perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR IPA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES (PKP) PADA SISWA KELAS V SDN 06 NGRINGO TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh: BURHANUDDIN K7108105
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama
: Burhanuddin
NIM
: K7108105
Jurusan/Program Studi
: Ilmu Pendidikan/PGSD
menyatakan
bahwa
KEAKTIFAN
skripsi
BELAJAR
MELALUI PENDEKATAN
saya
berjudul
IPA
MATERI
“UPAYA
PENINGKATAN
SIFAT-SIFAT
CAHAYA
KETERAMPILAN PROSES (PKP) PADA
SISWA KELAS V SDN 06 NGRINGO TAHUN AJARAN 2011/2012” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012 Yang membuat pernyataan
Burhanuddin
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR IPA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES (PKP) PADA SISWA KELAS V SDN 06 NGRINGO TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh : BURHANUDDIN K7108105
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Burhanuddin. UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR IPA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES (PKP) PADA SISWA KELAS V SDN 06 NGRINGO TAHUN AJARAN 2011/2012.
Skripsi, Surakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya melalui pendekatan keterampilan proses pada siswa kelas V SDN 06 Ngringo Tahun Ajaran 2011/2012. Variabel yang menjadi sasaran dalam penelitian tindakan kelas ini adalah peningkatan keaktifan belajar IPA, sedangkan variabel tidakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Prosedur penelitian ini terdiri dari dua siklus setiap siklus mempunyai empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi atau pengamatan kemudian refleksi dan masing – masing siklusnya ada dua kali pertemuan. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif yang mempunyai tiga buah komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 06 Ngringo. Pada siklus I, ada peningkatan keaktifan belajar dari 37.84% menjadi 56.76%. Siklus II ada peningkatan keaktifan belajar yaitu 56.76% menjadi 77.78%. Dengan demikian, dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan keaktifan belajar dalam pembelajaran IPA tentang sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 06 Ngringo tahun ajaran 2011/2012. Kata kunci: keterampilan proses, keaktifan belajar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Burhanuddin. IMPROVING LEARNING ACTIVITY ON SCIENCE IN THE TOPICS OF LIGHT CHARACTERS THROUGH PROCESS SKILLS APPROACH IN THE FIFTH GRADE OF ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS OF SD NGRINGO 6 ON THE ACADEMIC YEAR OF 2011/2012. Script, Surakarta, Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University. July 2012. The purpose of this research is to know the improvement learning activity on science in the topics of light characters through process skilss approach in the fifth grade of elementary school students of SD Ngringo 6 on the academic year of 2011/2012. Variable that become target this research is to improve learning activity in science. While used action variable that used in this research is learning with process skills approach. The method used in the research is qualitative research in the form of classroom action research (CAR). The research procedures consist of two cycles having four steps, planning, treatment, observation, and then reflection, and each cycle involves two meetings. The techniques of analyzing data are interactive analysis consisting of three components, they are data reduction, data display, and conclusion. The techniques of collecting data are interview, observation, and documentation. The techniques of analyzing data are interactive analysis consisting of three components, they are data reduction, data display, and conclusion. Based on the research result, it can be concluded that applying process skills can improve learning activity on science in the topics of light characters in the fifth grade of elementary school students of SD Ngringo 6. In the first cycle indicates the improvement of learning activity of 37.84% becomes 56.76%. In second cycle indicates the improvement of learning activity of 56.76% becomes 77.78%. Therefore, a recommendation can be addresed that process skills approach can improve learning activity on science learning in the topics of light characters in the fifth grade of elementary school students of SD Ngringo 6 on the academic year of 2011/2012.
Key word: process skills, learning activity
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO ”Gantungkan semua harapan kepada Tuhan” (Penulis) ”Harapan akan menjadi kenyatan jika disertai dengan ketekunan” (Penulis) ”Besar kecilnya suatu masalah tergantung bagaimana kita menyikapinya” (Penulis) ”Tidak ada usaha yang sia-sia, tidak ada ilmu yang tidak berguna” (Penulis) ”Seiring dengan meningkatnya kemampuan diri, maka meningkat pula tanggung jawab yang diembannya” (Penulis)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada:
Kedua orang tuaku (Mustari dan Munjiati) tersayang yang selalu memberi dukungan, semangat, bantuan, serta doa yang tiada henti demi lancarnya tugas skripsi ini. Kakakku (Nurun Na’imah) tersayang yang selalu memberi semangat dan doa.
Yang terkasih, yang selalu memberikan semangat dan doa.
Keluarga Kampus PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta, almamaterku tercinta tempat kutimba ilmu untuk menjadi pengabdi bangsa Indonesia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan berkat, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Upaya Peningkatan Keaktifan Belajar IPA Materi Sifat-Sifat Cahaya melalui Pendekatan Keterampilan Proses pada Siswa Kelas V SDN 06 Ngringo Tahun Ajaran 2011/2012”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah bayak membantu dalam penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Sekretaris Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 5. Dra. Jenny I.S. Poerwanti, M.Pd selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang sangat membantu dalam penulisan skripsi ini. 6. Karsono S.Sn, M.Sn selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang sangat membantu dalam penulisan skripsi ini. 7. Kepala Sekolah SDN 06 Ngrongo. 8. Guru kelas V SDN 06 Ngringo yang telah membantu pelaksanaan penelitian di kelas tersebut. 9. Bapak/Ibu Guru SD Negeri 06 Ngringo yang banyak memberikan bantuan dan dorongan. 10. Teman-temanku se-almamater yang telah memberikan semangat dan commit to user kerjasamannya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penulis juga menyadari bahwa dalam skripsi ini masih jauh dari harapan dan kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat kepada penulis khususnya dan bagi para pembaca umumnya.
Surakarta, Juli 2012
Burhanuddin
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN .........................................................................
ii
HALAMAN PENGAJUAN .............................................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................
v
HALAMAN ABSTRAK ..................................................................................
vi
HALAMAN MOTTO ......................................................................................
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................
ix
KATA PENGANTAR .....................................................................................
x
DAFTAR ISI ....................................................................................................
xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xvii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN ........................................................................
1
A. Latar Belakang ........................................................................
1
B. Identifikasi Masalah .................................................................
6
C. Pembatasan Masalah ................................................................
7
D. Perumusan Masalah ................................................................
7
E. Tujuan Penelitian ....................................................................
7
F. Manfaat Penelitian ..................................................................
8
TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................
10
A. Landasan Teori ........................................................................
10
1. Hakikat Pendekatan Keterampilan Proses (PKP)...............
10
a. Pengertian Pendekatan .................................................
10
b. Hakikat Pendekatan Keterampilan Proses ...................
11
c. Jenis-Jenis Keterampilan Proses .................................. commit to user PKP ................................. d. Kelebihan dan Kekurangan
13 17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e. Pelaksanaan PKP untuk Mengaktifkan Siswa dalam belajar .......................................................................... f. Langkah-Langkah
Pembelajaran
19
dengan
menggunakan PKP .......................................................
21
2. Hakikat Keaktifan Belajar IPA materi sifat-sifat cahaya ..
22
a. Pengertian Keaktifan Belajar .......................................
22
b. Jenis-Jenis Keaktifan Belajar .......................................
23
c. Pengertian IPA .............................................................
25
d. Hakikat Pembelajaran IPA SD .....................................
26
e. Manfaat IPA..................................................................
29
f. Ruang Lingkup IPA ......................................................
30
g. Sifat-Sifat Cahaya .........................................................
30
B. Penelitian yang Relevan ..........................................................
32
C. Kerangka Berpikir ...................................................................
34
D. Hipotesis Penelitian .................................................................
37
METODE PENELITIAN ...........................................................
38
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................
38
B. Subjek Penelitian .....................................................................
39
C. Bentuk dan Strategi Penelitian ...............................................
40
D. Sumber Data ............................................................................
40
E. Teknik Pengumpulan Data .....................................................
41
F. Validtas Data ..........................................................................
43
G. Teknik Analisis Data ..............................................................
44
H. Indikator Kinerja .....................................................................
46
I.
Prosedur Penelitian .................................................................
46
HASIL PENELITIAN ................................................................
54
A. Deskripsi Pra Tindakan ...........................................................
54
1. Deskripsi Lokasi Penelitian ........................................................................ commit to user 2. Deskripsi Pra Tindakan ..............................................................................
54
BAB III
BAB IV
55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Deskripsi hasil Tindakan Tiap Siklus .....................................
58
1. Siklus I ..............................................................................
58
2. Siklus II .............................................................................
71
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus ............................
82
D. Pembahasan ..............................................................................
84
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .................................
88
A. Simpulan
.......................................................................
88
B. Implikasi
.......................................................................
88
C. Saran
.......................................................................
90
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
93
LAMPIRAN ...................................................................................................
95
BAB V
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel
halaman
3.1 Jadwal Penelitian .......................................................................................... 39 4.1 Distribusi Skor Keaktifan Belajar Siswa pada Pra Siklus............................ 57 4.2 Distribusi Skor Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus I ....................................... 68 4.3 Distribusi Skor Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus II ..................................... 79 4.4 Perbandingan Keaktifan Belajar Siswa ........................................................ 82
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar
halaman
2.1 Alur Kerangka Berpikir............................................................................... 36 3.1 Skema Proses PTK Jean McNiff (1992: 23) ............................................... 40 3.2 Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman (1992: 20) ....................... 46 4.1 Grafik Skor Keaktifan Belajar Pra Siklus ................................................... 57 4.2 Kegiatan Apersepsi ..................................................................................... 61 4.3 Kegiatan Diskusi dan Eksperimen .............................................................. 62 4.4 Presentasi Hasil Diskusi .............................................................................. 62 4.5 Guru Membimbing Siswa dan Evaluasi ...................................................... 63 4.6 Demonstrasi dan Diskusi Sifat-sifat Cahaya ............................................... 65 4.7 Presentasi dan Demonstrasi Hasil Percobaan ............................................. 65 4.8 Observasi oleh Guru Kelas ......................................................................... 67 4.9 Grafik Keaktifan Belajar pada Siklus I ....................................................... 69 4.10 Diskusi Cahaya Menembus Benda Bening ................................................. 74 4.11 Presentasi dan Demonstrasi......................................................................... 74 4.12 Siswa Membuat Periskop ............................................................................ 76 4.13 Siswa Menunjukkan Hasil Karya ................................................................ 76 4.14 Hasil Karya Siswa ....................................................................................... 77 4.15 Grafik Keaktifan Belajar pada Siklus II ...................................................... 80 4.16 Grafik Perbandingan Keaktifan dan Prestasi Belajar .................................. 83
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
halaman
1. Lembar Wawancara Keaktifan Belajar Siswa .............................................
96
2. Skor Keaktifan Belajar pada Pra Siklus .......................................................
99
3. Skor Tertinggi pada Pra Siklus ....................................................................
102
4. Skor Terendah pada Pra Siklus ....................................................................
103
5. Pedoman Penskoran Keaktifan Belajar ........................................................
104
6. Nilai Ulangan Pra Siklus ..............................................................................
110
7. Silabus Pembelajaran ...................................................................................
112
8. Bahan Ajar IPA ............................................................................................
114
9. RPP Siklus I Pertemuan 1 ..........................................................................
121
10. RPP Siklus I Pertemuan 2 ..........................................................................
134
11. Skor Keaktifan Belajar Siklus I Pertemuan 1 ............................................
144
12. Skor Tertinggi pada Siklus I Pertemuan 1 .................................................
147
13. Skor Terendah pada Siklus I Pertemuan 1 .................................................
148
14. Skor Keaktifan Belajar Siklus I Pertemuan 2 ............................................
149
15. Skor Tertinggi pada Siklus I Pertemuan 2 .................................................
152
16. Skor Terendah pada Siklus I Pertemuan 2 .................................................
153
17. Rekapitulasi Skor Keaktifan Belajar Siklus I.............................................
154
18. Nilai Ulangan Siklus I ................................................................................
156
19. Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1 ...........................................
158
20. Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 2 ...........................................
161
21. Rekapitulasi Skor Kinerja Guru Siklus I
................................................
164
22. Pedoman Penilaian Kinerja Guru ...............................................................
166
23. RPP Siklus II Pertemuan 1 .........................................................................
172
24. RPP Siklus II Pertemuan 2 .........................................................................
185
25. Skor Keaktifan Belajar Siklus II Pertemuan 1 ...........................................
195
26. Skor Tertinggi pada Siklus II Pertemuan 1 ................................................
198
27. Skor Terendah pada Siklus II Pertemuan 1 ................................................ to user2 ........................................... 28. Skor Keaktifan Belajar Siklus commit II Pertemuan
199 200
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29. Skor Tertinggi pada Siklus II Pertemuan 2 ................................................
203
30. Skor Terendah pada Siklus II Pertemuan 2 ................................................
204
31. Rekapitulasi Skor Keaktifan Belajar Siklus II ...........................................
205
32. Nilai Ulangan Siklus II ..............................................................................
207
33. Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 1 ..........................................
209
34. Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 2 ..........................................
212
35. Rekapitulasi Skor Kinerja Guru Siklus II ..................................................
215
36. Lembar Wawancara Keaktifan Belajar Siswa............................................
217
37. Foto Pelaksanaan Tindakan ........................................................................
219
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi yang terjadi antara guru dan siswa guna mencapai tujuan tertentu. Kegiatan pembelajaran tidak bisa dilepaskan dari unsur
interaksi, sebab interaksi adalah bagian penting dari
pembelajaran. Bukanlah disebut pembelajaran jika di dalamnya tidak ada unsur interaksi. Interaksi tersebut menuntut adanya perubahan sikap, yaitu perubahan sikap atau tingkah laku peserta didik menuju ke arah yang lebih baik. Interaksi yang terjadi dalam pembelajaran bersifat edukatif, yaitu bersifat mendidik.
Interaksi edukatif yang dirancang oleh guru harus menumbuhkan
keaktifan dan kreativitas peserta didik secara optimal. Guru tidak harus terlena dengan menerapkan gaya mengajar konvensional, yaitu gaya mengajar di mana guru sebagai sumber belajar atau pembelajaran yang berpusat pada guru, sedangkan peserta didik pasif selama pembelajaran berlangsung. Gaya mengajar seperti itu sudah tidak sesuai dengan konsep pendidikan modern. Pendidikan modern menghendaki keaktifan peserta didik dalam interaksi pembelajaran. Hal ini sesuai dengan definisi belajar yang dikemukakan para ahli seperti Eggen dan Kauchak (Soli Abimanyu, 2008: 19) serta Morgan dkk (Bimo Walgito, 2004: 167). Kedua ahli tersebut mengungkapkan bahwa pengalaman dan latihan yang dilakukan atau dialami oleh peserta didik mempunyai peran yang strategis dalam pemerolehan pengetahuan. Penerapan pembelajaran aktif erat kaitannya dengan pendekatan keterampilan proses. Pendekatan ini menempatkan guru sebagai fasilitator dan pembimbing, sedangkan peserta didik mengambil peranan yang lebih aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang menekankan keaktifan dan kreatifitas peserta didik akan menjadikan materi atau konsep-konsep yang diajarkan guru lebih bermakna. Keaktifan dan kreativitas peserta didik menduduki posisi yang strategis dalam pendekatan keterampilan proses, begitu juga dalam commit to user interaksi edukatif.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Interaksi edukatif adalah sebuah interaksi yang tidak pernah bebas dari masalah. Perencanaan yang dianggap selesai dengan baik, ternyata dalam pelaksanaannya terkadang ditemui masalah yang tak terduga sebelumnya. Di sisi lain, permasalahan juga muncul pada peserta didik. Peserta didik didik kurang mampu menerapkan perolehannya, baik berupa pengetahuan, keterampilan maupun sikap dan nilai ke dalam situasi yang nyata dan berlainan. Kebanyakan peserta didik hanya menerima informasi dan kurang dapat memahami hubungannya dengan dunia lingkungannya. Permasalahan peserta didik yang hanya menerima informasi dan kurang dapat memahami hubungannya dengan lingkungan bisa disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya disebabkan bahan pelajaran yang diberikan guru dalam bentuk penjelasan kurang atau bahkan tidak dikaitkan dengan situasi lingkungan nyata. Sebanyak apa pun bahan yang diberikan kepada peserta didik, maka peserta didik akan kurang mampu menerapkan perolehannya itu, bila guru menjelaskan bahan pelajaran tidak dikaitkan dengan situasi nyata yang sedang dihadapi dan dirasakan oleh peserta didik. Secara garis besar, berbagai permasalahan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: (1) Keterbatasan alat peraga sifat-sifat cahaya. Berdasarkan hasil observasi ditemukan kenyataan bahwa jumlah alat peraga yang tersedia sejumlah dua set, sedangkan alat peraga yang dibutuhkan untuk menunjang pembelajaran
dalam kelas adalah + 6 set. Guru memang sudah
berusaha memecahkan masalah yaitu
guru
memperagakan
ini dengan menerapkan metode demonstrasi, sifat-sifat
cahaya
sedangkan
peserta
didik
memperhatikan. Usaha ini kurang efektif untuk meningkatkan keaktifan dan pengetahuan peserta didik, sebab peserta didik tidak mengalami atau memperagakan sendiri percobaan sifat-sifat cahaya. (2) Metode yang digunakan masih terbatas, guru memang sudah menggunakan metode tanya jawab untuk meningkatkan keaktifan peserta didik, namun caranya yang kurang tepat, guru tidak memusatkan pertanyaan pada seorang peserta didik akan tetapi pertanyaan ditujukan pada satu kelas, sehingga ada beberapa peserta didik yang hanya diam to user saja mendengar pertanyaan guru.commit (3) Pola interaksi edukatif bersifat satu arah,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yaitu guru ke siswa. Pola interaksi ini lebih terpusat pada guru, sehingga peserta didik cenderung pasif dalam proses belajar mengajar. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu mata pelajaran yang dapat didesain menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered), karena IPA erat kaitannya dengan peristiwa-peristiwa alam yang ada di lingkungan peserta didik. Peristiwa-peristiwa tersebut dapat dipraktikkan atau didemonstrasikan dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik lebih aktif memberikan kontribusi atau sumbangsih kaitannya dengan proses belajar mengajar. Selain itu peserta didik menjadi lebih mengerti dan memahami konsep-konsep IPA yang diajarkan oleh guru, salah satunya adalah konsep sifatsifat cahaya. Cahaya memiliki banyak manfaat dalam kehidupan manusia. Bendabenda yang ada di sekitar bisa terlihat karena adanya cahaya yang mengenai benda tersebut. Cahaya yang mengenai suatu benda akan dipantulkan oleh benda tersebut menuju mata sehingga benda tersebut dapat terlihat. Cahaya berasal dari sumber cahaya, baik sumber cahaya alami maupun sumber cahaya buatan. Oleh sebab itu, begitu pentingnya cahaya bagi kehidupan maka sifat-sifat cahaya harus diajarkan kepada peserta didik dengan pembelajaran yang berkualitas. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik mampu menguasai sifat-sifat cahaya serta mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Konsep sifat-sifat cahaya dapat disampaikan atau diajarkan dengan pendekatan yang menuntut keaktifan peserta didik, baik keaktifan kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Misalnya melalui praktik sifat cahaya yang dapat dipantulkan, peserta didik dirangsang untuk menghubungkan pengetahuan awal yang sudah dimiliki dengan melakukan praktik atau percobaan. Hal ini memadukan antara keaktifan kognitif yaitu pengetahuan tentang sifat cahaya dan psikomotorik yaitu melakukan percobaan untuk menguji sifat cahaya. Kedua keaktifan tersebut jika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari maka akan muncul aspek afektif, misalnya pemanfaatan sifat-sifat cahaya untuk membuat periskop sederhana. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya memang dapat didesain dengan kegiatan yang berpusat pada peserta didik, namun pada umumnya pembelajaran IPA cenderung berpusat pada guru, sedangkan peserta didik hanya terfokus menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru. Selain itu, pola interaksi edukatif bersifat searah yaitu dari guru ke peserta didik, sedangkan peserta didik tidak memberikan tanggapan kepada guru atau ke sesama peserta didik. Peserta didik dalam interaksi edukatif ini sebagai objek belajar, bukan subjek belajar. Pola interaksi edukatif yang menjadikan perserta didik sebagai objek belajar salah satunya seperti yang terjadi di SD Negeri 06 Ngringo. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas V, di SD tersebut terdapat permasalahan keaktifan belajar siswa, khususnya keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya. Permasalahan keaktifan belajar tersebut meliputi interaksi siswa dengan bahan ajar serta interaksi siswa dengan siswa atau interaksi kelompok dengan kelompok. Permasalahan interaksi siswa dengan bahan ajar terlihat jelas. Hal ini disebabkan oleh metode yang digunakan oleh guru, yaitu metode ceramah dan demonstrasi. Metode ceramah menyebabkan siswa menjadi pasif dan hanya memperhatikan materi yang disampaikan guru. Siswa tidak dilibatkan dalam penggunaan bahan ajar atau alat peraga sifat-sifat cahaya. Sementara itu, metode demonstrasi yang digunakan oleh guru belum tepat, sebab siswa juga tidak dilibatkan selama pelaksanaan metode demonstrasi. Permasalahan keaktifan yang selanjutnya adalah interaksi antara siswa dengan siswa atau kelompok dengan kelompok. Selama pembelajaran berlangsung, interaksi antar siswa belum terlihat. Hal ini disebabkan pola interaksi yang digunakan oleh guru yang belum tepat. Pola interaksi yang digunakan bersifat ekspositori, yaitu guru menduduki peranan utama selama pembelajaran berlangsung. Seharusnya pembelajaran sifat-sifat cahaya dapat merangsang interaksi antar siswa, jika guru mampu menjadi perantara yang menghubungkan siswa dengan siswa. Interaksi antar siswa dengan siswa atau kelompok dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kelompok bisa berupa tanya jawab, diskusi, atau interaksi dalam melakukan percobaan sifat-sifat cahaya. Persoalan interaksi tersebut ternyata berimbas pada keaktifan dan hasil belajar IPA materi sifat-sifat cahaya. Berdasarkan hasil observasi (lampiran 2 halaman 99-101 ) yang disusun dalam bentuk lembar pengamatan dan daftar skala keaktifan belajar, data menunjukkan dari 37 siswa kelas V SDN 06 Ngringo, ratarata keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya pada pra siklus hanya mencapai 37.84%. Siswa yang kurang aktif sebanyak 23 anak atau sekitar 52.34%. Siswa yang cukup aktif sebanyak 11 anak, atau sekitar 35.00%. Siswa yang aktif sebanyak 3 anak, atau sekitar 12.66%. Sementara itu, belum ada siswa yang tergolong sangat aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Keaktifan belajar siswa yang menonjol adalah keberanian siswa dalam menjawab atau mengajukan pertanyaan. Keberanian mengajukan pendapat dan pertanyaan didominasi oleh sebagian kecil siswa yaitu antara 3-5 anak. Begitu juga ketika guru mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan, hanya 8-10 anak saja yang mau dan mampu menjawab pertanyaan tersebut. Keaktifan siswa dalam kegiatan dan tugas-tugas kelompok juga masih kurang. Kegiatan dan tugas-tugas kelompok cenderung diselesaikan oleh salah seorang siswa, biasanya siswa tersebut mempunyai catatan prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan anggota kelompok yang lain. Sementara itu, anggota kelompok yang memiliki prestasi rendah cenderung pasif dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok. Mengingat masih rendahnya keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 06 Ngringo, peneliti mempunyai terobosan dalam mendesain kegiatan belajar mengajar. Peneliti berinovasi untuk mendesain pembelajaran yang lebih menekankan keaktifan peserta didik dalam memperoleh pengetahuan, sehingga peserta didik dapat mengalami sendiri konsep yang sedang dipelajari dan belajar dari pengalamannya. Terobosan tersebut adalah peningkatan keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya melalui pendekatan keterampilan proses (PKP) pada siswa kelas V SDN 06 Ngringo tahun ajaran 2011/2012. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Soli Abimanyu, dkk. (2008: 5) mengungkapkan bahwa pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan yang menekankan pada keterampilan memproses informasi yang diperoleh dari pembelajaran yang dikembangkan sebagai konsep terlaksana untuk menerapkan pendekatan yang berpusat pada keaktifan siswa. Pendekatan keterampilan proses memadukan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik. Ketiga aspek tersebut menjadi sasaran utama dalam tercapainya tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan sebelum pelaksanaan pembelajaran. Pendekatan keterampilan proses memiliki kelebihan yang bermanfaat untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa, antara lain: pertama, merangsang rasa ingin tahu dan mengembangkan sikap ilmiah siswa. Kedua, siswa akan aktif dalam pembelajaran dan mengalami sendiri proses mendapatkan konsep. Ketiga, siswa terlibat langsung dengan objek nyata sehingga dapat mempermudah pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Keempat, melatih siswa untuk menerapkan konsep yang sudah diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. Kelima, memadukan antara keterampilan intelektual, mental, dan fisik peserta didik. Melihat begitu banyak kelebihan dan manfaat pendekatan keterampilan proses, penerapan pendekatan ini dimaksudkan agar siswa menjadi lebih aktif dalam proses belajar mengajar, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. Berdasarkan berbagai masalah dan pertimbangan solusi di atas, penelitian tindakan kelas ini dirumuskan dalam “Upaya Peningkatan Keaktifan Belajar IPA materi Sifat-Sifat Cahaya melalui Pendekatan Keterampilan Proses (PKP) pada Siswa Kelas V SDN 06 Ngringo tahun ajaran 2011/2012”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut: 1.
Keaktifan dan prestasi belajar IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 06 Ngringo rendah.
2.
Guru belum memadukan metode pembelajaran yang konvensional dengan commit to user metode inovatif dalam pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id
3.
digilib.uns.ac.id
Pembelajaran masih berpusat pada guru, yaitu guru masih sebagai pusat informasi (teacher center).
4.
Terbatasnya alat peraga sifat-sifat cahaya.
C. Pembatasan Masalah Agar penelitian tindakan kelas ini lebih terarah dan tepat pada sasaran, maka peneliti membatasi masalah berikut: 1. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 06 Ngringo. 2. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah perilaku atau keaktifan siswa selama mengikuti pembelajaran sifat-sifat cahaya dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses (PKP).
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu: Apakah melalui pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 06 Ngringo Tahun Ajaran 2011/2012?
E. Tujuan Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini penulis laksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 06 Ngringo Tahun Ajaran 2011/2012.
F. Manfaat Penelitian Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian tersebut di atas, maka manfaat penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Memberi sumbangan teori melalui temuan penelitian untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam ilmu pendidikan khususnya mengenai pendekatan pembelajaran. b. Sebagai dasar teori bagi pengembangan penelitian yang relevan lebih lanjut. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa 1) Meningkatnya keaktifan belajar siswa mengenai materi sifat-sifat cahaya. 2) Agar
dapat
mengenal
sifat-sifat
cahaya
serta
pengalaman
mendemonstrasikan secara benar sehingga dapat terhindar dari kesalahan konsep. 3) Dengan penerimaan konsep yang benar siswa mampu menerapkan dan memanfaatkan sifat-sifat cahaya dalam kehidupan sehari-hari. b. Bagi Guru 1) Guru memiliki wawasan dan pengetahuan mengenai penerapan penelitian tindakan kelas yang digunakan. 2) Guru akan lebih peka terhadap setiap kesulitan belajar siswa dan segera berinisiatif untuk membantu memecahkannya. 3) Meningkatkan
kreativitas
guru
dalam
menemukan
strategi
pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswanya. c. Bagi Sekolah/Instansi Pendidikan 1) Sebagai sumbangan peningkatan motivasi guru dalam memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar dalam rangka menciptakan pembelajaran yang relevan dengan dunia nyata. 2) Bagi sekolah penelitian tindakan kelas ini dapat membantu peningkatkan mutu pembelajarannya sehingga secara keseluruhan keaktifan dan prestasi belajar peserta didik dapat meningkat. 3) Hasil Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai referensi untuk commitdengan to userkompetensi dasar yang sama. melaksanakan pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Hakikat Pendekatan Keterampilan Proses (PKP) a. Pengertian Pendekatan Menurut Sri Anitah (2009: 45), pendekatan diartikan sebagai suatu cara pandang terhadap sesuatu. Dalam konteks pembelajaran, pendekatan menurut Soli Abimanyu (2008: 6)
diartikan sebagai cara
umum dalam memandang permasalahan dan atau objek kajian. Pendapat ini dapat diibaratkan sebagai seseorang yang menggunakan kacamata dengan warna tertentu di dalam memandang alam. Kacamata hijau akan menyebabkan dunia kelihatan kehijau-hijauan, kacamata berwarna coklat akan membuat dunia nampak kecoklat-coklatan, dan seterusnya. Menurut Sagala (Ruminiati, 2007: 15), pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai aktivitas pembelajaran yang dipilih oleh guru dan sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Hal yang perlu dipertimbangkan sebelum menerapkan pendekatan pembelajaran adalah kondisi peserta didik secara keseluruhan, sebab peserta didiklah yang paling dominan dalam menentukan kualitas pembelajaran. Ruminiati menjelaskan bahwa model pendekatan pembelajaran merupakan salah satu faktor yang mempunyai andil cukup besar dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan.
Dalam memilih model pendekatan, guru harus
mempertimbangkan beberapa faktor yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Berdasarkan beberapa pengertian pendekatan pembelajaran tersebut dapat disimpulkan bahwa, pendekatan pembelajaran merupakan seperangkat cara kerja yang dapat diterapkan untuk mempermudah dalam mendesain pembelajaran sehingga peserta didik menjadi lebih aktif menyelesaikan tugas-tugas belajar. Kemampuan peserta didik untuk commit to user menyelesaikan tugas-tugas tersebut diharapkan mampu mempengaruhi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hasil belajar menjadi lebih optimal sesuai dengan tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan.
b. Hakikat Pendekatan Keterampilan Proses Soli Abimanyu dkk. (2008: 5) menjelaskan bahwa pendekatan keterampilan proses (PKP) adalah pendekatan pembelajaran yang mengutamakan penerapan berbagai keterampilan memproses perolehan dalam pembelajaran. Penerapan PKP dalam pembelajaran memberikan penekanan agar dalam pembelajaran peserta didik dilatih keterampilanketerampilan mendasar. Berbagai keterampilan tersebut biasa digunakan para
ilmuan
dalam
menghasilkan
penemuan
besar
dalam
ilmu
pengetahuan, seperti: mengamati, menghitung, mengukur, mengklasifikasi, dan lain-lain. Ruminiati (2007: 12) mengungkapkan bahwa dalam pendekatan keterampilan proses, guru menciptakan kegiatan pembelajaran yang bervariasi, yaitu variasi dalam menentukan model, metode, dan media yang akan digunakan. Variasi semacam ini akan menjadikan peserta didik terlibat secara aktif dalam berbagai pengalaman. Hendro Darmodjo, Jenny R.E. Kaligis (1993: 38) mengatakan bahwa pendekatan keterampilan proses senada dengan pendekatan inkuiri, karena memiliki ciri-ciri yang sama, di antaranya adalah mendambakan aktivitas peserta didik untuk memperoleh berbagai informasi dari berbagai sumber. Selain itu, guru tidak dominan dalam proses pembelajaran melainkan bertindak selaku organisator dan fasilitator. Menurut Conny S. dalam Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis (1993: 39), ada empat alasan mengapa kita harus menerapkan pendekatan keterampilan proses, antara lain: Pertama, perkembangan ilmu pengetahuan semakin cepat sehingga tak mungkin guru menjelaskan semua fakta atau konsep kepada peserta didik. Kedua, pembelajaran melalui keterampilan proses akan memberikan kesempatan kepada peserta commit to user didik untuk bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak hanya menceritakan,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan atau mendengarkan sejarah ilmu pengetahuan, akan tetapi peserta didik mengalami sendiri apa yang sedang dipelajarinya. Ketiga, mengingat ilmu pengetahuan yang bersifat relatif, peserta didik tidak perlu menunggu suatu ilmu pengetahuan itu diperbaharui orang lain, karena dengan keterampilan proses yang sudah diperoleh, peserta didik mampu melakukannya sendiri. Keempat, pengembangan konsep tidak boleh lepas dari pengembangan nilai-nilai dan sikap pada diri peserta didik. Mengenai pendekatan keterampilan proses, Michael J. Padilla (1990) berpendapat bahwa: The scientific method, scientific thinking and critical thinking have been terms used at various times to describe these science skills. Today the term "science process skills" is commonly used. Popularized by the curriculum project, Science - A Process Approach (SAPA), these skills are defined as a set of broadly transferable abilities, appropriate to many science disciplines and reflective of the behavior of scientists. SAPA grouped process skills into two types-basic and integrated. The basic (simpler) process skills provide a foundation for learning the integrated (more complex) skills. Pernyataan Padilla (1990) dapat diartikan bahwa metode ilmiah, pemikiran ilmiah, dan pemikiran kritis merupakan istilah-istilah yang telah lama digunakan untuk mendeskripsikan keterampilanketerampilan ini. Kini, istilah pengetahuan/pemahaman keterampilan proses telah banyak digunakan. Dipopulerkan oleh proyek kurikulum SAPA (kurikulum berbasis pendekatan proses), keterampilan-keterampilan ini didefinisikan sebagai seperangkat kemampuan yang dapat dipindahkan/diwariskan (ditularkan), berkaitan dengan banyak disiplin ilmu dan mencerminkan perilaku-perilaku ilmuwan. SAPA mengelompokkan keterampilan proses ke dalam dua tipe dasar dan saling berkaitan dan menyatu. Keterampilan yang paling dasar dan sederhana memberi pondasi pada keterampilan belajar yang menyatu. Berdasarkan uraian Padilla di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode ilmiah, pemikiran ilmiah, dan pemikiran kritis merupakan bagian dari keterampilan proses. Berbagai jenis keterampilan yang commit to user terkandung dalam keterampilan proses dapat ditularkan/diwariskan. Jika
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dikaitkan dengan pelaksanaan pembelajaran di SD, keterampilan proses dapat diajarkan kepada peserta didik, sehingga peserta didik dapat menerapkan berbagai disiplin ilmu. Selain itu, peserta didik terbiasa melakukan berbagai kepribadian para ilmuwan yang terkandung dalam pelaksanaan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan yang paling dasar dan sederhana memberi pondasi pada keterampilan belajar yang menyatu. Apabila di tingkat sekolah dasar, peserta didik dilatih berbagai keterampilan proses yang sederhana, maka keterampilan tersebut dapat dikembangkan menjadi keterampilan yang lebih lengkap di jenjang pendidikan selanjutnya. Tidak hanya di jenjang pendidikan saja, akan tetapi keterampilan tersebut dapat diterapkan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-harinya.
c. Jenis-Jenis Keterampilan Proses Terdapat berbagai jenis keterampilan yang perlu diterapkan dalam pembelajaran, sehingga keterampilan tersebut menjadi ciri khas penerapan pendekatan keterampilan proses. Conny Semiawan, dkk, Moedjiono dan Moh. Dimyati dalam Soli Abimanyu dkk. (2008: 10), Michael J. Padilla (1990: 9004), Mary L. Ango dalam International Journal of Educology 2002, Vol 16, No. 1 dan Hendro Darmodjo, Jenny R.E. Kaligis (1993: 51) menjelaskan berbagai jenis keterampilan proses, di antaranya adalah observasi atau pengamatan, penghitungan, pengukuran, klasifikasi, pengenalan
ruang
dan
waktu,
hipotesis,
perencanaan
penelitian,
pengendalian variabel, interpretasi, inferensi, peramalan, aplikasi, serta komunikasi. Abimanyu (2008: 10) dan L. Ango (2002: 17) menjelaskan bahwa observasi sebagai keterampilan ilmiah yang mendasar dan pertama menggunakan proses keterampilan ilmu pengetahuan. Mengobservasi atau mengamati adalah penggunaan semua alat indra dengan seksama untuk memilah-milahkan sesuatu yang penting dari yang kurang/tidak penting. commit to user Padilla (1990: 9004) juga menyebutkan bahwa observasi sebagai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penggunaan alat indra guna mengumpulkan informasi tentang suatu objek atau peristiwa. Sementara itu, Darmodjo (1993: 51) menjelaskan bahwa dalam observasi mengandung unsur membedakan, menghitung, dan mengukur. Abimanyu
(2008:
11)
menempatkan
penghitungan
dan
pengukuran ke dalam keterampilan yang mandiri. Hasil penghitungan itu dapat dibuat dalam bentuk tabel, grafik, dan atau histogram. Tingkat kesulitan penghitungan harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik.
Sementara itu, L. Ango (2002: 20)
mengartikan pengukuran sebagai kegiatan yang didasarkan pada perbandingan, seperti membandingkan panjang, luas, volume dari benda, membandingkan kecepatan, suhu, dan sebagainya. Klasifikasi menurut Darmodjo (1993: 51) diartikan sebagai penggolongan disertai pengurutan. Padilla (1990: 9004) mengungkapkan bahwa klasifikasi diartikan sebagai pengelompokan objek atau peristiwa. Selain itu, L. Ango (2002: 18) mengutip pernyataan dari Ndu (1988: 7) yang
menyatakan
bahwa
klasifikasi
adalah
proses
pemilahan,
pengelompokkan, dan pengaturan berdasarkan persamaan dan perbedaan. Lebih lanjut, Abimanyu (2008: 11) mengatakan bahwa sejumlah besar objek, peristiwa, dan segala yang ada dalam kehidupan di sekitar, lebih mudah dipelajari apabila dilakukan dengan cara menentukan berbagai jenis golongan. Menggolongkan dan mengamati persamaan, perbedaan dan hubungan serta pengelompokan objek berdasarkan kesesuaian dengan berbagai tujuan. Keterampilan mengidentifikasi persamaan dan perbedaan berbagai objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya sehingga didapatkan golongan atau kelompok sejenis dari objek peristiwa yang dimaksud. Jenis keterampilan proses yang selanjutnya adalah pengenalan ruang dan waktu. Pengenalan ruang dan waktu serta hubungannya keduanya dapat diartikan sebagai keterampilan yang berkaitan dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengenalan bentuk-bentuk bangun ruang, pengenalan arah, pengenalan waktu, serta hubungan yang satu dengan lainnya (Abimanyu, 2008: 12). Jenis berikutnya adalah hipotesis. Hipotesis menurut Abimanyu (2008: 12) disebut sebagai suatu perkiraan ilmiah tentang pemecahan suatu masalah, penjelasan suatu keadaan yang selanjutnya diuji kebenarannya dengan penelitian atau eksperimen. Sementara itu, Darmodjo (1993: 51) menekankan pada cara berpikir deduktif yang dilandasi konsep-konsep serta teori-teori yang berkaitan. Jenis keterampilan proses yang lain adalah eksperimen. Eksperimen dapat dilakukan oleh siapa saja dalam kehidupan sehari-hari, tetapi kebanyakan melakukannya secara trial and error saja, demikian pula dengan anak (Abimanyu, 2008: 13). Dengan demikian, sebelum melaksanakan penelitian harus ditentukan hal-hal yang perlu dipersiapkan guna mendukung jalannya penelitian. Lebih jelas lagi, Darmodjo (1993: 51) meyebutkan bahwa perencanaan penelitian meliputi penetapan masalah, membuat hipotesis, dan menguji hipotesis. Salah satu jenis keterampilan proses yaitu pengendalian variabel. Abimanyu (2008: 13) menyebutkan bahwa pengendalian variabel atau faktor yang berpengaruh dalam penelitian atau eksperimen merupakan salah satu keterampilan dasar yang dilakukan para ilmuan dalam melaksanakan penelitian. Pengendalian variabel merupakan usaha untuk mengisolasi variabel yang tidak diteliti, hal ini diharapkan terjadinya perbedaan dengan variabel yang diteliti. Keterampilan interpretasi data juga termasuk ke dalam jenis keterampilan proses. Keterampilan interpretasi data menduduki posisi yang penting dalam sebuah penelitian. Data yang
telah dikumpulkan
dalam penelitian harus dapat diinterpretasi/ditafsirkan dengan cara-cara sesuai dengan kaidah ilmiah. Sehingga data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diharapkan dan lebih valid (Abimanyu, 2008: 14). Mengenai inferensi, Padilla (1990: 9004) mengartikan inferensi commit to usersesuai dengan data atau informasi sebagai penyusunan berbagai pertanyaan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang ingin diperoleh. Sementara itu, menurut Abimanyu (2008: 14), melakukan inferensi adalah menyimpulkan. Ini dapat diartikan sebagai suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep dan prinsip yang diketahui. Keterampilan terintegrasi merupakan perpaduan dua kemampuan keterampilan proses dasar atau lebih. Keterampilan terintegrasi terdiri atas: mengidentifikasi variabel, tabulasi, grafik, deskripsi hubungan variabel, perolehan dan proses data, analisis penyelidikan, hipotesis ekperimen. Abimanyu (2008: 15) juga mengklasifikasikan peramalan ke dalam jenis keterampilan proses. Peramalan biasanya didasarkan pada fakta atau data yang telah dikumpulkan melalui observasi, pengukuran, dan eksperimen. Sementara itu, Padilla (1990: 9004) menyebutkan bahwa peramalan merupakan perumusan atau perkiraan hasil yang akan diperoleh didasarkan pada metode-metode ilmiah. Darmodjo (1993: 51) dan Abimanyu (2008: 15) sependapat kaitannya dengan aplikasi. Aplikasi diartikan sebagai penggunaan konsep atau hasil penelitian ke dalam kehidupan sehari-hari. Para ilmuan pada umumnya mempunyai keterampilan untuk mengaplikasikan suatu konsep, prinsip, dan atau teori untuk memecahkan suatu masalah serta menjelaskan suatu peristiwa baru. Jenis keterampilan proses yang terakhir adalah komunikasi. Abimanyu (2008: 15) mengartikan komunikasi sebagai kemampuan untuk menyampaikan informasi dari narasumber kepada orang lain. Manusia mulai belajar pada awal-awal kehidupan bahwa komunikasi merupakan dasar untuk memecahkan masalah. Keterampilan menyampaikan sesuatu secara lisan maupun tulisan termasuk komunikasi. Sementara itu, L. Ango (2002: 17) mengungkapkan bahwa pemikiran, ide, temuan penelitian, dan segala informasi penting perlu dikomunikasikan untuk kesadaran, pembelajaran, pengajaran, dan keperluan lainnya. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat commit user berbagai jenis keterampilan yang tomempunyai kedudukan strategis dalam
perpustakaan.uns.ac.id
pendekatan
digilib.uns.ac.id
keterampilan
proses.
Dengan
menerapkan
berbagai
keterampilan tersebut, diharapkan peserta didik dilatih untuk menerapkan metode-metode ilmiah dalam kehidupan sehari-harinya. Selain itu, siswa diharapkan menjadi lebih aktif selama kegiatan pembelajaran berlangsung, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
d. Kelebihan dan Kekurangan PKP Kelebihan PKP: Menurut Hendro Darmodjo & Jenny R.E. Kaligis (1993: 39), Ruminiati (2007: 12) serta
Soli Abimanyu (2008: 4), pendekatan
keterampilan proses mempunyai beberapa kelebihan. Kelebihan PKP yang pertama, merangsang rasa ingin tahu dan mengembangkan sikap ilmiah peserta didik. Hal ini dimungkinkan karena peserta didik dilatih untuk menguji suatu konsep atau teori secara mandiri. Pengujian suatu konsep tersebut dilakukan melalui tahapan-tahapan ilmiah. Sehingga peserta didik menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari. Kedua, Merangsang peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam mendapatkan fakta, konsep, dan prinsip atau teori. Selain itu, pendekatan ini dapat melatih kreativitas peserta didik. Kreativitas peserta didik terlatih ketika pelaksanaan prosedur-prosedur percobaan. Peserta didik terlibat langsung dengan objek nyata sehingga dapat mempermudah pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran. Ketiga, melatih peserta didik untuk berpikir lebih kritis. Peserta didik dilatih untuk membandingkan berbagai hasil percobaan dan pendapat dari temannya. Keempat, mengembangkan kepribadian peserta didik secara holistik, baik aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.Kelima, memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar menggunakan metode ilmiah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kekurangan PKP Berdasarkan berbagai kelebihan dan jenis-jenis keterampilan proses yang telah diungkapkan oleh Hendro Darmodjo & Jenny R.E. Kaligis (1993: 39; 51), Ruminiati (2007: 12) serta Soli Abimanyu (2008: 4-10), peneliti mengidentifikasi adanya beberapa kelemahan dalam pendekatan
keterampilan
proses.
Adapun
kelemahan-kelemahan
pendekatan keterampilan proses tersebut adalah menghabiskan banyak waktu, sulit membagi perhatian, butuh perencanaan dengan teliti, serta sulit membuat peserta didik turut aktif. Kelemahan pendekatan keterampilan proses yang pertama adalah menghabiskan banyak waktu. Pendekatan keterampilan proses dapat menghabiskan banyak waktu, jika ketiga belas keterampilan tersebut diterapkan secara terperinci dan menyeluruh. Untuk mengatasi banyaknya waktu yang terbuang, berbagai jenis keterampilan tersebut diterapkan secara sederhana. Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik. Kesulitan membagi perhatian merupakan salah satu kelemahan pendekatan keterampilan proses. Jumlah peserta didik yang relatif banyak akan menyulitkan guru dalam membagi perhatian. Hal ini akan terjadi jika peserta didik melakukan berbagai keterampilan tersebut secara individu. Dengan demikian, guru bisa mengatasi hal ini dengan membentuk beberapa kelompok kecil. Cara ini dimaksudkan agar perhatian guru tidak terpecah ke banyak arah, seperti ketika peserta didik belajar secara individu. Kelemahan yang selanjutnya, bahwa pendekatan keterampilan proses memerlukan perencanaan dengan teliti seperti dalam pelaksanaan penelitian. Hal ini disebabkan jenis-jenis keterampilan proses yang tidak berbeda jauh dengan tahapan-tahapan dalam metode ilmiah. Dengan demikian, sebelum melaksanakan pembelajaran, guru harus benar-benar merencanakannya secara cermat sesuai dengan kebutuhan dan tingkat commit to user perkembangan peserta didik.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kelemahan pendekatan keterampilan proses yang terakhir adalah sulit membuat peserta didik turut aktif. Sulit membuat peserta didik turut aktif secara merata selama proses berlangsungnya pembelajaran bisa disebabkan oleh tingkat kemampuan masing-masing peserta didik. Peserta didik yang memiliki tingkat kemampuan sedang/tinggi cenderung lebih aktif dibandingkan dengan peserta didik yang memiliki tingkat kemampuan yang rendah. Berdasarkan berbagai kelemahan yang telah diuraikan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada pendekatan pembelajaran yang sempurna. Dengan memahami kelemahan pendekatan keterampilan proses tersebut, bukan berarti bahwa pendekatan tersebut tidak dapat diterapkan untuk mengatasi berbagai permasalah pembelajaran. Akan tetapi, dengan mengetahui/memahami
kelemahan-kelemahan
tersebut,
kita
dapat
menyusun strategi atau langkah awal untuk mengatasi atau meminimalisir kelemahan-kelemahan tersebut muncul dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga, berbagai kelemahan tersebut dapat ditutupi dengan kelebihankelebihan yang ada dalam pendekatan keterampilan proses.
e.
Pelaksanaan PKP untuk Mengaktifkan Siswa dalam Belajar Keterampilan proses memang mutlak diperlukan anak sebagai bekal dalam kehidupannya pada masa yang akan datang . Sementara itu, IPA dapat dipandang dari dua dimensi, yaitu dimensi produk dan dimensi proses (Hendro Darmodjo & Jenny R.E. Kaligis, 1993: 52). Pada umumnya, pembelajaran IPA dipandang sebagai suatu produk dan bukan sebagai proses. Hal ini berakibat pada kegiatan pembelajaran yang bersifat memperoleh hasil belajar sebagai unsur pokok, sementara cara memperoleh suatu hasil belajar cenderung diabaikan. Pelaksanaan PKP pada tingkat sekolah dasar dapat melatih peserta didik untuk mendapatkan ilmu atau memperoleh pengetahuan. Selain itu, pendekatan keterampilan proses juga dapat meningkatkan user Hal ini disebabkan karena keaktifan peserta didik commit dalam tobelajar.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pendekatan keterampilan proses melibatkan peserta didik secara langsung dalam pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan pendekatan keterampilan proses untuk mengaktifkan peserta didik dapat dilakukan dengan beberapa tahap. Pertama, menghadapkan peserta didik dengan suatu permasalahan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan atau pernyatanpernyataan yang menuntut untuk diadakan pengujian. Berbagai pertanyaan dan pernyataan yang menuntut dilakukannya pengujian tersebut akan menyebabkan peserta didik menjadi tertarik untuk menggali lebih dalam lagi mengenai konsep yang akan dipelajari. Dengan demikian, peserta didik akan terlibat secara aktif dalam memperoleh suatu pengetahuan. Tahap yang kedua, peserta didik dilibatkan selama pelaksanaan pembelajaran. Hal ini dapat diartikan bahwa peserta didik ikut serta dalam upaya mempelajari suatu konsep dengan cara mempraktikkan suatu konsep yang sedang dipelajari. Selain itu, peserta didik juga terlibat dalam mengggunakan alat peraga yang sudah disiapkan. Dengan demikian, peserta didik akan terlibat secara aktif selama pembelajaran berlangsung. Tahap yang ketiga, peserta didik dilatih untuk menerapkan konsep yang sudah dipelajari. Konsep yang sudah dipelajari oleh peserta didik kemudian dikembangkan dengan cara membuat suatu model atau karya sesuai dengan konsep tersebut. Dengan demikian, peserta didik tidak hanya dilatih untuk aktif dalam memperoleh suatu konsep saja, akan tetapi peserta didik juga dilatih untuk aktif mengembangkan dan memanfaatkan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Tahap yang keempat, peserta didik mengkomunikasikan konsep atau pengetahuan yang sudah diperoleh. Sesudah melaksanakan percobaan atau membuat suatu karya, peserta didik dituntut untuk aktif dalam mengkomunikasikan pengetahuan atau hasil karyanya. Pengetahuan atau hasil karya yang dikomunikasikan diharapkan mendapat respon atau tanggapan dari peserta didik lainnya. Hal ini akan berdampak pada suasana commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembelajaran yang terlihat lebih hidup, sebab adanya interaksi antar siswa selama pembelajaran berlangsung. Dengan
menerapkan
berbagai
cara
tersebut,
pelaksanaan
pendekatan keterampilan proses diharapkan dapat mengaktifkan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Selain itu, peserta didik juga diharapkan dapat mengembangkan dan memanfaatkan pengetahuan yang sudah diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.
f.
Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Menggunakan PKP Menurut Soli Abimanyu dkk. (2008: 18), kegiatan-kegiatan yang tergolong dalam langkah-langkah proses belajar mengajar atau bagian inti yang bercirikan keterampilan proses, meliputi : Langkah pertama yang dilakukan oleh guru beserta peserta didik adalah mempersiapkan segala bahan dan peralatan yang akan digunakan dalam percobaan sifat-sifat cahaya. Guru menjelaskan prosedur atau langkah-langkah percobaan sifat-sifat cahaya, sehingga peserta didik tidak mengalami kesulitan ketika melakukan percobaan. Langkah selanjutnya adalah membimbing peserta didik melakukan percobaan sifat-sifat cahaya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kinerja peserta didik selama kegiatan berlangsung. Langkah kedua, Peserta didik belajar dalam bentuk kelompok. Setiap kelompok melakukan percobaan sifat-sifat cahaya. Selanjutnya peserta didik melakukan diskusi, menafsirkan dan menjelaskan hasil percobaan sifat-sifat cahaya yang sudah dilakukan. Hasil percobaan yang diperoleh peserta didik kemudian dilaporkan dalam forum diskusi kelas. Sementara itu, kelompok lain juga menanggapi apa yang sudah disampaikan oleh kelompok yang maju. Setelah forum diskusi selesai, peserta didik menyusun kesimpulan dari keseluruhan percobaan sifat-sifat cahaya disertai bimbingan dari guru. Selain itu, guru juga memberi kesempatan kepada peserta didik untuk commit to user menanyakan materi yang belum dipahami. Langkah terakhir yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dilakukan yaitu guru melakukan evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran materi sifat-sifat cahaya yang sudah ditetapkan.
2.
Hakikat Keaktifan Belajar IPA Materi Sifat-Sifat Cahaya a.
Pengertian Keaktifan Belajar Soli Abimanyu (2008: 3) mengungkapkan bahwa keaktifan belajar ialah setiap kegiatan yang mengandung unsur interaksi edukatif. Menurut J.J. Hasibuan, Moedjiono (1986: 7), keaktifan belajar adalah setiap bentuk keikutsertaan peserta didik dalam pembelajaran yang melibatkan keaktifan mental dan keaktifan fisik. Eggen dan Kauchak dalam Soli Abimanyu dkk. (2008: 19) mengemukakan pendapat aliran behavioristik tentang belajar sebagai perubahan tingkah laku yang dapat diobservasi sebagai hasil dan pengalaman. Menurut Eggen dan Kauchak seseorang dikatakan belajar jika ia mengalami perubahan tingkah laku sebagai hasil dari proses belajar yang diperoleh melalui pengalaman. Sejalan dengan Eggen dan Kauchak, Morgan dkk dalam Bimo Walgito (2004: 167) memberikan definisi mengenai belajar “Learning can be defined as any relatively permanent change in behavior which occurs as a result of practice or experience”. Proses belajar dapat diartikan sebagai suatu perubahan perilaku yang relatif bersifat permanen yang terjadi sebagai hasil dari kegiatan praktik atau pengalaman. Berdasarkan pengalaman, siswa akan dapat membentuk pengertian dan pendapat, mengambil keputusan, bersikap tepat dan memiliki ketrampilan belajar, bekerja dan sebagainya. Segi pengamatan, diantara indera yang paling penting untuk memperoleh pengetahuan adalah pendengaran dan penglihatan. Syaiful Bahri Djamarah (2005: 79) mengungkapkan bahwa tidak ada proses belajar tanpa disertai keaktifan peserta didik yang belajar. Peserta didik pasti aktif dalam belajar, hanya yang membedakan adalah commit to user kadar atau bobot keaktifan peserta didik dalam belajar. Ada keaktifan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
belajar dengan kategori rendah, sedang, dan tinggi. Jika dibuat rentangan sekala 0-10, maka keaktifan belajar ada dalam skala 1-10, tidak ada skala nol, betapapun kecilnya keaktifan tersebut. Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa keaktifan belajar merupakan setiap kegiatan peserta didik yang mengandung unsur interaksi edukatif, yaitu hubungan timbal balik yang menyebabkan adanya perubahan sikap atau perilaku ke arah yang lebih baik. Keaktifan belajar meliputi keaktifan kognitif, afektif, dan psikomotorik. b. Jenis-Jenis Keaktifan Belajar Menurut J.J. Hasibuan, Moedjiono (1986: 7), keaktifan belajar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu keaktifan mental dan keaktifan fisik. Keaktifan mental melibatkan penggunaan pengetahuan dan perkembangan kecerdasan anak. Selain itu, keaktifan mental juga meliputi unsur emosional peserta didik antara lain berhubungan dengan perasaan, penghargaan, nilai, sikap, dan motivasi. Sementara itu, keaktifan fisik berhubungan dengan koordinasi antara setiap anggota tubuh serta perkembangan motorik anak. Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah (2005: 84), aktivitas belajar peserta didik meliputi meliputi bagaimana peserta didik belajar secara individu, belajar dalam bentuk kelompok, partisipasi dalam melaksanakan tugas belajarnya, keberanian peserta didik mengajukan pendapat, aktivitas belajar analisis, sintesis, penilaian, serta kesimpulan, hubungan sosial antar peserta didik, kemampuan memberikan komentar atau tanggapan, kesempatan untuk menggunakan berbagai sumber belajar, upaya untuk menilai hasil belajar, dan yang terakhir adalah upaya peserta didik untuk bertanya kepada guru. Menurut Sriyono, dkk. (1992 : 75) Keaktifan adalah pada saat guru mengajar ia harus mengusahakan agar para siswa aktif, jasmani commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
maupun rohani. Keaktifan jasmani maupun rohani meliputi keaktifan indera, keaktifan akal, keaktifan ingatan, keaktifan emosi. Berkaitan dengan keaktifan indera, siswa harus dirangsang agar dapat menggunakan alat inderanya sebaik mungkin. Selanjutnya, keaktifan
akal
berhubungan
akal
anak-anak
yang
aktif
untuk
memecahkan masalah. Keaktifan ingatan memiliki arti bahwa pada waktu mengajar, anak harus aktif menerima bahan pengajaran yang disampaikan oleh guru dan menyimpannya dalam otak. Sementara itu, keaktifan emosi dapat diartikan bahwa anak hendaklah senantiasa mencintai pelajarannya. Ada
beberapa
cara
yang
yang
bisa
dilakukan
untuk
mengaktifkan siswa dalam mengikuti pembelajaran, misalnya dengan meminta siswa menjawab pertanyaan atau meminta siswa membuat pertanyaan dan menjawab sendiri tidak kecil artinya dalam interaksi belajar mengajar. Selain itu dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa setiap kali mengajar lebih baik daripada sekedar memberi pelajaran lisan saja. Sebab, hal tersebut akan mendorong siswa memecahkan masalah dan mendorong guru lebih kreatif dan berinisiatif (Sriyono, 1992: 77-78). Berdasarkan berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar ada tiga aspek, antara lain: 1) Keaktifan kognitif, 2) Keaktifan afektif, 3) Keaktifan psikomotorik. Keaktifan mental yang telah dijelaskan oleh Hasibuan (1986: 7) dapat dimasukkan ke dalam aspek kognitif dan afektif. Sementara itu, keaktifan fisik dapat dimasukkan ke dalam aspek psikomotorik. Sementara itu, keaktifan indera menurut Sriyono (1992: 75) dapat dikategorikan ke dalam jenis keaktifan psikomotorik. Selanjutnya, keaktifan ingatan dan keaktifan akal dapat di kategorikan ke dalam jenis keaktifan kognitif. Sementara itu, keaktifan emosi dapat dikategorikan ke dalam jenis keaktifan afektif. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Pengertian IPA Ilmu Pengetahuan Alam mempunyai beberapa definisi yang disampaikan oleh beberapa ahli. Hendro Darmodjo, Jenny R.E. Kaligis (1993: 3) menjelaskan bahwa IPA adalah ilmu yang pengetahuan yang mempelajari tentang alam semesta dengan segala isinya. Tidak jauh berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Hendro Darmodjo & Jenny R.E. Kaligis, Sukardjo (2005: 1) mengatakan bahwa IPA adalah ilmu yang mempelajari alam dengan segala isinya, atau secara sederhana merupakan suatu kumpulan pengetahuan yag tersusun secara sistematis tentang gejala alam. Nash dalam Hendro Darmodjo, Jenny R.E. Kaligis (1993: 3) mengatakan bahwa Science is away of looking at the world.
Ia
menjelaskan bahwa cara IPA mengamati dunia itu bersifat analitis, lengkap, cermat, serta menghubungkan antara satu fenomena dengan fenomena yang lain, sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya. Sementara itu, Einstein dalam Hendro Darmodjo, Jenny R.E. Kaligis (1993: 3) mengatakan bahwa Science is the attempt to make chaotic diversity of our sense experience correspond to a logically uniform system of though.
Menurut Einstein, IPA merupakan suatu
bentuk upaya yang membuat berbagai pengalaman menjadi suatu sistem pola pikir yang logis.
“A logically uniform system of though”
mempunyai arti pola berpikir ilmiah. IPA tidak hanya dapat dipandang sebagai kumpulan pengetahuan tetapi juga dapat dipandang sebagai suatu metode. Carin dan Sund dalam Hendro Darmodjo, Jenny R.E. Kaligis (1993: 4) mengatakan bahwa Science is the system of knowing about the universe through data collected by observation and experimentation. As data are collected, theories are advanced to explain an account for what has been observed. Berdasarkan apa yang dikatakan oleh Carin dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sund, IPA dapat diartikan sebagai suatu system of knowing atau sistem pengetahuan tentang alam.
d. Hakikat Pembelajaran IPA SD Menurut Hendro Darmodjo & Jenny R.E. Kaligis (1993: 17), anak usia sekolah dasar adalah anak yang sedang mengalami pertumbuhan, baik pertumbuhan intelektual, pertumbuhan emosional, maupun pertumbuhan fisik. Darmodjo (1993: 22) menjelaskan bahwa penerapan Teori Piaget sangat cocok dalam pengajaran IPA. Penerapan teori tersebut meliputi belajar melalui perbuatan, variasi kegiatan belajar mengajar, mengenal tingkat perkembangan peserta didik, menerapkan latihan yang berulang. Belajar melalui perbuatan disebabkan
oleh perkembangan
intelektual dan perkembangan emosional anak yang dipengaruhi langsung oleh keterlibatan fisik dan mental terhadap lingkungannya. Oleh karena itu, guru disarankan untuk mengupayakan pengajaran IPA melalui aktivitas konkrit untuk semua tingkat SD. Perlunya variasi kegiatan dalam proses belajar mengajar didasari oleh adanya variasi kecepatan perkembangan intelektual atau emosional yang menimbulkan perbedaan individu. Pembelajaran akan lebih efektif apabila kegiatan belajar mengajar sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual peserta didik. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat menyajikan berbagai variasi kegiatan dengan maksud agar dapat diikuti dengan baik oleh setiap peserta didik dari berbagai tahap perkembangan. Selanjutnya, guru perlu mengenal tingkat perkembangan peserta didiknya, dengan alasan bahwa adanya perbedaan individual. Perbedaan individual tersebut perlu dipantau terus menerus. Hal ini bertujuan agar guru tidak hanya mengenal tingkat perkembangan intelektual secara kelompok/kelas, akan tetapi sejauh mungkin mengetahui status perkembangan masing-masing peserta didik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sementara itu, guru juga perlu mengadakan latihan yang berulang-ulang. Materi atau konsep yang sudah dipelajari oleh peserta didik diulangi secara teratur, hal ini dimaksudkan agar materi atau konsep yang diajarkan oleh guru tertanam secara kuat dalam benak peserta didik. Materi atau konsep yang diajarkan akan melekat dalam benak peserta didik sebab adanya pengulangan-pengulangan yang terstruktur. Selanjutnya, Hendro Darmodjo & Jenny R.E. Kaligis (1993: 21) mengungkapkan
bahwa
ada
beberapa
alasan
yang
menjadikan
lingkungan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. Alasan tersebut di antaranya lingkungan sebagai sasaran belajar, sebagai sumber belajar, dan sebagai sarana belajar mengajar. Lingkungan sebagai sasaran belajar dapat diartikan bahwa segala sesuatu di sekitar anak merupakan objek untuk diajarkan kepada anak, atau lingkungan merupakan sasaran belajar bagi anak SD. Selanjutnya, lingkungan sebagai sumber belajar dapat diartikan bahwa lingkungan merupakan sumber belajar yang tidak ada habisnya memberikan pengetahuan kepada anak. Semakin kita gali, semakin banyak yang kita dapatkan. Tidak hanya bagi IPA itu sendiri, tetapi juga berupa sumber dari berbagai macam ilmu pengetahuan seperti IPS dan matematika. Alasan yang terakhir yaitu IPA sebagai sarana belajar. Setiap proses pembelajaran memerlukan sarana belajar, seperti ruang kelas dan kelengkapannya, laboratorium dengan segala peralatannya, gedung sekolah, dan sebagainya. Lingkungan merupakan sarana belajar yang baik, bahkan lingkungan alamiah menyediakan bahan-bahan yang tidak perlu dibeli, misalnya udara, cahaya matahari, pepohonan, dan lain-lain. Jadi, lingkungan merupakan sarana belajar yang ekonomis. Berdasarkan ketiga alasan tersebut, maka dapat ditarik commit to user peranan yang sangat penting kesimpulan bahwa lingkungan memiliki
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bagi pendidikan anak usia sekolah dasar. Hal ini dikarenakan lingkungan dapat digunakan sebagai sasaran belajar, sarana belajar, serta sumber belajar. Darmodjo (1993: 35) menjelaskan bahwa ada berbagai macam jenis pendekatan yang digunakan dalam pembeajaran IPA di SD. Pendekatan tersebut meliputi pendekatan ekspositori, pendekatan inkuiri, dan pendekatan proses. Dalam pendekatan ekspositori, guru bertindak selaku pelaksana proses belajar mengajar, sementara siswa menyiapkan mental untuk mengikuti pembelajaran tersebut. Umumnya yang dilakukan guru adalah memberi ceramah, mendemonstrasikan sesuatu, memperlihatkan film, video, slide, dan sebagainya. Pendekatan ekspositori memiliki kelebihan yaitu materi pembelajaran dapat diselesaikan dalam waktu singkat. Namun pendekatan ini juga memiliki kelemahan, yaitu siswa yang cenderung pasif selama pembelajaran berlangsung. Pendekatan yang selanjutnya adalah pendekatan inkuiri. Pendekatan inkuiri mendambakan keaktifan siswa untuk memperoleh dan mengolah informasi sampai menemukan konsep-konsep IPA. Informasi dapat diperoleh siswa melalui berbagai sumber misalnya dari hasil observasi, eksperimen, narasumber di luar sekolah, alam sekitar, dan lain sebagainya (Hendro Darmodjo & Jenny R.E. Kaligis 1993: 36). Pendekatan
selanjutnya
yang
biasa
digunakan
dalam
pembelajaran IPA di SD adalah pendekatan proses. Pendekatan proses tidak jauh berbeda dengan pendekatan inkuiri, hal ini dikarenakan pendekatan tersebut memiliki ciri-ciri yang sama yaitu mendambakan keaktifan siswa untuk memperoleh informasi dari berbagai sumber. (Hendro Darmodjo & Jenny R.E. Kaligis 1993: 38).
e.
Manfaat IPA IPA mempunyai manfaat sebagai pemupukan sikap. Menurut to user Jenny R.E. Kaligis. 1993: 7), Wynne Harlen (Hendrocommit Darmodjo,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
setidaknya ada sembilan aspek sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak usia sekolah dasar, antara lain adalah sikap ingin tahu, sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru, sikap kerja sama, sikap tidak putus asa, sikap tidak berprasangka, sikap mawas diri, sikap bertanggung jawab, sikap berpikir bebas, sikap kedisiplinan diri. IPA erat kaitannya dengan metode-metode ilmiah. Dari berbagai metode ilmiah yang diajarkan kepada peserta didik, IPA akan menumbuhkan rasa ingin tahu siswa. Rasa ingin tahu siswa tercermin pada sikap yang ingin selalu mendapatkan jawaban yang benar dari objek atau peristiwa yang diamatinya. Dalam penelitian yang menggunakan metode ilmiah, peserta didik dilatih untuk menguji suatu konsep atau penemuan baru yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Selama penelitian, peserta didik dapat bekerjasama dengan temannya, sehingga terjalin hubungan yang baik antar peserta didik. Selain itu, peserta didik akan memperoleh sikap tidak mudah putus asa dan berusaha keras untuk mencapai keberhasilan. Hal ini dimungkinkan karena dalam suatu percobaan seringkali bersifat trial and error. Dengan percobaan yang berulang-ulang, peserta didik tidak hanya mengira-ngira hasil percobaan secara asal-asalan, akan tetapi ia berusaha menguji sesuatu yang sudah disangkakan dengan hasil percobaan. Percobaan-percobaan IPA menuntut pertanggungjawaban dari peneliti. Dengan penerapan IPA, peserta didik dilatih untuk bertanggung jawab atas percobaan yang sudah dilakukan. Selain itu, IPA juga dapat melatih peserta didik untuk bersikap objektif selama melakukan percobaan.
f.
Ruang Lingkup IPA Menurut Permen nomor 22, 23, dan 24 Tahun 2006, ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut: 1.
Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, commitdengan to userlingkungan, serta kesehatan. tumbuhan dan interaksinya
perpustakaan.uns.ac.id
2.
digilib.uns.ac.id
Benda/materi, sifat-sifat, dan kegunaannya meliputi: cair, gas, padat, dan gas.
3.
Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.
4.
Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan bendabenda langit lainnya.
g.
Sifat-Sifat Cahaya Benda-benda yang ada di sekitar kita dapat kita lihat apabila ada cahaya yang mengenai benda tersebut. Cahaya yang mengenai benda akan dipantulkan oleh benda ke mata sehingga benda tersebut dapat terlihat. Cahaya berasal dari sumber cahaya. Semua benda yang dapat memancarkan cahaya disebut sumber cahaya. Contoh sumber cahaya adalah matahari, lampu, senter, dan bintang. Menurut Heri Sulistyanto (2008: 125), cahaya memiliki beberapa sifat yaitu merambat lurus, menembus benda bening, dapat dipantulkan, dan dapat dibiaskan. Sifat cahaya yang merambat lurus dapat diperagakan dengan menggunakan senter yang disorotkan melewati kardus yang sudah dilubangi kemudian diarahkan ke cermin. Cahaya yang memantul dari cermin akan berwujud garis lurus. Sifat cahaya yang menembus benda bening dapat diperagakan dengan membandingkan mengarahkan sinar menuju benda bening dan gelap. Benda bening yang digunakan adalah mika dan plastik, sementara benda gelap yang digunakan adalah kardus, meja, dan buku tulis. Setelah melakukan percobaan, peserta didik diminta untuk membandingkan perbedaan antara sinar yang diarahkan menuju mika, plastik, kardus, meja, dan buku tulis. Sifat cahaya yang dapat dipantulkan bisa dipraktikkan dengan mengarahkan sinar dari senter menuju cermin. Cahaya yang disorotkan tersebut akan memantul dari cermin. Selain itu, peserta didik juga bisa commit to usermengarahkan cermin ke arah sinar diajak keluar ruangan untuk mencoba
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
matahari, kemudian peserta didik diminta untuk mengamati apa yang terjadi. Sedangkan sifat cahaya yang dapat dibiaskan bisa diperagakan dengan menggunakan bahan pensil, air, serta gelas. Pensil dimasukkan ke dalam gelas yang berisi air, maka pensil tersebut terlihat bengkok. Selain itu, peserta didik juga bisa membandingkan antara uang logam yang diletakkan dalam gelas kosong dengan uang logam dalam gelas yang berisi air. Uang dalam gelas yang berisi air akan nampak lebih besar atau dekat dibandingkan dengan uang logam yang diletakkan dalam gelas kosong. Sifat-sifat cahaya dapat dimanfaatkan dalam kehidupan seharihari, misalkan untuk lampu sepeda motor, senter, lampu rumah, dan masih banyak lagi. Prinsip sifat cahaya juga bisa diterapkan untuk membuat periskop sederhana.
B. Penelitian yang Relevan Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini, di antaranya adalah penelitian dari Siti Rusmiyati, Any Jamila Fatmasari, dan Lanjar Istika Yunianti. Berbagai persamaan dan perbedaan muncul sebagai ciri khas antara penelitian ini dengan penelitian yang sudah dilaksanakan oleh Siti Rusmiyati, Any Jamila Fatmasari, dan Lanjar Istika Yunianti. Siti Rusmiyati dalam skripsi yang berjudul “Peningkatkan kreativitas dalam pembelajaran IPA melalui pendekatan keterampilan proses pada siswa kelas V SDN Pesantren Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2008/2009”. Hasil penelitian tindakan kelas ini menunjukkan adanya peningkatan keaktifan dan kreativitas siswa dalam mempelajari sifat-sifat cahaya melalui penerapan pendekatan keterampilan proses. Penelitian yang sudah dilakukan oleh Siti Rusmiyati mempunyai kesamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Letak kesamaannya terdapat pada pendekatan yang digunakan, yaitu penggunaan to useritu, perbedaannya terletak pada pendekatan keterampilan proses.commit Sementara
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tingkat kreativitas dan keaktifan. Siti Rusmiyai lebih fokus untuk meningkatkan kreativitas peserta didik, sedangkan peneliti lebih terfokus untuk meningkatkan keaktifan peserta didik. Waktu penelitian yang diambil oleh Siti Rusmiyati pada Tahun Pelajaran 2008/2009, berbeda dengan waktu yang dimbil oleh peneliti yaitu Tahun Pelajaran 2011/2012. Selain itu, ada perbedaan lain yang menjadi ciri khas penelitian yang sudah dilakukan oleh Siti Rusmiyati dengan penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti. Tempat penelitian yang diambil oleh Siti Rusmiyati adalah di SDN Pesantren Kabupaten Batang, sedangkan penelitian yang akan dilaksanakan peneliti berada di SDN 06 Ngringo Kabupaten Karanganyar. Penelitian yang relevan selanjutnya adalah penelitian yang dilaksanakan oleh Any Jamila Fatmasari. Penelitian tersebut termuat dalam skripsi yang berjudul “Meningkatkan Minat Belajar IPA Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Pada Siswa Kelas III SDN Jaten 4 Karanganyar Tahun Pelajaran 2009/2010”. Hasil penelitian tindakan kelas ini menunjukkan adanya peningkatan motivasi serta keaktifan belajar Ilmu Pengetahuan Alam. Penelitian yang dilakukan oleh Any Jamila Fatmasari memiliki kesamaan dalam pendekatan yang digunakan, yaitu pendekatan keterampilan proses. Sementara itu, ada perbedaan yang menonjol yaitu antara minat belajar yang diambil oleh Any Jamila Fatmasari dengan keaktifan belajar yang diambil oleh peneliti. Minat belajar peserta didik berhubungan dengan motivasi, keinginan atau kehendak yang mendasari peserta didik untuk ikut serta dalam kegiatan pembelajaran. Sementara itu, keaktifan belajar berkaitan dengan keikutsertaan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, baik dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotorik peserta didik. Dengan kata lain, minat belajar menjadi dasar yang sangat penting untuk mewujudkan keaktifan belajar peserta didik. Selain perbedaan di atas, ada perbedaan lain yang terletak pada kelas yang diteliti dan waktu penelitian. Any Jamila Fatmasari melaksanakan penelitiannya di kelas III SDN Jaten 4 Karanganyar, sedangkan peneliti mengambil kelas V SDN 06 Ngringo Kabupaten Karanganyar. Waktu penelitian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang diambil oleh Any Jamila Fatmasari pada Tahun Pelajaran 2009/2010, berbeda dengan waktu yang dimbil oleh peneliti yaitu Tahun Pelajaran 2011/2012. Penelitian relevan yang terakhir adalah penelitian dari Lanjar Istika Yunianti dalam skripsi yang berjudul “Penerapan pendekatan keterampilan proses dalam mencapai ketuntasan belajar konsep energi gerak pada siswa kelas III SD Negeri III Sendang, Wonogiri tahun pelajaran 2010/2011”. Hasil penelitian tindakan kelas ini menunjukkan adanya pencapaian ketuntasan belajar IPA siswa kelas III SD Negeri III Sendang Wonogiri Tahun Pelajaran 2010/2011 melalui penerapan pendekatan keterampilan proses. Ada beberapa persamaan dan perbedaan antara penelitian yang sudah dilakukan Lanjar Istika Yunianti dengan penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti. Persamaan tersebut terletak pada penggunaan pendekatan keterampilan proses. Selain itu, Mata pelajaran yang diambil oleh Lanjar Istika Yunianti dan peneliti juga sama, yaitu IPA. Selain itu, ada beberapa perbedaan yang menonjol, yaitu antara ketuntasan belajar yang diambil oleh Lanjar Istika Yunianti dengan keaktifan belajar yang diambil oleh peneliti. Ketuntasan belajar cenderung menekankan penguasaan materi secara penuh yang harus dikuasai oleh peserta didik. Penguasaan penuh ini dapat dicapai apabila siswa mampu menguasai materi tertentu secara menyeluruh yang dibuktikan dengan hasil belajar yang baik pada materi tersebut. Sementara itu, keaktifan belajar berkaitan dengan keikutsertaan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, baik dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotorik peserta didik. Perbedaan juga terletak pada tempat dan waktu penelitian. Tempat pelaksanaan penelitian yang sudah dilaksanakan oleh Lanjar Istika Yunianti bertempat di SD Negeri III Sendang Wonogiri, sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada tahun pelajaran 2010/2011. Sementara itu, peneliti akan melaksanakan penelitian di SDN 06 Ngringo Jaten Karanganyar pada tahun ajaran 2011/2012. Perbedaan yang terakhir, Lanjar Istika Yunianti melaksanakan penelitian di kelas III SD, sedangkan peneliti akan melaksanakan penelitian pada commit to user siswa kelas V SD.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Kerangka Berpikir Kondisi
awal
pembelajaran
sebelum
dilaksanakan
pendekatan
keterampilan proses, pembelajaran lebih berpusat pada guru sehingga peserta didik menjadi pasif atau kurang aktif. Pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya memang dapat didesain dengan kegiatan yang berpusat pada peserta didik, namun kenyataan yang terjadi dalam pembelajaran IPA di SDN 06 Ngringo Kabupaten Karanganyar cenderung berpusat pada guru. Sementara itu, peserta didik hanya terfokus menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru. Selain itu, pola interaksi edukatif bersifat searah yaitu dari guru ke peserta didik, sedangkan peserta didik tidak memberikan tanggapan kepada guru atau ke sesama peserta didik. Peserta didik dalam interaksi edukatif ini sebagai objek belajar, bukan subjek belajar. Berbagai persoalan tersebut ternyata berimbas pada keaktifan dan hasil belajar IPA siswa. Data menunjukkan dari 37 siswa kelas V SDN 06 Ngringo, rata-rata keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya hanya mencapai +37.84%. Siswa yang kurang aktif sebanyak 23 anak atau sekitar 52.34%. Siswa yang cukup aktif sebanyak 11 anak, atau sekitar 35.00%. Siwa yang aktif sebanyak 3 anak, atau sekitar 12.66%. Sementara itu, belum ada siswa yang tergolong sangat aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Keaktifan belajar siswa yang menonjol adalah keberanian siswa dalam menjawab atau mengajukan pertanyaan. Keberanian mengajukan pendapat dan pertanyaan didominasi oleh sebagian kecil siswa yaitu antara 3-5 anak. Begitu juga ketika guru mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan, hanya 8-10 anak saja yang mau dan mampu menjawab pertanyaan tersebut. Dari kondisi awal di atas, peneliti melakukan tindakan dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa. Penerapan PKP dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan beberapa tahapan, antara lain: 1) Guru menjelaskan prosedur atau langkah-langkah percobaan sifat-sifat cahaya. commit to user Hal ini dimaksudkan agar peserta didik tidak mengalami kesulitan ketika
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
melakukan percobaan, 2) Peserta didik melakukan percobaan sifat-sifat cahaya disertai bimbingan dari guru, 3) Setiap kelompok melakukan diskusi, menafsirkan dan menjelaskan hasil percobaan sifat-sifat cahaya yang sudah dilakukan, 4) Setiap kelompok melaporkan hasil diskusi berdasarkan percobaan yang dilakukan, sementara itu kelompok lain juga menanggapi apa yang sudah disampaikan oleh kelompok yang maju, 5) Peserta didik menyusun kesimpulan dari keseluruhan percobaan sifat-sifat cahaya disertai bimbingan dari guru, 6) Guru melakukan evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran materi sifat-sifat cahaya yang sudah ditetapkan. Penerapan
pendekatan keterampilan proses diambil dengan alasan
bahwa pendekatan keterampilan proses memiliki kelebihan yang bermanfaat untuk meningkatkan keaktifan belajar peserta didik, antara lain merangsang rasa ingin tahu dan mengembangkan sikap ilmiah peserta didik, peserta didik akan lebih aktif dalam pembelajaran, terlibat langsung dengan objek nyata, melatih menerapkan konsep yang sudah diperoleh, memadukan antara keterampilan intelektual, mental, dan fisik peserta didik. Berdasarkan berbagai uraian di atas, penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus pada proses tindakan. Masing-masing siklus terdiri dari dua pertemuan. Setelah tindakan dilaksanakan, kondisi akhir yang didapatkan adalah keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran IPA khususnya materi sifat-sifat cahaya meningkat. Adapun kerangka berpikir dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
KONDISI AWAL
digilib.uns.ac.id
Guru: Pembelajaran Konvensional
Siswa: Keaktifan belajar IPA Rendah
Siklus I:
Tindakan
Menggunakan pendekatan keterampilan proses pada materi sifatsifat cahaya.
1. 2. 3. 4.
Siklus II: 1. 2. 3. 4.
KONDISI AKHIR
Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi/observasi Refleksi
Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi/observasi Refleksi
Keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya dapat meningkat
Gambar 2.1 Alur Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, dapat ditarik hipotesis tindakan sebagai berikut: “Melalui pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V semester II SDN 06 Ngringo tahun ajaran 2011/2012”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian tindakan kelas ini adalah di Sekolah Dasar Negeri 06 Ngringo Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar. Alasan pemilihan tempat ini adalah sebagai berikut: a. SDN 06 Ngringo adalah sekolah tempat peneliti pernah melakukan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL), sehingga peneliti lebih mengetahui iklim pembelajaran di sekolah tersebut. b. Iklim pembelajaran yang sudah dipahami oleh peneliti akan memperlancar dalam menyusun langkah-langkah atau strategi penelitian sesuai dengan judul yang diambil. c. Peneliti memilih SDN 06 Ngringo khususnya kelas V sebagai tempat penelitian, dengan alasan bahwa di SD tersebut masih mengalami permasalahan di dalam proses pembelajarannya. Permasalahan tersebut berkaitan dengan tingkat keaktifan peserta didik yang masih rendah, yaitu sekitar 43% peserta didik yang aktif selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal ini berimbas pada tingkat prestasi belajar peserta didik yang masih rendah pula.
2. Waktu Penelitian Waktu penelitian mulai dari penyusunan proposal penelitian hingga penyusunan laporan dalam bentuk skripsi
adalah selama lima bulan.
Penyusunan proposal dimulai pada bulan Februari, hingga penyusunan laporan penelitian dalam bentuk skripsi yang selesai pada bulan Juli. Adapun rincian jadwal penelitian adalah seperti pada tabel 3.1 berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
N o 1
Februari
Kagiatan
Maret
April
Mei
Juni
Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Analisis pembelajara n pra siklus
2
Penyusunan proposal
3
Pelaksanaan siklus I
4
Analisis pelaksanaan siklus I
5
Pelaksanaan siklus II
6
Analisis pelaksanaan siklus II
7
Penyusunan skripsi
B. Subjek Penelitian Subjek Penelitian Tindakan Kelas ini adalah Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 06 Ngringo Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012 yang terdiri dari 37 siswa, dengan rincian 17 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Bentuk dan Strategi Penelitian 1. Bentuk Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas dengan bentuk metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif
dimaksudkan
untuk
menuturkan,
menafsirkan,
serta
menggambarkan situasi dan kondisi yang terjadi selama kegiatan penelitian berlangsung. Masalah yang menjadi objek penelitian pada umumnya belum jelas, kompleks, dan dinamis sehingga data yang dipergunakan adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan langsung tercatat dari kegiatan lapangan.
2. Strategi Penelitian Strategi yang dipilih dan digunakan dalam penelitian ini adalah strategi tindakan kelas model siklus. Setiap siklus ditempuh melalui empat fase seperti yang disampaikan Jean McNiff (1992: 23) berikut ini:
plan
plan
reflect
act
reflect
act
Observe
Observe
Gambar 3.1 Skema Proses PTK Jean McNiff (1992: 23)
D. Sumber Data Data atau informasi yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini diperoleh dari data kualitatif dan kuantitatif. Informasi data ini akan digali dari berbagai macam sumber data. Adapun sumber data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini antara lain: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Sumber data primer. Sumber data ini berasal dari wawancara dengan guru. 2. Sumber data skunder Sumber data ini berasal dari LKS, dokumentasi, serta hasil observasi.
E. Teknik Pengumpulan Data Sesuai bentuk Penelitian Tindakan Kelas dan jenis sumber data yang dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: 1.
Observasi Observasi
dilakukan
untuk
memantau
proses
dan
dampak
pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah perbaikan agar lebih efektif dan efisien. Observasi dipusatkan pada proses dan hasil tindakan pembelajaran beserta peristiwa-peristiwa yang melingkupinya. Langkahlangkah observasi meliputi perencanaan, pelaksanaan observasi kelas dan pembahasan balikan. Perencanaan observasi dilakukan dengan menyiapkan lembar pengamatan beserta skala penskoran keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya. Lembar pengamatan tersebut berisi tentang berbagai keaktifan yang akan diukur, keaktifan tersebut meliputi keaktifan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Selain itu, teknik observasi juga digunakan untuk mengetahui kinerja guru selama pembelajaran, yaitu dengan lembar pengamatan kinerja guru. Selanjutnya, pelaksanaan observasi dilakukan oleh guru kelas V. Observasi dilaksanakan dengan menggunakan lembar pengamatan dan pedoman penskoran. Guru melakukan observasi selama pembelajaran sifatsifat cahaya berlangsung. Posisi observer berada di meja komputer yang terletak di depan kelas sebelah utara. Sementara itu, pembahasan balikan dilakukan oleh observer untuk mengetahui data yang diperoleh dari pelaksanaan observasi. Hal ini dilakukan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk mengukur tingkat keaktifan belajar siswa, sehingga dapat disusun rencana observasi berikutnya.
2.
Dokumen Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dokumen bisa dimanfaatan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan. Dokumen yang dikaji adalah arsip atau dokumen yang ada. Dokumen tersebut antara lain kurikulum (silabus), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), foto-foto selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini untuk mengetahui peningkatan keaktifan peserta didik. Silabus digunakan peneliti sebagai acuan untuk menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sifat-sifat cahaya. Sementara RPP digunakan untuk membuat skenario pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah ditentukan, yaitu dengan menerapkan peendekatan keterampilan proses. Foto dan video tentang pelaksanaan pembelajaran juga sangat penting untuk membandingkan dengan hasil observasi yang telah dilakukan. Dalam pengambilan gambar, peneliti mengikutsertakan dua orang rekan yang bertugas untuk mengambil gambar. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan video dimulai pada saat kegiatan apersepsi hingga kegiatan evaluasi. Video dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan guru dalam mengobservasi
setiap
kegiatan
peserta
didik
selama
pembelajaran
berlangsung. Dengan menggunakan video, guru dapat mengamati keaktifan peserta didik yang mungkin terlewatkan saat pembelajaran berlangsung.
3.
Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud untuk menggali informasi oleh pewawancara dari terwawancara (Lexy J. Moleong. 2007: 186). Dalam penelitian ini, peneliti selaku pewawancara menggali informasi yang bersumber dari guru kelas V yang berperan sebagai terwawancara atau commit to user narasumber.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Wawancara yang pertama kali dilakukan peneliti bersifat tidak terstruktur, yaitu belum ditentukan waktu dan instrumen wawancara. Teknik ini dagunakan untuk mengetahui gambaran awal tentang keadaan kelas. Wawancara berikutnya bersifat terstruktur, yaitu waktu dan instrumen wawancara sudah dipersiapkan sebelumnya. Teknik ini digunakan untuk menggali informasi yang lebih dalam mengenai keaktifan belajar siswa pada materi sifat-sifat cahaya.
F. Validitas Data Di dalam penelitian digunakan prosedur uji validitas data, maksudnya adalah semua data yang dikumpulkan hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur atau diteliti. Di dalam penelitian ini untuk menguji kesahihan data digunakan triangulasi data dan triangulasi metode. Adapun yang dimaksud kedua hal tersebut adalah: 1. Triangulasi data adalah data atau informasi yang diperoleh selalu dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain, baik dari segi koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda. Data penelitian keaktifan belajar siswa yang bersumber dari guru dibandingkan dengan data yang bersumber dari dokumentasi (foto dan video). Hal ini dilakukan guna mendapatkan data yang kuat dan sahih. 2. Triangulasi metode yaitu seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda. Data keaktifan belajar siswa yang diperoleh melalui metode observasi, dokumentasi, dan wawancara dibandingkan antara yang satu dengan yang lainnya. Selanjutnya, data yang diperoleh lewat beberapa teknik pengumpulan data tersebut dapat ditarik kesimpulan menjadi data yang lebih kuat validitasnya.
G. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif Miles dan Huberman (1992: 20) yang mempunyai tiga model to user data; (3) penarikan kesimpulan kegiatan, yaitu: (1) reduksi data;commit (2) penyajian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
atau verifikasi yang membentuk proses atau siklus bersama secara berkaitan. Adapun langkah-langkah analisis data penelitian adalah sebagai berikut: 1. Reduksi Data Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data ini dilakukan selama proses penelitian berlangsung. Data yang dikumpulkan lalu dipilih dan disederhanakan, mana yang penting diambil dan yang tidak diperlukan dihilangkan (Miles dan Huberman, 1992: 16). Data yang direduksi pada penelitian ini meliputi data hasil wawancara, observasi serta dokumentasi. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dipilih atau diseleksi sesuai dengan informasi yang diperoleh, yaitu keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 06 Ngringo. Sementara itu, data yang tidak sesuai dengan informasi yang dibutuhkan kemudian dipisahkan. Data yang direduksi selanjutnya adalah hasil observasi. Hasil observasi dipilah-pilah sesuai dengan kriteria keaktifan yang diinginkan. Data yang mendukung tentang meningkatnya keaktifan belajar kemudian diambil sebagai bukti yang menguatkan bahwa pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan keaktifan belajar peserta didik. Tidak jauh berbeda dengan hasil wawancara dan hasil observasi, hasil dari dokumentasi pun di reduksi. Data atau informasi yang berupa gambar atau video dipilih sesuai dengan bukti yang dibutuhkan untuk mendukung atau menguatkan peningkatan keaktifan belajar siswa pada materi sifat-sifat cahaya.
2. Penyajian Data Penyajian data atau pembuatan display data yaitu dengan menyusun data-data yang diperoleh pada saat reduksi data. Dari sajian data tersebut kita dapat menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Sajian data ini berupa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
nilai-nilai pada saat evaluasi maupun observasi (Miles dan Huberman, 1992: 17). Penyajian data dalam penelitian ini disampaikan dalam bentuk uraian yang berkaitan tentang keaktifan belajar siswa. Data dalam bentuk uraian ini bersumber dari hasil wawancara, penafsiran skor keaktifan belajar, serta penafsiran gambar. Data yang berupa angka diperoleh dari hasil observasi yang sudah ditentukan skala penskorannya. Angka-angka tersebut disusun dalam bentuk tabel selanjutnya disusun dalam bentuk grafik. Gambar atau video disajikan dengan tujuan untuk memperkuat data yang sudah diperoleh berkaitan dengan keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V.
3. Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan akhir atau verifikasi sebagai temuan penelitian. Dari sajian-sajian data selanjutnya peneliti dapat menarik kesimpulan-kesimpulan selama penelitian (Miles dan Huberman, 1992: 19). Berbagai data yang sudah disajikan kemudian dibandingkan antara yang satu dengan yang lainnya. Hal ini dilakukan untuk membuktikan sejauh mana data tersebut saling berkaitan dan saling mendukung. Jika ketiga data yang diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi mempunyai hasil sama, berarti data tersebut valid atau reliabel. Namun jika antara data yang diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi tidak sama, berarti data tersebut tidak kuat. Berdasarkan pada data yang diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi, ternyata hasilnya sama. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan Pendekatan Keterampilan Proses dapat meningkatkan keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 06 Ngringo. Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti dapat dilihat seperti pada gambar berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pengumpulan data Penyajian data
Reduksi
Kesimpulan-kesimpulan:
data
Penarikan/verifikasi
Gambar 3.2 Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman (1992: 20)
H. Indikator Kinerja Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah meningkatnya keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 06 Ngringo tahun ajaran 2011/2012. Adapun target keaktifan belajar pada siklus I sebesar > 70% dari rata-rata skor keaktifan belajar. Kemudian pada siklus II indikator kinerjanya sebesar >75% dari 37 siswa kelas V SDN 06 Ngringo .
I. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari siklus-siklus. Tiap-tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai, seperti yang telah didesain dalam faktor-faktor yang diselidiki. Untuk mengetahui permasalahan yang menyebabkan rendahnya keaktifan belajar pada mata pelajaran IPA siswa kelas V SDN 06 Ngringo, dilakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Berdasarkan observasi dan temuan-temuan di kelas, maka peneliti mengambil langkah yang paling tepat untuk meningkatkan keaktifan belajar IPA commit penanaman to user materi sifat-sifat cahaya adalah dengan konsep melalui pengalaman
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dikuasai oleh peserta didik. Sehubungan dengan hal tersebut, maka tindakan yang paling tepat adalah dengan penerapan pendekatan keterampilan proses dalam menyampaikan konsep sifat-sifat cahaya pada pembelajaran IPA. Berdasarkan uraian di atas, maka prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini mencakup: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi dalam setiap siklus. Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini dapat dijabarkan dalam uraian sebagai berikut: 1. SIKLUS I a.
Tahap Perencanaan 1) Mempersiapkan sarana dokumentasi, lembar pengamatan siswa, dan lembar pengamatan guru. 2) Menghubungi guru kelas V SDN 06 Ngringo dan dua orang rekan untuk menjadi observer dan pengambil gambar pelaksanaan pembelajaran. 3) Menentukan waktu dan sudut pengambilan gambar. 4) Merencanakan skenario pembelajaran dengan cara membuat rencana pembelajaran (RPP). 5) Merencanakan
kegiatan
pembelajaran
dengan
menggunakan
pendekatan keterampilan proses. b. Tahap Pelaksanaan Tindakan 1) Mengkondisikan kelas. 2) Membuka kegiatan pembelajaran. 3) Memberikan apersepsi tentang sifat-sifat cahaya. 4) Guru melakukan tanya jawab tentang sifat-sifat cahaya. 5) Penerapan
pembelajaran
dengan
menggunakan
pendekatan
keterampilan proses melalui metode demonstrasi, diskusi, serta kerja kelompok. 6) Guru mempersiapkan segala bahan dan peralatan yang akan digunakan dalam percobaan sifat-sifat cahaya. to 6user 7) Guru membagi siswacommit menjadi kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8) Guru membagikan alat peraga. 9) Peserta didik melakukan percobaan sifat-sifat cahaya disertai bimbingan dari guru. 10) Setiap kelompok melakukan diskusi, menafsirkan, dan menjelaskan hasil percobaan sifat-sifat cahaya yang sudah dilakukan. 11) Setiap kelompok melaporkan hasil diskusi berdasarkan percobaan yang dilakukan. 12) Peserta didik menyusun kesimpulan dari keseluruhan percobaan sifat-sifat cahaya disertai bimbingan dari guru. 13) Guru melakukan evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran materi sifat-sifat cahaya yang sudah ditetapkan. 14) Membantu peserta didik jika menemui kesulitan dalam memahami konsep sifat-sifat cahaya. Guru membantu memecahkan masalah yang dihadapi peserta didik. c.
Tahap Observasi 1) Observasi proses pembelajaran Berdasarkan
hasil
observasi,
proses
pembelajaran
berlangsung dengan baik. Hal ini ditunjukkan oleh motivasi dan keaktifan peserta didik selama pembelajaran berlangsung. Meskipun demikian, masih ada beberapa siswa yang belum turut aktif selama pembelajaran sifat-sifat cahaya berjalan. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa menerapkan pendekatan yang digunakan oleh guru. Siswa yang belum terbiasa dengan pembelajaran yang dilakukan guru kemudian diberi bimbingan agar dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Selain itu, observasi juga dilakukan terhadap peneliti. Berdasarkan hasil observasi (lampiran 21 halaman 164), diperoleh hasil bahwa kinerja peneliti tergolong baik, yaitu memperoleh skor 3.1. Akan tetapi, masih ada kekurangan dalam menyusun pembelajaran yang bersifat kontekstual. 2) Observasi penerapancommit PKP to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penerapan PKP sudah berjalan dengan baik, akan tetapi ada beberapa kekurangan. Kekurangan tersebut di antaranya kemampuan menyusun hipotesis. Masih banyak siswa yang belum mengetahui arti dari hipotesis, sehingga menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam menysun hipotesis. Hal ini kemudian diatasi oleh guru dengan membahas tentang tata cara menyusun hipotesis yang baik dan benar. Kekurangan
yang
selanjutnya
adalah
kemampuan
mengkomunikasikan hasil penelitian. Masing-masing kelompok hanya
mewakilkan
salah
seorang
anggotanya
untuk
mempresentasikan atau mengkomunikasikan hasil percobaannya. Hal ini mengakibatkan anggota kelompok yang lain cenderung pasif. Kekurangan ini kemudian diatasi pada pertemuan ke-2. Pada pertemuan ke-2, setiap anggota kelompok mempresentasikan dan mengkomunikasikan hasil percobaannya di depan kelas. d. Tahap refleksi Berdasarkan hasil observasi dan hasil evaluasi (lampiran 17 halaman 154 dan lampiran 18 halaman 156), dapat diketahui bahwa ratarata skor keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya pada siklus I sebesar 56.76% mengalami peningkatan dari pra siklus sebesar 37.84%. Keaktifan belajar siswa yang masih rendah terlihat pada aspek keterlibatan
siswa
dalam
pemecahan
masalah
serta
keberanian
menyampaikan gagasan. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa belajar dalam bentuk kelompok, sehingga siswa masih canggung berinteraksi antar anggota kelompok. Sementara itu, berdasarkan hasil observasi kinerja guru (lampiran 21 halaman 164) menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran masih terdapat kelemahan dalam mengaitkan materi sifatsifat cahaya dengan pengetahuan lain. Hal ini disebabkan peneliti berusaha lebih fokus pada pembahasan sifat-sifat cahaya. Namun pada commitsebagai to user pengajar sudah memperbaiki pertemuan kedua, peneliti
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kekurangan tersebut dengan cara menghubungkan materi sifat-sifat cahaya dengan pengetahuan lain. Meskipun prestasi belajar siswa sudah baik, akan tetapi dalam penelitian ini lebih fokus membahas tentang keaktifan belajar siswa. Dengan demikian dapat diambil keputusan untuk melaksanakan siklus II. Hal ini disebabkan rata-rata skor keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya yang belum mencapai indikator kinerja yang sudah ditetapkan, yaitu rata-rata keaktifan belajar siswa sebesar > 75%.
2. SIKLUS II Prosedur pelaksanaan tindakan dalam siklus ini tidak jauh berbeda dengan prosedur pada siklus I yaitu diawali dengan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. a.
Perencanaan Mempersiapkan sarana dokumentasi, lembar pengamatan siswa, dan lembar pengamatan guru. 1) Menghubungi guru kelas V dan dua orang rekan untuk menjadi observer dan pengambil gambar pelaksanaan pembelajaran. 2) Menentukan waktu dan sudut pengambilan gambar. 3) Merencanakan skenario pembelajaran dengan cara membuat rencana pembelajaran (RPP). 4) Mempersiapkan materi sifat-sifat cahaya yang relevan dengan pengetahuan lain. 5) Memperbaiki lembar kerja siswa dengan menambahkan pertanyaan yang mempermudah siswa dalam menyusun hipotesis. 6) Merencanakan kegiatan pembelajaran yang menekankan pada interaksi antar siswa dalam kelompok serta interaksi kelompok dengan kelompok.
b. Tindakan 1) Memberikan materi pembelajaran periskop sederhana. Menjelaskan commitsecara to usersederhana. Dengan menjelaskan materi tentang periskop
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
secara sederhana, diharapkan siswa mempunyai gambaran tentang konsep periskop. 2) Penerapan
pembelajaran
dengan
menggunakan
pendekatan
keterampilan proses melalui metode demonstrasi, diskusi, serta kerja kelompok. 3) Guru beserta peserta didik mempersiapkan segala bahan dan peralatan yang akan digunakan dalam percobaan membuat periskop sederhana. 4) Guru menjelaskan prosedur atau langkah-langkah percobaan membuat periskop sederhana, sehingga peserta didik tidak mengalami kesulitan ketika melakukan percobaan. 5) Peserta didik melakukan percobaan membuat periskop sederhana disertai bimbingan dari guru. 6) Setiap kelompok bekerjasama untuk membuat periskop sederhana. 7) Setiap kelompok menunjukkan hasil karyanya. 8) Peserta didik menyusun kesimpulan dari keseluruhan percobaan membuat periskop sederhana disertai bimbingan dari guru. 9) Guru melakukan evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran materi sifat-sifat cahaya tentang periskop sederhana yang sudah ditetapkan. 10) Membantu peserta didik jika menemui kesulitan dalam memahami konsep periskop sederhana. Guru membantu memecahkan masalah yang dihadapi peserta didik. 11) Mengevaluasi penerapan PKP. c. Observasi 1) Observasi proses pembelajaran Berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi, proses pembelajaran berlangsung dengan sangat baik. Hal ini ditunjukkan oleh interaksi antar kelompok selama pembelajaran berlangsung. Jika pada siklus I, kelompok yang mempresentasikan atau to user mengkomunikasikancommit hasil percobaannya tidak mendapat tanggapan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dari kelompok lain, akan tetapi berbeda pada siklus II. Setiap kelompok yang maju mendapatkan pertanyaan dari kelompok lain. Hal ini menjadikan suasana pembelajaran dalam kelas menjadi lebih hidup. 2) Observasi penerapan PKP Penerapan PKP pada siklus kedua lebih tersusun rapi. Berbagai kekurangan yang ada pada siklus I sudah diatasi oleh guru. Kesulitan siswa dalam menyusun hipotesis diatasi guru dengan menyajikan pertanyaan yang terdapat pada lembar kerja siswa. Hal ini dilakukan guru untuk membimbing siswa dalam menyusun hipotesis. 3) Observasi hasil penilaian. Berdasarkan hasil observasi (lampiran 31 halaman 205), rata-rata skor keaktifan siswa sudah mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 56.76% meningkat pada siklus II menjadi sebesar 77.78%. d. Refleksi Berdasarkan hasil observasi (lampiran 31 halaman 205), rata-rata skor keaktifan siswa sudah mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 56.76% meningkat pada siklus II menjadi sebesar 77.78%. Dengan demikian, rata-rata skor keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 06 Ngringo sudah mencapai indikator kinerja yang sudah ditetapkan, yaitu < 75% dari rata-rata keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 06 Ngringo. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak perlu dilaksanakan siklus III. Meningkatnya keaktifan belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya siswa mulai terbiasa belajar dalam bentuk kelompok, sehingga interaksi siswa antar siswa dalam kelompok lebih terlihat jelas. Selain itu, pada siklus ke-2, commit to user pembelajaran difokuskan untuk pembuatan karya yang menerapkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
prinsip sifat-sifat cahaya, sehingga siswa lebih tertarik untuk terlibat secara aktif. Sementara itu, berdasarkan hasil observasi (lampiran 35 halaman 215), kinerja guru mengalami peningkatan yaitu dari ratarata nilai siklus I sebesar 3.1 menjadi sebesar 3.63 pada siklus II. Kemampuan guru dalam pembelajaran pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan sebesar 0.53. Hal ini desebabkan guru sudah menerapkan pembelajaran yang relevan dengan pengetahuan lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pra Tindakan 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN 06 Ngringo Jaten Karanganyar. Sekolah ini beroperasi sejak tahun 1978. SDN 06 Ngringo berstatus negeri dengan Nomor Statistik Sekolah (NSS) yaitu 101031311023. Secara geografis SD Negeri 06 Ngringo terletak di jalan Dahlia I Perumnas Palur, Kelurahan Ngringo, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar. SD Negeri 06 Ngringo berdiri di atas tanah seluas + 2.835 m2 dan memiliki beberapa ruangan, di antaranya adalah 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 6 ruang kelas, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang komputer, musholla, 1 ruang agama kristen, kantin, tempat parkir, serta kamar mandi guru dan siswa. SD Negeri 06 Ngringo dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang membawahi 13 guru, 1 pustakawan dan 1 penjaga sekolah. Fasilitas yang terdapat di SDN 06 Ngringo ini cukup memadai. Beragam jenis alat peraga untuk berbagai mata pelajaran yang tersedia cukup lengkap. Alat peraga yang tersediapun dirawat dengan baik, dan diletakkan di perpustakaan. Namun, ada beberapa alat peraga/ media yang masih belum digunakan secara maksimal oleh para guru dalam proses pembelajaran. Terdapat beberapa hal yang menyebabkan alat peraga/ media yang ada tidak dipergunakan secara maksimal, salah satunya adalah faktor keterbatasan dari guru dalam menggunakan/mengoperasikan alat peraga/media yang berbasis teknologi informasi seperti LCD dan CD pembelajaran. Hal ini juga dialami oleh guru kelas V SDN 06 Ngringo. Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri 06 Ngringo. Secara umum, kondisi kelas cukup nyaman digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Pencahayaan dan sirkulasi udara cukup baik. Di dalam kelas pun terdapat beberapa media yang ditempel pada papan khusus dan kondisinya commit to user cukup terawat, begitu juga dengan media IPA. Media pembelajaran IPA yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tersedia jumlahnya masih terbatas, sehingga belum sepenuhnya menunjang kegiatan belajar mengajar. Keterbatasan media tersebut mengakibatkan siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Selain itu, sebagian besar siswa menganggap pelajaran IPA mengenai sifat-sifat cahaya sebagai suatu mata pelajaran yang cukup sulit untuk didemonstrasikan. Hal ini berimbas pada rata-rata tingkat keaktifan peserta didik yang masih rendah. Untuk mengatasi hal tersebut, diadakan penelitian di kelas V SD Negeri 06 Ngringo, yaitu dengan menerapkan pendekatan yang dapat merangsang keaktifan belajar peserta didik. Pendekatan yang dapat merangsang keaktifan peserta didik tersebut adalah Pendekatan Keterampilan Proses (PKP). 2. Deskripsi Pra Tindakan Berdasarkan hasil wawancara (lampiran 1 halaman 96-97) dan pengamatan awal (lampiran 2 halaman 98-101) yang dilakukan oleh peneliti terhadap pembelajaran IPA khususnya materi sifat-sifat cahaya pada hari Selasa dan Rabu tanggal 17 dan 18 April 2012, diperoleh data yang menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelas V SD Negeri 06 Ngringo masih belum memadukan berbagai metode dan media pembelajaran yang inovatif. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain keterbatasan alat peraga sifat-sifat cahaya, pola interaksi dalam kelas bersifat satu arah, serta pembelajaran belum disertai dengan penggunaan media yang menarik. Pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara demikian menyebabkan siswa menjadi pasif dan mengalami kejenuhan dalam proses belajar mengajar. Kejenuhan tersebut menyebabkan keaktifan belajar siswa rendah, sehingga berimbas pada prestasi belajarnya yang rendah pula. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru, faktor mendasar yang menyebabkan rendahnya keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya adalah rasa takut dan malu dari siswa untuk berpartisipasi selama kegiatan pembelajaran. Sebagian besar siswa malu commit to user bahkan tidak berani mengungkapkan ide yang mereka miliki. Umumnya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mereka takut jika ide atau gagasan yang disampaikan salah. Hal inilah yang menyebabkan siswa menjadi pasif selama pembelajaran berlangsung. Faktor lain yang menyebabkan rendahnya keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya adalah pendekatan dan media yang digunakan oleh guru. Guru masih menerapkan pendekatan ekspositori, yaitu guru sebagai pusat informasi. Selain itu, metode ceramah digunakan sebagai metode yang dominan dalam pembelajaran, sehingga beberapa siswa terpaku kepada materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Keterbatasan media juga menjadi faktor yang berpengaruh terhadap tingkat keakifan siswa. Keterbatasan media tersebut menghambat siswa untuk berinteraksi dengan bahan ajar yang sedang mereka pelajari. Hal ini yang kemudian menyebabkan rendahnya keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 06 Ngringo. Keadaan tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V yang hanya mencapai 37.84%. Pada kondisi awal atau pra siklus, skor keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya tergolong rendah, sebab masih banyak skor siswa yang belum memenuhi indikator kinerja yang telah ditetapkan, yaitu 75%. Data keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya dapat disusun dalam bentuk tabel seperti pada tabel 4.1 berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.1 Distribusi Skor Keaktifan Belajar Siswa pada Pra Siklus Frekuensi
Nilai Tengah
(fi)
(xi)
1.2-1.4
11
2
1.5-1.7
3
No
Interval
fi.xi
Persentase (%)
1
1.3
14.3
22.34
12
1.6
19.2
30.00
1.8-2.0
6
1.9
11.4
17.81
4
2.1-2.3
5
2.2
11
17.19
5
2.4-2.6
1
2.5
2.5
3.91
6
2.7-2.9
2
2.8
5.6
8.75
37
12,3
64
100
Jumlah
Rata-rata skor keaktifan belajar = 64 : 37 = 1.72 Ketuntasan klasikal = (14 : 37) x 100% = 37.84%
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, maka dapat disajikan data dalam bentuk grafik seperti gambar 4.1 berikut ini:
14 F R E K U E N S I
12 10 8 6 4 2 0 1.2-1.4 1.5-1.7 1.8-2.0 2.1-2.3 2.4-2.6 2.7-2.9 Skor Keaktifan Belajar
Gambar 4.1 Grafik Skor Keaktifan Belajar Pra Siklus commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan tabel 4.1 dan gambar 4.1, data skor rata-rata kelas mengenai keaktifan belajar pada pra siklus sebesar 1.73 atau sekitar 37.84%. Siswa yang memperoleh skor antara 1.2-1.4 sebanyak 11 siswa atau 22.34%. Siswa yang memperoleh skor antara 1.5-1.7 sebanyak 12 siswa atau 30.00%. Siswa yang memperoleh skor antara 1.8-2.0 sebanyak 6 siswa atau 17.81%. Siswa yang memperoleh skor antara 2.1-2.3 sebanyak 5 siswa atau 17.19%. Siswa yang memperoleh skor antara 2.4-2.6 sebanyak 1 siswa atau 3.91%. Siswa yang memperoleh skor antara 2.7-2.9 sebanyak 2 siswa atau 8.75% . Berdasarkan data di atas, maka siswa yang tergolong kurang aktif sebanyak 23 siswa atau sekitar 52.34%. Siswa yang cukup aktif sebanyak 11 siswa atau sekitar 35.00%. Sedangkan siswa yang aktif sebanyak 3 siswa atau sekitar 12.66%. Sementara itu, belum ada siswa yang tergolong sangat aktif. Dengan demikian, maka diperlukan sebuah terobosan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Salah satu solusi alternatif untuk mengatasinya yaitu dengan menerapkan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP). Penerapan pendekatan keterampilan proses dalam kegiatan belajar mengajar dapat menciptakan suasana belajar yang merangsang serta meningkatkan keaktifan dan kreativitas siswa.
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus Proses penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklusnya terdiri dari 2 kali pertemuan dengan empat tahapan, yakni: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan atau observasi, dan (4) refleksi. 1.
Siklus I Tindakan pada siklus I dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan terdiri dari 2 jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dilaksanakan selama dua minggu yaitu pada hari Selasa, 24 April 2012 dan 1 Mei 2012 pukul 07.00 WIB. a.
Perencanaan Kegiatan perencanaan dilaksanakan oleh peneliti dan guru kelas to user V SD Negeri 06 Ngringocommit untuk mendiskusikan rancangan tindakan yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
akan dilaksanakan. Rancangan tindakan yang dilaksanakan berdasarkan pada solusi permasalahan yang muncul, yakni penerapan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP) pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya. Selanjutnya disepakati bahwa perencanaan tindakan pada sikus I dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan, yaitu pada hari Selasa, 24 April 2012 dan 1 Mei 2012 pukul 07.00 WIB. Adapun deskripsi perencanaan siklus I adalah sebagai berikut: 1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Peneliti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) IPA selama 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit setiap pertemuannya. RPP yang disusun meliputi: standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, dampak pengiring, materi pembelajaran, metode dan model pembelajaran, langkahlangkah pembelajaran, sumber dan media pembelajaran, serta penilaian. Rencana pelaksanaan pembelajaran tersebut mencakup langkah-langkah pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses. RPP pada siklus I dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan keadaan awal yang sudah diketahui. Hal ini dilakukan untuk mempermudah penyusunan kegiatan pembelajaran dalam kelas serta mengatasi beberapa permasalahan yang muncul pada pra siklus. Permasalahan yang muncul pada pra siklus adalah masalah keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya yang masih rendah. Dengan demikian peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses. Hal ini dikarenakan pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan keaktifan siswa, baik keaktifan kognitif, keaktifan afektif, maupun keaktifan psikomotorik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung Fasilitas dan sarana yang dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran adalah: a) Ruang kelas ditata seperti biasa, yaitu secara klasikal. Namun, pada saat pembelajaran berlangsung, tempat duduk siswa disusun secara berkelompok guna mendukung jalannya pembelajaran dengan menggunakan keterampilan proses. Selain itu, penyusunan tempat duduk secara berkelompok dapat mempermudah observer dalam mengamati keaktifan belajar siswa. b) Menyiapkan media pembelajaran berupa senter, lilin, mika, dan kertas yang bertujuan untuk menunjang pembelajaran. Media tersebut digunakan pada pertemuan ke-1. Sementara itu, media senter, cermin, gelas, air, dan sedotan digunakan pada pertemuan ke-2. Selain itu, disiapkan pula camera digital dan handycam yang digunakan sebagai sarana dokumentasi proses pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya. Dokumentasi dengan menggunakan camera digital dan handycam dibantu oleh 2 orang rekan peneliti. 3) Menyiapkan lembar pengamatan dan lembar penilaian Lembar pengamatan digunakan untuk merekam segala aktivitas siswa selama pelaksanaan pembelajaran IPA berlangsung. Pengamatan yang dilakukan meliputi pengamatan terhadap keaktifan peserta didik dan penilaian kinerja guru (peneliti) oleh observer. Observer pada tahap pelaksanaan tindakan adalah guru kelas V SDN 06 Ngringo, yaitu Bapak Iwan Isdinanto, S.Pd. b. Tindakan Dalam
pelaksanaan
tindakan
ini,
peneliti
menerapkan
Pendekatan Keterampilan Proses (PKP). Peneliti bertindak sebagai pengajar dan guru kelas V SD Negeri 06 Ngringo, sementara guru kelas V bertindak sebagai observer atau pengamat. 1) Pertemuan Ke-1 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Selasa, 24 April 2012. Materi yang dipelajari pada pertemuan pertama adalah materi mengenai sifat-sifat cahaya yaitu sifat cahaya merambat lurus dan menembus benda bening. Adapun langkah-langkah pembelajarannya mencangkup kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Kegiatan awal dimulai dengan doa, menyanyikan lagu nasional, presensi, pengkondisian siswa, apersepsi, dan penyampaian tujuan pembelajaran. Apersepsi
yang diberikan guru berupa
pertanyaan untuk menggali sejauh mana pengetahuan siswa mengenai sifat-sifat
cahaya,
seperti
macam-macam
sifat
cahaya
dan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan apersepsi tersebut dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut ini:
Gambar 4.2 Kegiatan Apersepsi
Kegiatan inti dilakukan dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi, serta demonstrasi. Kegiatan inti meliputi 3 tahapan yaitu eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. a)
Eksplorasi Guru menghubungkan apersepsi yang diberikan pada kegiatan awal dengan materi sifat-sifat cahaya. Selanjutnya, siswa menyimak penjelasan tentang materi yang disampaikan oleh guru. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Guru mengadakan interaksi melalui tanya-jawab dengan siswa. Selama tahap eksplorasi, guru mulai menerapkan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP). Guru menjelaskan bahwa siswa akan belajar dalam bentuk kelompok untuk mendemonstrasikan atau melakukan percobaan sifat-sifat cahaya. Selanjutnya, masingmasing kelompok diminta untuk berdiskusi dan mengisi lembar kerja siswa. Kegiatan percobaan dan diskusi dapat dilihat pada gembar 4.3 berikut ini:
Gambar 4.3 Kegiatan Diskusi dan Eksperimen
b) Elaborasi Selama tahap elaborasi, guru meminta masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Sementara itu, kelompok lain menanggapi pendapat kelompok yang presentasi. Kegiatan presentasi hasil percobaan dapat dilihat pada gambar 4.4 berikut:
Gambar 4.4 Presentasi Hasil Diskusi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c) Konfirmasi Tahap konfirmasi terdiri dari beberapa kegiatan. Siswa disertai bimbingan dari guru menyimpulkan hasil pembelajaran sifat-sifat cahaya. Selain itu, Siswa mengerjakan soal evaluasi yang diberikan oleh guru. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 4.5 berikut:
Gambar 4.5 Guru Membimbing Siswa dan Evaluasi
Kegiatan akhir ditandai dengan kegiatan tanya jawab mengenai materi yang belum dipahami. Selain itu, guru juga menyampiakan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
2) Pertemuan Ke-2 Pertemuan ke-2 dilaksanakan pada hari Selasa, 1 Mei 2012. Materi yang dipelajari pada pertemuan kedua adalah sifat cahaya dapat dipantulkan dan cahaya dapat dibiaskan. Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah senter, cermin, gelas, air, dan sedotan. Adapun langkah-langkah pembelajarannya meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Kegiatan awal dimulai dengan doa, menyanyikan lagu nasional, presensi, pengkondisian siswa, apersepsi, dan penyampaian tujuan pembelajaran. Apersepsi
yang diberikan guru berupa
pertanyaan untuk menggali pengetahuan awal siswa mengenai sifatcommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sifat cahaya, terutama sifat cahaya dapat dipantulkan dan sifat cahaya dapat dibiaskan. Kegiatan inti dilakukan dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi, serta demonstrasi. Kegiatan inti meliputi 3 tahapan yaitu eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Kegiatan inti dilakukan dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi, serta demonstrasi. Kegiatan inti meliputi 3 tahapan yaitu eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. 1) Eksplorasi Guru menghubungkan apersepsi yang di berikan pada kegiatan awal dengan materi sifat-sifat cahaya dapat dipantulkan dan dapat dibiaskan. Selanjutnya, guru mengadakan interaksi melalui tanyajawab dengan siswa. Selama tahap eksplorasi, guru mulai menerapkan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP). Guru menjelaskan bahwa siswa akan belajar dalam bentuk kelompok untuk mendemonstrasikan atau percobaan sifat-sifat cahaya dapat dipantulkan dan dapat dibiaskan. Selanjutnya, masing-masing kelompok diminta untuk berdiskusi dan mengisi lembar kerja siswa. Kegiatan demonstrasi dan diskusi kelompok dapat dilihat pada gambar 4.6 berikut:
Gambar 4.6 Demonstrasi dan Diskusi Sifat-sifat Cahaya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Elaborasi Selama tahap elaborasi, guru meminta masing-masing kelompok mendemonstrasikan dan mempresentasikan hasil diskusi dan demonstrasinya di depan. Sementara itu, kelompok lain menanggapi pendapat kelompok yang presentasi. Ada perbedaan antara pertemuan yang pertama dengan pertemuan kedua. Pada pertemuan pertama, kelompok hanya diwakili
oleh satu anak
untuk mengkomunikasikan hasil percobaannya. Sementara pada pertemuan kedua, semua anggota kelompok maju untuk mendemonstrasikan dan mengkomunikasikan hasil percobaannya. Kegiatan mengkomunikasikan dan mendemonstrasikan hasil percoban dapat dilihat seperti pada gambar 4.7 berikut:
Gambar 4.7 Presentasi dan Demonstrasi Hasil Percobaan
3) Konfirmasi Tahap konfirmasi terdiri dari beberapa kegiatan. Siswa disertai bimbingan dari guru menyimpulkan hasil pembelajaran sifat-sifat cahaya. Selain itu, Siswa mengerjakan soal evaluasi yang diberikan oleh guru. Kegiatan akhir ditandai dengan kegiatan tanya jawab mengenai materi yang belum dipahami. Selain itu, guru juga menyampiakan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
c.
digilib.uns.ac.id
Observasi Pengamatan atau observasi dilakukan oleh guru kelas V SD Negeri 06 Ngringo terhadap pengajar (peneliti). Observasi selama pembelajaran materi sifat-sifat cahaya menggunakan lembar observasi, sedangkan pendokumentasian pembelajaran dibantu oleh rekan peneliti. Observasi yang dilakukan oleh guru kelas V SD Negeri 06 Ngringo meliputi observasi kinerja guru/pengajar, keaktifan belajar peserta didik selama pembelajaran berlangsung dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses (PKP). Observasi guru atau pengajar dilakukan untuk mengetahui kinerja guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menerapkan pendekatan keteramplan proses. Selain itu, hasil observasi juga dapat dijadikan sebagai dasar perbaikan guru atau pengajar dalam pelaksanaan pembelajaran selanjutnya. Sementara lembar observasi keaktifan
belajar
siswa
digunakan
untuk
mengetahui
tingkat
perkembangan keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 06 Ngringo. Observasi yang dilakukan oleh guru kelas dapat dilihat seperti pada gambar 4.8 berikut:
Gambar 4.8 Observasi oleh Guru Kelas
Berdasarkan
hasil
pengamatan
atau
observasi
selama
commit to user cahaya berlangsung, diperoleh pembelajaran IPA materi sifat-sifat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
gambaran tentang keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran yang meliputi
keaktifan
kognitif,
psikomotorik.
Keaktifan
kemampuan
berpendapat,
keterlibatan
dalam
keaktifan
belajar
dalam
kemampuan
pemecahan
masalah,
afektif, ranah
dan
keaktifan
kognitif
meliputi
menanggapi
pendapat,
kemampuan
menyusun
kesimpulan, dan kemampuan menyusun hipotesis. Selanjutnya, keaktifan belajar dalam ranah afektif meliputi keberanian bertanya, keberanian menjawab pertanyaan, keberanian menyampaikan gagasan, keberanian berkomunikasi, dan menghargai pendapat siswa lain. Sementara itu, keaktifan ranah psikomotorik meliputi keterlibatan siswa dalam eksperimen, keterlibatan siswa dalam penggunaan media, keterlibatan siswa dalamdemonstrasi/simulasi, interaksi siswa dalam kelompok, serta mencatat materi pelajaran. Berdasarkan hasil observasi yang sudah dilaksanakan pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua, maka skor keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya melalui pendekatan keterampilan proses (PKP) pada siswa kelas V SDN 06 Ngringo dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.2 berikut ini: Tabel 4.2 Distribusi Skor Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus I Frekuensi
Nilai Tengah
(fi)
(xi)
0.9-1.3
4
1.1
4.4
5.45
2
1.4-1.7
0
1.55
0
0.00
3
1.8-2.1
12
1.95
23.4
28.98
4
2.2-2.5
14
2.35
32.9
40.74
5
2.6-2.9
5
2.75
13.75
17.03
6
3.0-3.3
2
3.15
6.3
7.80
37
12,85
80.75
100
No
Interval
1
Jumlah
fi.xi
Rata-rata skor keaktifan belajar = 80.75 : 37 = 2.18 Ketuntasan klasikal = (21 : 37) x 100% = 56.76% commit to user
Persentase (%)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan data di atas, rata-rata keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 06 Ngringo hanya mencapai 56.76%. Siswa yang mendapat skor antara 0.9-1.3 4 siswa (5.45%). Siswa yang mendapat skor antara 1.4-1.7 sebanyak 0 siswa (0.00%). Siswa yang mendapat skor 1.8-2.1 sebanyak 12 siswa (28.98%). Siswa yang mendapat skor 2.2-2.5 sebanyak 14 siswa (40.74%). Siswa yang mendapat skor 2.6-2.9 sebanyak 5 siswa (17.03%). Siswa yang mendapat skor 3.0-3.3 sebanyak 2 siswa (7.80%). Data tersebut menunjukkan bahwa jumlah siswa yang kurang aktif sebanyak 4 siswa (5.45%), siswa yang cukup aktif sebanyak 26 siswa (69.72%), sedangkan siswa yang aktif sebanyak 7 siswa atau sekitar (24.83%) Data yang ditunjukkan oleh tabel 4.2 tersebut mengisyaratkan adanya peningkatan keaktifan belajar peserta didik pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya. Jika rata-rata keaktifan belajar siswa pada pra siklus sebanyak 37.84%, maka pada siklus I menunjukkan peningkatan keaktifan menjadi 56.76%. Berdasarkan Tabel 4.2 di atas, maka dapat disajikan data dalam bentuk grafik seperti gambar 4.9 berikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 14 F R E K U E N S I
12
10 8 6 4 2 0 0.9-1.3 1.4-1.7 1.8-2.1 2.2-2.5 2.6-2.9 Skor Keaktifan Belajar
Gambar 4.9 Grafik Keaktifan Belajar pada Siklus I
d. Refleksi Berdasarkan hasil pengamatan pada pra siklus dan siklus I, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa rata-rata keaktifan belajar siswa meningkat dari angka 37.84% menuju 56.76%. Meskipun rata-rata keaktifan belajar siswa sudah meningkat menuju angka 56.76%, akan tetapi hal ini belum mencapai indikator kinerja yang sudah ditetapkan, yaitu rata-rata keaktifan belajar siswa mencapai 75%. Siswa yang tergolong kurang aktif pada pra siklus sebanyak 23 siswa, jumlahnya menurun pada siklus I yaitu sebanyak 4 siswa. Siswa yang tergolong cukup aktif pada pra siklus sebanyak 11 siswa, jumlahnya meningkat pada siklus I yaitu sebanyak 26 siswa. Siswa yang tergolong aktif pada pra siklus sebanyak 3 siswa, jumlahnya meningkat sebanyak 7 siswa. Sementara itu, belum ada siswa yang mencapai kategori sangat aktif. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selama pelaksanaan siklus I, terdapat beberapa kekurangan yang harus diperbaiki. Kekurangan tersebut terlihat pada kemampuan menyusun hipotesis siswa yang masih rendah. Kesulitan menyusun hipotesis disebabkan siswa belum pernah diajarkan cara menyusun hipotesis yang baik dan benar. Setelah mengetahui kelemahan siswa dalam menyusun hipotesis, kemudian guru membimbing siswa tentang cara menyusun hipotesis terlebih dahulu. Kekurangan yang selanjutnya adalah keberanian bertanya. Masih banyak siswa yang belum mampu dan tidak berani mengajukan pertanyaan. Ketika sampai tahapan demonstrasi dan presentasi, hanya sedikit siswa yang bertanya, sehingga unsur bertukar pendapat masih kurang. Siswa hanya berani bertanya ketika dalam kegiatan kerja kelompok saja. Kekurangan
yang
terakhir
adalah
keberanian
untuk
mengkomunikasikan hasil percobaan. Pada pertemuan pertama, hasil percobaan dikomunikasikan oleh perwakilan kelompok di depan kelas, sementara anggota yang lain masih tetap duduk. Namun hal ini mulai diatasi
pada
pertemuan
kedua,
setiap
anggota
kelompok
mendemostrasikan dan mengkomunikasikan hasil percobaannya di depan kelas. Sementara itu, berdasarkan hasil observasi kinerja guru (lampiran 21 halaman 164) pelaksanaan pembelajaran guru dalam siklus I dilaksanakan sebanyak 2 kali, yakni pertemuan 1 dan pertemuan 2. Terdapat peningkatan kinerja guru dari pertemuan 1 menuju pertemuan 2, yaitu sebesar 0.33. Skor kinerja guru pada siklus I diperoleh dari ratarata skor pertemuan 1 dan pertemuan 2 yaitu sebesar 3.1. selain itu, pelaksanaan pembelajaran masih terdapat kelemahan dalam mengaitkan materi sifat-sifat cahaya dengan pengetahuan lain. Hal ini disebabkan peneliti berusaha lebih fokus pada pembahasan sifat-sifat cahaya. Namun pada pertemuan kedua, peneliti sebagai pengajar sudah memperbaiki commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kekurangan tersebut dengan cara menghubungkan materi sifat-sifat cahaya dengan pengetahuan lain. Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa masih ada beberapa kekurangan yang harus diperbaiki. Selain itu, rata-rata keaktifan belajar siswa belum mencapai indikator kinerja yang sudah ditetapkan. Dengan demikian, peneliti melaksanakan tindakan selanjutnya yaitu pelaksanaan siklus II.
2.
Siklus II Tindakan pada siklus II dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan. Tiap-tiap pertemuan terdiri dari 2 jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dilaksanakan selama dua minggu yaitu pada hari Selasa, 15 Mei 2012 dan 22 Mei 2012. a.
Perencanaan Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan tindakan pada siklus I, data menunjukkan adanya peningkatan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya. Namun meningkatnya keaktifan belajar siswa tersebut belum mencapai indikator kinerja yang sudah ditetapkan. Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki oleh guru dalam melaksanakan tindakan pada siklus II. Hal ini sebagai upaya untuk mengatasi berbagai kekurangan yang ada, diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Perbaikan penerapan pendekatan keterampilan proses. 2) Perbaikan kinerja guru. 3) Perbaikan susunan lembar kerja siswa.
Adapun deskripsi perencanaan siklus II adalah sebagai berikut: a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) RPP yang disusun tidak jauh berbeda dengan RPP pada siklus I. RPP pada siklus kedua disusun dan disesuaikan dengan berbagai commit to user kekurangan yang muncul pada siklus I. Hal ini dimaksudkan untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengatasi berbagai kekurangan tersebut, sehingga keaktifan belajar siswa pada siklus II dapat meningkat sesuai dengan indikator kinerja yang sudah ditetapkan.
b) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung Fasilitas dan sarana yang dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran pada siklus II yaitu sama seperti yang digunakan pada siklus I. Fasilitas dan sarana yang dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran adalah: (1) Ruang kelas didesain seperti biasa, yaitu secara klasikal. Namun ketika kegiatan inti belangsung, meja dan kursi siswa disusun secara kelompok. Hal ini dimaksudkan agar guru lebih mudah mengamati siswa dalam kelompok. (2) Menyiapkan media pembelajaran berupa senter, lilin, mika, dan kertas yang bertujuan untuk menunjang pembelajaran. Selain itu, disiapkan pula camera digital dan handycam sebagai sarana dokumentasi proses pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya.
c) Menyiapkan lembar pengamatan dan lembar penilaian Lembar pengamatan digunakan untuk mengukur tingkat keaktifan belajar siswa. Sementara lembar penilaian digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan materi sifat-sifat cahaya.
b. Tindakan Selama pelaksanaan tindakan pada siklus II, peneliti bertindak sebagai pengajar, sedangkan guru kelas V bertindak sebagai observer atau pengamat jalannya pembelajaran. 1) Pertemuan Ke-1 Pertemuan I dilaksanakan pada hari Selasa, 15 Mei 2012. Materi yang dipelajari pada pertemuan pertama adalah sifat cahaya merambat lurus commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
dan
digilib.uns.ac.id
menembus
benda
bening.
Adapun
langkah-langkah
pembelajarannya mencangkup kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a) Kegiatan Awal Kegiatan awal yang dilaksanakan meliputi doa, menyanyikan lagu nasional,
presensi,
apersepsi,
dan
menyampiakan
tujuan
pembelajaran. b) Kegiatan Inti Kegiatan inti dilaksanakan dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi, percobaan, dan demonstrasi. Kegiatan inti meliputi eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Kegiatan eksplorasi terdiri dari beberapa tahapan, di antaranya adalah guru membagi siswa menjadi 6 kelompok, membagikan alat peraga sifat-sifat cahaya kepada masing-masing kelompok, serta membagi lembar kerja siswa. Siswa melakukan percobaan sifat cahaya merambat lurus dan menembus benda bening secara berkelompok. Masing-masing kelompok membuat satu buah pertanyaan
tentang
sifat-sifat
cahaya.
Selanjutnya,
guru
memberikan bimbingan kepada kelompok yang mengalami kesulitan. Kagiatan diskusi kelompok dapat dilihat pada gambar 4.10 berikut:
Gambar 4.10 Diskusi Cahaya Menembus Benda Bening Selama
kegiatan
elaborasi,
masing-masing
kelompok
mendemonstrasikan dan mempresentasikan hasil diskusi dan commit to user percobaannya. Kelompok lain menanggapi pendapat atau
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengajukan pertanyaan kepada kelompok yang presentasi. Sementara itu, Guru memberikan bimbingan dalam jalannya diskusi antar kelompok. Kegiatan presentasi dan demonstrasi pada siklus II pertemuan 1 berjalan sangat baik. Hal ini dilihat dari pola interaksi antara siswa dengan siswa serta kelompok dengan kelompok. Kegiatan presentasi dan demonstrasi sifat cahaya menembus benda bening dapat dilihat pada gambar 4.11 berikut:
Gambar 4.11 Presentasi dan Demonstrasi
Selanjutnya dalam tahap konfirmasi, siswa disertai bimbingan dari guru
menyimpulkan
hasil
pembelajaran
sifat-sifat
cahaya.
Selanjutnya, siswa mengerjakan soal evaluasi yang diberikan oleh guru. c) Kegiatan Akhir Kegiatan akhir diisi tanya jawab dengan siswa tentang materi yang belum dipahami. Selanjutnya, guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.
2) Pertemuan Ke-2 Pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Selasa, 22 Mei 2012. Materi yang dipelajari pada pertemuan kedua adalah pemanfaatan sifat-sifat cahaya untuk membuat suatu karya atau model, yaitu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
periskop sederhana.
Adapun langkah-langkah pembelajarannya
mencangkup kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a) Kegiatan Awal Kegiatan awal yang dilaksanakan meliputi doa, menyanyikan lagu nasional, presensi, apersepsi tentang periskop sederhana, dan menyampiakan tujuan pembelajaran. b) Kegiatan Inti Kegiatan inti dilaksanakan dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi, dan kerja kelompok. Sementara itu, pendekatan yang digunakan masih tetap sama, yaitu pendekatan keterampilan proses. Kegiatan inti meliputi 3 tahapan yaitu eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Kegiatan eksplorasi terdiri dari beberapa tahapan. Tahapan pertama, guru membagi siswa menjadi 6 kelompok, membagikan alat dan bahan untuk membuat periskop sederhana kepada masingmasing kelompok, serta membagi lembar kerja siswa. Selanjutnya, siswa membuat periskop sederhana. Tahapan yang terakhir adalah guru memberikan bimbingan kepada kelompok yang mengalami kesulitan. Kegiatan kerja kelompok untuk membuat periskop sederhana dapat dilihat seperti pada gambar 4.12 berikut:
Gambar 4.12 Siswa Membuat Periskop commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kegiatan elaborasi terdiri dari beberapa langkah. Langkah pertama, setiap kelompok menunjukkan atau mempresentasikan hasil karyanya. Langkah selanjutnya, kelompok lain menanggapi. Langkah terakhir, guru memberikan bimbingan dan pemantapan materi. Kegiatan tersebut dapat dilihat pada gambar 4.13 berikut:
Gambar 4.13 Siswa Menunjukkan Hasil Karya
Dalam kegiatan konfirmasi, siswa disertai bimbingan dari guru menyimpulkan hasil pembelajaran sifat-sifat cahaya. Selanjutnya, Siswa mengumpulkan hasil karyanya untuk dinilai. Semua hasil karya siswa dapat dilihat seperti pada gambar 4.14 berikut ini:
Gambar 4.14 Hasil Karya Siswa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c) Kegiatan Akhir Guru bertanya jawab dengan siswa tentang materi yang belum dipahami. Guru mengevaluasi jalannya kegiatan belajar mengajar. c.
Observasi Pengamatan atau observasi dilakukan oleh guru kelas V SD Negeri
06
Ngringo
terhadap
pengajar
(peneliti).
Pengamatan
dilaksanakan selama pembelajaran materi sifat-sifat cahaya berlangsung. Kegiatan observasi tersebut menggunakan lembar observasi, sedangkan kegiatan dokumentasi pelaksanaan pembelajaran dibantu oleh rekan peneliti. Observasi yang dilakukan oleh guru kelas V SD Negeri 06 Ngringo meliputi observasi guru/pengajar, keaktifan belajar siswa selama pembelajaran berlangsung. Observasi guru atau pengajar dilakukan untuk mengetahui kinerja guru dalam mengajar. Selain itu, hasil observasi juga dapat dijadikan sebagai dasar perbaikan guru atau pengajar dalam pelaksanaan pembelajaran selanjutnya. Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi selama pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya berlangsung, diperoleh gambaran tentang keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran dengan rincian sebagai berikut: 1) Keaktifan Kognitif Keaktifan belajar dalam ranah kognitif meliputi: kemampuan berpendapat, kemampuan menanggapi pendapat, keterlibatan dalam pemecahan masalah,
kemampuan menyusun
kesimpulan, dan
kemampuan menyusun hipotesis. 2) Keaktifan Afektif Keaktifan belajar dalam ranah afektif meliputi keberanian bertanya,
keberanian
menjawab
pertanyaan,
keberanian
menyampaikan gagasan, keberanian berkomunikasi, dan menghargai pendapat siswa lain. 3) Keaktifan Psikomotorik commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keaktifan ranah psikomotorik meliputi keterlibatan siswa dalam eksperimen, keterlibatan siswa dalam penggunaan media, keterlibatan siswa dalamdemonstrasi/simulasi, interaksi siswa dalam kelompok, serta mencatat materi pelajaran Berdasarkan hasil observasi tindakan pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua siklus II, maka dapat disajikan data dalam bentuk tabel seperti pada tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3 Distribusi Skor Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus II Frekuensi
Nilai Tengah
(fi)
(xi)
1.9-2.1
1
2
2
1.80
2
2.2-2.4
1
2.3
2.3
2.07
3
2.5-2.7
6
2.6
15.6
14.05
4
2.8-3.0
4
2.9
11.6
10.45
5
3.1-3.3
15
3.2
48
43.24
6
3.4-3.6
9
3.5
31.5
28.38
36
16.5
111
100
No
Interval
1
Jumlah
fi.xi
Persentase (%)
Rata-rata skor keaktifan belajar siswa = 111 : 36 = 3.08 Ketuntasan klasikal = (28 : 36) x 100% = 77,78%
Berdasarkan data di atas, rata-rata keaktifan belajar siswa mencapai 3,08 atau sekitar 75%. Dengan catatan, ada 1 dari 37 responden yang tidak mengikuti kegiatan belajar mengajar. Jika jumlah responden sebanyak 36, maka rata-rata keaktifan belajar siswa sebanyak 77.78%. Siswa yang tergolong cukup aktif sebanyak 2 siswa (3.87%). Kemudian, siswa yang tergolong aktif sebanyak 25 siswa (67.74%). Sementara itu, siswa yang sangat aktif sebanyak 9 siswa (28.38%). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan data keaktifan belajar siswa di atas, maka dapat disusun grafik seperti pada gambar 4.15 berikut:
16 F R E K U E N S I
14 12 10 8 6 4 2 0 1.9-2.1 2.2-2.4 2.5-2.7 2.8-3.0 3.1-3.3 3.4-3.6 Skor Keaktifan Belajar
Gambar 4.15 Grafik Keaktifan Belajar pada Siklus II
d. Refleksi Berbagai data yang diperoleh melalui pengamatan atau observasi
dikumpulkan,
kemudian
dianalisis.
Berdasarkan
hasil
pengamatan atau observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan refleksi dengan cara menganalisis skor keaktifan belajar siswa SD Negeri 06 Ngringo pada siklus II. Hasil pelaksanaan pada siklus II kemudian dibandingkan dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Indikator kinerja yang sudah ditentukan adalah 75%. Rata-rata keaktifan belajar siswa mencapai 77.78% dari 36 responden yang mengikuti kegiatan belajar mengajar. Sementara itu, ada 1 responden yang tidak mengikuti pembelajaran pada siklus II, baik pada pertemuan pertama maupun pertemuan kedua. Jika responden yang tidak mengikuti pembelajaran dimasukkan ke dalam data penelitian, maka ratacommit to user rata keaktifan belajar siswa mencapai 75%.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sementara itu, kemampuan guru atau pengajar dalam melakukan kegiatan
pelajaran
juga
mengalami
peningkatan.
Peningkatan
kemampuan guru dalam pembelajaran antara lain menyampaikan apersepsi, tujuan pembelajaran, dan orientasi, menunjukkan penguasaan materi pembelajaran, mengaitkan materi dengan pengetahauan lain yang relevan, menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan hierarki belajardan karakteristik siswa, melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa, melaksanakan pembelajaran secara runtut,melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual, melaksanakan pembelajaran
yang efektif,
mendemonstrasikan kemampuan pembelajaran dengan menggunakan berbagai
metode,
menumbuhkan
partisipasi
aktif
siswa
dalam
pembelajaran, menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa, menumbuhkan keceriaan dan antusisme siswa dalam belajar, melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan), menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, benar, dan lancar, melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa. Dari data hasil observasi kinerja guru menunjukkan bahwa terdapat peningkatan dari siklus I ke siklus II, yakni dari rata-rata nilai siklus I sebesar 3.1 menjadi sebesar 3.63 pada siklus II. Kemampuan guru dalam pembelajaran pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan sebesar 0.53. Berdasarkan hasil refleksi siklus II, maka keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya melalui penerapan pendekatan keterampilan proses sudah berhasil. Hal ini dikarenakan keaktifan belajar siswa telah memenuhi pencapaian indikator kinerja yang telah ditentukan, yaitu 75%. Pencapaian indikator kinerja tersebut membuat peneliti tidak perlu lagi melanjutkan penelitian ke siklus berikutnya, karena hal tersebut sudah menunjukkan bahwa penerapan pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan keaktifan belajar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 06 Ngringo tahun ajaran 2011/2012.
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus Berdasarkan deskripsi penelitian di atas, berikut akan dikemukakan temuan dan pembahasan hasil penelitian mengenai penerapan pendekatan keterampilan proses (PKP) sebagai upaya untuk meningkatkan keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 06 Ngringo. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data yang sudah dilakukan, dapat dilihat bahwa ada peningkatan keaktifan belajar siswa, prestasi belajar siswa, serta kinerja guru selama pelaksanaan penelitian. Hal ini ditunjukan seperti pada tabel 4.4 berikut ini: Tabel 4.4 Perbandingan Keaktifan Belajar Siswa Kategori
Keaktifan Belajar Siswa
Keterangan
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
A
-
-
9
Sangat Aktif
B
3
7
25
Aktif
C
11
26
2
Cukup Aktif
D
23
4
-
Kurang Aktif
Berdasarkan tabel perbandingan keaktifan belajar siswa, maka dapat disusun dalam bentuk grafik seperti pada gambar 4.16 berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
90 80
Persentase %
70 60 50
Pra Siklus
40
Siklus I
30
Siklus II
20 10 0 Keaktifan Belajar
Gambar 4.16 Grafik Perbandingan Keaktifan dan Prestasi Belajar
Berdasarkan pada gambar 4.16, skor keaktifan belajar siswa pada pra siklus sebesar 37,84% meningkat pada siklus I menjadi 56.76%, kemudian meningkat lagi pada siklus II menjadi 77.78%. Sementara itu, kemampuan guru atau pengajar dalam melakukan kegiatan pelajaran juga mengalami peningkatan. Peningkatan kemampuan guru dalam pembelajaran antara lain menyampaikan apersepsi, tujuan pembelajaran, dan orientasi, menunjukkan penguasaan materi pembelajaran, mengaitkan materi dengan pengetahauan lain yang relevan, menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan hierarki belajardan karakteristik siswa, melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa, melaksanakan pembelajaran secara runtut,melaksanakan pembelajaran yang bersifat
kontekstual,
melaksanakan
pembelajaran
yang
efektif,
mendemonstrasikan kemampuan pembelajaran dengan menggunakan berbagai metode, menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran, menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa, menumbuhkan keceriaan dan antusisme siswa dalam belajar, melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan), menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, benar, dan lancar, to user melakukan refleksi atau membuatcommit rangkuman dengan melibatkan siswa.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Pembahasan Berdasarkan hasil observasi dan perbandingan skor keaktifan siswa di atas, maka dapat dideskripsikan tentang peningkatan keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat-cahaya melalui pendekatan keterampilan proses (PKP) pada siswa kelas V SDN 06 Ngringo. Skor rata-rata kelas mengenai keaktifan belajar pada pra siklus sebesar 1.73 atau sekitar 37.84%. Siswa yang memperoleh skor antara 1.21.4 sebanyak 11 siswa atau 22.34%. Siswa yang memperoleh skor antara 1.5-1.7 sebanyak 12 siswa atau 30.00%. Siswa yang memperoleh skor antara 1.8-2.0 sebanyak 6 siswa atau 17.81%. Siswa yang memperoleh skor antara 2.1-2.3 sebanyak 5 siswa atau 17.19%. Siswa yang memperoleh skor antara 2.4-2.6 sebanyak 1 siswa atau 3.91%. Siswa yang memperoleh skor antara 2.7-2.9 sebanyak 2 siswa atau 8.75% . Selanjutnya, berdasarkan hasil observasi siklus I, skor rata-rata keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 06 Ngringo siklus I mencapai 56.76%, meningkat dari pra siklus yang berjumlah 37.84%. Siswa yang mendapat skor antara 0.9-1.3 4 siswa (5.45%). Siswa yang mendapat skor antara 1.4-1.7 sebanyak 0 siswa (0.00%). Siswa yang mendapat skor 1.8-2.1 sebanyak 12 siswa (28.98%). Siswa yang mendapat skor 2.2-2.5 sebanyak 14 siswa (40.74%). Siswa yang mendapat skor 2.6-2.9 sebanyak 5 siswa (17.03%). Siswa yang mendapat skor 3.0-3.3 sebanyak 2 siswa (7.80%). Data tersebut menunjukkan bahwa jumlah siswa yang kurang aktif sebanyak 4 siswa (5.45%), siswa yang cukup aktif sebanyak 26 siswa (69.72%), sedangkan siswa yang aktif sebanyak 7 siswa atau sekitar (24.83%) Sementara itu, berdasarkan hasil observasi skor rata-rata keaktifan belajar siswa pada siklus II mencapai 3,08 atau sekitar 75%. Dengan catatan, ada 1 dari 37 responden yang tidak mengikuti kegiatan belajar mengajar. Jika jumlah responden sebanyak 36, maka rata-rata keaktifan belajar siswa sebanyak 77.78%. Siswa yang tergolong cukup aktif sebanyak 2 siswa (3.87%). Kemudian, siswa yang tergolong aktif sebanyak 25 siswa (67.74%). Sementara itu, siswa yang sangat aktif sebanyak 9 siswa (28.38%). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Meskipun data menunjukkan adanya peningkatan, baik peningkatan keaktifan belajar maupun peningkatan prestasi belajar siswa, akan tetapi selama pelaksanaan penelitian juga ditemui beberapa hambatan. Hambatan tersebut berasal dari dalam kelas dan luar kelas. Hambatan dari dalam kelas berasal dari siswa kelas V itu sendiri. Masih banyak siswa yang malu bahkan tidak berani berinteraksi selama pembelajaran berlangsung, akan tetapi hal ini dapat diatasi dengan pendekatan dan metode interaksi yang digunakan guru. Selain hambatan dari dalam kelas, juga terdapat hambatan dari luar kelas. Hambatan dari luar kelas berasal dari siswa kelas lain yang sedang mengikuti pelajaran olah raga. Hal ini sedikit banyak mengganggu jalannya proses pembelajaran, sebab suara siswa yang gaduh terdengar hingga ke dalam ruang kelas V. Namun hambatan ini dapat diminimalisir dengan menutup rapat-rapat ruang kelas V, sehingga suara dari luar ruangan sedikit berkurang. Berdasarkan hasil wawancara antara peneliti dengan guru kelas sebelum pelaksanaan tindakan, keaktifan belajar siswa sebelum menggunakan pendekatan keterampilan proses tergolong masih rendah. Hal ini dikarenakan keterbatasan alat peraga sifat-sifat cahaya, sehingga siswa tidak mengalami atau memperagakan sendiri percobaan sifat-sifat cahaya. Metode yang digunakan guru juga masih terbatas. Guru memang sudah menggunakan metode tanya jawab untuk meningkatkan keaktifan peserta didik, namun caranya yang kurang tepat, guru tidak memusatkan pertanyaan pada seorang peserta didik akan tetapi pertanyaan ditujukan pada satu kelas, sehingga ada beberapa peserta didik yang hanya diam saja mendengar pertanyaan guru. Selain itu, pola interaksi edukatif bersifat satu arah, yaitu guru ke siswa. Pola interaksi ini lebih terpusat pada guru, sehingga peserta didik cenderung pasif dalam proses belajar mengajar. Sementara itu, berdasarkan hasil wawancara antara peneliti dengan guru kelas sesudah pelaksanaan tindakan, penerapan pendekatan keterampilan proses (PKP) pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya dapat menungkatkan keaktifan belajar siswa. Hal ini terlihat selama proses pembelajaran berlangsung. Masing-masing siswa berinteraksi secara individu dan berkelompok. Selain itu, commit to percobaan user setiap siswa juga aktif dalam melaksanakan sifat-sifat cahaya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selama pelaksanaan siklus I, terdapat beberapa kekurangan yang harus diperbaiki. Kekurangan tersebut terlihat pada kemampuan menyusun hipotesis siswa yang masih rendah. Kesulitan menyusun hipotesis disebabkan siswa belum pernah diajarkan cara menyusun hipotesis yang baik dan benar. Setelah mengetahui kelemahan siswa dalam menyusun hipotesis, kemudian guru membimbing siswa tentang cara menyusun hipotesis terlebih dahulu. Kekurangan yang selanjutnya adalah keberanian bertanya. Masih banyak siswa yang belum mampu dan tidak berani mengajukan pertanyaan. Ketika sampai tahapan demonstrasi dan presentasi, hanya sedikit siswa yang bertanya, sehingga unsur bertukar pendapat masih kurang. Siswa hanya berani bertanya ketika dalam kegiatan kerja kelompok saja. Kekurangan yang terakhir adalah keberanian untuk mengkomunikasikan hasil percobaan. Pada pertemuan pertama, hasil percobaan dikomunikasikan oleh perwakilan kelompok di depan kelas, sementara anggota yang lain masih tetap duduk. Namun hal ini mulai diatasi pada pertemuan kedua, setiap anggota kelompok mendemostrasikan dan mengkomunikasikan hasil percobaannya di depan kelas. Berdasarkan hasil refleksi siklus II, kekurangan yang muncul pada siklus I sudah diatasi. Menurut hasil observasi dan dokumentasi, proses pembelajaran berlangsung dengan sangat baik. Hal ini ditunjukkan oleh interaksi antar kelompok selama pembelajaran berlangsung. Jika pada siklus I, kelompok yang mempresentasikan atau mengkomunikasikan hasil percobaannya tidak mendapat tanggapan dari kelompok lain, akan tetapi berbeda pada siklus II. Setiap kelompok yang maju mendapatkan pertanyaan dari kelompok lain. Hal ini menjadikan suasana pembelajaran dalam kelas menjadi lebih hidup. Selain itu, Penerapan PKP pada siklus kedua lebih tersusun rapi. Berbagai kekurangan yang ada pada siklus I sudah diatasi oleh guru. Kesulitan siswa dalam menyusun hipotesis diatasi guru dengan menyajikan pertanyaan yang terdapat pada lembar kerja siswa. Hal ini dilakukan guru untuk membimbing siswa dalam menyusun hipotesis. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan hasil refleksi tersebut, maka keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya melalui penerapan pendekatan keterampilan proses sudah berhasil. Hal ini dikarenakan keaktifan belajar siswa telah memenuhi pencapaian indikator kinerja yang telah ditentukan, yaitu 75%. Pencapaian indikator kinerja tersebut membuat peneliti tidak perlu lagi melanjutkan penelitian ke siklus berikutnya, karena hal tersebut sudah menunjukkan
bahwa
penerapan
pendekatan
keterampilan
proses
dapat
meningkatkan keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 06 Ngringo tahun ajaran 2011/2012.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, penerapan pendekatan keterampilan proses (PKP) dapat meningkatkan keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 06 Ngringo. Peningkatan tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya rata-rata skor keaktifan belajar siswa kelas V pada setiap siklusnya, yaitu pada tindakan pra siklus rata-rata skor keaktifan belajar siswa hanya mencapai 37.84%, pada siklus I rata-rata skor keaktifan belajar siswa mencapai 56.76%. selanjutnya, pada siklus II keaktifan belajar IPA mencapai 77.78%. Seiring dengan meningkatnya keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan keterampilan proses memang cocok diterapkan untuk meningkatkan keaktifan belajar IPA materi sifatsifat cahaya pada siswa kelas V SDN 06 Ngringo. Selain itu, pendekatan ini juga bisa diterapkan pada mata pelajaran selain IPA di berbagai jenjang sekolah.
B. Implikasi Penelitian tindakan kelas dengan judul “Upaya Peningkatan Keaktifan Belajar IPA Materi Sifat-Sifat Cahaya melalui Pendekatan Keterampilan Proses pada Siswa Kelas V SDN 06 Ngringo Tahun Ajaran 2011/2012” yang dilaksanakan dalam dua siklus ternyata dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Keaktifan belajar siswa menduduki posisi yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran yang menekankan pada keaktifan peserta didik akan menjadikan materi atau konsep-konsep yang diajarkan guru lebih bermakna. Hal ini mengkin terjadi, sebab siswa mengalami sendiri materi atau konsep yang diajarkan, sehingga materi atau konsep tersebut lebih merasuk ke dalam benak siswa. Selain itu, penerapan pendekatan keterampilan proses dapat commit to user melatih interaksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan kelompok, kelompok
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan kelompok, siswa dengan guru, serta interaksi siswa dengan sumber atau bahan ajar. Mengingat
pendekatan
keterampilan
proses
dapat
meningkatkan
keaktifan belajar IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 06 Ngringo, maka diharapkan pendekatan ini juga dapat diterapkan pada mata pelajaran lain. Hal-hal yang dapat diterapkan guru untuk menumbuhkan dan meningkatkan keaktifan belajar siswa sebagai implikasi dari penelitian ini adalah: 1.
Mengetahui tingkat perkembangan siswa Setiap siswa memiliki tingkat perkembangan yang berbeda, baik perkembangan intelektual, emosional, maupun perkembangan fisik. Hal inilah yang menjadi pertimbangan dalam penerapan pendekatan keterampilan proses. Pendekatan keterampilan proses yang mengandung berbagai jenis keterampilan harus diterapkan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Selanjutnya, penerapan pendekatan ini pada siswa SD dilaksanakan secara sederhana agar mudah diikuti oleh setiap siswa.
2.
Menumbuhkan minat siswa Minat akan menumbuhkan motivasi pada diri siswa untuk ikut serta dalam kegiatan belajar mengajar. Semakin tinggi minat siswa, maka akan semakin besar peran siswa tersebut untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Minat siswa dalam pembelajaran IPA melalui penerapan pendekatan keterampilan proses dirangsang dengan pola kegiatan dan media yang variatif. Pola kegiatan belajar mengajar lebih berpusat kepada siswa, sementara guru berperan sebagai mediator dan motivator. Sementara media yang digunaka berasal dari benda-benda nyata yang ada di lingkungan sekitar siswa.
3.
Melatih siswa tentang cara memperoleh pengetahuan Pendekatan keterapilan proses memungkinkan peserta didik untuk menguji suatu konsep atau teori secara mandiri. Pengujian suatu konsep tersebut dilakukan melalui tahapan-tahapan ilmiah. Sehingga peserta didik menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari. Selain itu, PKP dapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
merangsang peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam mendapatkan fakta, konsep, dan prinsip atau teori. 4.
Menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan Konsep
yang
dipelajari
melalui
pengalaman
belajar
yang
menyenangkan akan menjadikan konsep tersebut melekat dalam benak siswa. Selain itu, pengalaman yang menyenangkan juga harus dikaitkan dengan lingkungan di sekitar siswa, sehingga siswa lebih mudah mempelajari konsep yang akan disampaikan. Selain itu, siswa akan lebih mudah menerapkan dan memanfaatkan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
C. Saran Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, maka dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi Siswa Siswa diharapkan untuk terlibat lebih aktif, kreatif, dan meningkatkan keberanian menyampaikan ide atau pendapat dalam proses pembelajaran untuk menambah pengetahuan, pemahaman, dan peningkatan hasil belajar IPA materi sifat-sifat cahaya. Selain itu, siswa diharapkan untuk dapat berinteraksi dengan baik ketika melaksanakan
tugas kelompok. Baik dalam memberikan
sumbangan ide maupun dalam menghargai pendapat anggota kelompok yang lain. 2. Bagi Guru a. Dalam penyampaian materi, terutama dalam pembelajaran IPA mengenai sifat-sifat cahaya, guru hendaknya menggunakan pendekatan pembelajaran yang sesuai, sehingga memberikan kemudahan kepada siswa untuk memahami konsep, prinsip, sikap, dan keterampilan tertentu, serta mampu memberikan pengalaman yang berbeda dan bervariasi. Selain itu, penggunaan berbagai media yang inovatif turut mendukung tingginya tingkat keaktifan siswa selama proses pembelajaran. b. Guru hendaknya berusaha meningkatkan kompetensi profesionalmya dalam commit to user merancang proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menyenangkan dalam pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya. Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran lebih bermakna bagi peserta didik. Pembelajaran yang menarik dan menyenangkan akan memudahkan siswa untuk memahami suatu konsep. 3. Bagi Kepala Sekolah Kepala sekolah hendaknya selalu aktif mendorong atau memotivasi guru-guru untuk melaksanakan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan. Selain itu, kepala sekolah hendaknya mengupayakan kegiatankegiatan yang dapat meningkatkan profesionalisme guru, misalnya melalui seminar atau pelatihan tentang kependidikan. 4. Bagi Peneliti Lain Peneliti yang hendak mengkaji tentang permasalahan keaktifan belajar serta penerapan pendekatan keterampilan proses hendaknya meneliti lebih lanjut tentang siswa yang belum atau kurang aktif selama pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya berlangsung.
commit to user