TOPIK : REVITALISASI SMK DALAM MENGHADAPI DAYA SAING KETENAGAKERJAAN JUDUL : “BBS SEBAGAI MODEL INTEGRASI SOFT SKILL DALAM PBM UNTUK MENGHASILKAN LULUSAN YANG UNGGUL DAN BERDAYA SAING” (Studi Kasus di Jurusan Teknik Kendaraan Ringan SMK N 1 Mojokerto)
ARTIKEL ILMIAH
Diajukan untuk Mengikuti Simposium GTK Tingkat Nasional Tahun 2016 yang Diselenggarakan oleh Direktorat Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Oleh : SUCOKO, S. Pd. NIP. 19791021 200903 1 004
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 MOJOKERTO
Jl. Kedungsari Magersari Telp. (0321) 381959 Fax. (0321) 331297 website : www.smkn1mojokerto.sch.id e-mail :
[email protected] Kota Mojokerto
“BBS SEBAGAI MODEL INTEGRASI SOFT SKILL DALAM PEMBELAJARAN UNTUK MENGHASILKAN MUTU LULUSAN YANG UNGGUL DAN BERDAYA SAING” (Studi Kasus di Jurusan Teknik Kendaraan Ringan SMK N 1 Mojokerto) Oleh : Sucoko, S.Pd. Guru Mapel Produktif Jurusan Teknik Kendaraan Ringan SMK N 1 Mojokerto E-mail :
[email protected]
Abstrak
Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan pemetaan permasalahan sekitar yang berada di area Bengkel Praktek TKR SMK N 1 Mojokerto, menentukan perasalahan yang akan diselesaikan, menentukan akar permasalahan dan menemukan solusi masalah tentang kondisi lingkungan dan ruang pembelajaran di Bengkel Teknik Kendaraan Ringan yang sering kotor serta kondisi siswa yang malas dan kurang peduli. Kegiatan ini menggunakan metode gugus kendali mutu dengan melakukan 8 langkah yaitu menentukan pokok masalah, membahas penyebab, Menguji Penyebab, Menyusun rencana penanggulangan, Pelaksanaan penanggulangan, Meneliti hasil, Standarisasi, dan Menentukan langkah berikutnya serta menggunakan 7 alat gugus kendali mutu yaitu Check sheet & grafik, Stratifikasi, Diagram pareto, Diagram sebab akibat, Histogram, Diagram tebar dan Control chart. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa kondisi ruang dan lingkungan belajar di bengkel Teknik Kendaraan Ringan di SMK N 1 Mojokerto di akibatkan oleh karena tidak adanya program house keeping dan tidak adanya kegiatan rutin yang bersifat rekreatif semacam senam pagi. Setelah di lakukan kegiatan senam pagi dan program house keeping yang selanjutnya kami namakan Program BBS (Bersih Bersih Sehat) secara rutin yang melibatkan seluruh siswa praktek dan guru di Bengkel Paktek TKR SMK N 1 mojokerto didapatkan perubahan yang sangat signifikan. Kondisi ruang praktek dan lingkungan sekitar sangat bersih, siswa memiliki soft skill khusunya dalam aspek sikap yang tanggap, teliti, tanggung jawab yang tangguh baik dalam menjaga lingkungan maupun dalam pembelajaran praktek. Kata kunci : Lingkungan kotor, Siswa Malas, Program BBS (Bersih Bersih Sehat, soft skill
A. PENGANTAR 1.
Latar Belakang Permasalahan
Era bisnis global abad 21 yang semakin komplek, dinamis dan
semakin
penuh
konfik
memaksa
industri
untuk
selalu
bisa
menyesuaikan diri dengan perubahan itu. Kemampuan industri untuk beradaptasi dengan perubahan ditentukan oleh seberapa besar kemampuan pekerjanya dalam beradaptasi atas perubahan kebijakan
yang dilakukan oleh manajemen. Budaya kerja perusahaan adalah 1
bagian penting dalam upaya mengahadapi tantangan ini. Budaya perusahaan
menurut W. Jack Duncan dalam Rhenald Kasali
(1999:108) adalah satu set nilai, penuntun kepercayaan akan suatu hal, pengertian dan cara berpikir yang ditemukan oleh para anggota
organisasi dan diterima oleh anggota baru seutuhnya. Jika nilai sebagai muatan budaya dijadikan tolak ukur maka terbentuklah norma atau aturan (Taliziduhu Ndraha, 2006 :36). Budaya organisasi mengacu ke suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-
anggota yang membedakan organisasi itu dari organisasi lain. Suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi; suatu sistem dari makna bersama (Steven P. Robbins, 2003:247). Budaya perusahaan pada dasarnya berperan sebagai suatu pembatas yang
membedakan satu organisasi dengan organisasi lainya. Sedangkan
budaya organisasi menurut Rhenald Kasali (1999:110) merupakan
penerapan nilainilai dalam suatu masyarakat yang berikat bekerja di bawah naungan suatu perusahaan (Hilda Primahappy : 2013). Atas
dasar
itulah
kemudian
agar
terbentuk
budaya
perusahaan yang mampu menghadapi tantangan global maka industri membutuhkan sumber daya manusia yang memeiliki kemampuan yang tidak terbatas hanya pada kemampuan teknis atau fungsional pada bidang pekerjaan tertentu yang bersifat hard skill, tetapi juga
kemampu berpikir yang komprehensif, kemampuan mengendalikan emosi, tanggung jawab, tangguh, teliti, seorang yang problem solver,
bisa bekerja sama dalam tim, beritika, disiplin dan sebagainya yang bersifat soft skill.
Pembicaraan tentang soft skills tidak dapat dilepaskan dari
pengertian kompetensi. Kompetensi dapat diartikan sebagai motif,
sikap, keterampilan, pengetahuan, perilaku atau karakteristik pribadi lain
yang penting untuk melaksanakan pekerjaan
atau
yang
membedakan antara kinerja rata-rata dengan kinerja superior (wagiran : 2004).
2
Menurut idawati kompetensi kerja terdiri dari 5 komponen,
yaitu: (1) Knowledge, yaitu ilmu yang dimiliki individu dalam bidang pekerjaan atau area tertentu, (2) Skill, yaitu kemampuan untuk unjuk kerja fisik atau mental, (3) Self Concept, yaitu sikap individu, nilai-nilai
yang dianut serta citra diri, (4) Traits yaitu karakteristik fisik dan respon yang konsisten atas situasi atau informasi tertentu, dan (5) Motives
yaitu pemikiran atau niat dasar yang konstan yang mendorong individu untuk bertindak atau berperilaku tertentu (wagiran : 2004).
SMK sebagai salah satu lembaga pendidikan kejuruan
memiliki kewajiban untuk dapat membekali para siswa dengan berbagai kemampuan baik hard skill, maupun kemampuan soft skill.
Untuk dapat membantu para siswanya agar mendapatkan
pekerjaan, mempertahankan pekerjaan tersebut dan terus maju dalam karir, maka sebuah SMK harus menjalankan pendidikan
kejuruan
yang benar. Menurut Prosser A. Charles and Quigley Thos (1950)
dalam Tim Direktorat P2TK Dikmen (2013:16) bahwa agar dapat
mencapai apa yang dimaksud maka sekolah kejuruan yang ideal harus menjalankan 16 prinsip dasar pendidikan sebagai berikut: : 1.
2.
3.
4.
Pendidikan kejuruan akan efisien jika lingkungan dimana siswa
dilatih merupakan replika lingkungan dimana nanti ia akan bekerja.
Pendidikan kejuruan yang efektif hanya dapat diberikan dimana tugas-tugas latihan dilakukan dengan cara, alat dan mesin yang sama seperti yang ditetapkan di tempat kerja.
Pendidikan kejuruan akan efektif jika melatih seseorang dalam kebiasaan berpikir dan bekerja seperti yang diperlukan dalam pekerjaan itu sendiri.
Pendidikan kejuruan akan efektif jika dapat memampukan setiap individu
memodali
minatnya,
pengetahuannya
keterampilannya pada tingkat yang paling tinggi.
dan
3
5.
Pendidikan kejuruan yang efektif untuk setiap profesi, jabatan atau pekerjaan hanya dapat diberikan kepada seseorang yang
memerlukannya, yang menginginkannya dan yang mendapat 6.
untung darinya.
Pendidikan kejuruan akan efektif jika pengalaman latihan untuk membentuk kebiasaan kerja dan kebiasaan berpikir yang benar diulang-ulang sehingga sesuai seperti yang diperlukan dalam
7.
pekerjaan nantinya.
Pendidikan kejuruan akan efektif jika gurunya telah mempunyai pengalaman yang sukses dalam penerapan keterampilan dan pengetahuan pada operasi dan proses kerja yang akan
8.
9.
dilakukan.
Pada setiap jabatan ada kemampuan minimum yang harus dipunyai oleh seseorang agar dia tetap dapat bekerja pada jabatan tersebut.
Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar.
10. Proses pembinaan kebiasaan yang efektif pada siswa akan tercapai jika pelatihan diberikan pada pekerjaan yang nyata (pengalaman sarat nilai).
11. Sumber yang dapat dipercaya untuk mengetahui isi pelatihan
pada suatu okupasi tertentu adalah dari pengalaman para ahli okupasi tersebut.
12. Setiap pekerjaan mempunyai ciri-ciri isi (body of content) yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain.
13. Pendidikan kejuruan akan merupakan layanan sosial yang efisien jika sesuai dengan kebutuhan
seseorang yang memang
memerlukan dan memang paling efektif jika dilakukan lewat pengajaran kejuruan.
14. Pendidikan kejuruan akan efisien jika metode pengajaran yang digunakan
dan
hubungan
pribadi
dengan
peserta
mempertimbangkan sifat-sifat peserta didik tersebut.
didik
4
15. Administrasi pendidikan kejuruan akan efisien jika luwes.
16. Pendidikan kejuruan memerlukan biaya tertentu dan jika tidak
terpenuhi maka pendidikan kejuruan tidak boleh dipaksakan beroperasi.
Kenyataannya
tidak
banyak
sekolah
yang
mampu
menjalankan prinsip-prinsip tersebut, tetapi seyogyanya sekolah berusaha untuk menerapkan program secara bertahap untuk menuju
terbentuknya sekolah yang ideal, yang mampu membawa peserta
didik menjadi lulusan yang tangguh serta memiliki kesiapan secara hard skill maupun soft sehingga mereka akan memiliki keunggulan dan berdaya daya saing tinggi.
Berlakunya Elimination Of Non Tarif Barriers dan Single
Window dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 mengakibatkan
tenaga kerja dari luar negeri akan mudah bermigrasi ke Indonesia, sehingga tenaga kerja asing yang memiliki kompetensi melebihi SDM
Indonesia tentu akan mendapat pekerjaan di perusahaan yang ada di Indonesia. Berdasarkan paparan Joko Baroto, Human Resource Div.
Head PT. Astra Daihatsu Motor Jakarta, dalam seminar “Peran Industri
dalam peningkatan SDM Indonesia mengahadapi AEC 2015” pada tanggal 14 Agustus 2014 di Aula Dinas Pendidikan Propinsi Jatim sebagai berikut: “ penyebab rendahnya keterserapan lulusan SMK di DU/DI adalah karena lulusan memiliki soft skill yang rendah, mereka
tidak terbiasa dididik dalam budaya kerja industri yang identik dengan
inovasi, integritas yang tinggi, komitmen, akuntabilitas, dan respek. Aspek psikologis mencakup ketekunan, ketelitian, kecepatan kerja,
energy/semangat, kerja sama dankestabilan emosi juga menjadi aspek yang sangat berpengaruh dalam rekruitmen tenaga kerja”. Dari hasil survey yang dilakukan terhadap
pasangan
di
Wilayah
Kota
Mojokerto
yang
20 DU/DI
diambil
secara
proprsionaldiketahui bahwa faktor soft skill menjadi pertimbangan utama dalam proses recruitment dibandingkan faktor hard skill.
5
Demikian pentingnya aspek soft skill terhadap tingkat
keterserapan
lulusan
menjadi
dasar
bagi
sekolah
untuk
mengedepankan pembentukan kemampuan sodt skill ini beriringan 2.
dengan pembentukan kemampuan hard skill.
Data Permasalahan
Berdasarkan pengamatan yang dicatat oleh penulis maupun dari hasil
wawancara dari rekan kerja bahwa ada beberapa permasalahan yang terjadi di lingkungan sekolah yang muncul dimana salah satunya
merupakan dampak dari rendahnya kemampuan soft skill dari para siswa. Inventarisasi permasalahan di SMK Negeri 1 Mojokerto
khususnya di bengkel praktek Teknik Kendaraan Ringan dijadikan
sebagai sebagai sebuah improvement project yang pemecahannya melibatkan siswa khususnya siswa Teknik Kendaraan Ringan.
Adapun data masalah yang ditemui di lingkungan Bengkel Teknik
Kendaraan Ringan SMK Negeri 1 Mojokerto berdasarkan pengamatan harian adalah sebagai berikut : No 1 2 3 4 5
3.
Masalah Kebersihan lab praktek, kelas, lingkungan sekolah Kebersihan media praktek Kesehatan jasmani & motivasi siswa Maintenance management peralatan praktek Training & development untuk guru/instruktur
Check List Data Permasalahan
Data pengamatan Minggu ke tiga & Minggu ke empat Januari 2015 di
Bengkel Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 1 Mojokerto adalah sebagai berikut : No. 1. 2. 3. 4.
4.
5.
Rincian Masalah
Lab praktek, kelas, lingkungan kotor Media praktek pembelajaran kotor Siswa kurang bergairah & motivasi rendah Alat praktek rusak Guru tidak melakukan update pengetahuan
Data Sheet Masalah
Frek. minggu 3 Frek. minggu 4 Jml. 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 1 1 1 1
1 1
1
1
1 1 1 1
1 1 1 10
1
1 1
7
1
1
3
3
6
No.
Rincian Masalah
Lab praktek praktek, kelas, lingkungan kotor Media praktek pembelajaran kotor Siswa kurang bergairah & motivasi rendah Alat praktek rusak Guru tidak melakukan update pengetahuan Jumlah
1 2 3 4 5
5.
Jml
%
A
12
34%
C
7
B
D E
10
29%
3
9%
3
35
% KUM.
Rang king
63%
II
34%
20%
I
83%
III
91%
9%
IV
100%
100%
V
Diagram Pareto Penyebab Permasalahan
14 12 10
8
120%
12
10
63%
6 4
34%
2 0
6.
Kode
A
B
100% 100% 80%
91%
83%
7
C
3
D
E
A : Lab praktek, kelas, lingkungan kotor B : Media pembelajaran kotor
60%
C : Siswa kurang bergairah & motivasi
20%
D : Alat praktek rusak
rendah
40%
3
Keterangan :
E : Guru tidak melakukan update
0%
pengetahuan
Penetapan Tema dan Judul 1. Analisa QCDSM
a. Quality : Kondisi lingkungan ngan pembelajaran (kebersihan, ( keindahan, kerapian, kenyamanan, lay out ) yang kurang baik
menyebabkan kkualitas proses belajar yang rendah, rendah kualitas hasil belajar yang rendah dan kualitas lulusan yang rendah
b. Cost : Untuk menciptakan lingkungan ingkungan pembelajaran pembe yang
bersih bersih, indah, rapi, nyaman, identik dengan biaya tinggi. Perlu
terobosan untuk menumbuhkan gerakan partisipatif dari peserta didik dalam memelihara emelihara lingkungan sekolah serta memberi nilai tambah bagi peserta didik dalam membentuk pribadi yang siap mental (Tanggap, Tanggap, Tangguh, Teliti, Tekad dan Tanggung Jawab Jawab)
c. Delivery : Mencetak lulusan SMK yang terbiasa dengan sikap, pola pikir yang sesuai dengan budaya kerja tidak dapat
dilakukan secara instan. Sekolah harus digunakan sebagai laboratorium atorium
hidup
bagi
pertumbuhan ertumbuhan
karakter
positif 7
(Tanggap, Tangguh, Teliti, Tekad dan Tanggung Jawab) yang
sangat dibutuhkan dalam dunia usaha dan dunia industri sehingga lulusan SMK lebih cepat beradaptasi dengan lingkungan kerja.
d. Safety
: Kondisi lingkungan yang tidak baik adalah awal
timbulnya kondisi tidak aman (unsafe condition). Karakter yang
negatif menimbulkan tindakan yang tidak selamat (unsafe action). Kedua hal tersebut adalah akar dari timbulnya kecelakaan kerja.
e. Morality : Lulusan yang siap secara kognitif (pengetahuan) dan psikomotor (keterampilan) tanpa kesiapan atitude (sikap
mental) akan kalah dalam persaingan kerja. Perlu komitmen dan konsistensi membangun karakter sehingga bangunan
kompetensi yang utuh dan menjadi kriteria utama untuk 2.
menang dalam persaingan pasar tenaga kerja terwujud.
Penetapan Tema
Berdasarkan paparan sebelumnya maka penulis menetapkan tema
yang akan di angkat adalah “Budaya Sekolah sebagai Miniatur Budaya Kerja Perusahaan untuk Membentuk Soft Skill 3.
Mencetak Generasi Unggul dan Berdaya Saing”. Penetapan Judul Masalah Dengan
mempertimbangkan
keluasan
area
untuk
penelitian,
penulis
Pembelajaran
untuk
menetapkan judul yang diangkat sebagai berikut: “BBS Sebagai Model
Integrasi
Soft
Skill
dalam
Menghasilkan Mutu Lulusan yang Unggul dan Berdaya Saing”
(Studi Kasus di Jurusan Teknik Kendaraan Ringan SMK N 1 Mojokerto)
Melalui
studi data
sekunder,
angket
terhadap
industri
pasangan dan pernyataan pelaku industri bahwa penyebab rendahnya
keterserapan lulusan SMK di DU/DI adalah karena lulusan memiliki
soft skill yang rendah, budaya kerja perusahaan yang tidak melekat 8
pada pribadi para lulusan. Sekolah harus membangun soft skill siswa
dengan berbagai cara. Gerakan BBS (Bersih Bersih Sehat) menjadi salah satu cara untuk membangun soft skill, tanpa mengesampingkan pentingnya hard skill lulusan. B. PERMASALAHAN 1.
Inventarisasi Penyebab Masalah
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Jenis Faktor Penyebab
Siswa kurang peduli lingkungan Siswa tidak mengerti pentingnya kebersihan Sebagian siswa malas/tidak bergairah Guru tidak memberikan intruksi Kondisi alat pendukung rusak Kurang sapu/alat kebersihan Tidak ada waktu yang disediakan Tidak ada program rutin yang bersifat rekreatif Tidak ada program “house keeping” Lab praktek & ruang kelas kotor Alat peraga kotor Barang berserakan Materi IPA teoritis & waktunya pendek
Kategori
Manusia Manusia
Relevansi
(Y=yes/N=No)
Y Y
Manusia
Y
Manusia Alat Alat Metode Metode
Y Y Y Y Y
Metode Lingkungan Lingkungan Lingkungan Material
Y Y Y Y Y
9
2.
Stratifikasi Calon Penyebab Masalah & Akar Masalah
No
Kategori
1
2
3
4
5
Manu sia
Alat
Calon Penyebab Masalah
Siswa tidak mengerti pentingnya kebersihan Sebagian siswa malas/tidak bergairah Guru tidak memberikan intruksi Siswa kurang peduli lingkungan Kondisi alat pendukung rusak
Kurang sapu/alat kebersihan Mater Materi pelajaran ial IPA teoritis dan waktu terlalu pendek untuk praktek Meto Tidak ada waktu de yang disediakan
Lingk u ngan
Tidak ada program rutin yang bersifat rekreatif Sekolah tidak memiliki program "house keeping" Lab praktek & ruang kelas kotor Alat peraga kotor
Diskusi Slogan tentang kebersihan sudah terpasang pada berbagai sudut sekolah Siswa memang tidak memiliki motivasi untuk ikut menjaga lingkungan Intruksi sudah diberikan tetapi belum terstruktur/melembaga Siswa tidak tertarik untuk ikut membersihakan lingkungan dari sampah Banyak sapu dan tempat sampah rusak karena tidak dipakai Jumlah alat kebersihan kurang dan tidak terawat Siswa seharusnya melakukan praktek yang nyata & bermanfaat tetapi jumlah jam perminggu tidak memungkinkan Tidak ada alokasi khusus untuk kegiatan house keeping Tidak pernah diadakan senam secara rutin Harus dibuat house keeping
program
Lab dibersihkan hanya pada beberapa titik Alat peraga tidak dibersihkan secara rutin Barang berserakan Penempatan barang tidak jelas
Akar Masalah
(Y=yes/N=No)
N N N N N N N N Y Y N N N
10
3. Fish Bone Diagram
MANUSIA Guru tidak memberikan intruksi kebersihan menyeluruh
ALAT
Program kebersihan tidak masuk dalam muatan pembelajaran
MATERIAL
Siswa tidak mengerti pentingnya kebersihan Jam pelajaran IPA terlalu pendek
Siswa kurang peduli lingkungan
Siswa kurang peduli lingkungan
Materi pelajaran IPA yang menyangkut lingkungan hanya berada pada tataran teori
Kondisi alat kebersihan rusak
Lingkungan kotor & siswa tidak bersemangat
Sebagian Siswa malas/kurang bergairah
Kurang sapu/alat kebersihan Lab praktek/ruang kelas kotor Jadwal piket hanya terdiri dari beberapa orang Alat peraga kotor
Jadwal piket hanya terdiri dari beberapa orang
Tidak ada waktu yang disediakan Tidak ada program rutin yang bersifat rekreatif Sekolah tidak memiliki program "house keeping"
Penempatan barang berantakan Piket hanya menyapu
LINGKUNGAN
METODE
11
4.
Metode Nominal Group Technic (NGT) Akar Penyebab Masalah
Dari 9 orang guru ketika di minta pendapat secara perorangan
untuk di tabulasikan kedalam tabel dan dengan menggunakan nominal group technic, didapatkan kesimpulan sebagai berikut No 1 2
Faktor Penyebab
Sekolah tidak memiliki program "house keeping" Tidak ada program rutin yang bersifat rekreatif
Penilaian Anggota Juml A B C D E F G H I
Rank
2 2 1 2 2 2 1 1 2 15
1
1 1 2 1 1 1 2 2 1 12
2
3 3 3 3 3 3 3 3 3 27
Berdasarkan Perhitungan NGT (1/2N + 1), maka faktor penyebab yang diduga dominan dari hasil brainstorming dengan menggunakan diagram tulang ikan, sebagai berikut :
1. Sekolah tidak memiliki program "house keeping" 2. Tidak ada program rutin yang bersifat rekreatif C. PEMBAHASAN DAN SOLUSI 1.
Rencana Pelaksanaan Program
Dari hasil analisa di atas akhirnya dilakukan upaya perbaikan melalui
sebuah program yang disebut dengan Program BBS (Bersih Bersih Sehat), dengan rencana kegiatan sebagai berikut : No. 1 2 3 4 5 6
Kegiatan Senam SKJ 88
Pembagian kelompok kerja berisi 4-5 siswa, setiap kelompok harus memiliki team leader . Pembagian area kerja untuk setiap kelompok kerja. Kegiatan “house keeping” setelah kegiatan senam Untuk PBM dikelas (Mapel Normatif & Adaptif) tanpa senam Melakukan briefing dan mengingatkan pentingnya keselamatan kerja dalam forum “safety talk” Kegiatan PBM
Keterangan :
Penanggung Jawab Siswa & Team Leader
Durasi 10 menit
Guru
-
Guru
-
Seluruh siswa & Team Leader
7 menit
Siswa yang bertugas
3 menit
Guru
Jadwal
12
1. Team leader bertanggung jawab memastikan bahwa area kerjanya sudah benar-benar bersih.
2. Penentuan team leader berdasarkan pengamatan dalam kegiatan
sehari hari dan prestasi akademik siswa. Team leader sekaligus menjadi mentor yang bertugas untuk membimbing rekan dalam kelompok belajarnya.
3. Seluruh guru harus mengambil peran dalam aktifitas Program 2.
BBS dan memastikan kegiatan ini berjalan sesuai fungsinya.
Pelaksanaan Program
Kegiatan senam berjalan dengan baik dipimpin oleh siswa yang
bertugas. Seiring dengan berjalannya waktu kegiatan “house keeping” pada
akhirnya
tidak memakan banyak waktu karena kondisi
alat/media, ruangan dan lingkungan yang menjadi sasaran kegiatan selalu terkondisi bersih setiap hari, sehingga kegiatan ini pada
akhirnya hanya “menjaga” dari dari kondisi kotor. Forum safety talk menjadi ajang bagi siswa untuk melatih kemampuan verbal mereka, sesuai 3.
jadwal
masing
masing
harus
mengingatkan pentingnya keselamatan kerja.
Hasil yang Dicapai Dampak
yang
ditimbulkan
setelah
menyampaikan
dilakukan
kegiatan
atau
dapat
digambarkan dari hasil tabulasi pengamatan dalam tabel di bawah ini. Pengamatan ini dilakukan pada minggu ke tiga dan ke empat pada bulan April 2015 No 1. 2. 3. 4. 5.
Rincian Masalah
Lab praktek, kelas, lingkungan kotor Media pembelajaran kotor Siswa kurang bergairah & motivasi rendah Alat praktek rusak Ketrampilan guru tidak up to date
Frek. minggu 3 Frek. minggu 4 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
Jml
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
1
-
1
-
1
-
1
-
-
-
-
1
-
3
3
13
4.
Data Sheet Permasalahan Setelah Pelaksanaan Program
N 1 2 3 4 5
5.
Rincian Masalah
Alat praktek rusak Guru tidak melakukan up date pengetahuan Lab praktek kotor Media pembelajaran kotor Siswa kurang bergairah & motivasi rendah Jumlah
Diagram Paretto
100% 100%100% 100%
4
3,5
3
2,5
2
6.
50% 3
3
D
E
0
A
0
B
0
C
120% 100% 80% 60% 40% 20% 0%
Dampak Yang Ditimbulkan
Kode D E
A B
C
Jml
%
3
50%
0 0
0% 0%
3
0
6
% Kum. 50%
Rank king I
100% 100%
III IV
50%
100%
0%
100%
100
II
V
Keterangan : A B
C D E
: Lab praktek, kelas, lingkungan kotor : Media pembelajaran kotor : Siswa kurang bergairah & motivasi rendah : Alat praktek rusak : Guru tidak melakukan update pengetahuan
Dampak yang ditimbulkan setelah dilaksanakannya program,
berdasarkan analisa QCSDM adalah sebagai berikut : 1.
Quality : Ruangan dan lingkungan sekolah bebas debu dan
kotoran, tanaman terawat dengan baik, pembelajaran menjadi sangat nyaman. Soft Skill khususnya aspek tanggap, tangguh,
2.
teliti, tekad, tanggung Jawab tertanam dalam diri siswa. Cost
: Tidak diperlukan lagi petugas kebersihan di area
lab/bengkel dan ruang kelas. Petugas kebersihan yang terbatas tidak berdampak bagi kondisi kebersihan lingkungan sekolah. Siswa mengumpulkan barang bekas (botol & gelas plastik) dikelola oleh kelas dan hasilnya untuk kas kelas. Soft Skill khususnya aspek tanggap, tangguh, teliti, tekad, tanggung Jawab
3.
jiwa enterpreneur tertanam dalam diri siswa. Safety
: Siswa sehat dan bugar setelah senam. Lingkungan
menjadi bersih, nyaman tanpa debu, potensi bahaya selalu terpantau dengan baik. Soft Skill khususnya aspek tanggap,
14
tangguh, teliti, tekad, tanggung Jawab adalah awal terbentuknya 4.
safety awareness dalam diri siswa.
Delivery : Sekolah menjadi tempat praktek yang sebenarnya, menanamkan budaya kerja yang sama dengan perusahaan. Mengajari dan mendidik siswa bagaimana bekerja. Semua warga
sekolah terlibat beraktifitas, tanpa kecuali. Soft Skill khususnya
aspek tanggap, tangguh, teliti, tekad, tanggung Jawab tertanam 5.
dalam diri siswa.
Morality : Timbul kesadaran akan tanggung jawab masing
masing siswa. Siswa tahu potensi ekonomi di sekitar kita dan
bisa memanfaatkannya dengan baik (enterpreneurship). Tampak tumbuhnya komitmen dan konsistensi kepedulian terhadap kebersihan, pengembangan diri di dalam kelompok belajar &
meningkatnya kepercayaan diri. Aspek Tanggap, Tangguh, Teliti, Tekat, Tanggung Jawab tertanam dalam diri siswa.
D. KESIMPULAN 1. Simpulan
Setelah dilakukan Program BBS (Bersih Bersih Sehat)
didapatkan kondisi sebagai berikut :
1. Kebersihan lab. praktek, kelas & lingkungan sekolah terjaga, tidak ada daerah yang kotor di lingkungan bengkel TKR.
2. Semua media dan peralatan praktek bersih karena setiap hari mendapatkan penanganan.
3. Senam yang dilakukan dengan riang gembira membuat siswa lebih
sehat dan bersemangat dalam belajar karena kegiatan ini bersifat rekreatif/relaksasi.
4. Media dan alat praktek termonitor kondisinya, selanjutnya perlu pengawasan dan kontrol oleh guru dan teknisi.
5. Training untuk guru / instruktur belum tersentuh sehingga perlu di susun rencana perbaikan terhadap pengembangan kompetensi guru/instruktur.
15
2. Membuat standar baru
Pelaksanaan Program BBS (Bersih Bersih Sehat) terbukti dapat
menumbuhkan soft skill kusunya karakter Tanggap, Tangguh, Teliti,
Tekad dan Tanggung Jawab pada diri siswa. Aktifitas ini terus berjalan
dengan baik dan siswa sepenuhnya terlibat dengan tanpa tekanan.
Untuk menjaga keberlangsungan program ini diperlukan prosedur operasional standar yang harus ditetapkan dan dilaksanakan sebagai bagian 3.
dari
standar
proses
keberlangsungan program.
pembelajaran
untuk
menjamin
Rencana berikutnya
1. Melakukan evaluasi berkelanjutan atas Program BBS
2. Melakukan penelitian untuk mengukur nilai korelasi antara Program BBS dengan persepsi DU/DI terhadap soft skill dan hard skill siswa SMK Negeri 1 Mojokerto
3. Melengkapi prasarana yang mendukung Program BBS di lingkungan sekolah.
4. Membentuk Bank Sampah untuk memfasilitasi program BBS mengarah ke program 3R (Reduce, Reuse, Recycle)
Daftar Pustaka Direktorat P2TK, Dirjen Pendidikan Menengah Kemdikbud 2013 (Tantangan Guru SMK Abad 21). Jakarta : Direktorat P2TK. Dirjen DTK, Kemdikbud 2016 ( Pedoman Pelaksanaan Simpsium Pendidik dan Tenaga Kependidikan Tahun 2016). Jakarta : Kemdikbud. Primahappy, Hilda. 2013. Pengaruh Budaya Perusahaan dan Komitmen Perusahaan Terhadap Perilaku Sosial dalam Perusahaan PT. BRI (Persero) Semarang. Diponegoro Journal of Social and Politic Tahun 2013, 1 – 8. Wagiran. 2009. Paradigma Peningkatan Mutu Lulusan SMK Melalui Integrasi Soft Skill untuk Menghasilkan Lulusan Unggul dan Berdaya Saing. Yogyakarta : Seminar Nasional Paradigma Baru Mutu Pendidikan di Indonesia. 16