UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AL QUR’AN HADITS MELALUI PENERAPAN METODE READING GUIDE DI KELAS IV MI SRATEN KEC. TUNTANG KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Oleh : NAYIROH MAHFUDHOH 114 08 106
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDY PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2010
Maslihatul Umamami, M.A. Dosen STAIN Salatiga Jl. Stadion No. 03 Salatiga (0298) 323706, 323444 Kode Pos 50712 NOTA PEMBIMBING Lamp : 2 eksemplar H a l : Naskah Skripsi Sdri. Nayiroh Mahfudhoh K e p a da Yth. K e t u a STAIN di – tempat Assalamu`alaikum Wr. Wb. Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya, maka skripsi saudara : Nama
: Nayiroh Mahfudhoh
NIM
: 11408106
Jurusan/Program
: Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam
Judul
:
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AL QUR’AN HADITS MELALUI PENERAPAN METODE READING GUIDE DI KELAS IV MI SRATEN KEC. TUNTANG KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARN 2009/2010 Sudah dapat diajukan pada sidang munaqosyah. Demikian surat ini dibuat, harap menjadikan perhatian dan digunakan
sebagaimana mestinya. Wassalamu alaikum Wr. Wb.
Salatiga, Agustus 2010 Pembimbing
Maslihatul Umamami, M.A.
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama
: Mayiroh Mahfudhoh
NIM
: 11408106
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, Agustus 2010 Yang menyatakan,
Nayiroh Mahfudhoh
ABSTRAK Mahfudhoh, Nayiroh, 2010 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA
MATA
PELAJARAN
AL
QUR’AN
HADITS
MELALUI
PENERAPAN METODE READING GUIDE DI KELAS IV MI SRATEN KEC. TUNTANG KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARN 2009/2010. Pembimbing: Maslihatul Umami, M.A. Kata kunci: materi pelajaran Al Qur’an Hadits dan metode reading guide Penelitian ini merupakan upaya untuk meningkatkat kreativitas siswa dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi orang tua. Pertanyaan utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah (1) Apakah penerapan metode reading guide mampu meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran materi pelajaran Al Qu’an Hadits di kelas IV MI Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang? (2) Apakah penerapan metode reading guide mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran materi pelajaran Al Qu’an Hadits di kelas IV MI Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang? (3) Apakah penerapan metode reading guide dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran materi pelajaran Al Qu’an Hadits di kelas IV MI Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang? Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa (1) penerapan metode reading guide mampu meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran materi pelajaran Al Qu’an Hadits di kelas IV MI Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang (2) penerapan metode reading guide mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran materi pelajaran Al Qu’an Hadits di kelas IV MI Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang (3) penerapan metode reading
guide dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran materi pelajaran Al Qu’an Hadits di kelas IV MI Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang.
DAFTAR ISI Hal Halaman Judul Persetujuan Pembimbing Pengesahan Pernyataan Keaslian Tulisan Motto dan Persembahan Abstrak Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Bab I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah ........................................................................1
B.
Rumusan Masalah................................................................................. 4
C.
Tujuan Penelitian................................................................................... 5
D.
Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan................................... 5
E.
Kegunaan Penelitian...............................................................................6
F.
Definisi Operasional..............................................................................7
G.
Metode Penelitian.................................................................................. 8
H.
Sistematika Penulisan ..........................................................................16
BAB II LANDASAN TEORI A.
Konsep Belajar.................. ..................................................................17
B.
Pelajaran Al Qur’an Hadits................................................................. 34
C.
Metode Reading Guide.........................................................................45
D.
Hubungan Metode Reading Guide dengan Hasil Belajar.....................47
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A.
Deskripsi Pelaksanaan Siklus I.............................................................52
B.
Deskripsi Pelaksanaan Siklus II.......................................................... 55
C.
Deskripsi Pelaksanaan Siklus III..........................................................59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.
Refleksi Per Siklus.............................................................................. 63
B.
Pembahasan..........................................................................................76
BAB V PENUTUP A.
Kesimpulan……….....….....................................................…...……..80
B.
Saran- Saran …………………..........………....….………………….80
Daftar Pustaka Lampiran-Lampiran Daftar Riwayat Hidup Peneliti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumberdaya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka secara detail, dalam undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bab 1 pendidikan diusahakan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan sadar suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam hal ini tentu saja diperlukan adanya pendidikan yang profesional terutama guru disekolah dasar dan menengah serta dosen diperguruan tinggi. Perlu kita sadari bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang istimewa. Hal ini secara jelas tersurat dalam Q. S at Tiin: 5
Artinya: Sesungguhnya kami jadikan manusia sebaik- baik kejadian. Lalu dimanakah letak keistimewaan manuisa? Salah satunya adalah terletak pada kemampuan menggunakan akalnya. Kemampuan mengolah informasi pada manusia merupakan ciri penting yang membedakan manusia dengan makhluk lain. Di sinalah arti penting belajar. Belajar merupakan suatu proses yang berkelanjutan untuk mengembangkan potensi diri seseorang. Proses belajar diperlukan untuk dapat mengembangkan kemampuan seseorang secara optimal (Yamin, 2005:104) . 1
2
Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya dalam pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tapi sudah seharusnya merupakan proses yang mengantisipasi dan membicarakan masa depan. Pendidikan hendaknya melihat jauh ke depan dan memikirkan apa yang akan dihadapi peserta didik yang akan datang. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk suatu profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalahmasalah yang dihadapi dalam kehidupann sehari hari. Salah satu masalah pokok dalam dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini nampak rata-rata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Sebagai gambaran untuk mata pelajaran Al Qur‟an Hadits siswa kelas IV MI Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang di mana penulis mengajar, bahkan belum mencapai Kretieria Ketuntasan Minimal. Dalam proses belajar mengajarpun masih terkesan posisi guru sebagai subyek dan murid sebagai obyek. Siswa hanya menerima atau mentransfer keilmuan belaka. Siswa dianggap sebagai orang yang tidak mempunyai pengetahuan apa-apa. Kemudian dimasuki informasi supaya ia tahu. Padahal belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari penuangan informasi kedalam benak siswa. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. pembelajaran sangat terkait dengan berbagai komponen yang sangat komplek. Antara komponen yang satu dengan komponen yang lainnyamemiliki hubungan yang bersifat sistemik, maksudnya masing- masing komponen memiliki peranan sendiri- sendiri tetapi memiliki hubungan yang sangat terkait. Masing-masing komponen dalam proses pembelajaran perlu dikelola secara baik. Tujuannya agar masing- masing komponen tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal. Hal ini akan terwujud, jika guru sebagai desainer
3
pembelajaran memiliki kompetensi pembelajaran. Secara sederhana manajemen pembelajaran dapat diartikan usaha untuk mengelola sumberdaya yang digunakan dalam pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Perubahan
masyarakat
berdampak
pula
pada
perubahan
paradigma
pembelajaran. Paradigma pembelajaran telah berubah dari teacher centered kearah student centered. Perubahan paradigma pembelajaran ini sangat terkait dengan tuntutan kompetensi guru. Paradigma pembelajaran yang mengarah student centered bukan berarti meniadakan peran guru. Justru dengan perubahan paradigma terebut menuntut guru untuk memiliki kemampuan yang lebih baik, guru tidak hanya ditintut untuk mampu mengajar, akan tetapi sekaligus mampu membelajarkan. Dalam kondisi yang demikian ini guru tidak hanya berperan sebagai pengajar, akan tetapi juga berperan sebagai manajer sekaligus fasilitator yang mendidik peserta didiknya untuk belajar. Pendidikan adalah usaha sadar untuk mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranan dimasa datang. Dalam rangka usaha kita untuk mewujudkan suatu pendidikan yang berhasil dan menjadikan anak didik (siswa) semangat untuk belajar,maka perlu adanya seorang pendidik (guru) yang profesional Menjadi guru kreatif, profesional dan menyenangkan di tuntut untuk memiliki kemampuan mengembangkan pendekatan dan memilih metode pembalajaran yang efektif hal ini penting terutama menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Cara guru melakukan kegiatan pembelajaran mungkin memerlukan pendekatan dan metode yang berbeda dengan pembelajaran yang lainnya. Suatu metode pembelajaran yang di terapkan guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan, sedangkan bagaimana menjalankan metode itu dapat
4
diterapkan berbagai metode pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran guru dapat menentukan teknik yang dianggap relevan dengan metode dan penggunaan teknik itu setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara guru yang satu dengan guru yang lain. Salah satu metode yang bisa diandalkan adalah metode reading guide. Metode ini digunakan untuk materi yang membutuhkan waktu banyak yang tidak mungkin di jelaskan semuanya dalam kelas. Untuk mengefektifkan waktu, maka siswa di beri tugas membaca dan menjawab pertanyaan atau kisi- kisi untuk di kerjakan siswa.Tujuan strategi ini adalah membantu peserta didik lebih mudah dan terfokus dalam memahami suatu materi pokok. Dengan diterapkan metode tersebut, diharapkan pembelajaran dapat berlangsung dengan menyenangkan dan siswa mampu memahami materi yang telah diajarkan. Karena dalam penggunaan strategi tersebut, siswa juga ikut berperan aktif. Atas dorongan inilah, penulis terdorong untuk mengadakan
penelitian
dan
menyusun
skripsi
dengan
judul:
“UPAYA
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AL QUR‟AN HADITS MELALUI PENERAPAN METODE READING GUIDE DI KELAS IV MI SRATEN KEC. TUNTANG KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARN 2009/2010” B. Rumusan Masalah 1. Apakah penerapan metode reading guide mampu meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran materi pelajaran Al Qu‟an Hadits di kelas IV MI Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang? 2. Apakah penerapan metode reading guide mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran materi pelajaran Al Qu‟an Hadits di kelas IV MI Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang?
5
3. Apakah penerapan metode reading guide dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran materi pelajaran Al Qu‟an Hadits di kelas IV MI Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk
mengetahui
apakah
penerapan
metode
reading
guide
mampu
meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran materi pelajaran Al Qu‟an Hadits di kelas IV MI Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang. 2. Untuk
mengetahui
apakah
penerapan
metode
reading
guide
mampu
meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran materi pelajaran Al Qu‟an Hadits di kelas IV MI Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang. 3. Untuk mengetahui apakah penerapan metode reading guide dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran materi pelajaran Al Qu‟an Hadits di kelas IV MI Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang. D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan Menurut Suharsimi (1996) hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 1996:67). Dengan kata lain hipotesis adalah pernyataan sementara (Black, 2001: 109)
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah "
penerapan metode reading guide mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Al Qur‟an Hadits di kelas IV MI Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang tahun pelajaran 2009/2010” Adapun tolok ukur keberhasilan penelitian tindakan kelas ini apabila: 1. Hasil Belajar Al Qur‟ah Hadits siswa kelas IV MI Sraten Kec. Tuntang Kab. Kab. Semarang tahun pelajaran 2009/2010 setelah menggunakan metode Reading Guide lebih baik daripada sebelum menggunakan metode Reading Guide.
6
2. Hasil belajar materi Al Qur‟ah Hadits siswa kelas IV MI Sraten Kec. Tuntang Kab. Kab. Semarang tahun pelajaran 2009/2010 setelah menggunakan metode Reading Guide mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65, dan banyaknya siswa yang memperoleh nilai 65 ke atas minimal 75%. E. Kegunaan Penelitian 1. Hasil dan temuan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang penggunaan metode reading guide. 2. Sebagai salah satu strategi atau upaya meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Al Qur‟ah Hadits. 3. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran yang dapat memberikan manfaat bagi siswa. 4. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis. 5. Sumbangan pemikiran mengembangkan sistem kegiatan belajar mengajar di sekolah. 6. Menambah wawasan bagi peneliti tentang beberapa metode pembelajaran yang berkembang di dunia pendidikan sekarang ini. 7. Sebagai wawasan bagi pendidikan tentang pentingnya arti model pembelajaran di dunia pendidikan khususnya dunia anak didik. 8. Untuk memotivasi para pakar pendidikan khususnya pelaku pendidikan untuk lebih kreatif dan motivatif dalam memilih suatu metode pembelajaran yang lebih efektif dan efesien dalam mencapai tujuan pendidikan. F. Definisi Operasional Agar tidak menyimpang dari pokok masalah yang menjadi inti dari judul tersebut peneliti memberi batasan sebagai berikut:
7
1. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Al Qur’an Hadits Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata ”upaya” berarti ikhtiyar untuk mencapai suatu maksud atau memecahkan suatu persoalan. Kata "peningkatan" berasal dari kata "tingkat" yang berarti keadaan atau kwalitas yang lebih tinggi. Sedangkan kata "peningkatan" berarti usaha atau proses meningkatkan. Sedangkan kata "hasil" berarti sesuatu yang diadakan oleh suatu usaha. Kata ”materi” berarti sesuatu yang menjadi bahan (untuk dipikirkan atau dibicarakan). Kata pelajaran berasal dari kata "ajar" yang telah dijelaskan di awal. Sedangkan kata pelajaran sendiri berarti sesuatu yang dipelajari. Sedangkan Al Qur‟an adalah kitab suci agama Islam. Adapun Hadits adalah semua perkataan dan perbuatan nabi Muhammad SAW. Namun yang dimaksud di sini adalah bidang studi Al Qur‟an Hadits yang merupakan salah satu bidang studi yang harus dipelajari dalam rangka menyelesaikan pada tingkat tertentu, yang di desain dan di berikan kepada peserta didik yang beragama islam dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan kemampuan membaca dan memahami ayat-ayat suci Al Qur‟an dan Hadits Nabi (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994).. 2. Metode Reading Guide Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata metode berarti cara kerja bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Sedangkan reading guide adalah metode yang digunakan untuk materi yang membutuhkan waktu banyak yang tidak mungkin dijelaskan semua dalam kelas dan untuk mengefektifkan waktu, maka siswa diberi tugas membaca teks yang telah ditentukan oleh guru dan siswa harus mengerjakan dengan menjawab beberapa pertanyaan atau kisi-kisi diberi oleh guru.
8
G. Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini terdiri atas lima bab yang tersusun dengan sistematika sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan, yang meliputi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan, Kegunaan Penelitian, Definisi Operasional, dan Sistematika Penulisan Skripsi. Bab II: Merupakan kajian pustaka yang meliputi Meningkatkan Kemampuan Belajar Siswa, Pelajaran Al Qur‟an Hadits, Metode Reading Guide dan Kerangka Berfikir Bab III: Merupakan laporan penelitian yang meliputi Waktu Pelaksanaan, Tempat Penelitian, Subyek Penelitian, Intrumen Penelitian, Deskripsi Pelaksanaan Siklus I, Deskripsi Pelaksanaan Siklus II dan Deskripsi Pelaksanaan Siklus III Bab IV: Merupakan hasil penelitian meliputi Gambaran Setting Penelitian, Penjelasan per Siklus, Proses Analisis Data, Deskripsi Hasil per Siklus, Pembahasan dan Pengambilan Kesimpulan. Bab V : Merupakan bagian penutup yang meliputi Kesimpulan, Saran-saran dan Penutup.
9
BAB II LANDASAN TEORI A. Belajar 1. Pemahaman Belajar Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingak laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu, individu dan lingkunganya (Usman, 2002: 5). Perubahan tersebut meliputi berbagai ranah salah satunya adalah ranah kognitif dimana pemahaman merupakan bagian didalamnya. Indikator dari pemahaman belajar adalah menjelaskan, mendefinisikan dengan kata-kata sendiri oleh anak didik yang diungkapkan melalui pertanyaan guru (Rusyan, 1989: 22). Paham berarti mengerti dengan benar, sehingga kualitas pemahaman anak satu dengan lain akan berbeda-beda. Ada yang pemhamannya baik ada juga yang pemahamannya cukup atau kurang. Hal ini tentu dipengaruhi banyak faktor. Terdapat hubungan yang erat hasil belajar dengan pemahaman siswa terhadap suatu materi pembelajaran. Hal itu karena hasil suatu proses pembelajaran akan
ditentukan
oleh
pemahaman
siswa
terhadap
materi
pembelajaran tersebut. Siswa yang mapu memahami dengan baik suatu materi pembelajaran dengan sendirinya akan memiliki kekampuan untuk mencapai hasil pembelajaran yang baik, demikian pula sebaliknya. Dengan demikian pemahaman siswa terhadap suatu materi pembelajaran menjadi kunci dari kemampuan siswa mencapai hasil belajar yang baik. Kemampuan belajar tersebut tentu saja berbeda-beda bagi setiap individu. Ada yang memiliki kemampuan yang baik ada juga yang tidak. Hal ini tergantung berbagai faktor yang mempengaruhi.
10
2. Kemampuan Belajar Kemampuan berarti kesanggupan atau kecakapan yang dimiliki oleh seorang anak. Sehingga kemampuan belajar berarti kecakapan seorang anak dalam menguasai materi pembelajaran. Ahli-ahli yang menganut aliran Kognitif berpendapat bahwa belajar adalah peristiwa internal, artinya belajar baru dapat terjadi bila ada kemampuan dalam diri orang yang belajar. Kemampuan tersebut ialah kemampuan mengenal yang disebut dengan istilah kognitif. Berbeda dengan kosep belajar behavioristik, yang sangat mengandalkan pada lingkungan (stimulus), penganut aliran Kognitif memandang orang yang belajar sebagai makhluk yang memiliki potensi untuk memahami obyek-obyek yang berada di luar dirinya (stimulus) dan mempunyai kemampuan untuk melakukan suatu tindakan (respons) sebagai akibat pemahamannya itu. Perubahan dapat terjadi bila ada proses berfikir lebih dahulu dalam diri seseorang, yang kemudian menimbulkan respon berupa tindakan (Yamin, 2005: 118). Dengan demikian pemahaman siswa terhadap suatu materi pembelajaran menjadi kunci dari kemampuan siswa mencapai hasil belajar yang baik. Kemampuan belajar tersebut tentu saja berbeda-beda bagi setiap individu. Ada yang memiliki kemampuan yang baik ada juga yang tidak. Dari uraian teori belajar dapatlah dimengerti bahwa banyak hal yang dapat mempengaruhi belajar seseorang, meliputi: a. Faktor internal siswa, meliputi: 1) Bakat Dasar kepandaiaan dan sifat pembawaan dari lahir yang dimiliki siswa sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa terhadap suatu bidang tertentu.
11
2) Minat Minat
dapat
mempengaruhi
belajar
siswa,
kalau
seseorang
menyenangi dan berminat terhadap matematika maka ia akan berusaha untuk berhasil dalam mengikuti seluruh proses pembelajaran sebaliknya apabila tidak menyenanginya maka ia akan belajar dengan perasaan terpaksa, mengikuti proses pembelajaran hanya sekedar formalitas dan pembelajaran menjadi tidak bermakna. 3) Kemauan belajar. Salah satu tugas guru mengubah yang tidak mau belajar menjadi antusias belajar dan menyenangi pelajaran tersebut. 4) Sikap mental siswa Sikap
mental
siswa
sangat
mempengaruhi
dalan
proses
pembelajaran, sikap mental ini meliputi kematangan sosial emosional siswa dan pengetahuan prasarat yang dimilikinya untuk meningkatkan prestasi belajarnya. b. Faktor Eksternal Siswa 1) Metode Pembelajaran Terdapat kaitan yang erat antara belajar dan pembelajaran. Tujuan utama
pembelajaran
adalah
mendorong
peserta
didik
belajar.
Pembelajaran adalah upaya pengaturan informasi dan lingkungan sedemikian rupa untuk memfasilitasi terjadinya proses belajar pada diri peserta didik. Lingkungan pembelajaran meliputi metode, media, dan peralatan yang diperlukan dalam penyampaian informasi dalam proses pembelajaran. Pengaturan atau pemilihan metode, media, dan peralatan serta informasi dalam proses pembelajaran menjadi tanggung jawab dari
12
guru untuk merancang atau mendesainnya. Dengan demikian, metode pembelajaran adalah bagian dari proses pembelajaran yang merupakan langkah-langkah
taktis
bagi
guru
dalam
pelaksanaan
kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan. 2) Kepribadian guru. Kepribadian guru sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran siswa. Guru menurut tokoh pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantoro, dihadapan mata anak harus dapat menjadi suri tauladan yang baik, ditengah aktivitas dengan siswa dapat membangun keinginan dan minat siswa untuk belajar dan dibelakang layar mampu memberdayakan siswanya untuk belajar lebih baik. 3) Lingkungan belajar. Lingkungan belajar siswa sangat mendukung keberhasilan proses pembelajaran, jika lingkungan belajar siswa tertata dengan baik maka proses pembelajaran akan dapat berlangsung dengan baik, agar lingkungan pembelajaran dapat mendukung usahakan: a) Suasana pembelajaran memberi kesempatan siswa untuk melakukan penelitian b) Bersikap yang tidak berlebihan (wajar) jika mendapatkan jawaban yang tidak benar dari siswa c) Meningkatkan kompetensi keguruan dari guru agar keberhasilan siswa dalam belajar meningkat Sedangkan menurut BS Bloom sebagaimana dikutip Martinis Yamin mengatakan:
13
a. Jika peserta didik dikelompokkan berdasarkan tingkat kemampuannya untuk beberapa mata pelajaran dan diajar sesuai dengan karakteristik mereka maka sebagian besar dari mereka akan mencapai ketuntasan. b. Apabila proses pembelajaran dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur maka semua peserta didik akan mampu menguasai semua bahan yang disajikan
kepadanya.
Sehingga
belajar
tuntas
membutuhkan
proses
pembelajaran yang sistematis, terstruktur berkesinam-bungan untuk mencapai kompetensi yang disyaratkan (Yamin, 2005: 133). Dari berbagai teori yang disuraikan di atas maka jelaslah banyak sekali yang harus diperhatikan oleh guru dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam mencapai hasil belajar yang baik. Banyak faktor yang mempengaruhi sehingga seorang guru harus pandai dalam menentukan langkah-langkah yang tepat guna mencapai hasil yang memuaskan. 3. Hasil Belajar Mengapa manusia harus belajar? Mungkin itu pertanyaan yang jarang kita dengar karena dianggap pertanyaan yang mudah. Namun demikian tidak semua manusia memahami falsafah yang mendasarinya. Manusia adalah makhluk yang istimewa. Hal ini secara jelas tersurat dalam al Qur'an surah at Tiin: 5
Artinya: Sesungguhnya kami jadikan manusia sebaik- baik kejadian. Kemampuan belajar dan mengolah informasi pada manusia merupakan ciri penting yang membedakan manusia dengan makhluk lain (Yamin, 2005:104). Belajar merupakan suatu proses yang berkelanjutan untuk mengembangkan potensi diri seseorang. Proses belajar diperlukan untuk dapat mengembangkan
14
kemampuan seseorang secara optimal. Proses belajar pada diri seseorang mengandung tiga proses simultan. Pertama, proses untuk mendapatkan perolehan sesuatu dari informasi baru. Hal yang diperoleh dari informasi baru sering merupakan pengganti atau perbaikan atas pengetahuan sebelumnya. Kedua, proses tranformasi pengetahuan yang diperoleh disesuaikan dengan kebutuhan atau tugas. Dalam proses ini terjadi analisis atas informasi lalu diubah dalam bentuk lain seperti simbol-simbol. Ketiga, proses evaluasi. Dalam proses ini terjadi penilaian apakah transformasi yang dilakukan sudah sesuai dengan kebutuhan atau tugas yang akan dihadapi. Proses belajar pada dasarnya adalah proses simultan dari ketiga hal tersebut Akibat terjadinya proses belajar pada diri seseorang adalah terjadinya perubahan perilaku yang dapat mencakup kawasan (domain) kognitif, afektif maupun psikomotorik. Perubahan perilaku sebagai akibat terjadinya proses belajar disebut hasil belajar atau prestasi belajar. Hasil belajar tidah hanya satu macam saja, kan tetapi ada bermacam- macam. Menurut Gegne dengan tujuan yang bermacam-macam itu untuk mempelajari macam- macam itu diperlukan kondisi belajr tertentu yang khusus untuk mencapai hasil belajr yang diharapkan (Nasution, 2008:63). Belajar akan membawa perubahan bila orang yang belajar bebas menentukan bahan pelajaran dan cara yang dipakai untuk mempelajarinya. Dengan demikian pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya. Tentu saja kebebasan yang dimaksud tidak keluar dari kerangka belajar. Pembelajaran yang bersifat humanistik ini mungkin sukar menerapkannya secara penuh, mengingat kondisi sosial dan budaya yang tidak menunjang.
15
Setidaknya guru yang humanis atau siapapun guru tersebut dengan konsep humanistik dapat memberikan layanan belajar yang menyenangkan bagi murid, sedangkan bahan belajar tetap berasal dari kurikulum yang berlaku, hanya gayagaya mengajar dengan penuh tekanan dan ancaman dapat dikurangi bahkan dihilangkan. Secara
sederhana
prestasi
belajar
adalah tingkat
pengetahuan,
keterampilan, atau capaian yang diperoleh peserta didik untuk bidang studi tertentu. Prestasi belajar seperti itu diukur melalui tes. Tes semacam itu bukan hanya
untuk
mengukur
kemampuan
individual
melainkan
juga
untuk
mengevaluasi keefektifan suatu program pembelajaran. Tes biasa dilakukan setelah peserta didik mengikuti suatu program pembelajaran. Oleh karena itu, skor yang diperoleh dari tes seperti itu cenderung sebagai akibat dilakukannya proses pembelajaran bukan karena pengaruh tingkat intelegensi. Dari skor tersebut dapat diperoleh informasi tentang pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh siswa. Dengan
demikian,
prestasi
belajar
memiliki
fungsi
untuk
memperlihatkan sejauh mana peserta didik mampu menampilkan keterampilan tertentu atau dengan kata lain memiliki fungsi untuk mengukur capaian kompetensi tertentu. Prestasi belajar juga dapat berfungsi untuk memberikan rangsangan belajar, di samping fungsi yang lain lagi yakni untuk dijadikan petunjuk seberapa jauh telah terjadi peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya. Hasil belajar siswa harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian standar kompetensi yang ditetapkan secara nasional. Penilaian pencapaian kompetensi siswa harus dilakukan secara komprehensif selama proses pembelajaran
16
berlangsung antara lain melalui ujian/ulangan harian, mingguan, bulanan atau akhir semester. Hasil pencapaian kompetensi siswa perlu dianalisis secara berkesinambungan, yang hasilnya digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan program tindak lanjut berupa program pembelajaran remidial atau program pengayaan. Penggunaan sistem penilaian berkelanjutan diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan secara menyeluruh. Hal ini dapat diartikan bahwa setiap peserta didik harus belajar tuntas untuk mencapai kompetensi yang diharapkan (Yamin; 2005, 127-113). B. Pelajaran Al Qura’an Hadits 1. Makna Pelajaran Al Qur’an Hadits Al-Qur‟an dan Hadits merupakan dua sumber ajaran Islam dan pedoman hidup bagi umat Islam. Keduanya mengajarkan prinsip-prinsip dan tata aturan kehidupan yang harus dijalankan oleh umatnya, tidak hanya terkait dengan tata hubungan manusia dengan Rabbnya (Hablun minallah) tetapi juga tata aturan dalam kehidupan dengan sesama manusia (Hablun minannas). Al-Qur‟an merupakan wahyu, kalam atau firman Allah yang mengandung ajaran untuk dijadikan pedoman dan tuntunan dalam tata nilai kehidupan umat manusia dan seluruh alam, karena pada dasarnya al-Qur‟an diturunkan sebagai rahmat bagi alam semesta. Ajarannya berlaku sepanjang masa, sejak diturunkan hingga hari kiamat. Kebenaran yang terkandung di dalamnya tidak dapat diragukan lagi, karena Allah sendiri yang akan menjaganya. Allah berfirman di dalam al-Qur‟an surat al-Hijr ayat 9:
17
Artinya: Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan adz-Dzikr (al-Qur’an) dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” Ayat ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian AlQuran selama-lamanya.
Walaupun demikian umat
Islam harus tetap
berkewajiban untuk menjaga kemurnian Al-Quran. Di antara upaya untuk menjaga kemurnian Al-Quran adalah dengan cara membaca dan menghafalnya, sebagaimana yang pernah ditempuh oleh para sahabat Nabi. Urusan yang mulia tersebut dilakukan oleh pesantren dan juga lembaga pendidikan Islam, baik yang formal ataupun non-formal. Ini semakin penting, apalagi di masa sekarang di mana kondisi masyarakat yang semakin jarang mengamalkan nilai-nilai AlQuran. Sehingga pesantren dan lembaga pendidikan Islam memegang peranan penting dalam menanamkan nilai-nilai keislaman kepada pemeluknya. Sebagai sumber utama dalam Islam, al-Qur`an memiliki posisi istimewa bagi kaum Muslimin baik dalam struktur keimanan (teologis) maupun dalam rumusan kehidupan (sosial) mereka. Secara teologis, ini berkaitan dengan hakikat al-Qur`an itu sendiri yang merupakan kalam Allah (wahyu) yang disampaikan kepada manusia melalui Nabi-Nya, Muhammad SAW, sebagai pedoman dan petunjuk (hudan) dalam mengarungi kehidupan ini. Implikasinya, secara sosiologis, al-Qur`an menjadi sumber nilai, norma, hukum, paradigma dan inspirasi bagi seorang Muslim dalam mengkonstruk bangunan hidup dan kehidupannya, kapanpun dan di manapun sebagai wujud dari sifat al-Qur`an yang rahmatan li al-’alamin. Allah menurunkan al-Qur'an kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada umat manusia. Al-Qur'an merupakan petunjuk kehidupan yang bersifat universal, yang dapat membedakan antara benar dan salah, baik
18
dan buruk, halal dan haram serta sebagai landasan dan pegangan hidup bagi manusia baik secara pribadi, keluarga, masyarakat ataupun bangsa di dunia bahkan di akhirat. Al-Qur'an adalah kitab Allah yang terakhir, sumber esensi bagi Islam yang pertama dan utama serta kitab kumpulan dari firman-firman Allah SWT. Al-Qur'an merupakan petunjuk jalan yang lurus, yang mengikat, sebagai pedoman hidup yang telah diridhoi Allah untuk para hamba-Nya. Hal ini sesuai dengan Firman Allah dalam surat Al-Israa‟ ayat 9
Artinya: “Sesungguhnya al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mu’min yang mengerjakan amal sholeh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar”. Al-Quran adalah kitab petunjuk, demikian hasil yang kita peroleh dari mempelajari sejarah turunnya. Ini sesuai pula dengan penegasan Al-Quran: Petunjuk bagi manusia, keterangan mengenai petunjuk serta pemisah antara yang hak dan batil. (QS 2:185)
ۗ
ۚ ۖ .
19
Artinya: (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur Pengajaran Al-Quran pada anak merupakan dasar pendidikan Islam pertama yang harus diajarkan. Ketika anak masih berjalan pada fitrohnya, yaitu jalan yang terbuka untuk mendapatkan cahaya hikmah yang terpendam didalam Al-Quran, itu akan lebih mudah dalam menerima dan memahami isi Al-Quran. Karena pada usia ini anak masih dalam masa pertumbuhan baik fisik maupun kecerdasannya. Setelah mengetahui pentingnya mempelajari Al-Quran maka dalam menentukan model dan metode pembelajaran harus tepat karena dengan model dan metode pembelajaran yang baik, siswa akan lebih mudah dalam memahami materi dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, serta karakteristik siswa yang
senang
terhadap
pembelajaran
yang
menarik,
menyenangkan,
mengajaknya untuk aktif bergerak baik mental maupun fisik, sehingga pembelajaran tidak membosankan. Kemampuan profesional seorang guru teruji oleh kemampuan menguasai berbagai macam model dan metode pembelajaran. Dalam model pembelajaran klasikal guru dapat menggunakan berbagai macam metode pembelajaran. Dengan berbagai macam metode yang digunakan akan
20
mempermudah siswa untuk memahami materi yang disampaikan oleh guru dalam proses pembelajaran.. Hadits merupakan sumber penting kedua setelah al-Qur‟an. Fungsi dari Hadits sebagai penjelas dari apa-apa yang terdapat di dalam al-Qur‟an. Hadits merupakan segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam, baik perkataan, perbuatan, taqrir (persetujuan) ataupun sifat darinya. Hadits shohih (benar/asli) yang berasal dari Rosulullah sendiri juga tidak diragukan kebenarannya, karena segala perkataan, perbuatan, taqrir (persetujuan) ataupun sifatnya bukan berasal dari hawa nafsu dirinya, melainkan semuanya berasal dari wahyu Allah. Hal ini telah dijelaskan di dalam al-Qur‟an surat an-Najm ayat 3-4, Allah berfirman
: Artinya “Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapan itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan( kepadanya).” Al-hadits didefinisikan oleh pada umumnya ulama --seperti definisi AlSunnah-- sebagai "Segala sesuatu yang dinisbahkan kepada Muhammad saw., baik ucapan, perbuatan dan taqrir (ketetapan), maupun sifat fisik dan psikis, baik sebelum beliau menjadi nabi maupun sesudahnya." Ulama ushul fiqh, membatasi pengertian hadis hanya pada "ucapan-ucapan Nabi Muhammad saw. yang berkaitan dengan hukum"; sedangkan bila mencakup pula perbuatan dan taqrir beliau yang berkaitan dengan hukum, maka ketiga hal ini mereka namai Al-Sunnah. Pengertian hadis seperti yang dikemukakan oleh ulama ushul tersebut, dapat dikatakan sebagai bagian dari wahyu Allah SWT yang tidak
21
berbeda dari segi kewajiban menaatinya dengan ketetapan-ketetapan hukum yang bersumber dari wahyu Al-Quran. (Syihab, 2008) Al-Quran menekankan bahwa Rasul saw. berfungsi menjelaskan maksud firman-firman Allah (QS 16:44)
ۗ
.
Artinya: keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan Penjelasan atau bayan tersebut dalam pandangan sekian banyak ulama beraneka ragam bentuk dan sifat serta fungsinya. Al-Qur‟an Hadits adalah bagian dari mata pelajaran pendidikan agama Islam yang memberikan pendidikan untuk memahami dan mengamalkan alQur‟an
sehingga
mampu
membaca
dengan
fasih,
menerjemahkan,
menyimpulkan isi kandungan, menyalin dan menghafal ayat-ayat terpilih serta memahami dan mengamalkan hadis-hadis pilihan sebagai pendalaman dan perluasan bahan kajian dari pelajaran Qur‟an Hadits di sekolah. Fungsi mata pelajaran Qur‟an Hadits adalah untuk mengarahkan pemahaman dan penghayatan pada isi yang terkandung dalam al-Qur‟an dan Hadits yang diharapkan dapat diwujudkan dalam kehidupan seharihari, yaitu perilaku yang memancarkan iman dan taqwa kepada Allah SWT sesuai dengan tuntutan Al Qur‟an Hadits. Sedangkan tujuan dari mata pelajaran Qur‟an Hadits adalah siswa dapat memahami, meyakini dan mengamalkan isi kandungan ajaran Qur‟an dan Hadits serta mampu dan bersemangat untuk membaca serta menghafalkan Qur‟an dengan fasih dan benar. Adapun tujuan lainnya adalah:
22
a. Memelihara kitab suci dan membacanya serta memperhatikan isinya, untuk menjadi petunjuk dan pelajaran bagi kita dalam kehidupan di dunia. b. Mengingat hukum agama yang termaktub dalam Al-Qur‟an serta menguatkan keimanan dan mendorong untuk berbuat kebaikan dan menjauhi kejahatan. c. Mengharapkan keridlaan Allah SWT dengan menganut I‟tikad yang sah dan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. d. Menanam akhlak yang mulia dengan mengambil suri tauladan dengan baik dari riwayat-riwayat yang termaktub dalam Al-Qur‟an. e.
Menanam perasaan keagamaan dalam hati dan menumbuhkannya sehingga bertambah tetap keimanannya dan bertambah dekat hati kepada Allah SWT. Tujuan pembelajaran berkenaan dengan hasil belajar. Oleh sebab itu
isi tujuan harus mengandung berbagai hasil belajar. Hasil belajar dibedakan menjadi tiga kategori yakni kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar kognitif berkenaan dengan aspek intelektual seperti pengenalan, pemahaman, aplikasi analisis, sintesis dan evaluasi. Sedang hasil belajar afektif berkenaan dengan sikap, nilai, minat, perhatian dan lain- lain. Dan hasil belajar psikomotorik pada umumnya menyangkut kegiatan praktek. Pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam aspek kognitif meliputi seluruh materi pembelajaran yaitu al qur‟an, keimanan, fiqih, ibadah, akhlak dan tarikh. Aspek afektif sangat dominan pada materi pembelajaran akhlak dan aspek psikomotorik dan pengamalan sangat dominan pada materi ibadah dan membaca Al Qur‟an. Ruang lingkup evaluasi Pendidikan Agama Islam mencakup keluasan, kedalaman dan pengamalan. Kedalaman pada evaluasi pembelajaran pendidikan
23
agama islam dimaksudkan pada pada tercapainya tiga ranah, kognitif, afektif dan
psikomotorik.
Karena
tujuan
Pendidikan
Agama
Islam
adalah
penyempurnaan akhlakul karimah, maka bobot evaluasi Pendidikan Agama Islam dapat diatur: Kognitif (30%), Afektif (30%) dan Psikomotorik (40%). Pada pembelajaran Al Qur‟an Hadits aspek yang ingin dicapai adalah pada aspek kognitif dan psikomotorik, akan tetapi dominasinya terletak pada aspek psikomotor. Ini bisa dilihat pada tekhnik tes yang digunakan dalam pembelajaran Al Qur‟an Hadits yaitu tekhnik non tes/ tes psikomotor yang terdiri dari menirukan, lancar dan fasih. Kemampuan membaca Al Qur‟an yang hendak dicapai misalnya pada siswa MI mulai kelas IV diarahkan pada penguasaan membaca Al Qur‟an dengan penerapan tajwidnya. Artinya siswa pada tahap ini dipandang layak untuk menerapkan serta menguasai kemampuan membacanya dengan lancar dan fasih sesuai dengan aturan- aturan bacaannya walaupun pada taraf pengenalan. Pencapaian ke arah tujuan penguasaan kemampuan Membaca Al Qur‟an itu didukung dengan sifat- sifat materi pelajaran, yang tidak hanya penguasaan/ mengingat terhadap fakta- fakta mengenai hukum membaca Al Qur‟an (tajwid), akan tetapi dikembangkan juga melalui penelaahan secara tepat pada bacaan/ ayat- ayat tertentu dalam Al Qur‟an. Kemampuan motorik siswa yang dituntut untuk dikembangkan melalui materi pelajaran Al Qur‟an Hadits ini. Dikembangkan melalui latihan membaca al qur‟an dengan menerapkan tajwid yang benar sehingga nantinya siswa mampu membaca Al Qur‟an dengan lancar dan fasih. Proses belajar–mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan peserta didik atas dasar hubungan timbal balik
24
yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk lebih memahami pengertian kualitas pembelajaran atau belajarmengajar, ada baiknya kita uraikan terlebih dahulu istilah masing-masing pengertian di atas. Kualitas berarti tingkat baik buruknya sesuatu (kadar), derajat atau taraf kepandaian, kecakapan, mutu. Sedangkan pembelajaran merupakan upaya mengorganisasikan lingkungan untuk menciptakn kondisi belajar bagi peserta didik Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses intetaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dalam diri individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan. Al Qur‟an Hadits adalah merupakan salah satu bidang studi yang harus dipelajari dalam rangka menyelesaikan pada tingkat tertentu, yang di desain dan di berikan kepada peserta didik yang beragama islam dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan kemampuan membaca dan memahami ayat-ayat suci Al Qur‟an dan Hadits Nabi. Dengan demikian yang dimaksud dengan kualitas pembelajaran Qur‟an hadits adalah apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam pembelajaran Qur‟an Hadits, dan terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik. 2. Materi Pelajaran Al Qur’an Hadits Mempelajari al Qur'an dan hadits merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Hal ini karena keduanya adalah sumber utama bagi ajaran agama Islam. Sehingga hampir mustahil seorang muslim dapat menjalankan agamanya
25
dengan baik tanpa mempelajari al Qur'an dan hadits. Karena al Qur'anlah yang menjadi pembeda antara yang benar dan salah. Sebagaimana firmanNya dalam QS Al. Baqarah: 185
Artinya: (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Sedangkan yang akan menjadi pembahasan penulis kali ini adalah pelajaran Al Qur'an hadits yang merupakan salah satu mata pelajaran dalam kurikulum Madrasah Ibtiaiyyah. Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah terdiri atas empat mata pelajaran,
yaitu: al-Qur‟an-Hadits, Aqidah-akhlak, fiqh, dan tarikh
(sejarah) kebudayaan Islam. Masing-masing mata pelajaran tersebut pada dasarnya saling terkait, isi mengisi dan melengkapi. Al-Qur‟an-Hadis merupakan sumber utama ajaran Islam, dalam arti ia merupakan sumber akidah-akhlak, syari‟ah/fikih (ibadah, muamalah), sehingga kajiannya berada di setiap unsur tersebut. Akidah (ushuluddin) atau keimanan merupakan akar atau pokok agama. Syariah/fikih (ibadah, muamalah) dan akhlak bertitik tolak dari akidah, yakni sebagai manifestasi dan konsekuensi dari aqidah (keimanan dan keyakinan hidup). Syari‟ah/fikih merupakan sistem norma (aturan) yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia dan dengan makhluk lainnya. Akhlak merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian hidup manusia, dalam arti bagaimana sistem norma yang mengatur hubungan
26
manusia dengan Allah (ibadah dalam arti khas) dan hubungan manusia dengan manusia dan lainnya (muamalah) itu menjadi sikap hidup dan kepribadian hidup manusia dalam menjalankan sistem kehidupannya (politik, ekonomi, sosial, pendidikan, kekeluargaan, kebudayaan/seni, iptek, olahraga/kesehatan, dan lain-lain) yang dilandasi oleh akidah yang kokoh. Sedangkan tarikh (sejarah) kebudayaan Islam merupakan perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa dalam usaha bersyariah (beribadah dan bermuamalah) dan berakhlak serta dalam mengembangkan sistem kehidupannya yang dilandasi oleh akidah. Pendidikan agama Islam (PAI) di Madrasah Ibtidaiyah yang terdiri atas empat mata pelajaran tersebut memiliki karakteristik sendiri-sendiri. AlQur‟an-Hadis, menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar, memahami makna secara tekstual dan kontekstual, serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari. Aspek akidah menekankan pada kemampuan memahami dan mempertahankan keyakinan/keimanan yang benar serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai al-asma’ al-husna. Aspek Akhlak menekankan pada pembiasaan untuk melaksanakan akhlak terpuji dan menjauhi akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Aspek Fikih menekankan pada kemampuan cara melaksanakan ibadah dan muamalah yang benar dan baik. Sedangkan aspek Tarikh & kebudayaan Islam menekankan pada kemampuan mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, ipteks dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
27
Mata pelajaran Al-Qur‟an-Hadits di Madrasah Ibtidaiyah adalah salah satu mata pelajaran PAI yang menekankan pada kemampuan membaca dan menulis al-Qur‟an dan hadits dengan benar, serta hafalan terhadap suratsurat pendek dalam al-Qur‟an, pengenalan arti atau makna secara sederhana dari surat-surat pendek tersebut dan hadits-hadits tentang akhlak terpuji untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari melalui keteladanan dan pembiasaan. Hal ini sejalan dengan misi pendidikan dasar adalah untuk: (1) pengembangan potensi dan kapasitas belajar peserta didik, yang menyangkut: rasa ingin tahu, percaya
diri,
ketrampilan
berkomunikasi
dan
kesadaran
diri;
(2)
pengembangan kemampuan baca-tulis-hitung dan bernalar, ketrampilan hidup, dasar-dasar keimanan dan ketaqwaan terhadan Tuhan YME; serta (3) fondasi bagi pendidikan berikutnya. Di samping itu, juga mempertimbangkan perkembangan psikologis anak, bahwa tahap perkembangan intelektual anak usia 6-11 tahun adalah operasional konkrit (Piaget). Peserta didik pada jenjang pendidikan dasar juga merupakan masa social imitation (usia 6 - 9 tahun) atau masa mencontoh, sehingga diperlukan figur yang dapat memberi contoh dan teladan yang baik dari orang-orang sekitarnya (keluarga, guru dan temanteman sepermainan), usia 9 – 12 tahun sebagai masa second star of individualisation atau masa individualisasi, dan usia 12-15 tahun merupakan masa social adjustment atau penyesuaian diri secara sosial. Secara substansial mata pelajaran Al-Qur‟an-Hadits memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mencintai kitab sucinya, mempelajari dan mempraktikkan ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur‟anHadits sebagai sumber utama ajaran Islam dan sekaligus menjadi pegangan dan pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari.
28
Mata pelajaran Al-Qur‟an-Hadits di MI bertujuan untuk: 1. Memberikan kemampuan dasar kepada peserta didik dalam membaca, menulis, membiasakan, dan menggemari membaca al-Qur‟an dan Hadits; 2. Memberikan pengertian, pemahaman, penghayatan isi kandungan ayatayat al-Qur‟an-Hadits melalui keteladanan dan pembiasaan; 3. Membina dan membimbing perilaku peserta didik dengan berpedoman pada isi kandungan ayat al-Qur‟an dan al-Hadits Ruang lingkup mata pelajaran al-Qur‟an-Hadits di Madrasah Ibtidaiyah meliputi: 1. Pengetahuan dasar membaca dan menulis al-Qur‟an yang benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid 2. Hafalan surat-surat pendek dalam al-Qur‟an, dan pemahaman sederhana tentang arti dan makna kandungannya serta pengamalannya melalui keteladanan dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Pemahaman dan pengamalan melalui keteladanan dan pembiasaan mengenai
hadits-hadits
yang
berkaitan dengan kebersihan,
niat,
menghormati orang tua, persaudaraan, silaturahim, taqwa, menyayangi anak yatim, salat berjamaah, ciri-ciri orang munafik dan amal shaleh Adapun Standar Kompetensi Lulusan pelajaran Al Qur‟an Hadits untuk Madrasah Ibtidaiyah adalah: a. Membaca, menghafal, menulis, dan memahami surat-surat pendek dalam al-Qur‟an surat al-Fatihah, an-Nas sampai surat ad-Duha b. Menghafal, memahami arti, dan mengamalkan hadits-hadits pilihan tentang akhlak, dan amal saleh.
29
Penyusunan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) , Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran Al-Qur‟an-Hadits di Madrasah Ibtidaiyah ini dilakukan dengan cara mempertimbangkan dan mereview
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006
tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, terutama pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam aspek al-Qur‟an dan Hadits untuk SMP/MTs, serta memperhatikan Surat Edaran Dirjen Pendidikan Islam Nomor: DJ.II.1/PP.00/ED/681/2006 , tanggal 1 Agustus 2006, Tentang Pelaksanaan Standar Isi, yang intinya bahwa Madrasah dapat meningkatkan kompetensi lulusan dan mengembangkan kurikulum dengan standar yang lebih tinggi (Depag; 2008) Adapun standar kompetensi Al Qur‟an Hadits kelas IV adalah sebagai berikut: KLS/
STANDAR
KOMPETENSI
SEM
KOMPETENSI
DASAR Membaca surat al-„Adiyat dan surat al-Insyirah secara benar
IV /
1. Menghafal surat-surat
1
dan fasih
pendek secara benar dan fasih
1.
Memahami arti surat – surat pendek
2.
Memahami kaidah ilmu tajwid
1.2.
Menghafalkan surat al-„Adiyat secara benar dan fasih
2.1
Mengartikan surat An-Nashr dan surat Al-Kautsar
2.1.
Memahami isi kandungan surat An-Nashr dan AlKautsar secara sederhana
3.1
Memahami hukum bacaan idhar halqi dan ikhfa‟ haqiqi
30
KLS/
STANDAR
KOMPETENSI
SEM
KOMPETENSI
DASAR 3.2
Menerapkan hukum bacaan idhar halqi dan ikhfa‟ haqiqi
4. IV / 2
Memahami arti surat pendek dan hadits tentang Niat,
4.1
4.2
Mengartikan surat Al-Lahab
Menjelaskan isi kandungan surat Al-Lahab secara sederhana
Silaturahim 5.1.
Menjelaskan isi kandungan hadits tentang niat secara sederhana
5. Menerapkan kaidahkaidah ilmu tajwid
5.1. Menjelaskan isi kandungan tentang silaturrahim hadits secara sederhana
6.1.
Memahami hukum bacaan idgham bighunnah,idgham bilaghunnah, dan iqlab
6. Menerapkan kaidahkaidah ilmu tajwid
6.2.
Menerapkan hukum bacaan idgham bighunnah, idgham bilaghunnah, dan iqlab
. C. Metode Reading Guide 1. Metode Pembelajaran Di masa lalu pengajaran dipandang sebagai proses mengisi otak dengan pengetahuan. Sejalan dengan pandangan tersebut, metode yang digunakan guru hanya berpusat pada metode ceramah. Lahirnya teori-teori baru yang menjelaskan karakteristik belajar membawa perubahan pada watak pengajaran dan memunculkan berbagai metode mangajar (Suparta, 1998: 159). Metode pendidikan adalah semua cara yang digunakan dalam upaya mendidik. Kata metode di sini diartikan secara luas. Karena mengajar adalah
31
salah satu bentuk upaya mendidik, maka metode yang dimaksud di sini mencakup juga metode mengajar. Ada banyak metode mengajar dalam literatur pendidikan baik secara umum maupun khusus pendidikan Islam. Disebut metode umum karena metode tersebut digunakan untuk mengajar pada umumnya. Metode-metode pangajaran umum tersebut bisa saja digunakan untuk mengajarkan ilmu pendidikan Islam untuk memperkaya metode pendidikan Islam (Tafsir; 1998: 131). Seorang guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid, sehingga dalam situasi belajar mengajar siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme serta penuh partisipasi, maka diperlukan adanya variasi metode yang dipakai. Ketrampilan mengadakan variasi ini bertujuan untuk (Usman; 2003: 84): a. Menimbulkan dan membangkitkan perhatian siswa kepada aspek belajar mengajar yang relevan. b. Membarikan kesempatan bagi perkembangan bakat ingin mengetahui dan menyelidiki pada siswa. c. Memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik. d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pelajaran yang disenanginya. Kajian tentang metode pembelajaran secara akademis telah dikembangkan sejak 2500 tahunan yang lalu. Seorang filosof bernama Plato yang hidup sekitar 427-347 sebelum Nabi Isa lahir dengan metode pembelajarannya ”dialougue” atau sekarang dikenal dengan metode diskusi.
32
Perkataan metode pembelajaran atau intructional method berasal dari bahasa Yunani yaitu metha dan hodos. Metha berarti dibalik atau di belakang hodos berarti melalui atau jalan (Rasyad; 2003:100) Plato sendiri memberikan definisi pembelajaran adalah mengasuh jasmani dan rohani supaya sampai kepada keindahan dan kesempurnaan yang telah dicapai (Yunus; 1999: 5). Dalam dunia pendidikan, method diartikan sebagai a plan, or series of activitie designed to achieves a particular education goal. Jadi, dengan demikian metode pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dari pengertian di atas, ada dua hal yang perlu dicermati, yakni: pertama, metode pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Kedua, metode disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian, penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar, semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Oleh sebab itu, sebelum menentukan strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya, sebab tujuan adaah rohnya dalam implementasi suatu strategi (Sanjaya; 2008: 124-127) Dalam konteks pengajaran, metode dimaksudkan sebagai daya upaya guru dalam mengciptakan proses mengajar, agar tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dapat tercapai dan berhasil guna. Guru dituntut memiliki
33
kemampuan mengatur secara umum komponen-komponen pembelajaran sedemikian rupa, sehingga terjalin keterkaitan fungsi antara komponen pembelajaran yang dimaksud. Penggunaan metode pembelajaran sangat perlu karena untuk mempermudah proses pembelajaran sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. Tanpa strategi yang jelas, proses pembelajaran tidak akan terarah, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sulit tercapai secara optimal, dengan kata lain pembelajaran tidak dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Metode pembelajaran sangat berguna, baik bagi guru maupun siswa. Bagi guru, metode dapat dijadikan pedoman dan acuan bertindak yang sistematis dalam pelaksanaan pembelajaran. Bagi siswa penggunaan pembelajaran
metode
pembelajaran
(mempermudah
dan
dapat
mempermudah
mempercepat
proses
memahami
isi
pembelajaran), karena setiap metode pembelajaran dirancang untuk mempermudah proses belajar siswa. Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru. Ketika kita berpikir informasi dan kemampuan apa yang harus dimiliki oleh siswa, maka pada saat itu juga kita semestinya berpikir strategi apa yang harus dilakukan agar semua itu dapat tercapai secara efektif dan efisien. Ini sangat penting untuk dipahami, sebab apa yang harus dicapai akan menentukan bagaimana cara mencapainya. Oleh karena itu, sebelum menentukan metode pembelajaran yang dapat digunakan, ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan. a. Pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai
34
b. Pertimbangan
yang
berhubungan
dengan
bahan
atau
materi
pembelajaran c. Pertimbangan dari sudut siswa d. Pertimbangan lain yang dapat dipertimbangkan Untuk mencapai tujuan yang berhubungan dengan aspek kognitif akan memiliki strategi yang berbeda dengan upaya untuk mencapai tujuan afektif atau psikomotor. Demikian juga halnya, untuk mempelajari bahan pelajaran yang bersifat fakta akan berbeda dengan mempelajari bahan pembuktian suatu teori, dan lain sebagainya. Prinsip umum penggunaan metode pembelajaran adalah bahwa tidak semua strategi pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan dan semua keadaan. Guru harus mampu memilih metode yang dianggap cocok dengan keadaan. Oleh sebab itu, guru perlu memahami prinsipprinsip umum penggunaan metode pembelajaran sebagai berikut : a. Berorientasi pada tujuan Dalam sistem pembelajaran, tujuan merupakan komponen yang utama. Segala aktivitas guru dan siswa mestilah diupayakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Ini sangat penting, sebab mengajar adalah proses yang bertujuan. Oleh karenanya keberhasilan suatu strategi pembelajaran dapat ditentukan dari keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran. b. Aktivitas Belajar Belajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mendorong
35
aktivitas siswa. Aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental. Guru sering lupa dengan hal ini. Banyak guru yang terkecoh oleh sikap siswa yang berpura-pra aktif padahal sebenarnya tidak. c. Individualitas Mengajar Belajar adalah usaha mengembangkan setiap individu siswa. Walaupun kita mengajar pada sekelompok siswa, namun pada hakikatnya yang ingin kita capai adalah perubahan perilaku setiap siswa. Sama seperti seorang dokter, guru dikatakan profesional manakala ia menangani siswa yang berhasil mencapai tujuan pembelajaran. d.
Integritas Mengajar Belajar harus dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh pribadi siswa. Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, akan tetapi juga mengembangkan aspek afektif dan psikomotor. Oleh karena itu strategi pembelajaran harus mampu mengembangkan seluruh aspek kepribadian siswa secara terintegrasi. Penggunaan metode diskusi, contohnya, guru harus dapat merancang strategi pelaksanaan. Diskusi tidak hanya terbatas pada aspek intelektual saja, tetapi berkembang secara keseluruhan (Sanjaya; 2008: 129-131) Metode belajar mengajar secara keseluruhan dapat digolongkan sebagai berikut : a. Konsep dasar metode belajar mengajar Konsep dasar metode belajar mengajar meliputi : 1) Menerapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku.
36
2) Menentukan pilihan berkenaan dengan pendekatan terhadap masalah
belajar mengajar, dan memilih prosedur, metode, dan tehnik belajar mengajar 3) Normal dan kriteria keberhasilan kegiatan belajar mengajar
b. Sasaran kegiatan belajar mengajar Setiap kegiatan belajar mempunyai sasaran dan tujuan. Tujuan itu bertahap dan berjenjang mulai dari yang operasional dan konkrit, yakni tujuan instruksional khusus dan tujuan instruksional umum, tujuan kurikuler, tujuan nasional sampai kepada tujuan yang bersifat universal. Persepsi guru atau persepsi anak didik mengenai sasaran akhir kegiatan belajar mengajar mempengaruhi tujuan yang akan dicapai. c. Belajar mengajar sebagai suatu sistem Belajar mengajar sebagai suatu sistem instruksional mengacu pada pengertian sebagai perangkat komponen yang saling bergantung antara satu dan lainnya untuk mencapai tujuan. Sebagai suatu sistem belajar mengajar meliputi sejumlah komponen antara lain : tujuan, bahan, siswa, guru, metode, situasi, dan evaluasi. c. Hakekat proses belajar mengajar. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman pelatihan. Artinya tujuan kegiatan belajar mengajar ialah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, bahwa meliputi segenap aspek pribadi kegiatan belajar mengajar seperti mengorganiasikan pengalaman belajar, menilai proses dan hasil belajar, termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru.
37
e. Entering behaviour siswa Yang dimaksud di sini adalah hasil kegiatan belajar mengajar yang tercermin dalam perubahan tingkah laku, baik material, substansial, struktural-fungsional, maupun behavioural. Yang dipersoalkan adalah kepastian bahwa tingkat prestasi yang dicapai siswa itu adalah benar merupakan hasil kegiatan yang bersangkutan (Ahmadi dan Prasetyo;1997: 22). f. Pola-pola belajar siswa Gagne menggolongkan pola-pola belajar siswa kedalam delapan tipe dimana yang satu merupakan pra syarat bagi yang lainnya yang lebih tinggi tingkatnya. Kedelapan tipe tersebut adalah : 1) Signal learning (belajar isyarat) 2)Stimulus respon learning (belajar rangsangan tanggapan) 3) Chaining (mempertautkan) 4) Discrimation learning (belajar membedakan) 5) Concept learning (belajar pengertian) 6) Rule learning (belajar membuat generalisasi hukum, dan kaidah 7) Problem solving (belajar memecahkan masalah) g. Memilih sistem belajar mengajar Para ahli teori belajar telah mencoba mengembangkan berbagai cara pendekatan sistem pengajaran atau proses belajar mengajar. Berbagai sistem pengajaran yang menarik perhatian akhir-akhir ini adalah enquiry discovery aproach, expository aproach, masteri learning dan humanistic education. 1) Enquiry discovery learning (belajar mencari dan merumuskan sendiri)
38
Dalam sistem belajar mengajar ini, guru tidak menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk final, tetapi anak didik diberi peluang untuk mencari dan menemukan
sendiri,
dengan
mempergunakan
tehnik
pendekatan
pemecahan masalah. 2) Expositori learning Dalam sistem ini, guru menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk yang yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematis, dan lengkap sehingga anak didik hanya menyimak dan mencernanya saja secara tertib dan teratur (Sabri; 2005: 23-31) Metode pembelajaran yang baik mestinya adalah metode pembelajaran aktif yaitu suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif berarti mereka yang mendominasi aktivitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok memecahkan persoalan atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari kedalam satu persoalan yang ada dalam kehdupan nyata. Dengan belajar aktif ini, peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini biasanya peserta didik akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga, hasil belajar dapat dimaksimalkan. Belajar aktif sangat diperlukan oleh peserta didik untuk mendapatkan hasil yang maksimum. Ketika peserta didik pasif, atau hanya menerima dari pengajar, ada kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan( Zaini; 2008: 1) Aktif learning pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan respon anak didik dalam pembelajaran, sehingga
39
proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka. Dengan memberikan strategi belajar aktif pada anak didik dapat membantu ingatan (memory) mereka, sehingga mereka dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses. Ada banyak strategi yang digunakan dalam menerapkan belajar aktif dalam pembelajaran di sekolah. Silberman mengemukakan 101 bentuk yang digunakan dalam pembelajaran aktif. Semuanya dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas sesuai dengan jenis materi dan tujuan yang diinginkan dapat dicapai oleh anak didik. Strategi tersebut antara lain who is in the class (siapa di kelas), group resume (resum kelompok), predictional (prediksi), question student have (pertayaan peserta didik), critical incident (pengalaman penting), reading guide (panduan membaca)7. Disini kita akan membahas tentang reading guide yaitu strategi yang digunakan untuk materi yang membutuhkan banyak waktu dan tidak mungkin dijelaskan semua dalam kelas dan untuk mengefektifan waktu, maka siswa diberi tugas membaca teks yang telah ditentukan oleh guru dan siswa harus mengerjakan dengan menjawab beberapa pertanyaan atau kisi-kisi yang diberikan oleh guru (Hartono; 2008) 2. Metode Reading Guide Metode Reading Guide merupakan metode pembelajaran yang digunakan untuk materi yang membutuhkan waktu banyak yang tidak mungkin dijelaskan semua dalam kelas dan untuk mengefektifkan waktu, maka siswa diberi tugas membaca teks yang telah ditentukan oleh guru dan siswa harus mengerjakan dengan menjawab beberapa pertanyaan atau kisi-kisi diberi oleh guru8. Tujuan dipergunakannya strategi ini biasanya adalah:
40
a) Membantu peserta didik lebih mudah dan terfokus dalam memahami suatu materi pokok b) Untuk lebih memotivasi pembelajaran aktif secara individu Adapaun langkah-langkah metode Reading Guide adalah sebagai berikut a) Tentukan bacaan yang akan dipelajari b) Buat pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab oleh peserta didik atau kisikisi dan boleh juga bagan atau skema yang dapat diisi oleh mereka dari bahan bacaan yang telah dipilih tadi. c) Bagikan bahan bacaan dengan pertanyaan atau kisi-kisinya kepada peserta didik. d) Tugas peserta didik adalah mempelajari bahan bacaan dengan menggunakan pertanyaan atau kisi-kisi yang ada. Batasi aktivitas ini sehingga tidak akan memakan waktu yang berlebihan. e) Bahas pertanyaan atau kisi-kisi tersebut dengan menanyakan jawaban kepada peserta didik. f)
Diakhiri pelajaran beri ulasan secukupnya. Adapau kelebihan dan kekurangan metode ini adalah sebagai berikut:
a) Kelebihan 1) Dengan metode pembelajaran reaing guide guru dapat menguasai sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan. 2) Strategi metode guide dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajara terbatas
41
3) Metode
pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan
ukuran kelas yang besar 4) Memupuk rasa tanggung jawab dalam segala tugas pekerjaan sebab dalam strategi reading guide anak-anak harus mempertanggung jawabkan segala sesuatu yang telah dikerjakan. b) Kelemahan 1) Karena metode reading guide lebih ditekankan membaca dan menjawab soal maka cenderung siswa tidak terkondisi. 2) Sulit memberikan tugas karena perbedaan individual anak dalam kemampuan minat dan bakat 3) Seringkali anak-anak tidak mengerjakan tugas dengan baik, cukup menyalin pekerjaan temannya. D. Hubungan Metode Reading Guide dengan Hasil Belajar Hasil belajar merupakan suatu bidang yang sangat menarik untuk dikaji namun cukup rumit sehingga menimbulkan berbagai perbedaan pandangan. Hasil belajar adalah suatu hasil yang telah dicapai setelah mengalami proses belajar mengajar
atau setelah mengalami interaksi dengan lingkungannya guna
memperoleh ilmu pengetahuan dan akan menimbulkan perubahan tingkah laku yang relatif menetap dan tahan lama. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dikemukakan bahwa peningkatan penguasaan materi pelajaran pada anak, adalah sangat penting. Namun usaha ke arah itu haruslah lewat jalan atau suatu model pembelajaran agar dapat merangsang kemampuan anak dan dapat membuat kombinasi baru, sebagai kemampuan untuk respons anak agar belajar, serta merangsang agar anak berfikir.
42
Mengingat pentingnya peningkatan penguasan materi pelajaran siswa tersebut, maka di sekolah perlu disusun suatu strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar. Strategi tersebut diantaranya meliputi pemilihan pendekatan, metode atau model pembelajaran. Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam metode pengajaran ada dua aspek yang paling menonjol yaitu strategi pembelajaran dan media pendidikan sebagai alat bantu mengajar. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa kedudukan media pendidikan, strategi pembelajaran sebagai alat bantu mengajar ada dalam satu lingkungan yang diatur oleh guru. Dengan istilah mediator, media atau model pembelajaran yang mempunyai fungsi dan peran untuk mengatur hubungan yang efektif antara dua belah pihak dalam proses belajar mengajar yaitu siswa dan isi pelajaran. Dengan kata lain guru sebagai mediator untuk memberikan isi pelajaran kepada siswa, sama halnya dengan metode reading guide (panduan membaca) yaitu metode yang digunakan untuk materi yang membutuhkan waktu banyak yang tidak mungkin dijelaskan semua dalam kelas dan untuk mengefektifkan waktu, maka siswa diberi tugas membaca teks yang telah ditentukan oleh guru dan siswa harus mengerjakan dengan menjawab beberapa pertanyaan atau kisikisi diberi oleh guru. Oleh karena itu, guru tidak hanya dituntut untuk membekali dirinya dengan segudang ilmu pengetahuan dan keterampilan, baik dalam menyampaikan materi maupun metode dan alat bantunya, tetapi juga dituntut untuk memiliki sejumlah pengetahuan tentang dasar pengetahuan, cara mengajar, metode kreatif dan variatif dalam penyampaian pelajaran serta pengetahuan dan pengalaman yang luas. Pembelajaran dengan strategi reading guide (panduan membaca) merupakan proses pembelajaran khususnya dalam segi peranan guru. Hal ini akan sangat
43
terlihat jika diterapkan pada Pendidikan Agama Islam (PAI), diantaranya materi pelajaran Al Qur‟an Hadits yang merupakan salah satu materi yang digunakan untuk mengetahui dan memahimi sumber hokum utama setiap umat Islam Guru dalam mengajar materi Al Qur‟an Hadits dapat menggunakan metode yang bervariasi antara lain reading guide (panduan membaca). Metode pembelajaran disini diartikan sebagai kegiatan membaca dan mengerjakan soal dimana guru memberikan teks bacaan dan siswa membaca teks bacaan dan mengerjakan soalyang terdapat dalam teks bacaan tersebut. Adapun kegiatannnya adalah murid dan guru sama-sama aktif, seperti guru menerangkan sedikit tentang materi pelajaran dan memberikan teks bacaan, setelah itu murid membaca teks bacaan tersebut dan mengerjakan soal-soal yang terdapat pada teks tersebut. Walaupun begitu siswa tetap senang menerima materi tersebut dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Salah satu usaha guru dalam strategi reading guide (panduan membaca) tersebut, guru ingin membuat murid mengerti tentang materi yang telah diajarkan. Pada materi Al Qur‟an Hadits penguasaan materi pelajaran bagi siswa sangatlah penting, karena meningkatkan penguasaan materi pelajaran siswa merupakan bagian yang integral dari setiap program pendidikan. Jika meninjau tujuan program atau sasaran belajar siswa, hasil belajar siswa biasanya disebut sebagai prioritas. Hal ini dapat difahami jika kita melihat pertumbuhan (rasional) strategi-strategi pembelajaran yang dikembangkan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Hal ini tidak berarti bahwa penguasaan materi pelajaran harus dilihat terpisah dari mata pelajaran (materi) yang lainnya, hasil belajar hendaknya meresap dalam seluruh kurikulum dan iklim kelas melalui faktor-faktor seperti; sikap
44
menerima keunikan individu, pertanyaan yang berakhir terbuka, penjajakan (eksplorasi) dan kemungkinan membuat pilihan. Perhatian perlu diberikan bagaimana prestasi belajar dapat dikaitkan dengan semua kegiatan di dalam kelas dan setiap saat siswa perlu belajar bagaimana menggunakan sumber-sumber yang ada dengan optimal menemukan jawaban inovatif atas suatu masalah. Begitu juga dengan metode yang digunakan haruslah ada strategi pembelajaran lain untuk mendukung strategi reading guide (panduan membaca), karena tidak sepenuhnya hanya satu strategi pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar, karena itu peru adanya faktor-faktor lain yang mendukung. Hal ini dapat ditunjang dengan adanya pemecahan masalah secara kreatif dalam kurikulum, siswa dapat dipersiapkan untuk menghadapi masa depan yang penuh tantangan. Pada penelitian ini, hasil belajar siswa diukur berdasarkan tiga komponen yakni kuantitas (mengaju pada fluency), kualitas dan kebaruan (mengaju pada novely) ”kuantitas” ditujukan dengan banyak jawaban benar yang dibuat oleh siswa. ”kualitas” ditunjukkan dengan lazim atau tidaknya jawaban yang dibuat oleh siswa. Pada pembelajaran Al Qur‟an Hadits dengan menggunakan strategi reading guide (panduan membaca) dilakukan dengan satu kali tes hasil belajar yaitu dengan post test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dipakai untuk mengukur efektivitas metode reading guide (panduan membaca) terhadap hasil belajar siswa. Untuk itu setiap siswa mempunyai satu skor hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sehingga bisa ditentukan peningkatan sebelum dan sesudah diberi treatmen (dalam hal ini reading guide) pada hasil belajar siswa.
45
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
Penelitian ini penulis lakukan pada akhir Mei sampai awal Juni tahun Penelitian ini dilakukan pada akhir semester genap tahun ajaran 2009/2010. penelitian dilakukan selama kurang lebih 3 minggu dengan 3 siklus dengan masingmasing siklus selama 1 minggu atau 1 kali pertemuan. Sebagai catatan bahwa di daerah Kec. Tuntang untuk Sekolah Dasar pada hari Sabtu tidak diadakan Jadwa Pelajaran Regular namun diisi untuk pengembangan siswa. Untuk itu penulis menggunanakan waktu tersebut untuk melakukan penelitian Penilitian ini penulis lakukan di ruang yang biasa untuk melakukan proses belajar-mengajar kelas IV di MI Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang. Subyek penelitian kali ini adalah seluruh anak IV di MI Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang yang berjumlah 20 anak yang terdiri dari 9 murid laki- laki dan 11 murid perempuan. Adapun secara rinci daftar siswa kelas IV MI Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang tahun 2010 adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Data Siswa Kelas IV MI Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang Tahun 2010 No
Nama
Jenis Kelamin
1
Afifatul Umayah
P
2
Ahmad Zaenul Falaq
L
3
Devi Wulandarai
P
4
Hasan Setyawan
L
5
Ricky Setyawan
L
6
Ika Nur Aini
L
7
Indah Puspita Putri
P
8
Oktavia Wulandari
P
46
9
Eslin Ernawati
P
10
Rahmad S
L
11
Neli Hidayati
P
12
Wahyu Setyawan
L
13
Rama bintang P
L
14
Alip Hakim
L
15
Ridho Hanafi
L
16
Ita Melawati
P
17
Uafa Nahradila
P
18
Endang Sri S
P
19
Salsabila Ayu Y
P
20
Safitri Nabila
P
A. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian Sebelum penulis memberikan laporan penelitian maka perlu kiranya penulis memberikan landasan teori tentang jalannya penelitian kali ini. Hal ini dimaksudkan agar penelitian ini berjalan sesuai dengan prosedur penelitian ilmiah yang benar. Ada beberapa jenis penelitian pendidikan yang berbeda. Perbedaan tersebut terkait dengan jenis tindakan, setting, intrumen dan metode penelitian (Mishra, 2005: 43). Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu bentuk teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat tercapai. Selain itu penelitian ini juga bersifat eksperimental, karena bertujuan mendeskripsikan apa yang akan terjadi bila variabel- variabel tertentu dikontrol secara tertentu (Sanapiah, 1982, 42). PTK berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran kelas. Di ruangan kelas, PTK dapat berfungsi sebagai:
47
a. Alat untuk mengatasi masalah-masalah yang didiagnosis dalam situasi pembelajaran di kelas. b. Alat pelatihan dalam jabatan, membekali guru dengan keterampilan dan metode baru dan mendorong timbulnya kesadaran diri, khususnya melalui pengajaran sejawat. c. Alat untuk memasukkan ke dalam sistem yang ada (secara alami) pendekatan tambahan atau inovatif. d. Alat untuk meningkatkan komunikasi yang biasanya buruk antara guru dan peneliti. e. Alat untuk menyediakan alternatif bagi pendekatan yang subjektif, impresionistik terhadap pemecahan masalah kelas. Ada dua butir penting yang perlu disebut di sini. Pertama, hasil penelitian tindakan dipakai sendiri oleh penelitinya, dan tentu saja oleh orang lain yang menginginkannya. Kedua, penelitiannya terjadi di dalam situasi nyata yang pemecahan
masalahnya
segera
diperlukan,
dan
hasil-hasilnya
langsung
diterapkan/dipraktikkan dalam situasi terkait. Ketiga, peneliti tindakan melakukan sendiri pengelolaan, penelitian, dan sekaligus pengembangan (Suwarsih, 2009). Penelitian tindakan merupakan intervensi praktik dunia nyata yang ditujukan untuk meningkatkan situasi praktis. Tentu penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru ditujukan untuk meningkatkan situasi pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya dan ia disebut “penelitian tindakan kelas” atau PTK. Menurut Suharsimi Arikunto berdasarkan tujuannya, penelitian tindakan dibagi menjadi 4 yaitu: a. Penelitian tindakan partisapatisi (participatory action research) yang menekankan keterlibatan masyarakat agar merasa memiliki program tersebut.
48
b. Penelitian tindakan kritis (critical action research) yang menekankan adanya niat yang tinggi untuk memecahkan bertindak memecahkan masalah kritis. c. Penelitian tindakan institusi (institutional action research) yaitu yang dilakukan pihak pengelola sekolah. d. Penelitian tindakan kelas (classroom action research) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru baik sendiri maupun bekerjasama dengan peneliti lain (Suharsimi, dkk, 2008: 57 ) . Dalam penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, di mana guru sangat berpengaruh sekali dalam proses penelitian tindakan kelas. Dalam bentuk ini tujuan utama penelitian kelas ini ialah untuk meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini, guru terlibat langsung secara penuh dalam proses perencanaan tindakan, observasi dan refleksi. Kehadiran pihak lain dalam penelitian ini peranannya tidak dominan. Hal ini bertujuan agar guru dapat: a. Mengkaji/ meneliti sendiri praktek mengajarnya b. Melakukan PTK tanpa mengganggu tugasnya c. Mengkaji pemasalahan yang dialami d. Mengembangkan profesionalismenya. Penelitian
ini
mengacu
pada
perbaikan
pembelajaran
yang
berkesinambungan. Kemmis dan Taggart menyatakan bahwa model penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan pada suatu siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Siklus ini berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup Menurut pengertiannya penelitian tindakan adalah penelitian tentang halhal yang terjadi di masyarakat atau sekelompok sasaran dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan (Suharsimi, dkk: 2008, 57). Ciri atau
49
karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan kolaborasi dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakan adalah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut dapat saling mendukung satu sama lain. Sedangkan tujuan penelitian tindakan kelas harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut: a. Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu benar-benar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani serta dalam jangkauan peneliti untuk melakukan perubahan. b. Kegiatan penelitian, baik intervensi maupun pengamatan yang dilakukan tidak boleh sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama. c. Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien artinya terpilih dengan tepat sasaran dan tidak memboroskan waktu, dana dan tenaga. d. Metodologi yang digunakan harus jelas, rinci dan terbuka, setiap langkah dan tindakan dirumuskan dengan tegas sehingga orang yang berminat terhadap penelitian tersebut dapat mengecek setiap hipotesis dan pembuktiannya. e. Kegiatan penelitian diharapkan dapat
merupakan proses kegiatan yang
berkelanjutan (on-going) mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan terhadap kualitas tindakan memang tidak dapat berhenti tetapi menjadi tantangan sepanjang waktu. Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih yaitu penelitian tindakan maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart, yaitu berbentuk spiral dan siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus
50
meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan) dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan dan refleksi. Sebelum masuk pada sikius I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dan tahaptahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar 1.2 berikut Gambar 1.2 Skema Tahap Penelitian Tindakan Kelas
Penjelalasan alur di atas adalah: 1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran. 2. Kegiatan dan pengamatan meliputi timdakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsepsi siswa serta mengamati hasil atau dampak dan diterapkannya metode reading guide. 3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dan tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.
51
4. Rancangan/rencana yang direvisi berdasarkan hasil refleksi dari pangamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya (Suharsimi, dkk:2008). Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2, dan 3 dimana masingmasing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu bab pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masingmasing putaran. Sikius ini berkelanjutan dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup. 2. Subyek Penelitian a. Waktu Penelitian Penelitiatian ini penulis lakukan selama tiga minggu sejak akhir Mei sampai awal Juni. Penelitian ini dilaksanakan pada akhir semester genap tahun pelajaran 2009/2010 selama 3 kali pertemuan. Untuk siklus I tanggal 29 Mei 2010 dan siklus II tanggal 5 juni 2010 dan siklus III pada tanggal 12 Juni 2010. b. Tempat Penelitian Penilitian ini penulis lakukan di ruang kelas IV MI Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang. c. Subyek Penelitian Subyek penelitian kali ini adalah seluruh anak yang berjumlah 20 anak yang terdiri dari 9 murid laki- laki dan 11 murid perempuan. 3. Langkah- Langkah Dalam penelitian ini penulis mengikuti prosedur penilitian tindakan kelas yang sudah baku. Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri 3 siklus . Tiap siklus dilaksanakan mulai perencanaan, persiapan tindakan, pelaksanaan tindakan,
52
pemantauan, evaluasi individu dan kelompok serta refleksi tindakan, analisis dan dilakukan penyimpulan-penyimpulan (Suharsimi, dk:2008).. a. Perencanaan 1) Menyusun tujuan instruksional 2) Menetukan materi 3) Meyusun RPP 4) Membuat skenario pembelajaran 5) Menyusun pre-tes dan post-tes 6) Membuat kisi-kisi pertanyaan. 7) Mendesain pedoman pemantauan pembelajaran. 8) Mendesain pedoman observasi sistematis bagi kerja guru selama pelaksanaan tindakan b. Tindakan 1) Melaksanakan pre-tes 2) Analisis pre-tes . 3) Memberikan pengarahan kepada siswa tentang operasional pembelajaran dan tentang tugas yang akan diberikan 4) Menentukan bacaan yang akan dipelajari 5) Membagikan bahan bacaan 6) Siswa mempelajari bahan bacaan 7) Guru memberkan pertanyaan 8) Guru mengulas bahan pembelajaran 9) Observasi. Pada tahap ini, siswa melakukan tindakan dan guru melakukan pemantauan (dengan pedoman pemantauan) terhadap kerja siswa,
53
Selanjutnya menganalisis nilai pre-tes dan post-tes serta memberikan penilaian. Hasilnya sebagai bahan pertimbangan perbaikan pada siklus berikutnya. Hasil observasi juga dikonsultasikan dengan mitra. c. Refleksi Hasil yang diperoleh pada tahap tindakan dan observasi dikumpulkan, didiskusikan, dianalisis, dan dievaluasi oleh peneliti dan mitra, kemudian guru dapat merefleksi diri tentang berhasil tidaknya tindakan yang telah dilakukan, faktor-faktor pendukung, penghambat, dari aspek internal dan eksternal guru dan siswa. Kemudian untuk siklus berikutnya diadakan perbaikan-perbaikan bilaman perlu secara kualitas dan kuantitas berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi (Suharsimi, dk:2008). d. Penilaian Adapun penilaian dari kegiatan ini akan dilakukan dengan dua alat ukur yaitu: 1) Lembar Observasi Lembar ini disiapkan oleh penulis dan dipakai oleh mitra penelitian. Kegunaannya untuk menilai jalannya penelitian tindakan kelas yang dilakukan. Hasil penilaian mitra akan dijadikan bahan evaluasi bagi penulis pada siklus berikutnya 2) Tes Tertulis Tes ini diberikan setiap akhir siklus. Kegunaannya untuk mengatahu daya serap siswa terhadap materi pembelajaran yang ada dalam skenario. Hasil dari 3 siklus akan dibandingkan dengan 3 kali nilai harian sebelum menggunakan metode reading guide.
54
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I Pelaksanaan tindakan siklus pertama yaitu sebagai berikut. Hari, tanggal : Sabtu, 29 Mei 2010 Waktu
: Jam ke IV dan V (09.00- 10:30)
Tempat
: Ruang Kelas IV di MI Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang
Adapun materi yang diajarkan adalah sebagai berikut: Mata Pelajaran
: Al Qur‟ah Hadits
Kelas/ Semester
: IV/2
Standar Kompetensi : 1 Memahami arti surat pendek dan hadits tentang Niat, Silaturahim Kompetensi Dasar
:1.2. Membaca surat Al-Lahab dengan fasih dan benar
Indikator
:
Siswa mampu membaca surat Al-Lahab dengan fasih dan benar Siswa mempu menghafalkan surat Al-Lahab dengan fasih dan benar Tujuan Pembelajaran 1. Membaca surat Al-Lahab dengan fasih dan benar 2. Menghafalkan surat Al-Lahab dengan fasih dan benar Materi Pembelajaran 1. Bacaan surat Al-Lahab Metode Pembelajaran Reading Guide Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan kelas adalah sebagai berikut:
55
1. Perencanaan a. Guru menentukan sub pokok bahasan yang akan diajarkan yaitu bacaan Surat Al-Lahab b. Merancang rencana pembelajaran sebagai pedoman dalam kegiatan belajar mengajar. c. Merancang pembelajaran dengan mempersiapkan materi bacaan surat al lahab. d. Merancang atau menyiapkan lembar observasi untuk guru guna mengetahui perubahan dan perkembangan. e. Merancang atau menyiapkan lembar observasi untuk siswa guna mengetahui perubahan dan perkembangan. 2. Tindakan a. Kegiatan Awal 1) Guru memimpin doa 2) Guru mengabsensi siswa 3) Guru mengadakan pre test. 4) Guru memberi penjelasaan tentang jalannya pembelajaran b. Kegiatan Inti 1) Guru mmemberikan contoh bacaan surat al lahab 2) Siswa menirukan bacaan surat Al-Lahab. 3) Guru memperhatikan siswa 4) Siswa mengulang bacaan sebanyak 3 kali. 5) Guru memberikan bimbingan selama siswa menghafal. c. Kegiatan Akhir 1) Guru memberikan tugas menghafal satu persatu
56
2) Siswa melaksakan tugas menghafal 3) Guru menutup pertemuan dengan berdoa Adapun dalam pelaksanaan ini mitra peneliti melakukan pengamatan. Adapun hal- hal yang diamati adalah sebagai berikut: a. Siswa Pada pengamatan terhadap siswa ini, aspek yang diamati meliputi 1) Kehadiran siswa 2) Perhatian siswa terhadap guru 3) Ketekunan siswa dalam menghafal. b. Guru Pada pengamatan terhadap guru ini, aspek yang diamati adalah: 1) Kehadiran Guru. 2) Penampilan guru di depan kelas. 3) Penyampaian materi pelajaran. 4) Pengelolaan kelas. 5) Pendangan dan suara guru. 6) Bimbingan guru kepada siswa. 7) Ketepatan waktu. Untuk mempermudah gambaran jalannya siklus II perhatikan gambar 4.1 Gambar 4.1 Denah Siklus I Perencanaan - Mempersiapkan materi pembelajaan yaitu bacaan surat al lahab. - Menyusun RPP - Mempersiapkan tes formatif berupatugas menghafal
- Mempersiapkan lembar observasi
Tindakan - Pree Test - Peghafalan bacaan surat al lahab dengan berulangulang - Penjelasan Guru - Pengamatan Mitra - Mengerjakan tugas menghafal
Refleksi - Perhatian anak masih kurang - Nilai ketuntasan juga masih kurang - Terjadi peningkatan dari tes formatif sebelumnya - Masih terkendala suara yang kurang jelas
57
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II Pelaksanaan tindakan siklus kedua adalah sebagai berikut. Hari, tanggal : Hari Sabtu, 5 Juni 2010 Waktu
: Jam ke IV dan V (09.00- 10:30)
Tempat
:Ruang Kelas IV MI Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang
Adapun materi yang diajarkan adalah sebagai berikut: Mata Pelajaran
: Al Qur‟an Hadits
Kelas/ Semester
: IV/2
Standar Kompetensi : 1 Menerapkan kaidah-kaidah ilmu tajwid Kompetensi Dasar:1.2. Menjelaskan isi kandungan hadits tentang silaturrahim secara sederhana Indikator
:
1.2.1 Siswa mampu membaca hadits tentang berbuat baik dengan benar 1.2.2 Siswa mampu menghafal hadits tentang berbuat baik dengan benar. Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan cara membaca hadits tentang berbuat baik dengan benar. 2. Menjelaskan isi kandungan hadits tentang berbuat baik. 3. Menghafal hadits tentang silaturrahim Materi Pembelajaran Hadits tentang berbuat baik Metode Pembelajaran 1. Reading guide 2. Ceramah Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan kelas adalah sebagai berikut:
58
1. Perencanaan a. Guru menentukan sub pokok bahasan yang akan diajarkan yaitu hadits tentang berbuat baik b. Merancang rencana pembelajaran sebagai pedoman dalam kegiatan belajar mengajar. c. Merancang pembelajaran dengan mempersiapkan materi hadits tentang berbuat baik. d. Merancang atau menyiapkan lembar observasi untuk guru guna mengetahui perubahan dan perkembangan. e. Merancang atau menyiapkan lembar observasi untuk siswa guna mengetahui perubahan dan perkembangan. 2. Tindakan a. Kegiatan Awal 1) Guru memimpin doa 2) Guru mengabsensi siswa 3) Guru mengadakan pre test. 4) Guru memberi penjelasaan tentang jalannya pembelajaran b. Kegiatan Inti 1) Guru mmemberikan contoh membaca hadits tentang berbuat baik 2) Siswa menirukan bacaan hadits tentang berbuat baik 3) Guru memperhatikan siswa 4) Siswa mengulang bacaan hadits tentang berbuat baik sebanyak 3 kali. 5) Guru memberikan bimbingan kepada siswa dengan memberi contoh membaca bacaan dengan benar.
59
c. Kegiatan Akhir 1) Guru memberikan tugas membaca satu persatu 2) Siswa melaksakan tugas membaca 3) Guru menutup pertemuan dengan berdoa Adapun dalam pelaksanaan ini mitra peneliti melakukan pengamatan. Adapun hal- hal yang diamati adalah sebagai berikut: a. Siswa Pada pengamatan terhadap siswa ini, aspek yang diamati adalah sebagai berikut: 1) Kehadiran siswa 2) Perhatian siswa terhadap guru 3) Ketekunan siswa dalam menghafal. b. Guru Pada pengamatan terhadap guru ini, aspek yang diamati adalah sebagai berikut: 1) Kehadiran Guru. 2) Penampilan guru di depan kelas. 3) Penyampaian materi pelajaran. 4) Pengelolaan kelas. 5) Pendangan dan suara guru. 6) Bimbingan guru kepada siswa. 7) Ketepatan waktu. Untuk mempermudah gambaran jalannya siklus II perhatikan gambar 4.2
60
Gambar 4.2 Denah Siklus II Perencanaan - Menyusun RPP - Mempersiapkan tes formatif berupa tugas membaca hadits tentang silaturrahim - Mempersiapkan lembar observasi
Tindakan - Pree Test - Penjelasan Guru - Pemberian contoh bacaan dari guru - Siswa menirukan bacaan guru - Pengamatan Mitra - Mengerjakan tugas membaca
Refleksi - Perhatian anak baik. - Nilai ketuntasan juga baik - Terjadi peningkatan dari siklus sebelumnya
D. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III Pelaksanaan tindakan siklus ketiga adalah sebagai berikut. Hari, tanggal : :Hari Sabtu, 12 Juni 2010 Waktu
: Jam ke IV dan V (09.00- 10:30)
Tempat
: Ruang Kelas IV MI Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang
Adapun materi yang diajarkan adalah sebagai berikut: Mata Pelajaran
: Al Qur‟an Hadits
Kelas/ Semester
: IV/2
Standar Kompetensi : Menerapkan kaidah-kaidah ilmu tajwid Kompetensi Dasar
: Memahami hukum bacaan idgham bighunnah,idgham bilaghunnah, dan iqlab
Indikator
:
1.2.3 Siswa mampu membaca bacaan idghom bighunnah dengan benar 1.2.4 Siswa mampu membaca bacaan idghom bilaghunnah dengan benar. 1.2.5 Siswa mampu membaca bacaan iqlab dengan benar
61
Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan cara membaca bacaan idghom bighunnah dengan benar. 2. Menjelaskan cara membaca bacaan idghom bighunnah dengan benar. 3. Menjelaskan cara membaca bacaan idghom bighunnah dengan benar. Materi Pembelajaran 1. Bacaan idghom bighunnah 2. Bacaan idghom bilaghunnah 3. Bacaan iqlab Metode Pembelajaran Reading guide Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan kelas adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan a. Guru menentukan sub pokok bahasan yang akan diajarkan yaitu hukum bacaan idgham bighunnah,idgham bilaghunnah, dan iqlab b. Merancang rencana pembelajaran sebagai pedoman dalam kegiatan belajar mengajar. c. Merancang pembelajaran dengan mempersiapkan materi hukum bacaan idgham bighunnah,idgham bilaghunnah, dan iqlab. d. Merancang atau menyiapkan lembar observasi untuk guru guna mengetahui perubahan dan perkembangan. e. Merancang atau menyiapkan lembar observasi untuk siswa guna mengetahui perubahan dan perkembangan. 2. Tindakan a. Kegiatan Awal
62
1) Guru memimpin doa 2) Guru mengabsensi siswa 3) Guru mengadakan pre test. 4) Guru memberi penjelasaan tentang jalannya pembelajaran b. Kegiatan Inti 1)
Guru
mmemberikan
contoh
bacaan
idgham
bighunnah,idgham
bilaghunnah, dan iqlab 2) Siswa menirukan bacaan idgham bighunnah,idgham bilaghunnah, dan iqlab 3) Guru memperhatikan siswa 4) Siswa mengulang bacaan idgham bighunnah,idgham bilaghunnah, dan iqlab sebanyak 3 kali. 5) Guru memberikan bimbingan kepada siswa dengan memberi ciontoh membaca bacaan dengan benar. c. Kegiatan Akhir 1) Guru memberikan tugas membaca satu persatu 2) Siswa melaksakan tugas membaca. 3) Guru meneutup pertemuan dengan berdoa Adapun dalam pelaksanaan ini mitra peneliti melakukan pengamatan. Adapun hal- hal yang diamati adalah sebagai berikut: a. Siswa Pada pengamatan terhadap siswa ini, aspek yang diamati meliputi 4) Kehadiran siswa 5) Perhatian siswa terhadap guru 6) Ketekunan siswa dalam menghafal.
63
b. Guru Pada pengamatan terhadap guru ini, aspek yang diamati adalah sebagai berikut: a. Kehadiran Guru. b. Penampilan guru di depan kelas. c. Penyampaian materi pelajaran. d. Pengelolaan kelas. e. Pendangan dan suara guru. f. Bimbingan guru kepada siswa. g.
Ketepatan waktu.
Untuk mempermudah gambaran jalannya siklus III perhatikan gambar 4.3 Gambar 4.3 Denah Siklus III Perencanaan - Menyusun RPP - Mempersiapka n tes formatif berupa tugas membaca bacaan idgham bighunnah, idghon bilaghunnah dan iqlab - Mempersiapka n lembar observasi
Tindakan - Pree Test - Penjelasan Guru - Pemberian contoh bacaan dari guru - Siswa menirukan bacaan guru - Pengamatan Mitra - Mengerjakan tugas membaca
Refleksi - Perhatian anak sudah cukup baik. - Nilai ketuntasan juga sudah baik - Terjadi peningkatan dari siklus sebelumnya - Siklus penulis rasa cukup
64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Reflaksi Per Siklus 1. Refleksi Siklus I Dari pengamatan yang dilakukan terhadap pemahaman siswa kelas IV MI Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang. selama pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I, maka deperoleh data sebagaimana tersaji pada tabel 4.1 Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Terhadap Pemahaman Siswa pada Siklus I
No
Nama siswa
Baik
Cukup
Kurang
1
Afifatul Umayah
1
2
Ahmad Zaenul Falaq
1
3
Devi Wulandarai
1
4
Hasan Setyawan
1
5
Ricky Setyawan
6
Ika Nur Aini
7
Indah Puspita Putri
8
Oktavia Wulandari
9
Eslin Ernawati
10
Rahmad S
11
Neli Hidayati
12
Wahyu Setyawan
13
Rama bintang P
1
14
Alip Hakim
1
15
Ridho Hanafi
16
Ita Melawati
17
Uafa Nahradila
18
Endang Sri S
1
19
Salsabila Ayu Y
1
20
Safitri Nabila
1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1
1
65
Keterangan Siswa yang paham
: 7 anak (35%)
Siswa cukup paham
: 7 anak (35%)
Siswa kurang paham
: 6 anak (30%)
Adapun hasil penelitian terhadap kemampuan belajar siswa pada siklis I ini tersaji pada tabel 4.2 berikut: Tabel 4.2 Hasil Pengamatan terhadap Kemampuan Belajar Siswa pada Siklus 1
No
Nama siswa
Nilai
Ket
1
Afifatul Umayah
7
B
2
Ahmad Zaenul Falaq
7
B
3
Devi Wulandarai
7
B
4
Hasan Setyawan
7
B
5
Ricky Setyawan
7
B
6
Ika Nur Aini
6
C
7
Indah Puspita Putri
7
B
8
Oktavia Wulandari
7
B
9
Eslin Ernawati
7
B
10
Rahmad S
5
K
11
Neli Hidayati
7
B
12
Wahyu Setyawan
6
B
13
Rama bintang P
6
C
14
Alip Hakim
7
B
15
Ridho Hanafi
7
B
16
Ita Melawati
5
K
17
Uafa Nahradila
7
B
18
Endang Sri S
7
B
19
Salsabila Ayu Y
7
B
20
Safitri Nabila
5
K
Rata-rata
6,5
66
Keterangan Siswa mempunyai kemampuan baik
: 15 siswa (75%)
Siswa mempunyai kemampuan cukup
: 2 siswa ( 10%)
Siswa mempunyai kemampuan kurang
: 3 siswa (15%)
Adapun dari hasil test formatif pada siklus I ini tersaji pada tabel 4.3 Tabel 4.3 Hasil Tugas Post Tes Siklus I
No
Nama siswa
Nilai
Ketuntasan
1
Afifatul Umayah
70
T
2
Ahmad Zaenul Falaq
70
T
3
Devi Wulandarai
70
T
4
Hasan Setyawan
70
T
5
Ricky Setyawan
70
T
6
Ika Nur Aini
50
TT
7
Indah Puspita Putri
70
T
8
Oktavia Wulandari
70
T
9
Eslin Ernawati
70
T
10
Rahmad S
50
TT
11
Neli Hidayati
70
T
12
Wahyu Setyawan
60
TT
13
Rama bintang P
60
TT
14
Alip Hakim
70
T
15
Ridho Hanafi
70
T
16
Ita Melawati
50
TT
17
Uafa Nahradila
70
T
18
Endang Sri S
70
T
19
Salsabila Ayu Y
70
T
20
Safitri Nabila
60
TT
Rata-rata
66
67
Keterangan Tuntas (T)
: 14 siswa ( 70 %)
Tidak Tuntas (TT)
: 6 siswa (30%)
Didasarkan atas hasil pengamatan dan refleksi pada siklus I ini dari 20 siswa ternyata banyak siswa yang kurang memahami atau tidak memahami kegiatan pembelajaran. Hal ini disebabkan selain model pembelajaran yang baru dikenal, juga karena persiapan yang kurang matang dari guru khususnya dalam mempersiapkan bahan bacaan. Hal yang menonjol adalah kurangnya bahan bacaan untuk 20 orang siswa. Bimbingan guru dan motivasi sangat diperlukan agar siswa mengerti betul maksud dan tujuan kegiatan pembelajaran ini. Dalam mengikuti proses belajar mengajar pada siswa harus diberi motivasi agar semangat dalam proses belajar mengajar dapat tumbuh dengan baik, disamping itu juga diberi latihan-latihan yang berhubungan dengan materi yang disampaikan. Apabila siswa dapat menyelesaikan dengan benar guru memberi penguatan atau penghargaan agar siswa merasa senang. Dengan melihat hasil belajar dari 20 siswa terdapat 30 % yang dapat dikategorikan tidak tuntas belajar klasikal yaitu mendapat nilai kurang dari 70, sedang siswa yang tuntas belajar ada 70% yang dapat dikategorikan tuntas belajar klasikal dengan rata- rata nilai kelas 65 maka siklus I ini sudah cukup baik dibandingkan sebelum menggunakan metode reading guide. Dari data dan uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pada siklus I ini diperoleh hasil sebagai berikut: a. Adanya beberapa siswa yang masih bingung terhadap model pembelajaran dengan menggunakan strategi reading guide ini, karena kurang sosialisasi dari guru, oleh karena itu agar kegiatan belajar mengajar berjalan efektif guru
68
selain menjelaskan materi pelajaran guru juga harus menjelaskan bahwa bahan bacaan yang dibagikan mempunyai keterkaitan yang kuat dengan materi. b. Adanya beberapa siswa yang kurang dapat mengikuti dengan baik karena kurangnya bahan bacaan yang disiapkan mengingat jumlah anak dalam satu kelas sebanyak 20 anak namun bahan bacaan yang disiapkan kurang mencukupi untuk seluruh siswa. c. Setelah dilaksanakan bimbingan membaca kemudian diberikan tugas. Masih adanya beberapa siswa yang belum benar dalam menghafal beberapa ayat meskipun sudah lengkap namun terdapat kesalahan. Demikian juga ketika menjawab pertanyaan guru masih banyak yang salah. Oleh karena itu guru dalam menjelaskan materi pelajaran jangan hanya memperhatikan yang pandai saja sehingga siswa yang kurang pandai tertinggal, di samping itu juga dalam menerangkan jangan terlalu cepat agar bisa diterima oleh siswa yang kurang pandai. d. Secara garis besar siklus I berlangsung cukup baik dan kondusif, walaupun hasil belajar siswa baru mencapai rata-rata 66 namun masih lebih baik dibandingkan sebelum strategi reading guide. 2. Refleksi Siklus II Pelaksanaan siklus II telah mengalami kemajuan dibandingkan siklus I. hal ini karena kekurangan yang terjadi pada siklus I telah diperbaiki oleh guru. Jumlah bahan bacaan telah mencukupi untuk semua siswa. Selain itu siswa sudah tidak bingung lagi dengan strategi yang diterapkan.
69
Dari pengamatan yang dilakukan terhadap perhatian siswa kelas IV MI Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang selama pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus II, maka deperoleh data sebagaimana tersaji pada tabel 4.4
Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Terhadap Pemahaman Siswa pada Siklus II
No
Nama siswa
Baik
Cukup
1
Afifatul Umayah
1
2
Ahmad Zaenul Falaq
1
3
Devi Wulandarai
1
4
Hasan Setyawan
1
5
Ricky Setyawan
1
6
Ika Nur Aini
7
Indah Puspita Putri
8
Oktavia Wulandari
1
9
Eslin Ernawati
1
10
Rahmad S
1
11
Neli Hidayati
1
12
Wahyu Setyawan
13
Rama bintang P
1
14
Alip Hakim
1
15
Ridho Hanafi
1
16
Ita Melawati
1
17
Uafa Nahradila
1
18
Endang Sri S
1
19
Salsabila Ayu Y
1
20
Safitri Nabila
1
Kurang
1 1
1
Keterangan Siswa yang paham
: 15 anak (75%)
Siswa kurang paham
: 3 anak (15%)
Siswa tidak paham
: 2 anak (10%)
70
Adapun hasil penelitian terhadap kemampuan belajar siswa pada siklis II ini tersaji pada tabel 4.5 berikut: Tabel 4.5 Hasil Pengamatan terhadap Kemampuan Belajar Siswa pada Siklus 1I
No
Nama siswa
Nilai
Ket
1
Afifatul Umayah
7
B
2
Ahmad Zaenul Falaq
7
B
3
Devi Wulandarai
7
B
4
Hasan Setyawan
7
B
5
Ricky Setyawan
8
B
6
Ika Nur Aini
6
C
7
Indah Puspita Putri
8
B
8
Oktavia Wulandari
8
B
9
Eslin Ernawati
7
B
10
Rahmad S
6
C
11
Neli Hidayati
7
B
12
Wahyu Setyawan
6
C
13
Rama bintang P
6
C
14
Alip Hakim
8
B
15
Ridho Hanafi
8
B
16
Ita Melawati
6
C
17
Uafa Nahradila
8
B
18
Endang Sri S
7
B
19
Salsabila Ayu Y
8
B
20
Safitri Nabila
7
B
Rata-rata
7
Keterangan Siswa mempunyai kemampuan baik
: 15 siswa (75%)
Siswa mempunyai kemampuan cukup
: 5 siswa ( 25%)
Siswa mempunyai kemampuan kurang
: - siswa (0%)
71
Adapun hasil test formatif pada siklus II ini, didapatkan hasil sebagai tersaji pada tabel 4.6 Tabel 4.6 Hasil Tugas Post Tes Siklus II
No
Nama siswa
Nilai
Ketuntasan
1
Afifatul Umayah
70
T
2
Ahmad Zaenul Falaq
70
T
3
Devi Wulandarai
65
T
4
Hasan Setyawan
70
T
5
Ricky Setyawan
80
T
6
Ika Nur Aini
60
TT
7
Indah Puspita Putri
65
T
8
Oktavia Wulandari
70
T
9
Eslin Ernawati
70
T
10
Rahmad S
80
T
11
Neli Hidayati
70
T
12
Wahyu Setyawan
60
TT
13
Rama bintang P
70
T
14
Alip Hakim
70
T
15
Ridho Hanafi
70
T
16
Ita Melawati
70
T
17
Uafa Nahradila
80
T
18
Endang Sri S
70
T
19
Salsabila Ayu Y
80
T
20
Safitri Nabila
70
T
Rata-rata
70
Keterangan Tuntas (T)
: 18 Siswa ( 90 %)
Tidak Tuntas (TT)
: 2 siswa (10%)
Pada Siklus II ini siswa yang kurang paham sudah berkurang, jika dibandingkan dengan Siklus I, hal ini dikarenakan bahan bacaan telah mencukupi untuk 20 anak.
72
Sehingga anak sudah mulai memahami materi dengan baik. Selain itu bimbingan guru terhadap siswa serta motivasi yang diberikan cukup membuat anak mengerti pentingnya materi pendidikan. Dari hasil belajar siswa juga terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas dengan baik, terbukti dari siswa yang tidak tuntas belajar klasikal dari 20 siswa menjadi 10%. Sedangkan siswa yang tuntas belajar klasikal ada 90% dengan nilai rata-rata pada Siklus II adalah 70. berarti ada peningkatan kemapuan siswa dalam hasil belajar siswa Setelah melaksanakan tindakan pengamatan dalam pembelajaran di dalam kelas selanjutnya diadakan refleksi dari tindakan yang dilakukan. Dalam kegiatan pada Siklus II didapatkan : a. Tidak ada lagi siswa yang merasa bingung dalam pembelajaran dengan menggunakan metode reading guide. b. Suasana kelas dalam pembelajaran sudah mulai efektif, sebagian besar siswa sudah memperhatikan dengan baik. Selain itu bahan bacaan yang disiapkan sangat membantu siswa mengikuti proses pembelajaran. c. Sebagian besar siswa sudah benar dalam menghafal surat yang ditentukan, walaupun sebagian kecil masih salah dikarenakan keterlambatan berfikir sehingga kurang dapat mengikuti. Oleh karena itu guru lebih memperhatikan siswa yang lambat sehingga hasil belajaar meningkat secara merata d. Secara garis besar, pelaksanaan Siklus II berlangsung dengan baik dan kondusif serta meningkat walaupun hasil belajar siswa baru mencapai rata-rata 70. Ini berati ada peningkatan dibandingkan siklus 1 yang hanya mencapai 65. tingkat ketuntasan juga meningkat menjadi 90% meningkat dari siklus I yang hanya mencapai 70%.
73
3. Refleksi Siklus III Pelaksanaan siklus II sudah sangat lancar dan kondusif. Siswa sudah terbiasa dengan strategi pembelajaran reding guide. Hal ini karena siswa sudah mendapatkannya pada siklus I dan siklus II. Hampir seluruh siswa mengikuti jalannya pembelajaran dengan baik. Dari pengamatan yang dilakukan terhadap pemahaman siswa pada siklus III, maka diperoleh data sebagaimana tersaji pada tabel 4.7. Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Terhadap Pemahaman Siswa pada Siklus II
No
Nama siswa
Baik
1
Afifatul Umayah
1
2
Ahmad Zaenul Falaq
1
3
Devi Wulandarai
1
4
Hasan Setyawan
1
5
Ricky Setyawan
1
6
Ika Nur Aini
1
7
Indah Puspita Putri
1
8
Oktavia Wulandari
1
9
Eslin Ernawati
1
10
Rahmad S
1
11
Neli Hidayati
1
12
Wahyu Setyawan
13
Rama bintang P
1
14
Alip Hakim
1
15
Ridho Hanafi
1
16
Ita Melawati
1
17
Uafa Nahradila
1
18
Endang Sri S
1
19
Salsabila Ayu Y
1
20
Safitri Nabila
1
Cukup
1
Kurang
74
Keterangan: Siswa yang paham
: 19 anak (95%)
Siswa kurang paham
: 1 anak (5%)
Siswa tidak paham
: 0 anak (0%)
Adapun hasil penelitian terhadap kemampuan belajar siswa pada siklis III ini tersaji pada tabel 4.8 berikut: Tabel 4.8 Hasil Pengamatan terhadap Kemampuan Belajar Siswa pada Siklus 1II
No
Nama siswa
Nilai
Ket
1
Afifatul Umayah
7
B
2
Ahmad Zaenul Falaq
7
B
3
Devi Wulandarai
7
B
4
Hasan Setyawan
7
B
5
Ricky Setyawan
8
B
6
Ika Nur Aini
7
B
7
Indah Puspita Putri
8
B
8
Oktavia Wulandari
8
B
9
Eslin Ernawati
7
B
10
Rahmad S
6
C
11
Neli Hidayati
7
B
12
Wahyu Setyawan
6
C
13
Rama bintang P
7
B
14
Alip Hakim
8
B
15
Ridho Hanafi
8
B
16
Ita Melawati
7
B
17
Uafa Nahradila
8
B
18
Endang Sri S
7
B
19
Salsabila Ayu Y
8
B
20
Safitri Nabila
7
B
Rata-rata
7,2
75
Keterangan Siswa mempunyai kemampuan baik
: 18 siswa (90%)
Siswa mempunyai kemampuan cukup
: 2 siswa ( 5%)
Siswa mempunyai kemampuan kurang
: - siswa (0%)
Adapun hasil test post test pada siklus III ini tersaji pada tabel 4.9 berikut: Tabel 4.9 Hasil Post Test Siklus III
No
Nama siswa
Nilai
Ketuntasan
1
Afifatul Umayah
70
T
2
Ahmad Zaenul Falaq
75
T
3
Devi Wulandarai
75
T
4
Hasan Setyawan
75
T
5
Ricky Setyawan
65
T
6
Ika Nur Aini
65
T
7
Indah Puspita Putri
80
T
8
Oktavia Wulandari
70
T
9
Eslin Ernawati
75
T
10
Rahmad S
75
T
11
Neli Hidayati
70
T
12
Wahyu Setyawan
60
TT
13
Rama bintang P
75
T
14
Alip Hakim
70
T
15
Ridho Hanafi
70
T
16
Ita Melawati
70
T
17
Uafa Nahradila
65
T
18
Endang Sri S
75
T
19
Salsabila Ayu Y
75
T
20
Safitri Nabila
75
T
Rata-rata
71,5
76
Keterangan: Tuntas (T)
: 19 Siswa ( 95 %)
Tidak Tuntas (TT)
: 1 siswa (5 %)
Setelah melaksanakan tindakan pengamatan dalam pembelajaran di dalam kelas selanjutnya diadakan refleksi dari tindakan yang dilakukan. Dalam kegiatan pada Siklus III didapatkan: a. Proses belajar mengajar dengan metode reading guide
ini berjalan lancar
semua siswa telah memahami dan berjalan sendiri tanpa harus diperintah, kondisi kelas sudah dipersiapkan sebelumnya, sehingga lebih efektif. b. Suasana kelas dalam pembelajaran sudah aktif, sebagian besar siswa kelihatan memperhatikan, suasana kelas sudah nampak menjadi tenang sebagaimana proses belajar mengajar pada umumnya. c. Sebagian besar siswa dalam kelas sudah menyadari betul pentingnya memperhatikan materi pelajaran. Hal ini tentu sangat membantu bagi peningkatan hasil belajar nantinya. d. Sebagian besar siswa sudah benar dalam menghafal materi, walaupun masih ada siswa yang salah, tetapi sangat kecil. Hal ini tidak bisa dihilangkan karena siswa yang terlambat dalam berfikir, guru sudah memperhatikan dan membimbing siswa yang terlambat berfikir, tetapi karena keterbatasan waktu, sehingga perlu waktu khusus untuk memberi bimbingan kepada siswa tersebut sehingga dapat mengikuti pelajaran selanjutnya. e. Pelaksanaan Siklus III berlangsung dengan baik dan kondusif serta aktifitas belajar siswa meningkat. Hasil belajar siswa telah mencapai rata-rata 71,5 sehingga jauh lebih baik dari siklus- siklus sebelumnya. Tingkat ketuntasanpun juga meningkat menjadi 95% dari 20 siswa sehingga masih 5% yang belum
77
tuntas .ini sulit dihindari karena faktor keterlambatan berfikir, namun dapat dikatakan pelaksanaan Siklus III ini berhasil, karena ada peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas menghafal dengan baik. Hal ini terbukti dari daya serap yang dicapai berturut-turut sehingga peneliti dapat mengatakan Siklus III telah berhasil dengan baik B. Pembahasan Hasil tes formatif setelah penggunaan metode reading guide hasilnya adalah sebagaimana tersaji dalam tabel 4.10 Tabel 4.10 Rekap Daftar Nilai Setelah Menggunakan Metode Reading Guide
No
Nama siswa
Formatif 1
Formatif 2
Formatif 3
1
Afifatul Umayah
70
70
70
2
Ahmad Zaenul Falaq
65
70
75
3
Devi Wulandarai
70
65
75
4
Hasan Setyawan
65
70
75
5
Ricky Setyawan
65
80
65
6
Ika Nur Aini
55
60
65
7
Indah Puspita Putri
65
65
80
8
Oktavia Wulandari
70
70
70
9
Eslin Ernawati
65
70
75
10
Rahmad S
55
80
75
11
Neli Hidayati
70
70
70
12
Wahyu Setyawan
60
60
60
13
Rama bintang P
60
70
65
14
Alip Hakim
70
70
70
15
Ridho Hanafi
70
70
70
16
Ita Melawati
55
70
70
17
Uafa Nahradila
65
80
65
18
Endang Sri S
65
70
75
19
Salsabila Ayu Y
70
80
75
78
20
Safitri Nabila
65
70
75
Rata-rata
65
70
71,5
Sehingga jelas sekali terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Sedangkan dari data yang tersaji dalam penjalasan tiap siklus di atas maka data tersebut dapat penulis rangkum dalam tabel berikut ini. Data tentang pemahaman siswa sebagaimana tersaji dalam tabel 4.11 Tabel 4.11 Rekap Hasil Pemahaman Siswa
Kemampuan Siswa Siswa
Siklus I
mempunyai 3 anak (15%)
Siklus II
Siklus III
0 anak (0%)
0 anak (0%)
5 anak (252%)
2 siswa ( 5%)
15 anak (75%)
24 anak (96%)
kemampuan kurang Siswa
mempunyai 2 anak (10%)
kemampuan cukup Siswa
mempunyai 15 siswa (75%)
kemampuan baik
Data tentang kemampuan siswa sebagaimana tersaji dalam tabel 4.12 Tabel 4.12 Rekap Hasil Kemampuan Siswa
Perhatian Siswa
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Tidak memperhatikan
8 anak (32%)
2 anak (8%)
0 anak (0%)
Kurang memperhatikan
9 anak (36%)
3 anak (12%)
2 anak (10%)
Memperhatikan
8 anak (32%)
20 anak (75%)
18 siswa (90%)
Adapun data tentang ketuntasan belajar siswa yaitu siswa telah mencapai KKM yang telah ditentukan yaitu nilai 65 adalah sebagaimana tersaji dalam tabel 4.13 berikut:
79
Tabel 4.13 Rekap Data Ketuntasan Belajar Siswa
Hasil Belajar
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Kurang dari 65
5 siswa (25%)
2 siswa (8%)
1 siswa (4%)
20 siswa (75%)
23
( Tidak Tuntas) Sama atau Lebih dari 65 (Tuntas)
Siswa
( 24 Siswa (96 %)
92%)
Untuk menguji hipoteis tindakan yang telah penulis susun maka perlu dilakukan perbandingan antara nilai yang peroleh siswa sebelum menggunakan metode reading guide dengan setelah menggunakan reading guide. Disini penulis akan menggukanan rata-rata tiga kali ulangan formatif sebelum pelaksanaan reading guide dengan rata-rata nilai selama pelaksanaan metode reading guide sebagaimana tersaji dalam tabel 4.14 berikut Tabel 4.14 Rekap Daftar Rata-rata Nilai Sebelum dan Setelah Menggunakan Strategi Reading Guide
No
Nama siswa
Sebelum menggunakan Seatelah menggunakan metode reading guide
metode reading guide
1
Afifatul Umayah
53
70
2
Ahmad Zaenul Falaq
69
70
3
Devi Wulandarai
70
70
4
Hasan Setyawan
55
70
5
Ricky Setyawan
63
70
6
Ika Nur Aini
53
60
7
Indah Puspita Putri
63
65
8
Oktavia Wulandari
65
70
9
Eslin Ernawati
60
70
10
Rahmad S
61
65
11
Neli Hidayati
67
70
12
Wahyu Setyawan
52
60
80
13
Rama bintang P
66
70
14
Alip Hakim
68
70
15
Ridho Hanafi
65
70
16
Ita Melawati
59
65
17
Uafa Nahradila
74
75
18
Endang Sri S
66
70
19
Salsabila Ayu Y
67
75
20
Safitri Nabila
67
70
Dari data di atas kemaudian dimasukkan dalam ”t” tabel untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan nilai antara sebelum menggunakan metode reding guide dengan setelah menggunakan metode reading guide sebagaimana tersaji pada tabel 4.14 berikut: Tabel 4.14 Tabel kerja ”t” tabel Nama
Afifatul
Forma tif I
For m II
Forma tif III
Sebelum penggunaan metode reding Guide (X)
Post Test I
Post Test II
Post Test III
Setelah Menggunak an metode reading Guide (Y)
D=
D²=
(X-
(X-Y)²
Y)
55
53
51
159
70
70
70
210
-51
2601
68
69
70
207
65
70
75
210
-3
9
65
70
75
210
70
65
75
210
0
0
50
55
60
165
65
70
75
210
-45
2025
Umayah Ahmad Zaenul Falaq Devi Wulandar ai Hasan Setyawan
81
Ricky
60
63
66
189
65
80
65
210
-21
441
Nur 51
53
55
159
55
60
65
180
-21
441
68
63
58
189
65
65
80
195
-6
36
65
65
65
195
70
70
70
210
-15
225
60
60
60
180
65
70
75
210
-30
900
57
61
65
183
55
80
75
195
-12
144
65
67
69
201
70
70
70
210
-9
81
54
52
50
156
60
60
60
180
-24
576
60
66
72
198
60
70
80
210
-12
144
65
68
71
204
70
70
70
210
-6
36
65
65
65
195
70
70
70
210
-15
225
60
59
58
177
55
70
70
195
-18
324
73
74
75
222
65
80
65
225
-3
9
65
66
67
198
65
70
75
210
-12
144
64
67
70
201
70
80
75
225
-24
576
Setyawan Ika Aini Indah Puspita Putri Oktavia Wulandar i Eslin Ernawati Rahmad S Neli Hidayati Wahyu Setyawan Rama bintang P Alip Hakim Ridho Hanafi Ita Melawati Uafa Nahradila Endang Sri S Salsabila Ayu Y
82
Safitri
70
67
64
201
65
70
75
210
-9
81
Nabila ∑D= ∑D²= -270 Catatan: tanda minus (-) pada tabel tersebut bukanlah tanda aljabar, melainkan selisih antara dua variabel
Dari tabel 4.14 telah berhasil diperoleh ∑D= -90 dan ∑D²= 1002. maka kita dapat mencari besarnya Deviasi Standar Perbedaan Sekor antara variabel X dengan variabel Y (dalam hal ini SDD) SDD = √∑D² _ (∑D)² N
= √ 9018 _ (-270)² =
N
20
20
√9018 - 72900 20
20
= √ 450,9 – 3645 = √-3194,1
= 56,52
Kemudia diperhitungkan Standar Error dari Mean Perbedaan Skor antara variabel X dan variabel Y SEMD = SDD √N-1 = 55,52 4,359
=
56,52 = √20-1
55,52 √19
= 12,76
Langkah selanjutnya mencari t o dengan menggunakan rumus to
= MD
SEMD = -135 = -72,9 12,76 Kemudian diberikan
interpretasi
terhadap
t o dengan
terlebih
dahulu
memperhitungkan df atau dbnya. df atau db = N-1 = 20-1 = 19. dengan df sebesar 19 kita konsultasikan dengan tabel nilai t baik pada taraf signifikansi 5 % maupun
9018
83
taraf signifikansi 1 %. Maka kita peroleh harga kritik t atau t
tabel
pada taraf
signifikansi 1% sebesar 2,09 dan pada taraf signifikansi 5% sebesar 2.09. Dengan demikian hipotesis tindakan yang berbunyi: ”Penerapan metode reading guide mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Al Qur‟an Hadits di kelas IV MI Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang tahun pelajaran 2009/2010” terbukti secara meyakinkan Dari hasil penelitian tersebut maka diperoleh gambaran bahwa penggunaan metode reading guide tersebut mampu meningkatkan pemahaman, kemampuan dan hasil belajar siswa pada materi pelajaran Al Qur‟an Hadits. Hal ini sesuai dengan landasan teori yang telah penulis ajukan dimana penggunaan metode yang tepat dan bervariasi akam mampu meningkatkan kwalitas pembelajaran. Dari analisa terhadap hasil penelitian yang penulis lakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut: a. Kemampuan penguasaan materi Al Qur‟ah Hadits sebelum menggunakan strategi reading guide pada siswa kelas IV MI Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang tahun 2010 masih rendah bahkan belum mencapai Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan yaitu nilai 70 dengan tingkat ketuntasan kelas mencapai 75%. b. Penerapan strategi reading guide untuk materi Al Qur‟an Hadits pada siswa kelas IV MI Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang tahun 2010 terbukti berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan pamahaman, kemampuan dan hasil belajar siswa.
84
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang penulis lakukan maka dapat kita ambil beberapa kesimpulan yaitu: 1. Penerapan metode reading guide mampu meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran materi pelajaran Al Qur‟an Hadits di kelas IV MI Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang tahun 2010. 2. Penerapan metode reading guide mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran materi pelajaran Al Qur‟an Hadits di kelas IV MI Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang tahun 2010. 3. Penerapan metode reading guide dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran materi pelajaran Al Qur‟an Hadits di kelas IV MI Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang tahun 2010. B. Saran-Saran 1. Kepada para guru sebaiknya lebih variatif dalam menggunakan strategi pembelajaran, termasuk menggunakan metode reading guide. Hal ini akan menghilangkan kebosanan dari para siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar 2. Para guru sebaiknya tidak takut-takut dalam mencoba strategi baru dalam pembelajaran untuk meningkatkan motivasi belajar anak serta meningkatkan hasil pembelajaran. 3. Sebelum melaksanakan strategi pembalajaran jenis baru sebaiknya melakukan persiapan sebaik-baiknya dengan mempertimbangkan materi yang sesuai.
85
4. Kepada pihak sekolah diharapkan memberikan dorongan serta himbauan kepada para guru untuk lebih kreatif dalam menyampaikan materi pelajaran di kelas. 5. Pihak sekolah sebaiknya melengkapi sarana dan prasarana yang menjunjang bagi penerapan strategi pengajaran yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek: Edisi Revisi VI. Jakarta : Rineka Cipta Azwar, Saifuddin. 2003. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting : Edisi Kedelapan. Yogyakarta : BPFE UGM Chariri, Anis dan Imam Ghozali. 2003. Teori Akuntansi. Edisi Revisi. Semarang : BPUD Colid, Narbuka dan Ahmadi. 2002. Petunjuk Untuk Penelitian Pemula. Bandung : CV. Alfabeta Erhans A. 2000. Akuntansi 2 : Perusahaan Dagang dan Industri. Jakarta : PT. Ercontara Rajawali Financial Accounting Standards Board (FASB). 1988. Statement Of Fonanacial Accopunting Concepts. Homewood, IL : Irwin Harnanto. 1988. Akuntansi Keuangan Intermediate. Yogyakarta : Liberty _______. 1991. Analisis laporan Keuangan. Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN Haryono. 2001. Dasar-Dasar Akuntansi Jilid 1. Yogyakarta : STIE YKPN IAI. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba Empat . 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarata : Salemba Empat Indriantoro, N. dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi 1. Yogyakarta: BPFE UGM Jogiyanto,H.M. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan PengalamanPengalaman. Yogyakarta : BPFE UGM ____________ 2000. Sistem Informasi Akuntansi Berbasis Komputer. Yogyakarta : BPFE UGM. Kieso, Donald E and Jerry J. Weygandt. 2004. Intermediate Accounting : Eleventh Edition. New York : John Wiley & Sons
. 2005. Accounting Principles : Seventh Edition. New York : John Wiley & Sons Munawir S. 1998. Analisis Laporan Keuangan: Edisi revisi. Yogyakarta : Liberty. Noegroho, Yefta Andi Kus. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan : Predictive-Ability VS Accountability. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol.X, No.2, September 2004 : 239-247 Pudjo, Teguh Muljono. 1999. Aplikasi Management Audit. Edisi Pertama. Yogyakarta : BPFE UGM Soemarso. 1999. Akuntansi Suatu Pengantar Jilid I. Jakarta : Rineka Cipta Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : CV. Alfabeta Sukandar, Rumidi. 2002. Penelitian Petunjuk Untuk Penelitian Pemula. Yogyakarta : UGM Press Suwardjono. 2003. Akuntansi Pengantar, Bagian I Proses Penciptaan Data Pendekatan Sistem : Edisi Ketiga. Yogyakarta : BPFE UGM . 2005. Teori Akuntansi : Perekayasaan Pelaporan Keuangan: Edisi Ketiga. Yogyakarta : BPFE UGM