PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASISSTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH JARAK PADA DIMENSI TIGA SISWA SMAN I BANGIL
Trie Koerniawati 1) Cholis Sa’dijah 2) Swasono Rahardjo 3) Santi Irawati 4) SMA Negeri 1 Bangil,
[email protected] Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang,
[email protected] Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang,
[email protected] Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang,
[email protected]
Abstract: One of the problems in mathematics learning at Senior High School is Three Dimension problem. This study aims to determine how the Team Asissted Individualization (TAI) learning as a cooperative learning model can increase students' activity and ability in problem solving on the distance concept in three dimension. The results showed that the criteria for students’ activity had been reached and the final test results was increased from 68.6% (in the first cycle) into 85.7% (in the second cycle) which means the implementation of TAI learning can increase students' activity and ability in problem solving on the distance concept in three dimension. Kata Kunci: Team Asissted Individualization (TAI) learning, problem solving.
Penalaran keruangan dalam geometri merupakan suatu bentuk pemecahan masalah yang penting dan pemecahan masalah merupakan alasan penting untuk mempelajari matematika. Dengan demikian, dapat disadari bahwa pembelajaran geometri sangat perlu dilakukan siswa SD sampai Perguruan Tinggi dengan harapan dapat mempelajari dan memahami ide-ide geometri dengan baik. Materi Jarak pada bangun ruang antara lain bertujuan untuk mengembangkan kemampuan spasial siswa, hal ini siswa diharapkan tidak sekedar mampu memahami konsep-konsep yang disajikan tetapi juga mampu mempresentasikan dan mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Konsepsi siswa pada materi ini bahwa geometri merupakan suatu pelajaran yang sulit, beberapa kelompok bahkan mengatakan bahwa geometri adalah pelajaran tersulit. Kurangnya penguasaan materi akan mempengaruhi keberhasilan siswa dalam mempelajarinya karena mereka menganggap bahwa geometri hanya sebagai sesuatu yang sangat teoritis atau abstrak, dan merasa bahwa geometri itu rumit untuk dipahami dan membutuhkan kemampuan bernalar yang sangat tinggi, padahal yang sebenarnya siswa diharapkan mengetahui rumus dan dapat mengaplikasikan rumus itu “knowing the formula and which formula to apply“ (Barrantes M. dan Lorenzo J. B.: 2006). Model Pembelajaran kooperatif tipe TAI menggunakan bauran kemampuan empat anggota yang berbeda dan memberikan sertifikat untuk tim dengan kinerja terbaik dan mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual. Oleh karena itu kegiatan pembelajarannya Seminar Nasional Lesson Study 4
Matematika | 26
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development) lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah. Ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas kese- luruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama dan kemudian dipresentasikan ke depan kelas. Keunggulan dari tipe ini, terletak pada kombinasi pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual. Dengan melihat penggunaan materi dimensi tiga yang berarti untuk menunjang masa depan, peneliti sebagai guru matematika di kelas, menginginkan perubahan dalam pembelajaran, karena selama ini metode pembelajaran yang digunakan masih klasikal, keterlibatan guru selama pembelajaran masih dominan, sehingga siswa tidak terlibat secara aktif selama pembelajaran. Siswa cenderung selalu menerima apa saja yang diberikan guru, kurang berani untuk bertanya dan tidak termotivasi untuk berpartisipasi aktif selama pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti ingin menerapkan salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat membantu meningkatkan aktivitas siswa yaitu model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assited Individualization). Peneliti berharap, dengan digunakannya pembelajaran tersebut akan dapat meningkatkan aktivitas dan kemampuan siswa untuk bekerja bersama (kooperatif) dalam memecahkan masalah dan mengaktifkan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Di samping itu, sesuai dengan tujuan pembelajaran geometri adalah agar siswa memperoleh rasa percaya diri mengenai kemampuan matematika, menjadi pemecah masalah yang baik, dapat berkomunikasi secara matematik, dan dapat bernalar secara matematik khususnya materi tentang jarak. METODE Penelitian ini mendiskripsikan penerapan pembelajaran melalui pemecahan masalah bersetting kooperatif tipe TAI. Penelitian dilakukan dalam tatanan kelas regular. Peneliti bertindak sebagai instrumen kunci karena peneliti yang merencanakan, merancang, melaksanakan, mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesim - pulan, dan membuat laporan. Dipilihnya jenis penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini karena ingin memperbaiki praktik pembelajaran khususnya materi tentang jarak pada dimensi tiga melalui pembelajaran kooperatif tipe TAI. Prosedur langkah-langkah penelitian ini akan mengikuti model Kemmis dan Mc Taggart. Langkah-langkah tersebut terdiri dari empat tahap, yaitu: perencanaan (plan), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (refflection) (Wardhani, 2003) Penelitian ini dilaksanakan di SMA NEGERI I Bangil dan dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2009/2010, Subyek penelitian adalah siswa kelas Xd tahun ajaran 2009/2010. Instrumen yang digunakan oleh peneliti adalah: (1) Pengembangan Tes (tes awal, kuis, dan tes akhir) (2) Lembar Observasi Aktivitas Siswa (dilaksanakan oleh dua observer) (3) Wawancara (memilih siswa yang bermasalah mengenai hasil belajar) (4) Catatan lapangan. Pengumpulan data diperoleh dari skor hasil validasi instrumen penelitian, skor hasil validasi perangkat pembelajaran, nilai hasil tes awal, nilai kuis, nilai tes akhir, skor pada lembar observasi aktivitas siswa, hasil wawancara dengan siswa dan hasil catatan lapangan oleh observer. Sedangkan Kriteria keberhasilan tindakan meliputi dua komponen: Kriteria keberhasilan proses yaitu aktivitas siswa dan kriteria keberhasilan kemampuan pemecahan masalah. Kriteria keberhasilan proses, ditentukan dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa. Data hasil observasi aktivitas siswa setiap pertemuan direkap, skor pada lembar observasi kedua observer dijumlahkan, kemudian dihitung persentase nilai rataratanya dengan rumus: NR
jumlah skor perolehan jumlah skor maksimal
x 100 %
Kriteria taraf keberhasilan proses ditentukan sebagai berikut (Arikunto S.: 2002).
Seminar Nasional Lesson Study 4
Matematika | 27
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development) 90% NR 100% 80% NR 90% 70% NR 80%
: sangat baik : baik : cukup
60% NR 70% 0% NR 60%
: kurang : sangat kurang
Proses dikatakan berhasil jika memperoleh kriteria baik atau sangat baik dan NR pada setiap pertemuan menunjukkan peningkatan. Sedangkan keberhasilan kemampuan pemecahan masalah ditentukan berdasarkan skor tes tertulis tentang kemampuan pemecahan masalah yang menggunakan kriteria ketuntasan belajar. Jika persentase banyaknya siswa tuntas belajar lebih besar atau sama dengan 85% yaitu siswa yang memperoleh nilai minimal 65 (sesuai KKM sekolah) maka kemampuan pemecahan masalah dikatakan berhasil. Untuk menentukan persentase banyaknya siswa yang mendapat nilai minimal 65 dari skor total yang diperoleh siswa pada saat tes, digunakan rumus ( Arikunto: 2002).
TB
t n
x 100%
Keterangan : TB : persentase tuntas belajar t : banyak siswa yang mendapat nilai minimal 65 n : banyak siswa yang mengikuti tes
Tindakan ini dikatakan berhasil apabila kriteria keberhasilan proses dan kemampuan pemecahan masalah telah tercapai. Pada model pembelajaran melalui Pemecahan Masalah bersetting kooperatif tipe TAI ini mempunyai langkah-langkah sebagai berikut. a. Guru menyiapkan materi bahan ajar yang akan diselesaikan oleh siswa b. Guru memberikan tes awal kepada siswa untuk mengetahui kemampuan siswa pada bangun ruang kubus, balok, dan limas (Mengadopsi komponen Placement Test). c. Guru memberikan materi secara singkat pada setiap pokok bahasan baru (Mengadopsi komponen Teaching Group). d. Guru membentuk kelompok kecil yang heterogen tetapi harmonis berda- sarkan nilai ulangan harian siswa pada materi-materi sebelumnya, setiap kelompok 4-5 siswa (Mengadopsi komponen Teams). e. Setiap kelompok mengerjakan tugas dari guru berupa LKS yang telah dirancang sendiri sebelumnya, dan guru memberikan bantuan secara individual bagi yang memerlukannya (Mengadopsi komponen Team Study). f. Ketua kelompok melaporkan keberhasilan kelompok dengan mempre - sentasikan hasil kerjanya dan siap untuk diberi ulangan oleh guru (Mengadopsi komponen Student Creative). g. Guru memberikan tes akhir untuk dikerjakan secara individu (Mengadopsi komponen Fact Test). h. Guru menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang kurang ber -hasil (jika ada) berdasarkan hasil koreksi (Mengadopsi komponen Team Score and Team Recognition). i. Guru memberikan tes formatif sesuai dengan kompetensi yang ditentukan. HASIL Berikut ini adalah hasil observasi secara lengkap tindakan I dan II. Tabel 1. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Tindakan I dan II Observer
Skor siklus I
Seminar Nasional Lesson Study 4
Persentase nilai rata-rata
Kategori
Matematika | 28
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development) No
P1
P2
P3
P4
P1
P2
P3
P4
P1
1
I
18
21
38
22
72%
84%
84%
88%
Baik
2
II
18
21
39
22
72%
84%
87%
88%
Baik
Keterangan:
P2
P3
P4
Sangat Sangat baik baik Sangat Sangat baik baik
Sangat baik Sangat baik
adalah pertemuan ke-i.
Hasil observasi aktivitas siswa pada tindakan I dan tindakan II dari laporan kedua observer terlihat adanya peningkatan hingga memenuhi kriteria keberhasilan proses yaitu peningkatan aktivitas siswa memperoleh kriteria baik atau sangat baik dan NR pada setiap pertemuan menunjukkan peningkatan. Sealnjutnya, hasil tes siklus I hingga siklus II disajikan pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Hasil Tes awal, kuis I, kuis II, tes akhir siklus I, dan tes akhir siklus II Siswa No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Rerata
Nilai Nilai kuis I tes awal 77 78 50 77 48 48 25 33 57 64 39 64 65 77 69 74 58 58 63 76 42 45 27 81 38 39 35 40 30 60 39 48 62 74 75 77 55 63 76 80 48 58 34 58 34 49 56 80 46 56 40 46 72 76 28 33 29 38 30 50 64 84 29 30 40 56 74 77 64 74 48 60,6 Ketuntasan tes akhir
Nilai kuis II 80 83 55 47 66 67 80 80 64 83 60 83 50 50 65 67 78 88 67 91 66 60 55 86 70 60 80 60 60 66 90 55 68 88 80 67,66
Nilai tes akhir I 85 85 57 50 70 65 82 80 68 88 50 85 50 46 68 68 77 90 78 95 60 57 54 92 73 55 85 65 61 67 92 50 67 90 87 71,2
Nilai tes akhir II Keterangan 90 Meningkat 88 Meningkat 77 Meningkat 64 Meningkat 88 Meningkat 65 Tetap 90 Meningkat 87 Meningkat 77 Meningkat 92 Meningkat 64 Meningkat 88 Meningkat 77 Meningkat 64 Meningkat 77 Meningkat 77 Meningkat 80 Meningkat 100 Meningkat 80 Meningkat 100 Meningkat 76 Meningkat 75 Meningkat 60 Meningkat 100 Meningkat 76 Meningkat 77 Meningkat 90 Meningkat 77 Meningkat 77 Meningkat 77 Meningkat 98 Meningkat 60 Meningkat 77 Meningkat 94 Meningkat 100 Meningkat 79,5 Meningkat 85,7%
Ketuntasan tes kuis I Tuntas Tuntas Tuntas Tidak tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak tuntas Tuntas Tuntas Tidak tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
Dari hasil tes pada tabel 2, secara umum terlihat adanya peningkatan skor tes tentang kemampuan pemecahan masalah. Dari seluruh siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TAI, 97% siswa Seminar Nasional Lesson Study 4
Matematika | 29
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development) menunjukkan peningkatan walaupun masih ada 5 siswa yang tidak tuntas. Nilai rata-rata telah memenuhi kriteria keberhasilan yaitu 85,7% siswa mendapatkan nilai minimal 65. Berdasarkan data pada tabel 1 dan tabel 2, disimpulkan bahwa criteria keberhasilan tindakan telah tercapai. PEMBAHASAN Dari hasil observasi, aktivitas siswa meningkat hingga memenuhi kriteria keberhasilan proses. Peningkatan aktivitas siswa dikatakan berhasil karena rata-rata skor dari semua aspek yang dinilai berada pada kategori baik atau sangat baik dan persentase nilai rata-rata dari pertemuan I hingga pertemuan IV menunjukkan peningkatan. Sedangkan untuk menentukan keberhasilan tindakan dari hasil belajar, yaitu dengan tes tertulis tentang kemampuan pemecahan masalah yang menggunakan kriteria belajar tuntas. Jika prosentase banyaknya siswa tuntas belajar lebih besar atau sama dengan 85% siswa memperoleh nilai minimal 65 maka tindakan dikatakan berhasil. Seperti yang sudah dipaparkan pada tabel diatas, untuk tes akhir I dengan materi jarak titik ke garis dan jarak titik ke bidang, hanya 68,5% siswa yang mendapat nilai minimal 65 yang menandakan keberhasilan tindakan belum tercapai. Pada tindakan perbaikan yaitu siklus II, diperoleh tes akhir II yaitu 85,7% siswa mendapat nilai minimal 65 dan sebanyak 97% siswa menunjukkan peningkatan hasil belajarnya. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini memberikan kekuatan yang mampu mendukung peningkatan aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah dari siswa. Setting kooperatif tipe TAI yang dilakukan dalam proses pemecahan masalah dimaksudkan agar siswa dapat saling membantu sesama anggota kelompoknya apabila mengalami kesulitan sehingga pemecahan masalah lebih mudah diselesaikan. Dengan interaksi kooperatif tipe TAI akan memungkinkan siswa menjadi sumber belajar bagi sesamanya. Konsep ini dikembangkan dari teori Vigotsky yang mengajarkan bahwa setiap siswa belajar konsep paling baik apabila konsep itu berada dalam zona terdekat mereka. Zona perkembangan terdekatnya pada saat mereka terlibat dalam tugas-tugas yang tidak dapat diselesaikan sendiri, tetapi dapat diselesaikan bila dibantu oleh teman sebayanya (Slavin,1994). Secara umum dalam pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization dikembangkan keterampilan berpikir kritis dan kerja sama, hubungan antara pribadi yang positif dari latar belakang yang berbeda, menerapkan bimbingan antar teman, dan tercipta lingkungan yang menghargai nilai-nilai ilmiah yang dapat membangun motivasi belajar pada siswa. Melalui pembelajaran kooperatif dengan tipe Team Assisted Individualization keaktivan siswa lebih tinggi sebab siswa lebih mendapatkan pengalaman langsung daripada kelompok lain. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Johnson dan Johnson (dalam Nurhadi: 2003) yang mengemukakan berbagai keunggulan pembelajaran kooperatif antara lain sebagai berikut: (1) Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial, (2) Mengembangkan kegembiraan belajar yang sejati, (3) Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial dan pandangan, (4) Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia, (5) Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik, (6) Meningkatkan motivasi belajar instrinsik, (7) Meningkatkan sikap positif terhadap belajar dan pengalaman belajar. Beberapa temuan penelitian dalam proses pembelajaran kooperatif tipe TAI dan kemampuan pemecahan masalah pada materi jarak adalah sebagai berikut: 1. Pada awal pertemuan, siswa masih belum aktif bertanya pada guru mengenai materi yang belum mereka pahami. Mereka tidak memberikan respon ketika guru menanyakan kesulitan dalam mengerjakan LKS secara individu, tetapi pada pertemuan berikutnya siswa berani bertanya kepada guru ketika guru mendekati saat berkeliling 2. Respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe TAI sangat positif, hal ini didasarkan hasil pengamatan saat pembelajaran berlangsung, siswa sangat antusias dalam melaksanakan diskusi. Terutama saat diskusi kelompok menyampaikan hasil di depan kelas, siswa aktif untuk bertanya, memberikan komentar, atau memberikan sanggahan. 3. Pada saat diskusi berlangsung banyak hal yang muncul dari pemikiran siswa mengenai cara mengukur jarak, misalnya bagaimana cara mengukur jarak antara dua benda berbeda bentuk. Hal ini terjawab
Seminar Nasional Lesson Study 4
Matematika | 30
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development) dalam forum diskusi dengan cara seorang siswa menggambarkan seekor kucing dan gajah di papan dan menunjukkan jarak antara keduanya. Pembelajaran pemecahan masalah dimaksudkan untuk memfokuskan pada siswa agar mampu untuk memahami masalah, merencanakan terbaik menyelesaikan masalah, melaksanakan rencana memecahkan masalah dan memeriksanya kembali solusi yang diperoleh. Kemampuan memahami masalah berarti kemampuan siswa dalam menafsirkan perintah soal kemudian menggambarkan dengan benar dan tepat bangun ruang yang dimaksud dalam soal. Belajar merencanakan yang terbaik untuk menyelesaikan masalah berarti kemampuan siswa menggambarkan garis / bidang bantu kemudian menentukan langkah yang akan digunakan. Kesalahan yang terjadi pada siswa adalah ketidakmampuannya dalam menggambarkan garis / bidang bantu sebagai langkah awal dalam menyelesaikan suatu persoalan, dalam hal ini menghitung jarak. Guru dituntut berpikir kreatif yang mampu mengarahkan siswa untuk dapat merencanakan penyelesaian masalah. Merencanakan menyelesaikan masalah ini penting, seperti yang dikemukakan Troutman (dalam Retna: 2009) bahwa “seorang anak yang dapat menyusun rencana penyelesaian akan mampu mengklasifikasikan objek-objek atau ide-ide dan dapat menemukan hubungan antar objek atau model masalah. Melaksanakan rencana penyelesaian yaitu menghitung jarak antara 2 titik pada bangun ruang kubus, langkah-langkahnya adalah 1. Gambarlah bangun ruang yang dimaksud yaitu kubus 2. Letakkan nama-nama titik sudutnya dengan benar 3. Hubungkan kedua titik 4. Rencanakan membuat garis bantu dengan memilih yang termudah, sehingga membentuk sebuah segitiga, namakan segitiga bantu 5. Keluarkan segitiga bantu dari bangun ruang kubus, berikan tanda sesuai dengan sifat segitiga bantu yang terbentuk (nama titik sudut, panjang sisi, sudut-sudutnya) 6. Hitunglah sesuai dengan rumus yang sudah pernah dipelajari Melaksanakan rencana penyelesaian untuk menghitung jarak titik dengan garis pada bangun ruang kubus, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut. 1. Gambarlah bangun ruang yang dimaksud yaitu kubus 2. Letakkan nama-nama titik sudutnya dengan benar 3. Hubungkan titik dengan ujung-ujung garis, akan terbentuk segitiga, namakan segitiga bantu 4. Keluarkan segitiga bantu dari bangun ruang kubus, berikan tanda sesuai dengan sifat segitiga bantu yang terbentuk (nama titik sudut, panjang sisi, sudut-sudutnya) 5. Proyeksikan titik pada garis tersebut 6. Hitunglah garis proyeksi yaitu jarak titik ke garis tersebut dengan rumus yang sudah pernah dipelajari sebelumnya Melaksanakan rencana penyelesaian untuk menghitung jarak titik ke bidang pada bangun ruang kubus, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut. 1. Buat bidang yang memuat titik dan berpotongan dengan bidang yang diketahui, misal garis potongnya l 2. Proyeksikan titik ke garis l, garis proyeksi tersebut adalah jarak titik ke bidang yang dicari 3. Hubungkan titik ke ujung-ujung garis l, akan terbentuk segitiga bantu 4. Keluarkan segitiga bantu dari bangun ruang kubus, berikan tanda sesuai dengan sifat segitiga bantu yang terbentuk (nama titik sudut, panjang sisi, sudut-sudutnya) 5. Hitunglah sesuai dengan rumus yang sudah pernah dipelajari sebelumnya. Memeriksa kembali pekerjaan yang telah diperoleh, dimulai dengan memeriksa pekerjaannya dari awal, misalkan dimulai dengan menjawab pertanyaan diri sendiri 1. Sudah benarkah gambar yang dibuat? 2. Sudah benarkah garis bantu yang dibuat? 3. Sudah benarkah nama segitiga yang terbentuk? 4. Sudah benarkah perhitungan yang dibuat? Pada tahap memeriksa pekerjaan ini biasanya jarang sekali dilakukan oleh siswa, siswa terburu-buru keluar kelas saat melihat teman-temannya keluar setelah selesai mengerjakan, atau malas untuk mengulangi Seminar Nasional Lesson Study 4
Matematika | 31
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development) perhitungan kembali dari awal sehingga sering terjadi kesalahan-kesalahan sepele yang akhirnya membuat kesalahan di akhir penyelesaian. KESIMPULAN
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan aktivitas siswa dan kemampuan pemecahan masalah pada materi jarak pada dimensi tiga. Berdasarkan temuan dalam penelitian ini, beberapa saran yang dapat diberikan adalah: (1). Sebaiknya dalam pengamatan aktivitas siswa menggunakan lebih dari dua observer, agar pengamatan aktivitas selama pembelajaran berlangsung lebih teliti, (2) LKS pada tiap selesai pembelajaran hendaknya diberikan siswa untuk membantu belajar kembali di rumah, sebagai persiapan mengikuti kuis atau tes akhir, dan (3). Model pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat digunakan oleh guru sebagai alternatif model pembelajaran di kelas. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Kusumaningrum R., 2007. Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) Melalui Pemanfaatan LKS (Lembar Kerja Siswa) Terhadap Hasil Belajar Matematika Sub Pokok Bahasan Jajargenjang dan Belahketupat Pada Siswa Kelas VII SMPN 11 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007. Tesis tidak diterbitkan. Malang : Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang Manuel Barrantes and Lorenzo J. Blanco, 2006. A Study of Prospective Primary Teachers’Conceptions of Teaching and Learning School Geometry. Journal of Mathematics Teacher Education Nurhadi. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contekstual Teaching and Learning /CTL). Malang: Universitas Negeri Malang. Slavin, Robert E. 1994 , Educational Psychology Theory and Practice. Needham Heights, Massachusetts 02194 Wardhani, I.G.A K. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka
Seminar Nasional Lesson Study 4
Matematika | 32