UNIVERSITAS INDONESIA
ASUHAN KEPERAWATAN ANSIETAS PADA IBU S YANG MENGALAMI HIPERTENSI DI RUANG RAWAT ANTASENA RUMAH SAKIT DR. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
OLLYVIA FREESKA DWI MARTA, S. KEP 0806316221
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI ILMU KEPERAWATAN DEPOK JUNI 2013
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
ASUHAN KEPERAWATAN ANSIETAS PADA IBU S YANG MENGALAMI HIPERTENSI DI RUANG RAWAT ANTASENA RUMAH SAKIT DR. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR
KARYA ILMIAH AKHIR NERS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners
OLLYVIA FREESKA DWI MARTA, S. KEP 0806316221
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI ILMU KEPERAWATAN DEPOK JUNI 2013
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas limpahan berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ini dengan baik dan tepat waktu. Tujuan dari pembuatan karya ilmiah akhir ini adalah untuk memenuhi tugas mata ajar praktik klinik terintegrasi peminatan keperawatan jiwa dan sebagai rangkaian proses pembuatan karya ilmiah akhir untuk mendapatkan gelar Ners Ilmu Keperawatan. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sulit bagi saya untuk menyelesaikan karya ilmiah akhir ini. Selanjutnya saya ingin mengucapakan terima kasih kepada: 1. Ibu Dewi Irawaty, M.A, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia; 2. Ibu Kuntarti, S.Kp., M. Biomed, selaku Ketua Program Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia; 3. Ibu Riri Maria, SKp., MANP selaku koordinator mata ajar karya ilmiah akhir ners yang telah memberikan pengarahan; 4. Pihak Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor yang telah memberikan izin praktik di ruang Antasena; 5. Ibu Linggar Kumoro, SKp. selaku kepala ruangan Antasena Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor yang telah memberikan izin praktik kepada saya untuk melakukan praktik profesi peminatan keperawatan jiwa; 6. Pembimbing saya Dr. Mustikasari, SKp., MARS dan Ibu Fauziah, M. Kep., Sp.Kep.Jiwa yang telah menyediakan waktu, tenaga, pikiran dan kesabaran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan karya ilmiah akhir ners ini; 7. Ibu Dessie Wanda S.Kp., M.N selaku Pembimbing Akademik saya yang selalu memberikan support serta semangat untuk segera menyelesaikan tugas ini serta bimbingannya yang tak pernah henti untuk saya. Terima kasih ibu; 8. Staf pengajar FIK UI yang telah berkontribusi dalam memberikan materi selama bangku perkuliahan; iv
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
9. Mama (Yusmiati) dan Papa (Sudjarwo) yang selalu memberikan semangat kepada saya, tempat segala mencurahkan keluh kesah, pemberi nasehat kepada saya dan menyemangati saya untuk menyelesaikan karya ilmiah akhir ini, terimakasih mama papa. Kakakku (Mbak Tika dan Mas Pipin) serta adek Syafid, terima kasih atas semangat dan dukungannya; 10. Helmy Gito Raditya, terima kasih atas segala doa, dukungan, semangat dan kesabarannya selama saya mengikuti profesi dan membuat karya ilmiah akhir ners ini. 11. Bunda (Umi Choiriyah) dan adek Istighfar Yana Raditya terimakasih atas doa semangat, dan dukungannya; 12. Teman satu pembimbing saya yang selalu bersama ketika konsul (Rosiana Putri, Sri Andayani, Cilik Ratna Ningrum, Fairuz Ali Abdad), tempat berdiskusi tentang karya ilmiah akhir masing-masing, masukan-masukannya, dan support yang tak putus diberikan; 13. Semua teman-teman tercinta saya (Lina, Risa, Nike, Ika, Reni, Ananda, Asih, Arum, Wilda, Diantika, Annisa, Mirda) yang selalu memberikan dukungan dan selalu ada untuk memberi saya masukan, ide, dan saran untuk karya ilmiah akhir ini. Sebagai penutup, semoga Allah membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu saya dalam menyusun karya ilmiah akhir ini. Semoga karya ilmiah akhir ini nantinya dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu dan masyarakat.
Depok, 13 Juni 2013
Penulis
v
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
ABSTRAK
Nama
: Ollyvia Freeska Dwi Marta
Program Studi : Profesi Ilmu Keperawatan Judul
: Asuhan Keperawatan Ansietas pada Ibu S yang Mengalami Hipertensi di Ruang Rawat Antasena Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah kesehatan yang umum terjadi pada masyarakat perkotaan. Prevalensi hipertensi lebih tinggi pada penduduk yang tinggal di perkotaan. Menurut Setiawan (2006) dalam perbandingan kota di Indonesia kasus hipertensi cenderung tinggi pada daerah urban seperti : Jabodetabek, Medan, Bandung, Surabaya, dan Makassar yang mencapai 30 – 34%. Dampak yang diberikan dari hipertensi tidak hanya menyangkut masalah fisik saja namun juga berpengaruh terhadap masalah psikososial seperti ansietas. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan tahun 2007, diketahui bahwa 11,6% penduduk Indonesia usia di atas 15 tahun mengalami masalah gangguan kesehatan jiwa (depresi dan ansietas). Asuhan keperawatan yang telah dilakukan untuk mengatasi ansietas pada pasien ibu S adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan terkait persiapan operasi dan melatih teknik relaksasi napas dalam. Hasil yang didapatkan dari pemberian asuhan keperawatan ini adalah tingkat ansietas ibu S dari ansietas sedang berkurang menjadi ansietas ringan. Rekomendasi untuk perawat adalah dengan menggabungkan dua tindakan keperawatan yaitu pendidikan kesehatan dan teknik relaksasi napas dalam untuk membantu mengurangi ansietas pasien dengan hipertensi.
Kata kunci: ansietas, hipertensi
vii
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
ABSTRACT
Name
: Ollyvia Freeska Dwi Marta
Study Program
: Nursing Profession
Title
: Nursing care for anxiety to Mrs. S at Antasena Room dr. H. Marzoeki Mahdi Hospital Bogor
Hypertension or high blood pressure is a common health problem in urban communities. The prevalence of hypertension is higher among people living in urban areas. According to Setiawan (2006) in a comparison of cities in Indonesia tend to be higher in the case of hypertension urban areas such as: Jabodetabek, Medan, Bandung, Surabaya, and Makassar which reaches 30-34%. Given the impact of hypertension is not only a physical problem, but also the psychosocial problems such as anxiety. Based on the Ministry of Health (Primary Health Research) in 2007, found that 11.6% of Indonesia's population aged over 15 years of experience mental health problems (depression and anxiety). Nursing care that has been done to overcome anxiety problem in Mrs. S is to provide health education related to the preparation of operations and training deep breathing relaxation techniques. The results obtained from the provision of nursing care are anxiety level Mrs. S was reduced from medium anxiety to mild anxiety. Recommendation for nurses is to combine the two of nursing care, health education and deep breathing relaxation techniques to help reduce anxiety in patients with hypertension.
Keyword: anxiety, hypertension
viii
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .......................................................................................i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................iii KATA PENGANTAR ....................................................................................iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...........................................................................................vi ABSTRAK ..................................................................................................... vii ABSTRACT ...................................................................................................viii DAFTAR ISI ..................................................................................................ix DAFTAR GAMBAR .....................................................................................xi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii 1. PENDAHULUAN ................................................................................. 1 1.1 Latar belakang ................................................................................... 1 1.2 Perumusan masalah ........................................................................... 4 1.3 Tujuan .............................................................................................. 4 1.4 Manfaat ............................................................................................ 5 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 6 2.1 Hipertensi ........................................................................................... 6 2.1.1 Definisi ................................................................................... 6 2.1.2 Klasifikasi ................................................................................ 7 2.1.3 Gejala klinis ............................................................................. 8 2.1.4 Komplikasi ............................................................................... 8 2.1.5 Faktor resiko terjadinya stres pada pasien hipertensi .............. 8 2.2 Ansietas ............................................................................................ 10 2.2.1 Definisi .................................................................................. 10 2.2.2 Faktor predisposisi dan presipitasi .......................................... 10 2.2.3 Tingkat ansietas beserta tanda dan gejalanya ......................... 12 2.3 Asuhan keperawatan ansietas pada pasien dengan hipertensi .......... 13 2.3.1 Pengkajian .............................................................................. 13 2.3.2 Diagnosis keperawatan ........................................................... 14 2.3.3 Tindakan keperawatan pada pasien dengan ansietas .............. 15 3. LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA ...................................... 17 3.1 Pengkajian ........................................................................................ 17 3.2 Masalah keperawatan ........................................................................ 20 3.3 Pohon masalah dan diagnosis keperawatan ...................................... 21 4. ANALISIS SITUASI ............................................................................. 23 4.1 Profil lahan praktek ........................................................................... 23 4.2 Analisis masalah keperawatan dengan konsep terkait KKMP dan konsep kasus terkait ......................................................................... 24 ix
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
4.3 Analisis salah satu intervensi dengan konsep terkait dan penelitian terkait .............................................................................. 27 4.4 Alternatif pemecahan yang dapat dilakukan ..................................... 29 5. PENUTUP .............................................................................................. 32 5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 32 5.2 Saran ................................................................................................ 33 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 35 LAMPIRAN
x
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Pohon masalah ........................................................................... 21
xi
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pengkajian Keperawatan Jiwa dan Analisa Data Lampiran 2 Rencana Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ansietas Lampiran 3 Evaluasi Asuhan Keperawatan (Catatan Perkembangan) Lampiran 4 Kuesioner Tingkat Kecemasan (Hamilton Anxiety Rating Scale HARS) Lampiran 5 Daftar Riwayat Hidup
xii
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN
Pendahuluan ini menjelaskan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat dari penulisan karya ilmiah akhir ners. 1.1
Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah kesehatan yang saat ini umum terjadi pada masyarakat perkotaan. Provinsi di Indonesia dari 33 provinsi terdapat 8 provinsi yang kasus penderita hipertensi melebihi rata - rata nasional yaitu : Sulawesi Selatan (27%), Sumatera Barat (27%), Jawa Barat (26%), Jawa Timur (25%), Sumatera Utara 24%, Sumatera Selatan (24%), Riau (23%), dan Kalimantan timur (22%). Sedangkan dalam perbandingan kota di Indonesia kasus hipertensi cenderung tinggi pada daerah urban seperti : Jabodetabek, Medan, Bandung, Surabaya, dan Makassar yang mencapai 30 – 34% (Setiawan, 2006).
Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi telah membunuh 9,4 juta warga dunia setiap tahunnya. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan, jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang membesar. Pada 2025 mendatang, diproyeksikan sekitar 29 persen warga dunia terkena hipertensi (Limpakarnjanarat, 2013 dalam Widiyani, 2013).
Penderita hipertensi saat ini paling banyak terdapat di negara berkembang. Data Global Status Report on Noncommunicable Disesases 2010 dari WHO menyebutkan, 40 persen negara ekonomi berkembang memiliki penderita hipertensi, sedangkan negara maju hanya 35 persen. Kawasan Afrika memegang posisi puncak penderita hipertensi sebanyak 46 persen. Sementara kawasan Amerika menempati posisi buncit dengan 35 persen. Di kawasan Asia Tenggara, 36
persen
orang
dewasa
menderita
hipertensi.
Untuk kawasan Asia, penyakit ini telah membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya. Hal ini menandakan satu dari tiga orang menderita tekanan darah tinggi (Limpakarnjanarat, 2013 dalam Widiyani, 2013).
1
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
2
Tahun 1997 sebanyak 15 juta penduduk Indonesia mengalami hipertensi tetapi hanya 4% yang melakukan kontrol rutin. Hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT, 2001 dalam Sugiharto, 2007) di kalangan penduduk umur 25 tahun ke atas menunjukkkan bahwa 27% laki-laki dan 29% wanita menderita hipertensi; 0,3% mengalami penyakit jantung iskemik dan stroke. Menurut Limpakarnjanarat (2013 dalam Widiyani, 2013) pada tahun 2011 WHO mencatat ada satu miliar orang yang terkena hipertensi. Di Indonesia, angka penderita hipertensi mencapai 32 persen pada 2008 dengan kisaran usia di atas 25 tahun. Jumlah penderita pria mencapai 42,7 persen, sedangkan 39,2 persen adalah wanita.
Seiring berubahnya gaya hidup di perkotaan yang mengikuti era globalisasi, kasus hipertensi terus meningkat. Gaya hidup gemar makanan fast food yang kaya lemak, asin, malas berolahraga dan mudah tertekan/stres ikut berperan dalam menambah jumlah pasien hipertensi (Wisnu, 2013). Selain faktor gaya hidup penduduk perkotaan itu sendiri, faktor eksternal dari lingkungan mampu menyumbang tinggi angka hipertensi di perkotaan. Tinggal di daerah perkotaan dengan polusi udara yang tinggi bisa memicu naiknya tekanan darah atau hipertensi. Sumber polusi bisa berasal dari kendaraan bermotor, debu, atau polutan dari pembangkit listrik (Wardayati, 2011).
Hipertensi memberikan dampak baik dari fisik maupun secara psikologis. Menurut Studi Framingham (1948), pasien dengan hipertensi mempunyai peningkatan resiko yang bermakna untuk penyakit koroner, stroke, penyakit arteri perifer, dan gagal jantung (Dosh, 2001). Seseorang yang terkena hipertensi akan mengalami gangguan psikis seperti ansietas dan atau depresi. Gangguan psikis seperti ansietas di samping menimbulkan gangguan fungsional jantung juga sebagai salah satu faktor risiko terjadinya penyakit jantung kororner. Selain itu, ansietas dapat memperlambat penyembuhan, meningkatkan komplikasi, dan mortalitas penderita hipertensi (Harapan, 2005).
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
3
Penderita gangguan ansietas di Indonesia diperkirakan sekitar 8,3% populasi (Wiguna, 2003). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan tahun 2007, diketahui bahwa 11,6% penduduk Indonesia usia di atas 15 tahun mengalami masalah gangguan kesehatan jiwa (depresi dan ansietas). Sebanyak 5% dari jumlah penduduk Indonesia mengalami gangguan ansietas, baik akut maupun kronik dengan perbandingan antara wanita dan pria 2 : 1 (PPDGJ-III, 1993 dalam Agustarika, 2009).
Prevalensi ansietas cukup tinggi terutama pada pasien yang pertama kali mengetahui dirinya mengidap penyakit jantung seperti hipertensi (Harapan, 2005). Ansietas pada penderita hipertensi umumnya berusia muda yaitu pada usia 30-40 tahun dan lebih banyak dijumpai pada wanita dibandingkan pria. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Wei dan Wang (2006) yang menyatakan bahwa terdapat 3 faktor umum yang biasanya berkaitan antara ansietas pada pasien dengan hipertensi, yaitu pasien dengan jenis kelamin perempuan, lamanya menderita hipertensi, dan pasien yang memiliki riwayat hospitalisasi karena gangguan kardiovaskuler. Namun, penatalaksanaan ansietas yang memadai dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas penyakit jantung khususnya hipertensi serta memperbaiki kualitas hidup pasien (Harapan, 2005).
Asuhan keperawatan ansietas diperlukan untuk membantu memperbaiki kualitas kesehatan pasien dengan hipertensi. Asuhan keperawatan pada pasien dengan ansietas bertujuan agar pasien mampu mengenal ansietas dan mampu mengatasi ansietas yang terjadi (Keliat, dkk., 2005 dalam Supriati, 2010). Kemampuan yang harus dimiliki oleh pasien terdiri dari pengetahuan dan kemampuan melakukan cara mengatasi ansietas terdiri dari pasien mampu menyebutkan penyebab ansietas, menyebutkan situasi yang menyertai ansietas, menyebutkan perilaku terkait ansietas, melakukan pengalihan situasi, melakukan teknik relaksasi tarik napas dalam, melakukan teknik relaksasi otot (Keliat, dkk., 2005 dalam Supriati, 2010). Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
4
Penatalaksanaan ansietas yang diberikan kepada pasien yaitu dengan pemberian pendidikan kesehatan terkait persiapan operasi dan melatih teknik relaksasi yaitu tarik napas dalam. Pasien dibawa ke dalam keadaan rileks, istirahat, untuk mengurangi tingkat kecemasannya sehingga diharapkan tekanan darah yang biasanya
tinggi
berangsur-angsur
mengalami
penurunan.
Fisher
(2007)
menyebutkan bahwa dengan berlatih tarik napas dalam mampu mengurangi tingkat kecemasan yang dialami oleh seseorang. Penelitian ini didukung juga oleh penelitian yang dilakukan oleh Aivazyan et.al (1988) yang menyebutkan bahwa latihan teknik relaksasi tarik napas dalam mampu menurunkan tekanan darah pada pasien dengan hipertensi.
1.2
Perumusan masalah
Berdasarkan hasil temuan yang dilakukan oleh Supriati (2010) di ruang umum Rumah Sakit dr. H Marzoeki Mahdi Bogor ditemukan bahwa 9 dari 12 orang pasien (75%) yang menjadi pasien kelolaan dan resume mengalami ansietas. Pasien yang mengalami ansietas yang dirawat menyatakan sulit tidur, jantung merasa berdebar-debar, tekanan darah dan nadi yang meningkat, wajah akan tampak menunjukkan ekspresi tegang, dan nafsu makan mengalami penurunan. Ansietas yang terjadi pada penderita penyakit jantung, terutama hipertensi jika tidak diatasi dengan baik maka akan membuat penyakit ini semakin bertambah parah. Untuk itulah diperlukan sebuah asuhan keperawatan untuk mengatasi masalah ansietas yang terjadi pada pasien dengan hipertensi.
1.3
Tujuan
1.3.1 Tujuan umum Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan ansietas pada pasien dengan hipertensi di Ruangan Antasena Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
5
1.3.2 Tujuan khusus Tujuan khusus dari pembuatan karya ilmiah ini adalah: 1.3.2.1 Mahasiswa mampu memberikan gambaran masalah ansietas pada pasien dengan hipertensi. 1.3.2.2 Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan fisik maupun psikososial pada pasien hipertensi. 1.3.2.3 Mahasiswa mampu menganalisis kesenjangan antara asuhan keperawatan yang diberikan dengan teori-teori terkait.
1.4
Manfaat
1.4.1. Manfaat Keilmuan Karya ilmiah ini sebagai bahan pengembangan pengetahuan dalam keilmuan keperawatan jiwa khususnya tentang masalah psikososial yaitu ansietas pada pasien dengan hipertensi.
1.4.2. Manfaat Aplikatif Karya ilmiah ini dapat menjadi sumber informasi dan panduan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi yang memiliki masalah psikososial yaitu ansietas.
1.4.3. Manfaat Metodologi Karya ilmiah ini dapat menjadi sarana peneliti untuk mengembangkan pengetahuan dan pengalaman dalam bidang pemberian asuhan keperawatan jiwa terutama pada masalah psikososial yaitu ansietas pada pasien dengan hipertensi.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka ini dijelaskan mengenai konsep hipertensi mulai dari definisi, klasifikasi, gejala klinis, komplikasi, dan faktor resiko terjadinya stres pada pasien dengan hipertensi. Kemudian dalam tinjauan pustaka ini juga dibahas tentang masalah psikososial yang muncul akibat hipertensi yaitu ansietas dan tindakan keperawatan untuk pasien dengan ansietas.
2.1
Hipertensi
2.1.1 Definisi Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan penyakit darah tinggi adalah peningkatan abnormal tekanan darah, baik tekanan darah sistolik maupun tekanan darah diastolik. Dalam keadaan normal, tekanan darah sistolik (saat jantung memompakan darah) kurang dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik (saat jantung istirahat) kurang dari 80 mmHg (Smeltzer, 2001). Hipertensi adalah peningkatan tekanan sistol, yang tingginya tergantung umur individu yang terkena. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas-batas tertentu, tergantung posisi tubuh, umur, dan tingkat stres yang dialami. Hipertensi juga sering digolongkan sebagai ringan, sedang, atau berat, berdasarkan tekanan diastole. Hipertensi ringan bila tekanan darah diastole 95-104, hipertensi sedang tekanan diastole 105-114, sedangkan hipertensi berat tekanan diastole >115 (Tambayong, 2000). WHO-ISH (1999) mengklasifikasikan derajat tekanan darah tinggi yaitu : 1) Optimal bila tekanan darah 90/60-120/80 mmHg, 2) Normal bila tekanan darah 120/80-130/85 mmHg, 3) Normal tinggi bila tekanan darah sistolik 130-139 mmHg dan tekanan darah diastolik 85-89, 4) Hipertensi derajat 1 (ringan) bila tekanan darah sistolik 140-159 mmHg dan tekanan darah diastolik 90-99 mmHg, 5) Hipertensi derajat 2 (sedang) bila tekanan darah sistolik 160-179 mmHg dan tekanan darah diastolik 100-109 mmHg, 6) Hipertensi derajat 3 (berat) bila tekanan darah ≥ 180/110, 6
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
7 7) Hipertensi sistolik (Isolated Systolic Hypertension) bila tekanan darah sistolik ≥ 140 dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg.
Berdasarkan pemaparan tentang definisi hipertensi maka dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg.
2.1.2 Klasifikasi Klasifikasi hipertensi menurut Tambayong (2000) terbagi dua macam, yaitu: 2.1.2.1 Hipertensi Primer (Hipertensi Esensial) Hipertensi primer atau hipertensi esensial adalah suatu peningkatan persisten tekanan arteri yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal tanpa penyebab sekunder yang jelas. Hipertensi essensial meliputi lebih kurang 95% dari seluruh penderita hipertensi dan 5% sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. 2.1.2.1 Hipertensi Sekunder (Hipertensi Non Esensial) Hipertensi sekunder atau hipertensi non esensial adalah hipertensi yang dapat diketahui penyebabnya. Hipertensi sekunder meliputi lebih kurang 5% dari total penderita hipertensi. Contoh kelainan yang menyebabkan hipertensi sekunder adalah sebagai hasil dari salah satu atau kombinasi dari akibat stres yang parah, penyakit atau gangguan ginjal, kehamilan dan pemakaian hormon pencegah kehamilan, pemakaian obatobatan seperti heroin, kokain, dan sebagainya, cedera di kepala atau perdarahan di otak yang berat, dan tumor atau sebagai reaksi dari pembedahan.
Klasifikasi hipertensi yang digunakan dalam karya ilmiah ini adalah hipertensi primer dimana pasien mengalami hipertensi akibat suatu peningkatan persisten tekanan arteri yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal tanpa disertai penyebab sekunder yang jelas.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
8
2.1.3 Gejala Klinis Menurut Corwin (2001), sebagian besar tanpa disertai gejala yang mencolok dan manifestasi klinis timbul setelah mengetahui hipertensi bertahun-tahun berupa: 1) Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat tekanan darah intrakranium. 2) Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi. 3) Ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan syaraf. 4) Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus. 5) Edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler. 6) Peninggian tekanan darah kadang merupakan satu-satunya gejala, terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak, atau jantung. 7) Gejala lain adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang- kunang dan pusing.
2.1.4 Komplikasi Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak endothel arteri dan mempercepat atherosklerosis. Komplikasi dari hipertensi termasuk rusaknya organ tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah besar. Hipertensi adalah faktor resiko utama untuk penyakit serebrovaskular (stroke, transient ischemic attack), penyakit arteri koroner (infark miokard, angina), gagal ginjal, dementia, dan atrial fibrilasi. Bila penderita hipertensi memiliki faktorfaktor resiko kardiovaskular lain, maka akan meningkatkan mortalitas dan morbiditas
akibat
gangguan
kardiovaskularnya
tersebut.
Menurut
Studi
Framingham, pasien dengan hipertensi mempunyai peningkatan resiko yang bermakna untuk penyakit koroner, stroke, penyakit arteri perifer, dan gagal jantung (Dosh, 2001).
2.1.5 Faktor risiko terjadinya stres pada pasien hipertensi Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila stress menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
9
tetap tinggi. Hal ini secara pasti belum terbukti, akan tetapi pada binatang percobaan yang diberikan pemaparan tehadap stress ternyata membuat binatang tersebut menjadi hipertensi (Ferketich, 2000).
Menurut Smet (1994), stres adalah suatu kondisi disebabkan oleh transaksi antara individu dengan lingkungan yang menimbulkan persepsi jarak antara tuntutantuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber daya sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang. Stres adalah yang kita rasakan saat tuntutan emosi, fisik atau lingkungan tak mudah diatasi atau melebihi daya dan kemampuan kita untuk mengatasinya dengan efektif. Namun harus dipahami bahwa stres bukanlah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar itu. Stres adalah respon kita terhadap pengaruh-pengaruh dari luar itu (Sheps, 2005).
Stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, bingung, cemas, berdebardebar, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stres berlangsung cukup lama, tubuh berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag (Gunawan, 2005).
Suyono (2001) mengatakan stres juga memiliki hubungan dengan hipertensi. Hal ini diduga melalui saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Apabila stress berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah yang menetap. Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu dan bila stres sudah hilang tekanan darah bisa normal kembali. Peristiwa mendadak menyebabkan stres dapat meningkatkan tekanan darah, namun akibat stress berkelanjutan yang dapat menimbulkan hipertensi belum dapat dipastikan.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
10
2.2 Ansietas 2.2.1. Definisi Herdman (2012, dalam NANDA 2012) mendefinisikan ansietas sebagai perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon autonom (sumber seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman.
Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi, ketika merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam itu dapat terjadi (Videbeck, 2008). Menurut SAKP FIK UI (2008), ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respon (sumber seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); suatu perasaan takut akan terjadi sesuatu yang disebabkan oleh antisipasi bahaya.
2.2.2. Faktor predisposisi dan presipitasi Adapun faktor predisposisi dan presipitasi dari ansietas adalah (Stuart & Laraia, 2005 dalam SAKP FIK UI, 2008): 1) Faktor predisposisi Beberapa teori yang menjelaskan terjadinya ansietas: a) Teori psikoanalitik. Ansietas merupakan konflik emosional antara id dan super ego yang berfungsi untuk memperingatkan ego tentang sesuatu bahaya yang perlu diatasi. b) Teori interpersonal. Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal ini juga dihubungkan dengan trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan, perpisahan yang menyebabkan seseorang menjadi tidak Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
11
berdaya. Individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah untuk mengalami ansietas berat. c) Teori perilaku. Ansietas merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Para ahli perilaku mengangap ansietas merupakan suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan untuk menghindarkan rasa sakit. Teori ini meyakini bahwa manusia yang pada awal kehidupannya dihadapkan pada rasa takut yang berlebihan akan menunjukkan kemungkinan ansietas yang berat pada kehidupan masa dewasanya. d) Kondisi keluarga Ansietas dapat timbul secara nyata dalam keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi. e) Kajian Biologis Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine. Reseptor ini membantu mengatur ansietas. Penghambat GABA (gammaaminobutyric acid) juga berperan utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya dengan endorfin. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.
2) Faktor presipitasi Ansietas adalah keadaan yang tidak dapat dielakkan pada kehidupan manusia dalam memelihara keseimbangan. Pengalaman ansietas seseorang tidak sama pada beberapa situasi dan hubungan interpersonal. Namun demikian secara umum ada 2 (dua) ancaman besar yang dapat menimbulkan ansietas, yaitu: a) Ancaman integritas diri: meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan dasar, Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
12
b) Ancaman sistem diri, antara lain ancaman terhadap identitas diri, harga diri, dan hubungan interpersonal, kehilangan serta perubahan status/ peran.
2.2.3. Tingkat ansietas beserta tanda dan gejalanya Ansietas memiliki dua aspek yang sehat dan aspek yang membahayakan yang bergantung pada tingkat ansietas yang dialami dan seberapa baik individu melakukan koping terhadap ansietas. Tanda dan gejala ansietas dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat ansietas menurut Videbeck (2008) yang diadaptasi dari Beck & Emery (1985): 1) Ansietas ringan (1+) a) Respon fisik : ketegangan otot ringan, sadar akan lingkungan, rileks atau sedikit gelisah, penuh perhatian. b) Respon kognitif : lapang persepsi luas, terlihat tenang, perasaan gagal sedikit, waspada dan memperhatikan banyak hal, memperhatikan informasi, tingkat pembelajaran optimal. c) Respon emosional: perilaku otomatis, sedikit tidak sadar, aktivitas menyendiri, terstimulasi. 2) Ansietas sedang (2+) a) Respon fisik: ketegangan otot sedang, tanda-tanda vital meningkat, pupil dilatasi, mulai berkeringat, sering mondar-mandir, suara berubah: bergetar, nada suara tinggi, kewaspadaan dan ketegangan meningkat, sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, sering nyeri punggung. b) Respon kognitif: lapang persepsi menurun, tidak perhatian secara selektif, fokus terhadap stimulus meningkat, rentang perhatian menurun, penyelesaian masalah menurun, pembelajaran terjadi dengan memfokuskan. c) Respon emosional: tidak nyaman, mudah tersinggung, kepercayaan diri goyah, tidak sabar, gembira. Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
13
3) Ansietas berat (3+) a) Respon fisik: ketegangan otot berat, hiperventilasi, kontak mata buruk, pengeluaran keringat meningkat, bicara cepat, nada suara tinggi, tindakan tanpa tujuan dan serampangan, rahang menegang, menggertakan gigi, kebutuhan ruang gerak meningkat, mondarmandir, berteriak, meremas tangan, gemetar. b) Respon kognitif: lapang persepsi terbatas, proses berfikir terpecahpecah, sulit berfikir, penyelesaian masalah buruk, tidak mampu mempertimbangkan informasi, hanya memperhatikan ancaman. c) Respon emosional: sangat cemas, agitasi, takut, bingung, merasa tidak adekuat, menarik diri, penyangkalan, ingin bebas. 4) Ansietas panik (4+) a) Respon fisik: flight, fight, atau freeze ketegangan otot yang sangat berat, agitasi motorik kasar, pupil dilatasi, TTV meningkat kemudian menurun, tidak dapat tidur, hormon stres dan neurotransmitter berkurang, wajah menyeringai, mulut ternganga. b) Respon kognitif: persepsi yang sempit, pikiran tidak logis, terganggu, kepribadian kacau, tidak dapat menyelesaikan masalah, fokus pada pikiran sendiri, tidak rasional, sulit memahami stimulus eksternal, halusinasi, waham, ilusi terjadi. c) Respon emosional: merasa terbebani, merasa tidak mampu/ tidak berdaya, lepas kendali, mengamuk, putus asa, marah, mengharapkan hasil yang buruk, kaget, takut, lelah.
2.3
Asuhan keperawatan ansietas pada pasien dengan hipertensi
2.3.1
Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji untuk pasien dengan ansietas adalah (NANDA, 2012): 1) Perilaku Penurunan produktivitas, gerakan yang irelevan, gelisah, melihat sepintas, insomnia, kontak mata yang buruk, mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup, agitasi, mengintai, dan tampak waspada. Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
14
Individu akan berperilaku menghindar seperti menghindari orang-orang, tempat, dan peristiwa yang berkaitan dengan timbulnya ansietas sebelumnya (Videbeck, 2008). 2) Afektif Gelisah, kesedihan yang mendalam, distress, ketakutan, perasaan tidak adekuat, berfokus pada diri sendiri, peningkatan kewaspadaan, iritabilitas, gugup,
senang
berlebihan,
rasa
nyeri
yang
meningkatkan
ketidakberdayaan, peningkatan rasa ketidakberdayaan yang persisten, bingung, menyesal, ragu/ tidak percaya diri, dan khawatir. 3) Fisiologis Wajah tampak tegang, tremor tangan, peningkatan keringat, peningkatan ketegangan, gemetar, tremor, dan suara bergetar. 4) Simpatik Anoreksia, eksitasi kardiovaskular, diare, mulut kering, wajah merah, jantung berdebar-debar, peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut nadi, peningkatan refleks, peningkatan frekuensi pernapasan, pupil melebar, kesulitan bernapas, vasokonstriksi superfisial, kedutan pada otot, dan kelemahan. 5) Parasimpatik Nyeri abdomen, penurunan tekanan darah, penurunan denyut nadi, diare, vertigo, letih, mual, gangguan tidur, kesemutan pada ekstremitas, sering berkemih, dan dorongan segera berkemih. 6) Kognitif Menyadari gejala fisiologis, blocking pikiran, konfusi, penurunan lapang persepsi, kesulitan berkonsentrasi, penurunan kemampuan untuk belajar, penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah, ketakutan terhadap konsekuensi yang tidak spesifik, lupa, gangguan perhatian, khawatir, melamun, dan cenderung menyalahkan orang lain.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
15
2.3.2 Diagnosis keperawatan Menurut Doengoes (2000), pasien yang mengalami hipertensi diagnosis keperawatan yang sering muncul adalah koping individu tidak efektif dan ansietas. Karya ilmiah akhir ners ini difokuskan untuk membahas salah satu diagnosis keperawatan yaitu ansietas. Pasien yang pertama kali mengetahui dirinya mengidap penyakit jantung seperti hipertensi, tingkat ansietasnya semakin tinggi (Harapan, 2005).
2.3.3
Tindakan keperawatan pada pasien dengan ansietas (SAK Diagnosa
Fisik dan Psikososial, 2012) Tujuan dari tindakan keperawatan yang diberikan pada pasien dengan ansietas adalah untuk membantu pasien dalam mengenal ansietasnya, membantu pasien dalam mengatasi ansietasnya dengan melatih teknik relaksasi, dan membantu pasien agar mampu memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi untuk mengatasi ansietasnya.
Tindakan
keperawatan pada pasien dengan ansietas pertama kali difokuskan
untuk mendiskusikan ansietas bersama pasien. Langkah-langkah yang dilakukan adalah membina hubungan saling percaya yaitu dengan mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri, panggil pasien sesuai nama panggilan yang disukai serta menjelaskan tujuan interaksi yaitu melatih pengendalian ansietas agar proses penyembuhan berjalan lebih cepat. Kontrak dua kali pertemuan latihan pengendalian ansietas harus selalu dilakukan agar pasien mengetahui berapa kali interaksi yang akan dilakukan dengan perawat. Langkah selanjutnya adalah melakukan pengkajian ansietas seperti membantu pasien mengenal ansietas: identifikasi dan menguraikan perasaannya, mengenal penyebab ansietas, dan menyadari perilaku akibat ansietas.
Jika pasien sudah mampu untuk mengenali ansietasnya, maka langkah selanjutnya adalah memberikan kemampuan kepada pasien untuk mengontrol ansietasnya yaitu dengan berlatih teknik relaksasi: tarik napas dalam, distraksi, latihan Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
16
hipnosis 5 jari dan kegiatan spiritual. Dalam makalah ini kemampuan yang diberikan kepada pasien lebih kepada teknik relaksasi yaitu tarik napas dalam. Menurut penelitian Fisher (2007) dan Preston (2011) menyebutkan bahwa dengan berlatih tarik napas dalam mampu mengurangi tingkat kecemasan yang dialami oleh seseorang.
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada pasien bagaimana cara melakukan napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas secara perlahan (Smeltzer & Bare, 2002).
Smeltzer & Bare (2002) menyatakan bahwa tujuan teknik relaksasi napas dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan.
Prosedur teknik relaksasi tarik napas dalam menurut Priharjo (2003): pertama kali adalah ciptakan suasana yang tenang usahakan untuk tetap rileks, kemudian tarik napas melalui hidung dan mengisi paru-paru dengan udara, menahannya melalui hitungan 1, 2, 3 atau sekuat pasien menahan napasnya. Pasien kemudian perlahanlahan menghembuskan udara melalui mulut sambil merasakan ekstremitas atas dan bawah rileks. Perawat dapat menganjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali kemudian menarik napas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara perlahan-lahan. Usahakan pasien agar tetap berkonsentrasi/ mata sambil terpejam. Tarik napas dalam ini dapat diulangi sampai 15 kali dengan diselingi istirahat singkat setiap 5 kali.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
Bab ini dipaparkan tentang kasus dan kondisi pasien meliputi pengkajian fisik maupun psikososial, masalah keperawatan yang muncul dari hasil pengkajian, serta pohon masalah dan diagnosis keperawatan.
3.1
Pengkajian
Berikut ini dipaparkan hasil pengkajian yang didapatkan baik dari wawancara maupun observasi. Klien Ny. S (43 tahun) masuk ke RSMM tanggal 24 Mei 2013 dengan diagnosis medik Appendiksistis kronik. Klien mengeluhkan nyeri pada perut bagian kanan bawah kurang lebih sudah 3 bulan yang lalu. Sebelum masuk rumah sakit klien mengeluhkan mual, muntah terjadi namun tidak sering, demam ada namun hilang timbul, dan tidak ada diare. Nyeri yang ada di perut bagian kanan bawah hilang timbul dan menjalar sampai ke bagian kiri hingga ulu hati. Jika sudah mengalami nyeri seperti ini, klien lebih sering tiduran sambil sesekali mengkompres hangat area yang nyeri dengan menggunakan botol kaca yang diisi air hangat.
Klien memiliki riwayat hipertensi sejak 6 tahun yang lalu ketika beliau memeriksakan ke bidan dan berencana untuk melepaskan IUD yang dipasangnya. Pada saat itu diketahui bahwa klien memiliki darah tinggi. Tekanan darah pada saat itu mencapai hingga 220/130 mmHg. Saat dilakukan pengkajian klien mengatakan kedua orang tuanya tidak memiliki hipertensi, namun saat ini kakak perempuan klien ada hipertensi. Klien mengatakan dirinya memang suka mengkonsumsi makanan asin terutama ikan asin. Dalam memasak makanan klien sering menambahkan MSG (Monosodium Glutamat) maupun garam dalam jumlah banyak karena bagi klien jika garamnya sedikit makanan akan terasa hambar dan kurang nikmat. Klien mengatakan juga sering memakan gorengan, namun klien lebih sering memakan gorengan yang dimasaknya sendiri daripada membeli di luar. Gorengan selalu disajikan setiap hari di meja makan. Klien menyukai makanan pedas terutama sambal. Jika sedang berkumpul dengan ibu-ibu disekitar 17
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
18
rumahnya, mereka sering mengadakan makan bersama dengan ikan asin dan sambal. Riwayat gastritis, diabetes mellitus, dan penyakit jantung disangkal oleh klien. Klien hanya mengeluhkan saat ini usus buntu.
Klien adalah ibu rumah tangga dengan dikaruniai 4 orang anak laki-laki. Saat ini klien tinggal bersama dengan ketiga anak laki-laki dan suaminya. Salah satu anaknya tinggal bersama dengan neneknya. Klien beragama Islam dan taat menjalankan ibadahnya. Pendidikan klien hanya sampai sekolah dasar saja. Keseharian klien dihabiskan untuk merawat anak-anak dan suaminya.
Berdasarkan hasil wawancara, klien mengatakan komunikasi dengan suaminya kurang. Suaminya lebih banyak diam dan jarang mengobrol jika mereka berkumpul di rumah. Suami Ny. S bekerja sebagai karyawan swasta. Ny. S mengatakan suaminya memang orang yang sedikit bicara, hanya berbicara jika memang ada perlunya, dan terkesan cuek dengan keadaan Ny. S dan anakanaknya. Karena hal inilah Ny. S mengeluhkan sering jengkel dan tak tahu harus bagaimana menghadapi suaminya. Kejengkelan Ny. S ini bertambah ketika Ny. S meminta untuk berobat ke puskesmas, dan pada akhirnya dokter mendiagnosis Ny. S menderita appendiksitis kronik dan harus segera dioperasi. Ny. S meminta suaminya untuk mengizinkan operasi dan mengantarkannya ke rumah sakit. Namun suami Ny. S menolaknya dan menyarankan untuk berobat jalan saja karena tidak ada biaya operasi. Akhirnya Ny. S menjelaskan kepada suaminya agar tidak perlu khawatir dalam masalah biaya karena Ny. S sudah memiliki Jamkesda. Suami Ny. S pun akhirnya menyetujui dan mengizinkan.
Ketika berada di rumah sakit, suami Ny. S juga masih terkesan cuek. Ny. S mengatakan kepada perawat saat ini pikirannya banyak sekali mulai dari anakanaknya yang ada di rumah yang selalu menelepon Ny. S dan mengatakan tidak mau makan kalau tidak dimasakin oleh ibunya. Ny. S lalu menjelaskan kepada anaak-anaknya bahwab saat ini beliau sedang berada di rumah sakit dan hal itu tidak mungkin bisa beliau lakukan saat ini. Ny. S meminta anak-anaknya untuk lebih mengerti keadaan ibunya. Hal ini membuat Ny. S sempat marah karena Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
19
anak-anaknya susah untuk dinasehati. Akhirnya Ny. S meminta bantuan suaminya untuk menasehati anak-anaknya yang ada di rumah. Hal ini membuat Ny. S semakin bertambah beban pikirannya sehingga saat di lakukan pengukuran tekanan darah, hasilnya mengalami peningkatan yaitu mencapai 140/90 mmHg.
Jika ada masalah, klien mengatakan dirinya lebih banyak untuk memendamnya sendiri daripada membicarakan dengan keluarga. Klien merasa suaminya cuek jadi buat apa membicarakan masalah yang ada. Seperti ketika klien memiliki masalah dengan anak-anaknya. Klien mengatakan anaknya sangat susah untuk dinasehati. Klien sampai jengkel untuk menasehati anaknya. Klien tahu ini adalah masalah yang terjadi di keluarga namun klien mengurungkan niat untuk membicarakan hal ini dengan suaminya. Jika memang ada beberapa masalah yang sangat penting, baru klien memberanikan diri untuk membicarakannya dengan suaminya.
Operasi appendiktomi ini merupakan operasi pertama yang akan beliau jalani. Sebelumnya klien tidak pernah melakukan operasi. Klien mengatakan tegang dan takut akan operasi yang akan dijalankannya. Hal ini selalu beliau pikirkan dan sempat mengganggu beliau. Tidur klien berkurang selama berada di rumah sakit karena klien merasa khawatir dan pikirannya tercampur aduk memikirkan anakanaknya di rumah dan suaminya yang cuek terhadap dirinya. Menurut klien, jika memang operasi ini jalan yang terbaik untuk sembuh, klien sanggup untuk menghadapinya. Ny. S berharap ingin segera pulang dan sembuh dari sakit usus buntunya ini. Klien sering merasa jantungnya berdebar-debar ketika dokter atau perawat datang untuk memeriksanya. Klien takut dan didalam pikirannya bertanya-tanya mau diapakan aku ini.
Klien tampak terlihat gemuk, namun klien merasa biasa saja dengan tubuhnya. Bagi klien bertubuh gemuk itu lumrah bagi ibu-ibu yang sudah memiliki anak. klien tidak merasa terganggu dengan bentuk tubuhnya sekarang. Sebelum di rawat klien adalah ibu rumah tangga yang kesehariannya berada di rumah untuk merawat anak-anak dan suaminya. Klien merasa senang dengan kegiatan Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
20
kesehariannya sebagai ibu rumah tangga. Klien mengatakan puas dilahirkan sebagai seorang wanita dan bisa menjadi ibu serta seorang istri. Harapan klien saat ini adalah ingin sembuh dan ingin keluarganya yaitu anak-anak dan suaminya untuk lebih mengerti akan kondisi dirinya saat ini. Klien ingin segera kembali ke rumah untuk melaksanakan tugas kesehariannya sebagai seorang ibu dan seorang istri.
Hasil observasi menunjukkan bahwa klien memiliki kontak mata positif, klien mau menatap perawat ketika mengobrol, dan klien kooperatif ketika berinteraksi dengan perawat. Penampilan klien tampak rapi, baju yang dipakai sesuai. Klien berbicara secara normal, tidak tampak klien berbicara melambat atau terlalu keras. Klien terlihat lesu dan tak bergairah. Klien lebih banyak menghabiskan aktivitasnya di tempat tidur. Sesekali terlihat klien melamun dan terdiam. Afek klien sesuai dengan stimulus. Pembicaran sesuai antara apa yang ditanyakan perawat dengan jawaban klien. Klien memiliki kemampuan yang kurang dalam mengingat nama orang baru disekitarnya. Jika ditanyakan nama perawat, klien masih sering lupa dan perlu untuk diingatkan kembali. Skor ansietas menurut Hamilton Anxiety Rating Scale didapatkan hasil skor 26 dimana masuk ke dalam kategori ansietas sedang.
3.2
Masalah keperawatan
1) Ansietas Data subjektif yang didapatkan klien mengatakan dirinya takut, cemas, dan khawatir akan operasi yang akan dijalaninya, banyak sekali hal-hal yang dipikirkan dan dikhawatirkan seperti anak-anaknya yang saat ini berada di rumah. Klien mengatakan jantungnya berdebar-debar ketika dokter atau perawat datang untuk memeriksanya, tidurnya berkurang ketika berada di rumah sakit, dan klien
takut kenapa tekanan darahnya tidak turun-turun
padahal sebentar lagi akan operasi.
Data objektif yang ditemukan kontak mata ada, klien kooperatif selama interaksi, terlihat sesekali melamun, wajah tampak tegang, mukosa bibir Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
21
kering, wajah tampak memerah, dan hasil pengkajian tanda-tanda vital yaitu tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 88 x/menit, RR 20 x/menit, suhu 36,5˚C. Hasil skor ansietas dengan menggunakan kuesioner tingkat kecemasan menurut Hamarno (2010) yang diambil dari Hamilton Anxiety Rating Scale didapatkan hasil skor 26 dimana masuk ke dalam kategori ansietas sedang.
2) Koping individu tidak efektif Data subjektif yang didapatkan selama wawancara klien mengatakan jika ada masalah
klien
lebih
banyak
memendamnya
sendiri
daripada
membicarakannya dengan keluarga, komunikasi dengan suaminya kurang karena suaminya terkesan cuek dengan dirinya dan anak-anak, tidurnya mulai berkurang selama berada di rumah sakit, kemudian saudara-saudaranya tinggal jauh dan jarang melakukan komunikasi.
Data objektif yang didapatkan selama observasi klien tampak lesu, kadang tampak kurang bersemangat, nafsu makan klien berkurang hal ini terlihat ketika klien hanya mau makan sebanyak setengah porsi, klien tampak murung, melamun dan terdiam, dan aktivitasnya lebih banyak di tempat tidur.
3.3
Pohon masalah dan diagnosis keperawatan
Koping yang dimiliki individu berbeda-beda ketika mengatasi masalahnya. Pasien ibu S yang mengalami hipertensi dengan ansietas memiliki koping individu yang kurang efektif karena ketika ada masalah beliau lebih suka memendam masalahnya sendiri. Hal ini ditambah dengan suaminya yang cuek terhadap dirinya dan anak-anaknya. Koping yang kurang efektif pada ibu S kemudian memunculkan masalah ansietas. Perasaan takut, cemas, dan khawatir muncul pada ibu S disebabkan karena penyakit yang beliau derita (hipertensi) mempengaruhi penyakit yang saat ini sedang dihadapinya yaitu appendiksitis. Hipertensi beliau menyebabkan operasi yang akan dijalani menjadi tertunda. Pikiran-pikiran inilah yang memenuhi benak ibu S sehingga beliau menjadi kurang tenang. Perasaan kurang tenang ini berakibat pada pola tidur beliau yang terganggu. Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
22
Berikut ini pohon masalah dari kasus: Risiko gangguan pola tidur
Ansietas
Koping individu tidak efektif Gambar 3.1 Pohon masalah
Inti masalah (core problem) dari pohon masalah diatas adalah ansietas. Sedangkan diagnosis keperawatannya yaitu ansietas, koping individu tidak efektif, dan risiko gangguan pola tidur. Karya ilmiah akhir ners ini lebih berfokus untuk mengatasi salah satu diagnosis keperawatan yaitu ansietas karena masalah ini merupakan masalah
utama
yang
sedang
dialami
oleh
pasien.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
BAB 4 ANALISIS SITUASI
Bab ini menjelaskan profil lahan praktik, hasil penelitian yang diperoleh dan menjelaskan secara rinci serta dihubungkan dengan tujuan penelitian. Hasil penelitian yang diperoleh dibandingkan dan diperkuat dengan penelitian sebelumnya serta dikaitkan dengan konsep atau teori yang telah disusun dalam tinjauan pustaka.
4.1
Profil lahan praktek
Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi dahulu bernama Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Pusat Bogor. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit yang pertama kali didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda, pada tanggal 1 Juli 1882 dan merupakan rumah sakit jiwa terbesar kedua setelah Rumah Sakit Jiwa Lawang, Jawa Timur. Tanggal 1
Juli
1882
diresmikanlah
RSJ
Pusat
Bogor
dengan
nama
asli
“Krankzinnigengestich te Beuitenzorg” oleh Direktur P & K (Ex Onderwijs Van Eeredienst En Nijverheid) dengan jumlah pekerja 35 orang Eropa dan 95 pegawai Indonesia dan keturunan Cina diantaranya seorang dokter jiwa yang bernama dr. Sumeru, dengan kapasitas 400 tempat tidur. Pada kurun waktu 1942- 1945, RSJ Pusat bogor digunakan sebagai penampungan tentara Jepang dan sebagian lain untuk karantina penyakit menular.
Periode tahun 1945-1950 yang merupakan periode revolusi fisik dalam mempertahankan kemerdekaan tidak banyak perhatian yang diberikan pemerintah terhadap RSJ Pusat Bogor. Perbaikan gedung hanya sedikit yang dapat dilakukan dalam periode antara tahun 1950-1969. Semenjak tahun 1978 dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 135/Menkes/SK/IV/1978 tanggal 28 April 1978 diatur Susunan Organisasi dan Tata Kerja RSJ Pusat Bogor. Tahun 1998, RSJ Pusat Bogor telah terakreditasi untuk lima jenis pelayanan, yaitu pelayanan medis, pelayanan administrasi dan manajemen, pelayanan gawat darurat, pelayanan keperawatan, dan pelayanan rekam medis.
23
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
24
Periode tahun 1997-2001 terjadi peningkatan kunjungan rawat jalan dan peningkatan rata-rata hunian tempat tidur/ rawat inap yang cukup signifikan seiring dengan peningkatan mutu pelayanan, pengembangan pelayanan dan pembukaan layanan baru seperti Instalasi Pemulihan NAPZA, Ruang Model Praktik Keperawatan Professional, ICU Psikiatri, Ruang Detoksifikasi maupun pelayanan umum. Pada tanggal 1 Juli 2002 bersamaan dengan momentum peringatan ulang tahun ke 120 rumah sakit, RSJ Pusat Bogor berganti nama menjadi Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi.
Salah satu ruang pelayanan umum yang ada di Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi adalah ruang Antasena. Ruangan Antasena merupakan ruang perawatan umum kelas III dan kelas II, yang terdiri dari 2 gedung yang mempunyai kapasitas 35 tempat tidur yang terdiri dari 7 kamar. Kelas II masing-masing berisi 2-3 tempat tidur dan kelas III masing-masing berisi 6-9 tempat tidur dalam setiap kamarnya. Ruang Antasena merupakan ruang rawat untuk pasien laki-laki dan perempuan. Terdapat juga 1 ruang isolasi yang digunakan untuk pasien dengan penyakit menular dan pasien yang mengalami penurunan imunitas.
Sumber daya manusia yang ada di ruang Antasena terdiri dari 30 orang yang terdiri dari 1 kepala ruangan, 2 ketua tim, 24 perawat pelaksana, 1 pramu husada dan 2 tenaga cleaning service. Tingkat pendidikan tenaga yang ada adalah S1 Keperawatan 1 orang, DIII Keperawatan 26 orang, dan SMA 3 orang. Penggunaan metode penugasan asuhan keperawatan di ruang Antasena menggunakan metode tim primer, yang terdiri dari 2 tim dimana masing-masing tim mempunyai perawat primer dalam memberikan asuhan keperawatan. Pola pemberian asuhan keperawatan dibagi menjadi tiga shift yaitu pagi, sore, dan malam.
4.2
Analisis masalah keperawatan dengan konsep terkait KKMP dan
konsep kasus terkait Masalah yang diangkat dalam karya ilmiah akhir ini adalah masalah kesehatan yang biasa terjadi pada masyarakat perkotaan yaitu hipertensi. Hipertensi Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
25
prevalensinya tinggi pada penduduk yang tinggal di perkotaan. Menurut Setiawan (2006) dalam perbandingan kota di Indonesia kasus hipertensi cenderung tinggi pada daerah urban seperti : Jabodetabek, Medan, Bandung, Surabaya, dan Makassar yang mencapai 30 – 34%. Pada kasus yang ditemukan, pasien menderita hipertensi sejak 6 tahun yang lalu dikarenakan pola makan pasien yang cenderung menyukai makanan asin dan berlemak, aktivitas yang kurang, dan munculnya banyak stressor dari lingkungan. Hal ini sesuai dengan gaya hidup masyarakat di perkotaan yang mengikuti era globalisasi dimana gemar makanan fast food yang kaya lemak, asin, malas berolahraga dan mudah tertekan/ stres (Wisnu, 2013).
Hasil pengkajian didapatkan pasien menderita hipertensi sejak usia 37 tahun. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sugiharto (2007) dikemukakan bahwa pada usia antara 36-45 tahun seseorang rentan terhadap terjadinya masalah hipertensi. Umur seseorang merupakan faktor risiko kuat yang tidak dapat diubah dimana pembuluh darah arteri akan kehilangan elastisitas atau kelenturannya seiring dengan bertambahnya usia seseorang (Staessen, 2003). Seiring bertambahnya usia seseorang, risiko terjadinya hipertensi meningkat. Hipertensi bisa terjadi pada segala usia, namun paling sering dijumpai pada usia 35 tahun atau lebih. Hal ini disebabkan oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan hormon. Apabila perubahan tersebut disertai faktor-faktor lain maka bisa memicu terjadinya hipertensi (Gunawan, 2001).
Selain karena faktor usia, pola makan pasien lebih cenderung menyukai makanan yang asin. Pasien mengatakan sering mengkonsumsi ikan asin dan gorengan dalam kesehariannya. Sering mengkonsumsi makanan asin dan makanan berlemak merupakan salah satu risiko terjadinya hipertensi. Penelitian Radecki (2000) menunjukkan hal yang sama, bahwa orang yang mempunyai kebiasaan konsumsi asin akan berisiko terserang hipertensi sebesar 3,95 kali lipat dibandingkan orang yang tidak biasa mengkonsumsi asin. Menurut Hull (1996), penelitian menunjukkan adanya kaitan antara asupan natrium dengan hipertensi pada beberapa individu. Asupan natrium akan meningkat menyebabkan tubuh meretensi cairan yang meningkatkan volume darah. Penelitian Margaret (2002), Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
26
menunjukkan bahwa orang yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi lemak jenuh akan berisiko terserang hipertensi sebesar 7,72 kali dibandingkan orang yang tidak biasa mengkonsumsi lemak jenuh.
Ketika dilakukan pengkajian, pasien mengatakan saat ini banyak hal yang membuatnya berfikir banyak. Mulai dari masalah kekhawatirannya pada anakanaknya yang ada di rumah dan ketakutan pasien terhadap operasi appendiktomi yang akan dilakukannya. Pasien juga mencemaskan akan tekanan darahnya yang tidak turun ke nilai normal sehingga hal ini membuat operasinya menjadi tertunda karena tekanan darahnya yang masih tinggi. Hasil skor ansietas dengan menggunakan kuesioner tingkat kecemasan menurut Harmono (2010) yang diambil dari Hamilton Anxiety Rating Scale didapatkan hasil skor 26 dimana masuk ke dalam kategori ansietas sedang. Menurut Videbeck (2008), ansietas sedang pada pasien ditunjukkan dari respon fisiknya seperti tanda-tanda vital yang meningkat, sakit kepala, pola tidur yang berubah, dan ketegangan meningkat. Respon kognitif pasien meliputi lapang persepsi menurun, tidak perhatian secara selektif, fokus terhadap stimulus meningkat, rentang perhatian menurun, dan penyelesaian masalah menurun. Sedangkan respon emosional yang ditunjukkan pasien yaitu ketidaknyamanan, mudah tersinggung, kepercayaan diri goyah, dan tidak sabar.
Menurut NANDA (2012), pada pasien menunjukkan beberapa tanda dan gejala fisik yang merupakan tanda dan gejala yang biasa terjadi pada pasien yang mengalami ansietas. Pasien mengalami mulut kering, wajah yang memerah, peningkatan tekanan darah, dan jantung yang berdebar-debar. Pasien juga mengekespresikan rasa kekhawatirannya karena perubahan dalam peristiwa hidup, seperti penyakit hipertensi yang dideritanya sejak 6 tahun yang lalu.
Kecemasan yang dialami oleh ibu S dengan hipertensi memang bisa terjadi. Hal ini dikarenakan ibu S mengalami kekhawatiran terhadap penyakitnya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wei dan Wang (2006), hampir 12% dari pasien yang menderita hipertensi menunjukkan tanda-tanda ansietas. Pasien dengan jenis Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
27
kelamin perempuan, lamanya waktu menderita hipertensi, dan adanya riwayat hospitalisasi diasosiasikan dengan terjadinya angka ansietas pada pasien dengan hipertensi.
4.3
Analisis salah satu intervensi dengan konsep dan penelitian terkait
Masalah ansietas yang terjadi pada pasien akan diatasi sesuai dengan pedoman SAK untuk masalah psikososial ansietas. Menurut Standar Asuhan Keperawatan Diagnosa Fisik dan Psikososial FIK UI (2012), pada pasien dengan ansietas tindakan keperawatan yang dilakukan adalah mendiskusikan tentang masalah ansietas yang terjadi mulai dari penyebab, proses terjadinya, tanda dan gejala, serta akibat dari ansietas. Tindakan keperawatan selanjutnya adalah dengan melatih teknik relaksasi fisik, pengendalian pikiran, serta mengontrol emosi. Latihan relaksasi yang dilakukan pada pasien ansietas ini adalah latihan tarik napas dalam. Menurut penelitian Gill, Kolt, dan Keating (2004), latihan napas dalam mampu menurunkan ansietas yang terjadi.
Implementasi yang dilakukan pertama kali adalah mengidentifikasi masalah ansietas itu sendiri seperti penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, serta akibat. Pasien mengatakan penyebab dari rasa khawatirnya ini adalah penyakitnya itu sendiri dimana tekanan darahnya yang masih tinggi sehingga operasi yang akan dilakukannya menjadi tertunda. Operasi yang akan dilakukan oleh pasien merupakaan operasi pertamnya sehingga hal ini juga menambah rasa takut pasien. Penelitian yang dilakukan oleh Makmuri et.al (2007 dalam Puryanto, 2009) tentang tingkat kecemasan pre operasi menunjukkan bahwa dari 40 orang responden terdapat 16 orang atau 40% yang memiliki tingkat kecemasan dalam kategori sedang, 15 orang atau 37,5% dalam kategori ringan, dan responden dengan tingkat kecemasan berat sebanyak 7 orang atau 17,5% dan reponden yang merasa tidak cemas sebanyak 2 orang atau 5 %.
Barlow (2004) menyebutkan bahwa kecemasan (ansietas) pada pasien pre operasi dapat disebabkan oleh banyak faktor salah satunya adalah karena faktor pengetahuan dan sikap perawat dalam mengaplikasikan pencegahan ansietas pada Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
28
pasien pre operasi. Untuk mengatasi masalah ini maka perawat melakukan implementasi dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang persiapan operasi seperti bagaimana gambaran ruang operasi, petugas kesehatan yang akan membantu dalam operasi, prosedur tindakan mulai dari anastesi hingga pembedahan, serta efek setelah pembedahan seperti terjadinya nyeri dan resiko infeksi yang bisa saja terjadi. Pendidikan kesehatan ini disesuaikan dengan tingkat pendidikan pasien sehingga informasi yang diberikan mampu diterima dan dicerna dengan baik. Pemberian pendidikan kesehatan ini memberikan dampak pada pasien dimana pasien menjadi bertambah pengetahuannya sehingga mengurangi tingkat kecemasan yang terjadi. Hasil evaluasi didapatkan pasien mengatakan lebih tenang sekarang setelah mengetahui pendidikan kesehatan tentang persiapan operasi dan perasaan cemasnya mulai berkurang.
Masalah lain yang dihadapi oleh pasien adalah masalah kekhawatirannya pada anak-anaknya yang ada di rumah dan sikap suaminya yang cuek terhadap dirinya. Hal ini menjadi beban pikiran pasien sehingga pasien mengalami stres. Menurut Suyono (2001) stres juga memiliki hubungan dengan hipertensi. Hal ini diduga melalui saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Apabila stress berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah yang menetap. Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu dan bila stres sudah hilang tekanan darah bisa normal kembali. Faktor stres inilah yang akhirnya membuat tekanan darah pasien menjadi naik.
Untuk mengatasi masalah ini maka dilakukan intervensi dengan menggunakan teknik relaksasi yaitu dengan melakukan latihan tarik napas dalam. Latihan tarik napas dalam ini mampu mengurangi rasa kecemasan yang ada (Preston, 2011). Fisher (2007) menyebutkan bahwa dengan berlatih tarik napas dalam mampu mengurangi tingkat kecemasan yang dialami oleh seseorang. Penelitian ini didukung juga oleh penelitian yang dilakukan oleh Aivazyan et.al (1988) yang menyebutkan bahwa latihan teknik relaksasi tarik napas dalam mampu menurunkan tekanan darah pada pasien dengan hipertensi.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
29
Implementasi yang dilakukan adalah dengan melatih teknik relaksasi tarik napas dalam pada pasien. Perawat memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang teknik relaksasi tarik napas dalam dimulai dari pengertiannya, tujuan, dan langkahlangkah dalam melakukan teknik relaksasi tarik napas dalam. Perawat mendemonstrasikan terlebih dahulu langkah-langkahnya kemudian memberikan kesempatan kepada pasien untuk mencoba melakukannya sendiri. Pasien terlihat mampu melakukan teknik relaksasi tarik napas dalam secara baik dan benar. Kemudian perawat bersama pasien mendiskusikan kapan saja waktu untuk berlatih teknik relaksasi tarik napasa dalam ini. Pasien menyepakati kapanpun pasien mau melakukan dan minimal 3 kali latihan dalam sehari. Setiap interaksi dengan pasien, perawat melakukan evaluasi terhadap latihan teknik relaksasi tarik napas dalam. Teknik relaksasi tarik napas dalam ini dilakukan pasien dengan baik dan teratur.
Hasil evaluasi didapatkan tekanan darah pasien berangsur-angsur mengalami penurunan dimana sebelum berlatih teknik relaksasi tarik napas dalam tekanan darahnya mencapai 140/90 mmHg dan diakhir interaksi setelah pasien selalu berlatih teknik relaksasi tarik napas dalam didapatkan hasil tekanan darahnya yaitu mencapai 110/70 mmHg. Hasil wawancara juga didapatkan pasien merasa lebih nyaman dan tenang setelah berlatih tarik napas dalam dan cemas yang ada mulai berkurang. Hasil kuesioner tingkat ansietas (Hamilton Anxiety Rating Scale) pada akhir pertemuan didapatkan nilai 7 dimana masuk ke dalam kecemasan ringan yang tidak akan mengganggu aktivitas keseharian pasien.
4.4
Alternatif pemecahan yang dapat dilakukan
Masalah kecemasan yang dialami oleh pasien berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada awalnya pasien khawatir dan takut akan operasi yang akan dijalaninya, namun perawat memberikan edukasi berupa pendidikan kesehatan persiapan operasi dan hasilnya pasien mampu menerimanya dan mengatakan bahwa kecemasannya akan operasi menjadi berkurang. Menurut Long (1996) pendidikan kesehatan pada pasien preoperasi sebaiknya diberikan sebelum pasien menjalankan operasi dan pendidikan pasien preoperative ini didasarkan pada Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
30
waktu yang tepat. Pendidikan kesehatan yang dilakukan beberapa hari sebelum pembedahan, pasien mungkin tidak ingat tentang apa yang telah diajarkan, sedangkan jika instruksi diberikan terlalu dekat dengan waktu pembedahan pasien mungkin tidak dapat berkonsentrasi karena ansietas atau efek dari medikasi praanestesi (Smeltzer, 2002). Pendidikan kesehatan persiapan operasi diberikan 1 hari sebelum pasien menjalani operasinya. Hal ini membuat pasien untuk lebih mudah dalam mengingatnya. Ketika dilakukan evaluasi ulang pasien mampu menyebutkan beberapa hal yang akan dihadapi ketika akan operasi seperti masalah pembiusan, penggantian pakaian dengan baju operasi, tenaga medis baik perawat maupun dokter, serta prosedur operasi apa yang akan dilakukan. Pemberian pendidikan kesehatan terkait terkait persiapan operasi sebaiknya dilakukan oleh perawat 1-2 hari sebelum pasien dilakukan tindakan operasi. Hal ini penting dilakukan karena pasien yang akan dioperasi mengalami perasaan cemas yang jika ditangani dengan diberikan pendidikan kesehatan, cemas ini akan berkurang.
Selain pendidikan kesehatan untuk mengatasi kecemasan, cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan teknik relaksasi yaitu tarik napas dalam. Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada pasien bagaimana cara melakukan napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas secara perlahan (Smeltzer & Bare, 2002). Teknik relaksasi mampu membuat pasien menjadi lebih rileks. Pasien mengatakan sering berlatih teknik relaksasi secara mandiri disetiap waktu luang. Hasilnya pasien sendiri mengatakan bahwa dirinya menjadi lebih tenang dan perasaan gusar maupun tegang menjadi mulai berkurang. Hal ini dapat dilihat dari tekanan darah pasien pada 1 hari menjelang operasi yang mendekati angka normal yaitu 130/90. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aivazyan et.al (1988) bahwa dengan berlatih teknik relaksasi tarik napas dalam, kecemasan dan tekanan darah seseorang yang menderita hipertensi menjadi turun.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
31
Perawat hanya memberikan latihan teknik relaksasi tarik napas dalam untuk mengatasi masalah ansietas yang terjadi pada pasien. Ansietas dapat diatasi juga dengan teknik relaksasi lainnya seperti latihan hipnosis 5 jari dan latihan relaksasi otot progresif (progressive muscle relaxation). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mu’afiro (2004) latihan hipnosis 5 jari mampu menurunkan kecemasan pada pasien. Latihan lainnya yaitu dengan latihan relaksasi otot progresif adalah terapi relaksasi dengan gerakan mengencangkan dan melemaskan otot-otot pada satu bagian tubuh pada satu waktu untuk memberikan perasaan relaksasi secara fisik (Synder & Lindquist, 2002 dalam Supriati, 2010). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Supriati (2010) pada pasien yang mengalami ansietas setelah diberikan latihan thought stopping dan progressive muscle relaxation tingkat ansietasnya menurun dari ansietas sedang ke ansietas ringan. Selain itu latihan relaksasi otot progresif (progressive muscle relaxation) juga mampu untuk menurunkan tekanan darah pada pasien dengan hipertensi (Hamarno, 2010). Dalam menangani pasien hipertensi dengan ansietas, perawat merekomendasikan untuk dilakukan pemberian latihan teknik relaksasi hipnosis 5 jari dan latihan relaksasi otot progresif (progressive muscle relaxation).
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
BAB 5 PENUTUP
5.1. Kesimpulan Masalah kesehatan yang terjadi pada ibu S merupakan masalah kesehatan yang umum terjadi pada masyarakat perkotaan. Masalah kesehatan ibu S adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hal ini terlihat dari gaya hidup yang dilakukan oleh ibu S yang mencerminkan gaya hidup masyarakat perkotaan yaitu lebih menyukai makanan yang berlemak, tinggi kadar garam, penggunaan penyedap rasa buatan atau MSG (monosodium glutamat) secara berlebihan, kurang aktivitas atau jarang berolahraga, serta faktor stres yang tinggi.
Selain masalah hipertensi, ibu S juga mengalami masalah psikososial yaitu ansietas. Ansietas yang dialami oleh ibu S termasuk ke dalam kategori ansietas sedang menurut Hamilton Anxiety Rating Scale dengan hasil skor 26. Ansietas ini dikarenakan ibu S cemas terhadap operasinya dan mencemaskan anak-anaknya yang berada di rumah. Selain itu, ibu S memiliki komunikasi yang kurang baik antara beliau dengan suaminya. Hal ini juga yang membuat ibu S menjadi beban fikiran.
Masalah yang muncul pada ibu S telah dilakukan penatalaksanaan keperawatan yaitu dengan pendidikan kesehatan terkait persiapan operasi dan pemberian asuhan keperawatan pada pasien ansietas. Pendidikan kesehatan terkait persiapan operasi dilakukan 1 hari sebelum pasien menjalani operasi. Masalah ansietas diatasi dengan pertama kali melakukan diskusi antara perawat dan pasien untuk mengenali ansietasnya. Setelah pasien mampu mengenali ansietasnya perawat mengajarkan cara untuk mengatasi ansietas yaitu dengan berlatih salah satu teknik relaksasi yaitu tarik napas dalam. Tarik napas dalam ini dilakukan pasien minimal 3 kali dalam sehari dan setiap interaksi perawat melakukan evaluasi terhadap teknik relaksasi yang sudah dilatih.
32
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
33
Hasil dari penatalaksanaan keperawatan ansietas pada ibu S terkait pemberian pendidikan kesehatan persiapan operasi adalah pasien mampu menyebutkan beberapa hal yang akan dihadapi ketika akan operasi seperti masalah pembiusan, penggantian pakaian dengan baju operasi, tenaga medis baik perawat maupun dokter, serta prosedur operasi apa yang akan dilakukan. Evaluasi teknik relaksasi tarik napas dalam adalah didapatkan tekanan darah pasien berangsur-angsur mengalami penurunan dimana sebelum berlatih teknik relaksasi tarik napas dalam tekanan darahnya mencapai 140/90 mmHg dan diakhir interaksi setelah pasien selalu berlatih teknik relaksasi tarik napas dalam didapatkan hasil tekanan darahnya yaitu mencapai 110/70 mmHg. Hasil wawancara juga didapatkan pasien merasa lebih nyaman dan tenang setelah berlatih tarik napas dalam dan cemas yang ada mulai berkurang. Hasil kuesioner tingkat ansietas (Hamilton Anxiety Rating Scale) pada akhir pertemuan didapatkan nilai 7 dimana masuk ke dalam kecemasan ringan yang tidak akan mengganggu aktivitas keseharian pasien.
5.2. Saran 5.2.1 Bidang keilmuan keperawatan jiwa Saran untuk bidang keilmuan keperawatan jiwa adalah perlunya diadakan temu ilmiah, pelatihan, atau seminar terkait asuhan keperawatan psikososial salah satunya masalah ansietas.
5.2.2 Aplikatif 5.2.2.1 Perawat yang ada di tatanan pelayanan kesehatan didalam merawat pasien hipertensi tidak hanya memperhatikan masalah fisiknya saja namun masalah psikososial juga perlu untuk diperhatikan seperti masalah ansietas. 5.2.2.2 Perawat dapat memadukan dua tindakan keperawatan yaitu pendidikan kesehatan terkait persiapan operasi dan melatih teknik relaksasi tarik napas dalam untuk mengatasi masalah ansietas. 5.2.2.3 Pemberian pendidikan kesehatan terkait persiapan operasi lebih efektif dilakukan 1 hari sebelum pasien menjalani operasinya.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
34
5.2.2.4 Perawat dapat memberikan teknik relaksasi lainnya untuk mengatasi ansietas yaitu dengan hipnosis 5 jari dan latihan teknik relaksasi otot progresif (progressive muscle relaxation). 5.2.2.5 Pemberian pendidikan kesehatan pada pasien tidak hanya dilakukan satu kali saja namun perlu dilakukan evaluasi dan diskusi ulang dalam setiap interaksi sehingga pasien diharapkan memahami dan mengurangi tingkat kecemasannya.
5.2.3 Penelitian Penilitian selanjutnya perlu dilakukan dengan menggunakan teknik relaksasi lainnya seperti hipnosis 5 jari dan teknik relaksasi otot progresif (progressive muscle relaxation) untuk melihat tingkat keefektifannya dalam menangani masalah ansietas pada pasien dengan hipertensi. Bab ini menjelaskan hasil penelitian yang diperoleh dan menjelaskan secara rinci serta dihubungkan dengan tujuan penelitian. Hasil penelitian yang diperoleh dibandingkan dan diperkuat dengan penelitian sebelumnya serta dikaitkan dengan konsep atau teori yang telah disusun dalam tinjauan pustaka. Selain itu, dalam bab ini juga dijelaskan mengenai keterbatasan penelitian serta implikasi keperawatan.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Agustarika, B. (2009). Pengaruh terapi thought stopping terhadap ansietas klien dengan gangguan fisik di RSUD Kabupaten Sorong. Tesis. Program Pascasarjana Kekhususan Keperawatan Jiwa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Tidak dipublikasikan.
Aivazyan, T.A., et. al. (1988). Efficacy of relaxation techniques in hypertensive patients. Health psychology, 7, 193-200.
Barlow, D.H. (2004). Anxiety and its disorders: the nature and treatment of anxiety and panic. London: Guilford Press.
Corwin, E. (2001). Buku saku patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Doengoes, M. E. (2000). Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.
Dosh, S.A. (2001). The diagnosis of essential and secondary hypertension in adults. Journal Fam Practice, 50, 707-712.
Ferketich et. al., (2000). Links among depression, race, hypertension, and the heart. Journal Clinical Hypertension 2, 6, 410-412.
Fisher, B.H. (2007). The effects of utilizing a preshot routine and deep breathing on reducing performance anxiety and improving serving performance among youth tennis players. Thesis. Morgantown: School of Physical Education West Virginia.
35
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
36
Gill, S., Kolt, G.S., & Keating, J. (2004). Examining the multiprocess theory: an investigation of the effects of two relaxation strategies on state anxiety. Journal of Body Work and Movement, 8, 288-296.
Gunawan. (2001). Hipertensi, Jakarta: PT Gramedia.
Gunawan, L. (2005). Hipertensi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Hamarno, R. (2010). Pengaruh latihan relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan darah klien hipertensi primer di kota malang. Tesis. Program Pascasarjana Kekhususan Keperawatan Medikal Bedah Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Tidak dipublikasikan.
Harapan, M.S. (2005). Ansietas penderita jantung. 10 Juni 2013. http://health.detik.com/read/2005/08/10/132550/419549/178/ansietaspenderita-jantung
Herdman, T.H. (2012). Diagnosis keperawatan: definisi dan klasifikasi 20122014. Jakarta: EGC.
Hull. (1996). Penyakit jantung, hipertensi, dan nutrisi. Jakarta: Bumi Aksara.
Long, B. C. (1996). Perawatan medikal bedah. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran.
Margaret M. H., et. al., (2002). Association of Fat Distribution and Obesity with Hypertension in a Bi-ethnic Population. Journal Obesity, 8, 516-524.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
37
Mu'afiro, A. (2004). Pengaruh hipnosis lima jari terhadap penurunan kecemasan pasien kanker leher rahim di ruang kandungan RSU Dr. Soetomo Surabaya. Tesis. Program Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Gadjah Mada. Tidak dipublikasikan.
Priharjo, R. (2003). Perawatan nyeri. Jakarta: EGC.
Puryanto. (2009). Perbedaan tingkat kecemasan pasien pre operatif selama menunggu jam operasi antara ruang rawat inap dengan ruangan persiapan operasi rumah sakit ortopedi Surakarta. 08 Juni 2013. http://etd.eprints.ums.ac.id/4455/1/J210070104.pdf
Radecki T. (2000). Hypertension: Salt is a Major Risk Factor. Journal Cardiovascular, 1, 5-8.
Riset
Kesehatan
Dasar.
(2007).
08
Juni
2013.
http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id/download.html
Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi dan Program Spesialis Keperawatan Jiwa. (2012). Standar asuhan keperawatan diagnosa fisik dan psikososial. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan universitas Indonesia.
Setiawan, Z. (2006). Karakteristik sosiodemografi sebagai faktor risikohipertensi studi ekologi di pulau jawa tahun 2004. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Tidak dipublikasikan.
Sheps, S.G. (2005). Mayo Clinic Hipertensi, Mengatasi Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: PT Intisari Mediatama.
Smeltzer, S.C. (2002). Buku ajar keperawatan medikal-bedah Brunner & Suddarth. Edisi ke-8. Jakarta: EGC. Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
38
Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Gramedia.
Staessen, A.J., et. al. (2003). Essential Hyppertension. The Lancet, 1629-1635.
Stuart, G.W. dan Laraia, M.T. (2005). Principles and practice of psychiatric nursing. 8th edition. St. Louis: Mosby Year Book.
Sugiharto, A. (2007). Faktor-faktor risiko hipertensi grade II pada Masyarakat (Studi kasus di kabupaten Karanganyar). Tesis. Program Pasca sarjana Universitas Diponegoro.
Supriati, L. (2010). Pengaruh terapi thought stopping dan progressive muscle relaxation terhadap ansietas pada klien dengan gangguan fisik di RSUD Dr. Soedono Madiun. Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Tidak dipublikasikan.
Suyono. (2001). Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka.
Tambayong, J. (2000). Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC.
Videbeck, S.L. (2008). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta: EGC.
Wardayati, K.T. (2011). Polusi perkotaan pemicu hipertensi. 10 Juni 2013. http://intisari-online.com/read/polusi-perkotaan-pemicu-hipertensi
Widiyani, R. (2013). Penderita hipertensi terus meningkat. 10 Juni 2013. http://health.kompas.com/read/2013/04/05/1404008/Penderita.Hipertensi.Te rus.Meningkat
Wei & Wang. (2006). Anxiety symptoms in patients with hypertension: a community-based study. International Journal Psychiatry in medicine, 36, 315-322. Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
39
Wisnu, I.M.L. (2013). Waspadai hipertensi, pemicu penyakit kelas berat. 10 Juni 2013. http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=detailberitaminggu&kid =24&id=74882
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
Lampiran 1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA LOKASI : Ruang rawat Antasena RSMM Bogor TANGGAL DIRAWAT: 2731 Mei 2013
I. IDENTITAS KLIEN Inisial
: Ny. S
Umur
: 44 tahun
Tanggal pengkajian : 27 Mei 2013
Informan : Ibu S, rekan medis II. KONDISI KLIEN Ibu S (44 tahun) datang ke RSMM dengan keluhan nyeri perut bagian kanan bawah yang sudah terjadi sejak ± 3 bulan yang lalu. Nyeri hilang timbul dan menjalar sampai keseluruh bagian perut dan ulu hati. Sebelum masuk rumah sakit klien mengalami demam, mual, dan muntah. Klien tidak mengalami masalah dalam gangguan eliminasi baik BAB maupun BAK. Diagnosis medis klien adalah appendiksitis dan direncanakan untuk dilakukan operasi. Selain appendiksitis klien juga memiliki riwayat hipertensi yang tidak terkontrol. Tekanan darah klien ini diketahui tinggi sejak 6 tahun yang lalu, setelah itu klien tidak mengkonsumsi obat anti hipertensi. Pola makan klien adalah menyukai makanan asin, mengkonsumsi ikan asin, dan gorengan. Klien mengatakan banyak sekali hal yang dicemaskan mulai dari operasi yang akan dilakukan karena ini merupakan operasi pertamanya, masalah anakanaknya yang saat ini berada di rumah, dan komunikasi yang kurang terjalin dengan baik antara klien dengan suaminya. III. FAKTOR PREDISPOSISI √
Tidak
Kurang berhasil -
Tidak
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ? 2. Pengobatan sebelumnya : -
Berhasil
-
-
Ya
berhasil
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
Pelaku/Usia
3.
Korban/Usia
Saksi/Usia
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
d. Kekerasan dalam keluarga: -
-
-
-
-
-
-
-
a. Aniaya fisik : b. Aniaya seksual : c. Penolakan :
e. Tindakan kriminal : Jelaskan No 1, 2, 3
-
-
-
-
: klien tidak memiliki riwayat sakit jiwa dan tidak mengalami aniaya fisik, seksual, penolakan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan kriminal.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan 4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa - Ya √ Tidak Hubungan keluarga Gejala Riwayat pengobatan/perawatan …………………… ……………
………………………………….
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan 5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : tidak ada. Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan. IV. FISIK 1. Tanda Vital
: TD: 140/90 mmHg N:
88
x/menit S:
20 x/menit 2. Ukur
: TB: 159 cm BB: 64 kg
3. Keluhan Fisik :
√
Ya
Tidak
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
36,5 ºC P:
Jelaskan : Nyeri di perut bagian kanan bawah ± 3 bulan yang lalu, hipertensi sejak 6 tahun yang lalu. Masalah Keperawatan : nyeri.
V. PSIKOSOSIAL : 1. Genogram :
Jelaskan : klien tinggal bersama suami dan ketiga anaknya. Klien mengatakan orang tuanya keduanya sudah meninggal dunia bukan karena hipertensi. Kakak perempuan kedua klien mengalami hipertensi juga. Klien mengatakan ibunya sudah meninggal sejak kecil sehingga klien dibesarkan oleh bapaknya. Setelah berumah tangga klien tinggal bersama suami dan ketiga anaknya. Dalam berkomunikasi antara klien dan suaminya kurang efektif, suami klien terkesan cuek. Pengambilan keputusan lebih didominasi oleh suami klien. Masalah Keperawatan
: ketidakefektifan hubungan.
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
2. Konsep diri : a. Gambaran diri
: Klien tampak terlihat gemuk, namun klien merasa biasa saja dengan tubuhnya. Bagi klien bertubuh gemuk itu lumrah bagi ibu-ibu yang sudah memiliki anak. klien tidak merasa terganggu dengan bentuk tubuhnya sekarang.
b. Identitas
: Sebelum di rawat klien adalah ibu rumah tangga yang kesehariannya berada di rumah untuk merawat anak-anak dan suaminya. Klien merasa senang dengan kegiatan kesehariannya sebagai ibu rumah tangga. Klien mengatakan puas dilahirkan sebagai seorang wanita dan bisa menjadi ibu serta seorang istri.
c. Peran
: Klien berperan sebagai ibu dan seorang istri. Menurut klien, klien mampu melaksanakan tugas tersebut dengan baik.
d. Ideal diri
: Harapan klien saat ini adalah ingin sembuh dan ingin keluarganya yaitu anak-anak dan suaminya untuk lebih mengerti akan kondisi dirinya saat ini. Klien ingin segera kembali ke rumah untuk melaksanakan tugas kesehariannya sebagai seorang ibu dan seorang istri.
e. Harga diri
: menurut klien, hubungannya dengan anakanaknya
baik-baik
saja
sedangkan
dengan
suaminya hubungan komunikasi kurang. Suami klien
terkesan
cuek
dan
pendiam.
Klien
mengatakan jarang mengobrol bersama suaminya. Masalah Keperawatan : ketidakefektifan hubungan. 3. Hubungan sosial : a. Orang yang berarti : anak-anak klien.
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : klien seneng mengikuti arisan yang diadakan dengan tetangga-tetangganya. c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : tidak ada hambatan. Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.
4. Spiritual : a.
Nilai dan keyakinan
: klien beragama Islam dan taat dalam
menjalankan ibadah keagamaan. b. Kegiatan ibadah : klien melakukan sholat lima waktu dan mengaji. Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.
VI. STATUS MENTAL 1. Penampilan : -
--
Tidak rapi
-
Penggunaan pakaian berpakaian tidak Tidak sesuai
Cara
seperti
biasanya
Jelaskan
: Penampilan klien tampak rapi, baju yang dipakai sesuai
Masalah Keperawatan
: tidak ada masalah keperawatan.
2. Pembicaraan : -
Cepat
-
Keras
√
-
Apatis
-
Lambat -
Gelisah
-
Membisu -
Inkoheren Tdk mampu memulai pembicaraan
Jelaskan
: klien tampak gelisah selama wawancara dan observasi.
Masalah Keperawatan
: ansietas.
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
3. Aktivitas motorik : √
Lesu
-
Tegang
-
Tik
-
Grimasen
Jelaskan
√
Gelisah
-
Agitasi
-
Tremor
-
Kompulsif
: Klien tampak lesu, gelisah dan tak bergairah.
Masalah Keperawatan
: ansietas.
4. Alam perasaan : √
Sedih
-
Gembira berlebihan
Jelaskan
Ketakutan
-
-
Putus asa
Khawatir
√
: klien mengatakan sedih dan khawatir jika mengingat anak-anaknya dan sikap suaminya yang cuek.
Masalah Keperawatan
: ansietas.
5. Afek : -
-
Datar
Jelaskan
Tumpul
-
-
Labil
Tidak sesuai
: afek sesuai stimulus.
Masalah Keperawatan
: tidak ada masalah keperawatan.
6. Interaksi selama wawancara : -
-
Bermusuhan
-
Kontak mata (-)
Jelaskan
Tidak kooperatif -
-
Defensif
Mudah tersinggung Curiga
: klien kooperatif, kontak mata positif
Masalah Keperawatan
: tidak ada masalah keperawatan.
7. Persepsi : -
Pendengaran
-
Penglihatan
-
Pengecapan
-
Penghidu
Jelaskan
-
Perabaan
:-
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
:-
Masalah Keperawatan 8. Proses pikir : -
-
Sirkumtansial
-
Flight of idea
-
Tangensial
Kehilangan asosiasi
-
Blocking
Pengulangan pembicaraan/persever asi
Jelaskan
:-
Masalah Keperawatan
:-
9. Isi pikir : -
-
Obsesi
-
Depersonalisasi
-
Fobia
-
ide yang terkait
Hipokondria Pikiran magis
Waham -
Agama
-
Nihilistic -
Jelaskan
-
Somatik
-
Sisip pikir -
-
Kebesaran Siar pikir -
:-
Masalah Keperawatan
:-
10. Tingkat kesadaran: -
Bingung
-
Sedasi
-
Stupor
-
Tempat
-
Orang
Disorientasi -
Waktu
Jelaskan
:-
Masalah Keperawatan: -
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
Curiga
Kontrol pikir
11. Memori : -
Gangguan daya ingat jangka panjang
√
Gangguan daya ingat jangka
-
Gangguan daya ingat saat ini
Jelaskan
-
pendek
Konfabulasi
: klien mengatakan susah mengingat nama orang yang baru dikenalnya. : tidak ada masalah keperawatan.
Masalah Keperawatan
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung : -
Mudah beralih
-
Tidak mampu berhitung sederhana
-
Jelaskan
Tidak mampu konsentrasi
:-
Masalah Keperawatan
: -
13. Kemampuan penilaian : -
Gangguan ringan
Jelaskan
-
Gangguan bermakna
:-
Masalah Keperawatan
:-
14. Daya tilik diri : -
Mengingkari penyakit yang diderita
-
Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan
:-
Masalah Keperawatan VII. 1.
:-
KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG Makan:
√
Bantuan minimal
Bantuan total
Jelaskan : klien mampu untuk makan sendiri.
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan. 2.
BAB/BAK:
Bantuan minimal
√
Bantuan total
-
Jelaskan: klien mampu BAB dan BAK secara mandiri. Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan. 3.
Mandi:
√
Bantuan minimal
-
Bantuan total
Jelaskan : klien mampu mandi dan menjaga kebersihan dirinya secara mandiri. Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan. 4.
Berpakaian/berhias: √ Bantuan minimal Bantuan total Jelaskan : klien mempu berpakaian dan berhias secara mandiri. Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.
5.
Istirahat dan tidur
Tidur siang lama
:
14.00
s/d
15.00
Tidur malam lama
:
21.00
s/d
05.00
Kegiatan sebelum/ sesudah tidur : tidak ada.
Jelaskan : klien tidurnya tercukupi namun selama masuk rumah skit tidur klien berkurang. Masalah Keperawatan : risiko gangguan pola tidur. 6.
Penggunaan obat :
√
Bantuan minimal
Bantuan total
-
Jelaskan: klien mempu minum obat secara mandiri. Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan. 7.
Pemeliharaan kesehatan Ya
√
Perawatan lanjutan Sistem pendukung
Tidak
√
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
Jelaskan
: sistem pendukung klien dari keluarga perlu ditingkatkan.
Masalah Keperawatan
8.
: ketidakefektifan hubungan.
Kegiatan didalam rumah Ya √
Mempersiapkan makanan Menjaga kerapian rumah
√
Mencuci pakaian
√
Pengaturan keuangan Jelaskan
Tidak
√
: klien mempu melakukan kegiatan harian sebagai ibu rumah tangga secara baik dan mandiri.
Masalah Keperawatan 9.
: tidak ada masalah keperawatan.
Kegiatan diluar rumah Ya Belanja Transportasi
Tidak
√
√
Lain-lain Jelaskan: klien masih mampu melakukan aktivitasnya di luar rumah secara mandiri. Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
VIII. MEKANISME KOPING Adaptif
Mal adaptif
-
Bicara dengan orang lain
-
Minum alkohol
√
Mampu menyelesaikan
-
Reaksi lambat/ berlebih
masalah -
Teknik relaksasi
-
Bekerja berlebihan
√
Aktivitas konstruktif
-
Menghindar
-
Olahraga
-
Mencederai diri
Lainnya…………..
Lainnya…..
Masalah Keperawatan: koping individu tidak efektif. IX.
MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik: tidak ada. Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik: klien hanya kurang komunikasi dengan suaminya. Masalah dengan pendidikan, spesifik: tidak ada. Masalah dengan pekerjaan, spesifik: tidak ada. Masalah dengan perumahan, spesifik: tidak ada. √ Masalah ekonomi, spesifik: klien merasa jika sakit ini nanti banyak
memakan biaya. Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik: tidak ada. Masalah lainnya, spesifik: tidak ada. Masalah Keperawatan: ketidakefektifan hubungan. X.
PENGETAHUAN KURANG TENTANG: Penyakit jiwa
√
Sistem pendukung
Faktor predisposisi
√
Penyakit fisik
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
√
Koping
√
Obat-obatan
Lainnya ..................................................................................... Masalah Keperawatan: defisisensi pengetahuan XI. ASPEK MEDIK Diagnosa medik : appendiksitis kronik dan hipertensi. Terapi medik
:
Nifedipime 10 mg (ekstra) Amilodipine 1x10 mg Valsartan 1x80 mg HCT 1x1 Ceftriaxone 2 gram Keterolac 1 ampul Ranitidine 1 ampul Metronidazole 500 mg drip
XII.
DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN 1. Ketidakefektifan hubungan 2. Nyeri 3. Ansietas 4. Risiko gangguan pola tidur 5. Koping individu tidak efektif 6. Defisiensi pengetahuan.
XIII. DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN 1. Ketidakefektifan hubungan 2. Nyeri 3. Ansietas 4. Risiko gangguan pola tidur 5. Koping individu tidak efektif
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
6. Defisiensi pengetahuan.
Mahasiswa,
(Ollyvia Freeska dwi Marta)
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
ANALISA DATA Dalam analisa data ini lebih difokuskan pada masalah psikososial. Data Data subjektif:
Masalah Keperawatan Ansietas .
a) Klien mengatakan dirinya takut, cemas, dan khawatir akan operasi yang akan dijalaninya. b) Klien mengatakan banyak sekali hal-hal yang dipirkan dan dikhawatirkan seperti anak-anaknya yang saat ini berada di rumah. c) Klien mengatakan jantungnya berdebardebar ketika dokter atau perawat datang untuk memeriksanya. d) Klien mengatakan tidurnya berkurang ketika berada di rumah sakit. e) Klien mengatakan takut kenapa tekanan darahnya tidak turun-turun padahal sebentar lagi akan operasi. Data objektif: a) Kontak mata ada, klien kooperatif. b) Klien sesekali terlihat melamun. c) Wajah tamppak tegang. d) Mukosa bibir kering. e) Wajah tampak memerah. Tekanan darah 140/90 mmHg, Nadi 88 x/menit, RR 20 x/menit, Suhu 36,5˚C.
Data subjektif:
Koping individu tidak efektif.
a) Klien mengatakan jika ada masalah klien
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
lebih banyak memendamnya sendiri daripada membicarakannya dengan keluarga. b) Klien mengatakan komunikasi dengan suaminya kurang karena suaminya terkesan cuek dengan dirinya dan anak-anak. c) Klien mengatakan tidurnya berkurang selama berada di rumah sakit. d) Klien mengatakan saudara-saudaranya tinggal jauh dan jarang berkomunikasi. Data objektif: a) Klien tampak lesu, kadang tampak kurang bersemangat. b) Nafsu makan klien berkurang. c) Klien tampak murung, melamun dan terdiam. d) Klien lebih banyak menghabiskan aktivitasnya di tempat tidur.
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
Lampiran 2
RENCANA TINDAKAN ASUHAN KEPERAWATAN ANSIETAS Diagnosis Keperawatan
Rencana Tindakan keperawatan Tujuan
Ansietas
TUK :
sedang-berat
1. Klien dapat
Kriteria Evaluasi
Intervensi
Klien menunjukkan
Bina hubungan saling percaya :
Hubungan saling percaya
tanda-tanda percaya
1.1. Beri salam setiap interaksi
merupakan dasar
1.2. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat
dari terjadinya komunikasi
TUM :
menjalin dan
Setelah
mempertahankan terhadap perawat
dilakukan
hubungan saling
tindakan
percaya
Wajah cerah,
dan tujuan perawat berkenalan
teraupetik
tersenyum
1.3. Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
sehingga akan memfasilitasi
1.4. Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji
dalam
keperawatan,
Mau berkenalan
klien mampu
Ada kontak mata
mengatasi
Bersedia
masalah
menceritakan
ansietas yang
perasaannya
dialaminya.
Rasional
setiap berinteraksi dengan klien 1.5. Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien 1.6. Buat kontrak interaksi yang jelas 1.7. Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien 1.8. Penuhi kebutuhan dasar klien
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
pengungkapan perasaan, emosi, dan harapan klien
2. Klien dapat
Klien mengungkapkan
2.1. Jadilah pendengar yang hangat dan responsif
Dengan mengenal ansietasnya,
mengenal
perasaan ansietas,
2.2. Beri waktu yang cukup pada klien untuk
klien akan lebih kooperatif
ansietasnya
penyebab ansietas, dan perilaku akibat ansietas
berespons 2.3. diskusikan tentang perasaan klien saat sedang menghadapi masalah atau tekanan.
terhadap tindakan keperawatan. Menyamakan persepsi bahwa ansietas terjadi pada klien.
2.4. Beri dukungan pada klien untuk mengekspresikan perasaannya 2.5. Identifikasi situasi yang membuat klien ansietas 2.6. Bersama klien identifikasi penyebab ansietas 2.7. Bersama klien identifikasi perilaku akibat ansietas 2.8. Beri reinforcement positif 2.9. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya.
3. Klien dapat
Klien mampu
menggunakan
mendemonstrasikan
teknik
cara mengatasi ansietas
3.1. Ajarkan klien teknik relaksasi : pengalihan situasi 3.2. Ajarkan Klien teknik relaksasi untuk
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
Di dapatkannya cara lain yang sehat yang akan membantu klien untuk mencari cara yang adaptif
mengurangi
secara positif
ansietas secara
meningkatkan kontrol dan rasa percaya diri 3.2. Dorong klien untuk menggunakan relaksasi
positif
dalam mengurangi atau menghilangkan ansietasnya
dalam menurunkan tingkat ansietas.
4. Klien dapat
Keluarga mampu
4.1. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga
Dukungan keluarga, mendukung
dukungan
merawat anggota
4.2. Jelaskan proses tejadi, tanda gejala,
proses perubahan perilaku
keluarga untuk
keluarga dengan
mengatasi
ansietas dengan latihan
ansietas yang
relaksasi.
dialaminya.
penyebab ansietas pada anggota keluarga 4.3. Ajarkan cara merawat anggota keluarga dengan latihan relaksasi 4.4. Diskusikan tanda-tanda anggota keluarga harus dirujuk 4.5. Beri reinforcement positif
ansietas klien. Untuk meningkatkan motivasi klien dalam menghilangkan ansietasnya. Untuk memberikan pengetahuan kepada keluarga sehingga keluarga dapat memahami cara yang tepat dalam menangani klien dan pentingnya perhatian keluarga. Agar keluarga dapat merawat klien di rumah secara mandiri.
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
Lampiran 3 CATATAN PERKEMBANGAN Hari / Tanggal Senin/ 27 Mei 2013
Implementasi Kondisi Klien Ny. S (44 tahun) datang ke RSMM dengan keluhan nyeri perut bagian bawah kanan yang sudah terjadi sejak 3 bulan yang lalu. Nyeri hilang timbul, demam (+), mual (+), muntah (+), diare (-). Diagnosis medis klien mengalami appendiksitis. Klien memiliki riwayat hipertensi sejak 6 tahun yang lalu. Klien suka mengkonsumsi makanan yang asin dan gorengan. Klien mengatakan banyak sekali hal yang dicemaskan mulai dari operasi yang akan dilakukan karena ini merupakan operasi pertamanya, masalah anak-anaknya yang saat ini berada di rumah, dan komunikasi yang kurang terjalin dengan baik antara klien dengan suaminya. Pengkajian: DS : Klien mengatakan nyeri masih ada dan hilang timbul Klien mengatakan banyak sekali hal yang dicemaskan mulai dari operasi yang akan dilakukan karena ini merupakan operasi pertamanya, masalah anak-anaknya
Evaluasi S: klien mengatakan senang setelah mengobrol/ berdiskusi dengan perawat dan setelah berlatih teknik relaksasi tarik napas dalam bersama. Klien mengatakan pikirannya sekarang sudah mulai tenang Klien mengatakan nyeri masih ada. O: Kontak mata (+), klien kooperatif Keadaan umum sedang, kesadaran: compos mentis. TD 140/90 mmHg, N 88 x/menit, S 36,5˚C, RR 20 x/menit Mukosa mulut tampak kering Skor tingkat kecemasan (Hamilton Anxiety Rating Scale) adalah 26 (ansietas sedang) A: Nyeri belum teratasi Ansietas teratasi sebagian.
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
yang saat ini berada di rumah, dan komunikasi yang kurang terjalin dengan baik antara klien dengan suaminya. Klien mengatakan jika ada masalah jarang dikomunikasikan bersama suami. DO: Nyeri skala 6, hilang timbul, menyebar di daerah perut, nyeri tak tertahankan. TD 140/90 mmHg, N 88 x/menit, S 36,5˚C, RR 20 x/menit Mukosa mulut tampak kering
P: Berlatih teknik relaksasi tarik napas dalam secara mandiri Mengisi jadwal latihan tarik napas dalam secara teratur.
Masalah Keperawatan a. Nyeri b. Ansietas Implementasi : a. Membina hubungan saling percaya b. Mendiskusikan bersama klien tentang perasaannya c. Mendiskusikan bersama pasien situasi yang menimbulkan ansietas. d. Membantu pasien mengenal penyebab ansietasnya e. Membantu pasien menyadari perilaku akibat ansietas. f. Mengajarkan pasien berlatih teknik relaksasi tarik napas dalam.
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
g. Mengkaji tingkat ansietas pasien dengan menggunakan kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale. Rencana Tindak Lanjut : - Evaluasi kemampuan klien dalam melakukan teknik relaksasi tarik napas dalam - Motivasi klien untuk latihan tarik napas dalam secara mandiri dan teratur - Motivasi makan dan minum secara adekuat - Ajarkan distraksi - Rencana operasi tanggal 29 Mei 2013, puasakan 6 jam sebelum operasi, terapi pre op: ceftriaxone 2 gr, ranitidine 1 ampul, ketorolac 1 ampul, metronidazole 500 mg drip. Selasa/ 28 Mei 2013
Kondisi Klien Klien mengatakan masih terasa nyeri di perut kanan bawahnya.terutama tadi setelah dilakukan pemeriksaan dengan ditekuk kakinya. Saat ini nyeri terasasakit sekali. Klien terlihat berlatih tarik napas dalam secara mandiri untuk mengurangi nyeri yang terjadi. Klien tampak meringis dan menangis, mukosa bibir kering. Klien mengatkan cemas akan operasi yang akan dilakukannya. Jika ada masalah, klien mengatakan lebih banyak memendam masalah itu sendirian daripada berbagi dengan suaminya.
S: - Klien mengatkan perasaan cemas dan was-wasnya sudah mulai berkurang setelah berdiskusi dan berlatih bersama perawat. - Klien mengatakan sudah mempraktekkan teknik relaksasi tarik napas dalam secara mandiri. - Klien mengatakn nyeri mulai berkurang O: - Keadaan umum sedang, kesadaran compos mentis. - TD 130/100 mmHg, N 90 x/menit, S 36˚C, RR 21
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
Pengkajian: DS : Klien mengatakan nyeri sekali pada perut kanan bawahnya. Klien mengatakan jika ada masalah jarang dikomunikasikan bersama suami. Klien mengatakan latihan tarik napas dalam sudah dipraktekkan secara mandiri. Klien mengatakn cemas akan operasinya. DO:
Wajah meringis, tampak menahan sakit TD 130/100 mmHg, N 90 x/menit, S 36˚C, RR 21 x/menit Mukosa mulut tampak kering Makan hanya dihabiskan setengah porsi TND sudah mampu dilakukan dengan baik.
A: P: -
x/menit Kontak mata (+), klien kooperatif Makan dan minum mulai dihabiskan TND dan distraksi mampu dilakukan dengan baik. Nyeri berkurang Ansietas teratasi sebagian Koping individu tidak efektif teratasi sebagian Berlatih teknik relaksasi tarik napas dalam secara mandiri Mengisi jadwal latihan tarik napas dalam secara teratur. Mempraktekkan distraksi: mengobrol dengan orang lain. Belajar melakukan alternatif koping yang konstruktif
Masalah Keperawatan a. Ansietas b. Koping individu tidak efektif c. Nyeri Implementasi : a. Mengkaji strategi koping yang digunakan oleh klien
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
b. Memberi dukungan jika klien mengungkapkan perasaannya. c. Motivasi untuk melakukan evaluasi dari perilakunya sendiri d. Mengajarkan alternatif koping yang konstruktif seperti bicara dengan orang lain. e. Mengevaluasi teknik relaksai tarik napas dalam yang sudah dilakukan. f. Berlatih dan berdiskusi dengan klien tentang distraksi : mengobrol bersama orang lain. g. Memberikan pendidikan kesehatan terkait persiapan operasi. Rencana Tindak Lanjut : - Evaluasi kemampuan klien dalam melakukan teknik relaksasi tarik napas dalam dan distraksi - Motivasi klien untuk latihan tarik napas dalam dan distraksi : mengobrol dengan orang lain secara mandiri dan teratur - Motivasi makan dan minum secara adekuat - Motivasi klien melakukan alternatif koping yang konstruktif - Persiapkan operasi besok - Evaluasi pengetahuan klien terkait persiapan operasi - Rencana operasi tanggal 29 Mei 2013, puasakan 6 jam sebelum operasi, terapi pre op: ceftriaxone 2 gr, ranitidine 1 ampul, ketorolac 1 ampul, metronidazole 500 mg drip.
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
Rabu/ 29 Mei 2013
Kondisi Klien Keadaan pre operasi: klien mengatakan takut dan deg-degan akan dioperasi. Nyeri masih terasa dan hilang timbul. Klien mengatakn tidurnya semalam kurang nyenyak. Tampak wajah klien tegang, meringis menahan nyeri. Keadaan post operasi: klien masih terlihat lemah. Klien mengatakan nyeri di luka operasi tidak ada, kaki baal. Tampak balutan verban di luka post operasi. Pengkajian: DS : Klien mengatakan deg-degan ketika akan dioperasi Klien mengatakan nyeri di luka operasi tidak ada, kaki baal. DO:
Wajah meringis, tampak menahan sakit, wajah tegang TD 130/80 mmHg, N 88 x/menit, S 36˚C, RR 20 x/menit Mukosa mulut tampak kering Kaki baal terlihat lemah Tampak balutan verban di luka bekas post operasi. TND sudah mampu dilakukan dengan baik.
S: - Klien mengatkan perasaan cemas dan was-wasnya sudah mulai berkurang setelah berdiskusi dan berlatih bersama perawat. - Klien mengatakan sudah mempraktekkan teknik relaksasi tarik napas dalam secara mandiri. - Klien mengatakn nyeri setelah operasi belum muncul. - Klien mengatkan saat ini sudah tidak mual dan muntah. O: - Keadaan umum sedang, kesadaran compos mentis. - TD 130/80 mmHg, N 88 x/menit, S 36˚C, RR 20 x/menit - Kontak mata (+), klien kooperatif - TND dan distraksi mampu dilakukan dengan baik. - Post op app, tampak luka post operasi. - DC (+), produksi (+) A: - Nyeri belum teratasi - Ansietas teratasi sebagian - Koping individu tidak efektif teratasi sebagian - Risiko infeksi belum teratasi. P: - Berlatih teknik relaksasi tarik napas dalam secara
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
Masalah Keperawatan - Ansietas - Koping individu tidak efektif - Nyeri - Risiko tinggi infeksi Implementasi : a. Mempertahankan rasa percaya klien b. Memberi dukungan jika klien mengungkapkan perasaannya. c. Menevaluasi alternatif koping yang konstruktif seperti bicara dengan orang lain. d. Mengevaluasi teknik relaksai tarik napas dalam yang sudah dilakukan. e. Mengevaluasi pengetahuan klien terkait persiapan operasi. f. Menganjurkan klien untuk menjaga kebersihan di area luka post operasi.
-
mandiri Mengisi jadwal latihan tarik napas dalam secara teratur. Mempraktekkan distraksi: mengobrol dengan orang lain. Belajar melakukan alternatif koping yang konstruktif. Menganjurkan untuk bedrest sampai jam 12.00 esok hari. Menganjurkan untuk berpuasa sampai flatus.
Rencana Tindak Lanjut : - Anjurkan untuk melakukan bedrest sampai dengan besok jam 12.00 - Anjurkan untuk berpuasa sampai flatus, BU (+) - Pantau tanda-tanda infeksi pada luka post operasi - Lakukan pergantian balutan setiap hari - Evaluasi kemampuan klien dalam melakukan teknik relaksasi
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
tarik napas dalam dan distraksi - Motivasi klien untuk latihan tarik napas dalam dan distraksi : mengobrol dengan orang lain secara mandiri dan teratur - Motivasi klien melakukan alternatif koping yang konstruktif - Anjurkan untuk makan dan minum bertahap - Observasi adanya perdarahan - Ajarkan teknik relaksasi: hypnosis 5 jari. Kamis/ 30 Mei Kondisi Klien 2013 Klien mengatakan saat ini sudah mulai enakan. Semalam tidak bisa tidur karena nyeri pada luka post operasinya. Saat ini nyeri sudah mulai berkurang. Ketika ditawarkan untuk berlatih teknik relaksasi hypnosis 5 jari klien menolak. Klien tampak tenang, kontak mata (+), mukosa bibir lembab. Pengkajian: DS : Klien mengatakan saat ini sudah mulai enakan, semalam tidak bisa tidur karena nyeri. Klien mengatakan sudah berlatih teknik relaksasi tarik napas dalam dan distraksi dengan mengobrol bersama orang lain. Klien mengatakan saat ini sudah mulai berkomunikasi dengan baik bersama suami dan anak-anaknya. Klien mengatakan saat ini perasaannya senang dan
S: - Klien mengatakan sudah mempraktekkan teknik relaksasi tarik napas dalam secara mandiri dan teratur. - Klien mengatakan nyeri di luka bekas operasi hilang timbul. - Klien mengatakan sudah bisa untuk miring kanan dan miring kiri - Klien mengatakan tadi sudah sempat untuk tidur selama 2 jam. O: - Keadaan umum sedang, kesadaran compos mentis. - TD 130/80 mmHg, N 84 x/menit, S 36,5˚C, RR 20 x/menit - Kontak mata (+), klien kooperatif - TND dan distraksi mampu dilakukan dengan baik. - Post op app, tampak luka post operasi. - DC (+), produksi (+)
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
berkurang rasa cemasnya. DO:
Wajah meringis, tampak menahan saki. Mukosa bibir lembab. Kontak mata (+), klien kooperatif. Tampak balutan verban di luka bekas post operasi. TND sudah mampu dilakukan dengan baik.
A: P: -
Masalah Keperawatan - Nyeri - Risiko tinggi infeksi - Gangguan pola tidur
-
Nyeri belum teratasi Risiko infeksi belum teratasi. Gangguan pola tidur teratasi sebagian. Berlatih teknik relaksasi tarik napas dalam secara mandiri Mengisi jadwal latihan tarik napas dalam secara teratur. Mempraktekkan distraksi: mengobrol dengan orang lain. Belajar melakukan alternatif koping yang konstruktif. Mobilisasi bertahap.
Implementasi : a. Mempertahankan rasa percaya klien b. Memberi dukungan jika klien mengungkapkan perasaannya. c. Mengevaluasi alternatif koping yang konstruktif seperti bicara dengan orang lain. d. Mengevaluasi teknik relaksasi tarik napas dalam yang sudah dilakukan. e. Menganjurkan untuk mobilisasi secara bertahap f. Memberikan terapi injeksi.
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
g. Menganjurkan klien untuk menjaga kebersihan di area luka post operasi.
Jumat/ 31 Mei 2013
Rencana Tindak Lanjut : - Pantau tanda-tanda infeksi pada luka post operasi - Lakukan pergantian balutan setiap hari - Evaluasi kemampuan klien dalam melakukan teknik relaksasi tarik napas dalam dan distraksi - Motivasi klien untuk latihan tarik napas dalam dan distraksi : mengobrol dengan orang lain secara mandiri dan teratur - Motivasi klien melakukan alternatif koping yang konstruktif - Anjurkan untuk makan dan minum bertahap - Observasi adanya perdarahan - Ajarkan teknik relaksasi: hypnosis 5 jari. Kondisi Klien Klien mengatakan saat ini sudah mulai enakan. Semalam klien sudah mampu untuk tidur. Nyeri di luka sesekali datang dan tidak sering. Makan dan minum klien dihabiskan. Komunikasi klien dan keluarga tampak lebih baik. Klien mengatakan sangat senang dan lega akhirnya diizinkan untuk pulang. Pengkajian: DS : Klien mengatakan saat ini sudah mulai enakan, dan
S: - Klien mengatakan sudah mempraktekkan teknik relaksasi tarik napas dalam secara mandiri dan teratur. - Klien mengatakan nyeri di luka bekas operasi hilang timbul. - Klien mengatakan saat ini sudah mulai enakan, dan semalam sudah bisa tidur. - Klien mengatakan sangat senang dan lega akhirnya diizinkan untuk pulang. - Klien mengatakan komunikasi dengan keluarga mulai
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
semalam sudah bisa tidur. Klien mengatakan nyeri di luka kadang-kadang. Klien mengatakan sangat senang dan lega akhirnya diizinkan untuk pulang. Klien mengatakan komunikasi dengan keluarga mulai lebih baik, suami mulai berkurang rasa cueknya. DO:
Makan dan minum klien dihabiskan Mukosa bibir lembab. Kontak mata (+), klien kooperatif. Tampak balutan verban di luka bekas post operasi. TND sudah mampu dilakukan dengan baik.
Masalah Keperawatan - Nyeri - Risiko tinggi infeksi - Risiko koping individu tidak efektif. Implementasi : a. Mempertahankan rasa percaya klien b. Memberi dukungan jika klien mengungkapkan perasaannya. c. Mengevaluasi alternatif koping yang konstruktif seperti bicara
lebih baik, suami mulai berkurang rasa cueknya. O: - Keadaan umum sedang, kesadaran compos mentis. - TD 110/70 mmHg, N 78 x/menit, S 36˚C, RR 20 x/menit - Kontak mata (+), klien kooperatif - TND dan distraksi mampu dilakukan dengan baik. - Luka tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi (tidak ada kemerahan, pus, dan jahitan terlihat bagus) - Skor tingkat kecemasan (Hamilton Anxiety Rating Scale) adalah 7 (ansietas ringan). A: - Nyeri teratasi - Risiko infeksi teratasi. - Ansietas teratasi. - Koping individu tidak efektif teratasi. P: - Berlatih teknik relaksasi tarik napas dalam secara mandiri - Mempraktekkan distraksi: mengobrol dengan orang lain secara mandiri di rumah. - Belajar melakukan alternatif koping yang konstruktif di rumah. - Menjaga kebersihan area luka.
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
d. e. f. g. h.
dengan orang lain. Mengevaluasi teknik relaksasi tarik napas dalam yang sudah dilakukan. Menganjurkan untuk mobilisasi secara bertahap Memberikan terapi injeksi. Menganjurkan klien untuk menjaga kebersihan di area luka post operasi. Memberikan pendidikan kesehatan terkait persiapan pulang.
-
Kontrol hari senin, 3 Juni 2013.
Rencana Tindak Lanjut : - Pantau tanda-tanda infeksi pada luka post operasi - Lakukan pergantian balutan saat kontrol ulang. - Evaluasi kemampuan klien dalam melakukan teknik relaksasi tarik napas dalam dan distraksi - Motivasi klien untuk latihan tarik napas dalam dan distraksi : mengobrol dengan orang lain secara mandiri dan teratur - Motivasi klien melakukan alternatif koping yang konstruktif - Anjurkan untuk makan dan minum bertahap - Observasi adanya perdarahan.
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
Lampiran 4 KUESIONER TINGKAT KECEMASAN (HAMILTON ANXIETY RATING SCALE - HARS) A. Petunjuk penilaian 1. Penilaian dilakukan oleh peneliti atau kolektor data melalui wawancara. 2. Penilaian dengan cara memberikan tanda check list (√ ) pada kolom penilaian yang tersedia di sebelah kanan sesuai dengan kondisi responden. 3. Peneliti atau kolektor data dalam melakukan wawancara sesuai dengan panduan. B. Komponen penilaian 1. Perasaan cemas Masa depan tidak jelas Ada rasa khawatir Ada rasa kegelisahan Ada rasa ketakutan Penilaian : 0 Tidak ada gejala kecemasan 1 Ragu-ragu 2 Ada kecemasan dan sulit untuk dikontrol 3 Kecemasan lebih sulit dikontrol 4 Perasaan cemas dan takut ada dan sering mempengaruhi ADL 2. Ketegangan Tidak dapat rileks atau santai Mudah gugup Merasa tegang pada tubuh Gemetar Perasaan gelisah Penilaian : 0 Tidak ada gejala ketegangan 1 Kadang-kadang gugup dan tegang 2 Tidak dapat rileks dan istirahat serta kesulitan untuk mengontrol tetapi tidak mempengaruhi ADL 3 Rasa gugup dan tidak istirahat sering terjadi serta mempengaruhi ADL 4 Ada ketegangan dan tidak bisa istirahat serta mempengaruhi ADL sepanjang hari
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
3. Ketakutan Takut kerumunan banyak orang Takut binatang Takut keramaian lalu lintas Takut sendirian Takut pada orang yang tidak dikenal Takut kegelapan Penilaian : 0 Tidak ada 1 Ragu-ragu 2 Ada pengalaman takut tapi dapat mengontrolnya 3 Kesulitan mengontrol sehingga kadang mempengaruhi ADL 4 Ketakutan jelas mempengaruhi ADL 4. Gangguan tidur Sukar memulai tidur Mudah terbangun Tidur tidak pulas Mimpi buruk Mimpi mendapat ancaman Penilaian : 0 Tidak ada gejala (tidur pulas) 1 Lama tidur kadang menurun 2 Tidur pulas menurun, kadang terbangun 3 Lama tidur dan kedalaman berubah 4 Klien sering terbangun ketika tidur 5. Gangguan kecerdasan Sulit untuk konsentrasi Sulit untuk membuat keputusan Daya ingat buruk Penilaian : 0 Tidak ada kesulitan konsentrasi 1 Ragu-ragu 2 Kadang kesulitan untuk konsentrasi 3 Kesulitan konsentrasi, mengingat dan memutuskan seperti membaca artikel atau melihat TV 4 Selama wawancara kesulitan konsentrasi, mengingat atau memutuskan
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
6. Perasaan tertekan (depresi) Sedih dalam komunikasi verbal dan non verbal Tidak berdaya Tidak semangat Tidak punya harapan Penilaian : 0 Tidak ada 1 Ragu-ragu 2 Ada kejadian yang jelas dan tidak menyenangkan 3 Menunjukkan tanda non verbal depresi atau tidak semangat 4 Menunjukkan kesedihan, tak berdaya dan tidak dapat dialihkan 7. Keluhan somatik (otot) Kelemahan otot Kaku otot Nyeri otot Nyeri menyebar Peningkatan ketegangan otot Penilaian : 0 Tidak ada gejala 1 Kadang-kadang kaku atau nyeri 2 Ada gejala nyeri 3 Nyeri otot mempengaruhi ADL 4 Nyeri sering muncul dan jelas mempengaruhi ADL 8. Keluhan somatik (sensori) Telinga berdenging Penglihatan kabur Muka pucat Perasaan badan ditusuk-tusuk Penilaian : 0 Tidak ada gejala 1 Ragu-ragu 2 Ada perasaan tekanan di mata, gangguan penglihatan dan gatal di kulit 3 Ada gejala sensori dan mempengaruhi ADL 4 Gejala sensori sering muncul dan jelas mempengaruhi ADL 9. Gejala jantung dan pembuluh darah Denyut nadi cepat Berdebar-debar Rasa tertindih di dada Nyeri dada
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
Pembuluh darah berdenyut Rasa lemah seperti mau pingsan Penilaian : 0 Tidak ada gejala 1 Ragu-ragu 2 Gangguan jantung ada tapi dapat dikontrol 3 Gangguan jantung sulit dikontrol dan mempengaruhi ADL 4 Gangguan jantung sering muncul dan jelas mempengaruhi ADL 10. Gejala pernapasan Pernapasan tercekik Rasa tertekan di dada Napas pendek/ sesak Penilaian : 0 Tidak ada gejala 1 Ragu-ragu 2 Ada gejala pernapasan tapi dapat dikontrol 3 Kesulitan mengontrol dan mempengaruhi ADL 4 Gejala pernapasan sering muncul dan jelas mempengaruhi ADL 11. Gejala pencernaan Sulit menelan Nyeri perut Rasa panas di perut Perut terasa penuh Mual atau muntah Diare Penilaian : 0 Tidak ada gejala 1 Ragu-ragu 2 Ada gejala 1 atau lebih tetapi dapat dikontrol 3 Kesulitan untuk mengontrol gejala dan mempengaruhi ADL 4 Gejala sering muncul dan jelas mempengaruhi ADL 12. Gejala genitourinaria Sering kencing Menstruasi yang tidak teratur Tidak orgasme Ejakulasi dini Tidak dapat ereksi (impoten) Penilaian : 0 Tidak ada gejala 1 Ragu-ragu
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
2 3 4
Ada gejala 1 atau lebih tetapi tidak mempengaruhi ADL Ada gejala 1 atau lebih dan mempengaruhi ADL Gejala sering muncul dan jelas mempengaruhi ADL
13. Gejala gangguan saraf (otonom) Mulut kering Pucat Mudah berkeringat Perasaan pusing Penilaian : 0 Tidak ada gejala 1 Ragu-ragu 2 Ada gejala 1 atau lebih tetapi tidak mempengaruhi ADL 3 Ada gejala 1 atau lebih dan mempengaruhi ADL 4 Gejala sering muncul dan jelas mempengaruhi ADL 14. Perilaku selama wawancara Tegang Gugup Gelisah Gemetar Muka pucat Nafas dalam Berkeringat Penilaian : 0 Tidak ada rasa khawatir 1 Kadang-kadang 2 Kekhawatiran cukup 3 Kekhawatiran yang nyata 4 Kekhawatiran yang sangat nyata, contoh gemetar Total Nilai : Penilaian terhadap kecemasan: Nilai < 17 : kecemasan ringan 18 – 24 : kecemasan ringan - sedang 25 – 30 : kecemasan sedang- berat
Sumber kuesioner: Hamarno, R. (2010). Kuesioner tingkat kecemasan (Hamilton anxiety rating scale). Tesis Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Tidak dipublikasikan.
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013
Lampiran 5 DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Ollyvia Freeska Dwi Marta
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat Tanggal Lahir
: Blitar, 9 Maret 1989
Agama
: Islam
Alamat
: Dusun Gading Desa Selopuro RT: 03 RW: 08 Nomor 62 Kecamatan Selopuro Kabupaten Blitar Jawa Timur
Email
:
[email protected]
PENDIDIKAN FORMAL No.
Pendidikan
Tahun
1
FIK UI Program Studi Profesi Ners
2012-2013
2
FIK UI Program Studi Ilmu Keperawatan
2008-2012
3
SMA Negeri 1 Talun
2005-2008
4
MTs Negeri Jambewangi
2002-2005
5
MI Islam Gading
1996-2002
6
TK Al-Hidayah Gading
1995-1996
Asuhan keperawatan ..., Ollyvia Freeska, FIK UI, 2013