Tinjauan TinjauanTerkini Terkini Perdagangan Indonesia
Perdagangan
Indonesia
Volume 4, Juni 2010
Volume 4, Juni 2010
TINJAUAN UMUM: HINGGA APRIL 2010 Daftar Isi …
Latar Belakang
Kinerja Ekspor di Luar 10 Komoditi Utama Beberapa Produk Yang Mengalami Peningkatan Ekspor dan Impor
Kinerja ekspor hingga April 2010 terus menguat, terutama ditopang oleh kuatnya kinerja ekspor non migas yang mencapai US$ 38,7 miliar.
kuatnya kinerja ekspor tersebut tidak hanya di topang oleh peningkatan ekspor dari seluruh sektor, tetapi juga disebabkan oleh keberhasilan diversifikasi pasar terutama pasar di negara‐negara mitra FTA dan emerging market serta keberhasilan strategi diversifikasi produk ekspor diluar 10 komoditi utama. Beberapa produk di luar 10 Komoditi Utama yang mengalami peningkatan pangsa ekspor yang relatif menjanjikan di antaranya adalah kimia organik (HS 29), kapal laut (HS 89), olahan dari tepung (HS 19), berbagai makanan olahan (HS 21), produk keramik (HS 69) serta produk industri farmasi (HS 30). Dalam Industri Keramik, salah satu inovasi terbaru yang dihasilkan Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara adalah desain keramik bermotif batu alam, dimana Wakil Menteri Perdagangan Indonesia belum lama ini telah memberikan penghargaan kepada salah satu perusahaan industri keramik nasional yang telah mengembangkan inovasi tersebut. Produk keramik tersebut telah ditujukan ke pasar Malaysia dan Korea Selatan.
Pengarah
Kabalitbang Perdagangan
Penanggung Jawab
Kapusdata Perdagangan
Tim Penulis Yati Nuryati Deasi Natalia Nurozy
Supervisi Sjamsu Rahardja Ernawati Munadi
Kinerja ekspor hingga April 2010 memperlihatkan beberapa fenomena yang menarik untuk di cermati. Pertama, kinerja ekspor hingga April 2010 terus menguat, terutama ditopang oleh kuatnya kinerja ekspor non migas karena sektor migas mengalami defisit. Dengan nilai mencapai US$ 38,7 miliar, sektor non migas mampu memberikan kontribusi yang signifikan sebesar 81,3% terhadap total ekspor, terjadi peningkatan sebesar 43,9% dibanding dengan kinerjanya pada periode yang sama tahun 2009. Hingga April 2010 ekspor non migas mampu memberikan surplus neraca perdagangan sebesar US$ 6,2 miliar (7,2% lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2009). Ekspor non migas juga mengalami pertumbuhan yang berkesinambungan sejak Oktober 2009, yang ditunjukkan dengan kinerjanya yang selalu berada di sekitar US$10 miliar per bulan. Angka ini mengindikasikan keberlanjutan yang kuat dari pemulihan ekspor Indonesia meskipun berada di tengah kondisi pemulihan perekonomian global yang masih belum mantap. Kinerja ekspor non migas ini memberikan fondasi yang kuat bagi kinerja perdagangan Tahun 201, yang pada akhirnya memperkokoh pertumbuhan ekonomi Indonesia dibandingkan periode sebelumnya yang lebih bertumpu pada pertumbuhan konsumsi dan pengeluaran pemerintah.
1
Volume 4, Juni 2010
Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia
Kedua, kuatnya kinerja ekspor non migas hingga April 2010 tersebut tidak hanya di topang oleh peningkatan ekspor dari seluruh sektor, tetapi juga disebabkan oleh keberhasilan diversifikasi pasar terutama pasar di negara‐negara mitra FTA dan emerging market serta keberhasilan strategi diversifikasi produk ekspor. Selain itu, perbaikan kondisi ekonomi global juga masih menjadi faktor pendorong kinerja ekspor Indonesia pada periode ini
Ketiga, meskipun beberapa pihak menyoroti melonjaknya impor di bulan April 2010 namun data menunjukkan bahwa lonjakan impor pada bulan April 2010 lebih dikarenakan oleh peningkatan impor bahan baku dan penolong serta barang modal. Hal terakhir ini disebabkan oleh adanya peningkatan realisasi investasi. Peningkatan impor barang modal dan barang baku/penolong konsisten dengan meningkatnya nilai realisasi investasi yang meningkat pada kuartal I 2010 sebesar 24,6% mencapai Rp 42,1 triliun yang mencerminkan kondisi industri nasional yang membaik.
Ekspor di luar 10 komoditi utama yang mampu berperan sebagai mesin pendorong perbaikan kinerja ekspor non migas Indonesia terutama di saat negara lain masih berjuang untuk memulihkan kinerja ekspornya akibat deraan badai krisis finansial tahun 2008, menarik untuk dikaji lebih lanjut. Pada Tinjuan Terkini Perdagangan Indonesia edisi Juni ini, kita akan melihat bagaimana kinerja ekspor produk di luar 10 Komoditi Utama dengan lebih detail.
KINERJA EKSPOR LUAR 10 KOMODITI UTAMA
Produk yang dikategorikan dalam 10 komoditi utama merupakan produk yang menjadi andalan ekspor non migas Indonesia. Produk‐produk tersebut di antaranya adalah Sawit dan Produk Sawit, TPT, Elektronik, Produk Hasil Hutan, Karet dan Produk Karet, Alas Kaki, Otomotif, Kakao, Udang, dan Kopi. Di sebut sebagai Komoditi Utama karena selama ini ke‐10 komoditi tersebut merupakan andalan Indonesia dalam meningkatkan penerimaan devisa dari ekspor non migas. Pada tahun 2009 triwulan pertama kontribusi ekspor 10 komoditi utama terhadap total ekspor non migas mencapai 48% menurun dibandingkan kontribusinya pada tahun 2005 yang mencapai 55%. Sementara produk lainnya justru meningkat dari 45% pada tahun 2005 menjadi 52% pada tahun 2009. Bahkan pada Triwulan 1 2010 pangsa produk lain meningkat menjadi 55% yang mengindikasikan perannya yang semakin signifikan sehingga menjadi salah satu faktor penyokong semakin kuatnya kinerja ekspor Indonesia terutama sejak masa pemulihan setelah krisis 2008 hingga April 2010.
Gambar 1. Kontribusi Ekspor 10 Produk Utama Terhadap Ekspor Non Migas
Triwulan 1 2005 Produk lainnya 45%
Sumber: BPS (diolah)
10 Utama 55%
Triwulan 1 2009
Produk lainnya 52%
10 Utama 48%
Triwulan 1 2010
Produk lainnya 55%
10 Utama 45%
Di antara produk lainnya diluar 10 komoditi utama yang mengalami peningkatan pangsa diantaranya minyak atsiri, peralatan medis, tanaman obat, makanan olahan, produk perikanan, kerajinan, rempah‐rempah, dan peralatan kantor. Disamping itu, terdapat beberapa produk di luar 10 Komoditi Utama lainnya yang mengalami peningkatan pangsa ekspor yang menjanjikan sehingga menjadi bahan diskusi lebih detail di antaranya adalah kimia organik (HS 29), kapal laut (HS 89), olahan 2
Volume 4, Juni 2010
Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia
dari tepung (HS 19), berbagai makanan olahan (HS 21), produk keramik (HS 69) serta produk industri farmasi (HS 30). Keenam produk tersebut dilihat dari pangsa perdagangan Indonesia terhadap dunia memang belum cukup besar namun mempunyai potensi yang dapat dikembangkan karena selama tahun 2005‐2009 mempunyai kinerja ekspor yang cukup bagus sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Kinerja Beberapa Produk Indonesia dan Negara Tujuan Utamanya No. 1.
Negara Tujuan
Produk
Tahun (Juta US$) 2005
2009
Trend (%) 05‐09
Pangsa (%) 2005
2009
1. 2. 3. 4. 5.
Pilipina Malaysia Australia Thailand Pakistan Negara Lainnya Total
21,0 28,2 8,1 12,3 0,3 118,2 188,1
39,7 45,2 26,4 23,2 0,7 172,0 307,1
14,11 14,85 36,91 20,06 18,94 11,63 14,45
11,1 15,0 4,3 6,5 0,1 62,9 100,0
12,9 14,7 8,6 7,5 0,2 56,0 100,0
2. Berbagai Makanan Olahan (HS 21)
1. 2. 3. 4. 5.
Pilipina Malaysia Saudi Arabia Vietnam Nigeria Lainnya Total
13,9 12,8 10,3 4,4 13,1 36,6 91,2
47,6 37,4 33,3 18,1 13,5 88,7 238,5
37,67 33,39 33,81 45,74 4,55 27,63 29,71
15,3 14,0 11,3 4,8 14,4 40,2 100,0
20,0 15,7 14,0 7,6 5,6 37,2 100,0
3.
1. 2. 3. 4. 5.
RRT Malaysia Singapura Thailand India Lainnya Total
569,8 152,3 26,3 94,2 37,3 650,6 1.530,6
448,6 176,7 49,9 111,2 89,6 796,5 1.672,4
‐9,40 4,90 11,33 6,53 15,88 5,71 1,59
37,2 10,0 1,7 6,2 2,4 42,5 100,0
26,8 10,6 3,0 6,6 5,4 47,6 100,0
4. Produk Industri Farmasi (HS 30)
1. 2. 3. 4. 5.
Korea Selatan India Jepang Pilipina Thailand Lainya Total
18,3 2,5 9,0 6,6 14,9 45,8 97,0
21,8 23,3 25,6 32,8 17,4 92,1 213,0
5,44 71,43 26,60 50,17 3,92 19,92 22,12
18,8 2,5 9,3 6,8 15,4 47,2 100,0
10,3 10,9 12,0 15,4 8,2 43,3 100,0
5.
1. 2. 3. 4. 5.
Amerika Serikat Jepang Korea Selatan Malaysia Rep. Afrika Selatan Lainnya Total
79,5 21,5 16,5 14,4 8,0 134,0 274,0
50,3 19,5 21,3 14,8 9,3 151,9 267,2
‐12,46 ‐2,10 6,72 3,06 8,14 4,35 0,04
29,0 7,9 6,0 5,3 2,9 48,9 100,0
18,8 7,3 8,0 5,5 3,5 56,9 100,0
Singapura Italia Malaysia Australia Guinea (Equatorial) Lainnya Total Sumber : BPS (Diolah Pusdata Perdagangan)
107,5 ‐ 9,8 3,1 ‐ 75,4 195,8
627,2 0,1 61,8 25,4 ‐ 365,7 1.080,2
57,14 ‐ 88,35 12,52 ‐ 42,03 48,95
54,9 0,0 5,0 1,6 0,0 38,5 100,0
108,5 0,1 4,2 80,0 0,0 43,9 236,7
6
Olahan Dari Tepung (HS 19)
Bahan Kimia Organik (HS 29)
Produk Keramik (HS 69)
Kapal Laut (HS 89)
1. 2. 3. 4. 5.
3
Volume 4, Juni 2010
Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia
1. Ekspor Produk Keramik (HS 69)
Hingga Maret 2010, ekspor produk keramik yang mengalami peningkatan cukup signifikan adalah Ceramic wares for laboratory, chemical or aother than technical uses (HS 690919) sebesar 787% dibandingkan nilai ekspornya pada tahun 2009. Di samping itu Ceramic tableware and kitchenware juga mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan sebesar 82,8% dibandingkan ekspornya tahun 2009. Kedua jenis keramik ini mempunyai daya saing yang relative baik di pasar global sehingga Indonesia mampu meningkatkan pangsa pasarnya di dunia. Jumlah industri keramik di Indonesia pada tahun 2008 sebanyak 9 perusahaan dan menyerap tenaga kerja sebanyak 154.491 orang. Sentra produksi keramik di Indonesia terdapat di daerah Jakarta, Banten (Serang dan Tangerang), Jawa Barat (Bekasi, Bogor, Majalengka, Cirebon, Banjar dan Indramayu), Jawa Tengah (Semarang), Jawa Timur (Gresik, Sidoarjo, Surabaya, Tulung Agung dan Malang), Belitung serta Kalimantan Barat. Tabel 2. Ekspor Produk Keramik, 2005‐2009 NO.
HS6
URAIAN
PRODUK KERAMIK
2005
2009 Ribu USD
Jan ‐ Mar
Trend (%) 05‐09
2009
Perub (%) 2010
10/09
273.976,0
267.174,5
0,0 47.308,0
80.044,7
69,2
35.061,1
266,6 2.266,8
20.105,5
787,0
1
690919
Ceramic Wares For Laboratory, Chemical Or Oth 483,9
2
691110
Ceramic Tableware And Kitchenware, Of Porcel 54.820,2
57.388,9
2,0 10.371,5
18.963,3
82,8
3
690890
Glazed Ceramic Flags And Paving, Hearth Or Wa 35.097,9
52.581,8
11,7 9.716,3
12.216,8
25,7
4
690810
Glazed Ceramic Tiles, Cubes And Similar Articles 54.567,6
28.896,3
‐16,5 5.726,2
6.123,0
6,9
5
691200
Ceramic Tableware, Kitchenware, Other Househ 19.985,4
20.993,4
1,1 3.685,8
4.909,8
33,2
6
691010
Ceramic Sanitary Fixtures (Sinks, Washbasins, B 27.765,4
19.929,3
‐8,5 5.130,1
4.531,5
‐11,7
7
691310
Ceramic Statuettes And Other Ornamental Artic 3.086,7
3.184,4
1,9 746,5
3.671,1
391,8
8
691490
Ceramic Articles Nesoi, Of Other Than Porcelain 4.304,2
14.792,3
31,7 1.285,6
1.767,6
37,5
9
690790
Unglazed Ceramic Flags And Paving, Hearth Or W 17.349,0
7.072,4
‐17,1 1.460,8
1.649,0
12,9
10
690510
Ceramic Roofing Tiles
1.771,5
2.802,8
15,8 649,9
1.049,2
61,4
Lainnya
54.744,2
24.471,7
‐20,7 6.268,5
5.057,9
‐19,3
Sumber : BPS (diolah)
Negara tujuan ekspor keramik Indonesia tahun 2009 adalah Amerika Serikat dengan pangsa mencapai 18,8% (US$ 50,3 juta) diikuti Korea Selatan 8,0% atau US$ 21,3 juta. Jepang pangsanya mencapai 8,0% atau US$ 19,5 juta, dan Malaysia sebesar 5,5% dengan nilai US$ 18,4 juta. Berdasarkan pada jumlah negara pengimpor produk keramik dari Indonesia, terlihat bahwa dalam 5 tahun terakhir jumlah negara pengimpor keramik dari Indonesia meningkat dari 158 negara menjadi 166 negara, dengan demikian diversifikasi pasar produk keramik sudah menunjukkan perkembangan ke arah pasar yang semakin.
Pesaing utama Indonesia untuk ekspor produk keramik seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2 berikut adalah China dengan nilai ekspor pada tahun 2009 mencapai US$ 8 milyar, setara 30 kali lebih tinggi dari nilai ekspor keramik Indonesia pada periode yang sama. Pertumbuhan ekspor keramik dari China juga menunjukkan pertumbuhan yang sangat fantastik yaitu sebesar 18% per tahun. Selain China, 3 negara besar pesaing utama Indonesia dalam ekspor produk keramik adalah Itali, Jerman, dan Spanyol dengan pertumbuhan ekspor masing‐masing sebesar 5%, 12% dan 8% per tahun.
Salah satu inovasi terbaru dari industri keramik Indonesia adalah inovasi desain keramik bermotif batu alam. Industri keramik dengan desain baru ini telah menarik minat para pembeli dari Korea Selatan dan Malaysia. Keramik tersebut merupakan produk pertama di Indonesia bahkan Asia Tenggara. Permintaan keramik batu alam Indonesia di Malaysia dan Korea selatan pertahun mencapai 300 kontainer. Wakil Menteri Perdagangan Indonesia belum lama ini telah memberikan penghargaan kepada salah satu perusahaan industri keramik nasional yang telah mengembangkan inovasi tersebut. Pengembangan produk ini, menunjukkan bahwa industri keramik nasional telah siap menghadapi persaingan dengan produk keramik impor asal China seiring dengan pemberlakukan ASEAN‐CHINA FTA (AC‐FTA). 4
Volume 4, Juni 2010
Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia
Gambar 2. Pesaing Indonesia untuk Produk Keramik di Pasar Dunia
Meskipun data menunjukkan bahwa hingga Maret 2010 ekspor keramik Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan, namun seperti terlihat pada Tabel 2 sebenarnya dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ekspor produk keramik Indonesia tidak mengalami pertumbuhan. Gambar 1 memperkuat fakta bahwa industri keramik Indonesia patut waspada mengingat Indonesia banyak kehilangan pangsa pasarnya di dunia, hanya produk Ceramic, tableware, kitchenware (6912) yang Indonesia mampu meningkatkan pangsa pasarnya di dunia. Sementara itu untuk produk‐produk yang lain Indonesia justru kehilangan pangsa pasarnya di pasar dunia. Sementara di sisi lain permintaan dunia untuk produk ini terus mengalami peningkatan yang sangat luar biasa. Gambar 3: Pangsa Pasar dan Diversifikasi Pasar tujuan Ekspor Produk Keramik Indonesia, 2008
Sumber: ITC
5
Volume 4, Juni 2010
Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia
2. Ekspor Produk Kapal Laut (HS 89)
Selama periode 2005‐2009, ekspor produk kapal meningkat dengan pertumbuhan sebesar 49% dengan nilai ekspor produk kapal mencapai US$ 195,8 juta dan pada tahun 2009 nilai ekspornya meningkat menjadi US$ 1,1 milyar. Bahkan Selama periode Januari‐Maret 2010, nilai ekspor kapal laut mencapai US$ 408,6 juta atau meningkat sebesar 110% dibandingkan dengan kinerjanya pada periode yang sama tahun 2009. Pada tahun 2009, lebih dari 58% ekspor Kapal Laut Indonesia ditujukan ke Negara Singapura. Negara lain yang juga menjadi tujuan ekspor Kapal Laut adalah Malaysia dan Australia namun pangsa pasar kedua Negara tersebut masih di bawah 10%. Iperindo (Ikatan Perusahaan Industri Kapal dan Lepas Pantai Indonesia) bahkan memperkirakan bahwa Indonesia pada tahun 2010 membutuhkan tambahan 654 kapal baru dengan nilai investasi sekitar Rp5,7 triliun untuk meningkatkan kapasitasnya. Sebanyak 654 kapal baru tersebut berupa kapal coal carrier (390), tanker (225), general cargo (25), dan container (14), dengan berbagai ukuran mulai dari 1.500 dwt hingga 60.000 Dead Weight Ton (DWT). Di dalam negeri sendiri saat ini kapasitas terpasang industri perkapalan nasional baru mencapai 225.000 Gross Ton (GT) per tahun. Hasil proyeksi Iperindo menunjukkan adanya kebutuhan bangunan baru mencapai 500.00 GT per tahun. Namun permasalahannya hingga kini industri perkapalan masih belum memiliki industri perkapalan yang memadai, sehingga peluang tersebut belum tentu dapat dimanfaatkan secara optimal oleh industri perkapalan di tanah air. Di antara produk kapal laut (HS 89) yang diekspor Indonesia, Light Vessels, Fire Floats, Floating Cranes and Other Vessels With Navigability yang Indonesia mampu meningkatkan pangsa pasarnya di dunia, yaitu dari 11,6% tahun 2005 menjadi 31% tahun 2009 disamping produk Cruise Ships, Execursion Boats, Ferry Boats of All Kids, yaitu dari 2,8% menjadi 10,1% sedangkan produk kapal laut lainnya justru mengalami kehilangan pasar ekspor.
Tabel 3. Ekspor Produk Kapal Laut, 2005‐2009 NO.
HS6
URAIAN
2009 Ribu USD
Jan ‐ Mar
Trend (%) 05‐09
2009
Perub (%) 2010
10/09
195.775,2
1.080.175,6
49,0 194.479,3
408.606,8
110,1
890590
Light Vessels, Fire Floats, Floating Cranes And O 22.624,4
334.387,6
47,7 31.771,6
281.782,4
786,9
KAPAL LAUT 1
2005
2
890190
Vessels Nesoi, For The Transport Of Goods, And 95.207,7
332.024,6
34,3 103.602,1
46.298,0
‐55,3
3
890120
Tankers For The Transport Of Goods
13.908,9
9.222,4
‐ 4.022,4
38.001,5
844,7
4
890400
Tugs And Pusher Craft Vessels
52.071,4
220.949,1
51,8 37.492,5
23.802,0
‐36,5
5
890110
Cruise Ships, Excursion Boats And Similar Vesse 5.573,0
108.858,6
90,2 9.792,3
8.682,6
‐11,3
6
890690
Vessels, N.E.S. In 89.01‐8906.10, Incl. Lifeboats 0,5
19.471,8
760,8 351,3
6.460,3
1.739,2
7
890790
Floating Structures (For Example, Tanks, Cofferd 942,6
8.704,2
87,7 5.973,9
3.125,8
‐47,7
8
890520
Floating Or Submersible Drilling Or Production P 887,6
37.451,6
180,8 ‐
222,6
‐
9
890391
Sailboats, With Or Without Auxiliary Motor
378,2
1.676,5
68,5 139,1
185,4
33,3
10
890399
Yachts And Other Vessels For Pleasure Or Sport 1.306,3 Lainnya 2.874,5 Sumber : BPS (diolah)
104,5 7.324,7
‐46,5 23,0 65,1 1.311,1
27,1 19,1
17,6 ‐98,5
Sementara itu negara pesaing Indonesia dalam ekspor produk kapal laut adalah Republik Korea, Jepang, dan China dengan pangsa total terhadap impor dunia masing‐masing sebesar 28,6%, 13,8% dan 13,7%. Di samping ke tiga negara tersebut, negara lain yang juga menjadi pesaing Indonesia dalam meningkatkan ekspor produk kapal laut adalah Jerman, Itali, Polandia, Perancis, Amerika Serikat, Turki dan India. 6
Volume 4, Juni 2010
Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia
Gambar 4. Pesaing Indonesia untuk Produk Kapal Laut di Pasar Dunia
Dalam rangka mendorong daya saing industri nasional, pemerintah telah memberlakukan kebijakan fiskal berupa bea masuk ditanggung pemerintah (BM‐DTP) pada tahun 2010. BM‐DTP merupakan fasilitas cukup penting dalam menopang pertumbuhan produksi kapal mengingat sebagian besar komponen kapal masih diimpor dengan Bea Masuk (BM) sekitar 5%‐10%. BM ini seharusnya dibayar oleh importir namun dibayar oleh pemerintah dengan tujuan supaya daya saing industri kapal dalam negeri mampu bersaing, namun hingga saat ini industri perkapalan masih kesulitan menyerap fasilitas fiskal tersebut. Kesulitan dalam menyerap kebijakan fiskal BM‐TDP tersebut terutama disebabkan oleh ketidaksesuaian kondisi barang yang diimpor yang seharusnya bisa memanfaatkan fasilitas BM‐TDP. Barang yang diimpor adalah barang yang belum diproduksi di Indonesia, atau secara QCD (Quality, Cost, dan Delivery) belum memenuhi persyaratan.
Gambar 5. Prospek diversifikasi pasar bagi ekspor produk kapal laut Indonesia
7
Volume 4, Juni 2010
Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia
3. Ekspor Produk Farmasi (HS 30) Selama periode 2005‐2009 nilai ekspor produk farmasi tumbuh dengan trend sebesar 22,1%, bahkan nilai ekspornya pada Januari‐Maret 2010 meningkat 50,5% dibandingkan kinerjanya pada periode yang sama tahun 2009. Negara tujuan ekspor Indonesia untuk produk farmasi juga meningkat dari 71 negara pada tahun 2005 menjadi 97 negara pada tahun 2009. Lima Negara terbesar tujuan ekspor Indonesia untuk produk Farmasi adalah Korea Selatan, India, Jepang, Philpina, dan Thailand dengan pangsa masing‐masing selama tahun 2009 sebesar 10,3%, 10,9%, 12%, 15,4% dan 8,2%. Pada tahun 2008, Ekspor Indonesia menempati ranking ke 31 untuk produk farmasi dengan pangsa pasar terhadap total ekspor dunia sebesar 0,9%. Negara pesaing Indonesia dalam ekspor produk farmasi di antaranya adalah Jerman dengan pangsa sebesar 16,3% terhadap ekspor dunia, diikuti oleh Belgia dan Amerika Serikat dengan pangsa pasar masing‐masing sebesar 12,7% dan 8,9%. Negara‐negara lain yang juga merupakan pesaing Indonesia untuk produk farmasi adalah Perancis, Inggris, Itali, Spanyol dan Belanda.
Gambar 6. Pesaing Indonesia untuk Produk Farmasi di Pasar Dunia
Gambar 7a. Suplai Produk HS30 di Indonesia dan Gambar 7b. Prospek Diversifikasi pasar untuk produk HS30 Pertumbuhan permintaan Internasional terhadap yang diimpor oleh Indonesia, 2008 produk HS30
Sumber: ITC
8
Volume 4, Juni 2010
Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia
Hingga tahun 2009, di Indonesia terdapat 100 pabrik farmasi lokal dan 35 perusahaan farmasi asing. Namun dari 100 pabrik farmasi lokal tersebut diperkirakan hanya 10‐15% yang mampu bersaing secara internasional. 4. Produk Berbagai Makanan Olahan (HS21)
Ekspor produk berbagai makanan olahan (HS 21) hingga Maret 2010 mencapai US$ 80,8 juta meningkat 51,9% dibandingkan nilai ekspornya pada periode yang sama tahun 2009. Sementara itu pada tahun 2005 ekspor produk barbagai makanan hanya mencapai US$ 91,2 juta meningkat menjadi US$ 238,5 juta pada tahun 2009 dengan trend pertumbuhan sebesar 29,7% per tahun. Di antara produk berbagai makanan olahan yang menjadi andalan ekspor Indonesia adalah food preparation nesoi (HS 210690), preparation with a basis of extract, essences, and consentrates of coffee or with a basis of coffee (HS 210112) dan sauces and preparations thereof, nesoi, mixed condiments and mixed seasonings (HS 210390) dengan pangsa masing‐masing sebesar 31,8%, 25,9%, dan 22,9% terhadap total ekspor produk berbagai makanan olahan. Ketiga produk tersebut juga mengalami peningkatan yang sangat signifikan dibandingkan ekspornya pada tahun 2009 yaitu masing‐masing sebesar 91,5%, 124,2% dan 27,7%.
Tabel 4. Ekspor Produk Berbagai makanan olahan, 2005‐2009 NO.
HS6
URAIAN
BERBAGAI MAKANAN OLAHAN
2005
2009 Ribu USD
Jan ‐ Mar
Trend (%) 05‐09
2009
Perub (%) 2010
10/09
91.210,0
238.490,0
29,7 53.173,0
80.778,7
51,9
32.178,0
77.028,9
26,2 13.413,0
25.689,0
91,5 124,2
1
210690
Food Preparations Nesoi
2
210112
Preparations With A Basis Of Extracts, Essences 3.557,7
50.450,1
107,2 9.338,3
20.931,9
3
210390
Sauces And Preparations Therefor, Nesoi; Mixed 23.389,4
52.126,6
22,3 14.471,0
18.473,5
27,7
4
210111
Extracts, Essences And Concentrates Of Coffee. 21.351,6
41.673,5
21,8 12.300,8
10.464,0
‐14,9
5
210310
Soy Sauce
5.599,1
7.259,6
8,1 1.657,9
2.090,3
26,1
6
210120
Tea Or Mate Extracts, Essences And Concentrat 49,6
2.740,1
233,3 317,8
1.117,5
251,6
7
210500
Ice Cream And Other Edible Ice, Whether Or No 2.998,6
2.871,7
1,7 793,2
1.062,9
34,0
8
210130
Chicory, Roasted, And Other Roasted Coffee Su 0,2
2.355,9
580,2 470,0
408,1
‐13,2
9
210320
Tomato Ketchup And Other Tomato Sauces
684,6
879,1
9,9 239,1
268,0
12,1
10
210420
Homogenized Composite Food Preparations Pu 980,9
627,6
‐9,5 103,4
95,2
‐8,0
Lainnya
476,8
14,4 68,4
178,4
160,8
420,3
Sumber : BPS (diolah)
Negara tujuan ekspor produk berbagai makanan olahan Indonesia selama tahun 2009 adalah Philipina, Malaysia, dan Saudi Arabia dengan pangsa pasar masing‐masing sebesar 20%, 15,7% dan 14% terhadap total ekspor produk berbagai makanan olahan. Negara lain yang juga menjadi tujuan ekspor produk berbagai makanan olahan Indonesia adalah Vietnam dan Nigeria dengan pangsa di bawah 10%. Berdasarkan pada jumlah negara pengimpor produk berbagai produk makanan olahan dari Indonesia, terlihat bahwa dalam 5 tahun terakhir jumlah negara pengimpor meningkat dari 87 negara menjadi 103 negara yang mengindikasikan diversifikasi pasar yang semakin terdiversifikasi.
Yang cukup menarik dari ekspor Indonesia untuk produk berbagai makanan olahan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8 terlihat bahwa hampir semua produk dalam HS 4 digit dari produk berbagai makanan olahan ini Indonesia mampu meningkatkan pangsa pasarnya selama tahun 2008. Sehingga mungkin yang perlu di waspadai oleh Indonesia adalah Negara pesaing bagi impor produk berbagai makanan olahan dan diharapkan Indonesia mampu meningkatkan terus daya saingnya. Negara pesaing utama Indonesia untuk ekspor produk berbagai makanan olahan seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2 berikut adalah Jerman, Amerika Serikat, Belanda, Perancis, Itali, Inggris, Denmark, Belgia, Spanyol dan Kanada. Ketiga pesaing terbesar Indonesia, yaitu Jerman, Amerika Serikat dan Belanda memiliki pangsa ekspor untuk makanan olahan mencapai 30% di tahun 2008. 9
Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia
Volume 4, Juni 2010
Gambar 8a. Suplai Produk HS21 di Indonesia dan Gambar 8b. Prospek Diversifikasi pasar untuk produk Pertumbuhan permintaan Internasional terhadap produk HS21 yang diimpor oleh Indonesia, 2008 HS21
Sumber: ITC
Gambar 9. Pesaing Indonesia untuk Produk Berbagai Makanan Olahan Indonesia di Pasar Dunia
Hal itu juga tercermin dari permasalahan yang dihadapi oleh ekspor produk berbagai makanan olahan yang sangat komplek, mulai dari kinerja ekspor dan impor sampai pada negara tujuan ekspor utama untuk makanan olahan Indonesia terutaman yang berkaitan dengan akses pasar, permodalan dan bahan baku yang masih terbatas. Selain itu, permintaan konsumen dari negara importir yang sulit diketahui sehingga sering kali ekspor tidak sesuai dengan kebutuhan pasar dan memerlukan market intelegent yang cukup kuat di negara akreditasi. Secara umum beberapa permasalahan yang dihadapi terkait dengan pengembangan ekspor makanan olahan adalah: 10
Volume 4, Juni 2010
Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia
1. Tarif bea masuk yang bervariasi di negara tujuan ekspor berdasarkan jenis produk; 2. Meningkatnya issue global seperti issue lingkungan, food safety dan sanitary and phytosanitary (SP) sebagai hambatan teknis (Technical Barriers to Trade); 3. Munculnya negara pesaing seperti Cina, Taiwan, Thailand, Vietnam dan Malaysia; 4. Tuntutan pasar dunia terhadap produk‐produk yang aman dikonsumsi dan akrab lingkungan yang semakin besar; 5. Meningkatnya penolakan produk makanan yang diekspor ke beberapa negara karena adanya kontaminasi fisik, biologi/mikrobiologi, kimia dan lingkungan; 6. Sulitnya memasuki pasar ASEAN karena produk serupa dari ASEAN kualitasnya lebih baik dan harganya lebih murah. Selain itu, banyaknya perusahaan multinasional membuka pabrik di ASEAN; 7. Pemafaatan (utilisasi) industri masih belum optimal (rata‐rata 50%) sebagai dampak adanya kekurangan bahan baku; 8. Pengolahan produk pasca panen masih dilakukan secara tradisional sehingga mempengaruhi mutu produk industri makanan; 9. Tingginya suku bunga dan kurangnya dukungan permodalan; 10. Terbatasnya industri pendukung terutama mesin, peralatan dan kemasan; 11. Produk makanan & minuman olahan Indonesia banyak yang belum memenuhi standard dan labelling di negara tujuan; 12. Produk makanan & minuman olahan belum memiliki pangsa pasar yang kuat di pasar dunia; 13. Struktur biaya pada industri makanan di Indonesia masih terlalu tinggi. 5. Produk Olahan dari Tepung (HS 19)
Dengan pertumbuhan ekspor selama tahun 2005‐2009 yang mencapai 14,5%, produk olahan dari tepung menjadi salah satu sektor yang menopang kuatnya kinerja ekspor non migas Indonesia hingga April 2010. Pada periode Januari‐Maret 2010 produk olahan dari tepung mampu memberikan kontribusi terhadap ekspor non migas Indonesia sebesar US$ 98,8 juta meningkat 59% dibandingkan kinerjanya tahun 2009. Diantara produk olahan dari tepung nilai ekspornya mengalami pertumbuhan sangat pesat yaitu produk yang masuk dalam HS 190490 cereal, other than corn (maize) yang tumbuh sangat signifikan selama 5 tahun terakhir. Hingga Maret 2010 nilai ekspor produk ini mencapai US$ 13,5 juta meningkat lebih dari 600% dibandingkan kinerja ekspornya pada tahun 2009. Sepuluh ekspor terbesar dari produk olahan dari tepung lainnya yang menjadi andalan ekspor Indonesia dapat dilihat pada tabel 3. Terlihat bahwa di antara produk‐produk tersebut beberapa produk mengalami mengalami pertumbuhan yang negatif.
Tabel 5. Ekspor produk olahan dari tepung NO.
HS6
URAIAN
OLAHAN DARI TEPUNG
2005
2009 Ribu USD
Jan ‐ Mar
Trend (%) 05‐09
2009
Perub (%) 2010
10/09
188.101,0
307.110,5
14,5 62.162,8
98.838,2
59,0
1
190230
Pasta, Prepared, Nesoi
29.298,4
111.943,9
39,6 24.673,4
31.944,9
29,5
2
190531
Sweet Biscuits
54.464,3
69.633,0
6,5 10.930,6
28.028,5
156,4
3
190490
Cereals, Other Than Corn (Maize), In Grain Form 2.116,6
20.803,1
82,4 1.921,3
13.483,3
601,8
4
190590
Bread, Pastry, Cakes, Biscuits And Similar Baked 24.449,8
36.864,6
15,9 10.807,0
7.274,7
‐32,7
5
190532
Waffles & Wafers
11.771,8
28.329,3
25,0 4.627,5
6.999,4
51,3
6
190190
Malt Extract; Food Products Of Flour, Meal, Etc. 34.955,4
22.815,2
‐11,6 5.071,2
5.773,1
13,8
7
190510
Crispbread
949,3
798,8
5,9 261,4
1.804,0
590,2
8
190219
Pasta (Spaghetti, Macaroni, Etc.), Uncooked, No 18.518,0
8.004,2
‐14,1 1.833,8
1.742,8
‐5,0 17,2
9
190120
Mixes And Doughs For The Preparation Of Brea 2.690,9
3.392,5
5,2 653,4
765,6
10
190110
Food Preparations For Infant Use, Put Up For Re 351,9
888,7
23,9 179,4
318,9
77,7
LAINNYA
3.637,4
‐16,4 1.203,8
703,1
‐41,6
8.534,6
Sumber : BPS (diolah)
11
Volume 4, Juni 2010
Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia
Ekspor Indonesia untuk produk olahan dari tepung kebanyakan di ekspor ke Malaysia dan Philipina dengan pangsa masing‐masing sebesar 14,7% dan 12,9%. Sementara negara tujuan ekspor lainya yang mempunyai pangsa pasar di bawah 10% yaitu Australia dan Thailand. Di lihat pada jumlah negara tujuan ekspor produk olahan dari tepung selama periode 2005 hingga 2009, terlihat bahwa negara tujuan ekspor untuk produk ini sudah sangat terdivesifikasi. Kalau pada tahun 2005 jumlah negara tujuan ekspor untuk produk olahan makanan dari tepung hanya 103 negara, pada tahun 2009 jumlah negara yang menjadi tujuan ekspor sudah mencapai 127 negara. Hal ini mengindikasikan bahwa strategi diversifikasi pasar ekspor untuk produk olahan dari tepung juga cukup berhasil. Sementara itu seperti yang terlihat pada Gambar 10, pesaing utama Indonesia untuk ekspor produk olahan di pasar dunia adalah Jerman, Italia dan Perancis. Ketiga negara pesaing tersebut memiliki pangsa pasar masing‐ masing sebesar 12,2%; 10,1% dan 8% terhadap total impor dunia dengan pertumbuhan ekspor rata‐rata sebesar 14%; 12% dan 11% per tahun.
Gambar 10. Pesaing Indonesia untuk Produk Olahan Dari Tepung di Pasar Dunia
Permasalahan yang dihadapi oleh ekspor makanan olahan dari tepung pada dasarnya sama dengan permasalahan yang dihadapi oleh industri makanan secara umum seperti yang sudah di bahas pada permasalahan yang dihadapi oleh ekspor produk berbagaia makanan olahan. 6. Produk Kimia Organik (HS 29) Pada Januari‐Maret 2010 ekspor Indonesia untuk produk Kimia Organik mencapai US$ 637,3 juta meningkat sebesar 128% dibandingkan kinerjanya pada periode yang sama tahun 2009. Sementara itu selama periode 2005‐2009 ekspor produk kimia organik meningkat dengan pertumbuhan sebesar 1,6% per tahun. Diantara produk‐produk kimia organik tersebut yang mengalami pertumbuhan sangat signifikan hingga Maret 2010 adalah produk 1,2‐Dichloroethane (Ethilene Dichloride) yang masuk dalam HS 290315 dan juga produk Styrene (Vinylbenzene, Phenylethylene) yang masuk dalam HS 290250 dengan pertumbuhan masing‐masing sebesar 167,2% dan 856,8% (Lihat Tabel 6).
12
Volume 4, Juni 2010
Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia Tabel 6. Ekspor produk Kimia Organik NO.
HS6
URAIAN
BAHAN KIMIA ORGANIK
2005
2009
1.530.640,0
1.672.434,7 133.022,3
Jan ‐ Mar
Trend (%) 05‐09
2009
Perub (%) 2010
10/09
1,6 279.467,4
637.276,7
128,0
‐ ‐
114.892,7
‐
1
290243
Para‐Xylene (1,4‐Dimethylbenzene)
‐
2
290220
Benzene
‐
108.113,9
‐ ‐
58.486,3
‐
3
292241
Lysine And Its Esters; Salts Thereof
136.508,4
170.297,6
9,9 43.773,8
55.236,5
26,2
4
290516
Octanol (Octyl Alcohol) And Isomers Thereof
11.342,6
135.873,8
75,2 29.343,8
37.850,1
29,0
5
292242
Glutamic Acid And Its Salts
88.976,5
132.064,0
11,5 29.334,1
36.736,1
25,2
6
293499
Nucleic Acids&Their Salts, Whether/Not Chemic 2.382,4
116.763,0
122,4 26.501,6
36.362,7
37,2
7
290315
1,2‐Dichloroethane (Ethylene Dichloride)
80.548,3
76.835,0
1,9 11.648,4
31.120,2
167,2
8
290250
Styrene (Vinylbenzene; Phenylethylene)
110.175,7
92.643,2
18,7 3.015,1
28.849,2
856,8
9
290511
Methanol (Methyl Alcohol)
116.032,6
81.728,2
‐3,1 12.538,0
22.600,8
80,3
10
291612
Esters Of Acrylic Acid
60.864,7
45.802,8
‐6,5 7.387,0
17.010,1
130,3
Lainnya
923.809,0
579.290,8
‐11,5 115.925,6
198.131,9
70,9
Sumber : BPS (diolah)
Negara tujuan ekspor Indonesia untuk produk ini dalam lima tahun terakhir adalah RRT, Malaysia, Singapura, Thailand dan India. RRT merupakan negara tujuan eskpor terbesar dengan pangsa ekspor Indonesia mencapai 26,8% diikuti oleh Malaysia dengan pangsa sebesar 10,6%, sementara pangsa ekspor Indonesia Singapura, Thailand dan India masih di bawah 10%. Sementara itu, jumlah negara tujuan ekspor Indonesia untuk produk kimia organik relatif tetap yaitu 117 negara pada tahun 2005 dan menjadi 118 negara pada tahun 2009.
Gambar 11. Pesaing Indonesia untuk Produk Kimia Organik di Pasar Dunia
Gambar 12 berikut mengindikasikan bahwa meskipun hingga April 2010 ekspor produk kimia organik mampu memberikan kontribusi yang cukup signifikan bagi kuatnya kinerja ekspor non migas namun terlihat bahwa industry kimia organik masih menghadapi permasalahan yang cukup serius di dalam negeri khususnya permasalahan yang berkaitan dengan peningkatan daya saing. Terlihat untuk beberapa produk Indonesia justru kehilangan pangsa pasarnya di pasar dunia sementara di sisi lain kita
13
Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia
Volume 4, Juni 2010
melihat bahwa pertumbuhan permintaan impor di pasar internasional masih cukup tinggi dan masih membuka peluang bagi peningkatan pangsa pasar Indonesia. Dengan demikian maka kebijakan yang bersifat pemberian insentif bagi perkembangan industri sangat diperlukan kalau pemerintah masih mengharapkan peran industry ini dalam menopang kuatnya kinerja ekspor non migas Indonesia. Kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementerian Perindustrian yang mengizinkan tujuh cabang industri kimia dikelola di kawasan ekonomi khusus (KEK) perdagangan bebas (free trade zone/ FTZ) Batam, Bintan dan Karimun (BBK) untuk memperoleh fasilitas fiskal pemerintah dan kemudahan birokrasi merupakan contoh kebijakan sangat penting bagi perkembangan industri kimia organik. Kebijakan ini tertuang dalam Peraturan Menteri Perindustrian (Permenperin) No. 72/M‐IND/PER/ 7/2009 tentang Pelimpahan Kewenangan Urusan Pemerintahan Bidang Perindustrian kepada Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Bintan dan Karimun. Permenperin ini berlaku efektif sejak ditandatangani pada 6 Juli 2009 seiring dengan mulai bergulirnya pelaksanaan Kawasan Perdagangan Bebas (FTZ) Batam, Bintan dan Karimun pada 1 April 2009. Kebijakan ini terutama bertujuan agar investasi baru di sektor industri kimia meningkat signifikan mengingat kebijakan kewenangan itu merupakan bentuk lain dari stimulus. Gambar 12a. Suplai Produk HS29 di Indonesia dan Gambar 12b. Prospek Diversifikasi pasar untuk Pertumbuhan permintaan Internasional terhadap produk produk HS29 yang diimpor oleh Indonesia, 2008 HS29
Sumber: ITC BEBERAPA PRODUK YANG MENGALAMI PENINGKATAN EKSPOR DAN IMPOR:
Dalam 3 bulan terakhir ini jumlah produk ekspor yang mengalami pertumbuhan positif terus meningkat, selama periode Februari‐April ini terdapat 82 produk pada HS 2 digit mengalami pertumbuhan ekspor positif atau hampir mencapai 84% dari keseluruhan produk pada HS 2 digit.. Adapun ke 82 produk tersebut dibagi ke dalam:
1. Produk dengan pertumbuhan ekspor sedang tetapi kontribusinya terhadap ekspor non migas tinggi. Selama Februari sampai April, produk yang mengalami pertumbuhan sedang tetapi memiliki kontribusi yang tinggi terhadap total ekspor nonmigas adalah Bahan Bakar Mineral (HS 27) sebesar 6% dengan pangsa rata‐rata selama periode tersebut sebesar 15,1%. Diikuti oleh Mesin/Perlatan Listrik (HS 85) serta Karet Dan Barang Dari Karet (HS 40) dengan pertumbuhan rata‐rata sebesar 7,9% dan 9,3% serta pangsa masing‐masing sebesar 8,4% dan 7,6%.
14
Volume 4, Juni 2010
Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia
Gambar 13. Pertumbuhan dan Pangsa Ekspor
Pertumbuhan & Pangsa beberapa Produk Ekspor (%) 125,0
16,0
Pertumbuhan
Pangsa
100,0
12,0
75,0 8,0 50,0 4,0
25,0 0,0
0,0 HS 27
HS 15
HS 85
HS 40
HS 29
HS 47
HS 71
HS 49
2. Produk dengan pertumbuhan ekspor cukup tinggi tetapi kontribusinya terhadap ekspor non migas sedang. Produk yang memiliki pertumbuhan ekspor yang cukup tinggi dan pangsa sedang selama 3 bulan terakhir (Feb‐ Apr) adalah Bahan Kimia Organik (HS 29); Bubur Kayu/Pulp (HS 47) serta Perhiasan/Permata (HS 71) dengan pertumbuhan rata‐rata masing‐masing sebesar 25,2%; 23,7% dan 42,2%. Kontribusi ketiga produk tersebut terhadap total ekspor non migas pada periode itu tidak lebih dari 4,6%.. 3. Produk dengan pertumbuhan kecil tetapi kontribusinya terhadap ekspor non migas tinggi. pada periode ini, terdapat satu produk yang memiliki pangsa yang sangat tinggi sebesar 9,4% tetapi pertumbuhannya sangat kecil, hanya sebesar 0,4% yaitu Lemak & Minyak Hewan/Nabati (HS 15). 4. Produk dengan pertumbuhan tinggi tetapi kontribusi terhadap ekspor non migas kecil. Terdapat satu produk dengan pertumbuhan rata‐rata selama tiga bulan ini sangat tinggi yaitu Buku dan Barang Cetakan (HS 49) dengan pertumbuhan rata‐rata mencapai 120,7% tetapi kontribusinya tidak lebih dari 0,1%. Begitu pula dengan pertumbuhan tahunannya (yoy) mencapai lebih dari 92%.
Dalam 3 bulan terakhir ini (Feb‐Apr) jumlah produk impor yang mengalami pertumbuhan positif mencapai 74 produk pada HS 2 digit atau mencapai 76% dari keseluruhan jumlah produk impor pada HS 2 digit. Adapun 74 produk tersebut dibagi ke dalam:
1. Produk dengan pertumbuhan impor sedang tetapi kontribusinya terhadap impor non migas tinggi. Selama 3 bulan terakhir produk impor dengan pertumbuhan sedang tetapi kontribusinya tinggi adalah Mesin‐ Mesin/Pesawat Mekanik (HS 84) dengan pertumbuhan sebesar 11,3% tetapi memberikan kontribusi hampir 19% terhadap total impor non migas. 2. Produk dengan pertumbuhan impor dan kontribusinya terhadap impor non migas sedang. Produk impor yang relatif sedang petumbuhan dan pangsanya selama 3 bulan terakhir ini adalah impor adalah Bahan Kimia Organik (HS 28) serta Plastik & Barang Dari Plastik (HS 39) yang memiliki pertumbuhan yang sama yaitu 13,7% serta kontribusi keduanya tidak lebih dari 10%. 3. Produk dengan pertumbuhan tinggi tetapi kontribusinya terhadap ekspor non migas relatif kecil. Kapal Laut (HS 89) serta Gula dan Kembang Gula (HS 17) memiliki pertumbuhan cukup tinggi yaitu masing‐masing sebesar 91,5% dan 52,9% tetapi pangsanya relatif kecil hanya sebesar 4,3% terhadap keseluruhan ekspor non migas. 4. Produk dengan pertumbuhan tinggi tetapi kontribusi terhadap ekspor non migas sangat kecil. Terdapat beberapa produk impor yang mengalami pertumbuhan rata‐rata yang sangat signifikan tiga bulan belakangan ini, yaitu Permadani (HS 57); Bahan‐Bahan Nabati (HS 14) serta Kulit Berbulu (HS 43) dengan pertumbuhan rata‐rata masing‐masing mencapai 94,8%; 117,2% dan 166,8%. Tetapi kontribusi keempat produk tersebut
15
Volume 4, Juni 2010
Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia
tidak lebih dari 0,1%. Ketiga produk impor tersebut juga memiliki pertumbuhan tahunannya (yoy) yang mencapai lebih dari 100%. Gambar 14. Pertumbuhan dan Pangsa Impor Pertumbuhan & Pangsa beberapa Produk Impor (%) 180,0
20,0
Pertumbuhan
Pangsa
150,0
16,0
120,0 12,0 90,0 8,0 60,0 4,0
30,0 ‐
‐ HS 84
HS 29
HS 39
HS 89
HS 17
HS 57
HS 14
HS 43
Daftar Pustaka Liberalisasi farmasi di depan mata dalam http://sefdin.wordpress.com/2009/09/11/liberalisasi‐farmasi‐di‐ depan‐mata‐3/ Bisnis News, 20 Mei 2010. Industri Perkapalan Menggeliat dalam http://bataviase.co.id/node/220487 International Trade Center
16