Kudambakan Presidenku Laksana Nabiku (285/U) Oleh : Nasin Elkabumaini Rabu, 11 Juli 2012 20:33
KOPI - Selain beberapa kelebihan, setidaknya ada dua hal yang tidak saya sukai dari presiden kita, Pak Beye. Pertama, sifat penakut, yang ditandai dengan mempertontonkan foto dirinya yang konon dijadikan sasaran tembak dalam latihan perang oleh sekumpulan teroris. Kedua, pengaduannya di hadapan warga TNI, tentang gajinya yang tidak naik-naik. Kalau saja orang nomor satu masih merasa takut akan keamanan dirinya, dan masih takut akan kekurangan, karena gajinya kecil, bagaimana dengan warga masyarakatnya di bagian akar rumput?
Satu hal harus yang ditimbulkan dengan adanya pemerintah sebagai pelindung dan pengayom adalah rasa aman. Seperti kata budayawan nyentrik “Sujiwo Tejo”, “Biarlah Pemerintah tidak menyediakan pekerjaan untuk warganya yang mengaggur, biarlah Pemerintah tidak memberi makan warganya yang kelaparan, tetapi Pemerintah harus memberikan setidaknya “rasa aman”. Salah satu ditegakkannya Pemerintahan, yang rakyat mau memberikan pajak kepadanya, yang menyerahkan hak pengelolaan sumber daya alam kepadanya, ialah untuk memberikan rasa aman kepada masyarakat. Karena itu, dalam kondisi seberat apapun, seorang kepala negara, seorang presiden tidak boleh memperlihatkan rasa gundah gulana ketika dirinya menghadapi tekanan atau ancaman.
Sebagai seorang muslim, tentu saya sangat berharap bahwa Presidenku kelak, memiliki sifat, sikap, dan perbuatan seperti manusia teladan bagi umat muslim, yakni Nabi Muhammad Saw. Seperti yang ditulis oleh Michael H. Hart, beliau menjadikan Rasulullah Saw. sebagai ranking 1 (baca: Satu) diantara 100 tokoh paling berpengaruh di dunia. Beliau adalah figure manusia teladan yang berhasil menjadi pemimpin diri, rumah tangga sampai pemimpin Negara, serta kemampuannya membina umatnya, sehingga estafet kepemimpinannya terus bergulir, dengan semangat keisalaman yang terus menyala, sehingga negara Islam, yang awalnya hanya satu kota kecil, akhirnya mampu menguasai seluruh jazirah Arab, yang kemudian terus meluas sampai ke wilayah Afrika, Eropa, dan Asia.
Untuk menjadikan calon presiden negeri ini mendekati pemimpinan Nabi Muhammad Saw. maka dia haruslah menjadi seorang yang religius. Seorang yang memiliki karakter religius adalah seorang yang memahami Islam dari akar sampai pucuk daun, atau memiliki pemahaman yang paripurna. “Religius” menjadi persyaratan yang wajib. Namun, perlu digarisbawahi, bahwa pengertian “religius” bukan diartikan sempit sebagai penggiat ibadah ritual saja, melainkan sifat religius yang tercermin dalam ketekunannya menjalankan ibadah ritual, dan juga memahami amalan muamalah atau ibadah sosial.
Presiden yang religius, jika ia seorang muslim, maka yang akan menjadi rujukan ialah para
1/5
Kudambakan Presidenku Laksana Nabiku (285/U) Oleh : Nasin Elkabumaini Rabu, 11 Juli 2012 20:33
ulama, jika ia seorang kristiani maka rujukannya ialah para pendeta dan seterusnya. Sebagai contoh, Raden Patah menjadikan para wali sebagai penasihat, termasul Sultan Trenggono sangat menghargai nasihat para wali. Contoh kasus, pasukan Demak yang menjadi lemah karena kalah perang melawan Protugis di Malaka, diminta oleh Sunan Kudus untuk kembali menyerang Batavia yang dikuasai Portugis. Sunan Trenggono memenuhi permintaan para wali dengan mengirimkan pasukan kembali ke Batavia atau Sunda Kelapa, dan memeroleh kemenangan, sehingga Sunda Kelapa diubah menjadi Jayakarta yang berarti kemenangan.
Selain religius, seorang presiden harus memiliki mental terintegritas atau “cerdas”. Presiden Indonesia menjadi pemimpin atas 270 juta jiwa dengan beragam etnik yang menghuni lebih dari 17.000 pulau. Memimpin satu desa yang warganya muslim semua atau Kristen semua, atau Hindu semua saja kadang memerlukan kepemimpinan atau orang yang berkepribadian kuat, apalagi memimpin satu negara besar, seperti Indonesia ini, maka diperlukan seorang yang luar biasa.
Satu hal yang pasti, untuk presiden kita ke depan adalah orang yang sudah kaya, tidak butuh lagi mengeruk harta negara, tetapi mau hidup sederhana. Salah satu contoh yang nyata di dunia ini ialah Presiden Iran, Mahmud Ahmadinejad. Kalau Presiden kita, memberikan contoh hidup sederhana, bahkan mau tidak digaji, karena semua kebutuhannya sudah dipenuhi negara, saya yakin sangat sedikit orang yang mau menghujatnya, apalagi sampai mau menurunkan sebelum waktunya tiba.
Untuk lebih rinci, tentang sifat-sifat yang harus ada, yang diharuskan menjadi catatan untuk persyaratan presiden mendatang, sebagai berikut.
Pertama, religius dibuktikan dengan menyukai ibadah ritual, shalat tepat waktu jika muslim, sering shaum Senin-Kamis, dan melaksanakan ibadah ritual lainnya, termasuk sering bangun malam, serta memahami amalan muamalah dengan praktik secara nyata.
Kedua, mau hidup sederhana, dibuktikan dengan menggunakan fasilitas negara yang sederhana, tidak berlebihan dalam bersikap dan bertutur, serta menjauhi sifat-sifat yang gila kekuasaan, seperti suka marah di mana saja, selalu ingin mendapatkan pelayanan istimewa. Memberikan teladan, misalnya kalau menginap di hotel memilih tinggal di hotel yang murah, kalau makan di restoran pun mau makan di warung milik rakyat.
2/5
Kudambakan Presidenku Laksana Nabiku (285/U) Oleh : Nasin Elkabumaini Rabu, 11 Juli 2012 20:33
Ketiga, pemberani alias tidak cengeng, tidak sedikit-sedikit ada masalah mengadu kepada publik. Presiden harus menjadi orang pertama yang tersungkur bersimpah darah, sebelum orang lain, menjadi orang pertama yang lapar sebelum orang terakhir makan, dan bahkan mau memberi contoh makan nasi aking, ketika di sekitarnya berlimpah nasi beras, seperti dicontohkan oleh Khalifah Umar, yang tidak mau makan daging, sebelum rakyatnya yang paling miskin makan daging.
Keempat, bersifat melayani rakyat, bukan dilayani, yang dibuktikan dengan merancang program yang pro-rakyat. Untuk rakyat tidak ada istilah rugi, sebab seorang presiden memang berkewajiban melayani rakyatnya. Tidak takut banyak memberikan subsidi untuk rakyat, karena yang digunakan memang kekayaan rakyat. Jadi, rakyat menjadi prioritas, sehingga hal-hal yang bersifat menghambur-hamburkan uang, seperti kunjungan keluar negeri harus dihilangkan, termasuk membagi-bagikan uang untuk mengangkat seseorang dalam jabatan publik yang gajinya besar.
Kelima, bersifat tegas ketika mengambil suatu keputusan, karena memiliki manajemen berpikir cepat. Hal itu ditandai dengan keberanian untuk mengambil sebuah resiko, biarpun APBN jeblog, asalkan rakyat terpuaskan, karena kebijakan yang pro-rakyat. Juga tegas dalam menindak kasus korupsi yang tidak pandang bulu.
Keenam, memiliki sifat melindungi rakyat kecil, dibuktikan keterlibatan langsung dalam membantu atau menolong rakyat kecil. Kasus contoh, ketika ada warganya yang terancam hukuman mati, atau menderita di luar negeri langsung memberikan empati, dengan menyampaikan sepatah dua patah kata di media televisi, bahkan langsung menyempatkan diri untuk mengunjungi korban, sehingga membuat pihak-pihak yang terkait, seperti kepala KBRI, atau kepala Konsulat Jenderal, langsung tergerak untuk berbuat, dan hal itu juga akan menarik perhatian penguasa setempat.
Ketujuh, merakyat, suka bergaul dengan rakyat, dengan membuka kesempatan untuk bertemu dengan rakyatnya, misalnya menyediakan waktu, misalnya satu bulan dua kali untuk menerima rakyat secara langsung yang ingin bertemu atau ingin melihat dari dekat presidennya. Para Sultan zaman dahulu, sering melakukan pertemuan dengan rakyat, seperti pada zaman Pak Harto, ada acara tanya jawab dengan rakyat.
Kedelapan, amanah, dalam pengertian memikul tanggung jawab sebagai kepala negara senantiasa melaksanakan tugas sesuai dengan garis-garis kebijakan yang sudah ditentukan.
3/5
Kudambakan Presidenku Laksana Nabiku (285/U) Oleh : Nasin Elkabumaini Rabu, 11 Juli 2012 20:33
Kesembilan, mawas diri, dalam pengertian, bila terjadi suatu peristiwa yang merugikan, tidak ‘main tuduh’, tetapi selalu berprasangka baik, dengan tidak meninggalkan kewaspadaan.
Kesepuluh, humoris, tidak kaku dan selalu berwajah tegang, sehingga tampak sekali bahwa ia menginginkan jabatan yang dijadikan sebagai beban. Humoris bukan berarti suka melawak, tetapi selalu murah senyum.
Kesebelas, berjiwa ksatria, jika melakukan suatu kesalahan harus mau mengakuinya, dan bersedia untuk mundur dari jabatan sebagai kepala negara.
Keduabelas, tidak bermimpi untuk melanjutkan tapuk kepemimpinan kepada anggota keluarganya, kecuali memang layak untuk dijadikan pemimpin, dan tidak berusaha mengajukan istrinya untuk melanjutkan kepemimpinannya, seperti yang banyak dilakukan oleh bupati/walikota, yang setelah lengser, berusaha untuk menjadi istrinya sebagai penerusnya.
Nah, kepada partai peserta pemilu, hendaknya menyiapkan calon presiden yang kelak membanggakan partainya, yang menjadi milik rakyat seluruhnya, tidak ada istilah bagi-bagi jabatan menteri, tetapi yang dipilih orang “bego”. Jadi, menteri, harus dipilih dari orang yang memang profesional dan dinilai mampu menjadi kepanjangan tangan presiden untuk mengepalai suatu departemen. Wallahu a’lam.
1. Nama
: Nasin Elkabumaini, M.Pd.
2. Tempat/ Tanggal lahir : Kebumen/9 April 1969
3. Unit Kerja : Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
4/5
Kudambakan Presidenku Laksana Nabiku (285/U) Oleh : Nasin Elkabumaini Rabu, 11 Juli 2012 20:33
Kependidikan Bidang Mesin dan Teknik Industri
4. Alamat : Jalan Pasantren KM 2 Cibabat – Cimahi Utara- Kota Cimahi
5. Alamat Rumah : Jalan Trubus No. 21 RT09/15 Komplek Tanimulya Indah, Ngamprah Kabupaten Bandung Barat
Jawa Barat
Kecamatan
6. E-mail/nomor Telepon :
[email protected]/085721183519
5/5