USAHA TANI PARIA MENUNJANG KEGIATAN VISITOR PLOT DI KEBUN PERCOBAAN MAUMERE I. Gunarto, B. de Rosari dan Masniah BPTP NTT ABSTRAK Kebutuhan sayuran di Kabupaten Sikka khususnya untuk masyarakat Kota Maumere biasanya didatangkan dari Waigete, Magepanda dan sebagian dari daerah Kabupaten Ende. Daerah Ende topografinya berbukti dan banyak tebing, sedangkan Sikka meskipun juga berbukit tetapi memiliki lahan datar lebih luas dari pada daerah Ende. Kedua daerah tersebut memiliki lahan potensial untuk usaha sayuran. Pada umumnya dibudidayakan oleh masyarakat Sikka dan Ende pada musim hujan dan belum ada daerah sentra Paria untuk Sikka dan Ende. Berdasarkan hasil survei pertanian menunjukkan, bahwa budidaya Paria telah berkembang meluas di 26 provinsi di seluruh Indonesia. Pada tahun 2002 luas panen Paria di Indonesia mencapai 5.792 ha dengan produksi 8.201 t. Pada tahun 2002 dan 2003 muncul informasi, bahwa rata-rata semua wilayah di Sikka dijumpai adanya hasil Paria dengan produksi keseluruhan pada tahun 2002 dan 2003 masing-masing mencapai 7,32 t dan 6,1 t. Penduduk Sikka pada tahun 2002 adalah 255.879 jiwa, sehingga rata-rata per kapita mengkonsumsi Paria sebanyak 0,65 kg/th. Memperhatikan tingkat konsumsi Paria yang masih rendah tersebut, masih ada peluang untuk melakukan usahatani Paria pada musim kemarau sehingga ketersediaannya tidak hanya pada musim hujan saja. Salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil Paria adalah dengan perbaikan penggunaan verietas unggul. Keragaan beberapa genotipe Paria yang telah dilakukan di kebun Percobaan Maumere pada bulan Juli hingga Nopember 2006, menggunakan Rancangan Petak Terbagi. Terdapat 2 genotipe yang diuji sebagai Petak Utama Yaitu Purnama dan Giok-9. Adapun Anak Petaknya adalah Pemupukan yaitu (1) Pupuk Kandang Ayam, (2) Pupuk Kandang Kambing, (3) NPK Plus, (4) Urea + TSP + KCl, (5) Tanpa Pupuk. Masing-masing genotipe ditanam 2 baris sepanjang 10 m dengan jarak tanam 75 x 40 cm dan 3 ulangan. Jarak antar plot 50 cm, sedangkan antar ulangan 100 cm. Parameter yang diamati yaitu : Umur panen pertama, Umur panen terakhir, panjang buah, Lingkar buah dan Berat buah/ha. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa Paria yang ditanam di Kebun Percobaan Maumere dapat dipanen pertama pada umum 59 hari dan panen terakhir pada umur 64 hari, adapun umur panen ketujuh. Panen Paria antar ulangan relatif seragam yaitu 59 dan 60 hari, adapun umur panen pertama dipengaruhi oleh faktor genetik. Hasil Paria pada penelitian ini kebanyak tergolong kualitas A, karena panjangnya rata-rata sekitar 20 cm. Di antara dua genotipe Paria yang diteliti, ternyata genotipe Purnama memberikan hasil Paria yang lebih tinggi dibandingkan dengan genotipe Giok-9. Paria Purnama memberikan harapan untuk dikembangkan karena selain hasilnya tinggi, umurnya juga genjah. Kata Kunci : Daya Hasil, Paria, Adaptasi dan Maumere.
PENDAHULUAN Kebutuhan sayuran di Kabupaten Sikka khususnya untuk masyarakat Kota Maumere biasanya didatangkan dari Waigete, Magepanda dan sebagian dari daerah Kabupaten Ende. Daerah Ende topografinya berbukit dan banyak tebing, sedangkan Sikka meskipun berbukit tetapi memiliki lahan datar lebih luas dibandingkan daerah Ende. Kedua daerah tersebut memiliki lahan potensial untuk usaha sayuran. Paria umumnya dibudidayakan oleh masyarakat Sikka dan Ende pada musim hujan dan belum ada daerah sentra Paria untuk Sikka dan Ende. Berdasarkan hasil survei pertanian menunjukkan, bahwa budidaya Paria telah berkembang meluas di 26 provinsi di seluruh Indonesia. Pada tahun 2002 luas panen Paria di Indonesia mencapai 5.792 ha dengan produksi 68.201 t. Pada tahun 2002 dan 2003 muncul informasi, bahwa rata-rata semua wilayah di Sikka dijumpai adanya hasil Paria dengan produksi keseluruhan pada tahun 1998 dan 1999 masing-masing mencapai 7,32 t dan 91 t. Penduduk Sikka pada tahun 2002 adalah 255.879 jiwa, sehingga rata-rata perkapita mengkonsumsi mentimun sebanyak 0,65 kg/ha. Memperhatikan tingkat konsumsi Paria yang masih rendah tersebut, masih ada peluang untuk
melakukan usahatani Paria pada musim kemarau sehingga ketersediaannya tidak hanya pada musim hujan saja. Salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil Paria adalah dengan perbaikan penggunaan varietas unggul. Penggunaan varietas unggul merupakan salah satu komponen teknologi yang mudah dilihat dalam perbaikan suatu teknologi usahatani. Pergeseran positif atas penggunaan varietas unggul mencirikan adanya transfer teknologi. Varietas unggul juga merupakan komponen teknologi yang ramah lingkungan, terutama varietas unggul yang memiliki karakteristik tahan ataupun toleran terhadap hama dan penyakit tanaman. Minat petani untuk mendapakan varietas unggul baru yang memiliki potensi lebih unggul dari pada varietas unggul yang telah ada selalu tumbuh berkembang. Karena itu usaha untuk mendapatkan varietas baru tidak akan ada henti-hentinya, agar keinginan pengguna dapat terpenuhi (Pochlman dan Quick, 1983). Paria termasuk sayuran yang memiliki keunggulan banyak mengandung vitamin, sehingga hal ini sangat membantu bagi masyarakat ekonomi lemah untuk mengkonsumsi vitamin yang relatif harga Paria lebih rendah dibandingkan dengan buah sumber vitamin yang lain. Pengkajian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendapatkan teknologi spesifik lokasi mengenai kesesuaian veriatas dan jenis serta takaran pupuk yang optimal. BAHAN DAN METODE Pengkajian produktivitas dua genotipe Paria telah dilakukan pada lahan Kebun Percobaan Maumere Kabupaten Sikka pada bulan Juli hingga Oktober 2006 merupakan salah satu Pengkajian yang didanai dari Visitor, Plot BPTP NTT menggunakan rancangan Petak Terbagi. Terdapat dua genotipe yang diuji yaitu Genotipe Purnama dan Giok-9 dan sebagai Petak Utama sedangkan anak petaknya adalah Pemupukan terdiri : (1) Pupuk kandang ayam, (2) Pupuk kandang kambing, (3) NPK Plus, (4) Urea 100 kg + SP36 100 kg + KCl 50 kg/ha, (5) Kohtrol. Masing-masing genotipe ditanam dua baris sepanjang 10 m dengan jarak tanam 75 x 40 cm dan tiga ulangan. Jarak antar plot 5 cm dan antar ulangan 100 cm. Parameter yang diamati yaitu : umur mulai berbunga, umur panen pertama, umur panen terakhir, panjang buah, lingkar buah, berat buah per buah dan per ha. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan uji beda nyata terkecil untuk mengetahui genotipe yang memiliki hasil tinggi dengan berbagai karakternya. DESKRIPSI LOKASI Keragaan beberapa genotipe Paria yang telah dilakukan pada lahan Kebun Percobaan pada bulan Juli hingga Nopember 2006, berada pada ketinggian 10 m di atas permukaan laut. Tanah Andosol, tergolong netral dengan pH berkisar antara 5 hingga 6 dan relatif subur. Lahan berada pada wilayah yang tersedia air dari mata air sumur, meskipun debitnya kecil namun lahan merupakan kekayaan alam yang dapat digunakan untuk melakukan usahatani pada Musim Kemarau. Kesempatan untuk melakukan kegiatan usahatani pada Musim Kemarau tidak dimiliki pada semua tempat di daerah Kabupaten Sikka. Pengamatan untuk mengukur curah hujan yang terjadi dan sebagian informasi dapat dipakai data hujan yang terjadi di Maumere yaitu yang terekam pada stasiun klimatologi Kebun Percobaan Maumere. Dalam satu tahun terdapat bulan basah 4 hingga 5 bulan dan selama berlangsungnya pengkajian terjadi hujan berkisar 1,6 mm sampai dengan 97,2 mm/bulan. Curah hujan dari bulan Juni hingga Desember 2006 mencapai 445,4 mm dengan jumlah hari hujan 46 hari dalam tujuh bulan (Tabel 3). Keadaan demikian menggambarkan tingkat kekeringan cukup tinggi, sehingga sayur buah segar yang mengandung air tinggi cukup diminati konsumen. Tabel 2. Curah hujan dan hari hujan di Maumere. Stasiun Klimatologi Kebun Percobaan Maumere TH. 2006. Curah Hujan BULAN Hari Hujan (mm) Januari * Pebruari sda
Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Jumlah (Juni s/d Desember) Sumber : Kebun Percobaan Maumere 2006 Keterangan : * Stasiun klimatologi belum terpasang
sda sda sda 1,6 0 1,6 14,8 89,2 97,2 241 445,4
2 0 1 4 7 15 17 17
HASIL DAN PEMBAHASAN Dua genotipe Paria yang telah ada di pasaran digunakan sebagai materi pengkajian, ternyata menunjukkan keragaan tanaman tumbuh dengan daya tumbuh > 90 % Paria yang ditanam pada lahan Kebun Percobaan tersebut termasuk jenis tanaman yang baru pertama ditanam. Umur panen kedua genotipe Paria yang dikaji yaitu Purnama Giok-9 antar ulangan relatif seragam yaitu 59 dan 60 hari. Usahatani Paria relatif cepat memberikan hasil dan apabila air tersedia cukup maka Paria dapat dipanen beberapa kali. Petani di luar Kebun Percobaan pernah tanam Paria mengatakan bahwa Paia yang pernah ditanam hanya dapat panen sebanyak tiga kali, namun pada pengkajian ini Paria dapat dipanen hingga tujuh kali (Tabel 3). Hal ini karena genotipe yang diusahakan berbeda dengan teknologinya juga berbeda, antara lain mereka tidak menggunakan pemupukan. Tabel 3. Panjang buah Paria mulai panen pertama hingga ke tujuh. Pengkajian dua genotipe paria pada berbagai pemupukan di Sikka MK 2006. Pelakuan Panjang paria (cm) Panenke 1 2 3 4 19,60 18,97 19,79 18,91 20,48 20,02 19,35 18,76 20,05 19,78 20,35 19,16 tn tn tn tn Giok-9 18,32 18,09 18,53 17,92 Purnama 21,77 21,09 21,12 19,97 * * * * Pupuk Kandang kambing 21,83 20,70 18,61 20,93 Kontrol 19,61 19,60 20,27 18,95 NPK Plus 18,50 18,17 19,99 16,73 Pupuk Kandang Ayam 19,74 19,23 18,01 18,28 Urea + SP36 + KCl 20,53 20,23 22,27 19,83 * tn tn tn KK (%) 9,15 9,43 14,60 14,22 Keterangan : tn = tidak nyata * = berbeda nyata pada taraf 5 % BNT. Ulangan I Ulangan II Ulangan III
5 18,04 19,06 19,04 tn 17,47 19,96 * 20,06 19,11 17,48 18,12 19,83 tn 10,51
6 18,39 18,22 19,96 tn 16,99 20,73 * 18,89 19,11 15,73 19,90 20,66 * 15,78
7 19,02 18,10 17,21 tn 17,13 17,10 * 18,87 17,84 17,21 17,04 19,01 * 9,81
Panjang buah Paria antar ulangan tiap kali panen nampak relatif seragam, tidak mencolok makin kecil yaitu masing-masing berkisar antara 20,48 – 17,21 cm. Hasil Paria pada penelitian ini kebanyakan tergolong Kualitas (A) dan (B), karena panjangnya rata-rata sekitar 20 cm (Tabel 3). Panjang buah Paria berbeda nyata antar genotipe yaitu Paria Giok-9 leih pendek dibandingkan dengan Paria Purnama mulai panen pertama hingga panen ke tujuh (Tabel 3). Buah paling panjang Paria Giok-9 adalah 18,53 cm sedangkan Purnama paling panjang 21,77 cm. Paria Giok-9 paling pendek adalah 16,99 cm dan Purnama paling pendek 19,10 cm. Ukuran panjang Paria belum dapat digunakan sebagai indikator tingginya hasil, karena jumlah Paria tiap tanaman juga merupakan parameter yang menentukan. Perlakuan pemupukan menunjukkan adanya pengaruh yang berbeda terrhadap panjang Paria pada tahap panen pertama, keenam dan panen ketujuh. Panen pertama nampak pemberian Pupuk Kandang memberikan buah Pendek namun daya tahan Pupuk Kandang tidak baik dibandingkan dengan pemupukan Urea + SP36 KCl. Hal ini nampak pemberian Urea + SP36 + KCl mampu mempertahankan panjang buah Paria hingga panen ke enam dan ke tujuh, lebih unggul dibandingkan dengan pemberian pupuk kandang maupun pemberian pupuk NPK Plus. Tabel 4. Lingkar buah Paria mulai panen pertama hingga ke tujuh. Pengkajian dua genotipe paria pada berbagai pemupukan di Sikka MK 2006. Pelakuan Ulangan I Ulangan II Ulangan III
Panenke 1 19,01 19,62 20,28 tn
2 18,21 18,85 18,86 tn
Panjang paria (cm) 3 4 5 18,18 17,44 17,56 17,92 17,72 17,43 17,35 17,25 17,12 tn tn tn
6 16,56 17,43 16,92 tn
7 17,30 18,51 16,68 tn
Giok-9 Purnama
20,51 19,63 18,54 18,14 18,77 17,63 16,49 16,49 * * * * Pupuk Kandang kambing 20,18 18,95 16,48 18,89 Kontrol 19,11 18,64 18,30 16,94 NPK Plus 20,01 17,81 17,60 16,64 Pupuk Kandang Ayam 18,23 18,53 17,58 17,43 Urea + SP36 + KCl 20,66 19,29 18,96 17,69 * tn tn tn KK (%) 9,81 6,92 6,94 11,52 Keterangan : tn = tidak nyata * = berbeda nyata pada taraf 5 % BNT.
17,05 16,89 * 17,50 17,68 16,85 17,05 17,77 tn 7,71
17,05 16,89 * 17,35 16,99 16,21 16,72 17,58 * 6,27
18,15 16,85 * 17,33 17,40 16,99 16,75 19,00 * 8,45
Tabel 5. Beras Paria /buah mulai panen pertama hingga ke tujuh. Pengkajian dua genotipe pada berbagai pemupukan di Sikka MK 2006. Berat Paria /buah (g) Panenke 1 2 3 4 5 Ulangan I 96,50 72,08 94,48 45,51 11,31 Ulangan II 32,56 9,63 58,58 34,03 34,03 Ulangan III 17,61 19,30 54,91 41,45 41,45 tn tn tn tn tn Giok-9 4,92 6,80 70,47 26,35 36,59 Purnama 26,19 93,87 68,85 20,26 21,27 tn tn tn tn tn Pupuk Kandang kambing 4,32 40,84 67,39 67,56 33,59 Kontrol 5,04 98,08 03,42 11,73 68,39 NPK Plus 2,01 49,17 17,63 74,61 91,97 Pupuk Kandang Ayam 55,49 71,69 33,86 06,29 97,96 Urea + SP36 + KCl 40,91 41,90 26,00 56,35 52,74 tn tn * tn tn KK (%) 21,06 18,84 16,52 24,04 24,33 Keterangan : tn = tidak nyata * = berbeda nyata pada taraf 5 % BNT.
paria
Pelakuan
6 23,90 19,15 26,62 tn 20,24 26,21 tn 20,09 30,80 45,94 32,11 87,18 tn 27,96
7 52,32 65,69 97,23 tn 42,65 34,17 tn 48,39 41,83 95,84 85,42 20,59 * 22,23
Lingkar buah mulai Ulangan I hingga Ulangan III menunjukkan perbedaan yang tidak nyata, hal ini mengisyaratkan bahwa pertumbuhan tanaman antar Ulangan adalah berada pada media tumbuh yang tidak terlalu heterogen. Lingkar buah Paria setiap Ulangan mulai panen pertama hingga ketujuh nampak ada kecenderungan makin kecil (Tabel 4). Tergantung selera konsumen untuk besar kecilnya Paria dapat diperhatikan, bahwa Paria Purnama relatif lebih besar dibandingkan dengan Paria Giok-9 dan sesuai hasil analisis menunjukkan perbedaan yang nyata. Lingkar buah Paria Purnama maksimal 20,51 cm sedangkan Paria Giok-9 besarnya buah adalah 18,77 cm. Sifat genetic lebih menentukan terhadap besarnya Paria dibandngkan dengan pengaruh pemupukan. Lima perlakuan pupuk menunjukkan adanya perbedaan yang tidak nyata terhadap lingkar buah Paria (Tabel 4). Oleh karena itu dalam melakukan usahatani PARIA sebaiknya menggunakan pupuk biaya rendah di antara lima perlakuan tersebut. Aplikasi yang paling mudah dan praktis adalah pupuk kandang. Pada pengkajian ini rata-rata panjang buah, lingkar buah, berat masing-masing buah dan hasil Paria setiap ha antar Ulangan berbeda tidak nyata (Tabel 6). Lain halnya dengan antar genotipe, Paria Purnama lebih panjang dibandigkan dengan Paria Giok-9 hasil total tiap ha tertinggi dicapai oleh Paria. Hal ini menunjukkan bahwa panjangnya buah tidak selalu menjadi indikator adanya hasil yang tinggi. Parameter lingkar buah dan jumlah buah tiap tanaman yang dipanen nampaknya juga menentukan tinggi rendahnya hasil Paria memberikan hasil lebih tinggi dibandingkan dengan Paria yaitu masing-masing 4,44 t dan 7,66 t/ha(Tabel 6). Tabel 6. Rata-rata panjang buah, lingkar buah, berat/buah dan hasil Paria /ha. Pengkajian dua genotipe Paria pada berbagai pemupukan di Sikka MK 2006. Perlakuan
Rata-rata
Rata-rata
Rata-rata
Hasil buah total
Panjang buah Lingkar buah Berat tiap buah panen 1-7 (cm) panen 1-7 (cm) panen 1-7 (cm) Ulangan I 19,00 17,87 57,07 Ulangan II 19,07 18,19 61,68 Ulangan III 19,35 17,73 52,71 tn tn tn Giok-9 17,74 18,75 57,81 Purnama 20,54 17,11 56,69 * * tn Pupuk Kandang 19,98 18,03 78,88 kambing 19,23 17,94 67,27 Kontrol 17,58 17,36 11,02 NPK Plus 18,62 17,57 26,12 Pupuk Kandang Ayam 20,29 18,74 02,47 Urea + SP36 + KCl * * * KK (%) 8,23 4,05 15,51 Keterangan : tn = tidak nyata * = berbeda nyata pada taraf 5 % BNT.
panen 1-7 (t/ha) 9,66 2,04 1,46 tn 4,44 7,66 * 2,76 1,90 6,63 6,35 7,62 * 8,32
Tabel 7. Analisis Sederhana Usaha Tani Paria di Kebun Percobaan Maumere MK. 2006. No. A.
B.
C.
Uraian BIAYA VARIABEL 1. Benih Paria 2. Pupuk Kandnag Kambing 3. Kontrol 4. NPK Plus 5. Pupuk Kandang Ayam 6. Pupuk kimia : Urea SP36 KCl Tenaga Kerja 7. Pengolahan tanah, Meratakan s/d siap tanam 8. Tanah dan membuat para-para 9. Menyiang dan memupuk 10. Pane 5 kali Hasil Paria
(A2) (A3) (A4) (A5) (A6)
Nilai Natura (Tiap Ha) 1 Kg 2000 Kg – 300 Kg 400 Kg 100 Kg 100 Kg 50 Kg
Harga Satuan (Rp.)
Nlai Total (Rp.)
500.000 500 – 2.300 500 16.000 2.200 2.300
500.000 1.000.000 – 690.000 2.000.000
– 40 Orang 10.000 38 Orang 10.000 35 Orang 10.000 Jumlah Tenaga Kerja 2.760 1000 1.900 1000 6.630 1000 6.350 1000 7.620 1000
1.000.000 400.000 380.000 350.000 2.130.000 2.760.000 1.400.000 6.630.000 6.350.000 7.620.000
495.000
KEUNTUNGAN (B-A)
A2 = ( 2.760.000 ( 500.000 + 1.000.000 + 2.130.000 ) ( 1.900.000 ( 500.000 + 2.130.000 ) = – 730.000 ( 500.000 + 690.000 + 30.000 ) = 3.300.000 A5 = ( 6.350.000 ( 500.000 + 2.000.000 + 2.130.000 ) ( 7.620.000 ( 500.000 + 495.000 + 2.130.000 ) = 4.495.000 B/C RATIO A2 = ( 2.760.000 / 500.000 + 1.000.000 + 2.130.000 ) B/C RATIO A3 = ( 1.900.000 / 500.000 + 2.130.000 ) B/C RATIO A4 = ( 6.630.000 / 500.000 + 2.000.000 + 2.130.000 ) B/C RATIO A5 = ( 6.630.000 / 500.000 + 690.000 + 2.130.000 ) B/C RATIO A6 = ( 7.620.000 / 500.000 + 495.000 + 2.130.000 )
= – 870.000 A4 =
A3 (
= 3.720.000
A6
= = = = =
= 6.630.000 =
0,003 0,38 2,0 1,7 2,6
Paria yang dipupuk dengan Urea 100 kg + SP36 100 kg + KCl 50 kg/ha memberikan hasil tertinggi dibandingkan dengan pemberian pupuk yang lain, bahkan untuk empat parameter yang diamati pemberian pupuk tersebut memberikan pengaruh paling baik. Hal ini ditandai dengan panjang buah, lingkar buah, berat tiap buah dan hasil/ha masing-masing 20,20 cm; 18,74 cm, 2,47 g dan 7,66 t/ha (Tabel 6). Dalam analisis sederhana nampak bahwa usahatani Paria merupakan sumber uang bagi petani perlakuan yang paling menguntungkan adalah pemupuklan dengan Urea 100 kg + SP 36 100 kg + KCl 50 kg/ha menunjukkan B/C ratio 2,6.
KESIMPULAN Telaah hasil pengkajian dua genotipe Paria dalam beberapa pemupukan pada lahan di Kebun Percobaan MK. 2006 dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Di antara dua genotipe Paria yang dikaji, ternyata Paria Purnama memberikan hasil lebih tinggi dibandingkan dengan Paria Giok-9 yaitu 7,66 t dan 4,44 t/ha. Oleh karena itu petani di Kabupaten Sikka yang memiliki lahan seperti Kebun Percobaan apabila akan melakukan usahatani Paria sebaiknya menggunakan benih Paria Purnama. 2. Penerapan teknologi pemupukan untuk tanaman mentimun sangat tergantung dari pribadi petani, tentunya yang tidak merugikan masyarakat konsumen. Sesuai dengan hasi pengkajian di Kebun Percobaan Maumere Kabupaten Sikka ternyata pemupukan Paria dengan Urea 100 kg + SP36 100 kg + KCl 50 kg/ha memberikan hasil tertinggi dibandingkan dengan pemberian pupuk kandang dan NPK Plus. DAFTAR PUSTAKA Biro Pusat Statistik. 2002. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia. BPS. Jakarta Indonesia. Poehlman, J.M. and J.S. Quick. 1983. Crop Breeding in Hungry World, pp. 1 – 19 in Wood. Crop Breeding. Crop Sei. Soc. Of Amer, Wisconsin. Sikka Dalam Angka. 2005. Produktivitas Sayuran di Kabupaten Sikka Tahun 2004.
D.R