TRADISI SAMRAH PADA PESTA PERNIKAHAN OLEH KETURUNAN ARAB DI KELURAHAN LIMBA B KECAMATAN KOTA SELATAN
Penulis : Anisa Ibrahim NIM : 341 410 043
JURUSAN PENDIDIKAN SENI DRAMA TARI DAN MUSIK FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2014
1
2
TRADISI SAMRAH PADA PESTA PERNIKAHAN OLEH KETURUNAN ARAB DI KELURAHAN LIMBA B KECAMATAN KOTA SELATAN Oleh Anisa Ibrahim Zulkipli, S.Pd, M.Sn Ipong Niaga, S.Sn, M.Sn
ABSTRAK Samrah merupakan salah satu tradisi kebudayaan Arab yang kini telah berkembang pada sebagia nmasayarakat gorontalo keturunan Arab. Samrah adalah tradisi berbentuk tarian yang dilaksanakan pada malam pacar oleh keturunan Arab. Malam pacar adalah malam yang dilakukan oleh keluarga dari masing-masing kedua mempelai di rumah calon mempelai pria dan wanita. Malam itu biasanya diisi dengan kesenian Burdha di rumah mempelai wanita dengan menghias tangan calon pengantin putri menggunakan Hena (KutekPacar), Burdha ini diiringi dengan membaca shalawat nabi, sebaliknya di rumah mempelai pria akan dilaksanakan Samrah dalam arti mempelai pria bahagia akan melepas masa lajangnya. Dengan melihat fenomena ini peneliti merumuskan masalah yakn iuntuk mengetahui bentuk penyajian Samrah pada pesta pernikahan oleh keturunan Arab. Oleh karena itu peneliti menggunakan penelitian kualitatif bersifat deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data peneliti menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Dimana seluruh data yang tersedia yang didapatkan dari hasi observasi, wawancara dan dokumentasi selanjutnya disimpulkan agar dapat mengetahui bentuk penyajian samrah pada pesta pernikahan keturunan Arab di kelurahan Limba B. berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan adanya suatu aturan yang menjadi ketetapan pada proses pelaksanaanSamrah. Kata Kunci :Tradisi Samrah, BentukPenyajian.
3
PENDAHULUAN Gorontalo merupakan daerah yang kaya akan kebudayaan dan adat istiadat. Keanekaragaman kebudayaan di Gorontalo tidak terlepas dari terciptanya berbagai kesenian, khususnya kesenian yang dapat pengaruh dari kebudayaan asing. Pada kesenian yang mendapatkan pengaruh kebudayaan asing, terdapat perpaduan kebudayaan yaitu kebudayaan asing sebagai pembawa dan kebudayaan Gorontalo sebagai penerima. Diantara berbagai kebudayaan asing yang berakulturasi dengan kesenian Gorontalo yaitu Kesenian Arab. Orang Arab belum diketahui jelas kapan pertama kali masuk di Gorontalo. Namun berdasarkan wawancara dengan seseorang yang bernama Muzna Djibran, berumur 76 tahun yang merupakan salah satu penduduk kelurahan Limba B dan juga mengetahui tentang tradisi Samrah berkembang di Gorontalo, beliau mengatakan bahwa kakeknyalah yang pertama datang di Gorontalo. Pada tahun 1820 Syarifi Taha Al-habsyi yang berasal dari Hadramaut yang merupakan salah satu provinsi di negara Yaman, datang ke Gorontalo dengan tujuan berdagang. Disamping berniaga para pedagang Arab juga memainkan musik dan menari untuk mengundang ketertarikan masyarakat Gorontalo. Salah satu kebudayaan yang dibawakan oleh mereka yaitu Samrah. Kebudayaan ini memiliki peranan dalam terjadinya proses akulturasi antara kebudayaan Arab dan Gorontalo. Dapat terlihat diantaranya pada seni musik dan seni tari dana dana yang jenis musiknya melayu dan juga
4
ada beberapa gerakan seperti langkah-langkah kaki dan juga tepukan tangan yang hampir memiliki persamaan dengan gerak Samrah. Kedatangan kaum Hadramaut ke Gorontalo yang menyebabkan persentuhan kebudayaan, kemudian menyebabkan hasil seni dan budaya Arab tersebar di Gorontalo. Kemunculan Samrah di Gorontalo bukanlah hal yang disengaja, pada dasarnya Samrah merupakan pelengkap dari permainan Oud (gitar gambus) dan Dumbuk yang merupakan alat musik tradisional Hadramaut. Ketika pedagang Hadramhi menetap di Gorontalo mereka selalu membawa dan memainkan oud dan Dumbuk. Pada dasarnya, mereka memainkan kedua instrument musik ini sebagai cara untuk menghibur diri dan mengenang kampung halaman mereka. Perasaan gembira selalu muncul ketika mereka memainkan oud dan Dumbuk, sehingga sambil mendendangkan lagu secara tidak sadar mereka mulai menari-nari gerak Samrah ini mengikuti alunan irama musik. Kelurahan Limba B merupakan salah satu kelurahan yang ada dikecamatan Kota Selatan yang masih menggunkan tradisi kebudayaan Arab yaitu Samrah. Adapun tujuan mereka membawa dan mengembangkan tarian ini di Gorontalo yang pertama untuk menjalin tali silaturahmi khususnya diantara sesama pedagang muslim, tujuan kedua yaitu gerakannya yang unik desertai dengan lompatan kecil yang disesuaikan dengan bunyi instrument pada alat musik oud dan Dumbuk yang terdengar asing oleh sebagian masyarakat Gorontalo, sehingga mengundang ketertarikan masyarakat Gorontalo yang ada di kelurahan Limba B.
5
Oleh karena itu, pada tahun 2010 mulailah terbentuk grup Samrah Assamar yang dibentuk oleh sekumpulan orang Arab yang tergabung dalam grup tersebut, dengan tujuan untuk memperkenalkan Samrah pada masyarakat Gorontalo, sehingga adat kebudayaan Arab akan terus berkembang dan tidak punah. Grup ini memperkenalkan tradisi keturunan Arab ini dengan hiburan musik berupa tarian dan nyanyian, yang nyanyiannya tersebut bermakna cinta beirisi nasehat-nasehat dalam perkawinan. Sebagian dari masyarakat yang ada di Kelurahan Limba B berasal dari keturunan Arab dan mereka masih melaksanakan dan mempertahankan tradisi Samrah pada pesta pernikahan oleh keturunan Arab. Pada dasarnya bagi keturunan Arab bentuk pertunjukan Samrah dilaksanakan pada pesta pernikahan dan maulid nabi, namun di Gorontalo Samrah digunakan pada pesta pernikahan dan juga hajatan seperti,ulang tahun, sunatan, sebagai hiburan untuk mengundang ketertarikan masyarakat Gorontalo dalam pementasan Samrah ini. Pelaksanaan Samrah pada pesta pernikahan berbeda dengan pada acar hajatan seperti,ulang tahun, sunatan, syukuran, pada pesta pernikahan terdapat tradisi Handolo yaitu malam melepas masa lajang bagi mempelai pria. Hal ini yang menjadi dasar pertanyaan yaitu bagaimana bentuk penyajian Samrah pada pesta pernikahan oleh keturunan Arab di Kelurahan Limba B Kecamatan Kota Selatan ?
Tradisi
6
Tradisi yang berasal dari kata traditium pada dasarnya berarti segala sesuatu yang diwarisi dari masa lalu. Tradisi merupakan hasil cipta dan karya manusia objek material, kepercayaan, khayalan, kejadian, atau lembaga yang diwariskan dari suatu generasi ke generasi berikutnya, (Sal Murgiyanto, 2004 : 2). Bentuk penyajian tari Menurut Hadi (2003:36) menjelaskan bentuk adalah wujud diartikan sebagai hasil dari berbagai elemen-elemen atau unsur yang saling berkaitan yang dapat dilihat dan dinikmati. Pendapat lain dikemukakan oleh Djelantik (1999:14), bentuk merupakan unsur-unsur dasar susunan pertunjukan. Unsurunsur penunjang yang membantu bentuk itu dalam mencapai perwujudan yang khas dalam seni tari meliputi: penari, pemusik, kostum dan rias, tari yang disajikan, tempat pertunjukan, serta penonton. Menurut
(Djelantik,1999:63),
penyajian
merupakan
bagaimana
kesenian itu disuguhkan kepada yang menyaksikannya, baik itu penonton, para pengamat, khalayak ramai pada umumnya. Sedangkan unsur yang berperan dalam penyajian adalah: bakat, keterampilan, serta sarana atau media. Smith (1985:19) ada tiga jenis penyajian yaitu Representatif, Non representative, dan simbolis. Penyajian secara representasional adalah mengungkapkan gerak dalam tari persis seperti kehidupan nyata atau menirukan
aslinya.
Non
representative
yaitu
gerakan
yang
tidak
menggambarkan suatu pengertian tertentu, namun pada garapan-garapan non
7
representative banyak menggunakan gerak murni, sedangkan simbolis yaitu mengungkapkan tari dengan menggunakan simbol-simbol atau menambahkan gerak-gerak yang unik dan tidak nyata. Tari Komunal Menurut I Wayan Dibia dalam bukunya Tari Komunal (2006:1), Tari komunal diadakan sesuai dengan budaya setempat dengan cara dan dalam konteks yang berbeda-beda. Ada yang mengadakannya untuk upacara-upacara yang berkaitan dengan adat dan kepercayaan. Namun tidak sedikit yang melaksanakannya sebagai suatu wadah rekreasi atau perayaan berbagai peristiwa yang bersifat sekuler. Lingkungan alam dan sistem sosial yang berbeda mengakibat kan bentuk dan fungsi tari komunal berbeda antara satu komunitas dengan komunitas lainnya.
METODE PENULISAN Metode penulisan yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deksriptif kualitatif. Pendekatan ini yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan penelitian dengan cara mengumpulkan data berupa kata-kata dan tindakan dari para pelaku Samrah. Latar penelitian di kelurahan Limba B kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo. Peneliti memilih sebagai lokasi penelitian, karena sebagian masyarakat di kelurahan Limba B kecamatan Kota Selatan berasal dari keturunan Arab dan banyak yang masih melaksanakan Samrah baik sebagai hiburan maupun sebagai upacara adat pernikahan bagi keturunan Arab. Teknik
8
pengumpulan data dilakukan lewat observasi, studi pustaka, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi penyajian data, reduksi data dan penarikan kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Bentuk penyajian Samrah Bentuk penyajian Samrah pada pesta pernikahan berbeda dengan penyajian Samrah pada pesta hajatan seperti ulang tahun,sunatan,dll. Pada pesta pernikahan terdapat tradisi Handolo yang merupakan malam untuk pengantin yang bahagia akan melepas masa lajangnya, sedangkan pada pesta hajatan lainnya tidak ada Handolo. Tempat pertunjukan pun dapat dilakukan diberbagai tempat, sesuai dengan acara yang bersangkutan.Dalam menarikan Samrah tidak ada batasan waktu, para penari bisa menampilkan tarian ini baik pagi, siang, sore, malam.Ada beberapa keunikan dari urutan bentuk penyajian Samrah, keunikan tersebut antara lain pelaku atau penari, gerak, iringan, rias dan busana, formasi atau pola lantai dan durasi penyajiannya. Urutan penyajian Samrah Penyajian Samrah ada yang dimulai dari tahlilan terlebih dahulu dan ada juga yang tidak mengadakan tahlilan sesuai kesepakatan dari pihak keluarga.Tahlilan ini dilaksanakan sebelum malam pacar dimulai, diartikan sebagai memohon restu untuk para kakek/nenek, atau saudara yang lebih tua yang telah meninggal. Setelah tahlilan para tamu undangan dipersilahkan untuk menikmati hidangan yang tersedia, berupa makanan khas orang
9
keturunan Arab.Kemudian dilanjutkan dengan acara Malam Pacar yaitu dengan tradisi Samrah, semua pelaku Samrah memasuki arena pertunjukan. Kemudian akan datang salah salah seorang anggota keluarga calon mempelai pria dan mempersilahkan pementasan Samrah tersebut untuk segera dimulai. Mulailah mereka menarikan gerakan awal yakni gerak Sarah, Zafin, Zahefe.diiringi dengan lagu bersyairkan Arab. Mereka menari secara bergantian, disamping itu para penari akan mengajak beberapa dari penonton atau para tamu undangan untuk diajak berpartisipasi dalam pementasan Samrah, cara mereka mengajak dengan menarik tangan penonton/tamu undangan sambil terus bergoyang agar penonoton juga ikut terhibur dan ingin segera maju dan ikut bergoyang sesuai dengan gerakan yang diketahui oleh penonton/tamu undangan (gerakan bebas). Samrah termasuk pada tari komunal dapat dilihat pada pementasan-pementasan Samrah biasanya dilakukan ketika orang-orang Arab berkumpul, dan bagi para pemuda Arab yang belum menikah diharuskan berpartisipasi dalam Samrah tersebut untuk meramaikan, agar pada pesta mereka nanti akan ada juga yang turut meramaikan. Jadi ketika ada pementasan Samrah pada pesta pernikahan para pemuda berketurunan Arab yang tinggal dikelurahan Limba B semua turun langsung dalam pementasan Samrah, walaupun mereka bukan merupakan anggota dari kelompok Samrah tersebut. Setelah menari ketiga gerakan Samrah, selanjutnya para penari akan melihat jam ketika jam sudah menunjukan pukul 23.00 pertanda pementasan Samrah akan segera ditutup dengan tradisi Handolo. Setelah itu mempelai pria
10
akan diundang duduk dalam arena pementasan Samrah yang beralaskan karpet dan calon mempelai pria akan dioleskan bedak dan juga akan disuap nasi kuning dan nasi putih dari pihak keluarga dan juga para pelaku Samrahsecara bergantian. Hal ini merupakanpermohonan restu pada kedua orang tua dan itu sudah merupakan tradisi keturunan Arab. Unsur-unsur pendukung penyajian Samrah a. Pelaku/pemain (penari) Pelaku Samrah terdiri dari : 1.
Penari Samrah sebanyak 10 atau 15 orang, terdiri dari laki-laki semua. Karena Samrah merupakan tradisi yang dilakukan pada acara Malam Pacar untuk calon mempelai pria, maka penari Samrah diharuskan laki-laki.
2.
Pemain gambus 1 orang
3.
Pemain Biola 1 orang
4.
Dumbuk 1 orang
5.
Pemain Darbuka 2 orang
6.
Pemain Tam-tam 1 orang
7.
Pemain Tamborin 1 orang
8.
Pemain Marawis 4 orang
9.
Pemain Suling 1 orang
10. Pemain Gitar (bass) 1 orang 11. Pemain Keyboard sebagai pelengkap 1 orang b. Gerak
11
Gerak-gerak Samrah berasal dari gerak-gerak motif yang dikembangkan oleh penari/pelaku. Gerakan tariannya memiliki unsur improvisasi, spontanitas, ada juga gerakan yang dipengaruhi oleh gerak tari Zafin (salah satu tarian yang berasal dari Arab (Timur tengah), kemudian dirangkai serta disusun sedemikian rupa, sehingga tarian tersebut terlihat menarik. Gerak Samrah tidak memiliki hitungan tetapi disesuaikan dengan tempo alat musik yang dimainkan.Gerakannya juga dilakukan sesuai luasnya arena pentas. Penyajian Samrah dilakukan dengan memberikan jedah disamping menunggu para penari yang akan maju untuk bergoyang, dari awal tarian dimulai hingga akhir pertunjukan dan semua penari melakukan gerak secara bergantian dari dua penari, empat, sampai enam orang penari, bahkan bisa lebih dari itu jika ada dari penonton atau para tamu undangan yang merasa terhibur dan ingin berpartisipasi pada tarian tersebut. Ciri khas gerakan Samrah terlihat pada gerakan-gerakan kaki yang sesuai dengan ritme dan dipertegas bentuk tariannya oleh para penari, gerakan Samrah dilakukan sesuai ritme atau pukulan musik tanpa hitungan.Tetapi, bagi yang baru pertama kali ingin belajar tari Samrah ini, maka gerakannya dapat dihitung oleh penari itu sendiri. Gerakannya pun lebih banyak menggunakan level sedang dan satu level bawah yang terdapat pada gerak Zafin. Samrah memiliki tiga gerakan dapat dijabarkan sebagai berikut : 1.
Sarah yang artinya pelepasan , yang dimaksud dari nama gerak ini
yaitu melepas masa lajang calon mempelai pria. Gerak Sarah dilakukan
12
untuk mengarak pengantin. Gerakan ini merupakan gerakan cepat yang ditarikan oleh dua orang penari. 2.
Zahefe yaitu tamu, yang dimaksud dengan tamu pada gerakan ini
yaitu diartikan sebagai perkumpulan dalam menjalin silaturahmi. Gerakannya berputar-putar dengan hentakan kaki untuk membangkitkan semangat, gerakan ini dilakukan berbentuk lingkaran yang ditarikan oleh tiga orang penari. 3.
Zafin diartikan sebagai menari, menendang, dan menyepak. Tarian
yang digambarkan dari kata Zafin pun lebih menitikberatkan pada gerak kaki penari. Bahkan gerakan kaki pada Zafin menjadi ciri utama dari gerakan tersebut. Gerak Zafinlambat tapi bervariasi yang dilakukan oleh dua orang. Setelah melakukan tiga gerakan Samrah di atas , maka akan ditutup dengan tradisi Handolo : Handolo Handolo/hanuwluw (Malam angkat) dilakukan pada malam pacar sebelum akad nikah ,dalam tradisi Arab malam ini diartikan sebagai malam bersenang-senang untuk menghilangkan rasa gugup pada calon mempelai pria yang akan melangsungkan prosesi akad nikah pada esok hari. Selain itu malam handolo juga diartikan untuk melepas masa lajang calon mempelai pria. Dalam tradisi orang arab bahwa pada malam handolo calon mempelai pria akan dipakaikan Laka/hena, dan Laka/hena yang digunakan yaitu bukan hanya laka hias, tetapi laka daun yang di
13
tumbuk dan diberi sedikit air kemudian dipakaikan pada kedua telapak tangan dan kaki calon mempelai pria. Karena pada sekarang ini Laka/hena daun sudah jarang ditemukan, maka para keturunan Arab menggantinya dengan mengoleskan bedak pada wajah calon mempelai pria. c. Musik pengiring Samrah pertama kali diperkenalkan oleh keturunanArab diiringi dengan tiga alat musik yaitu gambus, gendang, dan biola,seiring dengan berkembangnya zaman Samrah telah mengalami penambahan alat musik yaitu marwas, suling, dumbuk, tam-tam, dan tamborin dan ditambah dengan alat musik keyboard.Dengan penambahan alat musik ini menjadi terdengar lebih bervariasi, sehingga bisa lebih menarik perhatian para penonton yang baru mengenal tradisi kebudayaan Arab yaitu Samrah. d. Tata kostum dan tata rias Secara umum, dalam sebuah pertunjukkan ada perlengkapan yang tidak boleh dilupakan seperti, kostum, tatarias, dan panggung pertunjukan. Pada Samrah tidak ada busana/kostum khusus yang dikenakan oleh para penari, mereka bebas menggunakan kostum apapun , namun harus tetap terlihat rapi dan sopan di mata para penonton Samrah. Biasanyadalam mempertunjukan Samrah ini para penari menggunakan kostum yang ada unsur budaya Arab. Kostum yang digunakan pada Samrah aslinya menggunakan gamis,baju kokoh, sarung, dan kopiyah.Namun sekarang ini seperti yang peneliti lihat secara langsung bahwa busana yang digunakan oleh penari bebas dan rapi seperti menggunakan kemeja, kaus, kemudian
14
dengan pakaian bawahnya memakai celana jeans atau celana kain. Karena pada dasarnya penari Samrah terdiri dari laki-laki semua maka tatarias tidak menjadi hal yang harus diperhatikan, para penari memakai rias secukupnya dan tidak berlebihan. Penggunaan rias ini sebagai efek agar penari tidak terlihat pucat dan terlihat lebih segar.
e. Tempat pelaksanaan Tempat pelaksanaan di laksanakan di rumah pengantin pria pada acara malam pacar, tepatnya pada halaman rumah atau panggung yang telah di sediakan, yang di awali pada pukul 20.00atau 21.00 sampai selesai. Tempat pertunjukan Samrah ini bisa menggunakan panggung bisa tidak menggunakan panggung. Tempat pelaksanaannya berbeda-beda tempat karena harus di sesuaikan dengan acara yang di pentaskan. Dengan demikian dapat disimpulkan, jika di lihat dari bentuk penyajian Samrah yang di lakukan pada acara hajatan dan Perkawinan ada perbedaan dari segi, syair, dan gerak.Hal ini terjadi karena di sesuaikan dengan acara yang di lakukan.Acara
hajatan seperti ulang tahun,
syukuran,syair yang dibawakan hanya berupa lagu-lagu Arab yang tidak bermakna cinta. Jadi dalam setiap acara dilantunkan akan berbeda. Sedangkan dari segi gerakan pada acara pernikahan ditutup dengan Handolo dan pada acara hajatan lainnya tidak ada tradisi Handolo hanya melakukan gerak Sarah, Zahefe, Zafin.
15
KESIMPULAN Samrah adalah salah satu tradisi arab berbentuk tarian, kini telah mengalami perkembangan baik dari segi gerak, alat musik, dan juga kostum yang digunakan oleh penari. Samrah biasanya dilaksanakan pada pesta pernikahan oleh orang Arab dengan tujuan untuk menghibur masyarakat serta mnghilangkan gugup pada calon mempelai pria yang akan melangsungkan Akad nikah pada esok hari. Selain dipentaskan pada acara perkawinan, Samrah juga sering dipentaskan pada acara hajatan, sunatan, ulang tahun, syukuran. Samrah memiliki tiga gerakan yaitu Sarah yaitu gerakan cepat yang ditarikan dua orang penari, Zahefe yaitu, gerakan berputar-putar berbentuk lingkaran yang ditarikan tiga orang penari, Zafin yaitu gerakan lambat yang ditarikan dua orang penari. Gerakan Samrah tidak memiliki hitungan tetapi disesuaikan dengan ritme/pukulan pada alat musik. Pelaku-pelakunya berbeda-beda dalam setiap acara yang di pentaskan, hal ini di sebabkan karena anggota kelompok Samrah cukup banyak. Kostum dan tata rias yang di gunakan sangat sederhana yaitu bisa menggunakan baju kokoh dan sarung, ada juga yang memakai pakaian bebas rapi. Tempat pertunjukan pun dapat dilakukan diberbagai tempat, sesuai dengan acara yang bersangkutan.
DAFTAR RUJUKAN Murgiyanto, Sal. 2004. Tradisi dan Inovasi beberapa masalah tari di Indonesia.Jakarta: Wedatama Widya sastra.
16
Dibia, I Wayan. 2006. Tari Komunal: Buku Pelajaran Nusantara.Jakarta: Lembaga Pendidikan Seni Nusantara (LPSN).
Kesenian
Djelantik, A.A.M. 1999. Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Sedyawati, Edi,dkk. 1986. Pengetahuan Elementer Tari Dan Beberapa Masalah tari. Jakarta: Direktorat kesenian proyek pengembangan kesenian Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Hadi, Sumandiyo. 2003. Aspek-As[ek Dasar Koreografi Kelompok. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher. Smith, Jacqueline. 1985. Komposisi Tari Sebuah Ptunjuk Praktis Bagi Guru.Yogyakarta: Ikalasti. J. Moleong, Lexy. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan.Jakarta: PT Bumi Aksara. Satori. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung: Alfabeta Sugiyono.2012.Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif Dan Kombinasi (Mixed Methods).Bandung: CV.Alfaberta.
17