38
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) PADA STANDAR KOMPETENSI MENAMPILKAN SIKAP POSITIF TERHADAP PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA DI KELAS XII IPA-1 SMAN 1 BOYOLANGU TAHUN PELAJARAN 2014-2015 Oleh: Endro Santoso SMA Negeri 1 Boyolangu, Tulungagung
Abstrak. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Boyolangu kabupaten Tulungagung kelas XII IPA-1 semester I tahun pelajaran 2014-2015. Subyek penelitiannya adalah guru PKn dan siswa sejumlah 36 orang pada standar kompetensi menampilkan sikap positif terhadap Pancasila sebagai ideologi terbuka yang terdiri atas kompetensi dasar mendiskripsikan Pancasila sebagai ideologi terbuka (siklus I) dan menganalisis Pancasila sebagai sumber nilai dan paradigma pembangunan (siklus II). Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran sehingga diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajarnya. Disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) di kelas XII IPA-1 SMA Negeri 1 Boyolangu Tahun Pelajaran 2014-2015 dapat meningkatkan partisipasi dan prestasi belajar siswa. Kata Kunci: problem based learning, pancasila, ideologi terbuka, prestasi belajar
Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, perlu ditingkatkan terus menerus untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). perlu ditanamkan kepada seluruh komponen bangsa Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus bangsa. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan kepribadian warga negara yang memahami prinsip-prinsp kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta mampu me-
ngamalkanya dalam kehidupan sehari-hari sehingga diharapkan menjadi warga negara yang baik, yang cerdas, terampil, dan berbudi pekerti luhur serta menjunjung tinggi harkat martabat manusia baik sebagai mahkluk individu maupun makluk sosial2). Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship Education) merupakan mata pelajaran yang juga memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa. Di antara tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) antara lain agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan; 2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi; 3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakterkarakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain-
Endro Santoso, Peningkatan Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)... 39
nya; 4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, maka mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) SMA/SMK/MA memiliki standar kompetensi sebagai berikut: (1) Memahami hakikat bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). (2) Menampilkan sikap positif terhadap sistem hukum dan peradilan nasional. (3) Menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan dan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM). (4) Menganalisis hubungan dasar negara dengan konstitusi. (5) Menghargai persamaan kedudukan warga negara dalam berbagai aspek kehidupan. (6) Menganalisis sistem politik di Indonesia. (7) Menganalisis budaya politik di Indonesia. (8) Menganalisis budaya demokrasi menuju masyarakat madani. (9) Menampilkan sikap keterbukaan dan keadilan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. (10) Menganalisis hubungan internasional dan organisasi internasional. (11) Menganalisis sistem hukum dan peradilan internasional. (12) Menampilkan sikap positif terhadap Pancasila sebagai ideologi terbuka. (13) Mengevaluasi berbagai sistem pemerintahan. (14) Mengevaluasi peranan pers dalam masyarakat demokrasi. (15) Mengevaluasi dampak globalisasi. Dari standar isi tersebut di atas, Penulis memilih standar kompetensi ke dua belas yaitu: menampilkan sikap positif terhadap Pancasila sebagai ideologi terbuka sebagai judul penelitian tindakan kelas ini. Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman selama ini, siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa cenderug tidak begitu tertarik dengan pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) karena selama ini pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dianggap sebagai pelajaran yang hanya mementingkan hafalan semata, kurang menekankan aspek penalaran se-
hingga menyebabkan rendahnya minat belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) siswa di sekolah. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hasil pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) rendah baik faktor internal maupun eksternal dari siswa. Faktor internal antara lain: motivasi belajar, intelegensi, kebiasan dan rasa percaya diri. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar siswa misalnya: guru sebagai pembina kegiatan pembelajaran, strategi pembelajaran, sarana dan prasarana, kurikulum, lingkungan, dll. Dari masalahmasalah yang dikemukakan di atas, perlu dicari strategi baru dalam pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran yang mengutamakan penguasaan kompetensi harus berpusat pada siswa (focus on learners), memberikan pembelajaran dan pengalaman belajar yang relevan dan kontekstual dalam kehidupan nyata dan mengembangkan mental yang kaya dan kuat pada siswa. Di sinilah guru dituntut untuk merancang kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan kompetensi, baik dalam ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik siswa. Strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan peciptaan suasana yang menyenangkan sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Dalam hal ini Penulis memilih model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) sebagai upaya meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran yang pada akhirnya diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar paara siswa. dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), khususnya pada standar kompetensi menampilkan sikap positif terhadap Pancasila sebagai ideologi terbuka yang terdiri atas kompetensi dasar mendiskripsikan Pancasila sebagai ideologi terbuka (siklus I) dan menganalisis Pancasila sebagai sumber nilai dan paradigma pembangunan (siklus II).
40
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015
Berdasarkan uraian diatas maka penelitian tindakan kelas ini, dirancang untuk mengkaji penerapan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) untuk meningkatkan kemampuan dan prestasi belajar siswa dalam memecahkan masalah yang berkaitan pada sandar kompetensi menampilkan sikap positif terhadap Pancasila sebagai ideologi terbuka. Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang melalui penguatan (reinforcement), sehingga terjadi perubahan yang bersifat permanen dan konsisten pada dirinya sebagai hasil pengalaman (learning is a change of behaviour as a result of experience), demikian pendapat John Dewey, salah seorang ahli pendidikan Amerika Serikat. Perubahan yang dihasilkan oleh proses belajar bersifat progresif dan akumulatif, mengarah kepada kesmpurnaan, misalnya dari tidak mampu menjadi mampu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, baik mencakup aspek pengetahuan (cognitive domain), aspek sikap dan perilaku (afektive domain) maupun aspek ketrampilan (psychomotoric domain). Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Empat pilar belajar menurut UNESCO yaitu: a) Learning to know, yaitu suatu proses pembelajaran yang memungkinkan siswa menguasai teknik menemukan pengetahuan dan bukan semata-mata hanya memperoleh pengetahuan. b) Learning to do adalah pembelajaran untuk mencapai kemampuan untuk melaksanakan controlling, monitoring, maintening, designing, organizing. Belajar dengan melakukan sesuatu dalam potensi yang konkret tidak hanya terbatas pada kemampuan mekanistis, melainkan juga meliputi kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dengan orang lain serta mengelola dan mengatasi koflik. c) Learning to live together adalah membekali kemampuan untuk hidup bersama dengan
orang lain yang berbeda dengan penuh toleransi, saling pengertia dan tanpa prasangka. d) Learning to be adalah keberhasilan pembelajaran yang untuk mencapai tingkatan ini diperlukan dukungan keberhasilan dari pilar pertama, kedua dan ketiga. Tiga pilar tersebut ditujukan bagi lahirnya siswa yang mampu mencari informasi dan menemukan ilmu pengetahuan yang mampu memecahkan masalah, bekerjasama, bertenggang rasa, dan toleransi terhadap perbedaan. Bila ketiganya behasil dengan memuaskan akan menumbuhkan percaya diri pada siswa sehingga menjadi manusia yang mampu mengenal dirinya, berkepribadian mantap dan mandiri, memiliki kemantapan emosional dan intelektual, yang dapat mengendalikan dirinya dengan konsisten, yang disebut kecerdasan emosi (emotional intelegence). Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warganegara yang demokratis dan bertanggung jawab. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam rangka “nation and character building” yaitu: 1) Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan bidang kajian kewarganegaraan yang ditopang berbagai disiplin ilmu yang relevan, yaitu: ilmu politik, hukum, sosiologi, antropologi, psokoliogi dan disiplin ilmu lainnya yang digunakan sebagai landasan untuk melakukan kajian-kajian terhadap proses pengembangan konsep, nilai dan perilaku demokrasi warganegara; 2) Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) mengembangkan daya nalar (state of mind) bagi para peserta didik. Pengembangan karakter bangsa merupakan proses pengembangan warga negara yang cerdas dan berdaya nalar tinggi. PKn memusatkan perhatiannya pada pengembangan kecerdasan warga negara (civic intelegence) sebagai landasan pengembangan nilai dan perilaku demokrasi; 3) Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagai suatu proses pencerdasan, maka pendekatan
Endro Santoso, Peningkatan Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)... 41
pembelajaran yang digunakan adalah yang lebih inspiratif dan partisipatif dengan menekankan pelatihan penggunaan logika dan penalaran; 4) Kelas Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagai laboratorium demokrasi. Melalui Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) pemahaman, sikap dan perilaku demokratis dikembangkan bukan semata-mata melalui “mengajar demokrasi” (teaching democracy), tetapi melalui model pembelajaran yang secara langsung menerapkan cara hidup secara demokrasi (doing democracy). Evaluasi dilakukan secara menyeluruh termasuk portofolio siswa dan evaluasi diri yang lebih berbasis kelas. Hasil belajar adalah segala kemampuan yang dapat dicapai siswa melalui proses belajar yang berupa pemahaman dan penerapan pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi siswa dalam kehidupannya sehari-hari serta sikap dan cara berpikir kritis dan kreatif dalam rangka mewujudkan manusia yang berkualitas, bertanggung jawab bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara serta bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah hasil belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) berupa seperangkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan dasar yang berguna bagi siswa untuk kehidupan sosialnya baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang yang meliputi: keragaman suku bangsa dan budaya Indonesia, keragaman keyakinan (agama dan golongan) serta keragaman tingkat kemampuan intelektual dan emosional. Hasil belajar didapat baik dari hasil tes (ulangan harian, tengah semester, akhir semester), unjuk kerja (performance), penugasan (projek), hasil kerja (produk), portofolio, sikap serta penilaian diri. Untuk meningkatkan hasil belajar PKn, dalam pembelajarannya harus menarik sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Diperlukan model pembelajaran interaktif dimana guru lebih banyak memberikan peran kepada siswa sebagai subjek belajar, guru
mengutamakan proses daripada hasil. Guru merancang proses belajar mengajar yang melibatkan siswa secara integratif dan komprehensif pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga tercapai hasil belajar. Agar hasil belajar PKn meningkat diperlukan situasi, cara dan strategi pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara aktif baik pikiran, pendengaran, penglihatan, dan psikomotor dalam proses belajar mengajar. Adapun pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara totalitas adalah pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) adalah suatu model pembelajaran dimana sebelum proses belajar mengajar didalam kelas dimulai, siswa terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu fenomena. Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan yang muncul, serta mendiskusikan permasalahan dan mencari pemecahan masalah dari permasalahan tersebut. Model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) berlangung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, menemukan dan mendiskusikan masalah serta mencari pemecahan masalah, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa megerti apa makna belajar, apa manfaatya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Siswa terbiasa memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergumul dengan ide-ide. Dalam model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) tugas guru mengatur strategi belajar, membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan pngetahuan baru, dan memfasilitasi belajar. Anak harus tahu makna belajar dan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Dari pembahasan di atas dapat diduga bahwa model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dapat mening-
42
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015
katkan kemampuan siswa dalam belajar efektif dan kreatif, diamana siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya, menemukan pengetahuan dan keterampilannya sendiri melalui proses bertanya, kerja kelompok, belajar dari model yang sebenarnya, bisa merefleksikan apa yang diperolehnya antara harapan dengan kenyataan sehingga peningkatan hasil belajar yang didapat bukan hanya sekedar hasil menghapal materi belaka, tetapi lebih pada kegiatan nyata/ pemecahan kasus-kasus yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran/ diskusi kelompok dan diskusi kelas. Berdasar uraian di atas maka model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam roses pembelajaran sehingga diharapkan mampu meningkatkan prestasi/ hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) pada standar kompetensi menampilkan sikap positif terhadap Pancasila sebagai ideologi terbuka yang terdiri atas kompetensi dasar mendiskripsikan Pancasila sebagai ideologi terbuka (siklus I) dan menganalisis Pancasila sebagai sumber nilai dan paradigma pembangunan (siklus II). Secara umum penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi dan prestasi/ hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Sedangkan secara khusus penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan menimbulkan kreatifitas siswa yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) pada standar kompetensi: menampilkan sikap positif terhadap Pancasila sebagai ideologi terbuka yang terdiri atas kompetensi dasar mendiskripsikan Pancasila sebagai ideologi terbuka dan menganalisis Pancasila sebagai sumber nilai dan paradigma pembangunan.
METODE PENELITIAN Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama lebih kurang 3 (tiga) bulan mulai, bertempat di SMA Negeri 1 Boyolangu Kabupaten Tulungagung, Jl .Ki Mangunsarkoro, Beji, Boyolangu Kabupaten Tulungagung, web: http://smaboy.sch.id, email:
[email protected] Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan siswa kelas XII IPA-1 SMA Negeri 1 Boyolangu Kabupaten Tulungagung dengan jumlah siswa 36 orang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 21 orang perempuan. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan pada saat proses pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) berlangsung pada standar kompetensi pada standar kompetensi menampilkan sikap positif terhadap Pancasila sebagai ideologi terbuka yang terdiri atas kompetensi dasar mendiskripsikan Pancasila sebagai ideologi terbuka (siklus I) dan menganalisis Pancasila sebagai sumber nilai dan paradigma pembangunan (siklus II). Penelitian tindakan kelas ini merupakan pengembangan metode dan strategi pembelajaran. Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (class action research) yaitu suatu penelitian yang dikembangkan bersama-sama untuk peneliti dan pembuat keputusan (decision maker) tentang variabel yang dimanipulasikan dan dapat digunakan untuk melakukan perbaikan. Alat pengumpul data yang dipakai dalam penelitian ini antara lain : catatan guru, catatan siswa, wawancara, angket dan berbagai dokumen yang terkait dengan siswa. Prosedur penelitian terdiri dari 4 tahap, yakni perencanaan (planing), melakukan tindakan/ pelaksanaan (acting), observasi (observasing) dan tindak lanjut (reflecting). Tindak lanjut/ refleksi merupakan tahap akhir siklus dan akan berulang kembali pada siklus-siklus berikutnya (misalnya siklus I, II dan bilamana perlu siklus III dan seterusnya). Aspek yang diamati dalam setiap siklusnya adalah kegiatan atau aktifitas
Endro Santoso, Peningkatan Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)... 43
siswa saat pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dengan pendekatan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) untuk melihat perubahan tingkah laku siswa dan untuk mengetahui tingkat kemajuan belajarnya yang akan berpengaruh terhadap hasil belajar dengan alat pengumpul data yang sudah disebutkan di atas. Data yang diambil adalah data kuantitatif dari hasil tes, presensi, nilai tugas seta data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, antusias siswa, partisipasi dan kerjasama dalam diskusi, kemampuan atau keberanian siswa dalam melaporkan hasil diskusi kelas XII IPA-1 SMA Negeri 1 Boyolangu Kabupaten Tulungagung Tahun Pelajaran 2014-2015. Instrument penelitian tindakan kelas ini berbentuk soal tes, observasi, catatan lapangan dan data kuantitatif berupa hasil belajar siswa sebelum penelitian tindakan kelas ini dilakukan. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemajuan belajar siswa sebelum dan setelah penelitian dilakukan. Selain itu juga dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan tindak lanjut pada setiap siklus yang telah direncanakan. Data yang terkumpul divalidasi dan dianalisis. Validasi diperlukan untuk memastikan bahwa data-data yang diperoleh benar-benar valid sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan analisis data yang dipergunakan adalah diskriftif analitik, yaitu memaparkan fakta-fakta atau kejadiankejadian secara sistematis dan akurat. Prosedur pengolahan data dilaksanakan dengan mengacu pada pengolahan data dalam penelitian kualitatif dari hasil observasi dan wawancara serta hasil evaluasi kemajuan belajar yang kemudian dianalisis secara diskriptif, dengan mengkatagorikan dan mengklasifikasikan berdasarkan analisis kaitan logisnya, kemudian ditafsirkan dan disajikan secara sistematis dalam konteks permasalahan penelitian. untuk selanjutnya dapat dijadikan sebagai dasar bagi kegiatan refleksi bagi peneliti. Adapun cara melakukan analisis disesuaikan dengan tindakan yang telah
direncanakan selama penelitian berlangsung, yaitu dengan jalan mencari rata-rata skor yang diperoleh dari lembar kegiatan siswa untuk setiap indikator yang harus dikuasai oleh siswa. Dan untuk menunjang keabsahan pengolahan data tersebut di atas peneliti juga akan melakukan survey terhadap respon siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dengan jalan membuat angket yang berisi skala sikap yang disusun dengan maksud untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran yang telah dirancang oleh peneliti. Selanjutnya untuk analisis ketuntasan hasil belajar siswa peneliti melakukan penghitungan prosentase siswa yang mendapatkan nilai sama dengan atau lebih dari tujuh puluh lima ( ≥75 ) untuk mengetahui seberapa besar daya serap dan pemahaman siswa terhadap kompetensi dasar yang dipelajari dengan penerapan pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) baik secara individual maupun daya serap siswa secara klasikal. Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus dengan prosedur sebagai berikut. Siklus I 1. Perencanaan (Planing), (a) identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah; (b) merencanakan metode pembelajaran yang akan diterapkan; (c) menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar; (d) memilih bahan/ materi pembelajaran yang sesuai; (e) menentukan rencana pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah (problem based learning); (f) mempersiapkan sumber, bahan, dan alat bantu yang dibutuhkan; (g) menyusun lembar kegiatan siswa; (h) mengembangkan format evaluasi; (i) mengembangkan format observasi pembelajaran; 2. Tindakan (Acting), (a) menerapkan tindakan yang mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran; (b) siswa membaca materi yang terdapat pada buku sumber; (c) siswa mendengarkan penjelasan guru
44
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015
tentang materi yang terdapat pada buku sumber; (d) siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang dipelajari; (e) siswa mengerjakan lembar kegiatan siswa (lks); (f) siswa berdiskusi membahas masalah/ karsus/ pertanyaan yang sudah dipersiapkan oleh guru; (g) masingmasing kelompok mempresentasikan hasil diskusi. 3. Pengamatan (Observasing), (a) melakukan observasi dengan memakai format observasi yang sudah disiapkan yaitu dengan catatan anekdot untuk mengumpulkan data; (b) menlai hasil tindakan dengan menggunakan format lembar kerja siswa. 4. Tindak Lanjut (Reflecting), (a) melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasai mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan; (b) melakukan pertemuan untuk membahas hasil evalusi tentang scenario pembelajaran dan lembar kerja siswa; (c) memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya. Siklus II 1. Perencanaan (Planing), (a) identifikasi masalah yang muncul pada siklus i dan belum teratasi dan penetapan alternatif pemecahan masalah; (b) menentukan indikator pencapaian hasil belajar; (c) pengembangan program tindakan II. 2. Tindakan (Acting)Pelaksanaan tindakan pada siklus II yang mengacu pada identifikasi masalah yang muncul pada siklus I, sesuai dengan alternatif pemecahan masalah yang sudah ditentukan, antara lain melalui: (a) guru melakukan appersepsi; (b) siswa diperkenalkan dengan materi yang akan dibahas dan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran; (c) siswa mengumpulkan bacaan dari berbagai sumber, melakukan diskusi kelompok belajar, memahami materi dan menulis hasil diskusi untuk dilaporkan; (d) presentasi hasil diskusi; (e) siswa
menyelesaikan tugas pada lembar kerja siswa (lks). 3. Pengamatan (Observasing), (a) melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan dan mencatat semua halhal yang diperlukan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung; (b) menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah dikembangkan; 4. Tindak Lanjut (Reflecting), (a) melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus ii berdasarkan data yang terkumpul; (b) membahas hasil evaluasi tentang scenario pembelajaran pada siklus II; (c) memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus III bilamana perlu; (d) evaluasi tindakan II; (f) indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus ini diharapkan mengalami kemajuan minimal 10% dari siklus I. Kriteria keberhasilan penelitian ini dari sisi proses dan hasil. Sisi proses yaitu berhasilnya siswa memecahkan masalah melalui pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dengan mengadakan diskusi kelompok belajar, dimana para siswa dilatih untuk berani mengemukakan pendapat dan/ atau berbeda pendapat, memberikan pertanyaan, sanggahan, saran-saran dll. Sedangkan sisi hasil ialah meningkatnya prestasi/ hasil belajar siswa pada standar kompetensi tersebut melalui hasil tes/ulangan yang dilaksanakan pada akhir masing-masing siklus. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum siklus I dilaksanakan, berdasar data dokumentasi diperoleh data awal bahwa dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75%, sebanyak 27 siswa ( 75,00 % ) tuntas, dan sebanyak 9 siswa (22,23 %) harus mengikuti remidi, dengan nilai ratarata 76,83. Temuan awal yang diperoleh diduga siswa kurang berperan aktif dalam proses pembelajaran, merasa jemu dan kurang memperoleh kesempatan untuk memecahkan masalah. Selama pembelajaran
Endro Santoso, Peningkatan Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)... 45
berlangsung guru lebih dominan, akibatnya pembelajaran kurang efektif yang pada akhirnya prestasi siswa kurang optimal. Dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan dalam 2 siklus dan masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observasing) dan tindak lanjut (reflecting). Adapun setiap siklus dirancang untuk penerapan dan pengaplikasian tindakan yang berbeda. Siklus Pertama Dalam siklus I ini akan dilakukan pengkajian kompetensi dasar mendiskripsikan Pancasila sebagai ideologi terbuka dengan langkah-langkah sebagai berikut. 1. Perencanaan (Planning) Perencanaan pada siklus I ini dimulai dengan pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang membahas Pancasila sebagai ideologi terbuka. Selanjutnya pembuatan lembar kegiatan siswa (lks) yang berisi tentang permasalahan/ pertanyaan yang berkaitan dengan Pancasila sebagai ideologi terbuka. Untuk pembahasan kompetensi dasar ini diperlukan waktu 4 x 45 menit (4 jam pelajaran), terdiri dari pertemuan pertama 2 x 45 menit dan pertemuan kedua 2 x 45 menit dan diakhiri dengan uji kompetensi dasar. Selama pelaksanaan siklus I ini, guru menyiapkan lembar observasi yang diperlukan untuk merekam semua kejadian selama proses pembelajaran. Selain itu guru juga mempersiapkan instrumen penilaian guna mengukur kegiatan selama siklus I ini dan juga untuk kepentingan refleksi yang akan dilakukan di akhir siklus. 2. Tindakan (Acting) Penerapan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) pada kompetensi dasar mendiskripsikan Pancasila sebagai ideologi terbuka ini diawali dengan informasi guru mengenai tujuan pembelajaran, dilanjutkan penjelasan umum
tentang materi pembelajaran, kemudian pembentukan kelompok diskusi. Dengan bimbingan guru siswa membagi kelas menjadi 6 kelompok yang heterogen, setiap kelompok beranggotakan 6 orang. Kemudian setiap meja kelompok diberikan lembar kegiatan siswa yang berisi permasalahan/ kasus/ pertanyaan mengenai Pancasila sebagai ideologi terbuka. Pertanyaan dikembangkan berdasarkan indikator dari kompetensi dasar tersebut di atas. Selanjutnya siswa-siswa tersebut mendiskusikan dengan kelompoknya masing-masing. Hasil diskusi dicatat dan kemudian masing-masing kelompok secara bergiliran menyampaikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. Kelompok lain berhak bertanya, memberikan saran, masukkan, pendapat, dan lain-lain yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas. Selama proses pembelajaran berlangsung, guru mengadakan pengamatan dan memberikan penilaian mengenai aktifitas siswa dalam berdiskusi, sikap, tata cara mengemukakan pendapat, cara bertanya, dll. Pada akhir pembelajaran siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan hasil diskusi. 3. Pengamatan (Observasing) Kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh guru sebagai peneliti mengenai segala sesuatu yang terjadi selama pelaksanaan tindakan. Pengamatan yang telah dilakukan dicatat pada lembar observasi yang telah disiapkan. Berdasarkan catatan yang telah dibuat dalam lembar observasi, peneliti dapat menyimpulkan bahwa selama proses pembelajaran pada kajian Pancasila sebagai ideologi terbuka secara umum berjalan seperti yang diharapkan oleh guru, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penerapan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). Secara garis besar aspek yang dinilai selama proses pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) antara lain: 1) menjawab permasalahan/ kasus/ pertanyaan dari lembar kegiatan siswa (lks) dengan terlebih dahulu mendiskusikannya
46
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015
dalam kelompok; 2) mencatat hasil diskusi kelompok; dan 3) menyampaikan hasil diskusi kelompok di depan kelas. Setelah semua kelompok menyampaikan hasil diskusinya, kepada setiap siswa dibagikan angket/ daftar pertanyaan untuk
mengetahui pendapat siswa mengenai pelaksanaan penerapan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). Angket/ daftar pertanyaan yang telah terisi selanjutnya direkap dan diperoleh data seperti pada Tabel 1.
Tabel 1 Data Aktifitas Siswa Selama Proses Pembelajaran (Siklus I) (KD. Mendiskripsikan Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka) Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
JUMLAH SISWA 29 7 28 8 31 5 29 7 27 9 25 11
PROSENTASE (%) 80,56 19,44 77,78 22,22 86,11 13,89 80,56 19,44 75,00 25,00 69,44 30,56
Ya Tidak
28,17 7,83
78,24 21,76
No
ASPEK PEMBELAJARAN
JAWABAN
1
Menumbuhkan keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat Memberikan motivasi dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran (meyelesaikan tugas mandiri atau tugas kelompok) Mengembangkan kemampuan siswa dalam mengikuti diskusi kelompok/kelas Mengembangkan hubungan baik siswa dengan guru selama kegiatan pembelajaran Mengembangkan hubungan baik siswa dengan siswa lain selama pembelajaran (dalam kerja kelompok/kelas) Mengembangkan partisipasi siswa dalam pembelajaran (memperhatikan, ikut melakukan kegiatan kelompok, selalu mengikuti petunjuk guru).
2 3 4 5 6
Rata-rata
Dari tabel di atas dapat diambil kesimpulan bahwa rata-rata siswa yang menjawab ya= 28,17 siswa (78,24%), siswa yang menyatakan tidak= 7,83 siswa (21,76%). Dengan demikian berarti proses pembelajaran pada siklus I ini telah berhasil meingkatkan peran/ aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, walaupun belum 100% siswa menyatakan ya. Keadaan ini menjadi titik tolak untuk memperbaiki proses pembelajaran pada siklus berikutnya. Selanjutnya untuk mengetahui ketercapain kompetensi dasar mendiskripsikan Pancasila sebagai ideologi terbuka pada akhir pertemuan kedua dilakukan ulangan harian/ kuis. Soal ulangan berbentuk isian/ uraian dengan rentang nilai 0100. Dengan memperhatikan berbagai aspek yang meliputi kompleksitas, masukan (intage) maupun sarana prasarana yang menunjang maka Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Pendidikan Kewarganegaraan kelas XII IPA-1 SMA Negeri 1 Boyolangu Tulungagung untuk standar kompetensi menampilkan sikap positif terhadap Pancasila sebagai ideologi terbuka yang terdiri atas
kompetensi dasar mendiskripsikan Pancasila sebagai ideologi terbuka (siklus I) dan menganalisis Pancasila sebagai sumber nilai dan paradigma pembangunan (siklus II) sebagaimana tersebut di atas adalah 75%. Setelah dilaksanakan ulangan harian/kuis dengan KKM =75% pada kompetensi dasar mendiskripsikan Pancasila sebagai ideologi terbuka (siklus I) melalui penerapan pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) hasilnya adalah sebanyak 31 siswa (86,11 %.) tuntas dan sebanyak sebanyak 5 siswa (13,89%) belum tuntas, dengan nilai rata-rata keseluruhan 78,75. Siswa yang belum tuntas selanjutnya diberikan tugas tambahan (remidial) agar dapat menyelesaikan kompetensi dasar tersebut dan pada akhirnya dilaksanakan ulangan/ kuis. Berdasar data di atas berarti dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dapat membantu para siswa dalam memahami kajian mendiskripsikan Pancasila sebagai ideologi terbuka (siklus I)
Endro Santoso, Peningkatan Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)... 47
pada siswa kelas XII IPA-1 SMA Negeri 1 Boyolangu Tahun Pelajaran 2014/2015.
capaian kompetensi dikuasai siswa.
dasar
yang harus
4. Tindak Lanjut (Refleksi) Dari seluruh kegiatan, mulai dari perencanaan, observasi, pengambilan data sampai dengan pelaksanaan pengerjaan lembar kegiatan siswa (lks) pada siklus I ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa semua kegiatan berjalan dengan baik dan dapat dikatakan berhasil, walaupun kenaikan ratarata nilai jika dibandingkan dengan temuan awal belum signifikan. Semua hal yang telah direncanakan dapat dilaksanakan tanpa adanya kendala yang berarti. Kegiatan pembelajaran yang Peneliti terapkan pada kompetensi dasar mendiskripsikan Pancasila sebagai ideologi terbuka (siklus I) melalui penerapan pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dapat dikatakan cocok dan sesuai dengan karakteristik materi dan objek penelitian. Dalam penerapan strategi belajar ini menekankan sikap dan kerjasama saling memberi informasi dan tukar pikiran dengan sesama temannya. Sedangkan peranan guru hanya sebagai motivator dan pembimbing dalam proses pembelajaran yang terjadi di kelas. Guru hanya memberikan penekanan konsep pada akhir pembahasan permasalahan dalam pelaksanaan diskusi. Siklus I berjalan dengan baik walauapun masih belum sesuai harapan karena peningkatan nilai kognitif siswa belum signifikan jika dibandingkan dengan data temuan awal sebelum siklus I dilaksanakan. Masih terdapat beberapa siswa yang belum dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran dan juga masih ada kelompok siswa yang belum dapat melaksanakan tugasnya secara baik. Oleh karena itu perlu dilaksanakan siklus II dengan penerapan pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) sebagaimana pada siklus I, akan tetapi pemilihan bahan ajar, pembagian kelompok siswa serta upaya agar siswa lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran lebih ditingkatkan untuk pen-
Siklus Kedua Dalam siklus II ini akan dilakukan pengkajian kompetensi dasar menganalisis Pancasila sebagai sumber nilai dan paradigma pembangunan. 1. Perencanaan (Planning) Perencanaan pada siklus II ini dimulai dengan pembuatan rencana pelaksanaa pembelajaran yang membahas kompetensi dasar menganalisis Pancasila sebagai sumber nilai dan paradigma pembangunan. Selanjutnya pembuatan lembar kegiatan siswa (lks) yang berisi tentang permasalahan/ kasus/ pertanyaan yang berkaitan dengan menganalisis Pancasila sebagai sumber nilai dan paradigma pembangunan. Permasalahan/ kasus/ pertanyaan yang disajikan pada lembar kegiatan siswa pada suklus II ini diupayakan lebih kontekstual yang terjadi saat ini. Pembagian kelompok diskusi memperhatikan hasil pengamatan (observasi) dan hasil ulangan/ kuis pada siklus sebelumnya agar aktifitas siswa maupun kelompok lebih baik dibandingkan pada siklus sebelumnya, artinya siswa yang pada siklus sebelumnya kurang berperan aktif dalam proses pembelajaran/ diskusi, akan dijadikan satu kelompok dengan siswa yang lebih aktif, demikian juga dengan hasil ulangan/kuis yang diperoleh pada siklus sebelumnya. Untuk pembahasan kompetensi dasar ini diperlukan waktu 4 x 45 menit (4 jam pelajaran), terdiri dari pertemuan pertama 2 x 45 menit dan pertemuan kedua 2 x 45 menit. Selama pelaksanaan siklus II ini, guru menyiapkan lembar observasi yang diperlukan untuk merekam semua kejadian selama proses pembelajaran serta daftar pertanyaan/ angket yang selanjutnya pada akhir pertemuan pertama angket tersebut dibagikan kepada siswa untuk diisi sebagaimana dilakukan pada siklus sebelumnya. Dan juga mempersiapkan instrumen penilaian guna mengukur kegiatan selama siklus II ini
48
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015
untuk kepentingan refleksi yang akan dilakukan di akhir siklus. 2. Tindakan (Acting) Penerapan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) pada kompetensi dasar menganalisis Pancasila sebagai sumber nilai dan paradigma pembangunan ini diawali dengan informasi guru mengenai tujuan pembelajaran, dilanjutkan penjelasan umum tentang materi pembelajaran, kemudian pembentukan kelompok diskusi dengan memperhatikan hal-hal sebagaimana tersebut di atas. Dengan bimbingan guru siswa membagi kelas menjadi 6 kelompok yang heterogen, setiap kelompok beranggotakan 6 orang. Kemudian setiap meja kelompok diberikan lembar kegiatan siswa yang berisi permasalahan/ kasus/ pertanyaan mengenai menganalisis Pancasila sebagai sumber nilai dan paradigma pembangunan. Selanjutnya siswa-siswa mendiskusikan dengan kelompoknya masing-masing. Hasil diskusi dicatat dan kemudian masing-masing kelompok secara bergiliran menyampaikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. Kelompok lain berhak bertanya, memberikan saran, masukan, pendapat, dan lain-lain yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas. Selama proses pembelajaran beralangsung, guru mengadakan pengamatan dan memberikan penilaian mengenai aktifitas siswa dalam berdiskusi, sikap, tata cara mengemukakan pendapat, cara bertanya, dll. Pada akhir pembelajaran siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan hasil diskusi. 3. Pengamatan ( Observasing ) Kegiatan pengamatan ini dilakukan oleh guru sebagai Peneliti mengenai segala se-
suatu yang terjadi selama pelaksanaan tindakan. Pengamatan yang telah dilakukan dicatat pada lembar observasi yang telah disiapkan. Berdasarkan catatan yang telah dibuat dalam lembar observasi, Peneliti dapat menyimpulkan bahwa selama proses pembelajaran pada kajian menganalisis Pancasila sebagai sumber nilai dan paradigma pembangunan secara umum berjalan seperti yang diharapkan oleh guru, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penerapan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning.) Secara garis besar aspek yang dinilai selama proses pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) antara lain (1) menjawab permasalahan/ kasus/ pertanyaan dari lembar kegiatan siswa (lks) dengan terlebih dahulu mendiskusikannya dalam kelompok; (2) mencatat hasil diskusi kelompok; dan (3) menyampaikan hasil diskusi kelompok di depan kelas sebagaimana dilakukan pada siklus I, namun pada siklus II ini guru lebih pro aktif memberikan motivasi kepada siswa baik secara individual maupun kelompok dengan harapan siswa lebih aktif berperan dalam proses pembelajaran. Setelah semua kelompok menyampaikan hasil diskusinya, kepada setiap siswa dibagikan angket/ daftar pertanyaan untuk mengetahui pendapat siswa mengenai pelaksanaan penerapan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) pada siklus II ini. Adapun gambaran partisipasi siswa dalam proses pembelajaran dapat dilihat pada rekapitulasi hasil angket/daftar pertanyaan yang telah terisi sekaligus dibandingkan dengan hasil rekapitulasi pada siklus I, seperti Tabel 2.
Tabel 2 Data Aktifitas Siswa Selama Proses Pembelajaran (Siklus II) (KD. Mengnalisis Pancasila Sebagai Sumber Nilai & Paradigma Pembangunan) SIKLUS I No
ASPEK PEMBELAJARAN
1
Menumbuhkan keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat
2 3
Memberikan motivasi dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran / meyelesaikan tugas mandiri atau tugas kelompok Mengembangkan kemampuan siswa dalam mengikuti diskusi kelompok/ kelas
4
Mengembangkan hubungan baik siswa dengan guru selama kegiatan
SIKLUS II
JWB
JML
(%)
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya
29 7 28 8 31 5 29
80,56 19,44 77,78 22,22 86,11 13,89 80,56
JW B Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya
JML
(%)
32 4 33 3 33 3 32
88,89 11,11 91,67 8,33 91,67 8,33 88.89
Endro Santoso, Peningkatan Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)... 49 SIKLUS I No
5 6
ASPEK PEMBELAJARAN pembelajaran Mengembangkan hubungan baik siswa dengan siswa lain selama pembelajaran (dalam kerja kelompok/kelas) Mengembangkan partisipasi siswa dalam pembelajaran (memperhatikan, ikut melakukan kegiatan kelompok, selalu mengikuti petunjuk guru). Rata-rata
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada siklus II ini rata-rata siswa yang menjawab ya= 32,83 siswa (91,20 %) mengalami peningkatan sebesar 12,96 % jika dibandingkan dengan siklus I sebesar 28,17 siswa (78,24%), dan siswa yang menyatakan tidak= 3,17 siswa (8,80%) mengalami penurunan sebesar 12,96% jika dibandingkan pada siklus I sebesar 7,83 siswa (21,76%) artinya sebanyak 12,96% siswa yang pada siklus I belum berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, pada siklus II ini telah berpartisipasi aktif. Dengan demikian berarti proses pembelajaran pada siklus II ini telah berhasil meningkatkan peran/ aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, walaupun juga belum 100%. Selanjutnya untuk mengetahui ketercapain kompetensi dasar menganalisis Pancasila sebagai sumber nilai dan paradigma pembangunan pada akhir pertemuan kedua dilakukan ulangan harian. Soal ulangan berbentuk isian/uraian dengan rentang nilai 0-100. Setelah dilaksanakan ulangan harian/ kuis dengan KKM =75% pada kompetensi dasar menganalisis Pancasila sebagai sumber nilai dan paradigma pembangunan melalui penerapan pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) pada siklus II ini hasilnya adalah sebanyak 34 siswa (94,44%) tuntas, mengalami kenaikan sebesar 8,33% jika dibandingkan pada sikus I sebanyak = 31 siswa (86,11%) dengan nilai rata-rata 81,47. Sedangkan siswa-siswa yang belum tuntas (remidi) pada silus II ini sebanyak 2 siswa (5,56%) yang selanjutnya diberikan tugas tambahan agar dapat menyelesaikan kompetensi dasar tersebut di atas. Berdasar data di atas berarti dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) da-
JWB
JML
(%)
Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
7 27 9 25 11 28,17 7,83
19,44 75,00 25,00 69,44 30,56 78,24 21,76
SIKLUS II JW JML (%) B Tidak 4 11,11 Ya 34 94,44 Tidak 2 5,56 Ya 33 91,67 Tidak 3 8,33 Ya 32,83 91,20 Tidak 3,17 8,80
pat membantu para siswa dalam memahami standar kompetensi menampilkan sikap positif terhadap Pancasila sebagai ideologi terbuka pada siswa kelas XII IPA-1 SMA Negeri 1 Boyolangu Tahun Pelajaran 2014/2015. 4. Tindak Lanjut (reflecting) Dari seluruh kegiatan, mulai dari perencanaan, observasi, pengambilan data sampai dengan pelaksanaan pengerjaan lembar kegiatan siswa (lks) pada siklus II ini Peneliti dapat menyimpulkan bahwa semua kegiatan berjalan dengan baik dan berhasil, walaupun pada akhir siklus II ini masih ada siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar yang telah ditentukan. Kenaikan rata-rata nilai hasil ulangan/kuis jika dibandingkan dengan temuan awal juga masih perlu upaya peningkatan lebih keras lagi. Walaupun demikian kegiatan pembelajaran yang Peneliti terapkan pada standar kompetensi menampilkan sikap positif terhadap Pancasila sebagai ideologi terbuka melalui penerapan pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) cocok dan sesuai dengan karakteristik materi dan objek penelitian. Upaya lebih lanjut dalam peningkatan partisipasi/ aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dalam rangka peningkatan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) harus terus ditingkatkan sehingga terciptalah pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan uraian dan hasil pengamatan guru sebagai Peneliti dalam penerapan pembelajaran berbasis masalah (pro-
50
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015
blem based learning) pada standar kompetensi menampilkan sikap positif terhadap Pancasila sebagai ideologi terbuka di kelas XII IPA-1 SMA Negeri 1 Boyolangu Kabupaten Tulungagung Tahun Pelajaran 2014-2015 maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. (1) Penerapan pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) mampu meningkatkan peran/aktivitas siswa maupun guru dalam proses pembelajaran. Aspek-aspek yang dikembangkan meliputi: menumbuhkan keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat, motivasi dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran, mengembangkan kemampuan siswa dalam mengikuti diskusi kelompok/kelas, hubungan baik siswa dengan guru, hubungan baik siswa dengan siswa lain dan mengembangkan partisipasi siswa dalam pembelajaran. (2) Peningkatan partisipasi aktif siswa selama proses pembelajaran sebagaimana disebutkan pada poin 1 di atas diikuti dengan peningkatan prestasi belajar siswa. Peningkatan prestasi belajar dengan penerapan pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) ini juga cukup signifikan jika dibandingkan dengan temuan awal sebelum penelitian dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA Affan Gaffar. 2006. Politik Indonesia, Transisi menuju Demokrasi. Jogjakarta: Pustaka Pelajar Alfian. 1980. Politik, Kebudayaan dan Manusia Indonesia. Jakarta: LP3ES . 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi. Jakarta Arikunto, Suharsimi; Suhardjono, dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bina Aksara Asshiddiqie, Jimly. 2005. Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Keku-
Saran Berdasar pada kesimpulan di atas, maka demi kemajuan dan perbaikan proses pembelajaran serta peningkatan prestasi belajar siswa, hendaknya: (1) Siswa lebih aktif dan kreatif mengambil bagian dalam proses pembelajaran karena sebenarnya siswa adalah subyek belajar dan bukan sebagai obyek dalam pembelajaran, sehingga siswa tidak hanya sebagai pendengar yang pasif. (2) Guru-guru lebih kreatif dan inovatif dalam memilih metode, media serta materi-materi pokok yang berkaitan dengan kompetensi dasar yang hendak dicapai. Pemilihan metode, media dan materi yang cocok akan sangat membantu siswa dalam mencapai ketuntasan belajarnya. (3) Peran orangtua siswa/ komite sekolah sangat dibutuhkan untuk membantu/ mendukung pemenuhan sarana/ prasarana yang diperlukan untuk menunjang kelancaran proses pembelajaran di sekolah. (4) Pemerintah/sekolah memberikan kesempatan kepada para guru untuk senantiasa me-ningkatkan kemampuannya dalam proses pembelajaran melalui workshop, penataran, seminar dan lain-lain sehingga para guru memiliki kemampuan lebih yang pada akhirnya proses pendidikan berjalan dengan lancar sesuai tujuan nasional pendidikan. Guru-guru yang baik niscaya akan menghasilkan murid-murid yang berkualitas.
asaan dalam UUD 1945. Jogjakarta: FH UII Press BP7 Pusat. 1995. UUD 1945, P4, GBHN, Bahan Penataran P4, Jakarta: BP7 Pusat Budimansyah, Dasim. 2006. Model Pembelajaran dan Penelian Portofolio. Bandung: PT. Genesindo Gabriel A. Almond dan Sidney Verba. 2004. Budaya Politik. Jakarta: Bina Aksara Kaelan, MS. 2004. Pendidikan Pancasila. Jogjakarta: Edisi reformasi, penerbit Paradigma
Endro Santoso, Peningkatan Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)... 51
Lemhanas. 2001. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum Magnis-Suseno, Franz. 2000. Etika Politik, Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern. Jakarta: Gramedia
Malian, Sobirin dan Marzuki Suparman. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan dan Hak Asasi Manusia. Jogjakarta: UII Press