Tranformasi Media Periklanan dalam Sosial Media (Analisis Iklan pada Fan Page Facebook WRP) | Ilhamsyah
2012
TRANFORMASI MEDIA PERIKLANAN DALAM SOSIAL MEDIA (ANALISA IKLAN PADA FAN PAGE FACEBOOK WRP) ILHAMSYAH Program Studi DKV, STISI Telkom e-mail :
[email protected] dipublikasikan pada jurnal Seni Rupa & Desain Vol.1 No.1 2012
Abstract The change of landscape media from the traditional media (broadcast and print media) which tends to be one-way turns into the interactive internet media (social media), also participates in affecting the change in the whole advertising world. The ability of social media, in this case facebook in customizing its message, makes it become the most popular social network media today. The strength to persuade the users is used by the advertisers to offer their products . It is because the social media is able to create buzz (talks) and the word-mouth promotion. Community of social media users create groups called the internet community, and they are tied emotionally. They are grouped since they have the same purposes, interests, problems, and information. Marketers realize this as an opportunities for their attachment to create promotional buzz or mouth of mouth because this campaign is very powerful to persuade the future potential consumers. Besides that, the product purchasing decisions by consumers, in general, is very grounded by emotional mind. Keywords: Social Media, Advertising, Life Style, Facebook, Persuation
1. Latar Belakang Ketika menyaksikan video presentasi dari www.socialnomics.com, yang membahas begitu dahsyatnya perkembangan media sosial di dunia, media sosial ternyata telah mengambil alih posisi pertama aktifitas di internet dari pornografi. 50% penduduk didunia yang berumur 30 tahun 96%nya terlibat dalam media sosial, dan bayangkan pengikut Asthon Kutcher dan Birtney Spears di Twitter melebihi populasi Negara Swiss, Israel, dan Swedia. 1 Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.1 No.1 2012
Apabila jumlah penduduk Facebook diposisikan dalam populasi dunia mereka
ada diposisi 3 dibawah China dan India. Fakta mengejutkan lainnya 78% konsumen akan lebih percaya rekomendasi dari peernya dibandingkan dari periklanan konvensional yang hanya 14%. Jadi kita tidak bisa mengatakan facebook, twitter, youtube, ataupun blogger hanya kerjaan isengan belaka (http://
Tranformasi Media Periklanan dalam Sosial Media (Analisis Iklan pada Fan Page Facebook WRP) | Ilhamsyah
www.youtube.com/watch?v=TJNXWoNum n0).
(Sumber:www.youtube.com/watch?v=TJN XWoNumn0) Begitu pula di Indonesia, kita bisa melihat hampir tidak ada yang tidak membawa gadget yang terhubung dengan internet, dari tukang ojek hingga eksekutif, dari anak-anak sekolah dasar hingga mahasiswa, semuanya tidak terlepas dari alat komunikasi bergerak.Membawa laptop yang terhubung dengan internet menjadi pemandangan lumrah di mal-mal, kampus, sekolah-sekolah, café, selama disitu ada jaringan wifi pasti ada segerombol anak muda nongkrong sambil berselancar di internet. Terdapat sekitar 180 juta ponsel yang kini dipakai pelanggan Indonesia, dan 50% di antaranya dapat mengakses internet. Ketika semua terhubung dalam internet, batas-batas geografis menjadi hilang, seseorang yang online di Cicadas dalam 2 Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.1 No.1 2012
2012
sekejap ada di Tokyo, dan seseorang yang berada di papua tiba-tiba bisa bertukar gambar dengan saudaranya di Jakarta. Penggunaan sebanyak itu di dunia digital menimbulkan gairah besar dalam jejaring sosial (internet), yang secara langsung mengubah peta pemasaran, mengurangi daya pengaruh media konvensional (cetak dan udara), memporak-porandakan bisnis warnet dan industri rekaman, membentuk kekuatan promosi baru, kewirausahaan baru, mematikan peran tempat (place), menumbuhkan cara baru berusaha (toko online) dan melahirkan selebritis-selebritis baru (Kasali, 2011, h.12-13). Teknologi internet terus berkembang, dan perusahaan periklanan terutama perencana media berusaha memahami implikasi serta arah perubahannya terhadap periklanan dan komunikasi marketing.Moriarty mengungkapkan Google, Myspace, Facebook, Wikipedia, Craiglist, dan Youtube, semuanya menyediakan alat yang memungkinkan pemakai internet untuk mengkustomisasi pesan serta interaksinya.Model internet saat ini sering disebut dengan Web 2.0 karena kemampuannya membangun jaringan sosial dan hiburan berdasarkan pada kekuatan interaktif dari internet yang memiliki dampak yang sangat kuat (Moriarty, 2011, h.346).Kemampuan interaktif tersebut membawa internet kedalam medium baru yaitu media baru.Bentuk media baru ini mendorong lebih banyak keterlibatan pengguna dan mendorong pengguna dalam berbagi pengalaman, hali ini dapat memperkuat daya persuasi dari pesan di internet (2011,
Tranformasi Media Periklanan dalam Sosial Media (Analisis Iklan pada Fan Page Facebook WRP) | Ilhamsyah
h.346). Menurut Kartajaya dalam kata pengantarnya di buku The Fall of Advertising & Rise of PR karya Al Ries dan Laura Ries (2003) mengatakan kemajuan teknologi informasi yang menggabungkan komputer dan komunikasi telah menjadikan pelanggan semakin emosional bukan melulu rasional (2003, h.x). Menurutnya teknologi informasi ternyata menghasilkan pesan-pesan emosional ketimbang rasional, seperti status facebook, twitter, maupun isi blog.Dalam perbicangan di media sosial tumbuh personal conversation, seperti status yang sangat pribadi, lalu di comment oleh rekannya (baik yang iba, simpati, atau bahkan mentertawakan), yang merupakan jenis komunikasi yang paling efektif. Kartajaya mengungkapkan personal conversation adalah komunikasi pelanggan dari mulut ke mulut, yang lebih dikenal dalam pemasaran sebagai word of mouth(Ries, 2003, h.xi). Teknologi informasi atau internet menciptakan sasaran baru (komunitas) dan kini iklan dapat dikustomisasi ke konsumen individual. Kustomisasi ini makin berkembang dan karenanya akan makin penting untuk mengenali audiensi sasaran dan membuat iklan yang membidik kebutuhan individual. Teknologi interaktif atau yang dapat juga diterjemahkan menjadi internet dan komunikasi nirkabel (mobile phone), telah mengubah lanskap media dan membuat bentuk komunikasi yang lebih dekat, interaktif dan personal menjadi lebih penting bagi pengiklan. “Advertising Baru” ini menantang orientasi periklanan 3 Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.1 No.1 2012
2012
tradisional, bahkan ia bisa membuka peluang bisnis baru. Namun hal ini pula turut mengancam media tradisional akan kehilangan penerimaan dan tidak sebanding dengan kenaikan di media periklanan baru ini. Dalam survei Ad Age, 68 persen pembaca setuju akan penilaian ini (Moriarty, 2011, h.27).Perdebatan ini menjadi pembicaraan serius di Cannes Lions Internasional Advertising Festival beberapa tahun yang lalu, para pakar periklanan mempertanyakan iklan di sosial media dapat disebut sebagai periklanan atau bukan. Hal ini disebabkan membaurnya peran iklan dan public relation dalam media sosial. Perhatian pada buzz adalah indikasi dari tren lain yang memengaruhi pemasaran, dan inilah yang disebut daya interaktif atau interaktivitas. Karena pengertian awal periklanan memuat asumsi bahwa periklanan adalah komunikasi satu arah dari pengiklan ke konsumen.Namun ini mulai berubah semenjak abad-21. Konsumen mulai mengontak perusahaan lewat website atau telepon, dan konsumen saling membicarakan produk atau brand tertentu seperti yang dilakukan di media sosial.Seperti dikatakan oleh pakar telekomunikasi interaktif, “Kita hidup di tengah-tengah perkembangan kemampuan ekspresi dalam sejarah ras manusia.”Itu berarti periklanan juga harus menjadi interaktif (2011, h. 29).
Tranformasi Media Periklanan dalam Sosial Media (Analisis Iklan pada Fan Page Facebook WRP) | Ilhamsyah
2. Periklanan Periklanan sudah menjadi bagian sehari-hari kita, dari mulai bangun tidur hingga kembali terlelap di malam hari hidup kita dikelilingi oleh iklan. Sesuai dengan cara kerja iklan, mereka terusmenerus mendoktrinasi pikiran konsumen dengan tujuan membenamkan pesan merek mereka dibenak kita. Dengan harapan pada saat kita membutuhkan sebuah barang atau jasa, kita akan teringat dengan merek mereka. Namun kondisinya sekarang menjadi tidak relevan lagi semenjak teknologi informasi memimpin cara berperilaku dan gaya hidup kita. Ada baiknya kita mengulas ulang secara singkat keberadaan periklanan dari awal kemunculannya.Sandra Moriarty menggabarkan dengan jelas dalam bukunya yang berjudul Advertising (2011), beliau memaparkankan periklanan adalah bentuk komunikasi yang kompleks yang beroperasi untuk mengejar tujuan dan menggunakan strategi untuk mempengaruhi pikiran, perasaan, dan tindakan konsumen. Periklanan adalah jenis komunikasi pemasaran, yang merupakan istilah umum yang mengacu kepada semua bentuk teknik komunikasi yang digunakan pemasar untuk menjangkau konsumennya dan menyampaikan pesannya. Penciptaan pesan dan mengirimkannya kepada orang dengan harapan orang itu akan bereaksi dengan cara tertentu adalah cara kerja dasar dari periklanan. Iklan adalah pesan yang kebanyakan dikirim melalui media.Jika konsumen bereaksi 4 Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.1 No.1 2012
2012
sebagaimana yang dikehendaki pengiklan, maka iklan itu dianggap efektif. Istilah advertisement atau periklanan muncul pada tahun 1655, dan pada 1660 para penerbit sering menggunakan kata itu sebagai judul koran rubrik informasi komersial. Revolusi industri mengubah teknologi dan sosial menjadi semakin cepat sejak akhir 1700-an. Periode ini berdampak luas karena pabrik-pabrik dapat memproduksi lebih banyak barang dan dengan akses kereta api yang meluas, orang perlu tahu tetang barang-barang ini dan inilah awal dari datangnya media komunikasi baru, seperti majalah dan katalog. Pada masa itu pula terjadi pergeseran bahasa iklan dari hanya bahasa pengantar produk (informasi) menjadi bahasa yang lebih hiperbolis atau berlebihan (Moriarty, 2011, h.6-8). Pada abad 20 periklanan merupakan bentuk komunikasi berbayar yang menggunakan media massa dan media interaktif untuk menjangkau audiensi yang luas dalam rangka menghubungkan sponsor yang jelas dengan pembeli (audiensi sasaran) dan memberikan informasi tentang produk (barang, jasa, dan gagasan). Ringkasnya, periklanan modern adalah komunikasi strategis yang dimaksudkan untuk mendapatkan sesuatu untuk menciptakan dampak, yakni respon konsumen, seperti memahami informasi atau membujuk seseorang untuk melakukan sesuatu. Untuk mendapatkan respon konsumen, strategi periklanan ditentukan melalui tujuan (pernyataan respon konsumen yang diharapkan) dan tujuan ini dapat diukur guna mengetahui
Tranformasi Media Periklanan dalam Sosial Media (Analisis Iklan pada Fan Page Facebook WRP) | Ilhamsyah
apakah periklanan itu efektif atau tidak.Semua strategi periklanan dimulai dengan mengidentifikasi orang-orang menjadi tujuan pesan iklan, atau yang disebut targeting dan hal ini terkait erat dengan strategi periklanan (2011, h. 22). Targeting dihubungkan dengan era teknologi telekomunikasi (internet) mengalami pergeseran, dari segementasi (Geografis, Psikografis, Demografi) menjadi Communitation (komunitas), karena dalam media sosial mereka berkelompok membentuk komunitaskomunitas (Kartajaya, 2008, h.55). 3. Sosial Media Hingga saat ini belum ada pendefinisian yang baku mengenai media sosial. Mengutip yang dikatakan oleh Turnomo Rahardo dalam Komunikasi 2.0, media sosial seperti facebook dan twitter merupakan media jejaring yang memungkinkan orang bisa berbicara, berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan jejaring secara online (2011, h.14). Wikipedia secara definitif menjelaskan media sosial adalah media jejaring menggunakan internet sebagai basis, dimana para penggunanya dapat dengan mudah berpartisipasi, berbagi informasi, menyampaikan pesan, memberi komentar terhadap masukan dari pesan yang di tulisnya, dan seterusnya. Dan semua hal tersebut dilakukan tanpa hambatan jarak dengan waktu yang sangat cepat. Rhenald Kasali dalam bukunya berjudul Cracking Zone(2011) mengungkapkan para pelaku jejaring sosial saling membentuk opini, mengekspresikan diri, mencari kawan, 5 Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.1 No.1 2012
2012
saling memberikan informasi kejadiankejadian sehari-hari, merekomendasikan produk atau jasa yang mereka gunakan, dan lain sebagainya (2011, h.38). Salah satu jejaring sosial yang sangat populer saat ini adalah facebook.Facebook yang dibuat pertama kali oleh Mark Zukerberg, adalah Media Sosial yang memiliki keunggulan faktor psikologis yang membuat pengguna merasa eksistensinya terakui, sebagai media tradisi berkumpul atau berkomunitas, kemampuan pemuatan foto yang dapat ditandai (tag), mengungkapkan isi pikiran (status), dan lain sebagainya. Dilihat dari penggunanya Indonesia menempati posisi tertinggi dari berbagai jejaring sosial media yang ada saat ini, pengguna facebookdiIndonesia menempati posisi 3 di seluruh dunia (Kasali, 2011, h.37).Karena kekuatannya tersebut maka facebook menjadi alat yang efektif bagi pemasar maupun produsen dalam mengenali konsumenya, bahkan dijadikan alat untuk menawarkan produk-produk terbaru mereka.Dengan menggunakan jejaring sosial facebook, produsen atau pemasar dapat memantau aktifitas calon konsumen mereka yang tergabung dalam kantung-kantung komunitas online.Komunitas-komunitas online tersebut berkumpul beraktifitas melalui fitur-fitur grup yang telah disediakan oleh facebook, atau yang terhubung (link) dengan facebook. Dengan memantau aktifitas grup atau komunitas tersebut maka pemasar atau produsen dapat menangkap aspirasi dari calon konsumen yang berhubungan dengan keunggulan
Tranformasi Media Periklanan dalam Sosial Media (Analisis Iklan pada Fan Page Facebook WRP) | Ilhamsyah
produk yang akan dipasarkan. Sehingga memudahkan menemukan pesan persuasi apa yang tepat dalam kampanye periklanan di jejaring sosial tersebut. 4. Komunitas Komunitas dapat diartikan sebagai kelompok dalam kajian Psikologi Sosial.Penulis menemukan beberapa pengertian kelompok yang dilihat dari berbagai sudut pandang terhadap kelompok tersebut seperti persepsi yang dikemukakan oleh Smith, 1945 (dalam Walgito, 2007) yang menggunakan istilah social group sebagai satu unit yang terdiri dari atas beberapa anggota yang memiliki persepsi bersama tentang kesatuan mereka.Sedangkan Bass (Walgito, 2007, h.7) menitikberatkan pengertian kelompok pada penghargaan dari kelompok terhadap individu-individu yang terlibat di dalamnya.Lain halnya yang dikemukakan oleh Brigham (Walgito, 2007, h.8) yang memandang kelompok memiliki interaksi, pengaruh, serta tujuan bersama.Dari berbagai definisi diatas dapat ditarik gambaran bahwa keterlibatan individu dalam kelompok sebagain besar berdasarkan pengalaman emosi (persepsi, penghargaan, dan pengaruh).Dapat dikatakan komunitas adalah sekelompok individu yang terlibat secara emosi.Melalui media sosial, aktivitas pengungkapan diri (penghargaan, pengaruh, dan persepsi) dapat dilakukan tanpa hambatan psikologis, karena sifatnya yang tidak bertatap muka.Turnomo Rahardjo dalam Komunikasi 2.0 (2011, h.14) mengatakan 6 Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.1 No.1 2012
2012
dalam media sosial penetrasi sosial seperti layaknya dalam jalinan komunikasi antar pribadi, dari tahapan orientation menuju stable exchange bisa berjalan intensif.Sehingga komunikasi melalui media sosial memungkinkan para penggunanya dapat menciptakan solidaritas sosial. Sebuah potret menarik yang diungkapkan oleh Rhenald Kasali (2011) tentang interaksigenerasi muda saat ini dengan teknologi informasi, dimana segerombolan anak-anak perempuan minta dilayani hairdresser terkemuka di Pondok Indah Mall. Dalam sekejap salah seorang anak sudah menggoogling dengan perangkat I Padnya sambil berkata “Aku mau rambutku seperti ini, Gossip Girl,” tidak lama kemudian salah satu temannya dengan perangkat I Phonenya menunjukan gambar Lady Gaga sambil berkata,”Kalau aku pengen seperti ini!”. Mereka adalah bagian dari komunitas global dan dikenal dengan sebutan Gen C (ConnectedGeneration). Penelitian Dan Pankraz (Australia) C disini bisa disebut content, connected, digital creative, cocreation, customize, curiousty, dan cybrog. Kasali menambahkan C tersebut dengan chameleon(bunglon), karena terekspos terus menerus oleh jaringan informasi, maka ia pun cepat berubah, constanly changing, persis seperti bunglon (2011, h. 29-30). Kondisi inilah yang sulit dijangkau oleh periklanan tradisional (media tradisional) yang dimana perencanaan dan penayangannya dibuat untuk kurun waktu satu tahun atau minimal 6 bulan.Sedangkan Generation C
Tranformasi Media Periklanan dalam Sosial Media (Analisis Iklan pada Fan Page Facebook WRP) | Ilhamsyah
mungkin sudah berubah-ubah sekian ratus kali dalam jangka waktu tersebut. Mereka dibentuk oleh content dan sangat addicted (kecanduan) dengan media sosial. Hidupnya dari detik ke detik ada didepan jaringan sosial digital tersebut. Sebagai gambaran di Indonesia pada akhir 2008 pengguna internet mencapai 24,5 juta orang, dan 15 juta orang diantaranya mengakses lewat mobile device. Data dari persahaan selular XL sepanjang tahun 2009 pengguna internet boardbrand meningkat 269 persen bila dibanding tahun 2008 (Kasali, 2011, h. 35).Selain itu mereka cenderung narsis, multi tasking, dan partisipatif. Internet sudah menjadi gaya hidup karena internet menjadi pilihan penting dalam kehidupan masyarakat urban. Ia telah mengisi waktuwaktu kosong setiap generasi, sejak bangun pagi sampai tidur. Entah diperjalanan, dirumah, di kantor, dan di tempat-tempat rekreasi. Ia telah mengambil porsi waktu dan membentuk perilaku seseorang. 5. Peran Media dalam Page Facebook WRP WRP sebagai salah satu produk susu penurun berat badan (weight loss) turut memanfaatkan jejaring sosial facebook dalam menawarkan kelebihan produknya. WRP dengan taglinenya ‘Sure You Can Do’ meluncurkan program Sure You Can Do Challenge melalui akun facebooknya. Sure You Can Do Challenge adalah program WRP yang menantang peserta, pengguna facebook yang terkait (link) dengan akun facebook WRP melalui tombol ‘Like’, 7 Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.1 No.1 2012
2012
untuk dapat menurunkan berat badan dengan waktu yang telah ditentukan.Syarat yang harus dilakukan oleh peserta berat badan yang dicapai adalah berat badan ideal, treatment penurunan berat badan sesuai instruksi WRP, dan dalam prosesnya menggunakan produk-produk WRP.Saat program ini diluncurkan pengguna facebook yang meng-like halaman WRP berjumlah 9.293 peserta, sedangkan follower di twitter mencapai 58.163 orang. Selain itu pula dalam setiap kesempatan, baik dalam facebook, twitter, maupun websitenya, WRP selalu memberikan berita, tips, cara mengukur tubuh ideal, dan penjelasan kegunaan serta kelebihan dari produkproduk WRP. Dengan kelebihan media sosial, WRP dapat memanfaatkan para pengguna akun facebook tidak hanya sebagai pemirsa (konsumen) tetapi sekaligus berperan memproduksi berita. Dapat dibayangkan satu informasi dapat tersebar kembali dengan sebaran yang sangat banyak, atau yang dikatakan oleh Jandy E. Luik dalam Komunikasi 2.0 (2011. h:113) dengan istilah one to many. Pembahasandari kajian ini adalah penggunaan media sosial sebagai alat menyampaikan pesan persuasif pemasaran sebuah produk.Seperti yang telah diungkapkan dalam pengertian komunitas sebagai sekelompok individu yang terlibat secara emosional, dan orangorang yang terlibat dalam media sosial membentuk komunitas-komunitas salah satunya komunitas facebook. Meminjam pernyataan Martin Lindstorm dalam bukunya Buy-ology (2011) yang
Tranformasi Media Periklanan dalam Sosial Media (Analisis Iklan pada Fan Page Facebook WRP) | Ilhamsyah
mengatakan bahwa keputusan pembelian terutama produk bermerek berdasarkan pikiran emosional (2011, h. 22), dapat disimpulkan bahwa media sosial facebook merupakan tempat yang ideal untuk menyiarkan pesan persuasi yang melibatkan pikiran emosional. Sesuai pula dengan yang telah diungkapkan oleh Kartajaya di atas, komputer dan komunikasi dalam teknologi informasi telah menjadikan pelanggan semakin emosional. Kartajaya menambahkan, ads clutter alias banjir iklan sudah demikian merepotkan pelanggan, dan menghasilkan noise membuat pelanggan menjadi binggung. Karena kebinggungan itu maka pelanggan menutup diri dari iklan lalu memanfaatkan masukan dan nasihat teman atau orang-orang terdekat dalam memfilternya.Hal ini menjadikan word of mouth ini menjadi tumbuh subur dan menjadi alat promosi yang ampuh (Ries, 2003, h. xi). Selain itu menurut penelitian Lindstorm (2011. h: 46) pemirsa akan memiliki ingatan kuat terhadap merek apabila merek tersebut ikut terintegrasi dalam alur cerita. Lindstorm memberi contoh sebuah penelitian yang ia lakukan terhadap pemirsa setelah menyaksikan film E.T., Elliot sang pemeran utama memanfaatkan permen Reese’s Pieces sebagai penarik perhatian E.T. agar mau keluar dari hutan. Hasil penelitian tersebut menunjukan pemirsa memiliki ingatan kuat terhadap merek Reese’s Pieces. Hal ini berlaku pula pada WRP yang menempatkan produknya terintegrasi dalam program Sure You Can Do 8 Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.1 No.1 2012
2012
Challenge, serta menjadi poin penting dari program pelangsing badan tersebut. Selain itu penggunaan media sosial memudahkan proses penekanan keberadaan merek di benak konsumen, karena interaksinya dilakukan secara terus-menerus dan saling berkaitan. Dalam kajian mediamorfosis, media sosial merupakan bentuk bagian dari sebuah sistem yang saling terkait, baik sifat medianya maupun hubungan dengan media-media terdahulu (televisi, radio dan koran). Jadi membahas media sosial tidak bisa hanya bergerak dari satu sisi saja, akan tetapi harus mempelajari sistem komunikasinya secara menyeluruh. Dengan demikian akan muncul kesamaan dan hubungan yang ada antara bentukbentuk yang muncul dimasa lalu (media tradisonal), masa sekarang (internet), dan yang sedang dalam proses kemunculannya (Web 2.0) (Fidler, 2003, h.35). Moriarty (2011, h. 347) mengatakan website (media sosial) adalah alat komunikasi yang mengaburkan perbedaan bentuk-bentuk komunikasi marketing, seperti advertising, marketing langsung, dan public relation. Dapat dikatakan media sosial harus dipandang menyeluruh sebagai bagian tersendiri dari media komunikasi secara umum, yang memiliki sifat-sifat dari media yang telah ada (televisi, radio, dan koran). Namun Fidler dalam Mediamorfosis (2003) memiliki keyakinan bahwa media tradisional tidak akan mati, akan tetapi terus berkembang dan beradaptasi. Hal ini juga menggambarkan akibat wajar yang penting dalam prinsip metamorfosis, media konvensional harus berubah dalam
Tranformasi Media Periklanan dalam Sosial Media (Analisis Iklan pada Fan Page Facebook WRP) | Ilhamsyah
menanggapi kehadiran medium baru, atau satu-satunya pilihan lain adalah mati (2003, h.35-36).
6. Analisa dan Kesimpulan Dalam kajian gaya hidup, WRP memanfaatkan media sosial sebagai medium untuk membentuk personalitas, gaya, citra, dan cara differensiasi status sosial yang berbeda antara satu anggota facebook dalam lingkungan sosialnya (online maupun offline). Personalitas wanita aktif sehat serta menarik coba dibangun dengan memanfaatkan WRP dengan menampilkan pemenang kontes tersebut beserta profesinya. Citra bahwa untuk menurunkan berat badan adalah sebuah usaha yang sulit, dibentuk terkesan bukan impian dengan kalimat “…Dulu impian, Sekarang kenyataan…”.Penghargaan individu yang langsing dan menarik didalam kelompoknya (online maupun ofline) menunjukan rekayasa konsumer oleh WRP dalam sebuah sistem kapitalis (Piliang. 2011). Hal ini menjadi menarik karena seperti yang diungkapkan oleh Hermawan Kartajaya dalam New Wave Marketing (2008) bahwa pasar telah menjadi datar akibat pergerakan internet 2.0, tidak ada perbedaan antara marketer dan customer karena mereka telah berbaur dalam jejaring sosial (media sosial). Beliau pun mengatakan teknologi Web 2.0 mengubah internet bersifat interaktif dan dinamis, individu dapat dengan mudah mengekspresikan dirinya, melakukan 9 Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.1 No.1 2012
2012
networking, berkolaborasi, berpartisipasi dalam sebuah aktifitas, dan banyak lagi (Kartajaya. 2008. h:6). Namun gambaran di atas menunjukan posisi marjinal yang kuat tetap menekan konsumen, dengan menggunakan pencitraan langsing sehat dengan cara yang sangat halus. Disebut sangat halus karena pesan persuasi yang dibenamkan kepada konsumen datang sebagai teman, walaupun data yang disampaikan sangat rasional (cara melangsingkan tubuh) hal itu akan memacu pikiran emosional pemirsa. Karena penggambaran tubuh langsing pada tampilan iklan WRP di facebook (Picture wall) membangkitan pesan yang sangat emosional, ingin dihargai, percaya diri, seksi, dan menarik hati. Martin Lindstorm menjelaskan dalam Buy-ology (2011) bahwa dalam otak kita terdapat neuro cermin, yaitu bagian otak yang bertugas merespon tingkah laku kita yang meniru orang lain tanpa sadar. Neuronneuron cermin ini bisa menjelaskan mengapa ketika kita tersenyum saat melihat orang lain gembira, atau perasaan ingin menguap ketika melihat orang lain menguap.Hal ini pula dapat menjelaskan mengapa ada dalam diri kita untuk memiliki tubuh ideal, sesuai dengan yang ditampilkan pada visual iklan WRP di wall facebook.Sesungguhnya neuron-neuron cermin tidak saja membantu kita meniru tingkah laku orang lain, tetapi bertanggung jawabterhadap rasa empati manusia (2011, h. 54-56).Selain itu pesanpesan persuasi yang terbentuk dari aktifitas pembicaraan di wall facebook, menggiring pemirsa meyakini klaim dari
Tranformasi Media Periklanan dalam Sosial Media (Analisis Iklan pada Fan Page Facebook WRP) | Ilhamsyah
2012
WRP adalah klaim yang jujur dan kuat, karena endorsement datang dari mereka
sendiri (anggota komunitas facebook dan WRP).
DAFTAR PUSTAKA:
Kartajaya, Hermawan. 2008. New Wave Marketing: The World is Still Around, The Market is Already Flat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Moriarty, S., Mitchell, N. & Wells, W. 2011.Advertising. Jakarta: Kencana Lindstrom, M. 2011. Buy-Ology Rahasia di Balik Keputusan Membeli. Jakarta: Elex Media Komputindo Kasali, R. 2011. Cracking Zone. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Ries, Al., Ries, Laura. 2003. The Fall of Advertising &The Rise of PR. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Hamidati, Anis., dkk. 2011. Komunikasi 2.0: Teoritisasi dan Implikasi. Yogyakarta: ASPIKOM Walgito, Prof. Dr. Bimo. 2007. Psikologi Kelompok. Yogyakarta: Penerbit ANDI
10 Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.1 No.1 2012
Fidler, Roger. 2003. Mediamorfosis: Memahami Media Baru. Yogyakarta: Bentang Budaya http://female.kompas.com/read/2010/03 /27/19495920/Sure.You.Can.Do.Challenge .dari.WRP.Diet.Center. (18 Oktober 2011) www.wrp-diet.com (17 Oktober 2011) www.facebook.com/WRPdiet (17 Oktober 2011)