eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2014, 2 ( 4 ): 857 - 868 ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org © Copyright 2014
UPAYA PEMERINTAH BRAZIL MELAKUKAN MITIGASI LINGKUNGAN Dini Sulfiani1 NIM.1002045065
Abstract This study aims to describe and illustrate Brazilian’s government efforts in the climate change mitigation to reduce greenhouse gas emissions in global and domestic area. The increase caused Brazil’s emissions based on deforestation in Amazon, deforestation and fire in Cerrado, fuel employing increase from transportation consequence, industry process increase in electric and waste from iron industry process. Seeing that Brazil has the potential of forests as the heart in the world, the global community is also asked Brazil to oversee the opening land in the Amazon. In another side, deforestation and degradation have danger impact for human and species. Through the caused Brazilian’s government to be adopted a national mitigation scaled by UNFCCC. The mitigation’s name is Nationally Appropriate Mitigation Actions (NAMAs). Brazil adopts NAMAs since 2010 in Cancun Conference. NAMAs was decided as supporting sustainable development in the long term for economic development based on the environmentally for prosperous of society. Key Words : Brazilian, , Climate Change Mitigation, NAMAs
Pendahuluan Pembangunan ekonomi merupakan prioritas utama bagi setiap negara berkembang sebagai penyediaan lapangan pekerjaan dan pengetasan kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi berdampak pada ketidakseimbangan terhadap kegiatan manusia dan keadaan alam sehingga berdampak pada meningkatnya emisi gas rumah kaca. Emisi gas rumah kaca merupakan permasalahan lingkungan yang tidak hanya bersifat lokal namun juga bersigat global. Pada skala global, emisi gas rumah kaca di pancarkan oleh gas karbon dioksida, gas metana, nitrous oxide, dan gas 1
Mahasiswa Program S1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman, Email :
[email protected]
eJournalIlmu Hubungan Internasional, 2014, 2 ( 4 ): 857 - 868
terfluorinasi. Gas buang tersebut dihasilkan dari sumber – sumber yang berkaitan pembangunan seperti pasokan energi, industri, perubahan penggunaan lahan, pertanian, transportasi, bangunan komersil dan residensial, dan limbah. Berkaitan dengan semakin meningkatnya emisi gas rumah kaca global, UNFCCC selaku traktat kerangka PBB yang bertujuan untuk menstabilitaskan gas rumah kaca membahas terkait mitigasi perubahan iklim pada Copanhagen Accord 2009. Adapun mitigasi yang dibahas berupa mitigasi nasional yang diperuntukan negara – negara berkembang yaitu Nationally Appropriate Mitigation Actions (NAMAs). NAMAs merupakan mekanisme dalam pengurangan emisi gas rumah kaca pra 2020 dan sebagai bentuk pembangunan berkelanjutan dalam Negri. Kemudian pada tahun 2010 NAMAs di resmikan pada Cancun Climate Change Conference, dimana pada keputusan 1/CP.17 ayat 7-8 berhubungan dengan meningkatkan mitigasi pra 2020. Brazil sebagai negara berkembang yang memiliki potensi hutan sebagai jantung dunia, tentunya mengadopsi mitigasi nasional tersebut sebagai bentuk tanggung jawabnya terhadap pencegahan dan pengurangan emisi global. Meskipun Brazil memiliki potensi hutan yang cukup dalam pengurangan emisi, Brazil juga dituntut oleh negara maju untuk mengurangi emisi domestiknya yang disebabkan oleh pembangunan sosial dan ekonomi dalam Negri. Pada tahun 2010, Brazil memiliki posisi sebagai negara dengan potensi ekonomi terbesar ke-8 dan melampaui nilai rata-rata PDB perkapita dengan menduduki posisi ke-72. Potensi tersebut menggambarkan bahwa negara dengan perekonomian tinggi memiliki tingkat emisi yang bersumber dari kegiatan pembangunan. Adapun sumber – sumber emisi yang dihasilkan berasal dari perubahan alih lahan hutan menjadi perkebunan dan perternakan, proses industri yang mengakibatkan polusi udara, pembuangan limbah dan pertanian yang mengakibatkan polusi air dan tanah, serta energi yang digunakan didalam proses transportasi dan industri yang menghasilkan gas buang cukup besar. Meningkatnya emisi gas rumah kaca di Brazil disebabkan dari perubahan penggunaan lahan akibat deforestasi amazon yang berkontribusi sebesar 61%. Deforestasi adalah penghancuran hutan secara sempurna melalui pembersihan lahan (land clearing) untuk sektor pertanian. Misalnya, pengembalaan sapi, pertanian dalam skala besar dan kecil. Pertanian dan peternakan berkontribusi sebesar 19% pada peningkatan emisi, hal ini di karenakan Brazil adalah produsen kedelai terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat dan sebagai peternak sapi kedua setelah India. Tidak seperti negara-negara besar lainnya dimana sektor energi sebagai konstribusi utama emisi gas rumah kaca, di Brazil sektor energi merupakan penghasil emisi ketiga yaitu sebesar 15%. Hal ini dikarenakan adanya sumber-sumber energi terbarukan, khususnya perkembangan energi alternatif pembangkit tenaga listrik dan bahan bakar bio. Sisanya adalah industri dan limbah sebagai pengikutnya dalam kegiatan ekonomi di Brazil.
858
Upaya Pemerintah Brazil Melakukan Mitigasi Lingkungan (Dini Sulfiani)
Menanggapi hal tersebut, pemerintah Brazil meresmikan UU No. 12.187 tahun 2009 sebagai langkah awal pelaksanaan mitigasi domestik dan mengadopsi mekanisme yang diturunkan UNFCCC pada tahun 2010 untuk pengurangan emisi pra 2020 yaitu NAMAs. Hal ini sejalan dengan kebijakan pembangunan dalam meningkatkan pembangunan ekonomi dan mengurangi angka kemiskinan. NAMAs di Brazil dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip UNFCCC particularly Article 4 paragraphs 1 and 7, Article 10 paragraph 2(a), and Article 12, paragraphs l(b) and 4 dalam mengantisipasi pengurangan emisi dari 36,1% menjadi 38,9% di Brazil pada tahun 2020. Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana upaya pemerintah Brazil melakukan mitigasi lingkungan. Inti tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk menjelaskan bagaimana upaya pemerintah Brazil melakukan mitigasi lingkungan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut, penulis menggunakan tipe penelitian Deskriptif. Dimana penulis menggambarkan dan mendeskripsikan secara sistematis upaya dari pemerintah Brazil terhadap peningkatan emisi gas rumah kaca. Teknik analisis data yang telah digunakan adalah teknik analisis data kualitatif, karena penelitian ini hanya memaparkan situasi dan peristiwa. Dengan menjelaskan bagaimana sektor-sektor penghasil emisi gas rumah kaca di Brazil menyebabkan berbagai kerusakan lingkungan. Penelitian ini tidak mencari atau, tidak menguji hipotesis serta membuat prediksi. Kerangka Dasar Teori 1. Rezim Internasional John Ruggie mengartikan rezim sebagai sekumpulan harapan bersama, yang di dalamnya terdapat aturan dan peraturan, rencana, kekuatan yang terorganisir dan komitmen keuangan yang telah diterima oleh setiap negara. Rezim merupakan seperangkat prinsip-prinsip, norma-norma, aturan-aturan, dan prosedur-prosedur pembuatan keputusan baik eksplisit maupun implisit di mana harapan-harapan para aktor-aktor yang ada berkumpul dalam sebuah wilayah hubungan tertentu. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Paul F. Dhiel yang menyatakan bahwa suatu rezim terdiri dari rangkaian-rangkaian prinsip-prinsip, norma-norma, aturanaturan, dan prosedur-prosedur pembuatan keputusan baik implisit maupun eksplisit sekitar ekspektasi-ekspektasi aktor yang menyatu dalam suatu area hubungan internasional yang telah ada dan mungkin juga membantu mengkoordinasi tingkah lakunya. Rezim berbeda dengan perjanjian. Perjanjian merupakan kesepakatan adhoc, sebaliknya rezim memfasilitasi pembuatan kesepakatan-kesepakatan substantif dengan memberikan kerangka aturan, norma, prinsip dan prosedur negosiasi.
859
eJournalIlmu Hubungan Internasional, 2014, 2 ( 4 ): 857 - 868
Banyak sarana yang digunakan untuk mengatur aktivitas-aktivitas melalui suatu rezim, tetapi ada empat hal diantaranya yang perlu diperhatikan, yaitu: 1. Menyusun Standar. Penyusunan standar dalam suatu rezim internasional dimaksudkan untuk mencapai suatu kesamaan pandangan atas isu-isu yang berkembang. Penyusunan standar ini dilakukan melalui perjanjian baik yang bersifat regional maupun multilateral. 2. Obligasi. Rezim secara khusus menspesifikkan dirinya pada apa yang harus dilakukan oleh rezim tersebut dalam situasi tertentu. Obligasi ini hadir atau muncul berdasarkan kesepakatan yang dicapai dari anggota rezim yang pada gilirannya melahirkan tuntutan-tuntutan terhadap para aktor yang menjadi anggota rezim tersebut. 3. Alokasi. Alokasi dalam suatu rezim internasional berhubungan dengan distribusi sumber daya yang dimiliki oleh rezim tersebut. Hal ini menjadi titik krusial yang bisa merekatkan rezim tersebut atau malah bisa menjadi bumerang yang dapat mengancam eksistensi rezim tersebut. 4. Larangan. Larangan lahir dari suatu penyusunan standar yang berhubungan dengan keharusan untuk tidak melakukan aktivitas tertentu. Rezim internasional dalam pemikiran liberal klasik, masyarakatnya hidup bersama dalam kerangka prinsip-prinsip konstitusional yang mendefinisikan hak milik, menentukan siapa yang dapat mengontrol sebuah negara, dan dengan kondisi harus mematuhi peraturan pemerintah. Ada 4 (empat) hal yang mutlak terdapat dalam sebuah rezim internasional yang sekaligus merupakan ciri utama sebuah rezim, yaitu: 1. Principles yaitu kepercayaan atas fact (fakta), causation (penyebab), dan rectitude (kejujuran). 2. Norms adalah standar prilaku yang dituangkan dalam hak dan kewajiban. 3. Rules adalah bentuk ketentuan dan larangan yang spesifik berkenaan dengan prilaku tadi. 4. Decision making procedures adalah praktek umum untuk membuat dan mengimplementasikan keputusan bersama (collective choices). 2. Konsep Adaptasi dan Mitigasi Lingkungan Adaptasi terhadap perubahan iklim merupakan proses yang terjadi secara alamiah yang dilakukan oleh manusia dan makhluk hidup lain dalam habitat dan ekosistemnya sebagai sebuah reaksi atas perubahan yang terjadi. Menurut definisi UNDP yang dikutip UNEP (2008), adaptasi adalah “a process by which strategies aiming to moderate, cope with, and take advantage of the consequences of climate events are enhanced, developed and implemented.” Mitigasi atau mitigation merupakan proses pengurangan emisi gas rumah kaca. Mitigasi didalam kamus John M. Echols dan Hassan Shadily memiliki arti yaitu pengurangan. Mitigasi pada prinsipnya adalah berbagai tindakan aktif untuk mencegah, memerlambat terjadinya perubahan iklim dan pemanasan global dan
860
Upaya Pemerintah Brazil Melakukan Mitigasi Lingkungan (Dini Sulfiani)
mengurangi dampak perubahan iklim melalui penurunan emisi gas rumah kaca dan peningkatan penyerapan gas rumah kaca. 3. Pembangunan Berkelanjutan Pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah upaya sadar dan rencana mengelola sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan yang terencana dan berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup. Terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan dan terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana merupakan tujuan utama pengelolaan lingkungan hidup. Pembangunan berwawasan lingkungan merupakan bagian dari pembangunan berkelanjutan yaitu pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan kebutuhan dimasa mendatang. Dalam World Summit Report 2005, pembangunan berkelanjutan didirikan di atas tiga pilar pokok, yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan. Ketiganya dibentuk untuk saling menopang antara satu dengan lainnya. Dengan demikian dapatlah dirumuskan bahwa pembangunan berkelanjutan tidak saja memfokuskan diri pada aspek-aspek pembangunan ekonomi dan sosial, namun juga berlandaskan pada perlindungan terhadap lingkungan. Pengembangan konsep pembangunan berkelanjutan juga masuk dalam hal terpenuhinya kebutuhan dasar (basic needs) dan tersalurkannya kesempatan untuk memberikan aspirasi kehidupan yang lebih baik. Dominic McGoldrick merumuskan pembangunan berkelanjutan yang ditopang oleh tiga pilar menyerupai bangunan rumah. Pilar-pilar tesebut dibangun di atas tiga ranah hukum internasional, yaitu hukum lingkungan internasional, hukum ekonomi internasional, dan hukum hak asasi manusia internasional. Hasil Penelitian A. Penyebab Masalah Lingkungan di Brazil Masalah akan lingkungan di Brazil timbul karena adanya deforestasi dan kerusakan lingkungan. Akibatnya, deforestasi dan kerusakan lingkungan menjadi suatu ancaman bagi setiap negara didunia dikarenakan akan memberikan dampak negatif kepada kesejahteraan rakyat yaitu dengan terjadi perubahan pada iklim akibat emisi yang di hasilkan, timbulnya berbagai macam wabah penyakit, kerugian harta dan benda. Berikut penyebab masalah lingkungan di Brazil : 1. Deforestasi Perubahan lahan dan kehutanan merupakan penyebab masalah lingkungan yang aktivitasnya menghasilkan emisi gas rumah kaca. Deforestasi di Amazon berdampak pada hilangnya keragamaan hayati dan meningkatnya emisi gas rumah kaca yang berpengaruh pada perubahan iklim yang ekstrim dan polusi. Faktor – faktor yang mendukung terjadinya peningkatan emisi di dalam sektor penggunaan lahan dan kehutanan adalah pembakaran secara luas di kawasan hutan Amazon untuk mempersiapkan lahan pertanian baru . Tingginya permintaan kayu, tebu,
861
eJournalIlmu Hubungan Internasional, 2014, 2 ( 4 ): 857 - 868
kacang kedelai, kopi dan daging sapi yang menjadi sumber ekspor Brazil menjadikan kawasan hutan amazon perlu diganti fungsinya sebagai wilayah pertanian, perkebunan dan perternakan. Faktor – faktor penyebab deforestasi antara lain : a. Perubahan lahan menjadi padang rumput Perubahan lahan di Brazil menjadi padang rumput dikarenakan pertumbuhan akan permintaan pasar terhadap daging sapi. Daging sapi yang pengasilannya 2x lipat tentunya memberikan inisiatif bagi peternak dalam perluasan lahan peternakan. Hal ini didukung dengan kebijakan kepemilikan lahan dimana peternak dapat memperluas lahan tanpa mengontrol fungsi hutan. b. Perubahan lahan menjadi tempat produksi Kedelai para petani kedelai melakukan perubahan lahan dikawasan amazon dikarenakan harga kedelai yang naik petani harus meluaskan lahan mereka. c. Logging Logging di Brazil bermotif pada perkembangan ekonomi yang didorong oleh permintaan kayu untuk arang. Arang yang diproduksi terbilang selektif, hanya spesies tertentu yang dibutuhkan seperti kayu mahoni. Untuk setiap pohon yang ditebang, sebanyak 5-10 adalah hasil dari logging. Dalam hal ini hutan lebih rentan terhadap terjadinya kebakaran 2. Degradasi Lingkungan Degradasi lingkungan dapat diartikan sebagai penurunan kualitas lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan pembangunan. Degradasi lingkungan dikenal dengan hilangnya sumber daya air bersih, udara dan tanah serta rusaknya ekosistem. Degradasi lingkungan pada dasarnya disebabkan oleh adanya intervensi atau campur tangan manusia yang berlebihan terhadap keberadaan lingkungan secara alamiah. Adapun degradasi lingkungan di Brazil dan faktor penyebabnya : a. Polusi Tanah Limbah merupakan hasil dari proses industri ataupun perumahan yang terdiri dari limbah padat, menurut Integrated Municipal Solid Waste Management limbah padat di Brazil terdiri dari 65% berasal dari bahan organik, 25% dari bahan kertas, 4% dari logam, 3% dari kaca, dan 3% dari plastik. Selain itu minyak, ban dan bahan pestisida menjadi permasalahan limbah di Brazil. b. Polusi Air Hilangnya sumber daya air bersih diakibatkan oleh limbah perumahan dan industri serta bocornya tempat pembuangan sampah. c. Polusi Udara Hilangnya fungsi udara di Brazil berasal dari proses industri dan pemuaian dari bahan bakar penggunaan transportasi. Melihat penyebab dari masalah lingkungan tersebut bahwa emisi yang dihasilkan dari berbagai sektor tergabung pada deforestasi dan degradasi lingkungan. Selain deforestasi, faktor lain yang menjadikan peningkatan emisi adalah energi dan transportasi. Hal ini dikarenakan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan pengguna transportasi di Brazil. Menurut sensus pada tahun 2010 diperkirakan
862
Upaya Pemerintah Brazil Melakukan Mitigasi Lingkungan (Dini Sulfiani)
populasi di Brazil mencapai 191 juta. Dimana penduduk Brazil merupakan penduduk konsumtif dalam penggunaan energi. B. Dampak Deforestasi dan Degradasi Lingkungan 1. Dampak Eksternal a. Perubahan Iklim Global Hilangnya tutupan hutan di Brazil berkontribusi sebesar 12% - 17% sebagai penghasil emisi gas rumah kaca. Adapun dampak dari emisi gas rumah kaca adalah memuainya gas yang dapat menipiskan lapisan ozon sehingga mengakibatkan perubahan suhu yang ekstrim. Berdasarka pada data dari NOAA bahwa pada tahun 2005 terjadi peningkatan suhu yang sangat ekstrim dari 0.54 menjadi 0.62. Kemudian pada tahun 2006 terjadi penurunan suhu yang ekstrim dari 0.62 menjadi 0.56. Pada tahun 2010 terjadi lagi peningkatan suhu yang ekstrim dari 0.56 menjadi 0.62. b. Hilangnya Keanekaragaman Hayati Pada dasarnya hutan amazon merupakan rumah bagi 30% spesies yang ada didunia, namun akibat dari deforestasi 6% diantaranya beresiko terhadap kepunahan. c. Berkurangnya Siklus Air Berkurangnya jumlah pohon mempengaruhi pada siklus air dalam suatu ekosistem, sehingga mengakibatkan lahan kering. d. Erosi Tanah Erosi tanah dapat menyebabkan peningkatan banjir dan bencana alam lainnya. e. Menurunnya Kualitas Hidup Manusia. Bagi kelompok manusia yang mengandalkan hutan dan ekosistem sebagai mata pencaharian, maka kelompok tersebut akan kehilangan mata pencaharian mereka. Kemudian, timbulnya berbagai penyakit yang mempengaruhi kesehatan manusia. 2. Dampak Internal a. Perubahan Suhu dan Curah Hujan Perubahan suhu merupakan dampak dari deforestasi dan degradasi lingkungan yang terjadi di Brazil. Menurut, Feddema bahwa hutan amazon yang dialihkan lahannya menjadi lahan pertanian dan perkebunan memberikan kontribusi dalam kenaikan suhu. Adapun pada tahun 2005 suhu di Brazil lebih dari 2oC. Pada tahun 2011 Brazil mengalami perubahan suhu yaitu hawa dingin yang sangat ekstrim. Deforestasi juga berdampak pada penurunan curah hujan, Moore menyatakan bahwa total dari deforstasi menujukan penurunan curah hujan sebesar 20% pada tahun 2007. Hal ini di perjelas oleh Spracklen bahwa perkiraan curah hujan di Brazil akan menurun sebesar 12% pada musim hujan dan 21% pada musim kemarau pada tahun 2050. Curah hujan yang tidak stabil mengakibatkan resiko banjir bagi kawasan hutan dan daerah perkotaan. Selama musim hujan dari bulan November – Juni, sungai utama di Amazon mengalamai uapan air yang tinggi. Uapan tersebut menyebar hingga 200km dari tepi sungai. b. Menurunnya Kualitas Pertanian
863
eJournalIlmu Hubungan Internasional, 2014, 2 ( 4 ): 857 - 868
Menurunnya curah hujan dan perubahan suhu yang tidak stabil berdampak pada pertanian di amazon dimana menurunnya curah hujan dan perubahan suhu memberikan efek negatif pada proses pertumbuhan tanaman dan kualitas tanah. c. Konflik Masyarakat Adat Konflik masyarakat adat menjadi pengaruh sosial terhadap deforestasi di Amazon. Konflik tanah meningkat pada tahun 2004 akibat deforestasi yang tinggi di Brazil. Sekitar 1.801 pengaduan atas konflik tanah di Amazon. Menanggapi hal tersebut pemerintah Brazil mengirimkan pasukan keamanan nasional guna mencegah dan menyelesaikan konflik yang berakhir dengan kekerasan. d. Menurunnya Kesehatan Manusia Deforestasi dan degradasi lingkungan mengakibatkan menurunnya kesehatan manusia. Secara khusus pembukaan lahan meningkatkan kolam air buatan sebagai tempat untuk berkembang biak nyamuk malaria. Hal ini menyebabkan tingginya penyakit demam berdarah dan menjadi sumber dari kematian. C. Upaya Pemerintah Brazil 1. Program Nationally Appropriate Mitigation Actions (NAMAs) Nationally Appropriate Mitigation Actions ( NAMAs ) adalah salah satu pilar iklim internasional. Istilah NAMAs pertama kali diperkenalkan pada Bali Action Plan 2007 dimana semua negara yang menjadi anggota UNFCCC setuju dalam “nationally appropriate mitigation actions sebagai konteks pembangunan berkelanjutan yang didukung oleh teknologi, pembiayaan dan pengembangan kapasitas kemudian di ukur dalam pelaporan dan verivikasi”. Keputusan NAMAs berdasarkan pada CoP UNFCCC di Bali 2007 dan Copanhagen 2009 serta diresmikan pada CoP di Cancun tahun 2010. Perkembangan NAMAs dalam pengurangan emisi yang diharapkan dan jenis tingkat dukungan yang diperlukan ditentukan hanya dalam kasus yang memiliki emisi terbesar. Pelaksanaan NAMAs di Brazil berdasarkan pada upaya untuk pengurangan emisi berdasarkan deforestasi, peningkatan penggunaan bahan bakar, peningkatan proses industri dalam menggunakan pembangkit listrik, dan limbah yang dihasilkan oleh proses industri. 2. Implementasi Nationally Appropiate Mitigation Actions (NAMAs) NAMAs dibuat sebagai penunjang pembangunan berkelanjutan yang berspektif pada jangka panjang dengan aspek pembangunan ekonomi dan sosial, namun juga berlandaskan pada perlindungan terhadap lingkungan untuk pencapaian masyarakat sosial yang sejahtera. Dalam melakukan pengurangan emisi gas rumah kaca diperlukan eliminasi, substitusi dan offset dalam mengurangi input emisi. Dalam pencapaian target tersebut ditetapkan lima sub bagian NAMAs yang diimplementasikan di Brazil, sebagai berikut:
864
Upaya Pemerintah Brazil Melakukan Mitigasi Lingkungan (Dini Sulfiani)
a. Plan for the Prevention and Control of Deforestation in the Amazon (PPCDAm) Aksi pencegahan dan pengendalian deforestasi di Amazon merupakan program mitigasi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dengan biaya yang rendah namun memiliki manfaat bagi penyerapan karbon. Sebagai tindakan atau aksi dalam mendedikasikan pengurangan deforestasi di Amazon, PPCDAm bertujuan untuk mengurangi penebangan liar yang berdasarkan tiga pilar strategi : Perencanaan wilayah dan tata guna lahan, pengendalian dan pemantauan lingkungan, dan mendorong kegiatan produksi yang berkelanjutan. Pengurangan deforestasi di Amazon Brazil dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah monitoring, pengendalian lingkungan, penggunaan lahan, pembuatan kawasan hutan lindung, dan mempromosikan kegiatan produksi yang bersifat berkelanjutan. Program pemerintah Brazil melalui PPCDAm memberikan hasil yang cukup efektif dalam mengurangi deforestasi di Brazil. Sebagai hasil dari langkahlangkah PPCDAm bahwa pada tahun 2012 deforestasi di Amazon mengalami penurunan hampir 83% dari tahun 2004. . b. Plan for the Prevention and Control of Deforestation and Fires in the Cerrado Pencegahan dan pengendalian kebakaran di Cerrado merupakan program mitigasi yang berdasarkan pada pengurangan emisi dengan menngoptimalkan teknis atau peralatan yang baru. Adapun teknis yang digunakan bertujuan untuk mengantisipasi kebakaran. Kebakaran di wilayah Cerrado lebih objektif pada pengendalian kebakaran hutan di kawasan Jalapo. Pencegahan dan pengendalian kebakaran di wilayah ekologi Jalapo didukung diadakannya pelatihan, untuk mengidentifikasikan kebakaran atau pembukaan lahan di Cerrado dan dilakukan penelitian dalam pemantauan kawasan dengan menggunakan satelit. Hasil sementara dari pengendalian dan pencegahan kawasan Cerrado sejauh ini adanya kesigapan oleh pemadam kebakaran. c. Ten Year Plan for Energy Expansion Implementation Sepuluh tahun ekspansi energi merupakan program mitigasi sesuai dengan prinsip mitigasi yaitu subsitusi. Subsitusi adalah upaya dalam pengembangan energi alternatif atau energi terbarukan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan menjaga sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Adapun bagian dari ekspansi energi adalah efesiensi energi, meningkatkan penggunaan biofuel, meningkatkan pembangkit listrik tenaga air dan menggunakan energi terbarukan. Berdasarakan prinsip mitigasi, ekspansi energi memberikan kontribusi dalam pengurangan emisi gas rumah kaca berdasarkan produksi dan penggunaan energi. Dalam hal memproduksi dan mengkonsumsi di gunakannya energi alternatif sebaga pengganti energi primer.
865
eJournalIlmu Hubungan Internasional, 2014, 2 ( 4 ): 857 - 868
Pada periode 2010 – 2013 permintaan energi Brazil tumbuh sekitar 1,59% dimana permintaan energi untuk sektor industri dan transportasi menjadi prioritas utama sebesar 67% dari keseluruhan permintaan terhadap energi. Hal ini dikarenakan industri dan transportasi dalam negri memainkan peran utama dalam pertumbuhan ekonomi yang didalamnya terdapat permintaan bahan bakar dan energi listrik. Bahan bakar yang digunakan untuk mendorong perekonomian di Brazil menggunakan bahan bakar berbasis biofuel. Biofuels memberikan kemajuan terhadap teknologi dan pertanian tebu dalam daya saing etanol di negara ini. Selain pemenuhan akan permintaan biofuel, dalam pemenuhan permintaan energi bagi industri dikerahkannya pembangkit listrik tenaga air. Berdasarkan prespektif kontemporer, pembangkit listrik tenaga air juga sebagai sektor pembangunan daerah dan pelestarian lingkungan. d. An Industry Action Plan Elaboration Elaborasi rencana aksi industri diimplementasikan dengan pengurangan emisi pada industri baja. Pengurangan merupakan mengganti peralatan atau mesin yang menghasilkan emisi dengan peralatan atau mesin yang lebih ramah lingkungan. Pengurangan merupakan salah satu proses eliminasi yaitu menghindari peralatan atau mesin penghasil emisi. Industri baja termasuk salah satu yang cukup banyak menggunakan energi, baik listrik, gas alam, dan batu bara. Semakin banyak energi yang digunakan dalam proses produksi terutama di bidang pembuatan besi dan baja semakin tinggi jumlah emisi CO2 yang dihasilkan. Oleh karena itu pemerintah membuat program dalam pengurangan emisi dari industri baja dengan menggunakan mesin dan teknologi hemat energi serta ramah lingkungan. Dalam hal ini, industri baja memiliki kaitan yang erat dalam efesiensi energi dalam menggunakan energi alternatif didalam proses pembuatan baja. Industri baja di Brazil juga memiliki tingkat resirkulasi limbah air yang tinggi lebih dari 96%, hal ini memberikan peningkatan pada pembuangan limbah. Perusahaanperusahaan yang memiliki limbah memungkinkan untuk mengolah kembali limbah air tersebut dan menggunakannya lagi. e. Action Plan for Mitigation and Adaptation in Agriculture Implementation Ekonomi rendah karbon merupakan eksplorasi yang ditawarkan oleh bank dunia dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dimana pendekatan yang digunakan memiliki kepentingan terhadap pembangunan rendah karbon. Ekonomi rendah karbon merupakan bagian dari pembangunan land use and land use change forest dengan melakukan pemulihan kembali pada tutupan hutan atau melakukan reboisasi dan reforestasi. Aksi mitigasi dalam sektor ekonomi rendah karbon pertanian meliputi pemulihan 150.000 km2 dari lapangan yang rusak. Kemudian, memperbaiki sistem integrasi tanaman, ternak dan hutan sebesar 40.000 km2, mengganti penggunaan pupuk nitrogen dan meningkatkan penggunaan teknologi di sektor pertanian.
866
Upaya Pemerintah Brazil Melakukan Mitigasi Lingkungan (Dini Sulfiani)
Kesimpulan Untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim terhadap peningkatan emisi gas rumah kaca maka pemerintah Brazil merumuskan kebijakan mitigasi dan adaptasi. Upaya mitigasi dilakukan dengan pengurangan deforestasi, penggunaan energi terbarukan di tenaga listrik dan bahan bakar serta penutupan lahan. Hal tersebut diantisipasi mengurangi atau memperlambat peningkatan emisi gas rumah kaca dan penghematan energi serta ramah lingkungan. Upaya Pemerintah Brazil melakukan mitigasi perubahan iklim dilihat melalui komponen – komponen NAMAs sejak tahun 2010-2013 telah menunjukan keberhasilan yang sangat memuaskan. Terlihat dari drastisnya pengurangan deforestasi di Amazon dan beberapa program lainnya. Adapun hasil dari pengurangan emisi di berbagai sektor yang terlihat jelas hasilnya adalah pengurangan deforestasi di hutan Amazon dikarenakan laju deforestasi berkurang sebesar 83%. Hal ini berdasarkan pada program PPCDAm dimana pemerintah Brazil memberikan penekanan terhadap pengendalian deforestasi kepada masing – masing pemerintah daerah. Selain itu, tutupan lahan sebesar 150.000 km2 dari lapangan yang rusak, serta memperbaiki sistem integrasi tanaman, ternak dan hutan sebesar 40.000 km2 membantu dalam penyerapan karbon dioksida. Pada sektor transportasi di kembangkannya bahan bakar bio etanol dan pada sektor industri di kembangkannya energi terbarukan untuk pembangkit listrik dan teknologi rendah karbon. Daftar Pustaka Literatur Buku : Herman Hidayat, Herman, “Politik Lingkungan Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru dan Reformasi”, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2005, Hal. 91 Little, Richard and Smith, Michael Perspectives On World Politics, Oxon: Taylor & Francis e-Library Publisher, 2006, Hal. 99-100. Rudy, T. May, Studi Strategis Dalam Transformasi Sistem Internasional Pasca Perang Dingin, Bandung : Refika, 2002, Hal.138. Strange, Susan, Reteat of the State: The Diffusion of Power in the World Economy, New York: Cambridge University Press, 1996, Hal. 46. Internet : “An Impending Storm Impacts of Deforestation on Weather Patterns and Agriculture” Terdapat pada http://www.greenpeace.org/international/Global/international/publications/ forests/2013/JN455-An-Impending-Storm.pdf “Brazil & climate change: a country profile” Terdapat pada http://www.scidev.net/global/policy-brief/brazil-climate-change-acountry-profile.html
867
eJournalIlmu Hubungan Internasional, 2014, 2 ( 4 ): 857 - 868
“Brazil : Voluntary NAMAs to achieve a GHG emission reduction between 36,1% and 38,9%by 2020” Terdapat pada http://mitigationpartnership.net/brazilvoluntary-namas-achieve-ghg-emission-reduction-between-361-and-3892020-0 “Brazil's Nationally Appropriate Mitigation Actions” pdf, Terdapat pada http://UNFCCC.int/files/focus/mitigation/application/pdf/brazil_namas_an d_mrv.pdf “Deforestation in the Amazon” Terdapat pada http://www.mongabay.com/brazil.html “Environmental issues in Brazil”, Terdapat pada http://en.wikipedia.org/wiki/Environmental_issues_in_Brazil diakses “Global Environtment Facility”pdf, Terdapat pada http://www.thegef.org/gef/sites/thegef.org/files/documents/documen/0913 2012%20Council%20document.pdf “Global Greenhouse Gas Emissions Data” Terdapat pada http://www.epa.gov/climatechange/ghgemissions/global.html “Implementing prevention and control policies for reducing deforestation” Terdapat pada http://mitigationpartnership.net/sites/default/files/brazil_gpa_long.pdf “Kyoto Protocol “system” key for mitigation ambition, say developing countries”, Bangkok News Update, Vol. 14, 13 September 2012 “The Global Impact of Deforestation in Brazil”, Terdapat pada http://everybodysearth.qwriting.qc.cuny.edu/2013/12/18/the-globalimpact-of-deforestation-in-brazil/ “Tropical nations make progress in slowing deforestation”, Terdapat pada http://news.mongabay.com/2014/0610-deforestation-success-stories.html Digital Library-Perpustakaan Pusat Unikom, International Regimes (Rezim Internasional), Terdapat pada http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/371/jbptunikompp-gdl-dewitriwah18515-10-babx%28i-%29.pdf Junior, Judicael Clevelario, “Water Statistics in Brazil: an Overview”, Terdapat pada http://unstats.un.org/unsd/environment/envpdf/pap_wasess4a4brazil.pdf
868