perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SABLON (CETAK SARING) MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION (DI) PADA SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN DKV SMK NEGERI 9 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/ 2011
Oleh: Anik Hikmah Wanti NIM K3207002
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Seni Rupa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, September 2011
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs.Tjahjo Prabowo,M.Sn NIP.19530429 198503 001
Dra. M. Y. Ning Yuliastuti, M.Pd NIP.19580705 198702 2 001
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi syarat mendapatkan gelas Sarjana Pendidikan.
Hari : Tanggal :
Tim Penguji Skripsi Nama Terang
Oktober 2011
Tanda Tangan
Ketua
: Dr. Slamet Supriyadi, M.Pd NIP:19621110 198903 1 003
:………………….
Sekertasris
: Drs. Margana, Msn NIP: 1960012 199103 1 001
:………………….
Anggota 1
: Drs. Tjahjo Prabowo, Msn NIP: 19530429 198503 001
:…………………
Anggota 2
: Dra. M. Y. Ning Yuliastuti, M.Pd NIP:19580705 198702 2 001
:……………….....
Disahkan oleh : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. commit to user NIP 19600727 198702 1 001
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Anik Hikmah Wanti. UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SABLON (CETAK SARING) MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION (DI) PADA SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN DKV SMK NEGERI 9 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/ 2011, Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, September 2011. Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar sablon (cetak saring) melalui model pembelajaran direct instruction (DI) pembelajaran pada siswa kelas X program keahlian DKV SMK Negeri 9 Surakarta tahun ajaran 2010/2011. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang menggunakan model pembelajaran direct instruction dalam mata pelajaran sablon untuk memperbaiki prestasi belajar sablon (cetak saring). Subjek penelitian adalah siswa kelas X program keahlian DKV SMK Negeri 9 Surakarta tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah 34 siswa. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Juni 2011, dengan dua siklus dan masing-masing siklus mencakup empat kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi dan teknik tes tertulis. Aspek kognitif menggunakan teknik tes tertulis, aspek psikomotor dengan tes unjuk kerja dan aspek afektif dalam bentuk lembar observasi. Data hasil penelitian diperoleh pada aspek kognitif yang meliputi pengetahuan, pemahaman, diketahui peningkatan hasil belajar pada pelaksanaan siklus I adalah sebesar 79 % dan pada pelaksanaan siklus II sebesar 85%. Peningkatan pada aspek afektif yang meliputi ketelitian, kemandirian dan kemampuan bertanya diketahui ada peningkatan hasil belajar pada pelaksanaan siklus I sebesar 73% dan pada siklus II sebesar 82%. Pada aspek psikomotorik yang meliputi kemampuan dalam pembuatan klise, mampu melaksanakan proses afdruk dan mencetak dua warna diketahui peningkatan pada pelaksanaan siklus I sebesar 54% dan siklus II sebesar 82%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran direct intruction dapat meningkatkan prestasi belajar sablon (cetak saring) siswa kelas X program keahlian DKV SMK Negeri 9 Surakarta tahun ajaran 2010/2011.
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABTRACT Anik Hikmah Wanti. THE EFFORT OF IMPROVING SILKSCREENING LEARNING ACHIEVEMENT (MOLD-FILTER) TROUGH DIRECT INSTRUCTION (DI) LEARNING MODEL AT THE STUDENTS OF CLASS X OF DKV SKILL PROGRAM, SMK NEGERI 9 SURAKARTA IN THE ACADEMIC YEAR OF 2010/2011, A Thesis. Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University, September 2011. The aim of this classroom action research is to improve silk-screening learning achievement (mold-filter) through Direct Instruction (DI) learning model at the students of class X of DKV skill program, SMK NEGERI 9 Surakarta in the academic year of 2010/2011. This research is a classroom action research that uses Direct Instruction (DI) Model at the school subject of silk-screening to improving silk-screening learning achievement (mold-filter). The research subjects are the students of class X of DKV skill program, SMK NEGERI 9 Surakarta in the academic year of 2010/2011 that consists of 34 students. This research is conducted on February until June 2011 into two cycles. Each cycle includes four activities that are planning, action, observing, and reflection. The technique of collecting data uses observational and written test technique. The cognitive aspect is done by using written test technique, while the psychomotor aspect is done by using performance test and the affective aspect is done in form of observation sheet. The data of research result is gained on the cognitive aspect includes knowledge and comprehension that is known that the improvement of the result study in the first cycle is 79% and in the second cycle is 85%. The improvement of the affective aspect includes accuracy, autonomy and interested asking is known that there are improvements of the result study in the first cycle is 73% and in the second cycle is 82%. At the psychomotor aspect includes ability in making cliché, ability in doing printing process and printing two colors is known that the improvement in the first cycle is 54% and in the second cycle is 82%. Based on the result of the research, it can be concluded that learning by using Direct Instruction learning model can improve the silk-screening learning achievement (mold-filter) at the students of class X of DKV skill program, SMK NEGERI 9 Surakarta in the academic year of 2010/2011.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO Jangan ijinkan masa lalu menguasai masa kini Anda, karena ia akan juga menguasai masa depan Anda.
Janganlah meniru orang yang memilih menikmati penderitaan masa lalu, daripada menikmati keseharian yang ceria dan produktif.
Jangan lagi ijinkan penyesalan masa lalu merampas kedamaian Anda dari kehidupan yang sesungguhnya Hiduplah sepenuhnya hari ini, Anda berhak untuk berbahagia.
[ Mario Teguh - Oktober 15, 2010 ]
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Atas berkat rahmat Allah SWT penulis dapat menyeleseikan karya ini. Karya ini penulis persembahkan kepada : Ibu dan Bapak yang sangat saya hormati dan senantiasa memberikan doa serta kasih sayang Mas Hartomoku terimakasih atas motivasi, doa dan kesabarannya. Yayan dan Fian yang senantiasa membantu dan memberikan semangat Teman-teman FKIP Seni Rupa angkatan 2007 terutama untuk Via, Ayu, Anggi, Restu, Figur dan Alfan, terimakasih untuk persahabatannya selama ini Teman-teman Kos Nurul Fikri Shinta,Vita, April, Artha, mba Rinda, mba Ratna, dan Nadia terimakasih untuk dukungannya selama ini. Almamater Tercinta
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk, kemudahan serta rahmat-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw, beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya. Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukurngan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, atas segala bentuk bantuannya, Penulis sampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada terhormat : 1. Prof. Dr. M. Furqon Hidyatullah, M.Pd. Sebagai Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta. 2. Dr.Muhammmad Rohmadi M.hum sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP UNS Surakarta. 3. Dr. Slamet Supriyadi, M.Pd sebagai ketua Program Pendidikan Seni Rupa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP UNS Surakarta. 4. Drs. Tjahjo Prabowo, M.Sn. selaku Pembimbing I sekaligus Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan petunjuk, arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyusun skripsi terutama selama penulis menjadi mahasiswa di Program Pendidikan Seni Rupa FKIP UNS 5. Dra. M. Y. Ning Yuliastuti, M.Pd selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan petunjuk, arahan, dan bimbingan kepada penulis dalam menyusun skripsi. 6. Bapak dan Ibu dosen Program Pendidikan Seni Rupa yang telak banyak memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada penulis. 7. Kepala SMK Negeri 9 Surakarta yang telah memberikan ijin, sehingga penulis dapat melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini. 8. Harjita Tur Budiarta.SPd. dan Wibawa Jati Saputra. SPd. selaku guru pengampuh mata pelajaran sablon (cetak saring) yang telah memberikan arahan dan bimbingannya selama proses Penelitian Tindakan Kelas (PTK). commit to user2007 9. Teman-teman FKIP Seni Rupa angkatan
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10. Siswa-siswi kelas X, Program Keahlian DKV SMK Negeri 9 Surakarta atas bantuan dan kerjasamanya. Penulis juga mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Akhirnya penulis berharap mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pendidikan kesenirupaan, khususnya bagi penulis dan pihak-pihak yang berkepentingan pada umumnya.
Surakarta, September 2011
Penulis
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN................................................................... iii ABSTRAK ................................................................................................ iv MOTTTO .................................................................................................. vi PERSEMBAHAN ..................................................................................... vii KATA PENGANTAR .............................................................................. viii DAFTAR ISI ............................................................................................. x DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1 B. Perumusan Masalah ......................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 6 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 7 1. Prestasi Belajar Sablon ............................................................... 7 a. Pengertian Belajar .................................................................. 7 b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ............................ 8 c. Pengertian Prestasi Belajar ..................................................... 9 d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar .............. 11 2. Tinjauan Umum Tentang Sablon ................................................ 11 a Alat Cetak Sablon .................................................................. 12 b Bahan Cetak Sablon ............................................................... 13 c Proses Cetak Sablon ............................................................... 14 3. Hakikat Model Pembelajaran Direct Istruction to userDirect Instruction ............... 16 a. Pengertian Modelcommit pembelajaran
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Langkah-langkah Model Pembelajaran DI ............................ 18 c. Kelebihan dan Kekurangan Model pembelajaran DI ......... 21 B. Penelitian yang Relevan.......................................................... 24 C. Kerangka Berfikir ................................................................... 24 D. Hipotesis Tindakan ................................................................. 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 28 B. Subyek dan Obyek Penelitian ................................................. 29 C. Sumber Data
...................................................................... 29
D. Pendekatan Penelitian ............................................................. 30 E. Teknik Pengumpulan Data...................................................... 33 F. Prosedur Penelitian ................................................................. 34 G. Proses Penelitian ..................................................................... 36 BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian41 1. Deskripsi Setting Penelitian ............................................... 41 2. Deskripsi Tiap Siklus ......................................................... 46 B. Pembahasan
...................................................................... 94
BAB V PENUTUP A. Simpulan ................................................................................. 97 B. Implikasi ................................................................................. 98 C. Saran ....................................................................................... 98 Daftar Pustaka ..................................................................................... 100 Lampiran ............................................................................................. 102
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel 1. Fase-fase Model Pembelajaran direct instruction .......................... 19 2. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Dalam Peneltian ............................. 28 3. Nilai pada Observasi Awal kelasa X DKV .................................... 45 4. Penilaian Afektif Siklus I ............................................................... 64 5. Penilain Aspek Psikomotor Siklus I ............................................... 65 6. Daftar Nilai Siswa dalam Mata Pelajaran Sablon ......................... 69 7. Hasil Nilai Mata Pelajaran Sablon pada Siklus II .......................... 86 8. Hasil Penilaian Afektif Siklus II .................................................... 87 9. Penilain Aspek Psikomotor Siklus ................................................. 88 Ketuntasan Hasil Belajar Siswa ........................................................ 94
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar 1
Diagram Proses menyablon ......................................................... 16
2
Kerangka Berfikir Penerapan Model Direct Instruction.............. 26
3
Siklus PTK ................................................................................... 31
4
Sekema Proses Pelaksanaan Direc Instruction............................. 38
5
Foto SMK N 9 Surakarta ............................................................. 41
6
Foto Proses Belajar Mengajar mata pelajaran sablon .................. 44
7
Grafik Observasi Awal Mata Pelajaran Sablon ........................... 46
8
Foto Guru Menjelaskan Materi Sablon(Cetak Saring) ................ 54
9
Foto Siswa Melakukan Proses Pencampuran Warna ................... 58
10 Foto Siswa Melaksanakan Praktek Mencetak Dua Warna .......... 61 11 Foto Hasil Cetakan Sablon Siswa Siklus I ................................... 62 12 Foto Hasil Cetakan Sablon Siswa Siklus I .................................. 62 13 Foto Hasil Cetakan Sablon Siswa Siklus I .................................. 63 14 Penilaian Aspek Kognitif ............................................................. 66 15 Grafik Hasil Siklus I pada Mata Pelajaran Sablon ....................... 71 16 Foto Guru Membimbing Siswa dalam Proses Belajar Mengajar . 79 17 Foto Guru Mendemonstrasikan Proses Afdruk ........................... 81 18 Foto Siswa Melaksanakan Praktek Mencetak Dua ..................... 83 19 Foto Hasil Cetakan Sablon Dua Warna pada Siklus II ................ 84 20 Foto Hasil Cetakan Sablon Dua Warna pada Siklus II ............... 84 21 Foto Hasil Cetakan Sablon Dua Warna pada Siklus II ................ 85 22 Penilain Aspek Kognitif Siklus II ................................................ 91 23 Grafik Hasil Siklus II .................................................................. 93 24 Grafik Perkembangan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa dari aspek Kognitif, Afektif , Psikomotor ..................................................... 95
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Silabus ........................................................................................ 102
2
Lampiran Observasi Awal ......................................................... 103 a Foto Pelaksanaan Pembelajaran ............................................ 105 b Hasil Nilai Observasi Awal ................................................... 106 c Pedoman Wawancara Observasi Awal................................. 107 d Hasil Wawancara Observasi Awal ........................................ 110
3
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP) ................................ 112 a RPP Siklus I .......................................................................... 113 b RPP Siklus II ......................................................................... 114
4
Lampiran Siklus I ....................................................................... 156 a Foto Pelaksanaan Tindakan Siklus I ..................................... 157 b Foto Hasil Pekerjaan Siswa ................................................... 159 c Data Nilai Siklus I ................................................................. 163 d Soal Tes Tertulis.................................................................... 166 e Hasi Wawancara Pelaksanaan Siklus I.................................. 167
5
Lampiran Siklus II ..................................................................... 170 a Foto Pelaksanaan Tindakan Siklus II .................................... 171 b Foto Hasil Pekerjaan Siswa ................................................... 173 c Data Nilai Siklus II ................................................................ 177 d Soal Tes Tertulis.................................................................... 180 e Hasi Wawancara Pelaksanaan Siklus II ................................ 181
6
Perijinan ..................................................................................... 182 a. Surat Permohonan IjinObservasi SMK N 9 Surakarta ........ 183 b. Surat Ijin Menyusun Skripsi ................................................ 184 c. Surat Keputusan Dekan FKIP UNS ..................................... 185 d. Surat Permohonan Ijin Research ......................................... 186 e. Surat Permohonan Ijin 85Research...................................... 187 f. Jurnal Pelaksanaan Kegiatan PTK ....................................... 188 commit to 9user g. Surat Keterangan dari SMK Negeri Surakarta .................. 189
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id ABSTRAK
Anik Hikmah Wanti. UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SABLON (CETAK SARING) MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION (DI) PADA SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN DKV SMK NEGERI 9 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/ 2011, Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, September 2011. Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar sablon (cetak saring) melalui model pembelajaran direct instruction (DI) pembelajaran pada siswa kelas X program keahlian DKV SMK Negeri 9 Surakarta tahun ajaran 2010/2011. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang menggunakan model pembelajaran direct instruction dalam mata pelajaran sablon untuk memperbaiki prestasi belajar sablon (cetak saring). Subjek penelitian adalah siswa kelas X program keahlian DKV SMK Negeri 9 Surakarta tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah 34 siswa. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Juni 2011, dengan dua siklus dan masing-masing siklus mencakup empat kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi dan teknik tes tertulis. Aspek kognitif menggunakan teknik tes tertulis, aspek psikomotor dengan tes unjuk kerja dan aspek afektif dalam bentuk lembar observasi. Data hasil penelitian diperoleh pada aspek kognitif yang meliputi pengetahuan, pemahaman, diketahui peningkatan hasil belajar pada pelaksanaan siklus I adalah sebesar 79 % dan pada pelaksanaan siklus II sebesar 85%. Peningkatan pada aspek afektif yang meliputi ketelitian, kemandirian dan kemampuan bertanya diketahui ada peningkatan hasil belajar pada pelaksanaan siklus I sebesar 73% dan pada siklus II sebesar 82%. Pada aspek psikomotorik yang meliputi kemampuan dalam pembuatan klise, mampu melaksanakan proses afdruk dan mencetak dua warna diketahui peningkatan pada pelaksanaan siklus I sebesar 54% dan siklus II sebesar 82%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran direct intruction dapat meningkatkan prestasi belajar sablon (cetak saring) siswa kelas X program keahlian DKV SMK Negeri 9 Surakarta tahun ajaran 2010/2011.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang
Pendidikan nasional di Indonesia berakar pada kebudayaan bangsa dan berdasarkan pada Pancasila serta UUD 1945. Tujuan pendidikan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia seutuhnya menjadi warga masyarakat yang maju serta memiliki kemampuan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Pendidikan dapat dimaknai sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku peserta didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar dimana individu itu berada. Dari waktu ke waktu, kebudayaan masyarakat sendiri semakin berkembang, Oleh karena itu perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan agar anggota masyarakat dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pembangunan di bidang pendidikan merupakan strategi dan wahana yang sangat baik di dalam pembinaaan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. Sehubungan dengan hal tersebut, diperlukan adanya partisipasi dari semua warga negara. Bidang pendidikan perlu mendapatkan perhatian, penanganan, dan prioritas secara intensif baik dari pemerintah, keluarga, dan pengelola pendidikan pada khususnya. Pendidikan sangat berperan penting dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Tinggi rendahnya
kualitas SDM antara lain hasil kerja atau kinerja yang baik secara perorangan atau kelompok ditandai dengan adanya unsur kreativitas dan produktivitas yang direalisasikan dalam Peningkatan kualitas. SDM dinyatakan berhasil apabila SDM mampu menampilkan hasil kerja produktif secara rasional dan memiliki pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan yang umumnya dapat diperoleh melalui pendidikan. UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 13 ayat (1) menyebutkan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal commit tomelengkapi user non formal dan informal yang dapat saling dan memperkaya. Peranan
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sekolah sebagai lembaga yang membantu lingkungan keluarga, maka sekolah bertugas mendidik dan mengajar serta memperbaiki dan memperhalus tingkah laku anak didik yang dibawa dari keluarganya. Untuk meningkatkan kualitas SDM maka diperlukan pendidikan, yang meliputi pendidikan dasar (SD), pendidikan menengah (SMA/SMK/MA), dan perguruan tinggi. Sekolah Menengah
Kejuruan
(SMK) terbagi menjadi beberapa
kelompok, salah satu diantaranya sekolah menengah kejuruan kelompok seni kerajinan yang berbasis Seni Rupa di Surakarta adalah SMK Negeri 9 Surakarta. SMK Negeri 9 Surakarta mempunyai 9 bidang program keahlian diantaranya terdapat program keahlian seni rupa, desain komunikasi visual (DKV), animasi, teknik komputer jaringan (TKJ), desain produk logam, desain produk kriya kayu, desain produk tekstil, tata busana dan multimedia. Mata pelajaran sablon dipelajari oleh siswa kelas X Program Keahlian DKV di SMK N 9 Surakarta. Teknik saring (sablon) mengkaji mengenai proses dan teknik cetak untuk memindahkan suatu citra ke atas berbagai jenis media atau bahan cetak seperti: kain, kertas, kayu, metal, kaca, plastik, kulit, dan lain-lain. Sablon membutuhkan ketrampilan serta kefokusan agar dapat mempelajari proses dan teknik dalam menyablon (cetak saring). Siswa akan dihadapkan pada kasuskasus yang membutuhkan pemahaman tentang prosedur proses menyablon dari awal sampai akhir di mana semua itu tidak akan cukup bila dipelajari dengan cara menghafal dari buku dan hanya mendengarkan materi secara global, oleh karena itu siswa perlu diberikan dasar-dasar yang kuat mengenai teknik menyablon. Program keahlian DKV dalam mata pelajaran sablon memiliki standar kompetensi membuat desain komunikasi teknik saring. Kompetensi dasar pada mata pelajaran ini yaitu menjelaskan cetak saring, membuat sablon pada kertas, dan membuat sablon pada kain. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan melalui tes tertulis pengetahuan tentang sablon dan pembuatan desain awal sablon dapat diketahui bahwa hasil uji kompetensi awal siswa belum optimal masih ada beberapa anak yang belum memenuhi tingkat ketuntasan minimal belajar yaitu 75 dan juga rata-rata nilai ulangan harian siswa masih kurang optimal. Pembelajaran commit to user ini masih menggunakan model Sablon (cetak saring) di SMK N 9 Surakarta
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
konvensional yaitu metode ceramah. Metode ini kurang cocok diterapkan pada mata pelajaran sablon (teknik saring). Metode ceramah mengakibatkan kurangnya keaktifan siswa dalam hal belajar, karena guru lebih mendominasi saat proses belajar mengajar. Siswa kurang tertarik dan merasa bosan sehingga siswa meremehkan guru dan ramai sendiri bersama teman sebangkunya. Muhibinsyah (2003: 10) menyatakan bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Pembelajaran akan berhasil dengan baik apabila ada keberanian untuk mencari metode serta membangun paradigma baru. Suatu metode yang telah terbukti mampu mendatangkan hasil baik pada masa lampau belum tentu akan membawa hasil yang sama jika diterapkan di masa kini dan mendatang. Fokus kegiatan pembelajaran di sekolah adalah interaksi pendidik dan peserta didik dalam mempelajari suatu materi pelajaran yang telah tersusun dalam suatu kurikulum. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, para pendidik disamping menguasai bahan atau materi ajar juga perlu mengetahui bagaimana cara materi ajar itu disampaikan dan bagaimana pula karakteristik peserta didik yang
menerima
materi
pelajaran
tersebut.
Kegagalan
pendidik
dalam
menyampaikan materi ajar tidak selalu dikarenakan ia kurang menguasai bahan, tetapi karena ia tidak tahu bagaimana cara meyampaikan materi pelajaran tersebut dengan baik dan tepat sehingga peserta didik dapat belajar dengan suasana yang menyenangkan dan juga mengasikkan agar peserta didik dapat belajar dengan suasana menyenangkan dan mengasikkan, maka pendidik perlu memiliki pengetahuan tentang pendekatan dan tehnik-tehnik pembelajaran dengan memahami teori-teori belajar dan tehnik-tehnik mengajar yang baik dan tepat. Oleh karena itu peneliti ingin memberikan solusi dengan menggunakan model pembelajaran direct instruction. Menurut Arends yang dikutip oleh Trianto (2009: 41), model direct instruction adalah salah satu model pembelajaran yang dirancang khusus untuk commit to userdengan pengetahuan deklaratif dan menunjang proses belajar siswa yang berkaitan
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan tetang sesuatu yang dapat diungkapkan dengan kata-kata. Sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu. Keunggulan terpenting dari metode direct instruction adalah adanya fokus akademik, arahan dan kontrol guru, harapan yang tinggi terhadap perkembangan siswa, sistem manajemen waktu, dan atmosfir akademik yang baik. Fokus akademik berarti prioritas tertinggi yang diletakkan dalam penugasan dan penyeleseian tugas akademik. Menurut beberapa ahli (Fisher, Berliber, Filby, Marliave, Ghen, dan Dishaw, 1980; Madaus, Airasian, dan Kellaghan, 1980; Rosenshine, 1970, 1971, 1985) fokus yang kuat terhadap masalah akademik menciptakan keterlibatan siswa yang semakin kuat dan kemudian menghasilkan dan memajukan prestasi mereka. Berbeda dengan metode pembelajaran konvensional dimana guru hanya memberikan materi secara umum tanpa memperhatikan pengetahuan deklaratif maupun presedural, guru tidak memberikan feedback kepada siswa sehingga hanya mengetahui tingkat keberhasilan siswa dari nilai akhir saja tanpa memperhatikan proses belajar siswa. Sedangkan pada model pembelajaran direct instruction, guru mempersiapkan siswa dengan mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah dimilikinya, yang relevan dengan pokok pembicaraan yang akan dipelajari, melakukan presentasi dan demonstrasi, memberikan latihan terbimbing, mengevaluasi pemahaman siswa, kemudian guru memberikan kesempatan latihan mandiri kepada siswa. Model ini cocok diterapkan pada mata pelajaran sablon karena mata pelajaran ini menuntut siswa untuk dapat memiliki keterampilan, yang mana keterampilan tersebut dapat dilatih setahap demi setahap. Hal inilah yang menjadi alasan bagi peneliti untuk melakukan penelitian di SMK N 9 Surakarta dengan judul : “Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Sablon (Cetak saring) Melalui Model Pembelajaran Direct Instruction (DI) Pada Siswa Kelas X Program Keahlian DKV SMK N 9 Surakarta Tahun commit to user Pelajaran 2010/2011.
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Bagaimanakah cara meningkatkan prestasi belajar sablon (cetak saring) melalui model pembelajaran Direc Instruction (DI) pada siswa kelas X program keahlian DKV SMK Negeri 9 Surakarta tahun ajaran 2010/2011 ?
C. Tujuan penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka dapat dirumuskan tujuan dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut : Untuk meningkatkan prestasi belajar sablon (cetak saring) melalui penerapan model pembelajaran Direct Instruction (DI) pada siswa kelas X program keahlian DKV SMK N 9 Surakarta tahun ajaran 2010/2011. Adapun indikator keberhasilan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1 Minimal 80% siswa mampu menjelaskan mengenai alat dan bahan cetak saring (sablon) 2 Minimal 80% siswa mampu menjelaskan tahap-tahap proses cetak saring (sablon) 3 Minimal 80% siswa mampu membuat desain klise sablon. 4 Minimal 80% siswa mampu melaksanakan proses afdruk 5 Minimal 80% siswa mampu melaksanakan proses mencetak satu warna atau multi warna.
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan baik yang bersifat teoritis maupun praktis. Manfaat yang penulis harapkan adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan pengetahuan khusunya dalam bidang pedidikan mengenai penggunaan model commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Direct Instruction (DI) guna mengoptimalkan prestasi belajar dan sebagai bahan pertimbangan penelitian di masa yang akan datang. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa 1) Adanya peningkatan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran sablon (cetak saring). 2) Mendapatkan kemudahan dalam belajar dan memahami mata pelajaran sablon (cetak saring) yang disampaikan oleh guru guna mencapai prestasi belajar yang optimal. b. Bagi Guru Sebagai masukan bagi guru dalam memilih menentukan model pembelajaran Direct Instruction (DI) sebagai model yang tepat digunakan guna meningkatkan prestasi belajar siswa. c. Bagi Sekolah Sebagai masukan bagi sekolah yang bersangkutan dalam usahanya meningkatkan
mutu
pendidikan
sehubungan
dengan
faktor
yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa khususnya di bidang mata pelajaran sablon.
commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Prestasi Belajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah kunci yang paling vital dalam usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan. Muhibbin Syah (2005: 63) berpendapat bahwa “ Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan”. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkuangan keluarganya sendiri. Sedangkan menurut Hilgard dan Bower yang dikutip oleh Syaiful Sagala (2007: 51), “Balajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang relatif permanen dan yang merupakan hasil proses pembelajaran bukan disebabkan oleh adanya proses pendewasaan. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Edward Thorndike yang dikutip oleh Syaifu Sagala (2007: 51) yang menyatakan bahwa “Belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami siswa sendiri”. Menurut Slameto yang dikutip oleh Asep Jihad dan Abdul Haris (2009:2) mengatakan bahwa “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai
hasil
pengalamannya
sendiri
sebagai
hasil
interaksi
dengan
lingkungannya”. Berdasarkan pendapat ini dapat dipahami bahwa usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru yang merupakan hasil dari pengalaman selama berinteraksi dengan lingkungan yaitu melalui proses yang disebut belajar. Berdasarkan definisi-definisi tentang belajar tersebut di atas, dapat user perubahan tingkah laku individu disimpulkan bahwa belajar adalahcommit suatu to proses
perpustakaan.uns.ac.id
8 digilib.uns.ac.id
yang relatif menetap (permanent) sebagai hasil atau akibat dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang dilakukan dengan usaha yang disengaja. Perubahan tingkah laku yang dimaksud bukan dilihat dari perubahan sifat-sifat fisik misalnya tinggi dan berat badan, kekuatan fisik misalnya untuk mengangkat, hal ini tidak termasuk belajar. Perilaku berbicara, menulis, bergerak dan lainnya memberi kesempatan kepada manusia untuk mempelajari perilaku-perilaku seperti berpikir, merasa, memecahkan masalah, mengingat, dan lain-lainnya, perubahan ini termasuk belajar. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Menurut Muhibbin Syah (2005: 145), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dibedakan menjadi 3 macam: 1) Faktor Internal Siswa Faktor internal siswa meliputi dua aspek: a) Aspek Fisiologis Aspek Fisiologis meliputi kondisis umum jasmaniah dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendisendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. b) Aspek Psikologis Termasuk faktor-faktor rohaniah siswa pada umumnya dipandang lebih esensial antara lain: (1) Tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa, (2). Sikap, (3). Bakat, (4). Minat, (5). Motivasi. 2) Faktor Eksternal Siswa Faktor eksternal terdiri dari dua macam: a) Faktor Lingkungan Sosial Faktor lingkungan sosial siswa, masyarakat dan tetangga juga temanteman sepermainan dilingkungan siswa tersebut. Kondisi masyarakat yang serba kumuh dan kekurangan, dan anak-anak pengangguran akan mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi belajar adalah orang tua dan keluarga siswa sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya akan membei dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasilnya. b) Faktor Lingkungan Nonsosial Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c) Faktor Pendekatan Belajar Faktor pendekatan belajar dapat diartikan segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam emnunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu. c. Pengertian Prestasi Belajar Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996: 787) “Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Berdasarkan pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan yang dicapai dari suatu kegiatan atau usaha yang dapat memberikan kepuasan emosional, dan dapat diukur dengan alat atau tes tertentu. Adapun dalam penelitian ini yang dimaksud prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan peserta didik setelah menempuh proses pembelajaran tentang materi tertentu, yakni tingkat penguasaan, perubahan emosional, atau perubahan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes tertentu dan diwujudkan dalam bentuk nilai atau skor. Prestasi merupakan faktor penting untuk menentukan tingkat pengetahuan siswa. Prestasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai akhir penyajian materi satuan pelajaran sablon dengan tujuan untuk mengetahui tingkat hasil belajar siswa dengan cara memberikan soal-soal objektif pada siswa. Dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar, prestasi siswa dapat diketahui dari hasil evaluasi. Menurut Muhibbinsyah (2005: 195) “Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program”. Muhibbin syah (2005: 199) menyatakan “berbagai macam evaluasi mulai yang sederhana sampai yang paling komplek, yaitu : pre-test dan post test evaluasi presyarat, evaluasi diagnostic, evaluasi formatif, evaluasi sumatif”. Berdasarkan pernyataan tersebut, macam-macam evaluasi dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Pre-test dan Post test
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
10 digilib.uns.ac.id
Kegiatan pre-test dilakukan guru secara rutin pada setiap akan menyajikan materi baru. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi taraf pengetahuan siswa mengenai bahan yang akan disajikan. Post test adalah kebalikan dari pre-test, yakni kegiatan evaluasi yang dilakukan guru pada setiap akhir penyajian materi. Tujuannya adalah untuk mengetahui taraf penguasaan siswa atas materi yangtelah diajarkan. 2) Evaluasi Prasyarat Penilaian ini meliputi sejumlah bahan dengan ajaran atau bahan yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari materi baru yang akan diajarkan. Evaluasi ini dilakukan setelah selesai penyajian sebuah satuan pelajaran dengan tujuan mengidentifikasi bagian-bagian tertentu yang belum dikuasai siswa. 3) Evaluasi Formatif Evaluasi ini dilakukan pada setiap akhir penyajian satuan pelajaran atau modul. Tujuannya untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa. Hasil diagnosis kesulitan belajar tersebut digunkan sebagai bahan pertimbangan rekayasa pengajaran remidilal (perbaikan). 4) Evaluasi Diagnostik Evaluasi ini dilakukan pada setiap akhir penyajian satuan pelajaran atau modul. Tujuannya ialah untuk memperoleh umpan balik yang mirip dengan evaluasi diagnostic, yakni utnuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa. 5) Evaluasi Sumatif Ragam penilaian sumatif dilakukan untuk mengukur kinerja akademik atau prestasi belajar siswa pada akhir periode pelaksanaan program pengajaran. 6) Ujian Akhir Nasional (UAN) Ujian Akhir Nasional pada prinsipnya sama dengan evaluasi sumatif dalam arti sebagai alat penentu kenaikan status siswa. d. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2008: 138) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dibedakan menjadi dua, yaitu: 1) Faktor internal terdiri dari dua macam: a) Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya. b) Faktor Psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh yang terdiri atas: (1) Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial yaitu kecerdasan dan commit to user bakat serta faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki.
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(2) Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri. c) Faktor budaya seperti adat istiadat, Faktor kematangan fisik maupun psikis 2) Yang tergolong faktor eksternal ialah: a) Faktor sosial yang terdiri atas: (1) Lingkungan keluarga (2) Lingkungan sekolah (3) Lingkungan masyarakat (4) Lingkungan kelompok b) Ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian. c) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim. d) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan. 2. Tinjauan Umum Tentang Sablon Kata sablon berasal dari bahasa Belanda “schablon”, sedangkan cetak saring dalam bahasa Inggris disebut silk screen printing (serigrafi). Jika diterjemahkan, berarti mencetak dengan layar sutra (Guntur,2003:2). Cetak sablon atau cetak saring adalah teknik cetak tertua dan termudah dari semua teknik cetak yang ada. Cetak saring merupakan teknik tertua yang telah dikembangkan bangsa Jepang sejak abad ke -17. Tepatnya, pada tahun 1664 oleh Yuzensai Miyasaki dan Zisukeo Mirose. Pada awalnya, cetak saring digunakan untuk percetakan motif kimono, ini dilatarbelakangi pemerintah kaisar Jepang yang melarang pemakaian kimono
bermotif
tulis
tangan
karena
harganya
yang
mahal.
Dalam
perkembangannya, hingga tahun 1907, teknik cetang saring tidak pernah mencapai proses penting di kalangan industri cetak. Selanjutnya, hak paten cetak sablon atau cetak saring diberikan kepada Samuel Simon, pria berkebangsaan inggris. Cetak sablon adalah ilmu terapan yang mutlak di praktikan. Mata pelajaran sablon (cetak saring) diajarkan pada siswa di sekolah kejuruan Seni rupa SMK Negeri 9 Surakarta pada program keahlian DKV. Mata pelajaran sablon dilaksanakan dengan tujuan agar siswa mengetahui definisi/pengertian sablon (cetak saring), mampu membuat desain sablon, mengetahui bahan dan alat serta siswa dapat menyablon mulai dari satu warna hingga multi warna. Keahlian commit to user sablon mustahil dapat dikuasai hanya dengan belajar teori saja, tetapi harus
perpustakaan.uns.ac.id
12 digilib.uns.ac.id
dengan praktek terus-menerus hingga seorang pemula sekalipun dapat menjadi mahir. Teknik cetak sablon memiliki keunggulan, yaitu dapat diterapkan pada semua media atau bidang. Adapun alat dan bahan yang diperlukan dalam teknik cetak sablon menurut Guntur Nusantara (2007:7) dalam buku cetak sablon untuk pemula adalah: A. Alat cetak sablon 1 . Alat-alat pokok a. Kain kasa (screen) Screen atau kain gasa adalah kain sablon yang berfungsi sebagai sarana prasarana pembentukan corak gambar di atas benda-benda yang disablon. Teksturnya sangat halus (seperti sutera) dan memiliki jumlah kerapatan pori-pori yang bertingkat. Kain screen adalah sarana utama dalam cetak sablon. Tanpa screen, sistem percetakan tidak dilaksanakan. b. Meja cetak atau meja sablon Meja sablon atau meja cetak yang digunkan adalah khusus meja cetak saring. c. Bingkai saringan (screen fremes) Fungsi bingkai saring adalah untuk merentang kain saring, sekaligus menjadi wadah tinta cetak. Bahan yang umum digunakan untuk bingkai screen adalah alumunium dan kayu. d. Penjepit screen sheet (Catok/penyekat) Sarana ini berfungsi sebagai penghubung antara screen sheet (bingkai screen) dengan meja cetak. e. Rakel (squeegee) Rakel berguna untuk menekan tinta dari kain saring ke kertas atau bahan lain yang akan disablon. Bahan rakel terbuat Rakel ini umumnya di buat dengan bahan sintetik seperti Polyrethane atau Polyviyl. Bahan ini cukup kuat dan tahan akan kelembaban udara sehingga akan lebih awet. Adapun jenis rakel sesuai fungsinya seperti rakel lunak untuk yang memerlukan banyak tinta, rakel keras untuk hasil yang detil dan halus. Bentuk ujung rakel pun ada beberapa jenis, seperti rakel tumpul. rakel bulat, rakel lancip, rakel lancip ujung datar, rakel miring dan rakel kotak. f. Pelapis ( coater) Coater adalah untuk mengoleskan atau melapisi emulsi sablon ke screen. Biasanya, alat ini terbuat dari almunium berbentuk mangkok persegi dua sisi dengan ketebalan yang berbeda. Masing-masing ketebalan mempunyai fungsi berbeda, menurut kebutuhan ketebalan lapisan emulsi pada screen. Sisi yang tebal digunakan untuk pelapisan emulsi yang tebal, sedangkan sisi yang tipis untuk pelapisan emulsi yang tipis. g. Lakban Lakban adalah solatip commit atau bahan perekat yang terbuat dari bahan to user sintetik, lakban berfungsi untuk menutup bagian-bagain yang tidak
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diinginkan tembus tinta, lakban juga berfungsi untuk menguatkan bagian pinggir screen. 2 . Alat Penunjang a. Hair dryer atau kipas angin Alat ini berfungsi mengeringkan emulsi pada saat proses afdruk. Hair dryer mempunyai tiupan angin panas. Agar panas mengenai permukaan screen tidak berlebih, jarak antara hair dryer dengan permukaan screen 15-20cm. Benang-benang screen akan meleleh jika panas yang mengenai screen berlebih. b. Hand Spryer Penyemprot air Alat ini digunakan saat proses mengembangkan. Perlu diketahui, menyemprot air mempunyai beberapa pilihan semprotan, mulai dari yang halus sampai tajam. Setiap pengembangan kadang membutuhkan tekanan semprotan yang berbeda, tergantung model yang dicetak, yaitu model raster atau garis. B. Bahan a . Bahan pracetak Bahan pracetak adalah bahan-bahan yang digunakan dalam proses pengalihan atau yang digunakan untuk pembuatan film (afdruk) gambar model ke screen. Berikut ini bahan yang digunakan sebagai penunjang dalam proses ini: 1. Larutan afdruk Larutan afdruk adalah campuran antara emulisi dan cairan peka cahaya (sensitizer). Bahan yang cukup banyak berada di pasaran ini berupa dua botol plastik esar dan kecil terdapat dalam satu kemasan, antara lain: cromation, cromaline, ulano, autosol, uno. 2. Lembaran afdruk Lembaran afdruk adalah bahan afdruk yang sudah jadi, berupa lembaran plastik atau polyester yang dilapisi bahan peka cahaya dan biasanya digunakan untuk menyablon dengan ketebalan tinta tertentu. 3. Screen iaquer Screen iaquer adalah cairan yang digunakan untuk menutup bagianbagian yang tidak diinginkan untuk tembus tinta. Fungsi screen iaquer sama dengan lakban tetapi proses percetakannya hasilnya lebih rapih. b . Bahan proses cetak Bahan untuk proses cetak adalah bahan pokok yang digunakan untuk proses penyablonan. Bahan ini terdiri dari pengecer dan tinta. Tinta water base adalah tinta yang berbasis air, tinta solvent base adalah bahan campurannya minya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
c. Proses Cetak Sablon Ada pun tahapan –tahapan yang harus dilalui dalam proses cetak sablon. adalah. 1. Pembuatan Desain Dalam memulai sesuatu tentunya harus memiliki rancangan atau desain. Ini untuk memudahkan dalam pembuatanya. Desain ini berupa gambar ataupun text yang menjadi pola cetak sablon. desain cetak sablon ini dapat dibuat dengan manual ataupun digital. Untuk desain manual biasanya menggunakan tinta hitam pekat digambar menggunkan tangan di atas kertas kalkir, ketentuan dalam desain adalah kepekatan tinta dalam gambar harus merata. Sedangkan jika menggunakan desain digital dapat dibuat di komputer dengan menggunakan software grafis seperti Photoshop, atau Corel Draw, hasil olahan gambar ini kemudian di Print di atas kertas kalkir dengan warna hitam putih. Adapun alternatif lain untuk mengganti kertas kalkir dengan memakai kertas HVS tetapi setelah gambar selesai harus di oleskan minyak kelapa, ini berfungsi memberikan agar sinar dapat masuk lewat kertas yang bening pada proses pengafdrukan 2. Proses afdruk Film ( Eksposing) Proses afdruk Film adalah proses pemindahan gambar model ke screen dengan menggunakan cahaya ultra violet. Bahan yang dipergunakan adalah larutan emulsi dan sensitizer. 1 Pencampuran emulsi dan sentizer diruangan yang tidak tertembus cahaya 2 dengan perbandingan 9:1 3 Aduk secara nerata hingga menjadi gel 4 Oleskan gel secara merata pada kain screen tujuannya, agar saat pengeksposan model gambar menempel dengan rata pada screen. 5 Pengeringan kain screen di keringkan dengan memakai hairdryer, pada proses ini dilakukan diruang gelap untuk menghindari sinar UV membakar lapisan afdruk, karena jikan kena sinar UV dapat diyakinkan proses ini akan gagal. 6 Pasanglah klise film dengan posisi terbalik pada permukaan screen, kemudian tindih dengancommit kaca bening to userberukur yang tidak melebihi luas
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
midangan. Setelah itu screen ditutup dengan kain berwarna gelap dan pastikan tidak tembus cahaya terlebih dahulu. 7 Perekaman dilakukan dengan membawa screen yang masih tertutup ke luar ruangan bebas cahaya matahari dengan film biarkan cahaya matahari menyinari selama 3 sampai 5 detik. 8 Lepaskan kaca dan klise, semprot (hairsepray) dengan air deras ke arah gambar atau film yang dikehendaki secara hati-hati hingga lapisan obat afdruk tidak terkena sinar luntur dan terlihat menerawang. Hairsepray ini berguna untuk merapikan dan membersihkan dari sisa-sisa larutan afdruk pada bagian Image area. 9 Pengerigan kembali pastikan screen kering tanpa cacat dan bingkai atau midangan tidak melengkung. 10 Pepenusiran dilakukan apabila sekitar gambar yang tembus cahaya atau menerawang yang tidak inginkan harus ditusir atau ditambal 11 Screen yang telah ditusir, hendaknya dikeringkan lagi dengan cara yang sama dengan pengeringan awal 12 Setelah kering screen sudah dapat dipakai untuk, proses selanjutnya adalah mengkoreksi gambar dengan secren laquer untuk menutup Image area yang tidak diinginkan menjadi non Image area. 3. Menyablon Persiapan dalam proses penyablonan adalah pemasangan secren pada media, seteah secren terpasang dengan tepat barulah mulai dengan proses pemulasan cat, dalam proses pewarnaan diusahakan untuk mendahulukan warna terang yang berlajut ke warna gelap, setelah cat dipulaskan secara merata dengan rakel secren kemudian di angkat dan hasilnya di keringkan sebelum melajutkan kewarna lainya.
commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Diagram Proses Menyablon Pemasangan screen
Pemberian tanda
Pemasangan benda yang akan di sablon
Penuangan cat di screen
Penyabutan
Penusiran atau menambal (bila perlu)
Pencucian akhir
Screen siap dipakai lagi Gambar 1: Diagram Proses menyablon (Age Widro,2007: 22)
3. Model Pembelajaran Direct Instruction a. Pengertian Model Pembelajaran Direct Instruction Direct instruction atau pengajaran langsung dikenal dengan sebutan active teaching, penyebutan tersebut mengacu pada gaya mengajar dimana guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada peserta didik dan mengajarkannya secara langsung kepada seluruh kelas, dengan berfokus pada produksi hasil pembelajaran dengan menerapkan pemodelan ketrampilan dan commit to user perilaku serta pemodelan berfikir.
perpustakaan.uns.ac.id
17 digilib.uns.ac.id
Menurut Arends yang dikutip oleh Trianto (2009: 41) mengatakan bahwa ”Direct instruction (pengajaran langsung) adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah”. Sedangkan menurut Joice,Weil, Calhaun (2000: 339) : ”The term direct instruction has been used by researchers to refer to a pattern of teaching that consist of the teacher’s explaining a new concept or skill to a large group of students, having them test their understanding by practicing under tacher direction (that is, controlled practice), and encouraging them to continue to practice under teacher guidance (guided practice)”. Uraian tersebut menjelaskan bahwa model pengajaran langsung telah digunakan untuk menjelaskan suatu konsep atau kemampuan baru kepada kelompok besar siswa, memberikan ujian mengenai pemahaman materi dengan berlatih dibawah bimbingan guru (latihan terbimbing/ terkontrol) dan mendorong mereka melanjutkan latihan dibawah pengawasan guru (latihan terbimbing). Menurut kedua pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa model
pembelajaran direct instruction merupakan cara mengajar dimana guru memberikan konsep dasar sehingga membentuk pengetahuan dan keterampilan yang baru pada diri siswa yang dapat diajarkan setahap demi setahap dengan pola yang terstruktur sehingga siswa lebih mudah menyerap dan memahami konsep, pengetahuan, kemampuan baru, secara bertahap, sedikit demi sedikit dan didukung oleh peran guru sebagai fasilitator dalam mengembangkan kemampuan siswa. Model pembelajaran direct instruction berfokus pada kegiatan guru dan pengorganisasian kelas. Namun fokus utama dari pembelajaran ini berfokus pada belajar dan penekanan pada keterlibatan siswa didalam mengerjakan tugas akademik dengan pembagian waktu yang telah disesuaikan agar siswa mencapai prestasi belajar yang tinggi. Menurut Joice,Weil, Calhaun (2000: 338) model pembelajaan direct instruction memiliki fokus utama antara lain : 1) Menitik beratkan pada prestasi belajar yang tinggi (the most prominent features are an academic focus) commit to yang user besar (a high degree of teacher 2) Adanya arahan dan bimbingan guru
perpustakaan.uns.ac.id
18 digilib.uns.ac.id
direction and control) 3) Adanya harapan yang besar untuk kemajuan siswa (high expectations for pupil progress) 4) Adanya sistem pengelolaan waktu yang baik (a system for managing time) 5) Suasana lingkungan yang alami (atmosphere of relatively neutral affect) b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Direct Instruction Direct instruction merupakan model pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher center). Menurut Arends yang dikutip oleh Kardi dan Nur (2000: 27) Direct instruction memiliki 5 fase atau tahap pembelajaran, yaitu : “ estlabishing set, demonstrating, guided practice, feedback, dan extended practice”. Menurut Kardi dan Nur (2000: 27) uraian lengkap dari pengembangan kelima fase tersebut, yaitu : 1) Menyampaikan tujuan dan menyiapkan siswa Tujuannya yaitu untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan dan mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah dimilikinya yang relevan dengan pokok pembicaraan yang akan dipelajari, serta untuk memotivasi mereka agar berperan serta dalam kegiatan pembelajaran. Penyampaian tujuan kepada siswa dapat dilakukan guru melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan cara menuliskannya dipapan tulis yang berisi tahap-tahap dan isinya serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap. 2) . Presentasi dan demonstrasi Kunci keberhasilan dalam pembelajaran model direct instruction ialah mempresentasikan informasi sejelas mungkin dan mengikuti langkah-langkah demonstrasi yang efektif. Direct instruction berpegang teguh pada asumsi bahwa sebagian yang dipelajari (hasil belajar) berasal dari mengamati orang lain agar dapat mendemontrasikan suatu konsep atau keterampilan dengan baik, guru perlu sepenuhnya menguasai konsep atau keterampilan yang akan didemonstrasikan dan berlatih melakukan demostrasi untuk menguasai komponen-komponennya. 3) Memberikan latihan terbimbing Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan retensi, membuat belajar berlangsung dengan lancar, dan memungkinkan siswa menerapkan konsep/ atau keterampilan pada situasi yang baru. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menerapkan dan melakukan pelatihan antara lain : a) Menugasi siswa melakukan latihan singkat dan bermakna b) Memberikan pelatihan kepada siswa sampai benar-benar menguasai konsep/ keterampilan yang dipelajari c) Memberikan kelebihan dan kekurangan pada seluruh latihan serta menyelesaikan latihan pada tingkat awal. d) commit to user 4) Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk memberikan umpan balik, misalnya secara lisan, tes dan komentar tertulis. Tanpa umpan balik yang spesifik, siswa tidak mungkin dapat memperbaiki kekurangannya dan tidak dapat mencapai tingkat penguasaan ketrampilan yang mantap. Menyediakan umpan balik yang efektif dapat ditempuh dengan cara : a) Menyediakan umpan balik sesegera mungkin b) Memberikan umpan balik yang spesifik c) Umpan balik ditujukan langsung pada tingkah laku d) Menjaga umpan balik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa e) Memberikan pujian dan umpanbalik pada kinerja yang benar f) Apabila memberi umpan balik negatif, guru perlu menunjukkan bagaimana tampilan yang benar g) Membantu siswa memusatkan perhatiannya pada proses dan bukan pada hasil h) Mengajari siswa cara memberi umpan balik kepada dirinya sendiri dan bagaimana menilai keberhasilan kinerjanya sendiri 5) Memberikan kesempatan latihan mandiri Guru memberikan tugas kepada siswa untuk menerapkan keterampilan yang baru saja diperoleh secara mandiri, kegiatan ini dilakukan oleh siswa secara pribadi yang dilakukan dirumah atau diluar jam pelajaran. Menurut Daniel Muijs dan David Reynold yang dikutip oleh Agus Suprijono (2009: 50), Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada tiap fase dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 1 : Fase-Fase Model Pembelajaran Direct Instruction FASE-FASE
PERILAKU GURU
Fase 1 : Estabilishing Set Menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik Fase 2 : Demonstrating Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan Fase 3 : Guided Practice Membimbing pelatihan Fase 4 : Feed back Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik Fase 5 : Extended Practice Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan
Menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, mempersiapkan peserta didik untuk belajar Mendemonstrasikan keterampilan yang benar, menyajikan informasi tahap demi tahap Merencanakan dan memberi pelatihan awal
Mengecek apakah peserta didik telah berhasil melakukan tugas dngan baik, memberi umpan balik Mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dalam kehidupan sehari-hari commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kelima fase dalam pengajaran langsung dapat dijelaskan secara detail seperti berikut : 1) Menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik Menjelaskan tujuan para siswa perlu mengetahui dengan jelas, mengapa mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu, dan mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan setelah selesai berperan serta dalam pelajaran itu. 2) Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan Kunci keberhasilan pada fase ini yaitu mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan sejelas mungkin dan mengikuti langkah-langkah demonstrasi yang efektif. 3) Memberikan latihan terbimbing Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung adalah cara guru mempersiapkan dan melaksanakan “pelatihan terbimbing.” Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan retensi, membuat belajar
berlangsung
dengan
lancar,
dan
memungkinkan
siswa
menerapkan konsep/ keterampilan pada situasi yang baru atau yang penuh tekanan. 4) Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik Pada pengajaran langsung, fase ini mirip dengan apa yang kadangkadang disebut umpan balik. Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk memberikan umpan balik kepada siswa. 5) Memberikan kesempatan untuk
pelatihan lanjutan dan penerapan
Kebanyakan latihan mandiri yang diberikan kepada siswa sebagai fase akhir pelajaran pada pengajaran langsung adalah pekerjaan rumah. Pekerjaan rumah atau berlatih secara mandiri, merupakan kesempatan bagi siswa untuk menerapkan keterampilan baru yang diperolehnya secara mandiri.
Menurut Asep Jihad dan Abdul Haris (2009:27) ciri utama yang dapat to user terlihat pada saat melaksanakancommit pengajaran langsung adalah sebagai berikut:
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1 . Tugas perencanaan a . Merumuskan tujuan pengajaran b . Memilih isi Guru harus mempertimbangkan berapa banyak informasi yang akan diberikan pada siswa kurun waktu tertentu. Guru harus selektif dalam memilih konsep yang diajarkan dengan model pengajaran langsung. c . Melakukan analisis tugas Dengan menganalisis tugas, akan membantu guru menentukan dengan tepat apa yang perlu dilakukan siswa untuk melaksanakan keterampilan yang akan dipelajari. Ini bukan berarti bahwa seorang guru harus melakukan analisis tugas untuk setiap keterampilan yang diajarkan. Hal ini disebabkan karena waktu yang tersedia terbatas. d . Merencanakan waktu Guru harus memperhatikan bahwa waktu yang disediakan sepadan dengan kemampuan dan bakat siswa, dan memotivasi siswa agar mereka tetap melakukan tugas-tugasnya dengan perhatian yang optimal. 2 . Penilaian pada model pengajaran langsung Grounlund (1982) memberikan 5 prinsip dasar yang dapat membimbing guru dalam merancang system penilaian sebagai berikut: a . sesuai dengan tujuan pengajaran b . Mencakup semua tugas pengajaran c . Mengunakan soal tes yang sesuai d . Buatlah soal sevalid dan sereliabel mungkin e . Memanfaatkan hasil tes untuk memperbaiki proses belajar mengajar berikutnya. c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Direct Instruction Menurut Yuli Sulisnayanti (2009: 47) model pembelajaran direct instruction memiliki kelebihan dan kelemahan antara lain: 1) Kelebihannya model pembelajaran direct instruction, yaitu a) Guru bisa mengontrol urutan dan keleluasaan materi pembelajaran, dengan demikian dapat diketahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan. b) Melalui model direct instruction selain siswa dapat mendengar melalui penuturan tentang suatu materi pelajaran, siswa juga bisa melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi). c) Siswa
dapat
aktif
terlibat
dalam
proses
pembelajaran
dengan
diberikannya waktu untuk latihan mandiri dan diskusi serta kegiatan commit to user pendemonstrasian siswa itu sendiri.
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d) Model ini dapat digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar. 2) Di samping memiliki kelebihan, model direct instruction juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya: a) Model ini hanya mungkin dapat dilakukan untuk mata pelajaran tertentu dan membutuhkan waktu yang relatif cukup lama agar semua siswa dapat berpartisaipasi selama proses pembelajaran. b) Model ini tidak mungkin bisa mengatasi perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, hubungan sosialisasi, dan lain sebagainya. c) Keberhasilan penerapan model ini sangat terbatas oleh kemampuan guru dalam mengelola kelas dan menanamkan konsep materi kepada siswa d) Oleh karena gaya komunikasi kadang lebih banyak terjadi secara satu arah, maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi menjadi sangat terbatas.
B. Penelitian Yang Relevan Beberapa penelitian yang relevan berkaitan dengan penelitian tindakan kelas menggunakan model pembelajaran direct instruction dan berkaitan dengan mata pelajaran sablon antara lain: 1. Hasil penelitian menunjukkan sikap positif siswa selama pembelajaran ditunjukkan dengan sering mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru/ siswa (97.55%), sering membaca buku/ LKS (99.18%), sering melaksanakan tugas kelompok (100%), sering menulis sesuai dengan proses belajar mengajar (100%). Sedangkan respon siswa terhadap model pembelajaran yang dilakukan guru secara umum 61.42% siswa menyatakan setuju. Pembelajaran direct instruction disertai diskusi dapat meningkatkan pemahaman konsep kimia pada materi pokok laju reaksi. Hal ini dapat dilihat melalui peningkatan rata-rata nilai siswa dari tes awal (1.83), tes siklus I (4.99), dan tes siklus II (7.03). 2. Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kualitas to user hasil) melalui penerapan metode pembelajaran akuntansi (baik commit proses maupun
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran Direct Instruction. Hal tersebut terefleksi dari beberapa indikator sebagai berikut: (1) keaktifan siswa dalam apersepsi menunjukkan peningkatan dari 48.7 % atau 19 siswa menjadi 87 % atau 34 siswa. (2) Selama proses pembelajaran berlangsung siswa yang menunjukkan keaktifan mereka sebanyak 18 siswa pada siklus I sedangkan pada siklus II sebanyak 32 siswa, (3) Dalam ketelitian dan ketepatan menyelesaikan soal pada siklus I terdapat 17 siswa, pada siklus II terdapat 33 siswa. (4) Adanya peningkatan pencapaian hasil belajar siswa dari 59.5% atau 22 siswa menjadi 86,8% atau 33 siswa. 3. Hasil
penelitian
menunjukan
bahwa
terdapat
peningkatan
kualitas
pembelajaran akuntansi (baik proses maupun hasil) melalui penerapan model pembelajaran Direct Instruction. Hal tersebut terefleksi dari beberapa indikator sebagai berikut: (1) keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan atau ide selama proses belajar mengajar yaitu sebanyak 23 siswa (67,65%) pada siklus I menjadi 26 siswa (73,53%) pada siklus II. (2) Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung yaitu 24 siswa (70,59%) pada siklus I menjadi 28 siswa (82,35%) pada siklus II. (3) Keaktifan siswa dalam mendemonstrasikan tugas ke depan kelas yaitu 23 siswa (67,65%) pada siklus I menjadi 25 siswa (76,47%) pada siklus II. (4) Nilai ratarata kelas pada observasi awal adalah 72,06, meningkat menjadi 80 di siklus I dan 86,62 di siklus II. Pada siklus I nilai rata-rata kelas 80, sebanyak 29 siswa (85,3%) mendapat nilai di atas 68 dari 80% target yang direncanakan. Pada siklus II nilai rata-rata kelas 86,62 sehingga terjadi peningkatan dibanding siklus I. Sebanyak 34 siswa (100%) sudah mencapai nilai di atas 68 dari 80% target yang direncanakan Dari hasil ketiga penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran direc instruction dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, selain itu pemahaman siswa terhadap materi juga meningkat. Hal ini sejalan dengan kebutuhan permasalahan penelitian ini yaitu untuk meningkatkan prestasi belajar sablon (cetak saring). Dengan demikian, peningkatan prestasi commitmodel to userpembelajaran direc instruction.. belajar siswa dapat ditingkatkan melalui
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Kerangka Berfikir Kerangka berpikir merupakan alur penalaran yang sesuai dengan tema dan masalah penelitian serta didasarkan pada kajian teoritis. Kerangka berpikir ini digambarkan dengan skema secara holistik dan sistematik. Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan peneliti dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut : Konsep-konsep dalam mata pelajaran sablon itu tersusun mulai dari yang mendasar atau mudah sampai pada yang paling sukar. Teknik cetak saring (sablon) membutuhkan pemahaman yang sangat mendalam dan prosesnya secara bertahap dari proses ke proses berikutnya. Mata pelajaran Sablon (cetak saring) mengkaji mengenai proses dan teknik cetak untuk memindahkan suatu citra ke atas berbagai jenis media atau bahan cetak seperti: kertas, kayu, metal, kaca, kain, plastik, kulit, dan lain-lain. Sablon membutuhkan ketrampilan serta kefokusan agar dapat mempelajari proses dan teknik dalam menyablon (cetak saring). Siswa akan dihadapkan pada kasus-kasus yang membutuhkan pemahaman tentang prosedur proses menyablon dari awal sampai akhir dimana semua itu tidak akan cukup bila dipelajari dengan cara menghafal dari buku dan hanya mendengarkan materi secara global, oleh karena itu siswa perlu diberikan dasar-dasar yang kuat mengenai teknik menyablon. Berdasarkan pengamatan pada siswa kelas X SMK 9 Surakarta dalam pembelajaran sablon yaitu pembuatan desain awal belum menunjukan hasil yang baik. Pembelajaran sablon masih menggunakan model konvensional seperti metode ceramah dan dalam praktik belum bisa terarah dengan baik. Metode ceramah sebenarnya bisa diterapkan dalam pembelajaran, namun metode ini kurang memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan model konvensional masih didominasi oleh guru sehingga akses siswa untuk berkembang dan aktif dalam pembelajaran menjadi terbatas. Pembelajaran sablon yang ada juga kurang inovatif dan variatif sehingga dapat menjenuhkan siswa. Hal ini berdampak pada commit to user kurangnya konsentrasi siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga penguasaan
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
siswa terhadap materi yang disampaikan guru juga kurang optimal. Penguasaan materi pembelajaran yang tidak optimal ini menyebabkan prestasi belajar siswa juga tidak optimal. Dalam pembelajaran sablon siswa dituntut untuk dapat memahami sebuah konsep menyablon sehingga diperoleh pemahaman yang bersifat tahan lama dan teknik-teknik menyablon (cetak saring), bukan hanya menghafal teori oleh karena itu, diperlukan berbagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran antara lain dengan menggunakan model yang tepat. Pemilihan model yang tepat akan membuat siswa lebih mudah memahami konsep atau materi. Salah satu model pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif dalam pembelajarn sablon adalah model pembelajaran direct instruction. Model pembelajaran direct instruction mengarah pada dunia akademis yaitu metode pengajar yang menggunakan materi yang terstruktur dan berkelanjutan. Pada metode ini tujuan pada aktivitas pengajaran adalah tingkat pemahaman konsep pelajaran bagi siswa, alokasi waktu untuk instruksi cukup dan kontinue, isi materi berkembang, performance siswa dimonitor dan feedback pada siswa diberikan segera dan berorientasi akademis. Berdasarkan pada kajian teori dan tema yang diambil dalam masalah penelitian diatas dan sesuai dengan judul masalah penelitian, yaitu : “Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Sablon (Cetak saring) Melalui Model Pembelajaran Direct Instruction (DI) Pada Siswa Kelas X Program Keahlian DKV SMK N 9 Surakarta Tahun Pelajaran 2011”. maka kerangka pemikirannya dapat digambarkan sebagai berikut:
commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kondisi Awal 1. Pembelajaran kurang menarik 2. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran kurang. 3. Prestasi belajar siswa kurang optimal.
Tindakan PTK
Kelebihan Model Pembelajaran Direct Instruction . 1. Guru bisa mengontrol urutan dan keleluasaan materi pembelajaran, dengan demikian dapat diketahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan 2. Melalui model direct instruction selain siswa dapat mendengar melalui penuturan tentang suatu materi pelajaran, siswa juga bisa melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi). 3. Siswa dapat aktif terlibat dalam proses pembelajaran dengan diberikannya waktu untuk latihan mandiri dan diskusi serta kegiatan pendemonstrasian siswa itu sendiri. 4. Model ini dapat digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar 5. Peningkatan kemampuan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural siswa.
Kondisi Akhir Prestasi belajar sablon siswa meningkat ditunjukkan dengan tercapainya KKM serta meningkatnya nilai akhir siswa. commit to user Gambar 2: Kerangka Berfikir Penerapan Model Direct Instruction
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap suatu persoalan. Berdasarkan landasan teori yang mencakup tinjauan pustaka, hasil penelitian yang relevan serta kerangka pemikiran, maka dapat penulis rumuskan hipotesis sebagai berikut ”Penerapan Model Pembelajaran Direct Instruction Dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Sablon (cetak saring) pada Siswa Kelas X Program keahlian DKV SMK N 9 Surakarta Tahun Ajaran 2011
commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK N 9 Surakarta Tahun Pelajaran 2011, yang beralamat di Jalan Tarumanegara, Banyuanyar. Alasan pemilihan sekolah ini sebagai tempat penelitian karena pertama, sekolah tersebut belum pernah dipergunakan
sebagai
objek penelitian sejenis
sehingga terhindar dari
kemungkinan penelitian ulang. Kedua, terdapat permasalahan rendahnya prestasi hasil belajar sablon (cetak saring). 2. Waktu Penelitian Peneliti merencanakan pelaksanaan penelitian dari bulan Februari 2011 sampai Juni 2011. Waktu ini meliputi kegiatan persiapan sampai penyusunan laporan penelitian, dengan jadwal sebagai berikut: Tabel 2 : Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Dalam Penelitian Jenis Kegiatan
Februari 2011
Maret 2011
1. Persiapan Penelitian a. Penyusunan Judul b. Penyusunan Proposal c. Perijinan 2. Perencanaan Tindakan 3. Implementasi Tindakan a. Siklus I b. Siklus II 4. Review 5. Penyusunan Laporan
commit to user
April 2011
Mei 2011
Juni 2011
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Subyek dan Obyek Penelitian
1. Subyek Penelitian Subjek penelitian adalah siswa kelas X pada Program keahlian DKV di SMK Negeri 9 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Jumlah siswa 33 yang terdiri dari siswa laki-laki 19 orang dan jumlah siswa perempuan 14 orang. 2. Obyek Penelitian Obyek pada penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah berbagai kegiatan yang terjadi di dalam kelas selama berlangsungnya proses belajar mengajar yang terdiri dari: a. Pemilihan model/metode pembelajaran b. Pelaksanaan model/metode pembelajaran yang dipilih c. Suasana belajar saat berlangsungnya proses belajar mengajar d. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran e. Prestasi proses pembelajaran
C. Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam PTK berupa segala gejala atau peristiwa yang mengandung informasi yang berkaitan dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Data tersebut meliputi data sekolah, data siswa, nilai hasil belajar dan keaktifan siswa. Data penelitan dikumpulkan dari berbagai sumber yang meliputi: 1. Informan Informan merupakan orang yang dapat memberikan informasi yang lebih lengkap dan rinci yang berkaitan dengan penelitian sehingga dapat diperoleh data yang obyektif. Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini yang menjadi informan adalah guru dan siswa kelas X program keahlian DKV di SMK Negeri 9 Surakarta tahun ajaran 2010/2011. commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Tempat atau Lokasi Tempat atau lokasi menjadi sumber informasi karena dalam pengamatan harus sesuai dengan konteksnya dan setiap situasi sosial melibatkan tempat atau sumber lokasinya. Tempat atau lokasi tindakan ini adalah sekolah dan ruang kelas X Program keahlian DKV SMK N 9 Surakarta. 3. Peristiwa Melalui pengamatan pada peristiwa atau aktivitas, penelitian bisa mengetahui proses bagaimana sesuatu terjadi secara lebih pasti karena menyaksikan sendiri secara langsung. Peristiwa dalam penelitian ini adalah proses kegiatan belajar mengajar sablon (cetak saring) pada siswa X Program keahlian DKV SMK N 9 Surakarta. 4. Dokumen dan Arsip Dokumen dan arsip juga merupakan sumber data yang penting artinya dalam penelitian tindakan kelas ini. Dokumen dan arsip sebagai sumber data yang dapat membantu peneliti dalam mengumpulkan data penelitian
tindakan
kelas
ini,
yaitu;
silabus,
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), dan hasil pekerjaan siswa. Dalam hal ini siswa kelas X Program keahlian DKV SMK N 9 Surakarta tahun ajaran 2011.
D.
Pendekatan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang merupakan suatu penelitian praktis bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. Dalam bahasa inggris PTK diartikan dengan Classroom Actions Research, disingkat CAR. Menurut pendapat Ebbut yang dikutip oleh Kasihani Kasbolah (2001: 9), “Penelitian tindakan kelas merupakan studi yang sistematis yang dilakukan dalam upaya memperbaiki praktik-praktik dalam pendidikan dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi dari tindakan tersebut”. Menurut Hopkins (1993) yang dikutip oleh Prof. Suhardjono (2008:64) secara garis besar terdapat empat kegiatan utama yang ada commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pada setiap siklus, yaitu 1) perencanaan, 2) tindakan, 3) pengamatan, dan 4) refleksi yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Permasalahan
Perencanaan tindakan I
Pelaksanaan Tindakan I
Siklus I
Permasalahan Baru Hasil Refleksi
Siklus II
Apabila Permasalahan belum terselesaikan
Refleksi I
Pengamatan/ Pengumpulan data I
Perncanaan Tindakan II
Pelaksanaan Tindakan II
Refleksi II
Pengamatan/ Pengumpulan data II II
Dilanjutkan ke Siklus Selanjutnya
Gambar 3: Siklus PTK (Suharsimi Arikunto dkk, 2008: 74) Keterangan: 1. Perencanaan Tahapan ini berupa menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan. Secara rinci, pada tahapan perencanaan terdiri dari kegiatan sebagai berikut: Mengidentifikasi cara menganalisis masalah, yaitu secara jelas dapat dimengerti masalah apa yang akan diteliti. Masalah tersebut harus benar-benar commit to user faktual terjadi di lapangan, masalah bersifat umum di kelasnya, masalah cukup
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Penting dan bermanfaat bagi peningkatan mutu hasil pembelajaran, dan masalah pun harus dalam jangkauan kemampuan peneliti. b. Menetapkan alasan mengapa penelitian tersebut dilakukan, yang akan melatarbelakangi PTK. c. Merumuskan masalah secara jelas, baik dengan kalimat tanya maupun kalimat pernyataan. d. Menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban, berupa rumusan hipotesis tindakan. Umumnya dimulai dengan menetapkan berbagai
alternatif tindakan
pemecahan masalah,
kemudian dipilih tindakan yang paling menjanjikan hasil terbaik dan yang dapat dilakukan oleh guru. e. Menentukan menjabarkan
cara
untuk
menguji
indikator-indikator
hipotesis
tindakan
dengan
keberhasilan
serta
berbagai
instrument pengumpul data yang dapat dipakai untuk menganalisis indicator keberhasilan itu. f. Membuat secara rinci rancangan tindakan. 2. Tindakan Pada tahap ini, rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran akan diterapkan. Skenario atau rancangan tindakan yang akan dilakukan, hendaknya dijabarkan serinci mungkin secara tertulis. Rincian tindakan itu menjelaskan (a) langkah demi langkah kegiatan yang akan dilakukan,(b) kegiatan yang seharusnya dialakukan oleh guru,(c) kegiatan yang diharapkan dilakukan oleh siswa, (d) rincian tentang jenis media pembelajaran yang akan digunakan dan cara menggunakannya, (e) jenis intrumen yang akan digunakan untuk pengumpulan data/pengamatan disertai dengan penjelasan rinci bagaimana menggunakannya. 3. Observasi Tahap ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Pada tahap ini, peneliti melakukan commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilaksanakan dengan menggunakan format observasi/ penilaian yang telah disusun, termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario tindakan dari waktu ke waktu serta dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kualitatif (hasil tes, kuis, presentasi, nilai tugas, dan lain-lain) atau data kuantitatif yang menggambarkan kretifitas siswa, antusias siswa, mutu diskusi yang dilakukan, dan lain sebagainya. Data yang dikumpulkan hendaknya dicek untuk mengetahui keabsahannya. Data yang telah terkumpul memerlukan analisis, baik untuk mempermudah penggunaan maupun dalam penarikan kesimpulan. Untuk hal ini berbagai teknik analisis statistika dapat digunakan. 4. Refleksi Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Refleksi dalam PTK menyangkut analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dari proses refleksi maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui Siklus berikutnya yang meliputi kegiatan perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga permasalahan dapat teratasi.
E. Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan pengumpulan data peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Observasi Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Jenis observasi yang dilakukan adalah observasi partisipasi yaitu observasi dimana observer terlibat langsung secara aktif terhadap obyek yang diteliti. Observasi digunakan untuk mengamati kondisi to user perbaikan pembelajaran sablon. awal sebelum dan pada saatcommit diadakannya
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Observasi dilakukan oleh peneliti di kelas X DKV dengan mengambil tempat duduk paling belakang sehingga dengan posisi ini peneliti dapat lebih leluasa melakukan pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran. a. Observasi awal yang dilakukan untuk mengetahui data mengenai suasana
proses belajar mengajar yang dimana dari hasil observasi awal ditemukan guru mendominasai dalam proses belajar mengajar di kelas dan masih menggunakan metode konvensional yaitu metode ceramah. b. Observasi dilakukan setelah pelaksanaan tindakan untuk mengetahui
kekurangan
pada
saat
proses
pembelajaran,
sehingga
nantinya
memperbaiki tindakan selanjutnya. 2. Tes Tes menurut Suharsimi Arikunto (2006: 223) untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan objek yang diteliti. Tes menurut Asep Jihad dan Abdul Haris (2009:67) Tes merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab, harus ditanggapi, atau tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang dites. Tes digunakan untuk mengukur sejauh mana seorang siswa telah menguasai pelajaran yang disampaikan terutama meliputi aspek pengetahuan dan ketrampilan. Tes dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahuai perkembangan atau keberhasilan pelaksanaan tindakan melalui model pembelajaran direct instruction yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. F. Prosedur Penelitian Prosedur Penelitian merupakan tahap-tahap yang ditempuh dalam penelitian dari awal sampai akhir secara urut. Tujuan pokok yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah prestasi belajar sablon pada siswa kelas X Program keahlian DKV SMK Negeri 9 Surakarta melalui penerapan model pembelajaran direct instruction. Dengan demikian prosedur yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang direncanakan berlangsung selama dua siklus. Adapun Tahap-tahap tersebut meliputi: 1. Tahap Pengenalan Masalah to user Kegiatan yang dilakukancommit oleh peneliti pada tahap ini adalah :
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Mengidentifikasi masalah b. Menganalisis masalah secara mendalam dengan mengacu pada teoriteori yang relevan 2. Tahap Persiapan Tindakan Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan yang meliputi : a. Penyusunan jadwal penelitian b. Penyusunan
bentuk
tindakan
yang
sesuai
dengan
rencana
pembelajaran c. Penyusunan soal evaluasi 3. Tahap Penyusunan Rencana Tindakan Rencana tindakan disusun dalam dua siklus, yaitu : siklus I, dan siklus II Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi, serta tahap analisis dan refleksi. 4. Tahap Implementasi Tindakan Dalam tahap ini peneliti melaksanakan hipotesis tindakan dengan menerapkan model pembelajaran direct instruction, yakni untuk meningkatkan pestasi belajar sablon. Hipotesis tindakan ini dimaksudkan untuk menguji kebenarannya melalui tindakan yang telah direncanakan. 5. Tahap Pengamatan Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap siswa yang sedang melakukan kegiatan belajar-mengajar dibawah bimbingan guru. Pengamatan dapat dilakukan secara beiringan bahkan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan (interpretasi metode). 6. Tahap Penyusunan Laporan Pada tahap ini peneliti menyusun laporan dari semua kegiatan yang telah dilakukan selama penelitian.
commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
G. Proses Penelitian Indikator yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatnya prestasi belajar sablon pada siswa kelas X Program keahlian DKV SMK Negeri 9 Surakarta melalui penerapan model pembelajaran direct instruction. penelitian ini dilakukan secara berulang dan berkelanjutan sampai tujuan penelitian dapat tercapai. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) Perencanaan Tindakan, (2) Pelaksanaan Tindakan, (3) Observasi dan Interpretasi, dan (4) Analisis dan Refleksi untuk perencanaan siklus berikutnya. Dalam penelitian ini, direncanakan dalam dua siklus, diantaranya: I.
Siklus Pertama (I) a. Tahap Perencanaan Tindakan 1. Memutuskan sasaran dan tujuan. Tujuan yang ingin dicapai dari pembelajaran ini adalah dapat meningkatkan prestasi belajar sablon (cetak saring) melalui model pembelajaran drict instruction (DI). 2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan materi sablon. b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Tahap pelaksanaan tindakan ini merupakan penerapan dari perencanaan
skenario pembelajaran yang telah disusun. Pelaksanaan dilakukan dalam satu siklus sebanyak tiga kali pertemuan, dan setiap pertemuan masing-masing 2 x 45 menit. Pada model pembelajaran direc instruction terdapat fase-fase meliputi: Fase 1 Estabilishing Set yaitu menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik. Penyampaian tujuan kepada siswa dijelaskan bahwa dilaksanakan pembelajaran sablon (cetak saring) agar siswa dapat menguasai pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural berkenaan dengan sablon (cetak saring). Penyampaian tujuan kepada siswa dilakukan guru melalui rangkuman rencana pembelajaran sablon (cetak saring). Fase 2 Demonstrating yaitu menjelaskan konsep mengenai pengetahaun deklaratif yang meliputi pengenalan alat dan bahan mulai dari bahan dan alat commit user membuat klise, bahan dan alat untuktomengafdruk, serta alat dan bahan untuk
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mencetak sablon, dilaksanakan pada siklus I pertemuan pertama, setelah dijelaskan mengenai alat dan bahan yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif, tahap selanjutnya yaitu dijelaskan mengenai pengetahuan prosedural yang meliputi teknik membuat klise cetak saring, selanjutnya proses dan langkah mengafdruk pada siklus I pertemuan ke dua dan proses dan langkah kerja mencetak sablon satu warna dan multi warna siklus I pertemuan ke tiga. Fase 3 Guided Practice membimbing pelatihan, hal ini berkaitan dengan pengetahuan prosedural yang meliputi teknik membuat klise cetak saring proses dan langkah mengafdruk, mencetak sablon satu warna dan multi warna. Pada tahap ini guru menentukan kelompok siswa dengan contoh praktik dalam beberapa langkah. Terjadi Tanya jawab kemudian dari hasil diskusi guru memberikan koreksi terhadap kesalahan dan memberikan masukan yang berkaitan dengan hasil karya siswa. Fase 4 Feed Back mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik hal tersebut dilakukan bersamaan dengan berlangsungnya proses pembelajaran sablon dengan menggunakan model pembelajaran direct instruction. Pada tahap ini dilaksanakan berkaitan dengan pengetahuan prosedural dimana dalam praktik ini siswa masih di bawah bimbingan guru dalam membuat klise proses mengafdruk serta mencetak satu dan multi warna, guru menggilir siswa untuk praktik dan mengamati praktik. Guru memberikan tanggapan berupa pujian, dan memberikan masukan terhadap hasil karya siswa Fase 5 Extended Practice memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan. Pada fase ini siswa melakukan praktik secara mandiri, guru memberikan tanggapan di akhir rangkaian agar siswa lebih aktif bertanya dan berusaha mengatasi kendala-kendala yang dihadapi pada saat praktik. Mandiri.
commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Secara rinci urutan fase-fase dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut: Fase-Fase
Prilaku Guru
Proses Pelaksanaan
Fase 1 : Estabilishing Set Menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik
Menjelaskan tujuan dan memotivasi. Penyampaian tujuan kepada siswa dijelaskan bahwa dilaksanakan pembelajaran sablon (cetak saring) agar siswa dapat menguasai pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural berkenaan dengan sablon (cetak saring) Mendemonstrasikan pengetahuan sablon (cetak saring), mengenai pengetahaun deklaratif yang meliputi pengenalan alat dan bahan mulai dari bahan dan alat membuat klise, bahan dan alat untuk mengafdruk, serta alat dan bahan untuk mencetak sablon Merencanakan dan memberi pelatihan awal guru menjelakan pengetahuan prosedural meliputi teknik membuat klise cetak saring proses dan langkah mengafdruk, mencetak sablon satu warna dan multi warna Guru memberikan latihan terbimbing. Mengecek apakah peserta didik telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik. pengetahuan prosedural dimana dalam praktik ini siswa masih di bawah bimbingan guru dalam membuat klise proses mengafdruk serta mencetak satu dan multi warna, guru menggilir siswa untuk praktik dan mengamati praktik. Praktik mandiri tahap ini guru Mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan secara mandiri, setelah melakukan latihan terbimbing.
Tahap Pelaksanaan
Fase 2 : Demonstrating Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan
Fase 3 : Guided Practice Membimbing pelatihan
Fase 4 : Feed back Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
Fase 5 : Extended Practice Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan
Tahap Pelaksanaan
Tahap Pelaksanaan
Tahap Pelaksanaan
Tahap Pelaksanaan
Gambar 4: Skema proses pelaksanaan model pembelajaran direct instuction
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
39 digilib.uns.ac.id
c. Tahap Observasi Tahap ini dilakukan bersamaan dengan berlangsungnya proses pembelajaran sablon (cetak saring) melalui model pembelajaran direct instruction. Tahap ini dilakukan dengan cara mengamati
proses
pembelajaran dan mengisi lembar observasi yang telah dipersiapkan sebelumnya. Lembar observasi digunakan untuk mencatat kemampuan pengetahuan deklaratif dan prosedural pada siswa yang terjadi selama pembelajaran berlangsung pada siklus I. Hasil observasi selama proses pembelajaran digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai selama pelaksanaan siklus I berlangsung. d. Tahap Analisis Dan Refleksi Tahap ini dilakukan dengan menganalisis hasil observasi dan interpretasi sehingga diperoleh kesimpulan terhadap proses pembelajaran pada siklus I berakhir, maka diadakan analisis terhadap semua data yang diperoleh di lapangan selama siklus I berlangsung. Refleksi pada siklus I dilakukan dengan menganalisis masalah-masalah yang muncul selama proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran direct instruction. Berdasarkan masalah-masalah yang muncul pada siklus I, maka dapat ditentukan apakah tindakan yang dilaksanakan sebagai pemecahan masalah sudah mencapai tujuan atau belum. Melalui refleksi inilah ditentukan untuk melakukan siklus lanjutan jika indikator belum tercapai dengan sempurna semua. 2. Siklus Kedua (II) Pada siklus II Merencakan tindakan yang dilakukan pada siklus II yang mendasarkan pada hasil refleksi siklus I, sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut dengan materi pembelajaran sesuai dengan silabus mata pelajaran sablon. a. Perencanaan pada siklus II meliputi rencana perbaikan tindakan berdasarkan refleksi pada siklus I. Tahap perencanaan pada siklus II ini peneliti memperbaiki materi yang belum bisa dimengerti siswa commit usermeningkat. sehingga prestasi belajar siswatolebih
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah diperbaiki pada siklus sebelumnya (siklus I). Pelaksanaan pada siklus II dilakukan sesuai dengan skenario pembelajaran dan perencanaan sebelumnya. Siklus II dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan masingmasing selama 2 x 45 menit. c. Mengamati/mengobservasi tindakan kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa. Hasil observasi selama proses pembelajaran digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai selama siklus II berlangsung. d. Melakukan kegiatan refleksi yang mengacu pada siklus sebelumnya. . Hasil refleksi dan data yang diperoleh menjadi bahan evaluasi terhadap keberhasilan dan ketercapaian tujuan tindakan.
commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Setting Penelitian a. Kondisi Sekolah Pada tahun 1993 Pemerintah membuat program untuk mengurangi pengangguran terutama remaja. Pada tanggal 11 Juni 1990 keluarlah SK secara resmi tentang keberadaan SMSR di Surakarta dengan dikeluarkanya SK No-D3 8910 / 1990 untuk mewadahi jurusan Seni Kriya yang ada di SMKI. Pada bulan Juni 1993 SMSR Negeri 9 Surakarta telah menempati gedung – gedung baru yang berada di Jalan Tarumanegara, Banyuanyar, Banjarsari, Surakarta. Pada tahun 2005 nama SMSR Negeri 9 Surakarta sudah berubah menjadi SMK Negeri 9 Surakarta.
Gambar 5: SMK N 9 Surakarta Beralamat di Jalan Tarumanegara, Banyuanyar, Banjarsari, Surakarta (Dokumentasi: Anik Hikmah W, 2011) commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
SMK N 9 Surakarta memiliki 9 bidang keahlian yaitu Seni Murni, Desain Komunikasi Visual (DKV), Desain Produk Logam, Desain Produk Tekstil, Desain Produk Kayu, Tata Busana, Multimedia, Teknik Komputer Jaringan (TKJ), dan Animasi. Sesuai dengan misinya bahwa SMK N 9 Surakarta menyiapkan siswa yang dapat
bersaing
dalam
dunia
kerja
serta
mengembangkan
sikap
profesionalisme dan mampu berwirausaha yang berorientasi kepada standart mutu, nilai – nilai ekonomi serta membentuk etos kerja yang tinggi, produktif, dan kompetitif. SMK N 9 Surakarta merupakan Sekolah Berstandart Internasional (SBI) oleh ISO (International Organization for Standardization). Sarana prasarana Sekolah Menengah Kejuruan Negeri yang terdiri dari 1 ruang Kepala Sekolah, 1 ruang Wakil Kepala Sekolah, 1 ruang Guru, 1 ruang Tata Usaha, 1 ruang BK 1 ruang OSIS, 1 ruang UKS, 1 ruang PMR/Pramuka, 2 KM/WC guru, 4 KM/WC siswa, dan Perpustakaan sebagai fasilitas yang disediakan di SMK. Selain itu untuk ruang belajar terdiri dari 1 Laboratorium bahasa, 2 Laboratorium Komputer, 15 ruang
Belajar, 9 Bengkel atau
Laboratorium Produktif. Selain itu juga terdapat sarana atau fasilitas penunjang antara lain 1 Ruang Ibadah, 2 Kantin Sekolah, 1 Rumah Penjaga, 1 Gudang, 1 Pos Satpam, 1 Lapangan Upacara, 1 Lapangan Basket, 1 Lapangan Voli, 1 Ruang Serbaguna, dan 1 Ruang Baca. b. Kondisi Kelas X Desain Komunikasi Visual (DKV) Program keahlian Desain Komunikasi Visual (DKV) pada tahun pelajaran 2009/2010 menerima siswa sebanyak 35 siswa yang dimasukkan dalam satu kelas namun dua diantaranya keluar sehingga jumlah siswa kelas X Desain Komunikasi Visual (DKV) berjumlah 33 siswa, 19 siswa laki-laki, dan 14 siswa perempuan. Kelas X DKV memiliki dua ruang kelas, dimana masing-masing ruangan yaitu ruang laboratorium komputer untuk mata pelajaran desain grafis, syuting Video, Pridesain, sedangkan ruang kelas digunakan untuk mata pelajaran tertulis seperti matematika, bahasa Indonesia dan lain-lain. Pada mata pelajaran sablon sekolah menyediakan fasilitas berupa bahan dan alat untuk menyablon seperti screen, spon, meja untuk menyablon yang terdiri dari kaca dan lamu serta commit to user untuk sirkulasi udara yang baik, pencepit. Ruang kelas terdapat ventilasi udara
perpustakaan.uns.ac.id
43 digilib.uns.ac.id
sehingga kelas nyaman untuk belajar mengajar. Prasarana lain berupa papan tulis, sebuah meja dan kursi guru, papan Tata Tertib, serta jadwal piket kelas. c. Kondisi Proses Belajar Mengajar Kegiatan pembelajaran dilaksanakan di Ruang Laboratorium komputer dan kelas DKV. Data penelitian diperoleh dari proses pembelajaran teori sablon dan desain awal siswa kelas X Desain Komunikasi Visual (DKV) SMK N 9 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Pelaksanaan penelitian dimulai dari tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi / evaluasi, refleksi, dan perencanaan tindakan dalam siklus berikutnya agar proses pembelajaran menjadi lebih baik. Penelitian yang dilakukan dengan dua siklus pembelajaran dengan model belajar yang sama pada tiap siklusnya yaitu menggunakan Model Pembelajaran Direct Instruction pada materi pembelajaran sablon pokok bahasan membuat desain komunikasi teknik cetak saring. Guru pengampu mata pelajaran sablon tergabung dalam satu tim yang terdiri dari dua orang yaitu: Bapak Harjito, dan Bapak Bowo. Penelitian dimulai dengan melakukan observasi awal terhadap kondisi lingkungan sekolah dan kondisi kelas yang dilakukan pada bulan Januari sampai bulan februari. Berdasarkan pengamatan pada siswa kelas X Program Keahlian Desain Komunikasi Visual (DKV) SMK 9 Surakarta dalam pembelajaran sablon yaitu pembuatan desain awal sablon belum menunjukan hasil yang baik. Pembelajaran sablon masih menggunakan model konvensional seperti metode ceramah dan dalam praktik belum bisa terarah dengan baik. Metode ceramah sebenarnya bisa diterapkan dalam pembelajaran, namun metode ini kurang memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan model konvensional masih didominasi oleh guru sehingga akses siswa untuk berkembang dan aktif dalam pembelajaran menjadi terbatas. Pembelajaran sablon yang ada juga kurang inovatif dan variatif sehingga dapat menjenuhkan siswa. Hal ini berdampak pada kurangnya konsentrasi siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga penguasaan siswa commit to user terhadap materi yang disampaikan guru juga kurang optimal. Penguasaan materi
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran yang tidak optimal ini menyebabkan prestasi belajar siswa juga tidak optimal.
Gambar 6: Proses Belajar Mengajar Mata Pelajaran Sablon (Dokumentasi: Anik Hikmah W, 2011) Pemberian materi melalui metode konvensional seperti metode ceramah yang berulang-ulang, proses pembelajaran menjadi monoton, sehingga materi yang disampaikan oleh guru tidak dapat ditangkap dengan baik oleh siswa. Penerimaan dan penangkapan materi yang kurang baik oleh siswa berakibat pada rendahnya kemampuan siswa. Dalam pembelajaran sablon siswa dituntut untuk dapat memahami sebuah konsep menyablon sehingga diperoleh pemahaman yang bersifat tahan lama dan teknik-teknik menyablon (cetak saring), bukan hanya menghafal teori oleh karena itu, diperlukan berbagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran antara lain dengan menggunakan model yang tepat. Kondisi awal siswa dalam membuat desain sablon tentang membuat desain komunikasi teknik cetak saring telah dilakukan pengamatan pada karya siswa. Karya - karya tersebut antara lain:
commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 3: Nilai pada observasi awal siswa kelas X DKV Mata Pelajaran Sablon No Nama Aspek Penilaian Sablon Afektif Kognitif Psikomotor 1 Aditya Wahyu H 34 55 50 2 Ahmad Zuhrul Umam 75 78 67 3 Alfiani Kristiana Dewi 82 78 67 4 Anggit Waskito Aji 70 78 83 5 Arsha Adhikarto P. 74 67 67 6 Aska Ferdiktya 75 67 67 7 Bayu Dwi Cahyagraha 70 78 67 8 Briyan Wendhi Widayat 75 67 67 9 Christophorus Damian P 60 67 67 10 David Prasetya R 75 67 67 11 Devi Febriana 72 67 67 12 Dian Wahyu Saputro 74 67 67 13 Dina Latifa 54 78 67 14 Ekki Kisnata Fawazia 80 78 67 15 Erni Sawitri 82 67 83 16 Evanissa Desmaratih 75 78 67 17 Frida Dwi Mastuti 76 67 67 18 Handayani 78 67 67 19 Helmi Jauhar Maajid 75 78 67 20 Ibnu Rizal’ Athur 75 78 83 21 Ika Listiana 80 78 67 22 Jamilah Tri Khohari 68 67 67 23 Kuncoro Arsybuwono 60 78 83 24 Mohammad Ridwan 75 78 67 25 Muhammmad Adinda T 75 67 67 26 Muhammad Fajar A 75 78 67 27 Nur Rochman Andhi Np 75 78 67 28 Oktaviyati 72 67 67 29 Reninda Friscilla N 78 78 67 30 Stera Laksana Ramatullah 75 78 67 31 Suryono 75 67 67 32 Tri Wulandari 50 78 67 33 Pramudya DI 75 67 67 Nilai Rata-rata Prosentase %
72 51
commit to user
72 64
68 12
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
100% 90% 80% 70% 60% 50%
Tuntas
40%
Belum
30% 20% 10% 0%
Afektif
Kognitif
Psikomotor
Gambar 7: Garafik abservasi awal mata pelajaran sablon sebelum tindakan dengan menerapkan model pembelajaran direct instruction. Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai siswa kelas X program keahlian DKV pada mata pelajaran sablon dalam nilai afektif siswa yang sudah tuntas 51% atau 17 siswa sedangkan 49% atau 16 belum tuntas, nilai kognitif siswa yang sudah tuntas 64% atau 21 siswa sedangkan 36% atau 12 siswa belum tuntas, dan nilai psikomotor siswa yang sudah tuntas 12% atau 4 sedangkan 88% atau 29 siswa yang belum tuntas. Pengetahuan deklaratif dan prosedural yang sudah diberikan oleh guru
masih belum menunjukkan nilai yang kurang maksimal
dalam proses belajar mengajar dikelas, hal ini terbukti dengan banyak siswa yang nilainya masih dibawah standar yang sudah ditentukan sekolah yaitu 75. Pemilihan model yang tepat akan membuat siswa lebih mudah memahami konsep atau materi. Salah satu model pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif dalam pembelajarn sablon adalah model pembelajaran direct instruction.
commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Deskripsi Hasil Penelitian Proses penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi tindakan. Penelitian pada mata pelajaran sablon dilakukan dalam 2 siklus. Masing– masing siklus terdiri dari tiga kali pertemuan, yang dilakukan pada setiap hari Sabtu pukul 11.30 WIB - 13.30 WIB. Pelaksanaan tiap – tiap siklus dijabarkan sebagai berikut: 1. Siklus 1 a. Perencanaan Tindakan Siklus I Kegiatan perencanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari jum’at tanggal 8 April 2011 dan pada tanggal 12 April 2011di kantor Program keahlian DKV dengan Bapak Harjita dan Bapak Bowo selaku guru mata pelajaran Sablon kelas X program keahlian DKV. Peneliti bersama guru mendiskusikan rencana tindakan yang dilaksanakan dalam proses penelitian ini. Kemudian dari hasil diskusi tersebut disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus I akan dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan, dan dimulai pada hari Sabtu, 17 April 2011. 1) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan dilaksanakan pada proses belajar mengajar (PBM). Sub materi yang akan disampaikan pada siklus I ini adalah : a. Pada pertemuan pertama (2x45 menit) 1. Salam pembuka, mengecek kehadiran siswa 2. Menciptakan suasana kondusif untuk membangkitkan minat siswa dengan mengecek kondisi baik siswa maupun kelas. 3. Memberikan materi yang akan dibahas. 4. Guru menjelaskan materi cetak saring (sablon) secara keseluruhan yaitu fungsi Alat dan bahan yang digunakan dalam proses sablon (cetak saring). 5. Siswa diberi kesempatan untuk memahami materi yang telah commit kesempatan to user disampaikan dan membuka untuk tanya jawab. Kegiatan
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ini
disebut
asimilasi,
dimana
siswa
diharapkan
mampu
mengintegrasikan antara konsep atau pengalaman baru yang mereka lihat saat guru mendemonstrasikan materi ke dalam skema atau pola yang sudah ada di pikirannya. 6. Guru memberikan tugas untuk membuat desain klise tulisan dengan tema DKV secara terbimbing kepada siswa. Guru melakukan pendekatan kepada siswa, dan membantu memberikan penjelasan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam membuat desain tulisan . 7. Guru memonitoring semua pekerjaan siswa. Guru membantu siswa yang belum paham sepenuhnya materi yang diberikan. 8. Guru menyampaikan rencana kegiatan pertemuan mendatang. 9. Salam penutup. b. Pertemuan kedua (2x45 menit) 1. Salam pembuka, mengecek kehadiran siswa 2. Guru menyampaikan rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam pembelajaran cetak saring (sablon). 3. Membahas sedikit materi yang terdahulu dengan tanya jawab kepada siswa untuk menilai pemahaman/konsepsi yang ada pada diri siswa. 4. Guru memberikan soal tes tertulis secara mandiri tentang materi yang telah diberikan, kemudian dilanjutkan dengan prekatek mengafdruk. 5. Guru mendemonstrasikan tahap-tahap mengafdruk 6. Guru memberikan latihan terbimbing pada saat dilaksanakannya praktek mengafdruk, dengan memonitoring hasil pekerjaan siswa jika ada siswa yang mengalami kesulitan dalam praktek mengafdruk. 7. Guru menyampaikan rencana kegiatan pertemuan mendatang. c. Pada petemuan ketiga (2x45 menit) 1. Salam pembuka 2. Mengisi presensi kehadiran siswa commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Menciptakan suasana kondusif untuk membangkitkan minat siswa dengan mengecek kondisi baik siswa maupun kelas. 4. Memberikan materi yang akan dibahas. 5. Guru mendemonstrasikan langkah-langkah mencetak dua warna. 6. Siswa diberi kesempatan untuk memahami materi yang telah disampaikan dan membuka kesempatan untuk tanya jawab. Kegiatan ini
disebut
asimilasi,
dimana
siswa
diharapkan
mampu
mengintegrasikan antara konsep atau pengalaman baru yang mereka lihat saat guru mendemonstrasikan materi ke dalam skema atau pola yang sudah ada di pikirannya. 7. Guru memberikan tugas untuk sisw melaksanakan latiahan secara mandiri. Guru melakukan pendekatan kepada siswa, dan membantu memberikan penjelasan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam mencetak pada kaos dengan dua warna . 8. Guru memonitoring semua pekerjaan siswa. Guru membantu siswa yang belum paham sepenuhnya materi yang diberikan. 9. Salam penutup. b. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, seperti yang telah direncanakan, yaitu pada hari Sabtu, tanggal 16 April 2011, sabtu 30 April 2011 dan Sabtu tanggal 7 Mei 2011. Setiap pertemuan dilaksanakan dengan alokasi waktu 2 x 45 menit sesuai dengan skenario pembelajaran dan RPP di kelas program keahlian DKV. Materi pada pelaksanaan tindakan pada siklus I. Pada pertemuan pertama, guru menjelaskan fungsi dari bahan dan alat yang digunakan dalam cetak saring (sablon), teknik mengafdruk, teknik mencetak dua warna. Pertemuan kedua diisi dengan tes tertulis mengenai materi yang disampaikan pada pertemuan pertama, kemudian dilanjutkan dengan materi berikutnya yaitu praktek mengafdruk. Pertemuan ketiga diisi dengan praktek mencetak desain tulisan DKV pada kaos dengan dua warna. Urutan pelaksanaan tindakan tersebut commit to user adalah sebagai berikut:
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1 Pertemuan Pertama Hari / Tanggal
: Sabtu, 16 April 2011
Waktu
: (11:30 – 13:30 WIB)
Tempat
: Ruang Laboratorium DKV
Pada pertemuan pertama guru mengajak peneliti ke kelas memperkenalkan kepada siswa bahwa dilakukannya penelitian tindakan di kelas untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran sablon. Siswa sudah tidak merasa asing dengan peneliti dikarenakan peneliti sudah pernah melakukan Program Pengalaman Lapangan dikelas, sebelum memulai pelajaran guru menjelaskan bahwa selain jadi peneliti, peneliti juga ikut serta dalam pemberian materi, sehingga peneliti juga ikut mengajar. Urutan pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar a. Guru membuka pelajaran memberi salam kepada siswa, menyapa siswa, menanyakan apakah ada siswa yang tidak masuk, ternyata ada satu siswa yang tidak masuk, karena sakit yaitu Adhitya Wahyu. b. Guru menyampaikan materi teknik cetak saring (sablon) yaitu pengetahuan mengenai fungsi alat-alat yang digunakan dalam teknik cetak saring (sablon), berbagai jenis bahan yang digunakan dalam teknik cetak saring (sablon), dan menjelaskan tahap-tahap dalam teknik cetak saring (sablon). c. Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran
kepada siswa bahwa
dilaksanakan pembelajaran teknik cetak saring (sablon) agar siswa menguasai pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural, guru memeberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya seputar materi teknik cetak saring (sablon) yang akan diberikan, siswa tidak ada yang bertanya. (Estabilishing Set)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
51 digilib.uns.ac.id
Gmbar 8: Guru Menjelaskan Materi Sablon (cetak saring) (Dokumentasi: Anik Hikmah W, 2011) d. Guru memberikan materi tentang cetak saring (sablon). 1. Menjelaskan fungsi alat-alat yang digunakan dalam teknik cetak saring (sablon). 2. Menjelaskan berbagai jenis bahan yang digunakan dalam teknik cetak saring (sablon) 3. Penjelasan mengenai membuat klise 4. Penjelasan tahap-tahap mengafdruk 5. Penjelasan tahap-tahap menyablon dua warna. e. Selama guru berpresentasi siswa menyimak dan mencatat materi yang disampaikan. f. Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya seputar materi yang sudah diberikan kemudian siswa diberikan tugas untuk membuat klise sablon yang akan dicetak pada screen, desain tulisan di gambar pada kertas gambar, kemudian digambar ulang pada kertas kalkir, tugas dilaksanakan secara individu. g. Guru mendampingi siswa apabila siswa mengalami kesulitan dalm proses membuat klise. h. Guru kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk commit kesulitan to user yang dialami selama proses mengungkapkan hambatan/
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran siswa bertanya. Guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk bertanya, namun tidak ada yang bertanya i. Guru memberikan tugas untuk melanjutkan di rumah dalm menggambar ulang gambar di kertas kalkir. j. Guru memberikan informasi mengenai pertemuan yang akan datang yaitu tes tertulis berkaitan dengan materi yang sudah disampaikan dan pelaksanaan praktik mengafdruk. 2.Pertemuan Kedua Hari / Tanggal
: Sabtu, 30 April 2011
Waktu
: (11:30 – 13:30 WIB)
Tempat
:Ruang Laboratorium DKV dan Ruang Kelas
Pada pertemuan kedua proses belajar mengajar dilaksanakan di tiga ruangan yang di mana dalam masing-masing ruang kegiatan yang dilaksanakan berbeda-beda yaitu: 1 Pada Laboratorium Komputer digunakan untuk melaksanakan tes tertulis. 2 Pada
ruangan
gelap
digunakan
untuk
melaksanakan
proses
pencampuran larutan afdruk dan meratakan larutan afrduk pada screen 3 Di luar ruangan digunakan untuk melaksanakan proses penyinaran/ perekaman dan penyemprotan setelah proses penyinaran. Pelaksanaan proses belajar mengajar: a.
Guru membuka pelajaran, menanyakan siswa yang tidak masuk hari ini, siswa menjawab tidak ada, smua siswa hadir, guru menanyakan kesiapan siswa untuk melakukan tes tertulis dan menyampaikan setelah tes selesai akan dilaksanakan praktek mengafdruk.
b.
Guru menyiapkan kertas soal ujian, kemudian membagikan lembar kertas soal ujian kepada semua siswa.
c.
Guru memberikan arahan bahwa dalam tes bersifat individu dan tes dilaksanakan dalam waktu 20 menit.
d.
Tes dilaksanakan selama 20 menit suasana kondusif, siswa tenang dan commitindividu. to user mengerjakan soal tes secara
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e.
Guru menyampaikan kegiatan yang akan dilaksanakan, dengan menyiapkan bahan dan alat untuk praktek mengafdruk.
f.
Praktek Mengafdruk. Sebelum praktik guru mengenalkan alat dan bahan mengafdruk secara langsung dilanjutkan mendemonstrasikan proses mengafdruk.
(Demonstrating), siswa mengamati pada saat
guru mendemostrasikan.
g.
Gambar 9: siswa melakukan proses pencampuran larutan afdruk (Dokumentasi: Nur Vita, 2011) Guru memberikan latihan kepada siswa untuk melakukan proses mengafdruk.
h.
Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya seputar proses mengafdruk.
i.
Siswa dibimbing untuk melakukan proses mengafdruk, guru mendampingi siswa dan membantu siswa apabila siswa mengalami kesulitan. (Guided Practice)
j.
Mengecek apakah peserta didik telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberikan umpan balik. (Feed back)
k.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan lanjutan secara mandiri kepada siswa, setelah melakukan latihan terbimbing. (Extended Practice) commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
l.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan/kesulitan yang dialami selama proses pembelajaran.
m. Guru memberikan informasi tentang kegiatan yang akan dating yaitu proses mencetak/ menyablon dengan dua warna n.
Guru tidak memberikan tugas kepada siswa setelah selesai proses belajar mengajar.
Pada pertemuan kedua semua siswa hadir jumlah siswa yang mengikuti proses belajar mengajar ada 33 siswa. 3. Pertemuan Ketiga Hari / Tanggal
: Sabtu, 7 Mei 2011
Waktu
: (11:30 – 13:30 WIB)
Tempat
:Ruang Laboratorium DKV dan Ruang Kelas
a.
Guru menyiapkan perlengkapan mengajar
b.
Guru membuka pelajaran, guru bertanya mengenai materi yang sudah pernah disampaikan sebelumnya yaitu bahan dan alat cetak saring (sablon) serta kesulitan apa yang dialami saat melaksanakan proses mengafdruk.
c.
Menyampaikan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu mencetak dua warna/menyablon.
d.
Guru mengenalkan alat dan bahan mencetak dua warna secara langsung mendemonstrasikan proses mencetak warna/ menyablon (Demonstrating)
e.
Guru memberikan latihan kepada siswa untuk melakukan proses mencetak. Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya seputar proses mencetak warna.
commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 10: Siswa melaksanakan praktek mencetak dua warna (Dokumentasi: Nur Vita, 2011) Siswa dibimbing untuk melakukan proses mencetak/menyablon, guru
f.
mendampingi siswa dan membantu siswa apabila siswa mengalami kesulitan. (Guided Practice) g.
Mengecek apakah peserta didik telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik. (Feed back)
h.
Guru Mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan secara mandiri kepada siswa, setelah melakukan latihan terbimbing. (Extended Practice)
i.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan/kesulitan yang dialami selama proses pembelajaran. Dalam pertemuan ketiga, semua siswa hadir, jumlah siswa adalah 33,
proses mencetak dilaksanakan di dalam kelas dan semua siswa mengikuti dengan baik. Berikut adalah hasil karya siswa dalam mencetak dua warna
commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 11.: Hasil cetakan sablon dua warna pada Siklus I Karya : Aditya Wahyu H Media : kaos oblong,cat sablon untuk kain Nilai : 61 Aditya Wahyu H
belum mampu melaksanakan teknik mencetak
dengan benar, masih ragu dalam mencetak sehinnga hasil cetakan tidak tepat sasaran sehingga bagian yang lain tercampur dengan warna bagian lain, kaos kotor cat mengenai bagian yang seharusnya tidak dicat dan hasil cetakan warna tidak rata tidak mengenai seluruh bagian desain.
Gambar 12.: Hasil cetakan sablon dua warna pada Siklus I Karya : Kuncoro Arsybuwono Media : kaos oblong,cat sablon untuk kain commit to user Nilai : 78
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kuncoro Arsybuwono baik sudah bisa melaksanakan teknik mencetak tidak ragu dalam memegang rakel sehingga tepat sasaran tapi warna masih belum mengenai semua bagian desain masih ada sedikit sepes kosong dan kaos sedikit kotor.
Gambar 13 : Hasil cetakan sablon dua warna pada Siklus I Karya
: Anggit Waskito Aji
Media : kaos oblong,cat sablon untuk kain Nilai
: 80
Anggit Waskito Aji sudah baik bisa melaksanakan teknik mencetak dengan baik luwes dalam memegang rakel, sehingga tepat sasaranwarna rata tapi masih sedikit kotor .
commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4: Daftar nilai siswa dalam mata pelajaran sablon pada siklus I No
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Aditya Wahyu H Ahmad Zuhrul Umam Alfiani Kristiana Dewi Anggit Waskito Aji Arsha Adhikarto P. Aska Ferdiktya Bayu Dwi Cahyagraha Briyan Wendhi Widayat Christophorus Damian P David Prasetya R Devi Febriana Dian Wahyu Saputro Dina Latifa Ekki Kisnata Fawazia Erni Sawitri Evanissa Desmaratih Frida Dwi Mastuti Handayani Helmi Jauhar Maajid Ibnu Rizal’ Athur Ika Listiana Jamilah Tri Khohari Kuncoro Arsybuwono Mohammad Ridwan Muhammmad Adinda T Muhammad Fajar A Nur Rochman Andhi Np Oktaviyati Reninda Friscilla N Stera Laksana Ramatullah Suryono Tri Wulandari Pramudya DI
Nilai Rata-rata
Prosentase (%)
Aspek Penilaian Mata Pelajaran Sablon Afektif Kognitif Psikomotor 67 89 78 78 78 67 89 78 67 78 78 67 78 89 78 78 78 78 89 89 78 67 78 78 67 78 89 67 78 78 67 78 67
60 80 80 70 75 70 80 80 60 65 85 75 85 85 75 80 75 80 80 80 80 85 70 75 80 75 90 70 75 85 80 85 75
61 80 83 80 83 71 78 74 67 71 74 74 82 80 78 74 83 74 78 83 78 71 80 78 76 83 78 74 71 83 71 71 71
77
77
76
73
79
54
c. Observasi dan Interpretasi Pelaksanaan tindakan penelitian ini bersamaan dengan dilakukannya observasi selama pelaksanaan tindakan. Observasi tersebut dilakukan untuk mengevaluasi penerapan model pembelajaran direct instruction di kelas X commit to userposisi di dalam kelas sebagai guru program keahlian DKV. Peneliti mengambil
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kelas dan berkolaborasi dengan bapak Harjita dan bapak Bowo selaku guru mata pelajaran sablon di kelas X program keahlian DKV agar peneliti dan guru dapat bersama-sama mengamati langsung proses belajar mengajar sablon. Pada pertemuan pertama, kedua dan ketiga yaitu 16 April 2011, sabtu 30 April 2011 dan Sabtu tanggal 7 Mei 2011 guru menyampaikan materi sablon dengan model pembelajaran direct instruction secara jelas dan mengadakan presentasi hasil latihan soal (latihan secara terbimbing) yang diberikan kepada siswa. Dari kegiatan tersebut, deskripsi tentang jalannya proses pembelajaran sablon dengan menggunakan model direct instruction sudah dijelaskan secara rinci dalam pelaksanaan tindakan I. Berikut ini adalah hasil observasi penerapan model pembelajaran direct instruction: 1) Siswa yang tuntas dalam penilaian afektif 73% atau 24 siswa sedangkan 27% atau 9 siswa belum tuntas, penilaian afektif pada mata pelajaran sablon (cetak saring) mencakup ketelitian siswa dalam proses berkarya, kemandirian siswa pada pelaksanaan praktek sablon secara individu, serta keaktifan bertanya mengungkapkan pendapat pada saat proses belajar mengajar. Rata-rata nila siswa dalam penilaian afektif 77. 2) Siswa yang tuntas dalam penilaian kognitif pada ujian tertulis mengenai materi sablon 79% atau 26 siswa tuntas, sedangkan 21% atau 7 siswa belum tuntas pada ujian tertulis. Rata-rata nila siswa dalam penilaian kognitif 77. 3) Siswa yang tuntas pada penilaian psikomotor 55% atau 18 siswa sedangkan 45% atau 15 siswa yang belum tuntas. Penilaian psikomotor mencakup membuat klise sablon, melaksanakan proses afdruk, dan mencetak sablon dengan dua warna. Rata-rata siswa dalam penilaian psikomotor 76.
commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
90% 80% 70% 60% 50%
Tuntas
40%
Belum
30% 20% 10% 0%
Afektif
Kognitif
Psikomotor
Gambar 14 :Grafik Hasil Siklus I pada mata pelajaran sablon (cetak saring) dengan menerapkan metode direct instruction. d. Refleksi Siklus I Berdasarkan hasil siklus yang di amati peneliti melakukan analisis sebagai berikut: 1) Beberapa kelemahan guru yang ditemukan dalam siklus I ini adalah sebagai berikut: a) Kontrol guru dalam pembelajaran masih kurang maksimal sehingga masih banyak siswa yang ramai di dalam kelas, untuk itu guru lebih seharusnya banyak melakukan pendekatan dan monitoring yang merata kepada semua siswa, selain sebagai pengawasan juga agar tidak ada siswa yang merasa kurang diperhatikan. b) Guru belum dapat memonitoring tugas semua siswa, dalam hal ini agar proses pembelajaran berjalan lebih lancar guru di bagi tugas dimana ada yang mengawasi jalannya proses pembelajaran, menjelaskan mengenai materi yang disampaikan dan melihat proses siswa dalm pembelajaran teknik cetak saring (sablon). c) Guru dalam menyampaikan materi dan mendemontrasikan terlalu cepat sehingga banyak yang belum sepenuhnya mengerti, commitsiswa to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam pelaksanaan selanjutnya d siklus II guru dalam penyampaian materi tidak terlalu cepat sampai siswa mengerti, ada sesi untuk bertanya sehinga siswa paham. d) Guru belum memberikan penghargaan kepada siswa yang mampu menyelesaikan tugas dengan benar, teliti, dan lebih cepat dari pada siswa yang lain, guru memberikan pujian agar siswa lebih semangat dan termotivasi siswa merasa diperhatikan. 2) Beberapa kekurangan dari segi siswa dalam siklus I adalah sebagai berikut: a) Beberapa siswa belum berani bertanya mengungkapkan kesulitan yang dialami selama proses belajar mengajar di kelas karena kurang percaya diri. Siswa hanya mau bertanya pada saat guru melakukan pendekatan. Guru lebih banyak melakukan pendekatan, dan sabar dalam menghadapi siswa yang memiliki kemampuan dan sifat yang berbeda. b) Banyak siswa yang masih kurang serius dalam proses praktek, guru harus lebih tegas untuk menegur siswa yang ramai atau yang kurang disiplin terutama pada saat praktek sehingga siswa lebih menghargai guru. Siklus II Penerapan pembelajaran sablon (cetak saring) pada siklus II melalui metode Direct Instruction adalah: a. Perencanaan Tindakan Siklus II Kegiatan perencanaan Tindakan siklus II dilaksanakan pada hari selasa tanggal 10 Mei dan pada hari kamis tanggal 12 di ruang guru program keahlian DKV. Guru bersama peneliti mendiskusikan rancangan tindakan
yang
akan
dilakukan
dalam
penelitian
ini.
Peneliti
mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil analisis dan refleksi dari siklus I terdapat beberapa kekurangan, kemudian disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus II akan dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, yakni to 2011 user dan Sabtu tanggal 28 Mei 2011 tanggal 14 Mei 2011, sabtucommit 21 Mei
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan rancangan peneliti sebagai guru membuat skenario pembelajaran sablon dengan menggunakan model pembelajaran Direct Instruction, skenario pembelajaran tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: a. Pada pertemuan pertama (2x45 menit) 1 Salam pembuka, mengecek kehadiran siswa 2 Menciptakan suasana kondusif untuk membangkitkan minat siswa dengan mengecek kondisi baik siswa maupun kelas. 3 Memberikan materi yang akan dibahas. 4 Guru menjelaskan materi cetak saring (sablon) secara keseluruhan yaitu fungsi Alat dan bahan yang digunakan dalam proses sablon (cetak saring). 5 Siswa diberi kesempatan untuk memahami materi yang telah disampaikan dan membuka kesempatan untuk tanya jawab. Kegiatan ini
disebut
asimilasi,
dimana
siswa
diharapkan
mampu
mengintegrasikan antara konsep atau pengalaman baru yang mereka lihat saat guru mendemonstrasikan materi ke dalam skema atau pola yang sudah ada di pikirannya. 6 Guru memberikan tugas untuk membuat desain klise tulisan dengan tema DKV secara terbimbing kepada siswa. Guru melakukan pendekatan kepada siswa, dan membantu memberikan penjelasan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam membuat desain tulisan . 7 Guru memonitoring semua pekerjaan siswa. Guru membantu siswa yang belum paham sepenuhnya materi yang diberikan. 8 Guru menyampaikan rencana kegiatan pertemuan mendatang. 9 Salam penutup. b. Pertemuan kedua (2x45 menit) 1 Salam pembuka, mengecek kehadiran siswa 2 Guru menyampaikan rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam pembelajaran cetak saring (sablon). commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3 Membahas sedikit materi yang terdahulu dengan tanya jawab kepada siswa untuk menilai pemahaman/konsepsi yang ada pada diri siswa. 4 Guru memberikan soal tes tertulis secara mandiri tentang materi yang telah diberikan, kemudian dilanjutkan dengan prekatek mengafdruk. 5 Guru mendemonstrasikan tahap-tahap mengafdruk 6 Guru memberikan latihan terbimbing pada saat dilaksanakannya praktek mengafdruk, dengan memonitoring hasil pekerjaan siswa jika ada siswa yang mengalami kesulitan dalam praktek mengafdruk. 7 Guru menyampaikan rencana kegiatan pertemuan mendatang. c. Pada petemuan ketiga (2x45 menit) 1. Salam pembuka 2. Mengisi presensi kehadiran siswa 3. Menciptakan suasana kondusif untuk membangkitkan minat siswa dengan mengecek kondisi baik siswa maupun kelas. 4. Memberikan materi yang akan dibahas. 5. Guru mendemonstrasikan langkah-langkah mencetak dua warna. 6. Siswa diberi kesempatan untuk memahami materi yang telah disampaikan dan membuka kesempatan untuk tanya jawab. Kegiatan ini
disebut
asimilasi,
dimana
siswa
diharapkan
mampu
mengintegrasikan antara konsep atau pengalaman baru yang mereka lihat saat guru mendemonstrasikan materi ke dalam skema atau pola yang sudah ada di pikirannya. 7. Guru memberikan tugas untuk sisw melaksanakan latiahan secara mandiri. Guru melakukan pendekatan kepada siswa, dan membantu memberikan penjelasan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam mencetak pada kaos dengan dua warna . 8. Guru memonitoring semua pekerjaan siswa. Guru membantu siswa yang belum paham sepenuhnya materi yang diberikan. 9. Salam penutup. commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Pelaksanaan Tindakan siklus II Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, seperti yang telah direncanakan, yaitu pada hari Sabtu, tanggal 14 Mei 2011, sabtu 21 Mei 2011 dan Sabtu tanggal 28 Mei 2011. Setiap pertemuan dilaksanakan dengan alokasi waktu 2 x 45 menit sesuai dengan skenario pembelajaran dan RPP di kelas program keahlian DKV. Materi pada pelaksanaan tindakan pada siklus II sama seperti halnya materi yang sudah dilaksanakan pada siklus I agar siswa lebih memahami tentang pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Pada pertemuan pertama, guru menjelaskan fungsi dari bahan dan alat yang digunakan dalam cetak saring (sablon) dan teknik urutan mencetak. Pertemuan kedua diisi dengan tes tertulis mengenai materi yang disampaikan pada pertemuan pertama, kemudian dilanjutkan dengan materi berikutnya yaitu praktek mengafdruk. Pertemuan ketiga diisi dengan prektek mencetak pada kaos dengan dua warna. Berikut urutan pelaksanaan tindakan siklus II: 1 . Pertemuan pertama
a
Hari / Tanggal
: Sabtu, 14 Mei 2011
Waktu
: (11:30 – 13:30 WIB)
Tempat
: Ruang Laboratorium DKV
Guru membuka pelajaran memberi salam kepada siswa, menyapa siswa, menanyakan apakah ada siswa yang tidak masuk, siswa menjawab semua masuk.
b
Guru menyampaikan materi teknik cetak saring (sablon) dengan mengunakan media power point yaitu pengetahuan mengenai fungsi alatalat yang digunakan dalam teknik cetak saring (sablon), berbagai jenis bahan yang digunakan dalam teknik cetak saring (sablon), dan menjelaskan tahap-tahap dalam teknik cetak saring (sablon).
c
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa bahwa dilaksanakan pembelajaran teknik cetak saring (sablon) agar siswa menguasai pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural, guru memberikan user kesempatan kepada siswacommit untuktobertanya seputar materi teknik cetak
perpustakaan.uns.ac.id
65 digilib.uns.ac.id
saring (sablon) yang akan diberikan, siswa tidak ada yang bertanya. (Estabilishing Set) d
Guru mempresentasikan materi tentang cetak saring (sablon). 1
Menjelaskan fungsi alat-alat yang digunakan dalam teknik cetak saring (sablon).
2
Menjelaskan berbagai jenis bahan yang digunakan dalam teknik cetak saring (sablon)
e
3
Penjelasan mengenai membuat klise
4
Penjelasan tahap-tahap mengafdruk
5
Penjelasan tahap-tahap menyablon dua warna.
Selama guru mempresentasikan di depan, siswa menyimak dan mencatat materi yang disampaikan.
f
Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya seputar materi yang sudah diberikan kemudian siswa diberikan tugas untuk membuat klise sablon yang akan dicetak pada screen, desain gambar yang kemudian di gambar ulang pada kertas kalkir, dimana gambar tersebut akan dicetak dua warna, tugas dilaksanakan secara individu.
g
Gambar 15: Guru membimbing siswa dalam proses belajar (Dokumentasi: Anik Hikmah W) Guru mendampingi siswa apabila siswa mengalami kesulitan dalm proses commit to user membuat klise, memberikan arahan dan melihat pekerjaan siswa.
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
h
Guru
kemudian
memberikan
kesempatan
kepada
siswa
untuk
mengungkapkan hambatan/ kesulitan yang dialami selama proses pembelajaran, dalam kelas tidak ada siswa yang bertanya. i
Guru memberikan tugas untuk melanjutkan di rumah dalm menggambar ulang gambar di kertas kalkir. Bentuk gambar yang akan dicetak dihitamkan mengunakan tinta, penghitaman tinta harus rata agar pada saat dicetak bentuk gambar agar terlihat jelas.
j
Guru memberikan informasi mengenai pertemuan yang akan datang yaitu tes tertulis berkaitan dengan materi yang sudah disampaikan dan pelaksanaan praktik mengafdruk.
Pada pertemuan pertama dilaksanakan di ruanagan laboratorium komputer pada saat penyampaian materi mengunakan LCD, jumlah siswa yang hadir 33 siswa. 2. Pertemuan kedua Hari / Tanggal
: Sabtu, 21 Mei 2011
Waktu
: (11:30 – 13:30 WIB)
Tempat
: Ruang DKV
Pada pertemuan kedua proses belajar mengajar dilaksanakan di tiga ruangan yang di mana dalam masing-masing ruangan kegiatan yang dilaksanakan berbeda-beda yaitu: 1 Pada ruang kelas digunakan untuk melaksanakan tes tertulis. 2 Pada
ruangan
gelap
digunakan
untuk
melaksanakan
proses
pencampuran larutan afdruk dan meratakan larutan afdruk pada screen 3 Di luar ruangan digunakan untuk melaksanakan proses penyinaran/ perekaman dan penyemprotan setelah proses penyinaran. Pelaksanaan proses belajar mengajar: a
Guru membuka pelajaran, menanyakan siswa yang tidak masuk hari ini, siswa menjawab tidak ada, smua siswa hadir, guru menanyakan kesiapan siswa untuk melakukan tes tertulis dan memnyampaikan setelah tes selesai akan dilaksanakan praktek mengafdruk. commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b
Guru menyiapkan kertas soal ujian, kemudian membagikan lembar kertas soal ujian kepada semua siswa.
c
Guru memberikan arahan bahwa dalam tes bersifat individu dan tes dilaksanakan dalam waktu 20 menit.
d
Tes dilaksanakan selama 20 menit suasana kondusif, siswa tenang dan mengerjakan soal tes secara individu.
e
Guru
menyampaikan
kegiatan
yang
akan
dilaksanakan,
dengan
menyiapkan bahan dan alat untuk praktek mengafdruk. f
Praktek Mengafdruk. Sebelum praktik guru mengenalkan alat dan bahan mengafdruk secara langsung dilanjutkan mendemonstrasikan proses mengafdruk.
(Demonstrating), siswa mengamati pada saat guru
mendemostrasikan.
Gambar 16: Guru mendemonstrasikan proses afdruk di ruang gelap (Demonstrating) g
Guru memberikan latihan kepada siswa untuk melakukan proses mengafdruk.
h
Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya seputar proses mengafdruk.
commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
i
Siswa dibimbing untuk melakukan proses mengafdruk, guru mendampingi siswa dan membantu siswa apabila siswa mengalami kesulitan. (Guided Practice)
j
Mengecek apakah peserta didik telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberikan umpan balik. (Feed back)
k
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan lanjutan secara mandiri kepada siswa, setelah melakukan latihan terbimbing. (Extended Practice)
l
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan/kesulitan yang dialami selama proses pembelajaran.
m Guru memberikan informasi tentang kegiatan yang akan dating yaitu proses mencetak/ menyablon dengan dua warna n
Guru tidak memberikan tugas kepada siswa setelah selesai proses belajar mengajar. Pada pertemuan kedua smua siswa hadir jumlah siswa yang mengikuti
proses belajar mengajar ada 33 siswa. 3. Pertemuan ketiga Hari / Tanggal
: Sabtu, 28 Mei 2011
Waktu
: (11:30 – 13:30 WIB)
Tempat
: Ruang DKV
a
Guru menyiapkan perlengkapan mengajar
b
Guru membuka pelajaran, kemudian guru bertanya mengenai materi yang sudah pernah disampaikan sebelumnya yaitu bahan dan alat cetak saring (sablon) serta kesulitan apa yang dialami saat melaksanakan proses mengafdruk.
c
Menyampaikan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu mencetak gambar dengan dua warna.
d
Guru mengenalkan alat dan bahan mencetak dua warna secara langsung mendemonstrasikan proses mencetak warna/ menyablon (Demonstrating) commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e
Guru memberikan latihan kepada siswa untuk melakukan proses mencetak. Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya seputar proses mencetak warna.
f
Siswa dibimbing untuk melakukan proses mencetak/menyablon, guru mendampingi siswa dan membantu siswa apabila siswa mengalami kesulitan. (Guided Practice)
g
Mengecek apakah peserta didik telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik. (Feed back)
Gambar 17 : Siswa melaksanakan praktek mencetak dua warna pada siklus II (Dokumentasi: Anik Hikmah W) h Guru Mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan secara mandiri kepada siswa, setelah melakukan latihan terbimbing. (Extended Practice) i
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan/kesulitan yang dialami selama proses pembelajaran. Dalam pertemuan ketiga, semua siswa hadir, jumlah siswa adalah 33,
proses mencetak dilaksanakan di dalam kelas. Hasil karya siswa pada siklus II
commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 18.: Hasil cetakan sablon dua warna pada Siklus I Karya : Aditya Wahyu H Media : kaos oblong,cat sablon untuk kain Nilai : 71 Aditya Wahyu H sudah cukup mampu melaksanakan teknik mencetak dengan benar, tapi masih ada keragu dalam mencetak sehingga hasil cetakan warna tidak rata dan dalam mencampur warna kurang pekat, kaos kotor cat mengenai bagian yang seharusnya tidak dicat.
Gambar 19.: Hasil cetakan sablon dua warna pada Siklus I Karya : Kuncoro Arsybuwono Media : kaos oblong,cat sablon untuk kain commit to user Nilai : 86
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kuncoro Arsybuwono baik sudah bisa melaksanakan teknik mencetak tidak ragu dalam memegang rakel sudah luwes sehingga tepat sasaran tapi warna masih belum mengenai semua bagian desain masih ada sedikit sepes kosong.
Gambar 20 : Hasil cetakan sablon dua warna pada Siklus I Karya
: Anggit Waskito Aji
Media : kaos oblong,cat sablon untuk kain Nilai
: 87
Anggit Waskito Aji sudah baik bisa melaksanakan teknik mencetak dengan lebih baik luwes dalam memegang rakel, sehingga tepat sasaran tapi warna kurang rata .
commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 5: Hasil nilai mata pelajaran sablon pada siklus II No
Nama Afektif
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Aditya Wahyu H Ahmad Zuhrul Umam Alfiani Kristiana Dewi Anggit Waskito Aji Arsha Adhikarto P. Aska Ferdiktya Bayu Dwi Cahyagraha Briyan Wendhi Widayat Christophorus Damian P David Prasetya R Devi Febriana Dian Wahyu Saputro Dina Latifa Ekki Kisnata Fawazia Erni Sawitri Evanissa Desmaratih Frida Dwi Mastuti Handayani Helmi Jauhar Maajid Ibnu Rizal’ Athur Ika Listiana Jamilah Tri Khohari Kuncoro Arsybuwono Mohammad Ridwan Muhammmad Adinda T Muhammad Fajar A Nur Rochman Andhi Np Oktaviyati Reninda Friscilla N Stera Laksana Ramatullah Suryono Tri Wulandari Pramudya DI
Aspek Penilaian Kognitif Psikomotor
67 89 89 89 89 78 89 78 67 78 78 67 78 89 78 78 89 78 89 89 89 78 78 78 78 78 89 67 78 78 67 78 67
65 80 85 85 80 70 85 85 65 70 90 75 90 90 85 85 85 85 75 90 85 75 80 85 90 80 90 70 95 85 90 90 75
71 80 80 87 83 74 83 80 71 74 80 78 82 82 81 81 86 81 81 86 86 78 86 81 81 86 86 81 86 86 74 80 74
Nilai Rata-rata
80
82
80
Prosentasi %
82%
85%
82%
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
73 digilib.uns.ac.id
c. Observasi dan Interpretasi Pelaksanaan tindakan penelitian ini bersamaan dengan dilakukannya observasi selama pelaksanaan tindakan. Observasi tersebut dilakukan untuk mengevaluasi penerapan model pembelajaran direct instruction di kelas X program keahlian DKV. Peneliti mengambil posisi di dalam kelas sebagai guru kelas dan berkolaborasi dengan bapak Harjita dan bapak Bowo selaku guru mata pelajaran sablon di kelas X program keahlian DKV agar peneliti dan guru dapat bersama-sama mengamati langsung proses belajar mengajar sablon. Pada pertemuan pertama, kedua dan ketiga yaitu 14 Mei 2011, sabtu 18 Mei 2011 dan Sabtu tanggal 21 Mei 2011 guru menyampaikan materi sablon dengan model pembelajaran direct instruction secara jelas dan mengadakan presentasi hasil latihan soal (latihan secara terbimbing) yang diberikan kepada siswa. Dari kegiatan tersebut, deskripsi tentang jalannya proses pembelajaran sablon dengan menggunakan model direct instruction sudah dijelaskan secara rinci dalam pelaksanaan tindakan II. Berikut ini adalah hasil observasi penerapan model pembelajaran direct instruction: 1 Siswa yang tuntas dalam penilaian afektif 82% atau 27 siswa sedangkan 18% atau 6 siswa belum tuntas, penilaian afektif pada mata pelajaran sablon (cetak saring) mencakup ketelitian siswa dalam proses berkarya, kemandirian siswa pada pelaksanaan praktek sablon secara individu, serta keaktifan bertanya mengungkapkan pendapat pada saat proses belajar mengajar. Rata-rata nila siswa dalam penilaian afektif 80. 2 Siswa yang tuntas dalam penilaian kognitif pada ujian tertulis mengenai materi sablon 85% atau 28 siswa, sedangkan 15% atau 5 siswa belum tuntas pada ujian tertulis. Rata-rata nila siswa dalam penilaian kognitif 82. 3 Siswa yang tuntas pada penilaian psikomotor 82% atau 27 siswa sedangkan 18% atau 6 siswa belum tuntas. Penilaian psikomotor mencakup membuat klise sablon, melaksanakan proses afdruk, dan commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mencetak sablon dengan dua warna. Rata-rata siswa dalam penilaian psikomotor 80. 90% 80% 70% 60% 50%
Tuntas 40%
Belum
30% 20% 10% 0%
Afektif
Kognitif
Psikomotor
Gambar : Grafik Hasil Siklus II pada mata pelajaran sablon (cetak saring) dengan menerapkan metode direct instruction. d. Refleksi Tindakan Siklus II Berdasarkan hasil nilai pada siklus II yang di amati peneliti melakukan analisis sebagai berikut: a. Kontrol guru dalam pembelajaran pada siklus II sudah baik, hal ini
dapat dilihat yaitu dengan pembagian tugas masing-masing guru ada yang menerangkan, mengamati, dan mengontrol siswa sehingga kondisi belajar lebih terkendali dan efektif. b. Siswa lebih berani dalam menyampaikan pendapat dan bertanya c. Penyampaian materi tidak terlalu cepat sehingga siswa bisa mencatat
materi yang disampaikan. d. Siswa lebih serius dalam mengikuti proses belajar mengajar sablon
Kesimpulan dari Hasil penilaian sudah menunjukkan peningkatan yang baik dan pengamatan terhadap kegiatan siswa secara keseluruhan, peneliti menyimpulkan bahwa penelitian dihentikan sampai pada siklus II, karena hasil commit to user belajar sudah memenuhi target penelitian yaitu mengalami peningkatan dalam
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sikap, Pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Penilaiaan dilakukan berdasarkan keseluruhan tugas atau hasil kerja dan keikut sertaan siswa dalam menilai kemajuan yang dicapai dalam menyelesaikan berbagai tugas, dan berlangsung selama proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil karya serta aktifitas siswa dalam mata pelajaran sablon (cetak saring). A. PEMBAHASAN Hasil pelaksanaan siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran direct instruction dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X Program keahlian DKV pada mata pelajaran sablon (cetak saring). . Keterangan: 1. Tanda centang (√) : Batas ketuntasan minimal adalah 7,5 2.
Persentase
: Merupakan persentase jumlas siswa yang telah
mencapai ketuntasan dari tiap aspek 3. Persentase
:
Σ siswa yang tuntas X 100 % Σ siswa keseluruhan
commit to user
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Daftar Pustaka Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono.1991. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Rineka Cipta. Age Widro.2007.Menyablon Itu Gampang.Jakarta:PT Panca Anugrah Sakti (PAS) Agus Suprijono. 2009. Pengajaran Langsung : Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Asep J & Abdul H. 2009.”Evaluasi Pembelajaran”. Yogyakarta :Multi Pressindo Arinda Retnani Anggai.(2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Direct Instruction (DI) Sebagai Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS 4 SMA N 4 Surakarta”. Fatimah Ratnasari (2007) dalam penelitiannya yang berjudul ”Implementasi Pembelajaran Direct Instruction Disertai Diskusi Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Laju Reaksi Siswa Kelas XI SMAN I Colomadu”. Guntur Nusantara.2003.Cetak Sablon Untuk Pemula.Jakarta:Puspa Swara Joice, Weil, Calhaun. 2000. Models Of Teaching. Boston. Allyn and Bacon. Kasihani Kasbolah. 2001. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru. Malang : Universitas Negeri Malang. Muhibbin Syah. 2005. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Slavin. 2004. Psikologi Pendidikan : Teori dan Praktik. Massachusetts. Allyn dan Bacon. Suharsimi Ari Kunto, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara. Syaiful Sagala. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Tim Indocamp.2010.Peluang Usaha dan Teknik Bisnis Sablon.Jakarta:Indocamp Trianto.2007.Model-model Pembelajaran Inovatif berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:Prestasi Pustaka. Winkel W.S. 2005. Psikologi Pembelajaran. Yogyakarta : Media Abadi commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Yuli Sulisnayanti (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran Akuntansi Di Kelas X AK 2 SMK Negeri 3 Surakarta Melalui Penerapan Metode Direct Instruction Tahun Diklat 2008/2009”. Zainal Aqib. 2009. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru. Bandung : Yrama Widya. Sumber Internet : Hendrawan
Aji.
2009.
Pengertian
Belajar.
http//:pengertian-
belajar.hendraji.com. Sunarto.2010.
Pengertian
Prestasi
Belajar.
http//:sunartombs.wordpress.com/2009/01/05/pengertian-prestasi-belajar/ http: wordpress.com/ Persiapan menyablion
commit to user