Teknik Komputer, Kendali dan Elektronika (Desember)2011
Sistem Kendali Suhu Pada Miniatur Proses Industri Berbahan Baku Padat (Temperature Control System on Miniature of Industrial Process with Solid Raw Material) Sitti Fatimang*, Muh. Tola, Rhiza S. Sadjad Abstrak Makalah ini membahas tentang bagaimana membangun suatu system kendali suhu pada miniature proses industri berbahan baku padat. Sistem ini dalam bentuk Simulink Pemodelan Kendalian (plant) yang menggunakan software Matlab. Pemodelan rancangan kendali suhu pada miniature industri ini terdiri dari silo, conveyore, kiln dan cooler. Hasil dari simulasi dengan menggunakan program matlab akan diverifikasi dengan hasil pengukuran yang dilakukan dengan scenario pada kiln1, kiln1, dan cooler serta pengendaliannya hingga proses berjalan normal. Pengendalian dibuat bertujuan untuk mengembalikan system yang terganggu ke keadaan normal.Hasil simulasi matlab dari keadaan normal, kemudian diberi gangguan dan dibuat pengendalian maka hasilnya terlihat grafik sama ketika system dalam keadaan normal. Kata Kunci : Kendali suhu miniatur Industri
ABSTRACT The object of the research was to discuss how to design the temperature control system on the miniature of the industrial process with the solid raw material. The system was in the form of the control modelling simulink (plant) whuch used the software matlab. The temperature control design modelling on the industrial miniature consisted of silo, conveyor, kiln and cooler. The result of the simulation by using the matlab program is verified with the result of the measurement carried out with the scenarios on rhe kiln1, kiln2 and cooler and their controlling, so that the process run normally. The controlling is made with the purpose to restore the disturbed system into the normal condition. The disturbance is in the form of the addition of the water volume and the increase of the water tempeature into 100oC. The result of the matlab simulation of the normal condition is then given the disturbance and the controlling is made so that the result is seen in the same graph when the system is in the normal condition.
1. Pendahuluan Perkembangan teknologi di era globalisasi sangat pesat sekali, terbukti dengan lahirnya penemuan-penemuan baru dalam segala bidang secara terus menerus. Dalam bidang kehidupan apapun di masa sekarang ini dituntut suatu efisiensi. Misalnya, di sebuah perusahaan atau industri yang dapat dikatakan tidak bisa lepas dari bidang elektronika dituntut suatu sistem yang efisien. Efisien disini mengandung maksud bahwa sistem yang digunakan harus dapat berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan, dengan mengurangi resiko kesalahan. Dalam pengoperasian suatu proses industry harus memenuhi beberapa persyaratan. Diantaranya adalah masalah keamanan (safety), spesifikasi produksi, pengaruh terhadap lingkungan, batasan operasi serta masalah ekonomi. Untuk menjamin persyaratan tersebut terpenuhi, maka proses industry perlu memiliki suatu system yang dapat memonitor
dan mengendalikan semua proses yang ada di dalamnya supaya tujuannya dapat terpenuhi .. Salah satu arah perkembangan sistem kontrol adalah implementasi sistem kontrol pada sistem terintegrasi (embedded system) contohnya pada sistem pengendalian suhu pada miniatur proses industri berbahan baku padat. Pada alat ini tediri dari sebuah heater sebagai sumber panasnya dan kipas (blower) untuk membantu proses pemerataan aliran udara panas. Jika nilai suatu temperature digunakan untuk mengontrol aliran atau jumlah bahan bakar yang digunakan dalam proses pemanasan, maka tidak akan terjadi overheating pada proses tersebut sehingga jumlah bahan bakar dapat dihemat [1]. Secara umum kontroler di industri dibagi menjadi dua bagian besar yaitu kontroler konvensional dan kontroler nonkonvensional. Kontroler konvensional terdiri dari kontroler on-off, Proporsional (P), Proporsional Integral (PI), Proporsional Derivatif (PD), dan Proporsional Integral Derivatif (PID) sedangkan kontroler nonkonvensional terdiri dari neural network, fuzzy
Teknik Komputer, Kendali dan Elektronika (Desember)2011
logic, dan algoritma genetika [2]. Pemilihan jenis kontroler bergantung pada jenis plant-nya. Secara teori kontroler PID merupakan kontroler yang paling baik dari jenis kontroler konvensional, namun untuk jenis plant tertentu kontroler proporsional cukup untuk mencapai kestabilan yang baik. Kontrol PID dalam banyak kasus telah terbukti menghasilkan unjuk kerja relative memuaskan, baik digunakan sebagai system regulator maupun sebagai system servo [3] Untuk memudahkan dalam memahami kendali, maka system tersebut digambarkan dalam bentuk pemodelan, yaitu model fisik dan model matematis. Model matematik yang dibangun dengan menggunakan fasilitas SIMULINK pada program MATLAB, merupakan bagian-bagian kendalian dari dua buah silo, 2 belt dan cup-conveyor, 2 kiln, serta 1 cooler. Hasil simulasi tersebut digunakan untuk memverifikasi dengan hasil pengukuran yang dilakukan. Hasil verifikasi yang dilakukan menunjukkan hasil yang hampir sama antara simulasi dengan pengukuran [4]. Sedangkan kendali yang digunakan adalah Dengan kendali suhu pada sistem tersebut dapat dikendalikan pada setting suhu yang diinginkan meskipun adanya gangguan. Perencanaan Pengaturan suhu pada miniatur proses industri, dimana pada masukan kendaliannya akan diberi gangguan dan beberapa isyarat kendalian, sedangkan parameter keluaran yang dikendalikan pada silo adalah level dan suhu.
GANGGUAN
KENDALIAN SUHU SENSOR
Gambar 2. Ilustrasi system Kendali Proses Berbahan Baku Padat
Pada gambar 1 terlihat arah aliran material jika proses industri dijalankan dan membentuk suatu kalang (loop) tertutup. 2.1.1. Tangki (Silo 1 dan 2) Tangki adalah tempat penampungan bahan baku dan produk yang dihasilkan oleh peroses industri. Dalam rancangan ini digunakan dua buah tangki, tangki 1 yang berfungsi sebagai tangki basah, daya tampung 5 sampai dengan 8,8 liter dan tangki 2 yang berfungsi sebagai tangki kering tempat penyimpanan akhir mempunyai daya tampung 10 sampai dengan 13 liter. Adapun ukuran-ukuran dari tangki tersebut di atas maka dapat dlihat pada gambar berikut ini : rs = 13 cm
SILO 1 SILO 2 ht1 = 11cm
PENGENDALI
Gambar 1. Ilustrasi system Kendali Proses Berbahan Baku Padat rs = 13 cm
2. Perancangan Model Kendalian (Plant) 2.1. Model Fisik Bentuk fisik dari rancangan miniatur industri tersebut cenderung mengikuti bentuk rancangan dari bentuk fisik dari suatu\ pabrik. Yang dimana terdiri dari 2 buah tangki (silo), 2 buah belt berjalan yang membawa material bahan, 2 buah kiln dan 1 cooler.
ht2 = 15cm
Teknik Komputer, Kendali dan Elektronika (Desember)2011
Gambar .3. Bagian selinder dari silo 1 dan silo 2 Level mempengaruhi keadaan suhu silo. Jika level nol, maka suhu silo sama dengan suhu ruang, jika level ditentukan maka suhu silo dapat dihitung menggunakan persamaan [5]:
R =13
= hk = 13 cm r = 2,5
Gambar 4 Bagian kerucut dari silo Dari gambar 3 volume silo 1 dapat dihitung dengan persamaan 1. : =
ℎ
( − )
ℎ
(2)
Volume kerucut terpotong (Vkt) (ℎ + ℎ ) =( )) − ( ℎ
)
(3)
Jika jumlah Volume yang masuk ke silo lebih besar daripada volume kerucut, maka jumlah level (y) menggunakan persamaan : + hk
=
(4)
Jika jumlah Volume yang masuk ke silo lebih kecil daripada volume kerucut, maka jumlah level (y) menggunakan persamaan : =
((
(
) (
(( / )
))
) (
) (
)⌉
(6)
= Volume air = Suhu air = Volume padatan = Suhu padatan = Volume padatan kering = suhu padatan kering
2.1.2. Ban Berjalan (Belt Conveyor)
(1)
Dari gambar 4 di atas dapat dihitung tinggi kerucut kecil dengan menggunakan persamaan 2 :
ℎ =
Dimana : W Wt S St D Dt
⌈(
/
− ℎ .
(5)
Dimana : ht = tinggi tabung hk = tinggi kerucut (silo) hs = tinggi seluruhkerucut ho = tinggi kerucut kecil R = jari-jari tabung r = jari-jari kerucut kecil V = Volume tangki y = tinggi tangki Vt = volume tabung Vk = volume kerucut Vs = jumlah volume keseluruhan tangki
Ban berjalan adalah alat untuk mengangkut material Pada miniatur industri ini ada dua, yaitu Ban berjalan 1 digunakan untuk mengangkut bahan dari silo 1 ke kiln1 untuk dilakukan proses pemanasan. Sedangkan ban berjalan ke 2 digunakan untuk mengangkut bahan dari silo 2 hasil penampungan proses yang dilakukan kembali ke silo pertama. Sehingga proses akan berjalan secara terus menerus seperti yang terjadi di industri yang sebenarnya. Ban berjalan adalah kombinasi antara ban berjalan dengan bucket yang digunakan untuk menaikkan bahan baku ke tempat tangki yang lebih tinggi. Panjang ban berjalan hanya disesuaikan dengan ketinggian dan susunan dari komponen-komponen penyusun miniatur industri. Ban berjalan dalam dalam rancangan miniatur industri ada dua, dan keduanya menggunakan penggerak motor ½ phasa. Ban berjalan 1 panjangnya 160 cm digunakan untuk mengangkut bahan dari tangki 1 ke tanur putar (kiln) 1. Sedangkan ban berjalan 2 panjangnya 244 cm digunakan untuk mengngkut bahan dari tangki (silo) 2 menuju penampungan proses yang dilakukan kembali ke tangki (silo)1.Hal ini dibuat karena diinginkan proses akan berjalan secara terus menerus seperti yang terjadi di industry yang sebenarnya. Belt conveyor di operasikan pada kemiringan conveyor 30 0 sampai dengan 32 0. Bentuk fisik Ban berjalan dapat dilihat pada gambar 4.6 berikut :
Gambar 5 Bentuk fisik ban berjalan miniatur industri
Teknik Komputer, Kendali dan Elektronika (Desember)2011
Untuk perhitungan jumlah cawan yang ada pada belt conveyor dapat dihitung dengan perkalian waktu dengan jumlah cawan yang ada serta perbandingan motor yang memutar belt conveyor tersebut, yaitu;[7] × × (5) Sedangkan untuk perhitungan periode berlalunya cawan di bawah katup (periode cawan). (6) Dan untuk membuat gelombang sinus yang merupakan suatu periode dari cawan yang berada pada belt conveyor yang berputar. (2 ×
× )
(7)
Durasi waktu yang digunakan terlebih dahulu dikonversi dari satuan detik ke dalam bentuk radian. ×2
(8)
diamater dalam 232 mm. Pada kiln pertama penutup bagian intlet dibuatkan lubang berdiamater 50 mm dan lubang kecil dengan diameter 10 mm tempat untuk melakukan pengukuran temperatur. Lubang berdiamater 50 mm dibuat agar temparaturnya selalu lebih rendah dibandingkan dengan kiln 2 Pada kiln bagian dalamnya dibuat berulir dan bagian tengah diberi gir agar dapat berputar sehingga bahan baku dapat tersirkulasi. Untuk memutar tanur putar digunakan motor ½ hp tiga (3) phasa dan kecepatan putar dapat diatur secara manual. Proses pemanasan pada kiln menggunakan gas, pada ujung outletnya dilengkapai dengan sumber api gas yang bisa diatur bukaan gasnya. Presentasi bukaan gas akan menetukan tinggi rendahnya temperatur yang diinginkan. Adapun gambar kiln 1 dan kiln 2 (heater) dapat dilihat pada gambar 6
Sudut batas level ( ) yaitu kapasitas muatan cawan yang terisi dari katup silo. =
(9)
Untuk batas level gelombang kotak merupakan perpotongan gelombang sinus menjadi gelombang kotak dimana perpotongan tersebut merupakan perpotongan keluaran material bahan melalui katup
yang mengisi cawan pada belt conveyor yang berjalan. = Ket :
2.1.3.
(10)
N : Jumlah cawan pada conveyor n : Perbandingan putaran motor dan putaran belt RPS : Putaran per detik (RPM/60)
Tanur Putar (Rotary kiln)
Tanur putar adalah alat berbentuk selinder memanjang horizontal yang diletakkan dengan kemiringan tertentu. Perancangan tanur putar ini merupakan komponen yang mewakili dari sistem industri yang biasanya digunakan pada suatu industri yang berfungsi sebagai proses pemanasan dan pendinginan material. Kiln yang digunakan ada 2 yang ukurannya sama yaitu panjangnya 870 mm, diamater luar 244 mm dan
Gambar 6. Bentuk Kiln (heater).
2.1.4. Alat Pendingin (Cooler ) Pendingin berfungsi untuk mendinginkan material (bahan baku) setelah mengalami pemanasan dua tahap pada kiln. Cooler ini mempunyai ukuran panjang 870 mm, diamater luar 200 mm dan diameter dalam 190 mm. Cooler menggunakan dua buah blower yang ditempatkan pada outlet dari kiln, dan disemprotkan ke arah inlet. Keluaran dari cooler dimasukkan ke dalam silo 2 sebagai penampung bahan yang sudah diproses. Untuk memutar pendingin digunakan motor ½ hp tiga (3) phasa dan kecepatan putar dapat diatur secara manual. Adapun bentuk fisik cooler dapat dilahat pada gambar 7. berikut.
Teknik Komputer, Kendali dan Elektronika (Desember)2011
menggunakan persamaan (6). Pemodelan perhitungan suhu dapat dilihat pada gambar 10.
Gambar 7 Bentuk fisik Pendingin (cooler). Gambar 9. Pemodelan pehitungan suhu 2.2. Model Simulink Kendalian Perancangan pemodelan kendalian dengan menggunakan simulink pada program simulasi Matlab berdasarkan teori model fisik. Dimana hasil rancangan kendalian miniatur industry dibuat seakan-akan beroperasi secara terus menerus dan dikendalikan sesuai dengan parameter-parameter yang dimasukkan. Hasil dari simulasi yang dibuat yang kemudian akan diverifikasi dan dibandingkan dengan sistem teori yang menggunakan rumus persamaan-persamaan yang telah dijabarkan juga sebelumnya 2.2.1. Pemodelan silo Pemodelan silo1 dan silo2 pada umumnya sama, hanya saja terdapat perbedaan pada jumlah volume silo1 dan silo2 apabila terisi penuh. Penetapan rumus untuk konversi dari volume (liter) ke level (cm), menggunakan persamaan (4) dan (5) dan persamaan (6) untuk menentukan suhu silo pada Matlab function sehingga dapat menampilkan hasil simulasi sesuai dengan perhitungan rumus tersebut, jika silo mengalami kekosongan maka keluaran dari level akan dikalikan nol, agar hasil simulasi tidak mengalami kesalahan.. Pemodelan silo dapat dilihat pada gambar 9.
2.2.2. Pemodelan Conveyor Pada Pemodelan conveyor, kecepatan motor dan waktu digabungkan di matlab function yang menggunakan persamaan rumus (5) sampai dengan persamaan rumus (10), kemudian hasilnya dikalikan dengan batas volume cawan yang akan menghasilkan gelombang kotak. Gelombang kotak tersebut menggambarkan pengisian pada cawan. Kecepatan motor dan bukaan katup akan disesuaikan sampai simulasi berjalan normal. Pemodelan conveyor dapat dilihat pada gambar 11.
Gambar 10. Pemodelan conveyor
2.2.3 Pe modelan Kiln dan Cooler Pada pemodelan kiln, terjadi pemanasan pada kiln 1 dan kiln2, kemudian terjadi pendinginan di cooler .Suhu pada kiln1 lebih rendah dari pada kiln2. Kecepatan motor pada kiln1,kiln2 dan cooler sangat mempengarhi waktu tunda. Pemodelan pada kiln dan cooler dapat dilihat pada gambar 11
Gambar 8. Pemodelan silo
Pada Temperatur Kalkulator (perhitungan suhu), terjadi pencampuran suhu air, suhu padatan dan suhu padatan yang berasal dari conveyor 2 yang
Gambar 11. Pemodelan Kiln dan cooler
Teknik Komputer, Kendali dan Elektronika (Desember)2011
2.3. Verifikasi Model Simulink Untuk verifikasi model simulink ini akan menggunakan skenario. Skenario ini dibuat dengan tujuan agar dapat melihat hasil proses berjalan dengan normal, dengan melihat tingkat level dan suhu material bahan yang berada pada silo1 dan silo 2, kiln1, kiln2 dan cooler yang cenderung mendekati keadaan konstan akan tetapi katupnya terbuka dan terus menerus menerima masukan. Untuk gambar pemodelan simulink-nya dapat dilihat pada gambar 12.
Gambar 13.Grafik Hasil simulasi keluaran suhu di silo 1 dan silo 2
Gambar 12. Pemodelan sistem skenario Jika pada gambar 12 proses dijalankan maka aliran material dimulai kondisi awal untuk silo 2 terisi 5 liter diangkut oleh conveyor 2 menuju silo1 yang keadaan awalnya terisi material bahan 4 liter. Suhu masukan padatan pada silo 1 adalah 2.Padatan tersebut akan diangkut oleh Conveyor 1 menuju kiln1, suhu padatan di conveyor tetap sama dengan suhu ketika material berada di silo 1, Di kiln 1 terjadi pemanasan awal material dengan suhu 42oC dan pada kiln2 padatan dipanaskan lagi dengan suhu 72oC, di cooler padatan akan didinginkan pada suhu 27oC dari kiln2 kemudian padatan tersebut akan di tampung kembali di silo2. Pada saat yang sama conveyor 2 membawa material dari silo2 ke silo1. Kecepatan motor penggerak kiln 1 50 RPM, kiln2 100 RPM dan cooler 100 RPM Setelah diketahui keadaan suhu pada kiln1, kiln2 dan di cooler maka akan dibuat keadaan normal dengan mengatur bukaan katup pada silo1 dan silo2 kemudian proses dijalankan selama 1000 detik. Skenario ini dibuat dengan tujuan agar dapat melihat keadaan suhu pada silo1, silo2, kiln1, kiln2 dan cooler cenderung mendekati konstan tetapi katupnya terbuka dan terus menerima masukan.
Pada gambar 13, menunjukkan hasil simulasi keluaran suhu dalam keadaan normal, keadaan ini terjadi setelah dilakukan perhitungan suhu di silo 1 dengan menggunakan persamaan (6), setelah proses simulasi dilakukan maka keluaran suhu pada silo 1 adalah 24oC dan di silo 2 adalah 27oC.
b. Hasil simulasi keluaran suhu di Kiln 1dan kiln 2
Gambar 14.Grafik Hasil simulasi keluaran suhu di kiln1 dan kiln 2
Hasil dari proses simulasi miniature industri a. Hasil simulasi keluaran suhu di silo 1dan silo 2
Pada gambar 14, Material dari silo1 diteruskan oleh conveyor ke kiln 1. Di Kiln 1, keluaran suhu
Teknik Komputer, Kendali dan Elektronika (Desember)2011
ditentukan oleh bukaan katup, semakin besar bukaan katup gas semakin tinggi suhu pada kiln. Kecepatan putaran motor mempengaruhi waktu delay material padatan yang ada pada kiln, semakin cepat putaran motor semakin kecil waktu delay material. Sehingga setelah proses simulasi maka keluaran suhu pada kiln 1 adalah 42oC dan suhu kiln2 adalah 72oC c. Hasil simulasi keluaran suhu pada pendingin
1. Hasil simulasi keluaran suhu di silo 1dan silo 2 Gambar 15. Hasil simulasi keluaran suhu pada pendingin dalam keadaan normal Pada gambar 15. menunjukkan keluaran pada pendingin. Keluaran ini terjadi setelah keluaran dari kiln 2 diteruskan ke pendingin dan suhu material padatan akan diturunkan dengan mengatur kecepatan blower sehingg suhu yang semula 72oC akan diturunkan menjadi 27oC. suhu ini sudah tercapai pada detik ke 400.
3.
Gambar 14. Hasil simulasi kelauran suhu pada silo 1 dan silo 2 setelah diberi gangguan Pada gambar 14. suhu silo1yang semula 24 oC menjadi 76,9 oC , di silo 2 suhu yang semula 27 oC menajdi 30,3 oC, perubahan suhu ini dimulai pada 300 detik sesuai waktu setting . 2. Hasil simulasi keluaran suhu di kiln 1dan kiln 2
Sistem Pengendalian Suhu
3.1. Gangguan Sistem Pengendalian suhu dibuat untuk mengembalikan proses yang terganggu ketika suatu sistem kendalian suhu yang berjalan normal diberi gangguan. Proses yang berjalan normal diberi gangguan berupa penambahan level air dan suhu air.. Pada keadaan normal ketinggian suhu pada kiln1, kiln2 dan cooler cenderung konstan. Dengan menggunakan pengendalian suhu yang sama dengan keadaan normal , maka akan dilakukan scenario gangguan Pada mulanya proses berjalan normal sampai batas waktu tertentu, kemudiaan diberi masukan air dan suhu air.
Gambar 15. Hasil simulasi keluran suhu pada kiln 1 dan kiln 2 setelah diberi gangguan Pada gambar 15, material dari silo1 diteruskan ke kiln dan mengalami pemanasan 42oC. Setelah mengalami gangguan penambahan suhu air 100 oC, keluaran suhu material dari kiln1 menjadi 46oC dan keluaran suhu material kiln2 yang semula 72 oC menjadi 75,6 oC. 3. Hasil simulasi keluaran suhu di pendingin
Hasil Simulasi kendali suhu setelah mengalami gangguan.
Teknik Komputer, Kendali dan Elektronika (Desember)2011
Gambar 16. Hasil simulasi kelauran suhu pada pendingin setelah diberi gangguan Pada gambar 16, menunjukkan grafik hasil simulasi keluaran suhu pada pendingin yang mengalami kenaikan akibat gangguan penambahan suhu. Suhu material yang ada pada pendingin 27 menjadi 30,3 Adapun keadaan semua komponen yang telah mengalami gangguan suhu dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Keadaan suhu setelah diberi gangguan No 1 2 3 4 5
Komponen Silo 1 Silo 2 Kiln 1 Kiln 2 Cooler
Tanpa Gangguan 24 27 42 72 27
Dengan Gangguan 76,9 30,3 46 75,6 30,3
Dari tabel 1dapat dikatakan tidak normal karena keadaan suhu pada setiap komponen mengalami kenaikan setelah diberi gangguan. Untuk mengantisipasi masalah tersebut perlu ditambahkan suatu pengendali suhu dengan tujuan agar proses yang mengalami suatu gangguan dapat dikembalikan ke kondisi normalnya. Dengan menggunakan sensor suhu yang dapat mendeteksi ketinggian suhu jika suhu pada kiln1,kiln2 dan cooler mencapai nilai yang sudah tidak termasuk dalam batas nilai normal. 3.2. Pengendali Perancangan pengendali suhu pada miniatur industri ini bertujuan untuk mengantisipasi segala kemungkinan terburuk yang akan terjadi pada proses industri yang berjalan normal. Rancangan pengendali suhu pada miniatur proses insutri dapat dilihat pada gambar 15.
Gambar 17. Sistem kendali Miniatur Industri dilengkapi pengendali suhu
Pada blok pengendali, data masukan ke pengendali adalah hasil deteksi sensor suhu dari kiln 1 yang akan dibandingkan dengan suhu referensi keadaan normal, sedangkan keluaran dari pengendali akan dibandingkan dengan bukaan katup di kiln1 Suhu referensi keadaan normal pada kiln1 adalah 42oC. Sedangkan suhu output kiln1 yang mengalami gangguan adalah 46oC. Pada pengendali ini menggunakan kontrol PID dimana konstanta Proporsional dan konstanta Integrativenya akan diatur agar dapat mengembalikan ke kondisi suhu normal. Adapun blok gambar 16.
pengendali
dapat
dilihat
pada
Gambar 18. Blok Pengendali Miniatur Proses Industri Pengaturan Konstanta proporsional (Kp) pada nilai 0,5 dan Konstanta Integrative 0,01 maka akan mengembalikan suhu kiln1, kiln2 dan cooler ke keadaan normal. Pada tabel 2. Ditunjukkan validasi suhu hasil perhitungan dan suhu pengukuran.[8] No
Komponen
1 2 3
Kiln 1 Kiln 2 Cooler
Hasil Perhitungan 46 75,6 30.3
Hasil Pengukuran 50 80 30
Teknik Komputer, Kendali dan Elektronika (Desember)2011
Persentase hasil pengukuran
perhitungan
terhadap
hasil
selesai dengan baik dan memperoleh hasil yang maksimal.
Daftar Pustaka %=
100%
% % %
1= 2=
46 50
75,6 80 =
100% = 92 % 100% = 94,5 %
30,3 30
100% = 101 %
Berdasarkan tabel 3, diatas dapat disimpulkan bahwa hasil perhitungan dengan hasil pengukuran, menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda.
4. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan 1. Pada simulasi gangguan berupa penambahan suhu air sebesar 100oC, diperoleh : Suhu kiln1 dari keadaan normal 42 oC menjadi 46 oC , suhu kiln 2 dari keadaan normal 72 oC menjadi 75,6 oC , suhu pendingin keadaan normal 27 oC menjadi 30,3 oC. 2. Untuk mengantisipasi dampak dari gangguan tersebut maka dibuatlah pengendali PI yang berfungsi untuk mengembalikan kestabilan suhu. Pengendali suhu ini hanya ditambahkan pada kiln1, dengan pengaturan Kp sebesar 0,5 dan Ki sebesar 0,01. 3. Setelah melakukan validasi data maka persentase hasil perhitungan terhadap hasil pengukuran pada Kiln 1 = 92 %, kiln 2 = 94,5% dan pendingin 101%.
Adapun saran-saran yang diberikan pada penelitian ini adalah agar dapat dibuat rancangan sistem kendali suhu pada bagian yang lain, yaitu silo 1 dan silo 2.
Ucapan Terima Kasih Segala pujian hanya milik Allah, Syukur Allhamdulillah atas limpahan rahmat dan Karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian ini. Untuk itu pula saya ucapkan terima kasih yang kepada Al Husaini, Suaib, Yusar dan Ramos atas saran dan bantuannya sehingga penelitian ini dapat
[1] Pertamina VI, “Bimbingan Profesi Sarjana Teknik (BPST), Direktorat Pengolahan, Balongan 2007 [2] Frans Gunterus, “Falsafah Dasar Kendali Proses”, Farco Indonesia 1994 [3] Iwan setiawan,””Kontrol PID Untuk Proses Industri”, Elexmedia Komputindo, 2008 [4] Andani,”Miniatur Kendalian Industri Proses Berbahan Baku Padat’, Disertasi, program pasca sarjana Universitas Hasanuddin, Makassar 2010 [5] http;//unhas ac.id/rhiza (juni 2010) [6] Andani,Rhiza S.Sadjad “Model Simulink dari Miniatur Sistem Kendali Proses pada Industri Manufaktur Berbahan baku Padat”, Prosiding Seminar Nasional Teknologi Industri Fakultas Teknologi Universitas Trisakti Maret 2010 [7] Muh. Ali Suaib, Yusar setiawan,”Kendali Level pada Miniatur Industri Berbahan Baku Padat”, Jurnal Teknik Elektro Unhas tahun 2010 [8] Al Husaini, ‘Sistem Pengering Gabah Berbasis Mikrokontroller”, Jurnal program pasca sarjana Universitas hasanuddin, 2011
Sitti Fatimang lahir di Makassar bulan Juli 1972. Meraih gelar Sarjana Teknik Elektro dari Universitas Muslim Indonesia Makssar tahun 1996, Sebagai Dosen Tetap pada Akademi Teknik Elektromedik (ATEM)
Teknik Komputer, Kendali dan Elektronika (Desember)2011