Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 1-14
PEMBELAJARAN HIDROSFER DENGAN SUMBER BELAJAR LINGKUNGAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SMA WIDYA MELASARI Mahasiswa Program Magister Pendidikan IPS, Program Pascasarjana, Universitas Lampung
Abstract: Hydrosphere Study by using Environmental Learning Resource as the Increasing Effort of Students’ Activity and Geography Achievement SMA. This research aims to increase the activity and geography learning achievement of students class X3 SMAN 1 Ngambur at hydrosphere material by using environmental learning resource. It is a kind of Class Action Research which is done in three cycles of action. The data obtained are in the form of student’s learning process and achievement. While the instrument used are test, learning observation sheet, field notes, and documentation. The results showed that the using of environmental learning resource can increase student’s learning activity and student achievement. It is proved by seeing the increasing of those percentage in each cycles. In the first cycle the percentage of student’s activity is 55,18% and student’s achievement 52,50%. In the second cycle the percentage of student’s activity and achievement are increase. The percentage of student’s activity becomes 64,51% and the achievement 65,70%. In the third cycle the percentage of student’s activity reach 83.33% and the percentage of student’s achievement 77.5%. Based on the discussion of the research, the using of environmental learning resource can increase student’s activity and geography achievement class X3 SMA N 1 Ngambur West Lampung Year 2011/2012. Keywords: activity and achievement, environmental learning resource, activity and achievement of students
PENDAHULUAN Usaha perbaikan mutu pendidikan di Indonesia harus selalu dilakukan dengan mengadakan pembaharuan-pembaharuan, seperti pembaharuan di bidang kurikulum, metodologi, pengajaran, peralatan dan lainnya. Usaha pembaharuan tersebut diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia agar tidak selalu tertinggal dibandingkan dengan negara lain. Mutu pendidikan pada umumnya diartikan sebagai gambaran tentang sejauh mana suatu lembaga pendidikan berhasil mengubah tingkah laku anak didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Salah satu Upaya perbaikan mutu perbaikan pendidikan tersebut adalah dengan melakukan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Berdasarkan observasi awal dan diskusi dengan guru mata pelajaran geografi kelas X di SMA Negeri 1 Ngambur diketahui bahwa prestasi belajar geografi di kelas X tergolong rendah khususnya pada materi hidrosfer, maka dari itu penelitian ini difokuskan pada perbaikan pembelajaran hidrosfer di kelas X. Hal ini juga didukung oleh keberadaan sekolah tersebut yang langsung berhadapan dengan laut dan terdapat beberapa sungai. Prestasi belajar siswa menunjukkan bahwa baru 45,72 % siswa kelas X.3 yang sudah mencapai ketuntasan belajar. Adapun kriteria ketuntasan minimal masing- masing indikator untuk mata pelajaran geografi di SMA Negeri 1 Ngambur adalah 70. Hal ini mencerminkan bahwa pemahaman siswa terhadap materi tersebut masih tergolong 1
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 1-14
rendah. Hal ini juga terbukti dengan rendahnya aktivitas siswa pada saat pelaksanaan KBM. Dari tabel diatas tersebut dapat diketahui bahwa hanya 37,14% siswa yang aktif dalam pembelajaran. Indikatornya yaitu siswa enggan bertanya atau mengemukakan pendapat yang terkait dengan meteri pelajaran geografi, serta ada kecenderungan siswa lebih senang mengobrolkan hal-hal di luar materi pelajaran, bermain handphone di kelas, seringnya siswa izin keluar kelas dengan alasan untuk buang air kecil, dan bergurau dengan siswa- siswa lainnya pada saat guru menyampaikan materi. Berdasarkan wawancara dengan 4 siswa kelas X.3 yaitu Purna Catra Septa Hadi, Nais, Gunanto, Satni Rejuli didapat informasi bahwa pelajaran geografi merupakan salah satu pelajaran yang sulit dan membosankan. Salah satu hal yang dikemukakan adalah mereka merasa kesusahan dalam menghafal dan memahami “istilah-istilah asing” yang ada dalam materi pelajaran geografi. Disebut “istilah asing” oleh mereka karena istilah tersebut jarang atau bahkan baru mereka dengar, contohnya istilah palung, abrasi, mangrove, backswash, swash,surf, breaking wave,dendritik dan lain sebagainya. Indikatornya, siswa kurang mampu menyelesaikan soalsoal yang berkaitan dengan “istilah asing” dalam pembelajaran geografi. Belajar Geografi dirasakan tidak menarik sama sekali, selain banyak hapalan, siswa hanya bisa mendapat pengetahuan berupa teori sehingga siswa tidak bisa membayangkan dan mengetahui wujud atau keadaan materi yang disampaikan secara nyata. Padahal apabila diterapkan di sekitar mereka, maka mempelajari geografi tidak akan menjadi pelajaran yang membosankan bahkan akan
menjadi hal yang menarik. Pembelajaran geografi cocok menggunakan lingkungan sebagai Sumber Belajar pembelajaran karena terdapat hubungan di antara keduanya. Geografi sebagai salah satu pelajaran yang terkait dengan konteks alam dan kehidupan manusia. Oleh karena itu, pola pembelajaran dengan pendekatan praktik secara outdoor study sangat diperlukan. Telah kita ketahui bahwa metode pembelajarn outdoor study merupakan pola belajar atau praktik pada objek yang sesungguhnya (di lapangan) yang dilakukan di luar atau di sekitar kelas/sekolah. Apabila siswa dapat mengaitkan teori dengan apa yang mereka lihat di lapangan, maka hal tersebut akan memancing lebih banyak rasa keinginan tahu mereka terhadap materi geografi tersebut ( dalam hal ini materi hidrosfer ). Menurut Satori (2008:3), bahwa pembelajaran adalah proses membantu siswa belajar, yang ditandai dengan perubahan perilaku baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Sedangkan menurut Hamalik (2008:57) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Ketika siswa menggunakan sumber belajar berupa lingkungan, mempelajarinya secara mandiri sehingga mengkostruksi pengetahuan dari lingkungan tersebut, mereka telah melakukan pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme. Pembentukan pengetahuan menurut konstruktivistik memandang subyek aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan 2
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 1-14
lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitifnya ini, subyek menyusun pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh subyek itu sendiri. Struktur kognitif senantiasa harus diubah dan disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan dan organisme yang sedang berubah. Proses penyesuaian diri terjadi secara terus menerus melalui proses rekonstruksi. Menurut pakar-pakar geografi pada Seminar dan Lokakarya Peningkatan Kualitas Pengajaran Geografi di Semarang tahun 1988, “geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan” Sumber belajar adalah suatu sistem, yang terdiri dari sekumpulan bahan atau situasi yang diciptakan dengan sengaja dan dibuat agar memungkinkan siswa belajar secara individual (Percival and Ellington, 1984: 125). Sumber belajar seperti inilah yang disebut sebagai media pembelajaran atau media instruksional. Untuk menjamin bahwa sumber belajar tersebut adalah sebagai sumber belajar yang cocok, sumber belajar harus memenuhi ketiga persyaratan seperti yang diungkapkan oleh Percival dan Ellington (1984: 125), persyaratan tersebut adalah (1) harus dapat tersedia dengan cepat, (2) harus memungkinkan siswa untuk memacu diri sendiri, (3) harus bersifat individual, misalnya harus dapat memenuhi berbagai kebutuhan para siswa dalam belajar mandiri. Fungsi sumber belajar menurut AECT (1977) antara lain sebagai berikut: 1) Meningkatkan
produktivitas pendidikan, yaitu dengan jalan (a) mempercepatlaju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik, (b) mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah belajar murid; 2) Memberikan kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual dengan jalan (a) mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional serta (b) memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sesuai kemampuannya; 3) Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pengajaran dengan jalan (a) perencanaan program pembelajaran yang lebih sistematis dan (b) pengembangan bahan pembelajaran yang dilandasi penelitian; 4) Lebih memantapkan pembelajaran dengan jalan (a) meningkatkan kemampuan manusia dalam penggunaan berbagai media komunikasi dan (b) penyajian data dan informasi secara lebih kongkrit; 5) Memungkinkan belajar secara seketika, karena (a) mengurangi jurang pemisah antara pelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya konkrit, dan (b) memberikan pengetahuan yang bersifat langsung. Hal ini relevan dengan penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar. Pengembangan lingkungan sebagai sumber belajar merupakan aplikasi pendisainan lingkungan untuk keperluan sumber belajar. Peserta didik yang membaca lingkungan secara sadar maupun tidak sadar sebenarnya telah melakukan belajar; 6) Memungkinkan penyajian pendidikan yang lebih luas, terutama dengan adanya media massa, dengan jalan (a) pemanfaatan secara bersama lebih luas tenaga atau kejadian yang 3
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 1-14
langka dan (b) penyajian informasi yang mampu menembus geografis. Peranan sumber belajar dalam pembelajaran individual. Menurut Sumarno (2011) Pola komunikasi dalam pembelajaran individual sangat dipengaruhi oleh peranan sumber belajar yang dimanfaatkan dalam proses belajar. Titik berat pembelajaran individual adalah pada peserta didik, sedang guru mempunyai peranan sebagai penunjang atau fasilitator. Banyak orang beranggapan bahwa untuk menyediakan Sumber Belajardan sumber belajar menuntut adanya biaya yang tinggi dan sulit untuk mendapatkannya, yang kadangkadang ujung-ujungnya akan membebani orang tua siswa untuk mengeluarkan dana pendidikan yang lebih besar lagi. Padahal dengan berbekal kreativitas, guru dapat membuat dan menyediakan Sumber Belajardan sumber belajar yang sederhana dan murah. Misalkan, bagaimana guru dan siswa dapat memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah sebagai Sumber Belajardan sumber belajar. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar tidak perlu harus pergi jauh dengan biaya yang mahal, lingkungan yang berdekatan dengan sekolah dan rumah pun dapat dioptimalkan menjadi sumber belajar yang sangat bernilai bagi kepentingan belajar siswa. Tidak sedikit sekolahsekolah di kita yang memiliki halaman atau pekarangan yang cukup luas, namun keberadaannya seringkali ditelantarkan dan tidak terurus. Jika saja lahan-lahan tersebut dioptimalkan tidak mustahil akan menjadi sumber belajar yang sangat berharga. Lingkungan merupakan salah satu sumber belajar yang amat penting dan memiliki nilai-nilai yang
sangat berharga dalam rangka proses pembelajaran siswa. Lingkungan dapat memperkaya bahan dan kegiatan belajar. Lingkungan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran geografi terdiri dari : 1) lingkungan social; dan 2) lingkungan fisik (alam). Lingkungan sosial dapat digunakan untuk memperdalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan sedangkan lingkungan alam dapat digunakan untuk mempelajari tentang gejalagejala alam dan dapat menumbuhkan kesadaran peserta didik akan cinta alam dan partispasi dalam memlihara dan melestarikan alam. Pemanfaatan lingkungan dapat ditempuh dengan cara melakukan kegiatan dengan membawa peserta didik ke lingkungan, seperti survey, karyawisata, berkemah, praktek lapangan dan sebagainya. Bahkan belakangan ini berkembang kegiatan pembelajaran dengan apa yang disebut out-bond, yang pada dasarnya merupakan proses pembelajaran dengan menggunakan alam terbuka, seperti halnya yang akan dilakukan pada penelitian ini. Kelebihan dan Kelemahan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Pembelajaran. 1) Kelebihan yang diperoleh dari kegiatan memepelajari lingkungan dalam proses belajar mengajar antara lain: a) Kegiatan belajar menjadi menarik dan tidak membosankan, sehingga motivasi siswa semakin tinggi; b) Belajar lebih bermakna, sebab siswa dihadapkan dengan situasi dan keadaan yang sebenarnya dan bersifat alami; c) Bahan – bahan yang dapat dipelajari faktual, sehingga kebenaranya lebih akurat; d) Sumber belajar menjadi lebih kaya, sebab lingkungan yang dapat dipelajari bisa beranekaragam; e) Siswa dapat memahami dan menghayati aspek 4
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 1-14
aspek kehidupan yang ada di lingkungannya. 2) Kelemahan: a) Kegiatan belajar yang tidak dipersiapkan sebelumnya, akan menyebabkan siswa ketika dibawa ke lokasi tidak melakukan kegiatan belajar yang diharapkan sehingga terkesan main-main; b) Ada kesan dari guru dan siswa bahwa kegiatan mempelajari lingkungan memerlukan waktu yang cukup lama, sahingga menghabiskan waktu belajar di kelas; c) Sempitnya pandangan guru bahwa kegiatan belajar hanya terjadi di dalam kelas. Berikut Jenis – jenis Lingkungan Belajar: 1) Lingkungan Sosial. Berkenaan dengan interaksi manusia dalam kehidupan bermasyarakat, seperti organisasi sosial organisasi kemasyarakatan, organisasi keagamaan, adat dan kebiasan dan lain lain. Lingkungan sosial juga tepat untuk mempelajari ilmu ilmu social; 2) Lingkungan Alam. Lingkungan alam berkenaan dengan sesuatu yang sifatnya alamiah, seperti keadaan geografis, iklim, suhu, udara, flora, fauna dan lain lain; 3) Lingkungan Buatan. Yaitu lingkungan yang sengaja diciptakan atau dibangun manusia untuk tujuan- tujuan bermanfaat bagi kehidupan manusia, seperti pengairan, pertamanan, kebun binatang, perkebunan dan lain lain. Setelah diamati, kondisi lingkungan di SMA Negeri 1 Ngambur ini sangat cocok jika diterapkan pembelajaran dengan Sumber Belajar lingkungan. Lokasi Sekolah ini menghadap laut, selain itu terdapat pula beberapa sungai yang ditumbuhi pepohonan serta dihuni beberapa jenis hewan. Lingkungan SMA Negeri 1 Ngambur sangat mencirikan daerah Laut dan Pesisir, oleh sebab itu akan sangat cocok apabila diterapkan
dalam pengkajian materi tentang hidrosfer. Pemanfaatan lingkungan sebagai Sumber Belajar pembelajaran diharapkan adanya peningkatan minat siswa dalam mempelajari pelajaran geografi. Dengan adanya fasilitas yang cukup mendukung dari daerah sekitar sekolah, bisa memudahkan siswa dalam melakukan praktek lapangan, meskipun fasilitasnya tidak begitu lengkap. Berdasarkan latar belakang itulah penulis tertarik untuk membuat penelitian yang berjudul, pembelajaran hidrosfer dengan sumber belajar lingkungan sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar geografi siswa kelas x3 sma negeri 1 ngambur kabupaten lampung barat tahun ajaran 2011-2012. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (class action research). Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu penelitian yang mengangkat masalahmasalah aktual yang dihadapi oleh guru di lapangan. Dengan melaksanakan PTK, guru mempunyai peran ganda yaitu sebagai praktisi dan peneliti. Penerapan PTK memiliki tujuan untuk memperbaiki dan/atau meningkatkan kualitas praktik pembelajaran secara berkesinambungan sehingga dapat mengembangkan keterampilan guru, meningkatkan relevansi, meningkatkan efisiensi pengelolaan instruksional serta menumbuhkan budaya meneliti pada komunitas guru (Direktorat Tenaga Kependidikan, 003:5). Salah satu hal yang membeda5
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 1-14
kan PTK dengan penelitian formal pada umumnya yaitu PTK dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus di mana dalam satu siklus terdiri dari tahapan perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection) dan selanjutnya diulang kembali dalam beberapa siklus (Kunandar, 2008:63). Identifikasi perhatian tematik kelompok terlibat dalam empat aspek fundamental dari penelitian tindakan. Ada yang dinamis pelengkap yang menghubungkan empat aspek ini menjadi siklus, dan akhirnya ke sebuah spiral siklus seperti: 1) Untuk mengembangkan rencana aksi informasi kritis untuk memperbaiki apa yang sudah terjadi; 2) Untuk bertindak untuk melaksanakan rencana; 3) Untuk melihat dampak dari informasi aksi kritis dalam konteks yang terjadi, dan Untuk mencerminkan efek ini sebagai dasar untuk perencanaan lebih lanjut, aksi kritis informasi selanjutnya dan seterusnya, melalui urutan siklus. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pada pelaksanaan penelitian tindakan kelas di SMA Negeri 1 Ngambur Kabupaten Lampung Barat, peneliti dibantu oleh satu orang mitra guru. Mitra tersebut membantu peneliti memberikan masukan dalam rangka pengumpulan data selama proses pembelajaran berlangsung, baik dari segi kemajuan maupun kekurangan yang terjadi dalam proses pembelajaran dengan menggunakan Sumber Belajarlingkungan, serta tanggapan siswa tentang pembelajaran Geografi.
Hasil penelitian tindakan kelas ini diperoleh dari hasil tes dan nontes, yang terdiri dari tiga siklus yaitu siklus I, siklus II dan siklus III. Setiap siklus dalam penelitian ini dilaksanakan dalam satu kali tatap muka, pada akhir proses pembelajaran dilakukan tes prestasi belajar. Setiap siklus merupakan tahapan yang berkesinambungan. Setiap siklus dalam penelitian ini terdiri dari; perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, refleksi/rekomendasi. Refleksi dilakukan untuk memperbaiki pelaksanaan tindakan pada siklus berikutnya. Aktivitas siswa di dalam penelitian ini meliputi keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat, menulis dan mencatat, keaktifan dalam berdiskusi dan lain-lain sebagaimana tercantum dalam lembar observasi aktivitas siswa. Aspek yang dinilai dalam prestasi siswa, yaitu ketepatan siswa dalam menjawab pertanyaan. Pembahasan Siklus 1 Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran pada siklus 1 dengan sumber belajar lingkungan belum menunjukan hasil yang baik. Pada siklus ini terdapat beberapa catatan sebagai berikut: 1. Penggunaan sumber belajar Lingkungan dalam Pembelajaran belum memenuhi kondisi yang diharapkan. Sumber belajar lingkungan yang digunakan berukuran kecil dengan jumlah yang sangat sedikit, sehingga para siswa kurang fokus dalam mengaitkan sumber belajar dengan materi yang disampaikan oleh guru. Siswa
6
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 1-14
cenderung berbicara yang lain dengan temanya tentang sumber belajar yang dilihat namun diluar kajian materi. Sumber belajar hanya menarik perhatian siswa pada saat awal ditujukan ke siswa, selebihnya siswa tidak fokus dengan penjelasan materi oleh guru yang mengaitkan materi dengan media unsur lingkungan tersebut, dalam hal ini guru menunjukan terumbu karang dan beberapa gelas air. Selain itu media tersebut dirasakan kurang jelas dilihat karena ukurannya yang kecil dan jumlahnya terbatas sehingga tidak dapat secara langsung di amati oleh siswa. 2. Pada proses pembelajaran masih terdapat kekurangan yaitu guru belum dapat menguasai kelas sehingga para siswa ribut bahkan ada yang mengantuk. 3. Aktivitas guru terlihat masih kurang baik dalam mengelola waktu, guru kurang dalam memotivasi dan mengarahkan siwa belajar dalam kelompok dan guru masih kurang tegas. 4. Siswa yang aktif sebanyak 16 siswa (55,18%) dari 30 siswa yang hadir. Sebagian besar siswa tertarik terhadap teknik pembelajaran yang menggunakan sumber belajar lingkungan oleh guru sedangkan sisanya kurang tertarik. Ketertarikan siswa disebabkan guru menggunakan sumber belajar yang sebelumnya belum pernah digunakan oleh guru. Sedangkan dari segi keaktifan bertanya menunjukkan siswa belum seluruhnya aktif bertanya hanya beberapa siswa saja yang aktif bertanya dan berkomentar sedangkan sebagian besar masih pasif untuk bertanya maupun
berkomentar. Siswa yang aktif bertanya dan menjawab pertanyaan guru sebanyak 4 siswa. Mereka lebih aktif bertanya dibandingkan dengan teman-temannya yang cenderung pasif tidak mau bertanya. Pada saat pembelajaran sebagian besar dari jumlah keseluruhan siswa bersemangat mengikuti pembelajaran. Mereka bersemangat mengikuti pembelajaran karena metode yang digunakan guru tidak membosankan dan sumber belajar yang cukup menarik. Hanya sebagian kecil yang tidak bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Beberapa siswa sudah aktif dan sungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran dan mencatat hal-hal yang penting sedangkan sebagian besar siswa masih pasif bahkan melakukan kegiatan di luar kegiatan pembelajaran, seperti mengobrol, mengantuk, melamun, dan kegiatan lain. Siswa yang pasif ini dimungkinkan karena siswa merasa metode dan sumber belajar dirasakan kurang menarik, jumlah sumber belajar terbatas dan berukuran kecil. Hal tersebut menyebabkan pengaitan materi dengan media terbatas sehingga kurang memancing daya pikir dan rasa ingin tahu siswa. Keadaan ini tentunya harus dicarikan solusi pemecahannnya agar siswa secara merata aktif. Masalah ini merupakan suatu tugas bagi peneliti untuk memperbaikinya pada siklus selanjutnya. 5. Pada siklus 1 prestasi belajar siswa belum menunjukan hasil yang baik. Soal yang diberikan kepada siswa sebagai tes akhir 7
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 1-14
siklus I ini terdiri dari 10 soal pilihan ganda. Setelah data dianalisis, rata-rata nilai siswa adalah 59,62. Persentase siswa tuntas pada siklus ini sebesar 52,50%. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 100 dan nilai terendah adalah 25. Siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar ≥70 adalah sebanyak 16 siswa. Hal tersebut dikarenakan rendahnya aktivitas siswa sehingga menyebabkan mereka tidak maksimal dalam menyerap pelajaran. Dari uraian di atas, keadaan ini tentunya harus dicarikan solusi pemecahannnya agar siswa secara merata aktif. Masalah ini merupakan suatu tugas bagi peneliti untuk memperbaikinya pada siklus selanjutnya. Siklus 2 Dalam siklus kedua ini ternyata Pembelajaran dengan menggunakan sumber belajar Lingkungan menunjukan beberapa perbaikan yaitu antara lain: 1. Pengguanaan sumber belajar Lingkungan dirasakan cukup membuat siswa tertarik dean antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Penggunaan sumber belajar Lingkungan pada siklus kedua ini dirasakan oleh siswa dan guru sebagai alternatif pembelajaran yang menarik karena: 1) menghilangkan rasa jenuh dan ngantuk; 2) menimbulkan rasa ingin tahu siswa terhadap fenomena yang dilihat. Meskipun penggunaan media lingkungan pada siklus 2 dirasakan sudah dapat menarik perhatian dan meningkatkan aktivitas siswa namun hal
tersebut belum berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa siswa yang pasif dan cenderung tidak fokus terhadap penjelasan guru. Hal ini terbukti dengan adanya kegiatan siswa diluar kegiatan pembelajaran, seperti mengobrol dengan teman, memusatkan perhatian dengan pemandangan lain dan mendiskusikannya dengan teman, kurang menghiraukan perkataan guru karena suara guru terdengar tidak jelas / suara tidak keras. Selain itu penjelasan guru juga terkadang dirasakan tidak jelas karena guru menunjuk suatu benda dari jarak jauh, misalnya ketika menjelaskan bagian – bagian ombak. Siswa melihat ombak tetapi kurang mengerti bagian-bagian mana yang dijelaskan oleh guru. Pada siklus kedua ini kejelasan suara nampaknya menjadi masalah utama. Karena berada diluar ruangan maka terdapat suara – suara lain yang terdengar, seperti suara ombak, angin dan lainnya sehingga menyebabkan kurang fokusnya perhatian siswa kepada suara guru. Hal ini mengakibatkan siswa kurang menangkap penjelasan materi dan perintah dari guru secara jelas. 2. Pada proses pembelajaran, guru masih kurang baik dalam mengalokasikan waktu. Guru lebih banyak menjelaskan materi sehingga pengalokasian waktu diskusi kelompok siswa kurang. Dalam hal ini kemungkinan guru terlalu fokus dengan materi sehingga kurang memberikan waktu kepada siswa. 3. Pada Siklus 2 terdapat 16 siswa (64,51%) yang aktif dari 31 siswa yang hadir. Ini terjadi peningkatan siswa yang aktif 8
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 1-14
dari siklus I ke siklus II sebesar 16,13%. Persentase siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran pada siklus II secara keseluruhan adalah 72,57%. Hal ini dikarenakan penggunaan sumber belajar lingkungan yang lebih menarik dimana sumber belajar lingkungan siklus 1 hanya berupa komponen abiotik sedangkan pada siklus 2 sumber belajar lingkungan nyata yang dapat menyebabkan siswa lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. 4. Prestasi belajar siswa yang tuntas mencapai 21 siswa dari 31 siswa yang mengikuti tes dan rata-rata prestasi belajar siswa adalah 62,63%. Siswa yang memenuhi criteria ketuntasan minimum (KKM) sebesar ≤70 adalah sebanyak 16 siswa. Dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 40. Besar persentase siswa tuntas pada siklus ini adalah 65,79%. Hal ini dikarenakan penggunaan media lingkungan yang langsung mereka lihat sehingga dalam pemahaman atau ingatan, siswa lebih mudah merespon karena mengaitkan materi dengan fenomena kehidupan. AntaraSiklus 1 dan 2 Pada kegiatan Pembelajaran Siklus II terlihat beberapa perbaikan yaitu: 1. Adanya peningkatan nilai Instrument Penilaian Kinerja Guru (IPKG) yaitu dari 32 menjadi 44 dengan nilai maksimum 68. Kinerja guru sudah cukup baik ini dikarenakan guru terus melakukan perbaikan pada setiap pertemuan (siklus) dalam proses pembelajaran. 2. Adanya peningkatan aktivitas
belajar siswa menjadi 72,57% dan prestasi belajar siswa 65,79%. Pada siklus II ini, aktivitas siswa sudah aktif karna sudah mencapai 70%, sedangkan prestasi belajar belum mencapai ketuntasan karna belum mencapai 70%. Pengguanaan sumber belajar Lingkungan dirasakan cukup membuat siswa tertarik dan antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga terjadi peningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Penggunaan sumber belajar Lingkungan pada siklus kedua ini dirasakan oleh siswa dan guru sebagai alternatif pembelajaran yang menarik karena: menghilangkan rasa jenuh dan ngantuk, menimbulkan rasa ingin tahu siswa terhadap fenomena yang dilihat. Meskipun penggunaan sumber belajar lingkungan pada siklus 2 dirasakan sudah dapat menarik perhatian dan meningkatkan aktivitas siswa namun hal tersebut belum berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa siswa yang pasif dan cenderung tidak fokus terhadap penjelasan guru. Terbukti dengan adanya kegiatan siswa diluar kegiatan pembelajaran, seperti mengobrol dengan teman, memusatkan perhatian dengan pemandangan lain dan mendiskusikannya dengan teman, kurang menghiraukan perkataan guru karena suara guru terdengar tidak jelas / suara tidak keras. Selain itu penjelasan guru juga terkadang dirasakan tidak jelas karena guru menunjuk suatu benda dari jarak jauh, misalnya ketika menjelaskan bagian – bagian ombak. Siswa melihat ombak tetapi kurang mengerti bagian-bagian mana yang dijelaskan oleh guru. Pada 9
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 1-14
siklus kedua ini kejelasan suara nampaknya menjadi masalah utama. Karena berada diluar ruangan maka terdapat suara – suara lain yang terdengar, seperti suara ombak, angin dan lainnya sehingga menyebabkan kurang fokusnya perhatian siswa kepada suara guru. Hal ini mengakibatkan siswa kurang menangkap penjelasan materi dan perintah dari guru secara jelas. Oleh karena itu diperlukan perbaikan strategi pengajaran agar penggunaan sumber belajar lingkungan dalam kegiatan pembelajaran berjalan dengan lebih baik lagi. Perbaikan tersebut berupa penambahan media lain seperti alat pengeras suara dan papan tulis kecil serta penambahan metode observasi yang akan diterapkan pada siklus 3. Siklus 3 Pada siklus III, kinerja guru sudah baik ini dikarenakan guru terus melakukan perbaikan pada setiap psertemuan baik dari siklus I dan siklus II dalam proses pembelajaran. Ini dapat dilihat dengan peningkatan penilaian kinerja guru sebesar 52 dengan nilai maksimum sebesar 68. Dilihat dari peilaian kinerja guru, penilaian masih belum mencapai nilai maksimum, akan tetapi guru sudah cukup baik dalam proses pembelajaran, baik dalam mengelola kelas dan mengelola waktu. Guru sudah baik dalam memilih dan memadupadankan media dan sumber belajar belajar serta memilih metode pembelajaran sehingga terjadi peningkatan aktivitas dan prestasi siswa. Pada siklus ini terdapat peningkatan siswa yang aktif yaitu sebanyak 5 siswa (2,08%) dan siswa yang memenuhi criteria ketuntasan minimum (KKM) sebesar ≤70 adalah sebanyak 23 siswa.
Antara siklus 2 dan 3 Pada akhir siklus III diperoleh keterangan bahwa aktivitas dan prestasi belajar siswa sudah memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, yaitu banyaknya siswa yang aktif dan tuntas (dengan ≥ 70) mencapai 75% atau lebih. Pada siklus III banyaknya siswa yang aktif yaitu 80,95% dan banyaknya siswa yang tuntas (dengan nilai ≥ 70) yaitu 77,5% maka tindakan diberhentikan. Antara siklus 1, 2 dan 3 Peningkatan tindakan dengan media lingkungan dapat kita lihat perubahan yang signifikan baik dari kinerja guru, yang berpengaruh pada peningkatan aktivitas belajar siswa maupun prestasi belajar siswa. Pada siklus pertama Persentase aktivitas belajar siswa sebesar 55,18 % dan prestasi belajar siswa sebesar 52,50% pada siklus 1 masih belum tercapai. Pada siklus II guru sudah memperbaiki kinerja dalam proses pembelajaran. Penilaian kinerja guru pada siklus ini mengalami peningkatan dan perbaikan disbanding siklus I, pada siklus II ini adalah 39. Hal ini juga berpengaruh pada peninkatan aktivitas belajar siswa dan prestasi belajar siswa, 72,57% dan prestasi belajar siswa 65,79%. Pada siklus II ini, aktivitas siswa sudah aktif karna sudah mencapai 70%, sedangkan prestasi belajar belum mencapai ketuntasan karna belum mencapai 70%. Pada siklus III ini kinerja guru sudah baik walau belum mencapai nilai maksimal. Kinerja guru pada siklus III adalah 52. Dengan kinerja guru yang sudah baik ini berpengaruh pada peningakatan aktivitas dan prestasi belajar siswa, Aktivitas 10
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 1-14
belajar siswa 80,95% sedangkan prestasi belajar siswa 77,50%. Pada siklus III ini baik aktivitas belajar maupun prestasi belajar siswa sudah mencapai ketuntasan yaitu 70%. Aktivitas Siswa Berdasarkan hasil penelitian tersebut, aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan sumber belajar lingkungan dapat diketahui dari tabel dan grafik berikut : Tabel 1 Persentase Siswa Aktif selama proses pembelajaran Siklus I Banyak 16 siswa aktif Persentase 55,18% siswa aktif
Siklus II 20
Siklus III 25
64,51%
83,33%
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa persentase siswa aktif setiap siklusnya mengalami peningkatan. Adanya peningkatan aktivitas siswa dikarenakan penggunaan sumber belajar lingkungan pada saat pembelajaran dirasakan menarik. Perhatian siswa sedikit demi sedikit lebih fokus pada penhelasan guru, selain itu dengan penggunaan sumber belajar lingkungan yang digunakan pada proses pembelajaran juga ternyata merangsang daya pikir siswa, sehingga pada proses pembelajaran banyak yang bertanya karena rasa ingin tahunya, pemberian poin peningkatan individu mendorong mereka untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Aktivitas yang diamati adalah Memperhatikan penjelasan guru, diskusi antara siswa dengan guru, diskusi antara siswa dalam kelompok, membaca buku dan mengerjakan latihan, menanggapi atau bertanya
pada saat presentasi. Pada siklus I kurangnya aktivitas yang dilakukan siswa ini terjadi dikarenakan sumber belajar lingkungan yang digunakan oleh guru masih belum baik. sumber belajar lingkungan yang digunakan pada siklus pertama ini adalah media lingkungan berupa komponen abiotik yang terdapat di alam, yaitu tiga gelas air yang masing – masing terdiri dari air laut, air tanah, dan air sungai. Selain itu guru juga menggunakan media terumbu karang yang sudah mati. Awalnya penggunaan sumber belajar lingkungan pada siklus pertama ini dirasakan baik oleh guru, pada awal pembelajaran perhatian siswa fokus pada media – media tersebut. Namun ternyata banyak siswa yang berdiskusi dengan temannya untuk membicarakan hal hal lain yang berkaitan dengan sumber belajar ingkungan yang mereka lihat dalam kelas. Perhatian siswa kurang fokus dengan penjelasan guru. Selain terdapat siswa yang memperhatikan guru ternyata masih banyak juga siswa yang mengobrol, melamun, mengantuk dan lain lain. Hal ini banyak terjadi pada siswa yang duduk di barisan belakang. sumber belajar lingkungan yang digunakan kurang dapat menjangkau penglihatan siswa karena ukurannya kecil dan jumlahnya yang sedikit. Pada Siklus II dalam kegiatan pembelajaran siswa sudah lebih membaik. Hal ini terbukti dengan tidak adanya siswa yang mengantuk pada proses pembelajaran bahkan terdapat peningkatan jumlah siswa yang aktif. Pembelajaran dengan sumber belajar lingkungan pada siklus kedua ini dimana kegiatannya dilakukan diluar kelas dirasakan lebih menarik perhatian siswa dari
11
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 1-14
pada siklus pertama yang hanya menggunakan beberapa sumber belajar komponen abiotik lingkungan yang dilakukan di dalam kelas. Namun seperti yang telah dijelaskan bahwa penggunaan sumber belajar lingkungan pada siklus kedua ini masih belum maksimal karena masih terdapat siswa yang kurang fokus terhadap penjelasan guru seperti melakukan kegiatan mengobrol dengan teman, asik memperhatikan hal hal yang dilihat di lapangan sehingga terkesan bengong dan lain lain. Hal ini dikarenakan adanya hambatan suara yang menyebabkan
siswa kurang mendengar suara guru. Pada siklus III, siswa tampak sangat antusias mengikuti kegiatan pembelajaran. Guru telah menanggulangi masalah hambatan suara seperti yang terjadi pada siklus kedua dengan menggunakan alat pengeras suara. Pembelajaran dengan menggunakan sumber belajar lingkungan pada siklus ketiga ini dirasakan sangat baik karena perhatian siswa fokus pada penjelasan guru. Banyak terdapat siswa yang aktif bertanya dan menjawab pertanyaan, baik dari guru maupun teman mereka.
Prestasi Siswa Tabel 2. Nilai Rata-rata Kelas dan Persentase Siswa Tuntas
Nilai rata-rata kelas Banyaknya siswa tuntas Persentase siswa tuntas Ketuntasan belajar siswa secara klasikal mengalami peningkatan dari 52,50% pada siklus I menjadi 65,79% pada siklus II. Ini berarti mengalami peningkatan sebesar 13,29%. Pada siklus III meningkat sebesar 11,71% yaitu dari 65,79% menjadi 77,5%. Nilai ratarata yang diperoleh siswa di akhir siklus I sebesar 59,62 dan pada siklus II sebesar 62,63 dan pada akhir siklus III sebesar 75. Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa terjadi pengurangan jumlah siswa yang tidak aktif mengikuti kegiatan belajar dengan sumber belajar lingkungan. Begitu pula dengan pengurangan jumlah siswa yang tidak tuntas mengikuti pembelajaran. Berdasarkan data tabel jumlah keaktifan dan prestasi siswa yang dapat dilihat pada halaman lampiran,
Siklus I 59,62 19 52,50%
Siklus II 62,63 21 65,79%
Siklus III 75,21 26 77,5%
dapat diketahui bahwa siswa siswi yang mengalami ketidakaktifan dan ketidak tuntasan mayoritas berbeda beda, dalam arti bukan hanya siswa tersebut saja. Ada siswa yang pada siklus1 tidak aktif namun pada siklus dua mengalami keaktifan atau pada siklus satu aktif namun siklus dua tidak aktif begitu seterusnya. Sebagai contoh siswa yang dari siklus satu dan siklus dua tergolong siswa yang tidak tergolong aktif antara lain: Anggi Febriantika, Eni lestari, Eka Aprilia dan Eli Gustina. Ternyata setelah diteliti keempat siswa ini adalah teman akrab yang juga duduk berdekatan satu sama lain. Mereka cenderung untuk tidak menyatu dengan yang lain atau dengan kata lain, keempat siswa ini asyik sendiri dengan kegiatan mereka. Keempat siswa ini sering berdiskusi satu sama lain dan kurang 12
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 1-14
memperhatikan penjelasan guru. Selain terdapat siswa yang tidak aktif dari siklus 1 dan 2, terdapat pula siswa yang tidak aktif dari siklus 1, 2 dan 3, yaitu siswa yang bernama Jamiyudi. Siswa tersebut sering kali tampak lemas dan tidak sesemangat teman teman yag lain. Dari hasil wawancara dengan dirinya, ternyata Jamiyudi selalu mengikuti latihan bela diri pada malam sebelum pelajaran geografi, sehingga keesokan harinya dia merasa lelah dan tak bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Ini berdampak pula dengan prestasi belajarnya yang tidak tuntas pada siklus 1, 2 dan3. Selain Jamiyudi, siswa siswa yang tidak tuntas pada siklus 1,2 dn 3 bervariasi. Berdsarkan wawancara mereka tidak tuntas karena malas mengulang atau belajar di rumah. SIMPULAN Sumber belajar lingkungan dalam pembelajaran hidrosfer efektif meningktkan aktivitas dan prestasi belajar geografi sma. DAFTAR PUSTAKA .2012. MODEL PTK (online) . www.ditplb.or.id/files. Diakses Tanggal 20 April 2012 Association for Educational Communication Technology (AECT)1986. Definisi Teknologi Pendidikan (Penerjemah Yusufhadi Miarso). C.V. Rajawali (Buku Asli diterbitkan tahun 1977). Jakarta Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Direktorat Tenaga Kependidikan. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi Dalam Menunjang Kecakapan Hidup Siswa. Dirjen Dikdasmen, Depdiknas. Jakarta. Direktorat Tenaga Kependidikan. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Dirjen Dikdasmen, Depdiknas. Jakarta. Djamarah, , Syaiful Bahri, dan Azwan Zain, 2006, Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta. Hamalik. Oemar, 2008. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Lindiani.2008.Pengembangan Sumber Belajar.http://www.sumsel.ke menag. Go.id/file/ dokumen/ lindiani-pengembangansumber-belajar. Di download 27 Juli 2011 Miarso,Yusufhadi.2007.Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Prenada Media Group. Jakarta. Percival, Fred and Henry Ellington.1984.A Handbook of Educational Technology.Erlangga.Jakarta. Pargito. Materi IPS dan Struktur Disiplin Ilmu-Ilmu Sosial.2010.Universitas Lampung. Pargito. Penelitian Tindakan Bagi Guru dan Dosen. 2011. AURA. Lampung Pranata.2008.PendekatanKonstruktivis me.http://puslit.petra.ac.id/jour nals/interior/ di akses 1 November 2011 Prawiradilaga, Dewi Salma. 2008. Prinsip Desain Pembelajaran. Kencana.Jakarta. 13
Jurnal Sains dan Pendidikan Vol. 1 No. 2 (2014) 1-14
Satori, Djam’an. 2008. Profesi Keguruan. Universitas Terbuka. Jakarta. Soemanto, Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Sudjana. 1982. Cara Belajar Siswa Aktif. Sinar Baru. Bandung. Sumaatmadja, Nursid. 2001. Metodologi Pengajaran Geografi. Bumi Aksara. Jakarta. Wardiyatmoko. 2006. Geografi untuk SMA Kelas X, Jakarta : Erlangga Winataputra,Udin S. 2005. Strategi Belajar Mengajar: Edisi Kesatu. Universitas Terbuka. Jakarta. Yoga Aribowo.(2007). Geografi Kelas X, Ganeca Exact. Jakarta Yusman Hestiyanto. 2007. geografi SMA kelas X. Yudhistira. Jakarta
14