Laporan Teknis TIM PENELITI
RISET IDENTIFIKASI, KARAKTERISASI, DAN VALUASI SOSIAL EKONOMI SUMBERDAYA PESISIR
Penanggung Jawab : Dr. Sonny Koeshendrajana Peneliti Utama : Fatriyandi Nur Priyatna, S.Pi Anggota Peneliti: Irwan Muliawan ST. M.Si Dra. Elly Reswati Riesti Triyanti A.Md Cornelia Mirwantini Witomo S.St.Pi Rizki Aprilian Wijaya S.Pi Dr. Ahmad Fahrudin
BALAI BESAR RISET SOSIAL EKONOMI KELAUTAN PERIKANAN
BADAN RISET KELAUTAN DAN PERIKANAN DEPARTEMEN KELAUTAN PERIKANAN 2009
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
I
Laporan Teknis RINGKASAN EKSEKUTIF Definisi perairan pesisir menurut UU Nomor 27 Tahun 2007 adalah laut yang berbatasan dengan daratan meliputi perairan sejauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai, perairan yang menghubungkan pantai dan pulau-pulau estuari, teluk, perairan dangkal, rawa payau dan laguna. Luas wilayah pesisir Indonesia berdasarkan ekosistem adalah 75.000 ha untuk ekosistem terumbu karang dan 3.806.119 ha untuk ekosistem mangrove. Potensi perekonomian di wilayah pesisir adalah perikanan tangkap, perikanan budidaya laut dan payau, industri bioteknologi (makanan, minuman, kosmetika, pertambangan dan energi, pariwisata, perhubungan laut dan pelabuhan, industri dan jasa maritim. Keberadaan penduduk yang cukup besar di wilayah pesisir memicu perkembangan permukiman, industri, kawasan rekreasi dan pertanian yang sangat cepat. Hal tersebut mengakibatkan permasalahan penggunaan lahan, estetika, degradasi habitat alami dan lingkungan, peningkatan pengambilan air tanah sehingga tingginya intrusi air laut. Isu dan permasalahan mendasar yang dirasakan adalah kelangkaan data dan informasi mengenai karakteristik sosial ekonomi, pemanfaatan dan nilai ekonomi dari sumberdaya perairan wilayah pesisir. Riset pada tahun 2009 merupakan riset lanjutan dari tahun 2007 dan 2008 yang dilakukan pada sumberdaya perairan umum daratan (PUD). Tujuan dari riset tahun 2009 adalah untuk: (1) mengidentifikasi dan mengkaji karakteristik sosial ekonomi sumberdaya pesisir, dan; (2) menghitung nilai ekonomi sumberdaya pesisir. Metode yang digunakan adalah metode Total Economic Value (TEV) dan Social Economic Accounting (SEA) yang dilandasi oleh tujuan penelitian yaitu untuk mengidentifikasi dan mengetahui karakteristik sosial ekonomi sumber daya perikanan serta menghitung nilai ekonomi dari sumber daya. Kelebihan teknik TEV adalah tidak hanya fokus pada nilai manfaat langsung (komersial), namun juga memperhatikan non-market values, fungsi ekologi dan juga non use value. Data primer dan sekunder digunakan dalam penelitian ini. Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan metoda survei; sedangkan data sekunder dikumpulkan melalui penelusuran literatur hasil studi dan laporan statistik terkait dengan topik dan lokasi studi terpilih. Analisis data menggunakan teknik valuasi ekonomi untuk menghitung nilai total ekonomi (total economic value) dari sumber daya perikanan perairan pesisir. Nilai ekonomi total adalah nilai-nilai ekonomi yang terkandung dalam suatu sumber daya alam, baik nilai guna maupun fungsional yang harus diperhitungkan dalam menyusun kebijakan pengelolaannya sehingga alokasi dan alternatif penggunaannya dapat ditentukan secara benar dan mengenai sasaran (Nilwan dkk, 2003). Hasil riset pada tahun 2009 difokuskan pada sumberdaya pesisir yaitu di perairan Taman Wisata Alam Laut (TWAL) Gili Matra dan Segara Anakan. Karakteristik bioekologis sumberdaya Perairan di TWAL meliputi kondisi fisika, kimia, dan biologi. TWAL Gili Matra mempunyai luas 2.954 hektar, meliputi luas daratan Gili Air ± 175 ha dengan keliling pulau ±5 km, Gili Meno ± 150 ha dengan keliling pulau ± 4 km dan Gili Trawangan ± 340 ha dengan keliling pulau ± 7,5 km dan selebihnya merupakan perairan laut. Sumber daya ikan di perairan Gili Matra beragam dan termasuk dalam jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Kualitas air berperan penting bagi seluruh organisme perairan untuk menunjang proses kehidupannya. Fluktuasi sering terjadi pada peralihan
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
II
Laporan Teknis musim, baik dari musim penghujan ke musim kemarau ataupun sebaliknya. Selain sumberdaya ikan, juga terdapat sumberdaya Moluska dan Echinodermata (Binatang Berkulit Duri), Penyu, dan Terumbu Karang dengan luas 448,7634 Ha. Karakteristik sosial ekonomi penduduk yang tinggal dan bekerja di sekitar perairan Gili Matra meliputi usia, tingkat pendidikan dan pengalaman usaha. Usia penduduk yang bekerja disekitar perairan waduk termasuk dalam usia produktif (31 - 40 tahun), tingkat pendidikan rendah (tidak tamat Sekolah Dasar) dan pengalaman usaha berkisar 31-40 tahun. Karakteristik pemanfaatan sumberdaya perairan TWAL Gili Matra yaitu perikanan tangkap dimana alat yang digunakan diantaranya adalah jaring muroami, seret, tasik dan pancing. Alat tangkap muroami dioperasikan secara berkelompok (30-45 orang) yang beroperasi di daerah sekitar terumbu karang. Jaring dioperasikan di dasar perairan dengan menggunakan 3 perahu yang dilakukan pada saat siang hari. Jaring seret dioperasikan sekitar 5-12 orang dengan menggunakan satu perahu. Jaring ini merupakan jaring permukaan, dioperasikan jauh dari kawasan terumbu karang pada saat siang hari maupun malam hari. Jaring tasik dapat dioperasikan secara sendiri maupun berkelompok yang dilakukan di sekitar bibir pantai pada saat malam dan dini hari. Nelayan jaring tasik berpusat di Gili Air. Alat tangkap pancing dilakukan secara sendiri dengan waktu operasi pada saat dini hari maupun siang hari. Ikan yang didapat dari keseluruhan diantaranya adalah ikan pasok, horas, balang-balang, layang, sulir, kembung, baronang, teri, katambak, tuna, kerapu, tongkol, cumi-cumi dan gurita. Karakteristik pemanfaatan untuk kegiatan pariwisata diantaranya digunakan untuk snorkling, diving, berjemur, perahu kaca, memancing, perahu kano, berselancar, taman burung dan wisata sejarah. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa nilai manfaat langsung untuk perikanan tangkap dan pariwisata adalah sebesar Rp 148.654.457.621 per tahun dan Rp 349.162.728 per tahun. Nilai manfaat tidak langsung adalah sebesar Rp 561.672.983.773 per tahun. Nilai pilihan adalah sebesar Rp 866.766.758 per tahun. Nilai bukan manfaat untuk nilai keberadaaan sumberdaya dan nilai pelestarian sumberdaya adalah sebesar Rp 991.226.202 per tahun dan 816.897.040 per tahun. Total nilai ekonomi sumberdaya perairan di Gili Matra adalah sebesar Rp 731.351.494.121 per tahun. Karakteristik sumberdaya perairan Segara Anakan yang terdiri dari luasan mangrove sebesar ± 8.829,5 Ha, diperkirakan dapat menghasilkan kayu (volume) antara 108.602 m3/tahun sampai 233.981 m3/tahun atau potensi rata-rata 171.291 m3/tahun. Sumberdaya perikanan di perairan Segara Anakan terdiri dari udang windu, udang krosok/peci, kepiting dan burung. Udang adalah komoditas terbesar di Segara Anakan baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya dengan produksi tahun 2008 sebesar 71.602,60 ton. Karakteristik sosial ekonomi penduduk yang tinggal dan bekerja di sekitar perairan Segara Anakan meliputi usia, tingkat pendidikan, pengalaman usaha, dan pendapatan pertahun. Usia penduduk yang bekerja disekitar perairan Segara Anakan termasuk dalam usia produktif (31 - 40 tahun), tingkat pendidikan rendah (tamat SD), dan pengalaman usaha berkisar antara 11 - 20 tahun. Karakteristik pemanfaatan sumberdaya di perairan Segara Anakan terdiri dari perikanan tangkap, perikanan budidaya, pertanian dan pemanfaat kayu bakar. Pemanfaatan sumberdaya perairan biasanya menggunakan alat tangkap wadong,
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
III
Laporan Teknis jaring kantong, jaring apong dan jala udang. Alat tangkap wadong merupakan perangkap untuk menangkap kepiting yang dioperasikan oleh satu hingga dua orang menggunakan umpan ikan yang dilakukan pada saat air surut di sekitar hutan mangrove. Jaring kantong merupakan jaring tiga lapis untuk menangkap ikan belanak, udang windu, udang krosok dan ikan-ikan lainnya. Jaring ini dioperasikan oleh satu hingga dua orang pada saat malam hari maupun siang hari. Jaring apong merupakan jaring pukat harimau pasif yang diletakkan pada badan perairan dengan memanfaatkan pola pasang surut arus. Jaring ini bersifat merusak sumberdaya ikan, karena ukuran mata jaringnya yang terlampau kecil. Komoditas target dari jaring ini adalah udang krosok/peci, yaitu udang-udangan kecil dan ikan belanak. Jala udang dioperasikan di sekitar perairan hutan mangrove yang tidak terlalu dalam pada saat siang hari. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa nilai manfaat langsung ekosistem mangrove sebesar Rp 901.046.869.346 per tahun dengan kontribusi nilai terbesar dari komoditas udang windu. Nilai manfaat tidak langsung sebesar Rp. 264.765.467.353 per tahun. Nilai pilihan terhadap sumberdaya sebesar Rp. 3.371.733.960 per tahun. Nilai bukan manfaat diantaranya yaitu nilai keberadaan dan nilai pelestarian terhadap sumberdaya dengan masing-masing nilai sebesar Rp 4.065.372.318 dan 3.313.665.516 per tahun. Total nilai ekonomi sumberdaya perairan di Segara Anakan adalah sebesar Rp. 911.797.641.140 per tahun. Total nilai ekonomi sumberdaya yang diperoleh merupakan gambaran seberapa besar sumberdaya mampu memberikan manfaat secara ekonomi. Jenis sumberdaya perairan pesisir dengan ekosistem terumbu karang memiliki dua potensi ekonomi yang besar, yaitu perikanan dan pariwisata. Pada kasus sumberdaya ekosistem terumbu karang di Gili Matra, dua aktifitas ekonomi yang mengambil manfaat langsung dari sumberdaya tersebut adalah perikanan tangkap dan wisata. Dua kegiatan ini dalam kesehariannya seakan-akan bertolak belakang dan cenderung saling meniadakan, terutama antara kegiatan penangkapan menggunakan alat tangkap jaring muroami dengan wisata bawah laut. Pelaku usaha wisata cenderung menginginkan kegiatan penangkapan dengan alat tangkap muroami ditiadakan, karena anggapan pengoperasian alat tangkap tersebut merusak terumbu karang. Sementara nelayan muroami cenderung berkeinginan wilayah tangkapan mereka tidak dibatasi. Sementara itu, sumberdaya perairan di Segara Anakan juga memiliki kompleksitas tersendiri. Berdasarkan informasi, luasan daerah untuk ekosistem mangrove di lokasi ini semakin bertambah dari tahun ke tahun seiring dengan semakin tingginya tingkat sedimentasi. Proses sedimentasi ini pada satu sisi membuka bentuk usaha ekonomi yang sebelumnya tidak terbayangkan oleh penduduk setempat, yaitu budidaya dan pertanian. Sementara pada sisi lain sedimentasi secara signifikan mengurangi luas perairan. Proses sedimentasi juga pada akhirnya memberikan permasalahan banjir yang mengancam usaha pertanian dan budidaya. Proses sedimentasi tidak dapat diselesaikan dengan program pengerukan semata. Namun perlu dilakukan sebuah tindakan yang sistematis dengan berpegang pada prinsip ekologi. Penyelesaian permasalahan sedimentasi terkait dari mulai hulu hingga ke hilir. Tanpa adanya upaya perbaikan dari mulai hulu hingga ke hilir maka kegiatan ekonomi yang ada akan terancam. Hasil studi memberikan rekomendasi sebagai berikut; pertama, permasalahan degradasi sumberdaya dan lingkungan pada akhirnya tidak hanya
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
IV
Laporan Teknis berpotensi merusak atau mengurangi kemampuan sumberdaya memberikan manfaat bagi masyarakat setempat, namun berpotensi juga menimbulkan konflik bagi pihak-pihak yang sama-sama bergantung pada sumberdaya yang sama. Selain itu, penyelesaian permasalahan degradasi sumberdaya dan lingkungan haruslah dipandang utuh secara ekologis dan sosial ekonomi, kedua, pembenahan struktur sosial yang ada di masyarakat terkait pemerataan akses terhadap sumberdaya dan sumber modal serta teknologi menjadi krusial. Jika tidak dibenahinya struktur sosial maka kemungkinan akan berdampak pada “keterpaksaan” dan “pembenaran” dalam penggunaan teknologi yang tidak ramah lingkungan. Pada gilirannya akan terus melestarikan lingkaran setan kerusakan sumberdaya dan lingkungan; dan ketiga, updating nilai ekonomi sumberdaya menjadi penting dalam perencanaan menata pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya. Meningkatnya nilai ekonomi dari manfaat langsung sumberdaya jika dibarengi dengan semakin berkurangnya nilai ekonomi dari manfaat tidak langsung sumberdaya dan nilai non-manfaat memberikan gambaran terjadinya degradasi lingkungan. Pada akhirnya akan mengurangi nilai ekonomi dari manfaat langsung itu sendiri.
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
V
Laporan Teknis KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa, bahwa atas petunjuk dan karunia-Nya, sehingga buku laporan teknis Identifikasi, Karakterisasi dan Valuasi Ekonomi Sumber Daya Pesisir dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Riset Identifikasi, Karakterisasi Dan Valuasi Sosial Ekonomi Sumber Daya Kelautan Dan Perikanan direncanakan dilakukan selama 3 tahun, yakni 20072009. Pada tahun 2009 kegiatan riset difokuskan pada Sumber daya Pesisir dan difokuskan pada kegiatan valuasi ekonomi; oleh karena itu, judul laporan teknis yang tertulis pada halaman depan (cover) adalah Riset Identifikasi, Karakterisasi Dan Valuasi Ekonomi Sumber Daya Pesisir. Pada tahun 2009 tim peneliti telah menyelesaikan 2 tipologi sumber daya pesisir, yaitu Segara Anakan di Cilacap dan Gili Matra di Lombok Kegiatan riset ini dilakukan oleh Kelompok Peneliti Dinamika Pengelolaan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan pada Balai Besar Riset Sosial dan Eknomi Kelautan dan Perikanan yang di danai oleh APBN 2009. Laporan Teknis terdiri dari 5 bab, di awali dengan pendahuluan yang berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian. Tinjauan pustaka tersebut disajikan pada Bab 2. Tinjauan pustaka membahas Karakteristik Bioekologi Sumberdaya dan Total Nilai Ekonomi Sumberdaya perikanan di wilayah pesisir. Bab 3 memuat metodologi riset yang digunakan, memuat kerangka pemikiran, penentuan lokasi penelitian dan unit analisis, jenis dan lingkup, metoda pengumpulan data dan metode analisis. Bab 4 berisi hasil dan pembahasan yang secara langsung di arahkan untuk menjawab tujuan riset yang telah ditetapkan. Secara rinci pada bab tersebut memuat karakteristik sumberdaya perairan, nilai ekonomi sumberdaya dan total nilai ekonomi sumberdaya. Pada bab akhir memuat kesimpulan dan rekomendasi kebijakan terkait dengan pengelolaan sumber daya pesisir. Apa yang disajikan dalam laporan teknis ini merupakan hasil optimal yang dapat dilakukan oleh tim berdasarkan ketersediaan sumber daya yang ada; meskipun demikian, disadari bahwa hasil yang dilaporkan tersebut masih terdapat kelemahan dan kekurangan. Untuk itu, saran dan kritik bagi penyempurnaan laporan ini masih diperlukan. Semoga laporan ini memberikan manfaat bagi kita semua.
Jakarta, Desember 2009
Tim Peneliti
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
VI
Laporan Teknis LEMBAR PENGESAHAN
Lembaga Riset
: Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Nama Proyek
: Bagian Proyek Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Judul Proposal
: Riset Identifikasi, Karakterisasi dan Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan
Judul Kegiatan
: Riset Identifikasi, Karakterisasi dan Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
Status
: Lanjutan
Tahun Anggaran
: 2009
Biaya
: Rp 301.150.000
Penanggungjawab Kegiatan : Dr. Sonny Koeshendrajana Peneliti Utama
: Fatriyandi Nur Priyatna, S.Pi
Penanggung Jawab Kegiatan
Peneliti Utama
Dr. Sonny Koeshendrajana NIP. 19600424 198503 1 006
Fatriyandi Nur Priyatna, S.Pi NIP. 19811031 200312 1 003 Mengetahui :
Pejabat Pembuat Komitmen Riset,
Ir. Budi Wardono, MP NIP. 19670816 199403 1 001 Mengesahkan, Kepala Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Dr. Agus Heri Purnomo NIP. 19600831 198603 1 003
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
VII
Laporan Teknis DAFTAR ISI Halaman COVER DALAM ...........................................................................................
I
RINGKASAN EKSEKUTIF ...........................................................................
II
KATA PENGANTAR .....................................................................................
VI
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................
VII
DAFTAR ISI .................................................................................................. VIII DAFTAR TABEL ...........................................................................................
X
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
XII
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... XIII I.
PENDAHULUAN ................................................................................ 1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1.2 Perumusan Masalah .......................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian ..........................................................................
1 1 2 2
II.
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 2.1 Karakteristik Bioekologi Sumberdaya .............................................. 2.1.1 Terumbu Karang ............................................................................ 2.1.2 Mangrove ............................................................................... 2.2 Total Nilai Ekonomi Sumberdaya ..................................................... 2.2.1 Nilai Manfaat (uses value)........................................................ 2.2.2 Nilai Manfaat Pilihan (option value) ........................................ 2.2.3 Nilai Bukan Manfaat (non use value) .......................................
3 3 3 4 7 7 8 9
III.
METODE PENELITIAN ........................................................................ 3.1 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 3.2 Penentuan Lokasi Penelitian dan Unit Analisis ................................ 3.3 Jenis dan Lingkup Data ..................................................................... 3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................................... 3.5 Metode Analisis ..........................................................................
10 10 12 13 14 14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 4.1 Sumberdaya Perairan di Gili Matra Kabupaten Lombok Utara ...... 4.1.1 Karakteristik Sumberdaya Perairan ...................................... 4.1.1.1 Keadaan Umum Wilayah .......................................... 4.1.1.2 Kondisi Bioekologis Sumberdaya .............................. 4.1.1.3 Karakteristik Sosial Ekonomi..................................... 4.1.1.4 Karakteristik Pemanfaatan Sumberdaya .................... 4.1.2 Nilai Ekonomi Sumberdaya ................................................... 4.1.2.1 Nilai Manfaat .............................................................. 4.1.2.2 Nilai Pilihan................................................................ 4.1.2.3 Nilai Bukan Manfaat .................................................. 4.1.3 Total Nilai Ekonomi..............................................................
19 19 19 19 19 26 29 35 35 40 42 45
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
VIII
Laporan Teknis
V.
4.2 Sumberdaya Perairan di Segara Anakan Kabupaten Cilacap .......... 4.2.1 Karakteristik Sumberdaya Perairan ...................................... 4.2.1.1 Keadaan Umum Wilayah .......................................... 4.2.1.2 Kondisi Bioekologis Sumberdaya .............................. 4.2.1.3 Karakteristik Sosial Ekonomi..................................... 4.2.2 Nilai Ekonomi Sumberdaya ................................................... 4.2.2.1 Nilai Manfaat .............................................................. 4.2.2.2 Nilai Pilihan................................................................ 4.2.2.3 Nilai Bukan Manfaat .................................................. 4.2.3 Total Nilai Ekonomi.............................................................. 4.3 Implikasi Kebijakan .........................................................................
46 46 46 47 52 60 60 67 68 71 72
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN ........................ 5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 5.2 Rekomendasi Kebijakan....................................................................
75 75 76
UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................ 77 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 78
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
IX
Laporan Teknis DAFTAR TABEL
Halaman 3.1
Lokasi Kegiatan Penelitian .......................................................................
13
3.2
Rekapitulasi Kategori Data yang Dibutuhkan dan Sumber Data .............
13
3.3
Hubungan Nilai dengan Teknik Valuasi yang akan Digunakan ...............
15
4.1
Hasil Analisis Sampel Air Laut di Desa Gili Indah .................................
22
4.2
Jenis-jenis Ikan Konsumsi di Kawasan TWAL Gili Matra .....................
23
4.3
Persentase Penutupan Rata-rata Karang Gili Indah Kedalaman 3 Meter (September, 2000).....................................................................................
25
4.4
Jumlah Penduduk Desa Gili Indah Menurut Kategori Umur ...................
26
4.5
Mata Pencaharian Penduduk di Desa Gili Indah (2007) ..........................
27
4.6
Jumlah Penduduk di Desa Gili Indah berdasarkan Tingkat Pendidikan (2007)........................................................................................................
27
4.7
Jenis-Jenis Aktivitas Pariwisata yang Dilakukan di TWAL Gili Matra ...
31
4.8
Jumlah Sarana dan Prasarana Wisata di TWAL Gili Matra .....................
32
4.9
Jumlah Pengunjung Pariwisata bahari di TWAL Gili Matra (2004-2005) 35
4.10 Nilai Manfaat Langsung Perikanan Tangkap di TWAL Gili Matra .........
36
4.11 Negara Asal Wisatawan di TWAL Gili Matra .........................................
38
4.12 Jenis Jasa Lingkungan dan Nilai Ekonomi Manfaat Tidak Langsung di TWAL Gili Matra .....................................................................................
39
4.13 Rekapitulasi Total Nilai Ekonomi Sumberdaya Perairan di TWAL Gili Matra..................................................................................................
45
4.14 Hidrologi Sungai-sungai yang masuk ke Segara Anakan.........................
46
4.15 Aliran Air Inlet Perairan Segara Anakan ..................................................
47
4.16 Faktor Fisika-Kimia Lingkungan Perairan Segara Anakan Berdasarkan Musim (2005) ...........................................................................................
48
4.17 Produksi Perikanan Tangkap Kecamatan Kampung Laut (2008) .............
51
4.18 Produksi Perikanan Budidaya Kecamatan Kampung Laut (2008) ...........
51
4.19 Jumlah penduduk Kecamatan Kampung Laut (jiwa) ...............................
53
4.20 Kepadatan dan Distribusi Penduduk Kampung Laut Kawasan Segara Anakan (2007) ..........................................................................................
53
4.21 Persentase Penduduk Kecamatan Kampung Laut Kawasan Segara Anakan yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha (2007) .........................
53
4.22 Tingkat pendidikan Kecamatan Kampung Laut (2007) ...........................
54
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
X
Laporan Teknis 4.23 Rasio Murid dan Guru di Kecamatan Kampung Laut (2007) ..................
55
4.24 Jenis Alat Tangkap dan Komoditas Perikanan di Kecamatan Kampung Laut ..........................................................................................
56
4.25 Jumlah Perahu Nelayan menurut Ukuran Kapal di Kecamatan Kampung Laut (2008)...............................................................................
57
4.26 Jumlah dan Jenis Alat Tangkap di Kecamatan Kampung Laut (2008) ....
58
4.27 Kisaran Harga Komoditas Sumberdaya Perikanan Tingkat Pemanfaat di Kawasan Segara Anakan ..........................................................................
62
4.28 Nilai Manfaat Langsung Pemanfaatan Kayu Bakar di Segara Anakan ....
66
4.29 Rekapitulasi Total Nilai Ekonomi Ekosistem Mangrove di Segara Anakan ..........................................................................................
72
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
XI
Laporan Teknis DAFTAR GAMBAR Halaman 2.1 Pembagian Zonasi Mangrove ...................................................................
5
2.2 Fauna Perairan yang Hidup di Ekosistem Mangrove .................................
7
3.1 Kerangka Pemikiran dan Ruang Lingkup Penelitian .................................
11
3.2 Kerangka Kerja Teknik Valuasi Total Economic Value ............................
12
4.1 Sebaran Usia Responden di Desa Gili Indah ..............................................
26
4.2 Tingkat Pendidikan Responden di Desa Gili Indah ....................................
28
4.3 Pengalaman Usaha Responden di Desa Gili Indah .....................................
28
4.4 Persentase Wisatawan Berdasarkan Kelompok Umur ................................
38
4.5 Tingkat Pendidikan Responden di Segara Anakan .....................................
54
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
XII
Laporan Teknis DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1.
Peta Kawasan Perairan TWAL Gili Matra ...............................................
81
2.
Nilai Manfaat Langsung Perikanan Tangkap TWAL Gili Matra .............
82
3.
Nilai Manfaat Langsung Pariwisata Sumberdaya Perairan TWAL Gili Matra..................................................................................................
83
4.
Nilai Pilihan Sumberdaya Perairan TWAL Gili Matra ............................
86
5.
Nilai Pelestarian Sumberdaya Perairan TWAL Gili Matra ......................
88
6.
Nilai Keberadaan Sumberdaya Perairan TWAL Gili Matra.....................
90
7.
Peta Kawasan Perairan Segara Anakan Cilacap .......................................
92
8.
Data Dasar Sumberdaya Ikan di Perairan Segara Anakan Cilacap ......................................................................................................
93
Data Olahan Sumberdaya Ikan di Perairan Segara Anakan Cilacap-1 ..................................................................................................
95
Data Olahan Sumberdaya Ikan di Perairan Segara Anakan Cilacap-2 ..................................................................................................
97
Perhitungan Surplus Konsumen Sumberdaya Ikan di Segara Anakan Cilacap .........................................................................................
98
Data Dasar Sumberdaya Udang Windu di Perairan Segara Anakan Cilacap .........................................................................................
99
9. 10. 11. 12. 13.
Data Olahan Sumberdaya Udang Windu di Perairan Segara Anakan Cilacap-1 .................................................................................... 101
14.
Data Olahan Sumberdaya Udang Windu di Perairan Segara Anakan Cilacap-2 .................................................................................... 103
15.
Perhitungan Surplus Konsumen Sumberdaya Udang Windu di Perairan Segara Anakan Cilacap ............................................................................. 104
16.
Data Dasar Sumberdaya Udang Krosok dan Peci di Perairan Segara Anakan Cilacap ......................................................................................... 105
17.
Data Olahan Sumberdaya Udang Krosok dan Peci di Perairan Segara Anakan Cilacap-1 ........................................................................ 107
18.
Data Olahan Sumberdaya Udang Krosok dan Peci di Perairan Segara Anakan Cilacap-2 ........................................................................ 108
19.
Perhitungan Surplus Konsumen Sumberdaya Udang Krosok dan Peci di Perairan Segara Anakan Cilacap ......................................................... 110
20.
Data Dasar Sumberdaya Kepiting di Perairan Segara Anakan Cilacap ...................................................................................................... 111
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
XIII
Laporan Teknis 21.
Data Olahan Sumberdaya Kepiting di Perairan Segara Anakan Cilacap-1 ................................................................................................. 113
22.
Data Olahan Sumberdaya Kepiting di Perairan Segara Anakan Cilacap-2 ................................................................................................. 115
23.
Perhitungan Surplus Konsumen Sumberdaya Kepiting di Perairan Segara Anakan Cilacap ............................................................................. 116
24.
Data Dasar Pemanfaat Kayu Bakar di Perairan Segara Anakan Cilacap ...................................................................................................... 117
25.
Data Olahan Pemanfaat Pertanian di Perairan Segara Anakan Cilacap ...................................................................................................... 118
26.
Data Dasar Nilai Pilihan Sumberdaya Perairan Segara Anakan Cilacap ...................................................................................................... 119
27.
Data Olahan Nilai Pilihan Sumberdaya Perairan Segara Anakan Cilacap-1 .................................................................................................. 120
28.
Data Olahan Nilai Pilihan Sumberdaya Perairan Segara Anakan Cilacap-2 .................................................................................................. 121
29.
Data Dasar Nilai Pelestarian Sumberdaya Perairan Segara Anakan Cilacap ...................................................................................................... 122
30.
Data Olahan Nilai Pelestarian Sumberdaya Perairan Segara Anakan Cilacap-1 ................................................................................................. 123
31.
Data Olahan Nilai Pelestarian Sumberdaya Perairan Segara Anakan Cilacap-2 ................................................................................................. 124
32.
Data Dasar Nilai Keberadaan Sumberdaya Perairan Segara Anakan Cilacap ......................................................................................... 125
33.
Data Dasar Nilai Keberadaan Sumberdaya Perairan Segara Anakan Cilacap-1 ..................................................................................... 126
34.
Data Dasar Nilai Keberadaan Sumberdaya Perairan Segara Anakan Cilacap-2 ..................................................................................... 127
35.
Foto Kegiatan Penelitian di Kawasan TWAL Gili Matra ........................ 128
36.
Foto Kegiatan Penelitian di Kawasan Segara Anakan ............................. 129
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
XIV
Laporan Teknis
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Wilayah pesisir memiliki arti strategis karena merupakan pertemuan dua
ekosistem yaitu ekosistem darat dan ekosistem laut. Keberadaan wilayah pesisir tersebut menunjukkan besarnya potensi sumber daya alam dan pembentukan karakteristik wilayah yang dinamis dan khas. Karakteristik wilayah yang dinamis dan khas membawa dampak pembentukan karakteristik sumber daya manusia dan kelembagaan sosial yang ada di sekitarnya (Wahyudin, 2004). Sumber daya wilayah pesisir dibagi menjadi tiga, yaitu sumber daya hayati, sumber daya non hayati, sumber daya buatan dan jasa-jasa lingkungan (Undang-undang No. 27 Tahun 2007). Sumber daya hayati meliputi ikan, terumbu karang, padang lamun, mangrove dan biota laut lainnya. Sumber daya non hayati meliputi pasir, air laut dan mineral air laut. Sumber daya buatan meliputi infrastruktur laut yang terkait dengan kelautan dan perikanan dan jasa-jasa lingkungan berupa keindahan alam, permukaan dasar laut tempat instalasi bawah air yang terkait dengan kelautan dan perikanan serta energi gelombang laut yang terdapat di wilayah pesisir. Luas wilayah pesisir Indonesia berdasarkan ekosistem yaitu luas ekosistem terumbu karang 75.000 ha, luas ekosistem mangrove 3.806.119 ha (Supriharyono, 2000 dalam Luncang, 2005). Potensi perekonomian di wilayah pesisir adalah sebagai berikut perikanan tangkap, perikanan budidaya laut dan payau, industri bioteknologi (makanan, minuman, kosmetika, pertambangan dan energi, pariwisata, perhubungan laut dan pelabuhan, industri dan jasa maritim. Keberadaan penduduk yang cukup besar di wilayah pesisir memicu perkembangan permukiman, industri, kawasan rekreasi dan pertanian yang sangat cepat. Perkembangan dan dinamika tersebut mengakibatkan permasalahan penggunaan lahan, estetika, degradasi habitat alami dan lingkungan, peningkatan pengambilan air tanah sehingga tingginya intrusi air laut. Hal
tersebut
sejalan
dengan
pernyataan
Adrianto
(2006)
yang
menyebutkan bahwa hal yang lebih mendasari pentingnya dilakukan penelitian nilai ekonomi didasari oleh kondisi bahwa hilangnya ekosistem atau sumberdaya Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
1
Laporan Teknis lingkungan merupakan masalah ekonomi. Hilangnya ekosistem berarti hilangnya kemampuan ekosistem tersebut untuk menyediakan barang dan jasa. Dalam beberapa kasus, bahkan hilangnya ekosistem ini tidak dapat dikembalikan seperti sediakala. Kuantifikasi manfaat dan kerugian harus dilakukan agar proses pengambilan keputusan atau kebijakan dapat berjalan dengan memperhatikan aspek keadilan. Namun demikian, isu dan permasalahan sumberdaya pada umumnya tidak termasuk dalam pertimbangan pengelolaan karena sifatnya yang tidak terukur. Hal ini menyebabkan sumberdaya sebagai input bagi kebijakan masih relatif kurang diperhitungkan. Badan Penelitian Kelautan Perikanan (BRKP) pada tahun 2009 merencanakan untuk membuat neraca sumber daya alam khususnya sumber daya pesisir, oleh karena itu untuk menyusun neraca sumber daya alam dibutuhkan masukan berupa penelitian mengenai identifikasi, karakteristik dan valuasi sumber daya pesisir. Selain itu, banyak laporan hasil yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (DKP3K) belum menyentuh masalah sosial ekonomi karena hanya membahas seputar identifikasi dan karakteristik sumber daya pesisir termasuk juga belum membahas valuasi sumber daya pesisir. Berdasarkan permasalahan tersebut dibutuhkan penelitian terkait dengan identifikasi, karakterisasi dan valuasi pada wilayah pesisir. 1.2
Perumusan Masalah Permasalahan yang ingin diangkat dalam penelitian ini adalah:
1.
Bagaimanakah Karakteristik Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
2.
Berapakah Nilai Ekonomi Sumberdaya Pesisir
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1.
Mengidentifikasi dan Mengkaji Karakteristik Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
2.
Menghitung Nilai Ekonomi Sumberdaya Pesisir
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
2
Laporan Teknis
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Karakteristik Bioekologi Sumberdaya
2.1.1 Terumbu Karang Terumbu karang merupakan endapan masif yang penting dari kalsium karbonat yang terutama dihasilkan oleh karang (filum Cnidaria, kelas Anthozoa, ordo Madreporaria) dengan sedikit tambahan dari algae berkapur dan organismeorganisme lain yang mengeluarkan kalsium karbonat, sedangkan karang itu sendiri adalah hewannya, yang menempel pada ujung-ujung terumbu disebut polip (Nybakkken, 1992 dalam Muhlis, 1996)). Terumbu karang memiliki produktivitas dan keanekaragaman yang tinggi. Fungsi ekologisnya antara lain sebagai tempat pemijahan, pembesaran, tempat mencari makan, terumbu karang juga dipandang penting karena produk yang dihasilkan seperti ikan karang, ikan hias, udang dan algae. Ekosistem terumbu karang di ke Tiga Gili merupakan obyek wisata utama. Luas potensi terumbu karang yang terdapat di TWAL Gili Matra adalah 448,7634 ha, dengan rincian; 192,9621 ha di Gili Trawangan, 118,9508 ha di Gili Meno dan 136,8505 ha di Gili Air. Jenis-jenis terumbu karang yang terdapat di kawasan Gili Indah yang dominan pada wilayah pinggiran pantai (< 3 meter) adalah jenis ruble atau patahan karang, sedangkan pada wilayah perairan dengan kedalaman 3 meter s/d 10 meter didominasi oleh 2 jenis karang yaitu ruble dan soft coral. Untuk kedalaman lebih dari 10 meter, terumbu karang yang dominan adalah hard coral. Klasifikasi tipe atau formasi terumbu karang yang terdapat di kawasan Gili Indah : 1.
Tipe terumbu karang tepi/pantai (fringing reef)
2.
Tipe terumbu karang penghalang (barrier reef)
3.
Atol Taman Wisata Air Laut Gili Meno, Air dan Trawangan dengan luas 2.954
hektar, meliputi luas daratan Gili Air ± 175 ha dengan keliling pulau ±5 km, Gili Meno ± 150 ha dengan keliling pulau ± 4 km dan Gili Trawangan ± 340 ha dengan keliling pulau ± 7,5 km dan selebihnya merupakan perairan laut. Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
3
Laporan Teknis
2.1.2 Mangrove Salah satu sumberdaya pesisir dan laut adalah ekosistem mangrove yang memiliki fungsi ekologis dan fungsi ekonomis. Secara ekologis mangrove berfungsi sebagai feeding ground, spawning ground, nursery ground ,sebagai penahan gelombang dan angin, sebagai penahan instrusi air laut dan dapat menurunkan kandungan gas CO2 Selain itu mangrove memiliki fungsi ekonomis seperti banyak digunakan sebagai kayu bakar, bahan bangunan, tempat rekreasi, dan obat-obatan. Menurut Lear & Tunner, 1997 dalam Soeroyo (1990), Produktivitas primer ekosistem mangrove mencapai sekitar 2500 – 3600 gr/m2/th, merupakan urutan ketiga setelah produktivitas hutan hujan (6000 gr/m2/th) dan produktivitas terumbu karang (4900 gr/m2/th). Tipe ekosistem mangrove yang ada di Indonesia ada tiga tipe yaitu bentuk pantai atau delta, bentuk muara sungai atau laguna dan bentuk pulau (LPP Mangrove, 2007). Luas hutan mangrove di Indonesia terus mengalami penurunan dari 5.209.543 ha (1982) menurun menjadi 3.235.700 ha (1987) dan menurun lagi hingga 2.496.185 ha (1993). Dalam kurun waktu 10 tahun (1982-1993), telah terjadi penurunan hutan mangrove ± 50% dari total luasan semula. Menurut Hutching dan Saenger (1987) dalam Setyawan (2005), telah diketahui lebih dari 20 famili flora mangrove dunia yang terdiri dari 30 genus dan lebih kurang 80 spesies. Sedangkan jenis-jenis tumbuhan yang ditemukan di hutan mangrove Indonesia adalah sekitar 89 jenis, yang terdiri atas 35 jenis pohon, 5 jenis terna, 9 jenis perdu, 9 jenis liana, 29 jenis epifit dan 2 jenis parasit (Soemodihardjo et al, 1993 dalam Setyawan (2005). Hutan mangrove juga dapat dibagi menjadi zonasi-zonasi berdasarkan jenis vegetasi yang dominan, mulai dari arah laut ke darat sebagai berikut (Gambar 2.1): 1.
Zona Avicennia, terletak paling luar dari hutan yang berhadapan langsung dengan laut. Zona ini umumnya memiliki substrat lumpur lembek dan kadar salinitas tinggi. Zona ini merupakan zona pioner karena jenis tumbuhan yang ada memilliki perakaran yang kuat untuk menahan pukulan gelombang, serta mampu membantu dalam proses penimbunan sedimen.
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
4
Laporan Teknis 2.
Zona Rhizophora, terletak di belakang zona Avicennia. Substratnya masih berupa lumpur lunak, namun kadar salinitasnya agak rendah. Mangrove pada zona ini masih tergenang pada saat air pasang.
3.
Zona Bruguiera, terletak di balakang zona Rhizophora dan memiliki substrat tanah berlumpur keras. Zona ini hanya terendam pada saat air pasang tertinggi atau 2 kali dalam sebulan.
4.
Zona Nypa, merupakan zona yang paling belakang dan berbatasan dengan daratan.
Gambar 2.1 Pembagian Zonasi Mangrove Tomlinson (1986) dalam LPP Mangrove (2008) membagi flora mangrove menjadi tiga kelompok, yakni : 1.
Flora mangrove mayor (flora mangrove sebenarnya), yakni flora yang menunjukkan
kesetiaan
terhadap
habitat
mangrove,
berkemampuan
membentuk tegakan murni dan secara dominan mencirikan struktur komunitas, secara morfologi mempunyai bentuk-bentuk adaptif khusus (bentuk akar dan viviparitas) terhadap lingkungan mangrove, dan mempunyai mekanisme fisiologis dalam mengontrol garam. Avicennia,
Rhizophora,
Bruguiera,
Ceriops,
Contohnya adalah
Kandelia,
Sonneratia,
Lumnitzera, Laguncularia dan Nypa. 2.
Flora mangrove minor, yakni flora mangrove yang tidak mampu membentuk tegakan murni, sehingga secara morfologis tidak berperan dominan dalam struktur komunitas, contoh : Excoecaria, Xylocarpus, Heritiera, Aegiceras.
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
5
Laporan Teknis Aegialitis, Acrostichum, Camptostemon, Scyphiphora, Pemphis, Osbornia dan Pelliciera. 3.
Asosiasi mangrove, contohnya adalah Cerbera, Acanthus, Derris, Hibiscus, Calamus, dan lain-lain. Flora mangrove umumnya di lapangan tumbuh membentuk zonasi mulai
dari pinggir pantai sampai pedalaman daratan. Zonasi di hutan mangrove mencerminkan tanggapan ekofisiologis tumbuhan mangrove terhadap gradasi lingkungan. Zonasi yang terbentuk bisa berupa zonasi yang sederhana (satu zonasi, zonasi campuran) dan zonasi yang kompleks (beberapa zonasi) tergantung pada kondisi lingkungan mangrove yang bersangkutan. Ekosistem mangrove merupakan habitat bagi berbagai fauna, baik fauna khas mangrove maupun fauna yang berasosiasi dengan mangrove.
Berbagai fauna tersebut menjadikan
mangrove sebagai tempat tinggal, mencari makan, bermain atau tempat berkembang biak. Fauna mangrove hampir mewakili semua phylum, meliputi protozoa sederhana sampai burung, reptilia dan mamalia. Secara garis besar fauna mangrove dapat dibedakan atas fauna darat (terrestrial), fauna air tawar dan fauna laut (Gambar 2). Fauna darat, misalnya kera ekor panjang (Macaca spp.), Biawak (Varanus salvator), berbagai jenis burung, dan lain-lain. Sedangkan fauna laut didominasi
oleh Mollusca dan Crustaceae. Golongan Mollusca umunya
didominasi oleh Gastropoda, sedangkan golongan Crustaceae didominasi oleh Bracyura. Di dalam ekosistem mangrove yang menjadi komponen utama adalah fauna laut.
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
6
Laporan Teknis
Gambar 2.2 Fauna Perairan yang Hidup di Ekosistem Mangrove Sumber : Bengen (2002) dalam Soedharma (2009)
2.2
Total Nilai Ekonomi Sumberdaya
2.2.1 Nilai Manfaat (Uses Value) Uses value merupakan suatu cara penilaian atau upaya kuantifikasi barang dan jasa sumberdaya alam dan lingkungan ke nilai uang, terlepas ada tidaknya nilai pasar terhadap barang dan jasa tersebut. Dalam kontek penelitian ini use value diestimasikan dari seberapa besar manfaat sumberdaya baik secara langsung maupun tidak langsung. Nilai manfaat ini didapat dari menjumlahkan nilai manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Nilai Manfaat Langsung Nilai manfaat langsung di estimasi dengan menghitung jumlah ekstraksi langsung dari sumberdaya alam dan nilai yang terkait dengan menggunakan harga pasar (NRMP-USAIDa, 1996 dalam Kusuma, 2005). Menurut McCracken dan Abaza (2000) dalam Kusuma (2005), harga pasar yang umum digunakan adalah harga pasar lokal (local market prices).
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
7
Laporan Teknis Nilai Manfaat Tidak Langsung Nilai manfaat tidak langsung didefinisikan oleh Grigalunas and Congar (1995) dalam Kay dan Alder (1999) sebagai nilai yang secara tidak langsung dari barang, dimana ketika menggunakan barang lain tergantung dari barang tersebut. Untuk menghitung nilai ini perlu dibatasi pada fungsi yang terkandung dalam suatu sumberdaya. Nilai manfaat tidak langsung dihitung dengan menggunakan metode ini dinilai tepat untuk penelitian dimana ketersediaan data dan dana yang terbatas untuk melakukan penelitian secara komprehensif. Metode ini menilai perkiraan benefit dari tempat lain (dimana sumberdaya tersedia) kemudian benefit tersebut di transfer untuk memperoleh perkiraan yang kasar mengenai manfaat dari lingkungan (Fauzi, 2003). Dosi (2000) menyebutkan bahwa metode ini didasari dari kajian yang telah dilakukan sebelumnya untuk melakukan evaluasi terhadap suatu proyek baru, pengaturan masalah lingkungan, atau kebijakan lainnya yang diposisikan dalam pengambilan keputusan dan analisis biaya manfaat. Dalam melakukan pendekatan ini harus dilakukan dengan penilaian yang baik dan kreativitas
dalam
memanipulasi
ketersediaan
informasi
dan
kemudian
menampilkannya kepada para pengambil keputusan. Pendekatan ini secara formal telah direkomendasikan dan di adaptasi oleh berbagai lembaga untuk tujuan valuasi ekonomi dampak lingkungan.
2.2.2 Nilai Manfaat Pilihan (Option Value) Option value lebih diartikan sebagai nilai yang diberikan oleh masyarakat atas adanya pilihan untuk menikmati barang dan jasa dari sumberdaya alam di masa mendatang (Fauzi, 2003). Nilai manfaat pilihan (option value) dilakukan dengan menggunakan pendekatan pengukuran secara langsung, Nilai ekonomi sumberdaya dan lingkungan dapat diperoleh langsung dengan menanyakan kepada individu atau masyarakat mengenai keinginan membayar mereka (willingness to pay) terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam. Teknik yang paling umum digunakan dalam pendekatan langsung ini adalah melalui contingent valuation method (CVM). Pendekatan CVM pada hakekatnya bertujuan untuk mengetahui pertama, keinginan membayar (willingness to pay Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
8
Laporan Teknis atau WTP) dari sekelompok masyarakat, misalnya saja terhadap perbaikan kualitas lingkungan (air, udara dsb) dan yang kedua adalah keinginan menerima (willingness to accept atau WTA) dari kerusakan suatu lingkungan perairan. CVM yang pertama kali diajukan oleh Davis (1963) dalam Dosi (2000), telah digunakan secara luas dalam pengambilan keputusan terhadap evaluasi program terkait dengan perubahan lingkungan.
2.2.3 Nilai Bukan Manfaat (Non Use Value) Nilai bukan manfaat merupakan nilai yang tidak berhubungan dengan pemanfaatan aktual dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya (Fauzi, 2003). Nilai bukan manfaat dibagi menjadi dua yaitu existence value dan bequest value.
Existence Value Existence value atau nilai keberadaan pada dasarnya adalah penilaian yang diberikan atas keberadaan atau terpeliharanya sumberdaya alam dan lingkungan meskipun masyarakat misalnya tidak akan memanfaatkan atau mengunjunginya.
Bequest Value Bequest value atau nilai pewarisan diartikan sebagai nilai yang diberikan oleh generasi kini dengan menyediakan atau mewariskan (bequest) sumberdaya untuk generasi mendatang (mereka yang belum lahir). Jadi bequest value diukur berdasarkan keinginan membayar masyarakat untuk memelihara (to preserve) sumberdaya alam dan lingkungan untuk generasi mendatang
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
9
Laporan Teknis
III. METODE PENELITIAN 3.1
Kerangka Pemikiran Freeman III (2003) dalam Adrianto (2006) menyebutkan bahwa ”nilai”
dapat dikategorikan ke dalam dua pengertian yaitu nilai intrinsik dan nilai instrumen. Nilai intrinsik jika suatu komoditas bernilai di dalam dan untuk komoditas itu sendiri, atau nilainya tidak diperoleh dari pemanfaatan dari komoditas tersebut namun bebas dari penggunaan dan fungsi yang mungkin terkait dengan komoditas lain. Nilai instrumen adalah nilai yang muncul akibat pemanfaatan komoditas tersebut untuk kepentingan tertentu. Lebih lanjut disebutkan bahwa konsep nilai instrumen lebih mampu menjawab persoalan terkait pengelolaan lingkungan. Namun demikian untuk mengetahui nilai instrumental dari sumberdaya alam, tujuan spesifik dari upaya tersebut harus disusun. Gambaran kerangka pemikiran dan ruang lingkup penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1. Constanza and Folke (1997) dalam Adrianto (2006) menyebutkan dalam pandangan ekonomi ekologi, tujuan valuasi sumberdaya alam tidak semata terkait dengan maksimisasi kesejahteraan individu, melainkan juga terkait tujuan keberlanjutan ekologi dan keadilan distribusi manfaat. Proses kajian terkait dengan pola-pola pemanfaatan sumberdaya bertujuan mengidentifikasi nilai manfaat langsung dari pemanfaatan sumberdaya perikanan pesisir tersebut. Sementara kajian terkait karakteristik sumberdaya bertujuan mengidentifikasi nilai manfaat tidak langsung serta nilai bukan manfaat dari sumberdaya perikanan pesisir. Karakterisasi terhadap jenis sumberdaya serta pola-pola pemanfaatannya dilakukan untuk mengetahui distribusi manfaat serta kelompok masyarakat yang menerima manfaat tersebut. Selain itu, juga bertujuan mengetahui distibusi biaya yang seharusnya dikeluarkan oleh kelompok-kelompok masyarakat pemanfaat sesuai dengan beban yang diberikan masing-masing terhadap sumberdaya tersebut. Dengan diperolehnya hasil identifikasi serta karakterisasi sosial ekonomi dari sumberdaya pesisir, maka dapat diketahui potensi sumberdaya pesisir tersebut.
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
10
Laporan Teknis Sumberdaya Alam
Sumberdaya Perikanan dan Kelautan
Sumberdaya Pesisir
- Ekosistem Terumbu Karang - Ekosistem Padang Lamun - Ekosistem Mangrove - Ekosistem Estuaria Identifikasi dan karakterisasi Jenis dan Karakteristik Sumberdaya
Pola Pemanfaatan Sumberdaya
Valuasi Ekonomi:
Contingent Valuation Method Effect on Production Residual Rent Replacement Cost Sosio Economic Analysis
Potensi Sumberdaya
Total Nilai Ekonomi Sumberdaya Pesisir
Data Dasar Penyusunan Opsi Kebijakan Pembangunan Perikanan dan Kelautan
Kebijakan Pembangunan Perikanan dan Kelautan
Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran dan Ruang Lingkup Penelitian Teknik valuasi dalam penelitian ini menggunakan Total Economic Valuation (TEV) dan Socio Economic Analysis (SEA). Pemilihan metode TEV dan SEA dilandasi tujuan dari penelitian untuk mengidentifikasi dan mengetahui karakteristik sosial ekonomi sumberdaya pesisir serta menghitung nilai ekonomi dari sumberdaya. Hal ini didasarkan atas pemahaman bahwa sumberdaya alam memberikan manfaat yang jauh lebih banyak terkait pada satu jenis pemanfaatan atau fungsi-fungsi yang terkandung di dalamnya (Bene and Neiland, 2003). Kelebihan teknik TEV tidak hanya fokus pada nilai manfaat langsung (komersial), Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
11
Laporan Teknis namun juga memperhatikan non-market values, fungsi ekologi dan juga non use value. Gambar 3.2 memberikan gambaran kerangka kerja TEV yang akan digunakan pada penelitian ini. Total Economic Value
Use Value
Direct Use Value
Non - Use Value
Option Value
Existence Value
Bequest Value
Indirect Use Value
Hasil/Jasa yang dapat dimanfaatkan secara langsung
Ekstraktif - Penangkapan - Budidaya - Dll Non Ekstraktif - Transportasi - Pariwisata - dll
Hasil/Jasa yang dapat dimanfaatkan secara tidak langsung
Fungsi Pendukung Biologi Ekosistem: - Spawning - Nursery - Feeding - Dll Fungsi Pendukung Non Biologi : - Flood Control - Dll
WTP individu utk menjaga SDA sebagai aset utk masa depan dibanding memanfaatkannya sekarang
WTP atas Keberlangsungan: - jenis ikan - Habitat dan Ekosistem - Biodiversity - Genetic Resource
Nilai keberadaan SDA saat ini utk masa depan berdasarkan pertimbangan moral
Nilai keberlangsungan SDA saat ini sbg warisan utk generasi berikutnya masa depan
Keberadaan komponen ekositem sebagai aset : - Ekonomi - Sosial - Budaya - Dll
Keberlangsungan ekositem untuk generasi berikutnya sebagai warisan: - Ekonomi - Sosial - Budaya - Dll
Gambar 3.2 Kerangka Kerja Teknik Valuasi Total Economic Value 3.2
Penentuan Lokasi Penelitian dan Unit Analisis Penelitian dilaksanakan pada wilayah pesisir. Lokasi-lokasi penelitian
tersebut adalah Kabupaten Lombok Timur dan Segara Anakan, Cilacap (Tabel 3.1). Dasar pertimbangan pemilihan lokasi adalah (1) adanya kearifan lokal dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya pesisir (awiq-awiq); (2) kesesuaian dengan program kerja BRKP dalam penyusunan neraca sumber daya alam pesisir serta lokasi penelitian untuk program kerja SPICE; (3) ketersediaan data dan literatur terkait dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya pesisir Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
12
Laporan Teknis Tabel 3.1. Lokasi Kegiatan Penelitian No
Propinsi
1
Lombok Timur, NTB
2
Segara Anakan, Cilacap
3.3
Tipe Ekosistem Ekosistem Terumbu karang Ekosistem Padang lamun Ekosistem Mangrove Ekosistem Estuaria
Jenis dan Lingkup Data Jenis data yang dikumpulkan dan digunakan dalam kegiatan penelitian ini
yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan meliputi karakteristik sumberdaya berdasarkan tipe ekosistem tertentu yang terkait dengan aspek sosial maupun ekonomi. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi statistik dan data-data yang terkait dengan potensi sosial ekonomi sumberdaya kelautan dan perikanan (Tabel 3.2).
Tabel 3.2. Rekapitulasi Kategori Data yang Dibutuhkan dan Sumber Data No A
Kategori Data Valuasi Ekonomi
Jenis Data
Sumber Data
1. Indirect Use
Fungsi produksi sumber daya perikanan per tahun per ha 1. Statistik Perikanan
2. Nilai pemanfaatan
Instansi Perguruan Tinggi/Penelitian Dinas Perikanan Provinsi NTB, Dinas Perikanan Kabupaten Cilacap, Badan Pusat Statistik Provinsi NTB Survey
1. WTP
Survey
1. Citra Satelit
Bakorsurtanal
2.Aspek biofisik kimia perairan
Instansi Perguruan Tinggi/Penelitian, KPKSA
1.Demografi sosial-ekonomi
BPS (Kab. dan Kec. dalam angka), Monograf Kabupaten Dinas Perikanan Propinsi dan Kabupaten Dinas Perikanan Propinsi dan Kabupaten Survey
2. Direct Use
B
C
3. Non Use Value Identifikasi Dan Karakterisasi 1. Fisik, Biologi, dan Kimia 2. Sosial Ekonomi 2. Sosial Ekonomi
2.Perda Kelembagaan Pengelolaan Sumber daya 3. Statistik Perikanan
4. Pola pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya Diseminasi Hasil Riset
Unri, UGM, Unair
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
13
Laporan Teknis 3.4
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dilakukan adalah dengan menggunaan teknik
survei. Teknik survei ini dilakukan dengan cara melakukan wawancara secara langsung dengan responden untuk mengidentifikasi dan mengkarakterisasi pola pemanfaatan sumberdaya serta mengetahui nilai dari sumberdaya yang diukur dari kesediaan masyarakat untuk membayar atau menerima suatu perubahan lingkugan.
3.5
Metoda Analisis Analisis data yang digunakan menggunakan teknik valuasi ekonomi untuk
menghitung nilai total ekonomi (total economic value) dari sumberdaya perikanan perairan pedalaman. Nilai ekonomi total adalah nilai-nilai ekonomi yang terkandung dalam suatu sumberdaya alam, baik nilai guna maupun nilai fungsional yang harus diperhitungkan dalam menyusun kebijakan pengelolaannya sehingga alokasi dan alternatif penggunaannya dapat di tentukan secara benar dan mengenai sasaran (Nilwan et al, 2003). Total economic value dapat ditulis secara matematis (CSERGE,1994 dalam Nilwan et al, 2003): TEV = UV + NUV = (DUV+IUV+OV)+(XV+BV) ............................... (1) dengan : TEV = Total Economic Value
IUV
= Indirect Use Value
UV = Use Values
OV
= Option Value
NUV = Non Use Values
XV
= Existence Value
DUV = Direct Use Value
BV
= Bequest Value
Dalam penelitian ini, nilai-nilai yang ada di sumberdaya (use value, option value dan non-use value), berikut teknik valuasi yang akan digunakan, secara ringkas tercantum pada Tabel 3.3.
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
14
Laporan Teknis Tabel 3.3 Hubungan Nilai dengan Teknik Valuasi yang akan Digunakan Nilai (Value)
Teknik Valuasi
A. Use Value A1. Direct Use Value Perikanan
Effect on production (EoP)
Pertanian
Residual Rent (RR)
Kayu Bakar
Replacement Cost Methods (RCM)
Pariwisata
Travel Cost Method (TCM)
A2. Indirect Use Value (Nilai Manfaat Tak Langsung) Fungsi Pendukung Biologi Ekosistem: Spawning, Nursery, Feeding
Replacement Cost Methods (RCM) Benefit Transfer Method (BTM)
B. Option Value Option Value
Contingent Valuation Method (CVM)
C. Non Use Value Existence Value
Contingent Valuation Method (CVM)
Bequest Value
Contingent Valuation Method (CVM)
Sementara itu, teknik valuasi yang akan digunakan terhadap masingmasing nilai menggunakan beberapa pendekatan, yaitu Contingen Valuation Method (CVM), Effect on Production (EoP), Residual Rent (RR), Replacement Cost Method (RCM) dan Travel Cost Method (TCM). Uraian masing-masing teknik valuasi berikut tahapan pelaksanaannya adalah sebagai berikut : 1.
Contingent Valuation Method Data yang telah dikumpulkan kemudian dipilah dan ditabulasi agar
memenuhi keperluan analisis. Analisis data pada Teknik CVM menggunakan perhitungan Total Benefit sebagai analisis dasar untuk menghitung WTP. untuk mendapatkan dugaan hubungan antara WTP (nilai keberadaan sumber daya) dengan karakteristik responden. maka didekati dengan menggunakan formula sebagai berikut:
................................................(2) Dimana ; WTPi
= Kemampuan membayar pengguna terhadap suatu sumber daya
Xi
= Parameter penjelas ke – i (seperti Usia, pendidikan, pengalaman, pendapatan), (Grigalunas and Congar, 1995).
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
15
Laporan Teknis Persamaan di atas, dinormalisasikan agar menyesuaikan bentuk data yang telah dikumpulkan. Bentuk data ordinal seperti pengalaman kerja, usia dan tingkat pendidikan kemudian ditransformasi, sehingga mengharuskan digunakan regresi logaritma ganda. Hasil persamaan berdasarkan regresi logaritma berganda dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95% (Yaping, 1999). Adapun bentuk persamaannya ditayangkan sebagai berikut: n
LnWTP a b1
1 n
n
LnA b2
1 n
i 1
n
LnE b3
1 n
i 1
n
LnXP b4
i 1
1 n
......(3) LnI
i 1
Dimana: WTP = Willingness To Pay (Nilai Kesediaan Membayar) a
= Konstanta
E
= Tingkat Pendidikan (hasil pembobotan)
I
= Pendapatan per tahun
A
= Usia Responden (tahun),
XP
= Pengalaman, Penggunaan metoda yang digunakan Grigalunas and Congar, (1995)
umumnya digunakan untuk data yang memiliki nilai sebaran yang relatif seragam, dengan interval tidak terlalu besar. Sedangkan untuk memudahkan analisis data untuk data yang memiliki seperti digambarkan tersebut dapat digunakan metoda yang digunakan oleh Yaping, (1999). Tahap terakhir dalam teknik CVM adalah mengagregatkan rataan lelang yang diperoleh pada tahap tiga. Proses ini melibatkan konversi dari data rataan sampel ke rataan populasi secara keseluruhan. Salah satu cara untuk mengkonversi ini adalah dengan mengalikan rataan sampel dengan jumlah rumah tangga di dalam populasi (N).
2.
Effect on Production (EoP) Pendekatan EoP memerlukan sebuah pendekatan yang integratif antara
flow ekologi dan flow ekonomi karena lebih menfokuskan pada perubahan aliran fungsi ekologis yang memberikan dampak pada nilai ekonomi sumber daya alam yang dinilai. Hufschmidt, et al. (1983) dalam adrianto (2006), memberikan beberapa langkah analisis integrasi ekologi-ekonomi dalam konteks metode EoP sebagai berikut: pertama, Mengidentifikasi input seumberdaya, output (produksi Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
16
Laporan Teknis sumber daya) dan residual sumber daya dari sebuah kebijakan/kegiatan, kedua, Melakukan kuantifikasi aliran fisik dari sumber daya, ketiga, Melakukan kuantifikasi keterkaitan antar sumber daya alam, keempat, Melakukan kuantifikasi aliran dan perubahan fisik ke dalam terminologi kerugian dan manfaat ekonomi.
3.
Residual Rent (RR) Residual Rent didefinisikan sebagai perbedaan antar biaya faktor produksi
dan nilai panen dari sumber daya alam. Residual rent dapat dilihat sebagai kontribusi sistem alam atau faktor pendapatan (Factor Income) terhadap nilai ekonomi total: T
PV residual rent Model
PV ha
Bt C t
(1 r ) t 1
L
t
....................... (4)
Dimana; PV
= Present Value
Bt
= Manfaat bersih dari sumber daya kawasan
Ct
= Biaya produksi
T
= Jumlah tahun regresi nilai
R
= Tingkat diskon riil
L
= Luasan kawasan sumber daya
4.
Travel Cost Method (TCM) Tujuan TCM adalah untuk menghitung nilai ekonomi suatu kawasan
wisata melalui estimasi rata-rata permintaan terhadap kunjungan wisata di lokasi tersebut. Pendekatan biaya perjalanan yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan biaya transportasi atau biaya perjalanan terutama untuk menilai lingkungan pada objek-objek wisata. Pendekatan ini menganggap bahwa biaya perjalanan serta waktu yang dikorbankan para wisatawan untuk menuju objek wisata tertentu dianggap sebagai nilai lingkungan yang wisatawan bersedia untuk membayar. Fungsi permintaan atas kunjungan wisatawan individual menurut Grigalunas et.al (1998) adalah : Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
17
Laporan Teknis
ln V i
0
1 ln TC
i
5
ln Y i
4
ln S i
Keterangan : Vi = trip kunjungan individu ke-i TCi = biaya perjalanan individu ke-i Yi = pendapatan individu ke-i Si = biaya perjalanan ke lokasi wisata subtitusi yang dikeluarkan oleh individu ke-i Dengan teknis regresi sederhana (ordinary least square), maka parameter β0, β1, β2, dapat diestimasi. (catatan paramater TC diharapkan negatif, dan INC diharapkan positif). Kemudian surplus konsumen rata-rata individu kemudian dapat diestimasi dengan menggunakan persamaan:
CS i
Vi
1
Dimana: Vi = tingkat kunjungan individu β1 = nilai parameter regresi untuk biaya perjalanan Nilai ekonomi lokasi rekreasi (total consumers surplus) kemudian dapat diestimasi dengan mengadakan nilai surplus konsumen rata-rata individu. TCS = CSi + Vt Dimana: TCS = Total Consumers Surplus CS = Consumers Surplus Vt = total kunjungan pada tahun analisis (tahun ke–t)
5.
Replacement Cost Method (RCM) Nilai ini dapat diestimasi dengan menggunakan pendekatan Replacement
cost yang diaplikasikan untuk fungsi ekosistem mangrove sebagai penahan gelombang (buffer Zone). Biaya rehabilitasi per hektar mangrove dapat digunakan sebagai proksi bagi replacement cost: IUV = (Cr / m2 ) x M Dimana: IUV = inderect Use Values; buffer Zona Cr = Biaya rehabilitasi mangrove per hektar atau m2 M = luas hutan mangrove ( ha atau m2 )
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
18
Laporan Teknis
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Sumberdaya Perairan di Gili Matra Kabupaten Lombok Utara
4.1.1 Karakteristik Sumberdaya Perairan 4.1.1.1 Keadaaan Umum Wilayah Secara geografis TWAL Gili Matra terletak pada 8º 20º - 8º 23º LS dan 116º00º - 116º 08º BT. Sedangkan secara administratif pemerintahan, kawasan ini terletak di Desa Gili Indah Kecamatan Pemenang Kabupaten Lombok Barat propinsi Nusa Tenggara Barat, sedangkan berdasarkan pada wewenang pengelolaannya kawasan ini berada di bawah pengelolaan Balai KSDA NTB sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 99/Kpts-II/2001 tanggal 15 Maret 2001. Namun sekarang pengelolaan Taman Wisata Alam Laut Gili Matra sejak tanggal 4 Maret 2009 berdasarkan keputusan bersama antara Menteri Kehutanan dan Menteri Perikanan Nomor BA.01/Menhut-IV/2009 dan Nomor BA.108/Men-KP/III/2009 telah beralih dari Departemen Kehutanan ke Departemen Perikanan. Jenis sumberdaya perairan di Taman Wisata Alam Laut Gili Matra adalah ekosistem terumbu karang, termasuk juga di dalamnya ekosistem padang lamun. Batas-batas Taman Wisata Alam Laut Gili Matra adalah sebagai berikut : Utara
: berbatasan dengan laut Jawa
Selatan
: berbatasan dengan selat Lombok
Barat
: berbatasan dengan laut Jawa
Timur
: berbatasan dengan Tanjung Sire
4.1.1.2 Kondisi Bioekologis Sumberdaya Kondisi Fisika Topografi Topografi Gili Air dan Gili Meno adalah datar dengan ketinggian hampir sejajar dengan permukaan laut. Akibat gempa bumi pada tahun 1978 Gili Air mengalami penurunan sekitar 1,5 m, sedangkan Gili Trawangan pada bagian
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
19
Laporan Teknis tengah kearah utara datar dan pada bagian tengah ke arah tenggara berbukit dengan ketinggian ± 20 meter diatas permukaan laut. Kabupaten Lombok Barat merupakan daerah yang terdiri dari dataran rendah dan dataran tinggi. Berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang Kota (1995), secara fisiografis ketinggian wilayah Lombok Barat dikelompokkan dalam empat interval ketinggian dari permukaan laut (dpl), yaitu : 1.
Daerah dengan ketinggian kurang dari 100 meter dpl, menyebar disepanjang pantai yang meliputi 35, 17 % dari luas kabupaten
2.
Daerah dengan ketinggian 100 – 500 meter dpl, meliputi 40,09 % dari luas kabupaten
3.
Daerah dengan ketinggian 500 – 1000 meter dpl, meliputi 17,08 % dari luas kabupaten
4.
Daerah dengan ketinggian lebih dari 1000 meter dpl, meliputi 7,66 % dari luas kabupaten Keadaan oseanografi mempunyai pola yang sama dengan kawasan
disekitar ketiga pulau, yaitu mempunyai pantai yang pada umumnya datar dan berpasir putih dengan kedalaman perairan pantai 1-3 meter pada batas 20 meter. Kisaran pasang surut mencapai ± 3 meter.
Iklim, Temperatur dan Curah Hujan Keadaan iklim di Taman Wisata Alam Laut Gili Matra sama seperti halnya di Kabupaten Lombok Barat pada umumnya., yaitu beriklim tropis dengan suhu udara berkisar antara 20-30 C. Suhu udara tertinggi maksimum 32 C pada bulan Nopember dan suhu udara minimum 20 C terjadi pada bulan Juni. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu mencapai 459 mm, sedangkan terendah pada bulan Juli atau Agustus mencapai titik nol.
Arus Arah arus di Desa Gili Indah antara bulan Desember sampai dengan Mei bergerak dari utara dengan kecepatan rata-rata 0,25 m/dtk, sedangkan antara bulan Juni sampai dengan November bergerak kearah selatan dengan kecepatan rata-rata Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
20
Laporan Teknis 0,25 m/dtk. Tinggi gelombang tertinggi rata-rata mencapai 1 meter yang terjadi antara bulan Desember sampai dengan Januari dengan kecepatan arus dapat mencapai ± 0.40 m/dtk (PKSPL-IPB, 1998 dalam Hilyana, 2001).
Pasang Surut Secara umum pola arus Selat Lombok sangat mempengaruhi kawasan Desa Gili Indah yang dipengaruhi oleh pasang surut yang berasal dari Laut Jawa disebelah utara dan Samudera Hindia di selatan. Berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan Direktorat Jenderal Pembagunan Daerah dan Jurusan Geofisika dan Meteorologi FMIPA-ITB (1995) dalam Hilyana (2001), bahwa pada saat pasang surut arus dari Samudera Hindia kearah Utara, sedangkan saat surut arus bergerak dari utara ke selatan (kebalikan arus saat pasang), dimana kecepatan arus dimulut selat bagian selatan (antara Nusa Penida dan Pulau Lombok) lebih besar dibandingkan bagian selat lainnya. Untuk kedua kondisi pasut (purnama dan perbani) kecepatan arus saat pasang menuju surut lebih kecil dibandingkan kecepatan arus saat surut bulan purnama. Nilai pasang surut perairan di Desa Gili Indah mencapai ± 3 meter (Hilyana, 2001).
Kondisi Kimia Kualitas air berperan penting bagi seluruh organisme perairan untuk menunjang proses kehidupannya. Perubahan kualitas perairan lebih banyak disebabkan oleh musim/iklim. Fluktuasi sering terjadi pada peralihan musim, baik dari musim penghujan ke musim kemarau ataupun sebaliknya. Berdasarkan laporan MREP (1995) dalam Hilyana (2001), kondisi air laut dbagian barat dan selatan Pulau Lombok memiliki suhu perairan berkisar 28.6º - 32.2º C, DO berkisar 6.0 – 6.5 ppm dan ammonium berkisar 0.133 – 0.322 ppm. Sementara itu hasil analisis laboratorium mengenai kondisi fisik dan kimia sampel air laut di Desa Gili Indah oleh Bakosurtanal dan BPPT tahun 1995 disajikan pada Tabel 4.1.
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
21
Laporan Teknis Tabel 4.1 Hasil Analisis Sampel Air Laut di Desa Gili Indah Parameter Daya Hantar Listrik
Hasil Analisis > 20.00
Satuan µmhos/cm
Kekeruhan
5.00
JTU
Warna
25.00
CU
Chlorida
33%
ppm
Ammonia
0.28
mg/l
Nitrat
0.12
mg/l
Nitrit
0.07
mg/l
pH
7.50
mg/l
Phosphat
0.05
mg/l
Sulfat
2269.0
mg/l
Total Hardness (sbg CaCo3)
7200.0
mg/l
1.04
mg/l
10
mg/l
*
mg/l
Flourida Phenol Zat Padat Tersuspensi Sumber : Hilyana, 2001 Ket : * sample tidak diambil
Kondisi Biologi Moluska dan Echinodermata (Binatang Berkulit Duri) Sesuai dengan namanya hewan ini bertubuh lunak, bentuk dan ukuran tubuh beraneka ragam. Moluska banyak dijumpai diberbagai habitat terumbu karang, mangrove dan padang lamun. Jenis-jenis hewan yang tergolong dalam Phylum Moluska antara lain keong, kerang dan cumi. Moluska yang ditemukan antara lain Kima sisik (Tridacna squamosa), Lambis lambis dan Trochus niloticus. Binatang berkulit duri cukup banyak dijumpai di dasar perairan terumbu karang dan paparan pasir. Jenis-jenis hewan yang tergolong dalam kelompok ini antara lain teripang dan bulu babi. Teripang merupakan komoditi yang dapat didayagunakan sebagai makanan dari laut, demikian juga dengan bulu babi yang umumnya dimanfaatkan atau dimakan gonadnya. Jenis lainnya yang dapat dijumpai di sekitar perairan TWAL Gili Matra adalah Bintang laut biru (Linchia laevigata).
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
22
Laporan Teknis Sumber Daya Ikan Jenis sumberdaya ikan yang terdapat di kawasan perairan TWAL Gili Matra dan termasuk dalam jenis ikan yang memiliki nilai ekonomi disajikan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Jenis-jenis Ikan Konsumsi di Kawasan TWAL Gili Matra No
Nama Lokal
Nama Latin
No
Nama Lokal
Nama Latin
1.
Peperek
Leiognathus sp.
18.
Daun bamboo
Chorinenus spp.
2.
Beloso
Saunida spp.
19.
Sulir
Elagaris bipinulatus
3.
Gerot-gerot
Pomadasys spp.
20.
Julung-julung
Hemirhampus
4.
Merah bambangan
Lutjanus spp.
21.
Tembang
Sardinella timbriata
5.
Kerapu
Epinephelus spp.
22.
Terinjang
Stelophorus spp.
6.
Lencam
Lethrinus spp.
23.
Lemuru
Sardinella longiceps
7.
Kakap
Lates calcafier
24.
Golok-golok
Chirocentrus spp.
8.
Kurisi
Nemipterus spp.
25.
Terubuk
Clupea toil
9.
Swangi
Priacanthus spp.
26.
Kembung
Rastrelliger spp.
10.
Ekor Kuning
Caesio spp.
27.
Tenggiri
Scomberomorus spp.
11.
Gulamah
Scianidae
28.
Ikan terbang
Cypcilurus spp.
12.
Cucut
Carcharihinidae
29.
Layur
13.
Pari
Trigonidae
30.
Cakalang
14.
Alu-alu
Sphynaena spp.
31.
Tongkol
Trichiurus spp. Katsuwonus pelamis. Euthynnus Affinis
15.
Layang
Decapterus roselli
32.
Semampar
Loligo spp.
16.
Selar
Caranx spp.
33.
Gurita
Octopus spp.
17.
Kuwe
Caranx spp.
Sumber : Sarbini, 2005
Penyu Hampir disemua wilayah perairan laut TWAL Gili Matra terdapat penyu dengan jenis – jenis penyu yang ada antara lain Penyu Hijau dan Penyu Sisik. Di Gili Meno terdapat lokasi turtle point, dinamakan demikian karena dilokasi tersebut selalu terdapat penyu baik yang sedang mencari makan maupun beristirahat. Turtle point tersebut terletak di sebelah Utara
Gili Meno pada
kedalaman ± 3 sampai dengan ± 28 meter. Populasi penyu yang ada di TWAL Gili Matra
diperkirakan masih banyak, dan sampai saat ini ketiga pulau
merupakan tempat bertelurnya penyu, namun seiring dengan perkembangan aktivitas masyarakat dan pengunjung / wisatawan, saat ini penyu-penyu jarang dijumpai bertelur lagi di ketiga pulau ini. Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
23
Laporan Teknis Terumbu Karang Terumbu karang terdapat disemua wilayah kawasan dengan luas 448,76 Ha. Jenis-jenis terumbu karang yang dominan pada wilayah pinggiran pantai (< 3 meter) adalah jenis rubble atau patahan karang hal ini disebabkan oleh kegiatan manusia (Pengeboman, Pengambilan karang sebagai bahan baku kapur) dan kondisi alam (Badai Tsunami/Lanina). Sedangkan pada wilayah perairan dengan kedalaman 3 meter s/d 10 meter didominasi oleh 2 jenis karang yaitu ruble dan soft coral. Dengan jenis jenis antara lain Heliophora sp, Anthipates sp, Montiphora dan Acropora sp. Untuk kedalaman lebih dari 10 meter, terumbu karang yang dominan adalah hard coral. Hasil penelitian PSL – IPB tahun (1995) dalam Hilyana (2001), jenis karang keras yang ditemukan di kawasan TWAL Gili Matra adalah sebanyak 148 jenis dari 54 famili. Dari hasil pemantauan dengan metode manta tow dapat digambarkan bahwa terumbu karang di Desa Gili Indah cukup bervariasi. Di kedalaman 10 meter, sekitar 90% terumbu karang dalam kondisi jelek. Sedangkan di kedalaman 3-5 meter, terumbu karang yang termasuk kategori baik sekitar 16%.
Gili Air Kondisi terumbu karang di Pulau Gili Air pada umumnya jelek. Di kedalaman 10 meter, semua terumbu karang di sekeliling pulau (100%) mempunyai tutupan karang hidup yang rendah (kurang dari 30%). Di kedalaman 3 – 5 meter, sebagian kecil (14%) terumbu karang mempunyai kondisi yang sedang dan baik. Sebagian lainnya (86%), kondisi jelek dengan tutupan karang hidup kurang dari 30%. Terumbu karang dalam kondisi baik dan sedang tersebut ditemukan di bagian utara Gili Air dikedalaman 3 – 5 meter. Sebagian besar karang batu yang hidup di tempat ini merupakan karang berbentuk Foliose montipora dan karang bercabang Montipora digita.
Gili Meno Di Pulau Gili Meno, terumbu karang pada kedalaman 10 meter mempunyai kondisi yang jelek dengan tutupan karang kurang dari 30%. Di bagian
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
24
Laporan Teknis utara pulau, kondisi terumbu karang yang baik dapat di jumpai pada kedalaman 3 – 5 meter. Terumbu karang yang kondisinya baik ini sekitar 10% dari keliling pulau dan di dominasi terutama oleh karang Montipora aequituberculata dan Montipora berbentuk foliose lainnya, serta Montipora digita yang bercabang. Di sekitar dermaga Bounty Cruises, terumbu sebagian besar tertutup pasir yang tidak memungkinkan untuk tumbunya karang.
Gili Trawangan Sedangkan di Pulau Gili Trawangan kondisi terumbu karang pada umumnya juga jelek. Di kedalaman 10 meter, hampir semua (100%) terumbu karang kondisinya jelek. Di kedalaman 3 – 5 meter, kondisinya bervariasi sekitar 23% kondisi terumbu karang di tempat dangkal kondisinya baik (tutupan karang hidup lebih dari 30%), yaitu yang terdapat di utara pulau. Sisanya (77%) kondisinya jelek, seperti dikedalaman 10 meter. Terumbu karang yang kondisinya bagus banyak di tumbuhi oleh karang Foliose jenis Montipora.
Tabel 4.3 Persentase Penutupan Rata-rata Karang Gili Indah Pada Kedalaman Tiga Meter (September, 2000) No
Life Form %
Stasiun
Kondisi
HC
DC
AL
OT
AB
1. G.Trawangan (1)
16,8
0,00
15,14
22,54
45,52
Jelek
2. G. Trawangan (2)
47,36
0,21
16,75
0,7
34,99
Sedang
3. G. Trawangan (3)
49,52
0,00
6,24
0,00
44,24
Sedang
4. G. Air Selatan
7,45
0,00
23,63
4,44
64,48
Jelek
5. G. Air Utara (GA31)
36,48
0,00
38,82
2,76
21,94
Sedang
6. G. Meno Utara (GM31) Sumber : Anonimous, 2000
31,12
0,00
8,52
12,48
11,9
Sedang
Keterangan : HC : Komponen karang batu hidup DC : Komponen karang batu yang baru mati AL : Komponen alga OT : Komponen organisme lain AB : Komponen abiotik.
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
25
Laporan Teknis 4.1.1.3 Karakteristik Sosial Ekonomi Kependudukan Jumlah secara keseluruhan penduduk di Desa Gili Indah sebanyak 2.935 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 710 KK, terdiri dari laki-laki 1.506 jiwa dan perempuan 1.429 jiwa. Adapun jumlah penduduk Desa Gili Indah menurut umur disajikan Tabel 4.4. Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Desa Gili Indah Menurut Kategori Umur No.
Umur
Jumlah
1.
0–4
329
2.
5–9
3.
No
Umur (tahun )
Jumlah (orang)
1.
35 – 39
215
381
2.
40 – 44
186
10 – 14
380
3.
45 – 49
143
4.
15 – 19
346
4.
50 – 54
125
5.
20 – 24
316
5.
55 – 59
68
6.
25 – 29
318
6.
60 – 64
78
7
30 – 34
263
7.
> 65
111
Jumlah
3.258 Orang 1
Sumber : Anonimous , 2008
Sementara itu karakteristik responden berdasarkan sebaran umur menunjukkan bahwa penduduk di Desa Gili Indah di lokasi penelitian berkisar antara 25 hingga > 55 tahun dengan persentase tertinggi pada usia > 55 tahun sebesar 29 % dan persentase terendah pada usia 45-49 tahun sebesar 4 %. Hal tersebut bahwa penduduk aktif dalam perikanan lebih banyak pada usia tidak produktif (Gambar 4.1)
8%
29%
12% 13%
17% 4%
25 - 29
30 - 34
35 - 39
17%
40 - 44
45 - 49
50 - 54
> 55
Gambar 4.1. Sebaran Usia Responden di Desa Gili Indah
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
26
Laporan Teknis Mata Pencaharian Penduduk Desa Gili Indah sebagian besar bekerja di bidang usaha jasa pariwisata seperti akomodasi, penginapan, cafe, warung. Mata pencaharian penduduk Desa Gili Indah pada tahun 2007 disajikan dalam Tabel 4.5. Tabel 4.5 Mata Pencaharian Penduduk di Desa Gili Indah (2007) No.
Mata Pencaharian
Jumlah (Orang)
1.
Petani
187
2.
Buruh Tani
105
3.
Pedagang/Wiraswasta/Pengusaha
155
4.
Pegawai Negeri
8
5.
TNI / Polri
1
6.
Karyawan Swasta
207
7.
Montir / supir
3
8.
Tukang
80
9.
Pramuwisata
560
10.
Guru Swasta
18
Jumlah
1.324
Sumber : Anonimous1, 2008
Pendidikan Dari segi pendidikan masing-masing Dusun Gili sudah terdapat sebuah sekolah dasar (SD) dan tidak ada sekolah lanjutan. Jika ingin meneruskan ke sekolah lanjutan maka harus ke daratan Pulau Lombok. Tingkat pendidikan penduduk di Desa Gili Indah secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.6 dimana sedikit sekali penduduk yang mencapai tingkat pendidikan hingga Sarjana.
Tabel 4.6 Jumlah Penduduk Desa Gili Indah berdasarkan Tingkat Pendidikan (2007) No
Tingkat Pendidikan
Jumlah (orang)
No
Tingkat Pendidikan
Jumlah (orang)
1.
Belum Sekolah
175
6.
Tamat SLTA Sederajat
320
2.
Usia 7-45 (th) tidak sekolah
63
7.
D–1
16
3.
Sekolah SD, tidak tamat
78
8.
D–2
10
4.
Tamat SD Sederajat
780
9.
D–3
5
5.
Tamat SLTP Sederajat
605
10.
S–1
7
Sumber : Anonimous1, 2008
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
27
Laporan Teknis Tingkat pendidikan responden sebagian besar tidak selesai mengenyam pendidikan formal SD. Hal ini dikarenakan tuntutan ekonomi dan paradigma orang tua yang setiap anak harus membantu orang tua untuk mencari nafkah. Jika dilihat dari faktor pendidikan responden maka diketahui bahwa umumnya responden memiliki tingkat pendidikan yang rendah yaitu tidak sampai tamat sekolah dasar sebesar 75 %. Pendidikan tertinggi hanya setingkat Sekolah Menengah Umum, namun memiliki persentase terendah pada responden sebesar 4 % (Gambar 4.2). 0% 4% 21%
75%
Tdk Tamat SD
Tamat SD
Tdk Tamat SLTP
Tamat SLTP
Gambar 4.2. Tingkat Pendidikan Responden di Desa Gili Indah Sementara itu, pengalaman usaha responden berkisar antara 1 hingga > 40 tahun. Untuk responden nelayan, pengalaman usaha dengan persentase terbanyak berkisar 31-40 tahun sebesar 42 %, sedangkan untuk pengalaman usaha berkisar 1-10 tahun merupakan persentase terendah 4 %, demikian juga untuk pengalaman usaha >4 tahun (4%). (Gambar 4.3) 4%
4% 33%
42% 17%
1 - 10 tahun
11 - 20 tahun
21 - 30 tahun
31 - 40 tahun
> 40
Gambar 4.3. Pengalaman Usaha Responden di Desa Gili Indah
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
28
Laporan Teknis 4.1.1.4 Karakteristik Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Tangkap Potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan Lombok Barat sekitar 21.474,7 ton/tahun, terdiri dari perairan pelagis sebesar 9.126,8 ton/ tahun, perairan demersal sebesar 12.347,9 ton/ tahun atau 16,53 % dari total potensi sumberdaya perikanan tangkap di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jumlah armada penangkapan di wilayah perairan laut Lombok Barat pada tahun 2007 tercatat sebanyak 5600 unit, terdiri dari 3.901 unit perahu tanpa motor (PTM), 1.646 unit Perahu Motor Tempel (MT), 53 unit Kapal Motor (KM). Kemudian jumlah rumah tangga perikanan (RTP) diwilayah perairan laut Lombok Barat pada tahun 2007 tercatat sebanyak 7.591, terdiri 1.991 RTP tanpa perahu(TP), 3.901 RTP perahu tanpa motor (PTM), 1.646 RTP perahu motor tempel (MT) dan 53 RTP kapal motor (KM). Jumlah nelayan penangkap ikan di wilayah perairan laut Lombok Barat sebanyak 18.559 orang, terdiri dari 11.867 nelayan penuh, 4.125 orang nelayan sambilan utama, 2.567 orang nelayan sambilan tambahan. Jumlah produksi penangkapan ikan di laut di wilayah Lombok Barat pada tahun 2007 sebesar 15.534,9 ton atau 15,60% dari total produksi Kabupaten NTB. Jumlah nelayan di Gili Matra sebanyak 367 orang yang terdiri dari 297 orang di Gili Air, 30 orang di Gili Meno, dan 40 orang di Gili Trawangan (Anonimous1, 2009). Pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap di Desa Gili Indah terpusat pada Pulau Gili Air dan Gili Meno. Karakteristik alat tangkap yang digunakan diantaranya alat tangkap muroami, jaring seret, jaring tasik, dan pancing. Muroami (bahasa Jepang) berasal dari kata “muro” dan “ami” yang berarti alat dan ikan sebangsa Carrangidae. Bagian-bagian muroami terdiri dari beberapa bagian yaitu bagian jaring, pelampung, pemberat dan penggiring (Subani W et al.,. 1989). Banyaknya set jaring yang digunakan nelayan di Desa Gili Indah berkisar antara 10-15 piece, dimana dapat menampung ikan hingga 3 ton. Pada bagian ris atas jaring, diikatkan pelampung-pelampung kecil. Pada bagian ris bawah diberikan pemberat dari batu maupun dari
besi. Alat penggiring
menggunakan rantai-rantai besi yang telah diikatkan ke bambu agar mudah digunakan. Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
29
Laporan Teknis Jaring seret merupakan nama lokal dari pukat cincin yang berada di Desa Gili Indah. Disebut pukat cincin karena alat tangkap ini dilengkapi dengan cincin atau tali kerut. Fungsi tali kerut ini agar jaring yang semula tidak berkantong akan menjadi ada kantongnya pada saat di akhir penangkapan (Subani W et al.,. 1989). Jaring seret dioperasikan di permukaan air dengan komoditas hasil tangkapan berupa ikan-ikan pelagis kecil. Harga alat tangkap jaring seret yaitu berkisar antara Rp 16.000.000 – 30.000.000 dengan jumlah jaring sebanyak 20 – 76 piece, tergantung dari modal yang dimiliki oleh masing-masing kelompok. Pola pengoperasian jaring seret menggunakan satu hingga dua perahu bermotor berkekuatan 25-40 Pk bermesin luar (out-board-motor). Tenaga kerja yang diperlukan sekitar 5-8 orang nelayan. Penangkapan dilakukan pada siang hari, namun terkadang bisa juga dilakukan pada malam hari. Daerah penangkapan jaring seret berada diantara Pulau Bali dengan Pulau Lombok dimana rata-rata pemakaian bahan bakar sekali trip sekitar 35 liter dengan harga bensin rata-rata Rp 7.000 per kilo. Jenis ikan yang ditangkap yaitu berupa ikan pasok, horas, balang-balang, teri, tongkol dan sulir. Nelayan jaring seret banyak terdapat di Pulau Gili Air. Jaring tasik merupakan sejenis jaring gillnet yang dioperasikan di sekitar pantai. Disebut jaring gillnet karena ikan yang tertangkap terjerat pada bagian belakang lubang penutup insang (operculum ) (Subani W et al.,. 1989). Jaring tasik berbeda dengan jaring-jaring gillnet pada umumnya karena dioperasikan tanpa menggunakan perahu. Hal tersebut dapat dilakukan karena jaring hanya dipasang di sekitar wilayah bibir pantai pada malam hari dan hanya dilakukan oleh 3-5 orang. Harga alat tangkap jaring tasik berkisar antara Rp 400.000 – 12.000.000 dengan jumlah jaring sebanyak 1-20 piece, tergantung dari modal yang dimiliki oleh nelayan. Pendapatan nelayan jaring tasik dalam satu tahun berkisar antara Rp 308.000 – 17.616.000. Variasi pendapatan nelayan tersebut karena ada nelayan yang beroperasi sendirian maupun secara berkelompok. Selain itu pendapatan juga dipengaruhi oleh musim penangkapan ikan. Komoditas hasil tangkapan nelayan jaring tasik adalah ikan layang, sulir, kembung, baronang, katambak, dan teri. Nelayan jaring tasik banyak terdapat di Pulau Gili Air.
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
30
Laporan Teknis Alat tangkap pancing banyak digunakan oleh nelayan di Pulau Gili Air dan Gili Meno. Pola pengoperasiannya dilakukan secara sendirian dengan menggunakan perahu, baik perahu bermotor maupun dengan sampan. Namun ditemukan juga dalam satu perahu terdapat dua orang
yang melakukan
pemancingan. Waktu melaut biasanya pada saat dini hari hingga pagi hari. Nelayan menggunakan lampu petromak untuk penerangan. Dalam sekali beroperasi, nelayan biasanya membawa 2-5 unit pancing yang terdiri dari kail, senar, pelampung dan tongkat pancing. Biaya alat tangkap bervariasi yaitu sekitar Rp. 40.000 – 400.000 per nelayan, tergantung dari banyaknya alat yang diperlukan.
Pariwisata Wisata bahari merupakan andalan utama bagi Desa Gili Indah (Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan). Jenis kegiatan yang dilakukan oleh para wisatawan baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara adalah berjemur (sun buthing), snorkling dan scuba diving yang dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7 Jenis-Jenis Aktivitas Pariwisata yang Dilakukan di TWAL Gili Matra No 1.
Nama Lokasi Ekowisata Gili Air dan perairan sekitarnya
Aktivitas Yang Dapat Dilakukan Snorkeling, diving, berjemur, perahu kaca, memancing, kano,
2.
Gili Meno dan perairan sekitarnya
Snorkeling, diving, berjemur, perahu kaca, memancing, kano, selancar, bird watching, Taman Burung Gili Meno.
3.
Gili Trawangan dan perairan sekitarnya
Snorkeling, diving, berjemur, perahu kaca, memancing, kano, wisata sejarah.
Keterangan Potensi Pantai pasir putih (sepanjang pantai), keaneragaman dan penutupan terumbu karang yang baik (sebelah barat), keanekaragaman dan penutupan lamun yang baik (Selatan dan timur), Keanekaragaman dan kelimpahan terumbu karang (Sebelah barat), Kejernihan air, penyu dan biota laut Dinding vertikal terumbu karang (meno wall, sebelah barat), Pantai pasir putih (sepanjang pantai), keaneragaman dan penutupan terumbu karang yang baik (utara dan barat), keanekaragaman dan penutupan lamun yang baik (timur), Keanekaragaman dan kelimpahan terumbu karang (utara dan barat), Kejernihan air, penyu dan biota lainnya, danau air asin, mangrove (barat), deburan ombak dan gelombang yang tinggi (sebelah selatan), Berbagai jenis burung air dan burung migran (danau). Pantai pasir putih (pantai timur dan selatan), keaneragaman dan penutupan terumbu karang yang baik (sebelah barat dan utara), keanekaragaman dan penutupan lamun yang baik (sebelah timur), Keanekaragaman dan kelimpahan terumbu karang (Sebelah utara), Kejernihan air, penyu dan biota laut, karang biru (timur dan selatan gili Trawangan), gua dan benteng Jepang (di bukit Gili Trawangan bagian selatan).
Sumber : Anonimous, 2006
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
31
Laporan Teknis Kondisi pantai berpasir putih dan kelandaiannya, keanekaragaman biota laut dan ikan karang serta kejernihan air lautnya menjadikan kawasan ini banyak diminati oleh wisatawan. Disamping itu keberadaan sarana penginapan dengan gaya arsitektur tradisional serta kedekatannya dengan penduduk lokal juga menjadikan salah satu daya tarik tersendiri bagi para wisatawan tersebut. Sarana untuk mendukung aktivitas kegiatan snorkling dan scuba diving cukup tersedia lengkap. Di ketiga pulau tersebut sudah terdapat tempat penyewaan alat snorkeling dan peralatan diving. Untuk kegiatan snorkling para wisatawan dapat langsung melaksanakan aktivitas ini pada lokasi-lokasi yang kondisi karangnya bagus disekitar pulau. Selain itu para wisatawan juga dapat menyarter boat trip atau glass bottom boat untuk melaksanakan kegiatan snorkeling yang lokasi agak jauh dari pantai. Di samping itu pada “Dive Shop” tersebut juga terdapat instruktur selam sehingga dapat mengikuti program pendidikan dan latihan yang ditawarkan.
Tabel 4.8 Jumlah Sarana dan Prasarana Wisata di TWAL Gili Matra No. 1 2 3
Dusun Htl Gili Air 2 Gili Meno 3 Gili Trawangan 4 Jumlah 9 Sumber : Anonimous, 2006 Keterangan : Htl : Hotel B/Ct : Bungalow/Cottage Rs : Restaurant RM : Rumah Makan GB : Glass Bottom Boat
B/Ct 33 17 54 104
C PT DS BT BP
Rs 5 6 16 27
RM 33 14 67 114
DS 4 2 7 13
C 20 20 22 62
PT 7 3 10 20
GB 3 1 3 7
BT 5 13 3 21
BP 25 10 17 52
: Cidomo : Penjual Tiket : Dive Shop : Boat Trip : Boat Penumpang
Disamping hotel dan bungalow yang dapat dilihat pada tabel 4.8, diketiga gili tersebut sudah tersedia restaurant, café dan rumah makan. Selain itu banyak terdapat toko-toko cinderamata dan penyedia kebutuhan sehari-hari. Sarana angkutan berupa “cidomo” cukup tersedia di ketiga gili tersebut dan sarana ini banyak diminati oleh para wisatawan. Pada umumnya para wisatawan menggunakan “cidomo” untuk berkeliling pulau. Jenis usaha pariwisata alam di TWAL Gili Matra, antara lain :
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
32
Laporan Teknis Hotel Saat ini terdapat 10 buah hotel di sekitar TWAL Gili Matra, yaitu 4 buah di Gili Trawangan (Villa Ombak, Villa Almarik, Hotel Salobai, Villa Kelapa dan Hotel Dunia Beda), 3 buah di Gili Meno (Hotel Bounty, Hotel Casablanca dan Gazebo Meno) serta 2 buah di Gili Air (Hotel Gili Indah dan Hotel Gili Air).
Bungalow / Cottage Kondisi saat ini di sekitar TWAL Gili Matra banyak terdapat bungalow atau cottage dengan desain tradisional. Tarifnya pun cukup murah, dapat terjangkau khususnya oleh wisatawan domestik mulai dari Rp 100.000 per malam sampai diatas Rp 300.000 per malam. Bungalow yang ada di sekitar TWAL Gili Matra kebanyakan dikelola dengan manajemen rumah tangga atau dikelola langsung oleh pemilik bungalow bersama dengan anggota keluarganya. Biasanya mereka merekrut pegawai hanya pada waktu musim kunjungan ramai saja.
Restaurant dan Café Umumnya restaurant dan cafe di bangun dekat dengan lokasi pantai atau lokasi yang menpunyai panorama alam yang indah dan menarik sehingga para wisatawan yang sedang makan dan minum dapat juga menikmati pemandangan yang indah. Di ketiga gili sudah banyak terdapat restaurant dengan skala besar maupun kecil. Sedangkan jumlah cafe di tiga gili juga cukup banyak, biasanya wisatawan mancanegara lebih senang menghabiskan waktu luang mereka di cafe sambil menikmati alunan musik.
Dive Shop Dive shop atau tempat penyewaan alat selam di sekitar TWAL Gili Matra berjumlah tujuh yaitu, Villa Ombak Diving Akademi, Blue Marlin Dive, Manta Dive, Dream Dive, Star Dive, Big Bubble dan Trawangan Dive. Semua Dive shop ini pusatnya di Gili Trawangan sedangkan Dive shop yang ada di Gili Air dan Gili Meno merupakan cabang dari dive shop yang ada di Gili Trawangan, yaitu Blue Marlin Dive. Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
33
Laporan Teknis Boat Trip dan Glass Bottom Boat (perahu kaca) Boat Trip menawarkan jasa transportasi kepada wisatawan yang ingin snorkling, keliling ataupun memancing di sekitar tiga gili, sedangkan perahu kaca menawarkan jasa transportasi untuk melihat pemandangan bawah laut di sekitar perairan TWAL Gili Matra dengan menggunakan perahu kaca tanpa harus berenang,snorkeling ataupun diving. Saat ini jumlah boat trip dan glass bottom boat cukup banyak di tiga gili, bagi wisatawan yang berminat dapat langsung mencarter pada tempat penjualan tiket di sekitar tiga gili atau dapat juga langsung negoisasi dengan kapten kapal pemilik boat trip atau glass bottom boat.
Cidomo Selain sepeda, cidomo merupakan alat transportasi utama di tiga gili. Cidomo merupakan alat transportasi tradisional khas lombok. Para wisatawan yang berkunjung dapat menikmati keindahan pantai dan pemandangan di sekitar TWAL Gili Matra dengan berkeliling menggunakan cidomo. Saat ini jumlah cidomo di Tiga Gili 62 buah dengan perincian 20 buah di Gili air, 20 buah di Gili Meno dan 22 buah di Gili Trawangan.
Toko Cinderamata Toko cinderamata banyak terdapat di Tiga Gili, khusus di Gili Trawangan terdapat pasar seni yang menjual barang kerajinan dan souvenir khas Lombok. Sedangkan di Gili Air dan Gili Meno toko cinderamata letaknya tersebar dan jumlahnya tidak terlalu banyak. Jenis souvenir atau barang kerajinan yang di jual antara lain kain songket, patung kayu, ukir-ukiran, gerabah dan berbagai jenis cinderamata lainnya. Pada Tabel 4.9 dapat terlihat bahwa setiap bulannya mulai dari Januari 2004 hingga Mei 2005, jumlah wisatawan asing maupun lokal cenderung meningkat. Peningkatan yang cukup signifikan terjadi pada Bulan Januari ke Bulan Februari tahun 2005.
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
34
Laporan Teknis Tabel 4.9 Total Pengunjung Pariwisata Bahari di TWAL Gili Matra (2004-2005) Tahun
Bulan
Tahun
Rekreasi DN
Bulan
LN
Rekreasi DN
LN
2004
Januari
427
698
2004
Oktober
832
197
2004
Februari
465
673
2004
November
913
199
2004
Maret
473
682
2004
Desember
846
214
2004
April
586
273
2005
Januari
748
186
2004
Mei
596
284
2005
Februari
725
1.269
2004
Juni
832
197
2005
Maret
725
1.451
2004
Juli
823
174
2005
April
812
1.469
2004
Agustus
846
183
2005
Mei
827
1.426
2004
September
848
196 12.324
Luar Negeri
Total Pengunjung Dalam Negeri Sumber : Sarbini, 2005 Keterangan: DN = Dalam negeri LN =
9.771
Luar negeri
4.1.2 Nilai Ekonomi Sumberdaya 4.1.2.1 Nilai Manfaat Nilai Manfaat Langsung 1.
Perikanan Tangkap Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai manfaat langsung perikanan
tangkap per kelompok usaha sebesar Rp 405.053.018 per tahun. Nilai manfaat langsung dari kelompok usaha dengan alat tangkap jaring seret memberikan nilai manfaat langsung yang terbesar. Sementara nilai manfaat langsung dari kelompok usaha pancing memberikan nilai manfaat yang terkecil. Nilai manfaat langsung dari kelompok usaha muroami lebih rendah dibandingkan dengan kelompok usaha seret disebabkan hanya dua titik penangkapan ikan yang diperbolehkan untuk dimanfaatkan. Hal ini terjadi semenjak diberlakukannya kesepakatan antara kelompok nelayan muroami dengan kelompok pengusaha pariwisata tahun 2005. Total nilai manfaat langsung perikanan tangkap sebesar Rp 148.654.457.621 per tahun dengan jumlah populasi nelayan sejumlah 367 nelayan
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
35
Laporan Teknis Tabel 4.10 Nilai Manfaat Langsung Perikanan Tangkap di TWAL Gili Matra Nilai Produksi (Rp/tahun)
Biaya Operasional (Rp/ Tahun)
Total Keuntungan (Rp/tahun)
Nilai Produksi (Rp/kel/ Tahun)
424.800.000
171.060.000
253.740.000
141.600.000
Biaya Total Per Tahun (Rp/Kel/ tahun) 57.020.000
1.310.860.000
338.424.000
972.436.000
163.857.500
42.303.000
121.554.500
221.268.000
52.238.000
169.030.000
24.585.333
5.804.222
18.781.111
Pancing 110.200.000 Sumber : Data Primer Diolah
28.082.000
82.118.000
13.775.000
3.510.250
10.264.750
unit usaha Muroami Jaring Seret Jaring Tasik
Total Keuntungan (Rp/Kel/ tahun) 84.580.000
2. Pariwisata Dari hasil analisa data diperoleh fungsi permintaan untuk kegiatan pariwisata di TWA Gili Matra sebagai berikut : LnV 1,0312 0,0433 ln TC 1,4460 ln D 0,0328 ln I 0,5029 ln A
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa fungsi permintaan terhadap pemanfaatan pariwisata di TWAL Gili Matra berbanding terbalik dengan total biaya perjalanan (TC) berbanding lurus dengan jarak (D), tingkat pendapatan (I) dan umur (A). Asumsi yang digunakan dalam membangun fungsi tersebut adalah terjadinya keseimbangan pasar dimana penawaran (supply) sama dengan permintaan (demand). Sehingga jelas mengapa hubungan antara permintaan dan harga berbanding terbalik. Dari fungsi di atas kemudian dilakukan estimasi terhadap nilai ekonomi pariwisata TWAL Gili Matra dengan menghitung besarnya nilai surplus bagi konsumen (CS) secara individu. Untuk mendapatkan konsumen surplus secara individu terlebih dahulu didapatkan jumlah kunjungan seluruh responden (V) kemudian dibagi dengan nilai koefisien total biaya perjalanan (TC) yaitu Rp 1.870 per wisatawan. Nilai manfaat langsung pariwisata sebesar Rp 349,162,728 per tahun dengan total kunjungan wisatawan pada tahun 2009 sebesar 186.626 orang. Berdasarkan responden, wisatawan yang datang umumnya adalah wisatawan mancaneraga, wisatawan nusantara sendiri hanya 10.5%. Daya tarik wisata di TWAL Gili Matra cukup menarik bagi wisatawan, hal ini diindikasikan oleh jumlah pengunjung dengan tingkat kunjungan lebih dari sekali sebanyak 31.6% dari responden. Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
36
Laporan Teknis Gambaran model tersebut mencerminkan bahwa tingkat kunjungan wisatawan yang datang ke TWAL Gili Matra tidak terpengaruh oleh besaran biaya yang harus dikeluarkan oleh wisatawan untuk datang berlibur dan menikmati jasa lingkungan. Kecenderungan ini memang dimaklumi, sebab diketahui bahwa kategori wisata yang ditawarkan oleh TWAL Gili Matra merupakan keindahan alam panoraman bawah laut dan berbagai macam aktivitas wisata bahari lainnya. Dari persamaan diatas juga menggambarkan bahwa umumnya responden yang berkunjung tergolong dalam kategori wisatawan dengan ketertarikan tertentu (special interest). Ketertarikan terhadap wisata selam (diving) untuk menikmati keindahan panorama bawah laut TWAL Gili Matra merupakan hal yang sangat mengesankan (excited) bagi wisatawan. Setidaknya sebagai lokasi wisata bahari kondisi alam TWAL Gili Matra telah memiliki faktor daya tarik yang kurang lebih (relatif) mirip seperti di Bali, yaitu meliputi; (1) Harga-harga (prices) produk wisata yang wajar, (2) Budaya (culture) dengan segala bentuk daya tariknya, (3) Pantai (beach) dengan atraksi-atraksi yang ditawarkan, (4) Kenyamanan (convenience) selama melakukan kegiatan berwisata, (5) Kesempatan untuk relaksasi (relaxation), (6) Citra (image) atau reputasi atau nama besar yang dimiliki, (7) Keindahan alam (natural beauty), dan (8) Keramahan penduduk setempat (people). (Suradnya, 2004). Kunjungan wisatawan ke TWAL Gili Matra pun umumnya telah direncanakan (planned visit) sehingga bukan serta merta ketika mendengar dan mendapat tawaran untuk berkunjung ke Desa Gili Indah (accidental visit). Indikasi ini terlihat pada variabel jarak. Jarak yang jauh dapat terlihat dari asal negara, kabanyakan wisatawan berasal dari negara-negara di Eropa, dan umumnya telah mengetahui keberadaan dan obyek wisata di TWAL Gili Matra Pulau Lombok. Adapun data kunjungan responden berdasarkan negara asalnya dapat dilihat pada tabel 4.11. berdasarkan hasil pengamatan di lokasi penelitian, sebagian besar wisatawan berkunjung bersama dengan teman maupun keluarga. Namun ditemukan juga wisatawan yang berkunjung ke TWAL Gili Matra secara individu.
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
37
Laporan Teknis Tabel 4.11 Negara Asal Wisatawan di TWAL Gili Matra No
Negara Asal
Persentase (%)
1.
Eropa
65,8
2.
Australia
10,5
3.
Amerika
7,9
4. Negara Lain 15,8 Sumber : Data Primer Diolah (2009)
Berdasarkan usia wisatawan, kelompok umur 20 hingga 30 tahun merupakan kelompok umur yang dominan ditemukan di Desa Gili Indah. Terkait dengan tujuan dan atraksi wisata yang ditawarkan, keinginan dari kelompok umur tersebut untuk berkunjung ke Desa Gili Indah lebih besar. Saat disurvei lapangan, umumnya wisatawan ini membawa tas punggung (backpack) yang identik dengan sifat dinamis yang dimiliki golongan usia kelompok tersebut.
Persentase (%)
30 25 20 15 10 5 0 >19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-50
>50
Kelompok Umur (tahun)
Gambar 4.4. Persentase Wisatawan Berdasarkan Kelompok Umur
Fenomena faktor jarak yang mengindikasikan ketertarikan yang lebih besar bagi responden (wisatawan) yang berasal dari negara yang jauh (Eropa) untuk datang berkunjung, dibanding wisatawan yang lebih dekat juga terlihat. Namun indikasi ini sebenarnya semu, karena secara relatif faktor harga (biaya berkunjung) dari obyek wisata yang ditawarkan lebih mahal. Setidaknya ampir semua responden wisatawan nusantara (wisnus) mengatakan hal tersebut. Faktor harga- bagi tiap obyek wisata yang ditawarkan tersebut juga menjadi faktor utama yang jadi pertimbangan wisatawan untuk berkunjung ke lokasi wisata. Perhatian yang semakin besar dari para wisatawan terhadap faktor harga sebagai penentu Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
38
Laporan Teknis keputusan mereka untuk mengunjungi suatu daerah tujuan wisata merupakan gejala yang berlaku umum (Suradnya, 2004). Sehingga dalam kasus ini, diindikasikan bahwa kecenderungan berwisata bagi masyarakat Eropa (jauh dari Desa Gili Indah) lebih besar dibandingkan negara yang lebih dekat, dikarenakan harga-harga (prices) produk wisata yang wajar, pantai (beach) dengan atraksiatraksi yang ditawarkan, dan keindahan alam (natural beauty) khususnya panorama bawah laut dirasakan memuaskan bagi wisatawan (responden).
Nilai Manfaat Tidak Langsung Berdasarkan analisis yang dilakukan, diperoleh nilai manfaat tidak langsung di TWAL Gili Matra sebesar Rp 561.672.983.773 per tahun. Nilai manfaat tidak langsung ini mencerminkan hasil/jasa yang merupakan potensi (belum dimanfaatkan) oleh masyarakat didaerah tersebut. Berdasarkan analisis beberapa penelitian tentang valuasi terumbu karang didunia (Colins, 2009), jenis jasa lingkungan dan nilai satuan yang dihasilkan dari sumberdaya terumbu karang disajikan pada Tabel 4.12, sedangkan luasan terumbu karang di wilayah TWAL Gili Matra sebesar 448,7634 Ha. Nilai satuan pada Tabel 4.12 pada dasarnya dapat dijadikan nilai untuk terumbu karang di wilayah tropis seperti Indonesia. Oleh Karena itu, dapat diketahui nilai ekonomi dari masing-masing jasa tersebut. Total dari nilai ekonomi merupakan nilai manfaat tidak langsung dari sumberdaya terumbu karang.
Tabel 4.12 Jenis Jasa Lingkungan dan Nilai Ekonomi Manfaat Tidak Langsung di TWAL Gili Matra Jenis Jasa Lingkungan Food, raw materials, ornamental resources Climate regulation, moderation of extreme events, waste treatment / water purification, biological control Cultural services (eg. recreation / tourism) Maintenance of genetic diversity
Nilai Satuan (Rp/Ha/thn)
Luasan (Ha)
Nilai Ekonomi (Rp/thn)
10.647.890
448.76
4.778.347.116
251.677.400
448.76
112.942.750.024
858.607.130
448.76
385.308.535.659
130.678.650
448.76
58.643.350.974
Total Nilai Manfaat Tidak Langsung (Rp/tahun)
561.672.983.773
Sumber : Colins (2009) dan BKSDA (2000)
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
39
Laporan Teknis 4.1.2.2 Nilai Pilihan Nilai Pilihan terhadap sumberdaya ekosistem terumbu karang di lokasi penelitian diarahkan untuk meningkatkan sumberdaya perikanan dan pariwisata yaitu perlunya dilakukan rehabilitasi terhadap sumberdaya. Berapa besar biaya yang responden sedia bayarkan kepada pihak terkait (pemerintah) untuk melakukan rehabilitasi sumberdaya tersebut. Perhitungan Nilai Pilihan dalam riset ini menggunakan persamaan yang digunakan adalah persamaan yang digunakan oleh Yaping, (1999). Hasilnya berupa model sebagai berikut; n n n n LnWTP 10,0228 0,1359 1n LnE 1,9508 1n LnA 0,5666 1n LnXP 0,4571 1n LnI i 1 i 1 i 1 i 1
Nilai kesediaan membayar atas manfaat pilihan sumberdaya per responden sebesar Rp 266.042 per tahun. Nilai manfaat pilihan sumberdaya sebesar Rp 866.766.758,22 per tahun. Implikasi dari model tersebut, diketahui bahwa preferensi masyarakat di sekitar lokasi penelitian terhadap sumberdaya ekosistem terumbu karang akan meningkat seiring dengan bertambahnya pendapatan, pengalaman dan pendidikan masyarakat dalam mengelola sumberdaya tersebut. Sedangkan faktor usia masyarakat setempat menunjukkan fenomena yang negatif, artinya lama hidup responden tidak menunjukkan perubahan positif terhadap besaran nilai pilihan sumberdaya ekosistem terumbu karang. Model tersebut mengindikasikan bahwa variabel pengalaman kerja lebih dominan dalam memberikan pertambahan nilai terhadap preferensi nilai pilihan sumberdaya ekosistem terumbu karang. Yakni, setiap penambahan pengalaman kerja satu tahun akan menambah 0,566 dari nilai WTP (Nilai Pilihan) sumberdaya ekosistem terumbu karang. Demikian pula pada faktor pendapatan dan pendidikan. Setiap penambahan pendapatan Rp 1 per tahun akan menambah 0.4571 Nilai Pilihan sumberdaya ekosistem terumbu karang, dan tiap bertambahnya pendidikan satu tahun akan meningkatkan 0.13 dari Nilai Pilihan sumberdaya ekosistem terumbu karang. Besaran nilai ini dipengaruhi oleh harapan untuk mendapatkan manfaat lebih jika rehabilitasi sumberdaya dilakukan. Responden yang mendapat manfaat Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
40
Laporan Teknis dari kegiatan wisata
cenderung memberi yang lebih terhadap nilai pilihan.
Motivasi terkait erat dari pola pemanfaatan dari kegiatan wisata yang tidak ekstraktif, namun bersifat pasif (hanya menikmati keindahan dan penyediakan jasa wisata). Sehingga meskipun masing-masing responden terkait erat dengan sumberdaya tersebut namun pola pemanfaatan dan manfaat (benefit) yang didapatkan tiap pemanfaat berbeda. Nelayan sangat tergantung dengan sumberdaya perairan yang baik, karena sumberdaya yang baik memberi manfaat (benefit) kepada nelayan yang baik pula. Hal yang sama juga berlaku terhadap pemanfaat pariwisata. Perbedaan mencolok terletak pada pola pemanfaatannya. Nelayan berpeluang besar pada pemanfaatan ekstraktif dan pada banyak kasus cenderung destruktif. Alat tangkap yang destruktif kerap digunakan para nelayan berdampak kepada rusaknya ekosistem. Sedangkan pemanfaat pariwisata wisata cenderung memanfaatkan keindahan ekosistem yang terjaga. Variabel pengalaman yang dialami dalam memanfaatkan sumberdaya oleh responden sangat berpengaruh terhadap besarnya nilai pilihan pemanfaatan sumberdaya. Indikasi model dan hasil temuan di lapangan menyatakan bahwa responden yang telah lama menggeluti bidang pekerjaannya, cenderung menyadari pentingnya sumberdaya yang bagus dan terjaga demi untuk mendapatkan manfaat yang lebih besar. Namun, keinginan akan sumberdaya yang baik tidak dibarengi oleh pemahaman tentang ekosistem yang baik pula. sehingga kerelaan untuk berpartisipasi merehabilitasi sumberdaya sangat besar, dalam artian ikut bekerja dengan harapan mendapat benefit langsung (gaji/honor) sebagai pekerja dalam proyek rehabilitasi karena sebelumnya pernah ikut dalam kegiatan sejenis dan merasa puas dengan imbalan yang diterima. Anggapan lainnya berupa membaiknya lingkungan/sumberdaya kelak, maka pemanfaat yang rata-rata berasal dari kelompok nelayan ini berharap dapat memanen hasilnya segera. Asumsi diatas dijelaskan pada variabel usia, pada kelompok usia yang relatif muda lebih memahami pentingnya sumberdaya. Pada kelompok usia yang lebih muda ini, cenderung memahami kelestarian sumberdaya (sustainable resource) dan keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya (sustainable resource use).
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
41
Laporan Teknis 4.1.2.3 Nilai Bukan Manfaat Penentuan nilai bukan pemanfaatan di ekosistem terumbu karang dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Untuk menjaring besaran nilai yang dimaksud mengisi nilai keberadaan dan nilai pelestarian/nilai keberlangsungan sumberdaya, kuesioner dirancang dengan menggunakan metoda pertanyaan terbuka. Hal ini dilakukan karena masih minimnya pemahaman awal terhadap kondisi sosial ekonomi di perairan umum/pedalaman saat akan melakukan survei ini. Sehingga survei dilakukan dengan mengandalkan pengalaman peneliti dalam menjaring informasi secara langsung di lokasi, dengan memperhatikan “pointer” pada kuesioner. Gambaran umum hasil terhadap nilai bukan manfaat terlihat bahwa responden memberi nilai yang lebih besar kepada nilai keberadaan sumberdaya ekosistem terumbu karang dibanding nilai pelestarian/keberlangsungan. Nilai pelestarian/keberlangsungan sumberdaya mengidikasikan bahwa masyarakat setempat memiliki harapan yang besar pada keberlanjutan sumberdaya ekosistem terumbu karang untuk kepentingan anak–cucu di masa mendatang. Sedangkan pada nilai keberadaan sumberdaya ekosistem terumbu karang mengindikasikan penilaian responden terhadap keberadaan sumberdaya ekosistem terumbu.
Nilai Keberadaan Hasil survey memberikan informasi mengenai persepsi masyarakat terhadap keberadaan sumberdaya ekosistem terumbu karang yang relatif kecil dibanding nilai pemanfaatan yang bisa dilakukan oleh responden. Untuk mengukur nilai keberadaan tersebut digunakan persamaan oleh Yaping, (1999). Sehingga dengan menggunakan persamaan ini, akan dijelaskan katerkaitan karakteristik pemanfaat sumberdaya ekosistem terumbu karang dengan nilai WTP tersebut. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, dihasilkan model pendugaan nilai bukan manfaat berdasarkan nilai keberadaan sumberdaya ekosistem terumbu karang yaitu sebagai berikut : n n n n LnWTP 10,5824 0,0899 1n LnE 1,9634 1n LnA 0,3909 1n LnXP 0, 4794 1n LnI i 1 i 1 i 1 i 1
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
42
Laporan Teknis Kesediaan membayar atas manfaat keberadaan sumberdaya per responden sebesar Rp 304.243 per tahun. Nilai manfaat keberadaan sumberdaya sebesar Rp 991.226.202 per tahun. Implikasi dari model tersebut, diketahui bahwa preferensi masyarakat di sekitar lokasi penelitian terhadap sumberdaya ekosistem terumbu karang akan meningkat seiring dengan bertambahnya pendidikan dan pendapatan dalam mengelola sumberdaya tersebut. Model tersebut mengindikasikan bahwa faktor pendapatan secara positif lebih dominan dalam memberikan pertambahan nilai terhadap nilai keberadaan sumberdaya ekosistem terumbu karang. Penambahan satu tahun akan mengangkat faktor pendapatan sebesar 0,48 dari nilai WTP (nilai keberadaan) sumberdaya ekosistem terumbu karang. Demikian pula pada faktor pengalaman, tiap bertambahnya lama pendidikan satu tahun akan meningkatkan 0,39 dari nilai keberadaan sumberdaya ekosistem terumbu karang. Namun faktor usia masyarakat dan pendidikan setempat menunjukkan fenomena yang negatif, artinya lama hidup dan lama pengalaman responden tidak menunjukkan perubahan positif yang linear dengan besaran nilai pilihan sumberdaya ekosistem terumbu karang. Sehingga, nilai keberadaan dari sumberdaya ekosistem terumbu karang oleh masyarakat setempat secara efektif dapat ditingkatkan dengan melakukan peningkatan pendapatan dan peningkatan kualitas serta lama pendidikan bagi masyarakat. Harapannya, berupa munculnya pola pemanfaatan dan kepedulian lingkungan yang lebih sustainable bagi sumberdaya ekosistem terumbu karang.
Nilai Keberlanjutan Perhitungan nilai pelestarian/keberlangsungan dalam penelitian ini menggunakan persamaan yang digunakan adalah persamaan yang digunakan oleh Yaping, (1999). Hasilnya berupa model sebagai berikut; n n n n LnWTP 9,4572 0,232 1n LnE 1,6733 1n LnA 0,4364 1n LnXP 0,443 1n LnI i 1 i 1 i1 i1
Nilai kesediaan membayar atas keberlanjutan sumberdaya per responden sebesar Rp 250.735 per tahun. Nilai manfaat keberadaan sumberdaya sebesar Rp 816.897.040 per tahun. Implikasi dari model tersebut, diketahui bahwa preferensi Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
43
Laporan Teknis masyarakat di sekitar lokasi penelitian terhadap sumberdaya ekosistem terumbu karang akan meningkat seiring dengan bertambahnya pendapatan, pengalaman dan pendidikan masyarakat dalam mengelola sumberdaya tersebut. Sedangkan faktor usia masyarakat setempat menunjukkan fenomena yang negatif, artinya lama hidup responden tidak menunjukkan perubahan linear dengan besaran nilai pelestarian/keberlangsungan sumberdaya ekosistem terumbu karang. Model tersebut mengindikasikan bahwa faktor pendapatan lebih dominan dalam memberikan pertambahan nilai terhadap preferensi nilai pelestarian sumberdaya ekosistem terumbu karang. Indikasinya adalah setiap penambahan pendapatan Rp 1 per tahun akan menambah 0.63 dari nilai WTP (nilai pelestarian) sumberdaya ekosistem terumbu karang. Demikian pula pada faktor pendidikan dan pengalaman kerja, tiap bertambahnya lama pendidikan satu tahun akan meningkatkan 0.43 dari nilai pelestarian. adapun tiap pertambahan pengalaman akan meningkatkan 0.23 dari nilai pelestarian. Sedangkan variabel usia pada masyarakat setempat menunjukkan fenomena yang negatif, artinya lama hidup responden tidak menunjukkan perubahan yang bersifat linear dengan besaran nilai pilihan sumberdaya ekosistem terumbu karang. Secara umum nilai keberadaan dilakukan upaya menjaring informasi dengan mengisyaratkan arti keberadaan lingkungan sumber daya ekosistem terumbu karang di mata responden. Responden diharapkan memberikan nilai atas keberadaan ekosistem terumbu karang tanpa melibatkan hubungan keterkaitan antara responden dengan ekosistem terumbu karang. Responden diajak untuk mengandaikan bahwa responden bukan pemanfaat ekosistem perairan. Hal ini dilakukan agar responden dapat memberikan nilai keberadan ekosistem terumbu karang tanpa mengaitkan sumberdaya ekosistem terumbu karang dengan usaha/pemanfaatan yang dilakukannya terhadap ekosistem terumbu karang. Sedangkan pada nilai pelestarian/nilai keberlangsungan sumberdaya, nilai tersebut dijaring dengan memberi input kepada responden perihal keberlanjutan sumberdaya ekosistem terumbu karang tanpa melibatkan diri responden sebagai pemanfaat sumberdaya ekosistem terumbu karang. selanjutnya, responden diharapkan mampu membayangkan sebagai orang yang berada diluar sistem pemanfaatan
sumberdaya
ekosistem
terumbu
karang,
sekaligus
dapat
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
44
Laporan Teknis membayangkan dirinya sebagai orang yang memahami arti penting keberlanjutan lingkungan. Output dari upaya ini adalah harapan bahwa responden dalam memberikan nilai bukan manfaat tersebut, tidak dipengaruhi oleh aktifitas responden sebagai bagian dari sistem pemanfaatan sumberdaya ekosistem terumbu karang, baik sebagai petani, nelayan, pembudidaya, pedagang, penyedia jasa transportasi dan sebagainya yang terkait dengan pemanfaatan sumbedaya ekosistem terumbu karang.
4.1.3 Total Nilai Ekonomi Hasil dari penjumlahan seluruh nilai ekonomi yang terkandung, menunjukkan total nilai ekonomi sumber daya ekosistem terumbu karang di TWAL Gili Matra mencapai Rp 713.351.494.124 per tahun (Tabel 4.13). Secara umum, nilai ekonomi merupakan cerminan dari nilai manfaat sumberdaya bagi masyarakat. Lebih dari 99,63 % nilai ekonomi sumber daya ekosistem terumbu karang Gili Matra merupakan nilai manfaat baik langsung, tidak langsung ataupun pilihan.
Tabel 4.13 Rekapitulasi Total Nilai Ekonomi Sumberdaya Perairan TWAL Gili Matra Jenis Nilai
Nilai (Rp. per tahun)
Nilai Manfaat a. Nilai Manfaat Langsung -
Perikanan Tangkap
-
Pariwisata
b. Nilai Manfaat Tidak Langsung Nilai Pilihan
148.654.457.621 349.162.728 561.672.983.773 866.766.758,22
Nilai Bukan Manfaat -
Nilai Keberadaan (Existence Value)
991.226.202,66
-
Nilai Pelestarian Sumber daya (Bequest Value)
816.897.040,92
Total Nilai Ekonomi Sumber : Data Primer Diolah (2009)
713.351.494.124
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
45
Laporan Teknis 4.2
Sumberdaya Perairan di Segara Anakan Kabupaten Cilacap
4.2.1 Karakteristik Sumberdaya Perairan 4.2.1.1 Keadaaan Umum Wilayah Kawasan Segara Anakan berada pada bagian Tenggara dari Jawa Tengah yaitu pada lintang 108 46’ – 109 03’ ; 7 34’ – 7 47’. Lokasi kawasan Segara Anakan terlindungi dari Laut Lepas Selatan Jawa dengan sebuah pulau yang bernama Pulau Nusa Kambangan. Iklim Segara Anakan adalah iklim tropis dengan musim kemarau terjadi pada saat Bulan April-Oktober (monsoon tenggara) dan musim penghujan terjadi pada saat Bulan November – Maret (monsoon utara). Curah hujan diperkirakan sebanyak 300 mm/bulan (Tomascik et al., 1997). Faktor-faktor yang mempengaruhi hidrologi kawasan
Segara Anakan
adalah sungai-sungai yang masuk kedalamnya (inlet). Tabel 4.14 menunjukkan karakteristik sungai yang alirannya masuk kedalam kawasan Segara Anakan. Menurut Nurgrahandi et al., (2007), Sungai Citanduy adalah sungai yang memainkan faktor penting hidrodinamika di Segara Anakan. Hal ini terlihat dari cakupan luasan tangkapan air dan curah hujan sehingga sangat mempengaruhi percampuran massa air tawar dan massa air asin di Segara Anakan.
Tabel 4.14 Hidrologi Sungai-sungai yang masuk ke Segara Anakan Average Flows (m3/day) Dry Rainy Season Season (x 106) (x 106) -
Citanduy Basin Citanduy River
-
14,77
24,45
19,61
3.039.000
Segara Anakan Basin
960
-
-
-
-
0,11
9.000
0,79
2.194.000
20,15
5.242.000
Basin and River
Ciberuem River 0,05 0,17 Cibaur/Cikondo 0,08 1,5 River Total 4.460 14,9 26,12 Sumber : White (1989) dalam Nurgrahandi et al., (2007)
Annual Average (x 106) -
Estimated silt transport into lagoon (t/year)
Basin Area (km2) 3.500
-
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
46
Laporan Teknis 4.2.1.2 Kondisi Bioekologis Sumberdaya Kondisi Fisika Topografi Menurut Kastanya (2001) dalam Nugrahadi et al., (2007), secara umum kawasan Segara Anakan adalah kawasan perairan dangkal dengan kedalaman yang berkisar antara 1 s.d 5 m dengan kedalaman rata-rata 1,5 m. Kedalaman maksimum pada peraran tercuram yang terdapat pada inlet bagian barat yaitu 10 – 14 m. Namun kemudian dangkal dan datar di bagian dalam sampai ke inlet bagian timur.
Arus dan Pasang Surut Sirkulasi arus di kawasan Segara Anakan ketika pasang surut dan aliran air tawar dari sungai-sungai. Menurut Uktoselya (1994) dalam Nurgrahandi et al., (2007), pada saat pasang naik, arus pasang surut mengalir ke dalam Segara Anakan melalui inlet (barat dan timur) dan bercampur di titik timur Motean dan arus akan keluar lagi menuju Samudra Indonesia melalui arah yang sama ketika surut. Menurut Nurgrahandi et al., (2007), arus pasang surut dari barat mengalir ke timur. Ketika surut terendah, arah arus mengalir dari barat ke timur dan seiring dengan surutnya air, mengalir kembali ke barat. Saat pasang naik, air laut masuk ke dalam Segara Anakan melalui Outlet. Jumlah debit air yang keluar masuk melalui Outlet tertuang dalam Tabel 4.15. Tabel 4.15 Aliran Air Inlet Perairan Segara Anakan Lokasi
Surut
Pasang
Outlet Barat (Plawangan Barat)
654 m3/s
1370 m3/s
Outlet Timur (Plawangan Timur)
1610 m3/s
4400 m3/s
Sumber : Holtermann (2007) dalam Nurgrahandi et al., (2007)
Menurut Nurgrahadi et al., (2007), pergerakan massa air di Segara Anakan sangat dipengaruhi oleh pasang surut Samudra Indonesia dan aliran air dari sungai. Tipe pasang surut yang terjadi di Segara Anakan adalah semi diurnal dengan ketinggian antara 0,4 – 1,9 m. Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
47
Laporan Teknis Kondisi Kimia Salinitas di Segara Anakan dipengaruhi oleh variasi musiman dan energi pasang surut. Menurut Nurgrahandi et al., (2007), pada musim kemarau, sebagian besar kawasan Segara Anakan di bagian barat dan timur merupakan air payau dengan kisaran salinitas 8 s.d 28 PSU. Jika dibandingkan pada musim hujan, sebaran salinitas kawasan Segara Anakan lebih kecil daripada musim kemarau yaitu berkisar 5 PSU. Hal ini disebabkan intrusi air laut ke dalam kawasan Segara Anakan tertahan oleh besarnya aliran air tawar dari sungai-sungai yang mengalir kedalam kawasan Segara Anakan. Energi pasang perbani tidak mampu mengintrusi air laut karena tertahan oleh debit air tawar sehingga salinitas tinggi hanya terdapat di bagian outlet saja. Namun ketika pasang purnama, energi intrusi air laut semakin besar di dalam kawasan Segara Anakan. Tekanan air laut akan membesar seiring dengan siklus pasang surut dari perbani (awal bulan) sampai dengan purnama (pertengahan bulan) (Nurgrahandi et al., (2007). Kualitas air berperan penting bagi seluruh organisme perairan untuk menunjang proses kehidupannya. Perubahan kualitas perairan lebih banyak disebabkan oleh musim/iklim. Fluktuasi sering terjadi pada peralihan musim, baik dari musim penghujan ke musim kemarau ataupun sebaliknya. Kondisi fisikakimia lingkungan perairan Segara Anakan berdasarkan musim terlihat pada Tabel 4.16 : Tabel 4.16 Faktor Fisika-Kimia Lingkungan Perairan Segara Anakan Berdasarkan Musim (2005) Parameter
Musim Hujan Maret
Mei
Musim Kemarau Juli
September
Salinitas (ppt) Temperatur (⁰C)
10
12.7
20
21
27.1
27.5
27.3
27.44
Oksigen terlarut (mg/L)
7.51
2.03
3.4
3.5
pH
6.9
7.24
7.5
7.5
Substrat pasir (%)
0.132
0.132
0.507
0.507
Substrat debu (%)
30
30
40
40
Substrat liat (%)
70
70
60
60
537.3
246.3
541.9
Curah hujan (mm) 557.2 Sumber : Hadipudjana, 2007
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
48
Laporan Teknis Kondisi Biologi Segara Anakan merupakan nama yang dalam bahasa jawa memiliki arti “anakan dari laut”. Segara Anakan terletak antara dua pulau yaitu Pulau Jawa dan Pulau Nusa Kambangan. Menurut ECI (1987) dalam Prayitno (2001), Segara Anakan merupakan perairan semi tertutup (laguna) yang terdiri dari laguna pusat (utama), yang dikelilingi oleh hutan mangrove dan lahan pasang surut (intertidal). Segara Anakan memiliki dua outlet yang langsung berbatasan dengan Samudra Indonesia dan inlet yang berasal dari sungai-sungai yang bermuara di laguna. Sungai-sungai yang bermuara di Segara Anakan adalah Citanduy, Cibeureum, Cikonde dan Ujung Alang. Sungai-sungai tersebut membawa dampak yang sangat signifikan terhadap perubahan ekosistem dan kelangsungan hidup biota-biota di Segara Anakan berupa sedimentasi yang menyebabkan munculnya tanah timbul dan membuat Segara Anakan menjadi dangkal. Beberapa jenis vegetasi mangrove yang teridentifikasi diantaranya adalah Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera parviflora, Avicennia marina, Avicennia officinalis, Xylocarpus granatum, Xylocarpus moluccensis, Aegiceras corniculatum, Sonneratia Alba, Nypa fruticans, dan Exoecaria agallocha (Rancangan Sistem Pengelolaan Hutan Bakau di Kawasan Segara Anakan Kabupaten Dati II Cilacap – Jawa Tengah, 1998). Pertumbuhan mangrove di kawasan Segara Anakan diperkirakan berkisar antara 12,3 m3/ha/tahun sampai 26,5 m3/ha/tahun. Hal ini dikarenakan kondisi mangrove di Segara Anakan tidak semuanya rapat, banyak tumbuhan gulma serta meningkatnya sedimentasi terus menerus. Luas kawasan Segara Anakan yang bervegetasi hutan bakau ±8.829,5 Ha, diperkirakan menghasilkan kayu (volume) berkisar antara 108.602 m3/tahun sampai 233.981 m3/tahun atau potensi rata-rata 171.291 m3/tahun.
Sumberdaya Biota Perairan Berdasarkan pengamatan Ertemeijer et al (1988) dalam Anonimous2 (1998) terdapat sekitar 45 jenis ikan yang termasuk ke dalam 36 famili di kawasan tersebut. Lokasi populasi kepiting bakau (Scylla serrata) yang banyak dijumpai di lapangan antara lain berada di kawasan ekosistem hutan mangrove antara Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
49
Laporan Teknis sungai Sapuregel – Sungai Kembang Kuning – Sungai Ujung Alang. Potensi populasi rajungan banyak dijumpai di perairan Sunagi Jeruk legi, Sungai Donan, Sungai Sapuregel sampai Sungai Kembang Kuning. Harga rajungan Rp 1.000/Kg ditempat dan Rp 2.000/Kg di pasar Cilacap. Totok (Tellina spp), tercatat dari jenis Bivalvia yang biasanya dikumpulkan oleh masyarakat nelayan guna dijadikan bahan makanan atau dijual. Menurut Naamin (1991) dalam Anonimous2 (1998), ada enam jenis udang di Segara Anakan yaitu Udang Jerbung (Penaeus merguensis, Penaeus chinensis), Udang Windu (Penaeus monodon), Udang Dogol (Metapenaeus ensis, Metapenaeus elegan). Plankton dan Zooplankton Jenis-jenis biota plankton dan zooplankton yang hidup diantaranya adalah Trichodesmium sp, Naviculla sp, Pleurosigma sp, Thalassiotrix sp, Nitzchia sp. Terdapat empat kelas fitoplankton dan tiga kelas zooplankton yang berhasil diidentifikasi yaitu kelas cyanophyta, chlorophyta, chrysophyta, phyrrophyta, arthropoda, protozoa dan rotatoria (Muhtadin L, 2007). Menurut Nordhaus (2007), komunitas bentik yang ditemukan di Segara Anakan adalah Kelas Gastropoda (57 taxa), Kelas Bivalvia (23 taxa), Kelas Scaphopoda (3 taxa), Kelas Brachyura (47 taxa), Kelas Polychaeta (23 taxa), Kelas Sipuncula, Phylum Phoronidea, Kelas Oligochaeta, Ordo Isopoda, Amphipoda, Kelas Copepoda dan Ikan Gelodok (3 taxa). Jenis kepiting yang ditemukan di Segara Anakan adalah mayoritas dari family Ocypodidae (20 spesies) dan Grapside (25 spesies). Spesies yang dominan dari famili Grapside adalah Perisesarma spp dan Metaplax spp. Sedangkan Uca spp dan Ilyopalx spp adalah spesies yang dominan dari family Ocypodidae (Geist, 2007). Secara umum, produksi perikanan tangkap di Kecamatan Kampung Laut tidak terlalu meningkat signifikan (Tabel 4.17). Kepiting dan udang hasil tangkapan, masih menjadi salah satu primadona perikanan tangkap di Kecamatan Kampung Laut.
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
50
Laporan Teknis Tabel 4.17 Produksi Perikanan Tangkap Kecamatan Kampung Laut (2008) Bulan
Jenis Ikan Gabus
Udang
Kepiting
Sidat/Belut
Ikan Lain
Total
Januari
97
1.700
2.160
510
4.240
8.707
Februari
97
1.700
2.160
510
4.240
8.707
Maret
190
1.664
2.184
308
4.626
8.972
April
289
1.667
2.263
367
3.153
7.739
Mei
187
1.526
2.076
317
4.633
8.739
Juni
242
1.431
2.174
326
4.115
8.288
September
668
1.397
2.374
737
4.166
9.342
Oktober
783
1.986
2.278
616
3.477
9.140
November
-
-
-
-
-
-
Desember
190
1.489
2.537
384
4.702
9.302
2.743
14.560
20.206
4.075
37.352
78.936
Total
Keterangan : Juli dan Agustus tidak ada data Sumber : Anonimous2, 2009
Udang adalah komoditas terbesar di Segara Anakan baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya (Tabel 4.18). Hal ini dikarenakan ekosistem yang mendominasi di Segara Anakan adalah ekosistem mangrove. Mangrove dapat tumbuh subur di Segara Anakan karena dipengaruhi oleh lingkungan yang cocok bagi kehidupan mangrove dan biota-biota yang menjadikan mangrove sebagai tempat mencari makan, tempat berlindung, tempat berkembang biak dsb.
Tabel 4.18 Produksi Perikanan Budidaya Kecamatan Kampung Laut (2008) Bulan
Udang Bandeng Januari Februari 9.811 7.685 Maret 7.214 5.037 April 5.467 Mei 6.947 Juni 6.405 5.338 Juli 6.693 4.722 Agustus 4.705 3.654 September 10.580 5.716 Oktober 9.959 3.959 November 3.821 2.570 Desember Total 71.602 43.463 Sumber : Anonimous2, 2009
Jenis Ikan Kepiting Belanak 5.254 5.672 4.782 5.653 6.695 5.166 3.859 7.826 5.888 1.897 47.910
Ikan Lain 10.398 10.398
Total 27.894 17.505 11.139 17.382 18.438 16.581 12.218 24.122 19.806 8.288 173.373,60
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
51
Laporan Teknis Burung Spesies yang ditemukan terbatas pada hutan mangrove, misalnya Tilau belau (Cyornis rufigastra). Spesies burung pantai yang menggunakan habitat mangrove sebagai habitas utama, jenis-jenisnya adalah Pelargopsis capensis, Alcedo caerulescens, Centropus nigrorufus, Pachycephala cinerea, Nectarinia sperata dan Nectarinia chalcostetha. Spesies yang bermigrasi harian dari dan menuju hutan mangrove, misalnya Punai Leher Merah (Treron vernans), Pergam Hijau (Ducula aenea) dan Kerak kerbau (Acridotheres javanicus). Burung migran dari daerah utara seperti Prenjak kutub (Phyloscopus borealis) dan sikatan pantat kuning (Ficedula xanthopygia). Burung layanglayang yang mencari makan diatas hutan mangrove, misalnya Burung layanglayang Asia (Hirundo rustica). Jenis burung yang umum terdapat di dataran tanah terbuka yaitu Treron vernans, Centropus sinensis, Crypsirina temia, Corvus enca, Macronous gularis. Burung-burung hutan hujan tropiks yang diduga berasal dari Pulau
Nusa
Kambangan
Macropygia
phasianella,
Ducula
aenea
dan
Arachnothera robusta, Thallassionema sp, Fragalaria sp, Coscinodiscus sp, Bacillaria sp, Biddulphia sp, Melosira sp.
4.2.1.3 Karakteristik Sosial Ekonomi Karakteristik Kependudukan Dalam periode 1990 – 2007 (Tabel 4.19), jumlah penduduk di Kecamatan Kampung Laut cenderung mengalami peningkatan sebesar, dengan pertumbuhan rata-rata penduduk sebesar 2,7 % untuk periode 2000 – 2007 (Anonimous, 2007). Rata-rata pertumbuhan penduduk di Kecamatan Segara Anakan disebabkan banyaknya pendatang, baik pindah secara resmi dan non resmi. Para pendatang tersebut bermukim dan menetap di wilayah tersebut karena semakin luasnya wilayah yang termanfaatkan sebagai lahan pertanian karena adanya sedimentasi. Hal ini juga diperkuat dalam Tabel 4.19 yang menunjukkan kepadatan dan distribusi penduduk Kecamatan Kampung Laut di setiap desa.
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
52
Laporan Teknis Tabel 4.19 Jumlah penduduk Kecamatan Kampung Laut (jiwa) Desa
1990
1999
2000
2007
Ujunggagak
3.219
3.421
3.550
3.897
Ujungalang
4.231
4.508
3.897
4.650
Klaces
-
-
794
1.247
Panikel
2.961
3.906
4.293
5.113
Jumlah 10.411 11.835 12.534 14.907 Sumber : Anonimous, 2007 Ket : Tahun 1990 dan 1999 Desa Klaces masih bergabung dengan Desa Ujung Alang
Tabel 4.20 Kepadatan dan Distribusi Penduduk Kampung Laut Kawasan Segara Anakan (2007) Desa
Kepadatan Per Km2
Ujunggagak
183
26,1
Ujungalang
77
31,2
Klaces
36
8,4
172
34,3
Panikel Sumber : Anonimous, 2007
Distribusi Penduduk
Mata Pencaharian Desa-desa yang sebagian besar lahannya merupakan lahan pertanian lebih padat daripada penduduk yang lahan pertaniannya tidak terlalu besar. Desa Ujunggagak dan Panikel sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani sehingga tingkat kepadatan (per km) dan distribusi penduduknya lebih tinggi dibandingkan dengan desa-desa yang lain. Sebagian besar penduduk Kecamatan Kampung Laut merupakan petani tertuang dalam Tabel 4.21.
Tabel 4.21 Persentase Penduduk Kecamatan Kampung Laut Kawasan Segara Anakan yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha (2007) Lapangan Usaha 1. Pertanian 2. Pertambangan 3. Industri/Kerajinan 4. Listrik, Gas, dan Air 5. Bangunan dan Konstruksi 6. Perdagangan 7. Angkutan dan Komunikasi 8. Persewaan 8. Persewaan 9. Jasa-jasa 10. Lain-lain Sumber : Anonimous, 2007
2007 82,3 0,1 0,7 0 2,3 7,1 1,1 0 0 2,8 3,6
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
53
Laporan Teknis Pendidikan Rendahnya tingkat pendidikan di Kecamatan Kampung Laut disebabkan karena rendahnya sarana prasarana pendidikan yang terdapat di Kecamatan Kampung Laut. Menurut BPS Kabupaten Cilacap 2008, jumlah SD sederajat sebanyak 13 buah, SLTP sederajat sebanyak dua buah dan SLTA Sederajat sebanyak satu buah dan ditambah jumlah tenaga pengajar/guru yang belum memadai memenuhi kuota yang sesuai (Tabel 4.22). Tabel 4.22 Tingkat pendidikan Kecamatan Kampung Laut (2007) Uraian Tidak Sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA D1/D2 D3/Akademi DIV/S1 Keatas TOTAL
Jumlah Orang) 3.735 3.609 4.523 606 224 16 21 13 12.747
Sumber : Anonimous2. 2008
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan disajikan pada Gambar 4.5 Sebagian besar responden tidak memenuhi pendidikan dasar 6 tahun. berdasarkan hasil wawancara, hal tersebut dikarenakan dahulu masih jarang sekali sekolah di wilayah kampung laut. Selain itu, orientasi orang tua jaman dahulu di wilayah kampung laut tidak ke arah pendidikan, tetapi bagaimana agar anakanaknya dapat membantu kedua orang tua bekerja. 2% 8%
41%
49%
Tdk Tamat SD
Tamat SD
Tdk Tamat SLTP
Tamat SLTP
Gambar 4.5 Tingkat Pendidikan Responden di Segara Anakan Pada Tabel 4.23 dapat terlihat bahwa pendidikan di Kecamatan Kampung Laut rasio antara guru dan murid masih belum cukup. Hal tersebut diperparah
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
54
Laporan Teknis dengan keadaan guru-guru yang berada di Kecamatan Kampung Laut biasanya tidak menetap di lokasi kawasan. Setiap hari dengan menggunakan perahu milik pemerintah, guru-guru harus melewati kawasan perairan Segara Anakan untuk sampai di lokasi sekolah. Setidaknya selama satu hingga dua jam perjalanan berangkat dan perjalanan pulang. Belajar mengajar di Kecamatan Kampung Laut tidak berjalan apabila musim angin (hujan tiba), karena rawannya menyeberang ke lokasi sekolah.
Tabel 4.23 Rasio Murid dan Guru di Kecamatan Kampung Laut (2007) Sekolah
SD Sederajat
SLTP Sederajat
SLTA
Murid (orang)
236
266
188
Guru (orang)
62
13
11
4 : 1
20 : 1
17 : 1
Rasio Murid dan Guru 2
Sumber : Anonimous . 2008
Menurut BPS Kabupaten Cilacap (2007), di Kecamatan Kampung Laut minimnya sarana kesehatan berupa Puskesmas sebanyak 1 buah, puskesmas pembantu sebanyak 1 buah dan posyandu sebanyak 21 buah. Padahal di tingkat kecamatan yang memiliki empat desa dengan akses transportasi yang susah, menjadikan sarana dan prasarana di Kecamatan Kampung laut tidak memadai. Hal ini juga terlihat dari jumlah petugas kesehatan yang minim. Dokter umum 1 orang, perawat 4 orang, bidan 4 orang.
Karakteristik Pemanfaatan Sumberdaya Kawasan Segara Anakan memiliki lima macam bentuk lahan, yaitu tubuh perairan, hamparan pasang surut bervegetasi, hamparan pasang surut tak bervegetasi, dataran aluvial dan gosong sungai. Tubuh perairan dari waktu ke waktu mengalami pendangkalan dengan laju rata-rata 2 cm per tahun. Bentuk hamparan pasang surut bervegetasi meliputi hampir keseluruhan kawasan dan sepanjang garis pantai kawasan. Hamparan ini merupakan habitat dari berbagai macam satwa, misalnya unggas, mamalia, dan reptilia. Hamparan pasang surut tak bervegetasi terbanyak terdapat di bagian timur kawasan dan di sebelah utara Kampung Klaces. Dataran aluvial banyak terdapat di bagian selatan kawasan yaitu
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
55
Laporan Teknis Utara Pulau Nusa Kambangan. Gosong Sungai yang terbentuk di tubuh perairan sebenarnya merupakan gosong lumpur (mud bar) atau pulau lumpur (mud island) yang terbentuk karena proses sedimentasi. Pola pemanfaatan yang ada di Segara Anakan, Kecamatan Kampung Laut terdiri dari beberapa aspek yaitu: (1) Perikanan yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya, (2) Pertanian, dan (3) Pemanfaat Kayu Mangrove .
Perikanan Tangkap Berdasarkan hasil wawancara dengan responden nelayan di Kecamatan Kampung Laut, diperoleh informasi yang dituangkan dalam Tabel 4.24 mengenai jenis alat tangkap dan komoditas perikanan yang ditangkap menggunakan alat tangkap tersebut. Kegiatan penangkapan dikonsentrasikan pada badan Segara Anakan, aliran sungai dan di beberapa lokasi hutan mangrove. Frekuensi kegiatan maupun volume hasil tangkapan yang diperoleh setiap tahunnya mengalami penurunan. Seperti yang telah dijelaskan bahwa sedimentasi menjadi penyebab dari penurunan hasil tangkapan.
Tabel 4.24 Jenis Alat Tangkap dan Komoditas Perikanan di Kecamatan Kampung Laut No Alat Tangkap 1. Wadong 2. Jaring Kantong 3. Jaring Apong 4. Jala Udang Sumber : data primer
Komoditas Perikanan Kepiting Ikan Belanak, udang Windu, Udang Krosok/peci Udang Windu, Udang Krosok/peci, Ikan Belanak Udang windu
Wadong adalah jenis alat tangkap yang terbuat dari anyaman bambu dikategorikan sebagai trap net sama halnya dengan alat tangkap bubu. Pengoperasian wadong dilakukan dengan memperhatikan pasang surut. Wadong di setting ketika surut terendah dan dibutuhkan waktu selama 2,5 jam. Waktu setting alat tangkap wadong umumnya pada pukul dua siang dan di hauling pada pukul delapan pagi keesokan harinya. Jaring Kantong merupakan jaring tiga lapis yang dipasang di sekitar hutan mangrove. Jaring apong adalah jaring yang menyerupai mini trawl namun bersifat pasif dipasang menghadang aliran arus ketika pasang dan bersifat menetap. Jaring ini bersifat merusak sumberdaya Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
56
Laporan Teknis perikanan karena menggunakan mata jaring (mesh size) yang cukup kecil. Ikanikan yang belum cukup besar untuk dipanen, seringkali tertangkap dengan menggunakan jaring tersebut. Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan responden bahwa sekarang ini ada beberapa
jenis ikan yang sulit sekali
didapatkan. Jala udang digunakan dengan cara ditebar di perairan sekitar mangrove yang tidak terlalu dalam. Pengoperasiannya dilakukan pada saat siang hari dengan menggunakan kapal jukung. Kepemilikan alat tangkap oleh nelayan terkadang menggunakan dua alat tangkap yang berbeda. Kombinasi antara alat tangkap wadong dan jaring kantong dapat menjadikan waktu melaut nelayan menjadi efektif namun memerlukan tenaga tambahan yang cukup besar. Hal tersebut bisa terjadi karena nelayan mengoperasikan wadong pada pagi hari dan siangnya mengoperasikan alat tangkap kantong. Selain itu, ditemukan juga kombinasi alat tangkap apong dengan jala udang, dimana biasanya nelayan menggunakan apong pada saat musim kemarau dan menggunakan jalan udang pada saat musim penghujan. Tabel 4.25 Jumlah Perahu Nelayan menurut Ukuran Kapal di Kecamatan Kampung Laut (2008) Jenis Perahu Perahu/Kapal Jukung Tanpa Mesin Jukung dengan Mesin Sumber : Anonimous2, 2009
Jumlah (Unit) 228 85 143
Berdasarkan Statistik Perikanan (2007), jumlah RTP nelayan sebanyak 228 keluarga. Untuk jumlah perahu nelayan menurut ukuran kapal di Kecamatan Kampung Laut tertuang dalam Tabel 4.25 dan jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan Kecamatan Kampung Laut dalam Tabel 4.26. Selain itu ditemukan jenis alat tangkap lain seperti Caduk Cumi, Jaring Pasang Surut, Pengumpul Kerang, dan Pengumpul Ubur-ubur.
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
57
Laporan Teknis Tabel 4.26 Jumlah dan Jenis Alat Tangkap di Kecamatan Kampung Laut (2008) Jenis Alat Tangkap
Jumlah (Unit)
Gill-Net
146
Pintur/Wadong
319
Bubu
88
Lain-lain Sumber : Anonimous2, 2009
175
Perikanan Budidaya Berdasarkan Anonimous2 (2009), luas lahan Budidaya di Kecamatan Kampung Laut sebesar 167,9 Ha. Perikanan budidaya dilakukan sejak munculnya tanah timbul di perairan Segara Anakan yang merupakan dampak sedimentasi dari sungai-sungai yang bermuara di Segara Anakan. Tipe budidaya yang ada di Kecamatan Kampung Laut adalah budidaya tambak skala tradisional dengan komoditas bandeng, udang dan kepiting. Namun selain budidaya tambak ada juga tipe budidaya kolam komoditas air tawar seperti nila gift dan lele. Jumlah RTP budidaya tambak sebanyak 385 RTP, dengan jumlah unit tambak sebanyak 566 unit (Anonimous2, 2009). Budidaya tambak di Kecamatan Kampung Laut bersifat polikultur, lebih dari satu komoditas dibudidayakan dalam satu areal tambak dan tidak saling mengganggu pertumbuhan dan perkembangan masing-masing komoditas. Perikanan Budidaya dominan di dua desa Kecamatan Kampung Laut, yaitu Desa Klaces dan Desa Ujungalang. Hasil komoditas dari perikanan budidaya yaitu berupa ikan bandeng, udang windu dan kepiting. Perikanan budidaya banyak terpusat pada Dusun Bondan yang termasuk ke dalam Desa Ujung Gagak. Perikanan budidaya di Dusun Bondan masih menggunakan sistem tradisional. Pembudidaya biasanya memiliki lahan untuk budidaya yang berkisar antara 0,5 – 5 ha yang tergantung dari modal masing-masing pembudidaya. Kepemilikan lahan budidaya pada dasarnya merupakan milik Perum Perhutani yang dimanfaatkan oleh pembudidaya untuk kegiatan ekonomi. Konsekuensi dari kepemilikan tersebut, bahwa pembudidaya diwajibkan untuk menanam mangrove di sekitar tambak serta menjaga mangrove tersebut hingga dapat tumbuh dengan baik.
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
58
Laporan Teknis Sejak tahun 2008, Kecamatan Kampung Laut khususnya di Dusun Ujungangalang, mulai dilakukan budidaya kepiting. Budidaya ini bersifat tradisional karena tidak menggunakan teknologi tinggi dan pemberian pakan buatan serta padat tebar yang tinggi. Tahapan produksi budidaya kepiting di Dusun Ujungalang adalah pembesaran belum melakukan pembenihan, karena benih kepiting diperoleh dari alam. Kepiting-kepiting yang dibudidaya masih berukuran kecil yang disebut kroyo dengan harga beli Rp 12.000 s.d Rp 15.000. Para pembudidaya di Dusun Ujungalang biasanya melakukan panen setelah tiga bulan dan rata-rata berat 1 ekor kepiting mencapai delapan s.d 10 ons dengan harga Rp 40.000 s.d Rp 55.000.
Pertanian Pertanian di Kecamatan Kampung Laut cukup berkembang merupakan dampak dari tanah timbul akibat sedimentasi. Pertanian di Kecamatan Kampung Laut mengandalkan curah hujan sebagai sumber pengairannya sehingga hanya panen satu kali dalam setahun. Jenis padi yang ditanam adalah padi gogo (IR 64). Sektor pertanian mulai menggeliat ketika beberapa nelayan beralih menjadi petani akibat dari sektor perikanan yang tidak menguntungkan lagi karena adanya sedimentasi. (Anonimous1, 1998). Kepemilikan lahan merupakan syarat utama dalam melakukan usaha pertanian. Pada umumnya petani di Kecamatan Kampung Laut tidak hanya mengandalkan hasil usaha tani sebagai sumber utama penghidupan keluarga. Kombinasi pekerjaan lain diantaranya adalah sebagai pencari kayu di hutan, pembudidaya kepiting, berdagang, dan buruh. Lahan pertanian di Kecamatan Kampung Laut kepemilikannya diperoleh dengan cara membeli yang telah berlangsung sekitar pertengahan tahun 1970-an. Selain dengan cara pembelian, tanah yang diperoleh juga atas dasar persewaan dan bagi hasil. Secara umum, lahan pertanian di Kecamatan Kampung Laut merupakan tanah timbul yang secara yuridis merupakan tanah negara. Penguasaan atas lahan tanah timbul tersebut tidak secara otomatis mengantarkan bagi petani pada status kepemilikannya. Lahan pertanian yang digunakan rata-rata berkisar antara 0,5 – 1 Ha. Lahan pertanian terbanyak berada pada Desa Ujung Gagak, hal tersebut Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
59
Laporan Teknis karena intrusi air laut tidak terlalu tinggi dan sumber air tawar banyak tersedia dari Pulau Nusa Kambangan. (Suparmoko et al, 2000). Pemanfaat Kayu Bakar Kecamatan Kampung laut terdapat berbagai macam pengusaha yang memanfaatkan
mangrove
untuk
mendukung
usahanya.
Pengusaha
gula
memanfaatkan mangrove sebagai kayu bakar untuk memasak air kelapa menjadi gula kelapa. Selain itu ditemukan pengusaha pembuat tungku hemat yang menggunakan tanah dari hutan mangrove sebagai bahan dasar pembuatan tungku. Perajin nipah sendiri mengunakan nipah (salah satu jenis mangrove) yang berfungsi sebagai atap rumah yang masing banyak ditemukan pada rumah-rumah penduduk Kecamatan Kampung Laut serta menggunakan batang kayu mangrove sebagai kasso. Penggunaan kayu mangrove sebagai bahan bangunan di kalangan penduduk Kampung Laut sudah terjadi secara turun temurun. Permasalahan kerusakan sumberdaya hutan mangrove sebenarnya telah lama terjadi. Sampai sekarang pun, masih sering terjadi pengambilan kayu mangrove untuk keperluan komersial seperti pembuatan arang. Hasil dari wawancara di lapangan, pembuatan arang dari kayu mangrove sangat baik mutunya, dimana sumber panas dari arang kayu mangove bisa bertahan lama. Beberapa penelitian menyatakan bahwa penurunan luas ekosistem mangrove di kawasan Segara Anakan setiap tahunnya mencapai 148,92 ha (Supriyanto et al. 1997 dalam Anonimous1, 1998).Selain berasal dari penebangan liar, penurunan luas kawasan mangrove juga disebabkan karena adanya kegiatan pembukaan lahan tambak udang sebagai alternatif lokasi bagi usaha tambak udang di pantai utara Jawa Tengah dan Jawa Barat yang semakin menurun produktifitasnya. 4.2.2 Nilai Ekonomi Sumberdaya 4.2.2.1 Nilai Manfaat Manfaat Langsung Penilaian valuasi ekonomi ekosistem mangrove di Segara Anakan untuk manfaat langsung dibedakan menjadi tiga yaitu pemanfaatan sumberdaya perikanan, pertanian dan kayu mangrove. Terkait dengan pemanfaatan Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
60
Laporan Teknis sumberdaya perikanan, analisis manfaat langsung akan dibedakan menjadi empat sumberdaya yaitu udang windu, krosok/peci, kepiting dan ikan. Dalam menganalis data, tidak dibedakan antara perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Pembagian sumberdaya tersebut didasarkan atas harga masing-masing sumberdaya berbeda cukup jauh yang akan mempengaruhi dalam pengolahan data jika digabungkan. Analisis data nilai manfaat langsung pemanfaatan sumberdaya perikanan menggunakan teknik surplus konsumen, dengan fungsi yang dibangun dari jumlah produksi (Kg/tahun), harga rata-rata hasil tangkapan (Rp/Kg), umur responden (tahun), tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, pendapatan usaha responden (Rp) dan pengalaman usaha (tahun). Analisis data nilai manfaat langsung pemanfaat pertanian dan kayu mangrove menggunakan teknik Cost Benefit Analysis (CBA).
1.
Perikanan Pada Tabel 4.27 dapat dilihat bahwa kisaran harga sumberdaya udang
windu yaitu Rp 45.000 – 60.000. Kisaran tersebut berdasarkan kepada size udang windu yaitu size 20, size 30, size 35 dan size 40. Sumberdaya krosok/peci pada dasarnya merupakan udang-udang kecil yang berada di sekitar kawasan perairan. Jenis udang krosok/peci berbeda dengan udang windu dimana tidak ada perbedaaan ukuran dalam hal penjualannya. Kisaran harga sumberdaya kepiting dibedakan berdasarkan ukuran, mulai dari kepiting “kroyo” (kecil), kepiting super dan kepiting telur. Kepiting “kroyo” dijual langsung kepada pengepul kecil dan pengepul menjual kembali kepada pembudidaya kepiting untuk dibesarkan. Berbeda dengan kepiting “kroyo”, kepiting super dan telur langsung dijual ke luar wilayah segara anakan. Sumberdaya ikan yang dimaksud adalah ikan belanak dan bandeng. Ikan belanak banyak ditemukan di kawasan perairan sedangkan ikan bandeng berasal dari tambak yang berada di dusun bondan.
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
61
Laporan Teknis Tabel 4.27 Kisaran Harga Sumberdaya Perikanan Tingkat Pemanfaat di Kawasan Segara Anakan No
Sumberdaya Perikanan
Kisaran Harga (Rp/Kg)
1
Ikan
6.000 – 11.000
2
Windu/Tepus
45.000 – 60.000
3
Krosok/Peci
6.000 – 18.000
4 Kepiting Sumber : Data Primer Diolah
22.000 – 50.000
Sumberdaya Ikan Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa fungsi permintaan terhadap pemanfaatan sumberdaya ikan di Segara Anakan berbanding terbalik dengan harga (P), umur (A), jumlah keluarga (KK) dan pengalaman usaha (Exp). Faktor pendidikan (E) dan pendapatan (I) berbanding lurus dengan fungsi permintaan. Faktor harga dan pendapatan responden ternyata memberikan pengaruh yang signifikan terhadap fungsi permintaan. Asumsi yang digunakan dalam membangun fungsi tersebut adalah terjadinya keseimbangan pasar dimana penawaran (supply) sama dengan permintaan (demand), sehingga hubungan antara permintaan dengan harga berbanding terbalik. LnQ 15 , 7628 1, 0238 ln P 0 , 032 ln A 0 , 0073 ln E 0 , 0036 ln KK 1, 0117 ln I 0 , 0201 ln Exp
Dari fungsi tersebut kemudian dilakukan estimasi terhadap nilai ekonomi sumberdaya ikan dengan menghitung besarnya nilai surplus bagi konsumen (CS). Nilai total kesediaan membayar (U) sebesar Rp 243.083.946 per pelaku usaha perikanan. Sedangkan nilai yang dibayarkan oleh konsumen (PQ) adalah sebesar Rp 5.658.998. Sehingga dengan demikian dapat diketahui bahwa nilai CS adalah sebesar Rp 237.424.948 per pelaku usaha perikanan. Total nilai manfaat langsung sumberdaya ikan sebesar Rp 145.541.493.124 per tahun dengan jumlah populasi nelayan dan pembudidaya sebanyak 613 orang
Sumberdaya Udang Windu Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa fungsi permintaan terhadap pemanfaatan sumberdaya ikan di Segara Anakan berbanding terbalik dengan harga (X1), umur (X2) dan jumlah keluarga (X4). Faktor pendidikan Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
62
Laporan Teknis (X3), pendapatan (X5) dan pengalaman usaha (X6) berbanding lurus dengan fungsi permintaan. Faktor harga ternyata memberikan pengaruh yang signifikan terhadap fungsi permintaan. Asumsi yang digunakan dalam membangun fungsi tersebut adalah terjadinya keseimbangan pasar dimana penawaran (supply) sama dengan permintaan (demand), sehingga hubungan antara permintaan dengan harga berbanding terbalik.
LnQ 16,5766 1,0112 ln x1 0,009 ln x 2 0,0012 ln x 3 0,0054 ln x 4 0,9983 ln x 5 0,0039 ln x 6
Dari fungsi di atas kemudian dilakukan estimasi terhadap nilai ekonomi sumberdaya udang windu dengan menghitung besarnya nilai surplus bagi konsumen (CS). Nilai total kesediaan membayar (U) sebesar Rp 1.263.653.032 per pelaku usaha perikanan. Sedangkan nilai yang dibayarkan oleh konsumen (PQ) adalah sebesar Rp 14.014.873. Sehingga dengan demikian dapat diketahui bahwa nilai CS adalah sebesar Rp 1.249.638.159 per pelaku usaha perikanan. Nilai manfaat langsung sumberdaya udang windu dengan jumlah RTP perikanan sejumlah 531 orang adalah Rp 663.557.862.429 per tahun.
Sumberdaya Udang Krosok dan Peci Berdasarkan hasil pengolahan data primer, maka didapatkan fungsi permintaan dari sumberdaya udang krosok dan peci sebagai berikut: LnQ 17,8664 1,1172 ln x1 0,0165 ln x 2 0,0003 ln x3 0,016 ln x 4 1,0161ln x5 0,0047 ln x 6
Dari fungsi di atas kemudian dilakukan estimasi terhadap nilai ekonomi sumberdaya udang krosok dan peci dengan menghitung besarnya nilai surplus bagi konsumen (CS). Nilai total kesediaan membayar (U) sebesar Rp 184.846.247 per pelaku usaha perikanan. Sedangkan nilai yang dibayarkan oleh konsumen (PQ) adalah sebesar Rp 19.391.704. Sehingga dengan demikian dapat diketahui bahwa nilai CS adalah sebesar Rp 165.454.543 per pelaku usaha perikanan. Nilai manfaat langsung sumberdaya udang krosok dan peci dengan jumlah RTP perikanan sejumlah 321 orang adalah Rp 53.110.908.303 per tahun.
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
63
Laporan Teknis Sumberdaya Kepiting Penangkapan komoditas kepiting dengan menggunakan alat tangkap wadong dilakukan di dalam hutan mangrove. Musim puncak kepiting dimulai pada saat musim penghujan datang. Pasang surut kawasan Segara Anakan juga menjadi salah satu pertimbangan nelayan dalam melakukan operasi penangkapan. Rata-rata jumlah trip penangkapan kepiting dalam satu tahun adalah 180 kali dalam setahun atau 15 kali dalam sebulan. Berdasarkan hasil wawancara, nelayan melakukan operasi penangkapan sekali dalam sehari, namun apabila hasil tangkapan cenderung meningkat dalam sehari bisa dua kali. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa fungsi permintaan terhadap pemanfaatan komoditas kepiting di Segara Anakan berbanding terbalik dengan variabel harga (X1), umur (X2), pendidikan (X3) dan pengalaman usaha (X6). Sementara itu fungsi permintaan terhadap pemanfaatan komoditas kepiting berbading lurus dengan jumlah keluarga (X4) dan pendapatan (X5). Dari fungsi permintaan dapat terlihat bahwa variabel umur, pendidikan, jumlah keluarga dan pengalaman usaha tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap fungsi permintaan. Hasil analisis regresi yang dilakukan menghasilkan persamaan sebagai berikut: LnQ 16,8055 1,0722 ln x1 0,0173 ln x 2 0,0071 ln x 3 0,0104 ln x 4 0,99451 ln x 5 0,008 ln x 6
Berdasarkan hasil analisis regresi diatas, maka dapat diketahui bahwa nilai adjusted R-Sq sebesar 0,98. Hal tersebut menunjukan bahwa variabel bebas yang digunakan dalam model yaitu harga, umur, pendidikan, jumlah keluarga, pendapatan dan pengalaman usaha mampu menjelaskan keragaman variabel tidak bebas yaitu produksi komoditas kepiting dalam satu tahun sebesar 98%. Nilai tersebut terkait dengan banyaknya jumlah responden untuk analisis regresi yaitu sebanyak 49 responden. Variabel harga dan pendapatan menjadi variabel yang dapat mempengaruhi tingkat produksi komoditas kepiting. Semakin tinggi harga komoditas kepiting di tingkat dasar maka semakin besar pula nilai produksi komoditas kepiting. Harga kepiting di tingkat dasar (nelayan) cukup tinggi yaitu sekitar Rp. 20.000 – 50.000 menjadi alasan pemanfaat untuk tetap berproduksi walaupun jumlah kepiting hasil tangkapan sekarang semakin menurun. Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
64
Laporan Teknis Dari fungsi tersebut kemudian dilakukan estimasi terhadap nilai ekonomi sumberdaya kepiting dengan menghitung besarnya nilai surplus bagi konsumen (CS). Nilai total kesediaan membayar (U) sebesar Rp 137.868.132 per pelaku usaha perikanan. Sedangkan nilai yang dibayarkan oleh konsumen (PQ) adalah sebesar Rp 9.288.562. Sehingga dengan demikian dapat diketahui bahwa nilai CS adalah sebesar Rp 128.579.570 per pelaku usaha perikanan. Nilai manfaat langsung sumberdaya kepiting dengan jumlah RTP perikanan sejumlah
228
sebesar Rp 29.316.141.960 per tahun.
2.
Kayu Bakar Perhitungan pemanfaatan sumberdaya mangrove untuk kayu bakar di
Segara Anakan menggunakan analisis nilai pengganti. Sebagian besar pemanfaat sumberdaya mangrove berada di lokasi Desa Ujung Alang dan Desa Klaces. Pada saat penelitian di lapangan, responden yang diwawancara merupakan masyarakat sekitar yang memanfaatkan langsung kayu-kayu mangove yang sudah rusak, tidak menebang pohon mangrove yang masih hidup. Pada dasarnya, responden tidak memanfaatkan kayu untuk dijual kembali (produksi), namun digunakan untuk keperluan pribadi seperti memasak. Oleh karena itu, asumsi yang digunakan untuk analisis pemanfaat kayu mangrove adalah bahwa setiap kubik kayu yang digunakan menggunakan teknik biaya pengganti apabila jumlah kubik kayu tersebut dijual. Tabel 4.28 menunjukan nilai manfaat langsung dari pemanfaatan sumberdaya mangrove untuk kayu bakar dengan total manfaat dari kedua desa sebesar Rp 3.239.599.500 per tahun. Analisis menggunakan asumsi pemanfaat kayu di Desa Ujung Alang sebesar 50 % dan Desa Klaces sebesar 70 % dari total KK yang ada di masing-masing desa tersebut. Masih cukup tingginya penggunaan kayu bakar disebabkan kurang terjangkaunya biaya jika menggunakan bahan bakar alternatif seperti minyak tanah dan gas. Walaupun Bahan bakar gas telah diintroduksi di Kecamatan Kampung Laut pada saat program konversi dari minyak tanah ke gas yang dilakukan oleh pemerintah pusat pada tahun 2008, namun biayanya cukup besar.
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
65
Laporan Teknis Tabel 4.28 Nilai Manfaat Langsung Pemanfaatan Kayu Bakar di Segara Anakan Desa
Rata-Rata Konsumsi Kayu (Kubik/ tahun)
Ujung Alang
Asumsi Pemanfaat Kayu (Persen dari Populasi)
Jumlah Populasi
Nilai Manfaat Langsung (Rp/tahun)
32,93
30.000
0,5
4.650
2.296.867.500
36
30.000
0,7
1.247
942.732.000
Klaces Total Sumber : data primer diolah
3.
Harga Kayu (Rp/ kubik)
3.239.599.500
Pertanian Perhitungan pemanfaatan langsung pertanian menggunakan teknik
residual rent. Rata-rata kepemilikan lahan pertanian tiap responden adalah sebesar 0,5 Ha atau sekitar 300-400 ubin. Berdasarkan hasil analisis, maka nilai manfaat langsung pertanian adalah sebesar Rp 6.415.591 per Ha per tahun. Jumlah luas lahan pertanian di Kecamatan Kampung Laut adalah seluas 979 hektar (Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Cilacap, 2007). Maka dapat diketahui bahwa total nilai manfaat langsung pertanian sebesar Rp 6.280.864.030 per tahun.
Manfaat Tidak Langsung Menurut Astuti et al. (2008), nilai hutan mangrove sebagai nursery ground di Kota Bontang Kalimatan Timur adalah Rp 30,017,059/ha. Ekosistem sumberdaya Mangrove di Kota Bontang dengan Kota Cilacap karakteristiknya hampir sama, yaitu adanya inlet yang berasal dari sungai-sungai besar, sehingga kondisi sumberdaya dipengaruhi oleh kondisi di hulu sungai. Selain itu, sumberdaya mangrove di Bontang yang terbentuk oleh tanah timbul hampir mirip dengan tanah timbul yang ada di Cilacap. Berdasarkan hal tersebut maka untuk menghitung nilai manfaat tidak langsung ekosistem mangrove di Segara Anakan sebagai nursery ground dapat menggunakan nilai hutan mangrove sebagai nursey ground di Kota Bontang. Maka dengan luas lahan mangrove pada tahun 2003 sebesar 8820.5 (Ardli, 2007) didapatkanlah nilai manfaat tidak langsung sebesar Rp 264,765,467,353 pertahun.
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
66
Laporan Teknis 4.2.2.2 Nilai Pilihan Nilai Pilihan terhadap sumberdaya ekosistem mangrove di lokasi penelitian diarahkan untuk meningkatkan sumberdaya perikanan dan pertanian. Olehnya perlu dilakukan rehabilitasi terhadap sumberdaya. Berapa besar biaya yang responden sedia bayarkan kepada pihak terkait (pemerintah) untuk melakukan rehabilitasi sumberdaya tersebut. Perhitungan Nilai Pilihan dalam riset ini menggunakan persamaan yang digunakan adalah persamaan yang digunakan oleh Yaping, (1999). Hasilnya berupa model sebagai berikut; n n n n LnWTP 0,797 0,5478 1n LnE 0,0907 1n LnA 0,3505 1n LnXP 0,6349 1n LnI i 1 i 1 i 1 i 1
Nilai kesediaan membayar atas manfaat pilihan sumberdaya per responden sebesar Rp 243.640 per tahun. Nilai manfaat pilihan sumberdaya sebesar Rp 3.371.733.960 per tahun. Implikasi dari model tersebut, diketahui bahwa preferensi masyarakat di sekitar lokasi penelitian terhadap sumberdaya ekosistem mangrove akan meningkat seiring dengan bertambahnya pendapatan, pengalaman dan pendidikan masyarakat dalam mengelola sumberdaya tersebut. Sedangkan faktor usia masyarakat setempat menunjukkan fenomena yang negatif, artinya lama hidup responden tidak menunjukkan perubahan linear yang positif dengan besaran nilai pilihan sumberdaya ekosistem terumbu karang. Model tersebut mengindikasikan bahwa faktor pendapatan lebih dominan dalam memberikan pertambahan nilai terhadap preferensi nilai pilihan sumberdaya ekosistem terumbu karang. Yakni, setiap penambahan pendapatan Rp 1 per tahun akan menambah 0.63 dari nilai WTP (Nilai Pilihan) sumberdaya ekosistem terumbu karang. Demikian pula pada faktor pengalaman kerja dan pendidikan, tiap bertambahnya pengalaman kerja dan pendidikan satu tahun akan meningkatkan 0,54 dan 0,35 dari Nilai Pilihan sumberdaya ekosistem mangrove. Tingginya pengaruh variabel pendapatan ini sangat terkait dengan besar manfaat dan banyaknya variasi pemanfaatan yang dapat diekstrak dari sumberdaya tersebut. umumnya responden berharap perbaikan ekosistem mangrove dapat meningkatkan pendapatan sehingga responden bersedia untuk Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
67
Laporan Teknis berpartisipasi terhadap pilihan pemanfaatan yang lebih konservatif. Kesediaan berpartisipasi tersebut muncul dari upaya penyadaran masyarakat yang telah dilakukan oleh beberapa kegiatan terkait upaya perlindungan mangrove yang pernah dilaksanakan berbagai instansi. Motivasi responden terhadap pemanfaatan berorientasi pada peningkatan pendapatan (income) dengan pola pengembangan usaha yang berbasis ekosistem, seperti pola pembukaan lahan tambak yang dibarengi penanaman mangrove didalam tambak tersebut. selain itu, dibeberapa lokasi yang masih dalam kawasan perhutani, masyarakat dibolehkan membuka lahan tambak dengan syarat menanam mangrove di dalam tambak. Senada dengan penjelasan diatas, indikasi semakin besar intensitas pendidikan untuk pengelolaan sumberdaya yang sustainable akan menambah khasanah pemanfaatan sumberdaya yang berkelanjutan pula. Indikasi kelompok umur yang menjadi target peningkatan tarap edukasi keberlanjutan sumberdaya pun sebaiknya yang berusia relatif muda. Sebab dari segi usia, model diatas mencerminkan bahwa kelompok usia muda berpotensi untuk melakukan pola pemanfaatan sumberdaya kearah yang lebih berkelanjutan.
4.2.2.3 Nilai Bukan Manfaat Nilai Keberadaan Hasil survey memberikan informasi mengenai persepsi masyarakat terhadap keberadaan sumberdaya ekosistem mangrove yang relatif kecil dibanding nilai pemanfaatan yang bisa dilakukan oleh responden. Untuk mengukur nilai keberadaan tersebut digunakan persamaan oleh Yaping (1999). Sehingga dengan menggunakan persamaan ini, akan dijelaskan katerkaitan karakteristik pemanfaat sumberdaya ekosistem mangrove dengan nilai WTP tersebut. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, dihasilkan model pendugaan nilai bukan manfaat berdasarkan nilai keberadaan sumberdaya ekosistem mangrove dengan menggunakan pendekatan Yaping (1999), sebagai berikut : n n n n LnWTP 0,8602 0,2203 1n LnE 0,2442 1n LnA 0,382 1n LnXP 0,7034 1n LnI i 1 i 1 i 1 i1 Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
68
Laporan Teknis Nilai kesediaan membayar atas manfaat keberadaan sumberdaya per responden sebesar Rp 293.762 per tahun. Nilai manfaat keberadaan sumberdaya sebesar Rp 4.065.372.318 per tahun. Implikasi dari model tersebut, diketahui bahwa preferensi masyarakat di sekitar lokasi penelitian terhadap sumberdaya ekosistem mangrove akan meningkat seiring dengan bertambahnya pendapatan dan pendidikan dalam mengelola sumberdaya tersebut. Model tersebut mengindikasikan bahwa faktor pendapatan lebih dominan dalam memberikan pertambahan nilai terhadap nilai keberadaan sumberdaya ekosistem mangrove. Yakni, akan menambah 0,70 dari nilai WTP (nilai keberadaan) sumberdaya ekosistem mangrove. Demikian pula pada faktor pendidikan, tiap bertambahnya lama pendidikan satu tahun akan meningkatkan 0,22 dari nilai keberadaan sumberdaya ekosistem mangrove. Namun faktor usia masyarakat dan pengalaman setempat menunjukkan fenomena yang negatif, artinya lama hidup dan lama pengalaman responden tidak menunjukkan perubahan linear secara positif dengan besaran nilai pilihan sumberdaya ekosistem mangrove. Artinya nilai keberadaan dari sumberdaya ekosistem mangrove oleh masyarakat setempat secara efektif dapat ditingkatkan dengan melakukan peningkatan pendapatan dan peningkatan kualitas serta lama pendidikan bagi masyarakat. Harapannya, berupa munculnya pola pemanfaatan dan kepedulian lingkungan yang lebih sustainable bagi sumberdaya ekosistem mangrove. Meski responden diajak untuk tidak terpengaruh dengan pemanfaatan sumberdaya mangrove, responden umumnya tidak mampu menempatkan persepsi sebagai orang yang bukan pemanfaat sumberdaya mangrove. Terlihat dari penilaian responden terhadap keberadaan sumberdaya yang masih mengaitkan pendapatan dari hasil ekstraksi sumberdaya mangrove, sehingga nilai keberadaan sumberdaya ini sangat dipengaruhi oleh pendapatan responden. Kecenderungan responden memberi nilai lebih akan keberadaan sumberdaya mangrove berada pada responden yang berpenghasilan relatif tinggi dibanding yang berpenghasilan dibawahnya.
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
69
Laporan Teknis Nilai Keberlanjutan Perhitungan
nilai
pelestarian/keberlangsungan
dalam
riset
ini
menggunakan persamaan yang digunakan adalah persamaan yang digunakan oleh Yaping, (1999). Hasilnya berupa model sebagai berikut; n n n n LnWTP 0.1118 0,4084 1n LnE 0,1817 1n LnA 0,3267 1n LnXP 0,7149 1n LnI i1 i1 i 1 i1
Nilai kesediaan membayar atas manfaat keberlanjutan sumberdaya per responden sebesar Rp 239.444 per tahun. Nilai manfaat keberadaan sumberdaya sebesar Rp 3.313.665.516 per tahun Implikasi dari model tersebut, diketahui bahwa preferensi masyarakat di sekitar lokasi penelitian terhadap sumberdaya ekosistem mangrove akan meningkat seiring dengan bertambahnya pendapatan, pengalaman dan pendidikan masyarakat yang terkait dengan sumberdaya tersebut. Sedangkan faktor usia masyarakat setempat menunjukkan fenomena yang negatif, artinya lama hidup responden tidak menunjukkan perubahan linear secara positif dengan besaran nilai pelestarian/keberlangsungan sumberdaya ekosistem mangrove. Model tersebut mengindikasikan bahwa faktor pendapatan lebih dominan dalam memberikan pertambahan nilai terhadap preferensi nilai pelestarian sumberdaya ekosistem mangrove. Yakni, setiap penambahan pendapatan Rp 1 pertahun akan menambah 0.71 dari nilai WTP (nilai pelestarian) sumberdaya ekosistem mangrove. Demikian pula pada faktor pendidikan dan pengalaman kerja, tiap bertambahnya lama pendidikan satu tahun akan meningkatkan 0.40 dari nilai pelestarian. adapun tiap pertambahan pengalaman akan meningkatkan 0.32 dari nilai pelestarian. Secara umum nilai keberadaan dilakukan upaya menjaring informasi dengan mengisyaratkan arti keberadaan lingkungan sumber daya ekosistem mangrove di mata responden. Responden diharapkan memberikan nilai atas keberadaan ekosistem mangrove tanpa melibatkan hubungan keterkaitan antara responden dengan ekosistem mangrove. Hal ini dilakukan agar responden dapat memberikan nilai keberadan ekosistem terumbu karang tanpa mengaitkan Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
70
Laporan Teknis sumberdaya ekosistem mangrove dengan usaha/pemanfaatan yang dilakukannya terhadap ekosistem mangrove. Sedangkan pada nilai pelestarian/nilai keberlangsungan sumberdaya, nilai tersebut dijaring dengan memberi input kepada responden perihal keberlanjutan sumberdaya ekosistem mangrove tanpa melibatkan diri responden sebagai pemanfaat sumberdaya ekosistem mangrove. Output yang diharapkan dari upaya ini adalah harapan bahwa responden dalam memberikan nilai bukan manfaat tersebut, tidak dipengaruhi oleh aktifitas responden sebagai bagian dari sistem pemanfaatan sumberdaya ekosistem mangrove, baik sebagai petani, nelayan, pembudidaya, pedagang, penyedia jasa transportasi dan sebagainya yang terkait dengan pemanfaatan sumberdaya ekosistem mangrove. Sebagai pembanding, nilai keberadaan pada sumberdaya ekosistem mangrove (Rp 4.065.372.318) jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai keberadaan (nilai bukan manfaat) di teluk kupang sebesar Rp 1.063.500.000 per tahun (Muliawan dan Ramadhan, 2006), Dua hal menjadi dalam nilai tersebut tersebut; pertama, jumlah populasi yang terkait dengan sumberdaya. Dengan pendekatan Contingent Valuation Method Nilai Keberadaan Sumberdaya didapatkan dengan mengalikan jumlah populasi yang terkait dengan sumberdaya yang dinilai dengan nilai rata-rata variabel dari model yang dihasilkan (nilai WTP perorangan). Kedua, secara nilai WTP yang diberikan oleh responden. Hal ini terkait dengan karakteristik reponden dalam hal ini tingkat pendidikan, usia, pengalaman bekerja, serta pendapatan.
4.2.3 Total Nilai Ekonomi Total nilai ekonomi ekosistem sumberdaya Segara Anakan pada dasarnya merupakan penjumlahan dari nilai-nilai yang telah dijelaskan sebelumnya. Dapat terlihat pada Tabel 4.25 bahwa nilai manfaat langsung terbesar berasal dari sumberdaya udang windu. Secara umum, hampir lebih dari 95% kontribusi nilai ekonomi bersumber dari nilai manfaat. Hal tersebut berarti masyarakat masing menempatkan ekstraksi langsung sumberdaya perairan Segara Anakan untuk kebutuhan hidup utamanya. Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
71
Laporan Teknis Tabel 4.29 Rekapitulasi Total Nilai Ekonomi Ekosistem Mangrove di Segara Anakan Jenis Nilai
Nilai (Rp. per tahun)
Nilai Manfaat a.
b.
Nilai Manfaat Langsung -
Sumberdaya Ikan
145.541.493.124
-
Sumberdaya Udang Windu
663.557.862.429
-
Sumberdaya Udang Krosok/peci
53.110.908.303
-
Sumberdaya Kepiting
29.316.141.960
-
Pertanian
6.280.864.030
-
Kayu Mangrove
3.239.599.500
Nilai Manfaat Tidak Langsung
264.765.467.353
Nilai Pilihan
3.371.733.960
Nilai Bukan Manfaat -
Nilai Keberadaan (Existence Value)
-
Nilai Pelestarian Sumber daya (Bequest Value)
Total Nilai Ekonomi Sumber : Data Primer Diolah
4.3
4.065.372.318 3.313.665.516 911.797.641.140
Implikasi Kebijakan Total nilai ekonomi sumberdaya yang diperoleh merupakan gambaran
seberapa besar sumberdaya mampu memberikan manfaat secara ekonomi. Pada dua kasus sumberdaya di lokasi riset diperoleh informasi bahwa manfaat ekonomi terbesar adalah pada manfaat langsung. Jenis sumberdaya perairan pesisir dengan ekosistem terumbu karang memiliki dua potensi ekonomi yang besar, yaitu perikanan dan pariwisata. Pada kasus sumberdaya pesisir dengan ekosistem terumbu karang di Gili Matra, Kabupaten Lombok Utara, dua aktifitas ekonomi yang mengambil manfaat langsung dari sumberdaya tersebut adalah perikanan tangkap dan wisata. Dua kegiatan ini dalam kesehariannya seakan-akan bertolak belakang
dan
cenderung saling
meniadakan,
terutama
antara
kegiatan
penangkapan menggunakan alat tangkap jaring muroami dengan wisata bawah laut. Berdasarkan hasil penggalian informasi diperoleh hal yang menarik terkait dengan keinginan dari masing-masing pelaku tersebut. Pelaku usaha wisata cenderung menginginkan kegiatan penangkapan dengan alat tangkap muroami ditiadakan, karena anggapan pengoperasian alat tangkap tersebut merusak
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
72
Laporan Teknis terumbu karang. Sementara nelayan muroami cenderung berkeinginan wilayah tangkapan mereka tidak dibatasi. Beberapa tahun lalu dikukuhkan awig-awig yang mengikat baik nelayan muroami dan pelaku usaha wisata, yang intinya membatasi wilayah tangkapan nelayan muroami dengan sebuah kompensasi yang dibayarkan setiap bulan. Permasalahan yang muncul kemudian, nelayan muroami menganggap besaran kompensasi yang diterima sangatlah kecil jika dibandingkan dengan hasil yang mereka peroleh serta keuntungan yang diperoleh dari kegiatan usaha wisata tersebut. Tingkat ketergantungan nelayan muroami terhadap laut sangatlah tinggi dan tuntutan untuk mengeksploitasi sumberdaya sangatlah besar. Satu kelompok nelayan muroami bisa mencapai 40 orang anggota. Waktu pengoperasian yang hanya berlangsung sekitar tiga hingga lima bulan dalam satu tahun dan tidak terbukanya akses secara merata terhadap kesempatan kerja di sektor parisata menambah salah satu faktor terdesaknya sumberdaya laut. Kondisi arus dan gelombang yang besar dengan tingkat teknologi penangkapan yang terbatas menjadi kendala tersendiri. Dalam jangka pendek pemberian kompensasi dari pihak pariwisata kepada nelayan muroami dapat membantu. Namun besaran kompensasi tersebut belum memberikan rasa keadilan terhadap nelayan muroami. Besaran nilai manfaat langsung yang diperoleh dari kegiatan pariwisata sebenarnya bisa dijadikan dasar dalam menentukan besaran kompensasi tersebut. Hal ini tentu saja memerlukan keterlibatan banyak pihak, terutama pemerintah daerah. Dinas Pariwisata setempat dirasakan kurang optimal dalam menjalankan perannya. Pendataan statistik terkait pariwisata merupakan langkah awal yang menjadi penting dilakukan untuk memperkirakan seberapa besar manfaat ekonomi yang telah diperoleh dan sebagai perencanaan dalam menata kegiatan pariwisata agar tidak merusak ekosistem daratan. Dalam jangka panjang pemberian kompensasi tidak memberikan manfaat yang optimal dalam mendorong kemandirian dan kesejahteraan nelayan. Peningkatan keahlian dan teknologi penangkapan ramah lingkungan perlu dilakukan bagi nelayan. Pengintegrasian pariwisata dengan perikanan perlu dipertimbangkan dengan memanfaatkan keahlian nelayan sebagai paket wisata. Permasalahan dalam jangka panjang bisa muncul jika perbedaan keinginan antara Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
73
Laporan Teknis penangkapan muroami khususnya dan nelayan umumnya dengan pariwisata tidak diselesaikan. Desakan ekonomi yang dirasakan oleh nelayan dan kondisi tangkapan yang jauh berkurang tanpa tersedianya akses-akses terhadap sumber ekonomi lainnya akan memperkuat desakan terhadap sumberdaya. Sementara sumberdaya perairan di Segara Anakan
juga memiliki
kompleksitas tersendiri. Berdasarkan informasi yang diperoleh, luasan daerah untuk ekosistem mangrove di lokasi ini semakin bertambah dari tahun ke tahun seiring dengan semakin tingginya tingkat sedimentasi namun tidak diimbangi dengan bertambahnya luas areal hutan mangrove akibat penebangan liar. Proses sedimentasi ini pada satu sisi membuka bentuk usaha ekonomi yang sebelumnya tidak terbayangkan
oleh penduduk setempat, yaitu budidaya dan pertanian.
Sementara pada sisi lain sedimentasi secara signifikan mengurangi luas perairan. Proses sedimentasi juga pada akhirnya memberikan permasalahan banjir yang mengancam usaha pertanian dan budidaya. Proses sedimentasi tidak dapat diselesaikan dengan program pengerukan semata. Namun perlu dilakukan sebuah tindakan yang sistematis dengan berpegang pada prinsip ekologi. Penyelesaian permasalahan sedimentasi terkait dari mulai hulu hingga ke hilir. Tanpa adanya upaya perbaikan dari mulai hulu hingga ke hilir maka kegiatan ekonomi yang ada akan terancam.
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
74
Laporan Teknis
BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 5.1
Kesimpulan Sumberdaya perairan di Gili Matra terdiri dari terumbu karang (coral reef)
dengan luas 448,76 Ha sedangkan di Segara Anakan adalah mangrove dengan luas sebesar ± 8.829,5 Ha. Beberapa alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di Gili Matra yaitu muroami, seret, tasik, dan pancing, yang dioperasikan secara berkelompok maupun sendiri, masing-masing alat tangkap digunakan untuk menangkap ikan yang berbeda. Sedangkan di Segara Anakan, alat tangkap yang digunakan adalah wadong, jaring kantong, jaring apong, dan jala udang, masingmasing alat tangkap tersebut mempunyai spesialisasi untuk menangkap komoditas yang berbeda. Untuk pemanfaatan sumberdaya, di Gili Matra terdiri dari perikanan tangkap dan pariwisata, sedangkan di Segara Anakan jauh lebih banyak yaitu Perikanan (perikanan tangkap dan perikanan budidaya), Pertanian, dan Pemanfaat Kayu Mangrove . Hasil dari rekapitulasi nilai ekonomi sumberdaya perairan di Gili Matra Kabupaten Lombok Utara menunjukkan total nilai ekonomi mencapai Rp 713.351.494.124 per tahun. Nilai ekonomi yang paling besar adalah nilai manfaat langsung dengan nilai sebesar Rp 710.676.604.122 per tahun. Besarnya nilai manfaat langsung menyatakan bahwa nilai ekonomi lebih dirasa sebagai sesuatu yang memberikan keuntungan secara langsung bagi kehidupan keseharian masyarakat seperti sumber makanan dan sumber pendapatan. Pada sisi lain kita juga melihat bahwa, nilai pelestarian merupakan nilai yang paling kecil yaitu hanya sebesar Rp 816.897.040,92 per tahun, dengan kata lain kita dapat mengatakan bahwa nilai pelestarian dipandang paling rendah secara ekonomi. Sementara hasil rekapitulasi menunjukkan total nilai ekonomi sumber daya perairan
segara
anakan
Kabupaten
Cilacap
mencapai
mencapai
Rp
911.797.641.140 per tahun. Sama dengan nilai ekonomi di perairan Gili Matra, nilai ekonomi yang paling besar adalah nilai manfaat langsung sebesar Rp
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
75
Laporan Teknis 901.046.869.346 per tahun sedangkan nilai terkecil adalah nilai bukan manfaat dari kategori nilai pelestarian sebesar Rp 3.313.665.516 per tahun.
5.2
Rekomendasi Kebijakan Rekomendasi yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah:
1.
Permasalahan degradasi sumberdaya dan lingkungan pada akhirnya tidak hanya berpotensi merusak atau mengurangi kemampuan sumberdaya memberikan manfaat bagi masyarakat setempat, namun berpotensi juga menimbulkan konflik bagi pihak-pihak yang sama-sama bergantung pada sumberdaya yang sama. Penyelesaian permasalahan degradasi sumberdaya dan lingkungan haruslah dipandang utuh secara ekologis dan sosial ekonomi.
2.
Pembenahan struktur sosial yang ada di masyarakat terkait pemerataan akses terhadap sumberdaya dan sumber modal serta teknologi menjadi krusial. Jika tidak dibenahinya struktur sosial maka kemungkinan akan berdampak pada “keterpaksaan” dan “pembenaran” dalam penggunaan teknologi yang tidak ramah lingkungan. Pada gilirannya akan terus melestarikan “lingkaran setan” kerusakan sumberdaya dan lingkungan.
3.
Updating nilai ekonomi sumberdaya menjadi penting dalam perencanaan menata pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya. Meningkatnya nilai ekonomi dari manfaat langsung sumberdaya jika diimbangi dengan semakin berkurangnya nilai ekonomi dari manfaat tidak langsung sumberdaya dan nilai non-manfaat memberikan gambaran terjadinya degradasi lingkungan. Pada akhirnya akan mengurangi nilai ekonomi dari manfaat langsung itu sendiri.
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
76
Laporan Teknis UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih tim peneliti sampaikan kepada Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan Perikanan (BBRSEKP), Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Utara, Kantor Desa Gili Indah Kabupaten Lombok Utara, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cilacap, Kantor Pengelola Kawasan Segara Anakan (KPKSA), Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, dan Universitas Airlangga Surabaya atas kerjasama dan bantuan selama penelitian dalam pengumpulan data primer maupun sekunder serta berbagai pihak yang telah membantu menyelesaikan riset ini.
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
77
Laporan Teknis DAFTAR PUSTAKA Adrianto, L. 2006. Sinopsis Pengenalan Konsep dan Metodologi Valuasi Ekonomi Sumberdaya Pesisir dan Laut. PKSPL-IPB. Bogor Anonimous1. 1998. Kajian Penyiapan Kebutuhan Desa Pantai di Kawasan Segara Anakan. Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah dan Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB Anonimous2. 1998. Rancangan Sistem Pengelolaan Hutan Bakau di Kawasan Segara Anakan Kabupaten Dati II Cilacap – Jawa Tengah. Pemerintah Daerah Tk. II Cilacap dan Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Mangrove. Kabupaten Cilacap. Anonimous. 2000. Laporan Inventarisasi Kerusakan Terumbu Karang pada Kawasan Konservasi Gili Indah kabupaten Lombok Barat. Kegiatan Pembinaan dan Peningkatan Usaha Konservasi di dalam dan di luar Kawasan Hutan. Unit Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Barat. Mataram Anonimous. 2006. Laporan Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Desa Gili Indah. Balai Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Barat. Mataram. Anonimous. 2007. Suseda Kecamatan Kampung Laut. Kantor Pengelola Kawasan Segara Anakan dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Cilacap. Anonimous1. 2008. Kecamatan Pemenang Dalam Angka 2007. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lombok Barat. Anonimous2. 2008. Cilacap Dalam Angka. BPS Kabupaten Cilacap. Anonimous1. 2009. Potensi Desa Gili Indah 2008. Desa Gili Indah Kecamatan Pemenang Kabupaten Lombok Utara Provinsi NTB. Anonimous2. 2009. Statistik Perikanan 2008. Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cilacap. Ardli, E. R. 2007. Spartial and Temporal Dynamics of Mangrove Conversion At Segara Anakan Cilacap, Java, Indonesia. Synopsis of Ecological and Socio-Economic Aspects of Tropical Coastal Ecosystem With Special Reference to Segara Anakan. Research Institute Jenderal Soedirman University. Purwokerto
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
78
Laporan Teknis Bachtiar, I, 2002. Strategi Pengembangan Awig-Awig dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan di Nusa Tenggara Barat. Makalah disampaikan pada Workshop Awig-Awig dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. Tanggal 25 September 2002. Mataram. Dosi, C. 2000. Environtmental Values, Valuation Methods, and Natural Disaster Damage Assessment. Santiago de Chile. Fauzy. 2003. Persepsi Terhadap Nilai Ekonomi Sumberdaya. USAID-Indonesia Coastal Resource Management Project Koleksi Dokumen Proyek Pesisir 1997-2003 Geist, S.J. 2007. The Intertidal Crab Community Of The Segara Anakan Lagoon, Cilacap During The Dry Season 2005. Synopsis of Ecological and SocioEconomic Aspects of Tropical Coastal Ecosystem With Special Reference to Segara Anakan. Research Institute Jenderal Soedirman University. Purwokerto. Grigalunas, T.A and R. Congar, 1995. Environmental economics for Integrated Coastal Area Management: Valuluation Methods and Policy Instruments. UNEP Regional Seas Reports and Studies No. 164. UNEP. Hadipudjana, M. F. 2007. Struktur Komunitas Makrobenthos di Hutan Mangrove Kawasan Segara Anakan Cilacap : Studi Banding Musim Hujan dan Kemarau. Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. Hilyana, S, 2001. dampak Pengembangan Pariwisata terhadap Karakteristik Kultural dan Struktural Masyarakat Lokal (Studi Kasus di Kawasan Wisata bahari Lombok Barat Propinsi NTB). Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kay, R and Alder, J.1999. Coastal Planning and Management. E & FN Spon. London Kusuma, D I. 2005. Economic Valuation Of Natural Resource Management: A Case Study Of The Benuaq Dayak Tribe In Kalimantan, Indonesia (Dissertation). Bogor Institut of Agriculture. Bogor Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Mangrove Indonesia. 2008. Ekosistem Mangrove di Indonesia. (Online). Available at: http://www.imred.org/?q=content/ekosistem-mangrove-di-indonesia. Verified : 28 Januari 2009. Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Mangrove Indonesia. 2008. Modul Pendidikan Lingkungan. (Online). Available at: http://imred.org/?q=content/modul-pendidikan-lingkungan. Verified : 18 Juni 2009.
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
79
Laporan Teknis Luncang. 2005. Ekosistem Wilayah Pesisir. (Online). Available at: http://mapalateksapala.tripod.com/divisi_konservasi.htm. (Verified: 2 Februari 2009). Muhlis, 1996. Pertumbuhan Karang Acropora nobilis dan Acropora nasuta pada Kawasan Wisata Bahari Gili Meno dan Teluk Nara di Lombok. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Muliawan, I dan Ramadhan, A. 2006. Hubungan Karakteristik Pemanfaat Ekosistem Mangrove terhadap Keberadaan Sumberdaya Mangrove. Majalah Ilmiah Globe. Vol 8 No. 2 Desember. ISSN. 1411-0512. Pusat Survey Sumberdaya Alam laut-Bakosurtanal. Nilwan, dkk. 2003. Spesifikasi Teknis Penyusunan Neraca Dan Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam Pesisir Dan Lautan. Pusat Survei Sumberdaya Alam Laut Baksurtanal. Bogor Nordhaus, I. 2007. The Benthic Community In The Segara Anakan Lagoon, Java, Indonesia. Synopsis of Ecological and Socio-Economic Aspects of Tropical Coastal Ecosystem With Special Reference to Segara Anakan. Research Institute Jenderal Soedirman University. Purwokerto. Nurgrahadi, M.S., Iwan. G.T. 2007. Aspek Hidrodinamika Segara Anakan Sebagai Dasar Pertimbangan Pengembangan Kawasan. Alami Volume 12 Nomor 3. Jakarta. Saba, ES, 2003. Penguatan Makna dan Peran Awig-awig dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (Kasus di Desa Batu Nampar Kabupaten Lombok Timur NTB). Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sarbini, A. L. 2005. Petunjuk Teknis Inventarisasi dan Monitoring Terumbu Karang. Balai Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Barat. Mataram. Setyawan, A.,D. 2005. Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove Di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah. Tesis. Universitas Sebelah Maret. Surakarta. (Online). Available at: http://www.scribd.com/doc/12815945/Keanekaragaman-TumbuhanMangrove-di-Pantai-Utara-dan-Selatan-Jawa-Tengah. Verified : 18 Juni 2009. Subani, W dan Barus H.R. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Balai Penelitian Perikanan Laut: Jakarta. Suparmoko et al. 2000. Pemantauan Manfaat dan Evaluasi Proyek Konservasi dan Pembangunan Segara Anakan. Universitas Jember Suradnya, I Made. 2004. Rencana Pemasaran Strategis Untuk Bali Sebagai Daerah Tujuan Wisata Dunia, Makalah Seminar “Mengelola Bali Sebagai Daerah Tujuan Wisata Dunia”, STP Bali, 25 Maret 2004 Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
80
Laporan Teknis Wahyudin, Y. 2004. Karakteristik Sumberdaya Pesisir dan Laut Kawasan Teluk Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Online) Available at: http://komitmenku.files.wordpress.com/2008/06/20040123-karakteristiksumberdaya-pesisir-dan-laut-kawasan-teluk-palabuhanratu-kabupatensukabumi.pdf. Yaping, D. 1999. The Value of Improved Water Quality for Recreation in East Lake, Wuhan China. EEPSEA, Singapore.
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
81
Laporan Teknis Lampiran 1 Peta Kawasan Perairan TWAL Gili Matra
Sumber : http://www.lomboktrails.com/images/lombok_map.gif
Gili Trawangan
Gili Meno
Gili Air
Sumber : http://www.gilifastboat.com/images/3-gili-baru.jpg
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
81
Laporan Teknis
Nilai Produksi (Rp/tahun)
Muroami
Biaya Operasional (Rp/ Tahun)
Total Keuntungan (Rp/tahun)
Total Kelompok Usaha
Nilai Produksi (Rp/kel/Tahun)
Biaya Total Per Tahun (Rp/Kel/tahun)
Total Keuntungan (Rp/Kel/tahun)
424,800,000
171,060,000
253,740,000
3
141,600,000
57,020,000
84,580,000
Jaring Seret
1,310,860,000
338,424,000
972,436,000
8
163,857,500
42,303,000
121,554,500
Jaring Tasik
221,268,000
52,238,000
169,030,000
9
24,585,333
5,804,222
18,781,111
Pancing
110,200,000
28,082,000
82,118,000
8
13,775,000
3,510,250
10,264,750
Unit Usaha (Alat Tangkap) Tahun
Penerimaan 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Muroami
141,600,000
141,600,000
141,600,000
141,600,000
141,600,000
141,600,000
41,600,000
141,600,000
141,600,000
141,600,000
141,600,000
Jaring Seret
163,857,500
163,857,500
163,857,500
163,857,500
163,857,500
163,857,500
163,857,500
163,857,500
163,857,500
163,857,500
163,857,500
Jaring Tasik
24,585,333
24,585,333
24,585,333
24,585,333
24,585,333
24,585,333
24,585,333
24,585,333
24,585,333
24,585,333
24,585,333
Pancing
13,775,000
13,775,000
13,775,000
13,775,000
13,775,000
13,775,000
13,775,000
13,775,000
13,775,000
13,775,000
13,775,000
343,817,833
343,817,833
343,817,833
343,817,833
343,817,833
343,817,833
343,817,833
343,817,833
343,817,833
343,817,833
343,817,833
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
82
Lampiran 2 Nilai Manfaat Langsung Perikanan Tangkap TWAL Gili Matra
Unit Usaha (Alat Tangkap)
Laporan Teknis
0
Muroami Jaring Seret Jaring Tasik Pancing
Tahun Keuntungan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
57,020,000
57,020,000
57,020,000
57,020,000
57,020,000
57,020,000
57,020,000
57,020,000
57,020,000
57,020,000
57,020,000
42,303,000
42,303,000
42,303,000
42,303,000
42,303,000
42,303,000
42,303,000
42,303,000
42,303,000
42,303,000
42,303,000
5,804,222
5,804,222
5,804,222
5,804,222
5,804,222
5,804,222
5,804,222
5,804,222
5,804,222
5,804,222
5,804,222
3,510,250
3,510,250
3,510,250
3,510,250
3,510,250
3,510,250
3,510,250
3,510,250
3,510,250
3,510,250
3,510,250
108,637,472
108,637,472
108,637,472
108,637,472
108,637,472
108,637,472
108,637,472
108,637,472
108,637,472
108,637,472
108,637,472
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
235,180,361
235,180,361
235,180,361
235,180,361
235,180,361
235,180,361
235,180,361
235,180,361
235,180,361
235,180,361
0 235,180,361
r1
11%
df
1.00
0.90
0.81
0.73
0.66
0.59
0.53
0.48
0.43
0.39
0.35
235,180,361
211,874,199
190,877,657
171,961,853
154,920,588
139,568,098
125,737,025
113,276,599
102,050,990
91,937,829
82,826,873
PV NPV
Keterangan :
1,620,212,072
Nilai Manfaat Langsung Perikanan Tangkap = Rp 148.654.457.621/tahun Nilai Manfaat Langsung Perikanan Tangkap = Rp 405.053.018/Kelompok/Tahun
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
83
Lampiran 2 Lanjutan
Tahun Biaya
Laporan Teknis Lampiran 3 Nilai Manfaat Langsung Pariwisata Sumberdaya Perairan TWAL Gili Matra
1
3
Biaya Perjalanan (TC) 11,578,296
2
1
800,000
1
36,000,000
50
0.5
13.592
0
17.39903
3.9120
3
1
19,119,891
1
566,400,000
43
0.5
16.766
0
20.15481
3.7612
4
2
17,636,620
1
218,275,000
56
0.69
16.685
0
19.20127
4.0253
5
1
13,596,900
1
483,950,000
62
0.5
16.425
0
19.99749
4.1271
6
2
5,807,400
1
172,622,695
34
1.19
15.574
0
18.96662
3.5263
7
1
12,128,000
1
254,880,000
29
0.5
16.311
0
19.3563
3.3672
8
1
9,421,000
1
509,760,000
28
0.5
16.058
0
20.04945
3.3322
9
1
11,076,740
1
272,492,000
30
0.5
16.220
0
19.42312
3.4011
10
1
11,512,000
1
283,200,000
36
0.5
16.258
0
19.46166
3.5835
11
2
13,578,000
1
566,400,000
35
1.19
16.423
0
20.15481
3.5553
12
1
1,750,000
1
52,018,000
50
0.5
14.375
0
17.7671
3.9120
13
1
10,962,000
1
964,796,000
28
0.5
16.209
0
20.68743
3.3322
14
1
11,262,000
1
991,200,000
38
0.5
16.236
0
20.71443
3.6375
15
3
4,573,300
1
135,939,552
23
1.59
15.335
0
18.72772
3.1354
16
1
20,409,800
2
522,714,600
25
0.5
16.831
0.693
20.07455
3.2188
17
1
12,493,291
1
347,276,380
26
0.5
16.340
0
19.66563
3.2580
18
40
16,000,000
2
444,752,460
55
3.68
16.588
0.693
19.91303
4.0073
19
1
2,935,000
1
107,442,000
22
0.5
14.892
0
18.49246
3.0910
20
1
3,235,000
1
284,721,000
21
0.5
14.989
0
19.46702
3.0445
21
2
17,463,280
2
261,949,200
22
0.69
16.675
0.693
19.38366
3.0910
22
3
1,300,000
1
20,400,000
26
1.09
14.077
0
16.83105
3.2580
23
1
1,075,000
1
25,200,000
41
0.5
13.887
0
17.04235
3.7135
24
1
16,992,444
1
408,656,738
26
0.5
16.648
0
19.82839
3.2580
25
2
14,720,135
1
354,009,250
32
1.19
16.504
0
19.68483
3.4657
26
1
1,825,000
1
135,939,552
21
0.5
14.417
0
18.72772
3.0445
27
1
15,294,242
1
559,879,200
34
0.5
16.542
0
20.14323
3.5263
28
1
2,350,000
1
339,400,920
16
0.5
14.669
0
19.64269
2.7725
29
1
1,525,000
1
366,752,000
24
0.5
14.237
0
19.7202
3.1780
30
1
2,330,000
1
26,400,000
45
0.5
14.661
0
17.08887
3.8066
31
1
17,005,313
1
21,240,555
28
0.5
16.649
0
16.87142
3.3322
Jumlah
81
301,755,652
No
Kunjungan (V)
Jarak (D)
Pendapatan (I)
Umur (A)
Ln V
Ln TC
Ln D
1
296,531,000
41
1.09
16.264
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
Ln I
Ln A
0
19.50766
3.7135
84
Laporan Teknis
Lampiran 3 Lanjutan SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R R Square Adjusted R Square Standard Error Observations
0.53560134 0.286868795 0.177156302 0.563320779 31
ANOVA df Regression Residual Total
4 26 30
Coefficients Intercept Ln TC Ln D Ln I Ln A
-1.03123 -0.04329 1.44602 0.03282 0.50292
Surplus Konsumen Total Kunjungan Benefit Wisata
SS
MS
F
3.318935096 8.250587815 11.56952291
0.829733774 0.317330301
2.61473226
Standard Error 2.19687 0.14145 0.52288 0.12253 0.31752
t Stat
P-value
Lower 95%
-0.46941 -0.30606 2.76545 0.26789 1.58390
0.6426 0.7619 0.0103 0.7908 0.1253
-5.54698 -0.33405 0.37121 -0.21904 -0.14975
Significance F 0.058344386
Upper 95% 3.4845 0.2474 2.5208 0.2846 1.1556
Lower 95.0% -5.5469 -0.3340 0.3712 -0.2190 -0.1497
Upper 95.0% 3.4845 0.2474 2.5208 0.2846 1.1556
1870.92221 186,626 349,162,728
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
85
Laporan Teknis Lampiran 4 Nilai Pilihan Sumberdaya Perairan TWAL Gili Matra No
WTP (Option Value)
Pendidikan (E)
Umur (A)
Pengalaman Usaha (XP)
Pendapatan (I)
Ln WTP
Ln E
Ln A
Ln XP
Ln I
13,248,000
11.327
0.500
4.094
3.401
16.399
11.327
0.500
3.871
2.996
16.539
1
83,000
1
60
30
2
83,000
1
48
20
3
50,000
1
60
40
1,980,000
10.820
0.500
4.094
3.689
14.499
4
200,000
3
50
20
35,856,000
12.206
1.099
3.912
2.996
17.395
5
70,000
2
45
25
6,600,000
11.156
0.693
3.807
3.219
15.703
6
350,000
1
40
36
25,920,000
12.766
0.500
3.689
3.584
17.071
7
250,000
6
34
5
223,200,000
12.429
1.792
3.526
1.609
19.224
8
250,000
1
50
41
99,060,000
12.429
0.500
3.912
3.714
18.411
9
300,000
3
39
24
91,800,000
12.612
1.099
3.664
3.178
18.335
10
270,000
2
26
10
720,000
12.506
0.693
3.258
2.303
13.487
11
200,000
1
40
25
19,500,000
12.206
0.500
3.689
3.219
16.786
12
600,000
3
45
40
72,000,000
13.305
1.099
3.807
3.689
18.092
13
550,000
4
37
5
218,800,000
13.218
1.386
3.611
1.609
19.204
14
532,500
1
60
40
278,400,000
13.185
0.500
4.094
3.689
19.445
15
1,200,000
4
55
32
338,400,000
13.998
1.386
4.007
3.466
19.640
16
200,000
1
60
40
20,400,000
12.206
0.500
4.094
3.689
16.831
17
300,000
4
40
30
28,800,000
12.612
1.386
3.689
3.401
17.176
18
460,500
1
30
20
54,000,000
13.040
0.500
3.401
2.996
17.804
19
500,000
1
60
40
69,984,000
13.122
0.500
4.094
3.689
18.064
20
500,000
6
40
30
86,400,000
13.122
1.792
3.689
3.401
18.274
21
50,000
29
3
5,820,000
10.820
1.792
3.367
1.099
15.577
22
450,500
4
59
35
13.018
1.386
4.078
3.555
17.939
23
1,000,000
9
30
4
208,800,000
13.816
2.197
3.401
1.386
19.157
24
750,000
5
36
20
64,800,000
13.528
1.609
3.584
2.996
17.987
25
100,000
50
35
16,800,000
11.513
1.386
3.912
3.555
16.637
Rataan
1.032
3.774
3.045
17.427
6
4
15,240,000
61,800,000
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
86
Laporan Teknis
Lampiran 4 Lanjutan SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R
0.824788145
R Square
0.680275485
Adjusted R Square
0.616330582
Standard Error
0.558907748
Observations
25
ANOVA df
SS
MS
F
4
13.2928817
3.323220425
10.638463
Residual
20
6.247557425
0.312377871
Total
24
19.54043912
Regression
Coefficients
Standard Error
t Stat
P-value
Intercept
10.02280
2.256144
4.442448
LN E
0.135874
0.290566
LN A
-1.950834
LN XP LN I
Significance F 8.70978E-05
Lower 95.0%
Upper 95.0%
14.72903
5.316570
14.72903
-0.470236
0.741985
-0.470236
0.741985
0.008697
-3.350212
-0.551457
-3.350212
-0.551457
2.387689
0.026937
0.071593
1.061510
0.071593
1.061510
5.369978
2.91E-05
0.279518
0.634611
0.279518
0.634611
Lower 95%
Upper 95%
0.000250
5.316570
0.467618
0.645112
0.670854
-2.90798
0.566552
0.237280
0.457064
0.085114
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
87
Laporan Teknis Lampiran 5 Nilai Pelestarian Sumberdaya Perairan TWAL Gili Matra No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
WTP (Bequest Value) 50,000 50,000 75,000 400,000 50,000 321,429 324,500 250,000 390,000 350,000 100,000 750,000 776,500 435,400 1,000,000 200,000 225,000 342,000 450,000 500,000 50,000 435,000 1,000,000 500,000 75,000
Pendidikan (E)
Umur (A)
Pengalaman Usaha (XP)
1
60
30
1
48
20
1
60
40
3
50
20
2
45
25
1
40
36
6
34
5
1
50
41
3
39
24
2
26
10
1
40
25
3
45
40
4
37
5
1
60
40
4
55
32
1
60
40
4
40
30
1
30
20
1
60
40
6
40
30
6
29
3
4
59
35
9
30
4
5
36
20
4
50
35
Pendapatan (I) 13,248,000 15,240,000 1,980,000 35,856,000 6,600,000 25,920,000 223,200,000 99,060,000 91,800,000 720,000 19,500,000 72,000,000 218,800,000 278,400,000 338,400,000 20,400,000 28,800,000 54,000,000 69,984,000 86,400,000 5,820,000 61,800,000 208,800,000 64,800,000 16,800,000
LN WTP
LN E
LN A
LN XP
LN I
10.81
0.5
4.094
3.401
16.399
10.81
0.5
3.871
2.996
16.539
11.22
0.5
4.094
3.689
14.499
12.89
1.099
3.912
2.996
17.395
10.81
0.693
3.807
3.219
15.703
12.68
0.5
3.689
3.584
17.071
12.69
1.792
3.526
1.609
19.224
12.42
0.5
3.912
3.714
18.411
12.87
1.099
3.664
3.178
18.335
12.76
0.693
3.258
2.303
13.487
11.51
0.5
3.689
3.219
16.786
13.52
1.099
3.807
3.689
18.092
13.56
1.386
3.611
1.609
19.204
12.98
0.5
4.094
3.689
19.445
13.81
1.386
4.007
3.466
19.64
12.20
0.5
4.094
3.689
16.831
12.32
1.386
3.689
3.401
17.176
12.74
0.5
3.401
2.996
17.804
13.01
0.5
4.094
3.689
18.064
13.12
1.792
3.689
3.401
18.274
10.81
1.792
3.367
1.099
15.577
12.98
1.386
4.078
3.555
17.939
13.81
2.197
3.401
1.386
19.157
13.12
1.609
3.584
2.996
17.987
11.22
1.386
3.912
3.555
16.637
Rataan
1.032
3.774
3.045
17.427
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
88
Laporan Teknis
Lampiran 5 Lanjutan SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R
0.750922369
R Square
0.563884404
Adjusted R Square
0.476661285
Standard Error
0.710921737
Observations
25
ANOVA df Regression
SS
MS
F
Significance F
6.464850254
0.001652375
4
13.06959254
3.267398135
Residual
20
10.10819433
0.505409717
Total
24
23.17778687
Coefficients
Standard Error
t Stat
P-value
Lower 95%
Upper 95%
Lower 95.0%
Upper 95.0%
Intercept
9.45723
2.86977
3.2954
0.00361
3.47097
15.4434
3.47097
15.443
LN E
0.23200
0.36959
0.6277
0.53729
-0.53896
1.00296
-0.53896
1.0029
LN A
-1.67331
0.85331
-1.9609
0.06395
-3.45330
0.10667
-3.45330
0.1066
LN XP
0.43640
0.30181
1.4459
0.16368
-0.19317
1.06598
-0.19317
1.0659
LN I
0.44307
0.10826
4.0924
0.00056
0.21723
0.66890
0.21723
0.6689
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
89
Laporan Teknis Lampiran 6 Nilai Keberadaan Sumberdaya Perairan TWAL Gili Matra
No
WTP (Existence Value)
Pendidikan (E)
Umur (A)
Pengalaman Usaha (XP)
Pendapatan (I)
LN WTP
LN E
LN A
LN XP
LN I
1
83,000
1
60
30
13,248,000
11.32
0.5
4.094
3.401
16.399
2
83,000
1
48
20
15,240,000
11.32
0.5
3.871
2.996
16.539
3
55,000
1
60
40
1,980,000
10.91
0.5
4.094
3.689
14.499
4
150,000
3
50
20
35,856,000
11.91
1.099
3.912
2.996
17.395
5
160,000
2
45
25
6,600,000
11.98
0.693
3.807
3.219
15.703
6
345,000
1
40
36
25,920,000
12.75
0.5
3.689
3.584
17.071
7
423,000
6
34
5
223,200,000
12.95
1.792
3.526
1.609
19.224
8
350,000
1
50
41
99,060,000
12.76
0.5
3.912
3.714
18.411
9
540,000
3
39
24
91,800,000
13.19
1.099
3.664
3.178
18.335
10
425,000
2
26
10
720,000
12.96
0.693
3.258
2.303
13.487
11
255,000
1
40
25
19,500,000
12.44
0.5
3.689
3.219
16.786
12
750,000
3
45
40
72,000,000
13.52
1.099
3.807
3.689
18.092
13
885,000
4
37
5
218,800,000
13.69
1.386
3.611
1.609
19.204
14
765,000
1
60
40
278,400,000
13.54
0.5
4.094
3.689
19.445
15
1,000,000
4
55
32
338,400,000
13.81
1.386
4.007
3.466
19.64
16
234,500
1
60
40
20,400,000
12.36
0.5
4.094
3.689
16.831
17
225,000
4
40
30
28,800,000
12.32
1.386
3.689
3.401
17.176
18
411,000
1
30
20
54,000,000
12.92
0.5
3.401
2.996
17.804
19
450,000
1
60
40
69,984,000
13.01
0.5
4.094
3.689
18.064
20
500,000
6
40
30
86,400,000
13.12
1.792
3.689
3.401
18.274
21
50,000
6
29
3
5,820,000
10.82
1.792
3.367
1.099
15.577
22
500,000
4
59
35
61,800,000
13.12
1.386
4.078
3.555
17.939
23
1,300,000
9
30
4
208,800,000
14.07
2.197
3.401
1.386
19.157
24
550,000
5
36
20
64,800,000
13.21
1.609
3.584
2.996
17.987
25
100,000
4
50
35
16,800,000
11.51
1.386
3.912
3.555
16.637
Rataan
1.032
3.774
3.045
17.427
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
90
Laporan Teknis Lampiran 6 Lanjutan SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R
0.804816214
R Square
0.647729139
Adjusted R Square
0.577274966
Standard Error
0.592109429
Observations
25
ANOVA SS
MS
F
Significance F
4
12.893
3.223225366
9.193623569
0.000220045
Residual
20
7.0119
0.350593576
Total
24
19.905
df Regression
Intercept
Coefficients
Standard Error
t Stat
P-value
Lower 95%
Upper 95%
Lower 95.0%
Upper 95.0%
10.582
2.3902
4.4274
0.000259
5.59659
15.5682
5.5965
15.568
LN E
-0.0899
0.3078
-0.2920
0.773257
-0.73201
0.55221
-0.7320
0.5522
LN A
-1.9634
0.7107
-2.7626
0.012006
-3.44595
-0.48094
-3.4459
-0.480
LN XP
0.39093
0.2514
1.5551
0.135587
-0.13342
0.91529
-0.1334
0.9152
LN I
0.47943
0.0902
5.3169
3.33E-05
0.29134
0.66753
0.2913
0.6675
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Ekonomi Sumberdaya Pesisir
91
Laporan Teknis Lampiran 7. Peta Kawasan Perairan Segara Anakan Cilacap
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Eknomi Sumberdaya Pesisir
92
Laporan Teknis Lampiran 8. Data Dasar Sumberdaya Ikan di Perairan Segara Anakan Cilacap No
Nama Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
Suparman Lisman Suparno Nadar Pujiyatin sakri Sukardi Sakim Dedi Kaman Dono Indi Abdul Rohim Suparno Dasmono Miswanto Manto Sugi Darsum Adi S Rumbono Slamet Didik Wirjaya Rohim Etin Parnoto Parnoto Jono Nislam Nislam sadam untung Fredi Pak Sis marnoto Sugi Jaswanto Andianto Pak Rasam surya Kamad Asnawi Karman sanim nasep Apudin Dahlan Sudarmo Adi Parto
Produksi (Y) 300 500 1.136 800 480 340 600 80 200 20 400 724 1.292 1.336 1.036 1.448 2.060 1.124 156 1.360 500 1.400 180 300 1.000 504 168 724 480 324 668 824 924 456 600 648 756 144 200 600 1.000 100 1.600 200 80 160 200 600 1.112
Harga (X1) 10.000 10.000 8.000 8.000 6.000 10.000 10.000 10.000 6.000 5.000 8.000 8.000 8.000 8.000 7.000 8.000 8.000 9.000 8.000 7.000 10.000 10.000 9.000 10.000 10.000 6.000 9.000 9.000 9.000 5.500 9.000 8.500 9.000 9.000 35.000 9.000 8.500 9.000 11.000 9.000 10.000 7.000 7.000 10.000 10.000 10.000 9.000 1.500 5.000
Umur (X2) 45 47 30 37 45 80 42 60 30 46 39 35 39 47 60 35 35 30 63 45 51 57 29 64 33 53 53 40 27 27 31 30 40 45 35 60 46 51 60 56 55 36 40 45 36 29 50 55 50
Pendidikan (X3) 6 1 5 6 3 8 6 1 12 1 1 4 6 6 5 5 3 6 5 6 8 2 13 1 2 2 2 5 6 6 5 5 4 1 6 4 1 3 1 5 3 6 9 2 6 6 1 1 4
Jumlah Keluarga (X4) 3 6 4 3 6 2 3 3 2 4 3 5 5 4 2 4 7 4 3 3 5 5 2 2 5 5 5 6 2 2 4 3 7 7 5 3 5 3 2 5 3 4 4 3 5 3 1 4 4
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Eknomi Sumberdaya Pesisir
Pendapatan (X5) 3.000.000 5.000.000 9.088.000 6.400.000 2.880.000 3.400.000 6.000.000 800.000 1.200.000 100.000 3.200.000 5.792.000 10.336.000 10.688.000 7.252.000 11.584.000 16.480.000 10.116.000 1.248.000 9.520.000 5.000.000 14.000.000 1.620.000 3.000.000 10.000.000 3.024.000 1.512.000 6.516.000 4.320.000 1.644.000 6.012.000 6.816.000 8.316.000 4.104.000 21.000.000 5.832.000 6.184.000 1.296.000 2.200.000 5.400.000 10.000.000 700.000 11.200.000 2.000.000 800.000 1.600.000 1.800.000 900.000 5.560.000
93
Laporan Teknis Lampiran 8 Lanjutan No
Nama Responden
Produksi (Y)
Harga (X1)
Umur (X2)
50 Harto 51 Sujono 52 Suyarno 53 Suyarno 54 Kasmin 55 Iman 56 Iman 57 Ely Suprato 58 Mardi 59 Sumarto W 60 Gumato 61 Santoso 62 Bodri 63 Nudiran 64 Suwarto 65 Wagiyono S 66 Karjo 67 Acin 68 Johari 69 Sukarso 70 Subur 71 Suhada 72 Emin 73 Kamad 74 Arma 75 rusdi 76 rusdi 77 lasio 78 rahman 79 atam 80 dahlan 81 dasa rata-rata Ln rata-rata
1.448 660 412 256 668 120 408 612 612 412 860 1.224 2.336 2.168 712 724 1.224 100 200 800 240 200 1.000 1.200 600 3.360 1.040 200 400 400 300 900 711,605
5.000 7.500 5.000 25.000 11.000 25.000 11.000 5.000 5.000 5.000 5.000 7.500 7.500 5.000 5.000 5.000 5.000 8.000 8.000 10.000 8.000 10.000 8.000 8.000 10.000 4.000 11.500 15.000 10.000 9.000 8.500 8.500 8.851,852
60 61 56 56 63 39 39 43 32 35 33 23 45 35 70 31 50 39 55 60 32 35 65 55 57 38 38 35 63 53 46 57 45,346 3,81431
Pendidikan (X3) 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 1 1 6 6 1 6 1 6 6 5 1 1 3 1 4,556 1,51635
Jumlah Keluarga (X4) 2 4 5 5 3 4 4 4 3 4 3 1 5 4 3 3 5 4 2 2 3 1 3 2 3 5 5 4 6 3 4 5 3,753 1,32258
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Eknomi Sumberdaya Pesisir
Pendapatan (X5) 7.240.000 3.800.000 2.060.000 6.400.000 7.348.000 3.000.000 4.488.000 3.060.000 3.060.000 2.060.000 4.300.000 7.240.000 13.360.000 10.840.000 3.560.000 3.620.000 5.000.112 800.000 1.600.000 8.000.000 1.920.000 2.000.000 8.000.000 9.600.000 6.000.000 10.400.000 10.000.000 3.000.000 4.000.000 3.800.000 2.400.000 7.200.000 5.501.186,568 15,52047
94
Laporan Teknis Lampiran 9 Data Olahan Sumberdaya Ikan di Perairan Segara Anakan Cilacap-1 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
Nama Responden Suparman Lisman Suparno Nadar Pujiyatin sakri Sukardi Sakim Dedi Kaman Dono Indi Abdul Rohim Suparno Dasmono Miswanto Manto Sugi Darsum Adi S Rumbono Slamet Didik Wirjaya Rohim Etin Parnoto Parnoto Jono Nislam Nislam sadam untung Fredi Pak Sis marnoto Sugi Jaswanto Andianto Pak Rasam surya Kamad Asnawi
Ln Y
Ln X1
Ln X2
Ln X3
Ln X4
Ln X5
Ln X6
5,703782 6,214608 7,035269 6,684612 6,173786 5,828946 6,39693 4,382027 5,298317 2,995732 5,991465 6,584791 7,163947 7,197435 6,943122 7,277939 7,630461 7,024649 5,049856 7,21524 6,214608 7,244228 5,192957 5,703782 6,907755 6,222576 5,123964 6,584791 6,173786 5,780744 6,504288 6,714171 6,828712 6,122493 6,39693 6,473891 6,628041 4,969813 5,298317 6,39693 6,907755 4,60517
9,21034 9,21034 8,987197 8,987197 8,699515 9,21034 9,21034 9,21034 8,699515 8,517193 8,987197 8,987197 8,987197 8,987197 8,853665 8,987197 8,987197 9,10498 8,987197 8,853665 9,21034 9,21034 9,10498 9,21034 9,21034 8,699515 9,10498 9,10498 9,10498 8,612503 9,10498 9,047821 9,10498 9,10498 10,4631 9,10498 9,047821 9,10498 9,305651 9,10498 9,21034 8,853665
3,806662 3,850148 3,401197 3,610918 3,806662 4,382027 3,73767 4,094345 3,401197 3,828641 3,663562 3,555348 3,663562 3,850148 4,094345 3,555348 3,555348 3,401197 4,143135 3,806662 3,931826 4,043051 3,367296 4,158883 3,496508 3,970292 3,970292 3,688879 3,295837 3,295837 3,433987 3,401197 3,688879 3,806662 3,555348 4,094345 3,828641 3,931826 4,094345 4,025352 4,007333 3,583519
1,7917595 0 1,6094379 1,7917595 1,0986123 2,0794415 1,7917595 0 2,4849066 0 0 1,3862944 1,7917595 1,7917595 1,6094379 1,6094379 1,0986123 1,7917595 1,6094379 1,7917595 2,0794415 0,6931472 2,5649494 0 0,6931472 0,6931472 0,6931472 1,6094379 1,7917595 1,7917595 1,6094379 1,6094379 1,3862944 0 1,7917595 1,3862944 0 1,0986123 0 1,6094379 1,0986123 1,7917595
1,098612 1,791759 1,386294 1,098612 1,791759 0,693147 1,098612 1,098612 0,693147 1,386294 1,098612 1,609438 1,609438 1,386294 0,693147 1,386294 1,94591 1,386294 1,098612 1,098612 1,609438 1,609438 0,693147 0,693147 1,609438 1,609438 1,609438 1,791759 0,693147 0,693147 1,386294 1,098612 1,94591 1,94591 1,609438 1,098612 1,609438 1,098612 0,693147 1,609438 1,098612 1,386294
14,91412 15,42495 16,02247 15,67181 14,8733 15,03929 15,60727 13,59237 13,99783 11,51293 14,97866 15,57199 16,15114 16,18463 15,79679 16,26514 16,61766 16,12963 14,03705 16,06891 15,42495 16,45457 14,29794 14,91412 16,1181 14,92209 14,22894 15,68977 15,27877 14,31264 15,60927 15,73478 15,93369 15,22747 16,86003 15,57887 15,63748 14,07479 14,60397 15,50191 16,1181 13,45884
3,496508 3,295837 2,564949 3,218876 3,637586 2,397895 2,397895 1,94591 1,386294 2,484907 2,484907 3,218876 3,135494 3,332205 3,555348 2,995732 2,70805 2,833213 3,951244 2,890372 2,890372 1,609438 1,609438 2,302585 2,484907 2,70805 2,70805 2,70805 2,302585 2,302585 2,302585 2,302585 2,70805 2,70805 2,302585 3,401197 2,995732 2,995732 3,688879 3,401197 3,401197 1,94591
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Eknomi Sumberdaya Pesisir
95
Laporan Teknis Lampiran 9 Lanjutan No 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81
Nama Responden Karman sanim nasep Apudin Dahlan Sudarmo Adi Parto Harto Sujono Suyarno Suyarno Kasmin Iman Iman Ely Suprato Mardi Sumarto W Gumato Santoso Bodri Nudiran Suwarto Wagiyono S Karjo Acin Johari Sukarso Subur Suhada Emin Kamad Arma rusdi rusdi lasio rahman atam dahlan dasa
Ln Y
Ln X1
Ln X2
Ln X3
Ln X4
Ln X5
Ln X6
7,377759 5,298317 4,382027 5,075174 5,298317 6,39693 7,013915 7,277939 6,49224 6,021023 5,545177 6,504288 4,787492 6,011267 6,416732 6,416732 6,021023 6,756932 7,109879 7,756195 7,68156 6,568078 6,584791 7,109879 4,60517 5,298317 6,684612 5,480639 5,298317 6,907755 7,090077 6,39693 8,119696 6,946976 5,298317 5,991465 5,991465 5,703782 6,802395
8,853665 9,21034 9,21034 9,21034 9,10498 7,31322 8,517193 8,517193 8,922658 8,517193 10,12663 9,305651 10,12663 9,305651 8,517193 8,517193 8,517193 8,517193 8,922658 8,922658 8,517193 8,517193 8,517193 8,517193 8,987197 8,987197 9,21034 8,987197 9,21034 8,987197 8,987197 9,21034 8,29405 9,350102 9,615805 9,21034 9,10498 9,047821 9,047821
3,688879 3,806662 3,583519 3,367296 3,912023 4,007333 3,912023 4,094345 4,110874 4,025352 4,025352 4,143135 3,663562 3,663562 3,7612 3,465736 3,555348 3,496508 3,135494 3,806662 3,555348 4,248495 3,433987 3,912023 3,663562 4,007333 4,094345 3,465736 3,555348 4,174387 4,007333 4,043051 3,637586 3,637586 3,555348 4,143135 3,970292 3,828641 4,043051
2,1972246 0,6931472 1,7917595 1,7917595 0 0 1,3862944 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 0 0 1,7917595 1,7917595 0 1,7917595 0 1,7917595 1,7917595 1,6094379 0 0 1,0986123 0
1,386294 1,098612 1,609438 1,098612 0 1,386294 1,386294 0,693147 1,386294 1,609438 1,609438 1,098612 1,386294 1,386294 1,386294 1,098612 1,386294 1,098612 0 1,609438 1,386294 1,098612 1,098612 1,609438 1,386294 0,693147 0,693147 1,098612 0 1,098612 0,693147 1,098612 1,609438 1,609438 1,386294 1,791759 1,098612 1,386294 1,609438
16,23142 14,50866 13,59237 14,28551 14,4033 13,71015 15,53111 15,79513 15,15051 14,53822 15,67181 15,80994 14,91412 15,31692 14,93393 14,93393 14,53822 15,27413 15,79513 16,40778 16,19875 15,08527 15,10198 15,42497 13,59237 14,28551 15,89495 14,46784 14,50866 15,89495 16,07727 15,60727 16,15732 16,1181 14,91412 15,2018 15,15051 14,69098 15,78959
2,397895 2,397895 1,609438 2,302585 2,079442 3,806662 3,218876 3,970292 3,78419 3,806662 3,806662 3,73767 2,70805 2,70805 3,401197 2,302585 2,995732 2,484907 2,639057 3,610918 2,70805 3,401197 2,302585 2,995732 2,079442 2,397895 2,302585 1,098612 3,044522 2,70805 2,302585 2,484907 3,218876 3,218876 1,791759 3,688879 2,397895 2,564949 2,397895
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Eknomi Sumberdaya Pesisir
96
Laporan Teknis Lampiran 10 Data Olahan Sumberdaya Ikan di Perairan Segara Anakan Cilacap-2 SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R
0,997851445
R Square
0,995707505
Adjusted R Square
0,995359465
Standard Error
0,062113231
Observations
81
ANOVA df Regression
SS
Significance F
MS
F 2860,899
6
66,225
11,0375
Residual
74
0,285496
0,003858
Total
80
66,5105
1,89E-85
Coefficients 0,116587
Standard Error 0,207721
t Stat 0,561268
P-value 0,576311
Lower 95% -0,29730
Upper 95% 0,53048
Lower 95.0% -0,29731
Upper 95.0% 0,53048
X Variable 1
-1,023834
0,018424
-55,5714
4,29E-62
-1,06054
-0,98712
-1,06055
-0,98712
X Variable 2
-0,032049
0,033311
-0,96214
0,339114
-0,09842
0,034323
-0,09842
0,034323
X Variable 3
0,007341
0,010718
0,684964
0,495506
-0,01401
0,028698
-0,01401
0,028698
X Variable 4
-0,003642
0,017181
-0,21199
0,832696
-0,03787
0,030591
-0,03788
0,030591
X Variable 5
1,011741
0,008592
117,7474
6,2E-86
0,99462
1,028863
0,994621
1,028863
X Variable 6
0,020051
0,013594
1,475029
0,144447
-0,00703
0,047139
-0,00704
0,047139
Intercept
b0=
0,11658716
ln Q=
b1=
-1,02383489
b2=
-0,032049333
3,814315
b3=
0,007341529
1,516347
b4=
-0,003642184
1,322579
b5=
1,011741895
15,52047
b6=
0,020051742
2,965018
Q=
15,762824 7009830,52
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Eknomi Sumberdaya Pesisir
97
Laporan Teknis Lampiran 11 Perhitungan Surplus Konsumen Sumberdaya Ikan di Segara Anakan Cilacap b0:=7009830.52;b1:=-1.02383489;a:=711.604; b0 := 7.00983052 106 b1 := -1.02383489 a := 711.604
f(Q):=Q^(1/b1)/b0^(1/b1); 6
f(Q) :=
4.856678500 10 Q
0.9767199866
plot(f(Q),Q=0..a);
Mengestimasi total kesediaan membayar U:=int(f(Q),Q=0..a); U := 2.430839456 108
Mengestimasi harga rataan WTP f(Q):=a^(1/b1)/b0^(1/b1); f(Q ) := 7952.453203
Mengestimasi nilai yang dibayarkan PQ:=f(Q)*a; PQ := 5.658997509 106
Menghitung Surplus Konsumen CS:=U-PQ; CS := 2.374249481 10
8
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Eknomi Sumberdaya Pesisir
98
Laporan Teknis Lampiran 12 Data Dasar Sumberdaya Udang Windu di Perairan Segara Anakan Cilacap No
Nama Responden
Produksi (Y)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
Subarjo Tono Suwardi Pono Sunento Jono Nislam sadam Fredi Pak Sis marnoto Sugi Jaswanto Andianto Pak Rasam surya Kamad Asnawi Tano Karman sanim nasep Apudin Dahlan hartono kartomiharj o rahman atam dahlan dasa karto Pur Mujianto Sutarno Indi Subondo Suparno Dasmono Miswanto Manto Sugi Rahman Suyono Adi S Rumbono
62 133,6 64 256 156 99,6 156 156 76,8 84 69,6 489,6 218,4 100 400 400 60 12 400 400 200 100 200 21 40 300 26 400 350 600 48 51,12 8,12 306 302,24 153,36 206 101,12 256 152,24 91,8 102,24 412
Harga (X1) 50.000 50.000 50.000 47.500 47.500 46.667 45.000 45.000 45.000 50.000 40.000 50.000 50.000 35.000 35.000 55.000 60.000 50.000 30.000 45.000 45.000 45.000 50.000 50.000 47.500 55.500 52.500 56.000 56.000 45.000 37.500 50.000 55.000 50.000 60.000 50.000 40.000 45.000 50.000 50.000 55.000 50.000 50.000
Umur (X2)
Pendidikan (X3)
45 34 55 40 40 27 31 40 45 35 60 46 51 60 56 55 36 42 40 45 36 29 50 60 70 63 53 46 57 60 55 34 50 35 46 47 60 35 35 32 40 63 45
6 6 6 11 5 6 5 4 1 6 4 1 3 1 5 3 6 1 9 2 6 6 1 6 1 1 1 3 1 6 6 6 6 4 6 6 5 5 3 6 9 5 6
Jumlah keluarga (X4) 4 3 2 3 6 2 4 7 7 5 3 5 3 2 5 3 4 3 4 3 5 3 1 3 2 6 3 4 5 3 3 4 3 5 5 4 2 4 7 5 4 3 3
Pendapatan (X5) 3.100.000 6.680.000 3.200.000 11.800.000 7.300.000 4.530.000 7.020.000 7.020.000 3.456.000 4.200.000 2.784.000 24.480.000 10.920.000 3.500.000 14.000.000 22.000.000 3.600.000 600.000 12.000.000 18.000.000 9.000.000 4.500.000 10.000.000 1.050.000 1.840.000 16.650.000 1.320.000 24.200.000 21.130.000 27.000.000 1.820.000 2.556.000 446.600 15.300.000 18.134.400 7.668.000 8.240.000 4.550.400 12.800.000 7.612.000 5.049.000 5.112.000 20.600.000
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Eknomi Sumberdaya Pesisir
99
Pengalaman Usaha (X6) 20 15 20 15 15 10 10 15 15 10 30 20 20 40 30 30 7 12 11 11 5 10 8 45 60 40 11 13 11 11 46 22 30 25 34 28 35 20 15 20 21 52 18
Laporan Teknis Lampiran 12 Lanjutan No 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86
Nama Responden
Produksi (Y)
Herman Slamet Wirjaya Rohim Etin Pento Suparman Lisman Tusiwa Krisyanto Nadar Pujiyatin sakri Sukardi Dedi Kaman Dono Sudarmo Adi Parto Sujono Suyarno Kasmin Iman Ely Suprato Mardi Sumarto W Gumato Suryadi Santoso Bodri Nudiran Suwarto Sujetmo Wagiyono S Karjo Acin Johari Sukarso Subur Suhada Emin Kamad Arma Rata-rata Ln Ratarata
9,24 240 1000 80 100 200 18 436 436 118,8 120 18 360 1.000 100 10 60 1.680 256 656 556 556 144 156 1.336 206 356 1.112 206 312 218 612 70 312 312 100 200 400 240 200 400 600 1.200 289,80
Harga (X1) 50.000 60.000 55.000 50.000 45.000 50.000 50.001 50.000 50.000 60.000 50.000 40.000 45.000 45.000 45.000 30.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 35.000 35.000 40.000 50.000 45.000 40.000 40.000 45.000 47.984 10,7786
Umur (X2)
Pendidikan (X3)
47 51 29 64 33 43 45 47 32 45 37 45 80 42 30 46 39 55 50 61 56 63 39 43 32 35 33 33 23 45 35 70 35 31 50 39 55 60 32 35 65 55 57
3 8 13 1 2 5 6 1 9 5 6 3 8 6 12 1 1 1 4 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 1 1 6 6 1 6 1 5 1,5739
45,65 3,8210
Jumlah Keluarga (X4) 5 5 2 2 5 3 3 6 7 3 3 6 1 3 2 4 3 4 4 4 5 3 4 4 3 4 3 4 1 5 4 3 3 3 5 4 2 1 3 1 3 1 3 3,63 1,2886
Pendapatan (X5) 462.000 14.400.000 55.000.000 4.000.000 4.500.000 10.000.000 900.000 21.800.000 21.800.000 7.128.000 6.000.000 720.000 16.200.000 45.000.000 4.500.000 300.000 3.000.000 84.000.000 12.800.000 32.800.000 27.800.000 27.800.000 7.200.000 7.800.000 66.800.000 10.300.000 17.800.000 55.600.000 10.300.000 15.600.000 10.896.000 30.600.000 3.480.000 15.600.000 15.600.000 3.500.000 7.000.000 16.000.000 12.000.000 9.000.000 16.000.000 24.000.000 54.000.000 14.032.027 16,4568
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Eknomi Sumberdaya Pesisir
100
Pengalaman Usaha (X6) 40 18 5 10 12 3,5 33 27 18 30 25 38 11 11 4 12 12 45 25 44 45 42 15 30 10 20 12 10 10 37 15 30 20 10 20 8 11 10 3 21 15 10 12 20,65 3,0274
Laporan Teknis Lampiran 13 Data Olahan Sumberdaya Udang Windu di Perairan Segara Anakan Cilacap-1 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
NamaResponden Subarjo Tono Suwardi Pono Sunento Jono Nislam sadam Fredi Pak Sis marnoto Sugi Jaswanto Andianto Pak Rasam surya Kamad Asnawi Tano Karman sanim nasep Apudin Dahlan hartono kartomiharjo rahman atam dahlan dasa karto Pur Mujianto Sutarno Indi Subondo Suparno Dasmono Miswanto Manto Sugi Rahman Suyono Adi S
Ln (Y) 4,1271344 4,8948503 4,1588831 5,5451774 5,049856 4,6011622 5,049856 5,049856 4,3412046 4,4308168 4,2427646 6,1935887 5,3863282 4,6051702 5,9914645 5,9914645 4,0943446 2,4849066 5,9914645 5,9914645 5,2983174 4,6051702 5,2983174 3,0445224 3,6888795 5,7037825 3,2580965 5,9914645 5,8579332 6,3969297 3,871201 3,9341758 2,0943302 5,7235851 5,7112214 5,0327881 5,3278762 4,6163079 5,5451774 5,0254582 4,5196123 4,627323
Ln (X1) 10,819778 10,819778 10,819778 10,768485 10,768485 10,750785 10,714418 10,714418 10,714418 10,819778 10,596635 10,819778 10,819778 10,463103 10,463103 10,915088 11,0021 10,819778 10,308953 10,714418 10,714418 10,714418 10,819778 10,819778 10,768485 10,924138 10,868568 10,933107 10,933107 10,714418 10,532096 10,819778 10,915088 10,819778 11,0021 10,819778 10,596635 10,714418 10,819778 10,819778 10,915088 10,819778
Ln (X2) 3,8066625 3,5263605 4,0073332 3,6888795 3,6888795 3,2958369 3,4339872 3,6888795 3,8066625 3,5553481 4,0943446 3,8286414 3,9318256 4,0943446 4,0253517 4,0073332 3,5835189 3,7376696 3,6888795 3,8066625 3,5835189 3,3672958 3,912023 4,0943446 4,2484952 4,1431347 3,9702919 3,8286414 4,0430513 4,0943446 4,0073332 3,5263605 3,912023 3,5553481 3,8286414 3,8501476 4,0943446 3,5553481 3,5553481 3,4657359 3,6888795 4,1431347
Ln (X3) 1,7917595 1,7917595 1,7917595 2,3978953 1,6094379 1,7917595 1,6094379 1,3862944 0 1,7917595 1,3862944 0 1,0986123 0 1,6094379 1,0986123 1,7917595 0 2,1972246 0,6931472 1,7917595 1,7917595 0 1,7917595 0 0 0 1,0986123 0 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,3862944 1,7917595 1,7917595 1,6094379 1,6094379 1,0986123 1,7917595 2,1972246 1,6094379
Ln (X4) 1,3862944 1,0986123 0,6931472 1,0986123 1,7917595 0,6931472 1,3862944 1,9459101 1,9459101 1,6094379 1,0986123 1,6094379 1,0986123 0,6931472 1,6094379 1,0986123 1,3862944 1,0986123 1,3862944 1,0986123 1,6094379 1,0986123 0 1,0986123 0,6931472 1,7917595 1,0986123 1,3862944 1,6094379 1,0986123 1,0986123 1,3862944 1,0986123 1,6094379 1,6094379 1,3862944 0,6931472 1,3862944 1,9459101 1,6094379 1,3862944 1,0986123
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Eknomi Sumberdaya Pesisir
Ln (X5) 14,946913 15,714629 14,978661 16,28361 15,803385 15,326232 15,764274 15,764274 15,055622 15,250595 14,839399 17,013367 16,206107 15,068274 16,454568 16,906553 15,096444 13,304685 16,300417 16,705882 16,012735 15,319588 16,118096 13,864301 14,425276 16,627921 14,093142 17,001863 16,866204 17,111347 14,414347 14,753954 13,009419 16,543363 16,713321 15,852566 15,924511 15,330726 16,364956 15,845237 15,434701 15,447101
101
Ln (X6) 2,9957323 2,7080502 2,9957323 2,7080502 2,7080502 2,3025851 2,3025851 2,7080502 2,7080502 2,3025851 3,4011974 2,9957323 2,9957323 3,6888795 3,4011974 3,4011974 1,9459101 2,4849066 2,3978953 2,3978953 1,6094379 2,3025851 2,0794415 3,8066625 4,0943446 3,6888795 2,3978953 2,5649494 2,3978953 2,3978953 3,8286414 3,0910425 3,4011974 3,2188758 3,5263605 3,3322045 3,5553481 2,9957323 2,7080502 2,9957323 3,0445224 3,9512437
Laporan Teknis Lampiran 13 Lanjutan No 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86
NamaResponden Rumbono Herman Slamet Wirjaya Rohim Etin Pento Suparman Lisman Tusiwa Krisyanto Nadar Pujiyatin sakri Sukardi Dedi Kaman Dono Sudarmo Adi Parto Sujono Suyarno Kasmin Iman Ely Suprato Mardi Sumarto W Gumato Suryadi Santoso Bodri Nudiran Suwarto Sujetmo Wagiyono S Karjo Acin Johari Sukarso Subur Suhada Emin Kamad Arma
Ln (Y) 6,0210233 2,2235419 5,4806389 6,9077553 4,3820266 4,6051702 5,2983174 2,8903718 6,0776422 6,0776422 4,7774414 4,7874917 2,8903718 5,886104 6,9077553 4,6051702 2,3025851 4,0943446 7,4265491 5,5451774 6,4861608 6,3207683 6,3207683 4,9698133 5,049856 7,1974354 5,3278762 5,8749307 7,0139155 5,3278762 5,7430032 5,384128 6,4167323 4,2427646 5,7430032 5,7430032 4,6051702 5,2983174 5,9914645 5,4806389 5,2983174 5,9914645 6,3969297 7,0900768
Ln (X1) 10,819778 10,819778 11,0021 10,915088 10,819778 10,714418 10,819778 10,819798 10,819778 10,819778 11,0021 10,819778 10,596635 10,714418 10,714418 10,714418 10,308953 10,819778 10,819778 10,819778 10,819778 10,819778 10,819778 10,819778 10,819778 10,819778 10,819778 10,819778 10,819778 10,819778 10,819778 10,819778 10,819778 10,819778 10,819778 10,819778 10,463103 10,463103 10,596635 10,819778 10,714418 10,596635 10,596635 10,714418
Ln (X2) 3,8066625 3,8501476 3,9318256 3,3672958 4,1588831 3,4965076 3,7612001 3,8066625 3,8501476 3,4657359 3,8066625 3,6109179 3,8066625 4,3820266 3,7376696 3,4011974 3,8286414 3,6635616 4,0073332 3,912023 4,1108739 4,0253517 4,1431347 3,6635616 3,7612001 3,4657359 3,5553481 3,4965076 3,4965076 3,1354942 3,8066625 3,5553481 4,2484952 3,5553481 3,4339872 3,912023 3,6635616 4,0073332 4,0943446 3,4657359 3,5553481 4,1743873 4,0073332 4,0430513
Ln (X3) 1,7917595 1,0986123 2,0794415 2,5649494 0 0,6931472 1,6094379 1,7917595 0 2,1972246 1,6094379 1,7917595 1,0986123 2,0794415 1,7917595 2,4849066 0 0 0 1,3862944 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 0 0 1,7917595 1,7917595 0 1,7917595 0
Ln (X4) 1,0986123 1,6094379 1,6094379 0,6931472 0,6931472 1,6094379 1,0986123 1,0986123 1,7917595 1,9459101 1,0986123 1,0986123 1,7917595 0 1,0986123 0,6931472 1,3862944 1,0986123 1,3862944 1,3862944 1,3862944 1,6094379 1,0986123 1,3862944 1,3862944 1,0986123 1,3862944 1,0986123 1,3862944 0 1,6094379 1,3862944 1,0986123 1,0986123 1,0986123 1,6094379 1,3862944 0,6931472 0 1,0986123 0 1,0986123 0 1,0986123
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Eknomi Sumberdaya Pesisir
Ln (X5) 16,840802 13,04332 16,482739 17,822844 15,201805 15,319588 16,118096 13,71015 16,897421 16,897421 15,779541 15,60727 13,487006 16,600522 17,622173 15,319588 12,611538 14,914123 18,246327 16,364956 17,305939 17,140547 17,140547 15,789592 15,869634 18,017214 16,147654 16,694709 17,833694 16,147654 16,562781 16,203906 17,236511 15,062543 16,562781 16,562781 15,068274 15,761421 16,588099 16,300417 16,012735 16,588099 16,993564 17,804495
102
Ln (X6) 2,8903718 3,6888795 2,8903718 1,6094379 2,3025851 2,4849066 1,252763 3,4965076 3,2958369 2,8903718 3,4011974 3,2188758 3,6375862 2,3978953 2,3978953 1,3862944 2,4849066 2,4849066 3,8066625 3,2188758 3,7841896 3,8066625 3,7376696 2,7080502 3,4011974 2,3025851 2,9957323 2,4849066 2,3025851 2,3025851 3,6109179 2,7080502 3,4011974 2,9957323 2,3025851 2,9957323 2,0794415 2,3978953 2,3025851 1,0986123 3,0445224 2,7080502 2,3025851 2,4849066
Laporan Teknis Lampiran 14 Data Olahan Sumberdaya Udang Windu di Perairan Segara Anakan Cilacap-2 SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R R Square Adjusted R Square Standard Error Observations
0,999937042 0,999874089 0,999864526 0,013393442 86
ANOVA df Regression Residual Total
6 79 85
SS 112,53639 0,0141714 112,55057
Coefficients Intercept X Variable 1 X Variable 2 X Variable 3 X Variable 4 X Variable 5 X Variable 6
0,1757 -1,0112 -0,0090 0,0012 -0,0054 0,9983 0,0039
MS 18,756066 0,0001794
Standard Error 0,1237 0,0113 0,0077 0,0022 0,0034 0,0013 0,0029
Significance F 7,53E-152
t Stat
P-value
1,4202 -89,4618 -1,1737 0,5525 -1,5771 760,5887 1,3370
0,1595 0,0000 0,2440 0,5821 0,1188 0,0000 0,1851
b0 b1 b2 b3 b4 b5 b6
0,175670999 -1,011215145 -0,00900963 0,001192909 -0,005436712 0,998290784 0,003884422
3,821029079 1,573931224 1,288655892 16,45685298 3,027490056
Ln Q=
16,38917012
+
Q=
F 104558,01
0,175670999
Lower 95% -0,0705 -1,0337 -0,0243 -0,0031 -0,0123 0,9957 -0,0019
Upper 95% 0,4219 -0,9887 0,0063 0,0055 0,0014 1,0009 0,0097
Lower 95.0% -0,0705 -1,0337 -0,0243 -0,0031 -0,0123 0,9957 -0,0019
LnX1
13.113.727,19
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Eknomi Sumberdaya Pesisir
103
Upper 95.0% 0,4219 -0,9887 0,0063 0,0055 0,0014 1,0009 0,0097
Laporan Teknis Lampiran 15 Perhitungan Surplus Konsumen Sumberdaya Udang Windu di Perairan Segara Anakan Cilacap
b0:=15817083.75;b1:=-1.011215145;a:=289.80; b0 := 1.581708375 107 b1 := -1.011215145 a := 289.80
f(Q):=Q^(1/b1)/b0^(1/b1); 7
f(Q) :=
1.316081024 10 Q
0.9889092395
plot(f(Q),Q=0..a);
Mengestimasi total kesediaan membayar U:=int(f(Q),Q=0..a); U := 1.263653032 109
Mengestimasi harga rataan WTP f(Q):=a^(1/b1)/b0^(1/b1); f(Q ) := 48360.50080
Mengestimasi nilai yang dibayarkan PQ:=f(Q)*a; PQ := 1.401487313 107
Menghitung Surplus Konsumen CS:=U-PQ; CS := 1.249638159 109
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Eknomi Sumberdaya Pesisir
104
Laporan Teknis Lampiran 16 Data Dasar Sumberdaya Udang Krosok dan Peci di Perairan Segara Anakan Cilacap N o
Nama Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
kadiamin Sudarno Subarjo Tono Suwardi Pono Sunento Parnoto Jono Nislam sadam Fredi Pak Sis marnoto Sugi Jaswanto Andianto atam hartono kartomiharjo Yoto Pur Mujianto Sutarno Indi Subondo Suparno Dasmono Rahman Adi S Suparman Lisman Tusiwa Krisyanto Pujiyatin Harto Sujono Suyarno Kasmin Iman Ely Suprato Sumarto W Gumato
Produksi (Y) 400 1.948 740 524 664 1.480 468 556 1.126 256 312 114 900 336 740 3.588 6.000 28.624 2.938 8.640 1.080 1.245 2.672 556 2.116 356 106 612 154 1.188 2.920 4.740 1.284 744 600 2.220 1.556 1.224 1.392 660 412 612
Harga (X1) 10.000 7.750 10.000 12.000 10.500 8.500 7.000 10.500 9.750 10.500 10.500 10.500 9.500 10.500 12.000 11.800 15.000 9.000 16.500 17.000 8.500 8.250 7.500 10.000 9.000 12.000 15.000 13.500 11.000 7.667 7.750 8.500 5.500 8.000 9.000 9.333 11.000 10.000 11.000 11.000 11.000 11.000
Umur (X2)
Pendidikan (X3)
50 43 45 34 55 40 53 40 27 31 40 45 35 60 46 51 53 60 70 41 55 34 50 35 46 47 60 32 63 45 47 32 45 45 60 61 56 63 39 43 35 33
2 2 6 6 6 11 2 5 6 5 4 1 6 4 1 3 1 6 1 5 6 6 6 4 6 6 5 6 5 6 1 9 5 3 6 6 6 6 6 6 6 6
Jumlah Keluarga (X4) 4 4 4 3 2 3 5 6 2 4 7 7 5 3 5 3 3 3 2 2 3 4 3 5 5 4 2 5 3 3 6 7 3 6 1 4 5 3 4 4 4 3
Pendapatan (X5) 4.400.000 13.468.000 7.400.000 6.288.000 5.496.000 13.888.000 2.904.000 5.616.000 9.465.600 2.616.000 3.232.000 1.164.000 7.800.000 3.456.000 8.880.000 32.448.000 90.000.000 240.560.000 45.676.800 146.880.000 8.000.000 7.805.520 18.048.000 5.560.000 17.525.760 4.272.000 1.584.000 7.680.000 1.699.280 8.640.000 21.400.000 31.800.000 6.804.000 5.952.000 5.000.000 20.200.000 17.116.000 12.240.000 15.312.000 7.260.000 4.532.000 6.732.000
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Eknomi Sumberdaya Pesisir
Pengalaman Usaha (X6) 30 20 20 15 20 15 15 15 10 10 15 15 10 30 20 20 11 45 60 27 46 22 30 25 34 28 35 20 52 33 27 18 30 38 53 44 45 42 15 30 20 12
105
Laporan Teknis Lampiran 16 Lanjutan N o
Nama Responden
Produksi (Y)
Harga (X1)
Umur (X2)
Pendidikan (X3)
43 Suryadi 44 Santoso 45 Bodri 46 Sujetmo 47 Wagiyono S 48 Karjo 49 Acin 50 Johari 51 Emin 52 Kamad Rata-rata Ln Rata-rata
1.836 50 100 2.136 524 1.312 80 350 100 50 1.833,48
11.000 11.000 11.000 11.000 11.000 11.000 11.000 11.000 11.000 11.000 10.467,3 9,256012
33 23 45 35 31 50 39 55 65 55 45,69 3,821
6 6 6 6 6 6 6 1 1 6 4,90 1,5900198
Jumlah Keluarga (X4) 4 1 5 3 3 5 4 2 3 1 3,75 1,321755 8
Pendapatan (X5) 20.196.000 550.000 1.100.000 23.496.000 5.764.000 14.432.000 880.000 3.850.000 1.100.000 550.000 18.436.903,0 8 16,72986482
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Eknomi Sumberdaya Pesisir
Pengalaman Usaha (X6) 10 12 37 20 10 20 8 11 15 10 24,52 3,1994577
106
Laporan Teknis Lampiran 17 Data Olahan Sumberdaya Udang Krosok dan Peci di Perairan Segara Anakan Cilacap-1 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
Responden kadiamin Sudarno Subarjo Tono Suwardi Pono Sunento Parnoto Jono Nislam sadam Fredi Pak Sis marnoto Sugi Jaswanto Andianto atam hartono kartomiharjo Yoto Pur Mujianto Sutarno Indi Subondo Suparno Dasmono Rahman Adi S Suparman Lisman Tusiwa Krisyanto Pujiyatin Harto Sujono Suyarno Kasmin Iman Ely Suprato Sumarto W Gumato Suryadi
Ln (Y) 5,9914645 7,5745585 6,6066502 6,2614917 6,4982821 7,2997974 6,1484683 6,3207683 7,0260715 5,5451774 5,7430032 4,7361984 6,8023948 5,8171112 6,6066502 8,1853502 8,6995147 10,262001 7,9853482 9,0641579 6,9847163 7,1268587 7,8905825 6,3207683 7,6575096 5,8749307 4,6596584 6,4167323 5,0400646 7,0800265 7,9793389 8,4637924 7,1577355 6,612041 6,3969297 7,7052625 7,3498737 7,1098795 7,2384968 6,4922398 6,0210233 6,4167323 7,5153446
Ln (X1) 9,2103404 8,9554481 9,2103404 9,3926619 9,2591305 9,0478214 8,8536654 9,2591305 9,1850226 9,2591305 9,2591305 9,2591305 9,1590471 9,2591305 9,3926619 9,3758548 9,6158055 9,1049799 9,7111157 9,7409686 9,0478214 9,0179685 8,9226583 9,2103404 9,1049799 9,3926619 9,6158055 9,510445 9,3056506 8,9446372 8,9554481 9,0478214 8,6125034 8,9871968 9,1049799 9,1413475 9,3056506 9,2103404 9,3056506 9,3056506 9,3056506 9,3056506 9,3056506
Ln (X2) 3,912023 3,7612001 3,8066625 3,5263605 4,0073332 3,6888795 3,9702919 3,6888795 3,2958369 3,4339872 3,6888795 3,8066625 3,5553481 4,0943446 3,8286414 3,9318256 3,9702919 4,0943446 4,2484952 3,7135721 4,0073332 3,5263605 3,912023 3,5553481 3,8286414 3,8501476 4,0943446 3,4657359 4,1431347 3,8066625 3,8501476 3,4657359 3,8066625 3,8066625 4,0943446 4,1108739 4,0253517 4,1431347 3,6635616 3,7612001 3,5553481 3,4965076 3,4965076
Ln (X3) 0,6931472 0,6931472 1,7917595 1,7917595 1,7917595 2,3978953 0,6931472 1,6094379 1,7917595 1,6094379 1,3862944 0 1,7917595 1,3862944 0 1,0986123 0 1,7917595 0 1,6094379 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,3862944 1,7917595 1,7917595 1,6094379 1,7917595 1,6094379 1,7917595 0 2,1972246 1,6094379 1,0986123 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595
Ln (X4) 1,3862944 1,3862944 1,3862944 1,0986123 0,6931472 1,0986123 1,6094379 1,7917595 0,6931472 1,3862944 1,9459101 1,9459101 1,6094379 1,0986123 1,6094379 1,0986123 1,0986123 1,0986123 0,6931472 0,6931472 1,0986123 1,3862944 1,0986123 1,6094379 1,6094379 1,3862944 0,6931472 1,6094379 1,0986123 1,0986123 1,7917595 1,9459101 1,0986123 1,7917595 0 1,3862944 1,6094379 1,0986123 1,3862944 1,3862944 1,3862944 1,0986123 1,3862944
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Eknomi Sumberdaya Pesisir
Ln (X5) 15,297115 16,415827 15,816991 15,654154 15,519531 16,446536 14,8816 15,54113 16,063175 14,777157 14,988612 13,967373 15,869634 15,055622 15,999312 17,295149 18,31532 19,29848 17,637101 18,805126 15,894952 15,870342 16,708545 15,531109 16,679182 15,267593 14,275464 15,85413 14,345715 15,971913 16,878901 17,274977 15,733021 15,599238 15,424948 16,821193 16,655524 16,32022 16,544147 15,79789 15,326674 15,722383 16,820995
107
Ln (X6) 3,4011974 2,9957323 2,9957323 2,7080502 2,9957323 2,7080502 2,7080502 2,7080502 2,3025851 2,3025851 2,7080502 2,7080502 2,3025851 3,4011974 2,9957323 2,9957323 2,3978953 3,8066625 4,0943446 3,2958369 3,8286414 3,0910425 3,4011974 3,2188758 3,5263605 3,3322045 3,5553481 2,9957323 3,9512437 3,4965076 3,2958369 2,8903718 3,4011974 3,6375862 3,9702919 3,7841896 3,8066625 3,7376696 2,7080502 3,4011974 2,9957323 2,4849066 2,3025851
Laporan Teknis Lampiran 17 Lanjutan No 44 45 46 47 48 49 50 51 52
Responden Santoso Bodri Sujetmo Wagiyono S Karjo Acin Johari Emin Kamad
Ln (Y) 3,912023 4,6051702 7,6666902 6,2614917 7,179308 4,3820266 5,8579332 4,6051702 3,912023
Ln (X1) 9,3056506 9,3056506 9,3056506 9,3056506 9,3056506 9,3056506 9,3056506 9,3056506 9,3056506
Ln (X2) 3,1354942 3,8066625 3,5553481 3,4339872 3,912023 3,6635616 4,0073332 4,1743873 4,0073332
Ln (X3) 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 0 0 1,7917595
Ln (X4) 0 1,6094379 1,0986123 1,0986123 1,6094379 1,3862944 0,6931472 1,0986123 0
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Eknomi Sumberdaya Pesisir
Ln (X5) 13,217674 13,910821 16,972341 15,567142 16,484959 13,687677 15,163584 13,910821 13,217674
108
Ln (X6) 2,4849066 3,6109179 2,9957323 2,3025851 2,9957323 2,0794415 2,3978953 2,7080502 2,3025851
Laporan Teknis Lampiran 18 Data Olahan Sumberdaya Udang Krosok dan Peci di Perairan Segara Anakan Cilacap-2 SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R
0,998445834
R Square
0,996894084
Adjusted R Square
0,996479962
Standard Error
0,076940763
Observations
52
ANOVA df Regression
SS
MS
F
6
85,5037
14,250614
Residual
45
0,26639
0,0059199
Total
51
85,7701
Coefficients
Standard Error
0,9669
X Variable 1
Significance F
2407,25
1,07E-54
t Stat
Pvalue
Lower 95%
Upper 95%
Lower 95.0%
Upper 95.0%
0,5716
1,6917
0,0976
-0,1843
2,1180
-0,1843
2,1180
-1,1172
0,0551
-20,2812
0,0000
-1,2282
-1,0063
-1,2282
-1,0063
X Variable 2
-0,0165
0,0641
-0,2569
0,7984
-0,1455
0,1126
-0,1455
0,1126
X Variable 3
-0,0003
0,0196
-0,0166
0,9868
-0,0399
0,0392
-0,0399
0,0392
X Variable 4
-0,0160
0,0256
-0,6241
0,5357
-0,0674
0,0355
-0,0674
0,0355
X Variable 5
1,0161
0,0090
113,0410
0,0000
0,9980
1,0342
0,9980
1,0342
X Variable 6
-0,0047
0,0286
-0,1649
0,8697
-0,0623
0,0528
-0,0623
0,0528
Intercept
b0
0,966866493
b1
-1,11720261
b2
-0,01645919
3,82193
b3
-0,000326842
1,59002
b4
-0,015950082
1,32176
b5
1,016094268
16,7299
b6
-0,004712724
3,19946
Ln Q= Q=
17,86640041
+
-1,1172026
LnX1
57.448.554,87
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Eknomi Sumberdaya Pesisir
109
Laporan Teknis Lampiran 19 Perhitungan Surplus Konsumen Sumberdaya Udang Krosok dan Peci di Perairan Segara Anakan Cilacap b0:=57448554.87;b1:=-1.11720261;a:=1833.48; b0 := 5.744855487 10
7
b1 := -1.11720261 a := 1833.48
f(Q):=Q^(1/b1)/b0^(1/b1); f(Q ) :=
8.816064870 106 Q 0.8950927889
plot(f(Q),Q=0..a);
Mengestimasi total kesediaan membayar U:=int(f(Q),Q=0..a); U := 1.848462474 108
Mengestimasi harga rataan WTP f(Q):=a^(1/b1)/b0^(1/b1); f(Q ) := 10576.44714
Mengestimasi nilai yang dibayarkan PQ:=f(Q)*a; PQ := 1.939170430 10
7
Menghitung Surplus Konsumen CS:=U-PQ; CS := 1.654545431 108
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Eknomi Sumberdaya Pesisir
110
Laporan Teknis Lampiran 20 Data Dasar Sumberdaya Kepiting di Perairan Segara Anakan Cilacap No
Nama Responden
Produksi (Y)
Harga (X1)
Umur (X2)
Pendidikan (X3)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Lisman Nadar Pujiyatin Mistam Tukijan Kadar Suyono Kasnoto Adi Rebo Miskun Slamet Didik Pento Boma Boma Sudarno Subarjo Sunento Wargono Jono Nislam sadam marnoto Marsino Waris Sugi Sugi Nur Jaswanto Bejo Rasim Rasim Seno Seno Sujanah Sujanah Sukimis Sukimis Suparjo Suparjo Pejo Pejo Suporno Suporno Mardi
50 345 45 225 45 315 243 270 135 198 180 30 96 198 288 195 60 356 225 360 158 315 180 315 270 315 310 315 450 225 360 675 270 450 270 270 270 225 180 225 360 225 270 225 270
30.000 40.000 30.000 50.000 25.000 25.000 35.000 35.000 35.000 40.000 50.000 45.000 45.000 35.000 25.000 30.000 30.000 22.000 30.000 25.000 35.000 42.500 27.500 35.000 29.000 35.000 35.000 32.500 22.500 37.500 50.000 40.000 50.000 40.000 50.000 40.000 50.000 40.000 50.000 40.000 50.000 40.000 50.000 40.000 50.000
47 37 45 57 40 46 40 63 40 30 51 57 43 35 35 43 45 40 49 40 27 31 35 20 55 60 60 21 46 45 27 27 16 16 34 34 50 50 60 60 25 25 20 20 32
1 6 3 6 5 4 9 2 6 12 8 2 5 2 2 2 6 11 5 5 6 5 6 6 2 4 4 6 1 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
Jumlah Keluarga (X4) 6 3 6 4 3 3 4 3 4 4 5 5 3 4 4 4 4 3 6 6 2 4 5 1 5 3 3 1 5 5 1 1 1 1 4 4 1 1 5 5 2 2 2 2 3
Pendapatan (X5) 1.500.000 13.800.000 1.350.000 11.250.000 1.125.000 7.875.000 8.505.000 10.800.000 5.400.000 8.640.000 9.000.000 1.350.000 4.320.000 6.930.000 7.200.000 5.844.000 1.800.000 7.832.000 6.750.000 11.700.000 6.075.000 14.400.000 3.375.000 11.025.000 7.290.000 11.025.000 10.836.000 9.675.000 8.100.000 8.775.000 18.000.000 27.000.000 13.500.000 18.000.000 13.500.000 10.800.000 13.500.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 18.000.000 9.000.000 13.500.000 9.000.000 13.500.000
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Eknomi Sumberdaya Pesisir
Pengalaman Usaha (X6) 27 25 38 35 15 20 21 34 22 5 18 5 4 20 20 20 20 15 20 15 10 10 10 5 25 30 30 5 20 35 17 17 5 5 18 18 20 20 20 20 15 15 10 10 15
111
Laporan Teknis Lampiran 20 Lanjutan No
Nama Responden
46 Mardi 47 Warno 48 Dasum 49 sukardi Rata-rata Ln Rata-rata
Produksi (Y)
Harga (X1)
Umur (X2)
Pendidikan (X3)
315 100 400 12 246,58
40.000 50.000 30.000 50.000 38.030,61
32 30 41 59 39,612 3,67913
6 6 6 6 5,34 1,67652
Jumlah Keluarga (X4) 3 5 5 7 3,53 1,26147
Pendapatan (X5) 12.600.000 5.000.000 8.000.000 600.000 9.266.265 16,04189
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Eknomi Sumberdaya Pesisir
Pengalaman Usaha (X6) 15 18 20 10 17,68 2,87264
112
Laporan Teknis Lampiran 21 Data Olahan Sumberdaya Kepiting di Perairan Segara Anakan Cilacap-1 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Nama Responden Lisman Nadar Pujiyatin Mistam Tukijan Kadar Suyono Kasnoto Adi Rebo Miskun Slamet Didik Pento Boma Boma Sudarno Subarjo Sunento Wargono Jono Nislam sadam marnoto Marsino Waris Sugi Sugi Nur Jaswanto Bejo Rasim Rasim Seno Seno Sujanah Sujanah Sukimis Sukimis Suparjo Suparjo Pejo Pejo Suporno Suporno Mardi
Ln (Y)
Ln (X1)
Ln (X2)
Ln (X3)
Ln (X4)
Ln (X5)
Ln (X6)
3,912023 5,8435444 3,8066625 5,4161004 3,8066625 5,7525726 5,4930614 5,598422 4,9052748 5,288267 5,1929569 3,4011974 4,5643482 5,288267 5,6629605 5,2719734 4,0943446 5,8749307 5,4161004 5,886104 5,0594255 5,7525726 5,1929569 5,7525726 5,598422 5,7525726 5,7352811 5,7525726 6,1092476 5,4161004 5,886104 6,5147127 5,598422 6,1092476 5,598422 5,598422 5,598422 5,4161004 5,1929569 5,4161004 5,886104 5,4161004 5,598422 5,4161004 5,598422
10,308953 10,596635 10,308953 10,819778 10,126631 10,126631 10,463103 10,463103 10,463103 10,596635 10,819778 10,714418 10,714418 10,463103 10,126631 10,308953 10,308953 9,9987977 10,308953 10,126631 10,463103 10,657259 10,221941 10,463103 10,275051 10,463103 10,463103 10,388995 10,021271 10,532096 10,819778 10,596635 10,819778 10,596635 10,819778 10,596635 10,819778 10,596635 10,819778 10,596635 10,819778 10,596635 10,819778 10,596635 10,819778
3,8501476 3,6109179 3,8066625 4,0430513 3,6888795 3,8286414 3,6888795 4,1431347 3,6888795 3,4011974 3,9318256 4,0430513 3,7612001 3,5553481 3,5553481 3,7612001 3,8066625 3,6888795 3,8918203 3,6888795 3,2958369 3,4339872 3,5553481 2,9957323 4,0073332 4,0943446 4,0943446 3,0445224 3,8286414 3,8066625 3,2958369 3,2958369 2,7725887 2,7725887 3,5263605 3,5263605 3,912023 3,912023 4,0943446 4,0943446 3,2188758 3,2188758 2,9957323 2,9957323 3,4657359
0 1,7917595 1,0986123 1,7917595 1,6094379 1,3862944 2,1972246 0,6931472 1,7917595 2,4849066 2,0794415 0,6931472 1,6094379 0,6931472 0,6931472 0,6931472 1,7917595 2,3978953 1,6094379 1,6094379 1,7917595 1,6094379 1,7917595 1,7917595 0,6931472 1,3862944 1,3862944 1,7917595 0 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595
1,7917595 1,0986123 1,7917595 1,3862944 1,0986123 1,0986123 1,3862944 1,0986123 1,3862944 1,3862944 1,6094379 1,6094379 1,0986123 1,3862944 1,3862944 1,3862944 1,3862944 1,0986123 1,7917595 1,7917595 0,6931472 1,3862944 1,6094379 0 1,6094379 1,0986123 1,0986123 0 1,6094379 1,6094379 0 0 0 0 1,3862944 1,3862944 0 0 1,6094379 1,6094379 0,6931472 0,6931472 0,6931472 0,6931472 1,0986123
14,22097 16,44017 14,11561 16,23587 13,93329 15,87920 15,95616 16,19505 15,50190 15,97191 16,01273 14,11561 15,27876 15,75137 15,78959 15,58092 14,40329 15,87372 15,72505 16,27509 15,61969 16,48273 15,03190 16,21567 15,8020 16,21567 16,19838 16,0850 15,90737 15,98741 16,70588 17,11134 16,41820 16,70588 16,41820 16,19505 16,41820 16,01273 16,01273 16,01273 16,70588 16,01273 16,41820 16,01273 16,41820
3,295836 3,218875 3,637586 3,5553480 2,7080502 2,9957322 3,0445224 3,5263605 3,0910424 1,6094379 2,8903717 1,6094379 1,2527629 2,9957322 2,9957322 2,9957322 2,9957322 2,7080502 2,9957322 2,7080502 2,3025850 2,3025850 2,3025850 1,6094379 3,2188758 3,4011973 3,4011973 1,6094379 2,9957322 3,5553480 2,8332133 2,8332133 1,6094379 1,6094379 2,8903717 2,8903717 2,9957322 2,9957322 2,9957322 2,9957322 2,7080502 2,7080502 2,3025850 2,3025850 2,7080502
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Eknomi Sumberdaya Pesisir
113
Laporan Teknis Lampiran 21 Lanjutan No 46 47 48 49
Nama Responden Mardi Warno Dasum sukardi
Ln (Y)
Ln (X1)
Ln (X2)
Ln (X3)
Ln (X4)
Ln (X5)
Ln (X6)
5,7525726 4,6051702 5,9914645 2,4849066
10,596635 10,819778 10,308953 10,819778
3,4657359 3,4011974 3,7135721 4,0775374
1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595
1,0986123 1,6094379 1,6094379 1,9459101
16,34920 15,42494 15,89495 13,30468
2,7080502 2,8903717 2,9957322 2,3025850
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Eknomi Sumberdaya Pesisir
114
Laporan Teknis Lampiran 22 Data Olahan Sumberdaya Kepiting di Perairan Segara Anakan Cilacap-2
Regression Statistics Multiple R 0,9915136 R Square 0,9830992 Adjusted R Square 0,9806848 Standard Error 0,1060538 Observations 49 ANOVA df Regression Residual Total
Intercept X Variable 1 X Variable 2 X Variable 3 X Variable 4 X Variable 5 X Variable 6 b0= b1= b2= b3= b4= b5= b6= ln Q= Q=
6 42 48
SS 27,478506 0,4723916 27,950898
Coefficients 0,9370 -1,0722 -0,0173 -0,0071 0,0104 0,9945 -0,0080
Standard Error 0,8037 0,0707 0,0645 0,0332 0,0365 0,0253 0,0359
0,9370213 -1,0722398 -0,0173183 -0,0070945 0,0103908 0,9945086 -0,007959 16,805454 19884556
MS 4,579751 0,0112474
t Stat 1,1658 -15,1695 -0,2687 -0,2138 0,2848 39,2676 -0,2215
F 407,1824
P-value 0,2503 0,0000 0,7895 0,8317 0,7772 0,0000 0,8258
Significance F 1,496E-35
Lower 95% -0,6850 -1,2149 -0,1474 -0,0741 -0,0632 0,9434 -0,0805
Upper 95% 2,5590 -0,9296 0,1128 0,0599 0,0840 1,0456 0,0646
Lower 95,0% -0,6850 -1,2149 -0,1474 -0,0741 -0,0632 0,9434 -0,0805
3,6791383 1,6765242 1,2614713 16,041891 2,8726418 +
-1,0722398
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Eknomi Sumberdaya Pesisir
115
Upper 95,0% 2,5590 -0,9296 0,1128 0,0599 0,0840 1,0456 0,0646
Laporan Teknis Lampiran 23 Perhitungan Surplus Konsumen Sumberdaya Kepiting di Segara Anakan Cilacap b0:=19884556.4;b1:=-1.0722398;a:=246.589796; b0 := 1.98845564 107 b1 := -1.0722398 a := 246.589796
f(Q):=Q^(1/b1)/b0^(1/b1); 6
f(Q) :=
6.409061490 10 Q
0.9326271978
plot(f(Q),Q=0..a);
Mengestimasi total kesediaan membayar U:=int(f(Q),Q=0..a); 8
U := 1.378681324 10
Mengestimasi harga rataan WTP f(Q):=a^(1/b1)/b0^(1/b1); f(Q ) := 37668.07291
Mengestimasi nilai yang dibayarkan PQ:=f(Q)*a; PQ := 9.288562415 106
Menghitung Surplus Konsumen CS:=U-PQ; CS := 1.285795700 108
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Eknomi Sumberdaya Pesisir
116
Laporan Teknis Lampiran 24 Data Dasar Pemanfaat Kayu Bakar di Perairan Segara Anakan Cilacap No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Nama Responden Pak Rasam surya Kamad Asnawi nasep Apudin Sudarno Tono Suwardi Pono Wargono Parnoto Jono Nislam sadam untung Pak Sis Waris Nur Jaswanto Andianto Wirjaya Rohim Etin Mujianto Prasono Pento atam karto Krisyanto Suparno Sukardi kaman Sakri dono kadiamin Marsino Natadiwiriya
Alamat Bondan Bondan Bondan Bondan Bondan Bondan Motean Motean Peniten Motean Motean Peniten peniten peniten peniten peniten Ujung Alang Ujung Alang Peniten peniten Bondan Bondan Bondan Motean Motean Mangunjaya bondan bondan Motean Motean Bondan Bondan Bondan Bondan kampung laut Klaces Klaces
Konsumsi Kayu (Kubik/tahun) 24 12 48 48 24 24 24 24 24 12 3 36 6 12 24 36 24 48 6 72 12 24 6 6 12 0,6 48 60 48 96 96 42 96 42 36 48 24
Nilai Konsumsi Kayu (Rp/tahun) 720.000 360.000 1.440.000 1.440.000 720.000 720.000 720.000 720.000 600.000 360.000 90.000 1.080.000 180.000 360.000 720.000 1.080.000 720.000 1.440.000 180.000 2.160.000 360.000 720.000 180.000 180.000 360.000 18.000 1.440.000 1.800.000 2.400.000 2.880.000 2.880.000 1.260.000 2.880.000 1.260.000 1.080.000 1.440.000 720.000
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Eknomi Sumberdaya Pesisir
117
Laporan Teknis
Cost Ujung Alang Klaces Total Cost PV Cost Manfaat Bersih R1 df
1
2
3
4
5
6
7
8
9
-
4.535.818 3.395.000 7.930.818 7.144.881
4.535.818 3.395.000 7.930.818 6.436.830
4.535.818 3.395.000 7.930.818 5.798.946
4.535.818 3.395.000 7.930.818 5.224.276
4.535.818 3.395.000 7.930.818 4.706.555
4.535.818 3.395.000 7.930.818 4.240.139
4.535.818 3.395.000 7.930.818 3.819.945
4.535.818 3.395.000 7.930.818 3.441.392
4.535.818 3.395.000 7.930.818 3.100.353
4.535.818 3.395.000 7.930.818 2.793.111
825.477 2.166.500 2.991.977 2.991.977 2.991.977
825.477 2.166.500 2.991.977 2.695.475 4.938.841
825.477 2.166.500 2.991.977 2.428.356 4.938.841
825.477 2.166.500 2.991.977 2.187.708 4.938.841
825.477 2.166.500 2.991.977 1.970.908 4.938.841
825.477 2.166.500 2.991.977 1.775.593 4.938.841
825.477 2.166.500 2.991.977 1.599.633 4.938.841
825.477 2.166.500 2.991.977 1.441.111 4.938.841
825.477 2.166.500 2.991.977 1.298.298 4.938.841
825.477 2.166.500 2.991.977 1.169.638 4.938.841
825.477 2.166.500 2.991.977 1.053.728 4.938.841
11% 1
0,900901
0,811622
0,731191
0,658731
0,593451
0,534641
0,481658
0,433926
0,390925
0,352184
4.449.406
4.008.474
3.611.238
3.253.367
2.930.962
2.640.506
2.378.834
2.143.094
1.930.715
1.739.383
PV NPV
2.991.977 32.077.957
Gross B/C
2
Luas Lahan Sawah Kecamatan Kampung Laut (Ha) Nilai Manfaat langsung (ha/tahun) Nilai Manfaat Total Pertanian
10
979 6.415.591 6.280.864.030
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Eknomi Sumberdaya Pesisir
118
Lampiran 25 Data Olahan Pemanfaat Pertanian di Perairan Segara Anakan Cilacap
0
Revenue Desa Ujung Alang Klaces Total Revenue PV Revenue
Laporan Teknis Lampiran 26 Data Dasar Nilai Pilihan Sumberdaya Perairan Segara Anakan Cilacap No.
WTP (option value)
Pendidikan (E)
Umur (A)
Pengalaman Usaha (XP)
Pendapatan (I)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
100.000 560.000 150.000 240.000 400.000 100.000 400.000 600.000 700.000 510.000 50.000 150.000 150.000 1.000.000 20.000 200.000 100.000 500.000 200.000 100.000 500.000 400.000 500.000 1.000.000 150.000
6 9 1 1 1 1 6 8 6 9 1 2 6 6 6 6 5 2 6 6 2 6 6 11 5
59 44 53 63 70 57 60 51 57 29 64 33 55 34 35 39 43 45 36 29 43 34 55 40 49
10 24 11 40 60 11 11 18 35 10 10 12 46 22 15 26 4 11 5 10 20 15 20 15 20
900.000 4.104.000 5.120.000 20.650.000 22.080.000 28.330.000 27.000.000 10.000.000 18.675.000 28.310.000 3.500.000 7.250.000 9.820.000 10.361.520 360.000 10.336.000 7.160.000 20.000.000 9.800.000 6.100.000 19.312.000 12.968.000 10.640.000 33.520.000 6.750.000
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Eknomi Sumberdaya Pesisir
119
Laporan Teknis Lampiran 27 Data Olahan Nilai Pilihan Sumberdaya Perairan Segara Anakan Cilacap-1 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
LN WTP 11,51292546 13,23569206 11,91839057 12,3883942 12,89921983 11,51292546 12,89921983 13,30468493 13,45883561 13,142166 10,81977828 11,91839057 11,91839057 13,81551056 9,903487553 12,20607265 11,51292546 13,12236338 12,20607265 11,51292546 13,12236338 12,89921983 13,12236338 13,81551056 11,91839057 rata-rata
LN E 1,791759469 2,197224577 0,5 0,5 0,5 0,5 1,791759469 2,079441542 1,791759469 2,197224577 0,5 0,693147181 1,791759469 1,791759469 1,791759469 1,791759469 1,609437912 0,693147181 1,791759469 1,791759469 0,693147181 1,791759469 1,791759469 2,397895273 1,609437912 1,4551783
LN A 4,0775374 3,7841896 3,9702919 4,1431347 4,2484952 4,0430513 4,0943446 3,9318256 4,0430513 3,3672958 4,1588831 3,4965076 4,0073332 3,5263605 3,5553481 3,6635616 3,7612001 3,8066625 3,5835189 3,3672958 3,7612001 3,5263605 4,0073332 3,6888795 3,8918203 3,8202193
LN XP 2,3025851 3,1780538 2,3978953 3,6888795 4,0943446 2,3978953 2,3978953 2,8903718 3,5553481 2,3025851 2,3025851 2,4849066 3,8286414 3,0910425 2,7080502 3,2580965 1,3862944 2,3978953 1,6094379 2,3025851 2,9957323 2,7080502 2,9957323 2,7080502 2,9957323 2,7591474
LN I 13,71015 15,227473 15,448665 16,843226 16,910183 17,159432 17,111347 16,118096 16,742696 17,158726 15,068274 15,796512 16,099932 16,15361 12,793859 16,151144 15,784021 16,811243 16,097893 15,623799 16,776237 16,377995 16,180131 17,327653 15,725053 16,047894
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Eknomi Sumberdaya Pesisir
120
Laporan Teknis Lampiran 28 Data Olahan Nilai Pilihan Sumberdaya Perairan Segara Anakan Cilacap-2
SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0,81434302 R Square 0,66315455 Adjusted R Square 0,59578546 Standard Error 0,61407428 Observations 25 ANOVA df Regression Residual Total
Intercept LN E LN A LN XP LN I
4 20 24
Coefficients 0,79681 0,54776 -0,09075 0,35047 0,63492
SS 14,847587 7,5417443 22,389331 Standard Error 2,93337 0,21685 0,57753 0,21695 0,12159
MS 3,711896657 0,377087217
t Stat 0,27164 2,52595 -0,15713 1,61548 5,22178
F 9,843602474
P-value 0,78868 0,02009 0,87672 0,12187 0,00004
Lower 95% -5,32208 0,09541 -1,29545 -0,10207 0,38129
Significance F 0,000143522
Upper 95% 6,91571 1,00011 1,11395 0,80302 0,88856
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Eknomi Sumberdaya Pesisir
Lower 95.0% -5,32208 0,09541 -1,29545 -0,10207 0,38129
121
Upper 95.0% 6,91571 1,00011 1,11395 0,80302 0,88856
Laporan Teknis Lampiran 29 Data Dasar Nilai Pelestarian Sumberdaya Perairan Segara Anakan Cilacap No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
WTP (bequest value) 100.000 225.000 150.000 600.000 200.000 150.000 350.000 500.000 800.000 800.000 50.000 145.000 200.000 800.000 20.000 150.000 75.000 700.000 150.000 100.000 500.000 400.000 450.000 1.200.000 150.000
Pendidikan (E) 6 9 1 1 1 1 6 8 6 9 1 2 6 6 6 6 5 2 6 6 2 6 6 11 5
Umur (A) 59 44 53 63 70 57 60 51 57 29 64 33 55 34 35 39 43 45 36 29 43 34 55 40 49
Pengalaman Usaha (XP) 10 24 11 40 60 11 11 18 35 10 10 12 46 22 15 26 4 11 5 10 20 15 20 15 20
Pendapatan (I) 900.000 4.104.000 5.120.000 20.650.000 22.080.000 28.330.000 27.000.000 10.000.000 18.675.000 28.310.000 3.500.000 7.250.000 9.820.000 10.361.520 360.000 10.336.000 7.160.000 20.000.000 9.800.000 6.100.000 19.312.000 12.968.000 10.640.000 33.520.000 6.750.000
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Eknomi Sumberdaya Pesisir
122
Laporan Teknis Lampiran 30 Data Olahan Nilai Pelestarian Sumberdaya Perairan Segara Anakan Cilacap-1 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
LN WTP 11,51292546 12,32385568 11,91839057 13,30468493 12,20607265 11,91839057 12,76568843 13,12236338 13,59236701 13,59236701 10,81977828 11,88448902 12,20607265 13,59236701 9,903487553 11,91839057 11,22524339 13,45883561 11,91839057 11,51292546 13,12236338 12,89921983 13,01700286 13,99783211 11,91839057 Rata-rata
LN E
LN A
LN XP
LN I
1,791759469 2,197224577 0,5 0,5 0,5 0,5 1,791759469 2,079441542 1,791759469 2,197224577 0,5 0,693147181 1,791759469 1,791759469 1,791759469 1,791759469 1,609437912 0,693147181 1,791759469 1,791759469 0,693147181 1,791759469 1,791759469 2,397895273 1,609437912 1,4551783
4,0775374 3,7841896 3,9702919 4,1431347 4,2484952 4,0430513 4,0943446 3,9318256 4,0430513 3,3672958 4,1588831 3,4965076 4,0073332 3,5263605 3,5553481 3,6635616 3,7612001 3,8066625 3,5835189 3,3672958 3,7612001 3,5263605 4,0073332 3,6888795 3,8918203 3,8202193
2,3025851 3,1780538 2,3978953 3,6888795 4,0943446 2,3978953 2,3978953 2,8903718 3,5553481 2,3025851 2,3025851 2,4849066 3,8286414 3,0910425 2,7080502 3,2580965 1,3862944 2,3978953 1,6094379 2,3025851 2,9957323 2,7080502 2,9957323 2,7080502 2,9957323 2,7591474
13,71015 15,227473 15,448665 16,843226 16,910183 17,159432 17,111347 16,118096 16,742696 17,158726 15,068274 15,796512 16,099932 16,15361 12,793859 16,151144 15,784021 16,811243 16,097893 15,623799 16,776237 16,377995 16,180131 17,327653 15,725053 16,047894
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Eknomi Sumberdaya Pesisir
123
Laporan Teknis Lampiran 31 Data Olahan Nilai Pelestarian Sumberdaya Perairan Segara Anakan Cilacap-2
SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0,835492671 R Square 0,698048003 Adjusted R Square 0,637657604 Standard Error 0,598809483 Observations 25 ANOVA df Regression Residual Total
Intercept LN E LN A LN XP LN I
4 20 24
Coefficients 0,11176 0,40845 -0,18173 0,32675 0,71490
SS 16,57886203 7,17145594 23,75031797 Standard Error 2,86045 0,21146 0,56317 0,21155 0,11857
MS 4,144715508 0,358572797
t Stat 0,03907 1,93153 -0,32269 1,54452 6,02939
F 11,5589234
P-value 0,96922 0,06771 0,75028 0,13814 0,00001
Lower 95% -5,85503 -0,03266 -1,35648 -0,11455 0,46757
Significance F 5,02815E-05
Upper 95% 6,07855 0,84955 0,99303 0,76805 0,96223
Lower 95.0% -5,85503 -0,03266 -1,35648 -0,11455 0,46757
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Eknomi Sumberdaya Pesisir
Upper 95.0% 6,07855 0,84955 0,99303 0,76805 0,96223
124
Laporan Teknis Lampiran 32 Data Dasar Nilai Keberadaan Sumberdaya Perairan Segara Anakan Cilacap No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
WTP (existence value) 100.000 300.000 250.000 750.000 600.000 150.000 350.000 500.000 800.000 380.000 50.000 250.000 200.000 1.000.000 20.000 300.000 150.000 700.000 300.000 100.000 700.000 500.000 500.000 1.500.000 150.000
Pendidikan (E) 6 9 1 1 1 1 6 8 6 9 1 2 6 6 6 6 5 2 6 6 2 6 6 11 5
Umur (A) 59 44 53 63 70 57 60 51 57 29 64 33 55 34 35 39 43 45 36 29 43 34 55 40 49
Pengalaman Usaha (XP) 10 24 11 40 60 11 11 18 35 10 10 12 46 22 15 26 4 11 5 10 20 15 20 15 20
Pendapatan (I) 900.000 4.104.000 5.120.000 20.650.000 22.080.000 28.330.000 27.000.000 10.000.000 18.675.000 28.310.000 3.500.000 7.250.000 9.820.000 10.361.520 360.000 10.336.000 7.160.000 20.000.000 9.800.000 6.100.000 19.312.000 12.968.000 10.640.000 33.520.000 6.750.000
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Eknomi Sumberdaya Pesisir
125
Laporan Teknis Lampiran 33 Data Olahan Nilai Keberadaan Sumberdaya Perairan Segara Anakan Cilacap-1 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
LN WTP 11,512925 12,611538 12,429216 13,527828 13,304685 11,918391 12,765688 13,122363 13,592367 12,847927 10,819778 12,429216 12,206073 13,815511 9,9034876 12,611538 11,918391 13,458836 12,611538 11,512925 13,458836 13,122363 13,122363 14,220976 11,918391 Rata-rata
LN E 1,7917595 2,1972246 0,5 0,5 0,5 0,5 1,7917595 2,0794415 1,7917595 2,1972246 0,5 0,6931472 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,7917595 1,6094379 0,6931472 1,7917595 1,7917595 0,6931472 1,7917595 1,7917595 2,3978953 1,6094379 1,4551783
LN A
LN XP
4,0775374 3,7841896 3,9702919 4,1431347 4,2484952 4,0430513 4,0943446 3,9318256 4,0430513 3,3672958 4,1588831 3,4965076 4,0073332 3,5263605 3,5553481 3,6635616 3,7612001 3,8066625 3,5835189 3,3672958 3,7612001 3,5263605 4,0073332 3,6888795 3,8918203 3,8202193
2,3025851 3,1780538 2,3978953 3,6888795 4,0943446 2,3978953 2,3978953 2,8903718 3,5553481 2,3025851 2,3025851 2,4849066 3,8286414 3,0910425 2,7080502 3,2580965 1,3862944 2,3978953 1,6094379 2,3025851 2,9957323 2,7080502 2,9957323 2,7080502 2,9957323 2,7591474
LN I 13,71015 15,227473 15,448665 16,843226 16,910183 17,159432 17,111347 16,118096 16,742696 17,158726 15,068274 15,796512 16,099932 16,15361 12,793859 16,151144 15,784021 16,811243 16,097893 15,623799 16,776237 16,377995 16,180131 17,327653 15,725053 16,047894
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Eknomi Sumberdaya Pesisir
126
Laporan Teknis Lampiran 34 Data Olahan Nilai Keberadaan Sumberdaya Perairan Segara Anakan Cilacap-2
SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0,829237415 R Square 0,68763469 Adjusted R Square 0,625161628 Standard Error 0,602458919 Observations 25 ANOVA df Regression Residual Total
Intercept LN E LN A LN XP LN I
4 20 24
Coefficients 0,86020 0,22033 -0,24422 0,38200 0,70344
SS 15,98011328 7,259134986 23,23924827
Standard Error 2,87788 0,21275 0,56660 0,21284 0,11929
MS 3,995028321 0,362956749
t Stat 0,29890 1,03561 -0,43102 1,79472 5,89678
P-value 0,76810 0,31275 0,67107 0,08783 0,00001
F 11,00689911
Lower 95% -5,14295 -0,22346 -1,42613 -0,06199 0,45460
Significance F 6,96551E-05
Upper 95% 6,86335 0,66412 0,93770 0,82598 0,95228
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Eknomi Sumberdaya Pesisir
Lower 95.0% -5,14295 -0,22346 -1,42613 -0,06199 0,45460
127
Upper 95.0% 6,86335 0,66412 0,93770 0,82598 0,95228
Laporan Teknis Lampiran 35 Foto Kegiatan Penelitian di Kawasan TWAL Gili Matra Lombok
Pariwisata
Usaha Penginapan (Bungalow, Cottage) dan Restoran
Aktivitas Menyelam dan Berjemur
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Eknomi Sumberdaya Pesisir
128
Laporan Teknis Lampiran 36 Foto Kegiatan Penelitian di Kawasan Segara Anakan Cilacap
Pemanfaatan Kayu Bakar
Pemanfaatan Perikanan (Tangkap dan Budidaya)
Pemanfaatan Pertanian
Riset Identifikasi, Karakterisasi, Valuasi Sosial Eknomi Sumberdaya Pesisir
129