TiNJAUAN PUSTAKA
Pusat Kegistan Belajar Masyarakat (PKBM) sebagal Salah Satu Model Psndidikan Luar Sekolah (PLS)
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) sebagai "lembaga" yang dibentuk obh, dari, dan untuk masyarakat memiliki arti sebagai tempat pembelajaran dalam berbagai macam keterampilan dengan memanfaatkan sarana, prasarama, dan potensi yang ada disekitar lingkungan desa agar masyarakat memiliki keterampilan yang dapat dimanfaatkan untuk rneningkatkan taraf hidupnya secara ebktif, efisien,
dan berkesinambungan (Direktorat Pendidikan Tenaga Teknis Depdiknas (Dit. D i k n t i s Depdiknas) dalam Kusmiadi: 2000: 61, dan Sihombing, 2000b: 157). Sedangkan menunrt Balitbang Depdiknas (Kusmiadi 2000: 6t), PKBM adalah suatu tempat kegiatan pernbelajaran masyamkat yang diarahkan pada p e m a y a a n potensi desa untuk menggerakkan pembangunan di bidang sosial, ekonomi, dan budaya.
Dua definisi atau pengertian di atas walaupun ada pehdaan sudut pandang dalam penguraian dan pemaknaannya, namun keduanya memiliki hakekat dan
dasar filosofi yang sama atau paling tidak hampir sama. Keduanya memberikan tekanan bahwa prakarsa penyelenggaraan pendidikan khususnya pendidikan luar
sekolah (PLS) dapat diharapkan tumbuh dan berkernbang atas prakarsa masyarakat
sendin, sehhgga akan lebih berorientasi pada kebutuhan masyarakat setempat dan masyarakat akan met-asa memiliki, yang seianjutnya kegiatan pembelajaran berkelanjutan (continuinglearning) diharapkan tejadi secata optimal.
Berkaitan dengan itu, Kindervatter (Kusmiadi, 2000: 62) mengemukakan bahwa karakteristik suatu kegiatan pembelajaran akan lebih brhasil dan bermakna jika karakteristiknya: (1) 'Ymnsfer of responsibildy", bahwa kegiatan PLS secara berahgsur-angsur
haws
dapat
diserahkan
tanggung
jawab
kegiatan
pembelajarannya kepada masyarakan (warga belajar) baik dalam perencanaan, peiakanaan, evaluasi, dan tindak lanjut belajar; (2) 'endogenem", yaitu kegiatan
pernbelajaran berangkat dari potensi yang ada dan dimiliki masyarakat. Programgmgram
yang
diselenggarakan
PKBM
diarahkan
untuk
mengemhngkan keterampilan dan pengetahuan yang tepat dan sesuai dengan tuntutan pasar, serta tersedianya sumber dan faMor pendukung lainnya yang
terdapat di masyamkat. Peningkatan taraf ekonomi atau kesejahteraan ini diutamakan, dengan dasar pemikiran bahwa kenyataan masyamkat yang ada di pedesaan dan perkotaan aspek ekonomi adalah titik pangkal kehidupan sosial. Berltenaan dengan arah penyeienggaraan PKBM ini disarankan pula oleh Dit. Diktentis Depdiknas (Kusmiadi, 2000: 5), bahwa arah PKBM adalah: (I) membentuk manusia yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap dan mampu menciptakan lapangan pekejaan, sehingga memiliki penghasilan yang tetap dan layak; (2) membentuk manusia yang mau dan mampu mengembangkan dan atau menularkan keterampilannya kepada orang lain. Menumt Sihombing (2000b: 91-92), misi kursus secara substantif diarahkan untuk memkri makna nilai tambah terhadap pengentasan pengangguran, pembentukan
kemampuan
wiraswasta,
peningkatan
kemampuan
bekeja,
penguatan profesionalisme, peningkatan produrnas kerja, peningkatan industri dan berbagai kegiatan ekonomi yang hams terus menems diaktualisasikan melalui berbagai kiat, strategi, dan program aksi yang tetap terarah dan tetap bermakna.
Pengertian Peranan
Menurut Melly (1985: 22)) konsep 'peranan" dihubungkan dengan perilaku
seseomng dalam kedudukan tertentu. Soekanto (1988: 26) menjelaskan bahwa apabila
seseorang
menjalankan
hak
dan
kewajibannya
sesuai
dengan
kedudukannya. maka ia menjalankan suatu peranan. Dengan demikian, antara status dengan peranan terdapat kaitan yang erat, yang pertama mempakan basis untuk yang kedua (Veeger et-a/.,1997: 60).
Seringkali orang memiliki lebih dari satu status, sehingga peranan yang dijalankannya juga bema-beda, dan ini berarti pola perilakunya juga tertentu. Katz dan Kahn (1970: 37) menyatakan bahwa peranan menggambarkan perilaku spesifik yang hams dilakukan seseorang sehubungan dengan tugas tertentu. Bedasarkan defenisidefenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa peranan
merupakan perilaku yang dUakukan seseorang yang berkaitan dewan kedudukan yang dimilikinya.
Kepemlmpinan
Menurut Dahama dan Bhatnagar (1980: 332-337), pemimpin adalah sesmrang
yang
secara
spontan
mempertimbangkan,
menentukan,
dan
mempengaruhi dalam situasi yang spesifik, sedangkan kepemimpinan adalah
proses mempengaruhi perilaku individu dalam situasi tertentu. Slarnet (1993: 103) rnengemukakan pengertian pemimpin yaitu mengacu pada seworang (indiviu bersangkutan) dengan segala kemampuannya, sedangkan kepmirnpinan mengacu pada perilaku seorang pemimpin. Berkaitan dengan
pendapat Slamet di atas, Kartono (1993: 5) mengatakan bahwa kepemimpinan dapat berfungsi atas dasar kekuasaan pemimpin untuk mengajak, mempengawhi,
dan menggerakkan orang-rang lain guna melakukan sesuatu demi pencapaian satu tujuan tertentu. Beberapa pengertian mengenai pemimpin di atas dapat ditarik satu
pengertian tentang pemimpin, yaau pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan mempengaruhi dan mengatur perilaku orang lain kearah pencapaian
tujuan. Dilihat dari kehidupan masyarakat desa didapati pernimpin masyarakat y a w
berasal dan dipatuhi oleh masyarakatnya. Pemimpin masyarakat ini menurut Word (1987: 7) disebut pemirnpin lokal. Kartono (1993: 8-9) mengelornpokkan pemimpin lokal dalam dua kelornpok status kepemimpinan, yaitu pemimpin formal dan pemirnpin informal. Dalam penelitian ini difokuskan hanya kepada pemimpin formal. Pemimpin fomal adalah orang yang oleh ditunjuk organisasillembaga
sebagai pemimpin, berdasarkan keputusan dan pengangkatan resmi untuk memangku suatu jabatan dalam suatu struMur organisasi, dengan segala hak dan kewajibsn yang berkaitan dengannya untuk mencapai sasaran organisasi. Ciricirinya adalah : (1) berstatus sebagai pemimpin formal selama jabatan tertentu, atas
dasar legalitas formal oleh penunjukkan pihak yang berwenang; (2) sebelum pengangkatannya, pemimpin hams memenuhi beberapa persyaratan formal terlebih
dahulu; (3) diberi dukungan oleh organisasi formal untuk menjalankan tugas kewajibannya sehingga selalu memiliki atasan; (4) mendapatkan balas jasa materiil dan non materiil tertentu, serta penghasilan sampingan lainnya; (5) bisa mencapai
promosi
kenaikan pawkat formal; (6) apabila melakukan kesalahan akan
mendapatkan sanksi dan hukurnan; dan (7) selama menjabat kepemimpinan diberi kekuasaan dan wewenang. Menurut Depositario (Valera, t 987: 39) peranan pemimpin lokal secara garis
besar dapat digolongkan menjadi dua peran, yaitu sebagai pemimpin opini dan sebagai
agen
pembangunan.
Peranan sebagai
pemimpin
opini
adalah
mernpengaruhi sikap-sikap atau perilaku nyata dari anggota rnasyarakat lainnya
secara informal. Peranan pemimpin kkal sebagai agen pembangunan adalah sebagai berikut: (1) membantu mernperkenalkan upaya-upaya pembangunan rnasyarakat; (2) mernbantu menyebarluaskan kegiatan maupun upaya penyuluhan yang dilakukan
oleh agen pembangunan agar dapat menjangkau sasaran yang lebih banyak; (3) menrrnuskan kepentingan, yaitu membantu agen pembangunan dalam menjelaskan aspek-aspek
pembangunan
kepada
rnasyarakat,
dan
membantu
dalam
mengarahkan kelompok pada kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan programprogram pembangunan agar dapat memecahkan masalah yang dihadapi oleh masyarakat; (4) menghubungkan, yaitu membantu agen pembangunan dalam bemubungan dengan orang-orang yang berpengaruh dafl anggota masyarakat atau
sebagai liaison bagi masyarakat; (5) rnengawasi suatu pekejaan apabila dalam suatu rnasyarakat sedang berlangsung proyekproyek atau kegiatan pembangunan,
selain itu juga membantu menentukan prosedur kerja sehingga sumber daya manusia dan sumkr daya yang lainnya dapat digunakan dengan maksimal; dan (6) membantu rnengatur kelompok dalam pelaksanaan program-program pembangunan
masyarakat desa. Berkaitan dengan peranan pemimpin lokal seperti yang tersebut di atas, maka secara singkat peranan pemimpin formal di PK8M Alpa yang diteliti yaitu
peranan pemimpin formal dalam: (1) rnemberi informasi; (2) ) meningkatkan motivasi; dan (3) mengarahkan kegiatan. Menurut Teny (Kartono, 1993: 4144)dan
Syamsu ef. a/. (1991: 109-11I),
ada sepuluh sifat yang merupakan karakteristik kepribadian yang hams dimiliki oleh
seorang pemimpin yaitu: (1) kekuatan, (2) stabilitas emosi, (3) pengetahuan tentang rwlasi insani, (4) kejujuran, (5) objektii, (6) dorongan pribadi, (7) keterampitan berkomunrkasi, (8) kemampuan mengajar, (9) keterampilan sosial, dan (10) kecakapan teknis atau kecakapan rnanajeriaf. Ada beberapa karakteristik kepribadian pemirnpin yang ditelaah penelitian ini,
diantaranya adalah: (1) kekuatan, yaitu kekuatan badaniah dan rohaniah yang merupakan syarat pokok bagi pemimpin yang hat-us bekeja lama dan b r a t pada
waMu-waMu yang lama dan tidak teratur, dan di tengah-tengah situasi-situasi yang sering tidak menentu; (2) stabilitas emosi, yaitu tidak mudah marah, tersinggung perasaan, menghomati martabat orang lain, toleran terhadap kelemahan orang lain,
dan bisa mema'afkan kesalahan-kesalahan yang tidak terlalu prinsipil; (3) kejujuran, yaitu sifat yang harus dimiliki oleh pemimpin yang baik, yaitu jujur pada diri sendiri
dan pada orang lain, menepati janji, tidak selingkuh atau munafik, dapat dipercaya dan krfaku adil pada setiap orang;; dan (4) kemampuan mengajar, yaitu pemirnpin harus mampu menjadi gum yang baik guna mengembangkan pengetahuan keterampitankemahiran teknis tertentu, dan menambah pengalaman mereka agar para pengikutnya bisa mandiri, mau memberikan loyalitas dan partisipasinya.
Setiap kelompok sosial pasti memiliki pola tingkah laku yang sesuai dengan tipefgaya kepemimpinan yang mengatumya. Menurut Syamsyu et. al. (7 991 : 127-
128) dan Kartono (1993: 89-74), tipelgaya kepmimpinan dapat digolongkan
menjadi: (1) tipe otoriter, (2) tipe lakes faire, (3) tipe demokratis, (4) t i p kharismatik, (5) tipe paternalistik, dan (6) tip0 militeristk.
Pada penelitian ini, tipelgaya kepemimpinan yang efektii bagi pelaksanaan program di PKBM adalah tipelgaya kepemimpinan yang demokratis, yang
mengutamakan partisipasi aktif dari setiap masyarakatharga belajar dengan menghargai potensi setiap individu, bersedia mengakui keahlian para spesialisnya dengan bidangnya masing-masing, dan mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektii mungkin pada saat kondisi yang tepat.
Menurut Kodlzes dan Posner (1995: 18-22) dan Slamet (2000), pemimpin hams memiliki komitmen kepemimpinan yang harus menjadi kebiasaannya dan tekadnya sebagai pemimpin, yaitu:
Proses PembslaJaranpa& Pragram Ketmrampilan di PKBM
Sudjana (1991: 29) mengungkapkan bahwa dalam proses pernbelajaran (proses belajar mengajar) pendidikan luar sekolah (PtS) memiliki beberapa karakteristik yang khas jika dibandingkan dengan pendidikan sekolah, yaitu: (1) dipusatkan di lingkungan masyarakat dan lembaga; (2) berkaitan dengan kehidupan
peserta didikharga belajar dan rnasyarakat; (3) struMur program yang fleksibel; (4)
berpusat pada peserta didik; (5) penghematan sumber-sumbr yang tersedia. Berkaitan dengan karakteristik dari PLS seperti yang tehh disebutkan di atas, proses pembelajaran di PKBM merupakan salah satu fairtor yang dapat berperan dalam menggerakkan rnasyarakat untuk berpartisipasi pada program
keterampilan. Menurut Padmowihardjo (2000: 9-10), m e t d e adalah cara penyampaian
materi melalui media komunikasi oleh $umber kepada sasaran agar bisa dan membiasakan din menggunakan teknologi baru. Di PKBM, sumber belajamya disebut dengan tutorlpamong belajar (yang dapat bersumber dari pemimpin formal), serta sasarannya adalah masyarakatharga belajar.
Metode pmbelajaran dapat digolongkan dalam bberapa cara, antara lain: 1.
Berdasarkan teknik komunikasi,maka metde pembelajaran tehagi 2 yaitu:
a.
Komunikasi langsung, yaitu metode pembelajaran secara langsung. Misalnya kursus, demonstrasi, dan lain-lain.
b.
Komunikasi tidak langsung, yaitu metode pernblajaran secara tidak langsung. Misalnya publikasi dalam bentuk cetakan, melalui siaran radiom, dan lain-lain.
2.
Berdasarkan jumlah sasaran yang dicapai, maka metode pembelajaran terbagi 2 yaitu:
a.
Metode pembelajaran untuk pendekatan 'individualw, dilakukan
apabila sumber k l a j a r berhubungan secara langsung atau tidak tangsung secara individu. Misalnya k l a j a r perorangan, hubungan tekpon, surat menyurat secara perorangan, dan lain-lain.
b.
Metode pembelajaran untuk pendekatan "kelornpok", dilakukan apabila sumber belajar bemubungan dengan kelompok sasaran. Misalnya diskusi kelornpok, kursus, demonstrasi hasil, temu karya, dan lain-lain.
c.
Metode pembelajaran untuk pendekatan "massal", dilakukan apabila sumber belajar menyampaikan pesannya secara sekaligus kepada sasaran dalam jumlah banyak. Misalnya rapat, melalui siaran radiom, penyebaran brosur, folder, penempelan poster, dan lainlain.
Adapun tujuan pemilihan metode pembelajaran adalah: (1) agar sumber belajar dapat rnenetapkan suatu metode atau kombinasi beberapa metode yang tepat dan behasil guna; dan (2) agar kegiatan program yang dilaksanakan untuk
menimbulkan pembahan yang dikehendaki dapat berdaya guna dan berhasil guna (Padmowihardjo, 2000: 13-14). h n u m t Sihombing (2001: 38), metode pembelajaran y ang digunakan pendidikan tuar sekolah (di PKBM) adalah metode-metode yang mendotong kemandirian, sehingga metdefteknik yang digunakan hams dipttih yang benar-
benar memungkinkan peserta &pat berpartisipasi secara rnaksimal dalam programprogramnya di PKBM. Materi pelajaran adalah bahan yang digunakan untuk belajar yang membantu
untuk mencapai tujuan instruksional, dimana warga belajar hams melakukan sesuatu terhadap sesuatu rnenunrt jenis perilaku tertentu ( ' n k e l , 1998: 295).
Menunrt Padmowihardjo (2000: 23), mateti pelajaran sangat menentukan temadap
jenis metode pernbelajaran yang akan digunakan.
Terdapat bebetapa kriteria untuk pemilihan materi yang tepat dan sesuai diantaranya yaitu: (1) materilbahan belajar haws relevan terhadap tujuan instruksional yang
haws dicapai,
berarti
bahwa
materi pelajaran
hams
memungkinkan memperoleh jenis perilaku yang akan dituntut watga belajar, yaitu jenis perilku kognitii, afekti, atau psikomotorik; (2) matedbahan belajar harus sesuai dalarn taraf kesulitannya dengan kemampuan warga belajar untuk rnenerirna dan
mengolah bahan itu; (3) matedbahan belajar harus rnernbantu untuk melibatkan diri
secara aktif, baik dengan berpikir sendiri maupun dengan melakukan berbagai kegiatan; dan lain-lain (Winkel, 1996: 296-297).
Menurut Sihornbing, (2000b: 40; 2001: 881, sarana belajar adalah bahanbahan belajar yang ada di masyarakat ataupun yang disediakan oleh pemerintah
atau lembaga lainnya, baik dalam m t u k bahan belajar tulisan, maupun bahan lainnya yang dapat digunakan untuk belajar, seperti: modul, buku, sarana belajar lokallgdung, peralatan belajar mengajar, dan lain-lain. Tersedianya sarana akan sangat menentukan altematiflkombinasi rnetde pembelajaran yang akan dipifih.
Karakteristik PribPdl Masyarakat
Jahi (1981:X-10) mengemukakan bahwa dengan mengetahui karakteristik para pelajar dalam penyusunan rwncana pelajaran akan berguna bagi penentuan
pada tingkat mana pelajaran itu a h n di mulai dan pendekatan-pendekatan mengajar
apa yang dapat digunakan. Berkaitan dengan pendapat di atas, Slamet (1978: 396) berpendapat bahwa perbdaan-pbdaan individuil yang mempenganrhi cepat lambatnya proses adopsi
adalah: (1) urnur; (2) pendidikan; (3) status sosial; (4) kekosmopolitan; (5)
keberanian mengambil resiko; (6) sikap terhadap perubahan; (7) motivasi berkarya; (8) aspirasi; (9) fatalisme; (10) diagnotisme.
Berdasarkan konsep yang dikemukakan oleh Slamet (1978: 396) di atas, karakteristik pribadi masyarakatlwarga belajarlpeserta yang akan diteliti disini, antara lain yaitu: I.
Umur
De C e c a (1968: 61) mengemukakan bahwa umur warga belajar akan
berpengaruh p d a kematangannya, baik kematangan fisik, maupun kematangan emosional, yang sangat menentukan kesiapan belajar. Demikian pula menurut
Klausmeier dan Goodwin (1966: 97) serta Dahama dan Bhatnagar (1980: 164) yang mengemukakan bahwa umur warga belajar berkaitan dengan efisiensi dan kapasitas belajar seseorang yang tidak merata menurut perkembangannya umumya, di mana kapasitas menaik sampai usianya dewasa kemudian menurun sehubungan dengan krtambahnya umur. 2.
Tingkatpendidikan Menurut De Cecco (t968: 61), kesiapan belajar seseorang ditentukan
kematangannya
dan
pendidikan
yang
diperolehnya.
Selanjuhya,
Faisal
{Simorangkir, 1987: 25) mengemukakan bahwa latar belakang pendidikan perlu dipertimbangkan, tenrtama dalam rangka penentuan tiiik berat dan teknik-teknik serta jalur penyampaian materi.
3.
Tingkat pendapatan Menurut Muhdjir (1982: 122), kesernpatan memperoleh pendidikan akan
cendemng jatuh pada golongan yang kemampuan skonorninya tidak minimal, maka kesempatan golongan kew golongan berpendapatan rendah menjadi minim pula. Hal ini dapat dikaitkan dengan hasil penelitian dari Agusfidar Nasution (Simorangkir,
1987: 23) yang menyimpulkan bahwa antar aspek penghasilan, kondisi kerja, dan pendtdikan terdapat hubungan yang berarti. Mengabaikan salah satu diantaranya akan membawa akibat kepada dua lainnya 4.
Jarak Tempat Tinggal
Jarak ternpat tinggal merupakan suatu yang dijadikan pertimbangan dalam rnernbentuk program-program pembelajaran (terutama dalam program keterampilan
produksi spare part ini), hal ini karena program keterampilan sebagai salah satu
kegiatan yang hams memikirkan praktis dan tepat guna. Faisal (Simorangkir, 1987: 29) mengemukakan bahwa variabel tempat tinggal sedkit banyaknya akan mernberi
wama tehadap conk program di masing-masing lingkungan tempat tinggal. Hal ini
tentu akan dapat mengganggu partisipasi masyarakat (warga belajar) dalam kegiatan program pembelajaran yang diikutinya. 5.
Motivasi Motivasi menrpakan unsur yang paling penting dalam kegiatan belajar yang
efisien, karena seseorang akan berhasil jika seseomng itu memiliki motivasi untuk belajar. Sejalan dengan ha1 di atas, Kibler et at (Simorangkir, 1987: 29) mengemukakan bahwa proses belajar akan lebih efisien jika warga belajar yang
bersangkutan memitiki motivasi, keinginan untuk mempelajari sesuatu yang dipikirkannya. Dahama dan Bhatnagar (1880: 137) rnengatakan bahwa motivasi merupakan
proses awa! untuk tumbuhnya kesadaran untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat. Sedang motif adalah dorongandorongan dari dalam diri seseorang untuk berbuat guna mencapai pemenuhan kebutuhan. Berdasarkan pengertian di atas diketahui
bahwa motivasi rnuncul karena adanya minat, kebutuhan bagi seseorang. Motivasi
adalah yang menimbulkan motif bagi seseorang dan mdtii ini muncul dari dalam din
seseorang karena adanya rninat dan atau kebutuhan yang dirasakan ingin dipnuhi.
Pengettian dan Macam Partisipasi Pengertian partisipasi menurut Cohen dan Uphoff (1977: 4 8 ) adalah
mengacu pada pengertian partisipasi sebagai keterlibatan a M i masyarakat dimulai dari tahap proses pengambilan keputusan tentang rencana kegiatan, tahap
pelaksanaan kegiatan, tahap menikmati hasil, dan tahap evatuasi pelaksanaan kegiatan. Dengan demikian, jenis partisipasi yang diharapkan m e n d u p : (1) partisipasi dalam pengambilan keputusanlpeencanaan; (2) partisipasi dalam pelakanaan; (3) partisipasi dalam evaluasi, dan (4) partisipasi dalam menikmati hasil. Partisipasi dalam tahap pengambilan keputusaniperencanaan dibedakan
dalarn tia kegiatan, yaitu: (1) pada saat penentuan keputusan awal mengenai proyek dengan mempethatikan kepertuan dan prioritas pmyek atau kegiatan apa
yaw
akan dikerjakan; (2) ikut serta secara terus menems dalam setiap proses
pengambilan keputusan; (3) ikut serta dalam merumuskan keputusan mengenai
mncana keja. Partisipasi dalam tahap pelaksanaan dibdakan dalam tiga kegiatan, yaitu: ( 1 ) sumbangan sumkrdaya yang berupa sumbangan tenaga dengan ikut bekej a dalam program, sumbangan materi atau pemberian inforrnasi; (2) terlibat dalam kegiatan administrasi dan koordinasi; serta (3) ikut serta sebagai peserta dari
program yang dilaksanakan.
Partisipasi dalam tahap evaluasi mempakan tahap yang penting bagi para pengarnbil keputusan untuk mempemleh naasukan mengenai pelaksanaan program. Partisipasi dalam tahap menikmati hasl mencakup: (1) keuntungan materil
yang hmpa meningkalnya pndapatan dart konsurnsi, baik dalarn bentuk jumtah maupun distribusi yang merata; (2) keuntungan sosial antara lain meningkatnya pendidikan dan terberantasnya buta hunrf; (3) keuntungan prorangan antara lain
berupa kemantapan status sosial seseorang serta meningkatnya kekuasaan politik . Suyatna (1982) menyebutkan bahwa selain faktor individu sebagai sasaran pembahanran yang berpenganrh dalam partisipasi, faktor sistem penyuluhan pembinaan (dalam ha1 ini menyangkut kepemimpinan)juga sangat berpenganrh bagi kelancaran masyarakat untuk berpartisipasidalam pembangunan.
Kuatbs Perilaku b s i l Pornbelajaran di PKBM
Berbicara tentang kualitas perilaku hasil pempelajaran, sema tidak langsung brkaitan dengan keluaran (output) dari PKBM. Menurut Sudjana (1991: 34), Keluaran (output) yaitu kuantitas lulusan yang disertai kualitas perubahan tingkah laku yang didapat melalui kegiatan belajar membelajarkan. Perubahan tingkah l a b
ini menmkup ranah kognitii, afektif, dan psikomotor yang sesuai dengan kebutuhan belajar yang mereka perlukan. Menurut Colletta dan Radcliffe (Sudjana, 1991: 35) pada pendidikan luar
sekolah penrhahan ranah psikomotor atau keterampilan lebih diutamakan disamping tidak mengabaikan perubahan ranah kogniti dan afektii, dan pada pendidikan di sekolah lebih mengutamakan tujuannya untuk memenuhi kebutuhan belajar dalam
ranah kognitii sehingga pengetahuan (knowledge) menjadi ciri utama perubahan
tingkah laku anak didiklwarga Majar, sedangkan pada pendidikan dalam lingkungan keluarga (pendidikan informal) lebih mengutamakan kebutuhan ranah a f e M
sehingga sikap rnenjadi utarna hubungan di dalam dan antar keluarga. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada pendidikan lingkungan masyamkat (pendidikan luar sekolahlnonformal)
lebih
mengutamakan
kebutuhan
psikomotor
sehingga
keterampilan (skills) menjadi tiik berat garapan setiap program pendidikannya, dan
penguasaan keterampilan menjadi ciri utama perubahan tingkah laku lutusannya, sehingga dengan dernikian diharapkan memunculkan sumber mata pencaharian dan meningkatkan taraf hidup masyarakat (Faqih, 2000: 54).
Kerangka Pemiklran
Partisipasi masyarakat rnenrpakan kunci
Mama yang
menentukan
keberhasilan programprogram pembangunan, dan partisipasi tersebut dapat tercapai jika program yang diadakanldilaksanakan didasarkan pada kebutuhankebutuhan yang dirasakan masyarakat,
serta dabm proses pembelajarannya
menggunakan metode pembelajaran yang menceminkan kemandirian rnasyarakat
(warga belajar) dalam memilih program yang diyakini dapat memperbaiki kualitas kehidupannya. Tentunya diharapkan telah tejadi adopsi program oleh para pemimpin formal di daemh tersebut kamna proses adopsi inilah yang menjadi awal dari proses difusi terhadap masyaraka, sehimgga ha1 yang menarik di sini adalah tersiratnya proses kepemimpinan. Penelitian
ini difokuskan
pada
pemnan pernimpin formal
dalam
menggerakkan partisipasi masyatakat, termasuk peranan dari faktor-faktor di luar kepemimpinan formal (yaitu proses pembelajaran dari program keterampilan di
PKBM dan karakteristik pribadi masyarakaharga belajar) yang turut brperan dalam meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap program keterampilan produksi komponen (spare parts) sepeda motor yaw dilaksanakan di PKBM A l p .
Tingkat
partisipasi rnasyamkatharga
belajar
betpngaruh tethadap
perubahan perilaku, baik ranah kognitii (pengetahuan), afektii (sikap), maupun psikomotorik (keterarnpilan). Pada kegiatan program keterampilan diharapkan terjadi
perubahan yang utama pada aspek psikomotorik, karena setelah selesalnamat mengikuti kegiatan ini, masyarakat (warga belajar) diharapkan langsung dapat bekerja dengan menerapkan langsung pengetahuanlketerampilan yang didapat dari PKBM Alpa. Kerangka pemikiran di atas dituangkan dalam Gambar 1.
Gambar 1.
Bagan kerangka pmlklran "Peranan Pemimpin Formal dalam Menggerakan Padslpasi Masyarakat di Pusat Kegirrtan BelaJar Wgajar (PKBM) Alpa
Karakteristik
Kepemimpinan Formal -
Peranan pemimpin
-
w r i s t i k sosial pernimpin
-
Tipdgaya pemimpin
Komitmenpeminpin
Tingkat Partisipasi Misyamkat
Pmes Pembeiajamn pada Program Keterampilan
-
-
Metode
pembelajaran Materi pembelajaran I : a b l a j a r
b
Tahap Tahappemamhtan
hi1
I k
Karakteristik Internal Anggota Masyarakat / Peserta
-
Umur Pdidikan Pendapatan
Jarak tempat
Motivasi
Pdqkatan K d i t a s Perihku mil Pemhlajamn
-
Kognitif Afektif
Psikomotorik
Hipotesis Penelitian
1. Terdapat hubungan yang nyata antara peranan pemimpin formal dengan partisipasi peserta pada kegiatan program keterampilan. 2. Terdapat hubungan yang nyata antara Proses pernbelajaran dan karakteristik internal peserta program keterampilan dengan partisipasi peserta pada kegiatan
program keterarnpilan. 3. Terdepat hubungan yang nyata antara partisipasi peserta pada kegiatan
program keterampilan dengan peningkatan kualitas perilah hasil pernbelajaran.