TINJAUAN PUSTAKA Motivasi Pengertian Motivasi
Soedijanto (1994) menyatakan bahwa motivasi terdiri atas kata motif yang berarti dorongan, dan asi berarti usaha. Arti motivasi secara keseluruhan adalah
usaha yang diiakukan manusia untuk menimbulkan dorongan untuk berbuat atau melakukan suatu tindakan. Motivasi berasal dari bahasa latin yaitu movere yang berarti bergerak. Motivasi itu tidak dapat dilihat akan tetapi hanya dapat diamati dari perilaku yang dihasilkamya, yaitu dari cara atau pola pemenuhan kebutuhan atau pencapaian tujuan yang dikehendaki. Motivasi dapat menjelaskan tentang alasan seseorang melakukan suatu tindakan, karena motivasi merupakan daya pendorong yang menyebabkan seseorang berbuat maupun tidak berbuat sesuatu guna mencapai tujuan yang diingmkan (Keller, 1948). Penclapat secada diungkapkan Schiffian (1992) dengan menggambarkan motivasi sebagai dayzz gerak dalam diri individu yang mendorongnya untuk melakukan tindakan. Daya gerak ini timbul karena adanya tegangan yang diakibatkan oleh kebutuhan yang belurn terpenuhi. Arti tersebut dapat dipahami dengan mendefinisikan motivasi sebagai suatu proses yang dimulai dengan kekurangan fisiologis atau psikologis, atau kebutuhan yang mengaktifkan tingkah laku, atau suatu dorongan yang dimaksudkan pada tujuan atau intensif (Luthans, 1995). Motivasi
dimulai ckngan suatu kebutuhan fisiologi yang dirasakan sebagai kekuatan yang
sifatnya psikologis, yang memimpin individu untuk memuaskan kebutuhannya. Kekuatan-kekuatan inilah yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu guna mencapai tujuan yang diinginkan. Faktor-faktor yang Mempengarubi Motivasi Agussabti (1997) dalam hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa ada tiga faktor yang mempengamhi motivasi petani, yaitu: jumlah tanggungan, luas lahan garapan dan teknologi. Faktor yang dapat ditangani adalah faktor lingkungan, sedangkan faktor internal seperti pengalaman berusahatani kelapa clan kebutuhan ternyata tidak mempunyai hubungan nyata dengan tingkat pemanfaatan lahan terbuka di antara pohon kelapa di daerah penelitian.
Keadaan ini dimungkinkan karena motivasi merupakan akibat dari interaksi individu dan situasi. Dalam suatu motif terdapat dua unsur pokok yaitu unsur dorongan dan unsur tujuan yang ingin dicapai. Proses interaksi antara kedua unsur ini di &lam diri manusia dipengaruhi oleh faktor dari dalam (internal) dan faktor dari luar (eksternal) diri manusia sehingga menimbulkan motivasi untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Dalam hasil penelitiannya, Prihatini (2000) juga menyimpulkan bahwa mereka yang termotivasi adalah peserta yang mempunyai jumlah tanggungan yang
besar sehingga perolehan hasil usahanya bukan mempakan penghasilan sampingan
untuk mencukupi kekurangan kebutuhan dalam keluarga. Faktor internal yang berpengaruh terhadap motivasi akhir bekerja bagi peserta prokesra (produksi keluarga sejahtera) adalah tingkat pendidikan formal, pengalaman bekerja, kekosmopolitan,
identifikasi din dalam kelompok, dan jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan. Pengalaman bekerja dan jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan dalam faktor internal berhubungan nyata dengan motivasi akhir bekerja peserta prokesra. Sedangkan faktor eksternal peserta prokesra yang berpengaruh terhadap motivasi akhir bekerja adalah penghasilan suami, kesempatan berusaha, dan pola interaksi anggota dalam kelompok. Yuhana (1983) dalam hasil penelitiannya menemukan bahwa secara urnurn faktor-faktor yang mempengaruhl motif petani di negara-negara Asia dalam menerapkan paket anjuran berusahatani padi, yaitu: urnur petani, tingkat pendidikan,
besar keluarga, pengalaman berusahatani, kelas sosial, kontak dengan penyuluh, status penyakapan, keanggotaan koperasi, luas kepemilikan lahan, keragaman memperoleh kredit pertanian, penyediaan sarana produksi dan keadaan fasilitas irigasi. Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadinya tingkah laku disebabkan oleh adanya kebutuhan yang dirasakan oleh manusia. Kebutuhan yang dirasakan ini ditimbulkan oleh suatu dorongan tertentu, dan kebutuhan yang terdapat dalam diri manusia menimbulkan keadaan siap untuk berbuat sesuatu untuk memenuhi kebutuhan tadi. Keadaan siap tersebut kemudian di arahkan pada suatu kegiatan konkrit yang diduga dapat memuaskan keb-
yang dirasakannya yang
disebut dengan motif. Menurut Petri (1981) ada lima faktor penyebab timbulnya motivasi, yaitu: (1) kekuatan dalam tubuh yang menimbulkan rangsangan untuk melakukan suatu kegiatan tertentu, (2) faktor kehuunan yang menimbulkan kehgimm-keinginan
naluriah, (3) hasil proses belajar, (4) hasil dari interaksi sosial, dan (5) akibat dari . proses kognisi. Pendapat ini dapat dilihat dari hasil penelitian Aziz (2000) tentang hubungan antara motivasi dan lingkungan kerja. Azis menemukan beberapa faktor lingkungan kerja yang mempengaruhi kernarnpuan TLD (Tenaga Lapangan Dikmas) mengelola program Dikmas, diantaranya adalah fasilitas, tunjangan atau pendapatan selain insentif, dan hubungan kerja baik sesama TLD kepada atasan langsung (Penilik Dikmas) maupun lintas sektoral. C
Motivasi Bisnis
Pengertian motivasi kerja sebagaimana halnya pengertian umum mengenai motivasi yaitu kondisi yang mengaktifkan individu dalam melakukan pekerjaan tertentu secara sungguh-sungguh dan berkesinambungan. Menurut Steer dan Porter (1979)- motivasi kerja sebagai suatu sistem antara kekuatan internal dan eksternal. Motivasi diartikan sebagai kekuatan internal yang mendorong individu untuk mendapatkan berbagai macam cam, clan kekuatan eksternal atau kondisi lingkungan sebagai pemicu dorongan internal. Dengan demikian, motivasi kerja meruf>akansuatu kondisi yang menunjuk! adanya indikasi kesungguhan, clan ketekunan yang mengarah pada suatu objek yaitu pekerjaan tertentu, secara sungguh-sungguh dan berkesinambungan. Motivasi kerja menurut Bafadal (1992) dinyatakan sebagai salah satu variabel yang sangat mempengaruhi kualitas dan kuantitas kerja seseorang.
Flippo dalam Hasibuan (1995), menyatakan motivasi adalah suatu keahlian, dalam mengarahkan pegawai dan organisasi agar mau bekerja secara berhasil tercapai
keinginan para pegawai sekaligus tujuan organisasi. Dengan perkataan lain motivasi adalah pemberian &ya penggerak yang menciptakan gairah kerja seseorang, agar
mau bekerjasama, bekeja efektif dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan. Motivasi bekerja atau berusaha m e r u m faktor yang dapat ditangani karena merupakan faktor lingkungan. Sebelumnya Atkinson (1964) juga menyatakan bahwa kekuatan motivasi sebagai bentuk fungsi persamaan yang dipengaruhl oleh: (1) motif, (2) harapan, dan (3) insentif. Kekuatan motivasi untuk melakukan kegiatan adalah firngsi dari: (1)
motif, yaitu kekuatan yang menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu dalam memenuhi kebutuhan maupun kepentingannya, (2) harapan, yaitu kemungkinan ataupun keyakinan perbuatan seseorang dapat mencapai tujuannya, dan (3) insentif, yaitu imbalan atau ganjaran yang diharapkan demi tercapainya tujuan. Azis (2000) dalarn penelitiannya juga mengemukakan bahwa untuk meningkatkan motivasi TLD dalam rangka kemampuannya mengelola programprogram Dikmas, pertama perlu adanyid peningkatan pemberian insentif atau honor. Hal ini juga dijelaskan dalam dua aspek yang berkaitan dengan motivasi kerja, yaitu: motivasi intrinsik clan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik yang mempengaruhi kemampuan TLD mengelola program Dikmas ackdah mengembangkan diri, melibatkan diri dalam masyarakat, berprestasi, dan mengatur organisasi. Motivasi ekstrinsik yang mempengmh kemampuan TLD mengelola program Dikmas adalah mendapatkan uang, menmi lapangan pekerjaan, dan mendapdm status.
Tetapi Jung (1978) melihat motivasi dari sisi yang berbeda, menurutnya terlalu sederhana mengasumsikan motivasi utama untuk bekerja adalah ekonomi. Bekerja juga memberikan konsekuensi psikologis yang bermakna bagi seseorang. Jung lebih lanjut menjelaskan bahwa terdapat dua aspek yang berkaitan dengan motivasi bekerja, yaitu: 1) motivasi intrinsik dan 2) motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik dari pekerjaan adalah untuk memenuhi kebutuhan individu seperti: mengembangkan kreativitas, untuk berprestasi, untuk melibatkan din, membirnbing orang lain dan mengatur organisasi yang lebih kompleks. Motivasi ekstrinsik timbul jika yang mendorong untuk bertindak adalah nilai-nilai yang berasal dari luar individu tersebut, seperti: gaji, kondisi, pekerjaan, kebijaksamadperaturan tempat bekerja.
Dari teori-teori motivasi dan hasil-hasil penelitian diatas, maka untuk penelitian ini
motivasi kerja, dalam operasionalnya disebut motivasi berusaha
(motivasi bisnis). Usahanya yaitu pengembangan sentra agribisnis ternak kambing PE
di Kecamatan Girimulyo dan Samigaluh, Kabupaten Kulonprogo. Usaha-usaha yang dilakukan diduga karena adanya motif, harapan dan insentif Motif yang artinya dorongan, timbul karena dari segi sumberdaya alarn wilayah ini mempunyai potensi, terutama bibit temak kambing PE. Keadaan ini membuat peternak kambing PE berharap agar suatu ketika usaha ini membawa perubahan perekonomian yang signifikan, sehngga pada akhirnya mereka mendapahn insentif sesuai dengan yang diharapkan. Usaha menggiatkan motif-motif tersebut menjadi tin@
laku konkrit yang
disebut dengan tingkah laku bermotivasi. Dengan demikian produktivitas akan
tercapai apalagy jika didukung ketersediaan sarana dan prasarana yang diperlukan seperti intensitas penyuluhan,
ketersediaan modal,
teknologi,
lingkungan,
perencanaan bisnis yang baik, dan posisi bisnis kambing PE itu sendiri. Dikatakan juga bahwa motivasi adalah suatu keahlian mengarahkan individu ataupun organisasi agar tercapai tujuan yang dikehendaki. Untuk sampai pada kondisi tersebut diperlukan berbagai upaya, dan salah satunya melalui komunikasi. Menurut Robbins (2001) komunikasi menjalankan ernpat fungsi utama di dalam suatu kelompok atau organisasi, yaitu: kendali, motivasi, pengungkapan emosioml, dan informasi. Salah satu bentuk komunikasi adalah komunikasi antar pribadi (komunikasi interpersonal), dan dalam penelitian ini digunakan karena diduga sentuhan personal yang sifatnya persuasif diyakini dapat menjadi media terjadinya keefektivan komunikasi. Komunikasi akan efektif jika ketepatannya dapat ditingkatkan dan gangguannya diperkecil, dengan demikian ditemukan pengeldlaan informasi jrang diterima yang disebut dengan persepsi. Motivasi dalam Kelompok
Disamping menyelesaikan suatu tugasflcerja, suatu kelompok harus marnpu
untuk mengatur hubungan antara para anggotanya Membangun kepuasan kelompok diarahkan pada fungsi kelompok dalam membangun serta memelihara kepuasan dalam kelompok. Suatu kelompok yang efektif memberikan perhatian pada cara <
bagamana tugas-tugas dilaksanakan, tmgkat kepuasan para anggota kelompok dengan prosedur-prosedur dalam kelompok. Para pelaksana clan peneliti telah
menemukan tiga unsw yang mempengaruhi proses dan kepuasan kelompok yaitu: komunikasi kelompok, norma-norma kelompok, dan ikatan kelompok. Dari hasil penelitian Prihatini (2000) diungkapkan bahwa kelompok ham dapat menciptakan kegiatan yang menarik bagi anggota serta dapat memungkinkan setiap anggota melakukan komunikasi dengan baik mengenai u s h n y a . Sebaiknya kelompok menyusun strategi dan p r o g m kerja bersama-sama anggota kelompoknya sehingga dapat terus menumbuhkan motivasi berusaha dikalangan anggotanya terutama dibidang perencanaan dan manajemen usaha. Dalam kaitan itu Hirawan (1998) menunjukkaannya dengan menyatakan bahwa hubungan faktor-faktor motivasi kondusif dengan efektivitas komunikasi penyuluh pertanian di tingkat kelompok tani diperlihatkan oleh hubungan yang nyata antara faktor-faktor eksternal motivasi kondusif dengan faktor-faktor internal motivasi kondusif. Faktor-faktor internal motivasi kondusif berhubungan dengan efektivitas komunikasi penyuluh pertanian di tingkat kelompok tani dan antara faktorfaktor eksternal motivasi kondusif dengan efekhvitas komunikasi penyuluh pertanian di tingkat kelompok tani. Untuk itu perlu dilihat kondisi kondusif, baik yang sifatnya internal maupun ekstemal di dalam kelompok. Silver (1983) menyatakan bahwa penguatan untuk melakukan suatu aksi atau terlibat dalam aksi adalah sinonim dengan m o t i w i untuk melakukan suatu aksi. Suatu kekuatan dapat dianggap sebagai kecenderungan hati (proclivity) menuju ke suatu aksi tertentu Arah dan intensitas dari kekuatan ini
ditentukan oleh tin*
daya tarik dari hasil-hasil langsung suatu aksi dengan harapan
bahwa aksi ini akan menghasillran suatu hasil tertentu. Dalam teori penguatan
(reinforcement theory), mempunyai suatu pendekatan perilaku (behavioristic), yang berargumen bahwa penguatanlah yang mengkondisikan perilaku dan ini disebabkan oleh lingkungan. Teori penguatan mengabaikan keadaan internal dari individu dan memusatkan semata-mata hanya pada apa yang terjadi pada seseorang bila ia mengambil suatu tindakan (Robbins, 200 1). Motivasi juga disebut suatu aksi yang merupakan suatu kombinasi dari harapan-harapan (expectations) seseorang bahwa aksi tersebut akan mempunyai suatu hasil tertentu, dan manfaat (utilify) dari hasil tersebut dalam hubungamya dengan hasil-hail lainnya. Dalam teori harapan Robbins (2001), kuatnya kecenderungan untuk bertindak dalam suatu cara tertentu bergantung pada kekuatan suatu pengharapan bahwa tindakan itu akan diikuti oleh suatu keluaran tertentu dan pada daya tarik dari keluaran tersebut bagi individu itu. Teori motivasi yang disusun oleh Victor Vroom (1964) dalam Silver (1983) adalah adanya perbedaan yang halus antara harapan-harapan orang mengenai hasil-hasil dari aktivitasnya sendiri, dan manfaat y a g dipersepsi dari hasil-hasil tersebut mtuk mencapai hasil-hasil lainnya. Ikatan kelompok berarti perasaan yang dimiliki oleh suatu kelompok dan
perasaan perorangan anggota kelompok itu bahwa ia termasuk bagian dari kelompok. Kelompok-kelompok dengan ikatan kelompok yang erat umumnya mempunyai komunikasi yang efektif, intensif dan dihargai antar anggota. Untuk itu ada empat
cara untuk mempererat ikatan kelompok, yaitu: mengidentifikasikan diri tiap anggota dengan kelompok, membangun suatu tradisi kelompok terutama kebiasaan-kebiasaan yang dis&
para anggota kelompok, mengupaydmn agar kelompok mengenali dan
menghargai hasil pekerjaan yang bruk, menentukm tujum-tujw kelompok dengan
jelas dan dapat dicapai. Dalam kelompok-kelompok den*
ikatan kelompok yang
kuat, para anggota merasakan satu persaudaraan yang erat antar mereka Komunikasi
Menurut Robbins (2001) tidak ada kelompok yang dapat eksis tanpa ' C
komunikasi: pentransferan makna di antara anggota-anggotanya Hanya lewat pentransferan makna dari
sate
orang ke orang lain informasi dan gagasan dapat
dihantarkan. Disarnping untuk menanamkan makna, komunikasi juga harus dipaharni. Komunikasi menjalankan empat h g s i utama di dalam suatu kelompok atau organisasi: kendali (kontrol, pengawasan), motivasi, pengungkapan emosional, dan
Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau merubah sikap, pendapat atau perilaku, baik langsung secara lisan maupun tidak langsung melalui medm, yang komponenkomponennya meliputi komunikator, pesan, media, komunikan dan efek (EffenQ,
Pada studi rise komunikasi khususnya &lam ha1 penyebaran inovasi Rogers (1971) juga banyak m e m W perhatian pada studi riset komunikasi. Menurut Rogers dalam Cangara (1998) komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari
sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Klasifikasi tip atau bentuk komunikasi di kalangan para pakar berbeda
satu sama l a h y a , dan didasarkan atas sudut pandang masing-masing pakar menurut
Komunikasi yang terjadi di dalam kelompok merupakan mekanisme fundamental dengan mana anggota-anggota menunjukkan kekecewaan dm rasa puas mereka. Oleh karena itu, komunikasi menunjukkan ungkapan emosional dan perasaan dan pemenuhan kebutuhan sosial. Fungsi terakhir yang dilakukan oleh komunikasi berhubungan dengan perannya dalam mempermudah pengarnbilan keputusan. Komunikasi memberikan informasi yang diperlukan individu dan kelompok untuk mengambil keputusan dengan meneruskan data guna mengenali dan menilai pilihan-pilihan alternatif Shiddieqy (2001) dalarn hasil penelitiannya menyatakan bahwa salah satu faktor yang berhubungan positif dan nyata dengan tingkat adaptasi terhadap sistem SPKS (Surat Perjanjian Kerja Sama) sebagai implementasi sistem pemberian dana langsung kepada kelompok tani adalah beberapa aspek perilaku komunikasi seperti: tingkat kekosmopolitan, keterdedahan media massa dan partisipasi sosial. Faictorfaktor yang berhubungan nyata secara positif dengan perilaku komunikasi petani
dalam beradaptasi terhadap sistem SPKS adalah faktor karakteristik individu dan faktor karakteristik kelompok. Beberapa aspek dari faktor kamkteristik individu yang mendukung perilaku komunikasi meliputi: pendidikan formal, pendidikan non fonnal, tingkat pendapatan
dan luas lahan garapan. Makin tinggi pendidikan formal petani cendemg makin tinggi tingkat kekosmopolitan dan aksesnya terhadap jaringan komunikasi lokal.
Makin sering petani mengikuti latihan-latihan, temyata makin kosmopolit, makin akses terhadap jaringan lokal serta makin aktif beqmtwipasi sosial, demikian pula halnya dengan tingkat pendidkin dan luas lahan garapan.
Keefektivan Komunikasi Riset menunjukkan bahwa komunikasi yang jelek paling sering disebut sebagai surnber konflik antar pribadi. Salah satu kekuatan yang paling menghambat suksesnya kinerja kelompok adalah kurangnya komunikasi yang efektif. Suasana keakraban ini kemudian berkembang membuat komunikasi menjadi efektif. Lionberger (1982) mengemukakan faktor yang mempengaruhi reputasi sumber informasi (komunikator), yaitu kredibilitasnya dalarn pengetahuan teknologi yang marnpu diadaptasikan terhadap situasi setempat dan aksesibilitasnya dalam hubmgan interpersonal yang didasari sikap hangat dan bersahabat.
Dari hasil penelitian Hirawan (1998) tentang efektivitas komunikasi penyuluh pertanian di tingkat kelompok tani berdasarkan faktor-faktor motivasi kondusif di Kabupaten Sukabumi, mengungkapkan bahwa faktor-faktor pendorong efektivitas komunikasi penyuluh pertanian adalah kuatnya hubungan interpersonal, tingginya status jabatan, baiknya jaminan keamanan, pekerjaan yang menantang, meningkatnya rasa tanggrlflgjawab serta pertumbuhan dan perkembangan kerja. Sedangkan faktorfaktor penghambat efektivitas komunikasi penyuluh pertanian adalah kurang tepatnya kebij&
dan administrasi penyuluhan pertanian, lemahnya supervisi
penyuluhan pertanian, kurangnya dukungan fasilitas operasional, kurang memadainya penghasilan penyuluh pertanian, belum ommalnya prestasi kerja serta b g n y a pengakuan dan pen-gaan
atas keberhasilan kerja.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Hanafie (1998) mengungkapkan bahwa
kadcteristik komuuikator menunjang efektivitas komunikasi interpersonal pimpinan dan menentukan pengaruh terhadap perubahan sikap dan selanjutnya memotivasi
komunikan kearah perilaku yang dikehendaki komunikator. Kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempenganihi kelompok untuk bergerak kearah
tujuan kelompok Cragan dan Wright (1980) dalam Rakhmat (1998). Kepemimpinan
adalah faktor yang paling menentukan keefektivan komunikasi kelompok. Keefektivan komunikasi yang berlangsung ditentukan oleh kesamaan pengertian antara pengirim pesan dengan penerima pesan. Komunikasi dinilai efektif apabila rangsangan yang disampaikan dm yang dimaksudkan oleh pengirim dan sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima (Tubbs, 1996). Jika S adalah pengirim pesan dan R adalah penerima pesan, maka komunikasi disebut mulus dan lengkap bila respon yang diinginkan S sama dengan respon yang diberikan R. R/S = 1; R = makna yang ditangkap penerima, S = makna yang dimaksud pengirim, nilai 1 menunjukkan kesempurnaan penyamaan dan penerimaan pesan Goyer dalam Tubbs (1996). Untuk sampai pada kesamaan pengertian, pesan komunikasi dipengaruhi oleh: 1) kejelasun pesan, 2) cara menyampaikan pesan, 3) perilaku, 4) situasi (tempat dan
waktu) komunikasi. Menurut Berlo (1960), komunhsi akan berjalan efektif apabila ketepatannya (fidelity) dapat d i t i n g k a b dan gangguannya &pat diperkecil. Oleh karena itu untuk meaingkatkan kekpatan dan mengurangi gangguan harus terjadi pada setiap unsur komunikasi, yaitu: 1. Seorang komunikator ham memiliki keterampilan berkomunikasi, bersikap positif terhadap komunikan dan pesan yang disampaikan serta mampu
menyesuaikan diri dengan sistem sosial budaya.
2. Seorang komunikan harus meiniliki kemampuan berkomunikasi, bersikap positif terhadap komunikator dan pesan yang disampaikan, memahami isi pesan yang disampaikan, serta perilaku kebiasaan dalam menerima dan menafsirkan pesan. 3. Pesan yang disampaikan harus memenuhi persyaratan W e atau bahasa pesan, kesesuaian isi pesan dengan tujuan komunikasi, serta pemilihan dan pengaturan
bahasa dan isi pesan. 4. Media komunikasi hams sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, sesuai dengan isi pesan, sesuai dengan situasi dm kondisi masyarakat, serta efisien dalarn mernilih media. Prinsip penggunaan media hams &pat dilihat, didengar, disentuh, dicium dan dirasakan. Menurut Schramm (1973) keefektivan komunikasi ditujukan oleh kondisi saling melengkapi antara komunikasi dengan penggunaan media komunikasi dalam mengantarkan suatu perubahan. Tanda-tanda komunikasi yang efektif paling tidak menimbulkan lima hal, yaitu pemahaman, kesenangan, mempengarulzi sikap, hubmgan sosial yang baik dan tindakan (Rakhmat, 1986).
Hal senada dikemukakan Tubbs dan Moss dalam Mulyana (1996), bahwa
ukuran bagi komunikasi yang efektif adalah pemahaman, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik dan tin-.
Den-
d e a n &pat dikatakan
bahwa keefektivan komunikasi didekati dari unsur-mur komunikasinya, yaitu frekuensi kunjungan, ketepatan materi yang disamlxdm, penggunaan media komunikasi dan ketempilan berkomunikasi. Berdasarkan uraian komunikasi diatas, keefektivan kornunikasi yang
dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kondisi yang menghdhsikan pemahaman,
kesenangan, sikap, hubungan sosial dan tindakan. Komunikasi interpersonal dengan
unsur arah, media dan pesan diduga berhubungan dengan keadaan tersebut.. Arah komunikasinya cendemg vertikal atau horizontal, medianya menggunakan tatap muka atau menggunakan media lain, dan pesannya berhubungan atau tidak dengan pengembangan ternak kambing PE. Komunikasi Interpersonal
Ada
beberapa
(intrapersonal
bentuk
communications),
komunikasi
yaitu
komunikasi
komunikasi
antarpribadi
intrapribadi (interpersonal
communications), komunikasi kelompok kecil (small group communications), komunikasi kelompok besar (large group communications) dan komunikasi massa (masscommunications).
Komunikasi
intrapribadi
berlangsung
pada
diri
sendiri
sebelurn
berkomunikasi dengan orang lain. Komunikasi antarpribadi berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka. Komunikasi kelompok kecil ditujukan kepada kognisi komunikan dan prosesnya berlangsung secara dialogis. Komunikasi kelompk besar ditujukan kepada afeksi komunikan dan prosesnya berlangsung secara linier. Komunikasi massa berlangsung melalui media massa modem seperti surat kabar, siaran radio televisi, film dan sebagainya. Komunikasi yang paling
ampuh adalah komunikasi antar pribadi (hmunikasi interpersonal) dan komunikasi kelompok kecil sebab bisa berlangsung hubungan dialogis antara komunikator dengan komunikan (Effendi, 1993).
Son (1991) dalam hasil penelitiannya mengun-
bahwa hubungan
sangat nyata antara aktivitas komunikasi wawan muka (komunikasi interpersonal) dengan pengetahuan KB wanita PUS di Desa Semplak dan Desa Wargajaya, memberikan petunjuk kuat bahwa penyebarluasan informasi KB pada masyarakat yang kondisinya belum siap secara intern untuk melakukan aktivitas komunikasi, hanya a h efektif melalui saluran interpersonal. Dari hasil penelitian Agustina (2000) tentang hubungan komunikasi interpersonal dan pengalaman kerja dengan sikap pegawai negeri sipil juga terungkap bahwa terdapat hubungan yang sangat nyata antara komunikasi interpersonal dengan sikap pegawai terhadap pekerjaan. Model komunikasi interpersonal efektif di kantor BPS Sumatera Selatan merupakan perpaduan antara sudut pandang humanistik yang mempertimbangkan keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan dengan sudut pandang pragmatik, yang menekankan pada kepercayaan diri, kebersatuan, manajemen interaksi, daya ekspresi dan orientasi ke pihak lain. Tapi menurut Depari dan McAndrew (1385), bahwa komunikasi antar pribadi untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan untuk masyarakat pedesaan ternyata terdapat kesulitan. Umumnya pesan-pesan tersebut sarnpainya tidak merata. Faktor transportasi, walctu, biaya, keterbatasan jumlah penyuluh pembangunan, merupakan hambatan-hambatan pokok bagi tercapainya komunikasi anta pribadi yang efektif. Devito (1997), mengemulcakan bahwa kommikasi interpersonal adalah komunikasi antar dua orang yang lazimnya mempunyai beberapa tujuan seperti mengenal, berhubungan, mernpengaruhi, bermain dan membantu Barnlund dalam Goldberg (1985), mengatakan bahwa yang dirnaksud dengan komunikasi
interpersonal bisa melibatkan dua atau lebih individu yang secara fisik berdekatan untuk menyampailcan dan menjawab pesan baik secara verbal maupun non verbal. Goldberg sendiri mengungkapkan bahwa komunikasi antar pribadi biasanya dikaitkan dengan pertemuan antara dua, tiga, atau mungkin empat orang terjadi secara spontan dan tidak berstruktur. Hingga sekarang komunikasi antar pribadi (interpersonal communication) didefinisikan berdasarkan karakteristik dari suatu situasi jumlah orang yang terlibat, jarak fisik di antara mereka, dm potensinya untuk memberikan umpan balik seketika itu juga dan bukamya menundanya. Komunikasi menjadi lebih bersifat antar pribadi apabila para komunikatornya menjadi lebih bersahabat @miliar) dan melihat komunikasi antar pribadi sebagai suatu persoalan mengenai tingkat atau derajat. Jadi interaksi di antara sesarna teman lebih bersifat antar pribadi dibandingkan dengan yang terjadi di antara sesama orang yang masih asing. Komunikasi antar pribadi berkembang apabila orang-orang yang terlibat komunikasi sudah lebih mengetahui tentang pribadi sesamanya (Reardon, 1987). Dalam komunikasi interpersonal aspek hubungan sangat menonjol, karena komunikasi interpersonal merupakan suatu bentuk komunikasi yang lebih menyentuh
pada sisi pribadi individu yang terlibat di dalamnya. Dengan demikian aspek psikologis menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan agar dicapai proses komunikasi yang efektif Hal ini &pat dilihat dari apa yang dikemukakan oleh Rakhmat (1991 ) bahwa komunikasi interpersonal adalah proses pengolahan informasi yang meliputi sensasi, persepsi, memori, dan berpikir. Hal yang sangat penting dalarn pengelolaan informasi adalah persepsi. Selanjutnya diungkapkan bahwa persepsi
adalah pengalaman tentang objek, peristiwa,atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Berbagai proses psikologis ini hendaknya dikendalikan, sehingga pesan yang dipersepsikan sesuai dengan realita yang sebenarnya, dan pada akhirnya menuju pada proses komunikasi interpersonal yang efektif
Dengan demikian jelaslah bahwa pemahaman terhadap komunikasi interpersonal yang terpenting adalah adanya suasana personal (pribadi) yang memunglunkan
seseorang
saling
mengenal,
berhubungan,
membantu,
mengungkapkan lebih dalam dari sisi perasaan dan kejiwaan. Jarak yang dibuat individu dalam hubungannya dengan orang lain menunjukkan tingkat keakraban di antara mereka (Rakhmat, 1998). DeVito dalam Thoha (1983) mengatakan bahwa komunikasi antar personal akan efektif bila memperhatikan faktor, seperti keterbukaan, empati, dukungan, kepositifan dan kesamaan Disamping itu perlu juga diperhatikan prinsip homophily
dan heterophily. Homophily menunjukkan kepada suatu derajat kesamaan antar dua belah pihak yang terkait dalam komunikasi antarpersonal, sedangkan heterophiZy adalah derajat perbeciaan antara dua pihak tersebut. Perbedaan dan persamaan ini hanya menunjuk kepada hal-ha1 seperti umur, agama, politik, tingkat sosial budaya, pendidikan dan lain-lain. Menurut Reardon (1987) ada tujuh karakteristik yang membedakan antara komunikasi interpersonal dengan bentuk-bentuk komunikasi laimya yaitu: 1. Komunikasi interpersonal mencakup perilaku verbal clan non verbal.
2. Komunikasi interpersonal mencakup perilaku-perilaku yang spontan, terdiskripsi atau disertai pemikiran dan beberapa kombinasinya. 3. Komunikasi interpersonal tidak statis, melainkan berkembang.
4. Komunikasi interpersonal mencakup urnpan balik pribadi (personal feedback), interaksi dan ada kesepakatan. 5. Komunikasi interpersonal dibimbing oleh aturan-aturan intrinsik dan ekstrinsik
6. Komunikasi interpersonal merupakan suatu aktivitas. 7. Komunikasi interpersonal dapat mencakup persuasi
Proses Komunikasi Interpersonal
Proses komunikasi interpersonal dapat dibayangkan sebagai suatu proses atau aliran. Pola alir dari komunikasi mernperhatikan bagaimana individu mernilih saluran komunikasi. Komunikasi dapat mengalir secara vertikal atau lateral. Dimensi vertikal dapat dibagi lebih lanjut menjadi ke bawah dan ke atas. Komunikasi yang mengalir
dari satu tingkat dalam suatu kelompok atau organisasi ke tingkat yang lebih bawah merrlpakan komunikasi ke bawah. Pola itu digunakan oleh pemimpin kelompok dan manajer
untuk
menetapkan
tujuan,
memberikan
instruksi
peicerjaan,
menginformasikan kebijakan dan prosedur kepada bawahan, menunjukkan masalah yang memerlukan perhatian, dan mengemukakan umpan balik tentang kinerja Komunikasi keatas mengalir ke suatu tingkat yang lebih tinggi dalam kelompok atau organisasi. Digunakan untuk memberikan umpan balik kepada atasan, menginfonnasikan mereka mengenai kemauan tujuan, dan meneruskan masalah-
masalah yang ada. Komunikasi ke atas menyebabkan para naanajer menyadari
perasaan para karyawan terhadap pekerjaannya, rekan sekerjanya, dan organisasi
secara urnurn. Manajer juga mengandalkan komunikasi ke atas untuk mendapatkan gagasan mengenai bagaimana segala sesuatu dapat diperbaiki. Komunikasi horizontal tetap diperlukan meskipun komunikasi vertikal suatu organisasi atau kelompok efektif. Komunikasi horizontal sering diperlukan untuk menghemat waktu dan memudahkan koordinasi. Hubungan lateral dalam beberapa kasus didukung secara formal. Komunikasi lateral dilihat dari segi manajemen, bisa baik, bisa buruk Karena kepatuhan yang ketat terhadap struktur vertikal yang formal untuk semua komunikasi dapat menghambat tranfer infonnasi yang efisien dan cermat, komunikasi lateral dapat bermanfaat (Robbins, 200 1).
Halim (1999) &lam hasil penelitiannya tentang analisis persepsi efektivitas komunikasi organisasi dalam pengembangan pola karir pegawai negeri sipil di lingkungan pemerintah daerah tingkat I1 Sukabumi, menyimpulkan bahwa pola komunikasi organisasi yang dianggap paling baik adalah komunikasi vertikal, kemudian diikuti komunikasi horizontal, komunikasi diagonal dan komunikasi bermedia, meskipun secara keseluruhan semua berhubungan sangat nyata terhadap efektivitas komunikasi organisasi. Faktor Internal Sumber (komunikator) mengawali suatu pesan dengan penglcodean suatu pikiran, dan kondisi ini dipengaruh~oleh keterampilan, sikap, pengetahuan, dan sistem sosial budaya. Masalah komunikasi tejad. bila ada penyimpangan atau
rintangan dalam aliran tersebut dan ini berkaitan dengan model komunikasi. Distorsi dapat menganggu proses komunikasi yang berlangsung. Penciapat ini juga dikemukakan oleh Berlo (1960) yang mengungkapkan bahwa kegagalan utarna dalarn berkomunikasi adalah ketidakberhasilan dalam menyampaikan isi pesan secara cermat. Keefektivan komunikasi berhubungan dengan gangguan dan ketepatan serta unsur-unsur komunikasi yang berada di dalamnya. Unsur-unsur komunikasi meliputi komunikator, encoder, pesan, saluran, decoder, dan komunikan. Faktor-faktor yang perlu mendapat perhatian untuk meningkatkan ketepatan adalah: (1) kemampuan berkomunikasi, (2) sikap, (3) tingkat pengetahuan,
dan (4) posisi dalam suatu sistem sosial budaya Rakhrnat (1991) juga mengungkapkan bahwa persepsi adalah mernberikan makna pada stimulir inderawi. Ketepatan persepsi akan menentukan ketepatan makna pesan yang akan dikirimkan komunikator maupun yang akan diterima komunikan. Faktor internal s e w pengalaman, motivasi, dan kepribadian berpengaruh terhadap persepsi interpersonal. Hasil penelitian Sabti (1997), motivasi diawali dengan keinginan yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Keinginan tersebut muncul melalui proses persepsi yang diterima seseorang. Proses persepsi irli ditentukan oleh kepribadian, sikap, pengalaman, dan harapan seseorang. Dalam penelitian ini faktor internal, yaitu: pendidikan, pengetahuan beternak kambing PE, keteratnpilan beternak kambing PE, dan pengalaman beternak kambing PE. Dalam proses komunikasi interpersonal kondisi internal juga diketahui mempengaruhi m s i r a n pesan. Faktor i n t e d diduga berhubungan dengan
perbedaan dalam penerimaan informasi, kemampuan mempersepsi, sehingga lceinginan dan perilaku tiap individu juga berbeda.
Keterdedahan Media Massa Dixon (1982) dalam Mardikanto (1993), menyatakan bahwa kosmopolit adalah tingkat hubungan seseorang dengan "dunia luar" di luar sistem sosialnya. Hal tersebut dicirikafi oleh frekuensi dan jarak perjalanan yang dilakukan, serta pemanfaatan media massa. Tingkat adopsi dan inovasi dapat berlangsung lebih cepat pada masyarakat yang relatif lebih kosmopolit. Sejalan dengan pandangan Dixon, Robert Merton dalam Muhadjir (1983) menyatakan bahwa kriteria kosmopolit adalah sebagai berikut: 1. Orientasi. Perhatian yang tinggi yang dimiliki oleh seseorang pada masyarakat
dan berusaha menjaga hubungan baik, mempunyai pandangan lebih terbuka pada orang lain, dan menyadari akan kedudukan individu sebagai bagian integrasi dunia.
2. Struktur hubungan sosial. Individu lebih mobil, dalam mernilih teman szlektif, dan lebih suka bergabung dalam organisasi yang memun&nkan pengembangan keterampilan dan pengetahuannya. 3. Komunikasi. Minatnya terhadap media massa lebih mengarah mencari informasi tentang dunia luar. Pengaruh media massa terasa lebih kuat pada masyarakat modem yang memperoleh banyak informasi tentang dunia dari media massa. Realitas yang ditampilkan media adalah realitas yang sudah diseleksi realitas tangan kedua (second
hand reality), sehingga kita cenderung memperoleh informasi yang semata-mata berdasarkan pada apa yang dilaporkan media rnassa.
Dari sejumlah besar penelitian yang telah dilaksanakan untuk menguji efektivitas media massa diketahui bahwa dampak media massa hasil pengukuran dalam hubungannya dengan daya persuasif tarnpaknya kecil saja, karena ternyata &kit
sekali adanya bukti perubahan sikap, apalagi perubahan perilaku nyata
(Rakhmat, 1998). Menurut lasil penelitian Son Haji (1991) tentang aktivitas komunikasi dan perilaku keluarga berencana pasangan usia
subur di Kabupaten Bogor,
mengungkapkan bahwa aktivitas komunikasi melalui radio, televisi maupun media cetak, tidak berhubungan nyata dengan perilaku KB. Hubungan aktivitas menonton siaran TV pengetahuan KB dan hubungan aktivitas komunikasi interpersonal dengan sikap mereka terhadap KB. Astrid (1982), juga mengungkapkan bahwa perilaku komunikasi dalam proporsi mendengarkan radio berkaitan erat dengan tingkat pendidhn, dimana mahn tinggi tingkat pendidikan makin j m g mendengarkan
radio. Berbeda halnya jika
untuk
tingkat
kepemimpinan
dan perilaku
komunikasinya, hasil penelitian Sulastini (1990) mengungkapkan bahwa gaya kepimpinan dan perilaku komunikasi tim penggerak PKK banyak dipengadu dari relatif seringnya mereka mencari informasi dan menyebarkan informasi tentang PKK, relatif sering melakukan kontak dengan penyuluh, serta cukup lama tersentuh media massa.
Dalam penelitian ini akan dilihat proporsi anggota kelompok tani di Kecamatan Girimulyo dan Samigaluh dalam memadaatkan keterdedahan media massa. Dimulai dari mendengarkan radio, menonton televisi dan membaca swat
kabar. Sejauh mana mereka menggunakan media m a s s sebagai surnber informasi bagi pengembangan ternak kambing PE, clan media apa yang mereka pilih untuk maksud tersebut. Kemudian akan dilihat juga hubungannya dengan proses komunikasi yang berlangsung di dalam kelompok baik dari segi arah, media dan pesan yang disampaikan.
Faktor Kelompok Kelompok didefi~sikansebagai dua individu atau lebih, yang berinteraksi
dan saling bergantung, yang saling bergabung untuk mencapai sasaran-sasaran tertentu. Kelompok dapat bersifat formal maupun informal (Robbins, 200 1). Manusia adalah makhluk sosial yang perlu membina hubungan dengan yang berarti antar sesamanya, oleh karena itu manusia juga perlu bergaul dalam kelompok. Kelompok memiliki sumberdaya pengetahuan dan informasi yang lebih besar karena terdapat
beragam latar belakang dan pengalaman ymg dibawa masing-masing individu ke dalam kelompok. Kelompok dapat menerapkan berbagai metode penyelesaian masalah secara kreatif karena biasanya kelompok membuat keputusan yang lebih baik dari individu yang bekerja sendiri dan kelompok memiliki pendekatdmetode yang lebih banyak untuk menyelesaikan masalah. Kemampuan suatu kelompok untuk efektif dapat
dilihat dari kemampuan para anggota kelompok untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan cara yang memuaskan semua anggota kelompok. (Steer dan Porter, 1979) menyatakan bahwa berkumpulnya orang-orang dalam
satu institusi kerja merupakan falctor potensial yang dapat mempengaruhl motivasi dan kepuasan kerja setiap individu dalam kelompok tersebut. Komunikasi dalam kelompok adalah merupakan komunikasi antara seorang dengan orang lain dalam kelompok, berhadapan satu dengan yang lain sehingga memungkinkan terdapatnya kesempatan bagi setiap anggota untuk memberikan respon. Bentuk komunikasi yang berlangsung dalam melakukan komunikasi dalam melakukan pernbinaan kelompok
tani adalah komunikasi interpersonal dan komunikasi kelompok kecil. Anggota kelompok perlu berinteraksi dengan satu sama lainnya secara personal dan bertatap muka, karena komunikasi itu verbal dan non verbal juga. Keberhasilan pembinaan kelompok akan ditentukan oleh keefektifan komunikasi yang berlangsung di dalam kelompok (Steven dan John, 1994). Tujuan kelompok, penekanannya sangat penting. Suatu kelompok yang efektif mempunyai pengertian yang jelas tentang kegunaannya dan tujuannya. Para anggota kelompok seringkali mempunyai interpretasi yang berbeda tentang kegunaan kelompok dan mempunyai tujuan-tujuan yang masing-masing sangat berbeda. Jika rnaksud serta tujuan kelompok cukup jelas dan para anggota merasa terikat olehnya, maka para anggota akan mampu untuk memusatkan tenaga pada tugas-tugasnya serta dapat mengukur kemajuan kelompok dengan patokan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan itu.
Norma, yaitu standar perilaku yang dapat diterima yang digunakan bersama oleh anggota kelompok. Norma memberitahu para anggota apa yang seharusnya dan tidak seharusnya dilakukan pada situasi clan kondisi tertentu. Prosedur-prosedur kerja, peraturan-peraturan, dan ketetapan-ketetapan yang dilembagakan dalam suatu kelompok sangat mempengaruhi ikatan dan komunikasi kelompok. Bila disepakati dan diterima oleh kelompok, norma bertindak sebagai suatu alat untuk mempengaruhi perilaku dari anggota kelompok dengan pengawasan eksternal yang minimal (Robbins, 200 1). Pendapat ini juga dikemukakan oleh Effendi (1993) yang mengatakan bahwa norma adalah nilai ukuran hidup yang menentukan mana yang tidak boleh dilakukan. Nonna mempunyai fimgsi ganda, yaitu mengikat rasa persatuan dan memperteguh rasa persatuan ("we-ness"). Norma-norma tersebut menjadi surnber dasar hidup para anggota kelompok. Ketaatan para anggota terhadap norma-norma itu menentukan ketaatan mereka terhadap kelompoknya. Semakin mendalam "sense of belongingwnya terhadap kelompok, semakin patuh ia pada norma kelompoknya; apalagi kalau ia memiliki "ingroup-feeling" yang dalam. Kepaduan (cohesiveness) y a h , tingkat di mana anggota-anggota kelompok satu-sama lain saling tertarik dan termotivasi untuk tetap berada dalarn kelompok. Kepaduan itu penting karena berhubungan dengan produktivitas kelompok. Hubungan kepaduan dan produktivitas tergantung kepada norma-norma yang berkaitan dengan kinerja yang dibangun oleh kelompok. Jika norma yang berhubungan dengan dengan kinerja itu tinggi, kelompok padu akan lebih produktif
ketimbang kelompok yang kurang padu. Tetapi jika kepaduan itu rendah, meskipun norma kinerja tinggi, produktivitas akan rendah (Robbins, 2001). Pernimpin &pat memainkan peranan penting dalam keberhasilan kelompok. Hampir semua kelompok kerja mempunyai seorang pemimpin formal. Pemimpin berpengaruh terhadap kinerja inhvidu maupun kelompok. Di wilayah pedesaan, petani memperoleh informasi seringkali melalui tokoh non formal yang biasanya juga menjabat sebagai ketua kelompok atau pengurus kelompok. Mereka juga bisa memperoleh informasi dari pimpinan formal atau perangkat desa, media massa atau sumber lainnya. Jarang sekali petani memperoleh langsung informasi pertanian dari sumber penelitian langsung. Devito (1997) mengatakan bahwa dalam mempertimbangkan pemimpin dan kepemimpinan, kita akan memusatkan perhatian kita pada kepemirnpinan situasional, gaya kepemimpinan, dan beberapa fungsi pokok * yang
harus dilakukan oleh seorang pemimpin.
Dari berbagai kelembagaan, salah satu yang perlu dikembangkan di lokai sentra pengembangan agribisnis komoditas unggulan karnbing peranakan PE di wilayah Kulonprogo adalah kelembagaan petani (kelompok petani). Menurut pedoman pernbinaan dan pengembangan kelompok tani nelayan tahun 19961 1997, kelompok tani adalah merupakan kumpdan petani yang terbentuk berdasarkan keakraban dan keserasian serta kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Fungsi kelompok tani adalah sebagai kelas belajar-mengajar, sebagai unit produksi dan sebagai wahana kerjasama petani.
Kelompok tani memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Merupakan kurnpulan petani yang berperan sebagai pengelola usaha tani baik
pria/ wanita dewasa maupun prial wanita muda. 2. Kelompok dibentuk dari, oleh dan untuk petani.
3. Bersifat informal, tetapi mempunyai pembagian tugas dan tanggungjawab atas
dasar kesepakatan bersama baik tertulis maupun tidak tertulis. 4. Mempunyai pengurus yang dipilih dari dan oleh anggota secara demokratis yang terdiri atas Ketua, Sekretaris, Bendahara dan pengurus lainnya sesuai dengan kebutuhan.
5. Mempunyai kepentingan yang sama dalam berusaha tani 6. Sesama anggota saling mengenal, akrab dan saling mempercayai 7. Kelompok tani bergerak dalam memanfaatkan surnberdaya pertanian untuk
meningkatkan kesejateraan
8. Kegiatan usahatani berorientasi pasar secara kooperatif 9. Dalam kelompok tani dildaanakan pembinaan wanita tani dan tanma tani.
Pengembangan Sentra Agribisnis Komoditas Unggulan Kambing Peranakan Etawah di Kabupaten Kulonprogo Agribisnis
adalah
suatu
kegiatan
penanganan
komoditas
secara
komperenhensif mulai dari hulu sampai hilir. Agribisnis pada dasarnya merupakan kegiatan yang sangat luas, dimulai dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi
pertanian hingga ke pemasaran produk-produk yang dihasilkan oleh usahatani maupun komoditas olahannya. Usaha peternakan kambing yang intensif
membutuhkan sarana produksi yang berkualitas baik, seperti bibit, pakan dan tatalaksana pemeliharaan yang harus sesuai dengan kondisi sosial ekonomi dan agroekolog setempat. Faktor kelayakan ekonomi usaha pengembangan peternakan kambing diharapkan dapat meningkatkan aktifitas ekonomi dalam suatu kawasan di pedesaan. Pembangunan komoditas unggulan kambing Peranakan Etawah diikuti oleh pembangunan komoditas penunjang dan kegiatan lainnya yang semi dan dibutuhkan sehingga pembangunan wilayah agroekosistem dengan komoditas unggulannya akan dapat mencapai sasaran yaitu peningkatan kesejahteraan petani dan meningkatkan pertumbuhan perekonomian wilayah tersebut. Sentra pengembangan adalah suatu hamparan komoditas berskala ekonomi di suatu wilayah agroekonomis, di mana wilayah tersebut dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang dibutuhkan, kelembagaan, pengolahadpemasaran dan sektor *lain yang menunjang perkembangan dari sentra komoditas. Komoditas ungulan adalah salah satu komoditas andalan yang paling me~guntungkan untuk diusahakanJdikembangkan, dan dalam ha1 ini wilayah Kabupaten
Kulonprogo
mempunyai
prospek
pasar
dan
peningkatan
pendapatadkesejahteraan petani dan keluarganya yang cukup besar (Kanwil Deptan
dan UGM, 1996). Sasaran yang ingin dicapai di lokasi kegiatan pengembangan sentra agribisnis komoditas unggulan kambing Peranakan Etawah di Kabupaten Kulonprogo meliputi: 1. Komoditas
2. Kelernbagaan
3. Sarana dan prasarana 4. Pengolahan dan pemasaran
Pengembangan komoditas kambing PE di Kecamatan Girimulyo akan menimbulkan industri yang akan saling terkait. Dengan penanganan perkawinan yang baik maka akan dihasilkan kambing bibit yang bermutu tinggi dan diketahui asal usulnya sehingga sertifikasi akan membantu standarisasi harga dan kualitas kambing. Keberadaan rumah potong hewan akan sangat membantu &lam rangka penyediaan dagicg sebagai produk yang dapat dipasarkan, disamping terna! hidup baik untuk kebutuhan domestik maupun luar negeri. Bila diinginkan ekspor dagrng ke luar negeri maka diperlukan industri pengemasan untuk produk tersebut. Hasil kulit
dari pemotongan temak perlu pengolahan baik untuk ekspor maupun untuk kepentingan usaha agrowisata. Produk susu yang dihasilkan memerlukan penampungan untuk disirnpan9dan diolah. Industri pengolahan susu dengan melakukan diversifikasi produk akan membuka pasar bagi produk yang lain. Hasil sampingan kotoran temak akan dapat menghasilkan usaha pupuk kering yang bermanfaat bagi tanaman hias maupun
tanaman perkebunan disamping sebagian besar dikembalikan sebagai pupuk bagi lahan pertaniannya, sehingga kelestarian kesuburan tanah tetap terjaga. Keunggulan komoditas lokal yaitu ternak kambing PE di Ketbupaten Kulonprogo khususnya di Kecamatan Girimulyo, sudah saatnya beranjak dari daerah yang hanya dikenal sebagai wilayah penghasil bibit berkualitas unggul, menjadi wilayah pengembangan sentra agribisnis komoditas unggulan. Proyek pengembangan ini diharapkanmencapai sasaran, yaitu prtumbuhan perekonomian.