UPAYA PEMERINTAH DALAM MENGEMBANGKAN OBJEK WISATA DI KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE
Oleh : Glady Gracy Mice Lucas, 110813121
ABSTRAK Menurut Sihite, Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata – mata untuk menikmati kegiatan pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beranekaragam. Sedangkan Menurut Undang – undang Nomor 10 tahun 2009, yang dimaksud dengan Daya Tarik Wisata atau Objek Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, Pemerintah dapat mengembangkan potensi dan kelestarian alam yang ada di daerahnya sendiri. Karena itu, keberhasilan setiap daerah adalah partisipasi dari masyarakat daerah dan akan langsung dirasakan oleh masyarakat itu sendiri. Potensi yang sedang dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe adalah Potensi Pariwisata yang pada dasarnya mengingat di Pulau Mahengetang ini memiliki pantai yang cukup menarik hati dan mata para wisatawan domestic maupun mancanegara dan terlebih khusus terdapat Gunung Api Bawah Laut yakni Under Water Vulcano atau seperti yang warga sangihe mengatakan yakni Banua Wuhu dan ini juga merupakan Icon Pariwisata Kabupaten Kepulauan Sangihe. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana upaya pemerintah dalam mengembangkan objek wisata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya pemerintah dalam mengembangkan objek wisata ini masih kurang. Ini dibuktikan dalam beberapa hal seperti kurangnya sarana transportasi dari dan menuju objek wisata, kurangnya atraksi wisata disekitaran objek wisata dan masih belum terjalinnya kerjasama dengan para investor serta masih kurangnya fasilitas pendukung wisata laiinnya. Kata kunci : Upaya, Pemerintah, Objek Wisata. Pendahuluan Dalam rangka mempersiapkan ekonomi daerah menjadi daerah yang mandiri, maka suatu daerah harus dapat mengembangkan potensi dan kelestarian alam yang ada di daerahnya sendiri. Oleh karena itu, perlu disadari bahwa keberhasilan daerah adalah merupakan partisipasi dari masyarakat dan langsung akan dirasakan oleh masyarakat itu sendiri.
Seperti yang sudah kita ketahui bahwa Pemerintah Daerah adalah Penyelenggara urusan pemerintahan yaitu Gubernur, Bupati, Walikota, dan perangkat daerah. Dan para pemerintah inilah yang nantinya akan meningkatkan sumber daya manusia yang ada sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan daerahnya. Dalam masa pemerintahan Kepala Daerah atau Bupati Drs.H.R.Makagansa, M.Si, akhir – akhir ini pembangunan di Kabupaten Kepulauan Sangihe bertumbuh dan berkembang dengan pesat.Ini bisa dilihat dari pertumbuhan pembangunan baik fisik maupun nonfisik termasuk kegiatan ekonomi, sosial dan budaya. Pertumbuhan dan perkembangan Pariwisata merupakan sektor unggulan beberapa negara dan mampu menambah pendapatan negara. Contohnya Pulau Jeju di Korea Selatan yang merupakan salah satu tujuan wisata honeymoon paling top di dunia. Pulau Jeju juga tercatat sebagai situs warisan dunia UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) dan merupakan satu dari tujuh keajaiban alam dengan panorama yang indah, pulau ini dijuluki ‘Island of the God’ ini memiliki banyak alam terbuka dan memiliki pemandangan alam yang bervariasi meliputi gunung, tebing, pantai, air terjun, padang rumput serta padang bunga liar yang indah. Dan hal ini sangatlah berpotensi untuk mendapatkan keuntungan yang akan menambah serta meningkatkan pendapatan suatu Negara maupun suatu daerah. System penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai dengan Undang – undang Nomor 32 tahun 2004 pasal 2 ayat 3 yang berbunyi ‘Pemerintah Daerah menjalankan otonomi seluas – luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah’. Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan Pariwisata adalah Berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Dan yang dimaksud dengan Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Pada pasal 4 dalam Undang – undang Nomor 10 tahun 2009, yang menjadi tujuan Pariwisata adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan, mengatasi pengangguran, melestarikan alam lingkungan dan sumber daya, memajukan kebudayaan, mengangkat citra bangsa, memupuk rasa cinta tanah air, memperkokoh jati diri dan kesatuan bangsa dan tujuan yang terakhir adalah mempererat persatuan antarbangsa. Maka untuk menghadapi dampak globalisasi perekonomian dunia dan liberalisasi perdagangan, kiranya perlu disusun sistem ekonomi nasional yang memberi akses kepada kemandirian perekonomian daerah yang kokoh dan tangguh, sehingga keindahan alam dan keunikan budayanya selalu menarik perhatian dan mengundang wisatawan untuk datang. Provinsi Sulawesi Utara selain dikenal dengan daerah yang memiliki potensi sumber daya pertanian, perkebunan, perikanan dan kelautan juga memiliki potensi pariwisata unggulan, salah satunya seperti Taman Nasional Laut Bunaken.Yang merupakan Surga bagi penyelam dan ratusan lokasi penyelam ada di Bunaken. Bunaken memiliki beragam kehidupan bawah laut, hal ini dikarenakan taman laut nasional bunaken berada disegitiga emas terumbu karang dunia yang tersebar dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Nugini, Timor Leste dan kepulauan Salomon. Keindahan Taman laut Bunaken telah banyak diminati oleh wisatawan baik dalam negeri maupun wisatawan yang berasal dari luar negeri.Sebagian besar wilayah pantai terdiri dari hutan bakau dan pasir putih. Di kabupaten kepulauan Sangihe juga memiliki Kawasan Strategis Pariwisata yaitu Kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan
pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan. Di Kabupaten Kepulauan Sangihe terdapat beberapa tempat atau objek wisata khususnya di Pulau Mahengetang.“Banua Wuhu”, demikian masyarakat setempat menyebut gunung itu, berada hanya 300 meter dari sisi barat daya pulau Mahengetang atau sudah sering kita dengar yaitu Gunung Api bawah laut. Tujuan melakukan atau bepergian ke tempat wisata adalah untuk atau ingin melepaskan diri dari lingkungan yang dirasakan sangat menjemukkan atau membosankan atau jenuh dari pekerjaan sehari – hari, ingin menikmati kegembiraan melalui berbagai permainan yang merupakan pemunculan kembali dari sifat kekanak – kanakan dan melepaskan diri sejenak dari berbagai urusan yang serius. Dengan melihat ini, pemerintah daerah dapat mengatur strategi atau pola pikir dengan apa yang akan digunakan demi meningkatkan kunjungan wisatawan serta dapat membangun kerjasama dengan pengusaha atau investor baik didalam maupun diluar daerah. Tetapi Objek Wisata ini masih belum mendapat perhatian lebih dari pemerintah daerah Sangihe karena bisa dilihat dari Fasilitas yang ada di kawasan wisata ini masih sangat kurang. Seperti yang warga ketahui bahwa Visi pembangunan daerah 2011 – 2016 yaitu “Mewujudkan Kabupaten Kepulauan Sangihe sebagai kabupaten bahari yang sejahtera dan bermartabat”. Tetapi disini bisa kita lihat bahwa sebagian besar Objek Wisatanya tidak dikembangkan padahal banyak sekali objek wisata yang masih layak untuk dikembangkan dan selain dapat dikembangkan juga dapat mengurangi pengangguran. Dan demi meningkatkan sector pariwisata adalah jumlah atau banyaknya kunjungan wisatawan didalam maupun diluar daerah.Untuk itu, maka sangat diperlukan dan diharapkan pengembangan objek wisata ditingkat daerah karena selain dapat memperkenalkan objek wisata yang ada, dapat juga meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Inilah yang menjadi alasan mengapa peneliti ingin membahas masalah ini lebih dalam dan mengambil judul Upaya Pemerintah dalam Mengembangkan Objek Wisata di Kabupaten Kepulauan Sangihe.
Tinjauan Pustaka a. Konsep Pemerintah Daerah Dalam Undang – undang Dasar 1945 “Pemerintah Daerah dan DPRD adalah penyelenggara pemerintahan daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas – luasnya dalam system dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. b. Konsep Pengembangan Pariwisata 1. Pariwisata Menurut Spillane (1989) Pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan tugas, berziarah dan lain – lain. 2. Objek Wisata Menurut Undang – undang Nomor 10 tahun 2009, yang dimaksud dengan Daya Tarik Wisata atau Objek Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
Metode Penelitian Jenis Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.Menurut Bogdan dan Taylor (1975: Dalam Metodologi Penelitian Kualitatif karya Lexy J. Moleong, 2007),Penelitian Kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orang – orang dan perilaku yang dapat diamati. Lokasi Penelitian Peneliti mengambil lokasi penelitian di Kabupaten Kepulauan Sangihe. Fokus Penelitian Adapun yang menjadi focus dari penelitian ini adalah Pengembangan Objek Wisata di Kabupaten Kepulauan Sangihe. Jenis Data Penelitian Data yang peneliti gunakan berupa : 1. Dokumentasi Data yang peneliti kumpulkan melalui berbagai sumber data yang tertulis, baik yang berhubungan dengan masalah kondisi objektif. 2. Foto Foto adalah bukti yang tidak dapat diungkapkan dengan kata – kata namun sangat mendukung kondisi objektif selama penelitian berlangsung. Sumber Data Penelitian Unsur informan terdiri dari ; Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Kepulauan Sangihe : 1 orang Sekretaris Dinas Pariwisata Kabupaten Kepulauan Sangihe : 1 orang Kabid Dinas Pariwisata : 1 orang Anggota Legislatif : 1 orang Masyarakat setempat : 2 orang Prosedur Pengumpulan Data 1.Observasi Lapangan 2.Peneliti melakukan wawancara yang bersifat terbuka dan terstruktur dengan pedoman wawancara yang sudah dibuat. 3.Studi dokumentasi Studi dokumentasi dilakukan di perpustakaan dengan cara membaca referensi, buku – buku yang berhubungan dengan judul yang peneliti ambil. Analisis Data Setelah data terkumpul secara lengkap dan tersusun secara sistematis maka untuk mempermudah dalam pemecahan masalah penelitian ini dilakukan analisis data.Tujuan dari analisis data yaitu menyederhanakan data yang lebih mudah dibaca. Data yang didapatkan kemudian dikumpulkan dan diifentarisasikan berdasarkan permasalahan yang ada disajikan dalam bentuk analisis deskripsi kualitatif Gambaran Umum Lokasi Penelitian Gambaran Umum Kabupaten Kepulauan Sangihe
Sangihe berasal dari kata Sang dan Ihe.Kemungkinan besar penggunaan nama sangihe berhubungan dengan kata sangi’ berarti sumangi, sasangi, sasangitang, makahunsangi, mahunsangi, masangi, semua kata ini merujuk pada arti tangis dan sedih. (sangiress nederlands woordenboek met nederlands sangiress register, Mr.K.G.F.StellerDs.W.E.Aebersold). Kata Sangihe dapat dipilah dari dua kata yang diartikan secara harafiah yaitu : Sangi dari kata sangiang yang berarti Putri Khayangan, Ihe atau uhe berarti Emas. ( Toponimi,cerita rakyat dan data sejarah dari kawasan perbatasan nusa utara). Kata sangi’ dapat juga ditemukan sebagai nama tempat di pulau lapu-lapu kepulauan philliphiness,afrika dan india.(Encarta 2007). Pelaut Eropa menyebut daerah kepulauan Sangihe Talaud dengan nama Sanguin. Pelaut-pelaut china dalam satu ekspedisi yang dipimpin laksaman Ceng Ho menyebut daerah kepulauan sangihe dengan nama Shao San. (Iverdixon Tinungki,Tabloid Zona Utara). Dalam bahasa Tountembouan, kata Sangir berarti mengasah dengan menggunakan batu asah. Tempat untuk mengasah benda tajam disebut pasangiran. Sampai saat ini belum ditemukan data secara pasti sejak kapan kata sangihe mulai digunakan sebagai nama kepulauan yang didalamnya hidup ethnis sangihe. Muhamad Yamin dalam buku Atlas Sejarah sudah menulis Pulau Sangihe sebagai daerah kekuasaan kesultanan Ternate sampai tahun 1677 sebelum diserahkan ke VOC. Dalam catatan-catatan lain mengatakan bahwa sangihe adalah Nusa Utara. Kepulauan Sangihe dan Talaud pernah menjadi wilayah konsentrasi pasukan Majapahit. Kedatangan pasukan kerajaan majapahit di utara Indonesia terutama di Kepl.Talaud antara tahun 1350 sampai 1365. Masa ini dihitung sejak Hayam Wuruk berkuasa di kerajaan Majapahit dan mencapai kejayaan. Thn 1365 adalah tahun wafatnya Gajah Mada. Penduduk Mula - Mula - Manusia Sangihe pertama berdasarkan Legenda dan cerita lisan, terdiri dari 4 jenis yaitu: - Manusia Apapuhang. Apapuhang adalah jenis manusia pertama dalam legenda Sangihe yang pernah hidup di pulau Sangihe. Mereka hidup dicabang pohon.Persebaran manusia apapuhang berada di Utaurano antara Mangehesê dan Bowongkalaeng. Disebuah lembah yang sekarang dikenal dengan nama balang apapuhang, kecamatan Tabukan Utara. Bentuk fisik Apapuhang, tubuhnya pendek, kerdil. Suku Apapuhang memiliki kerajaan di bawah bumi. Untuk dapat masuk di kerajaan Apapuhang harus melewati pintu gerbang yang berada tepat di belakang air terjun Apapuhang di Kampung Lenganeng Semua benda di kerajaan Apapuhang terbuat dari emas. - Manusia Tampilê Batang, Hidup diakar pohon besar yang tumbang. Persebaran penduduk ini tidak diketahui. - Manusia Pêmpanggo (manusia jangkung) Tidak memiliki tempat tinggal tetap. Persebaran penduduk ini tidak diketahui. - Manusia Angsuang. Angsuang adalah raksasa dalam bahasa sangihe.Cerita tentang manusia ini menjadi Legenda di kampung-kampung yang berada dikaki gunung Awu. Angsuang adalah tokoh dalam legenda Gunung Awu, yang menceritakan proses terjadinya letusan gunung berapi. 1. Geografis
Kabupaten Kepulauan Sangihe merupakan bagian integral dari Propinsi Sulawesi Utara dengan Ibukota Tahuna. Berjarak sekitar 142 Mil Laut dari Ibukota Propinsi Sulawesi Utara, Manado, terletak antara 2’ 4’13”- 4’ 44’ 22” Lintang Utara dan 125’ 9’ 28”-125’ 56’ 57” Bujur Timur, berada diantara Pulau Sulawesi dan Mindanao (Republik Philipina), sehingga Kabupaten Kepulauan Sangihe dapat dikategorikan “Daerah Perbatasan”. Kemudian disamping daerah perbatasan, dua karakteristik lain yang cukup signifikan membedakan dengan kab/kota lain yaitu daerah kepulauan dan daerah rawan Bencana Alam. Tahun 2002, kabupaten kepulauan Sangihe Talaud dimekarkan menjadi dua kabupaten berdasarkan UU No.5 Tahun 2002, yaitu Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud sebagai hasil pemekaran. Pada tahun 2007, Kabupaten Kepulauan Sangihe kembali mengalami pemekaran wilayah dengan dibentuknya Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro berdasarkan UU NO.15 Tahun 2007. Luas wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe adalah sebesar 736,98 km2 yang terbagi menjadi 15 kecamatan. Tabukan Utara adalah kecamatan dengan wilayah terluas, yaitu 114,76 km2 (15,57% dari total luas kabupaten kepulauan sangihe). Secara Geografis, batas wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe ; Utara / North : Republik Philipina dan Kab. Kepl. Talaud/ Republik Of Philippines and Talaud Regency Selatan / South : Kabupaten Sitaro / Sitaro Regency Timur / East :Samudera Pasifik dan Laut Maluku / Pacific Ocean and Maluku Sea Barat / West : Laut Sulawesi / Sulawesi Sea Sangihe terbagi dalam 5 (lima) klaster, yaitu ; a. Klaster Pulau Tatoareng Seperti halnya dengan klaster pulau – pulau perbatasan, klaster tatoareng terdiri dari pulau – pulau kecil yang beberapa diantaranya berupa pulau – pulau kosong yang tidak berpenghuni. Klaster ini terletak diantara 2° 55'– 3° 16' LU dan 125° 24'– 125° 41' BT dan memiliki luas 28.70 km2. Secara keseluruhan klaster ini merupakan suatu wilayah administrasi kecamatan tatoareng yang terdiri dari 6 (enam) desa seperti halnya dengan kondisi pulau – pulau yang ada di kepulauan Sangihe, klaster ini memiliki kondisi topografi yang bervariasi dari dataran landai dan kelerengan yang curam, puncak tertinggi di klaster ini tidak melebihi ketinggian 350 m dari permukaan laut. Pusat kegiatan klaster tatoareng terletak di ibukota kecamatan yaitu Kahakitang.Keterhubungan serta interaksi antar pulau yang ada di dalam klaster terjadi dengan menggunakan perahu – perahu nelayan dan perahu – perahu tradisional. Klaster ini memiliki keunikan tersendiri karena tidak memiliki gunung berapi diwilayah dataran tetapi memiliki gunung berapi (aktif) yang letaknya di bawah permukaan laut sekitar perairan pulau mahengetang. Keadaan yang unik tersebut dapat membawa keuntugan bagi kabupaten, karena daerah sekitar gunung berapi menjadi objek wisata, sering dikunjungi oleh para wisatawan yang ingin melihat suasana bawah laut disekitarnya. b. Klaster Dagho c. Klaster Tahuna Klaster ini berada pada posisi geografis 3° 17'– 3° 59'LU dan 125° 20'l – 125° 50'l BT dengan luas mencapai 702,27 km2 atau 69,33 % luas wilayah wilayah kabupaten secara keseluruhan menjadikan klaster Sangihe sebagai terbesar dari enam klaster yang ada.
Klaster Sangihe merupakan klaster utama sebab pada klaster ini terdapat pusat pemerintahan kabupaten serta fasilitas-fasilitas yang berfungsi primer karena melayani seluruh kebutuhan penduduk kabupaten baik dari sektor ekonomi (perdagangan dan jasa), sektor transportasi (darat, laut dan udara), sektor pendidikan, sektor pertanian-perkebunan, sektor perikanan, sektor kesehatan dan sektor pertahanan dan keamanan. Pusat kegiatan ini klaster terletak di Tahuna yang juga ibukota kabupaten, pada klaster ini terdapat 10 wilayah administrasi kecamatan dan keterhubungan dengan pusat klaster pada umumnya dilayani oleh angkutan darat. Klaster sangihe memiliki kondisi topografis yang bervariasi yaitu dari dataran landau, kelerengan curam sampai dataran tinggi dan puncak gunung dengan ketinggian mencapai +1.320 m dari permukaan laut. Klaster ini memiliki gunung berapi aktif (Gunung Awu) yang berada dibagian utara pulau sangihe besar.Keaktifan gunung berapi ini memberi pengaruh yang sangat besar bagi lahan – lahan pertanian dan perkebunan yang ada disekitarnya. Pengaruh ini memberi dampak yang sangat besar terhadap hasil bumi yang terdapat di kepulauan ini.Hasil perkebunan berupa kelapa, cengkih dan pala yang juga berupa primadona bagi kabupaten, kebanyakan berasal dari klaster ini.Bagi klaster lainnya, klaster ini berperan sangat penting karena berfungsi sebagai pemasok dari berbagai macam kebutuhan baik pokok maupun kebutuhan penunjang. Dari klaster sangihe barang – barang kebutuhan penduduk yang berasal dari Manado atau Bitung didistribusi ke klaster yang lain dengan menggunakan sarana transportasi laut. Diklaster ini juga terdapat pusat pembelian hasil bumi berupa perkebunan dan hasil tangkapan ikan dilaut. Untuk perannya terhadap kegiatan yang bersifat regional adalah sebagai penghubung antara ibukota propinsi dengan ibukota kabupaten yang memanfaatkan jasa angkutan laut dan angkutan udara sebagai moda angkutan. d. Klaster Manalu e. Klaster Pulau Marore Daerah perbatasan adalah berupa daerah terluar dan termasuk dalam wilayah NKRI yang berada di Kabupaten Kepulauan Sangihe dan daerah yang dimaksud adalah pulau Marore dan pulau-pulau di sekitarnya. Pulau-pulau yang masuk dalam wilayah perbatasan ini oleh Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe ditetapkan dalam satu klaster yaitu klaster pulau-pulau perbatasan, dari enam klaster yang ada. Pada klaster pulau - pulau perbatasan, Pulau Marore merupakan pulau yang terletak paling depan dan terdekat dengan perbatasan antar Negara Filipina dan Indonesia, dengan kondisi tersebut menjadikan pulau Marore sebagai pintu gerbang perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pulau Marore terletak paling utara dari wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe dengan posisi geografi 4° 44' 14" LU – 125° 28' 42" BT yang memiliki luas + 3,12 km2 dan dibatasi oleh wilayah laut yang tidak dapat dilayari secara bebas karena jaraknya yang jauh baik dari pusat kecamatan (ibukota kecamatan) bahkan dengan ibukota kabupaten dan keadaan cuaca yang sering tidakbersahabat sehingga menjadi hambatan bagi transportasi laut yang menjadi andalan keterhubungan pulau ini. Kondisi ini pun berlaku pada pulau-pulau yang termasuk dalam klaster pulau-pulau perbatasan. Situasi yang tidak menguntungkan, menyebabkan penduduk terisolir dari wilayah dan kegiatan lain di Republik Indonesia dan sangat renta terhadap pengaruh-pengaruh asing. Pulau Marore terdiri dari satu kampung / desa yaitu desa Marore dan terdiri dari 3 dusun dan satu anak desa yaitu pulau Memanuk sebuah pulau yang tidak berpenghuni, hanya sebagai tempat persinggahan sementara para nelayan pada musim mencari ikan.
Desa Marore memiliki jumlah penduduk mencapai 845 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 219 KK.Penduduk laki-laki berjumlah 438 jiwa sedangkan penduduk perempuan berjumlah 404 jiwa.Mayoritas penduduk di pulau Marore adalah pemeluk agama Kristen Protestan, sedangkan pemeluk agama lainnya adalah penduduk pendatang yang umumnya adalah petugas-petugas yang berdinas di pulau Marore. Penduduk di pulau Marore yang bermata pencaharian sebagai petani/nelayan berkisar 30%, pegawai negeri sipil 10%, pengusaha 4% dan mata pencaharian lain-lain 6%. Tingkat pendidikan penduduk di pulau Marore sebagian besar lulusan SLTP dan hanya sebagian kecil lulusan SLTA dan Sarjana. Fasilitas umum dan sosial yang terdapat di pulau Marore terdiri dari fasilitas pendidikan berupa satu buah TK, satu buah SD Negeri Marore dan satu buah SLTP Negeri Tabukan Utara. Fasilitas Kesehatan adalah berupa Puskesmas pembantu dengan satu orang tenaga medis.Keberadaan fasilitas kesehatan ini sangat minim karena persediaan obat-obatan sangat kurang, sehingga untuk kasus penyakit tertentu/berat pengobatannya harus dirujuk ke RSU di Kota Tahuna.Di Marore terdapat satu buah fasilitas peribadatan gereja. Sehubungan dengan ketersediaan fasilitas perdagangan, di pulau Marore terdapat empat buah kios penjualan yang menyediakan kebutuhan seharihari yang dikelola oleh KUD dan perorangan.Mobilitas penduduk yang ada di pulau Marore saat ini sangat bergantung pada pelayaran kapal perintis yang menyinggahi pulau Marore setiap minggu sekali. Kapal-kapal perintis yang melayari route pulau Marore adalah KM Daraki Nusa, KM Surya dan KM Daya Sakti. Sedangkan alternatif lain bagi penduduk untuk melakukan mobilitas adalah dengan menggunakan perahu nelayan jenis pumpboat yang tentunya harus menyesuaikan dengan kondisi cuaca.Sebagai Border Crossing Area pada pulau Marore terdapat seorang Camat Border Crossing Area (BCA) yang menangani para pelintas batas dari Indonesia ke Filipina dan sebaliknya. Selain camat beberapa petugas dari berbagai instansi seperti TNI AL, POLRI, petugas imigrasi, petugas bea cukai, petugas kesehatan dan perwakilan dari Filipina bertugas di Marore. Tugas dan fungsi instansi yang disebutkan diatas adalah untuk mengawasi lalu lintas manusia dan barang yang keluar dari dan masuk ke wilayah Republik Indonesia.Selain itu pemerintah juga membentuk satuan Hansip dan Wanra yang direkrut dari masyarakat setempat untuk memperkuat pelaksanaan fungsi Hankam di Pulau Marore.
2. Iklim Secara umum, suhu udara rata – rata per bulan pada pengukuran Stasiun Meteorologi Naha tahun 2012 adalah 27.45 derajat celcius, dimana suhu udara terendah 26.6 derajat celcius pada bulan januari tertinggi 27.9 derajat celcius pada bulan oktober. Selain itu, sebagai daerah tropis dan daerah kepulauan, kabupaten kepulauan sangihe mempunyai kelembaban udara nisbi/relative tinggi dengan rata – rata perbulan ditahun 2012 adalah 83 persen.Kelembaban udara nisbi/relative beragam tiap bulan, dari terendah 78 persen pada bulan agustus dan tertinggi 87 persen dibulan januari dan November. Keadaan suhu minimum dan maksimum, udara dan penyinaran matahari ditahun 2012 hasil pengamatan Stasiun Meteorologi Naha. Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan geografi, dan perputaran atau pertemuan arus udara. Oleh karena itu curah hujan beragam menurut bulan.
Curah hujan tertinggi selama tahun 2012 terjadi pada bulan Desember yaitu 644 mm dengan banyaknya hari hujan 26 hari, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan agustus yaitu 182 mm dengan banyaknya hari hujan 9 hari. 3. TRANSPORTASI Jalan merupakan prasarana pengangkutan darat yang penting untuk memperlancar kegiatan perekonomian. Tersedianya jalan yang berkualitas akan mendukung usaha pembangunan khususnya untuk memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain. Jalan Propinsi di Kabupaten Kepulauan Sangihe pada tahun 2012 tidak mengalami perubahan dari tahun 2011. Panjang jalan propinsi masih 72,5 km, dimana semuanya sudah diaspal dan 59,5 km berada dalam kondisi baik. Sedangkan panjang jalan kabupaten pada tahun 2011 adalah 545,32 km dan ditahun 2012 menjadi 541,78 km, dimana sepanjang 265,55 km sudah diaspal dan sepanjang 275,91 km masih Tanah. Jumlah jembatan di Sangihe pada tahun 2012 sebanyak 266, dimana 156 jembatan terbuat dari konstruksi beton, 4 jembatan dengan rangka baja, 10 jembatan dengan konstruksi kayu, dan 96 jembatan dengan konstruksi lainnya. Sebagai daerah kepulauan, kapal laut menjadi sarana transportasi utama yang digunakan masyarakat Kabupaten Kepulauan Sangihe pergi ke wilayah lain. Ditahun 2011, tercatat ada sebanyak 1.288 kunjungan kapal ke pelabuhan Tahuna, namun pada tahun 2012 turun menjadi hanya sebanyak 1.198 kunjungan (turun 6,98 persen).Akan tetapi jumlah penumpang yang naik dan turun di pelabuhan tahuna meningkat dari tahun sebelumnya.Jumlah penumpang yang naik sebanyak 146,645 orang dan yang turun sebanyak 144,726 orang. Transportasi udara menjadi alternative lain yang digunakan untuk pergike Manado.Bandar Udara Naha melayani penerbangan setiap hari Selasa, Kamis dan Sabtu, dan hanya satu kali penerbangan dalam sehari.Pada tahun 2011, ada sebanyak 104 penerbangan yang melayani Manado-Naha-Manado dengan jumlah penumpang yang berangkat sebanyak 4.521 orang dan yang tiba sebanyak 4.563 orang. Pada tahun 2012, jumlah penerbangannya tidak jauh berbeda dari tahun 2011. Ada sebanyak 105 penerbangan yang melayani Manado-Naha-Manado dengan jumlah penumpang yang berangkat sebanyak 5.006 orang (meningkat 10,73 persen) dan yang tiba sebanyak 5.029 orang (meningkat 10.21 persen). Gambaran Umum Pulau Mahengetang Pulau Mahengetang terletak di selatan Pulau Kalama.Luas Pulau adalah 1.03 km2, angka luas yang tertera dalam buku Badan Pusat Statistik adalah 3.02 km2.Secara geografis Pulau Mahengetang terletak pada 03`08’52”Lintang Utara dan 125`27’08”Bujur Timur. Penguasaan tanah di pulau ini sama dengan pulau lain, yaitu perorangan diatas tanah Negara. Dimasa yang akandatang ada kemungkinan sebagian peguasaan beralih ke perusahaan karena di pulau mahengetang terdapat potensi bahan galian batu apung yang cukup besar. Saat ini batu apung tersebut masih dimanfaatkan oleh penduduk setempat dengan cara tradisional. Jumlah penduduk di Pulau Mahengetang berjumlah 841 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga 222 dengan kepdatan penduduk 824,50/km2. Pada Pulau Mahengetang terdapat 3 Desa yakni Desa Matiang, Desa Soa dan Desa Ngihade. Penduduk pulau mahengetang mayoritas menganut Agama Kristen Protestan dan di Pulau Mahengetang ini sudah berdiri sebuah rumah ibadah yakni sebuah Gereja Gmist.Mata
pencaharian dari penduduk di pulau mahengetang ini adalah nelayan dan demi menambah penghasilan, warga setempat berkebun. Potensi lain yang sedang dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe adalah Potensi Pariwisata yang pada dasarnya mengingat di Pulau Mahengetang ini memiliki pantai yang cukup menarik hati dan mata para wisatawan domestic maupun mancanegara dan terlebih khusus terdapat Gunung Api Bawah Laut yakni Under Water Vulcano atau seperti yang warga sangihe mengatakan yakni Banua Wuhu dan ini juga merupakan Icon Pariwisata Kabupaten Kepulauan Sangihe. Gambaran Umum Gunung Api Bawah Laut “Banua Wuhu” Gunung Api Mahengetang merupakan salah satu gunung api bawah laut terletak diperairan kepulauan sangihe Sulawesi utara, tepatnya di pulaua mahengetang.Gunung ini disebut Banua Wuhu.Puncak Banua Wuhu memiliki ketinggian kurang lebih 400 meter dari dasar laut dan 6 (enam) meter dari permukaan laut. Gunung berapi ini memiliki suhu air mencapai 37-38 derajat celcius. Mahengetang selain memiliki gunung api bawah laut, juga memiliki alam bawah laut yang lumayan cantik dan jika menyelam di perairan ini maka akan menemukan biota laut dari jarak dekat. Dengan menyelam kedalam 10-20 meter sudah bisa melihat terumbu karang yang sangat indah.Jika air laut surut dari atas perahu pun kita sudah bisa melihatnya. Dan keindahan bawah laut Mahengetang ini menjadi salah satu objek wisata Sulawesi utara paling diminati oleh wisatawan asing.Pulau Mahengetang adalah salah satu dari puluhan pulau di wilayah Sangihe, Sulawesi Utara. Untuk bisa sampai ke pulau ini, dari Manado ke Tahuna (Sangihe) butuh waktu sekitar 6 sampai 7 jam dengan kapal cepat, kemudian dari Tahuna ke Mahangetang sekitar 18 mil laut, butuh waktu dua jam dengan memakai speedboat. Gambaran Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab.Kepl.Sangihe Struktur Organisasi Berdasarkan Peraturan Daerah nomor 15 tahun 2008 bahwa susunan organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kepulauan Sangihe sebagai berikut : a. Kepala Dinas b. Sekretariat, terdiri atas : 1. Sub Bagian Program, Keuangan dan Pelaporan 2. Sub Bagian Hukum dan Kepegawaian 3. Sub Bagian Umum dan Perlengkapan c. 1. 2. 3.
Bidang Kebudayaan dan Kesenian, terdiri atas : Seksi Pembinaan Sejarah, Purbakala dan Museum Seksi Pembinaan Adat, Bahasa dan Sastra Daerah Seksi Pembinaan Kesenian
d. 1. 2. 3. e. 1. 2. 3.
Bidang Destinasi Pariwisata, terdiri atas : Seksi Perijinan Usaha Jasa Pariwisata Seksi Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata Seksi Pemberdayaan Masyarakat Pariwisata Bidang Pengkajian dan Pemasaran, terdiri atas : Seksi Pengkajian Seksi Pemasaran Seksi Pelayanan dan Informasi
Hasil Penelitian dan Pembahasan Objek wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. A. Upaya Pemerintah dalam Mengembangkan Objek Wisata di Kabupaten Kepulauan Sangihe Upaya yang sudah dilakukan Pemerintah dalam hal ini adalah mengadakan kegiatan – kegiatan khusus yang dilaksanakan untuk pengembangan Pariwisata demi dan untuk Mewujudkan Kabupaten Kepulauan Sangihe sebagai kabupaten bahari yang sejahtera dan bermartabat, yaitu a. Kegiatan pemasaran dan promosi objek wisata yakni Festival Sangihe 2014 dan To More Sangihe 2015, b. kegiatan Pengembangan Sumber Daya Manusia pengelola wisata bahari melalui kegiatan: pelatihan pemandu selam dan pelatihan pemandu wisata, c. kegiatan Program Nasional PNPM Desa Wisata. Dalam melaksanakan pengembangan pariwisata, (hasil wawancara dengan pegawai dinas kebudayaan dan pariwisata kab.kepl.sangihe) pemerintah khusus mengalokasikan Dana melalui APBD dan APBN yang tercatat sebagai berikut; APBN tahun 2015 sebesar Rp.75.000.000,APBD tahun 2013/2014 sebesar Rp 350.000.000 Menyusun strategi khusus untuk melaksanakan dan demi mencapai sasaran dan tujuan yaitu (1) menetapkan Guard Design dan Rencana Induk pengembangan Pariwisata Daerah (RIPARDA) Kab.Kepl.Sangihe dan (2) dalam rangka pengelolaan destinasi pariwisata secara terpadu, komprehensif dan berkelanjutan harus diterapkan Program Destination Management Organization (DMO). 1. Pembangunan Fasilitas di Pulau Mahengetang Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe sudah bertanggung jawab selama mengembangkan Objek Wisata ini dan adapun program – program yang sudah diterapkan Pemerintah Daerah khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yakni (1) Pengembangan desa wisata, (2) Pembangunan 12 (duabelas) unit homestay, (3) Promosi Gunung Api Bawah Laut melalui Media Internet dan Media Sosial, (4) Pengembangan sarana dan prasarana dasar. Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe dalam mengembangkan Objek Wisata Gunung Api Bawah Laut adalah sebagai berikut ; Pembangunan Dive Center “Banua Wuhu” Pengadaan Alat Selam / Kompressor Pelatihan Pemandu Selam (Dive-Guide) Promosi dan Pemasaran bekerjasama dengan Nautika Dive Tera Jakarta. Sejauh ini pemerintah sudah menjalin kerjasama dengan Simpul Masyarakat Ekowisata Sangihe (SMES) dalam hal Pengelolaan Diving Center, Paket Tour dan Penyiapan Pemandu Selam. Factor penghambat dalam mengembangkan objek wisata Gunung Api Bawah Laut ini adalah masalah dana dan ini sudah di programkan dalam program APBD / APBN tahun 2015. 2. Potensi Objek Wisata Gunung Api Bawah Laut “Banua Wuhu” Objek wisata Gunung Api Bawah Laut ini merupakan Icon Wisata Bahari di Kabupaten Kepulauan Sangihe dan di Gunung Api bawah laut ini juga terdapat biota laut yang tak kalah
menarik dari tempat – tempat lain dan merupakan objek wisata yang unik karena hanya terdapat 2 (dua) tempat yakni di Karibia dan Gunung Api Bawah Laut “Banua Wuhu” di Kabupaten Kepulauan Sangihe. Terumbu karang yang rapat nan indah terdapat di kedalaman kurang lebih 10 hingga 20 meter dan suhu air rata – rata disini 37-38 derajat celcius. Karakteristik dari gunung api bawah laut ini adalah panorama terumbu karang dan jika kita menyelam maka kita akan melihat air panas yang terlihat seperti gelembung – gelembung air dan apabila kita menyentuhnya dengan tangan kosong maka tangan kita akan melepuh atau hangus. Akses menuju ke objek wisata ini, kita dapat menggunakan speedboat dari Tahuna ke Pulau Mahengetang dengan waktu tempuh 2 (dua) jam dan jika kita dari Manado maka kita harus menaiki kapal untuk menuju Tahuna dengan jarak tempuh 6 (enam) sampai 7 (tujuh) jam dengan kapal cepat dan kapal malam kurang lebih 9 (Sembilan) jam. Dengan adanya pengembangan lebih lanjut untuk Objek Wisata ini maka dapat juga meningkatkan pendapatan asli daerah karena objek wisata ini sangat diminati oleh para wisatawan local maupun mancanegara. Dan juga dapat membuka lapangan pekerjaan bagi para masyarakat yang pengangguran dan terlebihnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Pulau Mahengetang. B. Fasilitas yang perlu diperbaiki 1. Atraksi dan Daya Tarik Wisata Di Pulau Mahengetang terlebih khusus di Objek Wisata Gunung Api bawah laut masih belum memiliki kegiatan atau atraksi yang dapat di sajikan kepada para wisatawan karena di Objek ini hanya memperlihatkan keindahan terumbu karang dan biota laut. 2. Transportasi Belum maksimalnya akses atau sarana transportasi dari dan menuju objek wisata. 3. Kurangnya Investor Belum ada investor atau pengusaha yang mau bekerja sama untuk mengelola objek wisata gunung api bawah laut dan sampai saat ini masih menjadi tanggung jawab dari pemerintah setempat. 4. Fasilitas Pendukung Wisata Lainnya Kurangnya fasilitas seperti keamanan, rumah makan, toko cinderamata, fasilitas perbelanjaan, hiburan malam, fasilitas perbankan dan beberapa kebijakan khusus yang diadakan untuk mendukung kenyamanan bagi wisatawan dalam kunjungannya didestinasi. Penutup Kesimpulan Sesuai dengan hasil penelitian, Upaya Pemerintah dalam Mengembangkan Objek Wisata di Kabupaten Kepulauan Sangihe masih Kurang. Berdasarkan hasil penelitian, adapun kendala yang mempengaruhi Upaya Pemerintah dalam Mengembangkan Objek Wisata di Kabupaten Kepulauan Sangihe yaitu sebagai berikut : 1. Masih kurangnya penampilan atau atraksi wisata di Pulau Mahengetang sehingga para Wisatawan yang datang berkunjung hanya terfokus di penyelaman ke Gunung Api Bawah Laut saja. 2. Belum maksimalnya sarana transportasi dari dan menuju objek wisata sehingga para wisatawan termasuk peneliti yang menuju ke Pulau Mahengetang masih tersesat dalam mencari transportasi yang menuju ke tempat Objek Wisata tersebut.
3. Belum adanya investor yang mau bekerja sama membangun dan mengembangkan Objek Wisata Gunung Api Bawah Laut sehingga seluruh tanggung jawab dilakukan oleh Pemerintah Daerah setempat khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab.Kepl.Sangihe. 4. Tidak adanya Fasilitas Pendukung Wisata Lainnya yang berfungsi memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi wisatawan selama melakukan kunjungan seperti keamanan, rumah makan, biro perjalanan, toko cinderamata, pusat informasi wisata, hiburan malam dan fasilitas perbankan. Saran Diakhir penulisan ini, peneliti mengharapkan agar pemerintah dapat lebih efisien lagi dalam mengembangkan objek wisata di Kabupaten Kepulauan Sangihe karena sangat disayangkan apabila pemerintah daerah tidak menaruh perhatian khusus untuk tetap memelihara bahkan mengembangkan objek wisata Gunung Api Bawah Laut, untuk itu sangat diharapkan agar : 1. Agar Pemerintah dapat menyediakan atraksi wisata di Pulau Mahengetang untuk dipertontonkan pada wisatawan yang datang berkunjung dan terlebih khusus menginap. 2. Agar Pemerintah Daerah setempat dapat menyediakan sarana transportasi dari dan menuju objek wisata 3. Kiranya pemerintah daerah setempat dapat menjalin kerjasama dengan para investor atau pengusaha dalam mengembangkan objek wisata Gunung Api Bawah Laut. 4. Agar Pemerintah Daerah setempat dapat menyediakan fasilitas pendukung wisata lainnya seperti keamanan, rumah makan, biro perjalanan, toko cinderamata, pusat informasi wisata, hiburan malam dan fasilitas perbankan. Daftar Pustaka Misdyanti, Kartasapoetra. 1993. Pemerintahan Daerah dalam Pembuatan Peraturan Daerah.Jakarta : Bumi Aksara Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rosda Pendit, S Nyoman. 2003. Pengantar Ilmu Pariwisata.Jakarta : Pradyaparamita Pitana, Gde, dan Diarta, I Ketut Surya. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata.Yogyakarta : CV Andi Offset Soekadjo, RG. 1996. Anatomi Pariwisata.Jakarta : Gramedia Sihite, Richard. 2000. Tourism Industry Kepariwisataan.Surabaya : SIC
Spillane, James J. 1989. Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Prospeknya:Cetakan II.Yogyakarta : Kanisius Sunaryo, Bambang Drs. 2012. Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata, Konsep dan Aplikasinya di Indonesia.Yogyakarta : Gava Media Suryaninggrat, Bayu Drs. 1990. Mengenal Ilmu Pemerintahan.Jakarta : PT.Rineka Cipta Sugiyono Suradinata, Ermaya. 2002. Kepemimpinan Daerah dan Nasional Membangun Daerah Menuju Indonesia Bangkit.Jakarta : PT.Elex Media Komputindo Syafiie, Inu Kencana. 2003. Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia.Bandung : Refika Aditama
Sumber – Sumber lain : Undang – undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah Undang – undang Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan Kamus Umum Bahasa Indonesia Kamus Besar Bahasa Indonesia -
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kepulauan Sangihe
-
Stasiun Meteorologi Naha
-
Buku tentang “Dalam Angka SANGIHE 2013 In Figures” kerjasama dengan BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Sangihe dengan BPS Kab.Kepl.Sangihe
-
Website resmi Sangihe www.sangihekab.go.id
Copyright © BAGIAN PDE SEKRETARIAT DAERAH KAB. KEPL. SANGIHE Jl. Malahasa No. 1 Kelurahan Soataloara, Kecamatan Tahuna, Kab. Sangihe 95813 Telp. (0432)21003, 22787, Fax (0432)24210, e-mail:
[email protected],
[email protected]
-
www.budaya-indonesia.org/Alffian W.P. Walukow. SEJARAH SANGIHE Tanggal 16 Juli 2013 oleh Alffi Kategori: ARTIKEL Elemen Budaya: Cerita Rakyat Provinsi: Sulawesi Utara Asal Daerah: SANGIHE