TUGAS AKHIR
UNIVERSITAS STIMIK AMIKOM Disusun oleh : Nama: M BAGUS HILMI MASHURI Nim: 11.12.5705 Klompok: PERSATUAN Program studi: STRATA 1 Jurusan: SISTEM INFORMASI Nama dosen: DRS. MUHAMAD IDRIS Kelas : 11.S1SI.05
1
PENYALAH GUNAAN OBAT OBATAN
A. Latar Belakang Masalah
Perilaku penyalahgunaan obat terlarangdan kecanduan obat adalah merupakan deviasi pada level individu,sumber permasalahannya dapat berasal dari faktor individual. Ada hal yang dapat digunakan untuk menjelaskan latar belakang masalah dari faktor sosialisasi ini. Pertama adalah urbanisme,suatu penjelasan yang berangkat dari argumen karakteritik dan kehidupan kota. Apabila karakteristik kota dan gaya hidup seperti ini terinternalisasi melalui proses sosialisasi,maka akan lebih mudah mendorong seseorang melakukan penyimpangan termasuk penyalahgunaan obat dan kecanduan obat. Kedua melalui proses transmisi kultural. Melalui cara ini dapat dijelaskan mengapa seseorang menjadi jahat,sedangkan orang lain tidak,padahal berasal dari karakteristik sosial yang sama,misalnya masyarakat urban. Seseorang belajar untuk menjadi kriminal,begitu juga menjadi pemakai obat dan pecandu obat melalui proses interaksi. Secara singkat dikatakan bahwa sentiment pro kriminal tumbuh dan berkembang melalui asosiasi dengan orang lain dalam proses interaksi sosial. Ketiga penjelasan melalui realita perbedaan subkultural. Hal ini penggunaan obat merupakan suatu kebiasaan yang terintegrasi ke dalam subkultural tertentu. Dari uraian tentang ketiga sumber masalah melalui proses sosialisasi tersebut,akan tampak bahwa walaupun sama-sama merupakan sumber masalah dari faktor individu perbedaannya dengan pandangan biologis dan psikologis adalah bahwa teori sosialisasi lebih menitikberatkan pada kekuasaan faktor eksternal yang mendorong individu menjadi berperilaku devian. Pelacakan sumber dan latar belakang masalah penyalahgunaan obat dari level masyarakat yang sudah dibicarakan tersebut pada umumnya menggunakan pandangan struktural yang di dalamnya terkandung perbedaan nilai dan perbedaan kepentingan.
2
B. Rumusan Masalah
Minium-minuman alkohol lebih dikaitkan dengan perilaku yang menyimpang. Dalam tingkat seperti ini alkohol lebih bersifat sebagai jenis minuman biasa, pendorong agar cepat tidur,perlindungan terhadap kedinginan dan sebagai obat penyakit tertentu,tetapi juga berfungsi sebagai sarana dalam rangka mengembangkan symbol solidaritas serta sebagai sarana untuk jembatan dan pengakraban pergaulan,dalam proses selanjutnya banyak di jumpai pemakaian yang berlebihan dan tidak wajar sehingga di samping sudah menyimpang dari berbagai fungsi semula,karena dapat mengakibatkan dampak negatif baik secara fisik maupun sosial.Berdasarkan pemikiran itulah maka untuk aspek yang negatif digunakan konsep penyalahgunaan ,karena pada sisi lain dengan pemakain yang wajar dan proporsional bahan itu memang bermanfaat. Nilai terhadap alkohol tersebut muncul dari kenyataan bahwa alkohol dapat menjadi mengubah perilaku seseorang. Dampak yang paling jelas dari mabuk alkohol adalah perilaku seseorang dapat menjadi agresif dan kecenderungan pada deviasi dalam perilaku seksual.
3
C. Pendekatan
1. Sosiologis : menjalankan peranan dalam pelayanan dan perlindungan demi kesejahteraan masarakat.
D. Pembahasan
Sikap yang terjadi pada masyarakat terhadap masalah sosial dapat berupa tindakan kolektif untuk melakukan perubahan dalam bentuk tindakan rehabilitatif atau bahkan mengantisipasi agar kondisi yang tidak diharapkan tersebut tidak terkendali. Demikian,upaya penanganan masalah sosial oleh masyarakat tidak semata-mata tindakan reaktif yang bersifat kekagetan pada saat munculnya masalah,apalagi jika respon tersebut baru muncul setelah masalah sosial berkembang menjadi krisis sosial. Dalam hal ini kondisi yang disebut sebagai masalah sosial merupakan salah satu bentuk realitas sosial yang dapat menimbulkan penderitaan. Idealnya, upaya untuk mengatasi masalah dan penderitaan itu dating dari masyarakat melalui cara mengembangkan dirinya. Sehubung dengan hal itu dikatakan, bahwa upaya pelyanan sosial oleh negara tersebut akan melibatkan interaksi atau hubungan timbal balik antara 3 pihak
4
1. Mengembangkan Sistem Sosial Yang Responsif Penyakit masyarakat dianggap identik dengan masalah sosial, maka upaya pemecah masalahnya tidak cukup dengan memberikan pelayanan sosial yang sifatnya rehabilitatif kepada individu penyandang masalah. Pemecahan masalah justru akan lebih efektif melalui bekerjanya sistem sosial yang menempatkan kondisi masalah sosial sebagai umpan balik dan mampu mengolah dan memanfaatkannya untuk melakukan pemecahan masalah secara melekat. Masyarakat dapat melakukan upaya perbaikan, penyembuhan, dan penanganan masalah sosial secara mandiri melalui bekerjnya mekanisme dalam sistem sosialnya. Dalam praktik kehidupan sosial, bekerjanya mekanisme kontrol sosial ini dapat dibedakan mejadi dua, yaitu kontrol pasif dan kontrol aktif. Kontrol pasif dalam bentuk dorongan internal warga masyarakat agar berprilaku sesuai nilai dan normma, serta menghindari yang sebaliknya. Bentuk kontrol pasif ini berfungsi untuk membangun keberaturan dalam sistem sosialnya. Sedangkan bentuk yang kedua kontrol sosial aktif yang merupakan proses untuk mengimplementasikan tujuan dan nilai yang sudah disepakati. Kontrol ini berupa proses yang kontinyu dimana nilai diterapkan dan keputusan diambil dalam kehidupan bersama.
2. Pemanfaatan Modal Sosial Masyarakat pada dirinya memiliki modal sosial ini. Perbedaanya terletak pada besar kecilnya dan variasi kandungannya. Perbedaan lain juga terletak pada identifikasinya, ada masyarakat yang modal sosialnya sudah banyak teridentifikasi dan dimanfaatkan,sementara dalam masyarakat lain masih banyak belum dioptimalkan. Pemanfaatan modal sosial guna penanganan masalah sosial oleh masyarakat dapat dilihat dari beberapa bentuk, dalam bentuk tindakan bersama untuk meningkatkan kualitas hidup, pemberian jaminan sosial kepada warga masyarakat dan minimalisasi serta penyelesaian konflik sosial. Dalam watak yang lebih operasional modal sosial dapat diidentifikasikan dalam bentuk solidaritas sosial yang bersumber dari kesadaran kolektif, saling percaya,asas timbale balik dan jaringan sosial. Keberadaan modal sosial terutama
5
apabila dikelola dengan baik dapat digunakan untuk memelihara integrasi sosial dalam masyarakat, termasuk yang kondisinya sudah semakin kompleks dengan variasi kepentingan yang kompleks pula. Kesemuanya itu merupakan modal sosial yang dapat memberi pengaruh pada usaha meminimalisasi potensi konflik sosial.
3. Pemanfaatan Institusi Sosial Dalam menjalankan peranan dalam pelayanan dan perlindungan sosial guna memberikan kontribusi bagi kesejahteraan sosial yaitu dari Asosiasi sukarela, yang dapat meliputi kelompok swadaya, lembaga sukarela independen, lembaga sukarela kuasi pemerintah dan lembaga nonprofit kuasi pemerintah. Lingkungan rumah tangga dan tetangga yang berasal dari keluraga dan solidarits bertetangga. Pasar, berupa usaha bisnis yang bersifat privat.
Negara, berupa pelayanan yang diselenggarakan oleh Negara.
Berdasarkan berbagai realita dan pemikiran tersebut, maka persoalan pokoknya adalah dibutuhkan suatu upaya yang dapat mengoptimalkan peranan dari berbagai organisasi sosial yang ada serta tindakan kolektif yang dapat mengubah berbagai energi dan potensi usaha kesejahteraan sosial yang masih laten menjadi manifest, sehingga akan memberikan kontribusi yang lebih besar bagi pemecahan masalah-masalah sosial. Melalui berbagai upaya tersebut maka kontribusi masyarakat dalam penanganan masalah sosial dapat lebih dioptimalkan. •
Organisasi Masyarakat
Masyarakat yang bersifat lokal dapat tumbuh sebagai bentuk aktualisasi berbagai pranata sosial yang ada dan tidak jarang pula didasarkan pada pengamalan ajaran agama, dengan demikian lebih didorong oleh motivasi religius. Sebagai organisasi yang berbasis pranata dalam masyarakat, institusi ini biasanya kuat eksistensinya termasuk pola kepemimpinannya dan dapat mengikat serta melibatkan mayoritas warga masyarakat dalam komunitas tertentu. Demikian yang perlu dilakukan dalam pengembangannya 6
bukan mengubahnya menjadi organisasi yang bersifat formal, melainkan tetap mempertahankan ikatan dan polalokal yang ada termasuk pola kepemimpinannya. Sambil memfasilitasi tampilannya tenaga pengelola yang mempunyai kemampuan manajerial.
•
Organisasi Swasta
Bagi organisasi swasta ini untuk melakukan dan memberikan pelayanan sosial yang tidak semata-mata berorientasi keuntungan kepada lapisan masyarakat bawah. Perusahaan swasta yang berorientasi profit dan memiliki usaha di luar bidang pelayanan sosial , sebetulnya juga dapat melakukan usaha sampingan dalam bentuk kegiatan pelayanan sosial dan bantuan sosial.
•
Optimalisasi Kontribusi Dalam Pelayanan Sosial
Organisasi dan mekanisme kerjanya semestinya dikembalikan pada watak dan sifat pelayanan sosial yang cenderung mementingkan proses dan bersifat humanis disbanding hasil
fisik.
Demikian
pelayanan
sosial
yang diberikan
lebih
mengutamakan
pengembangan kapasitas penyandang masalah. Bagi organisasi masyarakat local, walaupun jangkauan pelayanan sosialyang diberikan terbatas oleh ikatan lokalitas atau kekerabatan, tetapi efektivitasnya sudah lebih teruji dan memang sudah mengakar dalam realitas kehidupan masyarakat. Organisasi swasta baik yang langsug melakukan usaha kesejahteraan sosial maupun yang memberi bantuan atau menjadi donator organisasi pelayanan sosial yang ada perlu teru diberi perangsang.
7
•
Kerjasama dan Jaringan
Dalam rangka optimalisasi kontribusi masing-masing dan mewujudkan hubungan yang sinergis, prlu dijajagi berbagai kemungkinan kerja sama antar organisasi pelayanan sosial yang ada. Keberadaan semacam forum komunikasi cukup relevan dalam rangka membangun komitmen bersama, pertukaran iformasi, dan melihat kemungkinan hubungan sinergis dan saling mengisi. Forum semacam ini juga dapat menjadi media bagi stakehoders untuk menjalani proses belajar sosial. Dengan terjalinya komunikasi akan dapat mendorong kesadaran bahwa masing-masing memiliki kekurangan yang dapat di isi oleh kelebihan pihak lain.
E.1. Kesimpulan Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa : Masalah dasar penyalahgunaan obat bermula dari alkohol. Terlalu sering mabuk juga membuat seseorang menelantarkan atau kurang memperhatikan penampilan dan peranan sosialnya. Kebiasaan mabuk dapat mengakibatkan seseorang menjadi kecanduan. Karena kecanduan merupakan proses penyalahgunaan dan pemakaian yang berlebihan sehingga dapat mengakibatkan seseorang menjadi tidak berdaya. Dalam pengentasan penyalahgunaan obat bahwa dalam masyarakat yang semakin berkembang,lebih di butuhkan inisiatif kreatifitas dan kompentensi masyarakat sendiri untuk melaksanakan pembangunan. Sehingga sulit diharapkan dari para penyandang masalah penyalahgunaan dan kecanduan obat. 2. Saran Jika menghadapi masalah sosial khususnya dalam kasus penyalahgunaan obat terlarang, penulis menyarankan kita sebagai manusia harus mempunyai tujuan hidup yang pasti, jika kita memiliki sebuah tujuan hidup maka kita mengetahui apa yang harus kita lakukan, kita bisa mengembangkan kemampuan, sebab dengan begitu kita bisa
8
mengurangi beban pembangunan, bahkan sebaliknya dapat meningkatkan kapasitas mereka untuk secara lebih optimal.
F. Referensi Soetomo, 2008. Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
9