Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK BUAH TERONG BELANDA (Cyphomandra botacea) DENGAN METODE DPPH (2,2-Diphenil-1-pkrilhidrazil)
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan kepada Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program DIII bidang Analis Farmasi dan Makanan
OLEH YULIA RIYANDINI (08.037)
AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN PUTRA INDONESIA MALANG AGUSTUS 2011
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK BUAH TERONG BELANDA (Cyphomandra botacea) DENGAN METODE DPPH (2,2-Diphenil-1-pkrilhidrazil)
KARYA TULIS ILMIAH
OLEH YULIA RIYANDINI (08.037)
AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN PUTRA INDONESIA MALANG AGUSTUS 2011
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Karya Tulis Ilmiah Oleh Yulia Riyandini Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan
Malang, 15 Agustus 2011 Pembimbing
Sugeng Wijiono., S.Si.,Apt.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Karya Tulis Ilmiah Oleh Yulia Riyandini Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada Tanggal Sembilanbelas Agustus 2011
Sugeng Wijiono., S.Si.,Apt.
Penguji I
Ambar Fidyasari, S.TP.
Penguji II
Dra. Mursyidah, Apt. M.Kes
Penguji III
Mengetahui,
Menegaskan,
Pembantu Direktur Bidang Akademik
Direktur AKAFARMA
AKAFARMA
Hendyk Krisna Dani, S.Si
Sentot Joko Raharjo, S.Si
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati kuucapkan syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani, sehingga aku dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya. Karya Tulis Ilmiah ini kupersembahkan kepada orang –orang yang kusayang dan banyak membantuku dalam penyelesaiannya, mereka adalah : 1. Kedua orang tuaku yang sangat aku sayangi, yang telah memberikan dukungan moril maupun materil, serta tak pernah putus doanya untukku. 2. Kedua adikku tersayang, Aliyyu dan Farid yang turut meramaikan suasana hatiku setiap hari. 3. Dosen pembimbingku, Bapak Sugeng Wijiono.,S.Si.,Apt. yang telah membantu dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. 4. Seseorang yang selalu kusayang, Indra Sukmawan Dimas Kurnia yang selalu mendampingiku dan memberikan dukungan serta doanya untukku. 5. Teman-teman Akafarma ’08 yang telah menemaniku selama ini, khususnya Fitria Astutik, Defrina Julianti, dan Octavina Rizka Suryani, serta pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Karya Tulis Imiah ini yang tidak dapat aku sebutkan satu per satu. Terima kasih atas semua yang telah diberikan kepadaku selama ini, sehingga aku dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
ABSTRAK Riyandini, Yulia.2011. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Buah Terong Belanda (Cyphomandra botacea) Dengan Metode DPPH (2,2-Diphenil-1pikrilhidrazil). Karya Tulis Ilmiah. Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang. Pembimbing Sugeng Wijiono,S.Si.,Apt.
Kata Kunci : Radikal Bebas, Antioksidan, , DPPH, Antosianin
Radikal bebas merupakan suatu atom atau senyawa yang kehilangan pasangan elektronnya. Radikal bebas dapat terbentuk akibat dari proses kimia yang terjadi di dalam tubuh, seperti proses oksidasi, metabolisme sel, olahraga berlebihan dan peradangan. Selain itu, radikal bebas juga dapat terbentuk karena faktor eksternal seperti asap rokok, zat kimiawi dalam makanan dan polutan lain. Untuk melindungi tubuh dari dampak negatif radikal bebas, maka tubuh memerlukan suatu antioksidan. Antioksidan dapat diperoleh dari bahan alam seperti buah terong belanda (Cyphomandra botacea) yang mengandung senyawa antosianin, yaitu jenis antioksidan yang sangat kuat. Adanya senyawa antosianin dalam buah terong belanda inilah yang mendorong dilakukannya penelitian untuk mengetahui aktivitas antioksidan pada ekstrak buah terong belanda. Populasi dalam penelitian ini adalah buah terong belanda. Sedangkan sampelnya adalah ekstrak buah terong belanda. Ekstrak buah terong belanda ini mengandung senyawa antosianin yang akan diuji aktivitas antioksidannya. Antosianin dapat dikestraksi secara maserasi menggunakan pelarut etanol 70% dalam suasanan asam. Hasil ekstrasi ini kemudan dilakukan pengujian kualitatif untuk mengidentifikasi adanya senyawa flavonoid dan antosianin pada ekstrak buah terong belanda. Setelah diketahui bahwa ekstrak buah terong belanda positif mengandung flavonoid dan antosianin, selanjutnya diuji aktivitas antioksidannya menggunakan metode DPPH pada spektrofotometer UV-VIS. Proses ekstraksi antosianin ini dilakukan di laboratorium mikrobiologi Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang, sedangkan proses pengujian aktivitas antioksidan hasil ekstraksi ini dilakukukan di Laboratorium Kualitas Air Perum Jasa Tirta I Malang. Dari pengujian aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak buah terong belanda memiliki aktivitas antioksidan yang sangat rendah karena memiliki nilai IC sebesar 325, 72 ppm. Sehubungan dengan tingginya nilai IC50% pada ekstrak buah terong belanda ini, maka sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengisolasi buah terong belanda dan mengukur kadar antosianin yang terkandung di dalamnya.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
DAFTAR ISI
ABSTRAK................................................................................................... i DAFTAR ISI ............................................................................................... ii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... v BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang........................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah................................................................... 4 1.3 Tujuan .................................................................................... 4 1.4 Kegunaan Penelitian ............................................................... 4 1.5 Asumsi Penelitian ................................................................... 4 1.6 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Masalah.............................. 5 1.7 Definisi Istilah ........................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terong .................................................................................... 6 2.2 Terong Belanda ....................................................................... 8 2.3 Flavonoid ............................................................................... 10 2.4 Radikal Bebas ......................................................................... 11 2.5 Antosianin ............................................................................... 11 2.6 Antioksidan ............................................................................. 14 2.7 Pengujian Antioksidan ............................................................ 16 2.8 % Inhibition Concentration ..................................................... 16
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
2.9 Maserasi.................................................................................. 19 2.10 Filtrasi ................................................................................... 20 2.11 Evaporasi .............................................................................. 20 2.12 Spektrofotometri UV-VIS ..................................................... 21 2.13 Kerangka Teori ..................................................................... 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ............................................................. 26 3.2 Populasi dan Sampel ............................................................... 27 3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 27 3.4 Definisi Operasional Variabel ................................................. 27 3.5 Tahap Persiapan ...................................................................... 28 3.6 Pengumpulan Data .................................................................. 29 3.7 Analisis Data ........................................................................... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Determinasi Tanaman ............................................................. 34 4.2 Uji Organoleptis Ekstrak Buah Terong Belanda ...................... 34 4.3 Uji Kualitatif Secara Reaksi Warna ......................................... 34 4.4 Uji Kualitatif Secara KKt ........................................................ 36 4.5 Pengamatan Serapan ............................................................... 37
BAB V PEMBAHASAN .......................................................................... 39 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 45
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
6.1 Kesimpulan ............................................................................. 44 6.1 Saran ....................................................................................... 44 DAFTAR RUJUKAN ................................................................................. 45 LAMPIRAN-LAMPIRAN
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Determinasi Buah Terong Belanda ......................................... 49 2. Lampiran 2 Proses Ekstraksi Buah Terong Belanda ................................... 50 3. Lampiran 3 Diagram Alir Proses Ekstraksi Buah Terong Belanda ............. 51 4. Lampiran 3 Hasil Pengamatan Uji Kualitatif Secara Reaksi Warna ........... 52 5. Lampiran 4 Hasil Pengamatan Uji Kualitatif Secara KLT ......................... 53 6.Lampiran 5 Penimbangan dan Perhitungan Kontrol DPPH dan Sampel Antosianin…………………………………………………………………………54 7. Lampiran 6 Pengamatan Serapan Kontrol DPPH ....................................... 55 8. Lampiran 7 Hasil Pengamatan Serapan Sampel 240 ppm .......................... 56 9. Lampiran 8 Hasil Pengamatan Serapan Sampel 320 ppm .......................... 57 10. Lampiran 9 Hasil Pengamatan Serapan Sampel 400 ppm ........................ 58 11. Lampiran 10 Hasil Pengamatan Serapan Sampel 480 ppm ...................... 59 12. Lampiran 11 Perhitungan Nilai IC Sampel Antosianin ............................ 60 13. Lampiran 12 Grafik Persamaan Regresi Linier…………………………... ...61 14. Lampiran 13 Perhitungan Nilai IC50 Sampel Antosianin…………………62
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Radikal bebas merupakan atom atau senyawa yang kehilangan pasangan elektronnya (Kumalaningsih,2006). Senyawa radikal bebas ini dapat terbentuk akibat dari proses kimia yang terjadi dalam tubuh, seperti proses oksidasi, metabolisme sel, olahraga berlebihan dan peradangan. Selain itu, radikal bebas juga dapat terbentuk karena faktor eksternal seperti asap rokok, hasil penyinaran ultra violet, zat kimiawi dalam makanan dan polutan lain. Radikal bebas yang mengambil elektron dari sel tubuh manusia dapat menyebabkan perubahan struktur DNA sehingga timbulah selsel mutan, bila perubahan DNA ini terjadi dalam jangka waktu yang lama, maka dapat menimbulkan penyakit kanker (Wikipedia,2010). Untuk melindungi tubuh dari serangan radikal bebas dan juga meredam dampak negatif dari senyawa ini, tubuh memerlukan antioksidan. Antioksidan merupakan zat yang mampu memperlambat atau menghambat proses oksidasi, (Morie, 2009). Antioksidan ini berfungsi melindungi sel dari efek berbahaya radikal bebas. Mekanisme kerja antioksidan secara umum adalah menghambat oksidasi lemak. Mekanisme oksidasi lemak terdiri dari tiga tahap utama, yaitu inisiasi, propagasi, dan terminasi. Pada tahap inisiasi terjadi pembentukan radikal asam lemak. Pada tahap propagasi, radikal asam lemak akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi. Radikal peroksi lebih lanjut akan menyerang asam lemak menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam lemak
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
baru (Kumalaningsih, 2006). Dalam proses melumpuhkan radikal bebas, vitamin E menjadi pelopor diikuti oleh vitamin C dan dengan bantuan senyawa glutathion, betakaroten, seng, mangan dan selenium akan memudahkan pelumpuhan radikal bebas. Di samping itu, kelompok senyawa lain seperti flavonoid juga dapat memberikan mekanisme yang sama pada reaksi penghambatan oksidasi lemak. Senyawa antioksidan alami tumbuhan umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, asam sinamat, kumarin, tokoferol, dan asam-asam organik polifungsional (Anonym,2010). Jenis flavonoid yang banyak ditemukan di alam diantaranya adalah flavon, flavonol, dan antosianidin. Glikosida antosianidin dikenal sebagai antosianin (Prayogo,2010). Antosianin merupakan senyawa antioksidan yang kuat (Wahyuningsih,2010) dan dapat menangkal berbagai radikal bebas. Antosianin pada buah-buahan bukan saja mempunyai sifat antioksidan yang tinggi tetapi turut bertindak sebagai antiradang, antibakteri, anti kanker (bagi pencegahan kanker), memperbaiki fungsi
penglihatan, antitumor dan juga
antipenuaan. Penarikan senyawa antosianin pada tanaman dapat dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut ethanol 70% dalam suasana asam. Antosianin lebih stabil dalam suasana asam daripada dalam suasana alkalis atau pun netral (Prayogo,2010). Pemberi suasana asam dapat digunakan asam tartarat 0,75%, (Tensiska, Een, & Dita, 2010). Proses maserasi ini dilakukan pada suhu ruang selama 24 jam sambil dilakukan pengadukan. Hasil dari proses maserasi ini kemudian disentrifuge dan disaring dengan penyaring vacum. Filtrate yang didapat selanjutnya dipekatkan dengan evaporator.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Antosianin mudah ditemukan pada sayuran dan buah-buahan berwarna merah keunguan seperti terong belanda (Cyphomandra botacea). Terong belanda berwarna lembayung kemerah-merahan, merah jingga sampai kekuning-kuningan. Terong belanda mengandung antosianin, karotenoid (Beta Carotene), Vitamin A,B (B1, B6, B12), C, E, Protein, Kalsium, Fosfor, Zinc, Zat Besi. Manfaat antosianin & vitamin serta zat-zat gizi lainnya dalam buah terong belanda antara lain : mencegah kerusakan sel-sel dan jaringan tubuh penyebab berbagai penyakit (kanker, tumor dan lain-lain), melancarkan penyumbatan pembuluh darah (aterosklerosis) sehingga mencegah penyakit jantung & stroke serta menormalkan tekanan darah, menurunkan kadar kolestrol & mengikat zat-zat racun dalam tubuh, meningkatkan stamina, daya tahan tubuh & vitalitas, dapat membantu mempercepat proses penyembuhan. Terong belanda biasa dimanfaatkan dalam pembuatan sirup, jus, atau salad. Namun sayangnya, tidak banyak yang tahu akan khasiat yang dikandung buah ini. Sehingga, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui daya antioksidan dari antosianin yang terkandung dalam buah terong belanda. Untuk mengetahui daya antioksidan dari senyawa antosianin yang terdapat dalam buah terong belanda, maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengujian aktivitas antioksidan pada ekstrak buah terong belanda menggunakan metode DPPH dan pengukuran nilai IC50% menggunakan spektrofotometri UV-VIS pada panjang gelombang 521,20 nm.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dibuat rumusan masalah yaitu : bagaimana aktivitas antioksidan ekstrak buah terong belanda (Cyphomandra botacea).
1.3 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak buah terong belanda (Cyphomandra botacea) yang diduga mengandung senyawa antosianin.
1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk : 1. Referensi tentang pemanfaatan buah terong belanda (Cyphomandra botacea) sebagai antioksidan 2. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang khasiat dari ekstrak buah terong belanda (Cyphomandra botacea) 3. Meningkatkan upaya pemanfaatan bahan alam sebagai obat tradisional
1.5 Asumsi Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti memiliki asumsi bahwa aktivitas antioksidan dapat diukur dengan cara melakukan pengujian terhadap ekstrak buah terong belanda menggunakan
metode
spektrofotometri UV-VIS.
DPPH
dan
pengukuran
nilai
IC50% menggunakan
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
1.6 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah pengujian aktivitas antioksidan pada ekstrak buah terong belanda menggunakan metode DPPH. Adapun keterbatasan masalah pada penelitian ini adalah buah terong belanda yang diperoleh dari Kota Batu atau di daerah dataran tinggi.
1.7 Definisi Istilah 1.7.1 Radikal bebas adalah suatu senyawa atau atom yang kehilangan pasangan elektronnya. 1.7.2 Antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal atau mencegah proses oksidasi.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Terong 2.1.1 Sejarah Terong ialah tumbuhan pangan yang ditanam untuk buahnya. Ukuran buah terung berbeda-beda antara kecil hingga besar, bergantung kepada budidayanya. Buah tersebut mempunyai berbagai warna, terutama ungu, hijau, dan putih. Terong ialah tumbuhan asli India. Terong ditanam di bagian selatan dan timur Asia sejak zaman prasejarah tetapi dikenal di dunia Barat tidak lebih awal dari sekitar tahun 1500. Catatan tertulis yang pertama tentang terong dijumpai dalam Qí mín yào shù, sebuah karya pertanian Tiongkok kuno yang disiapkan pada tahun 544. Banyaknya nama bahasa Arab dan Afrika Utara untuk terong serta kurangnya nama Yunani dan Romawi menunjukkan bahwa pohon ini dibawa masuk ke dunia Barat melewati kawasan Laut Tengah oleh bangsa Arab pada awal Abad Pertengahan. Nama ilmiahnya, Solanum melongena, berasal dari istilah Arab abad ke-16 untuk sejenis pohon terong (Wikipedia,2010).
2.1.2 Klasifikasi Ilmiah Kerajaan
: Plantae
Kelas
: Magnoliopsida
Upakelas
: Asteridae
Ordo
: Solanales
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Famili
: Solanaceae
Genus
: Solanum
Spesies
: S. melongena
(Wikipedia,2010)
2.1.3 Deskripsi Tanaman Terong atau terung ialah tumbuhan yang tergolong dalam keluarga Solanaceae dan genus Solanum. Ia merupakan tumbuhan asli India dan Sri Lanka, dan berhubungan erat dengan tomat dan kentang. Buahnya biasa digunakan sebagai sayur untuk masakan. Nama botaninya Solanum melongena. Terong ialah tumbuhan hijau yang sering ditanam secara tahunan. Tanaman ini tumbuh hingga 40-150 cm (16-57 inci) tingginya. Daunnya besar, dengan lobus yang kasar. Ukurannya 10-20 cm (4-8 inci) panjangnya dan 5-10 cm (2-4 inci) lebarnya. Jenis-jenis setengah liar lebih besar dan tumbuh hingga setinggi 225 cm (7 kaki), dengan daun yang melebihi 30 cm (12 inci) dan 15 cm (6 inci) panjangnya. Batangnya biasanya berduri. Warna bunganya antara putih hingga ungu, dengan mahkota yang memiliki lima lobus. Benang sarinya berwarna kuning. Buah tepung berisi, dengan diameter yang kurang dari 3 cm untuk yang liar, dan lebih besar lagi untuk jenis yang ditanam. Dari segi botani, buah yang dikelaskan sebagai beri mengandung banyak biji yang kecil dan lembut. Biji itu boleh dimakan tetapi rasanya pahit karena mengandung alkaloid nikotin. Ini tidaklah mengherankan karena terong adalah saudara dekat tembakau.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Terong terdiri dari berbagai macam, beberapa diantaranya antara lain Terong Telunjuk, Terong Gelatik Ungu, Terong Jepang, Tekokak & Leunca, Terong Putih, dan Terong Belanda.
2.2
Terong Belanda Terung belanda atau terong belanda (Cyphomandra botacea) adalah jenis
tanaman anggota keluarga terung-terungan (Solanaceae) yang mulai di kembangkan di Bogor Jawa Barat sejak tahun 1941. Di Indonesia terung ini mungkin pertama kali dibawa dan dikembangkan di Indonesia oleh orang Belanda pada waktu itu sehingga dikenal dengan nama terung belanda, padahal buah tersebut berasal dari daerah Amazon di Amerika Latin (Wikipedia,2010).
2.2.1 Klasifikasi Ilmiah Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom
: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi
: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Sub Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Bangsa
: Solanales
Suku
: Solanaceae
Marga
: Cyphomandra
Jenis
: Cyphomandra betacea Sendtn
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Sinonim
: Cyphomandra crassfolia Machbirde, Sumatra Terong Belanda
(Melayu), Jawa, Terong menen (Sunda), Terong mandras (Jawa Tengah)
(UPT Materia Medica Batu)
2.2.2 Morfologi Terung belanda memiliki ciri-ciri bau seperti lembu kutub, panjang tangkai daunnya mencapai 7-10 cm. Bunga terung belanda berada dalam rangkaian kecil di ketiak daun, dekat ujung cabang, berwarna merah jambu sampai biru muda, harum, berdiameter kira-kira 1 cm. Ciri lain dari tanaman terung belanda juga dapat dilihat dari bagian-bagian bunga yang berbilangan lima, daun mahkota berbentuk genta, bercuping lima, benang sari 5 utas, berada di depan daun mahkota, kepala sari tersembunyi dalam runjung yang bertentangan dengan putik, bakal buah beruang dua, dengan banyak bakal biji, dan kepala putik yang kecil. Buah terung belanda berbentuk bulat telur sungsang atau bulat telur, berukuran 3-10 cm x 3-5 cm, meruncing ke dua ujungnya, bergelantungan, bertangkai panjang, daun kelopaknya tidak rontok. Kulit buah tipis, licin, berwarna lembayung kemerah-merahan, merah jingga sampai kekuningkuningan, daging buahnya mengandung banyak sari buah, agak asam, berwarna kehitam-hitaman sampai kekuning-kuningan. Bijinya bulat pipih, tipis, dan keras. (Wikipedia,2010)
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
2.2.3 Kandungan gizi Setiap 100 g bagian buah yang dapat dimakan mengandung: air 85 g, protein 1,5 g, lemak 0,06-1,28 g, karbohidrat 10 g, serat 1,4-4,2 g, abu 0,7 g, vitamin A 150500 SI, dan vitamin C 25 mg. Sebagian besar vitamin akan hilang dalam perebusan.
2.2.4 Kandungan Kimia Buah terong belanda (Cyphomandra botacea) mengandung alkaloid, flavonoida, dan tannin, (UPT Materia Medika)
2.2.5 Manfaat Buah terung belanda ini dimanfaatkan dengan cara dimakan sebagai buah segar, untuk bumbu masak, sayuran dan minuman. Terung belanda mengandung provitamin A yang baik untuk kesehatan mata dan vitamin C untuk mengobati sariawan, panas dalam dan meningkatkan daya tahan tubuh. Terung Belanda mengandung antosianin yang termasuk kedalam golongan flavonoid yang merupakan salah satu jenis antioksidan, serat yang tinggi di dalam buahnya bermanfaat untuk mencegah kanker dan sembelit (Wikipedia,2010).
2.3 Flavonoid Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol terbesar yang ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu dan biru, dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon, dimana dua cincin benzene (C6) terikat pada suatu rantai propane (C3) sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6. Flavonoid terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit tepung sari, nectar, bunga, buah buni, dan biji. Klasifikasi
flavonoid
sangat
beragam,
di
antaranya
ada
yang
mengklasifikasikan flavonoid menjadi flavon, flavonon, isoflavon, flavanol, flavanon, antosianin, dan kalkon. (Lenny,2006)
2.4
Radikal Bebas Radikal bebas adalah atom atau senyawa yang kehilangan pasangan
elektronnya (Kumalaningsih,2006). Radikal bebas merupakan spesies yang tidak stabil karena memiliki elektron yang tidak berpasangan dan mencari pasangan elektron dalam makromolekul biologi. Radikal bebas memiliki reaktivitas yang sangat tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh sifatnya yang segera menarik atau menyerang electron di sekelilingnya (Winarsi,2007), baik berupa senyawa lipid, lipoprotein, protein, karbohidrat, RNA, maupun DNA. Radikal bebas dapat masuk dan terbentuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kondisi lingkungan yang tidak sehat, dan makanan berlemak.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
2.5
Antosianin
2.5.1 Deskripsi Antosianin merupakan pigmen pembawa warna merah keunguan pada buahbuahan, sayuran, dan tanaman bunga. Antosianin merupakan senyawa flavonoid yang dapat melindungi sel dari ultraviolet (Anonym, 2010) . Secara kimia antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik tunggal, yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan metilasi (Prayogo, 2010). Antosianin tidak mantap dalam larutan netral atau basa., maka dari itu harus diekstraksi dengan pelarut dalam suasana asam dan larutannya harus disimpan di tempat gelap dan sebaiknya didinginkan. Rumus struktur dari antosianin adalah sebagai berikut:
Rumus Struktur Antosianin
2.5.2 Sumber Antosianin Antosianin mudah ditemukan pada sayuran dan buah-buahan berwarna merah keunguan. Contoh pangan kaya antosianin adalah blackberry, blueberry, cranberry, black raspberry, red raspberry, strawberry, buah terong belanda, plum,
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
murbei, anggur, kismis, kubis merah, lobak merah, bawang merah, terong, dan lainlain. Antosianin dalam jumlah sangat sedikit juga ditemukan pada buah pisang, asparagus, kacang polong, buah pir, dan kentang (Anonym,2010).
2.5.2 Manfaat Antosianin Salah satu fungsi antosianin adalah sebagai antioksidan di dalam tubuh, yaitu dengan cara memperlambat atau mencegah proses oksidasi, sehingga dapat mencegah terjadinya aterosklerosis, penyakit penyumbatan pembuluh darah. Selain itu, antosianin juga merelaksasi pembuluh darah untuk mencegah aterosklerosis dan penyakit kardiovaskuler lainnya. Berbagai manfaat positif dari antosianin untuk kesehatan manusia adalah untuk melindungi lambung dari kerusakan, menghambat sel tumor, meningkatkan kemampuan penglihatan mata, serta berfungsi sebagai senyawa anti-inflamasi yang melindungi otak dari kerusakan. Selain itu, beberapa studi juga menyebutkan bahwa senyawa tersebut mampu mencegah obesitas dan diabetes, meningkatkan kemampuan memori otak dan mencegah penyakit neurologis, serta menangkal radikal bebas dalam tubuh.
2.5.4 Stabilitas Antosianin Antosianin secara umum mempunyai stabilitas yang rendah. Pada pemanasan yang tinggi, kestabilan dan ketahanan zat warna antosianin akan berubah dan mengakibatkan kerusakan. Selain mempengaruhi warna antosianin, pH juga mempengaruhi stabilitasnya, dimana dalam suasana asam akan berwarna merah dan suasana basa berwarna biru. Antosianin lebih stabil dalam suasana asam daripada dalam suasana alkalis ataupun netral. Zat warna ini juga tidak stabil dengan adanya
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
oksigen dan asam askorbat. Asam askorbat kadang melindungi antosianin tetapi ketika antosianin menyerap oksigen, asam askorbat akan menghalangi terjadinya oksidasi. Pada kasus lain, jika enzim menyerang asam askorbat yang akan menghasilkan hydrogen peroksida yang
mengoksidasi sehingga antosianin
mengalami perubahan warna (Luthana,2010).
2.5.5 Ekstraksi Antosianin Isolasi pigmen antosianin dilakukan dengan modifikasi metode Wijaya Widjanarko dan Susanto (2010). Ekstraksi dimulai dengan menimbang buah sebanyak 50 g, lalu ditambahkan 1/3 bagian dari total larutan pengekstrak (500 ml) dan dihancurkan dengan blender. Larutan pengekstrak (aquades, etanol, atau etil asetat) dibuat dalam kondisi asam (asam sitrat, asam asetat, dan asam tartarat). Setelah itu hancuran buah dipindahkan ke dalam gelas kimia dan sisa larutan pengekstrak (2/3 bagian) ditambahkan ke dalam hancuran buah. Kemudian dilakukan proses ekstraksi secara maserasi yaitu mengaduk campuran buah dan pelarut tersebut dengan pengaduk magnetic pada suhu ruang selama 24 jam. Hasil yang diperoleh disentrifugasi, lalu supernatannya disaring dengan penyaring vacum. Filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan rotavapor sehingga diperoleh ekstrak pekat yang siap dianalisis, (Tensiska, Een, & Dita, 2010).
2.6 Antioksidan 2.6.1 Mekanisme Kerja Antioksidan Antioksidan merupakan senyawa yang mampu memperlambat atau mencegah proses oksidasi. Mekanisme kerja antioksidan secara umum adalah menghambat
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
oksidasi lemak (Kumalaningsih, 2006). Oksidasi lemak terdiri dari tiga tahap utama, yaitu inisiasi, propagasi, dan terminasi. Pada tahap inisiasi terjadi pembentukan radikal asam lemak, yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil dan sangat reaktif akibat dari hilangnya satu atom hydrogen (reaksi 1). Pada tahap propagasi, yaitu pemanjangan rantai radikal, radikal asam lemak akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi (reaksi 2). Radikal peroksi lebih lanjut akan menyerang asam lemak menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam lemak baru (reaksi 3). Pada tahap terminasi, yaitu bereaksinya senyawa radikal asam lemak dengan radikal asam lemak lain atau dengan penangkap radikal, sehingga potensi propagasinya rendah (reaksi 4). Inisiasi
:
RH --- R* + H*
(Reaksi 1)
Propagasi
:
R* + O2 --- ROO*
(Reaksi 2)
ROO* + RH --- ROOH + R*
(Reaksi 3)
R* + R* --- R + R
(Reaksi 4)
Terminasi
:
Antioksidan yang baik akan bereaksi dengan radikal asam lemak segera setelah senyawa tersebut terbentuk. Dari berbagai antioksidan yang ada, mekanisme kerja serta kemampuannya sebagai antioksidan sangat bervariasi. Seringkali, kombinasi beberapa jenis antioksidan memberikan perlindungan yang lebih baik (sinergisme) terhadap oksidasi dibanding dengan satu jenis antioksidan saja (Kumalaningsih, 2006).
2.6.2 Sumber Antioksidan Berdasarkan asalnya, antioksidan terdiri atas antioksidan yang berasal dari dalam tubuh (endogen) dan dari luar tubuh (eksogen). Adakalanya sistem antioksidan
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
endogen tidak cukup mampu mengatasi stres oksidatif yang berlebihan. Stres oksidatif merupakan keadaan saat mekanisme antioksidan tidak cukup untuk memecah spesi oksigen reaktif. Oleh karena itu, diperlukan antioksidan dari luar (eksogen) untuk mengatasinya (Wikipedia, 2010).
2.6.3 Penggolongan Antioksidan 2.6.3.1 Penggolongan Antioksidan Berdasarkan Sumbernya Penggolongan antioksidan berdasarkan sumbernya dibedakan menjadi antioksidan alami dan sintetik.
2.6.3.2 Penggolongan Antioksidan Berdasarkan Mekanisme Kerjanya 2.6.3.2.1 Antioksidan primer Antioksidan primer berperan untuk mencegah pembentukan radikal bebas baru dengan memutus reaksi berantai dan mengubahnya menjadi produk yang lebih stabil. Contoh antioksidan primer, ialah enzim superoksida dimustase (SOD), katalase, dan glutation dimustase.
2.6.3.2.2 Antioksidan Sekunder Antioksidan sekunder berfungsi menangkap senyawa radikal serta mencegah terjadinya reaksi berantai. Contoh antioksidan sekunder diantaranya yaitu vitamin E, Vitamin C, dan β-karoten.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
2.6.3.2.3 Antioksidan Tersier Antioksidan tersier berfungsi memperbaiki kerusakan sel dan jaringan yang disebabkan oleh radikal bebas. Contohnya yaitu enzim yang memperbaiki DNA pada inti sel adalah metionin sulfoksida reduktase. (Wikipedia, 2010)
2.7 Pengujian Antioksidan Aktifitas antioksidan tidak dapat diukur secara langsung, melainkan melalui efek antioksidan dalam mengontrol proses oksidasi. Banyak metode yang bisa digunakan untuk mengukur aktivitas antioksidan. Pada pengukuran aktifitas antioksidan perlu diperhatikan sumber radikal bebas dan substrat. Hal ini dikarenakan antioksidan mungkin dapat melindungi lipid dari kerusakan oleh radikal bebas, namun di waktu yang sama dapat mempercepat kerusakan molekul sel lainnya. Untuk mengatasi masalah ini dapat digunakan beberapa metode pengukuran aktifitas antioksidan untuk mengevaluasi efek dari antioksidan. Berikut ini adalah metode yang sering digunakan untuk mengukur aktifitas total antioksidan total suatu senyawa: 1.Uji DPPH DPPH atau 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (α,α-difenil-βpikrilhidrazil) merupakan suatu radikal bebas yang stabil dan tidak membentuk dimer akibat delokalisasi dari elektron bebas pada seluruh molekul. Delokalisasi elektron bebas ini juga mengakibatkan terbentuknya warna ungu pada larutan DPPH sehingga bisa diukur absorbansinya pada panjang gelombang sekitar 520 nm. Ketika larutan DPPH dicampur dengan senyawa yang dapat mendonorkan atom hidrogen, maka warna ungu dari larutan akan hilang seiring dengan
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
tereduksinya DPPH. Uji aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode ini berdasarkan dari hilangnya warna ungu akibat tereduksinya DPPH oleh antioksidan. Intensitas warna dari larutan uji diukur melalui spektrofotometri UVVis pada panjang gelombang sekitar 520 nm. Hasil dari uji ini diinterpretasikan sebagai EC50, yaitu jumlah antioksidan yang diperlukan untuk menurunkan konsentrasi awal DPPH sebesar 50%. Pada metode ini tidak diperlukan substrat sehingga memiliki keuntungan, yaitu lebih sederhana dan waktu analisis yang lebih cepat.
2.Uji ABTS Asam 2,2’-Azinobis(3-etilbenzatiazolin)-6-sulfonat (ABTS) merupakan substrat dari peroksidase, di mana ketika dioksidasi dengan kehadiran H2O2 akan membentuk senyawa radikal kation metastabil dengan karakteristik menunjukan absorbansi kuat pada panjang gelombang 414 nm. ABTS merupakan senyawa larut air dan stabil secara kimia. Akumulasi dari ABTS dapat dihambat oleh antioksidan pada medium reaksi dengan aktivitas yang bergantung waktu reaksi dan jumlah antioksidan. Kemampuan relatif antioksidan untuk mereduksi ABTS dapat diukur dengan spektrofotometri pada panjang gelombang 734 nm. Absorbansi maksimal juga dapat terjadi pada panjang gelombang yang lain. Panjang gelombang yang mendekati daerah infra merah (734 nm) dipilih untuk meminimalkan interfensi dari absorbansi komponen lainnnya. Hasil pengukuran dengan spektrofotometer selanjutnya dibandingkan dengan standar baku antioksidan sintetik, yaitu trolox yang merupakan analog vitamin E larut air. Hasil perbandingan ini diekspresikan sebagai TEAC (Trolox Equivalent Antioxidant
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Activity). TEAC adalah konsentrasi (dalam milimolar) larutan trolox yang memiliki efek antioksidan ekuivalen dengan 1,0 mM larutan zat uji. TEAC mencerminkan kemampuan relatif dari antioksidan untuk menangkap radikal ABTS dibandingkan dengan trolox.
3.Uji TRAP Pengujian TRAP atau Total Radical-Trapping Antioxidant Parameter bekerja berdasarkan pengukuran konsumsi oksigen selama reaksi oksidasi lipid terkontrol yang diinduksi oleh dekomposisi termal dari AAPH (2,2’-Azobis(2aminidopropana)hidroklorida) untuk mengukur total aktivitas antioksidan. Hasil uji ini diekspresikan sebagai jumlah (dalam mikromol) radikal peroksil yang terperangkap oleh 1 liter plasma. Pengukuran serum TRAP berdasarkan penentuan lamanya waktu yang diperlukan oleh serum uji untuk dapat bertahan dari oksidasi buatan.
4.Uji FRAP Metode FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power) bekerja berdasarkan reduksi dari analog ferroin, kompleks Fe3+ dari tripiridiltriazin Fe(TPTZ)3+ menjadi kompleks Fe2+, Fe(TPTZ)2+ yang berwarna biru intensif oleh antioksidan pada suasana asam. Hasil pengujian diinterpretasikan dengan peningkatan absorbansi pada panjang gelombang 593 nm dan dapat disimpulkan sebagai jumlah Fe2+ (dalam mikromolar) ekuivalen dengan antioksidan standar. (Gama, 2007)
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
5.
Metode CR Larutan Ce(IV) sulfat yang diberikan pada sampel akan menyerang senyawa
antioksidan. Senyawa antioksidan dapat berperan sebagai pemindah elektron, maka perusakan struktur oleh elektron reaktif yang berasal dari oksidator kuat seperti Ce(IV) tidak terjadi. Metode ini berdasarkan spektrofotometri yang pengukurannya dilakukan pada panjang gelombang 320 nm. Panjang gelombang ini digunakan untuk mengukur Ce(IV) yang tidak bereaksi dengan kuersetin dan senyawa flavonoid lain. Kapasitas reduksi Ce(IV) pada sampel dapat diukur konsentrasi dan pH larutan yang sesuai membuat Ce (IV) hanya mengoksidasi antioksidan , dan bukan senyawa organik lain yang mungkin teroksidasi. Hal ini membuat penentuan panjang gelombang maksimum dan nilai pH larutan penting untuk diketahui dan dijaga selama pengukuran agar tidak terjadi pergeseran panjang gelombang selama pengukuran, (Wikipedia,2010).
2.8 (%) Inhibitor Concentration (IC 50%) Nilai IC50% menggambarkan besarnya konsentrasi ekstrak yang diuji dapat menangkap radikal bebas sebesar 50%. Semakin kecil nilai IC50 maka senyawa uji tersebut mempunyai keefektifan sebagai penangkap radikal yang lebih baik. Secara spesifik, suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat jika nilai IC50 kurang dari 50 ppm, kuat untuk IC50 bernilai 50-100 ppm, sedang jika IC50 bernilai 100-150 ppm, dan lemah jika IC50 bernilai 151-200 ppm, (Ardy, 2010).
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Nilai IC50% dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
(%) Inhibitor Concentration : (Abs control – Abs Sampel) x 100% Abs control
Keterangan : Abs control : absorbansi control DPPH Abs sampel : absorbansi sampel ekstrak buah terong belanda
2.9 Maserasi Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, stirak, dll. Cairan yang digunakan dapat berupa air, ethanol, air-ethanol, atau pelarut lain. Bila cairan penyari digunakan air, maka untuk mencegah timbulnya kapang, dapat ditambahkan bahan pengawet yang diberikan pada awal penyarian.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan, (Depkes RI, 1986).
2.10 Filtrasi Filtrasi adalah operasi dimana campuran yang heterogen antara fluida dan partikel-partikel padatan dipisahkan oleh media filter yang meloloskan fluida tetapi menahan partikel-partikel padatan. Hal yang paling utama dalam filtrasi adalah mengalirkan fluida melalui media berpori. Filtrasi dapat terjadi karena adanya gaya dorong, misalnya gravitasi, tekanan, dan gaya sentrifugal. Suatu suspensi dianggap akan mudah disaring jika dapat melewati
porous
media dengan cepat, menghasilkan filtrat yang jernih dengan sedikit sumbatan pada filter media. Penyumbatan tersebut biasanya dinyatakan sebagai loss of permeability, yang menunjukkan penambahan pressure drop atau head loss (Anonym,2010).
2.11
Evaporasi Evaporasi atau penguapan merupakan pengambilan sebagian uap air yang
bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi padatan dari suatu bahan cair. Salah satu tujuan lain dari operasi ini adalah untuk mengurangi volume dari suatu produk sampai batas-batas tertentu tanpa menyebabkan kehilangan zat-zat yang mengandung gizi. Evaporasi terjadi karena molekul-molekul air punya cukup energi kinetik untuk melepaskan diri dari permukaan cairan (Anonym,2010)
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
2.12
Spektrofotometri UV-VIS Spektrofotometri UV-VIS adalah anggota teknik analisis spektroskopik
yang memakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat (190-380) dan tampak (380-780) dengan memakai instrument spektrofotometer. Radiasi ultraviolet jauh (100 nm-900nm) tidak dipakai sebab pada daerah radiasi tersebut diabsorbsi oleh udara. Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan hukum Lambert Beer, bila cahaya monokromatik melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut diserap, sebagian dipantulkan, dan sebagian lagi dipancarkan. 2.12.1 Instrument Spektrofotometri Pada umumnya konfigurasi dasar setiap spektrofotometri UV-VIS berupa susunan peralatan optic yang terkonstruksi sebagai berikut :
SR
M
Keterangan : SR
= sumber radiasi
M
= monitor
S
= sampel
D
= detektor
A
= amplifier
VD
= visual display
S
D
A
VD
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
2.12.2 Sumber Radiasi Macam sumber radiasi yang dipakai pada spektrofotometri UV-Vis adalah lampu tungstein, lampu deuterium, dan lampu merkuri. Sumber radiasi pada daerah UV mempunyai rentang panjang gelombang 190-380 nm, sedangkan pada daerah Vis mempunyai panjang gelombang dengan rentang panjang gelombang 380-780.
2.12.3 Monokromator Monokromator mempunyai fungsi untuk mendapatkan radiasi monokromatis dari sumber radiasi yang memancarkan radiasi polikromatis.
2.12.4 Sel dan Kuvet Kuvet merupakan wadah sampel yang akan dianalisis. Ditinjau dari pemakaian, kuvet ada 2 macam, yaitu kuvet permanent terbuat dari bahan gelas atau leburan silika dan disporsibel yang terbuat dari teflon atau plastik.
2.12.5
Detektor Detektor adalah salah satu bagian spektrofotometri yang paling penting
yang berfungsi mengubah sinyal radiasi yang diterima dari sinyal elektronik , oleh karena itu detector akan menemtukan kualitas spektrofotometri. Macam detector yang dipakai adalah detector fotosel, foto hampa, PMT (Photo Multiplier Tube), PDA (Photo Diode Array). (Mulja, 1995)
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
2.12.6 Analisis dengan spektrofotometer Uv-Vis dilakukan dengan beberapa tahap, antara lain : 1. Pembuatan larutan baku induk dan baku kerja sampel 2. Optimasi panjang gelombang, dilakukan untuk menentukan panjang gelombang maksimum yang akan digunakan dalam pengukuran dengan spektrofotometer Uv-Vis dengan menggunakan salah satu larutan baku kerja sampel. 3. Penentuan absorbansi, dilakukan pada panjang gelombang maksimum. Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Ada beberapa alasan mengapa harus menggunakan panjang gelombang maksimal, yaitu : 1. Pada panjang gelombang maksimal, kepekaannya juga maksimal karena pada panjang gelombang maksimal tersebut, perubahan absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar. 2. Disekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kurva absorbansi datar dan pada kondisi tersebut hukum lambert-beer akan terpenuhi. 3. Jika dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan ulang panjang gelombang akan kecil sekali, ketika digunakan panjang gelombang maksimal (Rohman, Abdul, 2007).
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
2.13 Kerangka Teori Radikal bebas adalah atom atau senyawa yang kehilangan pasangan elektronnya (Kumalaningsih,2006). Radikal bebas merupakan spesies yang tidak stabil karena memiliki elektron yang tidak berpasangan dan mencari pasangan elektron dalam makromolekul biologi (Winarsi, 2007). Antioksidan merupakan senyawa yang mampu memperlambat atau mencegah proses oksidasi. Mekanisme kerja antioksidan secara umum adalah menghambat oksidasi lemak. Oksidasi lemak terdiri dari tiga tahap utama, yaitu inisiasi, propagasi, dan terminasi (Kumalaningih, 2006). Antosianin merupakan pigmen pembawa warna merah keunguan pada buahbuahan, sayuran, dan tanaman bunga. Antosianin merupakan senyawa flavonoid yang dapat melindungi sel dari ultraviolet. Antosianin merupakan senyawa antioksidan yang kuat (Wahyuningsih,2010) dan dapat menangkal berbagai radikal bebas. Maserasi merupakan proses perendaman sampel menggunakan pelarut organic polar pada temperature ruangan. Alasan penggunaan metode maserasi dalam penyarian
antoasianin
adalah
selain
prosesnya
mudah,
juga
sangat
menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan alam, karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel, sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organic dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena dapat diatur lama perendaman yang dilakukan. Pengujian aktivitas antioksidan dapat dilakukan dengan metode DPPH. Metode DPPH didasarkan pada kemampuan antioksidan untuk menghambat radikal
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
bebas dengan mendonorkan atom hidrogen. DPPH merupakan radikal yang relatif stabil, dimana reaksinya melibatkan perubahan warna ungu menjadi kuning sehingga dapat mudah diamati dengan menggunakan spektrofotometer, (Yuyun & Setiawan, 2007). Metode penangkapan radikal dengan radikal buatan stabil DPPH merupakan metode yang hasilnya dapat dipercaya, sehingga digunakan dalam beberapa penelitian skrining aktifitas antioksidan dalam jurnaljurnal ilmiah baru, (Cholisoh & Utami, 2008).
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Rancangan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan pada ekstrak
buah terong belanda. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, yaitu pengamatan terhadap aktivitas antioksidan pada ekstrak buah terong belanda. Pengamatan ini dilakukan melalui beberapa tahap, antara lain : Tahap pertama adalah persiapan alat dan bahan. Pada tahap ini disiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk proses penyarian dan pengujian aktivitas antioksidan. Selain itu, disiapkan pula buah terong belanda, ethanol 70%, dan asam tartarat. Tahap kedua adalah proses penyarian senyawa antosianin dengan cara maserasi, kemudian dilanjutkan dengan sentrifugasi, filtrasi, dan evaporasi. Buah terong belanda yang diambil untuk disari sebanyak 50 g dengan ethanol 70% dalam suasana asam tartarat 0,75% sebanyak 500 ml. Tahap ketiga adalah pegujian secara kualitatif untuk mengidentifikasi adanya senyawa flavonoid dan antosianin dalam ekstrak buah terong belanda. Identifikasi adanya senyawa flavonoid dilakukan dengan metode reaksi warna, sedangkan identifikasi adanya senyawa antosianin dilakukan dengan metode kromatografi kertas. Tahap keempat, yaitu tahap terakhir adalah pengujian aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode DPPH dan pengukuran IC50% pada ekstrak buah terong
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
belanda dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 521,20 nm.
3.2 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah buah terong belanda. Sedangkan sampelnya adalah ekstrak buah terong belanda yang didapat dari proses maserasi, sentrifugasi, fitrasi, evaporasi.
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.3.1 Lokasi Penelitian Keseluruhan dari proses ekstraksi dan pengujian aktivitas antioksidan tersebut dilaksanakan di dalam laboratorium Mikrobiologi Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang dan Laboratorium Kualitas Air Perum Jasa Tirta I Malang. 3.3.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dimulai pada awal bulan Januari sampai dengan akhir Juni 2011.
3.4 Definisi Operasional Variabel Variabel yang akan diukur dalam penelitian ini adalah aktivitas antioksidan pada ekstrak buah terong belanda. Aktivitas antioksidan merupakan kemampuan antioksidan dalam menghambat oksidasi lemak yang akan diubah menjadi radikal bebas.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Aktivitas antioksidan ini dapat diukur dengan cara melakukan pengujian terhadap ekstrak buah terong belanda menggunakan metode DPPH dan pengukuran nilai IC 50 menggunakan spektofotometri UV-Vis. IC50% merupakan suatu nilai yang menggambarkan besarnya konsentrasi senyawa uji yang dapat menangkap radikal sebesar 50%.
3.5 Tahap Persiapan Alat dan bahan penelitian ini adalah alat dan bahan yang digunakan untuk pengumpulan suatu data . Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 3.5.1 Alat No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Alat Blender Timbangan Kertas saring Botol hitam Corong Buchner Evaporator Erlenmeyer Gelas ukur Gelas pengaduk Spektrofotometri UV-Vis
Spesifikasi Standar Kasar & Analitik Standar Standar Standar Standar Pyrex 250 ml Pyrex 100 ml Standar Shidamadzu 1601
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
3.5.2 Bahan No 1 2 3 4 5 6
3.6 3.6.1
Nama Bahan Terong belanda Aquades Asam Tartarat DPPH Ethanol Ethanol
Spesifikasi Buah Teknis Teknis p.a p.a Teknis
Pengumpulan Data Ekstraksi Buah Terong Belanda
1. Buah terong belanda dikupas dan dicuci bersih 2. Ditimbang buah sebanyak 50 g, lalu ditambahkan 1/3 bagian dari total larutan pengekstrak (500 ml) dan dihancurkan dengan blender. Larutan pengekstrak digunakan ethanol 70% dibuat dalam kondisi asam dengan mengunakan asam tartarat 0,75%. Perhitungan larutan pengekstrak : Pelarut ethanol 70%, 500 ml dalam suasana asam tartarat 0,75% : 500 ml x 0,75% = 3,75 g ~ dalam 500 ml ethanol 70% terdapat 3,75 g asam tartarat. 3. Setelah itu hancuran buah dipindahkan ke dalam gelas kimia dan sisa larutan pengekstrak (2/3 bagian) ditambahkan ke dalam hancuran buah. 4. Kemudian dilakukan proses ekstraksi secara maserasi yaitu mengaduk campuran buah dan pelarut tersebut pada suhu ruang selama 24 jam.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
5. Hasil yang diperoleh selanjutnya disentrifuge 6. Supernatant yang diperoleh disaring dengan penyaring vacuum. 7. Filtrate yang diperoleh dipekatkan dengan evaporator pada suhu 40° C sehingga diperoleh ekstrak pekat
3.6.2 Identifikasi Flavonoid Pada Ekstrak Buah Terong Belanda Secara Reaksi Warna 1. Uji pendahuluan : Bubur dan ekstrak buah terong belanda dipanaskan dengan air selama 30 menit di atas tangas air mendidih, larutan yang terjadi disaring , diamati warnanya, selanjutnya ditambah larutan KOH, diamati lagi warna larutannya. 2. Uji polifenol : Bubur dan ekstrak buah terong belanda ditambah pereaksi FeCl3 3 tetes. Terjadinya warna hijau menunjukkan adanya polifenolat.
3. Uji flavonoid : Larutan percobaan : bubur dan ekstrak buah terong belanda dipanaskan dengan 10 ml methanol selama 10 menit di atas tangas air. Disaring selagi panas, diencerkan filtrate dengan 10 ml air. Setelah dingin ditambah 5 ml wash benzene, dikocok hati-hati, didiamkan. Diambil lapisan methanol (lapisan bawah) dan diuapkan. Residu dilarutkan dalam 5 ml etil asetat dan disaring. Uji Taubeck : diuapkan hingga kering 1 ml larutan percobaan, dibasahkan residu dengan aseton, ditambahkan sedikit serbuk asam borat dan serbuk asam oksalat, dipanaskan hati-hati di atas tangas air dan dihindari pemanasan berlebihan.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Residu yang diperoleh dicampur dengan 2 ml eter kemudian diamati dengan UV 366 nm, larutan berfluorosensi kuning intensif, menunjukkan adanya flavonoid
3.6.3 Identifikasi Antosianin Pada Ekstrak Buah Terong Belanda Secara Kromatografi Kertas 1.
Buah arbei digunakan sebagai pembanding, diekstraksi dengan menggunakan
pelarut ethanol 70% 2.
Ekstrak buah arbei selanjutnya disaring dan dipekatkan
3.
Ekstrak buah terong belanda dan arbei ditotolkan pada kertas whatmann
4.
Hasil totolan selanjutnya dielusi menggunakan pengembang BAA (Butanol-
Asam Asetat-Air) (4 : 1 : 5)
3.6.4
Pembuatan Larutan DPPH
1. Ditimbang DPPH 0,016 g dengan konsentrasi 0,016% 2. Dilarutkan ke dalam ethanol 70%, ad 100 ml ethanol
Perhitungan : 0,016 %
= 0,016 g 100 ml
=
0,16 g 1000 ml
=
160 mg
=
1000 ml
3.6.5 Penentuan Panjang Gelombang Maksimal Kontrol DPPH 1. Dipipet 1,0 ml DPPH 160 ppm yang telah dibuat 2. Add etanol 70% sampai tanda batas pada labu ukur 5 ml
16 mg 100 ml
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
3. Dibaca pada spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang antara 503-530 nm 3.6.6 Preparasi Sampel dengan Konsentrasi 240, 320, 400, dan 480 ppm 1. Ditimbang ekstrak buah terong belanda masing-masing 24 mg, 32 mg, 40 mg, dan 48 mg 2. Dilarutkan dengan ethanol 70% dan ditambahkan sampai tanda batas labu ukur 100 ml
3.6.7 Tahap Pengujian Antioksidan 1. Diambil 0,05 ml ekstrak buah terong belanda dari masing-masing konsentrasi yang telah dibuat ke dalam labu ukur 5 ml 2. Ditambah DPPH 1,0 ml dan etanol sampai tanda batas labu ukur 5,0 ml 3. Campuran divorteks 30 detik dan diamkan selama 10 menit 4. Diamati absorbansinya menggunakan spektrofotometri UV-Vis Shidamadzu 1601 pada panjang gelombang 521,20 nm.
3.7 Analisis Data Perhitungan Aktivitas Antioksidan Aktivitas antioksidan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
(%) inhibitor concentration : (Abs control – Abs Sampel) x 100% Abs control
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Keterangan : Abs control : absorbansi control DPPH Abs sampel : absorbansi sampel ekstrak buah terong belanda
Nilai IC50% menggambarkan besarnya konsentrasi ekstrak yang diuji dapat menangkap radikal bebas sebesar 50%. Semakin kecil nilai IC50 maka senyawa uji tersebut mempunyai keefektifan sebagai penangkap radikal yang lebih baik. Secara spesifik, suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat jika nilai IC50 kurang dari 50 ppm, kuat untuk IC50 bernilai 50-100 ppm, sedang jika IC50 bernilai 100-150 ppm, dan lemah jika IC50 bernilai 151-200 ppm, (Ardy,2010).
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian yang bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak buah terong belanda dengan metode DPPH secara spektrofotometri UV-VIS adalah adalah sebagai berikut : 4.1 Determinasi Tanaman Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah terong belanda (Cyphomandra botacea) yang telah dideterminasi di UPT Materia Medica Kota Batu, (data terlampir pada halaman 49).
4.2 Uji Organoleptis Ekstrak Buah Terong Belanda Bentuk
: cair
Warna
: merah pekat
Bau
: khas wangi
4.3 Uji Kualitatif Secara Reaksi Warna 4.3.1 Uji Pendahuluan 1. Bubur Terong Belanda + 10 ml air
gelap + KOH
30’
larutan hijau gelap
saring
larutan hijau
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
2. Ekstrak Terong Belanda + 10 ml air
+ KOH
30’ saring
larutan hijau
larutan hijau gelap
4.3.2 Uji Polifenol 1. Bubur Terong Belanda + FeCl3 3 tetes
larutan hijau gelap kemerahan
2. Ekstrak Terong Belanda + FeCl3 3 tetes
larutan hijau gelap
kemerahan
4.3.3 Uji Flavonoid 1. Larutan percobaan : 0,5 g bubur terong belanda + 10 ml methanol 10’ (dalam tangas air)
benzene
saring + 10 ml air
dikocok
didiamkan
diuapkan + 5 ml etil asetat
saring
didinginkan + 5 ml
diambil lapisan methanol larutan merah muda
orange
Uji Taubeck : 1 ml larutan percobaan aseton + sebuk asam borat + serbuk asam oksalat
diamati pada UV 366 nm
diupkan hingga kering residu + 2 ml eter
larutan berfluorosensi kuning orange
2. Larutan percobaan : ekstrak terong belanda + 10 ml methanol 10’ (dalam tangas air)
saring + 10 ml air
didinginkan + 5 ml
+
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
benzene
dikocok
didiamkan
diuapkan + 5 ml etil asetat
saring
diambil lapisan methanol larutan merah muda
orange
Uji Taubeck : 1 ml larutan percobaan aseton + sebuk asam borat + serbuk asam oksalat
diamati pada UV 366 nm
diupkan hingga kering
+
residu + 2 ml eter
larutan berfluorosensi kuning orange
4.4 Uji Kualitatif Secara KKt Uji kualitatif ekstrak buah terong belanda secara KKt dilakukan sebagai berikut : Pengembang : BAA (Butanol-Asam Asetat-Air) (4 : 1 : 5)
Hasil
Sampel
: ekstrak buah terong belanda
Pembanding
: ekstrak arbei
Fase diam
: kertas whatmann
: didapatkan warna bercak yang sama, yaitu merah muda dan nilai Rf
yang hampir sama, (data terlampir pada halaman 53).
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
4.5 Pengamatan Serapan Pada Spektrofotometer UV-VIS Shidamadzu 1601 4.5.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimal Kontrol DPPH Penentuan panjang gelombang maksimal dilakukan pada kontol DPPH 160 ppm. Penentuan panjang gelombang maksimal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil analisis yang lebih baik dan lebih teliti pada saat pengamatan serapan sampel ekstrak buah terong belanda. Panjang gelombang maksimal ini akan terlihat ketika sampel dimasukkan ke dalam kuvet dan diamati pada layar komputer. Secara otomatis, panjang gelombang kontrol DPPH akan terus naik dan akan berhenti dengan sendirinya ketika serapannya telah mencapai puncak maksimal. Kontrol DPPH ini dapat terlihat pada panjang gelombang 521,20 nm dan menghasilkan abrorbansi sebesar 0,402. Hasil pengamatan serapannya sebagai berikut :
NO 1 2 3 4 5
Panjang Gelombang 505 nm 510 nm 515 nm 520 nm 521,20 nm
Absorbansi 0,389 0.393 0,397 0,401 0,402
4.5.2 Pengamatan Serapan Larutan Sampel Ekstrak Buah Terong Belanda Sampel yang dibuat dengan berbagai macam konsentrasi, yaitu 240 ppm, 320 ppm, 400 ppm, dan 480 ppm diamati pada spektrofotometer UV-VIS Shidamadzu 1601 pada panjang gelombang 521,20 nm. Sampel sebelumnya direaksikan dengan DPPH dan dilakukan peredaman selama 10 menit. Hasil pengamatan serapan dan nilai ICnya sebagai berikut : (data terlampir pada halaman 56-59)
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Hasil Pengamatan Serapan Sampel dan Perhitungan Nilai IC : NO 1 2 3 4
Konsentrasi (ppm) 240 320 400 480
Absorbansi 0,247 0,202 0,188 0,137
% IC 38,55 49,75 53,23 65,92
Dari data di atas tidak dapat diketahui nilai dari IC50 sehingga nilai IC50 didapat dengan cara melakukan interpolasi antara konsentrasi 320 ppm dan 400 ppm. Dari hasil interpolasi tersebut didapat nilai IC50 pada konsentrasi 325,72 ppm, (data terlampir pada halaman 62).
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
BAB V PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan. Sampel yang akan diteliti adalah buah terong belanda yang didapat dari Kota Batu dan telah dideterminasi di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, UPT Materia Medika Kota Batu. Hasil determinasi yang telah dilakukan hanya diperoleh klasifikasi ilmiah buah terong belanda, sehingga morfologi dari buah terong belanda didapatkan dari referensi lain yaitu Wikipedia. Pengujian aktivitas antioksidan dari ekstrak buah terong belanda ini dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahap pertama adalah ekstraksi buah terong belanda yang dilakukan secara maserasi, sentrifugasi, filtrasi, dan evaporasi. Tahap kedua adalah pengujian ekstrak buah teong belanda secara kualitatif secara reaksi warna dan kromatografi kertas. Tahap ketiga adalah penentuan aktivitas antioksidan ekstrak buah terong belanda dengan metode DPPH secara spektrofotometri UV-VIS. Tahap pertama adalah ekstraksi buah terong belanda. Ekstrak buah terong belanda yang didapat dari proses maserasi, sentrifugsi, filtrasi, dan evaporasi ini menghasilkan cairan berwarna merah pekat. Ekstrak buah terong belanda yang didapat dilakukan pengujian kualitatif secara reaksi warna dan Kromatografi Kertas. Pengujian kualitatif ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya senyawa polifenol, flavonoid, dan antosianin yang terkandung dalam buah terong belanda. Pada pengujian kualitatif secara reaksi warna
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
dilakukan melalui beberapa tahap, antara lain adalah uji pendahuluan, uji polifenol, dan uji flavonoid. Sampel yang digunakan dalam pengujian ini adalah bubur terong belanda dan ekstrak buah terong belanda. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kandungan senyawa yang akan diteliti sebelum dan sesudah diekstraksi. Pada uji pendahuluan, hasil yang didapatkan adalah pada bubur terong belanda dan ekstrak buah terong belanda sampel uji berwarna hijau gelap. Pada uji polifenol, bubur terong belanda dan ekstrak buah terong belanda menghasilkan warna hijau gelap kemerahan setelah direaksikan dengan FeCl3. Pada uji flavonoid, bubur terong belanda dan ekstrak terong belanda sama-sama menghasilkan flourosensi kuning orange. Berdasarkan uji kualitatif secara reaksi warna tersebut dapat diketahui bahwa baik bubur maupun ekstrak buah terong belanda mengandung senyawa polifenol dan flavonoid. Flavonoid dalam bubur maupun ekstrak buah terong belanda dapat berupa aglikon maupun glikosida. Aglikon umumnya mempunyai daya antioksidan dan penangkap radikal lebih tinggi daripada glikosida flavonoid, sebab pada glikosida flavonoid gugus hidroksi fenolik yang merupakan gugus aktif antioksidan maupun penangkap radikal telah mengikat gugus gula. Pengujian kualitatif selanjutnya adalah secara Kromatografi Kertas yang dilakukan untuk mengidentifikasi adanya senyawa antosianin yang terkandung dalam buah terong belanda. Ekstrak buah terong belanda diuji secara Kromatografi Kertas dengan menggunakan pembanding ekstrak buah arbei. Hasil uji menunjukkan bahwa buah terong belanda positif mengandung senyawa antosianin, hal ini dapat dilihat pada hasil uji secara Kromatografi Kertas. Hasil uji menunjukkan bahwa warna
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
sampel uji sama dengan warna pembanding, selain itu nilai Rf yang dihasilkan juga sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak buah terong belanda positif mengandung senyawa antosianin. Setelah diketahui bahwa buah terong belanda positif mengandung senyawa antosianin yang diduga memiliki efek antioksidan, maka tahap selanjutnya adalah pengamatan serapan sampel ekstrak buah terong belanda dengan spektrofotometer UV-VIS dengan menggunakan DPPH sebagai radikal bebas sintetik. Pengamatan serapan dilakukan terhadap larutan DPPH dan sampel ekstrak buah terong belanda yang dibuat dengan beberapa seri konsentrasi. Larutan DPPH dibuat dengan konsentrasi 160 ppm, sedangkan sampel ekstrak buah terong belanda dibuat dengan seri konsentrasi 240 ppm, 320 ppm, 400 ppm, dan 480 ppm. Sebagai blanko dan pelarut digunakan etahol p.a 70%. Larutan DPPH dianggap sebagai kontrol, sehingga perhitungan nilai IC nantinya dibandingkan dengan kontrol tersebut. Larutan DPPH dan sampel diamati serapannya setelah diredam selama 10 menit, karena menurut penelititan sebelumnya, pada menit ke-10 antioksidan dan DPPH telah bereaksi dengan baik, sehingga ketika diamati pada spektrofotometer, serapannya akan maksimal. Sebelum dilakukan pengamatan serapan pada larutan DPPH dan sampel, maka dilakukan pengukuran panjang gelomang maksimal pada kontrol, yaitu larutan DPPH dengan konsentrasi 160 ppm. Penentuan panjang gelombang maksimal dilakukan untuk mendapatkan hasil analisis yang lebih baik dan lebih teliti pada saat pengamatan serapan sampel ekstrak buah terong belanda. Pengukuran panjang
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
gelombang maksimal dilakukan mulai dari panjang gelombang 505 – 530 nm. Panjang gelombang maksimal ini akan terlihat ketika sampel dimasukkan ke dalam kuvet dan diamati pada layar komputer. Secara otomatis, panjang gelombang kontrol DPPH akan terus naik dan akan berhenti dengan sendirinya ketika serapannya telah mencapai puncak maksimal. Hasil dari pengukuran ini didapatkan serapan maksimal pada panjang gelombang 521,20 nm. Tahap selanjutnya adalah pengamatan serapan larutan DPPH dan sampel pada panjang gelombang 521,20 nm. Hasil pengamatan serapan larutan DPPH dengan konsentrasi 160 ppm didapatkan nilai absorbansi sebesar 0,402. Hasil pengamatan serapan pada beberapa seri konsentrasi sampel antara lain : pada sampel dengan konsentrasi 240 ppm nilai absorbansinya adalah 0,247, sampel 320 ppm nilai absorbansinya 0,202, sampel 400 ppm nilai absorbansinya 0,188 ppm, sampel 480 ppm nilai absorbansinya 0,137. Hasil pengamatan serapan berupa nilai absorbansi tersebut kemudian dihitung nilai IC50 (Inhibition Concentration 50%) dengan menggunakan kontrol sebagai pembaginya. Nilai tersebut menggambarkan besarnya konsentrasi senyawa uji yang dapat menangkap radikal sebesar 50%. Nilai IC50 diperoleh dengan menggunakan persamaan regresi linier yang menyatakan hubungan antara konsentrasi sampel (senyawa uji) dengan aktivitas penangkap radikal. Hasil dari pengamatan tersebut kemudian dihitung nilai ICnya sebagai berikut : sampel dengan konsentrasi 250 ppm memiliki nilai IC sebesar 38,55%, sampel 320 ppm nilai ICnya 49,75%, sampel 400 ppm nilai ICnya 53,23%, sampel 480 ppm nilai ICnya 65,92%. Hasil pengamatan serapan tersebut belum menunjukkan
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
secara langsung nilai IC50%, sehingga nilai IC50% didapatkan dengan cara menginterpolasi nilai IC pada konsentrasi 320 ppm dengan 400 ppm. Hasil dari interpolasi tersebut didapatkan nilai IC50% pada konsentrasi 325,72 ppm. Tingginya nilai IC50% pada ekstrak buah terong belanda tersebut menunjukkan bahwa buah terong belanda memiliki aktivitas antioksidan yang sangat lemah.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat dimbil dari hasil penelitian ini adalah bahwa ekstrak buah terong belanda positif memiliki aktivitas antioksidan. Ekstrak buah terong belanda ini mampu menghambat radikal bebas sintetik berupa DPPH pada konsentrasi 325,72 ppm. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa ekstrak buah terong belanda memiliki aktivitas antioksidan yang sangat lemah.
6.2 Saran Sehubungan dengan tingginya nilai IC50% pada ekstrak buah terong belanda yang telah diuji, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengisolasi senyawa antosianin yang terdapat dalam buah terong belanda dan selanjutnya diukur kandungan antosianin dalam buah terong belanda tersebut.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.
2008.
Nilai
Lebih
Terung
Belanda.
(online).
(http://masenchipz.com/nilai-lebih-terung-belanda, diakses 25 Oktober 2010).
Anonymous. 2010. Terong. (online). (http://id.wikipedia.org/wiki/Terong, diakses 2 November 2010)
Anonymous.
2010.
Terung
Belanda.
(online)
(http://id.wikipedia.org/wiki/Terung_belanda, diakses 2 November 2010)
Anonymous.
Antosianin.
2010.
(online)
(http://www.advancemiracledoctor.com/f/?ref=article&do=detail&id=17, diakses 23 November 2010)
Anonymous.
2010.
Radikal
Bebas.
(online).
(http://id.wikipedia.org/wiki/Radikal_bebas, diakses 2 Desember 2010).
Anonymous. 2007. Evaporasi. (online). (http://www.forumsains.com/fisika/askevaporasi/, diakses 30 Desember 2010).
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Anonymous. 2010. Filtrasi. (online). (http://himateka-ftumj.tripod.com/Filtrasi.htm, diakses 30 Desember 2010). Anonymous. 2010. Kristalisasi. (online) (http://id.wikipedia.org/wiki/Kristalisasi, diakses 30 Desember 2010).
Anonymous.
Penguapan.
2010.
(http://www.docstoc.com/docs/9319433/Evaporasi,
diakses
(online). 30
Desember
2010).
Ardy. 2010. Minuman Cinna-Ale sebagai Minuman Pencegah Penyakit Degeneratif. (online).
(http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2010/01/10/minuan-cinna-
ale-sebagai-minuman-pencegah-penyakit-degeneratif/, diakses 12 Mei 2011).
Cholisoh, Zakky dan Wahyu Utami. 2008. Aktivitas Penangkap Radikal Ekstrak ethanol 70% Biji Jengkol (Archidendron Jiringa). Surakarta : Fakultas Farmasi Universitas Muhamadiah Surakarta.
Depkes RI. 1986. Sediaan Galenik. Jakarta : Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan
Gama.
2007.
Uji
Antioksidan.
(online).
(http://jurnalramadhan.blogspot.com/2010/05/uji-antioksidan.html, diakses 14 Januari 2011).
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Hamdani, S.
2010. Tipe dan Analisis Spektrofotometri Uv-Vis. (online).
(http://catatankimia.com/catatan/tipe-dan-analisis-spektrofotometri-uv-vis.html, diakses 12 Januari 2011).
Kumalaningsih, Sri. 2006. Antioksidan Alami. Surabaya : Trubus Agrisarana.
Lenny, Sovia. 2006. Senyawa Flavonoida, Fenilpropanoida, dan Alkaloida. Sumatra Utara : Universitas Sumatra Utara.
Morie, Indigo. 2009. Antioksidan:Apa Yang Anda Ketahui Tentangnya. (online). (http://belajarkimia.com/antioksidan-apa-yang-anda-ketahu-tantangnya/, diakses 2 Januari 2011).
Mulja, Muhammad H, dkk. 1995. Analisis Instrumental. Surabaya : Airlangga University Press.
Prayogo,
Yissa.
2010.
Antosianin
Lagiiii.
(online).
(http://yissaprayogo.wordpress.com/2010/10/17/antosianin-lagiiiiii/, diakses 24 November 2010).
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Rahayu, Melastri. 2010. Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Kemangi (Ocinum. Sanctum L.) Menggunakan Metode 2-2- Diphenil-1- Picrilhidrazil (DPPH). Karya Tulis Ilmiah tidak diterbitkn. Malang : Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang.
Rohyami, Yuli. 2008. Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Methanol Daging Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl). Yogyakarta : Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.
Winarsi, Henry. 2007. Antioksidan Alami & Radikal Bebas. Yogyakarta : Kanisius.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Lampiran 1 Hasil Determinasi Buah Terong Belanda
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Lampiran 2 Proses Ekstraksi Buah terong Belanda
Sampel
Maserasi
Filtrasi
Diblender
Sentrifugasi
Evaporasi
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Lampiran 3 Diagram Alir Proses Ekstraksi Buah Terong Belanda
Persiapan alat & bahan
Buah terong belanda dikupas &
Diblender
Dimaserasi 24 jam
Sentrifugasi
Filtrasi Vacum
Evaporasi
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Lampiran 4 Hasil Pengamatan Uji Kualitatif Secara Reaksi Warna
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Lampiran 5 Hasil Pengamatan Uji Kualitatif Secara Kromatografi Kertas dan Perhitungan Nilai Rf
Nilai Rf sampel
=
6,1 cm
= 0,47
13 cm
Nilai Rf standar
=
8 cm
=
0,62
13 cm
Nilai RF sampel + standar
=
7,7 cm 13 cm
= 0,59
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Lampiran 6 Penimbangan dan Perhitungan Kontrol DPPH dan Sampel Antosianin
1.
Hasil Penimbangan NO 1 2 3 4 5
2.
Keterangan Kontrol DPPH Sampel 240 ppm Sampel 320 ppm Sampel 400 ppm Sampel 480 ppm
Hasil Penimbangan 0,016 g 0,024 g 0,032 g 0,04 g 0,048 g
Perhitungan Konsentrasi
Kontrol DPPH 16 mg = 160 ppm 0,1 L
Sampel 1 24 mg = 240 ppm 0,1 L
Sampel 2 32 mg = 320 ppm 0,1 L
Sampel 3 4 mg = 400 ppm 0,1 L
Sampel 4 48 mg = 480 ppm 0,1 L
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Lampiran 7 Hasil Pengamatan Serapan Kontrol DPPH
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Lampiran 8 Hasil Pengamatan Serapan Sampel 240 ppm
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Lampiran 9 Hasil Pengamatan Serapan Sampel 320 ppm
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Lampiran 10 Hasil Pengamatan Serapan Sampel 400 ppm
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Lampiran 11 Hasil Pengamatan Serapan Sampel 480 ppm
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Lampiran 12 Perhitungan Nilai IC Sampel Antosianin
1. Sampel 240 ppm % IC = 0,402 – 0,247
x
100%
=
38,55%
% IC = 0,402 – 0,202 x
100%
=
49,75%
x
100%
=
53,23%
x
100%
=
65,92%
0,402
2. Sampel 320 ppm
0,402
3. Sampel 400 ppm % IC = 0,402 – 0,188 0,402
4. Sampel 480 ppm % IC = 0,402 – 0,137 0,402
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Lampiran 13 Grafik Persamaan Regresi Linier
A = 0,3483 B = - 0,00043 r = - 0,9803 y = - 0,00043 X + 0,3483
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Lampiran 14 Perhitungan Nilai IC50 Sampel Antosianin
IC 50% = 400 ppm – x ppm = 400ppm – 320ppm 400 – x
=
80 (400 – x) 3,48
53,23 – 50 53,23 – 49,74 3,23 3,48
= 3,23 x 80
1393,04 – 3,48 x = 258, 704 1134,336 X
= 3,48 x = 325, 72 ppm