1
PENDAHULUAN
Menurut Undang-Undang RI nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab I pasal I pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan dilaksanakan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab. Sejalan dengan itu, hal yang sangat penting untuk diperhatikan adalah motivasi belajar. Masalah umum yang sering dihadapi oleh peserta didik khususnya mahasiswa adalah masih cukup banyak yang kurang termotivasi dalam belajar dan belum dapat mencapai hasil yang memuaskan. Adapun beberapa faktor yang memengaruhi motivasi menurut Woolfolk (2004) adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal tersebut meliputi faktor jenis kelamin dan urutan kelahiran. Faktor eksternal meliputi faktor lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan teman. Lingkungan sekolah dalam hal ini lingkungan perguruan tinggi. Pelayanan pendidikan yang berkualitas menentukan tinggi atau rendahnya perolehan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa berkaitan dengan seberapa besar siswa memiliki keinginan untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar. Keinginan yang kuat serta keterlibatan aktif dalam proses belajar menunjukkan kadar atau kondisi motivasi belajar yang dimiliki siswa (Sidi, 2001). Kualitas Pelayanan pendidikan adalah suatu kondisi yang berhubungan dengan produk, jasa, interaksi, proses serta tindakan penyediaan jasa yang berupa produk/jasa yang diberikan kepada konsumen guna untuk memenuhi keinginan dan kepuasan sesuai dengan kebutuhan pengguna jasa yang berhubungan dengan pendidikan. Lembaga pendidikan tinggi harus memberikan pelayanan yang terbaik. Beberapa bidang pelayanan tersebut meliputi kurikulum program studi,
2
proses pembelajaran, Sumber Daya Manusia (dosen, pegawai, teknisi), mahasiswa, sarana prasarana, dan suasana akademik (Nilakusmawati, 2008). Dari hasil wawancara dengan mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW, penulis menemukan perbedaan pengalaman mengenai hubungan antara kualitas pelayanan pendidikan dengan motivasi belajar. Menurut (N) kualitas pelayanan pendidikan tidak memengaruhi motivasi belajar karena (N) yakin bahwa hal itu kembali pada keinginan dalam dirinya untuk tidak malas belajar. Sedangkan (F) berpendapat
bahwa kualitas pelayanan pendidikan memengaruhi motivasi belajar, terutama ketika kualitas pelayanan pendidikan yang didapatkan olehnya tidak sesuai atau buruk. (F) menambahkan bahwa kualitas pelayanan pendidikan memang memengaruhi motivasi belajar, ketika ia mendapatkan pelayanan pendidikan yang sesuai dengan apa yang harus di dapatkan maka iapun menjadi semangat pula untuk berkuliah dan belajar di Fakultas Psikologi. Dari observasi penulis sendiri memandang mahasiswa yang
merasa bahwa kualitas pelayanan pendidikan yang diberikan oleh Fakultas sesuai dengan yang diharapkan akan memiliki banyak sumber informasi ketika mahasiswa tersebut mengalami kesulitan didalam proses belajar sehingga menunjang motivasi belajar mahasiswa. Hasil penelitian dari Badik (2006) tentang kualitas pelayanan yang diterima oleh mahasiswa, mengindikasikan bahwa kualitas pelayanan yang buruk dapat memengaruhi motivasi belajar seseorang. Penelitian tentang kualitas pelayanan dengan motivasi telah dilakukan sebelumnya, seperti yang dilakukan oleh Wahyuning, Prastawa, Susanty (2009) dimana salah satu simpulan dari penelitian mereka adalah peningkatan kualitas layanan memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap motivasi mahasiswa. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Pujadi (2007) dimana dalam penelitiannya disimpulkan bahwa empat dari faktor-faktor yang diduga memiliki hubungan dengan motivasi belajar mahasiswa yaitu faktor intrinsik dari dalam diri mahasiswa, kualitas dosen, bobot materi kuliah dan metode perkuliahan terbukti memiliki hubungan yang signifikan dengan motivasi belajar, sedangkan dengan dua faktor lainnya yaitu kondisi, suasana ruang kuliah dan fasilitas perpustakaan ternyata tidak signifikan.
3
Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui signifikansi hubungan antara kualitas pelayanan pendidikan dengan motivasi belajar mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW Salatiga.
RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini yaitu: “Apakah ada hubungan positif yang signifikan antara kualitas pelayanan pendidikan dengan motivasi belajar mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW Salatiga?”.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Motivasi Belajar Menurut Santrock(2004), motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki motivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama . Menurut Whittaker (dalam Nursalim, 2007) motivasi adalah kondisi atau keadaan yang mengaktifkan atau memberikan dorongan kepada makhluk untuk bertingkah laku mencapai tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi tersebut. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri mahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku (Uno, 2012). Motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar (Uno, 2012) Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis didalam diri mahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar demi mencapai tujuan.
5
Aspek-aspek Motivasi Belajar Pintrich & Schunk (dalam Reynolds & Miller, 2003) mengungkapan 3 aspek dalam motivasi belajar yaitu expectancy, value , affective. a.
Expectancy (Harapan) Aspek ini berhubungan dengan keyakinan siswa tentang kemampuan mereka untuk memahami materi pelajaran dan mengerjakan tugas.
b.
Value (nilai) Aspek ini mencakup tujuan siswa dan kepercayaan tentang arti pentingnya belajar dan mengerjakan tugas.
c.
Affective (afektif) Aspek ini berhubungan dengan reaksi emosional siswa ketika menghadapi pelajaran dan tugas. Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini mengacu pada pendapat Pintrich
& Schunk (dalam Reynolds & Miller. 2003) yang mengemukakan aspek-aspek motivasi belajar terdiri dari tiga aspek yaitu harapan, nilai dan afektif .
Kualitas Pelayanan Pendidikan Wijaya (2011) mendefinisikan kualitas produk dan jasa sebagai keseluruhan gabungan karakteristik produk dan jasa yang dihasilkan dari pemasaran, rekayasa, produksi, dan pemeliharaan yang membuat produk dan jasa tersebut dapat digunakan memenuhi harapan pelanggan atau konsumen. Kualitas dapat diartikan sebagai keseluruhan sifat dan karakteristik sebuah produk atau pelayanan yang berhubungan dengan kemampuannya untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan (Kotler dan Armstrong, 2001). Sugiarto (1999) mendefinisikan pelayanan sebagai suatu tindakan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan orang lain yang tingkat pemuasannya hanya dapat dirasakan oleh orang yang melayani maupun yang dilayani. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam bahasa Inggris (McLeod,1989), education (pendidikan) berarti perbuatan atau proses
6
perbuatan untuk memperoleh pengetahuan. Dalam Dictionary of psychology (1972) pendidikan diartikan sebagai “ the institutional procedures which are employed in accomplishing the development of knowledge, habits, attitudes, ect. Usually the term applied to formal institution. Jadi, pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap dan sebagainya. Pendidikan dapat berlangsung secara informal dan non formal. Zeithaml & Berry (dalam Ming, 2006) menyatakan bahwa secara tradisional, kualitas layanan telah dikonseptualisasikan sebagai perbedaan antara harapan pelanggan tentang layanan yang akan diterima dan persepsi layanan yang diterima. Sugiarto (1999) berpendapat bahwa kualitas pelayanan merupakan suatu tindakan penyedia jasa atau pelayanan terhadap pelanggan melalui penyajian produk atau jasa sesuai dengan ukuran yang berlaku pada produk atau jasa tersebut untuk memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kualitas pelayanan pendidikan adalah tindakan penyediaan jasa yang berupa produk atau jasa yang diberikan kepada konsumen guna untuk memenuhi keinginan dan kepuasaan sesuai dengan kebutuhan pengguna jasa berhubungan dengan pendidikan. Jika pelayanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan dan kepuasaan yang diharapkan oleh pengguna jasa dalam bidang pendidikan maka pelayanan tersebut bisa dikatakan berkualitas, sebaliknya apabila pelayanan tidak sesuai dengan yang diharapkan dan yang diinginkan oleh pengguna jasa dalam bidang pendidikan maka pelayanan tersebut bisa dikatakan tidak berkualitas. Aspek – aspek Kualitas Pelayanan Pendidikan Zeithaml,
Berry
dan
Parasuraman
(dalam
Tjiptono,
2001)
mengidentifikasikan lima kelompok karakteristik yang digunakan oleh pelanggan dalam mengevaluasi kualitas jasa (pelayanan) yaitu : a. Bukti langsung (tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi.
7
b. Kehandalan (reliability), yakni kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera dan memuaskan. c. Daya Tanggap (responsivennes), yaitu keinginan para dosen dan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap. d. Jaminan (assurance), mencakup kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf; bebas dari bahaya, risiko dan keraguraguan. e. Empati, meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, dan memahami kebutuhan para pelanggan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan aspek kualitas pelayanan Zeithaml, Berry dan Parasuraman (dalam Tjiptono, 2001) karena aspek-aspek tersebut mampu memberikan gambaran yang lebih mendalam tentang kualitas pelayanan yaitu bukti langsung (tangibilies) dan keandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance), empati.
Hubungan Antara Kualitas Pelayanan Pendidikan dengan Motivasi Belajar Fakultas Psikologi UKSW Salatiga Kualitas pelayanan merupakan inti kelangsungan hidup sebuah lembaga. Kualitas pelayanan menjadi tuntutan yang tidak boleh diabaikan jika suatu lembaga ingin hidup dan berkembang. Persaingan yang semakin ketat menuntut sebuah lembaga penyedia layanan/ jasa untuk selalu memberikan pelayanan yang terbaik . Para pelanggan akan mencari produk berupa barang atau jasa dari lembaga yang dapat memberikan pelayanan yang berkualitas kepadanya (Sari,2009). Pelayanan
pendidikan yang bermutu akan menentukan tinggi atau
rendahnya perolehan hasil belajar mahasiswa. Hasil belajar mahasiswa tersebut berkaitan dengan seberapa besar mahasiswa memiliki keinginan yang kuat untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar. Keinginan yang kuat serta keterlibatan aktif dalam proses belajar menunjukkan kadar atau kondisi motivasi belajar yang dimiliki mahasiswa.Motivasi belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor baik
8
internal maupun eksternal. Dalam hal ini termasuk kualitas pelayanan pendidikan dapat mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa. Kualitas Pelayanan yang baik akan memberikan dorongan kepada pelanggan untuk menjalin ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan, dalam konteks ini adalah lembaga pendidikan. Perguruan tinggi sebagai penyedia pelayanan pendidikan mempunyai peran besar dalam menghasikan sumber daya manusia yang berkualitas (Sidi, 2001). Motivasi belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Dalam hal ini termasuk kualitas pelayanan pendidikan dapat mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa. Kualitas Pelayanan yang baik akan memberikan dorongan kepada pelanggan untuk menjalin ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan, dalam konteks ini adalah lembaga pendidikan. Perguruan tinggi sebagai penyedia pelayanan pendidikan mempunyai peran besar dalam menghasikan sumber daya manusia yang berkualitas (Woolfolk, 2004). faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar berasal dari dalam (internal) dan luar (eksternal) individu.Faktor yang berasal dari luar yaitu lingkungan dan pelayanan. Faktor lingkungan terdiri dari alam dan kehidupan sosial. Faktor-faktor yang termasuk kedalam pelayanan atau faktor-faktor yang sengaja dirancang adalah kurikulum atau bahan pelajaran, pengajar, sarana, dan fasilitas serta manajemen. Penelitian sebelumnya tentang kualitas pelayanan dengan motivasi dilakukan oleh Wahyuning, Prastawa, Susanty (2009) dimana salah satu simpulan dari penelitian mereka adalah peningkatan kualitas layanan memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap motivasi mahasiswa. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Moenikia (2011) dimana salah satu kesimpulannya adalah aspek kualitas pelayanan perpustakaan merupakan salah satu prekditor strategi motivasi dan prestasi akademik. Berdasarkan teori-teori di atas, dapat kita lihat bahwa ketika kualitas pelayanan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh seseorang (mahasiswa) akan mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa yang bersangkutan menjadi lebih termotivasi untuk belajar.
9
METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi yang berkuliah di Universitas Kristen Satya Wacana angkatan tahun 2009, 2010, 2011,2012, 2013 berjumlah 767 orang. Sampel yang digunakan sebanyak 25% yaitu 192 mahasiswa. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah insidental, yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memerhatikan strata yang ada dalam populasi. Metode Pengambilan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan skala psikologi. Pengambilan data dilakukan di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua skala psikologi, yaitu Skala Motivasi Belajar dan Skala Kualitas Pelayanan Pendidikan yang item-itemnya diturunkan dari indikator dan aspek masing-masing variabel. Skala disusun berdasarkan pada definisi operasional yang kemudian dibuat menjadi kisi-kisi. Skala ini bertujuan untuk mengungkap ada-tidaknya hubungan antara Motivasi Belajar dan Kualitas Pelayanan Pendidikan. Penulis menggunakan metode pengisian skala psikologi karena pengumpulan data lebih mudah dan subjeklah yang paling tahu akan keadaan dirinya. Skala psikologi disusun dengan menggunakan skala likert yang disesuaikan dengan jenis narasi pertanyaannya, yaitu apakah narasi pertanyaan bersifat negatif (unfavourable) atau positif (Favourable) . Skor untuk skala psikologi ini adalah sebagai berikut: Jenis pertanyaan positif (Favourable), jika Sangat Setuju (SS) adalah 4, Setuju (S) adalah 3, Tidak Setuju (TS) adalah 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) adalah 1. Begitu juga sebaliknya untuk pertanyaan negatif (Unfavourable), jika Sangat Setuju (SS) adalah 1, Setuju (S) adalah 2, Tidak Setuju (TS) adalah 3, dan Sangat Tidak Setuju (STS) adalah 4.
10
HASIL PENELITIAN Analisis Deskriptif Variabel Kualitas Pelayanan Pendidikan Dalam penelitian ini diperoleh mean variabel kualitas pelayanan pendidikan sebesar 58,6198 dan standar deviasi 7,01279 dengan jumlah subjek (N) sebanyak 192 dan nilai maksimum 73
dan nilai minimum 33. Untuk
menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel kualitas pelayanan pendidikan digunakan 4 (empat) kategori, yaitu: Sangat Tinggi, Tinggi, Rendah dan Sangat Rendah. Jumlah pilihan pada masing-masing item adalah 4 (empat). Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal, yaitu: 4 x 22 item valid = 88 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 22 item valid = 22, jadi diperoleh interval sebagai berikut Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan kategori sebagai berikut: Sangat Tinggi
: 71,5 ≤ x ≤ 88
Tinggi
: 55
Rendah
: 38,5 ≤ x < 55
Sangat Rendah
: 22
≤ x < 71,5 ≤ x < 38,5
Norma Kategorisasi Hasil Pengukuran Skala Kualitas Pelayanan Pendidikan
Frequency Valid
sangat tinggi tinggi rendah sangat rendah Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2
1.0
1.0
1.0
141
73.4
73.4
74.5
48
25.0
25.0
99.5
1
.5
.5
100.0
192
100.0
100.0
11
Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat bahwa 2 mahasiswa memiliki skor kualitas pelayanan pendidikan yang berada pada kategori sangat tinggi dengan prosentase 1%, 141 mahasiswa memiliki skor kualitas pelayanan pendidikan yang berada pada kategori tinggi dengan prosentase 73,4 %, 48 mahasiswa memiliki skor kualitas pelayanan pendidikan yang berada pada kategori rendah dengan prosentase 25%, dan 1 mahasiswa yang memiliki skor kualitas pelayanan pendidikan yang berada pada kategori sangat rendah dengan prosentase 0,5%. Secara umum sebagian besar kualitas pelayanan pendidikan berada pada kategori tinggi yang ditunjukan oleh rata-rata 73,4% yang masuk dalam kategori tinggi. Skor yang diperoleh subjek bergerak dari skor minimum sebesar 33 sampai dengan skor maksimum sebesar 73 dengan standard deviasi 7,01279.
Variabel Motivasi Belajar Dalam penelitian ini diperoleh mean variabel motivasi belajar sebesar 72,2135 dan standar deviasi 7,28775 dengan jumlah subjek (N) sebanyak 192 dan nilai maksimum 89 dan nilai minimum 49. Untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel motivasi belajar digunakan 4 (empat) kategori, yaitu: Sangat Tinggi, Tinggi, Rendah dan Sangat Rendah. Jumlah pilihan pada masing-masing item adalah 4 (empat). Maka skor maksimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal, yaitu: 4 x 24 item valid = 96 dan skor minimum yang diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 24 item valid = 24. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dikemukakan kategori sebagai berikut: Sangat Tinggi : 78 ≤ x ≤ 96 Tinggi
: 60 ≤ x < 78
Rendah
: 42 ≤ x < 60
Sangat Rendah
: 24 ≤ x < 42
12
Norma Kategorisasi Hasil Pengukuran Skala Motivasi Belajar
Frequency Valid
sangat tinggi Tinggi Rendah Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
43
22.4
22.4
22.4
140
72.9
72.9
95.3
9
4.7
4.7
100.0
192
100.0
100.0
Berdasarkan di atas dapat dilihat bahwa 43 mahasiswa memiliki skor motivasi belajar yang berada pada kategori sangat tinggi dengan prosentase 22,4%, 140 mahasiswa memiliki skor motivasi belajar yang berada pada kategori tinggi dengan prosentase 72,9 %, 9 mahasiswa memiliki skor motivasi belajar yang berada pada kategori rendah dengan prosentase 4,7% dan tidak ada mahasiswa yang memiliki skor motivasi belajar yang berada pada kategori sangat rendah dengan prosentase 0%. Secara umum sebagian besar motivasi belajar mahasiswa berada pada kategori tinggi yang ditunjukan oleh rata-rata 72,9% yang masuk dalam kategori sangat tinggi. Skor yang diperoleh subjek bergerak dari skor minimum sebesar 49 sampai dengan skor maksimum sebesar 89 dengan standard deviasi 7,28775.
Uji Validitas dan Reliabilitas Alat ukur Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas item total correlation dengan menggunakan metode korelasi Pearson Product Moment pada skala kualitas pelayanan pendidikan, diperoleh hasil bahwa dari 25 item yang telah diuji terdapat 3 item yang gugur karena memiliki koefisien korelasi kurang dari 0,30. Nilai validitas yang digunakan bergerak dari angka 0,331 sampai dengan 0,601. Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas item total correlation dengan menggunakan metode korelasi Pearson Product Moment pada skala motivasi belajar, diperoleh hasil bahwa dari 28 item yang telah diuji terdapat 4 item yang
13
gugur karena memiliki koefisien korelasi kurang dari 0,30. Nilai validitas yang digunakan bergerak dari angka 0,328 sampai dengan 0,659. Reliabilitas
skala
kualitas
pelayanan
pendidikan
diukur
dengan
menggunakan teknik Alpha Cronbach dengan bantuan SPSS 16.0 Setelah item yang tidak valid dibuang diperoleh koefisien
=0,873. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa skala kualitas pelayanan pendidikan yang digunaka sebagai alat ukur dalam penelitian ini juga termasuk dalam kategori baik atau reliable. Setelah item yang tidak valid dibuang diperoleh koefisien =0,892. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa skala motivasi belajar yang digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian ini juga termasuk dalam kategori baik atau reliable. Komposisi Aspek dan Nomor Item yang Valid dan Gugur pada Skala Kualitas Pelayanan Pendidikan No.
1
Aspek
Bukti Lansung
No Item
Item Valid
Favorable
Unfavorable
1*, 11, 19
6, 16
4
(tangibles) 2
Kehandalan (reliability)
2, 12, 20, 24*
7
4
3
Daya tanggap (responsiveness)
3, 21
8, 13, 17
5
4
Jaminan (assurance)
4*, 14, 22
9, 18
4
5
Empati (empathy)
5, 15, 23, 25
10
5
Total
22
Tanda (*) menunjukan nomor item yang gugur atau tidak valid. Komposisi Komponen dan Nomor Item yang Valid dan Gugur pada Skala Motivasi Belajar No.
Komponen
No Item Favorable
Unfavorable
Jumlah Item Valid
14
1
Expectancy Component
1, 9, 15, 19
5*, 12
5
3, 6, 13, 16, 17, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26,
2*, 7, 10, 27*
14
4, 8*, 11, 14, 18, 28
-
5
(Komponen Harapan) 2
Value Component (Komponen Nilai)
3
Affective Component (Komponen Affektive)
Total
24
Tanda (*) menunjukan nomor item yang gugur atau tidak valid Uji Asumsi Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal tidaknya data penelitian pada masing-masing variabel penelitian. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitunng dengan rumus One Sample – Kolmogorov – Smirnov Test yaitu untuk menguji kesesuaian distribusi data yang didapat dengan distribusi tertentu dalam hal ini adalah distribusi normal, dan untuk perhitungannya dibantu dengan menggunakan computer program SPSS versi 16. Variabel kualitas pelayanan pendidikan memiliki koefisien sebesar 1,049 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,221 (p>0,05). Oleh karena nilai signifikansi >0,05, maka distribusi data kualitas pelayanan pendidikan normal. Hal ini juga terjadi pada variabel motivasi belajar memiliki koefisien sebesar 0,943 dengan probabilitas (p) atau signifikasi sebesar 0,337. Dengan demikian kedua variabel memiliki distribusi yang normal yaitu p>0,05.
15
Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test kualitaspelayana npendidikan Motivasibelajar N Normal Parameters
a
Most Extreme Differences
192
192
Mean
58.6198
72.2135
Std. Deviation
7.01279
7.28775
Absolute
.076
.068
Positive
.049
.061
Negative
-.076
-.068
1.049
.943
.221
.337
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
Sementara itu hasil uji linieritas variabel kualitas pelayanan pendidikan dengan motivasi belajar mahasiswa Fakultas Psikologi Salatiga diperoleh nilai Fbeda sebesar 0,891 dengan signifikansi p = 0,637 (p>0,05) yang menunjukan hubungan antara variabel kualitas pelayanan pendidikan dengan variabel motivasi belajar adalah linier. Hasil Uji Linieritas ANOVA Table Sum of Squares kualitaspelayananp Between endidikan * Groups motivasibelajar
(Combined) Linearity Deviation from Linearity
Within Groups
Mean Square
df
2263.794
33
68.600
976.644
1
1287.151
32
40.223
7129.450
158
45.123
F
Sig. 1.520
.047
976.644 21.644
.000
.891
.637
16
ANOVA Table Sum of Squares kualitaspelayananp Between endidikan * Groups motivasibelajar
(Combined)
Mean Square
df
F
2263.794
33
976.644
1
1287.151
32
40.223
Within Groups
7129.450
158
45.123
Total
9393.245
191
Linearity Deviation from Linearity
Sig.
68.600
1.520
.047
976.644 21.644
.000
.891
.637
Uji Korelasi Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi Product Moment
antara
variabel kualitas pelayanan pendidikan dengan variabel motivasi belajar, menunjukan koefisien korelasi
r = 0,322 dengan signifikans sebesar 0,000
(p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif signifikan antara kualitas pelayanan pendidikan dengan motivasi belajar pada mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW Salatiga. Hasil Uji Korelasi antara Kualitas Pelayanan Pendidikan dengan Motivasi Belajar Correlations kualitaspelayana npendidikan motivasibelajar kualitaspelayananpendidikan Pearson Correlation
1
Sig. (1-tailed) N Motivasibelajar
Pearson Correlation
.322
**
.000 192
192
**
1
.322
Sig. (1-tailed)
.000
N
192
192
17
Correlations kualitaspelayana npendidikan motivasibelajar kualitaspelayananpendidikan Pearson Correlation
1
Sig. (1-tailed) N Motivasibelajar
Pearson Correlation
.322
**
.000 192
192
**
1
.322
Sig. (1-tailed)
.000
N
192
192
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
PEMBAHASAN PENELITIAN Berdasarkan penelitian tentang hubungan antara kualitas pelayanan pendidikan dengan motivasi belajar mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW Salatiga, didapatkan hasil perhitungan koefisien korelasi (r) sebesar 0,322 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif signifikan antara kualitas pelayanan pendidikan dengan motivasi belajar mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW Salatiga. Dengan demikian dinyatakan dalam penelitian ini menerima H1 dan menolak H0, artinya semakin tinggi kualitas pelayanan pendidikan maka akan semakin tinggi pula motivasi belajar mahasiswa. Sumbangan efektif yang diberikan oleh kualitas pelayanan pendidikan sebesar 10,4%. Adanya hubungan positif diantara kualitas pelayanan pendidikan dengan motivasi belajar mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW Salatiga dapat terjadi karena mahasiswa mengharapkan memperoleh pelayanan pendidikan yang berkualitas tinggi dan pada kenyataannya pihak Fakultas Psikologi telah memberikan pelayanan pendidikan yang berkualitas ditunjukan dengan penilaian mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW Salatiga terhadap kualitas pelayanan pendidikan yang tergolong baik. Dengan diperolehnya pelayanan pendidikan yang
18
berkualitas baik, maka akan mengakibatkan mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW termotivasi untuk belajar. Baiknya kualitas pelayanan pendidikan juga ditunjukkan dari penilaian mahasiswa terhadap aspek-aspek kualitas pelayanan pendidikan. Dari hasil analisis tampak bahwa mahasiswa berada pada kategori tinggi yaitu 73,4% dalam menilai kualitas pelayanan pendidikan di Fakultas Psikologi UKSW Salatiga. Dari hasil kajian penelitian di atas, dapat terlihat bahwa antara kualitas pelayanan pendidikan dengan motivasi belajar mahasiswa memiliki hubungan yang positif signifikan. Berdasarkan hasil analisis deskriptif dalam penelitian ini diperoleh data bahwa kualitas pelayanan pendidikan difakultas Psikologi UKSW Salatiga sebesar 73,4% berada pada kategori tinggi, Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa merasa bahwa Fakultas Psikologi UKSW Salatiga memiliki kualitas pelayanan pendidikan yang tinggi. Pada motivasi belajar mahasiswa sebesar 72,9% berada pada kategori tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW Salatiga memiliki motivasi belajar yang tinggi. Dari hasil analisis data tersebaut menunjukan bahwa terdapat hubungan antara kualitas pelayanan pendidikan dengan motivasi belajar mahasiswa. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya dari Badik (2006) tentang kualitas pelayanan yang diterima oleh mahasiswa, mengindikasikan bahwa kualitas pelayanan yang buruk dapat mempengaruhi motivasi belajar seseorang. Penelitian tentang kualitas pelayanan pendidikan dengan motivasi belajar oleh Wahyuning, Prastawa, Susanty (2009) yang menyimpulkan bahwa peningkatan kualitas pelayanan memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap motivasi mahasiswa. Banyak faktor yang menyebabkan tinggi rendahnya motivasi belajar mahasiswa, kualitas pelayanan pendidikan merupakan salah satu faktor pendukung dari semua faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya motivasi belajar mahasiswa. Jika dilihat sumbangan efektif yang diberikan kualitas pelayanan pendidikan terhadap motivasi belajar mahasiswa sebanyak 10,4%. 89,6% faktor lain diluar kualitas pelayanan pendidikan yang dapat berpengaruh
19
terhadap motivasi belajar mahasiswa seperti sikap, kepribadian, pengalaman, citacita, dukungan sosial (Syah, 2010). Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa banyak variabel yang dapat mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa dan salah satu variabel tersebut adalah kualitas pelayanan pendidikan sehingga nampak jelas bahwa kualitas pelayanan pendidikan mempunyai hubungan erat dengan motivasi belajar mahasiswa.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat hubungan positif signifikan antara kualitas pelayanan pendidikan dengan motivasi belajar mahasiswa. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi kualitas pelayanan pendidikan maka semakin tinggi motivasi belajar mahasiswa. Diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,322 dan signifikansi (p<0,05). Demikian pula sebaliknya semakin rendah kualitas pelayanan pendidikan maka semakin rendah motivasi belajar mahasiswa. 2. Besarnya sumbangan efektif kualitas pelayanan pendidikan sebesar 10,4 %. Hal ini menunjukan bahwa ada faktor-faktor lain di luar kualitas pelayanan pendidikan yang mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa, seperti misalnya: sikap, kepribadian, pengalaman, cita-cita, keadaan gedung sekolah sekolah dan lingkungan masyarakat.
20
Saran Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan 3 (tiga) saran, yaitu: 1. Bagi Mahasiswa Hasil penelitian ini menunjukan bahwa motivasi belajar mahasiswa berada pada kategori tinggi. Maka mahasiswa disarankan untuk terus berupaya mempertahankan dan meningkatkan motivasi belajarnya dengan cara lebih mengoptimalkan dan memanfaatkan waktu belajar dengan baik, baik itu di rumah maupun di lingkungan fakultas dan universitas. Harapannya agar mahasiswa mencapai keberhasilan dalam belajar. 2. Bagi Pihak Fakultas Banyak faktor yang mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa, diantaranya faktor kualitas pelayanan mahasiswa. Diharapkan pihak fakultas dapat mempertahankan kualitas pelayanan pendidikan kepada mahasiswa, sehingga mahasiswa tetap termotivasi untuk belajar.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih terdapat faktor lain yang mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa sebesar 89,6%. Diharapkan peneliti selanjutnya melanjutkan penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel yang digunakan sehingga dapat terungkap
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
motivasi
belajar
mahasiswa. Hasil pengembangan faktor-faktor lain diharapkan dapat melengkapi hasil penelitian khususnya psikologi pendidikan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. (2000). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar. ________. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Barata, Atep .A. (2006). Dasar-Dasar Pelayanan Prima. Cetakan Ketiga, November 2006, Gramedia, Jakarta. Crow L.D, & Crow. A (terjemahan Abdul Rohman). (2000). Psikologi Pendidikan. Jakarta :Rajawali. Hadi, S. (2004). Metodologi Research 3. Yogyakarta: Penerbit ANDI. Kotler, P. (1999). Manajemen Pemasaran di Indonesia. Edisi 1. Jakarta : Salemba Empat. ________. (2002). Manajemen Pemasaran, Edisi Melinium, PT Prenhalindo, Jakarta. Kotler, P dan Amstrong. (2001). Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jakarta : Erlangga Ming, Wang. (2006). The Relationship Beetween Service Quality And Customer Satisfaction The Example CJCU Library. Journal Of Information And Optimization Sciences, Vol. 27, No. 1, 193 – 209. Nursalim, Mochamad. Psikologi Pendidikan. 2007.Surabaya : Unesa University Press. Reynolds, W.M . & Miller, E.G. (2003). Handbook of Psychology : Educational Psychology (Vol. 7, pp. 104-122). New York: Wiley. Sandtrock, J.W. (2004). Life Span Development Jilid 2. Jakarta:Erlangga. Sardiman, (2000). Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sari, W.S.2009. Hubungan Antara Kualitas Pelayanan Pendidikan Dengan Kepuasan Siswa SMA Negeri 1 Salatiga.Salatiga.Skripsi : Fakultas Psikologi UKSW. Sprinthall, N.A, Sprinthall, R.C, (1990), Educational Psychology : A Developmental approach ed.5. New York: Mc. Grawhill. Sugiarto, E. (1999). Psikologi Pelayanan Dalam Industri Jasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
22
Suryabrata, S. (1999). Pengembangan alat ukur psikologi. Yogyakarta: Andi. Syah, M. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya offset. Tjiptono,F.(2000). Manajemen Jasa, Edisi ke-2.Yogyakarta :Penerbit : Andi ________. (2001). Prinsip Prinsip Total Quality Service. Yogyakarta : Penerbit : Andi Uno,Hamzah.(2012). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta :Bumi Aksara Wijaya, T (2011). Manajemen Kualitas Jasa. Jakarta : Indeks Wlodkowski, R J& Jaynes, J.H. (2004). Motivasi Belajar Cetakan 1. Depok: Pustaka. Woolfolk, A.E, (2004). Educational Psychology 9th ed. United State of America: Mc.Grawhill.