STRATEGI KOMUNIKASI CALO DALAM KAWIN KONTRAK DI PUNCAK BOGOR
Oleh CRISTY AYUNI 362010043
SKRIPSI
Diajukan Kepada Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015 i|Page
STRATEGI KOMUNIKASI CALO DALAM KAWIN KONTRAK DI PUNCAK BOGOR Cristy Ayuni1 Drs. Daru Purnomo, M.Si2 Sampoerno, S.Pd., M.Si3
ABSTRACT
Influenced of mass media has made condition of phenomena “kawin kontrak” at Puncak Bogor much attendance‟s threatened. But in the fact that kawin kontrak still ranged until now. That because of „calo‟ whom not just to be a bridge actor to actor but also did communication strategy to the woman (subject). The aim of this research is explain about communication strategy by „calo‟ in kawin kontrak in Puncak Bogor. Method of research use by qualitative method and type of research is descriptive. Researcher use interview method to „calo‟ on behalf of know how to persuade subject, interview to the other actor whom indeed in kawin kontrak, to see what relation was made by actors and consider result of observation while the research begin. The result of this research was mass media help „calo‟ to ingrain awareness to subject about kawin kontrak and getok tular is type of communication that used by actors whom indeed in kawin kontrak. conclusion of this research that communication strategy was used by „calo‟ in kawin kontrak at Puncak Bogor is : ingrain knowledge, ingrain opinion of like, build of preference and ingrain agreement to woman (subject).
KeyWords : Communication Strategy, Relation, Kawin Kontrak.
1
Sarjana Ilmu Komunikasi Staff program Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi 3 Staff program Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi 2
1. PENDAHULUAN Puncak Bogor dikenal sebagai tempat wisata yang menarik banyak minat bagi wisatawan dalam maupun luar negri. Menariknya, banyak wisatawan berdatangan dari Timur Tengah yang disebut “Orang Arab” oleh masyarakat sekitar. Hawa sejuk menjadi alasan mengapa Orang Arab mau berlibur di Puncak. Tidak hanya itu, harga barang-barang Timur Tengah yang murah dan tersedianya perempuan yang bisa dibeli untuk memuaskan hasrat seksual juga ada. Diantaranya ada yang menggunakan jasa Pekerja Seks Komersial (PSK) dan tidak sedikit juga yang menggunakan jasa Kawin Kontrak. Kawin kontrak di Puncak Bogor dapat diartikan sebagai kesepakatan antar pelaku kawin kontrak (perempuan Indonesia dengan Orang Arab) untuk menjalani kehidupan sebagai sepasang suami istri yang terikat dalam waktu jeda yang sudah disepakati bersama. Kawin kontrak terjadi juga dipengaruhi oleh kehadiran aktor lainnya seperti calo, penghulu, dan orangtua perempuan. Beberapa kalangan mengatakan kawin kontrak diklaim illegal, berikut pernyataan Masdar F Mas‟udi sebagai anggota dewan Fatma MUI “Secara teoritis dikalangan muslim syiah normative halal, hal ini dikatakan normative karena hampir tidak ada yang melaksanakan, sedangkan dikalangan sunni haram.” (Muamar, 2005: 25) Aktifis Kaukus Perempuan Parlemen menyatakan bahwa kawin kontrak merupakan masalah nasional bukan ahanya sekedar isu perempuan. mereka juga mengkritik pedas ucapan yang dilontarkan oleh Yusuf Kalla pada sambutan pembuka seminar pemasaran turisme untuk Timur Tengah pada tanggal 28 Juni 2006 yang dirasa menghina kaum janda dan merendahkan martabat perempuan. Berita mengenai kawin kontrak pernah disiarkan dibeberapa media massa seperti Kabar Siang dari TVone pada 24 September 2013, berita online seperti Detik.com dan Merdeka.com. Berperannya media massa dalam menyebarluaskan berita mengenai kawin kontrak membuat kawin kontrak di Bogor semakin terkenal. Masyarakat mengenal kawin kontrak di Puncak Bogor melalui media, karena sebelumnya berita mengenai kawin kontrak masih simpang siur. Berperannya media juga menyudutkan tokoh agama yaitu penghulu. 4 Penghulu asli kini tidak lagi bebas mengawin kontrakan pelaku karena sudah ada hukum bagi penghulu yang melakukan praktek tersebut. Jika penghulu tersebut diketahui telah melakukan praktek kawin kontrak oleh aparat pemerintah, maka dia akan diadili. Agar kawin kontrak tetap berlanjut, maka kawin 4
Penghulu disini adalah penghulu yang mendapat pengakuan oleh masyarakat sekitar. Biasanya posisi ini didapatkan dari turun temurun (berdasarkan keturunan darah), jika seorang bapak adalah seornag penghulu, maka anak laki-lakinya akan mendapat pengakuan yang sama jika sudah dewasa menggantikan bapaknya.
kontrak disiasati dengan memunculkan penghulu bohong-bohongan. Dalam kasus ini, banyak tukang ojeg yang berperan menjadi penghulu.5 Bukan hanya penghulu saja yang bohongbohongan, tapi juga keluarga pelaku perempuan juga. Hal ini dikarenakan beberapa pelaku perempuan merahasiakan pekerjaannya ini kepada keluarganya sehingga peran ayah atau kakak bohong-bohongan perlu di pakai. Alasan utama pelaku perempuan melakukan kawin kontrak adalah karena desakan ekonomi. Hal ini diperkuat dari asal daerah mereka berada yaitu Cianjur, Sukabumi, Indramayu, dan Kadipaten6 yang tergolong daerah pinggiran kota dengan kondisi ekonomi yang minim. Sebagian besar pelaku kawin kontrak (perempuan) beralih menjadi PSK7 atau yang sering disebut cabol oleh masyarakat Puncak. (Susanto, 2008: 211) Kawin kontrak terjadi karena adanya permintaan dari pelaku laki-laki untuk dicarikan pelaku perempuan. Aktor yang menjebatani kedua pelaku berasal dari calo.
Calo akan berusaha
memenuhi permintaan sesuai yang diinginkan oleh pelaku laki-laki. Ketika calo menemukan calon pelaku perempuan, maka disini calo melakukan strategi komunikasi dengan tujuan agar pelaku perempuan mau terjun dalam praktek kawin kontrak. rumusan masalah penelitian adalah bagaimana strategi komunikasi calo dalam kawin kontrak di Puncak Bogor, sedangkan tujuan penelitian ini adalah menjelaskan startegi komunikasi yang digunakan oleh calo dalma kawin kontrak di Puncak Bogor.
5
http://megapolitan.kompas.com/read/2011/07/04/13453348/Kadang.Tukang.Ojeg.Pun.Jadi.Penghulu.html (diunduh 12 januari 2015) 6 http://mbox.thejakartapost.com/news/2011/10/17/are-contract-marriages-dying-puncak.html (diunduh 12 Mei 2014) 7 http://jpnn.com/news.php?id=149715 (diunduh 12 januari 2015)
Kerangka Pikir Penelitian
*Teori ANT berfungsi untuk menganalisis jaringan dalam kawin kontrak
Pelaku Laki-laki „Orang Arab‟
Permintaan
Aspek teori ANT : Pihak Keluarga perempuan
CALO
Penghulu
Strategi Komunikasi
Pelaku Perempuan
1. 2. 3. 4. 5.
Aktor Jaringan Aktan Translasi Intermerdiery
Aspek Strategi Komunikasi : Teori ANT 1. 2. 3. 4. 5.
KAWIN KONTRAK
Menanamkan kesadaran Menanamkan pengetahuan Menanamkan perasaan suka Membangun preferensi Menanamkan perasaan yakin
Keterangan : Relasi bersifat koordinasi
Bagan 1 Kerangka Pikir Penelitian Pelaku laki-laki yaitu Orang Arab melakukan permintaan kepada calo untuk dicarikan pelaku perempuan. Pada kasus ini, strategi komunikasi dilakukan oleh calo kepada pelaku perempuan agar pelaku perempuan mau terjun dalam praktek kawin kontrak. Aspek strategi komunikasi yang digunakan untuk mengkaji data penelitian adalah menanamkan kesadaran, menanamkan pengetahuna, menanamkan perasaan suka, membangun preferensi, dan menanamkan perasaan yakin.
Kawin kontrak tak akan berjalan jika tak ada peran dari aktor-aktor lain yang mendukung, diantaranya kehadiran keluarga pihak perempuan (Orang tua atau kakak yang berperan sebagai wali nikah) dan penghulu sebagai aktor yang mengawinkan kedua pelaku kawin kontrak. Calo, pelaku laki-laki, pelaku perempuan, penghulu, dan keluarga pihak perempuan merupakan keseluruhan aktor yang masing-masing membawa peran dan saling berhubungan membentuk sebuah jaringan untuk tujuan utama yaitu terjadinya praktek kawin kontrak. Oleh karena itu, penulis menggunakan Teori Aktor Jaringan (Actor Network Theory) sebagai teori tambahan untuk membantu menganalisis data penelitian.
2. KAJIAN TEORI 2.1 Strategi Komunikasi Menurut Onong Effendi strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dan managemen komunikasi untuk mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu strategi komunikasi harus dapat menunjukkan operasi operasional yang harus di lakukan secara taktis, dalam artian pendekatan startegi komunikasi ini berbeda-beda tergantung dari situasi dan kondisi. Strategi komunikasi juga berbicara mengenai langkah – langkah yang akan diambil untuk keberhasilan proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain, untuk memberitahu, mengubah sikap atau pendapat atau perilaku, baik secara langsung maupun tidak langsung. (Effendi, 1993: 300-301) Komunikator pemasaran perlu mengetahui bagaimana menggerakan target dari tempat semula ke tempat yang lebih tinggi yaitu membeli. Tapi membeli adalah hasil akhir yang membutuhkan proses yang panjang dalam mengambil keputusan konsumen. Proses tersebut masuk dalam 6 tahap kesiapan pembeli. (Kotler & Amstrong, 1997: 79) 6 tahap kesiapan pembeli diantaranya yaitu : 1. Menyadari Ini tahap dimana bila sebagian besar khalayak sasaran tidak menyadari adanya obyek itu, Tugas komunikator adalah menanamkan „kesadaran‟ itu. Dimulai dari pengenalan lama yang sederhana dan di ulang-ulang dapat menanamkan kesadaran khalayak, dan ini membutuhkan waktu. (Kotler & Amstrong, 1989: 246)
2. Mengetahui Khalayak telah mengenal mengenai produk tetapi tak tahu banyak. Tidak hanya dari pengenalan nama tapi juga asal usul dan kelebihan dari produk itu. Disini komunikator menanamkan pengetahuan mengenai produk sebagai tujuan komunikasi langsung. (Kotler & Amstrong, 1989: 246) 3. Menyukai Seandainya khalayak tidak menyukai produk, maka komunikator harus mengetahui apa sebabnya dan mencari cara untuk dapat menanamkan perasaan suka itu. (Kotler & Amstrong, 1989: 247) 4. Memilih Khalayak mungkin mengenal produk tersebut, tapi tidak memilih. Dalam hal ini komunikator perlu membangun preferensi konsumen. Komunikator bisa menjunjung kualitas produk yang ditawarkan, nilai, prestasi dan ciri-ciri lainnya. (Kotler & Amstrong, 1989: 247) 5. Meyakini Khalayak yang sudah memilih belum tentu memiliki keyakinan untuk membeli. Tugas komunikator adalah menanamkan keyakinan bahwa membeli produk tersebut adalah tindakan yang tepat. (Kotler & Amstrong, 1989: 247) 6. Membeli Beberapa khalayak sasaran yang sudah memiliki keyakinan untuk membeli tapi tak tergerak untuk membeli. Alasannya bisa jadi karena kurangnya informasi tambahan, rencana tindakan lebih lanjut, dan sebagainya. Komunikator harus menggerakan khalayak untuk mau membeli dengan cara menawarkan produk dengan harga lebih rendah, adanya premi, kesempatan unsur mencoba produk dan lain – lain. (Kotler & Amstrong, 1989: 247)
Berangkat dari 6 tahap kesiapan diatas, didapatkan 5 komponen penting strategi komunikasi yang dilakukan secara nyata oleh produsen kepada konsumen. 5 komponen penting tersebut diantaranya adalah : 1. Menanamkan Kesadaran 2. Menanamkan Pengetahuan
3. Menanamkan perasaan suka 4. Membangun Preferensi 5. Menamkan Perasaan Yakin
Kelima komponen diatas menjadi panduan atau kata kunci yang akan penulis gunakan sebagai teori untuk mengkaji data penelitian yang telah didapat di lapangan.
2.2 Actor Network Theory (ANT) Teori ini untuk menganalisis jaringan dari relasi yang dijalin antar aktor. Ada 5 komponen penting yang terdapat dalam teori ANT. 5 komponen tersebut diantaranya adalah : 1. Aktor Pada teori ini, aktor menjabarkan berapa banyak pelaku dalam melaksanakan sebuah aksi. Aktor juga bisa dikatakan sebagai sekutu untuk memberi kekuatan pada satu posisi.8 2. Jaringan Pada konteks ini, berkaitan erat dengan faktor-fakto yang terhubung, dimana faktor – faktor tersebut merupakan apa-apa saja hal yang mempengaruhi aktor saat beraksi.9 3. Aktan Aktor pengendali. Ada aktor yang berdaya maupun tidak berdaya dalam mengendalikan sistem jaringan.10 4. Translasi Secara harafiah, translasi artinya terjemahan. Menurut Gabriela Bosca ada 2 bentuk translasi, direc translation dan oblique translation. Direc translation merupakan teknik penerjemah lagsung yang digunakan ketika eleman struktural dan konseptual dari bahasa sumber dapat dialihkan dalam bahasa sasaran. Sedangkan teknik Oblique translation digunakan ketika elemen struktural atau konseptual dari bahasa sumber tidak dapat secara
8
www.academia.edu/5530013/TEORI_ANT_BRUNO_LATOUR di upload oleh Toton Tjang diunduh pada tanggal 8 Juli 2015, hal. 3 9 www.academia.edu/5530013/TEORI_ANT_BRUNO_LATOUR di upload oleh Toton Tjang diunduh pada tanggal 8 Juli 2015, hal. 3 – 4 10 www.academia.edu/5530013/TEORI_ANT_BRUNO_LATOUR di upload oleh Toton Tjang diunduh pada tanggal 8 Juli 201, hal. 4 – 5
langsung diterjemahkan tanpa mengubah arti atau mengganggu unsur-unsur tata bahasa dan gaya bahasa dari bahasa target.11 Dapat disimpulkan teknik translasi adalah bagian dari semiotika bahasa yang dipakai untuk menerjemahkan kode tanda, dari berbagai bahasa dan budaya untuk menentukan aktor dalam jaringan.12 5. Intermediary Intermediary merupakan sebuah layer, atau perantara. Seorang perunding bertindak sebagai penghubung antara pihak aktor atau sekumpulan aktor, seseorang yang atau hal yang akan menengahi; antar inter-agent, atau perantara.13
3. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian menggunakan penelitian deskriptif untuk menggambarkan secara mendalam mengenai strategi komunikasi yang digunakan calo. Menyangkut kajian utama maka unit amatan penelitian adalah calo dan unit analisanya adalah strategi komunikasi yang digunakan calo dalam praktek kawin kontrak. Jenis data akan diperoleh dari hasil turun lapangan melalui wawancara dan observasi lapangan kepada aktor yang terlibat dalam praktek kawin kontrak, data sekunder juga diperlukan yaitu masyarakat sekitar yang tinggal lama serta beberapa informan yang memiliki pengetahuan mengenai kawin kontrak. Key informan dalam praktek ini adalah calo. Penelitian ini berlangsung dua kali, yang pertama di bulan Desember 2014 sebagai prapenelitian. Kedua penelitian langsung serta wawancara pada bulan April hingga Mei.
11
www.academia.edu/5530013/TEORI_ANT_BRUNO_LATOUR di upload oleh Toton Tjang diunduh pada tanggal 8 Juli 201, hal. 6 12 www.academia.edu/5530013/TEORI_ANT_BRUNO_LATOUR di upload oleh Toton Tjang diunduh pada tanggal 8 Juli 201, hal. 6 – 7 13 www.academia.edu/5530013/TEORI_ANT_BRUNO_LATOUR di upload oleh Toton Tjang diunduh pada tanggal 8 Juli 201, hal. 7
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Fenomena Kawin Kontrak di Puncak Bogor Istilah kawin kontrak bukan penamaan dari masyarakat tapi dari media massa. Masyarakat Puncak menamai hal itu sebagai „dikontrak sama Arab‟.14 Praktek kawin kontrak dinyatakan illegal, ini dapat diketahui dari UU perkawinan no 1/1974 serta pandangan MUI mengenai hal ini.15 Secara umum kawin kontrak terjadi karena kebutuhan seksual, tapi di Puncak Bogor Motif terjadinya kawin kontrak ada 2 macam yaitu meraup untung bisnis di Puncak dan sindikat narkoba. Meraup untung disini adalah dimana Orang Arab yang menikah dengan pelaku perempuan dilatarbelakangi membeli tanah dan menanam usaha disitu. Usaha yang dibangun adalah toko khusus bahan makanan Arab, villa khusus Orang Arab, restaurant dan lain-lain. Motif lainnya yang juga ditemukan di lapangan adalah sindikat narkoba. Untuk menyebarkan narkoba, beberapa oknum menggunakan fenomena kawin kontrak sebagai cara untuk menyebarkan narkoba. Hal ini dipengaruhi oleh permintaan Orang Arab akan ganja.16 Terdapat 3 motivasi pelaku perempuan melakukan kawin kontrak, dinataranya yaitu gaya kehidupan mereka yang hedonis dan desakan dari keluarga. Sedikit berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Cahya Milia Tirta Safitri dengan judul skripsinya yaitu “Latar belakang Kawin Kontrak (Strudi Fenomologis pada WAnita Pelaku Kawin Kontrak di Kabupaten Jepara)” pada tahun 2013, UNNES, hasil penelitian yang penulis dapatkan dilapangan bahwa latar belakang psikologis yang dimiliki pelaku perempuan di Puncak Bogor adalah pelarian dari trauma dan rasa sakit yang terjadi di masa lalu, hal ini berbeda dengan penelitian Cahya yang menyatakan bahwa berdasarkan motivasi dari latar belakang psikologisnya adalah kebutuhan rasa aman, kebutuhan cinta dan keberadaan, kebutuhan akan penghargaan. Proses kawin kontraknya adalah pelaku laki-laki sebelumnya melakukan permintaan untuk dikawin kontrakan dengan ciri-ciri perempuan yang diinginkannya. Pada hari yang sudah ditentukan calo membawa kedua temannya dan pelaku perempuan yang akan dikawin kontrakan. Pelaku perempuan dan pelaku laki-laki bernegosiasi mengenai mahar, jika sudah terjadi 14
Hasil wawamcara dengan Bapak Agus pada tanggal 24 April 2015 Hasil penelitian Renny Widhayanti EF yang berjudul ‘Kawin Kontrak Menurut Pandangan UU no 1/1974 Tentang Perkawinan (Kajian Hukum Keluarga Menurut Tata Hukum Indonesia)’ tahun 2011, Universitas Indonesia. 16 Hasil wawancara dengan Mr. X pada tanggal 3 Mei 2015 15
kesepakatan (biasanya dengan melakukan jabat tangan) maka dipanggilah penghulu. Sesudah itu mereka melakukan ijab kabul. Dalam kawin kontrak tidak adanya surat kesepakatan sehingga setengah harga mahar dibayar di muka kepada pelaku perempuan sebagai tanda kepercayaan. Setelah ijab kabul selesai maka kehidupan suami istri berlaku saat itu juga. Kawin kontrak mengenal istilah talak dan cerai sama seperti pernikahan biasanya. Ini biasanya jika salah satu pelaku melanggar kesepakatan yang sudah disepakati sebelumnya, misalnya dalam kesepakatan pelaku perempuan mendapatkan uang bulanan sebesar 2 juta, tapi pada bulan kedua pelaku perempuan hanya mendapatkan 1 juta, itu berarti talak 1. Dan jika sudah ada kata cerai walau kesepakatan waktu sudah berlalu maka mereka bisa pisah. Konsekuensinya pelaku laki-laki tidka bisa meminta kembali uang mahar yang sudah diberikan. 4.2 Strategi Komunikasi yang Digunakan Calo melakukan strategi komunikasi kepada pelaku perempuan bukan kepada pelaku lakilaki, hal ini dikarenakan permintaan datang dari pelaku laki-laki, jika pelaku perempuan yang didatangkan kepada pelaku laki-laki tidak sesuai dengan permintaan laki-laki maka laki-laki mencari lagi pelaku perempuan hingga pelaku laki-laki setuju untuk melakukan kawin kontrak. 4.2.1 Menanamkan Kesadaran Secara teori ini adalah tahap pertama yang harus dilalui komunikator terhadap komunikan tetapi pada kasus kawin kontrak di Puncak Bogor dimana calo sebagai komunikator tidak melalui tahap ini. Hal ini dikarenakan tahap ini sudah dilalui oleh media. 4.2.2 Menanamkan Pengetahuan Pada tahap ini calo dan pelaku perempuan bertemu secara langsung. Calo memberikan pengetahuan seputar gambaran mengenai kawin kontrak di Puncak Bogor dan kelebihan yang didapat dari melakukan kawin kontrak. Kelebihan yang ditawarkan diantaranya adalah : 1. Sistemnya kontrak, sehingga setelah kontrak berakhir pelaku dapat mencari pekerjaan lainnya atau kembali melakukan kawin kontrak. 2. Melayani 1 orang pada kurun waktu tertentu. Jika PSK akan mendapatkan uang setiap melakukan hubungan seksual, tapi kawin kontrak hanya melayani 1 orang saja dalam kurun waktu lama.
3. Tidak perlu melakukan hubungan suami istri, bisa mendapatkan keuntungan lainnya seperti dibelikan macam-macam barang, jalan-jalan dan belanja yang ditanggung oleh pelaku laki-laki, tidak perlu memasak atau mencuci baju karena sudah ada yang melakukan tugas tersebut. 4. Mahar yang didapatkan besar dibandingkan jenis pekerjaan lain seperti PSK contohnya. 4.2.3 Menanamkan Perasaan Suka Moto „Tidak Usah Kerja Berat Tapi Dapat Uang yang Besar‟ menjadi karakter yang dimiliki oleh masyarakat Puncak. Hal ini juga diduga dimiliki oleh pelaku perempuan. Siapa yang tidak mau uang besar terlebih lagi pekerjaan yang dilakoni tidak mengerus banyak keringat. Inilah menjadi point utama pelaku perempuan mencoba dan menyukai praktek ini. berdasarkan penelitian juga para pelaku perempuan yang pernah melakukan kawin kontrak tidak akan menolak jika ada yang memintanya kembali terjun dalam praktek kawin kontrak. 4.2.4 Membangun Preferensi Pada tahap membangun preferensi tentu ada pembanding, pembanding dari kawin kontrak adalah jasa PSK. Tugas komunikator pada tahap ni adalah menjunjung kualitas produk yang ditawarkan, nilai, prestasi, dan ciri-ciri lainnya. (Kotler & Amstrong, 1989: 274) Sesuai dengan teori, hal ini berkaitan dengan nilai dan kualitas produk. Untuk kawin kontrak sendiri, nilai dan kualitas yang ditawarkan oleh calo adalah bukti sukses yang pernah dialami orang lain. Bukti sukses pelaku yang pernah melakukan kawin kontrak sebelumnya menjadi referensi dan daya tarik calon pelaku kawin kontrak perempuan untuk terjun dan juga melakukan kawin kontrak. 4.2.5 Menanamkan Perasaan Yakin Untuk meyakinkan pelaku perempuan, calo menekankan kenyamanan kepada pelaku perempuan kawin kontrak. Kenyamanan yang ditawarkan adalah keamanan dan kerahasiaan dari kawin kontrak. Untuk menjamin keamanan, sudah ada orang yang bergerak khusus untuk menjaga keamanan. Penjaga villa yang ditempati oleh Orang Arab yang bersangkutan, juga ada orang yang mengumpulkan uang keamanan kepada pelaku perempuan yang ditunjuk. Aktor-aktor yang terlibat juga sama-sama merahasiakan identitas masing-masing. Sehingga siapa saja tidak perlu takut identitasnya akan
dibongkar dan diketahui masyarakat luas sehingga menjaga kerahasiaan indentitas penting. Selain identitas, proses kawin kontrak yang berlangsung juga dirahasiakan. Hanya orang-orang tertentu saja yang memahami kinerja didalamnya dan hanya orang yang terlibat saja yang tahu bagaimana proses kawin kontrak terjadi. Bentuk strategi komunikasi yang dilakukan oleh calo beragam tergantung bagaimana kondisi dilapangan seperti apa. Untuk beberapa kasus seperti : 1. Pelaku laki-laki (lama) dan pelaku perempuan lama Strategi komunikasi yang dijelaskan diatas tidak lagi berlaku untuk pelaku laki-laki dan pelaku perempuan yang sudah pernah melakukan kawin kontrak, hal tersebut karena mereka tahu pengetahuan, keuntungan, dan aspek-aspek yang ditarawkan dalam praktek kawin kontrak. Sehingga calo tidak perlu melakukan aksi strategi komunikasi kepada pelaku. 2. Pelaku laki-laki (lama) dan pelaku perempuan baru Pelaku perempuan yang baru atau belum pernah melakukan kawin kontrak sebelumnya memang perlu adanya aksi strategi komunikasi oleh calo, karena pengetahuan yang masih sedikit dan masih belum mengerti bagaimana terjun dan bekerja dalam praktek ini. Maka dari itu, calo harus melakukan strategi komunikasi agar pelaku perempuan tertarik dan bergabung dalam praktek ini. Dengan terlibatnya pelaku perempuan maka kawin kontrak bisa terjadi dan menjadi keuntungan calo juga. 3. Pelaku laki-laki (baru) dan pelaku perempuan lama Untuk kasus seperti ini, pelaku laki-laki walaupun baru tapi perannya disini adalah sebagai aktor yang meminta dicarikan pelaku perempuan yang sesuai dengan keinginannya. Jika pelaku laki-laki tidak suka dengan pelaku perempuan sebelum kesepakatan kawin kontrak terjalin, pelaku laki-laki bisa menolak dan meminta pelaku perempuan lainnya. Dalam kasus ini, pelaku laki-laki yang memiliki kuasa untuk setuju atau tidak dengan perempuan yang dicari oleh calo. Dan calo harus mencari perempuan yang sesuai dengan keinginan pelaku laki-laki. Tapi, strategi komunikasi tidak dilakukan oleh calo kepada pelaku laki-laki, hal ini dikarenakan calo hanya bertugas mencari pelaku perempuan sesuai dengan yang diinginkan oleh pelaku laki-laki. Tapi jika dalam perkawinannya dengan pelaku perempuan mengalami ketidaksukaan, perceraian berada ditangan kedua belah pihak, bukan lagi tanggung jawab calo. Sehingga kesan pertama
penting bagi pelaku laki-laki untuk memilih pelaku perempuan. Jika perceraian terjadi entah itu dari pihak laki-laki atau perempuan, mahar yang sudah diberikan kepada pelaku perempuan tidak bisa diambil oleh pelaku laki-laki. 4. Pelaku laki-laki (baru) dan pelaku perempuan baru Untuk kasus ini, calo melakukan aksi strategi komunikasi kepada pelaku perempuan, ini serupa dengan poin yang kedua. Aksi strategi komunikasi yang dilakukan calo kepada pelaku laki-laki juga bisa jadi terjadi bisa juga tidak, hal ini dikarenakan penulis memiliki hambatan yaitu tidak bisa mendapatkan wawancara dengan pelaku laki-laki sehingga data ini belum sepenuhnya terjawab. Tapi jika mengingat paradigma Orang Arab yang memandang praktek kawin kontrak sebagai perkawinan (siri) yang menggunakan ijab kabul, bagi mereka sah secara agama sehingga tidak ada rasa bersalah atau khawatir dalam menjalani praktek ini. Posisi Orang Arab yang tinggal sementara di Puncak Bogor (menggunakan visa liburan) kecil kemungkinannya mereka terciduk atau terjerat hukum. Berbeda dengan paradigma pelaku perempuan yang berasal dari Indonesia, dengan informasi dari media massa yang menyatakan kawin kontrak adalah bentul lain dari prostitusi serta hukum yang telah ditetapkan membuat kekhawatiran serta ketidakamanan dirasa oleh pelaku perempuan. Hal tersebut juga menjadikan kawin kontrak sebagai pekerjaan yang beresiko, lebih beresiko bagi pelaku perempuan dibandingkan dengan pelaku laki-laki. Maka dari itu, perlunya strategi komunikasi yang dilakukan oleh calo untuk pelaku perempuan agar semua kekhawatiran dan perasaan terancam akan digantikan dengan perasaan nyaman aman dan teryakinkan. Dilihat dari penjelasan kasus yang ditemukan dilapangan diatas bahwa sejauh ini strategi komunikasi yang dilakukan calo hanya kepada calon pelaku perempuan (baru). Walaupun calo memiliki stok (pelaku perempuan yang sudah pernah melakukan kawin kontrak dan mau melakukan lagi jika dihubungi) tapi banyak juga pelaku laki-laki yang meminta perempuan yang masih perawan, itu berarti calo harus menemukan pelaku perempuan yang baru. Strategi komunikasi yang dibangun tergantung sesuai dengan kondisi lapangan seperti apa, karena praktek kawin kontrak sangat fleksibel dan luas sehingga strategi yang digunakan juga tergantung kondisinya.
4.3 Relasi (Jaringan) yang Dibangun Antar Aktor Untuk memahami jaringan yang dibangun antar aktor, terlihat dari bagan dibawah ini : Calon Pelaku Laki2 (Orang Arab)
Aktor Pelaku Laki2 yg pernah KK sebelumnya
Penghulu Asli Calo
Aktor
Aktor
Calo
Pelaku Perempuan yg pernah KK sebelumnya
Saksi Penghulu Palsu
Calon Pelaku Perempuan Relasi yang pernah terjalin pada KK sebelumnya Relasi yang akan dibangun
Bagan 1 Relasi Antar Aktor yang Terlibat dalam Praktik Kawin Kontrak
Dari gambar diatas terlihat bahwa calon pelaku laki-laki mengenal calo dari pelaku laki-laki yang pernah melakukan kawin kontrak sebelumnya, begitu juga dengan calon pelaku perempuan mengenal calo dari pelaku perempuan yang pernah kawin kontrak sebelumnya. Hubungan calo dengan aktor lain seperti penghulu dan saksi, bersifat koordinasi. Jika kawin kontrak akan terjadi maka calo menghubungi saksi dan penghulu. Dalam kasus ini jika pekerjaan perempuan dirahasiakan dari keluarga, maka calo atau pelaku perempuan tersebut juga menghubungi kakak atau ayah bohong-bohongan. Penulis menggunakan teori ANT (Actor Network Theory) untuk menganalisis relasi yang dijalin oleh aktor-aktor yang terlibat dalam praktek kawin kontrak. Teori ANT menekankan 5 hal yaitu : 1. Aktor Teori ANT menyatakan bahwa aktor adalah pelaku yang melakukan sebuah aksi. Pada teori ini menjabarkan berapa banyak pelaku yang terlibat dalam melaksanakan aksi tersebut. Data lapangan menunjukkan bahwa untuk mengoperasikan praktek kawin kontrak dibutuhkan lebih dari satu aktor yang terlibat. Aktor-aktor yang terlibat tersebut diantaranya adalah :
Pelaku perempuan Pelaku perempuan dari praktek kawin kontrak ini bukanlah warga asli puncak tapi
berasal dari kota lain seperti Cianjur, Cipanas dan sekitarnya tapi juga tidak menutup kemungkinan Jakarta dan bahkan luar provinsi seperti Surabaya juga ada. Tugas yang dilakukan pelaku perempuan adalah melayani pelaku laki-laki untuk memuaskan birahi, menemani jalan-jalan, menemani minum dan makan, menemani berjoget, pendamping pelaku laki-laki selama praktek kawin kontrak berlangsung hingga kawin kontrak berakhir masa kontraknya.
Pelaku laki-laki Pelaku laki-laki dari praktek kawin kontrak ini berasal dari Negara Timur –
Tengah yang biasa di panggil oleh masyarakat sekitar sebagai „Orang Arab‟. Warga asing yang melakukan kawin kontrak memang biasanya dari Arab Saudi asli, entah dia berasal dar Jeddah, Saudi ataupun nyaman. Pelaku laki-laki disini sebagai pembeli atau konsumen.
Calo Calo adalah aktor yang berperan sebagai jembatan yang menghubungkan antara
pelaku laki-laki dengan perempuan. Ada calo yang berprofesi hanya sebagai calo, ada juga calo yang beroperasi dengan memiliki pekerjaan lainnya seperti tukang ojeg, tukang supir Orang Arab atau pegawai restaurant khusus makanan Orang Arab. Calo bertugas untuk mengatur kerja sama diantara semua aktor yang terlibat. Karena calo adalah penghubung antar pelaku kawin kontrak, calo memiliki kontak pribadi dengan aktor bersangkutan. Calo juga memiliki kontak aktor lainnya seperti penghulu dan kakak atau ayah bohong-bohongan perempuan. Berbeda dengan pelaku kawin kontrak yang membutuhkan strategi komunikasi, komunikasi yang dijalin dengan penghulu, saksi atau kakak atau ayah perempuan bersifat koordinasi.
Penghulu Penghulu adalah aktor yang bertugas mengawinkan antar pelaku kawin kontrak.
Penghulu yang dipakai ada yang berprofesi sebagai penghulu asli (penghulu yang mendapat status sebagai penghulu oleh masyarakat Puncak dan merupakan faktor keturunan penghulu juga) dan ada juga penghulu yang dipakai penghulu bohongbohongan. Penghulu bohong-bohongan adalah oknum yang berperan untuk mengawinkan dalam kawin kontrak seperti penghulu asli tapi tidak mendapat pengakuan oleh masyarakat sekitar dan bukan dari keturunan penghulu juga. Peran ini dipakai oleh siapa saja yang berjenis kelamin pria dewasa, dan bekerja sama dengan calo yang bersangkutan untuk khusus menikahkan Orang Arab dengan pelaku perempuan kawin kontrak.
Kakak atau ayah dari perempuan bohongan Kakak atau ayah perempuan yang digunakan bukanlah ayah atau kakak
perempuan beneran. Inilah yang membedakan dengan kawin siri bahwa keluarg a asli dari pelaku perempuan tidak tahu menahu jelas dengan siapa anak atau saudara mereka menikah. Kakak atau ayah bohong-bohongan merupakan orang-orang yang sudah di atur oleh calo, dan digunakan ketika kawin kontrak akan berlangsung. 2. Jaringan Teori ANT menyatakan bahwa jaringan merupakan Jejala, terangkai atau terhubung. Pada konteks ini, berkaitan erat dengan faktor-fakto yang terhubung, dimana faktor –
faktor tersebut merupakan apa-apa saja hal yang mempengaruhi aktor saat beraksi. Dalam kawin kontrak, faktor yang mempengaruhi sehingga terdorongnya praktek kawin kontrak yaitu :
Uang Alasan utama semua aktor yang terlibat mau terjun dan berperan dalam praktek
kawin kontrak adalah karena uang. Bahkan diantaranya menganggap kawin kontrak seperti mata pencaharian (pelaku perempuan dan calo). Kebutuhan akan uang dan desakan ekonomi yang kian meningkat menjadi faktor utama para pelaku untuk terjun dan mengambil peran dalam praktek kawin kontrak. Menariknya menurut Bapak Agus bahwa kebutuhan ekonomi yang dimaksud pelaku kawin kontrak bukanlah kebutuhan ekonomi yang memenuhi kebutuhan primer saja. Hal ini tidak hanya berlaku untuk pelaku kawin kontrak saja, aktor lainnya juga demikian. Misalnya penghulu, penghulu mendapatkan uang yang lebih besar jika mengawinkan pelaku kawin kontrak dibandingkan orang biasa (masyarakat sekitar yang diminta untuk dikawinkan). Calo juga sama halnya dengan penghulu, mereka akan mendapatkan uang tambahan yang tidak sedikit dibandingkan pekerjaan biasanya yang sebagai tukang ojeg atau tukang supir. Keuntungan yang didapat tidak hanya ketika menjadi calo tapi juga ketika dirinya kembali ke profesi aslinya yang adalah supir Orang Arab. Uang merupakan faktor utama aktor-aktor yang terlibat dalam kawin kontrak bertemu. Keuntungan yang didapat dengan pekerjaan lain tidak semudah dengan bekerja sama dan terlibat dalam praktek kawin kontrak. terlebih lagi kawin kontrak tersebut dengan Orang Arab yang dikenal loyal dalam memberi.
Lingkungan dan Keluarga Tidak hanya karena alasan uang, tapi juga desakan dari keluarga atau masa lalu
yang tidak baik dibantu dengan lingkungan yang tidak sehat seperti inilah menyebabkan pelaku kawin kontrak akhirnya terjun bergabung dalam praktek kawin kontrak di Puncak Bogor. Pengaruh lingkungan dan keluarga juga berlaku pada calo. Calo masuk ke dalam praktek ini karena faktor teman yang mengajaknya menjadi bagian dalam praktek kawin kontrak di Puncak Bogor.
Rendahnya pemahaman agama Para pelaku menyadari bahwa dengan melakukan kawin kontrak merupakan
sesuatu yang illegal dan merupakan dosa dalam agama, tapi walaupun menyadari hal tersebut, para pelaku tetap melakukannya dan berani menerima resikonya. Pemahaman masyarakat mengenai agama dirasa kurang dan rendah karena aturan agama tidak lagi bisa menjadi alat yang membantu masyarakat untuk memutuskan suatu keputusan dalam kehidupannya, tapi mereka membiarkan realitas menjadi patokan untuk mengatur kehidupan mereka. Sehingga pandangan masyarakat mengenai etika dalam agama kalah dibandingkan dengan kondisi realita yang sebenarnya.
Budaya dan sosial yang membentuk mental „Tidak Usah Kerja Susah Dapat Uang Besar” Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa dengan pendekatan budaya ini
juga menjadi faktor penting lainnya yang mempengaruhi aksi yang dilakukan oleh aktor dalam praktik kawin kontrak. 3. Aktan Aktan adalah aktor yang memiliki daya atau pengaruh untuk mengembalikan aktor lainnya. Fakta dilapangan menunjukkan 2 hal, ada kawin kontrak yang membutuhkan aktan yang dapat mengendalikan sistem jaringan kawin kontrak ada juga yang tidak. Hal ini berdasarkan motif dari kawin kontrak. Jika motif kawin kontrak adalah karena sindikat narkoba maka aktannya adalah mafia narkoba. Walau begitu tidak semua kawin kontrak merupakan bagian dari sindikat narkoba. Untuk motif lainnya seperti usaha atau hanya memang desakan ekonomi, maka tidak ada aktan yang berperan. 4. Translasi Teori ANT menyatakan bahwa translasi merupakan bagian dari semiotika bahasa yang dipakai untuk menerjemahkan kode tanda, dari berbagai bahasa dan budaya untuk menentukan aktor dalam jaringan. Fakta lapangan menyatakan bahwa memang ada kode yang digunakan ketika proses kawin kontrak terjadi. Kode tersebut berbeda-beda dalam setiap kondisinya. Salah satunya adalah jabat tangan. Kode itu digunakan pada saat kata kesepakatan dari kedua belah pihak pelaku setuju untuk melakukan kawin kontrak.
5. Intermediary Intermediary merupakan sebuah layer atau perantara. Seorang perunding bertindak sebagai penghubung antara pihak aktor atau sekumpulan aktor, seseorang yang atau hal yang akan menengahi; antar inter-agent, atau perantara.17 Dalam kawin kontrak yang menjadi intermediary adalah calo. Sesuai fungsinya calo berperan sebagai jembatan yang menghubungi antara pelaku perempuan dan pelaku laki-laki. Begitu juga dengan aktoraktor lainnya ang terlibat seperti penghulu, saksi, dan ayah atau kakak bohong-bohongan. Untuk melihat aktor yang proaktif dan tidak, penulis berpatokan pada aksi yang dilakukan oleh calo tergantung pada bagian proses komunikasi yang dijalinnya. Penjabaran mengenai hal ini diantaranya : 1. Calo mencari pelaku perempuan Calo berperan sebagai aktor yang proaktif karena mencari pelaku perempuan. 2. Calo dicari oleh Orang Arab Hal ini sesuai dengan prosesnya dimana pelaku laki-laki (Orang Arab) yang mencari / menghubungi calo karena permintaan datangnya dari pelaku laki-laki. Disini calo berperan sebagai aktor yang nonaktif dan pelaku laki-laki sebagai pelaku yang proaktif. Calo mudah ditemui karena profesinya yang berada dekat dengan pelaku laki-laki yaitu sebagai tukang supir yang mengantar Orang Arab, tukang ojeg, atau pekerja restaurant / café khusus Timur Tengah. Refleksi Hasil Penelitian Untuk melihat bagaimana strategi komunikasi digunakan oleh calo dalam praktek kawin kontrak ini adalah mengkomunikasikan teori dan kondisi lapangan yang ada. Secara teori terdapat 5 komponen penting untuk merumuskan strategi komunikasi yang digunakan. Tapi jika melihat realitas yang ada bahwa tidak semua komponen strategi komunikasi yang diungkapkan oleh Kotler cocok untuk kasus kawin kontrak di Puncak Bogor. Hasil penelitian dari lapangan menyatakan bahwa calo tidak melewati tahap pertama yaitu penanaman kesadaran. Sehingga salah satu refleksi yang didapat dari hasil penelitian adalah bahwa Media membantu menyuburkan praktek kawin kontrak. Hal tersebut terlihat dari peran media yang membantu mengenalkan mengenai „produk‟ kawin kontrak kepada masyarakat luas. Melihat peran media
17
www.academia.edu/5530013/TEORI_ANT_BRUNO_LATOUR di upload oleh Toton Tjang diunduh pada tanggal 8 Juli 201, hal. 7
massa seperti itu, maka tugas pertama calo yang seharusnya menanamkan kesadaran kepada calon pelaku kawin kontrak tidak perlu direalisasikan karena masyarakat umum sudah mengerti secara garis besar mengenai kawin kontrak di Puncak Bogor. Sistem Getok tular. Getok Tular adalah istilah bahasa jawa yang dapat diartikan sebagai penyebaran informasi dari mulut ke mulut secara langsung. Sehingga komunikasi yang dibangun merupakan komunikasi langsung secara tatap muka. Begitu hal nya dengan penelitian ini, dalam menjalankan strategi komunikasi calo menggunakan sistem getok tular terhadap aktor-aktor yang yang terlibat. Strategi ini dirasa ampuh bahkan calon pelaku kawin kontrak bisa menjangkau langsung dan terlibat dengan praktek kawin kontrak. Setiap aktor yang terlibat dalam sistem Getok tular saling berhubungan dan membentuk sebuah relasi besar guna mencapai tujuan bersama yaitu praktek kawin kontrak Praktek kawin kontrak tidak hanya berkaitan dengan yang dijelaskan oleh Dede Mulkana dalam penelitiannya bahwa kawin kontrak berkaitan dengan nilai kepercayaan yang dianut, yang nilai kebenaran dan toleransi terletak pada ajaran dan aturan yang sudah ditentukan agama. Dari hasil penelitian ini, didapatkan bahwa kawin kontrak juga berkaitan dengan aspek lainnya seperti pengorganisasian, relasi antar aktor yang terlibat, motif-motif yang terdapat didalam praktek kawin kontrak saling berhubungan membentuk suatu usaha untuk menjaga eksistensi kawin kontrak tetap ada. Sifat praktek kawin kontrak yang fleksibel membuat operasional kawin kontrak tersebut tidak memiliki aturan dan cara yang tetap tapi sangat variatif dan berbeda-beda tergantung situasi yang tengah dihadapi. Praktek kawin kontrak yang terjadi di Puncak Bogor tidak hanya seperti yang dijelaskan dalam penelitian Dede Mulkana bahwa kawin kontrak di Puncak Bogor berkaitan dengan nilai kepercayaan yang dianut, yang nilai kebenaran dan toleransi terletak pada ajaran dan aturan yang sudah ditentukan agama. Kawin kontrak yang berada di Puncak Bogor tidak terlepas dari peran penting dari aktan yang mengatur aktor-aktor dalam kawin kontrak. Aktan yang penulis temukan bisa berupa mafia dalam sindikat narkoba. Dan inilah penemuan yang baru dari semua penelitian mengenai kawin kontrak lainnya. Keterlibatan pihak pemerintah yang merupakan oknum polisi juga menjadi refleksi bahwa praktek ini merupakan praktek yang luas dan begitu riskan karena pihak pemerintah yang seharusnya meniadakan praktek ini karena dianggap illegal tetapi malah dilindungi dengan syarat ada pemasukan setiap bulannya yang akan diberikan kepada oknum polisi.
Pada penelitian ini calo selalu menekankan Orang Arab adalah „orang yang baik‟. Pelaku perempuan juga menyatakan Orang Arab itu orang-orang yang baik. Penulis melihat bahwa aktor-aktor yang terlibat akan menjawab bahwa Orang Arab adalah orang yang tidak jahat. Sehingga kesan orang yang mendengar bahwa Orang Arab adalah orang yang baik maka kesan kita sebelumnya mengenai prostitusi terselubung maka bisa berubah. Banyak kaum perempuan yang menyatakan bahwa kawin kontrak tidak jauh berbeda dengan human trafficking, sehingga perempuan dan anak merupakan korban dari praktek tersebut. Tapi seakan pernyataan aktoraktor yang terlibat dalam kawin kontrak menghapus asumsi-asumsi bahwa pelaku kawin kontrak laki-laki adalah aktor yang menjajah perempuan. Pada kasus kawin kontrak, calo dan pelaku kawin kontrak menunjukan bahwa citra Orang Arab yang mereka kenal bukanlah aktor yang menjajah seperti yang di ungkapkan komnas perempuan tapi mereka akan dianggap sebagai orang loyal dan baik jika kita mau menerima mereka dengan baik. Disini calo membentuk citra Orang Arab dengan berbeda. Dengan melakukan kawin kontrak, pelaku perempuan tidak merasa bahwa dia sedang menjual tubuhnya karena sistem kerjanya tidak seperti Pekerja Seks Komersial yang untuk mendapatkan uang harus melakukan hubungan seks terlebih dahulu. Pelaku perempuan merasa dianggap seorang istri atau teman yang punya kegiatan lain selain melayani berhubungan badan. Pelaku perempuan juga tidak menolak untuk terjun dalam praktek kawin kontrak karena bagi mereka kawin kontrak lebih baik dibandingkan menjadi PSK atau hanya pekerjaan biasa yang hanya mendapatkan penghasilan yang tidak banyak. Keuntungan-keuntungan yang ditawarkan menjadi pertimbangan matang bagi pelaku perempuan. Terlebih lagi, dalam kasus kawin kontrak pelaku perempuan tidak usah bersusah payah dalam mencari pelanggan, karena mereka akan dicari atau dihubungi. Inilah mengapa kawin kontrak tetap bertahan hingga sekarang. Dari sisi pelaku laki-laki juga mendapatkan hal yang sama. Mereka tidak mau menyalahi aturan adat mereka dengan berzinah, sehingga kawin kontrak menjadi pilihan yang cocok. Tidak terikat dengan tanggung jawab ketika pernikahan sudah selesai, dan calon pelaku perempuan yang dianggap murah untuk di pesan dibandingkan dengan di tempat lain. Sesama aktor saling berhubungan dan menjalin relasi yang disebut mutualisme. Hubungan inilah yang dipertakankan terus selama masih sama-sama saling membutuhkan. Dengan adanya faktor-faktor yang mendukung aktor-aktor terlibat dalam kawin kontrak, membuat kawin kontrak masih bertahan hingga sekarang dengan proses pernikahan dan ketentuan yang beragam
tergantung kondisi yang ada. Komunikasi yang baik dari antara aktor-aktor yang berperan membawa kinerja dan kerja sama yang baik antar aktor, hal ini dilakukan demi tujuan bersama yaitu menghasilkan sebuah fenomena yang disebut praktek kawin kontrak di Puncak Bogor.
5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan analisa yang telah dipaparkan pada bab - bab sebelumnya, maka strategi komunikasi yang dilakukan oleh calo meliputi : 1. Menanamkan
Pengetahuan.
Calo
menanamkan
pengetahuan
dengan
cara
menggambarkan kawin kontrak yang berada di Puncak Bogor dan kelebihan kawin kontrak sebagai produknya kepada calon kawin kontrak. Keunggulan yang ditawarkan diantaranya adalah : a. Sistem kontrak yang sudah ditentukan waktunya sehingga pelaku kawin kontrak tidak selamanya terikat dengan praktek tersebut. b. Hanya melayani 1 orang saja dalam kurun waktu yang ditentukan. c. Biaya jalan-jalan dan belanja dibebankan kepada pelaku laki-laki. d. Karena sistemnya kontrak maka pembayaran yang diperoleh besar. 2. Menanamkan Perasaan Suka. Calo menanamkan perasaan suka dengan melakukan pendekatan budaya dan sosial. Moto „Tidak Usah Kerja Berat Tapi Dapat Uang yang Besar‟ menjadi rayuan yang ampuh untuk menarik minat calon pelaku untuk terjun dalam praktek kawin kontrak, bahkan moto ini sudah menjadi karakter yang dimiliki oleh sebagian besar masyarakat puncak. 3. Membangun Preferensi. Preferensi yang ditawarkan adalah dengan menjunjung kualitas produk yang ditawarkan, dalam hal ini kawin kontrak. Untuk melihat kualitas produk, penulis membutuhkan produk pembanding. Pada penelitian ini, pembanding dari kawin kontrak yaitu jasa Pekerja Seks Komersial. Aksi yang dilakukan calo untuk menjunjung kualitas kawin kontrak adalah dengan ditunjukkannya bukti-bukti positif dari hasil kawin kontrak yang telah terjadi, contohnya : pelaku yang pernah melakukan kawin kontrak sekarang telah diangkat menjadi istri ke 4 sah, dapat rumah, tanah, dan hak waris.
4. Menanamkan Perasaan Yakin. Untuk menanamkan perasaan yakin agar calon pelaku mau melakukan kawin kontrak adalah dengan menekankan kenyamanan yang akan didapatkan pelaku berupa keamanan dan kerahasiaan praktek kawin kontrak. 5. Secara teori, sebelum produsen melakukan aksi menanamkan pengetahuan, mereka akan menanamkan kesadaran terlebih dahulu. Tapi hasil penelitian ini menyatakan berbeda bahwa penanaman kesadaran sudah dilakukan oleh media massa sehingga calo tidak perlu lagi melakukan aksi tersebut. Peran media massa ini sekaligus membantu menyuburkan fenomena kawin kontrak di Puncak Bogor. Selama penelitian, peneliti mendapatkan hasil penelitian lainnya yang juga penting. Hasil penelitian tersebut yaitu : 6. Model komunikasi yang dibangun antar aktor dalam praktek kawin kontrak adalah Getok Tular. Getok Tular adalah istilah dari bahasa jawa yang maknanya menyampaikan informasi secara langsung dari mulut ke mulut. Model komunikasi ini dirasa sangat ampuh dalam membangun suatu jaringan ada terdapat didalam praktek ini. tidak hanya itu, model komunikasi ini merupakan kunci keberhasilan dari praktek kawin kontrak yang dibangun secara rahasia. Model komunikasi ini tidak jauh dari pemanfaatan jaringan yang sudah tercipta antar aktor yang memiliki hubungan mutualisme. 7. Pada praktek kawin kontrak yang terjadi di Puncak Bogor ini terdapat aktan yang merupakan aktor pengendali dalam sistem kinerja jaringannya. Aktan tersebut adalah mafia yang bergerak dalam jaringan sindikat narkoba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak semua kawin kontrak dikendalikan oleh sindikat narkoba, dalam beberapa kasus, kawin kontrak murni sebuah fenomena sosial dan tidak bercampur tangan dari sindikat narkoba. 5.2 Saran Penelitian penulis hanya mengkaji praktik kawin kontrak dari segi strategi komunikasi. Sekiranya ada dari pembaca sekalian yang mau mengkaji kawin kontrak dari sudut pandang komunikasi atau ilmu yang lain, penulis membuka kesempatan selebar-lebarnya. Fenomena kawin kontrak di Puncak eksistensinya masih bisa dibuktikan hingga saat ini, sehingga masih memungkinkan bagi calon peneliti-peneliti lainnya untuk meneliti dan mengkaji praktik kawin kontrak sehingga mendapatkan gambaran utuh mengenai kawin kontrak di Puncak Bogor.
Pada penelitian ini penulis hanya menjabarkan mengenai praktik kawin kontrak yang tengah berlangsung di Puncak Bogor, dan penelitian penulis hanya bersifat desktiptif saja, belum ada yang menyangkut mengenai etik atau mempelajari lebih dalam mengenai jaringan sindikat yang terjadi dalam praktik kawin kontrak. Atau jika tidak, penulis membuka bagi siapa saja untuk melanjutkan penelitian yang telah penulis lewati. Saran penulis untuk negara atau pemerintah adalah bahwa praktek ini merupakan praktek yang illegal dan butuh adanya penanganan khusus karena ternyata ada juga oknum-oknum yang terlibat dan itu dibawah tangan pemerintah sendiri. Untuk memajukan bangsa tentu tidak hanya dari materi saja yang diperlukan, tapi juga perombakan karakter dan kepedulian kepada kaum minoritas, yang dalam praktek ini adalah masyarakat dan kaum perempuan. Bagi penulis tidak cukup praktek ini dihentikan hanya dengan sekedar pembuatan peraturan terhadap aktor-aktor yang terlibat tapi juga perlunya pembentukan paradigma dan perombakan karakter mengenai sumber daya masyarakatnya. Hal ini juga harus dibantu dengan adanya kesadaran dari masyarakat sendiri bahwa praktek ini jangan hanya ditutupi, disembunyikan keberadaannya dan pura-pura tidak melihat serta mendengar, tapi masyarakat jugalah yang bergerak aktif memanfaatkan lokasi Puncak Bogor sebagai tempat wisata dengan kegiatan atau pekerjaan yang positif dan inovatif.
DAFTAR PUSTAKA Effendi, Onong Uchjana, 1993. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung : Citra Aditya Bakti. Kotler, Philip, 1989. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, dan Pengendalian Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta : Erlangga. Kotler, Philip & Gary Amstrong, 1996. Dasar – Dasar Pemasaran Jilid 2. Jakarta : Prenhallindo. Muamar, Akhsin, 2005. Nikah Bawah Tangan (Versi Anak Kampus). Jakarta : Qultum Media. Susanto, Budi S.J., 2008. Ge(mer)lap Nasionalitas Postkolonial. Yogyakarta : Kanisius.