Urgensi Supervisi Kepala Madrasah
URGENSI SUPERVISI KEPALA MADRASAH UNTUK MATA PELAJARAN BAHASA ARAB Abdul Qodir1
Abstract: Implementation of curriculum 2013 closely connected to the teachers and other education personnel, such as clerical, laboratory assistants, technicians and librarians. In order to run properly, then the headmaster should give guidance on the performance of teachers and other education personnel. supervision is a monitoring the activities of a specific nature, which has run the program and supervision not only supervise but provide help repair problems and motivate teachers to perform tasks better. It is the implementation of the activities of the Arabic language, both in the MI, MTs, and MA. However, there are still problems, it can not be separated from a variety of reasons including: 1) the educational background of late headmaster 2) lack of experience headmaster, and 3) the Arabic language teacher education is not in accordance with the qualifications of teaching subjects. At the end of the head of the educational reality MI, MTs, and MA is undergraduate (S1), little has been completed the graduate program (S2) with a major in almost all Islamic education and there is also that of other religious majors even exist that of the general department. It is clear there are difficulties experienced by the headmaster in the processes of supervision. Keywords: Supervision, Arabic, Curriculum
1
Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa Arab (PBA), Fakultas Tarbiyah Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang. Al Ta’dib, Volume 4 Nomor 1 Juli 2014
1
Abdul Qodir
A. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan sistem kerja yang saling terkait antara komponen yang satu dengan yang lainnya. Bila selama ini guru menjadi sorotan sekaligus ujung tombak pelaksanaan pendidikan diberbagai jenjang sebenarnya masih ada komponen lain yang masih harus diberdayakan dalam aplikasi pendidikan dilapis bawah yaitu peran kepala madrasah. Dan kinerja guru dalam mengabdikan dirinya sebagai pemecahannya, sehingga tidaklah mengherankan jika hampir setiap bangsa telah menempatkan pendidikan dalam suatu tempat yang utama. Namun demikian, upaya untuk melaksanakan pencapaiannya yakni mencapai tujuan pendidikan yang dikehendaki, hal itu harus diikuti dengan prinsip-prinsip yang telah dikembangkan serta teruji kebenarannya sehingga prinsip-prinsip itupun kiranya akan mendasari pemecahan masalah baik dalam hal kebijakannya yang akan tercermin dalam perencanaan pendidikan atau dalam perencanaan kurikulum maupun hal-hal yang operasional, yang dapat kita tinjau di madrasah atau di kelas sebagai lembaga yang melaksanakan pendidikan secara formal. Menurut Syawal Gultom (2014:iii) Pengawas sekolah, kepala sekolah, dan guru merupakan tiga pilar penting dalam mewujudkan implementasi Kurikulum 2013. Efektivitasnya sangat bergantung pada kesesuaian kompetensi ketiganya dengan kebutuhan mewujudkan target yang diharapkan pada tingkat satuan pendidikan. Peningkatan kompetensi melalui penyelenggaraan pelatihan merupakan kegiatan strategis yang perlu disertai dengan langkah penjaminan bahwa ketiga pilar mutu pelaksanaan kurikulum yang terukur dan sistematis. Pada proses implementasi kurikulum, kepala madrasah akan dihadapkan dengan beberapa permasalahan, baik dari sumber daya manusia maupun non-manusia. Kepala madrasah sebagai manajer berkewajiban untuk membantu mengatasi hambatan dan masalah yang dihadapi oleh pelaksana program agar tidak menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan.
2
Al Ta’dib, Volume 4 Nomor 1 Juli 2014
Urgensi Supervisi Kepala Madrasah
B. PEMBAHASAN 1. Konsep Supervisi a. Pengertian Supervisi Ada begitu banyak definisi tentang pengawasan yang dikemukakan oleh para ahli, oleh karena itu berbicara mengenai pengawasan tidak terlepas dari supervisi dan administrasi. Istilah pengawasan di Indonesia selalu dipergunakan sebagai ganti dari istilah “inspeksi”. Pengawasan dalam bahasa Inggris disebut juga dengan “controlling”. Sejak tahun 1975 bersamaan dengan adanya kurikulum 1975 tersebut, dipopulerkan juga istilah supervisi. Ada kecenderungan orang mengartikan supervisi sebagai usaha pengendalian dalam bidang pendidikan saja sementara pengawasan adalah bersifat umum. Dalam dunia pendidikan di Indonesia, yang selalu dipergunakan adalah istilah pengawasan, dan istilah pengawasan dahulu lebih dikenal dengan kata “inspeksi”. Istilah ini cenderung kepada pengertian pengawasan yang bersifat otokrasi yang juga berarti “mencari-cari kesalahan guru dan kemudian menghukumnya” (Fachruddin, 1998: 45). Menurut Purwanto (1987: 67) pada hakikatnya pengawasan adalah kegiatan mengamati dan mengukur efektifitas dan efisien kerja dalam menggunakan sarana dan fasilitas sistem organisasi serta administrasi dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan. James H. Damley Jr. et. Al., mengatakan bahwa pengawasan adalah “All activities which the manager undertakes attending to assure that actual operations conform to planned operation”(Sahertian, 1984:353). Pengawasan adalah segala aktivitas, dimana pemimpin mengawasi bawahannya supaya menjalankan tugas dan tanggung jawab dengan benar dan berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan atau tujuan yang ingin dicapai. Pengawasan memiliki pengertian yang luas, tidak hanya ditujukan kepada siswa dan guru saja, tetapi juga kepada “the Al Ta’dib, Volume 4 Nomor 1 Juli 2014
3
Abdul Qodir
total teaching and learning situation”, yang meliputi gedung perlengkapan sekolah, buku-buku, metode mengajar, pengembangan mutu pendidikan dan sebagainya (Farid, 1995: 7). Sementara pengertian supervisi munurut Alexander dan Saylor, adalah “suatu program inservice education dan usaha memperkembangkan kelompok secara bersama”(Ahmad, 1990: 68). Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran (Daresh, 1989, Glickman, et al; 2007). Supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja guru dalam mengelola pembelajaran. Sergiovanni (1987) menegaskan bahwa refleksi praktis penilaian kinerja guru dalam supervisi akademik adalah melihat kondisi nyata kinerja guru untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, misalnya:Apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelas? Apa yang sebenarnya dilakukan oleh guru dan peserta didik di dalam kelas? Aktivitas-aktivitas mana dari keseluruhan aktivitas di dalam kelas itu yang bermakna bagi guru dan peserta didik?Apa yang telah dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan akademik? Apa kelebihan dan kekurangan guru dan bagaimana cara mengembangkannya? Berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini akan diperoleh informasi mengenai kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.( Badan PSDMPK dan PMP,2014: 3) b. Tujuan dan Fungsi Supervisi Akademik Supervisi akademik memiliki beberapa tujuan. Salah satu tujuannya adalah membantu guru mengembangkan kompetensinya, mengembangkan kurikulum, mengembangkan kelompok kerja guru, dan membimbing penelitian tindakan kelas (PTK) (Glickman, et al; 2007, Sergiovanni, 1987). Tujuan supervisi akademik dapat digambarkan dalam gambar di bawah ini:
4
Al Ta’dib, Volume 4 Nomor 1 Juli 2014
Urgensi Supervisi Kepala Madrasah
Selain itu, supervisi akademik memiliki fungsi mendasar (essential function) dalam keseluruhan program sekolah (Weingartner, 1973; Alfonso dkk., 1981; dan Glickman, et al; 2007), karena hasil supervisi akademik dapat berfungsi sebagai sumber informasi bagi pengembangan profesionalisme guru.( Badan PSDMPK dan PMP,2014: 4) c. Prinsip Supervisi (1) Praktis, yaitu dapat dikerjakan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. (2) Fungsional, yaitu sumber informasi bagi pengembangan manajemen pendidikan melalui peningkatan proses pembelajaran. (3) Relevansi, yaitu pelaksanaan supervisi secara sistematis, terprogram, dan berkesinambungan. (4) Objektif, yaitu menggunakan prosedur dan instrumen yang valid (tepat) dan reliabel (dapat dipercaya). (5) Demokratis, yaitu pengambilan keputusan dilakukan melalui musyawarah untuk mencapai mufakat. (6) Kooperatif, yaitu adanya semangat kerjasama antara supervisor dengan guru. (7) Konstruktif dan kreatif, yaitu berusaha memperbaiki kelemahan atau kekurangan serta secara kreatif berusaha meningkatkan proses kerjanya. (Iskandar:2009) d. Model-Model Supervisi Akademik
Al Ta’dib, Volume 4 Nomor 1 Juli 2014
5
Abdul Qodir
Dalam praktik supervisi Akademik dikenal beberapa model supervisi yang masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda. Model supervisi dimaknai sebagai bentuk atau kerangka sebuah konsep atau pola supervisi yang digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan kegiatan supervisi. Menurut Sahertian (2008), model supervisi dibagi sebagai berikut: (1) Model Supervisi Konvensional Model supervisi konvensional adalah model supervisi yang menganut paham bahwa supervisor sebagai seseorang yang memiliki power untuk menentukan nasib guru. Biasanya supervisor dengan gaya konvensional akan mencari-cari kesalahan guru bahkan sering kali mematamatai guru. Perilaku memata-matai ini disebut dengan istilah snoopervision atau juga sering disebut supervisi korektif. (2) Model Supervisi Artistik Model supervisi artistik menuntut seorang supervisor dalam melaksanakan tugasnya harus berpengetahuan, berketerampilan, dan tidak kaku karena dalam kegiatan supervisi juga mengandung nilai seni (art) Sergiovanni Th.J menyamakan beberapa ciri khas tentang model supervisi yang artistik, antara lain: (a) Memerlukan perhatian agar lebih banyak mendengarkan dari pada berbicara. (b) Memerlukan tingkat pengetahuan yang cukup. (c) Mengutamakan sumbangan yang unik dari guru–guru dalam rangka mengembangkan pendidikan bagi generasi muda. (d) Menuntut untuk memberi perhatian lebih banyak terhadap proses pembelajaran dikelas. (e) Memerlukan suatu kemampuan berbahasa dalam cara mengungkapkan apa yang dimiliki terhadap orang lain yang dapat membuat orang lain menangkap dengan jelas ciri ekspresi yang diungkapkan itu. 6
Al Ta’dib, Volume 4 Nomor 1 Juli 2014
Urgensi Supervisi Kepala Madrasah
(f) Memerlukan kemampun untuk menafsir makna dari peristiwa yang diungkapkan. (3) Model Supervisi Ilmiah Model supervisi ilmiah adalah sebuah model supervisi yang digunakan oleh supervisor untuk menjaring data atau informasi dan menilai kinerja kepala sekolah dan guru dengan cara menggunakan lembar observasi. Supervisi yang bersifat ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut: x Dilaksanakan secara berencana dan kontinu. x Sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu. x Menggunakan instrument pengumpulan data. x Ada data yang obyektif yang diperoleh dari kesalahan yang riil. (4) Model Supervisi Klinis Supervisi klinis adalah supervisi yang dilakukan berdasarkan adanya keluhan atau masalah dari guru yang disampaikan kepada supervisor. Supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. e. Ruang Lingkup Sasaran Supervisi Ruang lingkup supervisi terdiri dari 3 aspek, yaitu: personal, operasional dan material. (Burhanuddin dkk, 2007:3) Ketiga aspek tersebut sebenarnya terdapat dalam situasi belajar-mengajar, dan pelajaran sebagai suatu proses terdapat dalam aspek operasional. Aspek operasional mencakup segenap aktifitas individu dan kelompok yang terlibat dalam suatu situasi dengan mendayagunakan segala sumber yang ada, baik human resource ataupun non- human resource guna mencapai tujuan Al Ta’dib, Volume 4 Nomor 1 Juli 2014
7
Abdul Qodir
pendidikan dan pengajaran yang sesuai dengan yang diharapkan. Sedangkan aspek material disini mencakup segala benda atau barang yang baik yang bersifat hardware ataupun software, yang digunakan untuk memperlancar proses belajarmengajar. Adapaun aspek personal meliputi segala subjek, orang yang terlibat dalam situasi supervisi pendidikan. Untuk mempermudah pemahaman mengenai komponen situasi belajar-mengajar dalam supervisi pendidikan, dapat dilihat pada tabel contoh rincian aspek-aspek sasaran supervisi pendidikan. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Aspek Personal Kepala Madrasah/Sekolah Guru Karyawan Madrasah/Sekolah Siswa Orang tua Pengawas Dll.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Aspek Material Kurikulum Madrasah/ Sekolah Buku pelajaran Perlengkapan Alat belajar Gedung dan sarana Madrasah / Sekolah Peralatan kantor Dll.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Aspek Operasional Proses mengajar guru Proses belajar siswa Proses kepemimpinan dan supervisi LKS Proses administrasi sekolah Usaha kesejahteraan sekolah Pelaksanaan evaluasi Dsb.
f. Kepala Madrasah sebagai Supevisor Kepala Madrasah adalah pemimpin dan penanggungjawab madrasah, baik itu proses pendidikan, aktifitas mengajar guru beserta polanya sampai kepada mutu lulusan yang dihasilkan dan lain sebagainya. Perannya sebagai pemimpin sangat berpengaruh terhadap perkembangan madrasah. Maju-mundurnya madrasah tersebut terletak pada kepemimpinan yang dilakukannya. Secara umum fungsi kepala Sekolah/madrasah menurut (Sahertian, 1981:353) dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Perumus tujuan kerja, pembuat kebijaksanaan (school policy)
8
Al Ta’dib, Volume 4 Nomor 1 Juli 2014
Urgensi Supervisi Kepala Madrasah
b. Pengatur tata kerja (pengorganisasian) sekolah, yang meliputi: 1) Mengatur pembagian pelaksanaan 2) Mengatur petugas pelaksana 3) Menyelenggarakan kegiatan c. Pengawas terhadap kegiatan sekolah, yang meliputi: 1) Mengawasi kelancaran kegiatan 2) Mengarahkan pelaksanaan kegiatan 3) Mengevaluasi (menilai) pelaksanaan kegiatan 4) Membimbing dan meningkatkan kemampuan pelaksanaan dan sebagainya. 2. Kurikulum Bahasa Arab Berdasarkan peratuaran Permenag Nomor 912 tahun 2013 dijelaskan beberapa hal yang terkait dengan kurikulum Bahasa Arab di Madrasah. a. Definisi Mata Pelajaran Bahasa Arab. Bahasa Arab sebagai bahasa pengantar untuk memahami ajaran Islam. Dengan Bahasa Arab ajaran Islam dapat difahami secara benar dan mendalam dari sumber utamanya, yaitu Al-Qur’an dan Hadis serta literatur-literatur pendukungnya yang berbahasa Arab seperti Kitab Tafsir dan Syarah Hadis. Jadi Bahasa Arab merupakan mata pelajaran bahasa yang diarahkan untuk mendorong, membimbing, mengembangkan, dan membina kemampuan serta menumbuhkan sikap positif terhadap Bahasa Arab, baik reseptif maupun produktif. Kemampuan reseptif yaitu kemampuan untuk memahami pembicaraan orang lain dan memahami bacaan. Kemampuan produktif yaitu kemampuan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi baik secara lisan maupun secara tertulis. Bahasa Arab di Madrasah dipersiapkan untuk mencapai kompetensi dasar berbahasa, yang mencakup empat keterampilan berbahasa yang diajarkan secara integral, yaitu menyimak (mahaaratu Al Ta’dib, Volume 4 Nomor 1 Juli 2014
9
Abdul Qodir
al istimaa’), berbicara (mahaaratu al-kalam), membaca (mahaaratul al Qiraa’ah), dan menulis (mahaaratu al kitaabah). (Permenag-no-912-Kur-2013-PAI-Bhs-Arab). b. Tujuan Bahasa Arab Mata pelajaran Bahasa Arab memiliki tujuan sebagai berikut : (1) Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Arab, baik lisan maupun tulis, yang mencakup empat kecakapan berbahasa, yakni menyimak (istima’), berbicara (kalam), membaca (qira’ah), dan menulis (kitabah). (2) Menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya bahasa Arab sebagai salah satu bahasa asing untuk menjadi alat utama belajar, khususnya dalam mengkaji sumbersumber ajaran Islam. (3) Mengembangkan pemahaman tentang salaing keterkaitan antara bahasa dan budaya serta memperluas cakrawala budaya. Dengan demikian, peserta didik diharapkan memiliki wawasan lintas budaya dan melibatkan diri dalam keragaman budaya.(Permenagno-912-Kur-2013-PAI-Bhs-Arab). c. Ruang Lingkup Materi (1) Tingkat Madrasah Ibtidaiyah Ruang lingkup pelajaran Bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyah meliputi tema-tema tentang perkenalan, peralatan madrasah, pekerjaan, alamat, keluarga, anggota badan, di rumah, di kebun, di madrasah, di laboratorium, di perpustakaan, di kantin, jam, kegiatan sehari-hari, dan rekreasi. (2) Tingkat Madrasah Tsanawiyah Ruang lingkup pelajaran Bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah meliputi tema-tema yang berupa wacana lisan dan tulisan berbentuk paparan atau dialog sederhana tentang identitas diri, kehidupan madrasah,
10
Al Ta’dib, Volume 4 Nomor 1 Juli 2014
Urgensi Supervisi Kepala Madrasah
kehidupan keluarga, rumah, hobi, profesi, kegiatan keagamaan, dan lingkungan. (3) Tingkat Madrasah Aliyah Ruang lingkup pelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah terdiri atas bahan yang berupa wacana lisan dan tulisan berbentuk paparan atau dialog tentang perkenalan, kehidupan keluarga, hobi, pekerjaan, remaja, kesehatan, fasilitas umum, pariwisata, kisahkisah Islam, hari-hari besar Islam dan tokoh-tokoh Islam untuk melatih keempat aspek kemampuan berbicara, membaca, dan menulis. 3. Supervisi Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Bahasa Arab Kegiatan supervisi pelaksanaan kurikulum pendidikan bahasa Arab di Madrasah, baik tingkat Ibtidaiyah, Tsanawiyah, maupun Aliyah dapat dilakukan dengan menempuh 3 langkah utama, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap penilaian (evaluasi) dan tindak lanjut. (Binti, 2009:274-276) Langkah-langkah dalam melaksanakan kegiatan supervisi pendidikan di sekolah menurut hemat penulis dapat dikatakan senada dengan 3 langkah utama supervisi yang dijelaskan dalam Maunah (1999) diatas, yakni langkah ke 1 bisa dikatakan tahap persiapan, langkah ke 2 sebagai tahap pelaksanaan, dan tahap ke 3 sebagai tahap evaluasi atau penilaian. a. Tahap 1. Persiapan (1) Penyusunan program dan organisasi supervisi Dalam program supervisi hendaknya mencerminkan adanya jenis kegiatan, tujuan dan sasaran pelaksanaan, waktu, dan instrumen. Sedangkan dalam organisasi supervisi tercermin mekanisme pelaksanaan kegiatan, pelaporan dan tindak lanjut. Kemudian menurut Satori (1997) program supervisi yang baik berisi kegiatan untuk meningkatkan kemampuan keprofesional guru yang meliputi: 1) kemampuan menyusun perencanaan mengajar atau satuan pelajaran, 2) Al Ta’dib, Volume 4 Nomor 1 Juli 2014
11
Abdul Qodir
kemampuan menjabarkan kurikulum kedalam program semester, 3) kemampuan melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan baik, 4) kemampuan menilai proses dan hasil belajar, 5) kemampuan untuk memberi umpan balik secara teratur dan terus menerus, 6) kemampuan membuat dan menggunakan alat bantu secara sederhana, 7) kemampuan menggunakan/memanfaatkan lingkungan sebagai sumber dan media pengajaran, 8) kemampuan membimbing, dan melayani murid yang mengalami kesulitan belajar, 9) kemampuan mengatur waktu dan menggunakannya secara efisien untuk menyelesaikan program-program belajar murid, 10) kemampuan mengola kegiatan belajar ekstra kurikuler serta kegiatan-kegiatan lainnya yang berkaitan dengan pembelajaran siswa. Program supervisi pengawas termuat dalam program kerja pengawas, sedangkan program supervisi kepala madrasah termuat dalam program kerja kepala madrasah. Program kerja perlu disusun secara terencana dan terjadwal dan disosialisasikan kepada guru-guru bahasa Arab diawal tahun pelajaran. Penyusunan program supervisi lebih diutamakan diawal tahun pelajaran karena bertujuan agar para supervisor memiliki pedoman atau arah dalam melaksanakan supervisi. b. Tahap 2. Pelaksanaan Supervisi Kurikulum Hal-hal pokok yang perlu mendapat perhatian pengawas atau kepala Madrasah dalam melaksanakan kegiatan supervisi di madrasah adalah : (1) Supervisi hendaknya dilaksanakan secara berkesinambungan. (2) Hendaknya dilakukan pada awal dan akhir semester sebagai bahan perbandingan (3) Supervisor terampil dalam menggunakan berbagai instrumen supervisi. (4) Mampu mengembangkan istrumen supervisi sesuai dengan kebutuhan madrasah. 12
Al Ta’dib, Volume 4 Nomor 1 Juli 2014
Urgensi Supervisi Kepala Madrasah
(5) Kegiatan supervisi bukan untuk mencari kesalahan dan bukan pula menggurui, tetapi bersifat pemecahan masalah, pembinaan, pengarahan dalam rangka solusi yang lebih baik. (6) Supervisor hendaknya mengacu pada teknis pendidikan dan teknik administrasi. (7) Supervisi hendaknya menguasai substansi yang disupervisi dan melengkapi diri dengan berbagai instrumen yang dibutuhkan. (8) Supervisor hendaknya memiliki wawasan yang luas dan kemampuan profesional yang lebih tinggi dari orang yang disupervisi. (9) Dalam pelaksanaan supervisi hendaknya memperhatikan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplikasi (KISS) dengan sungguh-sungguh. Bidang kegiatan utama supervisi kurikulum adalah membantu dan membimbing atau mengarahkan atau menggerakkan guru-guru untuk meningkatkan mutu kemampuan profesionalnya sehubungan dengan pelaksanaan kurikulum. Menurut Oemar Hamalik, ada beberapa hal yang berkaitan dengan pelaksanaan kurikulum yang perlu mendapat perhatian dengan seksama, yakni kemampuan-kemampuan, sebagai berikut (Oemar , 2006:193) : (1) Kemampuan melaksanakan kurikulum, yang berkenaan dengan pelaksanaan proses belajar mengajar. (2) Kemampuan memilih dan menggunakan material kurikulum, khususnya yang berkenaan dengan media instruksional dan bahan-bahan belajar. (3) Kemampuan memberikan pelayanan terhadap individual siswa dengan memperhatikan perilaku awal, kemampuan, bakat, minat, dan sebagainya. (4) Kemampuan melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler yang tentunya mencakup juga kegiatan kurikuler. (5) Kemampuan memecahkan masalah-masalah khusus, misalnya disiplin kelas dan masalah sosial lainnya. Kelima jenis kemampuan tersebut menjadi tugas utama bagi supervisor kurikulum paling tidak bertanggung jawab Al Ta’dib, Volume 4 Nomor 1 Juli 2014
13
Abdul Qodir
melakukan kegiatan membantu guru-guru untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut. Pengertian membantu, pada prinsipnya adalah membimbing, mengarahkan, memotivasi, dan menasehati. Namun guru sendiri diharapkan lebih aktif untuk memperbaiki kemampuannya sampai titik optimal. (1) Membantu guru mengembangkan kemampuan melaksanakan kurikulum Kemampuan melaksanakan kurikulum meliputi: 1) menyusun unit pengajaran, 2) menyusun rencana kerja, 3) membuat satuan pelajaran, 4) melaksanakan proses belajar mengajar, dan 5) menyusun dan melaksanakan penilaian. Kemampuan menyusun unit pengajaran adalah kemampuan mengembangkan suatu rencana pengajaran berdasarkan suatu masalah tertentu, yang bersumber dari silabus, kemudian mengembangkan dan menjabarkannya menjadi program tahunan, program semester, serta penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Kemampuan proses belajar mengajar adalah kemampuan melaksanakan pengajaran melalui tatap muka dengan siswa dalam kelas. Agar kurikulum dapat diimplementasikan secara efektif, serta dapat meningkatkan kualitas pembelajaran guru perlu : 1) menguasai dan memahami kompetensi dasar dan hubungannya dengan kompetensi lain dengan baik, 2) menyukai apa yang diajarkan dan menyukai mengajar sebagai profesi, 3) memahami peserta didik, 4) menggunakan metode yang bervariasi dalam mengajar, 5) mengikuti perkembangan mutakhir, 6) menyiapkan proses pembelajaran, 7) menghubungkan pengalaman yang lalu dengan kompetensi yang akan dikembangkan. (Kunandar,2007:233) Kemampuan menilai berkenaan dengan usaha menilai kemajuan belajar siswa, baik secara formatif maupun sumatif.
14
Al Ta’dib, Volume 4 Nomor 1 Juli 2014
Urgensi Supervisi Kepala Madrasah
(2) Membantu guru mengembangkan kemampuan memilih dan menggunakan materi kurikulum. Kemampuan dalam bidang ini mencakup kemampuan memilih dan menggunakan buku dan sumber bacaan lainnya, kemampuan memilih dan menggunakan alat peraga. Kesulitan memilih sumber bacaan disebabkan karena harus berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu. Berikut ini kriteria memilih bahan ajar atau buku pelajaran sebagai materi pelajaran bahasa Arab yang baik : (a) Shidq al-muhtawa (validity), artinya absah, detail, dan sejalan dengan tujuan pembelajaran. (b) Al-ittifaq ma’al waaqi al-ijtimaa’iy wa ats-tsaqaafy, artinya isi pelajaran harus berkaitan dengan sejumlah nilai-nilai sosial dan fakta-fakta sosial budaya. (c) At-tawaazun (balance), artinya : seimbang antara mendalam dan komprehensif, seimbang antara teori dan praktek aplikatif, antara akademik dan profesi, dan antara kebutuhan siswa dan masyarakat. Selanjutnya, untuk mengembangkan material kurikulum pelajaran bahasa Arab, tidak diperbolehkan keluar dari ruang lingkup materi pembahasan yang telah diatur sesuai permenag no 921 tahun 2013. Materi pelajaran bisa didapatkan dari berbagai macam sumber belajar, seperti buku paket yang disediakan pemerintah, modul guru, Lembar Kerja Siswa (LKS), hand out, buku teks, laporan hasil penelitian, jurnal, pakar bidang studi, buku kurikulum, internet, artikel, majalah, lingkungan, dan sebagainya. Sedangkan memilih dan menggunakan alat peraga (media) menuntut ketrampilan sendiri. Hal ini membutuhkan latihan-latihan dan pengembangan sikap merasakan pentingnya alat peraga sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar. Supervisor dapat merangsang guru memberikan contoh/model tentang bagaimana cara menggunakan alat peraga yang cocok dalam pegajaran tertentu. Al Ta’dib, Volume 4 Nomor 1 Juli 2014
15
Abdul Qodir
(3) Membantu guru mengembangkan kemampuan melayani perbedaan individual siswa Kemampuan melayani perbedaan individual siswa dimaksudkan sebagai kemampuan untuk mengembangkan siswa sesuai dengan kemampuan, minat, kebutuhan, dan kondisi masing-masing, sehingga mencapai tingkat perkembangan secara optimal. Banyak guru yang merasa kesulitan mengajarkan bahasa karena heterogenitas kondisi siswa. Faktor penyebab kesulitan ini adalah karena kebanyakan guru mengajar dengan sistem tradisional, tanpa menghiraukan heterogenitas tersebut, sementara siswa sangat mencolok perbedaannya serta cukup beragam, baik jasmaniah, tingkat kecerdasan, emosional, spiritual, minat, dan kebutuhannya. Maka untuk membantu guru agar dapat meningkatkan kemampuan melayani perbedaan individual siswa, supervisor dapat menempuh berbagai macam cara diantaranya dengan melatih mereka tentang cara menggunakan metode-metode tugas pekerjaan rumah, menyelenggarakan kerja kelompok, tutorial sistem, sistem pengajaran individu dan teknik-teknik pemahaman individu. (4) Membantu Guru Mengembangkan Kemampuan Untuk Memecahkan Masalah-Masalah Khusus Sering guru dituntut mampu menghadapi masalahmasalah khusus seperti masalah kebebasan akademik dan masalah pembinaan disiplin di kelas. Karena luasnya permasalahan yang dihadapi, maka diperlukan kriteria yang jelas untuk menentukan apakah masalah-masalah tersebut perlu dibahas di madrasah oleh siswa sesuai dengan jenjang pendidikannya atau tidak. Kriteria-kriteria yang dapat digunakan antara lain: (a) Isu itu bermakna dan sesuai dengan tujuan pengajaran. 16
Al Ta’dib, Volume 4 Nomor 1 Juli 2014
Urgensi Supervisi Kepala Madrasah
(b) Isu didiskusikan sesuai dengan rentang dan pengetahuan serta kemampuan siswa yang terlibat di dalamnya. (c) Isu yang dibahas menarik minat siswa. (d) Isu yang dibahas sesuai dengan data yang tersedia atau data yang diperlukan dapat dikumpulkan dengan mudah. (e) Pembahasan isu tersebut sesuai dengan waktu yang tersedia sehingga bisa tuntas tepat waktu. (f) Pembahasan isu tersebut memungkinkan berkembangnya berpikir kritis pada diri siswa. (5) Tahap Penilaian dan Tindak Lanjut (a) Penilaian Penilaian yang dimaksudkan dalam konteks ini adalah penilaian terhadap pelaksanaan kegiatan supervisi yang meliputi: - Keterbacaan dan keterlaksanaan program supervisi - Keterbacaan dan kemantapan instrumen - Hasil supervisi - Kendala yang dihadapi dan upaya penyelesaiannya. Adapun bentuk-bentuk penilaian yang dapat digunakan sama dengan penilaian terhadap suatu tugas atau kegiatan yang diberikan, misalnya: bentuk tes dan non-tes; lisan, tertulis, perbuatan, dan lain-lain yang dimaksudkan untuk memperoleh data / informasi tentang kinerja pengawas yang bersangkutan. (b) Tindak Lanjut Adapun tindak lanjut dari kegiatan supervisi antara lain adalah: - Langkah-langkah pembinaan - Pelaporan - Program supervisi selanjutnya. Penilaian proses dan hasil supervisi dilakukan secara kontinyu. Penilaian proses yang dilakukan Al Ta’dib, Volume 4 Nomor 1 Juli 2014
17
Abdul Qodir
pada saat supervisi sedang berjalan dan penilaian hasil supervisi dilakukan pada akhir semester atau akhir tahun. Penilaian dilakukan secara menyeluruh.
4. Pelaksanaan Supervisi Kurikulum Bahasa Arab Kegiatan pelaksanaan supervisi kurikulum bahasa Arab dilapangan, baik di Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) maupun Madrasah Aliyah (MA) masih terdapat masalah/kendala, itu tidak terlepas dari berbagai sebab diantaranya: 1) latar belakang pendidikan akhir kepala madrasah 2) minimnya pengalaman kepala madrasah, serta 3) pendidikan guru bahasa Arab tidak sesuai dengan kwalifikasi mata pelajaran yang diampu. Pada kenyataannya pendidikan akhir dari kepala Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah adalah Strata satu (S1), sedikit sekali yang sudah menyelesaikan Strata dua (S2) dengan jurusan yang hampir semua adalah Pendidikan Agama Islam, ada juga yang dari jurusan keagamaan yang lain bahkan ada yang dari jurusan umum. Yang paling memperihatinkan lagi adalah ketika suatu madrasah yang berada dilingkungan pesantren, dimana kepala madrasah diduduki oleh anak dari pendiri pondok tanpa melihat tingkat pendidikan akhir yang sudah diraihnya. Tentu semua itu berpengaruh kepada pengalaman yang dimiliki kepala madrasah tentang kependidikan kebahasaan/Pendidikan bahasa Arab. Ini jelas terdapat kesulitan yang dialami oleh kepala madrasah dalam proses-proses supervisi, diantara sebagai berikut : (1) Kesulitan kepala Madrasah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru bahasa Arab. (a) Membantu guru dalam memperkaya pengalaman belajar. (b) Membantu guru memperoleh kecakapan mengajar dengan kegiatan diktat. 18
Al Ta’dib, Volume 4 Nomor 1 Juli 2014
Urgensi Supervisi Kepala Madrasah
(c) Memberikan penilaian-penilaian (d) Memberikan pimpinan yang efektif dan demokratis. (e) Membantu guru dalam mengatasi kesulitan dalam mengajar. (f) Meningkatkan kreatifitas guru (2) Permasalahan yang dihadapi kepala madrasah terhadap guru bahasa Arab yang tidak sesuai dengan kwalifikasi lulusannya. Secara umum hambatan yang dihadapi dalam pembinaan kompetensi pedagogik puru Bahasa Arab adalah sebagai berikut : (a) Terbatasnya referensi yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran. (b) Kemampuan dasar guru bersifat heterogen. (c) Sarana dan prasarana yang kurang memadai. (d) Kurangnya kerjasama yang baik diantara guru. (e) Terbatasnya dana yang tersedia. (f) Kurangnya Mengadakan rapat evaluasi dan koordinasi. C. SIMPULAN 1. Supervisi kurikulum adalah usaha yang dilakukan oleh supervisor dalam bentuk pemberian bantuan, bimbingan, pergerakan motivasi nasehat, dan pengarahan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan professional guru dalam proses belajar mengajar, yang pada gilirannya meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Beberapa hal yang berkaitan dengan pelaksanaan kurikulum yang perlu mendapat perhatian dengan seksama, yakni kemampuan-kemampuan, sebagai berikut : a. Kemampuan melaksanakan kurikulum, yang berkenaan dengan pelaksanaan proses belajar mengajar. b. Kemampuan memilih dan menggunakan materi kurikulum, khususnya yang berkenaan dengan media instruksional dan bahan-bahan belajar.
Al Ta’dib, Volume 4 Nomor 1 Juli 2014
19
Abdul Qodir
c.
Kemampuan memberi pelayanan terhadap perbedaan individual siswa dengan memperhatikan perilaku awal, kemampuan, bakat, minat, dan sebagainya. d. Kemampuan melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler yang tentunya mencakup juga kegiatan kurikuler. e. Kemampuan memecahkan masalah-masalah khusus, misalnya disiplin kelas dan masalah sosial lainnya. 3. Supervisi kurikulum dilaksanakan dalam 3 tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap penilaian dan tidak lanjut. 4. Terkait dengan masalah-masalah yang ada dilapangan, maka penulis sampaikan Saran-saran :
BIBLIOGRAPHY Burhanuddin dkk. 2007. Supervisi Pendidikan dan Pengajaran, Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang Burhanuddin, Yusak. 2005. Administrasi Pendidikan Untuk Fakultas Tarbiyah Komponen MKDK, Bandung : Pustaka Setia Fachruddin.1998, Administrasi Pendidikan, Yogyakarta : Leisiska Press, Gunawan, Ary, 1996. Administrasi Sekolah-Administrasi Pendidikan Mikro, Jakarta : PT Rineka Cipta Hamalik, Oemar, 2007. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung: Remaja Rosda Karya Hamalik, Oemar, 2006. Menejemen Pengembangan Kurikulum, Jakarta: PT Remaja Rosda Karya Mukhtar, Iskandar, 2009. Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, Jakarta: Gedung Persada Press Mulyasa, 2003. Manajemen Berbasis Sekolah Konsep, Strategi, dan Implementasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Munah, Binti, 2009. Supervisi Pendidikan Islam Teori Dan Praktik, Jogjakarta: Sukses Offset 20
Al Ta’dib, Volume 4 Nomor 1 Juli 2014
Urgensi Supervisi Kepala Madrasah
Nasution, Farid, 1995. Supervisi pendidikan Agama, Medan : IAIN Press. Pidarta, Made, 1991. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara Purwanto, M. Ngalim. 1987. Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Rohani, Ahmad dan Ahmadi, Abu, 1990. Pedoman Penyelenggaraan Administrasi Pendidikan Sekolah, Semarang : Bumi Aksara Sahertian, Piet A. 1994. Dimensi Administrasi Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional Sahertian, Piet. A. dan Matahero, Frans, 1981. Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional Sukmadinata, Nana Syaodih, 2005. Pengembangan kurikulum dan Praktek, Remaja Rosdakarya: Bandung Supervisi Akademik Implementasi Kurikulum 2013, Bahan Ajar Implementasi Kurikulum 2013 Untuk Kepala Sekolah, Jakarta: Badan PSDMPK dan PMP.
Al Ta’dib, Volume 4 Nomor 1 Juli 2014
21