TUGAS SISTEM KENDALI INDUSTRI P3B (PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN)
oleh : 1. ARSI YOTA IHSANINGRUM
(02)
2. DIDIN PUTRI MADINA
(05)
3. ICHA NUR NOVIANTI
(12)
4. NIKEN ENDRAS CAMARITA
(22)
5. REGINA DAMAYANTI
(23)
6. SELLI NUR PRAMUDITA
(24)
D III TEKNIK LISTIK – 3A
PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI MALANG 2013
PT PLN (Persero) VISI Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh-kembang, unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani.
MISI 1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada kepuasaan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham. 2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. 3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi. 4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
TUJUAN PT PLN (Persero) Untuk menyelenggarakan usaha penyediaan tenagalistrik bagi kepentingan umum dalam jumlah dan mutu yang memadai serta memupuk keuntungan dan melaksanakan penugasan Pemerintah di bidang ketenagalistrikan dalam rangka menunjang pembangunan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas sesuai dengan Undang-Undang No. 19/2000.
MOTTO “Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik"
P3B (PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN) VISI Diakui sebagai pengelola transmisi, operasi sistem, dan transaksi tenaga listrik dengan kualitas pelayanan setara kelas dunia, yang mampu memenuhi harapan stakeholders dan memberikan kontribusi dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.
MISI 1. Mengelola operasi sistem tenaga listrik secara andal. 2. Melakukan dan mengelola penyaluran tenaga listrik tegangan tinggi secara efisien, handal dan akrab lingkungan. 3. Mengelola transaksi tenaga listrik secara kompetitif, transparan dan adil. 4. Melaksanakan pembangunan instalasi sistem transmisi tenaga listrik.
TUGAS UTAMA P3B 1. Mengoperasikan sistem tenaga listrik. 2. Mengoperasikan dan memelihara instalasi sistem transmisi tenaga listrik. 3. Mengelola pelaksanaan jual beli tenaga listrik di sisi tegangan tinggi sistem. 4. Merencanakan pengembangan sistem tenaga listrik. 5. Membangun instalasi sistem transmisi tenaga listrik. 6. Melakukan recovery jika ada gangguan sistem. 7. Menjaga kualitas tegangan.
STRUKTUR ORGANISASI PT PLN (Persero)
DIAGRAM AREA KERJA PT PLN (Persero) P3B
DIREKTUR UTAMA
UNIT INDUK PENYALURAN DAN PENGATURAN BEBAN
P3B JAWA-BALI
P3B SUMATERA
CINERE, JAKARTA
PADANG, SUMUT
P3B APB DKI JAKARTA & BANTEN CAWANG, JAKARTA
P3B APB JAWA BARAT CIGERELENG, JABAR
P3B APB JAWA TENGAH & DIY UNGARAN, JATENG
P3B APB JAWATIMUR WARU, SIDOARJO
P3B APB BALI KAPAL, BALI
APP
APP
APP
APP
APP BALI
APP DURIKOSAMBI
APP CIREBON
APP SALATIGA
APP SURABAYA
APP CAWANG
APP KARAWANG
APP PURWOKERTO
APP PROBOLINGGO
APP PULAU GADUNG
APP BANDUNG
APP SEMARANG
APP MALANG
APP CILEGON APP BOGOR
APP MADIUN
UPB SUMBAGUT
UPB SUMBAGTENG
UPB SUMBAGSEL
STRUKTUR ORGANISASI P3B PUSAT
GENERAL MANAGER
AUDIT INTERNAL
OPERASI PENYALURAN
OPERASI REAL TIME SISTEM TENAGA
ENGINEERING SISTEM TRANSMISI & GARDU INDUK
BIDANG OPERASI SISTEM
BIDANG PERENCANAAN
MANAJER OPERASI SISTEM
MANAJER BIDANG PERENCANAAN
MANAJEMEN SDM
PEMELIHARAAN PENYALURAN
ADMINISTRASI
BIDANG SDM
BIDANG PENYALURAN (TRANSMISI)
BIDANG UMUM
MANAJER SDM DAN ORGANISASI
MANAJER SISTEM TRANSMISI
MANAJER UMUM
TUGAS MASING-MASING PADA STRUKTUR ORGANISASI a. General Manager Bertanggung jawab atas pengelolaan usaha melalui optimalisasi seluruh sumber daya secara efisien,efektif dan snergis; menjamin terselenggaranya operasi dan penyaluran tenaga listrik Jawa Bali yang andal dan akrab terhadap lingkungan; meningkatkan mutu dan keandalan serta pelayanan dan memastikan Good Coorporate Govermance di PT. PLN P3B Jawa Bali. b. Audit Internal Bertanggung jawab menjamin terlaksananya penyelenggaraan pembinaan dan penilaian sistem pengendalian manajemen, operasional maupun keuangans erta memberikan rekomendasi bagi perbaikan dan kemajuan perusahaan. c. Bidang Operasi Sistem Bertanggung jawab menjamin terlaksananya pengelolaan dan pengembang proses bidding energy; perencana dan analisa evaluasi operasi sistem; pengaturan dan pengendalian sistem tenaga listrik; pengelolaan, pemeliharaan dan pengembangan SCADATEL, fasilitas operasi sistem transmisi 500kV; pengelolaan proses pembacaan meter, proses setelmen, penerbitan tagihan pembayaran serta penyelesaian permasalahan transaksi. d. Bidang Perencanaan Bertanggung jawab menjamin tersedianya rencana pengembangan sistem tenaga listik Jawa Bali termasuk rencana sistem transmisi dan indikasi kebuuhan operasi sistem, rencana pengembangan sistem SCADA dan telekomunikasi yang dilengkapi dengan analisis keekonomian sistem dan kajian resiko dengan mengutamakan optimalisasi pemanfaatan sumber daya perusahaan dan merencanakan, mengelola, memelihara dan mengembangkan fasilitas teknologi informasi dan sistem informasi manajemen. e. Bidang SDM Bertanggung jawab menjamin tersedianya SDM yang berkualitas serta memiliki kompetesi sesuai bidang tugasnya meliputi penyelenggaraan rekruitmen dan seleksi, penempatan pembinaan dan pengembangan SDM secara komprhensif dan terencana; mengelola kegiatan administrasi kepegawaian berbasis sistem informasi kepegawaian yang terpadu, manajemen karis dan kinerja SDM. f. Bidang Teknik Penyaluran Bertanggung jawab menyusun kebijakan operasi dan pemeliharaan instalasi transmisi, enjiniring transmisi dan proteksi; menyusun program pembinaa operasi dan
pemeliharaan, lingkungan dan keselamatan ketenagalistrikan, pengendalian aset transmisi dan logistic dengan memperhatikan aspek tekno ekonomis dan strategi pengelolaan sistem transmisi untuk menjamin keandalan dan ketersediaan transmisi. g. Bidang Umum Bertanggung jawab menyusun perencanaan dan melaksanakan pengelolaan administrasi perkantoran, prasarana kantor beserta fasilitasnya dan transportasi serta keamanaan serta kebijakan dalam menghadapi masalah hukum yang timbul selama kegiatan perusahaan, kebijakan dan strategi komunikasi, hubungan masyarakat dan program bina lingkungan serta pengelolaan permasalahan social terkait ROW. h. APB (Area Pengatur Beban) Peran dan tugas dari APB (Area Pengatur Beban) adalah mengelola operasi dan pemeliharaan sistem transmisi tegangan tinggi serta mengelola pelaksanaan transaksi tenaga listrik antara PLN Pusat dengan perusahaan pembangkit dan unit Distribusi. i. APP (Area Pelaksana Pemeliharaan) Tugas dari APP (Area Pelaksana Pemeliharaan) adalah melakukan pemeliharaan rutin dan non rutin sampai dengan wewenangnya. j. UPB (Unit Pengatur Beban) Unit Area Pengatur Beban setara dengan Area Pengatur Beban yang mana Tugas dari UPB (Unit Area Pengatur Beban) adalah mengelola operasi dan pemeliharaan sistem transmisi tegangan tinggi serta mengelola pelaksanaan transaksi tenaga listrik antara PLN Pusat dengan perusahaan pembangkit dan unit Distribusi.
LANGKAH UNTUK MENCAPAI TUJUAN PT PLN (Persero) a. UPAYA PENCAPAIAN VISI DAN MISI PERSEROAN Untuk mewujudkan visi dan misi perusahaan serta menyesuaikan diri dengan peraturan perudangan terbaru tersebut, PLN telah menetapkan tujuan strategis untuk periode 20112015 sebagai berikut :
Memperbaiki kondisi keuangan PLN
Meningkatkan efisiensi investasi dan operasi
Memperbaiki kinerja operasional dan perbaikan citra PLN
PRIORITAS JANGKA PENDEK Prioritas jangka pendek adalah mengatasi kekurangan pasoka listrik untuk pemadaman di hampir seluruh wilayah Indonesia, mengatasi krisis likuiditas dan kemampuan pendanaan jangka pendek.
PRIORITAS JANGKA PANJANG Aspirasi jangka panjang perusahaan adalah bertransformasi menuju Perusahaan Kelas Dunia, Menguntungkan dan Dicintai Pelanggan dengan Cara yang Ramah Lingkungan dan Aman.
SASARAN JANGKA PANJANG PLN TAHUN 2010-2015
Menambah kapasitas pembangkit menajadi 30 GW pada tahun 2015 atau 5 GW per tahun.
Menurunkan biaya pokok produksi menjadi Rp. .099 per kWh.
Menurunkan susut jaringan dari 9,93% menjadi 7,98% dan SAIDI/SAIFI dari 300 menit/9 kali gangguan menjadi 120 menit/4 kali gangguan.
Memperkecil gap gangguan keuangan menjadi Rp.113-124 triliun.
Return On Assets (ROA) menjadi 5,6% sampai dengan tahun 2015
Meningkatkan kemampuan dan menambah jumlah pegawai lebih dari 20.000 pegawai.
b. STRATEGI UMUM PERUSAHAAN Seiring berlakuya UU No.30 tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan yang tidak lagi PLN sebagai PKUK, maka strategi perusahaan kini diarahkan menjadi entitas korporasi yang sehat secara financial, sehingga dapat melakukan investasi untuk mempertahankan pangsa pasar dan berkembang sesuai dengan kaidah-kaidah korporasi.
LINGKUP KERJA
a. LINGKUP KERJA P3B SUMATRA Banda Aceh Sigli PLTG 2X50 MW
Rencong PLTU 30 MW Bireueun
Panton Labu
Lhokseumawe Seulawah PLTG 2X55 MW
Idie
ACEH
Takengon
Meulaboh PLTU 2X100 MW
PLTA 2x21 MW 2x22 MW
Talang Cut Langsa Kuta Cane
P.Brandan
PLTG/U Belawan
Binjai
Sei.Rotan Perbaungan
P. Geli
Blangpidie
Titi Kuning
SUMBAGUT T.Tinggi G.Para
Tapaktuan
Brastagi
Galang
Sidikalang Subussala m
P.Siantar
PLTU 2X100 MW K.Tanjung
Asahan III 154 MW
Kisaran
SUMUT Tele
Aek Kanopan
Porsea R.Prapat
Bagan Siapiapi
Asahan I Simangkok 180 MW PLTP K.Pinang Sarula PLTA G.Tua 6x55 MW Sipan Sibolga Sipahoras Bagan Batu PLTU Labuanangin Pasir MW 2x 100 Pd. Sidempuan Pangarairan Tarutung
Dumai
Ke MALAYSIA
Duri Garuda Sakti
Perawang
Teluk Lembu
Bangkinang Panyabungan
Kulim
Kt.Panjang
Simpang Empat Pd. Luar
Rangakaian Kerinci
RIAU
Tembilahan
Payakumbuh
Batusangkar
Maninja u Ombilin Lubuk Singkarak Alung HPP Indarun Pauh Limo Salak g Solok S.Haru
Rengat T.Kuantan
Kuala Tungkal
PLTU Cirenti 2x150 MW
SUMBAGTENG Kiliranjao
Aur Duri
Bungus
Payo Selincah
Muara bungo
SUMBAR
PLTG Sangeti 28 MW
JAMBI
PLTU Pesisir h 2x100 MW S.Penu
Muara Bulian
Borang
Bangko Sorolangun
PLTA Meerangin 350 MW PLTA Lebong 12 MW Tes
PLTU Banjarsari 2x100 MW
PLTU 2x100 MW
Tl.Kelapa
Keramasan
5
4
1
Bukit Prabu Asam mulih
Excess Power PERTAMINA+PUSRI (2001)
3
2
Betung
1. PLTG Apung 2. PLTG Ex Pulo Gadung 3. IPP Palembang Timur
6
7
SUMBAGSELSUMSEL
Lubuk Linggau
Sukamerindu
Tl.Duku
PLTGU Pal Timur 150 MW
Muara Enim
Pekalongan
Lahat
Kayu Agung
Gunungmegang
PLTU 400 MW
Musi
BENGKULU
Mariana
PLTGU Sp Tiga120 MW
Baturaja
Pagar Alam
Mann a
PLTU Baturaja 2x100 MW PLTA Besai
Krui
Sp. Surabaya
PLTA B.Tegi PLTP Ulubelu 2x55 MW
Gumawang
Blambangan Umpu Bukit Kemuning
Sukadana
Menggala
Sribawono
Kotabumi
Bandar Agung
Tegineneng Adijaya
Pagelaran
Metro Natar Sutami
LAMPUNG Gd. Tataan Tl. Betung
Kota Agung
Tl. Ratai
Tarahan New Tarahan
Kalianda
Bakauhun i
b. LINGKUP KERJA P3B JAWA BALI
SLAYA
PRO IK U
S LRI A
M KRNG GU
GU
C LGON JTAKE
TGRNG
ACC BKAS I GUU M TW AR CW ANG KSBRU
ASAH I KKSTL SRANG KMBNG
HRG LS
CBATU
GNDUL
JTBRG SRAG I
CBBAT BGBRU
CB I NG
A
CRATA PD LRG
SG LNG
SALAK CN JUR
A
CRBON
PK LON
BM AYU MR CI A
GARUT P
M JNNG RW A LO
CAM S I
A
KRPYK W LER I
UNGAR
A
LM N SI
KNTUG G BONG
U GU G LTMR
CEPU
BK LAN
SM NEP SPANG PMKSN
A
B JGRO
U PERAK
SGMDU
KR AI N SRGEN
ACC W ARU
NGAW I
JA JAR
BO JL I
LNGAN
BLORA
JELO K
MADURA
GRS KI BABAT
KDM BO SGRAH PW R JO
G
ACC UNGAR
G ARNG
W SOBO
TSMYA BN JAR
KUDUS RBANG
PM LNG
KM JNG P DR JAT
PAT I
GU
KBSEN
ACC CGR LG
JPARA
TBROK
UBRNG
BDSLN P
A JVA
JTLHR H A
BNG L I PEDAN
GRAT I
M KRTO
PALUR
SURYA
PT ION U
STBDO
MNR JO BNTU L
K LTEN KDBRU
KBAGN
MGUNG
PB LGO L W ANG
A W LNG I
BDW SO
A KKTES
BAL I
BW NG I
PMRON
G LNU K
LM JNG
BTRT I GNYAR
KAPA L
JM BER NGARA
SANUR
PSGRH G
NSDUA
AM LRA
BATASAN a. HARDWARE
SINGLE LINE Single Line 70 kV 1
SUTAMI 1
LAWANG 2
SUTAMI 2
800 A
154/0.11 V3
10 KA 154/0.11 V3
1250 A
1250 A
800/400 A
800 A
2000 A
154/0.11 V3
800 A
800/400 A
800/400 A
2000 A
2000 A
1000/500 A
2500 A
2500 A
10 KA 154/0.11 V3
2000 A
200-400/ 1 A
800- 400/ 5 A
2500 A
800 A
10 KA
10 KA 154/0.11 V3
SENGKALING 2
800 A
800 A
10 KA 154/0.11 V3
SENGKALING 1
1/1A
800 A
800 A
10 KA
SC 150 KV - 25 MVAR
LAWANG 1
1000/500 A
3150 A
3150 A
2000 A 2000/ 1000 A
2000 A
Bus A
2000 A
2000 A
2000 A
2000 A
2000 A
2000 A
2000 A
2000 A
BUS 150 KV Bus B
2000 A
154.000 / 110 / 110 volt V3 V3 3
2000 A
800 KA
40 KA
200/5 A
TRAFO 1 FUJI 150/70 kV - 50 MVA YNyn0 (d5)
10 KA
400/1 A 600 A
600/1 A 10 KA
2000 A
800 A
1250 A
800 A
800 A
2500 A
50/5 A
500 Ohm 28 A 30 Sec.
50/5 A
50/5 A
TRAFO 4 UNINDO 500 Ohm 150/20 kV - 60 MVA 28 A YNyn0 (d5) 30 Sec.
TRAFO 5 TELK 150/20 kV - 30 MVA YNyn0 (d1)
800 A
2000/1000 A 2000 A
2000 A 154/0.11 V3
10 KA
400/5 A 2500 A
2000 A
2000/1000 A
TRAFO 3 POUWELS 150/70 kV - 35 MVA YNyn0 (d5)
10 KA
2000 A
2000 A
400/5 A
400-200/ 5A
10 KA
2000 A
2000 A
1250 A
400-200/ 5A
100/5 A
10 KA
2000 A
2500 A
300/1 A
TRAFO 2 MEIDENSHA 150/70 kV - 35 MVA 10 KA YNyn0 (d5)
10 KA
2000 A
154/0.11 V3
800 A
800 A
10 KA
PAKIS 2
220 Ohm 191 A 30 Sec.
1250 A
70 KV
10 KA
PAKIS 1
A
BUS 70 KV 800 A
800 A
66.000 / 110 / 110 volt V3 V3 3
800 A
800 A
2500 MVA
400/5 A
800 A
400/5 A
800 A
1500 MVA
400/5 A
600 A
B
800 A
2000 A
2000/ 1000 A
400/5 A
800 A
20 KA
10 KA 66 / 0,11 KV V3 V3
800 A
800 A
10 KA 66 / 0,11 KV V3 V3
SENGGURUH
TUREN
800 A
10 KA 66 / 0,11 KV V3 V3
POLEHAN 1
800 A
10 KA
66 / 0,11 KV V3 V3
POLEHAN 2
PT. PLN (PERSERO) P3B REGION JAWA TIMUR DAN BALI UPT MALANG
Digambar : JU. Prot Meter & Scadatel
Diperiksa : ASMAN OPHAR
SINGLE LINE DIAGRAM GI. KEBONAGUNG 1 Disetujui : MANAGER UPT
Tanggal : 01 Januari 2006
Single Line 150 kV SUTAMI 1
SUTAMI 2
SC 150 KV - 25 MVAR
LAWANG 1
LAWANG 2
SENGKALING 1
SENGKALING 2
1/1 A 800 A
800 A
800 A
10 KA 154/0.11 V3
10 KA 154/0.11 V3
1250 A 800/400 A
10 KA 154/0.11 V3
1250 A
2000 A
154/0.11 V3
800 A
800/400 A
800- 400/ 5 A
2500 A
800 A
10 KA
10 KA 154/0.11 V3
800 A
800/400 A
2000 A
800 A
800 A
2000 A
2000 A
1000/500 A
200-400/ 1 A
2500 A
10 KA 154/0.11 V3
2500 A
1000/500 A
3150 A
3150 A 2000 A
2000 A
Bus A
2000 A
2000 A
2000 A
2000 A
2000 A
2000 A
2000/ 1000 A
2000 A
2000 A
BUS 150 KV Bus B
2000 A
154.000 / 110 / 110 volt V3 V3 3
2000 A
800 KA
40 KA
200/5 A
TRAFO 1 FUJI 150/70 kV - 50 MVA YNyn0 (d5)
10 KA
400/1 A 600 A
600/1 A 10 KA
2000 A
800 A
BUS A
1250 A
800 A
800 A
2500 A
50/5 A
500 Ohm 28 A 30 Sec.
50/5 A TRAFO 4 UNINDO 500 Ohm 150/20 kV - 60 MVA 28 A YNyn0 (d5) 30 Sec.
50/5 A TRAFO 5 TELK 150/20 kV - 30 MVA YNyn0 (d1)
800 A
2000/1000 A 2000 A
2000 A 154/0.11 V3
10 KA
400/5 A
154/0.11 V3
10 KA
800 A
800 A 10 KA
2500 A
PAKIS 2
220 Ohm 191 A 30 Sec.
2000 A
2000/1000 A
TRAFO 3 POUWELS 150/70 kV - 35 MVA YNyn0 (d5)
10 KA
2000 A
2000 A
400/5 A
400-200/ 5A
10 KA
2000 A
2000 A
1250 A
400-200/ 5A
100/5 A
10 KA
2000 A
2500 A
300/1 A
TRAFO 2 MEIDENSHA 150/70 kV - 35 MVA 10 KA YNyn0 (d5)
10 KA
2000 A
1250 A
PAKIS 1
70 KV
BUS 70 KV BUS B
800 A
800 A
66.000 / 110 / 110 volt V3 V3 3
800 A
2500 MVA
400/5 A
800 A
800 A
SENGGURUH
800 A
10 KA
TUREN
POLEHAN 1
2000 A
2000/ 1000 A
400/5 A
800 A
66 / 0,11 KV V3 V3
66 / 0,11 KV V3 V3
1500 MVA
400/5 A
600 A
10 KA
800 A
800 A
400/5 A
800 A
66 / 0,11 KV V3 V3
800 A
20 KA
800 A
10 KA 66 / 0,11 KV V3 V3
POLEHAN 2
10 KA
PT. PLN (PERSERO) P3B REGION JAWA TIMUR DAN BALI UPT MALANG
Digambar : JU. Prot Meter &
Diperiksa : ASMAN OPHAR
SINGLE LINE DIAGRAM GI. KEBONAGUNG 1 Disetujui : MANAGER UPT
Tanggal : 01 Januari 2006
Single Line 150 kV / 20 kV A B 1250 A
1250 A
2500 A
1250 A 400-200/ 5A
400-200/ 5A
10 KA
10 KA
50/5 A
TRAFO 4 UNINDO 150/20 kV - 60 MVA YNyn0 (d5)
100/5 A TRAFO 5 TELK 150/20 kV - 30 MVA YNyn0 (d1)
50/5 A
2000A 25KA
630A 25KA 1000-2000/5A 25kA PAKISAJI
GADANG
KLAYATAN
200/5A
630A 25KA
( MG )
630A 25KA
630A 25KA 22 / 0,11 / 0,11
200/5A
200/5A SPARE
PS 2
630A 25KA
630A 25KA SPARE
200/5A
22 / 0,11 / 0,11 MATOS
BUS 20 kV MERLIN GERIN
630A 25KA
2000 A
2000A 25kA
XLPE 2x800 mm
200/5A
EGANUSA
1000-2000/5A
630A 25kA 200/5A SITIREJO
200/5A
200/5A KR.DUREN
SPARE
200/5A
630A 25kA
630A 25kA
630A 25kA
BUS 20 kV GOLD STAR 1
200/5A
NA2XSY 1x800 mm
50/5 A 500 Ohm 28 A 30 Sec.
SPARE
500 Ohm 28 A 30 Sec.
BUS SECTION
Digambar : JU. Prot Meter & Scadatel
Diperiksa : ASMAN OPHAR
Disetujui : MANAGER UPT
Tanggal : 12 September 2008
2000 A 200/5A
2000 A 200/5A
WAGIR
MOG
BUMI AYU
SINGLE LINE DIAGRAM GI. KEBONAGUNG 2
KOL. SUGIONO
PS 1
JANTI PT. PLN (PERSERO) P3B REGION JAWA TIMUR DAN BALI UPT MALANG
2000 A
2000 A 200/5A 200/5A
200/5A
22 / 0,11 / 0,11
2000 A 200/5A
2000 A
BUS 20 kV HYUNDAI
2000 A
GS 2
Single Line 150 kV / 70 kV LAWANG 2
LAWANG 1
A/B
A/B
154/0.11 KV
51N
79
79
51
51N
79
51S/51H=2,8A=448A - 2Sec 51G/51GH=0,7A=112A- 2Sec
51S/51H=2,8A=448A - 2Sec 51G/51GH=0,7A=112A- 2Sec
51=3,75A=750A- TD. 0,35 (SI) 51G=1A=200A - TD. 0,55 (SI)
51N
51
51
51N
79
51N
51
79
51=4,5A=900A- TD. 0,15 (SI) 51G=1A=200A - TD. 0,4 (SI)
51=4,5A=900A- TD. 0,15 (SI) 51G=1A=200A - TD. 0,4 (SI)
85
44
2000-1000/5 A
79
51=3,75A=750A- TD. 0,35 (SI) 51G=1A=200A - TD. 0,55 (SI)
51
85
44
2000-1000/5 A
51N
25
25 85
44
2000-1000/5 A
79
51
2000-1000/5 A
51N
51
2000-1000/5 A
400-800/5 A
2000-1000/5 A
2000-1000/5 A
51N
154/0.11 KV
25 85
44
A/B
154/0.11 KV
25 85
44
PAKIS 2
A/B
154/0.11 KV
25 85
44
PAKIS 1
A/B
154/0.11 KV
25 85
44
A/B
154/0.11 KV
25 85
44
A/B
154/0.11 KV
25
SENGKALING 2
SENGKALING 1
A/B
154/0.11 KV
51
SUTAMI 2
SUTAMI 1
79
51=9 A=1800A- TD. 0,15 (SI) 51G=1A=200A - TD. 0,4 (SI)
51=9 A=1800A- TD. 0,15 (SI) 51G=1A=200A - TD. 0,4 (SI)
A
BUS 150 KV B
P51=4A=160A - TD. 5 (SI) Inst= 14 x Is
NP51
TRAFO 2 MEIDENSHA P = 35 MVA E = 150/70 kV
P51
I = 134/289 A X = 10,17 % Vektor = YNyn0
96
A 154 V3
B 0,11 V3
87
26 63
0,11 KV V3
TRAFO 1 FUJI P = 50 MVA E = 150/70 kV
P51
87
26
25 V 20 Sec.
T
OLR
S51
600/1 A
200-400/5 A
64 V
200 Ohm 30 Sec.
Trip PLHN 1 & 2
S51
OLR
67G
87
26
200 Ohm 30 Sec.
Trip PLHN 1 & 2
NS51
87NS
Is = 30%
800/5 A S51
400/5
S51 = 1A=600A - TD. 0,2 (SI) 67G = 0,2A - TD.0,2
S51 = 4A=320A - TD. 3 (SI)
I = 134/289 A X = 10,14 % Vektor = YNyn0
96
63
64 R
200 Ohm 30 Sec.
TRAFO 3 PAUWELS P = 35 MVA E = 150/70 kV
P51
Is = 30%
63
300/1
Is = 50%
87NP
I = 206/412 A X = 10 % Vektor = YNyn0
96
NS51
P51=2A=160A - TD. 0,25 (SI) Inst= 14 x Is
400 / 5 A
PD
P51=1A=300A - TD. 0,25 (SI) Inst= ~
300 / 1 A
200 / 5 A
NP51=0,7A=28A-1,5 Sec
AUTO
NS51=0,2A=60A - 5 S ( Sek. ) T2 = 10 S ( Pri.)
OLR
Trip PLHN 1 & 2
S51 = 4,25A= 340 A - TD. 0,2 (SI)
A
BUS 70 KV
79
44S
67G
50G
67G
44S
51
79
400/5 A
51
OLR
79
400/5
400/5 A
OLR
51=6A=480A - TD. 0,39 (SI) 67G=0,35A=28A - 1,9 Sec
51=6A=480A - TD. 0,39 (SI) 67G=0,35A=28A - 1,9 Sec
51
44S
51=5A = 2000A -TD. 0,265 (SI)
79
67G
50G
67G
51
44S
51
B 1000 / 2000/5 A
51=6A=480A - TD. 0,39 (SI) 67G=0,35A=28A - 1,9 Sec
AUTO
400/5
51=6A=480A - TD. 0,39 (SI) 67G=0,35A=28A - 1,9 Sec
A
PD
B
66 V3
0,11 V3
0,11 KV V3
COUPEL BUS 70 KV
A
B
B
A
A PD
PD
POLEHAN 1
POLEHAN 2
B
B
A PD
PD
SENGGURUH
TUREN
PT. PLN (PERSERO) P3B REGION JAWA TIMUR DAN BALI UPT MALANG
Digambar : JU. Prot Meter & Scadatel
Diperiksa : ASMAN OPHAR
SISTEM PROTEKSI GI. KEBONAGUNG 1 Disetujui : MANAGER UPT
Tanggal : 01 Januari 2006
Single Line 500 kV
KWh METER Pada single line diagram, kWh meter diletakkan pada busbar incoming 20 kV dan pada busbar transmisi. Sedangkan di lapangan, kWh berada di control room seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini :
1 2 3
4
5 Keterangan Gambar : 1. Alat Ukur Ampere Meter Untuk mengukur besaran arus dengan satuan ampere. KV Meter untuk mengukur besaran tegangan dengan satuan kilo volt. MW Meter untuk mengukur besaran daya aktif dengan satuan mega watt.
MVAR Meter untuk mengukur besaran daya reaktif dengan satuan mega var. KWh Meter Terima untuk mengukur besarnya KWh yang diterima. KWh Meter Kirim untuk mengukur besarnya KWH yang dikirim. 2. Announciator atau Papan Indikasi Papan Indikasi untuk mengetahui indikasi peralatan apa yang kerja atau mengalami kelainan. Reset lock-out ry 79 untuk mereset relay recloser yg kerja. Reset indikasi ry 79 untuk mereset indikasi relay recloser. Lamp Test untuk menguji lampu indikasi. Stop Alarm untuk mematikan / mereset alarm. Stop Flicker untuk menghentikan sinyal flicker. Reset untuk menghilangkan / mereset indikasi. Stop Buzzer untuk mematikan / mereset alarm apabila MCB DC trip. Lampu indikasi MCB DC trip untuk indikasi apabila MCB DC trip. 3. Tombol Selector Switch Switch Voltmeter untuk mengetahui tegangan pada tiap phase (R, S, T). Switch 43 RL (Lokal-Remote) Lokal berarti pembukaan dan penutupan PMS Bus dilakukan / dikerjakan oleh petugas JARGI dikontrol panel GI. Remote berarti pembukaan dan penutupan PMS Bus dilakukan / dikerjakan oleh petugas Dispatcher Region melalui SCADA. Switch 43 RL (Lokal-Remote) Lokal berarti pembukaan dan penutupan PMS Bus dilakukan / dikerjakan oleh petugas JARGI dikontrol panel GI. Remote berarti pembukaan dan penutupan PMS Bus dilakukan / dikerjakan oleh petugas Dispatcher Region melalui SCADA. Synchronism berfungsi untuk mensinkronkan tegangan Line dan Bus. 4. Control Switch Control Switch PMS BUS A untuk pembukaan dan penutupan PMS BUS A 150 kV Remote dari panel kontrol. Control Switch PMS BUS B untuk pembukaan dan penutupan PMS BUS B 150 kV Remote dari panel kontrol. Control Switch PMT untuk pembukaan dan penutupan PMT 150 kV Remote dari Panel Kontrol. Control Switch PMS LINE untuk pembukaan dan penutupan PMS LINE Remote dari Panel Kontrol. Catatan : Untuk fasilitas control switch PMS Tanah tidak ada jadi untuk memasukkannya
dilakukan di switchyard. 5. Test Block sebagai fasilitas untuk pengujian Meter (Besaran arus dan tegangan).
b. SOFTWARE
ALUR PENGENDALIAN OPERASI SISTEM Saat pengendalian operasi sistem di Jawa Bali dilakukan melalui 6 (enam) control center, 1 Inter Regional Control Centre yang bertugas melakukan energy management system dan switching 500 kV dan 5 Regional Control Centre yang bertugas melakukan switching 150/70 kV.
Hirarki Control Centre Jawa Bali IRCC/JCC saat ini terhubung dengan 40 lokasi 500kV remote station (RTU), RCC RJKB terhubung dengan 127 lokasi 150/70kV remote station (RTU), RCC RJBR terhubung dengan 88 lokasi 150/70kV remote station (RTU), RCC RJTB terhubung dengan 118 lokasi 150/70kV remote station (RTU) dan RCC Bali terhubung dengan 14 lokasi 150/70kV remote station (RTU). IRCC/JCC berada diwilayah kendali Bidang Operasi Sistem yang merupakan salah satu bidang di PLN P3B Jawa Bali, sedangkan masing-masing RCC dibawah manajemen Area Pengatur Beban (APB). Dalam melakukan pengendalian operasi, Asmen Operasi dibantu 5 dan 3 shift dispatcher atau yang biasa disebut Manpower Dispatcher P3B JB.
SCADA PENGERTIAN SCADA SCADA merupakan singkatan dari Supervisory Control and Data Acquisition. SCADA merupakan sebuah sistem yang mengumpulkan informasi atau data-data dari lapangan dan kemudian mengirimkan-nya ke sebuah komputer pusat yang akan mengatur dan mengontrol data-data tersebut. SCADA PADA SISTEM TENAGA LISTRIK Fasilitas SCADA diperlukan untuk melaksanakan pengusahaan tenaga listrik terutama pengendalian operasi secara realtime. Suatu sistem SCADA terdiri dari sejumlah RTU (Remote Terminal Unit), sebuah Master Station / RCC (Region Control Center), dan jaringan telekomunikasi data antara RTU dan Master Station. RTU dipasang di setiap Gardu Induk atau Pusat Pembangkit yang hendak dipantau. RTU ini bertugas untuk mengetahui setiap kondisi peralatan tegangan tinggi melalui pengumpulan besaran-besaran listrik, status peralatan, dan sinyal alarm yang kemudian diteruskan ke RCC melalui jaringan telekomunikasi data. RTU juga dapat menerima dan melaksanakan perintah untuk merubah status peralatan tegangan tinggi melalui sinyal-sinyal perintah yang dikirim dari RCC. Dengan sistem SCADA maka Dispatcher dapat mendapatkan data dengan cepat setiap saat (real time) bila diperlukan, disamping itu SCADA dapat dengan cepat memberikan peringatan pada Dispatcher bila terjadi gangguan pada sistem, sehingga gangguan dapat dengan mudah dan cepat diatasi / dinormalkan. Data yang dapat diamati berupa kondisi ON / OFF peralatan transmisi daya, kondisi sistem SCADA sendiri, dan juga kondisi tegangan dan arus pada setiap bagian di
komponen transmisi. Setiap kondisi memiliki indikator berbeda, bahkan apabila terdapat indikasi yang tidak valid maka operator akan dapat megetahui dengan mudah. KOMPONEN DASAR SCADA Komponen-komponen pusat pengendalian, Control Centre, berupa computerkomputer; Komponen-komponen perangkat interface dengan rangkaian proses di gardu induk maupun di gardu distribusi seperti RTU, perangkat komunikasi, perangkat pekerjaan adaptasi dan perangkat-perangkat pencatu daya; Perangkat meter-meter dan terminal pelanggan untuk otomatsasi. Sarana telekomunikasi yang diperlukan untuk memungkinkan dua atau lebih terminal dapat saling berkomunikasi. a) Control Centre Control centre merupakan bagian dari system pengendalian yang akan dibangun setelah gardu-gardu yang akan disupervisi disiapkan dan semua kebutuhan infrastruktur seperti sarana telekomunikasi dan bangunan-bangunan gardu induk dan lain-lain telah tersedia. Pengembangan perangkat-perangkat RTU untuk keperluan gardu induk, gardu hubung dan gardu distribusi secara bertahap mengikuti perkembangan jaringan dengan tetap memperhatika keperluan dan urgensi dari setiap titik remote control. Hal ini dimaksudkan agar pelaksanaan instalasi dari perencanaan system SCADA dapat dilaksanakan secara setahap demi setahap tanpa perlu melaksanakannya secara keseluruhan pada waktu yang sama terutama bila dipertimbangkan pelaksanaan otomatisasi pada bagian-bagian jaringan tertentu belum mendesak. b) Perangkat-perangkat RTU Pada setiap pengimplementasian RTU untuk gardu induk maka semua jaringan out going dan incoming 20 kV serta semua jaringan transmisi 150 kV dan pembangkit-pembangkitnya harus dapat dipantau dan di-remote control baik
status
perlatan-peralatannya
maupun
besaran-besaran
listriknya.
Sedangkan pada gardu hubung semua pemutus-pemutus daya LBS harus dapat dimonitor dan di-remote control. c) Perangkat-perangkat Meter Pelanggan Peserta Perangkat Interface
Perlu dilakukan pengembangan dan penggantian meter yang dilengkapi dengan
perangkat
elektronik
untuk
memungkinkan
dilaksanakannya
komunikasi elektronis pelanggan dengan remote centre, pembacaan meter, remote control, dan lain sebagainya. Penerapan otomatisasi pelanggan tersebut akan dilaksanakan dengan terlebih dahulu pada jaringan spindle 20 kV yang banyak pelanggan-pelanggan besarnya dengan menggunakan sarana telekomunikasi distribution line carrier. Hal ini mengingat konfigurasi distribution line carrier yang tersambung pada suatu spindle akan dapat melayani semua pelanggan yang tersambung ke spindle tersebut dengan komunikasi broadcasting. d) Keuntungan-keuntungan Penerapan Sistem SCADA/EMS Secara umum keuntungan-keuntungan yang dapat kita peroleh dengan menerapkan system SCADA/EMS pada kelistrikan, yaitu : Dengan menggunakan system SCADA/EMS pada system kelsitrikan dapat diperoleh dengan system pengoperasian dengan organisasi yang lebih ramping dan sederhana. Pada prinsipnya, dengan adanya system SCADA/EMS system gardu induk tanpa orang seharusnya dapat dilakukan, dimana hal ini dapat mengurangi biaya-biaya yang cukup signifikan sebagai bahan pertimbangan dalam penerapan system SCADA. Keuntungan lain yang dapat diperoleh dari pengoperasian system kelistrikan dengan menggunakan system SCAD/EMS adalah system pengoperasian yang lebih ekonomis. Dengan menggunakan system SCADA/EMS
system
pengoperasian
kelistrikan
dapat
menghemat
keseluruhan biaya operasi, misalya dengan load forecast dan unit-unit komitmen yang lebih baik, optimasi rugi-rugi transmisi maupun pembangkit
dan
lain
sebagainya
yang
secara
keseluruhan
akan
mengoptimumkan sumber daya secara ekonomis. Peningkatan
keandalan
system.
Factor-faktor
pertimbangan
pengimplementasian SCADA/EMS bukan hanya terdiri atas pertimbangan ekonomis semata-mata melainkan juga factor sekuriti dan keandalan. Sejauh ini diakui masih sulit menjelaskan keuntungan-keuntungan diatas secara kuantitatif dalam arti nilai ekonomis yang akan diperoleh bila system dilengkapi dengan SCADA/EMS. Biasanya bila terjadi gangguan serius yang menyebabkan pemadaman total (black out), baru akan terfikirkan
betapa pentingnya sarana dan fasilitas yang dapat digunakan untuk membantu mengoperasikan dan menganalisa keandalan system. Dari berbagai pendapat disepakati keandalan system akan bisa dinaikkan mulai 20% hingga 50% bila system kelistrikan dioperasikan dengan system SCADA/EMS. Angka tersebut diharapkan akan semakin meningkat seiring dengan kemajuan fungsi-fungsi perangkat lunak aplikasi yang terus berkembang. SISTEM SCADA JAWA BALI DATA SISTEM SCADA MASTER STATION terdiri dari 6 Control Center : a) JCC GANDUL (Gandul, Depok) Tugas switching 500 Kv Jawa Bali. b) RCC CAWANG (APB DKI JAKARTA dan BANTEN) Tugas pengaturan sistem 150/70kV DKI Jakarta dan Banten. c) RCC CIGELENG (APB Jawa Barat) Pengaturan sistem 150/70KV Jawa Barat d) RCC UNGARAN (APB Jawa Tengah dan DIY) Pengaturan sistem 150/70kV Jawa Tengah dan DIY e) RCC WARU (APB Jawa Timur) Pengaturan 150/70kV Jawa Timur f) RCC BALI (APB Bali) Pengaturan sistem 150/70kV Bali. REMOTE STATION
Link Komunikasi SCADA Media komunikasi yang digunakan untuk SCADA Jawa Bali adalah : a) Fiber Optic b) PLC
c) Pilot Cable d) Radio Microwave
KONFIGURASI LINK KOMUNIKASI UNTUK SISTEM SCADA 500 KV
KONFIGURASI SCADA JAWA TIMUR
EMS (Energy Management System) EMS merupakan aplikasi untuk melakukan manajemen energi operasi sistem tenaga listrik yang terintegrasi dengan sistem SCADA. EMS berfungsi untuk : a) Monitoring operasi sistem tenaga listrik b) Menganalisa permasalahan yang berhubungan dengan keamanan operasi sistem tenaga listrik c) Mencapai operasi sistem tenaga listrik yang ekonomis. Kebutuhan aplikasi EMS beroperasi secarareal time dengan data snapshot dari server SCADA atau sub sistem komunikasi untuk pengukuran dan status saat aplikasi dijalankan dan data modeling serta data statis dapat diambil dari server historical, EMS dan SCADA.
AMS (Automatic Meter Reading) Automatic Meter Reading (AMR) adalah system pembacaan meter jarak jauh secara otomatis, terpusat, dan terintegrasi dari ruang control melalui media komunikasi telepon public (PSTN) atau telepon seluler (GSM) menngunakan software tertentu. Sistem AMR diterapkan pada pelanggan potensial dengan daya terpasang diatas 41.5 KVA.
Konfigurasi peralatan yang digunakan diantaranya : Meter elektronik yang terpasang di pelanggan Modem dan saluran telepon Computer Dengan system AMR, pelanggan dapat mengetahui nilai dan karakteristik energy listrik yang dikonsumsi, sehingga dapat melakukan energy management untuk menghemat biaya listrik. Sistem AMR (Automatic Meter Reading) merupakan sistem pengambilan data tersentralisasi, dimana data regular yang berupa : Energy (kWh & kVArh) Max Demand (VA), dan Load Profile (Arus,Tegangan,kW, kVAr, dan kVA) secara periodik dibaca dari setiap Meter dan dikumpulkan di Master AMR untuk keperluan billing dan juga untuk analisa profil customer dalam kerangka antisipasi kebutuhan daya. Sistem ini pun memiliki beberapa kelemahan. kWh meter transaksi yang digunakan tidak satu jenis, sehingga download datanya harus menggunakan program yang berbeda. nilai dari pengukuran per 30 menit koneksi ke kWh meter lebih rentan terhadap gangguan. Pengumpulan data dan kalkulasi susut transmisi akan memakan waktu yang lama. Sistem ini akan efektif jika kalkulasi susut dilakukan per-hari (per-24 jam) Sistem AMR ini memungkinkan untuk malakukan koreksi pola operasi setiap harinya. Ini hanya bereffek pada perencanaan pengoperasian pembangkit setiap harinya.
LFC (Load Frequency Control) Peralatan yang seacraotomatis merespon sinyalk dari control center secarareal time untuk mengatur daya aktif keluaran dari generator yang berada dalam suatu area tertentu sebagai tanggapan terhadap perubahan frekuensi sistem, pembebanan tieline, atau keduanya, dengan maksud untuk menjada frekuensi sistem yang diinginkan, dan atau mewujudkan pertukaran daya aktif dengan area lain dalam batas yang dikendaki.
SOP
PENERAPAN SOP
c. BRAINWARE
MENERAPKAN BUDAYA ORGANISASI Dalam sebuah perusahaan terdapat sebuah organisasi. Untuk mencapai tujuan dari perusahaan tersebut diperlukan budaya oerganisasi. Budaya organisasi dianggap penting, karena pada budaya organisasi yang kuat akan mempermudah dalam tercapainya tujuan oranisasi, sebaliknya jika budaya organisasi lemah akan tujuan organisasi akan sulit dicapai. Budaya organisasi mendorong terciptanya komitmen organisasi dan meningkatkan konsistensi sikap pegawai, budaya menyampaikan kepada karyawan baimana pekerjaan dilakukan dan apasaya yang bernilai penting. Sebagai organisasi publik milik pemerintah, budaya yang terdapat pada organisasi akan lebih terlihat karena tujuan dari organisasi publik lebih kepada memberikan
manfaat
untuk
masyarakat
dan
tidak
semata
menjalankan
organisasinya untuk mendapatkan keuntungan. Seperti pada PT PLN Unit P3B Jawa-Bali merupakan unit kerja PT. PLN (Persero) yang memiliki pekerja dalam menyediakan pelayanan yang dibutuhkan di daerah – daerah seperti di pulau Jawa dan pulau Bali. P3B JB (Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali) mempunyai tujuannya yaitu lebih memfokuskan usaha pengelolaan operasi system, memlihara dan mengembangkan sustem operasi dan sarana penyaluran, mengelola transaksi energi dan mengelola pengusahaan jasa telekomunikasi masing – masing sesuai kebijakan Perseroan secara komersil, sesuai dengan kontrak kerja yang diterapkan oleh Direksi Perseroan sebagai unit kerja yang dibawah PT. PLN Persero. Selain terdapat tujuan, pada sebuah organisasi terdapat sebuah visi dan misi. Visi dan misi tersebut dijadikan sebagai landasan dasar untuk lebih memperbaiki dan mengembangkan budaya organisasi yang akan mempengaruhi besarnya pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Kinerja pegawai dipengaruhi oleh budaya organisasi dan setiap pegawai yang ikut bersama-sama membangun budaya organisasi yang baik, maka PT PLN unit P3B Jawa-Bali akan menjadi perusahaan yang memiliki predikat baik dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lain. PENERAPAN BUDAYA ORGANISASI PADA P3B
Sosialisasi Budaya Organisasi Keberhasilan penerapan budaya organisasi diikuti dengan proses sosialisasi melalui pelatihan sejak seorang pegawai mulai bekerja dengan menanamkan nilai- nilai serta menceritakan budaya yang ada pada organisasi, sehingga sejak menjadi pegawai baru nilai-nilai dan norma yang berlaku sudah menjadi pedoman pegawai dalam berpeilaku. Pelatihan budaya merupakan bagian dari sosialisasi budaya. Pelatihan diberikan kepada pegawai baru yang akan mulai bergabung menjadi anggota organisasi. Pelatihan diberikan oleh orang-orang yang mempunyai banyak pengalaman cukup lama sebagai anggota organisasi sehingga terdapat banyak pengetahuan dan cerita tentang budaya yang ada pada P3B JB. Seperti penjelasan tentang sosialisasi budaya yang di ceritakan oleh seorang staff bidang SDM dan Umum. “Sosialisasi budaya dalam mengimplementasikan budaya organisasi dilakukan dengan membuat komitmen pada tahun 2010 dengan membangun pondasi yang terdapat dalam satu buku saku yang di bagian halaman terakhir terdapat lembar komintmen bahwa pegawai sudah membaca dan mengerti dan
akan mengimplementaskan budaya organisasi dengan sebaik -baiknya.
Sosialisasi budaya organisasi pada P3B JB diserahkan kepada masing- masing bidang dan masing- masing bidang mempunyai wewenang berdiskusi untuk menentukan nilai-nilai apa yang paling cocok untuk di tanamkan pada bidangnya. Seperti pada bidang SDM dan Umun, setelah berdiskusi nilai- nilai apa yang menjadi pedoman dalam berperilaku mereka membuat satu hukuman apabila salah satu anggota dari tim SDM melanggar peraturan yang telah di buat bersama tersebut. Hukuman yang dijatuhkan apabila seorang pegawai datang terlambat yaitu dengan mengalungkan buku saku pedoman perilaku dari pagi sampai waktu jam kantor habis, dan cara ini terbilang efektif karena mengurangi jumlah pegawai yang sering datang terlambat”. (Bapak Sidik, staff bidang umum) Pendapat lain yaitu “ Sosialisasinya itu tadi, dengan membuat pamflet-pamflet, buku saku pedoman perilaku dan melalui media internal PT PLN dan Cukup efektif, karena adanya media-media tersebut, pegawai akan lebih mudah mengakses tentang budaya organisasi yang menjadi pedoman perilaku bagi kami dalam berperilaku. (DM SDM danUmum, 5 Juli 2012)
Dari pernyataan yang dikemukakan oleh seorang staf dan deputi manager SDM bahwa proses sosialisasi memberikan manfaat dalam menerapkan budaya organisasi yang terkandung dalam nilai- nilai budaya sebagai pedoman perilaku bagi setiap pegawai. Manfaat yang terkandung adalah proses penerapan budaya organisasi akan berjalan dengan baik karen melalui pembuatan buku saku yang di dalamnya terdapat apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh pegawai serta adanya lembar pernyataan bahwa setiap pegawai berkomitmen untuk menjaga, menjalankan dan menjadikan nilai-nilai budaya sebagai dasar dari seorang pegawai dalam berperilaku. Adanya
punishment
yang
sudah
menjadi
kesepakatan
bersama
disosialisasikan dengan baik agar dapat mengurangi jumlah pegawai yang datang terlambat. Ketika suatu peraturan di sosialisasikan dengan baik, maka jika ada seorang pegawai yang melanggar akan mendapatkan hukuman yang sudah di sepakati bersama dan karena dengan adanya peraturan yang sudah di bentuk bersama ada perasaan malu jika apa yang sudah disepakati kemudian dilanggar sendiri dan hukuman nya pun terlihat oleh orang banyak. Pengenalan dan sosialisasi budaya organisasi dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan tentang model budaya organisasi yang digunakan untuk mengetahui bagaimana anggota organisasi mengenal budaya yang ada pada organisasinya melalui pengetahuan anggota organisasi tentang artefak seperti ritual-ritual, bahasa sehari- hari, makna logo perusahaan, tekno logi yang berkembang serta produk lain yang diproduksi pada oleh organisasi. Selain artefak terdapat nilainilai yang menjadi pedoman perilaku dan asumsi dasar yang digunakan oleh seorang pemimpin dalam mengambil keputusan. Peran Budaya Organisasi pada PT PLN unit P3B Jawa Bali Budaya organisasi pada tiap organisasi mempunyai ciri khas yang akan membedakan P3B JB dengan organisasi lain dan bermanfaat bagi kinerja organisasi P3B JB. Berikut hasil wawancara dengan wakil dari bidang SDM mengenai budaya organisasi yang ada pada P3B JB. “… P3B JB membentuk budaya organisasi melalui nilai-nilai SIPP yang bercirikan komunikasi terbuka, kinerja tinggi, dan komitmen tenaga kerja serta memastikan bahwa budaya organisasional memberi manfaat dari beragam gagasan, budaya, dan pemikiran tenaga kerja melalui kegiatan-kegiatan
organisasi yang dapat diikuti oleh seluruh pegawai, seperti kegiatan diklat, forum diskusi, dan kegiatan-kegiatan lain yang bermanfaat bagi kemajuan organisasi” (Bapak Sidik, staff bidang SDM dan Umum). Berdasarkan pernyataan diatas terlihat bahwa budaya organisasi dapat memberikan keleluasaan untuk anggota organisasi dalam memberikan pemikiran-pemikiran
untuk
kegiatan-kegiatan
yang
dapat
membangun
organisasi menjadi organanisasi yang diterima dengan baik oleh pelanggan maupun mitra kerja serta bagi anggota organisasinya sendiri. Mengembangkan budaya organisasi diperlukan komunikasi yang efektif seperti melalui disposisi, surat dan nota dinas sesuai TLSK, email, telepon, facsimile, CoP, website (buku tamu, agenda, liputan berita dan informasi lainnya). Informasi dan komunikasi dua arah dilakukan melalui raker, RTM, tea morning dan forumforum seperti SBO (spiritual, budaya, olah raga) yang di gunakan untuk memfasilitasi pegawai guna mencapai keseimbangan kerja. TAHAPAN PENERAPAN BUDAYA ORGANISASI Tahapan penerapan budaya organisasi dalam menerapkan budaya organisasi agar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh PT PLN unit P3B, yaitu: a) Tahap Pertama Budaya organisasi pada P3B JB dijabarkan menjadi empat tata nilai oleh PT PLN Pusat, yaitu saling percaya, integritas, peduli, dan pembelajar. Keempat tata nilai ini bercirikan komunikasi yang efektif antar anggota organisasi maupun dengan orang-orang yang berada di luar organisasi sehingga akan terjadi komunikasi dua arah yang dapat menciptakan kerja sama yang baik dengan pelanggan, maupun mitra kerja. P3B JB sepakat bahwa cara yang tepat untuk memperkuat budaya organisasi yaitu melalui manajemen kinerja yang akan meningkatkan kinerja pegawai
yang berlandaskan pada siklus
perencanaan, pemantauan dan peningkatan kinerja pegawai yaitu dengan memotivasi pegawai agar dapat bekerja dengan sebaik -baiknya. Melalui budaya P3B JB menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan, baik sebagai mitra kerja maupun sebagai anggota masyarakat dengan mengedepankan nilainilai budaya yang sudah di tanamkan oleh organisasi. Seperti tanggap terhadap keluhan pelanggan dan menyelesaikan permasalahan dengan tepat waktu dan sebaik-baiknya.
Pengenalan pembentukan budaya organisasi sudah ada sejak PT PLN berdiri, pembentukannya didasari oleh visi dan misi organisasi sehingga pegawai akan lebih mudah memahami tentang budaya organisasi yang menjadi pedoman perilaku pada P3B JB. Para pendiri mempunyai asumsi dasar, norma, nilai- nilai dan aturan yang selanjutnya diperkenalkan, di ajarkan, dan ditanamkan kepada pegawai sebagai anggota organisasi. Budaya organisasi P3B JB diberikan secara turun temurun dari pendiri PT PLN pusat terdahulu, kemudian di implementasikan sesuai dengan tata nilai yang sudah ditetapkan menjadi tata nilai dari P3B JB. Namun P3B JB mempunyai penilaian sendiri tentang urutan nilai yang di tetapkan oleh PT PLN. Nilai yang paling utama menurut P3B JB adalah integritas karena loyalitas pegawai adalah yang paling utama dan mendukung untuk mewujudkan nilai-nilai lain. Budaya muncul ketika adanya interaksi antara satu anggota organisasi dengan anggota organisasi lain yang saling memberikan informasi tentang perwujudan budaya organisasi yang akan meningkatkan kinerja pegawai dan saling memberikan motivasi untuk ikut dalam mengembangkan budaya organisasi. b) Tahap Kedua Sosialisasi budaya dilakukan melalui pelatihan budaya oleh anggota organisasi yang sudah berpengalaman dan dapat dijadikan contoh yang baik oleh para pegawai baru karena memiliki perilaku yang baik selama menj adi anggota organisasi di P3B JB. PLN pusat memberikan wewenang penuh kepada masing - masing bidang di P3B JB dalam mensosialisasikan budaya organisasi, sehingga melalui diskusi yang dilakukan oleh masing- masing bidang diperoleh nilai-nilai budaya yang tepat untuk diterapkan pada bidang tersebut. Melalui kesepakatan bersama, masing- masing bidang menentukan hukuman apa yang paling tepat jika terdapat pelanggaran yang dilakukan oleh pegawai, seperti hukuman yang ditetapkan oleh bidang SDM dan Umum. Apabila terdapat pegawai yang terlambat dijatuhi hukuman mengalungi buku saku pedoman perilaku sejak melakukan pelanggaran sampai jam pulang kantor. Adanya hukuman yang sudah disepakati bersama, pelaksanaan budaya organsasi akan menjadi lebih efektif karena akan mengurangi pegawai melakukan pelanggaran-pelanggaran yang akan berpengaruh pada kinerja mereka seperti tidak menyelesaikan pekerjaan tepat waktu atau lebih sering datang terlambat daripada datang tepat waktu. Peran seorang pimpinan atau
manager dari masing- masing bidang dalam mengawasi proses sosialisasi implementasi budaya organisasi juga sangat penting, untuk itu seorang pemimpin harus memegang teguh budaya yang sudah ada dan menceritakan serta memberi contoh yang baik tentang bagaimana budaya organisasi yang ada pada P3B JB. Pengenalan budaya organisasi dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan tentang model budaya organisasi yang digunakan untuk mengetahui bagaimana anggota organisasi mengenal budaya yang ada pada organisasinya melalui pengetahuan anggota organisasi tentang artefak seperti ritual-ritual, bahasa sehari- hari, makna logo perusahaan, teknologi yang berkembang serta prdouk apa saja yang diproduksi pada oleh organisasi. c) Tahap Ketiga Budaya organisasi terkait dengan nilai- nilai, norma-norma, dan peraturan yang berlaku sehingga perilaku pegawai akan lebih terarah dalam melakukan kegiatan organisasionlanya. Budaya dijadikan sebagai ciri khas dari organisasi lainnya yang sejenis, karena nilai- nilai yang terkandung mempunyai arti yang menggambarkan bagaimana budaya yang ada pada PT PLN unit P3B Jawa Bali. Peran budaya dalam memotivasi pegawai cukup kuat, karena dengan menanamkan budaya yang kuat sejak seseorang mulai bergabung akan membangun sifat loyalitas kepada organisasi. Untuk menciptakan kesan yang baik di hadapan pelanggan, mitra kerja, maupun masyarakat P3B JB memfokuskan tiga prinsip yaitu Kapailitas inti, Kepemimpinan, Teknis yang baik dalam melayani masyarakat. d) Tahap Keempat Penerapan budaya organisasi diwujudkan setelah melalui penjabaran budaya organisasi, sosialisasi budaya dan sosialisasi peran budaya organisasi sehingga apabila dalam pelaksanaannya semua tahapan tersebut terlaksana dengan baik, maka penerapan budaya organisasi akan mencapai hasil yang maksimal. Pada PT PLN unit P3B Jawa Bali, penerapan budaya organisasi diwujudkan dengan menanamkan nilai-nilai budaya yang ada pada organisasi sehingga anggota organisasi mempunyai pedoman dalam berperilaku.
MEMBERIKAN PAY FOR PERFOMANCE Untuk memastikan budaya organisasi memberikan manfaat dari beragam gagasan, budaya, dan pemikiran tenaga kerja dengan melakukan kegiatan rapat secara berkala. Kegiatan tersebut dievaluasi secara berkala untuk melihat efektivitas, dan hasil digunakan untuk peningkatan komunikasi, inovasi dan perbaikan untuk meningkatkan kinerja, dengan demikian P3B JB mempunyai cara untuk memperkuat budaya organisasi yang berkinerja tinggi, keterikatan, dan kepuasan yaitu dengan sistem manajemen kinerja yang meningkatkan kinerja pegawai berdasarkan siklus perencanaan, pemantauan, dan penilaian dan meningkatkan keterikatan dan kepuasan pegawai melalui pemberian pay for performance dan kriteria talenta sebagai kenaikan karir.
SERAGAM PEGAWAI P3B JB mempunyai beberapa baju seragam yang digunakan padahari - hari tertentu. Seperti hari senin pakaian yang dipakai berwarna hitam putih. Hari Selasa memakai baju seragam area. Hari rabu memakai seragam serikat kerja. Hari kamis memakai baju safari berwarna hitam putih dan pada hari jumat memakai baju batik.
TRAINING PEGAWAI Sebelum kerja langsung, pegawai dispatcher dilalukan trainang di P3B Pusat. Dan setelah bekerja pegawai dispatcher juga diadakan training setiap setahun sekali yang diadakan di PUSDIKLAT. Dan training yang dilakukan tersebut disebut DTS (Dispatcher Training Simulator). Dispatcher Training Simulator untuk uji kompetensi dispatcher, dengan fasilitas DTS ini peserta uji kompetensi seolah-olah sedang mengatur sistem dalam kondisi yang sebenarnya, dimana trainer akan memberikan simulasi-simulasi kasus pada transmisi, diantaranya switching / pemeliharaan penghantar, serta gangguan terhadap sistem mulai dari gangguan pembangkit, transmisi hingga trafo. Pada uji kompetensi ini peserta dituntut untuk dapat mengambil keputusan yang tepat terhadap kondisi yang sedang terjadi pada sistem transmisi sesuai dengan standar prosedur yang sudah ditetapkan, dimana pengambilan keputusan oleh peserta uji kompetensi tersebut yang akan menjadi bahan penilaian dalam uji kompetensi dispatcher. DTS akan memberikan respon terhadap langkah-langkah yang dilakukan
oleh peserta sesuai dengan karakteristik sistem tenaga listrik yang sedang diatur. Walaupun data untuk aplikasi DTS ini berjalan secara offline, namun data didapat dengan meng-capture data real time pada suatu waktu dan kondisi tertentu, sehingga keakuratan DTS ini tentu saja sangat dipengaruhi oleh kondisi datadata realtime yang sedang berjalan, jika data-data tersebut tidak akurat maka respon dari DTS juga menjadi kurang sesuai dengan kondisi sistem di lapangan yang terkini.
Tugas Dispatcher (Pengatur Beban) Apa itu dispatching? Dispatching atau Pengaturan Beban adalah suatu “tatacara” untuk mengoperasikan sistem tenaga listrik. Tatacara tersebut meliputi : a. Perencanaan - Study aliran daya (load flow) - Study hubung singkat - Economic Load Dispatch - Maintenance scheduling unit pembangkit
b. Pelaksanaan / Operasi Real Time Perlengakpan : - Konfigurasi jaringan sistem tenaga listrik - Rencana operasi harian - SCADA - SOP Pemulihan (recovery) - Logsheet
c. Analisa dan Evaluasi - Pembuatan statistik sebagai input bagi perencanaan
Tugas Pokok Dispatcher : Mengatasi penyimpangan (deviasi) yang terjadi dari Rencana Operasi Harian. Penyimpangan dapat terjadi antara lain karena gangguan sistem (gangguan partial dan gangguan total / black out). Dalam kasus gangguan total, proses pemulihannya harus dilakukan secara bertahap, sebagai berikut : 1. Black Start Unit Pembangkit, 2. Pengiriman tegangan (back feeding) ke Unit Pembangkit/Gardu Induk 3. Pemulihan sistem jaringan tenaga listrik dengan melakukan pembebanan Gardu Induk secara bertahap sesuai dengan kemampuan unit pembangkit yang telah beroperasi.
4. Keberhasilan di dalam mengasut (start) unit pembangkit sepenuhnya bergantung kepada Enjinir dan Operator Unit Pembangkitan. 5. Pengiriman tegangan ke unit pembangkit (untuk keperluan start) dan pemulihan sistem dengan melakukan langkah-langkah pembebanan secara bertahap sehingga membentuk subsistem kecil dan kemudian dirangkai dengan subsistem kecil lainnya hingga membentuk sistem interkoneksi utuh seperti sediakala, sepenuhnya menjadi tanggung jawab Dispatcher yang dibantu pelaksanaannya oleh Operator gardu induk. Siapa Dispatcher? Petugas pelaksana operasi “real time” yang mampu menjaga mutu dan keandalan operasi sistem tenaga listrik. Berperan melaksanakan rencana operasi harian (ROH) dan mampu mengatasi penyimpangannya.
MASALAH Medan (ANTARA News) - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Sumatera Utara mengatakan, PLN seharusnya menunjukkan tanggung jawab dengan pemadaman listrik yang bisa terjadi tiga hingga lima kali dalam sehari. "Petugas PLN Sumatera Utara tampaknya menganggap hal yang sepele mengenai pemadaman listrik tersebut. Manajemen PLN Sumut harus menunjukkan rasa tanggung jawab dengan pemadaman listrik setiap saat di Kota Medan yang penduduknya sekitar 2,3 juta jiwa itu." kata Ketua YLKI Sumut, Abubakar Siddik, di Medan, Senin, Pola pikir menyepelekan masalah pemadaman, menurut dia, harus dihilangkan, dan merupakan paradigma lama, serta tidak mungkin lagi diterapkan pada era globalisasi yang semakin canggih."PLN Sumut jangan kelihatannya seperti `buang badan` dan tidak mau bertanggung jawab mengenai permasalahan listrik di daerah ini," ujarnya. Ia menyebutkan, untuk mengatasi kendala listrik itu, PLN Sumut harus bekerja keras dengan mencari berbagai solusi sehingga tidak terjadi lagi pemadaman.Manajemen PLN Sumut tidak usah mencari berbagai dalih atau alasan, bahwa pemadaman listrik karena adanya perbaikan mesin pembangkit yang rusak di PLN Belawan. Cara-cara mengelabui masyarakat seperti itu tidak zamannya lagi dan sudah kuno. Masyarakat juga sudah banyak mengetahui, bahwa pemadaman listrik itu karena terjadi defisit. "Diperkirakan lebih kurang 371 mega watt kekurangan daya listrik di Sumut," kata Abubakar. Ia menambahkan, meski defisit, manajemen PLN Sumut bukannya mencari tambahan daya, melainkan justru melakukan pemadaman bergilir di sejumlah kelurahan, kecamatan di Kota Medan. Ini jelas merugikan pelanggan. Seharusnya, kata dia, manajemen PLN Sumut menyewa pembangkit listrik kepada pihak lain atau membeli mesin pembangkit listrik yang baru untuk menggantikan pembangkit listrik yang rusak di PLN Belawan. PLN Sumut saat ini hanya memberikan janji dan pengharapan bagi masyarakat bahwa pada Oktober 2013 tidak ada lagi pemadaman. "Namun kenyataannya pada Oktober pemadaman listrik semakin menjadi-jadi, tidak ubahnya seperti makan obat saja," kata Abubakar. Sementara itu, manajemen PT PLN Wilayah Sumut-Aceh akan berusaha menyewa dan mengoperasikan pembangkit diesel dengan total daya 430 MW. Target PLN pada awal November sudah tidak ada masalah krisis listrik di Sumut. Pasokan listrik PLN untuk Sumut hanya 1.400 MW, sementara kebutuhannya mencapai 1.650 MW.
DATA ANALISA KESIMPULAN