UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIK SISWA DENGAN METODE PEMBELAJARAN THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh NARLAN SUHENDAR NIM 108017000025
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
Z7\ /
\ { ? LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Slaipsi berjudul Upaya meningkatkan kemampuan Pemahaman Matematik Siswa dengan Metode Pembelajaran Tkinking Aloud Pair froblem Sotving (TAPPS) disusun
oleh Narlan Suhendar,
Nilrf. 108017000025,
Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dT Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui birrbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang ftlunaqasall sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta 22 Jawaari}0l4 Yang mengesahkan,
Pembimbing I
Pembimbing II
Firdausl S,Si" M.Pd NrP. 1969009 200s0r 1 003
ST]RAT PER}ryATAAII KARYA
ILMIAII
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
Narlan Suhendar
NIM
108017000025
Jurusan
Pendidikan Matematika
Angkatan Tahun
2008
Alamat
Jl. Samelang RT/RW
01102 Desa Mekarrnukti
Kec. Waluran Kab.
Sukabumi
MENYAT*T
'
DENGAN SESUNGGTTTTNYA
Bahwa skripsi yang berjudul Upaya meningkatkan kemampuan Pemahaman
Konsep Matematik Siswa dengan Metode Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) adalqh benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:
l.
2.
Nama
MaifalindaFatrq M.Pd
NIP
,9744528199603 2 0A2
Dosen Jurusan
Pendidikan Matematika
Nama
Firdausi, S.Si, M.Pd
NIP
,9694629 20A50i
Dosen Jurusan
Pendidikan Matematika
Demikian surat pernyataan
ini
I
003
saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima
segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.
Jakcrrtq 22Januai2014
Narlan Suhendar
ABSTRAK NARLAN SUHENDAR (108017000025) “Upaya meningkatkan kemampuan Pemahaman Matematik Siswa dengan Model Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS)”. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Tujuan penelitian ini mengkaji 1) Peningkatan kemampuan pemahaman matematika siswa setelah menggunakan metode pembelajaran TAPPS.2) Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran dengan metode TAPPS. 3)Respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan metode pembelajaran TAPPS. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Asy-Syariah tahun ajaran 2012/2013 pada bulan September-Oktober 2013.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes pemahaman konsep, wawancara, lembar observasi, dan jurnal harian siswa.Hasil penelitian mengungkapkan bahwa penerapan Model Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematika siswa. Hal ini terlihat dari peningkatan rata-rata skor pemahaman konsep siswa dari 68,13 menjadi 78,06 pada siklus II. Kemudian terlihat dari kenaikan persentase indikator pemahaman konsep matematika siswa mencapai lebih dari 70% atau dalam kategori baik. Indikator pemahaman konsep antara lain Instrumental dan Relasional. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran matematika dengan metode TAPPS sangat baik. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I sebesar 63,33% meningkat menjadi 87,78% pada siklus II. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukan bahwa pada umumnya siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran matematika TAPPS. Hal ini dapat dilihat melalui hasil jurnal harian yang menunjukan persentase respon positif siswa meningkat dari 60,16% pada siklus I menjadi 81,82% pada siklus II.
Kata kunci: Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS), pemahaman konsep.
i
ABSTRACT NARLAN SUHENDAR (108017000025), " Efforts to improve the ability of Mathematical Understanding of Students with Learning Model Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS ) " . Skripsi Department of Mathematics Education, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University, Jakarta . The purpose of this study examines 1 ) Improved understanding of students' mathematical abilities after learning TAPPS method.2 ) . Student's Activitiess in Learning mathematics using learning methods TAPPS. 3) The response of students towards learning mathematics using learning methods TAPPS . This research was conducted in MTs Asy - Syariah academic year 2012/2013 on September-October 2013.The methodology of research is Classroom Action Research ( CAR), which consists of two cycles . The research instrument was a test understanding of concepts , interviews , observation sheets , and daily journal of students .The results of the research shows that the application of Learning Model Thinking Aloud Pair Problem Solving ( TAPPS ) can improve students' understanding of mathematics . It is showed improving of average scores of conceft understanding on first cycle test was 68.13 to 78.06 in the second cycle test. Then visible indicator of the increase in the percentage of students' understanding of mathematical concepts achieving more than 70 % or in the good category . Understanding of the concept among other indicators Instrumental and Relational . Student's Activities during the learning process of mathematics very well with the method TAPPS. This can be seen by average student activity on the first cycle of 63.33% increased to 87.78% in the second cycle. In addition , the results also showed that in general students responded positively to the learning of mathematics TAPPS . It can be seen through the results of a daily journal that shows the percentage of positive responses of students increased from 60.16 % to 81.82 % first cycle to the second cycle.
Keywords: TAPPS method , conceptual understanding.
ii
KATA PENGANTAR ﺑﺳﻢ ﷲ اﻟرﺤﻣﻦ اﻟرﺤﯾﻢ
Puji syukur
penulis panjatkan kepada Allah SWT.
yang selalu
menganugerahkan nikmat dan karunia yang tiada terkira, solawat dan salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh ummat nya sampai akhir zaman. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ungkapan kebahagiaan dengan penuh rasa syukur dengan terselesaikannya penyusunan skripsi sebagai tanda lulus dan selesainya masa studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini. Dalam penyusunan skripsi ini, banyak ditemui halangan dan hal-hal lain yang mengganggu fokus penulis, namun dengan kesungguhan hati dan dorongan motivasi yang tak terbatas dalam diri dan dari lingkungan sekitar penulis, segalanya dapat dilalui. Oleh karena itu¸ penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Dra. Nurlena Rifai, MA., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing sekaligus Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan waktu, bimbingan, arahan, motivasi, dan semangat dalam penyusunan ini. 3. Bapak Otong Suhyanto, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 4. Bapak Dr. Kadir, M.Pd selaku Dosen Penasihat Akademik atas nasehat dan arahannya. 5. Bapak Firdausi,S.Si, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah memberikan waktu, bimbingan, arahan, motivasi, dan semangat dalam penyusunan ini. 6. Seluruh Dosen dan staf Jurusan Pendidikan Matematika, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan selalu bermanfaat bagi penulis dan menjadi keberkahan di masa yang akan datang.
iii
7. Kepala MTs. Asy-Syariah Waluran, Bapak H. Ade Kamaludin, S. Pd.I, dan segenap dewan guru, khususnya Ibu Mesa Meilani, S.Pd, selaku guru mata matematika serta siswa dan siswi kelas VII-2 MTs As-Syari’ah Waluran. 8. Teristimewa untuk bapak dan Ibu serta Istri tercinta, Bapak Suherman, S.Pd.I dan Ibu Nunung Rumyani, Rima Erviana, S.S.i yang selalu mencurahkan kasih sayang tak terhingga, serta dukungan moril dan materil kepada penulis. 9. Kakak dan adik tercinta Santi Nurhamidah A.MK dan Tsalis Nurmahdi yang terus memberikan semangat dan motivasi untuk penulis 10. Kepada Keluarga Besar YPI Asy_Syariah yang selalu memberikan dorongan motivasi dan semangat untuk penulis selama ini 11. Mahasantri Pesantren Luhur Sabilussalam, alumni angkatan 2008-2011. Kawan-kawan KOMA 08 12. Sahabat-sahabat tercinta Jurusan Pendidikan Matematika angkatan 2008 Khususnya H.Asep Anwar, Husen Nuraminudin yang telah bersama-sama berbagi ilmu dan pengalaman. 13. Semua pihak yang telah membantu, mendukung, dan memberikan dorongan semangat dan motivasi kepada penulis dalam menjalani kegiatan akademik, organisasi, maupun pengabdian selama ini.. Semoga Allah SWT memberikan balasan terindah, dan keberkahan-Nya selalu menyertai kita. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis meminta kritik dan saran yang membangun demi adanya perbaikan dalam penulisan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Jakarta, 22 Januari 2014
Penulis Narlan Suhendar
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK......................................................................................................
i
ABSTRACT ...................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii DAFTAR ISI ..................................................................................................
v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix BAB I:
PENDAHULUAN A. Latar Belakang .........................................................................
1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................
8
C. Area dan Fokus Penelitian ........................................................
8
D. Rumusan Masalah ....................................................................
9
E. Tujuan Penelitian .....................................................................
9
F. Manfaat Penelitian ................................................................... 10 BAB II:
KAJIAN TEORETIK, PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Deskripsi Teoritik ..................................................................... 11 1. Kemampuan Pemahaman Matematika.................................. 11 a. Karakteristik Matematika.................................................. 11 b. Pengertian Pemahaman Konsep........................................ 13 c. Indikator Pemahaman Konsep .......................................... 20 2. Metode Pembelajaran TAPPS ............................................... 22 a. Pengertian Metode TAPPS................................................ 22 b. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode TAPPS ................ 24 c. Keunggulan Metode TAPPS ............................................ 27 d. Teori yang Mendukung Metode TAPPS ........................... 29 e. Desain Metode Thinking Alound Pair Problem Solving (TAPPS) dalam Proses Pembelajaran Matematika ............ 30 B. Hasil Penelitian yang Relevan .................................................... 32 v
C. Kerangka Konseptual Intervensi Tindakan ............................... 34 D. Hipotesis Tindakan .................................................................. 35 BAB III: METODOLOGI PENELITIAN A. Temapat dan Waktu Penelitian.................................................. 36 B. Metode Penelitian Desain Intervensi Tindakan.......................... 36 C. Indikator Keberhasilan Kinerja ................................................ 39 D. Subjek dan Partisipan yang Terlibat ......................................... 39 E. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ................................ 39 F. Tahapan Intervensi Tindakan ................................................... 40 G. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ............................. 42 H. Data dan Sumber Data .............................................................. 42 I. Instrumen Pengumpul Data ....................................................... 43 J. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 44 K. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan............................................. 44 L. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis ............................. 45 M. Tindak Lanjut/Pengembangan Perencanaan Tindakan ............... 47 BAB IV: DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data .......................................................................... 48 1. Pelaksanaan Pembelajaran Pada Siklus I ............................ 48 2. Pelaksanaan Pembelajaran Pada Siklus II ........................... 65 B. Analisis Data ............................................................................ 77 C. Pembahasan .............................................................................. 82 BAB V:
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan............................................................................... 85 B. Saran ........................................................................................ 86
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 87 LAMPIRAN – LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Rekapitulasi presentase aktivitas proses belajar siswa pada siklus I ........................................................................................ 56 Tabel 4.2 Distribusi frekuensi hasil tes pemahaman konsep matematika siklus I ....................................................................................... 58 Tabel 4.3 Data statistik nilai tes pemahaman konsep matematika siklus I ... 59 Tabel 4.4 Skor Pemahaman Konsep Tiap Indikator ................................... 59 Tabel 4.5 Representasi Jurnal Harian Siswa Siklus I .................................. 61 Tabel 4.6 Refleksi Tindakan ....................................................................... 65 Tabel 4.7 Rekapitulasi presentase aktivitas proses belajar pada siklus II ..... 71 Tabel 4.8 Distribusi frekuensi hasil tes pemahaman konsep matematika siklus II....................................................................................... 73 Tabel 4.9 Data statistik nilai tes pemahaman konsep matematika siklus II .. 73 Tabel 4.10 Skor Pemahaman Konsep Tiap Indikator .................................... 74 Tabel 4.11 Representasi Jurnal Harian Siswa Siklus II ................................. 75 Tabel 4.12 Presentase aktivitas belajar matematika siswa pada siklus I dan siklus II....................................................................................... 78 Tabel 4.13 Statistik Deskriptif Peningkatan Hasil Belajar ............................. 80 Tabel 4.14 Rekapitulasi Persentase Kemampuan Pemahaman Konsep Tiap Indikator Siklus I dan Siklus II.................................................... 80
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Desain Penelitian Tindakan Kelas ............................................... 38 Gambar 4.1 Aktivitas Siswa dalam Melakukan Peran Sebagai Problem Solver dan Listener ................................................................................ 63 Gambar 4.2 Peneliti Membatu Siswa yang Kesulitan dalam Melakukan Perannya Sebagai Problem Solver dan Listener ........................................... 64 Gambar 4.3 Siswa Sedang Menjelaskan (problem solver) dan Menanggapi(Listener) .................................................................. 76 Gambar 4.4 Suasana Tes Akhir Siklus ............................................................. 77 Gambar 4.5 Diagram Persentasi Respon Siswa Siklus I dan Siklus II ............... 81
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I............................
91
Lampiran 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II .........................
95
Lampiran 3
Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I .......................................
99
Lampiran 4
Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II ..................................... 106
Lampiran 5
Kisi-kisi Pemahaman Konsep Fungsi ..................................... 111
Lampiran 6
Instrumen Tes Akhir Siklus ................................................... 113
Lampiran 7
Pedoman Penilaian Tes Akhir Siklus ..................................... 115
Lampiran 8
Lembar Observasi Siswa ........................................................ 121
Lampiran 9
Lembar Observasi Guru ......................................................... 122
Lampiran 10 Jurnal Harian ......................................................................... 123 Lampiran 11 Rekapitulasi Nilai Tugas Akhir Pertemuan ............................. 124 Lampiran 12 Hasil Tes Pemahaman Konsep Siklus I................................... 125 Lampiran 13 Hasil Tes Pemahaman Konsep Siklus II .................................. 127 Lampiran 14 Rekapitulasi Nilai Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II ........ 129 Lampiran 15 Pedoman Wawancara Guru .................................................... 130 Lampiran 16 Pedoman Wawancara Siswa ................................................... 132 Lampiran 17 Hasil Waeancara Siswa ........................................................... 133 Lampiran 18 Hasil Wawancara Guru .......................................................... 135 Lampiran 19 Lembar Uji Referensi ............................................................ 140 Lampiran 20 Surat Penelitian ....................................................................... 144
ix
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia
dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Melalui pendidikan, manusia dapat meningkatkan pengetahuan,
kemampuan
dan
kreatifitas
terhadap
perkembangan
ilmu
pengetahuan dan teknologi. Fungsi lain dari pendidikan adalah mengurangi kebodohan, keterbelakangan dan kemiskinan karena ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dapat menjadikan seseorang mampu mengatasi problematika. Secara umum pendidikan dilaksanakan untuk maksud yang positif dan struktural, pelaksanaannya diarahkan untuk membimbing, membina manusia dalam kehidupan. Manusia secara kodratnya dikaruniai kemampuan-kemampuan dasar yang bersifat rohaniah dan jasmaniah. Dengan potensi ini manusia mampu mempertahankan hidup serta menuju kesejahteraan. Kemampuan dasar manusia tersebut dalam sepanjang sejarah pertumbuhannya merupakan modal dasar untuk mengembangkan hidupnya dalam segala bidang, karena itu peranan pendidikan sangat penting, sebab pendidikan merupakan lembaga yang berusaha untuk membangun masyarakat dan watak bangsa secara berkesinambungan dalam rangka membentuk manusia seutuhnya. Pelajaran matematika dipandang sebagai bagian ilmu-ilmu dasar yang berkembang pesat baik isi maupun aplikasinya, karena matematika merupakan ilmu
dasar
dari
segala
ilmu
pengetahuan
dan
menjadi
dasar
dari
pengembangannya. Ilmu matematika tidak hanya untuk matematika saja tetapi teori maupun pemakaiannya praktis banyak membantu dan melayani ilmu-ilmu lain. Oleh karena itu matematika berperan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan suatu negara. Sehingga pengajaran matematika di sekolah merupakan prioritas dalam pembangunan pendidikan. Dalam Peraturan Menteri
1
2
Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 poin pertama dikemukakan bahwa, mata pelajaran matematika diajarkan di sekolah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. Pada dasarnya belajar matematika merupakan belajar konsep. Konsepkonsep pada matematika menjadi kesatuan yang bulat dan berkesinambungan. Untuk itu dalam proses pembelajaran guru harus dapat menyampaikan konsep tersebut kepada siswa dan bagaimana siswa dapat memahaminya. Pengajaran pada matematika dilakukan dengan memperhatikan urutan konsep dimulai dari yang paling sederhana. Keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar pada pembelajaran matematika dapat diukur dari keberhasilan siswa yang mengikuti kegiatan tersebut. Keberhasilan itu dapat dilihat dari tingkat pemahaman, penguasaan materi serta prestasi belajar siswa. Semakin tinggi pemahaman dan penguasaan materi maka semakin tinggi pula prestasi belajar siswa. Pemahaman konsep matematika sangat penting untuk siswa dalam mempelajari matematika. Karena konsep matematika yang satu dengan yang lain berkaitan sehingga untuk mempelajarinya harus runtut dan berkesinambungan. Jika siswa telah memahami konsep-konsep dasar matematika
maka akan
memudahkan siswa dalam mempelajari konsep-konsep matematika berikutnya yang lebih kompleks. Pemahaman konsep tersebut perlu ditanamkan kepada peserta didik sejak dini yaitu sejak anak tersebut masih duduk dibangku SD maupun bagi siswa SLTP. Di sana mereka dituntut mengerti tentang definisi, pengertian, cara pemecahan masalah maupun pengoperasian matematika secara benar, karena akan menjadi bekal dalam mempelajari matematika pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Namun dalam kenyataannya dapat dilihat dari survei internasional TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) yang merupakan studi internasional tentang prestasi matematika dan sains siswa sekolah lanjutan tingkat pertama. Studi ini dikoordinasikan oleh IEA (The International Association for the Evaluation of Educational Achievement) yang berkedudukan di Amsterdam,
3
Belanda. Dalam survei ini menunjukkan bahwa rata-rata skor prestasi matematika siswa
kelas
VIII
Indonesia
berada
signifikan
di
bawah
rata-rata
internasional. Indonesia pada tahun 1999 berada di peringkat ke 34 dari 38 negara, tahun 2003 berada di peringkat ke 35 dari 46 negara, dan tahun 2007 berada di peringkat ke 36 dari 49 negara.1 Pada tahun 2011 pencapaian prestasi belajar siswa Indonesia di bidang sains dan matematika, menurun. Siswa Indonesia masih dominan dalam level rendah, atau lebih pada kemampuan menghafal dalam pembelajaran sains dan matematika. Demikian hasil Trends in Mathematics and Science Study (TIMSS) yang diikuti siswa kelas VIII Indonesia tahun 2011. Penilaian yang dilakukan International Association for the Evaluation of Educational Achievement Study Center Boston College tersebut, diikuti 600.000 siswa dari 63 negara. Untuk bidang Matematika, Indonesia berada di urutan ke-38 dengan skor 386 dari 42 negara yang siswanya dites. Skor Indonesia ini turun 11 poin dari penilaian tahun 2007.2 Pada pemeringkatan Programme for International Student Assessment (PISA) terakhir tahun 2009, kemampuan literasi matematika siswa Indonesia sangat rendah. Indonesia menempati peringkat ke-61 dari 65 negara peserta pemeringkatan. Peringkat Indonesia ini kalah jauh dari Thailand yang menempati posisi ke-50 dalam indeks literasi matematika. Sedangkan urutan terakhir ditempati oleh Kyrgizstan.3 Jelas sekali terlihat bahwa ideks prestasi kemampuan matematika siswa masih redah salah satu faktor utamanya adalah kurangnya kemampuan pemahaman terhadap konsep-konsep yang diajarkan. Hal tersebut disebabkan pembelajaran konsep dan prosedur dalam matematika yang dipraktekkan di sekolah-sekolah selama ini pada umumnya kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir dalam menemukan berbagai strategi pemecahan masalah sehingga siswa hanya menghafalkan saja semua rumus atau 1
Yulianto Sri Utomo, Survei Internasional TIMSS Posted in Puspendik, 2013, p.5 [http://litbang.kemdikbud.go.id]. 2 Ester Lince Napitulu, Prestasi Sains dan Matematika Indonesia Menurun, 2013 , p.1 [http://edukasi.kompas.com/] 3 Rifa Nadia Nurfuadah , Penyebab Indeks Matematika Siswa RI Terendah di Dunia 2013, p. [http://kampus.okezone.com]
4
konsep tanpa memahami maknanya dan tidak mampu menerapkannya dalam pemecahan masalah. Selain itu, guru dipandang sebagai pusat pembelajaran. Artinya guru dipandang sebagai satu-satunya sumber pembelajaran. Selain itu siswa lebih banyak diperlakukan sebagai obyek, sehingga kreatifitas siswa menjadi tidak maksimal. Hal ini mengakibatkan kurangnya interaksi antara guru dan siswa, menjadikan siswa pasif, kurang perhatian untuk belajar kreatif dan mandiri serta situasi belajar terasa membosankan. Rendahnya pemahaman konsep juga terjadi di MTs Asy-Syari’ah Waluran yang beralamat di Jalan Samelang Rt. 01 Rw. 02 Desa Mekarmukti Kecamatan Waluran Kabupaten Sukabumi, berdasarkan hasil wawancara terhadap siswa dan guru yang peneliti lakukan di Mts Asy’-Syariah Waluran khususnya kelas VIII diketahui bahwa pembelajaran matematika yang dilakukan lebih terpusat pada guru, sementara siswa cenderung pasif. Ketika ditanya hampir sebagian besar siswa justru mengaku bahwa mereka seringkali masih mengalami kesulitan untuk memahami pokok bahasan matematika yang dijelaskan oleh guru. Sebagian siswa hanya menghafal rumus tanpa mengetahui alur penyelesaian atau rumus awal yang dijadikan dasar dari permasalahan yang diberikan. Terlebih lagi jika mereka diberikan soal dengan sedikit variasi yang membutuhkan penalaran lebih. Hanya beberapa siswa yang mampu menjawab dengan benar, itupun siswa-siswi yang memang tergolong lebih pandai dari siswa-siswi yang lain di kelasnya. Selain itu, banyak juga siswa yang menyatakan bahwa ketika guru menjelaskan suatu pokok bahasan yang baru, terkadang mereka lupa akan inti dari pokok bahasan yang telah dijelaskan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya. Beberapa kejadian yang telah dijelaskan tersebut
menunjukkan bahwa
pemahaman konsep matematika siswa masih rendah. Berdasarkan informasi dari guru matematika Mts Asy-Syari’ah Waluran menyatakan bahwa sebagian siswa memiliki pemahaman konsep matematika yang kurang, hal ini terlihat pada sebagian besar materi yang diajarkan dalam matematika. Saat pembelajaran berlangsung siswa tidak berani untuk menanyakan kesulitan dalam memahami materi maupun dalam mengerjakan soal yang diberikan guru. Inisiatif siswa kurang, hal tersebut nampak ketika guru memberi
5
kesempatan siswa untuk bertanya maupun berpendapat tidak dimanfaatkan dengan baik oleh siswa. Dari data nilai hasil belajar siswa di ketahui bahwa nilai rata-rata hanya mencapai 56,0. Angka
ini jauh dibawah Kriteria Ketuntasan
Minimum (KKM) yang telah ditentukan oleh sekolah yaiu 70,0. Dari hasil observasi tersebut diketahui bahwa kemampuan pemahaman yang menjadi dasar dari pembelajaran matematika siswa masih kurang dan perlu ditingkatkan di madrasah tersebut. Proses pembelajaran di sekolah siswa biasanya harus menerima pelajaran dari guru dan mereka dipaksakan untuk bisa mengerjakan soal tanpa mempertimbangkan keadaan kemampuan matematikanya. Akibatnya siswa menganggap pembelajaran matematika kurang menarik dan membosankan yang berdampak terhadap kurangnya kemampuan pemahaman konsep matematik siswa. Maka dari itu perlu dilakukan peningkatan pembelajaran dengan menggunakan berbagai pendekatan dan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman, kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan berpikir siswa. Mengingat matematika itu obyek-obyek penelaahannya abstrak, tetapi harus dipelajarai oleh siswa sejak sekolah dasar, maka dalam pembelajarannya perlu memperhatikan kemampuan dan aspek psikologi anak. Guru yang dapat mengenal dan memahami karakter serta kemampuan siswanya dengan baik, merupakan modal awal yang sangat menunjang dalam pelaksanaan proses pembelajaran di kelas. Dengan diketahui kemampuan siswa-siswanya yang tinggi, sedang dan rendah, akan sangat membantu guru dalam menyusun rencana pembelajaran dan pelaksanaannya didepan kelas. Setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda dalam memahami matematika sehingga pemilihan lingkungan belajar khususnya pendekatan pembelajaran menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan artinya pemilihan pendekatan pembelajaran harus dapat mengakomodasi kemampuan matematika siswa yang heterogen sehingga dapat memaksimalkan hasil belajar siswa. Selain itu, rendahnya kemampuan pemahaman konsep matematika siswa dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang digunakan guru cenderung
6
menjadikan siswa pasif, hanya melihat dan mendengarkan guru menyampaikan pelajaran dapat membuat siswa menjadi bosan dan tidak tertarik. Kemudian cara guru menyampaikan pelajaran masih dominan menggunakan model pembelajaran konvensional serta penyampaiannya juga terkesan monoton tanpa memperhatikan potensi siswa. Guru juga lebih aktif dibandingkan siswa dan siswa lebih banyak mendengar serta memperhatikan penjelasan guru sehingga tidak diberi kesempatan yang luas untuk mengembangkan daya pikir serta kemampuannya dalam meyelesaikan masalah. Idealnya aktivitas pembelajaran tidak hanya difokuskan
pada
upaya
mendapatkan
pengetahuan
sebanyak-banyaknya,
melainkan juga bagaimana menggunakan segenap pengetahuan yang didapat untuk menghadapi situasi baru atau memecahkan masalah-masalah khusus yang ada kaitannya dengan bidang studi yang dipelajari. Mengembangkan kemampuan siswa dalam membangun pemahaman dan daya pikir untuk menyelesaikan masalah maka kemampuan pemahaman konsep matematika harus ditingkatkan dan dikembangkan dalam sebagai kemampuan dasar pembelajaran matematika. Seorang guru tidak hanya mentransfer pengetahuan kepada siswa tetapi juga membantu siswa untuk mencerna dan membentuk pengetahuan mereka sendiri serta memberdayakan mereka untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Pembelajaran matematika tidak mungkin bisa dicapai hanya melalui hafalan, latihan pengerjaan soal yang bersifat rutin serta proses pembelajaran yang berpusat pada guru. Diperlukan metode yang sesuai untuk mengubah dari situasi guru mengajar pada situasi siswa belajar, menempatkan siswa sebagai pusat belajar, membantu dan mendorong siswa untuk senang belajar matematika. Dewasa ini telah banyak teori-teori, model, metode dan pendekatan pembelajaran dengan berbagai keunggulannyanya masing-masing diterapkan untuk mendukung proses pembelajaran. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika adalah metode pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) yang. Pada metode ini siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari dua pihak. Satu pihak sebagai
7
Problem Solver (PS) dan satu pihak sebagai Listener (L). Setiap anggota tim memiliki tugas masing-masing yang akan mengikuti aturan tertentu. Dengan adanya kegiatan ini, siswa dituntut untuk bersikap aktif dan mengeluarkan sebanyak-banyaknya informasi yang mereka ketahui dan pada akhirnya
mereka
mengkonstruksi
pengetahuan
yang
mereka
dapatkan.
Pembentukan pengetahuan siswa akan menghasilkan suatu pemahaman dalam diri siswa tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat Slavin yang mengatakan bahwa : ”TAPSS permits rehearse the concepts, relate them to existing frameworks, and produce a deeper understanding of material”.4
Dengan menggunakan metode TAPSS,
siswa memikirkan pemecahan dari suatu masalah, kemudian mengungkapkan gagasan dan pemikirannya dalam menemukan solusi sehingga membantu siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang berhubungan dengan konsepkonsep
matematika.Peningkatan
kemampuan
pemahaman
konsep
dalam
pembelajaran matematika di sekolah sangatlah penting, karena hal ini sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika. Dengan dimilikinya kemampuan pemahaman konsep diharapkan berdampak pada pengembangan daya pikir terhadap kemampuannya dalam meyelesaikan masalah matematika sehingga kemampuan hasil belajar matematika siswa meningkat. Oleh karena itu, Metode TAPPS ini dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika matematika siswa. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis mencoba mengadakan suatu penelitian yang berjudul ”Meningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa
dengan Metode Pembelajaran Thinking Aloud Pair
Problem Solving (TAPPS)”.
4
Slavin, Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS), 2012 (http://www.wcer.wisc.edu /archive/cl1/cl/doingcl/tapps.htm)
8
B.
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan sebelumnya maka dapat
diidentifikasikan masalah sebagai berikut 1. Guru masih di pandang sebagai pusat pembelajaran dan siswa sebagai objek pembelajaran. 2. Siswa
dipaksakan
guru
untuk
bisa
mengerjakan
soal-soal
tanpa
mempertimbangkan keadaan kemampuan matematikanya. 3. Masih banyak siswa yang sulit memahami penjelasan konsep matematika yang dijelaskan oleh guru. 4. Rendahnya kemampuan siswa dalam pemahaman konsep matematika. 5. Guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional dalam proses pengajaran dimana guru lebih aktif daripada siswa dan siswa tidak diberi kesempatan yang luas untuk mengembangkan daya pikir dan kemampuan dalam menyelesaikan masalah. C.
Area dan Fokus Penelitian Agar penelitian ini dapat terarah dan tidak terlalu luas jangkauannya maka
diperlu kan pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran TAPPS yaitu suatu metode pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk ikut aktif dalam pembelajaran. Satu pihak siswa sebagai Problem Solver
(PS). PS membaca soal dan dilanjutkan dengan mengungkapkan
semua hal yang terpikirkan untuk menyellesaikan masalah dalam soal tersebut. Satu pihak sebagai Listener (L). Seorang Listener (L) harus membuat Problem Solver
(PS) terus bicara. Tugas utama Listener (L) adalah
memahami setiap langkah maupun kesalahan yang dibuat Problem Solver (PS). Setelah semua masalah selesai dipecahkan, kedua siswa saling bertukar tugas. Sehingga semua siswa memiliki kesempatan untuk menjadi Problem Solver dan Listener.
9
2. Penggunaan metode pembelajaran TAPPS dilihat dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika, Pemahaman siswa yang dikaji adalah pemahaman konsep menurut Skemp, yakni: pertama (instrumental) mampu hafal konsep tanpa kaitannya dengan yang lainnya, dapat menerapkan rumus dalam perhitungan sederhana, dan mengerjakan perhitungan secara algoritmik, kedua (relasional) yaitu dapat mengaitkan suatu konsep dengan konsep lainnya D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan fokus penelitian di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kemampuan pemahaman konsep matematik siswa pada setelah diajarkan dengan metode pembelajaran TAPPS? 2. Bagaimana aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan metode pembelajaran TAPPS? 3. Bagaimana respon siswa terhadap proses pembelajaran dengan metode pembelajaran TAPPS? E.
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatan pemahaman konsep
matematika siswa. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Peningkatan
Kemampuan
pemahaman
Matematika
Siswa
setelah
menggunakan metode pembelajaran TAPPS. 2. Peningkatan Aktivitas Siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan metode pembelajaran TAPPS. 3. Respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan metode pembelajaran TAPPS.
10
F.
Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini, penulis berharap hasil penelitian ini dapat
memberikan manfaat baik bagi pembelajaran matematika maupun dalam upaya meningkatkan kualitas dan hasil pembelajaran matematika. 1.
Manfaat Teoritik a. Sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa. b. Sebagai pijakan untuk mengadakan penelitian yang menggunakan model pembelajaran.
2.
Manfaat Praktis a. Bagi penulis, dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan metode pembelajaran TAPPS dalam pembelajaran matematika. b. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan tentang suatu alternatif pembelajaran matematika untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa. c. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi dan bahan rujukan untuk mengadakan penelitian yang lebih lanjut.
BAB II KAJIAN TEORETIK, PENGAJUAN KONSEPUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika a. Karakteristik Matematika
Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan. Banyak permasalahan dan kegiatan dalam hidup kita yang harus diselesaikan dengan menggunakan ilmu matematika seperti menghitung, mengukur, dan lain-lain. Matematika adalah ilmu universal yang mendasari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, memajukan daya pikir serta analisa manusia. Banyak pendapat yang mendefinisikan tentang matematika. Kata matematika berasal dari bahasa Yunani yaitu mathematike, yang berarti “relating to learning”. Kata tersebut mempunyai akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu. Kemudian kata mathematike berhubungan sangat erat dengan sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu mathanein yang mengandung arti belajar (berpikir).1 Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sudah diterima sehingga keterkaitan antara konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas. 2 Selajutnya, Kline (1973) dalam Suherman mengatakan bahwa matematika bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi matematika utamanya untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, 1
Erman, Suherman.dan Turmudi.dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. (Bandung: UPI, 2003). h.18. 2 Kurikulum 2004 dalam Fuji Mulia, Pengertian Matematika Menurut Para Ahli. 2013 [http://www.trigonalworld.com/]
11
12
dan alam.3 Matematika dipandang sebagai suatu hal untuk menyelesaikan persoalan, hal ini menunjukan bahwa matematika pada dasarnya bermanfaat dalam menyelesaikan permasalahan kehidupan sehari-hari. Matematika merupakan sarana untuk menemukan jawaban atau menyelesaikan masalah yang dihadapi, melalui simbol dan penghitunganpenghitungan
berdasarkan
informasi
yang
diberikan.
Matematika
merupakan suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama, karena itu, matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapai perkembangan IPTEK sehingga matematika perlu dibajarkan kepada setiap siswa sejak SD, bahkan sejak TK. Matematika yang diberikan di sekolah baik pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SMP) maupun pada jenjang pendidikan menengah (SMU dan SMK) disebut dengan matematika sekolah.4 Banyak sekali fungsi matematika dalam kehidupan nyata, seperti ilmu-ilmu penemuan dan pengembangannya yang berasal dari matematika. Sebagai contoh, teori ekonomi mengenai permintaan dan penawaran yang dikembangkan melalui konsep fungsi dan kalkulus tentang integral dan differensial, dan lain-lain. Matematika merupakan ratu dan pelayan ilmu yang berarti matematika adalah sebagai sumber dari ilmu yang lain. Oleh karena itu, matematika berfungsi untuk melayani ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, matematika bukan hanya tumbuh dan berkembang untuk dirinya sendiri sebagai suatu ilmu, tetapi juga untuk melayani kebutuhan ilmu pengetahuan yang lain. Dari beberapa ahli yang mendefinisikan matematika di atas, maka dapat
disimpulkan
bahwa
matematika
adalah
suatu
studi
yang
menggunakan pola berpikir yang logis dan konsep-konsepnya saling berhubungan satu dengan yang lainnya untuk menemukan jawaban terhadap suatu permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Hal di atas 3 4
Suherman. Op,.cit hlm. 19 Suherman, Op.,cit. h. 54-55
13
sejalan dengan tujuan pelajaran matematika agar mendapatkan hasil belajar yang optimal, tujuan pelajaran matematika di SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK yang dinyatakan oleh Depdiknas (2006) adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika 2) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh 3) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah 4) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.5 b. Pengertian Pemahaman Konsep Pemahaman merupakan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran matematika. Materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan sebagai hafalan, melainkan sebagai tujuan untuk mencapai konsep yang diharapkan dalam tujuan proses pembelajaran. Sehingga siswa mampu memahami sesuatu berdasarkan pengalaman belajarnya. Pemahaman adalah suatu proses, cara memahami cara mempelajari baik-baik supaya paham dan pengetahuan banyak. Pemahaman merupakan aspek kemampuan yang termasuk ke dalam Cognitive Domain (ranah kognitif). Ranah kognitif berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berfikir.
5
Fadjar Shadiq, Untuk Apa Belajar Matematika?, (http://fadjarp3g.files.wordpress.com /2008/12/08-utkapabelmat_widya_.pdf)
2013,
p.5-6
14
Pengertian
dari
pemahaman
itu
sendiri
bisa
beragam,
Tingkatan pemahaman menurut Polya; Pemahaman mekanikal, yang dicirikan dengan dapat mengingat dan menerapkan sesuatu secara rutin dan menghitung sederhana, Pemahaman induktif, yakni dapat menerapkan rumus atau konsep dalam kasus sederhana atau dalam kasus serupa, Pemahaman rasional, yakni dapat membuktikan kebenaran rumus dan teorema, Pemahaman intuitif, yakni dapat memperkirakan kebenaran dengan pasti (tanpa ragu-ragu) sebelum menganalisis lebih lanjut.6 Tingkatan
pemahaman
konsep
menurut
Polattsek;
pertama
pemahaman komputasional, yaitu dapat menerapkan rumus dalam perhitungan sederhana dan mengerjakan sesuatu secara algoritmik. Kedua pemahaman fungsional, yaitu dapat mengkaitkan suatu konsep/prinsip dengan
konsep/prinsip
lainnya,
dan
menyadari
proses
yang
7
dikerjakannya. Menurut Copeland Tingkat pemahaman konsep; Knowing how to, yaitu dapat mengerjakan sesuatu secara rutin/algoritmik. Knowing, yaitu dapat mengerjakan sesuatu dengan sadar akan proses yang dikerjakannya . 8 Menurut
Suhendra,
seseorang
dikatakan
memahami
konsep
matematika bila ia telah mampu melakukan beberapa hal di bawah ini,9 antara lain: 1) Menemukan (kembali) suatu konsep yang sebelumnya belum diketahui berlandaskan pada pengetahuan dan pengalaman yang telah diketahui dan dipahaminya sebelumnya. 2) Mendefinisikan atau mengungkapkan suatu konsep dengan cara membuat kalimat sendiri namun tetap memenuhi ketentuan berkenaan dengan gagasan konsep tersebut.
6
Utari sumarmo, “Rujukan Filsafat, Teori dan Praksis Ilmu Pendidikan (Bab III: Pembelajaran Matematika) (Bandung:UPI Press, 2008), h. 682 7 Ibid, h. 683 8 Ibid 9 Suhendra,dkk, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika (Jakarta:Universitas Terbuka,2007),h.7
15
3) Mengidentifikasi hal-hal yang relevan dengan suatu konsep dengan cara-cara yang tepat. 4) Memberikan contoh (dan bukan contoh) atau ilustrasi yang berkaitan dengan suatu konsep guna memperjelas konsep tersebut. Skemp
menyatakan ada dua
jenis
pemahaman,
pemahaman
instrumental dan pemahaman relasional. Pemahaman instrumental, yaitu pemahaman konsep atas konsep yang saling terpisah dan hanya lafal rumus dalam perhitungan sederhana. Pemahaman relasional, yaitu pemahaman yang termuat dalam suatu skema atau struktur yang dapat digunakan pada penyelesaian masalah yang lebih luas.10 Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman dalam matematika adalah kemampuan siswa dalam menerjemahkan soal menjadi bentuk lain. Sedangkan konsep menurut Mustafa adalah suatu kategori stimulti yang memiliki ciri-ciri umum. Stimulti adalah objek-objek atau orang (person).11 Rosser (1984) menyatakan bahwa konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-keadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan yang mempunyai atributatribut yang sama.12 Dapat kita pahami suatu konsep yaitu dasar suatu pemikiran objek yang abstrak dan memiliki kriteria tertentu. Menurut Ausubel, Individu memperoleh konsep melalui formasi konsep (concept formation) yang merupakan bentuk perolehan konsepkonsep
sebelum
anak-anak
masuk
sekolah.
Sedangkan
Gagne
membedakan dua jenis konsep, yaitu konsep yang konkret (concrete concept) dan yang abstrak (defined concept)
13
. Konsep konkret adalah
pengertian yang menunjuk pada objek-objek dalam lingkungan fisik. Konsep konkret yang biasa kita pelajari melalui pengamatan, mungkin
10
Utari loc. cit. Oemar hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. 2003 (jakarta:Bumi aksara) hlm. 162 12 Saiful sagala. Konsep dan makna pembelajaran. 2012 (Bandung : Alfabeta) hlm. 73 13 Ibid Hal.73. 11
16
ditunjukan melalui definisi/batasan, karena merupakan sesuatu yang abstrak. Sedangkan konsep yang abstrak adalah konsep yang mewakili realitas hidup, tetapi tidak langsung menunjuk pada realitas lingkungan fisik, karena realitas itu tidak berbadan. Bila seseorang telah mengenal suatu konsep, maka konsep yang telah diperoleh tersebut dapat digunakan untuk mengorganisasikan konsep yang satu dengan yang dilakukan melalui kemampuan kognitif. Untuk memahami suatu konsep siswa perlu melihat berbagai contoh, sehingga siswa akan memperoleh penghayatan yang lebih benar, serta bisa menerapkan konsep itu ke dalam situasi yang lain. Konsep menunjuk pada pemahaman dasar. Siswa mengembangkan suatu
konsep
ketika
mereka
mampu
mengklasifikasikan
atau
mengelompokan benda-benda atau ketika mereka dapat mengasosiasikan suatu nama dengan kelompok benda tertentu. Konsep mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama dan dituangkan dalam bentuk suatu kata. Suatu konsep dapat dilambangkan dalam bentuk suatu kata yang mewakili konsep itu, jadi lambang konsep dituangkan dalam bentuk suatu kata atau bahasa. Dengan memahami konsep akan lebih mudah untuk mengelompokan benda-benda atau objek disekitar kita yang diasosiasikan khususnya di dalam kelas. Pengenalan
terhadap
konsep
hendaknya
diawali
dengan
pengetahuan terhadap ciri dari konsep. Adapun ciri-ciri konsep14 sebagai berikut : a)
Atribut konsep adalah suatu sifat yang membedakan antara konsep satu dengan konsep lainnya.
b) Atribut nilai-nilai, adanya variasi-variasi yang terdapat pada suatu atribut. c)
Jumlah atribut juga bermacam-macam antara satu konsep dengan konsep lainnya.
14
Oemar Hamalik, Op. Cit h.162-163
17
d) Kedominanan atribut, menunjuk pada kenyataan bahwa beberapa atribut lebih dominan (obvius) daripada yang lainnya. Ciri-ciri konsep tersebut mengindikasikan bahwa konsep memiliki karakteristik masing-masing, sehingga memerlukan suatu kemampuan untuk menghubungkan konsep satu dengan konsep lainnya. Pada saat pembelajaran di kelas, perlu diperhatikan tahapan dalam mengajarkan konsep. Terdapat tujuh langkah yang perlu diikuti dalam mengajarkan konsep15, yaitu sebagai berikut : a)
Tetapkan perilaku yang diharapkan oleh siswa setelah mempelajari konsep.
b) Mengurangi banyaknya atribut yang terdapat dalam konsep yang kompleks dan menjadi atribut-atribut penting dominan. c)
Menyediakan mediator verbal yang berguna bagi siswa.
d) Memberikan contoh-contoh yang benar dan yang salah mengenai konsep. e)
Menyajikan contoh-contoh.
f)
Sambutan siswa dan penguatan (reinforcement).
g) Menilai belajar konsep. Dengan melakukan cara pengajaran konsep yang tepat, diharapkan para siswa dapat lebih memahami konsepnya dengan baik. Beberapa ciri pengertian konsep sebagai berikut: 1.
Konsep itu semacam simbol yang merupakan buah pikiran dari seseorang atau sekelompok orang.
2.
Konsep timbul sebagai hasil dari pengalaman manusia terhadap suatu objek tertentu atau peristiwa tertentu.
3.
Konsep adalah hasil pikiran yang abstrak yang merangkum banyak pengalaman.
4.
Konsep menyangkut keterkaitan fakta-fakta atau pola pada fakta.
5.
Suatu konsep dapat mengalami perubahan bila timbul fakta atau penemuan baru.
15
Ibid h.166-169
18
6.
Konsep berguna untuk menjelaskan dan meramalkan. Konsep
dalam
matematika
merupakan
ide
abstrak
yang
memungkinkan orang dalam mengklasifikasikan objek-objek atau peristiwa-peristiwa dan menentukan apakah objek atau peristiwa itu merupakan contoh atau bukan dari ide abstrak tersebut. Konsep dalam matematika dalat diperkenalkan melalui definisi, gambar, contoh, model atau peraga. Konsep-konsep dalam matematika tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis dan sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep yang kompleks. Dalam matematika terdapat topik atau prasyarat sebagai dasar untuk memahami topik atau konsep selanjutnya. Dapat dikatakan bahwa belajar matematika dibutuhkan mengkaji dan berpikir (bernalar) secara logis, kritis dan sistematis Kemampuan Pemahaman konsep dalam pembelajaran matematika merupakan kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam memahami konsep dan dalam melakukan prosedur secara luwes, akurat, efisien dan tepat. Pemahaman
sebuah
konsep
sangat
penting
dalam
pembelajaran
matematika hal ini sebagaimana tercantum dalam Permendiknas tahu 2006 yang menyatakan standar kelulusan pembelajaran matematika di smp adalah : 1. Memahami konsep bilangan real, operasi hitung dan sifat-sifatnya (komutatif, asosiatif, distributif), barisan bilangan sederhana (barisan aritmetika dan sifat-sifatnya), serta penggunaannya dalam pemecahan masalah 2. Memahami konsep aljabar meliputi: bentuk aljabar dan unsurunsurnya,
persamaan
dan
pertidaksamaan
linear
serta
penyelesaiannya, himpunan dan operasinya, relasi, fungsi dan grafiknya, sistem persamaan linear dan penyelesaiannya, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah. 3. Memahami bangun-bangun geometri, unsur-unsur dan sifatsifatnya, ukuran dan pengukurannya, meliputi: hubungan antar
19
garis, sudut (melukis sudut dan membagi sudut), segitiga (termasuk melukis segitiga) dan segi empat, teorema Pythagoras, lingkaran (garis singgung sekutu, lingkaran luar dan lingkaran dalam segitiga dan melukisnya), kubus, balok, prisma, limas dan jaring-jaringnya, kesebangunan dan kongruensi, tabung, kerucut, bola, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah 4. Memahami konsep data, pengumpulan dan penyajian data (dengan tabel, gambar, diagram, grafik), rentangan data, rerata hitung, modus dan median, serta menerapkannya dalam pemecahan masalah 5. Memahami konsep ruang sampel dan peluang kejadian, serta memanfaatkan dalam pemecahan masalah 6. Memiliki sikap menghargai matematika dan kegunaannya dalam kehidupan 7. Memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta mempunyai kemampuan bekerja sama.16 Pemahaman terhadap konsep dan struktur suatu materi menjadikan materi itu dipahami secara lebih komprehensif laindari itu peserta didik lebih mudah mengingat materi itu apabila yang dipelajarimerupakan pola yang
berstruktur.
Dengan
memahami konsep
dan
struktur
akan
mempermudah terjadinya transfer. Dengan kata lain pemahaman konsep yaitu memahami sesuatu kemampuan mengerti, mengubah informasi ke dalam bentuk yangbermakna. Beberapa pakar psikologi pendidikan berpendapat bahwa pemahaman konsep merupakan suatu kompetensi matematika yang harus dimiliki oleh siswa. Dalam penelitian ini pemahaman konsep matematika yang akan diukur adalah kemampuan pemahaman konsep siswa menurut teori Richard R. Skemp. Dapat kita simpulkan Skemp membagi pemahaman ke dalam 2 jenis yaitu, Pertama Pemahaman instrumental yaitu siswa hafal sesuatu 16
Sri Wardani, “Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs untuk Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matematika”, Pusat Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Matematika, 2008, h. 29-30
20
secara terpisah atau dapat menerapkan sesuatu pada perhitungan rutin/ sederhana,
mengerjakan
sesuatu
secara
algoritmik
saja.
Kedua
Pemahaman relasional yaitu siswa dapat mengaitkan sesuatu dengan hal lainnya secara benar dan menyadari proses yang dilakukan. c. Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Salah satu indikator dari conceptual understanding adalah dapat merepresentasikan situasi matematika dalam berbagai cara yang berbeda dan mengetahui menggunakan representasi yang berbeda itu dapat digunakan untuk tujuan-tujuan yang berbeda. Tingkat conceptual understanding siswa saling berelasi dengan banyaknya dan keluasan koneksi yang mereka ketahui.17 Pengetahuan matematika yang dipelajari dengan menggunakan pembelajaran yang berdasarkan pandangan learning as understanding memberikan dasar-dasar untuk menurunkan pengetahuan baru dan menyelesaikan masalah matematika yang belum dikenal sebelumnya. Ketika siswa memperoleh conceptual understanding dalam suatu topik matematika, mereka melihat koneksi di antara konsep dan prosedur, dan dapat memberikan alasan untuk menjelaskan beberapa fakta merupakan konsekuensi dari fakta lainnya. Mereka memperoleh rasa percaya diri, sehingga mendorong mereka meningkat pemahamannya ke level yang lebih tinggi.18 Mengajarkan
suatu
konsep
dapat
dilakukan
dengan
memperkenalkan kepada siswa kata-kata kunci untuk digunakan dalam membicarakan mengenai konsep-konsep tersebut dan memeriksa apakah siswa telah membiasakan diri dengan kata-kata dan arti yang terdapat dalam konsep-konsep tersebut. Jika konsep sudah diperoleh maka informasi yang disampaikan akan mudah diingat oleh siswa karena konsep akan membantu dalam proses mengingat dan membuatnya lebih efisien 17
Jeremy Kilpatrick, dkk Adding it up : helping children learn mathematics. Copyright 2001 by the National Academy of Sciences. US h. 119 18 Ibid.
21
sehingga tidak
mudah untuk dilupakan. Konsep sangatlah berperan
penting dalam pembelajaran karena dengan konsep guru akan lebih mudah menyampaikan materi dan siswapun akan lebih mudah menyerap dan memahami materi yang diajarkan. Setiap indikator pencapaian aspek pemahaman konsep berlaku tidak saling tergantung, namun antar indikator dapat dikombinasikan. Dengan demikian dapat disusun suatu instrumen penilaian yang sengaja hanya mengukur kemampuan siswa dalam memberi contoh dan bukan contoh konsep, atau hanya mengukur kemampuan menyatakan ulang sebuah konsep, namun dapat pula disusun instrumen penilaian yang mengukur kemampuan siswa dalam memberi contoh dan bukan contoh konsep sekaligus mengukur kemampuan menyatakan ulang sebuah konsep. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pemahaman
konsep
matematika
adalah
kemampuan
mengklarifikasikan suatu nama (peristiwa, bentuk, susunan, besaran, simbol-simbol, dan lain-lain) ke dalam golongan-golongan, mengenali anggota-anggota golongan itu, karakteristik, rentangan karakteristik, dan kaidah. Semua pengetahuan yang telah diperoleh itu dapat diungkapkan dengan kata-kata sendiri. Dengan demikian penulis
menyimpulkan:
siswa dikatakan
memahami suatu konsep di dalam matematika, atau paham terhadap konsep yang diberikan dalam pembelajaran matematika, jika mereka; pertama (instrumental) mampu hafal konsep tanpa kaitannya dengan yang lainnya, dapat menerapkan rumus dalam perhitungan sederhana, dan mengerjakan perhitungan secara algoritmik, kedua (relasional) yaitu dapat mengaitkan suatu konsep dengan konsep lainnya yang telah diberikan terlebih dahulu. Berdasarkan asumsi di atas maka indikator yang sesuai dengan model pembelajaran pencapaian konsep, yang digunakan peneliti untuk melihat tingkat pemahaman konsep matematika adalah indikator pemahaman konsep menurut Skemp.
22
2. METODE PEMBELAJARAN TAPPS a. Pengertian Metode TAPPS Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) adalah sebuah metode artikulasi-refleksi yang dikembangkan dan diteliti selama bertahun-tahun oleh Whimbey dan Lochhead (1999). TAPSS adalah kombinasi dari think aloud dan teknik teachback. Bekerja berpasangan, satu siswa berfikir lisan saat memecahkan suatu masalah.19 Jadi TAPPS tidak hanya melihat pemahaman siswa melalui cara berfikirnya dalam memecahkan masalah, tetapi juga melalui cara mengajarkan kembaliapa yang mereka telah pelajari kepada orang lain. Metode ini pertama kali dikembangkan oleh Claparade yang kemudian di gunakan oleh Bloom dan Blooder untuk meneliti proses pemecahan masalah pada siswa SMA. Thinking Aloud artinya berpikir lisan, Pair artinya berpasangan dan Problem Solving artinya penyelesaian masalah. Jadi Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) dapat diartikan sebagai teknik berfikir lisan secara berpasangan dalam penyelesaian masalah yang merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat menciptakan kondisi belajar aktif kepada siswa. Jenis pembelajaran ini membuat siswa untuk mencari tahu sumber-sumber pengetahuan yang relevan. Sehingga metode TAPPS memberikan tantangan kepada siswa untuk belajar memahami dan berfikir sendiri . Thinking Aloud Pair Problem Solving dapat dijabarkan atau diartikan juga secara terpisah yaitu teknik berfikir lisan berpasangan (Thinking Aloud Pair),
yaitu
suatu
metode pembelajaran
yang
menekankan kepada siswa untuk berfikir sendiri dalam memahami konsep yang ada dengan melibatkan semua aspek yang ada. Sedangkan Problem Solving adalah metode pembelajaran dengan berbasis memecahkan permasalahan. Metode TAPPS ini merupakan salah satu metode pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa dalam menggunakan semua indera 19
Jonassen, David, Learning to Solve Problem, (San Fransisco: Pfeiffer, 2004), h. 139
23
dan kemampuan berpikir untuk memahami konsep yang dipelajari. Pembelajaran ini diharapkan berpengaruh positif terhadap tingkat pemhaman konsep dan pola pikir kreatif siswa. Dalam pembelajaran ini siswa lebih banyak bekerja dan berpikir dari pada mendengarkan dan sekedar menerima informasi, sehingga konsep yang diperoleh dapat tertanam lebih kuat, dan akibatnya prestasi belajar yang dicapai oleh siswa menjadi lebih baik. Pada metode TAPPS, siswa di kelas dibagi menjadi beberapa tim, setiap tim terdiri dari dua orang. Satu orang siswa menjadi Problem solver dan satu orang lagi menjadi Listener. Setiap anggota tim memiliki tugas masing-masing yang akan mengikuti aturan tertentu.20 Setiap siswa memiliki tugas masing-masing dan bertukar peran bila masalah terselesaikan, sedangkan guru mengarahkan siswa sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan. Dalam Think Aloud Pair Problem Solving sepasang siswa menerima serangkaian masalah serta peran yang spesifik sebagai problem solver dan listener yang berganti dengan tiap masalah. Problem solver berfikir keras, membicarakan langkah-langkah pemecahan masalah, sementara pasangannya mendengarkan, mengikuti langkah-langkah, mencoba
untuk
memahami alasan
di
balik langkah-langkah, dan
menawarkan saran jika ada salah langkah.21 Problem solver berusaha menjelaskan penyelesaian soal masalah kepada listener yang secara tidak langsung ikut membantu penyelesaian masalah dengan cara menanyakan dan meminta penjelasan secara keseluruhan mengenai langkah yang dilakukan problem solver tersebut. Menurut MacGregor, (1990) :Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) is a collaborative structure introduced by Lochhead and Whimbey (1987) as a means to encourage problem-solving skills by verbalizing to a listener one's problem-solving thoughts. The idea behind TAPPS is that
20
Stice, J.E, Teaching Problem Solving, 1987, (http://wwwcsi.unian.it/educa/ problemsolving/stice_ps.html) h. 3 21 Elizabeth, E. Barkley, Student Engagement Techniques: A Hanbook for Collage Faculty, (San Fransisco: First Eixtion, 2010) , h. 259
24
presenting aloud the problem-solving process helps analytical reasoning skills. The dialogue associated with TAPPS helps build the contextual framework needed for comprehension.22 MacGregor menjelaskan bahwa TAPPS adalah struktur
pembelajaran
kolaboratif
yang
mengacu
pada
pengembangan
kemampuan pemecahan masalah dengan dengan verbalizing atau menjelaskan solusi masalah kepada pendengar.
Metode TAPPS merupakan suatu metode pembelajaran yang melibatkan dua orang siswa bekerja sama menyelesaikan suatu masalah. Setiap siswa memiliki tugas masing-masing dan guru dianjurkan untuk mengarahkan siswa sesuai prosedur yang telah ditentukan. Hal pertama yang harus dilakukan oleh seorang problem solver adalah membaca soal yang dilanjutkan dengan mengungkapkan semua hal yang terpikirkan untuk menyelesaikan masalah dalam soal tersebut. b. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode TAPPS Whimbey dan Lochhead menjelaskan metode ini menggambarkan pasangan yang bekerjasama sebagai problem solver dan Listener untuk memecahkan suatu permalasahan. Siswa yang berperan sebagai problem solver menjelaskan setahap demi setahap langkah-langkah menyelesaikan masalah, sedangkan siswa yang berperan sebagai listener memiliki tugas untuk memahami setiap langkah yang dilakukan problem solver, sementara guru dianjurkan untuk mengarahkan siswa sesuai prosedur yang telah ditentukan. Proses ini telah terbukti efektif dalam membantu siswa belajar.23 Metode TAPPS melibatkan siswa bekerja secara berpasangan dengan tugas yang berbeda untuk setiap siswa. Seorang siswa bertugas memecahkan masalah bersama temannya yang secara tidak langsung membantu proses pemecahan masalah dengan cara meminta penjelasan seluruh langkah pemecahan masalah yang dilakukan siswa tersebut. 22
City Colege of Chicago. Adult Education Program ABE/GED Curriculum Instructional Strategies hlm. 13 23 Arthur Whimbey & J. Lochhead. Problem Solving & comprehension. London: Lawrence Erlbaum Associates. 1999 hlm. 39
25
Dalam metode TAPPS, setiap siswa diberikan permasalahan yang berbeda yang harus dipecahkan. Seperti yang telah disebutkan di atas, masingmasing siswa memiliki tugas yang berbeda. Berikut ini rincian tugas problem solver dan listener menurut Stice (1987).24 1) Menjadi seorang problem solver a) Menyiapkan buku catatan, alat tulis, kalkulator, dan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah. b) Membacakan masalah dengan suara keras. c) Mulai untuk memecahkan masalah sendiri. Problem solver mengemukakan semua pendapat serta gagasan yang terpikirkan, mengemukakan semua langkah yang akan dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut serta menjelaskan apa, mengapa, dan bagaimana langkah tersebut diambil agar listener mengerti penjelasan yang dilakukan problem solver. d) Problem solver harus lebih berani dalam mengungkapkan segala hasil pemikirannya. Anggaplah bahwa listener tidak sedang mengevaluasi. e) Mencoba untuk tetap menyelesaikan masalah tersebut sekalipun problem solver menganggap masalah tersebut mudah. 2) Menjadi seorang listener a) Memahami secara detail setiap langkah yang diambil problem solver. b) Menuntun problem solver untuk terus berbicara, tetapi tidak mengganggu problem solver ketika berpikir. c) Memastikan bahwa langkah dari solusi permasalahan yang diungkapkan oleh problem solver tidak ada yang salah, dan tidak ada langkah dari solusi tersebut yang hilang. d) Membantu
problem
solver
agar
lebih
mengungkapkan solusi dari permasalahannya.
24
Stice, op. Cit p. 4-5
teliti
dalam
26
e) Memastikan diri bahwa listener mengerti setiap langkah dari solusi tersebut. f) Jangan biarkan problem solver melanjutkan pemaparannya jika listener tidak mengerti apa yang dipaparkan problem solver dan jika listener berpikir ada suatu kekeliruan. g) Memberikan isyarat pada problem solver, jika problem solver melakukan kesalahan dalam proses berpikirnya atau dalam perhitungannya, tetapi listener jangan memberikan jawaban yang benar. Dilihat dari kedua peran tersebut proses pembelajaran metode TAPPS siswa di kelas dibagi menjadi beberapa tim, setiap tim terdiri dari dua orang. Satu orang siswa menjadi problem solver dan satu orang lagi menjadi listener. Setiap anggota tim memiliki tugas masing-masing yang akan mengikuti aturan tertentu. Pasangan-pasangan siswa bekerja menyelesaikan masalah. Salah satu siswa memecahkan masalah sementara yang lainnya mendengarkan. Siswa diminta untuk berganti peran untuk setiap masalah yang berbeda. Kegiatan dihentikan apabila siswa telah berhasil menyelesaikan seluruh masalah yang diberikan oleh guru. Guru dapat berkeliling memonitor aktivitas seluruh tim dan melatih listener mengajukan pertanyaan. Hal ini diperlukan karena keberhasilan model ini akan tercapai bila listener berhasil membuat problem solver memberikan alasan dan menjelaskan apa yang mereka lakukan untuk memecahkan masalah. Seorang listener harus membuat problem solver tetap berbicara. Seorang listener harus memahami setiap langkah maupun kesalahan yang dibuat problem solver. Seorang listener yang baik tidak hanya mengetahui langkah yang diambil problem solver tetapi juga memahami alasan yang digunakan problem solver untuk memilih langkah tersebut. Listener dianjurkan untuk menunjukan bila telah terjadi kesalahan tetapi tidak menyebutkan letak kesalahannya dan listener berusaha untuk tidak menyelesaikan masalah problem solver. Setelah suatu masalah selesai
27
terpecahkan, kedua siswa saling bertukar tugas. Sehingga semua siswa memiliki kesempatan untuk menjadi problem solver dan listener.
c. Keunggulan Metode TAPPS Metode TAPPS adalah metode yang efektif dan efisien membangun kemampuan menjelaskan analitis siswa karena metode ini melibatkan pertukaran konsepsi antar siswa, yang membantu mereka meningkatkan pembelajaran dan pemahaman mereka terhadap materi pelajaran sehingga membantu mereka dalam memahami konsep dengan pemahaman yang lebih baik. Demikian juga dengan Slavin yang mengatakan bahwa: “TAPPS permits students to rehearse the concepts, relate them to existing frameworks, and produce a deeper understanding of the material”.25 Metode ini melibatkan berpikir tingkat tinggi, metode ini juga dapat memonitor siswa sehingga siswa dapat mengetahui apa yang dipahami dan apa yang yang belum dipahaminya. Proses ini cenderung membuat proses berpikir siswa lebih sistematik dan membantu mereka menemukan kesalahan sebelum mereka melangkah lebih jauh ke arah yang salah sehingga membantu merek untuk menjadi pemikir yang lebh baik. Metode TAPPS merupakan suatu metode pembelajaan yang melibatkan dua orang siswa bekerja sama menyelesaikan suatu masalah. Satu siswa memecahkan masalah dengan memperdengarkannya dan yang lain mendengar, akan mengingatkan vokalisasi dan akurasi serta kemampuan komunikasi lisan siswa. TAPPS membantu siswa mengamati dan memahami proses berpikir mereka sendiri dan pasangannya. Barkley mengemukakan bahwa “TAPPS inproves analitycal skill by helping student to formalize ideas, rehearse consepts, understand the sequence of step underlyng their thinking, and identify error in someone else’s reasoning. Since it requires students to relate information to existing 25
Slaving, Thinking Alound Pair Problem (http://www.wcer.wisc.edu/archive/c11/cl1/doingcl/tapps.htm).
Solving
(TAPPS),
2011.
28
conceptual frameworks and to apply existing information to new situations, it can also promote deeper understanding”.26 TAPPS dapat meningkatkan kemampuan analitik dengan membantu siswa dalam memformulasikan gagasan, melatih konsep, memahami langkah yang mendasari pemikiran mereka dan mengidentifikasi kesalahan dalam penalaran orang lain. TAPPS juga dapat mendorong terbentuknya pemahaman yang lebih dalam dan lengkap. Dari beberapa pendapat yang dikemukakan di atas maka dapat dikatakan bahwa metode TAPPS memiliki beberapa keunggulan, antara lain: 1. Mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. 2. Meningkatkan pemahaman konsep. 3. Mengurangi pemikiran impulsif. 4. Meningkatkan keahlian mendengarkan aktif. 5. Meningkatkan keahlian berkomunikasi. 6. Membangun rasa puas ketika memecahkan suatu masalah. 7. Membangun rasa percaya diri dalam memecahkan suatu masalah. Melalui metode TAPPS siswa belajar untuk bertangggung jawab dam kegiatan belajar, tidak sekedar menjadi penerima informasi yang pasif, namun harus aktif mencari informasi yang diperlukan sesuai dengan kapasitas yang dimiliki. Dalam metode TAPPS siswa dituntut bergerak aktif untuk terampil bertanya dan mengemukakan pendapat, menemukan informasi yang relevan dari sumber yang tersembunyi, mencari berbagai cara yang paling efektif untuk menyelesaikan masalah, sehingga dari halhal tersebut dapat terlihat jelas aktivitas yang dilakukan siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapai ketika proses pembelajaran berlangsung. Metode TAPPS mengharuskan siswa untuk mengartikulasikan pikiran mereka kepada seorang listener ketika mereka memecahkan masalah yang diajukan. Dalam proses tersebut, siswa belajar untuk 26
Barkley loc. cit.
29
mengorganisasikan dan menilai kualitas pemikiran mereka sendiri. Sebagai listener, siswa belajar untuk menghargai berbagai cara logis yang digunakan oleh problem solver dalam memecahkan suatu masalah.
d. Teori yang Mendukung TAPPS Metode TAPPS ini mengacu pada dua teori yaitu teori Piaget dan teori Vyggotsky tentang perkembangan sosial. Dalam teorinya Piaget menyebutkan “social-arbitrary knowledge—language, values, rules, morality, and symbol systems—can only be learned in interactions with others. Peer interaction is also important in logical-mathematical thought in disequilibrating the child’s egocentric conceptualizations and in provision of feedback to the child about the validity of logical constructions.”27 Menurut Piaget Interaksi diantara siswa sangat diperlukan karena kegiatan ini akan menunjukan pandangan yang berbeda dari yang lainnya agar dapat memperbaiki dan menigkatkan pemahaman siswa terhadap suatu konsep serta lebih mampu memecahkan masalahmasalah kompleks dibanding dengan siswa yang belajar secara individu. Seperti halnya Piaget, Vygotsky mengemukakan “collaborative activity among children promotes growth because children of similar ages are likely to be operating within one another’s proximal zones of development, modeling in the collaborative group behaviors more advanced than those they could perform as individuals”28. Menurut Vygotsky Kolaborasi sesama siswa dapat membentuk/meningkatkan pengetahuan sebagai hasil dari pikiran dan kegiatan siswa sendiri melalui interaksi bahasa. Menurut teori ini, guru dan siswa dituntut harus bekerja secara kolaboratif, bukan terfokus pada guru yang hanya memberikan materi didepan kelas. Ruang kelas akan menjadi suatu komunitas pembelajaran jika siswa dan tempatduduknya dibagi dalam beberapa kelompok. Dari 27 28
R.E. Salvin. Research for The Future, (Academic Press, inc 1996) h.48 Ibid h.49
30
dua teori ini siswa di tuntut untuk beajar sehingga dapat menemukan atau merekonstruksi kembali pengetahuannya, khususnya dalam memahami konsep dan memecahkan masalah yang dihadapi. e. Desain Metode Thinking Alound Pair Problem Solving (TAPPS) dalam Proses Pembelajaran Matematika Menerapkan metode TAPPS di kelas, yang perlu diperhatikan adalah prosedur pelaksanaan metode tersebut agar terlaksana dengan baik. Yang patut dikembangkan dan diterapkan kepada siswa adalah bagaimana siswa belajar sama satu sama lain agar termotivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagai inkuiri dan dialog serta untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir dalam menyelesaikan masalah pada pembelajaran matematika. Adapun langkah-langkah atau prosedur pembelajaran matematika dengan menggunakan etode TAPPS secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut: 1) Pendahuluan -
Guru dan siswa berdoa bersama.
-
Guru mengabsen siswa.
-
Guru menyampaikan standar kompetensi dan kompetensi dasar sebagai tujuan pembelajaran.
-
Guru menyampaikan apersepsi dan motivasi kepada siswa.
-
Menginformasikan kepada siswa bahwa metode yang akan digunakan pada setiap pertemuan yaitu metode TAPPS dan menyampaikan prosedur pelaksanaannya.
2) Kegiatan Inti Eksplorasi: -
Guru memberikan lembar kerja kepada masing-masing siswa dan memberikan sedikit penjelasan mengenai lembar kerja siswa (LKS) tersebut.
31
-
Siswa menggali pengetahuan awal melalui lembar kerja siswa (LKS) yang telah diberikan guru.
Elaborasi: -
Guru membagi siswa secara berpasangan menjadi kelompokkelompok kecil.
-
Siswa mengerjakan soal-soal yang terdapat di dalam lembar kerja siswa (LKS).
-
Guru mengarahkan setiap pemasangan untuk secara bergantian menjadi problem solver dan listener dengan membahas soal yang berbeda.
-
Siswa
yang
bertindak
sebagai
problem
solver
mempresentasikan jawabannya dalam lembar kerja kepada listener, dimulai dari membacakan soal sampai kepada penyelesaian dan kesimpulannya. -
Siswa yang bertindak sebagai listener bertugas mendengarkan dan mengikuti serta memahami setiap langkah yang dilakukan problem solver dalam memecahkan serta menyelesaikan masalah.
-
Siswa yang bertindak sebagai listener berhak mengajukan pertanyaan dan menginterupsi problem solver, jika telah terjadi kesalahan pada penjelasan problem solver namun tidak diperbolehkan memecahkan masalah/soal problem solver.
-
Guru
membimbing
kelompok
siswa
dalam
melakukan
keterampilan metode TAPPS dan memberikan bantuan kepada siswa yang kurang terampil dalam melakukan perannya, terutama untuk peran seorang listener. Konfirmasi: -
Siswa melakukan tanya jawab dengan guru seputar kesulitan yang siswa hadapi ketika mengerjakan soal. Dan guru bersama siswa membahas soal-soal tersebut.
32
-
Guru memberikan evaluasi akhir dengan meminta siswa secara individu mengerjakan sebuah soal yang diberikan guru, dan mengumpulkan kembali lembar kerja siswa untuk diberikan penilaian oleh guru.
3) Penutup -
Guru bersama siswa membuat rangkuman dan memberikan kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari.
-
Guru meminta siswa mempelajari materi selanjutnya.
-
Guru menginformasikan kepada siswa bahwa untuk pertemuanpertemuan berikutnya metode pembelajaran yang akan digunakan adalah metode TAPPS.
-
Guru bersama siswa menutup pelajaran dengan salam. Pembelajaran dengan menggunakan metode TAPPS selain tertuju
kepada aspek dan keterampilan kognitif untuk memahami konsep dalam memecahkan masalah yang menghindari jawaban yang sederhana, tetapi juga bertujuan untuk melatih verbalisasi siswa dalam menyampaikan permasalahan sekaligus memecahkannya kepada siswa lain. Pembelajaran akan terasa lebih bermakna untuk siswa karena mengkolaborasikan aspek berpikir dan interaksi sosial, sehingga memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk permasalahan yang dihadapi. B. Hasil-hasil penelitian yang relevan 1. Penelitian yang silakukan oleh Yuniawiatika. 2008 terhadap siswa kelas III SMPN 1 bandung, dengan judul penerapan Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa SMP. Menunjukan bahwa kemampuan komunikasi matematika siswa SMP melalui pembelajaran matematika menggunakan metode TAPPS secara signifikan lebih baik daripada siswa
33
yang mendapat pembelajaran matematika dengan menggunakan metode konvensional.29 2. Penelitian yang dilakukan oleh Ruzyta Nur H. 2010 terhadap siswa kelas VII SMPN 3 Bandung, dengan judul Pembelajaran Matematika Melalui Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) dalam upaya meningkatkan kemampuan analisis matematis siswa SMP. Menunjukan bahwa metode TAPPS mampu meningkatkan kemampuan analisis matematis siswa SMP yang sangat signifikan daripada siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan metode konvensional.30 3. Penelitian yang dilakukan oleh Supriati pada siswa kelas VIII SMP Negeri 17 Tangerang Selatan yang berjudul Meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pemecahan masalah matematik melalui metode thinking aloud pair problem solving (tapps) di SMP Negeri 17 Tangerang selatan. Menunjukan bahwa pembelajaran matematika menggunakan metode TAPPS dapat Meningkatkan Aktivitas siswa dalam pemecahan masalah matematika.31 4. Penelitian yang dilakukan oleh Michael L. Pate dkk. dalam jurnal yang berjudul “Effects Of Thinking Aloud Pair Problem Solving On The Troubleshooting Performance Of Undergraduate Agriculture Students In A
Power Technology Course”
yang
menunjukan
bahwa Siswa
menggunakan pembelajaran TAPPS (kelompok eksperimen) memiliki tingkat keberhasilan lebih tinggi secara signifikan daripada siswa yang
29
Yuniawiatika. 2008 “penerapan Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa SMP. Skripsi pendidikan matematika UPI bandung. Bandung 2008 [http://a-research.upi.edu/] 2013 p.1 tidak dipublikasikan 30 Ruzyta Nur H, “Pembelajaran Matematika Melalui Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) dalam upaya meningkatkan kemampuan analisis matematis siswa SMP”. Skripsi pendidikan matematika UPI bandung. Bandung 2010 [http://a-research.upi.edu/] 2013 p.1 tidak dipublikasikan 31 Supriati “Meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pemecahan masalah matematik melalui metode thinking aloud pair problem solving (tapps) di SMP Negeri 17 Tangerang selatan” Skripsi pendidikan matematika UIN Jakarta. Jakarta 2012 , tidak dipublikasikan
34
tidak menggunakan teknik Tapps (kelompok kontrol), χ (1) = 5.56, p = .02.32 C. Kerangka Konseptual Intervensi Tindakan Kemampuan pemahaman konsep matematika sangat penting untuk siswa dalam mempelajari matematika. Karena konsep matematika yang satu dengan yang lain berkaitan sehingga untuk mempelajarinya harus runtut dan berkesinambungan. Jika siswa telah memahami konsep-konsep matematika maka akan memudahkan siswa dalam mempelajari konsep-konsep matematika berikutnya yang lebih kompleks. Akan tetapi, hampir sebagian besar siswa justru mengaku bahwa mereka seringkali mengalami kesulitan untuk memahami pokok bahasan matematika yang dijelaskan oleh guru. Terlebih lagi jika mereka diberikan soal dengan sedikit variasi yang membutuhkan penalaran lebih. Hanya beberapa siswa yang mampu menjawab dengan benar, itupun siswasiswi yang memang tergolong lebih pandai dari siswa-siswi yang lain di kelasnya. Selain itu, banyak juga siswa yang mengaku bahwa ketika guru menjelaskan suatu pokok bahasan yang baru, terkadang mereka lupa akan inti dari pokok bahasan yang telah dijelaskan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya. Beberapa kejadian yang telah dijelaskan tersebut
menunjukkan bahwa
pemahaman konsep matematika siswa masih rendah. Maka dari itu diperlukan suatu upaya guna meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa. Salah satu upaya yang dilakukan yakni dengan penerapan metode pembelajaran TAPPS dalam proses pembelajaran matematika di kelas. Pada proses pembelajaran metode TAPPS, siswa di kelas dibagi menjadi beberapa tim, setiap tim terdiri dari dua orang. Satu orang siswa menjadi problem solver dan satu orang lagi menjadi listener. Setiap anggota tim memiliki tugas masing-masing yang akan mengikuti aturan tertentu. Pasangan-pasangan siswa bekerja menyelesaikan masalah. Salah satu siswa memecahkan masalah sementara yang lainnya mendengarkan. Siswa diminta untuk berganti peran untuk setiap masalah baru. Kegiatan dihentikan apabila siswa telah berhasil menyelesaikan 32
Journal of Agricultural Education Volume 45, Number 4, h 7
35
seluruh masalah yang di berikan oleh guru. Guru dapat berkeliling memonitor aktivitas seluruh tim dan melatih listener mengajukan pertanyaan. Hal ini diperlukan karena keberhasilan model ini akan tercapai bila listener berhasil membuat problem solver memberikan alasan dan menjelaskan apa yang mereka lakukan untuk memecahkan masalah. Metode TAPPS melibatkan siswa bekerja secara berpasangan dengan tugas yang berbeda untuk setiap siswa. Seorang siswa bertugas memecahkan masalah bersama temannya yang secara tidak langsung membantu proses pemecahan masalah dengan cara meminta penjelasan seluruh langkah pemecahan masalah yang dilakukan siswa tersebut. Dalam metode TAPPS, setiap siswa diberikan permasalahan yang berbeda yang harus dipecahkan. Seperti yang telah disebutkan di atas, masing-masing siswa memiliki tugas yang berbeda. Dengan penerapan metode TAPPS dalam pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dan meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
D. Hipotesis Tindakan Dari teori-teori yang telah dikemukakan, maka sebelum dilakukan penelitian, dirumuskan terlebih dahulu hipotesis tindakan sebagai dugaan awal penelitian, yaitu: “Pembelajaran matematika dengan menggunakan metode pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa”.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MTs Asy-Syariah yang beralamat di Jalan
Samelang Rt. 01 Rw. 02 Desa Mekarmukti Kecamatan Waluran Kabupaten Sukabumi, pada kelas VIII. Waktu penelitian dimulai dari bulan Juli- Agustus 2013. B.
Metode Penelitian dan Desain Intervensi Tindakan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas (PTK), yaitu suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.1 Metode PTK berusaha mengkaji dan merefleksi suatu pendekatan atau strategi pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan proses dan produk pelajaran di kelas. Penelitian ini diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan (pra penelitian) dan akan dilanjutkan dengan dua siklus. Dalam pra penelitian tersebut peneliti melakukan observasi terhadap guru dan siswa kelas VIII tentang proses pembelajaran matematika. Observasi dilakukan dengan cara melihat data dari nilai ulangan harian kelas VIII yang masih tergolong rendah dan wawancara terhadap guru tentang proses belajar matematika. Setelah pra penelitian ini selesai dilakukan barulah peneliti melakukan penelitiannya terdiri dari dua siklus. Prosedur pelaksanaan PTK terdiri dari rangkaian beberapa siklus yang berulang. Siklus adalah suatu putaran kegiatan yang beruntun yang kembali ke langkah semula.2 Setiap siklus terdiri dari empat tahap kegiatan yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan/observasi (observation), dan refleksi (reflection). Setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang
1 2
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), h.3. Ibid, h. 20.
36
37
ingin dicapai berdasarkan indikator keberhasilan kerja. Berikut ini deskripsi dari empat tahap kegiatan yang tersebut: a.
Perencanaan (Planning) Setelah mengamati kondisi real pembelajaran yang terjadi di kelas,
kemudian peneliti mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang terjadi di kelas, kemudian peneliti mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang terjadi. Selanjutnya peneliti merencanakan tindakan apa yang akan dikenakan terhadap subjek penelitian. Pada tahap perencanaan meliputi kegiatan Dalam tahap ini, peneliti menyiapkan rencana pembelajaran (RPP) dan instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi, lembar wawancara, jurnal harian dan tes akhir siklus. b.
Tindakan (Action) Pada tahap pelaksanaan tindakan, rancangan strategi dan skenario
penerapan pembelajaran akan diterapkan. Rincian tindakan itu menjelaskan langkah demi langkah kegiatan yang akan dilakukan, kegiatan yang seharusnya dilakukan guru, kegiatan yang diharapkan siswa dan jenis instrumen yang akan digunakan untuk pengumpulan data atau pengamatan. c.
Pengamatan (Observasi) Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pada
tahap ini peneliti bekerja sama dengan guru kolaborator atau observer. Guru kolaborator melakukan pengamatan dan mendokumentasikan semua proses yang terjadi dalam tindakan pembelajaran, baik kelemahan metode pembelajaran, kesesuaian antara tindakan dengan skenario pembelajaran, maupun respon subjek penelitian yang berbeda dengan yang diharapkan. Selain itu guru kolabolator memberikan penilaian terhadap instrumen penelitian. d.
Refleksi (Reflection) Tahap ini merupakan tahap untuk mengemukakan kembali apa yang sudah
dilakukan dan mengulas secara kritis tentang apa yang terjadi pada seluruh aspek pembelajaran, mulai dari siswa, suasana kelas, proses pembelajaran, dan hasil belajar. Hasil yang diperoleh dari pengamatan dikumpulkan dan dianalisis peneliti bersama observer, sehingga dapat diketahui apakah kegiatan yang telah
38
dilaksanakan mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu adanya perbaikan. Tahap ini dilaksanakan dengan tujuan untuk memperbaiki kegiatan penelitian sebelumnya, yang akan diterapkan pada siklus berikutnya.Secara umum prosedur atau desain penelitian tindakan kelas digambarkan sebagai berikut : Observasi Pendahuluan - Wawancara dengan guru dan siswa - Observasi pembelajaran siswa
-
Analisis Peyebab Masalah Hasil belajar siswa rendah Siwa sering lupa dengan materi yang telah dipelajari Pembelajaran bepusat pada guru Pemahaman konsep rendah Pemanfaatan sumber belajar masih rendah Model pembelajaran masih monoton
SIKLUS I
SIKLUS II Perencanaan Persiapan instrumen penelitian
Perencanaan Persiapan instrumen penelitian
Pelaksanaan Tindakan Proses pembelajaran dengan Model TAPPS
Pelaksanaan Tindakan Proses pembelajaran dengan Model TAPPS
-
Pengamatan Tes akhir siklus I Analisis hasil skala aktivitas dan tes hasil siklus I
Refleksi mengulas secara kritis tentang apa yang terjadi pada seluruh aspek pembelajaran, mulai dari siswa, suasana kelas, proses pembelajaran, dan hasil belajar . Apakah kegiatan yang telah dilaksanakan mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu adanya perbaikan. Perbaikan dilakukan pada siklus II
-
Pengamatan Tes akhir siklus II Analisis hasil skala aktivitas dan tes hasil siklus II
Refleksi Peneliti bersama kolabolator mengetahui proses pemelajaran siklus II, hasil pembelajaran siklus II dibandingkan dengan indikator keberhasilan. Apabila belum tercapai maka penelitian dilanjutkan ke siklus berikutnya
Gambar 3.1 Desain Penelitian
39
C.
Indikator Keberhasilan Kinerja Hasil
penelitian
yang
diharapkan
dalam
penelitian
ini
adalah
meningkatnya kemampuan pemahaman konsep matematik siswa melalui metode pembelajaran TAPPS. Penelitian ini akan dihentikan jika: 1.
Hasil tes kemampuan pemahaman konsep yang diberikan pada setiap akhir siklus menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa mencapai ≥ 70. Nilai 70 ini sesuai dengan KKM yang ditetapkan.
2.
Hasil Persentase skor tiap indikator kemampuan pemahaman konsep yaitu instrumental dan relasional mencapai 70% atau termasuk dalam kategori baik.
3.
Hasil pengamatan aktivitas proses pembelajaran siswa dengan tipe TAPPS mencapai skor 70% Jika kedua indikator kinerja tersebut telah terpenuhi maka penelitian
tindakan ini berhasil dan tindakan penelitian dihentikan. Sebaliknya, jika salah satu atau kedua indikator keberhasilan kinerja belum terpenuhi, maka tindakan penelitian ini harus dilanjutkan ke siklus berikutnya, dan disertai dengan adanya perbaikan-perbaikan yang menjadi kekurangan dari siklus sebelumnya.
D.
Subjek dan Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian Subjek pelaku dalam penelitian ini adalah peneliti, guru bidang studi
matematika bertindak sebagai observer. Sedangkan subjek penerima adalah siswa kelas VIII MTs Asy-Syariah Waluran yang berjumlah 32 orang. Subjek tersebut didapat dari hasil wawancara dengan guru bidang studi matematika bahwa dikelas VIII dirasakan siswa masih memiliki pemahaman konsep matematika yang masih rendah. E.
Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian Peneliti dalam penelitian ini berperan sebagai perencana dan pelaksana
penelitian. Peneliti membuat rancangan pembelajaran, melaksanakan kegiatan, melakukan refleksi dan menentukan tindakan-tindakan pada siklus selanjutnya.
40
Dalam penelitian ini, peneliti dibantu oleh seorang guru, guru ini adalah guru mata pelajaran matematika kelas VIII yang bertindak sebagai observer. F.
Tahapan Intervensi Tindakan Penelitian tindakan kelas ini dimaksudkan untuk melihat bagaimana
pemahaman konsep matematika siswa, pada setiap siklus setelah diberikan tindakan. Jika pada penelitian siklus I terdapat kekurangan maka penelitian pada siklus II lebih diarahkan pada perbaikan dan jika pada siklus I terdapat keberhasilan maka pada siklus II lebih diarahkan pada pengembangan. Adapun tahapan-tahapan dalam penelitian ini dideskripsikan sebagai berikut: 1. Penelitian pendahuluan a. Observasi kegiatan belajar mengajar Pada kegiatan ini peneliti menadakan pengamatan awal terhadap proses pembelajaran matematika pada kelas VIII MTs Asy-Syariah. Kegiatan ini dilakukan
dengan
tujuan
untuk
mengetahui
bagaimana
proses
pembelajaran matematika dan pemahaman konsep matematika siswa. b. Wawancara dengan guru dan siswa Wawancara dilaksanakan terhadap siswa dengan guru kelas untuk mengetahui minat siswa terhadap pelajaran matematika, aktivitas belajar matematika
siswa,
pemahaman
konsep
matematika
siswa,
dan
permasalahan yang dihadapi guru dalam pembelajaran matematika di kelas VIII. 2. Siklus I a. Tahap perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan instrumen-instrumen penelitian, yaitu lembar observasi guru dan siswa, pedoman wawancara untuk guru dan siswa, LKS dan soal tes pada akhir siklus. b. Tahap pelaksanaan Pada tahap ini direncanakan melalui 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 pertemuan dimana setiap pertemuandiberikan satu aspek pemahaman
41
konsep siswa. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar matematika dengan menggunakan lembar kerja siswa yang dibuat oleh guru dan menerapkan metode Thingking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS), kemudian dilanjutkan dengan pemberian tes siklus I. c. Tahap Observasi Pada tahap ini observer melakukan pengamatan tentang pelaksanaan pembelajaran TAPPS dan pemahaman konsep siswa selama proses pembelajaran berlangsung. d. Tahap Analisis dan Refleksi Pada tahap ini peneliti dan observer melakukan analisis terhadap hasil pengamatan observer untuk seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran pada siklus I, refleksi dilakukan untuk mengetahui kekurangan yang ada pada siklus I, rencana refkleksi pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Jika aktivitas Siswa dalam menggali pengetahuan awal secara mandiri cukup menghabiskan waktu maka guru/peneliti lebih membimbing dan memfasilitasi siswa dalam menggali pengetahuan awal. 2) Jika pemasangan siswa masih monoton dan sering mengajukan pasangan yang sama maka guru/peneliti membagi kelompok secara acak menurut absen/undian/kemampuan siswa. 3) Jika LKS yang digunakan kurang efektif maka Guru/Peneliti akan memperbaiki LKS. 4) jika siswa melakukan kerjasama dalam menyelesaikan soal yang diberikan guru pada LKS yang berimplikasi pada peran problem solver dan listener maka Guru/Peneliti memberi penjelasan dan tegas kepada siswa agar menyelesaikan soal untuk perannya secara individu. kemudian hasil refleksi digunakan untuk perbaikan pada tahap perencanaan siklus II. 3. Siklus II a. Tahap perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan instrumen-instrumen penelitian, yaitu lembar observasi guru
42
dan siswa, pedoman wawancara untuk guru dan siswa, LKS dan soal tes pada akhir siklus II. b. Tahap pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar matematika dengan menggunakan alat peraga dan lembar kerja siswa yang telah diperbaiki dan menerapkan pembelajaran dengan Thingking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS), dengan memasangkan dan menempatkan posisi duduk siswa secara lebih tepat, kemudian dilanjutkan dengan pemberian tes siklus II. c. Tahap Observasi Pada tahap ini guru kelas (observer) melakukan pengamatan tentang pelaksanaan pembelajaran TAPPS dan pemahaman konsep siswa selama proses pembelajaran berlangsung. d. Tahap Analisis dan Refleksi Pada tahap ini peneliti dan observer melakukan analisis terhadap hasil pengamatan observer untuk seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran pada siklus II. Akan ada dua kemungkinan setelah tahap analisi pada siklus dua. (1) Apabila dengan hasil dari siklus II sudah menunjukan bahwa indikator keberhasilan tercapai, maka penelitian dihentikan. (2) Apabila hasil dari siklus II menunjukan bahwa indikator belum tercapai, maka penelitian akan dilanjutkan ke siklus selanjutnya.
G.
Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan Hasil intervensi tindakan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah
meningkatnya pemahaman konsep matematika siswa dan setiap indikator pemahaman konsep matematika siswa melalui metode pembelajaran TAPPS sesuai dengan indikator keberhasilan kinerja.
H.
Data dan Sumber Data Data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data kualitatif dan
kuantitatif:
43
1.
Data kualitatif
: Pedoman
wawancara
guru
dan
siswa,
dokumentasi berupa foto kegiatan. 2.
Data Kuantitatif : Persentase lembar observasi siswa, persentase jurnal harian siswa,nilai tes akhir siklus.
3.
Sumber Data
: Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru kelas, dan peneliti.
I.
Instrumen Pengumpul Data Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
terdiri atas dua jenis, yaitu: 1. Instrumen Tes Untuk tes digunakan tes formatif yaitu tes yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus, dan tes subsumatif yang diberikan pada akhir pembelajaran. Tes ini bertujuan untuk mengetahui/menganalisis peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa dalam menyelesaikan soal berupa LKS dan tes akhir siklus. 2. Instrumen Non Tes Instrumen non tes yang digunakan dalam penelitian adalah: a. Lembar observasi guru dan siswa Lembar observasi digunakan untuk mengungkapkan aktifitas siswa selama proses pembelajaran, apakah proses pembelajaran metode pembelajaran TAPPS terlaksana dengan baik, serta untuk mengetahui kekurangan dalam proses pembelaran. b. Wawancara dengan guru dan siswa Wawancara dengan guru dan siswa dilakukan untuk mengetahui respon guru dan siswa terhadap kegiatan tindakan kelas pada siklus I dan siklus II yang sekaligus mengetahui gambaran umum proses pembelajaran dan masalah-masalah pada tindakan siklus I dan II. c. Jurnal harian Jurnal harian digunakan untuk mengetahui respon siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
44
d. Dokumentasi Dokumentasi pada penelitian ini berupa foto hasil kegiatan proses pembelajaran matematika yang berlangsung pada siklus I dan siklus II dengan menggunakan metode pembelajaran TAPPS.
J.
Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan pada setiap aktifitas, situasi, atau kejadian
yang berkaitan dengan tindakan penelitian yang dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Nilai tes pemahaman konsep matematika siswa yang diperoleh dari hasil tes siswa pada setiap akhir siklus. 2. Hasil observasi proses pembelajaran; peneliti melakukan pengamatan dan mencatat fenomena yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung. 3. Hasil wawancara; peneliti melakukan wawancara kepada guru bidang studi di awal dan akhir siklus. 4. Hasil jurnal harian; data diperoleh dari kegiatan pembelajaran pada setiap pertemuan. 5. Hasil dokumentasi; dokumentasi yang dimaksud adalah berupa foto-foto yang diambil pada saat pembelajaran berlangsung.
K.
Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trustworthiness Study) Jika ingin mendapatkan hasil evaluasi yang baik tentunya diperlukan
instrumen yang kualitasnya baik pula. Sebelum instrumen digunakan untuk mengumpulkan data, instumen tersebut harus ditinjau validitasnya agar diperoleh data yang valid. Suatu instrumen dikatakan valid apabila insrumen tersebut mengevaluasi apa seharusnya di evaluasinya. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep adalah tes formatif akhir siklus. Validitas yang digunakan untuk instrumen kemampuan pemahaman konsep matematika yaitu validitas teoritik atau logik.
45
Validitas logis adalah validitas alat evaluasi yang dilakukan berdasarkan pertimbangan (judgetment) para pakar.3 Agar hasil pertimbangan tersebut memadai maka pertimbangan alat evaluasi dilakukan oleh para ahli atau yang dianggap ahli untuk itu. Orang yang dianggap ahli dalam validitas instrumen penelitian ini adalah dosen pembimbing. Berdasarkan hasil pertimbangan dari dosen yang ditinjau dari validitas isi (conten validity) dan validitas muka (face validity), maka instrumen dianggap layak untuk digunakan. Teknik pemeriksaan kepercayaan yang digunakan terhadap data aktivitas belajar matematika siswa ini adalah dengan menggunakan metode triangulasi. Triangulasi merupakan proses memastikan sesuatu dari berbagai sudut pandang. Triangulasi berfungsi untuk meningkatkan ketajaman hasil pengamatan melalui berbagai cara dalam pengumpulan data. Metode triangulasi data terhadap data aktivitas belajar matematika siswa diperoleh dari data yang dihasilkan dari instrument pemahaman konsep matematika siswa, lembar observasi siswa, dan hasil wawancara terhadap subjek penelitian. Sehingga hasil dari ketiga data tersebut semuanya mengarah dan memperkuat data pemahaman konsep matematika siswa.
L.
Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis Setelah data penelitian terkumpul, peneliti memeriksa kembali kelengkapan
dan keabsahan data tersebut. Tahap selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. 1.
Data kuantitatif Data kuantitatif berupa tes pemahaman konsep tiap akhir siklus, lembar
observasi siswa dan jurnal harian. Data-data tersebut penulis sajikan dalam bentuk tabel, diagram batang (grafik), serta mengelompokkannya ke dalam tabel distribusi frekuensi. Untuk lembar observasi siswa dan jurnal harian data dianalisis dengan menggunakan nilai persentase. Sedangkan hasil tes pemahaman konsep siswa dianalisis menggunakan statistik deskriptif berupa nilai persentase, rata-rata, nilai tertinggi, nilai terendah, dan standar deviasi. Statistik deskriptif 3
Resume Erman Suherman, dalam validitas toritik (logika), 2014, p.1 (http://ruciramath.wordpress.com/).
46
merupakan
statistik
yang
berkenaan dengan pengumpulan,
pengolahan,
penganalisisan, dan penyajian sebagian atau seluruh data (pengamatan) tanpa pengambilan kesimpulan. 4 Sedangkan hasil tes formatif siswa dianalisis menggunakan statistik deskriptif berupa nilai persentase, rata-rata, nilai tertinggi, nilai terendah, dan standar deviasi. Statistik deskriptif merupakan statistik yang berkenaan dengan pengumpulan, pengolahan, penganalisisan, dan penyajian sebagian atau seluruh data (pengamatan) tanpa pengambilan kesimpulan.5 Rumus persentase yang digunakan adalah:6 =
× 100%
Keterangan: = Angka persentase = Frekuensi yang akan dicari persentasenya = Number of Cases (Jumlah frekuensi/Banyaknya individu)
Menganalisis data dengan standar deviasi bertujuan untuk mengukur sejauh mana variabilitas atau sebaran/penyebaran data-data tersebut. Jika semakin besar nilai standar deviasi maka kualitas data semakin tidak baik. Sebaliknya semakin kecil nilai standar deviasi maka kualitas semakin baik pula. Rumus standar deviasi yang digunakan adalah:7 =
∑ .
² − (∑ .
) /
Keterangan: = Standar deviasi = Data ke-i 4
Kadir, Statistika untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial Dilengkapi dengan Output Program SPSS, (Jakarta: Rosemata Sempurna, 2010), h. 4. 5 ibid 6 Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 40. 7 Kadir Op cit. h. 43
47
= Frekuensi = Banyaknya individu Setelah menganalisis data-data, selanjutnya adalah memberikan interpretasi terhadap nilai persentase, rata-rata, dan standar deviasi sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang tepat. 2.
Data kualitatif Data kualitatif berupa hasil wawancara peneliti terhadap subjek penelitian
dianalisis secara kualitatif dengan proses koding untuk mengorganisasi data, selanjutnya membuat interpretasi data dan mendeskripsikannya secara jelas atas dasar data sehingga menjadi suatu kesimpulan. M.
Tindak Lanjut/Pengembangan Perencanaan Tindakan Setelah tindakan pertama (siklus I) selesai dilakukan dan hasil yang
diharapkan belum mencapai kriteria keberhasilan yaitu meningkatnya pemahaman konsep matematika siswa, maka akan ditindak lanjuti sebagai rencana perbaikan pembelajaran. Siklus ini terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanakan tindakan, observasi, serta analisis dan refleksi. Apabila setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, indikator keberhasilan belum tercapai maka penelitian akan dilanjutkan dengan siklus II. Penelitian ini berakhir, apabila peneliti menyadari bahwa penelitian ini telah berhasil menguji penerapan metode pembelajaran TAPPS dalam meningkatkan
pemahaman konsep
matematika siswa. Atau
dengan kata lain, hasil penilaian pemahaman konsep matematika siswa meningkat dari pembelajaran sebelumnya atau sebelum diberi tindakan. Terdapat beberapa indikator pemahaman konsep matematika yang dapat dilatih dalam proses pembelajaran matematika. Oleh karena itu, penulis berharap adanya penelitian lebih lanjut yang dapat mengemukakan faktor ataupun menggunakan kegiatan lain yang dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruhnya hasil pemahaman konsep matematika siswa dalam proses pembelajaran matematika.
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Data penelitian ini diperoleh dari hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas VIII MTs Asy-Syariah Waluran. Data-data hasil intervensi dikumpulkan dan dianalisis. Temuan-temuan diinterpretasikan untuk mengetahui perkembangan penelitian yang dilaksanakan. Subjek penelitian pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII, MTs AsySyari’ah Waluran, tahun pelajaran 2013/2014 pada semester ganjil yang berjumlah 32 orang siswa. Alasan memilih kelas VIII sebagai subjek penelitian adalah karena berdasarkan observasi dan wawancara pada prapenelitian dengan peneliti matematika kelas VIII bahwa ditemukan berbagai masalah dalam proses pembelajaran dikelas yang menimbulkan kemampuan pemahaman konsep siswa rendah. 1. Pelaksanaan Pembelajaran Pada Siklus I Siklus I terdiri dari beberapa tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan dan pengamatan, tahap observasi dan analisis, dan tahap refleksi. Tahapan tersebut dideskripsikan sebagai berikut : a. Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan peneliti menyusun indikator kemudian membuat
rencana
pelaksanaan
pembelajaran TAPPS.
pembelajaran
(RPP)
dengan
model
Untuk menunjang pembelajaran peneliti membuat
LKS yang merisi materi ajar yang akan digunakan pada saat tindakan berlangsung. Selain itu, peneliti juga menyusun berbagai instrumen penelitian dan tes akhir siklus. Bersama guru kolabolator, peneliti mendiskusikan pelaksanaan RPP yang akan dilaksanakan, dan mendiskusikan cara penilaian observasi aktivitas belajar siswa di dalam kelas.
48
49
b. Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan siklus I terdiri dari empat pertemuan ditambah satu pertemuan untuk tes akhir siklus. Pelaksanaan dimulai pada hari senin tanggal 30 September 2013 sampai 08 Oktober 2013. Uraian singkat proses pelaksanaan tindakan pada siklus I adalah sebagai berikut : 1) Pertemuan pertama (Senin, 30 September 2013) Pada pertemuan pertama pembelajaran pada hari senin di mulai pukul 10.50 s.d 12.10 WIB. Guru kolabolator hadir sebagai observer untuk mengamati aktivitas siswa dalam pembelajaran TAPPS yang dicatat pada lembar observasi siswa. Sedangkan pengamatan terhadap proses belajar mengajar dicatat pada lembar observasi Guru. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi dari pembelajaran yang sedang berlangsung sebagai pertimbangan perbaikan pada pertemuan selanjutnya. Peneliti menyampaikan salam pembuka dan mempersilahkan ketua kelas memimpin do’a kemudian mengabsen siswa. Selanjutnya peneliti menyampaikan standar kompetensi dan kompetensi dasar sebagai tujuan pembelajaran. menyampaikan apersepsi dan
motivasi
menyampaikan
kepada manfaat
siswa
mengenai
mempelajari
pembelajaran
relasi.
Setelah
dengan itu
cara
peneliti
menginformasikan kepada siswa bahwa metode yang akan digunakan pada setiap pertemuan yaitu metode TAPPS dan menyampaikan prosedur pelaksanaannya. Materi pada pertemuan pertama yaitu tentang pengertian relasi. Peneliti
membagikan lembar kerja kepada masing-masing siswa. Siswa
diberi kesempatan membaca LKS sambil memberikan sedikit penjelasan mengenai lembar kerja siswa (LKS) tersebut oleh peneliti. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika masih ada kesulitan dalam menggali pengeahuan awal tentang materi relasi. Setelah dianggap cukup mempelajari dari LKS peneliti membuat dan membahas contoh relasi di depan kelas. Peneliti membagi siswa secara berpasangan menjadi kelompokkelompok kecil dan siswa duduk sesuai dengan kelompok yang telah
50
ditentukan. Siswa Mengerjakan soal-soal yang terdapat di dalam lembar kerja siswa (LKS) dan kemudian siswa yang bertindak sebagai problem solver mempresentasikan jawabannya dalam lembar kerja kepada listener, dimulai dari membacakan soal sampai kepada penyelesaian dan kesimpulannya sementara itu siswa yang bertindak sebagai listener bertugas mendengarkan dan mengikuti serta memahami setiap langkah yang dilakukan problem solver dalam memecahkan serta menyelesaikan masalah Siswa yang bertindak sebagai listener berhak mengajukan pertanyaan dan menginterupsi problem solver, jika telah terjadi kesalahan pada penjelasan problem solver namun tidak diperbolehkan memecahkan masalah/soal problem solver. Peneliti membimbing kelompok siswa dalam melakukan keterampilan metode TAPPS dan memberikan bantuan kepada siswa yang kurang terampil dalam melakukan perannya, terutama untuk peran seorang listener dan mengarahkan setiap pemasangan untuk secara bergantian menjadi problem solver dan listener dengan membahas soal yang berbeda. Peneliti meminta siswa untuk membuat pertanyaan jika ada kesulitan ketika mengerjakan soal yang sesuai dengan materi yang sedang dipelajari. Kemudian memberikan evaluasi akhir dengan meminta siswa secara individu mengerjakan sebuah soal. setelah itu peneliti bersama siswa membuat rangkuman dan memberikan kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari. Di akhir pertemuan peneliti Memberi tugas untuk pertemuan selanjutnya, yaitu setiap siswa harus membaca materi selanjutnya yang akan dipelajari dan kemudian mengakhiri pelajaran dengan alhamdulillah lalu menutup pelajaran dengan salam. Pada pertemuan pertama ini respon siswa terhadap pembelajaran TAPPS terlihat cukup baik walaupun masih ada siswa yang masih terlihat kebingungan dalam menjalankan perannya sebagai problem solver ataupun listener. 2) Pertemuan kedua (Selasa, 1 Oktober 2013) Pada pertemuan ke-2 materi yang dipelajari adalah pengertian fungsi (pemetaan) dan menentukan domain, kodomain dan range. Siswa diharapkan
51
dapat menjelaskan pengertian fungsi, mengklasifikasikan relasi yang merupakan fungsi berdasarkan gambar diagram panahnya serta menentukan domain, kodomain dan range suatu fungsi. Peneliti seperti pada pertemuan sebelumnya menyampaikan salam pembuka dan mempersilahkan ketua kelas memimpin do’a
kemudian
mengabsen siswa. Selanjutnya peneliti menyampaikan standar kompetensi dan kompetensi dasar sebagai tujuan pembelajaran. Kemudian peneliti menyampaikan apersepsi dan motivasi kepada siswa mengenai pembelajaran dengan cara menyampaikan manfaat mempelajari fungsi. Setelah itu peneliti menginformasikan kepada siswa bahwa metode yang akan digunakan pada setiap pertemuan yaitu metode TAPPS dan menyampaikan prosedur pelaksanaannya. Peneliti
membagikan lembar kerja kepada masing-masing siswa.
Siswa diberi kesempatan membaca LKS sambil memberikan sedikit penjelasan mengenai lembar kerja siswa (LKS) tersebut oleh peneliti. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika masih ada kesulitan dalam menggali pengeahuan awal tentang materi relasi. Setelah dianggap cukup mempelajari dari LKS peneliti membuat dan membahas contoh relasi yang merupakan fungsi di depan kelas. Peneliti membagi siswa secara berpasangan menjadi kelompokkelompok kecil dan siswa duduk sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan. Siswa Mengerjakan soal-soal yang terdapat di dalam lembar kerja siswa (LKS) dan kemudian siswa yang bertindak sebagai problem solver mempresentasikan jawabannya dalam lembar kerja kepada listener, dimulai dari membacakan soal sampai kepada penyelesaian dan kesimpulannya sementara itu siswa yang bertindak sebagai listener bertugas mendengarkan dan mengikuti serta memahami setiap langkah yang dilakukan problem solver dalam memecahkan serta menyelesaikan masalah Siswa yang bertindak sebagai listener berhak mengajukan pertanyaan dan menginterupsi problem solver, jika telah terjadi kesalahan pada penjelasan problem solver namun tidak diperbolehkan memecahkan masalah/soal problem solver. Peneliti
52
membimbing kelompok siswa dalam melakukan keterampilan metode TAPPS dan memberikan bantuan kepada siswa yang kurang terampil dalam melakukan perannya, terutama untuk peran seorang listener dan mengarahkan setiap pemasangan untuk secara bergantian menjadi problem solver dan listener dengan membahas soal yang berbeda. Meminta siswa untuk membuat pertanyaan jika ada kesulitan ketika mengerjakan soal yang sesuai dengan materi yang sedang dipelajari. Setelah itu, peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan 1 nomor tugas akhir pertemuan. Beberapa siswa masih terlihat kebingungan, padahal
siswa
tersebut
telah
mampu
mengerjakannya
di
lembar
permasalahan. setelah itu peneliti bersama siswa membuat rangkuman dan memberikan kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari. Di akhir pertemuan peneliti Memberi tugas membaca materi selanjutnya yang akan dipelajari di rumah dan kemudian mengakhiri pelajaran dengan alhamdulillah lalu menutup pelajaran dengan salam. 3) Pertemuan ketiga (Senin, 7 Oktober 2013) Pada
pertemuan
ke-3
materi
yang
disampaikan
adalah
mengklasifikasikan relasi yang merupakan fungsi berdasarkan himpunan pasangan berurutan dan diagram Cartesiusnya dan menentukan banyaknya fungsi (pemetaan) yang mungkin dari dua himpunan. Siswa yang hadir mengikuti pembelajaran sebanyak 31 orang, 1 orang siswa tidak hadir karena sakit. Di awal pembelajaran siswa diberikan pertanyaan mengenai pengertian fungsi untuk me-riview dan mengingatkan siswa tentang pelajaran pertemuan kedua. Seperti biasa peneliti menjelaskan terlebih dahulu tentang cara menentukan fungsi yangg mungkin dari dua himpunan serta memberikan gambar relasi yang merupakan fungsi berdasarkan himpunan pasangan berurutan dan diagram cartesius dengan contoh yang telah diberikan sebelumnya. Setelah dijelaskan dan peneliti menanyakan kepada siswa apakah materi yang telah disampaikan sudah dimengerti maka para siswa pun dengan serentak menjawab sudah. tanpa berlama-lama kemudian peneliti
53
menyuruh siswa untuk duduk berdasarkan kelompok seperti pada pertemuan sebelumnya. Peneliti menanyakan tentang PR membahasnya Peneliti
yang telah diberikan dan
membagikan lembar kerja kepada masing-masing
siswa. Siswa diberi kesempatan membaca LKS sambil memberikan sedikit penjelasan mengenai lembar kerja siswa (LKS) tersebut oleh peneliti. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika masih ada kesulitan dalam menggali pengeahuan awal tentang materi relasi. Setelah dianggap cukup mempelajari dari LKS peneliti membuat dan membahas contoh relasi di depan kelas. Peneliti membagi siswa secara berpasangan menjadi kelompokkelompok kecil dan siswa duduk sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan. Siswa Mengerjakan soal-soal yang terdapat di dalam lembar kerja siswa (LKS) dan kemudian siswa yang bertindak sebagai problem solver memp Pertemuan ke-4 siswa mempelajari materi mengklasifikasikan fungsi yang merupakan korespondensi satu-satu dan menentukan banyaknya korespondensi satu-satu yang mungkin dari dua himpunan. Semua siswa yang berjumlah 32 siswa hadir dalam pertemuan ke-4 ini. Peneliti memberikan lembar permasalahan terkait menentukan nilai fungsi. Siswa dikondisikan untuk duduk secara berpasangan dan menggali pengetahuan awal sendiri permasalahan yang diberikan tanpa diberikan pendahuluan atau pengantar terlebih dahulu oleh peneliti. Selanjutnya siswa mendiskusikan dengan teman kelompoknya,
sementara
itu
peneliti
memfasilitasi
kelompok
yang
mengalami kesulitan. Dalam menentukan fungsi koresfondensi satu-satu sebagian besar siswa sudah dapat menyelesaikannya. Namun untuk menentukan banyak koresfondensi satu-satu yang mungkin pada dua himpunan hanya beberapa siswa yang sudah dapat menyelesaikan menggunakan konsep yang benar, dan masih ada beberapa siswa yang salah secara konsep dasarnya. Pada pertemuan ke empat ini respon siswa terhadap pembelajaran dengan model TAPPS lebih meningkat dari pertemuan sebelumnya. Siswa
54
mulai terbiasa dengan pembelajaran dalam menjalankan perannya dan semakin aktif dalam pembelajaran. Siswa yang menjadi problem Solver mempresentasikan jawabannya dalam lembar kerja kepada listener, dimulai dari membacakan soal sampai kepada penyelesaian dan kesimpulannya sementara itu siswa yang bertindak sebagai listener bertugas mendengarkan dan mengikuti serta memahami setiap langkah yang dilakukan problem solver dalam memecahkan serta menyelesaikan masalah Siswa yang bertindak sebagai listener berhak mengajukan pertanyaan dan menginterupsi problem solver, jika telah terjadi kesalahan pada penjelasan problem solver namun tidak diperbolehkan memecahkan masalah/soal problem solver. Peneliti membimbing kelompok siswa dalam melakukan keterampilan metode TAPPS dan memberikan bantuan kepada siswa yang kurang terampil dalam melakukan perannya, terutama untuk peran seorang listener dan mengarahkan setiap pemasangan untuk secara bergantian menjadi problem solver dan listener dengan membahas soal yang berbeda.karena pada pertemuan kali ini siswa berjumlah ganjil karena seorang siswa tidak hadir maka peneliti mensiasati dengan meminta salah seorang siswa yang duduk berdekatan untuk melakukan perannya 2 kali baik itu sebagai problem solver maupun listener. Dan siswa itu pun bersedia untuk melakukannya sehingga peneliti bersama guru kolabolator bisa mengobservaasi aktivitas siswa seperti biasa. Peneliti meminta siswa untuk membuat pertanyaan jika ada kesulitan ketika mengerjakan soal yang sesuai dengan materi yang sedang dipelajari. Setelah
itu,
peneliti memberikan kesempatan kepada
siswa untuk
mengerjakan 1 nomor tugas akhir pertemuan. Kemudian peneliti bersama siswa membuat rangkuman dan memberikan kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari. Di akhir pertemuan peneliti Memberi tugas membaca materi selanjutnya yang akan dipelajari di rumah dan kemudian mengakhiri pelajaran dengan alhamdulillah lalu menutup pelajaran dengan salam.
55
4) Pertemuan keempat (Selasa, 8 Oktober 2013) Pertemuan ke-4 siswa mempelajari materi mengklasifikasikan fungsi yang merupakan korespondensi satu-satu dan menentukan banyaknya korespondensi satu-satu yang mungkin dari dua himpunan. Semua siswa yang berjumlah 32 siswa hadir dalam pertemuan ke-4 ini. Peneliti memberikan lembar permasalahan terkait menentukan nilai fungsi. Siswa dikondisikan untuk duduk secara berpasangan dan menggali pengetahuan awal sendiri permasalahan yang diberikan tanpa diberikan pendahuluan atau pengantar terlebih dahulu oleh peneliti. Selanjutnya siswa mendiskusikan dengan teman kelompoknya,
sementara
itu
peneliti
memfasilitasi
kelompok
yang
mengalami kesulitan. Dalam menentukan fungsi koresfondensi satu-satu sebagian besar siswa sudah dapat menyelesaikannya. Namun untuk menentukan banyak koresfondensi satu-satu yang mungkin pada dua himpunan hanya beberapa siswa yang sudah dapat menyelesaikan menggunakan konsep yang benar, dan masih ada beberapa siswa yang salah secara konsep dasarnya. Pada pertemuan ke empat ini respon siswa terhadap pembelajaran dengan model TAPPS lebih meningkat dari pertemuan sebelumnya. Siswa mulai terbiasa dengan pembelajaran dalam menjalankan perannya dan semakin aktif dalam pembelajaran. 5) Pertemuan kelima (Senin, 21 Oktober 2013) Pertemuan kelima berlangsung selama 2 x 40 menit (2 Jam Pelajaran) yang dimuali pada pukul 08.00 sampai pukul 09.10 WIB. Semua siswa hadir untuk mengikuti tes siklus I. Tes ini berbentuk soal essay yang telah di uji validitas dengan jumlah 8 butir soal. Tes ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan pemahaman matematika siswa terhadap materi yang telah diajarkan pada siklus I. Sebelum tes dimulai, peneliti memberikan kesempatan siswa untuk bersiap-siap selama lima menit. Peneliti memberitahu siswa bahwa segala bentuk catatan matematika agar disimpan dalam tas masing-masing dan dilarang mengunkan kalkulator atau pun alat hitung lainnya. Kemudian tes
56
dilaksanakan selama 75 menit. Suasana cukup hening dan kondusif selama tes berlangsung. Meskipun demikian, saat peneliti berkeliling untuk mengawasi jalannya tes tersebut, masih ada siswa yang bertanya tentang maksud dari soal yang dikerjakannya, peneliti pun memberi sedikit penjelasan dan arahan kepada siswa tersebut. Ada juga beberapa siswa yang terlihat berbisik-bisik dengan temannya. Peneliti menegurnya dan memberi peringatan untuk tidak mengulanginya lagi. Setelah waktu habis siswa segera mengumpulkan lembar tes beserta lember jawabannya. c. Tahap observasi dan analisis Tahap observasi dan analisis dilakukan melalui pengamatan langsung berdasarkan lembar observasi, tes pemahaman konsep, pedoman wawancara dan jurnal harian siswa. 1) Aktivitas Siswa Lembar observasi digunakan untuk mengetahui
aktivitas proses
pembelajaran yang terjadi. Berikut ini merupakan hasil observasi aktivitas proses belajar siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan model TAPPS berlangsung pada siklus I. Tabel 4.1 Rekapitulasi presentase aktivitas proses belajar siswa pada siklus I NO
Aspek yang diamati
A
B Siswa siap menerima pelajaran dan memperhatikan penjelasan dari guru Menggali pengetahuan awal melalui lembar kerja siswa (LKS) Antusias mengerjakan tugas individu Siswa menuliskan dan menjelaskan identifikasi masalah mengenai yang diketahui dan yang ditanyakan di dalam soal
1
2 3
4
1 C
Pertemuan ke 2 3 D E
4 F
3
3
4
4
3
3
3
4
2
3
3
4
2
3
3
4
Rata-rata G 3,5
3,25 3
3
57
A
B Siswa menuliskan dan menjelaskan konsep, cara atau rumus yang digunakan untuk menyelesaikan masalah Siswa menuliskan dan menjelaskan cara perhitungan dalam menyelesaikan soal Siswa menuliskan dan menjelaskan kembali jawaban hasil pemeriksaan terkait penyelesaian masalah/soal Siswa menggambarkan ilustrasi masalah pada lembar kerja siswa (LKS) Siswa Mendengarkan dan memberi tanggapan kepada temanya Jumlah Presentasi
5
6
7
8
9
Keterangan Skor Penilaian : 1 = Sangat Kurang, 2 = kurang, 3 = cukup, 4 = baik, 5 = Sangat baik
C
D
E
F
G
3
3
4
4
3
4
4
4
2
3
3
3
3
3
3
4
2
2
3
3
23 51%
27 60%
30 67%
34 76%
28,5 63,33%
cukup
cukup
baik
baik
Baik
3,5
3,75
2,75
3,25
2,5
(≤20% siswa melakukan kegiatan yang diamati) (21% – 40% siswa melakukan kegiatan yang diamati) (41% – 60% siswa melakukan kegiatan yang diamati) (61% – 80% siswa melakukan kegiatan yang diamati) ( ≥80% siswa melakukan kegiatan yang diamati)
Keterangan Jumlah Nilai Jumlah Nilai
Keterangan
1-9
: Ssangat Kurang
10-18
: Kurang
19-27
: Cukup
28-36
: Baik
37-45
: Sangat Baik
Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa rata-rata aktivitas belajar matematika siswa siklus I sebesar 28,5 jika di presentasikan 63,33% walaupun telah meencapai kriteria baik hal ini masih belum memenuhi
58
indikator aktivitas siswa ≥70%. Hasil pencapaian ini jika dikategorikan kedalam kriteria maka hasil yang dicapai adalah baik. Walaupun dalam siklus I keaktifan belajar siswa terlihat masih kurang pada aktivitas memberi tanggapan penjelasan teman (problem solver), dan menjelaskan
kembali
jawaban hasil pemeriksaan. Walaupun rata-rata aktivitas belajar belum memenuhi indikator keberhasilan tetapi siswa berusaha antusias dalam berperan serta menjalankan perannya sebagai problem solver dan listener karena metode TAPPS ini merupakan metode yang baru diterapkan bagi mereka. 2) Kemampuan Pemahaman Konsep Peneliti menggunakan tes pemahaman konsep yang merupakan alat untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang dilakukan pada setiap akhir siklus. Soal yang diberikan berupa soal uraian sebanyak 10 butir soal setiap soal mewakili indikator pemahaman konsep matematika yang ada. Untuk lebih jelasnya skor hasil tes kemampuan pemahaman konsep pada siklus I dapat dilihat dalam tabel distribusi frekuensi berikut ini : Tabel 4.2 Distribusi frekuensi hasil tes pemahaman konsep matematika siklus I Nilai
F
fk
xi
f . xi
45 – 51
2
2
48
96
52 – 58
5
7
55
275
59 – 65
6
13
62
372
66 – 72
4
17
69
276
73 – 79
12
29
76
912
80 – 86
3
32
83
249
Jumlah
32
.
2180
Dari data skor tes pemahaman konsep matematika siswa pada siklus I diperoleh data statistik deskriptik sebagai berikut :
59
Tabel 4.3 Data statistik nilai tes pemahaman konsep matematika siklus I Statistik Nilai
N
xmaks 32
xmin
85
Mean
45
Median
Modus
S
68,75
70
9,20
66,56
Berdasarkan tabel 4.3 diatas diketahui bahwa rata-rata nilai tes pemahaman konsep matematika siswa pada siklus I adalah 67,42 dengan tingkat ketuntasan 56,25% dari jumlah siswa 32, dan menunjukan bahwa 43,75% siswa memperoleh nilai <70. Modus dari nilai siswa adalah 72,5 artinya bahwa banyak siswa yang memperoleh nilai tersebut dengan median 68,75. jangkauan nilai siswa adalah 40 dan rentang nilai siswa sebesar 40 dengan nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 45 hal ini menunjukan bahwa perbedaan nilai siswa yang berkemampuan tinggi cukup jauh dengan siswa yang berkemampuan rendah. Jika ditinjau dari tiap indikator pemahaman konsep, berikut disajikan perolehan skor tes pemahaman konsep pada siklus I Tabel 4.4 Skor Pemahaman Konsep Tiap Indikator Indikator Pemahaman Konsep Skemp
Jumlah
Skor
Persentase
Skor
ideal
Rata-rata
450
640
70 %
211
320
66 %
84
128
66 %
259
192
56 %
866
1280
68 %
Hafal konsep tanpa kaitannya dengan yang lainnya Instrumental Menerapkan rumus dalam perhitungan sederhana Mengerjakan perhitungan secara algoritmik Relasional
mengaitkan suatu konsep dengan konsep lainnya Jumlah
60
Berdasarkan tabel 4.10 dapat diperoleh informasi bahwa pemahaman konsep matematika siswa pada siklus I pada penyelesaian soal pemahaman instrumental yang terdiri dari indikator pemahaman konsep yang pertama yakni kemampuan Hafal konsep tanpa kaitannya dengan yang lainnya mencapai nilai rata-rata sebesar 70 % dari skor ideal dan termasuk kategori baik dalam hal pencapaian, indikator pemahaman konsep kedua yakni kemampuan Menerapkan rumus dalam perhitungan sederhana mencapai nilai rata-rata sebesar 57 % dari skor ideal dan termasuk kategori sangat baik, indikator pemahaman konsep ketiga yakni kemampuan Mengerjakan perhitungan secara algoritmik mencapai nilai rata-rata sebesar 66 % dari skor ideal dan termasuk kategori baik. Pemahaman relasional dengan indikator kemampuan mengaplikasi konsep atau algoritma ke pemecahan masalah mencapai nilai rata-rata 67 % dan termasuk kategori baik, ini menunjukkan bahwa indikator yang ditargetkan sudah tercapai. Pada soal pemahaman ini, siswa kesulitan untuk memahami soal yang memerlukan pemecahan masalah dengan tingkat kesukaran lebih tinggi. Dengan demikian, pada siklus I ini indikator pemahaman konsep yang pertama mencapai nilai yang diharapkan sedangkan indikator kedua, ketiga dan keempat belum mencapai target yang diharapkan, sehingga pada siklus berikutnya akan menjadi perhatian dan bahan peningkatan bagi siswa. 3) Respon Siswa Selain data yang diperoleh dari lembar observasi dan tes kemampuan pemahaman konsep, penelitian ini juga diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada peneliti dan siswa. Wawancara dilakukan setelah tindakan. peneliti juga menggunakan jurnal harian siswa dengan tujuan untuk mengetahui respon siswa tentang pembelajaran matematika dengan menggunakan model TAPPS. Respon siswa ini kemudian dianalisis dan diinterpretasikan. Lembar jurnal harian diberikan pada setiap akhir pertemuan
61
kepada setiap siswa. Berikut ini hasil yang diperoleh dari jurnal harian siswa pada siklus I disajikan dengan tabel dibawah ini : Tabel 4.5 Representasi Jurnal Harian Siswa Siklus I Kategori
Presentase Pertemuan ke- (%)
Rata-rata
I
II
III
IV
(%)
Positif
53,13
53,13
62,50
71,88
60,16
Netral
12,50
15,63
12,50
6,25
11,72
Negatif
34,38
31,25
25,00
21,88
28,13
Tanggapan siswa pada pembelajaran siklus I dirangkum berdasarkan jurnal harian siswa yang diisi pada setiap akhir pertemuan. Jurnal harian siswa memuat apa yang siswa pelajari pada setiap pertemuan beserta pendapat siswa baik berupa saran atau kritikan terhadap penerapan model pembelajaran TAPPS. Berdasarkan tabel 4.5 menunjukan bahwa proses pembelajaran pada siklus I yang dilaksanakan dalam empat kali pertemuan mendapatkan ratarata respon positif sebanyak 60,16%, respon netral 11,72%, dan respon negatif 28,13%. Jumlah ini masih kurang karena belum mencapai indikator yang ditentukan yaitu memperoleh tanggapan positif siswa >70%. Akan tetapi sebagian besar siswa menyatakan respon yang positif terhadap model TAPPS, jelas sebagian besar siswa menikmati pembelajaran dengan model yang diterapkan. Selanjutnya siswa masih perlu diberi arahan dan pengalaman kembali dengan pembelajaran TAPPS agar respon siswa terhadap pembelajaran TAPPS ini meningkat sehingga efektif dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa. Ada pun respon negatif terhadap pembelajaran TAPPS ini masih tergolong tinggi, hal ini disebabkan siswa masih belum terbiasa dengan proses pembelajaran TAPPS. Hasil pengamatan respon siswa pada siklus I ini akan dijadikan refleksi untuk tindakan pembelajaran selanjutnya, sehingga respon siswa pada siklus II meningkat lebih baik dari siklus I.
62
Selain jurnal harian siswa peneliti juga melakukan wawancara yang dilakukan pada akhir siklus I guna untuk memperoleh tanggapan guru dan siswa terhadap proses pembelajaran dengan metode TAPPS. Berdasarkan hasil wawancara antara peneliti dengan guru dan siswa akhir siklus I menunjukkan hal yang positif. Adapun hasil wawancara dengan guru pada siklus I dirangkum sebagai berikut: 1) Siswa merasa senang belajar matematika dengan penerapan pembelajaran pendekatan TAPPS karena mereka bisa memahami materi tanpa terpaku hanya pada guru. 2) Model pendekatan pembelajaran TAPPS cocok diterapkan pada pelajaran matematika. 3) Meningkatnya perkembangan aktivitas belajar matematika siswa pada siklus I ditandai dengan munculnya keberanian siswa baik yang memiliki kemampuan tinggi maupun rendah, siswa berani mengungkapkan apa yang mereka pahami tentang materi pembahasan dalam bahasa mereka sendiri. 4) Hasil belajar siswa mengalami peningkatan akan tetapi belum mencapai rata-rata ≥70. 5) Dalam berperan sebagai problem solver dan listener siswa sudah bekerja sama dengan baik antar pasangan kelompok. Masing-masing pasangan masih terlihat monoton karena pasangan mereka setiap pertemuannya sama, aktivitas siswa dalam menanggapi ketika pasangannya salah memberikan penjelasan masih terlihat kaku karena mungkin belum terbiasa. Adapun hasil wawancara yang dilakukan dengan siswa menunjukkan meningkatnya aktivitas belajar matematika siswa. Hasil wawancara dengan siswa pada siklus II adalah sebagai berikut: 1) Siswa merasa senang mengikuti pembelajaran matematika dengan metode TAPPS, mereka jadi lebih rajin dan semangat dalam belajar matematika
63
2) Siswa mulai menyukai kelompok karena sering menanggapi dan menjelaskan mengajari anggota lain dan membuat siswa semakin paham terhadap materi yang dipelajarinya. 3) Siswa lebih senang belajar dengan metode TAPPS karena dapat memahami dan menggali materi sebanyak mungkin, dan jika siswa kurang memahami materi siswa dapat berusaha memahami materi dengan caranya sendiri bertanya kepada problem solver tanpa rasa malu karena pasangannya teman sebaya. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa setelah tindakan siklus I diperoleh informasi bahwa beberapa aktivitas yang dianggap kurang bahkan tidak
terbiasa
telah
menunjukkan
peningkatan
setelah
diterapkan
pembelajaran dengan metode TAAPS. Secara rinci hasil wawancara tersebut dapat dilihat pada lampiran. Selain data-data yang telah dipaparkan di atas, proses pembelajaran di kelas diabadikan dalam bentuk dokumentasi gambar. Hasil dokumentasi beberapa aktivitas siswa selama siklus I dapat dilihat sebagai berikut :
Gambar 4.1 Aktivitas Siswa dalam Melakukan Peran Sebagai Problem Solver dan Listener
64
Gambar 4.2 Peneliti Membatu Siswa yang Kesulitan dalam Melakukan Perannya Sebagai Problem Solver dan Listener
d. Tahap Refleksi Setelah proses pembelajaran pada siklus I maka pada pertemuan terakhir dilakukan tes akhir siklus yang bertujuan untuk mengukur kemampuan pemahaman siswa. Berdasarkan hasil tes tersebut rata-rata kemampuan pemahaman matematika siswa sebesar 67,42. Jumlah ini dianggap masih kurang karena belum mencapai indikator keberhasilan kemampuan pemahaman matematika siswa yaitu sebesar ≥70. Hasil yang diperoleh pada siklus I menjadi bahan perbaikan pada proses pembelajaran dengan Model TAPPS pada siklus berikutnya. Berdasarkan hasil analisis dan diskusi bersama kolabolator, ada beberapa catatan yang menjadi keberhasilan dan kekurangan dalam pelaksanaan tindakan pada siklus I. Keberhasilan tindakan di siklus I adalah penggunaan lembar permasalahan (LKS) dapat memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran mengerjakan tugas serta membantu keaktifan mereka
dalam
belajar.
Serta
respon
siswa
terhadap
pembelajaran
dikategorikan baik aktivitas siswa pun pada setiap pertemuannya meningkat.
65
Tabel 4.6 Refleksi Tindakan No 1
Hasil Pengamatan Siklus I
Strategi Perbaikan pada Siklus II
Aktivitas Siswa dalam menggali Guru/peneliti lebih membimbing dan pengetahuan awal secara mandiri memfasilitasi cukup menghabiskan waktu
2
siswa
dalam
menggali
pengetahuan awal.
Pemasangan siswa masih monoton Guru/peneliti membagi kelompok secara dan sering mengajukan pasangan acak menurut absen/undian/kemampuan yang sama
3
Beberapa
siswa. siswa
melakukan Guru/Peneliti memberi penjelasan dan
kerjasama dalam menyelesaikan soal tegas kepada siswa agar menyelesaikan yang diberikan guru pada LKS yang soal untuk perannya secara individu. berimplikasi pada peran problem solver dan listener
2. Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran Pada Siklus II Seperti halnya siklus I siklus II juga terdiri dari beberapa tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan dan pengamatan, tahap observasi dan analisis, dan tahap refleksi. Tahapan tersebut dideskripsikan sebagai berikut : a. Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan peneliti menyusun indikator kemudian membuat
rencana
pelaksanaan
pembelajaran TAPPS.
pembelajaran
(RPP)
dengan
model
Untuk menunjang pembelajaran peneliti membuat
LKS yang telah diperbaiki dan berisi materi ajar yang akan digunakan pada saat tindakan berlangsung. Selain itu, peneliti juga menyusun berbagai instrumen penelitian dan tes akhir siklus II. Bersama guru kolabolator, peneliti mendiskusikan pelaksanaan RPP yang akan dilaksanakan, dan merencanakan pelaksanaan yang menjadi perbaikan tindakan untuk siklus II berdasarkan hasil refleksi siklus I.
66
b. Tahap pelaksanaan tindakan Tahap pelaksanaan siklus II terdiri dari empat pertemuan ditambah satu pertemuan untuk tes akhir siklus. Pelaksanaan dimulai pada hari senin tanggal 22 Oktober 2013 sampai 5 Oktober 2013. Uraian singkat proses pelaksanaan tindakan pada siklus II adalah sebagai berikut: 1) Pertemuan keenam (Selasa, 22 Oktober 2013) Sebelum pembelajaran dimulai peneliti memberikan hasil tes siklus I, siswa pun terlihat antusias untuk mengetahui hasil tes mereka. Setelah semua siswa mengetahui hasil tes mereka, beberapa siswa menyampaikan protes mengenai nilai mereka, kemudian guru menjelaskan bahwa tidak hanya hasil yang benar yang menjadi penilaian dalam tes tersebut, melainkan juga proses dalam menyelesaikan soal. Peneliti pun mengulas kembali mengenai aktivitas siswa pada siklus I yang telah dilakukan siswa yang kebanyakan dalam menjawab/menyelesaikan soal dengan mengabaikan proses penyelesaian dan mengutamakan hasil. Guru mengingatkan siswa agar mengerjakan soal sesuai dengan langkah/tahapan yang telas disampaikan oleh guru. Pada pertemuan ini, materi yang dipelajarai adalah menghitung nilai fungsi melalui substitusi dan menghitung nilai fungsi melalui tabel nilai fungsi. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran selanjutnya seperti pertemuan pada siklus I guru memberikan LKS kepada siswa namun lks yang diberikan sedikit berbeda dengan LKS pada siklus sebelumnya. Selanjutnya guru memberitahukan bahwa dalam pendalaman materi yang dilakukan siswa pada siklus II ini berbeda dengan siklus I. Dimana pada siklus II ini guru bersama siswa langsung mendiskusikan pertanyaan dalam LKS pada tahap pendalaman materi. Kemudian kegiatan pembelajaran dilakuan seperti biasa akan tetapi dalam pembagian kelompok guru mensiasati dengan mengundi pasangan-pasangan siswa agar tidak monoton seperti pada siklus I. Pada akhir pembelajaran peneliti dan siswa menyimpulkan materi dan memberikan tugas akhir pertemuan ntuk dikerjakan siswa. Setelah selesai
67
peneliti mempersilahkan siswa untuk berdoa kemudian istirahat karena pembelajaran telah berakhir. 2) Pertemuan ketujuh (Senin, 28 Oktober 2013) Pembelajaran dimulai seperti biasa dan siswa kembali belajar dengan menggunakan metode TAPPS. Pembelajaran pada pertemuan ini berjalan efektif dan aktivitas belajar matematika siswa sangat aktif. Siswa sudah mulai terbiasa dengan kegiatan pembelajaran dengan Model TAPPS ini. Peneliti seperti pada pertemuan sebelumnya menyampaikan salam pembuka dan mempersilahkan ketua kelas memimpin do’a
kemudian
mengabsen siswa. Selanjutnya peneliti menyampaikan standar kompetensi dan kompetensi
dasar
sebagai
tujuan
pembelajaran.
Kemudian
peneliti
menyampaikan apersepsi dan motivasi kepada siswa mengenai pembelajaran dengan cara menyampaikan manfaat mempelajari fungsi. Setelah itu peneliti menginformasikan kepada siswa bahwa metode yang akan digunakan pada setiap pertemuan yaitu metode TAPPS dan menyampaikan prosedur pelaksanaannya. Peneliti
membagikan lembar kerja kepada masing-masing siswa.
Siswa diberi kesempatan membaca LKS sambil memberikan sedikit penjelasan mengenai lembar kerja siswa (LKS) tersebut oleh peneliti. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika masih ada kesulitan dalam menggali pengeahuan awal tentang materi relasi. Setelah dianggap cukup mempelajari dari LKS peneliti membuat dan membahas contoh menghitung nilai perubahan f(x) jika nilai x bertambah atau berkurang yang merupakan fungsi di depan kelas. Peneliti membagi siswa secara berpasangan menurut absensi menjadi kelompok-kelompok kecil dan siswa duduk sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan. Siswa Mengerjakan soal-soal yang terdapat di dalam lembar kerja siswa (LKS) dan kemudian siswa yang bertindak sebagai problem solver mempresentasikan jawabannya dalam lembar kerja kepada listener, dimulai dari membacakan soal sampai kepada penyelesaian dan kesimpulannya sementara itu siswa yang bertindak sebagai listener bertugas mendengarkan
68
dan mengikuti serta memahami setiap langkah yang dilakukan problem solver dalam memecahkan serta menyelesaikan masalah Siswa yang bertindak sebagai listener berhak mengajukan pertanyaan dan menginterupsi problem solver, jika telah terjadi kesalahan pada penjelasan problem solver namun tidak diperbolehkan memecahkan masalah/soal problem solver. Peneliti membimbing kelompok siswa dalam melakukan keterampilan metode TAPPS dan memberikan bantuan kepada siswa yang kurang terampil dalam melakukan perannya, terutama untuk peran seorang listener dan mengarahkan setiap pemasangan untuk secara bergantian menjadi problem solver dan listener dengan membahas soal yang berbeda. pada akhir pembelajaran peneliti meminta siswa untuk membuat pertanyaan jika ada kesulitan ketika mengerjakan soal yang sesuai dengan materi yang sedang dipelajari. Setelah itu, peneliti bersama siswa menyimpulkan pembelajaran pada pertemuan kali ini kemudian peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan 1 nomor tugas akhir pertemuan. 3) Pertemuan kedelapan (Selasa, 29 Oktober 2013) Pada pertemuan ke delapan Peneliti seperti pada pertemuan sebelumnya menyampaikan salam pembuka dan mempersilahkan ketua kelas memimpin do’a
kemudian mengabsen siswa. Selanjutnya peneliti
menyampaikan standar kompetensi dan kompetensi dasar sebagai tujuan pembelajaran. Kemudian peneliti menyampaikan apersepsi dan motivasi kepada siswa mengenai pembelajaran dengan cara menyampaikan manfaat mempelajari fungsi. Setelah itu peneliti menginformasikan kepada siswa bahwa metode yang akan digunakan pada setiap pertemuan yaitu metode TAPPS dan menyampaikan prosedur pelaksanaannya. Peneliti
membagikan lembar kerja kepada masing-masing siswa.
Siswa diberi kesempatan membaca LKS sambil memberikan sedikit penjelasan mengenai lembar kerja siswa (LKS) tersebut oleh peneliti. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika masih ada kesulitan dalam menggali pengeahuan awal tentang materi relasi. Setelah
69
dianggap cukup mempelajari dari LKS peneliti membuat dan membahas contoh relasi yang merupakan fungsi di depan kelas. Peneliti membagi siswa secara berpasangan menjadi kelompokkelompok kecil dan siswa duduk sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan. Siswa Mengerjakan soal-soal yang terdapat di dalam lembar kerja siswa (LKS) dan kemudian siswa yang bertindak sebagai problem solver mempresentasikan jawabannya dalam lembar kerja kepada listener, dimulai dari membacakan soal sampai kepada penyelesaian dan kesimpulannya sementara itu siswa yang bertindak sebagai listener bertugas mendengarkan dan mengikuti serta memahami setiap langkah yang dilakukan problem solver dalam memecahkan serta menyelesaikan masalah Siswa yang bertindak sebagai listener berhak mengajukan pertanyaan dan menginterupsi problem solver, jika telah terjadi kesalahan pada penjelasan problem solver namun tidak diperbolehkan memecahkan masalah/soal problem solver. Peneliti membimbing kelompok siswa dalam melakukan keterampilan metode TAPPS dan memberikan bantuan kepada siswa yang kurang terampil dalam melakukan perannya, terutama untuk peran seorang listener dan mengarahkan setiap pemasangan untuk secara bergantian menjadi problem solver dan listener dengan membahas soal yang berbeda. Pada pertemuan ini siswa sudah terlihat terbiasa dengan metode TAPPS dan peneliti mencoba memanggil satu pasangan siswa untuk mengulang kembali perannya di depan kelas sebagai problem solver dan listener. Setelah selesai semua siswa memberi tepuk tangan kepada pasangan itu kemudian mereka kembali ke tempatnya semula. Peneliti tetap meminta siswa untuk membuat pertanyaan jika ada kesulitan ketika mengerjakan soal yang sesuai dengan materi yang sedang dipelajari. Setelah itu, peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan 1 nomor tugas akhir pertemuan.
70
4) Pertemuan kesembilan (Senin, 4 November 2013) Pertemuan ke-9 merupakan pertemuan terakhir di siklus II ini, Siswa yang hadir pada pertemuan ini adalah 32 orang. Sebelum peneliti myampaikan materi, peneliti lebih awal memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlebih dahulu mengemukakan materi yang akan dibahas dengan memberikan siswa pertanyaan mengenai materi menggambar grafik dari sebuah relasi untuk
mengingat
kembali
pembelajaran
sebelumnya.
Pembelajaran
dilanjutkan dengan berdiskusi untuk mengerjakan LKS perkelompok dan mendiskusikan jawabnnya dengan menjalankan peran masing-masing siswa. Seperti biasa pertemuan terakhir dalam siklus ke II ini pun diakhiri dengan membuat rangkuman materi dan kesimpulan akhir serta dengan mengerjakan 1 nomor tugas akhir pertemuan. 5) Pertemuan kesepuluh (Selasa, 5 November 2013) Pertemuan kesepuluh berlangsung selama 2 x 40 menit (2 Jam Pelajaran) yang dimuali pada pukul 10.50 sampai pukul 12.10 WIB. Semua siswa hadir untuk mengikuti tes siklus II. Tes ini berbentuk soal essay yang telah di uji validitas dengan jumlah 5 butir soal. Tes ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan pemahaman konsep matematika siswa terhadap materi yang telah diajarkan pada siklus II. Sebelum tes dimulai, peneliti memberikan kesempatan siswa untuk bersiap-siap selama lima menit. Peneliti memberitahu siswa bahwa segala bentuk catatan matematika agar disimpan dalam tas masing-masing dan dilarang mengunkan kalkulator atau pun alat hitung lainnya. Kemudian tes dilaksanakan selama 75 menit. Suasana cukup hening dan kondusif selama tes berlangsung. Meskipun demikian, saat peneliti berkeliling untuk mengawasi jalannya tes tersebut, masih ada siswa yang bertanya tentang maksud dari soal yang dikerjakannya, peneliti pun memberi sedikit penjelasan dan arahan kepada siswa tersebut. Ada juga beberapa siswa yang terlihat berbisik-bisik dengan temannya. Peneliti menegurnya dan memberi peringatan untuk tidak mengulanginya lagi. Setelah waktu habis siswa segera mengumpulkan lembar tes beserta lembar jawabannya.
71
c. Tahap observasi dan analisis Tahap observasi dan analisis dilakukan melalui pengamatan langsung berdasarkan lembar observasi, tes pemahaman konsep, pedoman wawancara dan jurnal harian siswa. Berikut ini akan dipaparkan hasil observasi dan analisis siklus : 1) Aktivitas Siswa Peneliti menghimpun data persentase aktivitas belajar matematika siswa siklus II dan menyajikannya dalam bentuk tabel. Berikut ini adalah data persentase aktivitas belajar matematika siswa siklus II yang tersusun dalam table 4.7: Tabel 4.7 Rekapitulasi presentase aktivitas proses belajar pada siklus II NO
Aspek yang diamati
A
B Siswa siap menerima pelajaran dan memperhatikan penjelasan dari guru Menggali pengetahuan awal melalui lembar kerja siswa (LKS) Antusias mengerjakan tugas individu Siswa menuliskan dan menjelaskan identifikasi masalah mengenai yang diketahui dan yang ditanyakan di dalam soal Siswa menuliskan dan menjelaskan konsep, cara atau rumus yang digunakan untuk menyelesaikan masalah Siswa menuliskan dan menjelaskan cara perhitungan dalam menyelesaikan soal Siswa menuliskan dan menjelaskan kembali jawaban hasil pemeriksaan terkait penyelesaian masalah/soal
1
2 3
4
5
6
7
1 C
Pertemuan ke 2 3 D E
4 F
Ratarata G
4
4
5
5
4,5
4
5
5
5
4,75
4
4
5
5
4,5
4
4
5
5
4,5
4
3
4
5
4
4
4
5
5
4,5
3
4
4
4
4,5
72
A
B Siswa menggambarkan ilustrasi masalah pada lembar kerja siswa (LKS) Siswa Mendengarkan dan memberi tanggapan kepada temanya
8
9
Jumlah Presentasi
3,75
C
D
E
F
4
4
5
5
4,5
4
4
5
5
4,75
35
36
43
44
39,5
78%
80%
96%
98%
87,78%
Baik
Baik
Sangat
Sangat
Sangat
Baik
Baik
Baik
Keterangan
Skor Penilaian : 1 = Sangat Kurang, (≤20% siswa/kelompok melakukan kegiatan yang diamati) 2 = kurang, (21% – 40% siswa/kelompok melakukan kegiatan yang diamati) 3 = cukup, (41% – 60% siswa/kelompok melakukan kegiatan yang diamati) 4 = baik, (61% – 80% siswa/kelompok melakukan kegiatan yang diamati) 5 = Sangat baik ( ≥80% siswa/kelompok melakukan kegiatan yang diamati) Keterangan Jumlah Nilai Jumlah Nilai
Keterangan
1-9
: Ssangat Kurang
10-18
: Kurang
19-27
: Cukup
28-36
: Baik
37-45
: Sangat Baik
Berdasarkan hasil observasi yang tertera pada tabel 4.7, terlihat bahwa rataan persentase aktivitas belajar matematika siswa pada siklus II sebesar 87,78% yang berada pada kategori sangat baik. Pada siklus II terjadi peningkatan persentase aktivitas belajar sebesar 24,45% dari siklus I. 2) Kemampuan Pemahaman Konsep Peneliti menggunakan tes pemahaman konsep yang merupakan alat untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang
73
dilakukan pada setiap akhir siklus. Soal yang diberikan berupa soal uraian sebanyak 5 butir soal setiap soal mewakili indikator pemahaman konsep matematika yang ada. Untuk lebih jelasnya skor hasil tes kemampuan pemahaman konsep pada siklus I yang telah di deskripsikan dapat dilihat dalam tabel distribusi frekuensi berikut ini : Tabel 4.8 Distribusi frekuensi hasil tes pemahaman konsep matematika siklus II Nilai
F
fk
xi
f . xi
60 – 65
5
5
62,5
312,5
66 – 71
2
7
68,5
137
72 – 77
7
14
74,5
521,5
78 – 83
8
22
80,5
644
84 – 89
7
29
86,5
605,5
90 – 95
3
32
92,5
277,5
Jumlah
32
.
2498
Dari data skor tes pemahaman konsep matematika siswa pada siklus I diperoleh data statistik deskriptif sebagai berikut : Tabel 4.9 Data statistik nilai tes pemahaman konsep matematika siklus II Statistik
N
xmaks
xmin
Mean
Median
Modus
S
Nilai
32
95
60
78,06
80
80
9
Berdasarkan tabel 4.8 diatas diketahui bahwa rata-rata nilai tes pemahaman konsep matematika siswa pada siklus II adalah 78,06 dengan tingkat ketuntasan 84,38% dari jumlah siswa 32, dan menunjukan bahwa 15,63% siswa memperoleh nilai <70. Modus dari nilai siswa adalah 75 artinya bahwa banyak siswa yang memperoleh nilai tersebut dengan median 75 jangkauan niali siswa adalah 35 dan rentang nilai siswa sebesar 35 dengan nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 60.
74
Jika ditinjau dari tiap indikator pemahaman konsep, berikut disajikan perolehan skor tes pemahaman konsep pada siklus II: Tabel 4.10 Skor Pemahaman Konsep Tiap Indikator
Indikator Pemahaman Konsep Skemp
Jumlah
Skor
Persentase
Skor
ideal
Rata-rata
98
128
77 %
107
128
84 %
202
256
79 %
92
128
72 %
499
640
78 %
Hafal konsep tanpa kaitannya dengan yang lainnya Instrumental Menerapkan rumus dalam perhitungan sederhana Mengerjakan perhitungan secara algoritmik Relasional
mengaitkan suatu konsep dengan konsep lainnya
Jumlah
Berdasarkan tabel 4.10 di atas, dapat diperoleh informasi bahwa pemahaman konsep matematika siswa pada siklus I pada penyelesaian soal pemahaman instrumental yang terdiri dari indikator pemahaman konsep yang pertama yakni kemampuan Hafal konsep tanpa kaitannya dengan yang lainnya mencapai nilai rata-rata sebesar 77 % dari skor ideal dan termasuk kategori baik dalam hal pencapaian, indikator pemahaman konsep kedua yakni kemampuan Menerapkan rumus dalam perhitungan sederhana mencapai nilai rata-rata sebesar 84 % dari skor ideal dan termasuk kategori sangat baik, indikator pemahaman konsep ketiga yakni kemampuan Mengerjakan perhitungan secara algoritmik mencapai nilai rata-rata sebesar 79 % dari skor ideal dan termasuk kategori baik. Pemahaman relasional dengan indikator kemampuan mengaplikasi konsep atau algoritma ke pemecahan masalah mencapai nilai rata-rata 72 %
75
dan termasuk kategori baik, ini menunjukkan bahwa indikator yang ditargetkan sudah tercapai. Pada soal pemahaman ini, siswa kesulitan untuk memahami soal yang memerlukan pemecahan masalah dengan tingkat kesukaran lebih tinggi. Dengan demikian, pada siklus I ini semua indikator pemahaman konsep yang telah mencapai nilai yang diharapkan. 3) Respon Siswa Sama halnya dengan siklus I, peneliti juga menggunakan jurnal harian siswa dengan tujuan untuk mengetahui respon siswa tentang pembelajaran matematika dengan menggunakan model TAPPS pada siklus II. Respon siswa ini kemudian dianalisis dan diinterpretasikan dan akan dibandingankan dengan surnal harian siswa siklus I. Berikut ini hasil yang diperoleh dari jurnal harian siswa pada siklus I disajikan dengan tabel dibawah ini : Tabel 4.11 Representasi Jurnal Harian Siswa Siklus II No
Kategori
1
Presentasi Pertemuan ke-
Rata-rata
VI
VII
VIII
IX
(%)
Positif
71,88
78,13
87,50
87,50
81,25
2
Netral
6,25
6,25
0
0
3,13
3
Negatif
21,88
15,63
12,50
12,50
15,63
Hasil wawancara antara peneliti dengan guru dan siswa akhir siklus II menunjukkan perubahan yang positif. Adapun hasil wawancara dengan guru pada siklus II dirangkum sebagai berikut: 1) Siswa merasa senang belajar matematika dengan penerapan pembelajaran pendekatan TAPPS karena mereka bisa memahami materi tanpa terpaku hanya pada guru. 2) Model pendekatan pembelajaran TAPPS cocok diterapkan pada pelajaran matematika. 3) Meningkatnya perkembangan aktivitas belajar matematika siswa pada siklus II ditandai dengan munculnya keberanian siswa baik yang memiliki kemampuan tinggi maupun rendah, siswa berani mengungkapkan apa
76
yang mereka pahami tentang materi pembahasan dalam bahasa mereka sendiri. 4) Hasil belajar siswa mengalami peningkatan terutama kemampuan pemahaman pada siklus II. 5) Dalam perannya siswa sangat antusias menjadi problem solver dan listener. Masing-masing listener sudah bisa memberikan pendapat, menanggapi ketika pasangannya salah memberikan penjelsan. Adapun hasil wawancara yang dilakukan dengan siswa menunjukkan meningkatnya aktivitas belajar matematika siswa. Hasil wawancara dengan siswa pada siklus II adalah sebagai berikut: 1) Siswa merasakan ada perubahan dalam dirinya ketika belajar matematika baik di sekolah maupun di rumah, mereka jadi lebih rajin dan semangat dalam belajar matematika 2) Siswa mulai menyukai Metode ini karena teman yang menjelaskan dan membuat siswa semakin paham terhadap materi yang dipelajarinya. 3) Siswa lebih senang belajar dengan metode TAPPS karena dapat memahami materi tanpa pembatasan dan dapat menggali materi dan menjelaskan menurut bahasanya sendiri. Selain data-data yang telah dipaparkan di atas, proses pembelajaran di kelas diabadikan dalam bentuk dokumentasi gambar. Hasil dokumentasi beberapa aktivitas siswa selama siklus II dapat dilihat sebagai berikut :
Gambar 4.3 Siswa Sedang Menjelaskan (problem solver) dan Menanggapi(Listener)
77
Gambar 4.4 Suasana Tes Akhir Siklus
d. Tahap refleksi Hasil tindakan penelitian pada siklus II diperoleh data rata-rata tes akhir kemampuan pemahaman konsep matematika siswa sebesar 74,53 telah mencapai batas yang ditetapkan yaitu ≥70. Adapun presentasi hasil skor tiap indikator pemahaman konsep pada soal juga sudah termasuk pada kategori baik, yaitu 78%. Hal ini jika dibandingkn dengan indikator keberhasilan kinerja maka tindakan penelitian pada siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan kinerja, sehingga tindakan penelitian ini dihentikan. Keberhasilan tindakan penelitian ini tidak terlepas dari perbaikanperbaikan yang diperoleh dari siklus I, yakni upaya dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa. Peneliti menyediakan alat pembelajaran yang lebih menarik dan mengacak pasangan agar tidak monoton dan siswa lebih kondusif untuk menjalani perannya sebagai problem solver dan listener B. Analisis Data 1. Aktivitas Belajar Siswa Data mengenai aktivitas belajar matematika siswa salah satunya diperoleh dari lembar observasi siswa. Rata-rata persentase aktivitas belajar
78
matematika siswa pada siklus I dan Siklus II, penulis sajikan pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.12 Presentase aktivitas belajar matematika siswa pada siklus I dan siklus II Siklus I
Siklus II
Peningkatan
Jumlah
114
158
44 poin
Rataan
28,5
39,5
11 poin
Presentase
63,33%
87,78%
24,44%
Kategori
Cukup
Sangat Baik
Berdasarkan hasil pengamatan secara keseluruhan pada tabel 4.10 diperoleh data bahwa aktivitas siswa telah mengalami peningkatan yang cukup baik. Hal ini ditandai dengan meningkatnya persentase aktivitas dari siklus I ke siklus II. Dari observasi dapat di ketahui bahwa kategori aktivitas siswa termasuk kedalam kategori cukup, kemudian pada siklus II aktivitas belajar matematika siswa termasuk kedalam kategori baik. Persentase aktivitas belajar matematika siswa mengalami peningkatan sebesar 24,44% dari siklus I ke siklus II, hal ini menunjukan bahwa tindakan tindakan perbaikan yang dilakukan pada siklus II dapat memperbaiki dan meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa. Secara umum pada siklus I keaktifan siswa dalam pembelajaran sudah terlihat, akan tetapi belum maksimal dan perlu ada perbaikan pada siklus selanjutnya. Pada siklus II keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika lebih baik dari siklus sebelumnya, dimana siswa yang mengalami kesulitan belajar mengalami kemajuan dengan sering memperhatikan temannya dan mengerjakan tugasnya dengan baik.
79
2. Kemampuan Pemahaman Konsep Data hasil tes pemahaman konsep matematika siswa yang diperoleh dari tes formatif akhir siklus selanjutnya dilakukan pensekoran yang sebelumnya telah dibuat pedoman pensekoran agar hasil skor yang diperoleh bersifat objektif. Data yang diperoleh baik data aktivitas belajar matematika siswa maupun data hasil belajar matematika siswa diperiksa kembali kelengkapan dan keabsahannya dari berbagai instrumen yang dihasilkan. Untuk memperoleh keabsahan data aktivitas belajar matematika siswa maka digunakan metode triangulasi. Metode triangulasi merupakan metode yang dapat meningkatkan tingkat keakuratan hasil penelitian yang diperoleh dari berbagai sudut pandang/ instrument penelitian sehingga menghasilkan penelitian yang benar-benar valid/abash. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tiga instrumen yang akan menunjang keakuratan data hasil aktivitas belajar matematika siswa. Tiga instrumen tersebut adalah instrumen aktivitas belajar matematika siswa, Jurnal Harian siswa, dan hasil wawancara terhadap subjek penelitian. Selanjutnya data-data tersebut diorganisir dan diklasifikasikan berdasarkan urutan waktu tindakan penelitian, tujuannya adalah untuk memudahkan dalam mendeskripsikan data sehingga diperoleh kesimpulan yang tepat. Selain itu, untuk memperkuat data aktivitas belajar matematika siswa penulis mengambil data lain berupa foto-foto dokumentasi tindakan penelitian, dan data hasil isian tes formatif akhir siklus. Data hasil belajar matematika siswa yang diperoleh dari tes formatif akhir siklus selanjutnya dilakukan penskoran dalam skala 1-100. Sebelum dilakukan penskoran peneliti terlebih dahulu membuat pedoman penskoran agar hasil skor (nilai) yang diperoleh siswa bersifat objektif. Untuk soal berbentuk essay setiap nomor soal ditentukan terlebih dahulu langkah-langkah kesistematisan jawaban dan skor maksimalnya, kemudian dilakukan proses perhitungan berdasarkan nomor soal. Agar tidak keliru dan untuk meyakinkan lagi peneliti mengulang kembali proses perhitungannya. Adapun peningkatan hasil rata-rata pada tes kemampuan pemahaman konsep tiap siklus dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
80
Tabel 4.13 Statistik Deskriptif Peningkatan Hasil Belajar Statistik
Siklus I
Siklus II
Nilai Tertinggi
85
95
Nilai Terendah
45
60
Rata-rata
68,13
78,06
Standar deviasi
9,22
8,31
Berdasarkan tabel 4.11 tersebut diperoleh informasi bahwa hasil tes pemahaman konsep matematika siswa mengalami peningkatan rata-rata dari siklus I sebesar 68,13 menjadi 78,06 pada siklus II. Sedangkan rekapitulasi peningkatan persentase pemahaman konsep matematika siswa pada tiap indikator siklus I dan siklus II dapat terlihat pada tabel 4.12 berikut: Tabel 4.14 Rekapitulasi Persentase Kemampuan Pemahaman Konsep Tiap Indikator Siklus I dan Siklus II Indikator Pemahaman Konsep Skemp
Siklus I
Siklus II
70 %
77 %
57 %
84 %
66 %
79 %
67 %
72 %
68 %
78 %
Hafal konsep tanpa kaitannya dengan yang lainnya Instrumental Menerapkan rumus dalam perhitungan sederhana Mengerjakan perhitungan secara algoritmik Relasional Rata -rata
Mengaitkan suatu konsep dengan konsep lainnya
Berdasarkan data yang telah dipaparkan pada tabel 4.12, menunjukkan bahwa pembelajaran matematika melalui TAPPS dapat meningkatkan
81
kemampuan pemahaman konsep matematik siswa. Kegiatan belajar juga menjadi lebih kondusif karena siswa dibiasakan untuk menggunakan kemampuan pemahaman konsepnya dalam penyelesaian masalah yang diberikan. 3. Respon Siswa Respon siswa terhadap pembelajaran diperoleh dari Hasil wasancara dan Jurnal harian yang dilakukan terhadap subjek penelitian. Pada jurnal harian rata-rata persentase respon positif siswa terhadap metode TAPPS meningkat yaitu dari 60,16% pada siklus I menjadi 81,25% pada siklus II. Sedangkan rata-rata persentase respon negatif siswa menurun dari 28,13% pada siklus I menjadi 15,63% pada siklus II, begitu pula siswa rata-rata persentase respon netral siswa menurun dari 11,72% pada siklus I menjadi
Persentasi
3,13% pada siklus II. Dah ini dapat dilihat dalam gambar Diagram berikut :
86% 81% 76% 71% 66% 61% 56% 51% 46% 41% 36% 31% 26% 21% 16% 11% 6% 1%
Siklus I Siklus II
Negatif
Netral
Positif
Gambar 4.5 Diagram Persentasi Respon Siswa Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan siswa setelah tindakan yaitu setelah siklus I dan II pada siklus I memperlihatkan proses pembelajaran
82
siswa yang masih harus penyesuaian dan siswa mulai melatih kemampuannya untuk menjelaskan penyelesaian soal secara individu. Aktivias siswa dalam perannya cukup baik dan membuat siswa semakin terlatih untuk berbicara menjelaskan penyelesaian soal kepada temannya dan mengungkapkan pemahamannya meski belum maksimal. pada siklus II siswa merasa senang dengan metode TAPPS. Siswa sudah berkembang dan memiliki kemampuan untuk menjelaskan penyelesaian soal secara individu. Aktivias siswa dalam perannya cukup baik dan membuat siswa semakin terlatih untuk berbicara menjelaskan penyelesaian soal kepada temannya dan mengungkapkan pemahammannya secara maksimal. diperoleh informasi bahwa beberapa aktivitas yang dianggap kurang bahkan tidak terbiasa telah menunjukkan peningkatan setelah diterapkan pembelajaran dengan metode TAPPS. Secara rinci hasil wawancara tersebut dapat dilihat pada lampiran.
C. Pembahasan Penerapan pembelajaran dengan metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) dalam pembelajaran matematika utamanya dilaksanakan peneliti dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggali pengetahuan sendiri, menjelaskan, dan menanggapi penjelasan temannya yang berimplikasi kepada meningkatnya kemampuan pemahaman konsep matematik siswa melalui peran mereka sebagai problem solver dan listener. Peran siswa sebagai problem solver dan listener mengarahkan aktivitas belajar siswa dalam melatih kemampuan berpikir dan verbalisasi pemahaman siswa. Pada siklus I dari hasil pengamatan menunjukkan siswa terlihat cukup kesulitan untuk beradaptasi dengan aktivitas belajar dengan metode TAPPS yang sebelumnya tidak terbiasa mereka lakukan. Hal itu nampak sangat terlihat pada penjelasan pengerjaan soal, yang kurang mendapat perhatian di awal siklus. Tidak jauh berbeda dengan aktivitas listener merupakan aktivitas yang belum biasa mereka lakukan sebelumnya dalam menanggapi permasalahan yang sedang dijelaskan oleh temannya hal ini mendapat perhatian lebih untuk meningkatkan aktivitas belajar pada siklus II.
83
Pada siklus II dari hasil penghamatan siswa terlihat cukup antusias dalam pembelajaran.
Peningkatan
aktivitas
dalam
pembelajaran
matematik,
menunjukkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran TAPPS pada siklus II lebih baik dari siklus I. Pada siklus I aktivitas belajar siswa mencapai rata-rata persentase 63,33%, namun pada siklus II meningkat menjadi 87,78%. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan metode TAPPS meningkatkan aktivitas belajar siswa sebesar 24,45%. Pada siklus I diketahui bahwa rata-rata nilai tes pemahaman konsep matematika siswa pada siklus I adalah 67,42 dengan tingkat ketuntasan 56,25% dari jumlah siswa 32, dan menunjukan bahwa 43,75% siswa memperoleh nilai <70. Modus dari nilai siswa adalah 72,5 artinya bahwa banyak siswa yang memperoleh nilai tersebut dengan median 68,75. jangkauan nilai siswa adalah 40 dan rentang nilai siswa sebesar 40 dengan nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 45 hal ini menunjukan bahwa perbedaan nilai siswa yang berkemampuan tinggi cukup jauh dengan siswa yang berkemampuan rendah. Kemampuan pemahaman konsep siswa pada siklus II di peroleh hrata-rata nilai tes pemahaman konsep matematika siswasebesar 76,56 dengan tingkat ketuntasan 84,38% dari jumlah siswa 32, dan menunjukan bahwa 15,63% siswa memperoleh nilai <70. Modus dari nilai siswa adalah 75 artinya bahwa banyak siswa yang memperoleh nilai tersebut dengan median 75 jangkauan dan rentang nilai siswa sebesar 35 dengan nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 60. Hasil tes pemahaman konsep matematika siswa mengalami peningkatan rata-rata dari siklus I sebesar 68,13 menjadi 78,06 pada siklus II. Hal ini menunjukkan
bahwa
pembelajaran
matematika
melalui
TAPPS
dapat
meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematik siswa. Kegiatan belajar juga menjadi lebih kondusif karena siswa dibiasakan untuk menggunakan kemampuan pemahaman konsepnya dalam penyelesaian masalah yang diberikan. Peningkatan yang diperoleh siswa dari nilai tes akhir siklus I menunjukan Nilai Rata-rata mencapai 61,47. Sedangkan rata-rata nilai siswa pada siklus II mencapai 74,53. Hal ini menunjukan terjadinya peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa. Pembelajaran dengan menggunakan model Thinking
84
Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) membuat siswa dapat memahami dan menjelaskan konsep/ide-ide matematis dengan mengalaminya sendiri dengan penjelasan soal sebagai problem solver dan menerima atau mendengarkan penjelasan sebagai listener dari temannya sendiri. Respon siswa terhadap pembelajaran diperoleh dari Hasil wasancara dan Jurnal harian yang dilakukan terhadap subjek penelitian. Pada jurnal harian ratarata persentase respon positif siswa terhadap metode TAPPS meningkat yaitu dari 60,16% pada siklus I menjadi 81,25% pada siklus II. Sedangkan rata-rata persentase respon negatif siswa menurun dari 28,13% pada siklus I menjadi 15,63% pada siklus II, begitu pula siswa rata-rata persentase respon netral siswa menurun dari 11,72% pada siklus I menjadi 3,13% pada siklus II. Dari hasil wawancara terhadap beberapa siswa diperoleh informasi bahwa penerapan pembelajaran dengan metode TAPPS memberikan nuansa belajar yang baru bagi siswa. Belajar matematika dengan cara yang berbeda membuat siswa bersemangat dalam belajar matematika. Masing-masing siswa juga merasakan manfaat penerapan metode TAPPS dalam pembelajaran matematika, di antaranya siswa yang kemampuan matematikanya rendah dapat menambah ilmu dan pengetahuan mereka dalam menyelesaikan masalah/soal melalui teman/pasangannya dalam diskusi metode TAPPS. Sementara itu siswa yang memiliki kemampuan lebih baik akan semakin mereasa bangga dengan mempresentasikan kemampuan yang dimilikinya kepada teman pasangannya. Beberapa siswa juga mengungkapkan bahwa belajar lebih menyenangkan apabila dapat bertukar pikiran/berdiskusi dengan teman. Sehingga dapat dikatakan metode TAPPS memberikan pengaruh positif terhadap pola belajar siswa. Beberapa aktivitas yang dianggap kurang seperti memperhatikan penjelasan guru atau teman, mengajukan pertanyaan maupun pendapat, kesiapan siswa dalam belajar di sekolah serta aktivitas-aktivitas lain yang sebelumnya tidak pernah dilakukan siswa telah menunjukkan peningkatan setelah diterapkan pembelajaran dengan metode TAPPS. Selain itu aktivitas siswa yang kurang terarah seperti mengobrol, bercanda, melamun dan lain-lain menjadi lebih berkurang atau terminimalisir.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pembelajaran dengan model TAPPS dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa. Hal ini terlihat dari : 1.
Penerapan model pembelajaran Thingking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematika siswa. Peningkatan dapat terlihat dari rata-rata hasil tes kemampuan pemahaman konsep dari siklus I ke siklus II. Kemampuan pemahaman konsep yang meningkat dengan model pembelajaran TAPPS meliputi instrumental dan relasional. Kemampuan instrumental pada siswa meningkat melalui model pembelajaran TAPPS. Hal ini terlihat dari kenaikan persentase indikator kemampuan pemahaman instrumental siswa dari kategori cukup pada siklus I menjadi baik pada siklus II. Peningkatan kemampuan pemahaman relasional pada siswa diketahui pada saat siswa mampu mengaitkan konsep tepat dalam menyelesaikan soal. Hal ini didukung oleh peningkatan kategori cukup pada siklus I menjadi baik pada siklus II.
2.
Penggunaan metode TAPPS dalam proses pembelajaran matematika dapat meningkatkan aktivitas siswa. Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I sebesar 63,33% meningkat 87,78% pada siklus II. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan lembar observasi siswa selama proses pembelajaran Dan telah mencapai indikator keberhasilan penelitian yaitu aktivitas siswa mencapai >70%. Aspek aktivitas yang diamati meliputi Siswa siap menerima pelajaran dan memperhatikan penjelasan dari guru, Menggali pengetahuan awal melalui lembar kerja siswa (LKS), Antusias mengerjakan tugas individu, Siswa menuliskan dan menjelaskan identifikasi masalah mengenai yang diketahui dan yang ditanyakan di dalam soal, Siswa menuliskan dan menjelaskan konsep, cara atau rumus
85
86
yang digunakan untuk menyelesaikan masalah, Siswa menuliskan dan menjelaskan cara perhitungan dalam
menyelesaikan
soal,
Siswa
menuliskan dan menjelaskan kembali jawaban hasil pemeriksaan terkait penyelesaian masalah/soal, Siswa menggambarkan ilustrasi masalah pada lembar kerja siswa (LKS), Siswa Mendengarkan dan memberi tanggapan kepada temanya. Pada setiap aspek yang diamati aktivitas siswa terlihat meningkat. 3.
Respon siswa terhadap pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran TAPPS sangatlah positif. Hal ini terlihat dari rata-rata hasil respon positif siswa pada jurnal harian siswa yang meningkat dari siklus I ke siklus II. Selain itu terlihat juga dari aktivitas siswa yang meningkat berdasarkan pengamatan hasil observasi. Aktivitas siswa pada siklus I termasuk dalam kategori cukup, pada siklus II termasuk dalam kategori sangat baik. Sehingga respon siswa selama pembelajaran terlihat positif.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, peneliti dapat memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi sekolah dan pihak guru pada khususnya, hendaknya menggunakan model pembelajaran TAPPS sebagai alternatif dalam proses pembelajaran terutama dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep. 2. Pada penelitian ini, kemampuan pemahaman konsep yang diteliti hanya dibatasi pada indikator pemahaman konsep skemp. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya dapat mengembangkan indikator pemahaman konsep lainnya. 3. Pada
penelitian
ini,
model
pembelajaran
TAPPS
diteliti
untuk
meningkatkan kemampuan pemahaman konsep. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya dapat meneliti apakah model pembelajaran TAPPS dapat meningkatkan kemampuan matematika lainnya, tidak terbatas hanya pada kempuan pemahaman matematika siswa.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. 2007. City Colege of Chicago. Adult Education Program ABE/GED Curriculum Instructional Strategies 2009 Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-UPI. 2001. Erna Suwangsih dan Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika. (Bandung: UPI Press, 2006) Fadjar
Shadiq,
Untuk
Apa
Belajar
Matematika?,
2008,
[http://fadjarp3g.files.wordpress.com] [04/04/2013] Gunstone, R.F. Structured Cognitive Discussion Senior Hiigh School Physics: Student and Teacher Perseption. Australia. 2002. Hamalik, Oemar. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta : Bumi Aksara. 2008. Hamzah B uno dan Masri Kuadrat, Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran, Ed.1,Cet. 1.(Jakarta : Bumi Aksara, 2009). Jacobsen, David A, dkk. Methods For Teaching. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2009. Pate, Michael L, at.al. Effects of Thingking Aloud Pair Problem Solving on The Troubleshooting Performance of Undergraduate Agriculture Student in a POWER Technologi Coursejournal. Journal of Agricultural Education Volume 45, 2004 David H, Jonassen, Learning to Solve Problem An Intructional Design Guide, San Francisco:Pfeiffer, 2004
87
88
Kyungmoon, Jeon, The Effects of Thinking Alound Pair Problem Solving on High School Students’ Chemistry Problem-Solving Performance and Verbal Interactions, Journal of Chemical Education Research, vol. 82, 2005. Kadir. Statistika untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Rosemata Sampurna. 2010. Kilpatrick, Jeremy, dkk. Adding It Up: Helping Children Learn Mathematics Washington DC: National Academy Press. 2001. Kurniawati, Lia, ”Pembelajaran dengan Pendekatan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SMP”, dalam ALGORITMA, Vol. 1, No. 1, Tahun 2006. Kurikulum 2004 dalam Fuji Mulia, “Pengertian Matematika Menurut Para Ahli”. [http://www.trigonalworld.com/][5/5/2013] Lie. A. Cooperative Learnig. Jakarta : PT.Grasindo. 2007. McKittrick, B & Pam Mulhal. 2007. “TAPPS Guide” [Online]. Tersedia http://www.education.monash.edu.au/research/groups/smte/projects/TAPP S/TAPPS-guide.pdf [20 Mei 2011] Mulyono, Abdurrahman. Pendidikan bagi anak yang berkesulitan belajar, (Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Dan Rhineka Cipta, 2003), Napitulu, Ester L. “prestasi Sains dan matematika indonesia Menurun” Kompas .com [http://edukasi.kompas.com] [01/0/2013] Nuharini, Dewi dan Tri Wahyuni, Matematika Konsep dan Aplikasinya untuk Kelas VIII SMP/MTs, Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2007.
89
Ruzyta Nur H, “Pembelajaran Matematika Melalui Metode Thingking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) dalam upaya meningkatkan kemampuan analisis matematis siswa SMP”. Skripsi pendidikan matematika UPI bandung. Bandung 2010 tidak dipublikasikan Nurfuadah, Rifa Nadia , Penyebab Indeks Matematika Siswa RI Terendah di Dunia [http://kampus.okezone.com] [13/06/2013] Ruseffendi, Pengajaran Matematika Modern, Bandung: Tarsito. 2006. Sagala, syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. 2010. Satriawati, Gusni, “Pembelajaran Dengan Pendekatan Open Ended Untuk Meningkatkan Pemahaman Dan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa SMP”, dalam ALGORITMA, Vol. 1, No. 1, Tahun 2006. Shadiq,
Fadjar
.Untuk
Apa
Belajar
Matematika.
Problem
Solving
2008
[http://fadjarp3g.files.wordpress.com] Slaving,
Thinking
Alound
Pair
(TAPPS),.
(http://www.wcer.wisc.edu). [25/5/2013] Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2003. Suherman, Erman, dkk. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-UPI. 2001. Sumarmo, Utari. Berpikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. Bandung: FPMIPA UPI. 2010. Supriati “Meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pemecahan masalah matematik melalui metode thinking aloud pair problem solving (tapps) di
90
SMP Negeri 17 Tangerang selatan” Skripsi pendidikan matematika UIN Jakarta. Jakarta 2012 , tidak dipublikasikan Stice, James E. “teaching problem solving” online at [http://educa.univpm.it] Utomo, Yulianto Sri. Survei Internasional TIMSS. Posted in Puspendik [online][http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei-internasional timss][25/5/2013] Wardani, Sri.“Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs untuk Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matematika”, Pusat Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Matematika, 2008 Whimbey, Arthur & J. Lochhead. Problem Solving & comprehension. London: Lawrence Erlbaum Associates. 1999. Yuniawiatika. 2008 “penerapan Metode Thingking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa SMP. Skripsi pendidikan matematika UPI bandung. Bandung 2008 h 97 tidak dipublikasikan
91 Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah
:
MTs Asy-Syari’ah Waluran
Mata Pelajaran
:
Matematika
Kelas / Semester
:
VIII / Ganjil
Alokasi Waktu
:
90 Menit
Tahun Pelajaran
:
2013 / 2014
Pertemuan
:
I
Standar Kompetensi : 1.
ke
Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis
lurus. Kompetensi Dasar Indikator
: 1.3 Memahami relasi dan fungsi. : 1.
Membuat contoh relasi yang terkait dengan kehidupan seharihari.
2.
Menyatakan relasi dalam bentuk diagram panah dan himpunan pasangan berurutan.
3.
Menyatakan relasi dalam bentuk diagram Cartesius.
A. Tujuan Pembelajaran : Setelah proses pembelajaran dengan model pembelajaran thinking aloud pair problem solving, peserta didik diharapkan dapat : 1. Membuat contoh relasi yang terkait dengan kehidupan sehari-hari. 2. Menyatakan relasi dalam bentuk diagram panah dan himpunan pasangan berurutan. 3. Menyatakan relasi dalam bentuk diagram Cartesius. B. Metode Pembelajaran Model
:Thinking Aloud Pair Problem Solving
Metode
: Diskusi kelompok, Tanya jawab dan Penugasan
C. Materi Ajar : 1. Pengertian relasi 2. Cara menyatakan relasi
92
Langkah-langkah Kegiatan : Kegiatan Pembelajaran
Pendahuluan
Tahapan Kegiatan
Karakter Guru
Siswa
- Menyampaikan salam pembuka dan Mempersilahkan ketua kelas memimpin do’a
- Siswa menjawab salam dan berdoa bersama
- Religius
- Mengabsen siswa.
- Menjawab absen kehadiran
- Respect
- Menyampaikan standar kompetensi dan kompetensi dasar sebagai tujuan pembelajaran.
- Menyimak apa yang disampaikan guru tentang tujuan dan indikator indikator pembelajaran yang akan dicapai
- Respect
- Menyampaikan apersepsi dan motivasi kepada siswa.
- Menyimak dan memperhatikan penjelasan guru
- Respect
- Menginformasikan kepada siswa bahwa metode yang akan digunakan pada setiap pertemuan yaitu metode TAPPS dan menyampaikan prosedur pelaksanaannya.
- Menyimak apa yang disampaikan guru tentang metode yang akan digunakan
- Respect
- Memberikan lembar kerja kepada masing-masing siswa
- Menerima lembar kerja siswa
- Diligence
- Memberikan kesempatan kepada siswa membaca LKS sambil memberikan sedikit penjelasan mengenai lembar kerja siswa (LKS) tersebut.
- Memperhatikan penjelasan guru - Menggali pengetahuan awal melalui lembar kerja siswa (LKS) yang telah diberikan guru.
- Respect - Dicipline
Eksplorasi:
Kegiatan Inti
D.
- Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika masih ada kesulitan dalam menggali pengeahuan awal tentang materi relasi - Membuat dan membahas contoh soal
- Bertanya ketika masih kurang mengerti tentang materi relasi dari LKS
- Memperhatikan pebahasan soal yang d jelaskan oleh guru
- Diligence
- Respect
Elaborasi : - Membagi siswa secara berpasangan menjadi kelompokkelompok kecil.
- Duduk sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan
- Responsibi lity - Discipline
- Membimbing kelompok siswa dalam melakukan keterampilan metode TAPPS dan memberikan bantuan kepada siswa yang kurang terampil
- Mengerjakan soal-soal yang terdapat di dalam lembar kerja siswa (LKS). - Siswa yang bertindak sebagai problem solver
- Responsibi lity - Resfect
93 dalam melakukan perannya, terutama untuk peran seorang listener.
- Siswa yang bertindak sebagai listener berhak mengajukan pertanyaan dan menginterupsi problem solver, jika telah terjadi kesalahan pada penjelasan problem solver namun tidak diperbolehkan memecahkan masalah/soal problem solver
- Responsibi lity - Respect - Diligence
- Meminta siswa untuk membuat pertanyaan jika ada kesulitan ketika mengerjakan soal yang sesuai dengan materi yang sedang dipelajari
- Melakukan tanya jawab dengan guru seputar kesulitan yang siswa hadapi ketika mengerjakan soal. Dan guru bersama siswa membahas soal-soal tersebut.
- Discipline
- Memberikan evaluasi akhir dengan meminta siswa secara individu mengerjakan sebuah soal.
- Secara individu mengerjakan sebuah soal yang diberikan guru, dan mengumpulkan kembali lembar kerja siswa untuk diberikan penilaian.
- Discipline - Responsibi lity
- Membuat rangkuman dan memberikan kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari.
- Membuat rangkuman dan memberikan kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari.
- Discipline - Responsibi lity
- Memberi tugas untuk pertemuan selanjutnya, yaitu PR dan setiap siswa harus membaca materi selanjutnya yang akan dipelajari - Mengakhiri pelajaran dengan alhamdulillah lalu menutup pelajaran dengan salam.
- memperrhatikan guru tentang mengenai tugas yang diberikan guru.
- Responsibi lity - Respect - Diligence
- Mengakhiri pelajaran dengan alhamdulillah lalu menjawab salam dari guru
- Religius
- Mengarahkan setiap pemasangan untuk secara bergantian menjadi problem solver dan listener dengan membahas soal yang berbeda.
Konfirmasi
Penutup
mempresentasikan jawabannya dalam lembar kerja kepada listener, dimulai dari membacakan soal sampai kepada penyelesaian dan kesimpulannya. - Siswa yang bertindak sebagai listener bertugas mendengarkan dan mengikuti serta memahami setiap langkah yang dilakukan problem solver dalam memecahkan serta menyelesaikan masalah.
:
3. Sumber, Alat dan Bahan Sumber : Buku paket, yaitu buku Matematika Kelas VIII Buku referensi lain
94
Alat
:
4.
Lembar Kerja Siswa Spidol White board penghapus
Penilaian Aspek Penilaian Teknik Instrumen
: Aspek Kognitif : Tes tertulis
Bentuk instrumen
: Uraian
Indikator Kompetensi 1. Membuat contoh relasi yang terkait dengan
Contoh Instrumen 1. Buatlah sebuah contoh relasi yang terkait golongan darah dengan nama anggota keluargamu di rumah!
kehidupan sehari-hari. 2. Menyatakan relasi dalam 2. Diketahui A = (2, 3, 4) dan B = (2, 4, 6, 8). Buatlah bentuk diagram panah
diagram panah dan himpunan pasangan berurutan yang
dan himpunan pasangan
menunjukkan relasi “faktor dari” dari himpunan A ke
berurutan.
himpunan B!
3. Menyatakan relasi dalam 3. Diketahui A = (2, 3, 4) dan B = (2, 4, 6, 8). Buatlah bentuk diagram
diagram Cartesius yang menunjukkan relasi “faktor dari”
Cartesius.
dari himpunan A ke himpunan B!
Mengetahui, Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Jakarta,.....................2013 Peneliti
Maifalinda Fatra, M.Pd Firdausi, S.Si, M.Pd NIP. 19700528 199603 2 002 NIP. 19690629 200501 1 003
Narlan Suhendar
95 Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah
:
MTs Asy-Syari’ah Waluran
Mata Pelajaran
:
Matematika
Kelas / Semester
:
VIII / Ganjil
Alokasi Waktu
:
90 Menit
Tahun Pelajaran
:
2013 / 2014
Pertemuan
:
5
Standar Kompetensi : 1.
ke
Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis
lurus. Kompetensi Dasar
: 1.4 Menentukan nilai fungsi.
Indikator
: 1. 2.
Menghitung nilai fungsi melalui substitusi. Menghitung nilai fungsi melalui tabel nilai fungsi.
Tujuan Pembelajaran : Setelah proses pembelajaran dengan model pembelajaran thinking aloud pair problem solving, peserta didik diharapkan dapat : 1. Menghitung nilai fungsi melalui subtitusi 2. Menghitung nilai fungsi melalui tabel nilai fungsi A. Metode Pembelajaran Model
:Thinking Aloud Pair Problem Solving
Metode
: Diskusi kelompok, Tanya jawab dan Penugasan
B. Materi Ajar : 1. Nilai fungsi
96
Langkah-langkah Kegiatan : Kegiatan Pembelajaran
Pendahuluan
Tahapan Kegiatan
Karakter Guru
Siswa
- Menyampaikan salam pembuka dan Mempersilahkan ketua kelas memimpin do’a
- Siswa menjawab salam dan berdoa bersama
- Religius
- Mengabsen siswa.
- Menjawab absen kehadiran
- Respect
- Menyampaikan standar kompetensi dan kompetensi dasar sebagai tujuan pembelajaran.
- Menyimak apa yang disampaikan guru tentang tujuan dan indikator indikator pembelajaran yang akan dicapai
- Respect
- Menyampaikan apersepsi dan motivasi kepada siswa.
- Menyimak dan memperhatikan penjelasan guru
- Respect
- Menginformasikan kepada siswa bahwa metode yang akan digunakan pada setiap pertemuan yaitu metode TAPPS dan menyampaikan prosedur pelaksanaannya.
- Menyimak apa yang disampaikan guru tentang metode yang akan digunakan
- Respect
- Memberikan lembar kerja kepada masing-masing siswa
- Menerima lembar kerja siswa
- Diligence
- Memberikan kesempatan kepada siswa membaca LKS sambil membimbing dan menjelaskan mengenai lembar kerja siswa (LKS) tersebut.
- Memperhatikan dan mengikuti penjelasan guru - Menggali pengetahuan awal melalui lembar kerja siswa (LKS) yang telah diberikan guru.
- Respect - Dicipline
- Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika masih ada kesulitan dalam menggali pengeahuan awal tentang materi
- Bertanya ketika masih kurang mengerti tentang materi dari LKS
- Diligence
- Membuat dan membahas contoh soal
- Aktif membahas soal yang d jelaskan oleh guru
- Respect
- Membagi siswa secara berpasangan dengan undian menjadi kelompok-kelompok kecil.
- Duduk sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan
- Responsibi lity - Discipline
- Membimbing kelompok siswa dalam melakukan keterampilan metode TAPPS dan memberikan bantuan kepada siswa yang kurang terampil
- Mengerjakan soal-soal yang terdapat di dalam lembar kerja siswa (LKS). - Siswa yang bertindak sebagai problem solver
- Responsibi lity - Resfect
Eksplorasi:
Kegiatan Inti
C.
Elaborasi :
97 dalam melakukan perannya, terutama untuk peran seorang listener.
- Siswa yang bertindak sebagai listener berhak mengajukan pertanyaan dan menginterupsi problem solver, jika telah terjadi kesalahan pada penjelasan problem solver namun tidak diperbolehkan memecahkan masalah/soal problem solver
- Responsibi lity - Respect - Diligence
- Meminta siswa untuk membuat pertanyaan jika ada kesulitan ketika mengerjakan soal yang sesuai dengan materi yang sedang dipelajari
- Melakukan tanya jawab dengan guru seputar kesulitan yang siswa hadapi ketika mengerjakan soal. Dan guru bersama siswa membahas soal-soal tersebut.
- Discipline
- Memberikan evaluasi akhir dengan meminta siswa secara individu mengerjakan sebuah soal.
- Secara individu mengerjakan sebuah soal yang diberikan guru, dan mengumpulkan kembali lembar kerja siswa untuk diberikan penilaian.
- Discipline - Responsibi lity
- Membuat rangkuman dan memberikan kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari.
- Membuat rangkuman dan memberikan kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari.
- Discipline - Responsibi lity
- memperrhatikan guru tentang mengenai tugas yang diberikan guru.
- Responsibi lity - Respect - Diligence
- Mengakhiri pelajaran dengan alhamdulillah lalu menjawab salam dari guru
- Religius
- Mengarahkan setiap pemasangan untuk secara bergantian menjadi problem solver dan listener dengan membahas soal yang berbeda.
Konfirmasi
Penutup
mempresentasikan jawabannya dalam lembar kerja kepada listener, dimulai dari membacakan soal sampai kepada penyelesaian dan kesimpulannya. - Siswa yang bertindak sebagai listener bertugas mendengarkan dan mengikuti serta memahami setiap langkah yang dilakukan problem solver dalam memecahkan serta menyelesaikan masalah.
:
- Memberi tugas untuk pertemuan selanjutnya, yaitu PR dan setiap siswa harus membaca materi selanjutnya yang akan dipelajari - Mengakhiri pelajaran dengan alhamdulillah lalu menutup pelajaran dengan salam.
98
D. Sumber, Alat dan Bahan Sumber : Buku paket, yaitu buku Matematika Kelas VIII Buku referensi lain Alat
:
Lembar Kerja Siswa Spidol White board penghapus
E. Penilaian Teknik
: Tes tertulis
Bentuk instrumen : Uraian Kompetensi Dasar 1.4 Menentukan nilai fungsi
Indikator
Contoh Instrumen
1.Menghitung nilai fungsi 1. Untuk fungsi f: x → 3x – 1, melalui substitusi 2.Menghitung nilai fungsi
tentukanlah nilai fungsi untuk x = -2 dan x = 3!
melalui tabel nilai fungsi 2. Buatlah tabel fungsi yang persamaannya f(x) = 8 – 2x – x2 dengan daerah asal {-5, -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3}. Kemudian dari tabel tersebut tentukan: a. Nilai fungsi untuk x = -1 dan x = 3
Mengetahui, Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Jakarta,.....................2013 Peneliti
Maifalinda Fatra, M.Pd Firdausi, S.Si, M.Pd NIP. 19700528 199603 2 002 NIP. 19690629 200501 1 003
Narlan Suhendar
99 Lampiran 3
LEMBAR KERJA SISWA 1 Nama
: ..............................
Nama Pasangan
: ..............................
Kelas
: ..............................
Hari /Tanggal
:
/ ............... 2013
Model Pembelajaran : Thinking Aloud Pair Problem Solving
Tujuan Pembelajaran 1.
:
Siswa dapat Membuat contoh relasi yang terkait dengan kehidupan sehari-hari. 2. Siswa dapat Menyatakan relasi dalam bentuk diagram panah dan himpunan pasangan berurutan.
[2]
Relasi Perhatikan permasalahan berikut! Kasus Pertama Bu Ani mempunyai llima orang anak yaitu Rina, Siska, yuli, Dedi dan Tomi. Masing–masing anak mempunyai makanan kegemaran yang berbeda. Rina gemar makan bakso, Siska gemar makan sate dan bakso, yuli gemar makan soto, sedangkan Dedi dan Toni gemar makan mie goreng.
Jika anak–anak bu Ani di kelompokkan dalam suatu himpunan A, maka kita dapat menuliskannya sebagai berikut: A= {...........................,........................,...............................,...................,................} jenis makanan yang digemari anak-anak bu Ani dikelompokkan dalam suatu himpunan B, maka kita dapat menuliskannya sebagai berikut: B = {....................,...........................,..............................,........................} himpunan A mempunyai hubungan dengan B yaitu “ kegemaran”
Kasus Kedua Perhatikan hubungan berikut
A
B
himpunan A mempunyai hubungan dengan B yaitu “ ...............”
[3] Apa pendapaatmu?
Coba kamu simpulkan definisi Relasi. relasi dari himpunan A ke himpunan B adalah : hubungan
................................................................................................................................... ................................................................................................................................... .........................................................................................
Hubungan antara dua himpunan dalam matematika dinamakan RELASI . Menyatakan Relasi Relasi dapat dinyatakan dengan: 1. Diagram panah Lengkapi diagram panah berikut ini sesuai dengan kasus pertama A B Siska o
o Sate
Rina o
o Bakso
..............o
o..........
..............o ..............o
o..........
2. Diagram cartesius Lengkapi diagram cartesius di bawah ini sesuai dengan kasus pertama
3. Himpunan pasangan berurutan Isilah titik-titik dibawah ini sesuai dengan hubungan himpunan pada kasus pertama: {(Rina, Bakso) (.......... , Bakso ), (.............. , ...........), ( ............. , ........... ) , ( ............. , ........... ) (............... , ...............)} Menyatakan relasi ada tiga cara : 1. Diagram panah 2. Diagram cartesius 3. Pasangan berurutan
[4]
PAIR PROBLEM
Perhatikan soal di bawah ini! Problem Solver No.1 1. a. Buatlah sebuah himpunan A yang terkait dengan nama anggota keluargamu di rumah! b. Buatlah sebuah himpunan B yang terkait dengan jenis golongan darah! c. Buatlah relasi yang terdapat di antara kedua himpunan tersebut dan nyatakanlah relasi tersebut dalam bentuk diagram panah!
[5]
PAIR PROBLEM
Perhatikan soal di bawah ini! Problem Solver No 2 2. Diketahui A = (2, 3, 4) dan B = (2, 4, 6, 8). Buatlah diagram panah dan himpunan pasangan berurutan yang menunjukkan relasi “faktor dari” dari himpunan A ke himpunan B!
[6] Petunjuk Problem solver No Soal : ....... Aktivitas : Memberikan Penjelasan Kepada Listener seputar penyelesaian soal yang tellah kamu kerjakan. 1)
Jelasankanlah Kepada Listener seputar penyelesaian soal yang tellah kamu kerjakan pada writing aktivities, diawali dari keterangan-keterangan yang diketahui sampai kepada kesimpulan akhir, berdasarkan Jawabanmu pada LKS. 2) Jawabah setiap pertanyaan dan tanggapilah setiap interupsi yang diajukan listener 3) Jika terjadi perbedaan pendapat dengan listener mengenai jawaban pada soal tersebut, tulislah tanggapan listener pada tempat yang telah disediakan di bawah ini ! Tanggapan listener : ..................................................................................................................................................... ..................................................................................................................................................... .....................................................................................................................................................
Petunjuk Listener No Soal : ...... Aktivitas : Memperhatikan dan memberikan tanggapan seputar penyelesaian soal yang dikerjakan oleh problem solver. 1) Perhatikanlah dengan seksama penjelasan problem solver mengenai penyelesaian soal yang telah dikerjakannya! 2) Biarkan probem solver menjelaskan dengan baik, namun ikutilah setiap langkah penyelesaian soal yang dilakukannya! 3) Apabila dari penjelasannya terdapat hal-hal yang kamu kurang pahami maka tanyakanlah! Dan jika terdapat kesalahan dari penjelasannya maka tanggapilah (interupsi). Namun DILARANG untuk memberi tahujawabannya! 4) Tulislah tanggapanmu pada tempat yang tersedia di bawah ini ! Tanggapan / interupsi : .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. ..............................................................................................................................................
[7]
TUGAS
1. Himpunan P = {6, 10, 14, 22, 26} dan Q = {7, 11, 13, 3, 5}, tentukan: a) Relasi yang mungkin dari himpunan P ke himpunan Q b) Nyatakan relasi tersebut dalam diagram panah, diagram Cartesius, dan himpunan pasangan berurutan! ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ 2. Ceritakanlah dengan bahasa kamu tentang diagram Cartesius disamping! .................................................................. .................................................................. .................................................................. .................................................................. .................................................................. .................................................................. ................................................................................................................................................... ................................................................................................................................................... ................................................................................................................................................... ................................................................................................................................................... 3. Relasi dari A = {a, e, i, o, u} ke B = {b, c, d, f, g, h} dinyatakan sebagai R = {(a,b), (a,c), (e,f), (i,d ), (o,g), (o,h), (u,h)}. Nyatakan relasi tersebut ke dalam bentuk diagram panah dan diagram Cartesius
Lampiran 4
106
LEMBAR KERJA SISWA 5 Nama
:............................
Nama Pasangan
:............................
Kelas
:............................
Hari /Tanggal
:
/ .............. 2013
Tujuan Pembelajaran :
peserta didik diharapkan dapat menghitung nilai fungsi melalui subtitusi dan melalui tabel nilai fungsi
Petunjuk Problem solver Aktivitas : Memberikan Penjelasan Kepada Listener seputar penyelesaian soal yang tellah kamu kerjakan. 1) Jelasankanlah Kepada Listener seputar penyelesaian soal yang tellah kamu kerjakan pada writing aktivities, diawali dari keterangan-keterangan yang diketahui sampai kepada kesimpulan akhir, berdasarkan Jawabanmu pada LKS. 2) Jawabah setiap pertanyaan dan tanggapilah setiap interupsi yang diajukan listener 3) Jika terjadi perbedaan pendapat dengan listener mengenai jawaban pada soal tersebut, tulislah tanggapan listener pada tempat yang telah disediakan Listener Listener Aktivitas : Memperhatikan dan memberikan tanggapan seputar penyelesaian soal yang dikerjakan oleh problem solver. 1) Perhatikanlah dengan seksama penjelasan problem solver mengenai penyelesaian soal yang telah dikerjakannya! 2) Biarkan probem solver menjelaskan dengan baik, namun ikutilah setiap langkah penyelesaian soal yang dilakukannya! 3) Apabila dari penjelasannya terdapat hal-hal yang kamu kurang pahami maka tanyakanlah! Dan jika terdapat kesalahan dari penjelasannya maka tanggapilah (interupsi). Namun DILARANG untuk memberi tahujawabannya! 4) Tulislah tanggapanmu pada tempat yang tersedia
Page | 1
MENENTUKAN NILAI FUNGSI
PERLU DIPAHAMI
Untuk melambangkan fungsi kita gunakan huruf kecil, seperti: f, g, h. Sehingga kita sebut fungsi f, fungsi g, dan fungsi h.
Fungsi f dari himpunan A ke himpunan B kita notasikan dengan f : A B atau f : x y dengan x A dan y B
(f : x y dibaca ”fungsi f memetakan x ke y”)
Penulisan lain dari notasi f : x y yaitu f(x) = y yang disebut
sebagai rumus fungsi f
Menentukan nilai fungsi yang dinotasikan dengan f : x y atau dirumuskan dengan f (x) = y adalah menentukan nilai y atau f (x) jika nilai x diberikan.
NOTASI DAN NILAI SUATU FUNGSI
Perhatikan masalah berikut! Baca dengan teliti perintah yang akan dilaksanakan, kemudian diskusikan dengan pasanganmu dan jawablah pertanyaan sesuai dengan petunjuk soal Dari diagram panah di atas notasi fungsi dapat ditulis sebagai berikut: ∶ →
∶ → ( )
perhatikan
Dibaca: fungsi f memetakan x anggota A ke y anggota B. y = f(x) disebut bayangan (peta) x oleh fungsi f.
Situasi 1 Perhatikanlah diagram panah di bawah ini! Domain :
A : {…….,…….,…….,…….,…….}
Kodomain:
B: {…….,…….,…….,…….,…….}
Range : = {………….., ………….., ……………} Bayangan 1 oleh fungsi f adalah f(1) = ……… Bayangan 2 oleh fungsi f adalah f(2) = ……… Bayangan 3 oleh fungsi f adalah f(3) = ……… Bayangan 4 oleh fungsi f adalah f(4) = ……… Bayangan 5 oleh fungsi f adalah f(5) = ……… Page | 2
Situasi 2 Miranti mempunyai hobi mengoleksi berbagai jenis bunga. Suatu hari ia membeli bibit bunga mawar. Tinggi tanaman tersebut saat dibeli adalah 12cm. Mirand merawatnya dengan baik, ia mengamati pertumbuhan bunga tersebut setiap minggu. Pertumbuhan bunga mawar setiap minggunya dinyatakan dengan fungsi :
→ 3 +1
a. Tentukan pertumbuhan bunga mawar setelah minggu ke -3! Untuk menentukanpertumbuhan bunga mawar setelah minggu ke -,misalkann = 3, maka: f(n) = 3n + 1
subtitusikan nilai n = 3 rumus fungsi
f(……) = 3(….) + 1 = ………. + 1 = ……. b. Buatlah tabel fungsi dari cerita tersebut jika Mirand mengamati pada minggu pertama sampai minggu keenam! Tabel fungsi dari cerita tersebut sebagai berikut!
Minggu keTinggi tanaman
1 4
2 7
3 4 5 …….. …….. ……..
6 ……..
TUGAS
Kerjakanlah soal berikut ini secara individu pada akhir pertemuan! Soal : Ari, beni dan coki bersepeda dengan kecepatan yang sama. Jarak tempuh yang mereka lalui setelah t menit dapat dinyatakan dengan fungsi s(t) = 4t + 5 meter. Setelah a menit Ari berhenti bersepeda. Jarak yang ditempuh ari setelah a menit adalah 85 meter. Beni berhenti bersepeda setelah 5 menit kemudian dari Ari. Adapun coki berhenti bersepeda setelah 10 menit kemudian dari ari. Jika jarak yang ditempuh beni adalah 169 meter dan jarak yang ditempuh coki 261 meter. Lamanya ari, beni dan coki bersepeda adalah….
Page | 3
PAIR PROBLEM
Jawablah soal di bawah ini! Problem Solver No.1 Satu buku harganya Rp 900,00,- dua buku harganya Rp 1800,00,- dan tiga buku harganya Rp 2700,00,- dan seterusnya. a. Tuliskan notasi fungsi dari situasi tersebut! b. Berapakah harga 7 buku? c. Berapa banyak buku yang dapat dibeli dengan uang Rp 9000,00,-? Jawaban :
Tanggapan Temanmu:
Page | 4
PAIR PROBLEM Jawablah soal di bawah ini! Problem Solver No.2 Doni menanam pohon rambutan di depan rumahnya. Pada awal penanaman, tinggi pohon rambutan tersebut adalah 20 cm. Pertumbuhan pohon rambutan setiap minggunya dapat dinyatakan dengan fungsi g: x→ 2x + 20. a) Tentukanlah tinggi pohon mangga setelah minggu ke-4 dan ke-7! b) Randy berencana memindahkan pohon mangga itu ke halaman belakang setelah tingginya 80 cm. kapankah randy memindahkan pohon mangga tersebut? Jawaban mu:
Tanggapan Temanmu:
Page | 5
111 Lampiran 5
KISI-KISI PEMAHAMAN KONSEP FUNGSI Satuan Pendidikan
: MTs
Kelas/ Semester
: V11I (Delapan)/ 1 (Satu)
Materi
: Fungsi
Standar Kompetensi
: Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus.
No 1 2 3 4
Indikator Pemahaman Konsep Skemp Hafal konsep tanpa kaitannya dengan yang lainnya Menerapkan rumus dalam perhitungan sederhana Mengerjakan perhitungan secara algoritmik mengaitkan suatu konsep dengan konsep lainnya
Instrumental Relasional
SIKLUS I Aspek Pemahaman Konsep SKEMP (Instrumental/ Relasional) Relasional (4)
Instrumental (1)
Instrumental (2) Instrumental (3) Instrumental (1)
Instrumental (1)
Relasional (2)
Instrumental (1)
Indikator Soal Membuat contoh relasi yang terkait dengan kehidupan sehari-hari. Membuat contoh gambar diagram panah relasi yang merupakan fungsi dan contoh gambar diagram panah relasi yang bukan merupakan fungsi. Menentukan banyaknya fungsi (pemetaan) yang mungkin dari dua himpunan. Menentukan banyaknya korespondensi satusatu yang mungkin dari dua himpunan. Menentukan domain, kodomain dan range suatu fungsi. Mengklasifikasikan relasi yang merupakan fungsi berdasarkan gambar diagram panah, himpunan pasangan berurutan dan gambar diagram Cartesiusnya. Kemampuan mengklasifikasikan fungsi yang merupakan korespondensi satu-satu sesuai dengan konsepnya serta merincikan alasannya. Mengklasifikasikan fungsi yang merupakankorespondensi satu-satu. Jumlah Soal
Butir Soal
Jumlah Soal
1
1
2,3
2
7
1
9
1
5
1
4, 6
2
7
1
8
1 9
112
SIKLUS II Aspek Pemahaman Konsep SKEMP (Instrumental/ Relasional)
Indikator Soal
Instrumental (3)
Mengklasifikasikan relasi yang merupakan fungsi berdasarkan gambar diagram Cartesiusnya. Menghitung nilai fungsi melalui substitusi. Menentukan bentuk fungsi jika nilai dan data fungsi diketahui.
Instrumental (2)
Menentukan nilai fungsi kemudian menggambar diagram Cartesiusnya.
Instrumental (1) Instrumental (3)
Relasional (4)
Mengaitkan konsep fungsi dalam pemecahan masalah. Jumlah Soal
: 5 butir : 2 butir : 1 butir : 2 butir : 9 butir
Siklus II Instrumental (1) Instrumental (2) Instrumental (3) Relasional (4) Jumlah
Jumlah Soal
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1 5
Proporsi soal : Siklus I Instrumental (1) Instrumental (2) Instrumental (3) Relasional (4) Jumlah
Butir Soal
: 1 butir : 1 butir : 2 butir : 1 butir : 5 butir
113
Lampiran 6 INSTRUMEN TES FUNGSI SIKLUS I Jawablah Pertanyaan Berikut dengan Benar! 1. a. a. Buatlah dua buah himpunan A dan B yang terkait dengan nama anggota keluargamu dan golongan darah. buatlah sebuah relasi dari dua himpunan tersebut! b. Nyatakanlah relasi tersebut dalam bentuk diagram panah! 2. Gambarlah 1 buah diagram panah relasi yang merupakan fungsi dan 1 buah diagram panah relasi yang bukan merupakan fungsi! 3. Diketahui A = (2, 3, 4) dan B = (2, 4, 6, 8). Buatlah diagram panah, himpunan pasangan berurutan dan diagram cartesius yang menunjukkan relasi “A faktor dari B”! 4. Diagram panah berikut menunjukkan relasi dari himpunan A ke himpunan B. a. Gambar diagram panah yang manakah yang merupakan fungsi? b. Berikan alasan untuk setiap jawabanmu!
5. Gambar diagram panah di bawah ini menunjukkan fungsi f: A→B.
Tentukan domain, kodomain, dan rangenya! 6. Diketahui A = {a, b, c, d} dan B = {1, 2, 3, 4}. Himpunan pasangan berurutan berikut menunjukkan relasi dari himpunan A ke himpunan B. a. Dari himpunan pasangan berurutan dibawah ini manakah yang merupakan fungsi? i. {(a, 1), (a, 2), (a, 3), (a, 4)} ii. {(a, 1), (b, 1), (c, 1), (d, 1)} iii. {(a, 1), (b, 2), (c, 3), (c, 4)} b. Berikan alasan untuk setiap jawabanmu!
114
7. Diketahui K = {faktor dari 8} dan L = {bilangan prima yang kurang dari 10}, Tentukan banyak pemetaan yang dapat dibuat dari ..... a. K ke L b. L ke K 8. Di antara pasangan himpunan berikut, manakah yang dapat berkorespondensi satusatu? Berikanlah alasan! a. K = { huruf vokal } dan L = { x | x < 12, x bilangan prima } b. P = { x | x < 8, x bilangan asli } dan Q = { x | x < 8, x bilangan cacah genap } 9. Diketahui P = {a, b, c} dan Q = {1, 2, 3). Buatlah korespondensi satu-satu dari P ke Q dengan menggunakan diagram panah! Berapa banyak korespondensi satu-satu yang dapat dibuat dari P ke Q? INSTRUMEN TES SIKLUS II Jawablah Pertanyaan Berikut dengan Benar! 1. Perhatikan grafik berikut ini, ! a. Manakah yang merupakan grafik dari suatu fungsi? i.
y
0
ii.
x
y
y
iii.
0
x
0
x
b. Berikan alasan untuk setiap jawabanmu! 2.Untuk fungsi f: x → 3x – 1, tentukanlah nilai fungsi untuk x = -2 dan x = 3! 3.Fungsi f dinyatakan dengan rumus f(x) = ax + b. Jika f(-6) = 32 dan f(4) = -18, maka .... a. Tentukan nilai a dan b, b. Tentukan Rumus Fungsi f. 4.Diketahui fungsi f: x → 3x – 2, dengan {x | 2 ≤ x ≤ 5, x bilangan bulat}. Gambarlah grafik fungsi nya! 5.Sebuah bus melaju dengan kecepatan 95 km/jam. a. Berapa jarak yang ditempuh jika perjalanan selama 2,5 jam? b. Berapa waktu yang diperlukan bus itu untuk menempuh jarak sejauh 150 km?
115 Lampiran 7 Pedoman Penilaian Tes Akhir Siklus Pemahaman Konsep a. Skor tes Pemahaman Konsep Tiap Indikator Siklus I Ranah Skemp ranah skemp
No Soal 4 1 2 1 1 1 2 1 3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jumlah maksimal
Bobot Skor 6 4 6 4 4 4 4 4 4
Instrumental
Relasional
1
2
3
4
20
4
4
12
jumlah Skor 40
40
Siklus II ranah skemp
No Soal 3 3 2 4 1
2 3 4 5 1 Jumlah maksimal
Bobot Skor 4 4 4 4 4 20
Ranah Skemp Instrumental Relasional jumlah 1 2 3 4 Skor 20 4 4 8 4
116 b. PEDOMAN PENSKORAN SIKLUS I
No Soal A
1
2
3
Indikator Soal B
Membuat contoh relasi yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan menyatakannya dalam bentuk diagram panah.
Membuat contoh gambar diagram panah relasi yang merupakan fungsi dan contoh gambar diagram panah relasi yang bukan merupakan fungsi.
Menyatakan relasi dalam bentuk diagram panah,himpunan pasangan
Kriteria Penilaian
Skor
C Tidak ada jawaban Menunjukkan tidak memahami soal yaitu tidak dapat membuat dua himpunan yang dimaksud pada soal.
D 0 1
Mampu membuat dua himpunan sesuai yang diminta oleh soal namun tidak membuat diagram panahnya.
2
Mampu membuat dua himpunan sesuai yang diminta oleh soal tidak memberikan tanda panah dalam membuat diagram panahnya.
3
Mampu membuat dua himpunan sesuai yang diminta oleh soal tidak tepat memberikan tanda panah dalam membuat diagram panahnya.
4
Mampu membuat dua himpunan sesuai yang diminta oleh soal, membuat diagram panah dengan tepat namun tidak memberikan nama relasi yang sesuai.
5
Mampu membuat dua himpunan sesuai yang diminta oleh soal, membuat diagram panah dengan tepat dan memberikan nama relasi yang sesuai.
6
Tidak ada jawaban Menunjukkan tidak memahami soal yaitu tidak dapat membuat diagram panah, himpunan pasangan berurutan dan diagram cartesius yang menunjukkan relasi “A faktor dari B” Mampu membuat dua himpunan namun tidak tepat dalam membuat diagram panahnya. Mampu membuat dua himpunan, membuat diagram panah dengan tepat namun tidak tepat dalam mengklasifikasikan relasi yang merupakan fungsi dan yang bukan merupakan fungsi. Mampu membuat dua himpunan, membuat diagram panah dengan tepat dan tepat dalam mengklasifikasikan relasi yang merupakan fungsi dan yang bukan merupakan fungsi. Tidak ada jawaban Menunjukkan tidak memahami soal yaitu tidak mampu membuat diagram panah, himpunan pasangan berurutan dan diagram cartesius yang menunjukkan relasi “A faktor dari B”
0 1
2
3
4 0 1
117 berurutan dan diagram Cartesius
Mampu menuliskan anggota masing-masing himpunan di tempat yang tepat namun tidak menggambarkan garis panahnya.
2
Mampu menuliskan anggota masing-masing himpunan di tempat yang tepat dan menggambarkan garis panahnya namun belum tepat garis panahnya sehingga tidak menunjukkan relasi “faktor dari”.
3
Mampu menuliskan anggota masing-masing himpunan di tempat yang tepat dan menggambarkan garis panahnya dengan tepat yang menunjukkan relasi “faktor dari”. Mampu menuliskan anggota masing-masing himpunan di tempat yang tepat dan menggambarkan garis panahnya dengan tepat dan membuat himpunan pasangan berurutan yang menunjukkan relasi “faktor dari”. Mampu menuliskan anggota masing-masing himpunan di tempat yang tepat dan menggambarkan garis panahnya dengan tepat membuat himunan asangan berurutan dan diagram cartesius yang menunjukkan relasi “faktor dari”. Tidak ada jawaban Menunjukkan tidak mampu mengklasifikasikan relasi yang merupakan fungsi 4,6
8
Kemampuan mengklasifikasikan relasi yang merupakan fungsi
Mampu mengklasifikasikan relasi yang merupakan fungsi namun tidak memberikan alasan. Mampu mengklasifikasikan relasi yang merupakan fungsi dan memberikan alasan namun alasan yang diberikan belum tepat. Mampu mengklasifikasikan relasi yang merupakan fungsi dan memberikan alasan yang tepat. Tidak ada jawaban
Menunjukkan tidak mampu mengklasifikasikan fungsi yang merupakan korespondensi satu-satu sesuai dengan konsepnya. Kemampuan mengklasifikasikan Mampu mengklasifikasikan fungsi yang merupakan fungsi yang korespondensi satu-satu namun tidak memberikan merupakan alasan. korespondensi Mampu mengklasifikasikan fungsi yang merupakan satu-satu sesuai korespondensi satu-satu dan memberikan alasan dengan konsepnya namun alasan yang diberikan belum tepat. serta merincikan Mampu mengklasifikasikan fungsi yang merupakan alasannya. korespondensi satu-satu dan memberikan alasan yang tepat.
4
5
6
0 1 2 3 4 0 1
2
3
4
118 A
5
7
9
B
Kemampuan menyatakan ulang konsep domain, kodomain dan range suatu fungsi.
Menentukan banyaknya fungsi (pemetaan) yang mungkin dari dua himpunan.
Menentukan banyaknya korespondensi satu-satu yang mungkin dari dua himpunan dengan menggunakan diagram panah.
C Tidak ada jawaban
D 0
Menunjukkan tidak memahami masalah soal matematika, yaitu tidak dapat membedakan antara domain, kodomain, dan range suatu fungsi.
1
Mampu menyatakan salah satu di antara domain, kodomain, dan range suatu fungsi dengan tepat.
2
Mampu menyatakan dua di antara domain, kodomain, dan range suatu fungsi dengan tepat.
3
Mampu menyatakan domain, kodomain, dan range suatu fungsi dengan tepat. Tidak ada jawaban Menunjukkan tidak memahami soal dalam menguraikan anggota dari dua himpunan yang diketahui. Mampu menguraikan anggota dari dua himpunan yang diketahui namun tidak mengetahui / terdapat kesalahan konsep rumus dalam menentukan banyaknya fungsi (pemetaan) yang mungkin dari dua himpunan. Mampu menguraikan anggota dari dua himpunan yang diketahui, mengetahui konsep rumus namun memberikan hasil perhitungan perpangkatan bilangan bulat yang belum tepat. Mampu menguraikan anggota dari dua himpunan yang diketahui, mengetahui konsep rumus, dan memberikan hasil perhitungan perpangkatan bilangan bulat yang tepat. Tidak ada jawaban Menunjukkan tidak memahami soal yaitu tidak mampu membedakan daerah asal dan daerah hasil sehingga menuliskan anggota masing-masing himpunan di tempat yang tidak tepat. Mampu menuliskan anggota masing-masing himpunan di tempat yang tepat namun diagram panah yang dibuat tidak menunjukkan korespondensi satusatu. Mampu mencari korespondensi satu-satu yang mungkin dari dua himpunan dengan menggunakan diagram panah yang tepat namun jumlahnya belum tepat. Mampu menentukan banyaknya korespondensi satusatu yang mungkin dari dua himpunan menggunakan diagram panah dengan tepat.
4 0 1
2
3
4 0 1
2
3
4
119 Siklus II
A
1
2
B
C Tidak ada jawaban Menunjukkan tidak mampu mengklasifikasikan relasi yang merupakan fungsi Kemampuan Mampu mengklasifikasikan relasi yang merupakan mengklasifikasikan fungsi namun tidak memberikan alasan. relasi yang Mampu mengklasifikasikan relasi yang merupakan merupakan fungsi fungsi dan memberikan alasan namun alasan yang diberikan belum tepat. Mampu mengklasifikasikan relasi yang merupakan fungsi dan memberikan alasan yang tepat. Tidak ada jawaban Menunjukkan tidak mampu membedakan notasi daerah asal dan notasi daerah hasil sehingga tidak tepat mensubstitusi nilai daerah asal ke dalam rumus fungsi yang diketahui. Mampu membedakan notasi daerah asal dan notasi daerah hasil namun tidak tepat dalam pemberian Menghitung nilai operasi hitung untuk menyamakan kedua ruas. fungsi melalui Mampu membedakan notasi daerah asal dan notasi substitusi. daerah hasil, memberikan operasi hitung untuk menyamakan kedua ruas dengan tepat namun masih terdapat kesalahan dalam perhitungan. Mampu membedakan notasi daerah asal dan notasi daerah hasil, memberikan operasi hitung untuk menyamakan kedua ruas dengan tepat dan memberikan hasil perhitungan yang tepat.
3
Menentukan bentuk fungsi.
Tidak ada jawaban Menunjukkan tidak mampu membedakan notasi daerah asal dan notasi daerah hasil sehingga tidak tepat mensubstitusi nilai daerah asal ke dalam rumus fungsi yang diketahui. Mampu membedakan notasi daerah asal dan notasi daerah hasil namun belum tepat dalam menyamakan kedua persamaan yang didapat dari mensubstitusikan nilai dan data fungsi yang telah diketahui. Mampu membedakan notasi daerah asal dan notasi daerah hasil, menyamakan kedua persamaan yang didapat dari mensubstitusikan nilai dan data fungsi yang telah diketahui dengan tepat namun masih terdapat kesalahan dalam perhitungan.
D 0 1 2 3 4 0 1
2
3
4 0 1
2
3
120
4
5
Mampu membedakan notasi daerah asal dan notasi daerah hasil, menyamakan kedua persamaan yang didapat dari mensubstitusikan nilai dan data fungsi yang telah diketahui dengan tepat dan memberikan hasil perhitungan dengan tepat. Tidak ada jawaban Menunjukkan tidak memahami cara menggambar grafik fungsi yaitu tidak mampu membedakan sumbu x dan sumbu y. Mampu membedakan sumbu x dan sumbu y, namun tidak tepat dalam memberikan anggota daerah asal dan daerah hasil. Mampu membedakan sumbu x dan sumbu y, memberikan anggota daerah asal dan daerah hasil dengan tepat, namun tidak tepat dalam menentukan titik-titik koordinat fungsi. Mampu membedakan sumbu x dan sumbu y, memberikan anggota daerah asal dan daerah hasil dengan tepat dan menentukan titik-titik koordinat fungsi dengan tepat. Tidak ada jawaban Menunjukkan tidak memahami cara membuat model matematika yang tepat sesuai dengan soal.
Menggambar grafik fungsi.
Mengaitkan konsep fungsi dalam pemecahan masalah.
Mampu membuat model matematika yang tepat sesuai dengan soal namun tidak memahami cara mencari jarak atau waktu yang diminta oleh soal. Mampu membuat model matematika yang tepat sesuai dengan soal, memahami cara mencari jarak atau waktu yang diminta oleh soal namun masih terdapat kesalahan dalam perhitungan. Mampu membuat model matematika yang tepat sesuai dengan soal, memahami cara mencari jarak atau waktu yang diminta oleh soal dan memberikan hasil perhitungan dengan tepat.
Setiap skor akhir dikonversi menjadi 100%. Siklus I Total Skor akhir =
x 100% = 100 %
Siklus II Total Skor akhir =
x 100% = 100 %
c. Kategori Persentase Hasil Tes Pemahaman Konsep Tiap Indikator 80% - 100% = Sangat Baik 70% - 79% = Baik 60% - 69% = Cukup 50% - 59% = Kurang < 50% = Sangat Kurang
4
0 1
2
3
4 0 1 2
3
4
121 Lampiran 8 Lembar Observasi Siswa Pembelajaran Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Hari / tanggal : .............................. Materi : .............................. Kelas/Semester : .............................. Pertemuan Ke : .............................. Petunjuk Tabel 1: Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang diberikan sesuai aktivitas siswa yang diamati dengan kriteria penilaian sebagai berikut : 1 = Buruk, (≤20% siswa melakukan kegiatan yang diamati) 2 = kurang, (21% – 40% siswa melakukan kegiatan yang diamati) 3 = cukup, (41% – 60% siswa melakukan kegiatan yang diamati) 4 = baik, (61% – 80% siswa melakukan kegiatan yang diamati) 5 = Sangat baik ( ≥80% siswa melakukan kegiatan yang diamati) Penilaian No Aspek yang diamati 1 2 3 4 5 1 Siswa siap menerima pelajaran dan memperhatikan penjelasan dari guru 2 Menggali pengetahuan awal melalui lembar kerja siswa (LKS) yang telah diberikan guru. 3 Antusias mengerjakan tugas individu Jumlah Jumlah total Petunjuk Tabel 2 Kriteria penilaian : 1 = Buruk, 2 = kurang, 3 = cukup, 4 = baik, 5 = Sangat baik No 1 2 3 4 5 6
(1 – 3 pasangan siswa melakukan kegiatan yang diamati) (4 – 6 pasangan siswa melakukan kegiatan yang diamati) (7 – 9 pasangan siswa melakukan kegiatan yang diamati) (10 – 12 pasangan siswa melakukan kegiatan yang diamati) ( 13 – 16 pasangan siswa melakukan kegiatan yang diamati) Aspek yang diamati
Siswa menuliskan dan menjelaskan identifikasi masalah mengenai yang diketahui dan yang ditanyakan di dalam soal Siswa menuliskan dan menjelaskan konsep, cara atau rumus yang digunakan untuk menyelesaikan masalah Siswa menuliskan dan menjelaskan cara perhitungan dalam menyelesaikan soal Siswa menuliskan dan menjelaskan jawaban hasil pemeriksaan kembali terkait penyelesaian masalah/soal Siswa menggambarkan ilustrasi masalah pada lembar kerja siswa (LKS) Siswa Mendengarkan dan memberi tanggapan kepada temanya Jumlah Jumlah total
1
Penilaian 2 3 4
5
122 Lampiran 9 Lembar Observasi Guru Pembelajaran Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Nama Guru
:
Hari / tanggal
:
Materi
:
Kelas/Semester : Pertemuan Ke
:
Petunjuk: Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang diberikan sesuai aktivitas guru yang diamati dengan kriteria penilaian sebagai berikut : 1 = kurang, 2 = cukup, 3 = baik, 4 = baik sekali. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Penilaian 1 2 3 4
Aspek yang diamati Keterampilan membuka pelajaran Keterampilan memberikan apresepsi Menyampaikan tujuan pembelajaran Penguasaan materi Kualitas penjelasan materi Kualitas interaksi pembelajaran Keterampilan membagi siswa secara berkelompok Keterampilan mengarahkan siswa untuk bertukar peran menjadi problem solver dan listener Keterampilan membimbing dan membantu siswa dalam melakukan metode pembelajaran Ilustrasi dan contoh-contoh Gaya mengajar dan ekpresi wajah Volume dan nada bicara Teknik berbicara Kontrol emosi Pengelolaan kelas Memancing pendapat atau ide siswa Keterampilan menjawab pertanyaan siswa Ketepatan menggunakan alat evaluasi Keterampilan membuat kesimpulan dan merangkum pelajaran Keterampilan menutup pelajaran Jumlah Jumlah total
Waluran, ..................2013 Observer,
Mesa Meilani, S.Pd
123 Lampiran 10
JURNAL HARIAN Berilah tanda
√
pada
yang kamu pilih
1. Bagaimana Pendapatmu tentang pembelajaran hari ini
2. Apakah kamu telah memahami materi hari ini
JURNAL HARIAN Berilah tanda
√
pada
yang kamu pilih
1. Bagaimana Pendapatmu tentang pembelajaran hari ini
2. Apakah kamu telah memahami materi hari ini
124 Lampiran 11 Rekapitulasi Nilai Tugas Akhir Pertemuan
Pertemuan No
Responden
siklus I 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 S21 S22 S23 S24 S25 S26 S27 S28 S29 S30 S31 S32 Rata-rata Modus Median terbesar terkecil Simpangan
2
3
80 90 100 80 90 100 70 80 90 60 70 70 70 90 100 80 90 100 80 100 90 90 90 90 70 75 80 60 65 70 70 70 80 75 75 80 70 80 90 80 90 95 70 80 80 70 80 85 80 90 100 60 70 0 80 90 100 80 100 95 55 65 75 80 90 80 60 75 80 70 90 100 60 70 75 80 90 90 80 85 90 80 90 90 50 70 75 60 90 80 70 80 80 80 85 100 71,88 82,66 84,69 80 90 100 70 85 90 90 100 100 50 65 0 9,57 9,75 18,27
Rata-rata Siklus II
4
6
7
8
9
90 90 90 100 100 90 90 100 100 100 90 85 90 95 100 80 75 80 80 90 90 90 90 100 100 90 90 90 100 100 80 90 90 100 100 90 100 100 90 100 90 90 90 100 100 80 75 80 80 90 90 90 90 100 100 80 90 90 90 100 90 90 90 90 100 90 100 90 100 100 90 90 90 100 100 85 80 70 90 100 90 90 90 100 100 80 80 85 90 95 90 100 90 100 100 100 100 100 100 100 85 85 80 90 90 90 90 90 100 100 85 80 85 90 90 90 90 90 100 100 80 80 85 90 90 90 90 90 100 100 90 90 90 100 100 100 90 95 100 90 80 80 85 90 90 90 85 90 90 90 90 90 80 100 90 90 90 90 100 100 87,97 88,28 88,59 95,47 97,03 90 90 90 100 100 90 90 90 100 100 100 100 100 100 100 80 75 70 80 90 5,21 6,55 6,12 6,14 4,55
Siklus
Siklus
I
II
90 90 82,5 70 87,5 90 87,5 90 78,75 68,75 77,5 77,5 82,5 88,75 80 80 90 52,5 90 93,75 70 85 75 87,5 71,25 87,5 86,25 90 68,75 80 80 88,75 81,80 90 83,75 93,75 52,5 9,10
95 97,5 92,5 81,25 95 95 95 97,5 95 81,25 95 92,5 92,5 97,5 95 85 95 87,5 97,5 100 86,25 95 86,25 95 86,25 95 95 93,75 86,25 88,75 90 95 92,34 95 95 100 81,25 4,92
125 Lampiran 12 Hasil Tes Pemahaman Konsep Siklus I 1. Nilai tes Akhir Siklus I
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Soal
Responden S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 S21 S22 S23 S24 S25 S26 S27 S28 S29 S30 S31 S32 Jumlah
1 4 5 3 3 3 5 4 6 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 6 3 5 2 2 3 4 3 3 3 3 2 3 107
2 4 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 4 2 2 2 3 4 2 3 3 4 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 88
3 4 3 3 5 3 4 3 2 3 5 3 4 3 5 3 6 3 3 1 2 2 4 3 4 3 5 3 4 3 5 3 5 3 5 2 4 3 6 4 6 3 3 2 4 3 4 2 5 3 4 4 5 3 5 3 6 3 3 3 4 3 3 3 5 4 138 93 Rata-rata Nilai Max Nilai Min Median Modus Simpangan
5 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 4 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 92
6 3 3 3 1 3 4 3 3 3 0 3 1 3 4 3 3 2 1 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 91
Tuntas Tidak tuntas
7 3 1 3 3 2 3 2 3 3 1 2 2 1 4 1 3 4 3 3 2 1 2 2 3 1 3 1 3 2 3 1 2 73
8 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 86
9 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 0 3 4 2 3 3 0 3 3 2 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 84
Jumlah skor 30 29 28 23 27 31 29 34 23 18 25 22 25 30 24 28 28 20 31 33 23 30 23 25 25 28 27 28 24 28 24 29 852 27 34 18
Nilai
Keterangan
75 73 70 58 68 78 73 85 58 45 63 55 63 75 60 70 70 50 78 83 58 75 58 63 63 70 68 70 60 70 60 73 2130 66,56 85 45 68,75 70 9,20
Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas
56,25% 43,75%
126 2. Nilai tes Pemahaman konsep berdasarkan indikator (Siklus I)
No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 S21 S22 S23 S24 S25 S26 S27 S28 S29 S30 S31 S32 Jumlah rata-rata % nilai Ideal
Indikator pemahaman konsep Instrumental Relasional 1 2 3 4 17 6 3 4 16 6 2 5 15 7 3 3 13 5 2 3 14 7 3 3 16 7 3 5 15 7 3 4 16 9 3 6 12 6 2 3 9 3 3 3 13 6 3 3 13 6 0 3 13 6 3 3 15 8 4 3 14 6 2 2 14 8 3 3 13 9 3 3 10 7 0 3 16 9 3 3 16 8 3 6 14 4 2 3 16 6 3 5 12 6 3 2 14 8 1 2 14 5 3 3 13 8 3 4 15 6 3 3 13 9 3 3 13 5 3 3 15 7 3 3 15 4 3 2 16 7 3 3 450 211 84 107 14,06 6,59 2,63 3,34 70% 66% 66% 56% 20 10 4 6
Jumlah skor 30 29 28 23 27 31 29 34 23 18 25 22 25 30 24 28 28 20 31 33 23 30 23 25 25 28 27 28 24 28 24 29 852 26,63 67% 40
Nilai 75 73 70 58 68 78 73 85 58 45 63 55 63 75 60 70 70 50 78 83 58 75 58 63 63 70 68 70 60 70 60 73 2130 66,56
127 Lampiran 13 Hasil Tes Pemahaman Konsep Siklus II 1. Nilai tes Akhir Siklus II
No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 S21 S22 S23 S24 S25 S26 S27 S28 S29 S30 S31 S32 Jumlah
Soal 1 2 3 4 3 3 3 4 3 2 3 3 3 4 3 3 4 3 3 2 2 3 4 3 2 3 4 3 2 4 2 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 2 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 98 105 Rata-rata Nilai Max Nilai Min Median Modus Simpangan
3 3 4 3 3 2 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 2 4 4 4 3 3 2 3 3 3 3 4 2 3 3 3 97
4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 2 4 4 3 3 2 4 3 2 4 4 1 4 2 4 4 4 4 3 3 3 4 4 107
Tuntas Tidak tuntas
5 3 4 3 2 3 3 2 3 2 2 2 3 3 4 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 92
Jumlah skor 16 17 16 13 15 17 15 18 14 12 15 15 16 16 14 17 15 15 18 19 13 16 13 16 17 17 16 16 13 15 17 17 499 16 19 12
Nilai 80 85 80 65 75 85 75 90 70 60 75 75 80 80 70 85 75 75 90 95 65 80 65 80 85 85 80 80 65 75 85 85 2495 77,97 95 60 80 80 8,31
Keterangan Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
84,38% 15,63%
128 2. Nilai tes pemahaman konsep
No
Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 S21 S22 S23 S24 S25 S26 S27 S28 S29 S30 S31 S32 Jumlah Rata-rata % nilai Ideal
Indikator pemahaman konsep Jumlah Instrumental Relasional skor 1 2 3 4 3 3 7 3 16 3 3 7 4 17 3 3 7 3 16 3 3 5 2 13 3 4 5 3 15 3 4 7 3 17 3 4 6 2 15 4 4 7 3 18 3 4 5 2 14 2 2 6 2 12 4 4 5 2 15 2 4 6 3 15 4 3 6 3 16 2 3 7 4 16 2 2 7 3 14 3 4 7 3 17 3 3 6 3 15 3 2 7 3 15 3 4 7 4 18 4 4 8 3 19 4 1 6 2 13 3 4 6 3 16 2 2 6 3 13 3 4 6 3 16 3 4 7 3 17 4 4 6 3 17 3 4 6 3 16 3 3 7 3 16 3 3 5 2 13 3 3 6 3 15 3 4 7 3 17 4 4 6 3 17 98 107 202 92 499 3,06 3,34 6,31 2,88 15,59 77% 84% 79% 72% 78% 4 4 8 4 20
Nilai 80 85 80 65 75 85 75 90 70 60 75 75 80 80 70 85 75 75 90 95 65 80 65 80 85 85 80 80 65 75 85 85 2495 77,97
Lampiran 14 REKAPITULASI NILAI AKTIVITAS SISWA NO
1 2 3 4
5 6 7 8 9
Aspek yang diamati
Siswa siap menerima pelajaran dan memperhatikan penjelasan dari guru Menggali pengetahuan awal melalui lembar kerja siswa (LKS) yang telah diberikan guru. Antusias mengerjakan tugas individu Siswa menuliskan dan menjelaskan identifikasi masalah mengenai yang diketahui dan yang ditanyakan di dalam soal Siswa menuliskan dan menjelaskan konsep, cara atau rumus yang digunakan untuk menyelesaikan masalah Siswa menuliskan dan menjelaskan cara perhitungan dalam menyelesaikan soal Siswa menuliskan dan menjelaskan kembali jawaban hasil pemeriksaan terkait penyelesaian masalah/soal Siswa menggambarkan ilustrasi masalah pada lembar kerja siswa (LKS) Siswa Mendengarkan dan memberi tanggapan kepada temanya Jumlah Keterangan
Kriteria Skor Aktivitas: 1= ≤20%,
Pertemuan ke 4 6
1
2
3
3
3
4
4
3
3
3
2
3
2
Rata-rata Siklus I Siklus II
7
8
9
4
4
5
5
3,5
4,5
4
4
5
5
5
3,25
4,75
3
4
4
4
5
5
3
4,5
3
3
4
4
4
5
5
3
4,5
3
3
4
4
4
3
4
5
3,5
4
3
4
4
4
4
4
5
5
3,75
4,5
2
3
3
3
3
4
4
4
2,75
3,75
3
3
3
4
4
4
5
5
3,25
4,5
2
2
3
3
4
4
5
5
2,5
4,5
23
27
30
34
35
36
28,5
39,5
baik
sangat baik
43 44 sangat sangat cukup cukup baik baik baik baik baik baik 2= 21%-40%, 3= 41%-60%, 4= 61%-80%, 5= ≥80%
Persentase Siklus I Siklus II
63,33%
87,78%
Peningkatan
24,44%
Keterangan Jumlah Nilai : 1-9=Sangat Kurang, 10-18=Kurang, 19-27=Cukup 28-36=Baik, 37-45=Sangat Baik 129
130
130
Lampiran 15
PEDOMAN WAWANCARA GURU Tahap
: Prapenelitian
Hari/tanggal : Narasumber
: Guru Bidang Studi Matematika
Tujuan
: Untuk mengidentifikasi masalah yang dialami pada proses pembelajaran matematika.
1. Apakah pada saat pembelajaran berlangsung siswa memperhatikan penjelasan Ibu dengan baik? 2. Apakah siswa aktif bertanya selama proses pembelajaran? 3. Metode dan pendekatan apa saja yang sering Ibu gunakan pada pembelajaran matematika? 4. Bagaimana respon siswa pada saat Ibu meminta siswa untuk mengerjakan soal di papan tulis? 5. Apakah setiap tugas yang diberikan oleh Ibu selalu dikerjakan dengan baik oleh siswa?
131
PEDOMAN WAWANCARA GURU Tahap
: Akhir siklus
Hari/tanggal : Narasumber
: Guru Bidang Studi Matematika
Tujuan
: Untuk mengidentifikasi proses pembelajaran matematika yang Menggunakan Metode pembelajaran TAPPS.
1.
Bagaimana respon siswa pada saat pembelajaran matematika yang menggunakan model pembelajaran TAPPS?
2.
Menurut Ibu, apakah pembelajaran TAPPS cocok diterapkan pada pembelajaran matematika?
3.
Bagaimana perkembangan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika setelah menggunakan model TAPPS?
4.
Bagaimana hasil belajar siswa setelah menggunakan model TAPPS?
5.
Bagaimana aktivitas siswa dalam berperan sebagai Problem Solver dan Listener?
132
Lampiran 16
PEDOMAN WAWANCARA SISWA
Hari/Tanggal wawancara
:
1.
Apakah adik menyukai belajar matematika dengan pembelajaran TAPPS?
2.
Apakah dengan TAPPS bisa membantu adik-adik memahami materi yang diajarkan? Alasannya?
3.
Apakah adik merasa lebih semangat dan aktif dalam belajar matematika dengan TAPPS?
4.
Apakah adik-adik merasa lebih memahami materi yang diajarkan dengan TAPPS?
133
Lampiran 17 Hasil Wawancara Siswa (siklus I)
Hari/Tanggal wawancara 1.
:
Apakah adik-adik menyukai belajar matematika dengan pembelajaran TAPPS?
2.
S1
: Iya, karena lebih aktif, tidak diam saja
S2
: Cukup seru,
S3
: Saya suka, tapi belum terbiasa
Apakah dengan TAPPS bisa membantu adik-adik memahami materi yang diajarkan? Alasannya? S1
: Menurut saya iya, karena bisa tanya bebas kepada teman apa yang belum dimengerti
3.
S2
: Tentu, kan ada banyak petunjuk di LKS nya, jadi lebih mudah
S3
: Iya, mengerjakan soal dan dijelaskan
Apakah adik-adik merasa lebih semangat dan aktif dalam belajar matematika dengan TAPPS?
4.
S1
: Lebih semangat, jadi banyak ikutan belajar, biasanya dengerin aja
S2
: Iya jadi gak ngantuk
S3
: Semangat
Apakah adik-adik merasa lebih memahami materi yang diajarkan dengan metode TAPPS? S1
: Biasa aja
S2
: Harusnya iya, karena dari cara belajarnya yang lebih seru
S3
: iya betul
134
Hasil Wawancara Siswa (siklus II)
Hari/Tanggal wawancara
:
1. Apakah adik-adik menyukai belajar matematika dengan pembelajaran TAPPS?
2.
S1
: Iya, seru
S2
: sangat suka, terutama pas menjadi problem solver
S3
: ya, Suka
Apakah dengan TAPPS bisa membantu adik-adik memahami materi yang diajarkan? Alasannya?
3.
S1
: Iya, kan harus bisa menjelaskan penyelesaian soal
S2
: Lumayan membantu, awalnya saya malas
S3
: Iya, lebih paham dari penjelasan teman
Apakah adik-adik merasa lebih semangat dan aktif dalam belajar matematika dengan TAPPS?
4.
S1
: Semangat banget
S2
: Lebih semangat karena lebih aktif
S3
: Lebih aktif belajar
Apakah adik-adik merasa lebih memahami materi yang diajarkan dengan metode TAPPS? S1
: Iya, soalnya saya bisa lebih aktif belajar
S2
: Iya, karena dari harus bisa menjelaskan
S3
: iya
135
Lampiran 18 HASIL WAWANCARA GURU Tahap
: Prapenelitian
Hari/tanggal : Narasumber
: Guru Bidang Studi Matematika
Tujuan
: Untuk mengidentifikasi masalah yang dialami pada proses pembelajaran matematika.
1. Apakah pada saat pembelajaran berlangsung siswa memperhatikan penjelasan Ibu dengan baik? Guru : sebagian memperhatikan, sebagian juga tidak 2. Apakah siswa aktif bertanya selama proses pembelajaran? Guru : kurang aktif bertanya 3. Metode dan pendekatan apa saja yang sering Ibu gunakan pada pembelajaran matematika? Guru : metode ceramah di depan kelas 4. Bagaimana respon siswa pada saat Ibu meminta siswa untuk mengerjakan soal dan menjelaskannya? Guru : siswa terlihat ragu dan takut untuk menjelaskan hasil pengerjaannya 5. Apakah setiap tugas yang diberikan oleh Ibu selalu dikerjakan dengan baik oleh siswa? Guru : ya siswa selalu mengerjakan akan tetapi ada saja masih kurang dan banyak yang salah karena tidak sesuai dengan tahapan yang telah dicontohkan.
136
HASIL WAWANCARA GURU SIKLUS I Tahap
: Setelah akhir siklus
Hari/tanggal : Narasumber
: Guru Bidang Studi Matematika
Tujuan
: Untuk mengidentifikasi proses pembelajaran matematika yang Menggunakan model pembelajaran TAPPS.
1.
Bagaimana respon siswa pada saat pembelajaran matematika yang menggunakan model pembelajaran TAPPS? Guru : baik, dan siswa terlihat antusian dalam pembelajaran
2.
Menurut Ibu, apakah pembelajaran TAPPS cocok diterapkan pada pembelajaran matematika? Guru : cocok, karena siswa dituntut untuk menjelas kan hasil pengerjaannya kepada temannya.
3.
Bagaimana perkembangan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika setelah menggunakan model TAPPS? Guru : keaktifan sudah terlihat tapi masih perlu pembiasaan
4.
Bagaimana hasil belajar siswa setelah menggunakan model TAPPS? Guru : meningkat
5.
Bagaimana aktivitas siswa dalam berperan sebagai Problem Solver dan Listener? Guru : Aktif tapi masih terlihat kaku, mungkin karena masih belum terbiasa dan pemasangan siswa terlihat monoton
137
HASIL WAWANCARA GURU SIKLUS II Tahap
: Setelah akhir siklus
Hari/tanggal : Narasumber
: Guru Bidang Studi Matematika
Tujuan
: Untuk mengidentifikasi proses pembelajaran matematika yang Menggunakan model pembelajaran TAPPS.
6.
Bagaimana respon siswa pada saat pembelajaran matematika yang menggunakan model pembelajaran TAPPS? Guru : siswa terlihat antusias sekali terhadap pembelajaran matematika
7.
Menurut Ibu, apakah pembelajaran TAPPS cocok diterapkan pada pembelajaran matematika? Guru : cocok sekali, karena siswa dituntut untuk menjelas kan hasil pengerjaannya kepada temannya.
8.
Bagaimana perkembangan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika setelah menggunakan model TAPPS? Guru : aktivitas siswa jauh lebih aktif dari sebelumnya
9.
Bagaimana hasil belajar siswa setelah menggunakan model TAPPS? Guru : meningkat
10. Bagaimana aktivitas siswa dalam berperan sebagai Problem Solver dan Listener? Guru : siswa sangat aktif berperan sebagai problem solver dan listener
Vr r,
i ,
1,,
...,
i
AA
LEMBAR UJI REFERENSI
Nama NIM Judul
:
Narlan Suhendar
:
108017000025
slaipsi : upaya meningkatkan kemampuan pemahaman
konsep
matematika siswa melalui model pembelajaran TAPPS
Paraf No
JudulBuku dan Nama Pengarang
Pembimbing
I
BAB 1
Yulianto Sri lJtomo, Survei Internasional TIMSS Posted in Puspendilq 2013, p.5 Ester Lince Napituhg Prestasi Sains dan Matematika Indonesia Menurun, 2013 , p.l [htfp :/iedukasi. kornpas. comfl
3
4
Rifa Nadia Nurfr]adah
I
2
3
4
5
,
Penyebab Indeks Matematika Siswa R['Terendah di Dunia 2A13, p. ftttp :/lkarrrpus.okezone.coml Slavin, Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS), 2012 (http://www.wcer.wisc.edu I archl e / cll I sVdoinscVtapps.htrn)
BAB
II
I
Ihttp:illitbane.kemdikbud.so.idl. 2
Pembimbing
II
Ennan, Suherman.dan Turmudi .dl
Apa Matematilm?, 2013,
It
4
tA
-{)
/r{
4 f\ A
4 4
*{)
4
l,l
4
,/t
4
/t
f
-\ 141
L2|08-utkapabehnat widya,pdfl Utari sumarmo,"Rujukan Filsafat, Teori dan Pralrsis llmu Pendidilan (Bab III: P embel aj aran Matematika) (Bandung:UPl Press, 2008), h.682 Utmi sumarmo,"Rajukan Filsafat, Teori dan Praksis llmu Pendidikan @ab III: P embelaj man Matematika) @andung:UPl Press,2008), h. 683 Utari sumarmo,"Rujukan Filsafot, Teori dan Pralrsis llmu Pendiditran @ab III: P embelaj aran Matematika) @andung:UPl Press.2008). h. 683 Suhendradkk, P engemb angan Kurilaium don P emb e I aj ar an Mat e m at ika Q akafia: Universitas Terbuka2007),h.7 Utmi snmarmo,'oRujukan Filsafat, Teori dan Praksis llmu Pendidikan (Bab III: Pembelaj aran Matematika) @andung:UPl Press, 2008), h.682 Oemar hamalik, Perencanaan Pengaj aran Berdasarkan P endekatan Sistem. 2003 fi akarta:Bumi aksara) h. lO Saiful sagala. Konsep dcn malcna pembelajman.2012 (Bandung : Alfabeta) hlm. 120081
6
7
8
9
10
11
12
73
l3 t4
15
t6
t7
18
Syaiful Sagala, Konsep dan Malcna Pembelajancn, Bandung: CY Alfabeta 2010. Cet- Ke-8. }{al-73Oemar hamalik, P erencansan Pengaj aran Berdasarkan P endekntan Sistem. 2003 G akarta:Bumi aksara) h.l 62-1 63 Oemar hamalik, Perencanaan Pengaj aran B er das slrsn P endekat an Sis tep- 2003 (iakarta:Bumi aksara) h. I 66-1 69 Sri Wardani, "Analisis SI dan SKL Mata Pelaj aran Matematiko SMP/MTs untuk Optimalisasi Tuj uan Mata P elaj aran M* ematikn", Pusat Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Maternatika, 2008, h. 29-3A Jeremy Kilpatrick, dhkAdding it up : helping children learn mathematics. Copyright 2001 by the National Academv of Sciences. US h. 119 Jeremy Kilpatriclq dt
yI
4
N
4
/'t
+
4 A A t4
4 4 J
h
4 4
H
{
N
4
A.
l!
i
-*/'
ta
l9 20
21
22
23
24
25
26 27 28
29
30
31
the National Academy of Sciences. US h. ll9 Jonassen, David, Learning to Solve Problem, (San Fransisco: Pfeiffer, 2004), h.139 Stice, 1.F., Teaching Problem Solving, 1987, (http ://wwwc si.unian. iVeduca/problemsolvin g/s tice ps.hEql) h.3 Elizabeth, E. Barkley, Student Engagement Techniques: A Hanbook for Collage Faculty, (San Fransisco: First Eixtion, 2010) ,h.259 City Colege Chicago. Adult Education
of
Program ABE/GED Curriculum Instructional Strategies hlm. 13 Arthur Whimbey & J. Lochhead. Problem Solving & c ompr ehension. London: Laun'ence Erlbaum Associates. 1999 hlm. 39 Stice, I.E, Teaching Problem Solving, 1987, Ottp://wwwc si.unian.itleduca/problemsolvin g/s tice ps.htnl) p.4-5 Slavin, Thinking Alound Pair Problem Solving 2011. (http://www.wcer.wisc.edu/archive/c I I /cl I /doi nscVtabos,htm). Barkley loc. cit. R.E. Salvin. Researchfor The Future, (Academic Press, inc 1996) h.48 R.E. Salvin. Researchfor The Future, (Academic Press, inc 1996) h.49 Yuniawiatika. 2008 "penerapan Metode Thingking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa SMP. Skripsi pendidikan matematika UPI bandung. Bandung 2008 [http://a-research-upi.edu{l 20 1 3 p. 1 tidak dipublikasikan Ruzyta Nw H,'?embel ajaran Matematika Melalui Metode ThingkingAloud Pair Problem Solving (TAPPS) dalam upaya meningkatkan kemampuan analisis matematis siswa SMP'. Skripsi pendidikan matematika UPI bandung. Bandung 20I 0 ft@: I I a-research.upi.edu/l 20 I 3 p. I tidak dipublikasikan Supriati "Meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pemecahan masalah matematik melalui metode thinking aloud pair problem solving (tapps) di SMP Neeeri 17 Taneerans selatan"
(TAPPS),
PV
*)
4 t'4:
r
4
4
/'t N Jrt
r
I
n
r
4 4lAU
q
"t
f,
'r
fl
fl
&
4
143
Skripsi pendidikan matematika UIN Jakarta. Jakarta 2012, tidak dipublikasikan Journal of Agricultural Education Volume 45, Number 4,h7 I 2 J
BAB III Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindqkan Kelas, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007),h.3Suharsimi Arikunto, P enelitian Tindakon Kelas, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007),h.20. Resume Erman Suherman, dalam validitas
toritik (logika), 2014, p.l (http ://ruciramath.wordoress. comA.
4
Kadir, Statistil(a untuk Penelitian lJmu-ilmu Sosial Dilengkapi dengan Output Program ,SPSE (Jakarta: Rosemata Sempurn4 2010), h. 4.
5
6
7
+
}T ,lA t$/
<-
/t a 4 4
tl
4 4
&
Kadir, Statistika untuk Penelitian llmu-ilmu Sosial Dilengkapi dengan Output Program SPSS, (Jakarta: Rosemata Sempurn4 2010), h. 4. Anas Sudjio no, P engantar Stotistik P endidilcan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persad4 2003), h.
40. Kadir Statistika untuk Penelttian llmu-ilmu Sosial Dilengkapi dengan Output Program SP,S^!, (Jakarta: Rosemata Sempurn4 2010), h.
4
-{
43
Jakartq22 Januari2Al4 Mengetahui,
Pembimbing I
Pembimbing
II
Firdausi. S.Si.lVLPd NrP. 19690629 2A0501 I 003
KEMENTERTAN AGAMA UIN JAKARTA FITK Jl-
FORM (FR)
No. Dokumen
FITK-FF -FR
Tgl. T
T
lr. H. Juanda No gS Ciputat 15412 tndonesia
SURAT PERMOHONAN tztN PENELITIAN
Marer eret
ol-
1n-!-
Nomor : Un.01/F. 1 /KM.01 3t.l S 1.t....eA13 Lamp. : Outline/proposat Hal : Permohonan lzin penelitian
Jakarta,09 September 20 13
Kepada Yth. Kepala MTs Asy-Syari,ah Waluran di Tempat Assalamu'alaikum
wr.wb.
-
Dengan hormat kami sampaikan bahwa,
Nama : Narlan Suhendar NIM : 108017000025 Jurusan : pendidikan Matematika Semester : Xl (Sebelas) Judul
skripsi : " Me,ingkatkan
Kemampuan pemahaman Konsep siswa dengan Moder pemberajaran Thingking Areud pair probrem sorving,, adalah benar mahasiswa Fakurtas ilmu Tarbiyah dan Keguruan UrN iakarta yang sedang menyusun skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) di madrasah yang Saudara pimpin.
Untuk itu kami mohon Saudara o'apat mengizinkan mahasiswa tersebut
melaksanakan penelitian dirnaksud.
Atas perhatian dan kerja sama saudara, kami ucapkan terima kasih. Wassal am u' ataiku m wr.wb.
Matematika
Tembusan:
1. 2. 3.
Dekan F]TK Pembantu Dekan Bidang Akademik Mahasiswa yang bersangkutan
1!ry1 2010
I
-_-l _-_i
IM YAYASAI\I PENDIDIKAI\I ISLAM (YPT) ASY.SYARI'AII WALURAN SI}KABTJITdI
MADRASAII TSANAWIYAH ASY.SYARI'AH WALURAN Jl Samelang Ds Mekarmukti Kec. Waluran. Kab. Sulcabumi 43175 E:mail :mts asy syariahT
[email protected] AKTA NOTARJS BERTHA SULLE, SH.No.62 Tanggal 09-0 l -2008 Ss' MENKUMHAM RI No. AHU l845.AlIA 0l-02-2008
SURAT KETERANGAN
Nomor : MTs.Aqrfo005/027D{I/20 I 3
Yang bertanda tangan
di
bawah ini, Kepala MTs Asy-Syari'ah Waluran dengan ini
menyatakan bahwa:
Nama
Narlan Suhendar
NIM
108017000025
Jurusan
Pendidikan Matematika
Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Semester
XI (Sebelas)
Telah mengadakan penelitian dalam bentuk prakti pengajaran di MTs Asy-Syari'atr Waluran dengan judul: LTPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP
MATEMATIKA SISWA DENGAN METODE-METODE PEMBELAJARAN THINGKING ALOUD PALR PROBLEM SOLYING (TAppS)." Setelah selesai pengolahan data mahasiswa yang bersangkutan melaporkan hasil penelitian kepada kami sebagai bahan referensi sisw4 guru dan karyawan MTs Asy-Syari'ah Waluran.
Demikian Surat keterangan ini kami berikan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
H. Ade Kamaludin. S.Pd.I NIP: -