buletin komunitas marinebuddies Edisi: I / April 2010
Bubbling-bubbling semua buddies! Ijinkan kami memperkenalkan kembali siapa sejatinya MarineBuddies! :) Edisi pertama buletin ini adalah edisi yang mengupas sedikit banyak informasi soal laut kita, yang ringan dan santai namun penuh informasi. Baru sedikit tulisan yang dimuat, mudah-mudahan buddies yang lain mau menyumbang untuk edisi-edisi berikutnya.
Laut? Tempat apakah sebenarnya lautan itu?
Kita semua tahu 2/3 luasan bumi kita ini semuanya dalam bentuk cair (baca=lautan), dan masih banyak potensi yang terpendam yang dapat diolah untuk kesejahteraan umat manusia nantinya. Kalau kita mendengar laut, apa sih yang melintas dibenak kita? Ikan? Terumbu karang? Air asin? Pariwisata? Misteri? Sepertinya memang macam-macam. Sabar deh, setiap edisi kita akan mencoba mengupas setiap sisi menarik, sisi buruk, sisi abu-abu dari elemen yang menghiasi bumi ini dengan warna birunya!. Lalu kenapa MarineBuddies tertarik dengan lautan? Yah itu tadi, karena kita keringatnya asin, jadi demen sama yang asin-asin! (halah!). Back to serious, karena laut merupakan bagian ekosistem global yang mempunyai peran sangat penting. Di laut tersimpan banyak potensi, mulai dari potensi ekowisata, potensi perikanan untuk pemenuhan kebutuhan pangan, potensi akademis dan penelitian, penyerap CO2, potensi pertambangan, mineral, sumber daya alam lainnya, serta pastinya potensi ekonomi yang juga sangat besar. Semua potensi tersebut harus dijaga untuk kepentingan bersama, nah selain pemerintah dan sektor bisnis, masyarakat memiliki peran penting untuk ikut mengawasi dan menjaga potensi tersebut dari kerusakan dan aktivitas ilegal lainnya. MarineBuddies hadir mewakili sekelumit aspirasi untuk ikut memainkan peran tersebut. Pekerjaan rumah masih banyak, simak dan ikut berpartisipasi secara aktif!. (aul)
Sudah banyak kita dengar berita mengenai tewasnya wisatawan lokal yang berenang di daerah pantai selatan Jawa, seperti di Pangandaran dan sekitarnya. Karena fenomena ini sudah terjadi sejak jaman dahulu kala, masyarakat setempat pun menganggap kejadian itu adalah ulah Nyi Roro Kidul yang mencari tumbal. Percaya atau tidak dengan si Nyai, secara alamiah laut membantu keinginan tersebut dengan kemampuannya mentransfer massa air. Jadi, mungkin mereka saling memanfaatkan. :D Arus laut adalah fenomena alam di mana terjadi perpindahan massa dari suatu tempat ke tempat lainnya akibat beberapa hal, seperti perbedaan tekanan, perbedaan salinitas dan temperatur, serta perbedaan tinggi muka laut, serta faktor tambahan seperti bentuk dasar laut (batimetri). Untuk memastikan bahwa tewasnya para korban di pantai selatan ini benar-benar ilmiah, Anda semua perlu melihat bukti keberadaan sedimen yang berkumpul di lepas pantai [lihat Gambar 3.]. Apa hubungannya? Simak dulu penjelasan berikut. Rip current atau dalam bahasa Indonesianya arus balik pantai, dapat terjadi jika faktor-faktor berikut ini mendukung: adanya gelombang yang datang sejajar pantai, kecepatan angin yang cukup besar, serta terdapatnya celah akibat adanya batuan, karang atau batimetri yang berbentuk parit-parit. Nah, bagaimana arus laut bisa mengarah ke laut? Padahal yang biasa kita temui adalah arus laut yang mengarah ke pantai, yakni perpindahan massa dari laut ke pantai. Mekanismenya seperti ini: Pertama, adanya gelombang datang yang membentuk sudut tegak lurus terhadap pantai dan kemudian pecah, kita kenal dengan sebutan ombak. Gelombang pecah tersebut tidak membentuk sudut dengan garis pantai (atau sudutnya sangat kecil sekali) [lihat Gambar 1], maka di daerah pantai akan terjadi penumpukan massa air laut akibat gelombang yang membawa energi tersebut tidak melepaskan energinya, dengan kata lain, energi tersebut berkumpul di pantai dan lama kelamaan akan penuh atau tidak dapat menampung energi lagi, dan akibat kesetimbangan yang dimiliki oleh alam, muka air di dekat pantai tersebut pun
meninggi akibat akumulasi energi di pantai, sehingga membuat muka air di laut lepas lebih rendah. Hal ini yang menyebabkan aliran arus berubah arah, yang sebelumnya dari laut lepas ke pantai, kemudian menjadi dari pantai ke laut lepas [lihat Gambar 2]. Ingat bahwa arus dapat terjadi akibat perbedaan muka air laut. Maka keberadaan arus yang mengarah ke laut lepas ini biasanya sangat kuat, karena energi yang disimpan juga besar sehingga biasanya sangat mematikan, dan ini lah yang disebut rip current atau arus balik pantai. Kemudian, batimetri pantai selatan Jawa, yang berbentuk cekungan-cekungan, menghasilkan pergerakan arus yang semakin kompleks dan sangat mematikan bagi wisatawan yang terbawa arus tersebut.
Nah, yang membuat wisatawan-wisawatan tersebut menjadi korban adalah akibat ketidaksadaran mereka bahwa air laut tempat dimana mereka bermain-main itu sedang mengumpulkan energinya untuk kembali lagi ke laut. Waktu pengumpulan energi tersebut juga tidak bisa kita ketahui, kapan dan berapa lama durasinya, dan gejala pembentukkannya juga tidak bisa kita kenali. Maka dari itu, hindarilah pantai yang memiliki karakteristik gelombang tinggi dan ombak besar, karena kita tidak tahu apakah laut itu sedang dalam keaadaan pengumpulan energi atau memang aktifitas si laut seperti biasanya, yang memang sangat dinamis.
b reak dulu ah!
he3
*btw, apa b eda n ya “Nya i” dan “Nyi”ya? ^_^v
Perlu diketahui, rip current tidak selalu terjadi, lokasinya pun tidak dapat diprediksi, jika hal-hal yang menunjang pembentukkannya ada, barulah rip current terjadi. Untuk mengenali atau melihat langsung fenomena rip current ini, berikut contoh kejadiannya di laut.
gambar 3
Terlihat di gambar di atas bahwa terdapat sedimentasi (air yang keruh) di daerah lepas pantai. Sedimen ini merupakan bawaan dari pantai. Terbukti kan kalau arus laut membawa massa. Arus tersebut dapat memindahkan sedimen atau pasir pantai ke laut lepas, dalam jumlah yang tidak bisa dihitung, apalagi hanya manusia yang ukurannya tak seberapa. (oleh Nina Jamelina, Oseanografi ITB, Angkatan 2004) Daftar Pustaka Hadi, Safwan., 2007, Diktat Kuliah Arus, Bandung, Program http://ww w.erh.noaa.gov/er/akq/marine/rip.php Pond, Stephen, and Pickard, George L.,1983, Introductory Dynamical Oceanograph y, Oxford, Pergamon Press
Identifikasi Ikan dan Karang melalui ponsel dan iPod ? Oleh : Siham Afatta (http://lautkita.blogspot.com/)
S
aat sedang menjelajah di Google, secara tidak sengaja saya sampai di situs milik Coral Idea Llc. (http://www.coralidea.com/) Jika anda seorang peneliti, penyelam, atau pemerhati ekosistem terumbu karang, di sana saya menemukan suatu yang menarik - simaklah video klip di
Penangkapan ikan untuk tujuan ornamental di dunia mulai berjalan sejak 1930-an, namun mulai intensif ke arah komersil sejak 1950-an. Pada 1970-an perdagangan ini mulai skala industri bernilai jutaan dolar, sejalan dengan perikanan yang terus berkembang di kawasan tropis.
http://www.youtube. comwatch?v=VztJJAJsz-4
Saat ini tedapat sekitar 45 negara yang mensuplai pasaran ini. Negara penyuplai terbesar mencakup Indonesia dan Filipina, diikuti oleh Brazil, Maldives, Vietnam, Sri Lanka dan Hawaii. Konsumen pasar utama adalah Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang. Di tahun 2001 diperkirakan nilai total spesimen yang diperdagangkan berkisar antara US$ 28-44 juta.
Tidak hanya ikan karang, tersedia juga untuk biota-biota penghuni terumbu karang, simak video di
http://www.youtube.com/ watch?v=3SX36XltQl8 Jake Adams, pendiri kegiatan nirlaba CoralIdea, mengembangkan software ringan yang bisa diunduh dari situs mereka secara cuma-cuma, baik untuk koleksi foto ikan (http://www.coralidea.com/download3.html) dan biota terumbu karang (http://www.
coralidea.com/download.html) .
Inisiatif Jake dalam pengembangan program pada awalnya untuk tujuan para penghobi akuarium terumbu. Bagi kita yang lebih peka ke arah kelestarian ekosistem terumbu, produk semacam ini bisa kita gunakan untuk pendidikan, penelitian, dan setidaknya membantu awal perkenalan kita dengan biota-biota terumbu.Saat penulisan posting ini, saya belum mencoba software tersebut. Jadi bagi yang sudah mencoba, bagi pengalaman Anda kepada Kita semua.
Jumlah tahunan spesimen yang ditangkap diperkirakan berkisar antara 14 - 30 juta ikan. ‘Marine Aquaria’ (http://en.wikipedia.org/wiki/Marine_ aquarium) bisa membantu mendidik masyarakat tentang keanekaragaman biota terumbu dan konservasinya dan perdagangan juga menyediakan pekerjaan dan keuntungan ekonomis bagi negara-negara penyuplai. Namun ada beberapa masalah utama yang muncul seputar kelestarian biota dan habitat hewan yang diperdagangkan. Di Asia Tenggara, masalah utama mencakup: cara penangkapan biota secara merusak, seperti penggunaan sianida; pengambilan spesies yang memiliki keberlangsungan hidup yang rendah, kematian spesies yang tinggi akibat penanganan pasca-koleksi yang tidak memadai, dan potensi ekploitasi berlebih dan tak terkendali.
Sebuah akuarium terumbu. (Foto: www.reefinsider.com)
Ikan ditangkap dengan cara ditidaksadarkan dengan menyemprotkan sianida ke tempat tinggal mereka.
Anda peduli dengan kelestarian laut Indonesia? Bergabunglah dengan komunitas Marine Buddies! Kunjungi http://groups.google.com/group/marinebuddies atau kirimkan e-mail kosong ke:
[email protected] atau kirimkan e-mail ke
[email protected] untuk meminta undangan. atau kunjungi www.marinebuddies.org untuk aktivitas yang interaktif! Dimasukkan dalam kantong plastik dengan sedikit udara diberikan and ‘cukup’ air untuk berenangrenang.
Para 'Nemo' menuju 'rumah baru' mereka. Seberapa banyak-kah yang sudah sukses dalam membuat tiruan habitat asli mereka? Sebe- rapa banyak-kah yang sudah tewas di tangan mereka yang sedang 'mencoba-coba' ber hobi aquarium laut.
Segelintir negara sudah memiliki peraturan pengelolan perdagangan biota laut ornamental yang berjalan, lainnya masih banyak dengan penerapan regulasi yang sangat lemah atau tidak ada sama sekali. Bagaimana dengan kita?
Beragam karang serta ikan yang sukses dibiakkan oleh Live Aquaria (Foto: www. reefbuilders.com)
‘Ternak’ ikan dan biota terumbu modern di Live Aquaria, Georgia, Amerika Serikat (Foto: www.reefbuilders.com)
Sebuah solusi modern dalam akuakultur untuk memutus rantai penangkapan biota secara langsung di alam oleh manusia. Seberapa banyakkah masyarakat yang mapan dalam keahlian dan sumber dana untuk solusi seperti ini? (Foto: www.reefbuilders.com) Referensi: - Wood, E.M. (2001). Collection of coral reef fish for aquaria: global trade, conservation issues and management strategies. Marine Conservation Society, UK. 80pp.
Hak cipta tulisan dan gambar adalah untuk masing-masing pemilik, kecuali dinyatakan sebaliknya. Diijinkan memperbanyak untuk kegiatan non-profit dan edukasi. Desain dan tata letak oleh: Aldo Nov (
[email protected]). Sumbangkan tulisan kamu yang seru, unik, dan pastinya menarik soal lautan kita, ke
[email protected]
MarineBuddies, sebuah mailing list yang membahas apapun dari kegiatan memancing, menyelam, berenang, tempat foto yang asyk, berlibur di pantai yang asyik, apapun lah! ☻, dan tentang bagaimana kita bisa beraktivitas secara ramah lingkungan dan sekaligus bisa membantu mengawasi/menegur siapapun yang tidak ramah terhadap lingkungan ketika melakukan aktivitasaktivitas tersebut. Setelah bergabung, jangan sungkan-sungkan untuk mulai diskusi yah!. Situs www.marinebuddies.org, mailing list, twitter, facebook adalah wadah cair yang semuanya sejajar dan tidak ada yang lebih pintar/superior, atau lebih canggih. Jadikan kanal-kanal tersebut sebagai sarana menambah ilmu, teman, dan pengalaman buddies semuanya. ☻
Temui kami di:
marinebuddies.org
mailing List: http://groups.google.com/group/marinebuddies/
®
www.facebook.com/marinebuddies www.twitter.com/marinebuddies
Kritik, saran, mau beriklan, atau mau menyumbangkan tulisan, buddies dapat melayangkan ke email berikut ini.
[email protected]
didukung oleh:
marinebuddies.org