Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS DALAM MEMEGANG ALAT TULIS MELALUI KEGIATAN MENGGAMBAR DENGAN MEDIA KAPUR TULIS DAN ARANG PADA SISWA Alfiah (10261053) Mahasiswa PG-PAUD IKIP Veteran Semarang Abstrak Tujuan penelitian ini adalah : 1) Mengetahui seberapa besar kemampuan motorik halus anak didik kelompok B 2) Untuk mengetahui upaya dalam mengembangkan kemampuan motorik halus anak. Penelitian dilakukan di TK. Pertiwi Jaten Kec. Klego Kab. Boyolali, metode yang dipergunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah semua siswa kelompok B TK. Pertiwi Jaten Kec. Klego Kab. Boyolali yang berjumlah 17 anak. Rancangan penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdapat 4 tahapan yaitu : 1) perencanaan, 2) tindakan, 3) pengamatan, 4) refleksi. Teknik pengumpulan data melalui metode observasi, metode evaluasi, metode analisis data. Teknik analisis yang dipergunakan adalah reduksi data, paparan data dan kesimpulan. Hasil penelitian tentang peningkatan kemampuan motorik halus dalam memegang alat tulis melalui kegiatan menggambar dengan media kapur tulis dan arang pada siswa kelompok B TK. Pertiwi Jaten Kec. Klego Kab. Boyolali tahun ajaran 2013/2014 menunjukkan perkembangan motorik halus pada taman kanak-kanak sangat baik untuk dalam kegiatan pembelajaran mencocok gambar. Analisis data dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan terhadap kemampuan motorik halus anak dalam kegiatan menggambar dengan media kapur tulis dan arang yaitu sebanyak 8 anak (47%), ini terjadi pada siklus I, pada siklus II peningkatan kemampuan motorik halus anak dalam kegiatan menggambar dengan media kapur tulis dan arang yaitu sebanyak 14 anak (80%). Kata Kunci : Kapur Tulis dan Arang
PENDAHULUAN Masa anak-anak merupakan masa perjalanan yang panjang setiap individu yang meletakkan dasar bagi kehidupan dimasa remaja. Masa anak- anak ini pula yang menurut Freud (Santrock & Yussen, 1992 : 67) merupakan masa yang sangat Fundamental bagi perkembangan individu. Karena menurutnya kepribadian seseorang pada masa dewasa ditentukan oleh cara-cara pemecahan konflik antara sumber-sumber kesenangan awal dengan tuntutan realita masa anak-anak . Mengamati betapa begitu berharganya masa anak-anak, sehingga masa ini disebut sebagai masa keemasan atau Golden Age, Maka sangat penting diupayakan pendidikan yang tepat untuk Anak Usia Dini untuk mengoptimalkan semua semua potensinya. Taman Kanak-Kanak dan Lembaga pendidikan Anak Usia dini (PAUD) lainnya sangat penting keberadaanya untuk membangun dan menciptakan generasi penerus yang kwalitas dimasa mendatang sebagai upaya mengoptimalisasi potensi keemasan anak. Hal tersebut ditegaskan oleh Solehuddin (2002 : 2) : bahwa pendidikan Anak Prasekolah akan memberi kontribusi yang yang bermakna terhadap keberhasilan anak pada jenjang pendidikan selanjutnya. Pemerintah melalui Undang-Undang RI nomor 20 tahun 2003 pasal 33 ayat 3 tentang sistem pendidikan Nasional, menetapkan bahwa : Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini yang diselenggarakan untuk mengembangkan kepribadian dan potensi diri anak sesuai dengan tahapan perkembangannya. 1
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
Meskipun pendidikan anak tidak bisa terlepas dari tanggung jawab dan peran serta orang tua, banyak orang tua menitipkan pendidikan anak- anak mereka ke lembaga pendidikan prasekolah dalam proses penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia dini harus melibatkan dan bekrja sama dengan orang tua. Salah satu bidang pengembangan di TK diantaranya adalah pengembangan fisik. Pengembangan fisik meliputi pengembangan fisik motorik kasar dan fisik motorik halus. Pekembangan fisik motorik halus sangatlah penting bagi petumbuhan gerak motorik anak. Oleh karena itu setiap guru harus mengajarkan atau menerapkan bidang pengembangan fisik motorik anak di setiap taman kanak-kanak masing-masing. Motorik halus sangatlah penting, karena melatih gerak otot dan koordinasi mata. Selain itu juga, untuk meningkatkan kemampuan dan kerapian anak sesuai dengan tahap perkembangan usianya. Usia Prasekolah merupakan usia yang efektif untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak. Untuk mengembangkan berbagai potensi dapat dilakukan melalui kegiatan menggambar. Kegiatan menggambar di TK diharapkan berkaitan dengan kemampuan fisik, ketrampilan, keuletan, dan kerapian anak. Pada dasarnya pembelajaran fisik motorik di TK dilaksanakan dalam batas-batas dan aturan pengembangan pra-skolastik atau pra-akademik. Bidang pengembangan fisik motorik di TK dilakukan melalui kegiatan bermain yang menyenangkan. Dengan bermain anak-anak dapat mengekpresikan berbagai perasaan maupun ide-ide yang cemerlang tentang berbagai hal yang dapat merangsang pola perkembangan kreativitas alami. Motorik berasal dari kata ”motor” yang merupakan suatu dasar biologis atau mekanika yang menyebabkan terjadinya suatu gerak (gallahue). Dengan kata lain, gerak (movement) adalah kulminasi dari suatu tindakan yang didasari oleh proses gerak motorik. Zulkifli (dalam buku Samsudin) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan motorik adalah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan gerakan-gerakan tubuh. Motorik halus terampil koordinasi tangan-mata dan persiapan untuk menulis serta kompetensi yang mengupayakan mendirikan anak pada kebiasaan sehari-hari sesuai dengan tingkat usianya. Keterampilan motorik tidak akan berkembang melalui kematangan saja, melainkan keterampilan itu harus dipelajari. Mempelajari keterampilan motorik harus diberikan bertahap, tidak dengan secara bersamaan. Apabila anak mencoba mempelajari berbagai macam keterampilan motorik secara serempak, khususnya menggunakan kumpulan otot yang sama akan membingungkan anak dan akan menghasilkan keterampilan yang jelek serta merupakan pemborosan waktu dan tenaga. Jika suatu keterampilan sudah dikuasai, maka keterampilan lain dapat dipelajari tanpa menimbulkan kebingungan. Melalui kegiatan menggambar dengan media kapur tulis dan arang, motorik halus pada anak akan terlatih, ketekunan, melatih kesabaran, serta kedisiplinan, dapat melatih otak atas dan otak kanan anak, serta melatih anak untuk berkomunikasi yang cukup efektif. Berdasarkan hasil observasi, kemampuan fisik motorik halus anak kelompok B TK Pertiwi Jaten Kec. Klego Kab. Boyolali pada tahun ajaran 2013/2014 masih sangat kurang. Hal ini dapat 2
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
dilihat dari banyaknya siswa tiak menguasai kemampuan motorik halusnya. Dari 17 siswa, ada 2 siswa yang mempunyai kemampuan bagus, 4 sedang dan 11 rendah. Berkaitan dengan pemaparan di atas, maka penulis bemaksud untuk meneliti, mengkaji dan membahas dalam penelitian dengan judul: Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus dalam Memegang Alat Tulis melalui Kegiatan Menggambar dengan Media Kapur Tulis dan Arang Pada Siswa Kelompok B TK. Pertiwi Jaten Kec. Klego Kab. Boyolali Tahun Ajaran 2013/2014.
TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Motorik Halus Dalam Memegang Alat Tulis Sumantri (2005:143), menyatakan bahwa motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi dengan tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan menggunakan alat-alat untuk mengerjakan suatu objek. Hal yang sama dikemukakan oleh Yudha dan Rudyanto (2005:118), menyatakan bahwa motorik halus adalah kemampuan anak beraktivitas dengan menggunakan otot halus (kecil) seperti menulis, menggambar, menyusun balok dan memasukkan kelereng. Demikian pula menurut Bambang Sujiono (2008:12.5) menyatakan bahwa motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakkan pergelangan tangan yang tepat. Oleh karena itu, gerakkan ini tidak terlalu membutuhkan tenaga, namun gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat. Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi, seperti menggunting kertas, menggambar, mewarnai, serta menganyam. Namun tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan ini pada tahap yang sama. 2. Pengertian Menggambar Menggambar adalah kegiatan kegiatan membentuk imaji, dengan menggunakan banyak pilihan teknik dan alat. Bisa pula berarti membuat tanda-tanda tertentu di atas permukaan dengan mengolah goresan dari alat gambar (dari http:wikipedia.org/wiki/Menggambar). Manusia sebagai mahluk sosial selalu ingin berkomunikasi dengan manusia lainnya, Dalam berkomunikasi terjadilah interaksi antar manusia yang satu dengan manusia yang lain dan mereka saling menyampaikan maksud. Apa yang terkandung didalam hatinya dituangkan untuk memperoleh kepuasan, Terutama bagi anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan yang ditandai dengan dinamika dalam cipta ,rasa dan karsa serta spontanitas dalam gerak dan tingkah lakunya. Adakalanya sifat-sifat seperti itu mendapat tekanan dari orangtuanya atau dari pihak-pihak lain, sehingga anak tersebut tidak begitu mampu berkomunikasi dengan orang lain, ia menjadi pendiam, pemalu dan jiwanya tertutup. Keinginan yang meluap-luap untuk menyampaikan isi hatinya pada orang lain tidak dapat dilampiaskan, maka dari itu bagi setiap anak memerlukan sarana penyalurannya. Beberapa hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa kegiatan menggambar merupakan 3
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
salah satu media pendidikan kreatif yang dapat membantu pertumbuhan jiwa bagi anak. Seperti dikemukan Herbert Read, bahwa gambar sebagai hasil dari aktifitas berkarya seni, didalam pendidikan seni dianggap sebagai media yang paling besar peluangnya bagi perkembangan potensi anak, terutama yang berkaitan dengan pengembangan kreativitas. Menurut Titi Soegiarty (2009) Menggambar adalah membuat gambar dengan cara mencoret, menggores, menorehkan benda tajam dan memberi warna . Pada usia TK setiap anak memiliki atau mengalami masa subur-suburnya ekspresi kreatif dalam menggambar. Daquet dalam Rohidi, dkk. (1994: 22) Mengemukakan bahwa seorang anak yang tidak menggambar pada usia ini dapat dikategorikan sebagai anak anomali.
METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas ( PTK) sesuai dengan karakteristik PTK, penelitian ini dirancang dengan menggunakan model siklus. Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian praktis yang dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas. Penelitian ini merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. B. Setting Penelitian 1. Waktu Penelitian Kegiatan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan sesuai jadwal mulai April 2014 sampai dengan Juni 2014. 2. Tempat penelitian Tempat penelitian dilakukan di TK Pertiwi Jaten Kec. Klego Kab. Boyolali. C. Subyek Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di TK Pertiwi Jaten Kec. Klego Kab. Boyolali. Jumlah siswa sebagai penelitian ini 17 anak. Terdiri dan 9 anak laki- laki dan 8 siswa perempuan yang diajar oleh 2 orang guru yang kesemuanya perempuan. D. Fokus Penelitian Fokus penelitian yang ditetapkan adalah upaya meningkatkan kemampuan motorik halus dalam memegang alat tulis melalui kegiatan menggambar dengan media kapur tulis dan arang pada siswa kelompok B TK Pertiwi Jaten Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2013/2014. E. Sumber Data Untuk mengumpulkan data penelitian digunakan metode - metode sebagai berikut: 1. Metode Observasi ( pengamatan ) 2. Metode Evaluasi
4
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
F. Prosedur Penelitian Sesuai dengan gagasan penelitian, maka Penelitian Tindakan Kelas ini dirancang untuk dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdapat 4 ( empat ) tahap, yaitu : Perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. G. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data Alat yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari hal-hal sebagai berikut: 1. Observasi Merupakan pencatatan untuk mendapatkan informasi dengan mengamati secara langsung perilaku dan perkembangan anak secara terus menerus dengan mengacu pada indikator yang ada. 2. Wawancara Merupakan pencatatan yang ditujukan untuk mendapatkan informasi tentang pengetahuan anak atau penalaran mengenai sesuatu hal. 3. Hasil Karya Merupakan hasil kerja anak didik setelah melakukan suatu kegiatan dapat berupa pekerjaan tangan atau karya seni. 4. Lembar Observasi Guru Lembar observasi ini di gunakan untuk memantau perkembangan dan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Pengusaan terhadap metode yang digunakan serta penguasaan khas dalam menerapkan metode. 5. Lembar Observasi Anak Didik Digunakan untuk memantau perkembangan siswa mengenai kemampuan motorik halus yang menjadi patokan dalam pengembangan kemampuan fisik/ motorik. H. Keabsahan Data Keabsahan dimaksudkan sebagai suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang isi atau sebenarnya yang diukur. Uji keabsahan dilakukan untuk mengetahui tingkat ketepatan dari instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data. Dalam penelitian ini yang diuji keabsahannya adalah hasil motorik halus anak anak dalam memegang alat tulis melalui kegiatan menggambar dengan media kapur tulis dan arang. Setelah dilakukankan keabsahan data, hasil kemampuan motorik halus siswa merupakan data yang valid. I. Analisis Data Data yang telah dihimpun dianalisis dalam tiga tahapan yaitu : 1. Melakukan reduksi data dengan memilah-milah data yang bermanfaat dan data-data yang dapat diberikan, sehingga data yang terkumpul dapat memberikan informasi yang bermakna, 2. Paparan data peneliti menampilkan data dalam bentuk narasi dan tabel yang berfungsi untuk menunjukkan informasi tentang sesuatu hal berkaitan dengan variabel yang satu dengan yang lainnya; 3. Penyimpulan yaitu proses menarik intisari atas kajian data dalam bentuk pernyataan yang singkat 5
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
dan padat tetapi mengandung pengertian yang luas ( Susilo, 2007: 12 ). J. Indikator Keberhasilan Untuk menentukan keberhasilan dan keefektifan penelitian ini, maka diambil indikator kinerja yang digunakan sebagai acuan keberhasilan. Acuan keberhasilan dari penelitian ini adalah 75% artinya bila tingkat keberhasilan anak dalam kelas telah tercapai sebesar 75% maka penelitian dihentikan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Siklus I 1. Uraian pelaksanaan perbaikan Berdasarkan pengembangan pembelajaran dan perbaikan pembelajaran yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya maka pada uraian pelaksanaan perbaikan dalam siklus I ini guru melaksanakan tindakan perbaikan dengan menggunakan gambar yang lebih besar dan menarik sesuai gambar pola buatan guru dalam rangka meningkatkan kemampuan fisik motorik halus anak dengan kegiatan menggambar dengan media kapur tulis dan arang di TK Pertiwi Jaten Kec. Klego Kab. Boyolali. Seperti telah dijelaskan pada bab terdahulu, pada siklus I ini terjadi peningkatan konsentrasi belajar anak, karena tertarik dengan kegiatan fisik motorik halus dengan kegiatan menggambar dengan media kapur tulis dan arang, yang di demonstrasikan oleh guru dan anak didik dengan menggambar dengan media kapur tulis dan arang. Anak tertarik untuk mengikuti pembelajaran meningkatkan kemampuan fisik motorik halus dengan kegiatan menggambar dengan media kapur tulis dan arang. Namun demikian pada siklus I ini juga ditemukan adanya anak yang masih bersikap pasif dan tidak mampu mencocok dengan baik, meskipun telah diarahkan oleh guru berulangkali. Secara keseluruhan siklus I dapat dikatakan berhasil memperbaiki pembelajaran, terbukti dengan adanya peningkatan kemampuan anak didik dalam meningkatkan kemampuan fisik motorik halus dengan kegiatan menggambar dengan media kapur tulis dan arang. 2. Temuan / hal-hal yang unik a) Pada waktu guru membawa gambar dan alat untuk menggambar, beberapa anak secara spontan mengerumuni gambar dan alat tersebut dan berebutan karena ada salah seorang anak yang mengatakan bahwa kapur tulis dan arang untuk kegiatan menggambar tersebut dibagikan kepada anak sehingga anak berebut takut jika tidak kebagian. Namun keadaan dapat dikendalikan oleh guru setelah alat untuk menggambar dibagikan secara bergantian kepada anak. b) Pada waktu guru membagi kapur tulis dan arang untuk menggambar, anak - anak bersahutan meminta alat untuk menggambar tersebut secara bersahutan sehingga terjadi kegaduhan. Namun demikian setelah guru memberikan arahan dan petunjuk, anak didik dapat tenang 6
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
kembali dan mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik sesuai arahan guru untuk konsentrasi belajar. 3. Keberhasilan dan kelemahan Secara umum pelaksanaan tindakan perbaikan pada siklus I dapat dikatakan berhasil yang ditandai dengan meningkatnya kemampuan anak didik dalam fisik motorik halus dengan kegiatan menggambar dengan media kapur tulis dan arang.. Secara keseluruhan, pelaksanaan pembelajaran di kelas dapat dikatakan sesuai dengan RKH yang telah dibuat namun anak didik belum mampu secara maksimal untuk memperoleh hasil pencapaian pembelajaran yang telah ditentukan yaitu kemampuan fisik motorik halus dengan kegiatan menggambar dengan media kapur tulis dan arang. Sebagai contoh pada pelaksanaan RKH 1 ketika anak diminta untuk mengembangkan kemampuan fisik motorik halus anak dengan kegiatan mencocok gambar pola buatan guru ternyata masih ada anak yang tidak bersedia untuk menggambar dengan alasan tidak bisa, bahkan kemudian menangis. Setelah mendapat penjelasan guru barulah ia bersedia mencocok untuk menunjukkan kemampuan fisik motorik halus dengan kegiatan mencocok gambar pola buatan guru. Kegagalan ini oleh peneliti dijadikan refleksi sebagai bahan tindak lanjut untuk melakukan perbaikan pada siklus II. Siklus II 1. Uraian pelaksanaan perbaikan Berdasarkan pengembangan pembelajaran dan perbaikan pembelajaran yang telah dilakukan maka pada uraian pelaksanaan perbaikan dalam siklus II ini guru masih tetap melaksanakan tindakan perbaikan dengan menggunakan sarana gambar yang besar dan menarik untuk meningkatkan kemampuan fisik motorik halus TK Pertiwi Jaten Kec. Klego Kab. Boyolali. Seperti telah dijelaskan pada bab terdahulu, pada siklus II ini terjadi peningkatan konsentrasi belajar anak, karena tertarik dengan gambar pola buatan guru yang diperlihatkan oleh guru. Anak tertarik untuk mengikuti pembelajaran peningkatan kemampuan fisik motorik halus anak dengan kegiatan menggambar, guru mendemonstrasikan cara menggambar yang baik dan benar agar anak tertarik dengan pembelajaran. Secara keseluruhan siklus II dapat dikatakan berhasil memperbaiki pembelajaran, terbukti dengan adanya peningkatan kemampuan fisik motorik halus dengan kegiatan menggambar dengan media kapur tulis dan arang. 2. Temuan / hal-hal yang unik Ada beberapa hal yang ditemukan selama tindakan perbaikan berlangsung yaitu : a) Masih ada anak yang tidak bersedia menggambar dengan baik dan benar. b) Ada seorang anak yang egosentris dan suka menjahili teman lainnya dengan menakuti tematemanya dengan mencoret-coret gambar temannya dengan menggunakan kapur tulis. Namun kemudian anak dapat diarahkan oleh guru dan kemudian tenang kembali untuk berkonsentrasi pada pembelajaran. c) Kenyataan yang ada pada siklus II ini guru menemukan fakta bahwa untuk membuat anak 7
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
tertarik pada pembelajaran ternyata guru harus menyesuaikan dengan karakter anak dan ketertarikan anak dan hal-hal yang menjadi perhatian anak saat pembelajaran. 3. Keberhasilan dan kelemahan Secara umum pelaksanaan tindakan perbaikan pada siklus II dapat dikatakan berhasil yang ditandai dengan meningkatnya kemampuan fisik motorik halus anak dengan kegiatan menggambar dengan media kapur tulis dan arang. Secara keseluruhan, pelaksanaan pembelajaran di kelas dapat dikatakan sesuai dengan RKH yang telah dibuat meskipun masih ada 1 anak didik yang masih rendah kemampuan fisik motorik halusnya secara maksimal untuk memperoleh hasil pencapaian pembelajaran yang telah ditentukan. Namun demikian secara mayoritas anak telah memiliki kemampuan fisik motorik halus dengan baik ketika diberikan kegiatan menggambar dengan media kapur tulis dan arang yaitu dibuktikan dengan hasil tugas yang menunjukkan sebanyak 14 anak dari 17 anak dapat memiliki kemampuan fisik motorik halus dengan memuaskan, dan hanya tinggal 1 anak yang kemampuan fisik motorik halusnya masih rendah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tindakan perbaikan pada pembelajaran peningkatan kemampuan fisik motorik halusnya dengan kegiatan menggambar dengan media kapur tulis dan arang. Dengan demikian, selama tindakan perbaikan berlangsung hasilnya adalah : a) Tidak ada lagi anak yang tidak bersedia menggambar dengan media kapur tulis dan arang untuk meningkatkan kemampuan fisik motorik halus anak. b) Tidak ada lagi anak yang tidak mau menggambar dengan alasan tidak bisa, baik sendiri maupun secara kelompok. Secara umum pelaksanaan tindakan perbaikan pada siklus II dapat dikatakan berhasil yang ditandai dengan meningkatnya kemampuan fisik motorik halusnya anak didik dengan kegiatan menggambar dengan media kapur tulis dan arang di TK Pertiwi Jaten Kec. Klego Kab. Boyolali, dan ketuntasan belajar telah terpenuhi meskipun masih ada 1 anak yang masih rendah kemampuan fisik motorik halusnya dengan kegiatan menggambar dengan media kapur tulis dan arang. Dengan demikian, penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh penulis sebagai guru praktikan dalam dua siklus di TK Pertiwi Jaten Kec. Klego Kab. Boyolali telah berhasil yang dibuktikan dengan telah terwujudnya ketuntasan belajar anak didik dalam kemampuan fisik motorik halus dengan kegiatan menggambar dengan media kapur tulis dan arang.
KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitiaan yang telah dilakukan oleh penulis melalui penelitiaan tindakan kelas (PTK), maka dapat disimpulkaan bahwa melalui media kapur tulis dan arang dapat meningkatkan kemampuaan fisik motorik halus anak di TK Pertiwi Jaten Kec. Klego Kab. Boyolali. Hal ini dapat dilihat dari siklus II yang mengalami peningkatan dan tercapai indikator keberhasilan, yaitu sebanyak 80%. 8
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zaenal dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV. Yrama Widya. Deliana. Maryati Sri, Stutadi Koto Rusda, 1994. Permasalahan Anak Taman Kanak- kanak. Jakarta: Kencana. Depdikbud, 1976. Kurikulum TK, Jakarta : Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah. Gessel. 1971. The Idea of Chance in Children. London: Routledge and Kegan Paul. Hardiyanti Dwi dan Muh. Sukiram, 2007.
Strategi Pengembangan Moral Anak Usia Dini,
Semarang : IKIP VETERAN PRESS. Iskandar Beni, dkk, 2001, Metode Pengembangan Kemampuan Motorik, Bandung : Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Pusat Pengembangan Penataran Guru Tertulis. Iskandar, 2001. Karakteristik Ungkapan Siswa dalam Menggambar. Semarang : Puslit IKIP. Pamadi, Hajar. 2008. Dasar – Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : Indeks. Patmonodewo Soemantri. 2000. Pendidikan Anak Prasekolah, Jakarta : Depdiknas, PT.Renika Cipta. Rohidi. 1994. Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Usia Dini, Jakarta : Bumi Aksara. Sudibyo Bambang. 2009. Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : Depdiknas. Suhardjono.2009. Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah. Jakarta : Depdikbud. Sujiono Bambang, dkk, 2001. Metode Pengembangan Fisik, Jakarta : Universitas Terbuka. Sujiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta. Sumantri. 2005. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Rineka Cipta. Susatyo.
2008.
Penelitian
Tindakan
Kelas.
Jakarta.
Universitas
Terbuka. Syakir Muharrar, 2001. Memahami Karakteristik Gambar Anak-anak. Semarang : Puslit IKIP. Syaodlh Ernawulan, 2003. Bimbingan di Taman Kanak-Kanak. Jakarta Depdikbud. Tim KBK, 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta : Direktorat Pendidikan Dasar. Viktor Lowenfeld dan Lambert Brittain. 1970. The Psychology of the Cild. New York: Basic Books.
9
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang