TRILOGI PANCASILA
STIMIK AMIKOM Yogyakarta
Reza Galih Dharmawan 11.02.8131 A D3-MI M. Khalis Purwanto, Drs, MM
Abstrak Berkembangnya paham pragmatisme yang bisa jadi berbahaya kalau orientasi seseorang menjadi kepada kebendaan semata karena harta benda (uang) yang paling berguna untuk menunjang kehidupan yang bisa menimbulkan kemunduran kehidupan spirituil keagamaan seseorang. Ini bisa menjadikan seseorang bertuhankan harta benda (uang) dan menghalalkan segala cara untuk mencari harta benda (uang) yang menimbulkan meluasnya tingkah laku korupsi di Indonesia. Paham
ini
juga
sangat
berbahaya
apabila
para
pragmatis
menganggap keberadaan Pancasila tidak ada gunanya jadi tidak perlu dipedulikan. Paham pragmatisme ini mula mencuat pada awal orde baru ketika pengaruh model perekonomian Amerika atau kapitalisme mulai merebak di Indonesia.
Kata Pengantar
Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat, karunia terutama kesempatan yang diberikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan
makalah
ini
dengan
baik.
Tanpa
adanya
kesempatan, mustahil penulis dapat menyelasaikan penulisan makalah ini secara tuntas, walaupun masih banyak terdapat kekurangan. Makalah ini membahas tentang Trilogi Pancasila, Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka dan Tertutup, Pancasila dan Pragmatisme, Wawasan Kebangsaan dan Peranan Kecendikiawanan, dan Kapasitas Ideologi Pancasila Mau Dibuang. Selama penulisan makalah ini, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun secara tidak langsung dalam penulisan makalah ini. Untuk itu dari hati yang paling dalam penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulisan makalah ini Sebagai manusia biasa penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan, baik dari segi isi maupun dari segi penulisanya. Segala kritikan dan masukan dari semua pihak, akan menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi penulis demi kesempurnaan makalah ini.
2.1.
Trilogi Pancasila Trilogi Pancasila Berdasarkan kenyataan sejarah, budaya dan filsafat Pancasila mempunyai tiga fungsi seperti berikut : 1. Sebagai pandangan dunia/pandangan hidup, 2. Sebagai dasar negara NKRI dan 3. Sebagai ideologi nasional (Pranarka, 1985). Fungsi pertama sebagai pandangan dunia/pandangan hidup Pancasila memberi alas dan orientasi sistem
kepengetahuan
dan
sistem
nilai
bagi
kebutuhan
proses
membangsa dan menegara atau to be keindonesiaan sepanjang masa. Fungsi ke dua adalah sebagai dasar negara yang berkenaan dengan
sistem
dan
dasar
hukum
nasional,
di
antaranya
guna
mengantisipasi kehadiran sistem hukum “pra-nasional” yang bersumber ajaran keagamaan dan etnisitas eksklusif dalam tata hukum nasional yang sering kontroversial. Adapun fungsi ke tiga Pancasila sebagai ideologi nasional adalah fungsi
“pragmatis”
di
mana
laku
tindak
keindonesiaan
menjadi
keniscayaan komunitas kebangsaan. Aktualitas Pancasila sebagai Ideologi Nasional Aktualitas wacana Pancasila sebagai ideologi nasional pertama-tama adalah mengungkit kemudian perlu menggugat kesadaran dan penyadaran diri kita selaku nasion; sebab “nasional” itu adalah istilah yang kata dasarnya nasion.
2.2. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka Bangsa Indonesia yang sedang sibuk membangun dan berupaya memecahkan masalah kemiskinan dan kesenjangan social, mau tidak mau harus terlibat dalam jaringan politik dunia yang semakin dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan ekonomi raksasa. Hal itu menunjukkan bahwa bangsa Indonesia dihadapkan pada tantangan, yaitu tantangan untuk memiliki cara hidup serta tingkat kehidupan yang wajar secara manusiawi dan adil. Tantangan hanya bisa diatasi jika bangsa Indonesia tetap mempertahanakn identitasnya dalam ikatan persatuan dan mampu mengembangkan dinamikanya agar mampu bersaing dengan bangsabangsa lain. Dalam menjawab tantangan tersebut, Pancasila perlu tampil sebagai ideologi terbuka karena ketertutupan hanya akan membawa kepada kemandegan. Gagasan mengenai pancasila sebagai ideologi terbuka mulai berkembang sejak tahun 1985. tetapi semangatnya sudah tumbuh sejak Pancasila itu sendiri ditetapkan sebagai dasar Negara (Emran, 1994:38). Sebagai idedologi, Pancasila menjadi edoman dan acuan kita dalam menjalankan aktivitas di segala bidang, sehingga sifatnya haurs terbuka, luwes dan fleksibel dan tidak tertutup, kaku yang akan membuatnya ketinggalan jaman. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Alfian, Pancasila telah memenuhi syarat sebagai ideologi terbuka. Hal ini dibuktikan dari adanya sifat-sifat yang melekat pada Pancasila maupun kekuatan yang terkandung di dalamnya, yaitu pemenuhan persyaratan kualitas tiga dimensi. Yang dimaksud dengan Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah Pancasila merupakan ideologi yang mampu menyesuaikan diri dengan perkembagan jaman tanpa pengubahan nilai dasarnya. Ini bukan berarti bahwa nilai dasar Pancasila dapat diubah dengan nilai dasar yang lain yang sama artnya dengan meniadakan Pancasila atau meniadakan identitas/jati diri bangsa Indonesia (AL Marsudi, 2000:62). Pancasila sebagai ideologi terbuka mengandung makna bahwa nilai-nilai dasar Pancasila itu dapat dikembangkan sesuai dengan dinamika kehidupan
bangsa Indonesia dan tuntutan perkembangan zaman secara kreatif dengan
memperhatikan
tingkat
kebutuhan
dan
perkembangan
masyarakat Indonesia sendiri. Sebagai Ideologi terbuka, Pancasila memberikan orientasi ke depan, mengharuskan bangsanya untuk selalu menyadari situasi kehidupan yang sedang dan akan dihadapinya, terutama menghadapi globalisasi dan era keterbukaan dunia dalam segala bidang. Ideologi Pancasila menghendaki agar bangsa Indonesia tetap bertahan dalam jiwa dan budaya bangsa Indonesia dalam ikatan Negara kesatuan Republik Indonesia. Beberapa faktor yang mendorong pemikiran Pancasila sebagai ideologi terbuka. 1.
Dalam
proses
pembangunan
nasional
berencana,
dinamika
masyarakat kita berkembang amat cepat. Dengan demikian tidak semua persoalan kehidupan dapat ditemukan jawabannya secara ideologis dalam pemikiran ideologi-ideologi sebelumnya. 2.
Kenyataan
bangkrutnya
marxismeleninisme/komunisme.
ideologi Dewasa
tertutup ini
kubu
seperti komunisme
dihadapkan pada pilihan yang amat berat, menjadi suatu ideologi terbuka atau tetap mempertahankan ideologi lainnya. 3.
Pengalaman sejarah politik kita sendiri dengan pengaruh komunisme sangat penting. Karena pengaruh ideologi komunisme yang pada dasarnya bersifat tertutup, Pancasila pernah merosot menjadi semacam dogma yang kaku. Pancasila tidak lagi tampil sebagai acuan bersama, tetapi sebagai senjata konseptual untuk menyerang lawan-lawan politik. Kebijaksanaan pemerintah di saat itu menjadi absolute. Konsekuensinya, perbedaan-perbedaan menjadi alas an untuk secara langsung dicap sebagai anti pancasila.
4.
Tekad kita untuk menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam
kehidupan
bermasyarakat,
berbangsa
dan
bernegara.
Sebagai catatan, istilah Pancasila sebagai satu-satunya asas telah
dicabut berdasarkan ketetapan MPR tahun 1999, namun pencabutan ini kita artikan sebagai pengembalian fungsi utama Pancasila sebagai dasar Negara. Dalam kedudukannya sebagai dasar Negara, Pancasila harus dijadikan jiwa (volkgeits) bangsa Indonesia dalam kehidupan
berbangsa
dan
bernegara
terutama
dalam
pengembangan Pancasila sebagai Ideologi terbuka. Di samping itu, ada factor lain, yaitu adanya tekad bangsa Indonesia untuk menjadikan Pancasila sebagai alternative ideologi dunia. 2.3. Pancasila Sebagai Ideologi Tertutup Ideologi tertutup, merupakan suatu sistem pemikiran tertutup. Ideologi ini mempunyai cirri sebagai berikut. •
Merupakan cita-cita suatu kelompok orang untuk mengubah dan memperbaharui
masyarakat.
Atas
Nama
Ideologi
dibenarkan
pengorbanan-pengorbanan yang dibebankan kepada masyarakat. •
Isinya bukan hanya nilai-nilai dan cita-cita tertentu, melainkan terdiri tuntutan-tuntutan konkret dan oprasional yang keras dan diajukan mutlak. Pancasila sebagai sebuah pemikiran memenuhi ciri sebagai ideoloi terbuka. Nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila bukanlah nilai-nilai luar tetapi bersumber dari kekayaan rohani bangsa, serta diterimanya nilai bersama itu adalah hasil kesepakatan warga bangsa bukan paksaan atau tekanan pihak lain. Ciri lain dari suatu ideologi tertutup adalah tidak bersumber dari
masyarakat, melainkan dari pikiran elit yang harus dipropagandakan kepada masyarakat. Sebaliknya, baik-buruknya pandangan yang muncul dan berkembang dalam masyarakat dinilai sesuai tidaknya dengan ideologi tersebut. Dengan sendirinya ideologi tertutup tersebut harus dipaksakan berlaku dan dipatuhi masyarakat oleh elit tertentu, yang berarti bersifat otoriter dan dijalankan dengan cara yang totaliter.
Contoh paling baik dari ideologi tertutup adalah Marxisme-Leninisme. Ideologi yang dikembangkan dari pemikiran Karl Marx yang dilanjutkan oleh Vladimir Ilianov Lenin ini berisi sistem berpikir mulai dari tataran nilai dan prinsip dasar dan dikembangkan hingga praktis operasional dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ideologi MarxismeLeninisme meliputi ajaran dan paham tentang (a) hakikat realitas alam berupa ajaran materialisme dialektis dan ateisme; (b) ajaran makna sejarah sebagai materialisme historis; (c) norma-norma rigid bagaimana masyarakat harus ditata, bahkan tentang bagaimana individu harus hidup; dan (d) legitimasi monopoli kekuasaan oleh sekelompok orang atas nama kaum proletar.
2.4. Pancasila dan Pragmatisme Berkembangnya paham pragmatisme yang bisa jadi berbahaya kalau orientasi seseorang menjadi kepada kebendaan semata karena harta benda (uang) yang paling berguna untuk menunjang kehidupan yang bisa menimbulkan kemunduran kehidupan spirituil keagamaan seseorang. Ini bisa menjadikan seseorang bertuhankan harta benda (uang) dan menghalalkan segala cara untuk mencari harta benda (uang) yang menimbulkan meluasnya tingkah laku korupsi di Indonesia. Paham
ini
juga
sangat
berbahaya
apabila
para
pragmatis
menganggap keberadaan Pancasila tidak ada gunanya jadi tidak perlu dipedulikan. Paham pragmatisme ini mula mencuat pada awal orde baru ketika pengaruh model perekonomian Amerika atau kapitalisme mulai merebak di Indonesia. Seorang pakar politik LIPI Siti Zuhro menyatakan, politisasi telah masuk ke hampir seluruh sendi kehidupan bernegara dan berbangsa. Akibatnya, muncullah sikap pragmatisme dan oportunisme yang tidak bisa dikendalikan oleh kultur bangsa Indonesia. Lebih jauh politisasi itu mengakibatkan orientasi yang dangkal dan terbatas untuk mencapai kekuasaan dan uang. “ Ini sudah terjadi dan merugikan, kehidupan bernegara dan berbangsa dalam membangun Indonesia ke depan yang lebih demokratis dan sejahtera,” katanya. Kaum muda, menurutnya, harus belajar dari para pemimpin sebelumnya. “Generasi muda harus memiliki reaktualisasi sumpah pemuda di tengah perkembangan dinamika politik yang sangat semarak. Selain itu, kaum muda harus menghidupkan kembali kecintaan kepada Pancasila, NKRI, dan Kebhinekaan. Sebab, jika sudah mengabaikan Pancasila maka uang menjadi panglima. Dampaknya, sampai saat ini belum ada kaum muda dan kader muda partai yang memiliki jiwa kenegaraan dan bervisi kebangsaan,” katanya.
2.5. Wawasan Kebangsaan dan Peranan Kecendikiawanan Hal pertama yang perlu diperhatikan dalam kasus mempertahankan kebangsaan adalah wawasan kebangsaan. Wawasan kebangsaan merupakan salah satu wahana membangun cinta tanah air karena wawasan kebangsaan merupakan cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya yang di dasari oleh falsafat cita-cita dan tujuan
nasional,
namun
sampai
saat
ini
pemahanan
wawasan
kebangsaan dalam diri masyarakat masih kurang oleh karena itu perlu adanya pemberian pemahaman akan wawasan kebangsaan sejak usia dini. Nasionalisme Indonesia adalah masa depan bangsa Indonesia. Menurut Soekarno, kebangsaan adalah inti dari Pancasila yang membentuk bangsa Indonesia. Namun, sayangnya kendala yang sering kita temukan adalah kemiskinan yang terbukti skarang 40% dari seluruh bangsa indonesia adalah dalam kategori berekonomi rendah / miskin. KPK juga terus menemukan kasus – kasus korupsi. Teringat kembali pemuda – pemudi Indonesia bersumpah saat 28 Oktober untuk terus bersatu dalam negara Indonesia, namun tetap saja masih banyak egoisme serta kepicikan yang mencekik kemajuan Indonesia. Indonesia bukanlah Uni Soviet ataupun Yugoslavia yang pernah membuat nama baik dalam sejarah. Oleh karena itu, untuk menyatukan bangsa Indonesia dibutuhkan nasionalisme yang kuat dan bangsa Indonesia yang tidak dipengaruhi ras, agama, dan lain – lain. Indonesia itu lebih mirip India, Afganistan, dan sejenisnya, bukan seperti Korea, Jepang, dan Taiwan, karena Indonesia berjuang berdasarkan tekad yang kuat. Belajar dari masa sejarah, kita menemukan bahwa proses pembentukan Pancasila begitu dipikirkan, dirundingkan dan dimufakati bersama oleh para tokoh cendekiawan yang berjuang tempo itu; merekalah Mr. Soepomo, Muhammad Yamin dan Ir. Soekarno. Betapa keberadaan Pancasila begitu diagungkan dan diperjuangkan tatkala pada
tanggal 30 September 1965 G 30 S/PKI melakukan pemberontakan lantaran tergiur untuk mengubah ideologi Pancasila menjadi ideologi komunis. Namun berkat kesadaran untuk mempertahankan Pancasila, maka
upaya
tersebut
mengalami
kegagalan.
Lihatlah
betapa
mengagumkannya gelora jiwa patriotisme dan nasionalisme bangsa Indonesia kala itu.
Hidup dan mati mereka, dipersembahkan bagi
keutuhan moral bangsa yang terbentuk mendasar dalam kelima butir azas negara. Menilik perjalanannya, terkuak nyata bahwa Pancasila bukan semata sebagai simbol ideologi bangsa, namun juga menjadi yang merasuk dalam jiwa sekalian insan di Indonesia. Pancasila menjadi identitas kebanggaan bangsa dan menjadi penyelaras keberadaan Indonesia di mata dunia. Pancasila sungguh-sungguh menjadi pedoman yang dipegang dalam melaksanakan kehidupan dan pengabdian kepada tanah air. Perjalanan Pancasila tak mudah untuk sampai di hari ini. Tak dapat dipungkiri pula bahwa Pancasila akan selalu relevan terhadap jaman yang terus berkembang.
2.6. Kapasitas Ideologi Pancasila Mau Dibuang Menyikapi
berbagai
permasalahan
yang
dihadapi
bangsa
belakangan ini, banyak yang mengkhawatirkan Pancasila tidak lagi mampu menunjukkan taksu sebagai sebuah ideologi bangsa. Bagaimana tidak, dalam implementasi di masyarakat, Pancasila tak lebih dari slogan, kata-kata spanduk, atau lima butir kalimat yang hanya dihafal oleh anak TK dan sekolah pada umunya. Lebih ironis lagi tidak sedikit generasi muda yang tidak mengetahui butir – butir Pancasila, padahal fungsi dan makna Pancasila semestinya mencakup segala aspek yang benar- benar menjiwai kehidupan masyarakat. Lalu, apa ancaman terbesar bagi Bangsa Indonesia saat ini?? Berbicara mengenai Pancasila, maka kita harus membuka mata bahwa Pancasila kini tengah digerogoti oleh berbagai kepentingan yang mengatasnamakan ideologi bangsa. Kecenderungan pemerintah untuk mengadopsi sistem – sitem luar negeri menjadikan benih – benih kapitalis mulai muncul. di bidang ekonomi adalah contoh yang paling nyata. Kita bisa melihat bagaimana kepentingan asing lebih banyak menunggangi berbagai
kebijakan
ekonomi
terutama
dalam
hal
investasi.
Tidak hanya dari luar, ancaman terhadap keberadaan ideologi Pancasila juga terjadi dari dalam negeri. Sejak beberapa tahun lalu telah muncul gerakan – gerakan separatisme yang ingin keluar dari NKRI. Alasan pun beragam. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap daerah tersebut bahkan menyalahkan Pancasila karena mereka memiliki pemikiran yang berbeda dalam menentukan pijakan hidupnya. Di lain pihak ada pula beberapa golongan yang secara terang- terangan ingin mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi lain yang bernuansa agama?? sadarkah mereka dengan apa yang hendak dilakukan? MENGGANTI PANCASILA..!!! Bayangkan saja apabila pancasila harus tergantikan oleh ideologi agama tertentu, akan ada lebih banyak perpecahan di Indonesia.
Sungguh sesuatu yang tidak diharapkan untuk terjadi. Indonesia tetaplah Indonesia. karena Indonesia adalah sebuah bangsa yang majemuk yang memiliki keanekaragaman. itulah keindahan Indonesia. Satu – satunya cara menjaga keutuhan NKRI adalah menjaga Pancasila, dan hal tersebut adalah tugas dari generasi muda. Pancasila merupakan sebuah ideologi. sebuah asas yang dijadikan pijakan dalam kehidupan bermasyarakat. Maka dari itu Pancasila harus benar- benar meresap dalam benak generasi muda. Sedikit hiperbola memang. tapi itulah kenyataan. Pancasila memang merupakan kunci keberagaman Indonesia. Hal tersebut rasanya tidaklah berlebihan karena generasi muda harus memegang peranan dalam mempertahankan Pancasila sebagai ideologi bangsa…
B. PANCASIL SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN NEGAR Pengertian Ideologi Istilah ideologi berasal dari kata idea yang berarti gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harafiah ideologi berarti ilmu tentang pengertian dasar, ide atau cita-cita. Cita-cita yang dimaksudkan adalah cita-cita yang tetap sifatnya dan harus dapat dicapai sehingga cita-cita itu sekaligus merupakan dasar, pandangan, paham. Ideologi yang semula berarti gagasan, ide, cita-cita itu berkembang menjadi suatu paham mengenai seperangkat nilai atau pemikiran yang oleh seseorang atau sekelompok orang menjadi suatu pegangan hidup. Beberapa pengertian ideologi: § A.S. Hornby mengatakan bahwa ideologi adalah seperangkat gagasan yang membentuk landasan teori ekonomi dan politik atau yang dipegangi oleh seorang atau sekelompok orang. § Soerjono Soekanto menyatakan bahwa secara umum ideologi sebagai kumpulan gagasan, ide, keyakinan, kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis, yang menyangkut bidang politik, sosial, kebudayaan, dan agama. § Gunawan Setiardja merumuskan ideologi sebagai seperangkat ide asasi tentang manusia dan seluruh realitas yang dijadikan pedoman dan cita-cita hidup. § Frans Magnis Suseno mengatakan bahwa ideologi sebagai suatu sistem pemikiran yang dapat dibedakan menjadi ideologi tertutup dan ideologi terbuka. § Ideologi tertutup, merupakan suatu sistem pemikiran tertutup. Ciri-cirinya: merupakan cita-cita suatu kelompok orang untuk mengubah dan memperbarui masyarakat; atas nama ideologi
dibenarkan pengorbanan-pengorbanan yang dibebankan kepada masyarakat; isinya bukan hanya nilai-nilai dan cita-cita tertentu, melainkan terdiri dari tuntutan-tuntutan konkret dan operasional yang keras, yang diajukan dengan mutlak. § Ideologi terbuka, merupakan suatu pemikiran yang terbuka. Ciri-cirinya:
bahwa
nilai-nilai
dan
cita-citanya
tidak dapat
dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari moral, budaya masyarakat itu sendiri; dasarnya bukan keyakinan ideologis sekelompok orang, melainkan hasil musyawarah dari konsensus masyarakat tersebut; nilai-nilai itu sifatnya dasar, secara garis besar saja sehingga tidak langsung operasional. Fungsi utama ideologi dalam masyarakat menurut Ramlan Surbakti (1999) ada dua, yaitu: sebagai tujuan atau cita-cita yang hendak dicapai secara bersama oleh suatu masyarakat, dan sebagai pemersatu masyarakat dan karenanya sebagai prosedur penyelesaian konflik yang terjadi dalam masyarakat. Pancasila sebagai ideologi mengandung nilai-nilai yang berakar pada pandangan hidup bangsa dan falsafat bangsa. Dengan demikian memenuhi syarat sebagai suatu ideologi terbuka. Sumber semangat yang menjadikan Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah terdapat dalam penjelasan UUD 1945: “terutama bagi negara baru dan negara muda, lebih baik hukum dasar yang tertulis itu hanya memuat aturan-aturan pokok, sedangkan aturan-aturan yang menyelenggarakan aturan pokok itu diserahkan kepada undang-undang yang lebih mudah caranya membuat, mengubah dan mencabutnya
Sifat Ideologi Ada tiga dimensi sifat ideologi, yaitu dimensi realitas, dimensi idealisme, dan dimensi fleksibilitas. 1. 1. Dimensi Realitas: nilai yang terkandung dalam dirinya, bersumber dari nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, terutama pada waktu ideologi itu lahir, sehingga mereka betul-betul merasakan dan menghayati bahwa nilai-nilai dasar itu adalah milik mereka bersama. Pancasila mengandung sifat dimensi realitas ini dalam dirinya. 2. Dimensi idealisme: ideologi itu mengandung cita-cita yang ingin diicapai dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila bukan saja memenuhi dimensi idealisme ini tetapi juga berkaitan dengan dimensi realitas. 3. Dimensi fleksibilitas: ideologi itu memberikan penyegaran, memelihara dan memperkuat relevansinya dari waktu ke waktu sehingga bebrsifat dinamis, demokrastis. Pancasila memiliki dimensi
fleksibilitas
karena
memelihara,
memperkuat
relevansinya dari masa ke masa. 2. Faktor Pendorong Keterbukaan Ideologi Pancasila 1. Kenyataan dalam proses pembangunan nasional dan dinamika masyarakat yang berkembang secara cepat. 2. Kenyataan menujukkan bahwa tertutup
danbeku
cendnerung
bangkrutnya
ideologi yang
meredupkan
perkembangan
dirinya. 3. Pengalaman sejarah politik masa lampau.
4. Tekad untuk memperkokoh kesadaran akan nilai-nilai dasar Pancasila yang bersifat abadi dan hasrat mengembangkan secara kreatif dan dinamis dalam rangka mencapai tujuan nasional. 3. Sekalipun Pancasila sebagai ideologi bersifat terbuka, namun ada batas-batas keterbukaan yang tidak boleh dilanggar, yaitu: 1. Stabilitas nasional yang dinamis 2. Larangan
terhadap
ideologi
marxisme,
leninnisme
dan
komunisme 3. Mencegah berkembangnya paham liberalisme 4. Larangan terhadap pandangan ekstrim yang menggelisahkan kehidupan bermasyarakat 5. Penciptaan norma-norma baru harus melalui konsensus. 4. Makna Pancasila sebagai Ideologi Bangsa 1. Makna Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia adalah bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila itu menjadi cita-cita normatif bagi penyelenggaraan bernegara. Dengan kata lain, visi atau arah dari penyelenggaraan kehidupan berbangsa
dan
bernegara
Indonesia
adalah
terwujudnya
kehidupan yang ber-Ketuhanan, yang ber-Kemanusiaan, yang ber-Persatuan, yang ber-Kerakyatan, dan yang ber-Keadilan. 2. Pancasila sebagai ideologi nasional selain berfungsi sebagai citacita
normatif
penyelenggaraan
bernegara,
nilai-nilai
yang
terkandung dalam Pancasila merupakan nilai yang disepakati bersama, karena itu juga berfungsi sebagai sarana pemersatu masyarakat yang dapat memparsatukan berbagai golongan masyarakat di Indonesia.
PENUTUP Kesimpulan yang dapat kita petik dari pembahasan tersebut diatas adalah bahwa di Negara kita memang sudah diatur dalam UUD 145 baik itu mengeai keadilan, mensejahterakan rakyat, dan juga menjaga keamanan rakyat dari serangan / gangguan dari luar dan dalam. Tapi yang sangat disayangkan adalah pelaksanaan para pemimpin Negaralah yang sangat disayangkan karena tidak sesuai dengan apa yang telah diatur dalam UUD 1945, seperti kata pasal “Dari rakyat, Oleh rakyat dan untuk rakyat” . apalah hal ini memang terlaksana di Negara kita ?....
Daftar Pustaka Aim Abdul Karim.2008. Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: GRAVINDO Anthony
Hadi
Wibowo
.
Wawasan
Kebangsaan
–
Pancasila
dan
Kewarganegaraan. 2010. I Komang Edy Mulyawan. (artikel) Peringatan hari kelahiran pancasila http://www.suarapembaruan.com/politikdanhukum/politisasi-lahirkanpragmatisme/670 http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/03/ideologi-terbuka-dan-ideologitertutup/ http://idhulaw.wordpress.com/2010/06/01/peringatan-hari-kelahiran-pancasilamampukah-pancasila-bertahan-sebagai-sebuah-ideologi-bangsa/