PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015
VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK
Tim Peneliti : Dr. Bambang Sayaka
PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014
PENDAHULUAN Latar Belakang Sumber daya genetik (SDG) tanaman maupun hewan merupakan kekayaan alam yang sangat bermanfaat untuk pembangunan pertanian, khususnya ketahanan pangan dan
kesejahteraan
masyarakat
jika
dikelola
secara
memadai.
SDGmencakup
keanekaragaman bahan genetik yang terdapat dalam varietas/galur tradisional maupun varietas/galur unggul yang dibudidayakan petani serta kerabat liar tanaman/hewan budidaya dan spesies tanaman/hewanliar yang dapat digunakan untukberbagai keperluan seperti pangan, pakan, serat, pakaian, bangunan, energi dan sebagainya. SDG tersebut adalah tetua sebagai bahan untuk merakit varietas/galur unggul baru melalui kegiatan pemuliaan maupun pendayagunaan bioteknologi. SDG dapat dimanfaatkan untuk aktivitas pertanian dengan berbagai kendala yang dihadapi melalui adaptasi. Selain memiliki nilai konservasi yang sangat berharga, SDG juga memiliki nilai ekonomi yang tidak terhingga guna peningkatan kesejahteraan petani. Pemanfaatan dan pelestarian SDG atau plasma nutfah ditujukan untuk kepentingan
masyarakat
secara
umum
yang
meliputi
produsen
(petani/peternak/nelayan/pengusaha), konsumen (masyarakat/peneliti), sehingga arah pengembangan,
pemanfaatan
dan
pelestarian
plasma
nutfah
harus
tetap
mengakomodasikan kepentingan masyarakat luas. Untuk itu perlu masukan kepada pemerintah agar tiga pihak yang memanfaatkan dan melestarikan plasma nutfah (produsen, konsumen dan professional) masing-maisng dapat menjalankan peran, fungsi, tugas, dan tanggung-jawabnya secara benar dan efisien (KNSDG, 2014). Keragaman SDG perlu dilestarikan agar petani terus bisa membudidayakan varietas/galur yang unggul dalam produktivitas, kualitas, dan tahan hama penyakit maupun cekaman lingkungan. Sebagian besar SDG hewan mengalami risiko kepunahan di Negara-negar berkembang ditambah dengan anggara konservasi yang terbatas. Hal ini menunjukkan bahwa valuais ekonomi (khususnya menggunakan pengukuran nilai 1
ekonomi total yang meliputi nilai manfaat langsung maupun tidak langsung, termasuk yang tidak memiliki nilai manfaat) dapat berperan penting dalam melakukan focus konservasi (UNEP, 1995 dalam Drucker, Gomez and Anderson, 2001). Sebagian besar SDG merupakan milik umum. Manfaat privat yang diperoleh dari SDG lebih kecil dari nilainya bagi umat manusia. Dengan demikian tidak cukup insentif privat untuk mempertahankan keragaman SDG pada tingkat yang optimum secara sosial. Manfaat ekonomi secara signifikan diperoleh dari konservasi dan pemanfaatan SDG. Manfaat potensi biologis dari SDG hewan berariasi antar jenis ternak. Jenis sapi PO memiliki calf crop pada peternakan rakyat antara 36 persen hingga 59 persen. Walaupun demikian calf crop sapi Bali jauh lebih tinggi dibanding sapi PO, yaitu 86 persen (Astuti, 2004). Beberapa faktor dapat menyebabkan kehilangan keragaman hayati, yaitu: (i) kehilangan habitat karena konversi menjadi lahan pertanian atau penggunaan lainnya, (ii) semakin sedikit lahan pertanian yang ditanami varietas yang dikembangkan oleh petani dan diganti dengan varietas/galur yang dirakit secara ilmiah, dan (iii) keseragaman genetic varietas/galur yang dirakit secara ilmiah (EIB, 2005).
Bahkan
keragaman genetic mungkin juga memiliki nilai ekonomi walaupun saat ini tidak digunakan. Kajian ekonomi yang meliputi valuasi ekonomi SDG sangat diperlukan untuk mempertahankan dan meningkatkan produktivitas pertanian. Tujuan Secara umum penelitian ini bertujuan untuk melakukan valuasi ekonomi SDG tanaman/hewan. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah: (i) Melakukan estimasi manfaat perbaikan genetic (pemuliaan) tanaman/hewan; (ii) Mengukur nilai ekonomi SDG tanaman/hewan; (iii) Mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan penurunan keragaman genetic tanaman/hewan.
2
TINJAUAN PUSTAKA Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No. 37/2011 mengatur tentang pelestarian dan pemanfaatan sumber daya genetik tanaman (Kementerian Hukum dan HAM, 2011). Dalam Permentan ini disebutkan bahwa Plasma Nutfah Tanaman atau Sumber
DayaGenetik
(SDG)
Tanaman
adalah
materi
genetik
dari
tanaman
yangmempunyai nilai nyata atau potensial (pasal 1). Pelestarian SDG merupakan serangkaian kegiatan untuk mempertahankan keberadaan
dan
keanekaragaman
SDG
dalam
kondisi
dan
potensi
yang
memungkinkannya untuk dimanfaatkan secara berkelanjutan. Pemanfaatan adalah serangkaian kegiatan pemasukan dan pengeluaran SDG untuk penelitian dan koleksi. Pelestarian dapat dilakukan melalui kegiatan eksplorasi, kebun koleksi, dan tempat penyimpanan SDG.Pemanfaatan SDG melalui pemasukan dapat digunakan untuk penelitian atau koleksi yang dilakukan oleh perorangan, pemerintah, atau badan hukum. SDG dapat dikeluarkan dari wilayah Republik Indonesia untuk kerjasama penelitian. Kerjasama pengeluaran SDG dilakukan dengan negara-negara yang tergabung dalam International Treaty on Plant Genetic Resources for Food and
Agriculture (ITPGRFA). Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2011 mengatur tentang sumber daya genetik hewan dan perbibitan ternak (Kementerian Hukum dan HAM, 2011). Sumber daya genetik (SDG) hewan adalah hewan atau material genetiknya, tetapi tidak termasuk ikan atau material genetiknya, yang mengandung unit-unit yang berfungsi sebagai pembawa sifat keturunan, baik yang bernilai aktual maupun potensial, yang dapat dipergunakan untuk menciptakan rumpun atau galur baru (pasal 1). Pengaturan SDG Hewan dan perbibitan ternak bertujuan untuk: (a) menjamin adanya pelestarian dan pemanfaatan berkelanjutan SDG Hewan; (b) mewujudkan keadilan dalam pembagian keuntungan yang diperoleh dari pemanfaatan SDG Hewan; (c) menjamin ketersediaan benih dan/atau bibit ternak bermutu secara maksimal dan berkesinambungan; dan (d) menghimpun, mengolah, menyajikan data dan informasi mengenai SDG Hewan dan perbibitan ternak.
3
Pemanfaatan SDG bisa dilaksanakan jika SDG dilestarikan. Secara umum ada dua jenis pelestarian SDG, yaitu in-situ dan ex-situ. Pelestarian SDG secara in-situ dilaksanakan pada habitat aslinya. Sedangkan pelestarian ex-situ dilaksnakan di luar habitat aslinya, seperti di lahan percobaan atau laboratorium. Keuntungan pelestarian in-situ antara lain SDG digunakan untuk menghasilkan porduk yang bermanfaat, tetapi biayanya ditanggung oleh petani khususnya untuk varietas/galur yang secara teurun-temurun dibudidayakan petani. Pelestarian ex-situmembebankan biaya pada pemerintah pusat, tetapi beberapa plasma nuftah tidak serta merta bisa dilestarikan (EIB, 2005). Manfaat SDG bisa diukur melalui penialian atau valuasi ekonomi SDG. Berbagai metode valuasi digunakan dalam pemanfaatan SDG. Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 15 Tahun 2012 mengatur tentang panduan valuasi ekonomi ekosistem hutan yang meliputi metode valuasi ekonomi sumber daya alam dan lingkungan hidupatau SDALH (Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2012).
Nilai ekonomi total SDALH sangat berguna karena tidak mudah memisahkan antara berbagai komponen nilai yang berbeda-beda. Karena berbagaiketerbatasan, kadang cukup menghitung nilai dari beberapa komponen penggunaanSDALH yang dominan. Metode lain dalam valuasi ekonomi adalah nilai ekonomi kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan karena kegiatan manusia mengakibatkan perubahan produktivitas dan kerusakan lingkungan yang dapat menyebabkan kerusakan SDG. Pada dasarnya penetapan nilai ekonomi total maupun nilai ekonomi kerusakan ingkungan dapat menggunakan pendekatan harga pasar dan pendekatan non pasar. Pendekatanharga
pasar
dapat
dilakukan
melalui
pendekatan
produktivitas,
pendekatanmodal manusia (human capital) atau pendekatan nilai yang hilang (foregoneearning),
dan
pendekatan
biaya
kesempatan
(opportunity
cost).
Sedangkanpendekatan harga non pasar dapat digunakan melalui pendekatan preferensi masyarakat
(non-market
dapatndigunakan
antara
method). lain
adalah
Beberapa metode
pendekatan nilai
hedonis
non
pasar
(hedonic
yang
pricing),
metodebiaya perjalanan (travel cost), metode kesediaan membayar atau kesediaan menerima ganti rugi (contingent valuation), dan metode benefit transfer.
4
EIB (2005) menggunakan metoda valuasi ekonomi SDG dengan cara yang analogis dengan metoda yang diusulkan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Cara pertama adalah dengan mengukur peningkatan produktivitas tanaman atau ternak yang diadopsi petani. Dalam hal ini peningkatan bisa diukur selama satu musim atau satu tahun, peningkatan permanen, atau peningkatan permanen tahunan.Cara lain yang digunakan adalah menggunakan nilai kini bersih yang memperhitungkan alternatif penggunaan modal atau suku bunga. METODOLOGI Kerangka pemikiran SDG tanaman maupun hewan merupakan kekayaan alam yang perlu dilestarikan dengan tujuan pelestarian lingkungan hidup maupun pemanfaatan secara ekonomis. Pelestarian SDG secara in-situ maupun ex-situ memerlukan kebijakan dan program dari pemerintah agar terarah. Anggaran yang diperlukan dalam pelestarian cukup banyak dan harus tersedia secara berkesinambungan. Pemanfaatan SDG untuk kepentingan publik dimungkinkan jika pelestarian berjalan dengan baik. Biasanya SDG sudah dimanfaatkan oleh petani secara temurun tetapi belum optimal. Pemanfaatan SDG lanjutan dilakukan melalui pemuliaan tanaman atau ternak secara konvensional maupun menggunakan bioteknologi. Pemuliaan tanaman atau ternak dapat dilakukan oleh perorangan, lembaga pemerintah maupun badan usaha. Bahkan pemanfaatan dimungkinkan melalui kerjasama dengan pihak asing. Penilaian ekonomi diperlukan agar diperoleh manfaat lebih besar lagi. Biaya pelestarian SDG yang relatif besar harus dikompensasi dengan manfaat yang memadai. Pemuliaan tanaman atau ternak untuk kebutuhan masyarakat jika valuasi ekonomi menunjukkan
bahwa
manfaat
yang
diperoleh
dari
pelestarian
SDG
memang
menjanjikan (Gambar 1).
5
SUMBER DAYA GENETIK
PELESTARIAN
PEMANFAATAN
INTERVENSI PEMERINTAH
PEMULIAAN TANAMAN/ TERNAK
VALUASI EKONOMI
Gambar 1. Model Valuasi Ekonomi Sumber Daya Genetik
Lokasi Penelitian ini akan dilaksanakan di Jawa dan Luar Jawa di lokasi yang banyak terdapat sumberdaya genetik (SDG) hewan maupun tumbuhan. Sumberdaya genetic yang ada sebagian sudah dimanfaatkan melalui pemuliaan dan budidaya, dan sebagian lagi belum dimanfaatkan. Jenis data dan responden Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan dari phak-pihak terkait antara lain masyarakat setempat, petani, maupun pordusen benih/bibit yang membudidayakan maupun mengelola SDG. Data sekunder akan dikumpulkan dari instansi terkait, antara lain KNSDG dan KDSDG. Metoda analisa Analisa data yang dikumpulan dalam survei akan menggunakan beberapa pendekatan: Tujuan 1: Melakukan estimasi manfaat perbaikan genetik (pemuliaan) tanaman/hewan; Metoda: analisis pangsa pasar (market share analysis); perbaikan genetic atau pemuliaan tanaman/ternak akan meningkatkan pangsa pasar karena makin
6
banyak diadopsi dan makin banyak produksi yang hasilkan sehingga suplai ke pasar juga meningkat. Tujuan 2: Mengukur nilai ekonomi SDG tanaman/hewan; Metoda: kesediaan petani untuk membayar (willingness to pay) biaya eksplorasi hingga SDG dapat diadopsi oleh petani. Tujuan 3: Mengkaji berbagai upaya pemanfaatan SDG tanaman/hewan. Metoda: analisis deskriptif berbagai upaya pemanfaatan SDG termasuk anggaran yang digunakan untuk melaksanaan pemuliaan tanaman/hewan hingga varietas/galur diadopsi petani. Susunan Tim Pelaksana Dr. Bambang Sayaka dkk Jadwal pelaksanaan No.
Kegiatan
1.
Persiapan dan penyusunan proposal
2.
Seminar proposal
3.
Perbaikan proposal, penyusunan juklak dan kuesioner
4.
Pengumpulan data sekunder
5.
Pengumpulan data primer
6.
Pengolahan data
7.
Analisis data
8.
Penulisan laporan
9.
Seminar hasil penelitian
10.
Perbaikan laporan
11.
Penggandaan laporan
Bulan 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
7
DAFTAR PUSTAKA Astuti, M. 2004. Potensi dan Keragaman Sumberdaya Genetik Sapi Peranakan Ongole (PO). Wartazoa 14:98-106. Drucker, A.G., V. Gomez, and S. Anderson. 2001. The Economic Valuation of Farm Animal Genetic Resources: A Survey of Available Methods. Ecological Economics 36(2001): 1-18. Economic Information Bulletin. 2005. Crop Genetic Resource, An Economic Appraisal. EIB No. 2 May 2005. Kementerian Hukum dan HAM. 2011. Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 37/ Permentan/OT.140/7/2011 tentang Pelestarian dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik Tanaman. Jakarta. Kementerian Hukum dan HAM. 2011. Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2011 tentang Sumber Daya Genetik Hewan dan Perbibitan Ternak. Jakarta. Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2012. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2012 tentang Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Hutan. Jakarta. Komisi Nasional Sumber Daya Genetik (KNSDG). 2014. Visi dan Misi KNSDG: Tujuan Pembentukan Komisi Nasional Sumber Daya Genetik. KNSDG. Jakarta.
8