TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012
STIMIK “AMIKOM” YOGYAKARTA
Perjuangan indonesia menempuh pendidikan
Nama
: Faruq Kattomi
Nim
: 11.12.6063
Kelompok : I Prodi
: Pancasila
Jurusan
: S1 SI
Dosen
: mohammad Idris.P,Drs,MM
STIMIK AMIKOM
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………i LATAR BELAKANG………………………………………………………………….1 RUMUSAN MASALAH.................................................................................................1 PENDEKATAN a. Landasan Historis.................................................................................................2 b. Landasan Sosiologis.............................................................................................3 c. Landasan Yuridis..................................................................................................9 PEMBAHASAN.............................................................................................................10 KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................................13 REFRENSI......................................................................................................................15
LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan harus dapat mengembangkan potensi dasar peserta didik agar mampu menghadapi berbagai problema yang dihadapi dengan wajar tanpa adanya rasa tertekan, secara kreatif menemukan solusi untuk mengatasinya. Pendidikan dapat mensinergikan mata pelajaran menjadi kecakapan hidup yang diperlukan.
Pendidikan merupakan faktor penting yang mempunyai andil besar dalam memajukan suatu bangsa, bahkan peradaban manusia. Tujuan pendidikan itu merupakan tujuan dari negara itu sendiri. Pendidikan yang rendah dan berkualitas akan terus mengundang para penjajah, baik penjajahan secara fisik maupun non fisik, seperti penjajahan intelektual, pemikiran, ekonomi, sosial, politik dan agama. Hal ini senada dengan ungkapan “kebodohan bukanlah karena penjajahan tetapi kebodohanlah yang mengundang penjajah
RUMUSAN MASALAHAN Apakah system pendidikan di Indonesia sudah benar?
Apakah penduduk indonesia terutama warga yang kurang mampu mendapatkan pendidikan yang layak? Bagaimana eksistensi pendidikan di masa penjajahan?
PENDEKATAN: Landasan Historis: Pendidikan Islam Sebelum Kemerdekaan Pemerintah Belanda mulai menjajah Indonesia pada tahun 1619 yaitu ketika Jan Pieter Coen menduduki Jakarta. Kemudian Belanda satu demi satu memperluas jajahannya ke berbagai daerah dan diakui bahwa Belanda datang ke Indonesia bermotif ekonomi, politik dan agama. Tahun 1882 M pemerintah Belanda membentuk suatu badan khusus untuk mengawasi kehidupan beragama dan pendidikan Islam. Selanjutnya pada tahun 1932 M keluar peraturan yang dapat memberantas dan menutup madrasah dan sekolah yang tidak ada izinnya atau memberi pelajaran yang tidak disukai penjajah. Tekanan yang diberikan pihak penjajah justru tidak dihiraukanterbukti dalam sejarah masyarakat muslim Indonesia pada saat itu organisasi Islam laksana air hujan yang sulit dibendung. Selanjutnya pada masa penjajahan kedua yaitu penjajah Jepang, awalnya memberi prioritas umat Islam di Indonesia untuk mengembangkan pendidikan Islam utamanya syiar Islam, hal itu merupakan siasat yang dijalankan Jepang untuk kepentingan Perang Dunia II terbukti setelah Jepang mendapat tekanan dari sekutu justru Jepang memperlihatkan dirinya sebagai penjajah yang lebih kejam dari Belanda. Rakyat dipaksa untuk bergabung dengan badan pertahanan Jepang sehingga pendidikan rakyat terbengkalai. Meskipun di bawah penindasan Jepang, masih ada madrasah-
madrasah yang bisa jalan dalam lingkungan pesantren di mana lingkungan tersebut jauh dari jangkauan Jepang. Penjajahan yang dialami bangsa Indonesia membuat bangsa Indonesia menderita tetapi dengan semangat patriotisme dan nasionalisme dari pejuang dan ulama yang berjuang membentuk organisasi untuk menyelamatkan nilai-nilai Islam dalam menghadapi penjajah dan menyelamatkan umat dari penindasan dan kebodohan
Landasan Sosiologis: TANGGAPAN SOSIOLOGIS TERHADAP SISTEM PENDIDIKAN NASIOAL INDONESIA. Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kwalitas manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa, dan berakhlaq mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan beradab berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Pasal 31 Ayat (3) menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlaq yang mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dalam undang-undang, Untuk itu seluruh komponen bangsa wajib mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupan salah satu tujuan negara Indonesia. Dan salah satu sistem untuk dapat mencapai tujuan negara tersebut adalah memrenovasi, dan membetulkan sistem pendidikan yang hasilnya kurang memuaskan pada saat ini.
Pendidikan dalam konteks upaya merekonstruksi suatu peradaban makhluk sosial merupakan salah satu kebutuhan (jasa) asasi yang dibutuhkan oleh setiap manusia dan kewajiban yang harus diemban oleh negara agar dapat membentuk masyarakat yang memiliki pemahaman dan kemampuan untuk menjalankan fungsi-fungsi kehidupan selaras dengan fitrahnya serta mampu mengembangkan kehidupannya menjadi lebih baik dari setiap masa ke masa berikutnya. Menurut Sumadi Suryabrata dalam buku psikologi pendidikan mengatakan ”Pendidikan adalah perlakuan terhadap anak didik yang secara psikologis perlakuan tersebut harus selaras dengan keadaan anak didik”. Dan dalam proses pendidikan perlunya pendidik yang dapat memberikan bantuan kepada anak didik agar dapat berkembang secara wajar melalui bimbingan, pemberian bahan pelajaran yang berstruktur dan berkualitas. Menurut Abdul Malik Fadjar (Mendiknas tahun 2001) mengakui kebenaran penilaian bahwa sistem pendidikan di Indonesia adalah yang terburuk di kawasan Asia. Ia mengingatkan, pendidikan sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial politik, termasuk persoalan stabilitas dan keamanan. Berdasarkan beberapa teori tersebut bagaimanakah dengan keadaan pendidikan nasioanal Indonesia saat ini? Menurut tanggapan penulis bahwa sistem pendidikan di Indonesia sebenarnya jangan sampai terlepas dari fitrah kehidupan manusia itu sendiri sebagai mahluk yang percaya adanya Tuhan Yang Maha Esa serta mahluk sosial diantaranya adalah menjalani kehidupan ini sesuai dengan aturan-aturan kehidupan yang telah ditetapkan oleh penciptanya, yaitu Allah Swt karena Dia yang paling mengetahui segalanya tentang makhluk ciptaan-Nya. Mengenai upaya negara untuk dapat
mencapai sebagai mana termaktub dalam UUD Pasal 13 Ayat (3). Itu pada saat ini memang sudah ada usaha, namun dalam usahanya masih kurang maksinal dan salah kaprah, Mengapa? 1. Kurang konsisten dan tegasnya serta jelasnya pemerintah terhadap tujuan yang akan dicapai. Hal ini bukan tanpa alasan tetapi penulis dapat melihat pada eksestensi sistem dan proses pendidikan nasioanl yang berjalan pada saat ini?, dimana sistem pendidikannnya baik melihat dari kurikulum yang sering berubah-ubah lain mentri lain sistem, lain presiden lain sistem, hal ini menunjukkan kebingungan pemerintah dalam menentukan teori dan metode yang akan digunakanya. Sehingga tidak salah jika ada orang yang mengatakan bahwa sistem pendidikan nasioanal Indonesia adalah sistem kebingungan dan sistem coba-coba, memangnya enak coba-coba pada anaknya sendiri, anak kok dibuat coba-coba iya kalau kena pada madu tidak masalah tetapi jika kena pada racun akan berakibat pada generasi Indonesia yang tercinta ini akan hamblas dan hancur. 2. Membaurnya pengertian modernisasi terhadap kemajuan pendidikan yang kurang jelas, dan kurang spesifikasi tentang modernisasi dan kemajuan. Sehingga para peserta didik atau anak bangsa Indonesia tidak bisa membedakan modernisasi dibidang apa? Dan kemajuan dibidang apa? Apakah kemajuan dibidang kemaksiatan, kenakalan remaja, koropsi, trafingking, buruknya moral dan pelanggaran terhadap norma agama, apa ini yang di namakan kemajuan atau modernis. Ini adalah merupakan suatu permasalah yang lagi ada dalam dunia nyata dan telah memasuki bahkan telah menjadi racun dalam dada penerus bangsa ini. Dan hal ini jangan sampai kita terlena atau diam seribu bahasa dengan keadaan yang sangat membahayakan atau akan merusak bahkan bisa juga menghancurkan bangsa
ini, atau bisa juga akan menjatuhkan pada kehancuran. Kalau kita mau ayo berteriak dengan lantang bahwa pendidikan kita kurang berhasil untuk mencetak manusia yang di agan-agankan dalam pasal UUD Pasal 13 Ayat (3). Jadi solusinya adalah kita harus bangkit kembali dan mereformasi untuk memperjelas kemajuan dibidang apa? Dan moderen dibidang apa?, yang akan kita kembangkan untuk menunjang dan berkembangnya sosial budaya dan kemasyarakat yang ada dalam negeri kita ini. soalnya mengapa? Karena tidak semua sistem pendidikan yang ada di negeri ini yang telah ditrapkan sejak dahulu adalah merupakan suatu sistem yang kurang baik salah satu contoh adalah tidak sedikitnya hasil dari sistem pendidikan yang telah di kalukan terdahulu, bisa menghasilkan generasi yang berakhlakul karimah, tidak korupsi, dan cinta pada tanah air ini dengan ikhlas, tapi tidak bisa membuat lek top atau bom nuklir itu saja. Dengan demikian maka hendaknya dalam sistem pendidikan nasional kita hendaknya selalu mengambil pada sesuatu pedoman yang lama dan bermanfaat dan mengambil sesuatu yang baru juga ber manfaat. Namun dalam batasan tidak mengambil asal-asalan kita harus konsesten terhadap tujuan bersama kita. 3. Terlalu banyak mengadopsi kebiasaan, sikap dan ide-ide dari orang barat yang tidak disaring apakah sesuai dengan religius dan keadaan sosial budaya nasional Indonesia atau tidak itu kurang dipikirkan salah satu contohnya adalah: banyaknya kebudayaan sosial orang-orang barat yang diambil baik dalam tiori pembelajaran, penyampaian pembelajaran dan bahkan cara penyampainyan juga ala barat dan lain sebagainya, sehingga kadang kala kita jumpai dalam mengadakan interaksi antara murid dan guru, gurunya ada diatas meja dan murid duduk di kursi, budaya interaksi seperti ini adalah merupakan budaya orang barat, sebenarnya tidak dosa namun
kurang sopan, karena guru adalah di gugu dan ditiru jadi jangan salahkan siapa-siapa jika muridnya kurang ajar. Dahulu tanaman pendidikan kita selalu dibatasi dan di naungi dengan budaya sosial agamis dan moralits yang tinggi sampai di terkenal dengan istilah ”molimo” kata orang jawa yaitu merupakan suatu aturan sosial kemasyarakatan sehingga menyebabkan interaksi sosial yang damai dan tentram, dan jika terjadi pelanggaran terhadapnya mereka akan mengalami tekanan mental dan hubungan interaksi sosila kemasyarakatan yang kurang harmonis. Maksud dari istilah molimo itu adalah minum( arak), Medon( berzinah/ main perempuan), Maling (mencuri), madat (pengisap candu),maksiyat (melakukan perbuatan yang kurang baik). Namun sekarang tanaman pendidikan nasional kita yang terdapat, tidak dapat menyentuh dan memperbaiki moral genrasi penerus bangsa ini, hal ini disebabkan karena kurangnya proses sosialisasi tentang tanaman sosilal budaya yang sifatnya moralitas tidak di berikan sejak dini atau sejak anak masih belum bisa menggunakan fikirannya secara sempurna, ia itu ketika anak masih aktif dan besar untuk mengadopsi kebiasaan orang tua atau guru atau pendidik, sehingga anak akan mudah untuk melakukan sesuatu yang telah diberikan baik berupa contoh atau tauladan dari apa yang telah ia lihat atau yang ia baca. Dan pendapat ini diperkuat oleh salah satu pakar sosiologi, G.H. Mead berpendapat ”Dalam proses sosialisasi itu individu mengadopsi kebiasaan, sikap dan ide-ide dari orang lain, dan menyusunnya kembali sebagai suatu sistem dalam diri pribadinya”5Dari teori ini penulis mengatakan bahwa, mengadopsi kebiasaan, sikap dan ideide orang lain ini akan lebih berhasil jika dilakukan sejak usia anak masih belum bisa menggunakan akalnya secara sempurna, yaitu ketika anak masih usia muda, sehingga orang tua atau pendidik dengan mudah untuk
mengarahkan cara berinteraksi dan menciptakan budaya anak-anaknya yang sesuai dengan apa yang ia cita-citakan. 4. Kurangnya pembuat kurikulum untuk melihat kemampuan anak didik dalam program pendidikan yang kita gunakan saat ini. Hal ini dapat kita lihat pada jumlah pembelajaran yang sodorkan atau di cekoki pada anak didik kita, sehingga banyak mengalami pembelajaran yang tumpang tindih dan tidak membuahkan keberhasilan yang maksimal. Keberadaan ini sebenarnya juga disebabkan karena pembuat kurikulum itu sendiri kurang memperhatikan berapa kekuatan penerima pembelajaran itu. Sehingga pelajaran yang diajarkan tidak terulang ulang misalnya; dapat kita lihat pada pelaksanaan pebelajaran di tingkat sekolah dasar ada pelajaran bahasa Indonesia , sekolah tingkat menengah juga ada, bahkan sampai perguruan Tinggi juga ada, kalau begini terus ini lama-kelamaan kita bisa menjadai generasi bahasa Indonesia yang handal namun kenyataannya kok tidak, ini kan menunjukkan kekurang berhasilan kita dalam sistem dam metode mendidik. Mengapa perlu pengulangan yang ber ulang-ulang ini bisa terjadi, karena sistem pelajaran yang di gunakan tidak sesuai dengan kemampuan anak jadi sebenarnya anak yang haya mampu untuk menerima lima pelajaran di beri sampai dua belas pelajaran akhirnya berakibat tidak sampainya pada tujuan yang diinginkan, ia itu anak tidak bisa berinteraksi dan berkomonikasi dengan baik Karena adanya pemaksaan pembelajaran yang begitu banyak dan tidak kuatnya penerima pembelajaran sehinga anak tersebut tidak bisa beraksi untuk dapat menerima atau meniru ide- ide atau sikap yang diberikan.
Landasan Yuridis:
Landasan yuridis pelaksanaan pendidikan bagi anak yang membutuhkan layanan pendidikan khusus, yaitu; 1. UUD tahun 1945 Pasal 31 Ayat (1) : “Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”. Ayat (2) : “Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”. 2. UU No. 20 tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional: Pasal 3 Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Pasal 5 3 Ayat (1) : “Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan ysng bermutu”. Ayat (3) : “Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus”. Pasal 32 Ayat (2) : “Pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi”. 3. UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan anak Pasal 48 “Pemerintah wajib menyelenggarakan pendidikan dasar minimal 9 (sembilan) tahun untuk semua anak”. Pasal 49 “Negara, pemerintah, keluarga, dan orang tua wajib memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak untuk memperoleh pendidikan”. Pasasal 53 Ayat (1) “Pemerintah bertanggung jawab untuk memberikan biaya pendidikan dan/atau bantuan Cuma-Cuma atau pelayanan khusus bagi anak dari keluarga kurang mampu, anak terlantar, dan anak yang bertempat tinggal di daerah terpencil”.
Pembahasan: 3. Pendidikan Islam Pada Masa Reformasi Program peningkatan mutu pendidikan yang ditargetkan oleh pemerintah Orde Baru akan mulai berlangsung pada Pelita VII terpaksa gagal, krisis ekonomi yang berlangsung sejak medio Juli 1997 telah mengubah konstelasi politik maupun ekonomi nasional. Secara politik, Orde Baru berakhir dan digantikan oleh rezim yang menamakan diri sebagai “Reformasi Pembangunan” meskipun demikian sebagian besar roh Orde Reformasi masih tetap berasal dari rezim Orde Baru, tapi ada sedikit perubahan, berupa adanya kebebasan pers dan multi partai. Dalam bidang pendidikan kabinet reformasi hanya melanjutkan program wajib belajar 9 tahun yang sudah dimulai sejak tahun 1994 serta melakukan perbaikan sistem pendidikan agar lebih demokratis. Tugas jangka pendek Kabinet Reformasi yang paling pokok adalah bagaimana menjaga agar tingkat partisipasi pendidikan masyarakat tetap tinggi dan tidak banyak yang mengalami putus sekolah. Dalam bidang ekonomi, terjadi krisis yang berkepanjangan, beban pemerintah menjadi sangat berat. Sehingga terpaksa harus memangkas program termasuk didalamnya program penyetaraan guru-guru dan mentolerir terjadinya kemunduran penyelesaian program wajib belajar 9 tahun. Sekolah sendiri mengalami masalah berat sehubungan dengan naiknya biaya operasional di suatu pihak dan makin menurunnya jumlah masukan dari siswa. Pembangunan di bidang
pendidikan pun mengalami kemunduran. Beberapa hal yang menyebabkan program pembangunan pemerintah dalam sektor pendidikan terpenuhi secara maksimal. 1. Distribusi pembangunan sektor pendidikan kurang menyentuh lapisan sosial kelas bawah
2Kecenderungan yang kuat pada wilayah pembangunan yang bersifat fisik material, sedangkan masalah-masalah kognitif spiritual belum mendapatkan pos yang strategis. 3. Munculnya sektor industri yang membengkak, cukup menjadikan agenda yang serius bagi pendidikan Islam di Indonesia pada masa pembangunan ini. 4. Perubahan-perubahan sosial yang berjalan tidak berurutan secara tertib, bahkan terkadang eksklusif dalam dialektik pembangunan sebagaimana tersebut di atas. Semua hal diatas adalah faktor penyebab dari tidak terpenuhinya beberapa maksud pemerintah dalam menjalankan pembangunan dalam sektor pendidikan agama khususnya bagi Islam. Semua itu sangat memprihatinkan apalagi jika dibiarkan begitu saja tanpa upaya retrospeksi atas kegagalan tersebut. Yang harus disadari adalah lembaga pendidikan Islam adalah lembaga pendidikan Islam memiliki potensi yang sangat besar bagi jalannya
pembagunan di negeri ini terlepas dari berbagai anggapan tentang pendidikan yang ada sekarang, harus diingat bahwa pendidikan Islam di Indonesia telah banyak melahirkan putera puteri bangsa yang berkualitas.
HM. Yusuf Hasyim mengungkapkan betapa besarnya pendidikan Islam di Indonesia hanya dengan menunjukkan salah satu sampelnya yaitu pesantren. sebagai
lembaga pendidikan Islam pesantren dan madrasah-madrasah bertanggungjawab terhadap proses pencerdasan bangsa secara keseluruhan. Sedangkan secara khusus pendidikan Islam bertanggungjawab terhadap kelangsungan tradisi keislaman dalam arti yang seluas-luasnya. Dari titik pandang ini pendidikan Islam, baik secara kelembagaan maupun inspiratif, memilih model yang dirasakan mendukung secara penuh tujuan dan hakikat pendidikan manusia itu sendiri, yaitu membentuk manusia mukmin yang sejati, mempunyai kualitas moral dan intelektual. Selama ini banyak dijumpai pesantren-pesantren yang tersebar dipelosok tanah air, terlalu kuat mempertahankan model tradisi yang dirasakan klasik, sebagai awal dari system pendidikan itu sendiri. Tapi, pada saat ini sudah banyak pesantren dan madrasah yang modern dengan mengacu kepada tujuan muslim dan memperhatikan tujuan makro dan mikro pendidikan nasional Indonesia, maka penndidikan pesantren akan memadukan produk santri untuk memiliki outputnya (lulusan) agar memiliki 3 lulusan yang terdiri
Religius skillfull people yaitu insan muslim yang akan menjadi tenaga-tenaga terampil, ikhlas, cerdas, mandiri, iman yang tangguh sehingga religius dalam tingkah dan prilaku, yang akan mengisi kehidupan tenaga kerja didalam berbagai sector pembangunan. b.Religius Community leader, yaitu insane Indonesia yang ikhlas, cerdas dan mandiri akan menjadi penggerak yang dinamis dalam transformasi sosial dan budaya dan mampu melakukan pengendalian sosial (sosial control) c.Religius intelektual, yaitu mempunyai integritas kukuh serta cakap melakukan analisa ilmiah dan concern terhadap masalah-masalah ilmiah Kesimpulan Dan Saran:
Kondisi Pendidikan Islam pada masa penjajahan cukup banyak mendapat tekanan dari pihak penjajah namun dengan semangat jiwa patriotisme dan semangat jihad di jalan Allah yang dimiliki oleh para pejuang Islam mampu melawan penjajah dengan berbagai cara termasuk penyelenggaraan pendidikan Islam sesuai dengan organisasi keagamaan yang telah dibentuk masing-masing tokoh pendidikan tersebut.
Latar belakang munculnya pendidikan Islam di Indonesia akibat adanya desakan penjajah untuk membatasi gerakan keagamaan dalam bidang pendidikan, di samping itu juga munculnya gerakan pembaharuan pemikiran keagamaan dari tokoh Islam. Pendidikan Islam sesudah merdeka mendapat perhatian dari Pemerintah terbukti dari segi kualitas dan kuantitas pendidikan, dalam sarana penunjang keberhasilan pendidikan Bangsa Indonesia merdeka setelah proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945. Kemerdekaan ialah terbebasnya suatu bangsa dari belenggu penjajahan. Bangsa yang sudah merdeka dapat leluasa mengatur laju bangsa dan pemerintahan untuk mencapai tujuannya. Kemerdekaan tidak sepenuhnya menyelesaikan berbagai persoalan negara. Kemerdekaan politik sesudah masa penjajahan oleh pemerintah Jepang dan Belanda itu lebih mudah dicapai dibandingkan dengan rekonstruksi kultural masyarakat dan renovasi system pendidikan kita, khususnya pendidikan Islam Harus disadari bahwa lembaga pendidikan Islam adalah lembaga pendidikan memiliki potensi yang sangat besar bagi jalannya pembagunan di negeri ini terlepas dari berbagai anggapan tentang pendidikan yang ada sekarang, harus diingat bahwa pendidikan Islam di Indonesia telah banyak melahirkan putera puteri bangsa yang berkualitas. Pendidikan Agama sangat diperlukan sekali, oleh karena itu upaya untuk memajukan dan mengembangkannya menjadi suatuhal yang wajib. Mengingat pendidikan agama merupakan jalan menuju pembentukan pribadi yang beriman dan bertakwa serta berkualitas ilmu pengetahuannya
Refrensi:
DAFTAR PUSTAKA
Darmaningtyas, 1999 Pendidikan Pada dan Setelah Krisis; Lembaga Pengembangan Inisiatif
Strategis untuk Transformasi dan Pustaka Pelajar; Yogyakarta. Fathurrahman, Pupuh, 2000
Alternatif Sistem Pendidikan Terpadu: Tunas Nusantara; Bandung. Jalaludin dan Abbdullah Iddi, 1997
Filsafat Kependidikan Islam: Gaya Media Pratama: Jakarta. Kartono, Kartini, 1997
Politik Mengenai Sistem Pendidikan Nasional; PT. Anem Kosong Anem: Jakarta.
Mustafa, H. Adalah dan Abdullah Aly, 1999 Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: CV. Pustaka Setia; Bandung
Asrohah Hanun, 1992. Sejarah Pendidikan Islam Cet : 1; Logos Wacana Ilmu, Jakarta.
Azra, Azyumardi,1999. Esei-Esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam Cet. 1., Logos Wacana Ilmu, Jakarta. DEPAG RI., 1993., Ensiklopedia Islam. Depag, Jakarta. Maksum, 1999., Madrasah Sejarah dan Perkembangannya Cet I : Logos Wacana Ilmu, Jakarta. Mughi, Syafiq A dan Hasan Bandung., 1994. Pemikiran Islam Radikal Cet II., Bina Ilmu, Surabaya. Noer, Delian., 1991., Gerakan Modern Islam di Indonesia., LP3ES., jakarta. Shaleh, Abdulrahman., 1984., Penyelenggaraan Madrasah, Peraturan Perundangan. Dharma Bakti, Jakarta. Stembrink, Karel A., 1986., Pesantren, Madrasah, Sekolah Pendidikan Islam dalam Dunia Modern., LP3ES, Jakarta. Zuhairini et.al., 1997. Sejarah Pendidikan Islam Cet I ., Bumi Aksara., Jakarta.