eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2014, 2 (1) : 183 : 194 ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org © Copyright 2014
UPAYA DIPLOMASI PUBLIK PEMERINTAH INDONESIA DALAM MEMPERBAIKI CITRA SEPAKBOLA INDONESIA DI DUNIA INTERNASIONAL (Studi Kasus Dualisme Kepengurusan PSSI Tahun 2011-2012) Marizky Harro Uasni1 NIM. 0902045230
Abstract This research aims to describe efforts of the Indonesian government's public diplomacy in improving the national football image in the international community. This type of research is descriptive which depicts Indonesian government public diplomacy efforts in improving the national football image in the international (this study case is about dualism of PSSI and KPSI in 20112012 ). The data delivered is secondary data obtained through literature review and literature such as books, the Internet, and others. The analysis technique used is the Library or Library Research Studies. The results showed that the impact of the conflict dualism between the PSSI and KPSI inviting various international public opini. The opinion arises due to the decrease of the Indonesian national team achievements, policies to ISL players and foreign players career death in Indonesia. In this study also discusses the Indonesian government's efforts in improving the image of the national football internationally through cultural diplomacy approach. The efforts taken from the internal and external sides. Key Words : Diplomasi Publik, Sepakbola, Dualisme PSSI
Pendahuluan Sepak bola dapat menjadi media alat diplomasi publik (soft diplomacy) bagi suatu negara karena sepakbola di gunakan untuk membentuk hubungan G to G (government to government) atau P to P (people to people) agar saling erat hubungannya bahkan dapat dijadikan media diplomasi ketika negara tersebut saling berkonflik sehingga melalui sepakbola dapat menjadi salah satu alat bagi suatu negara untuk mempererat hubungan baik dengan negara lain.(Anonim : www.portal-hi.net/en/polinter/46-varisasi-teknik-diplomasi) Setiap negara memiliki ranking dunia yang berbeda-beda ketika suatu negara yang memiliki peringkat di tingkatan bawah seperti Indonesia memiliki kesempatan untuk menghadapi Jerman atau Uruguay yang berada di ranking atas melakukan 1
Mahasiswa Program S1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman, Email :
[email protected]
eJournalIlmu Hubungan Internasional, 2014, 2 (1) : 183-194
pertandingan persahabatan (friendly match) dapat menjadi sebuah pengalaman dan pelajaran terhadap tim nasional. Ini sebuah keberhasilan didalam diplomasi publik pemerintah Indonesia dalam melakukan lobby pertandingan olahraga seperti ini. Dalam beberapa kasus, sepakbola menjadi barometer ideal dalam hubungan internasional, ketegangan antar bangsa, serta ambisi nasional. Sebagai contoh negara-negara yang baru merdeka langsung mencari legitimasinya dengan mengajukan syarat menjadi anggota FIFA (Federation International Football Association), yang jumlahnya lebih banyak daripada anggota PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa). (Dede Isharuddin, 2008 : 10) Hal ini menunjukkan bahwa sepakbola telah merangkul semua bangsa dan negara di dunia tanpa memandang kekuatan negara baik dari segi kekuatan ekonomi, politik, sosial, dan budaya, dan setiap negara ingin memperoleh pengakuan dunia internasional dalam konteks persaingan sepakbola internasional. Saat ini banyak negara yang berhasil menjadikan sepakbola sebagai alat media soft diplomacy atau diplomasi publik untuk membentuk perspektif masyarakat internasional seperti negara-negara di Eropa, contohnya Spanyol dan Yunani. Citra kedua negara ini terkesan menjadi baik melalui sepak bola di pandangan publik internasional. Melalui sepak bola negara-negara tersebut lebih dikenal dan terpromosikan di publik internasional. Di benua lain ada pula negara yang gagal menjadikan sepak bola sebagai pendekatan soft diplomacy. Sebenarnya sepak bola tidak hanya berada di negaranegara Eropa saja maupun belahan dunia lain tetapi kenyataannya masih banyak negara lain yang gagal menjadikan sepak bola sebagai alat diplomasi publik untuk membangun persepsi publik internasional, salah satunya adalah Indonesia. Banyak hal-hal yang terkait dalam sepakbola yang sangat mudah menarik perhatian masyarakat dalam dan luar negeri serta wartawan atau pers di seluruh dunia. Oleh karena itu, sangat besar peluang untuk membangun persepsi publik melalui sepakbola, namun ketika Indonesia ingin membangun persepsi publik internasional melalui sepak bola sebagai media diplomasi publik. Prestasi sepak bola negeri ini terus mengalami kemunduran dari tahun ke tahun. Salah satu penyebabnya ialah adanya konflik dualisme kepengurusan organisasi sepak bola di Indonesia antara PSSI dan KPSI. Dualisme kepengurusan ini berdampak pada hasil buruk di pra piala dunia 2014 termasuk kekalahan terbesar sepanjang sejarah, yakni 0-10 dari Bahrain. (Anonim, 2012 : sport.detik.com) Diikuti pulaminimnya prestasi-prestasi timnas Indonesia padahal di tingkat kawasan ASEAN. Kemudian pihak KPSI melaporkan pengaduan ini kepada CAS (Court of Arbitase for Sport), AFC (Asian Football Confederation) dan FIFA (Fédération Internationale de Football Association) selaku badan organisasi tertinggi yang
184
Upaya Diplomasi Publik Pemerintah Indonesia (Marizky Harro Uasni)
mengatur sepak bola Internasional.(Anonim:2012:sport.detik.com) FIFA pun akhirnya meminta PSSI untuk segera menyelesaikan konflik dengan melakukan rekonsiliasi dan juga kongres yang sesuai dengan statuta. FIFA memberi ancaman apabila hal tersebut tidak dilakukan, maka sanksi pun segera diberikan kepada Indonesia. Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah tentang bagaimana bagaimana pengaruh dualisme antara PSSI dan KPSI terhadap opini publik Internasional dan bagaimana upaya pemerintah Indonesia dalam meningkatkan citra sepak bola nasional di dunia internasional. Inti tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk menjelaskan serta menggambarkan tentang pengaruh dualisme kepengurusan antara PSSI dan KPSI terhadap opini publik Internasional dan Untuk mengetahui dan mendeskrisipkan upaya pemerintah Indonesia dalam meningkatkan citra sepakbola nasional di dunia internasional Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut, penulis menggunakan tipe penelitian deskriptif case study. Dimana penulis akan menggambarkan dengan sistematis alur upaya diplomasi publik pemerintah Indonesia dalam meningkatkan citra sepakbola nasional di dunia internasional (studi kasus dualisme kepengurusan PSSI tahun 2011-2012) Teknik analisis data yang telah digunakan adalah teknik analisis data kualitatif, karena penelitian ini hanya memaparkan situasi atau peristiwa Dengan menjelaskan bagaimana pengaruh dualisme PSSI dan KPSI terhadap opini publik internasional serta bagaimana upaya pemerintah Indonesia dalam meningkatkan citra sepak bola nasional di dunia internasional. Kerangka Dasar Teori 1. Teori Diplomasi Publik Definisi diplomasi publik menurut J.B. Manheim: “Efforts by the government of one nation to influence public or elite opinion in a second nation for the purpose of turning foreign policy of the target nation to advantage.(Bannet, W. Lance and David L. Paletz, 1994 : 132) Menurutnya, diplomasi publik merupakan usaha yang dilakukan oleh pemerintah suatu negara untuk mempengaruhi opini publik ataupun elit negara kedua dengan tujuan menjadikan kebijakan luar negeri, negara tersebut menjadi sebuah keuntungan. Menurut H. Tuch diplomasi publik sebagai berikut: “A Government’s process of communicating with foreign publics in an attempt to bring about understanding for its nation’s ideas and ideals, its institutions and culture, as well as its national goals and current policie. (Wang, Jay, 2006 : 27)
185
eJournalIlmu Hubungan Internasional, 2014, 2 (1) : 183-194
Menurutnya, diplomasi publik merupakan suatu proses dari pemerintahan dalam bentuk komunikasi dengan publik luar negeri dan mengusahakan adanya pengertian mengenai ide dan idealnya negara, institusi-institusi dan kebudayaannya, begitu pula dengan tujuan nasional dan kebijakan negara tersebut. Dalam diplomasi publik terdapat beberapa elemen yang dipergunakan di dalam penerapanya sebagai alat media soft diplomacy, diantaranya: (Nicholas J. Cull, 2008 : 32-34) 1. Mendengarkan (Listening) 2. Advokasi 3. Pertukaran Budaya 4. Diplomasi Kebudayaan 5. Penyiaran Berita Internasional Dalam penerapanya Pemerintah Indonesia menggunakan elemen diplomasi kebudayaan sebagai media diplomasi publik. Berupaya untuk memperbaiki citra sepakbola Indonesia di dunia internasional, sehingga sepakbola dapat menjadi pencitraan bangsa. 2. Teori Konflik Konflik dalam organisasi, menurut Minnery merupakan interaksi antara dua atau lebih pihak yang satu sama lain berhubungan dan saling ketergantungan namun terpisahkan oleh perbedaan tujuannya. (Robbins, 1993) Konsekuensi destruktif konflik disfungsional pada kinerja organisasi adalah : (M.Geyelin and E.Felsenthal, 1994) : a. Timbul oposisi yang tidak terkendali dan memunculkan ketidakpuasan, sehingga hilang rasa kebersamaan yang pada akhirnya dapat mendorong rasa untuk menghancurkan orang lain b. Penurunan terhadap efektivitas organisasi c. Berkurangmya kekompakkan antar anggota d. Diabaikanya kepentingan bersama karena persilisihan antar anggota e. Menonaktifkan fungsi dari organisasi lain sehingga mengancam perkembangan organisasi tersebut. Didalam Organisasi tidak dapat dipungkiri pasti terdapat suatu konflik, konflik ini terjadi karena setiap orang-orang yang terlibat organisasi pasti mempunyai visi, misi, dan karakter yang berbeda. Konflik didalam kepengurusan organisasi di PSSI ini timbul karena adanya kepentingan dari masing-masing kelompok yang berasal dari permasalahan sebelumnya. Berdasarkan pendekatan definisi konflik disfungsional serta indikasi-indikasinya, konflik dalam PSSI memenuhi dari klasifikasi konflik disfungsional, dimana dari definisi konflik disfungsional tersebut konflik PSSI ini menyebabkan terabainya tujuan dari PSSI sebagai organisasi yang menaungi urusan sepakbola nasional
186
Upaya Diplomasi Publik Pemerintah Indonesia (Marizky Harro Uasni)
secara fair dan menjadikan sepakbola sebagai olahraga yang berprestasi didunia internasional. Hasil Penelitian A. Arti Penting Sepakbola Dalam Diplomasi Suatu Negara Dewasa ini sepak bola telah menjadi sebuah olahraga yang memiliki kekuatan yang melebihi arti dari sepak bola itu sendiri yang dahulunya hanya sekedar hobi dan sebagai olahraga biasa. Sepak bola telah bertransformasi dari yang sebelumnya hanya sekedar olahraga biasa kemudian berubah wujud dan bertambah fungsinya menjadi sebuah alat atau media diplomasi antar negara. Sepakbola sebagai alat diplomasi suatu negara misalnya, Piala Dunia menyatukan dua negara melalui diplomasi sepakbola. Hal ini terlihat dalam kerjasama dua negara antara Korea Selatan dan Jepang ketika menjadi tuan rumah piala dunia pada tahun 2002. Kedua negara yang juga memiliki hubungan kedekatan sejarah dan politik menjadikan sepakbola sebagai alat diplomasi. Hal inilah yang menjadikan sepakbola pada dewasa ini telah berkembang menjadi kekuatan diplomasi yang di perhitungkan oleh setiap negara-negara di dunia. B. Konflik PSSI Didalam kepengurusan organisasi tentunya terdapat berbagai permasalahan yang dihadapi, sama halnya dengan yang dihadapi oleh PSSI yaitu permasalahan dualisme di dalam kepengurusanya yang berdampak pada prestasi tim nasional Indonesia di event internasional yang sekaligus berdampak pula pada pencitraan negara ini di dunia internasional melalui olahraga sepak bola. Konflik dualisme kepengurusan sepakbola Indonesia bermula ketika terjadi krisis kepemimpinan PSSI di era Nurdin Halid. Pada waktu PSSI dipimpin oleh Nurdin Halid, muncul Liga tandingan (Breakaway League), yang bernama Indonesia Premier League (IPL). IPL diselenggarakan oleh Arifin Panigoro. Masyarakat memberikan apresiasi terhadap keberadaan kompetisi ini namun liga tandingan tersebut dinyatakan ilegal oleh PSSI pada kepemimpinan Nurdin Halid yang disebabkan ketidakpuasan masyarakat atas kinerja Nurdin Halid beserta anggotanya dalam kepengurusan di PSSI. Nurdi Halid memundurkan diri dari Ketua Umum disebabkan permintaan PSSI yang digelar di Solo, Djohar Arifin keluar sebagai pemenang dan diangkat sebagai ketua umum PSSI yang baru periode 2011 – 2015. Djohar Arifin Husein merupakan kerabat dari keluarga Arifin Panigoro yang merupakan salah satu penggagas lahirnya IPL, liga yang dicap ilegal oleh PSSI era Nurdin Halid. Setidaknya dengan kenyataan tersebut kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Djohar Arifin ini cenderung mendukung keputusan dari Arifin Panigoro di era Nurdin Halid. Inilah yang menyebabkan awal mula konflik kepenguruan organisasi di PSSI berlanjut ke masa kepemimpinan setelahnya.
187
eJournalIlmu Hubungan Internasional, 2014, 2 (1) : 183-194
C. Pengaruh Dualisme Antara PSSI dan KPSI Terhadap Opini Publik Internasional
PSSI sebagai organisasi sepakbola nasional di Indonesia yang menangani persoalan sepakbola dalam negeri serta prestasi tim nasional Indonesia di event internasional selalu mengalami kisruh yang tidak kunjung mendapatkan solusi yang tepat didalam penyelesaian konflik kepengurusannya. Salah satu konflik yang tidak kunjung selesai yaitu konflik dualisme kepengurusan antara PSSI dan KPSI. Menurut M. Geyelin dan E. Felshental, dilihat dari fungsinya konflik yang dialami oleh PSSI termasuk ke dalam golongan konflik disfungsional. Dalam mengkategorikan suatu konflik tersebut adalah konflik disfungsional, dapat dilihat dari indikasi sebagai berikut: 1. Timbulnya oposisi yang memunculkan ketidakpuasan. Konflik PSSI pada tahun 2011-2012 bermula ketika PSSI dipimpin oleh Djohar Arifin Husin yang menghasilkan kebijakan-kebijakan yang bersifat kontroversi sehingga menimbulkan protes di berbagai kalangan masyarakat. Ada sebagian masyarakat Indonesia yang membela terhadap diskriminasi yang dilakukan oleh PSSI di dalam pengambilan keputusanya saat itu, adapun kelompok tersebut dinamai KPSI (Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia. KPSI muncul karena ketidakpuasaan mereka terhadap kebijakan-kebijakan yang di ambil oleh PSSI. Kebijakan yang kemudian dirasakan ialah disaat pemecatan Alfred Riedl secara sepihak dengan alasan Afred Riedl melakukan kontrak kerja bersama Nirwan Bakrie, bukan di buat dengan PSSI. Dampaknya Alfred Riedl melaporkan kasus tersebut kepada FIFA, kemudian FIFA mempertanyakan hal tersebut kepada PSSI. (Anonim:www.Suarapembaruan.com) Hal ini membentuk opini negatif dari FIFA terhadap PSSI disebabkan kepemimpinan yang buruk terhadap orang asing yang berkarir sepakbola di Indonesia. 1. Penurunan Efektifitas Terhadap Organisasi PSSI sebagai badan organisasi sepakbola yang mengurus persoalan prestasi tim nasional Indonesia di event internasional di kala mengalami kisruh dengan KPSI, tidak fokus dengan wewenang dan fungsinya untuk memajukan prestasi sepakbola nasional di kancah dunia, serta konflik kepengurusan tersebut berdampak terhadap terhadap menurunya prestasi tim nasional Indonesia. Diawali ketika Indonesia di kalahkan oleh Bahrain dalam pertandingan kualifikasi Pra Piala Dunia 2014 dengan skor 0-10. Opini masyarakat internasional melihat hal tersebut dengan beragam pandangan. Publik Iran yang mengamati pertandingan tersebut mendesak federasi sepakbola Iran untuk melakukan protes terhadap FIFA mengenai yang terjadi dengan pertandingan tersebut. (Anonim, 2012 : orgawam.wordpress.com)
188
Upaya Diplomasi Publik Pemerintah Indonesia (Marizky Harro Uasni)
Hasil tersebut memunculkan kecurigaan dari publik Iran terhadap pertandingan tersebut karena Bahrain dapat lolos ke fase selanjutnya apabila bisa mengalahkan Indonesia minimal dengan skor 0-9 dan Qatar kalah oleh Iran.(Anonim :www.bbc.com) Indonesia tergabung di dalam group E bersama Qatar, Iran dan Bahrain. Indonesia selalu mengalami kekalahan dan tidak menerima satu poin pun sehingga tim-tim negara lain perlu menang besar karena adanya selisih gol, salah satu alternatif yang dapat di optimalkan ialah menang atas Indonesia dengan skor besar. Dalam hal ini Indonesia hanya dipandang sebagai tim yang dapat dimanfaatkan menjadi peluang untuk mendapatkan kemenangan dengan gol besar bukanya menjadi tim yang dipandang kompetitif oleh tim lain di grup E. Banyak pihak melihat ada kecurangan yang dilakukan oleh perangkat pertandingan saat Bahrain menjadi tuan rumah dan memiliki kepentingan menang dengan skor besar atas Indonesia, namun sebenarnya apabila dilihat dari tim Indonesia sendiri kekuatan yang dimilki bukanlah kekuatan terbaik yang diisi oleh pemain baru dan minim pengalaman. Qatar yang sebenarnya bergantung kepada Indonesia agar Indonesia tidak kalah dari Bahrain dengan skor besar pun merasa kecewa hal tersebut dapat terjadi. Akhirnya Qatar tetap lolos karena hasilnya imbang dengan skor 2-2 saat melawan Iran. Pemain Qatar, Mohammed Kosola mengatakan berupa sindiran terhadap Indonesia “Kami tidak menyerah sampai pluit panjang, untuk dapat lolos kami tidak memerlukan bantuan Indonesia”. (Anonim, 2012 : www.solopos.com) Setelah pertandingan selesai, banyak masyarakat internasional yang menyaksikan pertandingan tersebut menilai bahwa timnas Indonesia merupakan tim lemah dan bukan tim yang dapat bersaing dengan tim-tim kelas dunia saat ini. Adapula pendapat bahwa Indonesia lebih baik bermain di kawasan regional ASEAN saja, belum saatnya di kompetisi dunia.(Anonim, 2012 : olahraga.kompasiana.com) 2. Berkurangnya Kekompakkan Antar Anggota Dualisme kepengurusan organisasi sepakbola nasional antara PSSI dan KPSI pada tahun 2011-2012 merupakan ketidakcocokkan antara pengurus internal PSSI. Aktor-aktor yang memperjuangkan KPSI merupakan anggota atau bagian dari PSSI pula namun karena kebijakan yang tidak sesuai dengan keinginan sebagian anggotanya, maka terjadilah kelompok yang melakukan pemberontakan sehingga terciptanya kelompok oposisi yang melawan terhadap PSSI, sehingga menyebabkan perpecahan diantara para anggota PSSI. 3. Diabaikanya Kepentingan Bersama Karena Perselisihan Antar Anggota PSSI sebagai badan yang memiliki kepentingan di dalam memajukan prestasi sepakbola nasional di event internasional, ketika mengalami krisis kepemimpinan dengan adanya bentuk diskriminasi yang semakin besar terhadap kelompok lain yang tidak mendukung kebijakan PSSI terhadap IPL sebagai kompetisi kasta tertinggi Indonesia. Segala cara ditempuh hingga kepemimpinan yang tergolong otoriter di ambil oleh PSSI saat itu, dengan tidak mengakui segala perangkat ISL yang bukan merupakan bagian dari FIFA (illegal) seperti kompetisi, pemain, dan segala aktifitas yang berhubungan dengan ISL.
189
eJournalIlmu Hubungan Internasional, 2014, 2 (1) : 183-194
Ancaman PSSI bagi pemain yang berada di kompetisi ISL tidak hanya diperuntukan bagi pemain lokal saja namun pemain asing pun terkena ancaman PSSI tersebut bahwa mereka tidak boleh membela tim nasional sesuai dengan statuta FIFA. Ancaman ini pun membuat beberapa pemain asing merasaba khawatir untuk berkarir di Indonesia, hal inilah yang sebenarnya dapat membentuk persepsi publik internasional terhadap sepakbola Indonesia. Contoh kasusnya, seperti Saffe Salli pemain asal Malaysia yang bermain untuk Pelita Jaya Karawang, karena adanya ancaman ini, pemain tersebut langsung di panggil oleh negaranya melalui klub Selangor FC melalui kontrak peminjaman pemain.(Anonim : www.wowkeren.com) 4. Menonaktifkan Fungsi Dari Organisasi Lain Sehingga Mengancam Perkembangan Organisasi Tersebut Permasalahan dualisme beserta kerugianya ini pun akhirnya selalu melibatkan pihak lain seperti FIFA, AFC, CAS dan bahkan pemerintah untuk menyelesaikan konflik dualisme tersebut sehingga dengan begitu kekekisruhan tersebut tersebar dan diketahui lebih luas di dunia internasional bahwa adanya suatu permasalahan dalam negeri ini, bahwa PSSI maupun pemerintah tidak dapat menyelesaikan permasalahan yang ada atau terkesan tidak perduli. Pada akhirnya mengurangi kepercayaan serta dukungan mereka terhadap persepakbolaan Indonesia dan lebih bersikap apatis, sehingga berdampak negatif bagi persepakbolaan negeri ini bahkan resiko terberat adalah dijatuhkanya sanksi berupa pembekuan (banned) kepada Indonesia oleh FIFA yang dapat menambah keterpurukan prestasi sepakbola negeri ini. Dualisme ini mengakibatkan kondisi keuangan IPL dan ISL mengalami defisit karena sponsor yang tidak fokus. Gaji pemain tersendat bahkan akibat paling buruk sampai menimbulkan kematian seorang pemain sepakbola asing yaitu Diego Mendieta yang gajinya tidak dibayarkan sampai meninggal dunia. Kematian Diego Mendieta memicu tanggapan keras dari supporter Persis Solo, yang melakukan aksi long march yang bertuliskan spanduk “Meninggalnya Diego Mendieta merupakan pelanggaran HAM internasional yang berat, kemudian bubarkan PSSI dan KPSI apabila tetap tidak bersatu’’. (Anonim, 2012 : rristudio.blogspot.com) Kejadian tersebut juga mengundang perhatian dari FIFpro, yang merupakan Federasi Internasional Asosiasi Pesepakbola Professional. FIFpro mengatakan “Kematian Diego merupakan aib bagi persepakbolaan professional Indonesia, kemudian kami akan menyelidiki yang sebenarnya terjadi dan melaporkan temuan tersebut kepada FIFA”. (Anonim : www.bbc.co.uk) Kematian pemain asing yang berkarir sepakbola di Indonesia semakin membentuk persepsi publik lokal maupun internasional mengenai porak porandanya kepengurusan PSSI. Disisi lain, disebabkan konflik ini tidak terselesaikan dan berkepanjangan, Pemerintah Indonesia memandang PSSI tetap merupakan bagian
190
Upaya Diplomasi Publik Pemerintah Indonesia (Marizky Harro Uasni)
dari Republik Indonesia sehingga pemerintah menganggap berhak untuk membantu di dalam penyelesaian konflik tersebut. D. Upaya Diplomasi Publik Pemerintah Indonesia Dalam Meningkatkan Citra Sepakbola Nasional Diplomasi publik olahraga mulai digerakan oleh pemerintah, sebagaimana para atlet merupakan duta bangsa sekaligus aktor didalam suksesnya gerakan diplomasi publik di dunia internasional, adapun kaitanya dalam hal ini adalah upaya pemerintah Indonesia dalam meningkatkan citra sepakbola nasional di dunia internasional. Menurut Nicholas J. Cull, diplomasi publik terdapat beberapa elemen yang dipergunakan dalam penerapanya sebagai media soft diplomacy, Berdasarkan klasifikasi dari elemen-elemen diplomasi publik, Pemerintah Indonesia lebih cenderung menggunakan elemen diplomasi kebudayaan dalam bidang olahraga, adapun definsi dari diplomasi kebudayaan dapat diartikan sebagai: “Usaha suatu negara untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya melalui dimensi kebudayaan, baik secara mikro seperti pendidikan, ilmu pengetahuan, olahraga dan kesenian, ataupun secara makro sesuai dengan ciri khas yang utama, misalnya: propaganda dan lain-lain, yang dalam pengertian konvensional dapat dianggap sebagai bukan politik, ekonomi ataupun militer”. (Tulus Warsito dan Wahyuni Kartika Sari, 2007 : 4) Dalam hal ini olahraga menjadi sebuah pendekatan soft diplomacy oleh sebuah negara dalam membentuk perspektif publik internasional mengenai pencitraan bangsa di dunia internasional. Diplomasi Kebudayaan Dalam Sepakbola Nasional Dalam kaitanya diplomasi kebudayaan terhadap upaya Pemerintah Indonesia dalam meningkatkan citra sepakbola nasional di dunia internasional adalah usaha Pemerintah Indonesia dalam memperjuangkan kepentingan nasionalnya melalui dimensi kebudayaan, sedangkan didalam olahraga terdapat pendekatan yang bersifat soft diplomacy didalam mempengaruhi publik sesuai dengan nilai kebudayaan yang bersifat soft sehingga dalam hal ini diplomasi kebudayaan dapat pula dikatakan sebagai diplomasi olahraga. Peningkatan prestasi tim nasional (usaha pemerintah) di event internasional dapat menunjukan kemampuan pemerintah Indonesia dalam hal pengembangan potensi para atletnya yang disisi lain juga merupakan duta bangsa sehingga keberhasilan tim nasional berprestasi di dunia internasional dapat mengangkat harkat dan martabat bangsa, yang pada akhirnya Indonesia semakin dikenal oleh negara-negara lain sebagai negara yang berprestasi dalam bidang sepakbola. Tujuan dan maksud dari diplomasi publik olahraga sepakbola Indonesia pun dapat tercapai. Dalam upaya menjadikan olahraga sebagai alat soft diplomacy, Pemerintah Indonesia dalamhal ini melakukan upaya-upaya internal dan eksternal. Upaya internal antara lain, membantu PSSI memberikan solusi didalam penyelesaian konflik dualisme kepengurusan PSSI dan KPSI sedangkan upaya eksternal menjalin kerja sama yang lebih baik dengan negara lain dalam bidang sepakbola.
191
eJournalIlmu Hubungan Internasional, 2014, 2 (1) : 183-194
a. Upaya Internal Pemerintah Pemerintah Indonesia melalui KEMENPORA berupaya dalam menyelesaikan konflik PSSI. Upaya pemerintah ini dapat terwujud disebabkan izin dari FIFA agar pemerintah ikut menyelesaikan konflik PSSI yang tidak kunjung selesai. FIFA berkomunikasi kepada pihak Menpora bahwa jika permasalahan sepakbola di Indonesia sampai tanggal 10 Desember 2012 tidak mendapatkan titik terang, maka FIFA akan memberikan sanksi tegas kepada Indonesia melalui agenda dalam rapat Exco FIFA pada tanggal 14 Desember 2012 di Jepang”. (Anonim : www.pssi.or.id) Berdasarkan surat yang diberikan FIFA kepada pemerintah Indonesia menjelaskan bahwa FIFA telah memahami apa yang sebenarnya terjadi, dan solusi yang paling tepat didalam menyelesaikan konflik tersebut. Salah satunya dengan melibatkan pemerintah, karena selama ini pihak dari PSSI selalu menganggap anti terhadap pemberian solusi oleh pemerintah. Dalam hal ini disebabkan persepakbolaan Indonesia dan PSSI tetap merupakan bagian dari Pemerintah Republik Indonesia, maka pemerintah berusaha untuk menyelesaikan persoalan konflik dualisme tersebut dengan membentuk Task Force. a. Upaya Eksternal Pemerintah Indonesia Didalam meningkatkan prestasi tim nasional Indonesia di event internasional, selain menyelesaikan konflik dualisme tersebut pemerintah Indonesia berupaya menjalin hubungan kerja sama dengan negara-negara lain yang mencakupi bidang olahraga dalam hal ini sepakbola. Banyak negara-negara lain yang melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia yang membahas hubungan kerja sama bilateral di kedua belah pihak negara yang meliputi berbagai aspek kehidupan. Pemerintah Indonesia memanfaatkan hal tersebut di sektor sepakbola pula.
Indonesia menjalin kerja sama dengan Argentina dalam hal pengiriman anak berbakat Indonesia ke Argentina dan kerja sama kepelatihan antara Indonesia dan Argentina. (Anonim, 2012 : www.tempo.co) Selain itu Indonesia juga menjalin kerja sama dengan Inggris melalui pertandingan persahabatan melawan Arsenal. Pertandingan tersebut sangat berarti bagi Indonesia disebabkan timnas Indonesia dapat bertanding melawan klub level dunia. Selain pengalaman berharga, pertandingan tersebut pun menjadi upaya diplomasi untuk memperkenalkan budaya Indonesia, sebab klub Arsenal sebelum datang ke Indonesia mempelajari terlebih dahulu mengenai budaya-budaya yang ada di Indonesia. (Anonim : www.merdeka.com) Indonesia pun menjalin kerja sama dengan Serbia dalam hal memperoleh informasi mengenai pemenuhan infrastruktur yang menunjang bagi atlet untuk berprestasi di dunia Internasional. (Anonim, 2012 : www.metrotv.news.com)
192
Upaya Diplomasi Publik Pemerintah Indonesia (Marizky Harro Uasni)
Kesimpulan Konflik dualisme antara PSSI dan KPSI mengundang berbagai opini publik internasional. Opini tersebut muncul ketika Indonesia mengalami kekalahan terbesar saat melawan Bahrain dengan skor 10-0. Diikuti dengan menurunya prestasi tim nasional di berbagai event internasonal dan juga adanya kematian satu pemain asing yang berkarir di Indonesia. Hasil tersebut bermula ketika terjadinya krisis kepemimpinan pada masa Djohar Arifin pada tahun 2011-2012. Kebijakankebijakan yang diambil oleh PSSI bersifat kontroversi sehingga cenderung mendukung kebijakan Arifin Panigoro disaat kepemimpinan PSSI oleh Nurdin Halid. Pada masa Djohar Arifin, terjadi diskriminasi terhadap kelompok yang tidak mendukung keputusan PSSI sehingga adanya aturan pemain illegal yang tidak boleh memperkuat tim nasional. Situasi tersebut memicu sebagian kelompok masyarakat untuk membela kepentingan untuk mendapatkan pelegalan disisi PSSI yang mendapat diskriminasi. Adapun sebagian kelompok masyarakat tersebut menamai diri mereka sebagai KPSI (Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia). Dalam hal ini, disebakan PSSI dan sepakbola nasional masih berada dalam tanggung jawab pemerintah walaupun dalam bentuk yang minim dikarenakan PSSI merupakan organisasi yang independen, maka pemerintah berupaya untuk membantu dalam penyelesaian konflik dualisme tersebut. Pemerintah mendapatkan izin dari FIFA untuk turun tangan dalam menyelesaikan konflik PSSI, disebabkan konflik tersebut tidak kunjung selesai dan terus berdampak negatif terhadap persepakbolaan Indonesia. Langkah yang diambil oleh pemerintah yaitu dengan membentuk tim task force. Setelah berupaya menyelesaikan konflik PSSI, disisi lain Pemerintah Indonesia pun berupaya melakukan kerja sama dengan negara lain dalam hal sepakbola agar Indonesia dapat memperoleh informasi dan pengetahuan lebih dari negara yang lebih maju dalam hal sepakbola Daftar Pustaka Buku Bennett, W.Lance and David L.Paletz, Taken by Storm “The Media, Public Opinion, and U.S.Foreign Policy in The Gulf War, Chic ago: The University of Chicago Press, 1994 Tulus Warsito dan Wahyuni Kartikasari, Diplomasi Kebudayaan: Konsep dan Relevansi Bagi Negara Sedang Berkembang: Studi Kasus Indonesia, Ombak, Yogyakarta, 2007, hal. 4 Wang, Jay, Public Diplomacy and Global Business, dalam Journal of Business Strategy, Vol.27, No.3, 2006 Garry Dessler. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jilid 2, Jakarta : PT. Prehelinso, 1989 Internet : Anonim, Arema-Pelita Jaya Terancam Kehilangan Saffe Sali Gara-gara PSSI” tersedia di http://www.wowkeren.com/berita/tampil/00026419.html yang diakses pada tanggal 2 Januari 2014
193
eJournalIlmu Hubungan Internasional, 2014, 2 (1) : 183-194
Anonim, Bahrain vs PSSI 10-0, Sebuah Catatan” tersedia di http://orgawam.wordpress.com/2012/03/01/bahrain-vs-pssi-10-0/ diakses pada tanggal 1 Januari 2014 Anonim, “FIFA Meminta Keterangan PSSI Soal Pemecatan Alfred Riedl Secara Sepihak” tersedia di http://www.suarapembaruan.com/home/fifa-mintaketerangan-pssi-soal-pemecatan-alfred-riedl/10972 yang diakses pada tanggal 12 Desember 2013 Anonim, Footballer Diego Mendieta’s death prompts Indonesia Row” tersedia di http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-20605505 yang diakses pada tanggal 2 Januari 2014 . Anonim, “Isi Surat FIFA Soal Sanksi Kepada PSSI” tersedia di http://m.beritasatu.com/sepakbola86641-isi-surat-fifa-soal-sanksi-kepadapssi.html yang diakses pada tanggal 28 Januari 2014 Anonim, Meninggalnya Mendieta: Pasoepati Desak PSSI & KPSI Dibubarkan” tersedia di http://rristudio.blogspot.com/2012/12/meninggalnya-mandietapasoepati-desak.html yang diakses pada tanggal 2 Januari 2014 Anonim, Opini masyarakat Internasional terhadap timnas Indonesia” tersedia di http://www.olahraga.kompasiana.com/2012/opini/masyarakat internasional/pemain/Indonesia-159983 yang diakses pada tanggal 2 Januari 2014 Anonim, Peter Taylor’s Bahrain face FIFA Investigation after 10-0 win” tersedia di http://www.bbc.com/sport/0/football/17220640 yang diakses pada tanggal 2 januari 2014 Anonim, “Pemain Qatar Sindir Indonesia ” tersedia di http: //www.solopos. com/2012/olahraga/pemain qatar-sindir-indonesia- 166768 yang diakses pada tanggal 2 Januari 2014 Anonim, Presiden Argentina bawa 230 pengusaha ke Indonesia” tersedia di http://www.tempo.co/read/news/2012/01/16/116454853/Presiden-ArgentinaBawa-230-Pengusaha-ke-Indonesia yang diakes pada tanggal 21 Januari 2013 Anonim, SBY Mendapat Undangan Ratu Elizabeth II” tersedia di http://www.merdeka.com/sepakbola/di-london-sby-dapat-hadiah-kostumarsenal.html yang diakses pada tanggal 21 Januari 2014 Anonim, Timnas Indonesia Diminta Berlatih di Serbia” tersedia di http://www“.metrotvnews.com/bola/read/2012/11/22/431/196251/TimSepak-Bola-Indonesia-Diminta-Berlatih-di-Serbia- yang diakses pada tanggal 22 Januari 2014
194