UPAYA PEMBINAAN KEAGAMAAN REMAJA DI LINGKUNGAN MANDI UAP DAN ANAK KOS DUSUN TEGAL PANAS KELURAHAN JATIJAJAR KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015 SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh SHELLA ANGGARINI 111 09 120 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015
i
SKRIPSI UPAYA PEMBINAAN KEAGAMAAN REMAJA DI LINGKUNGAN MANDI UAP DAN ANAK KOS DUSUN TEGAL PANAS KELURAHAN JATIJAJAR KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015 DISUSUN OLEH SHELLA ANGGARINI NIM :11109120 Telah dipertahankan didepan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 14 April 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam. Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji
: Prof. Dr. H. Budiharjo, M. Ag.
Sekretaris Penguji
: Dra. Djami’atul Islamiyah, M. Ag.
Penguji 1
: Drs. Ahmad Sultoni, M. Pd
Pengujill
: Maslikhah, M. Si.
ii
MOTTO “Pendidikan bukan apa- apa yang di terima, melainkan apa-apa yang didapatkan”
v
PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan kepada: 1. Ayah saya tercinta, Muh Makenun, S.H dan Ibu saya Siti Mukaromah yang telah mengasuh dan membimbingku dengan penuh kasih sayang. Semoga Allah SWT melimpahkan kesehatan bagi mereka. 2. Putraku tercinta Muhammad Kafa Aji Saputra yang menjadi mentari untuk Mamah, memotivasi Mamah untuk segera menyelesaikan skripsi ini. 3. dr.Erwinanto S.pog yang telah membantu saya menjadi sehat saat ini, yang sebelumnya saya melewati masa kritis dimana saya berjuang hidup, dan kemudian memotivasi saya untuk tetap berjuang hidup mendidik Kafa dengan penuh kasih sayang dan agar segera wisuda.
vi
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah skripsi
yang berjudul “Upaya Pembinaan
Keagamaan Remaja di Lingkungan Mandi Uap dan Anak Kos Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas” dapat penulis selesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menyusun skripsi dengan sebaik-baiknya, namun mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan agar skripsi ini benar-benar dapat menjadi sumbangan pemikiran yang bermanfaat, terutama bagi mahasiswa berstatus kuliah sambil bekerja. Kemudian penulis sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang membantu terselesainya skripsi ini, terutama kepada yang terhormat: 1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga 3. Ibu Djami’atul Islamiyah S.Ag, M.Ag selaku pembimbing yang telah mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini. 4. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku Kajur PAI IAIN Salatiga. 5. Segenap dosen dan karyawan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga yang telah memberikan bekal pengetahuan, sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini.
vii
6. Rekan-rekan mahasiswa IAIN Salatiga yang telah membantu penelitian penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Akhirnya penulis berdo’a semoga amal dan jasa baik semua pihak mendapat balasan dari Allah SWT yang setimpal, amin.
Salatiga, 16 Maret 2015
Shella Anggarini
viii
ABSTRAK
Anggarini, Shella. 2015. Upaya Pembinaan Keagamaan Remaja di Lingkungan Mandi Uap dan Anak Kos Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri (IAIN). Salatiga.2015. Kata kunci: Remaja, Pembinaan Keagamaan, Lingkungan Seks Komersial. Lingkungan menjadi faktor amat penting dalam kehidupan seseorang, labih-lebih bagi kehidupan Remaja yang dikenal dengan sifat labilnya. Kontribusi keluarga dan tokoh masyarakat dalam pembinaan keagamaan amat diperlukan bagi perkembangan keagamaan Remaja, khusus Remaja di lingkungan mandi uap dan anak kos Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Bagaimana upaya pembinaan keagamaan remaja di lingkungan mandi uap dan anak kos Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang, 2) Apa saja faktor pendukung upaya pembinaan keagamaan remaja di lingkungan mandi uap dan anak kos Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang, 3) Apa saja faktor penghambat upaya pembinaan keagamaan remaja di lingkungan mandi uap dan anak kos Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang, 4) Apa solusi dari faktor penghambat upaya pembinaan keagamaan remaja di lingkungan mandi uap dan anak kos Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dokumentasi dan pengecekan keabsahan data melalui trianggulasi sumber. Hasil wawancara ini menyimpulkan bahwa, upaya pembinaan keluarga secara pribadi seperti mendisiplinkan shalat di rumah secara berjamaah dan membaca Al-Qur’an setiap habis shalat maghrib. Di samping itu secara kemasyarakatan pembinaan keagaman remaja di lakukan melalui Tahlil setiap sabtu malam dan tadarus setiap habis shalat ashar. Faktor pendukung antara lain kesadaran yang tinggi dari tokoh masyarakat dan keluarga, adanya fasilitas keagamaan, dan terdapatnya toleransi dari para pekerja seks komersial. Sedangkan factor penghambatnya adalah lingkungan yang dekat dengan lokalisasi, sikap labil para Remaja. Dalam hal ini tokoh agama bersinergi dengan para orang tua Remaja memberi motivasi bagi keterlaksanaanya kegiatan tersebut.
ix
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL
i
PENGESAHAN KELULUSAN
ii
NOTA PEMBIMBING
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
iv
MOTTO
v
PERSEMBAHAN
vi
KATA PENGANTAR
vii
ABSTRAKSI
ix
DAFTAR ISI
x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1
B. Rumusan Masalah
7
C. Tujuan Penelitian
7
D. Manfaat Penelitian
8
E. Penegasan Istilah
9
F. Metode Penelitian
11
1. Jenis Penelitian
11
2. Kehadiran Peneliti
12
3. Lokasi Penelitian
12
4. Sumber Data
13
5. Metode Pengumpulan Data
14
6. Pengecekan Keabsahan Data
15
x
7. Metode Analisis Data
17
G. Sistematika Penulisan
17
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Upaya Pembinaan Agama dan Jiwa Remaja
20
B. Perkembangan Agama Pada Remaja
26
C. Masalah Remaja dan Pembinaannya
30
BAB III HASIL TEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data
B.
38
1. Legenda Desa
38
2. Kondisi Umum Desa
46
3. Kelembagaan Desa
46
Temuan Penelitian
47
BAB IV ANALISIS PENELITIAN A. Upaya Pembinaan Keagamaan Remaja di Lingkungan Mandi Uap dan Anak Kos di Dusun Tegal Panas
69
B. Faktor Pendukung Upaya Pembinaan Keagamaan Remaja di Lingkungan Mandi Uap dan Anak Kos di Dusun Tegal Panas
77
C. Faktor Penghambat Upaya Pembinaan Keagamaan Remaja di Lingkungan Mandi Uap dan Anak Kos di Dusun Tegal Panas
79
D. Solusi Dari Faktor Penghambat Upaya Pembinaan Keagamaan Remaja di Lingkungan Mandi Uap dan Anak Kos di Dusun Tegal Panas
80
xi
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
82
B. Saran
84
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang cepat dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah norma-norma, nilai-nilai
dan
gaya
hidup
mereka.
Remaja yang dahulu terjaga secara kuat oleh sistem keluarga, adat budaya serta nilai-nilai tradisional yang ada, telah mengalami pengikisan yang disebabkan oleh urbanisasi dan industrialisasi yang cepat. Hal ini diikuti pula oleh adanya revolusi media yang terbuka bagi keragaman gaya hidup dan pilihan karir. Berbagai hal tersebut mengakibatkan peningkatan kerentanan remaja terhadap berbagai macam penyakit, terutama yang berhubungan dengan kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk ancaman yang meningkat terhadap HIV/AIDS. Kasus HIV/AIDS di Propinsi Jawa Tengah dilaporkan selalu mengalami peningkatan setiap tahun. Jumlah kasus baru HIV/AIDS tertinggi adalah di kota Semarang (81/110 kasus) (Buku Profil Kesehatan profinsi Jawa Tengah, 2015, 15 April, www.dinkesjatengprov.go.id) Penelitian – penelitian mengenai kaum remaja di Indonesia pada umumnya menyimpulkan bahwa nilai- nilai
hidup
kaum
remaja
sedang dalam proses perubahan. Remaja Indonesia dewasa ini nampak lebih bertoleransi terhadap gaya hidup seksual pranikah. Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh berbagai institusi di Indonesia selama
1
kurun waktu tahun 1993-2002, menemukan bahwa lima sampai sepuluh persen wanita dan delapan belas sampai tiga puluh delapan persen pria muda berusia 16-24 tahun telah melakukan hubungan seksual pranikah dengan pasangan yang seusia mereka 3-5. (Muhammad Mas’ud, 2014 : 99-100) Penelitian-penelitian lain di Indonesia juga memperkuat gambaran adanya peningkatan risiko pada perilaku seksual kaum remaja. Temuantemuan tersebut mengindikasikan bahwa 5%-10% pria muda usia 15-24 tahun yang tidak/belum menikah, telah melakukan aktifitas seksual yang berisiko 6-9. Setiap manusia yang hidup di dunia pasti memiliki perjalanan hidup yang berbeda-beda. Apalagi kehidupan generasi muda pada saat ini berbeda dengan
puluhan tahun yang lalu. Karena faktor keuangan,
kurangnya perhatian orangtua, kurangnya pendidikan formal, kurangnya pendidikan agama yang selalu menjadi pemicu permasalahan, yang mengakibatkan
kebanyakan remaja memilih jalan yang mudah dan
menghasilkan. Secara umum usia remaja dikalangan ABG adalah usia yang masih labil. Kondisi ini tentu memiliki implikasi yang sangat keras bagi lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini lingkungan dapat memberi efek negative, namun lingkungan juga dapat memberi efek yang positif bagi tumbuh kembang kependidikan remaja jika dikaitkan dengan labilitas mereka. Lalu bagaimana jika lingkungan mereka kurang “mendukung” seperti lingkungan di mana sebagian dari penduduknya adalah pekerja
2
seks komersial (saat ini dikenal dengan sebutan panti mandi uap dan anak kos). Pada sisi yang lain jika secara psikologi keagamaan remaja masih sangat mengacu pada tradisi kejiwaan mereka yang masih labil tersebut, maka dalam konteks ini (zakiyah darajat: 1976: 132). Memberi ciri tentang keberagamaan remaja dengan sifat ambievalen (majumundur). Artinya remaja masih mengalami ketidakstabilan emosi dan keinginan untuk maju, kadang mereka merasa hebat dengan tubuh mereka namun terkadang mereka merasa jauh dengan Tuhan. Dengan memahami ambivalensi keagamaan remaja tersebut tentu dibutuhkan lingkungan yang kuat dan kondusif dalam artian Religious. Bukankah secara normative Islam mengajarkan bahwa lingkungan menjadi sangat penting dalam keberagamaan remaja. Ajaran tersebut di atas menjadi sangat relevan jika dikaitkan dengan potret keagamaan remaja di lingkungan panti mandi uap dan anak kos Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tersebut. Sebagai orang tua mereka bekerja tidak terlalu jauh dari panti mandi uap. Melihat realita sekarang ini banyak generasi muda yang di dominasi para remaja kurang mendapat perhatian dari keluarga, karena kesibukan orangtua. Sehingga orangtua menyerahkan urusan pendidikan putra putrinya di sekolah saja. Padahal seharusnya pendidikan paling dasar dan penting adalah pendidikan keluarga. Orang tua memiliki kewajiban
3
membekali anak dengan ilmu-ilmu keagamaan, sopan santun, dan mengajarkan anak bersosialisasi dengan baik. Dengan bekal yang kuat dari orang tua anak akan lebih mudah bersosialisasi dengan masyarakat sehingga tidak ada hal-hal yang diluar dugaan terjadi, khususnya bagi remaja. Karena remaja rentan sekali dengan hal-hal di luar lingkungan keluarga. Remaja yang labil sangat mudah dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang hanya memanfaatkan para remaja untuk dijual saja dan biasanya adalah para remaja yang mempunyai banyak masalah. Karena remaja seperti itu biasanya ditawarkan pekerjaan apapun jarang sekali menolak. Menjadi Pekerja mandi uap pun tidak keberatan. Karena mengetahui hasil yang maksimal tanpa kerja lama, maka mereka memilih terjun ke lembah hitam. Tanpa berfikir baik buruk pekerjaan, resiko yang akan dihadapi, mereka hanya memikirkan kebahagiaan pribadi. Pada hakikatnya setiap manusia memiliki potensi dasar
yakni
unsur jasmani, rohani, dan akal. Potensi tersebut dapat berkembang jika ada perkembangan melalui pendidikan yang sesuai dengan apa yang di harapkan. Akan tetapi banyak
remaja yang menganggap pendidikan
bukanlah yang utama akan tetapi, ekonomi yang lebih itu terbaik. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia yang lahir di muka bumi. Karena pendidikan adalah dasar untuk mengembangkan potensi pada setiap manusia. Tentu saja dengan harapan
4
dan tujuan yang baik agar menjadi manusia yang baik di mata Tuhan Yang Maha Esa dan di mata masyarakat. Pendidikan agama juga sangat penting untuk generasi muda agar memiliki jiwa yang kuat dan menjadi acuan untuk menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya. Agama juga menjadi motivasi untuk setiap manusia agar selalu menanamkan budi yang luhur, kepribadian baik yang dapat di jadikan contoh, dan menjadi kesempatan agar manusia menjadi insan yang memiliki iman teguh dan insan yang bertakwa. Pendidikan agama menanamkan moral yang penting bagi kehidupan di dunia sebagai bekal menghadap Tuhan. Pada remaja masih memliki bakat yang memengaruhi temperamen (menjadi pemarah,
hiperaktif,
mudah terpengaruh keadaan) dan
ketidakmampuan remaja untuk menyesuaikan diri. Dan faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi perubahan perilaku remaja seperti yang dikemukakan oleh Philip Graham yang lebih mendasarkan teorinya pada pengamatan empiris dari sudut kesehatan mental anak dan remaja (Dr. Sarlito Wirawan Sarwono,199). Sesungguhnya anak adalah pengikat hati dalam keluarga, yang diamanatkan oleh Allah kepada bapak dan ibu mereka. Anak-anak adalah sumber kebahagiaan, namun sebaliknya anak juga bisa menjadi fitnah bagi kedua orang tuanya (Djami’atul Islamiyah, Pendidikan Agama Bagi Anak, hlm 1). Sebagaimana firman Allah:
5
“Dan ketahuilah Sesungguhnya harta bendamu, dan anak-anakmu adalah fitnah, dan sesungguhnya disisi Allahlah pahala yang besar”(Q.S. Al-Anfal:28) Maka hal tersebut menjadi keprihatinan bagi orang tua agar dapat menjaga anak-anaknya dan dapat di arahkan menjadi insan yang baik dan berguna. Orang tua harus mewaspadai perilaku anak yang sudah menjadi remaja. Tidak mudah mendidik anak, apalagi pendidikan agama. Dikarenakan pendidikan bukan hanya sekedar mengajarkan pengetahuan agama, tetapi juga ditujukan kepada pembinaan tingkah laku sesuai dengan ajaran agama (Zakiyah Darajat,1976:133). Seperti yang kita ketahui bahwa bentuk perlakuan dari orang tua akan mempunyai pengaruh tertentu pula bagi anak. Perlakuan kasar membawa pengaruh yang berbeda dari perilaku yang lembut. Hubungan yang penuh kasih sayang dari orang tua (Zakiyah Darajat, 1976:72). Uraian tersebut diatas menyimpulkan beberapa hal, seperti pentingnya pendidikan agama dalam kehidupan Remaja yang secara psikologis masih dapat dikatakan labil, juga persoalan sikap dan bentuk perlakuan orang tua dan pengaruhnya. Pentingnya faktor lingkungan yang kondusif bagi pendidikan agama remaja. Persoalannya adalah bagaimana jika remaja itu hidup di tengahtenggah lingkungan yang dapat di katakan kurang mendukung ? Apakah dibutuhkan pola khusus pembinaan keagamaan mereka ? inilah yang
6
kemudian mendukung penulis untuk melakukan penelitian tentang “UPAYA PEMBINAAN KEAGAMAAN REMAJA DI LINGKUNGAN MANDI UAP DAN ANAK KOS DUSUN TEGAL PANAS KELURAHAN JATIJAJAR KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang tersebut, maka dapat diambil beberapa pokok permasalahan yang perlu dikaji lebih lanjut,antara lain: 1.
Bagaimana upaya pembinaan keagamaan remaja di lingkungan mandi uap dan anak kos Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang?
2.
Apa saja faktor pendukung upaya pembinaan keagamaan remaja di lingkungan mandi uap dan anak kos Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang?
3.
Apa saja faktor penghambat upaya pembinaan keagamaan remaja di lingkungan mandi uap dan anak kos Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang?
4.
Apa saja Solusi dari faktor penghambat upaya pembinaan keagamaan remaja di lingkungan mandi uap dan anak kos Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang?
C. Tujuan Penelitian Dengan mengungkapkan uraiann tersebut, maka tujuan penulisan skripsi ini adalah:
7
1. Untuk mengetahui upaya pembinaan keagamaan mandi uap dan anak kos Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. 2. Untuk
mendiskripsikan faktor pendukung
upaya pembinaan
keagamaan remaja di lingkungan mandi uap dan anak kos Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. 3. Untuk mengetahui faktor penghambat upaya pembinaan keagamaan remaja di lingkungan mandi uap dan anak kos Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana keilmuan khususnya terkait dengan upaya pembinaan keagamaan remaja di lingkungan mandi uap dan anak kos Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. 2. Secara Praktis a. Untuk Masyarakat dan Remaja Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kiat- kiat pembinaan keagamaan remaja yang sudah di laksanakan di Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. Sehingga dapat menjadi model percontohan dan sekaligus bahan analisis di mas depan. Sementara manfaat praktis bagi remaja penelitian ini di harapkan dapat
8
memberikan semangat dan motivasi unruk terus mengembangkan intensitas keagamaan mereka. b. Bagi Lembaga IAIN Penelitian ini di harapkan menjadi bahan kajian dalam kebijakan-kebijakan yang berbasis kemasyarakatan agar peran serta lembaga ini lebih dapat dirasakan secara luas. Dalam bentuk pendampingan-pendampingan atau pembinaan-pembinaan yang selaras dengan program besar lembaga. E. Penegasan Istilah Untuk mendapatkan gambaran dan pemahaman yang pasti serta untuk menetukan arah yang jelas dalam menyusun skripsi ini, maka penulis memberikan penegasan dan maksud penulisan judul sebagai berikut: 1. Upaya Pembinaan Keagamaan Remaja di lingkungan pekerja seks komersial Pembinaan adalah suatu kegiatan untuk mempertahankan dan menyempurnakan sesuatu hal yang telah ada sebelumnya (Syukir, 1983:220). 2. Keagamaan Remaja Di Lingkungan Pekerja Seks Komersial. Keagamaan berasal dari kata agama yaitu serangkaian perintah Tuhan tentang perbuatan dan akhlak yang dibawa oleh para Rasul, untuk menjadi pedoman bagi umat manusia (Tahthabi’i, 1989:23)
9
Menurut apa yang disampaikan (Zakiah Darajat, 1990:23) Masa remaja adalah masa peralihan diantar masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa berkembnag fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang. Dalam kontek ini keagamaan yang akan di gali adalah pada dimensi ritual, yang mencakup
tentang solat, membaca al-qur’an,
kegiatan keagamaan seperti pengajian, keterlibatan remaja dalam kegiatan hari-hari besar islam maupun dalam kegiatan sosial lainnya. Kajian tentang perkembangan agama remaja tidak bisa di lepaskan dari berbagai faktor yang terjadi dalam perkembangan remaja itu sendiri. Sebagaimana telah disinggung, remaja adalah masa yang penuh dengan kegoncangan,bergejolak berbagai perasaan, konflik dan berbagai kebimbangann (Doubt and conflict). Diantara konflik yang membingungkan dan menggelisahkan remaja adalah pertentangan antara ide-ide keagamaan yang diajarkan dengan tingkah laku itu sendiri antara nilai-nilai agama yang mereka pelajari dengan realitas ekternal yang diamati termasuk tindakan orangtua, guru, para pemimpin dll (Djami’atul Islamiyah, 2012:71) Lingkungan mandi uap dan anak kos yaitu suatu komunitas masyarakat di mana sebagian besar anggota masyarakatnya berprofesi sebagai pekerja seks komersial. Dari uraian di atas maka yang di
10
maksud dengan judul penelitian ini adalah bagaimana bentuk pembinaan remaja yang tinggal di sekitar komunitas mandi uap dan anak kos dalam hal ini di dusun Tegal panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan bergas Kabupaten Semarang. F. Metode Penelitian 1.
Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah jenis penelitian kualitatif. Yang dapat diartikan sebagai penelitian yang tidak menggunakan perhitungan. Penelitian kualitatif menurut Kirk dan Milner adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya dan peristilahannya (Moleong, 2008:4). Sedangkan penelitian kualitatif menurut Bodgan dan Taylor mendefinisikan “Metodologi Kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan hasil deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moloeng, 2008: 4). Penelitian kualitatif bersifat generating theory bukan hipotesis testing. Sehingga teori yang duhasilkan bukan teori substantif dan teori-teori yang diangkat dari dasar. Dalam penelitian kualitaitf ini penulis hanya mencari gambaran dan data yang bersifat deskriptif yang berada di lingkungan lokalisasi Tegal Panas Desa Jatijajar Kec. Bergas Kab. Semarang Tahun 2015.
11
2.
Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai instrumen aktif dalam upaya mengumpulkan datadata di lapangan. Sedangkan instrument pengumpulan data yang lain selain manusia adalah 11 berbagai bentuk alat-alat bantu dan berupa dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk menujang keabsahan hasil penelitian, namun berfungsi sebagai instrumen pendukung, oleh karena itu kehadiran peneliti secara langsung di lapangan sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang ditelit, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan atau sumber data lainnya di sisn mutlak diperlukan.
3. Lokasi Penelitian Penelitian di laksanalan di lingkungan lokalisasi Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah. Adapun letaknya geografisnya sebagai berikut. Letaknya di Jalan Soekarno-Hatta Km 29 Bergas atau bersebelahan dengan SPBU Tegal Panas dan 5Km dari terminal Bawen. Selain tiu juga terletak di pinggir jalan utama Solo-Semarang serta didepannya terdapat kantor SAMSAT Klepu dan RS KEN SARAS. Jadi mudah sekali untuk dijangkau karena terletak di pinggir jalan.
Adapun
peneliti memilih lokasi lokalisasi Tegal Panas karena ada prihatin yang sangat mendalam dengan melihat fenomena yang ada dari hari
12
semakin bertambahnya tempat karaoke plus-plus dan semakin dikenal oleh warga dari daerah lain. 4. Sumber Data a. Data Primer Yaitu data yang dapat diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitian. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi langsung tentang Upaya Pembinaan Kemberagamaan Remaja Di Lingkungan Pekerja Seks Komersial di Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun 2015. Adapun sumber data langsung penulis dapatkan dari tokoh agama di sekitar sekaligus dari para PSK di Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun 2015. b. Data Sekunder Yaitu data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian, notula rapat perkupulan, sampai dokumen-dokumen resmi dari instansi pemerintah. Data ini dapat berupa majalah, bulletin, publikasi dari berbagai organisasi, hasil-hasil studi, hasil survey, studi historis dan sebagainya. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang
13
telah dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan para remaja. 5. Metode Pengumpulan Data a. Wawancara Wawancara adalah percakapan langsung dan tatap muka (face to face) dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitupewancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan
dan
yang
diwawancarai
(interviewee)
yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Suprayogo & Tobroni, 2003:172). Adapun teknik ini penulis gunakan untuk mencari data tentang Upaya Pembinaan Keberagamaan Remaja di lingkungan mandi uap dan anak kos di Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. Wawancara ini penulis lakukan pada tokoh-tokoh masyarakat, para orangtua, dan remaja. b. Observasi Observasi merupakan salah satu metode utama dalam penelitian sosial keagamaan terutama pada penelitian kualitatif. Secara umum observasi adalah penglihatan atau pengamatan. Sedangkan secara khusus dalam dunia penelitian, observasi adalah mengamati dan mendengar dalam rangka memahami, mencari jawab, mencari bukti terhadap fenomena sosial-keagamaan selama beberapa waktu tanpa mempengaruhi fenomena yang diobservasi, dengan mencatat, merekam dan memotret guna penemuan data
14
analisis (Suprayogo & Tobroni, 2003:167). Adapun pada teknik ini penulis gunakan untuk mencari data tentang upaya pembinaan keberagamaan remaja di lingkungan mandi uap dan anak kos di Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. c. Dokumentasi Sejumlah besar data dan fakta tersimpan dalam bahan dan yang berbentuk dokumentasi. Dokumen merupakan bahan tertulis atau benda yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu (Suprayogo & Tobroni, 2003:164). Sebagian besar data yang tersimpan adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto dan sebagainya. Sifat utama data ini tidak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti unutk mengetahui halhal yang pernah terjadi diwaktusilam. Teknik ini penulis gunakan untuk memuat data atau data gambar mengenai upaya pembinaan keberagamaan remaja di lingkungan mandi uap dan anak kos di Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. 6. Pengecekan Keabsahan Temuan Ada empat criteria yaitu: kepercayaan (kreadibility), keteralihan (transferability),
ketergantungan
15
(dependability),
kepastian
(konfermability). (Moleong, 2008:324). Akan tetapi dalam penelitian ini, peneliti memakai tiga macam antara lain sebagai berikut: a. Kepercayaan (kreadibility) Kreadibilitas data dimaksudkan untuk membuktikan data yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan sebenarnya, ada beberapa teknik untuk mencapai kreadibilitas ini antara lain; teknik triangulasi, sumber, pengecekan anggota, perpanjangan kehadiran peneliti dilapangan, diskusi teman sejawat dan pengecekan kecakupan refrensi. b. Ketergantungan (dependability) Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya kemungkinan kesalahan dalam mengumpulkan dan menginterprestasikan data sehingga data dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Lebih jelasnya adalah dikarenakan keterbatasan pengalaman, waktu dan pengetahuan dari penulis maka cara untuk menetapkan bahwa proses penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan melalui audit dependability oleh auditor independent oleh dosen pembimbing. c. Kepastian (konfermability) Kriteria ini digunakan untuk menilai hasil penelitian yang dilakukan dengan cara mengecek data dan informasi serta interprestasi hasil penelitian yang didukung oleh materi yang ada pada pelacakan audit.
16
7. Metode Analisis Data Penelitian ini bersifat kualitatif, artinya menggunakan data yang dinyatakan secara verbal dan kualifikasinya secara teoritis. Sedangkan pengolahan datanya dilakukan secara rasional dengan menggunakan pola induktif. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan datadata deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau orang-orang dari pelaku yang dapat diamati dengan tujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena dari data-data yang diperoleh dari obyek penelitian, yang kemudian dilakukan analisis dengan cara: a. Mendriskripsikan data dari informan. b. Memilah-milah sesuai dengan analisis penelitian kemudian dianalisis oleh penulis. c. Disimpulkan untuk menjawab tujuan penelitian. G. Sistematika Penulisan Pelaksanaan peneliti ada empat tahap yaitu: tahap sebelum kelapangan, tahap pekerja lapangan, tahap analisis data dan tahap penulisan laporan. Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh adalah sebagai berikut: a. Tahap Sebelum Ke Lapangan Tahap ini meliputi kegiatan penetuan fokus, penyesuaian paradigma dengan teori, penjajakan alat peneliti, mencakup observasi lapangan dan pemohonan ijin kepada subyek
17
yang
diteliti, konsultasi fokus penelitian dan penyusunan usulan penelitian. b. Tahap Pekerjaan Lapangan Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan dengan perilaku kebiasaan keagamaan Islam pada tokoh masyarakat, orang tua, adan remaja di lingkungan panti mandi uap dan anak kos Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang . Data tersebut diperoleh dengan observasi, wawancara dan dokementasi. c. Tahap analisis data Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang diperoleh melalui observasi, wawancara maupun dokumentasi dengan tokoh masyarakat,orang tua, dan remaja. Kemudian dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek sumber data yang didapat dan metode perolehan data, sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang merupakan proses penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang diteliti. d. Tahap penulisan laporan Tahap ini meliputi : kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data. Setelah itu
18
melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan dan saran-saran demi kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindak lanjuti hasil bimbingan tersebut dengan penulis skripsi
yang sempurna.
Langkah terakhir
melakukan penyusunan kelengkapan persyaratan untuk ujian skripsi.
19
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kiat Pembinaan Agama dan Jiwa Remaja Menurut zakiah darajat dari segi perkembangan jiwa keagamaan, masa remaja dapat dikatakan berada diantara umur 13 dan 21 tahun. Pertumbuhan
terjadi disegala bidang, sehingga remaja terpaksa
melakukan penyesuaian diri terhadap pertumbuhan yang kadang-kadang cepat, tidak serasi, tidak seimbang dan tidak dipahami ( Zakiah Darajat,1975:128) Dalam kontek remaja, masih menurut Zakiah, peran para mubaligh (tokoh agama) sangatlah penting, bahkan dapat menentukan, apakah remaja akan betul-betul menjadi orang yang beriman dan tekun menjalankan ajaran agama dalam hidupnya ataukah karena mubaligh kurang bijaksana dan kurang mampu menyelami jiwa remaja yang di hadapinya itu, mereka akan acuh tak acuh terhadap agama. Oleh karena itu setiap mubaligh harus selalu menyadari dan ingat keistimewankeistimewaan dan persoalan-persoalan yang diadapi oleh remaja yang dibinanya itu Sekedar untuk bahan pemikiran dan pedoman sederhana bagi para mubaligh
(Zakiah
Darajat,
1975:85-93)
mencoba
mengumukakan
beberapa pokok yang meungkin dapat digunakan dalam membina jiwa dan agama remaja sebagai berikut :
20
1. Tunjukan pengertian dan perhatian remaja Sering kali remaja merasa kurang dimengerti oleh orang dewasa, terutama oleh orang tuanya. Merasa tidak dimengerti itu, sangat berat dan kurang menyenangkan bagi remaja. Sehingga mereka menjauh dari orang dewasa, lari dari orang tua untuk berkumpul dan bergabung dengan teman-temanya sebaya yang snasib dan sependeritaan dengan dia. Dari sana timbul
bermacam-macam
perkumpulan remaja yang biasanya tertutup terhadap orang dewasa, atau yang disebut gang-gang. 2. Bantulah remaja untuk mendaptkan rasa aman Pada umumnya Remaja merasa kurang aman dalam hidupnya, terutama kalau ia datang dari keluarga yang kurang
harmonis,
sering
bertengkar
atau
sering
memarahinnya. Di samping pandangan ke masa depan yang tidak atau kurang pasti. Baik dia bersekolah atau tidak, terutama daam masyarakat kota besar yang memerlukan persyaratan hidup, terutama dalam masyarakat kota besar ynag memerlukan persyaratan hidup, jauh lebih berat dari pada mereka yang hidup di desa. Ditamah pula dengan sisitim pendidikan yang tidak memberikan kepastian bagi mereka. Andaikata mereka bersekolah telah di tingkat menengah atau akademi, pengetahuan yang
21
mereka capai, belum tentu membawa jaminan bagi kehidupan mereka kelak, karena dalam masyarakat bertumpuk sudah orang-orang tamatan sekolah menengah, bahkan akademi yang tidak mendapat pekerjaan. Dia akan merasa bahwa bekal ilmu atau senjata yang akan dibawanya untuk memasuki perjuangan hidup masih masih jauh dari cukup seangkan persaingan semkin banyak dan berat. Maka dalam keadaan tergoncang dan cemaas akan memudahkan Remaja untuk tersesat dan terjatuh dalam berbagai gangguan. Mungkin dalam keadaan ini Remaja akan cenderung nakal karna banyaknya khayalan untuk melakukan peyimpangan. 3. Timbulkan pada remaja rasa, bahwa dia disayang Tidak jarang Remaja merasa dibenci oleh orang tuanya, karena kelakuan dan sikapnya dianggap tidak sopan atau karena melkukan dan sikapnya yang dianggap tidak sopan atau menjadi berubah, dari halus, lunak dan patuh menjadi keras dan sukar di kendalikan. Merasa tidak disayangi oleh orangtua, mudah menjalar kepada orang dewasa lainnya, sehingga mereka merasakan kehidupannya yang gersang dan jauh dari kasih sayang. Apabila mereka sering dicela, dimarahi, atau diperlakukan kasar oleh 22
orangtua atau orang dewasa lainnya. Maka sikap mereka akan berubah menjadi sikap anti pati dan akadan-kadang menentang. Dari menentang orang tua, Bersambung kepada menentang para pemimpin dan semua orang dewasa, bahkan mungkin menentang Tuhan. 4. Hargai dan hormati mereka Di antara kebutuhanyang agak menonjol pada umur remaja itu adalah keutuhan akan rasa harga diri dan pengakuan pertumbuhan
sosial.
Oleh
jasmani
karena
yang
tidak
itu
pertumbuhan
seimbang
dan
perkembangan jiwa yang kadang-kadang menyebabkan mereka merasa rendah diri, maka hal itu biasanya menyebabkan mereka mudah merasa tersinggung dan merasa kurnag diargai, celaaan atau kritikan-kritikan yag ditujukan kepada pribadinya atau pakaiannya, tingkah, laku, gayanga, dan sebagainya, seringkali ditanggapi oleh Remaja dengan perasaan sungguh-sugguh, sehingga ia merasa terhina atau merasa di remehkan. 5. Berilah remaja kebebasan dalam batas-batas tertentu Rasa bebas merupakan jiwa yang pokok pula dalam kehidupan seseorang. Apabila Remaja merasa bahwa kebebasannya dihalangi dan dibatasi dengan ketentuanketentuan dan aturan-aturan yang tidak mengindahkan rasa 23
hati dan kebutuhan jiwanya, maka remaja juga akan berontak terhadap aturan dan keentuan-ketentuan yang kaku itu. Teutama dalam mengungkapka perasaan dan pendapat.
Apabila
remaja
dikekang
dan
tidak
di
perbolehkan mengeluarkan pendapat dan perasaannya, dia akan mersa terkekang dan frustasi. Tekanan perasaa itu akan bertumpuk satu sama lain apabila tidak segera di selesaikan. Tidak jarang ledakan-ledakan emosi remaja itu, beakibat tidak baik, kadang-kadang merupakan tantangan atau serangan yang tidak menentu arah, sehigga berupa pengrusakan-pengsrusakan. 6. Timbulkan pada remaja rasa butuh akan agama Sesungguhnya Remaja itu membutuhkan agama, tetapi, karena mungkin pendidikan yang dilaluinya waktu kecil dulu tidak membantunya utuk itu, maka kebutuhan itu tidak terasa. Akan tetapi
kegoncangan jiwa
yang
disebabkan oleh berbagai masalah dan keadaan mang telah kita sebutkan terdahulu, akan membawanya kepada mencari
sesuatu
menolongnya.
24
atau
kekuatan
luar
yang
dapat
7. Usahakan Agar Mereka Merasa Berhasil Merasa berhasil dalam segala usaha, termasuk kebutuhn jiwa yang pokok dalam kehidupan manusia. Lebih-lebih lagi remaja yang sering merasa kurang yakin akan dirinya. Keberhasilan itu akan menmbah semangat untuk
berusaha
melakukan
berbagai
kegiatan
agar
mencapai hasil lebih jauh. Berhasil dalam hal ini tidak terbatas dalam masalah materi kan tetapi lebih banayk menyangkut soal-soal yang bersifat benda. Misalnya dia berhasil melalui ujian di sekolah, berhasil dalam olah raga, dalam musik, dalam kegiatan keagamaan, dalam berbagai kegiatan soial. Itulah barangkali yang menyebabkan remaja di desa atau di kampung, jarang yang nakal, bahkan mungkin tidak ada kenakalan seperti yang kita kenal di kota-kota besar itu. 8. Konsultasi lebih menarik dari ceramah Ceramah yang biasnya disampaikan dengan cara biasa, dalam bentuk nasihat, saran-saran, peringatanperingatan, biasanya kurang menarik bagi Remaja. Ceramah juga dapat menarik akan tetapi hendaklah isinya menyangkut problema-problema yang mungkin dirasakan oleh Remaja dengan cara seolah-olah dalam konsultasi Jiwa.
25
Seorang pembina atau pendidik, mempunyai tanggung jawab sangat besar dalam membina agar selalu melaksanakan perbuatanperbuatan yang baik, bersikap sopan, menghargai orang lain dan sebagainya.
Cara meningkatkan pola
pembinaan keberagamaan
remaja di lingkungan mandi uap dan anak kos menurut Abdullah Nashih Ulwan sebagai berikut: a. Pendekatan dengan keteladanan b. Pendekatan dengan adat kebiasaan c. Pendekatan dengan nasihat d. Pendekatan dengan memberikan perhatian e. Pendekatan dengan memberikan hukuman B. Perkembangan Agama Pada Remaja Masa Remaja adalah masa peralihan dan masa kanak-kanak, yang penuh ketergantungan ke masa dewasa yang matang dan mandiri. Para psikolog sependapat dalam menentukan permulaan masa remaja yaitu dengan di mulainya kegoncangan, yang ditandai dengan datangnya haid (menstruasi) pertama bagi wanita dan mimpi basah pada pria. Kejadian yang menentukan ini sebagaimana ditulis Zakiah Darajat tidak sama antara satu anak dengan yang lainnya, ada yang mulai dari umur 12 tahun , ada yang sebelum itu dan ada pula yang umur 13 tahun. Sementara tentang berakhirnya masa remaja para ahli berbeda pendapat, ada yang menyatakan umur 18 tahun, 21 tahun, dan ada pula yang menentukan sampai 25 tahun. Tentu saja hal ini adalah wajar bila di kaitkan dengan
26
kondisi masing-masing masyarakat. Akan tetapi sekalipun ada perbedaaan dalam menentukan batas akhir masa Remaja, para ahli umumnya mengambil patokan umur ± 13-21 tahun sebagai umur atau masa remaja (Djami’atul Islamiyah, 2013:70). Sehingga secara khusus Studi Psikologi Agama menjelaskan tentang berbagai faktor yang mempengaruhi keagamaan remaja, seperti yang di kemukakan (Djami’atul Islamiyah, 2013:70-75) dalam mengkaji tentang perkembangan agama Remaja itu tidak lepas dari berbagai faktor yang terjadi dalam perkembangan remaja itu sendiri, W. H. Clarck menyebut berbagai faktor-faktor tersebut antara lain: 1. Pertumbuhan Ide dan Mental Pertumbuhan tentang pengertian tentang ide, agama, sejalan dengan pertumbuhan kecerdasan, pengertian tentang hal yang abstrak yang tidak dapat dirasakan atau dilihat langsung seperti persepsi tentang akhirat, surga, neraka dll, baru baru dapat diterima oleh anak apabila pertumbuhan kecerdasannya telah memungkinnkan untuk itu. Sementara kemampuannya untuk mengambil kesimpulan yang abstrak dari fakta-fakta yang ada baru tampak pada usia 14 tahun, itu sebabnya mengapa pertanyaan-pertanyaan atau kecenderungan-kecenderungan kebimbangan menjadi lebih menonjol pada remaja ketimbang pada anak-anak. Oleh karenanya tidak jarang ide pokok-pokok ajaran agama ditolak oleh anak yang meningkat ke usia Remaja, bahkan kadangkadang mereka menjadi bingung beragama. 27
2. Pertumbuhan Emosi Emosi memegang peranan penting dalam sikap dan tingkah laku agama. Menurut Clark tidak ada satu sikap atau perilaku agama seseorang yang dapat diteliti tanpa memperhatikan emosinya. Clark juga mengemukakan bahwa faktor lain yang ikut mempengaruhi kegoncangan emosi remaja adalah tradisi agama yang di dalammnya terdapat konsekuensi-konsekuensi nilai. 3. Pandangan Masyarakat dan Pengaruhnya Pada Agama Remaja Yang dimaksud dengan pandangan masyarakat di sini adalah bagaimana
suatu
masyarakat
menyikapi
remaja.
Sikap-sikap
masyarakat tersebut akan mempengaruhi perkembangan perilaku keagamaan mereka. Seperti yang di kemukaakan Clark “at this time second life consciousness normally becomes very acute..” Konsep dan pandangan orang-orang dewasa ikut menjadi unsur yang menentukan apakah remaja merasa aman atau tidak dalam suatu masyarakat. 4. Perkembangan Moral dan Agama Idealnya antara moral dan agama memiliki hubungan yang erat, Clark mengatakan “but the two are closely associated”. Diantara remaja ada yang bertambah rajin beribadah apabila merasa bersalah, semakin besar kesalahannya semakin banyak pula ibadahnya. Sebaliknya semakin rasa berdosa itu berkurang semakin pula ibadahnya menurun.
28
5. Sikap dan Interes Remaja Pada Agama Menyimpulkan dari tulisan Clark tentang sikap dan interes remaja pada agama sebagai berikut (Djami’atul Islamiyah, 2013: 7475). a. Percaya ikut-ikutan Cara beragama yang ikut-ikutan ini merupakan lanjutan dan cara beragama pada masa kanak-kanak. Kondisi semacam ini biasanya terjadi pada usia remaja pertama (umur 13-16 tahun) kemudian kepada cara-cara yang lebih kritis. b. Percaya dengan kesadaran Setelah kegoncangan remaja pertama agak reda, yaitu ± usia 16 tahun, remaja mulai cenderung untuk meninjau ulang cara-cara beragama di masa kecil. Kepercayaan tanpa pengertian, patuh dan tunduk kepada ajaran tanpa komentar atau alasan tidak lagi memuaskan mereka. c. Percaya tapi agak ragu Kebimbangan remaja terhadap agama berbeda satu sama laiinya sesuai dengan kepribadian mereka masingmasing. Ada yang mengalami kebimbangan ringan, yang dengan cepat dapat diatasi dan ada yang sangat berat
29
sampai kepada berpindah agama. Kebimbangan dan kegoncangan
keyakinan
yang
terjadi
sesudah
perkembangan kecerdasan selesai itu, tidak dapat di pandang sebagai kejadian yang berdiri sendiri, tetapi berhubungan dengan segala pengalaman dan proses pendidikan yang dilaluinya sejak kecil. Kecenderungan ini umumnya terjadi sekitar usia 17-20 tahun. d. Tidak percaya pada Tuhan Salah satu perkembangan yang mungkin terjadi pada masa remaja adalah tidak mempercayai adanya Tuhan. Perkembangan ini sebenarnya memiliki akar atau sumber pada masa kecilnya. Apabila seorang anak merasa tertekan oleh kekuasaan orang tua kepadanya, maka ia telah memendam suatu tantangan terhadap kekuasaan orang tua, dan selanjutnya kekuasaan terhadap siapapun. Setelah usia remaja dicapainya, tantangan itu akan terekspresi dalam bentuk menentang Tuhan. Bahkan menentang wujudNya, ketidakpercayaan
yang
sungguh-sungguh
ini
terjadi
sebelum umur 20 tahun. C. Masalah Remaja dan Pembinaannya Masalah Remaja sebenarnya bukannlah masalah baru, dan bukan pula masalah satu bangsa saja, tapi masalah yang dihadapi oleh setiap bangsa, bahkan setiap manusia yang diberi oleh Tuhan umur sampai 30
kepada sempat melalui masa yang dinamakan remaja itu. Karena ia menyangkut keseluruhan aspek kehidupan dari setiap orang yang melalui usia tersebut, mulai dari aspek jasmaniah, sampai kepada aspek rohaniah (mental) dan sosial. Hanya segi-segi yang menonjol pada seseorang atau suatu masa, bahkan suatu bangsa atau masyarakat tentu berbeda.Sehingga menimbulkan perbedaan pula dalam pengertian tentang apa yang dimaksud dengan remaja itu. Tiap cabang ilmu mempunyai disiplinnya sendiri, dan tujuan yang hendak dicapainya. Bahkan dalam suatu cabang ilmupun para ahlinya tidak mempunyai kesepakatan bulat tentang batasbatas umur yang dimaksud dengan remaja itu. Dalam hal masalah yang di hadapi Remaja (Zakiah Darajat, 1975:113-116) mengemukakan berbagai masalah yang dihadapi Remaja, antara lain: 1. Masalah yang menyangkut jasmani Pada permulaan masa remaja kira-kira antara 13 dan 16 tahun, terjadi pertumbuhan jasmaniah dari anak menjadi dewasa, tubuhnya segera menyerupai tubuh orang dewasa dalam masa yang relatif singkat. Karena pertumbuhan itu sangat cepat, ia membutuhkan makanan yang cukup dan bergizi, agar tubuhnya tetap sehat. Kalau aturan
kesehatan
dalam
makanan
tidak
dipenuhi,
mungkin
kesehatannya akan terganggu, atau tubunhnya tidak seimbang, misalnya terlalu kurus atau terlalu gemuk.
31
Perubahan jasmani itu sangat cepat itu, menyebabkan kegoncangan perasaan remaja, terutama kalau perubahan-perubahan yang dialaminya itu tidak dipahaminya, sehingga menimbulkan pula dorongan-dorangan baru yang belum dikenalkan pada masa kanakkanak, yaitu kecenderungan kepada jenis lain. 2. Masalah hubungan dengan orang tua Yang seringkali menimbulkan kekecewaan remaja terhadap orang tuanya adalah, kurangnya pengertian orang tua biasanya masih cenderung
kepada
memperlakukan
anak
dengan
memerintah,
melarang, mencampuri urusan pribadinya, terlalu banayak menasehati dan memperingatkannya. Di samping itu, orang tua sering dalam perlakuannya itu tidak tetap, kadang-kadang ia diperlakukan seperti anak-anak, tapi kadang-kadang dianggap sebagai orang dewasa, karena tubunhnya telah seperti orang dewasa. 3. Masalah agama Perubahan cepat yang terjadi pada tubuh remaja itu, disertai olah dorongan-dorongan yang kadang-kadang berlawanan dengan nilai-nlai yang pernah didapatinya darinya dari orang tua atau gurunya. Misalnya ia mulai cenderung kepada jenis lain, kadang-kadang ia berkhayal tentang berbagai hal yang tidak mudah diungkapkannya ke luar. Dan tidak jarang pula ia merasa tidak puas kepada orang tua, guru atau pemimpin-pemimpin masyarakat. Bahkan seringkali pula ia
32
mengalami
kekecewaan-kekecewaan
yang
sukar
baginya
mengatasinya. Di satu pihak ia memerlukakan agama untuk mengendalikan dorongan-dorongannya yang kurang baik, tapi di lain pihak ia merasakan bahwa ketentuan dan hukum agam itu berat, terutama apabila ia tidak mengarti maksud ajaran agama itu. 4. Masalah hari depan Setelah pertumbuhan jassmani cepat mereda dan pertumbuhan kecerdasan juga dapat dikatakan telah selesai pada umur ± 16 a 17 tahun, maka remaja merasa bahwa tubuhnya telah seperti tubuh orang dewasa, kemampuannya untuk berpikir logis juga sudah datang. Dia mulai memikirkan hari depannya, macam sekolah dan macam pekerjaaan yang akan dilakukannya nanti setelah ia tamat sekolah. Sehubungan dengan hari depan itu, akan terdapat pula masalah angan-angan tentang berkeluarga nanti, bahkan kadang-kadang itu terpantul dalam pergaulannya dengan temannya lawan jenis. 5. Masalah sosial Remaja, terutama yang telah pada bagian akhir masa remaja (late adolecence), yaitu umur antara 17-21 tahun. Perhatiannya terhadap kedudukannya dalam masyarakat lingkungannya terutama di kalangan remaja, sangat besar. Ia ingin diterima oleh kawankawannya, ia merasa sangat sedih kalau dipencilkan dari kelompok teman-temannya. Karena itu ia meniru lagak lagu, pakaian, sikap dan 33
tindakan teman-temannya dalam suatu kelompok. Kadang-kadang remaja di hadapkan kepada pilihan yang sangat berat, apakah ia mematuhi orang tuanya dan meninggalkan pergaulannya dengan teman-teman eratnya, ataukah hanyut dalam pergaulan teman yang menyenangkan dan meninggalkan orang tua. Tidak jarang pilihanya jatuh pada kawan, jika hubungannya dengan orang tua kurang serasi. 6. Masalah akhlak Belakangan ini kita melihat kelakuan Remaja semakin mencemaskan, di sana-sini terdengar macam-macam kenakalan, perkelahian. Penyalahgunaan narkotika, kehilangan semangat untuk belajar, ketidak patuhan terhadap orang tua dan peraturan dsb. Dipandang dari segi kejiwaan, keadaan yang seperti itu dapat dikatakan berhubungan erat dengan tidak adanya ketenangan jiwa. Kegoncangan
jiwa,
akibat
kekecewaannya,
kecemasan
atau
ketidakpuasan terhadap kehidupan yang sedang dilaluinya itu, dapat menyebabkannya menempuh berbagai model kelakuannya seperti tersebut di atas, demi mencari ketenangan jiwa atau untuk mengembalikan kestabilan jiwanya. Terutama bagi mereka yang tidak atau kurang mendapatkan pendidikan agama dalam hidupnya sejak kecil.
34
Remaja yang menghadapi kegoncangan dari berbagai segi itu akan sangat mudah pula terpengaruh oleh pengaruh-pengaruh buruk, melalui film, bacaan, gambar atau berbagai media. 7. Problema keuangan Perhatian remaja tentang maslaah keuangan bertambah besar, jika dibandingkan dengan masa kecil mereka. Karena anak-anak diberi uang belanja cukup untuk kebutuhan-kebutuhan sederhana saja, misalnya untuk membeli makanan, permen dan permainan. Mereka mendapat uang belanja itu dengan mudah dan tidak susah bagi mereka mencapai keinginannya yang terbatas itu. Akan tetapi halnya lain dengan remaja, kebutuhan mereka semakin meningkat, sedangkan orang tua mereka biasanya tidak dapat memenuhi kebutuhan mereka itu dengan mudah. Oleh karena itu, Remaja akan merasakan betapa pentingnya arti uang dalam hidup mereka, dan merasakan pentingnya berusaha untuk mendapatkan uang itu (Zakiah darajat, 1978:118). 8. Masalah seks Perubahan-perubahan jasmani dan tanda-tanda seks yang disertai oleh pengalaman-pengalaman baru itu, telah menyebabkan bertambahnya keinginan para remaja untuk mengetahui soal-soal baru itu semua. Mereka ingin mengetahui semua sifat perubahan itu, dan perasaan yang menyertainya dari dorongan-dorongan seks yang baru saja mereka rasakan, yang terpantul dalam timbulnya kecenderungan
35
kepada jenis lain. Biasanya para Remaja mendapatkan informasi yang berhubungan dengan soal-soal seks itu dari teman-temannya sendiri atau bacaan-bacaan yang mengungkap persoalan itu atau melalui matamata pelajaran di sekolah. Adapun bantuan orang tua dalam hal ini, biasanya
kurang
memada,
Karena
mereka
segan
(malu)
mengemukakan pertanyaan di sekitar soal-soal itu kepada orang tua, apalagi pada keluarga yang masih kolot dan menganggap bahwa masalah seperti ini tidak patut di bicarakan. Kadang-kadang kematangan seksuil dan keinginan untuk mengetahui
masalah-masalah
seks
pada
sementara
Remaja,
menyebabkan mereka mengenal onani. Bahkan mungkin ada Remaja yang mulai melakukan onani sejak masa anak-anak. Perbuatan onani itu akan memenuhi kebutuhan seks dan rasa ingin tahunya, akan tetapi kadang-kadang
timbul
rasa
dosa,
karena
masyarakat
tidak
membenarkannya dan agama pun mencela. Setelah Remaja semakin besar, mungkin kebiasaan onani itu akan berganti dengan cara lain untuk memenuhi kebutuhan tersebut (Zakiah Darajat,1978:118-125) 9. Faktor lingkungan Pada usia Remaja pengaruh lingkungan masyarakat kadangkadang lebih besar dari pada pengaruh keluarga sebabnya adalah karena remaja sedang mengembangkan kepribadiannya, yang sangat memerlukan pengakuan lingkungan teman-teman dan masyarakat pada umumnya. Terutama Remaja terakhir, yang (±17-21 tahun) atau lebih, 36
sangat memperhatikan masyarakat, maka-persoalan masyarakat atau nasib orang banyak, seringkali menjad pusat perhatian mereka, dan mereka berjuang untuk membela- yang lemah dan menderita. Karena mereka pada umur ini, dapat – dikatakan idealis, ingin yang smpurna baik dan sebagainya.
37
BAB III PAPARAN H ASIL PENELITIAN A. Paparan Data 1. Legenda Desa J A T I J A J A R dari kata Jati Jejer ( Dua Pohon Jati yang tumbuh berdampingan ). Ternyata memang betul apa yang sering dikatakan para sesepuh kita tentang asal usul suatu daerah, sebagai contoh “Jatijajar”. Menurut sesepuh, diberi nama Desa Jatijajar karena di desa ini terdapat dua pohon jati yang sangat besar dan tumbuh berdampingan yang kemudian diartikan menjadi Jatijajar dari kata dua pohon jati yang tumbuh berjejer (berdampingan). Dengan semakin bertambahnya umur pohon jati tersebut kira – kira pada sekitar Tahun 1921 salah satu dari pohon Jati tersebut tumbang dan menurut cerita pohon Jati tersebut dapat berdiri kembali dan hidup kembali sampai dengan Tahun 1927 pohon jati tersebut tumbang lagi dan kayunya dipergunakan untuk kepentingan warga Desa Jatijajar. Desa Jatijajar berdiri kira kira sebelum tahun 1500-an pada masa itu masih merupakan hutan belantara yang kemudian datang seseorang yang bernama Wongsodikoro dan menetap tinggal sampai turun temurun sehingga berkembang menjadi sebuah Desa dengan nama Jatijajar, sampai dengan penjajahan Belanda Desa Jatijajar dipimpin oleh seorang Lurah ( dalam bahasa jawa ) yang sekarang disebut kepala desa yaitu Bapak Karto Winangun. Sesuai dengan perkembangan jaman dan pertambahan penduduk Desa Jatijajar berkembang menjadi 5 ( lima ) wilayah dusun yaitu : 1. Dusun Jatijajar ( selanjutnya disebut Krajan ) 2. Dusun Saren 3. Dusun Begajah 4. Dusuan Senden 38
5. Dusun Kebonan Desa Jatijajar terdiri atas perbukitan dan persawahan, dibelah oleh tiga sungai besar yang membentang di sepanjang wilayah desa. Tidak banyak sumber yang tahu tentang sepak terjang kepemimpinan Bapak Karto Winangun. Pada saat kepemimpinan Bapak Karto Winangun beliau hidup serba tidak menentu, karena pada saat itu beliau hidup dimasa penjajahan Belanda. Bapak Karto Winagun memimpin Desa Jatijajar sampai dengan umur
+ 73 tahun. Setelah Bapak Karto Winangun
meninggal dunia kemudian kepemimpinan beliau di dilanjutkan oleh Bapak Teguh Pujo Mulyono anak dari Bapak Karto Winangun mantan kepala desa yang sebelumnya. Selanjutnya beliau ditetapkan menjadi Kepala Desa Jatijajar yang kedua pada tahun 1938 dengan masa bakti yang tidak ditentukan. Pada saat kepemimpinan Bapak Teguh Pujo Mulyono beliau dibantu oleh : 1. Carik
: Bapak Parmin / Kuswo
2. Kamituwo
: Bapak Citro Dimedjo
3. Bekel kebonan
: Bapak Wasimin
4. Bekel Senden
: Kamido Kasan Muhtar
5. Bekel Begajah
: Karto Masdi
6. Bekel Saren
: Marmorejo
7. Bayan Jatijajar
: Ngaluwi
8. Kepetengan
: Amat Gimin
9. Kepetengan
: Karto Kasbi
Kepemimpinan Bapak Teguh Pujo Mulyono berakhir sampai dengan tahun 1963. Kemudian pada tahun itu juga diadakan pemilihan Kepala desa yang di ikuti oleh 4 ( empat ) kandidat masing masing adalah sebagai berikut:
39
1. Soepardi dari Jatijajar. 2. Kuswo dari Jatijajar. 3. Daman Huri dari Sumur Gunung. 4. Nurohman dari Diwak.
Pada waktu itu pemilihan diadakan dengan cara mengunakan batang lidi ( biting ) untuk mewakaili suara dari masyarakat dengan cara memasukan batang lidi kedalam bumbung. Dari hasil pemilihan tersebut Bapak Soepardi mendapat perolehan suara paling banyak, kemudian diangkatlah beliau menjadi kepala Desa Jatijajar yang ke III ( ke tiga ) untuk masa jabatan dari tahun 1963 sampai dengan Tahun 1988. Pada waktu pemerintahan Bapak Supardi beliau dibantu oleh : 1.
Carik
: Bapak Kuswo
2.
Kamituwo
: Bapak Sudardjo
3.
Kepetengan
: Bapak Sarimin
4.
Kepetengan
: Bapak Sugito / Sumbari
5.
Bayan
: Bapak Karso Rejo
6.
Bayan
: Bapak Wongso Kasri
7.
Bayan
: Bapak Sumarto pasir
8.
Modin
: Bapak Jamalludin
9.
Modin
: Bapak Dul Basir
10. Bekel Saren
: Bapak Sabdo
11. Bekel Begajah
: Bapak Sarman / Sugiman
12. Bekel Senden
: Syamroji
13. Bekel Kebonan
: Wasimin
40
Pada tahun 1988 Bapak Soepardi di berhentikan dengan hormat karena peraturan peremajaan dan aturan pemerintah yang saat itu sudah memasuki usia pensiun. Kemudian pada tahun 1988 diadakan pemilihan kepala desa yang ke empat dan di ikuti oleh 4 ( empat) kandidat calon kepala desa masing masing adalah sebagai berikut: 1. Syamroji dari RT 03 RW 04 Senden ( gambar jagung ). 2. Mujio dari RT 01 RW 01 Jatijajar ( gambar padi ). 3. Safi’i dari RT 04 RW 01 Jatijajar ( gambar kelapa ). 4. Kusno dari RT 05 RW 01 Jatijajar ( gambar ketela ).
Pemilihan di Desa Jatijajar dengan sistim demokrasi yang sudah di atur dengan undang undang dan Peraturan Pemerintah dengan cara pencoblosan tanda gambar sesuai dengan gambar kandidat calon kepala desa yang sudah di tetapkan dengan tanda gambar hasil bumi seperti gambar kelapa, padi , jagung dan sebagainya, yang pemilihnya tidak hanya di wakili oleh kepala keluarga namun di pilih oleh seluruh warga Desa Jatijajar yang sudah mempunyai hak pilih yang di atur oleh undangundang. Dari hasil pemilihan tersebut di menangkan oleh kandidat Bapak Syamroji dengan menggunakan simbul gambar jagung dan kemudian beliau di tetapkan menjadi Kepala Desa Jatijajar yang ke IV ( keempat ) dengan masa bhakti 8 (delapan ) tahun. Dimasa jabatannya Bapak Syamroji dibantu oleh : 1. Sekretaris Desa
: Bapak Sujarno
2. Kasi Pemerintahan
: Bapak Sudardjo
3. Kasi Pembangunan
: Bapak Sarimin
4. Kaur Keuangan
: Bapak Wongso Kasri
41
5. Kaur Kesra
: Bapak Jamalludin
6. Kadus Jatijajar
: Bapak Parwi
8. Kadus Saren
: Bapak Sabdo
9. Kadus Begajah
: Bapak Sugiman / Satiman / Sucipto
10. Kadus Senden
: Bapak HN Soeyono
11. Kadus Kebonan
: Bapak Salam Samsuri / Damsuki
12. Pembantu Kaur Kesra : Bapak Nur Salim Seiring dengan berjalannya waktu ternyata jabatan kepala desa ditambah 2 ( dua ) tahun sehingga menjadi 10 ( sepuluh ) tahun. Dan masa kepemimpinan Bapak Syamroji berahir sampai dengan tahun 1998. Pada tahun 1998 di adakan kembali pemilihan Kepala Desa Jatijajar untuk yang ke 5 ( lima ) kalinya dengan calon kandidat masing masing adalah sebagai berikut: 1. Sunaryo dari RT 02 RW 02 Saren ( gambar kelapa ) dengan perolehan suara 875 2. Safi’i dari RT 04 RW 01 Jatijajar ( gambar jagung ) dengan perolehan suara 147 3. Budi Hartono dari RT 01 RW 01 Jatijajar ( gambar padi ) dengan perolehan suara 413 4. Sutrimo dari RT 05 RW 01 Jatijajar ( gambar kacang ) dengan perolehan suara 312 5. Misbahul Munir dari RT 06 RW 01 Jatijajar ( gambar telo ) dengan perolehan suara 104 Dengan kartu suara yang rusak 44 + suara sah 1851 = jumlah 1895 suara.
42
Sistem pemilihan yang di pakai masih sama dengan pemilihan kepala Desa tahun 1988 dengan sistem coblos gambar sesuai dengan simbul kandidat calon kepala desa yang dipilih. Dan dari hasil pemilihan kepala desa tersebut diperoleh suara terbanyak dari kandidat Bapak Sunaryo dengan simbol gambar kelapa dan memperolehan suara sebanyak 875 suara. Selanjutnya beliau di tetapkan menjadi Kepala Desa Jatijajar yang ke V ( ke lima ) dengan dibantu oleh: 1.
Sekretaris Desa
: Bapak Sujarno
2.
Kaur Pemerintahan
: Bapak Sudardjo
3.
Kaur Pembangunan
: Bapak Sarimin
4.
Kasi Keuangan
: Ibu Soetijarti
5.
Kasi Kesra
: Bapak Jamalludin
6.
Kadus Jatijajar
: Bapak Sarju
7.
Kadus Saren
: Bapak Abdul Azis
8.
Kadus Begajah
: Bapak Sugiharto
9.
Kadus Senden
: Bapak HN Soeyono
10. Kadus Kebonan
: Bapak Asnawi Nawawi
11. Pembantu Kasi Kesra
: Bapak Nur Salim
Bapak Sunaryo memerintah Desa Jatijajar selama 8 ( Delapan Tahun ), dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2006. Dengan berakhirnya masa kepemimpinan Bapak Sunaryo kemudian pada tahun 2006 di adakan kembali pemilihan Kepala Desa Jatijajar untuk yang ke- 6 kalinya dan di ikuti oleh 7 (tujuh) calon kandidat masing masing adalah sebagai berikut: 1. Sarju dari RT 05 RW 01 Jatijajar 2. Sukardi dari RT 04 RW 02 Saren 3. Sugiharto dari RT 04 RW 03 Begajah 4. Suwardi dari RT 01 RW 02 Saren
43
5. Bambang Sukamir dari RT 02 RW 04 Senden 6. Sunaryo dari RT 04 RW 02 Saren 7. Sukarman Nurodin dari RT 06 RW 01 Jatijajar
Pemilihan kepala desa untuk periode tahun 2006 ini sangat menarik, karena untuk yang ke- 2 (dua ) kalinya beliau Bapak Sunaryo maju kembali menjadi calon kandidat kepala Desa Jatijajar dan Bapak Sugiharto yang kemarin menjabat sebagai Kadus Begajah juga ikut maju menjadi calon kandidat kepala Desa Jatijajar. Sesuai dengan peraturan dan Perundang undangan yang berlaku kartu suara saat ini sudah menggunakan Foto Calon kepala Desa. Pemilihan Kepala Desa saat ini di menangkan oleh Bapak Sugiharto dengan perolehan suara sebanyak 675 suara. Dengan kemenangan Bapak Sugiharto pada pemilihan kali ini maka sekaligus memupus harapan dari Bapak Sunaryo kembali menjabat sebagai kepala Desa Jatijajar untuk yang kedua kalinya.
Kemudian Bapak Sugiharto di angkat menjadi
Kepala Desa Jatijajar ke VI (ke enam) masa bhakti tahun 2006 – 2012. Pada masa kepemimpinan Bapak Sugiharto masih didampingi sekretaris desa yang dijabat oleh Bapak Sujarno. Kemudian dengan berakhirnya masa jabatan dua orang KAUR (Kepala Urusan) yaitu Kaur Pemerintahan dan Kaur Pembangunan serta kekosongan Kasi Umun dan Kadus (Kepala Dusun) Begajah maka diadakan pemilihan Kasi, Kaur dan Kadus Begajah secara bersamaan pada tahun 2007. Sehingga pada masa kepemimpinan Bapak Sugiharto dan Bapak Sujarno sebagai sekretaris dibantu oleh: 1.Kaur Pemerintahan
: Bapak Rochimun
2.Kaur Pembangunan
: Bapak Warsito
3.Kasi Keuangan
: Ibu Soetijarti
44
4.Kasi Umum
: Bapak Widodo
5.Kasi Kesra
: Bapak Jamalludin
6.Kadus Jatijajar
: Bapak Sarju
7.Kadus Saren
: Bapak Abdul Azis
8.Kadus Begajah
: Bapak Hendrik Supriyanto
9.Kadus Senden
: Bapak HN Soeyono
10.Kadus Kebonan
: Bapak Asnawi Nawawi
11.Pelaksana Teknis
: Bapak Nur Salim
Bapak Sugiharto memerintah Desa Jatijajar selama 6 (enam tahun), dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2012. Dengan berakhirnya masa kepemimpinan Bapak Sugiharto kemudian pada ahir tahun 2012 diadakan kembali pemilihan Kepala Desa Jatijajar untuk yang ke-7 kalinya. Kemudian Bapak Sugiharto di angkat menjadi Kepala Desa Jatijajar yang ke VII (ke tujuh) masa bhakti tahun 2012 – 2018. Pada masa kepemimpinan Bapak Sugiharto yang kedua kalinya ini masih dibantu oleh perangkat desa lama yaitu : 1.
SEKDES
: Bapak Sujarno
2.
Kaur Pemerintahan
: Bapak Rochimun
3.
Kaur Pembangunan
4.
Kasi Keuangan
: Ibu Soetijarti
5.
Kasi Umum
: Bapak Widodo
6.
Kasi Kesra
: Bapak S. Jamalludin
7.
Kadus Jatijajar
: Bapak Sarju
8.
Kadus Saren
: Bapak Abdul Azis
9.
Kadus Begajah
: Bapak Hendrik Supriyanto
: Bapak Warsito
45
10. Kadus Senden
: Bapak HN. Soeyono
11. Kadus Kebonan
: Bapak Asnawi Nawawi
12. Pelaksana Teknis
: Bapak Nur Salim
2. Kondisi umum desa a.
Wilayah Geografis Kabupaten
: Semarang
Kecamatan
: Bergas
Desa
: Jatijajar
Luas Wilayah
: 386 Ha
Pemukiman
: 210 Ha
Perbukitan & Ladang
: 80 Ha
Sawah
: 60 Ha
Prasarana Lain
: 36 Ha
Jumlah RW
: 5 RW
Jumlah RT
: 28 RT
Jumlah Dusun
: 5 Dusun
Batas Wilayah
:
1. Sebelah Utara
: Desa Diwak Kecamatan Bergas
2. Sebelah Timur
: Desa Derekan kecamatan Pringapus
3. Sebelah Selatan
:Desa
Randugunting
Kecamatan
Bergas 4. Sebelah Barat
: Jalan Raya Semarang - Solo
3. Kelembagaan Desa Desa
Jatijajar
Kecamatan
Bergas
Kabupaten
Semarang
menggunakan POLA Maksimal dengan Susunan Organisani dan Tata Kerja Pemerintahan Desa ( SOTK ) Desa Jatijajar yang disesuaikan dengan ketentuan Pasal 6 Peraturan Daerah Kabupaten Semarang
46
Nomor 23 Tahun 2006 tentang pedoman penyusunan orgainsasi dan tata kerja pemerintah desa sebagai berikut : STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA JATIJAJAR
BPD
KEPALA DESA SUGIHARTO SEKRETARIS DESA KASI
SUJARNO
KASI KEUANGAN
UMUM
KAUR PEMERINTAHAN
KAUR
SOETIJARTI
JAMALUDIN PELAKSANA TEKNIS
WARSITO
ROCHIMUN
KEPALA DUSUN JATIJAJAR
KAUR KESRA
PEMBANGUNAN WIDODO
KEPALA DUSUN SAREN
KEPALA DUSUN
NURKEPALA SALIM DUSUN SENDEN
KEPALA DUSUN KEBONAN
HN SOEYONO
ASNAWI NAWAWI
BEGAJAH
SARJU
ABDUL AZIS HENDRIK SUPRIYANTO
H. Temuan Penelitian 1. Upaya Pembinaan Remaja di Lingkungan mandi uap dan anak kos: Hasil wawancara dengan Tokoh Agama Berdasarkan jumlah beberapa informan yang diteliti oleh peneliti yang berada di lingkungan mandi uap dan anak kos Dusun Tegal Panas. Masing-masing informan terdiri dari Tokoh Agama,
47
orang tua, remaja yang tinggal di lingkungan mandi uap dan anak kos. Berikut ini penjelasan mengenai pola pembinaan tokoh agama di lingkungan pekerja seks komersial. ST (68 tahun) adalah Tokoh agama yang peneliti temui , di tempat tinggalnya pada tanggal 25 februari 2015 pada pukul 16.00 mengutarakan pendapatnya tentang lingkungan yang dekat dengan lokalisasi. “Sebenarnya saya prihatin dan ngelus dodo sebenarnya ya tidak baik tinggal di lingkungan yang seperti ini. Tapi saya flexible saja tidak mau membuat keadaan lingkungan menjadi ricuh. Karena yang ada di lokalisasi ini kebanyakan pendatang. Remaja yang di sini sudah terbiasa dengan keadaan yang seperti ini, sehingga tidak kaget dengan apa yang terjadi di lingkungan ini”.
Keadaan tempat tinggal yang tidak kondusif sangat mempengaru hi pergaulan dan emosional remaja. Akan tetapi, masih ada berbagai upaya agar remaja tidak ikut terjerumus dalam kondisi yang memprihatikan seperti itu, kebetulan di daerah Tegal Panas Jatijajar ada tokoh agama yang peduli dengan keadaan remaja tersebut, sehingga berusaha untuk melakukan pencegahan salah satu caranya dengan mengadakan kegiatan yang bersifat keagamaan. Berikut peneliti sajikan hasil wawancara dengan ST selaku tokoh agama di daerah Tegal Panas pada tanggal 25 Februari 2015 di rumahnya. “Saya itu mengusulkan ke ketua RT agar diadakan pengajian terutama bagi remaja yang masih rentan ikut-ikutan. Akhirnya ada 48
kegiatan yang diadakan seminggu dua kali setiap malam jum’at untuk bapak- bapak dan malam minggu untuk ibu-ibu. Tetapi kebanyakan dari mereka yang hadir adalah remaja. Setiap kali ada kegiatan keagamaan para pekerja lokalisasi menyesuaikan diri untuk tidak membuat kegaduhan. Dulu juga ada pengajian untuk para pekerja seks komersial, tetapi lama- lama tidak ada pekerja seks yang mengikuti pengajian, jadinya saya juga lepas tangan”. Yang namanya hambatan pasti ada, sama halnya seperti yang dirasakan ST keinginan ST untuk mengadakan pengajian di tempat lokalisasi tidak semulus yang dibayangkan, awalnya peserta penngajian memang sangatlah sedikit terkadang malah tidak ada satupun orang yang datang untuk mengikuti pengajian, namun sekarang ini jumlah jama’ah pengajiannya semakin banyak itu artinya kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh ST mendapat respon positif dari masyarakat sekitar. Di bawah ini merupakan hasil wawancara antara ST dan peneliti mengenai kendala-kendala yang dihadapi dan bagaimana cara mengatasi kendala tersebut. “Banyak mbak kendalanya itu, remajanya sering ikut terjun ke lokalisasinya. PSK nya sering menggunakan pakaian yang tidak senonoh/terbuka di lingkungan ini. Bukan hanya itu saja mbak selain itu di tempat ini juga disedikan aneka macam minuman keras. Jadi sering kali menarik remaja untuk masuk sekedar ikutikutan minum atau bahkan sampai pergi ke lokalisasi. Hal itu menghambat remaja untuk mengikuti kegiatan keagamaan karena terpengaruh pergaulan”. Seperti di sampaikan oleh Albert Bandura sedikit banyak lingkungan akan berpengaruh terhadap pembentukan watak seseorang, hal itulah yang dirasakan oleh ST, tidak sedikit remaja yang akhirnya terjun ke pergaulan bebas karena terpengaruh
49
dengan lingkungannya. Untuk mengetasi hal tersebut ST mempunyai pendapat: “Saya dengan perangkat desa melakukan musyawarah dalam menangani lokalisasi tersebut agar tetap kondusif, dan memiliki kesepakatan agar tidak mengganggu warga saat ada kegiatan sosial ataupun kegiatan agama.Yang penting itu tidak mengganggu saat pengajian”. Mengenai faktor pendukung pembinaan keagamaan ST menyampaikan: “Di sini sudah ada masjid jadi kegiatan mudah di laksanakan, tidak hanya itu tahlilan diadakan di rumah- rumah warga secara bergantian, dan saya lihat semakin hari remaja yang ikut pengajian semakin banyak mbk, saya bersyukur sekali, usaha yang saya lakukan dengan perangkat desa jadi tidak sia-sia”. Melihat dari hasil pembinaan keagamaan di kalangan remaja yang tinggal di dekat tempat lokalisasi ST mengatakan: “Sekarang ini sudah lancar dan baik di lakukan secara rutin tahlilannya. Remaja sekarang juga sudah banyak yang antusias. Jadi perkembangan keagamaan di kampung ini sudah meningkat”.
2. Upaya Pembinaan Keagamaan Remaja di Lingkungan mandi uap dan anak kos: Hasil wawancara dengan orang tua remaja setempat Untuk permasalahan ini peneliti menadapatkan informasi dari orang tua responden. Di utarakan oleh orang tua SA yaitu SS di kediamannya, yang kebetulan SS saat itu pulang dari bekerja pada tanggal 27 februari 2015 pada pukul 17.00 wib.
50
“Kalau saya ya tidak masalah mau hidup dekat dengan lokalisasi. Yang penting anak saya tahu yang baik mana yang benar mana. Walaupun saya sering sekali tidak di rumah, tapi kadang-kadang saya juga khawatir sih mbak”.
Lain halnya dengan responden yang berinisial SA dan SS. Menurut pengakuan responden justru ayahnya yaitu SS yang ikut terjun dan merasakan hingar bingarnya dunia malam di tempat mandi uap. Seperti yang diketahui oleh peneliti SA anak dari SS menyampaikan kepada peneliti, ayahnnya jarang sekali pulang, kalaupun pulang itu hanya sebentar karena ayahnya yang berinisial SS sudah ikut terjerumus ke pergaulan bebas dan sering sekali mengunjungi tempat prostitusi. Berbeda dengan jawaban dari JR, AG, TJ mengutarakan keluh kesah yang sama. Berikut jawaban JR
ibu dari CS di
kediamannya tanggal 27 februari 2015 pada pukul 09.00 wib. “Sebenarnya saya itu risih hidup di lingkungan dekat dengan lokalisasi, tapi apa boleh buat kehidupan kami di sini turun temurun, saya tinggal di sini warisan dari orang tua. Jika saya mencari tempat lain saya yang tidak sanggup karena sudah banyak kenangan di rumah ini, selain itu karena faktor ekonomi juga, saya tidak punya cukup uang untuk membeli rumah di daerah lain yang jauh dari tempat lokalisasi. Saya juga menyadari sebenarnya lingkungan seperti ini akan menganggu dan berimbas tidak baik untuk perkembangan anak saya tapi apa boleh buat mbak”.
51
Faktor utama yang berpengaruh terhadap pembentukan karakter dan kepribadian anak adalah lingkungan keluarga. Keluarga adalah pendidikan yang paling pertama di ajarkan oleh putra- putrinya dan menentukan tingkah laku anaknya.
Dan
alangkah baiknya jika orang tua memberikan pendidikan dan memberi contoh yang baik agar putra putrinya dapat bertanggung jawab terhadap agama yang dianutnya. Karena agama merupakan pendidikan yang paling dasar dan yang paling utama. Kaitannya orang tua mendidik anak untuk masalah keagamaannya peneliti mendapatan informasi dari ayah EN yaitu AG pada tanggal 28 februari 2013 di kiosnya”. “Slalu anak-anak itu saya ajarkan shalat lima waktu, kalau tidak berjama’ah ya tetap saya suruh mereka shalat dan Alkhamdulillahnya anak saya shalat lima waktu. Kalau mengaji setiap habis magrib walaupun jarang tapi anak-anak saya tetap saya ingatkan. Kalau mengenai zakat Alkhamdulillah kami selalu berzakat setiap hari raya, walaupun jika hari raya idul adha saya baru sekali berqurban. Setidaknya saya memberikan contoh kepada anak- anak saya, agar mereka juga lebih ringan dalam menjalankan ajaran islam”.
Jawaban yang sama pula di sampaikan oleh TJ, JR di kediamannya. Berikut jawaban yang JR utarakan kepada peneliti beberapa waktu yang lalu. “Di rumah anak-anak selalu saya ingatkan shlat lima waktu. Untuk masalah shalat lima waktu harus itu, kalau anak-anak tidak shalat, akan saya ingatkan terus sampai mereka mau shalat. Anak- anak tidak saya suruh mengaji karena mereka sudah sadar sendiri untuk mengaji. Akan teteapi, tidak setiap hari. Kalau zakat ya tetap, saya 52
selalu mengeluarkan zakat setiap tahunnya. Biasanya setiap berzakat di masjid saya meminta anak-anak untuk mengantarkan ke masjid, biar mereka lihat kemudian menegrti kalau zakat itu hukumnya wajib”. Akan tetapi, lain halnya seperti yang di utarakan oleh ibu dari SA, NG yang saat itu pulang kerja pada tanggal 28 di kediamannya pukul 19.00 wib. “Saya tidak pernah memantau anak saya shalat lima waktu atau tidak, tapi setahu saya ya anak saya itu shalat tapi ya sepertinya sering bolongnya. Karena alasannya capek, yang mau pergi dengan teman- temannya atau apalah. Tapi setidaknya saya ingatkan terus shalat wajibnya, walaupun sering di dengar lewat telinga kanan bablas telinga kiri. Kalau anak saya lebih berat mainnya dari pada membaca al-qur’an. Dulu saya ikutkan ngaji di masjid setiap habis ashar, tapi sekarang sudah tidak pernah lagi ikut mengaji. Kalau zakat saya selalu zakat saat hari raya idul fitri, biar bisa jadi contoh juga buat anak saya itu”.
Orang tua sangat berperan penting dalam mendidik anaknya karena pendidikan dan orang tua dapat mengarahkan anak- anaknya menjadi insan yang berguna baik di lingkungan masyarakat maupun di lingkungan keluarga. Kemudian AG orang tua dari EN mengutarakan kiat-kiatnya agar anaknya tetap melakukan kegiatan keagamaan, yang peneliti lakukan beberapa waktu yang lalu.
“Anak saya selalu saya tanamkan kedisiplinan, dengan saya selaku orang tua EN memberikan hal-hal kecil yang bisa di jadikan contoh. EN selalu saya suruh berangkat tahlilan setiap malam minggu. Satu dua kali dia merasa jenuh, tetapi setelah banyak teman dia juga terbisa akhirnya jika dia tidak ikut tahlilan dia itu merasa kecewa. Kalau kegiatan yang lain anak saya tidak ikut, ya
53
karena sudah banyak aktifitas di sekolah jadi merasa lelah, waktu istirahatnya sedikit”.
Jika JR ibu dari CS menuturkan hal yang berbeda pula. “Kalau di keluarga kami itu anak- anak selalu kami ajak shalat berjama’ah, dan juga mebaca al-qur’an tiap habis magrib itu kami lakukan rutin agar anak-anak juga merasakan nikmatnya nanti, dan Selalu saya libatkan anak saya jika saya pergi ke acara tahlilan setiap malam minggu agar anak saya mudah bersosialisasi. Ada juga kegiatan bagi remaja tapi sudah lama tidak ada kegiatan, karena remajanya sudah banyak yang berkeluarga. Di keluarga, selalu saya tanamkan kedisiplinan, kejujuran, tanggung jawab, agar anak tidak sembarangan dalam bertindak”.
Jawaban hampir sama disampaikan oleh NG dan TJ yang berusaha menjaga putra-putrinya agar tetap bertindak sesuai apa yang di ajarkan oleh agama Islam. Mengikuti pengajian, peka terhadap kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan, menanamkan kejujuran, keuletan, kedisiplinan dan sikap optimis, harapan yang selalu orang tua utarakan untuk membuat kehidupannya lebih baik dari kedua orang tuanya. Tempat tinggal di lingkungan yang kurang mensupport perkembangan anaknya memang banyak kendalanya baik pengaruh dari lingkungan ataupun teman pergaulannya. Pengaruh lingkungan dapat menjadi salah satu faktor kendala orang tua untuk membina keagamaan bagi putra-putrinya terutama remaja, karena usia remaja adalah usia dimana remaja tersebut mencari identitasnya, selain itu
54
remaja sering kali labil dalam menentukan pilihanny. Oleh sebab itu, remaja membutuhkan arahan dan dampingan orang tuanya agar tidak terpengaruh oleh pergaulan yang tidak baik. Seperti yang di utarakan TJ ayah AP. “Hambatan saya waktu anak saya tidak mendengarkan orang tua. Dan selalu menang sendiri, terkadang anak saya berteman dengan wanita PSK. Sehingga itu membuat saya sangat khawatir akan pergaulannya. Walaupun dia rutin mengikuti tahlilan tapi setidaknya menjaga agar anak saya itu tidak terpengaruh dengan pekerjaan seperti itu. Memang tempat tinggal kami dekat dengan lokalisasi tapi setidaknya tidak mengganggu masayarakat yang lain”. AP adalah siswi SMP, AP adalah remaja berusia 15 tahun. Putri keempat dari empat bersaudara dan seperti
yang penulis
ketahui AP adalah remaja yang bersifat lembut, kalem, dan emosional. Hidup dalam keluarga yang keadaan perekonomiannya pas- pasan. Mengenai kendala dalam mendidik putra putrinya NG, ibu dari SA memberikan jawaban yang lain kepada peneliti, yang peneliti temui di kediamannya beberapa waktu lalu. “Kendala saya membina keagamaan anak saya itu ya karena saya bekerja, sehingga saya tidak bisa memantau keseharian anak saya. Apalagi bapaknya yang tidak pernah di rumah, malah ikut tergiur enaknya bersama PSK. Jadi sering kali saya lebih baik memikirkan anak saya. Dan tetap saya mengarahkan anak untuk tetap mengikuti kegiatan apa saja di kampung ini. Apalagi kalau tentang kegiatan agama saya sangat mendukung. Tapi terkadang anak saya itu semaunya sendiri, sehingga saya ya hanya bisa memaklumi, ya mungkin sudah capek dengan kegiatan sekolah”.
55
JR ibu dari CS juga mengutarakan hambatannya dalam membina putrinya. “Kendala saya dalam membina keagamaan untuk anak saya itu mbak, masih sering main, apalagi tugas kuliah yang menumpuk. Terkadang saat tahlilan sudah capek di tinggal tidur. Karena tugas dari dosennya banyak jadi sering membuat saya kadanng gregetan, saat sudah jam tahlilan malah di tinggal tidur. Walaupun begitu anak saya tetap berangkat tahlilan”.
CS merupakan mahasisiwi dari Universitas Kristen Satya Wacana yang tinggal di lingkungan pekerja seks komersial. Dia anak kedua dari empat bersaudara, dan terlihat sangat menjaga penampilannnya. CS dalam keadaan perekonomian yang serba kecukupan. CS tinggal sangat dekat dengan tempat lokalisasi. Mengenai kendala yang orang tua hadapi memang berbedabeda, karena yang di hadapi anak yang berbeda pula. Dan berbeda juga yang di utarakan AG ayah EN. “Kalau saya kendala yang dihadapi hanya keras kepalanya anak saya saja, ya kalau saya sebenarnya memaklumi jika anak saya terkadang sudah bilang tidak mau mengaji ya tidak mau mengaji. Kalau sudah mutung begitu biasanya saya diamkan, nanti dia nyesel sendiri”.
Seperti yang peneliti ketahui EN berstatus sebagai pelajar kelas 3 SMP, EN putri terakhir dari 3 bersaudara. EN merupakaan anak yang manja, periang walaupun terkadang keras kepala. EN berada dalam perekonomian keluarga yang serba kecukupan.
56
Penulis melihat faktor pendukung orang tua dalam membina keagamaan bagi putra putrinya hampir sama, entah itu berasal dari keluarga ataupun dari lingkungannya, tempat dimana remaja itu tinggal. Berikut yang di utarakan NG ibu dari CS di kediamannya. “Sebenarnya di kampung ini ada masjid dan mushola itu sudah mendukung dalam pelaksanaaan kegiatan keagamaan. Tapi mushola sepi hanya beberapa orang saja yang salat berjama’ah. Kalau masjid ya lumayan apalagi setiap malam minggu untuk tahlilan, dan hari jum’at ramai orang jum’atan”.
Orang tua yang lain juga mengutarakan hal yang sama seperti NG, faktor keluarga dan lingkungan menjadi salah satu pendukung jalannya pembinaan keagamaan bagi remaja.
3.
Upaya pembinaan keagamaan remaja di lingkungan mandi uap dan anak kos : Hasil wawancara dengan remaja setempat Berbicara mengenai pola pembinaan keagamaan remaja di lingkungan seks komersial tidaklah mudah, sebab apabila seorang remaja dalam pertumbuhan dan perkembangannya tidak serasi, tidak seimbang dan tidak bisa memahami kemana remaja itu akan melangkah maka seorang remaja bisa melepaskan diri dari keyakinannya yaitu agamanya dan mengalami dekadensi moral. Berikut ini peneliti kan mengulas suka dukanya pembinaan keagamaan yang remaja alami ketika remaja harus tinggal di
57
tempat yang tidak mendukung perkembangan keagamaan dan moralnya, karena remaja harus tinggal di lingkungan yang dekat dekan tempat lokakisasi. Berbicara tentang perasaan remaja tentang kehidupan yang dekat dengan lingkungan mandi uap dan anak kos, peneliti memperoleh data dari salah satu informan yang telah diwawancarai pada tanggal
03 Maret
2015 pukul 14.00 WIB di kediaman
responden, AP mengatakan: “Senang tinggal di kampungnya, karena bisa lebih menambah pengalaman. Walaupun banyak melihat hal-hal yang negatif, seperti banyak orang berkaraoke, bergonta-ganti pasangan dan mabuk-mabukkan. Akan tetapi tidak membuat saya terpengaruh akan hal itu, justru hal tersebut menjadikan saya lebih bersyukur, karena saya tidak di didik untuk menjadi seperti mereka”.
Jawaban berbeda disampaikan EN pada tanggal 03 maret pukul 15.00 wib di rumahnya responden. “Merasa risih karena itu juga sangat mengganggu, apalagi kalau pekerja seksnya sering teriak-teriak yang membuat saya tidak nyaman”.
Jawaban yang sama juga disampaikan oleh SA tanggal 03 maret 2015 pada pukul 16.00 di rumahnya. “Ya tidak nyaman mbak sebenarnya, tapi ya bagaimana lagi. Kan saya ikut orang tua. Apa lagi memang kondisi di sini ,tidak baik untuk perkembangan, tinggal bagaimana cara saya pintar-pintar jaga diri saja, supaya tidak terpengaruh dengan pergaulan yang ada disekitar sini”.
58
CS menuturkan jawaban yang sama tanggal 03 maret 2015 pada pukul 17.10 di rumahnya. “Saya merasa tidak nyaman, karena mengganggu warga sekitar. Tapi mau bagaimana lagi memang hidup di lingkungan yang seperti ini, mau tidak mau harus bisa beradaptasi dan menjaga diri.”
Pembinaan keagamaan remaja harus ada dukungan dari keluarga, sekolah, masyarakat dan keagamaan. Peneliti melihat di sinilah pola pembinaan keagamaan remaja terbentuk karena pengaruh ke empat lingkungan yang telah peneliti sebutkan di atas. Untuk menjaga keagamaan seseorang, dapat dilakukan berbagai kegiatan yang mendukung. Seperti yang telah diuraikan oleh AP pada tanggal 03 maret di rumahnya saat itu. “Kegiatan keagamaan yang saya ketahui di sini hanya tahlilan setiap malam minggu di RT. Tetapi ada juga bapak- bapak setiap malam jum”at. Dan saya pun ikut tahlilan setiap malam minggu. Sebenarnya ada juga belajar mengaji secara sorogan setiap habis ashar tapi karena saya sudah capek, jadi saya tidak pernah ikut mengaji”.
Jawaban lain diutarakan EN pada tanggal 03 maret pukul 15.00 wib di rumah responden. “Ada mbak kegiatan tiap malam minggu, saya selalu ikut karena ibu mempercayakan saya mewakili tahlilan. Dulu saya juga ikut mengaji saat masih di sekolah dasar tapi sekarang saya sudah banyak tugas sekolah, jadinya saya hanya mengikuti tahlilan saja”. 59
Masih dengan pertanyaan yang sama, jawaban SA di rumahnya pada tanggal 03 Maret 2015 pada pukul 16.00 WIB. SA adalah pelajar di salah satu SMK, SA putri pertama dari dua bersaudara. SA berasal dari keluarga yang sederhana dan notaben ayahnya yang bernama SS yang jarang pulang dan sering mengunjungi tempat lokalisasi, hanya untuk sekedar memuaskan nafsunya. Peneliti melihat keseharian SA emosional dan kurang diperhatikan oleh kedua orang tuanya, selain dari faktor ayahnya yang jarang pulang, ibu SA yang berinisial NG juga sibuk dengan pekeerjannya, yaitu menjadi buruh pabrik di PT. Glory. Berikut jawaban yang disampaikan oleh SA kepada peneliti: “Kegiatan ada mbak malam minggu tahlilan, mengaji juga ada mbak setiap habis asar. Tapi kalau mengaji saya tidak pernah ikut mbak. Sekarang kan saya sudah banyak kegiatan di sekolah”. Jawaban dari pertanyaan yang sama, CS mengutarakan jawabannya pada tanggal 03 maret 2015 pukul 17.10 “Iya mbak kegiatan di sini itu hanya tahlilan sama ngaji. Ngaji buat bapak-bapak juga ada setiap malam jum’at. Kalau yang tahlilan setiap minggu malam, mengaji tiap habis asar. Saya ikut yang tahlilan, karena saya banyak kegiatan di kampus jadi pulang sore terus”. Tempat dimana seseorang tinggal pasti juga mempengaruhi kepribadian seperti yang dikatakan CS sangat realistis, karena keadaan lingkungan yang tidak mendukung bisa merubah perasaan orang, tingkah laku orang atau sifat seseorang.
60
Memang benar, lingkungan yang dekat dengan lokalisasi akan berpengaruh terhadap kehidupan keagamaan seseorang, itulah yang dirasakan sebagian besar remaja yang tinggal di dekat tempat lokalisasi Tegal Panas Jatijajar Kecamatan Bergas kabupaten Semarang. Betapa mempengaruhi
pentingnya
lingkungan,
perkembangan
anak,
karena
apalagi
lingkungan
tinggal
dekat
lingkungan yang tidak kondusif. Peneliti juga mewawancari beberapa responden menganai hal tersebut. Berikut penuturan dari AP hasil wawancara peneliti pada tanggal 03 Maret pada pukul 14.00 wib di rumahnya. “Iya jelas lingkungan yang seperti ini sangat mempengaruhi kehidupan keagamaan seseorang. Karena dengan adanya pekerja seks komersial itu kami menjadi merasa terganggu. Apalagi kalau iman tidak kuat ya pasti ikut terjerumus”.
Mengenai lingkungan yang demikian infoman EN yang di wawancarai tanggal 03 maret 3015 pada pukul 15 di rumahnya, memiliki jawaban yang lain. “Kalau saya tidak masalah, karena itu kan tergantung dari diri masing- maasing jadi mau lingkungan yang seperti apa kalau iman kita teguh ya tidak masalah. Walaupun keadaan yang seperti itu sangat mengganggu”. SA responden ketiga menjawab dengan pertanyaan yang sama tanggal 03 maret 2015 pada pukul 16.00 wib di rumahnya.
61
“Lingkungan yang seperti ini sebenarnya tidak nyaman mbak, gaduh rame, Ada-ada saja gangguan kalau mau tahlilan. Yang diajak bermainlah atau suruh nemenin, sayangnya saya ga pernah menolak, hehehe, ya mau bagaimana lagi mbak, lingkungan saya seperti ini”. Jawaban yang berbeda dari CS pada waktu dan tempat yang sama. “Mbak namanya lokalisasi ya di mana- mana untuk perkembangan anak ya kurang baik, apalagi kegiatan keagamaan pasti ya terganggu, melihat pandangan para PSK yang lalu lalang mbak”. Seperti yang sudah dijelaskan oleh peneliti di atas, salah satu yang berperan penting dan mendasar pada perkembangan anak adalah keluarga. Diusia remaja, remaja membutuhkan arahan, bimbingan dan dukungan dari keluarga. Alasan kenapa remaja membutuhkan arahan dan bimbingan karena remaja sering terpengaruh oleh lingkungan dan pergaulan di luar lingkungannya. Hal demikian yang sering membuat orang tua lebih menanamkan keagamaan dalam lingkungan keluarganya, agar bisa membentengi keluarganya dari hal-hal yang di luar jangkauan putra-putrinya. Seperti yang dilakukan dalam keluarga AP yang berusaha membentengi agar keluarganya tidak terpengaruh oleh lingkungan diantara para pekerja seks komersial tersebut. Berikut jawaban AP yang pada tanggal 03 maret 2015 pukul 14.00 di rumahnya. “Keluarga saya terutama orang tua saya selalu menanamkan kedisiplinan, seperti selalu salat berjamaah di rumah. Setelah shalat magrib kami selalu membaca al-qur’an bersama, itu kami lakukan setiap hari. Karena kami tidak mau lingkungan mempengaruhi keimanan kita. Dengan begitu setidaknya cukup mebentengi diri
62
untuk menjauhi perbuatan yang mengurangi mengurangi keimanan kita”. Jawaban berbeda disampaikan oleh EN kepada peneliti beberapa waktu yang lalu. “Kalau di rumah orang tua saya slalu mengingatkan saya utuk salat, mengaji, belajar, walaupun saya sering ngeyel tetap saya melakukannya. Tapi saya juga tau batasan-batasan jadi saya berhati- hati dalam bertindak. Orang tua saya itu keluarga yang sangat menjaga anak- anaknya agar tidak ikut-ikut an pergaulan bebas. Kalau tahlilan rutin malam minggu saya lakukan”. Masih dengan pertanyaan
yang sama SA menuturkan
jawabannya di rumahnya tanggal 03 maret 2015 pukul 16.00 wib. “Keluarga saya tidak pernah menuntut atau mengajarkan sesuatu kepada saya, karena ibu saya berangkat pagi pulang petang sehingga sesampai ibu pulang kerja ya sudah lelah. Kalau bapak saya tidak pernah pulang ke rumah, jadi jarang sekali saya komunkasi dengan bapak. Tapi walaupun begitu saya tetap menjalankan kewajiban shalat lima waktu”. Responden ke empat juga menjawab pertanyaan yang serupa. CS menuturkan pada tanggal 03 maret 2015 pukul 17.10 wib di rumahnya. “Kalau di keluarga saya disiplin mbak waktu solat kita diajarkan berjamaah, walaupun Cuma di rumah. Ngaji juga setiap habis magrib tapi, kalau sudah lelah ya istirahat.Tapi orang tua saya itu sangat peduli dengan kami,sering diingatkan terus kalau ga berangkat-berangkat sholat”.
Memang perlu membentengi keluarga dengan ajaran agama yang cukup, hal tersebut lebih menguatkan kepribadian seseorang dan di mana pun lingkungan tinggal akan tetap bisa menjaga diri.
63
Orang tualah yang berperan penting untuk membentengi putraputrinya agar tetap menjaga agamanya dengan baik. Selain keluarga, sekolah, lingkungan dimana tempat remaja itu tinggal, lingkungan masyarakat juga berpengaruh terhadap pola pembinaan keagamaan remaja. Sangat
penting
tokoh
masyarakat
dalam
menjaga
keharmonisan lingkungannya, dengan begitu maka akan tercapai tujuan dari pembangunan desa. Seperti yang diutarakan oleh responden AP beberapa waktu yang lalu. “Tokoh masyarakat di sini cukup baik, seperti Pak Lurah pokoknya yang mengurus desa ini slalu memberi contoh yang baik. Di RT kami setiap malam minggu diadakan yasinan, itu menjadi contoh baik yang diadakan oleh tokoh masyarakat di kampung ini”. Jawaban dari pertanyaan yang sama di jawab oleh responden kedua EN tanggal 03 maret 2015 pukul 15.00 wib di rumahnya “Pak kyai ST di sini sangat membantu pengajian setiap malam minggu, Orangnya ramah, baik, dan suka memberi solusi yang pas dan dapat diterima, jika ada warganya yanng sedang mengalami masalah”. Responden ke tiga juga menjawab pertanyaan yang sama. SA di rumahnya. “Di sini mba, pak kyainya baik, suka bercanda, kalau ada kesalahan tidak di tegur dengan kasar, tapi halus. Jadi pak kyainya tu sabar, banyak yang segan. Pak kyai di sini sangat membantu menjalankan tahlilan tiap malam. Dan juga ngajari ngaji.
64
Hal yang sama diutarakan oleh CS di rumahnya tanggal 03 maret 2015 pada pukul 17.10 wib. “Memang di desa saya tokoh masyarakatnya sangat rukun atau saling bekerja sama membantu menjadikan desa menjadi lebih baik. Walaupun tetap saja hal aktifitas pekerja seks tidak berhenti. Tetapi setidaknya mereka membantu masyarakatnya mendapat ilmu yang baik”.
.Dengan lingkungan yang tidak kondusif menjadikan pengaruh besar terhadapa kegiatan keagamaan. Jika aktifitas keagamaan terganggu dengan lingkungn tersebut otomatis akan mengganggu orang- orang yang melakukan kegiatan keagamaan. Responden AP pada tanggal 03 maret 2013 pukul 14.00 wib, mengungkapkan kepada peneliti di rumahnya. “Sebenarnya mbak banyak sekali hambatan yang saya hadapi,seperti memang lingkungan disini sangat keras, karena sering sekali disuguhkan hal- hal yang sewajarnya tidak baik dihadapi. Kemudian saya juga sibuk dengan kuliah, tugas- tugas kuliah sangat banyak sehingga kegiatan kegiatan sering sekali saya absen. Walaupun begitu saya tetap berusaha agar ilmu agama saya meningkat. Saya tetap mengikuti kegiatan setiap malam minggu yaitu tahlilan. Saya salat berjamaah walaupun hanya dengan keluarga dirumah, selain itu juga saya juga mengaji sendiri di rumah bersama adik- adik saya.ya karena kebetulan adek saya juga wanita”.
Hal lain diutarakan oleh EN pada tanggal 03 maret 2015 pukul 15.00 wib. Dalam menanggapi hambatan yang menghalangi kegiatan keagamaan dan caranya mengatasi hambatan tersebut.
65
“Mbak yang sering menghambat saya untuk sering tidak mengikuti kegiatan keagamaan, karena saya sudah lelah, waktu yang lama di sekolahan membuat saya setiap pulang sekolah tidur. Apalagi itu mbak –mbak penyanyinya sering bertengkar di depan rumah. Itu yang membuat saya kadang malas keluar rumah ikut kegiatan, ya karena risih melihat banyak mangkal”.
Jawababan responden ketiga dengan pertanyaan yang sama tanggal 03 maret 2015 pukul 16.00, SA mengatakan di rumahnya. “ Saya di rumah tidak ada orang tua sehingga saya terkadang pulang sekolah terlalu lelah, yang membuat shalat tidak tepat waktu. Belum kalau di ajak bermain teman pulang juga sudah capek. Walaupun hambatan saya itu karena malas, jadinya saya sendiri berusaha tetap ikut tahlilan setiap malam minggu, mbak”. Responden kempat juga menjawab pertanyaan yang sama. CS di rumahnya masih dalam waktu yang sama. “Tetapi hal itu tidak semata-mata membuat saya sangat malas mengikuti kegiatan keagamaan. Karena ya itu keagamaan itu dilakukan ya demi kebaikan sendiri mbak. Kalau kegiatan setiap malam minggu saya tetap mengikuti. Karena saya mewakili keluarga saya. Walaupun saya mewakili tetapi saya ikhlas melaksanakannya. Kalau mengaji saya sering kelalahan jadi saya sering tidak mengaji. Tetapi saya tetap berusaha agar bisa mengaji walaupun hanya satu dua ayat saja di rumah”.
Di lingkungan yang dekat dengan tempat mandi uap dan anak kos harus ada faktor pendukung yang memudahkan remaja atau orang tua yang tinggal di daerah tersebut mengikuti kegiatan keagamaan, dan berdasarkan pengamantan yang dilakukan oleh peneliti, di Tegal Panas Jatijajar untuk memperlancar kegiatan keagamaan sudah mendukung, terlebih lagi masyarakat sekitar atau para komunitas mandi uap tidak menentang
66
diadakan kegiatan keagamaan, sehingga hal tersebut memudahkan tokoh agama dan perangkat desa untuk melakukan kegiatan-kegiatan yanng bersifat positif. Hal–hal yang biasanya mendukung suatu kegiatan, merupakan upaya agar terwujudnya suatu kegiatan dengan baik dan lancar. Seperti yang di ungkapkan oleh AP. “Di sini terdapat masjid jadinya sangat mendukung kegiatan keagamaan yang diadakan di lingkungan kami. Contoh sederhana mbak, shalat jum’at dan mengaji setiap habis ashar bisa lancar karena adanya masjid”. Hal sama diutarakan oleh EN dalam beberapa waktu yang lalu di rumahnya. “Masjid mbak disini fasilitas yang paling mendukung, setiap ada pertemuan, pengajian masjid myang ada di sini sangat membantu melancarkan kegiatan keagamaan”. Jawaban responden ketiga SA di tempat dan waktu yang sama megatakan. “Kalo disini setiap mengaji ada di masjid mbak, habis ahar. Kalau da pertemuan-pertemuan pun juga di masjid. Ya, masjid itulah yang memudahkan kami warga di sini dalam melaksanakan kegiatan. Masjidnya biasa ramai itu setiap hari jum’at karena dekat dengan pabrik-pabrik jadi membantu buruh pabrik juga karena lokasi paling dekat dengan pabrik glory”. Responden ke empat menjawab pertanyaan yang sama dengan responden yang lain. CS mengatakan tanggal 03 maret 2015 pukul 17.10 wib di rumahnya. “Fasilitas yang tersedia di desa kami itu masjid mbak. Sering digunakan untuk mengaji setiap setelah ashar. Shalat jum’at
67
juga ramai. Apalagi dekat dengan pabrik- pabrik. Sehingga masjid di desa ini sangat bermanfaat”.
Banyak hal yang dapat peneliti dapatkan dari wawancara dengan beberapa informan. Dan paparan data di atas merupakan deskripsi dari hasil penelitian yang telah peneliti lakukan.
68
BAB IV ANALISIS PENELITIAN Berdasarkan hasil data yang telah peneliti peroleh, maka peneliti menganalisis data mengenai remaja yang latar belakangnya tinggal di daerah panti mandi uap dan anak kos, selanjutnya peneliti akan mulai menganalisis mengenai pembinaan keagamaan di kalangan remaja yang tinggal di dekat tempat mandi uap dan anak kos. A. Upaya pembinaan keagamaan remaja di lingkungan mandi uap dan anak kos di Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kabupaten Semarang Hasil wawancara yang peneliti dapatkan tokoh keagamaan di dusun Tegal Panas kelurahan Jati jajar kecamatan Bergas kabupaten semarang menjelaskan tentang pola pembinaan tokoh agama di lingkungan mandi uap dan anak kos. ST selaku tokoh agama setempat mengatakan prihatin melihat keadaan yang ada di lingkungan pekerja seks komersial. Hal itu tidak membuat ST menjadi keras dan protes, akan tetapi ST lebih flexibel dan menyadari tinggal di lingkungan mandi uap dan anak kos tidaklah mudah. Usaha dan upaya yang di lakukan tokoh agama dan orang tua dalam pembinaan keagamaan remaja melalui kegiatan tahlilan yang diadakan setiap malam minggu, dan tadarusan setiap habis ashar. Dalam hal ini tokoh agama bersinergi dengan para orang tua remaja memberi motivasi bagi keterlaksanaannya kegiatan tersebut.
69
Seperti yang di kemukakan oleh ( Zakiyah Darajat. 1975:6263) Setiap mubaligh hendaknya menyadari bahwa yang menjadi tujuannya adalah perbaikan dan pembinaan mental atau jiwa orang yang di hadapinya itu. Dan bukanlah gejala-gejala lahir dari jiwa itu, misalnya, apabila kita menghadapi seseorang yang anti atau acuh tak acuh kepada ajaran islam, atau orang-orang yang kelakuannya bertentangan dengan ajaran agama, tindakannya merugikan dan membahayakan
masyarakat.
Dalam
hal
ini
kita
hendaknya
menunjukan perhatian kepada jiwa yang menyebabkan acuh tak acuh atau anti islam itu, bukan kepada kelakuannya sendiri, tetapi yang di perhatikan adalah penggerak atau pendorong dari terjadinya kelakuan itu. Karena kelakuan, sikap dan tindakan yang sama, belum tentu disebabkan oleh faktor-faktor yang sama pula. Ada yang menjadi jahat karena dendamnya, tetapi ada pula yang disebabkan oleh karena salah satu buruknya pendidikan dan pengalaman yang di laluinya waktu kecil. Sehingga tokoh agama sangat berperan penting dalam perbaikan keagamaan bagi remaja di lingkungan mandi uap dan anak kos. Sama pula halnya dengan ST sebagai tokoh agama yang membantu warganya agar tercapai keseimbangan jasmani rohaninya, walaupun mengetahui keadaan ligkungan yang tidak baik bagi perkembangan remaja. Kegiatan-kegiatan yang diadakan membantu mendapatkan ketentraman warganya.
70
Menurut
(Zakiah
Darajat.
1975:104),
Keharusan
di
laksanakannya pendidikana agama di sekolah, mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai ketingkat Perguruan Tinggi, yang masuk dalam kurikulum. Selanjutnya sekarang ini ditujukan
pembnagunan bangsa
Indonesia
yang
kepada pembangunan manusia seutuhnya,
yang mencakup materil, mental spiritual dan sosial. Sehingga dapat dicapai keseimbangan jasmani dan rohani yang sehat dan serasi. Pendidikan agama merupakan penididikan yang paling utama sebelum pendidikan formal. Pendidikan dalam keluarga menentukan perkembangan bagi kehidupan anak pada masa dewasa. Pendidikan yang berasal dari keluarga merupakan pendidikan yang paling mendasar dan yang paling utama, karena di sinilah peran orang tua sangat diperlukan bagi seorang anak, karena orang tua lah yang nantinya berperan penting dalam pembentukan kepribadian anak. Motivasi orang tua dalam terlaksannya kegiatan keagamaan sangat diperlukan bagi seorang anak, karena orang tua lah yang nantinya berperan penting dalam pembentukan kepribadian anak. Pendidikan agama merupakan penididikan yang paling utama sebelum pendidikan
formal.
Pendidikan
dalam
keluarga
menentukan
perkembangan bagi kehidupan anak pada masa dewasa. Pada usia remaja anak-anak mulai banyak memperhatikan dirinya sendiri. Pergaulan mereka dengan orang tua dan teman-teman.
71
Kemudian apabila seorang anak menunjukkan gejala-gejala ingin salat ataupun mengaji, sebaiknya orangtua mendukung, sekalipun misalnya kedua orang tuanya tidak menjalankan. Dalam hal ini, teladan dan pengertian orangtua lebih diperlukan daripada ketika dia masih kecil. Karena dengan demikian pengaruh baik buruk dari lingkungan tidak jauh keseimbangannya dengan pengaruh ayah ibu (Benyamin Spock, 1991: 93). Bertolak belakang dengan apa yang dilakukan SS, selaku ayah dari SA. orang tua SS ayah dari SA yang memandang tempat tinggalnya yang dekat dengan lokalisasi tersebut bukanlah menjadi permasalahan. Dari hasil pengamatan yang telah peneliti lakukan SS jarang di rumah sehingga lokasi yang dekat dengan pekerja seks komersial tidak membuat SS takut akan perkembangan anak-anaknya. Dan diketahui SS juga terjerumus masuk kedalam lokalisasi untuk memuaskan hawa nafsunya, sehingga tidak mengerti dengan perkembangan anak-anaknya. SS lebih mementingkan ego dan hawa nafsunya daripada mendidik anak-anaknya. Apa yang terjadi pada SS tidak seharusnya dilakukan, karena pada dasarnya orang tualah yang berperan penting dalam mendidik putra dan putrinya. Berbeda dengan jawaban dari TJ, AG, dan JR, yang menurut mereka tempat tinggal yang dekat lokalisasi sangat mengganggu
72
perkembangan anak. Lokalisasi yang dekat dengan mandi uap dan anak kos sering kali menyuguhkan hal-hal yang tidak baik dilihat, seperti anak kos yang memakai pakaian yang tak seronok dan lain sebagainya. Pendidikan di dalam keluarga bisa dimulai dari hal-hal kecil seperti solat lima waktu, membaca Al-Qur’an dan menunaikan zakat. Semua orang tua pasti berusaha mengajarkan anak-anaknya agar lebih bisa melaksanakan perintah Allah SWT dengan baik. AG, TJ, JR sebagai orang tua yang lebih mudah memantau anak di rumah melakukan hal yang sama, dengan mengingatkan selalu putra-putrinya shalat lima waktu, membaca Al-Qur’an setiap habis magrib dan menunaikan zakat saat hari raya idul fitri. Hal tersebut sangat baik mengawali pendidikan keagamaan yang dimulai dari hal kecil sampai putra-putrinya melakukannya dengan kesadaran sendiri. Berbeda dengan NG ibu dari SA yang tidak bisa memantau anaknya setiap saat dikarenakan kerja menjadi buruh pabrik sehingga, menyerahkan kepercayaan dan tanggung jawab penuh terhadap SA yang telah dianggap mampu. Seperti yang sudah di sampaikan di BAB II .Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, yang cara berfikirnya masih rentan karena pengaruh-pengaruh baik hal positif maupun negatif. Emosi memegang peranan penting dalam sikap dan tingkah laku agama. Menurut Clark tidak ada satu sikap atau perilaku 73
agama seseorang yang dapat diteliti tanpa memperhatikan emosinya. Clark juga mengemukakan bahwa faktor lain yang ikut mempengaruhi kegoncangan emosi remaja adalah tradisi agama yang di dalammnya terdapat
konsekuensi-konsekuensi
nilai
(Djami’atul
Islamiyah,
2013:70-75) . Menanggapi apa yang telah disampaikan remaja tentang perasaan tinggal di lingkungan mandi uap dan anak kos AP tidak masalah dengan kondisi lingkungan tersebut. Anggapan AP yang penting tidak ikut terjerumus ikut-ikut seperti yang komunitas mandi uap lakukan. Berbeda yang telah di sampaikan EN, SA, dan CS yang menganggap tinggal di daerah dekat dengan panti mandi uap dan anak kos itu sangat tidak nyaman. Lingkungan yang seperti ini tidak baik untuk perkembangan anak. Akan tetapi, keadaan yang memang dari kecil sudah tinggal di lingkungan mandi uap dan anak kos jadi mau tidak mau harus bisa beradaptasi. Tinggal dekat dengan lingkungan mandi uap dan anak kos sebagai remaja yang jiwanya masih labil ataupun rentan, sebaiknya harus bisa membentengi diri dengan keagamaan secara continue. Remaja yang lebih banyak mengetahui kekurangan dan kelebihan dirinya sendiri memudahkan untuk membantu menjadi insan yang di banggakan dalam keluarga. Dengan begitu para remaja dapat membentengi diri seperti yang dikatakan AP dan CS, menjaga kedisiplinan agar tetap menjalankan shalat lima waktu walaupun 74
dirumah. EN yang sering membantah, tetapi tetap menjalannkan shalat llima waktu membaca Al-Qur’an dan berzakat. Dan SA yang mandiri tetap menajaga agar melaksanakan shalat lima waktu, walaupun tidak mengaji. Menurut yang disampaikan oleh (Sudarsono. 2004:125) oleh karena itu keluarga memiliki peranan penting dalam perkembangan anak, keluarga yang baik akan berpengaruh positif bagi perkembangan anak, sedangkan keluarga yang jelek akan berpengaruh negatif. Oleh karena sejak kecil di besarkan oleh keluarga dan untuk seterusnya, sebagian besar waktunya adalah di dalam keluarga maka sepantasnya kalau kemungkinan timbulnya delinquency itu sebagian besar juga berasal dari keluarga . Sikap keluarga yang baik dalam mendidik atau membekali anak dengan kegiatan agama. Berpengaruh positif dan menjadikan remaja dapat membentengi diri dengan kesadaran sendiri seperti SA yang kurang perhatian dari orang tua. Akan tetapi dia tetap berusaha menjalankan shlat lima waktu demi dirinya sendiri. Dalam kegiatan keagamaan melibatkan peran serta tokoh keagamaan yang membantu menjadikan insan yang memegang teguh agamanya. Agar tidak mudah terpengaruh oleh dunia luar. AP, EN, SA, dan CS yang berpendapat adanya ST membantu warganya
75
menciptakan lingkungan yang kondusif, walaupun tidak 100% dapat kondusif mengingat faktor lingkungan yang tidak mendukung. (Zakiah Darajat. 1975:63) mengatakan mubaligh, bukanlah pekerjaan yang ringan, disamping hasilnya tidak segera kelihatan. Apabila seseorang insyinur membangun gedung atau jembatan, ia akan segera dapat melihat dan menikmati hasil karyanya dan orang lainpun akan menampakkannya dengan jelas. Akan tetapi, seorang mubaligh yang telah menjalankan tugasnya dengan segala daya dan upaya memperbaiki mental seseorang, mungkin ia berhasil, akan tetapi hasilnya itu tidak terlihat oleh dirinya sendiri apalagi oleh orang lain. Sebabnya adalah karena perubahan yang terjadi pada orang itu, tidak dapat diraba, dilihat atau diukur secara langsung. Yang dapat dilihat hanyalah bekasnya pada sikap kelakuan atau tindakan lahir dari orang tersebut. Seperti yang disampaikan Zakiah Darajat di atas, peran serta tokoh agama sangat memperngaruhi kehidupan seseorang. Jasanya tidak dapat dinilai akan tetapi, dapat dirasakan kenikmatannya. Berbagai upaya dilakukan demi terwujudnya perkembangan insan yang kelak dapat berguna bagi dunia dan akhirat. Masih menurut (Zakiah Darajat, 1975:35) pada umumnya orang tua suka sekali menasehati anak, tidak henti-hentinya nasehat diberikan, bahkan di ulang-ulang setiap hari. Nasehat memang angat
76
di perlukan oleh remaja, akan tetapi jangan terlalu sering diberikan. Karena nasehat yang terlalu sering itu menyebabkan mereka bosan merasa terganggu oleh seringnya mendengar nasihat yang sama. Mengetahui sikap remaja yang masih sering diingatkan orang tua untuk melakukan kegiatan, dan mereka pun beralasan. Lebih baik sikap orang tua mengikuti apa yang telah di kataka Zakiah Darajat tersebut. Demi mengendalikan emosi anak. Agar mereka yang nantinya akan menyadari sendiri kebutuhannya dalam beragama. B. Faktor pendukung upaya pembinaan remaja di Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Berbagai upaya yang di lakukan tokoh agama, masyarakat dan orang tua agar generasi muda atau remaja mendapatkan bekal ilmu agama yang kuat. Berikut hal- hal yang mendukung kiat atau upaya pembinaan remaja setempat : 1. Adanya kesadaran yang tinggi dari para tokoh masyarakat untuk melakukan pembinaan Kesadaran
tokoh
keagamaan
yang
peduli
terhadap
lingkungannya, sehingga membantu masyarakatnya mendapatkan ilmu keagamaan yang cukup untuk membentengi diri dari sikap-sikap tercela dan mencapai keseimbangan jasmani rohaninya.
77
2. Sikap positif orang tua (kesadaran orang tua) terhadap pentingnya keagamaan anak mereka Kesadaran orang tua terhadap upaya membentengi putraputrinya dengan bekal pendidikan agama yang cukup, sehingga melahirkan putra putri yang tangguh, yang sehat, cerdas, dan yang paling utama menjadi insan yang berguna di dunia dan akhirat. 3. Adanya fasilitas keagamaan di lingkungan mandi uap dan anak kos Faktor yang mendukung berjalannya suatu kegiatan keagamaan adalah fasilitas yang lengkap. Dan dapat membantu melancarkan kegiatan keagamaan. Di dusun Tegal Panas ini terdapat fasilitas yang berupa bangunan masjid yang memudahkan melaksanakan kegiatan keagamaan. Seperti yang telah dikatakan oleh AP, EN, SA, dan CS masjid tersebut menjadi fasilitator terwujudnya kegiatan pengajian, membaca Al-Qur’an dan kegiatan agama yang lain berjalan sesuai yang diharapkan. 4. Adanya toleransi yang tinggi dari para komunitas mandi uap dan anak kos terhadap kegiatan keagamaan Kegiatan keagamaan yang diadakan oleh tokoh keagamaan sangat membantu warganya mendapatkan ilmu agama. Sehingga dengan mengingat lokasi yang dekat dengan mandi uap dan anak kos, maka tokoh agama dengan tokoh masyarakat membuat peraturan agar tetap terjaga kerukunan dan tidak mengganggu kegiatan satu dengan yang lain. Kegiatan pengajian setiap malam minggu yang di ikuti 78
mayoritas remaja dapat berjalan dengan baikdan lancar. Komunitas mandi uap dan anak kos juga menghargai kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di dusun Tegal Panas sehingga tidak terjadi perselisihan kerena saling mengganggu. C. Faktor penghambat upaya pembinaan keagamaan remaja di Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Labilnya remaja di lingkungan mandi uap dan anak kos secara psikologis terkadang mempengaruhi intensitas keagamaan mereka. Dengan adanya faktor hambatan seseorang akan lebih menggunakan otak untuk berfikir dan mencari jalan yang benar-benar logis. Faktor penghambat yang paling mendominasi adalah faktor lingkungan. Lingkungan adalah salah satu faktor penghambat warganya untuk melakukan kegiatan keagamaan, dikarenakan lokasi yang tidak kondusif, kerena memang wilayah lokalisasi. Seperti
yang
dijelaskan
dalam
teorinya
Albert
Bandura.
Menurutnya, lingkungan memang membentuk perilaku dan perilaku membentuk lingkungan. Oleh Bandura, konsep ini disebut determinisme resiprokal yaitu proses yang mana dunia dan perilaku seseorang saling mempengaruhi. Kemudian Bandura juga melihat bahwa kepribadian merupakan hasil dari interaksi tiga hal yakni, lingkungan, perilaku dan proses psikologi seseorang. Proses psikologis ini berisi kemampuan untuk
79
menyelaraskan berbagai citra (images) dalam pikiran dan bahasa, (diakses pada
hari
Jum’at,
06
Maret
2015
pukul
16.01
WIB
di
id.m.wikipedia.org/wiki/Albert_Bandura). Tidak hanya faktor lingkungan, faktor keinginan remaja untuk mengikuti keagamaan juga masih menjadi penghambat. AP, EN, SA dan CS yang pertama kali menghambat karena tugas-tugas sekolah yang menghambat untuk melakukan kegiiatan, EN dan SA yang merasa lelah setelah sekolah, CS yang lebih rajin membaca Al-Qur’an karena tugastugas kuliahnya tidak menjadikannya suatu hambatan dalam melaksanakan kegiatan keagamaan. Dengan bagitu peran serta orang tua sangatlah penting, agar putra-putrinya tidak bermalas-malasan dengan alasan lelah. Karena jika tetap lelah menjadi alasan akan menjadi sebuah kebiasaan yang menghambat kegiatan keagamaan. Sesungguhnya hal-hal yang menghambat dapat dihilangkan dengan cara memotivasi diri sendiri untuk tetap berpendirian teguh dalam menjaga rohani dan jasmani kita dari segala sesatu yang merugikan diri sendiri. D. Solusi dari faktor penghambat upaya pembinaan remaja di lingkungan mandi uap dan anak kos di Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Dalam hal ini orang tua AP dan CS sama dengan memberi contoh dan menjalankan salat berjamaah walaupun di rumah dan tadarusan setiap habis magrib. Hal ini menunjukan upaya orang tua agar putra putrinya
80
lebih matang dalam perkembangan keagamaannya. Tidak hanya itu tokoh masyarakat dan orang tua sangat
bersinergi demi lancarnya kegiatan
keagamaan. Seperti tokoh agama yang selalu memberi informasi perkembangan keagamaan putra putrinya kepada orang tuanya. Hal ini bertujuan untuk menambah motivasi remaja agar tetap semangat tulus ikhlas dalam belajar agama.
81
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah dilakukan pembahasan dan analisis mulai dari bab I sampai dengan bab IV, guna menjawab pokok permasalahan dalam penelitian yang dalam skripsi ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Upaya pembinaan keagamaan remaja di lingkungan mandi uap dan anak kos Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Berdasarkan pada sejumlah data yang peneliti dapatkan dan telah peneliti paparkan dalam bab III, peneliti menemukan ada hal yang melatarbelakangi adanya kegiatan keagamaan. Melihat faktor lingkungan yang sama sekali tidak kondusif. Usaha dan upaya tokoh agama juga orang tua dalam pembinaan keagamaan remaja melalui kegiatan tahlilan yang diadakan setiap malam minggu, dan tadarusan setiap habis ashar. Dalam hal ini tokoh agama bersinergi dengan para orang tua remaja memberi motivasi bagi keterlaksanaannya kegiatan tersebut. 2. Faktor pendukung upaya pembinaan keagamaan remaja di lingkungan mandi uap dan anak kos Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang
82
Dalam hal ini peneliti menemukan beberapa faktor pendukung lancarnya kegiatan keagamaan di dusun Tegal panas, antara lain : a. Adanya kesadaran yang tinggi dari para tokoh masyarakat untuk melakukan pembinaan b. Sikap positif orang tua (kesadaran orang tua) terhadap pentingnya keagamaan anak mereka. Seperti halnya orangtua JR dan TJ yang mendisiplinkan putra-putrinya untuk shalat berjamaah walaupun di rumah dan membaca al-qur’an setelah habis magrib. c. Adanya fasilitas keagamaan di lingkungan masyarakat mandi uap d. Adanya toleransi yang tinggi dari para komunitas mandi uap dan anak kos terhadap kegiatan keagamaan 3. Faktor penghambat upaya pembinaan keagamaan remaja di lingkungan mandi uap dan anak kos Dusun Tegal Panas Kelurahan Jatijajar Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Faktor lingkungan yang dekat dengan lokalisasi sangatlah mengganggu kegiatan keagamaan, karena Labilnya remaja di lingkungan mandi uap dan anak kos secara psikologis terkadang mempengaruhi intensitas keagamaan mereka yang maju mundur (ambivalen).
83
B. Saran Melihat pentingnya pembinaan bagi remaja yang tinggal dekat dengan
pekerja
seks
komersial,
maka
hendaklah
peneliti
menyampaikan saran sebagai berikut: 1. Bagi mahasiswa dan remaja Diharapkan
mahasiswa
dapat
mengambil
pelajaran
berharga mengetahui peliknya kehidupan remaja di lingkungan mandi uap dan anak kos. Sehingga dapat menjadikan acuan untuk memperkuat keimanan, sehingga menjadi remaja dan dewasa yang berakhlak baik sesuai yang di harapkan orang tua pada umumnya. 2. Bagi orang tua Para orang tua diharapkan mendidik agama, menjaga perilaku dan tingkah laku anak-anaknya. Agar anak-anak dapat berkembang dengan baik, sehingga dapat menjadi generasi muda yang berakhlak dan berbudi luhur. 3. Bagi dosen Dosen diharapkan dapat mendorong mahasiswanya untuk berfikir kritis, kreatif dan bersungguh-sungguh dalam menambah pengetahauan agama.
84
C. Penutup Alkhamdulillahirobbil’alamin, peneliti panjatkan kehadirat illahi Robbi Sang Maha Pengasih, Maha Pengatur dan Pencipta Alam Semesta, yang telah memberikan hidayah dan taufiq-Nya. Sehingga peneliti telah dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “UPAYA PEMBINAAN
KEAGAMAAN
REMAJA
DI
LINGKUNGAN
MANDI UAP DAN ANAK KOS DUSUN TEGAL PANAS KELURAHAN JATIJAJAR KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG” yang masih jauh dari sempurna. Maka untuk kesempurnaan skripsi ini penulis menerima segala masukan, kritik dan saran. Penulis juga menyadari bahwa tanpa bimbingan dari dosen pembimbing tentu penulis akan mengalami kesulitan dalam penulisan skripsi ini. Oleh sebab itu, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih, semoga amal kebaikannya di balas oleh Allah SWT. Akhir dari penelitian ini berharap semoga dapat memberi manfaat, terutama terhadap oenulis sendiri dan para pembaca yang budiman pada umumnya. Amin......
85
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1995. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Basri Hasan. 2004. Remaja Berkualitas: Problematika Remaja dan solusinya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Daradjat Zakiah. 1975. Pembinaan Remaja. Jakarta: Bulan Bintang Daradjat Zakiah. 1978. Problema Remaja di Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang Islamiyah Djami’atul. 2012. Psikologi Agama. Salatiga: STAIN Salatiga Press Mas’ud Muhammad. 2014. Jurnal Mudarisa.Pembinaan Wanita Tuna susila di komplek Lokalisasi.Salatiga: STAIN Salatiga Press Moleoang, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Monks, F. J. 2006. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Noor Maryam. 1991. Orang Tua Permasalahan & Upaya Mengatasinya. Disadur dari Dr. Benyamin Spock. Judul Asli, Problems Of Parents. Semarang: EffharOffset Remmers & Hacket. 1984. Memahami Persoalan Remaja. Diterjemahkan oleh Zakiah Daradjat. Judul Asli, Let’s Listen to Youth. Jakarta: Bulan Bintang Sarwono Sarlito Wirawan. 1995. Psikologi Lingkungan. Jakarta: PT. Gramedia Singgih D, Gunarsa. 1991. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Gunung Mulia Sudarsono. 2004. Kenakalan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta Suprayogo, Imam & Tobroni. 2003. Metodologi Penelitian Sosial Agama. Bandung: Remaja Rosdakarya
id.m.wikipedia.org/wiki/Albert_Bandura, diakses Jum’at, 06 Maret 2015 gentongedukasi.blogspot.com/2012/12/membina–kepribadian-yangislam.html?m=1.jum’at 06 Maret 2015 Santrock,J.W.(2003).Adolescence: Perkembangan Remaja. Adelar, S. B. &, S.Terj) Jakarta: Erlangga Jtptiain-gdl-s1-2004-maryamhadi.pdf/Pembinaan Keagamaan Terhadap Sosial anak.Rabu 15 april 2015 www.dinkesjatengprov.go.id/2015/ Buku tengah.Rabu 15 April 2015
Profil Kesehatan Provinsi Jawa
LAMPIRAN
VERBATIM WAWANCARA UPAYA PEMBINAAN KEAGAMAAN REMAJA DI LINGKUNGAN MANDI UAP DAN ANAK KOS DUSUN TEGALPANAS KELURAHAN JATIJAJAR KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015 Responden
: AP
Usia
: 15 tahun
Pekerjaan
: Pelajar
Tempat
: Rumah responden
Hari/ tanggal : Selasa 03 Maret 2015 Waktu
: 14.00Wib
NO. 1.
PERTANYAAN
JAWABAN
KODE
perasaan “Merasa risih karena itu juga Tanggapan sangat mengganggu, apalagi kamu tentang kalau pekerja seksnya sering tinggal didekat teriak-teriak yang membuat kehidupan yang dekat saya tidak nyaman”. lokalisasi Bagaimana
dengan
lingkungan
pekerja seks komersial ?
2.
Apakah
lingkungan “Iya jelas lingkungan yang Pengaruh seperti ini sangat
yang demikian dapat mempengaruhi kehidupan keagamaan seseorang. Karena mempengaruhi dengan adanya pekerja seks komersial itu kami menjadi kehidupan keagamaan merasa terganggu. Apalagi kalau iman tidak kuat ya pasti seseorang ? ikut terjerumus”.
lingkungan dalam perkembangan agama seseorang
3.
4.
5.
Apakah keluarga kamu “Keluarga saya terutama orang tua saya selalu cukup membentengi menanamkan kedisiplinan, seperti selalu salat berjamaah kamu dengan kegiatan di rumah. Setelah shalat magrib kami selalu membaca keagamaan secara al-qur’an bersama, itu kami lakukan setiap hari. Karena continue? kami tidak mau lingkungan mempengaruhi keimanan kita. Dengan begitu setidaknya cukup mebentengi diri untuk menjauhi perbuatan yang mengurangi mengurangi keimanan kita”.
Upaya
Bagaimana pandangan “Tokoh masyarakat di sini cukup baik, seperti Pak Lurah kamu tentang peran pokoknya yang mengurus desa ini slalu memberi contoh serta tokoh masyarakat yang baik. Di RT kami setiap malam minggu diadakan tentang pembinaan yasinan, itu menjadi contoh baik yang diadakan oleh keagamaan remaja tokoh masyarakat di kampung ini”. yang dapat kamu ikuti ?
Peran
memperkuat agama seseorang
tokoh keagamaan setempat
Kegiatan apa saja yang “Kegiatan keagamaan yang Kegiatan saya ketahui di sini hanya diperuntukan bagi tahlilan setiap malam minggu keagamaan di RT. Tetapi ada juga bapakpembinaan keagamaan bapak setiap malam jum”at. Dan saya pun ikut tahlilan remaja yang dapat setiap malam minggu. Sebenarnya ada juga belajar
serta
kamu ikuti ?
6.
7.
mengaji secara sorogan setiap habis ashar tapi karena saya sudah capek, jadi saya tidak pernah ikut mengaji”.
kamu “Sebenarnya mbak banyak Kendalasekali hambatan yang saya hambatan apa yang hadapi,seperti memang kendala lingkungan disini sangat mempengaruhi kamu keras, karena sering sekali dihadapi. disuguhkan hal- hal yang dalam mengikuti sewajarnya tidak baik dihadapi. Kemudian saya juga kegiatan keagamaan sibuk dengan kuliah, tugastugas kuliah sangat banyak tersebut ? Bagaimana sehingga kegiatan kegiatan sering sekali saya absen. cara kamu Walaupun begitu saya tetap berusaha agar ilmu agama mengatasinya? saya meningkat. Saya tetap mengikuti kegiatan setiap malam minggu yaitu tahlilan. Saya salat berjamaah walaupun hanya dengan keluarga dirumah, selain itu juga saya juga mengaji sendiri di rumah bersama adik- adik saya.ya karena kebetulan adik saya juga wanita”. Menurut
hambatan, “Di sini terdapat masjid jadinya sangat mendukung adakah faktor kegiatan keagamaan yang diadakan di lingkungan kami. pendukung yang Contoh sederhana mbak, shalat jum’at dan mengaji memudahkan kamu setiap habis ashar bisa lancar karena adanya masjid”. dalam mengikuti Disamping
kegiatan tersebut ?
keagamaan
Faktor pendukung kegiatan keagamaan
yang
VERBATIM WAWANCARA UPAYA PEMBINAAN KEAGAMAAN REMAJA DI LINGKUNGAN MANDI UAP DAN ANAK KOS DUSUN TEGALPANAS KELURAHAN JATIJAJAR KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015 Responden
: ST
Usia
: 68 tahun
Status
: Tokoh agama
Tempat
: Rumah responden
Hari/ tanggal : 25 februari 2015 Waktu NO. 1.
: 16.00 Wib PERTANYAAN
JAWABAN
pandangan “Sebenarnya saya prihatin dan ngelus dodo sebenarnya bapak/ibu selaku tokoh ya tidak baik tinggal di lingkungan yang seperti ini. masyarakat keagamaan Tapi saya flexible saja tidak mau membuat keadaan remaja di lingkungan lingkungan menjadi ricuh. Karena yang ada di lokalisasi pekerja seks komersial ini kebanyakan pendatang. Remaja yang di sini sudah ini? terbiasa dengan keadaan yang seperti ini, sehingga tidak kaget dengan apa yang terjadi di lingkungan ini”. Bagaimana
KODE Pandangan tempat tinggal di
lingkungan
lokalisasi.
2.
kegiatan- “Saya itu mengusulkan ke ketua RT agar diadakan kegiatan khusus yang pengajian terutama bagi remaja yang masih rentan diadakan untuk membina ikut-ikutan. Akhirnya ada kegiatan yang diadakan keagamaan remaja seminggu dua kali setiap malam jum’at untuk bapaksetempat? Mengingat bapak dan malam minggu untuk ibu-ibu. Tetapi lingkungan mereka yang kebanyakan dari mereka yang hadir adalah remaja. kurang kondusif. Kalau Setiap kali ada kegiatan keagamaan para pekerja ada apa saja kegiatan- lokalisasi menyesuaikan diri untuk tidak membuat kegiatan tersebut ? kegaduhan. Dulu juga ada pengajian untuk para pekerja seks komersial, tetapi lamalama tidak ada pekerja seks yang mengikuti pengajian, jadinya saya juga lepas tangan”. Apakah
ada
Kegiatan khusus
di
lingkungan setempat
apa “Banyak mbak kendalanya Hambatan yang itu, remajanya sering ikut yang bapak hadapi dalam terjun ke lokalisasinya. PSK di hadapi. nya sering menggunakan proses pembinaan pakaian yang tidak senonoh/terbuka di keagamaan remaja? lingkungan ini. Bukan hanya itu saja mbak selain itu di tempat ini juga disedikan aneka macam minuman keras. Jadi sering kali menarik remaja untuk masuk sekedar ikut-ikutan minum atau bahkan sampai pergi ke lokalisasi. Hal itu menghambat remaja untuk mengikuti kegiatan keagamaan karena terpengaruh pergaulan”.
3.
Kendala-kendala
4.
Bagaimana
bapak/ibu “Saya dengan perangkat desa Upaya melakukan musyawarah
mengatasi
kendala- dalam menangani lokalisasi pembinaan tersebut agar tetap kondusif, kendala yang dihadapi? dan memiliki kesepakatan keagamaan agar tidak mengganggu warga saat ada kegiatan sosial ataupun kegiatan agama.Yang penting itu tidak mengganggu saat pengajian”. 5.
Selain kendala, adakah “Di sini sudah ada masjid Faktor jadi kegiatan mudah di faktor-faktor pendukung laksanakan, tidak hanya itu pendukung tahlilan diadakan di rumahyang dapat membantu rumah warga secara bergantian, dan saya lihat pembinaan keagaamaan semakin hari remaja yang ikut pengajian semakin tersebut ? banyak mbk, saya bersyukur sekali, usaha yang saya lakukan dengan perangkat desa jadi tidak sia-sia”.
6.
Sejauh
begaimana “Sekarang ini sudah lancar Hasil dan baik di lakukan secara hasil dari pembinaan rutin tahlilannya. Remaja pembinaan sekarang juga sudah banyak tersebut bagi keagamaan yang antusias. Jadi perkembangan keagamaan di remaja ? kampung ini sudah meningkat”. ini
VERBATIM WAWANCARA UPAYA PEMBINAAN KEAGAMAAN REMAJA DI LINGKUNGAN MANDI UAP DAN ANAK KOS DUSUN TEGALPANAS KELURAHAN JATIJAJAR KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015
Responden
: AG
Usia
: 52 tahun
Status
: Orang tua EN
Tempat
: Rumah responden
Hari/ tanggal : 28 februari 2015 Waktu NO. 1.
: 10.00 Wib PERTANYAAN
JAWABAN
pendapat “Sebenarnya saya itu risih hidup di lingkungan dekat bapak/ibu tentang dengan lokalisasi, tapi apa boleh buat kehidupan kami di lingkungannya yang sini turun temurun, saya tinggal di sini warisan dari dekat dengan lokalisasi, orang tua. Jika saya mencari tempat lain saya yang tidak yang kaitannya dengan sanggup karena sudah banyak kenangan di rumah ini, selain perilaku agama putra- itu karena faktor ekonomi juga, saya tidak punya cukup uang untuk membeli rumah di Bagaimana
KODE Pendapat mengenai temapt tinggal dekat
dengan
lokalisasi
putri anda?
2.
3.
daerah lain yang jauh dari tempat lokalisasi. Saya juga menyadari sebenarnya lingkungan seperti ini akan menganggu dan berimbas tidak baik untuk perkembangan anak saya tapi apa boleh buat mbak”.
Apa yang bapak ibu “Di rumah anak-anak selalu saya ingatkan shlat lima lakukan agar remaja waktu. Untuk masalah shalat lima waktu harus itu, kalau rajin melakukan sholat anak-anak tidak shalat, akan saya ingatkan terus sampai lima waktu, gemar mereka mau shalat. Anakanak tidak saya suruh mengaji membaca al-qur’an, karena mereka sudah sadar sendiri untuk mengaji. Akan zakat ? teteapi, tidak setiap hari. Kalau zakat ya tetap, saya selalu mengeluarkan zakat setiap tahunnya. Biasanya setiap berzakat di masjid saya meminta anak-anak untuk mengantarkan ke masjid, biar mereka lihat kemudian menegrti kalau zakat itu hukumnya wajib”.
Upaya
orang
tua
dalam
mebina putraputrinya
kiat “Anak saya selalu saya Kiat orang tua tanamkan kedisiplinan, dengan bapak/ibu agar remaja saya selaku orang tua EN mendidik anak memberikan hal-hal kecil yang agar remaja putra/putri bisa di jadikan contoh. EN selalu saya suruh berangkat bapak ibu aktif tahlilan setiap malam minggu. Satu dua kali dia merasa melakukan kegiatan jenuh, tetapi setelah banyak teman dia juga terbisa pengajian? Atau akhirnya jika dia tidak ikut tahlilan dia itu merasa kecewa. kegiatan sosial Kalau kegiatan yang lain anak saya tidak ikut, ya karena keagamaan lainnya? sudah banyak aktifitas di sekolah jadi merasa lelah, Bagaimana
waktu istirahatnya sedikit”. 4.
Kendala apa saja yang “Kalau saya kendala yang Hambatan yang dihadapi hanya keras di hadapi bapak/ibu kepalanya anak saya saja, ya di hadapi orang kalau saya sebenarnya dalam membina memaklumi jika anak saya tua. terkadang sudah bilang tidak keagamaan pada mau mengaji ya tidak mau mengaji. Kalau sudah mutung putra/putri anda? begitu biasanya saya diamkan, nanti dia nyesel sendiri”.
5.
Adakah
faktor “Sebenarnya di kampung ini ada masjid dan mushola itu pendukung bapak/ibu sudah mendukung dalam pelaksanaaan kegiatan dalam membina keagamaan. Tapi mushola sepi hanya beberapa orang saja keagamaan bagi yang salat berjama’ah. Kalau masjid ya lumayan apalagi putra/putri anda? setiap malam minggu untuk tahlilan, dan hari jum’at ramai orang jum’atan”.
Faktor pendukung pola pembinaan keagamaan remaja
DOKUMENTASI
Responden AP
Responden CS
Responden SA
Responden EN
PERNYATAAN PUBLIKASI SKRIPSI
Yang bertanda tangan dibawah ini : NAMA
: Shella Anggarini
NIM
: 111 09 120
JURUSAN
: Tarbiyah
PROGDI
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya sendiri dan tidak berkeberatan untuk dipublikasikan oleh pihak perpustakaan STAIN Salatiga tanpa menuntut konsekuensi apapun. Demikian surat pernyataan ini saya buat dan jika dikemudian hari terbukti karya saya ini bukan karya sendiri, maka saya sanggup untuk menanggung semua konsekuensinya.
Salatiga, April 2015 Hormat saya
( Shella Anggarini)