaran Pengunjung Berdasarkan Waktu Tempuh Menuju KRC ........... 77 23. Sebaran Pengunjung Berdasarkan Lama Mengetahui Kawasan............. 78 24. Penilaian Pengunjung Terhadap Keamanan Obyek Wisata .................... 79 25. Penilaian Pengunjung Terhadap Penyediaan Fasilitas Rekreasi............. 79 26. Penilaian Pengunjung Terhadap Kemudahan Mencapai Lokasi ............. 80 27. Penilaian Pengunjung Terhadap Kondisi Kebersihan.............................. 81 28. Kurva Dugaan WTP Responden KRC .................................................... 86
DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Kuesioner Permintaan Wisata dengan Pendekatan Travel Cost ............... 98 2. Jenis Koleksi, Penyebaran dan Asal Koleksi Tanaman Anggrek di Kebun Raya Cibodas ............................................................................ 100 3. Daftar Koleksi Famili dan Genus Bryophyta Taman Lumut Kebun Raya Cibodas ................................................................................ 103 4. Data Tanaman Koleksi Kebun Raya Cibodas ........................................... 105 5. Beberapa Jenis Tanaman Berpotensi Obat di Kebun Raya Cibodas dan Kegunaannya .................................................................................... 110 6. Nilai Ekonomi Tanaman di Kebun Raya Cibodas ...................................... 112 7. Uji Kolinearitas untuk Mengetahui Adanya Multikolinearitas...................... 116 8. Uji Homoskedastisitas, Normalitas dan Linearitas..................................... 117 9. Jumlah Pengunjung Wisata Nusantara UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas, LIPI Periode 2000-2007 ...................... 118 10. Daftar Nama dan Harga Tanaman Hias dalam Pot yang Tersedia di Galeri Tanaman Hias Kebun Raya Cibodas ........................................ 119 11. Daftar Harga Bibit di Pasaran Umum.........................................................125 12. Biaya Pengobatan Penyakit/orang .......................................................... 128 13. Biaya Pengobatan Penyakit Akibat Pencemaran Udara di Kelurahan Ragunan dan Pasar Minggu 2007 ...................................... 128 14. Hasil Regresi Poisson Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Frekuensi Kunjungan ke KRC ................................................................. 129
I. PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara ekuator, kepulauan dan hutan tropis
basah terbesar ketiga di dunia, dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang terbesar di dunia dan digolongkan sebagai salah satu megabiodiversity country. Meski luas daratannya hanya 1,32 persen luas bumi, Indonesia memiliki 17 persen spesies dunia dari mulai tumbuhan bunga, serangga, ikan, ampibia, reptilia, burung hingga binatang menyusui1. Sebagai negara kepulauan, Indonesia mempunyai potensi unggul dalam hal keragaman genetik, sehingga potensi isolasi spesies pada tiap pulau mengarah pada pembentukan genetik baru. Dengan ditemukannya garis Wallace yang berkaitan dengan perbedaan flora dan fauna antara Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Bali sebagai wilayah Barat dan Sulawesi, Kepulauan Maluku dan Papua sebagai wilayah Timur. Tabel 1. menunjukkan kekayaan sumberdaya hayati Indonesia. Tabel 1. Kekayaan Spesies Tanaman dan Hewan di Indonesia Spesies Kalimantan Tumbuhan 10.000 – 15.000 Mammalia 222 420 Burung Ular 166 Amphibi 100 Ikan 394 Kupu-kupu 40 Sumber: Mackinon et al., 1996
Jawa 4.500 183 340 7 36 132 35
Sumatera 9.000 196 465 150 70 272 49
Sulawesi 5.000 127 240 64 29 68 38
Papua 15.000 – 20.000 220 578 98 197 282 26
Keanekaragaman ini memerlukan upaya pelestarian. Salah satu bentuk upaya untuk melestarikan sumberdaya alam tersebut adalah dengan melakukan upaya konservasi. Adanya kawasan konservasi, baik berupa ex situ dan in situ telah memberikan banyak manfaat. Manfaat tersebut dapat yang berupa tangible, 1
www.anekaplantasia.cybermediaclips, www.kompas.com/kompascetak/0302/04iptek/112905.htm. Diakses tanggal 9 April2008
yang dapat diukur dan dapat juga berupa manfaat yang intangible, yaitu manfaat yang sulit diukur. Manfaat tangible dapat berupa manfaat yang berbentuk material yang dapat diraba, seperti kayu, rotan, getah dan lain-lain yang dapat bersifat ekonomis. Manfaat intangible berupa manfaat yang berbentuk immaterial atau tidak dapat diraba berupa rekreasi, pendidikan, fungsi hidrologis, fungsi ekologis dan lain-lain. Potensi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya tersebut, perlu dikembangkan
dan dimanfaatkan
untuk
kepentingan dan kesejahteraan
masyarakat tanpa melupakan upaya konservasi sehingga tetap tercapai keseimbangan antara perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan yang lestari. Sejalan dengan perkembangan kebutuhan pariwisata alam, maka kawasan Pelestarian alam seperti Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata
Alam
yang
memiliki
gejala
keunikan
alam,
keindahan
alam,
keanekaragaman flora dan faunanya sangat potensial untuk dikembangkan sebagai obyek dan daya tarik wisata alam, disamping sebagai wahana penelitian, pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Agar obyek dan daya tarik wisata dapat dimanfaatkan secara nyata diperlukan modal dan teknologi yang memadai, serta untuk menjaga kelestariannya diperlukan pengelolaan yang arif agar tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan kawasan dan sosial budaya masyarakat sekitar. Pemanfaatan jasa lingkungan untuk kepentingan wisata alam, perlu memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan pariwisata alam yakni konservasi, edukasi, ekonomi, rekreasi dan partisipasi masyarakat. Konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya bertujuan mengusahakan terwujudnya kelestarian sumberdaya hayati serta keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan
manusia. Dalam kawasan konservasi dapat dilakukan kegiatan untuk penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya dan wisata alam. Rekreasi alam merupakan salah satu manfaat intangible dari suatu kawasan konservasi. Akibat rendahnya pemahaman terhadap manfaat rekreasi dan belum banyaknya penilaian ekonomi secara kuantitatif dari manfaat tersebut, menyebabkan masyarakat belum melihat manfaat secara nyata dari adanya manfaat suatu kawasan konservasi. Untuk dapat menilai manfaat intangible secara kuantitatif, para ahli ekonomi sumberdaya telah mengembangkan beberapa pendekatan. Pembangunan wisata pada intinya adalah menjual daya tarik suatu kawasan tersebut, baik berupa keindahan alam, kenyamanan, budayanya yang khas dan lain-lain. Banyak daerah di Indonesia yang telah mengembangkan potensi pariwisatanya, salah satunya adalah di Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Kabupaten yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Bogor ini, memiliki potensi agrowisata perkebunan teh di Cibeber, Warung Kondang, Sukanegara dan Campaka. Wisata pantai di wilayah selatan di Argabinta, Sindang Barang dan Cidaun. Potensi lainnya adalah di Kecamatan Ciranjang berupa waduk, Pacet dengan Kebun Raya Cibodasnya dan Taman Nasional Gunung Gede dan Cikalong Kulon dengan Makam Dalem Cikundul (Dinas Pariwisata dan Perhubungan Kabupaten Cianjur dalam Wijayanti, 2003).
1.2.
Perumusan Masalah Hingga kini tidak diketahui pasti jumlah potensi keragaman hayati
yang dimiliki oleh Indonesia dan berapa besar manfaat yang bisa digali. Bahkan, sebelum keragaman hayati di Nusantara teridentifikasi, telah terjadi pemusnahan tak terhingga, contohnya akibat penebangan hutan membabi buta dan kebakaran hutan, yang semua adalah ulah manusia. Kerusakan sumberdaya di Indonesia
sudah
memprihatinkan.
Tidak
heran
bila
Indonesia
masuk
hotspot
country, yaitu negara yang paling tinggi tingkat keterancaman keragaman hayatinya dari kepunahan. Oleh karena itu, upaya konservasi sumberdaya alam di Indonesia dan pemanfaatannya secara lestari segera ditingkatkan. Adanya kerusakan sumberdaya berdampak negatif seperti hilangnya keragaman hayati dan sumber genetika, serta menurunnya nilai ekonomi hutan dan stabilitas ekosistem penyangga. Untuk menyelamatkan hutan termasuk plasma nutfah yang tersisa dilakukan upaya konservasi in-situ seperti taman nasional, hutan lindung, atau suaka margasatwa, maupun eks-situ dengan membangun kebun raya. Kebun raya keberadaannya mempunyai banyak manfaat. Selain sebagai pusat konservasi di kawasan ex-situ, kebun raya juga berfungsi untuk pendidikan, penelitian dan pengembangbiakan tumbuhan. Pendirian kebun raya baru terutama di daerah tropis perlu diprioritaskan mengingat daerah tersebut merupakan pusat keragaman tumbuhan dunia. Kenyataannya, jumlah kebun raya di negara tropis, kususnya di Indonesia masih sangat sedikit. Kebun raya bertujuan mengkonservasi spesies tumbuhan bernilai ekonomis dan sesuai dengan daya dukung. Upaya konservasi tumbuhan secara ex-situ di Jawa sejauh ini baru dilakukan di Jawa Barat (Kebun Raya Bogor, 1817 dan Kebun Raya Cibodas, 1852) serta di Jawa Timur (Kebun Raya Purwodadi, 1941). Dimata Internasional Indonesia dianggap kurang serius dalam menangani kelestarian sumberdaya hayati. Anggapan ini rasanya tidak berlebihan karena beberapa kawasan, khususnya hutan-hutan di wilayah republik tercinta ini dari waktu kewaktu jumlahnya makin menurun dengan laju yang semakin cepat, beberapa jenis dan varietas mulai langka bahkan ada yang telah punah sama sekali. Bertambah dan punahnya suatu tumbuhan masih menjadi misteri alam dan ini harus ada bukti secara genetik bukan lagi hanya sekedar daftar atau
deskripsi morfologi tumbuhan (Retnoningsih A, 2006). Krisis global pada dasarnya
berakar
dari
ketidakmampuan
bumi
dalam
mendukung
pola
penggunaan sumberdaya secara tidak berkelanjutan. Hal ini diperparah dengan laju pertumbuhan penduduk yang pesat
dan kecenderungan perilaku untuk
meniru pola pembangunan keliru yang diterapkan oleh berbagai negara maju. Akibatnya, dunia terancam serius oleh perubahan alamiah dan antropogenik berskala mondial. Terdapat sebuah skenario dikembangkan pada akhir dekade 1990-an yang mengemukakan bahwa krisis global tidak terhindarkan lagi yang terjadi pada tahun 2020 apabila lima faktor yang diuraikan berikut ini terjadi dalam kecepatan yang tengah berlangsung dewasa ini. Faktor-faktor tersebut adalah: (1). Pemanasan global dan kenaikan paras muka air laut. Kota-kota, seperti Jakarta dan berbagai kota lain di dunia serta sejumlah negara pantai akan terancam secara langsung oleh perubahan global ini. (2). Menipisnya sumberdaya alam. Kebudayaan Barat yang mendominasi dunia,
pada
dasarnya
berbasis
pada
materialisme
dan
telah
mengkonsumsi bahan, lahan, energi dan pangan dalam jumlah yang sangat besar. Perilaku antroposentris seperti ini telah membebani bumi dengan makin menipisnya sumberdaya yang dikandungnya. (3). Kepunahan jenis. Pemanasan global pada kesempatan yang pertama merupakan pemicu punahnya sejumlah jenis, sementara bagian terbesar dari kepunahan tersebut berhubungan dengan transformasi permukaan bumi yang disebabkan oleh eksploitasi sumberdaya baik yang terbarukan dan tak terbarukan secara berlebihan. (4). Ledakan penduduk dan kaitannya dengan kelangkaan air dan pangan. Dapat diramalkan bahwa dengan jumlah penduduk di dunia sebesar 8 milyar pada tahun 2020, dunia akan menghadapi persoalan dahsyat
dalam pasokan air dan pangan. Air dan pangan akan menjadi sumber utama konflik antar negara dan wilayah, sebagaimana yang tengah kita saksikan secara sporadis di berbagai bagian dunia dewasa ini. (5). Berkembangnya kaum urban. Sehubungan dengan gerakan urbanisasi penduduk ke kota-kota besar dunia, berbagai megalopolis raksasa kerap kali lebih merasakan pertautan di antara mereka sendiri ketimbang dengan negara asal dimana mereka berada. Adanya kelima faktor tersebut di atas juga berperan dalam pelestaraian sumberdaya alam. Peran dari kelompok pesimistis semakin menguatkan agar perlunya menjaga dan melestarikan lingkungan. Salah satu bentuk upaya pelestarian lingkungan adalah Kebun Raya. Diantara sekian banyak obyek wisata yang ada di Kabupaten Cianjur, Kebun Raya Cibodas (KRC) salah satu obyek wisata yang banyak dikunjungi. Potensi yang dimiliki KRC sangat besar, diantaranya adalah pemandangan yang indah dan kualitas udara yang sejuk dan bersih. Lokasi KRC yang strategis menjadikannya potensial untuk dikunjungi. Obyek wisata merupakan salah satu barang publik, artinya fasilitas yang ada di lokasi tersebut dapat digunakan secara bersama oleh banyak pelaku ekonomi. Barang publik adalah barang yang apabila dikonsumsi oleh individu tertentu tidak mengurangi konsumsi orang lain terhadap barang tersebut. Barang publik yang berkaitan dengan lingkungan antara lain adalah udara segar, pemandangan yang indah, rekreasi, air bersih, kenyamanan dan yang sejenisnya. Kebun Raya Cibodas termasuk ke dalam barang publik karena memenuhi ciri-ciri tersebut. Rekreasi dalam suatu kawasan, dalam hal ini KRC, dapat dilihat dari dua sudut pandang. Pertama, dari sudut pandang permintaan yang diwakili oleh pengunjung. Pengunjung yang datang ke KRC ingin menikmati kegiatan rekreasi dan merasakan kenyamanan, keindahan alam, udara yang bersih dan lain-lain.
Permasalahan yang timbul dari sudut pandang ini adalah terkadang pengunjung masih mempunyai
apresiasi
yang
rendah terhadap
sumberdaya
alam.
Contohnya, pengunjung ingin membayar murah dan terkadang berperilaku yang negatif, seperti: vandalisme, membuang sampah sembarangan dan lain-lain. Padahal, jika apresiasi pengunjung cukup baik atau baik, mereka akan memperoleh kegiatan rekreasi yang bernilai edukatif. Sudut pandang yang kedua dari sisi penawarannya, dalam hal ini pihak pengelola. Pengelola tempat rekreasi harus dapat menawarkan tempat rekreasi dengan sebaik mungkin sehingga menarik untuk dikunjungi. Permasalahannya adalah pihak pengelola belum mampu mengapresiasi sumberdaya wisata dan belum bisa mengexplore sumberdaya yang terdapat dalam kasawan wisata. Pihak pengelola seharusnya bisa memberikan manfaat atau nilai lebih kepada pengunjung dengan menawarkan kawasan wisata yang meningkatkan nilai. Dengan adanya penilaian secara kuantitatif mengenai hal ini, maka diharapkan adanya alokasi sumberdaya secara optimal. Gagalnya pasar dalam mengalokasikan barang publik ditentukan oleh tidak terdapatnya informasi yang harus dibayar oleh individu dalam menikmati barang publik atau rekreasi alam. Padahal informasi tersebut berguna dalam mengestimasi manfaat yang diterima dan biaya yang harus dikeluarkan. Ketidakmampuan pasar dalam menilai manfaat rekreasi secara kuantitatif, mengakibatkan alokasi sumberdaya alam dalam bentuk rekreasi belum optimal atau dapat diamanfaatkan secara berlebihan. Kesulitan ini dapat diatasi dengan pendekatan kurva permintaan berdasarkan willingness to pay dengan mentukan harga yang direfleksikan melalui kesediaan membayar dari setiap pemakai. Dengan menggunakan pendekatan biaya perjalanan, dapat diestimasi fungsi permintaan yang dapat menentukan nilai ekonomi demand suatu kawasan. Jika
dilihat dari sisi penawaran suatu rekreasi, dapat didekati dengan Total Economic Value. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut: (1) berapakah nilai Kebun Raya Cibodas berdasarkan jasa lingkungan?; (2) berapakah nilai Kebun Raya Cibodas berdasarkan nilai sumberdaya hayati?; (3) bagaimana penilaian pengunjung terhadap KRC,
faktor-faktor apa
saja yang mempengaruhi permintaan terhadap rekreasi dan berapa nilai ekonomi wisata?; (4) apakah pengelolaan KRC efisien dan upaya apa saja yang seharusnya dilakukan oleh pihak pengelola agar alokasi sumberdaya wisata dapat optimal serta menduga nilai ekonomi KRC jika dilihat dari sisi penawarannya?.
1.3.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah sebagai
berikut: (1) menduga nilai ekonomi Kebun Raya Cibodas berdasarkan jasa lingkungan; (2) menduga nilai ekonomi Kebun Raya Cibodas berdasarkan nilai sumberdaya hayati (flora); (3) mengidentifikasi penilaian pengunjung terhadap KRC, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan rekreasi dan menilai permintaan ekonomi wisata; (4) mengidentifikasi dan menganalisis pengelolaan KRC, merumuskan rekomendasi kebijakan untuk pihak pengelola kawasan agar alokasi
sumberdaya dapat optimal dan mengkuantifikasi nilai sumberdaya wisata yang terdapat di KRC, sehingga pengelola dapat meningkatkan wisata yang memiliki nilai.
Kegunaan dari penelitian ini adalah: (1) bagi penulis, sebagai sarana pengaplikasian ilmu yang telah diperoleh pada kehidupan nyata; (2) penelitian ini diharapkan mampu memberi pengetahuan kepada masyarakat mengenai pentingnya manfaat kawasan konservasi secara nyata, sehingga nantinya masyarakat dapat berpartisipasi dalam pemeliharaannya; (3) penilaian dan manfaat rekreasi yang bersifat ekonomis dan kuantitatif dapat dijadikan dasar dalam penentuan kebijakan mengenai alokasi sumberdaya,
khususnya
sumberdaya
hayati
dan
rekomendasi
kebijakan bagi pengelolaan Kebun Raya Cibodas bagi pihak pengelola; (4) bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan rujukan terhadap aplikasi dan metode-metode kuantitatif dalam menilai manfaat suatu kawasan yang bersifat tangible dan intangible.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Nilai Total Ekonomi Untuk mengukur sejumlah nilai (nilai total ekonomi), para ahli ekonomi
telah membedakan nilai pengguna (user value) dari nilai non pengguna (non-user value). Nilai total ekonomi merupakan nilai kegunaan aktual (actual value) ditambah nilai pilihan (option value) dan ditambah nilai eksistensi (existence value). Teknik valuasi ekonomi dapat ditentukan berdasarkan pengelompokan nilai barang atau jasa (World Bank dalam Rofiko, 2003). Diagram teknik valuasi ekonomi berdasarkan pengelompokan nilainya dapat dilihat dalam Gambar 1. NILAI EKONOMI TOTAL
NILAI GUNA
NILAI GUNA LANGSUNG
NILAI GUNA TIDAK LANGSUNG
Pendekatan harga pasar Hedonic Price Contingent Valuation Biaya Perjalanan
Contingent Valuation Pendekatan harga pasar
NILAI BUKAN GUNA
NILAI PILIHAN
Contingent Valuation Hedonic Price
NILAI KEBERADAAN
NILAI HARAPAN
Contingent Valuation
Contingent Valuation
Gambar 1. Diagram Teknik Valuasi Ekonomi Berdasarkan Pengelompokan Nilainya Sumber: Environment Department the World Bank dalam Rofiko, 2003.
Penilaian ekonomi sumberdaya berdasarkan manfaatnya, yaitu: (1). Manfaat langsung, terdiri atas: (1) nilai tegakan kayu, (2) potensi flora, (3) satwa liar, (4) sumberdaya perikanan, (5) pertanian (ladang dan kebun), (6) sumberdaya air (DAS), (7) wisata alam, (8) tambang dan galian.
(2). Manfaat tidak langsung, terdiri atas: (1) pengendali erosi, (2) pengendali banjir. (3). Manfaat bukan guna, terdiri atas: (1) manfaat keberadaan habitat dan keanekaragaman hayati (pendidikan dan penelitian), (2) manfaat keanekaragaman hayati dan spesies langka (pengetahuan). Pengukuran sumberdaya (Rees dalam Fauzi, 2004): (1). Sumberdaya hipotetikal. Adalah konsep pengukuran deposit yang belum diketahui
namun
diharapkan
ditemukan
pada
masa
mendatang
berdasarkan suvei yang dilakukan saat ini. Pengukuran sumberdaya ini biasanya dilakukan dengan mengesktrapolasi laju pertumbuhan produksi dan cadangan terbukti (proven reserve) pada periode sebelumya. (2). Sumberdaya spekulatif. Konsep pengukuran ini digunakan untuk mengukur deposit yang mungkin ditemukan pada daerah yang sedikit atau belum diekstrapolasi, di mana kondisi geologi memungkinkan ditemukannya deposit. (3). Cadangan kondisional (conditional reserves). Adalah deposit yang sudah diketahui atau ditemukan namun dengan kondisi harga output dan teknologi yang ada saat ini belum bisa dimanfaatkan secara ekonomis. (4). Cadangan terbukti (proven resource). Adalah sumberdaya alam yang sudah diketahui dan secara ekonomis dapat dimanfaatkan dengan teknologi, harga dan permintaan yang ada saat ini.
2.2.
Jasa Lingkungan Jasa
lingkungan
adalah
produk
sumberdaya
alam
hayati
dan
ekosistemnya yang berupa manfaat langsung (tangible) dan/atau manfaat tidak langsung (intangible) antara lain: jasa wisata alam/rekreasi, jasa perlindungan
tata air/hidrologi, kesuburan tanah, pengendalian erosi dan banjir, keindahan, keunikan, penyerapan dan penyimpanan karbon (carbon offset).
2.3.
Dampak Pencemaran Udara Menurut WHO (1947) sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik
fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari kelemahan, penyakit, cacat atau kekurangan. Definisi ini hendak melihat kesehatan secara menyeluruh, bukan hanya dari segi fisik saja, sementara menurut UU No. 23 Thaun 1992 tentang Kesehatan, yang dimaksud dengan Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis, maka dengan merujuk dari definisi UU tersebut, manusia selalu dilihat sebagai suatu kesatuan yang utuh. Perhatian masyarakat terhadap kualitas udara semakin besar ketika mengetahui dampaknya terhadap kesehatan terutama anak-anak. Berdasarkan studi Bank Dunia dalam Asyrafy (2008), pencemaran udara merupakan pembunuh kedua bagi anak balita di Jakarta, 14% bagi seluruh kematian balita Indonesia dan 6% bagi seluruh angka kematian penduduk Indonesia. Dampak terhadap kesehatan yang disebabkan oleh pencemaran udara akan terakumulasi dari hari ke hari. Pemaparan dalam jangka waktu lama akan berakibat pada berbagai gangguan kesehatan, seperti: bronchitis, emphysema dan kanker paru-paru. Dampak kesehatan yang diakibatkan oleh pencemaran udara berbeda-beda antar individu. Populasi yang paling rentan adalah kelompok individu berusia lanjut dan balita. Menurut penelitian di Amerika Serikat, kelompok balita mempunyai kerentanan enam kali lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa. Kelompok balita lebih rentan karena mereka lebih banyak menghirup zat-zat pencemar. Pada Tabel 2. Disajikan beberapa gas pencemar dan dampaknya terhadap kesehatan.
Tabel 2. Pengaruh Pencemaran Udara Terhadap Kesehatan No.
Parameter Pencemar Karbon Monoksida (CO)
Dihasilkan dari Jenis Bahan Bakar - Bensin/Premix - BBM 2 Tak - Gas
2.
Karbondioksida (CO2)
3.
Nitogen Dioksida (NO2)
- Bensin/Premix - BBM 2 Tak - Gas - Bensin/Premix - Solar - BBM 2 Tak
4.
Hidrokarbon (HC)
5.
Partikel depu, jelaga dan asap
1.
- Bensin/Premix - Solar - BBM 2 Tak - BBM 2 Tak - Solar
Pengaruh - Menurunkan kapasitas darah untuk membawa oksigen - Melemahkan kemampuan berpikir - Memperberat penyakit jantung dan pernapasan - Menyebabkan sakit kepala (pusing) - Mempengaruhi iklim dunia melalui green house effect - Memperberat penyakit jantung dan pernapasan - Iritasi paru-paru - Menyebabkan hujan asam - Menghambat pertumbuhan - Menurunkan visualitas atmosfer - Melalui system pernapasan, beberapa senyawa hidrokarbon dapat menyebabkan kanker - Menyebabkan kanker - Memperberat penyakit jantung dan pernapasan - Mengganggu fotosintesa tanaman - Menurunkan visualitas atmosfir
Sumber: Suharsono dalam Asyrafy (2008)
2.4.
Sumberdaya dan Keanekaragaman Hayati Ilmu ekonomi secara konvensional sering didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari bagaimana manusia mengalokasikan sumberdaya yang langka. Dengan demikian, ilmu ekonomi sumberdaya alam dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari pengalokasian sumberdaya alam seperti air, lahan, ikan dan hutan. Secara eksplisit ilmu ini mencari jawaban seberapa besar sumberdaya harus diekstrasi sehingga menghasilkan manfaat yang sebesarbesarnya bagi masyarakat. Dalam literatur ekonomi sumberdaya, pengertian atau konsep sumberdaya, didefinisikan cukup beragam. Ensiklopedia Webster, misalnya mendefiniskan sumberdaya antara lain: (1) kemampuan untuk memenuhi atau menangani sesuatu;
(2) sumber persediaan, penunjang atau bantuan; (3) sarana yang dihasilkan oleh kemampuan atau pemikiran seseorang. Dalam pengertian umum, sumberdaya didefinisikan sebagai sesuatu yang dipandang memiliki nilai ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen dari ekosistem yang menyediakan barang dan jasa yang bermanfaat bagi kebutuhan manusia. Grima dan Berkes (1989) mendefinisikan sumberdaya sebagai aset untuk pemenuhan kepuasan dan utilitas manusia. Rees (1990) lebih jauh menyatakan bahwa sesuatu untuk dikatakan sumberdaya harus memilki dua kriteria, yaitu: (1) harus ada pengetahuan, teknologi atau keterampilan (skill) untuk memanfaatkannya; (2) harus ada permintaan (demand) terhadap sumberdaya tersebut. Keanekaragaman hayati ialah keanekaragaman didalam makhluk hidup dari semua sumber, termasuk diantaranya, daratan, lautan dan ekosistem perairan lain serta kompleks-kompleks ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya, mencakup keanekaragaman didalam jenis, antar jenis dan ekosistem. Dalam pengertian lain keanekaragaman hayati merujuk pada keanekaragaman
semua
jenis
tumbuhan,
hewan
dan
jasad
renik
(mikroorganisme), serta proses ekosistem dan ekologis dimana mereka menjadi bagiannya. Keanekaragaman genetik (didalam jenis) mencakup keseluruhan informasi genetik sebagai pembawa sifat keturunan dari semua makhluk hidup yang ada. Keanekaragaman jenis berkaitan dengan keragaman organisme atau jenis yang mempunyai ekspresi genetis tertentu. Keanekaragaman ekosistem merujuk pada keragaman habitat, yaitu tempat berbagai jenis makhluk hidup melangsungkan kehidupannya dan berinteraksi dengan faktor abiotik dan biotik lainnya. Keanekaragaman hayati lebih dari sekedar jumlah jenis-jenis flora dan fauna.
2.5.
Konservasi Konservasi sumberdaya alam hati adalah pengelolaan sumberdaya alam
hayati yang pemanfaataannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Menurut lokasinya, konservasi dapat dibedakan menjadi konservasi in situ dan ex situ. (BPS dalam Wijayanti, 2003). 2.5.1. Konservasi In Situ Konservasi in situ merupakan upaya pengawetan jenis tumbuhan dan satwa di dalam suaka alam yang dilakukan dengan membiarkan agar populasinya
tetap
seimbang
menurut
proses
alami
di
habitatnya.
Sampai saat ini telah ditetapkan enam jenis kawasan konservasi in situ, yaitu: taman nasional, taman wisata alam, taman hutan raya, cagar alam, suaka margasatwa dan taman buru. Hutan suaka alam adalah kawasan hutan yang karena sifatnya khas di peruntukan secara khusus untuk perlindungan alam hayati dan atau manfaatmanfaat lainnya. Cagar alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. Suaka margasatwa adalah kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman atau keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya. 2.5.2. Konservasi Ex Situ Konservasi ex situ merupakan upaya pengawetan jenis tumbuhan dan satwa
di
luar
kawasan
yang
dilakukan
dengan
menjaga
dan
mengembangbiakkannya untuk menghindarkan kepunahan, misalnya kebun bintang, kebun raya atau kebun botani. Pola pelestarian ex situ kelompok tumbuhan yang sudah diterapkan di Indonesia adalah Kebun Raya (Bogor,
Cibodas, Purwodadi dan Bali), Kebun Hortikultura (Pasar Minggu, Lembang Malang), Kebun Tumbuhan Obat (Tawangmangu-Jawa Tengah) dan Arbotetrum. Bentuk pelestarian ex situ yang lain yang juga telah diterapkan di Indonesia adalah konservasi/pelestarian biji (seed strorage) dan kultur jaringan (tissue culture) baik dari jenis tumbuhan dilindungi (langka) maupun tidak. Salah satu bentuk konservasi ex situ adalah kebun raya, yang dalam pengertian umum sering diartikan sebagai kebun yang pepohonan yang ditata rapi, indah dan nyaman untuk rekreasi.
a). b). Gambar 2. Kawasan Konservasi. a). Kawasan Konservasi Ex-Situ dan b). Kawasan Konservasi In-Situ Sumber: www.googleimages/kawasan*konservasi. Diakses tanggal 9 April 2008.
2.6.
Pariwisata Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000), pariwisata dapat
didefinisikan sebagai sesuatau yang berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi, pelancongan dan hiburan. Menurut Undang-Undang Kepariwisataan (1990), pariwisata didefinisikan sebagai: (1) kegiatan perjalanan atau sebagian kegiatan tersebut dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di dalamnya; (2) wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan (traveller); (3) pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata;
(4) kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggraan pariwisata.
2.7.
Permintaan Rekreasi Permintaan (demand) adalah hubungan antara kuantitas komoditas
tertentu yang akan dibeli konsumen selama periode waktu tertentu, dengan harga komoditas itu. Permintaan dipengaruhi oleh berbagai variabel, seperti: harga komoditas itu sendiri, harga komoditas lain, selera, distribusi pendapatan dan jumlah penduduk (Lipsey, et.al. 1993). Permintaan dalam rekreasi berupa benda bebas (free goods) yang didapat tanpa membelinya, tetapi menjadi daya tarik wisatawan sebagai obyek pariwisata. Permintaan rekreasi terbagi dalam dua bagian, yaitu: (1) permintaan potensial (potential demand), yaitu sejumlah orang yang memenuhi syarat minimal untuk melakukan perjalanan rekreasi karena mempunyai uang, keadaan fisik masih kuat, hanya belum mempunyai waktu luang untuk berpergian sebagi wisatawan; (2) permintaan aktual (actual demand), yaitu sejumlah orang yang sedang melakukan perjalanan rekreasi ke suatu daerah tujuan tertentu (Kamus Pariwisata Depdikbud, 1990). Clawson
dan
Knetsch
(1975)
mengemukakan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi permintaan rekreasi, yaitu: (1). Faktor individu atau faktor yang berhubungan dengan konsumen potensial, terdiri dari: (1) jumlah individu yang berada di sekitar tempat rekreasi; (2) distribusi (penyebaran) geografis daerah konsumen potensial yang berkaitan dengan kemudahan atau kesulitan untuk mencapai areal wisata;
(3) karakteristik sosial ekonomi, seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan; (4) pendapatan perkapita rata-rata, distribusi pendapatan masing-masing individu untuk keperluannya; (5) rata-rata waktu luang dan alokasinya; (6) pendidikan khusus, pengalaman, dan pengetahuan yang berhubungan dengan rekreasi. (2). Faktor-faktor yang berhubungan dengan tempat rekreasi, terdiri dari: (1) keindahan daya tarik; (2) intensitas dan sifat pengelolaanya; (3) alternatif pilihan rekreasi lain; (4) kapasitas akomodasi untuk keperluan potensial; (5) karakteristik iklim cuaca tempat rekreasi. (3). Hubungan konsumen potensial dengan tempat rekreasi, terdiri dari: (1) lama waktu perjalanan yang diperlukan dari tempat tinggal ke tempat rekreasi; (2) kesenangan (kenyamanan) dalam perjalanan; (3) biaya yang diperlukan untuk berkunjung ke tempat rekreasi; (4) meningkatnya permintaan rekreasi sebagai akibat promosi yang menarik. Permintaan dan penawaran berdasarkan anggapan bahwa harga barangbarang atau jasa-jasa berbeda sebagai reaksi terhadap perubahan dalam jumlah atau kualitas keseimbangan barang-barang yang disediakan (Bohm 1971, 1972; Sibden dan Worrel 1979 dalam Hufschmidt, et.al 1987). Sering kali barang publik murni termasuk, sehingga barang yang sama dengan kualitas tertentu tersedia bagi setiap orang. Contoh barang publik demikian itu adalah udara bersih dan pemandangan di pegunungan (Hufschmidt, et.al 1987).
2.8.
Penawaran Rekreasi Menurut Nicholson (1990) penawaran (supply) adalah kuantitas dari
barang ekonomi yang ditawarkan dengan semua harga yang mungkin dapat dicapai pada waktu tertentu. Penawaran juga dapat diartikan sebagai jumlah barang-barang ekonomi yang tersedia dan akan dijual ke pasar. Penawaran rekreasi dalam kepariwisataan meliputi seluruh daerah tujuan yang ditawarkan kepada wistawan. Penawaran rekreasi terdiri dari unsur-unsur daya tarik alam, seperti iklim, flora dan fauna, hutan belukar dan sebagainya serta hasil ciptaan manusia berupa monumen, rumah ibadah dan sebagainya yang dapat mendorong orang untuk mengunjunginya (Sinaga, 1995). Namun demikian usur-unsur penawaran rekreasi seperti ketersediaan (availability) dan keterjangkauan (accessibility) turut mempengaruhi. Yoeti dalam Nurdini (2004) memberikan beberapa ciri khas dari penawaran rekreasi, yaitu: (1). Merupakan penawaran jasa-jasa (service supply), karena sifatnya yang tidak dapat dipindah-pindahkan. Jika orang memerlukan jasa itu, maka orang itu harus datang sendiri ke tempat di mana jasa itu dihasilkan. (2). Penawaran sangat kaku (rigid supply), karena itu eksploitasinya sangat sulit untuk disesuaikan dengan keperluan lain. (3). Penawaran dalam pariwisata sangat tergantung kepada persaingan dari penawaran barang-barang dan jasa-jasa lain. The law of substitution akan sangat mempengaruhi.
2.9.
Obyek Wisata Sebagai Barang Publik Barang publik (public goods) adalah suatu barang atau komoditas yang
memilki ciri non-rivalry dalam mengkonsumsinya dan non-excludable dalam
memperoleh manfaatnya (Callan dan Thomas dalam Supriyatna, 2003). Orang tidak dapat disekat dari penggunaan manfaat yang diberikan oleh barang publik. Tidak ada persaingan dalam mengkonsumsi berarti penggunaan oleh seorang konsumen tidak akan mengurangi konsumsi orang lain dalam menggunakannya. Barang yang bersifat tidak ada persaingan juga mempunyai arti bahwa konsumsi dapat ditingkatkan dengan biaya marjinal masyarakat sama dengan nol (zero marginal social cost). Dapat pula disimpulkan bahwa barang barang perorangan digunakan atau dikonsumsi secara ekslusif, sedangkan secara bersamaan oleh banyak pelaku ekonomi. Obyek wisata termasuk barang publik karena apabila seseorang memandang keindahan suatu taman, maka konsumsi seseorang tidak akan mengurangi konsumsi orang lain mengenai pemandangan yang sama dan setiap orang yang menikmati pemandangan dapat memperoleh manfaat yang sama tanpa mengurangi manfaat yang diperoleh oleh orang lain.
2.10.
Surplus Konsumen Nilai tambahan yang diterima seseorang karena mengkonsumsi suatu
barang melebihi dari harga yang disebut surplus konsumen (Nicholson, 1990). Gambar 3 terlihat sumbu P adalah proksi harga dan Q adalah proksi kuantitas. Surplus
konsumen
didefinisikan
sebagai
jumlah
kesediaan
membayar
(wilingness to pay) seseorang konsumen terhadap suatu komoditas di atas harga aktual yang dibayarkan. Daerah abc menunjukkan besarnya surplus konsumen dengan harga sebesar a dan jumlah yang diminta q0. Pa surplus konsumen b
c
0 qo Q Gambar 3. Kurva Permintaan
2.11.
Penilaian Manfaat Obyek Wisata Menurut Hufschmidt, et.al (1987) teknik untuk menilai manfaat perubahan
lingkungan dibagi menjadi tiga kategori besar, yaitu: (1) yang langsung berdasarkan pada nilai pasar atau produktivitas; (2) yang menggunakan nilai pasar barang subtitut (surogat/ganti) atau pelengkap/komplementer; (3) pendekatan yang menggunakan teknik survey. Ada beberapa pendekatan yang dapat diaplikasikan untuk menilai barang lingkungan dari segi ekonomi dan hubungan antara teknik yang satu dengan teknik yang lainnya dapat dilihat pada Gambar 4.
Preference
Dose Response Funcntion
Market values
Revealed Prefrences Surrogate market, indirect approach
Hedonic markets
Wage risk property
Travel cost method
Avertive behaviour
Open/closed ended
USE VALUES
Stated Preferences Direct approach
Contingent valuation
Bidding game
Choice experiment
Payment card
NON-USE VALUES+USE VALUES
Gambar 4. Berbagai Pendekatan Nilai dalam Mengukur Barang Publik Sumber: Garod dan Willis, 1999
Para peneliti membagi pendekatan nilai dalam mengukur barang publik menjadi dua pendekatan dasar, yaitu metode tidak langsung (indirect methods/behavioral methods) dan metode langsung (direct methods/stated
preferences methods) untuk menilai manfaat suatu tempat atau barang lingkungan (Haab dan Mc Connell, 2002). Metode langsung dibagi menjadi 2, yaitu metode kontingensi (contigent valuation) dan metode pilihan (choice experiment), sedangkan metode tidak langsung dibagi menjadi empat, yaitu: pendekatan nilai pasar (market values), metode hedonik (hedonic market), metode biaya perjalanan (travel cost) dan avertive behavior. Penilaian (valuasi) adalah kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan konsep dan metodologi untuk menduga nilai barang dan jasa (Davis dan Johnson, 1987). Nilai (value) merupakan persepsi seseorang, adalah harga yang diberikan oleh seseorang terhadap sesuatu pada suatu tempat dan waktu tertentu. Kegunaan, kepuasaan dan kesenangan merupakan istilah-istilah lain yang diterima dan berkonotasi nilai atau harga. Ukuran harga ditentukan oleh waktu, barang, atau uang yang akan dikorbankan seseorang untuk memiliki atau menggunakan barang atau jasa yang diinginkannya. 2.11.1. Metode Kontingensi (Contingent Valuation Method) Metode kontingensi (CVM) adalah suatu cara untuk menilai sejumlah uang suatu nilai non-use dari suatu barang lingkungan dengan metode survai. Metode CVM digunakan untuk megestimasi nilai ekonomi dari berbagai macam ekosistem dan jasa pelayanan lingkungan dan sangat fleksibel untuk digunakan. Dapat juga mengestimasi berbagai variasi dari non-market goods and sevices yang tidak dapat diukur oleh teknik yang lainnya (University of Maryland, 2003). Menurut Grarod dan Willis (1999) CVM adalah suatu metode untuk mengumpulkan preferensi seseorang mengekspresikan kesediaan membayar (willingness to pay) seseorang. Pada dasarnya CVM menanyakan berapa kesediaan membayar mereka untuk memperoleh suatu manfaat. CVM memiliki dua keuntungan, yaitu: (1) pada kasus tertentu metode ini merupakan satu-
satunya teknik yang mengkur manfaat; (2) metode ini dapat diaplikasikan pada berbagai kebijakan lingkungan. Prinsip yang mendasari metode ini adalah bahwa bagi orang yang mempunyai preferensi yang benar tetapi tersembunyi terhadap seluruh jenis barang lingkungan, kemudian diasumsikan bahwa orang tersebut mempunyai kemampuan untuk mentransformasikan preferensi tersebut ke dalam bentuk nilai moneter atau nilai uang. Dengan asumsi ini maka pada dasarnya metode CVM ini menilai barang lingkungan dengan menanyakan dua pertanyaan berikut: (1) berapakah jumlah maskimum uang yang ingin dibayarkan oleh seseorang atau rumah tangga (willingness to pay) setiap bulan atau setiap tahunnya untuk memperoleh peningkatan kualitas lingkungan atau untuk dapat menikmati tempat rekreasi; (2) berapakah jumlah maksimum yang bersedia diterima oleh seseorang atau rumah tangga (willingness to accept) setiap bulan atau setiap tahunnya sebagai kompensasi jika dilarang untuk datang ke tempat rekreasi. Pendekatan ini lebih fleksibel dan digunakan apabila pendekatan biaya perjalanan tidak dikumpulkan, dan juga ketika analisa diperlukan untuk mengevaluasi perbedaan kualitas pada aktivitas rekreasi. Kesukaran utama dengan metode ini adalah sifatnya yang subjektif dan meruapakan jawaban atas pertanyaan hipotesis hingga menimbulkan bias yang dapat memepengaruhi hasil. Teknik berdasarkan survai berusaha mengukur nilai yang tersirat yang ada pada pelestarian atau pengrusakan kualitas lingkungan. Kualitas ini sering tidak berwujud (misalnya sifat alami pemandangan, kebersihan udara atau situasi sunyi). Metode ini memiliki beberapa kelemahan (Garrod dan Willis, 1999), yaitu: (1). Kesalahan hipotesis (framing effects). Kesalahan ini bisa dihindari dengan persiapan daftar pertanyaan yang hati-hati dan dipaparkan
secara hati-hati pada suatu kelompok subjek yang berkaitan. Disamping itu untuk mengurangi potesial kesalahan hipotesis ini, maka baik situasi hipotesis dan metode pembayaran yang diapakai haruslah bisa dipercaya dan realistik. (2). Kesalahan stategi (strategic bias). Kesalahan stategi ini bisa terjadi ketika responden merasa bahwa dia bisa mempengaruhi hasil akhir dari nilai ekonomi perubahan lingkungan, sehingga dia tidak menawarkan nilai yang sebenarnya. Dalam hal ini responden dapat memberikan nilai yang terlalu rendah (undervalued) dan nilai yang terlalu tinggi (overvalued) tergantung dari kepentingan dan keinginan responden. Untuk mengurangi kesalahan ini, maka responden harus betul-betul dibuat sedemikian rupa agar mau menyatakan nilai lingkungan dengan jujur. (3). Kesalahan titik awal (starting point bias). Kesalahan ini tejadi pada penggunaan pendekatan tawar menawar (biiding processs). (4). Kesalahan alat pembayaran (payment vechicle bias). Kesalahan ini muncul dimana responden tidak memberikan nilai karena mereka tidak setuju dengan cara atau metode yang diapakai untuk memperoleh nilai yang ditawarkan. (5). Scale or scope effects. Kesalahan ini timbul jika responden tidak dapat membedakan perbedaan skala atau kualitas barang. 2.11.2. Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method) Metode biaya perjalanan (TCM) adalah suatu alat yang penting untuk pendekatan fungsi produksi rumah tangga yang konvensional (conventional household-production function) dan menggunakan biaya perjalanan ke suatu tempat rekreasi untuk menduga manfaat yang diperoleh dari tempat tersebut (Garrod dan Willis, 1999). Menurut Hab dan McConnell (2002) TCM adalah suat
model permintaan dari pelayanan dari suatu tempat rekreasi. Logika dibalik pendekatan ini pertama kali dikemukakan oleh Harold Hotelling tahun 1947 dan metodologinya kemudian dikembangkan akhir tahun 1950 dan 1960 antara lain oleh: Trice dan Wood (1958); Clawson (1959); Clawson dan Knetsch (1996). Dalam taraf awal TCM menggunakan pendekatan zonasi (Zona Travel Cost Methods-ZTCM), dimana daerah di sekitar lokasi wisata dibagi menjadi zona-zona konsentrik. Belakangan perhatian dialihkan dari zona ke individual (Individual Travel Cost Methods-ITCM) dalam menurunkan nilai surplus konsumen (Willis dan Garrod, 1996). Sebenarnya konsep dasar antara ITCM dan ZTCM hampir sama, yaitu hubungan antara biaya perjalanan dengan kunjungan semata-mata diperoleh dari observasi tiap individu. Model yang mendasari metode biaya perjalanan ini yaitu dengan asumsi bahwa orang akan melakukan perjalanan berulang-ulang ke tempat rekreasi tersebut sampai pada titik dimana marjinal utilitas dari perjalanan terakhir bernilai sama dengan nilai marjinal biaya baik dalam biaya uang dan biaya waktu yang dikeluarkan untuk mencapai lokasi tersebut. Secara umum, jumlah biaya perjalanan ini adalah biaya pulang pergi ditambah dengan nilai uang yang dihabiskan untuk perjalanan dari rekreasi tersebut. Kemudian fungsi permintaan terhadap daerah rekreasi rersebut dapat diestimasi dengan menggunakan biaya perjalanan itu sebagai representasi dari nilai atau harga dari lokasi kunjungan (Turner et. al, 1994). Kuesioner digunakan untuk menanyai pengunjung, dari mana mereka berasal, kemudian dapat diketahui biaya perjalanan yang dikeluarkan dan dihubungan dengan jumlah kunjungan pertahun. TCM ini memiliki keunggulan yaitu hanya menggunakan data cross section untuk menginferensi permintaan rekreasi. Metode ini memilki keunggulan, diantaranya: (1) berdasarkan interpretasi data hipotesis empiris yang lebih sederhana; (2) metode ini berdasarkan perilaku
konsumen aktual yang lebih akurat dibandingkan dengan metode kesediaan membayar yang ditentukan oleh responden (willingness to pay); (3) survey di tempat wisata (on-site-survei) yang dilakukan memberikan kesempatan untuk memperbesar populasi sampel dan hasil interpretasi yang lebih mudah untuk dijelaskan. Kekurangan dari metode TCM adalah hanya dapat mengukur nilai pengguna (user value) dan tidak dapat mengukur existence values. Hal ini dapat menimbulkan bias. Randall (1994) keterbatasan yang dimiliki metode ini adalah: (1) metode ini masih merupakan metode penilaian (kuantifikasi) yang tidak langsung menilai kualitas lingkungan disertai keterbatasan asumsi yang digunakan dan membutuhkan penentuan yang dilakukan oleh peneliti dalam perhitungan surplus konsumen; (2) metode ini mempunyai asumsi responden pengunjung melakukan perjalanan untuk satu tujuan saja, sehingga apabila responden mempunyai berbagai tujuan dalam suatu perjalanan, maka hal ini tidak dapat dikuantifikasi manfaatnya; (3) perlu memasukkan biaya imbangan waktu responden sebagai akibat melakukan kegiatan rekreasi, namun pada kenyataanya ada juga responden yang merasa tidak ada penghasilan yang hilang apabila melakukan suatu kegiatan rekreasi (income forgone); (4) dalam memasukkan tempat rekreasi alternatif/subtitusi tunggal, padahal ada juga responden yang mempunyai lebih dari satu keinginan untuk rekreasi lebih dari satu tempat. 2.11.3. Metode Harga Hedonik (The Hedonic Pricing Method) Metode Harga Hedonik (HPM) berusaha untuk mengevaluasi pelayanan lingkungan, yang keberadaannya secara langsung mempengaruhi harga pasar barang tertentu. Barang-barang dan faktor-faktor lingkungan yang berorientasi
pada pasar dapat dijelaskan sebagai nilai kepemilikan lingkungan. Intisari dari model ini adalah menggunakan variasi dari berbagai harga barang secara sistematis yang dapat dihubungkan dengan karakteristik uang, kemudian dihubungkan dengan karakteristik membayarnya (Haab dan Mc Connell, 2002). Model ini banyak digunakan untuk menilai keuntungan suatu barang lingkungan, khususnya peningkatan kualitas udara. Metode biaya hedonik mempunyai asumsi dasar sebagai berikut (Turner et.al, 1994): (1) harga yang diamati meruapakan cermin dari kondisi keseimbangan pasar yang sesungguhnya; (2) baik pihak penjual maupun pembeli mempunyai pengetahuan yang sempurna tentang komponen-komponen yang ada, baik yang ada pasarnya maupun barang yang tidak ada pasarnya, serta menganggap bahwa konsumen dalam hal ini pengunjung akan bereaksi terhadap perubahan-perubahan yang berpengaruh pada tempat wisata tersebut; (3) kesediaan membayar dari individu untuk suatu atribut tidak dipengaruhi oleh atribut lainnya. Kesulitan HPM adalah : (1) pengukuran manfaat rekreasi dilihat dari perubahan lingkungan selalu menimbulkan bias dari nilai sebenarnya diperoleh; (2) metode HPM hanya dapat diaplikasikan bila rumah tangga atau responden yang tinggal di daerah itu mengetahui biaya atau manfaat tanda-tanda lingkungan (perbedaan sifat lingkungan) dan mereka mampu membatasi lokasi tempat mereka memilih ataupun kombinasi sifat lingkungan yang mereka inginkan.
2.12.
Regresi Poisson Regresi Poisson merupakan regresi dengan respon (dependent variable)
bilangan diskret, namun bukan bilangan biner (Myers, 1990). Jumlah count ini diasumsikan merupakan fungsi dari suatu atau lebih variabel. Selanjutnya
diasumsikan, jumlah rata-rata kejadian merupakan parameter dari suatu distribusi Poisson. Rata-rata fungsi Poisson dilakukan dengan Maximum Likelihood Estimator, untuk mendapatkan koefisien regresi. Estimator model permintaan rekreasi sering dibuat dalam bentuk fungsi kontinyu, yang diduga dengan OLS (Ordinary Least Square). Namun sifat permintaan rekreasi mengandung masalah-masalah yang rumit, yaitu: (1) trip (jumlah kunjungan wisata) adalah kuantitas non negative; (2) metode pengumpulan data adalah survey di lokasi sehingga pengunjung yang melakukan kunjungan nol tidak diperoleh; (3) trip tidak tersedia dalam kuantitas kontinyu. Kondisi integer dari data ini secara eksplisit dapat turut diperhitungkan dengan memodelkan kunjungan yang diambil (dalam semusim) sebagai hasil dari banyak pilihan diskret. Dengan demikian maka kejadian wisata (trip) dapat dipandang sebagai keluaran Poisson dan Regresi Poisson merupakan alternatif pendugaan yang sesuai (Kasiman, 1996).
2.13.
Tinjauan Studi Terdahulu Suharti (2007) mendunga permintaan dan manfaat kunjungan rekreasi
dengan menggunakan metode biaya perjalanan di Kebun Wisata Pasirmukti. Nilai surplus konsumen sebesar Rp.7.478 dengan menggunakan jumlah kunjungan selama satu tahun (Juli 2006-Juni 2007) dan surplus konsumen total sebesar Rp. 674.582.902. Nilai lokasi dihitung dengan menggunakan willingness to pay (WTP) sebesar Rp.1.667.946.410 dan nilai rata-rata WTP sebesar Rp.18.900. Variabel yang berpengaruh nyata adalah biaya perjalanan, pendapatan, jumlah rombongan, jarak tempuh, lama mengetahui Kebun Wisata Pasir Mukti, jumlah rekreasi selama satu tahun, daya tarik, tempat rekreasi alternatif, jenis kelamin dan status hari.
Nurdini (2004) mendunga permintaan dan manfaat kunjungan rekreasi dengan menggunakan metode biaya perjalanan dengan aplikasi Regresi Poisson di Hutan Mangrove Muara Angke (HMMA). Nilai surplus konsumen dari HMMA per tahun dapat diketahui dengan menggunakan metode biaya perjalanan individu. Surplus konsumen sebesar Rp.52.623 per kunjungan, sedangkan ratarata nilai surplus konsumen tiap individu sebesar Rp.900 per kunjungan. Variabel tingkat pendapatan kategori pendapatan, jumlah tanggungan, waktu luang, pengetahuan pengunjungan dan frekuensi kunjungan berpengaruh nyata. Supriyatna (2004) dalam penelitiannya yang dilakukan di Taman Wisata Danau Lido, menduga nilai surplus konsumen dengan menggunakan metode kontingensi dan metode biaya perjalanan. Surplus konsumen yang diperoleh melalui metode biaya perjalanan sebedar Rp.38.462, sedangkan dengan metode kontigensi
diperoleh
Rp.2.288.
Nilai
manfaat
rekreasi
yang
diperoleh
menggunakan biaya perjalanan sebesar Rp. 1.473.094.600 dan dengan metode kontigensi sebesar Rp.202.530.400. Metode biaya perjalanan lebih tepat dibandingkan dengan metode kontingensi dari nilai manfaat yang diperoleh pengunjung maupun pengelola karena nilai manfaat yang diperoleh pihak pengelola lebih besar daripada metode kontingensi. Variabel biaya perjalanan, waktu tempuh, kesediaan membayar dan rasio kunjungan wisata berpengaruh nyata terhadap frekuensi kunjungan. Wijayanti (2003) menduga permintaan dari nilai manfaat kunjungan rekreasi dengan menggunakan metode biaya perjalanan dengan aplikasi Regresi Poisson di Kebun Raya Cibodas. Perhitungan surplus konsumen dibagi dua kategori berdasarkan jenis pekerjaan, yaitu yang mampu mensubtitusikan waktu dengan pendapatan dan yang tidak mampu mensubtitusikan waktu dengan pendapatan. Nilai rata-rata surplus konsumen dari responden yang mampu mensubsitusikan waktu dengan pendapatan lebih besar dibandingkan dengan
nilai surplus konsumen responden yang tidak mampu mensubtitusikan waktu dengan pendapatan. Nilai rata-rata surplus konsumen per kunjungan per responden sebesar Rp. 12.995 dan diperoleh nilai surplus konsumen total Rp. 6.575.898.835 per tahun. Nilai lokasi Kebun Raya Cibodas sebesar Rp. 8.467.366.355. Faktor yang berpengaruh nyata terhadap permintaan rekreasi adalah lama mengetahui Kebun Raya Cibodas, pendapatan responden, daya tarik lokasi, tingkat pendidikan, waktu diskret dan total biaya perjalanan. Andrianto (2003) melakukan penelitian di Taman Bunga Nusantara untuk menduga
permintaan
dan
nilai
manfaat
kunjungan
rekreasi
dengan
menggunakan metode biaya perjalanan dengan apliksai Regresi Possion. Perhitungan surplus konsumen dibagi dua kategori berdasarkan jenis pekerjaan, yaitu yang mampu mensubtitusikan waktu dengan pendapatan dan yang tidak mampu mensubtitusikan waktu dengan pendapatan. Dari hasil analisis diperoleh nilai surplus konsumen tahunan sebesar Rp. 11.040.439.050 per tahun (dengan frekuensi kunjugan April 2002- Maret 2003). Nilai manfaat lokasi sebesar Rp. 12,486.469.050. Berdasarkan tinjauan studi terdahulu, penelitian terhadap manfaat rekreasi baru dihitung dari sisi permintaanya. Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini selain mengkaji manfaat rekreasi dari suatu kawasan dari sisi permintaanya, dalam hal ini dilihat dari sisi pengunjung, juga mengkaji manfaat dan nilai rekreasi dari sisi penawarannya. Penelitian ini juga menganalisis dan menguantifikasi manfaat sumberdaya suatu kawasan berdasarkan manfaat tangible dan intangible. Adanya analisis mengenai hal tersebut sehingga dapat divaluasi nilai dari suatu kawasan, dalam hal ini kawasan konservasi ex situ Kebun Raya Cibodas. Hasil dari penelitian nantinya dapat direkomendasikan kebijakan untuk pengelolaan kawasan, dalam hal ini Kebun Raya Cibodas.
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.
Nilai Total Ekonomi Untuk
melakukan
valuasi
ekonomi
KRC
terlebih
dalulu
harus
mengelompokkan sumberdaya yang dimiliki di KRC berdasarkan nilai ekonomi total yang dibedakan atas nilai guna dan bukan guna. Diagram teknik valuasi ekonomi berdasarkan pengelompokan nilainya dapat dilihat dalam Gambar 4. NILAI EKONOMI TOTAL
NILAI GUNA
NILAI GUNA LANGSUNG Nilai ekonomi tanaman
NILAI BUKAN GUNA
NILAI GUNA TIDAK LANGSUNG
NILAI PILIHAN
NILAI KEBERADAAN
NILAI HARAPAN
• Nilai ekonomi wisata • Nilai-nilai ekologi: Penyerap O2, penjerap gas-gas pencemar udara, penyimpan karbon
Tidak divaluasi
Tidak divaluasi
Tidak divaluasi
Gambar 5. Diagram Teknik Valuasi Ekonomi Berdasarkan Pengelompokan Nilainya di Kebun Raya Cibodas
3.2.
Obyek Wisata Sebagai Barang Publik Obyek wisata merupakan salah satu bentuk rekreasi yang memanfaatkan
sumberdaya alam sebagai obyek rekreasi. Keindahan alam dan potensi alam seperti pantai, gua, danau, sungai, gunung, tumbuhan, hewan ditambah dengan berbagai fasilitas pelayanan (sarana dan prasarana) mempunyai nilai ekonomi yang penting bagi kegiatan rekreasi di obyek wisata. Kebun Raya Cibodas merupakan salah satu tempat rekreasi yang merupakan barang publik yang memberikan manfaat bagi pengunjung, yang
dapat berupa manfaat intangible (tidak dapat diukur), dapat berupa kenyamanan, perasaan puas, keindahan dan lain-lain. Kebun Raya Cibodas sebagai barang publik bersifat non ekslusif, artinya jika barang tersebut dihasilkan maka akan sulit untuk menghambat orang lain agar tidak mengkonsumsinya. Sifat yang lain adalah non rivalry yang berarti bahwa konsumsi seseorang tidak berpengaruh terhadap konsumsi barang lain.
3.3.
Permintaan Rekreasi Permintaan merupakan hubungan antara harga dengan jumlah yang
diminta. Permintaan rekreasi merupakan hubungan antara harga karcis masuk sebagai variabel bebas (independent) dengan tingkat kunjungan sebagai variabel tak bebas (dependent) terhadap harga karcis. Gambar 6 menunjukkan kurva permintaan ke lokasi tertentu, dan daerah yang diarsir merupakan surplus konsumen pada harga karcis G (cateris paribus).
P Keterangan: G= tingkat tarif masuk
a
a=kesediaan membayar
surplus konsumen
V=jumlah kunjungan D=kurva permintaan
G O
b q0
V
Gambar 6. Kurva Permintaan Rekreasi dan Surplus Konsumen
3.4.
Penawaran Rekreasi Penawaran rekreasi berkaitan dengan nilai ekologis kawasan yang
bersangkutan, dalam hal ini Kebun Raya Cibodas. Faktor-faktor yang berhubungan dengan tempat rekreasi, terdiri dari:
(1) keindahan daya tarik; (2) intensitas dan sifat pengelolaanya; (3) alternatif pilihan rekreasi lain; (4) kapasitas akomodasi untuk keperluan potensial; (5) karakteristik iklim cuaca tempat rekreasi.
3.5.
Surplus Konsumen dan Kesediaan Membayar Surplus konsumen didefinisikan oleh Lipsey et al. (1993) adalah
perbedaan antara nilai total yang diberikan konsumen terhadap seluruh unit barang dan jasa yang dkonsumsi untuk setiap komoditas dan jumlah yang harus dibayarkan untuk membeli sejumlah barang dan jasa tersebut. Hubungan antara harga dan permintaan individu atas barang lingkungan untuk wisata. Manfaat dalam mengkonsumsi barang wisata akan merefleksikan jumlah individu pemakai. Manfaat sosial secara keseluruhan kemudian diukur sebagai surplus konsumen. Pada Gambar 6 terlihat bahwa sumbu P adalah proksi harga dan sumbu V adalah proksi kuantitas, dalam hal ini jumlah kunjungan. Surplus konsumen didefiniskan sebagai jumlah keinginan membayar (willingness to pay) seorang terhadap komoditas di atas harga aktual yang sebenarnya dibayarkan. Daerah di bawah kurva permintaan merupakan surplus konsumen yang menggunakan tempat rekreasi. Dalam model Poisson, estimate yaitu distibusi probalitas tingkat kunjungan dari tingkat kunjungan. Dengan mengambil nilai harapan akan menghasilkan respon harapan (trip) pada setiap tingkat harga. Pendugaan surplus konsumen dalam regresi Poisson cukup sederhana, yaitu negative invers dari koefisien biaya perjalanan (Hellerstein dan Mendelson, 2003). Regresi Poisson tidak mengadung komponen errors. Errors dalam Poisson bersifat
parametrik yang telah langsung dimasukkan dalam model, tidak seperti regresi biasa yang komponen errornya bersifat aditif atau multipikatif.
3.6.
Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Methods) Ada dua variasi dari TCM yaitu Individual Travel Cost Method (ITCM) dan
Zonal Travel Cost Methods (ZTCM). ZTCM memiliki kelemahan yaitu pendekatan ini mengabaikan karakteristik individu pengunjung. Hal tersebut karena zona pengelompokan pengunjung yang mempunyai karakteristik yang berbeda dalam hal ini dalam penentuan jarak dan kondisi sosial ekonomi masyarakat di tiap-tiap zona yang diklasifikasikan. Menurut Georgiou et al. (1997) seperti dinyatakan dalam Pham dan Tran (2001) yaitu: model zona secara statistik inefisien karena data hanya dibagi-bagi dalam beberapa zona observasi saja. Model zona ini memperlakukan semua individu dari satu zona memiliki biaya perjalanan yang sama walaupun hal ini belum tentu tepat. Georgiu juga menyatakan bahwa aplikasi ITCM akan tepat dilakukan bila memiliki variasi yang lebih besar dan seorang indvidu telah melakukan perjalanan wisata beberapa kali ke tempat tersebut. Apabila syarat ini tidak terlaksana maka akan mempersulit estimasi fungsi regresinya. Model ITCM dewasa ini lebih diperhatikan daripada ZTCM untuk beberapa alasan seperti: (1) efisiensi statistik (statistical efficiency); (2) konsistensi teori dalam pemodelan perilaku individu; (3) menghindari definisi zona yang berubah-ubah dan (4) meningkatkan heterogenitas diantara populasi dalam suatu zona (Hab dan Mc Connel, 2002). Asumsi yang mendasari pendekatan ini adalah biaya yang dikeluarkan untuk berpergian ke tempat rekreasi, merefleksikan nilai dari lokasi rekreasi tersebut. Fungsi ITCM yang berkaitan dengan kunjungan wisatawan tiap individu dengan biaya perjalanan sebagai berikut:
Vi
=
f (TCi, Si)…………….……………………….……………….(1)
dimana: Vi
=
jumlah kunjungan per tahun dari individu pertahun
TCi,
=
biaya perjalanan individu i ke tempat rekreasi
Si
=
faktor-faktor lain yang menentukan jumlah kunjungan individu i ke KRC, seperti: pendapatan, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
jumlah
anggota
rombongan,
waktu
tempuh,
kesediaan membayar, motivasi kunjungan, lama berkunjung, daerah asal dan lain-lain. Biaya perjalanan merupakan biaya yang dikeluarkan pengunjung untuk kegiatan rekreasi dalam satu kali kunjungan. Biaya tersebut merupakan penjumlahan dari biaya transportasi, biaya dokumentasi, biaya konsumsi selama rekreasi dikurangi dengan biaya yang berkaitan dengan kegiatan rekreasi untuk satu hari kunjungan. Sehingga biaya perjalanan: BPt
=
BTr + BDk + (BKr – BKh) + BP + BL…………………….(2)
dimana: BPt
=
biaya perjalanan (Rp/orang/hari)
BTr
=
biaya transportasi (Rp/orang/hari)
BDk
=
biaya dokumentasi (Rp)
BKr
=
biaya konsumsi selama rekreasi (Rp/orang/hari)
BKh
=
biaya konsumsi harian (Rp/orang/hari)
BP
=
biaya parkir (Rp)
BL
=
biaya lainnya (Rp)
3.7.
Regresi Poisson Regresi Poisson didasarkan atas penggunaan fungsi peluang sebaran
Poisson. Sebaran Poisson memodelkan peluang dari kejadian (r) dengan fungsi µ peluang (Myres, 1990): Prob (r;u) = e-µ µr ; r = 0,1,2,… r! dengan µ adalah nilai tengah sebaran, r adalah jumlah kejadian, dan e adalah bilangan natural/Euler 2, 7182. Parameter µ tergantung dari unit periode waktu yang
sangat
spesifik.
Sebaran
Poisson
selanjutnya
digunakan
unutk
memodelkan jumlah kejadian yang relatif jarang terjadi dalam periode waktu yang dipilih. Dalam hal ini µ adalah rata-rata kunjungan per individu dan t adalah periode waktu dalam aplikasi selanjutnya rata-rata jumlah kunjungan dalam selang waktu ti adalah ti µi. Jadi peluang jumlah kunjungan per individu (ri) dalam selang waktu ti adalah: Prob (ri;ui) = e-µiti (µiti)r ; ri = 0,1,2,… r i! nilai tengah ri adalah µi. yang merupakan fungsi dari variabel-variabel bebasnya, secara matematik dapat dinyatakan: ri = µi + ei ri = µ(xi, β) + ei ri = µ(xi1, xi2, xi3,….) + ei selanjutnya dengan menggunakan fungsi peluang sebaran Poisson, peluang jumlah kunjungan ri dalam selang waktu ti: Prob (r, β) = e-ti [µ(xi, β)] [ti µ (xi, β)ri ; i= 0,1,2,…, k r i! dengan i menyatakan nilai pengamatan induvidu ke-i. Fungsi µ (xi, β) dipilh untuk fungsi yang tidak pernah bernilai negatif (non negative) misalnya exiβ, yang
disebut sebagai fungsi penghubung (link function). Model regresi Poisson dengan fungsi penghubung exiβ adalah: µ = ti exβ untuk
penduga
menggunakan
parameter metode
koefisien
kemungkinan
regresi
Poisson
maksimum
diperoleh
(Maximum
dengan
Likelihood
Estimation). Nlai penduga β digunakan metode IRWLS (Iteratively Rewighted Least Square) sesuai dengan penggunaan Software Statistica Version 6.0 Released 2003.
3.8.
Kerangka Berpikir Langkah awal dalam penelitian ini adalah menentukan Kebun Raya
Cibodas sebagi obyek penelitian. KRC sebagai kawasan konservasi ex situ mempunyai fungsi antara lain sebagai kawasan konservasi, sarana eksplorasi, introduksi, koleksi, pelestarian plasma nutfah. Selain itu juga mempunyai fungsi lingkungan, antara lain fungsi hidrologis, estetika, menyediakan udara bersih, keindahan dan lain sebagainya. Kawasan konservasi memiliki peran sangat penting, terutama dalam meningkatkan kualitas lingkungan hidup sehingga menjadi lebih nyaman, segar, indah dan bersih. Sesuai dengan tujuannya, pembangunan
kawasan
konservasi
ditekankan
pada
fungsinya
untuk
memperbaiki dan menjaga iklim mikro, nilai estetika, peresapan air, menciptakan keseimbangan keserasian lingkungan dan pelestarian keanekaragaman hayati. Potensi jasa lingkungan baik langsung ataupun tidak langsung dapat dimanfaatkan secara terukur dan tidak terukur oleh manusia antara lain untuk: wisata alam, pemanfaatan sumberdaya air, supply oksigen, perlindungan system hidrologis dan carbon offset (Pedoman Inventarisasi Jasa Lingkungan, Ditjen PHKA, 2003.) Sebagai sebuah institusi, kebun raya dapat menjelma berupa sebuah kebun yang kecil, tanpa dukungan memadai yang berfungsi utamanya
sebagai taman publik dan tempat rekreasi, namun juga dapat berupa organisasi penelitian yang cukup besar yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan seperti penelitian, budidaya, pelatihan dan pendidikan lingkungan dan konservasi. Fungsi-fungsi KRC terhadap ekosistem dapat menimbulkan permasalahan. Permasalahan
dapat
dikategorikan
berdasarkan
sisi
permintaan
dan
penawarannya. Dari sisi permintaan, dalam hal ini pengunjung yang pada umumnya masih rendah apresiasinya terhadap sumberdaya dan masih berperilaku
negatif
yang
dapat
merusak
lingkungan.
Perilaku-perilaku
pengunjung antara lain adalah mencoret-coret fasilitas rekreasi pada tembok, kolam, bebatuan, memetik dan merusak bagian dari tanaman, membuang sampah sembarangan dan lain sebagainya. Belum semua pengunjung menyadari arti pentingnya kawasan. Pengunjung seharusnya bisa memperoleh kegiatan wisata yang memberikan manfaat, contohnya adanya unsur edukasi. Masalah-masalah tersebut muncul sebagai akibat dari sifat manusia sebagai homoeconomicus yang cenderung berpikiran ekonomi secara sempit dan jangka pendek, sehingga kurang apresiasinya terhadap pemeliharaan kebutuhan umum yang berjangka panjang. Sifat konsumsi jasa lingkungan yang menyebabkan tidak pernah diperjual-belikan dalam mekanisme pasar, membuat masyarakat sulit untuk menentukan besarnya manfaat jasa lingkungan dalam sistem nilai uang. Sekalipun masyarakat tersebut dapat merasakan manfaat tersebut tetapi dalam kalkulus ekonominya cenderung untuk diabaikan. Pihak pengelola belum mampu mengapresiasi nilai sumberdaya dan mengexplore sumberdaya kawasan,
sehingga
belum
mampu
menawarkan
rekreasi
yang
dapat
meningkatkan nilai. Adanya pengkuantifikasian sumberdaya kawasan dapat dirumuskan rekomendasi kebijakan untuk pengelolaan kawasan. Penggalian nilai-nilai yang ada dalam kawasan diharapkan dapat meningkatkan nilai dan manfaat kawasan. Bagan alir kerangka berpikir dapat dilihat pada Gambar 7.
Kebun Raya Cibodas ((KRC)
Kawasan konservasi Ex-situ
Pelestarian, introduksi plasma nutfah
Sarana rekreasi
Penghasil O2, fungsi hidrologis,estetika
Lainnya
Identifikasi masalah
Demand (pengunjung): • Apresiasi rendah terhadap kawasan • Perilaku negatif: vandalisme, buang sampah sembarangan, dll • Kegiatan rekreasi yang seharusnya memberikan manfaat (unsur edukasi)
Jasa Lingkungan
Supply (pengelola): • Tidak bisa mengapresiasi nilai sumberdaya wisata • Tidak bisa menghitung nilai sumberdaya • Belum mengexplore sumber daya wisata yang dapat meningkatkan nilai wisata
Nilai Sumberdaya Hayati
Valuasi dan Manfaat Ekonomi Kawasan
Saran Pengelolaan
Alokasi Sumberdaya Optimal
Gambar 7. Bagan Alir Kerangka Pemikiran
Nilai Ekonomi Wisata
3.9.
Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
(1) nilai ekonomi supply lebih besar dari nilai ekonomi demand; (2) biaya perjalanan, kesediaan membayar dan waktu tempuh menuju lokasi berpengaruh negatif yang artinya semakin besar biaya perjalanan, kesediaan membayar dan semakin lama waktu tempuh menuju lokasi maka akan semakin rendah permintaan wisata; (3) tingkat pendidikan, pendapatan
dan jumlah rombongan berpengaruh
positif terhadap kunjungan; (4) ada surplus konsumen, baik surplus konsumen wisata dan surplus konsumen diluar wisata sebagai modal untuk meningkatkan pengelolaan kawasan; (5) KRC efisien dari sisi pengelolaannya.
IV. METODE PENELITIAN
4.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di obyek obyek wisata Kebun Raya Cibodas yang
merupakan kawasan konservasi konserva ex situ yang terletak di Sindanglaya, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ditentukan secara sengaja (purposive), ), dengan pertimbangan pe timbangan Kebun Raya Cibodas merupakan salah satu rekreasi alam terbuka yang keberadaannya tetap dipertahankan dipertahankan sejak beberapa ratus tahun yang lalu hingga sekarang sekarang ini. Pengambilan dan pengolahan data dilaksanakan sanakan pada bulan Maret-Mei Maret 2008.
a). b). Gambar 8. Lokasi Penelitian a). Pintu Gerbang KRC dan b). Taman di KRC
4.2.
Penentuan Responden Pengambilan responden dilakukan dengan cara accidental/convenience, accidental/convenience
yaitu pengambilan responden yang ditemui di lokasi. Obyek penelitian adalah para pengunjung (domestik) yang melakukan melakukan rekreasi di KRC yang sehat jasmani dan rohani dengan kriteria k cukup dewasa,, yaitu yang telah berumur 17 tahun dan mampu berkomunikasi dengan baik. Pada umur tersebut dianggap telah mempunyai keputusan berekreasi sendiri. Pengunjung yang berkelompok atau rombongan dipilih beberapa orang sebagai wakil kelompoknya. Responden dipilih sebanyak 200 orang.
4.3.
Pengambilan Data Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Pengumpulan
data dilakukan dengan cara: (1) studi literatur untuk mendapatkan data sekunder tentang karakteristik obyek wisata dan hal-hal lain yang berkaitan dengan penelitian ini; (2) observasi dengan cara mengamati dan mencatat hasil pengamatan di lapangan; (3) wawancara dengan menggunakan kuesioner untuk memperoleh data yang dianggap penting. (4) Data-data yang diperlukan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut: (5) karakteristik sosial ekonomi pengunjung, seperti jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, pendapatan per bulan, motivasi kunjungan, lama kunjungan dan intensitas rekreasi pada periode tertentu; (6) kesediaan membayar dari masing-masing responden dalam menikmati peningkatan kualitas dan fasilitas rekreasi; (7) data biaya perjalanan dari pengunjung untuk menuju lokasi wisata dan data lainnya yang menunjang; (8) penilaian
pengunjung
terhadap
kawasan
rekreasi
dan
kapasitas
pelayanan seperti kemudahan mencapai lokasi, keindahan alam, kemamanan, dan kebersihan; (9) keadaan umum lokasi (karakteristik obyek wisata) seperti sejarah, status, letak dan luas, keadaan fisik dan potensi wisata. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengamatan dan wawancara langsung terhdap pengunjung melalui wawancara, kuesioner dan observasi. Data sekunder diperoleh dari pihak pengelola di Kebun Raya Cibodas, studi literatur dan fasilitas internet.
4.4.
Pengolahan Data
4.4.1. Permintaan Rekreasi Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan diolah dengan Software Statistica Version 6.0 Released 2003 dan Microsoft Excel 2007. Pendugaan kunjungan Kebun Raya Cibodas dapat dilakukan dengan metode ITCM tiap individu per tahun kunjungan, yaitu: Vi
=
exp [bo + b1TC +b2I+ b3S + b4E + b5A + b6K+ b7T +b8Wt+b9Ot+ b10Jr+ b11Al + b12Wtp]……………….(3)
dimana: Vi
=
Jumlah kunjungan/trip tahunan individu i ke Kebun Raya Cibodas dalam 5 tahun terakhir
TC
=
biaya perjalanan individu ke lokasi Kebun Raya Cibodas (Rupiah)
I
=
pendapatan responden (rupiah per bulan)
S
=
jenis kelamin; 1= Laki-laki, 0=Perempuan
E
=
tingkat pendidikan responden (tahun) dikategorikan berdasarkan tahun mengenyam pendidikan
A
=
umur responden(tahun)
K
=
lama mengetahui Kebun Raya Cibodas (tahun)
T
=
waktu yang ingin dihabiskan responden di Kebun Raya Cibodas (jam)
Wt
=
waktu tempuh dari rumah menuju lokasi (jam)
Ot
=
daya tarik lokasi, berdasarkan keinginan responden untuk berkunjung ke kawasan ini lagi; 3=ingin berkunjung kembali, 2= tidak ingin berkunjung kembali 1=tidak tahu
Jr
=
jumlah anggota rombongan yang datang bersama (orang)
Al
=
alokasi untuk berekreasi: 1= mempunyai alokasi untuk berekreasi,
0= tidak mempunyai alokasi untuk berekreasi Wtp
=
willingness to pay, keinginan membayar responden untuk menikmati kegiatan rekreasi (rupiah)
b1, b2, b3, b4, b5, b6, b7, b8, b9, b10, b11 dan b12 = koefisien regresi untuk faktor TC, I, S, E, A, K, T, Wt , Ot , Jr, Al, dan W. Pendugaan surplus konsumen menurut Hellerstein dan Mandelson (1993) dalam regresi Poisson adalah negative invers dari koefisien biaya perjalanan. Selain menduga permintaan individu untuk rekreasi, juga dilakukan perhitungan penilaian rekreasi dapat didekati dengan Metode Nilai Ekonomi Wisata Alam. Perhitungannya adalah sebagai berikut: Nilai Ekonomi Wisata Alam (NEWij) NEWij
=
∑
(JPWij x BKWij X FKWij)…………….(4)
dimana: NEWij
=
nilai ekonomi obyek wisata (Rp/tahun)
JPWij
=
jumlah pengunjung wisata menurut jenis obyek dan lokasi penelitian (orang/tahun)
BKWij
=
biaya rata-rata perkunjungan wisata menurut jenis obyek di lokasi j
FKWij
=
frekuensi kunjungan wisata/orang/tahun di lokasi (kali/tahun)
i
=
jenis obyek wisata
j
=
lokasi penelitian
4.4.2. Penawaran Rekreasi Dalam mengolah data penawaran rekreasi, data yang telah diperoleh dan dikumpulkan diolah dengan menggunakan program Excel 2007. Penawaran
rekreasi dapat dihitung berdasarkan nilai total ekonominya. Total nilai ekonomi dalam hal ini berupa nilai kegunaan langsung dan nilai kegunaan tak langsung. TEV
=
UV + NU………………….………………………….(5)
dimana: TEV
=
Total Economic Value
UV
=
Use value
NUV
=
Non-use Value
Dalam hal ini, nilai kegunaan langsung dapat didekati dari nilai ekonomis tanaman, sedangkan nilai kegunaan tak langsung dapat didekati dari kemampuan pohon dalam menghasilkan dan menyerap dan menjerap gas-gas, seperti oksigen, gas-gas pencemar udara dan karbon. Kemampuan tanaman, dalam hal ini pohon dalam menghasilkan, menyerap dan menjerap gas-gas tersebut dikonversi ke dalam nilai moneter yang berlaku pada nilai saat ini (current price) dan menggunakan pendekatan biaya kesehatan. Untuk menduga nilai dari penawaran rekreasi, terlebih dahulu harus melakukan hal-hal berikut: (1) mengetahui bentuk kawasan, dalam hal ini berkaitan dengan bentuk kawasan (apakah termasuk kawasan ex situ, in situ atau yang lainnya) dan mengetahui tujuan penetapan kawasan tersebut; (2) mengidentifikasi dan menginventarisasi sumberdaya yang ada, dengan: •
menentukan kekayaan keanekaragaman hayati di KRC,
•
mengelompokkan nilai guna langsung dan tidak langsung.
Selanjutnya, melakukan valuasi terhadap sumberdaya tersebut dengan pendekatan nilai ekonomi total, berdasarkan harga aktual (harga pasar) dihitung nilai ekonomi tanaman. Dalam hal ini didekati dengan harga bibit dari tanaman atau harga jual tanaman hias untuk tanaman yang bersangkutan.
Untuk menduga non use value, atau nilai manfaat tidak langsung dapat didekati dari kemampuan suatu sumberdaya, dalam hal ini kawasan KRC dalam menyerap oksigen. KRC termasuk dalam kelompok Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang diperuntukan sebagai untuk kawasan rekreasi. RTH merupakan produsen oksigen (O2), penyerap karbondioksida (CO2) dan gas polutan lain, serta sebagai daerah resapan air yang belum tergantikan fungsinya. Sebuah pohon dapat menghasilkan sekitar 1,2 kilogram oksigen per hari
2.
Setiap luasan 1 hektar,
daun-daun hijau dapat menyerap menyerap 2,5 ton CO2/tahun (6 kg CO2/batang per tahun). Satu hektar ruang terbuka hijau (RTH) yang dipenuhi pohon besar menghasilkan dan dapat menyimpan 900 m3 air tanah/tahun, mentransfer air 4.000 liter/hari, menurunkan suhu 5°C-8°C, meredam kebisingan 25-80 persen, dan mengurangi kekuatan angin 75-80 persen3. Berdasarkan nilai tersebut, maka dapat diketahui kemampuan satu pohon dalam menyuplai gas oksigen pada suatu kawasan. Untuk menduga nilai non use value, dalam hal ini kemampuan KRC menghasilkan oksigen. Dapat digunakan rumus sebagai berikut: UV
=
CoP * PoO2 *Q…….…………………………………………(6)
dimana: UV (indirect) =
non use value (rupiah)
CoP
capability of plant, dalam hal ini berapa besar kemampuan
=
tanaman dalam menghasilkan oksigen (liter/hari) PoO2
=
price of oxygen, harga oksigen (rupiah/liter)
Q
=
jumlah pohon
2
Noorcahyati. http://www.tribunkaltim.com/Tajuk/Tanam-1-Pohon-Selamatkan-2Manusia.html. Diakses tanggal 12 April 2008. 3
Joga, Niwono.http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0305/14/metro/313357.htm. Diakses tanggal 12 April 2008.
Perhitungan jasa lingkungan sebagai penyerap gas-gas pencemar udara, divaluasi dengan menguunakan pendekatan biaya kesehatan. Data mengenai kemampuan jenis pohon yang mampu mereduksi pencemaran udara seperti kemampuan menyerap timbal, debu, SO2, NO2 dan CO diperoleh dari penelitian sebelumnya. Perhitungannya adalah sebagai berikut: Valuasi KRC dalam Mereduksi Gas-gas Pencemar Udara Berdasarkan Pendekatan Biaya Kesehatan UV gas pencemar =
*
Rp. c * Σ P…………………………..……. (7)
dimana: UV (indirect) =
non use value (Rupiah)
Xa
=
Σ penyerapan gas pencemar di Ragunan
Xb
=
Σ penyerapan gas pencemar di KRC
Rp.c
=
manfaat nilai kesehatan per orang
ΣP
=
jumlah penduduk Kecamatan Pacet
Perhitungan valuasi KRC dalam menyerap dan menjerap gas-gas pencemar udara menggunakan transfer benefit yang dilakukan oleh Asyrafy (2008). Untuk jumlah penduduk diambil jumlah penduduk di Kecamatan Pacet yaitu penduduk yang berada dekat dengan lokasi penelitian, karena mereka yang merasakan manfaat adanya kawasan sebagai penyerap dan penjerap gas-gas pencemar. Perhitungan nilai manfaat sumberdaya sebagai penyerap karbon dengan menggunakan pendekatan carbon stock. Pendugaan carbon stock menggunakan persamaan Allometrick melalui metode destruktif. Metode Analisis Perhitungan Nilai Carbon Stock
JCS
CS
=
π D2 h ρ / 40………………………………………………..(8)
=
Σ (CSxJPH) x LAj
NCS
=
JCSxHCS
dimana: NCS
=
nilai carbon stock (Rp)
JCS
=
jumlah carbon stock yang terdapat pada setiap areal j (Kg/ha)
CS
=
biomas atau carbon stock pada setiap vegetasi pohon di setiap areal j (kg/ha)
JPH
=
rata-rata jumlah pohon per hektar di areal j (pohon/ha)
LAj
=
luas areal j (Ha)
HCS
=
harga karbon persatuan (Rp/kg atau Rp/ton)
D
=
diameter (cm)
h
=
tinggi (meter)
ρ
=
kerapatan kayu (gr cm-3)
Apabila pengukuran pelepasan karbon yang didekati dari ketersediaan karbon sebagaimana dijelaskan di atas sulit untuk dilakukan, maka dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan transfer benefit pelepasan karbon selama kebakaran tahun 1997 di Indonesia yang dilakukan oleh EEPSEA dan WWF (1998) dalam Glover dan Timothy, 1999. Jumlah karbon yang dilepaskan dari kebakaran hutan sebesar 27,21 ton/ha, dengan nilai karbon/ton sebesar US$ 10 (dikonversi ke nilai rupiah). Perhitungannya adalah sebagai berikut: NPK
=
∑
(JKLj x LAj x NKL)……………………………..(9)
dimana: NPK
=
nilai total pelepasan karbon (Rp)
JKLj
=
jumlah pelepasan karbon/ha di j (ton/ha)
LAj
=
luas areal j (ha)
NKL
=
nilai karbon per ton (Rp/ton)
j
=
lokasi pengambilan sampel pendugaan karbon
4.5.
Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Untuk memperjelas dan membatasi ruang lingkup penelitian, maka
penelitian ini mempuyai beberapa ruang likup dan batasan penelitian sebagai berikut: (1) dalam menduga nilai ekonomi sumberdaya hayati dalam hal ini adalah sumberdaya tumbuhan (flora), adalah sumberdaya yang mempunyai nilai, karena ada beberapa tanaman koleksi yang tidak diperjualbelikan (khusus
untuk
pelestarian
tanaman
dan
ada
beberapa
yang
dipertukarkan); (2) pokok bahasan penelitian ini adalah aplikasi model biaya perjalanan untuk mengestimasi manfaat rekreasi obyek KRC berdasarkan aplikasi regresi Poisson; (3) nilai manfaat rekreasi adalah nilai ekonomi kuantitiatif (termasuk surplus konsumen) dari permintaan manfaat rekreasi; (4) manfaat adalah jumlah kunjungan rekreasi selama periode waktu tertentu; (5) kurva permintaan manfaat rekreasi adalah kurva yang menggambarkan hubungan antara jumlah kunjungan rekreasi pada berbagai tingkat biaya perjalanan yang dikeluarkan pengunjung; (6) biaya perjalanan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan pengunjung untuk melakukan kegiatan rekreasi, meliputi biaya transportasi, biaya konsumsi rekreasi yang dikurangi biaya konsumsi harian apabila tidak melakukan rekreasi, biaya dokumentasi, biaya parkir dan biaya lainnya seperti biaya sewa, biaya akomodasi dan lain yang dikeluarkan selama melakukan kegiatan rekreasi; (7) responden adalah pengunjung domestik yang dianggap mewakili karakteristik pengunjung; (8) untuk nilai harapan, nilai pilihan dan nilai keberadaan tidak divaluasi.
4.6.
Asumsi Penelitian Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
(1) pengunjung memperoleh manfaat total yang sama dari tempat wisata; (2) pengunjung memberikan respon yang sama terhadap perubahan harga karcis masuk dan jumlah biaya perjalanan; (3) responden telah memiliki informasi atau preferensi mengenai KRC dan tempat rekreasi yang dituju belum mencapai kapasitas masksimum pelayanannya; (4) KRC merupakan satu-satunya lokasi yang dituju oleh pengunjung; (5) nilai ekonomi yang dihitung yang hanya diketahui nilainya, nilai sumberdaya hayati yang dihitung adalah nilai flora (tanaman) di KRC dan nilai ekonomi berdasarkan nilai guna langsung dan nilai guna tidak langsung.
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1.
Sejarah Kebun Raya Cibodas merupakan bagian dari Kebun Raya Bogor yang
didirikan pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Pada saat masuknya tanaman kina pertama kali di Pulau Jawa bulan April 1852. Gagasan mengintroduksi kina ke pulau Jawa disampaikan sebelumnya oleh pakar botani, diantaranya: Prof C.G.C Reinwardt, Dr. C.L Blume (1829), Dr. P.W. Korthals (1830), Dr. E.A Fritze, Prof. G.J Mulder (1838), Dr. G. Vrolik (1839), Dr. F.A.W Miguel (1846), Dr. Fromberg (1848) dan Dr. F.W Junghun kepada pemerintah Hindia Belanda. Dr. F.W.Went, seorang ahli fisiologi tumbuhan asal Jerman yang lama bermukim di Indonesia yang memberi predikat Cibodas sebagai surga dunia. “If paradise still exist on earth, Cibodas must have been part of it” (Seandainya masih ada surga di muka bumi ini, maka Cibodas pastilah bagian daripadanya). Dr. Went tentu tidak basa-basi, karena keberadaan Kebun Raya Cibodas bukan sekadar sarat dengan panorama yang cantik, namun jauh lebih penting dari itu. Berdirinya Kebun Raya Cibodas (KRC) tidak bisa dilepaskan dari peran ahli botani dan kurator, Johannes Elias Teysjmann. Teysjmann pada waktu itu rajin menanam bibit pohon. Antara 1830 – 1839, beliau sudah menanam beberapa bibit pohon buah di Cibodas. Tahun-tahun berikutnya daftar koleksi terus bertambah, terutama untuk bibit tanaman yang tak bisa tumbuh dengan kondisi Kebun Raya Bogor (KRB). KRC dikukuhkan sebagai cabang dari KRB pada tahun 1862. KRB sendiri didirikan pada tanggal 18 Mei 1817, tidak lama setelah Pemerintah Kolonial Inggris meninggalkan Indonesia. Kelahirannya merupakan perwujudan gagasan Prof. C.G.C. Reinwardt, Direktur Pertanian, Kebudayaan dan Penelitian di Hindia Belanda (Indonesia) pada waktu itu.
Sejarah KRC mengingatkan tentang introduksi tanaman kina ke Indonesia. Sebelum menyebar ke berbagai daerah, kina (Cincdhona calisaya) pertama kali diaklimatisasi di Cibodas. Aklimatisasi kina terjadi pada 1852 setelah didatangkan dari Bolivia, Amerika Selatan. Inilah cikal bakal tumbuhnya kebun kina di negara ini. Dalam usianya yang ke–156 (1852-2008), Kebun Raya Cibodas mampu menempatkan posisinya sebagai kawasan konservasi yang sangat ideal bagi pertumbuhan tanaman dataran tinggi basah, temperate maupun tanaman sub tropik. UNESCO dengan MAB pada tahun 1977 menetapkan Kebun Raya Cibodas dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP) sebagai satu dari enam cagar biosfer yang ada di Indonesia (Cibodas, Tanjung Putting, Lore Lindu, Siberut, Gunung Leuser dan P. Komodo). Disamping itu Kebun Raya Cibodas juga dinobatkan sebagai salah satu Tourist Destination Area dan sebagai The Second Tourist Wonder of West Java dari The Seven Tourist Wonder of West Java. Kini setiap tahunnya Kebun Raya Cibodas dikunjungi wisatawan domestik yang datang dari Jakarta, Bandung, Bogor dan sekitarnya maupun wisatawan manca negara.
5.2.
Letak dan Luas Secara administratif KRC terletak di derah Cimacan, Kecamatan Pacet,
Kabuapaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Batas-batasnya dalah sebagai berikut: sebelah utara dibatasi oleh Sungai Ciwalen; sebelah selatan dibatasi oleh Sungai Cibodas; sebelah barat dibatasi oleh Hutan Cagar Alam Cibodas; sebelah timur dibatasi oleh Sungai Cibodas. Pintu gerbang KRC terletak di kaki Gunung Gede Pangrango sekitar 40 km sebelah tenggara Bogor, 25 km sebelah tenggara Cianjur dan terletak hanya 4 km dari Cimacan yang berda di tepi jalan raya utama yang menghubungkan
Jakarta-Bogor dan Bandung lewat jalur Puncak. Lokasi KRC dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan umum jurusan Cipanas-Rarahan-Cibodas. KRC ketinggian antara 1.300 – 1.425 meter dari permukaan laut (dpl). Memiliki suhu rata-rata 18oC dan curah hujan 2.380 mm yang meliputi kawasan seluas 125 ha dan terletak pada 06046 LS dan 107001 BT.
5.3.
Tugas dan Fungsi Kebun Raya Tugas-tugas pokok Kebun Raya pertama kali dirumuskan pada waktu
pendiriannya.
Sesuai
dengan
tujuannya
sebagai
lembaga
yang
menyelenggarakan penelitian tentang kekayaan alam hayati di Indonesia. Tugas Pokok dan Fungsi UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas diuraikan dengan jelas dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 103 tahun 2001, serta Keputusan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Nomor 1017/M/2002 (Bab 1 Pasal 2-3) adalah : 5.3.1
Tugas Pokok Kebun Raya UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas-LIPI mempunyai
tugas
melakukan
inventarisasi,
eksplorasi,
koleksi,
penanaman,
dan
pemeliharaan tumbuhan pegunungan khususnya kawasan barat Indonesia yang memiliki nilai ilmu pengetahuan dan potensi ekonomi untuk dikoleksi dalam bentuk
kebun
pengembangan,
botani,
serta
pelayanan
melakukan
jasa
dan
pendataan,
informasi,
pendokumentasian,
pemasyarakatan
ilmu
pengetahuan dibidang konservasi, introduksi dan reintroduksi tumbuhan. 5.3.2. Fungsi Kebun Raya Dalam melaksanakan tugas tersebut diatas, UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas–LIPI meyelenggarakan fungsi sebagai berikut: (1) pelayanan, inventarisasi, eksplorasi, konservasi dan reintroduksi jenis tumbuhan dataran tinggi basah khususnya kawasan barat Indonesia yang
memiliki nilai ilmu pengetahuan dan potensi ekonomi, pengembangan dan pendokumentasian biodata jenis tumbuhan koleksi yang berkaitan dengan konservasi ex-situ; (2) pemberian pelayanan jasa ilmiah, pemasyarakatan ilmu pengetahuan dalam bidang konservasi tumbuhan dan introduksi tumbuhan; (3) pelaksanaan urusan Tata Usaha dan Rumah Tangga.
5.4.
Vandalisme Vandalisme kerap terjadi dalam kegiatan wisata dan biasanya dilakukan
oleh pengunjung dan sangat berkaitan dengan pemahaman terhadap kawasan dan tingkat pendidikan pengunjung. Umumnya kegiatan yang berkaitan dengan vandalisme yang umumnya terjadi adalah kerusakan terhadap flora. Kerusakan bagian-bagain tanaman yang dipetik atau rusak oleh pengnjung dan anak-anak. Pengunjung yang melakukan kegiatan yang bersifat vandalisme sebenarnya sudah diperingati. Banyak coretan di bebatuan dan kolam yang dikotori oleh pengunjung. Selain itu, banyak pengunjung terutama remaja yang kurang mampu mengapresiasi alam. Mereka mengapresiasinya dengan berpacaran di dalam kompleks taman dan yang lebih buruk lagi mencoret-coret properti taman termasuk monumen dan papan plang informasi. Masalah klasik yang berkaitan dengan vandalisme adalah mengenai masalah sampah dan kebersihan. Pengunjung, walaupun sudah diberi fasilitas tempat sampah dimana-mana tetap saja membuang sampah sembarangan sesuai dengan keinginannya. Perilaku-perilaku vandalisme pengunjung wisata menjadi tantangan besar pengelola berbagai kebun raya maupun taman di seluruh Indonesia. Perlunya edukasi ke pengunjung dengan cara yang menarik dan edukatif sehingga mudah untuk dipahami.
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1.
Valuasi Kebun Raya Cibodas Berdasarkan Jasa Lingkungan Jasa lingkungan merupakan fungsi jasa ekosistem, baik yang masih
bersifat alami maupun buatan, yang memberikan manfaat langsung dan tidak langsung
dalam
peningkatan
kualitas
lingkungan
untuk
kesejahteraan
masyarakat. Jasa lingkungan yang terdapat di Kebun Raya Cibodas: 6.1.1. Penghasil Gas Oksigen Dari kajian penelitian, secara sederhana dapat disimpulkan semakin tinggi pohon yang tumbuh subur diatas tanah akan semakin memberi manfaat yang
lebih diantaranya
adalah4:
(1)
menghasilkan
oksigen
1,2
kg/pohon/hari; (2) membuat teduh/sejuk, menyerap panas 8 kali lebih banyak; (3) menjaga kelembaban, menguapkan 3/4 air hujan ke atmosfir; (4)
menyerap
debu; (5) mengundang burung; (6) membuat keindahan. Sementara itu fungsi pohon di bawah tanah diantaranya adalah: (1) menyerapkan air ke tanah; (2) mengikat butir-butir tanah; (3) mengikat air di pori tanah dengan kapilaritas dan tegakan permukaan. Sebatang pohon menyerupai sebuah pabrik kimia raksasa. Proses-proses kimia yang sangat rumit dijalankan dengan urutan-urutan yang tanpa cela. Ada bukti bahwa organ-organ yang menjalankan proses-proses ini melakukan perhitungan bagaikan seperangkat komputer. Pepohonan harus ditanam kembali dan dijaga kelestariannya. Pohon adalah makhluk hidup yang statis tetapi memberikan peran yang signifikan bagi makhluk yang dinamis.
4
http://bapedal-jatim.info/index.php?option=com_frontpage&Itemid=1
Untuk mengetahui nilai kemampuan tanaman menyerap oksigen, dapat diketahui dengan menggunakan persamaan (6). Berdasarkan An Alphabetical List of Plant Species Cultivated in The Cibobas Botanic Garden, diperoleh jumlah pohon yang terdapat di KRC sebanyak 2987 pohon. Tiga puluh persen luas KRC (37,5 Ha) ditumbuhi hutan. Pendugaan jumlah pohon di areal hutan dilakukan dengan pendekatan luas dan jarak antar pohon. Jarak antar pohon sekitar 1 m, sehingga pendugaan jumlah pohon untuk areal hutan yang terdapat di KRC sekitar 375.000 pohon. Jumlah seluruh pohon yang terdapat di KRC sekitar 337.987 pohon. Seperti yang telah disebutkan di atas, sebuah pohon dapat menghasilkan 1,2 kilogram oksigen per hari. Untuk mengkonversikan ke dalam satuan liter, harus mengetahui dahulu massa jenis oksigen. Massa jenis oksigen adalah 0 °C; 101,325 kPa) 1,429 g/L dan harga oksig en saat ini (current price) adalah Rp.10.000/liter sehingga potensi KRC dalam menyerap oksigen yang sudah langsung divaluasi ke dalam satuan moneter: UV O2 (indirect) =
CoP * PoO2 * Q
=
1,2 kg/pohon/hari * Rp.10.000/liter * 337.987 pohon
=
1200g/pohon/hari*
=
Rp. 3.174.138.558.432/hari
* ,
Rp.10.000/liter * 337.987 pohon
Dari perhitungan di atas, ternyata jika divaluasi ke nilai moneter, kawasan (KRC) dapat menghasilkan oksigen sebesar Rp. 3.174.138.558.432/hari dan Rp. 1.158.560.573.827.850/tahun. Untuk
mengetahui
nilai
tegakan
pohon,
diperoleh
dengan
cara
mengalikan harga jual kayu/pohon dikalikan dengan jumlah pohon yang ada di KRC. Nilai ini dihitung hanya sebagai perbandingan saja, karena jika dijumlahkan ke dalam nilai total ekonomi, akan menyebabkan perhitungan ganda (double counting). Berdasarkan informasi dan data yang diperoleh, didapat bahwa harga
kayu pertukangan kualitas menengah sebesar Rp. 2.500.000/m3/tahun. Untuk mengetahui
nilainya,
perlu
diketahui
dahlu
volume
pohon,
dengan
mengasumsikan bahwa rata-rata diameter pohon 40 cm, dan tinggi 6 m. Dengan mengasumsikan nilai tersebut, maka perhitungan nilai tegakan di KRC: UV (direct)
= Volume pohon (m3) * ∑ pohon * P pohon (Rp/ m3)
dimana: Volume pohon = a * t * f dimana: a
= alas, πr2
t
= tinggi pohon (m2)
f
= faktor koreksi, niliainya sekitar 0,7 – 0,8
sehingga, Volume pohon = a * t * f = πr2 * t * 0,7 = 3, 14 (0,2 m) 2 * 6 m * 0,7 = 0, 52752 m3 UV (direct)
= Volume pohon (m3) * ∑ pohon * P pohon (Rp/ m3/tahun) = 0, 52752 m3 * 337.987 * Rp. 2.500.000/m3/tahun = Rp. 445.737.255.600/tahun
Dari
perhitungan
diperoleh
nilai/harga
jual
kayu
hanya
sebesar
Rp.
445.737.255.600/tahun. Nilai ini sangat kecil dibandingkan kemampuan pohon dalam mengasilkan jasa-jasa lingkungan dan fungsi ekologisnya. Berikut beberapa jenis tanaman yang dapat menghasilkan oksigen, tanaman peneduh dan penghijauan:
(1). Pohon Sukun Pohon sukun yang tinggi dengan perakaran yang tidak begitu dalam, tetapi cukup kokoh sangat cocok digunakan sebagai tanaman penghijauan. Tajuknya yang besar mampu mengurangi erosi tanah akibat angin kencang, mengingat perakarannya yang mencengkeram tanah dengan kuat bahkan tanaman ini mampu menyimpan air hujan, sehingga dapat dikatakan dimana ada kumpulan pohon sukun maka ada sumber mata air. Pohon sukun juga dapat tumbuh di lahan yang kurang subur dan sejak dahulu sudah menjadi tanaman penghijauan. (2). Pohon Mahoni Mahoni merupakan tanaman yang berasal dari Hindia Barat dan Afrika dapat tumbuh subur bila tumbuh di pasir payau dekat dengan pantai. Mahoni dikelompokkan menjadi dua, mahoni berdaun kecil (Swietenia mahagoni Jacg.) dan mahoni berdaun besar (Swietenia macrophylla King). Keduanya termasuk dalam family Meliaceae. Pohon mahoni berdaun besar dapat tumbuh baik pada lahan dengan ketinggian bervariasi antara 0-1.000 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan 1.600-4.000 mm per tahun dan tipe iklim A sampai D. Pada umumnya mahoni senang pada tanah yang bersolum dalam. Jenis ini juga masih bisa bertahan pada tanah yang sewaktu-waktu tergenang air. Pohon mahoni selama ini dikenal sebagai penyejuk jalanan atau sebagai bahan untuk membuat segala bentuk furniture. Berdasarkan penelitian di laboratorium, pohon mahoni (Swietenia mahagoni), termasuk pohon yang bisa mengurangi polusi udara sekitar 47% - 69%. Pohon mahoni yang ditanam di hutan kota atau sepanjang jalan berfungsi sebagai filter udara dan daerah tangkapan air. Daun-daunnya bertugas menyerap polutan-polutan di sekitarnya. Sebaliknya, dedaunan itu akan melepaskan oksigen (O2) yang membuat udara di sekitarnya menjadi segar.
(3). Widyastama (1991) mengemukakan, tanaman yang baik sebagai penyerap gas CO2 dan penghasil oksigen adalah: damar, daun kupu-kupu, lamtoro gung, akasia dan beringin. 6.1.2. Penyerap dan Penjerap Gas-Gas Pencemar Udara Adanya mekanisme penyerapan dan penjerapan gas pencemar oleh tajuk pepohonan di KRC, mampu mengurangi efek pencemar udara yang terdapat dalam udara bebas. Luas dan rapatnya tajuk pohon memberikan andil yang besar dalam mereduksi pencemaran yang terjadi. Tajuk pohon yang luas dan kerapatan yang tinggi akan menahan angin dan menciptakan turbulensi sehingga bahan pencemar udara akan tertahan oleh luasnya tajuk pohon. Dari penelitian mengenai serapan oleh tajuk pohon didapatkan kemampuan pohon dalam menyerap gas-gas pencemar udara. Studi ketahanan dan kemampuan dari 11 jenis pohon yaitu : mahoni (Swietenia macrophylla), bisbul (Diospyrosdiscolor), tanjung (Mimusops elengi), kenari (Canarium commune), meranti merah (Shorealeprosula), kere payung (Filicium decipiens), kayu hitam (Diospyros clebica), duwet (Eugenia cuminii), medang lilin (Litsea roxburghii) dan sempur (Dillenia ovata) telah diteliti oleh Irawati tahun 1990. Hasil penelitian ini menunjukkan, tanaman yang baik untuk dipergunakan dalam program pengembangan hutan kota di kawasan pabrik semen, karena memiliki ketahanan yang tinggi terhadap pencemaran debu semen dan kemampuan yang tinggi dalam menjerap (adsorpsi) dan menyerap (absorpsi) debu semen adalah mahoni, bisbul, tanjung, kenari, meranti merah, kere payung dan kayu hitam. Sedangkan duwet, medang lilin dan sempur kurang baik digunakan sebagai tanaman untuk penghijauan di kawasan industri pabrik semen. Ketiga jenis tanaman ini selain agak peka terhadap debu semen, juga mempunyai kemampuan yang rendah dalam menjerap dan menyerap partikel semen (Irawati, 1990). Bidwell dan Fraser dalam Smith (1981) mengemukakan,
kacang merah (Phaseolus vulgaris) dapat menyerap gas ini sebesar 12-120 kg/km2/hari. Mikro organisme serta tanah pada lantai hutan mempunyai peranan yang baik dalam menyerap gas ini (Bennet dan Hill, 1975). Inman dan kawankawan dalam Smith (1981) mengemukakan, tanah dengan mikroorganismenya dapat menyerap gas ini dari udara yang semula konsentrasinya sebesar 120 ppm (13,8 x 104 ug/m3) menjadi hampir mendekati nol hanya dalam waktu 3 jam Tabel 3. Kemampuan Serapan Gas-gas Pencemar Udara oleh Tajuk Pohon Gas Luas Tajuk 3 Pencemar Pohon (m ) CO 73.438 NO 73.438 SO2 73.438 Sumber: Asyrafy, 2008
Serapan oleh Tajuk 2 Pohon (µg/m /jam) 2.600 2.300 41.000
Kemampuan Serapan oleh Tajuk Pohon (µg/jam) 19.094.004,21 16.890.849,88 301.097.758,7
Untuk melakukan valuasi terhadap gas-gas pencemar udara dapat didekati dari biaya kesehatan. Gas-gas pencemar berpotensi menyebabkan berbagai macam penyakit, seperti gangguan pernapasan, pusing, sukar kosentrasi, iritasi mata, stess dan lain-lain. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Asyrafy (2008) terhadap valuasi hutan kota berdasarkan biaya kesehatan dapat dilihat pada Lampiran 12 dan 13. Dengan menggunakan persamaan (7), maka dapat diduga valuasi KRC dalam mereduksi gas-gas pencemar udara berdasarkan biaya kesehatan: UV gas-gas pencemar =
. .
* Rp. 62.399,50/orang/tahun * 171.817 orang
= Rp. 270.944.045.741/tahun Jika divaluasi dengan menggunakan pendekatan biaya kesehatan, maka nilai dari gas-gas pencemar di KRC sebesar Rp. 270.944.045.741/tahun. 6.1.3. Carbon Offset Perdagangan karbon merupakan jasa lingkungan yang memberikan kontribusi dalam upaya mencegah dampak negatif perubahan iklim, dimana pemanfaatan
jasa
lingkungan
ini
nantinya
diatur
melalui
Mekanisme
Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism, CDM) di bawah Protocol Kyoto. Berdasarkan kajian yang dilakukan Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk dapat bersaing dalam pasar dunia untuk pengurangan karbon. Total luas hutan Indonesia yang kini diperkirakan tinggal 120 juta hektare (ha), sekitar 80 juta ha masih dalam kondisi relatif bagus atau lebat (bervegetasi) dan sangat berpotensi "dijual" melalui mekanisme perdagangan karbon. Semakin lebat tutupan kawasan hutan, daya serap karbon akan semakin tinggi. Untuk menghitung kemampuan dalam menyerap karbon, digunakan persamaan Nilai Pelepasan Karbon (NPK) karena persamaan metode Allometrik sulit untuk dilakukan. KRC mempunyai luas 125 Ha, yang 30 persen (37,5 ha) lahannya ditutupi hutan. Maka nilai KRC dalam menyerap karbon dapat dihitung: NPK
=
∑
NPK
=
27,21 ton/ha x 37,5 ha x Rp.90.000 /ton/tahun
=
Rp. 91.833.750/tahun
(JKLj x LAj x NKL)
Nilai kemampuan pelepasan karbon kawasan KRC sebesar Rp. 91.833.750/tahun. Nilai ini masih sangat rendah dibandingkan nilai-nilai jasa lingkungan yang lainnya. Seharusnya pemerintah lebih menaikkan posisi tawarnya dalam kesepakatan dalam menaikkan jumlah dan nilai jual karbon dan menekan negara-negara maju untuk mengurangi emisinya. Adanya perdagangan karbon (carbon trade) merupakan peluang bagi negara-negara yang masih memiliki kawasan hutan, untuk mendapatkan keuntungan dari kemampuan hutan menyerap emisi karbon yang dihasilkan dari kegiatan industri negara-negara maju. Beberapa negara pemilik hutan, seperti Brasil dan Kosta Rika, sudah menjual kemampuan hutannya itu melalui perdagangan karbon. Hasil yang diperoleh senilai jutaan dolar AS per tahun, digunakan untuk membiayai program-program pelestarian hutan.
6.1.4. Eco-tourism Eco-tourism merupakan potensi fenomena/keindahan/keunikan alam, keanekaragaman hayati dan budaya memberikan peluang usaha di bidang wisata alam. Kegiatan wisata alam terbatas erat kaitannya dengan pendidikan lingkungan. Tuntutan akan kegiatan wisata diperkirakan akan semakin meningkat, sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk, tingkat pendidikan dan pengetahuan serta pendapatan masyarakat. Pada umumnya hari-hari libur dan hari besar nasional, banyak pengunjung yang datang untuk menikmati keadaan dan keindahan alam, pemandangan alam, kesejukan udara, refreshing dan kegiatan-kegiatan wisata lainnya. Kegiatan wisata atau rekreasi alam dapat dinilai dari sisi permintaanya. Berdasarkan data dari pengelola KRC, data jumlah pengunjung KRC untuk tahun 2007 (data tahun terakhir) adalah sebanyak 504273 orang (Lampiran 9.) Data biaya rata-rata perjalanan dan frekuensi kunjungan wisata diperoleh dari wawancara pengunjung/responden yang melakukan kegiatan wisata di KRC. Dengan menggunakan persamaan (4), maka nilai ekonomi wisata alam dapat dihitung sebagai berikut: NEWij
=
∑
=
504.273 orang/tahun * Rp. 216.800
=
Rp. 109.326.386.400/tahun
(JPWij * BKWij * FKWij)
Keterangan : Rata-rata frekuensi kunjungan 3 kali/orang/tahun
6.2.
Valuasi Kebun Raya Cibodas Berdasarkan Nilai Sumberdaya Hayati
6.2.1. Sumberdaya Hayati Kebun Raya Cibodas (Flora) Untuk dapat menduga nilai sumberdaya hayati yang terdapat di Kebun Raya Cibodas, terlebih dahulu harus mengetahui jumlah keanekaragaman
sumberdaya hayati yang terdapat di KRC. Berikut disajikan keanekaragaman hayati yang terdapat di KRC: Tabel 4. Kekayaan UPT BKT Kebun Raya Cibodas No. Koleksi Suku Marga Jenis Sp. 1. Anggrek 1 66 323 2. Kaktus 1 42 127 2 3. Sukulen 11 34 95 9 4. Lumut 49 107 235 5. Kebun 182 645 1232 633 Sumber: - Pulahta, Registrasi - Buku Laporan Tahunan 2007, Sie. Konservasi
Spesimen 2054 778 574 6417
(1). Tanaman Anggrek Anggrek (Orchidaceae) adalah salah satu suku Spermatophyta yang unik. Keanekaragaman dan spesialisasi dalam morfologi bunganya telah menarik perhatian ahli botani dan kolektor selama berabad-abad. Dalam kelompok tumbuhan beberapa ahli memasukkan anggrek dalam superordo Liliflorae yaitu kelompok tumbuhan yang mempunyai perhiasan luar (daun kelopak/sepal) dan dalam (daun mahkota/petal) sangat mirip. Selain anggrek, dalam kelompok ini juga terdapt lili, iris dan amaryllis. Di dunia terdapat sekitar 20.000 jenis anggrek karena tumbuhan ini merupakan salah satu suku terbesar dalam Spermatophyta. Anggrek menyukai kondisi lingkungan yang lembab tetapi tidak basah. Kondisi yang terlalu basah dalam waktu yang lama akan menyebabkan busuknya akar. Sirkulasi yang lancar juga penting baik di habitat aslinya maupun dalam penangkaran (kultivasi). Untuk beberapa jenis anggrek terutama yang berasal dari dataran tinggi, KRC merupakan kawasan yang cukup disukai. Beberapa jenis bahkan ditemukan tumbuh subur di pohon-pohon koleksi serta di lantai hutan yang ada dalam kebun raya untuk anggrek tanah dan saprofit. Beberapa koleksi anggrek yang dimiliki KRC dapat dilihat pada Lampiran 2.
a). b). c). Gambar 9. Tanaman Aggrek. a). Cymbidium roseum, b) Dendrobium lawessi, c). Vanda tricolor Sumber : http://flo.com.ua/images/userplants/aca69bf4e0cf5c865a9c159c2bd3e564.jpg, http://www.hejstorczyki.pl/prezentacje_07/dendrobium_roellke/sekcja_09_calyptrochilus/0 7_lawesii_gs.jpg, http://www.premdesign.com/orchidpics/vanda_tricolor.jpg
(2). Tumbuhan Lumut Lumut merupakan tumbuhan tingkat rendah yang termasuk dalam divisi bryopthyta. Pada umumnya lumut menyukai tempat-tempat yang basah dan lembab di dataran rendah sampai dataran tinggi. Tumbuhan ini sering disebut sebagai tumbuhan pioneer atau perintis, karena lumut dapat tumbuh dengan berbagai kondisi pertumbuhan dimana tumbuhan tingkat tinggi tidak bisa tumbuh. Lumut merupakan tumbuhan pertama yang tumbuh ketika awal suksesi pada lahan yang rusak, atau daerah dengan hara miskin. Setelah area ditumbuhi lumut, area tersebut akan menjadi media yang cocok untuk perkecambahan dan pertumbuhan tumbuhan lainnya. Lumut dapat tumbuh menutupi batu-batuan, batang pohon, dinding, batu bara kadang membentuk hamparan seperti karpet hijau (So ML., dalam Seri Koleksi Kebun Raya – LIPI, 2006). Untuk mempelajari potensi lumut serta sebagai upaya konservasi beberapa jenis tertentu, Kebun Raya Cibodas-LIPI mendirikan Taman Lumut taman yang terhampar di lahan seluas 2.300 m2 ini dibuat dengan rancangan cultivated landscape yaitu pembentukan terasering atau petak-petak dibatasi jalan. Lanskap taman lumut ini ditata sedemikian rupa hingga berbentuk miniatur
Gunung Gede Pangrango, peta Kebun Raya Cibodas, lantai hutan dan sungai yang seluruhnya ditutupi oleh lumut. Di Taman Lumut ini terdapat 235 jenis lumut yang sebagian besar (80%) diambil dari sekitar kawasan kebun raya dan sisanya berasal dari hasil eksplorasi di tempat lain. Keberadaan taman lumut ini membuat Indonesia menjadi negara pertama di daerah tropis di dunia yang memiliki koleksi lumut dalam bentuk taman. Beberapa jenis tumbuhan lumut yang ada di KRC dapat dilihat pada Lampiran 3.
a).
b).
c).
Gambar 10. Tanaman Lumut. a). Calymperaceae, b). Hypnaceae, c). Thuidiaceae Sumber:http://ls.berkeley.edu/files/images/moss-lg.preview.jpg, http://www.northernontarioflora.ca/images/descriptions/1006485_1.jpg,http://kamniskivrh.net/mah/thuidium_tamariscinum.jpg
Gambar 11. Taman Lumut Kebun Raya Cibodas Sumber : http://discover-indonesia.blogspot.com/2007/11/cibodas-moss-garden-one-andonly.html
(3). Tanaman Koleksi KRC sebagai kawasan konservasi memiliki beragam tanaman koleksi, baik yang berasal dari Indonesia, maupun dari negara lain. Tanaman koleksi yang terdapat di KRC dapat dilihat pada Lampiran 4.
a).
b).
c).
Gambar 12. Tanaman Koleksi. a). Bunga Bangkai, b). Viola odorata, c). Acacia farnesia Sumber : http://www2.kompas.com/teknologi/news/0403/11/062212.jpg,http://www.homeopathyand more.com/med_images/VIOLA_ODORATA.jpg,http://upload.wikimedia.org/wikipedia/com mons/thumb/d/dd/Acacia-minuta-habit.jpg/250px-Acacia-minuta-habit.jpg
(4). Tumbuhan Obat Selain memilki koleksi anggrek, kaktus, sukulen, lumut dan koleksi kebun, KRC juga memiliki tumbuhan yang berpotensi sebagai tanaman obat. Sejalan dengan kemajuan zaman, pemanfaatan tanaman obat sebagai cara pengobatan utama mulai menurun. Padahal sudah sejak lama manusia sangat tergantung pada tumbuhan sebagai sumber bahan baku obat dan perawatan kesehatan. Tanpa kita sadari, tumbuhan di sekitar kita yang dianggap sebagai tumbuhan liar atau gulma pengganggu ternyata berpotensi sebagai tumbuhan obat. Mengenal tumbuhan obat sangat berguna dan sangat menarik. Pada Lampiran 5 terdapat beberapa jenis tumbuhan berpotensi obat yang terdapat di KRC dan pemanfaatannya sebagai upaya penyembuhan. Diharapkan dengan adanya informasi mengenai hal ini, dapat menjadi pengetahuan yang diwariskan secara turun-temurun (indigenous knowledge).
a).
b).
c).
Gambar 13. Tanaman Obat. a). Artemisia vulgaris, b). Ficus deltoidea jack, c). Urena lobata Sumber : http://www.floralimages.co.uk/images/artemisia_vulgaris_1486.jpg, http://www.rojaussodai.lt/pav/up/kambarinesSAUSIO/deltoidea.jpg
6.2.2. Manfaat dan Nilai Keanekaragaman Hayati Tumbuhan, hewan ,mikroorganisme dan manusia saling berinteraksi di dalam lingkungan fisik suatu ekosistem yang merupakan fondasi bagi pembangunan berkelanjutan. Sumberdaya hayati dari kekayaan kehidupan dapat mendukung kehidupan manusia dan memperkaya aspirasi serta memungkinkan manusia untuk beradaptasi dengan peningkatan kebutuhan hidupnya serta perubahan lingkunganya. Erosi keanekaragaman plasma nutfah, jenis dan ekosistem yang berlangsung secara tetap akan menghambat kemajuan dalam proses masyarakat yang sejahtera secara berkelanjutan. Erosi keanekargaman hayati ini merupakan indikasi dari ketidakseimbangan antara peningkatan kebutuhan
manusia
dan
kapasitas
alam.
Dari
komponen-komponen
keanekaragaman hayati, baik diperoleh langsung dari alam maupun melalui budidaya, umat manusia memperoleh semua bahan pangan dan sejumlah besar obat-obatan, serat bahan baku industri. Keanekaragaman hayati juga penting bagi kesehatan manusia. Sebelum industri sintesa muncul, semua bahan obat-
obatan diperoleh dari alam, dan bahkan sekarang bahan-bahan alami ini masih vital. Obat-obatan tradisional mendukung pemeliharaan kesehatan bagi sekitar 80 persen penduduk negara berkembang, atau lebih dari tiga milyar jiwa secara keseluruhan. Pengobatan tradisional saat ini didorong perkembangannya oleh Badan Kesehatan Dunia WHO, dan juga di banyak Negara, termasuk negara maju. Keanekaragaman kekayaan yang dimiliki KRC, dapat dikelompokan ke dalam nilai-nilai sebagai berikut: (1). Nilai Ekologi Setiap sumberdaya alam merupakan unsur ekosistem alam. Contohnya, suatu tumbuhan dapat berfungsi sebagai pelindung tata air dan kesuburan tanah. Suatu jenis satwa dapat menjadi key species yang menjadi kunci keseimbangan alam. Fungsi ekologis keanekaragaman hayati berkaitan dengan proses-proses ekologis keanekaragaman hayati, yaitu proses pertumbuhan, perkembangbiakan, dan evolusi. Tumbuhan menghasilkan oksigen dan menyaring polutan udara, memberikan mutu udara yang diperukan untuk pernafasan manusia serta makhluk hidup lainnya. Proses mikroorganisme tanah memperbaiki kondisi kimiawi dan biologis tanah, struktur tanah serta kesuburan tanah secara umum, serta proses-proses lainnya mendukung kehidupan manusia dalam hal memberikan kualitas kehidupan yang lebih baik. (2). Nilai Komersial Secara umum telah dipahami bahwa kehidupan manusia tergantung mutlak kepada sumberdaya alam hayati. Keanekaragaman hayati mempunyai nilai komersial yang sangat tinggi. Nilai ekonomis tanaman didekati dari harga jual tanaman dan harga bibit. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai sumberdaya hayati yang terdapat di KRC sebesar Rp. 71.243.500. Nilai ini sebenarnya lebih besar, karena ada beberapa tanaman yang tidak diketahui
harga/nilainya dan ada beberapa tanaman yang memang tidak untuk diperjualbelikan dan hanya untuk tanaman koleksi serta untuk dipertukarkan. Untuk perhitungan nilai ekonomis tanaman yang terdapat di KRC, dapat dilihat pada Lampiran 6. (3). Nilai Rekreasi Keindahan sumberdaya alam hayati dapat memberikan nilai untuk menjernihkan pikiran dan melahirkan gagasan-gagasan bagi yang menikmatinya. Kita sering sekali pergi berlibur ke alam, apakah itu gunung, gua atau laut dan lain sebagainya, hanya untuk merasakan keindahan alam dan ketika kembali ke perkotaan kita merasa berenergi untuk terus melanjutkan rutinitas dan kehidupan. Keanekaragaman hayati merupakan bagian menarik dari daerahdaerah yang memiliki nilai untuk tujuan pariwisata dan rekreasi. Kualitas estetika dari daerah-daerah yang menjadi tujuan rekreasi seringkali memiliki perbedaan yang
mencolok,
dengan
ukuran
yang
keanekaragaman hayati yang dimilikinya.
besar
sehubungan
dengan
Masyarakat menghargai daerah
seperti itu sebagai ragam untuk tujuan rekreasi: film, foto atau bahan pembelajaran melalui kehidupan liar, habitat alami dan fungsi alami, mengamati burung, serta studi lapang ekologi dan tujuan ilmiah lainnya
6.3.
Permintaan Wisata Kebun Raya Cibodas
6.3.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Demografi Pengunjung yang menjadi responden di KRC terdiri dari terdiri dari 115 orang laki-laki dan 85 orang perempuan. Sebagian besar responden berumur antara 17-23 tahun, dimana kelompok umur ini terdiri dari pelajar, mahasiswa, kaum muda dan karyawan yang pada umumnya belum menikah. Dari sebaran responden menurut kelompok umur, terlihat bahwa KRC merupakan tempat wisata yang cocok untuk semua kelompok usia. Tingkat pendidikan berpengaruh
terhadap persepsi dan pemahaman pengunjung terhadap kawasan konservasi. Sebaran responden menurut tingkat pendidikan juga beragam mulai dari tamatan SD hingga pasca sarjana. Kebanyakan responden berpendidikan SMU, hal ini terkait dengan kelompok umur pengunjung KRC yang umumnya masih mahasiswa dan karyawan yang berpendidikan akhir SMU. Tabel 5. Karakteristik Responden Pengunjung Berdasarkan Faktor Demografi No. 1.
2.
3.
4.
5.
6.
Karakteristik Jenis Kelamin • Laki-laki • Perempuan Kelompok umur (tahun) • 17 – 27 • 28 – 38 • 39 – 49 • 50 – 60 • > 60 Tingkat Pendidikan • SD • SLTP • SMU • Diploma • Sarjana • Pasca Sarjana Pekerjaan • Pelajar dan Mahasiswa • Pegawai Negeri • Pegawai Swasta • Pengusaha/Wiraswasta • Pedagang • Ibu Rumah Tangga • Pensiunan • Kategori Lainnya Pendapatan (Rp/bulan) • < 500.000 • 500.001 – 1.500.000 • 1.500.001 – 2.500.000 • > 2.500.001 Daerah Asal • Bandung • Bogor • Cianjur • Cipanas • Depok • Jakarta • Tangerang
Sumber: Data Primer, Diolah
Σ Responden (orang)
Persentase (%)
115 85
57,5 42,5
98 40 31 23 8
49 20 15,5 11,5 4
18 15 83 44 38 2
9 7,5 41,5 22 19 1
68 15 47 35 20 11 2 4
34 7,5 23,5 17,5 10 5,5 1 2
64 83 37 16
32 41,5 18,5 8
43 32 11 21 23 53 17
21,5 16 5,5 10,5 11,5 26,5 8,5
Pekerjaan utama sebagian besar pengunjung adalah mahasiswa dan pegawai swasta. Hal ini dikarenakan aktivitas rutin dan memerlukan penyegaran untuk menghilangkan kejenuhan selama bekerja dan mencari suasana yang lain. Salah satu bentuknya adalah dengan mengadakan rekreasi. Berdasarkan tingkat pendapatan, sebagian besar responden berpendapatan Rp. 500.000 – Rp. 1.500.000 per bulan. Kelompok pendapatan ini terdiri dari karyawan dan pegawai negeri sipil. Selanjutnya, sebanyak 34% responden berpendapatan < Rp. 500.000 , kelompok pendapatan ini umumnya pelajar dan mahasiswa. Sebagian besar pengunjung berasal dari Jabodetabek. Hal ini terkait dengan letak KRC yang strategis, yaitu di jalur utama dari Bogor dan Jakarta menuju Bandung.
6.3.2. Hal-Hal yang Berkaitan dengan Permintaan Wisata (1). Motivasi Kunjungan Motivasi kunjungan merupakan hal-hal yang mendorong seseorang untuk melakukan kunjungan ke KRC. Motivasi kunjungan responden didorong oleh tujuan
kunjungan
untuk
refreshing,
kumpul
keluarga
dan
menambah
pengetahuan. Sebagian besar pengunjung KRC (sebanyak 52,5%) datang untuk refreshing sebagai tujuan utama, sisanya berkunjung untuk menambah pengetahuan (35,5%) dan kumpul keluarga (14%). Pengunjung sebagian besar berasal dari daerah Jabodetabek, dimana kota tersebut memiliki mobilitas yang tinggi dengan beragam aktivitas pekerjaan. Kegiatan rekreasi dilakukan dengan tujuan melepaskan kepenatan dari aktivitas pekerjaan atau sekedar untuk tempat berkumpul dengan keluarga. Selain itu, tujuan yang lain adalah menambah pengetahuan. KRC merupakan salah satu tempat konservasi tumbuhan ex-situ, sehingga dapat dijadikan sarana untuk menambah nilai pengetahuan (unsur edukasi).
refreshing
kumpul keluarga
menambah pengetahuan
35,5% 52,5% 14%
Gambar 14. Sebaran Pengunjung Berdasarkan Motivasi Kunjungan (2). Cara Kedatangan dan Jumlah Rombongan Cara kedatangan berkaitan dengan jumlah rombongan. Sebagian besar (49%) responden datang bersama rombongan. Pengunjung yang datang bersama rombongan biasanya merupakan pelajar atau mahasiswa yang sedang melakukan kegiatan praktikum atau penelitian, kelompok kelompok karyawan suatu instansi atau perusahaan yang melakukan rekreasi bersama, atau acara rutin perusahaan. Selain datang bersama rombongan, pengunjung datang bersama keluarga (26,5%) dan teman (24,5%). Tidak ditemui pengunjung yang datang sendiri,
hal
ini
dikarenakan karena kegiatan dikarenakan
rekreasi
umumnya
lebih
menyenangkan jika dilakukan bersama teman, keluarga dan rombongan. Cara kedatangan juga terkait dengan jumlah rombongan.
rombongan
keluarga
teman
<5
5-10
11-20
21-30
31-40
>40
6% 24,5%
9%
16%
49%
19% 26%
26,5%
24%
a).
b).
Gambar 15. a). Sebaran Pengunjung Berdasarkan Cara Kedatangan b). Sebaran Pengunjung jung Berdasarkan Jumlah Rombongan (3). Jenis Kendaraan Kegiatan rekreasi yang kebanyakan dilakukan bersama rombongan, keluarga, teman serta kondisi lokasi dan tingkat ekonomi pengunjung peng juga mempengaruhi jenis kendaraan yang digunakan. Jenis kendaraan yang paling banyak digunakan adalah kendaraan sewa sebanyak 32,5 %, menggunakan kendaraan pribadi sebanyak 29%, kendaraan umum sebanyak 20% dan kendaraan kantor sebanyak 18,5%. Jenis kendaraan sewa yang paling banyak digunakan karena pada umumnya pengunjung yang datang dengan rombongan dan pengunjung yang tempat tinggalnya dekat dengan lokasi umumnya memilih kendaraan umum sebagai sarana transportasi yang digunakan. pribadi
sewa
kantor
20%
29%
umum
18,5% 32,5%
Gambar 16. Sebaran Pengunjung Berdasarkan Jenis Kendaraan
(4). Sumber Informasi Pengunjung KRC kebanyakan mengetahui kawasan KRC ini dari teman, orang tua dan saudara. udara. Selain itu, pengunjung juga mengetahui keberadaan KRC dari media elektonik, brosur dan dari sekolah. teman, saudara, orang tua
media elektronik
brosur
sekolah
37,5%
11%
36,5%
15%
Gambar 17.Sebaran .Sebaran Pengunjung KRC Berdasarkan Sumber Informasi (5). Frekuensi Kunjungan KRC merupakan tempat rekreasi yang sudah cukup dikenal dan sering dikunjungi masyarakat, terutama yang berada di daerah yang dekat dengan lokasi. Hal ini terlihat dari frekuensi kunjungan dalam satu dan lima tahun terakhir. Responden yang bertempat tinggal dekat lokasi umumnya melakukan frekuensi yang lebih tinggi untuk jumlah kunjungan selama lima tahun terakhir, sedangkan responden dari Jabodetabek umumnya melakukan frekuensi yang lebih sering untuk satu tahun terakhir.
1 9%
2
3
4
5
>5
1
2
3
4
5
>5
4% 2,5% 8%
12,5%
17%
31%
50,5% 6%
21,5%
a).
20%
18%
b).
Gambar 18. a). Frekuensi Kunjungan dalam Satu Tahun Terakhir b). Frekuensi Kunjungan dalam Lima Tahun Terakhir (6). Biaya Perjalanan Faktor utama dari kegiatan rekreasi sehingga dapat terealisasi adalah biaya perjalanan. an. Biaya ini dihitung dari pengeluaran yang dilakukan selama melakukan kegiatan rekreasi biaya yang dikeluarkan seperti biaya transportasi, biaya konsumsi di lokasi maupun mau diperjalanan, rjalanan, biaya dokumentasi, dan lain-lain. lain Biaya ini adalah biaya yang dikeluarkan pengunjung diluar diluar biaya masuk lokasi wisata. Biaya perjalanan kurang dari Rp. 100.000 adalah responden yang tinggal tidak jauh dari lokasi dan umumnya mereka menggunakan kendaraan umum atau kendaraan pribadi berasal dari Cianjur dan sekitarnya. Persentase biaya perjalanan yang paling banyak adalah Rp. Rp. 200.001- Rp. 300.000 umumnya responden di kelompok ini adalah mereka yang berasal dari Jabodetabek.
< Rp. 100.000
Rp. 100.000- Rp. 200.000
Rp. 200.001200.001 Rp. 300.000
Rp. 300.001- Rp. 400.000
>Rp. 500.000 5,5% 3% 32,5% 46,5%
12,5%
Gambar bar 19. Sebaran Pengunjung Berdasarkan Biaya Perjalanan (7). Lama Kunjungan Lama kunjungan merupakan waktu yang dihabiskan di tempat rekreasi. Lama kunjungan secara tidak langsung juga menggambarkan biaya imbangan darii kepuasan melakukan kegiatan rekreasi dibandingkan apabila mereka bekerja atau melakukan kegiatan lain. Sebagian besar pengunjung menikmati dan menghabiskan waktu di KRC selama 4-6 4 6 jam sebanyak 48,5%. Sisanya selama 1-3 3 jam sebanyak 34% dan >6 jam sebanyak sebany 17,5%. 1-3 3 jam
17,5%
4-6 jam
>6 jam
34%
48,5%
Gambar 20. Sebaran Pengunjung Berdasarkan Lama Kunjungan (8). Potensi Lokasi (yang menarik di KRC) KRC sebagai ebagai tempat rekreasi menawarkan tempat-tempat tempat tempat yang menarik untuk dikunjungi. Berdasarkan wawancara dengan pengunjung, sebanyak 48%
menyatakan tertarik dengan KRC karena udaranya yang sejuk dan segar. Seperti yang kita ketahui, di kota-kota kota besar seperti Jakarta tingkat polusi semakin tinggi dan kualitas udara umumnya sudah tidak layak lagi. Selain udaranya yang sejuk dan segar, pemandangan alam, taman dan air terjun menjadi daya tarik bagi pengunjung. pemandangan alam
udara
taman
air terjun
0% 17,5%
34%
48,5%
Gambar 21. Sebaran Pengunjung Berdasarkan Potensi Lokasi (9). Waktu Tempuh Berdasarkan waktu tempuh untuk menuju lokasi, umumnya responden membutuhkan waktu sekitar 4-6 4 jam dan pada kelompok ini umumnya mereka yang berasal dari derah
Jakarta. Untuk waktu tempuh kurang dari 2 jam,
umumnya bagi pengunjung yang tinggal dekat dengan lokasi, yaitu mereka yang berasal dari Cianjur dan Cipanas. <2
2,1 2,1-4
4,1-6
6,1-8
>8
4% 12%
37%
18%
29%
Gambar 22. Sebaran Pengunjung Berdasarkan Waktu Tempuh Menuju KRC
(10). Lama Mengetahui Kawasan KRC sebagai tempat rekreasi umumnya sudah diketahui sejak lama oleh pada responden, tidak hanya dalam negeri tetapi juga wisatawan mancanegara. Responden yang bertempat tinggal di sekitar lokasi umumnya telah lama mengetahui KRC. Umumnya mereka mengetahui sejak mereka masih kecil atau duduk di bangku sekolah dasar. das <5
5 - 10
10,1-15
15-20
24%
20,1-25
>25
33%
11,5% 11,5%
8% 12%
Gambar 23. Sebaran Pengunjung Berdasarkan Lama Mengetahui Kawasan
6.3.3. Penilaian Pengunjung Terhadap Pelayanan Kebun Raya Cibodas (1). Keamanan Obyek Wisata Mengenai keamanan obyek wisata, umumnya tidak ada masalah. Pengunjung menyarankan agar satpam tidak ditempatkan di tempat masuk saja, tetapi satpam juga ditempatkan di sekitar lokasi rekreasi. Hal ini untuk menghindari gangguan-gangguan gangguan angguan yang dilakukan terhadap pengunjung dan halhal hal lain yang tidak diinginkan.
tidak bermasalah
sedikit bermasalah
17,5%
sedang
49%
34%
Gambar 24. Penilaian Pengunjung Pengunjung Terhadap Keamanan Obyek Wisata (11). Penyediaan Fasilitas Rekreasi Sebanyak 48,5% menyatakan penyediaan fasilitas untuk rekreasi sedikit bermasalah.
Pengunjung
menginginkan
fasilitas fasilitas fasilitas-fasilitas
untuk
rekreasi
ditambah. Beberapa fasilitas yang umumnya umumnya diinginkan pengunjung adalah: membuat wahana permainan untuk anak-anak anak anak dan permainan yang diperuntukan untuk keluarga, menambah shelter, tempat berteduh atau pendopo mengingat kondisi cuaca di sekitar lokasi yang sering hujan. Selain itu mereka juga menyarankan adanya kendaraan keliling agar dapat menjangkau semua lokasi dan adanya kantin dengan harga yang terjangkau. tidak bermasalah
sedikit bermasalah
sedang
17,5% 34% 48,5%
Gambar 25. Penilaian Pengunjung Terhadap Penyediaan Fasilitas Rekreasi (12). Kemudahan Mencapai Lokasi KRC terletak di Kabupaten Cianjur yang juga berbatasan langsung langs dengan Kabupaten Bogor. Selain itu, juga dekat dengan Provinsi Bandung. Letaknya yang strategis dan adanya sarana transportasi yang memadai,
menjadikan
pengunjung
dapat
dengan
mudah
mencapai
lokasi
dan
menjangkaunya. Sarana transportasi yang meliputi kondisi kondisi jalan juga sudah memadai. Kemudahan mencapai lokasi menuju KRC dapat dilihat dengan tidak adanya responden yang menyatakan sulit untuk mencapai KRC. Sebagian besar responden (68,5%) menyatakan mudah untuk mencapai lokasi dan sebagian lagi sebesar menyatakan nyatakan cukup mudah (31,5%). mudah
cukup mudah
31,5% 68,5%
Gambar 26. Penilaian Pengunjung Terhadap Kemudahan Mencapai Lokasi
6.3.4. Penilaian nilaian Pengunjung Terhadap Kualitas Lingkungan (1). Masalah Kebersihan Masalah mengenai kebersihan lingkungan, terutama masalah sampah dan masalah kebersihan fasilitas di KRC, seperti toilet dan mushola perlu mendapat perhatian dari pihak pengelola. Beberapa pengunjung mengeluhkan masalah kebersihan fasilitas dan sampah yang masih berserakan di beberapa tempat. Masalah sampah sebenarnya bukan hanya menjadi tanggung jawab pihak pengelola, tetapi dalam hal ini partisipasi pengunjung juga memainkan peranan yang penting. Sewaktu melakukan penelitian ini, dengan cara observasi, terlihat lihat masih banyak pengunjung yang belum sadar dan memiliki pengetahuan mengenai masalah kebersihan. Sudah seharusnya masalah kebersihan menjadi tanggung jawab bersama, baik dari pihak pengelola maupun dari pengunjung.
Dari hasil wawancara, sebanyak 49% responden responden menyatakan kondisi kebersihan tidak
bermasalah,
sisanya
masing masing masing-masing
sebesar
31,5%
dan
19,5%
menyatakan kondisi kebersihan sedikit bermasalah dan perlu mendapat perhatian. tidak bermasalah
sedikit bermasalah
perlu perhatian
19,5% 49% 31,5%
Gambar 27. Penilaian Pengunjung Terhadap Kondisi Kebersihan (2). Pencemaran Udara Mengenai tingkat pencemaran udara, KRC tidak mendapat penilaian yang buruk dari responden. Hal ini terkait dengan potensi kawasan dan iklim mikro yang ditawarkan. KRC yang terletak di daerah yang mempunyai ketinggian 1.300–1.425 1.425 meter dpl antara dan rata-rata suhu harian 19,860C – 21,960C dan kelembaban rata-rata rata 89,24 persen. Semua responden (100%) menilai tingkat pencemaran udara termasuk termasuk ke dalam kategori tidak bermasalah. (3). Tingkat Kebisingan Tingkat kebisingan di KRC juga tidak mendapat penilaian yang buruk dari responden. Semua responden (100%) menilai KRC dari tingkat kebisingan termasuk ke dalam kategori tidak bermasalah. Terkait Terkait dengan hal ini, KRC tidak terletak di pinggir jalan, sehingga masalah kebisingan tidak terlalu bermasalah.
6.3.5. Fungsi Permintaan Rekreasi Kebun Raya Cibodas dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Rekreasi Individu Dalam penelitian ini, untuk menduga fungsi permintaan rekreasi individu digunakan model ITCM (Individual Travel Cost Method) dengan aplikasi regresi Poisson. Model permintaan fungsi di bawah ini sudah mengalami pemilihan independent variable, untuk menghindari masalah multikolinearitas. Untuk melihat adanya multikolinearitas, digunakan koefisien korelasi Pearson λ2. Selanjutnya masalah multikolinearitas tersebut diatasi dengan cara respesifikasi, yaitu mengeluarkan atau menambah variabel yang dianggap lebih relevan secara apriori dan statistik yang diyakini paling baik dalam menentukan independent variabel. Multikolineratias dihindarkan pemakaiannya untuk meningkatkan ketepatan dari nilai koefisien regresi. Koefisien korelasi (Pearson) disajikan dalam Lampiran 7. Variabel bebas umur (A) berkorelasi dengan variabel lama mengetahui lokasi (K). Variabel waktu tempuh ke lokasi (Wt) juga berkolerasi dengan variabel lama mengetahui lokasi (K). Variabel lama mengetahui lokasi (K) dihilangkan dalam model untuk meningkatkan ketepatan model. Model ini juga telah diuji berdasarkan asumsi linearitas, normalitas dan homoskedastisitas dan tidak terdapat pelanggaran. (Lampiran 8). Berdasarkan hasil analisis regresi terakhir menggunakan regresi Poisson (Lampiran 14), maka persamaan fungsi permintaan kunjungan rekreasi ke KRC dapat ditulis sebagai berikut: V
= exp [2,19500332 - 0,00000022 TC - 0,00000005 I + 0,18926992 S +
0,3251987 E + 0,02661198 A -0,09610144 T - 0,10618154 Wt –- 0,01738312 Ot 0,01082323 Jr + 0,49600833 Al - 0,00000578 W] Berdasarkan tanda-tanda dari koefisien regesi dan hasil uji t setiap variabel bebasnya, dilakukan penafsiran yang berkaian dengan jumlah kunjugan per individu dengan periode basis lima tahun. Bila koefisien bernilai negatif maka
peningkatan setiap variabel akan menurunkan rata-rata jumlah kunjungan responden, dan bernilai positif akan meningkatkan rata-rata jumlah kunjungan. (1).
Biaya Perjalanan (TC) Hasil analisis pada Tabel 5 menunjukkan biaya perjalanan
secara
statistik berpengaruh nyata pada taraf uji 15%5. Variabel biaya perjalanan tidak dapat dipisahkan dari frekuensi kunjungan perjalanan seseorang. Koefisien regresi bertanda negatif sesuai yang diharapkan, yang artinya bertambahnya biaya perjalanan akan menurunkan rata-rata jumlah kunjungan individu ke KRC. Frekuensi seseorang dalam melakukan kunjungan ke kawasan sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya biaya yang dikeluarkan, karena biaya merupakan faktor penting hingga kegiatan rekreasi dapat dilaksanakan. (2).
Pendapatan Individu (I) Pendapatan individu berpengaruh nyata pada taraf uji 5% dan bertanda
negative, yang berarti bahwa dengan semakin meningkatnya pendapatan, akan menurunkan jumlah rata-rata kunjungan individu ke KRC. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian dan diduga karena kegiatan wisata di KRC sudah merupakan barang primer. Selain itu, kegiatan rekreasi di KRC sesuai untuk semua golongan pendapatan dan di sekitar lokasi banyak tempat wisata lain yang juga menarik. (3).
Jenis Kelamin (S) Jenis berpengaruh nyata pada taraf uji 5% dan bertanda positif, yang
artinya permintaan rekreasi untuk individu lebih didominasi oleh laki-laki. Hal ini terkait dengan laki-laki sebagai kepala keluarga dan pengambil keputusan dalam melakukan kegiatan rekreasi.
5
Hal ini karena penelitian berkaitan dengan benda-benda lingkungan yang dapat mentolerir taraf nyata sampai 15%.
(4).
Tingkat Pendidikan (E) Tingkat pendidikan berpengaruh nyata pada taraf uji 5% dan bertanda
positif sesuai yang diharapkan. Hal ini berarti bahwa dengan semakin tingginya tingkat pendidikan seseorang akan meningkatkan jumlah rata-rata kunjungan individu ke KRC. Responden melihat kebutuhan rekreasi sebagai kegiatan penyegaran/refreshing dari rutinitas sehari-hari. (5).
Umur (A) Tingkat pendidikan berpengaruh nyata pada taraf uji 5% dan bertanda
positif, yang berarti dengan semakin bertambahnya umur akan meningkatkan jumlah rata-rata kunjungan individu. (6).
Waktu yang Ingin Dihabiskan di Lokasi (T) Waktu yang ingin dihasbiskan di lokasi berpengaruh nyata pada taraf uji 5%
dan bertanda negatif. Hal ini diduga karena lamanya seseorang berada di lokasi lebih dipengaruhi oleh kegiatan yang dilaksanakan di lokasi tersebut bukan menunjukkan pada tingkat kesukaan pada lokasi wisata. (7).
Waktu Tempuh Menuju Lokasi (Wi) Waktu tempuh menuju lokasi berpengaruh nyata pada taraf uji 5% dan
bertanda negatif. Hal ini dapat diduga karena semakin jauh waktu tempuh, maka semakin enggan seseorang melakukan perjalanan dan akan menurunkan jumlah rata-rata kunjungan individu. (8).
Jumlah Rombongan (Jr) Jumlah rombongan berpengaruh nyata pada taraf uji 5% dan bertanda
negatif. Dengan bertambahnya jumlah rombongan akan cenderung menurunkan rata-rata jumlah kunjungan individu. Hal ini disebabkan sulitnya pengkoordiniran dalam melakukan kunjungan.
(9).
Alokasi untuk Rekreasi (Al) Alokasi untuk rekreasi berpengaruh nyata pada taraf uji 5% dan bertanda
positif. Hal ini berarti seseorang yang mempunyai alokasi untuk rekreasi, maka akan meningkatkan rata-rata jumlah kunjungan individu ke lokasi wisata. (10).
Kesediaan Membayar/Willingness to Pay (W) Kesediaan Membayar/Willingness to Pay (WTP) berpengaruh nyata pada
taraf uji 10% dan bertanda negatif. Hal ini berarti semakin besarnya kesediaan membayar seseorang akan menurunkan jumlah rata-rata kunjungan individu ke lokasi wisata. 6.3.6. Pendugaan Surplus Konsumen Wisata Untuk menduga surplus konsumen wisata, ada 2 metode, yaitu secara tidak langsung yang dilihat dari biaya perjalanan yang dikeluarkan menuju tempat wisata, dan metode langsung yang diukur dari kesediaan membayar pengunjung (willingness to pay). (1). Metode Biaya Perjalanan Metode biaya perjalanan merupakan dasar untuk menduga surplus konsumen. Konsumen dalam hal ini diasumsikan memberikan respon terhadap kenaikan biaya jika mengnjungi suatu tempat rekreasi. Surplus konsumen tersebut merupakan suatu pendekatan untuk menghitung manfaat dari suatu tempat rekreasi (Pangemanan, 1993). Menurut Helerstein, et.al (1991), pendugaan surplus konsumen dalam regresi Poisson relatif sederhana, yaitu negative invers dari koefisien biaya perjalanan. Dengan menggunakan rumus tersebut, maka diperoleh surplus konsumen dari total responden sebesar Rp. 4.545.455 per kunjungan, sedangkan surplus konsumen rata-rata setiap individu sebesar Rp. 22.727 per kunjungan.
(2). Metode Kesediaan Membayar (Willingness to Pay) Metode kesediaan membayar merupakan metode tidak langsung untuk menduga surplus konsumen wisata. Pendugaan dengan metode ini adalah dengan cara membandingkan tingkat kesediaan membayar individu rata-rata (X) dibandingkan dengan harga tiket masuk (Y). Perhitungannya adalah sebagai berikut: EWTP(X)
= ∑ Wi / n
dimana: EWTP = dugaan rataan WTP Wi
= Nilai WTP ke-i
n
= Jumlah responden
sehingga: X
= Rp. 2.443.600,00 200 = Rp. 12.218, 00
Harga tiket masuk KRC saat ini adalah Rp. 6.000 (Y), sehingga surplus konsumen wisata:(Z) = X – Y = Rp. . 12.218 - Rp. 6.000 = Rp. 6.218 per individu per kunjungan
120,000 100,000 wtp
80,000 60,000 wtp
40,000 20,000 0 0
2 4 6 8 rata-rata frekuensi kunjungan
10
Gambar 28 . Kurva Dugaan WTP Responden KRC
Berdasarkan perhitungan di atas, konsumen wisata (pengunjung) masih mampu membayar hingga harga tiket Rp.12.218 untuk kesediaan membayar dan secara riil pengunjung dapat membayar hingga harga tiket Rp. 22.727.
6.4.
Analisis Pengelolaan Kawasan dan Rekomendasi Kebijakan
6.4.1. Nilai Ekonomi Supply Kebun Raya Cibodas Perhitungan nilai ekonomi supply KRC/tahun dapat menggunakan persamaan (5), sehingga diperoleh: TEV
=
UV + NU
=
nilai ekonomis tanaman (direct use) + nilai tanaman dalam menghasilkan dan menyerap gas (dalam hal ini, kemampuan pohon menghasilkan gas O2 + penyerap gas-gas pencemar udara dan perdagangan karbon, termasuk ke dalam nilai indirect use)
=
Rp. 71.243.500 + (Rp. 1158560573827850+ Rp. 270944045741 + Rp. 91.833.750)
=
Rp. 1.159.163.896.444.390.
Berdasarkan perhitungan di atas, maka diperoleh nilai ekonomi supply Kebun Raya Cibodas sebesar Rp. 1.159.163.896.444.390. 6.4.2. Analisis Pengelolaan Kawasan Setelah melihat analisis dari supply dan demand KRC, maka dapat dirumuskan rekomendasi pengelolaan KRC. Salah satu cara untuk menentukan strategi pengelolaan adalah dengan menganalisis kesediaan membayar pengunjung (willingness to pay) dibandingkan dengan biaya pengelolaan KRC. Salah satu cara melihat apakah suatu kawasan, dalam hal ini KRC efisien, adalah dengan menganalisis komponen-komponen penerimaan dan biaya. Nilai supply kawasan diperoleh nilai Rp. 1.159.163.896.444.390 dan dianalisis dengan
membandingkan antara surplus yang diterima masyarakat di luar wisata (real social surplus) dibandingkan dengan biaya pengelolaan KRC. Jika : real social surplus > biaya pengelolaan, maka KRC efisien dan; real social surplus < biaya pengelolaan, maka KRC tidak efisien. Berdasarkan
Daftar
Isian
Pelakasanaan
Anggraan
maka
yang
diidentifikasi sebagai biaya pengelolaan KRC (per periode, dalam hal ini per tahun) adalah sebagai berikut: Tabel 6. Biaya Pengelolaan KRC Tahun 2007 No. 1. 2. 3. 4. 5.
6. 7. 8.
Item Pengelolaan gaji, honorarium dan tunjangan Penyelenggaraan operasional perkantoran Perawatan gedung/kantor khusus Perawatan sarana dan prasarana kantor Penyelenggaraan TU perkantoran, kearsipan,perpustakaan dan dokumentasi Peningkatan jasa pelayanan litbang Peningkatan pengelolaan kawasan konservasi Program penyelengaraan pimpinan kenegaraan dan pemerintahan
Jumlah (Rp.) 4.528.176.298 243.295.095 78.075.000 208.438.000 10.121.500
Total Sumber: Buku Laporan Tahunan KRC, 2007
2.326.949.033 619.624.200 5.068.105.893 13.082.785.019
Real social surplus KRC = Nilai supply kawasan – kesediaan membayar =Nilai supply kawasan – (nilai WTP * jumlah kunjungan) = Rp. 1.159.163.896.444.390.– (Rp. 12.218 * 504273) = Rp. 1.159.163.896.444.390.– Rp. 6.161.207.514 = Rp. 1.159.157.735.236.870 Dari perhitungan di atas diperoleh real social surplus lebih besar daripada biaya pengeloaan KRC, sehingga dalam hal ini pengelolaan KRC efisien.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1.
Kesimpulan
1. Nilai jasa lingkungan lebih besar dari nilai jual pohon atau tanaman (dalam tahun). Yang menjadi permasalahan adalah nilai jasa lingkungan tidak langsung dirasakan secara ekonomi. 2. Penilaian pengunjung terhadap KRC umumnya dinyatakan baik. Masalah yang berhubungan dengan pengunjung adalah tindakan vandalisme. Apresiasi pengunjung terhadap kawasan wisata, dalam hal ini KRC masih rendah. Adanya pengunjung yang mencoret-coret fasilitas wisata, membuang sembarangan dan lain-lain. Faktor yang berpengaruh nyata terhadap permintaan wisata individu antara lain: biaya perjalanan, pendapatan individu, jenis kelamin, tingkat pendidikan, umur, waktu yang ingin dihabiskan di lokasi, waktu tempuh menuju lokasi, alokasi untuk rekreasi dan kesediaan membayar. 3.
Nilai ekonomi wisata dari sisi permintaan wisata yang didekati dari biaya perjalanan adalah sebesar Rp. 109.326.386.400/tahun per tahun. Nilai ini masih rendah. Surplus konsumen wisata dengan metode biaya perjalanan sebesar Rp.22.727 per individu, sedangkan berdasarkan kesediaan membayar sebesar Rp.12.218 per individu. Adanya surplus konsumen, baik surplus wisata maupun diluar wisata dapat dijadikan acuan dalam pengembangan dan pengelolaan kawasan konservasi.
4. Nilai supply kawasan divaluasi berdasarkan nilai yang berlaku saat ini diperoleh
sebesar
Rp.
1.159.157.735.236.870.
kelangsungan partisipasi masyarakat
Pengetahuan
dan
dalam penghitungan berapa
kekayaan hayati ini yang dimiliki suatu negara, khususnya Indonesia dan kawasan-kawasan
di
dalamnya,
perlu
dimiliki
masyarakat,
agar
selanjutnya masyarakat dapat menghargai kandungan keanekaragaman hayati pada suatu kawasan, terutama yang ada di sekitarnya. Dengan nilai ini juga adanya keberadaan kawasan konservasi tetap dipertahankan karena banyak sisi lain dari kawasan yang dapat kita nikmati manfaat dan keuntungannya
dengan
tanpa
merusak
kawasan
itu
sendiri.
Bahkan nilai keberadaan suatu kawasan tidak hanya terletak pada nilai ekonomis
semata,
pemanfaatannya
justru
sebagai
dari objek
kelestarian wisata,
kawasan
pendidikan
itu
dan
dan
sebagai
penopang kelangsungan kehidupan.
7.2.
Saran
1. Mengadakan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya nilai jasa
lingkungan.
Dari
gambaran
di
atas,
diketahui
bahwa
keanekaragaman hayati berperan sangat penting dan vital untuk menjamin kehidupan dan kesejahteraan umat manusia. Mulai dari mutu udara, mutu air, mutu tanah dan mutu lingkungan secara keseluruhan, hingga
untuk
pemenuhan
kebutuhan
dasar
manusia,
semuanya
tergantung secara langsung maupun tak langsung pada sumberdaya hayati. 2. Kerja sama dan pembinaan industri kecil terutama yang memproduksi souvenir dan penjualan tanaman hias sebagai salah satu usaha pengembangan masyarakat khususnya peningkatan pendapatan dan usaha sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan direct use value. 3. Secara umum, karcis masuk seharga Rp. 6.000 per orang memang sangat
murah dibanding
dengan
biaya
operasional
yang
harus
ditanggung pengelola untuk tetap merawat Kebun Raya dan membibiti serta memberi pupuk pepohonan yang ada disini. Sangat wajar apabila
tiket masuk kebun raya dinaikkan. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian bahwa pengunjung mempunyai surplus yang tercermin dari kesediaan membayar dan biaya perjalanan yang dikeluarkan. 4. Sekalipun ada kecenderungan penikmat KR meningkat, harus tetap diperhatikan bahwa pohon-pohon belum seramai dunia fantasi. Jumlah pengunjung kebun raya di seluruh muka bumi berkisar 300-juta-400-juta orang setahun. Padahal, jumlah penikmat kebun binatang bisa 600-juta lebih. Artinya, 10 persen dari penduduk Indonesia, sekurang-kurangnya satu kali datang ke kebun binatang, taman safari, taman burung, atau akuarium raksasa atau Sea World. Di Indonesia, para pencinta kebun raya masih sedikit. Ini berbeda dengan KR di Amerika Serikat yang bisa menyerap ribuan anggota tetap. Misalnya, Chicago Botanical Garden punya lebih dari 48.000 mitra. Jika bukan anggota, karcis masuk sekitar US$15 setara Rp. 135.000 per hari. Sedangkan untuk anggota dapat potongan. Selain itu, kartu anggota juga diperlukan untuk mendapat diskon jika ingin mengikuti berbagai acara. Adanya pemberlakuan diskriminasi harga dengan pengelompokan pengunjung berdasarkan keanggotaanya. 5. Acara memang merupakan komponen penting untuk setiap Kebun Raya. Tanpa adanya acara, koleksi aneka tanaman belum cukup menarik. Kebun raya di berbagai kota besar dunia ramai dikunjungi karena menyediakan bermacam-macam kursus. Ada pelajaran merangkai bunga, fotografi dan cinematografi tanaman, latihan mencukur, memindahkan, serta memperbanyak tanaman. Merawat anggrek, menghitung burung, bahkan melindungi kodok dan reptil pun bisa menjadi acara menarik di kebun raya.
6. Selain sarana, aktivitas dan warga pendukung perlu adanya produk yang bersinambungan. Produk terpenting dari kebun raya adalah munculnya peneliti, tenaga-tenaga ahli, dan masyarakat yang sehat. KR dapat menjadi tempat olahraga pagi, latihan yoga dan tempat semua orang bisa belajar menjadi pakar, pengamat evolusi tumbuhan, penemu obat-obatan dan inovator industri. 7. Kebun raya yang perlu mengembangkan diri menjadi pusat informasi. Masalah fundamental yang membedakan kebun raya dan hutan kota, hutan lindung, atau taman penghijauan, adalah peranannya sebagai pusat informasi. Kebun raya memiliki sistem dan kebijakan koleksi. Kebun raya seharusnya selalu didukung oleh tenaga-tenaga handal di bidang taksonomi, biologi, dendrologi (ilmu tentang pohon), bahkan dendro kronologi, ilmu menghitung umur pohon. 8. Setiap pohon di taman botani atau kebun raya berhak mempunyai nomor induk, label tanaman dan catatan kehidupannya. Contohnya KR Singapura memasang chip pada pohon-pohon dan tanaman yang penting. Malaysia memasang penangkal petir di setiap pohon yang diperhitungkan dan harus dilindungi. Pohon-pohon itu dipetakan, diasuransikan, dipromosikan dan benar-benar dipelihara. 9. Untuk dapat mencukupi biaya pengelolaan, dapat dilakukan dengan jasa pembuatan taman, penjualan bibit, program asuh pohon, penjualan publikasi, penarikan biaya penelitian, retribusi restoran, termasuk penjualan cenderamata dan biji-biji pohon untuk benih. Berbagai pohon tua menghasilkan biji-bijian untuk ditanam lagi. Contohnya, adalah biji kenari (Canarium indicum )dan sekitar 10 varietasnya, dari yang paling kecil sampai kenari babi. Harga satu kilogram biji kenari Rp10.000. Kalau
dirawat dan dipanen dengan benar, satu pohon besar menghasilkan sedikitnya 30 kg setahun. 10. Pembangunan sarana dan prasarana pengelolaan promosi, pendidikan, wisata alam dan menawarkan paket-paket wisata. Selain itu, membuat zona-zona ekslusif yang dengan penyediaan fasilitas yang dapat diakses untuk mereka yang bersedia membayar lebih. Untuk kawasan yang sifatnya fragile, contohnya Taman Lumut di KRC, perlu adanya pembatasan pengunjung agar tidak merusak kawasan tersebut. 11. Selain
fungsi
ekonomi
dan
ekologis,
seperti
tersebut
di
atas,
keanekeragaman hayati mempunyai fungsi sosial. Perlu dilakukan penelitian mengenai fungsi sosial, seperti penyerapan tenaga kerja dan sosial ekonomi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA Alikodra, Hadi. S. 2006. Neraca Sumberdaya dalam Audit Lingkungan. Diakses Tanggal 9 April 2008. http://psl.ums.ac.id/Web_Based/pdf/05Neraca_Sumberdaya_Audit.pdf Anggun, dkk. 2005. Tanaman Berpotensi Obat Kebun Raya Ciboas. Seri Kebun Raya Vol. 2 No.2. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia UPT Balai Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya Cibodas. Asyrafi. 2008. Valuasi Ekonomi Hutan Kota Berdasarkan Pendekatan Biaya Kesehatan. (Studi Kasus Taman Margasatwa Ragunan Jakarta). Skripsi. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan EKowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Badan Pengendali Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur 2007. Pohon, Apa Manfaat Sebenarnya? http://bapedaljatim.info/index.php?option=com_content&task=view&id=4 1&Ite=42. Darusman, Dudung. 1991. Studi Permintaan Terhdap Manfaat Intangible dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Laporan Penelitian. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Destri, dkk. 2006. Koleksi Anggrek Kebun Raya Cibodas. Seri Kebun Raya Vol. 2 No. 3 . Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia UPT Balai Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya Cibodas. Fauzi, Akhmad. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Teori dan Aplikasi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Garrod, Guy and K.G Willis. 1999. Economics Valuation of the Environment Methods and Case Studies. Edward Elgar Publishing Limited. Haab, T.C and K.E McConnell. 2002. Valuing Environmental and Natural Resources: The Econometrics of Non-Market Valuation. Edward Elgar Publishing Limited. http://anekaplanta.wordpress.com/2008/01/13/pentingnya-pengukuran-derajatkeanekaragaman-hayati-betapa-kaya-indonesia-dalam-plasma-nutfahtetapi-berapa-kayanya/
http://anekaplanta.wordpress.com/2008/01/13/peran-komisi-nasional-plasmanutfah-dalam-pengelolaan-pemanfaatan-dan-pelestarian-sumberdayagenetik-pertanian/ http://www.mofrinet.cbn.net.id. http://myjourneys-tommo.blogspot.com/2007/12/kebun-raya.html
http://trubusonline.co.id/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=&artid=719 http://www.pps.ui.edu/web_kpp/download/MK.Kota%20dan%20Perkembanganny a_tugas7.pdf Hufscmidt, M et al. 1987. Lingkungan, Sistem Alami dan Pembangunan: Pedoman Penilaian Ekonomis (Reksohadiprojo, S. Penterjemah). Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Hutan
Kota dan Perlindungan Atmosfer. 2007. Mages.soemarno.multiply.com/attachment/0/rftfoaokcpkaaftpqe41/hutan koaa.doc?nmid=22307594.
Immamudin, Holif dan Nanang Suryana (Penyunting). 2006. Koleksi Bryophyta Tanaman Lumut Kebun Raya Cibodas. Seri Kebun Raya Vol. 2 No. 4. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia UPT Balai Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya Cibodas. _________, Holif, dkk. (Penyunting). 2005. An Alphabetical Llist of Plant Species Cultivated in the Cibodas B otanical Garden. LIPI, Kebun Raya Cibodas. Konvensi Keanekaragaman Hayati. http://www.icel.or.id/konvensi_keanekaragaman_hayati.icel.
2007.
Lipsey, G. et al. 1993. Pengantar Mikroekonomi Jilid Pertama (Wasana, Jaka dan Kirbrandoko Penterjemah). Edisi ke-10. Bina Akasara, Jakarta. Nazir, M. 1998. Metode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta. Nicholson, Walter.1990. Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasi (Agus Maulana, Penterjemah). Jilid pertama. Edisi ke-5. Binarupa Aksara, Jakarta. Pangemanan. P.A. 1993. Aplikasi Model Biaya Perjalanan untuk Menduga Fungsi Permintaan dan Manfaat Rekreasi di Taman Nasional Bunaken Sulawesi Utara. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertaian Bogor, Bogor. Purwaningsih, Sri. 2007. Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor. Skripsi. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan EKowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Rizal, JJ. Kota Pohon . Kompas, 30 Maret 2004. Rofiko. 2003. Nilai Ekonomi Total Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun (Studi Kasus di Desa Cisarua dan Desa Malasari). Skripsi. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. Insitut Pertanian Bogor, Bogor.
Solehudin, dkk. 2007. Laporan Tahunan 2007 Kebun Raya Cibodas. LIPI, Kebun Raya Cibodas. Suharti, Feby. 2007. Analisis Permintaan dan Surplus Konsumen Kebun Wisata Pasirmukti dengan Metode Biaya Perjalanan. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Petanian. Insitut Pertanian Bogor. Bogor. Supriyatna, Ida Agustine. 2004. Analisis Permintaan dan Surplus Konsumen Taman Wisata Danau Lido sebagai Tempat Rekreasi dengan Metode Kontingensi dan Biaya Perjalanan. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Petanian. Insitut Pertanian Bogor, Bogor. Turner, K.D. Pearce and Bateman, I. 1994. Environmental Economics: An Elementary Intoduction. Harverster Wheatsheaf Campus 400. May Land Avenue Hemel Hampstead. Hertfordshire. Wijyanti, Pini. 2003. Analisis Permintaan dan Surplus Konsumen Kebun Raya Cibodas Sebagai Tempat Rekreasi dengan Menggunakan Metode Biaya Perjalanan. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Petanian. Insitut Pertanian Bogor, Bogor. Yakin, A. 1997. Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan: Teori dan Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan. Akasdemika Presindo, Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Permintaan Wisata dengan Pendekatan Travel Cost KUESIONER PENELITIAN Nomor Responden: Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban untuk setiap pertanyaan yang tersedia dengan memberi tanda (√) pada bagian yang tersedia dan apabila jawaban Anda tidak terdapat pada pilihan jawaban maka isilah pada bagian yang tersedia. A. Data Pengunjung 1. Jenis Kelamin 2. Umur 3. Pendidikan terakhir 4. Asal kedatangan
:□ Laki-laki □ Perempuan :…tahun : □ SD □ SMU □ PT : □ Jakarta □ Bandung □ Bogor □ Tangerang □ Cianjur □ Bekasi □ Lainnya….. 5. Pekerjaan saat ini : □ Pelajar/mahasiswa □ Pegawai negri □ Pegawai swasta □ Pengusaha/wiraswasta □ ABRI □ Ibu rumah tangga □ Pengangguran □ Lainnya…. 6. Pendapatan per bulan, dalam rupiah (jika pelajar, berdasarkan pengeluaran selama sebulan) Rp………
B. Informasi Tentang Motivasi Kunjungan 1. Dari siapa Anda mengetahui KRC? □ Brosur □ Teman □ Media informasi (tv, surat kabar, radio) 2. Apakah yang Anda harapkan dengan berkunjung ke KRC? □ Refreshing □ Kumpul keluarga □ Menambah pengetahuan(wisata edukasi) 3. Apakah sebelumnya Anda sudah berkunjung ke KRC? □ Pernah □ Belum pernah 4. Sudah berapa lama Anda mengetahui KRC?....tahun 5. Sudah berapa kali Anda berkunjung ke KRC dalam 5 tahun terkahir?......kali 6. Menurut Anda, apa yang menarik dari KRC? □ Pemandangan alam □ Air terjun □ Udara yang sejuk □ Taman yang indah 7. Bagaimana tanggapan Anda terhadap KRC? □ Ingin berkunjung lagi □ Tidak ingin berkunjung lagi □ Tidak tahu 8. Berapa lama waktu yang Anda habiskan di KRC?......jam
□ Lainnya… □ Lainnya….
□ Lainnya…….
C. Informasi Tentang Biaya Perjalanan 1. Kedatangan Anda ke KRC? □ Sendiri □ Keluarga □ Rombongan □ Teman 2. Jika tidak sendiri, berapa jumlah anggota rombongan yang ikut bersama Anda?..... orang 3. Jenis kendaraan yang Anda gunakan ke KRC? □ Pribadi □ Sewa □ Kendaraan umum □ Lainnya….. 4. Berapakah waktu yang Anda butuhkan dari rumah menuju KRC?.....jam 5. Apakah Anda mempunyai biaya alokasi untuk berekreasi? □ Ya □ Tidak 7. Berapa biaya yang Anda keluarkan untuk berekreasi? (dalam rupiah) □ Transportasi : □ Dokumentasi : □ Konsumsi rekreasi : □ Biaya parkir : □ Biaya sewa : □ Souvernir : Lainnya : Total Jika tidak melakukan rekreasi, berapakah biaya konsumsi yang biasanya Anda keluarkan sehari-hari? Rp…
D. Penilaian dan Pelayanan Terhadap KRC (Beri Tanda √) Kriteria Keamanan obyek wisata □ sangat aman Penyediaan fasilitas rekreasi □ sangat memadai Penerimaan pengunjung (keramahan petugas) □ sangat baik Penyediaan informasi (petunjuk, buku, dll) Kemudahan mencapai lokasi
Kriteria Masalah kebersihan Pencemaran udara Tingkat kebisingan
□ sangat memadai □ sangat mudah
□ perlu perhatian □ sangat tinggi □ sangat tinggi
Penilaian Pelayanan KRC □ aman □ kurang aman □ memadai □ kurang memadai □ baik □ kurang baik □ memadai □ kurang memadai □ mudah □ sulit
□ sangat kurang □ tidak ada □ sangat sulit
Penilaian Kualitas Lingkungan □bermasalah □ sedikt □ tidak bermasalah bermasalah □ tinggi □ sedang □ tidak bermasalah □ tinggi □ sedang □ tidak bermasalah
E. Willingness to Pay Dengan segala fasilitas dan kenyamanan (udara yang bersih, kualitas lingkungan, dll) yang Anda nikmati, berapakah kira-kira Anda bersedia membayar agar Anda dapat menikmati kembali semua fasilitas yang ada di tempat ini? Rp……
Lampiran 2. Jenis Koleksi, Penyebaran dan Asal Koleksi Tanaman Anggrek di KRC No. 1.
Jenis Anggrek Ascidieria longifolia Hook.f.
2. 3. 4.
Bulphyllum absconditum J.J. Sm. Bulphyllum ankylochelle J.J. Verm Bulphyllum angustifolium (Bl.) Lindl.
Penyebaran Kalimantan, Sumbar, Jambi, Sumut, Lampung, Thailand, Semenajung Malaysia. Pada ketinggian 850-1200 m dpl Sumatera, Bali. Pada ketinggian 1200-1700 m dpl Papua, Papua New Guinea. Pada ketinggian 1700-2300 m dpl Pulau Jawa, Semenanjung Malaysia. Pada ketinggian 1130-1800 m dpl
5. 6.
Bulphyllum biflorum Teijsm. & Binn. Bulphyllum binnendijkii J.J. Sm.
Jabar, Jatim, Asia Tenggara. Pada ketinggian 700-800 m dp Jabar, Kalimantan Tengah
7. 8.
Bulphyllum cernuum (Bl.) Lindl. Bulphyllum ecornutum (J.J Sm)J.J. Sm
9.
Bulphyllum flavescens (Bl) Lindl.
Jabar, Jatim, Sumatera, Kalimantan. Pada ketinggian 610-1850 m dpl Jabar, Jateng, Thailand, Sumatera, Bali, Kalimantan. Pada ketinggian 700-1000 m dpl Jabar, Sumatera, Kalimantan. Pada ketinggian 400-800 m dpl
10.
Bulphyllum flavidiflorum Carr.
Jatim, Jabar. Pada ketinggian 800-2100 m dpl
11. 12.
Bulphyllum laxiflorum var. majus J.J Sm. Bulphyllum lepidum (Bl.) J.J Sm.
13.
Bulphyllum lobii Lindl.
14. 15. 16. 17. 18.
Bulphyllum medusea Rchb.f. Bulphyllum pachyphyllum J.J. Sm Bulphyllum pahudii (De Vriese) Rchb. f Bulphyllum reevei J.J. Verm Bulphyllum salaccense Rchb. f.
19.
Bulphyllum uniflorum (Bl) Hassk.
Jawa (bag.barat), Sumatera, Thailand, Laos, Burma dan Semenanjung Malaysia. Pada ketinggian 600-800 m dpl Jabar, Sumatera, Kalimantan, Cambodia, Laos, Thailand, Semenanjung Malaysia. Pada ketinggian 100-400 m dpl Pulau Jawa, Assam, Burma, Tahailand, Cambodia, Semenanjung Malaysia, Sumatera dan Kalimantan. Pada ketinggian 760-1800 m dpl Thailand, bag.barat Malaysia, Sumatera, Kalimantan, Singapore, Philipina Jabar, Sumatera. Pada ketinggian 1070-1650 m dpl Endemik, di Jabar dan jatim. Pada ketinggian 850-1200 m dpl Irian Jaya, Papua New Guinea. Pada ketinggian 2100-3100 m dpl Jabar, Sumatera, Kalimantan, Semenanjung Malaysia. Pada ketinggian 1100200 m dpl Jabar. Pada ketinggian 880-1500 m dpl
20.
Bulphyllum vaginatum (Lindl.) Rchb. f.
Asia Tenggara
21. 22. 23. 24.
Bulphyllum violaceym (Bl) Lindl. Coelogyne asperata Lindl. Coelogyne celendis J.J Sm. Coelogyne cuprea Wendl. Ex. Kranzl
Jabar, Jateng. Pada ketinggian 900-1600 m dpl Sumatera, New Guinea, Semenanjung Malaysia dan Pulau Solomon Sulawesi Kalimantan, Sumatera. Pada ketinggian 1000-1700 m dpl
25.
Coelogyne dayana Rchb.f.
Jawa, Sumatera, Kaliamntan, Malaya. Pada ketinggian 300-1100 m dpl
Asal Koleksi Lampung KRC, Jabar Papua Cagar Alam (CA) Gn. Sawal, Gn. Ciremai, Gn, Kemulang Lampung, Sumut KRC, CA. Gn. Simpang, CA. Gn. Sawal TNGP, CA. Talaga Warna CA. Gn. Simpang TN. Gn, Halimun, Gn. Kemulang, Gn. Marano KRC, TNGP, TN. Gn. Halimun, Ciwidey, Gn. Kemulang Gn. Kemulang TN. Gn. Leuser TN. Gn. Halimun, CA. Simpang, Salabintana Kalimantan Tengah TNGP Gn. Salak, Cianjur Selatan Irian Jaya TN. Gn. Halimun
Gn.
TNGP, CA. Gn. Simpang, TN. Gn. Halimun CA. Gn. Simpang, CA. bojong Jayanti, Kalbar, Kalteng CA. Gn. Simpang, Sulteng, Kalteng, Papua Palu CA. Dolok Sipirok, CA. Deleng Lancuk Aceh, Kalteng, Kalbar
26. 27. 28.
Coelogyne massangeana Rchb.f. Coelogyne miniata (Bl.) Lindl. Coelogyne pandurata J.J.Sm & Schltr
29.
Coelogyne salmonicolor Rchb. f.
Jabar, Sumatera, Thailand, Semenanjung Malaysia. Pada ketinggian 1400 m Jawa, Sumatera. Pada ketinggian 1000-2400 m dpl Kalimantan, Sumatera, Semenanjung Malaya, Kep. Asia. Pada ketinggian 800 m dpl Sumbar, Bengkulu, Lampung, Jambi. Pada ketinggian 950-1500 m dpl
30.
Coelogyne speciosa (Bl.) Lindl.
Jawa, Sumatera, Sulawesi. Pada ketinggian 750-1800 m dpl
31. 32. 33.
Coelogyne swaniana Rolfe. Cymbidium bicolor Lindl. Cymbidium finlaysonianum Lindl.
Sumatera, Kalimantan, Semenanjung Malaysia. Pada ketinggian 700-1000 mdpl Jabar, India, Asia Tenggara, Cina. Pada ketinggian 1800 m dpl Jawa, Asia Tenggara. Pada ketinggian 500 m dpl
34.
Cymbidium roseum J.J. Sm.
35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43.
Cymbidium sigmoideum J.J Sm. Denrobium aegle Ridl. Denrobium capituliflorum Rolfe. Denrobium kuhlii (Bl.) Lindl. Denrobium lancifolium A. Rich. Denrobium lawesii F. Muell. Denrobium linearifolium Teijesm. & Binn. Denrobium labulaum Rolfe & J.J. Sm. Denrobium montanum J.J Sm.
Jawa (Gn. Gede), Semenanjung Malaysia, Sumatera. Pada ketinggian 15001800 m dpl Jabar, Jatim, Sumatera. Pada ketinggian 1500-1670 m dpl Jabar, Sumatera, Thailand, Semenanjung Malaysia, New Guinea, Kep.Pasifik Papua New Guinea, Vanuatu Jawa Barat. Pada ketinggian 760-1800 m dpl Indonesia bag. timur, Papua. Pada ketinggian 1900 m dpl Irian Jaya Jawa, Sumatera, Bali . Pada ketinggian 800-1200 m dpl
44.
Denrobium mutabile (Bl.) Lindl.
Jabar, Jateng. Pada ketinggian 500-800 m dpl
45.
Denrobium nudun (Bl.) Lindl.
Jawa, Sumatera. Pada ketinggian 1200-200 m dpl
46. 47.
Denrobium prianganense J.J Wood Denrobium salacense (Bl.) Lindl.
48. 49. 50. 51. 52. 53. 54.
Denrobium sociale J.J. Sm. Denrobium tennelum (Bl.) Lindl. Denrobium terefolium R. Br. Denrobium sp. Diplocaulobium sp. Epiblatus auricilatus Schltr. Epigeneium cymbidoides (Bl.) Summerh. Epigeneium triflorum var. triflorum (Bl.)
Jawa Barat. Pada ketinggian 950 m dpl Jawa, Sumatera, Kalimantan, Thailand, Laos, Kamboja, Cina, Vietnam, Semenanjung Malaysia. Pada ketinggian 1800 m dpl Pruba Tua (Sumatera), Sumut, Vietnam, Selatan Thailand Jatim, Jabar, Jateng. Pada ketinggian 1500-2200 m dpl Kawasan tropis basah, Semenanjung Cape York, Australia Irian Jaya, Papua New Guinea Irian Jaya, Papua New Guinea Irian Jaya, Papua New Guinea Jawa, Sumatera. Pada ketinggian 1500-2500 m dpl
55.
Jabar, Sumatera, Kaliamnatan, Ambon. Pada ketinggian 500-1200 m dpl Jabar, Jateng. Pada ketinggian 1300-2000 m dpl
Jawa Barat. Pada ketinggian 1300-1600 m dpl
CA. Gn. Sawal KRC, Cianjur Selatan Kalbar CA. Baniara, Aceh Tengah, Sumbar CA. Gn. Simpang, Gn. Sawal, Gn. Kemulang, Gn. Leuser Kalbar Cipanas, TNKS, Aceh, Jabar Sukabumi, Aceh, Sumabr, Kalbar, Gn. Dako (Sulteng) Garut, Gn. Slamet (Jateng) KRc, Gn. Pangrango Wamena Papua CA. Gn. Sawal Latimojong, Irian Jaya Irian Jaya TNKS (Jambi) KRC, TNGP, Tn. Gn. Halimun TNGP, CA. Talaga Warna, Gn. Bimo (Jateng) KRC, TN.Gn. Halimun, Gn. Bismo, Cianjur Selatan, Lampung TNGP, CA. Gn. Simpang, CA. Gn. Sawal, Gn. Ciremai CA. Gn. Simpang Tn. Gn. Halimun, Cianjur Selatan CA. Tele Baniara (Sumut) TNGP, Tn. Gn. Halimun Irian Jaya Irian Jaya Irian Jaya Irian Jaya TNGP, Gn. Ciremai. Kerinci, Lampung KRC, TNGP, TN. Gn. Halimun,
56. 57.
Summerh Eria hyacinthoides (Bl.) Lindl. Eria javanica (Sw.) Bl.
66. 67.
Flickingeria fimbriata (Bl.) AD. Hawkes Flickingeri grandiflora (Bl.) AD. Hawkes Liparis elliptica Wight Liparis pallida (Bl.) Lindl. Mediocalcar decoratum Schuit. Mediocalcar uniflorum Schltr. Pholidota camelostalix Rchb.f. Pholidota convalluariae (Rchb. f) Hook. f. Pholidota nervosa (Bl.) Rchb. f. Renanthera matutina (Bl.) Lindl.
68. 69. 70. 71. 72.
Robiquetia spatulata (Bl.) J.J. Sm. Trichoglottis celebica Rolfe. Trichoglotti pusilla (Teijsm. & Bin.) Trichoglotti bipennicillata Vanda tricolor Lindl.
58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65.
Jawa, Tahiland, Sri Lanka, India, Taiwan. Pada ketinggian 1370-2500 m dpl Jawa, Sumatera, Philipina. Pada ketinggian 1000-2500 m dpl Kep. New Guinea. Pada ketinggian 900-2500 m dpl Jayawijaya, Papua New Guinea. Pada ketinggian 800-2400 m dpl
Gn. Petarangan Sumbar KRC, Gn. Karumbi, Kalteng, Wamena (Irian Jaya) CA. Gn. Simpang Tn. Gn. Halimun, CA. Gn. Sawal, Gn. Ciremai, Gn. Petarangan CA. Talaga Warna CA. Talaga Warna Papua Papua
Jawa Barat, Asia Tenggara, India. Pada ketinggian 1000-1600 m dpl
CA. Gn. Simpang
Jawa Barat, Sumatera. Pada ketinggian 1500-1700 m dpl Jawa Barat, Sumatera, Kalimantan, Semanjung Malaysia, Philipina. Pada ketinggian 400-1100 m dpl Jawa Barat. Pada ketinggian 600 m dpl Jabar, Jatim, Sulawesi. Pada ketinggian 1000 m dpl Jawa, Sumatera. Pada ketinggian 1500-1700 m Kalimantan dan Sabah. Pada ketinggian 600 m dpl Jawa. Pada ketinggian 700-1600 m dpl
Tn. Gn. Halimun, Sumut Tn. Gn. Halimun
Jawa, Semenanjung Malaysia, Sumatera, Bali. Pada ketinggian 450-1500 m dpl Jawa, Asia Tenggara, India Jawa. Pada ketinggian 1000 m dpl Jawa, umumnya Jatim. Pada ketinggian 1000-2100 m dpl
Tn. Gn. Leuser Tn. Gn. Leuser Sumatera Barat Kalbar CA. Gn. Simpang, Gn. Ciremai, Cianjur Selatan
Lampiran 3. Daftar Koleksi Famili dan Genus Bryophyta Taman Lumut Kebun Raya Cibodas No. 1.
Jenis Bryophyta/Lumut Lumut Hati Berdaun (Leafy Liverworts)
Famili - Balantiosidaceae - Flullaniaceae - Geocalycaceae
- Plagiochilaceae - Radulaceae - Tricochloleaceae
Genus Isotachis Fllunaria Chiloscypus Heterocypus Lophocolea Jungermannia Cheilolejunea Lejeunea Lopholjeunea Bazzania Lepidozia Plagiochila Radula Tricocolea
- Jungermanniaceae - Lejeuneaceae
- Lepidiziaceae
2.
Lumut Hati Berthalus (Thaloid liverworts)
- Anuraceae - Marchantiaceae - Pallaviciniaceae - Ricciaceae - Wiesnerellaceae
Aneura Riccardia Marchantia Pallavicinia Dumottiera
3.
Lumut Tanduk (Hornworts)
- Anthocerotaceae
Phaeoceros
4.
Lumut Sejati (Mosses)
- Bartamiaceae
Bartramdula Breutelia Philonotis Eurhynchium Barchymenium Byrum Pohlia Rhodobryum Calymperes Syrrhopodon Acrocryphaea Bryhumbertia Campylopus Cryptodicranum Dicranella Diranoloma Leucoloma Trematodon Erythrodontium Trachyphyllum Fissidens Funaria Psycomitrium Hedwigidium Callicostella Chaetomitrium Distichophyllum Ctenidium Ectropothecium Glossadelphus Hypnum Isoterygium Microtenidium Vesicularia Hypnodendron Mniodendron
- Brachytheciaceae - Bryaceae
- Calymperaceae - Cryphaeaceae - Dicranaceae
- Entodontaceae - Fissidentaceae - Funariaceae - Hedwigiaceae - Hookeriaceae
- Hypnaceae
- Hypnodendraceae
- Hypopterygiaceae - Lembophyllaceae - Leskeaceae - Leucobryaceae - Meesiaceae - Meteoriaceae - Mniaceae - Neckeraceae
- Orthotrichaceae - Phyllodrepaniaceae - Polytrichaceae - Pottiaceae - Pterobryaceae
- Ptychomniaceae - Racopilaceae - Rhizogoniaceae - Schistochillaceae - Sematophyllaceae
- Sphagnaceae - Thuidiaceae
- Trachypodaceae
Hypopterygium Lopidium Isothecium Pseudoleskeopsis Leucobryum Octoblepharum Messia Aerobrypsis Plagiomnium Calyptothecium]himantocladium Homaliodendron Neckera Neckropsis Pinnatela Thamnabryum Macromitrium Mniomalia Pogonatum Leptodontium Weissia Endotrichella Pterobryopsis Symphysodon Symphysodontella Tracyloma Glyphothecium Hampella Racopilum Hymenodon Pyrrhobryum Schistochilla Acanthocladium Acanthorrynchium Acroporium Macrohymenium Trismegistia Warburgiella Sphagnum Claopodium Haplocladium Thuidium Trachypodopsis Trachypus
Lampiran 4. Data Tanaman Koleksi Kebun Raya Cibodas Nama Tanaman
Suku
Asal
Usia
Acacia farnesia (L.) Willd.
Mimos
Top America
72
Acacia koa Gray
Mimos
New Hybrid
114
Acalypha anderstoni Hort.
Euph.
Garden Origin
64
Acalypha cristata Poeppp. &. Endl.
Euph.
Doningo Island
64
Acalypha wilkesiana Muell. Arg.
Euph.
Peru
64
Acalypha wilkesiana Muell. Arg. var. marginata T. Moore
Euph.
New Hybrid
64
Acalypha wilkesiana Muell. Arg. var. obovata Hort.
Euph.
Fiji Island
64
Acanthus montanus T. Anderson
Acanth.
Polynesia
64
Agapanthus africanus Hoffm.
Aspar.
Trop Africa
65
Agathis australis D. Don
Arauc.
S. Africa
65
Agathis borneensis Warb.
Arauc.
New Zealand
84
Alitinga excelsa Noronha
Hamam.
Maluku Island
70
Anthurium pedato - radiatum Schott.
Arac.
S.E. Asia
67
Araucaria bidwillii Hook.
Arauc.
Columbia
71
Araucaria bidwillii Hook.
Arauc.
Australia, Queensland
65
Araucaria bidwillii Hook.
Arauc.
Australia, Queensland
142
Araucaria columnaris (Forst.) Hook.
Arauc.
Australia, Queensland
142
Araucaria cunninghami Ait. ex. D. Don var galuca Endl.
Arauc.
New Caledonia
85
Ardisia crenata Roxb.
Myrs.
Irian Jaya
65
Aristea ecklonii Baxer
Irid.
Malesia, China
64
Aristea ecklonii Baxer
Irid.
S. Africa, Cope
64
Aristea ecklonii Baxer
Irid.
S. Africa, Cope
65
Aster cordifolius L.
Aster.
S. Africa, Cope
64
Berberis napaulensis (DC.) Spreng.
Berb.
N. America
64
Berberis vulgaris L.
Berb.
S.E. Asia to Formosa
65
Berberis vulgaris L.
Berb.
Europe, Asia
64
Bontia daphnoides L.
Myop.
Europe, Asia
88
Brugmansia candida Pers.
Sol.
W. Indies
72
Brunfelsia americana L.
Sol.
Trop America, Peru
85
Brufelsia pauciflora (Champ. & Schlect.)
Sol.
W. Indies
66
Buddleja davidii Franch. var. superba Rosen & Wehlenb.
Budd.
Brazil
69
Buxus sempervirens L.
Bux.
China
65
Buxus sempervirens L.
Bux.
S. Europe, N. Africa, China
65
Buxus sempervirens L.
Bux.
S. Europe, N. Africa, China
89
Caloliandra brevipes Benth.
Mimos
S. Europe, N. Africa, China
69
Callistemon rigidus R.Br.
Myrt.
Brazil
64
Camellia japonica L.var.alpaplena Lod.
Theac.
New S. Wales
90
Camellia japonica L.
Theac.
Japan
65
Castanospermum australe A.Cunn.& Frasser
Papil.
Japan, Korea, E.Asia
64
Casuarina glauca Siever
Cas.
Australia, N.S Wales
64
Cerstrum calycium H.B & K.
Sol.
S. America, Peru
88
Chamaecyparis lawsoniana (A.Murr.) Parl.var.filiformis Bioss.
Cupr.
S.W. Orgin, California
65
Clerodendrum thomsonae Balf.F.
Verb.
Trop. Africa
64
Coreospis nuecensis A.Heller
Aster.
Texas
65
Corinopcarpus laevigata J.R.Forst.&. G. Forst
Corinoc.
New Zealand
98
Crinum morei Hook.f.
Amaryll.
S. Africa, Natal
89
Crinum x powellii Baker
Amaryll.
Hybrid Origin
89
Crinum x powellii Baker
Amaryll.
Hybrid Origin
Crinum sp.
Amaryll.
65
Crinum sp.
Amaryll.
65
Crinum sp.
Amaryll.
65
Crinum sp.
Amaryll.
65
Crinum sp.
Amaryll.
65
Crinum sp.
Amaryll.
65
Crinum sp.
Amaryll.
65
Crinum sp.
Amaryll.
65
65
Crinum sp.
Amaryll.
65
Crinum sp.
Amaryll.
65
Crinum sp.
Amaryll.
65
Crinum sp.
Amaryll.
65
Crinum sp.
Amaryll.
65
Cuphea ignea DC.
Lythr.
Mexico
65
Cupressus arizonica Greene
Cupr.
Arixona to Mexico
65
Cupressus funebris Endl.
Cupr.
China
103
Cupressus funebris Endl.
Cupr.
China
70
Cupressus funebris Endl.
Cupr.
China
85
Cupressus funebris Endl.
Cupr.
China
82
Cupressus goveniana Gord.
Cupr.
California
70
Cupressus goveniana Gord.
Cupr.
California
70
Cupressus goveniana Gord.Var.Attenuata Carr.
Cupr.
California
70
Cupressus goveniana Gord.Var.Attenuata Carr.
Cupr.
California
70
Cupressus lusitanica Mill.
Cupr.
Guatemala, Mexico, Europe
70
Cupressus lusitanica Mill.var.benthamii Endl.Carr.
Cupr.
Guatemala, Mexico, Europe
70
Cupressus lusitanica Mill.var.benthamii Endl.Carr.
Cupr.
Guatemala, Mexico, Europe
70
Cupressus lusitanica Mill.var.benthamii Endl.Carr.
Cupr.
Guatemala, Mexico, Europe
98
Cupressus macnabiana A.Murr.
Cupr.
California
71
Cupressus macrocaroa Hartw.Ex.Gord.
Cupr.
Califronia
82
Cupressus sempervirens L.var.Indica Parl.
Cupr.
Asia
Cupressus sp.
Cupr.
Cupressus torulosa D.Don
Cupr.
W. Himalaya
82
Cupressus torulosa D.Don
Cupr.
W. Himalaya
82
64 93
Dacricarpus imbricatus (Blume) de Laub.
Podoc.
Burma, China, Malaya
85
Diospyos kaki Thunb.
Eben.
China, Japan
93
Doryophora sassafras Endl.
Monim.
New. S. Wales
65
Elaedendron australe Vent.
Celast.
Australia
84
Encephalartos altensteinii Lehm.
Zam.
S. Africa
85
Encephalartos horridus (Jack.) Lehm.
Zam.
S. Africa
85
Enterolobium timbouva Mart. Eucalyptus pilularis Sm.
Mimos
Brazil
82
Myrt.
S. Australia
98
Eucalyptus punctata DC.
Myrt.
Australia
98
Eucalyptus saligba Sm.
Aster.
New S. Wales
98
Euoatorium sordidum Less.
Sterc.
Mexico
64
Fatsia japonica (Thunb.) Decne & Planch.
Malv.
Japan
65
Fitrmiana malayana Koesterm.
Amaryll.
Malaya
66
Hisbiscus x archeri Wats.
Amaryll.
Hybrid.
65
Hipperastrum hybdium Hort.
Hyper.
Garden Origin
80
Hipperastrum hybdium Hort.
Cupr.
Garden Origin
89
Hyperium chinense L.
Cupr.
Cina, Japan, Asia
65
Juniperus chonensis L.var.japinica (Carr.) Lav.
Cupr.
65
Juniperus communis L.
Prot.
Japan, China C. Europe, N. America, N.Asia
65
Juniperus procera Hochst.ex.Endl.
Magn.
Abbisiana, S. Africa
65
Macamia integrifolia Steenis
Magn.
New Hybrides, Hawaii
65
Magnolia grandiflora L.var.lanceolata W.Ait
Magn.
Florida, Texas
Magnolia liliflora Desr.
Magn.
China, Japan, E. Asia
65
Magnolia liliflora Desr.
Aizoac.
China, Japan, E. Asia
65
Magnolia liliflora Desr.
Aster.
China, Japan, E. Asia
65
Mesembryantheum splendens L.
Berb.
S.Africa
65
158
Montanoa gandiflora (DC.) Hemsl.
Berb.
Mexico
89
Nandina domestica Thunb.
Berb.
China, Japan
64
Nandina domestica Thunb.
Berb.
China, Japan
64
Nandina domestica Thunb.
Berb.
China, Japan
65
Nandina domestica Thunb.
Berb.
China, Japan
61
Nandina domestica Thunb.
Berb.
China, Japan
89
Nandina domestica Thunb.var.Japonica Hort.
Berb.
Japan
Pinus canariensis C.E.Sm
Pinac.
Canary Island
101 82
Pinus coulteri D.Don
Pinac.
Californoa
95
Pinus montezumae Lamb.
Pinac.
Mexico
82
Pogonantherum crinitum (Thunb.ex.Murr) Trin.ex.Kunth
Poac.
Java
65
Psidium guajava L.
Myrt.
C. Ameica
92
Rhododendron mucronatum G. Don
Eric.
Japan
66
Rondeletia ordorata Jack.
Hamam.
Cuba, Mexixo
65
Russelia equisetiformis Cham.&.Schltdl.
Scroph.
Mexico
67
Salvia ianthina Otto & Dietr.
Lam.
Mexico or Peru
65
Salvia splendens Sello ex Nees
Lam.
Brazil
64
Serissa japonica (Thunb.) Thunb.
Rub.
Japan
64
Sterculia acerifolia A.Cunn.Ex.Loud
Sterc.
N.S. Wales, Queensland
82
Styrax formosanum Matsumura
Styrac.
Formosa
85
Tipuana tipu (Benth.) Kuntze
Caesal.
S. America
92
Villebrunea integriflora Gaud.var.sylvatica Hook.
Urtic.
Java
92
Viola odorata L.
Viol.
Europe, Asia, N.Africa
89
Yucca elephantipes Regel
Agav.
Mexico
77
Zebrina pendula Schnizl
Commel
Mexico
65
Lampiran 5. Beberapa Jenis Tanaman Berpotensi Obat di KRC dan Kegunaannya No. 1.
Nama Jenis Ageratum conyziodes L.
Nama Daerah Bandotan, Babadotan Leutik, Dus Wedusan, Dus Debusan, Goatweed,
Bagaian yang Dimanfaatkan Akar dan daun
Kegunaan (dapat digunakan untuk mengobati penyakit) Demam, sakit dada, luka dan penyakit kulit, pendarahan rahim, sakit mata dan sakit perut
2.
Artemisia vulgaris L.
Baru Cina, Benghar Kucicing, Gorogoro, Suket Ganjahan, Mugwort
Akar, batang, daun dan biji
Penyakit kulit, memulihkan tenaga setelah melahirkan, kuat lelaki, disentri, pembengkakan payudara, menambah nafsu makan, melancarkan air seni, parfum dan kosmetik
3.
Blumea balsamifera (L.) DC.
Capa, Kamandhin, Sembung Gantung, Sembung Gula, Sembung Kuwuk, Sembung Legi, Sembung Mingsa
Akar, daun dan bunga
Panas dalam, cacingan, menambah selera makan, menguatkan labung, malaria dan demam menahun, gangguan haid, masuk angin, bronchitis, memulihkan tenaga setelah melahirkan, menetralkan racun dan melancarkan air seni
4.
Blumeria riparia (Blume) DC.
Jonge Areuy, Lalangkapan, Menjanga Ma Aki, Sosininga, Tombak-tombak
Akar dan daun
Memulihkan tenaga setelah melahirkan, menyembuhkan luka setelah melahirkan
5.
Bryophyllum pinnatum (Lamk.) Oken
Buntiris, Ceker Bebek, Ceker Itik, Daun Ancar Bebek, Daun Sejuk, Jampe, Jukut Kawasa, Sosor Bebek, Tere, Teres, Tuju Dengen, Leaf Plant, Flappers
Daun
Mendinginkan perut, luka, demam, bisul, koreng, pembengkakan payudara, radang amandel, radang telinga, kulit terbakar matahari dan diare
6.
Cantella asiatica Urban
Antanan Gede, Calingan Rambat, Daun Khaki Kuda, Gangan-gagan, Kerok Batok, Pantegowang, Panigowang, Pugago, Rendeng, Asian Pennywort, Indian Pennywort
Akar, daun dan semua bagian tanaman
Penguat lambung, luka meradang, penyakit telinga, palancar air seni, demam, melancarkan ASI, menambah kosentrsi dan daya ingat, disentri, rematik, eksim, bronchitis dan asma, sari rapet untuk wanita dan mencegah keputihan dan pertumbuhan rambut
Akar, batang, daun, bunga dan buah
Pembersih darah, rematik, batuk, menyegarkan badan, batuk, sakit kulit, sakit kepala, sakit perut dan penawar racun ular
Akar, daun dan bunga
Rematik, kudis, kolera, sesak napas, asma, batuk, demam, dan sakit kulit
(L.)
7.
Clerodenrum serratum (L.) Moon
Sangunggu, Senggugu, Baungkudu, Srigunggu, Pinggir Tosek
8.
Datura L.
Kacubung, Kucubung, Thorn Apple
metel
Simar Kertase,
luka
dalam,
Eclipta prostate (L.) Euchresta horsfieldii (Lesch) Benn.
Goman, Orang-aring, False Daisy
Seluruh bagian tanaman
Ki Jowo, Palakiya, Pranajiwa
Akar, daun, buah dan biji
11.
Euphorbia hirta L.
Gendong Anak, Kukon-kukon, Nanangkaan, Patikan Jawa, Patikan Kebo, Asthma Herb.
Seluruh bagian tumbuhan
Disentri, melancarkan air seni, bronchitis dan asma, dan sakit gigi
12.
Ficus deltoidea Jack
Api-api Telinga Kera, Api-api Telinga Gajah, Ara Burung, Ara Jelateh, Ara Tanah, Ara Tunggal, Mistletoe Fig
Daun
Sari rapat untuk wanita dan obat kuat lelaki (aprodisiak)
13.
Graptophyllum pictum Griff. var. ludirosanguineum (Sims.) Nees
Dangora, Daun Temen-temen, Daun Ungu, Demung, Karaton, Puding, Puding Pereda, Tukak, Temen, Wungu
Daun dan bunga
Disentri, wasir, penyakit luka dan bengkak, gangguan haid, batu empedu
14.
Hydrocotyle sibthorpioides Lamk.
Andem, Antanan Beurit, Katepan, Kurawet Gelang, Patikan Cina, Patitikam, Pegagan Lembut, Pegagan Leutik, Panjelangan, Pugago Ambun, Rendeng, Semanggi, Salatun, Teke Cene
Daun
Radang kulit, sesak nafas, kencing batu, bisul, koreng, ari rapat dan mengentalkan cairan vagina dan lalap.
15.
Impatiens platypetala Lindl.
Pacar Banyu, Pacar Leuweung
Daun dan tanaman
bagian
Obat ruam kulit dan penyakit kulit, luka ringan, menyegarkan badan dan pelancar air seni untuk anak-anak
16.
Melastoma malabathricum L.
Kedudok, Kendudok, Kluruk, Kodok, Sendudok, Sakedudok, Sikadudok, Sedudok, Senggani
Akar, kulit, daun, buah dan getah
Batuk, sakit perut, disentri, diare, radang kulit, cacar air, sakit gigi, penobatan setelah melahirkan, sakit tulang dan pewarna alami
17.
Mentha arvenis L.
Bijanggut, Daun Poko, Keresmen, Field Mint
Daun
Sakit kepala, batuk, nyeri dan kejang perut, infeksi pada saluran pencernaan, infreksi pada saluran pernapasan, analgesik, bengkak atau luka karena gigitan serangga, lalap mentah, nyeri, kejang, keram dan sinus
9. 10
Janggot,
semua
Pewarna rambut dan mencegah uban, penumbuh rambut bayi, asma dan bronchitis, penyakit kulit dan eksim, sakit gigi dan diare Sakit pinggang, paru-paru kronis, muntah darah, obat kuat lakilaki (aprosidiak), keracunan, gigitan ular dan menyegarkan badan
18.
Orthosiphon aristatus (Blume) Miq.
Kumis Kucing, Seselayan, Songkot Koceng, Remug Jung, Java Tea
Daun
19.
Physalis minima L.
Daun Boba, Cecendet, Cecendet Kunir, Ciplukan, Bladder Cherry, Sun Berry
Akar, batang, daun dan buah
Ceuli Uncal, Daun Sendok, Ekor Angin, Kuping Menjangan, Ototototan, Sangkabuah, Sangkubah, Sembung Otot, Suri Pandak, Torongoat, Common Plantain
Akar, daun dan biji
Diabetes, pelancar air seni, menyegarkan badan, keletihan, cacingan, batuk, bronchitis, asma, luka, gigitan serangga, mengeringkan bisul, gangguan haid, kencing batu, diare, konstipasi dan melapangkan pernapasan.
Melancarkan air seni, batu ginjal, radang ginjal, gangguan pada saluran urin, pegal linu, gangguan haid, kencing manis, tekanan darah tinggi, sakit kuning, radang selaput lender dan rematik Obat cacing, demam, patah tulang, penyakit kulit, bisul, kencing nanah, diabetes, sakit kepala, tekanan darah tinggi dan melancarkan air seni
20.
Plantago major L.
21.
Polygala paniculata L.
Jukut Rindik, Jukut Tikukur, Katumpang Lemah, Ki Kuwat, Ki Ceng-ceng, Surawung Langit
Semua bagian tanaman
Obat batuk, luka, sakit pinggang dan kencing nanah
22.
Polygala venenosa Juss. Ex. Poir
Katutungkul
Akar, daun dan bunga
Sakit pinggang, kebugaran tubuh, dan sakit tenggorokan
23.
Sonchus arvenis L.
Galibug, Jombang, Jombang Lalakina, Lempung Rayana
Batang dan daun
Payudara bengkak (mastitis), megempeskan bisul, darah tinggi, kencing batu dan pegal-pegal
24.
Sphilantes acmela auct.non. Murr.
Getang, Gulang, Jotang,Kirat, Carat, Legatan, Sanuren, Saruni Sapi, Rat Caarat Baga
Akar, batang, daun dan bunga
Sakit gigi, bengkak dan sariawan
(L.)
25.
Urena lobata L.
Pungpulutan Awewe, Pulut, Legetan, Pulut Kebo, Pulutan Sapi, Polot
Akar, daun dan bunga
Persalinan, sakit perut dan demam, bisul, penumbuh rambut, keputihan, antiseptik wanita, luka dan sakit kulit, penyegar badan, keletihan dan rematik
26.
Vivex trifolia L.
Langgundi, Lagondi, Langhundi, Hand of Mary, Three-leaved Chaste tree
Akar, batang, daun dan buah
Polio, batuk, rematik, bengkak, eksim, demam, penyembuhan setelah melahirkan, sakit kepala dan anti tumor
Lampiran 6. Nilai Ekonomi Tanaman di Kebun Raya Cibodas* No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Nama Family Acantaceae Aceraceae Actinidiaceae Agaveceae Aizoaceae Alangiaceae Alismataceae Alliaceae Aloaceae Amaranthaceae Amarylidaceae Anacardiaceae Annonaceae Apiaceae Apocynaceae Aquifoliaceae Araceae Araliaceae Araucariaceae Arecaceae Ascplepiadaceae Asparagaceae Asphodelaceae Asteliaceae Asteraceae Begoniaceae Berberidaceae Betulaceae Bignoniaceae Bixaceae Blechnaceae Bombacaceae Boraginaceae Bromeliaceae Buddlejaceae Burseraceae Buxaceae Caesalpiniaceae Calycanthaceae Campanulaceae Caprifoliaceae Caryophyllaceae
Jumlah 20 14 27 76 1 16 1 5 18 2 70 32 19 4 22 2 27 23 112 223 4 2 9 37 51 1 28 6 30 2 6 2 5 13 4 7 13 42 2 4 16 2
Harga (Rp.) 20000
60 2
16000
40000 10000
25000 7500 17500 9000 6000 7500 18000 32500 7500 12000
20000 35000 37500 37500 16000 30000 16000
Caryophyllaceae Casuarinaceae Cecropiaceae
Nilai (Rp.) 400000 0 0 3040000 10000 0 0 0 450000 15000 1225000 288000 114000 0 165000 0 486000 747500 840000 2676000 0 0 0 0 0 20000 980000 0 1125000 0 225000 32000 0 390000 0 112000 0 0 0 0 0 0 0 960000 0
46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 7 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93
Celastraceae Cheiropleuriaceae Chloranthaceae Chrysobalanaceae Clusiaceae Cneoraceae Combretaceae Commelinaceae Convallariaceae Cornaceae Corynocarpaceae Cunoniaceae Cupressaceae Cyatheaceae Cycadaceae Cyperaceae Daphniphyllaceae Davalliaceae Dicksoniaceae Dilleniaceae Dipteridaceae Dipterocarpaceae Dracaenaceae Dryopteridaceae Ebenaceae Elaeocarpaceae Ericaceae Euphorbiaceae Fagaceae Flacourtiaceae Gentianaceae Gesneriaceae Gnetaceae Hamamelidaceae Heliconiaceae Hemerocallidaceae Hernandiaceae Hyacinthaceae Hypericaceae Icacinaceae Illiciaceae Iridaceae Juglandaceae Lamiaceae Lauraceae Lecythidaceae Leeaceae Liliaceae
18 1 1 5 12 1 2 2 8 26 1 5 217 16 1 6 3 3 4 9 2 3 7 27 12 51 39 108 85 11 1 2 7 45 5 13 4 5 1 11 7 29 8 9 198 6 3 5
13000 11000 12500
17500 75000
75000 11000 3000 47500 11000 12500 25000 6000 27500 5000 7500
17500
7500 11000 7500
0 0 0 0 156000 0 22000 25000 0 0 0 0 3797500 1200000 0 0 0 0 300000 99000 0 9000 332500 0 132000 0 487500 2700000 0 66000 0 55000 35000 337500 0 0 0 87500 0 0 0 0 0 0 1485000 66000 0 37500
94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141
Linaceae Lindsaeaceae Lobeliaceae Loganiaceae Lomariopsidaceae Lythraceae Magnoliaceae
1 2 4 2 4 28 73
3500 37500 3500
Magnoliaceae Malvaceae Marantaceae Marattiaceae Melastomataceae Meliaceae Menispermaceae Mimosae Monimiaceae Moraceae Musaceae Myporaceae Myricaceae Myrsinaceae Myrtaceae Nephrolepidaceae Nyctaginaceae Ochnaceae Oenotheraceae Oleaceae Onagraceae Orchidaceae Osmundaceae Oxalidaceae Pandanaceae Papaveraceae Papilionaceae Passifloraceae
39 26 4 15 50 4 56 2 90 7 1 6 30 528 5 7 2 1 29 14 3 4 2 20 3 40 1
17500 32500 115000 9000 27500 27500
11000 37500 6000
30000 17500 4000
Phormiaceae Pinaceae Piperaceae Pittosporaceae Plagiogyriaceae Plantaginaceae Plumbaginaceae Poaceae Podocarpaceae Polemoniaceae Polygonaceae Polypodiaceae Proteaceae
96 1 10 1 1 1 92 61 1 9 10 57
4500 27500 27500
32500
25000 17500
0 0 0 7000 0 1050000 255500 0 682500 845000 0 1725000 450000 0 1540000 0 2475000 0 0 0 330000 19800000 0 42000 0 0 0 420000 52500 0 8000 0 0 0 0 0 432000 27500 275000 0 0 0 0 1982500 0 0 250000 997500
142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180
Pteridaceae Ranunculaceae Rhamnaceae Rhizophoraceae Rosaceae Rubiaceae Rutaceae Sabiaceae Salicaceae Sambucaceae Sapindaceae Sapotaceae Saxifragaceae Scrophulariaceae Selaginellaceae Smilacaceae Solanaceae Stahyleaceae Sterculiaceae Styracaceae Symplocaceae Taxaceae Taxodiaceae Theaceae Thelypteridaceae Thyhaceae Thymelaceae Tiliaceae Tropaeolaceae Ulmaceae Urticaceae Vacciniaceae Velloziaceae Verbenaceae Violaceae Vitaceae Xanthorrhoeaceae Zamiaceae Zingibereraceae Total
10 2 13 1 116 79 43 6 4 4 34 6 10 3 3 9 63 9 29 2 24 7 46 65 2 2 7 2 1 23 6 2 1 43 1 1 6 21 38
16000 16000 30000 17500 57500
2500 14000 5500 7500 32500 5000 6000
50000 50000 2500 2500 3000 3500
10000 8500
6000
0 0 0 16000 1856000 2370000 752500 345000 0 0 85000 84000 0 16500 22500 0 2047500 0 145000 12000 0 0 0 3250000 0 100000 0 5000 2500 69000 21000 0 0 430000 8500 0 0 0 228000 71243500
Ket*: Nilai ekonomi tanaman yang dihitung yang hanya mempunyai nilai pasar, ada beberapa tanaman yang tidak dihitung, karena memang tidak diperjualbelikan dan hanya untuk tanaman koleksi dan untuk dipertukarkan. Nilai tanaman keseluruhan nilainya lebih besar dari nilai yang dihitung.
Lampiran 7.
Interc
Uji Kolinearitas untuk Mengetahui Adanya Multikolinearitas
TC
I
S
E
A
K
T
DI
OT
JR
LC
Interc
1,000
TC
,017
1,000
I
,318
-,208
1,000
S
-,206
,031
-,108
1,000
E
-,750
-,017
-,361
,126
1,000
A
-,410
-,179
-,247
,227
,354
1,000
K
-,079
,022
-,024
-,167
,378
-,558
1,000
T
-,336
-,022
-,022
,113
,168
-,084
,116
1,000
DI
-,069
-,130
-,081
-,242
-,139
-,186
,462
-,129
1,000
OT
-,350
,114
,002
-,098
-,088
-,245
,053
-,079
,161
1,000
JR
,019
-,015
,043
-,169
-,081
-,219
,027
,057
-,056
,110
1,000
LC
-,224
-,287
,002
,086
,146
,295
-,078
,121
-,147
-,199
-,037
1,000
WTP
,004
,045
-,195
-,104
-,130
-,084
,153
-,049
,057
,019
,135
-,071
WTP
1,000
Lampiran 8. Uji Homoskedastisitas dan Normalitas Predicted values by Residuals 40
30
Raw Residuals
20
10
0
-10
-20
-30
-40 -5
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Predicted values
Uji Linearitas Normal probability plot of residuals 3,0 2,5
0.99
2,0 0.95
Standard normal quantile
1,5 1,0
0.85
0,5
0.70
0,0
0.50
-0,5
0.30
-1,0
0.15
-1,5
0.05
-2,0 0.01
-2,5 -3,0 -40
-30
-20
-10
0 Raw Residuals
10
20
30
40
Lampiran 9. Jumlah Pengunjung Wisata Nusantara UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas, LIPI Periode 2000-2007
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Jumlah
2000 77489 24376 29381 65896 35797 84066 84370 51014 48238 56129 35176 8076
2001 79185 19076 40604 20954 30464 68389 67724 48707 43719 40917 25854 5813
2002 91765 11203 29291 19683 28076 64502 48422 43939 34805 50417 23662 60603
600359
491405
506774
Tahun 2003 44482 43047 20994 24384 28586 60884 92232 47121 47817 44217 1885 105251
560900
2004 22243 20838 22886 19476 33702 82537 71117 57861 47789 31867 71489 38436
2005 45057 18327 24178 27997 32709 83552 88290 49955 58492 11353 102277 12648
2006 25344 21125 11344 26076 28569 57380 80975 58492 46882 86506 64422 16132
2007 48721 8283 19961 25239 41372 92537 59866 54402 32503 10337 422 17930
520241
554967
523247
504273
Lampiran 10. Daftar Nama dan Harga Tanaman Hias dalam Pot yang Tersedia di Galeri Tanaman Hias Kebun Raya Cibodas
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Nama Latin Abrometeilia brevifolia Abrometeilia cloranthia Abutilon striatum Aechmea mexicana Aeschynanthus horsfeldii Aeschynanthus javannicus Aeschynanthus lobbianus Aeschynanthus longifolius Aeschynanthus radicans Jack Agapanthus africanus Agave aristata Agave filifera Agave sp Aloe aristata Aloe ciliaris Aloe delaktii Aloe eru Aloe excelsa/ arborescens Aloe graminicola Aloe nobilis Aloe simbabensis Aloe sp Aloe sp (miniata) Aloe vera Alokasia lowiii grandis
Family Bromeliaceae Bromeliaceae Rosaceae Bromeliaceae Gesneriaceae Gesneriaceae Gesneriaceae Gesneriaceae Gesneriaceae Amarylidaceae Agaveceae Agaveceae Agaveceae Aloaceae Aloaceae Aloaceae Aloaceae Aloaceae Aloaceae Aloaceae Aloaceae Aloaceae Aloaceae Aloaceae Araceae
Nama Lokal bromelia kecil bromelia kecil Hibiskus kuning Bromelia mexico Bunga lipstik Bunga lipstik Bunga lipstik Bunga lipstik Bunga lipstik Agapanthus Agave Agave keris Agave siklok Aleo hias Aleo hias Aleo hias Aleo hias Aleo hias Aleo hias Aleo hias Aleo hias Aleo hias Aleo hias Aleo hias Keladi hias
Spesifikasi Pot ukuran 15 cm Pot ukuran 10 cm Pot ukuran 30 cm Pot ukuran 40 cm Pot ukuran 30 cm Pot ukuran 30 cm Pot ukuran 30 cm Pot ukuran 30 cm Pot ukuran 30 cm Tinggi 50 cm Pot ukuran 30 cm Pot ukuran 25 cm Pot ukuran 15 cm Tinggi ≥ 50 cm Tinggi ≥ 50 cm Tinggi ≥ 50 cm Tinggi ≥ 50 cm Tinggi ≥ 50 cm Pot ukuran 35 cm Pot ukuran 25 cm Pot ukuran 25 cm Pot ukuran 25 cm Pot ukuran 25 cm Tinggi ≥ 50 cm Pot ukuran 25 cm
Harga (Rp.) 10000-20000 5000-10000 15000-25000 20000-100000 20000-35000 20000-35000 20000-35000 20000-35000 20000-35000 10000-25000 20000-40000 50000-150000 5000-15000 15000-35000 15000-35000 15000-35000 15000-35000 15000-35000 20000-50000 5000-25000 5000-25000 5000-25000 5000-25000 15000-35000 5000-10000
26 27 28
Alternanthera paronychoides Altingia excelsa Angelonia biflora
Amaranthaceae Hamamelidaceae Schrophulariaceae
kriminil Rasamala Bunga angelonia
Pot ukuran 15 cm Tinggi ≥ 1m Pot ukuran 25 cm
5000-10000 5000-10000 3500-7500
29 30
Antocarpus altilis Araucaria
Moraceae Araucariaceae
Sukun Bunya-bunya
Tinggi ≥ 50 cm Tinggi 30 -- 50 cm
15000-40000 5000-10000
Ardisia crenata Roxb. Begonia "Immense" Begonia "Penny o day" Begonia Argenteo - Guttata Begonia Argenteo - Guttata Begonia bowerae "bethlehem star" Begonia bowerae "Cleopatra" Begonia coccinea Begonia heracleifolia Begonia macdougallii Begonia semperflorens Begonia venosa Berberis fortunei Blechnum brasileense
Mirsinaceae Begoniaceae Begoniaceae Begoniaceae Begoniaceae
Ardisia Begonia Begonia "Creeper" "Eksotis"
Pot ukuran 30 cm Pot ukuran 25 cm Pot ukuran 25 cm Pot ukuran 25 cm Pot ukuran 25 cm
7500-15000 10000-30000 10000-30000 10000-30000 10000-30000
Begoniaceae Begoniaceae Begoniaceae Begoniaceae Begoniaceae Begoniaceae Begoniaceae Berberidaceae Blechnaceae
Pot ukuran 25 cm Pot ukuran 25 cm Pot ukuran 25 cm Pot ukuran 25 cm Pot ukuran 25 cm Pot ukuran 25 cm Pot ukuran 25 cm Pot ukuran 40 cm Pot ukuran 40 cm
10000-30000 10000-30000 10000-30000 10000-30000 10000-30000 10000-30000 10000-30000 20000-50000 25000-50000
Solanaceae Solanaceae Nyctaginaceae Bromeliaceae Araceae Araceae
Pot ukuran 40 cm Pot ukuran 25 cm Pot ukuran 50 cm Pot ukuran 25 cm Pot ukuran 25 cm Pot ukuran 25 cm
25000-40000 15000-30000 40000-100000 10000-35000 5000-10000 5000-10000
51 52
Blunfelsia calycina Blunfelsia sp Bougenvillea glabra/ spectabilis Bromelia sp Caladium hortulanum "Candidum" Caladium hortulanum "Debutan" Caladium hortulanum "Frieda Hemple" Caladium sp
Begonia Maple leaf begonia "Angelwing begonia" Begonia Begonia Begonia Begonia Berberis Paku Blehnum jasmin ungu bunga besar Jasmin ungu Bunga kertas Bromelia Keladi hias putih Keladi hias merah
Araceae Araceae
Keladi hias corak Keladi
Pot ukuran 25 cm Pot ukuran 25 cm
5000-10000 5000-10000
53
Calathea orbifolia
Marantaceae
Calatea hijau
25000-40000
54 55 56 57 58 59 60 61 62
Calathea roseopicta cultivar Callistemon Camellia sp Casuarina Chalanchoe blossfeldiana Cinnamomum burmanii Citrus Clerodendrum Crassula obliqua
Marantaceae Myrtaceae Theaceae Casuarinaceae Crassulaceae Lauraceae Rutaceae Verbenaceae Crassulaceae
Calatea merah Bunga sikat botol Bunga kamelia cemara angin Cocor bebek hias Kayu manis Jeruk sunkid Singugu Krasula
Pot ukuran 25 cm Pot ukuran 25 cm
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Tinggi ≥ 1 m Pot ukuran 40 cm Tinggi ≥ 1 m Pot ukuran 20 cm Tinggi ≥ 1 m Pot ukuran 30 cm Tinggi ≥ 1 m Pot ukuran 25 cm
25000-40000 20000-50000 25000-75000 10000-25000 7500-15000 5000-10000 40000-75000 5000-10000 20000-40000
63 64 65 66 67 68
Cryptanthus sp Cryptanthus sp Cupressus goveniana Cyatea contaminans Dicksonia blumei Dieffenbachia "Exotica alba"
Bromeliaceae Bromeliaceae Cupressaceae Cyateaceae Dicksoniaceae Araceae
69 70
Dieffenbachia amoena Dracaena aurea
Araceae Dracaenaceae
71
Dracaenaceae
72
Dracaena deremensis "compacta" Dracaena deremensis "Warneckei"
73 74
Dracaena marginata "tricolor" Drimiopsis kirkii
75 76 77 78
Dracaenaceae Hyacinthaceae
Criptantus merah Criptantus hijau Cemara Paku tiang Paku sutra Sri rejeki Sri rejeki "Tropic snow" Dracaena Dracaena Dwarf bouquet Dracaena Striped dracaena Dracaena "Rainbow Plant" sukulen
Pot ukuran 15 cm Pot ukuran 15 cm Tinggi ≥ 1 m Tinggi ≥ 50 cm Tinggi ≥ 50 cm Pot ukuran 30 cm
5000-15000 5000-15000 10000-25000 50000-100000 50000-100000 20000-40000
Pot ukuran 30 cm Tinggi ≥ 50 cm
20000-40000 35000-60000
Tinggi ≥ 50 cm
35000-60000
Tinggi ≥ 50 cm
35000-60000
Tinggi ≥ 50 cm
Pot ukuran 20 cm
35000-60000 10000-25000
Cactaceae-Echinocactanae Myrtaceae Euphorbiaceae Euphorbiaceae
79 80 81
Echinocactus grusonii Eugenia uniflora Euphorbia milii Des Moul Euphorbia pulcherrima Euphorbia pulcherrima "Eches White" Euphorbia 'zig-zag' Fatsia japonica
Kaktus tong emas cyanto Euphorbia Kastuba merah
Pot ukuran 25 cm Pot ukuran 30 cm Pot ukuran 30 cm Pot ukuran 40 cm
75000-200000 20000-40000 20000-30000 40000-60000
Euphorbiaceae Euphorbiaceae Araliaceae
Kastuba putih Euphorbia Patsia
Pot ukuran 40 cm Pot ukuran 25 cm
Pot ukuran 30 cm
20000-30000 15000-2000 25000-40000
82 83 84 85 86 87 88 89
Fuchsia Furcraea foetida Gasteria sp 2 Gasteria sp 3 Gasteria sp 4 Gasteria sp 5 Gasteria liliputana Gasteria sp 1
Onagraceae Amaryllidaceae Aloaceae Aloaceae Aloaceae Aloaceae Aloaceae Aloaceae
Pot ukuran 30 cm Pot ukuran 40 cm Pot ukuran 10-15 cm Pot ukuran 10-15 cm Pot ukuran 10-15 cm Pot ukuran 10-15 cm Pot ukuran 10-15 cm Pot ukuran 10-15 cm
20000-40000 10000-35000 5000-25000 5000-25000 5000-25000 5000-25000 5000-25000 5000-25000
Geranium Geranium Glottiphylum longiforme
Geraniaceae Geraniaceae Portulakaceae
Bunga anting-anting Furcraea Gasteria Gasteria Gasteria Gasteria Gasteria Gasteria Geranium bunga merambat Geranium bunga Glotipilum
90 91 92
Pot ukuran 25 cm Pot ukuran 25 cm Pot ukuran 25 cm
20000-35000 20000-35000 10000-25000
Dracaenaceae
93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124
Gmelina arborea Hamelia Haworthia betesiana Vitch Haworthia chalwenii Haworthia cooperi Haworthia crausii Haworthia cymbiformis Haworthia gaelmanii Haworthia lenifolia Haworthia mirabilis Haworthia nitidula Haworthia obtusifolia Haworthia reindwartii Haworthia rigida Haworthia sp 1 Haworthia sp 2 Haworthia sp 3 Haworthia sp 4 Haworthia sp 5 Haworthia sp 6 Haworthia sp 7 Haworthia sp 8 Haworthia sp 9 Haworthia tortulosa Helicia serrata Hibiscus acetosella Hypoestes sanguinolenta Ixora sp jacobinia carnea Lamranthus persii Lantana camara Mangifera indica
Labiatae Rubiaceae Aizoaceae Aizoaceae Aizoaceae Aizoaceae Aizoaceae Aizoaceae Aizoaceae Aizoaceae Aizoaceae Aizoaceae Aizoaceae Aizoaceae Aizoaceae Aizoaceae Aizoaceae Aizoaceae Aizoaceae Aizoaceae Aizoaceae Aizoaceae Aizoaceae Aizoaceae Proteaceae Malvaceae Acantaceae Rubiacea Acantaceae Aizoaceae Verbenaceae Anacardiaceae
Jati putih Pusaka Hawortia Hawortia Hawortia Hawortia Hawortia Hawortia Hawortia Hawortia Hawortia Hawortia Hawortia Hawortia Hawortia Hawortia Hawortia Hawortia Hawortia Hawortia Hawortia Hawortia Hawortia Hawortia Halisia serata Rosela merah Freckleface Soka Bunga terang bulan lamrantus Bunga lantana Mangga
Pot ukuran 20 cm Tinggi ≥ 50 cm
10000-25000 10000-25000 5000-15000 5000-15000 5000-15000 5000-15000 5000-15000 5000-15000 5000-15000 5000-15000 5000-15000 5000-15000 5000-15000 5000-15000 5000-15000 5000-15000 5000-15000 5000-15000 5000-15000 5000-15000 5000-15000 5000-15000 5000-15000 5000-15000 5000-10000 10000-25000 10000-15000 15000-25000 15000-25000 10000-25000 5000-15000 15000-40000
125
Medinila magnifica
Melastomataceae
Medinila
Pot ukuran 50 cm
75000-500000
126
Medinila magnifica
Melastomataceae
Medinila
Pot ukuran 30 cm
25000-150000
Tinggi ≥ 1 m Pot ukuran 30 cm Pot ukuran 10 cm Pot ukuran 10 cm Pot ukuran 10 cm Pot ukuran 10 cm Pot ukuran 10 cm Pot ukuran 10 cm Pot ukuran 10 cm Pot ukuran 10 cm Pot ukuran 10 cm Pot ukuran 10 cm Pot ukuran 10 cm Pot ukuran 10 cm Pot ukuran 10 cm Pot ukuran 10 cm Pot ukuran 10 cm Pot ukuran 10 cm Pot ukuran 10 cm Pot ukuran 10 cm Pot ukuran 10 cm Pot ukuran 10 cm Pot ukuran 10 cm Pot ukuran 10 cm Tinggi ≥ 1m Pot ukuran 20 cm Pot ukuran 25 cm Pot ukuran 25 cm Pot ukuran 25 cm Pot ukuran 25 cm
127 128 129 130 131
Melaleucha Microsorum membranifolium Microsorum punctatum Mucuna bennetti Nandina domestica Tunb
Myrtaceae Polypodiaceae Polypodiaceae Leguminosae Berberidaceae
Malaleka paku pimatodes paku microsorum Kuku bima Nandina
132 134 135 136
Neoregelia caroline "Tricolor" Opiopogon jaburan Orthosiphon aristatus Pandorea jasminoides
Bromeliaceae Liliaceae Labiatae Bignoniaceae
Bromelia Opiopogon Kumis kucing Bunga Pandorea
137 138
Parkia apeciosa Pelargonium graveolens Peperomia abtusifolia "Baby rubber plant"
Mimosae Geraniaceae
Pete geranium anti nyamuk
Piperaceae
Peperomia clusiifolia Peperomia obtusifolia "Sensation" Persea rimosa Pleomele reflexa 'variegata' Pogonaterum crinitum Portulaca grandiflora jacobinia carnea "Sun plant" Punica granatum Rapiolepis sp Rhipsalis cassutha Rhoeo discolor Ricinus comunis Rodhodendron mucronatum Rosa cultivars
139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152
Pot ukuran 30 cm Pot ukuran 25 cm Pot ukuran 25 cm
Pot ukuran 40 cm Pot ukuran 30 cm Pot ukuran 25 cm
Pot ukuran 20 cm Pot ukuran 20 cm Pot ukuran 40 cm
Tinggi ≥ 50 cm
25000-75000 10000-40000 10000-40000 40000-75000 25000-40000 10000-40000 5000-10000 5000-10000 25000-50000
Pot ukuran 25 cm
15000-40000 20000-35000
Peperomia
Pot ukuran 25 cm
15000-40000
Piperaceae Piperaceae Lauraceae Dracaenaceae Poaceae
Peperomia Peperomia Alpuketan Song of india Bambu kerdil
Pot ukuran 25 cm Pot ukuran 25 cm Tinggi ≥ 1 m Pot ukuran 25 cm Pot ukuran 25 cm
15000-40000 15000-40000 5000-10000 10000-30000 25000-40000
Portulakaceae Lythraceae Rosaceae Cactaceae-Rhipsalidanee Commelinaceae Euphorbiaceae Ericaceae Rosaceae
Sutra bombay Delima jepang Rapiolepis Patah tulang Jadam jarak mera Azaleas Bunga ros
Pot ukuran 20 cm Pot ukuran 30 cm Pot ukuran 40 cm Pot ukuran 25 cm Pot ukuran 20 cm
Pot ukuran 40 cm
5000-10000 25000-50000 25000-40000 20000-40000 5000-20000 10000-25000 5000-20000 25000-75000
Rosmeri
Pot ukuran 30 cm
10000-20000
Pot ukuran 25 cm Pot ukuran 25 cm
155
Rosmarinus officinale Sanseviera golden hahnii fa variegata
Dracaenaceae
sansiviera kuning
Pot ukuran 15 cm
5000-10000
156 157 158 159
Sanseviera sp Schefflera arboricola Scheflera variegata Scilla violaceae
Dracaenaceae Araliaceae Araliaceae Liliaceae
sansiviera kodok walisongo walisongo variegata Scila violaceae
Pot ukuran 15 cm Pot ukuran 40 cm Pot ukuran 40 cm Pot ukuran 25 cm
5000-10000 25000-40000 25000-40000 15000-35000
153
160 161 162 163
Sedum sp Selaginela sp Selliquea feei Senecio rowleyanus
Crassulaceae Selaginelaceae Polypodiaceae Compositae
Sedum paku selaginela Paku tangkur Senecio
164
Spatoglotis
Orchidaceae
congkok
165 166 167 168 169
Stepanut sp Strongylodon macrobotrys Tectona grandis Thuja orientalis Tilandsiausneoides
Bignoniaceae Leguminosae Labiatae Cupresaceae Bromeliaceae
170 171 172
Vanda tricolor Lindle Yuca elephantipus Zigocactus truncatus sp
Orchidaceae Agaveceae Cactaceae-Epiphyllane
Bunga stepanut Mukuna biru Jati emas cemara kipas kuning Janggut yahudi Anggrek vanda tricolour Yuca Tanggo,
Pot ukuran 25 cm
Pot ukuran 20 cm Pot ukuran 30 cm Pot ukuran 15 cm Pot ukuran 20 cm
15000-25000 5000-10000 15000-40000 10000-20000 5000-10000 25000-50000
Pot ukuran 40 cm
Pot ukuran 40 cm Tinggi ≥ 1 m Pot ukuran 35 cm Pot ukuran 20 cm
40000-75000 10000-20000 20000-50000 25000-40000
Pot ukuran 30 cm Pot ukuran 40 cm Pot ukuran 25 cm
20000-35000 25000-50000 20000-40000
Lampiran 11. Daftar Harga Bibit di Pasaran Umum No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Nama Lokal Alkesah Alpukat Ampelas/Rempelas Angsana/Sono Kembang Asam Jawa Asam Ronda/Asam Landi Asam Selong/Dewandaru Awar-awar Bacang Belalang/Pohon Belalang Belimbing Belimbing Wuluh Berenuk Beringin/Waringin Bintraro/Buta-buta Badak Biola Cantik/Mandolin Bisbul/Buah Mentega Buchanania Bulang Bulang India Bulu Jeraka/Bulu Tampi Bunga Kupu-kupu Bungur Buni Cangkring/Dadap Serep Caralia Branchita Cemara Gimbal Cemara Gunung Cemara Kipas
Nama Jenis Pouteria campheciana (Kunth) Boehini Persea americana Mill. Ficus ampelas Burm. f
Suku Sapotaceae Lauraceae Moraceae
Harga 3500 3000 3000
Pterocarpus indicus Wild Tamarindus indica L.
Fabaceae Fabaceae
3000 3000
Pithecelobium dulce (Roxb) Benth
Fabaceae
3000
Syzygium michelli Lamk Ficus septica Burm. f Mangifere feotida Lour
Myrtaceae Moraceae Anacardianceae
3000 3000 3500
Hymnenea courbaril L Averhoa carambola L Averhoa blimbi L Cressentia cujete L Ficus brnjamnina L
Fabaceae Oxalidaceae Oxalidaceae Bignoniaceae Moraceae
6000 3500 3500 3500 6000
Cerbera manghas L Ficus lyrata Warb Diospyrus philippensis DC Bunchanania arborenscens (BI) BI Gmenilia eliptica J.E. Smith Gmenilia arborera Roxb
Apocynaceae Moraceae Ebenaceae Anacardianceae Verbenaceae Verbenaceae
26000 16000 11000 6000 6000 3500
Ficus of glabella BI Bauhinia purpurea Langerstromea flosreginae Retz Antidesma bunius (L) Spreng
Moraceae Fabaceae Lytraceae Euphorbiaceae
5000 5000 5000 5000
Erythrina variegata L Caralia brachita (Lour) Merr Cuperssus semphervirens L Casuarina junghuniana Miq Thuja orientalis L
Fabaceae Rhizophoraceae Cupressaceae Casuarinaceae Cupressaceae
4000 16000 16000 16000 16000
No. 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64
Nama Lokal Cemara Laut Cempedak Cengal Pasir Cepelat Ceri Dadap Merah Damar Laki Dedalu Durian Dysoxylum Flamboyan Ficus sp Gamal Gandaria Gayam Gedi, Gidi Gersak/Jeraka Bulu Glodongan/Mempisang Gondang Gowok (J), Kupa (Sd) Growak Haringking/Turen Hunteria xylancia Ilat-ilatan Jabon Jamblang Jambu Air Jambu Biji Jeruk Bali Jambu Bol Jambu Mete Jambu Mawar Jambu Merak/Jakaranda Jarak Pagar Jati
Nama Jenis Casuarina equisetifola J.R. & G. Frost Artocarpus integer (Thunb) Merr Hopea odorata Roxb Nephelium mutabile BI Muntinga calabura L Erythrina cristagalli L Auraccaria cuninghamii Ait.ex.D Don Salix tetrasperma Roxb Durio zibthinus Murr Dysoxylum sp Delonix regia (Boyer e.Hook) Raffin Ficus sp Glyricidia maculata H.B.K Bouea macrophyla Griff Inocarpus fagoferus (Park) Fosb Albemoschus manihot (L) Medik Ficus seperba Miq Pholyalthia Iongifolia (Sonerat) Thawit Ficus variegeta BI. Syzygium Polycephalum (Miq) Microcos tomentosa J.E.Smith Cassia timorensis DC Hunteria xylancia (Rezt) Ficus callosa Wild Neunauclea calycina (Barti) Merr Syzygium cumini (L) Skells Syzygium aquenum (burm.f) Alston Syzygium guajava L Citrus maxima (Burm.) Merr Syzgyium malaccensis (L) Merr & Perry Anacardium occidentale L Syzgyium jambos (L) Alston
Suku Casuarinaceae Moraceae Dipterocarpaceae Sapindaceae Tiliaceae Fabaceae Ararucariaceae Sallxaceae Bombacaceae Meliaceae Fabaceae Moraceae Fabaceae Anacardianceae Fabaceae Malvaceae Moraceae Annonaceae Moraceae Myrtaceae Ulmaceae Fabaceae Apocynaceae Moraceae Rubiaceae Myrtaceae Myrtaceae Myrtaceae Rutaceae Myrtaceae Anacardianceae Myrtaceae
Jaccaranda filicifolia (Anders) D.Don Jatropa curcas L Tectona grandis L.f
Bignoniaceae Euphorbiaceae Verbenaceae
Harga 11000 3500 3000 2500 2500 6000 8000 11000 16000 6000 3000 3500 6000 6000 6000 3500 3500 16000 6000 3000 3000 3500 3000 3000 2500 6000 11000 11000 16000 21000 6000 3000 6000 2500 8500
65 66 67 68 69 70
Jejawi/Kiara Jengkol Jeruk Nipis Johar Kakao/Coklat Kaliandra
Ficus micricarpa L.f Pithecelobium jiringa Prain Cassia siamea Link Theobroma cacao L Caliandra calothyrus Meissn
Moraceae Fabaceae Fabaceae Steculiaceae Fabaceae Apocynaceae
11000 11000 16000 11000 6000 3000
Lampiran 12. Biaya Pengobatan Penyakit/orang No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Jenis Penyakit Jantung Koroner Iritasi Paru-paru Bronchitis Pusing Emphysema Penurunan IQ Kerusakan Hati Kerusakan Ginjal Paru-paru Obstruktif ISPA Hipertensi
Biaya (Rp) 1.500.000 200.000 150.000 100.000 900.000 200.000 2.000.000 2.500.000 1.200.000 800.000 100.000
Lampiran 13. Biaya Pengobatan Penyakit Akibat Pencemaran Udara di Kelurahan Ragunan dan Pasar Minggu 2007 No.
Jenis Penyakit
1.
Gangguan Pernapasan Pusing Sukar Konsentrasi Iritasi Mata Stress Total Biaya Biaya/orang
2. 3. 4. 5.
Biaya Pengobatan/orang (Rp) 800.000
Ragunan Jumlah Biaya Pederita (Rp) (orang) 1178 924.028.800
Pasar Minggu Jumlah Biaya Pederita (Rp) (orang) 2511 2.008.836.560
100.000 200.000
3132 4695
313.150.980 939.000.000
2721 6382
272.054.540 1.276.400.000
15.000 -
2215 4434
33.228.594 2.227.493.334 60.553
4706 5754
70.595.498 3.627.959.418 122.952,5
Lampiran 14. Hasil Regresi Poisson Faktor-faktor yang Mempengaruhi Frekuensi Kunjungan ke KRC Independent Variable
Estimate
Std. Error
Wald Stat.
Interc
2,19500332
,29057206
57,0640570
,00000000
TC
-,00000022
,00000014
2,6782360
,10172836*
I
-,00000005
,00000002
6,0863478
,01362304
S
,18926992
,06703011
7,9730293
,00474794
E
,03251987
,01423110
5,2218045
,02230539
A
,02661198
,00413078
41,5040971
,00000000
T
-,09610144
,02000764
23,0710909
,00000156
Wt
-,10618154
,02258087
22,1114288
,00000257
Ot
-,01738312
,05574891
,0972261
,75518415
Jr
-,01082323
,00216994
24,8781118
,00000061
Al
,49600833
,07011009
50,0514779
,00000000
Wtp
-,00000578
,00000295
3,8383043
,05009416**
Ket: *nyata pada taraf uji 15% ** nyata pada taraf uji 10%
p