Tinjauan TinjauanTerkini Terkini Perdagangan Indonesia
Perdagangan
Indonesia
Volume 9, Nopember 2010
Volume 9, Nopember 2010
TINJAUAN UMUM: HINGGA SEPTEMBER 2010 Daftar Isi … Tinjauan Umum Hingga September 2010 Pemulihan Ekspor Indonesia
Pengarah Wamendag BPPK Perdagangan
Penanggung Jawab Kapusdatin Perdagangan
Tim Penulis Yati Nuryati Deasi Natalia Nurozy
Supervisi Sjamsu Rahardja Ernawati Munadi
Laporan Bank Dunia menyatakan bahwa hingga kuartal ke-2 tahun 2010, Indonesia merupakan satu dari tiga negara yang mampu meningkatkan kinerja ekspor hingga pada level sebelum krisis, suatu hal yang mengindikasikan proses pemulihan kinerja ekspor Indonesia . Neraca perdagangan hingga September 2010, menunjukkan Surplus yang mencapai US$ 13,5 miliar jauh melampaui surplus pada periode yang sama tahun 2008 yang hanya sebesar US$ 6 miliar. Surplus perdagangan tersebut didorong oleh menguatnya kinerja ekspor yang meningkat 38,3 persen. Kuatnya kinerja ekspor hingga September 2010 tersebut terutama disebabkan oleh semakin menguatnya ekspor non migas yang mampu memberikan angka rata-rata bulanan selama 2010 sebesar US$ 10,2 Miliar jauh di atas angka ratarata kinerja ekspor non migas bulanan selama tahun 2008 yang sebesar US$ 9,3 Miliar. Pemulihan kondisi ekonomi di beberapa Negara yang merupakan tujuan utama pasar ekspor Indonesia juga merupakan faktor yang ikut mendukung peningkatan ekspor Indonesia hingga mencapai tingkat sebelum krisis ekonomi dunia.
Laporan Bank Dunia menyatakan bahwa hingga kuartal ke-2 tahun 2010, Indonesia adalah satu dari tiga perekonomian dunia yang mampu meningkatkan kinerja ekspor melampaui level sebelum krisis dunia. Trade Watch Bank Dunia edisi 2nd Quarter 2010 menyebutkan bahwa pada kuartal kedua 2010, perdagangan global semakin meningkat dibandingkan dengan kuartal sebelumnya dengan peningkatan ekspor sebesar 4,2% sementara impor meningkat sebesar 2,3%. Berdasarkan kawasan, Asia Timur dan Pasifik, Amerika Latin, dan Asia Selatan menunjukkan pertumbuhan ekspor yang sangat kuat. Namun yang menarik, laporan tersebut menyebutkan bahwa sama seperti kuartal sebelumnya, diantara 60 negara hanya China, Hongkong, dan Indonesia yang mampu meningkatkan kinerja ekspornya hingga pada level sebelum krisis global.
1
Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia
Volume 9, Nopember 2010
Lebih jauh lagi, nilai perdagangan yang dicapai oleh tiga negara tersebut pada kuartal kedua 2010 melebihi nilai perdagangan yang dicapai dua tahun sebelumnya, saat dimana perdagangan dunia mengalami lonjakan. China tercatat mampu meningkatnya nilai ekspornya hingga 14,7% sementara Indonesia tercatat 4,9% dibandingkan nilai ekspor periode yang sama tahun 2008. Sementara itu HongKong mencatat peningkatan nilai ekspor yang jauh melampaui China dan Indonesia yaitu sebesar 20,8%. Bagi Indonesia hal tersebut mengindikasikan proses recovery kinerja ekspor Indonesia sudah pulih kembali, namun ”apa saja elemen yang menyertai pemulihan tersebut?”. Pertanyaan tersebut dicoba dijawab dalam Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia edisi kali ini. Pembahasan difokuskan pada bukti-bukti yang mendukung bahwa proses pemulihan tersebut memang sudah terjadi dan dilanjutkan dengan fakta-fakta yang mendukung proses tersebut.
Kinerja perdagangan hingga September 2010 menunjukkan pencapaian Surplus Neraca Perdagangan sebesar US$ 13,5 miliar jauh melampaui surplus pada periode yang sama tahun 2008 yang hanya sebesar US$ 6 miliar. Surplus neraca perdagangan hingga bulan September 2010 mengalami peningkatan sebesar 14,2% dari surplus periode yang sama tahun 2009 dan meningkat 124,7% dari surplus tahun 2008 pada periode yang sama. Surplus perdagangan selama tahun 2010 disumbang oleh surplus perdagangan sektor nonmigas yang mencapai US$ 14 miliar, sementara perdagangan sektor migas mengalami defisit US$ 0,5 miliar.
Surplus Neraca Perdagangan Non Migas 2010
Persen
US$ Miliar 3.00
2,000 2.60
2.50 2.00
2.28
1,500
1.89 1.70
1.77
1,000
1.54
1.50 1.12
500
1.02
1.00 0
0.50 0.09 0.00
-500 Jan'10
Feb Nilai
Mar
Apr Growth (m to m)
Mei
Juni
Juli
Ags
Sept
Growth (terhadap bulan sebelumnya)
Gambar 1. Perkembangan Surplus Neraca Perdagangan Non Migas Bulanan Tahun 2010
Rata-rata nilai ekspor bulanan hingga September 2010 sebesar US$ 12,3 miliar perbulan, ini juga menunjukkan nilai yang melebihi rata-rata nilai ekspor bulanan pada tahun 2008 yang hanya sebesar US$ 12 miliar perbulan. Total Ekspor bulan September 2010 mencapai US$ 12,1 miliar, sedikit diatas angka rata-rata kinerja ekspor bulanan selama tahun 2008 sebesar US$ 12 miliar, masa sebelum krisis global. Kinerja ekspor selama September 2010 meningkat 22,7% dibanding periode yang sama tahun 2009. Dengan kinerja ekspor selama September 2010, maka ekspor kumulatif periode Januari-September 2010 mengalami peningkatan 38,3% dibanding periode yang sama tahun 2009. Sementara itu, apabila dilihat pergerakannya, performa ekspor Indonesia pada tahun 2010 terus menguat.
2
Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia
Volume 9, Nopember 2010
Non Migas
Migas
YoY Migas
YoY Non Migas
Billion US$
Percent
16,0
80,0
14,0
60,0
12,0
40,0
10,0 20,0 8,0 0,0 6,0 -20,0
4,0
-40,0
2,0 0,0
-60,0 Jan-08
May
Sep
Jan-09
May
Sep
Jan-10
May
Sep
Gambar 2. Kinerja Perdagangan Indonesia Bulanan Tahun 2008-2010
Dari segi ekspor, pertumbuhan hingga September 2010 juga menunjukkan rata-rata lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2008. Selama Januari-September 2010 nilai ekspor mencapai US$ 110,8 miliar, naik 38,3% dari periode yang sama tahun 2009, dan 12,3% lebih tinggi dari periode yang sama tahun 2008. Ekspor tahun 2010 mengalami pertumbuhan lebih cepat dibanding sebelum masa krisis (tahun 2008). Peningkatan ekspor ini mendorong percepatan pemulihan perdagangan luar negeri. Nilai Ekspor Periode Januari-September (Milyar US$)
Pertumbuhan (%)
110.8
107.7
91.8 83.3
57.6
57.3
MIGA
80.1
38.3 29.7 23.3 TOTAL
68.1
34.9
NON MIGAS
24.4 12.1
-18.3 -25.6
19.0
-50.5
2008 2008
2009 Total
Migas
2009
2010
2010 Non Migas
Gambar 3. Kinerja Ekspor 2010 Kembali Pulih
Kuatnya kinerja ekspor hingga September 2010 terutama disebabkan oleh semakin menguatnya kinerja ekspor non migas yang mampu memberikan angka rata-rata bulanan sebesar US$ 10,2 miliar jauh di atas angka rata-rata kinerja ekspor non migas bulanan selama tahun 2008 yang sebesar US$ 9,3 miliar. Angka ekspor non migas selama tahun 2010 merupakan rata-rata nilai yang tertinggi dalam 4 (empat) tahun terakhir dari tahun 2007. Setelah ekspor non migas mengalami kontraksi selama tahun 2009, di tahun 2010 kembali mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan, yaitu tumbuh sebesar 34,9%.
3
Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia
Volume 9, Nopember 2010
40,0 34,94 30,0 23,32 20,0 10,0 0,0 Jan-Sept'07
Jan-Sept'08
Jan-Sept'09
Jan-Sept'10
-10,0 -18,25
-20,0 -30,0 Ekspor Non Migas (Miliar US$)
Perub.(%)
Gambar 4. Perkembangan Rata-Rata Ekspor Non Migas Tahun 2007-2010
Penguatan ekspor non migas periode Januari-September 2010 didorong oleh peningkatan ekspor seluruh sektor, terutama sektor pertambangan dan manufaktur. Ekspor produk manufaktur mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 34,2% setelah pada tahun 2009 mengalami kontraksi sebesar 25,5%. Sampai dengan kuartal III tahun 2010 nilai ekspor manufaktur Indonesia naik menjadi US$ 68,9 miliar. Signifikansi ini terkait dengan pulihnya perekonomian dunia dari krisis global yg terlihat dari adanya peningkatan permintaan produk ekspor manufaktur Indonesia, begitu juga permintaan terhadap produk sektor pertambangan dan pertanian. Peningkatan ekspor disektor pertambangan dan pertanian masing-masing mencapai 42% dan 15,7%.
Nilai Ekspor (Juta USD)
Pertumbuhan (%) 34,2
68,9
Industri
-25,5
51,3
42,0
19,4
Pertambangan & Lainnya
13,6
25,9
Jan-Sep 2010* Jan-Sep 2009
Pertanian
15,7
3,6 3,1
-11,4
Gambar 5. Perkembangan Ekspor Non Migas Berdasarkan Sektor
Meningkatnya ekspor manufaktur tersebut didorong oleh menguatnya kinerja ekspor beberapa produk yang naik signifikan. Ekspor produk karet meningkat tajam selama periode JanuariAgustus 2010, sebesar 100,5% karena dipengaruhi oleh naiknya volume ekspor sebesar 15,7%. Selain itu juga dikarenakan oleh naiknya harga internasional akibat berkurangnya pasokan karena musim hujan yang melanda negara-negara produsen utama karet. Selain produk karet, ekspor produk otomotif, alas kaki, produk hasil hutan dan kakao masing-masing meningkat sebesar 49,2%, 38,2%, 35,8% dan 29,2%. Dengan melihat kinerja produk manufaktur selama periode
4
Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia
Volume 9, Nopember 2010
Januari-Agustus 2010 menunjukkan bahwa ekspor produk manufaktur sampai saat ini masih menjadi salah satu pendorong kuatnya ekspor non migas. Hasil penelitian Thiono (2009) menunjukkan bahwa ekspor produk manufaktur Indonesia masih cukup baik, temasuk di dua pasar penting yakni Jepang dan Amerika Serikat. Pangsa ekspor manufaktur Indonesia di Jepang masih relatif stabil, yaitu sekitar 1% dan di Amerika Serikat sekitar 0,4-0,5% terhadap total nilai impor dari masing-masing negara tersebut. Pertumbuhan (%)
Nilai Ekspor 10 Komoditi Utama Indonesia (Juta USD) 7.422,9
TPT
Sawit dan Produk Sawit
5.943,9
Elektronik
5.448,0
Karet dan Produk Karet
4.227,8
Alas Kaki
1.633,7 1.182,5
Otomotif
1.577,6 1.057,4 1.028,7 796,2
Udang
605,9 551,5
Kopi
489,2 574,3
-11,4 7.304,5
22,9
-30,0
6.681,4
5.921,6
2.953,3
Produk Hasil Hutan
Kakao
19,9
6.190,4
3,1
100,5
-45,6
5.739,9
35,8
-27,2
38,2
-6,0
Januari - Agustus 2010
22,6
49,2
-43,6 1,0
Januari - Agustus 2009 -27,7
29,2
9,9
-14,8 -12,8
Gambar 6. Perkembangan Ekspor Komoditi Utama Indonesia
Pemulihan kondisi ekonomi di beberapa Negara yang merupakan tujuan utama pasar ekspor Indonesia juga merupakan faktor yang sangat mendukung peningkatan ekspor Indonesia hingga mencapai level sebelum krisis ekonomi. Setelah mengalami pelemahan di tahun 2009, ekspor nonmigas Indonesia ke 10 negara memperlihatkan peningkatan tertinggi. Kinerja ekspor ke negaranegara tersebut bahkan meningkat lebih tinggi dari tahun 2008, sebelum krisis. Beberapa negara tersebut merupakan negara tujuan utama ekspor Indonesia seperti Jepang meningkat sebesar 45,8%, RRT naik 56,1%, Jerman 30,7% dan Australia 36,5% serta beberapa negara ASEAN menguat sebesar 38%-68%.
Gambar 7. Kinerja Ekspor Non Migas ke 10 (sepuluh) Negara Utama
5
Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia
Volume 9, Nopember 2010
Selain 10 negara tujuan ekspor utama, eksor non migas Indonesia juga ditujukan ke negaranegara Emerging Market seperti Brazil, Turki, Rusia, Meksiko dan Argentina . Dengan membaiknya tingkat ekonomi dinegara tujuan tersebut, pertumbuhan Ekspor Non Migas selama Januari-September Tahun 2010 ke beberapa negara emerging market seperti Argentina, Angola, dan Federasi Rusia tumbuh di atas 80%. Sementara pertumbuhan ekspor non migas ke Turki dan Brasilia tumbuh di atas 70%. Pe rtumbuhan Ekspor N on M igas Januari-Septem be r 2 008 -2010 -2 4.4
AU STRAL IA ITAL IA
5 5.6
42.3 3.7
H ON GKON G
13. 3 -12. 1
JERMA N
29 .5 3 0.7
9.5 6 .5
P ILIPI N A THA ILAN D
36.5
1 1.9 -22. 6
38 .8
15 .3 -30 .9
KORSEL
-9.6
5 0.3
3 0.7 41. 4 4 0.6
MA LAYSIA -5.0
RRT JEPAN G -40 .0
6 8.9
31.7 -18.6
3 1.1
56.1
-22. 4
4 5.8
1 .5 -2 0.0
0 .0 2 009
2 0.0 20 10
4 0.0
60.0
80.0
200 8
Gambar 8. Pertumbuhan Kinerja Ekspor Non Migas ke 10 Negara Utama
Membaiknya kinerja ekspor juga seiring dengan perbaikan ekonomi di dalam negeri. Selain kinerja ke beberapa negara tujuan ekspor, kinerja ekspor non-migas Indonesia selama periode ini yang mencapai angka diatas US$ 10 miliar, juga ditopang realisasi investasi. Hal itu antara lain ditunjukkan oleh kenaikan impor yang dipicu oleh tingginya permintaan barang modal dan bahan baku/penolong untuk kebutuhan industri dan realisasi investasi di dalam negeri. Kinerja ekspor Indonesia yang cukup baik selama periode berjalan tidak terlepas dari kebijakan ekonomi makro Indonesia yang stabil serta pulihnya ekonomi dunia. Keberhasilan pemerintah dalam meningkatkan perekonomian terlihat dari indikator perekonomian berupa pertumbuhan ekonomi positif, yang tercatat pada semester I 2010 sebesar 5,8%. Selain itu, volatilitas nilai tukar rupiah yang rendah serta terkendalinya laju inflasi, bahkan sempat terjadi deflasi di bulan Maret 2010 sebesar 0,14%. Kinerja investasi juga mengalami perbaikan yang signifikan, tercermin dari masuknya aliran modal asing dan terus dilakukan upaya perbaikan iklim usaha di dalam negeri. Membaiknya Investasi mulai terlihat dari semester pertama 2010 yang tumbuh sebesar 8,7% dibanding tahun 2009 . Diperkirakan investasi semester II tetap akan positif minimal berkisar 8,6%. Dengan membaiknya kinerja investasi diharapkan akan menciptakan kondisi perdagangan yang lebih baik. Selama tahun 2010 ini kinerja ekspor Indonesia menunjukan adanya indikasi perbaikan. Fluktuasi ekspor selama tahun 2010 dapat dikatakan relatif kecil bila dibandingkan dengan fluktuasi ekspor saat tahun 2008 dan 2009. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien variasi baik total ekspor, ekspor non migas maupun migas pada tahun 2010 yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai koefisien di tahun 2008 dan 2009 (Tabel 1). Dengan indikator-indikator yang telah dijelaskan sebelumnya, relatif relevan bahwa kinerja ekspor selama tahun 2010 yang semakin membaik seiring dengan membaiknya tingkat ekonomi dunia.
6
Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia
Volume 9, Nopember 2010
Tabel 1. Stabilitas Kinerja Ekspor Selama Tahun 2008-2010 (Jan-Sept)
Migas Non Migas Total Ekspor
Koefisien Variasi (%) 2008 2009 2010 24,5 31,7 8,8 8,5 17,1 7,9 11,4 18,9 6,0
Sumber: BPS (diolah)
Meskipun kinerja ekspor Indonesia terus membaik selama Januari-September 2010 tersebut, namun isu-isu global yang dikhawatirkan berpengaruh terhadap proses pemulihan ekonomi global harus terus diwaspadai oleh Indonesia di antaranya “perang nilai tukar (currency war)” dan krisis fiskal di beberapa negara maju dan Asia Timur. Isu penurunan nilai tukar sedang banyak di lakukan terutama di negara-negara maju. Dalam beberapa minggu terakhir, beberapa negara maju sedang berusaha untuk menurunkan nilai tukarnya untuk mencapai keuntungan perdagangan yang lebih tinggi. Amerika Serikat misalnya, menuduh China melakukan intervensi untuk tetap menjaga nilai tukar Yuan pada level yang rendah yang oleh Amerika di klaim sebagai penyebab terjadinya defisit perdagangannya. Jepang yang nilai Yen-nya terus menguat terhadap dollar Amerika juga telah melakukan intervensi pasar dengan menjual 2 triliun Yen untuk menurunkan nilai tukarnya. Jika nilai tukar melemah maka harga barang ekspornya menjadi lebih murah sehingga permintaan ekspor akan meningkat dan pada saat yang sama harga-harga impor akan menjadi lebih tinggi sehingga mengakibatkan konsumsi impor akan berkurang. Permasalahannya adalah jika negara-negara lain yang merasa dirugikan akibat adanya tindakan ini juga akan melakukan tindakan balasan dengan juga memperkuat nilai tukarnya atau dengan menghalangi barang impor, misalnya melalui pengenaan tariff yang tinggi. Pada akhirnya akan menyebabkan kontraksi perdagangan dunia dan juga resesi ekonomi seperti yang terjadi pada tahun 1930-an sehingga tidak menutup kemungkinan juga mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia yang sudah cenderung menguat. Selain itu, krisis fiskal di beberapa negara Eropa masih berjalan hingga saat ini serta kelangsungan kebijakan stimulus fiskal di negara-negara maju dan Asia Timur. Meluasnya krisis fiskal ini yang terjadi di Eropa dikhawatirkan akan mempengaruhi keberlanjutan penguatan kinerja ekspor Indonesia di kawasan tersebut, mengingat kawasan Eropa masih sebagai salah satu negara tujuan ekspor Indonesia. Dengan 2 (dua) hal tadi, Indonesia tetap harus mewaspadai isu-isu global lainnya yang belum dapat diprediksi kemungkinnannya untuk menjaga kesinambungan ekspor dimasa yang akan datang.
BEBERAPA PRODUK YANG MENGALAMI PENINGKATAN EKSPOR DAN IMPOR: Selama kuartal ketiga tahun 2010 (Juli-September), hanya sekitar 23% komoditi untuk HS 2 digit yang mengalami pertumbuhan positif atau sekitar 22 produk. Menurun jika dibandingkan periode tiga bulan sebelumnya yang terdiri dari 60 produk yang mengalami pertumbuhan positif. Adapun ke 22 produk tersebut dibagi ke dalam: 1. Produk dengan pertumbuhan ekspor tinggi tetapi kontribusinya terhadap ekspor non migas kecil. Pada kuartal ketiga ini, hanya terdapat satu produk mengalami pertumbuhan tinggi akan
7
Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia
Volume 9, Nopember 2010
tetapi kontribusinya terhadap total ekspor nonmigas kecil, komoditi tersebut adalah Bubur Kayu/Pulp (HS 47) dengan pertumbuhan 43,5% tetapi kontribusi hanya 1,2%.
Produk Ekspor Yang Mengalami Pertumbuhan Positif
Mesin/Perlatan Listrik (HS 85) Pertumbuhan YoY Pertumbuhan MoM
Bijih, Kerak,, Dan Abu Logam (HS 26)
Lemak & Minyak Hewan/Nabati (HS 15)
Bubur Kayu/Pulp (HS 47)
Pupuk (HS 31)
-60
-20
20
60
100
140
180
220
260
300
340
Gambar 9. Pertumbuhan Beberapa Produk Ekspor
2. Produk dengan pertumbuhan ekspor cukup besar dan kontribusinya terhadap ekspor non migas tinggi. Produk yang memiliki pertumbuhan rata-rata ekspor yang cukup besar pada kuartal ketiga ini dan juga memiliki pangsa rata-rata besar selama tiga bulan terakhir ini adalah Lemak & Minyak Hewan/Nabati (HS 15) dan Bijih, Kerak,, Dan Abu Logam (HS 26) dengan pertumbuhan masingmasing sebesar 20,2% dan 13,9% dan pangsa keduanya adalah 20,4%. 3. Produk dengan pertumbuhan kecil tetapi kontribusinya terhadap ekspor non migas tinggi. pada periode ini, produk yang memiliki pertumbuhan kecil tetapi kontribusinya tinggi adalah Mesin/Peralatan Listrik (HS 85) dengan pertumbuhan hanya 1,5% tetapi kontribusi cukup tinggi yaitu 8,1%. 4. Produk dengan pertumbuhan sangat tinggi tetapi kontribusinya terhadap ekspor non migas kecil sekali. Terdapat satu produk yang memiliki pertumbuhan sangat signifikan kenaikannya pada kuartal ketiga ini, akan tetapi kontribusinya sangat kecil sekali, produk tersebut adalah Pupuk (HS 28) dan Pupuk (HS 31) dengan pertumbuhan sebesar 367% tetapi kontribusi tidak lebih dari 0,2% dari keseluruhan total ekspor non migas Indonesia. Untuk produk impor hanya terdapat 14 produk atau sekitar 14% komoditi untuk HS 2 digit yang mengalami pertumbuhan positif selama kuartal ketiga ini. Dari keempat produk tersebut semuanya memiliki kontribusi yang sangat kecil, yaitu hanya menyumbang sekitar 2,7 % terhadap total ekspor nonmigas. Dengan pertumbuhan yang juga tidak terlalu bagus. Hanya hasil karya seni (HS 97) yang memiliki pertumbuhan cukup tinggi yaitu sekitar 30%. Diikuti oleh Payung (HS 66); Ikan dan Udang (HS 03); Tembakau (HS 24) dan Lokomotif dan Peralatan Kereta Api (HS 86) yang
8
Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia
Volume 9, Nopember 2010
masing-masing memiliki pertumbuhan 20%; 19%; 13% dan 11%. Selebihnya hanya memiliki pertumbuhan dibawah 10%.S
Grafik Pertumbuhan dan Pangsa Impor
Lokomotif & Peralatan Kereta Api HS 86) Pertumbuhan YoY Pertumbuhan MoM
Tembakau (HS 24)
Ikan Dan Udang (HS 03)
Payung (HS 66)
Hasil Karya Seni (HS 97)
-60
-20
20
60
100
140
180
220
Gambar 10. Pertumbuhan Beberapa Produk Impor
Referensi: BPS. Berita Resmi Statistik. 2010 Bussiness News. 2010. Vibiznews. 2010. Euro Melemah Terhadap Rupiah, Recovery Uni Eropa Dikhawatirkan Belum Stabil. Edisi 20 Agustus 2010. Thiono, Handri. 2009. Industri Indonesia Masih Berdayasaing. Kompas: Bisnis dan Keuangan. Senin 28 April. Trade Watch 2nd Quarter 2010, The World Bank DECRG http://www.worldbank.org/research/trade/ Siaran Pers Kementrian Perdagangan, November 2010.
9