TRADISI NGEMBLOK : FENOMENA PERNIKAHAN DINI DAN JANDA MUDA (Studi Kasus Desa Tegaldowo, Kec. Gunem, Kab. Rembang, Jawa Tengah)
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Oleh: TRIANA APRIYANITA NIM. 1111044100039
KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M
ABSTRAK
Triana Apriyanita. NIM 1111044100039. Tradisi Ngemblok : Fenomena Pernikahan Dini dan Janda Muda. ( Studi Kasus Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang Jawa Tengah). Konsentrasi Peradilan Agama Program Studi Hukum Keluarga Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 1436 H/ 2015 M. xi +75 halaman +40 halaman lampiran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tradisi Ngemblok yang merupakan faktor-faktor pendorong terjadinya pernikahan dini dan penyebab banyaknya janda muda di desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang Jawa Tengah. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan normatif, fenomenologis, dan sosiologis. Pendekatan normatif karena mengacu kepada peraturan perundang-undangan mengenai batasan umur pernikahan, fenomenologis karena memahami arti sebuah peristiwa pernikahan dini yang merupakan sebuah tradisi turun-temurun desa Tegaldowo dan pendekatan sosiologis karena penelitian tersebut merupakan sebuah studi kehidupan bermasyarakat yang hidup bersama dan saling bersosialisasi sebuah tradisi yang tidak akan pernah punah meski zaman semakin maju. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah faktor yang menyebabkan terjadinya pernikahan dini diantaranya adalah takut disebut perawan kasep persepsi mereka yang menyatakan” lebih baik menjadi janda muda daripada menjadi perawan tua yang tak laku” persepsi mereka yang menganggap bahwa sekolah tinggi tidak akan merubah kehidupan mereka dan yang lebih ditabukan karena mereka takut untuk menolak lamaran karena faktor adat. Adapun dampak dari pernikahan dini adalah terjadinya janda muda mereka memilih menjadi janda daripada harus menolak lamaran. Maka yang terjadi didesa Tegaldowo adalah banyaknya janda muda yang umurnya masih anak-anak bahkan pada umur 18 tahun sudah ada yang menikah dua kali dan hal itu kerap kali terjadi didesa Tegaldowo. Kata Kunci
: Pernikahan Dini. Ngemblok. Perawan Kasep.
Pembimbing
: Hj. Rosdiana M.A.
Daftar Pustaka
: Tahun 1969 s.d Tahun 2014
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah member cahaya Ilmu-Nya shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kehadirat Rasul pembawa cahaya Muhammad SAW. Di balik terselesaikannya skripsi dengan judul “ Tradisi Ngemblok : Fenomena Pernikahan Dini dan Janda Muda” (Studi Kasus Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang Jawa Tengah) penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Asep Saepudin JaharM.A.Phd. Selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak H. KamarusdianaS.AgM.H. Ketua Program Studi Ahwal alSyakhsiyyah dan Ibu Sri HidayatiM.Ag. Sekretaris Program Studi Ahwal al-Syakhsiyyah yang telah membantu penulis secara tidak langsung dalam menyiapkan skripsi ini. 3. Ibu Hj. RosdianaM.A. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu tenaga dan pikiran selama membimbing penulis. 4. Bapak Dr.H. Supriyadi Ahmad M.A. Dosen Pembimbing Akademik yang telah
meluangkan
waktunya
untuk
memberikan
bimbingan
dan
pengarahan selama penulis menempuh perkuliahan di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
vi
5. Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta atas ilmu yang diberikan kepada penulis semoga ilmu ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. 6. Drs. Ali Ahmadi Hakim Anggota Pengadilan Agama Kabupaten Rembang Bapak Abdul GhoniS.Ag. selaku penghulu Kecamatan Gunem Bapak Suntono Kepala Desa Tegaldowo bapak Nyono dan Bapak Bari selaku Kepala Dusun desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Bapak Mukhson selaku penghulu Kabupaten Rembang yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan pencarian data informasi terkait desa Tegaldowo Drs.H.M.MahmudiM.M selaku Kasi Bimas Islam yang telah membantu dan Mba Fika dari pihak Plan Indonesia yang telah memberikan informasi terkait kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini selesai. 7. Segenap pimpinan dan staff Perpustakaan Utama staff Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Nasional atas pelayanannya dalam melengkapi literature penelitian. 8. Ayahanda Tarmin dan Ibunda Jiyem tercinta serta keluarga besar yang telah memberikan dukungan baik moril materiil serta doa yang selalu dipanjatkan sehingga penulis diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Untuk teman seperjuangan Peradilan Agama Tahun 2011 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan semangat kepada
viii
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini sahabat sejati teman dikala senang dan bahagia yaitu Kamelia Sari Nadia Nur Syahidah Mujahidah Lilis Sumiyati Savira Maharani Andi Asyraf Rahmatullah Tiflen dan Hendrawan yang selalu menghadirkan kehangatan dan kebersamaan dalam berfikir dan berbuat serta perhatian dan kebaikan kalian semua tidak akan pernah terlupakan. 10. Terkhusus kak Mutia Assalamah Dessy Nur Fitriani, Burhanatut Dyana dan Tholhah Abdul Muiz terima kasih banyak atas dukungan dan doa yang diberikan serta semangat kepada penulis. 11. Dan semua pihak yang memberikan dukungan spiritual motivasi moril dan materiil hingga selesainya penelitian ini yang tidak bisa penulis satu persatu sebutkan. Dengan segala kelemahan dan kekurangan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca umumnya. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi setiap langkah kehidupan kita. Amiin.
Jakarta, 21 Mei 2015
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................. i PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................................ ii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI.................................................................... iii LEMBAR PERNYATAAN...................................................................................... iv ABSTRAK................................................................................................................. v KATA PENGANTAR.............................................................................................. vi DAFTAR ISI.............................................................................................................ix BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah............................................ 7 1. Pembatasan Masalah................................................................ 7 2. Perumusan Masalah................................................................. 7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...................................................... 8 1. Tujuan Penelitian..................................................................... 8 2. Manfaat Penelitian................................................................... 9 D. Review Studi Terdahulu................................................................ 9 E. Metode Penelitian........................................................................ 11 F. Sistematika Penulisan.................................................................. 14
ix
BAB II
TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERNIKAHAN DINI A. Pernikahan................................................................................... 16 B. Dasar Hukum............................................................................... 18 C. Rukun dan Syarat......................................................................... 23 D. Pernikahan Dini........................................................................... 26 1. Pengertian Pernikahan Dini................................................... 26 2. Sebab Terjadinya................................................................... 28 3. Pandangan Islam.................................................................... 29 4. Dampak Psikologis................................................................ 30 5. Dampak Terhadap Kualitas Keturunan................................. 32 6. Dampak Terhadap Kependudukan........................................ 34 7. Tingginya Angka Penceraian.................................................35
BAB III
SEKILAS TENTANG DESA TEGALDOWO KECAMATAN GUNEMKAB. REMBANG JAWA TENGAH A. Sejarah Singkat dan Letak Geografis.......................................... 36 B. Demografi Masyarakat................................................................ 37 C. Kondisi Sosial Masyarakat dan Perekonomiannya...................... 39 D. Kondisi Agama, Budaya dan Pendidikan.................................... 42 1. Agama.................................................................................... 42 2. Budaya (Adat Istiadat)...........................................................44 3. Pendidikan............................................................................. 48
x
BAB IV
HASIL DAN PENELITIAN A. Latar Belakang Terjadinya Ngemblok......................................... 51 B. Solusi Terhadap Pernikahan Dini dan Janda Muda..................... 56 C. Persepsi Masyarakat Tentang Tradisi Ngemblok dan Janda Muda............................................................................................ 59 D. Analisa Penulis............................................................................ 66
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan.................................................................................. 71 B. Saran-Saran.................................................................................. 72
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 72 LAMPIRAN
xi
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah bersatunya dua orang menjadi satu kesatuan yang saling membutuhkan, memberikan dukungan dan kesemuanya diwujudkan dalam kehidupan yang dinikmati bersama.1 Pernikahan juga dimaksudkan untuk bisa menahan pandangan mata dari hal-hal yang dilarang, menjaga kemaluan dan menjauhkan manusia dari bentuk-bentuk perbuatan yang tercela. Karena Islam melarang hubungan seksual di luar pernikahan, maka perkawinan melindungi setiap individu terhadap imoralitas dengan memberikan jalan keluar untuk menyalurkan nafsu alami dan menjamin keamanan fisik maupun emosional kedua pasangan suami istri yang bersangkutan.2 Tradisi pernikahan pun diterima oleh setiap agama, suku, bangsa, dan sekte walaupun menurut cara masing-masing, dikarenakan kebaikan yang banyak dari pernikahan tersebut. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan Bab I pasal 1 bahwa: “Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri, dengan
1
Nidya Ayu Kusuma Wardhani, “Self Disclosure dan Kepuasan Perkawinan Pada Istri di Usia Awal Perkawinan,” Calyptra; Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.1 No. 1, (Surabaya) 2012. h. 1. 2
Machnun Husein, Monogami dan Poligami Dalam Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2001) h. 24.
1
2
tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.” Perkawinan bertujuan agar setiap pasangan (suami-istri) dapat meraih kebahagiaan dengan pengembangan potensi mawaddah dan rahmah yang dapat melaksanakan tugas kekhalifahan dalam dan melalui sebuah ikatan perkawinan inilah diharapkan terwujud sebuah tujuan perkawinan yakni terciptanya kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah warahmah.3 Adapun tujuan berkeluarga adalah menciptakan wadah yang bersih sebagai tempat lahirnya sebuah generasi yang berdiri di atas landasan yang kokoh dan teratur tatanan sosialnya.Di mana setiap orang harus memikul tanggung jawab dan menunaikan kewajibannya.Maka dengan begitu masyarakat menjadi bertambah baik, sehingga mencapai kehidupan yang maju dan diridhai Allah.4 Sesudah pernikahan pun, dalam hidup berkeluarga cinta kasih inipun harus biasa terlihat oleh masing-masing kedua belah pihak, harus bisa memperkuat hubungan mereka melalui pengorbanan-pengorbanan diri. Maka hal-hal yang harus mendasari suatu perkawinan adalah sebuah tujuan dalam membentuk keluarga sejahtera, dan apabila sudah tercapai persamaan mengenai dasar-dasar
3
Huzaemah Tahido Yanggo, Fikih Perempuan Kontemporer, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 167. 4
Abduttawab Haikal, Rahasia Perkawinan Rasulullah “Poligami Dalam Islam vs Monogami Barat,”( Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1993) , h. 9.
3
pernikahan barulah mereka bisa mulai hidup berkeluarga dengan saling mengerti satu sama lain.5 Karena Islam tidak menentukan secara pasti batasan umur, maka yang dapat dijadikan ukuran adalah aqil balighnya seseorang.Apabila tidak ada hal-hal yang luar biasa yang dibenarkan oleh Agama, bagi seorang wanita maka sangat utama yaitu persetujuan orang tuanya (wali). Sebenarnya anak yang sudah dewasa maka ia telah mampu bertindak hukum dan menentukan pilihannya sendiri. Namun perkawinan merupakan masalah yang penting oleh karena itu bagi usia dibawah 21 tahun diperlukan izin orang tuanya. Apabila orang tua tidak ada, maka izin dapat diperoleh wali yang selama ini memeliharanya atau keluarga dalam garis keturunan ke atas.6 Dan jika dianalisis lebih jauh, peraturan batas usia perkawinan memiliki kaitan yang cukup erat dengan masalah kependudukan. Tidak dapat dipungkiri juga ternyata batas umur yang rendah bagi seorang perempuan untuk menikah mengakibatkan laju kelahiran lebih tinggi.maka pengaturan tentang batas usia untuk nikah sebenarnya sesuai dengan prinsip perkawinan yang menyatakan bahwa calon suami dan istri harus telah masak jiwa dan raganya. Karena
5
6
Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1976), h. 37.
Yayan Sopyan, ISLAM NEGARA “Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam Hukum Nasional,” (Jakarta: Rakyat Merdeka Books , 2012), h. 109.
4
semestinya pernikahan dini dihindari agar tidak membawa efek yang kurang baik, baik terutama bagi pribadi yang melaksanakannya.7 Dan yang terjadi pada masyarakat Desa Tegaldowo yang berpenduduk 4.912 jumlah penduduk yang tinggal di Desa tersebutdengan jumlah penduduk laki-laki 2.447 dan 2.465 jumlah penduduk perempuan. Mata pencaharian masyarakat mayoritas petani secara persentase petani mencapai 95% dari jumlah ini petani persil mencapai 75%.Sesuai data statistik rata-rata jenjang pendidikan yang mereka tempuh adalah lulusan SD (Sekolah Dasar) paling tertinggi yaitu SMP (Sekolah Menengah Pertama).8 Mereka mempunyai sebuah tradisi turun-temurun yaitu budaya Ngemblok (melamar sang gadis) yang menyebabkan terjadinya pernikahan dini bahkan banyaknya janda muda.Adapun tradisi pernikahan dini yang dilakukan oleh masyarakat Tegaldowo Kabupaten Rembang merupakan sebuah kekayaan budaya atau adat istiadatmasyarakat pegunungan Tegaldowo dan sekitarnya yang berlaku. Sebuah tradisi praktek perkawinan usia dini atau kawin paksa, masyarakat sekitarnya atas nama adat telah melestarikan praktek nikah dini tanpa peduli bahwa sebenarnya zaman telah berubah.
7
Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal TariganHukum Perdata Islam di Indonesia (Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih UU No 1/1974 sampai KHI)( Jakarta : Prenada Media, 2014) .h 71-72. 8
Buku Monografi Desa Tegaldowo Tahun 2014.
5
Tradisi Ngemblok “melamar anak gadis” merupakan tradisi turun-temurun yang terjadi pada masyarakat Desa Tegaldowo Kabupaten RembangJawa Tengah. Sebelum terjadi ngemblok biasanya didahului oleh tahapan awal yang bernama “ndhedheki” yaitu ketertarikan seorang pria kepada seorang wanita dengan cara pengumuman si pria akan mengumumkan kepada khalayak ramai bahwa wanita itu telah ditaksirnya. Dan berharap para pria yang menyukainya mengurungkan niatnya untuk menyukainya apalagi melamar sang gadis. 9 Dan setelah “ndhedheki”
maka apabila sang pria ingin menikahi wanita
tersebut meskipun belum cukup umur maka keluarga sang pria akan melakukan „Ngemblok‟ di mana orang tua sang wanita harus menerima lamaran sang pria dari pada anaknya harus menjadi „perawan tua‟ menurut kepercayaan masyarakat setempat. Dan ada lagi sebuah tradisi saat diadakannya perkawinan yaitu kesenian tayub apabila sang pria memberikan seekor kerbau maka wajib hukumnya untuk mengadakan kesenian tayub. Kesenian tayub itu membutuhkan biaya yang besar di mana tuan rumah harus mendatangkan ledek (penari pasangan wanita dan pria) dan menari bersama dan harus menghibur para penonton. Biasanya kesenian tayub diadakan mahal atau tidaknya tergantung ledeknya (penari) terkenal atau tidaknya dan saat kesenian tayub diadakan tidak segan-segan mereka meminum-minuman keras sampai mabuk dan menari bersama ledek. 9
h. 23-25.
Ditjen Bimas Islam Kemenag RI Jurnal Bimas Islam (Jakarta: Ditjen Bimas Islam 2013)
6
Bahkan dengan adanya tradisi Ngemblok dan praktek pernikahan dini menyebabkan angka perceraian di Desa Tegaldowo semakin meningkat, karena pernikahan dilaksanakan hanya karena tidak ingin menolak tawaran si pria karena “lebih baik menjadi janda muda”. Tradisi nenek moyang di Desa Tegaldowo menyebabkan persepsi masyarakat bahwa apabila menolak pinangan, maka akan menjadi perawan tua yang tak laku sehingga praktek pernikahan dini terjadi secara turun-temurun. Maka adat istiadat masyarakat Tegaldowo yang saat ini tidak sesuai dengan UU, secara psikologis pun merugikan masa depan calon mempelai atau dengan ketidaksiapan mereka terjadi hal-hal negatif dalam rumah tangganya dan tindakan memaksanya pun dikategorikan sebagai pelanggaran HAM dan sebagai bentuk kekerasan terhadap anak. Karena pedoman mereka dalam menjalani hidup adalah adat-istiadat peninggalan nenek moyang mereka yang berlaku secara turun temurun. Berangkat dari fenomena di atas pula yang akhirnya mendorong penulis untuk mengkaji lebih jauh dalam bentuk skripsi yang mungkin akan berimplikasi kepada kehidupan masyarakat mengenai pernikahan dini. Adapun judul yang penulis angkat: TRADISI NGEMBLOK: FENOMENA PERNIKAHAN DINI DAN JANDA MUDA (STUDI KASUS DESA TEGALDOWO, KEC.GUNEM, KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH )
7
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Identifikasi masalah mengenai pernikahan dini
yang terjadi dapat
menimbulkan masalah terutama bagi perempuan, adapun masalah yang terjadi akibat pernikahan dini seperti masalah pengetahuan mengenai hak dan kewajiban berumah tangga, faktor psikologis, kesiapan mental menjadi seorang istri dan ibu, kesiapan mental dari kedua belah pihak dalam membangun sebuah rumah tangga, rendahnya tingkat pendidikan dan sebagainya. Agar lingkup bahasannya tidak terlalu luas maka penulis membatasi penelitian hanya membahas tentang tradisi ngemblok yang menyebabkan terjadinya pernikahan dini dan janda muda.penulis ingin mengetahui bagaimana persepsi masyarakat sekitar pejabat yang berwenang dan tokoh adat disana mengenai tradisi ngemblok tersebut di Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang. 2. Perumusan Masalah Dalam UU Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 7 ayat 1 tentang Perkawinan, telah memberikan batasan usia bagi laki-laki dan perempuan yang hendak melangsungkan pernikahan yang menyatakan bahwa “Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun.” Secara normatif Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 6 ayat 2 mengisyaratkan usia yang
8
matang dalam perkawinan adalah umur 21 tahun, di mana pasangan calon mempelai yang belum mencapai umur 21 tahun harus mendapat izin kedua orang tua.10 Ketentuan ini dimaksudkan untuk mendapatkan kualitas rumah tangga dan keturunan yang baik, namun pada kenyataannya di Desa Tegaldowo Kabupaten Rembang banyak masyarakat yang melaksanakan pernikahan di bawah umur.Daerah tersebut mayoritas masyarakatnya melaksanakan pernikahan di bawah umur dikarenakan adanya kekurang pahaman UndangUndang tersebut serta kebiasaan atau adat yang berlaku di masyarakat. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penelitian tersebut dapat dirumuskan ke dalam beberapa pertanyaan: a. Apa makna sebuah pernikahan bagi masyarakat desa Tegaldowo Kec. Gunem Kabupaten Rembang Jawa Tengah ? b. Apa makna sebuah perceraian bagi masyarakat desa Tegaldowo Kec. Gunem Kabupaten Rembang Jawa Tengah ? c. Bagaimana fenomena tradisi ngemblok “melamar anak gadis” yang masih terjadi di Desa Tegaldowo, Kec. Gunem, Kabupaten Rembang Jawa Tengah?
10
Undang- Undang No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.(Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2004) h. 539.
9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Dengan menganalisis latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: a. Mengetahui makna sebuah pernikahan bagi masyarakat desa Tegaldowo Kec. Gunem Kabupaten Rembang Jawa Tengah. b. Mengetahui makna sebuah perceraian bagi masyarakat desa Tegaldowo Kec.Gunem Kabupaten Rembang Jawa Tengah. c. Mengetahui tradisi Ngemblok “melamar anak gadis “ yang masih terjadi penyebab terjadinya pernikahan dini dan banyaknya janda muda di desa Tegaldowo Kec. Gunem Kabupaten Rembang Jawa Tengah. 2. Manfaat penelitian Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat: a. Dapat memberikan informasi dan gambaran seputar khazanah keilmuan terhadap pernikahan dini dan segala bentuk permasalahannya terutama yang berkaitan dengan para pelakunya. b. Menambah literatur kajian tentang wacana pernikahan dini bagi para akademisi. c. Diharapkan sebagai kontribusi pengetahuan dan pemikiran bagi segenap pihak termasuk para pemangku kebijakan untuk menyusun langkah terbaik.
10
D. Review Studi Terdahulu Dalam penulisan skripsi-skripsi terdahulu, terdapat beberapa judul yang hampir mendekati judul ini, diantaranya: 1. Pernikahan Dini di Kecamatan Limo Depok (Studi Kasus Pernikahan Dini di Kecamatan Limo Depok). Fari Oka Lestari SJAS 2011 skripsi ini memaparkanbeberapa sebab dan akibat pernikahan dini di Kecamatan Limo Depok. 2. Pernikahan Dini Penyebab Putusnya Pendidikan (Studi Kasus Desa Cibitung Wetan Kec. Pamijahan Kab Bogor). Ahmad Fauzi Syahputra, SJAS 2012 Skripsi ini membahas pernikahan dini yang terjadi di Desa Cibitung pelaku pernikahan dini khususnya terjadi pada wanita sehingga berdampak pada putusnya pendidikan di bangku sekolah terjadinya pernikahan dini disebabkan oleh faktor ekonomi, dimana penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa skripsi yang penulis ajukan tidak sama sekali dengan skripsi diatas. Pada skripsi ini penulis meneliti tradisi ngemblok di Desa Tegaldowo yang menyebabkan terjadinya pernikahan dini dan janda muda yang merupakan tradisi turun-temurun dari nenek moyang mereka.Karena faktor ketidaksiapan mental mereka maka banyak terjadi perceraian di wilayah tersebut.
11
E. Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran atau menguji pengetahuan penulis dalam melakukan pendalaman secara kritis. Adapun jenis penelitian yang digunakan: 1. Jenis Penelitian Dilihat dari sudut pandang sifat yang dihimpunnya, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yaitu apabila jenis data dan analisa data yang digunakan bersifat naratif, dalam bentuk pernyataan-pernyataan yang menggunakan penalaran atau cara pandang seseorang. Dalam penelitian kualitatif peneliti berbaur menjadi satu dengan yang diteliti sehingga peneliti dapat memahami persoalan dari sudut pandang yang diteliti itu sendiri dan memberikan gambaran bahwa sasaran yang diteliti bersifat kompleks, rumit dan saling terkait satu dengan yang lain sebagaimana karakteristik kehidupan sehari-hari. Maka dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif masalah harus dipandang secara global, tidak dilakukan secara sepotongsepotong atau parsial.11 2. Pendekatan Penelitian Teknik yang digunakan penulis adalah menggunakan pendekatan normatif, yaitu cara mendekati masalah yang akan diteliti dengan mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kemudian pendekatan
11
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif &Kualitatif , ( Bandung : Graha Ilmu, 2006), h. 194.
12
fenomenologis yakni pendekatan yang berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang biasa dalam situasi tertentu dan yang terakhir pendekatan sosiologis yaitusuatu landasan kajian sebuah studi atau penelitian untuk mempelajari hidup bersama dalam masyarakat.12 3. Lokasi Penelitian Lokasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang Jawa Tengah. 4. Kriteria dan Sumber Data a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari para responden.Adapun untuk memperoleh data dalam penulisan ini adalah dengan
melakukan
wawancara
terhadap
orang
yang
melakukan
pernikahan dini masyarakat Tegaldowo pejabat desa serta para ulama di Kabupaten Rembang petugas yang memiliki kompetensi dengan permasalahan penelitian ini. b. Data Sekunder Merupakan data yang diperoleh melalui studi pustaka yang bertujuan memperoleh landasan teori yang bersumber dari yurisprudensi, buku-buku dan literatur lain yang berhubungan dengan penelitian.
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif & KualitatifHal.196.
12
13
5. Teknik Pengumpulan Data Agar penelitian ini mendapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan apa yang diteliti maka teknik yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Observasi Teknik observasi yaitu merupakan pengamatan langsung maupun tidak langsung yang dilakukan peneliti secara terus-menerus dan sistematis terhadap fenomena yang terjadi atau yang sedang berlangsung. Teknik ini digunakan untuk mengungkap data kehidupan sehari-hari, melalui cara berkomunikasi (berbicara), bertingkah laku sampai hubungan dengan keluarganya atau kerabat dekatnya. Adapun objek observasi penelitian adalah melihat fenomena yang terjadi mengenai tradisi yang terjadi di Desa Tegaldowo, Kec. Gunem Kab. Rembang Jawa Tengah. b. Wawancara (Interview) Wawancara merupakan proses komunikasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek penelitian. Adapun koresponden yang akan diwawancarai adalah kepala KUA Kecamatan Gunem pasangan-pasangan yang melakukan pernikahan dini orang tua pasangan yang melakukan pernikahan dini pendapat masyarakat sekitar dan tokoh agama di wilayah tersebut .Dalam penelitian ini menggali data dan memperoleh data tentang pelaku pelaksanaan pernikahan dini, maka peneliti
mewawancarai
langsung
kepada
yang
bersangkutan.Dari
14
pengumpulan data wawancara tersebut maka peneliti dapat menganalisa dan menginterprestasikan data sesuai data yang diperoleh. c. Studi Dokumentasi Penelitian yang langsung terjun ke lapangan untuk memperoleh data berupa surat kabar majalah transkrip wawancara dan pengambilan data atau informasi yang berasal dari Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem buku serta dokumen yang berhubungan dengan obyek penelitian. d. Studi Pustaka Penelitian yang pengumpulan sumber-sumber datanya berkaitan dengan aspek- aspek permasalahan, mengambil data, meneliti dan mengkaji literatur, pendapat ahli yang terdapat dalam buku-buku, dan lainnya yang bisa menunjang dan membantu untuk menyelesaikan permasalahan ini F. Sistematika Penulisan Dalam penelitian ini, peneliti membagi sistematika penulisan proposal skripsi ini ke dalam lima bab sebagai berikut: Bab Pertama
Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, kerangka teori metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
Bab Kedua
Menjelaskan tentang pengertian perkawinan, dasar hukum perkawinan, rukun dan syarat perkawinan tujuan perkawinan
15
pengertian perkawinan usia dini, sebab terjadinya pernikahan dini dan pandangan Islam mengenai Penikahan Dini dan permasalahan serta dampaknya terhadap faktor psikologis, kualitas keturunan dan kependudukan. Bab Ketiga
Gambaran umum desa dan masyarakat Tegaldowo Kabupaten Rembang yang meliputi; Letak Geografis, Letak Demografis, Kondisi Sosial Penduduk dan Perekonomian, Kondisi Agama, Budaya dan Pendidikan.
Bab Keempat
Berisikan latar belakang yang mempengaruhi terjadinya tradisi Ngemblok, solusi serta dampaknya mengenai pernikahan dini dan banyaknya janda muda persepsi masyarakat tentang pernikahan dini dan banyaknya janda muda penyebab pernikahan dini serta analisa penulis.
Bab Kelima
Penutup yang berisi kesimpulan dan saran yang kemudian diakhiri dengan Lampiran dan Daftar Pustaka.
BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERNIKAHAN DINI
A. Pernikahan 1. Pengertian dan Tujuan Menurut Undang-Undang Perkawinan pasal 1, perkawinan ialah“ikatan lahir batin antara seorang wanita sebagai suami istri bertujuan untuk membentuk suatu keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dan menurut ajaran Islam perkawinan adalah aqad (ijab qabul) yang diucapkan oleh calon mempelai pria, yang ditumbuhkannya rasa saling mengasihi dan mencintai diantara keduanya.” Adapun pengertian menurut KHI sebagai berikut: “perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan yaitu akad yang sangat kuat atau Mitsaqan Ghalizhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah."1Tujuan perkawinan dan hakikat keluarga harus jelas, disepakati, di antara keduanya ada keharmonisan bersama dan merangkai cita-cita di hari ke depan. Pernikahan yang sah akan mewujudkan nilai „iffah (kesucian diri) memberikan pemeliharaan diri dari dosa dan menjaga kehormatan serta menutup rapat pintu dan sarana penyimpangan seksual dengan segala dampak 1
Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Departemen Agama Kompilasi Hukum Islam di Indonesia (Jakarta: Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama 1992) h.14.
16
17
kerusakan seks bebas dan dekadensi moral karena Islam memiliki karakteristik sebagai agama yang memelihara kesucian, serta memelihara fitrah manusia.2 Tujuan-tujuan pernikahan yang terpenting adalah sebagai berikut:3 a. Memperoleh Ketenangan Keadaan jasmani ruhani dan pola pikir seseorang akan mengalami perubahan ketika mencapai usia baligh. Dan semua itu memunculkan kebutuhan terhadap pernikahan. Pada fase ini hendaklah seseorang memenuhi kebutuhan alamiahnya. Maka salah satu tujuan pernikahan adalah memperoleh ketenangan fisik jiwa pikiran dan akhlak. Dalam kehidupan bersama hendaklah pasangan suami istri selalu berusaha meneguhkan keadaan tersebut sehingga memungkinkan keduanya tumbuh sempurna. b. Saling Mengisi Tatkala mencapai usia baligh maka para jejaka dan gadis merasakan ada kekurangan perasaan semacam ini akan lenyap sewaktu mereka menikahmembina kehidupan bersama dan saling mengisi satu sama lain. Semua itu pun mencapai puncaknya ketika anak pertama dari pasangan suami-istri terlahir ke dunia ini.
2
Lembaga Kajian Ketahanan Keluarga Indonesia,“Tatanan Berkeluarga Dalam Islam,” (Jakarta: LK3I,2011). 3
Ali Qaimi Pernikahan Masalah & Solusinya (Jakarta: Cahaya2007)h.25-27.
18
c. Memelihara Agama Pernikahan tidak hanya menyelamatkan seseorang dari kejatuhan (ke lembah dosa) dan selain pula akan memuaskan nalurinya secara wajar sehingga menjadikan jiwanya tenteram dan damai semua itu tentu penting dalam kehidupan beragama. d. Kelangsungan Keturunan Allah Swt telah menumbuhkan keinginan dalam diri seseorang untuk melanjutkan keturunan. Adapun yang menjadi tujuan dalam berkeluarga yang merupakan suatu keinginan atau keharusan dalam berkeluarga maka harus memperhatikan kepentingan dan tujuan yang ingin dicapai yaitu: a. Kemuliaan keturunan yaitu menjaga keturunan dan melestarikan jenis manusia di dunia. b. Menjaga diri dari setan c. Bekerja sama dalam menghadapi kesulitan hidup. d. Menghibur jiwa dan menenangkannya dengan bersama-sama. e. Melaksanakan hak hak keluarga.4 B. Dasar Hukum Pernikahan adalah sunatullah bagi seluruh alam ini. Laki-laki dan perempuan laksana siang dan malam, dua hal yang berbeda tetapi tidak dapat dipisahkan. 4
Ali Yusuf As Subki, “Hukum Keluarga Islam,”(Sinar Grafika Offset: Jakarta, Februari 2010), h. 2431.
19
Dalam kehidupan rumah tangga bagi manusia pernikahan membawa implikasi dan tanggung jawab sosial yang sangat besar. Oleh karena itu pernikahan harus didasarkan oleh pondasi yang kuat dan kukuh agar tidak mudah runtuh.5 Adapun dasar hukum yang menunjukkan pensyariatan nikah adalah sebagai berikut:
Artinya: “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hakhak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya) maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: duatiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah)seorang saja atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.” (Q.S An-Nisa:3) Adapun menurut Rasul menikah adalah sunnah karena Rasul pun melakukan hal tersebut dan beliau menginginkan para umatnya melakukan sunnahnya seperti dalam salah satu hadistdari Anas ibn Malik r.a.:
“…. Akan tetapi aku shalat malam dan tidur, dan aku berpuasa serta berbuka, dan aku menikah. Maka barangsiapa yang membenci sunnahku bukan dari bagian ummatku.”6 5
6
Muhammad Mutawwali Sya‟rawi Fiqh Wanita (Jakarta:Pena Pundi Aksara 2007)h.95
Ibnu Hajar Al-Asqalani dan ditahqiq oleh Isham Ad-din As-Shababuthy, Bulughul Maraam Min Jam‟i Adillatil Ahkam (Cairo, Darul Hadits), h.216. Kitab An-Nikah. Hadits ke-909.
20
Sedangkan asal hukum nikah adalah mubah7 dan hukum tersebut dapat berubah sesuai dengan keadaan seseorang yang akan melakukan pernikahan hukum tersebut bisa menjadi wajib sunnah haram atau makruh. Keempat hukum dapat didefinisikan sebagai berikut: 1. Sunnah Jumhur berpendapat bahwa hukum nikah adalah sunnah bagi mereka yang tidak khawatir dirinya terjerumus ke perbuatan zina bagi seseorang yang memungkinkan dan mampu untuk menjaga dirinya dari hal-hal yang diharamkan jika tidak menikah maka nikah baginya hukumnya sunnah. Meskipun demikian menikah tetap dianjurkan dan mungkin lebih utama daripada melakukan berbagai macam ibadah. Dasar pemikiran Jumhur adalah firman Allah:
“….Maka nikahilah (wanita-wanita lain selain yatim) yang engkau senangi...”(Q.S. Annisa: 3) Rasulullah Saw pun, melalui hadis yang telah disebutkan di atas (dari Anas ibn Malik r.a), menegaskan bahwasannya pernikahan merupakan sunnahnya.8
7
Abdul Fatah Idris dan Abu Hamadi Fiqh Islam Lengkap (Jakarta: Rineka Cipta 1994)
h.98. 8
Ahmad Sudirman AbbasPengantar Pernikahan “Analisa Perbandingan Antar Madzhab,” (Jakarta: Prima Heza Lestari 2006 ) h.9.
21
2. Wajib9 Bagi orang yang sudah siap untuk melangsungkan pernikahan dan dia khawatir manakala tidak menikah dia akan terjebak pada perzinaan maka pernikahan baginya adalah wajib. sebab menjaga diri dari sesuatu yang diharamkan (zina) adalah hukumnya wajib sementara untuk mencegah perbuatan tersebut hanya bisa dilakukan dengan jalan menikah. Karena itu hukum menikah adalah wajib. 3. Makruh Seseorang yang dianggap makruh untuk melakukan pernikahan adalah seseorang yang belum pantas untuk menikah belum mempunyai keinginan melangsungkan pernikahan serta belum memiliki bekal yang mapan untuk melangsungkan pernikahan. 4. Haram Bagi orang yang mempunyai keinginan dan tidak mempunyai kemampuan serta tanggung jawab untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban dalam rumah tanggasehingga apabila melangsungkan perkawinan bagi orang tersebut adalah haram.10 5. Mubah Bagi orang yang mempunyai kemampuan untuk melakukan perkawinan juga cukup mempunyai kemampuan untuk menahan diri sehingga tidak 9
Sayyid SabiqFikih Sunnah Jilid 3 (Jakarta: Cakrawala Publishing 2011), h.208-209.
10
Abdul Rahman GhazalyFikih Munakahat (Jakarta: Kencana 2003)h. 18-21.
22
memungkinkan dirinya tergelincir berbuat zina sekiranya tidak kawin. Hukum perkawinan yang terakhir ini diperselisihkan oleh ulama fikih. Menurut ulama Mazhab Syafi‟i perkawinan bagi lelaki itu adalah mubah. Ada beberapa alasan yang dikemukakan mereka:11 a. Pada umumnyanas yang berbicara dalam masalah perkawinan senantiasa menggunakan kata al-hill (halal) yang mengandung makna mubah seperti dalam surah An-Nisa ayat 24. Menurut merekaal-hill tidak bisa diartikan wajib atau sunnah. b. Nikah menurut mereka termasuk jenis amalan yang bersifat duniawi. Oleh karena itu perkawinan tersebut dilangsungkan baik oleh muslim maupun non muslim. Di samping itu mereka mengatakan bahwa perkawinan pada prinsipnya merupakan penyaluran naluri seksual; ini merupakan perbuatan yang alami. Karena itu kawin sama saja dengan makan dan minum yang bersifat mubah. Adapun ulama Mazhab Az-Zahiri berpendapat wajib hukumnya bagi lelaki yang tidak khawatir dirinya akan terjerumus ke dalam perbuatan zina apabila tidak kawin dan juga tidak akan menganiaya istrinya jika ia kawin. Mereka mengemukakan beberapa alasan:
11
“Nikah” dalam Abdul Azis Dahlandkked.Ensiklopedi Hukum Islam vol. 1 (Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve 1997) h. 1331.
23
a. Nas yang menuntut perkawinan di atas (Surah An-Nisa: 3) mengandung perintah untuk kawin bagi laki-laki seperti ini. Menurut ulama Mazhab Az-Zahiri tidak ada satu pun dalil yang menunjukkan bahwa kalimat alamr dalam ayat tersebut tidak wajib. Oleh karena itu perkawinan bagi lelaki seperti ini termasuk dalam perintah wajib yang dikandung nas. b. Seorang lelaki meskipun dalam keadaan stabil tidak khawatir akan berbuat zina tetapi suatu saat tetap dikhawatirkan akan terjerumus ke dalam perbuatan zina apabila tidak kawin. C. Rukun dan Syarat Rukun yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah dan tidaknya suatu pekerjaan(ibadah),dan sesuatu itu termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu. Rukun perkawinan merupakan masalah yang serius dikalangan para ulama karena perbedaan pendapat diantara mereka.Perbedaan itu pun terjadi dalam menentukan mana yang termasuk rukun dan mana yang termasuk syarat. Bisa jadi, sebagian ulama menyebut sebagai rukun dan ulama yang lain menyebut sebagai syarat.12 Terlepas dari perbedaan tersebut, jumhur ulama telah menyepakati bahwa rukun perkawinan itu terdiri atas: 1. Adanya calon suami dan istri yang akan melakukan perkawinan. 2. Adanya wali dari pihak calon pengantin wanita. 3. Adanya dua orang saksi.
12
Abdul Rahman GhazalyFikih Munakahat h. 45.
24
4. Sighat akad nikah yaitu ijab qabul yang diucapkan oleh wali atau akilnya dari pihak wanita dan dijawab oleh calon pengantin laki-laki. Syarat yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah dan tidaknya suatu pekerjaan (ibadah)tetapi sesuatu itu tidak termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu. Syariat Islam menentukan beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh calon suami berdasarkan ijtihad para ulama yaitu13: 1. Calon pengantin laki-laki: beragama Islam, laki-laki, tidak sedang berihram haji/umroh, tidak mempunyai istri empat, termasuk isteri yang masih dalam menjalani „iddah talak raj‟i, tidak dipaksa, tidak mempunyai isteri yang haram dimadu dengan mempelai perempuan, termasuk isteri yang masih dalam menjalani „iddah talak raj‟i. 2. Calon isteri syarat-syaratnya: beragama Islam atau Ahli Kitab, jelas perempuan, tidak sedang berihramhaji/umroh, belum pernah disumpah li‟an oleh calon suami, tidak bersuami atau tidak sedang menjalani masa „iddah oleh lelaki lain dan bukan mahram calon suami. 3. Wali syarat-syaratnya: beragam Islam, sudah baligh (dewasa), laki-laki, berakal, tidak fasiq, tidak mahjur bissafah (dicabut hak kewajibannya) dan tidak rusak pikiran sebab terlalu tua atau sebab lainnya.
13
Abdul Rahman GhazalyFikih Munakahath.46-49.
25
4. Dua orang saksi laki-laki, syarat-syaratnya: Memahami arti kalimat ijab dan qabul.14 AdapunUU Perkawinan hanya membicarakan syarat-syarat perkawinan yang mana syarat-syarat tersebut lebih banyak berkenaan dengan unsur-unsur atau rukun perkawinan. KHI secara jelas membicarakan rukun perkawinan sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 14 yang keseluruhan rukun tersebut mengikuti fiqh Syafi‟i dengan tidak memasukkan mahar dalam rukun.15 Menurut Peraturan Perundang-Undangan Perkawinan dinyatakan dalam pasal 6 tentang syarat perkawinan dalam ayat berikut:16 (1) Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai. (2) Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun harus mendapat izin kedua orang tua. (3) Dalam hal salah seorang dari kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak mampu menyatakan kehendaknya, maka izin dimaksud ayat (2) pasal ini cukup diperoleh dari orang tua yang masih hidup atau dari orang tua yang mampu menyatakan kehendaknya.
14
Zahry HamidPokok-Pokok Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan di Indonesia (Yogyakarta: Bina Cipta 1978 ) h. 24-28. 15
Amir SyarifuddinHukum Perkawinan Islam di Indonesia “Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan,” (Jakarta: Prenada Media 2007 ) h. 61. 16
Badan Penasihatan Dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Provinsi DKI Jakarta, Membina Keluarga Sakinah, (Jakarta: BP4 Provinsi DKI Jakarta, 1977 ), h. 12-14.
26
(4) Dalamhal kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak mampu untuk menyatakan kehendaknya maka izin diperoleh dari wali, yaitu orang yang mempunyai hubungan darah dalam garis keturunan lurus ke atas selama mereka masih hidup dan dalam keadaan dapat menyatakan kehendaknya. (5) Dalam hal ada perbedaan pendapat antara orang-orang yang disebut dalalm ayat (2), (3) dan (4) pasal ini atau salah seorang atau lebih di antara mereka tidak menyatakan pendapatnya, maka pengadilan dalam daerah hukum tempat tinggal orang yang akan melangsungkan perkawinan atas permintaan orang tersebut, dapat memberikan izin setelah lebih dahulu mendengar orang-orang tersebut dalam ayat (2), (3) dan (4) pasal ini. (6) Ketentuan tersebut ayat (1) sampai dengan ayat (5) pasal ini berlaku sepanjang hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu dari yang bersangkutan tidak menentukan lain. Kemudian dalam Pasal 17 ayat (1) disebutkan: perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (Sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun. D. Pernikahan Dini 1. Pengertian Pernikahan Dini Pernikahan Dini adalah perkawinan yang dilangsungkan oleh salah satu calon mempelai atau keduanya yang belum memenuhi syarat umur yang
27
ditentukan dalam Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 7 ayat (1): “Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilanbelas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai 16 (enam belas) tahun.”17 Mas‟um Djauhari menegaskan bahwa apabila seseorang hendak menikah seyogyanya mengetahui empat hal:18 a. Pernikahan sangat perlu dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. b. Pernikahan harus memperhitungkan waktu yang sangat tepat sesuai dengan umur seseorang. c. Kita harus mengetahui prosedur dan tata cara melangsungkan pernikahan. d. Kita tahu siapa yang akan menjadi calon pasangan kita. Dengan berpatokan pada empat hal tersebut barulah seseorang dibolehkan melangsungkan pernikahan. Disamping hal tersebut juga ada yang belum dipersiapkan usianya yang sudah mencukupi atau belum. Adapun penyimpangan dari batas minimal umur perkawinan ini harus mendapat dispensasi pengadilan terlebih dahulu setelah itu baru perkawinan dapat dilaksanakan. Pelanggaran terhadap ketentuan yang telah ditetapkan itu dapat dikenakan sanksi dengan peraturan yang berlaku. Agar hal ini dapat terlaksana maka kematangan calon mempelai sangat diharapkan kematangan 17
Himpunan Fokusmedia,2005), h.4. 18
87.
Peraturan
Perundang-Undangan
Tentang
Perkawinan,
(Bandung:
AsmawiNikah Dalam Perbincangan dan Perbedaan (Jakarta: Anggota IKAPI 2006) h.
28
dimaksud di sini adalah kematangan umur perkawinan kematangan dalam berpikir dan bertindak sehingga tujuan perkawinan sebagaimana tersebut di atas dapat terlaksana dengan baik.19 2. Sebab Terjadinya Adapun yang
menjadi sebab terjadinya pernikahan dini yang sering
dijumpai kalangan masyarakat antara lain : a. Masalah Ekonomi Perkawinan usia muda kerap terjadi karena keadaan keluarga yang hidup digaris kemiskinan. b. Pendidikan Rendahnya tingkat pendidikan maupun pengetahuan orang tua anak dan masyarakatmereka cenderung menikahkan anaknya pada usia muda. c. Faktor Orang Tua Orang tua khawatir terkena aib karena anak perempuannya berpacaran dengan laki-laki yang sangat dekat sehingga orang tua menyegerakan anaknya untuk menikah.20 d. Faktor Adat dan Budaya Faktor budaya yang dimaksud adalah kebiasaan beberapa masyarakat sekitar yang cenderung ingin cepat-cepat menikahkan anaknya.
19
Abdul MananAneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia (Jakarta: Kencana Prenada Media Group 2006) h. 11. 20
SoekantoPendidikan Dalam Rumah Tangga (Jakarta: PT Niaga Pres 1992)h. 65.
29
3. Pandangan Islam Hukum melakukan pernikahan dini menurut mayoritas besar ulama fiqh,sebagai Ijma‟ (konsensus) ulama fiqh, mengesahkan perkawinan di bawah umur. Menurut mereka masalah perkawinan seperti kriteria baligh dan berakal merupakan persyaratan bagi keabsahannya. Adapun menurut pendapat para ahli dalam menentukan kedewasaan seseorang bisa dengan melihat beberapa aspek, yaitu:21 a. Menentukan kedewasaan anak-anak dengan tanda-tanda ialah datangnya masa haid kerasnya suara tumbuhnya bulu ketiakatau tumbuhnya bulu kasar di sekitar kemaluan. b. Menentukan kedewasaan dengan umur terdapat berbagai pendapat antara lain: 1. Ulama Syafi‟iyah dan Hanabilah menentukan bahwa masa dewasa itu di mulai dari 15 tahun. Walaupun mereka dapat menerima kedewasaan dengan tanda-tanda tetapi karena tanda-tanda itu datangnya tidak sama untuk semua orang maka kedewasaan ditentukan oleh umur. 2. Abu Hanifah berpendapat bahwa kedewasaan itu datangnya mulai usia 19 tahun bagi laki-laki dan 17 tahun bagi wanita. Sedangkan Imam Malik telah menetapkan 18 tahun baik laki-laki maupun perempuan.
21
Huzaimah T. Yanggo dan (Jakarta:Pustaka Firdaus 2009)h. 83-84.
AnshariProblematika
Hukum Islam Kontemporer
30
3.
Yusuf Musa mengatakan bahwa usia dewasa itu setelah seseorang berumur 21 tahun. Hal ini dikarenakan pada zaman modern orang memerlukan persiapan
yang matang sebab mereka masih kurang
pengalaman hidup dan masih dalam proses belajar. Namun demikian kepada mereka sudah dapat diberikan beberapa urusan sejak usia 18 tahun. Dalam Islam tidak disebutkan batas umur untuk menikah orang tuanya boleh menikahkan anaknya dibawah umur seperti yang terkandung dalam kitab fiqh dengan syarat tertentu seperti contoh dalam masalah kafa‟ah yaitu sepadan.22 4. Dampak Psikologis Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa. Bukan hanya dalam artian psikologis tetapi juga fisik. Menurut teori Rousseau yang merekapitulasi (meringkas) perkembangan individu manusia dalam 4 tahap perkembangan sebagai berikut23: 1. Umur 0-4 tahun atau 5 tahun: masa kanak-kanak (infancy). Tahap ini didominasi oleh perasaan senang (pleasure) dan tidak senang (pain) dan menggambarkan tahap evolusi dimana manusia masih sama dengan binatang.
22
Aisyah DachlanMembina Rumah Tangga Bahagia “Peranan Agama Dalam Rumah Tangga” ( Jakarta: Jamunu 1969)h. 81. 23
Sarlito Wirawan SarwonoPsikologi Remaja (Jakarta: Rajawali Pers1991)h. 22-23.
31
2. Umur 5-12 tahun: masa bandel (savage stage). Tahap ini mencerminkan era manusia liar manusia pengembara dalam evolusi manusia. Kemampuan akal masih sangat kurang sehingga dikatakan oleh Rousseau bahwa anak pada kurun usia ini jangan dulu diberi pendidikan formal seperti berhitung dan membaca serta menulis. 3. Umur 12-15 tahun: bangkitnya akal (ratio) nalar dan kesadaran diri. Dalam masa ini terdapat energi dan kekuatan fisik yang luar biasa serta tumbuh keinginan tahu dan keinginan coba-coba. 4. Umur 15-20 tahun. Dinamakan masa kesempurnaan remaja dan merupakan puncak perkembangan emosi. Dalam tahap ini terjadi perubahan dari kecenderungan mementingkan diri sendiri kepada kecenderungan memperhatikan kepentingan orang lain dan kecenderungan memperhatikan harga diri. Maka faktor psikologis saat remaja mengalami perubahan pada tubuhnya biasanya mereka merasa bimbang disebabkan perubahan tubuhnya bahkan ketidaksiapan mereka dari mulai menikah sampai terjadinya kehamilan. Tegasnya usia 19 tahun sudah dipandang sebagai usia dewasa. Karena pada usia ini seorang anak sudah duduk di bangku kuliah minimal semester 2 atau 3 di perguruan tinggi. Sebaliknya sedang pada usia 18 tahun ke bawah masih di pandang belum dewasa. Usia ini mereka masih usia sekolah menegah ke atas. Pada usia ini secara psikologis mereka masih labil dan belum mampu untuk menghadapi
32
tantangan dalam hidup berumah tangga. Dan secara biologi organ-organ reproduksinya “belum matang” untuk bereproduksi secara sehat.24 5. Dampak Terhadap Kualitas Keturunan Perkawinan di bawah umur mudah dihinggapi bahaya anaknya gugur lemah atau meninggal dan tak jarang pula sang ibu muda itu yang menjadi korban. Gadis yang masih muda penuh cita-cita untuk hari ke depan belum pada waktunya dibebani kewajiban-kewajiban beratdilepas dari asuhan orang tua diserahi mengurus rumah tangga bahkan lebih berat lagi dengan segala anggota tubuh yang masih muda dengan alat kandungan yang belum cukup matang ia harus memelihara manusia baru dalam badannya. Maka tak heran apabila banyak terjadi kekecewaan. Badan yang sedang tumbuh masih membutuhkan perkembangan-perkembangan dalam tubuhnya tidak diberi kesempatan terlebih dahulu untuk bersiap-siap sudah diberikan beban lain yang lebih berat.25 Karena menikah pada usia dini bagi perempuan rentan menimbulkan berbagai resiko baik bersifat biologis maupun psikologis. Indonesia tercatat sebagai negara yang sangat tinggi angka kematian ibu melahirkan (AKI). Hal ini mesti dihindari. Tingginya angka kematian ibu bukan hanya karena faktor
24
Muhammad Zain dan Mukhtar AlshodiqMembangun Keluarga Humanis (Jakarta: Graha Cipta 2005)h.34. Aisyah Dahlan Membina Rumah Tangga Bahagiadan Peranan Agama dalam RumahTanggah 81. 25
33
kekurangan gizi dan kurang sehatnya organ-organ reproduksi tapi juga masih dipegangi pemahaman keagamaan yang kurang tepat dengan kita.26 Aspek yang lain adalah kehamilan yang memiliki keterkaitan erat dengan kondisi sosio ekonomi dan kesehatan
msyarakat. Akan tetapi menurut
penelitian yaitu kemungkinan seorang ibu meninggal atau anaknya meninggal atau menderita penyakit bertambah besar bila ibu melahirkan terlalu awal atau terlalu lambat. Perempuan yang secara fisik belum matang akan menghadapi bahaya lebih besar ketika melahirkan dan besar kemungkinan akan melahirkan anak yang lemah dibandingkan perempuan yang berumur dua puluhan atau relatif dewasa.27 Maka saat menikah diperlukan umur yang telah cukup matang untuk menghadapi sebuah rumah tangga karena terlalu muda pun akan membahayakan ibu dan calon anaknya. Bahkan pemerintah sendiri melalui program KB (Keluarga Berencana) berusaha untuk meningkatkan lagi batas usia perkawinan ke umur 20 tahun untuk wanita dengan pertimbangan bahwa kehamilan pada wanita di bawah usia 20 tahun adalah kehamilan yang beresiko tinggi sehingga harus dihindari.28
26
Muhammad Zain dan Mukhtar AlshodiqMembangun Keluarga Humanish.34.
27
Ahmad Tholabie KharlieHukum Keluarga Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika 2013)h.204.
28
Sarlito Wirawan SarwonoPsikologi Remajah.151.
34
6. Dampak Terhadap Kependudukan Pernikahan dini memberikan pengaruh hubungan gender yang asimetris, menyebabkan kurang akses wanita terhadap bermacam hal seperti pangan kesehatan pendidikan dan keterampilan secara langsung mengakibatkan kemiskinan dan lain sebagainya. Pernikahan dini merupakan gambaran rendahnya kualitas kependudukan dan menjadi fenomena masyarakat tersendiri.29 Pernikahan dini juga menimbulkan masalah kependudukan maka hal ini terbukti bahwa batas usia perkawinan yang rendah bagi seorang wanita mengakibatkan laju kelahiran lebih tinggi lajunya pertumbuhan secara otomatis akan membantah munculnya permasalahan sosial ekonomi dan masalah hukum yang akan terjadi di masyarakat.30 Bahkan WHO menempatkan masalah kesehatan reproduksi dalam konteks kependudukan dan pembangunan. Berarti masalah penduduk kini diarahkan pada konteks kesehatan dan kesejahteraan sosial individu dan keluarga.31
29
Pokja Analisis Dampak Sosial Ekonomi terhadap Kependudukan Ditdamduk BKKBN Kajian Pernikahan Dini Pada Beberapa Provinsi di Indonesia: Dampak OverpulationAkar Masalah dan Peran Kelembagaan di Daerah (Jakarta : BKKBN 2012) h.7. 30
Mohammad dan M.Dlori. Jeratan Nikah Dini Wabah Pergaulan (Jogjakarta: Media Abadi 2010) h. 11. 31
Merry Sri Widyanti Kusumaryani. “Determinan Perilaku Pacaran Remaja (Analisis Data Kesehatan Reproduksi Remaja 2002)” (Tesis S2 Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia Jakarta 2005)h.3.
35
7. Tingginya Angka Perceraian Usia awal pernikahan merupakan salah satu prediksi yang paling penting dari sebuah suksesnya pernikahan orang yang menikah pada usia yang masih relatif muda lebih memungkinkan untuk bercerai daripada mereka yang menunggu usia mereka sampai benar-benar matang untuk menikah (Heaton 2002: Teachman 2002). T.C Martin dan Bumpass (1989) menyimpulkan bahwa usia pernikahan dalam 5 tahun pertama awal menikah merupakan prediksi paling kuat dalam bercerai (rentan perceraian).32 Usia dan level kedewasaan merupakan sebuah pertimbangan penting dalam mengevaluasi kesiapan untuk menikah. Teti Lamb dan Ester (1987) mengemukakan bahwa pria yang menikah sebelum usia 19 tahun lebih mudah untuk bercerai atau berpisah dibandingkan mereka yang menikah diatas umur 19 tahun. Adapun Booth dan Edward (1985) mengemukakan bahwa pria dan wanita yang menikah ketika masih remaja atau dalam usia muda maka pernikahannya tidak stabil atau kurangnya keharmonisan.33
32
Mark Kay De Genova & F. Philip Rice Intimate Relationship Marriages and Families (New York: McGraw-Hill 6th ed 2005) h.396. 33
Mark Kay De Genova & F. Philip Rice Intimate Relationship Marriages and Families
h.157.
BAB III SEKILAS TENTANG DESA TEGALDOWO KECAMATAN GUNEM KAB. REMBANG JAWA TENGAH
A. Sejarah Singkat dan Letak Geografis Desa Tegaldowo adalah salah satu desa di wilayah Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang dan wilayahnya pun dikelilingi oleh perbukitan Gunung Botak. Dalam Kecamatan Gunem terdapat 16 desa yang di mana 8 desa tidak berada dalam wilayah pergunungan dan 8 lainnya termasuk wilayah pegunungan. Desa Tegaldowo termasuk dalam wilayah pegunungan Gunung Botak yang terbagi dalam enam daerah kecil yaitu Kelurahan Tegaldowo Dukuh Ngablak Dukuh Ngelu Dukuh Nglencong Dukuh Karanganyar dan Dukuh Dukoh. Desa ini begitu sederhana dengan wilayah yang masih banyak ditanami sawah karena mayoritas masyarakat disini adalah petani dan hanya terdapat keramaian pasar tradisional saat senin dan kamis di pagi hari.1 Desa Tegaldowo terkenal di Kabupaten Rembang karena menjadi arus perlintasan desa-desa sekitarnya terletak 37 kilometer dari pusat kota Rembang dan daerah tersebut memiliki banyak pohon jati milik Perhutani di sepanjang jalan menuju desa. Desa Tegaldowo terletak berbatasan dengan Kabupaten Rembang-Blora yang berada di pegunungan Botak penduduknya pun tinggal di 1
Wawancara pribadi dengan Bapak Nyono, Kepala Dusun II Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kab. Rembang pada tanggal 3 Februari 2015.
36
37
rumah-rumah joglo yang setiap rumahnya memiliki ternak seperti sapi dan kambing. Wilayah Desa Tegaldowo berada dalam wilayah Kecamatan Gunem dan salah satu dari 16 desa, dengan jarak tempuh terhadap pusat pemerintahan adalah sebagai berikut2: Jarak dari pusat pemerintahan kecamatan: 11 (sebelas) KM. Jarak dari pusat pemerintahan kota
: 35 (tiga puluh lima) KM.
Jarak dari kota/ibukota kabupaten
: 35 (tiga puluh lima) KM.
Jarak dari ibukota provinsi
: 113 (seratus tiga belas) KM.
Sedangkan batas wilayah Kelurahan/Desa Tegaldowo adalah: Sebelah Utara : Suntri
Sebelah Selatan : Kajar
Sebelah Barat : Timbrangan
Sebelah Timur : Tahonan
Adapun luas wilayah Desa Tegaldowo adalah 12.854,66 hektar dan merupakan desa terluas wilayahnya di Kecamatan Gunem adapun titik koordinat bujur Desa Tegaldowo 111.5157 dan koordinat lintangnya -6.874065. B. Demografi Masyarakat3 Pemerintahan Desa Tegaldowo dipimpin oleh seorang Kepala Desa dan dibantu oleh beberapa staff yang terdiri dari 6 kepala dusun dan juga beberapa staff lainnya yang mengurusi berbagai kepentingan di Desa Tegaldowo. Penduduk yang berpenghuni di Desa Tegaldowo berjumlah 4.912 jiwa dengan dominasi kaum perempuan. 2
Buku Monografi Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem, Kab. Rembang Tahun 2014.
3
Buku Monografi Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem, Kab. Rembang Tahun 2014.
38
Tabel 1.0 Dominasi Jumlah Penduduk No
Jenis Jumlah Kelamin Penduduk Laki-laki 2.447 Jiwa Perempuan 2.465 Jiwa Jumlah 4.912 Jiwa Sumber: http://prodeskel.pmd.kemendagri.go.id
1 2
Berdasarkan tabel di atas jumlah penduduk Desa Tegaldowo lebih banyak didominasi oleh kaum perempuan yaitu sekitar 2.465 jiwa sedangkan kaum lakilaki sekitar 2.447 jiwa. Adapun jumlah penduduk kelompok usia pendidikan menurut struktur umur adalah sebagai berikut: Tabel 1.1 Kelompok Usia Pendidikan No 1 2 3 4 5 6
Kelompok Usia Jumlah Pendidikan (dalam Tahun) 00-03 179 04-06 133 07-12 326 13-15 197 16-18 224 19 tahun ke atas 3.853 Sumber: http://prodeskel.pmd.kemendagri.go.id
Berdasarkan tabel di atas jumlah penduduk menurut kelompok usia pendidikan banyak dihuni oleh mereka yang berusia 07-12 tahun dan paling sedikit berusia 04-06 tahun.
39
Tabel 1.2 Kelompok Usia Kerja No
Kelompok Usia
Jumlah
Tenaga Kerja 1
10-14 tahun
291
2
15-19 tahun
378
3
20-26 tahun
515
4
27-40 tahun
1.162
5
41-56 tahun
1.136
6
57- keatas
943
Sumber: Buku Monografi Desa Tegaldowo Tahun 2014 Dan berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Kepala Desa pada tanggal 3 Februari 2015 bahwa perekonomian penduduk Desa Tegaldowo dalam tingkatan menengah ke bawah sehingga banyak masyarakat yang memilih putus sekolah dan berani melakukan „ngemblok‟ pada usia yang relatif muda. Tidak heran kalau pada masyarakat ini ditemukan kompleksitas permasalahan yang muncul. Seperti kemiskinan kebodohan pernikahan anak dan banyaknya janda akibat „ngemblok‟ dijadikan sarana untuk memperoleh keuntungan semata.4 C. Kondisi Sosial Penduduk dan Perekonomiannya5 Penduduk Desa Tegaldowo berdasarkan hasil registrasi penduduk tahun 2014 berjumlah 4.912 jiwa dengan jumlah perempuan 2.465 jiwa dan laki-laki 2.447
4
Wawancara Pribadi dengan Ibu Swis Lidya di Jakarta pada 3 Februari 2015.
5
Materi diakses pada 25 Februari 2015 dari http://prodeskel.pmd.kemendagri.go.id.
40
jiwa berikut ini merupakan set data tahun 2014 yang diperoleh dari prodeskel Desa Tegaldowo yang terakhir diakses pada Desember 2014 lalu: Tabel 1.3 Jumlah Penduduk Desa Tegaldowo No
Tahun
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah Kepala
Kepadatan
Laki-Laki
Perempuan
Total
Keluarga (KK)
Penduduk
(orang)
(orang)
(orang)
(Jiwa/Km2)
1
2012
2.359
2.375
4.734
1.521
36
2
2013
2.365
2.378
4.743
1.511
36
3
2014
2.447
2.465
4.912
1.525
36
Sumber: http://prodeskel.pmd.kemendagri.go.id Mayoritas mata pencaharian Desa Tegaldowo adalah di bidang pertanian peternakan dan perburuhan. Pertanian di Desa Tegaldowo ditinjau dari kepemilikan tanah yang terbagi menjadi dua jenis pertanian yaitu pertanian pribadi dan pertanian persil. Pertanian pribadi adalah pertanian yang dikerjakan di atas tanah milik sendiri sedangkan pertanian persil adalah aktifitas pertanian yang dikerjakan di atas tanah lahan milik Perhutani yang belum ditanami atau hutan jati yang baru ditebang dan dibiarkan kosong. Meski menjadi mata pencaharian utama masyarakat desa pertanian di wilayah Desa Tegaldowo tidak menjanjikan hasil pertanian hanya berkisar pada tanaman Palawijaya dengan hasil jual yang tidak begitu tinggi. Hal itu disebabkan keadaan geografis Desa Tegaldowo yang jauh dari keramaian dan berada di lingkungan perbukitan.6 6
Wawancara Pribadi dengan Ibu Suwandah selaku warga Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang pada tanggal 12 Februari 2015.
41
Namun saat ini sedang dibangun pabrik semen yang baru 16% kerampungannya dengan adanya pembangunan tersebut tentu saja ada yang pro dan kontra. Mereka yang pro karena berharap dengan pembangunan tersebut dapat membuka lapangan kerja baru dan memperbaiki kondisi perekonomian mereka sedangkan yang kontra menganggap sebuah ancaman karena mata pencaharian mereka bertani dan khawatir akan merusak tanaman mereka. Ada pula yang beranggapan akan memberikan polusi udara yang kurang baik karena Desa Tegaldowo merupakan desa yang tergolong sejuk karena wilayahnya dikelilingi oleh perbukitan Gunung Botak dan secara persentase petani mencapai 95% dan petani persil berjumlah 70% dari jumlah persentase petani.7 Tabel 1.4 Penduduk Menurut Profesi atau Pekerjaan No
Jenis Pekerjaan
Laki-laki
Perempuan
(orang)
(orang)
Jumlah
1
Pegawai Negri Sipil
9
3
12
2
TNI/Polri
2
0
2
3
Karyawan Swasta
35
1
36
4
Guru Swasta
7
13
20
5
Petani
1.492
1.526
3.018
6
Pedagang keliling
3
12
15
7
Dukun tradisional (Dongke)
0
3
3
8
Buruh
7
1
8
7
Wawancara Pribadi dengan Bapak Nyono Kepala Dusun II Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang 3 Februari 2015.
42
9
1
0
1
112
138
250
Pengusaha kecil menengah dan besar
10
Buruh tani
Sumber: Buku Monografi Desa Tegaldowo Tahun 2014
D. Kondisi Agama Budaya dan Pendidikan8 1. Agama Dalam bidang Agama, masyarakat Desa Tegaldowo seluruhnya beragama Islam pada tahun 2012 tercatat satu orang beragama Kristen yang merupakan warga pendatang. Namun pada tahun 2013 seluruhnya beragama Islam, hal itu dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.5 No
Tahun
Agama
Laki-Laki (orang)
Perempuan (orang)
Jumlah (orang)
1 2 3
2012 2013 2014
Islam Islam Islam
2.359 2.365 2.447
2.375 2.378 2.465
4.734 4.743 4.912
Sumber: Buku Monografi Desa Tegaldowo Tahun 2014.
Desa Tegaldowo meskipun mayoritas beragama Islam dan merupakan salah satu desa yang seluruh penduduknya beragama Islam akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari mereka masih menganut tradisi nenek moyang yaitu mempercayai hal-hal yang ghaib. Bahkan mereka dalam kehidupan kesehariannya tak jarang ditemukan di warung-warung kopi pinggir jalan berani bermain kartu bersama dan bahkan meminum-minuman keras 8
Buku Monografi Desa Tegaldowo Tahun 2014.
43
kebiasaan tersebut terjadi di kalangan orang tua bahkan sampai pemuda di Desa Tegaldowo. Sarana penunjang untuk melakukan aktifitas keagamaan masyarakat terbilang relatif banyak masjid yang ada di Desa Tegaldowo sebanyak 2 buah dengan mushalla sebanyak 24 buah yang tersebar di keenam dukuh. Bahkan kondisi masjid dan mushallanya cukup baik hanya saja karena tidak terawat sedikit kotor dan kurang pantas untuk dijadikan sarana peribadatan, maka perlu dibersihkan terlebih dahulu. Terlepas dari hal tersebut, lebih banyak dari mereka yang sekedar mengaku Islam hanya dalam tataran administratif. Adapun peran tokoh agama di desa Tegaldowo sangatlah kurang bahkan tidak tersentuh unsur keagamaannyamereka masih mempercayai unsur kebudayaan kejawen dan masih meminta pertolongan kepada dongke (dukun jawa). Yang mengetahui tentang keagamaan hanya staff dari KUA Gunem saja
namun sangat disayangkan mereka kurang aktif bersosialisasi karena
domisili tempat tinggal mereka bukakn di Kecamatan Gunem. Jadi hanya pada acara tertentu saja mereka mengisi kegiatan keislaman seperti kursus Catin menghimpun zakat fitrah saat bulan Ramadhan dan mengisi khutbah nikah. Fathurrohman selaku Penghulu Kecamatan Gunem menuturkan, ketika menikahkan Calon Pengantin (Catin) saat akad nikah untuk mengucapkan
44
kalimat „syahadat‟ mesti dituntun begitu pun dengan wali nya corak keagamaan yang terjadi masih kentalnya nuansa kejawen dan mempercayai hal yang berunsur magic masih melekat. Adat istiadat dari leluhur masih melekat dalam diri mereka apalagi tingkat pemahaman agama mereka masih rendah. 2.
Budaya (Adat Istiadat)
Budaya ritual yang masih membumi di tengah-tengah masyarakat adalah: a. Tradisi Ngemblok. Sebelum diadakannya pesta perkawinan biasanya lakilaki akan melamar perempuan itu terlebih dahulu yang akan dijawab beberapa hari kemudian dengan memberikan makanan yang cukup banyak 1-2 truk dan itulah yang dinamakan “Mblok-mblokan” sang wanita untuk pria memberikan makanan yang cukup banyak kemudian dibagikan ke tetangga-tetangga sebagai ucapan rasa syukur. Kemudian laki-laki akan datang beberapa hari kemudian memberikan “Mblok-mblokan” atau seserahan sebagai balasan atas makanan yang dikirimkan dari pihak perempuan beberapa hari yang lalu dan “Mblok-mblokan” ini bisa berupa perhiasan uang hewan ternak atau berupa tanah. Inilah yang disebut dengan Tradisi Ngemblok. Karena sudah mentradisi, jika tidak ada Ngemblok bisa bubar.9
9
Wawancara Pribadi dengan Siti Nikmah, Pelaku Nikah Dini di Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang pada tanggal 12 Februari 2015.
45
Apabila dua keluarga sudah saling memberikan “Mblok-mblokan”, biasanya akan dicarikan hari dan tanggal pernikahan oleh “dongke” atau yang biasa disebut dengan dukun jawa, orang yang khusus mencarikan hari yang baik karena hukum adat masyarakat Desa Tegaldowo masih kuat bahkan terkadang petugas KUA yang menyesuaikan keinginan pihak keluarganya. Ada yang sampai tempat duduk pengantinnya dihitung posisinya, di dalam rumah atau di luar rumah. Ada juga pengantin yang dilarang berjalan melalui pintu depan melainkan melalui jendela ada pula larangan bertemu di jam-jam tertentu dan masih banyak pantangan yang terkadang tidak masuk akal oleh logika seseorang.10 b. Tradisi Tayub. Pertunjukkan Tayub merupakan sebuah kebanggaan masyarakat desa Tegaldowo meskipun mereka tahu bahwa acara tayub tidak sesuai dengan ajaran agama Islam. Biasanya tayub digelar untuk acara perkawinan yang apabila mempelai laki-laki membawa seekor kerbau untuk mempelai perempuan maka „wajib‟ hukumnya bagi pihak mempelai wanita menggelar kesenian tayub pada pesta perkawinannya. Biasanya masyarakat akan tahu ada kesenian tayub jika sudah diberi undangan berupa daging kerbau yang sudah dipotong dicacah dan dikirimkan kepada orang yang akan joget di acara tayub tersebut. Daging diberikan satu setengah kilogram yang sekaligus sebagai undangan, 10
Wawancara Pribadi dengan Ibu Nanik Rahayu pelaku pernikahan dini di Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang pada tanggal 12 Februari 2015.
46
„sinden‟ atau „ledek‟ pun juga diberikan. Jika yang datang pejabat maka diprioritaskan bahkan diberi penghormatan untuk menari atau berjoget terlebih dahulu bersama para „ledek‟. Saat diadakan kesenian tayub ini kerumunan masyarakat baik yang sekedar menonton maupun yang ikut menari bersama „ledek‟ sangat banyak. „Ledek‟ atau penari perempuan berjumlah 2 sampai 4 orang, dikelilingi oleh banyak laki-laki bahkan terkadang tangan laki-laki pun ikut sekedar mengelus pipi penari tersebut atau menyentuh bagian yang tak layak disentuh di tempat umum. Meskipun Desa Tegaldowo sebagai wilayah pegunungan yang memungkinkan jauh dari hal-hal yang negatif tapi ternyata saat kesenian tayub berlangsung masyarakat di sana berani untuk meminum-minuman keras karena dengan meminumnya mereka percaya akan menambah percaya diri saat menari bersama penari perempuan atau „ledek‟. c. Upacara anak dalam kandungan. Upacara ini biasanya dilakukan pada usia kandungan empat bulan karena menurut kepercayaan umat Islam bahwa malaikat mulai meniupkan roh kepada sang janin. Biasanya dilaksanakan pada malam hari yang dihadiri oleh sanak keluarga tetangga para sesepuh serta para tokoh Agama dengan acara yang Islami seperti Tahlilan. d. Metoni. Tradisi masyarakat desa Tegaldowo setelah melahirkan adalah „Metoni‟ yaitu ari-ari sang bayi dibungkus dengan kain bagus yang
47
diberikan „kalimat thoyyibah‟ dan ditanam dengan lampu selama 40-70 hari karena ari-ari sang bayi tersebut “dianggap saudara”. Dalam acara ini biasanya akan dibuat tumpeng dan bahkan ada yang menyelenggarakan acara tayub sampai ketoprak hal itu merupakan tradisi masyarakat turuntemurun.11 e. Selamatan menurut penanggalan jawa atau yang disebut „kalender jawa‟. Di antara kalender-kalender umat Islam yang biasa dilakukan masyarakat Desa Tegaldowo antara lain: 1 Syura 10 Syura untuk menghormati Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad SAW 12 Maulud (Robiul Awal) untuk merayakan hari kelahiran Nabi SAW 7 Syawal dengan acara katupatan yaitu dengan diramaikan membuat ketupat dan di gunakan untuk selamatan di dekat mushalla terdekat. Di Desa Tegaldowo bisa dikatakan bahwa masalah budaya hubungan antar masyarakat telah terjadi secara turun-temurun dari tradisi nenek moyang masyarakatnya saling tepo selero (tenggang rasa) dengan sesamanya. Namun ada keunikan dalam upaya pelanggengan status sosial masyarakat ada yang berusaha menjaga kualitas sosial dengan melakukan perkawinan dengan masyarakat yang sama statusnya. Selain dengan status sosial kemampuan mengkawinkan anak perempuan juga menjadi simbol kebanggaan dari
11
Wawancara Pribadi dengan Bapak Irwanto Pelaku Pernikahan Dini di Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang pada tanggal 12 Februari 2015.
48
masyarakat. Bahkan dengan status janda sekalipun mereka tetap menjadikan perkawinan anak perempuan tersebut menjadi sebuah kebanggaan dan keberhasilan. Perceraian hanya menjadi warna lain dari kehidupan mereka dan bukan menjadi suatu persoalan.12 3. Pendidikan Desa Tegaldowo apabila ditinjau dari sarana pendidikannya terdiri dari beberapa gedung sekolah, bahkan pemerintah setempat telah menambah beberapa gedung sebagai upaya mencegah terjadinya pernikahan dini. Tabel 1.6 Data Sekolah Formal di Desa Tegaldowo13 No
Jenis Jumlah Gedung Gedung 1 Gedung SMP/Sederajat 2 2 Gedung SMA/Sederajat 1 3 Gedung SD/Sederajat 3 4 Gedung TK 1 5 Gedung Play Group 0 Sumber: Buku Monografi Desa Tegaldowo Tahun 2014.
Masalah pendidikan pada Masyarakat Desa Tegaldowo baru mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat sekitar awal dekade 2000-an sebelumnya pendidikan yang ada dan tersedia di Desa Tegaldowo hanya setingkat Sekolah Dasar (SD). Pada tahun 2004 baru didirikan Sekolah Menengah tingkat Pertama (SMP) di Tegaldowo namun kesadaran masyarakat mengenai pentingnya
12
Wawancara dengan Bapak Mardi Kepala Urusan Kesejahteraan Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang pada tanggal 12 Februari 2015. 13 Buku Monografi Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kab. Rembang Tahun 2014.
49
pendidikan masih belum disadari dan keinginan anak-anak untuk melanjutkan sekolah mereka ke jenjang SMP masih sangat rendah. Semangat pendidikan anak berbanding terbalik dengan semangat menikahkan anak-anak mereka pada usia dini (di bawah umur). Kemudian pada tahun 2012 didirikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Desa Tegaldowo sebagai upaya menekan arus pernikahan dini namun ternyata hanya beberapa orang saja yang melanjutkan sekolah mereka ke jenjang SMK.14 Tabel 1.7 Data Pendidikan Penduduk Desa Tegaldowo Tahun 201415 No
Jenis Pendidikan
Jumlah
1
Taman kanak-kanak
47
2
Sekolah Dasar
97
3
SMP/SLTP
92
4
SMA/SLTA
31
5
Akademi/D1-D2
3
6
Sarjana (S1-S3)
7
Sumber: http://prodeskel.pmd.kemendagri.go.id Tabel tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Desa Tegaldowo jika ditinjau dari jenis pendidikannya, yang tamat SD lebih besar dibandingkan lainnya. Hal ini perlu mendapatkan perhatian dan dapat digunakan sebagai acuan lebih untuk meningkatkan taraf pendidikan masyarakat Desa Tegaldowo. Selain pendidikan 14
Wawancara Pribadi dengan Bapak Bari Kepala Dusun V Desa Tegaldowo Kecamatan, Gunem Kabupaten Rembang pada tanggal 3 Februari 2015. 15
Materi diakses pada tanggal 25 Februari 2015 dari http://prodeskel.pmd.kemendagri.go.id
50
formal, masyarakat Desa Tegaldowo khususnya anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah terkadang aktif mengikuti kegiatan-kegiatan non formal yang diadakan oleh pihak Plan Indonesia.16 Maka sangat disayangkan apabila tahun ini adalah tahun terakhir pihak Plan Indonesia bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Rembang untuk membina desa Tegaldowo karena meskipun perubahan belum dirasakan setidaknya anakanak di sekolah merasakan pendidikan dari pihak Plan Indonesia. Menyadari makna pentingnya pendidikan meskipun pada akhirnya nasib mereka menikah pada usia dini karena otoritas kekuasaan orang tua. Namun masih ada harapan perubahan jika ke depannya pola pikir mereka lebih maju karena pengalaman merekalah yang membuat tidak ingin anak cucu mereka merasakan pernikahan dini seperti yang mereka rasakan.
16
Wawancara Pribadi dengan Ibu Fika Humas Plan Indonesia Rembang pada tanggal 24 Februari 2015.
BAB IV HASIL DAN PENELITIAN
A. Latar Belakang Terjadinya Ngemblok Ngemblok merupakan istilah lamaran atau besanan yang terjadi pada masyarakat Desa Tegaldowo. Sebelum adanya fase Ngemblok maka didahului dengan fase ndhedheki yaitu ketertarikan seorang pria dengan seorang wanita yang diumumkan oleh khalayak ramai bahwa wanita itu sudah ada yang menaksirnya. Adapun yang menjadi latar belakang terjadinya Ngemblok karena adanya persepsi pemahaman atau keyakinan pada masyarakat sekitar bahwa tradisi tersebut harus dilestarikan dari nenek moyang mereka. Tradisi tersebut sampai saat ini masih karena Ngemblok merupakan sebuah kekayaan budaya pada masyarakat Desa Tegaldowo.1 Ngemblok merupakan sebuah tradisi pemberian sesuatu berupa makanan atau harta benda pemberian pihak laki-laki untuk pihak perempuan. Tradisi Ngemblok di wilayah Desa Tegaldowo seringkali dijadikan bisnis bagi keluarganya apalagi jika anaknya cantik putih dan kaya. Apabila Mblokan (pemberiannya) kurang banyak
tidak
sesuai
harapan
keluarga
pihak
perempuannya
biasanya
pernikahannya hanya sebentar saja dan orang tua pihak perempuan akan mencarikan calon suami yang memberikan Mblok yang banyak. Pernah terjadi 1
Wawancara Pribadi dengan Bapak Abdul Ghoni, Kepala KUA Kecamatan Gunem, Kab.Rembang pada tanggal 10 Februari 2015.
51
52
pada salah satu masyarakat Desa Tegaldowo menikah sore hari karena Mblok nya (pemberiannya) kurang dan mertuanya sering menyindir saat fajar pihak laki-laki akhirnya kembali ke rumah orang tuanya dan saat itu juga terjadi perceraian.2 Masyarakat sana tidak terima apabila tidak ada Ngemblok karena sudah mentradisi bisa bubar jika tidak ada Ngemblok. Tata cara pernikahan dalam tradisi ala masyarakat Desa Tegaldowo adalah sebagai berikut3: 1.
Fase Ndhedheki Apabila seseorang laki-laki tertarik kepada seorang wanita maka hal yang biasa dilakukan oleh masyarakat desa Tegaldowo adalah mengumumkan kepada khalayak ramai bahwa wanita yang diincarnya sudah ingin dilamarnya. Maka dengan begitu wanita tersebut tidak akan menjadi incaran pria lain. Fase ndhedheki ini sudah mentradisi di masyarakat wilayah Kecamatan Gunem khususnya Desa Tegaldowo.
2. Fase Ngemblok4 Yaitu di mana seorang laki-laki melamar wanita yang telah diincarnya kemudian wanita akan memberikan jawaban lamaran seminggu kemudian
2
Wawancara Pribadi dengan Bapak Abdul Ghoni, Kepala KUA Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang tanggal 10 Februari 2015. 3
Wawancara Pribadi dengan Bapak Tormen, Kepala Dusun III Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang tanggal 3 Februari 2015. 4
Wawancara Pribadi dengan Bapak Suwikjo, Kepala Dusun IV Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, pada tanggal 10 Februari 2015.
53
dengan memberikan makanan sebanyak 2-3 truk yang merupakan bagian dari fase Ngemblok. Makanan itu nanti nya akan dibagikan kepada para sanak saudaranya
kerabat
dekatnya
serta
tetangga-tetangganya.
Pembagian
makanan itu sebagai pemberitahuan bahwa laki-laki itu sudah ngemblok dan akan segera menikah. Seminggu kemudian laki-laki memberikan mblok-mblokan atau seserahan kepada calon pengantin wanita dan yang menjadi sebuah tradisi adalah lakilaki memberikan kerbau kepada calon pengantin perempuan. Kerbau tersebut diantar keliling kampung sekaligus sebagai sebuah pengumuman pada masyarakat Desa Tegaldowo bahwa laki-laki tersebut akan menikah. Yang menjadi sebuah kebanggaan masyarakat tersebut yaitu “tradisi pertunjukkan tayub” akan dihadirkan pada malam acara pernikahan. 3. Mencari Hari Baik Masyarakat Desa Tegaldowo apabila akan mengadakan acara pernikahan sebelumnya akan datang ke dongke atau dukun jawa sebagai upaya pencarian hari baik dengan cara; hari dan pasaran (nilai) dari kelahiran dua calon pengantin yaitu anak perempuan dan anak laki-laki masing-masing dijumlahkan dahulu kemudian masing-masing dibuang (dikurangi) sembilan5.
5
Wawancara Pribadi dengan Bapak Mukhson Penghulu KUA Rembang, pada tanggal 20 Februari 2015.
54
Dan dalam hitungan menurut versi Jawa yang termasuk dalam hari dan pasaran nama hari (Neptu) nilai yaitu6: a. Ahad : 5
b. Senin : 4
c. Selasa: 3
e. Kamis: 8
f. Jum‟at: 6
g. Sabtu : 9
d. Rabu: 7
Adapun nama pasaran (Neptu) nilai yaitu: a. Legi: 5
b. Pahing: 9
c. Pon: 7
d. Wage: 4
e. Kliwon: 8
Karena berdasarkan realita supranatural menyiasati kegagalan manusia dalam usaha perlu diperhatikan prediksi primbon bagi kalangan masyarakat Jawa termasuk wilayah Desa Tegaldowo memang masih diyakini dan diakui keberadaannya. 4. Resepsi Pernikahan Pernikahan dan tata caranya sesuai dengan peraturan di negara ini tetapi yang sering terjadi adalah seorang penghulu harus mengikuti permintaan orangtua kedua mempelai. Biasanya yang berkaitan dengan proses akad nikah seperti tempat duduk pengantin dihitung posisinya dan harus berada di dalam atau luar rumah ada yang tidak boleh melewati pintu depan tapi harus melalui jendela rumah menyesuaikan jam bertemu antara pihak calon pengantin lakilaki dan calon pengantin perempuan dan masih banyak hal yang kadang di luar akal manusia.
6
Wawancara pribadi dengan Bapak Nyono, Kepala Dusun II Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang pada tanggal 12 Februari 2015.
55
Semua hal yang berkaitan dengan pernikahan tersebut merupakan bagian dari peran dongke (dukun jawa) yang khusus mencari hari baik dan keyakinan itu masih mengakar kuat pada masyarakat Desa Tegaldowo. Hukum adat yang masih berlaku menggunakan dongke (dukun jawa) pada masyarakat Desa Tegaldowo saat acara pernikahan atau acara apapun masih diyakini oleh warga sekitar dan masih bertahan7. 5. Pertunjukkan Tayub Pertunjukkan tayub merupakan sebuah kebanggaan pada masyarakat desa Tegaldowo. Tayub merupakan bagian dari “Pernikahan ala Tradisi Tegaldowo” dimana seorang mempelai wanita yang telah memperoleh kerbau dari mempelai laki-laki seolah wajib mengadakan pertunjukkan tayub. Daging kerbau biasanya dipotong dan diberikan kepada para tamu undangan agar malam harinya tamu undangan tersebut menghadiri acara tayuban biasanya malam hari acara tersebut dimulai dan para ledek atau penari siap menghibur tamu undangan. Dan yang terjadi saat acara tayuban mereka tidak segan-segan untuk meminum minuman keras dan saat menari bersama ledek pun tidak malu untuk memegang bagian tubuh sang ledek seperti bagian pinggang mengelulus pipi sang ledek dan lain sebagainya. Biasanya acara tayub ini akan digelar semalam suntuk untuk menghibur masyarakat Desa Tegaldowo 7
Wawancara Pribadi dengan Ibu Suwanti perias pengantin di Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang pada tanggal 12 Februari 2015.
56
bahkan apabila yang datang pejabat atau petinggi desa mereka terlebih dahulu dipersilahkan menari bersama para ledek.8 B. Solusi Terhadap Pernikahan Dini dan Janda Muda Fenomena yang terjadi pada pernikahan dini dan janda muda yang terjadi pada masyarakat Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem hampir telah mengakar kuat dan mereka bahkan lebih memilih untuk menjadi janda. Masyarakat sekitar telah terbiasa untuk melakukan perceraian kemudian menikah lagi. Mereka mengurus perceraian ketika akan kembali menikah. Bahkan jumlah janda lebih banyak ketimbang pernikahan dibawah umur.9 Masyarakat pegunungan Desa Tegaldowo susah untuk menghadapi sebuah perubahan karena pemikiran mereka pun telah mengakar kuat dan sangat tidak memikirkan masa depan anak mereka. Meskipun sudah ada perubahan tapi „otoritas kekuasaan orang tua‟ masih ada unsur magik dan adat istiadat leluhur masih melekat bahkan tingkat pemahaman agama masyarakat Desa Tegaldowo masih rendah. Orang tua mereka menganggap, meskipun ada SMK yang baru saja berdiri 3 tahun yang lalu, pendidikan itu tidak menjanjikan karena perempuan itu pada akhirnya hanya mengurus suami anak dan rumah mereka. Adapun upaya yang telah dilakukan oleh pihak Desa atau lembaga di sekitar Kabupaten Rembang yaitu dengan memberikan solusi sebagai berikut: 8
Wawancara Pribadi dengan Bapak Suntono, Kepala Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang pada tanggal 23 Februari 2015. 9
Wawancara Pribadi dengan Bapak Tormen, Kepala Dusun III Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, pada tanggal 3 Februari 2015
57
1. Penambahan unit gedung sekolah menengah atas. Pada tahun 2010 Desa Tegaldowo memiliki bangunan sekolah hanya sampai Sekolah Menengah tingkat Pertama (SMP/SLTP) beberapa tahun ini sudah berdiri bangunan Sekolah Menengah Atas (SMA). Tidak heran apabila banyak anak-anak yang setelah lulus SMP langsung dinikahkan bahkan apabila anak tersebut belum ada yang melamar ikhtiar orang tua mereka sangat kuat sampai datang ke dukun desa minta untuk dipercepat jodoh bagi anaknya.10 2. Pemerintah desa telah mengadakan sosialisasi tentang perlindungan anak dan sosialisasi mengenai perkawinan yang ideal. Pemdes bekerjasama dengan Plan Indonesia untuk melakukan sosialisasi dan membuat sebuah acara bagi kalangan orang tua serta anak-anak khususnya pada masyarakat Desa Tegaldowo, memberikan seminar-seminar seputar bahaya seks bebas bagi remaja kesehatan reproduksi pelatihan keterampilan dan yang terbaru mengadakan seminar pernikahan dini sebagai upaya pencegahan terjadinya pernikahan di bawah umur yang semakin banyak. Namun, tahun 2015 ini merupakan tahun terakhir pihak Plan Indonesia bekerjasama dengan Pemdes maka sangat dikhawatirkan akan meningkat lagi jumlah perkawinan anak atau perkawinan di bawah umur. 3. Pihak Lurah (Petinggi) memberikan „ancaman‟ dengan memberitahukan ketentuan perundang-undangan dan sering berdiskusi dengan masyarakat 10
Wawancara pribadi dengan Bapak Sukoco, Kepala Urusan Umum Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, pada tanggal 11 Februari 2015.
58
setempat bahwa perkawinan anak dibawah umur itu tidak baik bagi anak secara fisik maupun mental mereka. 4. Adanya pembangunan pabrik semen yang baru 16% pembangunannya. Pihak Kepala Dusun setempat berharap dengan adanya pembangunan tersebut dapat memberikan harapan bagi remaja di Desa Tegaldowo. Harapan untuk kembali bersekolah setelah lulus SMP nanti dan saat lulus SMA pun mereka ada harapan untuk bekerja. Maka nantinya sang anak akan berusaha keras menolak lamaran karena mereka masih mempunyai harapan untuk merasakan duduk dibangku SMA dan bekerja lebih dari sekedar menikah karena paksaan orang tua mereka. Namun pembangunan pabrik semen sempat terhenti karena masyarakat setempat ada yang tidak menyetujui adanya pembangunan tersebut mereka mengungkapkan bahwa tidak mau merusak lingkungan pegunungan di Desa Tegaldowo.11 5. Pada tahun 2015 ini baru saja Pemerintah Kabupaten Rembang bekerjasama dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengadakan seminar yang dihadiri oleh Kepala KUA (Kantor Urusan Agama) dari wilayah kota Rembang dan juga dihadiri oleh perwakilan Kepala Desa agar tidak lagi
11
Wawancara pribadi dengan Bapak Nyono, Kepala Dusun Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang tanggal 3 Februari 2015.
59
memberikan kemudahan untuk melakukan praktek nikah di bawah umur atau menikahkan anak yang belum cukup umurnya.12 C. Persepsi Masyarakat Tentang Tradisi Ngemblok dan Janda Muda Sebelum jenjang perkawinan biasanya orang tua pria mendatangi keluarga pihak wanita untuk menyatakan keinginannya mempersunting anak gadisnya dengan tidak mengikutsertakan anak gadisnya karena biasanya gadis tersebut masih duduk di bangku SD ataupun SLTP dan juga tidak langsung menjawab maksud si pria tersebut. Setelah kurang lebih sebulan, datanglah rombongan pihak wanita ke keluarga pria dengan membawa aneka makanan khas desa sebagai jawaban. Inilah yang dimaksud dengan Ngemblok. Dan apabila sudah terjadi Ngemblok maka pihak wanita juga memberikan sebuah kerbau kepada pihak pria dan mengadakan acara Tayub yang merupakan bagian dari tradisi Ngemblok. Adapun persepsi mereka mengenai tradisi Ngemblok yang menikahkan anaknya di bawah umur antara lain: 1. Takut disebut „Perawan Kasep‟ Sebagian orang tua di Desa Tegaldowo tak berpikir panjang dalam menerima pinangan laki-laki dan keluarga yang tidak mampu secara ekonomi cenderung
menerima
begitu
saja
saat
datang
pinangan
tanpa
mempertimbangkan masa depan ketidaksiapan mental anak gadisnya dan kriteria yang cocok untuk anak gadisnya. Persepsi masyarakat disana akan
12
Wawancara pribadi dengan Bapak Abdul Ghoni, Kepala KUA Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang pada tanggal 23 Februari 2015.
60
perkawinan itu sederhana yaitu kecocokan akan datang dengan sendirinya dan akan kenal satu sama lain dengan sendirinya. Bahkan orang tua pihak wanita masih mempercayai dukun apabila anaknya sudah perawan namun belum punya pacar ataupun dilamar. Konon katanya pada masyarakat Desa Tegaldowo masih sering terjadi dan mempercayai hal-hal seperti dukun yang merupakan perbuatan syirik menurut agama.13 Makna pernikahan bagi masyarakat desa Tegaldowo sebagai sesuatu yang simple (sederhana) saat datang pinangan maka jalani saja para orang tua mereka tak terlalu berpikir panjang. Masalah bagaimana nanti anaknya menjalani kehidupan rumah tangga mereka menerima saja. Mereka berkaca pada pada rumah tangga mereka sendiri yang biasanya dilakukan secara dini kalau terpaksa tidak ada kecocokan maka bercerai saja.14 Adanya dispensasi nikah yang merupakan produk Pengadilan Agama membuat masyarakat Desa Tegaldowo mengajukan permohonan dispensasi nikah bahkan pejabat desa terkadang memanipulasi data sang calon pengantin yang masih dibawah umur. Masyarakat mengetahui adanya dispensasi nikah tidak lepas dari gethok tular (sosialisasi informasi secara perorangan) yang telah berhasil melaksanakan perkawinan anak mereka yang belum cukup umur. Bapak Drs. Abdul Ghoni, sebagai pihak Kepala KUA merangkap 13
Wawancara dengan Bapak Fathurrohman selaku Penghulu Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang pada tanggal 23 Februari 2015. 14
Wawancara dengan Bapak Mukhson selaku Penghulu Kabupaten Rembang pada tanggal 29 Mei 2015.
61
sebagai pihak pelaksana perkawinan, berdasarkan informasinya menjelaskan sebagai berikut: “Katanya, anak Desa Tegaldowo umur masih duduk dibangku 5 SD dan belum ada yang melamar ikhtiar orang tuanya luar biasa sampai datang ke dukun agar anak gadisnya ada yang melamar. Maka warga sekitar mengetahui anak tersebut telah menjadi perawan kasep (perawan yang sudah tidak laku atau sudah kelewatan) walaupun masih kelas 5 SD karena tradisinya begitu. Masyarakat menganggap mudah saja melangsungkan pernikahan walaupun masih dibawah umur karena mereka mengetahui adanya dispensasi nikah, mereka mengajukannya ke Pengadilan”.15 Berikut data pengelompokan umur calon pengantin tahun 2012-2014 yang penulis peroleh dari KUA Kecamatan Gunem16: Tabel 1.8 No
Tahun
Kurang 16 s.d 19 s.d 25 s.d 31 Thn Jumlah 16 tahun 18 Thn 24 Thn 30 Thn Ke atas 1 2012 0 80 167 148 133 528 2 2013 3 79 193 119 114 508 3 2014 13 164 193 86 50 506 Sumber: Data Peristiwa Nikah Kementerian Agama (Bimas Islam). Dan data khusus peristiwa pernikahan untuk pengelompokkan umur Calon Pengantin Desa Tegaldowo Tahun 2012-2014 adalah17: 15
Wawancara dengan Bapak Abdul Ghoni, Kepala KUA Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang pada tanggal 23 Februari 2015. 16
Data Tahunan Kementerian Agama bagian Bimas Islam Kota Rembang.
62
Tabel 1.9 No 1 2 3
Usia 31 Usia Nikah 19 Usia Nikah 19- Usia Nikah 25 tahun 26-30 tahun tahun ke atas tahun 2012 36 19 8 5 2013 31 18 4 14 2014 23 42 5 12 Sumber: Simkah Gunem (Sistem Informasi Nikah) Kecamatan Gunem.
Tahun
Jumlah 68 67 85
Tabel diatas merupakan jumlah peristiwa nikah yang terjadi di Desa Tegaldowo namun bapak Fathurrohman selaku Penghulu Kecamatan Gunem menyatakan bahwa terkadang masih ada yang melakukan nikah dibawah tangan. Bahkan Ibu Suwanti selaku perias pengantin menyatakan bahwa terkadang beliau merias pengantin yang masih seumur jagung dengan kata lain yang masih belum cukup umur. Terkadang pernikahannya pun hanya diselenggerakan oleh pihak keluarga besar calon pengantin laki-laki dan calon pengantin perempuan dengan melihat realita yang terjadi maka masih ada korelasi antara pernikahan dini dengan nikah sirri. 2. Lebih Baik Menjadi Janda Muda Perceraian yang terjadi pada Masyarakat Desa Tegaldowo bukanlah hal yang ditabukan. Para orang tua mereka lebih memilih anak-anak mereka menjadi janda muda Permasalahan yang terjadi pada masyarakat pegunungan Desa Tegaldowo mereka tidak berani menolak lamaran sang pria karena realita yang terjadi apabila menolak lamaran sang pria keluarga sang pria akan sakit hati karena lamarannya ditolak dan akan datang ke dukun. Dalam 17
Materi diakses pada tanggal 20 Februari 2015 dari simkah.bimasislam.com
63
istilah mereka “apabila lamaran ditolak maka dukun bertindak”. Mereka datang ke dukun agar wanita yang dilamarnya meninggal. Oleh karena itu, masyarakat Desa Tegaldowo apabila menerima lamaran dan anak gadisnya masih belum cukup umur akan diterima meskipun pernikahan mereka hanya sehari atau satu minggu.18 Makna perceraian bagi masyarakat desa Tegaldowo adalah perceraian tak terlalu menjadi aib daripada perawan yang tak laku para orang tua mereka akan lebih senang bila anaknya laku walaupun kemudian bercerai. Kalau terpaksa tidak ada kecocokan dalam berumah tangga terpaksa bercerai jalani saja daripada menjadi perawan yang tidak laku. Ada juga yang hanya memikirkan Mblok-mblokan saja kalau Mblok-mblokan (pemberian sedikit) maka terpaksa bercerai. Adapun peristiwa janda muda setiap tahunnya yang terjadi karena faktor perceraian adalah sebagai berikut19: Tabel 2.0 Jumlah Usia 20 Usia 21-25 Usia 26- 31 tahun tahun 30 tahun ke atas tahun 1 2012 14 12 8 6 40 2 2013 17 5 6 14 42 3 2014 19 9 15 8 51 Sumber: Simkah Gunem (Sistem Informasi Nikah) KUA Kecamatan Gunem. No
Tahun
18
Dalam perbincangan ,ternyata Putri Siswi Kelas 3 SMP telah melakukan Ngemblok karena keinginan orang tuanya dan setelah lulus SMP nanti akan melangsungkan pernikahan. 19 Materi diakses pada tanggal 20 Februari 2015 dari Simkah.bimasislam.com
64
Tabel diatas menurut pak Fathurrohman, selaku penghulu KUA Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, angka tersebut belum pasti yang janda mudanya sudah mendaftarkan perceraian mereka ke Pengadilan Agama Rembang karena fakta lapangan yang terjadi mereka akan mengurus perceraian mereka apabila sudah melakukan lamaran lagi atau sudah ngemblok.20 Ditemukan pula di beberapa daerah Desa Tegaldowo di mana anak gadis yang masih berusia 18 tahun sudah menjanda dua kali mereka merupakan korban atas perilaku orang tuanya yang masih menganut tradisi turun-temurun mereka yaitu tradisi Ngemblok. Padahal pada usia mereka yang tergolong masih muda mereka masih bisa mengejar masa depan tetapi kenyataannya pada usia mereka yang tergolong masih mudah sudah menjanda bahkan lebih dari sekali. 3. Persepsi mereka mengenai “Anak Gadis Sekolah Mau Jadi Apa?” Masyarakat Desa Tegaldowo menganggap anak gadisnya nanti bekerja hanya di belakang; bergelut dengan dapur sumur dan kasur. Mereka tidak mau mengeluarkan biaya pendidikan untuk anaknya bersekolah ke jenjang yang lebih tinggi karena mereka para orang tua kurang kesadaran untuk
20
Wawancara pribadi dengan Bapak Fathurrohman selaku Penghulu KUA Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang pada tanggal 23 Februari 2015.
65
memberikan pendidikan yang lebih tinggi bagi anaknya dan akan menjadi sebuah kebanggaan apabila jodoh mereka cepat datang.21 Berikut ini adalah grafik psikologis perilaku remaja.22
Aktivitas Bersama Teman Sebaya 50.00% 40.00%
44,99%
30.00% 20.00%
21,11%
10.00%
15,99%
10,23%
Olahraga
Belajar
4,90%
1,92%
0,43%
0,43%
0.00% Bermain
Berbagi Cerita
Jalan-jalan Hiburan Beribadah Lain-lain
Tabel 2.1 Tradisi Pernikahan Dini adalah rujukan dari para nenek moyang mereka. No
Pilihan Jawaban
Skor
1
Sangat Setuju
32 orang
2
Setuju
13
3
Ragu
2 orang
4
Tidak Setuju
5 orang
5
Sangat Tidak Setuju
0 orang
Total
52 orang
Dilihat dari tabel diatas persepsi responden yang sangat setuju mengenai pernikahan dini yang menyebutkan bahwa hal itu merupakan rujukan nenek
21
Wawancara dengan Swis Lidya pelaku Pernikahan Dini di Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang Pada tanggal 3 Februari 2015. 22
Sri Lestari, “Psikologi Keluarga”, (Jakarta: Rajawali Press, 1971), h.43.
66
moyang mereka adalah 32 orang responden terdiri dari kelas VII dan X. Karena di pedesaan menjadi hal yang lumrah dilakukan kesederhanaan kehidupan di pedesaan pola pikir masyarakatnya masih sederhana. Bahkan salah satu responden telah menerima lamaran (ngemblok) atas permintaan orang tua mereka, padahal responden tersebut masih berusia 15 tahun dan masa depan mereka masih panjang malah masih banyak yang harus dilakukan. Bahwasanya mereka hanya takut menerima cacian dari tetangganya apabila menolak lamaran sang pria, ada pula yang mengatakan bahwa ia takut persepsi mereka yang akan selamanya menjanda apabila menolak lamaran dan adapula yang datang ke dongke (dukun jawa) apabila lamaran mereka ditolak. Mereka tidak memikirkan bahwa sebenarnya perkawinan dan tujuannya sangat erat hubungannya dengan agama maka pendidikan agama dalam keluarga merupakan condition sine quo non untuk membentuk keluarga bahagia. sebab sesungguhnya agama membuat hidup dan kehidupan manusia menjadi lebih bermakna.23 D. Analisa Penulis Berdasarkan data-data yang penulis dapatkan, pernikahan dini pada masyarakat Desa Tegaldowo sudah jarang sekali terjadi, namun pernikahan anak masih sering terjadi bahkan sampai saat ini. Karena UU Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 7 ayat 1 tentang Perkawinan, telah memberikan batasan usia bagi laki-laki 23
Mohammad Daud Ali Hukum Islam dan Peradilan Agama (Kumpulan Tulisan) (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2002) h. 28.
67
dan perempuan yang hendak melangsungkan pernikahan yang menyatakan bahwa “Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun.” Dan realita yang terjadi masyarakat Desa Tegaldowo akan menikahkan anaknya pada usia 16 tahun agar mereka tidak perlu meminta dispensasi nikah kepada pihak Pengadilan Agama mereka juga melangsungkan lamaran atau ngemblok pada usia sebelum 16 tahun. Tradisi Ngemblok merupakan tradisi nenek moyang mereka yang merupakan kepercayaan masyarakat desa Tegaldowo yang apabila anaknya sudah berumur 15 tahun dan belum mempunyai pacar atau belum ada yang melamar atau belum ngemblok maka bisa dikatakan perawan kasep (perawan yang sudah lewat umurnya). Ikhtiar orang tua mereka sangat kuat apabila anak mereka belum menemukan jodohnya karena akan menjadi bahan pembicaraan tetangga maka mereka akan datang ke dongke (dukun jawa) untuk meminta dimudahkan mencari jodoh anaknya. Bahkan beberapa narasumber katakana, seringkali ngemblok dijadikan ajang bisnis untuk memperoleh keuntungan semata apabila mblokmblokan mereka kurang maka pernikahan mereka mungkin hanya bertahan hitungan hari saja. Pihak pemerintah Kabupaten Rembang pun akhir-akhir ini sering mengadakan sosialisasi atau seminar mengenai pernikahan dini Pemerintah Kabupaten Rembang bekerjasama dengan Kementerian Agama dan KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) untuk mengadakan berbagai kegiatan agar pihak
68
KUA Kabupaten Rembang khususnya Kecamatan Gunem untuk tidak menikahkan anak yang masih dibawah umur atau menikahkan anak yang belum matang usianya. Dengan begitu penulis simpulkan bahwa selama ini banyak upaya dari lembaga pemerintah untuk mengurangi adanya pernikahan dini di Desa Tegaldowo namun karena faktor kepercayaan mereka maka sulit untuk merubahnya apalagi sedikitnya gedung sekolah yang berdiri membuat mereka tidak bersemangat untuk melanjutkan pendidikan. Dari data yang penulis temukan di arsip KUA Kecamatan Gunem di bagian wilayah Desa Tegaldowo banyak kasus yang ditemukan umur 18 tahun sudah ada yang menjanda bahkan ada yang kedua kalinya mereka menjanda. Hal ini merupakan hal yang biasa bagi masyarakat Desa Tegaldowo Desa Tegaldowo terkenal dengan pernikahan dini dan janda mudanya. Mereka akan bangga dengan status janda dan itulah sebuah kebanggaan. Tak heran apabila seorang wanita yang masih muda sudah menjanda dan sudah ngemblok berkali-kali. Adapun yang mentradisi dari Desa Tegaldowo mengenai pernikahannya yaitu adanya pemberian kerbau kepada pihak wanita dan dengan tersebut wajib bagi seorang wanita untuk mengadakan acara tayub. Pertunjukkan tayub merupakan sebuah kebanggaan masyarakat Desa Tegaldowo dan merupakan bagian dari pernikahan ala tradisi Desa Tegaldowo sejak dahulu kala. Pertunjukkan tayub adalah sebuah pertunjukkan yang terdiri dari 3-4 orang ledek (penari) dan tamu undangan yang berjoget bersama para
69
ledek nantinya. Bahkan untuk menumbuhkan kepercayaan diri mereka tamu undangan bersama-sama meminum-minuman keras dengan begitu mereka akan percaya diri dan terkadang tak segan-segan untuk memegang bagian tubuh yang mereka inginkan. Meskipun masyarakat Desa Tegaldowo meyakini bahwa sebenarnya pertunjukkan tayub bertentangan dengan agama mereka namun karena sudah mentradisi dan sudah ada sejak zaman nenek moyang mereka maka itu adalah sebuah kebanggaan yang sampai saat ini masih bertahan. Adanya pernikahan dini maka berkorelasi dengan nikah sirri. Ibu Maryati pun menyatakan ia terkadang merias pengantin yang masih sangat muda usianya dan hanya dihadiri pihak keluarga kedua mempelai. Bahkan dulu pernah terjadi beberapa hari menikah dan katanya karena mblok-mblokannya kurang, pernikahannya pun terputus begitu saja. Dengan adanya unsur magik yang masih melekat pada masyarakat desa Tegaldowo mereka akan menggunakan dongke (dukun jawa) apabila lamaran ditolak dan akan meminta untuk membunuh orang yang telah menolaknya. Dengan begitu penulis dapat simpulkan bahwa meskipun mayoritas masyarakat Desa Tegaldowo beragama Islam tetapi kepercayaan mereka masih kental dengan unsur budaya bahkan meskipun mereka beragama tetapi perilaku mereka sama sekali tidak mengandung nilai-nilai keagamaan. Paham yang mereka anut adalah kejawen, ada pula yang menggunakan identitas keislamannya di KTP saja. Masalah pernikahan dini memang perlu sosialisasi agar tidak ada
70
lagi yang menjadi korban keinginan orang tua atau tradisi atau paham yang mereka anut. Seharusnya pernikahan bukanlah hal yang main-main di mana mereka melangsungkan pernikahan hanya mengharapkan mblok-mbloknya (pemberian) saja tapi hak dan kewajiban didalamnya harus terpenuhi. Undang-Undang Perkawinan dalam bahasan ini ialah segala sesuatu dalam bentuk aturan yang dapat dan dijadikan petunjuk oleh umat Islam dalam bentuk aturan yang dapat dijadikan pedoman hakim di lembaga peradilan agama dalam memeriksa dan memutuskan perkara perkawinan. Bahkan KHI (Kompilasi Hukum Islam) Pasal 15 ayat 1 pun telah menyebutkan batas usia calon mempelai laki-laki sekurang-kurangnya berumur 19 tahun dan calon mempelai perempuan sekurang-kurangnya berumur 16 tahun. Akan tetapi warga desa Tegaldowo tidak melihat dari segi hukum positif yang berlaku di Indonesia maka seharusnya ini menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah setempat khususnya dengan masyarakat yang masih memberlakukan pernikahan dini. Masih terdapat celah hukum bagi pelaku pernikahan usia dini meskipun UU Perkawinan dan KHI telah menetapkan batas usia yang ideal untuk menikah maka dalam kasus ini terlihat adanya kesenjangan antara pelaksanaan ( das sein) dan pengaturan (das sollen).
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Sebagai penutup dari uraian hasil penelitian yang telah penulis lakukan maka penulis mengemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1.
Makna pernikahan bagi masyarakat desa Tegaldowo sebagai sesuatu yang simple (sederhana) saat datang pinangan maka jalani saja para orang tua mereka tak terlalu berpikir panjang. Masalah bagaimana nanti anaknya menjalani kehidupan rumah tangga mereka menerima saja. Mereka berkaca pada pada rumah tangga mereka sendiri yang biasanya dilakukan secara dini kalau terpaksa tidak ada kecocokan maka bercerai saja. Perkawinan itu sederhana karena kecocokan akan datang dengan sendirinya dan akan kenal satu sama lain dengan sendirinya saat tidak cocok maka bercerai saja.
2. Makna perceraian bagi masyarakat desa Tegaldowo adalah perceraian tak terlalu menjadi aib daripada menjadi perawan kasep (perawan yang tak laku) para orang tua mereka akan lebih senang bila anaknya laku walaupun kemudian bercerai. Kalau terpaksa tidak ada kecocokan dalam berumah tangga terpaksa bercerai jalani saja daripada menjadi perawan yang tidak laku. Ada juga yang hanya memikirkan Mblok-mblokan saja kalau Mblokmblokan (pemberian sedikit) maka terpaksa bercerai.
71
72
3. Tata cara dalam perkawinan ala tradisi Tegaldowo yaitu: (1) Fase Ndhedheki yaitu fase dimana seorang pria mengumumkan kepada khalayak ramai bahwa gadis yang ditaksirnya akan dilamar. (2) Kemudian fase Ngemblok yaitu dimana calon pengantin laki-laki memberikan Mblok-mblokan atau seserahan. (3) Mencari hari baik kepada dongke (dukun jawa) mengenai proses resepsi pernikahan. (4) Resepsi pernikahan yang diadakan seperti resepsi yang sering terjadi pada masyarakat sewajarnya yang berbeda yaitu tercampurnya unsur kebudayaan pernikahan ala tradis Tegaldowo yaitu kesenian tayub. Dan yang menyebabkan banyaknya janda muda karena persepsi mereka yaitu : takut disebut perawan kasep (perawan yang tidak laku) lebih baik menjadi janda muda dari pada perawan yang tidak laku dan akan menjadi bahan perbincangan para tetangga dan persepsi mereka mengatakan “anak gadis sekolah mau jadi apa?” karena pada akhirnya kodrat seorang wanita akan mengurus rumah suami dan anak-anaknya. B. Saran-Saran 1. Untuk KUA Kecamatan Gunem untuk lebih bisa bersosialisasi dengan masyarakat desa Tegaldowo dan memberikan penyuluhan nikah kepada Catin agar perceraian tidak terjadi lagi karena hal sepela saja. 2. Untuk Pemerintah Kabupaten seharusnya bisa bersosialisasi dengan lembagalembaga yang terkait baik dari instansi pemerintah maupun non pemerintah. Sosialisasi tersebut bisa melalui jalur formal seperti penambahan gedung
73
sekolah negeri yang masyarakatnya tidak perlu membayar biaya sekolah dengan begitu tidak akan ada lagi alasan orang tua yang menikahkan anaknya karenan faktor ekonomi dan tidak mampu membiayai uang sekolah mereka. Adapun jalur non formal bisa seperti mengadakan seminar mengenai dampak pernikahan dini seks bebas dan dampaknya kesehatan reproduksi pelatihanpelatihan yang mendidik dan lain sebagainya. 3. Untuk tokoh agama dan tokoh masyarakat sebaiknya bisa bersikap pro aktif melakukan pemberdayaan terhadap pola pikir mereka agar lebih maju karena pola pikir masyarakat Desa Tegaldowo masih lambat dan menyangkut keyakinan mereka selama ini maka akan sulit untuk menuju arus perubahan kecuali dengan perubahan mindset (pola pikir). 4. Untuk pejabat di desa Tegaldowo khususnya Kepala desa untuk tidak membantu atau “memfasilitasi” keinginan sebagian masyarakat untuk menikahkan anaknya di usia dini dengan memanipulasi data atau menikahkan anak tersebut “di bawah tangan”. Karena terkadang ada pertimbangan “politis” atau ada unsur “kasihan” maka dimudahkan prosesnya maka sebaiknya itu bisa dihindari meskipun dengan cara bertahap.
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’an Al Karim Asmawi. Nikah dalam perbincangan dan perbedaan. Jakarta: Anggota IKAPI 2006. Badan Penasihatan Dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Provinsi DKI Jakarta, Membina Keluarga Sakinah. Jakarta: BP4 dan Provinsi DKI Jakarta, 1977. Dachlan Aisyah. Membina Rumah Tangga Bahagia “Peranan Agama Dalam Rumah Tangga”. Jakarta: Jamunu 1969 Dahlan Abdul Azis. Ensiklopedi Hukum Islam Jakarta:PT Ichtiar Baru van Hoeve 1997. Daud Ali Mohammad. Hukum Islam dan Peradilan Agama (Kumpulan Tulisan) Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2002. Ditjen Bimas Islam Kemenag RI Jurnal Bimas Islam Jakarta : Ditjen Bimas Islam 2013. Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Departemen Agama Kompilasi Hukum Islam di Indonesia Jakarta: Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama 1992. Fatah Idris Abdul dan Hamadi Abdul. Fiqh Islam Lengkap. Jakarta: Rineka Cipta 1994. Gunarsa, Y. Singgih D., Ny. dan Gunarsa, Singgih D. Psikologi Untuk Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia, 1990. Haikal, Abduttawab, Rahasia Perkawinan Rasulullah “Poligami Dalam Islam vs Monogami Barat “. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993. Hamid Zahry. Pokok-Pokok Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan di Indonesia Yogyakarta: Bina Cipta 1978. Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Perkawinan. Bandung: Fokusmedia,2005. Husein, Machnun, Monogami dan Poligami Dalam Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001.
74
75
Ibnu Hajar Al-Asqalani dan di tahqiq oleh Isham Ad-din As-Shababuthy, Bulughul Maraam Min Jam’I Adilatil Ahkam (Cairo, Darul Hadits), Lembaga Kajian Ketahanan Keluarga Indonesia,” Tatanan Berkeluarga Dalam Islam,”Jakarta: LK3I, 2011. Nuruddin Amiur dan Tarigan Azhari Akmal. Hukum Perdata Islam di Indonesia (Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No 1/1974 sampai KHI). Jakarta: Prenada Media, 2014. Manan Abdul. Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia Jakarta: Kencana Prenada Media Group 2006 Mohammad dan M.DloriJeratan Nikah Dini Wabah Pergaulan. Jogjakarta: Media Abadi 2010. Mutawwali Sya’rawi Muhammad. Fiqh Wanita. Jakarta: Pena Pundi Aksara 2007. Rahman Ghazaly Ahmad. Fikih Munakahat. Jakarta: Kencana 2003. Sabiq Sayyid. Fikih Sunnah Jilid 3 Jakarta: Cakrawala Publishing 2011. Sarwono, Jonathan, Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Bandung: Graha Ilmu, 2006. Syarifuddin Amir. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia “Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan. Jakarta: Prenada Media 2007. Soekanto Pendidikan Dalam Rumah Tangga Jakarta: PT Niaga Pres 1992. Sopyan, Yayan. ISLAM NEGARA “Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam Hukum Nasional.” Jakarta: PT Semesta Rakyat Merdeka, 2012. Sudirman Abbas Ahmad. Pengantar Pernikahan “Analisa Perbandingan Antar Madzhab”. Jakarta : Prima Heza Lestari 2006 Tholabie Kharlie Ahmad. Hukum Keluarga Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika 2013. Undang-Undang No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2004. Undang-Undang R.I Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan & Kompilasi Hukum Islam, Bandung: Citra Umbara, 2013.
76
Wirawan Sarwono Sarlito. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers1991. Yanggo, Huzaemah Tahido. Fikih Perempuan Kontemporer. Bogor: Ghalia Indonesia, 2010. Yanggo, Huzaimah T dan Hafiz Anshari H.Z. Problematika Hukum Islam Kontemporer. Jakarta : Pustaka Firdaus2009. Yusuf As Subki,Ali. “Hukum Keluarga Islam,” Sinar Grafika Offset: Jakarta, Februari 2010. Qaimi Ali. Pernikahan Masalah & Solusinya. Jakarta: Cahaya 2007. Zain Muhammad dan Alshodiq Mukhtar. Membangun Keluarga Humanis. Jakarta : Graha Cipta 2005 Jurnal Pokja Analisis Dampak Sosial Ekonomi terhadap Kependudukan Ditdamduk BKKBN Kajian Pernikahan Dini Pada Beberapa Provinsi di Indonesia : Dampak OverpulationAkar Masalah dan Peran Kelembagaan di Daerah (Jakarta : BKKBN 2012 Wardhani, Nidya Ayu Kusuma.“Self Disclosure dan Kepuasan Perkawinan Pada Istri di Usia Awal Perkawinan.” Calyptra; Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.1 No. 1, Surabaya: 2012. Tesis Kusumaryani. Merry Sri Widyanti.“Determinan Perilaku Pacaran Remaja (Analisis Data Kesehatan Reproduksi Remaja 2002),” (Tesis S2 Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia Jakarta 2005)hal.3. WEB http://rembangkab.bps.go.id http://prodeskel.pmd.kemendagri.go.id simkah.bimasislam.com Data dan Wawancara Buku Monografi Desa. Wawancara Pribadi dengan Bapak Abdul Ghoni Kepala KUA Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang tanggal 10 Februari 2015
77
Wawancara Pribadi dengan Bapak Bari Kepala Dusun V Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang pada tanggal 3 Februari 2015. Wawancara Pribadi dengan Bapak Fathurrohman selaku Penghulu Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang pada tanggal 23 Februari 2015. Wawancara Pribadi dengan Ibu Fika Humas Plan Indonesia Rembang pada tanggal 24 Februari 2015. Wawancara Pribadi dengan Bapak Irwanto Pelaku Pernikahan Dini di Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang pada tanggal 12 Februari 2015. Wawancara Pribadi dengan Bapak Mardi Kepala Urusan Kesejahteraan Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang pada tanggal 12 Februari 2015 Wawancara Pribadi dengan Ibu Nanik Rahayu pelaku pernikahan dini di Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang pada tanggal 12 Februari 2015. Wawancara Pribadi dengan Bapak Mukhson Penghulu KUA Rembang, pada tanggal 20 Februari 2015. Wawancara Pribadi dengan Bapak Nyono Kepala Dusun II Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang 3 Februari 2015 Wawancara Pribadi dengan Siti Nikmah pelaku Nikah Dini di Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang pada tanggal 12 Februari 2015. Wawancara Pribadi dengan Swis Lidya pelaku Pernikahan Dini di Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang Pada tanggal 3 Februari 2015. Wawancara Pribadi dengan Bapak Sukoco Kepala Urusan Umum Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang tanggal 11 Februari 2015. Wawancara Pribadi dengan Ibu Suwanti perias pengantin di Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang pada tanggal 12 Februari 2015. Wawancara Pribadi dengan Bapak Suntono Kepala Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang pada tanggal 23 Februari 2015. Wawancara Pribadi dengan Bapak Tormen Kepala Dusun III Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang tanggal 3 Februari 2015.
TRANSKRIP WAWANCARA Nama
: Bapak Nyono
Jabatan
: Kepala Dusun
Tanggal
:
1. Bagaimana tanggapan Bapak mengenai tradisi Ngemblok yang terjadi pada masyarakat Desa Tegaldowo ? Mengenai tradisi „ngemblok‟ memang sudah ada dan terjadi turun-temurun di wilayah kecamatan Gunem ini khususnya Desa Tegaldowo namun yang terjadi bahwa Desa Tegaldowo mempunyai keunikkan tersendiri dari desa-desa lainnya yaitu ngemblok dijadikan sebuah bisnis untuk masalah ekonomi bahkan ada juga yang mempertahankan status sosialnya. Dimana orang yang sama-sama kaya harus menikah dengan orang yang sepadan dengannya dan apabila ngembloknya itu sedikit maka usia pernikahan hanya terhitung beberapa hari saja. Di Desa Tegaldowo pun tidak malu apabila anaknya telah menjanda kemudian menikah lagi itu merupakan simbol kebanggaan tersendiri bagi kalangan masyarakat Desa Tegaldowo. Sebenarnya Ngemblok itu hal yang biasa toh istilah orang Jakarta bilang itu lamaran namun bagi masyarakat sini ngemblok dijadikan bisnis untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya. Dan mereka tau ini tidak baik tapi karena telah mentradisi maka di anggap biasa saja. 2. Bagaimana menurut Bapak mengenai usia pernikahan mereka yang tergolong masih muda apalagi yang usia muda nya mereka sudah menjanda akibat Mblok nya kurang ?
Memang ukuran pernikahan itu kedewasaan secara „fisik‟ maupun „mental‟ bukan hal yang main-main namun disayangkan masyarakat di sini menganggap pernikahan itu hal yang sewajarnya saja. Bahkan ada yang tidak terjadi hubungan tiba-tiba suami meninggalkan rumah begitu saja karena tidak tahan mendengar keluhan mblok-mblokan kurang dari orang tua istrinya. Dan janda di usia muda sudah wajar terjadi pada masyarakat Desa Tegaldowo apalagi bagi kalangan status sosial mereka yang lebih tinggi biasanya apabila pemberiannya kurang merasa belum cukup yaa esok hari setelah pesta pernikahannya atau setelah nanggap tayub yaa biasanya pengantin laki-lakinya kembali ke rumah orang tuanya dan putusnya hubungan pernikahan terjadi begitu saja. 3. Bagaimana mengenai pendidikan masyarakat Desa Tegaldowo ini? apakah masih membutuhkan perhatian oleh pemerintah setempat ? Masalah pendidikan Masyarakat Desa Tegaldowo masih tergolong rendah semangat mereka terkadang tidak ada untuk menyekolahkan anak mereka ke jenjang pendidikannya yang lebih tinggi. Karena persepsi mereka bahwa anak gadis itu sekolah tidak perlu tinggi-tinggi toh jatuhnya akan mengurusi rumah tangga dari suamianak beserta dapur. Dengan adanya SMK diharapkan pikiran atau pandangan mereka untuk menyekolahkan anak nya ke jenjang pendidikannya lebih tinggi masih ada karena persepsi mereka dengan menikahkan anaknya akan membantu masalah ekonomi mereka. Apalagi mereka menganggap anaknya yang masih berumur 15 tahun belum punya pacar atau belum
ngemblok maka disebut dengan perawan kelewatan atau perawan yang umurnya sudah lewat. Maka ikhtiar orang tua mereka untuk mencarikan jodoh sangat kuat. Maka diharapkan Pemerintah Kabupaten Rembang memberikan perhatian mengenai masalah pernikahan dini atau pernikahan anak ini yang terjadi pada Masyarakat Desa Tegaldowo. Bisa saja memberikan fasilitas lagi penambahan gedung SMA dengan biaya spp yang rendah atau memberikan penyuluhan bagi anak –anak maupun orang tua. 4. Apa yang dimaksud dengan pertunjukkan tayub ? Yang sudah mentradisi dari ngemblok pada masyarakat Desa Tegaldowo? Yang di maksud dengan pertunjukkan tayub yaitu apabila calon pengantin laki-laki memberikan kerbau kepada calon pengantin perempuan maka calon pengantin perempuan wajib untuk mengadakan acara tayub yang sebelumnya kerbau itu dipotong dan di berikan kepada yang berjoget bersama „ledek‟ sebagai undangan acara tayub. Pertunjukkan tayub adalah sebuah kebanggaan masyarakat Desa Tegaldowo dan sudah mentradisi bisa di sebut dengan “ Pernikahan ala tradisi Desa Tegaldowo”. Meskipun tradisi ini di anggap cukup kurang terpuji dan masyarakat pun tahu akan hal itu tapi tradisi ini memang sudah ada dari leluhur kami sebelumnya. Dimana pertunjukkan tayub ini terkadang dibarengi dengan meminum-minuman keras agar yang joget bersama „ledek‟ tampil percaya diri. Maka ciri khas pernikahan di Desa Tegaldowo adalah dengan meriahnya acara tayub ini apalagi jika yang nanggap tayub ini adalah orang yang status sosialnya tinggi. Jika
ada petinggi yang datang maka di persilahkan terlebih dahulu untuk berjoget bersama para ledek yang telah ada dan merupakan sebuah penghormatan bagi tuan rumahnya. 5. Bagaimana cara mengurus perceraian mereka ? apakah terjadi begitu saja atau melalui jalur hukum ke Pengadilan terlebih dahulu ? Untuk perceraian mereka biasanya di urus setelah mereka ingin menikah lagi sebelum ada yang melamar perceraian tidak di urus sama sekali apalagi jarak nya yang cukup jauh ditambah daerah pegunungan yang kurang fasilitas transportasinya. Apabila mereka ingin menikah yaa baru di urus agar bisa menikah lagi dan memperoleh sertifikat yang menyatakan bahwa ia telah duda atau janda. 6. Bagaimana pendapat Bapak dengan adanya Plan Indonesia ? Dengan adanya Plan Indonesia yang membina Desa Tegaldowo selama 10 tahun memang pernikahan dini yang terjadi sangat berkurang namun pernikahan anak masih terjadi di usia 16 tahun. Bahkan permasalahannya pun masih sama yaitu pernikahan yang tergolong relatif sebentar. Karena pernikahan mereka ada faktor kemauan orang tua yang mengharapkan Mblok-mblokan. Maka Plan Indonesia hanya sebuah lembaga yang mencegah dengan mengadakan penyuluhan atau seminar-seminar seputar pernikahan dini namun tradisi leluhur mereka masih ada. Mereka masih mempercayai nenek moyang mereka bahwa anak gadis yang berumur 14-15 tahun itu bisa di sebut dengan perawan kelewatan atau perawan yang umurnya sudah lewat. Karena jika mengenai sebuah keyakinan akan susah di hilangkan.
TRANSKRIP WAWANCARA Nama
: Bapak Abdul Ghoni.
Jabatan
: Kepala KUA Kecamatan Gunem.
Tanggal
:
1. Apa yang dimaksud dengan tradisi “Ngemblok” yang merupakan tradisi masyarakat Desa Tegaldowo? Tradisi „Ngemblok‟ merupakan sebuah tradisi masyarakat Kecamatan Gunem khususnya Desa Tegaldowo yang berarti „lamaran‟ namun tradisi yang terjadi bahwa apabila “Mblok” atau pemberiannya kurang maka pernikahan mereka tidak akan berlangsung lama. Bahkan ada yang melangsungkan pernikahan sore hari karena terus disindir orang tua perempuannya esok harinya pria itu sudah kembali kerumah orangtuanya dan penyebabnya adalah karena pemberiannya kurang. Dan hal ini seringkali terjadi pada masyarakat sekitar mereka menikahkan anaknya pada usia dini untuk dapat menerima “Mblok-mblokan” dan bahkan ada yang dijadikan bisnis anaknya. Apabila sang anak berumur 15 tahun dan belum ada yang melamar atau belum mendapatkan pacar maka orang tua anak perempuan tersebut ikhtiarnya sangat kuat sampai datang ke dukun jawa “dongke” minta dicarikan jodoh. 2. Apa saja yang telah KUA lakukan untuk meminimalisir terjadinya pernikahan dini ? Usaha KUA untuk meminimalisir terjadinya pernikahan dini memang belum sepenuhnya optimal namun kami mengupayakan yang terbaik. Terkadang saya selaku Kepala KUA
atau Pak Fathur menghadiri seminar-seminar yang diadakan Plan Indonesia atau Pemerintah Kabupaten Rembang apabila ada undangan namun memang sekarang jarang terjadi pernikahan yang di bawah 16 tahun tapi yang 16 tahun masih banyak. Yaa mungkin jika kami tidak menerima keterangan dispensasi nikah maka yaa tidak kami nikahkan sebelum memperoleh izin dispensasi nikah dan terkadang kami memberikan kursus calon pengantin meskipun hanya beberapa hari saja sebagai upaya memberikan nasihat apa yang harus menjadi sebuah kewajiban dan hak bagi pasangan pengantin yang akan menjalani kehidupannya bersama. Dimana mereka nantinya akan saling memberikan dukungan satu sama lain dan harus memenuhi hak dan kewajiban mereka yaa semaksimal mungkin kita meminimalisir karena terkadang yang disalahkan itu pihak KUA karena menikahkan anak dibawah umur. 3. Bapak yang sering terjun ke lapangan untuk menikahkan warga pernah ga menemukan hal yang unik dari pernikahan desa Tegaldowo ? Yaa memang desa Tegaldowo beberapa tahun terakhir ini jadi sorotan karena memang unik menikah karena tradisi. Hal yang sering saya temuin itu mereka masih percaya dengan unsur magic kadang ada yang menikah harus menghadap ke utara ga boleh nikah di jam-jam lain harus misalkan jam 08.00 pagicalon pengantin perempuan harus lewat jendela ga boleh lewat pintu depan dan masih banyak hal yang kadang tidak masuk akal. Dan yang terkenal juga dari desa Tegaldowo itu tayubnya mba pertunjukkan tayub itu kebanggaan desa Tegaldowo yang masih ada sampai sekarang.
4. Apalagi yang bapak ketahui mengenai pernikahan di desa Tegaldowo ini pak? Mungkin bisa sedikit bercerita ! Yaa banyak kasus yang terjadi mengenai desa Tegaldowo ini ada yang setelah menikah itu tidak terjadi hubungan tiba-tiba suami meninggalkan rumah begitu tahu ternyata alasannya mblok-mblokannya kurang. Ada juga karena tidak mau dinikahkan anak gadisnya kabur ke rumah sicowoknya ini dan bukannya ngemblok sama si laki-lakinya yang melamar malah ngebrok(tidur dan tinggal bersama) ke rumah cowoknya ini. Dan yang menarik itu gadis tegaldowo yang berumur 18 tahun sudah ada yang janda 2 sampai 3 kali mungkin bisa saja sudah menjadi janda berkali-kali dengan cara nikah sirri. Karena ada korelasi antara nikah dini dan nikah sirri mungkin saja begitu karena dulu seringkali ada yang memanipulasi data agar bisa menikah. 5. Apa yang menyebabkan terjadinya pernikahan dini di desa Tegaldowo ? Karena masih ada 3 faktor pernikahan dini terjadi di desa Tegaldowo : Pertama masyarakat sana masih mempercayai “ perawan yang umurnya sudah kelewatan” harus segera dinikahkan umur 14 -15 tahun disana apabila belum menikah bisa dikatakan perawan kasep yang udah lewat umurnya. Dan ikhtiar orang tua mereka sangat kuat apabila anaknya belum ada yang melamar sampai datang ke dukun jawa untuk minta disegerakan mendapatkan jodoh anaknya. Kedua substansi hukumnya masih ada celah maka masih ada yang melakukan dispensasi nikah karena terkadang pihak KUA tidak mau menikahkan anaknya tapi karena ada dispensasi nikah itu dari pengadilan yaa mau tidak mau kita nikahkan.
Ketiga penegak hukumnya pun berperan karena umurnya kurang dari persyaratan maka memanipulasi data. 6. Menurut Bapak untuk menikah usia berapa ? Sebaiknya menikah pada usia yang matang 20 tahun keatas meskipun umur tidak menjadi patokan kedewasaan seseorang karena yang terpenting adalah kedewasaan fisik maupun mental dan pernikahan itu bukan hal yang main-main. Karena masyarakat desa Tegaldowo menikah bukan pertimbangan siap atau tidak saling suka atau tidak dan mengerti soal pernikahan atau tidak namun hal yang lebih penting adalah “bahwa anak saya sudah menikah tidak menjadi perawan yang kelewatan”. 7. Dan menurut Bapak bagaimana pendapat bapak mengenai tradisi ngemblok ? Ngemblok itu merupakan sesuatu hal yang memang dilakukan semua orang karna ngemblok itu yaa lamaran namun ngemblok merupakan istilah masyarakat desa tegaldowo yang merupakan ciri khas pernikahan ala tradisi masyarakat desa Tegaldowo. Namun sayangnya masyarakat desa Tegaldowo masih mempercayai hal-hal yang merupakan tradisi nenek moyangnya yaitu menikahkan anak gadisnya yang masih kecil dan mempercayai apabila menolak lamaran akan menjadi perawan tua. bahkan tradisi ngemblok ini seringkali dijadikan bisnis bagi para orang tua sang gadis untuk memperoleh keuntungan semata. Tradisi ini mengakibatkan banyak hal seperti menghancurkan masa depan anaknya karena tidak bisa lagi melanjutkan pendidikan banyaknya janda muda karena pengaruh persepsi yaitu “ lebih baik menjadi janda muda daripada jadi perawan kelewatan yang
belum laku”. Dengan begitu banyak anak-anak yang putus sekolah karena keinginan orang tuanya bahkan konon katanya orang yang menolak lamaran akan menjadi dendam karena malu telah di tolak lamarannya. Maka orang tersebut berani datang ke dukun untuk meminta agar disakitkan orang tersebut bahkan ada yang sampai meninggal. Meskipun itu cuman cerita dari mulut ke mulut namun sudah banyak orang yang mengatakan issue tersebut. 8. Menurut data yang diperoleh seluruh masyarakat desa Tegaldowo beragama Islam tapi kenapa masih mempercayai hal seperti dukun ? Karena hukum adatnya sangat kental masih melekat oleh seluruh penduduk masyarakat desa Tegaldowo. Unsur magicnya masih sangat percaya dengan hal-hal tersebutmaka apabila sudah berhadapan dengan keyakinan mereka akan sangat sulit dirubah. Bahkan itu merupakan ajaran turun-temurun makanya sampai sekarang mereka masih mempercayai hal-hal tersebut.
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama
: Drs. Ali Ahmadi
Jabatan
: Hakim Anggota
Tanggal
: 04 Februari 2015
1. Bagaimana pendapat Bapak tentang tradisi yang terjadi pada masyarakat Desa Tegaldowo yang menikahkan anaknya yang masih di bawah umur ? Di dalam fiqh usia perkawinan memang tidak dibatasi namun jika dilihat pada kematangan dan jasmani maupun rohani dari calon suami istri tersebut memang masih mengkhawatirkan apalagi umur mereka masih belum mengerti bagaimana membangun rumah tangga dan mengenai tradisi tersebut memang saya tidak begitu tahu karena jujur saja saya bukan asli sini. Tapi memang mengenai perkara permohonan dispensasi nikah disini sangat banyak apalagi sekitar 3 tahun yang lalu mencapai 50 orang lebih pemohon. Undang-undang pun membatasi usia minimal pernikahan untuk azas manfaat untuk mengatur kehidupan dan kemaslahatan manusia. 2. Apa dampak positif dan negatif dari pernikahan dini ini ? apakah ada perkara Pengadilan yang cerai gugat/cerai talaknya sebelumnya telah melakukan dispensasi nikah kemudian mengajukan gugatan? Dampak positifnya mungkin diberikan dispensasi nikah untuk melakukan pernikahan dini agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan oleh Agama adapun dampak negatifnya
yaa masih dikhawatirkan pada usia tersebut telah berumah tangga karena usia yang belum matang ini rentan terjadi percekcokan karena belum mengetahui apa arti berumah tangga. Karena kita memberikan dispensasi nikah pada para pelaku pernikahan dini adalah atas dasar pertimbangan “ Dar‟ul mafasid muqaddamun „ala jalbil mashaalih” meski belum mencapai usia yang matang namun kami selaku majelis hakim mengkhawatirkan akan terjadi perbuatan yang dilarang oleh Agama. Dan memang ada beberapa perkara perceraian yang memang sebelumnya pihak wanita atau laki-laki nya meminta izin dispensasi nikah tapi tidak semua yang mengajukan gugatan perceraian itu sebelumnya dispesansi hanya beberapa perkara saja. 3. Sepengetahuan Bapak apa saja alasan pemohon mengajukan permohonan dispensasi nikah ? Alasan pemohon mengajukan permohonan dispensasi nikah adalah karena telah terlalu dekat berhubungan atau telah menjalinn hubungan yang apabila tidak disegerakan untuk menikah dikhawatirkan akan terjerumus ke jalan maksiat. Kekhawatiran itu bisa datang dari orang yang bermaksiat atau dari kedua orang tuanya. Adapun perkara dispensasi nikah yang ada di Pengadilan Agama Rembang masalah ekonomi hanya 10% saja hampir rata-rata masalah kedekatan hubungan mereka yang khawatir terjerumus untuk maksiat. Ada juga yang sudah hamil duluan maka kami pun tidak bisa mncegah perkawinan mereka karena tingkat pergaulan mereka bebas dengan
adanya teknologi ataupun perkembangan zaman yang semakin modern yang menyebabkan pergaulan mereka pun semakin bebas tidak terkontrol. 4. Sepengetahuan Bapak pada usia berapa rata-rata calon suami istri mengajukan permohonan untuk menikah di bawah umur (memperoleh dispensasi nikah) ? Dari beberapa perkara yang telah diputus di Pengadilan Agama Rembang permohonan dispensasi nikah adalah 15 (lima belas) tahun bagi pihak perempuan sedangkan pihak laki-laki tidak ada dibawah batas usia minimal perkawinan atau telah berada di atas 19 (Sembilan belas) tahun. Terkadang ada juga yang laki-laki masih berumur 17 tahun dan perempuannya 16 tahun seperti perkara tahun lalu yang telah saya putus dimana pihak pria lah yang harus mendapatkan izin dispensasi nikah. 5. Apa dasar hakim mengabulkan permohonan dispensasi nikah ? Dasar hakim mengabulkan permohonan dispensasi nikah merujuk pada “ Dar‟ul mafasid muqaddamun „ala jalil mashaalih” karena kami selaku mjelis hakim terkadang mengkhawatirkan akan terjadi perbuatan yang di larang oleh Agama. Memang sebagian besar permohonan dispensasi nikah kami kabulkan karena ada pertimbangan khusus. 6. Bagaimana menurut bapak mengenai perceraian diwilayah ini? Apakah penggugatnya yang telah memperoleh dispensasi nikah ? Perceraian di wilayah Rembang ini tergolong banyak tapi dibandingkan wilayah Jakarta memang kami tergolong sedikit. Biasanya perceraian didominasi oleh faktor ekonomi dan ada juga yang disebabkan karena keegoisan kedua belah pihak dimana antara satu sama lain tidak saling mengerti.
Dan memang tahun ini tingkat dispensasi nikah di wilayah Rembang meningkat bukan faktor tradisi saja yang menjadi penyebab adanya dispensasi nikah saat ini. Namun saat ini penyebabnya karena “pergaulan bebas” dimana di temukan permasalahan seorang wanita yang sudah hamil duluan. Maka saat ini seks sebelum menikah yang sudah terjadi menjadi alasan bagi mereka untuk memperoleh dispensasi nikah. Terkadang memang ditemukan pasangan yang telah memperoleh dispensasi nikah beberapa tahun kemudian bercerai. Tapi bukan berarti pasangan yang telah memperoleh dispensasi nikah itu pasti bercerai hanya beberapa pasangan saja yang mengalami seperti itu. Karena usia yang belum matang rentan terjadi percekcokan dimana tingkat kedewasaan mereka belum begitu matang. 7. Sepengetahuan Bapak bagaimanakah tingkat pendidikan dari orang yang melakukan perkawinan di bawah umur ? Tingkat pendidikan bagi orang yang melakukan pernikahan di bawah umur dikategorikan rendah
karena biasanya mereka bermasalah
dengan masalah
perekonomian atau karena “hamil duluan”dan kemudian mereka mengajukan permohonan setelah melahirkan. Orang tuanya pun terkadang mendukung mungkin karena keterbatasan ekonomi merekatingkat pendidikan orang tua mereka juga rendah dan mengkhawatirkan anak gadisnya jika sudah berpacaran namun rata-rata karena masalah kedekatan dengan laki-laki yang mengkhawatirkan untuk terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan.
Nama
: Ratmi.
Informan
: pelaku pernikahan dini dan pernah menjanda.
1. Saat menikah mba umur berapa ? Waktu itu umur 14 tahun terus sebulan menikah saya menjanda baru nikah lagi 2008 umur saya udah 18 tahun waktu itu. 2. Kok bisa mba nikah umur segitu pas pernikahan pertama? Yaa namanya juga dijodohin kan pantang buat nolaknya yang penting udah pernah ngemblok aja udah seneng anak gadis disini udah ngemblok. Biar ga diejek ibu-ibu sini dibilang perawan kelewatan. 3. Terus mba waktu itu dicariin jodoh apa ngga? Dicariin mba kalo misalkan ngga dicariin aku yoo urung nikahlah mba mendingan sekolah dulu. 4. Alasannya mba waktu itu menikah karena apa sampe bisa dijodohin gitu ? Sudah ada yang melamar aja kebetulan juga ibu sama bapak udah ga bisa sekolahin lagi dan memang udah waktunya nikah umur perawan disini mba. 5. Berarti pernikahan kedua ini mba sudah berapa tahun ? Ada 7 tahun lah.
6. Pas mba cerai itu langsung diurus akta cerainya apa pas waktu nikah mba? Pas udah mau nikah baru diurus itu juga ribet banget baru tau kalau harus akta cerainya kan pengadilan jauh disini yoo harus bolak-balik berarti ngurusnya. Pas waktu itu mau nikah pertama juga bolak-balik ke Pengadilan. Jadi memang waktu itu diurusnya pas mau nikah lagi disuruh bapak KUA nya. 7. Gimana menurut mba tradisi ngemblok ini kedepannya masih ada apa ngga? Kalau ngemblok pasti ada mba untuk orangtua yang mau nikah aja pasti ada ngemblok tapi mungkin kebiasaan menikahkan anak dibawah umur bisa berkurang ga sebanyak dulu. Tapi biasanya yang menikahkan anaknya di bawah umur itu ada faktor malu sama tetangga kadang tetangga disini sering ngejek nek anak’e urung nikah. Yaa mau gimana lagi jeleknya disini ya gitu malah mending anaknya janda daripada nolak lamaran. 8. Memang kenapa mba kok disini lebih mending jadi janda daripada nolak lamaran ? Yoo nek ora diterima lamarannya bisa sakit hati keluarga pihak laki-laki biasane sih langsung pergi ke dongke minta dibunuh orang yang nolak lamarannya karena udah terlanjur malu ditolak. Terus juga kan nanti bisa jadi perawan tua mba yang gak lakulaku jadi mendingan diterima aja dulu lamarannya. 9. Berarti masyarakat disini sampai sekarang masih percaya sama dongke mba? Oh iyaa mba kan dongke itu orang yang bantuin kita kalo misalkan ada acara juga buat nyari hari baik tapi kadang yoo gitu ada orang yang ga seneng ama orang lain terus datang ke dongke. Namanya juga udah kepercayaannya susah mba dihilangin.
10. Menurut mba menikah itu seharusnya usia berapa? Yaa kalau udah siap mah nikah aja mba kan yang penting wes mapan mba buat Menuhin kebutuhan sandang pangane nek ga ada yoo susah jalanin rumah tangga. nek usia katanya sih dibawah 16 tahun ga boleh yang aku tahu mba harus izin dulu yah yang penting iso cari sandang pangane lah mba.
Nama
: Siti Dewi Rubiana.
Informan
: pelaku pernikahan dini.
1. Saat menikah mbak umur berapa ? Saya menikah waktu masih SMP tapi gak sampai selesai umur 15 tahun sudah menikah dan sebelumnya juga udah ngemblok sama orang desa sini juga tapi gak jadi soalnya mblok-mblokan mereka kurang. 2. Kok bisa mba nikah umur segitu ? Itu karena orangtua kan ga enak nolaknya disini klo udah di ngemblok pantang buat ditolak katanya nanti jadi perawan tua jadi yaa seneng ora seneng di terima aja. 3. Terus mba kenapa ga sampe lulus SMP gitu ? Yaa waktu saya sekolah mah SMP ga lulus udah paling tinggi temen-temen aja ada yang lulus SD langsung di ngemblok. 4. Tapi mba ada niatan untuk lulus sekolah gak ? Niat mah ada tapi udah ga semangat lagi temennya sedikit udah pada nikah tementemen juga jadi yaa udahlah lah SMP ga lulus juga udah tinggi itu sekolahnya. Namanya juga di kampong yaa mau gmana lagi. 5. Terus waktu itu mba dicariin jodohnya ? Iya di jodohin masih satu kampung juga dan disuruh cepet-cepet ngemblok sebelumnya juga pernah tuh dijodohin tapi gak jadi soalnya aku malah sempet kabur ke rumah temen
eh pas lagi ngemblok juga ternyata mblok-mblokannya sedikit. Makanya pas ngemblok kedua kalinya ini langsung aja diterima takutnya kualat lagi dan ga jadi nikah malah. 6. Sudah berapa tahun mba menikah ? Sudah 3 tahun lebih lah. 7. Bagaimana ama suami mba baik-baik aja kan ? Ya baik-baik aja namanya juga rumah tangga berantem sedikit wajar. 8. Waktu menikah suami mba umur berapa ? Udah 23 tahun tapi suami mah dulu udah pernah nikah 2 kali ini sama saya yang ketiga kalinya yaa semoga aja sama saya langgeng gitu. 9. Kalau boleh tau kenapa bisa sampe menikah tiga kali suami mba ? Disini mah wajar ’nduk nikah berkali-kali yaa namanya juga ada yang bilang klo orang tua zaman dulu tuh “ pantang nolak lamaran daripada jadi perawan kasep mending jadi janda muda”. Jadi yaa udah biasa aja mba mungkin udah jadi hal yang biasa malah perempuan disini itu bangga nduk kalo udah pernah jadi janda. 10. Tapi menurut mba tradisi ngemblok ini kedepannya gmana ? Ngemblok mah pasti terjadi orang yang udah 30 tahun pasti kalo mau menikah pasti ada juga ngemblok mba tapi mungkin akan berkurang jumlahnya soalnya ada pabrik semen mungkin aja anak –anak disini mau sekolah dulu biar bisa kerja. Tradisi pasti masih berjalan apalagi tradisi pernikahannya pasti akan terus ada karena ini sudah menjadi khasnya desa Tegaldowo.
11. Menurut mba menikah itu seharusnya usia berapa? Yaa asalkan siap lahir batin mah nikah aja mba yang penting bisa dewasa aja. Namanya orang rumah tangga kalo ga sabar bisa bubar mba yang udah tua aja bisa bubar. Yang penting mah siap aja terus sabar kan kalo udah rumah tangga cobaannya banyak kalo ga sabar yaa bubar
Nama
: Putri
Informan
: siswa IX SMP yang melakukan ngemblok.
1. Kenapa kok bisa udah ngemblok kan masih sekolah dek ? Disuruh ibu. 2. Katanya pihak Plan sering dateng ke sekolah ngasih penyuluhan atau acara biar adeknya pada semangat sekolah gak cepet-cepet nikahnya ? iya tapi kan yang mau nikah anaknya itu ibu. Kalau nolak kasian nanti di ejek tetangga lagi takut jadi perawan tua mba. Kan omongane orangtua bener mba gak boleh dibantah ntar kualat. 3. Memang sekarang umur berapa dek ? 15 tahun mba. 4. Kenapa gak nolak aja kan lulus SMP nanti bisa lanjut sekolah lagi kalo bisa sampe kuliah dek ? Tidak berani menolak mba kalau menolak nanti bisa dukun yang bertindak. 5. Memang kejadiannya selalu datang ke dukun setiap ada yang di tolak lamarannya? Iya mba kalau nolak dukun yang bertindak. Biar orang nya meninggal kejadiannya udah banyak. Di buat sakit dulu orangnya kalau gak jadi perawan tua mba.
6. Kok bisa ga berani nolak padahal kan ujung-ujungnya cerai juga dek ? Disini lebih mantap jadi janda daripada nolak lamaran terus jadi perawan tua usia 1617 tahun udah tua disini mba. 7. Memang biasanya yang udah ngemblok karena apa sih? Kalau karena faktor ekonomi yang melamar kaya langsung dinikahin mba meskipun ga saling seneng karena harta jadi yaa di terima. Kalau saling suka itu jarang kecuali lanangnya kaya mbak. 8. Kalau adek udah ngemblok karena di jodohkan kenal ga sama orangnya ? Kenal mba masih satu kampung tapi ga pernah deket cuman sering liat aja. 9. Sedih apa seneng udah ngemblok dek ? Gak tau mba sekarang belum mikir sedihnya ga bisa sama temen-temen lagi. 10. Ngemblok memang tradisi di desa Tegaldowo aja yaa? Di gunem mba khususnya yang pegunungannya namanya ngemblok kalo lamaran tapi yang terkenal itu di desa Tegaldowo soale banyak yang masih kecil udah dinikahkan. Terkenal juga bayak janda mudanya pernikahannya pun ada tradisinya yaitu nanggap tayub gitu mba. 11. Memang mau dinikahinnya kapan dek ? Abis UN mba kalau gak abis kelulusan sekolah nanti.
12. Memang ngemblok kemarin ngapain aja ? Kemarin laki-laki yang melamar terus ngasih jawabannya sekitar satu mingguan sekalian ngasih mblok-mblokan kaya makanan gitu 1-2 truk mba biar keluarga cowoknya sama tetangganya tau kalo lamarannya diterima terus gentian laki-lakinya yang ngasih mblok-mblokan tapi bukan panganan tapi kaya perhiasan rumah tanahuang pokoknya yang menghasilkan uang. Terus cewenya ngasih mblok-mblokan makanan lagi baru deh nikah mba. 13. Menurut adek nikah itu seharusnya usia berapa ? Usia 20 tahun mba biar siap aja pas nanti udah punya anak.
KUESIONER PENELITIAN TENTANG TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TERHADAP PERNIKAHAN DINI DI DESA TEGALDOWO KECAMATAN GUNEM
BSSD = BUKAN SALAH SATU DI ATAS: STD = SEMUA TERSEBUT DIATAS: 1) Petunjuk Pengisian Kuesioner a. Isilah biodata yang ada pada lembar kuesioner anda. b. Beri tanda (x) pada salah satu jawaban menurut pengetahuan dan keyakinan Anda. c. Setelah selesai mengisi kuesioner kembalikan kuesioner ini kepada pemilik atau petugas yang memberikannya kepada anda. 2) Data Responden Nama Responden
:
Usia Responden
:
Pendidikan
:
3) A. Pengetahuan Remaja Terhadap Pernikahan Dini . 1. Apa yang dimaksud dengan Pernikahan Dini ? a. Menikah usia 11-20 Tahun. b. Menikah usia 21-25 Tahun. c. Menikah usia 26-30. d. STD.
2. Dari mana anda mendapat informasi tentang Pernikahan Dini ? a. Televisi radio majalah dan Koran b. Lingkungan keluarga masyarakat dan sekolah. c. Teman sekolah. d. STD 3. Yang dimaksud dengan “Remaja” adalah ? a. Masa dimana terjadinya haid pertama. b. Saat berusia 20 tahun. c. Menjadinya masa transisi anak-anak menuju dewasa d. BSSD 4. Usia yang ideal bagi seorang perempuan untuk melakukan pernikahan dan melahirkan ? a. 10-14 Tahun b. 15-20 Tahun c. 20-35 Tahun d. STD. 5. Apakah remaja perlu diberikan pendidikan seks ? a. Tidak perlu karena akan memberikan pengaruh yang buruk pada remaja itu sendiri. b. Perlu supaya remaja mempunyai pandangan tentang seksual. c. Diberi ataupun tidak diberi tidak mempunyai pengaruh terhadap remaja itu. d. Tidak begitu penting. 6. Kehamilan dini seringkali erat hubungan dengan kanker rahim karena ? a. Belum sempurna fungsi rahimnya b. Belum matangnya organ reproduksi pada usia remaja
c. Mengakibatkan kematian ibu dan anak. d. STD 7. Pernikahan Usia Dini dalam kehidupan sosial akan berdampak pada ? a. Kesejahteraan b. Poligami c. Percekcokan terus menerus sehingga menimbulkan perceraian. d. STD 8. Pernikahan dini merupakan tradisi nenek moyang masyarakat desa Tegaldowo ? a. Sangat setuju. b. Setuju. c. Ragu. d. Tidak setuju. B. Pergaulan Bebas PETUNJUK : berikan tanda contreng () pada jawaban yang anda rasa paling benar. NO Pernyataan 1
Karena takut ketahuan orang tua saya sering bersembunyi ketika menemui pacar saya.
2
Saya berpacaran di tempat gelap karena merupakan tempat aman supaya tidak kelihatan / ketahuan.
3
Sewaktu orang tua saya bekerja saya akan pergi bersama teman saya atau pacar saya.
4
Saya tidak segan untuk berpegangan tangan dengan
YA
TIDAK
pacar saya karena merupakan hal yang wajar dilakukan. 5
Menikah pada usia muda merupakan kebiasaan lingkungan masyarakat sini.
6.
Menikah pada usia dini merupakan tradisi masyarakat desa Tegaldowo.
LAMPIRAN
Tradisi Tayub dimana para ledek menari dengan tamu undangan.
Tuan rumah di tengah para penari ledek untuk mempersilahkan tamu undangan menari bersama.
Pembukaan kesenian Tayub yang merupakan tradisi pernikahan ala desa Tegaldowo.
Para tamu undangan pertunjukkan Tayub.