VI. RANCANGAN PROGRAM PENGEMBANGAN PETERNAKAN AYAM RAS PEOAGING 01 KOTA PEKANBARU
6.1. Visi dan Misi Kota Pekanbaru 6.1.1. Visi Kota Pekanbaru
Terwujudnya Kota Pekanbaru sebagai pusat perdagangan dan jasa, pendidikan serta pusat kebudayaan melayu, menuju masyarakat sejahtera yang berlandaskan Iman dan Taqwa tahun 2021.
6.1.2. Misi Kota Pekanbaru
1. Menciptakan dan menumbuhkembangkan iklim usaha yang kondusif berbasis ekonomi kerakyatan 2. Menyediakan sekolah dan lembaga pendidikan yang unggul didukung tenaga profesional, sehingga dapat menghasilkan sumberdaya ya'1g berkualitas, I
mandiri, kreatif dan inovatif 3. Terpenuhinya kebutuhan hidup dan kehidupan masyarakat 4. Melestarikan, membina dan mengembangkan kebudayaan melayu yang mampu mengikuti perkembangan jaman dengan tetap mempertahankan jatidiri sehingga tercipta masyarakat maju, mandiri dan mampu bersaing 5. Menciptakan masyarakat yang beriman dan bertakwa melalui pendidikan agama dan rnemfungsikan lembaga-Iembaga keagamaan sebagai wadah pernbinaan urnat
87
88
6.2. Identifikasi masalah Dari beberapa hal yang ditemui dilapangan, dapat disusun strategi program untuk pengembangan petemakan ayam ras pedaging di Kota Pekanbaru. Penyusunan program ini menggunakan metode Logjcal Framework Approach (LFA). Langkah pertama yang dilakukan adalah me~akukan identifikasi masalah. Permasalahan mendasar yang dijumpai adalah a) modal usaha, b) pascapanen, dan c) harga sapronak dan hasil produksi.
6.2.1. Modal Usaha Usaha peternakan ayam ras pedaging membutuhkan modal yang besar. 8esarnya kebutuhan tergantung pada besarnya skala usaha yang dibuat. Dalam hal modal usaha, beberapa masalah yang dijumpai petemak menyangkut pad a harga sapronak yang cenderung meningkat. Peningkatan harga sapronak umumnya terjadi karena meningkatnya biaya yang harus dikeluarkan produsen. Peningkatan jumlah biaya ini juga disebabkan masih banyaknya komponen impor i
dalam bahan yang diproses. Selain itu saluran distribusi juga mempengaruhi harga jual dari sarana produksi ternak. Ketersediaan modal akan membuat kemudahan akses terhadap faktor produksi dan menuntut penguasaan teknologi yang lebih baik lagi terutama dalam hal pemeliharaan. Teknologi yang tepat dan up to date akan memberikan hasil yang maksimal, sehingga usaha yang dilakukan dapat lebih efektif. Selain itu persaingan dari banyaknya jumlah peternak juga mempengaruhi modal yang akan dikeluarkan terutama terhadap kualitas sumberdaya manusia pengusaha petemakan. Terhadap proses produksi, semakin besar modal yang dimiliki maka semakin baik jalannya usaha yang dilakukan. Proses produksi tidak akan
89
terganggu jika suatu usaha peternakan memiliki modal yang kuat. Ketersediaan modal akan membuat usaha peternakan dapat memenuhi segala kebutuhan dalam waktu cepat. Proses produksi yang efektif dan efisien akan membuat pasar dapat menerima hasil produksi dengan mudah. 6.2.2. Pascapanen Kondisi pascapanen merupakan masalah tersendiri bagi peternak. Banyaknya pasar lokal dan pedagang pengumpul serta menjamurnya peternak mandiri berskala kecil yang mencoba usaha peternakan ini, akan menimbulkan persaingan. Pengaruh utama akibat persaingan ini pad a harga hasil produksi. Penyakit
yang
diderita
oleh
ternak juga
mempengaruhi
kondisi
pascapanen. Jika peternak mandiri berskala kecil melihat ternaknya menderita suatu penyakit, maka tanpa ragu mereka akan segera menjua! ayamnya dengan harapan tidak merugi. Selain itu berkembangnya informasi ditengah masyarakat mengenai penyakit unggas juga berdampak negatif terhadap harga ayam ras pedaging di pasar. Rendahnya harga di pasar Kondisi pasca panen menjadi lebih parah lagi dengan kemudahan akses dari daerah sekitar/daerah tetangga. Masuknya ternak dari luar daerah, mengindikasikan bahwa harga hasil produksi di daerah lain lebih rendah, ini merupakan persaingan dalam dunia peternakan. Keadaan ini membuat peternak mandiri segera melakukan penjualan ayam mereka, dengan resiko persaingan harga jual dan kecilnya keuntungan. Persaingan juga berasal dari komoditas hewan lain yang terdapat didaerah. Turunnya harga jual ternak lain akan mengakibatkan harga jual ternak ayam ras pedaging juga menurun, dan berpengaruh terhadap turunnya jumlah pendapatan peternak.
90
6.2.3. Harga Sapronak dan Hasil Produksi Faldor harga juga merupakan masalah utama dalam usaha peternakan ayam ras pedaging. Harga sapronak secara khusus akan mempengaruhi besarnya biaya yang harus dikeluarkan, sedangkan harga hasil produksi akan mempengaruhi jumlah pendapatan yang bisa diterima. Harga sapronak yang tinggi jika tidak didukung oleh harga hasil produksi tinggi akan mengakibatkan peternak menerima pendapatan dalam jumlah yang rendah dari hasil usaha bahkan bisa mendatangkan kerugian. Harga hasil produksi dipengaruhi oleh penyakit yang diderita ternak, persaingan dari komoditas daging lain dan hasil produksi daerah lain serta penyakit yang diderita ternak.
6.3. Strategi Pengembangan Petemakan Ayam Ras Pedaging Melalui Kemitraan
6.3.1. Faktor Pendorong Kemitraan Ayam Ras Pedaging Kota Pekanbaru merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya bisnis peternakan dibawah naungan perusahaan-perusahaan besar peternakan. Hal ini terlihat dari banyaknya berdiri Breading Farm dan pabrik penetasan DOC oleh perusahaan besar di Pekanbaru. Dengan berdirinya perusahaan-perusahaan pendukung dalam usaha peternakan hal ini dapat mendorong kelancaran usaha petrnakan tersebut. Selain faldor-faktor pendukung lainnya yang paling utama adalah faktor bagaimana usaha peternakan ini dapat meningkatkan pendapatan petemak itu sandiri. Dengan adanya model kemitraan yang dipelopori oleh perusahaan besar dengan tingkat efisiensi tinggi yang di dukung oleh pabrik-
...... tJ hn·k da'" "''''n' ,,,,i~,,,,, Q ..,
I
II
,..,'"
.......JU.I~
lainn\l"" ...... 1"""
""!,""'" "''''pl:rl
-'''_11
_;;I
_
m""mhoriir!!:lln I . _ _ ii.,_.
•••-
i m""nr"aat niia ya"'" lobl·h 10.. ..... ...... ii~
I
91
bagi kedua belah pihak baik pihak perusahaan peternakan sebagai inti maupun peternak rakyat sebagai plasma. Di tinjau dari segi manfaat bagi perusahaan besar sebagai inti model kemitraan yang kemudian dijadikan sebagai faktor pendorong perusahaan untuk dapat melaksanakan model kemitraan di Kota Pekanbaru. Berdasarkan pertanyaaan yang diajukan kepada pihak perusahaan inti, maka diperoleh jawaban faktor-faktor perusahaan yang mendorong untuk melaksanakan model kemitraan, seperti terlihat pad a Tabel24. Tabel24. Faktor-Faktor Pendorong Perusahaan Inti Membuat Model Kemitraan di Kota Pekanbaru. No
1 2
3 4
Faktor Pendorong
Meningkatkan pendapatan perusahaan Menjaga kelancaran usaha perusahaan Menjaga nama perusahaan Mendukung peraturan pemerintah
V= ada
Makmur
RTI
Pokphand
Confeed
V
V
V
V
V
V
V
V
V V
V V
V
V
X
X
Jay_a
i
x =tldak ada
Dari Tabel 24, dapat diketahui ada em pat faktor yang mendorong perusahaan peternakan dalam melakukan usaha kemitraan; Pertama, keinginan perusahaan untuk meningkatkan pendapatan perusahaan.
Dalam pelaksanaannya perusahaan besar dapat melakukan efisiensi usaha, dimana perusahaan inti seperti Charoen Pokphand dan Confeed merupakan perusahaan peternakan yang mengusahakan lebih dari satu produk peternakan. Perusahaan ini mengelola usahanya dan hulu sampai ke hilir. Pengelolaan yang dilakukan perusahaan ini adalah: 1) Pembuatan pakan ternak, 2) Peternakan ayam petelur (Breeding Farm), 3) Pabrik penetasan DOC yang berfungsi sebagai
92
penghasil bibit ayam, 4) Kandang sendiri yang berkapasitas cukup besar, 5) Membuat produk olahan yang berbahan dasar ayam sehingga menghasilkan produk-produk
agribisnis
dengan
berbagai
macam
variasi.
Sedangkan
perusahaan kemitraan Makmur Jaya dan RTI mempunyai dasar usaha perdagangan
(Poultry Shop)
dan
pemasaran
ayam.
Dengan
demikian
perusahaan-perusahaan kemitraan ini akan mendapatkan keuntungan tambahan disamping keuntungan utama perusahaan. Pendapatan perusahaan-perusahaan kemitraan akan meningkat apabila sarana produksi dalam model kemitraan sepenuhnya menggunakan produk dari perusahaan utamanya. Melalui model kemitraan hal ini dapat diwujudkan dimana dalam pelaksanaannya perusahaan inti selalu memakai peralatan dan sarana produksi yang berasal dari perusahaan itu sendiri. Misalnya pakan, bibit, obatobatan dan peralatan lainnya. Dengan menggunakan produk sendiri, maka perusahaan dapat menekan biaya produksi. Ini akan lebih menguntungkan dibandingkan jika menggunakan sarana produksi dari perusahaan lain. Dengan adanya efisiensi biaya, maka perusahaan dapat lebih kompetitif dalam memasarkan hasil produksinya, sehingga perusahaan akan mempunyai kekuatan dalam persaingan di pasaran. Seperti yang terlihat sekarang ini, perusahaan-perusahaan model kemitraan yang mampu berproduksi dengan biaya rendah dan hasil produksi yang berkesinambungan akan dapat menentukan harga pasar (market leader). Kedua, Sustainability atau keberlanjutan jalannya perusahaan. Selain
mendapat keringanan dalam hal biaya produksi, perusahaan secara keseluruhan
Juga akan lebih terjamin keberlanjutannya karena perusahaan kem!traan sebagai
93
anak perusahaan secara langsung akan mendukung perusahaan utamanya, seperti penggunaan sarana produksi berupa DOC dan pakan ternak. Ketiga, adanya rasa tanggung jawab perusahaan inti yang pada
gilirannya akan berusaha memberikan citra positif bagi perusahaan baik itu dari masyarakat
ataupun
dari
pemerintah.
Disamping
mencari
keuntungan,
perusahaan peternakan besar yang berperan sebagai inti juga memiliki tujuan lain dalam pelaksanaan kemitraan perunggasan di Kota Pekanbaru yaitu meningkatkan ekonomi kerakyatan melalui usaha peternakan ayam ras pedaging. Ini akan menumbuhkan kepercayaan konsumen terhadap semua produk perusahaan tersebut sehingga menjadi sarana promosi yang tepat bagi perusahaan. Keempat, adanya Peraturan Pemerintah yang mewajibkan kepada
perusahaan-perusahaan besar yang bergerak dibidang petemakan agar dapat menjalin kerjasama dengan peternakan rakyat dengan menggunakan konsep saling menguntungkan. Model kemitraan Pokphand dan Confeed, dalam hal kerjasama, mewajibkan kepada peternak mitra untuk menyerahkan anggunan kepada perusahaan berupa surat tanah atau uang tunaL Peternakan
ayam ras pedaging di Kota Pekanbaru sekarang ini
didominasi oleh peternakan model kemitraan yang dikuasai oleh perusahaanperusahaan besar. Namun demikian pertumbuhan peternak plasma juga semakin meningkat. Ini dikarenakan petemak merasa memperoleh manfaat yang besar
beke~a
sarna dengan perusahaan-perusahaan besar tersebut. Adapun
faktor-faktor yang mendorong petemak bergabung dengan model kemitraan petemE!!
94
Tabel25. Faktor Pendorong Peternak Ikut Dalam Model Kemitraan di Kota Pekanbaru. Faktor Pendorong
Pokphand
Confeed
Makmur Jaya
RTI
V
V
V
V
V
V
V
V
V V V
V V V
V
V X V
Pinjaman modal usaha Pembinaan usaha Jaminan pemasaran Sistem manajemen Sistem pembagian hasil V= ada
X
V
x =tidak ada Pada Tabel25 tersebut, terlihat bahwa pinjaman modal usaha telah dapat
dipenuhi oleh semua perusahaan. Sesuai dengan hasil penelitian, pinjaman modal usaha menurut peternak adalah faktor pendorong yang utama untuk bermitra. Hal ini didukung oleh kondisi peternak yang rata-rata hanya bisa menyediakan sarana prod uksi sedangkan modal usaha untuk sapronak tidak mampu. Pinjaman modal usaha, baik pinjaman jangka pendek maupun pinjaman .jangka panjang. Pinjaman jangka pendek didapat dari pinjaman berupa DOC, pakan dan obat-obatan sedangkan pinjaman jangka panjang didapat dari pinjaman peralatan sarana penunjang budidaya ternak ayam. Dalam pinjaman berupa kredit jangka pendek,
petemak plasma
harus dapat melunasi
pinjamannya setelah penjualan hasil produksinya. Sedangkan pinjaman jangka panjang, pengembaliannya dapat diansur setiap kali panen. Permasalahan permodalan sangat menentukan petemak plasma untuk ikut dalam model kemitraan. Hal ini disebabkan
oleh peternak sampel yang telah merasakan
kondisi krisis yang megakibatkan peternak tidak sanggup lagi beternak secara mandiri. Munculnya model kemitraan di kota Pekanbaru, merasa
terbantu
dalam
mengelola
peternakannya
membuat peternak sehingga
dapat
95
mengembangkan usaha petemakannya untuk mencapai pendapatan yang lebih optimal. Pad a pembinaan usaha, petemak terdorong ikut model kemitraan kerena adanya pembinaan dalam mengelola usaha petemakan ayam. Pembinaan ini akan lebih dibutuhkan lagi bagi petemak yang baru mengikuti model kemitraan, karena petemak yang baru umunya belum mengetahui cara betemak yang baik dan belum dapat menggunakan teknologi petemakan moderen. Kesemuanya ini sangat berkaitan erat dengan tingkat kesehatan ayam yang rawan akan penyakit dan pencapaian tingkat produktivitas yang optimal. Sedangkan petemak yang sudah lama ikut model kemitraan sudah mendapatkan binaan dan pelatihan dari perusahaan agar memperoleh hasil produksi yang bermutu tinggi sehingga pad a saat dipasarkan dapat diterima oleh konsumen mana saja. Terhadap jaminan pemasaran, dari hasil penelitian ditemui bahwa keinginan
petemak ikut dalam
program
kemitraan
adalah
untuk lebih
berkonsentrasi pada pembudidayaa~ ayam ras pedaging saja, tanpa perlu memikirkan pascapanen. Pemasaran produksi sudah menjadi permasalahan yang berkepanjangan bagi petemak yang sudah mengalami sebagai petemak mandiri. Oengan adanya jaminan pemasaran dan harga digaransi sangat membantu menghilangkan permasalahan selama menjadi petemak mandiri. Selain itu didalam model kemitraan ini pihak perusahaan inti menentukan waktu kapan produksi ayam akan dipanen, sehingga petemak dapat mengefisienkan anggaran biaya pemeliharaan. Oalam hal sistem manajemen, dari hasil penelitian terdapat perbedaan antars Pokphand dan Confeed dengan Makmur Jaya d~n RT!. Pada mode! kemitraan Pokphand dan Confeed, perusahaan menerapkan sistem manajemen
96
yang formal. Dimana semua urusan yang menyangkut pelaksanaan kegiatan kemitraan diatur dengan ketentuan-ketentuan tertulis yang benar-benar harus dipenuhi sehingga petemak merasa memiliki pegangan yang kuat secara hukum. Sedangkan pada model kemitraan Makmur Jaya dan RTI, segala bentuk peraturan tidak tertulis. Menurut petemak hal ini sangat menguntungkan, karena kondisi lokasi petemak yang jauh dari perusahaan sehingga petemak tidak harus datang ke kantor perusahaan jika ada keluhan komunikasi antara petemak dengan perusahan bisa dilakukan secara lisan melalui media komunikasi yang ada. Terhadap sistem pembagian hasil, dari hasil penelitian didapat bahwa petemak ikut program kemitraan karena merasa diuntungkan. Keuntungan ini memang berbeda antara masing-masing model kemitraan, dimana model Pokphand menetapkan harga pasar sebagai dasar penghitungan harga jual produksi yang kemudian baru dikurangi dengan jumlah pinjaman modal sapronak.
Me~urut
petemak, hal ini memberikan pelajaran terhadap cara
berusaha temak mandiri. Pada model kemitraan Confeed menetapkan harga produksi panenan berdasarkan sistem harga garansi yang merupakan harga pasti perusahaan kepada petemak. Selain itu pad a model kemitraan Pokphand dan Confeed ini, juga memberikan insentif pemeliharaan berdasarkan bonus terhadap IP. Sedangkan pada model kemitraan Makmur Jaya dan RTI, petemak merasa diuntungkan dengan sistem pembagian hasil berdasarkan tingkat upah per ekor produksi ayam. Pada model kemitraan Makmur Jaya dan RTI ini, perusahaan juga memberikan insentif kepada petemak berupa bonus terhadap IP
97
6.3.2. Kemitraan Sebagai Alternatif Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan Banyak kebijakan pemerintah yang mendorong terciptanya ekonomi kerakyatan dengan menggalakkan usaha kecil dan menengah (UKM) di berbagai bidang dan sektor kehidupan masyarakat. Kondisi tersebut harus dapat dimanfaatkan oleh pelaku ekonomi terutama usaha kecil dan menengah untuk mengambil peluang yang disediakan oleh pemerintah dengan memberikan kemudahan, kebebasan dan fasilitas terutama kemudahan dalam mendapatkan kredit lunak, kemudahan memperoleh izin usaha dan fasilitas sarana pendukung lainnya. Diantara kebijakan pemerintah yang menggalakkan usaha kemitraan adalah Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 44 Tahun 1997 Tentang Kemitraan dengan tujuan terwujudnya kemitraan usaha yang kokoh, terutama antara usaha besar dan usaha menengah dengan usaha kecil, dan lebih memberdayakan usaha
kecil
agar dapat tumbuh
dan
berkembang
semakin
kuat
dan
memantapkan struktur perekonomian nasional yang semakin seimbang serta meningkatkan kemandirian dan daya saing perekonomian nasional. Menurut Firdausy (1997), langkah-Iangkah konkrit strategi pemberdayaan ekonomi kerakyatan meliputi:
-1. Memotivasi masyarakat untuk menciptakan kegiatan ekonomi rumah tangga dengan maksud untuk konsumsi dan peningkatan pendapatan, 2. Akses masyarakat terhadap pasar dan fasilitas pemasaran, 3. Akses terhadap fasilitas pembiayaan usaha, 4. Membentuk ke~asama ekonomi da!am bentuk kcperasi dan kemitraan, 5. Akses terhadap fasilitas non ekonomi, 6. Pembinaan manajerial dan latihan kewirausahaan,
98
7. Adanya keterkaitan investasi pada kegiatan ekonomi masyarakat desa dengan lapangan
ke~a.
Berdasarkan langkah-Iangkah kongkrit dalam strategi pemberdayaan ekonomi kerakyatan terutama terhadap pengembangan peternakan ayam ras pedaging, maka dari pengamatan dilapangan dapat dinyatakan bahwa: Satu, umumnya peternak bergabung dengan kemitraan termotivasi untuk menciptakan kegiatan peningkatan ekonomi rumah tangga. Alasan yang menyebabkan peternak plasma termotivasi untuk ikut kemitraan dapat dilihat pada Tabel26 .. Tabel26. Alasan Peternak Ikut Kemitraan Alasan Peternak
Jumlah Orang
%
22 6 2 6
61,11 16,67 5,55 16,67
36
100,00
Adanya tambahan pendapatan Fasilitas pembiayaan Jaminan pemasaran Bimbingan manajemen usaha i
Jumlah
Dari Tabel 26 dapat diketahui bahwa umumnya peternak plasma termotivasi untuk bergabung karena alasan adanya tambahan pendapatan yaitu sebanyak 22 orang atau 61,11%, termotivasi karena adanya fasilitas pembiayaan sebanyak 6 orang atau 16,67%, termotivasi karena adanya jaminan pemasaran sebanyak 2 orang atau 5,55% dan termotivasi karena adanya bimbingan manajemen usaha sebanyak 6 orang atau 16,67% peternak. Rumusan masalah, strategi, dan kegiatan yang harus dilakukan terhadap pengembangan peterm:jl(an ayam ras ped~ging me!all!i kemitraar. di Kota Pekanbaru dapat dilihat pada bagan alir Gambar 3.
MASALAH
--
STRATEGI
r------------------Harga Hasil Produksi
-----..
,----------------------~
+---1
Proses -P,'oduksi
I
Pemasaran Hasil Produksi __________
r-
Produksi Daerah Tetangga
l----"
Teknologi Peternakan
Teknologi Pemeliharaan
+-
Harga
~
• Meningkatkan Jumlah Produksi Peternak Marginal -.,.. • Pengawasan Pasar Produksi • Pelatihan Stakeholders Terkait Tentang Pembinaan Peternak dan
/ ~VL..----p-e-n-g-a-d-O-p-s-ia-n----~~r--p-e-n-g-a-w-a-sa_n __p_a_sa_r_H __ as_i_IP_r_o_d_u_kS_i__~ Penggunaan Faktor
~________~I Ketersediaan Modal
• Efisiensi dan '-'Efektifitas Produksi • Pasar Hasil Produksi
KEGIATAN
/~ • Pelatihan Peternakan dan Stakeholders Terkait
~L-_ _p_r_od_u_k_S_iy_a_n_g_L_a_b_ih__~~r----------------------------~
~ .
Efisien
Sapronak
Menyediakan Sumberdaya Manusia r - - - - - -.......- - . Jumlah -----+ Peternakan Berkualitas Sumberdaya ~L--_ _p_e_te_r_n_ak__----, • Membuka Kesempatan Manusia Kerja ' - - -_ _ _ _-y--_ _ _ _----'
• Pembinaan Peternak
•
J
• Penyediaan Modal Ker]' a
/ • Pengawasan Pasar Sapronak '----..______________________- , .. Membuka Peluang-peluang Usaha di Bidang Peternakan Ayam Ras Pedaging
L--_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
Penyakit Unggas Harga Komoditas Daging Lain '-----------_.-
Pemberantasan Penyakit Ternak
I
Pesaing
I
Mengatur Pasar Konsumen L-______________
• Pengawasan dan Pemberantasan Penyakit Ternak Pengobatan Ternak Secara Masal
~
\ l. ~
-F---~r
Menjaga Akses Pasar dan Daerah
~---------------------~
Gambar 3. Diagram Bagan Alir Masalah, Strategi dan Kegiatan Meningkatkan Produksi Daging Ayam Ras Pedaging, dalam Pembentukan Gabungan Peternak Unggas dengan Model Kemitraan Subkontrak.
co co
100
6.4. Perancangan Program Pengembangan Peternakan Ayam Ras Pedaging di Kota Pekanbaru Untuk mendukung Visi dan Misi Kota Pekanbaru, maka dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi peternak plasma ikut bermitra timbul diakibatkan oleh beberapa manfaat yang dapat dirasakan oleh petemak plasma. Berdasarkan hasil metode Logical Framework Approach dapat diambil langkahlangkah pengembangan petemakan ayam ras pedaging. Dari Gambar 4, dapat dubuat suatu strategi untuk pengembangan peternakan ayam ras pedaging di Kota Pekanbaru. Strategi tersebut adalah membentuk satu organisasi Gabungan Petemak Unggas dengan po/a
kemitraan subkontrak. Strategi ini dipilih karena melihat rumusan penyelesaian masalah yang ada pada saat ini. Organisasi tersebut harus dapat menaungi semua kegiatan peternakan ayam ras pedaging, baik peternak mandiri ataupun yang telah tergabung dalam kemitraan. Gabungan Peternak yang dibentuk beranggotakan peternak bukan anggota kemitraan lain yang mau bergabung. Pengurus Gabungan Peternak adalah orang-orang yang dipilih dari wakil setiap anggota dan bertanggung jawab terhadap operasional organisasi. Gabungan Peternak ini harus dapat menjadi jembatan antara peternak anggota Gabungan Peternak dengan perusahaan peternakan besar sebagai penyedia sapronak dan pasar sebagai penampung hasil produksi juga dengan insansi-instansi terkait. Pembentukan organisasi Gabungan Peternak dimaksud dapat dilakukan melalui lanjutan metode pendekatan secara visualisasi (Logical Framework Approach). Dalam kegiatan ini dibentuk suatu forum yang menghadirkan para peternak dan stakeholders yang terkait. Forum ini memulai pembuatan strategi dari pengumpulan berbagai masalah yang dihadapi, baik oleh peternak ataupun
101
oleh stakeholders. Masalah-masalah tersebut kemudian harus dirumuskan menjadi suatu masalah inti dan merupakan prioritas, terutama terhadap pengembangan petemakan dan peningkatan pendapatan peternak. Dalam hal ini masalah inti yang muncul adalah tidak adanya jaminan terhadap jumlah pendapatan peternak, sehingga peternak takut untuk melakukan usaha peternakan secara mandiri. Setelah analisis masalah selesai, lakukan pembentukan tujuan yang sekaligus merupakan suatu gagasan, dimana pad a gagasan tersebut tercermin suatu tindakan yang cukup operasional. Analsisis tujuan ini akan memberikan suatu rumusan operasinal dari berbagai alternatif pad a lembaga-Iembaga terkait dan fungsi internalnya. Analisis dari berbagai lembaga terkait dengan alternatif kegiatan termasuk internalnya akan memberikan gambaran kekuatan dan keterbatasan lembaga tersebut, sehingga akan bisa dirumuskan berbagai upaya untuk peningkatan peranan lembaga dimaksud. Tahapan
selanjutnya
adalah
membuat
perencanaan
operasional
organisasi Gabungan Peternak sebagai suatu proyek dalam sebuah matrik. Pada matrik tersebut tercantum strategi proyek, indikator, sumber pembuktian dan asumsi-asumsi penting. Selanjutnya dapat disusun anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Gabungan Peternak, dan hak serta kewajiban masingmasing pihak. Pada kegiatan pembentukan Gabungan Peternak ini dapat dilihat matrik perencanaan pada Tabel27.
102
Tabe127. Matrik Strategi Pengembangan Peternakan Ayam Ras Pedaging Melalui Pembentukan Gabungan Petemak Unggas di Kota Pekanbaru
Sasaran Proyek - Pemenuhan kebutuhan daging ayam di Kota Pekanbaru - Peningkatan kesejahteraan petemak - Pemberdayaan ekonomi kerakyatan
Maksud Proyek - Pengembangan petemakan ayam ras pedaging di Kota Pekanbaru
Hasil Kerja Proyek - Terbentuknya Gabungan Petemak Ayam Ras Pedaging di Kota Pekanbaru Kegiatan Proyek - Menaungi petemak ayam ras pedaging dalam memenuhi pengadaan sapronak, pengawasan sistem pemasaran dan memberikan pendapatan yang optimal bagi petemak khususnya dan org3nisasi Gabungan Petemak pada umumnya
Sumber Pembuktian
Indikator
Strategi Proyek
I
Asumsi Penting
- Terpenuhinya permintaan akan konsumsi daging ayam - T ercukupinya kebutuhan hidup petemak ayam - Dapat menekan angka tingkat kemiskinan dan pengangguran
- Ketersediaan daging ayam di pasar (data dinas petemakan) - Tidak didapati lagi petemak ayam yang berada dalam kelompok masysrakat miskin (data kependudukan) - Data BPS
- Kebutuhan akan daging akan memenuhi kebutuhan asupan gizi terutama protein hewani - Kesejahteraan petemak merupakan faktor kunci usaha petemakan - Ekonomi kerakyatan merupakan salah satu sasaran pembanaunan
- Meningkatnya populasi temak ayam ras pedaging
- Data Dinas Petemakan
- Petemakan ayam ras pedaging memiliki peluang yang cukup besar dalam pembangunan petemakan di Kota Pekanbaru
- Terbentuknya Gabungan Petemak Ayam Ras Pedaging di Kota Pekanbaru
- Data Dinas Petemakan
- Gabungan Petemak petemak ayam ras pedaging diharapkan dapat membantu petemak
- Terpenuhinya sapronak yang dibutuhkan para petemak - Lancarnya pemasaran hasil produksi - Meningkatnya pendapatan peternak bahkan skala usaha petemakan - Adanya keuntungan yang didapat oieh organi!;asi Gabungan Peternak
- Data Dinas Petemakan dan administrasi organisasi Gabungan Petemak
- Sistem pengadaan sapronak, sistem pemasaran dan pendapatan petemak serta Gabungan Petemak merupakan faktor pendorong kegiatan beternak dan bermitra
I
r
I
103
Dalam pembentukan organisasi Gabungan Petemak dengan pola kemitraan subkontrak ini harus memiliki delapan kriteria sebagai berikut: Periama, Adanya manfaat dari; 1) Fasilitas pembiayaan usaha bagi peternak
yang bergabung dalam kemitraan dapat meningkatkan pertumbuhan dan skala usaha peternakan, 2) Bimbingan manajemen usaha yang diberikan oleh pihak inti kepada peternak plasma secara kontinyu akan meningkatkan pengetahuan beternak sehingga menimbulkan rasa percaya diri dalam berproduksi sehingga akan mengurangi tingkat resiko beternak, 3) Jaminan pemasaran terhadap produksi sehingga peternak merasa lebih am an akan pemasaran produksinya. Dari ketiga manfaat di atas, kesemuanya harus bermuara kepada peningkatan pendapatan peternak yang mempunyai tingkat motivasi beternak tertinggi. Dua, Jaminan terhadap harga, baik faktor input seperti sapronak atau
faktor output seperti harga jual hasil produksi. Harga merupakan faktor penting dalam suatu usaha karena memberikan pengaruh yang besar terhadap jumlah pendapatan yang bisa didapat. Harga faktor input akan mempengaruhi biaya yang dipakai dalam usaha yang dilakukan sedangkan harga faktor output akan mempengaruhi besarnya penerimaan. Semakin tinggi harga faktor input akan membuat biaya produksi semakin tinggi. Rendahnya harga faktor output akan membuat total penerimaan menjadi ked!. Tiga, Akses terhadap pasar dan fasilitas pemasaran. Pada umumnya
peternak rakyat kurang mertliliki informasi terhadap pasar karena peternak lebih berkonsentrasi terhadap budidaya ternaknya saja di kandang. Kondisi ini akan membuat peternak rakyat berada pada posisi penawaran yang !emah. Dengan adanya model kemitraan ini peternak plasma tidak lagi memikirkar. pemRsaran
104
ternaknya karena adanya jaminan pemasaran dari perusahaan inti. Hal ini merupakan salah satu daya tarik peternak untuk ikut model kemitraan. Empat, Akses terhadap fasilitas pembiayaan. Dalam melakukan aktivitas
peternakan, peternak rakyat sering mendapatkan masalah dan hambatan yang serius berupa kekurangan modal bagi kalangan peternak kecil yang jumlahnya cukup banyak. Modal memegang peranan penting dalam melakukan setiap aktivitas di bidang usaha budidaya ternak ayam ras pedaging. Tanpa modal, peternak rakyat sulit untuk dapat memulai usahanya. Dalam melakukan kerjasama kemitraan dengan perusahaan inti, peternak mitra diwajibkan menyediakan kandang dan peralatan-peralatan penunjang lainnya dalam beternak di samping juga uang jaminan. Sedangkan pembiayaan terbesar dari peternak kemitraan dalam budidaya ternak sepenuhnya ditanggung oleh perusahaan inti. Lima, Kerjasama dalam bentuk kemitraan yang sebenarnya. Sejak
dikeluarkannya kebijaksanaan pemerintah tentang kemitraan melalui PP Nomor 44/1997 yang bertujuan untuk mewujudkan usaha kemitraan yang kokoh,
terutama antara usaha besar dan usaha menengah dengan usaha kecil yang akan lebih memberdayakan usaha kecil sehingga dapat tumbuh dan berkembang menjadi semakin kuat dan memantapkan struktur perekonomian nasional yang semakin
seimbang
serta
meningkatkan
kemandirian
dan
daya
saing
perekonomian nasiona!. Pad a organisasi peternakan dengan model kemitraan ini dikenal peternak sebagai plasma dan perusahaan sebagai inti dimana pert!sahaan berfungsi melakukan pembinaan, penyediaan sarana produksi, bimbingan teknis dan pemasaran. Sedangkan peternak plasma melakukan fungsi produksi.
105
Enam, Akses terhadap fasilitas non ekonomi. Pada prinsipnya peternak
plasma telah mendapatkan pendidikan, kesehatan dan legalitas usaha yang dinilai telah berjalan jauh sebelum petemak bergabung dengan perusahaan inti. Hal ini dapat diketahui dari tingkat pendidikan, pengalaman dan ekonomi peternak yang umumnya berada pada tingkat menengah. Tingkat ekonomi peternak yang dinilai mapan ini dapat diketahui dari modal awal peternak untuk membangun usaha peternakan ayam yang relatif besar. Sedangkan tingkat pendidikan rata-rata peternak telah mendapat pendidikan minimal tingkat sekolah dasardan banyak yang telah mendapatkan pendidikan di perguruan tinggi. di tingkat pengalaman beternak, peternak sebelum bermitra sebagiannya telah mempunyai pengalaman melakukan usaha ternak ayam ras pedaging (peternak rakyat). Tujuh, Akses terhadap pembinaan manajerial dan kewirausahaan.
Prawirokusumo (2001), menyatakan memasyarakatkan kewirausahaan adalah suatu upaya yang konsepsional, sistematis, masal dan berkesinambungan kepada atau oleh
masyarakat melalui proses pengenalan,
peningkatan
pemahaman, penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kewirausahaan di dalam masyarakat.
Sedangkan
membudayakan
kewirausahaan
adalah
upaya
konsepsional, sistematis dan berkesinambungan melalui proses pemeliharaan, peningkatan, pengembangan kewirausahaan. Melalui kemitraan bukan saja keterkaitan usaha yang akan di bangun, melainkan dibarengi pula dengan pembinaan yang kontiniu kepada peternak plasma sehingga peternak akan mendapatkan pend!dikan, penga!aman dan pematangan jiwa kewirausahaar.. Kemitraan pada hakikatnya harus dipahami bukanlah sebagai belas kasihan, melainkan sebagai ajang untuk belajar dan
106
mengembangkan diri serta menimba kelebihan-kelebihan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki mitra usaha yang besar dan kuat. Delapan,
Adanya
keterkaitan
investasi
pada
kegiatan
ekonomi
masyarakat dengan penciptaan lapangan kerja. Dengan adanya investasi yang ditanamkan, kegiatan ekonomi dapat dijalankan sehingga dapat menciptakan lapangan
ke~a.
Adanya peningkatan investasi pada model kemitraan ini, dapat
meningkatkan skala usaha pad a model kemitraan sehingga akan memperluas lapangan kerja untuk peternakan.