PERANCANGAN TAMAN SEBAGAI PENUNJANG AKTIVITAS RUMAH SAKIT DI R.S. DR. H. MARZOEKI MAHDI, BOGOR
JIBRIL SUSANTO
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi “Perancangan Taman Rumah Sakit sebagai Penunjang Aktivitas Penyembuhan Pasien di R.S. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor” adalah karya saya dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juni 2011
Penulis
RINGKASAN JIBRIL SUSANTO, Perancangan Taman sebagai Penunjang Aktivitas Rumah Sakit di R.S. Dr. H. Marzoeki Mahdi, Bogor. Dibimbing oleh DR. IR. NURHAYATI H.S. ARIFIN, M.SC. Rumah Sakit Dr.H. Marzoeki Mahdi (RSMM) merupakan salah satu rumah sakit di kota Bogor yang memiliki beberapa keistimewaan dibandingkan dengan rumah sakit yang lain. Sejak tahun 2005, luas area RSMM sekitar 57,2 Ha, dan yang telah termanfaatkan sebagai area terbangun seluas 3,4 Ha. Sisanya, sekitar 53,8 Ha masih merupakan area Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang belum termanfaatkan dengan baik. Dengan luasan yang cukup, RSMM berpotensi untuk membangun dan mengembangkan taman yang dapat menunjang setiap aktivitas yang ada di dalamnya. Penelitian ini bertujuan merancang taman rumah sakit di RSMM yang mengakomodasi aktivitas penyembuhan pasien, baik bagi pengunjung, staf rumah sakit, dokter, maupun pasien itu sendiri. Optimalisasi penggunaaan ruang terbuka dapat mendukung terciptanya situasi yang kondusif untuk beraktivitas di rumah sakit. Tapak yang dipilih merupakan ruang terbuka yang terletak di tengah ruang terbangun dan menjadi pusat aktivitas rumah sakit dengan luas 20.183 m2. Metode kerja yang digunakan adalah observasi langsung melalui survei lapang dan wawancara untuk mengakomodasi kebutuhan, persyaratan, dan peraturan rumah sakit. Selain observasi secara langsung, penghayatan terhadap tapak (feel of the land) untuk dapat menentukan suasana yang tepat untuk tapak. Tahapan desain yang digunakan adalah tahapan Proses Perenacanaan dan Perancangan yang dikemukakan oleh Gold (1980). Tahapan tersebut meliputi inventarisasi tapak untuk mengetahui karakteristik fisik, biofisik tapak dan sosial tapak, kemudian dianalisis dengan metode deskriptif untuk mengetahui potensi dan kendala di tapak. Selanjutnya masuk tahapan síntesis untuk kemudian dibuat konsep dan perencanaan tapak. Tahap terakhir dibuat desain taman yang dapat mengakomodasi aktivitas di rumah sakit, khususnya area sekitar tapak. Kontur tanah di RSMM relatif datar dengan kemiringan 0-3% dan berada di ketinggian 230 mdpl. Jenis tanah di RSMM adalah latosol coklat kemerahan yang memiliki mengalami perubahan profil, gembur dan bersifat masam dengan pH (4,5-6,6). Area penelitian dikelilingi oleh ruang terbangun sehingga relatif terisolasi satu sama lain, hal ini menjadi kendala untuk mendesain kedua ruang tersebut sehingga menjadi suatu kesatuan yang baik. Ruang ini pula yang menjadi pemisah antar ruang sehingga mempersulit pengguna untuk mencapai ruang yang dituju lebih cepat. Solusi yang diambil adalah menghilangkan bangunan (koridor) pemisah ruang terbuka dan menciptakan bangunan (koridor) yang dapat menyatukan setiap ruang dengan baik.
RSMM telah memiliki ruang mesin penampungan air (Water Resevoir), terletak di bagian barat tapak, berbatasan dengan ruang klinik umum. Hal ini memudahkan rumah sakit untuk mengelola manajemen kebutuhan dan pembuangan air dari dan keluar RSMM. Pola saluran drainase berupa aliran air permukaan (run off) di RTH mengikuti bentukan topografi pada tapak. Selain itu, terdapat saluran drainase buatan yang terbagi menjadi saluran drainase terbuka dan drainase tertutup. Saluran drainase tertutup berupa pipa-pipa saluran air dan saluran drainase terbuka berupa parit-parit yang terletak di sekeliling tapak dan sekeliling bangunan. Vegetasi di tapak ini memiliki dua tujuan fungsional yang berbeda, tujuan pertama adalah vegetasi sebagai daerah hijau tegakan pohon, contoh tanaman tegakannya antara lain pohon mahoni (Swietenia mahogany Jacq), mangga (Mangifera indica), dan durian (Durio zibethinus). Tujuan kedua sebagai tanaman transisi untuk mengakomodasi berbagai aktivitas di RSMM. Vegetasi yang digunakan cukup beragam, dari golongan semak, hingga pohon besar. Tapak ini sebagian besar tertutupi oleh rumput paetan Axonopus compressus sebagai tanaman penutup tanah, dan untuk semak, sebagian besar yang digunakan tanaman Ixora sp, Acalypha macrophylla, dan Duranta sp. Terdapat beberapa ruang yang dijadikan pertimbangan dalam penyusunan konsep. Ruang medical check up (MCU), kantin dan ruang administrasi berada tepat di tengah tapak, sehingga menjadi pusat pertemuan semua pihak dalam beraktivitas. Ruang Kejiwaan tersebar ke beberapa lokasi, dan beberapa diantaranya mengelilingi tapak. Hal ini memudahkan akses pasien ke tapak. Ruang Napza (terapi narkotika), ruang perinatologi, dan ruang direksi berada tepat menghadap tapak ini, sehingga berpotensi menciptakan suasana pemandangan natural dari luar ruangan. Konsep dasar yang digunakan adalah desain taman yang dapat mendukung berbagai aktivitas di rumah sakit, terutama aktivitas yang bertujuan akhir untuk menunjang proses penyembuhan penyakit pada pasien. Taman ini diharapkan dapat menstimulir panca indera sebagai media untuk berinteraksi, yang pada akhirnya mempengaruhi pikiran dan persepsi orang (pengunjung) untuk mencapai ketenangan hati dan jiwa. Pada akhirnya, secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi semangat pasien untuk segera meraih kesehatan atau kesembuhan. Konsep ruang yang diterapkan mengambil pola / bentuk daun pepaya (Carica papaya). Daun pepaya memiliki pola pertulangan ruas daun utama yang unik dengan pola menjari dan dapat dianalogikan sebagai lima pilar yang berhubungan dengan proses penyembuhan pasien di rumah sakit dan pentingnya keberadaan taman bagi RSMM. Lokasi area terbangun (ruang MCU, ruang administrasi, ruang kejiwaan, ruang kebidanan, dan ruang Napza) yang terpisah satu sama lain, dan penyebaran aktivitas di sekitar tapak memperkuat pola yang
digunakan. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, serta kesesuaiannya dengan konsep yang diterapkan, maka diperoleh penggunaan area (use area) dengan luas presentase ruang antara lain, ruang penerimaan (10%), ruang transisi (10%), ruang interaksi sosial (25%), ruang terapi (25%), ruang meditasi (10%), dan ruang ekspresi dan seni (20%). Konsep sirkulasi dilakukan menghubungkan setiap ruang yang terpisah sehingga memudahkan akses dan aktivitas di tapak. Pola yang digunakan adalah pola linier, untuk menghubungkan beberapa ruang yang terpisah dan pola radial sebagai transisi dan pembentuk ruang utama di tapak. Jenis sirkulasi yang direncanakan dibagi menjadi tiga, yaitu sirkulasi utama tapak berupa koridor terbuka dengan lebar jalan 3 meter, sirkulasi alternatif tapak dengan material utama pembentuknya berupa paving block, dengan lebar bervariasi, dan sirkulasi kendaraan didesain dengan lebar 5 meter dengan material utama pembentuknya berupa aspal. Pemilihan tanaman ditujukan untuk mendukung fungsi ruang dan desain tapak, serta lebih diutamakan pada jenis tanaman lokal agar memudahkan dalam pemeliharaan (low maintenance). Jenis tanaman yang dipilih merupakan tanaman yang dapat mendukung berbagai fungsi, antara lain fungsi terapi (fungsi aromaterapi) fungsi estetika (harmonisasi warna), dan fungsi ekologis (menjaga kesuburan tanah dan menyegarkan udara sekitar). Fasilitas yang didesain, antara lain, petak tanam sayur dan buah, gazebo (tenda) pemanenan , kafetaria, pergola, tempat duduk, boardwalks, rumah pembibitan, ruang pascapanen, kolam, area mini outbound, name sign, fasilitas sosial. Produk yang dihasilkan berupa desain taman rumah sakit yang divisualisasikan melalui gambar siteplan, planting plan, gambar tampak dan potongan, dan perspektif keseluruhan taman, serta gambar detail bangunan dan fasilitas yang ada di tapak.
Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
PERANCANGAN TAMAN SEBAGAI PENUNJANG AKTIFITAS RUMAH SAKIT DI R.S. DR. H. MARZOEKI MAHDI, BOGOR
JIBRIL SUSANTO
A44060229
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
Judul Skripsi
: Perancangan Taman sebagai Penunjang Aktivitas Rumah Sakit di R.S. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor
Nama
: Jibril Susanto
NRP
: A44060229
Menyetujui, Pembimbing Skripsi
Dr. Ir. Nurhayati H.S.Arifin, M.Sc. NIP. 19620121 198601 2 001
Mengetahui, Ketua Departemen Arsitektur Lanskap
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001
Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya yang telah dilimpahkan sehingga proposal penelitian dengan judul Perancangan Taman Sebagai Penunjang Aktifitas Rumah Sakit di R.S. Marzoeki Mahdi, Bogor ini dapat tersusun dengan baik. Skripsi ini merupakan hasil dari penelitian yang telah dilakukan dan merupakan salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dari Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan baik materi maupun spiritual dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada 1. Keluarga tercinta, kedua orang tua Ayah dan Bunda, serta adik atas segala dukungan dan doa yang senantiasa diberikan kepada penulis; 2. Dr. Ir. Nurhayati H.S. Arifin, M.Sc, selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, arahan, serta nasihatnya dalam penyusunan skripsi ini; 3. Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, M.Agr. selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan, dukungan, dan nasihatnya dalam pengarahan akademik; 4. Akhmad Arifin Hadi, SP, MALA, dan Fitriyah N. H. Utami, ST, MT selaku dosen penguji. 5. Bpk Ahmad, Mas Heri, dan segenap staf IPS RS yang bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dalam pengambilan data; 6. Ibu Sumarni, Ibu Tri, dan segenap staf administrasi Diklit RSMM Bogor, yang telah membantu pencarian data di RSMM Bogor; 7. Teman seperjuangan bimbingan (Refi, Agnes, Rani), atas dukungan semangat yang tak pernah pudar untuk penulis; 8. L. Hanief, Sabar Sampulan Nst, Idham Fahmi, Rahmat Hidayat, dan Akhsani Takwim, Sigit Pramono, atas kebersamaan yang berarti; 9. Bpk Aja, Bpk Ndang, telah setia menjaga kepercayaan;
10. Teman-teman ARL 43, kakak kelas ARL 40, 41, dan 42 serta adik kelas ARL 44, 45 dan 46 atas dukungan dan semangat yang diberikan; 11. Inneke M. Putri, atas doa, dukungan, dan inspirasinya. 12. Saudara, Sahabat, dan Teman yang tidak dapat disebutkan namanya, atas dukungan dan doanya.
Semoga dukungan dan kebaikan yang telah diberikan menjadi amal baik dan mendapat balasan setimpal dari Allah SWT. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Bogor, Desember 2011
Jibril Susanto
RIWAYAT HIDUP
Jibril Susanto, dilahirkan di Pekalongan pada tanggal 18 Januari 1988 dari ayah Susanto dan ibu Sakdiyah. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dengan adik Atid Susanto dan Kirei na. Penulis menempuh pendidikan di TK Kutilang I Pekalongan (1993-1994), kemudian melanjutkan pendidikan di SD Kandang Panjang II Pekalongan (1994-2000), selanjutnya penulis meneruskan pendidikan menengah pertama di SLTPN 1 Pekalongan (2000-2003), dan melanjutkan pendidikan menengah atas di SMUN 1 Pekalongan (2003-2006). Selama di SLTP, penulis aktif sebagai anggota Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) tahun 2001-2002 dan ekstrakulikuler olahraga bola voli. Pada saat SMU, penulis aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler olahraga bola basket. Pada tahun 2006 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor. Pada tahun 2007, penulis diterima di Mayor Arsitektur Lanskap, Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP). Selama menjadi mahasiswa ARL, penulis pernah menjadi anggota (wakil ketua) komunitas Green Concept pada tahun 2008. Penulis pernah melaksanakan Praktik Kerja (Magang) di Kontraktor Lanskap Shelsflynn pada bulan Juli hingga Agustus 2008. Penulis aktif berwirausaha di beberapa bidang, antara lain bidang pertanian dan peternakan. Selain itu, penulis pernah mendapat kepercayaan dari CDA (Career Development and Alumni) IPB untuk mengelola usaha di bidang perdagangan batik pada tahun 2009. Saat ini penulis aktif berwirausaha di bidang pertanian.
i
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ...................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
iv
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
vii
PENDAHULUAN ..................................................................................
1
1.1.Latar Belakang .................................................................................
1
1.2.Tujuan ..............................................................................................
2
1.3.Manfaat .............................................................................................
2
1.4.Kerangka Pikir Studi .......................................................................
3
TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................
4
2.1.Hubungan Manusia dengan Alam dalam konteks kesehatan......
4
2.2.Fungsi Taman Untuk Relaksasi ......................................................
4
2.3.Taman Rumah Sakit ........................................................................
6
2.4. Proses Desain ....................................................................................
7
METODOLOGI ......................................................................................
10
3.1.Lokasi dan Waktu Penelitian ..........................................................
10
3.2.Alat dan Bahan .................................................................................
10
3.3.Batasan Penelitian ............................................................................
11
3.4.Metode Penelitian.............................................................................
11
HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................
17
4.1. Kondisi Umum Rumah Sakit .........................................................
17
Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi ....................................
17
Sejarah dan Struktur Organisasi .............................................
18
4.2.Data dan Analisis Tapak .................................................................
20
4.2.1. Aspek Fisik dan Biofisik .............................................................
21
Lokasi dan Batas Tapak .......................................................
21
Jenis Tanah ..........................................................................
24
Topografi dan Hidrologi ......................................................
24
Iklim ....................................................................................
27
Aksesibilitas dan Sirkulasi ...................................................
31
Vegetasi ...............................................................................
34
Satwa ....................................................................................
39
Kualitas Visual Lanskap ......................................................
39
Struktur Bangunan, Fasilitas dan Utilitas ............................
42
4.2.2. Aspek Sosial ................................................................................
46
Karakter Aktivitas Pengguna Tapak ....................................
46
Persepsi dan Harapan Pengguna Tapak ...............................
48
4.2.3. Aspek Legal Undang-Undang no.44 Tahun 2009.....................................
51
Peraturan Tata Ruang di RSMM .........................................
53
4.3. Konsep dan Perencanaan ..............................................................
53
Konsep Dasar .........................................................................
53
Konsep Desain .......................................................................
54
Rencana Ruang dan Aktivitas................................................
54
Rencana Sirkulasi ..................................................................
60
Rencana Tata Hijau ...............................................................
67
Daya Dukung Pengunjung………………………………….
70
Siteplan dan Planting Plan ....................................................
71
4.4.Desain Lanskap………………………………. ...............................
75
Ruang Interaksi Sosial ...........................................................
75
Ruang Meditasi ......................................................................
77
Ruang Ekspresi dan Seni .......................................................
79
Ruang Rehabilitasi .................................................................
78
Ruang Terapi Hortiluktura ....................................................
82
Pencahayaan (Lighting) .........................................................
84
KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................
86
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
88
LAMPIRAN .............................................................................................
91
iii
DAFTAR TABEL
No
Halaman
1. Jenis Perangkat Lunak dan Kegunaannya .......................................
11
2. Jenis, Sumber dan Cara Pengambilan Data Tapak ..........................
12
3. Daftar Nama Tanaman di Tapak ......................................................
35
4. Rekapitulasi hasil kuesioner persepsi total pengunjung ..................
48
5. Rekapitulasi hasil kuesioner harapan pengunjung ...............................
50
6. Rekapitulasi hasil kuesioner persepsi staf mengenai interaksi taman, staf rumah sakit, dan pasien...................................
50
7. Pembagian ruang dan sub-ruang ......................................................
55
8. Rencana ruang, aktivitas, dan fasilitas .............................................
57
9. Prioritas kepentingan pengguna terhadap ruang di taman ...............
58
10. Prioritas penggunaan ruang oleh pasien ...........................................
59
11. Konsep vegetasi RSMM ..................................................................
66
12. Tanaman estetika yang digunakan ...................................................
66
13. Jenis tanaman hortikultura dalam tapak ...........................................
68
14. Daya dukung pengunjung berdasarkan aktivitasnya………………
70
DAFTAR GAMBAR
No
Halaman
1. Kerangka pikir penelitian…………….. .........................................
3
2. Peta lokasi penelitian…………………………..............................
10
3. Bagan perencanaan menurut Gold .................................................
12
4. Bagan tahapan perencanaan...........................................................
16
5. Peta RSMM ...................................................................................
18
6. Bagan struktur organisasi RSMM .................................................
19
7. Peta pembagian RTH di RSMM.................................................... 8. Peta dasar ......................................................................................
22 23
9. Saluran drainase di tapak ..............................................................
25
10. Peta topografi dan kemiringan di tapak………………... .............
26
11. Grafik rata-rata kelembaban per bulan ..........................................
29
12. Vegetasi sebagai pengendali iklim mikro .....................................
30
13. Badan air membantu efek penyejukan pada tapak ........................
31
14. Bentuk sirkulasi di tapak ...............................................................
32
15. Analisis sirkulasi ...........................................................................
33
16. Vegetasi di tapak ...........................................................................
34
17. Kondisi ruang terbuka dan vegetasi ..............................................
36
18. Berbagai nilai fungsional vegetasi ................................................
37
19. Analisis vegetasi............................................................................
38
20. Satwa yang terdapat di tapak.........................................................
39
21. Good view dan bad view di tapak ..................................................
40
22. Kualitas visual lanskap ..................................................................
41
23. Struktur bangunan RSMM ............................................................
42
24. Fasilitas dan utilitas pada tapak ....................................................
43
25. Tindakan vandalisme dan perawatan yang kurang intensif di RSMM ………………………….................................
44
26. Analisis bangunan .........................................................................
45
27. Analisis aktivitas di tapak .............................................................
47
v
28. Diagram pembagian ruang ............................................................
55
29. Konsep dan rencana ruang di RSMM ...........................................
57
30. Potongan konstruksi jalan aspal ………………………………...
61
31. Ilustrasi jalan kendaraan ...............................................................
61
32. Bentuk material keramik dan penggunaannya di tapak ................
62
33. Ilustrasi bentuk fasilitas penghubung jalan ...................................
63
34. Potongan konstruksi pavement ………………………………….
63
35. Jenis dan pola pemasangan conblock …………………………...
64
36. Ilustrasi penggunaan conblock di tapak ........................................
64
37. Ilustrasi jalur terapi pijat kaki dan material yang digunakan ........
64
38. Konsep Sirkulasi ...........................................................................
66
39. Site plan.........................................................................................
72
40. Planting plan .................................................................................
73
41. Surface Plan ..................................................................................
74
42. Ilustrasi sitting area di sekitar ruang MCU ..................................
76
43. Ilustrasi area pertemuan staf rumah sakit ......................................
77
44. Ilustrasi rancangan permainan air .................................................
78
45. Ilustrasi suasana area di dalam masjid ..........................................
78
46. Ilustrasi gazebo..............................................................................
80
47. Ilustrasi area outbond ....................................................................
71
48. Ilustrasi kolam sebagai penunjang area reflekksologi dan kemoterapi ..............................................................................
82
49. Ilustrasi area penanaman ...............................................................
83
50. Ilustrasi area pemanenan ...............................................................
83
51. Ilustrasi penerangan di koridor dan sekitarnya .............................
84
52. Ilustrasi Penerangan jalan kendaraan dan sekitarnya ....................
85
DAFTAR LAMPIRAN
No
Halaman
1. Pengambilan data sosial mengenai persepsi dan harapan pengunjung (pasien MCU) terhadap tapak ......................................................
91
2. Pengambilan data sosial mengenai persepsi dan harapan pengunjung (staf RS) terhadap tapak .......................................................................
93
3.
Detil penanaman petak sayur (tomat dan cabai)...................... .....
96
4.
Detil Penanaman tanaman konservasi ...........................................
97
5.
Detil Penanaman dalam Kolam .....................................................
98
6.
Detil hardscape (masjid)................................................... ............
99
7.
Detil konstruksi hardscape (jalan dan drainase)...........................
100
8.
Detil name sign..............................................................................
101
9.
Tampak potongan ruang interaksi sosial, terapi hortikultura, dan ruang meditasi .........................................................................................
102
10. Tampak potongan keseluruhan......................................................
103
11. Perspektif keseluruhan..................................................................
104
12. Site plan Lighting ..........................................................................
105
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Konsep penyembuhan penyakit melalui interaksi dengan lingkungan alam adalah hal lama dan baru. Hal ini merupakan hal lama karena sejak sekian tahun masyarakat percaya bahwa tanaman dan taman bermanfaat untuk penyembuhan, diakui oleh sebagian besar benua Asia dan Eropa. Dari alam, pengobatan herbal, air musim semi, mineral, udara segar, dan rasa hangat selalu menjadi resep yang dikonsumsi oleh manusia, baik fisik maupun mental, dalam proses penyembuhan penyakit. Hal ini dikatakan hal baru karena sejak pertengahan abad sembilan belas hingga kini rumah sakit telah banyak menyadari dari mengenalkan pasien dengan lingkungan alam seperti udara, sinar matahari, dan vegetasi dengan pemandangan alam sebagai bagian dari elemen penyembuh penyakit yang baik (Said, 2008). Menurut Said (2008), di abad ke 21, penilaian dalam kualitas lingkungan penyembuhan di rumah sakit dinilai dari praktek medis, operasi, dan obat-obatan untuk merawat pasien. Obat dan mesin selalu dijadikan alat dalam proses penyembuhan pasien, sedangkan proses penyembuhan melalui sudut pandang hubungan pasien dan lingkungan sekitar diabaikan. Bagi pasien, pengunjung, dan anggota staf rumah sakit, menghabiskan waktu berada di rumah sakit selama berjam-jam dapat menjadi suatu pengalaman yang sangat membosankan. Namun, akses yang dekat dengan lanskap alami atau taman dapat meningkatkan kemampuan manusia untuk menghindari stres dan berpotensi menyembuhkan penyakit. Cooper (2007) Selanjutnya Alam menarik perhatian kita tanpa menghabiskan energi yang dimiliki. Taman relaksasi dapat menimbulkan kesadaran, menenangkan pikiran, mengurangi stres, dan membantu orang untuk menyusun sumber kesehatannya tersendiri. Menurut Cooper (2007), penelitian menunjukkan bahwa orang dengan tingkatan sosial yang lebih tinggi biasanya lebih sedikit mengalami stres dan memiliki kesehatan yang lebih baik dibanding orang yang lebih terasingkan, dan bahwa tingkatan sosial yang lebih tinggi memiliki cara lebih banyak untuk
mempercepat kesembuhan atau nilai kelangsungan hidup yang lebih tinggi dalam kondisi medis (Ulrich, 1999). Rumah Sakit dr.H. Marzoeki Mahdi (RSMM) merupakan salah satu rumah sakit di kota Bogor yang memiliki beberapa keistimewaan dibandingkan dengan rumah sakit yang lain. Sejak tahun 2005, luas area RSMM sekitar 572.026,00 m2, dan yang telah termanfaatkan sebagai area terbangun seluas 3,4 Ha. Sisanya, sekitar 53,8 Ha masih merupakan area Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang belum termanfaatkan dengan baik. Sebagian diantaranya menghubungkan bangunan satu dengan yang lain, sebagian lagi berada setiap sisi samping area terbangun dan secara tidak langsung berfungsi sebagai greenbelt rumah sakit dari lingkungan luar. Kebijakan yang dapat dilakukan oleh pihak rumah sakit adalah dengan memperbaiki dan meningkatkan fasilitas yang dapat menunjang berbagai aktifitas penyembuhan pasien, baik fasilitas medis maupun non-medis, sehingga diharapkan agar tujuan rumah sakit terpenuhi dan beberapa tahun ke depan rumah sakit ini dapat berkembang menjadi rumah sakit bertaraf Internasional.
1.2 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah menyusun desain taman rumah sakit untuk mengakomodasi segenap aktivitas serta mendukung proses penyembuhan pasien di rumah sakit.
1.3 Manfaat 1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang kegunaan taman sebagai sarana relaksasi dalam penyembuhan pasien di rumah sakit. 2. Membantu pihak rumah sakit dalam menganalisis karakter taman rumah sakit yang sesuai di rumah sakit tersebut. 3. Menjadi
pertimbangan
bagi
pemerintah
Kota
Bogor
dalam
mengembangkan taman rumah sakit sebagai sarana umum.
2
1.4 Kerangka Pikir Penelitian Taman rumah sakit merupakan taman yang digunakan sebagai sarana alternatif penunjang aktivitas penyembuhan pasien, dan sebagai sarana penyegaran kembali bagi staf, maupun pengunjung rumah sakit. Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi (RSMM) merupakan rumah sakit yang melayani pasien umum dan pasien yang mengalami kelainan jiwa di Kota Bogor. Selain itu, RSMM merupakan rumah sakit yang masih memiliki ruang terbuka yang cukup luas, membutuhkan taman yang dapat digunakan sebagai sarana penunjang proses penyembuhan pasien. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian guna merancang taman yang sesuai dengan kebutuhan rumah sakit (Gambar 1).
Taman R.S. Dr. H. Marzoeki Mahdi, Bogor
Pasien
Terapi
Staf Rumah Sakit
Lingkungan Kerja
Pengunjung
Kenyamanan
Lingkungan ruang terbuka yang mengakomodasi kebutuhan pihak di RS
Desain taman yang sesuai di R.S. Dr. H. Marzoeki Mahdi, Bogor
Gambar 1. Kerangka pikir penelitian
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Hubungan Manusia dengan Alam dalam Konteks Kesehatan Sehat alami adalah sehat rohani dan jasmani yang diupayakan sendiri secara alami. Tentu saja hal ini sudah dilakukan sejak adanya manusia sebagai khalifah Allah untuk memelihara bumi ini. Tuhan menganugerahkan naluri dan daya pikir kepada manusia melalui panca indera dan anggota tubuhnya menggunakan potensi alam semesta ini untuk hidup dan mempertahankan kelangsungan hidupnya. Udara terutama kandungan oksigennya disebutkan Kung Ci atau energi udara sangat diperlukan untuk pembentukan darah, melancarkan peredaran darah, membuat darah merah segar bertenaga, mampu menyalurkan nutrisi ke seluruh sel-sel tubuh, pembakaran limbah dan racun dapat berjalan dengan baik. Udara yang bersih dan segar membuat perasaan dan pikiran menjadi tenang, segar dan berenerji mempercepat penyembuhan (Green dan Hertin, 2004). Kania (2010) mendefinisikan kata health sebagai suatu kondisi atau keadaan dari fisik, mental dan sosial yang baik dan bukan hanya ketidakhadiran atas penyakit atau kelemahan belaka. Penggunaan kata healing pada kasus “healing garden” membuat defenisi-defenisi yang telah ada pada umumnya tidak dapat dijadikan pedoman. Manfaatnya lebih berkaitan bahwa taman ini dapat menyembuhkan seseorang, pengurangan rasa stress dan kemampuannya untuk melegakan, menenangkan, meremajakan atau memperbaiki kesehatan mental dan emosi seseorang. Peranan penting dari taman ini adalah untuk menyediakan perlindungan, memberikan tempat untuk bermeditasi atau untuk menimbulkan sifat yang diinginkan oleh pengguna taman.
2.2. Fungsi Taman Untuk Relaksasi Taman Relaksasi adalah hamparan yang di dalamnya terdapat berbagai elemen yang menenangkan, dan membuat penghuni di dalamnya merasa santai dan tenang (Badudu, 2003).
Menurut Taji (1966), taman Jepang memiliki berbagai pengaruh psikologis bagi penggunanya, selain dapat menjadi simbol bagi sebagian penduduk Jepang, taman Jepang juga dapat dijadikan tempat bermeditasi terutama ketika seseorang mengalami stress atau goncangan di dunia nyata. Taman adalah bentuk yang lembut dari alam. Taman menjadi bagian yang begitu penting bagi kehidupan manusia, dalam segala usia. Taman mesir yang agung dibuat sebagai bentuk pelarian dari kondisi lingkungan yang keras dan kasar. Taman sering dianggap surga yang menawarkan
peristirahatan dari
panasnya matahari (Cooper dan Barnes, 1999). Herrington (1980) menerangkan bahwa tanaman bermanfaat dalam menyeimbangkan efek temperatur matahari dan radiasi infra merah, sehingga meningkatkan level kenyamanan. Bagaimanapun juga, faktor psikologi, seperti harapan dan keinginan terhadap kondisi lingkungan yang asri memberikan pengaruh yang lebih baik dalam kenyamanan daripada temperatur aktual (Simson dan Martha, 1998). Nighswonger (1975) menjelaskan bahwa tanaman memberikan pengaruh yang baik secara fisik pada area sekitarnya sehingga lebih nyaman untuk ditinggali dan bekerja di dalamnya melalui udara segar, menyeimbangkan temperatur melalui keteduhan dan kotak angin, mereduksi pandangan buruk dan kebisingan, menghilangkan polusi udara, membatasi pandangan yang tidak menarik, dan menaikkan kelembaban relatif (Simson dan Martha, 1998). Taman juga dapat secara emosinal menyembuhkan seperti halnya dengan penyembuhan fisik. Sebuah studi membuktikan bahwa tidak hanya orang yang bekerja di taman yang lebih sehat, juga orang yang berada di sekitarnya. Sebagai contoh : studi dari Roger Ulrich menunjukkan secara sederhana bahwa pasien yang melihat taman dari jendela atau pemandangan alami lain dapat sembuh lebih cepat dari pada dengan cara operasi (Cooper dan Barnes, 1996). William (1998) mendefinisikan lanskap penyembuhan adalah “tempat, waktu, situasi, lingkungan pergaulan yang meliputi lingkungan fisik dan psikologis berasosiasi dengan pengobatan atau penyembuhan, serta pertahanan kesehatan dan kesejahteraan.” Tempat menyediakan makna bagi orang dengan
5
berbagai cara. Melalui identitas dan perasaan aman, tempat adalah ketentuan untuk keluarga dan pekerja, dan dan tempat untuk pengalaman estetis (Said, 2008)
2.3.Taman Rumah Sakit Taman adalah kebun yg ditanami dengan bunga-bunga dan sebagainya (tempat bersenang-senang); 2 tempat (yang menyenangkan dan sebagainya ); 3 tempat duduk pengantin perempuan (yang dihiasi dengan bunga-bunga dan sebagainya), Sedangkan relaksasi merupakan pemanjangan, pengenduran. (Diknas, 2008). Sebuah studi dari Ulrich (1984) tentang pengaruh kontak visual terhadap alam secara signifikan sangat menentukan bagi penyembuhan pasien dewasa di dalam rumah sakit. Dia menemukan bahwa penyembuhan pasien dari operasi kantung empedu yang telah melihat pemandangan hijau telah memberikan pengaruh yang baik setelah operasi bila dibandingkan dengan yang melihat pemandangan gedung bertingkat di sekitarnya. Ulrich menggunakan pengukuran seperti tekanan darah, denyut nadi, dan hormon ekskresi yang dikeluarkan oleh pasien seperti adrenalin sebagai respon fisik terhadap sesuatu di sekitarnya (Said, 2008). Menurut Kania (2010), desain taman rumah sakit sedikit banyak mempengaruhi efek psikologis dan medis seseorang dalam menentukan hidupnya. Desain taman yang baik akan membuat orang di dalamnya menjadi tenang dan mengurangi efek sakit yang ada di dalam tubuhnya. Elemen taman yang baik dapat menjadi penunjang efektivitas kesembuhan penyakit seseorang. Dalam fasilitas kesehatan, ruang digunakan oleh lebih banyak orang dan perancangan taman juga harus memperhatikan variasi perbedaan dari ruang kelompok pengguna, seperti staf, perawat, pasien, dan pengunjung. Salah satu kesulitan dari merancang healing garden dalam rumah sakit adalah karena bertentangan dengan taman perumahan pribadi dan lebih menantang untuk menciptakan lingkungan yang secara emosional bermanfaat bari kelompok yang berbeda-beda (Cooper dan Barnes, 1999). Menurut Cooper dan Barnes (1999), sesuatu yang harus diperhatikan adalah healing garden dalam rumah sakit harus tidak hanya dapat digunakan oleh
6
orang sakit dan orang lemah saja, namun juga dapat bermafaat bagi staf, dan setiap pengguna taman tersebut. Taman lebih baik ditempatkan di dekat ruangan pasien, ruang tunggu, dan pintu masuk rumah sakit. Perlu juga menempatkan ruang bagi orang yang menginginkan privasi, menyediakan furniture taman yang dapat dipindahkan, dan untuk menyediakan beberapa area dengan meja dan kursi sehingga keluarga dan staf dapat makan di tempat tersebut bersama. Sebuah studi di empat taman rumah sakit di California menemukan bahwa pengguna terbanyak dari ruang terbuka adalah staff (Cooper, 2007).
2.4.Proses desain Perancangan adalah sebuah proses kreatif yang mengintegrasikan aspek teknologi, sosial, ekonomi, biologi, serta aspek psikologis dan fisikyang ditimbulkan dari bentuk, bahan, warna dan ruang, hasil pemikiran yang saling berhubungan (Simonds, 1983). Lebih lanjut dijelaskan bahwa perancangan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan manusia, di mana bertujuan agar fleksibel dan dapat mengakomodasi sarana yang kuno dengan yang baru. Perancangan merupakan kombinasi ilmu dan seni yng berfokus pada penggabungan manusia dengan aktifitas di luar ruang (Booth, 1983). Desain atau perancangan merupakan suatu bentuk pemecahan masalah dengan beberapa tahapan serta mengacu pada ide-ide desain yang direncanakan. Desain yang baik harus dapat memecahkan masalah dengan konsep yang baik serta merupakan hasil dari proses yang saling berhubungan dari tahapan desain. Selain itu, desain juga berfungsi untuk mengambil keputusan yang berorientasi pada kepentingan masa yang akan datang, serta menciptakan hasil yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, serta bersifat dinamis, kontinyu, dan fleksibel (Van Dyke, 1990). Ulrich (1984) menyimpulkan bahwa penciptaan dari desain lanskap atau pemandangan yang natural dapat bermanfaat. Menurutnya, secara umum manusia memilih pemandangan yang alami dibandingkan dengan pemandangan yang megah atau indah dari lingkungan terbangun perkotaan. Ulrich juga menambahkan bahwa desainer juga harus melihat yang disebut “desain yang
7
mendukung”. Desain yang mendukung antara lain adalah desain yang menyediakan pasien rasa kendali terhadap lingkungan mereka, tempat untuk berinteraksi dengan keluarga dan teman untuk dukungan sosial, dan pengalihan yang positif untuk pengurangan stress yaitu bersentuhan dengan alam. Perancangan adalah kelayakan dan respon. Kelayakan merupakan sasaran utama dalam perancangan dan berhubungan dengan penempatan elemenelemen dalam tapak, sehingga penting untuk mengetahui lebih jauh karakter dari tapak yang akan dirancang. Sedangkan respon adalah sikap tanggap terhadap situasi atau keadaan sekitar (Harris dan Dines, 1996). Untuk memulai merancang garis pedoman pembuatan taman rumah sakit, harus memulai dengan teori Roger Ulrich yaitu Theory of Supportive Garden Design (Cooper, dan Barnes, 1999). Secara singkat, kerangka ini berdasarkan pada alasan dan dasar pikiran bahwa taman membantu kita untuk meredakan stres yang ditimbulkan sehingga mereka dapat memunculkan peluang gerakan fisik dan latihan, memberikan peluang untuk dapat memilih, mencari privasi dan pengalaman untuk mengendalikan, menyediakan suasana yang mendorong orang untuk bersama, dan meningkatkan dukungan sosial dari yang lain, serta menyediakan akses kepada alam dan pengaruh positif lainnya (Cooper, 2007). Lebih lanjut Ulrich (2007), menjelaskan sebagai tambahan dari keempat garis pedoman tersebut, disarankan untuk mempertimbangkan beberapa faktor lainnya, seperti visibilitas, aksesibilitas, kekeluargaan, ketenangan, kejelasan seni positif. Dalam thesisnya, Design Guidelines of Therapeutic Garden for Autistic Children, Hebert (2006) menuliskan beberapa tahapan proses perancangan untuk menciptakan healing garden untuk para anak-anak penyandang autis. Tahapan pertama adalah Inventarisasi yang mencakup mencari literature mengenai Healing gardens, observasi individu pengunjung, dan staff, sebagai objek tujuan penciptaan taman, mengundang petugas yang memiliki multi disiplin ilmu, perawat, terapis, staff, dan anggota keluarga (interview professional), menentukan lokasi. Tahapan selanjutnya merupakan perancangan antara lain menggunakan informasi yang disatukan dari tahap Inventarisasi untuk
8
menciptakan master plan yang konseptual, menyusun ulang perencanaan, menciptakan desain (perancangan) lokasi tapak, menyertakan gambaran sketsa, foto untuk mengilustrasikan ide. Lebih lanjut Hebert (2006) menjelaskan, tahapan lanjut dari proses perancangan adalah membangun, yaitu mengkultivasi dukungan komunitas, mengestimasikan biaya, menentukan harga dan relasi kepada publik, instalasi, konstruksi, mengembangkan program pemeliharaan. Tahapan akhir dari proses desain adalah mengevaluasi, antara lain observasi penggunaan taman, evaluasi perancangan sebelumnya, mengaplikasikan evaluasi, rekomendasi untuk proyek perancangan selanjutnya.
9
BAB III METODOLOGI
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi, Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada Agustus – Oktober 2010, mencakup pelaksanaan penelitian hingga laporan hasil penelitian. Area penelitian merupakan bagian dari area ruang terbuka dan memiliki luas sebesar 20.183 m2 .
Gambar 2. Peta lokasi penelitian Sumber:Google Maps (2010),
3.2. Alat dan Bahan Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan meteran, kompas, kamera digital 7,2 Mega Pixel (Kodak M 763), GPS. Setelah data didapatkan, data tersebut diolah dengan menggunakan alat gambar dan perangkat komputer grafis (Tabel 1).
Tabel 1. Jenis Perangkat Lunak dan Kegunaanya Nama Perangkat Lunak AutoCAD 2006 Google Earth Google Sketchup 8 Pro Adobe Photoshop CS3 Corel Draw X5 Microsoft Office 2007
Kegunaan menggambar CAD mencari foto udara menggambar bentuk 3D dan animasi mengedit gambar/foto mengatur tata letak mendokumentasikan file
3.3. Batasan Penelitian Batasan pemilihan tapak untuk penelitian ini memperhatikan pendekatan batasan sumberdaya fisik tapak dan pengguna, serta batasan aktivitas. Batasan lokasi tapak mempertimbangkan ruang yang memiliki aksesibilitas penuh untuk pengunjung secara umum dan pasien, memiliki posisi strategis dan berada di tengah area rumah sakit secara keseluruhan sebagai pusat aktivitas rumah sakit. Studi ini dibatasi sampai dengan tahap perancangan taman relaksasi di RSMM yang meliputi konsep (ruang, sirkulasi, vegetasi), site plan, planting plan, dan gambar detil (konstruksi dan penanaman).
3.4. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam studi ini adalah metode deskriptif melalui observasi lapang dan survei. Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer yang diperoleh dari hasil pengamatan dan wawancara di lapang serta data sekunder yang diperoleh melalui studi pustaka dan sumber-sumber lain seperti, dokumen dari pemerintah daerah, dinas terkait. Pengumpulan data dilakukan dengan mengikuti proses perencanaan dan perancangan yang dikemukakan Gold (1980) (Gambar 3), dengan pendekatan sumber daya dan aktivitas (Gambar 4). Dalam pendekatan sumber daya, faktor alam dan faktor sosial saling mempengaruhi dalam proses perancangan taman rumah sakit sebagai penunjang aktivitas penyembuhan di RSMM Bogor. 11
Tapak
Inventarisasi
Analisis
Karakteristik Tapak
Pengembangan
- Kondisi Awal - Hidrologi - Tanah - Vegetasi - Visual
- Pembatasan - Area Potensial - Hidrologi - Kesesuaian Lahan
Sintesis
Perencanaan
Desain Tapak
Pengembangan Alternatif
Potensi
Konsep pengembangan
Gambar 3. Bagan perencanaan dan perancangan menurut Gold (1980).
Inventarisasi Penelitian dimulai dengan kegiatan inventarisasi data pada tapak dengan mengumpulkan data biofisik, demografi, dan aspek legal. Jenis data, sumber, dan cara pengambilan data dapat dilihat pada Tabel 2. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data primer tapak adalah observasi langsung dan studi pustaka. Metode ini digunakan karena ruang lingkup penelitian yang relatif kecil serta ketersediaan data yang terbatas.
Tabel 2. Jenis, Sumber dan Cara Pengambilan Data Tapak Aspek Kondisi Umum
Fisik dan Biofisik
No.
Jenis Data
Sumber Data
Cara Pengambilan Data
1
Sejarah dan kedudukan
RSMM
Studi pustaka
2
Lokasi, batas, & akses
RSMM
Survei & pustaka
3
Fasilitas fisik
RSMM
Survei & pustaka
4
Fasilitas pelatihan
1
Iklim (Makro, Mikro)
2
Jenis tanah
RSMM Stasiun Klimatologi, RSMM Puslitan
Survei & pustaka Studi pustaka, Survei Lapang Studi pustaka
3
Topografi
Bappeda & lapang
Survei & pustaka
4
Hidrologi dan drainase
Lapang
Survei & pustaka
5
Vegetasi
Lapang
Survei & pustaka
6
Satwa
Lapang
Survei & pustaka
7
Kualitas Visual lanskap
Lapang
Survei lapang
12
Sosial
Legal
8
Struktur bangunan
Lapang
Survei lapang
9
Utilitas
Lapang
Survei lapang
1
Karakteristik pengguna
Lapang
Kuisioner / wawancara
2
Persepsi dan harapan
Lapang
Kuisioner / wawancara
1
Peraturan pemerintah
RSMM
Studi pustaka / wawancara
2
Kebijakan pemerintah
RSMM
Studi pustaka / wawancara
3
Rencana pembangunan
RSMM
Studi pustaka / wawancara
Analisis Keseluruhan aspek pada tahap inventarisasi akan diolah serta dianalisis sesuai dengan standar atau kriteria dalam perancangan lanskap. Hal ini bertujuan untuk mengetahui potensi, kendala, dan alternatif solusi. Disamping itu akan dikaji juga terhadap kebijakan dan regulasi yang berlaku. Kegiatan analisis spasial dilakukan secara kuantitatif, dan deskriptif terhadap data primer dan sekunder yang telah dikumpulkan. Data aspek legal digunakan untuk mengidentifikasi peraturan dan regulasi yang mempengaruhi rumah sakit dalam mengambil kebijakan. Data kondisi lanskap digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aktifitas elemen yang ada di sekitarnya. Analisis tanah yang dilakukan terdiri atas studi literatur mengenai sifat fisik, kimia, kemampuan menyerap air, dan tingkat kesuburan. Aspek tersebut dinilai kesesuaiannya terhadap tanaman pertanian dan struktur eksisting. Beberapa rekomendasi berupa penambahan jenis tanaman juga disertakan dengan pertimbangan tertentu. Akses dan sirkulasi dianalisis dengan memetakan jalur eksisting dan dinilai dari segi keefektifan, keefisienan, pintu masuk dan keluar, serta jalur yang disesuaikan dengan tipe aktivitas yang dirancang di RSMM. Hidrologi dianalisis dengan memetakan lokasi inlet, outlet, arah drainase, serta kesesuaiannya untuk area relaksasi. Analisis mikroklimat dilakukan dengan menghitung nilai Temperature Humidity Index (THI) untuk menentukan tingkat kenyamanan pengguna dalam beraktivitas di tapak, baik bagi pasien, dokter maupun, pengunjung lainnya. Berikut merupakan persamaan untuk menentukan THI:
13
THI = Keterangan: T = temperatur rata-rata (0C) Rh= kelembaban (%)
Utilitas dan fasilitas dianalisis dengan menyesuaikan jenis utilitas serta fasilitas dengan aktivitas yang akan dikembangkan pada tapak. Vegetasi dan satwa dianalisis dengan menyesuaikan lingkungan eksisting dengan syarat tumbuh vegetasi dan hewan tersebut. Rekomendasi vegetasi tambahan ataupun pengganti disertakan dengan pertimbangan. Data sosial berupa analisis keinginan pengguna dan kebutuhan akan taman relaksasi dianalisis secara deskriptif melalui wawancara dan observasi langsung. Data sosial dianalisis melalui wawancara kepada pengguna tapak, data sosial digunakan untuk mengetahui keinginan pengguna serta kebutuhan akan taman relaksasi. Disamping analisis yang bersifat deskriptif dilakukan analisis kuantitatif. Analisis ini digunakan untuk mengetahui daya dukung yang akan dikembangkan pada tapak. Daya dukung yang akan dihitung adalah daya dukung pengunjung MCU dan pengguna tapak. Penentuan daya dukung dilakukan dengan mendaftar seluruh aktivitas yang diinginkan pada tapak. Hal ini dilanjutkan dengan penentuan standar kebutuhan per individu untuk melakukan aktivitas. Nilai daya dukung wisata diperhitungkan berdasarkan rata-rata dalam m2//org (Boulon dalam Nurisjah, Pramukanto, dan Wibowo, 2003). Perhitungan daya dukung bagi pengguna adalah sebagai berikut:
Daya Dukung = Keterangan: A= Area yang digunakan (m2) S= Standar kebutuhan per orang (m2/orang) Daya Dukung (orang)
Daya dukung yang dinilai erat kaitannya dengan kebutuhan penilaian daya dukung di tapak rumah sakit untuk menentukan kapasitas optimal yang dapat ditampung di tapak dengan berbagai aktivitas yang direncanakan.
14
Sintesis Hasil yang diperoleh pada tahap analisis akan dikembangkan untuk perencanaan dan perancangan. Tahap sintesis menyesuaikan tapak yang akan dikembangkan dengan kebutuhan pengguna. Tahap sintesis menyusun hubungan fungsional antara beberapa elemen atau ruang. Penyusunan hubungan fungsional yang dihasilkan memiliki kombinasi yang berbeda-beda karena disesuaikan dengan kondisi umum tapak, kebutuhan pengguna (pasien, dokter, pengunjung lainnya), kemampuan aspek tapak dan aktivitas untuk dikembangkan sebagai taman rumah sakit, serta efisiensi pengelolaan dan pemeliharaan elemen-elemen yang digunakan dalam taman. Hasil dari tahap ini menjadi alternatif terbaik terhadap pemecahan masalah yang kemudian akan dikembangkan menjadi konsep.
Konsep dan Perencanaan Alternatif terbaik yang dihasilkan pada tahap sintesis akan dikembangkan menjadi konsep dasar, konsep desain, dan konsep dan rencana pengembangan. Konsep dasar dibuat berdasarkan fungsi dan tujuan utama tapak sebagai taman rumah sakit. Konsep desain merupakan pola yang diaplikasikan pada tapak dengan berbagai pendekatan (kesesuaian tapak, fasilitas penunjang medis, dan obyek tujuan) yang mengacu pada konsep dasar. Konsep dan rencana pengembangan meliputi konsep ruang dan aktivitas, tata hijau, sirkulasi, serta rencana fasilitas dan utilitas. Perencanaan taman rumah sakit tertuang dalam bentuk rencana tapak atau gambar site plan.
Desain Lanskap Tahap Desain lanskap merupakan hasil akhir dari konsep dan perencanaan lanskap. Detil pada bagian-bagian tertentu digambarkan sesuai dengan aktivitas yang dilakukan di tapak. Gambar detil yang dibuat adalah gambar potongan, detil konstruksi fasilitas dan utilitas, gambar ilustrasi aktivitas, fasilitas dan utilitas serta detil penanaman, dan perspektif tiga dimensi (3D).
15
Prasurvei Inventarisasi
Biofisik & Sosial (Biotik & Abiotik)
Data Spasial Tapak
Analisis
Potensi & Kendala Tapak
Deskripsi Analisis & Gambar Analisis Spasial
Sintesis
Solusi Tapak dan Pemanfaatan Potensi
Deskripsi Sintesis & Gambar Sintesis spasial
Konsep
Konsep Dasar dan Konsep Pengembangan
Deskripsi Konsep & Gambar Konsep spasial
Perencanaan
Aktivitas dan Ruang Fasilitas dan Utilitas Sirkulasi Tata Hijau
Deskripsi Rencana & Gambar Site plan
Perancangan
Gambar Kerja dan Gambar Spesifikasi
Gambar Detail Ruang, Bangunan, Tampak Potongan, Perspektif
Gambar 4. Bagan tahapan penelitian
16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Umum Rumah Sakit Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi memiliki luas area keseluruhan 572.026,00 m2 dengan luas total daerah terbangun sebesar 34.035,56 m2, terbagi menjadi empat, antara lain : 1.
Rawat inap, Rawat jalan / Unit pelaksanaan Fungsional seluas 14.449,27 m2
2.
Instansi seluas 638,35 m2
3.
Ruang administrasi seluas 3.858,83 m2
4.
Ruang lainnya seluas 15.089,11 m2 Sisanya sebesar 537.990,44 m2 merupakan ruang terbuka berupa area
pertanian, lawn, dan area konservasi berupa pepohonan dan semak belukar. Rumah sakit ini memiliki beberapa fasilitas pelayanan, antara lain pelayanan kesehatan jiwa, pelayanan umum (rawat jalan dan rawat inap), pelayanan napza (narkoba dan obat psikotropika), pelayanan penunjang medik berupa laboratorium farmasi dll, serta pelayanan penunjang non medik seperti pelayanan pendidikan dan penelitian. Program yang menjadi prioritas di rumah sakit ini antara lain revitalisasi pelayanan Napza dan rehab psikososial, Renumerasi berbasis kinerja, peningkatan
kualitas
layanan,
persiapan
sebagai
RS
pendidikan
serta
mengembangkan rumah sakit menuju pelayanan terpadu dan pelaporan berbasis elektronik. Beberapa keunggulan rumah sakit ini antara lain adalah pelayanan yang spesifik dan menjadi rumah sakit pusat rujukan pendidikan medis maupun non medis. Selain itu akses dan lokasi yang berada di pusat kota membuat rumah sakit ini mudah dicapai dari berbagai daerah di Bogor, sehingga sering menjadi tempat tujuan bagi penanganan korban kecelakaan serta bencana alam. Namun masih ada beberapa kekurangan rumah sakit ini yang perlu diperbaiki, antara lain standar prosedur yang kurang efisien, masih terbatasnya volume pelayanan yang dapat dicapai, serta komposisi Sumber Daya Manusia yang belum optimal.
Lokasi R.S. dr.H. Marzoeki Mahdi (RSMM) berada di Jl. Dr. Semeru nomor 114, Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Bogor, Jawa Barat, dengan ketinggian berkisar 220-230 mdpl. Sesuai dengan Rencana Penggunaan Lahan Kota Bogor tahun 2002-2012, area di sekitar RSMM telah dijadikan area hijau oleh Pemerintah Kota Bogor (Gambar 5). Batas RSMM adalah sebagai berikut : a. Sebelah utara
: Area permukiman (perumahan)
b. Sebelah Selatan
: Lapagan Golf (Area olah raga, dan jalur hijau)
c. Sebelah Barat
: R.S. Karya Bhakti Bogor
d. Sebelah Timur
: Merdeka (Area perdagangan dan jasa)
Gambar 5. Peta RSMM Sumber:Google Maps (2010),
Sejarah dan Organisasi Bangunan Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi dibangun pada tanggal 1 Juli 1882. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, rumah sakit ini diberi nama
18
Krankzinnigengestich Te Buitenzorg. Pada tahun 1978, rumah sakit ini berubah menjadi Rumah Sakit Jiwa Pusat Bogor berdasarkan SK Menkes No. 135/Menkes/SK/78. Rumah sakit ini kemudian mengalami perubahan nama menjadi Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor berdasarkan Menkes no 266/SK/IV/2002 tanggal 10 April 2002. Pada tahun 2007, Rumah Sakit Marzoeki Mahdi resmi menjadi Instansi Pemerintah yang menerapkan PPK-BLU berdasarkan SK Menkes No. 279/KMK.05/2007 pada tanggal 21 Juni 2007. Rumah sakit ini telah menjadi UPT Depkes dengan menerapkan PPKBLU sejak 26 Juni 2007, BLU (Badan Layanan Umum) adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan pencarian keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas (UU 1/2004 Pasal 1 angka 23). Struktur organisasi di rumah sakit ini menggunakan struktur piramida dengan Presiden Direktur sebagai pemegang keputusan tertinggi, dengan didukung oleh Direktur Medis dan Perawatan (6 Departemen), Direktur Pengembangan SDM dan Pendidikan (6 Departemen), serta Direktur Keuangan dan Pekerjaan Umum (8 Departemen) (Gambar 6).
DEWAN PENGAWAS
DIREKTUR UTAMA
KOMITE MEDIK &
DIR MEDIK & KEPERAWATA N
DIR SDM & PENDIDIKA N
DIR. KEUANGAN & ADM. UMUM
KOMITE ETIKA HUKIUM
-6
-6
DEPARTEMEN,
-8
DEPARTEMEN,
DEPARTEMEN,
- INSTALASI
- INSTALASI
- INSTALASI
- KEL. JABATAN
-
-
FUNGSIONAL
SATUAN PEMERIKSAA N INTERN
KEL.
KEL.
JABATAN
JABATAN
FUNGSIONAL
FUNGSIONAL
Gambar 6. Bagan EN struktur organisasi RSMM
19
Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi menerapkan budaya organisasi antara lain belajar untuk berkembang, yang mencakup profesionalisme, bekerja keseimbangan, saling menghargai, melayani dengan baik dan tulus, motivasi dan komitmen. Visi yang ingin dicapai adalah menjadi rumah sakit yang mandiri dalam bidang kesehatan jiwa yang terpadu, dengan komitmen meningkatkan kualitas hidup melalui pelayanan prima, produk unggul dan cara manusiawi, dalam rangka mencapai kesejahteraan bersama. Untuk mencapai visi tersebut, misi yang diterapkan antara lain dengan mengembangkan pelayanan kesehatan jiwa dengan profesionalisme, menciptakan produk unggulan dalam bidang kesehatan jiwa, melaksanakan pelayanan dengan prinsip kemanusiaan, mencapai kesejahteraan bersama. Pencapaian dari penerapan misi tersebut tercermin dari tercapainya pelayanan kesehatan jiwa yang prima, terciptanya produk unggulan, tersedianya sumber daya manusia yang professional dan berkomitmen, serta tercapainya peningkatan cost recovery. 4.2. Data dan Analisis Tapak Setelah melewati tahapan inventarisasi kondisi umum, biofisik, dan sosial berupa deskripsi data dan gambar-gambar inventarisasi, selanjutnya data dan gambar-gambar hasil inventarisasi tersebut digunakan pada tahap analisis. Analisis merupakan tahap pengolahan data dan gambar-gambar yang telah diperoleh untuk menentukan kendala, potensi, dan kesesuaian pada tapak. Beberapa aspek data seperti topografi, sirkulasi, vegetasi, hidrologi, fasilitas dan utilitas, kualitas lanskap, iklim dan kelembaban, dan daya dukung akan menghasilkan produk analisis secara spasial dan tabular. Aspek lainnya seperti data sosial dan regulasi dihasilkan dalam uraian secara deskriptif. Proses analisis dilakukan dengan mencari hubungan antara data yang diperoleh dengan tujuan perancangan. Hasil analisis tersebut kemudian digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan sintesis. Sintesis merupakan tahap kristalisasi dan pengembangan hasil analisis. Hasil dari tahap sintesis yang digunakan sebagai input untuk mencapai tujuan perancangan, berupa solusi-solusi
20
desain yang selanjutnya dikembangkan ke dalam konsep desain. Oleh karena itu, analisis dan sintesis dikerjakan berdasarkan kombinasi pendekatan yang diamati.
4.2.1. Aspek Fisik dan Biofisik Lokasi dan Batas Tapak RSMM memiliki daerah ruang terbuka yang cukup luas, yang saat ini digunakan sebagai area pertanian, lawn, dan area konservasi. Daerah yang digunakan sebagai ruang terbangun baru sekitar satu persen saja dari keseluruhan lahan yang dimiliiki. Luasan area telah ditentukan oleh pihak rumah sakit dengan mempertimbangkan aspek ekonomis dan ekologis agar efektif dan efisien sebagai ruang terbuka. Pembagian RTH berdasarkan eksisting keadaan saat dilakukan penelitian dijelaskan secara spasial pada Gambar 7 dan Gambar 8. Tapak penelitian merupakan ruang terbuka hijau, tapak bagian utara merupakan ruang terbuka yang mengelilingi kantor administrasi umum RSMM dengan luas 18000 m2. Tapak ini secara umum berada sangat strategis di antara ruang untuk pasien sakit jiwa, pasien Napza, serta ruang administrasi umum. Hal ini memungkinkan tapak ini menjadi pusat perhatian dan area beraktivitas bagi para pasien sakit jiwa, pasien napza, maupun staf rumah sakit. Sedangkan di bagian selatan, merupakan ruang terbuka yang mengelilingi masjid dan kantor rekam medis, dengan luas area berkisar 2183 m2. Tapak ini berada tepat di pusat keramaian karena tapak ini menghubungkan beberapa lokasi penting seperti apotik dan ruang pasien rawat inap, serta bersebelahan langsung dengan ruang medical check up. Tapak ini juga merupakan pusat aktivitas ibadah karena terdapat masjid di dalamnya, sehingga total tapak penelitian mencapai 20.183 m2. Secara umum, tapak penelitian berada di dalam RSMM, berbatasan langsung dengan : a. Sebelah Utara
: Ruang pasien sakit jiwa (Saraswati & Subadra)
b. Sebelah Selatan
: Ruang kebidanan dan perinatologi
c. Sebelah Barat
: Ruang Penerimaan utama RSMM
d. Sebelah Timur
: Ruang Pasien napza
21
22
23
Jenis Tanah Tanah di RSMM termasuk ke dalam jenis tanah latosol coklat kemerahan, yaitu merupakan jenis tanah yang mengalami perubahan profil, bersifat gembur dan agak masam dengan pH (4,5 - 6,6). Jenis tanah ini mempunyai sifat fisik yang baik, permeabilitas yang tinggi dan aliran drainase yang dalam, mudah meresapkan air, kurang terjadi aliran permukaan pada musim hujan sehingga menghambat terjadinya erosi tanah (Soepardi, 1983). Tanah latosol mempunyai daya serap air yang tinggi sehingga pada kondisi yang basah tanah akan lengket, sedangkan pada kondisi kering akan berbongkah-bongkah. Jenis tanah latosol di RSMM liat, remah agak gumpal, gembur, dan lapisan bawahnya berwarna kemerahan. Tanah bereaksi agak masam, kadar zat organik dan nitrogen rendah, P2O5 agak tinggi dan K2O rendah. Kondisi tanah pada saat hujan berair, sehingga menimbulkan beberapa bagian tapak menjadi becek dan licin karena sifat liatnya. Tanah ini cocok digunakan untuk bercocok tanam karena tanah latosol mempunyai sifat granular yang menyebabkan drainase tanah menjadi baik. Selain itu, tanah latosol memiliki kesuburan alami atau mempunyai ciri-ciri yang mendorong tanaman berespons dengan baik terhadap pemupukan dan juga dapat menahan air yang tinggi. Sifat fisik tanah yang dapat diperbaiki dengan penambahan bahan organik, perbaikan drainase, pengaturan kadar asam, penggemburan tanah dan penambahan mulsa, pupuk yang sesuai dengan sifat fisik tanah tersebut juga perlu dipertimbangkan. (Grey dan Deneke, 1978).
Topografi dan Hidrologi Peta topografi diperoleh dari pengukuran dan pemetaan di lapang secara langsung. Peta topografi digunakan untuk mengidentifikasi bentuk relief pada permukaan bumi pada suatu tapak. Peta topografi yang berasal dari data peta kontur dan jenis tanah Badan Penelitian dan Pengembangan Tanah (BPPT) Kota Bogor tahun 2009. Garis-garis yang lebih rapat menggambarkan nilai kemiringan lahan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan garis-garis kontur yang lebih renggang. Kerapatan garis kontur yang berbeda menjadikan bentukan lahan (land form) yang bervariasi. Kondisi kemiringan yang relatif datar di RSMM 24
mempermudah perancang untuk menentukan arah aliran air serta menentukan setiap ruang dalam tapak berdasarkan ketinggian dan tingkat kemiringan lahan. RSMM telah memiliki ruang mesin pengolahan air (Water Resevoir), terletak di bagian barat tapak, berbatasan dengan ruang klinik umum. Hal ini memudahkan rumah sakit untuk mengelola manajemen kebutuhan dan pembuangan air dari dan keluar RSMM. Pola saluran drainase berupa aliran air permukaan (run off) di RTH mengikuti bentukan topografi pada tapak. Selain itu, juga terdapat saluran drainase buatan yang terbagi menjadi saluran drainase terbuka dan drainase tertutup (Gambar 9). Saluran drainase tertutup berupa pipa-pipa saluran air dan saluran drainase terbuka berupa parit-parit yang terletak di sekeliling tapak dan sekeliling bangunan.
(a) tertutup
(b) terbuka Gambar 9. Saluran drainase di tapak
Topografi di RSMM memiliki tingkat kemiringan 0-3% sehingga dapat dikatakan datar, namun terdapat beberapa cekungan di titik tertentu. Area pada titik terendah tapak memiliki kendala berupa ancaman genangan air, sehingga diperlukan desain drainase yang memadai untuk mengalirkan kelebihan air tersebut. Sirkulasi yang berada pada kemiringan tanah curam dapat dilakukan pelandaian maupun desain sirkulasi yang memutar mengikuti kontur agar mudah diakses serta tidak berakibat pada terjadinya erosi. Topografi yang datar di RSMM mempermudah dalam merancang alur jalan serta aliran drainase, serta dapat mendukung dalam desain dan pemilihan tanaman di RSMM (Gambar 10).
25
26
Iklim Kondisi iklim dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adalah curah hujan, suhu, kelembaban, dan kecepatan angin. Kondisi iklim di lokasi penelitian secara umum sama dengan kondisi iklim di Kota Bogor, berikut merupakan data yang dihimpun dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Kota Bogor mengenai iklim di kota Bogor dan sekitarnya. Iklim merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam proses perancangan suatu tapak. Meskipun secara keseluruhan tapak berada pada kawasan tropis Indonesia, perlu diperhatikan penyesuaian terhadap iklim mikro. Penyesuaian ini memiliki pengertian pemanfaatan berbagai aspek yang menguntungkan dan mengendalikan yang merugikan. Hal ini dilakukan agar tercipta iklim mikro yang nyaman sehingga tapak tersebut dapat dimanfaatkan oleh pengguna tapak dan vegetasi dan satwa dapat hidup, tumbuh, dan berkembang dengan baik. Dalam penelitian ini, data iklim yang digunakan adalah data iklim Kota Bogor tahun 2004-2008. Kota Bogor dalam periode lima tahun antara 2004 dan 2008 memiliki curah hujan rata-rata 4196,6 mm/tahun. Curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2005, yaitu 5190,1 mm, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada tahun 2006, yaitu 3707,0 mm. Hal ini menunjukkan bahwa Kota Bogor memiliki intensitas dan hari hujan yang tinggi setiap tahunnya. RSMM memiliki rata-rata curah hujan bulanan sebesar 349,7 mm dengan kisaran 136,5 mm - 467,5 mm. Curah hujan tertinggi 467,5 mm terjadi pada bulan Februari dan curah hujan terendah 136,5 mm terjadi pada bulan Agustus. Jumlah curah hujan rata-rata tahunan Kota Bogor sebesar 4196,6 mm. Bogor memiliki rata-rata hari hujan yang cukup tinggi, yakni 205 hari hujan dalam satu tahun (365 hari). Hal ini mengindikasikan peluang hujan yang sangat besar setiap tahunnya. Kemungkinan tidak turun hujan sangatlah kecil, yakni 160 hari dalam satu tahun. Curah hujan juga dapat mempengaruhi frekuensi dan lamanya kegiatan pada tapak. Semakin tinggi nilai curah hujan dan hari hujan, semakin berkurang frekuensi serta lamanya kegiatan rekreasi di luar ruangan. Untuk mengatasi hal ini, perlu disediakan fasilitas untuk berteduh, seperti shelter, pergola, dan vegetasi peneduh. 27
Pada musim kemarau, curah hujan terlalu rendah sehingga mengganggu ketersediaan kandungan air tanah untuk tanaman berfotosintesis dan mengganggu ketersediaan air minum bagi satwa. Hal ini dapat diatasi dengan penyediaan kolam buatan yang airnya berasal dari air tanah. Kolam ini juga berfungsi untuk menampung kelebihan air pada saat musim hujan sehingga dapat digunakan pada musim kemarau. Selain itu juga perlu disediakan pipa semprot yang dipasang di titik-titik tertentu pada tapak untuk menyirami vegetasi pada saat musim kemarau agar pertumbuhannya tidak terganggu. Suhu rata-rata di RSMM adalah 26,9 OC, dengan kisaran suhu 26,0 OC - 27,5 OC. Suhu tertinggi 27,5 OC terjadi pada bulan Oktober dan suhu terendah 26,0 OC terjadi pada bulan Februari. Pada siang hari, tapak terasa panas karena terik matahari, hal ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan mengganggu aktivitas pengguna. Hal ini dapat diatasi dengan menciptakan suasana teduh melalui tanaman pohon peneduh maupun gazebo, pergola, dan shelter. Vegetasi merupakan salah satu pengendali iklim mikro, vegetasi dapat menurunkan suhu dan menyejukan udara sekitarnya. Hal ini dapat terjadi karena vegetasi dapat mengurangi pancaran sinar matahari yang masuk serta menyerap panas yang dipantulkan dari perkerasan. Selain itu, vegetasi juga dapat meningkatkan kelembaban serta mengatur dan memecah arah angin. Dalam penempatan
vegetasi
(pohon
yang
berfungsi
sebagai
peneduh)
harus
memperhatikan arah marahari agar dapat memberikan efek pencahayaan dan bayangan yang cukup untuk menaungi pengunjung dan satwa di dalam tapak. Kelembaban rata-rata di RSMM sebesar 85,4% dengan kisaran 70,3% - 85,4%. Kelembaban tertinggi 85,4% teradi pada bulan Februari dan kelembaban terendah 70,3% terjadi pada bulan April (Gambar 11).
28
Kelembaban (%)
100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0
79,6
85,4 81,5 70,3
83,3 76,7 76,8 72,6 74,2 71,3 75,7 78,2
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Bulan
Gambar 11. Grafik rata-rata kelembaban per bulan (Tahun 2004-2009)
Menurut Laurie (1986), kisaran kelembaban yang nyaman bagi manusia adalah 40% - 75%. Kelembaban yang terlalu tinggi dapat menimbulkan ketidaknyamanan. Hal ini dapat diatasi dengan cara memperhatikan struktur dan penempatan vegetasi. Pemilihan vegetasi yang tidak terlalu rapat/massif dan jarak penanaman yang dijarangkan memungkinkan sinar matahari dapat masuk. Untuk mendukung berbagai aktivitas yang ada di tapak, maka perlu memberikan beberapa elemen tambahan seperti gazebo dan pergola. Berdasarkan data di atas, dapat dihitung nilai THI di tapak dengan rumus sebagai berikut : THI = 0,8 (26,90) + (85,40 x 26,90/500) THI = 20,52 + 4,59 THI = 26,11 Sesuai dengan Laurie (1986), pada daerah tropis THI < 27 adalah nyaman. Dengan nilai THI tersebut mengindikasikan tapak RSMM nyaman untuk daerah tropis. Kenyamanan sangat mempengaruhi motivasi dan penyegaran kembali pengguna di tapak. Kecepatan angin rata-rata di RSMM sebesar 2 km/jam dengan kisaran 1,5 km/jam - 2,7 km/jam. Kecepatan angin tertinggi 2,7 km/jam terjadi pada bulan Oktober dan kecepatan angin terendah 1,5 km/jam terjadi pada bulan Februari. Dari data di atas, maka sesuai dengan klasifikasi angin menurut Beaufort, kecepatan angin di RSMM tergolong dalam kelas 1 (1-6 km/jam), yaitu angin sepoi-sepoi. Angin memiliki peran sebagai media pembawa polusi udara dan kebisingan yang berasal dari mesin kendaraan bermotor. Hal tersebut dapat
29
mengganggu kenyamanan pengguna. Berdasarkan analisis iklim pada tapak, dibutuhkan vegetasi sebagai pengendali iklim mikro. Beberapa peran vegetasi tersebut ditujukan untuk melindungi pengguna dan satwa dari terik matahari maupun hujan, menjaga suhu dan kelembaban, dan mengatur arah angin (Gambar 12). Vegetasi dengan struktur daun yang mempunyai banyak bulu dapat digunakan untuk menjerap polutan dan debu, sedangkan untuk meredam kebisingan dapat digunakan vegetasi dengan tekstur daun rapat serta vegetasi yang mengandung air. Vegetasi juga dapat digunakan untuk mengarahkan angin serta mereduksi arus kecepatan angin yang tinggi melalui tajuknya yang tidak terlalu rapat untuk mencegah terjadinya turbulensi. Dengan adanya vegetasi, hembusan angin dapat diarahkan ke pusat-pusat aktivitas sehingga kegiatan rekreasi dapat dilakukan dengan nyaman.
Gambar 12. Vegetasi sebagai pengendali iklim mikro Sumber : Grey dan Deneke, (1978) Elemen air dapat mempengaruhi pembentukan iklim mikro pada suatu kawasan. Uap air yang terbawa oleh angin dapat terbawa oleh angin dapat memberikan efek penyejukan (Gambar 13). Besar atau kecilnya efek penyejukan yang dihasilkan bergantung pada luasan badan air tersebut. Pengadaan badan air juga dapat berfungsi sebagai sumber air minum dan habitat bagi satwa.
30
Gambar 13. Badan air membantu efek penyejukan pada tapak Sumber : Akmal, (2004) Aksesibilitas dan sirkulasi Di Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi terdapat beberapa pintu masuk yang dapat dilewati, baik dari bagian depan, samping, maupun belakang. Beberapa diantaranya merupakan pintu khusus bagi staf, namun pintu masuk yang biasa digunakan bagi pengunjung dan pasien adalah pintu masuk melalui pintu depan. Dalam perencanaannya, rumah sakit ini telah memperbaiki alur sirkulasi pengunjung sehingga memusat pada satu titik. Hal ini dapat dilihat dari adanya pembangunan pintu utama di bagian depan dan bersebelahan dengan lokasi penelitian. Tapak penelitian ini berada tepat di tengah rumah sakit, hal ini membuat setiap orang mudah menemukan dan mengaksesnya. Oleh karena kondisinya yang strategis, tapak ini berpotensi mempertemukan berbagai orang yang beraktivitas di rumah sakit. Selain itu, kondisi tapak yang terbuka membuat orang mudah masuk dan keluar dari arah mana saja, sehingga tidak terdapat fokus yang jelas untuk masuk dan keluar tapak, dan dapat menimbulkan kerusakan (vandalisme) pada tapak karena pengguna dapat dengan mudah menginjak rumput dan tanaman lain saat ingin masuk dan keluar tapak. Bentuk sirkulasi jalan di tapak cenderung formal dan kaku. Jalan utama menuju masjid merupakan jalan setapak yang telah diberi perkerasan berupa paving, jalan tersebut berukuran lebar 1.5 meter. Sirkulasi di samping ruang MCU dibangun pada tahun 2008, bersamaan dengan pembangunan taman dan bangku taman di sekitarnya. Lebar jalan 1 meter, dengan pola organik dan tidak kaku, perkerasan berbahan semen. Jalan yang memisahkan kedua tapak ini merupakan jalan aspal (Hotmix), dengan lebar 3 meter dan memiliki bahu jalan
31
masing-masing sisinya 1 meter. Di sekitar lapangan upacara, tidak terdapat jalur sirkulas yang jelas, hal ini dikarenakan fungsi utama hanya sebagai RTH yang diisi dengan pepohonan tinggi di sekelilingnya. Di sisi barat tapak, digunakan sebagai area upacara bagi staf dan pegawai rumah sakit. (Gambar 14B)
A. Jalur sirkulasi yang tegas (Paving Blok)
B. Jalur sirkulasi yang tidak direncanakan (rumput rusak karena terinjak) Gambar 14. Bentuk sirkulasi di tapak Untuk mengoptimalkan potensi yang strategis dari tapak, maka perlu pembagian ruang yang sesuai dengan tujuan dan penggunaanya. Sedangkan untuk kendala berupa akses masuk dan keluar yang kurang jelas dapat diantisipasi dengan penentuan area masuk dan keluar yang jelas di beberapa tempat yang strategis untuk jangkauan semua pengguna. Selain itu, perlu diberikan sirkulasi yang jelas untuk kedua tapak sehingga pengguna tidak berjalan di sembarang tempat, dan dapat mengarahkan pengguna untuk saling berinteraksi dan menyapa. Pemilihan arah pun diperhatikan, agar pengguna dapat memanfaatkan taman ini dengan baik tanpa merasakan letih dalam perjalanan. Bentuk sirkulasi juga harus diperhatikan karena ragam pengguna yang berbeda-beda. Penggunaan paving rapat atau semen lebih dianjurkan agar dapat digunakan oleh pejalan kaki maupun pengguna kursi roda (Gambar 15).
32
33
Vegetasi Pada tapak terdapat tiga klasifikasi tanaman yang ditanam, yakni vegetasi pohon penaung, tanaman hias sebagai tanaman estetika di tapak, serta tanaman hortikultura (Gambar 16).
Gambar 16. Vegetasi di tapak Vegetasi yang terdapat pada RSMM terdiri dari pohon, semak, dan vegetasi penutup tanah. Jenis pohon pada lokasi Medical Check Up terdiri dari pohon besar dan pohon sedang. Pohon besar dan pohon sedang tersebut memiliki pertumbuhan yang relatif cepat, perakaran yang kuat, dan daun yang rimbun. Pohon besar juga terdapat di sekitar kantor administrasi , serta ditanam di bagian timur dan bersebelahan dengan ruang Srikandi. Kedua tapak ini digunakan oleh pihak RSMM sebagai ruang terbuka, namun tujuan pemanfaatannya saja yang sedikit berbeda, tapak sebelah ruang MCU ditujukan sebagai daerah hijau tegakan pohon, contoh tanaman tegakannya antara lain pohon mahoni (Swietenia mahogany Jacq), mangga (Mangifera indica), dan durian (Durio zibethinus). Tapak di sekitar ruang administrasi lebih ditujukan untuk area transisi berbagai aktivitas di RSMM. Tapak ini memiliki vegetasi yang cukup beragam, dari golongan semak, hingga pohon besar. Tanaman penutup tanah, tapak ini sebagian besar tertutupi oleh rumput paetan Axonopus compressus, dan untuk semak, tapak ini sebagian besar didominasi oleh tanaman Ixora sp, Acalypha macrophylla, dan Duranta sp. Berikut daftar vegetasi di RSMM yang diperoleh dari pengecekan langsung di lapang dan studi pustaka disajikan secara lengkap dalam tabel 3.
34
Tabel 3. Daftar Nama Tanaman Di Tapak No.
Nama Latin
Nama Lokal
Keterangan
Penutup Tanah 1
Aglaonema sp.
Sri rejeki
Digunakan sebagai tanaman estetika
2
Arachis pintoi
Kacang-kacangan
Penutup tanah di sekitar masjid
3
Axonopus compressuss
Rumput paetan
Dominasi penutup tanah di tapak
4
Blechnum gibbum
5
Caladium sp.
Keladi hias
Tumbuh liar di beberapa tempat
6
Chlorophytum sp.
Lili paris
Tanaman pembatas di jalan setapak
7
Coleus sp.
Bayam-bayaman
Kurang terawat di beberapa tempat
8
Ctenanthe oppenheimiana
9
Iresine herbstii
Simbang darah
Kondisi kurang terawat
10
Marantha sp
marantha
Kondisi baik di sekitar MCU
11
Ophiopogon sp.
Opiopogon
Menyamarkan kesan keras bebatuan
12
Palisota barteri
Palisota
Berada di sekitar masjid
13
Rhoe discolor
Adam hawa
Kurang terawat di sekitar taman
14
Spathiphyllum sp
15
Portulaca sp.
Sutra bombay
16
Zephyrantes sp.
Bawang brojol
Tanaman vocal point di sekitar MCU
Di sekitar ruang administrasi
Di sekitar ruang MCU, cukup terawat Ditanam dalam pot sekitar MCU Kombinasi dengan rumput di sekitar ruang administrasi
Semak Variegated
1
Agave angustifolia
2
Dracaena sp.
Drasena
3
Ixora sp
Soka
4
Pandanus amaryllhifolius Roxh.
Sebagai vocal point di sekitar koridor
carribean agave Di sekitar ruang administrasi Menyebar di seluruh tapak sebagai pembatas
Pandan wangi
menggerombol di sekitar R. kebidanan
5
Pedilanthus tithymaloides
Patah tulang
Kurang terawat di sekitar R.Saraswati
6
Schefflera sp.
Walisongo
Baik ditanam di sekitar R. MCU
7
Cycas revoluta
Sikas
Menjadi vocal point di sekitar koridor
8
Cordyline sp.
Hanjuang
Sebagai tanaman pembatas
9
Acalypha macrophylla
Teh-tehan
Digunakan sebagai tanaman estetika
Perdu 1
Cadiaeum
Puring
Tanaman estetika di sekitar masjid
2
Jatropha pandufolia
Batavia/jatropa
Kurang terawat di sekitar R. Kebidanan
3
Arundinaria pumila
Bambu jepang
Di sekitar ruang instalasi listrik, sebagai tanaman screen
35
Pohon 1
Ptychosperma macarthurri
Palem hijau
Sebagai tanaman estetika dan pembatas jalan setapak
2
Veithchia merilii
Palem putri
Sebagai pembatas jalan setapak
3
Acacia auriculiformis
Akasia
Tanaman peneduh dan konservasi
4
Areca catechu
Pinang
Tanaman pengarah
5
Mangifera indica
mangga
Tanaman peneduh dan konservasi
6
Samanea saman
Ki hujan
Tanaman peneduh dan konservasi
7
Durio zibethinus
Durian
Tanaman peneduh
8
Erythrina cristagali
Dadap merah
Tanaman peneduh dan konservasi
9
Roystonea regia
Palem raja
Tanaman pengarah
10
Potemia pinnata
Matoa
Tanaman peneduh dan konservasi
Tanaman di daerah sekitar masjid sebagian besar merupakan tanaman semak dan perdu rendah, penataannya cukup rapi, karena terdapat penjaga masjid yang khusus menjaga dan merawat area masjid dan sekitarnya (Gambar 17).
Gambar 17 . Kondisi ruang terbuka dan vegetasi
Carpenter et al. (1979) mengemukakan nilai fungsional vegetasi, antara lain adalah, adalah pengendali visual (screen), pengarah angin, modifikasi radiasi matahari dan suhu udara, pengendali kelembaban dan hujan, penyaring polutan, peredam kebisingan, pengendali erosi, penjaga habitat alami, dan estetika. Secara umum, fungsi yang dihadirkan oleh vegetasi dibagi menjadi tiga (Booth, 1990), yaitu fungsi konservasi lingkungan, fungsi struktural dan arsitektural, dan fungsi visual.
36
37
Lingkungan hijau (RTH) dapat berfungsi sebagai pelembut kesan keras dari struktur fisik, membantu manusia mengatasi tekanan-tekanan kebisingan, udara yang panas, polusi udara, serta pembentuk ruang yang terdiri dari bidang alas, dinding dan atap (Gambar 18).
Gambar 18. Berbagai nilai fungsional vegetasi Sumber : Carpenter et al, (1979)
Vegetasi di RSMM memiliki jenis spesies yang beragam dan dominasi yang rendah. Hal tersebut memberikan kesan yang kurang menyatu dan mengacaukan karaktertistik ruang-ruang. Untuk menciptakan karakteristik tiap ruang perlu diperhatikan jenis dan pola penanaman di tiap-tiap ruang yang akan dirancang (Gambar19).
38
Satwa Satwa merupakan salah satu aspek biofisik yang membentuk karakter suatu tapak. Selain itu, keragaman jenis satwa juga mengindikasikan stabilitas ekosistem di suatu tapak (Gambar 20). Data satwa diperoleh dari pengecekan langsung di lapang, wawancara, dan studi pustaka. Spesies satwa yang terdapat pada RSMM, antara lain, adalah kucing (Felis cattus), burung gereja (Passer domesticus), burung puyuh (Cortunix c. japonica), kadal hijau (Lacerta viridis), kupu-kupu (Papilio polymnestor), lebah (Apis mellifera), Bunglon (Calotus jubatus), capung (Anax imperator), katak (Bufo melanostictus), ulat daun (Macrothylacia rubi), dan semut (Solenopsis spp). Habitat tersebut terbentuk karena di sekitar rumah sakit terdapat area Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai penyangga kehidupan hewan-hewan tersebut.
Gambar 20. Satwa yang terdapat di tapak
Kualitas Visual Lanskap Aspek pembentuk kualitas visual lanskap di RSMM adalah berupa pemandangan (view), akustik (sound), dan aroma. View pada tapak terbagi menjadi pemandangan yang baik (good view) dan pemandangan yang buruk (bad view). Pemandangan yang baik berada di sekitar masjid, dan di samping ruang medical check up. Sebagian besar pemandangan buruk karena pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya oleh pengguna, hal ini diperparah oleh pengelola yang seolah memberikan kemudahan dengan membuat lubang-lubang sebesar 2 x 2 meter untuk pembuangan sampah sementara di tapak (Gambar 21).
Akustik pada tapak terbagi menjadi akustik yang baik (good sound) dan akustik yang buruk (bad sound). Akustik yang baik terdapat pada tapak di bagian tengah, yaitu masjid berupa pengajian dan kicauan burung yang ada di 39
sekitarnya. Sedangkan akustik yang buruk terdapat pada tapak sebelah barat yang berbatasan langsung dengan pengerjaan pembangunan ruang masuk utama RSMM (Gambar 22). Pada bagian utara, terdapat akustik yang buruk lainnya berupa suara kendaraan yang berlalu lalang di sekitar ruang Napza dan IPS-RS, hal ini diperparah oleh suara pasien (kejiwaan) yang secara sengaja berteriak di sekitar tapak.
bad view
bad view
good view
good view
Gambar 21. Good view dan bad view di tapak RSMM
40
41
Struktur Bangunan, Fasilitas dan Utilitas Konsep bangunan RSMM pada dasarnya telah mengalami perubahan dari perencanaan awal sejak tahun 2000, setidaknya terdapat empat kali penambahan gedung dan perubahan arah akses jalan dari dan menuju berbagai ruang di rumah sakit. Hal ini dapat terlihat dari perubahan yang cukup signifikan dari peta masterplan perencanaan awal Rumah Sakit pada tahun 2000 dengan kondisi yang ada saat ini. Secara fisik dapat juga dilihat dari pembangunan ruang masuk utama yang sebelumnya merupakan ruang ASKES (Gambar 23).
Gambar 23. Struktur bangunan RSMM Sebagian dari tapak ini telah menjadi perencanaan pembangunan jangka pendek rumah sakit. Lokasi tepatnya berada di samping bangunan rekam medis telah direncanakan oleh pihak rumah sakit untuk dijadikan bangunan kantin kering dan ruang mesin pengolahan air (Water Resevoir). Selain ruang mesin air, terdapat juga ruang listrik (power house) yang digunakan sebagai sumber utama listrik di RSMM (Gambar 24). Selain itu, juga terdapat area upacara
untuk
beberapa acara penting, seperti upacara HUT RI, dan acara kenegaraan lain yang memungkinkan staf untuk melakukan kegiatan upacara.
42
Fasilitas Torrent air
Fasilitas lampu taman
Utilitas power house
Utilitas water resevoir
Gambar 24. Fasilitas dan utilitas pada tapak
Vandalisme juga terjadi di tapak ini, terutama kegiatan vandalisme pembuangan sampah di sembarang tempat. Sebagian besar sampah tersebut merupakan sampah plastik bekas dan bungkus makanan. Hal ini sering terjadi karena pengguna merasa kesulitan untuk menemukan tempat sampah, ataupun pengguna merasa malas untuk dapat mencapai tempat sampah terdekat dan lebih senang untuk membuang sampah langsung di lokasi tempat duduk tersebut. Vandalisme/perusakan tanaman juga ditemukan, di bagian dekat ruang MCU maupun samping koridor yang menghubungkan ruang MCU dengan ruang direksi. Hal ini disebabkan oleh aktivitas yang padat serta pengunjung yang menumpuk di ruang tunggu MCU, sehingga memungkinkan pengunjung secara sengaja dan tidak sengaja merusak tanaman dan fasilitas di sekitarnya.
43
Kerusakan tanaman di sekitar ruang Srikandi cukup terlihat, namun bukan karena tindakan perusakan oleh pengunjung tapak, melainkan kurangnya perawatan oleh pengelola, sehingga tanaman rusak. Selain tanaman, perawatan yang kurang lainnya antara lain kerusakan lampu taman. (Gambar 25)
Sampah di Bangku Taman
Tanaman kurang terawat
Sampah di saluran drainase
Lampu taman rusak
Gambar 25. Tindakan vandalisme dan perawatan yang kurang intensif di RSMM
Kendala perusakan/vandalisme oleh pengunjung dapat diatasi dengan peletakan fasilitas tempat sampah di sekitar tempat duduk pengguna, maupun di tempat-tempat yang berpotensi menimbulkan keramaian. Selain itu, papan peringatan untuk tidak membuang sampah sembarangan dapat juga menjadi alternatif pencegah tindakan vandalisme oleh pengunjung. Sedangkan perawatan yang kurang oleh pihak pengelola (IPS RS) dapat disiasati dengan penggunaan alat dan bahan (fasilitas) yang berkualitas, dan menggunakan tanaman yang rendah perawatan (Gambar 26).
44
45
4.2.2. Aspek Sosial Karakter dan Aktivitas Pengguna Tapak Berdasarkan pengamatan dan wawancara pengunjung di tapak, terdapat beberapa hasil yang dijelaskan melalui peta spasial, dan dijelaskan secara deskriptif. Dari pengamatan di lapang, tercatat rata-rata kunjungan setiap hari sekitar 300 orang pada beberapa titik keramaian dalam waktu tertentu di tapak ini. Pada pagi hari, sekitar pukul 07.00-11.00, aktivitas tersebar di beberapa titik di tapak, diantaranya di daerah sekitar area MCU, dengan jumlah pengguna 40-50 orang, sebagian besar beraktivitas duduk-duduk sambil menunggu giliran pengecekan medis. Kisaran usia pengunjung MCU antara 20 – 50 tahun. Titik lain yang menjadi pusat aktivitas pada jam tersebut adalah di sekitar ruang administrasi. Lalu lalang staf rumah sakit ditambah dengan keperluan keluarga pengunjung untuk mengurus administrasi di rumah sakit membuat titik tersebut terjadi penumpukan sehingga pengunjung yang tidak dapat memasuki ruangan harus menunggu di luar, seperti area koridor dan lapangan upacara. Jumlah pengguna di titik tersebut dapat mencapai 100 orang. Titik kunjungan terbanyak berada di area sekitar Masjid pada waktu siang hari sekitar jam 12.00-13.00 WIB, bertepatan dengan waktu Istirahat, Sholat, Makan (Ishoma) rumah sakit. Jumlah rata-rata kunjungan pada waktu tersebut mencapai 120 orang, dengan aktivitas utama berupa ibadah sholat dzuhur. Pengunjung paling banyak pada waktu tersebut berasal dari staf dan kalangan pekerja rumah sakit, sekitar 60%, diikuti oleh pengunjung pasien rawat inap sebanyak 30%, sisanya berasal dari pengunjung yang bertujuan awal cek kesehatan / Medical Check Up (MCU). Beberapa aktivitas di dalam tapak setelah pengguna melaksanakan sholat dzuhur, antara lain interaksi antar staf, staf dan pengunjung, serta berdiam diri. Suasana hening pada tapak dapat menstimulus orang untuk merenung dan menenangkan diri. Secara spasial, karakter dan aktivitas pengguna di tapak akan dijelaskan pada Gambar 27. Pengguna di tapak sekitar ruang administrasi mulai berkurang pada siang hari, tepatnya pada pukul 13.00-15.00 karena pada waktu tersebut kondisi di sekitar lapangan upacara dan area lawn tidak terdapat peneduh dari terik matahari.
46
47
Sebagian besar pengguna (staf dan pengunjung pasien) memilih berada di area sekitar MCU dan sekitar masjid karena di area tersebut lebih teduh dan tenang. Area di sekitar koridor sebelah barat lebih banyak dikunjungi oleh pasien Napza ataupun pasien dari ruang Srikandi. Pengguna tapak ini tidak terbatas pada pasien dan staf rumah sakit saja, namun secara tidak langsung juga dikunjungi oleh masyarakat yang sengaja melewati RSMM untuk sekedar mengambil jalan pintas menuju jalan utama Jl. Dr Semeru.
Persepsi dan Harapan Pengguna Tapak Pengguna tapak terdiri dari beberapa kalangan, antara lain pengunjung, pasien Medical Check Up (MCU) dan staff rumah sakit. Setiap pengguna memiliki persepsi dan pendapat masing-masing tentang kondisi tapak yang ada. Dari wawancara yang dilakukan terhadap 20 pasien MCU dan 20 orang staf RSMM, diperoleh hasil mengenai persepsi dan harapan dari masing-masing kalangan (Tabel 4).
Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Kuisioner Persepsi Pengunjung (MCU dan Staf) Terhadap Taman No. 1.
2.
3.
Uraian
Jawaban
Jumlah
Persentase
Aktivitas apa yang anda lakukan di taman ? a. Beribadah b. Duduk dan berbincang c. Melepas penat d. Mengantarkan pasien e. Menikmati waktu sendirian
11 9 9 10 1
27.5 22.5 22.5 25 2.5
Seberapa penting keberadaaan taman di RSMM ? a. Sangat penting b. Penting c. Biasa saja d. Tidak penting e. Sangat tidak penting
34 5 1 0 0
85 12.5 2.5 0 0
Apa yang anda rasakan setelah mengunjungi taman ? (jawaban boleh lebih dari 1) a. Lebih sejuk dan segar b. Bosan c. Nyaman d. Merasa Tertekan e. Relaks dan santai
20 4 22 0 12
50 10 55 0 30
48
4.
5.
Mengapa keberadaan taman penting bagi RSMM menurut anda ? (jawaban boleh lebih dari satu) a. Memiliki suasana yang berbeda dari area ruang tertutup (indoor) b. Untuk dilihat dari jendela ketika anda berada dalam ruangan c. Untuk mendapatkan waktu pribadi/merasa tenang d. Merasakan sinar matahari, angin, dan hijaunya daun e. Untuk melepas penat karena pekerjaan f. Sebagai penunjang aktivitas beribadah Menurut anda, elemen apa saja yang dibutuhkan dalam taman untuk membantu anda merasa nyaman ? (jawaban boleh lebih dari satu) a. Pohon yang rindang dan udara yang segar b. Warna yang beragam, pemandangan yang indah c. Bau-bauan yang segar dan harum d. Bunyi-bunyian yang alami e. Fasilitas penunjang : gazebo, bangku taman, peneduh, kolam air f. Area untuk berinteraksi
15
37.5
5
12.5
8 10 7 20
20 25 17.5 50
16 14 8 5
65 35 20 12.5
20
50
8
20
Dari hasil kuisioner tersebut, terlihat bahwa aktivitas terbanyak di tapak adalah beribadah di masjid sebanyak 27,5%, dan aktivitas terendah adalah menikmati waktu sendirian (meditasi) di tapak sebanyak 2.5%. Sedangkan sebagian pengunjung yang berada di tapak tersebut bertujuan awal untuk mengantarkan pasien sebanyak 25%. Persepsi pengunjung terhadap efek yang dirasakan setelah mengunjungi tapak di RSMM adalah merasa nyaman (55%), lebih segar (50%) dan merasa santai (30%). Persepsi mengenai pentingnya keberadaan taman di RSMM, 34 orang atau 85% pengunjung sependapat bahwa keberadaan taman di RSMM penting. Alasan mengapa taman penting di RSMM, sebanyak 37,5% pengunjung sependapat bahwa taman memiliki suasana yang berbeda dari suasana ruang tertutup (indoor), dan sebanyak 50% menyatakan bahwa taman dapat menunjang pengunjung dan penggunanya untuk beribadah. Elemen yang paling banyak dipilih pengunjung (50%) untuk berada di tapak adalah fasilitas penunjang seperti gazebo, bangku taman, peneduh, dan kolam air.
49
Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Kuisioner Harapan Pengunjung (MCU) Terhadap Taman No. 1.
2.
3.
4.
Uraian
Jumlah
Persentase
Aktivitas apa yang Anda inginkan di RTH ini? a. Rekreasi aktif olahraga, berkebun b. Rekreasi pasif duduk, berbincang
7 13
35 65
Fasilitas apa yang anda harapkan di RTH ini? (jawaban boleh lebih dari satu) a. Bangku taman b. Gazebo/saung/pondokan c. Kolam hias/kolam ikan d. Lampu taman e. Pot tanaman (planter box)
13 8 12 7 5
65 40 60 35 25
Pola taman apa yang Anda sukai? a. alami berkelok dan tidak kaku b. formal garis lurus dan kaku
15 5
75 25
12 6 2
60 30 10
Jenis pohon apa yang Anda sukai? a. Pohon berbunga indah b. Pohon berdaun rimbun c. Pohon berbuah
Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa sebanyak 65% pengunjung lebih menginginkan aktivitas rekreasi pasif seperti duduk dan berbincang daripada rekreasi aktif sebanyak 35%. Dan fasilitas yang diharapkan ada di tapak bangku taman (65%) dan kolam ikan hias (60%). Pengunjung (75%) lebih suka pola bentukan taman yang alami, berkelok dan tidak kaku, dibandingkan dengan pola formal yang cenderung kaku. Dan jenis pohon yang paling banyak disukai oleh pengunjung adalah pohon berbunga indah sebanyak 60%.
Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Kuisioner Persepsi Staf Mengenai Interaksi Taman, Staf rumah sakit, dan Pasien No. 1.
Uraian Apakah anda pernah mendengar / mengetahui tentang taman relaksasi ? a. Ya b. Tidak
Jumlah
15 5
Persentase
75 25
50
2.
3.
4.
Menurut anda, siapa saja yang dapat menikmati manfaat dari taman relaksasi ? a. Pasien napza (narkoba) b. Pasien sakit jiwa c. Staf rumah sakit d. Pasien sakit umum e. Pengunjung f. Perawat
9 11 13 13 16 11
45 55 65 65 80 55
Menurut anda,apakah faktor suasana hati dan pikiran dapat mempengaruhi interaksi dan komunikasi anda dengan pasien ? a. Ya b. Tidak
17 3
85 15
Apakah menurut anda interaksi/komunikasi yang baik dengan pasien akan meningkatkan semangat pasien untuk sembuh ? a. Ya b. Tidak
18 2
90 10
Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar (75%) staf RSMM telah mengetahui tentang taman relaksasi, dan menurut responden, semua pihak dapat menikmati manfaat dari taman relaksasi,baik pasien, pengunjung, maupun staf RSMM itu sendiri. Faktor suasana hati dan pikiran mempengaruhi interaksi dengan pasien 85%, dan interaksi yang baik dapat meningkatkan pasien untuk sembuh sebanyak 90%.
4.1.2.4. Aspek Legal UU No. 44 Tahun 2009 Mengenai Rumah Sakit Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan melalui berbagai upaya kesehatan dalam rangkaian pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu yang didukung oleh suatu sistem kesehatan nasional. 51
Sejalan dengan amanat Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah ditegaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan, kemudian dalam Pasal 34 ayat (3) dinyatakan negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Rumah Sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan
kesehatan
merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Penyelenggaran pelayanan kesehatan di Rumah Sakit mempunyai karakteristik dan organisasi yang sangat kompleks. Berbagai jenis tenaga kesehatan dengan perangkat keilmuannya masing-masing berinteraksi satu sama lain. Ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran yang berkembang sangat pesat yang harus diikuti oleh tenaga kesehatan dalam rangka pemberian pelayanan yang bermutu, membuat semakin kompleksnya permasalahan dalam Rumah Sakit. Pada hakekatnya Rumah Sakit berfungsi sebagai tempat penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dan fungsi dimaksud memiliki makna tanggung jawab yang seyogyanya merupakan tanggung jawab pemerintah dalam meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat. Dari aspek pembiayaan bahwa Rumah Sakit memerlukan
biaya
operasional dan investasi yang besar dalam pelaksanaan kegiatannya, sehingga perlu
didukung
dengan
ketersediaan
pendanaan
yang
cukup
dan
berkesinambungan. Antisipasi dampak globalisasi perlu didukung dengan peraturan perundang-undangan yang memadai. Peraturan perundang-undangan yang dijadikan dasar penyelenggaraan Rumah Sakit saat ini masih pada tingkat Peraturan Menteri yang sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan. Dalam rangka memberikan
kepastian
dan
perlindungan
hukum
untuk
meningkatkan,
mengarahkan dan memberikan dasar bagi pengelolaan Rumah Sakit diperlukan suatu perangkat hukum yang mengatur Rumah Sakit secara menyeluruh dalam bentuk Undang-Undang.
52
Peraturan Tata Ruang di RSMM Sejauh ini belum terdapat peraturan tertulis yang mengatur tata ruang di RSMM. Oleh karena itu, perlu diusulkan untuk menentukan peraturan yang jelas mengenai tata ruang di RSMM.
4.3.
Konsep dan Perencanaan Penyusunan konsep merupakan tahapan lanjutan setelah pembuatan
sintesis dari setiap potensi dan kendala yang ada di tapak. Konsep secara umum dibagi menjadi tiga tahapan, antara lain penentuan konsep dasar, kemudian menentukan konsep desain, yang terakhir mengembangkan konsep tersebut menjadi konsep yang lebih rinci (konsep pengembangan). Ketiga konsep ini akan dijelaskan lebih rinci antara lain sebagai berikut.
Konsep Dasar Konsep dasar dari desain lanskap ini adalah merancang taman yang dapat mendukung berbagai aktivitas di rumah sakit, terutama aktivitas yang bertujuan akhir untuk menunjang proses penyembuhan penyakit pada pasien. Dalam posesnya, taman ini menggunakan panca indera sebagai media untuk berinteraksi, yang pada akhirnya mempengaruhi pikiran dan persepsi orang (pengunjung) untuk mencapai ketenangan hati dan jiwa. Pada akhirnya, secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi semangat pasien untuk segera meraih kesehatan atau kesembuhan. Taman relaksasi merupakan bagian dari konsep penyembuhan pasien melalui taman, yang sering dikenal dengan healing garden, namun taman relaksasi lebih dispesifikasikan ke dalam taman yang dapat menciptakan suasana nyaman dan santai (relaks), sehingga dapat mempengaruhi dokter, perawat, dan semua pihak yang berada di rumah sakit untuk lebih bersemangat melakukan aktivitasnya, menghilangkan kejenuhan dan memecah kepenatan pekerjaan seharihari, taman yang akan dirancang di RSMM ini terdiri dari berbagai aktivitas dan ruang yang digunakan dalam pembuatan healing garden, diantaranya ruang terapi (therapeutic garden), dan ruang meditasi (sanctuary garden).
53
Taman ini secara tidak langsung menghubungkan berbagai pihak dengan berbagai kepentingan yang ada di rumah sakit untuk mencapai suatu tujuan, yaitu menciptakan lingkungan rumah sakit yang sehat dan menunjang kesembuhan pasiennya.
Konsep Desain Konsep desain yang diterapkan adalah kesatuan dan harmonisasi elemen lanskap untuk menciptakan taman yang natural, estetis, dan menyehatkan. Sesuai dengan tujuan pembuatan taman ini, yaitu sebagai penunjang aktivitas rumah sakit dan membantu proses penyembuhan pasien, maka desain taman di rumah sakit ini harus mengandung unsur-unsur dan elemen-elemen lanskap yang secara tidak langsung dapat memberikan stimulus positif bagi pengguna, baik pasien, staf rumah sakit, maupun pengunjung setempat. Kesan natural juga terlihat dari pola bentukan-bentukan lanskap, dan pola bentukan sirkulasi di tapak, serta tercermin dari setiap material yang akan digunakan.
Konsep dan Rencana Pengembangan Rencana Ruang dan Aktifitas Pendekatan yang digunakan dalam membentuk ruang-ruang pada tapak merupakan deskripsi pembentukan ruas pertulangan daun pepaya. Berdasarkan konsep dasar dan tujuan desain, maka tapak direncanakan menjadi enam ruang dengan presentase ruang secara umum. Hasil peta di kelompokkan menjadi lima ruang utama membentuk rencana blok (Gambar 28). Ruang-ruang tersebut adalah ruang penerimaan, ruang transisi, ruang interaksi sosial, ruang terapi, dan ruang meditasi. Penentuan ruang awal secara spasial akan mengalami perubahan dalam aplikasi penempatan area kebutuhan pengguna di tapak. Masing-masing dari ruang tersebut akan dibagi kedalam subruang. Beberapa dari sub-ruang akan terintegrasi menjadi ruang utama, sedangkan ruang penerimaan dan transisi akan berasimilasi dengan ruang lain untuk membentuk karakter ruang yang dibutuhkan dalam tapak. Deskripsi pembagian prosentase luas area masing-masing ruang dapat dilihat pada Tabel 7.
54
Gambar 28. Diagram pembagian ruang di tapak
Tabel 7. Pembagian ruang dan subruang No 1
Ruang Penerimaan
Persen 10
Subruang -
2
Transisi
10
-
3
Interaksi Sosial
25
a) Peristirahatan b) Privat & Keluarga c) Pertemuan & Rapat
4
Terapi
25
a) T. Hortikultura b) Rehabilitasi
5
Meditasi
10
a) Peristirahatan b) Pengajian & Kontemplasi
6
Ekspresi dan Seni
20
a) Seni lukis b) Ekspresi suara dan gerak tubuh
Keterangan Ruang pertama kali pengunjung masuk mengakomodasi akses menuju ruang selanjutnya (transisi), kegiatan aktif Pengunjung menentukan ruang yang dibutuhkan untuk menunjang kesehatannya Ruang yang didesain untuk mengakomodasi pertemuan antara seluruh pengunjung dan berinteraksi sehingga menciptakan suasana yang nyaman dan kekeluargaan Ruang terbuka dengan fasilitas outbound dan petak tanam untuk kegiatan aktif maupun pasif Ruang yang mengakomodasi pengunjung beristirahat dari kepenatan bekerja, dan mengingat Tuhan Ruang yang mengakomodasikan pengunjung (khususnya pasien) untuk dapat mengekspresikan bakat dan kemampuan melalui seni.
Konsep ruang secara spasial akan dijelaskan pada Gambar 29.
55
56
Rencana pengembangan ruang, sub ruang, dan aktivitasnya lebih lanjut dijelaskan pada Tabel 8.
No 1. 2. 3.
4.
Tabel 8. Rencana ruang, aktivitas, dan fasilitas Ruang Subruang Aktivitas Fasilitas Penerimaan Melihat papan informasi Papan informasi (signage ) (Signage) Transisi Berjalan Paving block, koridor Interaksi Peristirahatan a) Duduk-duduk/ Name Sign Sosial beristirahat Gazebo, b) berbincang Kolam air, Bangku taman Privat & a) berbincang hal Bangku taman, Keluarga pribadi Plaza, b) makan dan Tempat sampah berbincang bersama keluarga Pertemuan & a) Rapat informal Pergola Rapat direksi Gazebo b) Pertemuan antar staf Bangku taman rumah sakit dan perawat Rehabilitasi Rehabilitasi a) Melakukan kegitan Set fasilitas psikologis outbound & outbound ketangkasan Lawn Rehabilitasi fisik
5.
6.
7.
Terapi Hortikultura
a) reflekxology b) psioterapi
Penanaman
a) Menanam sayuran b) Menyemaikan benih sayuran Pemanenan c) Memetik buah d) Memancing e) Meditasi Peristirahatan a) Duduk dan beristirahat Pengajian dan a) Mengaji Kontemplasi b) Sholat c) Berdzikir Ekspresi dan Seni Lukis a) Melukis Seni b) Menulis
Ekspresi
a) Menyanyi
Jalur terapi kaki Kolam air Petak lahan sayuran Kolam mini rumah kaca Petak kebun buah Kolam ikan Tempat duduk Bangku taman Masjid
Alat lukis Set area estetika Gazebo Bangku taman Alat musik 57
suara dan gerak tubuh
b) Menari c) Bermain musik
Plaza Bangku taman Gazebo
Ruang yang direncanakan memiliki ciri khas yang membedakan satu dengan yang lainnya. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas dan fasilitas yang mengisi setiap ruang tersebut. Beberapa ruang direncanakan dengan memberikan penambahan elemen keras berupa bangku taman, plasa, pergola, gazebo, dan shelter. Ruang pada tapak dapat digunakan oleh setiap pengguna di RSMM. Namun terdapat perbedaan kepentingan bagi beberapa pengguna terkait aktivitas yang dilakukan di RSMM dan kebutuhan penyegaran diri masing-masing pengguna terhadap ruang yang ada. Berikut merupakan perincian prioritas kepentingan pengguna terhadap setiap ruang di taman (Tabel 9). Tabel 9. Prioritas kepentingan pengguna terhadap ruang di taman Dokter Pengunjung Rawat Inap Pasien Staf Perawat Interaksi Sosial SP SP SP SP SP Ekspresi dan Seni TP CP SP CP TP Meditasi CP CP SP CP CP Hortikultura TP TP SP CP CP Rehabilitasi CP TP SP CP CP * Keterangan (SP) Sangat Penting (CP) Cukup Penting (TP) Tidak Penting Ruang interaksi memiliki peran yang sangat penting dan dapat menjadi tujuan bagi seluruh pengguna di tapak, hal ini karena ruang ini merupakan tempat berinteraksi seluruh pihak yang ada di rumah sakit. Ruang ekspresi dan seni sangat sesuai bagi pasien, namun kurang sesuai bagi dokter dan perawat, karena fleksibilitas waktu yang tinggi. Ruang meditasi dibutuhkan bagi setiap pengguna tapak di RSMM, namun dalam kaitannya dengan proses penyembuhan pasien, maka ruang ini sangat penting untuk pasien karena dapat berpengaruh secara langsung terhadap pengendalian emosional dan spiritual mereka. Ruang rehabilitasi dan terapi hortikultura sangat sesuai bagi pasien yang membutuhkan interaksi langsung dengan alam dalam proses penyembuhannya.
58
Secara umum, pasien memiliki tingkat kepentingan dan kebutuhan yang relatif tinggi terhadap taman, namun tidak sama satu dan lainnya. Tingkat kepentingan terhadap kebutuhan pasien tersebut akan dijelaskan pada Tabel 10. Tabel 10. Prioritas penggunaan ruang oleh pasien P. Umum P. Jiwa P. Napza P. Persalinan Interaksi Sosial CP CP TP CP Ekspresi dan Seni CP CP CP TP Meditasi CP SP SP CP Hortikultura CP SP SP TP Rehabilitasi CP SP CP TP * Keterangan (SP) Sangat Penting (CP) Cukup Penting (TP) Tidak Penting
P. MCU CP CP CP CP CP
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa ruang interaksi sosial paling sesuai bagi pasien MCU, ruang ekspresi dan seni paling sesuai bagi pasien Napza, ruang hortikultura paling sesuai bagi pasien sakit jiwa, dan ruang rehabilitasi paling sesuai bagi pasien umum. Ruang meditasi sangat sesuai bagi semua pasien karena dapat berpengaruh terhadap pengendalian emosional pasien, serta dapat membantu pasien mendekatkan diri kepada Tuhan. Pasien kebidanan dan beberapa pasien umum yang tidak dapat mengakses tapak secara langsung, dapat menyaksikan taman darri dalam melalui jendela ruangan mereka. Aktivitas yang dirancang hendaknya sesuai kepentingan pasien sehingga tujuan utama setiap aktivitas dapat terpenuhi. Aktivitas pengajian pada ruang meditasi (Masjid) pada beberapa pasien baik dilakukan secara rutin, khususnya bagi pasien kejiwaan dan pasien Napza. Aktivitas ini dilakukan satu kali dalam seminggu untuk masing-masing pasien. Setiap aktivitas dilakukan pada hari yang berbeda untuk setiap kelompok pasien dan dilakukan pada pagi hari, agar pengguna lain seperti dokter, staf, dan pengunjung dapat secara tidak langsung merasakan dampak dari aktivitas pengajian tersebut.
59
Aktivitas bertani (Horticultural Activity) baik dilakukan setiap pagi dan sore hari, dan dapat dilakukan oleh setiap pengguna dengan pengawasan dan panduan dari staf pengelola. Pasien dengan aktivitas rutin di ruang ini merupakan pasien kejiwaan dan pasien napza, karena aktivitas ini dapat melatih pasien mengendalikan diri dan berhubungan dengan alam. Ruang Ekspresi dan seni baik digunakan oleh pasien Napza untuk dapat mengekspresikan bakat seni, seperti melukis, menari dan menyanyi. Aktivitas ini baik dilakukan pada sore hari. Fasilitas yang ada di ruang Terapi rehabilitasi berupa mini outbond bertujuan untuk menciptakan suasana kondusif dan hubungan yang baik pada pasien, khususnya pasien kejiwaan dan napza sebagai pengguna utama. Aktivitas ini direncanakan hanya diadakan pada pagi hari, dan dilakukan satu kali dalam seminggu.
Rencana Sirkulasi Rencana sirkulasi pada tapak dibagi menjadi beberapa bagian, antara lain jalur kendaraan, jalur sirkulasi tapak utama, jalur sirkulasi alternatif. Jalur kendaraan merupakan jalur yang berada di sisi-sisi tapak dan merupakan jalur yang digunakan oleh staf dan pengguna sepeda, kendaraan bermotor, mobil untuk mempermudah pengguna mencapai tujuan yang diinginkan. Sirkulasi kendaraan didesain dengan lebar 5 m dengan kapasitas mobil 2 arah. Material permukaan jalan yang direkomendasikan adalah aspal. Menurut Harris dan Dines (1996), ketebalan lapisan aspal pada jalur kendaraan tergantung pada 3 faktor yaitu beban kendaraan yang melintas, kondisi tanah dasar, dan struktur material penyusun aspal. Semakin banyak kendaraan yang melintas maka diperlukan lapisan permukaan yang semakin tebal, sedangkan untuk daya topang tanah dasar yang lemah perlu diperkuat dengan lapisan agregat (aggregat subbase). Pada umumnya struktur hot mix dapat memberikan ketahanan dan daya menopang beban yang lebih kuat (Gambar 30).
60
Potongan konstruksi jalan aspal
Kekuatan subbase
Potongan Gambar 30. Potongan konstruksi jalan aspal. Sumber: Harris dan Dines (1996)
Ketebalan lapisan aspal untuk jalur sepeda dan kendaraan disesuaikan dengan kondisi tanah dibawahnya. Penggunaan material ini memerlukan pemeliharaan, namun tidak terlalu sering. Pembuatan yang benar akan membutuhkan pemeliharaan berupa pelapisan kembali setiap 20 tahun (Gambar 31).
Gambar 31. Ilustrasi jalur kendaraan 61
Sirkulasi jalur utama tapak memiliki lebar 3 m, dengan bahan penyusun material berupa keramik. Keunggulan material keramik antara lain tahan lama, mudah perawatan, tidak bertekstur sehingga sesuai dengan kebutuhan pengguna tapak yang banyak menggunakan kursi roda dan kereta dorong. Bentuk material keramik yang digunakan dan ilustrasi aplikasi keramik di tapak pada gambar 32.
Dalam ruangan Koridor A. Bentuk material keramik yang digunakan
B. Ilustrasi penggunaan keramik di tapak Gambar 32. Bentuk material keramik dan ilustrasi penggunaannya di tapak
Oleh karena jalur ini merupakan jalur utama yang menghubungkan berbagai ruang dengan jarak yang berjauhan, maka sebagian besar jalur koridor utama menggunakan penutup berbahan genteng agar mengurangi terik matahari pada siang hari dan hujan yang sewaktu-waktu dapat terjadi di tapak. Pada beberapa lokasi di tapak terdapat perbedaan level ketinggian yang menyebabkan jalur tersebut membutuhkan beberapa anak tangga untuk menyatukan koridor tersebut. Oleh karena terdapat beberapa pengguna yang
62
menggunakan kursi roda dan ranjang beroda, maka perlu dibuat solusi lain berupa bentukan khusus yang dapat mengakomodasi para pengguna kursi roda dan ranjang beroda (Gambar 33).
Gambar 33. Ilustrasi bentuk fasilitas penghubung jalan Jalur ketiga berupa jalur (sirkulasi alternatif) di tapak. Lebar jalan bervariasi, antara 1 hingga 5 meter, bergantung pada jenis aktivitas yang dilakukan dan potensi keramaian yang ditimbulkan oleh ruang tersebut. Material pembentuk jalur ini berupa material conblock (Gambar 34). Keunggulan dari material conblock adalah mudah dalam pemasangan, tersedia dalam berbagai warna dan tekstur, awet, kuat, biaya pemeliharaan rendah, penyerapan panasnya rendah, dan diaplikasikan pada bentuk curvalinear (Harris dan Dines, 1996).
flexible unit
rigid unit
Gambar 34. Potongan konstruksi pavement. Sumber: Harris dan Dines (1996). 63
Penggunaan warna conblock dapat digunakan warna-warna yang tidak memantulkan cahaya misalnya abu-abu atau dapat dikombinasikan dengan warna teduh lainnya. Beberapa pola conblock dan rekomendasi warna yang digunakan dapat dilihat pada gambar 35. Sirkulasi pengelolaan didesain dengan lebar 1 m berupa jalan setapak yang menghubungkan ruang-ruang terkecil dari tapak. Sirkulasi ini akan terhubung pada jalur pedestrian. Ilustrasi penggunaan conblock di tapak pada gambar 36.
Conblock 1
Conblock 2
Conblock 3
Gambar 35. Jenis dan pola pemasangan conblock. Sumber: Harris dan Dines (1996).
Gambar 36.Ilustrasi penggunaan conblock di tapak Adanya aktivitas pijat refleksi (reflexology) pada ruang rehabilitasi fisik menghadirkan satu jalur sirkulasi tambahan yang diperuntukkan bagi pengguna yang ingin melakukan pijat refleksi kaki, khususnya pasien napza dan pasien umum. Rute lintasan didesain dengan tekstur yang beragam kualitas permukaannya (Gambar 38A). Urutannya adalah segmen kerikil tumpul dan rapat, kerakal, koral, blok-blok konkrit, potongan memanjang log kayu, serta variasi
64
kerikil dan koral, dan akhirnya kembali ke segmen semula (Gambar 37B). Luasan yang digunakan merupakan 5% dari total ruang rehabilitasi. Secara spasial akan dijelaskan pada gambar 38.
A. Ilustrasi paving block refleksi
Variasi 1
Variasi 2
Variasi 3
Variasi 4
B. Variasi jenis paving untuk jalur sirkulasi pijat refleksi Gambar 37. Ilustrasi jalur terapi pijat kaki dan material yang digunakan Sumber : Pramukanto, (2006)
65
66
Rencana Tata Hijau Rencana tata hijau yang didesain merupakan vegetasi dengan fungsi yang akan diaplikasikan pada ruang-ruang tersebut (role factors). Fungsi yang akan diaplikasikan dapat dilihat pada Tabel 11. Vegetasi yang akan diterapkan di RSMM
meliputi vegetasi dengan berbagai fungsi antara lain fungsi sebagai
tanaman estetika, tanaman terapi, serta beberapa fungsi lain.
No 1 2
3
4
5 6
Tabel 11 Konsep vegetasi RSMM Ruang Fungsi Tanaman Fungsi Spesifik Penerimaan Estetika Pembentuk identitas: warna bunga menarik dan semak Transisi Estetika dan tanaman Estetika: Pohon rendah pembatas pengarah berbunga dan semak Interaksi sosial Estetika & peneduh Penyegar suasana, pohon tinggi Semak Berbunga Terapi Aromaterapi Tanaman berbau segar dan berwarna cerah, Hortikurtura Tan. Pertanian dan buah Meditasi Estetika, Aromaterapi Pemberi efek hening, tenang, dan peneduh dan menyejukkan Ekspresi dan Seni Estetika dan peneduh Pemberi efek keceriaan, inspiratif, segar, dan nyaman
Rencana vegetasi yang digunakan sebagian merupakan vegetasi eksisting di tapak, sebagian lainnya merupakan penambahan untuk tanaman estetika, dan tanaman terapi, baik terapi hortikultura maupun rehabilitasi fisik. Beberapa tanaman yang dipilih merupakan tanaman dengan fungsi yang menyesuaikan kondisi ruang yang ada (Tabel 12).
Tabel 12. Jenis tanaman estetika yang digunakan Nama Latin Nama Lokal Satuan Jumlah Acalypha macrophylla Teh-tehan m2 200 Adenium sp Kamboja jepang pot 40 2 Agapanthus orientalis Agapanthus m 70 Agathis dammara Foxw. Damar Btg 90 Aeschynanthus lobbiana Bunga lipstik Pot 80 67
Arachis pintoi Arundinaria pumila Axonopus compressus Bauhinia purpurea Bromelia sp Calliandra sp Canna sp Capsicum annum Celosia sp Chrysanthemum sp Codiaeum sp Cordilyne sp Cycas revoluta Cyrtostachis renda Delonix regia Raf. Dendrobium sp Dracaena sp Duranta sp Euodia suaveolens Euphorbia pulcherrima Ficus benjamina Heliconia sp Ixora sp Juniperus chinensis Lavandula angustifolia Mascarena lagenicaulis Michelia champaca L. Mussaenda sp Pachytachys lutea Pandanus odorus Phyllostachys sulphrurea Pinus merkusii Ptychospermae macarthurii Roystonea regia Samanea saman Spathiphyllum sp Swietenia mahogani Thuja orientalis
kacang-kacangan Bamboo jepang rumput paetan Daun kupu-kupu bromelia kaliandra Bunga tasbih cabai hias jengger ayam Krisan Puring hanjuang Sikas Palem merah Flamboyant Anggrek bulan Drasena Pangkas kuning Zodia kastuba beringin Pisang hias Soka Lavender Palem botol Cempaka Nusa indah Lolipop Pandan wangi Bambu kuning Pinus Palem hijau Palem Raja Ki hujan Mahoni Cemara kipas
m2 Plb m2 Btg Plb Plb m2 m2 m2 m2 Plb Plb Plb Btg Btg Pot Plb m2 m2 m2 Btg Btg m2 Btg m2 Btg Btg Btg Plb m2 Btg Btg Btg Btg Btg Pot Btg Btg
145 130 5360 35 25 23 150 80 89 76 55 23 35 9 2 88 35 600 160 300 1 50 200 10 230 10 7 15 100 90 63 45 67 27 5 24 31 15
Beberapa tanaman penaung seperti Swietenia mahogani, Michelia champaca L., dan Pinus merkusii menjadi tanaman dominan di ruang rehabilitasi khususnya di lokasi outbond, sedangkan di lokasi kemoterapi dan reflexology banyak menggunakan tanaman estetika, antara lain Heliconia sp, Bromelia sp,
68
Dracaena sp. Penggunaan tanaman estetika menciptakan suasana yang kondusif dalam mendukung aktivitas penyembuhan di ruang tersebut. Beberapa tanaman pengarah, seperti Agathis dammara, Pinus merkusii, dan Roystonea regia baik ditempatkan pada beberapa lokasi yang berbatasan dengan jalan (sirkulasi) kendaraan untuk mempertegas arah lokasi yang dituju. Ruang interaksi sosial merupakan ruang berinteraksi antar pengguna, baik pasien maupun dokter. Oleh karena fungsinya yang penting, ruang ini menggunakan tanaman estetika yang dapat memberi kesan nyaman, diantaranya Chrysanthemum sp, Celosia sp, Cycas revoluta. Selain tanaman estetika, jenis tanaman lain yang dominan di ruang ini adalah tanaman pembatas (barrier). Beberapa jenis yang digunakan antara lain Euphorbia pulcherrima, Ixora sp, dan Ptychospermae macarturii. Ruang terapi hortikultura bertujuan untuk merangsang pengguna (khususnya pasien kejiwaan dan pasien napza) melakukan aktivitas bercocok tanam untuk melatih pengendalian emosional serta membangkitkan kesadaran bertanggung jawab. Oleh karena aktivitas yang dilakukan di dalamnya merupakan aktivitas menanam dan memanen, maka perlu dipilih tanaman hortikultura yang menghasilkan buah dan memiliki umur produksi pendek. Tanaman yang dipilih pun sebaiknya merupakan tanaman yang sesuai dengan iklim mikro setempat, diantaranya Solanum lycopersicum (tomat), Capsium annum (cabai),Amaranthus (bayam), Musa paradica (pisang),Mangifera indica (Mangga), serta tanaman yang dijadikan konsep desain, Carica papaya (pepaya). Jenis tanaman hortikultura yang digunakan dapat dilihat pada tabel 13. Tabel 13. Jenis tanaman hortikultura dalam tapak. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Latin Amaranthus sp Capsium annum Citrus aurantifolia Carica Papaya Cucumis melo L. Cocos nucifera Mangifera incida Musa paradica Psidium guajava
Nama lokal Bayam Cabai Jeruk Pepaya Melon Kelapa Mangga Pisang jambu
Satuan m2 plb btg btg plb btg btg btg btg
Jumlah 235 5000 9 150 120 10 30 27 16 69
Ruang meditasi merupakan ruang pasif yang dibutuhkan oleh pengguna yang menginginkan ketenangan, baik hati maupun pikirannya. Oleh karena kebutuhan ruang ini yang memerlukan suasana sunyi dan tenang, maka sebaiknya tanaman yang dipilih merupakan tanaman estetika yang dapat mendukung suasana meditasi, serta tanaman peneduh agar pengguna di dalamnya merasa sejuk dan dapat fokus pada aktivitas meditasinya. Beberapa jenis tanaman yang dipilih antara lain Pinus merkusiim (Pinus), Ficus benjamina (beringin), Cyrstotachis renda (palem merah) , Pandanus odorus (Pandan wangi). Ruang ekspresi dan seni digunakan untuk mengekspresikan bakat seni dari penggunanya (khususnya bagi pasien Napza dan sakit jiwa). Ruang ini selain membutuhkan suasana tenang (fasilitasi seni lukis dan tulis), juga membutuhkan suasana yang bebas sehingga pengguna lainnya dapat mengekspresikan bakat di bidang musik dan tari. Untuk mempermudah penempatan masing-masing aktivitas, maka sub-ruang dipisahkan oleh koridor sebagai penyekat dari kedua kebutuhan yang berbeda tersebut. Tanaman pembatas seperti Canna sp digunakan untuk membatasi ruang ekspresi dan seni dengan ruang terapi hortikultura. Untuk kenyamanan pengguna dalam mencari inspirasi, maka dibutuhkan tanaman peneduh seperti Samanea saman (ki hujan), Bauhinia purpurea, sehingga memberi kesan teduh di ruangan tersebut. Rencana Daya Dukung Pengunjung Berdasarkan aktivitas yang akan dihadirkan pada tapak serta rencana luasan ruang-ruang yang tersedia, dapat diketahui daya dukung ruang terhadap pengunjung. Daya dukung dapat dihitung dengan cara membagi luasan rencana dengan standar aktivitas per orang sehingga diketahui jumlah pengunjung yang mampu ditampung oleh suatu ruang. Hasil dari perhitungan daya dukung dapat diperoleh bahwa tapak RSMM mampu mendukung jumlah pengunjung sebesar 2036 orang per hari dengan berbagai aktivitas (Tabel 16). Jumlah pengunjung tersebut memiliki arti pengunjung yang masuk dan keluar area tapak (dalam keadaan yang dinamis). Agar tidak terjadi kelebihan daya dukung, maka penyebaran pengguna di masing-masing ruang harus diperhatikan.
70
Tabel 14 Daya dukung pengunjung berdasarkan aktivitasnya No
Ruang/ aktivitas
1
Interaksi Sosial a) Duduk b) Pertemuan/perkump ulan c) Gathering
2
3
4
6
T. Hortikultura a) Paranet House b) Kolam Ikan c) Memetik buah d) Menanam Sayur e) Memancing
Rencana Luasan (m2)
Standar aktivitas* (m2/org)
Daya dukung (org)
410 40 570 189
2 2 4 2
205 20 143 95
135 675 1701,5 980 140
2 4 7 7 3
68 23 243 140 47
Rehabilitasi a) Permainan outbond b) Reflexology c) Kemoterapi
843,75 168,75 120
10 6 10
83 28 12
Meditasi a) Pengajian (masjid) b) Duduk
984,34 450
2 2
492 225
Ekspresi dan Seni a) Menari b) Melukis c) Menyanyi
210 340,5 112
3 4 2
70 86 56
TOTAL
2036
* Standar aktivitas berdasarkan Sebayang (1996) Site Plan, Planting plan dan Surface Plan Untuk lebih jelasnya, hasil gambar perencanaan secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 39. Jenis dan jumlah pohon dapat dilihat di rencana penanaman (planting plan) pada Gambar 40. Jenis permukaan yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 41.
71
72
73
74
4.4. Desain Taman Rumah Sakit di RSMM Ruang interaksi sosial Ruang ini merupakan ruang yang memiliki fungsi utama sebagai pusat pertemuan aktivitas berbagai pihak di rumah sakit, antara lain aktivitas pengunjung (pasien menginap), pengunjung MCU, staf rumah sakit (dokter, perawat, staf administrasi) dan pasien (yang memungkinkan untuk mobilisasi keluar
ruangan).
Berbagai
aktivitas
(duduk,
makan
dan
berbincang)
memungkinkan berbagai pihak dapat saling membaur dan berinteraksi. Oleh karena fungsinya yang penting dalam pembentukan suasana kekeluargaan antar masing-masing pihak, maka pola yang digunakan di ruang ini cenderung dinamis dengan dominasi tanaman estetika sebagai penunjangnya. Prosentase luasan terbesar digunakan sebagai area berkumpul dengan area duduk-duduk (sitting area) sekitar 35%, dan area berjalan (broadwalk) sekitar 30%, sisanya merupakan komposisi vegetasi dan ruang terbangun sebesar 35%. Penggunaan penaung (pergola) dan tenda (area pertemuan staf rumah sakit) ditujukan agar pengguna dapat berlindung dari terik matahari di siang hari dan dari hujan bila sewaktu-waktu datang, tanpa mengurangi kenyamanan berada di tapak. Oleh karena daya tampung yang terbatas di ruang MCU, maka sitting area menjadi solusi yang sesuai bagi para pengunjung (pasien MCU) untuk menunggu giliran cek kesehatan. Nuansa natural penting berada di sekitar sitting area ini karena dapat mengurangi kesan bosan dalam menunggu giliran. Penggunaan tanaman estetika dan permainan air diharapan dapat menciptakan nuansa natural bagi para pengguna. Pola sirkulasi yang digunakan linier dan radial, dengan material utama di tapak merupa paving block, lebar sirkulasi pun beragam (1-3 meter), menyesuaikan kapasitas yang ditampung.
75
Gambar 42. Ilustrasi sitting area di sekitar ruang MCU
Area pertemuan staf rumah sakit berada di utara area terbangun (MCU) di ruang ini, area ini dirancang agar dapat mempertemukan seluruh staf (dokter, perawat, administrasi) secara khusus agar dapat berinteraksi lebih intens agar dapat menyegarkan kembali semangat dalam bekerja. Oleh karenanya perlu dirancang area dinamis yang menfasilitasi pengguna untuk melepaskan penat pekerjaan mereka, yaitu dengan memberikan ruang terbuka untuk dapat saling berinteraksi, serta tidak lupa memberikan kesan natural yang didapat dari variasi warna bunga yang digunakan. Dengan lokasi yang strategis menuju ruang kantin, maka memungkinkan bagi para staf untuk menghabiskan waktu istirahat makan dan berbincang di area ini, fasilitas berupa tenda dan meja disiapkan (Gambar 43). Penggunaan tanaman konservasi seperti pinus (Pinus merkusii), Palem raja (Roystonea regia), serta ki hujan (Samanea saman) dapat difungsikan sebagai penarik kedatangan burung yang dapat menghasilkan kicauan yang merdu sehingga pengguna dapat merasa nyaman berada di tapak. Stimulus bunyi juga dihasilkan dari percikan air mancur yang menciptakan kesan natural pada tapak.
76
Gambar 43. Ilustrasi Area pertemuan Staf Rumah Sakit
Selain beberapa fasilitas utama tersebut, terdapat beberapa fasilitas tambahan yang mendukung melengkapi fungsi dan estetika fasilitas-fasilitas utama, antara lain kolam permainan air mancur dan pergola. Bentuk kolam permainan air yang dirancang di area interaksi sosial merupakan bentuk semi dinamis. Aksen variasi warna yang dirancang didapat dari kumpulan tanaman bunga yang disatukan secara harmonis pada beberapa titik.
Ruang meditasi Ruang ini dirancang secara khusus bertujuan untuk menambah kepercayaan diri pasien untuk memperoleh kesembuhan melalui kekuatan spiritual, sekaligus dapat digunakan oleh seluruh pengunjung taman, termasuk dokter dan staf rumah sakit. Masjid digunakan sebagai simbol keagungan Tuhan bagi umat Islam, namun nuansa hening dan khusyu dapat mewakili pluralisme agama bagi pengguna yang beragama selain Islam. Bagi pasien (kejiwaan) yang memiliki tingkat emosional rendah, dan tidak dapat mengendalikan emosi mereka, Masjid dapat digunakan sebagai tempat untuk menjernihkan pikiran dan emosi tersebut dengan keheningan dan ke-khusyu-an aktivitas di masjid dan sekitarnya. Sebagai penunjang karakter dari ruang ini, maka dirancang skema permainan air dengan mengadaptasi bentuk dan pola yang digunakan di dalam taman Taj Mahaal. Dalam perancangannya, dilakukan beberapa penyesuaian
77
untuk ukuran dan elemen yang digunakan terhadap kondisi tapak dan ketersediaan elemen yang ada di sekitar lokasi taman (Gambar 44).
Gambar 44. Ilustrasi rancangan permainan air
Salah satu elemen penting pada ruang ini adalah keberadaan masjid sebagai pusat aktivitas keagamaan. Desain konstruksi masjid menyesuaikan jumlah pengunjung yang dimungkinkan hadir pada beberapa acara yang direncanakan akan dilaksanakan di ruang ini, antara lain pengajian bersama dan ibadah shalat Jumat berjamaah. Area sekitar masjid dirancang menyesuaikan konstruksi masjid sehingga mendukung fungsi masjid sebagai area tujuan utama beribadah (Gambar 45).
Gambar 45. Ilustrasi suasana area di dalam masjid RSMM
78
Penggunaan tanaman seperti pinus (Pinus merkusii), Palem raja (Roystonea regia), serta ki hujan (Samanea saman) dapat difungsikan sebagai penarik kedatangan burung yang dapat menghasilkan kicauan yang merdu sehingga pengguna dapat merasa nyaman berada di tapak. Stimulus bunyi juga dihasilkan dari percikan air mancur dari taman Taj Mahaal dan dapat menciptakan kesan natural pada tapak. Perubahan desain konstruksi pada masjid di ruang ini ditujukan untuk mempertegas karakter bangunan itu sendiri, serta memberikan rasa nyaman pada pengguna dalam melakukan peribadatan.
Ruang ekspresi dan seni Fungsi utama pembentukan ruang ini adalah mengakomodasi pasien (kejiwaan dan Napza) dalam kemampuan pengendalian emosi melalui seni. Selanjutnya pasien diberi kebebasan untuk dapat mengembangkan potensi bakat dan keterampilan mereka yang telah ada sebelum mereka masuk ke RSMM. Pasien kejiwaan ringan (mendekati sembuh) diharapkan dapat melatih kemampuan mereka dalam mengalihkan dan mengendalikan emosi dengan melakukan aktivitas yang positif. Jumlah pasien yang ditargetkan relatil kecil, namun tidak menutup kemungkinan bagi pengunjung atau staf yang merasa ingin berekspresi melalui seni dapat mengunjungi area ini. Beberapa sub-ruang khusus dibuat untuk memisahkan setiap kegiatan yang ada, seperti sendra tari dan bermusik. Aktivitas melukis cenderung membutuhkan ruang yang leluasa untuk bereksplorasi, serta keterlibatan pihak lain yang relatif kecil. Nuansa yang ingin dihadirkan adalah lingkungan yang alami sehingga menciptakan solidaritas dan persahabatan antar pasien, yang secara tidak langsung akan menciptakan suasana kekompakan dalam mengutarakan ekspresi. Pola sirkulasi organis dengan jalur tunggal yang saling berhubungan dan dipisahkan oleh koridor menuju ruang administrasi. Jalur tunggal bertujuan agar menyatukan pengguna dan mempermudah pengguna menentukan aktivitas yang dipilih. Fasilitas yang dapat memenuhi kebutuhan aktivitas-aktivitas tersebut antara lain gazebo. Gazebo dapat ditempatkan pada beberapa titik aktivitas untuk memisahkan prioritas kebutuhan masing-masing aktivitas. Gazebo yang dirancang berbentuk segi delapan dengan elemen pembentuk utama kayu. Luasan yang 79
dibuat berdiameter empat meter dengan tinggi tiga meter. Hal ini memungkinkan area ini digunakan oleh beberapa orang sekaligus sebagai area menari serta area bermusik. Gazebo juga dapat digunakan untuk kegiatan melukis karena dapat melindungi dari terik matahari dan hujan (Gambar 46). Selain gazebo, beberapa bangku taman sengaja diletakkan pada beberapa lokasi sekitar jalur sirkulasi untuk memberikan kesempatan bagi pengguna (pasien) menentukan tempat yang sesuai untuk berekspresi.
Gambar 46. Ilustrasi gazebo
Ruang rehabilitasi Terdapat beberapa tujuan penting di ruang ini, antara lain mengakomodasi pasien dengan keterbatasan fisik (patah tulang, lumpuh, cacat tubuh) untuk dapat melatih kepercayaan diri untuk mencapai kesembuhan melalui terapi fisik (kemoterapi). Tujuan penting lainnya adalah mengakomodasi kebutuhan pasien (kejiwaan) melatih diri untuk dapat mengendalikan emosi melalui kegiatan outbond. Oleh karena terdapat dua fungsi yang berbeda dalam satu ruang, maka nuansa yang ingin dihadirkan pun menyesuaikan kebutuhan kedua pengguna utama tersebut. Kesan alami yang ditimbulkan oleh tanaman konservasi yang dipadukan dengan pola organik sirkulasi paving block diharapkan dapat menjadi solusi bagi dua kebutuhan yang berbeda ersebut. Namun perlu adanya pembagian lokasi (area) untuk masing-masing aktivitas.
80
Aktivitas outbond yang dilakukan oleh pasien (kejiwaan) diharapkan dapat menciptakan kesehatan fisik dan mengendalikan kemampuan psikologis pasien. Pada dasarnya, prinsip kegiatan ini relatif sama dengan outbond yang dilakukan oleh masyarakat umum lainnya, namun dalam aplikasinya disesuaikan dengan pemahaman dan kemampuan obyek tujuan (pasien), baik secara fisik maupun psikologis. Jenis kegiatan pun dibatasi pada beberapa kegiatan yang dianggap mendukung tercapainya tujuan pasca kegiatan tersebut dilakukan. Pohon penaung mendominasi jenis vegetasi di area ini untuk menunjang suasana aktivitas tersebut, sedangkan paving block dipilih sebagai jalan utama kegiatan outbond karena lebih aman dibanding dengan kumpulan batu atau tanah (Gambar 47). Beberapa jenis aktivitas yang sesuai antara lain jenis permainan untuk mengukur kekompakan kelompok dan mental individu.
Gambar 47. Ilustrasi area outbond
Aktivitas kemoterapi dilakukan secara rutin oleh pasien dengan didampingi oleh perawat yang ditunjuk oleh dokter. Fasilitas kolam sengaja dirancang untuk mendukung suasana natural di tapak. Penggunaan tanaman estetika yang mengelilingi lokasi tersebut dapat menyamarkan aktivitas pasien(kejiwaan) di sekitar area outbond). Selain itu, terdapat fasilitas Reflexology (pijat refleksi kaki) bagi pengguna secara umum (Gambar 48).
81
Gambar 48. Ilustrasi Kolam sebagai penunjang area refleksologi dan kemoterapi
Ruang terapi hortikultura Desain perancangan ruang ini mengambil tema penanaman (planting) dan pemanenan (harvesting). Ruang ini lebih diperuntukkan kepada beberapa pasien yang memiliki lama waktu penginapan yang tinggi, antara lain pasien kejiwaan dan pasien napza. Tema penanaman dipilih dengan tujuan mengenalkan alam kepada pasien, menumbuhkan rasa tanggung jawab dan saling menghargai antar makhluk hidup, pasien akan dipandu untuk mengikuti perkembangan selanjutnya setelah menanam dari pemeliharaan hingga masa tanaman tersebut dipanen. Pasien juga dilibatkan dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan hama dan penyakit tumbuhan, sehingga dapat mengembangkan rasa kepedulian terhadap penyembuhan penyakit dan memiliki kesadaran yang tinggi terhadap pentingnya kesehatan jasmani dan pikiran.
82
Gambar 49. Ilustrasi area penanaman.
Tema pemanenan (harvesting) dipilih untuk memberikan gambaran pada pasien mengenai memetik hasil dari kerja keras yang dilakukan. Pasien juga sesekali dapat mencoba merasakan buah yang dipetiknya dan sebagian lagi mengelola buah tersebut agar dapat dijual. Aktivitas ini sangat baik karena dapat memicu pengembangan pikiran dan semangat para pasien yang secara tidak langsung menjadi proses penyembuhan melalui diri sendiri (self curing).
Gambar 50. Ilustrasi area pemanenan
Aktivitas penanaman dan pemanenan dilengkapi gazebo sebagai tempat berteduh ketika terik dan turun hujan dan rumah kaca yang salah satu fungsinya sebagai tempat penyimpanan alat-alat pertanian yang berkaitan dengan kegiatan 83
tersebut. Selain sebagai tempat penyimpanan alat-alat pertanian, rumah kaca juga digunakan sebagai area perkecambahan (seeding area) dan tempat penyimpanan hasil pemanenan sebelum akhirnya dijual.
Pencahayaan (Lighting) Aktivitas yang direncanakan di taman ini mencakup aktivitas pagi hingga sore hari. Aktivitas pada malam hari tidak dianjurkan dengan alasan keamanan dan kenyamanan baik bagi pasien, pengunjung, maupun staf rumah sakit. Namun begitu, keberadaan fasilitas lampu taman tetap dibutuhkan karena selain sebagai pusat aktivitas, taman ini juga digunakan sebagai tempat berlalulalang, baik bagi pengunjung (pasien rawat inap) yang ingin lebih cepat mencapai ruangan tujuan maupun staf yang memiliki mobilitas tinggi untuk menyalurkan setiap kebutuhan medis di masing-masing ruang yang berjauhan.jenis lampu yang digunakan merupakan lampu taman berbentuk bola yang dapat menyinari jalan setapak dan area sekitarnya (Gambar 51).
Gambar 51.Ilustrasi penerangan di koridor dan sekitarnya
Penerangan juga dibutuhkan di sirkulasi kendaraan karena mobilitas kendaraan (ambulan, mobil pribadi, dan keperluan medis) cukup tinggi meskipun pada malam hari. Peneranga menggunakan lampu jalan yang dapat menerangi sebagian besar badan jalan serta area di sekitarnya. Lebih jauh, penerangan di sekitar lokasi ini meminimalisasi resiko kejahatan yang tidak diharapkan karena situasi yang sepi dan gelap (Gambar 52).
84
Gambar 52. Ilustrasi Penerangan jalan kendaraan dan sekitarnya
85
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Berdasarkan analisis tapak dan pengguna yang dilakukan dalam penelitian ini, didapatkan hasil bahwa setiap pihak di rumah sakit dan alam sekitar memiliki peran penting dalam proses penyembuhan pasien. Konsep dasar perancangan taman di RSMM adalah merancang taman yang dapat mendukung berbagai aktivitas di rumah sakit, terutama aktivitas yang bertujuan akhir untuk menunjang proses penyembuhan penyakit pada pasien. Konsep tersebut mencoba mengedepankan interaksi yang baik antara manusia dengan alam. Setiap pihak yang berperan dalam proses penyembuhan pasien di RSMM harus mendapatkan kesegaran dan kebugaran jasmani serta rohani yang diciptakan dari interaksi yang baik dengan alam. Hubungan ini dimaksudkan agar tercipta kondisi yang kondusif bagi pasien untuk berinteraksi sosial secara langsung dengan pihak-pihak lain di rumah sakit. Interaksi sosial antar pihak di rumah sakit dalam hal ini menyangkut interaksi antar pasien pada khususnya, serta interaksi antara pasien dengan pengunjung dan segenap staf rumah sakit termasuk dokter dan perawat. Konsep desain yang dipilih dalam perancangan taman rumah sakit di RSMM adalah konsep daun pepaya (Carica papaya). Dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan tersebut karena secara medis daun pepaya dapat digunakan sebagai obat sakit perut dan beberapa penyakit kronis lainnya. Selain itu, analogi pertumbuhan dan adaptasi yang cepat terhadap lingkungan sekitar diharapkan dapat diaplikasikan pada proses penyembuhan pasien melalui interaksi dengan alam. Pada pendekatan terapan desain di tapak, bentukan yang diambil dari daun pepaya adalah ruas pertulangan daun yang dapat secara tidak langsung menunjukkan lokasi setiap ruang yang dituju berdasarkan kepentingan dan jenis sakit yang diderita. Ruas pertulangan daun juga dapat dianalogikan sebagai penunjukan area masuk utama yang menjadi pusat keramaian serta menjadi penghubung setiap ruangan di rumah sakit. Lima ruas utama pertulangan daun juga menggambarkan lima pilar kesehatan dan lima pihak yang secara langsung dan tidak langsung berhubungan
dengan proses penyembuhan pasien di rumah sakit. Dari berbagai pertimbangan sintesis dan konsep yang ada, maka desain taman di rumah sakit RSMM meliputi lima ruang utama, antara lain ruang interaksi sosial, ruang meditasi, ruang rehabilitasi, ruang terapi, dan ruang ekspresi seni. Setiap ruang memiliki keistimewaan karakter dan fungsi yang berbeda, namun bersatu secara harmonis membentuk suatu taman relaksasi (healing garden) yang bermanfaat bagi semua pihak di rumah sakit.
Saran Taman rumah sakit pada dasarnya merupakan salah satu fasilitas yang dapat digunakan oleh pihak rumah sakit dalam rangka mencari dan mengembangkan potensi alternatif penyembuhan melalui hubungan manusia dengan alam. Desain taman rumah sakit ini diharapkan dapat diaplikasikan di beberapa area terbuka lain di sekitar RSMM. Desain taman rumah sakit di RSMM diharapkan dapat menjadi acuan bagi pengembangan dengan lanskap yang lebih luas. Setiap elemen lanskap yang digunakan dapat menjadi acuan dalam aplikasi taman-taman penyembuhan lainnya.
87
DAFTAR PUSTAKA
Akmal, M. 2004. Perencanaan Hutan Sebagai Habitat Rusa Tutul (Axis axis) di Taman Medan Merdeka, Jakarta. Skripsi. Bogor : IPB. Badudu, J.S. 2003. Kamus Kata-Kata Serapan Asing Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta : Kompas Media Nusantara. Booth, N.K. 1983. Basic Elements of Landscape Architectural Design. Illinois: Waveland Press Inc. Carpenter, P.L., T.D. Walker, dan F.O. Lanphear. 1975. Plants in The Landscape. San Fransisco : W.H. Freeman and Co. Cooper, M.C. dan M. Barnes. 1999. Gardens in Healthcare Facilities: Uses, Therapeutic Benefits, and Design Recommendations. California : The Center for Health Design, Inc. Cooper, M.C. 2007. Healing Garden in Hospitals. Jurnal. Interdisciplinary Design and Research e-Journal. Connel, C.A. 1966. Forestry and Landscape Design. dalam : Clifford T., editor. Landscape and Human Life.Ed. ke-1. Amsterdam : Djambatan. Hlm 25-30 Crowe, S. 1981. Garden Design. London: Packard and Thomas Gibson Publishing. Gold, M. 1980. Planning and Design. New York : McGraw-hill Book Company. Green, C.W. dan Hertin S. 2004. Terapi Alternatif. Yogyakarta : Yayasan Spiritia. Grey, G.W. dan F.J. Deneke. 1978. Urban Forestry. New York: John Wiley and Sons Inc. Harris, C.W. dan N.T. Dines. 1996. Time Saver Standards for Landscape Architecture 2nd edition. New York: Mc Graw-Hill Publishing Company. Hebert, B.B. 2006. Design Guidelines of A Therapeutic Garden for Autistic Children. USA : University of New Orleans. Herrington, L.P. 1980. Plants and People in Urban Setting. Proceeding of the Longwood program seminars 12;40-45. PA : Longwood Gardens. Kania, R. 2010. Evaluasi Taman Rumah Sakit Sebagai Healing Garden( studi kasus : Santosa Bandung International Hospital). Skripsi. Bogor : IPB.
88
Lewis, C. A. 1994. "Gardening as Healing Process" in Francis, Mark and Randolph Hester (Eds.) The Meaning of Gardens. MA : MIT Press, Hlm. 244-251. Miller, R.D. 1994. Legal Implication on Hospital Policies and Practices. London : Jossey Bass Inc. Nighswonger, J.J. 1975. Plants, Man , and Environment. Cooperative Extention Service Publication C-448. Kansas State University. Nurisjah, S, Q Pramukanto, dan S Wibowo. 2003. Daya Dukung dalam Perencanaan Tapak. Bogor: IPB. Rohlfs, G. 1966. The Design of Recreation Grounds for Different Requirements. dalam : Clifford T., editor. Landscape and Human Life.Ed. ke-1. Amsterdam : Djambatan. Hlm 39-44 Said, I. 2008. Garden as Restorative Environment for Hospitalised children. Kuala Lumpur : Universitas Teknologi Malaysia. Sebayang, S.K. 1996. Rencana Lanskap Kawasan Leisure Core untuk Rekreasi Pantai. Skripsi. Bogor: IPB, Departemen Budidaya Pertanian. Simonds, J.O. 1983. Landscape Architecture. New York : McGraw-Hill Book Company, 250-253. Simson, P.S. dan Martha C.S. 1998. Horticulture as Therapy : The principles and Practice. New York :An Imprint of the Haworth Press, Inc. Smith, J. 2007. Health and Nature: The Influence of Nature on Design of the Environment of Care. Environmental Standards Council of The Center for Health Design, The Center for Health Design, 1-20. Taji, R. 1966. Landscape Design in Modern Japanese Garden. Di dalam : Clifford T., editor. Landscape...Ed. ke-1. Amsterdam : Djambatan. Hlm124128 Ulrich, R.S. 1984. View Through a window may influence recovery from surgery. Science, 224: 420-421 Ulrich, R.S. 1999. Effects of Gardens on Health Outcomes: Theory and Research. New York: Wiley. Ulrich, R.S. 2002. Health Benefits of Garden in Hospital. International Exhibition. New York: Wiley. 89
Van dyke, S. 1982. From Line to Design. Indiana : PDA publ. Corp. Vapaa, A.G. 2002. Healing Garden : Creating Places for Restoration, Meditation, and Sanctuary [Tesis]. Virginia : College of Architecture and Urban Studies, Virginia Polythecnic and State University. William, A. 1998. Therapeutic Landscape in Holistic Environment. Social Science and Medicine. Hlm : 1193-1203.
90
Lampiran 1. Pengambilan data sosial mengenai persepsi dan harapan pengunjung (pasien MCU) terhadap tapak.
Data Pribadi Responden: 1. 2. 3. 4.
Jenis Kelamin Umur Alamat Asal Alasan ke R.S.
: a. Laki-laki b. Perempuan : a. 18-32 thn b. 32-50 thn c. >50 thn : a. Bogor b. Jakarta c. Lainnya......... : ………………………………………………………..
Persepsi keadaan umum 5. Sudah berapa lama anda berada di sini ? a. < 1 jam c. > 3 jam b. 1 – 3 jam
d. Lainnya...........................
6. Selama berada di sini, apa saja yang anda lakukan? a. Duduk sambil melihat taman c. Berbaring saja b. Berkeliling taman
d. Berbincang di sekitar area taman
7. Apakah anda memperhatikan RTH di sekitar ruang MCU ini ? a. Ya b. Tidak 8. Apakah anda merasakan efek dari melihat/ berada di RTH ini? a. Ya b. Tidak Alasan? (jawaban boleh lebih dari satu) o o o o o
Segar Bosan Nyaman Tertekan Relaks
Harapan pengguna dan pengunjung tapak 9. Menurut anda, elemen apa saja yang dibutuhkan dalam taman? o Pohon yang rindang dan udara yang segar o Warna yang beragam, pemandangan yang indah o Bau-bauan yang segar dan harum o Bunyi-bunyian yang alami o Fasilitas penunjang : gazebo, bangku taman, peneduh, kolam air 91
o Area untuk berinteraksi 10. Aktivitas apa yang Anda inginkan di RTH ini? a. Rekreasi aktif olahraga, berkebun, permainan b. Rekreasi pasif duduk, berbincang 11. Fasilitas apa yang anda harapkan di RTH ini? (jawaban boleh lebih dari satu) f. Bangku taman g. Gazebo/saung/pondokan h. Kolam hias/kolam ikan i. Lampu taman j. Pot tanaman (planter box) 12. Pola taman apa yang Anda sukai? c. alami berkelok dan tidak kaku d. formal garis lurus dan kaku 13. Jenis pohon apa yang Anda sukai? d. Pohon berbunga indah e. Pohon berdaun rimbun f. Pohon berbuah 17. Seberapa pentingkah taman menurut anda, dinilai dari manfaat dan fungsinya bagi rumah sakit? a. Sangat Penting c. Biasa saja b. Penting
d. Tidak penting sama sekali
18. Mengapa taman penting menurut anda ? (jawaban boleh lebih dari satu) g. Memiliki suasana yang berbeda dari area ruang tertutup (indoor) h. Untuk dilihat dari jendela ketika anda berada dalam ruangan i. Untuk mendapatkan waktu pribadi/merasa tenng j. Merasakan sinar matahari, angin, dan hijaunya daun k. Untuk melepas penat karena pekerjaan l. Sebagai penunjang aktifitas beribadah 19. Silahkan berikan saran dan kritik, serta masukan untuk dapat menjadi koreksi serta tambahan bagi kelancaran penyusunan skripsi saya. ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________
---Terima Kasih--92
Lampiran 2. Pengambilan data sosial mengenai persepsi dan harapan pengunjung (staff RS) terhadap tapak.
Data Pribadi Responden: 1. 2. 3. 4. 5.
Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan Umur : a. 18-32 thn b. 32-50 thn c. >50 thn Alamat : a. Bogor b. Jakarta c. Lainnya............ Jenis Pekerjaan: a. Staff b. Perawat. c. Lainnya……… Berapa lama anda bekerja di R.S. ini : a. <1 thn b. 1-3 thn c. 3-5 thn d. > 5 thn
6. Berapa lama anda menghabiskan waktu di Rumah sakit dalam sehari? a. 1-3 jam b. 3-6 jam c. 6-12 jam d. >12 jam 7. Seberapa sering anda melewati/mengunjungi RTH ini ? a. 1 minggu sekali c. 1 kali sehari b. Beberapa hari sekali
d. Beberapa kali sehari
8. o o o o o 9.
Apa saja yang anda lakukan di RTH ini ? (jawaban boleh lebih dari satu) Berbincang dengan rekan dan pengunjung Beribadah di masjid sekitar taman Melepas penat (beristirahat) Mengantarkan pasien Menikmati waktu sendirian Apa yang anda rasakan setelah mengunjungi RTH ini? (jawaban boleh lebih dari satu) o Stress o Tertekan o Tidak nyaman o Nyaman o Segar o Bersemangat kembali 10. Menurut anda, apa saja permasalahan yang sering anda temui dari RTH ini? (jawaban boleh lebih dari satu) o Taman belum tertata dengan baik o Kurangnya ragam tanaman di taman o Minimnya akses jalan di sekitar taman o Pemandangan kurang menarik o Kurangnya area berkumpul dengan rekan staff dan pengunjung
93
11. Seberapa pentingkah taman menurut anda, dinilai dari manfaat dan fungsinya bagi rumah sakit? a. Sangat Penting c. Biasa saja b. Penting
d. Tidak penting sama sekali
12. Mengapa taman penting menurut anda ? (jawaban boleh lebih dari satu) o Memiliki suasana yang berbeda dari area ruang tertutup (indoor) o Untuk dilihat dari jendela ketika anda berada dalam ruangan o Untuk mendapatkan waktu pribadi/merasa tenng o Merasakan sinar matahari, angin, dan hijaunya daun o Untuk melepas penat karena pekerjaan o Sebagai penunjang aktifitas beribadah
Pertanyaan mengenai Taman Relaksasi 13. Apakah anda pernah mendengar / mengetahui tentang taman relaksasi ? a. Ya b. Tidak 14. Menurut anda, apa saja perbedaan antara taman relaksasi dengan taman yang lain? (jawaban boleh lebih dari satu) o Rancangan penataan taman o Fungsi dan tujuan taman o Tanaman yang berada di dalamnya o Penggunanya o Pemeliharaannya 15. Menurut anda, siapa saja yang dapat menikmati manfaat dari taman relaksasi? (jawaban boleh lebih dari satu) o Pasien Napza o Pasien Penyakit Jiwa o Staf rumah sakit o Pasien penyakit umum o Pengunjung o Perawat 16. Menurut anda, elemen apa saja yang dibutuhkan untuk taman relaksasi? o Pohon yang rindang dan udara yang segar o Warna yang beragam, pemandangan yang indah o Bau-bauan yang segar dan harum o Bunyi-bunyian yang alami o Fasilitas penunjang : gazebo, bangku taman, peneduh, kolam air o Area untuk berinteraksi
94
17. Apakah menurut anda taman relaksasi akan berpengaruh langsung/tidak langsung terhadap pasien? a. Langsung c. Keduanya benar b. Tidak langsung d. Tidak keduanya 18. Seberapa sering anda berinteraksi/berkomunikasi dengan pasien? a. Sangat sering c. Sehari sekali b. Sering
d. Tidak pernah sama sekali
19. Menurut anda, apakah faktor suasana hati dan pikiran dapat mempengaruhi interaksi dan komunikasi anda dengan pasien? a. Ya b. Tidak 20. Apakah menurut anda interaksi/komunikasi yang baik dengan pasien akan meningkatkan semangat pasien untuk sembuh? a. Ya b. Tidak 21. Silahkan berikan saran dan kritik, serta masukan untuk dapat menjadi koreksi serta tambahan bagi kelancaran penyusunan skripsi saya. ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ________________________________________________________
---Terima Kasih---
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104