irE! un PERFORMANSI ALAT TANAM PADI (RICE TRANSPLANTER) TIPE RIDING PADA BERBAGAI PENGOLAHAN TANAH DI AREAL INFRASTRUKTUR LEUWIKOPO DARMAGA, BOGOR
OLEH : V. NEVI SANDRA
F28.1595
1995
FAKULTASTEKNOLOGIPERTAN[AN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
V. NEVI SANDRA. F 28.1595. Uji Performansi Alat Tanam Padi (Rice Transplanter) Tipe Riding Pada Berbagai Pengolahan Tanah di Areal Infrastruktur Leuwikopo Darmaga, Bogor. Dibawah bimbingan : Dr. Ir. Frans J. Daywin, MSc.
RINGKASAN
Peningkatan tergantung
pada
dipengaruhi
swasembada hasil
oleh
pangan
panen.
eara
seeara
Hasil
pengolahan
panen
tanah,
langsung yang
baik
penyemaian,
penanaman, pemeliharaan dan panen.
Pengerjaan dari masa
persiapan tanam padi
juga ditentukan oleh
penggunaan alat. harus
sampai panen
Pengembangan alat dan mesin pertanian
tetap didasarkan pada usaha untuk merekayasa dan
mengikhtiarkan teknologi alat yang bersifat maju,
tepat
guna dan teruji. Hasil perlakuan pengolahan tanah dengan cangkul, rotary,
lxbajak singkal-4x rotary,
4x
dan lxbajak piring-2x
rotary meneapai kedalaman olah masing-masing 13 - 15 cm, 15 - 25 em, 20 - 30 em, dan 20 - 40 em. Kondisi semaian dengan perlakuan perendaman 8 jam, 12 jam,
18 jam dan 24 jam memberikan sebaran benih per box
hasil semai dengan alat semai masing-masing adalah 553 900 butir,
664 462 butir,
Perlakuan
perendaman
654 675 butir dan 402 737 butir. tersebut
tidak
berpengaruh
pada
pertumbuhan semaian selanjutnya. Hasil unjuk kerja alat tanam padi (rice transplanter) type
riding
merk
Yanmar
pada
luas
lahan
679.56
m2
memberikan
waktu
kerja,
waktu
putar,
waktu
perbaikan,
waktu pengisian dan waktu mundur dalam detik masing-masing adalah 1257.48, 372.9,
927.68,
742 dan 89.13.
Sedangkan
prosentase terhadap jumlah tertanam pada posisi tertanam keadaan baik
(posisi bibit 30 -
adalah 70.04 % dan
90°)
keadaan kurang baik (posisi bibit 0 - 30°) adalah 29.96 %. Penanaman dengan alat tanam dalam satu kali lintasan terdiri dari lima lajur penanaman.
Baris tertanam untuk
19 lintasan adalah 85 baris ditambah 10 baris headland dan untuk
21
lintasan
adalah
95
baris
ditambah
10
baris
headland. Hasil analisa bulk density pada petak I,II,III dan IV dengan perlakuan pengolahan tanah masing-masing : eangkul manual, rotary (basah),
4x rotary (basah)
dan
(basah),
1x baj ak singkal
1x bajak piring
berkisar antara 0.99
density pada kedalaman 0
-
20
-
(basah) -4x
(kering) -2x
1.10 g/em3
•
em relatif
rotary
Nilai bulk lebih tinggi
dibandingkan pada kedalaman 20 - 40 em. Porositas tertinggi pada petak I 62.64 % dan terendah pada petak IV 58.49 %.
(20 - 40 em) sebesar (0
-
20 em)
sebesar
Air tersedia tertinggi pada petak III (0-20 em)
sebesar 17.88 % dan terendah pada petak I
(20
- 40 em)
sebesar 9.96 %. Nilai konduktivitas hidrolika berkisar antara 10- 6 m/det.
Nilai tertinggi pada petak
-
10- 4
IV (0 - 20 em) yaitu
1.65 x 10- 5 em/det dan terendah pada petak I
(20 - 40 em)
yaitu
9.23
pengamatan kg/em2 .
10- 6
x
bulan
em/det.
November
Nilai 1994
tahanan
berkisar
penetrasi
4.8
19.78
Pengamatan bulan Juli 1995 berkisar 4.9 kg/em2
15.44 kg/em2
-
•
Konsistensi tanah hasil pengamatan menunjukkan bahwa batas mengalir dikatagorikan tinggi atau sangat tinggi. Sedangkan nilai
indeks plastisitas dikatagorikan sedang
atau tinggi. Kekuatan
kompresi
tak
tertekan
tertinggi
meneapai
0.683 kg/em2 yaitu pada petak III kedalaman 0 - 20 em dan terendah pada petak II kedalaman 20 - 40 em sebesar 0.279 kg/em2
•
Nilai kohesi tanah berkisar 0.250 kg/em2
-
o . 730 kg / em2 • Perlakuan penyebaran
perendaman
benih
di
box
12
jam memberikan
semaian
relatif
dibandingkan dengan perlakuan lainnya. alat
tanam lebih efisien dari
distribusi
lebih
rapat
Penanaman dengan
segi waktu.
Sebab pada
luasan 679.56 m2 memerlukan waktu tanam 3390 detik (0.942 jam),
sedangkan
seeara
manual
(Setiyowati,
1994)
pada
luasan tanam 642.6 m2 memerlukan waktu 30.27 jam. Perlakuan
pengolahan
fisik-mekanik tanah.
tanah
berpengaruh
pada
sifat
Nilai bulk density pada lapisan olah
eenderung lebihtinggi
sebab
adanya pengaruh pemadatan
karena beban lalulintas alat.
Porositas tanah dan nilai
konduktivitas hidrolika tertinggi pada petak IV kedalaman
o-
20 em.
UJI PERFORMANSI ALAT TANAM PADI (RICE TRANSPLANTER) TIPE RIDING PADA BERBAGAI PENGOLAHAN TANAH DI AREAL INFRASTRUKTUR LEUWIKOPO DARMAGA, BOGOR
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknologi Pertanian Pada Jurusan Mekanisasi Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh : V. NEVI SANDRA
F 28.1595
1995
FAKULTASTEKNOLOGIPERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
, INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTASTEKNOLOGIPERTANIAN
UJI PERFORMANSI ALAT TANAM PADI (RICE TRANSPLANTER) TIPE RIDING PADA BERBAGAI PENGOLAHAN TANAH DI AREAL INFRASTRUKTUR LEUWIKOPO DARMAGA, BOGOR
SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknologi Pertanian Pada Jurusan Mekanisasi Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh : V. NEVI SANDRA
F 28,1595 Dilahirkan pada tanggal : 1 November 1972 di Ngawi Tanggal lulus
: 1 September 1995
KATAPENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Mahaesa atas bimbingan dan rahmatNya, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Dalam kesempatan
ini penulis
sampaikan terimakasih
Ir. Frans J. Daywin,
MSc selaku dosen pem-
kepada : 1. Bapak Dr.
bimbing yang telah banyak memberikan bimbingan hingga terselesainya penulisan skripsi ini. 2. Bapak Ir. Desrial, MEng dan Bapak Ir. Asep Sapei, MS selaku dosen penguji yang telah memberikan saran-saran atas perbaikan skripsi ini. 3.
Ibu
dan
adik
terkasih
yang
telah
memberi
dorangan
selama penulis belajar di Institut Pertanian Bogar. 4. Pak Abas
dan Pak Tohir,
rekan
Pahrian,
Opay,
Diar,
Eka, Bareel, Ujang, warga Mercuria (Mona, Vera, Maria, Vivi,
mbak
Yayat, juangan
Atik,
Riana,
Tialan,
Franky,
lainnya
yang
Yulintine),
Adi,
dan
telah
staf
Grawida,
rekan-rekan
banyak
membantu
seperselama
persiapan pene1itian sampai terselesainya skripsi ini. Dengan
kerendahan
kemampuan yang ada, membangun
akan
hati
penu1is
menyadari
akan
maka kritik dan saran yang sifatnya
penulis
terima
dengan
lapang
dada.
Akhirnya harapan penulis semaga skripsi ini berguna bagi pembaca dan bermanfaat bagi semua pihak. Bogar,
September 1995 Penulis
DAFTAR lSI
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR lSI
ii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN I.
vi
PENDAHULUAN
1
A.
LatarBelakang
1
B.
Tujuan
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
4
A.
Tanaman Padi
4
B.
Pengolahan Tanah
6
C.
Sifat Fisik Tanah
8
D.
Alat Tanam
12
III.METODE PENELITIAN
18
A.
Rangkaian Kegiatan
18
B.
Bahan dan A1at
18
C.
Metode Penelitian
D.
Tempat dan Waktu penelitian
.
19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Lahan . .
26 27 27
B.
Kondisi Pesemaian
30
C.
Penanaman . . . . a. Hasi1 tertanam
35
b. Jarak tanam
40
c. Jumlah rumpun dan kedalaman tanam
42
d. Efisiensi lapang
43
37
........ .
ii
D.
V.
Hasil Analisa Sifat Fisik-Mekanik Tanah Setelah Panen
47
1. Tekstur tanah
47
2 . Bulk density
47
3 . Kemampuan tanah memegang air
48
4. Konduktivitas hidrolika
50
5. Tahanan penetrasi tanah
51
6. Konsistensi tanah
53
7 . Pemadatan tanah
54
8. Kekuatan tanah
55
9 . Infiltrasi
57
KESIMPULAN DAN SARAN
59
A.
Kesimpulan
59
B.
Saran-saran
60
DAFTAR PUSTAKA
61
LAMPlRAN
64
iii
DAFfAR TABEL
Teks
No
Halaman
1
Keadaan semaian berdasarkan umur bibit
12
2
Kondisi awal sifat fisik mekanik tanah lahan
28
3
Kondisi awal tanahan penetrasi tanah
29
4
Kondisi lahan saat penanaman
30
5
Data penggunaan benih pesemaian
32
6
Hasil pengamatan keadaan tanam pada 1 x 1 m
39
7
Jarak tanam
40
8
Jumlah rumpun dan kedalaman tanam
43
9
Hasil perhitungan efisiensi lapang alat tanam
43
10
Data pengukuran putaran roda
45
11
Data penanaman secara manual
46
12
Komposisi fraksi tekstur tanah
47
13
Nilai bulk density tanah
47
14
Porositas tanah
49
15
Kadar air pada berbagai pF
50
16
Nilai konduktivitas hidrolik
50
17
Nilai tahanan penetrasi tanah
52
18
Konsistensi tanah
53
19
Kadar air optimum dan berat isi kering maksimum
54
20
Nilai kekuatan tanah, kohesi dan sudut tahanan
21
gesek Nilai infiltrasi pada menit tertentu
iv
56 58
DAFfAR GAMBAR
No
Halaman
Teks
1
Alat tanam padi tipe riding (Tsuga, 1992)
17
2
Grafik tahanan penetrasi
29
3
Alat semai (seedling machine)
31
4
Mekanisme kerja alat semai pada penjatuhan benih
32
5
Keadaan benih siap semai
33
6
Penyebaran benih di box semaian
33
7
Grafik daya tumbuh dan tinggi bibit
35
8
Alat tanam padi (rice transplanter)
36
9
Alat t"anam padi pada saat beroperasi
36
10
Skema penerusan daya alat tanam padi tipe riding (Tsuga, 1992)
38
11
Keadaan baris tertanam dengan alat tanam
41
12
Keadaan lahan saat penanaman
41
13
Grafik penggunaan waktu tanam
46
v
DAFTAR LAMPIRAN No
1 2 3
4 5
6 7 8
9
10 11
12 13
14
15
Halaman
Teks
Layout lahan penelitian Alat tanam dan bagian-bagiannya Pola penanaman Data hasil uji performansi alat tanam Penggunaan waktu tanam Kondisi awal tekstur dan porositas Kondisi awal bulk density dan konduktivitas hidrolik Kondisi awal konsistensi tanah Kondisi awal kadar air optimum dan berat isi kering maksimum Kondisi awal tahanan penetrasi tanah Kondisi awal kohesi tanah dan sudut tahanan gesek Kondisi awal tegangan gesek maksimum Diagram tesktur tanah (USDA) Harkat angka-angka Aterrberg Hasil analisa kandungan kimia tanah
vi
65 66
68 69 70 71
72
73
74 75 76
77 78 79 80
I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Peningkatan produksi pertanian terutama pangan, menj adi prioritas utama dalam setiap tahapan Pel ita . Hal
ini
pangan
sej alan dengan meningkatnya kebutuhan akan dan
yang
diharapkan
akan
mampu
memberikan
devisa kedua terbesar setelah migas. Salah satu upaya pemerintah dalam mempertahankan swasembada
pangan
pengembangan alat
tersebut
khususnya
beras
adalah
dan mesin pertanian dalam rangka
peningkatan produksi pertanian tanaman pangan serta meningkatkan pendapatan petani. Harapan
untuk
meningkatkan
produksi
pertanian
baik secara kwalitas maupun kwantitas, ternyata perlu ditunjang
oleh
kemampuan
teknologi
dan
mekanis.
Kecenderungan terjadinya pergeseran tenaga kerja dari bidang
pertanian
ke
bidang
industri,
menimbulkan
kekhawatiran akan terjadinya masalah ketenagakerjaan, sehingga mendorong diterapkannya mekanisasi pertanian secara selektif di daerah.
Penggunaan alat dan mesin
pertanian dimaksudkan untuk membantu pelaksanaan usaha di
bidang
pertanian
melaksanakan operasi melaksanakan
yang
tepat
pekerjaan
biasanya
pada
yang
bertujuanj
waktunya, susah/tidak
membantu dapat
2
dilaksanakan secara manual dan meningkatkan efisiensi serta keselamatan kerja. Sampai
saat
(transplanting)
ini
dilakukan
masih
masyarakat
oleh
penanaman
tani
padi
di
secara
sawah
tradisional pekerjaan
Indonesia.
transplanting dengan cara demikian akan membutuhkan waktu dan tenaga kerja yang cukup banyak. Proses
penanaman padi
memerlukan
tenaga
kerja
sekitar 20 persen dari
keseluruhan proses budidaya
tanaman
ini
padi.
Hal
diperlukan alat
tanam padi
menunjukkan mekanis,
maka
sangatlah dari
itu
perlu dikembangkan alat tanam padi pada negara-negara yang pertaniannya masih menitikberatkan pada produksi padi.
Sekarang ini beberapa alat
diperkenalkan
dan
dipergunakan
tanam padi telah
dalam
skala
besar
khususnya Jepang. Keberhasilan dalam peningkatan swasembada pangan secara langsung tergantung pada hasil panen pada suatu lahan.
Hasil panen yang baik juga dipengaruhi oleh
perlakuan
pengolahan
tanah,
pemeliharaan dan panen.
penyemaian,
penanaman,
Sehingga hasil panen yang
diharapkan seoptimal mungkin. Hasil
optimal
tergantung
pada
pengerjaan dari
masa persiapan tanam padi sampai pada panen, yang juga ditentukan oleh penggunaan alat.
Sehubungan dengan
3
hal tersebut maka strategi pengembangan alat dan mesin pertanian
harus
tetap
didasarkan
pada
usaha
untuk
terus menerus menciptakan dan mengembangkan kemampuan nasional dalam merekayasa dan mengikhtiarkan teknologi alat dan mesin pertanian yang
bersifat
maju
(progresif),
tepat
guna
(appropriate) dan teruji. B.
Tujuan
Tujuan
penelitian
ini
adalah
uji
performansi
untuk mengetahui kemampuan kerja alat tanam padi (rice transplanter) pada berbagai pengolahan tanah.
ll. TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tanaman Padi
Padi berasal dari dua benua : Oryza fatua koenig dan Oryza sativa L berasal dari benua Asia, sedangkan jenis
padi
lainnya
yaitu
Oryza
glaberrima
steund
(Oryza
sativa L)
diklasifikasikan sebagai famili gramineae
(poaceae).
berasal
dari Afrika Barat.
Berdasarkan klasifikasi ini,
Padi
tanaman padi dimasukkan
dalam sub-famili Festucoideae.
(AAK, 1990) .
Menurut Hardjodinomo (1969) dan Soemartono et al (1980), tanaman padi terdiri dari akar, batang, daun, bunga
dan
buah.
Batang padi
dalamnya berrongga 1.5 m. pita
(kosong),
beruas-ruas
yang
di
tingginya 1.0 m sampai
Pada tiap-tiap buku tumbuh daun yang berbentuk dan berpelepah.
sekeliling batang.
pelepah
itu membalut
hampir
Tiap batang padi bila telah tiba
waktunya akan keluar bunga dan dikenal dengan bunga majemuk,
sedangkan galipnya disebut bulir.
terdapat dua helai sekam mahkota.
Di bunga
Pada saat terjadi
penyerbukan, bunga akan merekah (terbuka) dan setelah penyerbukan berlalu,
maka daun bunga
akan
terkatup
kembali. Berdasarkan pertumbuhan padi di pesemaian dikenal tiga cara penyemaian yaitu :1). Penyemaian basah biasa 2).
Penyemaian
(AAK,1990) .
kering
dan
3).
Penyemaian
dapog.
5
1.
penyemaian basah bias a Pada sebelum
penyemaian
basah
25
30
dilakukan.
sampai
biasa,
hari
tanah
waktu
diolah
penyemaian
Pembajakan dan penggaruan dilakukan
sebanyak dua sampai tiga kali sampai tanah menjadi campuran lumpur yang baik. maian
1.0
sampai
1. 5
Ukuran lebar penye-
meter
dan
panj angnya
tergantung pada saluran drainase di antara tempat penyemaian.
Luas
total
penyemaian basah biasa
untuk satu hektar penanaman sebesar 300 sampai 500 meter persegi dan juga tergantung pada kerapatan
"Transplanting" dilakukan
tanaman yang digunakan.
bila penyemaian telah berumur 20 sampai 30 hari. 2.
Penyemaian kering Penyemaian kering dilakukan pada daerah yang kurang
air
gunaannya. secara
dan
tidak
mencukupi
Tanah dibaj ak,
kering.
Sete1ah
dalam
digaru dan diratakan digaru
dan
dihancurkan, dibuat tempat penyemaian. hektar
tanah
yang
peng-
ditanam
tanahnya Untuk satu
diperlukan
penyemaian sebesar 500 meter persegi.
luas
Pemindahan
bibit dilakukan bila penyemaian padi berumur 20 sampai 30 had.
6
3.
Penyemaian Dapog Penyemaian dapog
ini dilakukan pada tempat-
tempat yang airnya berlimpah-limpah. dasar pisang,
ditutup
rapat
kantong
dengan
semen
Permukaan
menggunakan
kosong
atau
daun
plastik.
Sebelum biji berkecambah, di atas penyemaian yang rata diletakkan daun pisang atau kosong.
kantong
semen
Untuk satu hektar penanaman bibit padi
diperlukan Iuas penyemaian sebesar 40 sampai 60 meter
persegi
dan
juga
penanaman per-Iubang, benih yang tumbuh.
tergantung
pada
jumlah
j arak tanam dan persentase
Penyemaian siap untuk ditanam-
kan pada saat bibit padi
berumur
10
sampai 14
hari.
B.
Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah merupakan penyiapan tanah untuk penanaman dan proses mempertahankannya dalam keadaan remah dan bebas dari gulma selama pertumbuhan tanaman budidaya.
Tuj uan utama dan maksud dasar pengolahan
tanah adalah : 1). Mempersiapkan bedengan benih yang sesuai 2). Memberantas gulma pesaing dan 3). Meningkatkan kondisi fisik tanah.
(Purwadi et aI, 1990).
Sedangkan menurut Kepner et aI,
1961 tujuan dari
pengolahan tanah adalah sebagai berikut :
7
1.
Menciptakan struktur tanah yang dibutuhkan untuk persemaian atau tempat tumbuh benih.
Tanah yang
padat diolah sampai gembur sehingga mempercepat infiltrasi air, hujan,
berkemampuan baik menahan curah
memperbaiki
aerasi
dan
memudahkan
per-
kembangan akar. 2.
Peningkatan kecepatan infiltrasi akan menurunkan run off dan mengurangi bahaya erosi.
3.
Menghambat dan mematikan tumbuhan pengganggu.
4.
Membenamkan
tumbuh-tumbuhan
atau
sampah-sampah
kesuburan tanah. 5.
Membunuh serangga, larva atau telur-telur serangga melalui perubahan tempat tinggal dan terik matahari. Pada
untuk
tanah
membentuk
pengganggu,
sawah,
pengolahan
lapisan
olah,
tanah
megurangi
bertujuan tumbuhan
mencampur bahan organik ke dalam tanah,
membentuk lapisan kedap air sehingga persediaan air dapat
dipertahankan
dan memperbaiki
keadaan
aerasi
tanah (Baver, 1960). Menurut Smith dapat
dibagi
(1977)
menj adi
pengolahan tanah kedua.
pekerjaan pengolahan tanah
pengolahan
tanah
pertama
dan
Alat pengolahan tanah pertama
adalah alat-alat yang pertama sekali digunakan, yaitu
8
untuk memotong, memecah, dan membalikkan tanah.
Alat-
alat tersebut dikenal ada beberapa macam, yaitu l.
Bajak singkal (moldboard plow)
2.
Bajak piring (disk plow)
3.
Bajak rotari (rotary plow)
4.
Bajak chisel (chisel plow)
5.
Bajak subsoil (subsoil plow)
6.
Bajak raksasa (giant plow)
Pengolahan bajakan.
tanah
kedua
dilakukan
setelah pem-
Dengan pengolahan tanah kedua,
jadi gembur dan rata,
tata air diperbaiki,
tanah mensisa-sisa
tanaman dan tumbuhan pengganggu dihancurkan dan dicampur dengan lapisan tanah atas,
kadang-kadang di-
berikan kepadatan tertentu pada permukaan tanah,
dan
mungkin juga dibuat guludan atau alur untuk pertanaman.
Alat pengolah tanah kedua yang menggunakan tenaga
traktor antara lain; I}. garu (harrow) 2}. perata dan penggembur (land roller dan pulverizer) dan 3}. alatalat lainnya.
c.
Sifat Fisik Tanah
1.
Tekstur dan Struktur Tanah Tekstur dan struktur tanah merupakan salah satu
sifat
fisik
tanah
yang
dapat
diamati
di
lapangan dan kedua sifat fisik ini dapat menentukan kondisi tanah setempat.
Tekstur tanah adalah
9
sebaran
relatif
Ukuran part ike I
ukuran partikel
antara 2 mm dan 7.5 mm disebut
sebagai kerikil dari
dan untuk
(gravel)
7.5 mm disebut batu.
partikel
tanah
tanah mineral.
disebut
lebih besar
Setiap kelas ukuran
fraksi
tekstur
(Kalsim,
1992) . Menurut
Hardjowigeno
(1987),
tanah
dari butir-butir tanah berbagai ukuran. tanah menunjukkan kasar halusnya tanah.
terdiri Tekstur
Berdasar-
kan atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan liat maka tanah dikelompokkan dalam beberapa kelas tekstur. Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah.
Gumpalan struktur ini terjadi
karena butir-butir pasir, debu, liat terikat satu sarna lain oleh suatu perekat seperti bahan organik oksida-oksida
besi
gumpalan kecil kemantapan (Hardjowigeno,
dan
lain-lain.
Gumpalan-
ini mempunyai bentuk,
(ketahanan) 1987).
yang
ukuran dan
berbeda-beda,
Sedangkan menurut Kalsim
(1992) struktur tanah menentukan sifat aerasi dan permeabilitas. 2.
Konsistensi Tanah Istilah
konsistensi
berhubungan
dengan
derajat adhesi an tara partikel tanah dan tahanan
10
yang
muncul
guna
melawan
gaya
yang
cenderung
merubah at au meruntuhkan agregat tanah.
Konsis-
tensi
seperti
digambarkan
keras,
kaku,
oleh
rapuh,
istilah-istilah
lengket,
plastis dan lunak.
Jika tanah semakin mendekati karakteristik lempung, maka makin besar variasi keadaan konsistensi yang mungkin dijumpai. Konsistensi sifat
dan
tanah
jumlah
(Karl and Ralph, 1987). tergantung pada
koloid-koloid
tekstur,
anorganik
organik, struktur dan kandungan air tanah.
dan Batas
mengalir merupakan jumlah air terbanyak yang dapat ditahan tanah, dimana tanah dan air akan mengalir bersama-sama.
Bila tanah yang telah mencapai ba-
tas mengalir atau melekat dapat membentuk gUlungan yang tidak mudah patah bila digolek-golekkan maka disebut tanah plastis. Indeks
plastisitas
menunjukkan
perbedaan
kadar air pada batas mengalir dan batas menggolek. Tanah liat umumnya yang tinggi, nyai
nilai
mempunyai indeks plastisitas
sebaliknya tanah-tanah pasir mempuindeks
plastisitas
yang
rendah
(Hardjowigeno, 1987) 3.
Porositas Tanah Porositas tanah merupakan bagian yang terisi oleh air dan atau oleh udara tanah.
pori-pori
11
tanah ini dapat dibedakan menjadi pori mikro dan pori
makro.
Pori
makro
berisi
udara
dan
air
gravitasi yaitu air yang mudah hilang karena gaya gravitasi.
Sedangkan
kapiler atau udara. pori-pori makro tanah
liat.
bahan
pori
berisi
air
Tanah-tanah pasir mempunyai
yang
lebih
banyak dibandingkan
tanah
Porositas
organik,
mikro
dipengaruhi
dan
struktur
tekstur
oleh tanah.
(Hardjowigeno, 1987). Menurut
Karl
and
adalah rasio volume
Ralph
(1987),
ruang pori
total agregat tanah.
porositas
terhadap volume
Istilah volume ruang pori
adalah bagian volume tanah yang tidak ditempati oleh butiran mineral.
Jika diungkapkan sebagai
persentase maka porositas dikenal pori.
sebagai ruang
Angka pori adalah rasio volume ruang pori
terhadap volume bahan padat. 4.
Kadar Air Tanah Menurut
Karl
and
Ralph
(1987),
kadar
air
tanah (w) merupakan rasio be rat air terhadap be rat kering agregat. Pasir yang
Biasanya dinyatakan dalam persen.
terdapat
di
atas
porinya mungkin berisi udara. volume
yang
berisi
padat, rasio adalah
air
muka
air,
sebagai
Jika ew menyatakan
persatuan
volume
bahan
12 8r; ew x100%
e
(1 )
Rumus tersebut menyatakan derajat kejenuhan. Derajat kejenuhan pasir biasanya diunngkapkan dengan istilah kering atau basah.
Lempung yang lama
mengalami pengeringan dinyatakan oleh Sr
90 %,
=
mungkin sangat keras sehingga disebut kering bukan basah. D.
Alat Tanam
Seni
menempatkan
biji
di
dalam
tanah
untuk
memperoleh perkecambahan dan tegakan yang baik, tanpa harus melakukan penyulaman adalah tujuan semua orang yang menanam tanaman (Purwadi et al., 1990) Sedangkan
Hopfen
(1969)
menyatakan
bahwa
pe-
nanaman yang dilakukan setelah benih disemai ke tempat penanaman yang dikehendaki disebut transplanting. Hasil
penelitian
Tsuga
(1992),
keadaan
semaian
berdasarkan umur bibit seperti pada tabel 1. Tabel 1. Keadaan semaian berdasarkan umur bibit Keadaan
semaian
Kebu;:man box ( 10 a)
Keda1arna~ tanarn (em
Jurnlqa/~ benih
-
30
< 100
40
20
100
25
15
200
18
08
> 200
15
Tua
18
Sedanq
15
Muda
08
S aJ:!ga t muda
05
box)
-
45 35 25 20
Keterangan:Ukuran box semaian 28 em x 58 ernx 3em Kebutuhan bibit 150 - 450 box/ha
13
Transplanting dengan
tangan banyak menggunakan
tenaga kerja dan pekerjaan menjadi sukar bila penanaman dilakukan dalam skala besar. Menurut Bainer, tanam yang
Kepner
dan Barger
(1972)
alat
sesuai memungkinkan penyebaran biji-bijian
sebagai berikut : 1.
Broadcasting, yaitu penyebaran biji-bijian secara acak pada permukaan tanah.
2.
Drill
seeding,
yaitu
penempatan
dan
penutupan
biji-biji secara acak pada alur dalam barisan. 3.
Precision
planting,
yaitu
penempatan
biji-biji
yang tepat pada jarak yang sarna dalam barisan. 4.
Hill droping,
yaitu penempatan sekelompok bij i-
biji pada jarak yang sarna dalam barisan. Moedjiarto berdasarkan
(1983)
cara
mengklasifikasikan alat tanam
penanaman
dan
sumber
tenaga
dari
traktor digolongkan menjadi tiga, yaitu a.
Alat penanaman sistem baris lebar Alat ini
telah dirancang untuk menempatkan
benih dalam tanah dengan j arak baris tanam satu dengan yang lain cukup lebar, sehingga memungkinkan
dilakukannya
efisiensi banyak
penyiangan
pemasangan.
digunakan
untuk
Alat
dan
penanam
menanam
sorgum dan kacang-kacangan.
meningkatkan type
j agung,
ini
kapas,
14
b.
Alat penanam sistem baris sempit Alat penanam type ini dirancang khusus untuk menahan
benih-benih
kecil
atau
baris
rumput-
rumputan dalam baris alur yang sempit serta kedalaman yang seragam. c.
Alat penanam sistem baris sebar Alat
penanam
sistem
baris
cara penanaman yang paling Penebaran
benih
dengan
sebar
lama dan
mesin
lebih
cepat daripada penebaran dengan tangan.
merupakan sederhana. teliti
dan
Penanaman
sistem sebar memerlukan adanya pembuka alur, maka dari itu harus disiapkan dengan pengolahan tanah yang menggunakan peralatan seperti garu piring. Sistem ini tidak memerlukan penutupan. dapat
dilakukan kemudian
Penutupan
dengan garu paku atau
lainnya. Sedangkan
Smith,
1977
mengklasifikasikan
tanam sebagai berikut 1.
Alat tanam yang membentuk barisan a.
Ditarik oleh manusia atau hewan berbaris biji-biji dijatuhkan jarak barisan yang sempit
b.
Ditarik oleh traktor : alat tanam untuk barisan
alat
15 alat tanam yang biji-bijinya dijatuhkan alat tanam pemindah benih 2.
Alat tanam sebar a.
Type sentrifugal
b.
Penebar biji rerumputan
c.
Type pesawat terbang
3.
Alat tanam padi-padian atau biji-bijian
4.
Alat tanam dengan perlengkapan lain Alat tanam bibit (transplanter) telah diperkenal-
kan pada tahun 1890. bahwa
Kemudian Sakei (1978) menyatakan
transplanter untuk
tanaman padi
kenalkan di Jepang pada tahun 1898. tahun
telah diperKemudian pada
1975 barulah berkembang berbagai
type
trans-
planter untuk tanaman padi. Menurut
Mc
Colly
dan
Martin
(1955),
kapasitas
mesin/alat tanam pada luas areal penanaman tertentu persatuan waktu tergantung pada faktor-faktor 1.
Lebar kerja yang dipengaruhi oleh a.
Lebar dari mesin/alat tanam pada pengolahan atau penanaman.
b.
Persentase lebar sesungguhnya yang digunakan dalam pengolahan atau penanaman.
2.
Kecepatan
maju
mesin/alat
tanam
pada
pengoperasiannya pada lintasan tertentu. 3.
Persentase waktu yang hilang.
(""
saat
16
Menurut Tsuga
(1992),
alat
tanam padi diklasi-
fikasikan sebagai berikut : 1.
Type tenaga dan type self-propelled
2.
Type seedling, yang terdiri dari :
3.
a.
type mat seedling
b.
type pot seedling
Type traveling, yang terdiri dari a.
type walking
b.
type riding
(alat tanam padi type riding seperti pada Gambar 1) . Parameter yang digunakan untuk pekerjaan penanaman adalah : 1. Jarak tanam (jarak baris, jarak lajur) . 2. Jumlah tanaman per lajur. 3. Jumlah semaian yang digunakan (box). 4.
Keadaan semaian di box, yang me1iputi; berat benih per box, daya tumbuh bibit, luas areal box.
5.
Kedalaman tanam.
6.
Kedalaman hardpan.
7.
Kekerasan tanah.
8.
Kedalaman air.
9 . Kecepatan aktual. Menurut
Takizawa
(1992) ,
hal-hal
diperhatikan dalam uji performansi alat adalah
:
yang
perlu
tanam padi
17
1.
Keadaan lahan,
yaitu
kemiringan tanah, kedalaman
Metode pengolahan tanah,
tekstur
hardpan,
tanah,
ta-hanan
kedalaman air,
penetrasi
dan
luas
areal tanam. 2.
Keadaan jenis
semaian yaitu tanah,
yang
penggunaan benih, box,
kedalaman
meliputi
digunakan,
umur semaian, tanam,
jumlah
tipe varietas
semaian, benih,
berat benih per daun
per
pohon,
penyebaran benih pada box dan kadar air. 3.
Keadaan setelah tanam yaitu meliputi ; jumlah jam kerja, kecepatan maju,
jumlah semaian per lubang,
jarak baris dan jarak lajur.
Gambar 1. Alat tanam padi type riding (Tsuga, 1992)
METODE PENELITIAN A.
Rangkaian kegiatan
Kegiatan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
B.
a.
Pengambilan data tahanan penetrasi tanah
b.
Pengolahan tanah
c.
Pesemaian
d.
Penanaman dan uji performansi alat tanam padi
e.
Pemeliharaan sampai panen
f.
Pengambilan data sifat fisik-mekanik tanah
Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan meliputi 1.
Alat untuk pengolahan tanah Alat yang digunakan untuk pengolahan adalah : cangkul, traktor roda-4 tangan
(7 Hp),
bajak singkal,
tanah
(33 Hp), traktor
bajak piring,
dan
garu rotary. 2.
Bahan dan Alat Budidaya Tanaman Padi Bahan
yang
digunakan
benih
adalah
padi
varietas IR-64, pupuk urea, TSP, KCL, detergen dan insektisida. Sedangkan
alat
atau
mesin
yang
digunakan
adalah : alat tanam padi (5.5 Hp), box semaian (24 buah) ,
alat semai,
sabit, patok.
pemotong rumput,
handsprayer,
19
3.
Bahan dan Alat Pengukuran Sifat Fisik-Mekanik Tanah Bahan yang digunakan adalah : air suling. pemotong, oven, air,
Alat yang digunakan adalah : pisau
cangkul,
stopwatch, cawan,
extruder,
sampel tanah,
ring sampel, ayakan,
termometer,
dessikator,
penyemprot
fallinghead permeameter,
conepenetrometer,
alat uji tekstur,
neraca digital,
three
alat uji pF,
phases
meter,
alat uji kekuatan
tak tertekan, alat uji kekuatan geser, alat penentu batas cair dan batas plastis,
alat uji pemadatan
dan infiltrometer. C.
Metode Penelitian
1.
Pengambilan data sifat fisik-mekanik tanah Untuk mengetahui
kondisi
fisik
tanah awal,
data sifat fisik tanah diambil sebelum pengolahan tanah.
Kemudian pengambilan data kedua dilakukan
setelah
panen,
perubahan
sifat
dimaksudkan
untuk
mengetahui
fisik
akibat
pengolahan
tanah
tanah, penanaman dan budidaya tanaman padi. Data
sifat
fisik
tanah
sebelum
hanya data tahanan penetrasi tanah.
pengolahan
Data sebelum
pengolahan lainnya berupa data sekunder yang diambil berdasarkan analisa sebelumnya.
Parameter
perubahan sifat fisik-mekanik tanah yang diamati adalah;
bulk
density,
tekstur,
porositas,
pF,
20 konduktivitas
hidrolik,
tahanan
penetrasi,
konsistensi (batas cair dan batas plastis), kekuatan
geser,
kekuatan
kompresi
tak
tertekan
dan
infiltrasi. a.
Pengukuran di lapang Pengukuran yang dilakukan di lahan sawah adalah tahanan penetrasi tanah dan infiltrasi. Tahanan penetrasi diukur pada kedalaman 0, 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50, 55 dan 60 cm,
sebanyak 10 kali ulangan tiap petak.
Infiltrasi
diukur
pada
empat
tempat
setiap
utuh
(tidak
petak. b.
Pengambilan contoh tanah Pengambilan
contoh
tanah
terganggu) menggunakan ring sampel 100 ml, 50 ml dan ring besar pada kedalaman 0 - 20 cm dan 20 - 40 cm.
Masing-masing lima sampel yang
diambil dari lima tempat pada diagonal petak sawah. Demikian juga untuk tanah terganggu diambi1 pada kedalaman 0 - 20 cm dan 20 - 40 cm. c.
Pengujian sifat fisik-mekanik tanah Pengujian yang dilakukan pada tanah utuh adalah; uji three phases,
uji permeabilitas
(konduktivitas hidrolik) menggunakan fallinghead permeameter, uji pF menggunakan pressure
21
plate,
uji
kekuatan
geser
(ASTM
D3080-90,
AASHTO T 236-90) dan uji kekuatan kornpresi tak tertekan dengan rnetode standar JIS A 1216T1976 (79) . Tanah
terganggu
digunakan
untuk
uji
konsistensi tanah yaitu batas cair dengan rnetode standar JIS A 1205-1980 dan batas plastis dengan rnetode standar JIS A 1206-1970 uji
pernadatan dengan
1210-1980 1.1.1.,
rnetode
standar
dan tekstur
tanah
(78), JIS
A
(JIS A
1204-1980) . 2.
Pengolahan Tanah Lahan percobaan terdiri dari dengan Petak
perlakuan sawah
I
pengolahan
rnanual/tradisional. cangkul,
pengolahan
yang
tanah
Lahan
4 petak sawah berbeda-beda. dengan
diberi
air
cangkul dan
di-
pekerjaaan ini dilakukan dua kali,
ke-
rnudian dilakukan satu kali rotary sambil dirapikan sarnpai lahan siap tanarn. Petak sawah II perlakuan pengolahan tanah 4 kali bajak rotary
(basah)
dengan traktor tangan.
Lahan diberi air lalu dibajak dengan bajak rotary, kernudian dengan cara yang sarna pekerjaan tersebut dilakkukan sebanyak 4 kali.
22 Petak sawah III perlakuan pengolahan tanah 1 kali bajak singkal, traktor tangan.
4 kali rotary
Lahan diberi
dengan bajak singkal.
(basah)
dengan
air lalu dibajak
Setelah itu diberi air dan
dibajak dengan bajak rotary sebanyak 4 kali,
ke-
mudian dirapikan dengan cangkul. Petak sawah IV perlakuan pengolahan tanah 1 kali
bajak
piring
(kering)
(basah) dengan traktor roda-4.
dan
2
kali
rotary
Lahan dibajak de-
ngan bajak piring, setelah itu diberi air lalu dibajak dengan bajak rotary sebanyak 2 kali, kemudian lahan
dirapikan
dengan
cangkul.
Kedalaman
olah
petak I - IV diukur secara manual dengan menggunakan mistar. 3.
Penyemaian Sebelum
dilakukan
penyemaian,
dipersiapkan
terlebih dahulu box semaian dengan sebaik-baiknya, agar diperoleh bibit yang baik.
Sebelum disemaikan
benih direndam dalam air dengan 4 perlakuan masingmasing selama 8 jam,
12 jam,
18 jam dan 24 jam.
Sehari sebelum semai, tempat penyemaian yang telah siap ditaburi benih diberi pupuk TSP dengan dosis 45 g/m2 •
Selang 10 hari kemudian diberi pupuk urea
dengan dosis 10 g/m 2 •
23
Penyemaian dilakukan dengan alat semai. perlakuan terdiri dari enam kali ulangan.
Tiap Benih
padi dijatuhkan pada box semaian dengan alat semai. Ukuran box untuk panjang, lebar dan tinggi masingmasing adalah ; 58 em, 25 em dan 2.7 em, yang telah diisi tanah setinggi 2.5 em. 4.
Penanaman Keadaan air pada petakan pereobaan diusahakan meneapai ketinggian 2 em, kemudian bibit ditanam dengan alat tanam padi (rice transplanter). ditanam sebanyak 2 - 3 bibit perlubang.
Bibit
Sehari se-
belum tanam dilakukan pemupukan dasar dengan TSP, KCL dan Urea. 5.
Uji Performansi Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan operasional fungsi alat tanam padi (rice transplanter) type riding merk Yanmar dengan daya
5.5 Hp pada 3600 rpm. 5.1 Metode Pengamatan dan Pengukuran Kemampuan operasional alat tanam diamati pada saat dioperasikan di lapang, yaitu pada lahan siap tanam yang terdiri dari empat petak sawah yang telah diolah sedemikian rupa sehingga tanah bersih dari sisa-sisa tanaman.
24
Untuk
mengetahui
hasil
kerja
alat
tanam,
diperlukan pengamatan terhadap baris tanam, jumlah rumpun
per
lubang,
kedalaman
tanam,
efisiensi
lapang dan kecepatan maju alat. Pengukuran
baris
tanam,
jumlah
rumpun
per
lubang dan kedalaman tanam dilakukan sebanyak 5 kali
ulangan
Kecepatan
tiap
maju
petak pada ukuran
alat
dalam
1
melakukan
x
1 m.
penanaman
diukur dengan cara menghitung jumlah waktu yang dibutuhkan dalam menempuh jarak 10 m,
sebanyak 4
kali ulangan tiap petak. Kapasitas
lapang
dihitung
dengan
cara
menghitung waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan penanaman pada areal tanam.
Pengukuran di-
lakukan sebanyak empat kali ulangan (pada petak I, II, III dan IV) . 5.2 Perhi tungan Efisiensi lapang merupakan perbandingan dari kapasitas lapang efektif terhadap kapasitas lapang teoritis
yang
dinyatakan
dalam persen
(Bainer,
1961) . El = K.t.ktit Xl 0 0 % Kt90Iitis
....................
(2)
25
Dimana;
El
Efisiensi lapang (ha/jam)
K
Kapasitas lapang (ha/jam)
Kapasitas lapang teoritis adalah kemampuan kerja suatu alat di dalam suatu bidang tanah, jika mesin berjalan maju,
sepenuh waktunya
(100%)
dan alat
tersebut bekerja dalam lebar maksimum (100%). (3 )
Kt=SXW
kapasitas lapang teoritis (m2 /det)
Dimana; Kt: S
kecepatan maju alat (m/det)
W
lebar kerja efektif yang dihitung dari W = rued
Dimana; n d
Kapasitas
banyaknya lajur tanaman jarak antar lajur tanaman
lapang
efektif
adalah
rata-rata
dari
kemampuan kerja alat di lapang untuk menyelesaikan suatu bidang tanah. Ke=A/t
Dimana;
6.
. . . . . . . . . . . . . . . . . ..
(4 )
Ke:kapasitas lapang efektif (m2 /det)
A
: 1 uas areal a tau bidang tanah (m2 )
t
:waktu kerja alat (detik)
Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan tanaman sangat penting dan berpengaruh pada hasil panen.
Pemeliharaan meliputi;
26
penyulaman yang dilakukan pada hari ke-lima setelah tanam, pengairan dilakukan setelah tanam, air diberikan eukup menggenangi seluruh petak pereobaan setinggi kira-kira 2 em, penyiangan dilakukan dua kali tergantung banyaknya gulma, pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan obat saat benih mulai tampak atau selang waktu penyemprotan tujuh hari. 7.
Pemanenan Kriteria panen adalah bila 75 % malai mengering dan kadar air gabah antara 23 - 27 %.
D.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penanaman
padi
dilaksanakan
di
infrastruktur, Leuwikopo, Darmaga, Bogor.
areal
sawah
Areal sawah
terdiri dari empat petak dengan luas tiap petak ratarata 25 x 30 m. Layout lahan penelitian pada lampiranl. Pengukuran di lapang dilakukan di lahan sawah dan penguj ian sifat fisik-mekanik tanah di laboratorium Fisika dan Mekanika Tanah,
Jurusan Mekanisasi Per-
tanian, IPB. Budidaya tanaman padi mulai bulan Maret 1995 sampai bulan Juli 1995.
Pengujian performansi alat tanam padi
pada saat penanaman.
Pengukuran awal sifat fisik-
mekanik pada bulan November 1994, kemudian pengukuran kedua pada bulan Juli 1995.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Keadaan Lahan Tanah areal pereobaan merupakan jenis tanah latosol eoklat kemerahan.
Areal tersebut merupakan lahan asli
dan lahan uruganyang dipadatkan. Pengamatan sifat fisik-mekanik terhadap lahan tersebut telah dilakukan pada Desember 1991, Agustus 1992, April
1993,
September
1993
dan
Maret
1994.
Hasil
pengamatan terakhir pada bulan Maret 1994 seperti pada tabel
2.
Tahanan penetrasi hasil
pengamatan sebelum
pengolahan tanah pada Tabel 3 dan grafik hubungan kedalaman dengan cone indeks pada Gambar 2. Pengolahan tanah siap tanam dilakukan dengan empat perlakuan pada empat petak sawah.
Petak I
pengolahan
dilakukan dengan eangkul manual sebanyak dua kali pada keadaan
basah,
meneapai
kedalaman
olah
13
15
em.
Kemudian dirotary satu kali agar terbentuk pelumpuran dengan baik sehingga kedalaman olah menjadi 20 em. Petak II diolah dengan rotary
(keadaan basah)
se-
banyak empat kali sehingga meneapai kedalaman olah 15 25 em.
Petak I I I diolah dengan satu kali bajak singkal
(basah) meneapai kedalaman 20 - 25 em dan empat kali rotary
(basah) meneapai kedalaman 20 - 30 em.
Petak IV
diolah satu kali bajak piring (kering) dan dua kali rotary (basah) sehingga meneapai kedalaman olah 20 - 40em.
28 Untuk lebih jelasnya kondisi lahan saat penanaman seperti pada tabe14. Kedalaman olah petak I, II dan III yang meneapai kedalaman maksimum 25 em mengakibatPada peng-
kan sinkage berkisar antara 13 - 13.50 em. olahan
tanah dengan
traktor
roda-4
memberikan
efek
sinkage pada alat tanam lebih besar yaitu 17.60 em. Tabel 2.
Kondisi awal sifat fisik mekanik tanah lahan
Sifat'lsik mekanik
tanab Porositas(%) Bulk. density (Wee) Konduktivitas hidrolik (em/del) Konsistensi a. Batas plastis (% h. Batas cair %) c. lndeks plastisitas %)
00 10 61.82 1.01 1.77 x 10 4
Petak I 10 30 30 50 63.13 64.49 0.98 0.94 1.42 x 10 4 2.03 x 10 5
Petak II 10 30 30 50 59.80 62.71 1.08 1.01 3.86 x 10 6 2.80 x 10 6
00 10 61.89 1.01 1.16 x 10 5
50.60 7257 21.97
53.61 73.69 20.08
55.06 75.28 20.22
51.97 73.75 21.78
43.64 1.278
42.22 1.213 0.212
44.12 1.178 0.297
43.25 1.186
0.448 0.656 1.128
0562 0.671 1.199
!
52.04 72.43 20.39
52.76
43.33 1.210 0.332
38.03 1.210 0.293
0514 0.808 1.173
0.505 0.716 1.140
73.15 2039
Pemadatan a. Kadar air ootimum(%
b. Berat isi kering maksimum (gfee) Kohesi tanah kgfcm2) Kekuatan !leser maksimurn pada: 05 kg cm2 a. b.
c.
I
1.0 k cm2 - 2.0kl!i cm2
Petak III
:;nat M,k· mek."k
tanah
Porositas (% Bulk density (flicc Konduktivitas hidrolik (cmldet Konsistensi a. Batas plastis %) h. Batas cair % c. Indeks plas'~i'as (%)
-
00 10 30 50 61.56 62.16 1.02 1.02 3.49 x 10 6 2.46 x 10 4
Petak IV 10 30 30 50 60.36 62.08 1.07 1.01 2.63 x 10 7 2.31 x 10 5
00 10 63.71 0.97 1.02 x 10 3
10 30 64.56 0.96 1.28 x 10 4
51.84
56.11
52.24
54.00
5356
53.37
75.31
75.26
71.78
78.02
77.64
78.51
23.47
19.15
19.54
24.02
24.08
25.14
41.28 1.224
42.74 1.200 0.455
38.47 1.221 0.470
37.12 1.200
40.57 1.221 0.532
42.11
0.668 0.893 1.320
0.642 0.879 1.223
0.585 0.865 0.972
0.547 0.810 1.185
Pemadatan
a. Kadar air optimum %
h. Berat isi kerin2 maksimum (2fcc Kohesi tanab (kgtcm2) Kekuatan geser rnaksimum pada: a. O.5k";cm2 b. 1.0k";cm2 c.
- 2.0kWcm2
Keterangan : Petak I : Pengolahan tanab manuaVtradisional Petak II : PengoJahan 13nab dengan traktor tangan 3 kali rotary (basah)
Petak III : Pengolaban tanah dengan traktor tangan 1 kali bajak singlcal (baxah), 2 kali rotary (basah)
Petak IV : Pengolaban tanah dengan traktor roda-4 1 kali bajak piring (kering), 2 kali rotary (basah)
-
1.212 0.360
I
29
Tabel 3. Kondisi awal tahanan penetrasi tanah Kedalaman (cml 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Petak I 12.20 13.26 13.00 13.10 10.28 9.60 9.18 12.76 13.78 14.84 13.00 11.38 11.90
Cone Indeks (kgf/cm2) Petak III Petak IV Petak II 4.80 6.80 12.06 14.10 12.48 7.12 11.04 15.60 12.20 15.38 17.64 16.32 16.80 14.92 19.78 14.76 17.30 19.20 18.10 16.54 17.68 16.34 18.12 16.36 13.28 15.26 14.56 13.08 10.38 15.96 15.38 11.66 14.12 10.66 12.78 12.90 10.26 11.20 10.54
25 lone Indeks (kgflcm2)
20
r
~~~k3<
15"
5 O~--~
o
__- L_ _ _ _L -_ _~_ _~_ _ _ _~_ _~
10
20
30
40
50
80
Kedalaman (cm) [ -
Petak I
Gambar 2.
--+- Petak II
Grafik
-Petak III
~P.t.k IV
70
I
tahanan penetrasi
30
Tabel 4.
Kondisi lahan saat penanaman
Kondisi Laban
Petak I
Petak II
Petak III
Petak IV
Ukuran (p x I)
28.51 x 25.05
28.10 x 24.32
27.80 x 24.50
28.75 x 24.75
Tekstur tanah
liat sangat balns
Hat sangat balns
liat sangat balns
liat sangat balns
Perlakuan pengolahan
Manual 1 x rotary
4 x rotary
1 x bajaksingkal 4 x rotary
1 x bajakpiring 2 x rotary
Kedalaman olah
13-20em
15 - 25 em
20-25em
20·40cm
13.00 em
13.23 em
13.50 em
17.60 em
Sinkage
Alat tanam tipe riding tersebut dilengkapi dengan pelampung, dalam
sehingga
meskipun
(meneapai 40 em)
tenggelam.
pengolahan
tanah
eukup
tidak mengakibatkan alat tanam
Terlihat bahwa
sinkage
roda
alat
tanam
lebih keeil daripada kedalaman olah. Posisi tanam padi
pelampung dapat (lampiran 2).
dilihat
gambar alat
pelampung terdapat pada tiga
bagian yaitu kiri, kanan dan tengah. kanan berukuran sarna,
pada
yaitu
68
x
Pelampung kiri dan 38.8
em dan bagian
tengah berukuran 75.2 x 35.4 em. B.
Kondisi Pesemaian Benih
disemai
Penyemaian
terdiri
dengan dari
eara
empat
penyemaian
perlakuan
kering.
perendaman,
yaitu benih direndam dalam air selama 8 jam, 12 jam, 18 jam dan 24 jam.
Penyemaian dilakukan dengan menggunakan
seedling machine sebanyak enam kali ulangan untuk setiap
31
perlakuan.
Karena ketersediaan box semaian tidak men-
cukupi, maka dibuat semaian pada lahan seluas 88.65 m'. Mekanisme
kerja
seedling
machine
adalah
seperti
berikut; surnber tenaga dari engkol putar yang digerakkan dengan tenaga manusia. dan sabuk.
Dalam hal
Penyaluran tenaga digunakan puli ini
sabuk digunakan untuk me-
nyalurkan tenaga antara dua macam poros,
yaitu poros
untuk menjatuhkan benih dan poros untuk menggerakkan box semaian.
Alat semai seperti pada garnbar 3 dan 4.
----~ 1II".~·111
/'
.
..
" . .:rr
Garnbar 3. Alat semai (seedling machine) ~
/'
32
Gambar 4. Mekanisme kerja alat semai pada penjatuhan benih
Penggunaan
benih
per-box
pada
setiap
perlakuan
perendaman, jumlah benih rata-rata per-box pada ukuran 2 x 2 em dan day a tumbuh benih adalah seperti pada tabel 5. Tabel 5. Data penggunaan benih pesemaian I
II
III
IV
Berat (gram)
45.83
55.00
54.17
33.33
Jml benih awal (butir)
10
11
10
7
6
9
9
5
Perlakuan
Jml benih hari ke-4
33
Gambar 5 menunjukkan keadaan benih siap semai dari ke-4 perlakuan, sedangkan distribusi penyebaran benih di box semaian seperti pada Gambar 6.
Gambar 5. Keadaan benih siap semai
Gambar 6.
Penyebaran benih di box semaian
34 Diketahui bahwa ukuran adalah 58 dengan
x
25
melihat
em.
Maka
be rat
box
untuk panj ang
x
lebar
jumlah butir benih per box
rata-rata
per
box
untuk
masing-
masing perlakuan adalah: I : 553 900, II : 664 462, III : 654 675, IV : 402 737. Dari Tabel 1 didapat daya tumbuh benih pada masingmasing perlakuan adalah; perlakuan I : 60%, perlakuan II: 81.8%, perlakuan III : 90% dan perlakuan IV : 71.4%. Daya
tumbuh
benih
yang
berbeda-beda
tersebut
disebabkan karena perbedaan waktu perendaman yang mengakibatkan perbedaan panjang benih.
Terlihat bahwa pada
perlakuan perendaman 12 jam keeambah lebih pendek daripada perlakuan lainnya. Ukuran
panjang
benih
berpengaruh
keluaran benih dengan alat panjang,
maka
sulit
sehingga
mengakibatkan
semai.
menembus
tumbuh benih makin keeil,
intensitas
Jika benih terlalu
lubang
terpotongnya
pada
penjatuhan keeambah.
benih Daya
apabila kerusakan benih yang
terjatuh dalam box makin besar karena keeambah terpotong. Benih yang telah disemai dipindahkan setelah berumur 20 hari dengan tinggi bibit rata-rata untuk perlakuan I, 11,111, dan IV masing-masing adalah ; 17.60 em, 19.95 em, 17.20 em dan 18.00 em.
Grafik daya tUmbuh dan tinggi
bibit dapat dilihat pada gambar 7.
35
80
60
40 20
o III
II
IV
Ulangan _
Gambar 7.
c.
Tlnggl blblt (om)
~ DaY" tumbuh (fo)
Grafik daya tumbuh dan tinggi bibit
Penanaman
Penanaman dilakukan pada saat bibit berumur ±20 hari
dengan
menggunakan
alat
tanam
padi
(Rice
Transplanter) dengan mengabaikan perlakuan persemaian.
Jadi bibit yang telah disemai dianggap sarna keadaannya untuk ditanam,
sedangkan kadar
semaian
49.27%.
adalah
Pola
air
rata-rata
tanam yang
tanah
digunakan
seperti pada lampiran 2. Penanaman dengan menggunakan
Rice
Transplanter
type riding merk Yanmar dengan daya 5.5 PS pada 3600 rpm.
Dalam satu kali lintasan terdiri dari lima lajur
penanaman. Gambar 9.
Alat tanam padi seperti pada Gambar 8 dan Sedangkan gambar alat tanam beserta bagian-
bagiannya pada lampiran 3.
36
Gambar 8.
Alat tanam padi (rice transplanter)·
Gambar 9.
Alat tanam pada saat beroperasi
37
Mekanisme sumber
kerja
tenaga
berasal
kapasitas
silinder
digunakan
untuk
putaran poros pertama
alat
tanam
dari
0.24
motor
adalah;
bensin
Energi
1.
menggerakkan
tersebut
poros
dengan
dari
engine
melalui
kopel,
dihubungkan dengan dua macam as,
digunakan
untuk
menjalankan
papan
(seedling shelf) yang bergerak kiri-kanan.
as
benih
Sedangkan
as yang kedua digunakan untuk memutar jari-jari tanam dari sproket yang dihubungkan dengan rantai. Jari-jari tanam akan menjepit bibit yang tersedia di papan benih. sesuai papan
Papan benih bergerak secara lateral
dengan perputaran benih
diatur
Menurut Tsuga
(1992)
oleh
jari-jari tanam. mekanisme
Gerakan
gigi
ratchet.
skema penerusan day a pada alat
tanam padi seperti pada Gambar 10. Kualitas
hasil
hasil tertanam,
penanaman
yang
diamati
adalah:
jarak tanam, jumlah bibit per lubang,
kedalaman tanam dan effisiensi lapang.
a.
Hasil tertanam Banyaknya bibit
yang
tertanam berpengaruh
pada kerapatan tanaman padi.
Kerapatan tanaman
akan mempengaruhi hasil akhir, yaitu panen. Dari hasil pengujian diperoleh bahwa, jumlah baris yang
tertanam adalah
petak
I
dan
dengan 19 lintasan menghasilkan jumlah baris
I II
38
011 pump
change gears
differential gears
h III splice chnnge genr
differential
grlll's
plnntlng clntch
r------------------------------- ----------------------------,
I
I
I
I
plnntlng device
I I
I r----------------------------l
r---------------------l
I I I I
I I I I
I I I I
seedling feeding device
I I( I I I I I I I
I I I I I I I
J,
feeding rn'te change genr oJ,
cross feeding longl tudlnal feeding
I I I I
I I I I I I I I I
L_:::::::::::::::::::::::::::::~
Gambar 10.
I I
I I
I
I I I I
I I I I
planting finger
I I
planting-fork
I I
I I I I I I I
planting
mechanism J,
L____________________ -'
______________________________ 1
Skema penerusan daya alat tanam padi type riding (Tsuga, 1992)
39 tertanam 85
baris
ditambah 10
baris
headland,
petak I I dan IV dengan 21 lintasan menghasilkan jumlah baris 95 baris ditambah 10 baris headland. Keadaan baris tertanam dari hasil tersebut dibedakan
menjadi
dua
bagian,
yaitu
tertanam
dalam keadaan baik (posisi bibit 30° - 90°)
dan
tertanam dalam keadaan kurang baik (posisi bibit 0° - 30°).
Hasil pengamatan
keadaan tanam pada
1 X 1 m seperti pada tabel 6. Pada ukuran 1 x 1 m, 30
jika jarak tanam 15 x
em seharusnya terdapat
tanami.
28
lubang yang ter-
Dari hasil tersebut prosentase rata-rata
jumlah lubang yang tertanami adalah 76.97 %. Tabel 6. Hasil pengamatan pada 1 X 1 m Petak
Jumlah tertanam
Keadaan baik
Kurang baik
I
22
13
9
II
22
18
4
III
27
16
11
IV
15
12
3
Dengan demikian prosentase rata-rata posisi tertanam dalam keadaan baik adalah
70.04%
dan
tertanam dalam keadaan kurang baik adalah 29.96%. Keadaan baris tertanam dengan rice transplanter seperti pada gambar 11.
40 h.
Jarak tanam
Jarak
tanam
sangat
berpengaruh
pada
per-
tumbuhan tanaman padi. Bila tanaman terlalu rapat per-satuan
luas,
maka
akan
terjadi
kompetisi
dalam mendapatkan unsur hara dan sinar matahari. Sebaliknya,
jika
tanaman
terlalu
jarang
per-
satuan luas maka tanaman lain seperti gulma akan eepat pertumbuhan-nya karena sinar matahari dapat masuk ketempat yang tidak tertanami padi. Jarak
tanam
rata-rata
tiap
petak
ha-sil
pengamatan adalah seperti pada tabel 7. Tabel 7. Jarak tanam
Jarak
Petak
Jarak tanam
I
12.67 X 29.23 em
II
12.83 X 29.90 em
III
12.88 X 29.62 em
IV
12.35 X 28.84 em
tanam
rata-rata
12.68 X 29.40 em.
menyimpang.
Hal
didapat
adalah
Penyete1an j arak tanam da1am
lajur semula direneanakan 15 dalam baris 30 em,
yang
em dan jarak tanam
ternyata hasil yang diperoleh ini
disebabkan
tanah
semaian
terlalu lembek sehingga pada saat menjepit bibit, jari-jari tanam tergeser ke belakang mengakibatkan jarak
tanam
dalam
lajur
berkurang.
Selain
itu
41
penggunaan penanda baris yang kuranng tepat mengakibatkan Keadaan
jarak tanam antar baris
lahan
pada
saat
penanaman
tidak sesuai. seperti
gambar 12.
Gambar 11. Keadaan baris tertanam dengan a1at tanam
Gambar 12.
Keadaan lahan saat penanaman
pada
42 c.
Jumlah rumpun dan kedalaman tanam
Banyaknya rumpun yang tertanam dalam satu lubang sangat berpengaruh pada pertumbuhan padi selanjutnya.
Jumlah rumpun yang terlalu sedikit
akan mempengaruhi hasil akhir yang rendah, karena populasi
tanaman
berkurang.
Sebaliknya
j ika
jumlah rumpun yang tertanam terlalu banyak, maka pertumbuhan
tanaman
akan
terhambat,
sebab
persaingan dalam penyerapan unsur hara lewat akar maupun perolehan
sinar matahari
semakin besar
sehingga tanaman padi tumbuh tidak sempurna. Demikian halnya dengan bibit yang ditanam bila
terlalu
dalam
atau
dangkal
pertumbuhan tanaman kurang baik.
menyebabkan
Penanaman yang
terlalu dalam dapat menyebabkan batang tanaman mudah
membusuk.
Bibi t
yang
tertanam
terlalu
dangkal berakibat sistem perakaran kurang kuat, sehingga tanaman mudah rebah. Hasil pengamatan jumlah rumpun per lubang dan kedalaman tanam pada ukuran 1 x 1 m tertera pada Tabel 8. Hasil penanaman rata-rata adalah 3 rumpun per lubang dengan kedalaman tanam 4.23 em.
43
Tabel 8
d.
Jumlah rumpun dan kedalaman tanam
Petak
Jumlah rumpun/lubang
Kedalaman tanam (em)
I
4
4.03
II
3
4.61
III
3
3.76
IV
3
4.52
Efisiensi lapang
Hasil perhitungan efisiensi lapang berdasarkan data pengujian yang didapatkan seperti pada Tabel 9. Tabel 9. Hasil perhitungan efisiensi lapang alat tanam Petak
I
II
III
IV
714.18
683.39
681.10
711.56
A
(m2 )
S
(m/det)
0.290
0.370
0.340
0.335
W
(m)
1.169
1.196
1.185
1.153
t
(jam)
1.083
0.833
0.933
0.917
KLT (ha/jam)
0.122
0.159
0.145
0.139
KLE (ha/jam)
0.066
0.082
0.078
0.078
EL (% )
54.02
51.57
50.35
55.83
Keterangan A
luas lahan
S
keeepatan maju
W
lebar kerja penanaman
44 total waktu kerja
t KLT KLE
kapasitas lapang teoritis kapasitas lapang efektif
EL
efisiensi lapang
Dari hasil tersebut diperoleh nilai efisiensi lapang alat sebesar 52.94%.
Efisiensi lapang
yang diperoleh cukup rendah, hal ini disebabkan terutama kondisi semaian dan waktu perbaikan. Waktu 27.37% dari
perbaikan
yang
cukup
tinggi
yaitu
seluruh waktu penanaman disebabkan
karena tanah semaian yang banyak terdapat kotoran dari pupuk kandang yang tidak hancur menyebabkan jari-jari alat tanam sering macet karena terjepit kotoran
tersebut,
sehingga
memperbesar
waktu
dikurangi,
j ika
perbaikan. Waktu
perbaikan
dapat
kondisi semaian lebih baik. baik ditentukan
Kondisi semaian yang
oleh keadaan tanahnya.
semaian seharusnya
cukup
halus
dan bebas
kotoran, butir-butir pupuk atau kerikil.
Tanah dari Kadar
air tanah semaian diusahakan tidak terlalu tinggi agar tanah semaian tidak lembek.
Salah satu cara
untuk memperbaiki kondisi semaian adalah dengan mengayak terlebih dahulu tanah semaian beserta pupuk yang akan diberikan, semaian
dilapisi
jika perlu dasar box
kertas/spon
sebelum
tanah
45 diletakkan agar tegakan semaian lebih baik dan semaian lebih kuat. Besarnya berdasarkan tanam.
slip pada
yang
terjadi
putaran
diperhitungkan
roda
be 1 akang
alat
Diameter roda belakang adalah 0.85 m, dan
jarak yang
ditempuh pada
5
kali
putaran
roda
seperti pada tabel 10. Tabel 10. Data pengukuran putaran roda II
III
IV
Jarak 5 x putaran Roda (m)
I
Ulangan 1
11. 90
12.35
12.86
11.90
Ulangan 2
10.30
11. 85
10.50
12.27
Ulangan 3
10.80
11.55
12.52
11.77
Dengan demikian besarnya slip rata-rata yang terjadi pada petak I %, petak III
17.57 %, petak II : 10.68
10.38 % dan petak IV : 5.06 %.
Kebutuhan semaian untuk petak I petak II : 13 box, petak III: IV: 16 box. 15 box
15 box,
16 box dan petak
Rata-rata kebutuhan semaian adalah
(pada luasan 679.56 m2 ) .
Maka kebutuhan
semaian untuk 1 hektar lahan adalah 221 box. Alat dari
tanam tipe
segi waktu.
riding
ini
cukup
Pada luasan tanam 679.56 m2
waktu yang diperlukan adalah 3390 detik jam).
efisien
(0.942
Menurut hasil penelitian Setiyowati (1994)
46 pada lahan yang sarna, waktu dan kapasitas kerja penanaman secara manual seperti pada tabel 11. Tabel 11. Data penanaman secara manual Luasan (m2 )
Waktu (jam)
K1p~,ita, kerar m Jam oran
631.43
28.47
22.18
626.01
25.05
24.99
656.88
33.70
19.49
656.08
33.87
19.37
Dari
tabel
tersebut
didapatkan bahwa pada
luasan tanam rata-rata 642.6 m2 memerlukan waktu jam dengan kapasitas kerja 21.51 m2 !jam!
30.27 orang.
Dengan demikian
hanya memerlukan waktu
penggunaan alat
sekitar 3
% dari
tanam waktu
tanam manual. Grafik penggunaan waktu tanam seperti pada Gambar 13.
tanam dengan alat Rincian penggunaan
waktu tiap petak seperti pada lampiran 5.
ltarja
Gambar 13.
putar
perbalkP
pengla'an
mundur
Grafik penggunaan waktu tanam
47
D. Basil analisa sifat fisik-mekanik tanah setelah panen
Data
pengamatan
sifat
fisik-mekanik
tanah
se-
belumnya pada lampiran 6 - 12. 1. Tekstur Tanah Tabel 12. Komposisi fraksi tekstur tanah Petak
K~arm
%Pasir
%Debu
%Liat
Tekstur
I
00·20
10.20
13.14
76.66
liat sangat halus
20 - 40
11.48
24.49
64.03
liat sangat halus
00 - 20
8.85
17.36
73.79
liat sangat halus
20 - 40
8.72
17.53
73.75
liat sangat halus
00 - 20
9.16
14.94
75.90
liat sangat halus
20 - 40
9.13
10.87
80.00
liat sangat halus
00 - 20
10.11
11.44
78.45
liat sangat halus
20 - 40
9.90
11.97
78.13
liat sangat halus
II
III
IV
Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa pada semua petak mempunyai tekstur berliat (sangat halus).
Segitiga tekstur pada lampiran 13.
2. Bulk density
Hasil pengukuran bulk density tanah (g/cm3 ) adalah seperti pada tabel 13. Tabel 13. Nilai bulk density tanah Petak
Kedfc~an
NIJfcJ11
I
00 - 20 20 - 40
1.03 0.99
II
00 - 20
1.08
20 - 40
1.07
00 - 20 20 - 40
1.10 1.03
00 - 20
1.10
20 - 40
1.04
III
IV
48 Nilai bulk density untuk semua petak
pada ke-
dalaman 0 - 20 em relatif tinggi dibandingkan pada kedalaman 20 - 40 em.
Pada petak I dan II mempunyai
nilai bulk density menurun dengan meningkatnya kedalaman.
Nilai bulk density berkisar antara 0.99 -
1.10 g/em'.
Sedangkan pada pengamatan sebelumnya
yaitu bulan April 1993 berkisar antara 0.95 g/em' 1.25
g/em',
bulan
September
1993
berkisar
antara
0.86
- 1.14 g/em' dan bulan Maret berkisar antara
0.94 - 1.08 g/em'. 3. Kemampuan tanah memegang air
Porositas tanah merupakan bagian yang terisi air atau udara.
Besarnya porositas tanah hasil peng-
amatan seperti pada tabel 14. Kepadatan
tanah
ruang pori total.
mengahasilkan
penurunan
Porositas tanah tertinggi ter-
lihat pada petak I pada setiap kedalaman. poro-sitas
terendah
kedalaman 0-20em.
pada
petak
madatan. nurunan
traktor
III
dan
Sedangkan IV
pada
Hal ini disebabkan karena peng-
olahan tanah pada petak III dan gunakan
pada
sehingga
IV dengan meng-
meng-hasilkan
efek
pe-
Dimana pemadatan tanah menghasilkan pedalam
ruang
pori
total,
penurunan
dalam
ruang pori makro dan peningkatan dalam ruang pori mikro.
Petak
I
pengolahan dengan
eangkul/manual
49
sehingga tanpa efek pemadatan, maka ruang pori total relatif lebih tinggi.
Tabel 14. Porositas tanah Petak
Kedalaman
Porositas %
I II 2 III 2
61 13
20 - 40
60.75
IV
Hasil pengamatan kadar air tanah pada berbagai pF seperti pada tabel 15.
Pada pF 2.54 menunjukkan kadar
air pada kapasitas lapang dan pada pF 4.20 menunjukkan kadar air pada titik layu permanen. tanaman
merupakan
selisih
kadar
dengan kadar air pada pF 4.20. diperoleh
air
tersedia
kedalaman 0 - 20 em,
Air tersedia bagi air
pada
pF
2.54
Dari hasil pengamatan
tertinggi
pada
petak
III
yaitu 17.88% dan terendah pada
petak I kedalaman 20 - 40 em.
50 Tabel 15. Kadar air pada berbagai pF
Petak
Kedalaman
1.00
2.00
2.54
4.20
I
00 - 20
60.41
55.96
50.86
34.87
20 - 40
58.30
53.28
44.67
34.71
00 - 20
58.03
54.37
51.88
36.82
20 - 40
58.60
54.15
52.37
37.90
00 - 20
57.61
55.65
52.92
35.04
20 - 40
57.96
53.10
48.33
33.28
00 - 20
58.49
52.39
50.56
34.97
20 - 40
57.25
51.32
48.43
34.64
II
III
IV
4. Konduktivitas Hidrolika Nilai
konduktivitas
hidrolika
( K)
pengamatan adalah sepert pada tabel 16. Tabel 16. Nilai konduktivitas hidrolika
J
~il,,(i em det
Petak
Kedrelm~man
I
00 - 20
1. 53 X 10. 5
20 - 40
9.23 X 10·'
00 - 20
1.60 X 10. 5
20 - 40
2.29 X 10. 5
00 - 20
1. 11 X 10. 5
20
40
3 . 6<; X 10. 5
00 - 20
1.65 X 10. 4
20 - 40
2.38 X 10. 5
II III IV
-
hasil
51 Pada keda1aman 0 - 20 em, nilai konduktivitas hidrolika eenderung lebih tinggi daripada pada kedalaman
20
40
em
untuk
setiap
Konduktivitas
hidrolika
yaitu sebesar
1.65 X 10 2 em/det.
Pengolahan
tanah
tidak meneapai
terbesar
petak.
pada
rata-rata untuk
kedalaman
lebih dari
Nilai
petak
IV
tiap petak 30
em,
maka
nilai konduktivitas hidrolika pada kedalaman 20 -40 em relatif keeil. terjadi
perubahan
Pada petak I I dan nilai
III
konduktivitas
tidak
hidrolika
yang besar, dimana nilainya berkisar pada 10- 5 em/det. Pada
pengamatan
hidrolika
berkisar
Sedangkan
pada
antara 10- 7
-
ini
nilai
pengamatan
10- 3
em/det
10- 4
10- 6
antara
konduktivitas
sebelumnya,
em/det. berkisar
(pengamatan bulan April
1993, September 1993 dan Maret 1994). 5. Tahanan penetrasi tanah
Hasil
pengamatan
tahanan
penetrasi
bulan
November 1994 dan bulan Juli 1995 adalah seperti pada tabel 17. Nilai tahanan penetrasi pada pengamatan bulan November 1994 tertinggi pada petak IV kedalaman 20
em,
sedangkan
pada
petak
II
dan
III
penetrasi tertinggi pada kedalaman 30 em.
tahanan Petak I
52 mempunyai
tahanan
penetrasi
tertinggi
pada
ke-
dalaman 45 em. Tabel 17. Nilai tahanan penetrasi
Keaalaman (em) Petak I 12.20 0 13.26 5 10 13.00 13.10 15 20 10.28 9.60 25 30 9.18 12.76 35 13.78 40 14.84 45 50 13.00 , 11.38 55 60 11.90
5.69 6.20 9.98 12.11 10.40 9.91 9.66 8.73 11.47 14.55 12.00 11.72 9.95
Cone Indeks (kgf/em2 Petak II Petak III Petak IV 4.80 7.42 6.80 6.30 12.06 5.50 5.88 7.12 7.97 14.10 7.35 12.48 9.48 12.20 5.35 11.04 11.58 15.60 15.38 13.89 17.64 13.94 16.32 7.65 14.92 14.47 16.80 12.55 19.78 13.85 14.76 13.45 17.30 13.22 19.20 15.44 16.54 14.28 18.10 15.35 17.68 14.90 16.36 14.74 16.34 10.13 18.12 12.741 14.56 11.75 13.28 9.85, 15.26 9.941 9.50 15.96 10.41 10.38 12.05 13.08 11.66 7.77 14.12 11.20 7.44 15.38 6.22 12.90 7.70 10.66 6.43 12.78 10.54 5.80 10.26 4.90 11.20 6.95
Keterangan : A : Pengamatan Bulan November 1994 B : Pengamatan Bulan Juli 1995
Pada
pengamatan
bulan
Juli
1995,
tahanan
penetrasi tertinggi untuk petak I dan II pada kedalaman seperti pengamatan sebelumnya.
Sedangkan
pada petak II dan IV tahanan penetrasi tertinggi masing-masing pada kedalaman 35 em dan 25 em.
53 Ni1ai tahanan penetrasi saat pengamatan; bulan Oktober 1992
berkisar antara
12.4
7.2
kg/em2 ,
bulan April 1993 berkisar antara 2.0 - 13.2 kg/em2 , bulan September 1993 berkisar antara 2.1 kg/cm2
-
11.1 kg/em2 , bulan Maret 1994 berkisar antara 1.1 - 8.9 kg/em2 , bu1a"n November 1994 berkisar antara 4.8
kg/em2
-
19.78
kg/em2 ,
berkisar antara 4.9 - 15.44 kg/em2
bulan Ju1i
1995
•
6. Konsistensi tanah Konsistensi tanah ditunjukkan oleh daya tahan tanah
terhadap
gay a
yang
akan
mengubah
Konsistensi me1iputi batas p1astis, dan
indeks
p1astisitas.
Tabe1
bentuk.
batas menga1ir 18
menunjukkan
konsistensi tanah hasi1 pengamatan. Tabe1 18. Konsistensi tanah Petak
Keda1aman (em)
Batas P1astis
Batas MenM1ir
Indeks p1astisi tas (%)
I
00 - 20
54.73
71.21
16.48
20 - 40
55.07
68.08
13.01
00 - 20
53.10
73.62
20.52
20 - 40
55.10
67.18
12.08
00 - 20
51.48
73.51
22.08
20 - 40
54.34
66.73
12.39
00
-
20
53.39
76.39
23.00
20
-
40
54.30
68.59
14.29
II
III
IV
(% )
54 Nilai batas mengalir berkisar antara 66 - 77% dan indeks plastisitas berkisar antara 12 - 23%. Berdasarkan harkat angka-angka Atterberg (lampiran 14) nilai batas mengalir dikategorikan tinggi atau sangat tinggi,
sedangkan ni1ai indeks plastisitas
dikategorikan sedang atau tinggi. 7. Pemadatan tanah
Hasil pengamatan uji kompaksi diperoleh kadar air
optimum dan be rat
isi
kering maksimum pada
tabel 19. Tabel 19. Kadar air optimum dan berat kering maksimum Petak
Kedalaman (em)
Kadar air Optimum (% )
Berat isi Kering Maksimum (g/em3 )
I
00 - 20
43.60
l. 70
20 - 40
42.16
l. 69
00 - 20
44.55
l. 69
20 - 40
4l. 78
l. 74
00 - 20
4l.36
l. 71
20 - 40
47.68
l. 66
00 - 20
41.87
l. 72
20 - 40
44.22
l. 69
II
III
IV
Dengan demikian didapatkan hubungan antara kadar air optimum dengan be rat isi kering tanah. Kadar air
akan meningkat
pada
saat
berat
isi
kering menurun. Didapatkan pemadatan tanah rata-
55
rata
pada
kedalaman
0
20
em
dibandingkan pada kedalaman 20
lebih 40
tinggi
em setiap
petak. 8. Kekuatan tanah
Uji
kekuatan
tanah
merupakan
petunjuk
untuk
mengetahui kemampuan tanah dalam me nahan beban tanpa terjadi keruntuhan.
Hasil penguj ian kekuatan tanah
dengan uniaxial test dan direct shear test didapatkan nilai kohesi tanah
(c)
dan sudut tahanan gesek
(e)
pada tabel 20. Besarnya kekuatan kompresi tak tertekan maksimum tertinggi pada petak III pada kedalaman 0 - 20 em. Sedangkan terendah pada petak II kedalaman 20 40 em.
Pada kedalaman petak-petak yang lain besarnya
kekuatan kompresi tak tertekan rata-rata hampir sarna. Pada petak III kedalaman 0
20
petak yang lain,
kerapatan
em eukup
(bulk density)
tanah
tinggi dibanding dengan
sehingga kekuatan tanah dalam me-
nahan beban eukup tinggi jika dibandingkan pada petak II kedalaman 20 - 40 em. Nilai
kohesi
tanah
relatif
lebih
tinggi
bila
dibandingkan dengan pengamatan-pengamatan sebelumnya, yaitu berkisar antara
0.250
0.730
kg/cm2 •
Pada
pengamatan bulan April 1993 berkisar antara 0.148 0.521 kg/cm2 ,
bulan September 1993 berkisar antara
IV
III
II
I
Petak
00 20 00 20 00 20 00 20
-
20 40 20 40 20 40 20 40 0.322 0.423 0.384 0.279 0.683 0.370 0.363 0.365
Kedalaman Kekuatan Kompresi tak tertekan (cm) maksimum(kglcm2 0.344 0.488 0.451 0.475 0.361 0.482 0.551 0.494
a- = 0.5 0.424 0.682 0.494 0.597 0.575 0.658 0.608 0.607
0.922 0.413 0.966 0.803 0.901 0.960 0.663 1.091
0.387 0.485 1.168 0.717 0.775 1.139 0.879 0.865
Kekuatan geser maksimum (kglcm2) 6' = 2.0 f = 1.0
Tabel20. Nilai kekuatan tanah, kohesi dan sudut tahanan gesek
0.553 0.250 0.730 0.420 0.495 0.658 0.457 0.566
Nilai C (kglcm2)
4.0 13.4 2.0 11.5 8.0 7.7 11.0 10.0
Sudut gesek (derajat)
'"
111
57
0.056 - 0.405 kg/cm2 ,
dan bulan Maret 1994 berkisar
antara 0.212 - 0.532 kg/cm2 • Kohesi antara
tanah
partikel
menunjukkan yang
partikel-partikel
gaya
Dalam
sej eni s .
tanah
tarik
menarik hal
mengikat
saling
ini kuat,
sehingga ada bagian ikatan yang mengumpul, sedangkan bagian tanah yang lain pecah.
9.
Infiltrasi
Air dapat masuk dalam tanah karena; adanya gaya gravitasi,
gaya
tempat
dalam
di
hisapan tanah
matriks yang
tanah
dan
merupakan
adanya
pori-pori.
Kemampuan tanah untuk menginfiltrasi tergantung pada kelembaban tanah atau terisinya pori tanah.
Besarnya
infiltrasi hasil pengukuran pada tabel 21. Laju infiltrasi secara umum menunjukkan adanya penurunan dengan bertambahnya waktu. Gambar drastis
13
terjadi
penurunan
laju
dengan bertambahnya waktu
Menurut grafik infiltrasi (pada
petak
yang IV)
sedangkan pada petak I,ll dan III penurunan laju infiltrasi tidak terlalu nyata.
58
Tabel 21. Nilai infiltrasi pada menit tertentu Wakt) (mnt
I
II
III
IV
0
0.000
0.000
0.000
0.000
2
0.125
0.078
0.055
0.573
5
0.278
0.158
0.128
1.388
10
0.550
0.265
0.200
2.403
20
1.000
0.483
0.255
4.030
30
1.388
0.623
0.338
5.355
60
2.4l3
1.188
0.5l3
8.025
90
3.330
1.383
0.725
10.850
120
4.288
1.695
0.865
14.000
Laju infiltrasi (em/menit) 0.3 r - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - , o
0.25 0.2 O. t5
0.1
o
2
3
5
10
10
30
30
Perubahan waktu (men it)
I-
Petak I
-+- Petak II
-+- Petak III
-e- Petak IV
30
I
Gambar 13. Grafik hubungan perubahan waktu dan laju infiltrasi
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
1.
Perlakuan perendaman benih selama 8 jam, 12 jam, 18 j am dan 24 jam tidak berpengaruh nyata pada pertumbuhan
bibit
pengaruh pada
di
pesemaian.
penyebaran
benih
Tetapi di
setelah disemai dengan alat semai. perendaman rapat
12
jam
dibandingkan
panjang
kecambah
distribusi perlakuan
relatif
box
semaian
Dimana pada
penyebaran lainnya.
kecil
ber-
lebih Karena
sehingga
tidak
menyumbat lubang penjatuhan benih. 2.
Penanaman dengan alat tanam lebih effisien dari Sebab pada luasan tanam 679.56 m2
segi waktu.
memerlukan waktu penanaman rata-rata 3390 detik. 3.
Kapasitas lapang efektif alat tanam padi type OHV merk Yanmar sebesar 0.0759 ha/jam dengan tingkat efisiensi lapang 52.94%, pada jenis tekstur tanah berliat sangat halus.
Efisiensi lapang tersebut
sangat kecil, hal ini disebabkan terutama faktor perbaikan alat saat penanaman.
Waktu perbaikan
yang besar disebabkan karena kondisi tanah lahan dan
tanah
semaian.
Kondisi
tanah
lahan yang
mempunyai daya kelengketan tanah cukup tinggi dan kondisi
tanah
semaian
yang
masih
mengandung
60
kotoran dapat menghambat kerja jari-jari penjepit bibit. 4.
Perubahan sifat fisik-mekanik tanah terlihat pada nilai bulk density dan tahanan penetrasi. bulk
density
pada
pengamatan
bulan
berkisar antara 0.94 - 1.08 g/em3 ,
Nilai
Maret
1993
sedangkan pada
pengamatan bulan Juli 1995 berkisar antara 0.99 1.10
g/em3
•
Nilai
eenderung menurun. 1994
tahanan
penetrasi
maksimum
Pada pengamatan bulan November kg/em3
sebesar 19.78
sedangkan pada peng-
amatan bulan Juli 1995 sebesar 15.44 kg/em3 5.
Perlakuan pengolahan empat
memberikan
tanah
dengan
efisiensi
•
traktor
lapang
roda
penanaman
relatif lebih besar dibandingkan lainnya.
Sebab
pengolahan tersebut meneapai kedalaman olah 20 40 em dan air tergenang dengan baik, maka hambatan kerja alat tanam sedikit berkurang. B.
Saran-saran
1.
Perlu penelitian lebih lanjut dengan alat semai dalam hal keeepatan putar engkol dan pengaturan lubang penjatuhan benih.
2.
Perlu
penelitian
lanjutan
semaian untuk ketebalan berbagai tekstur tanah.
khususnya
tanah,
jenis
pada
box
tanah dan
61
3.
Perlu adanya pengamatan yang lebih spesifik pada kerja alat tanam seperti pada berbagai type tanah, berbagai penyetelan kecepatan maju dan pola tanam yang berbeda.
4.
Dalam penerapan penggunaan alat
tanam nantinya,
ketrampilan operator perlu dilatih terutama saat belok dan penggunaan penanda baris.
DAFrAR PUSTAKA
AAk.
1990. Budidaya Tanaman Padi. Penerbit Kanisius, Yogjakarta.
Bainer, R.,R.A. Kepner dan C.V. Hall. 1961. Agriculture Engineering Handbook. Mc Graw-Hill Book Company NewYork , Toronto, London. 1982. Bainer, R., E.L. Barger and R.A. Kepner. Principles of Farm Machinery. The AVI Pub. CO.,Inc., Westport, CT., USA. 1978. Bavers, L.P., W.H Gardner and W. R. Gardner. Soil Phisic. Willey Eastern Limited, New Delhi. Daywin F.J. H. Aris Priyanto, Asep Sapei dan Gatot Pramuhadi. 1993. Percepatan Pengkondisian Sawah Baru untuk Produksi Padi. Annual Seminar on Joint Research. JICA-DGHE/IPB: ADAET JTA9a (132). Bogor, Februari 1993. Enny Setiyowati. 1994. Analisis Keluaran Energi Pada Penanaman Padi (Oryza Sativa L.) Varietas IR-64 Dengan Beberapa Perlakuan Pengolahan Tanah. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Elih Herijati Budiawan. 1995. Pengaruh Pengolahan Tanah Terhadap Sifat Fisik dan Mekanik Tanah Sawah Baru di Areal Infrastruktur Leuwikopo, Darmaga, Bogor. Skripsi. Fakul tas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Hardjodinomo, S. Bandung.
1969.
Bertanam Padi.
Bina Cipta,
Hopfen, H. J. 1969. Farm Implement for Arid and Tropical Region. Food and Agriculture Organization of the United Nation. Rome. Ismunadji,M., Soetjipto Partohardjo., Mayuddin Syam dan Adi Widjojo. 1988. Padi buku 1. Badan Penelitian dan pengembangan Pertanian. Pusat penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.
63 IRRI.
Small Farm Equipment for Developing 1086. Countries. The International Rice Researh Institut. Manila, Philippines.
Karl Tarzaghi and Ralp B. Peck. 1987. Mekanika Tanah Dalam Praktek Rekayasa. Teriemahan. Penerbit Erlangga. Jakarta. MC.Colly, H.F and J.W. Martin 1955. Introduction to Agricultural Engineering. Mc Graw-Hill Book Company. New York Toronto, London. Pratomo Moedjiarto dan A. Kohar Irwanto. 1983. Alat dan Mesin Pertanian 3. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta. Sakai, J. 1978. Apendix for Farm Mechanization in Japan. Group Training Course in Rice Processing, Fiscal, Japan. Sarwono Hardjowigeno. 1987. Ilmu Tanah. Mediyatama sarana Perkasa, Jakarta. Siregar, H. 1981. Budidaya Tanaman Indonesia. Sastra Hudaya, Jakarta. Soemartono, B. Samad dan Bercocok Tanam Padi, Yasaguna, Jakarta.
PT.
Padi
R. Hardjono. cetakan ke 5.
di
1980. CV.
Takizawa Nagayoski. 1992. Testing and Evaluation of Agricultural Machinery. Agricultural Machinery Testing and Evaluation Course. Institut of Agricultural Machinery. BioOriented Technology Research Advancement Institution. Japan. Tri Purwadi. 1990. Teriemahan. Yogjakarta. Tsuga
Mesin dan Peralatan Usaha Tani. gajah Mada University Press,
Kohnosuke. 1992. Rice Transplanter. Institut of Agricultural Machinery. BioOriented Technology Research Advancement Institution Planting System Laboratoty. Japan.
LAMPIRAN
PETAK II Traktor tangan 4 x rotary
25
PETAK I
Cangkul manual
1 x rotary
25
25
2 x rotary
4 x rotary 25
1 x bajak piring
Traktor roda-4
PETAK IV
1 x bajak singkal
Traktor tangan
PETAK III
Lampiran 1. Layout Lahan Penelitian
30
'" Ul
finger
Side bumper
Planting
Float
Seedling stopper
Push rod for seedling mat
Seedling shelf
Lever of hydraulic pressure sensibility control
Hydraulic stop lever
New supershift lever
Rear wheel
Front wheel
marker
Front weight stay
Side
Spare seedling shelf
Fuel tank
Steering wheel
Tilting lever for steering wheel
Lampiran 2. Alat tanam dan bagian-bagiannya
'"'"
'~
Accelerator pedal
stamp number changing lever
Deferential-gear rock pedal
Shelf of sheedling box
Fuel cock
Center marker
Head light _ _ _ _---,
Rear view mirrow
Planting depth control lever
Lengthwise adjust control lever
Lateral feeding adjust lever
Marker
Turn signal lamp
Rolling adjuster
Unit clutch lever
Driver's seat
Main change lever
Planting depth control switch
-.J
<J'\
68
Lampiran 3.
Pola penanaman
30m
_._._._-_._.- -
-
-
1
------_._--._._._-_._._._---_._._._._--
2 . 5m
,
25 m
II
I
)
~----------
L/ U
u
____________________________
~
Lintasan tanam Lintasan mundur Lintasan belok
12.5m I
I 28.51 x 25.05 m liat sangat halus manual + lxrotary_
Petak I 26 Maret 1995
Ii
-
d. Kedalaman olah 13 - 20 em e. Sinkage (roda belakang) 13.00 em 13. Efisiensi Eenanaman a. Keeepatan penanaman (m/det) 0.29 h. Total waktu kerja (detik) 1463.9 340.0 e. Total waktuputar (detik) d. Total waktu perbaikan (detik) 1645.5 400.0 - e. Total waktu pengisian ~e.tikL_ _ . f. waktu mundur (detik) 105.0 15 II g. jumlah semaian (box) Ii 4. KuaHtas hasil penanaman 95 I a. Iumlah baris tertanam 12.67 x 29.23 em b. Iarak tanam i e. Iumlah rumpun/lubang 4 d. Kedalaman tanam (em) 4.03 e. Posisi semaian i 0-30 13 I I I 30 - 90 9 i f. Iumlah baris terisi 50% lebih 53 d
2. Kondisi Lahan a. Ukuran b. Tekstur tanah ,, e. Perlakuan I'engolahan
Parameter Pengujian i J. ]"Ilgg>lll'ereobaan
0.34 1208.8 258.6 899.4 853.0 81.0 16 95 12.88 x 29.62 em 3 3.76 16 11 45
105 12.83 x 29.90 em 3 4.61 18 4 50
15 - 25 em 13.23 em 0.37 1203.3 4l0.7 561.3 755.0 77.5 13
Petak III 1 Februari 1995 27.80 x 24.50 m liat san~at halus Ix baiak sin~kal 4 x rotary 20 - 25 em 13.50 em
I
28.10 x 24.32 m liat saogat halus 4 x rotary
Petak II 23 Maret 1995
-~---
I
Lampiran 4. Data hasil uji performansi alat tan am
I
12 3 47
105 12.35 x 28.84 em 3 4.52
0.335 1153.9 482.3 604.5 960.0 93.0 16
28.75 x 24.75 m liat san~at halus 1 x bajak piring 2 x rotary 20 - 40 em 17.60 em
Petak IV 3 Februari 1995
I
'" \D
70
Lampiran 5. Penggunaan waktu tanam Petak
Penggunaan waktu (detik)
I
II
III
IV
Total waktu kerja
1463.9
1203.3
1208.8
1153.9
Total waktu putar
340.0
410.7
258.6
482.3
Total waktu perbaikan
1645.5
561.3
899.4
604.5
Total waktu pengisian
400.0
755.0
853.0
960.0
Waktu mundur
105.0
77.5
81.0
93.0
.
71 Lampiran 6. Kondisi awal tekstur dan porositas I
Petak
I
II
III
IV
I Kedalamanll
% liat
00 -10 10 - 30 30 - 50 00 -10 10 - 30 30 - 50 00-10 10 - 30 30 - 50 00-10 10 - 30 30 - 50
88.53 85.23 81.59 79.09 79.53 86.22 77.21 83.25 87.35 75.18 81.45 87.58
II % debu II % pasir
10.14 12.08 13.61 13.90 15.57 11.59 12.38 12.30 10.38 9.45 14.61 8.81
1.33 2.69 4.80 7.01 4.90 2.19 10.41 4.45 2.27 15.37 3.94 3.61
Keterangan : pengamatan pada bulan Maret 1994
Petak
II
il
I
II
,,
III IV
II Kedalaman II Porositas (%) I L .1 A(1ril '93 II 8e(1t. '93 II Maret '94 I
00 -10 10 - 30 30 - 50 00 -10 10 - 30 30 - 50 00 -10 10 - 30 30 - 50 00-10 10 - 30 30 - 50
60.19 60.83 57.43 59.39 61.09 60.07 52.97 58.70 53.79 54.99 62.07 63.90
62.51 64.24 67.55 59.60 61.97 62.53 57.61 61.46 58.13 57.12 61.48 58.54
,
Keterangan : I : Pengolahan dengan traktor roda-4 1 X bajak piring (kering), 2 X garu rotary (basah) II : Pengolahan dengan traktor tangan 1 X bajak singkal (basah), 2 X rotary (basah) III : Pengolahan dengan traktor tangan 3 X rotary (basah)
IV : Pengolahan manuaVtradisional
61.56 60.36 62.08 63.71 64.56 62.16 61.89 59.80 62.71 61.82 63.13 64.49
Tekstur
liat sangat halus liat sangat halus liat sangat halus liat sangat halus liat sangat halus liat san}!at halus liat sangat halus liat sangat halus liat san,!!at halus liat sangat halus liat san,!!at halus liat san}!at haJus
72 Lampiran 7. Kondisi awal Bulk density dan konduktivitas hidraulik
I Petak
II Kedalaman II Al'ril 199311 Se(!tember 1993 II Maret 19941 00 10 30 00 10 30 00 10 30 00 10 30
I
II
III
IV
-
10 30 50 10 30 50 10 30 50 10 30 50
1.06 1.05 1.13 1.08 1.05 1.07 1.25 1.11 1.25 1.19 1.01 0.95
1.00 0.96 0.86 1.08 1.03 1.01 1.12 1.04 1.14 1.13 1.03 1.10
Petak
Dalam
April'93
Seotemb.'93
Maret' 94
1
00-10 10 - 30 30 - 50
7.00 x 1O~ 3.41 x 1O~ 1.89 X 10.7
4.07 x 10-4 2.27 x 10" 1.16 X 10.3
2.46 x 10-4 2.63 X 10.7 2.31 x 10"
II
00 - 10 10 - 30 30 - 50
1.08 x 10" 1.82 X 10.3 3.06 X 10.7
4.78 x 10" 7.22 x IO~ 4.85 x 1O~
1.02 X 10.3 1.28 x 10-4 3.49 x IO~
III
00-10 10 - 30 30 - 50
6.56 x IO~ 7.35 x IO~ 5.03 X 10"
4.85 x 10" 1.29 x 10" 5.43 x IO~
1.16 x 10" 3.86 x IO~ 2.80 x IO~
IV
00-10 10 - 30 30 - 50
1.54 x 10-4 1.08 x 10-4 8.62 x 10-4
3.06 x 1O~ 7.42 x 10-4 1.67 X 10.7
1.77 x 10-4 1.42 x 10-4 2.03 x 10"
Keterangan :
I
: Pengolahan dengan traktor roda - 4 1 X bajak piring (kering), 2 X garu rotary (basah) II : Pengolahan dengan traktor tangan 1 X bajak singkal (basah), 2 X rotary (basah) III Pengolahan dengan traktor tangan
IV
1.02 1.07 1.01 0.97 0.96 1.02 1.01 1.08 1.01 1.01 0.98 0.94
3 X rotary (basah) Pengoiahan manualltradisionai
IV
III
II
I
c:J 00 10 30 00 10 30 00 10 30 00 10 30 -
30 50
10
10 30 50 10 30 50 10 30 50
Kedalaman (em)
I April 1993 55.76 53.66 59.63 54.26 54.25 64.89 49.74 54.28 66.23 55.12 52.65 54.05
Batas Plastis (% I Maret I September 1994 1993 52.27 54.00 53.56 51.77 53.37 55.31 48.88 51.84 52.05 56.11 48.99 52.24 50.58 51.97 52.05 52.04 53.94 52.76 50.51 50.60 51.81 53.61 53.94 55.06
I
April 1993 65.94 71.93 75.51 67.77 65.92 70.44 62.30 61.93 71.65 64.24 63.97 66.53
Batas Men2a1ir (%) Maret I September 1993 1994 78.02 74.43 72.60 77.64 82.25 78.51 71.94 75.31 75.26 76.88 71.78 67.56 73.75 72.27 72.43 76.88 73.37 73.15 69.14 72.57 73.69 72.12 75.28 72.08
I
II
Lampiran 8. Kondisi awal konsistensi tanah
April 1993 10.18 18.27 16.46 13.51 11.67 5.55 12.56 7.65 5.42 9.12 11.32 12.48
Indeks Plastisitas (%) Maret 1993 1994 22.16 24.02 20.83 24.08 26.93 25.14 23.06 23.47 24.83 19.15 18.57 19.54 21.69 21.78 , 20.39 . 24.83 20.39 19.43 18.63 21.97 20.31 20.08 18.14 20.22
I September
..., w
00 10 30 00 10 30 00 10 30 00 10 30 -
10 30 50 10 30 50 10 30 50 10 30 50
I
-"
I B 40.21 40.76 40.90 43.00 41.25 47.00 40.25 43.80 42.31 42.69 41.66 42.62 --
_
I
-
42.36 43.40 45.46 41.83 42.98 42.88 39.00 37.54 41.47 40.24 42.39 43.39
c
-
I
Kadar Air (%)
Keterangan : B : Pengamatan Bulan April 1993 C: Pengamatan Bulan September 1993 D : Pengamatan Bulan Maret 1994
IV
III
II
I
c:J Kedalaman (em)
-
D 37.12 40.57 42.11 41.28 42.74 38.47 43.25 43.33 38.03 43.64 42.22 44.12
I
I B 1.255 1.223 1.229 1.214 1.217 1.143 1.225 1.200 1.209 1.210 1.217 1.180
I 1.196 1.216 1.179 1.226 1.214 1.197 1.270 1.286 1.239 1.250 1.211 1.186
c
~JUec)
I
D 1.200 1.221 1.212 1.224 1.200 1.221 1.186 1.210 1.210 1.278 1.213 1.178
Berat lsi Kering
Lampiran 9. Kondisi awal kadar air optimum dan berat kering maksimum
!
01>
-.J
I A
8.1 7.6 7.2 6.2 8.1 12.4 9.9
I 3.6 3.1 2.7 2.0 3.8 13.2 6.1
B
3.1 3.6 4.9 4.8 3.5 2.5 9.6
I c I
Petak I
Kcterangan : A : Pengamatan Bulan Oktober 1992 B : Pengamatan Bulan April 1993 C : Pengamatan Bulan September 1993 D : Pengamatan Bulan Maret 1994
15 20 30 40 50
10
5
Kedalaman I (em) I D
I
A
3.2 8.3 2.0 9.6 2.1 9.7 4.6 8.6 8.7 8.8 8.9 9.8 7·L J.9
I
I
4.5
3.8 5.5 5.7 4.1 4.3 6.0
B
4.4 3.6 3.0 2.7 4.4 3.1 2.R
I c I
4.0 6.3 7.0
4.4
3.2 1.6 4.6
D
I
7.4 8.2 8.5 7.8 8.6 11.4 10.0
A
I
2.9 3.7 4.0 3.3 4.1 9.7 6.2
B
3.0 3.3 3.6 4.3 2.8 11.1 5.6
I c I
1.7 2.8 3.2 4.1 3.6
1.1
1.4
D
Tahanan Penetrasi Tanah (kl!!cm2) Petak II Petak III II
Lampiran 10. Tahanan penetrasi tanah
I
II A
8.6 8.1 8.2 8.9 8.1 9.1 9.6
I
4.1 3.5 3.6 4.5 3.6 4.7 5.5
B
2.8 3.2 2.5 2.1 4.1 6.5 5.1
2.7 2.3 2.2 3.4 6.1 5.1 3.7
I c IOL::
Petak IV
....]
111
76 Lampiran 11. Kondisi awal kohesi tanah dan sudut tahanan gesek
Petak I
I
, !
II
III
IV
I II i
III !
IV
I Kedalaman I (em) 10 - 30 30 - 50 10 - 30 30 - 50 10 - 30 30 - 50 10 - 30 30 - 50 10 30 10 30 10 30 10 30 -
30 50 30 50 30 50 30 50
I
BD 0.98 1.06 0.90 0.99 0.94 1.06 0.92 0.87 0.96 0.86 0.95 0.99 0.97 1.08 0.98 0.95
1,
I
Ii "
" ,I'
II III
!
IV
10 30 10 30 10 30 10 30 -
30 50 30 50 30 50 30 50
1.06 0.98 0.98 0.95 1.04 0.98 0.97 0.89
A)lril 1993 KA c II I 56.92 0.188 48.38 0.521 49.71 0.353 48.68 0.454 57.01 0.297 53.52 0.432 58.14 0.178 61.23 0.148 September 1993 60.80 0.056 61.46 0.162 55.68 0.218 54.28 0.405 52.78 0.270 47.06 0.309 56.04 0.276 58.94 0.339 Maret 1994 56.18 0.532 55.37 0.360 50.89 0.455 48.18 0.470 54.19 0.332 54.66 0.293 57.89 0.212 63.22 0.297
Keterangan : BD : Bulk Density tanah (g/cm3) KA : Kadar Air Tanah (%) C : Kohesi Tanah (kg/cm2) Pi : Sudut Tahanan Gesek (derajat)
I
Ii
, I
Pi 28.15 26.86 22.54 18.17 19.51 30.22 29.90 24.74
I'
32.84 24.77 24.11 18.67 18.04 26.70 24.96 24.21
,I I
! I I
i I
13.28 22.67 23.43 20.85 23.20 22.95 24.51 23.74
I
I'
!
IV
III
II
I 10 30 10 30 10 30 10 30 -
30 50 30 50 30 50 30 50
(f m )
I
I Kedalaman I B 0.459 0.741 0.598 0.596 0.496 0.739 0.520 0.360
]I 0.415 0.445 0.519 0.583 0.400 0.635 0.502 0.509
c II
0.5 kg/cm2
D 0.585 0.547 0.668 0.642 0.514 0.505 0.448 0.562
Keterangan : B : Pengamatan Bulan April 1993 C : Pengamatan Bulan September 1993 D : Pengamatan Bulan Maret 1994 I : Pengolahan dengan traktor roda-4 1 X bajak piring (kering), 2 X garu rotary (basah) II : Pengolahan dengan traktor tangan 1 X bajak singkal (basab), 2 X rotary (basah) III Pengolaban dengan traktor tangan 3 X rotary (basab) IV Pengolahan manual/tradisional
I
Petak
I[ I B 0.718 1.078 0.712 0.815 0.618 0.990 0.671 0.637
,.
II 0.647 0.545 0.550 0.730 0.645 0.701 0.751 0.720
c II
1.0 kg.lcm2
D 0.865 0.810 0.893 0.879 0.808 0.716 0.656 0.671
Lampiran 12. Kondisi awal Kekuatan geser maksimum
II [I B 1.260 1.518 1.202 1.100 1.016 1.605 1.355 1.061
II
1.365 1.111 1.152 1.085 1.905 1.353 1.204 1.261
c
I[
2.0 kg/cm2
D 0.972 1.185 1.320 1.223 1.173 1.140 1.128 1.199
..... .....
78
Lampiran 13. Diagram segitiga tekstur tanah dan sebaran besar butir (berdasarkan k1asifikasi USDA)
LIAT
"""'
~
.\. BERLIAT ISANG"ATHAlUS
6O~
50
70 \---".--~ ....... I \, 1\ \
'
•
\
100%
i\
\
- l/. -
1\
\
\. •
'\
"
,\ \
PASIA
liar I
J
/\
/ \ I BERLIAT I
- 7.IHALUS~"'- ... -
,
I
I"
\
1\ \
/
\
100\
L_-~90::::~.;s;":"::-~~7:0---":"::--~=50::--~4~O:-"":~3~O--~~20~-~~'0--~OE8~ . Kandungan pasir (%/
79
Lampiran 14. Harkat angka-angka Atterberg (% kadar air)
Harkat
Batas mengalir
Indeks plastisitas
Jangka Olah
< 20
0-5
1- 3
Rendah
20 - 30
6 - 10
4-8
Sedang
31 - 45
11 - 17
9 - 15
Tinggi
46 -70
18 - 30
16 - 25
Sangat tinggi
71 - 100
31 - 43
26 - 40
> 100
> 43
> 40
Sangat rendah
Ekstrim tinggi
80
Lampiran 15. Hasil analisa kandungan kimia tanah
I No. 1Ketersediaan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. !
H2O KCL C-organik N-total P-tersedia Ca Mg K Na KTK Jumlah basa AI H Fe
(%)1
Petak I 1 Petak II 1 Petak III 1 Petak IV 5.8 5.28 5.3 5.35 4.8 4.24 4.35 4.36 0.53 0.53 0.77 1 0.08 0.06 0.08 0.06 0.8 0.6 0.2 tr 4.49 1.45 2.08 2.8 0.70 0.83 1.03 1.99 0.26 0.13 0.12 0.08 0.57 0.35 0.17 0.13 16.2 17.5 14.2 26.1 45.1 15 22.5 0.97 tr 0.93 1.69 1.69 0.16 0.2 0.22 0.19 8.56 4.72 3.6 7.96 ! 2.56 2.68 1.2 1.16 4.28 4.4 4.28 4.28
•
1
'I
I
Ii• i II