perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
UPAYA MENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE PROBLEM SOLVING SISWA KELAS IV (PTK ini di SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Laweyan Surakarta)
SKRIPSI Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun Oleh: FITRI LASTINI NIM. K7106024
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul: Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita dalam Pembelajaran Matematika dengan Metode Problem Solving Siswa Kelas IV (PTK ini di SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Laweyan Surakarta) Oleh
:
NAMA
:
Fitri Lastini
NIM
:
K7106024
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Prodi PGSD Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Hari
:
Tanggal
:
Persetujuan Pembimbing Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Usada, M.Pd. NIP. 19510908 198003 1 002
Dra. Rukayah, M.Hum. NIP. 19570827 198203 2002
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul: Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita dalam Pembelajaran Matematika dengan Metode Problem
Solving Siswa
Kelas IV (PTK ini di SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Laweyan Surakarta) Oleh
:
NAMA
: Fitri Lastini
NIM
: K7106024
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Prodi PGSD Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Pada hari
: Kamis
Tanggal
: 08 Juli 2010
Tim Penguji Skripsi Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Drs. Sukarno, M. Pd.
...........................
Sekretaris
: Drs. Hasan Mahfud, M. Pd.
Anggota I
: Drs. Usada, M. Pd.
Anggota II
: Dra. Rukayah, M. hum
........................
............................ ........................
Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. NIP. 196007271987021001
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Fitri Lastini. NIM. K7106024. Improving Student’s Ability To Solving The Nature Stories In Learning Mathematic By Using Student’s Problem Solving Method. ( A Classroom Action Research on Fourth Grade Students of SD Negeri Dukuhan Kerten No. 5 Laweyan Surakarta). Minithesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University Surakarta. 2010. The purpose of this research is to improve capability in finishing the story problem of learning mathematics on thefraction topic in fifth grade SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Laweyan Surakarta by using Problem Solving method. This qualitative research uses a type of classroom action research. Subject of the research is all fourth grade students (36 individuals) of SD Negeri dukuhan Kerten No. 58 Laweyan Surakarta Regency of 2009/2010 Academic Years. The technique of collecting data used the observation techniques test and documentation. The techniques of analiting data used in the research is a descriptive interactive analysis and interactive analysis model with three component; data reduction, data presentation and conclusion or verification. Based on results of the research, it can be concluded that the learning mathematics through problem solving method can be effective to increase the students ability to solving the nature stories. Of the students in the fourth grade elementary Dukuhan Kerten No. 58 Laweyan Surakarta. It can be evident in the first before the action implemented an average rating is 53,61 with presentation of classical completeness of 47,22%, acycle average value is 62,59 with the presentation classical completeness of 61,11% and the averafe value of cycle 2 class average increased to 67,98 with the percentage of 72,22%. Exhaustiveness classical and cycle three more average value increased to 71,05 with a percentage of 80,05% classical completeness in conclusion, it can be recommendation as a learning of mathematics by using problem solving method can be increasing the students ability to solving the nature stories the fourth grade students of elementary Dukuhan Kerten No. 58 2009/2010 years.
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Fitri Lastini. Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Dalam Pembelajaran Matematika Dengan Metode Problem Solving Siswa Kelas IV (PTK ini di SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Laweyan Surakarta). Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2010 Tujuan penelitian ini yaitu: untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan pecahan dengan metode problem solving siswa kelas IV SD Negeri Dukuhan Kerten N0. 58. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Tahun Ajaran 2009/ 2010 berjumlah 36 siswa. Teknik pengumpulan data digunakan teknik observasi, tes, dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis deskriptif interaktif dan analisis interaktif yang mempunyai tiga buah komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika melalui metode problem so;ving efektif meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Laweyan, Surakarta. Hal ini terbukti pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-rata siswa 53,61 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 47,22%, siklus I nilai rata-rata kelas 62,59 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 61,11% dan siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 67,98 dengan presentase ketuntasan klasikal sebesar 72,22% da n siklus III nilai rata-rata kelas lebih meningkat menjadi 71,05 dengan presentase ketuntasan klasikal sebesar 80,05%. Dengan demikian, dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan metode problem solving dapat meningkatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita pecahan kelas IV SD Negeri Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Tahun Ajaran 2009/2010.
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
”Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang merubahnya” (Ar. Ra’du : 11) Sesungguhnya kamu lalai (dahulu memikirkan) hal ini, lalu kami bukakan tutup dari (mata) mu, maka penglihatanmu hari ini amat tajam. (Terjemahan Q. S. Qaaf:22)
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada: ?
Ayah
dan
Ibu
tercinta
yang
selalu
mendoakan
dan
mengingatkanku akan keagungan Illahi serta dengan ikhlas memberikan kasih sayang. ?
Kakek dan Nenekku tersayang yang selalu memberikan kasih sayang dan memberikan dukungan.
?
Kakak dan Adikku tercinta yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan dan motivasi.
?
Sahabat-sahabatku yang setia menemaniku dalam suka dan duka.
?
Rekan-rekan mahasiswa S1 PGSD atas kebersamaan yang indah.
?
UNS yang selalu kubanggakan.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji dan syukur atas ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian tindakan kelas yang berjudul “ Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita dalam Pembelajaran Matematika dengan Metode Problem So lving Siswa Kelas IV (PTK ini di SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Laweyan Surakarta)” dengan baik. Maksud dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi persyaratan dalam ujian skripsi. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih banyak kekur angan, namun berkat bimbingan dan pengarahan dari Bapak/ Ibu dosen pada akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. , selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd. , selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Drs. Kartono, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Drs. Usada, M. Pd. , selaku pembimbing I yang dengan sabar mengarahkan dan membimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Dra. Rukayah, M.Hum. , selaku pembimbing II yang dengan sabar mengarahkan dan membimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 6. Semua Dosen Program Studi PGSD Universitas Sebelas Maret yang dengan sabar mengarahkan dan membimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 7. Keluarga Besar SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 yang telah membantu dan menyediakan tempat untuk melaksanakan penelitian. 8. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu. Semoga amal kebaikan dari semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Semoga skripsi penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru maupun calon guru atau pihak yang bersangkutan pada umumnya dan penulis pada khususnya.
Surakarta, Juli 2010
Penulis
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
PERSETUJUAN .............................................................................................
ii
PENGESAHAN ...............................................................................................
iii
ABSTRACT ....................................................................................................
iv
ABSTRAK .......................................................................................................
v
MOTTO
........................................................................................................
vi
PERSEMBAHAN ...........................................................................................
vii
KATA PENGANTAR .....................................................................................
viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xiii
DAFTAR GRAFIK .........................................................................................
xiv
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
xvi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN .........................................................................
1
A. Latar Belakang ........................................................................
1
B. Rumusan Masalah ...................................................................
5
C. Tujuan Penelitian .....................................................................
5
D. Manfaat Penelitian ...................................................................
6
1. Manfaat Teoritis ................................................................
6
2. Manfaat Praktis .................................................................
6
LANDASAN TEORI ....................................................................
7
A. Tinjauan Pustaka .....................................................................
7
1. Konsep Pecahan .................................................................
7
2. Macam- macam Pecahan ....................................................
10
3. Metode Mengajar ...............................................................
14
4. Problem Solving ................................................................
15
5. Pembelajaran Matematika...................................................
18
6. Pembelajaran Pecahan dengan Metode Problem solving...
32
7. Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita.......
33
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III
BAB IV
digilib.uns.ac.id
8. Penelitian yang Relevan......................................................
35
B. Kerangka Berpikir ...................................................................
35
C. Hipotesis ..................................................................................
37
METODE PENELITIAN .............................................................
38
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................
38
1. Tempat Penelitian .............................................................
38
2. Waktu Penelitian ...............................................................
38
B. Subjek Penelitian .....................................................................
38
C. Bentuk dan Strategi Penelitian ................................................
38
D. Data dan Sumber Data ............................................................
40
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................
40
1. Observasi............................................................................
40
2. Pencatatan Arsip ...............................................................
41
3. Tes .....................................................................................
42
4. Metode Wawancara............................................................
42
F. Validitas Data ..........................................................................
43
G. Teknik Analisis Data ...............................................................
44
H. Indikator Kerja ........................................................................
45
I. Prosedur Penelitian .................................................................
46
1. Siklus 1 ..............................................................................
46
2. Siklus II .............................................................................
48
3. Siklus III …………………………………………………
49
HASIL PENELITIAN ...................................................................
50
A. Deskripsi Lokasi Penelitian .....................................................
50
B. Deskripsi Per Siklus ................................................................
53
1. Siklus I ...............................................................................
53
2. Siklus II .............................................................................
61
3. Siklus III………………………………………………….
69
C. Deskripsi Hasil Penelitian .......................................................
78
D. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................
80
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V
digilib.uns.ac.id
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ....................................
82
A. Simpulan ..................................................................................
82
B. Implikasi ..................................................................................
82
C. Saran ........................................................................................
83
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1
Semangka .......................................................................................
9
Gambar 2
Kue ..................................................................................................
9
Gambar 3
Sawo ................................................................................................
9
Gambar 4
Roti .................................................................................................
9
Gambar 5
Pecahan Seperempat ....................................................................... 10
Gambar 6
Pecahan Setengah ........................................................................... 10
Gambar 7
Pecahan Tiga Per Delapan .............................................................. 10
Gambar 8
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar .................................... 22
Gambar 9
Kerangka Berpikir ........................................................................... 36
Gambar 10 Siklus Penelitian Tindakan Kelas ................................................... 39 Gambar 11 Model Analisis Interaktif ............................................................... 45 Gambar 12 Grafik Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Problem Solving............................................................................................. 53 Gambar 13 Grafik Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Problem Solving Pada Siklus I...................................................................... 61 Gambar 14 Grafik Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Problem Solving Pada Siklus II..................................................... ................. 69 Gambar 15 Grafik Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Problem Solving Pada Siklus III..................................................................... 77 Gambar 16 Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Hasil Evaluasi Matematika Materi Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan Setiap Siklus.......................... 81
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1
Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Diterapkan Problem Solving ... 52
Tabel 2
Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Problem Solving Siklus I .............................................................................................. 60
Tabel 3
Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Problem Solving Siklus II ............................................................................................. 68
Tabel 4
Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Problem Solving Siklus III ............................................................................................ 76
Tabel 5
Nilai Rata-rata Hasil Evaluasi Matematika dan Prosentase Ketuntasan Klasikal Sebelum Tindakan, Siklus I, Siklus II dan Siklus III ......... 80
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 Jadwal Penelitian........................................................................... 84 Lampiran 2 Kisi-kisi Soal................................................................................. 86 Lampiran 3 Panduan Wawancara untuk Guru Sebelum diterapkan Problem Solving........................................................................................... 89 Lampiran 4 Panduan Wawancara untuk Siswa Sebelum diterapkan Problem Solving........................................................................................... 92 Lampiran 5 Ind ikator Ketercapaian Tujuan.................................................... 94 Lampiran 6 Lembar Observasi Guru Dalam Kegiatan Pembelajaran di Kelas Siklus I .......................................................................................... 109 Lampiran 7 Lembar Observasi Siswa Dalam Kegiatan Pembelajaran di Kelas Siklus I .......................................................................................... 111 Lampiran 8 Lembar Observasi Guru Dalam Kegiatan Pembelajaran d i Kelas Siklus II ......................................................................................... 113 Lampiran 9 Lembar Observasi Siswa Dalam Kegiatan Pembelajaran di Kelas Siklus II ......................................................................................... 115 Lampiran 10 Lembar Observasi Guru Dalam Kegiatan Pembelajaran d i Kelas Siklus III ........................................................................................ 117 Lampiran 11 Lembar Observasi Siswa Dalam Kegiatan Pembelajaran di Kelas Siklus III ........................................................................................ 133 Lampiran 12 Hasil Evaluasi Matematika Sebelum Menggunakan Problem Solving........................................................................................... 135 Lampiran 13 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ............................... 137 Lampiran 14 Perolehan Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Problem Solving Siklus I............................................................... 169 Lampiran 15 Foto Siklus I .................................................................................. 141 Lampiran 16 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ............................... 157 Lampiran 17 Perolehan Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Problem Solving Siklus II ............................................................. 159
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 18 Foto Siklus II ................................................................................. 149 Lampiran 19 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II I..............................151 Lampiran 20 Perolehan Hasil Evaluasi Matematika Setelah Menggunakan Problem Solving Siklus III............................................................................166 Lampiran 21 Foto Siklus III................................................................................168 Lampiran 22 Perijinan Penelitian........................................................................170
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan kemajuan suatu bangsa. Pendidikan membantu manusia dalam pengembangan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi segala perubahan yang terjadi, sebagaimana tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem
Pendidikan Nasional, yaitu : Pendidikan membuat watak serta peradapan bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab, (UU RI No, 20 Tahun 2003 pasal 3 dalam Aneka Ilmu, Tahun: 2003 halaman 7). Untuk mencapai keberhasilan tujuan pendidikan nasional, secara bertahap dan terus menerus dilakukan perbaikan, pengembangan kurikulum, dan kualitas pendidikan serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Ranah yang menjadi muara dari suatu pendidikan adalah adanya peningkatan pada aspek kognitif atau pengetahuan, afektif atau sikap, dan psikomotorik atau kepribadian yang semakin optimal setelah siswa memperoleh pendidikan. Selaras dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat. Pelaksanaan pendidikan tentunya perlu mendapat proporsi yang cukup agar diperoleh out put yang unggul. Penanaman pendidikan ini tentunya harus mengacu pada arah perbaikan, khususnya adalah peningkatan kemampuan akademis. Langkah yang dapat ditempuh oleh seseorang untuk mendapatkan pendidikan yang optimal adalah dengan memaksimalkan fungsi dari Tri Pusat Pendidikan, yaitu pendidikan keluarga (informal), pendidikan sekolah (formal), dan pendidikan masyarakat (nonformal).
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pendidikan keluarga merupakan pendidikan yang diperolah siswa sejak lahir, dan ada juga yang mengartikan pendidikan ini diberikan dan diperoleh siswa sebelum lahir. Pada pendidikan sekolah, siswa memperoleh bekal pengetahuan dan pengalaman yang lebih luas apabila dibandingkan dengan pendidikan keluarga. Karena pada pendidikan inilah siswa memperoleh kemampuan akademik yang berguna untuk mengembangkan dirinya. Sedangkan pendidikan masyarakat (nonformal) adalah pendidikan yang diperoleh siswa melalui pengalaman dalam kegiatan-kegiatan atau aktifitas bermasyarakat. Pelaksana dari pendidikan ini adalah para pemimpin masyarakat, tokoh masyarakat atau orang yang berpengaruh di masyarakat tersebut. Pada pendidikan sekolah, kontribusi yang diberikan kepada siswa lebih menekankan pada aspek
kognitif atau pengetahuan, afektif atau
perbuatan, dan psikomotorik atau kepribadian. Pelaksana dalam pendidikan ini tentunya adalah guru dan warga yang ada disekitar sekolah itu sendiri. Agar pendidikan di sekolah dapat berjalan dengan optimal, tentunya semua fungsi yang terkait dengan pendidikan tersebut harus digerakkan bersamasama. Kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berlangsung dengan baik apabila ada komunikasi positif antara guru dengan siswa, guru dengan guru, dan antara siswa dengan siswa. Oleh karena itu, komunikasi positif harus diciptakan agar pesan yang ingin disampaikan, khususnya materi pelajaran dapat diterima oleh siswa dengan baik. Guru diharapkan mampu membimbing aktivitas dan potensi siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai. Hal ini perlu dilaksanakan agar kualitas pembelajaran pada mata pelajaran apapun menjadi optimal. Salah satu mata pelajaran yang perlu mendapat perhatian
lebih adalah
matematika. Matematika sebagai suatu ilmu memiliki objek dasar abstrak yang dapat berupa fakta, konsep, operasi dan prinsip. Dari objek dasar itu berkembang menjadi objek-objek lain, misalnya pola pikir deduktif dan
commit to user 2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
konsisten, struktur-struktur dalam matematika yang ada dewasa ini, juga tidak dapat dipisahkan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Terbukti dengan banyaknya permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan matematika. Pelajaran matematika diberikan pada semua jenjang pendidikan dimulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai Perguruan Tinggi. Matematika
sebagai
ilmu
dasar
begitu
cepat
mengalami
perkembangan hal itu terbukti dengan makin banyaknya kegiatan matematika dalam kehidupan sehari- hari. Disamping itu juga sangat diperlukan siswa dalam mempelajari dan memahami mata pelajaran lain. Akan tetapi pada kenyataannya banyak siswa merasa takut, enggan dan kurang tertarik terhadap mata pelajaran matematika. Banyak siswa yang kurang tertantang untuk mempelajari dan menyelesaikan soal-soal matematika. Soal yang paling rumit dalam matematik a adalah soal cerita dan biasanya nilai siswa akan rendah pada soal dengan tipe seperti ini (soal cerita matematika), karena untuk dapat menyelesaikan soal cerita matematika dengan benar seorang siswa perlu memahami apa yang diketahui serta apa yang ditanyakan. Memahami apa yang diketahui berarti memahami informasi yang tersurat maupun yang tersirat di dalamnya. Sedangkan memahami apa yang ditanyakan berarti mengerti tentang istilah atau konsep-konsep yang berkaitan dengan yang ditanyakan. Setelah itu dilanjutkan dengan langkah atau proses penyelesaian ( www. Pontianakpost. com, 10 Januari 2010). Beberapa faktor penyebab rendahnya nilai matematika pokok bahasan soal cerita pecahan adalah siswa kurang serius dalam belajar di kelas, semangat belajar siswa kurang, kreatifitas siswa di kelas kurang, siswa kurang latihan soal dan penjelasan guru kurang jelas. Pembelajaran yang disampaikan oleh guru selama ini hanya mengacu pada satu buku paket, dan cara guru mengajar di kelas kelihatan monoton yaitu menggunakan metode ceramah, sehingga suasana dalam kelas terlihat tidak ada variasi pembelajaran. Oleh sebab itu, perlu dipilih metode pembelajaran yang tepat. Untuk memilih suatu metode mengajar perlu memperhatikan beberapa hal seperti materi yang akan
commit to user 3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
disampaikan, tujuannya, waktu yang tersedia, kondisi siswa dan hal- hal yang berkaitan dengan proses belajar mengajar. Apabila seorang guru dalam pemilihan metode mengajar kurang tepat dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa tidak lepas dari bagaimana siswa mengalami proses belajar. Dengan penggunaan metode yang tepat diharapkan siswa dapat dengan mudah menerima informasi yang diberikan oleh guru. Metode-metode yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar antara lain metode konvensional, demonstrasi , driil, problem solving, diskusi kelompok dan sebagainya. Hasil belajar siswa kelas IV di SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010 setelah diadakan pretest, diketahui bahwa dari 36 siswa yang terdiri dari 15 siswa laki- laki dan 21 siswa perempuan. Diperoleh rata-rata kelas 55,44. Siswa yang mendapat nilai di atas nilai = 6,0 adalah 17 siswa dan 19 siswa memperoleh nilai
5,9.
Bertolak dari nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) di SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta, pada mata pelajaran mateamatika KKM yang harus dicapai siswa kelas IV adalah 6,0. Hasil yang diperoleh dari pretest tersebut, yang memperoleh nilai di atas KKM ada 17 siswa, sedangkan yang lain masih dibawah KKM. Dengan demikian dapat diketahui bahwa pada materi pecahan yaitu menyelesaikan soal cerita, hasil yang diperoleh memang masih rendah. Sehubungan dengan hal tersebut, maka diperlukan suatu alternatif pemecahan agar dapat memberi perubahan yang lebih baik dalam menguasai materi operasi pecahan. Berkaitan dengan keadaan tersebut, akan digunakan suatu metode pembelajaran yang diharapkan untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran problem solving. Metode problem solving merupakan cara guru menyajikan bahan pelajaran dengan mengajak siswa berpikir secara ilmiah melalui analisis dan interpretasi
commit to user 4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masalah berdasarkan informasi dan konsep yang telah diterima, untuk menenukan jawaban permasalahan. Berdasarkan hal- hal di atas, dalam PTK ini dibahas masalah Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Dalam Pembelajaran Matematika Dengan Metode Problem Solving Siswa Kelas IV.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan yaitu : “Apakah penerapan pembelajaran matematika pada pokok bahasan pecahan dengan metode problem solving dapat meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58?” C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatakan kemampuan dalam
menyelesaikan soal cerita
dalam
pembelajaran matematika melalui metode problem solving siswa kelas IV SD Negeri Dukuhan Kerten N0. 58. D. Manfaat Penelitian Berpijak dari tujuan penelitian tersebut, maka manfaat penelitian ini diantaranya sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis a. Dengan pembelajaran problem solving akan merangsang keaktifan dan kreatifitas siswa, sehingga siswa akan mempunyai kesempatan dalam meningkatkan kemampuan masing- masing. b. Pembelajaran problem solving menghadapkan siswa kepada suatu masalah
agar
dipecahkan
atau
diselesaikan
sehingga
dapat
mempermudah siswa dalam mempelajari matematika khususnya soal cerita pokok bahasan pecahan. 2. Manfaat Praktis
commit to user 5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan serta masukan untuk meningkatkan pembelajaran matematika b. Bagi peneliti, bermanfaat untuk menemukan solusi dalam kemampuan menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan pada mata pelajaran matematika siswa kelas IV Sekolah Dasar c. Bagi siswa, sebagai motivasi belajar agar prestasi belajar matematika meningkat. d. Bagi sekolah, dapat memberikan masukan kepala sekolah dalam usaha perbaikan proses belajar mengajar para guru dalam menggunakan sarana dan prasarana sehingga hasil belajar siswa lebih baik dan mutu sekolah dapat meningkat.
commit to user 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Pecahan a. Pengertian Konsep Konsep adalah sesuatu yang abstrak yang menunjuk pada kategori atau kelas dari suatu kejadian atau hubungan.(http://id.answers.yahoo.com). Moore dalam (Tim Dosen IPS PGSD, 2002:2) mengungkapkan bahwa konsep merupakan sesuatu yang tersimpan dalam pikiran yang berupa suatu pemikiran, ide, atau gagasan. Sedangkan Parker berpendapat bahwa konsep adalah gagasan tentang sesuatu yang ada dan dapat diwujudkan dengan contoh. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, edisi tiga 2003) konsep berarti suatu rancangan. Dalam matematika, konsep adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk menggolongkan suatu objek atau kejadian. Dari pendapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa konsep adalah sesuatu yang sifatnya abstrak yang digunakan untuk menggambarkan suatu kejadian. Begitu pentingnya pemahaman konsep bagi proses berpikir kita, sehingga dapat ditarik kesimpulan tentang manfaat pemahaman tentang suatu konsep, yaitu : 1) Konsep membuat kita tidak perlu “mengulang-ulang pencarian arti” setiap kali kita menemukan informasi baru, 2) Konsep membantu proses mengingat dan membuatnya menjadi lebih efisien, 3) Konsep membantu
kita menyederhanakan
dan meringkas
informasi,
komunikasi dan waktu yang digunakan untuk memahami informasi tersebut, 4) Konsep-konsep merupakan dasar untuk proses mental yang lebih tinggi, 5)
commit to user 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Konsep sangat diperlukan untuk problem solving, 6) Konsep menentukan apa yang diketahui atau diyakini seseorang.
b. Pengertian Pecahan Menurut Muchtar A. Karim (1998:6.4) pecahan adalah perbandingan bagian yang sama terhadap keseluruhan dari suatu benda atau himpunan bagian yang sama terhadap keseluruhan dari suatu himpunan terhadap himpunan semula. Maksud dari “perbandingan bagian yang sama terhadap keseluruhan dari suatu benda” adalah apabila suatu benda dibagi menjadi beberapa bagian yang sama, maka perbandingan setiap
itu dengan
keseluruhan bendanya menciptakan lambing dasar suatu pecahan. Sedangkan maksud dari “himpunan bagian yang sama terhadap keseluruhan dari suatu himpunan terhadap himpunan semula” yaitu suatu himpunan
dibagi atas
himpunan bagian yang sama, maka perbandingan setiap himpunan bagian yang yang sama itu terhadap keseluruhan himpunan semula akan menciptakan labang dasar suatu pecahan. Cholis Sa`dijah (2003:73) mengemukakan bahwa pecahan merupakan bilangan yang dapat dinyatakan sebagai perbandingan dua bilangan cacah a dan b, ditulis
dengan syarat b ? 0. Dengan demikian secara simbolik
pecahan dapat dinyatakan sebagai salah satu : (1) pecahan biasa, (2) pecahan desimal,(3) pecahan persen, (4) pecahan campuran. Pecahan
(Roy
Hollands
dalam
www.wikipedia.org.wiki/pecahan.com) terdiri dari pembilang dan penyebut. Pecahan adalah suatu bentuk bilangan , dengan a,b bilangan bulat dan b tidak sama dengan 0, a disebut pembilang dan b disebut penyebut. Menurut kamus matematika, “pecahan adalah 1) hasil dari pembagian; 2) suatu perbandingan, suatu pecahan dapat ditulis dengan dibandingkan dengan 1”.
commit to user 8
dimana a dan b adalah yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pecahan yang dipelajari anak sekolah dasar merupakan bagian dari bilangan rasional yang dapat ditulis dalam bentuk -, dengan a dan b merupakan bilangan bulat dan tidak sama dengan nol. Secara simbolik pecahan dapat dinyatakan sebagai salah satu dari: (1) pecahan biasa, (2) pecahan desimal, (3) pecahan persen, (4) pecahan campuran. Begitu pula pecahan dapat dinyatakan menurut kelas ekuivalensi yang tidak terhingga banyaknya: - = - = - =- …. Bertolak dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pecahan adalah bilangan yang mempunyai jumlah kurang atau lebih dari utuh, terdiri dari pembilang dan penyebut, pembilangan merupakan bilangan terbagi, dan penyebut merupakan bilangan pembagi. c. Mengenal Konsep Pecahan Kegiatan mengenal konsep pecahan akan lebih berarti dengan di dahului dengan soal cerita yang menggunakan obyek buah, misalnya apel, sawo, semangka, jeruk atau kue misal cake, tart, dan apem dll.
Gambar 1: Semangka
Gambar 2: Kue
Gambar 3: Sawo
Gambar 4: Roti
commit to user 9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Peraga selanjutnya berupa bangun datar seperti persegi, lingkaran yang nantinya akan sangat menbantu dalam pemahaman konsep. Pecahan
1 2
dapat di peragakan dengan melipat kertas berbentuk
lingkaran atau persegi sehingga lipatannya tepat menutupi bagian yang lainya. Selanjutnya bagian yang dilipat dibuka dan diarsir sesuai bagian yang di kehendaki, sehingga di dapat gambar sebagai berikut :
Pecahan
1 dibaca setengah atau satu per dua atau seperdua. “1” 2
disebut pembilang yaitu merupakan daerah pengambilan. “2 “ disebut penyebut yaitu merupakan 2 bagian yanga sama dari keseluruhan. Peragaan tersebut dapat dilanjutkan untuk pecahan
1 1 an, an dan 4 8
sebagainya. Gambarnya sebagai berikut :
Gambar 5 =
1 4
Gambar 6 =
2 1 atau 4 2
Gambar 7 =
3 8
Selain mengenalkan pecahan dengan melipat kertas, peragaan dapat pula di lakukan dengan pita atau tongkat yang di potong dengan pendekatan pengukuran panjang, yang dapat pula mengenalkan letak pecahan pada garis bilangan. 2. Macam-macam Pecahan a. Pecahan berat atas
commit to user 10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Adalah pecahan yang memiliki pembilang lebih besar daripada penyebut. Ini termasuk pecahan tak wajar, hasilnya lebih dari 1. b. Pecahan desimal Adalah pecahan yang menggunakan sepersepuluh, seperseratus, seperseribu, dan seterusnya. Pecahan desimal memiliki angka disebelah kanan 0. c. Pecahan sebagai hasil bagi Hasil bagi adalah pembagian dua bilangan, misalnya = 3:4 d. Pecahan sebagai nisbah Pecahan dapat berupa nisbah antara dua bilangan. Nisbah artinya seband ing. e. Pecahan setara Pecahan yang bernilai sama, misalnya= - = f. Pecahan suatu kuantitas (bilangan) Pecahan yang dibagi dengan penyebut dan hasilnya dikalikan dengan pembilang. g. Pecahan tak wajar Pecahan yang pembilangnya lebih besar dari penyebut. h. Pecahan vulgar Pecahan biasa yang pembilangnya lebih kecil dari penyebut. i.
Pecahan wajar Pecahan yang pembilangnya lebih kecil dari penyebut..bernilai kurang dari 1. ( Peter Patilla. 2007. Kamus Matematika Dasar).
j.
Pecahan Senilai Pecahan
senilai
disebut
juga
pecah yang
menentukannya dapat di lakukan cara sebagai berikut :
commit to user 11
ekivalen.
Untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kita akan menunjukan bahwa
1 2 4 ? ? dengan menggunakan 3 2 4 8
kertas persegi panjang. Ambil kertas dan dilipat menjadi 2 bagian yang sama sehingga di dapat
1 . Kemudian ambil lagi kertas dilipat menjadi 2 bagian 2
yang sama dan di lipat lagi menjadi 2 di dapat
2 . Gambarnya sebagai berikut 4
: 1) kertas ke-1
di lipat menjadi 2 bagian yang sama besar Daerah yang diarsir
1 . 2
2) kertas ke-2
Daerah yang di arsir
2 , dari lipatan yang pertama 4
dilipat lagi menjadi 2 bagian yang sama besar. 3) kertas ke-3
yang di arsir lipatan yang ke-2 di lipat lagi menjadi 2 bagian yang sama besar. Dari gambar jelas bahwa
1 2 4 ? ? 2 4 8
k. Pecahan Perbandingan
commit to user 12
4 .dari 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pecahan adalah nama lain dari perbandingan. Pecahan
dapat
diartikan sebagai perbandingan 2 : 3. Contoh : Andi mempunyai 4 butir kelereng, sedangkan Ari mempunyai 5 butir kelereng. Tuliskan perbandingan banyak kelereng Andi terhadap Ari. Jawab : Banyak kelereng Andi (A) = 4 butir Banyak kelereng Ari (B) = 5 butir Perbandingan banyak kelereng Andi (A) dan Ari (B) adalah 4 butir berbanding 5 butir. A : B = 4 : 5 atau
=
Jadi, perbandingan banyaknya kelereng Andi terhadap Ari adalah 4 : 5 atau (penulisan angka perbandingan tidak menggunakan satuan ukuran). l.
Pecahan Penjumlahan Penjumlahan
yang
berpenyebut
sama
dilakukan
dengan
menjumlahkan pembilang-pembilangnya. Sedangkan penyebutnya tidak dijumlahkan. Aturan penjumlahan pecahan yang berbeda penyebutnya 1) Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari bentuk pecahan yang senilai). 2) Jumlahkan pecahan baru seperti pada penjumlahan pecahan berpenyebut sama. m. Pecahan Pengurangan Pengurangan
yang
berpenyebut
sama
dilakukan
dengan
mengurangkan pembilang-pembilangnya. Sedangkan penyebutnya tidak dikurangkan. Aturan pengurangan pecahan yang berbeda penyebutnya
commit to user 13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari bentuk pecahan yang senilai). 2) Jumlahkan pecahan baru seperti pada pengurangan pecahan berpenyebut sama.
3. Metode Mengajar Dalam proses belajar mengajar, metode mengajar memiliki peranan yang sangat penting dan merupakan salah satu penunjang utama berhasil atau tidaknya seorang guru dalam mengajar. Di samping kecakapan dan keterampilan mengajar, seorang guru harus menguasai metode- metode mengajar, serta dapat memilih dan menggunakannya dengan tepat untuk menyampaikan topik-topik pelajaran agar tujuan belajar dapat tercapai seperti yang diharapkan. Metode secara harfiah berarti “cara”, yakni cara mencapai suatu tujuan. Menurut Muhibbin Syah (1997: 201) menjelaskan metode adalah cara melakukan suatu kegiatan atau melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsepkonsep secara sistematis. Metode mengajar berarti cara mencapai tujuan mengajar, yaitu tujuan-tujuan yang diharapkan tercapai oleh murid dalam kegiatan belajar mengajar (Oemar Hamalik, 1989: 89). Menurut Tim SBM PGSD (2007:85) metode merupakan cara-cara yang ditempuh oleh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan. Metode mengajar adalah cara melakukan atau menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan member latihan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu (Martinis Yamin, 2007: 138). Adapun menurut Purwoto (1998: 70), “Metode mengajar adalah cara-cara yang tepat dan serasi dengan sebaik-baiknya, agar mengajar mencapai tujuannya atau sasarannya”. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode mengajar adalah cara yang teratur yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan mata pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
commit to user 14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Problem Solving a. Hakikat Problem Solving Metode
pemecahan
(www.wijayalabs.com)
adalah
masalah
atau
penggunaan
problem
solving
dalam
kegiatan
metode
pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan
sendiri
atau
secara
bersama-sama.
Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah. Dalam
jurnal
internasional
(http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/6028) tertera bahwa “Teaching of Research Operation by using the Problem Solving is a teaching that based on solving the problem. In this learning process, teacher and students are really involved directly, so that teacher know when the students would be let worked by themselves and when is it to take an intervention. In this time students developed their ideas by solving the problem”. Artinya adalah Pengajaran Operasi Riset dengan menggunakan Pendekatan Problem Solving adalah pembelajaran yang berbasis pemecahan masalah. Dalam pembelajaran ini, guru dan siswa benar-benar terlibat langsung di sepanjang proses tatap muka. Dari pihak guru, harus tetap mengamati proses jalannya proses belajar terutama dalam proses pemecahan masalah, sehingga guru akan tahu, kapan akan melakukan intervensi dan kapan membiarkan siswa bekerja bersama kelompoknya,
sedangkan
dari
pihak
siswa
sendiri
terus
berusaha
mengembangkan ide- ide mereka untuk mendapatkan jalan pemecahan masalah. Menurut Ulih Bukti Karo-karo (1981: 45) pemecahan masalah adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan menghadapkan pelajar kepada persoalan yang harus dipecahkan dalam rangka pencapaian tujuan
commit to user 15
perpustakaan.uns.ac.id
pengajaran.
digilib.uns.ac.id
Adapun
menurut
Tabrani
Rusyan
(1989:
12),
belajar
memecahkan masalah berdasarkan beberapa prinsip atau gejala atau peristiwa yang lalu dengan beberapa kemungkinan. Mulyono Abdurrahman (1999: 254), pemecahan masalah adalah aplikasi konsep dan keterampilan dalam pemecahan masala h biasanya melibatkan beberapa kombinasi konsep dan keterampilan dalam studi baru atau situasi yang berbeda. Agak berbeda dengan pendapat tersebut, Sriyono, dkk (1992: 118) mendefinisikan bahwa “ metode problem solving adalah suatu cara mengajar dengan menghadapkan siswa kepada suatu masalah agar dipecahkan atau diselesaikan”. Sedangkan menurut S. Nasution (2000:170) berpendapat bahwa memecahkan masalah dapat dipandang sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang telah dipelajarinya lebuh dahulu, yang digunakannya untuk memecahkan masalah yang baru. Menurut Polya dalam Clara Ika sari Budhayanti (2009 : 9-5) mengelompokkan masalah dalam matematika menjadi dua kelompok. Pertama adalah masalah terkait dengan dengan menemukan sesuatu yang teoritis atau praktis, abstrak atau konkrit. Kedua adalah masalah terkait dengan membuktikan atau menunjukkan bahwa suatu pernyataan itu benar atau salah atau tidak kedua-duanya. Sedangkan Troutman dalam Clara Ika sari Budhayanti (2009 : 9-5) mengelompokkan masalah matematika menjadi dua jenis. Jenis pertama adalah pemecahan masalah yang merupakan masalah rutin. Pemecahan masalah kedua adalah masalah yang diberikan merupakan situasi masalah yang tidak biasa dan tidak ada standar yang masti untuk menyelesaikannya. Menyelesaikan suatu masalah merupakan proses untuk menerima tantangan
dalam
menjawab
masalah.
Memecahkan
masalah
berarti
menemukan cara atau jalan mencapai tujuan atau solusi yang tidak mudah menjadi nyata.
commit to user 16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode problem solving merupakan cara guru menyajikan bahan pelajaran dengan mengajak siswa berpikir secara ilmiah melalui analisis dan interpretasi masalah berdasarkan informasi dan konsep yang telah diterima, untuk menentukan jawaban permasalahan. b. Kelebihan dan Kekurangan Problem Solving Keunggulan metode problem solving (www.gurupkn.wordpress.com) sebagai berikut: 1) Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan, 2) Berpikir dan bertindak kreatif, 3) Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis, 4) Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan, 5) Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan, 7) Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat, 8) Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja. Kelemahan metode problem solving (www.gurupkn.wordpress.com) sebagai berikut: 1) Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut, 2) Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain. c. Cara Penggunaan Problem Solving Menurut Purwoto ( 1998:103 ), bahwa untuk menyelesaikan masalah diikuti urutan langkah sebagai berikut: 1) Merumuskan permasalahan dengan jelas; 2) Menyatakan lagi masalahnya dalam bentuk yang operasional ( dapat dilaksanakan ); 3) Menyusun dugaan sementara ( hipotetis ); 4) Menentukan strategi pemecahan; 5) Melaksanakan prosedur pemecahan; 6) Memeriksa hasil kembali hasil pemecahan. Menurut Polya dalam Clara Ika sari Budhayanti (2009 : 9-5) langkahlangkah pemecahan masalah matematika sebagai berikut: 1) Memahami
commit to user 17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masalah; 2) Merencanakan cara penyelesaian; 3) Melaksanakan rencana; 4) Melihat kembali. Menurut John Dewey dalam Sujono (1988: 215-216) terdapat lima langkah utama dalam pemecahan masalah, yaitu sebagai berikut : 1). Tahu bahwa ada masalah- Kesadaran tentang adanya kesukaran, rasa putus asa, keheranan atau keraguan. 2). Mengenali masalah, klasifikasi dan definisi termasuk pemberian tanda pada tujuan yang dicari. 3). Menggunakan pengalaman yang lalu, misalnya informasi yang relevan, penyelesaian soal yang dulu, atau gagasan untuk hipotesa dan proposisi pemecahan masalah. 4). Menguji secara berturut-turut hipotesa akan kemungkinan-kemungkinan penyelesaian. Bila perlu, masalahnya dapat dirumuskan kembali. 5). Mengevaluasi penyelesain dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti yang ada. Hal ini meliputi mempersatukan penyelesaian yang benar dengan pengertian yang telah ada dan menerapkannya pada contoh lain dari masalah yang sama. Ken Watanabe (2009:14) berpendapat bahwa pemecahan masalah adalah sebuah proses yang dapat dibagi menjadi empat langkah: 1). Memahami situasi saat ini; 2) Mengidentifikasi akar penyebab masalah saat ini; 3) Mengembangkan rencana tindakan yang efektif; 4). Dan melakukan eksekusi hingga masalahnya terpecahkan, dengan membuat perubahan bila diperlukan. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa langkah- langkah problem solving adalah 1) Memahami masalah; 2) Merencanakan cara penyelesaian; 3) Melaksanakan rencana; 4) Melihat kembali hasil pemecahan. 5. Pembelajaran Matematika a. Hakikat Belajar Belajar pada hakekatnya merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi secara sadar melalui interaksi dengan lingkungannya.. Menurut Slameto (1995 : 2) mengemukakan bahwa, Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku
commit to user 18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Oemar Hamalik (1992:7) menyatakan bahwa belajar sebagai proses perubahan tingkah laku melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya. Sedangkan W.S.
Winkel (1991:36)
menyatakan bahwa belajar sebagai aktivitas mental atau psikis pada individu yang
berlangsung
dalam
interaksi
dengan
lingkungannya.
Belajar
menghasilkan perubahan-perubahan dalam hal pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai dan sikap. Perubahan itu secara relatif bersifat konstan dan berbekas. Adapun menurut pendapat Cronbach (1954: 34) yaitu : “learning is shown by a change in as eult of experience, belajar dapat dilakukan secara baik dengan jalan mengalami”. Menurut Hilgard dalam buku Strategi Pembelajaran sebagaimana dikutip Wina Sanjaya (2007: 110) mengemukakan bahwa “ Learning is the process by wich an activity organites or changed through training procedurs (wether in the laboratory or in the nauran environment) as distingusished from changes by factors not attributable to training”. Belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan ilmiah. Menurut Hilgard dan Brower dalam Ngalim Purwanto (2000:84) belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, perubahan tingkah laku itu bukan karena pembawaan, kematangan, atau keadaan sesaat seseorang (misalnya karena kelelahan, pengaruh obat dan lain- lainnya). Menurut Slavin (1997:151) belajar adalah perubahan pada diri seseorang yang disebabkan oleh adanya pengalaman. Menurut Winkel dalam Gino, dkk (1988: 17), “Belajar adalah suatu aktivitas mentalatau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat konstan. Konstan maksudnya tetap atau tahan lama”.
commit to user 19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Nana Sudjana (1996:5) berpendapat bahwa ‘Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang terjadi secara sadar karena adanya pengalaman atau latihan. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Menurut Slameto (1995 : 54-72), faktor yang mempengaruhi belajar dibedakan menjadi dua yaitu faktor interen dan eksteren. 1. Faktor-Faktor interen, yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor ini meliputi faktor jasmani, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. (a) Faktor jasmani, yaitu faktor yang berasal dari anggota badan individu itu sendiri. Faktor jasmani terdiri dari dua macam yaitu faktor kesehatan dan cacat tubuh. Faktor kesehatan adalah kondisi kesehatan pada seseorang terbebas dari penyakit, tidak dalam keadaan lelah dan capek. Sedangkan cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Siswa yang kekurangan gizi misalnya, ternyata kemampuan belajarnya berada di bawah siswa-siswa yang tidak kekurangan gizi, sebab mereka yang kekurangan gizi pada umumnya cenderung cepat lelah dan capek, cepat mengantuk dan akhirnya tidak mudah dalam menerima pelajaran. (b) Faktor psikologis, yaitu faktor yang mempengaruhi kejiwaan setiap individu. Faktor psikologis terdiri dari intelegensi, perhatian, minat dan bakat, motif dan motivasi, kognitif dan daya nalar.
commit to user 20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(c) Faktor kelelahan, yaitu faktor yang disebabkan karena daya fisiknya menurun. Kelelahan ada dua macam yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. 2. Faktor-faktor eksteren, meliputi: (a) Faktor keluarga, yaitu siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga yang berupa: cara orang tua mendidik yaitu dengan memberikan bimbingan dan penyuluhan, relasi antar anggota keluarga yaitu hubungan antara orang tua dengan anak, suasana rumah seperti situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga dimana anak belajar, keadaan ekonomi keluarga, orang tua yang memahami perkembangan anak, serta latar belakang kebudayaan. (b) Faktor sekolah, yaitu faktor yang terdapat dalam lingkungan sekolah sehingga mempengaruhi belajar siswa. Faktor ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa dan relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, keadaan gedung sekolah, metode belajar, dan tugas rumah. (c) Faktor masyarakat, merupakan faktor eksteren yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Yang termasuk faktor masyarakat adalah kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. Bila
dinyatakan
dalam
bentuk
mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut:
commit to user 21
bagan,
faktor- faktor
yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jasmani, seperti kesehatan dan Faktor interen
cacat tubuh Psikologis, seperti intelegensi, perhatian, minat dan bakat, motif dan motivasi, kognitif,
Belajar
dan daya nalar Kelelahan, seperti tubuh yang lunglai dan kebosanan. Faktor eksteren
Keluarga, seperti hubungan tua dengan anak dan suasana rumah. Sekolah, seperti metode mengajar relasi guru dengan siswa. Masyarakat, seperti kegiatan siswa dalam masyarakat dan teman bergaul.
Gambar 8 : Bagan faktor- faktor yang mempengaruhi belajar. c. Hakikat Pembelajaran Banyak pendapat yang menerangkan tantang pembelajaran, menurut Gagne dan Brigs dalam Nyimas Aisyah (2007:1-3) menyebutkan bahwa
commit to user 22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembelajaran adalah upaya orang yang tujuannya adalah membantu orang belajar. Sedangkan dalam http: // franciscusti. Blogspot . com 2008 / 06 / pembelajaran- merupakan-proses.html,
pembelajaran
merupakan
proses
komunikatif- interaktif antara sumber belajar, guru, dan siswa yaitu saling bertukar informasi. Menurut Corey dalam Nyimas Aisyah (2007:1-3) pembelajaran adalah suatu proses di mana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Sedangkan menurut Gino, dkk (1998:32-33) “Pembelajaran adalah usaha sadardari guru untukmembuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama dank arena adanya usaha. Menurut Gagne dalam Margaret E. Bell Gredler (1994: 207) berpendapat bahwa “ Pembelajaran didefinisikan sebagai seperangkat acara peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung terjadinya beberapa proses belajar, yang sifatnya internal”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar. Depdikbud (2003:9) menyebutkan bahwa pembelajaran adalah sebagai suatu system atau proses membelajarkan subyek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subyek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Menurut Oemar Hamalik (1999:57) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi
mencapai
tujuan
pembelajaran.
Sedangkan
dalam
(http://syarifartikel.blogspot.com tanggal 15 april 2010) pembelajaran adalah
commit to user 23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kata benda yang diartikan sebagai “proses, cara, menjadikan orang atau mahluk hidup belajar”. Kata ini berasal dari kata kerja belajar yang berarti “berusaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman”. Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara guru dengan siswa atau sumber belajar untuk saling memberi dan menerima informasi secara efektif dan efisien. d. Komponen Pembelajaran Dalam proses pembelajaran, ada komponen-komponen yang harus dipenuhi untuk mencapai pembelajaran yang efektif dan efisien. Selaras dengan hal di atas, Oemar Hamalik (2009:77) berpendapat pembelajaran merupakan suatu sistem, artinya pembelajaran merupakan kesatuan yang terdiri dari komponen-komponen yang beriterelasi dan berinteraksi antara satu dengan lainnya dan keseluruhan itu sendiri untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah diterapkan sebelumnya. Adapun komponenkomponen itu adalah tujuan pendidikan dan pengajaran, peserta didik atau siswa, tenaga kependidikan, perencanaan pembelajaran sebagai suatu segmen kurikulum, strategi pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Guru (pengajar) tidak termasuk komponen sistem pembelajaran, karena fungsinya dapat digantikan atau dialihkan kepada media sebagai pengganti sepeti : buku, slide, teks yang diprogram dan sebagainya. Namun kepala sekolah dapat menjadi salah satu unsur sistem pembelajaran karena berkaitan dengan prosedur perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa komponen pembelajaran adalah siswa, tujuan, materi, kegiatan atau prosedur, media, evaluasi dan tindak lanjut pembelajaran.
commit to user 24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Pembelajaran Pembelajaran akan berhasil dengan baik dan efektif apabila faktorfaktor yang berkaitan dengan pembelajaran dapat berperan sebagaimana mestinya secara berkesinambungan dan saling melengkapi satu sama lain. Menurut
Oemar
Hamalik
(2009:32)
ada
10
faktor
yang
mempengaruhi keberhasilan pembelajaran, yaitu : 1) Faktor kegiatan, penggunaan, dan ulangan (memanfaatkan indra penglihatan, pendengaran, merasakan, berfikir, kegiatan motoris) 2) Belajar memerlukan jalan, 3) Dilakukan dalam suasana menyenangkan, 4) Perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal, 5) Faktor asosiasi, 6) Pengalaman masa lampau atau apersepsi dan pengertian yang elah dimenegrti siswa, 7) Faktor kesiapan belajar, 8) Faktor minat dan usaha, 9) Faktor fisiologis, dan 10) Faktor intelegensi. Dengan demikian keberhasilan dari suatu pembelajaran merupakan hasil dari pengintegrasian faktor-faktor yang ada. Karena faktor- faktor tersebut antara satu dengan yang lain saling pengaruh mempengaruhi, sehingga baru akan menciptakan pembelajaran yang aktif dan menarik. Senada dengan pendapat sebelumnya, Indra Munawar dalam (http://indramunawar. blogspot.com tanggal 15 April 2010) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. 1) Faktor internal Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri. Faktor ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya: a) Faktor Biologis (Jasmaniah) Kondisi biologis tercermin dari kondisi fisik setiap siswa. Kondisi fisik yang baik atau tidak memiliki cacat sejak dalam
commit to user 25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kandungan sampai sesudah lahir tentunya akan lebih dapat menerima pelajaran dari pada yang memiliki kelainan. Kondisi fisik ini terutama meliputi keadaan otak, panca indera, anggota tubuh. Kedua, kondisi kesehatan fisik. Kondisi fisik yang sehat dan segar tentunya berpengaruh terhadap keberhasilan dalam belajar. b) Faktor Psikologis Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental siswa. Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil. Faktor psikologis ini meliputi intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar, kemauan, dan bakat. Dengan demikian ketika psikologis siswa baik, maka akan semakin memudahkan untuk menerima apa yang disampaikan oleh guru. 2) Faktor Eksternal a) Faktor lingkungan keluarga Faktor lingkungan keluarga rumah ini merupakan lingkungan pertama dan utama dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian orangtua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan anakanaknya maka akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya. b) Faktor lingkungan sekolah Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan keberhasilan
belajar
siswa.
Hal
yang
paling
mempengaruhi
keberhasilan belajar para siswa disekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, hubungan siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten. c) Faktor lingkungan masyarakat
commit to user 26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Seorang siswa hendaknya dapat memilih dan memilah lingkungan masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Masyarakat merupkan faktor eksternal yang berpengaruh terhadap belajar siswa karena keberadannya dalam masyarakat. Lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah, lembaga- lembaga pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian remaja dan lain- lain. Sedangkan Slameto (2003:54) menyebutkan ada 2 faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Pertama adalah faktor internal yang terdiri dari faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Sedangkan yang kedua adalah faktor eksternal yang meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan masyarakat. Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar adalah apa-apa yang berkaitan dengan fisiologis dan psikologis, yaitu kesiapan berupa kemampuan internal dan eksternal yang ada dalam diri siswa itu sendiri. f. Pengertian Matematika Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani metheis atau manthenien yang artinya mempelajari, namun diduga kata itu erat hubungannya dengan kata sansekerta medha atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan, atau intelegensi. Menurut Paling dalam Mulyono Abdurrahman (2003 :252) Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban
menggunakan
pengetahuan
tentang
bentuk
dan
ukuran,
menggunakan pengetahuan tantang berhitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan mengunakan hubungan-hubungan. Beberapa definisi tentang matematika dikemukakan oleh para ahli dalam bukunya R. Soedjadi (2000: 11) sebagai berikut: 1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik; 2)
commit to user 27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi; 3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan; 4) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk; 5) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik; 6)Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat. Johson dan Rising (1967: 4-5) juga merangkum berbagai definisi tentang matematika yang menurut mereka paling tidak ada enam pengertian yang dapat dikaitkan dengan matematika, yaitu: 1). Mathematics is a creation of the human mind, concerned primarily with ideas, processes, and reasoning (matematika adalah kreasi pikiran manusia, terutama tentang ide, proses, dan penalaran); 2) Primarily, mathematics is a way of thinking, a way of organizing a logical proof (terutama, matematika adalah cara berpikir, cara mengorganisasi bukti logis); 3) Mathematics is also a language, a language that uses carefully defined terms and concise symbolic representation, which add precision to communication. It is a language that works with ideograms, symbols for ideas, rather than phonograms, symbols for sounds (matematika juga bahasa, bahasa yang menggunakan istilah- istilah yang terdefinisi dengan cermat
dam
membuat
symbol,
yang
menambah
keakuratan
dalam
komunikasi. Ia adalah bahasa yang menggunakan ideogram, symbol untuk ide, bukan phonogram, symbol untuk diperdengarkan); 4) Mathematics is an organized structure of knowledge (matematika adalah struktur pengetahuan yang terorganisir); 5) Mathematics is also the study of pattern (matematika juga studi tentang pola); 6) Mathematics is finally an art (matematika akhirnya juga sebuah seni).665 Matematika adalah simbol ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang dapat didefinisikan, ke postulat dan selanjutnya ke dalil. (Ruseffendi dalam Heruman, 2007:1). Adapun Menurut Bruner dalam Nyimas Aisyah (2007:1.6)
commit to user 28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari , serta mencari hubungan antar konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu. Taylor dan Francis Group (2008) dalam International Journal of Education in Science and Technology: Mathematics is pervanding every study and technique in our modern world. Bringing ever more sharpy into focus the responsibilities laid upon those whose task it is to tech it. Most prominent among these is the difficulty of presenting an interdisciplinary approach so that one professional group may benefit from the experience of others. Matematika mencakup setiap pelajaran dan teknik di dunia modern ini. Matematica memfokuskan pada teknik pengerjaan tugas-tugasnya. Hal yang sangat mencolok yaitu mengenai kesulitan dalam mengaplikasi pendekatan interdisciplinary (antar cabang ilmu pengetahuan), oleh karena itu para pakar bisa
memperoleh
pengetahuan
dari
cabang
ilmu
lain.
www.tandf.co.uk/.../0020739x.asp diakses pada 02 April 2010) Matematika disampaikan oleh Kline dalam Mulyono Abdurrahman (2003:253) merupakan bahasa simbolis yang memiliki ciri-ciri utama yaitu penggunaan cara berfikir deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif. Menurut Purwoto (2003: 12-13) “Matematika adalah pengetahuan tentang pola keteraturan pengetahuan tentang struktur yang terorganisasikan mulai dari unsur-unsur yang tidak terdefinisikan ke unsur yang didefinisikan keaksioma dan postulat dan akhirnya kedalil. Kamus Besar Indonesia (1995: 637) “matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenei bilangan. Menurut
Johsen
dan
Myklebus
dalam
bukunya
Mulyono
Abdurrahman (1999: 252), matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan- hubungan kuantitatif dan keruangan, sedamgkan fungsi teorinya adalah untuk memudahkan berpikir. Sedangkan
menurut
Asep
Jihad
(2008:152)
commit to user 29
menyampaikan
bahwa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
matematika memiliki karakteristik di antaranya : 1) Objek pembicaraanya abstrak, 2) Pembahasan mengandalkan tata nalar, 3) Konsep sangat jelas berjenjang sehingga terjaga konsistensinya, 4) Melibatkan perhitungan atau operasi, 5) Dapat dipakai dalam ilmu yang lain. Dari beberapa pendapat dapat diambil kesimpulan bahwa matematika adalah salah satu ilmu dasar yang berguna untuk memahami dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi yang memudahkan manusia berpikir dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari- hari. g. Pengertian Pembelajaran Matematika Menurut Nyimas Aisyah (2007:1-4) pembelajaran matematika merupakan proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan memungkinkan seseorang (si pelajar) melaksanakan kegiatan belajar matematika, dan proses tersebut berpusat pada guru mengajar matematika. Menurut Bruner dalam Heruman (2005:4) pembelajaran matematika merupakan Depdikbud dalam http://pembelajaran matematika.htm
diunduh
13 April 2010 menyebutkan bahwa pembelajaran matematika memiliki ciriciri, yaitu 1). memiliki obyek yang abstrak, 2). memiliki pola pikir deduktif dan konsisten, dan 3) tidak dapat dipisahkan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Bertolak dari pendapat para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran matematika adalah proses perubahan yang ada pada diri seseorang
berupa
penguasaan
simbol-simbol
untuk
menyelesaikan
perhitungan yang diperoleh melalui latihan-latihan dalam belajar matematika. h. Fungsi Pembelajaran Matematika Dalam kurikulum 2004 (2004: 6) disebutkan bahwa Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen sebagai alat komunikasi melalui symbol, table, grafik, diagram, dalam menjelaskan gagasan.
commit to user 30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Cornelius
dalam
Mulyono Abdurrahman (2003:253)
mengemukakan perlunya matematika diberikan kepada siswa karena matematika : 1) Sarana belajar yang jelas dan logis, 3) Sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari- hari, 2) Sarana mengenal polapola hubungan dan generalisasi pengalaman, 4) Sarana untuk mengembankan kreatifitas, 5) Sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya. Menurut Asep Jihad (2008:153) menyebutkan matematika memiliki fungsi 1) Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol, dan 2) Mengembangkan ketajaman pena laran yang dapat memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan seharihari. Menurut Cockroft yang dikutip Mulyono Abdurrahman (2003:253). Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena memiliki fungsi yang sangat penting, yaitu : 1) Selalu digunakan dalam segi kehidupan, 2) Semua bidang studi memerlukan matematika yang sesuai, 3) Merupakan sarana komunikasi yang kuat, 4) Dapat digunakan dalam meyajikan informasi dengan berbagai cara, 5) Meningkatkan kemampuan berfikir logis, keteletian dan kesadaran, keruangan dan fungsi berupa memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang. Bertolak dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa matematika fungsi yang sangat besar dalam kehidupan sehari- hari, yaitu : dapat memberikan bekal kepada peserta didik untuk berfikir logis, analisis, kritis, mengembangkan kreatifitas, dan dapat meningkatkan kemampuan dalam usaha memecahkan masalah yang menantang. i.
Tujuan Pembelajaran Matematika Dalam kurikulum KTSP (2009:135) disebutkan bahwa pembelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Memahami konsep matematika,
menjelaskan keterkaitan
antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah, 2) Menggunakan
commit to user 31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, 4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Sedangkan
Asep
Jihad
(2008:153)
mengemukakan
bahwa
matematika memiliki beberapa tujuan, di antaranya : 1) menggunakan algoritma atau prosedur pekerjaan, 2) melakukan manipulasi secara matematika, (3) mengorganisasi data, 4) memanfaatkan symbol, table, diagram dan grafik, 5) mengenal dan menemukan pola, 6) menarik keimpulan, 7) membuat kalimat atau model matematika, 8) membuat interpretasi bangun dalam bidang dan ruang, 9) mamahami pengukuran dan satuan-satuannya, dan 10) menggunakan alat hitung dan alat bantu matematika. 6. Pembelajaran Pecahan dengan Metode Problem Solving Di dalam skripsi ini kompetensi dasar yang ingin dicapai adalah menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan. Adapun langkahlangkahnya sebagai berikut : 1) Memahami masalah dengan jelas; 2) Merencanakan cara penyelesaian; 3) Melaksanakan prosedur pemecahan; 4) Melihat kembali hasil pemecahan. Misalnya : Ibu Ema membuat kue sebuah kue yang cukup besar. Kue tersebut dipotong-potong menjadi 16 bagian yang sama besar. Pulang sekolah Ema
commit to user 32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengajak Menik ke rumahnya. Ema dan Menik masing- masing makan 2 potong kue. Berapa bagian kue yang dimakan Ema dan Menik? Jawab : a.
Memahami masalah dengan jelas
Kue dibagi menjadi menjadi 16 potong, kemudian dimakan Ema 2 potong dan dimakan Menik 2 potong. b. Merencanakan cara penyelesaian
+
=
= ….
c. Melaksanakan prosedur pemecahan
+
=
=
=
d. Melihat kembali hasil pemecahan Jadi, kue yang dimakan Ema dan Menik
bagian.
7. Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Kemampuan yaitu kesanggupan; kecakapan; kekuatan (W.J.S. Poerwadarminta 1999: 628). Kemampuan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1999 : 623) berasal dari kata “mampu” yang berarti bisa atau sanggup. Kemampuan dapat diidentifikasi sebagai kesanggupan, kecakapan, kekuatan, atau potensi diri sendiri. Kemampuan awal siswa merupakan prasarat yang diperlukan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar selanjutnya. Proses belajar mengajar kemampuan awal siswa dapat menjadi titik tolak untuk membekali siswa agar dapat mengembangkan kemampuan baru. Soal cerita sangat penting bagi perkembangan proses berfikir siswa dalam pengajaran matematika, maka keberadaannya sangat mutlak diperlukan. Salah satu bahan ajar yang dapat menunjukkan suatu pelajaran matematika adalah
commit to user 33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
proses penyelesaian soal cerita, misalnya : 1) Masalah atau apa yang diketahui dalam soal, 2) Apa yang ditanyakan atau yang dicari, 3) Operasi dan simbol apa saja yang terlibat dalam soal itu, 4) Model matematika manakah yang dapat mewakili soal itu, 5) Apa yang telah dikuasai dan apa yang perlu digunakan. Kemampuan siswa yang dibutuhkan untuk menyelesaikan soal cerita tidak hanya kemampuan skill (ketrampilan) dan mungkin algoritma (urutan logis pengambilan keputusan) tertentu saja melainkan dibutuhkan kemampuan yang lain. Soal cerita matematika merupakan soal terapan dari suatu pokok bahasan dalam mata pelajaran matematika yang dihubungkan dengan masalah sehari- hari yang dalam pemecahannya menggunakan langkah- langkah yang sistematis sebagai berikut: 1) Membaca soal cerita itu dan memikirkan hubungan antara bilangan-bilangan yang ada dalam soal cerita itu, 2) Menulis kalimat matematika yang menyatakan hubungan dalam operasi bilangan, 3) Menyelesaikan kalimat matematika, 4) Menggunakan penyelesaian untuk menjawab pertanyaan dalam soal. Dalam menghadapi masalah matematika, khususnya soal cerita, siswa harus melakukan
analisis dan interpretasi informasi sebagai landasan untuk
menentukan keputusan. Dalam memecahkan masalah, siswa harus menguasai konsep-konsep dan cara mengaplikasikannya dalam berbagai situasi baru yang berbeda. Menurut Akbar Sutawijaya, dkk (1991: 56) langkah- langkah dalam menyelesaikan soal cerita adalah sebagai berikut: 1) Menentukan atau mencari apa yang dapat ditanya oleh soal cerita, 2) Mencari informasi (keterangan) yang esensial, 3) Memilih operasi yang sesuai, 4) Menulis model matematika, 5) Menyelesaikan model matematikanya, 6) Menyatakan jawaban itu dalam bahasa Indonesia sehingga menjawab pertanyaan dari soal cerita tersebut. Menurut Bloom dalam Hamdani (www.pontianakpost.com), soal-soal evaluasi (termasuk evaluasi matematika) dapat dikelompokkan atas 6 aspek kemampuan kognitif, yaitu: 1) Ingatan, 2) Pemahaman, 3) Penerapan, 4) Analisis,
commit to user 34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5) Sintesis, 6) Evaluasi. Sedangkan menurut Goerge Polya Hamdani (www.pontianakpost.com), ada beberapa langkah untuk menyelesaikan soal matematika, yaitu: 1) Memahami masalah, 2) Merencanakan penyelesaian, 3) Melaksanakan Rencana, 4) Memeriksa kembali. Lebih lanjut Hamdani menyatakan bahwa: Bahwa menyelesaikan soal cerita matematika dengan benar seorang siswa perlu memahami apa yang diketahui serta apa yang ditanyakan. Memahami apa yang diketahui berarti memahami informasi yang tersurat maupun tersirat di dalamnya. Sedangkan memahami apa yang ditanyakan berarti mengerti istilah atau konsep-konsep yang berkaitan dengan yang ditanyakan. Setelah itu baru dilanjutkan dengan langkah atau proses penyelesaian. Jadi, apabila siswa sudah memahami apa saja yang diketahui dari informasi yang tersurat maupun tersirat serta mengetahui dan mengerti tentang hal- hal yang terkait dengan yang ditanyakan, maka langkah atau proses penyelesaian soal akan menjadi lebih mudah. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan menyelesaikan soal cerita adalah kemampuan siswa memahami soal, menuangkannya ke dalam model matematika, menyelesaikannya dan menjawab pertanyaan dalam soal cerita. Langkah
proses
pembelajaran
dengan
problem
solving
dalam
menyelesaikan soal cerita adalah: 1) Memahami masalah dengan jelas; 2) Merencanakan cara penyelesaian; 3) Melaksanakan prosedur pemecahan; 4) Melihat kembali hasil pemecahan. 8. Penelitian yang Relevan a. Nur Yanti Fadilah. 2008. Pengaruh Pembelajaran Dengan Soal Cerita Matematika Melalui Visualisasi Tokoh Film Kartun Terhadap Kecerdasan Verbal dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas III SD Muhammadiyah Program Khusus Kotabarat Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008. Surakarta : FKIP : UNS. Kesimpulannya yaitu pembelajaran dengan soal cerita matematika melalui visualisasi tokoh film kartun dapat meningkatkan prestasi belajar metematika siswa kelas III, karena secara langsung anak bisa memahami dan mengerjakan
commit to user 35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
soal cerita matematika maka nilai yang mereka dapatkan juga akan meningkat. b. Sumaejatie. 2004. Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pokok Bahasan Pecahan Melalui Diskusi Kelompok Kecil Siswa Kelas IV SD Negeri Kadiluwih Kecamatan Salam Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2004/2005. Semarang : FMIP : UNES. Kesimpulannya yaitu pembelajaran soal cerita pokok bahasan pecahan melalui diskusi kelompok kecil dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV. B. Kerangka Berpikir Proses belajar mengajar merupakan usaha sadar untuk mencapai tujuan
pembelajaran
sebagaimana yang
tercantum
dalam
kurikulum
pendidikan. Proses belajar mengajar ini berlangsung timbal balik antara siswa dengan guru. Pada kondisi awal, siswa mengalami kesulitan dalam memahami soal cerita pokok bahasan pecahan. Hal itu terjadi karena guru kurang inovatif dalam melaksanakan pembelajaran yaitu belum menerapkan metode problem solving. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu metode yang dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan, diantaranya yaitu dengan metode problem solving yang diharapkan dapat membantu meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan. Metode problem solving adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan mengajak siswa berpikir secara ilmiah melalui analisis dan interpretasi masalah berdasarkan informasi dan konsep yang telah diterima, untuk menenukan jawaban permasalahan. Dengan demikian bahwa penggunaan metode problem solving dapat mendorong meningkatkan kualitas proses pembelajaran matematika soal
commit to user 36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
cerita pokok bahasan pecahan. Selain itu juga dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan. Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat dengan jelas pada gambar 9 di bawah ini. Guru masih menggunakan metode ceramah
Kondisi awal
kemampuan menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan masih rendah
Siklus Dalam pembelajaran guru menggunakan metode problem solving
Tindakan
Siklus
Siklus
Setelah guru menggunakan metode A. Hipotesis problem solving
Kondisi akhir
Kemampuan menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan meningkat
Gambar 9: Bagan kerangka berfikir Dari kerangka berfikir tersebut di atas, dapat diketahui bahwa sebelum mengunakan metode Problem Solving hasil pembelajaran khususnya menyelesaikan soal cerita pecahan masih rendah. Kemudian setelah menggunakan metode Problem Solving ada peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan yang cukup berarti. Penelitian ini direncanakan tiga siklus dan akan diakhiri sampai didapat hasil yang mencapai 75% dari semua siswa kelas IV. C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka berpikir di atas dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut. Melalui metode pembelajaran problem solving, kemampuan menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan siswa kelas IV SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Kecamatan Laweyan Kabupaten Surakarta meningkat.
commit to user 37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Dukuhan Kerten no. 58 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta kelas IV. Tempat tersebut dipilih dengan beberapa pertimbangan. Diantaranya waktu, biaya dan keberadaan sampel untuk memudahkan peneliti memperoleh data. Disamping itu tempat lokasinya mudah terjangkau oleh peneliti. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap 2009/2010 selama 6 bulan, yaitu mulai bulan Januari sampai Juni 2010. Tahap perencanaan akan dilaksanakan pada bulan Januari, tahap pelaksanaan dibulan April. B. Subjek Penelitian Subjek penelitian tindakan ini adalah siswa SD Negeri Dukuhan Kerten no. 58 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta . Siswa yang dijadikan subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV yang berjumlah 36 orang yaitu laki- laki 15 orang dan 21 orang perempuan dan tidak ada anak yang berkebutuhan khusus dengan perkataan lain, kelas IV ditetapkan sebagai subjek kelas. C. Bentuk dan Strategi Penelitian Berdasarkan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini lebih menekankan pada masalah proses. Sedangkan data yang akan diperoleh berupa data yang langsung tercatat dari kegiatan di lapangan, maka bentuk pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif kualitatif dan jenis penelitiannya adalah Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research).
commit to user 38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Adapun langkah- langkah pelaksanaan PTK dilakukan melalui empat tahap, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Secara jelas langkah- langkah tersebut dapat digambarkan pada gambar 10 di bawah ini. Perencanaan
Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan
Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan
Refleksi
SIKLUS III
Pelaksanaan
Pengamatan
Tindak Lanjut
Gambar 10: Bagan siklus penelitian tindakan kelas (Suharsimi Arikunto, 2009: 12).
D. Data dan Sumber Data
commit to user 39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Data atau informasi yang penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini, sebagian besar berupa data kualitatif. Data atau informasi tersebut meliputi : 1. Informan, yaitu siswa kelas IV SD Negeri Dukuhan Kerten no. 58 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta 2. Tempat dan Peristiwa a. Tempat
:
b. Peristiwa :
Ruang Kelas IV Proses belajar mengajar melalui metode problem
solving 3. Arsip dan Dokumen a. Arsip
: Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mata pelajaran
Matematika dan
Silabus
b. Dokumen : Daftar nilai digunakan untuk mendapatkan data nilai siswa
sebelum dilakukan tindakan.
4. Hasil Tes Untuk mengetahui peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita setelah dilakukan tindakan.
E. Teknik Pengumpulan Data Sesuai bentuk penelitian tindakan kelas dan juga jenis sumber data yang dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Observasi Kegiatan observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilaksanakan melalui pengama tan yang disertai dengan pencatatanpencatatan
terhadap
keadaan
atau
perilaku
objek
sasaran
(Abdurrahmat Fathoni, 2006:104). Notoatmojo dalam Sandjaja (2006: 141) mendefinisikan observasi sebagai perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya rangsangan yang timbul yang telah menimbulkan kesadaran untuk melaksanakan pengamatan.
commit to user 40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Observasi
bertujuan
untuk
mengamati
kegiatan
yang
dilaksanakan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran. Dengan dilaksanakannya
observasi,
diharapkan
gejala
kekeliruan
atau
ketidakberhasilan dalam perencanaan tindakan dapat diketahui lebih awal sehingga dapat dilakukan modifikasi rencana tindakan sebelum berjalan lebuh lanjut (Basrowi dan Suwandi, 2008: 127). Observasi
yang
dilakukan
adalah
observasi
langsung.
Observasi langsung (direct observation) adalah observasi yang dilakukan tanpa perantara (secara langsung) terhadap objek yang diteliti. Observasi dilakukan pada siswa kelas IV SD Negeri Dukuhan Kerten no. 58 untuk mengetahui minat dan perhatiannya selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan metode problem solving. 2. Pencatatan Arsip a. Arsip 1) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tentang ruang lingkup materi, tujuan, kompetensi dasar, hasil belajar, indikator dan materi pokok kelas IV. 2) Silabus tentang alokasi waktu dan tema yang diajarkan. b. Dokumen Metode ini digunakan untuk memperoleh data berupa tindakan dan hasil observasi proses pembelajaran. Menurut St. Y. Slamet dan Suwarto ( 2007: 53) dokumen merupakan bahan tertulis maupun film yang dapat digunakan sebagai sumber data. Metode dokumentasi dapat dilaksanakan dengan pedoman dokumentasi yang memuat garis- garis besar atau kegiatan yang akan dicari datanya dan check-list yakni variabel yang akan dikumpulkan datanya (Suharsimi Arikunto, 2006: 158). Dokumen digunakan sebagai sumber data karena dapat dimanfaaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan dapat digunakan untuk meramalkan.
commit to user 41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dokumentasi dibedakan menjadi dua macam yaitu dokumen pribadi dan dokumen resmi. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilaksanakan dengan menggunakan dokumen resmi. Dokumen resmi untuk menjaring data awal yang berupa Daftar nilai matematika siswa kelas IV pada pokok bahasan menyelesaikan soal cerita pecahan, silabus. Sedangkan untuk mengetahui perkembangan siswa dokumen yang digunakan berupa rencana pelaksanaan pembelajaran, foto proses pembelajaran, dan hasil evaluasi siswa. 3. Tes Tes adalah serentetan pernyataan atau latihan atau alat lain yang
digunakan
untuk
mengukur
ketrampilan,
pengetahuan,
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Suharsimi Arikunto, 1996: 138). Tes digunakan untuk mendapatkan data tentang peningkatan kemampuan menyelesesaikan soal cerita. Dalam penelitian ini menggunakan tes bentuk uraian/essay. Untuk mempermudah siswa menjawab soal-soal maka diberikan kisikisi tes menyelesaikan soal cerita matematika terlampir pada lampiran 2 (Halaman 84). 4. Metode Wawancara Menurut
Moloeng
(2007:186)
wawancara
adalah
percakapan tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (yang mengajukan pertanyaan) dan yang diwawancarai (yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu). H. B. Sutopo (2006: 68) mengemukakan bahwa tujuan wawancara yaitu untuk menyajikan konstruksi saat sekarang dalam konteks individu, peristiwa, aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi, keterlibatan, dan sebagainya untuk membangun berbagai hal sebagai bagian dari pengalaman masa lampau dan memproyeksikan dengan hal- hal yang bisa terjadi di masa yang akan datang. Wawancara digunakan oleh peneliti untuk menilai
commit to user 42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keadaan seseorang, misalnya dalam memperoleh data tentang latar belakang siswa,pendidikan, orangtua, perhatian dan sikap terhadap sesuatu. F. Validitas Data Informasi yang dikumpulkan oleh peneliti dari penelitian harus diperiksa
validitasnya
sehingga
data
tersebut
dapat
dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan dasar yang kuat untuk menarik kesimpulan. Beberapa cara yang digunakan adalah menggunakan validitas isi dan trianggulasi data atau sumber. 1. Validitas isi Sebuah tes dikatakan memiliki isi apabila di dalamnya mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan oleh guru dalam pembelajaran. Pada penelitian ini data yang diukur menggunakan validitas isi yaitu tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan menyelesaikan soal cerita dengan materi yang diajarkan di kelas IV, maka pada penyusunan dilakukan dengan cara memerinci kurikulum ataupun materi pelajaran. Oleh karena itu materi yang diajarkan tertera dalam kurikulum maka validitas isi ini sering disebut validitas kurikuler. 2. Triangulasi Data atau Sumber Penelitian yang mengumpulkan data sejenis dari sumber berbeda. Teknik ini dilaksanakan agar dapat memberikan informasi yang lebih tepat sesuai keadaan siswa berkesulitan belajar Matematika. Teknik pembelajaran menyelesaikan soal cerita dengan cara membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan, minat, perhatian siswa selama proses pembelajaran. Dengan cara ini data sejenis bisa teruji kemantapan, kebenaran, dari sumber berbeda-beda sehingga diharapkan dapat memberi informasi yang lebih tepat sesuai keadaan sisi kelas IV SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58.
commit to user 43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
G. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif interaktif dan analisis interaktif. Bogdan dan Taylor dalam Iskandar (2008: 254) mendefinisikan analisis data sebagai proses yang mencari usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan ide seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan ide itu. Menurut Gay dalam Iskandar (2008: 255) ”Analysis of data can investigated by comparing responses on one data with responses on other data.” Analisis data dilakukan dengan menguji kesesuaian antara data yang satu dengan data yang lain.
Tahapan yang terdapat pada analisis interaktif menurut
Iskandar (2008: 222) yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. 1. Dalam reduksi merupakan data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara ditulis dalam bentuk rekaman data, dikumpulkan, dirangkum, dan dipilih hal- hal yang pokok, kemudian dicari polanya. Jadi, rekaman data sebagai bahan data Reduksi Data mentah singkat disusun lebih sistematis, ditonjolkan pokok-pokok yang penting sehingga lebih tajam hasil pengamatan dalam penelitian ini, juga mempermudah peneliti untuk mencatat kembali data yang diperoleh bila diperlukan. 2. Penyajian Data Data yang telah direduksi dan dikelompokkan dalam berbagai pola dideskripsikan dalam bentuk kata-kata yang berguna untuk melihat gambaran keseluruhan atau bagian tertentu. Penyajian data ini ditulis dalam paparan data. 3. Penarikan Simpulan atau Verifikasi Data yang diperoleh dicari pola, hubungan, atau hal- hal yang sering timbul dari data tersebut kemudian dihasilkan simpulan
commit to user 44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sementara yang disebut dengan temuan peneliti. Penarikan simpulan dilakukan terhadap temuan peneliti berupa indikator- indikator yang selanjutnya dilakukan pemaknaan atau refleksi sehingga memperoleh simpulan akhir. Hasil simpulan akhir dilakukan refleksi untuk menentukan atau menyusun rencana tindakan berikutnya. Untuk lebih jelasnya, proses analisis interaktif dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut : Sumber : H. B. Sutopo (1996:96)
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Sajian Data
Penarikan Kesimpulan / Verifikasi Gambar 11 : Bagan model analisis interaktif H.
Indikator Kinerja
Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan atau tolak ukur dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian. Yang menjadikan indikator kinerja dalam penelitian ini adalah meningkatnya kemampuan menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas IV SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Surakarta melalui metode problem solving, indikator kinerja dalam penelitian ini bersumber dari silabus KTSP matematika kelas IV dan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 60 yaitu apabila 75% dari jumlah siswa dalam mengerjakan soal mendapat nilai lebih dari 60. Indikator tersebut meliputi : (1) melakukan operasi hitung penjumlahan tentang pecahan (2) melakukan operasi hitung
commit to user 45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengurangan tentang pecahan, (3) melakukan operasi hitung campuran penjumlahan dan pengurangan tentang pecahan.
I. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 3 siklus yang masing- masing siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Pelaksanaan dilakukan dengan mengadakan pembelajaran yang dalam satu siklus ada tiga kali tatap muka yang masing- masing 2x35 menit. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai, seperti yang telah didesain. Pada pra siklus, dalam pembelajarannya peneliti hanya dengan menggunakan metode ceramah dan pemberian tugas dan untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas IV SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Surakarta diadakan observasi terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Berdasarkan hasil temuan di kelas, maka peneliti berusaha meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas IV SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Surakarta dengan menerapkan metode Problem solving. Adapun prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini secara rinci diuraikan sebagai berikut: I. Siklus I a. Perencanaan Pada tahap perencanaan ini peneliti menyusun rencana tindakan yang didasarkan pada hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan. Dalam hal ini guru dan peneliti menyamakan persepsi tentang permasalahan yang ditemui dan menjabarkannya serinci mungkin.
commit to user 46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bentuk rencana tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Membuat skenario pembelajaran (terlampir) 2) Mempersiapkan media atau peralatan yang akan digunakan. 3) Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas ketika diajarkan dengan metode problem solving 4) Menyiapkan sumber pelajaran meliputi LKS yang diperlukan dalam membuat siswa memahami materi pelajaran yang akan diajarkan. 5) Membuat alat evaluasi untuk melihat apakah kemampuan menyelesaikan soal cerita pada pelajaran matematika siswa dengan menggunakan metode pembelajaran yang digunakan dapat ditingkatkan. b. Tindakan Pada tahap ini dilakukan implementasi tindakan yang telah direncanakan pada tahap perenc anaan. Tahap ini bersifat terapiks yaitu upaya perbaikan melalui implementasi tindakan yang telah ditetapkan pada tahap sebelumnya. Dalam penelitian tindakan sering terjadi belokan-belokan kecil dari rencana yang telah disusun, karena itu peneliti akan selalu mencatat perubahanperubahan kecil tersebut dan alasan perubahan itu terjadi c. Observasi Kegiatan observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Kegiatan ini dilakukan dengan mengamati dan mencatat secara cermat setiap gejala baik mengenai tindakan, pelaksanaan tindakan, maupun akibat dari tindakan-tindakan tersebut. d. Refleksi Refleksi meliputi beberapa komponen yakni: menganalisa, mensintesa, dan menerangkan. Hasil refleksi ini digunakan sebagai
commit to user 47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dasar pemikiran untuk tindakan yang akan datang karena hasil yang diperoleh belum maksimal. II. Siklus II a. Perencanaan Perencanaan pada siklus yang kedua ini adalah dengan melakukan
identifikasi
masalah
dan
penetapan
alternatif
pemecahan masalah. Kegiatan ini dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Merencanakan pembelajaran dengan problem solving 2) Menentukan pokok bahasan. 3) Mengembangkan skenario pembelajaran. 4) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS). 5) Menyiapkan sumber belajar dan media. 6) Mengembangkan format
evaluasi.
7)
Mengembangkan
format
observasi
pembelajaran. b. Tindakan Tindakan yang dilakukan adalah dengan memperbaiki tindakan pada siklus pertama sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah disempurnakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I dan memantau proses peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan. c. Observasi Observasi dilakukan dengan mengkaji hasil pada siklus pertama dan memonitor serta membantu siswa jika menemui kesulitan d. Refleksi Menganalisis
hasil
pengamatan
untuk
memperoleh
gambaran tentang dampak dari tindakan yang dilakukan, hal-hal yang perlu diperbaiki dan yang harus menjadi perhatian agar diperoleh hasil yang maksimal.
commit to user 48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
III. Rancangan Siklus III a. Perencanaan Perencanaan pada siklus yang ketiga ini adalah dengan melakukan
identifikasi
masalah
dan
penetapan
alternatif
pemecahan masalah. Kegiatan ini dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Merencanakan pembelajaran dengan problem solving 2) Menentukan pokok bahasan. 3) Mengembangkan skenario pembelajaran. 4) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS). 5) Menyiapkan sumb er belajar dan media. 6) Mengembangkan format
evaluasi.
7)
Mengembangkan
format
observasi
pembelajaran. b. Tindakan Tindakan yang dilakukan adalah dengan memperbaiki tindakan pada siklus pertama dan kedua sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah disemp urnakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I dan II dan memantau proses peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita pokok bahasan pecahan. c. Observasi Observasi dilakukan dengan mengkaji hasil pada siklus pertama dan kedua dan memonitor serta membantu siswa jika menemui kesulitan d. Refleksi Hasil analisis data dari siklus III ini digunakan sebagai acuan untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita dalam pembelajaran matematika dengan metode problem solving siswa kelas IV.
commit to user 49
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN A.
Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Letak Goegrafi Sekolah Dasar Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Secara geografis, letak SDN Dukuhan Kerten No. 58 berada di desa Kerten, kecamatan Laweyan, kabupaten Surakarta. SDN Dukuhan Kerten No. 58 berada di antara pemukiman padat penduduk dekat dengan jalan raya. Lokasinya sangat strategis sehingga memberikan banyak keuntungan bagi SD ini, diantaranya adalah memberikan kemudahan bagi sekolah dalam melaksanakan tugas kedinasan dan tersedia berbagai sumber belajar yang dapat digunakan secara langsung untuk proses pembelajaran sehingga menarik minat siswa untuk belajar. 2.
Keadaan Personil Sekolah Dasar Negeri Dukuhan Kerten No. 58 SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 kecamatan Laweyan kota Surakarta
pada tahun 2009 /2010 dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah dan memiliki 18 guru yang telah berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS), 7 orang tenaga pengajar yang masih Wiyata Bakti dan 2 orang penjaga sekolah. Semua personel te lah melaksanakan
tugasnya
masing- masing
dengan
baik
sesuai
dengan
tanggungjawabnya. Dengan jumlah guru yang memadai maka proses belajar mengajar juga dapat berjalan dengan lancar. Dengan kelancaran proses pembelajaran tersebut seharusnya para siswa SDN Dukuhan Kerten No. 58 dapat meraih prestasi yang baik, baik secara akademik maupun non akademik. Bukan hanya guru dan Kepala sekolah yang bertanggungjawab dalam membimbing siswa namun peran orang tua dan masyarakat juga sangat penting. Hal ini telah diwujudkan di SDN Dukuhan Kerten No. 58 dalam wadah Paguyuban Orang Tua Siswa
dan
Komite
sekolah.
Keberhasilan
pendidikan
siswa
merupakan
tanggungjawab bersama sehingga harus ada kerjasama yang baik dari semua pihak.
commit to user 50
perpustakaan.uns.ac.id
3.
digilib.uns.ac.id
Keadaan sarana dan Prasarana Sekolah Dasar Negeri Dukuhan Kerten No. 58 Bangunan gedung SDN Dukuhan Kerten No. 58 berdiri di atas tanah seluas
658 meter persegi. Bangunan yang ada adalah 12 ruang kelas yang terdiri kelas paralel, 1 gudang, 1 rumah penjaga, 1 kantin sekolah, 1 ruang guru dan Kepala Sekolah, 1 ruang alat-alat olahraga, 1 ruang olahraga, 1 ruang agama Kristen, 1 ruang tempat sepeda siswa, 1 ruang komputer, 1 ruang tari, UKS, mushola, perpustakaan, ruang serba guna dan 8 kamar mandi. Penjaga sekolah tinggal di rumah dinas SDN Dukuhan Kerten No. 58 tepatnya di sebelah selatannya ruang kelas agama kristen sehingga keamanan dan kebersihan SD terjaga dengan baik. Selain mempunyai beberapa ruangan, SDN Dukuhan Kerten No. 58 juga mempunyai halaman yang sangat luas
yang biasanya digunakan unt uk
pembelajaran olahraga, upacara dan berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan oleh sekolah serta tempat bermain bagi para siswa ketika jam istirahat. Taman sekolah juga tertata secara rapi sehingga memberikan suasana nyaman bagi para siswa dalam mengikuti pembelajaran ketika di luar ruangan. 4.
Keadaan Siswa Sekolah Dasar Negeri Dukuhan Kerten No. 58
Jumlah seluruh siswa di SDN Dukuhan Kerten No.58 pada tahun 2009/2010 adalah 412 siswa yang terdiri dari 219 siswa laki- laki dan 193 siswa perempuan. Siswa terbagi dalam 12 kelas paralel yakni kelas IA sebanyak 36 siswa, kelas IB sebanyak 37 siswa, kelas IIA sebanyak 43 siswa, kelas IIB sebanyak 43 siswa, kelas IIIA sebanyak 32 siswa, kelas IIIB sebanyak 33 siswa, . kelas IVA sebanyak 37 siswa, kelas IVB sebanyak 36 siswa, kelas VA sebanyak 35 siswa, kelas VB sebanyak 34 siswa, kelas VIA sebanyak 24 siswa dan kelas VIB sebanyak 23 siswa Siswa berasal dari berbagai latar belakang sosial yang berbeda-beda. Sebagian besar orang tua siswa bekerja sebagai wiraswasta yang pendidikannya masih terhitung rendah. Berdasarkan data yang ada bahwa rata-rata pendidikan orang tua siswa masih rendah maka pihak sekolah terdorong untuk memberikan pendidikan dan pengajaran semaksimal mungkin karena orang tua siswa kurang begitu
commit to user 51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memperhatikan perkembangan anaknya dalam belajar. Sebagian dari mereka hanya menyerahkan pendidikan anak-anaknya pada pihak sekolah. Hal ini dapat membuat terhambatnya perkembangan prestasi siswa terutama dalam pelajaran Matematika. Siswa-siswa banyak menemui kesulitan karena mereka menganggap bahwa Matematika merupakan pelajaran yang sulit dan sangat menakutkan. Keadaan seperti ini terjadi pada siswa kelas IV SDN Dukuhan Kerten pada materi menyelesaikan soal cerita tentang pecahan. Siswa masih menemui kesulitan karena guru belum mengupayakan metode dan strategi pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran sehingga hasil yang diperolehpun juga belum maksimal. Hal ini ditunjukkan dengan masih adanya 19 siswa atau sekitar 54,28 % siswa yang nilainya belum dapat memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 60. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka peneliti mengadakan penelitian di kelas IV dengan menerapkan metode pembelajaran problem solving yang dapat meningkatkan kemampuan siswa terhadap materi menyelesaikan soal cerita tentang pecahan . Agar lebih jelas maka kondisi awal hasil belajar matematika pada pokok bahasan pecahan dapat dilihat dari tabel 1 dan gambar 12 di bawah ini: Tabel 1. Data Nilai Matematika Materi Pecahan Siswa Kelas IV SDN Dukuhan Kerten No. 58 Pada Kondisi Awal No
Interval Kelas
Frekuensi (fi)
Nilai Tengah
1
17-30
4
23,5
94
11,11
Di bawah KKM
2
31-44
4
37,5
150
11,11
Di bawah KKM
3
45-58
11
51,5
566,5
30,55
Di bawah KKM
4
59-72
14
65,5
917
38,88
Di atas KKM
5
73-86
3
79,5
268,5
8,33
Di atas KKM
6
87-100
0
93,5
0
0
Di atas KKM
1966
100
Jumlah
Fixi
(xi)
Prosentase
Keterangan
(%)
36
commit to user 52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Nilai rata-rata= 1996 : 36 = 55,44 Ketuntasan klasikal= 17 : 36X 100 % = 47,22%
Dari tabel 1 nilai matematika materi menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 sebelum diadakan tindakan melalui penerapan metode problem solving, dapat disajikan dalam gambar 12 di bawah ini:
Gambar 12: Bagan Grafik Nilai Matematika Materi Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan Siswa Kelas IV SDN Dukuhan Kerten No. 58 Pada Kondisi Awal B. Deskripsi Per Siklus 1. Tindakan siklus I Tindakan siklus I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan. Tiap-tiap pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2 X 35 menit) yang dilaksanakan selama dua minggu yaitu pada tanggal 20 April 2010, 23 April 2010 dan 26 April 2010. Adapun tahapan-tahapan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: a. Tahap Perencanaan
commit to user 53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada tahap perencanaan peneliti mengadakan observasi terhadap proses pembelajaran dan prestasi belajar Matematika pada kelas IV untuk mengetahui media, metode, strategi pembelajaran yang telah digunakan oleh guru, serta proses pembelajaran yang telah berlangsung. Peneliti juga mencatat hasil belajar yang diperoleh oleh masing- masing siswa. Berdasarkan pengamatan dan hasil catatan terhadap proses pembelajaran dan prestasi belajar sebelum tindakan,dapat diperoleh informasi sebagai data awal. Hasil pencatatan menunjukkan bahwa dari 36 siswa kelas IV terdapat 19 siswa atau sekitar
54,28 % yang masih belum memahami konsep pecahan. Hal ini
ditunjukkan dengan perolehan nilai siswa yang belum mencapai nilai 60 ( KKM ). Oleh karena itu, peneliti mengadakan koordinasi dengan Kepala sekolah dan guru kelas serta guru-gur u yang lain untuk membahas tentang alternatif yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SDN Dukuhan Kerten No. 58 terhadap materi menyelesaikan soal cerita tentang pecahan. Berkaitan dengan masalah penelitian yang sudah dirumuskan rencana tindakan yang dilaksanakan untuk memecahkan masalah dalam penelitian dengan menggunakan acuan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahun 2008 untuk kelas IV pada mata pelajaran Matematika materi menyelesaikan soal cerita pecahan, peneliti melakukakan langkah- langkah pembelajaran sebagai berikut: 1) Menyiapkan rencana pembelajaran (terlampir) 2) Mempersiapkan media atau peralatan yang akan digunakan. 3) Menyiapkan materi pembelajaran 4) Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas ketika diajarkan dengan metode problem solving. 5) Menyiapkan sumber pelajaran yang diperlukan dalam membuat siswa memahami materi pelajaran yang akan diajarkan. 6) Membuat alat evaluasi untuk melihat apakah kemempuan menyelesaikan soal cerita pecahan pada pelajaran matematika siswa dengan menggunakan metode pembelajaran yang digunakan dapat ditingkatkan. 7) Membagi kelompok siswa yang masing- masing beranggotakan 9 orang.
commit to user 54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Pelaksanaan Tindakan Pada tahap ini guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. 1)
Pertemuan I
Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 20 April 2010. Pada pertemuan ini materi yang diajarkan adalah soal cerita operasi penjumlahan pecahan. Berikut ini dipaparkan kondisi riil yang dialami selama proses belajar mengajar berlangsung. Guru mengawali pelajaran dengan doa bersama dan mengabsen siswa. Selanjutnya menentukan masalah yang berkaitan dengan pokok bahasan soal cerita operasi penjumlahan pecahan. Guru mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan. Selanjutnya guru memberikan apersepsi dengan mengkaitkan pada pengalaman siswa dalam kehidupan sehari- hari yang berkaitan dengan pecahan. Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru namun masih terlihat malu- malu. Karena Siswa masih belum begitu berani mengungkapkan pendapat maka guru memberikan motivasi kepada siswa agar siswa tetap tertarik dalam mengikuti pembelajaran. Pada kegiatan inti guru memberikan materi tentang soal cerita operasi penjumlahan pecahan dengan kertas untuk memperjelas materi. Siswa membentuk kelompok heterogen yang
beranggotakan 9 orang. Setelah terbentuk kelompok,
setiap kelompok di beri kertas yang berbentuk lingkaran. Masing- masing kelompok diminta untuk membagi kertas tersebut menjadi beberapa bagian yang berbeda dengan kelompok lain. Hasil bagian kertas tersebut di jumlahkan dengan kelompok lain. Siswa yang bisa diminta untuk maju. Siswa masih malu- malu mengungkapkan pendapatnya. Kegiatan dilanjutkan dengan memberikan evaluasi kepada siswa untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Guru memberikan penghargaaan pada kelompok maupun individu yang telah bekerja dengan baik. Siswa dan guru menyimpulkan materi tentang menyelesaikan soal cerita operasi penjumlahan pecahan yang telah didiskusikan bersama.
commit to user 55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sebagai kegiatan penutup guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi yang belum jelas. Siswa dengan bimbingan guru membuat rangkuman materi pelajaran dan memberikan pekerjaan rumah untuk persiapan pembelajaran selanjutnya. 2)
Pertemuan II
Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 23 April 2010. Pada pertemuan yang ke-2 ini materi yang diajarkan adalah menyelesaikan soal cerita operasi pengurangan pecahan. Kegiatan diawali dengan: guru menentukan masalah yang berkaitan dengan pokok bahasan soal cerita operasi pengurangan pecahan. Selanjutnya guru mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan. Siswa mulai menyiapkan diri mengikuti pembelajaran dan mamperhatikan guru. Guru mengadakan tanya jawab tentang pecahan dengan mengkaitkan pada pengalaman siswa dalam kehidupan sehari- hari yang berkaitan dengan pecahan. Kegiatan dilanjutkan dengan guru memberikan materi tentang operasi pengurangan pecahan. Siswa membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 9 orang.
Masing-
masing kelompok diberi kertas yang berbentuk lingkaran. Setiap kelompok diminta membagi kertas tersebut menjadi beberapa bagian yang berbeda dengan kelompok lain. Hasil bagian kertas tersebut di lakukan operasi pengurangan dengan kelompok lain. Siswa kemudian diminta berdiskusi untuk menjawab pertanyaan tadi. Kegiatan pelajaran diakhiri dengan menyimpulkan tentang operasi pengurangan pecahan yang telah pelajari. Siswa mengumpulkan hasil kerja kelompoknya atas perintah guru. Siswa mengerjakan tes individual pada akhir pelajaran tentang materi menyelesaikan soal cerita operasi pengurangan yang telah didiskusikan. Individu atau kelompok yang memperoleh skor tinggi diberi penghargaan oleh guru. 3)
Pertemuan III
Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 26 April 2010. Pada pertemuan yang ke-3 ini materi yang diajarkan adalah menyelesaikan soal cerita operasi campuran yaitu penjumlahan dan pengurangan pecahan. Kegiatan diawali
commit to user 56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan: guru mene ntukan masalah yang berkaitan dengan pokok bahasan soal cerita operasi campuran penjumlahan dan pengurangan pecahan. Selanjutnya guru mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan. Siswa mulai menyiapkan diri mengikuti pembelajaran dan mamperhatikan guru. Guru mengadakan tanya jawab tentang pecahan dengan mengkaitkan pada pengalaman siswa dalam kehidupan sehari- hari yang berkaitan dengan pecahan. Kegiatan dilanjutkan dengan guru memberikan materi tentang operasi campuran penjumlahan dan pengurangan pecahan. Siswa membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 9 orang. Masing- masing kelompok diberi kertas yang berbentuk lingkaran. Setiap kelompok diminta membagi kertas tersebut menjadi beberapa bagian yang berbeda dengan kelompok lain. Hasil bagian kertas tersebut di lakukan operasi penjumlahan dan pengurangan dengan kelompok lain. Siswa kemudian diminta berdiskusi untuk menjawab pertanyaan tadi. Kegiatan pelajaran diakhiri dengan menyimpulkan tentang operasi penjumlahan dan pengurangan pecahan yang telah pelajari. Siswa mengumpulkan hasil kerja kelompoknya atas perintah guru. Siswa mengerjakan tes individual pada akhir pelajaran tentang materi menyelesaikan soal cerita operasi penjumlahan dan pengurangan yang telah didiskusikan. Individu atau kelompok yang memperoleh skor tinggi diberi penghargaan oleh guru. c. Observasi Peneliti melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan tindakan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita tentang pecahan dengan metode problem solving. Dalam tahap ini peneliti mengadakan kolaborasi dengan guru kelas dalam melaksanakan pemantauan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran yaitu dengan menggunakan lembar observasi. Observasi dilaksanakan untuk mendapatkan data mengenai kegiatan peneliti dalam kesesuaian antara rencana pembelajaran yang disusun dengan pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan. Selain itu observasi juga dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran
commit to user 57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk dapat meningkatkan kema mpuan siswa kelas IV SDN Dukuhan Kerten No. 58 tentang menyelesaikan soal cerita pecahan. Berdasarkan pada lampiran 6 halaman 100, diperoleh hasil sebagai berikut: Kegiatan guru: 1) Persiapan guru dalam memulai pembelajaran dalam kriteria sangat kurang, 2) kemampuan guru mengelola kelas dalam kriteria sangat kurang, 3) kemampuan guru mengelola waktu pelajaran dalam kriteria cukup, 4) kemampuan guru memberikan apersepsi dalam kriteria kurang, 5) kemampuan menyampaikan materi dalam kriteria kurang, 6) kemampuan guru dalam memberikan pertanyaan dalam kriteria baik, 7) kemampuan guru dalam membimbing diskusi dan melakukan penjelasan konsep dalam kriteria baik, 8) perhatian guru terhadap siswa dalam kriteria baik, 9 ) kemampuan guru dalam mengembangkan aplikasi dalam kriteria sangat kurang, 10) kemampuan guru dalam menutup pelajaran dalam kriteria sangat baik. Berdasarkan pada lampiran 7 halaman 101, diperoleh hasil sebagai berikut: Kegiatan siswa: 1) Siswa aktif masih kurang memperhatikan penjelasan guru walaupun dan di tengah pembelajaran konsentrasi siswa terhadap pelajaran berkurang karena mengobrol dengan teman lain di luar materi pelajaran. 2) Kemauan siswa untuk menerima pelajaran masih kurang terlihat. Siswa masih belum begitu antusias terhadap pembelajaran yang dilaksanakan. 3) Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas masih rendah. 4) Siswa belum memanfaatkan media dengan baik sesuai dengan kegunaannya. 5) Kesungguhan siswa mengerjakan tugas individu maupun kelompok masih kurang. 6) Hasrat untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat masih rendah karena siswa masih terlihat malu- malu. 7) Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran masih kurang. 8) Siswa belum sungguh-sungguh dalam mengerjakan tes. d. Refleksi Berdasarkan kumpulan data yang diperoleh dari kolaborasi dengan guru kelas, peneliti memperoleh temuan bahwa sebagian besar siswa belum mampu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru secara optimal karena guru belum dapat menyampaikan informasi secara jelas. Hal ini membuat kurangnya
commit to user 58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kesungguhan siswa dalam mengerjakan tugas dan mereka hanya asik dengan berbicara dengan temannya di luar materi pelajaran karena kelompok terlalu banyak anggotanya sehingga kurang efektif. Apabila dicermati kegagalan siswa dalam menyelesaikan tugas pada saat proses pembelajaran berlangsung bersumber dari hal- hal sebagai berikut: 1) siswa belum memahami materi yang di ajarkan 2) Masih ada siswa yang suka mengganggu teman sehingga menghambat dalam pembelajaran. Hal tersebut terjadi karena terlalu banyakknya anggota dalam satu kelompok sehingga kurang efektif. Dengan demikian dapat direnungkan bahwa penelitian dalam siklus I belum menunjukan keberhasilan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti mencari solusi dengan memberikan arahan kembali kepada siswa materi yang di ajarkan dengan metode problem solving. Selain itu, peneliti juga mengubah jumlah anggota dalam kelompok dari 9 orang menjadi 5 orang pada masing- masing kelompok. Hal ini dilakukan dengan alasan agar pembelajaran dapat berjalan efektif. Untuk kelancaran proses diskusi, peneliti juga memberikan motivasi berupa penghargaan kepada siswa agar mereka lebih bersemangat dalam belajar. Berkaitan dengan hal tersebut maka peneliti mengadakan tindakan untuk siklus berikutnya. Adapun hasil yang diperoleh pada siklus I dapat dilihat pada tabel 2 dan gambar 13 di bawah ini: Tabel 2. Data Nilai Matematika Materi Menyelesaikan soal cerita Siswa Kelas IV SDN Dukuhan Kerten No. 58 Pada Siklus I No
Interval Nilai
Frekuensi (fi)
Nilai Tengah
Fixi
1
17-30
0
23,5
0
0
Di bawah KKM
2
31-44
0
37,5
0
0
Di bawah KKM
3
45-58
14
51,5
721
38,88
Di bawah KKM
(xi)
Prosentase
Keterangan
(%)
commit to user 59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
59-72
17
65,5
1113,5
47,22
Di atas KKM
5
73-86
5
79,5
397,5
13,88
Di atas KKM
6
87-100
0
93,5
0
0
Di atas KKM
2232
100
Jumlah
36
Nilai rata-rata= 2232 : 36 = 62 Ketuntasan klasikal= 22: 36 X 100 % = 61,11%
Dari tabel Nilai Matematika Materi pecahan Siswa Kelas IV SDN Dukuhan Kerten No. 58 setelah tindakan melalui penerapan pembelajaran metode problem solving, dapat disajikan pada gambar 13 di bawah ini:
Gambar 13 : Bagan Grafik Nilai Matematika Materi menyelesaikan soal cerita pecahan Siswa Kelas IV SDN Dukuhan KertenNo.58 Pada Siklus I 2. Tindakan siklus II Tindakan siklus II dilaksanakan selama 3 kali pertemuan. Tiap-tiap pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2 X 35 menit) yang dilaksanakan selama
commit to user 60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dua minggu yaitu pada tanggal 28 April 2010, 03 Mei 2010 dan 06 Mei 2010. Pada siklus II ini peneliti mengkaji hasil renungan dari siklus I. Adapun tahapan-tahapan yang dilaksanakan dalam siklus II adalah sebagai berikut: a. Tahap Perencanaan Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan pada siklus I telah diketahui bahwa ada peningkatan kemampuan siswa terhadap materi pembelajaran Matematika tetapi belum maksimal. Hal tersebut ditunjukkan pada beberapa siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran Matematika pada materi menyelesaikan soal cerita pecahan. Perencanaan pada siklus yang kedua ini adalah dengan melakukan identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah sebagai berikut: 1) Guru menyampaikan materi dan informasi pembelajaran dengan jelas
dan
memberikan arahan kembali kepada siswa tentang materi pembelajaran. 2) Memberikan motivasi kepada siswa misalnya dengan memberikan penghargaan atau hadiah. 3) Siswa diajak bernyanyi agar tidak bosan. 4) Guru mengubah jumlah anggota dari masing- masing kelompok dari 9 orang menjadi 5 orang pada masing- masing kelompok. 5) Guru memperbaiki pengelolaan kelas dengan membuat pembelajaran yang menarik siswa. Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahun 2008 kelas IV, peneliti melakukan langkah- langkah perencanaan pembelajaran Matematika dengan metode problem solving sebagai berikut: 1) Mempelajari KTSP dan silabus SD kelas IV Standar Kompetensi 6. menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah. Kompetensi Dasar 6.5. menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan.
commit to user 61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Merencanakan pembelajaran dengan metode problem solving untuk tiga kali pertemuan dengan indikator: dapat melakukan operasi penjumlahan bilangan pecahan
yang
dalam
mengatasai
masalah,
dapat
melakukan
operasi
pengurangan bilangan pecahan dalam mengatasai masalah, dapat melakukan operasi campuran penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan dalam mengatasai masalah. 3) Menentukan pokok bahasan dan memberikan informasi kepada siswa mengenai materi pelajaran yang akan dibahas dengan tujuan agar siswa lebih mempersiapkan diri lagi dalam melakukan kegiatan pembelajaran . 4) Menyiapkan sumber belajar dan media roti. 5) Mengembangkan format evaluasi. 6) Mengembangkan format observasi pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan Pada tahap ini peneliti mengulang materi pembelajaran dengan menerapkan metode problem solving yang didukung dengan penggunaan media bangun kertas dan roti. Pembelajaran yang telah disusun pada siklus II dilaksanakan tiga kali pertemuan. 1) Pertemuan I Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 28 April 2010. Pada pertemuan ini materi yang diajarkan adalah penjumlahan yang berpenyebut sama dan berbeda. Berikut ini dipaparkan kondisi riil yang dialami selama proses belajar mengajar berlangsung. Kegiatan
diawali
dengan
doa
bersama,
mengabsen
siswa
dan
mengkondisikan siswa. Sebagai kegiatan awal guru menentukan masalah yang berkaitan dengan pokok bahasan operasi penj umlahan menyelesaikan soal cerita pecahan. Guru mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan yaitu media kertas dan roti. Siswa dan guru bertanya jawab tentang pecahan dengan mengkaitkan pada pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan
commit to user 62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan operasi penjumlahan pecahan dalam pemecahan masalah. Selanjutnya Guru memberikan materi operasi penjumlahan yang berpenyebut sama dan berbeda beserta medianya untuk memperjelas materi. Siswa membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 5 orang. Guru memberikan media kertas dan roti pada setiap kelompok. Kertas dan roti tersebut di bagi menjadi beberapa bagian yang berbeda dengan kelompok lain. Bagian kertas dan roti tersebut di jumlahkan dengan bagian kertas dan roti kelompok lain, sehinggan terjadi operasi penjumlahan. Siswa diminta untuk mendiskusikan hasil dari penjumlahan pecahan tadi. Guru berkeliling membimbing dan memantau kegiatan siswa. Kegiatan selanjutnya siswa mengerjakan evaluasi untuk mengetahui kedalaman pemahaman siswa terhadap materi. Guru memberikan penghargaaan pada kelompok maupun individu agar siswa tetap termotivasi dalam melaksanakan pembelajaran. Sebagai kegiatan penutup siswa dan guru membuat kesimpulan tentang operasi penjumlahan dalam pemecahan masalah yang telah didiskusikan dan melakukan
refleksi.
Guru
memberikan
kesempatan
kepada
siswa
untuk
menanyakan hal-hal yang belum jelas berkaitan dengan materi yang telah dipelajari.
Guru memberikan PR kepada siswa sebagai tindak lanjut dari
pembelajaran yang telah dilaksanakan. 2) Pertemuan II Pertemuan II dilaksanakan pada tanggal 03 Mei 2010. Materi pecahan pertemuan II pada siklus II ini adalah tentang pengurangan yang berpenyebut sama dan berbeda. Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa bersama, dan mengabsen siswa. Siswa bersama dengan guru membahas pekerjaan rumah. Guru memberikan apersepsi dengan menanyakan kepada siswa tentang operasi penjumlahan yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya agar siswa lebih siap dalam mengikuti pembelajaran. Pada kegiatan inti guru memberikan materi tentang operasi pengurangan yang berpenyebut sama dan berbeda beserta media untuk memberikan kemudahan bagi siswa dalam memahami materi. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok
commit to user 63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
heterogen yang masing- masing beranggotakan 5 orang. Guru memberikan media kertas dan roti pada setiap kelompok. Kertas dan roti tersebut di bagi menjadi beberapa bagian yang berbeda dengan kelompok lain. Bagian kertas dan roti tersebut di kurangkan dengan bagian kertas dan roti kelompok lain, sehingga terjadi operasi penpengurangan. Siswa diminta untuk mendiskusikan
hasil dari
pengurangan pecahan tadi. Guru berkeliling membimbing dan memantau kegiatan siswa. Kegiatan selanjutnya siswa mengerjakan evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa terhadap materi. Guru memberikan penghargaaan pada kelompok maupun individu agar siswa tetap termotivasi dalam melaksanakan pembelajaran. Guru memberikan penghargaaan pada kelompok maupun individu sehingga siswa tetap antusias untuk berdiskusi dan mengungkapkan pendapat. Siswa diminta untuk mengerjakan evaluasi secara individu. Proses pembelajaran ditutup dengan penarikan kesimpulan tentang materi yang telah didiskusikan dan melakukan refleksi. Sebagai tindak lanjut, guru memberikan pesan-pesan kepada siswa untuk mempelajari soal cerita pecahan dalam pemecahan masalah. dan agar siswa dapat menyelesaikan persoalan dalam kehidupan sehari- harinya yang berhubungan dengan pecahan. 3) Pertemuan III Pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 06 Mei 2010. Pada pertemuan yang ke-3 ini materi yang diajarkan adalah menyelesaikan soal cerita operasi campuran yaitu penjumlahan dan pengurangan pecahan. Kegiatan diawali dengan: guru menentukan masalah yang berkaitan dengan pokok bahasan soal cerita operasi campuran
penjumlahan
dan
pengurangan
pecahan.
Selanjutnya
guru
mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan. Siswa mulai menyiapkan diri mengikuti pembelajaran dan mamperhatikan guru. Guru mengadakan tanya jawab tentang pecahan dengan mengkaitkan pada pengalaman siswa dalam kehidupan sehari- hari yang berkaitan dengan pecahan. Kegiatan dilanjutkan dengan guru memberikan materi tentang operasi campuran penjumlahan dan pengurangan
commit to user 64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pecahan. Siswa membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 5 orang. Masing- masing kelompok diberi kertas dan roti yang berbentuk lingkaran. Setiap kelompok diminta membagi 5 tersebut menjadi beberapa bagian yang berbeda dengan kelompok lain. Hasil bagian kertas dan roti tersebut di lakukan operasi penjumlahan dan pengurangan dengan kelompok lain.Siswa kemudian diminta berdiskusi untuk menjawab pertanyaan tadi. Kegiatan pelajaran diakhiri dengan menyimpulkan tentang operasi penjumlahan dan pengurangan pecahan yang telah pelajari. Siswa mengumpulkan hasil kerja kelompoknya atas perintah guru. Siswa mengerjakan tes individual pada akhir pelajaran tentang materi menyelesaikan soal cerita operasi penjumlahan dan pengurangan yang telah didiskusikan. Individu atau kelompok yang memperoleh skor tinggi diberi penghargaan oleh guru. c. Observasi Pada tahap ini peneliti mengadakan pengamatan terhadap sikap, perilaku siswa selama pembelajaran berlangsung serta keterampilan guru dalam mengajar dengan metode problem solving pada pecahan khususnya menyelesaikan soal cerita. Adapun data hasil observasi menunjukkan bahwa siswa aktif berpartisipasi dalam pembelajaran. Siswa sudah memiliki motivasi dan keberanian untuk bertanya dan mengungkapkan pendapatnya. Berdasarkan pada lampiran 8 halaman 103, diperoleh data sebagai berikut: Hasil Pengamatan Terhadap Guru Pada Siklus II, dapat diperoleh hasil kinerja guru sebagai berikut: 1) Persiapan guru dalam memulai pembelajaran dalam kriteria baik, 2) kemampuan guru mengelola kelas dalam kriteria baik, 3) kemampuan guru mengelola waktu pelajaran dalam kriteria baik, 4) kemampuan guru memberikan apersepsi dalam kriteria baik, 5) kemampuan menyampaikan materi dalam kriteria baik, 6) kemampuan guru dalam memberikan pertanyaan dalam kriteria sangat baik, 7) kemampuan guru dalam membimbing diskusi dan melakukan penjelasan konsep dalam kriteria sangat baik, 8) perhatian guru terhadap siswa dalam kriteria
commit to user 65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sangat baik, 9) kemampuan guru dalam mengembangkan aplikasi dalam kriteria kurang, 10) kemampuan guru dalam menutup pelajaran dalam kriteria sangat baik. Berdasarkan pada lampiran 9 halaman 104, diperoleh data sebagai berikut: Lembar observasi kegiatan siswa dalam kegiatan pembelajaran siklus II diperoleh hasil kegiatan siswa sebagai berikut: 1) Siswa aktif memperhatikan penjelasan guru karena pembelajaran dibuat lebih menarik; 2) Kemauan siswa untuk menerima pelajaran belum cukup karena siswa masih ada yang bermain dan berbicara sendiri; 3) Siswa menjadi masih kurang aktif dalam mengerjakan tugas karena rasa tangungjawab siswa belum mulai tumbuh; 4) Siswa telah memanfaatkan media dengan baik sesuai dengan kegunaannya; 5) Siswa sudah mempunyai kesungguhan untuk mengerjakan tugas individu maupun kelompok karena mereka termotivasi oleh penghargaan yang diberikan oleh guru; 6) Hasrat untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat cukup sedang; 7) Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sudah cukup baik; 8) Siswa sungguh-sungguh dalam mengerjakan tes. d. Refleksi Sebagaimana yang dilakukan pada siklus I, pada siklus II juga dilakukan diskusi yang mendalam terhadap derkripsi data yang dipaparkan di atas. Pada lembar observasi kegiatan siswa terjadi perubahan keaktifan yang cukup. Pada siklus I siswa belum berani dan masih ragu-ragu dalam menyampaikan gagasannya, namun pada siklus II siswa sudah mempunyai keberanian untuk bertanya dan mengungkapkan pendapatnya. Demikian juga dalam mengerjakan tugas kelompok atau diskusi, siswa masih belum memperlihatkan kegiatan yang baik. Siswa belum juga menunjukkan peningkatan dalam kemampuan terhadap materi menyelesaikan soal cerita pecahan. Apabila dicermati kegagalan siswa dalam menyelesaikan tugas pada saat proses pembelajaran berlangsung bersumber dari hal- hal sebagai berikut:1) siswa belum memahami langkah- langkah dalam menyelesaikan soal 2) siswa masih belum sungguh-sungguh mengerjakan soal karena jika tidak diberi hadiah siswa tidak berminat untuk menjawab. Masih ada sebagian siswa yang
commit to user 66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bermain sendiri dalam pembelajaran. Dengan demikian dapat direnungkan bahwa penelitian dalam siklus I dan 2 belum menunjukan keberhasilan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti mencari solusi dengan memberikan arahan kembali kepada siswa tentang langkahlangkah dalam menyelesaikan soal cerita yang di ajarkan dengan metode problem solving. Selain itu, peneliti juga akan menambah hadiah atau penghargaan kepada siswa.peneliti juga akan mengajak siswa bernyanyi atau bermain tepuk nama disaat siswa diketahui sedang ramai atau agak jenuh. Hal ini dilakukan dengan alasan agar pembelajaran dapat berjalan efektif. Berkaitan denga n hal tersebut maka peneliti mengadakan tindakan untuk siklus berikutnya. Hal tersebut dapat dilihat dari data nilai Matematika materi menyelesaikan soal-soal cerita tentang pecahan seperti di bawah ini: Tabel 3. Data Nilai Matematika Materi Menyelesaikan Soal Cerita Pecehan Siswa Kelas IV SDN Dukuhan Kerten No. 58 Pada Siklus II No
Interval Nilai
Frekuensi (fi)
Nilai Tengah
1
17-30
0
23,5
0
22,22
Di bawah KKM
2
31-44
0
37,5
0
19,44
Di bawah KKM
3
45-58
10
51,5
515
19,44
Di bawah KKM
4
59-72
19
65,5
1244,5
16,66
Di atas KKM
5
73-86
5
79,5
397,5
8,33
Di atas KKM
6
87-100
2
93,5
187
11,11
Di atas KKM
2344
100
Jumlah
fixi
(xi)
Prosentase
Keterangan
(%)
36
Nilai rata-rata= 2344 : 36 = 65,11 Ketuntasan klasikal= 26: 36 X 100 % = 72,22%
commit to user 67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari data tabel 3 nilai Matematika Materi menyelesaikan soal cerita pecahan Siswa Kelas IV SDN Dukuhan Kerten No. 58 melalui penerapan pembelajaran metode problem solving yang telah diterangkan di atas, dapat disajikan pada gambar di bawah ini:
Gambar 14: Bagan Grafik Nilai Matematika Materi menyelesaikan soal cerita pecahan Siswa Kelas IV SDN Dukuhan Kerten No. 58 Pada Siklus II 3. Tindakan siklus III Tindakan siklus III dilaksanakan selama 3 kali pertemuan. Tiap-tiap pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2 X 35 menit) yang dilaksanakan selama dua minggu yaitu pada tanggal 10 Mei, 12Mei dan 14 Mei 2010. Pada siklus III ini peneliti mengkaji hasil renungan dari siklus I dan siklus II. Adapun tahapantahapan yang dilaksanakan dalam siklus II adalah sebagai berikut: a. Tahap Perencanaan Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan pada siklus I dan siklus II telah diketahui bahwa ada peningkatan pamahaman dan kemampuan siswa terhadap materi pembelajaran Matematika tetapi belum maksimal. Hal tersebut ditunjukkan
commit to user 68
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pada beberapa siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran Matematika pada materi menyelesaikan soal-soal cerita pecahan. Perencanaan pada siklus yang ketiga ini adalah dengan melakukan identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah sebagai berikut: 1) Guru menyampaikan materi dan informasi pembelajaran dengan lebih jelas dengan benda-benda nyata atau kehidupan sehari- hari dan memberikan arahan kembali kepada siswa tentang tahapan-tahapan kerja dalam menyelesaikan soalsoal cerita pecahan dengan metode problem solving. 2) Memberikan motivasi kepada siswa misalnya dengan memberikan penghargaan dan hadiah lebih banyak dan menarik bagi siswa. 3) Guru memperbaiki pengelolaan kelas dengan membuat pembelajaran yang menarik siswa dengan diajak bernyanyi dan bermain disaat siswa ramai dan merasa jenuh. Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahun 2008 kelas IV, peneliti melakukan langkah- langkah perencanaan pembelajaran Matematika dengan metode problem solving sebagai berikut: 1) Mempelajari KTSP dan silabus SD kelas IV Standar Kompetensi 6. menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah. Kompetensi Dasar 6.5. menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan. 2) Merencanakan pembelajaran dengan metode problem solving untuk tiga kali pertemuan dengan indikator: dapat melakukan operasi penjumlahan bilangan pecahan
yang
dalam
mengatasai
masalah,
dapat
melakukan
operasi
pengurangan bilangan pecahan dalam mengatasai masalah, dapat melakukan
commit to user 69
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
operasi campuran penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan dalam mengatasai masalah. 3) Menentukan pokok bahasan dan memberikan informasi kepada siswa mengenai materi pelajaran yang akan dibahas dengan tujuan agar siswa lebih mempersiapkan diri lagi dalam melakukan kegiatan pembelajaran . 4) Menyiapkan sumber belajar dan media apel. 5) Menyiapkan skenario buat siswa untuk diajak bermain peran. 6) Mengembangkan format evaluasi. 7) Mengembangkan format observasi pembelajaran. b. Pelaksanaan Tindakan Pada tahap ini peneliti mengulang materi pembelajaran dengan menerapkan metode problem solving yang didukung dengan penggunaan media roti,semangka dan apel. Pembelajaran yang telah disusun pada siklus III dilaksanakan tiga kali pertemuan. 1) Pertemuan I Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 10 Mei 2010. Pada pertemuan ini materi yang diajarkan adalah penjumlahan yang berpenyebut sama dan berbeda. Berikut ini dipaparkan kondisi riil yang dialami selama proses belajar mengajar berlangsung. Kegiatan
diawali
dengan
doa
bersama,
mengabsen
siswa
dan
mengkondisikan siswa. Sebagai kegiatan awal guru menentukan masalah yang berkaitan dengan pokok bahasan operasi penjumlahan menyelesaikan soal cerita pecahan. Guru mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan yaitu media roti dan apel. Siswa dan guru bertanya jawab tentang pecaha n dengan mengkaitkan pada pengalaman siswa dalam kehidupan sehari- hari yang berkaitan dengan operasi penjumlahan pecahan dalam pemecahan masalah. Selanjutnya Guru memberikan
commit to user 70
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
materi operasi penjumlahan yang berpenyebut sama dan berbeda beserta medianya untuk
memperjelas
beranggotakan
materi.
Siswa
membentuk kelompok
heterogen
yang
5 orang. Guru memberikan media roti dan apel pada setiap
kelompok. roti dan apel tersebut di bagi menjadi beberapa bagian yang berbeda dengan kelompok lain. Bagian roti dan apel tersebut di jumlahkan dengan bagian roti dan apel kelompok lain, sehinggan terjadi operasi penjumlahan. Siswa diminta untuk mendiskusikan hasil dari penjumlahan pecahan tadi dan bermain peran sesuai soal yang diberikan. Guru berkeliling membimbing dan memantau kegiatan siswa. Siswa diajak bermain dan bernyanyi agar lebih semangat. Kegiatan selanjutnya siswa mengerjakan evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa terhadap materi. Guru memberikan penghargaaan pada kelompok maupun individu agar siswa tetap termotivasi dalam melaksanakan pembelajaran. Sebagai kegiatan penutup siswa dan guru membuat kesimpulan tentang operasi penjumlahan dalam pemecahan masalah yang telah didiskusikan dan melakukan
refleksi.
Guru
memberikan
kesempatan
kepada
siswa
untuk
menanyakan hal-hal yang belum jelas berkaitan dengan materi yang telah dipelajari.
Guru memberikan PR kepada siswa sebagai tindak lanjut dari
pembelajaran yang telah dilaksanakan. 2) Pertemuan II Pertemua n II dilaksanakan pada tanggal 12 Mei 2010. Materi pecahan pertemuan II pada siklus II ini adalah tentang pengurangan yang berpenyebut sama dan berbeda. Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa bersama, dan mengabsen siswa. Siswa bersama dengan guru membahas pekerjaan rumah. Guru memberikan apersepsi dengan menanyakan kepada siswa tentang operasi penjumlahan yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya agar siswa lebih siap dalam mengikuti pembelajaran. Kegiatan
diawali
dengan
doa
bersama,
mengabsen
siswa
dan
mengkondisikan siswa. Sebagai kegiatan awal guru menentukan masalah yang berkaitan dengan pokok bahasan operasi pengurangan menyelesaikan soal cerita
commit to user 71
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pecahan. Guru mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan yaitu media roti dan apel. Siswa dan guru bertanya jawab tentang pecahan dengan mengkaitkan pada pengalaman siswa dalam kehidupan sehari- hari yang berkaitan dengan operasi penjumlahan pecahan dalam pemecahan masalah. Selanjutnya Guru memberikan materi operasi pengurangan yang berpenyebut sama dan berbeda beserta medianya untuk
memperjelas
beranggotakan
materi. Siswa
membentuk
kelompok heterogen
yang
5 orang. Guru memberikan media roti dan apel pada setiap
kelompok. roti dan apel tersebut di bagi menjadi beberapa bagian yang berbeda dengan kelompok lain. Bagian roti dan apel tersebut di kurangkan dengan bagian roti dan apel kelompok lain, sehinggan terjadi operasi pengurangan. Siswa diminta untuk mendiskusikan hasil dari pengurangan pecahan tadi dan bermain peran sesuai soal yang diberikan. Guru berkeliling membimbing dan memantau kegiatan siswa. Siswa diajak bermain dan bernyanyi agar lebih semangat. Kegiatan selanjutnya siswa mengerjakan evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa terhadap materi. Guru memberikan penghargaaan pada kelompok maupun individu agar siswa tetap termotivasi dalam melaksanakan pembelajaran. Guru memberikan penghargaaan pada kelompok maupun individu sehingga siswa tetap antusias untuk berdiskusi dan mengungkapkan pendapat. Siswa diminta untuk mengerjakan evaluasi secara individu. Proses pembelajaran ditutup dengan penarikan kesimpulan tentang materi yang telah didiskusikan dan melakukan refleksi. Sebagai tindak lanjut, guru memberikan pesan-pesan kepada siswa untuk mempelajari soal cerita pecahan dalam pemecahan masalah. dan agar siswa dapat menyelesaikan persoalan dalam kehidupan sehari- harinya yang berhubungan dengan pecahan. 3) Pertemuan III Pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 14 Mei 2010. Pada pertemuan yang ke-3 ini materi yang diajarkan adalah menyelesaikan soal cerita operasi campuran yaitu penjumlahan dan pengurangan pecahan. Kegiatan diawali dengan guru menentukan masalah yang berkaitan dengan pokok bahasan soal cerita operasi
commit to user 72
perpustakaan.uns.ac.id
campuran
penjumlahan
digilib.uns.ac.id
dan
pengurangan
pecahan.
Selanjutnya
guru
mempersiapkan model atau alat peraga yang dibutuhkan. Siswa mulai menyiapkan diri mengikuti pembelajaran dan mamperhatikan guru. Guru mengadakan tanya jawab tentang pecahan dengan mengkaitkan pada pengalaman siswa dalam kehidupan sehari- hari yang berkaitan dengan pecahan. Kegiatan dilanjutkan dengan guru memberikan materi tentang operasi campuran penjumlahan dan pengurangan pecahan. Siswa membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 5 orang. Masing- masing kelompok diberi roti dan apel yang berbentuk lingkaran. Setiap kelompok diminta membagi 5 tersebut menjadi beberapa bagian yang berbeda dengan kelompok lain. Hasil bagian roti dan apel tersebut di lakukan operasi penjumlahan dan pengurangan dengan kelompok lain. Siswa diajak bermain dan bernyanyi agar lebih semangat. Siswa kemudian diminta berdiskusi untuk menjawab pertanyaan tadi. Kegiatan pelajaran diakhiri dengan menyimpulkan tentang operasi penjumlahan dan pengurangan pecahan yang telah pelajari. Siswa mengumpulkan hasil kerja kelompoknya atas perintah guru. Siswa mengerjakan tes individual pada akhir pelajaran tentang materi menyelesaikan soal cerita operasi penjumlahan dan pengurangan yang telah didiskusikan. Individu atau kelompok yang memperoleh skor tinggi diberi penghargaan oleh guru. c. Observasi Pada tahap ini peneliti mengadakan pengamatan terhadap sik ap, perilaku siswa selama pembelajaran berlangsung serta keterampilan guru dalam mengajar dengan metode problem solving pada materi menyelesaikan soal-soal cerita pecahan. Adapun data hasil observasi menunjukkan bahwa siswa aktif berpartisipasi dalam pembelajaran. Siswa sudah memiliki motivasi dan keberanian untuk bertanya dan mengungkapkan pendapatnya. Berdasarkan pada lampiran 10 halaman106, diperoleh data sebagai berikut: Hasil Pengamatan Terhadap Guru Pada
Siklus III, dapat diperoleh hasil kinerja
gur u sebagai berikut: 1) Persiapan guru dalam memulai pembelajaran dalam kriteria
commit to user 73
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sangat baik, 2) kemampuan guru mengelola kelas dalam kriteria sangat baik, 3) kemampuan guru mengelola waktu pelajaran dalam kriteria sangat baik, 4) kemampuan guru memberikan apersepsi dalam kriteria sangat baik, 5) kemampuan menyampaikan materi dalam kriteria sangat baik, 6) kemampuan guru dalam memberikan pertanyaan dalam kriteria sangat baik, 7) kemampuan guru dalam membimbing diskusi dan melakukan penjelasan konsep dalam kriteria sangat baik, 8) perhatian guru terhadap siswa dalam kriteria sangat baik, 9) kemampuan guru dalam mengembangkan aplikasi dalam kriteria baik, 10) kemampuan guru dalam menutup pelajaran dalam kriteria sangat baik. Berdasarkan pada lampiran 11 Halaman 107, diperoleh data sebagai berikut: Lembar observasi kegiatan siswa dalam kegiatan pembelajaran siklus III diperoleh hasil kegiatan siswa sebagai berikut: 1) Siswa aktif memperhatikan penjelasan guru karena pembelajaran dibuat lebih menarik; 2) Kemauan siswa untuk menerima pelajaran cukup tinggi karena siswa masih antusias terhadap pembelajaran yang dilaksanakan. Siswa juga mempunyai rasa keingintahuan yang besar terhadap materi pelajaran; 3) Siswa menjadi lebih aktif dalam mengerjakan tugas karena rasa tangungjawab siswa sudah mulai tumbuh; 4) Siswa telah memanfaatkan media dengan baik sesuai dengan kegunaannya; 5) Siswa sudah mempunyai kesungguhan untuk mengerjakan tugas individu maupun kelompok karena mereka termotivasi oleh penghargaan yang diberikan oleh guru; 6) Hasrat untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat cukup tinggi karena siswa sudah memiliki keberanian untuk melaksanakan hal tersebut; 7) Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sudah cukup baik; 8) Siswa sungguh-sungguh dalam mengerjakan tes. d. Refleksi Sebagaimana yang dilakukan pada siklus I, pada siklus II dan pada siklus III juga dilakukan diskusi yang mendalam terhadap derkripsi data yang dipaparkan di atas. Pada lembar observasi aktivitas siswa terjadi perubahan keaktifan yang cukup berarti. Pada siklus I siswa belum berani dan masih ragu-ragu dalam menyampaikan gagasannya dan ada siswa yang belum jelas langkah- langkah menyelesaikan soal cerita dengan problem solving, namun pada siklus II siswa
commit to user 74
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sudah mempunyai keberanian untuk bertanya dan mengungkapkan pendapatnya dan siswa sudah mulai mengetahui langkah- langkah menyelesaikan soal cerita dengan problem solving. Pada siklus III siswa sudah bisa mengerjakan soal-soal cerita dengan problem solving dan siswa juga dapat mengerjakan tugas kelompok atau diskusi, secara keseluruhan siswa sudah memperlihatkan aktivitas yang baik. Siswa juga menunjukkan peningkatan dalam pemahaman dan kemampuan terhadap materi menyelesaikan soal-soal cerita pecahan. Hal tersebut dapat dilihat dari data nilai Matematika materi menyelesaikan soal-soal cerita pecahan seperti pada table 4 di bawah ini: Tabel 4. Data Nilai Matematika Materi Menyelesaikan Soal-Soal Cerita Pecahan Siswa Kelas IV SDN Dukuhan Kerten No. 58 Pada Siklus III No
Interval Nilai
Frekuensi (fi)
Nilai Tengah
1
17-30
0
23,5
0
30,55
Di bawah KKM
2
31-44
0
37,5
0
25
Di bawah KKM
3
45-58
7
51,5
360,5
19,44
Di bawah KKM
4
59-72
18
65,5
1179
5,55
Di atas KKM
5
73-86
7
79,5
556,5
5,55
Di atas KKM
6
87-100
4
93,5
374
13,88
Di atas KKM
2470
100
Jumlah
fixi
(xi)
Prosentase
Keterangan
(%)
36
Nilai rata-rata= 2470: 36= 68,61 Ketuntasan klasikal= 29: 36 X 100 % = 80.55%
Dari data tabel 4 nilai Matematika Materi Menyelesaikan Soal-Soal Cerita Pecahan Siswa Kelas IV SDN Dukuhan Kerten No. 58 melalui penerapan pembelajaran metode problem solving yang telah diterangkan di atas, dapat disajikan pada gambar di bawah ini:
commit to user 75
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 15: Bagan Grafik Nilai Matematika Materi Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan Siswa Kelas IV SDN Dukuhan Kerten No. 58 Pada Siklus III Dari hasil penelitian silklus III, maka peneliti mengulas secara teliti bahwa dilihat dari nilai rata-rata kelas pembelajaran Matematika menggunakan metode problem solving sudah berhasil tetapi apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) masih ada 7 siswa yang belum tuntas. Dengan mempertimbangkan temuan nyata selama proses pembelajaran serta diskusi dengan observer dan siswa, maka peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan problem solving sangat menyenangkan karena dapat dapat membantu siswa dalam menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari- hari dan memupuk keberanian siswa dalam menyampaikan pendapat. Selain hal tersebut, ditunjukkan pula peningkatan terhadap pemahaman materi dan kemampuan menyelesaikan soal-soal cerita pecahan. Dari fakta tersebut maka penelitian tindakan kelas ini dianggap cukup dan diakhiri pada siklus III.
commit to user 76
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan pengamatan dari analisis data yang ada, dapat dilihat adanya peningkatan aktivitas dan kemampuan siswa kelas IV SDN Dukuhan Kerten No. 58 dalam pembelajaran Matematika materi menyelesaikan soal-soal cerita pecahan sebagai berikut: 1. Kegiatan Siswa Selama Proses Pembelajaran Matematika Berdasarkan
hasil
observasi
peningkatan
kegiatan
siswa
dalam
pembelajaran adalah siswa lebih aktif memperhatikan penjelasan dari guru, siswa lebih aktif dalam mengerjakan tugas-tugas dari guru, keberanian siswa untuk bertanya
dan
menyampaikan
pendapat
meningkat,
siswa
mulai
dapat
mengembangkan keterampilan dalam menyelesaikan masalah, dan siswa lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga timbul kemauan untuk menerapkan hasil pembelajaran dalam kehidupan sehari- hari. Pemahaman dan kemampuan siswa terhadap materi pun meningkat. 2. Hasil Proses Pembelajaran Matematika Peningkatan hasil dari proses pembelajaran Matematika adalah siswa lebih dapat memahami konsep kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan karena telah mengikuti setiap langkah atau tahapan pembelajaran dengan sungguhsungguh. Hal ini dapat ditunjukkan dala m deskripsi berikut ini: a. Data Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV Sebelum Dilaksanakan Tindakan Dari daftar nilai yang terlampir pada lampiran 12 halaman , dapat diketahui bahwa nilai Matematika sebelum dilaksanakan tindakan yaitu siswa yang memperoleh nilai 17-30 ada 4 siswa, yang memperoleh nilai 31-44 ada 4 siswa, yang mendapat nilai 45-58 ada 11 siswa, yang mendapat nilai 59-72 ada 14 siswa, yang nilainya 73-86 ada 3 siswa, dan siswa yang memperoleh nilai 87-100 ada 0 siswa. Dengan demikian rata-rata nilai yang diperoleh sebesar 55,44. Siswa yang mendapat nilai kurang dari KKM sebanyak 19 siswa atau 52,77% sedangkan siswa yang mendapat nilai di atas KKM ada 17 siswa atau 47,22%.
commit to user 77
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Data Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV Siklus I Berdasarkan hasil tes pada siklus I selama tiga kali pertemuan, dapat diketahui nilai pembelajaran Matematika yaitu dapat diketahui bahwa nilai Matematika siklus 1 yaitu siswa yang memperoleh nilai 17-30 ada 0 siswa, yang memperoleh nilai 31-44 ada 0 siswa, yang mendapat nilai 45-58 ada 14 siswa, yang mendapat nilai 59-72 ada 17 siswa, yang nilainya 73-86 ada 5 siswa, dan siswa yang memperoleh nilai 87-100 ada 0 siswa. Dengan demikian rata-rata nilai yang diperoleh sebesar 62. Siswa yang mendapat nilai kurang dari KKM sebanyak 14 siswa atau 38,88% sedangkan siswa yang mendapat nilai di atas KKM ada 23 siswa atau 61,11%. c. Data Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV Silkus II Berdasarkan hasil tes pada siklus II selama tiga kali pertemuan, dapat diketahui nilai pembelajaran Matematika yaitu dapat diketahui bahwa nilai Matematika siklus II yaitu siswa yang memperoleh nilai 17-30 ada 0siswa, yang memperoleh nilai 31-44 ada 0 siswa, yang mendapat nilai 45-58 ada 10 siswa, yang mendapat nilai 59-72 ada 19 siswa, yang nilainya 73-86 ada 5 siswa, dan siswa yang memperoleh nilai 87-100 ada 2 siswa. Dengan demikian rata-rata nilai yang diperoleh sebesar 65,11. Siswa yang mendapat nilai kurang dari KKM sebanyak 10 siswa atau 27,77% sedangkan siswa yang mendapat nilai di atas KKM ada 26 siswa atau 72,22%. d. Data Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV Silkus III Berdasarkan hasil tes pada siklus III selama tiga kali pertemuan, dapat diketahui nilai pembelajaran Matematika yaitu dapat diketahui bahwa nilai Matematika siklus III yaitu siswa yang memperoleh nilai 17-30 ada 0 siswa, yang memperoleh nilai 31-44 ada 0 siswa, yang mendapat nilai 45-58 ada 7 siswa, yang mendapat nilai 59-72 ada 18 siswa, yang nilainya 73-86 ada 7 siswa, dan siswa yang memperoleh nilai 87-100 ada 4 siswa. Dengan demikian rata-rata nilai yang diperoleh sebesar 68,61. Siswa yang mendapat nilai kurang dari KKM sebanyak 7 siswa atau 19,44% sedangkan siswa yang mendapat nilai di atas KKM ada 29 siswa atau 80,55%.
commit to user 78
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D.
Pembahasan Hasil Penelitian
Dengan melihat hasil penelitian dari beberapa tabel di atas dapat diketahui adanya peningkatan proses pembelajaran terutama kemampuan siswa terhadap materi pada masing- masing siklus melalui penerapan metode problem solving. Peningkatan terlihat dari perhitungan rata-rata nilai belajar yang diperoleh siswa pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan dan setelah dilaksanakan tindakan siklus I, siklus II dan silkus III yang masing- masimg siklusnya dilaksanakan tiga kali pertemuan. Hal ini dapat dilihat pada table 5 seperti berikut: Tabel 5: Rata-rata nilai Matematika Siswa Kelas IV SDN Dukuhan Kerten No. 58 Materi menyelesaikan soal cerita pecahan Diatas KKM Pada Kondisi Awal, Siklus I, siklus II dan Siklus III No
Pembelajaran Matematika
Sebelum Tindakan
Sesudah Dilaksanakan Tindakan Siklus I
Siklus II
Siklus III
1
Nilai rata-rata
55,44
62
65,11
68,61
2
Prosentase
47,22%
61,11%
72,22%
80,55%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang memperoleh nilai ? 60 (KKM) mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini merefleksikan bahwa pembelajaran Matematika yang dilaksanakan oleh guru dapat dinyatakan berhasil. Peningkatan rata-rata nilai Matematika melalui penerapan pembelajaran dengan metode problem solving dapat disajikan dalam gambar 16 di bawah ini :
commit to user 79
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 16: Bagan Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Matematika Materi menyelesaikan soal cerita pecahan Siswa Kelas IV SDN Dukuhan Kerten No. 58 Sebelum Tindakan, Siklus I, Siklus II dan Sik lus III Dengan demikian dapat diketahui bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan terhadap pelajaran Matematika tentang menyelesaikan soal-soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SDN Dukuhan Kerten No. 58 yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran problem solving. Hal ini terjadi karena pembelajaran dengan dapat metode pembelajaran problem solving merangsang keberanian siswa untuk bertanya dan menyampaikan gagasan serta aktif mengembangkan kreativitas dan inisiatifnya terhadap permasalahan kehidupan sehari- hari.
commit to user 80
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus tersebut di atas, ternyata hipotesis yang dirumuskan telah terbukti kebenarannya. Dengan menerapkan metode pembelajaran problem solving dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri Dukuhan Kerten No. 58 tahun ajaran 2009/2010. Hal ini terbukti pada siklus I nilai rata-rata kelas 62, siklus II nilai rata-rata kelas 65,11 dan siklus III nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 68,61. Dengan demikian penerapan pembelajaran metote problem solving dapat dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika di kelas IV sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa terhadap menyelesaikan soal cerita pecahan . B.
Implikasi
Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan pada pembelajaran dengan menerapkan metote problem solving dalam pelaksanaan pembelajaran Matematika. Berdasarkan hasil penelitian di atas terbukti metode problem solving dapat meningkatkan kemampuan siswa terhadap menyelesaikan soal cerita pecahan. Sehubungan dengan penelitian ini maka dapat dikemukakan implikasi hasil penelitian sebagai berikut: 1. Memberikan informasi bagi guru untuk menentukan strategi dan metode pembelajaran yang tepat dengan metote problem solving untuk meningkatkan mkemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan pada pelajaran Matematika khususnya dan pelajaran lain pada umumnya. 2.
Mendorong siswa untuk memiliki keberanian dalam mengungkapkan pendapat dan mengembangkan kreativitas serta inisiatifnya untuk menunjang proses pembelajaran.
3. Menunjukkan pentingnya menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi dan inovatif, salah satunya adalah metode problem solving yang terbukti dapat
commit to user 81
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga terjalin hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru. C.
Saran
Sesuai dengan saran dan implikasi hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan antara lain: 1. Bagi Sekolah Hendaknya sekolah mengupayakan pelatihan bagi guru untuk dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan harapan. 2. Bagi Guru a. Sebaiknya guru meningkatkan kompetensi keprofesionalannya dengan merancang proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga siswa menjadi lebih tertarik dan pembelajaran akan menjadi lebih kondusif dan bermakna. Hal ini membuat siswa tidak mudah bosan dan tetap termotivasi untuk
mengikuti
proses
pembelajaran
yang
pada
akhirnya
dapat
meningkatkan pemahaman konsep pada materi pelajaran. b. Guru hendaknya mengupayakan tindak lanjut terhadap penerapan metode problem solving pada pembelajaran yang dilaksanakan. 3. Bagi Siswa Siswa harus lebih mengembangk an inisiatif, kreativitas, keaktifan, motivasi belajar dan mengembangkan keberanian menyampaikan gagasan dalam proses pembelajaran untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan prestasi belajar. 4. Bagi Peneliti Lain Peneliti yang hendak mengkaji permasalahan yang sama hendaknya lebih cermat dan lebih mengupayakan pengkajian teori-teori yang berkaitan dengan pembelajaran metode problem solving guna melengkapi kekurangan yang ada serta sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa yang belum tercakup dalam penelitian ini agar diperoleh hasil yang lebih baik.
commit to user 82