IDENTIFIKASI DIMENSI EKONOMI PADA KAWIN KONTRAK (Studi Kasus Kawin Kontrak di Desa Kalisat Kec. Rembang Kab. Pasuruan)
JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Tnagguh Adiyoga 105020100111036
JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016
IDENTIFIKASI DIMENSI EKONOMI PADA KAWIN KONTRAK (Studi Kasus Kawin Kontrak di Desa Kalisat Kec. Rembang Kab. Pasuruan) Tangguh Adiyoga Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email:
[email protected] ABSTRAK Skripsi ini berjudul identifikasi dimensi ekonomi pada kawin kotrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dimensie konomi pada kawin kontrak di Desa Kalisat Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan dengan menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif yaitu penelitian ini diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat mengena isifat-sifat penelitian serta menganalisa kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi pembahasannnya di analisis melalui wawancara serta menggunakan interpretasi. Informan dalam penelitian ini berjumlah 5 orang, dimana semua informan merupakan seluruh oknum yang terlibat langsung dalam proses kawin kontrak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pelaksanaan kawin kontrak di desa Kalisat sesuai dengan hukum islam, namun dalam membangun rumah tangga tidak menjiwai perkawinan sebagaimana diatur dalam islam, tetapi lebih di sesuaikan dengan perjanjian yang telah di buat. Disini para calo sebagai kunci utama eksisnya kawin kontrak di desa Kalisat. Latar belakang yang mendorong pelaku kawin kontrak adalah factor ekonomi, agama, dan social budaya. Faktor itulah yang membuat eksisnya kawin kontrak di desa tersebut. Kata Kunci
: Kawin Kontrak, DimensiEkonomi, Sosialbudaya. A. PENDAHULUAN
Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi terhadap barang dan jasa. Istilah ekonomi sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti keluarga, rumah tangga dan nomos yang berarti peraturan, aturan, hukum. Secara garis besar, ekonomi diartikan sebagai aturan rumah tangga atau manajemen rumah tangga (Sukirno, 1998). Dilihat dari sudut pandang ekonomi, tindakan yang dilakukan oleh para pelaku kawin kontrak di Desa Kalisat, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan ini merupakan tindakan ekonomi yang mengacu pada setiap usaha manusia yang dilandasi oleh pilihan yang paling baik, dan paling menguntungkan dalam kasus ini. Tindakan ekonomi terdiri atas 2 aspek, yaitu tindakan ekonomi rasional, bahwa setiap manusia akan berusaha mendapat keuntungan yang dilandasai oleh pilihan yang paling menguntungkan dengan cara mereka sendiri dan kenyataannya demikian. Sedangkan tindakan ekonomi irrasional, bahwa setiap manusia akan berusaha mendapat keuntungan yang dilandasai oleh pilihan yang paling menguntungkan dengan cara mereka sendiri meskipun kenyataannya belum tentu hasil yang di inginkan bisa tercapai (Sukirno, 1998). Di dalam perkembangan masyarakat Indonesia sekarang ini munculah istilah kawin kontrak. Kawin kontrak itu mirip dengan kontrak rumah. Kalau seorang mengontrak rumah, jelas bukan untuk selama-lamanya, tapi hanya untuk jangka waktu tertentu, misalnya satu tahun. Dan tentu ada
sejumlah uang tertentu yang harus dibayarkan kepada pemilik rumah, misalnya Rp.10.000.000,00 per tahun, ini sama halnya dengan mekanisme yang terjadi pada kawin kontrak. Di sisi lain kawin kontrak ini hanya berlangsung untuk waktu tertentu, misalnya sebulan, dua bulan, setahun, dan seterusnya. Dan untuk dapat melakukan kawin kontrak itu, ada sejumlah uang yang harus di bayarkan pihak laki-laki kepada pihak perempuan. Pembayaran ini dengan kata lain adalah mahar (mas kawin) yang harus ditanggung sesuai kesepakatan atau kontrak yang telah disepakati, misalnya Rp 50.000.000,00 itu sudah termasuk untuk biaya-biaya hidup lainnya, seperti biaya makan sehari-hari, tempat tinggal, dan sebagainya. Jadi, kawin kontrak adalah perkawinan yang hanya berlangsung sementara dalam jangka waktu tertentu, dengan imbalan sejumlah uang yang diterima oleh pihak perempuan. Di dalam kawin kontrak yang menonjol hanyalah keuntungan dan nilai ekonomi dari adanya perkawinan tesebut. Dalam praktiknya, kawin kontrak tidak dapat dicatat oleh kantor pencatatan perkawinan seperti KUA dan catatan sipil, hal ini bertentangan dengan pasal 6 dan pasal 12 Undang-Undang No.1 tahun 1974 karena adanya kontrak atau kesepakatan dalam kawin kontrak yang berbeda dengan perkawinan pada umumnya. Proses berakhirnya perkawinan tanpa adanya putusan pengadilan, seperti perceraian ataupun kematian yang tidak tercatat dalam catatan sipil ini yang membuat kawin kontrak tidak sah menurut aturan hukum perkawinan yang berlaku, dengan kata lain kawin kontrak merupakan tindakan yang illegal. Fenomena kawin kontrak bukan merupakan fenomena baru, khususnya dalam masyarakat Indonesia. Di sebuah desa di Bogor, fenomena tersebut menjadi sesuatu yang tampak terjaga, artinya tidak ada upaya khusus yang dilakukan baik oleh pemerintah setempat maupun pemerintah pusat untuk menyelesaikan permasalahan kawin kontrak tersebut. Ini akan berdampak buruk terhadap moral masyarakat sekitar. Proses pelaksanaan kawin kontrak di Bogor ini sangat mudah, pelaksanaan kawin kontrak dilakukan tanpa adanya penghulu, melainkan hanya seorang saksi dan persyaratan yang diberikan cukup mudah jika dibandingkan dengan menikah resmi. Kawin kontrak ini hanya membutuhkan mahar sebesar Rp.4.000.000,00 sampai Rp.6.000.000,00 mereka bisa mendapat wanita-wanita cantik dan menjadikannya istri sementaranya. Namun parahnya, kebanyakan perempuan yang rela dinikahi secara kontrak itu telah bersuami. Sebelum dinikahi, pelaku harus terlebih dulu meminta izin kepada suami dari perempuan tersebut (Merdeka, 2015). Di sisi lain kawin kontrak akan berindikasi terjadinya human trafficking (perdagangan manusia). Berikut dibawah ini merupakan tabel 1.1 mengenai kasus human trafficking akibat kawin kontrak di Indonesia tahun 2005-2010. Tabel 1.1: Kasus human trafficking akibat kawin kontrak di Indonesia tahun 2005- 2010
Sumber: Kompas, 2010. Diolah Beberapa faktor penyebab terjadinya Human trafficking akibat kawin kontrak yang terjadi di berbagai provinsi di Indonesia dalam kurun waktu 5 tahun belakangan ini seperti, faktor materi (uang), faktor syahwat, dan faktor longgarnya sistem hukum di Indonesia ini juga merupakan salah satu sebabnya. Menurut hukum perkawinan yang berlaku di Indonesia, pelaku kawin kontrak tidak dianggap melanggar hukum, karena pasangan kawin kontrak dianggap melakukan akad nikah secara sadar dan atas dasar suka sama suka. Biasanya yang dilaporkan kepada polisi bukan kasus kawin kontraknya itu sendiri, tapi hal-hal lain yang terjadi dalam kawin kontrak. Misalnya, ketika ada kasus suami memukul isteri, atau isteri menuntut karena bayaran yang dijanjikan suami kurang, dan sebagainya (merdeka, 2015). Yuanita (2005), meneliti mengenai kawin kontrak yang terjadi di Desa Palemkerep Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara, di mana kawin kontrak di desa tersebut terjadi akibat budaya matrealisme yang memandang kesejahteraan hanya dari uang. Fenomena praktek kawin kontrak yang terjadi di Desa Kalisat, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan pada dasarnya sudah ada dari 1980 sampai saat ini. Peneliti dalam kesempatan kali ini akan mengidentifikasi dimensi ekonomi para pelaku kawin kontrak yang terjadi di desa Kalisat, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan. Dari sumber yang didapat,
pelaku kawin kontrak rata-rata mayoritas dari luar Desa Kalisat dengan usia minimal 20 tahun. Para pelaku kawin kontrak, mereka bersedia melakukan kawin kontrak ini karena desakan ekonomi, yaitu perempuan yang melakukan kawin kontrak berharap mendapatkan perbaikan kesejahteraan setelah melakukan kawin kontrak. Hal ini dikarenakan perempuan yang melakukan kawin kontrak biasanya mendapatkan sejumlah materi atas kesanggupannya menjadi isteri kontrak. Bentuk materi yang diberikan bermacam-macam, dapat berupa uang, rumah, perhiasan, mobil, dan lain-lain. Karena itulah bagi sebagian besar masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam, walaupun agama Islam sendiri telah melarang kawin kontrak, akan tetapi dalam kenyataannya kawin kontrak tetap sering dilakukan. Jika dilihat dari kasusnya kawin kontrak yang terjadi di Indonesia khususnya di Desa Kalisat ini para pelaku kawin kontrak beranggapan bahwa perkawinan yang mereka lakukan adalah sah walaupun kawin kontrak tidak sesuai dengan maksud dan tujuan dari perkawinan yang tertuang dalam undang-undang No. 1 Tahun 1974 dan Kompilasi hukum Islam. Jika sistem lokalisasi yang ada di Indonesia saat ini dibuat seperti sistem kawin kontrak, kemungkinan besar lokalisasi akan menjamur di setiap sudut kota yang ada di Indonesia. Mudahnya pelaksanaan kawin kontrak ini dapat menimbulkan kekerasan suami terhadap isteri dalam berbagai bentuk, baik itu kekerasan psikologis, kekerasan ekonomi, kekerasan fisik, maupun kekerasan seksual. Tampak dengan jelas bahwa dalam sistem kawin kontrak memberikan kemudahan pada setiap pasangan untuk saling meninggalkan. Mekanisme yang terjadi pada dimensi kawin kontrak seperti akad nikah pada umumnya. Adanya saksi dan adanya penghulu, juga ada ijab dan kabul, termasuk mahar yang disiapkan pada saat ijab Kabul inilah yang membedakan kawin kontrak dengan prostitusi (pelacuran), karena pada prostitusi tidak ada upacara seperti umumnya akad nikah, misalnya saksi, penghulu, dan sebagainya. Tetapi kawin kontrak memiliki perbedaan yang jelas dengan perkawinan pada umumnya, yaitu kawin kontrak hanya berlangsung dalam jangka waktu tertentu, misalnya sebulan. Jika waktu sebulan ini habis, maka otomatis pasangan kawin kontrak akan bercerai. Sedangkan dalam perkawinan pada umumnya, jangka waktunya tidak ditentukan tapi berlangsung untuk selama-lamanya. Berdasarkan uraian diatas maka pokok permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah Bagaimana aktivitas kawin kontrak di Desa Kalisat, Bagaimana dimensi ekonomi pada kawin kontrak di Desa Kalisat dan Bagaimana motif dan strategi yang dilakukan oleh “Mucikari” pada kawin kontrak di Desa Kalisat dalam mencapai profit dalam memenuhi kebutuhan primernya? B. KAJIAN PUSTAKA Teori Rasionalitas Ekonomi Pada Keputusan Kawin Kontrak Keputusan indvidu untuk menjadi pelaku kawin kontrak di desa Kalisat dianggap sebagai tindakan atau perilaku menyimpang karena tidak sesuai dengan agama, budaya, hukum dan juga norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Becker (1986), menjelaskan penyimpangan perilaku individu tersebut tidak dianggap sebagai tindakan tidak rasional, tetapi dipandang sebagai anomali perilaku individu dari prinsip rasionalitas. Simon (1955), juga menjelaskan mengenai pilihan rasional, bahwa individu berperilaku sebagai orang yang memuaskan utilitas, bukan orang yang mengoptimalkan utilitas. Artinya, individu membuat suatu pilihan yang mampu memuaskan utilitias, meski bukan merupakan pilihan yang memaksimalkan utilitasnya. Individu sebagai pembuat keputusan menghadapi batasan dalam membuat dan membangun preferensi. Perilaku memuaskan utilitas ini terkait dengan adanya pengaruh dari lingkungan eksternal individu terhadap proses pembuatan preferensi individu. Akibatnya, seringkali pilihan individu tidak memaksimalkan utilitas. Dalam kasus yang di teliti oleh penulis mengenai kawin kontrak yang terjadi di desa Kalisat ini menunjukan adanya preferensi dari individu sebagai pelaku khususnya para pekerja wanitanya dalam memilih pekerjaan kawin kontrak, merupakan sebuah keputusan yang rasional sebagai makhluk sosial dalam bertahan hidup untuk mencukupi kebutuhan ekonominya meskipun itu pilihan yang menyimpang (anomali). Lipman (1999), mengatakan bahwa individu tidak mengetahui semua logika implikasi dari kemungkinan pilihan yang ada. Keterbatasan informasi ini menyebabkan proses perhitungan logika implikasi menjadi tidak optimal. Akibatnya, ketika input dari proses pembuatan pilihan tidak sempurna, maka output yang dihasilkan (keputusan) seringkali tidak benar (Simon,1955).
Dimensi Ekonomi Pada Kawin kontrak Motivasi untuk berpartisipasi dalam sektor yang diinginkan dapat diklasifikasikan ke dalam dua tipe, demand-pull motivation and distress-push motivation (Davis, 2003). Demand-pull motivation merupakan motivasi untuk mendiversifikasi pekerjaan, berkaitan dengan upah dan perbedaan resiko pekerjaan dari masing-masing pekerjaan. Ketika penghasilan dari kegiatan ekonomi non-pertanian tinggi dan lebih rendah resikonya dibandingkan dengan kegiatan ekonomi pertanian, akan adanya faktor ketertarikan untuk bekerja. Ellis (2006), menyatakan bahwa kenaikan dalam upah non-pertanian atau kesempatan yang lebih besar untuk mendapatkan penghasilan uang mendorong individu untuk mendiversifikasi pekerjaan. Kebalikannya, peningkatan penghasilan dari kegiatan ekonomi pertanian akan mengurangi motivasi individu untuk mediversifikasi. Sedangkan distress-push motivation adalah motivasi yang berkaitan dengan ketidakcukupan pendapatan yang diterima dan ketiadaan peluang untuk kelancaran konsumsi dan produksi seperti kredit dan asuransi tanam. Dimensi ekonomi yang terjadi pada kawin kontrak sebagai penyedia jasa meruapakan motivasi yang timbul dari individu sebagai pelaku kawin kontrak karena di anggap upah atau uang yang dihasilkan lebih banyak dari pada bekerja di sektor pertanian dan resiko kegagalan dalam mendapatkan profit lebih kecil. Teori Motivasi Dalam Kawin Kontrak Motivasi muncul karena adanya interaksi antara individu dengan situasi, sehingga berakibat pada individu-individu memiliki dorongan motivasi dasar yang berbeda-beda. Becker (1984), menjelaskna motivasi meruapakan hasil proses-proses yang bersifat internal atau eksternal bagi seorang individu yang menimbulkan sikap entusias dan persistens untuk mengikuti arah tindakan tindakan tertentu. Sedangkan menurut Robbin (2002), motivasi adalah sebagai proses mengarahkan dan ketekunan setiap individu dengan tingkat intensitas yang tinggi untuk meningkatkan suatu usaha dalam mencapai tujuan. Teori motivasi berakar dengan beberapa teori. Diantaranya teori kebutuhan (need theory), teori keadilan (equity theory), teori ekpektansi (expectancy theory) dan teori penetapan tujuan (goal-setting theory). Sudrajat (2008), mengartikan motivasi sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Moslow (dalam Gibson, 1996) menjelaskan mengenai aktualisasi diri yang merupakan hirarki kebutuhan yang paling tinggi. Aktualisasi diri berkaitan dengan proses pengembangan potensi yang sesungguhnya dari seseorang. Kebutuhan untuk menunjukkan kemampuan, keahlian dan potensi yang dimiliki seseorang. Kebutuhan yang telah dipenuhi memberi motivasi. Apabila seseorang memutuskan bahwa individu menerima uang yang cukup untuk pekerjaan dari organisasi tempat ia bekerja, maka uang tidak mempunyai daya intensitasnya lagi. Jadi bila suatu kebutuhan mencapai puncaknya, kebutuhan itu akan berhenti menjadi motivasi utama dari perilaku. Kemudian kebutuhan kedua mendominasi, tetapi walaupun kebutuhan telah terpuaskan, kebutuhan itu masih mempengaruhi perilaku hanya intensitasnya yang lebih kecil (Moslow dalam Reksohadiprojo dan Handoko, 1996). Dalam fenomena kawin kontrak yang terjadi di desa Kalisat ini penulis melihat adanya motivasi dari para pelaku kususnya wanitanya untuk memenuhi kebutuhan ekonominya secara intens. Hal ini dikarenakan penghasilan atau pendapatan dengan resiko yang di tanggung berbanding lurus, artinya pelaku akan memotivasi dirinya sendiri untuk meminimalisir resiko yang di tanggung, tetapi tidak mengurangi intensitas pendapatan yang akan di dapatnya. C. METODE PENELITIAN Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini diarahkan dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pendekatan fenomenologi tersebut dipilih untuk memahami arti dari suatu peristiwa dan keterkaitan yang ada di dalamnya secara lebih mendalam. Pawito (2007) mengatakan bahwa metode penelitian berisi tentang strategi dan prosedur penelitian yang digunakan atau ditempuh (termasuk cara pengambilan sampel yang akan digunakan terutama kalau penelitian melibatkan
subjek manusia dengan jumlah yang besar), metode pengumpulan data, teknik triangulasi, analisis data. Tujuan peneliti adalah untuk mengidentifikasi dimensi ekonomi pada kawin kontrak. Metode Pendekatan Fenomenologi Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dimensi ekonomi pada kawin kontrak di desa Kalisat, Kec. Rembang, Kab. Pasuruan. Dalam penulisan ini, penulis memilih pendekatan fenomenologi yang bertujuan untuk menggali kesadaran terdalam para subjek mengenai pengalaman beserta maknanya. Pendekatan fenomenologi merupakan salah satu rumpun yang berada dalam rumpun penelitian kualitatif. Fenomenologi adalah salah satu ilmu tentang fenomena atau yang nampak, untuk menggali esensi makna yang terkandung di dalamnya.. Unit Analisis dan Penentuan Informan Dalam penelitian ini peneliti mencari informasi dari berbagai pihak yang yang terkait dan paham tentang kawin kontrak (mut’ah) di Desa Kalisat, Kec. Rembang, Kab. Pasuruan yaitu: 1.Informan kunci : Informan kunci dalam peneliian ini adalah para pelaku kawin kontrak seperti, mempelai pria, mempelai wanita, dan penghulu. 2.Informasi pendukung : Informan pendukung dalam penelitian ini adalah masyarakat sekitar lokasi yang biasanya digunakan untuk melangsungkan pernikahan akan di wawancarai untuk mendapatkan informasi tambahan. Penentuan unit informan dianggap telah memadai apabila telah sampai kepada taraf “redundancy” (datanya telah jenuh, dan apabila di tambah sampel lagi tidak memberikan informasi yang baru), artinya bahwa dengan menggunakan responden selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang berarti. Jenis Data Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh langsung dari sumber asli (Indriantoro dan Supomo, 2002). Data primer didapat dari wawancara dan dokumentasi yang dilakukan sendiri oleh peneliti dan sumber atau informan terkait. Data-data tersebut berupa data naratif, deskriptif, dalam kata-kata mereka yang diteliti, dan dicatatan lapangan. Metode Pengumpulan Data Burhan (2003), menjelaskan metode pengumpulan data adalah “dengan cara apa dan bagaimana data yang diperlukan dapat dikumpulkan sehingga hasil akhir penelitian mampu menyajikan informasi yang valid dan reliable”. Suharsimi Arikunto (2002), berpendapat bahwa “metode penelitian adalah berbagai cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya”. Cara yang dimaksud adalah wawancara, dan studi dokumentasi. Metode Analisis Data Pada metode analisa data ini terdiri tiga komponen yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan serta pengujian kesimpulan (drawing and verifying conclusions). (Punch, 1998 dalam Pawito, 2007) Gambar 3.1 : Analisis data Model Interaktif dari Miles dan Huberman Pengumpulan data
Reduksi data
Penyajian data
Penarikan/penguji an kesimpulan
Sumber: Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Hlm 105
D. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kawin Kontrak Di Desa Kalisat Gambar 4.1: Proses Praktek Kawin Kontrak Calon pria
Calo atau Tukang Ojek (Perantara)
Calon wanita
Orang tua (calon wanita)
“Kyai”
Saksi
Wisma tempat praktek kawin kontrak
Sumber: Hasil lapangan, 2016. Gambar 4.1 diatas menjelaskan alur praktek kawin kontrak di desa Kalisat. Alur atau proses dalam kawin kontrak dirasa memang sangat mudah. Proses terjadinya kawin kontrak pertama adalah calon pria sebagai demand yang ingin menggunakan jasa wanita untuk kawin kontrak terlebih dahulu harus menemui tukang ojek yang mana tugas dan perannya adalah sebagai calo sekaligus “Kyai” sebagai orang yang melakkan proses Ijabqobul. Setelah calo mempertemukan calon pria dan wanita, mereka diberi waktu berdua untuk berdiskusi dalam memutuskan kelanjutannya. Jika proses berdiskusi berjalan dengan lancar, tahap berikutnya adalah wanita membawa kedua orang tuanya sebagai sarat dalam pernikahan, tetapi kasus yang terjadi kedua orang tua itu bukanlah orang tua kandung si calon wanita melainkan orang lain yang mengaku sebagai orang tua si calon wanita. Setelah itu, saksi yang biasanya adalah orang dari perangakat desa di undang untuk menghadiri proses akad nikah pada kawin kontrak tersebut. Informan Penelitian
Tabel 4.1 : Tabel Informan Nama Samaran
Pekerjaan
Status (peran)
Umur
Wanyik
Pekerja serabutan
Pelaku Kontrak
22
Bandrek
Perangkat Desa
Warga
35
Toli
Pekerja serabutan tukang ojek
Calo atau Mucikari
40
Black
Keamanan
Mengamankan Lokasi Kawin Kontrak
35
Siti
Petani
Ibu rumah tangga
65
atau
Kawin
Sumber : Diolah dari lapangan, 2016 Daftar di atas merupakan daftar informan yang menjadi sumber informasi untuk penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Informan-informan ini dirasa oleh peneliti dapat menjawab rumusan masalah yang telah ditentukan oleh peneliti untuk penelitian ini. Lokasi Aktivitas Kawin Kontrak di Desa Kalisat Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan Desa Kalisat merupakan salah satu desa yang terletak di wilayah Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan. Letak Desa Kalisat sedikit terpencil dan lumayan jauh dari letak kota Pasuruan. Ketika memasuki desa ini terlebih dahulu melewati Desa Mojoparon, Desa Pekoren, kemudian Desa Rembang, dan Desa Oro-Orombo. Desa Kalisat memiliki luas wilayah sebesar 550 hektar. Luas wilayah desa tersebut terbagi dalam beberapa bagian yaitu terdiri dari lahan persawahan, lahan pemukiman atau pekarangan dan lain-lain seperti jalan dan makam warga sekitar. Desa Kalisat berjarak sekitar 15 kilometer arah ke barat (ke arah Bangil) dari kota Pasuruan. Dan juga dapat di tempuh selama 15 menit dari Desa Blawi Kecamatan bangil. Untuk menuju Desa Kalisat itu sendiri bisa di tempuh dengan sarana transportasi seperti angkutan desa maupun kendaraan pribadi. Akan tetapi transportasin seperti angkutan desa tersebut beroprasi pada jam atau waktu tertentu saja. Angkutan desa beroprasi dari jam 06.00 pagi sampai jam 13.00 siang. Akan tetapi di Desa kalisat juga tersedia tukang ojek yang merangkap sebagai calo atau mucikari dalam kelancaran aktivitas kawin kontrak yang mangakal 24 jam. Dimensi Ekonomi Terhadap Kawin Kontrak di Desa Kalisat Kecamatan Rembang Dimensi ekonomi adalah salah satu aspek yang dapat menyokong keberhasilan pembangunan yang berwawasan lingkungan. Dimensi ekonomi ini harus diperhatikan secara serius agar terciptanya pembangunan secara berkelanjutan. Dimensi ekonomi dapat memberikan informasi yang berguna kepada peneliti. Kenaikan jumlah wanita yang bekerja misalnya, adalah sangat signifikan bagi para agen pemasaran, karena hal tersebut dapat menghasilkan pendapatan keluarga yang lebih besar, pasar yang lebih besar untuk convenience goods (barang mudah dicari), dan kebutuhan untuk mengubah bauran promosi. Para
manajer personalia (musikari) tertarik dengan kenaikan ini, karena hal tersebut mengakibatkan pasokan tenaga kerja yang lebih besar. Toil sebagai salah satu informan peneliti menjelaskan; “Bendino mesti onok sing pesen wanyik nang kene mas, nang kene gak tau keentekan stok (wanyik), tapi biasane stok enek sing cocok ambek jaluke wonge onok sing gak cocok. Tapi aku tetep nyanggupi nggolekno mas”. (Setiap hari pasti ada konsumen, disini tidak pernah kehabisan stok wanita untuk di kontrakan, tetapi biasanya stok yang ada tidak cocok dengan kriteria yang diminta oleh konsumen. Tetapi saya tetap bisa menyanggupi permintaan konsumen dengan kriteria yang ada). Disisi lain selain latar belakang ekonomi, latar belakang sosial juga menjadi salah satu faktor adanya kawin kontrak ini. Manusia adalah mahluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dalam menjalankan kehidupannya. Manusia tidak bisa hidup tanpa orang lain, manusia harus selalu berhubungan dengan orang lain. Bentuk hubungan antar manusia dalam masyarakat dipengaruhi beberapa faktor diantaranya tempat dimana hubungan manusia itu belangsung. Pada masyarakat pedesaan hubungan yang terjadi lebih bersifat erat dan lebih dan mendalam. Sistem kehidupan biasanya berkelompok berdasarkan sistem kekeluargaan. Sebagian pekerjaan penduduknya adalah petani, pekerjaan diluar pertanian hanya sambilan saja. Masyarakat desa cenderung kearah agama, dan bersifat religius. Dalam penilitian kali ini, supply lebih pasif dalam memasarkan usahanya dalam bentuk jasa kawin kontrak. Praktek kawin kontrak lahir bukan tanpa sebab, kawin kontrak ini ada karena adanya pasar yang kuat di mana adanya supply (mucikari/calo) dan demand (calon pengguna jasa kawin kontrak) yang saling berinteraksi langusung di lokasi. Disisi lain praktek kawin kontrak ini lahir dikarenakan lahan pertanian yang ada di di Desa Kalisat tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat terkait dalam memenuhi kebutuhan primer mereka. Disamping itu pula, dengan adanya pemikiran yang kuat mengenai kawin kontrak yang dianggap sah dalam pemikiran mereka, kerana mayoritas masyarakat di Desa Kalisat masih kental dengan pemikiran Islam. Sebagai salah satu sektor informal yang masih tetap eksis sampai sekarang ini, kawasan kawin kontrak di Desa kalisat ini memang dari tahun ke tahun semakin terkenal dan berdampak pada ke eksistensian praktek kawin kontrak itu sendiri. Semakin banyak orang yang mencari peruntungan di bisnis ini maka semakin eksis praktek kawin kontrak ini, sebagaimana yang diutarakan oleh Toli: “Aku ngojek iki nyambi mas, biasane aku nang sawah. Saiki aku wes gak nyawah maneh. Hasile gak jelas akhire aku leren. Saiki ngojek ambek nyalo gae wong sing butuh wanyik”. (Saya jadi tukang ojek hanya kerjaan sampingan, biasanya saya bertani. Sekarang saya sudah tidak bertani lagi. Pendapatan yang saya dapat tidak menentu. Sekarang profesi utama saya jadi tukang ojek dan sebagai calo/mucikari buat orang yang mau melakukan atau mencari jasa kawin kontrak). Kawin kontrak merupakan pilihan bekerja dalam dimensi ekonomi. Pada penelitian penulis kali ini mengenai praktek kawin kontrak, selaian kawin kontrak sebagai media untuk melancarkan suatu usaha atau bisnis oleh orang-orang terkait, kawin kontrak di Rembang ini yang sampai saat ini masih eksis juga mencakup dimensi lain seperti adanya faktor Broken home. Kondisi hilangnya perhatian keluarga atau kurangnya kasih sayang dari orang tua yang disebabkan oleh beberapa hal. Bisa karena perceraian, sehingga anak hanya tinggal bersama satu orang tua kandung merupakan penjelasan dari Broken home. Hal tersebut di tuturkan oleh Siti salah satu informan peneliti; “Aku mek urip ambek anakku wedok siji iki. Aku sing ngurusi anakku dewe. Bapake wes gak gelem ngurusi pas pegatan biyen. Kerjoku yon gene iki mas, nek gawe ngurupi anakku ambek aku yo gak cukup”. (Saya hidup dengan anak perempuan satu-satunya. Kebutuhan dia saya yang penuhi semua. Bapaknya sudah tidak mau tahu mengenai kami semenjak bercerai. Kerjaan saya bertani, kalau untuk mencukupi kebutuhan berdua tidak cukup). Berikut merupakan tabel 4.2 mengenai pembagian pendapatan ketika terjadinya praktek kawin kontrak sesuai dengan posisinya masing-masing. Tabel 4.2: Pembagian Pendapatan Dari Aktivitas Kawin Kontrak. No.
Nama
Pembagian Hasil Dalam Rupiah
1.
Wanyik
Rp. 20.000.000,00
2.
Toli
Rp. 2.000.000,00
3.
Black
Rp. 5.00.000,00
4.
“Saksi”
Rp. 250.000,00
Jumlah
Rp. 22.750.000,00
Sumber: Data Lapangan, 2016. Dapat dilihat pada tabel 4.2 diatas mengenai pembagian hasil dari praktek kawin kontrak yang terjadi di desa Kalisat ini mengambarkan bahwa pendapatan yang di dapatkan memang jauh lebih besar ketika mereka bekerja sebagai petani atau pekerjaan lainya. Pilihan bekerja sebagai pelaku kawin kontrak di desa Kalisat ini merupakan pilihan bekerja yang rasional dari sudut pandang ekonomi. Wanyik disini yang berperan sebagai calon mempelai wanita dapat dikontrak dengan mahar Rp. 20.000.000,00 dengan minimal kontrak selama 2 minggu. Dalam hal ini harga tersebut merupakan kualitas wanyik, maskutnya adalah harga kontrak wanyik dilihat dari sisi umur dan sisi keprawanannya. Jika wanyik dengan keadaan masih perawan, harganya ± Rp. 50.000.000,00, sedangakan jika wanyik itu sudah tidak perawan minimal harganya adalah Rp. 20.000.000,00. Disisi lain pilihan berkerja sebagai calo atau mucikari dalam praktek kawin kontrak juga merupakan pilihan bekerja yang rasional jika dilihat pendapatan yang didapatkan sebagai salah satu praktek kawin kontrak di bandingkan mereka bekerja sebagai petani atau pekerja serabutan yang mendpatakan pengahasilan tidak menentu. Toli sebagai salah satu informan menyebutkan; “Aku nek sak ulan gak onok bos sing merene bingung mas, kerjo bendinoku gak cukup nek kate nyekolahno anakk”. (Jika selama satu bulan tidak ada konsumen (calon pria) yang ingin melakukan kawin kontrak di desa Kalisat, hal ini akan sangat berpengaruh terhadap pendapatan calo atau mucikari. Mereka mengaku bahwa jika mengandalkan dari penghasilsan sehari-hari mereka sebagai pekerja serabutan, mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka.) Hasil yang didapatkan dari calo sebagai salah satu instrumen penting dalam kelancaran praktek kawin kontrak ini memang sangat besar. Pendapatan sebesar Rp. 2.000.000,00 ini untuk sekali transaksi memang sangat menguntungkan. Toli mengaku dalam sekali transaksi dia bisa mendapatkan ± Rp. 2.000.000,00 s/d Rp. 5.000.000,00. Hasil itu dia dapatkan dari pembagian keuntungan dari wanyik sebagai kesepakan yang mereka buat, tidak hanya dari wanyik dia juga mendapkan tips dari konsumen (calon pria) sebagai tanda terimakasih atas kelancaran praktek kawin kontrak dan juga ketika dia berperan sebagai “kyai” (penghulu). Black sebagai keamanan di beri upah Rp. 500.000,00 yang berperan sebagai keamanan. Seperti pernikahan pad umumnya, keamanan diperlukan untuk kelancaran acara tersebut. Sedangkan saksi dalam praktek kawin kontrak tersebut minimal 2 orang, per-orang saksi di beri upah Rp. 250.000,00, tergantung kesepakan yang mereka buat. Disisi lain, seperti pernikahan pada umumnya di butuhkan adanya orang tua sebagai wali dalam praktek kawin kontrak ini. Wali tersebut biasanya bukan lah wali asli atau orang tua asli dari calon mempelai wanita. Wanyik mengaku; “Keuntungan bersihku sekitar 15 juta lebih mas. Soalnya tak buat bayar orang sing mau dadi waliku ambek mbayar tetek bengek laine mas”. (keuntungan bersih yang wanyik dapatkan ± Rp. 15.000.000,00. Hal tersebut karena dia mengeluarkan dana lain untuk menyewa wali sebagai orang tuanya dan pengeluaran tidak terduga lainya). Wanyik mengaku bahwa keuntungan yang dia dapatkan diawal Rp. 2.000.000,00 adalah merupakan pendapatan kotor, pendpatan bersihnya ± Rp. 15.000.000,00 hal ini karena ada biaya pengeluaran tidak terduga lainya.
Motivasi dan Rasionalitas Pelaku Kawin Kontrak Untuk Memenuhi Pelaku praktek kawin kontrak tentu akan memiliki motivasi tersendiri, baik secara internal maupun eksternal sebagai wujud dorongan dan kesiapan menjadi istri simpanan dari suaminya tersebut. diantara dorangan atau motivasi yang dimiliki oleh pelaku, yaitu, Motivasi Ekonomis yang mana seseorang tentu ingin memperoleh kebahagiaan dan kesenangan serta ketenangan dalam dirinya. Salah satu bentuk kebahagiaan di dunia adalah tercukupinya segala kebutuhan dan tercapainya apa yang diharapkannya. Faktor pendukung untuk memenuhi kebahagiaan tersebut dipengaruhi oleh kondisi financial atau perekonomian baik oleh individu itu sendiri atau oleh keluarganya. Seperti hasil wawancara dengan informan, Wanyik adalah seorang perempuan pelaku kawin kontrak mengatakan bahwa; “Aku gur ngewangi keluarga mas. Aku wes gede mosok ngrepotno wong tuwo ae. Aku biyen ate kerjo mas, tapi gur lulusan SMP. Terus onok tawaran teko koncoku sing nang salon gawe kawin kontrak, jare bayarane gede. Mumpung enek kesempatan yowes tak lakoni mas. Lumayan bayarane gede, lebih-lebih nek gawe urip nang kene”. (Saya ingin membentu keluarga (Bapak dan Ibu). saya sudah dewasa dan sudah lama merepotkan orang tua, awal mulanya saya mau melamar kerja tetapi saya sadar hanya lulusan SMP. Terus ada tawaran dari teman untuk melakukan kawin kontrak, dengan iming-iming mahar yang besar. Karena ada kesempatan, jadi saya rela untuk melakukan akad kawin kontrak. karena uangnya cukup besar untuk ukuran hidup di sini). Kawin kontrak terjadi pada perempuan masyarakat pedesaan di Desa Rembang, Pasuruan merupakan sebuah realita fenomena, disebabkan faktor pendidikan dan ekonomi keluarga. Seorang pelaku perempuan, rela melakukan akad kawin kontrak demi membantu perekonomian keluarga karena hasil dari kawin kontrak perempuan memperoleh materi yang cukup dari suaminya walaupun satus perempuan itu menjadi istri simpanannya. Motivasi Politis perkawinan merupakan hal krusial dalam sebuah hubungan antara laki-laki dan perempuan, oleh karenanya lahirlah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 sebagai landasan hukum yang mengatur segala aspek dan problematika Perkawinan. Namun pada kenyataannya, praktek perkawinan yang terjadi di masyarakat utamanya pedesaan masih ada yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan, seperti halnya praktek kawin kontrak, tentu banyak faktor yang melatar belakanginya sebagai motif untuk memenuhi kebutuhan primernya. Motivasi yang muncul ketika memilih untuk menjadi atau memilih untuk mengeksiskan praktek kawin kontrak merupakan pilihan yang rasional oleh para pelaku praktek kawin kontrak. Keputusan indvidu untuk menjadi pelaku kawin kontrak di Desa Kalisat dianggap sebagai tindakan atau perilaku menyimpang karena tidak sesuai dengan agama, budaya, hukum dan juga norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Becker (1986), menjelaskan penyimpangan perilaku individu tersebut tidak dianggap sebagai tindakan tidak rasional, tetapi dipandang sebagai anomali perilaku individu dari prinsip rasionalitas. Dia menggunakan asumsi tentang rasionalitas manusia yang di buat ahli ekonomi dan menerapkannya untuk semua bentuk perilaku, termasuk persoalan-persoalan atau subjek non ekonomi yang tidak melibatkan transaksi pasar antar individu. Berawal dari asumi bahwa manusia bertindak secara rasional dan berusaha memaksimalkan kepuasan. Motif calo/mucikari sebagai pilihan rasional untuk menjadikan praktek kawin kontrak agar tetap eksis adalah karena adanya reward atau imbalan sebagai penengah antara calon pria dan calon wanita dalam kasus kawin kontrak. Salah satu penturan informan peneliti sebagai perangkat desa menjelaskan; “Praktek kawin Kontrak di motori oleh Oknum atau Calo. Sehingga terkadang calo menggunakan berbagai cara untuk meraih keuntungan dari para pelaku praktek kawin Kontrak. Kalaupan orang asing mau menikah resmi dengan perempuan pribumi di Indonesia, mereka harus memohon ijin dari kedutaan negara asalnya yang memiliki kantor cabang di Indonesia, prosedur yang rumit dan kelengkapan dokumen yang harus di kumpulkan banyak ini biasanya menjadi salah satu alasan mereka melakukan ini (kawin kontrak). Kalau kawin kontrak tidak resmi dan mudah pelaksanaanya. Saya biasanya di undang untuk menjadi saksi”.
Secara tidak langsung kita dapat mengamati bahwa peran pasif dari pihak pengurus desa dalam praktek kawin kontrak ini. Motif yang mendasari individu untuk berperan aktif dalam praktek kawin kontrak adalah salah satunya mendapatkan keuntungan dan sebagai mata pencaharian dalam memenuhi kebutuhan primernya. Simon (1955), juga menjelaskan mengenai pilihan rasional, bahwa individu berperilaku sebagai orang yang memuaskan utilitas, bukan orang yang mengoptimalkan utilitas. Artinya, individu membuat suatu pilihan yang mampu memuaskan utilitias, meski bukan merupakan pilihan yang memaksimalkan utilitasnya. Individu sebagai pembuat keputusan menghadapi batasan dalam membuat dan membangun preferensi. Perilaku memuaskan utilitas ini terkait dengan adanya pengaruh dari lingkungan eksternal individu terhadap proses pembuatan preferensi individu. Akibatnya, seringkali pilihan individu tidak memaksimalkan utilitas. Dalam kasus yang diteliti oleh penulis mengenai kawin kontrak yang terjadi di Desa Kalisat ini menunjukan adanya preferensi dari individu sebagai pelaku khususnya para pekerja wanitanya dalam memilih pekerjaan kawin kontrak, merupakan sebuah keputusan yang rasional sebagai makhluk sosial dalam bertahan hidup untuk mencukupi kebutuhan ekonominya meskipun itu pilihan yang menyimpang (anomali). Dari kasus kawin kontrak yang terjadi di desa Kaliasat, proses pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan hukum Islam atau dalam masyarakat lebih dikenal dengan sebutan kawin sirri. Perkawinan diproses sesuai hukum agama Islam, dan tidak tercatat di KUA atau kantor catatan sipil, dan biasanya tidak di publikasikan atau diumumkan secara meluas kepada masyarakat. Pilihan untuk melakukan perkawinan sesuai dengan hukum Islam dilatar belakangi beberapa alasan, seperti yang dituturkan Wanyik: “Aku ambek deke bedo negoro, nek lewat pengadilan angel ruwet akeh syarate. Deke yo wes nduwe bojo nang kono. Nek nang pengadilan biasane macem-macem petugase njaluk iki lah iku lah. Nek ngene lak penak karek lewat calo ijabqobul beres”. (Saya kawin kontrak dengan orang Koera, karena jelas lebih mudah. Tidak mungkin untuk menikah lewat KUA, kami kan beda-beda agama juga beda negara bahkan dia sudah punya istri. Lewat KUA juga rumit belum lagi kalau petugas tanya macem-macem termasuk perjanjian yang kami lakukan mungkin perkawinan kami akan dilarang. Kalo kawin kontrak cukup ke calo sebagai kyai, nggak ditanya macem-macem ijab qabul selesai). Lanjut wanyik: “Iki lo wong-wong ngertine kawin siri, soale mek diluk-diluk. Nek ate pegatan yo pegatan gak lewat pengadilan. Nah nek cocok ambek lanage yo terus masio wes entek kontrake, ngunu lo mas” (Ini sama halnya dengan nikah siri, perkawinannya hanya untuk sementara waktu saja, jadi sudah ada waktu untuk berpisah selesai tinggal pisah saja tanpa harus lewat jalur persidangan yang rumit, atau misalnya kalo kami cocok tinggal diteruskan). Pada proses pelaksanaan perkawinannya wanyik dikawinkan oleh seorang calo sebagai “Kyai” yang juga berdomisili di desa Kalisat. Sebelum melaksanakan perkawinan, wanyik dan calon pria membuat perjanjian yang hanya diketahui mereka berdua yang mengatur mengenai kawin kontrak yang mereka lakukan. Setelah perjanjian disepakati mereka segera melangsungkan perkawinan.
E. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dalam prakteknya, calo yang sekaligus berperan sebagai mucikari adalah tukang ojek. Jika permintaan akan kawin kontrak di desa Kalisat belum ada, calo atau mucikari ini bekerja sebagai tukang ojek. Disini, para calo sebagai kunci utama ekisisnya kawin kontrak di desa Kalisat. Strategi yang di lakukan para calo untuk memenuhi kebutuhan primernya dari praktek kawin kontrak adalah dengan “menjemput bola”, maksutnya adalah para calo yang sekaligus tukang ojek ini mendatangi konsumen untuk menawarkan jasa kawin kontrak, dengan motif untuk mengeksiskan kawin kontrak ini agara mereka mendapatkan penghasilan yang di inginkan. Latar belakang yang mendorong wanita dan warga yang berlaih profesi yang seblumnya adalah petani yang sekarang sebagai calo atau mucikari di desa Kalisat untuk melakukan aktivitas kawin kontrak
adalah; Ekonomi, Agama dan Sosial Budaya. Faktor-faktor seperti itulah yang membuat kawin kontrak di desa Kalisat atau pun di Indonesia akan tetap eksis. Aktivitas kawin kontrak ini tidak akan pernah habis oleh jaman. Dilihat dari kesenjangan ekonomi rakyat Indonesia, dimana ketimpangan ekonomi yang relative tinggi. Saran Berdasarkan hasil dan pembahasan maka saran yang dapat di ajukan adalah untuk Pemerintahan Indonesia, kasus praktek kawin kontrak yang terjadi di desa Kalisat hanya satu dari beberapa kasus yang sama terjadi di berbagai pelosok negeri ini. Praktek kawin kontrak ini terjadi bukan tanpa sebab, sebab adanya pemenuhan kebutuhan untuk bertahan hidup menjadikan mereka melakukan hal ini. Jadi, jika Indonesia ingin bebas dari kasus ini setidaknya birokrasi yang ada haruslah ditata lebih baik lagi, sediakan lapangan pekerjaan yang pantas untuk mereka. Untuk masyarakat Indonesia, jika ingin mendapatkan penghasilan lebih dari penghasilan yang ada sebelumnya, disarankan jangan mencari dari melakukan praktek kawin kontrak. Karena pada dasarnya kawin kontrak merupakan perbuatan yang menyimpang baik dari norma agama, sosial, budaya. Praktek kawin kontrak di larang prakteknya di Indonesia sesuai. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Pernikahan berlaku. Jika ingin mencari pengahasilan untuk bertahan hidup, masih banyak lapangan pekerjaan yang lebih baik. F. DAFTAR PUSTAKA Aalberts, Robert J. & Marianne M. Jennings. 1999. The Ethics of Slotting: Is this Bribery, Facilitation Marketing or Just Plain Competition? Journal of Business Ethics 20. Akhmad, Sudrajat, 2008. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik dan Model Pembelajaran. http://akhmadsudrajat.wordpress.com. Diakses, tanggal, 7 Maret 2015. Angka Perceraian di Pasuruan. Http:// www.pa-pasuruan.go.id. Becker, S. G. 1986. Irrational Behavior and Economic Theory. The Journal of political Economy, Vol. 70, No. 1 (Feb.,1962), pp. 1-13. Diaksestanggal 7 Maret 2015, dari http://www.jstor.org/stable/1827018 Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Collins, Randal dan Coltrane, scott. 1941; 1991; 1992. Sociology of Marriage & The Family; Gender, Love and Property. Chicago: Nelson-Hall Carson, C. Robert., dan Butcher, James N. 1992. Abnormal Psychology and Modern Life. Ninth edition. New York: Harper Collins Publishers Inc. Davis, Junior R and Dirk Bezemer. 2003. Key Emerging and Conceptual Issues in The Development of The RNFE in Developing Countries and Transsition Economies. http://projects.nri.org/rnfe/pub/papers/2755. Diakses, tanggal 7 Maret 2015). Ellis, Albert. 2006. Terapi REB Agar Hidup Bebas Derita. Jakarta: Mizan. Gie, The Liang, 1999. Pertumbuhan Pemerintahan Daerah Di Negara RI (Buku III). Jakarta: Gunung Agung, 1968. Hanson, S. O. 2005. Decision Theory, A Brief Introduction. Diakses tanggal 18 Juli 2010, dari http://home.abe.kth.se/~soh/decisiontheory.pdf Human Trafficking. https://www.google.com/search?q=Kompas+human+trafficking. Diakses, tanggal 7 Maret 2015
James L. Gibson. 1996. Organisasi: Perilaku, Struktur dan Proses. Jakarta: Bina Rupa Aksara. Kartono, K. 1992. Psikologi Wanita Gadis Remaja dan Wanita Dewasa. Bandung: Mandar Madu.