USULAN VISI, MISI, dan PROGRAM KEPEMIMPINAN Calon Rektor UIN Alauddin Periode 2010-2014 Prof. Dr. H. A. QADIR GASSING HT., M.S.
BAGIAN I Landasan Filosofis Visi, Misi, Tujuan, dan Program Kepemimpinan A. Mukaddimah Menjabat sebagai Rektor UIN Alauddin adalah sebuah amanah dan tanggung jawab mahaberat bagi siapa pun. Akan tetapi, selain menjadi beban, jabatan sebagai rektor sebuah perguruan tinggi Islam yang besar seperti UIN Alauddin juga menyediakan peluang penting bagi seseorang untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pengabdian kepada Allah dan pembaktiannya kepada agama, negara, dan bangsa lewat jalur akademik. Adalah dalam rangka meningkatkan kualitas pengabdian seperti itulah, maka saya meneguhkan niat dan membulatkan tekad untuk mencalonkan diri menjadi rektor UIN Alauddin periode 2010-2014. Salah satu hadis Nabi yang senantiasa menginspirasi hidup saya adalah, Sebaik-baik manusia adalah dia yang paling indah akhlaknya dan paling bermanfaat bagi kemanusiaan. Dalam satu perspektif, jika saya kelak dapat terpilih sebagai rektor, maka jabatan tersebut bagi saya akan sekali lagi merefleksikan konsekuensi logis atau kelanjutan dari pergerakan menanjak secara perlahan dan alamiah yang saya jalani dalam struktur birokrasi kampus sejak kurang lebih 31 tahun yang lalu. Pertama-tama sebagai Sekertaris Lembaga Bahasa IAIN Alauddin pada 1979 dan jabatan terakhir sebagai Pembantu Rektor Bidang Akademik hingga hari ini (2010). Di antara kedua tahun itu, terbentang daftar panjang pengabdian saya dalam struktur kepemimpinan dan manajemen kampus di ketiga ranah tugas perguruan tinggi (Tri Dharma Perguruan Tinggi). Dengan menjadi rektor, peluang dan kesempatan saya akan semakin besar dan terbuka untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuan kepemimpinan saya, yaitu menjadikan UIN Alauddin sebagai perguruan tinggi yang tercerahkan dalam transformasi IPTEKS untuk membangun peradaban Islam modern. Dengan niat suci mengabdi kepada Allah swt dan membaktikan diri secara akademik, berbekal kompetensi akademik yang saya raih secara mandiri dan kompetitif, dibarengi pengalaman panjang mengabdikan diri dalam birokrasi dan manajemen kampus, serta diiringi dukungan, doa dan keikhlasan membantu dari kolega-kolega dari semua kalangan dalam dan luar kampus, maka dengan mengucapkan: Bismillahirrahmanirrahim, hasbiyallah tawakkaltu la 1
ilaha illallah wa la hawla wa la quwwata illa billahil aliyyil azhim, saya mencalonkan diri menjadi Rektor UIN Alauddin Makassar Periode 2010-2014. B. LATAR BELAKANG FILOSOFIS VISI DAN MISI 1.
Transformasi Intelektual, Moral, dan Spiritual Dalam Al-Qur an Surat al-Ra d/ 13: 11, Allah menegaskan sebuah prinsip teologis yang sangat penting berkaitan dengan perkembangan peradaban umat manusia. Allah berfirman: Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, hingga kaum itu mengubah apa yang ada dalam diri mereka sendiri. Dalam ayat ini tersirat sebuah pesan penting bahwa keterlibatan Allah dalam perubahan yang terjadi dalam hidup manusia, baik secara individual maupun sosial, mensyaratkan adanya respons dan partisipasi aktif dari manusia itu sendiri untuk mengubah sesuatu dalam dirinya lebih dahulu. Tanpa inisiatif, respons, aksi, partisipasi, dan preservasi dari pihak manusia, Allah tidak akan melibatkan diri-Nya dalam proses perubahan keadaan manusia menjadi lebih baik. Ayat tersebut di atas secara eksplisit menolak sebuah pandangan ekstrim salah satu mazhab teologi Islam yang memandang seluruh dimensi kehidupan manusia sepenuhnya tergantung pada Allah (predestination). Dalam pandangan teologi ini, manusia tidak lebih dari semacam wayang di tangan seorang dalang, yaitu Allah, yang mengendalikan dan menentukan seluruh episode kehidupan seorang manusia. Padahal, sebaliknya, seperti disebutkan dalam ayat tersebut, nasib, jalan hidup, dan kesuksesan manusia justru terutama ditentukan oleh nasibnya sendiri. Dalam menjelaskan ayat ini, Dr. Nurcholish Madjid menyatakan bahwa dimensi yang paling penting dalam diri manusia yang menentukan perubahan dimensi lainnya adalah pemikiran, pandangan dunia (world view), atau mindset-nya. Menurutnya, jika pemikiran atau mindset seseorang telah berubah, maka seluruh hidupnya dapat berubah. Itulah makna kata ma dalam kalimat ma bi anfusihim di ayat itu, kata Nurcholish. Akan tetapi, hal yang sebaliknya tidak mungkin terjadi. Apabila hanya aspek lahiriah manusia saja yang berubah, misalnya perubahan penampilan atau gaya hidup seseorang karena pergantian mode pakaian, postur tubuh, dan lingkungannya akibat meningkatnya kelas sosial-ekonominya, maka hidup orang tersebut belum tentu akan berubah secara total dan substansial. Transformasi (transformation), sebagaimana dimaknai dalam visi misi ini, merujuk kepada konsep perubahan yang bersifat substansial dan total dalam diri manusia dan dalam sebuah masyarakat karena perubahan itu terutama dan pertama-tama terjadi dalam dimensi paling esensial dari manusia, yaitu roh, jiwa, dan akalnya. Secara terminologis, transformasi sendiri bermakna perubahan material (maddah) sekaligus bentuk (forma, shura). Sementara itu, perubahan yang bersifat material, jasmaniah, dan performatif lebih tepatnya disebut sebagai sekedar perubahan (change). 2
Thomas Kuhn dalam bukunya yang sangat berpengaruh, The Structure of Scientific Revolution, menyebut perubahan yang bersifat transformasional ini sebagai paradigm shift (perubahan paradigma). Kata paradigma berasal dari bahasa Yunani. Pada awalnya ia merupakan istilah ilmiah namun dewasa ini umumnya dimaknai sebagai model, teori, persepsi, asumsi, atau kerangka referensi. Dalam maknanya yang lebih umum, paradigma adalah cara kita melihat dunia, bukan dalam artinya sebagai sekedar penglihatan indrawi, tetapi sebagai cara mempersepsi, memahami, dan menafsirkan. Kuhn menunjukkan bahwa hampir semua terobosan (breakthrough) dalam bidang sains pertama-tama adalah penyimpangan atau pemutusan dengan tradisi, dengan cara berpikir lama, atau dengan paradigma lama. Sebagai contoh, bagi Ptolemous, astronom terbesar Mesir, bumi adalah pusat alam semesta (geosentris). Tetapi Kopernikus melakukan sebuah perubahan paradigma yang dramatis, dengan menempatkan matahari sebagai pusat (heliosentris), walau karena itu, dia harus menghadapi perlawanan sengit dan juga persekusi dari otoritas agama dan pengetahuan sezamannya. Secara sontak, segala sesuatu lalu mendapatkan interpretasi yang berbeda. Begitu juga Nabi Muhammad saw di abad ketujuh Masehi, melakukan transformasi spiritual masyarakat Arab jahiliyah dari kehidupan paganisme (menyembah berhala) dan perbudakan manusia atas manusia lainnya ke keyakinan tauhid dan persamaan derajat manusia. Berdasarkan pemikiran di atas, maka pengembangan UIN Alauddin ke depan akan lebih diorientasikan pada upaya mentransformasi tradisi intelektualisme sivitas akademikanya sebagai prasyarat bagi perubahan lainnya yang bersifat multidimensional. Setelah membangun sarana dan prasarana kampus secara masif berkat pinjaman lembaga donor internasional, kini saatnya kita membangun jiwa dan ruh manusia-manusia yang akan memanfaatkan sarana dan prasarana tersebut sehingga mampu menghasilkan kualitas insani dan produk pemikiran yang lebih tinggi nilainya daripada biaya untuk membangun fisik kampus. Setelah membangun dimensi lahiriah kampus, saatnya membangun jiwa dan ruhnya, yaitu manusianya. Seperti bunyi salah satu bait dalam lagu kebangsaan kita, Indonesia Raya, Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, untuk Indonesia Raya. Pesan yang tersirat dalam national anthem kebanggaan kita itu sesungguhnya adalah bahwa pembangunan jiwa seharusnya lebih dahulu dilakukan baru membangun raga. Sebuah kampus yang megah seharusnya dihuni oleh manusia-manusia yang memiliki ketercerahan spiritual, kecemerlangan intelektual, dan kesucian moral. Jika tidak, maka gedunggedung dalam kampus kita akan menyerupai rumah berhantu yang menakutkan. Kampus akan tampak seperti seonggok tubuh tanpa roh. Dan tubuh itu akhirnya akan hancur karena digerogoti oleh berbagai penyakit jiwa seperti kesombongan intelektual dan keserakahan material. Nabi saw. pernah menyatakan, Sesungguhnya dalam tubuh manusia terdapat sekerat daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh organ tubuh, jika ia rusak, maka rusaklah seluruh organ tubuh. Ketahuilah, sekerat daging itu adalah hati. Tentu saja, hati dalam hadis ini tidak hanya bermakna sebagai organ hati yang bersifat material, tetapi juga bermakna majazi sebagai 3
unsur nonmateral dalam tubuh manusia yang menjadi instrumen bagi aktivitas jiwa dan ruh manusia. Penyair dan filsuf Pakistan, Muhammad Iqbal, pernah menyatakan bahwa, Pembaharuan itu dimulai dari perkara teologis, bukan dari kosmologi, antropologi, dan teleologi. Prof. Dr. Ahmad Amiruddin, saat menjadi Gubernur Sulawesi Selatan pada tahun 1980-an, bahkan menjadikan Perubahan Pola Pikir sebagai salah satu program utamanya dalam membangun Provinsi Sulsel. Dalam keyakinan pakar fisika nuklir Indonesia ini, tidak mungkin memajukan masyarakat Sulsel agar setara dengan masyarakat di provinsi lainnya tanpa mengubah pola pikir mereka lebih duhulu. Misalnya, mengubah pola pikir mereka dari orientasi hidup berjangka pendek ke jangka panjang, fatalis ke dinamis, konsumtif ke produktif, bergantung ke mandiri, nepotisme ke meritokrasi, dst. Dengan latar belakang teologis seperti itu, sebagai perguruan tinggi dengan misi keilmuan dan keagamaan sekaligus, maka UIN harus memerankan diri sebagai lokomotif dan mercusuar transformasi intelektual, moral, dan spiritual masyarakat Muslim sebagai langkah terpenting dan paling awal yang harus dilakukan dalam rangka mengemban tugas membangun peradaban Islam Indonesia yang modern. Misi dan tujuan utama pendirian IAIN, kemudian UIN, adalah membangun kepribadian masyarakat Muslim Indonesia sehingga menjadi warga negara yang kuat, amanah, cerdas, percaya diri, berakhlak mulia, produktif, sejahtera, dan berkontribusi dalam pencapaian tujuan negara Republik Indonesia. 2.
UIN dan Misi Membangun Peradaban Islam Modern Secara historis, kelahiran IAIN sebagai bentuk institusi awal UIN pada dasarnya lebih merupakan reaksi psikologis umat Islam Indonesia terhadap kondisi internal mereka yang mengidap keterbelakangan dalam bidang sosial, ekonomi, intelektual dan kultural dibandingkan dengan kalangan lainnya, khususnya kaum nasionalis sekular, sejak zaman kolonial Belanda hingga masa-masa awal kemerdekaan (Fachry Ali 2000, 377). Oleh karena itu, kelahiran IAIN pada awalnya diharapkan bisa menjadi sarana bagi umat Islam Indonesia untuk meningkatkan khususnya kualitas kehidupan intelektual dan kultural mereka. Peningkatan kualitas intelektual ini juga diyakini akan memungkinkan umat Islam melakukan proses mobilitas vertikal dalam rangka turut berperan aktif dan mendapatkan posisi yang signifikan dan proporsional dalam proses pembangunan dan modernisasi Indonesia pada khususnya, dan pembangunan peradaban Islam pada umumnya. Karena latar belakang dan beban historis seperti ini, seperti halnya IAIN yang merupakan awal metaformosisnya, UIN harus tetap mengemban dua misi utama sekaligus, yaitu misi akademik dan misi keagamaan. Sebagai lembaga akademik, UIN dituntut mencitrakan dan memerankan diri sebagai lembaga pendidikan tinggi yang konsisten mengikuti dan memenuhi aturan dan standar akademik sedemikian rupa sehingga memungkinkan civitas akademikanya mampu bersaing dengan anggota komunitas akademik lainnya. Sementara itu, dengan misi 4
dakwahnya, UIN diharapkan bisa memenuhi aspirasi, harapan dan kepentingan umat Islam mendapatkan lembaga pendidikan tinggi agama yang akan mencetak bukan saja sarjana dengan wawasan keilmuan yang luas, tetapi juga ulama dengan pengetahuan agama yang mendalam demi peningkatan kualitas kehidupan dan syiar agama dalam masyarakat Islam Indonesia. Dalam perspektif tertentu, visi dan misi ganda seperti ini menjadi karakter tipikal dan keunggulan komparatif (comparative advantage) UIN di antara perguruan tinggi lainnya, khususnya di Indonesia. Akan tetapi, di sisi lain, beban ganda itu juga menjadi salah satu akar masalah akademik dan kelembagaan yang harus dihadapi UIN. Situasi seperti ini seringkali membuat UIN berada di persimpangan jalan. Di tengah masyarakat, citra UIN belum banyak bergeser dari gambaran citra IAIN, yaitu sebagai lembaga dakwah dengan pendekatan studistudi Islam yang masih sering bersifat tertutup, dogmatis dan sektarian (Hidayat & Prasetyo 2000, xii). Menjadi tugas sivitas akademika UIN untuk membuktikan bahwa selain misi keagamaan, kampus mereka juga dapat menampilkan diri sebagai universitas yang unggul dalam pengembangan ilmu pengetahuan (umum). UIN Alauddin di tahun-tahun mendatang harus mampu mewujudkan diri sebagai lembaga pendidikan tinggi yang memiliki wibawa dan reputasi akademik yang setara dengan perguruan-perguruan tinggi terkemuka di negeri ini. 3.
UIN Sebagai Pusat Pengembangan Tradisi Intelektualisme Islam Menjadikan UIN Alauddin sebagai pusat pengembangan tradisi intelektual Islam di Indonesia, khususnya di Kawasan Timur Indonesia (KTI), merupakan upaya yang sangat strategis dan prospektif dalam jangka panjang karena beberapa hal. Pertama, UIN Alauddin dilahirkan dan tumbuh di tengah-tengah lingkungan masyarakat yang religius dengan bentangan tradisi yang panjang di bidang budaya dan agama. Kehidupan dan pemikiran keagamaan di kawasan ini terlihat semakin terbuka, dinamis dan progressif. UIN bisa berperan mengarahkan dinamika tersebut sehingga Islam akan memberikan peran yang lebih strategis dan signifikan dalam kehidupan masyarakat Muslim di kawasan ini. Kedua, masyarakat Sulsel khususnya, dan masyarakat di KTI umumnya, terkenal sangat pluralistik dari segi budaya, bahasa, etnik, dan agama. Keragaman agama, khususnya, bisa dan telah menjadi salah satu isu yang sangat sensitif dan rentan dieksploitasi untuk memperparah konflik horizontal yang berakar politis dan ekonomis dalam masyarakat. Konflik di Ambon dan Poso pada beberapa tahun yang silam adalah contoh kasus yang terang benderang. Dengan membudayakan pemahaman agama yang lebih kritis, dinamis, terbuka dan pluralistik, potensi eksploitasi isu-isu agama sebagai pemicu konflik, khususnya oleh kelompok-kelompok Muslim konservatif, skripturalis, dan radikal niscaya bisa dilumpuhkan. Ketiga, lahirnya kelas menengah santri kota di Sulsel, khususnya, dan di KTI umumnya, tampaknya juga akan mengikuti trend yang mengiringi kemunculan rekan-rekan mereka di Jakarta dan sekitarnya. Kesadaran kalangan ini akan pentingnya agama dalam kehidupan mereka akan tumbuh (kembali), dan ini perlahan tetapi pasti akan diiringi dengan kebutuhan 5
akan penyajian agama yang sesuai dengan tingkat pengetahuan dan pengalaman hidup mereka. Sejauh ini, gejala kejenuhan dengan metode, materi dan pembawa dakwah agama secara konvensional tampaknya semakin mencuat. Sementara itu, minat kalangan terpelajar Muslim kota ini menghadiri forum-forum yang dinarasumberi intelektual Muslim terkemuka yang berwawasan keilmuan dan keagamaan yang luas tampaknya semakin meningkat. Ini adalah peluang emas yang harus segera direbut oleh sivitas akademika UIN Alauddin. Di antara hal-hal paling penting yang mereka harus lakukan adalah meningkatkan kualitas intelektual mereka supaya sesuai dan kompatible dengan kebutuhan masyarakat. Setelah itu, mereka baru memperkenalkan diri secara elegan kepada masyarakat dengan cara melebarkan circle of concern and influence mereka lewat ceramah, tulisan dan jaringan kelembagaan. Transformasi dari IAIN ke UIN membawa paling tidak dua konsekuensi penting. Pertama, secara akademik, sementara yang dikembangkan di IAIN hanya studi-studi Islam (seperti teologi, jurisprudensi Islam, dan tafsir), ranah cakupan studi di UIN diperluas hingga termasuk ilmu-ilmu sekular. Kedua, sementara sebagian besar mahasiswa IAIN terutama berasal dari madrasah, pesantren atau masyarakat pedesaan, UIN, dengan fakultas-fakultas ilmu-ilmu sekularnya, akan menarik minat lebih banyak mahasiwa dari latar belakang yang lebih beragam. Karena harus mengembangkan lebih banyak lagi bidang sains dan mengakomodasi mahasiswa dengan latar belakang sosio-kultural yang lebih beragam, UIN harus menghadapi sejumlah tantangan berat. Secara akademik, dua bidang sains yang berbeda sains Islam di satu sisi dan sains sekular di sisi lain diletakkan di bawah satu atap. Hal ini memunculkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban. Sementara itu secara sosial, kehadiran mahasiswa dalam jumlah besar dari latar belakang yang beragam akan mendesak UIN untuk mengembangkan kebijakankebijakan, baik yang bersifat akademik maupun nonakademik, yang mampu menjawab kebutuhan-kebutuhan mahasiswa (Jabali 2004, 597-8). Terlepas dari kompleksitas masalah yang mengiringinya, pengembangan UIN Alauddin Makassar sebagai eksponen utama transformasi tradisi intelektual Islam di Indonesia memerlukan upaya serius dan terencana dalam beberapa aspek berikut: a. Epistemologi dan paradigma keilmuan Adalah penting untuk mengemukakan berbagai kemungkinan orientasi pengembangan paradigma keilmuan sebelum format yang lebih permanen bisa dicapai dalam rangka melakukan reintegrasi keislaman, keilmuan, kemanusiaan dan keindonesiaan. Menurut Ziauddin Sardar (1991, 77-9) dalam artikelnya What Makes a University Islamic , tujuan utama universitas-universitas Islam seharusnya adalah untuk membangun suatu landasan yang komprehensif bagi rekonstruksi peradaban Muslim. Dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai institusi yang menyediakan landasan pengetahuan bagi peradaban Muslim, lanjut Sardar, universitas Islam harus tanggap mencermati kebutuhan6
kebutuhan masyarakat Muslim yang sedang berubah di masa kini dan masa depan. Universitas Islam tetap harus menunaikan tugas-tugas normatif seperti mencermati dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan peradaban Muslim, membangkitkan pengetahuan dari dalam pandangan dunia (world view) tersebut, bekerja dalam rangka kejayaan Islam, dan rekonstruksi menyeluruh atas peradaban Muslim. Karena itu, maka sebuah universitas Islam adalah sebuah lembaga normatif juga, tapi bukan dalam pengertian sebagai perguruan tinggi yang bias, penuh prasangka, sektarian atau tunduk pada tarikan dan kepentingan politik tertentu. Normatif dalam konteks ini berarti bahwa perguruan tinggi meletakkan loyalitasnya hanya pada norma-norma dan nilai-nilai yang membentuk pandangan dunia dan tujuan-tujuannya sendiri, yaitu Islam. Dalam kerangka normatif nilai-nilai ini, lanjut Sardar, terdapat kebebasan melakukan penelitian dan tugas akademik secara penuh (ibid., 79). Dengan pertimbangan seperti itu, sisi normatif IAIN seharusnya tetap dipertahankan oleh UIN walau dipahami dalam perspektif yang berbeda. Untuk menjadikan UIN sebagai pusat transformasi tradisi intelektualisme Islam di Indonesia dan, pada gilirannya, melahirkan pemikir dan sarjana yang mampu menjawab tuntutan kebutuhan masyarakat Muslim kontemporer, sivitas akademika UIN harus mampu meraih peluang yang kini terbuka lebar untuk meluaskan peran-peran keagamaan, sosial, dan intelektual. Karena disiplin keilmuan yang digeluti di UIN mencakup juga bidang-bidang pengetahuan umum, itu berarti perspektif, paradigma dan wawasan pengetahuan para civitas akademika UIN akan lebih luas. Minat dan kemampuan mahasiswa UIN untuk menggumuli disiplin-disiplin keilmuan di luar ilmu-ilmu keislaman klasik kini bisa terpenuhi secara akademikinstitusional, sekalipun tanpa harus berusaha meraihnya dari luar kampus. Oleh karena itu, salah satu misi utama saya jika menjadi rektor adalah merevitalisasi alasan keberadaan (raison d etre) UIN yaitu meretas dikotomi atau hubungan-yang-salingmerendahkan antara ilmu-ilmu Islam dan umum atau sekular, atau antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu rasional. Hal ini karena, seperti dikatakan S. Parvez Manzoor, The dichotomy between salvational and rational sciences, between essential and superficial knowledge, had fatal consequences for the nourishment of the Muslim mind. In time, everything beyond the comprehension of the scholastics became superficial, ungodly and valueless. (dalam Sardar 1991, 56). Menurut saya, kedua ranah keilmuan itu harus dipandang bersifat integral, holistik dan komplementer di bawah sinaran prinsip atau pandangan dunia Islam tentang tauhid. Sudah barang tentu, bukan misi UIN untuk melakukan Islamisasi ilmu pengetahuan. Selain tidak perlu, upaya kolosal seperti itu juga hampir mustahil dilakukan. Yang jauh lebih penting dilakukan adalah membekali mahasiwa UIN dengan pemahaman yang mendalam tentang perspektif dan konsep Islam berkenaan dengan pendidikan yang memandang penuntutan ilmu pengetahuan sebagai kegiatan ibadah dan dalam semangat kepasrahan kepada Allah. Seperti dinyatakan Sardar, apa yang Islami dalam sebuah Universitas Islam adalah bahwa ia merupakan 7
institusi yang secara mantap bersifat universal di mana semua cabang pengetahuan dituntut dalam sebuah kerangka etis dan metodologis yang benar-benar Islami (Ibid., 76-77). b. Kurikulum dan Metodologi Pengajaran Dalam rangka menjadikan UIN sebagai kampus yang tercerahkan dalam transformasi tradisi intelektualisme Islam, kurikulum dan metodologi pengajaran juga harus dikembangkan sesuai dengan visi dan misi UIN. Dalam kurikulum perlu ada beberapa mata kuliah inti (core courses) yang dirancang sedemikian rupa untuk memberikan pengetahuan dasar atau sejenis pengantar umum bagi munculnya apresiasi dan pemahaman yang lebih komprehensif tentang sejarah intelektual dan peradaban Islam kepada seluruh mahasiswa di semua jurusan. Dalam konteks ini, mata kuliah yang mungkin bisa dijadikan core courses karena watak epistemologis dan ontologisnya yang jelas dan mantap antara lain adalah Pengantar Sejarah Islam, Sejarah Sains dan Peradaban Islam, Epistemologi Islam, Filsafat dan Klasifikasi Sains dalam Islam, Pengantar Filsafat Islam, Pengantar Ilmu Al-Qur an, Pengantar Ilmu Hadis, Pengantar Jurisprudensi Islam , Spiritualitas dan Seni Islam, dan seterusnya. Di masa depan, pengembangan tradisi intelektual Islam di UIN tidak cukup lagi sekadar merujuk kepada atau melanjutkan gerakan transformasi teologis dari Dr. Harun Nasution, atau rintisan kajian perbandingan agama dari Dr. Mukti Ali, atau gagasan pembaharuan Islam dari Dr. Nurcholish Madjid. Para sivitas akademika UIN Alauddin harus jauh lebih percaya diri, kreatif, inovatif, proaktif, dan gigih dalam merumuskan kerangka epistemologi keilmuan universitas Islam yang lebih responsif dan kompatible dengan perkembangan masyarakat Muslim, khususnya di Kawasan Timur Indonesia. Sementara itu, pengajaran aspek-aspek keilmuan Islam sudah tentu kini harus menggunakan metodologi atau pendekatan yang lebih bersifat komprehensif, integralistik, dan interdisipliner, karena mereka diajarkan dalam kerangka pengajaran bidang-bidang lain yang selama ini dianggap asing dari Islam, seperti seni, arsitektur, ilmu pengetahuan alam, kedokteran dan ilmu-ilmu sosial. Dalam sejarah ilmu pengetahuan Islam, bidang-bidang itu merupakan bagian integral dari peradaban Islam. Selain itu, bidang-bidang pengetahuan Islam tradisional juga harus diajarkan secara lebih kritis, terbuka, historis dan kontekstual. Kontekstual dalam konteks ini bermakna relevan, kompatibel, dan aplikabel dengan kebutuhan kehidupan masyarakat Muslim modern berserta segala kompleksitasnya. c. Penciptaan Atmosfir dan Tradisi akademik Demi mengembangan tradisi akademik yang memungkinkan lahirnya calon-calon intelektual Muslim yang mampu menampilkan Islam yang modern, rasional dan kompatibel dengan perkembangan zaman, maka saya bersama para pimpinan kampus akan berupaya secara sengaja dan terencana menciptakan suasana kehidupan akademik yang kondusif. Termasuk dalam hal ini adalah memfasilitasi baik akomodasi, publikasi, dokumentasi, maupun 8
substansi materi pelaksanaan kegiatan-kegiatan ilmiah dalam kampus yang tidak terstruktur seperti seminar, simposium, workshop, kajian ilmiah, diskusi dan sejenisnya. Saya dan para pimpinan kampus akan berusaha keras menunjukkan prioritas dan kepeloporan serta memberikan kemudahan, dukungan dan fasilitas kepada seluruh warga kampus untuk melakukan aktivitas-aktivitas ilmiah dalam kampus, dalam segala bentuknya. d. Membangun Kerja sama dan Jejaring Kelembagaan Sementara itu, dalam rangka melanjutkan keterkaitan dan kesesuaian (link and match) antara pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki alumni UIN dengan kebutuhan masyarakat, UIN Alauddin saya akan memperioritaskan penjalinan kemitraan yang lebih luas, setara, strategis, dan efektif dengan institusi-institusi akademik, sosial, politik dan keagamaan di luar UIN seperti UNHAS, UNM, UMI, UNISMUH, IAIN, STAIN, Pemprov Sulselbatara, provinsi-provinsi di kawasan timur Indonesia, Pemkab/ Pemkot, Muhammadiyah, NU, As adiyah, DDI, LSM, Pusatpusat studi dan penelitian, BUMN, media massa, komunitas lokal, organisasi keagamaan nonMuslim, dan sebagainya. Jika terpilih menjadi rektor, saya juga akan mengembangkan kemitraan UIN Alauddin dengan lembaga-lembaga di atas dalam bentuk pelatihan dan pendidikan intensif tentang khazanah intelektual dan spiritualitas Islam, misalnya pemikiran filsafat dan spiritualitas Islam (tasawuf). UIN harus merebut peluang mengembangkan kajian-kajian keislaman intensif atau pelatihan praktis tentang pemikiran agama dan spiritualitas di sejumlah instansi pemerintah dan swasta di kawasan Timur Indonesia yang selama ini dikelola oleh lembaga-lembaga yang tidak berlatar belakang pendidikan tinggi Islam. UIN Alauddin juga harus berpacu dengan LSM-LSM dan lembaga-lembaga sejenis dalam membuat program-program pendidikan dan pelatihan pengembangan wawasan pluralisme dan multikulturalisme dalam rangka menjalin kerukunan antarumat beragama dan apresisasi terhadap tradisi, budaya dan komunitas lokal di kawasan Timur Indonesia. Ke depan, wacana intelektual yang UIN usung harus semakin beragam, maju dan kompleks, sesuai dengan perkembangan sosial, politik, budaya dan keagamaan masyarakat Indonesia kontemporer. Alumni UIN tidak bisa lagi merasa canggung memantik diskursus tentang masalah-masalah dalam lingkup yang lebih luas, seperti hak-hak asasi manusia, civil society, demokratisasi, keadilan sosial, kesetaraan gender, good governance, pluralitas agama, multikulturalisme, pemberdayaan masyarakat lokal, krisis lingkungan hidup, dan sebagainya. Wacana-wacana intelektual yang sivitas akademik dan alumni UIN kembangkan juga harus lebih mudah diketahui dalam masyarakat karena kemampuan mereka mengartikulasikan pemikiran mereka lewat tulisan di media-media cetak nasional, baik dalam bentuk koran, majalah maupun jurnal. Jika UIN Alauddin di masa depan hendak menunjukkan peran-peran yang lebih langsung dan konkret dalam pengembangan masyarakat, program-program praktis seperti ini seharusnya 9
dijadikan sebagai salah satu kegiatan ekstrakurikuler atau program pengabdian kepada masyarakat, sambil memanfaatkan kerja sama dengan lembaga-lembaga donor yang memiliki visi dan misi yang sesuai. Kegiatan seperti ini tidak saja bisa memberi manfaat akademik tapi juga meningkatkan kesejahteraan bagi sivitas akademika UIN. 4.
Langkah Menuju Universitas Tercerahkan Dalam usulan visi UIN yang saya ajukan, terdapat istilah universitas yang tercerahkan (enlightened university). Universitas yang tercerahkan dalam konteks ini, bermakna sebuah kampus yang para warganya selalu tersinari oleh nur ilahi karena seluruh dimensi kehidupan mereka merefleksikan pengejawantahan akhlakul karimah, semangat penghormatan dan pembaktian kepada kemanusiaan, serta jiwa pengabdian kepada Allah. Suatu universitas akan tercerahkan apabila seluruh aktivitas warganya dimotivasi oleh kesadaran dan niat beribadah kepada Allah dan ditujukan untuk mencari kerelaan-Nya melalui pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Sesungguhnya, gagasan tentang universitas tercerahkan telah dikemukakan oleh beberapa Rektor IAIN Alauddin pada periode yang telah berlalu. Almarhum Prof. Dr. H.M. Shaleh A. Putuhena (Rektor IAIN periode 1994-1998), misalnya, mengemukakan ide tentang kampus ukhuwah dan akhlaqiah, selain ilmiah. Prof. Dr. H. Abd. Muin Salim (Periode 1998-2002) mewacanakan tentang Kampus Rabbani , yaitu kampus yang merefleksikan unsur pemeliharaan ilahi dalam seluruh aktivitasnya. Gagasan tentang Universitas Tercerahkan ini harus diwacanakan dan diupayakan perwujudannya secara serius di masa depan dalam rangka mengimbangi kecenderungan perguruan-perguruan tinggi di Indonesia untuk terjebak dalam arus komersialisasi dan alienasi orientasi pendidikan. Kecenderungan seperti itu, misalnya, terlihat dalam upaya keras beberapa perguruan tinggi dalam memenuhi secara instan standar dan kriteria bagi sebuah perguruan tinggi berperingkat dunia atau world class university (WCU). Tentu saja, bagi sebagian perguruan tinggi di Indonesia, mencapai peringkat dunia berdasarkan standar-standar dan kriteria kualitas yang bersifat universal merupakan harapan yang realistis, malah keharusan. Sementara bagi sebagian lainnya, masuk dalam WCU mungkin masih merupakan mimpi yang terlalu jauh karena untuk mencapai peringkat nasional saja masih membutuhkan waktu beberapa puluh tahun. Tentu saja tidak salah bermimpi menjadi WCU. Seperti dikatakan oleh Carl Sanburg, Tidak ada yang terjadi, kecuali pada awalnya adalah sebuah mimpi. Akan tetapi, di sisi lain, mimpi juga seringkali membuat kita terlena. Ketidaksabaran kita meraih mimpi-mimpi, karena sekedar ikut-ikutan gaya dan trend, seringkali membuat kita menempuh cara-cara instan dan karbitan. Akibatnya, kita hanya akan memperoleh hasil yang tidak optimal dan permanen. Berupaya lebih dahulu menangkap pesan, tujuan, dan esensi dari 10
pemeringkatan universitas dunia jauh lebih penting daripada sekedar ikut-ikutan mewacanakan WCU. Bahkan menargetkan menjadi universitas kelas nasional yang sejajar dengan perguruanperguruan tinggi nasional yang lebih tua mungkin jauh lebih konkret diwacanakan dalam empat tahun ke depan. Yang jelas, World Class Univeristy bukanlah mimpi semalam. Usaha mewujudkan mimpi WCU harus dilakukan secara sadar, mandiri, terencana, dan ikhlas, melalui upaya meningkatkan standar kualitas akademik dan penatakelolaan universitas yang baik. Seperti diketahui, isu utama bagi WCU adalah reputasi akademik berdasarkan kualitas dan kuantitas produktivitas intelektual sivitas akademika dan manfaat universitas tersebut bagi masyarakatnya, baik di level nasional dan internasional. Jika dianalogikan, upaya meraih WCU untuk tujuan-tujuan formalistis dan performatif saja hampir sama dengan upaya Pemkot/Pemkab tertentu untuk meraih Piala Adipura dengan sekedar memenuhi kriteria formal penilaiannya, tetapi gagal atau abai menangkap tujuan kompetisi Adipura, yaitu kenyamanan, keamanan, dan kesejahteraan warga kabupaten/kota Seperti dikatakan dalam sebuah pepatah Cina, Perjalanan seribu langkah dimulai dengan langkah pertama. Berwacana tentang WCU sembari melupakan program-program kerja konkret yang justru menjadi langkah paling awal dari puluhan langkah yang harus ditempuh untuk mencapai WCU. Yang lebih tragis lagi, jika upaya-upaya instan memenuhi kriteria unversitas kelas dunia lantas membuat sebuah kampus melupakan raison d etre-nya, atau mengingkari jati diri-nya, dan mengabaikan misi dan tujuan dasarnya. Dan, seperti telah diulas di atas, IAIN dan UIN memiliki dua misi utama, yaitu sebagai lembaga akademik dan dakwah. Oleh karena itu, jika terpilih menjadi rektor untuk empat tahun mendatang, programprogram kerja saya bersama para staf saya adalah meningkatkan standar kebutuhan minimum internal (minimum need requirement atau MNR) dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi. Hal ini saya pandang penting karena kampus kita sesungguhnya bahkan belum memenuhi kebutuhan minimum sebuah perguruan tinggi yang baik. Misalnya, sumber daya manusia (dosen, mahasiswa, staf penunjang), fasilitas pembelajaran dan penelitian, keuangan, perpustakaan, kemampuan tata pamong, aturan-aturan akademik, sistem informasi, dan dukungan masyarakat. Setelah membenahi pemenuhan standar kebutuhan minimum dalam semua aspek tersebut di atas, barulah saya akan mengupayakan secara intensif meningkatan standar dan reputasi akademik, peran UIN terhadap masyarakat, dan yang lebih penting lagi kapasitas penelitian sivitas akademika dalam rangka mempersiapkan UIN Alauddin menjadi universitas berbasis penelitian atau Research University, sambil tetap mengokohkan status sebagai universitas pendidikan dan pengajaran (teaching and learning univeristy). 5.
Penutup Menyadari beratnya tantangan UIN Alauddin di masa-masa mendatang dan tingginya kualitas kerja dan kinerja yang dibutuhkan untuk mencapai visi, misi, tujuan, dan program 11
kepemimpinan saya jika terpilih menjadi Rektor Periode 2010-2014, maka salah satu kata kunci penting bagi kepemimpinan saya adalah SINERGI dan KEBERSAMAAN. Saya memiliki optimisme besar bahwa visi, misi, tujuan, dan program-program kepemimpinan saya akan tercapai karena memiliki keyakinan dan pengetahuan tentang besarnya potensi insani sivitas akademika UIN dan posisi strategis yang bisa dimainkan UIN di tengah-tengah masyarakat Sulsel khususnya, dan masyarakat di Kawasan Timur Indonesia secara luas. Kalau seluruh potensi itu dioptimalkan dan disinergikan, tidak akan ada program yang sulit dituntaskan. Bahkan, saya berkeyakinan, jika seluruh potensi insaniah dan alamiah UIN Alauddin bisa diaktifkan secara optimal dan sinegis (full gear), target-target yang dicanangkan tersebut akan terlampaui. Harapan tertinggi selama masa kepemimpinan saya adalah menciptakan sebuah tradisi yang baik (bid ah hasanah), yang akan terus terpelihara dan berkembang jauh setelah masa jabatan saya berakhir. Saya bahkan berharap tradisi itu akan tetap lestari jauh setelah saya menuntaskan tugas kemanusiaan saya di dunia ini. Dan tradisi yang saya maksudkan adalah tradisi intelektualisme. Jika tradisi intelektualisme telah mengakar dan menjadi karakter dan keunggulan komparatif sivitas akademikanya, maka standar-standar dan kriteria akademik yang dipersyaratkan untuk menjadi National Class University dan WCU akan dicapai hampir-hampir secara alamiah dan otomatis. Oleh karena itu, izinkan saya menutup bagian ini dengan mengemukakan beberapa filosofi penting kepemimpinan saya, dan itu berdasarkan pada kutipan-kutipan dari sejumlah pemikir dunia. Pertama, dari Kuan-Tzu, filsuf Cina dalam The Book of Master Kuan, bahwa If you give a man a fish, he will have a single meal. If you teach him how to fish, he will eat all his life. (Jika engkau memberi seseorang seekor ikan, maka ia akan memiliki satu sajian makanan. Jika engkau mengajarinya cara memancing, dia akan memiliki makanan sepanjang hidupnya). Oleh karena itu, sebagai rektor, bukan kebijakan saya untuk sekedar membagi dana yang justru akan memanjakan dan melumpuhkan kreativitas, tetapi meningkatkan kapasitas (capacity building) kampus dan warganya sehingga mampu mendapatkan sumber-sumber pendanaan dari berbagai sumber, baik dalam maupun luar negeri, secara berkesinambungan. Kedua, dari Albert Camus: Don t walk in front of me, I may not follow. Don t walk behind me, I may not lead. Walk beside me, and just be my friend. (Jangan berjalan di depanku, saya mungkin tidak akan mengikuti. Jangan berjalan di belakangku, saya mungkin tidak dapat memimpin. Berjalanlah di sampingku sebagai teman) Ketiga, dari Stephen Covey, penulis buku termasyhur, The Seven Habits of Highly Effective People (1989), dan ini berkaitan dengan manajemen dan kepemimpinan. Covey menulis, Interdependence is a higher value than independence. (Saling bergantung lebih tinggi nilainya 12
daripada ketidaktergantungan). Dan karena dalam minggu-minggu ini kita banyak meluangkan waktu menonton Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, kita tentu bisa mengidentifikasi dua strategi yang berbeda dalam sepakbola, antara mengandalkan talenta dan kecakapan luar biasa segelintir pemain hebat saja, atau mengandalkan kerja tim dalam sebuah permainan total (total football) di mana setiap pemain mempunyai andil yang sama dalam kemenangan. Saya memilih strategi yang kedua dan tidak akan bertindak sebagai one-man show. Selama kepemimpinan saya, saya akan berusaha agar seluruh sivitas akademika akan merasakan diri mereka penting, bermakna, berguna, dan berbahagia, apa pun status, jabatan, kedudukan, dan pekerjaannya dalam kampus tercinta ini. Dengan bekerja sama dan bersinergi kita bisa melakukan sesuatu yang luar biasa. Wa ma taufiqina illa billah
13
BAGIAN I Visi, Misi, Tujuan, dan Penjabaran Program Prioritas Visi Menjadi universitas yang tercerahkan dalam transformasi IPTEKS untuk membangun peradaban Islam modern.
Misi 1. Meningkatkan peran perguruan tinggi sebagai pusat keunggulan (center of exellence) dan eksponen utama transformasi intelektual, moral, dan spiritual untuk peningkatan taraf dan kualitas kehidupan umat dan bangsa. 2. Menyelenggarakan kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang merefleksikan kemapanan integrasi, sinergi, dan harmoni antara nilai-nilai dan ajaran agama (Islam) dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEKS). 3. Menuntaskan transisi UIN Alauddin menjadi universitas yang mandiri, berkarakter, berkelas, dan bertata-kelola baik (good university governance) menuju universitas riset (research university) dengan memperioritaskan pembangunan spirit dan tradisi keilmuan di kalangan sivitas akademika untuk mewujudkan peradaban Islam modern.
Tujuan 1. Menumbuhkembangkan tradisi intelektualisme yang berorientasi pada transmisi dan transformasi IPTEKS yang menghasilkan produk-produk intelektual yang kreatif dan bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa dan dunia yang direpresentasikan dalam jumlah perolehan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). 2. Membangun dan mengoptimalkan potensi insani yang kompeten, kuat, amanah, gigih, inovatif, kreatif, dan produktif, melalui sistem dan strategi pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat yang dinamis, relevan, dan visioner.
14
3. Mewujudkan kampus yang disarati atmosfir akademik (academic atmosphere) dan dipenuhi suasana nonsektarian, pluralitas agama, suku, bangsa, dan budaya dengan menjunjung tinggi akhlaq al-karimah. 4. Mengembangkan sistem manajemen, kepemimpinan, dan kelembagaan universitas yang konsekuen, konsisten, transparan, demokratis, inklusif, sehat, harmonis, serta berbasis meritokrasi dan prestasi. 5. Memperkuat dan memperluas jejaring kerja sama yang setara, kreatif, dan inovatif dengan lembaga dan perguruan tinggi di tingkat lokal, nasional, regional, dan internasional untuk peningkatan kualitas dan intensitas pelaksanaanTri Darma Perguruan Tinggi. 6. Meningkatkan inisiatif dan keterlibatan dalam merespons secara kreatif dan inovatif dalam bentuk tulisan, lisan, dan aksi terhadap persoalan-persoalan kebangsaan yang aktual dan substansial berdasarkan pada sinergi dan harmoni antara keislaman, keindonesiaan, dan kemodernan untuk mewujudkan masyarakat yang lebih berperadaban. 7. Mewujudkan kampus yang beridentitas keumatan, berorientasi kerakyatan, berakar pada nilai-nilai sosio-religio-kultural Indonesia, dan memiliki keunggulan global (global advantage). 8. Menjadikan kampus sebagai pusat pengkajian, penelitian, advokasi, dan penyemaian nilai-nilai toleransi, pluralitas, multikulturalisme, perdamaian, dan resolusi konflik. 9. Mengangkat keunggulan dan keunikan yang ada di tingkat lokal (Sulsel khususnya, dan kawasan Timur Indonesia secara luas) melalui eksplorasi dan pengembangan potensi lokal dalam bentuk insaniah (SDM), alamiah (SDA), dan sumber daya pendukung (SDP). 10.Mewujudkan tata ruang, lingkungan, dan iklim kampus yang berwawasan dan bergravitasi logik, etik, dan estetik.
15
PENJABARAN BIDANG PROGRAM PRIORITAS A. Bidang Pendidikan dan Pengajaran 1. Memapankan kerangka epistemologis, ontologis, dan aksiologis integrasi agama dan sains yang menjadi raison d etre transformasi IAIN menjadi UIN. Hal ini akan dilakukan dalam bentuk: a. Membentuk tim ad-hoc yang terdiri atas para pakar dalam bidang agama dan IPTEKS untuk mengevaluasi sejumlah capaian dan eksperimen integrasi pengajaran sains dan agama sejauh ini, serta menyusun rancangan pembahasan baru tentang kerangka integrasi yang lebih mapan. b. Menyelenggarakan serangkaian simposium dan workshop terencana dengan pembicara dari dalam dan luar negeri untuk memberikan perspektif yang lebih luas tentang kerangka epistemologi sebuah universitas Islam. c. Menyusun buku (baru) kerangka/landasan epistemologi universitas Islam sebagai pedoman baku bagi penjabaran konsep integrasi agama dan IPTEKS ke tingkatan praksis-operasional. d. Melakukan uji coba atau pilot project atas konsep baru tersebut serta evaluasi atas efektivitasnya dalam pencapaian visi integrasi agama dan IPTEKS. 2. Meningkatkan status dan struktur kelembagaan perpustakaan serta optimalisasi fungsinya sebagai jantung perguruan tinggi dan episentrum gravitasi akademik, antara lain, melalui program-program berikut: a. Peningkatan profesionalisme pustakawan dan pelayanan melalui: 1) prioritas rekrutmen tenaga pustakawan baru lewat seleksi berdasarkan prinsip meritokrasi dan transparansi; 2) mengupayakan peningkatan tunjangan fungsional pustakawan yang kurang lebih setara dengan tunjangan fungsional dosen; 3) memberikan pendidikan dan pelatihan profesional bagi tenaga pustakawan yang telah ada; 4) melakukan studi-studi banding ke perpustakaan-perpustakaan terkemuka di dalam dan luar negeri; b. Peningkatan kuantitas, kualitas, dan keragaman koleksi (misalnya, penambahan koleksi dalam bentuk jurnal, majalah, buku digital dan online; manuskrip; media audio-visual). Paling lambat, dalam 2 (dua) tahun pertama, literatur standar bagi semua prodi dan bidang kajian UIN harus telah tersedia di perpustakaan pusat; c. Peningkatan secara besar-besaran dana pengadaan dan pengelolaan koleksi sehingga memungkinkan perpustakaan UIN Alauddin menyamai kelengkapan koleksi dan reputasi perpustakaan kampus-kampus terkemuka nasional. Target idealnya adalah, Perpustakaan UIN Alauddin akan menjadi mercusuar pengetahuan yang paling terang-benderang di kawasan Timur Indonesia. d. Peningkatan kelengkapan, kenyamanan, dan kecanggihan sarana dan prasarana gedung (hardware) serta layanan teknologi komunikasi dan informasi atau ICT 16
(software) perpustakaan (misalnya, melalui digitalisasi sistem pelayanan, online catalogue, dan interlinkage dengan global open source information); dan e. Peningkatan jalinan kerja sama dengan perpustakaan di luar kampus, baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional dalam bentuk pertukaran informasi, sinkronisasi koleksi, dan interlibrary loan (sistem akses dan peminjaman bersama antarperpustakaan kampus yang berbeda). Paling tidak, untuk langkah awal, membentuk jaringan perpustakaan dengan Perpustakaan Universitas Hasanuddin dan Universitas Negeri Makassar. f. Merevitalisasi dan meningkatkan fungsi Perpustakaan Fakultas dan Perpustakaan Pascasarjana untuk memenuhi kebutuhan diversifikasi koleksi sesuai bidang kajian masing-masing. 3. Mengupayakan pencapaian kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana akademik modern untuk menjadikan UIN sebagai cyber campus yang memungkinkan aplikasi sistem informasi akademik yang berbasis web guna menunjang akses kegiatan akademik secara cepat, mudah, dan murah, kapan dan dari mana saja. Dengan sistem seperti ini akan dimungkinkan: a. Proses registrasi dan heregistrasi jarak jauh (online registration), selain SPMB dan SNPTN; b. Akses dan input data akademik oleh mahasiswa, dosen, dan pegawai secara online; c. Sistem Satu-Kartu-Identitas (one-identity-card system) bagi mahasiswa dan dosen untuk mengakses semua fasilitas kampus (pembayaran SPP, kartu perpustakaan, kartu fotokopi, kartu ATM, dsb); d. Perpanjangan masa peminjaman buku perpustakaan secara online. 4. Reformasi, revitalisasi, dan optimalisasi struktur dan fungsi jurusan-jurusan sebagai ujung tombak pengembangan dan penelitian pada bidang/disiplin keilmuan di perguruan tinggi, melalui upaya: a. Restrukturisasi sistem akademik dan kurikulum berbasis jurusan; b. Proses penentuan ketua-ketua jurusan dan prodi berdasarkan kompetensi, konsistensi, dan prestasi akademik dosen pada disiplin keilmuan jurusan terkait. c. Peningkatan secara signifikan tunjangan jabatan dan insentif lain untuk ketua-ketua dan sekertaris jurusan sehingga memungkinkan mereka berkonsentrasi dan bekerja optimal dalam tugas mereka. d. Penyetaraan atau bahkan peningkatan kualitas dan kapasitas fasilitas administasi dan perkantoran jurusan sehingga dapat sedemikian rupa dipandang sederajat dengan jabatan-jabatan struktural lain di atasnya. 5. Meningkatkan standar kompetensi akademik dan kreativitas mahasiswa melalui peningkatan kemampuan bahasa asing dan kecakapan dasar akademik, antara lain, melalui: a. Peningkatan kompetensi bahasa asing (khususnya, tetapi tidak terbatas pada, bahasa Arab dan Inggris) melalui revitalisasi pusat pengembangan bahasa asing serta program matrikulasi pengajaran bahasa asing dan keterampilan akademik untuk mahasiswa.
17
b. Pengembangan keterampilan hidup, khususnya keterampilan dasar akademik (basic academic skills) yang berbasis praktik, pelatihan, dan kompetisi berdasarkan teoriteori mutakhir dalam pengembangan diri (misalnya, Quantum Learning, Accelerated Learning, Emotional Quotience, Spiritual Quotience, Multiple Intelligence, Mind Maps, Brain-based Learning, dll). Di antara bidang keterampilan akademik yang dimaksud adalah, antara lain: 1) Keterampilan mencari informasi (information literacy, library skill, internet skill) 2) Ketrampilan membaca yang efisien dan efektif (reading skills) 3) Keterampilan berpikir kritis dan logis (critical and logical thinking) 4) Keterampilan mencatat (taking notes) 5) Kecakapan mengelola informasi (misalnya dengan fasiltas Endnote Software) 6) Keterampilan menyampaikan informasi lisan (public speaking, retorika) 7) Keterampilan menyampaikan informasi tertulis (academic writing, popular writing, literary writing, fiction, nonfiction, journalism) 8) Kecakapan mengelola waktu (time management, highly effective people) 9) Kepemimpinan dan keorganisasian (leadership and organizational skills) c. Bekerja sama dengan lembaga-lembaga di luar kampus yang bergerak dalam bidang pengembangan diri dan keterampilan hidup akademik (misalnya dengan Yayasan Orbit dan Mizan Learning Center). d. Mengupayakan pendayagunaan lahan dan prasarana milik kampus di Kecamatan Tinggi Moncong untuk menjadi Pesantren Mahasiswa dan pusat kegiatan pelatihan dan rekreasi outdoor/outbound warga kampus. 6. Perluasan peluang dan kesempatan dosen dan mahasiswa untuk studi-studi lanjutan, baik yang berjangka pendek maupun panjang, baik di dalam maupun di luar negeri, antara lain, melalui: a. Pendirian Pusat Informasi Kerja Sama yang mengakses dan menyediakan layanan informasi cepat dan akurat tentang: 1) Beasiswa studi (S1, S2, S3); 2) Program-program shortcourse (seperti sandwich, doctorate research dan postdoctorate research); 3) Exchange program (program pertukaran mahasiswa dan dosen); 4) Visiting scholar dan visiting professor ke luar negeri. b. Kerja sama dengan pusat-pusat pendidikan luar negeri di Indonesia (seperti AMINEF, AusAID, British Council, DAAD) untuk memudahkan proses aplikasi studi lanjut mahasiswa, dosen, dan alumni ke luar negeri, antara lain untuk program beasiswa: 1) Australian Development Scholarship (ADS) (Negara Tujuan: Australia, Jenjang: S2 dan S3, website: http://www.adsjakarta.or.id) 2) Australian Leadership Award (ALA)(Austalia, S2 dan S3, http://www.ausaid.gov.au/scholar/ala.cfm) 3) Endeavour Awards (Australia, S2 dan S3, http://www.endeavour.deewr.gov.au) 4) Fulbright (Amerika Serikat, S2 dan S3, http://www.aminef.or.id/aminef.php) 5) Ford Foundation International Fellowships Program (IFP) (Dalam dan Luar Negeri, S2/S3, http://www.fordfound.org) 18
6) Chevening (Inggris, S2, http://www.chevening.or.id) 7) StuNED (Belanda, S2, http://www.nesoindonesia.or.id) 8) Monbukagakusho (Jepang, S2, http://www.id.emb-jpn.go.jp) 9) NZAid (New Zealand, S2/S3, http://www.nzaid.govt.nz/scholarships) 10) DAAD (Jerman, S2/S3, http://jakarta.daad.de) 7. Mengupayakan agar seluruh dosen dapat segera melanjutkan studi ke tingkat doktoral, terutama ke luar negeri, dengan menfasiltasi upaya persiapan mereka memenuhi kualifikasi akademik dan kecakapan bahasa asing yang diperlukan, antara lain, melalui: a. Pelatihan intensif bahasa asing (khususnya Arab dan Inggris) di pusat pengembangan bahasa yang bekerja sama dengan lembaga pengajaran bahasa asing yang telah mapan (IALF, IDP, British Council, dsb). b. Mengalokasikan dana dari APBN secara proporsional kepada dosen untuk membiayai keikutsertaan mereka pada tes-tes bahasa asing (seperti TOEFL, IELTS, TOAFL) dan tes potensi akademik (TPA, GRE, GMAT) di lembaga-lembaga penyelenggara tes yang otoritatif. c. Penyediaan layanan bandwith internet yang luas, cepat, aman dan gratis di seluruh lokasi kampus (cyber campus) untuk memudahkan akses informasi online tentang peluang-peluang studi dan beasiswa ke luar negeri. d. Bekerja sama dengan Departemen Pendidikan Nasional dan Pemerintah Provinsi dan Pemkab/Pemkot untuk memudahkan proses pemberian beasiswa kepada mahasiswa dan dosen yang memenuhi persyararatan melanjutkan pendidikan di dalam dan luar negeri (misalnya untuk mendapatkan Beasiswa Pendoktoran Pemprov Sulsel [20092013] dan Dikti). e. Memperluas peluang dan menambah kuota mahasiswa UIN untuk mendapatkan beasiswa S1 dari institusi donor, baik pemerintah maupun swasta, seperti: 1) BIDIK-MISI 2) Supersemar 3) Depag 4) Sampoerna 5) Beasiswa Orbit 6) dsb 8. Mengupayakan pengembangan bidang-bidang kajian keilmuan berdasarkan tuntutan regulasi pendidikan, perkembangan keilmuan, kebutuhan ril masyarakat, dan tuntutan dunia usaha melalui pembukaan fakultas-fakultas atau prodi-prodi baru (seperti Fakultas Ekonomi, Ilmu Sosial-Politik, Fakultas Seni dan Budaya) dan pendirian pusat-pusat kajian Islam, budaya dan masyarakat. 9. Melakukan secara bertahap langkah-langkah strategis guna mendapatkan dana dari APBN, bantuan, atau pinjaman, untuk pembukaan Fakultas Kedokteran yang berlokasi di areal Kampus I (Gunungsari) berbarengan dengan pendirian University Hospital atau rumah sakit universitas sebagai laboratorium praktik mahasiswa kedokteran (Catatan: usul ini sudah pernah diajukan dalam penyampaian visi-misi AQG sebagai calon rektor periode 2006-2010).
19
10. Mengevaluasi, merevitalisasi, mensinkronikasi, dan melengkapi peraturan-peraturan akademik yang belum efektif dan sinkron satu sama lain sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan kampus, misalnya: a. Revisi Statuta 2007 b. Penyusunan Rencana Strategis UIN Alauddin 2010-2004 c. Revisi Pedoman Edukasi d. Revisi kedua Pedoman Penyusunan Skripsi, Tesis, dan Disertasi e. Pedoman Lembaga Kemahasiswaan f. Pedoman Penelitian g. Pedoman Pengabdian kepada Masyarakat h. Pedoman Penjaminan Mutu i. Pedoman Operasionalisasi BLU j. Penyusunan Standar Pembelajaran Efektif k. Dll. 11. Memantapkan status, pedoman, dan sistem akademik Program Pascasarjana (PPS) sesuai perkembangan mutakhir di bidang IPTEKS dalam rangka meningkatkan kompetensi dan kualitas akademik para luarannya (output). Hal ini ditempuh, antara lain, dengan cara: a. Membentuk tim ahli dari multi-disiplin keilmuan yang bertugas membahas secara mendalam dan komprehensif urgensi, spesifikasi, dan kurikulum prodi-prodi pada Program Pascasarjana untuk menghasilkan lulusan dengan standar kompetensi akademik yang tinggi dan sesuai dengan perkembangan keilmuan dan kebutuhan masyarakat. b. Menerapkan standar kelulusan yang tinggi dalam proses seleksi mahasiswa baru untuk memastikan kesesuaian antara potensi akademik dan pengetahuan mahasiswa pada bidang studi yang dilamar dengan ketersediaan prodi dan kesiapan pembimbing akademik (academic supervisor) dalam bidang kajian yang bersangkutan. c. Mengupayakan peningkatan bobot riset dalam pendidikan program studi PPS dengan memapankan program kuliah berbasis riset (Master and Doctor by research) sebagai alternatif dari program reguler, by course work (kuliah reguler). d. Peningkatan kompetensi dan kinerja dosen dan asisten dosen PPS melalui upaya, antara lain: 1) Menekankan secara objektif dan transparan, dalam proses rekrutmen, relevansi bidang keahlian akademik dosen dan asisten dosen dengan prodi yang dibina di PPS. 2) Penerapan sistem evaluasi dan asesmen mahasiswa terhadap kompetensi, relevansi, dan kinerja akademik dosen (course evaluation survey) dengan mata kuliah yang sedang diajarkan. 3) Mengadakan training, workshop, seminar, dan forum-forum akademik sejenis secara berkala untuk para dosen PPS dalam rangka saling berbagi (sharing, take and give) pengetahuan dan pengalaman masing-masing tentang karya dan kinerja intelektual mereka tentang strategi dan metode pengajaran mutakhir di tingkat pascasarjana. 20
e. Peningkatan kualitas dan kuantitas koleksi Perpustakaan Pascasarjana untuk memastikan ketersediaan referensi-referensi akademik standar dalam berbagai bahasa bagi semua bidang kajian keilmuan di PPS. f. Meningkatkan frekuensi dan kualitas kuliah-kuliah umum dari dosen-dosen tamu dari multidisiplin keilmuan, baik dari dalam maupun dari luar negeri. g. Mengupayakan kembali adanya beberapa dosen-dosen tamu (Visiting Scholar, Visiting Professor, dan Research Fellow) dari luar negeri (Barat, Timur Tengah, dan Timur) untuk mengajar di PPS, baik untuk jangka panjang (1-3 tahun) maupun jangka pendek (1 semester) sebagai bagian dari kerja sama dengan perguruan tinggi lain. h. Meningkatkan pengetahuan dan kecakapan dosen dan mahasiswa PPS di bidang information and communication technology (ICT) untuk optimalisasi sistem perkuliahan dan konsultasi akademik berbasis internet (internet-based learning system) melalui pelatihan-pelatihan praktis dan penyediaan fasilitas Computer Center dengan koneksi internet yang cepat, lancar dan gratis. i. Mengupayakan penambahan quota beasiswa dari pemerintah (Kemenag dan Kemendiknas) dan/atau mengusahakan jalur-jalur beasiswa dari donor baru kepada para mahasiswa dan calon mahasiswa PPS yang diperebutkan secara transparan, objektif, dan kompetitif. j. Mengupayakan kerja sama dalam bentuk pertukaran mahasiswa dengan universitasuniversitas di luar negeri sehingga mahasiswa PPS dapat mengikuti program-program studi singkat (shortcourse, sandwich program, research disertation program) yang sesuai dengan bidang kajian mereka selama kuliah di PPS; dan mahasiswa luar negeri mengambil kuliah-kuliah pendek di PPS. k. Menjadikan Program Pascasarjana sebagai representasi akademik par excellence bagi UIN dengan menegakkan secara tegas dan konsisten semua standar integritas, kualitas, dan etika akademik terhadap mahasiswa PPS, terutama berkaitan dengan plagiarisme dalam penulisan makalah, tesis, dan disertasi, serta aktivitas akademik lainnya yang melanggar Hak atas Kepemilikan Intelektual (HAKI). l. Meningkatkan kualitas, fungsi, dan akreditasi jurnal yang diterbitkan PPS sebagai media untuk memperkenalkan dan mendialogkan pemikiran-pemikiran baru dosen dan mahasiswa PPS ke dunia luar. B. Bidang Penelitian dan Pengembangan 1. Memastikan penerapan regulasi akademik (UU, PP, Kepmen) secara tepat dan komprehensif berkaitan dengan status akademik dan SKS kegiatan penelitian sebagai bagian dari hak dan tanggung jawab akademik dosen. Dengan demikian, dimungkinkan mereduksi beban mengajar karena dikompensasi dengan penelitian atau bahkan mendapatkan libur dan reseach grant khusus selama 4 sampai 6 bulan (sabbatical leave) bagi dosen untuk meneliti, menulis artikel di jurnal nasional dan internasional, dan/atau menulis buku daras. 2. Mengupayakan peningkatan secara signifikan dan proporsional dana penelitian (research grant), antara lain, dengan cara:
21
a. Menambah alokasi dana tahunan APBN untuk UIN Alauddin secara proporsional untuk bidang penelitian. b. Mengoptimalkan pemanfaatan dana dari lembaga pemerintah di tingkat pusat, misalnya Riset Unggulan Bidang Kemasyarakatan dan Kemanusiaan (RUKK) dan Riset-riset Unggulan lainnya (RUT, RUK, RUSNAS, RUTI) dari Kemenristek serta dari LIPI untuk pendanaan proyek-proyek penelitian dalam bidang-bidang khusus oleh lembaga dan unit selain Lemlit. c. Membuka jalur-jalur dan akses informasi dan komunikasi dengan lembaga-lembaga donor internasional untuk mendanai (grant dan endowment) proyek-proyek penelitian individual dan kolektif dosen-dosen UIN Alauddin (misalnya dengan AusAID, USAID, Ford Foundation, The Asia Foundation, the Toyota Foundation, JICA, CIDA). d. Menjalin kerja sama pendanaan dari lembaga dan pemerintahan daerah (Sulsel atau Indonesia Timur) dengan menawarkan jasa penelitian bagi pengembangan potensi SDM dan SDA di daerah-daerah terkait (misalnya di bidang agama, kesehatan, peternakan, teknologi, hukum). 3. Meningkatkan kapasitas dan kualitas dosen dan mahasiswa dalam bidang penelitian sebagai bagian dari upaya mempersiapkan UIN Alauddin menjadi universitas berbasis penelitian (research university). Antara lain melalui upaya: a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pengajaran mata kuliah Metodologi Penelitian sesuai bidang keahlian mahasiswa. b. Menyelenggarakan program instensif pelatihan peneliti secara rutin dan berjenjang (dasar, menengah, lanjut, dan profesional) sesuai dengan kepangkatan akademik dan pengalaman penelitian masing-masing dosen. c. Mengikutsertakan dosen-dosen peneliti dalam pelatihan-pelatihan dan seminarseminar penelitian di tingkat nasional dan internasional untuk peningkatan kapasitas penelitian mereka. 4. Mendorong dan menfasilitasi upaya peningkatan kompetensi penelitian dosen sehingga mampu memperoleh Hibah Kompetitif Penelitian untuk Publikasi Internasional dari Dirjen Dikti, dengan perincian sebagai berikut (Catatan: di bawah ini adalah sekedar pola untuk tahun 2009, yang disesuaikan dengan PERMENKEU No. 64/PMK.02/2008 tentang Standar Biaya Umum Tahun Anggaran 2009):
a. Kepada Peneliti/Penulis: 1) Biaya bagi peneliti yang sedang melaksanakan finalisasi penelitiannya sehingga menjadi layak untuk dipublikasikan di jurnal internasional Rp 90 juta/judul. 2) Insentif dan penggantian biaya setelah artikel dikirimkan ke jurnal dan ada balasan dewan redaksi tentang penelaahan naskah lebih lanjut oleh dewan redaksi dan reviewer Rp 10 juta/judul. 3) Insentif dan penggantian biaya setelah ada saran perbaikan (berarti naskah diterima oleh dewan redaksi untuk dipublikasikan pada jurnal yang dituju setelah perbaikan dilakukan) Rp 10 juta/judul. 4) Insentif dan penggantian biaya setelah final acceptance dikirimkan oleh dewan redaksi (artinya naskah sudah diterima dan tinggal menunggu terbit) Rp 10 22
juta/judul. 5) Insentif penerbitan artikel di jurnal yang dituju Rp 40 juta/judul. b. Kepada Nara Sumber/Pendamping bagi penulis artikel: 1) Insentif atau penggantian biaya yang diberikan kepada pendamping setelah publikasi dikirimkan ke jurnal dan ada balasan dewan redaksi tentang penelaahan naskah lebih lanjut oleh dewan redaksi dan reviewer: Rp 10 juta/narasumber. 2) Insentif dan penggantian biaya yang diberikan kepada pendamping setelah ada saran perbaikan (berarti naskah diterima oleh dewan redaksi untuk dipublikasikan pada jurnal yang dituju setelah perbaikan dilakukan): Rp 10 juta/narasumber. 3) Insentif dan penggantian biaya yang diberikan kepada pendamping setelah final acceptance dikirimkan oleh dewan redaksi (artinya naskah sudah diterima dan tinggal menunggu terbit): Rp 10 juta/narasumber. 4) Insentif penerbitan artikel di jurnal yang dituju: Rp 10 juta/narasumber 5. Mengembangkan kerjasama di bidang pendidikan, riset, pelatihan, pengembangan, dan advokasi masyarakat dengan universitas, pemerintah, lembaga nonpemerintah (NGO), organisasi masyarakat, dan dunia usaha, baik di dalam maupun luar negeri, dengan tujuan: a. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat diaplikasikan untuk membangun kekuatan perekonomian nasional; b. Memberdayakan potensi pengetahuan dan kearifan lokal (local knowledge and wisdom) dan turut berperan dalam menyelesaikan permasalahan konkret masyarakat; c. Mengembangkan pendidikan dan penelitian berkelanjutan (continuing education and research) yang memiliki peringkat nasional. 2. Meningkatkan produktivitas intelektual mahasiswa dan dosen serta mengupayakan intensitas dan kualitas publikasinya dalam beberapa cara berikut, antara lain: a. Mengupayakan peningkatan kualitas dan kuantitas jurnal ilmiah di tingkat universitas, fakultas, dan lembaga-lembaga profesi/keilmuan. b. Mengupayakan minimal 2 jumlah jurnal kampus yang terakreditasi nasional dan 1 jurnal berakreditasi internasional dalam empat tahun ke depan. c. Melakukan serangkaian pelatihan intensif dosen untuk penulisan dan publikasi artikel ilmiah di jurnal nasional dan internasional. d. Merevitalisasi website resmi universitas sebagai medium sosialisasi, interkoneksi, dan publikasi kampus ke dalam dan ke luar. 3. Mengembangkan dan mengoptimalkan fungsi lembaga-lembaga penerbitan dan publikasi dalam kampus: a. UIN Alauddin Press (UAP) akan direvitalisasi dan dikelola secara profesional agar mendapatkan akreditasi dan reputasi nasional untuk menerbitkan karya-karya sivitas akademika UIN dan penulis-penulis lain dari luar kampus.
23
b. Mengupayakan penerbitan (kembali) koran kampus Wasilah (atau membuat koran dengan nama baru) secara teratur dan lebih berkualitas yang dikelola oleh lembaga penerbitan mahasiswa sebagai media informasi aktual tentang aktivitas warga kampus dengan segala dinamikanya. c. Menggiatkan kerja sama dengan media dan lembaga-lembaga penyiaran publik di tingkat lokal dan nasional dalam bentuk: talkshow, advertorial, visiting media, live broadcasting, opini, dsb untuk meningkatkan tingkat popularitas eksistensi UIN di tengah-tengah masyarakat. 4. Menyediakan insentif yang besar bagi dosen yang menulis buku teks/daras/ajar sesuai bidang keahliannya dan dipandang memenuhi kualifikasi dan standar akademik dalam bentuk pemberian dana penulisan maupun mendanai penerbitan buku tersebut oleh lembaga penerbitan kampus (UIN Alauddin Press/UAP). 5. Menerapkan sistem seleksi proposal penelitian yang didanai oleh DIPA secara objektif, transparan, dan distributif berdasarkan pada prinsip kompetensi akademik peneliti dan relevansi topik penelitian dengan visi, misi, program strategis universitas. C. Bidang Pengabdian kepada Masyarakat Di antara program-program prioritas dalam pengembangan kualitas dan kuantitas P2M adalah sebagai berikut: 1. Merevitalisasi atau mereformasi sistem Kuliah Kerja Nyata (KKN), desa binaan, dan desa mitra melalui riset, eksperimen, dan pilot projet sehingga program-program tersebut menjadi lebih kompatibel dan adaptabel dengan kebutuhan masyarakat dan semangat zaman (zeitgeist). 2. Melakukan kerja sama secara struktural dan lintas-sektoral dengan Pemprov dan Pemkab/Pemkot untuk mensinergikan antara program-program pengembangan kepada masyarakat UIN Alauddin dengan program-program pembangunan di daerah-daerah terkait. Misalnya, dalam hal: a. Pengembangan kualitas kehidupan moral dan spiritualitas masyarakat; b. Pengembangan pendidikan dasar dan menengah; c. Pengembangan keterampilan baca, tulis dan paham Al-Qur an; d. Pengembangan kualitas kesehatan dan gizi masyarakat; e. Perencanaan tata wilayah kota; f. Peningkatan kesadaran lingkungan; g. Peningkatan kesadaran hukum. 3. Mengupayakan pendanaan program-program pengabdian kepada masyarakat dari sumber dana dalam bentuk hibah yang ditawarkan dari pihak luar seperti dari Dikti, Ristek, LIPI, Balitbang, dan instansi lainnya. 4. Mengupayakan keterlibatan pihak luar UIN (pemerintah, dunia usaha/industri dan masyarakat) dalam memberikan perhatian dan dukungan signifikan terhadap kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan sivitas akademika UIN dalam bentuk konsultasi, penyuluhan, penyebaran informasi, advokasi/bantuan hukum, aplikasi dan transfer teknologi, seminar, pelatihan, lokakarya, semiloka, dan workshop. Untuk itu, 24
5.
6.
7. 8.
perlu dipastikan adanya kemanfaatan timbal balik terhadap pihak-pihak tersebut berupa produk pemikiran dan inovasi teknologi perguruan tinggi yang berdampak positif. Meningkatkan dan merevitalisasi peran UIN dalam pembinaan, pemberdayaan, dan advokasi pesantren, madrasah, dan majelis-majelis taklim untuk transformasi dan pencerahan intelektual masyarakat, antara lain, dalam bentuk upaya: a. Pendataan potensi pesantren dan madrasah di wilayah Sulawesi Selatan, khususnya, dan di Indonesia Timur secara luas; b. Penyelenggaraan program-program workshop dan seminar pengembangan pesantren dan madrasah dengan mempertimbangkan pola-pola kerja dan sistem pendanaan LSM; c. Membentuk divisi khusus di Lembaga Pengabdian Masyarakat yang menangani upaya-upaya pengembangan dan pemberdayaan majelis-majelis taklim. Membantu pesantren dan madrasah dalam pengembangan dan revitalisasi kurikulum dan sistem pembelajaran yang lebih efektif dan kompatibel dengan perkembangan masyarakat lewat program khusus di bidang pendidikan, pelatihan, pendampingan, dan advokasi. Menyelenggarakan pelatihan-pelatihan untuk guru madrasah dan pelatihan pelatih (TOT) tentang metode-metode pembelajaran mutakhir. Mengupayakan atau memfasilitasi pemberian bantuan-bantuan pembinaan dan pengembangan pesantren dan madrasah dari lembaga-lembaga donor, baik lembaga pemerintah maupun nonpemerintah, dalam dan luar negeri (Misalnya, CIDA, LAPISAusAID, Ford Foundation, dan Asia Foundation).
D. Bidang Struktur Kelembagaan, Organisasi, dan Manajemen 1. Akselerasi implementasi prinsip-prinsip tata kelola perguruan tinggi yang baik (good university governance), mandiri, dan inklusif berdasarkan azas kesempatan akses yang sama (equal access opportunity) untuk peningkatan kualitas pelayanan dan kesejahteraan dosen, pegawai, mahasiswa dan para stake holders. 2. Melakukan penguatan dan restrukturisasi kelembagaan (struktural dan nonstruktural) dalam rangka mensinergikan, mengintegrasikan dan mengoptimalkan seluruh potensi sumber daya insani dan sumber dana keilmuan dan kelembagaan untuk akselerasi pencapaian Tri Darma Perguruan Tinggi. Dalam hal ini, akan direvitalisasi lembagalembaga yang telah ada, seperti: a. Lembaga Penelitian (LP) b. Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPM) c. Pusat Pejaminan Mutu (CeQuence) d. Lembaga Pengembangan Bahasa (LPB) e. Badan Layanan Umum (BLU) f. Pusat Studi Wanita (PSW) g. Dll.
25
3. Untuk memperluas ranah aktivitas dan sumber pendapatan dosen di luar kegiatan akademik formal, akan dibentuk (atau direvitalisasi) sejumlah lembaga dan unit kerja baru yang nonstruktural, seperti: a. Pusat Kajian Pesantren dan Madrasah; b. Pusat Kajian Ekonomi, Sosial, dan Politik; c. Lembaga Kajian Advokasi Hukum dan Hak Asasi Manusia d. Pusat Informasi dan Kerjasama Internasional e. Pusat Studi Seni dan Budaya f. Lembaga Kajian Agama dan Filsafat g. Pusat Studi Agama dan Lingkungan Hidup h. Pusat Kajian Masyarakat Pesisir dan Kepulauan i. Lembaga-lembaga di tingkat fakultas j. Dll. 4. Peningkatan integritas dan kualitas profesionalisme pegawai melalui: a. implementasi sistem penerimaan pegawai yang berbasis meritokrasi, prestasi, transparansi, efisiensi dan urgensi; b. perluasan kesempatan untuk pendidikan penjenjangan dan profesional yang berbasis unit kerja dan kualitas kinerja (specific needs and achievement-based assessment); c. menerapkan secara tegas dan konsisten sistem promosi dan mutasi yang berbasis pemberian penghargaan dan pengenaan sanksi (reward and punishment); d. menegakkan secara adil, konsisten, dan objektif aturan dan perundang-undangan berkaitan dengan peralihan pegawai menjadi tenaga pengajar. 5. Melanjutkan program-program kerja para Rektor sebelumnya yang dipandang baik, relevan, dan visioner untuk pengembangan kampus dalam kurung waktu beberapa tahun ke depan. E. Bidang Pengembangan Sarana dan Prasarana 1. Menuntaskan proses perpindahan (hijrah) 5 fakultas di Kampus Gunung Sari ke Kampus Samata secara terencana dan terukur. 2. Mempercepat proses ketersediaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana utama penunjang operasionalisasi gedung-gedung perkuliahan dan perkantoran di Kampus Samata seperti transportasi publik, listrik, air bersih, bandwith, saluran telepon dan faximile tiap fakultas, dsb. 3. Menciptakan dan memelihara lingkungan dan iklim kampus yang bersih, sehat, indah, nyaman, ramah, dan aman antara lain dengan cara: a. Mengupayakan sistem pengamanan (security) dan kebersihan (cleaning service) kampus secara profesional melalui kerja sama dengan pihak swasta. b. Mengoptimalkan pemanfaatan dan pemeliharaan ruang terbuka hijau untuk kegiatan olah raga, relaksasi, dan rekreasi warga kampus dan masyarakat.
26
4.
5.
6. 7.
8.
c. Menatakelola secara terencana dan profesional lahan perparkiran, PKL, dan fasilitas lain dalam kampus yang difungsikan untuk menghasilkan revenue (kantin, toko buku, minimarket, dsb). d. Menyediakan peta dan denah kampus, baik dalam bentuk papan nama (billboard) maupun brosur-brosur yang dipasang/disediakan di titik-titik strategis yang memudahkan warga kampus dan para tamu mengidentifikasi lokasi secara mandiri dan mudah. e. Mengupayakan tradisi berjalan kaki dan bersepeda selama berada dalam lingkungan kampus untuk membudayakan gaya hidup sehat, mengurangi polusi, dan menghemat bahan bakar. Mewujudkan lingkungan kampus yang bernuansa historis, etis, estetis dan akademis, antara lain dengan cara: a. Memberi nama jalan raya (avenue), jalan (street), dan jalan setapak (walk) di kawasan Kampus Samata sesuai dengan nama-nama para pemikir dan ulama terkemuka dalam sejarah Islam (misalnya Jalan Raya Universitas atau University Avenue, Jalan Jabir Ibnu Hayyan, Setapak Ibnu Sina, dsb). b. Memberi nama bagi gedung-gedung perkuliahan, perkantoran dan aula-aula pertemuan sesuai nama-nama tokoh-tokoh yang telah berjasa dalam membangun IAIN/UIN (misalnya, Aula Aroeppala, Gedung Abdurrahman Shihab, Ruang Rapat Andi Rasdiyanah, dsb). c. Menghiasi kampus dengan kata-kata hikmah yang memotivasi spirit mencintai pengetahuan dan pencerahan dalam bentuk mural (lukisan dinding), pintu gerbang, tugu, papan nama, billboard, baliho, poster, dsb. d. Menghiasi gedung-gedung dalam kampus dengan karya-karya seni Islami yang bermutu tinggi seperti kaligrafi, lukisan, instalasi, dan tugu. Mengupayakan pembangunan gedung dan bangunan tambahan untuk fungsi-fungsi khusus (misalnya, Gedung Alumni Center, Student Center, Sport Center) yang didanai secara penuh oleh sponsor dari luar, baik pribadi (alumni, pejabat, pengusaha) maupun perusahan/korporat (seperti Carrefour, Hero, Matahari, Bosowa, Semen Tonasa, Bakrie Group, Kalla Group, dsb) dengan melekatkan nama-nama pribadi atau (logo dan warna khas) perusahaan tersebut pada bangunan terkait (misalnya Matahari Sport Center, Carrefour Alumni Center, Kalla Research Center for Peace and Reconciliation). Memperluas dan mengoptimalkan fungsi masjid kampus sebagai pusat kegiatan ibadah ritual, latihan spiritual, dan aktivitas intelektual. Menyediakan jasa konsultasi dan pendampingan pembangunan sarana dan prasarana penunjang kehidupan mahasiswa di sekitar Kampus Samata oleh warga masyarakat, seperti asrama, rumah kos, warung makan, apotik, tukang cukur, dsb guna memastikan bahwa pembangunan dan pemanfaatannya sesuai dan bersinergi dengan prinsip-prinsip akhlaq al-karimah, budaya, tata ruang, dan lingkungan yang bersih dan sehat, dan keharmonisannya dengan lanskap serta rencana tata ruang dan bangunan (RTRB) Kampus Samata. Bersama-sama dengan pemerintah dan masyarakat Kabupaten Gowa untuk mendorong terciptanya sebuah tatanan lingkungan dalam radius minimal satu kilometer dari pagar 27
pembatas sekeliling kampus sebagai the Campus City of Samata atau Kota Kampus Samata yang mandiri, bersih, sehat, indah, aman, rapi, akhlaki, dan kondusif sebagai kota pelajar. 9. Mengalokasikan dana yang dapat setiap saat digunakan untuk membebaskan secara bertahap dan terencana setiap jengkal tanah di sekitar kampus guna memperluas lahan yang tersedia bagi pengembangan sarana dan prasarana kampus Samata tahap kedua. F. Bidang Pendanaan dan Peningkatan Kesejahteraan 1. Meningkatkan dan memperluas sumber pendanaan universitas di luar APBN secara mandiri, proporsional dan berkelanjutan, terutama lewat BLU, dengan menumbuhkan budaya knowledge-entrepreneurship dan pengembangan ventura melalui optimalisasi pemanfaatan sumber daya dan revenue kampus yang bernilai ekonomis sekaligus turut menghidupkan urat nadi kehidupan ekonomi masyarakat. Contoh untuk upaya tersebut adalah antara lain, tapi tidak terbatas, dalam bentuk: a. Pengelolaan asrama mahasiswa dan rumah susun sewa (RUSUNAWA) secara professional; b. Pengelolalan jasa perparkiran secara professional; c. Pengelolaan atau penyediaan jasa transportasi publik antarkampus yang aman, nyaman, tertib dan terjangkau; d. Penyediaan fasilitas-fasilitas khusus untuk kantin/kafetaria, warung, toko buku, toko ATK, toko souvenir bermerek kampus UIN (seperti: pin, tie pin, dasi, topi, kaos oblong, jaket, jam meja, tatakan pulpen, pulpen, pensil, kartu pos, dsb), dan minimart yang dikelola secara profesional, baik dengan sistem swakelola maupun penyewaan (leasing) kepada pihak ketiga; e. Poliklinik kampus dan apotik yang dikelola dengan manajemen profesional untuk melayani warga kampus dan masyarakat sebagai salah satu sumber revenue kampus; f. Optimalisasi penggunaan Gedung Training Center dan Auditorium secara profesional. 2. Mengupayakan peningkatan secara signifikan status penggajian (renumerasi) para dosen dan pegawai serta penigkatan tunjangan jabatan para pejabat struktural di tingkat universitas, fakultas dan jurusan, secara proporsional dan bertahap berdasarkan ketentuan regulasi pemerintah dan kemampuan keuangan (baik yang berasal APBN maupun sumber revenue kampus nonpajak). 3. Dengan prinsip kesempatan akses yang sama (equal access opportunity) bagi seluruh warga kampus, khususnya terhadap sumber pendanaan kampus, maka fee, komisi, atau keuntungan yang berasal dari proyek-proyek kampus yang didanai oleh lembaga donor internasional diupayakan tidak hanya dinikmati oleh direktur (atau ketua project management unit ) dan para staf manajemen proyek, tetapi (berdasarkan contoh penanganan proyek IDB dalam pembangunan 2 UIN lainnya di Indonesia) dimasukkan sebagai pendapatan kampus nonpajak yang akan didayagunakan dan dikelola secara transparan dan profesional untuk membeli aset-aset produktif (tanah, kebun, gedung) dan usaha-usaha profit yang menambah pemasukan dana bagi kampus yang pada gilirannya akan menambah kesejahteraan warga kampus secara keseluruhan. 28
4. Mengusahakan dan menfasilitas secara cepat, tepat, dan ramah proses promosi dan pengusulan kenaikan pangkat dosen dan pegawai, termasuk proses penyediaan syarat dan kelengkapan akademik serta berkas administrasi calon guru besar (professor), melalui mekanisme penyediaan layanan data secara digital yang canggih, proaktif, transparan, dan profesional oleh pegawai khusus di bidang-bidang yang terkait. 5. Mengoptimalkan fungsi dan manfaat koperasi tingkat fakultas dan universitas untuk kesejahteraan anggota melalui penerapan manajemen profesional dan mandiri sehingga menjadi badan ekonomi yang kuat dan sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi Syariah. 6. Mengupayakan kerja sama yang lebih komprehensif dan saling menguntungkan dengan lembaga-lembaga keuangan pemerintah dan swasta untuk pembangunan kompleks perumahan dosen dan karyawan UIN di kawasan Bilibili atau kawasan lain yang berdekatan dengan kampus Samata. 7. Mengupayakan atau melanjutkan kerja sama dengan dunia perbankan dan lembagalembaga keuangan yang kredibel dalam mengucurkan kredit lunak untuk pembelian rumah dan kendaraan bagi pegawai dan dosen. 8. Mengintegrasikan dan mensinergikan potensi sumber daya universitas, alumni, dan jaringannya untuk meningkatkan nilai tambah yang positif bagi kesejahteraan bersama, misalnya melalui upaya: a. Menggiatkan aktivitas kerukunan dan ikatan alumni serta membentuk asosiasi karyawan purnabakti IAIN/UIN Alauddin. b. Mengupayakan pendirian lembaga-lembaga usaha dan keuangan seperti koperasi untuk alumni dan para karyawan purnabakti IAIN/UIN. c. Menerbitkan majalah alumni secara berkala (biannual) yang diterbitkan secara online dan cetak, sebagai media interkoneksi dan berbagi informasi, peluang dan kesempatan karir antara UIN dan alumni, dan antaralumni sendiri. d. Reuni akbar alumni minimal 1 kali selama periode jabatan Rektor. e. Fundraising untuk alumni selama reuni. f. Membuat link khusus di website resmi UIN Alauddin untuk informasi tentang aktivitas alumni dan media interaksi antar-alumni. g. Mengintensifkan penggunaan media jejaring sosial internet untuk berbagi informasi dengan para alumni (misalnya lewat, facebook, twitter, dan mailing list:
[email protected] [per Juni sudah ada 120 member]). h. Melibatkan alumni dan karyawan purnabakti IAIN/UIN dalam kegiatan-kegiatan sosial, budaya dan keagamaan yang dilaksanakan kampus (misalnya gerak jalan santai dalam rangka milad, perayaan hari-hari besar Islam, Porseni, dll) sebagai bentuk penghargaan berkelanjutan sivitas akademik terhadap mereka. i. Penerbitan buku profil, buku kenang-kenangan, atau buku peringatan (festchrifft) di usia ke-70 tahun bagi para guru besar, alumni, mantan pimpinan, dan purnabakti IAIN/UIN yang dipandang berjasa penting dalam pengembangan kampus dan masyarakat melalui proses pertimbangan berdasarkan prestasi dan kontribusi akademik, rekam sukses kepemimpinan, ketokohan, dan pembaktian yang bersangkutan dalam masyarakat, baik di tataran lokal, nasional, maupun internasional. 29
9. Melanjutkan program-program IDB dan mengupayakan optimalisasi pemanfaatannya sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati. G. Bidang Pembinaan Mahasiswa dan Lembaga Kemahasiswaan 1. Pengembangan budaya membaca dan menulis sebagai medium ekspresi diri serta pencarian dan peneguhan identitas mahasiswa melalui: a. Menjadikan mata kuliah Menulis Karya Ilmiah (Academic Writing) sebagai MKDU Universitas. b. Pelatihan praktis membaca dan menulis yang dilaksanakan secara reguler oleh lembaga khusus; c. Kompetisi menulis karya ilmiah seperti artikel ilmiah populer, resensi buku, dan makalah antarmahasiswa dengan menawarkan hadiah-hadiah yang menarik; d. Kontes membaca dan menulis karya sastra antarmahasiswa, misalnya baca puisi dan cerpen; e. Menyelenggarakan debat-debat ilmiah secara berkala, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa asing. 2. Mengembangan pemahaman mahasiswa terhadap Al-Qur an dan Hadis, minimal memiliki kemampuan membaca huruf Al-Quran, menghafal surah-surah pendek, dan menghafal 40 hadis sebagai prasyarat akhir dalam penyelesaian studi S1 melalui program-program berikut: a. Memberika pendidikan khusus Al-Qur an (semacam TPA Mahasiswa) kepada mereka yang sama sekali belum mengenal Al-Qur an, baik sebagai program matrikulasi maupun program ekstrakurikuler. b. Menawarkan kelas bebas berjangka pendek pengajaran baca-tulis Al-Quran dan menghafal Hadis di Jurusan IBTQ Fakultas Ushuluddin dan Filsafat untuk mahasiswa yang berminat dari semua jurusan. c. Membentuk lembaga-lembaga kemahasiswa (semacam UKM) khusus mengkaji, mempelajari, dan menghafal Al-Qur an dan Hadis. 3. Mengembangkan program pesantren mahasiswa secara bergiliran, baik sebagai rangkaian program penerimaan mahasiswa baru (OPAK) maupun dalam rangka pengembangan secara intensif pengetahuan dan pengamalan keislaman mahasiswa. 4. Revitalisasi dan optimalisasi fungsi dan peran penasehat akademik (academic supervisor) dengan menerapkan peraturan akademik yang jelas dan tegas yang dibarengi dengan pemberian insentif yang memadai kepada penasehat akademik. 5. Revitalisasi dan reformasi sistem dan status lembaga kemahasiswaan untuk memastikan relevansinya dengan visi, misi, dan tujuan universitas serta dengan dinamika intelektual mahasiswa di tingkat lokal, nasional dan internasional. 30
6. Transformasi orientasi kelembagaan mahasiswa menuju lembaga kemahasiswaan yang mandiri, visioner, peduli, nonpolitis, pluralis, inklusif, dan nonsektarian (motto: Dari Aksi Menuju Kontemplasi, Dari Aktivisme Menuju Intelektualisme). 7. Mereformasi sistem orientasi pengenalan kampus kepada mahasiswa baru dengan menekankan pada unsur-unsur: a. Pembinaan kualitas moral dan spiritual mahasiswa. b. Penerapan pola pendidikan orang dewasa (andragogi); c. Pelatihan keterampilan dasar akademik (basic academik skills); d. Pengenalan information literacy dan sistem informasi perpustakaan; e. Pengenalan sistem informasi akademik; f. Pengenalan struktur and aktivis organisasi intrakampus; g. Pengembangan kecakapan bekerja sama (teamwork building) h. Pengembangan disiplin berolah raga lewat aktivitas outbound dan outdoor; i. Pengembangan ukhuwah, sikap toleran, dan nonsektarian; j. Penyemaian kecintaan kepada almamater; k. Pengenalan civitas akademika. 8. Proses kaderisasi kepemimpinan mahasiswa yang mapan dan berkesinambungan guna mewujudkan lembaga kemahasiswaan sebagai basis awal penyemaian kultur demokrasi dan civil liberty. Kaderisasi formal akan diwujudkan dalam bentuk program program pelatihan kepemimpinan mahasiswa (PPKM) dalam berbagai level: dasar, menengah, lanjutan, dan nasional. 9. Peletakan batu pertama kerangka landasan pengembangan tradisi intelektual di kalangan mahasiswa melalui penyemaian tradisi kajian, diskusi, halaqah ilmiah, dan debat ilmiah (semboyangnya: tiada hari tanpa geliat dan gejolak intelektual dalam kampus). 10. Merintis kerja sama yang lebih kreatif dan konstruktif antarmahasiswa dari berbagai kampus, terutama dari kampus-kampus di Makassar sendiri, tetapi juga dengan kampus di luar Sulawesi, sebagai salah satu upaya membangun kembali citra Sulsel yang aman, damai, dan ramah. 11. Pengembangan prestasi olah raga dan seni melalui program, antara lain: a. Penelusuran dan pembinaan bakat olah raga dan seni sejak proses seleksi masuk mahasiswa baru (misalnya lewat PMJK); b. Penyelenggaran kompetisi-kompetisi (PORSENI) antarmahasiswa secara reguler baik antarmahasiswa dalam kampus maupun antara mahasiswa UIN dengan mahasiswa luar kampus. c. Menjalin kerja sama dengan klub-klub olah raga dan seni profesional di luar kampus untuk program-program pembinaan dan pelatihan intensif. 12. Mentradisikan dan menggiatkan kegiatan dan program reguler pertemuan dan pertukaran mahasiswa PTAIN di kawasan Timur Indonesia dalam bentuk kuliah-kuliah 31
jangka pendek atau seminar dan simposium tentang masalah-masalah kemahasiwaan untuk memperkuat ukhuwah antarmahasiwa sekawasan. 13. Mentradisikan dan menggiatkan kunjungan dan studi banding mahasiswa (khususnya pada aktivis organisasi intrakampus) ke perguruan-perguruan tinggi yang lebih tua dan terkemuka di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, untuk memperluas wawasan kemahasiswaan, keilmuan, keindonesiaan mahasiwa lewat pengalaman langsung (learning by doing) dan mengikis kecenderungan mahasiswa untuk merasa besar dalam tempurung dan jago kandang. PENUTUP Demikianlah visi, misi, tujuan, dan program-program kepemimpinan yang saya ajukan di hadapan pada hadirin yang terhormat dengan dua harapan utama. Pertama, dengan rendah hati, saya memohon dukungan dan doa restu hadirin untuk keterpilihan saya menjadi Rektor dalam rangka mewujudkan secara konkret visi, misi, tujuan, dan program kepemimpinan saya di atas. Kedua, memohon hadirin meluangkan pikiran dan waktu untuk memberikan saran dan kritikan terhadap rancangan visi dan misi tersebut demi kemajuan dan kejayaan kampus kita yang tercinta. Akhirnya kepada Allah-lah saya kembalikan semua urusan dan harapan. Wa ma taufiqi illa billah wa ilayhi turja ul umur Samata Gowa, 21 Juni 2010/4 Rajab 1431 Hormat saya, ttd. Prof. Dr. H. Abd. Qadir Gassing, HT., M.S. NIP. 195411161977031004
32
This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com. The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.