Unita Werdi Rahajeng, M.Psi www.unita.lecture.ub.ac.id
Some gender stereotypes are also sensitive to age (Gutmann, 1994).
Ada perbedaan pengalaman individu laki-laki & perempuan ketika memasuki usia yang lebih tua. Perbedaan peran yang dijalani individu laki-laki / perempuan pada masa dewasa awal & tengah akan dilanjutkan pada masa berikutnya. Perubahan peran dan hubungan di masa paruh baya mungkin berdampak pada identitas gender (Josselson, 2003). Perbedaan gender didasari oleh adanya - ekspektasi. Mis. Pada beberapa budaya, perempuan memgang peran & tanggung jawab pada pengasuhan & keluarga. Feminin – terbuka dg perasaan, lebih tertarik dg hub intim, lebih merawat. Maskulin – lebih asertif, percaya diri, berorientasi pada prestasi.
Men Men are regarded as stronger, more active, and higher in autonomy, risk taking, achievement, and aggression (Huyck, 1999; Robinson et al., 2002). Old men are seen as less stereotypically masculine or warrior-like than are younger men and more as powerful elderly men striving for peace.
Women Stereotypically women are traditionally described as weaker, with lower self-esteem, less active, more concern with affiliation, and more nurturing & deferential. Old women are noted for their greater assertiveness and control than are younger women.
Namun masuk ke masa lansia maka identitas peran gender ini semakin memudar (genderless)
Aktivitas seksual menurun – frekuensi – namun bukan berarti hilang sama sekali. Frekuensi aktivitas & kepuasan kehidupan seksual cenderung menghilang bertahap selama usia 40 – 50 an. Penurunan ini dihubungkan dengan usia & kondisi fisik (penyakit kronis, pembedahan, pengobatan, & konsumsi alkohol) (Rossi, 2004). Sebab nonfisiologis: hubungan yg monoton, kekhawatiran akan kondisi finansial, kelelahan fisik / mental, depresi, takut gagal, pasangan pasif (King, 1996; Masters & Johnson, 1966; Weg, 1989). Produksi hormon seks pada laki-laki & perempuan menurun.
Laki - Laki
Perempuan
Andropause - perubahan akibat proses menua pada sistem reproduksi; perubahan pada jaringan testis, produksi sperma dan fungsi ereksi. There is a gradual decline in testosterone levels & quantity of sperm. Men do not experience complete loss of the ability to father children. Men who experience decline in testosterone production during late 60s, report several symptoms hot flashes, chills, rapid heart rate & nervousness. Men experience physiological changes in sexual performance.
Menopause - berakhirnya periode menstruasi / haid bulanan secara rutin, berhenti menghasilkan sel telur, tidak mampu mengandung lg. Vaginal walls shrink, become thinner, size decreases, lubrication is reduce & delayed effect on sexual activity. Yet despite these changes there is no physiological reason not to continue having an active & enjoyable sex life. Women continue to have an active sex life depends on the availability of a suitable partner. The primary reason for decline in women’s sexual activity with age is the lack of a willing or appropriate partner, NOT a lack of physical ability or desire.
Perempuan memiliki harapan hidup rata-rata yang lebih panjang 4 – 7 tahun dari laki-laki. Kramarow (Papalia, 2001) – perempuan lebih berumur panjang dengan rasio 3:2, penyebaran ini meningkat dengan tingginya usia. Perempuan biasanya hidup lebih lama & memiliki tingkat kematian lebih rendah dibandingkan laki-laki (Kinsella & He 2009; Kinsella & Phillips, 2005). Perempuan lebih memiliki usaha untuk menjaga kesehatannya (Cleary, Zaborski, & Ayanian, 2004). Laki-laki merasa bahwa mengakui sakit itu tidak maskulin, dan mencari bantuan berarti kehilangan kontrol (Addis & Mahalik, 2003).
Hal tersebut dipengaruhi oleh: Faktor sosial (mis. Sikap terhadap kesehatan, kebiasaan, gaya hidup, pekerjaan), Faktor biologis (perempuan lebih mampu bertahan pada penyakit degeneratif daripada laki-laki: produksi estrogen mampu melindungi perempuan dari penyakit penyempitan pembuluh darah, kromosom X berhubungan dg antibodi yg lebih banyak). Laki-laki lebih mungkin untuk merokok, minum, dan terkena racun berbahaya (Kinsella & He, 2009).
If you had a choice of where you wanted to live, where would it be?
Di negara berkembang – lansia tinggal dg anak yg sudah dewasa & cucu mereka dlm sebuah keluarga multigenerasi. Di negara maju – tempat utama lansia bergantung adalah pasangan hidup (Kinsella & Phillips, 2005), jika mungkin lebih memilih untuk tinggal di rumah & masyarakat mereka sendiri (Kinsella & Phillips, 2005). Pengaturan tempat tinggal tidak bisa memberikan kita informasi mengenai kebahagiaan hidup para lansia ini. Ex. Hidup sendiri tidak selalu menunjukkan kurangnya kohesi & dukungan keluarga; tetapi bisa saja mencerminkan kesehatan lansia, kemampuan ekonomi, & keinginan u/ mandiri. Lansia dg gangguan – dukungan kecil (makanan, transportasi, pembantu kesehatan) sering dapat membantu mereka tetap tinggal di rumah Modify the environment.
Tinggal sendiri Tinggal bersama anak Tinggal di institusi perawatan
Perempuan hidup lebih lama dibandingkan laki-laki dan lebih mungkin untuk menjadi janda – tinggal sendiri. Faktor-faktor seperti kepribadian, kemampuan kognitif, kesehatan fisik, dan jaringan sosial yg berkurang memainkan peran yang lebih besar terhadap munculnya perasaan kesepian (Martin, Kliegel, Rott, Poon, & Johnson, 2007). Kesepian terkait erat dg ketidakmampuan & penarikan dari dunia sosial daripada usia itu sendiri (Jhyla, 2004). Aktivitas sosial (mis. Pergi ke pusat lansia, melakukan pekerjaan sukarela, ikut komunitas) dapat membantu lansia yg tinggal sendiri u/ tetap terhubung dg masyarakat.
Secara historis – lansia di kebanyakan masyarakat berharap tinggal dan dirawat di rumah anak / cucu mereka pola ini berubah dg cepat. Lansia di negara maju – enggan menjadi beban keluarga & melepaskan kebebasan mereka. Lansia dapat merasa tidak berguna, bosan & terisolasi dg teman-teman mereka. Keberhasilan pengaturan tempat tinggal bergantung pada kualitas hubungan masa lalu & kemampuan dua generasi u/ berkomunikasi secara terbuka & jujur. Orang tua & anak harus saling menghormati harga diri & kebebasan mereka serta masing-masing menerima perbedaan masing-masing (Shapiro, 1994). INGAT KAJIAN TENTANG SANDWICH GENERATION!!
Institusi nonformal untuk merawat lansia berbedabeda di setiap tempat. Negara berkembang – jarang; Asia tenggara – umum. Di seluruh dunia, kemungkinan tinggal di institusi meningkat seiring dg usia. Kebanyakan penghuninya – perempuan; menjadi miskin & hidup sendiri jg menjadi salah satu faktor yg signifikan meningkatkan resiko memasuki rumah perawatan (Martainkainen, dkk., 2009). Elemen penting perawatan – kesempatan bagi penghuni untuk mengambil keputusan & memiliki kendali mengenai hidup mereka.