Tugas akhir “Eksistensi Pancasila Dalam Konteks Modern dan global Pasca Reformasi”
STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA
Rini Susanti 11.12.6075 Kelompok “J” STRATA 1 SISTEM INFORMASI Dosen :Bp.Junaidi Idrus,S.Ag.,M.Hum
STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA Tahun Ajaran 2011/2012
Kata pengantar puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunianya sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini disusun dengan tujuan untuk menyelesaikan tugas akhir mata kuliah pancasila dan untuk memberikan apresiasi terhadap pancasila yang sudah mulai dilupakan keberadaannya. Kehadiran makalah ini yang berjudul “eksistensi pancasila dalam konteks modern dan global pasca reformasi” merupakan wujud kerjasama penulis dengan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasis kepada dosen dan teman-teman yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Tak ada gading yang tak retak,begitu juga dengan makalah ini pasti masih banyak kekurangan dan kesalah,oleh karena itu peniulis mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna kemajuan penulis.
Yogyakarta,
Oktober 2011
Penulis
ii
Daftar isi Kata pengantar ……………………………………………………………………..ii Daftar isi …………………………………………………………………………...iii Judul Abstrak ……………………………………………………………………………iv BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah ...………………………………………………....1 2. Rumusan Masalah .….……………………………………………………. .1 3. Pendekatan ………………………………………………………………... 2 BAB II PEMBAHASAN 1. Apa itu modernisasi,globalisasi, dan reformasi ? ............................................3 2. Bagaimanakah keberadaan pancasila pasca reformasi ? .................................4 3. Dan bagaimanakah pancasila seharusnya ? ....................................................10 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ………………………………………………………………..12 2. Saran .……………………………………………………………………...12 Daftar Pustaka …………………………………………………………………......13
iii
Tugas Akhir “eksistensi pancasila dalam konteks modern dan global pasca reformasi”
Abstrak
Melihat keberadaan pancasila sekarang ini sudah mulai dilupakan akibat perkembangan zaman yang begitu cepat membuat pancasila sekarang ini hanya merupakan wacana semata. Setelah berakhirnya orde baru ternyata tidak langsung membuat pamor pancasila kembali bangkit. Perkembangan zaman dari globalisasi hingga modernisasi ini yang mengharuskan pancasila dapat menjadi control bagi itu semua. Namun dalam implimentasinya pancasila tetap saja hanya menjadi sebuah wacana karena para elit politik dan masyarakat dirasa berbuat acuh tak acuh dengan pancasila. Namun pancasila pada era reformasi ini harus bias membungkus nilai nasionalisme pada tiap orang, karena menumbuhkan rasa persatuan yang akan membawa Indonesia menjadi Negara yang berbudaya. Pancasila juga akan menjadi penentu perkembangan idiologi diindonesia serta kemajuan dibidangekonomi,social dan politik. Pancasila pasca reformasi juga akan menjadi penentu dalam menata pemerintahan yang pada orde lama bertindak secara otoriter,dan pasca reformasi ini harus dapat menjalankan pemerintahan sesui sila-sila yang terkandung dalam pancasila sehingga dapat mengangkat pamor pancasila yang sempat redup.
iv
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah eksistensi atau keberadaan pancasila dalam konteks modern dan global pasca reformasi ini dirasa kurang terlihat keberadaannya. Hal ini bisa dapat dilihat dari perkembangan masyarakat kini yang mulai terpengaruh modernisasi dan globalisasi yang menyebabkan masyarakat
kini
lebih
bersifat
individualistik,sehingga
masyarakat
kini
kurang
memperhatikan lingkungannya. Dan juga gaya hidup masyarakat sekarang banyak yang bersifat konsumtif yang menginginkan semuanya bersifat instan ini mengakibatkan banyak masyarakat melakukan hal-hal tanpa melihat kesesuaian dengan auran yang berlaku. Gaya hidup masyarakat yang kebarat-baratan juga menyebabkan lunturnya budayabudaya yang ada diindonesia. Hal ini terlihat dari gaya berpakaian para remaja sekarang ini,dan juga mereka lebih menyukai budaya-budaya asing dari pada budaya mereka sendiri. Untuk zaman sekarang ini hanya hitungan jari berapa banyak penerus bangsa yang mengetahui apa itu pancasila dan makna-makna yang terkandung didalamnya. Pancasila kini hanya sebuah wacana dan rutinitas yang dibacakan setiap hari upacara. Rutinitas itu pun dilakukan karena kebiasaan dan bukan atas dorongan setiap individu, karena itu terkadang hal itu menjadi ketrpaksaan. Keprihatinan akan pelajar-pelajar pada saat ini yang diharapkan bisa menjadi pengubah kehidupan bangsa, kini malh bisa menjadi penghancur bangsa, lihat saja kehidupan pelajar-pelajar sekarang yang sering tawuran, dan juga para mahasiswa yang demo secara anarki yang menyebabkan rusaknya fasilitas-fasilitas umum serta jatuhnya korban. Mereka semua adalah orang-orang terpelajar,namun karena pendidikan pancasila serta pemahaaman pancasila mereka kurang sehingga mereka jadi seperti ini.oleh karena itu pancasila harus ditanamkan sedini mungkin agar para peneruspenerus bangsa tidak tersesat.
2. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1
1) Apa itu modernisasi,globalisasi, dan reformasi ? 2) Bagaimakah keberadaan pancasila setelah reformasi ? 3) Dan bagaimanakah pancasila seharusnya ?
3. Pendekatan Pendekatan yang saya gunakan adalah pendekatan histori karena dalam mengerjakan makalah ini saya melihat dari sejarah pancasila itu sendiri.
2
BAB II PEMBAHASAN 1. Apa Itu Modernisasi,Globalisasi,Dan Reformasi ? Modernisasi1 adalah suatu transformasi total kehidupan bersama yang tradisional atau pra modern dalam arti teknologi serta organisasi sosial kearah pola-pola ekonomis dan politis yang menjadi ciri Negara barat yang stabil. Modernisasi2 adalah suatu transformasi, suatu perubahan masyarakat dalam segala aspek-aspeknya.Berdasar pada dua pendapat diatas, secara sederhana Modernisasi3 dapat diartikan sebagai perubahann masyarakat dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern dalam seluruh aspeknya. Bentuk perubahan dalam pengertian Modernisasi adalah perubahan yang terarah yang didasarkan pada suatu perencanaan yang biasa diistahkan dengan social planning. Modernisasi4 adalah suatu transformasi total dari kehidupan bersama yang tradisional atau pramodern dalam arti teknologi serta organisasi sosial, ke arah pola-pola ekonomis dan politis. Modernisasi5 adalah suatu bentuk dari perubahan sosial yang terarah yang didasarkan pada suatu perencanaan yang biasanya dinamakan social planning. (dalam buku Sosiologi: suatu pengantar) Globalisasi6 adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working definition),sehingga bergantung dari sisi mana orangmelihatnya.Globalisasi7 sebagai zaman transformasi sosial. globalisasi8adalah
1 2
Wilbert E Moore J W School
3 4
Widjojo Nitisastro Soerjono Soekanto 6 Achmad Suparman 7 Peter Drucker 5
8
Scholte (Internasionalisasi: Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan internasional. Dalam hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan identitasnya masing-masing, namun menjadi semakin tergantung satu sama lain.Liberalisasi: Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkankan batas antar negara, misalnya hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi.Universalisasi: Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal material maupun imaterial ke seluruh dunia. Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi pengalaman seluruh dunia.Westernisasi: Westernisasi adalah salah satu bentuk dari universalisasi dengan semakin menyebarnya pikiran dan budaya dari barat sehingga mengglobal. Hubungan transplanetari dan suprateritorialitas: Arti kelima ini berbeda dengan keempat definisi di atas. Pada
3
Internasionalisasi, Liberalisasi, Universalisasi, Westernisasi, Hubungann transplanetari dan suprateritorialitas Reformasi9 merupakan suatu perubahan terhadap suatu sistem yang telah ada pada suatu masa. Pengertian Reformasi10 adalah perubahan secara drastis untuk perbaikan (bidang sosial, politik, atau agama) dalam suatu masyarakat atau negara. Reformasi11 berarti perubahan radikal untuk perbaikan dalam bidang sosial, politik atau agama di dalam suatu masyarakat atau negara. Reformasi12 berarti perubahan dengan melihat keperluan masa depan, menekankan kembali pada bentuk asal, berbuat lebih baik dengan menghentikan penyimpangan-penyimpangan dan praktik yang salah atau memperkenalkan prosedur yang lebih baik, suatu perombakan menyeluruh dari suatu sistem kehidupan dalam aspek politik, ekonomi, hukum, sosial dan tentu saja termasuk bidang pendidikan. Reformasi13 adalah perubahan terhadap nilai-nilai yang mendasari kinerja system pemerintah. Reformasi14 adalahperubahan secara derastis untuk perbaikan.Reformasi15 memiliki makna, yaitu suatu gerakan untuk memformat ulang, menata ulang atau menata kembali hal-hal yang menyimpang untuk dikembalikan pada format atau bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang dicita-citakan rakyat. 2. Bagaimanakah Keberadaan Pancasila Setelah Reformasi ? Pancasil di Era Reformasi Menurut Panitia Lima (Bung Hatta, Subardjo, Maramis, Sunarjo, Pringgodigdo) Pancasila dapat dipahami bukan hanya dengan membaca teksnya, melainkan dengan mempelajari terjadinya teks itu. Fleksibilitas Pancasila yang akan mampu membingkai nasionalisme menjadi aset penting bagi kehidupan era ini, sebab anekaragam sosial dan kemajemukan budaya (agama, suku, geografis, pengalaman sejarah) dan kehidupan paradoks butuh ''kesadaran bersama yang baru secara rohaniah'' sebagai bangsa. empat definisi pertama, masing-masing negara masih mempertahankan status ontologinya. Pada pengertian yang kelima, dunia global memiliki status ontologi sendiri, bukan sekadar gabungan negara-negara.
9
Wikipedia Indonesia Arti dari bahasaa indonesia 11 Drs. Nurkolis, MM 12 Drs. Nurkolis, MM 13 (Prof.Dr.M.Habib Mustafa,dkk,sejarah 3,2006,188) 14 (Nico Thamiend R,Dinamika sejarah,2006,154) 15 Sayidiman suryohadiprojo 10
4
Jika mencermati keberadaan Pancasila dalam kehidupan politik yang banyak mengalami perubahan konstitusional dan rezim kekuasaan (1945 - 1978) Pancasila selalu dipertahankan. Menurut Yamin (1959), hal demikian memperlihatkan Pancasila mengandung kenyataan yang hidup dan tumbuh dalam sanubari orang per orang dalam masyarakat, sehingga Pancasila selalu dipertahankan oleh rakyat Indonesia yang mendukung tiap-tiap negara nasional yang lahir di atas bumi tumpah darah Indonesia. Dengan Pancasila rakyat Indonesia telah bersatu dalam revolusi dan dalam perjuangan sejak hari proklamasi. Pancasila merupakan kristalisasi daripada intisari perjuangan kemerdekaan nasional di abad ke-20. Menurut Sartono Kartodirdjo, Pancasila akan menjadi penentu dalam orientasi tujuan sistem sosial - politik, kelembagaan dan kaidah-kaidah pola kehidupan, yang bukan hanya menjadi faktor determinan, juga sebagai payung ideologis bagi pelbagai unsur dalam masyarakat yang bersifat majemuk. Pancasila
sebagai
asas
kerohanian
dibutuhkan
era
ini
yang
karakternya
memperlihatkan euforia keanekaragaman dan kejamemukan dengan corak paradoks (nilainilai budaya yang mengontrol) serta ketegangan antara kesadaran individualisme dan kolektivisme dalam penyesuaian (dimana individualisme tanpa kolektivisme akan merusak sedang kolektivisme tanpa individualisme akan menghancurkan). Fleksibilitas Pancasila yang akan mampu membingkai nasionalisme menjadi sebagai aset penting bagi kehidupan era ini, sebab anekaragam sosial dan kemajemukan budaya (agama, suku, geografis, pengalaman sejarah) dan kehidupan paradoks butuh ''kesadaran bersama yang baru secara rohaniah'' sebagai bangsa. Di era reformasi ini, Pancasila seakan tidak memiliki kekuatan mempengaruhi dan menuntun masyarakat. Pancasila tidak lagi populer seperti pada masa lalu. Elit politik dan masyarakat terkesan masa bodoh dalam melakukan implementasi nilai-nilai pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila memang sedang kehilangan legitimasi, rujukan dan elan vitalnya. Sebab utamannya sudah umum kita ketahui, karena rejim Orde Lama dan Orde Baru menempatkan Pancasila sebagai alat kekuasaan yang otoriter. Terlepas dari kelemahan masa lalu, sebagai konsensus dasar dari kedirian bangsa ini, Pancasila harus tetap sebagai ideologi kebangsaan. Pancasila harus tetap menjadi dasar dari penuntasan persoalan kebangsaan yang kompleks seperti globalisasi yang selalu mendikte, krisis ekonomi yang belum terlihat penyelesaiannya, dinamika politik lokal yang berpotensi disintegrasi, dan segregasi sosial dan konflik komunalisme yang masih rawan. Kelihatannya, yang diperlukan dalam konteks era reformasi adalah pendekatan-pendekatan yang lebih konseptual, komprehensif, konsisten, integratif, sederhana dan relevan dengan perubahan5
perubahan
yang
terjadi
dalam
kehidupan
masyarakat,
bangsa
dan
negara.
DALAM kurun waktu sembilan tahun terakhir ini, kalau membicarakan Pancasila, rasanya ada orang yang mengernyitkan dahi sambil berpikir, apakah Pancasila masih relevan. Sepanjang reformasi Pancasila seakan akan merupakan objek menarik yang dijadikan acuan pencapaian keseluruhan proses reformasi. Pancasila harus selalu menjadi acuan pencapaian tujuan Negara Indonesia. Pertanyaannya, Pancasila dalam konteks yang mana. Harus dibedakan apakah sebagai pandangan (falsafah) bangsa, ideologi maupun sebagai dasar negara. Pada masa Orde Lama misalnya, Pancasila menjadi ideologi murni. Pancasila lebih banyak berada dalam ranah idealisasi. Artinya pemikiran Pancasila lebih ke ide, gagasan, konsep yang dijadikan pegangan seluruhPancasila seakan-akan ada di awang - awang karena hanya berupa dogma yang sulit diterjemahkan. Pada masa Orde Baru penguasa menjadikan Pancasila sebagai Ideologi politik, hal ini bisa dilihat dari berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah berkaitan dengan keharusan elemen masyarakat (orpol dan kemasyarakatan serta seluruh sendi kehidupan masyarakat) yang harus berasaskan Pancasila.Jelas sekali pemerintah menggunakan Pancasila sebagai "alat" untuk melegitimasi berbagai produk kebijakan. Dengan berjalannya waktu muncul persoalan yaitu infrastruktur politik terlalu larut dalam mengaktualisasi nilai dasar, sehingga mulai muncul wacana adanya berbagai kesenjangan di tengah masyarakat.Kondisi ini ditambah dengan bergulirnya globalisasi yang menjadikan tidak adanya lagi sekat-sekat pemisah antarnegara sehingga pembahasan dan wacana yang mengaitkan Pancasila dengan ideologi atau pemahaman liberalisasi, kapitalisasi dan sosialisasi tak terelakkan lagi.Dibandingkan dengan ideologi liberal misalnya maka pemecahan persoalan yang terjadi akan mudah karena ideologi liberal mempunyai konsep jelas (kebebasan di bidang ekonomi, ketatanegaraan, agama) demikian juga jika ideologi sosialis (komunis) menjawab persoalan pasti rumusnya juga jelas yaitu dengan pemusatan pengaturan untuk kepentingan kebersamaan.Pada pertengahan Orba mulai banyak wacana yang menginginkan agar Pancasila nampak dalam kehidupan nyata, konkret, tidak angan-angan semata (utopia). Itu berarti Pancasila menjadi ideologi praktis. Lalu bagaimana dengan implementasi di era reformasi sekarang ini? Pancasila Artinya antara antara falsafah, ideologi, politik dan strategi harus dijalankan secara sinergis dan kesemuanya ditujukan untuk mewujudkan tujuan yang dikehendaki
6
seluruh bangsa yaitu mewujudkan civil society, social justice, welfare state.Berangkat dari permasalahan di atas beberapa hal di bawah ini perlu diupayakan seluruh elemen masyarakat yaitu : Satu, dikembangkan sikap civic disposition (pengembangan nilai dan sikap kewargaan dalam interaksi sosial kemasyarakatan, kebangsaan dan pergaulan global), civic knowledge (pengembangan pengetahuan kewargaan tentang demokrasi, HAM, masyarakat madani dan tata pemerintahan) dan civic skill (pengembangan keterampilan kewargaan sebagai anggota masyarakat, bangsa dan masyarakat global dalam interaksi sosial maupun dalam interaksinya dengan negara atau dunia internasional). Dua, agar tetap kredibel menurut Prof. Koento Wibisono maka Pancasila harus direvitalisasi. Artinya Pancasila diletakkan dalam keutuhannya dengan pembukaan dan dieksplorasikan sebagai paradigma dalam dimensi yang melekat padanya yaitu realitas, idealitas dan fleksibilitasnya.Tiga, agar tetap membumi, Pancasila dikembalikan pada jati dirinya yaitu ideologi negara dan mengubah dari wacana ideologi semata menjadi ilmu, serta tetap menjadikan Pancasila sebagai kriteria kritik setiap kebijakan negara.Empat, menjadikan Pancasila sebagai living reality (kenyataaan hidup sehari-hari dengan melihat perkembangan masyarakat sebagai peningkatan HAM. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Pada saat ini Indonesia tengah berada pada era reformasi yang telah diperjuangkan sejak tahun 1998. Ketika gerakan reformasi melanda Indonesia maka seluruh tatanan kehidupan dan praktik politik pada era Orde Baru banyak mengalami keruntuhan. Pada era reformasi ini, bangsa Indonesia ingin menata kembali (reform) tatanan kehidupan yang berdaulat, aman, adil, dan sejahtera. Tatanan kehidupan yang berjalan pada era orde baru dianggap tidak mampu memberi kedaulatan dan keadilan pada rakyat. Reformasi memiliki makna, yaitu suatu gerakan untuk memformat ulang, menata ulang atau menata kembali hal-hal yang menyimpang untuk dikembalikan pada format atau bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang dicita-citakan rakyat. Apabila gerakan reformasi ingin menata kembali tatanan kehidupan yang lebih baik, tiada jalan lain adalah mendasarkan kembali pada nilai-nilai dasar kehidupan yang dimiliki bangsa Indonesia. Nilai-nilai dasar kehidupan yang baik itu sudah terkristalisasi dalam pancasila sebagai dasar dan ideologi negara. Oleh karena itu, pancasila sangat tepat sebagai paradigma, acuan, kerangka, dan tolok ukur gerakan reformasi di Indonesia. Dengan pancasila sebagai paradigma reformasi, gerakan 7
reformasi harus diletakkan dalam kerangka perspektif sebagai landasan sekaligus sebagai cita-cita. Sebab tanpa suatu dasar dan tujuan yang jelas, reformasi akan mengarah pada suatu gerakan anarki, kerusuhan, disintegrasi, dan akhirnya mengarah pada kehancuran bangsa. Reformasi dengan paradigma pancasila adalah sebagai berikut: 1. Reformasi yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa. Artinya, gerakan reformasi berdasarkan pada moralitas ketuhanan dan harus mengarah pada kehidupan yang baik sebgai manusia makhluk tuhan. 2. Reformasi yang berperikemanusiaan yang adil dan beradab. Artinya, gerakan reformasi berlandaskan pada moral kemanusiaan yang luhur dan sebagai upaya penataan kehidupan yang penuh penghargaan atas harkat dan martabat manusia. 3. Reformasi yang berdasarkan nilai persatuan. Artinya, gerakan reformasi harus menjamin tetap tegaknya negara dan bangsa Indonesia sebagai satu kesatuan. Gerakan reformasi yang menghindarkan diri dari praktik dan perilaku yang dapat menciptakan perpecahan dan disintegrasi bangsa. 4. Reformasi yang berakar pada asas kerakyatan. Artinya, seluruh penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara harus dapat menempatkan rakyat sebagai subjek dan pemegang kedaulatan. Gerakan reformasi bertujuan menuju terciptanya pemerintahan yang demokratis, yaitu rakyat sebagai pemegang kedaulatan. 5. Reformasi yang bertujuan pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Artinya, gerakan reformasi harus memiliki visi yang jelas, yaitu demi terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Perlu disadari bahwa ketidakadilanlah penyeban kehancuran suatu bangsa. Reaktualisasi Nilai-nilai Pancasila di Era Reformasi dan Era Global Di era reformasi dan era global ini kita menyaksikan seakan-akan Pancasila begitu „hilang dari peredaran‟, padahal ia sesungguhnya merupakan ideologi bangsa/negara Indonesia yang terwujudkan sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, dasar negara kesatuan Republik Indonesia, dan tujuan negara/bangsa Indonesia. „Kehilangan‟ ini tampak pada adanya dua fenomena, sebagai contoh, berikut: Dalam berpraktek politik kenegaraan, yang menonjol kini adalah aktualisasi ideologiideologi-aliran/ideologi-ideologi-partisan yang ditunjukan oleh pribadi-pribadi, partai-
8
partai politik, ormas-ormas, daerah-daerah, dan lain sebagainya. Mereka cenderung mendahulukan kepentingan pribadi, kelompok, golongan, atau daerah daripada kepentingan bangsa dan negara untuk bersama-sama mengatasi krisis bangsa yang multidimensional. Dalam berpraktek ekonomi nasional, yang menonjol kini adalah aktualisasi jual-beli uang, lobi bisnis politik-uang, perebutan jabatan publik ekonomis, dan lain sebagainya yang ditunjukan oleh para konglomerat, para pialang saham (baik pemain domestik maupun internasional), para politisi/partisan partai politik, atau yang lainnya yang seringkali mengabaikan kepentingan yang lebih luas, lebih besar, dan lebih jauh ke depan untuk kepentingan bangsa dan negara. Orde Reformasi yang baru berjalan beberapa tahun telah memiliki empat Presiden. Pergantian presiden sebelum waktunya karena berbagai masalah. Pada era Habibie, Abdurrahman Wahid, dan Megawati Soekarno Putri, Pancasila secara formal tetap dianggap sebagai dasar dan ideologi negara, tapi hanya sebatas pada retorika pernyataan politik. Ditambah lagi arus globalisasi dan arus demokratisasi sedemikian kerasnya, sehingga aktivis-aktivis prodemokrasi tidak tertarik merespons ajakan dari siapapun yang berusaha mengutamakan pentingnya Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara. Ideologi negara yang seharusnya menjadi acuan dan landasan seluruh elemen bangsa Indonesia khususnya para negarawan dan para politisi serta pelaku ekonomi dalam berpartisipasi membangun negara, justru menjadi kabur dan terpinggirkan. Hasilnya NKRI mendapat tantangan yang berat. Timor-Timur yang telah lama bergabung dalam NKRI melalui perjuangan dan pengorbanan lepas dengan sekejap pada masa reformasi tersebut. Daerah-daerah lain juga mengancam akan berdiri sendiri bila tuntutannya tidak dipenuhi oleh pemerintah pusat. Tidak segan-segan, sebagian masyarakat menerima aliran dana asing dan rela mengorbankan kepentingan bangsanya sebagai imbalan dolar.Dalam bahasa intelijen kita mengalami apa yang dikenal dengan ”subversi asing”, yakni kita saling menghancurkan negara sendiri karena campur tangan secara halus pihak asing. Di dalam pendidikan formal, Pancasila tidak lagi diajarkan sebagai pelajaran wajib sehingga nilai-nilai Pancasila pada masyarakat melemah. Pancasila Masa Reformasi Karena Orde Baru tidak mengambil pelajaran dari pengalaman sejarah pemerintahan sebelumnya, akhirnya kekuasaan otoritarian Orde Baru pada akhir 1990-an runtuh oleh 9
kekuatan masyarakat. Hal itu memberikan peluang bagi bangsa Indonesia untuk membenahi dirinya, terutama bagaimana belajar lagi dari sejarah agar Pancasila sebagai ideologi dan falsafah negara benar-benar diwujudkan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.Sementara itu UUD'45 sebagai penjabaran Pancasila dan sekaligus merupakan kontrak sosial di antara sesama warga negara untuk mengatur kehidupan bernegara mengalami perubahan agar sesuai dengan tuntutan dan perubahan zaman. Karena itu pula orde yang oleh sementara kalangan disebut sebagai Orde Reformasi melakukan aneka perubahan mendasar guna membangun tata pemerintahan baru. Namun upaya untuk menyalakan pamor Pancasila -setelah ideologi tersebut di mata rakyat tidak lebih dari rangkaian kata-kata bagus tanpa makna karena implementasinya diselewengkan oleh pemimpin selama lebih kurang setengah abad- tidak mudah dilakukan. Bahkan, ada kesan bahwa sejalan dengan runtuhnya pemerintahan Orde Baru yang selalu gembar-gembor mengumandangkan Pancasila, masyarakat terutama elit politiknya terkesan sungkan meskipun hanya sekedar menyebut Pancasila. Hal itu juga menunjukkan bahwa Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara tidak hanya pamornya telah meredup, melainkan sudah mengalami degradasi kredibilitas yang luar biasa sehingga bangsa Indonesia memasuki babak baru pasca jatuhnya pemerintahan otoritarian laiknya sebuah bangsa yang tanpa roh, cita-cita maupun orentasi ideologis yang dapat mengarahkan perubahan yang terjadi. Mungkin karena hidup bangsa yang kosong dari falsafah itulah yang menyebabkan berkembangnya ideologi pragmatisme yang kering dengan empati, menipisnya rasa solidaritas terhadap sesama, elit politik yang mabuk kuasa, aji mumpung, dan lain-lain sikap yang manifestasinya adalah menghalalkan segala cara untuk mewujudkan kepentingan yang dianggap berguna untuk diri sendiri atau kelompoknya. 3. Dan Bagaimanakah Pancasila Seharusnya ? Melihat banyaknya persoalan yang terjadi maka pancasila diharapkan dapat menjadi pengontrol bagi seluruh warga Negara Indonesia. Pancasila juga diharapkan dapat menjadi pedoman yang berbuat adil terhadap daerah-daerah diindonesia sehingga tidak ada otonomi daerah yang berat sebelah atau terpusat pada satu daerah. Pancasila16 juga diharapakan bisa menjadi penentu dalam orientasi tujuan sistem sosial - politik, kelembagaan dan kaidah-
16
Sartono Kartodirdjo
10
kaidah pola kehidupan, yang bukan hanya menjadi faktor determinan, juga sebagai payung ideologis bagi pelbagai unsur dalam masyarakat yang bersifat majemuk. Pancasila seharusnya dapat menjadi idiologi yang diharapkan dapat merubah system pemerintahan yang saat ini dirasa dapat menimbulkan sifat radikal-radikal yang memicu anarki social yang tidak berkesudahan. Dan juga pancasila harus bisa menjadi pemersatu bangsa. Dan juga pancasila harus dapat menjadi pengontrol para pelaku politik yang sat ini banyak melakukan pelanggaran-pelanggaran setra berbuat demi kepentingan masing-masing. Pancasila juga harus bisa menekan para anggota pemerintah yang berpidato dengan mengucap pancasila danUUD‟45 bukan hanya untuk sebuah wacana melainkan diimplimentasi terhadap masyarakat. Pancasila juga harus bisa menjadi pengubah dibidang ekonomi,hokum dan politik. Pancasila juga harus dapat menjadi pengatur setiap gerak masyarakat yang harus berlandaskan pada sila-sila yang terkandung dalam pancasila sehingga tidak
ada
lagi
pelanggaran-pelanggaran
serta
perilaku-perilaku
masyarakat
yang
menyimpang. Pancasila juga harus dapat mempengaruhi hokum-hukum diindonesia harus berlandaskan pancasila. Serta pancasila juga harus dapat menumbuhkan rasa nasionalisme didalam diri masyarakat Indonesia yang tentu akan memperkuat persatuan bangsa.s Jika pancasila diindonesia dapat diimplimentasikan keberadaannya dan bukan hanya merupan sebuah wacana saja,maka Negara Indonesia ini ajkan menjadi Negara yang adill dan makmur yang merupakan cita-cita Indonesia. Jadi pancasila harus benar-benar bisa menjadi idiologi bangsa,serta pedoman dalam pengambilan keputusan dan semua itu harus berlandaskan pada pancasila.
11
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari wacana diatas maka penulis menyimpulkan bahwa pancasila sebagai idiologi bangsa dan pedoman pengambilan keputusan harus selalu dijaga keberadaannya sehingga tidak terjadi lagi pemerintahan yang otoriter dan berpihak pada satu golongan. Keberadaan pancasila juga diharpan dapat menjadi pengubah kehidupan bangsa disemua bidang,sehingga dapat tercapai cita-ccita bangsa yitu kehidupan yang adil dan makmur.
B. Saran Dalam penulisan makalah ini tentu penulis masih banyak kesalahan. Olah karena itu penulih mengharap kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan dalam penulisan makalah. Dan juga semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca khususnya penulis sendiri.
12
Daftar Pustaka http://id.wikipedia.org/wikipedia/modernisasi http://mengerjakantugas.blogspot.com/2009/pengertian-modernisasi.html http://definisi-pengertian.blogspot.com/2010/12/pengertian-reformasi.html http://id.shvoong.com/social-sciences/1997478-pengertian-modernisasi/#ixzz1bHrjimvd http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Globalisasi&action=edit makalah Sayidiman Suryohadiprojo Jakarta, 27 Februari 2007 prof.Dr.M.Habib Mustopo,dkk.2006. Sejarah 3 program IPS kelas XII. Jakarta. Yudistira Nico Thamiend R. 2006.Dinamika Sejarah 3 Program IPS kelas XII. Jakarta.yudistira
13