The Cultivation Development and The Product Diversification Based on Oyster Mushroom and The Applying of Good Manufacturing Practices for Increasing The Revenue of Small and Medium Enterprises Pengembangan Budidaya dan Diversifikasi Produk Berbasis Jamur Tiram Putih serta Penerapan Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Meningkatkan Pendapatan UKM Santi Dwi Astuti1)*, Indah Widyarini1), Indah Nuraeni2), Daryono3), Furqon1) 1)
Fakultas Pertanian Unsoed; 2) Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Unsoed; 3) Fakultas Ekonomi Unsoed *Email :
[email protected]
Abstrak Jamur tiram putih memiliki protein tinggi, lemak rendah dan mengandung komponen bioaktif yang bermanfaat bagi kesehatan. Pengolahan jamur tiram putih menjadi berbagai produk seperti bakso, sosis, dan keripik mampu meningkatkan keawetan, nilai jual dan nilai ekonomi jamur tiram putih. Penelitian ini ditujukan untuk mengkaji peningkatan produksi dan pendapatan pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) jamur tiram putih di Karangwangkal dengan pengembangan budidaya dan diversifikasi produk. Tahapan penelitian yang dilakukan meliputi : 1) pengembangan budidaya jamur tiram putih; 2) penyiapan bahan dan alat dalam rangka diversifikasi produk; 3) penerapan good manufacturing practices (cara produksi pangan yang baik) pada proses produksi sosis, bakso, dan keripik jamur tiram putih secara kontinu selama 4 bulan; 4) analisis produksi dan pendapatan. Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan analisis usaha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) pengembangan budidaya jamur tiram putih dan produksi sosis, bakso, serta keripik selama 4 bulan mampu meningkatkan pendapatan bersih UKM dari Rp 991.000,00 per bulan menjadi Rp 3.343.625,00 per bulan; 2) Dengan penerapan cara produksi pangan yang baik, jamur tiram putih segar dan diversifikasi produk (sosis, bakso, dan keripik) yang dihasilkan memiliki mutu yang konsisten sehingga penerimaan konsumen terhadap produk UKM meningkat; 3) Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan produksi UKM jamur tiram putih yaitu : penyediaan dan perluasan kumbung jamur, bahan dan peralatan produksi, label dan kemasan; b) produksi sosis, bakso dan keripik jamur tiram putih sesuai prosedur operasi standar dan cara produksi pangan yang baik secara kontinu dengan mutu konsisten; d) penjaminan mutu produksi (mutu bahan baku dan produk akhir). Kata kunci : jamur tiram putih, diversifikasi produk, sosis, bakso, pendapatan UKM Disampaikan pada Seminar Nasional Pengembangan Sumber Daya Pedesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan III; Purwokerto, 2627 November 2013
Abstract Oyster mushroom has high protein, low fat and contain bioactive components that are beneficial for health. The production of meatballs, sausages and chips based on oyster mushroom could increase its shelf life and economic value. The objectives of this study were to examine the increasing of production and revenue of small and medium enterprises in Karangwangkal Purwokerto with development of the cultivation and product diversification of oyster mushroom. The stages of the study were : 1) the expansion of white oyster mushroom cultivation, 2) preparation of materials and instument for the development of product diversification; 3) the applying of good manufacturing practices in the production of sausages, meatballs, chips of oyster mushroom for 4 months, continuously ; 4 ) analysis of production and revenue . The method used was descriptive analysis and business analysis . The results showed that : 1) the development of oyster mushroom cultivation and production of sausages, meatballs, and chips for 4 months could increase the net income of SME from 991,000 rupiahs per month to Rp 3,343,625 rupiahs per month; 2) By applying of good manufacturing practices in food production, the fresh oyster mushrooms and its products ( sausage, meatballs, and chips) have consistent quality. It caused the increasing on the consumer acceptance of SME products ; 3) the factors influence on development of oyster mushroom cultivation and its product diversification in SME scale i.e. : the expansion of oyster mushroom cultivation, b) the production of sausages, meatballs and chips based on oyster mushroom according to standard operating procedures and the application of good manufacting practices, continuously and consistently; d) the applying of the quality assurance (the quality of raw materials and final product) Keywords : oyster mushroom, product diversification, sausage, meatball, the SME revenue
Pendahuluan Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) atau yang dikenal dengan Oyster Mushroom merupakan jenis jamur kayu yang mengandung nutrisi lebih baik dibanding jenis jamur pangan lainnya khususnya protein yang tinggi (30,4%) dan lemak yang rendah (2,2%). Jamur tiram putih mengandung serat pangan, vitamin C, vitamin E dan mineral yang tinggi. Jamur tiram putih juga mengandung senyawa bioaktif dari golongan polisakarida, pati kompleks, hemiselulosa, lipopolisakarida, peptida, glikoprotein, nukleosida, triterpenoid, lektin dan komponen kompleks lainnya yang bermanfaat bagi kesehatan. Kandungan senyawa glukan, ubiquitin, flavonoid, fenolik, guanide, pleuran menambah lengkap khasiat jamur tiram putih bagi tubuh. Jamur tiram putih berpotensi sebagai imunomodulator (pengatur sistem kekebalan tubuh), antioksidan, antimikroba (antibakteri dan antivirus, termasuk virus HIV dan virus herpes), anti inflamasi, anti mutagenik, anti karsinogenik, anti radikal bebas, antihipertensi; dan lebih lanjut dapat meningkatkan aktivitas enzim antioksidan seperti superoksida dismutase, katalase dan peroksidase; meningkatkan kolesterol HDL, menurunkan Disampaikan pada Seminar Nasional Pengembangan Sumber Daya Pedesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan III; Purwokerto, 2627 November 2013
kolesterol VLDL dan LDL, total kolesterol, dan trigliserida; serta mengeliminasi penyakit degeneratif dan gangguan penuaan seperti diabetes mellitus, stroke, aterosklerosis, jantung, cirrhosis (hati), tumor, kanker, Parkinson, dan gagal ginjal (Patel et al., 2012) Kondisi iklim geografis di Indonesia khususnya di Jawa Tengah sangat cocok untuk pengembangan usaha budidaya Jamur Tiram Putih. Produktivitas jamur tiram putih di Jawa Tengah tertinggi dibanding wilayah lain yaitu 143 ton/log namun produksinya masih rendah yaitu 2.285,10 ton (Ditjen Hortikultura, 2012). Indonesia termasuk negara pengekspor jamur tiram putih. Ekspor jamur segar 24.742.741 kg pada Tahun 2003 dan meningkat menjadi 34.671.106 kg pada Tahun 2007 (laju 30,71 persen per tahun); sedangkan untuk jamur olahan 22.672.217 kg menjadi 29.728.709 kg (laju 27 persen per tahun) (Departemen Pertanian, 2010). Jamur tiram putih merupakan bahan nabati yang mudah rusak. Bahan segar hanya bertahan selama 1 hari. Biasanya, jamur tiram putih dikonsumsi sebagai lauk pauk dalam bentuk masakan seperti pepes jamur, soup jamur, tumis jamur, dan sebagainya. Usaha pengolahan jamur menjadi produk pangan yang awet merupakan salah satu solusi untuk mengantisipasi berlimpahnya bahan segar jamur saat musim panen dan merupakan upaya untuk meningkatkan nilai tambah dan nilai ekonomi jamur (Cahyana et al., 1999; Djarijah, 2001). Jamur tiram putih dapat diolah menjadi keripik, bakso, dan sosis. Ketiganya adalah produk yang sangat disukai oleh masyarakat segala usia dari anak-anak hingga orang dewasa. Sosis dan bakso merupakan produk emulsi yang biasanya dibuat dari bahan utama yaitu daging sapi, ayam, atau ikan. Produksi sosis dan bakso dari jamur tiram putih yang dikenal dengan istilah sosis dan bakso analog, ditujukan dalam rangka diversifikasi pangan berbasis jamur dan peningkatan konsumsi sosis dan bakso bagi individu dengan gangguan kesehatan atau penyakit tertentu seperti obesitas (kegemukan), diabetes, kolesterol, stroke, kanker, dan sebagainya. Keripik merupakan produk goreng bertekstur renyah yang difungsikan sebagai makanan camilan (snack). Keripik dari jamur tiram putih dapat dibuat dengan cara penggorengan konvensional atau dengan penggoreng vakum. Ibu Muryati merupakan pelaku UKM keripik jamur tiram putih dengan merek “Ono Jamur” yang memulai usahanya pada Tahun 2009 di Kelurahan Karangwangkal, Kecamatan Purwokerto Utara, Kabupaten Banyumas. Keripik jamur tersebut dikemas dengan berbagai kemasan dan dijual dengan berbagai ukuran, seperti : 1) kemasan kertas 74 g dengan harga Rp. 5000; 2) kemasan toples plastik 200 g dengan harga Rp. 15.000; 3) kemasan plastik Disampaikan pada Seminar Nasional Pengembangan Sumber Daya Pedesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan III; Purwokerto, 2627 November 2013
250 g dengan harga Rp. 15.000. Selain keripik, jamur tiram putih juga diolah menjadi pepes dan bakso (dibuat dengan campuran daging ayam : jamur pada perbandingan 1 : 1). Semua produk dibuat bila ada pesanan saja. Penelitian ini ditujukan untuk mengkaji peningkatan produksi dan pendapatan UKM jamur tiram putih di Karangwangkal dengan pengembangan budidaya, diversifikasi produk, dan penerapan cara produksi pangan yang baik.
Metode Penelitian Bahan-bahan : Bahan-bahan yang digunakan adalah jamur tiram putih, tapioca, terigu, tepung beras, susu, telur, minyak, STPP, pengenyal bakso, garam, bawang putih bubuk, lada bubuk, perisa, baking powder. Alat-alat : Kumbung dan bibit jamur, kompor; deep fryer, spinner, sealer, mesin cetak sosis (stuffer), mesin kemas vakum (PT. Maksindo); mesin giling bakso (PT.Sarana Prima Teknik), plastic vakum, kemasan berlaminasi, wadah plastik, dan peralatan lain untuk produksi dan analisis produk. Metode : Metode yang digunakan untuk mengkaji dampak pengembangan budidaya dan diversifikasi produk berbasis jamur tiram putih serta penerapan cara produksi pangan yang baik (Hariyadi dan Hariyadi, 2009) dalam meningkatkan produksi dan pendapatan UKM adalah metode analisis deskriptif dan analisis usaha selama 4 bulan (Kasmir, 2012).
Hasil dan Pembahasan 1) Produksi Sosis, dan Bakso, dan Keripik secara Kontinu pada Skala UKM Pelaksanaan produksi olahan jamur secara kontinu pada skala UKM dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : a) fiksasi formula produk; b) fiksasi prosedur operasi standar; c) penerapan cara produksi pangan yang baik (GMP = Good Manufacturing Practices) untuk menjamin konsistensi mutu produk. Selengkapnya adalah sebagai berikut :
Disampaikan pada Seminar Nasional Pengembangan Sumber Daya Pedesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan III; Purwokerto, 2627 November 2013
a) Formula Produk Formula produk olahan berbasis jamur tiram putih merupakan pengembangan dari hasil penelitian sebelumnya dengan melakukan penyesuaian dengan peralatan skala pilot yang digunakan. Formula dari produk sosis, bakso, dan keripik jamur dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Formula sosis, bakso, dan keripik jamur tiram putih Sosis : 3 Kg jamur matang 800 g tapioka 200 g terigu cakra 40 g susu skim 400 g telur 300 ml minyak 20 g STPP 20 g pengenyal bakso 45 g garam revina 35 g gula pasir 40 g bw. putih bubuk 20 g lada bubuk
Bakso : 3 Kg jamur matang 900 g tapioka 100 g terigu cakra 40 g susu skim 500 g telur 20 g STPP 20 g pengenyal bakso 50 g garam revina 35 g gula pasir 40 g bw. putih bubuk 20 g lada bubuk
Keripik jamur : - 2,5 kg jamur tiram putih segar - Minyak goreng - Tepung penyalut kering : 600 g tapioka, 400 g tepung beras, 20 g garam revina, 5 g bw. putih bubuk, 5 g merica bubuk, 4 g perisa, 5 g baking powder - Tepung penyalut basah : ½ gelas tepung penyalut kering, ½ gelas air putih matang, 1 butir telur ayam, 2 siung bawang putih (dihaluskan), garam secukupnya
b) Prosedur Operasi Standar produk berbasis jamur tiram putih : Sosis dan bakso : a. Cuci jamur tiram putih segar, rebus dalam air mendidih selama 10-15 menit (hingga jamur lunak, aroma langu hilang, aroma seperti daging muncul), tiriskan jamur matang, peras air hingga maksimal dengan kain saring, cincang halus jamur matang tersebut. b. Campurkan jamur cincang, tepung, telur, dan bumbu-bumbu lain hingga merata dalam wadah plastik lalu giling menggunakan mesin giling bakso. c. Untuk sosis, setelah adonan digiling, masukkan adonan dalam mesin cetak sosis (stuffer), tekan adonan menuju casing (kemasan) sosis, ikat dua ujungnya sepanjang 10-12 cm per selongsong. Setelah itu, masak dalam air mendidih selama 10-15 menit (hingga sosis yang tenggelam menjadi mengambang). Setelah ditiriskan, masukkan dalam kemasan sekunder, tutup kemasan dengan mesin vakum. Jika tersedia mesin pengasap, panggang sosis dengan cara digantung dalam oven untuk tujuan pengasapan sosis. d. Untuk bakso, setelah adonan digiling, masukkan adonan dalam mesin cetak bakso, bakso yang telah terbentuk bulat dijatuhkan dalam bak air yang berisi air es (air dingin) atau cetak bakso menjadi bentuk bulat dengan tangan dan selanjutnya rebus bakso hingga Disampaikan pada Seminar Nasional Pengembangan Sumber Daya Pedesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan III; Purwokerto, 2627 November 2013
matang (hingga bakso yang tenggelam menjadi mengambang). Setelah ditiriskan, masukkan dalam kemasan sekunder, tutup kemasan dengan mesin vakum. e. Untuk meningkatkan kesukaan, dapat ditambahkan perisa ayam (8 g/3 kg jamur). Untuk meningkatkan keawetan (untuk produksi skala besar) dapat ditambahkan Na-sorbat (4 g/3 kg jamur). Untuk meningkatkan kesukaan, jamur dapat disubstitusi dengan daging ayam, gunakan bahan baku campuran antara jamur matang 2,5 kg dengan daging ayam 500-750 g. f. Simpan sosis dan bakso yang telah dikemas vakum dalam refrigerator (kulkas). Jika telah dibuka, sediaan sosis dan bakso dalam kemasan harus disimpan dalam freezer. Produk dapat disimpan selama 3 bulan dalam freezer dan 1 bulan dalam refrigerator.
Keripik jamur : a. Cuci jamur tiram putih segar, tiriskan hingga kering menggunakan spinner b. Siapkan tepung penyalut basah, salut jamur tiram putih dengan tepung tersebut c. Goreng jamur yang telah disalut hingga setengah matang lalu tiriskan (hasilnya adalah jamur mendo). Goreng jamur mendo hingga kering dan krispi . d. Tiriskan minyak dalam keripik menggunakan spinner lalu kemas keripik dalam plastik dan ditutup rapat. e. Penggorengan dengan mesin penggoreng vakum dilakukan dengan jamur segar tanpa tepung . Penggorengan dilakukan selama 45 menit. Setelah ditiriskan dengan spinner, jamur goreng dapat dilapisi (coating) dengan berbagai perisa (ayam, keju, sapi panggang). Keripik harus dikemas dengan kemasan vakum atau kemasan bebas oksigen untuk menjaga kerenyahannya.
c) Spesifikasi Produk Spesifikasi dari aneka produk berbasis jamur tiram putih yang dihasilkan sesuai dengan formula dan prosedur operasi standar yang telah diuraikan sebelumnya adalah sebagai berikut
Tabel 2. Spesifikasi produk-produk berbasis jamur tiram putih Komposisi Gizi (per 100 g) Energi (Kcal) Serat Pangan (%) Protein (%)
Sosis Analog 115,27 11,91 2,85
Bakso Analog 87,11 9,03 5,93
Bakso jamur+daging 84,53 7,14 3,51
Keripik Non Vakum 590,18 6,19 5,35
Keripik Vakum 559,4 8,19 7,78
Disampaikan pada Seminar Nasional Pengembangan Sumber Daya Pedesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan III; Purwokerto, 2627 November 2013
Lemak (%) Karbohidrat (%) Abu (%) Air (%)
4,93 14,88 0,75 64,68
1,47 12,59 1,18 69,76
2,15 12,79 1,17 73,24
42,14 47,38 2,68 2,46
44,74 31,41 3,90 3,97
2) Penerapan Good Manufacturing Practices (Cara Produksi Pangan yang Baik) Penerapan cara produksi pangan yang baik mampu menjamin konsistensi mutu produk yang dihasilkan. Pelaksanaan GMP di UKM jamur tiram putih adalah sebagai berikut : a. Lingkungan produksi, bangunan dan fasilitas yang digunakan UKM telah layak digunakan untuk tujuan pengolahan pangan dengan ketersediaan suplai air yang memadai dan aman digunakan (sesuai dengan persyaratan untuk air minum harian) serta bebas dari hewan liar yang dapat mengkontaminasi makanan (seperti tikus, kecoa, lalat, kucing). Lingkungan produksi selalu dalam kondisi bersih, sebelum atau sesudah proses produksi. Penataan ruang telah dipisahkan antara bagian penyimpanan bahan baku, bagian pengolahan, penyimpanan produk akhir, penyimpanan alat pendukung, dan penyimpanan bahan-bahan kimia untuk sanitasi. b. Peralatan produksi yang digunakan selalu dalam keadaan bersih. Saat akan digunakan, peralatan dalam kondisi kering, dan setelah digunakan, peralatan segera dicuci dengan detergen dan disinfektan serta dikeringkan untuk menjamin kebersihan dan sanitasinya. c. Tenaga kerja yang langsung berhubungan dengan proses pengolahan baik bagian persiapan, proses, atau pengemasan dalam dalam kondisi sehat dan bebas dari penyakit menular ataupun gangguan kesehatan lain. Pakaian kerja khusus, penutup kepala, dan sarung tangan digunakan selama proses produksi untuk menghindari kontaminasi. Tenaga kerja telah mendapatkan pelatihan pembuatan produk, pengenalan cara produksi pangan yang baik dan pengetahuan tentang keamanan pangan sebelum menangani produksi kontinu. d. Produksi telah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur operasi standar (yang telah dijelaskan sebelumnya) dan selalu dilakukan pengontrolan kondisi proses selama produksi berlangsung. Kontrol mutu produk dilakukan sejak penerimaan bahan baku untuk memastikan tingkat keamanan dan kelayakan penggunaannya serta pada produk akhir yang meliputi analisis visual dan sensori terhadap warna, tekstur (kekerasan dan kekenyalan), aroma, dan rasa. Seluruh kegiatan produksi baik terkait proses ataupun Disampaikan pada Seminar Nasional Pengembangan Sumber Daya Pedesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan III; Purwokerto, 2627 November 2013
kontrol mutu bahan baku dan produk akhir didokumentasikan dengan baik oleh penangung jawab produksi e. Produk dikemas dengan kemasan yang sesuai dan diberi label yang memuat : nama produk, berat bersih, komposisi produk, nilai gizi, petunjuk penggunaan dan petunjuk penyimpanan, waktu produksi, waktu kadaluwarsa, nama dan alamat produsen, dank ode P-IRT
3) Analisis Produksi dan Pendapatan UKM Diversifikasi produk yang dilakukan oleh UKM memberikan manfaat bagi perkembangan usaha. Hal tersebut terbukti dari keuntungan total UKM yang terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah produksi keripik, bakso dan sosis. Data produksi keripik, bakso dan sosis yang dihasilkan oleh UKM tersaji pada Tabel 3.
Tabel 3. Data produksi jamur, keripik, bakso dan sosis tahun 2013
NO BULAN 1 APRIL 2 MEI 3 JUNI 4 JULI RATA-RATA
KERIPIK (Kg) 39 47 56 63 51,25
PRODUKSI BAKSO (Kg) SOSIS (Bks) 11 6 21 140 25 52 27 175 21 94,75
JAMUR (Kg) 0 0 26 330 178
Keuntungan yang diterima UKM semakin meningkat dengan adanya diversifikasi produk. Dengan memproduksi berbagai jenis komoditas maka UKM dapat memenuhi beragam kebutuhan konsumen. Bakso jamur saat ini menjadi produk yang diminati konsumen karena harganya relative lebih murah dibandingkan bakso daging sapi. Namun dari sisi rasa bakso jamur tidak kalah dengan bakso daging sapi. Harga jual bakso jamur adalah Rp40.000,00 per kilogram, keripik jamur Rp.60.000,00 per kilogram dan sosis jamur Rp15.000,00 per bungkus. Dengan harga yang relatif murah produk pangan berbasis jamur tiram putih dapat diterima dengan baik oleh konsumen.
Disampaikan pada Seminar Nasional Pengembangan Sumber Daya Pedesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan III; Purwokerto, 2627 November 2013
Tabel 4. Data biaya, pendapatan, dan keuntungan UKM Tahun 2013
1
APRIL
1,629,000
2,145,000
385,000
90,000
0
TOTAL PENDAP ATAN (Rp) 2,620,000
2
MEI
2,933,000
2,820,000
735,000
2,100,000
0
5,655,000
2,722,000
3
JUNI
3,256,000
3,360,000
875,000
780,000
260,000
5,275,000
2,019,000
4
JULI
5,241,000
3,780,000
945,000
2,625,000
3,300,000
10,650,000
5,409,000
NO
BULAN
PENDAPATAN (Rp)
BIAYA PRODUK SI (Rp)
KERIPIK
BAKSO
SOSIS
JAMUR
KEUNTU NGAN (Rp) 991,000
KESIMPULAN Pengembangan budidaya jamur tiram putih dan produksi sosis, bakso, serta keripik selama 4 bulan mampu meningkatkan pendapatan bersih UKM dari Rp 991.000,00 per bulan menjadi Rp 3.343.625,00 per bulan. Dengan penerapan cara produksi pangan yang baik, jamur tiram putih segar dan diversifikasi produk (sosis, bakso, dan keripik) yang dihasilkan memiliki mutu yang konsisten sehingga penerimaan konsumen terhadap produk UKM meningkat. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan produksi UKM jamur tiram putih yaitu : penyediaan dan perluasan kumbung jamur, bahan dan peralatan produksi, label dan kemasan; b) produksi sosis, bakso dan keripik jamur tiram putih sesuai prosedur operasi standar dan cara produksi pangan yang baik secara kontinu dengan mutu konsisten; d) penjaminan mutu produksi (mutu bahan baku dan produk akhir).
UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi yang telah memberikan bantuan dana dalam rangka pengembangan UKM Jamur Tiram Putih melalui program kegiatan pengabdian kepada masyarakat yaitu Program IPEKDA LIPI dan IbM Tahun 2013
DAFTAR PUSTAKA Cahyana Y. A, Muchrodji M. dan Bakrun. 1999. Jamur Tiram (Pembibitan, Pembudidayaan, Analisis Usaha). Jakarta: Penebar Swadaya. Departemen Pertanian. 2010. Peluang Bisnis Jamur. Jakarta: Departemen Pertanian. Departemen Pertanian. 2012. Statistik Pertanian. Jakarta: Departemen Pertanian. Direktorat Jenderal Hortikultura. 2006. Profil Jamur. Jakarta: Direktorat Jenderal Hortikultura. Disampaikan pada Seminar Nasional Pengembangan Sumber Daya Pedesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan III; Purwokerto, 2627 November 2013
Direktorat Jenderal Hortikultura. 2012. Statistik Produksi Hortikultura Tahun 2012. Jakarta: Direktorat Jenderal Hortikultura. Djarijah, N. M. 2001. Budi Daya Jamur Tiram. Yogyakarta. Kanisius. Hariyadi P dan Hariyadi Ratih D. 2009. Petunjuk sederhana : Memproduksi Pangan yang Aman. Dian Rakyat, Jakarta Yashvant Patel, Ram Naraian and V.K. Singh. 2012. Medicinal Properties of Pleurotus Species (Oyster Mushroom): A Review. World Journal of Fungal and Plant Biology 3 (1): 01-12 Kasmir, Jakfar. 2012. Studi Kelayakan Bisnis. Ed Rev Cet ke-8. Jakarta: Prenada Media Group
Disampaikan pada Seminar Nasional Pengembangan Sumber Daya Pedesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan III; Purwokerto, 2627 November 2013