Achmad Suntoro
63
ISSN 0216 - 3128
REFURBISHING SISTEM SINTER PELET UO2
KENDALI
SUHU
TUNGKU
Achmad Suntoro Pusat Pengembangan Perangkat Nuklir – BATAN
ABSTRAK REFURBISHING SISTEM KENDALI SUHU TUNGKU SINTER PELET UO 2. Telah dilakukan refurbishing sistem kendali suhu tungku sinter pelet UO 2 yang ada di P2TBDU-BATAN Serpong. Refurbishing ini dilakukan karena beberapa komponen kendali suhu sistem tungku tidak diproduksi lagi oleh pabrik pembuatnya. Langkah teknis engineering berupa batasan-disain, disain, konstruksi dan pengujian dijelaskan dalam makalah ini. Dari data pengujian menggunakan kendali baru ini menunjukkan bahwa angka kesalahan rata-rata pola tungku di bawah 1% dengan aktifitas ON-OFF motor pengendali cukup rendah. Dengan kondisi ini diharapkan dapat memperpanjang umur kerja komponen terkait dengan aktifitas ON-OFF tersebut.
ABSTRACT A REFURBISHING OF TEMPERATURE CONTROL SYSTEM OF UO 2 PELLET SINTERING FURNACE. A refurbishing of temperature control of a sintering furnace for UO 2 pellet at P2TBDU - BATAN Serpong has been done. It is conducted because some of its control components have been obselete. Technical engineering steps such as requirement definition, design, construction, and evaluation are explained in this paper. The evaluation shows that error average using this new controller is under 1% with its ONOFF activity to control the motor is low. Hopefully by this control system will prolong any related components actuated by this ON-OFF actifity.
karena beberapa komponen kendali sudah tidak diproduksi lagi oleh pabrik pembuatnya (obsolete).
PENDAHULUAN
T
ungku listrik 80 KW untuk proses sinter pelet UO2 yang ada di ruang HR-05 P2TBDUBATAN (Gambar 1), mengalami kerusakan pada bagian kendali suhunya. Kerusakan-kerusakan yang pernah terjadi telah berhasil diperbaiki, namun seiring dengan berjalannya waktu - berkaitan dengan umur (life-time) - kerusakan berikutnya setelah perbaikan terjadi lagi. Refurbishing untuk sistem kendali suhunya akhirnya harus dilakukan
Kronologis perbaikan sistem kendali tungku diperlihatkan pada Gambar 2. Pada awalnya, interface sistem tungku dengan pengguna tungku menggunakan gulungan kertas, dimana pada gulungan tersebut digambar pola penyinteran menggunakan pita kecil warna hitam. Alur pita tersebut dideteksi oleh sistem optomekanik untuk dirubah menjadi sinyal perintah dalam mengendalikan suhu dalam tungku sesuai dengan pola pita tersebut.
Prosiding PPI - PDIPTN 2005 Puslitbang Teknologi Maju - BATAN Yogyakarta, 12 Juli 2005
64
ISSN 0216 - 3128
Achmad Suntoro
Gambar 1. Tungku sinter dan kendalinya.
Gambar 2. Kronologis perbaikan sistim kendali tungku HR-05. Sistem optomekanik mengalami kerusakan [1], dan pada tahun 1997 dilakukan perbaikan yaitu dengan mengganti optomekanik yang telah rusak tersebut dengan sebuah Personal Computer (PC)[2]. PC diprogram menggantikan sistem optomekanik yaitu menerima perintah dari pengguna tungku, dan menghasilkan sinyal referensi yang akan digunakan dalam mengendalikan suhu dalam tungku.
Gambar 3. Blok diagram refurbishing kendali suhu tungku.
Diakhir tahun 1999 kembali sistem kendali tungku tersebut mengalami kerusakan, yaitu saklar tiga posisi yang disebut dengan digitric yang berfungsi mengatur tegangan autotravo melalui motor telah rusak. Perbaikan dilakukan pada tahun 2000 dengan mengganti sistem kendali secara menyeluruh dengan sebuah Yokogawa Controller. Namun perbaikan ini tidak berhasil karena ada beberapa kendala teknis yang belum dapat diatasi sebagai akibat penggantian tersebut, sehingga sistem tungku belum bisa beroperasi.
A. Batasan Disain
Pada awal tahun 2003 perbaikan sistem kendali tungku tersebut kembali dilakukan dengan tetap menggunakan PC dan interface nya yang lama. Gambar 3 adalah blok diagram sistem kendali suhu tungku yang akan digunakan untuk menghidupkan-nya kembali. Refurbishing dilakukan dalam perbaikan tersebut dengan mengganti digitric secara perangkat lunak melalui PC dan modifikasi rang-kaian interface nya. Makalah ini berisi penjelasan teknis langkahlangkah proses refurbishing yang dilakukan hingga sistem tungku dapat beroperasi kembali.
TATA KERJA Langkah kerja sistem engineering diterapkan dalam proses refurbishing ini yaitu meliputi: penentuan batasan-disain, disain, konstruksi, dan evaluasi atau pengujian [3].
Batasan disain (requirements) dalam proses refurbishing sistem kendali tungku ini ditentukan yaitu batasan kerja dari sitem tungku tersebut dengan tidak mengganggu sistem keselamatan tungku. Secara umum batasan tersebut adalah sebagai berikut: Sistem pengaman untuk aliran gas, aliran pendingin, dan hal-hal lain secara umum tidak boleh berubah [4] atau tetap seperti semula (karena tidak mengalami kerusakan). Pola perubahan suhu dalam tungku berbentuk trapesium, dengan slope kenaikan bisa diatur dari 250 oC/jam hingga 300 oC/jam, slope penurunan tetap 150 oC/jam, dan suhu sinter maksimum 1800 oC. Kesalahan tunak (steady state) lebih kecil dari 10% dan overshoot lebih kecil 25%. Selama pengendalian, Personal Computer yang digunakan tidak diperbolehkan menjalankan program lain kecuali program pengendalian tersebut. Motor untuk autotravo lebih banyak OFF (berhenti) dan aktifitasnya ditekan rendah. Butir terakhir pada batasan di merupakan tambahan yang diperoleh
Prosiding PPI - PDIPTN 2005 Puslitbang Teknologi Maju - BATAN Yogyakarta, 12 Juli 2005
atas dari
Achmad Suntoro
65
ISSN 0216 - 3128
pengalaman selama menjalankan tungku-dalam usaha untuk mem-perpanjang umur kerja komponen kendali yang terkait.
Gambar 3 merupakan bagan umum pola kendali dalam refurbishing ini dan detail pola kendalinya ditunjukkan dalam Gambar 4.
B. Disain Kendali Suhu
Berikut ini penjelasan diagram pengendalian tungku Gambar 4, dan semua persamaan matematis yang digunakan telah dijelaskan di [5]:
Gambar 4. Diagram pengendalian tungku.
1. Perintah, berupa pola bentuk perubahan suhu didalam tungku yang diinginkan, dalam hal ini berbentuk trapesium. Parameter bentuk trape-sium tersebut ditentukan oleh pengguna tungku (operator tungku) melalui keyboard personal computer. 2. Persamaan termokopel τo = f(vo) yang dipakai dalam tungku. Persamaan ini mengacu pada tabel termokopel untuk Tungsten-Rhenium (W3%Re/W-5%Re)[6]. 3. Persamaan inverse dari konversi termokoupel pada yaitu : τo = f(vo). Hal ini diperlukan karena kenyataan bahwa temperatur dalam tungku tidak bisa langsung dibaca, tetapi harus melalui termokopel. 4. Tungku sinter dengan persamaan pendekatan o ≈ 6.41 V2. 5. Sistem autotravo lengkap dengan motor listrik pengendali tegangan sekundernya, dikendalikan oleh persamaan V = V + p (1.5703 ton - 1.1126). Tegangan V besarnya ditentukan oleh ton, yaitu lama waktu berputarnya motor penggerak dalam sistem autotravo, dan nilai p (polaritas) yang dapat berharga +1, 0, dan -1. Kedua parameter ini ditentukan oleh sistem recording dan data processing .
6. Waktu hidupnya motor penggerak autotravo, ditentukan oleh persamaan tm = A1 (0.112 A 2 0.708) . Nilai A1 dan A2 adalah faktor pengali atau gain dari waktu tersebut, yang nilainya ditentukan oleh data processing , dan adalah perbedaan temperatur saat itu antara yang diinginkan dan kenyataan di dalam tungku. 7. Disamping dikendalikan oleh , autotravo juga pada kondisi tertentu digerakkan oleh persamaan V = V + c, dimana c ditentukan langsung oleh data processing . 8. Recording dan data processing bekerja mengikuti sebuah algoritma yang bekerja berdasarkan masukan data masa lampau, data saat itu, dan data masa mendatang ketika proses pengendalian sedang berjalan. Detail teknik dalam menentukan polaritas p, yaitu menggunakan teknik tabel-kebenaran pengganti histeresis, dijelaskan di [7]. Blok ini juga menentukan faktor pengali A1 dan A2. Nilai A1 akan diubah jika data yang diperoleh menunjukkan telah terjadi osilasi atau overdamped dalam proses pengendalian yang dijalankan, sedangkan A2 akan dirubah jika steady-state error terjadi di luar daerah toleransi yang ditetapkan. Nilai A1 dan A2 pada awalnya masing-masing bernilai 1.0 dan diubah
Prosiding PPI - PDIPTN 2005 Puslitbang Teknologi Maju - BATAN Yogyakarta, 12 Juli 2005
66
ISSN 0216 - 3128
masing-masing naik atau turun tergantung situasi pengendalian saat itu. Bersamaan dengan perubahan nilai A2 maka nilai c pada blok diaktifkan sejenak (c 0 dan kembali c = 0) untuk memaksa naik atau turun tegangan sekunder autotravo, agar error saat itu mengecil. Perubahan nilai A2 terjadi karena gain pengendalian yang dipilih kurang tepat, sehingga perlu diubah ke arah yang lebih tepat dengan mengubah nilai A2. Waktu penyalaan motor ton juga ditentukan oleh blok ini. Waktu ini berasal dari t m yang dihasilkan oleh persamaan pada blok . Nilai tm ini dievaluasi sebagai berikut. Jika tm < 750 ms maka ton = 0 atau motor tetap mati, dan jika t m 750 ms maka ton = tm, atau motor aktif selama t on. Angka 750 ms berasal dari persamaan pada blok , dimana nilai t on akan punya arti jika t on 708 ms. Tujuan utama algoritma ini secara menyeluruh adalah untuk mengatur agar frekuensi aktifitas motor rendah dan motor lebih banyak mati (tidak aktif) selama pengendalian, namun tetap menekan rendah kesalahan – sesuai dengan tuntutan batasan disain butir terakhir.
Achmad Suntoro
2. Push button digunakan untuk merubah tungku yang akan dikendalikan (1 atau 2). 3. Saklar power untuk menghidupkan modul interface. 4. Lampu indikator dua warna: hijau dan kuning. Hijau menyala berarti tegangan autotravo sedang turun, dan kuning menyala berarti tegangan autotravo sedang naik. 5. Lampu indikator berwarna merah, menyala jika saklar power diaktifkan.
akan
C. Konstruksi Refurbishing Perangkat keras dan lunak perlu dibuat untuk implementasi disain Gambar 3 dan 4. Perangkat keras meliputi pembuatan sistem interface dan perangkat lunak adalah pembuatan program komputer untuk menggerakkan komponen kendali melalui sistem interface tersebut.
Gambar 5. Panel depan.
b. Panel Belakang
1. Modul Interface Modul interface akan menghubungkan perintah-perintah yang berasal dari perangkat lunak untuk dihubungkan pada komponen-komponen kendali sehingga temperatur dalam tungku berubah sesuai dengan perintah tersebut. Bentuk fisik modul interface yang dibuat adalah sebagai berikut. a. Panel Depan 1. Seven segmen display yang menunjukkan angka tungku yang sedang dikendalikan. Angka 1 untuk tungku 1 dan angka 2 untuk tungku 2.
Gambar 6. Panel belakang. Titik A pada Gambar 6 dihubungkan dengan konektor RS-232 ke kabinet tungku, yang selanjutnya dihubungkan ke komputer pengendali. Titik B adalah sekring pengaman listrik dari PLN. Tabel 1 memperlihatkan hubungan panel belakang dengan sistem tungku.
Tabel 1. Kaitan hubungan panel belakang dengan sistem tungku. Titik Panel Belakang dan
Sistem Tungku Termokopel #1
Titik Panel Belakang
Prosiding PPI - PDIPTN 2005 Puslitbang Teknologi Maju - BATAN Yogyakarta, 12 Juli 2005
Sistem Tungku Kabel 13
67
ISSN 0216 - 3128
Achmad Suntoro
dan
Termokopel #2
Kabel 15
Kabel 16
dan
Sumber listrik AC 220V dan kipas pendingin Tidak dipakai
N.B: Kabel 13, 15, dan 16 berkaitan dengan pengendalian polaritas motor penggerak autotravo. kan dengan tegangan kerja motor penggerak 2. Rangkaian Elektronik Modul Interface autotravo, sehingga titik 17 dan 18 merupakan Rangkaian elektronik modul interface pengendali arah putaran motor tersebut. Logik dari pengendali terbagi menjadi dua bagian. Gambar 7a kedua titik ini menentukan arah putaran dari motor adalah bagian pertama yang berisi indikator dan sesuai dengan aturan posisi pada Tabel 2. catu-daya interface, dan Gambar 7b adalah modul Waktu atau lamanya kedua titik tersebut Advantech ADAM yang digunakan sebagai pada suatu posisi logik akan menentukan jembatan komunikasi antara Personal Computer aktifitas motor pengendali tegangan sekunder dengan komponen elektronik yang langsung autotravo, dan waktu ton ini ditentukan oleh berhubungan dengan komponen lain diluar PC. algoritma blok pada Gambar 4. Titik 16 pada PCB1 Gambar 7b dihubungTabel 2. Logik gerakan motor. Logik
Kondisi Motor
Tegangan Autotravo
Posisi-1
00
Mati
Tetap
Posisi-2
10
Berputar arah jarum jam
Naik
Posisi-3
01
Berputar arah lawan jarum jam
Turun
Prosiding PPI - PDIPTN 2005 Puslitbang Teknologi Maju - BATAN Yogyakarta, 12 Juli 2005
68
ISSN 0216 - 3128
Gambar 7a. Rangkaian elektronik modul interface – PCB1 & PCB2.
Prosiding PPI - PDIPTN 2005 Puslitbang Teknologi Maju - BATAN Yogyakarta, 12 Juli 2005
Achmad Suntoro
ISSN 0216 - 3128
Achmad Suntoro
Gambar 7b. Rangkaian elektronik modul interface – modul Adam.
3. Perangkat Lunak Kendali Prosiding PPI - PDIPTN 2005 Puslitbang Teknologi Maju - BATAN Yogyakarta, 12 Juli 2005
69
70
ISSN 0216 - 3128
Bahasa pemrograman C dengan compiler Borland C++ versi 3.1 digunakan untuk menggerakkan pengendalian diatas. Operating sistem DOS tetap dipertahankan, tidak memakai Windows, mengingat multitasking tidak diperbolehkan selama tungku beroperasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN Dua kali percobaan uji fungsi dijalankan pada tanggal 22 dan 29 Mei 2003 pada suhu 1000oC dan 1650oC secara berturut-turut. Gambar 8
Achmad Suntoro
mem-perlihatkan potongan data grafis atas pengujian tersebut. Dari data tersebut terlihat bahwa kesalahan rata-rata pengendalian antara pola suhu permintaan dan pola suhu dalam tungku lebih kecil dari 1%. Total waktu untuk penyinteran 1000 o C adalah 9 jam 13 menit, dalam interval waktu tersebut telah terjadi 175 kali motor penggerak autotravo aktif seperti pada Tabel 3. Untuk suhu 1650oC data tersebut gagal diperoleh karena terjadi penghentian semen-tara (discontinue) selama percobaan disebabkan oleh kerusakan termokopel tungku dan kesalahan pemberian nilai batas pada program komputer.
Gambar 8. Potongan data uji fungsi: a s/d d untuk 1000 oC dan e s/d h untuk 1650 oC.
Prosiding PPI - PDIPTN 2005 Puslitbang Teknologi Maju - BATAN Yogyakarta, 12 Juli 2005
ISSN 0216 - 3128
Achmad Suntoro
Tabel 3. Aktifitas motor penggerak autotravo untuk pengujian suhu 1000oC. Asal Sinyal Penggerak
Jumlah Aktifitas Motor
Blok konstan 250 ms
32 kali
Blok
143 kali
Total
175 kali
Lama (duration) aktifitas motor oleh Blok ditentukan konstan sebesar 250 ms, sedangkan oleh Blok ditentukan oleh rumus pada Blok untuk kondisi ramp dan flat. Pada kondisi cooling-down lama aktifitas motor dibuat konstan 500 ms, dan diperoleh data sebagai berikut Tabel 4. Tabel 4.
Komposisi (rincian) asal sinyal dari Blok .
Asal Sinyal Penggerak Dari Blok
Jumlah Aktifitas Motor
Rumus pada Blok
152 kali
Konstan 500 ms. Total
91 kali 143 kali
71
Angka konstan 250 dan 500 ms merupakan angka coba-coba dalam usaha mencari parameter pengendalian yang tepat. Namun dari data percobaan (Gambar 9) terlihat bahwa kedua angka tersebut masih kurang tepat karena terlihat tidak banyak pengaruhnya terhadap perubahan suhu dalam tungku. Artinya beberapa kali pulsa berturutturut baru mempengaruhi suhu tungku. Hal ini harus dihindari mengingat batasan disain terakhir yang dipersyaratakan, yaitu agar membuat seminimal mungkin motor penggerak autotravo aktif bekerja. Dari fenomena percobaan tersebut, terlihat bahwa sebaiknya kedua angka lebar pulsa tersebut dibuat 750 ms. Angka ini juga yang dipersyaratkan oleh Blok yaitu ton 750 ms, dan terbukti lebar pulsa dibawah batas tersebut tidak efektif untuk mengubah suhu tungku. Meskipun jika hal ini dilakukan berulang-ulang (seperti yang dilakukan dalam percobaan ini) akan menghasilkan perubahan suhu yang halus, namun batasan disain menghendaki rendahnya aktifitas motor lebih utama. Dengan mengubah kedua lebar pulsa menjadi 750 ms, maka jumlah aktifitas motor dipastikan akan lebih kecil dari yang dilakukan dalam eksperimen uji coba ini, walaupun mungkin angka kesalahan akan sedikit naik. Tetapi angka kesalahan 1% yang dicapai dengan pola ini masih cukup rendah sehingga kenaikan tersebut dipastikan hasilnya masih tetap rendah.
Prosiding PPI - PDIPTN 2005 Puslitbang Teknologi Maju - BATAN Yogyakarta, 12 Juli 2005
72
ISSN 0216 - 3128
Achmad Suntoro
Gambar 9. Pengaruh lebar pulsa kendali pada suhu tungku. Faktor pengali A1 dan A2 mula-mula ditetapkan bernilai 1.0 untuk kemudian disesuaikan nilainya selama pengendalian oleh blok . Karena tungku merupakan sistem orde satu dengan timeconstant besar, yaitu 4.63 jam [4], maka osilasi tidak pernah terjadi selama pengendalian, sehingga nilai A1 tidak pernah berubah selama pengendalian tersebut. Nilai A2 dalam pengendalian tercatat sering berubah dalam rangka memperkecil steady state error yang terjadi. Pengaruh perubahan nilai A1 dibuat lebih cepat dibanding dengan perubahan nilai A2, seperti terlihat pada Gambar 10. Hal ini disengaja karena A1 bertanggung jawab untuk mengatasi osilasi dan overdamped agar tidak terlalu lama jika terjadi. Pengaruh perubahan nilai
A2 sengaja dibuat lambat untuk menjaga agar perubahan suhu terjadi dengan halus. Tampilan ketika tungku beroperasi dapat dilihat seperti pada Gambar 11. Pada awal tungku akan beroperasi, perlu ditetapkan batasan kerjanya. Contoh Gambar 11.a ditetapkan batasan kerja adalah suhu sinter 1500 oC dengan slope kenaikan 250oC/ jam dan soaking time 2.5 jam, angka ini dapat dirubah sesuai dengan keperluan proses. Ketika penyinteran sedang berjalan pola kurva suhu dalam tungku dapat dilihat kaitannya dengan pola yang diinginkan (Gambar 11.b). Data penyinteran selama operasi disimpan dalam sebuah file data komputer yang mudah dibaca menggunakan program-program aplikasi standard.
Gambar 10. Kurva pengaruh perubahan faktor pengali A1 dan A2.
Prosiding PPI - PDIPTN 2005 Puslitbang Teknologi Maju - BATAN Yogyakarta, 12 Juli 2005
Achmad Suntoro
ISSN 0216 - 3128
73
Gambar 11. Tampilan monitor pengendali suhu.
KESIMPULAN Refurbishing kendali suhu tungku sinter pellet UO2 telah berhasil dilakukan. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa sistem kendali suhu ini mempunyai ketelitian yang tinggi, yaitu di bawah 1% (angka ini lebih baik dari kendali suhu asalnya). Demikian juga usaha menekan aktifitas ON-OFF aktuator motor pada refurbishing ini juga berhasil yaitu mendapatkan angka rata-rata 1 kali tiap 3 menit. Angka ini dinilai cukup rendah dengan tingkat ketelitian di atas. Diperkirakan angka rata-rata ini masih bisa diperkecil dengan mengubah waktu aktif motor seperti yang diuraikan dalam bab hasil dan pembahasan di atas. Secara menyeluruh, dari hasil pengujian, batasan-disain yang ditetapkan dalam refurbishing ini dapat dipenuhi.
Presentasi Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir IV., Jakarta., Desember 1998. 5. A SUNTORO, Dokumen Analisis Modifikasi Sistem Pengendali Tungku Sinter Pelet UO2, Laporan Teknis., P2PN-BATAN., Januari 2005. 6. A SUNTORO, Karakteristik Termokopel Tungsten-Rhenium (W-3%Re/W-25%Re), Prima Vol.1, No. 1., April 1999. 7. A SUNTORO, Pengganti Hysteresis pada Kendali Tungku menggunakan Tabel Kebenaran, Publikasi Ilmiah PPI-KIM 2005., Juni 2005.
TANYA JAWAB Syarip
DAFTAR PUSTAKA 1. A SUNTORO, A LATIEF, dan M RACHMAWATI., Analisis Kerusakan Tungku Sinter Pelet UO2 PEBN-BATAN, Urania, No. 6 / Thn II., April 1996. 2. A SUNTORO, A LATIEF, dan M RACHMAWATI, Disain Modifikasi Sistem Kendali Suhu Tungku Sinter Pelet UO2 Degussa, Prosiding Seminar Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir, Yogyakarta, Juli 1997. 3. PRIEST JOHN W., Engineering Design for Productability and Reliability, Marcel Dekker., New York, 1988. 4. A SUNTORO, Solusi Alternatif Kegagalan Sistem Pengaman Tekanan Tinggi Tungku Sinter Degussa PEBN-BATAN, Prosiding
Apakah telah dicoba untuk dibandingkan dengan metode pengendalian yang sudah teruji (paling tidak secara simulasi)? Achmad Suntoro Cara simulasi sedang direncanakan untuk dilakukan. Namun demikian dari data percobaan telah menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan hasil menggunakan cara lama.
Prajitno Apakah feedback kontrolnya dari pengukuran suhu? Jenis apa thermocouple yang digunakan? Achmad Suntoro
Prosiding PPI - PDIPTN 2005 Puslitbang Teknologi Maju - BATAN Yogyakarta, 12 Juli 2005
74
ISSN 0216 - 3128
Feed back control suhu menggunakan thermocouple tidak standard (bukan standard ANSI) yaitu jenis W-3% Re / W-5% Re. Dari tabel konversi voltage to temperature thermocouple bersangkutan proses pengendalian mendapat data temperature tungku.
Dewita Bagaimana dengan laju pemanasan, apakah tabel Bapak berlaku untuk laju pemanasan tinggi maupun rendah. Keandalan 110% apa bukan disebabkan kesalahan pengukuran (alat ukur suhunya sudah
tidak baik) nilainya.
Achmad Suntoro
bagaimana
Bapak
mengetahui
Achmad Suntoro Laju pemanasan bisa diubah-ubah dari rendah hingga maskimum 300 oC/jam. Dari simulasi sederhana tabel yang digunakan dalam kendali masih berlaku. Nilai pengukuran bersandar pada thermocouple dan tabel konversinya. Angka kesalahan didapat dari perbedaan angka suhu yang diinginkan dengan yang diperoleh dari thermocouple tersebut lewat tabelnya.
Prosiding PPI - PDIPTN 2005 Puslitbang Teknologi Maju - BATAN Yogyakarta, 12 Juli 2005