Dying & Bereavement Unita Werdi Rahajeng, M.Psi www.unita.lecture.ub.ac.id
Kematian Berakhirnya fungsi-fungsi biologis tertentu, seperti pernafasan dan tekanan darah, serta kekakuan tubuh dianggap sebagai tanda-tanda jelas untuk menyimpulkan bahwa seseorang telah meninggal. Orang yg mendekati batas akhir kehidupan cenderung mengalami penurunan fungsional, kehilangan minat pada makan & minum, & mati secara alamiah (Johansson dkk, 2004). Penurunan Terminal – kemunduran terminal penurunan kemampuan kognitif sesaat sebelum kematian ; penurunan kemampuan verbal, penlaran spasial, & kognisi sehari-hari. Brain death – definisi neurologis kematian: semua aktivitas elektris di otak telah menghilang selama jangka waktu tertentu – diukur dg EEG (Electroencephalogram).
Euthanasia Euthanasia – tindakan menghilangkan rasa sakit pada orang yang menderita penyakit yang sulit diobati atau menderita sakit keras. Aktif kematian disebabkan oleh suatu usaha yg dengan
sengaja dilakukan untuk mengakhiri hidup seseorang, seperti dg injeksi obat yg mematikan. Secara umum ilegal, tp beberapa negara di legalkan – mis. bbrp tempat di Belanda. Pasif ketika seseorang diijinkan mati dg mencabut perawatan yang tersedia, seperti peelengkapan terapi penopang hidup (mis. Alat bantu pernafasan)
Kehilangan seseorang yg dirasa dekat & proses penyesuaian terhadap kehilangan tersebut. Membawa perubahan status – Janda, Duda, Yatim Piatu, dsb. Kelumpuhan emosional, tidak percaya, kecemasan akan berpisah, putus asa, sedih dan kesepian yang menyertai di saat kita kehilangan orang yang dicintai. Saat lansia kehilangan pasangannya : – Dukungan sosial sangat dibutuhkan – Janda cenderung lebih mampu beradaptasi – Duda cenderung menikah kembali
Grieve (Duka Cita)
•
Manusia menyadari bahwa kematian adalah realitas yang pasti terjadi
•
Secara alamiah manusia memiliki dorongan untuk menghindari kematian
•
Menurut Erick Fromm dan Ernest Becker : kesadaran akan kematian merupakan motivasi terbaik manusia dalam kepahlawanan, cinta, dan kreativitas
•
Ada kaitannya kah dengan Separation Anxiety?
Denial of Death
Reaksi Emosional menghadapi kematian (Elisabeth Kubler-Ross (1969) 1) Penolakan dan pengasingan (denial & isolation) - Individu menolak kenyataaan bahwa kematian benar-benar ada. - Berkata “Tidak”, “Tidak mungkin” – reaksi utama – sifatnya sementara.
2) Marah (anger) - Penolakan sering memunculkan rasa marah, benci, dan iri. - Pertanyaan “Mengapa Saya?”. - Individu meluapkan kemarahan pada orang yang dicintai atau perawatnya.
3) Menawar (bargaining)
Next…
- Mengembangkan harapan bahwa kematian sewaktu-waktu dapat ditunda atau diundur. - “Ya, saya, tapi…”. - Meminta tambahan usia sebagai imbalan atas perilaku yg baik - negosiasi.
4) Depresi (depression) - Muncul suatu periode depresi / persiapan berduak mungkin muncul. - Kesedihan mendalam, menarik diri, pendiam, menolak pengunjung, menghabiskan banyak waktunya untuk menangis & berduka.
3) Penerimaan (acceptance) - Mengembangkan rasa damai, menerima takdir; & dalam beberapa hal ingin ditinggal sendiri.
1) Terkejut & Tidak Percaya Merasa tersesat & bingung, kesadaran akan kehilangan tenggelam, mati rasa di awal – menunjukkan perasaan sedih & sering menangis. Biasanya berlangsung bbrp minggu terutama setelah kematian yg tidak terduga.
2) Terfokus Pada Kenangan Orang yang Meninggal Berlangsung 6 – 2 thn lebih mencoba berdamai dg dg kematian tp belum bisa menerimanya. Perasaan kehadiran orang yang meninggal – muncul pada kesempatan tertentu.
3) Resolusi Memperbarui minat pada kegiatan sehari-hari.
Tahap Duka Cita (J.T. Brown & Stoudemire, 1983; R. Schulz, 1978)
•
Thanatologist orang yang mempelajari tentang kematian dan keadaan sekarat
•
Mereka percaya bahwa pengetahuan tentang pengetahuan mendukung persiapan positif baik bagi orang yang sedang sekarat maupun yang masih sehat
•
Manfaat mengkomunikasikan kematian dengan seorang yang sekarat:
1. 2. 3. 4.
Ia mendapat kesempatan memilih cara untuk menutup hidupnya Ia dapat membuat suatu rencana atau proye Kesempatan untuk berkomunikasi dengan orang yang berarti di hidupnya Memahami apa yang terjadi pada dirinya dan penanganan medis baginya
•
Saran ahli komunikasi lebih banyak fokus pada kekuatan dan kelebihan orang yang sekarat
Menghadapi Kematian
Institusi humanis yg memiliki komitmen untuk mengusahakan berakhirnya hidup tanpa rasa sakit, cemas, & depresi - Palliative care. Awalnya - London (1960an) – St. Christopher Hospice Mengontrol rasa sakit & membantu pasien yang sekarat menghadapi kematian secara sehat dari sudut pandang psikologi. Melibatkan keluarga individu dalam prosesnya. http://www.caregiverslibrary.org/caregiversresources/grp-end-of-life-issues/hsgrp-hospice/hospice-vspalliative-care-article.aspx
HOSPICE
1. Jika anda diberi tahu bahwa esok adalah hari terakhir kehidupan anda, apa yang akan anda lakukan? 2. Apa kaitannya penolakan terhadap kematian dengan separation anxiety? 3. Apakah praktik “palliative care” dilakukan di Indonesia? Jelaskan seperti apa bentuknya!
Tugas Pengganti Kuliah. Dikumpulkan di loker dosen pengampu paling lambat tanggal 31 Mei 2017 pukul 15.00